PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP ABNORMAL
RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Maria Reni Anggraini
(10.1.015)
ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap
abnormal return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2012. Sampel
penelitian ditetapkan dengan menggunakan metode purposive sampling yang
berdasarkan kriteria penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder berupa data kuantitatif. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah intellectual capital (modal intelektual), dan abnormal return
saham sebagai variabel dependen. Pengukuran variabel intellectual capital
menggunakan model Value Added Intellectual Capital (VAIC), sedangkan
pengukuran variabel abnormal return saham digunakan cumulative abnormal
return (CAR) dengan pendekatan mean-adjusted model untuk menghitung
expected return. Pengujian hipotesis diuji menggunakan model analisis regresi
sederhana dengan bantuan program SPSS.
Kata Kunci : Intellectual Capital, Abnormal Return Saham.
1
A. Latar Belakang
Dengan adanya globalisasi, inovasi teknologi dan persaingan yang ketat
pada dunia bisnis sekarang ini memaksa perusahaan-perusahaan mengubah cara
mereka dalam menjalankan bisnisnya. Perkembangan yang terjadi terutama dalam
bidang ekonomi juga berdampak pada perubahan yang cukup signifikan terhadap
pengelolaan suatu bisnis dan penentuan strategi bisnis suatu perusahaan. Para
pelaku bisnis menyadari bahwa kemampuan bersaing tidak hanya pada
kepemilikan akiva berwujud (tangible asset), tetapi lebih kepada inovasi, sistem
informasi, pengelolaan organisasi, hubungan kemitraan, dan kualitas sumber daya
manusia (SDM) yang dimiliki oleh perusahaan, atau yang disebut dengan aset
tidak berwujud (intangible asset). Oleh karena itu, agar perusahaan-perusahaan
dapat terus bertahan dan berkembang dengan cepat banyak perusahaan mengubah
strategi bisnis mereka yang semula didasarkan pada tenaga kerja (labor-based
business) menuju kepada bisnis yang didasarkan pada pengetahuan (knowledge
based business), dengan karakteristik utama ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan telah menjadi mesin baru dalam perkembangan suatu
bisnis dan sejak tahun 1990-an perhatiannya terhadap praktik pengelolaan aset
tidak berwujud (intangible assest) telah meningkat secara dramatis. Salah satu
pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran aset tidak berwujud
(intangible asset) tersebut adalah modal intelektual (intellectual capital) yang
telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi
informasi, sosiologi, maupun akuntansi. Menurut Hidayat (2001) modal
intelektual telah menyebabkan pergeseran dalam paradigma melakukan bisnis,
sumber kekuatan akan bergeser dari modal fisik menjadi sumber daya manusia,
dari sumber daya alam menuju sumber daya pengetahuan, dari posisi sosial
seseorang menjadi proses hubungan (relasi), dan dari kekuatan pemegang saham
menjadi kekuatan pelanggan.
Demi menjadi market leader, perusahaan mengakui pentingnya modal
intelektual yang bersifat abstrak dan tidak nyata untuk dijadikan penggerak utama
dalam pengembangan bisnis. Selain itu, salah satu hal yang menarik perhatian
akademisi maupun praktisi adalah terkait dengan kegunaan intellectual capital
2
sebagai salah satu alat untuk menentukan sifat alami dari nilai tak berwujud yang
dimiliki oleh perusahaan. Intellectual capital juga berguna untuk menjembatani
adanya ketidaksesuaian informasi (information gap) yang timbul antara pihak
manajer dan pemilik perusahaan yang membuat modal intelektual telah menjadi
aset yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern.
Di Indonesia fenomena intellectual capital mulai berkembang terutama
setelah munculnya Pernyataan Standar Akuntanis Keuangan (PSAK) no. 19
(revisi 2010) tentang aktiva tidak berwujud. Menurut PSAK no. 19, aktiva tidak
berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasikan dan tidak dapat
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau
menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan
administrasi (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002).
Beberapa penelitian telah membuktikan pengaruh intellectual capital
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Chen, et all. (2005) menggunakan model
Pulic (VAIC) untuk menguji hubungan antara Intellectual capital dengan nilai
pasar dan kinerja perusahaan menggunakan sampel perusahaan publik di Taiwan,
dimana hasilnya menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh secara
positif terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan Tan, et all. (2007) pada 150 perusahaan yang
listing di Bursa Efek Singapura yang juga membuktikan bahwa intellectual
capital (VAIC) berhubungan secara positif dengan kinerja perusahaan berbeda-
beda berdasarkan jenis industrinya. Didukung juga oleh hasil penelitian di
Indonesia oleh Bontis (2000) dan Belkaoui (2003) yang menyatakan bahwa
intellectual capital (VAIC) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Iswati dan Anshori (2007) serta Ulum, dkk. (2008) juga menemukan
bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
Dalam perkembangannya, penelitian mengenai intellectual capital mulai
menghubungkan intellectual capital dengan abnormal return. Salah satu
penelitian seperti yang telah dilakukan oleh Sir, et all. (2010) yang melakukan
penelitian mengenai intellectual capital dan abnormal return saham. Dalam
3
variabel abnormal return diukur dengan menggunakan market adjusted model.
Dan pengungkapan intellectual capital dalam penelitian Sir, et all. (2010)
menggunakan metode Balanced Score Card yang mengacu pada 58 komponen
intellectual capital yang dikembangkan oleh Abdolmohammadi (2005) dengan
model analisis regresi. Penelitian tersebut menemukan bahwa pengungkapan
Intellectual Capital berpengaruh secara signifikan terhadap abnormal return
saham.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih, dkk. (2010) yang
menguji pengaruh antara modal intelektual dengan kinerja pasar perusahaan
keuangan yang terdaftar di BEI. Pengungkapan modal intelektual dalam penelitian
Yuniasih, dkk. (2010) diukur dengan model VAIC yang dikembangkan oleh Pulic
(2000) dan kinerja pasar diukur dengan menggunakan rasio price to book value
(PBV). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal intelektual tidak
berpengaruh terhadap kinerja pasar. Hal ini menunjukkan bahwa pasar tidak
memberikan penilaian terhadap modal intelektual perusahaan.
Berdasarkan penelitian terdahulu yaitu pengungkapan intellectual capital
dalam penelitian Sir, et all. (2010) yang menggunakan metode Balanced Score
Card masih bersifat mengacu pada 58 komponen yang dikembangkan oleh
Abdolmohammadi (2005) dan bersifat subyektif dalam pemberian skor dari setiap
item pengungkapan, maka peneliti ingin menguji kembali pengaruh intellectual
capital terhadap abnormal return saham. Dalam penelitian ini pengukuran
intellectual capital menggunakan model Value Added Intellectual Capital (VAIC)
yang dikembangkan oleh Pulic (2000) seperti dalam penelitian Yuniasih, dkk
(2010). Model VAIC dipilih dalam penelitian ini karena dapat mengajukan suatu
ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan
intelektual perusahaan. Sedangkan pengukuran abnormal return saham
menggunakan cumulative abnormal return (CAR) dengan pendekatan model
mean-adjusted model untuk mengukur expected return.
Adapun permasalahan yang akan diteliti adalah apakah Intellectual Capital
(VAIC) berpengaruh terhadap abnormal return saham pada perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai sampel penelitian. Sektor
4
perbankan dipilih sebagai sampel penelitian karena menurut Firer dan William
(2003) dalam Ghozali, et all. (2007) industri perbankan adalah salah satu sektor
yang paling intensif Intellectual Capital-nya dimana layanan pelanggan sangat
tergantung pada akal atau kecerdasan modal manusia serta perusahaan perbankan
merupakan salah satu industri yang masuk dalam kategori industri berbasis
pengetahuan yaitu industri yang memanfaatkan inovasi-inovasi yang
diciptakannya sehingga memberikan nilai tersendiri atas produk dan jasa yang
dihasilkan bagi konsumen.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah dari
penelitian ini adalah :
1. Apakah pengungkapan intellectual capital berpengaruh terhadap abnormal
return saham?
2. Bagaimana abnormal return saham setelah pengungkapan intellectual
capital?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk :
1. Mengetahui apakah pengungkapan intellectual capital berpengaruh terhadap
abnormal return saham.
2. Mengetahui bagaimana abnormal return saham setelah pengungkapan
intellectual capital.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Bagi perusahaan, dapat memberikan pengetahuan tambahan mengenai
intellectual capital terkait reaksi pasar perusahaan yang dapat membantu
dalam mengelola keuangan perusahaan berupa aset tak berwujud (intangible
5
asset). Selain itu juga sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijakan
perusahaan untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Bagi para menajer perusahaan, dapat membantu memberikan petunjuk untuk
kinerja manajer dalam mengelola intellectual capital yang dimiliki sehingga
dapat menciptakan nilai bagi perusahaan.
3. Bagi para investor dan calon investor dapat membantu memberikan referensi
baru guna mempertimbangkan aspek-aspek lain yang perlu diperhitungkan
dalam berinvestasi serta untuk menilai abnormal return perusahaan sektor
perbankan yang digunakan untuk mengambil keputusan investasi.
E. Landasan Teori Dan Dasar Pengembangan Hipotesis
1. Landasan Penelitian Terdahulu
Tabel 1 : Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Variabel Metode Hasil
1Bontis, dkk.
(2000)
Variabel dependen:
Bussiness performance
Variabel Independen:
Intellectual Capital
Partial
Least
Square
Intellectual Capital
berpengaruh secara
signifikan terhadap
business performance.
2Tan, et all.
(2007)
Variabel dependen:
Financial Returns
Companies
Variabel Independen:
Intellectual Capital
Analisis
regresi
1. IC (Intellectual Capital)
berpengaruh positif
terhadap financial
return.
2. Hubungan yang positif
antara peningkatan nilai
IC dengan financial
performance.
3. Hubungan positif antara
rata-rata pertumbuhan
IC dengan financial
performance.
3 Sir, et all. Variabel dependen: Analisis IC berpengaruh secara 6
No. Peneliti Variabel Metode Hasil
(2010)
Abnormal Return
Variabel Independen:
Intellectual Capital
regresisignifikan terhadap
abnormal return saham.
4Yuniasih,
dkk. (2010)
Variabel dependen:
Kinerja Pasar
Variabel Independen:
Modal Intelektual.
Variabel kontrol:
Struktur kepemilikan
Analisis
regresi
IC tidak berpengaruh
terhadap kinerja pasar.
5Pramelasari
(2010)
Variabel dependen:
Nilai pasar dan kinerja
keuangan perusahaan.
Variabel Independen:
Intellectual Capital
Analisis
regresi
IC tidak berpengaruh
terhadap nilai pasar
(MtBV) dan kinerja
keuangan (ROA, ROE,
dan EP).
2. Landasan Teori
a. Signaling Theory (Teori Sinyal)
Signaling theory menyatakan bahwa terdapat kandungan informasi pada
pengungkapan suatu informasi yang dapat menjadi sinyal bagi investor dan pihak
potensial lainnya dalam mengambil keputusan ekonomi. Informasi merupakan
unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya
menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat
ini maupun keadaan di masa yang akan datang bagi keberlangsungan hidup suatu
perusahaan serta bagaimana pengaruhnya terhadap perusahaan tersebut. Informasi
yang lengkap, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor yang
kemudian akan digunakan sebagai alat analisis untuk pengambilan keputusan
investasi.
Perusahaan dengan kinerja yang tinggi menggunakan informasi keuangan
untuk mengirim sinyal kepada pasar. Suatu pengungkapan dikatakan mengandung
informasi apabila dapat memicu reaksi pasar, yaitu dapat berupa perubahan harga
7
saham atau abnormal return saham. Apabila pengungkapan tersebut memberikan
dampak positif berupa kenaikan harga saham, maka pengungkapan tersebut
merupakan sinyal positif. Namun jika pengungkapan tersebut memberikan
dampak negatif, maka pengungkapan tersebut merupakan sinyal negatif. Sehingga
biaya atas sinyal bad news adalah lebih tinggi daripada good news, hal ini
diperlihatkan dalam penelitian Spance (1973). Berdasarkan teori ini maka suatu
pengungkapan laporan tahunan perusahaan merupakan informasi yang penting
dan dapat mempengaruhi investor dalam proses pengambilan keputusan (Octama,
2011).
Miller (1999) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela mengenai
intellectual capital memungkinkan investor dan stakeholder lainnya untuk lebih
baik dalam menilai kemampuan perusahaan di masa depan, melakukan penilaian
yang tepat terhadap perusahaan, dan mengurangi persepsi risiko perusahaan.
Perusahaan mengungkapkan intellectual capital pada laporan keuangan dalam
rangka memenuhi kebutuhan informasi investor, serta meningkatkan nilai
perusahaan. Sinyal positif dari organisasi diharapkan akan mendapatkan respon
positif dari pasar, hal tersebut dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi
perusahaan serta memberikan nilai yang lebih tinggi bagi perusahaan. Oleh karena
itu, manajer lebih termotivasi untuk mengungkapkan intellectual capital sebagai
private information secara sukarela. Hal ini disebabkan oleh ekpektasi manajer
bahwa menyediakan sinyal yang bagus mengenai kinerja perusahaan kepada pasar
akan mengurangi asimetri informasi (Oliviera et all., 2008).
Menurut Oliviera, et all. (2008) dalam Octama (2011) seorang manajer
memiliki motivasi untuk mengungkapkan private information secara sukarela
karena perusahaan berharap informasi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai
sinyal positif mengenai kinerja perusahaan dan mampu mengurangi asimetri
informasi. Pengungkapan sukarela intellectual capital memungkinkan bagi
investor dan stakeholder lainnya untuk lebih baik dalam menilai kemampuan
perusahaan di masa depan, melakukan penilaian yang tepat terhadap perusahaan,
dan mengurangi persepsi risiko (Williams, 2001). Dengan mengungkapkan
intellectual capital, perusahaan dapat lebih memberikan informasi mengenai
8
kemampuan perusahaan dan keahlian perusahaan di bidangnya agar dapat
menaikkan nilai perusahaan.
b. Efficient Market Theory (Teori Pasar Efisien)
Teori pasar efisien (efficient market theory) dalam penelitian ini
memperjelas hubungan antara intellectual capital dengan abnormal return saham.
Pasar dikatakan efisien jika harga saham pada pasar modal mencerminkan
informasi yang tersedia di pasar dan dapat menyesuaikan dengan cepat terhadap
informasi baru agar pelaku pasar tertentu tidak mendapat abnormal return dalam
jangka waktu yang lama dan berkepanjangan. Aspek penting dalam menilai
efisiensi pasar adalah seberapa cepat suatu informasi baru diserap oleh pasar yang
tercermin dalam penyesuaian menuju harga keseimbangan yang baru.
Pada pasar efisien, harga sekuritas dengan cepat akan terelevan dengan
adanya informasi penting yang berkaitan dengan sekuritas tersebut sehingga,
investor tidak dapat memanfaatkan informasi untuk mendapatkan abnormal
return di pasar. Sebaliknya, pada pasar yang kurang efisien, harga sekuritas
kurang dapat mencerminkan semua informasi yang ada, atau terdapat jeda dalam
proses penyesuaian harga sehingga memberi celah bagi investor untuk
memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan situasi tersebut. Pada
kenyataannya, sulit ditemui pasar yang benar-benar efisien ataupun benar-benar
tidak efisien. Umumnya pasar akan efisien tetapi pada tingkat tertentu saja.
Bentuk-bentuk pasar efisien dibagi berdasarkan ketersediaan informasi dan
keaktifan pelaku pasar. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi disebut
sebagai efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market).
Berdasarkan ketersediaan informasi efisiensi pasar dibagi menjadi 3 bentuk yaitu :
efisiensi pasar bentuk lemah, setengah kuat, dan bentuk kuat. Dalam penelitian ini
informasi dalam bentuk intellectual capital termasuk dalam bentuk efisiensi pasar
setengah kuat.
Efisiensi pasar setengah kuat dapat dikembangkan menjadi efisiensi pasar
setengah kuat secara informasi dan secara keputusan. Pasar dikatakan efisien
setengah kuat secara informasi yaitu jika tersedia informasi dan informasi tersebut
direaksi penuh oleh investor. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara 9
keputusan menekankan informasi yang fully reflect, information available serta
keaktifan dan kecanggihan investor dalam mengolah informasi yang tersedia
sehingga efisiensi pasar setengah kuat secara keputusan lebih tinggi daripada
efisiensi pasar setengah kuat secara informasi.
Teori efisien pasar setengah kuat menggambarkan bahwa semua informasi
yang berkaitan dengan pembentukan harga saham dipublikasikan sehingga dalam
pasar ini investor tidak dapat menikmati abnormal return jika strategi yang
dilakukan hanya berdasarkan informasi yang tersedia. Namun, jika strategi yang
dilakukan pelaku pasar lebih mendalam dengan salah satunya menganalisis
informasi intellectual capital yang tidak dipublikasikan secara jelas dan lengkap
maka investor tersebut kemungkinan akan memperoleh abnormal return karena
pasar bereaksi pada informasi intellectual capital sehinga dapat mempengaruhi
perubahan harga sekuritas.
c. Human Capital Theory
Human capital theory dikembangkan oleh Becker (1964) yang
mengemukakan bahwa investasi dalam pelatihan dan untuk meningkatkan human
capital adalah penting sebagai suatu investasi dari bentuk-bentuk modal lainnya.
Tindakan strategis membutuhkan seperangkat sumber daya fisik, keuangan,
human atau organisasional khusus, sehingga keunggulan kompetitif ditentukan
oleh kemampuannya untuk memperoleh dan mempertahankan sumber daya
(Wahdikorin, 2010).
Human capital theory berpendapat bahwa investasi sumber daya manusia
mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan produktivitas. Peningkatan
produktivitas tenaga kerja ini dapat didorong melalui pendidikan dan pelatihan
(Wahdikorin, 2010).
d. Intellectual Capital
Perhatian perusahaan terhadap pengelolaan intellectual capital beberapa
tahun terakhir ini semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya
kesadaran dari perusahaan-perusahaan bahwa intellectual capital merupakan
10
landasan bagi perusahaan untuk berkembang dan mempunyai keunggulan
kompetitif dibandingkan dengan perusahaan lain.
Sebagai sebuah konsep, intellectual capital menunjuk pada modal-modal
non-fisik atau modal tidak berwujud yang terkait dengan pengetahuan dan
pengalama manusia serta teknologi yang digunakan. Namun sampai saat ini, ada
banyak definisi berbeda mengenai intellectual capital. Modal intelektual dapat
dipandang sebagai pengetahuan, dalam pembentukan, kekayaan intelektual dan
pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan (Wahdikorin,
2010). Modal intelektual mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi dan
kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah dan menyebabkan
keunggulan kompetitif berkelanjutan. Modal intelektual telah diidentifikasi
sebagai seperangkat tak berwujud (sumber daya, kemampuan dan kompetensi)
yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan nilai (Bontis, 2000).
Sedangkan menurut Williams, (2001) modal intelektual adalah informasi dan
pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai. Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa intelellectual capital merupakan
sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang nantinya akan memberikan
keuntungan di masa depan yang dilihat dari kinerja dan penciptaan nilai
perusahaan tersebut.
Beberapa para ahli telah mengemukakan elemen-elemen apa saja yang
terdapat dalam intellectual capital. Namun, dari semuanya tidak ada ketetapan
pasti mengenai elemen-elemen dalam intellectual capital. Bontis, et all. (2000)
menyatakan bahwa secara umum, elemen-elemen dalam modal intellectual capital
terdiri dari Human Capital (HC), Structural Capital (SC), dan Customer Capital
(CC). Definisi dari masing-masing elemen intellectual capital yaitu :
1) Human Capital (HC)
Human capital adalah keahlian dan kompetisi yang dimiliki karyawan
dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya untuk dapat
berhubungan baik dengan pelanggan. Termasuk dalam human capital yaitu
pendidikan, pengalaman, keterampilan, kreatifitas dan attitude. Menurut
Bontis, et all. (2000), human capital adalah kombinasi dari pengetahuan,
11
skill, kemampuan melakukan inovasi dan kemampuan menyelesaikan tugas,
meliputi nilai perusahaan, kultur dan filsafatnya. Jika perusahaan berhasil
dalam mengelola pengetahuan karyawannya, maka hal itu dapat
meningkatkan human capital. Human capital juga mencerminkan
kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam
perusahaan tersebut. Sehingga, human capital merupakan kekayaan yang
dimiliki oleh suatu perusahaan yang terdapat dalam tiap individu tersebut.
Human capital ini yang nantinya akan mendukung structural capital dan
customer capital.
2) Structural Capital (SC)
Structural capital adalah infrastruktur atau kemampuan yang dimiliki
oleh suatu perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas dan kebutuhan pasar.
Termasuk dalam structural capital yaitu sistem teknologi, sistem operasional
perusahaan, budaya organisasi, paten, merk dagang dan kursus pelatihan.
Menurut Nashih (2005) dalam Susilo (2012), structural capital atau
organizational capital adalah kekayaan potensial perusahaan yang tersimpan
dalam organisasi dan manajemen perusahaan. Structural capital juga
merupakan infrastruktur pendukung dari human capital sebagai sarana dan
prasarana untuk mendukung kinerja karyawan. Sehingga walaupun karyawan
memiliki pengetahuan yang tinggi namun bila tidak didukung oleh sarana dan
prasarana yang memadai, maka kemampuan karyawan tersebut tidak akan
menghasilkan modal intelektual. Aubert (2000), menyatakan bahwa
structural capital dalam suatu perusahaan terdiri dari empat elemen, yaitu: 1.)
sistem, merupakan cara dimana proses operasi dan output, 2.) structure, yaitu
penyusunan tanggung jawab dan perhitungan yang mendefinisikan posisi dan
hubungan antara anggota-anggota organisasi, 3.) strategi, yaitu tujuan-tujuan
organisasi dan cara untuk mencapainya, 4.) culture, yaitu penjumlahan opini-
opini individual, pemikiran bersama, nilai-nilai dan norma organisasi.
12
3) Customer Capital (CC)
Customer capital adalah orang-orang yang berhubungan dengan
perusahaan, yang menerima pelayanan yang diberikan oleh perusahaan
tersebut. Menurut Sawarjuwono dan Kadir (2003) elemen customer capital
merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata.
Customer capital membahas mengenai hubungan perusahaan dengan pihak di
luar perusahaan seperti pemerintah, pasar, pemasok dan pelanggan. Customer
capital juga dapat diartikan kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi
kebutuhan dan keinginan pasar sehingga menghasilkan hubungan baik
dengan pihak luar.
e. Value Added Intellectual Coefficient (VAIC)
Saat ini upaya memberikan penilaian terhadap modal intelektual merupakan
hal yang penting. Kesulitan dalam bidang modal intelektual adalah masalah
pengukurannya. Dari model-model pengukuran yang dikembangkan, masing-
masing memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga untuk memilih model yang
paling tepat untuk digunakan merupakan tindakan yang tidak tepat karena
pengukuran tersebut hanyalah sebuah alat yang dapat diterapkan pada situasi dan
kondisi perusahaan dengan spesifikasi tertentu (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).
Sawarjuwono dan Kadir (2003) menyatakan bahwa metode pengukuran
Intellectual Capital dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu pengukuran non-
moneter dan pengukuran moneter. Salah satu metode pengukuran intelectual
capital dengan penilaian non-moneter yaitu model Balanced Scorecard oleh
Kaplan dan Norton (2000), sedangkan metode pengukuran intellectual capital
dengan penilaian moneter, salah satunya yaitu model Pulic yang dikenal dengan
sebutan VAIC.
Pulic (2000) mengusulkan Koefisien Nilai Tambah Intelektual atau Value
Added Intellectual Coefficient (VAIC) untuk menyediakan informasi tentang
efisiensi penciptaan nilai dari aset berwujud dan tidak berwujud dalam
perusahaan. VAIC digunakan karena dianggap sebagai indikator yang cocok
untuk mengukur intellectual capital di riset empiris. Beberapa alasan utama yang
mendukung penggunaan VAIC diantaranya yaitu yang pertama, VAIC 13
menyediakan dasar ukuran yang standar dan konsisten, angka-angka keuangan
yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan perusahaan (Pulic,
2000), sehingga memungkinkan lebih efektif melakukan analisis komparatif
internasional menggunakan ukuran sampel yang besar di berbagai sektor industri.
Kedua, semua data yang digunakan dalam perhitungan VAIC didasarkan
pada informasi yang telah diaudit, sehingga perhitungan dapat dianggap objektif
dan dapat diverifikasi (Pulic, 2000). VAIC adalah sebuah prosedur analitis yang
dirancang untuk memungkinkan manajemen, pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain yang terkait untuk secara efektif memonitor dan mengevaluasi
efisiensi nilai tambah atau Value Added (VA) dengan total sumber daya
perusahaan dan masing-masing komponen sumber daya utama. Nilai tambah
adalah perbedaan antara pendapatan (OUT) dan beban (IN).
Metode VAIC mengukur efisiensi tiga jenis input perusahaan yaitu modal
manusia, modal struktural, serta modal fisik dan finansial yang terdiri dari:
1) Human Capital Efficiency (HCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah
modal manusia. HCE merupakan rasio dari Value Added (VA) terhadap
Human Capital (HC). Hubungan ini mengindikasikan kemampuan modal
manusia membuat nilai pada sebuah perusahaan. HCE dapat diartikan juga
sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan nilai tambah setiap rupiah
yang dikeluarkan pada modal manusia. HCE menunjukkan berapa banyak
Value Added (VA) dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja (Ulum, 2008).
2) Structural Capital Efficiency (SCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah
modal struktural. SCE merupakan rasio dari Structural Capital (SC) terhadap
Value Added (VA). Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk
menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana
keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Tan et all, 2007).
3) Capital Employed Efficiency (CEE) adalah indikator efisiensi nilai tambah
modal yang digunakan. CEE merupakan rasio dari Value Added (VA)
terhadap Capital Employed (CE). CEE menggambarkan berapa banyak nilai
14
tambah perusahaan yang dihasilkan dari modal yang digunakan. CEE yaitu
kalkulasi dari kemampuan mengelola modal perusahaan (Imaningati, 2007).
f. Abnormal Return Saham
Pasar modal Indonesia diasumsikan sebagai pasar efisien bentuk setengah
kuat (semi-strong form). Pasar dikatakan efisiensi setengah kuat apabila harga-
harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan
termasuk yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten (Hartono,
2003). Hal ini berarti bahwa suatu informasi yang dipublikasikan akan
mempengaruhi harga sekuritas perusahaan.
Adanya perubahan harga dari suatu sekuritas sebagai akibat dari reaksi pasar
atas suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman. Reaksi pasar dapat diukur dengan menggunakan return sebagai
nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return.
Return dapat berupa return realisasi, yaitu return yang sudah terjadi, atau
return ekspektasi, yaitu return yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di
masa mendatang. Jika menggunakan abnormal return, maka dapat dikatakan
bahwa suatu pengumuman yang mengandung informasi akan memberikan
abnormal return pasar, dan sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak
memberikan abnormal return kepada pasar (Hartono, 2003).
Abnormal return merupakan kelebihan (selisih) dari return yang
sesungguhnya terjadi (actual return) dengan return normal (expected return).
Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh
investor). Abnormal return dapat dihitung sebagai berikut:
ARit = Rit – E[Rit]
Dimana :
ARit = Abnormal return saham i pada waktu ke-t
Rit = Actual return untuk saham i pada waktu ke-t
E[Rit] = Expected return untuk saham i pada waktu ke-t
15
Actual return atau return realisasi merupakan return yang terjadi pada
waktu ke-t, yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga
sebelumnya, atau dapat dihitung dengan rumus :
Dimana :
Rit = Actual return untuk saham i pada waktu ke-t
Pit = Harga saham i pada waktu ke-t
Pit-1 = Harga saham i pada waktu t-1
Untuk menghitung expected return dapat menggunakan model estimasi
mean-adjusted model, market model, dan market-adjusted model (Hartono, 2003).
1) Model Disesuaikan Rata-Rata (mean-adjusted model) menganggap bahwa
return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi
sebelumnya selama periode estimasi. Return yang diharapkan dihitung
dengan cara membagi return realisasi suatu perusahaan pada periode estimasi
dengan lamanya periode estimasi.
2) Model Pasar (market model), perhitungan return ekspektasi dilakukan dengan
dua tahap, yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data
realisasi selama periode estimasi, dan menggunakan model ekspektasi ini
untuk mengestimasi return ekspektasi selama periode window. Model
ekspektasi dihitung dengan menjumlahkan nilai ekspektasi return yang tidak
dipengaruhi oleh perubahan pasar, tingkat keuntungan indeks pasar, dan
bagian return yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar.
3) Model Disesuaikan Pasar (market-adjusted model) menganggap bahwa
penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah
return indeks pasar pada saat tersebut. Periode estimasi tidak perlu digunakan
untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi
adalah sama dengan return indeks pasar.
16
Dalam penelitian ini digunakan model disesuaikan rata-rata untuk
menghitung expected return. Beberapa penelitian mengenai studi peristiwa
menghitung abnormal return dengan menggunakan cummulative abnormal return
(CAR). Cummulative abnormal return merupakan penjumlahan abnormal return
selama periode peristiwa untuk masing-masing sekuritas, yang dihitung sebagai
berikut :
Dimana :
CAR = Cummulative abnormal return sekuritas i pada hari ke-t, yang
diakumulasi dari abnormal return sekuritas i selama periode peristiwa.
ARi,t = Abnormal return untuk sekuritas i selama periode peristiwa
Pengujian adanya abnormal return dapat pula dilakukan secara agregat,
dengan menguji rata-rata abnormal return seluruh sekuritas secara cross-section
untuk tiap-tiap hari di periode peristiwa. Rata-rata abnormal return (average
abnormal return) untuk hari ke-t dihitung sebagai berikut :
Dimana :
AAR = Rata-rata abnormal return
ARit = Abnormal return untuk sekuritas ke-i pada hari ke-t
n = Jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa
g. Hipotesis
1) Pengaruh Pengungkapan Intellectual Capital Terhadap Abnormal
Return Saham
Dalam suatu organisasi, sumber daya manusia memegang peranan
yang penting khususnya pada organisasi yang mengutamakan
pelayanan, pengetahuan dan kepercayaan seperti pada perusahaan
perbankan. Sumber daya manusia juga merupakan aset yang bernilai
dalam menghasilkan laba yang akan memberikan umpan balik berupa
17
keuntungan yang didapat oleh perusahaan. Ihyaul (2008)
mengemukakan bahwa praktik akuntansi menekankan investasi
perusahaan dalam intellectual capital yang disajikan dalam laporan
keuangan. Perusahaan yang mengelola intellectual capital dengan baik
dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan investor akan
memberikan nilai tinggi terhadap perusahaan yang memiliki nilai
intellectual capital yang lebih besar.
Lebih lanjut Sir, et all. (2010) menyatakan bahwa strategi
pengungkapan merupakan sarana atau media yang sangat penting bagi
manajer perusahaan emiten untuk dapat mempengaruhi atau memberi
dampak terhadap keputusan investor dari luar perusahaan. Lebih lanjut
Sir, et all. (2010) menemukan bahwa pengungkapan informasi sukarela
dapat mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan pasar
sehingga dapat memfasilitasi transaksi perdagangan saham. Selain itu
bukti lain dikemukakan oleh Junaedi (2005) yang menguji dampak
tingkat pengungkapan wajib dan sukarela (intellectual capital) dari
perusahaan publik di Indonesia terhadap return saham. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan berpengaruh
terhadap abnormal return saham.
Beberapa penelitian juga mengungkapkan semakin pentingnya
pengungkapan intellectual capital sebagai informasi yang relevan bagi
para pemegang saham maupun bagi para stakeholder dalam
pengambilan keputusan. Beberapa peneliti sebelumnya menemukan
bahwa terdapat kecenderungan peningkatan dalam pengungkapan
intellectual capital pada setiap perusahaan sampel yang digunakan
seperti yang diungkapkan oleh Abdolmohammadi (2005); Bukh, et all.
(2005); Istanti (2009); Sir, et all (2010). Hal ini membuktikan bahwa
pengungkapan intellectual capital semakin berperan penting sebagai
informasi strategis perusahaan.
Dedman (2007) menguji pengaruh pengungkapan salah satu
elemen intellectual capital, yaitu Research and Development (R&D),
18
terhadap harga saham, dan menemukan bahwa pengungkapan R&D
berpengaruh terhadap abnormal return saham. Sementara
Abdolmohammadi (2005) serta Sihotang dan Winata (2008)
menemukan adanya korelasi positif antara pengungkapan intellectual
capital dengan nilai kapitalisasi pasar.
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Pengungkapan Intellectual Capital Berpengaruh Terhadap
Abnormal Return Saham
2) Abnormal Return Saham Setelah Pengungkapan Intellectual Capital
Teori signaling menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan kepihak luar terhadap keputusan investasi.
Teori ini menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik akan
dengan sengaja memberikan sinyal pada pasar. Salah satu informasi
yang dijadikan sinyal adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu
perusahaan. Intellectual capital merupakan salah satu informasi yang
diharapkan berpengaruh pada pasar modal dan menjadi sinyal positif
bagi investor.
Beberapa literatur juga menyatakan semakin pentingnya
pengungkapan intellectual capital sebagai informasi yang relevan bagi
para pemegang saham maupun bagi para stakeholder dalam
pengambilan keputusan. Healy dan Palepu (1999) mengungkapkan
bahwa strategi pengungkapan merupakan sarana atau media potensial
yang sangat penting bagi para manajer perusahaan emiten untuk dapat
mempengaruhi atau memberi dampak terhadap keputusan-keputusan
investasi para investor sebagai pihak luar perusahaan.
Sir et all. (2010) menyatakan bahwa rata-rata abnormal return
setelah pengungkapan intellectual capital terjadi kenaikan sehingga
perusahaan memperoleh abnormal return saham setelah adanya
pengungkapan intellectual capital melalui penerbitan laporan keuangan
19
tahunan perusahaan. Selain itu Junaedi (2005) juga mengemukakan
bahwa rata-rata abnormal return saham setelah pengungkapan lebih
besar dibandingkan sebelum pengungkapan. Berdasarkan uraian
tersebut, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
H2a : Abnormal return saham lebih besar pada saat setelah
pengungkpan intellectual capital.
H2b : Abnormal return saham lebih kecil pada saat setelah
pengungkapan intellectual capital.
F. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian asosiatif kausal. Menurut
Suliyanto (2009) metode assosiatif kausal adalah rumusan masalah penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan/pengaruh antara dua variabel atau
lebih. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini
ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen
(dipengaruhi).
G. Populasi, Sampel, dan Periode Penelitian
Populasi dan sampel dalam suatu penelitian perlu ditetapkan dengan tujuan
agar penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai dengan yang
diharapkan. Suliyanto (2009) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan sektor
perbankan dipilih karena industri perbankan adalah salah satu sektor yang paling
intensif intellectual capital-nya dimana layanan pelanggan sangat tergantung pada
akal dan kecerdasan modal manusia. Selain itu, merupakan salah satu industri
yang masuk dalam kategori industri berbasis pengetahuan yaitu industri yang
memanfaatkan inovasi-inovasi yang diciptakannya sehingga memberikan nilai
20
tersendiri atas produk dan jasa yang dihasikan bagi konsumen. Periode
pengamatan dalam penelitian ini adalah dari tahun 2008-2012.
Pemilihan sampel perusahaan dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang
disesuaikan dengan tujuan tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sampel
yang representatif. Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah :
1. Perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama tahun 2008-2012.
2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan auditan selama 5 tahun,
yaitu dari tahun 2008-2012.
3. Perusahaan tidak melakukan corporation action seperti right issue, merger,
akuisisi, stock split, maupun aktivitas lainnya yang secara signifikan dapat
mempengaruhi pergerakan harga saham perusahaan.
4. Aktivitas perdagangan saham perusahaan tidak diberhentikan sementara
(suspen) dari Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2008-2012.
Penelitian ini menggunakan windows periods 6 hari perdagangan, yaitu
pengujian berdasarkan pengamatan hari saham pada saat event date, dan lima hari
setelah event date.
H. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berupa data kuantitatif dari laporan keuangan. Data sekunder yaitu sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) berupa bukti, catatan atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2003). Data ini diambil dari laporan
keuangan tahunan untuk intellectual capital sedangkan data bulanan saham untuk
pengambilan data harga saham. Data yang akan diambil berkaitan dengan
penelitian ini adalah data mengenai pengungkapan intellectual capital dalam
21
laporan keuangan yang terdiri dari total pendapatan, beban usaha, dan nilai buku
asset.
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik pengumpulan data arsip (archival). Menurut Hartono (2007) pengumpulan
data arsip untuk data sekunder yaitu pengumpulan data yang ada di basis data.
Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan konsolidasi
yang terdaftar di BEI dari tahun 2008-2012. Selain itu, data sekunder yang didapat
juga berasal dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data yang
berkaitan dengan penelitian ini antara lain adalah laporan tahunan perusahaan,
laporan keuangan, neraca dan laporan laba rugi perusahaan perbankan yang go
public dengan cara men-download melalui website http//www.idx.co.id.
J. Variabel dan Pengukuran Variabel
1) Intellectual Capital (Variabel Independen = X)
Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab
terjadinya atau terpengaruhinya variabel dependen. Dalam penelitian ini
variabel independen yang digunakan adalah modal intelektual
(intellectual capital). Intellectual capital adalah informasi dan
pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan
nilai (Williams, 2001). Saat ini upaya memberikan penilaian terhadap
modal intelektual merupakan hal yang penting.
Pulic (1998) mengusulkan metode Koefisien Nilai Tambah
Intelektual atau Value Added Intellectual Coeffisient (VAIC) untuk
menyediakan informasi tentang efisiensi penciptaan nilai dari aset
berwujud dan tidak berwujud dalam perusahaan. VAIC adalah sebuah
prosedur analitis yang dirancang untuk memungkinkan manajemen,
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain yang terkait untuk
secara efektif memonitor dan mengevaluasi efisiensi nilai tambah
22
dengan total sumber daya perusahaan dan masing-masing komponen
sumber daya utama.
Formulasi dalam perhitungan VAIC terdiri dari beberapa tahap,
antara lain :
a) Value Added (VA) yaitu selisih antara output dan input.
VA = OUT – IN …………………………………………..............(1)
Keterangan:
Output (OUT) : Total penjualan dan pendapatan lain.
Input (IN) : Beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan).
b) Value Added Capital Employed (VACE) menunjukkan kontribusi
yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi.
VACE = VA/CE ……………..…………………………………..(2)
Keterangan:
Value Added (VA) : Selisih antara output dan input
Capital Employed (CE) : Dana yang tersedia (ekuitas)
c) Value Added Human Capital (VAHC) menunjukkan kontribusi yang
dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap
value added organisasi. VAHC dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.
VAHC = VA/HC ………………………...…...…………………..(3)
Keterangan:
Value Added (VA) : Selisih antara output dan input
Human Capital (HC) : Beban karyawan
d) Value Added Structural Capital (VASC) mengukur jumlah SC yang
dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan
indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.
VASC = SC/VA …………………….....…………...…..……...….(4)
Keterangan:
Structural Capital (SC) : Selisih antara value added (VA) dan
human capital (HC)
Value Added (VA) : Selisih antara output dan input 23
Human capital (HC) : Beban karyawan
e) Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) mengindikasikan
kemampuan intelektual organisasi. VAIC™ dapat juga dianggap
sebagai Business Performance Indicator (BPI) yang dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
VAIC™ = VACE + VAHC + VASC…..……...............................(5)
2) Abnormal Return Saham (Variabel Dependen = Y)
Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi akibat
pengaruh dari variabel independen. Penelitian ini menggunakan
abnormal return sebagai variabel dependen. Abnormal return
merupakan kelebihan (selisih) dari return yang sesungguhnya terjadi
(actual return) dengan return normal (expected return). Return normal
merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor).
Dalam penelitian ini akan digunakan cumulative abnormal return
(CAR) yang merupakan penjumlahan abnormal return selama periode
peristiwa untuk masing-masing sekuritas. CAR dapat dihitung sebagai
berikut :
Dimana :
CAR = Cummulative abnormal return sekuritas i pada hari ke-t, yang
diakumulasi dari abnormal return sekuritas i selama periode
peristiwa.
ARi,t = Abnormal return untuk sekuritas i selama periode peristiwa
Sedangkan abnormal return saham dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
ARit = Rit – E[Rit]
Dimana :
ARit = Abnormal return saham i pada waktu ke-t
Rit = Actual return untuk saham i pada waktu ke-t
24
E[Rit] = Expected return untuk saham i pada waktu ke-t
Abnormal return atau return realisasi merupakan return yang
terjadi pada waktu ke-t, yang merupakan selisih harga sekarang relatif
terhadap harga sebelumnya, atau dapat dihitung dengan rumus :
Dimana :
Rit = Actual return untuk saham i pada waktu ke-t
Pit = Harga saham i pada waktu ke-t
Pit-1 = Harga saham i pada waktu t-1
Untuk menghitung expected return digunakan model disesuaikan
rata-rata (mean adjusted model), yaitu model yang menganggap bahwa
return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return
realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Return yang diharapkan
dihitung dengan cara membagi return realisasi dengan lamanya periode
estimasi, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut :
Dimana :
E(Rit) = Return ekspektasi sekuritas I pada periode peristiwa ke-t
Rij = Return realisasi sekuritas I pada periode estimasi ke-j
T = Lamanya periode estimasi yaitu t1-t2
K. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
lebih fokus pada tujuan untuk generalisasi, dengan melakukan pengujian statistik
dan steril dari pengaruh subjektif peneliti (Hartono, 2007). Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana dengan program
SPSS. Analisis regresi sederhana adalah analisis mengenai suatu variabel
independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini akan dianalisis
mengenai pengaruh modal intelektual (intellectual capital) yang diukur dengan
25
VAIC. Ketiga komponen utama dalam pengukuran VAIC yaitu Human Capital
Efficincy, Structural Capital Efficiency, Capital Employee Efficiency terhadap
harga saham dan volume perdagangan saham.
Beberapa langkah yang dilakukan dalam analisis tersebut masing-masing
akan dijelaskan di bawah ini.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar
deviasi, varian, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2006). Gambaran data tersebut menghasilkan informasi yang jelas
sehingga data tersebut mudah dipahami. Dalam penelitian ini, dengan melihat
gambaran dari data-data yang ada, maka akan diperoleh informasi yang jelas
mengenai pengaruh intellectual capital terhadap abnormal return saham.
2. Uji Asumsi Klasik
Sehubungan dengan penggunaan data sekunder dalam penelitian ini,
maka untuk mendapatkan ketepatan model yang akan dianalisis perlu
dilakukan pengujian atas beberapa persyaratan asumsi klasik yang mendasari
model regresi. Tahapan analisis awal untuk menguji model yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
a) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk
mengetahui bentuk distribusi data, bisa dilakukan dengan grafik distribusi
dan analisis statistik. Pengujian dengan grafik distribusi dilakukan dengan
melihat grafik histrogram yang membandingkan antara data observasi
dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Distribusi normal
akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal,
maka garis yang menggambarkan data yang sesungguhnya akan mengikuti
garis diagonalnya.
26
Dalam penelitian ini untuk menguji apakah distribusi data normal
atau tidak, dapat dilakukan dengan program SPSS dengan analisis grafik
Normal Probability Plot dan Uji Kolmogrov Smirnov (K-S). Data
terdistribusi normal apabila hasil Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai
signifikan diatas 0,05 (Ghozali, 2006).
b) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian dimana variabel dependen
tidak berkorelasi dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai periode
sebelumnya maupun nilai periode sesudahnya. Uji autokorelasi bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t–1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini
timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya
(Ghozali, 2006). Untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat
menggunakan uji Durbin-Watson (D-W). Pengambilan keputusan ada
tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari ketentuan berikut:
Tabel 2 : Uji Durbin-Watson
DW Kesimpulan
<dl Ada Autokorelasi (Positif)
dl s/d du Tanpa Kesimpulan
du s/d 4-du Tidak Ada Autokorelasi
4-dl s/d 4-dl Tanpa Kesimpulan
>4-dl Ada Autokorelasi (Negatif)
c) Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang terjadi
27
Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).
Pengujian terhadap heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji Glejser
untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dari tingkat signifikansi. Jika
tingkat signifikansi berada di atas 5%, berarti tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas dan apabila dibawah 5% berarti terjadi gejala
heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
a) Analisis Regresi Linier Sederhana
Dalam pengujian pengaruh pengungkapan intellectual capital
terhadap abnormal return saham (hipotesis 1) digunakan persamaan
regresi liniear sederhana, yang bertujuan untuk melihat seberapa besar
pengaruh pengungkapan intellectual capital sebagai variabel bebas
(variabel independen) dan abnormal return saham (variabel dependen).
Model analisis regresi linier sederhana yang digunakan adalah:
AR = + VAIC +
Dimana :
AR = Abnormal Return
VAIC = Value Added Intellectual Coefficient
α = Nilai Konstanta
β = Nilai Koefisien
ε = Tingkat Kesalahan
b) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel depanden. Apabila nilai statistik t-hasil perhitungan lebih besar
dari t-tabel membuktikan bahwa variabel independen secara individual
mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2006). Dasar pengambilan
keputusan pada uji statistik t adalah sebagai berikut :
28
Jika t (hitung) < t (tabel), dapat disimpulkan bahwa variabel independen
secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Jika t (hitung) > t (tabel), dapat disimpulkan bahwa variabel independen
secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen.
Selain itu uji statistik t dapat dilakukan dengan menggunakan SPSS
dengan melihat signifikansi nilai t pada masing-masing variabel dari
output yang dihasilkan. Jika nilai t lebih kecil dari (0,05) dapat dikatakan
ada pengaruh yang kuat antara kedua variabel.
c) Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen
(Ghozali, 2006). Koefisien determinasi ini digunakan karena dapat
menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel
dependen. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka akan semakin
baik pula kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen.
Ada dua jenis koefisien determinasi yaitu koefisien determinasi biasa
dan koefisien determinasi disesuaikan atau Adjusted R Square. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2006).
d) Uji Beda (Uji t)
Dalam pengujian abnormal return saham setelah pengungkapan
intellectual capital (hipotesis 2) penelitian ini digunakan uji beda (uji t).
Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan rata-rata
abnormal return saham pada saat pengungkapan hingga sesudah
pengungkapan intellectual capital.
29
Rumusan hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :
H2 : AR_0 AR_1 : AR_0 > AR_1
Dimana :
AR_0 = Rata-rata abnormal return saham pada saat pengungkapan
AR_1 = Rata-rata abnormal return saham dalam periode 5 hari setelah
pengungkapan
L. Model Riset
Gambar 1 : Model Riset
30
Pengungkapan Intellectual Capital Abnormal Return
Daftar Pustaka
Abdolmohammadi, M.J. (2005). Intellectual capital disclosure and market
capitalization. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6, No. 3 : 397-416.
Belkaoui, A. R. 2003. Intellectual Capital and Firm Performance of US
Multinational Firms: a Study of The Resource-Based and Stakeholder
Views. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4, No. 2: 215-226.
Bontis, N., W.C.C. Keow, and S. Richardson. 2000. Intellectual Capital and
Business Performance in Malaysian Industries. Journal of Intellectual
Capital. Vol. 1, No. 1: 85-100.
Bukh, et all. 2005. Disclosure Of Information On Intellectual Capital In Danish
IPO. Prospectuses, Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol.
18, No. 6, hlm. 713-732.
Chen, M. C., Cheng, S. J., & Hwang, Y. 2005. An Empirical Investigation of The
RelationshipBetween Intellectual Capital and Firms Market Value and
Financial Performance. Journal of Intellectual Capital, 6(2), 159-176.
Dedman, et all. 2007. Voluntary Disclosure and its Impact on Share Prices :
Evidence from the UK Biotechnology Sector.Journal of Accounting and
Public Policy. Vol. 27, No. 3 : 1-36.
Deegan, C. 2004. Financial Accounting Theory. McGraw-Hill Book Company.
Sydney.
Firer, S., and S. M. Williams. 2003. Intellectual Capital and Traditional Measures
of Corporate Performance. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4, No. 3.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, et all. 2007. Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan :
Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Square. SNA XI.
Guthrie, J., and L.D. Parker. 2006. Corporate Social Reporting: a Rebuttal of
Legitimacy Theory. Accounting and Business Research. Vol. 19 No. 76. pp.
343-52.
31
Imaningati. 2007. Pengaruh Intellectual Capital pada Nilai Pasar Perusahaan
dan Kinerja Perusahaan. Program Studi Magister Akuntansi Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Indriantoro dan Supomo. 2003. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi
Dan Manajemen, Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Istanti, S. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela
modal intelektual (Perusahaan Non Keuangan Yang Listing Di BEI).
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi. Universitas Diponegoro, Semarang.
Iswati, S. and M. Anshori. 2007. The Influence of Intellectual Capital to Financial
Performance at Insurance Companies in Jakarta Stock Exchange (JSE).
Proceedings of the 13th Asia Pacific Management Conference. Melbourne.
Australia: 1393-1399.
Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori Porofolio dan Analisis Investasi, Edisi 3.
Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Hartono, Jogiyanto. 2007. Metodelogi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan
Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.
Healy, P.M., and K.G. Palepu. 1999. Stock Performance and Intermediation
Changes Surrounding Sustained Increases in Disclosure. Contemporary
Accounting Research. Vol. 6 No.3. pp.485-520.
Hidayat. 2000. Peranan Strategis Modal Intelektual dalam Persaingan Bisnis di
Era Jasa. EKUITAS. Vol 5, No. 3, 293-312.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
Salemba Empat : Jakarta.
Junaedi. 2005. Dampak Tingkat Pengungkapan Informasi Perusahaan terhadap
Volume Perdagangan dan Return Saham: Perusahaan yang Tercatat di
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.2, No.2.
Kaplan dan Norton. 2000. Balanced Score Card. Jakarta : Erlangga. Hal 109.
Miller, M., dkk. 1999. Measuring and reporting intellectual capital from a diverse
Canadian industry perspective.
Octama, M.I. 2011. Analisis Faktor-Faktor Penentu Pengungkapan Modal
Intelektual dan Pengaruhnya terhadap Harga Saham. Skripsi. Semarang :
Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
32
Oliveira, Lidia, Lucia Lima Rodrigues, and Russell Craig. 2008. Applying
Voluntary Disclosure Theories to Intangibles Reporting: Evidence from the
Portugese Stock Market. Online at : www.ssrn.com.
Pramelasari, Yosi Metta. 2010. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai
Pasar Dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi. Universitas Diponegoro, Semarang.
Pulic, A. 2000. ”VAIC – An Accounting Tool for IC Management”. International
Journal of Technology Management.
Sawarjuwono, dan Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan
Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
Vol. 5, No. 1 : 35-57.
Sihotang, P. & Winata, A. 2008. The Intellectual Capital Disclosures Of
Technology-Driven Companies: Evidence From Indonesia. International
Journal Learning and Intellectual Capital. Vol. 5 No. 1, pp. 63-82.
Sir, J., Bambang S., et all. 2010. Intellectual Capital dan Abnormal Return Saham
pada Perusahaan Publik di Indonesia. SNA XIII. Purwokerto.
Suliyanto. 2009. Metoda Riset Bisnis. Edisi 1. Andi Offset. Yogyakarta
Susilo, Lora Anjis. 2012. Analisis Pengaruh Pengungkapan Intellectual Capital
Terhadap Abnormal Return. Skripsi. Malang.
Tan, et all. 2007. Intellectual capital and financial returns of companies. Journal
of Intellectual Capital, Vol. 8 No. 1, 2007 pp. 76-95.
Ulum, et all. 2008. Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan; Suatu
Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. SNA XI Pontianak.
Ulum, Ihyaul. 2009. Intellectual Capital : Konsep dan Kajian Empiris.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wahdikorin, Ayu. 2010. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Universitas Diponegoro. Semarang.
William, S. M. 2001. Is Intellectual Capital Capital Performance and Disclosure
Related?. Journal of Intellectual Capital, 2 (3) : 192-203.
Yuniasih, et all. 2010. Pengaruh Modal Intelektual Pada Kinerja Pasar
Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di
33
Bursa Efek Indonesia). Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi. Universitas
Udayana, Bali.
34
Top Related