Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

51
PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP ABNORMAL RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Maria Reni Anggraini (10.1.015) ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap abnormal return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2012. Sampel penelitian ditetapkan dengan menggunakan metode purposive sampling yang berdasarkan kriteria penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuantitatif. Variabel independen dalam penelitian ini adalah intellectual capital (modal intelektual), dan abnormal return saham sebagai variabel dependen. Pengukuran variabel intellectual capital menggunakan model Value Added Intellectual Capital (VAIC), 1

description

proposal

Transcript of Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

Page 1: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP ABNORMAL

RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Maria Reni Anggraini

(10.1.015)

ABSTRACT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intellectual capital terhadap

abnormal return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2012. Sampel

penelitian ditetapkan dengan menggunakan metode purposive sampling yang

berdasarkan kriteria penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder berupa data kuantitatif. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah intellectual capital (modal intelektual), dan abnormal return

saham sebagai variabel dependen. Pengukuran variabel intellectual capital

menggunakan model Value Added Intellectual Capital (VAIC), sedangkan

pengukuran variabel abnormal return saham digunakan cumulative abnormal

return (CAR) dengan pendekatan mean-adjusted model untuk menghitung

expected return. Pengujian hipotesis diuji menggunakan model analisis regresi

sederhana dengan bantuan program SPSS.

Kata Kunci : Intellectual Capital, Abnormal Return Saham.

1

Page 2: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

A. Latar Belakang

Dengan adanya globalisasi, inovasi teknologi dan persaingan yang ketat

pada dunia bisnis sekarang ini memaksa perusahaan-perusahaan mengubah cara

mereka dalam menjalankan bisnisnya. Perkembangan yang terjadi terutama dalam

bidang ekonomi juga berdampak pada perubahan yang cukup signifikan terhadap

pengelolaan suatu bisnis dan penentuan strategi bisnis suatu perusahaan. Para

pelaku bisnis menyadari bahwa kemampuan bersaing tidak hanya pada

kepemilikan akiva berwujud (tangible asset), tetapi lebih kepada inovasi, sistem

informasi, pengelolaan organisasi, hubungan kemitraan, dan kualitas sumber daya

manusia (SDM) yang dimiliki oleh perusahaan, atau yang disebut dengan aset

tidak berwujud (intangible asset). Oleh karena itu, agar perusahaan-perusahaan

dapat terus bertahan dan berkembang dengan cepat banyak perusahaan mengubah

strategi bisnis mereka yang semula didasarkan pada tenaga kerja (labor-based

business) menuju kepada bisnis yang didasarkan pada pengetahuan (knowledge

based business), dengan karakteristik utama ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan telah menjadi mesin baru dalam perkembangan suatu

bisnis dan sejak tahun 1990-an perhatiannya terhadap praktik pengelolaan aset

tidak berwujud (intangible assest) telah meningkat secara dramatis. Salah satu

pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran aset tidak berwujud

(intangible asset) tersebut adalah modal intelektual (intellectual capital) yang

telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen, teknologi

informasi, sosiologi, maupun akuntansi. Menurut Hidayat (2001) modal

intelektual telah menyebabkan pergeseran dalam paradigma melakukan bisnis,

sumber kekuatan akan bergeser dari modal fisik menjadi sumber daya manusia,

dari sumber daya alam menuju sumber daya pengetahuan, dari posisi sosial

seseorang menjadi proses hubungan (relasi), dan dari kekuatan pemegang saham

menjadi kekuatan pelanggan.

Demi menjadi market leader, perusahaan mengakui pentingnya modal

intelektual yang bersifat abstrak dan tidak nyata untuk dijadikan penggerak utama

dalam pengembangan bisnis. Selain itu, salah satu hal yang menarik perhatian

akademisi maupun praktisi adalah terkait dengan kegunaan intellectual capital

2

Page 3: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

sebagai salah satu alat untuk menentukan sifat alami dari nilai tak berwujud yang

dimiliki oleh perusahaan. Intellectual capital juga berguna untuk menjembatani

adanya ketidaksesuaian informasi (information gap) yang timbul antara pihak

manajer dan pemilik perusahaan yang membuat modal intelektual telah menjadi

aset yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern.

Di Indonesia fenomena intellectual capital mulai berkembang terutama

setelah munculnya Pernyataan Standar Akuntanis Keuangan (PSAK) no. 19

(revisi 2010) tentang aktiva tidak berwujud. Menurut PSAK no. 19, aktiva tidak

berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasikan dan tidak dapat

mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau

menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan

administrasi (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002).

Beberapa penelitian telah membuktikan pengaruh intellectual capital

terhadap kinerja keuangan perusahaan. Chen, et all. (2005) menggunakan model

Pulic (VAIC) untuk menguji hubungan antara Intellectual capital dengan nilai

pasar dan kinerja perusahaan menggunakan sampel perusahaan publik di Taiwan,

dimana hasilnya menunjukkan bahwa intellectual capital berpengaruh secara

positif terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini didukung

oleh penelitian yang dilakukan Tan, et all. (2007) pada 150 perusahaan yang

listing di Bursa Efek Singapura yang juga membuktikan bahwa intellectual

capital (VAIC) berhubungan secara positif dengan kinerja perusahaan berbeda-

beda berdasarkan jenis industrinya. Didukung juga oleh hasil penelitian di

Indonesia oleh Bontis (2000) dan Belkaoui (2003) yang menyatakan bahwa

intellectual capital (VAIC) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

perusahaan. Iswati dan Anshori (2007) serta Ulum, dkk. (2008) juga menemukan

bahwa modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

perusahaan.

Dalam perkembangannya, penelitian mengenai intellectual capital mulai

menghubungkan intellectual capital dengan abnormal return. Salah satu

penelitian seperti yang telah dilakukan oleh Sir, et all. (2010) yang melakukan

penelitian mengenai intellectual capital dan abnormal return saham. Dalam

3

Page 4: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

variabel abnormal return diukur dengan menggunakan market adjusted model.

Dan pengungkapan intellectual capital dalam penelitian Sir, et all. (2010)

menggunakan metode Balanced Score Card yang mengacu pada 58 komponen

intellectual capital yang dikembangkan oleh Abdolmohammadi (2005) dengan

model analisis regresi. Penelitian tersebut menemukan bahwa pengungkapan

Intellectual Capital berpengaruh secara signifikan terhadap abnormal return

saham.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih, dkk. (2010) yang

menguji pengaruh antara modal intelektual dengan kinerja pasar perusahaan

keuangan yang terdaftar di BEI. Pengungkapan modal intelektual dalam penelitian

Yuniasih, dkk. (2010) diukur dengan model VAIC yang dikembangkan oleh Pulic

(2000) dan kinerja pasar diukur dengan menggunakan rasio price to book value

(PBV). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal intelektual tidak

berpengaruh terhadap kinerja pasar. Hal ini menunjukkan bahwa pasar tidak

memberikan penilaian terhadap modal intelektual perusahaan.

Berdasarkan penelitian terdahulu yaitu pengungkapan intellectual capital

dalam penelitian Sir, et all. (2010) yang menggunakan metode Balanced Score

Card masih bersifat mengacu pada 58 komponen yang dikembangkan oleh

Abdolmohammadi (2005) dan bersifat subyektif dalam pemberian skor dari setiap

item pengungkapan, maka peneliti ingin menguji kembali pengaruh intellectual

capital terhadap abnormal return saham. Dalam penelitian ini pengukuran

intellectual capital menggunakan model Value Added Intellectual Capital (VAIC)

yang dikembangkan oleh Pulic (2000) seperti dalam penelitian Yuniasih, dkk

(2010). Model VAIC dipilih dalam penelitian ini karena dapat mengajukan suatu

ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan

intelektual perusahaan. Sedangkan pengukuran abnormal return saham

menggunakan cumulative abnormal return (CAR) dengan pendekatan model

mean-adjusted model untuk mengukur expected return.

Adapun permasalahan yang akan diteliti adalah apakah Intellectual Capital

(VAIC) berpengaruh terhadap abnormal return saham pada perusahaan perbankan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai sampel penelitian. Sektor

4

Page 5: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

perbankan dipilih sebagai sampel penelitian karena menurut Firer dan William

(2003) dalam Ghozali, et all. (2007) industri perbankan adalah salah satu sektor

yang paling intensif Intellectual Capital-nya dimana layanan pelanggan sangat

tergantung pada akal atau kecerdasan modal manusia serta perusahaan perbankan

merupakan salah satu industri yang masuk dalam kategori industri berbasis

pengetahuan yaitu industri yang memanfaatkan inovasi-inovasi yang

diciptakannya sehingga memberikan nilai tersendiri atas produk dan jasa yang

dihasilkan bagi konsumen.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah dari

penelitian ini adalah :

1. Apakah pengungkapan intellectual capital berpengaruh terhadap abnormal

return saham?

2. Bagaimana abnormal return saham setelah pengungkapan intellectual

capital?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian

ini adalah untuk :

1. Mengetahui apakah pengungkapan intellectual capital berpengaruh terhadap

abnormal return saham.

2. Mengetahui bagaimana abnormal return saham setelah pengungkapan

intellectual capital.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Bagi perusahaan, dapat memberikan pengetahuan tambahan mengenai

intellectual capital terkait reaksi pasar perusahaan yang dapat membantu

dalam mengelola keuangan perusahaan berupa aset tak berwujud (intangible

5

Page 6: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

asset). Selain itu juga sebagai pertimbangan dalam pembuatan kebijakan

perusahaan untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan.

2. Bagi para menajer perusahaan, dapat membantu memberikan petunjuk untuk

kinerja manajer dalam mengelola intellectual capital yang dimiliki sehingga

dapat menciptakan nilai bagi perusahaan.

3. Bagi para investor dan calon investor dapat membantu memberikan referensi

baru guna mempertimbangkan aspek-aspek lain yang perlu diperhitungkan

dalam berinvestasi serta untuk menilai abnormal return perusahaan sektor

perbankan yang digunakan untuk mengambil keputusan investasi.

E. Landasan Teori Dan Dasar Pengembangan Hipotesis

1. Landasan Penelitian Terdahulu

Tabel 1 : Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Variabel Metode Hasil

1Bontis, dkk.

(2000)

Variabel dependen:

Bussiness performance

Variabel Independen:

Intellectual Capital

Partial

Least

Square

Intellectual Capital

berpengaruh secara

signifikan terhadap

business performance.

2Tan, et all.

(2007)

Variabel dependen:

Financial Returns

Companies

Variabel Independen:

Intellectual Capital

Analisis

regresi

1. IC (Intellectual Capital)

berpengaruh positif

terhadap financial

return.

2. Hubungan yang positif

antara peningkatan nilai

IC dengan financial

performance.

3. Hubungan positif antara

rata-rata pertumbuhan

IC dengan financial

performance.

3 Sir, et all. Variabel dependen: Analisis IC berpengaruh secara 6

Page 7: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

No. Peneliti Variabel Metode Hasil

(2010)

Abnormal Return

Variabel Independen:

Intellectual Capital

regresisignifikan terhadap

abnormal return saham.

4Yuniasih,

dkk. (2010)

Variabel dependen:

Kinerja Pasar

Variabel Independen:

Modal Intelektual.

Variabel kontrol:

Struktur kepemilikan

Analisis

regresi

IC tidak berpengaruh

terhadap kinerja pasar.

5Pramelasari

(2010)

Variabel dependen:

Nilai pasar dan kinerja

keuangan perusahaan.

Variabel Independen:

Intellectual Capital

Analisis

regresi

IC tidak berpengaruh

terhadap nilai pasar

(MtBV) dan kinerja

keuangan (ROA, ROE,

dan EP).

2. Landasan Teori

a. Signaling Theory (Teori Sinyal)

Signaling theory menyatakan bahwa terdapat kandungan informasi pada

pengungkapan suatu informasi yang dapat menjadi sinyal bagi investor dan pihak

potensial lainnya dalam mengambil keputusan ekonomi. Informasi merupakan

unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya

menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat

ini maupun keadaan di masa yang akan datang bagi keberlangsungan hidup suatu

perusahaan serta bagaimana pengaruhnya terhadap perusahaan tersebut. Informasi

yang lengkap, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor yang

kemudian akan digunakan sebagai alat analisis untuk pengambilan keputusan

investasi.

Perusahaan dengan kinerja yang tinggi menggunakan informasi keuangan

untuk mengirim sinyal kepada pasar. Suatu pengungkapan dikatakan mengandung

informasi apabila dapat memicu reaksi pasar, yaitu dapat berupa perubahan harga

7

Page 8: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

saham atau abnormal return saham. Apabila pengungkapan tersebut memberikan

dampak positif berupa kenaikan harga saham, maka pengungkapan tersebut

merupakan sinyal positif. Namun jika pengungkapan tersebut memberikan

dampak negatif, maka pengungkapan tersebut merupakan sinyal negatif. Sehingga

biaya atas sinyal bad news adalah lebih tinggi daripada good news, hal ini

diperlihatkan dalam penelitian Spance (1973). Berdasarkan teori ini maka suatu

pengungkapan laporan tahunan perusahaan merupakan informasi yang penting

dan dapat mempengaruhi investor dalam proses pengambilan keputusan (Octama,

2011).

Miller (1999) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela mengenai

intellectual capital memungkinkan investor dan stakeholder lainnya untuk lebih

baik dalam menilai kemampuan perusahaan di masa depan, melakukan penilaian

yang tepat terhadap perusahaan, dan mengurangi persepsi risiko perusahaan.

Perusahaan mengungkapkan intellectual capital pada laporan keuangan dalam

rangka memenuhi kebutuhan informasi investor, serta meningkatkan nilai

perusahaan. Sinyal positif dari organisasi diharapkan akan mendapatkan respon

positif dari pasar, hal tersebut dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi

perusahaan serta memberikan nilai yang lebih tinggi bagi perusahaan. Oleh karena

itu, manajer lebih termotivasi untuk mengungkapkan intellectual capital sebagai

private information secara sukarela. Hal ini disebabkan oleh ekpektasi manajer

bahwa menyediakan sinyal yang bagus mengenai kinerja perusahaan kepada pasar

akan mengurangi asimetri informasi (Oliviera et all., 2008).

Menurut Oliviera, et all. (2008) dalam Octama (2011) seorang manajer

memiliki motivasi untuk mengungkapkan private information secara sukarela

karena perusahaan berharap informasi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai

sinyal positif mengenai kinerja perusahaan dan mampu mengurangi asimetri

informasi. Pengungkapan sukarela intellectual capital memungkinkan bagi

investor dan stakeholder lainnya untuk lebih baik dalam menilai kemampuan

perusahaan di masa depan, melakukan penilaian yang tepat terhadap perusahaan,

dan mengurangi persepsi risiko (Williams, 2001). Dengan mengungkapkan

intellectual capital, perusahaan dapat lebih memberikan informasi mengenai

8

Page 9: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

kemampuan perusahaan dan keahlian perusahaan di bidangnya agar dapat

menaikkan nilai perusahaan.

b. Efficient Market Theory (Teori Pasar Efisien)

Teori pasar efisien (efficient market theory) dalam penelitian ini

memperjelas hubungan antara intellectual capital dengan abnormal return saham.

Pasar dikatakan efisien jika harga saham pada pasar modal mencerminkan

informasi yang tersedia di pasar dan dapat menyesuaikan dengan cepat terhadap

informasi baru agar pelaku pasar tertentu tidak mendapat abnormal return dalam

jangka waktu yang lama dan berkepanjangan. Aspek penting dalam menilai

efisiensi pasar adalah seberapa cepat suatu informasi baru diserap oleh pasar yang

tercermin dalam penyesuaian menuju harga keseimbangan yang baru.

Pada pasar efisien, harga sekuritas dengan cepat akan terelevan dengan

adanya informasi penting yang berkaitan dengan sekuritas tersebut sehingga,

investor tidak dapat memanfaatkan informasi untuk mendapatkan abnormal

return di pasar. Sebaliknya, pada pasar yang kurang efisien, harga sekuritas

kurang dapat mencerminkan semua informasi yang ada, atau terdapat jeda dalam

proses penyesuaian harga sehingga memberi celah bagi investor untuk

memperoleh keuntungan dengan memanfaatkan situasi tersebut. Pada

kenyataannya, sulit ditemui pasar yang benar-benar efisien ataupun benar-benar

tidak efisien. Umumnya pasar akan efisien tetapi pada tingkat tertentu saja.

Bentuk-bentuk pasar efisien dibagi berdasarkan ketersediaan informasi dan

keaktifan pelaku pasar. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi disebut

sebagai efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market).

Berdasarkan ketersediaan informasi efisiensi pasar dibagi menjadi 3 bentuk yaitu :

efisiensi pasar bentuk lemah, setengah kuat, dan bentuk kuat. Dalam penelitian ini

informasi dalam bentuk intellectual capital termasuk dalam bentuk efisiensi pasar

setengah kuat.

Efisiensi pasar setengah kuat dapat dikembangkan menjadi efisiensi pasar

setengah kuat secara informasi dan secara keputusan. Pasar dikatakan efisien

setengah kuat secara informasi yaitu jika tersedia informasi dan informasi tersebut

direaksi penuh oleh investor. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat secara 9

Page 10: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

keputusan menekankan informasi yang fully reflect, information available serta

keaktifan dan kecanggihan investor dalam mengolah informasi yang tersedia

sehingga efisiensi pasar setengah kuat secara keputusan lebih tinggi daripada

efisiensi pasar setengah kuat secara informasi.

Teori efisien pasar setengah kuat menggambarkan bahwa semua informasi

yang berkaitan dengan pembentukan harga saham dipublikasikan sehingga dalam

pasar ini investor tidak dapat menikmati abnormal return jika strategi yang

dilakukan hanya berdasarkan informasi yang tersedia. Namun, jika strategi yang

dilakukan pelaku pasar lebih mendalam dengan salah satunya menganalisis

informasi intellectual capital yang tidak dipublikasikan secara jelas dan lengkap

maka investor tersebut kemungkinan akan memperoleh abnormal return karena

pasar bereaksi pada informasi intellectual capital sehinga dapat mempengaruhi

perubahan harga sekuritas.

c. Human Capital Theory

Human capital theory dikembangkan oleh Becker (1964) yang

mengemukakan bahwa investasi dalam pelatihan dan untuk meningkatkan human

capital adalah penting sebagai suatu investasi dari bentuk-bentuk modal lainnya.

Tindakan strategis membutuhkan seperangkat sumber daya fisik, keuangan,

human atau organisasional khusus, sehingga keunggulan kompetitif ditentukan

oleh kemampuannya untuk memperoleh dan mempertahankan sumber daya

(Wahdikorin, 2010).

Human capital theory berpendapat bahwa investasi sumber daya manusia

mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan produktivitas. Peningkatan

produktivitas tenaga kerja ini dapat didorong melalui pendidikan dan pelatihan

(Wahdikorin, 2010).

d. Intellectual Capital

Perhatian perusahaan terhadap pengelolaan intellectual capital beberapa

tahun terakhir ini semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena adanya

kesadaran dari perusahaan-perusahaan bahwa intellectual capital merupakan

10

Page 11: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

landasan bagi perusahaan untuk berkembang dan mempunyai keunggulan

kompetitif dibandingkan dengan perusahaan lain.

Sebagai sebuah konsep, intellectual capital menunjuk pada modal-modal

non-fisik atau modal tidak berwujud yang terkait dengan pengetahuan dan

pengalama manusia serta teknologi yang digunakan. Namun sampai saat ini, ada

banyak definisi berbeda mengenai intellectual capital. Modal intelektual dapat

dipandang sebagai pengetahuan, dalam pembentukan, kekayaan intelektual dan

pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan (Wahdikorin,

2010). Modal intelektual mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi dan

kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah dan menyebabkan

keunggulan kompetitif berkelanjutan. Modal intelektual telah diidentifikasi

sebagai seperangkat tak berwujud (sumber daya, kemampuan dan kompetensi)

yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan nilai (Bontis, 2000).

Sedangkan menurut Williams, (2001) modal intelektual adalah informasi dan

pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai. Dari

definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa intelellectual capital merupakan

sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang nantinya akan memberikan

keuntungan di masa depan yang dilihat dari kinerja dan penciptaan nilai

perusahaan tersebut.

Beberapa para ahli telah mengemukakan elemen-elemen apa saja yang

terdapat dalam intellectual capital. Namun, dari semuanya tidak ada ketetapan

pasti mengenai elemen-elemen dalam intellectual capital. Bontis, et all. (2000)

menyatakan bahwa secara umum, elemen-elemen dalam modal intellectual capital

terdiri dari Human Capital (HC), Structural Capital (SC), dan Customer Capital

(CC). Definisi dari masing-masing elemen intellectual capital yaitu :

1) Human Capital (HC)

Human capital adalah keahlian dan kompetisi yang dimiliki karyawan

dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya untuk dapat

berhubungan baik dengan pelanggan. Termasuk dalam human capital yaitu

pendidikan, pengalaman, keterampilan, kreatifitas dan attitude. Menurut

Bontis, et all. (2000), human capital adalah kombinasi dari pengetahuan,

11

Page 12: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

skill, kemampuan melakukan inovasi dan kemampuan menyelesaikan tugas,

meliputi nilai perusahaan, kultur dan filsafatnya. Jika perusahaan berhasil

dalam mengelola pengetahuan karyawannya, maka hal itu dapat

meningkatkan human capital. Human capital juga mencerminkan

kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik

berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam

perusahaan tersebut. Sehingga, human capital merupakan kekayaan yang

dimiliki oleh suatu perusahaan yang terdapat dalam tiap individu tersebut.

Human capital ini yang nantinya akan mendukung structural capital dan

customer capital.

2) Structural Capital (SC)

Structural capital adalah infrastruktur atau kemampuan yang dimiliki

oleh suatu perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas dan kebutuhan pasar.

Termasuk dalam structural capital yaitu sistem teknologi, sistem operasional

perusahaan, budaya organisasi, paten, merk dagang dan kursus pelatihan.

Menurut Nashih (2005) dalam Susilo (2012), structural capital atau

organizational capital adalah kekayaan potensial perusahaan yang tersimpan

dalam organisasi dan manajemen perusahaan. Structural capital juga

merupakan infrastruktur pendukung dari human capital sebagai sarana dan

prasarana untuk mendukung kinerja karyawan. Sehingga walaupun karyawan

memiliki pengetahuan yang tinggi namun bila tidak didukung oleh sarana dan

prasarana yang memadai, maka kemampuan karyawan tersebut tidak akan

menghasilkan modal intelektual. Aubert (2000), menyatakan bahwa

structural capital dalam suatu perusahaan terdiri dari empat elemen, yaitu: 1.)

sistem, merupakan cara dimana proses operasi dan output, 2.) structure, yaitu

penyusunan tanggung jawab dan perhitungan yang mendefinisikan posisi dan

hubungan antara anggota-anggota organisasi, 3.) strategi, yaitu tujuan-tujuan

organisasi dan cara untuk mencapainya, 4.) culture, yaitu penjumlahan opini-

opini individual, pemikiran bersama, nilai-nilai dan norma organisasi.

12

Page 13: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

3) Customer Capital (CC)

Customer capital adalah orang-orang yang berhubungan dengan

perusahaan, yang menerima pelayanan yang diberikan oleh perusahaan

tersebut. Menurut Sawarjuwono dan Kadir (2003) elemen customer capital

merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai secara nyata.

Customer capital membahas mengenai hubungan perusahaan dengan pihak di

luar perusahaan seperti pemerintah, pasar, pemasok dan pelanggan. Customer

capital juga dapat diartikan kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi

kebutuhan dan keinginan pasar sehingga menghasilkan hubungan baik

dengan pihak luar.

e. Value Added Intellectual Coefficient (VAIC)

Saat ini upaya memberikan penilaian terhadap modal intelektual merupakan

hal yang penting. Kesulitan dalam bidang modal intelektual adalah masalah

pengukurannya. Dari model-model pengukuran yang dikembangkan, masing-

masing memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga untuk memilih model yang

paling tepat untuk digunakan merupakan tindakan yang tidak tepat karena

pengukuran tersebut hanyalah sebuah alat yang dapat diterapkan pada situasi dan

kondisi perusahaan dengan spesifikasi tertentu (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).

Sawarjuwono dan Kadir (2003) menyatakan bahwa metode pengukuran

Intellectual Capital dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu pengukuran non-

moneter dan pengukuran moneter. Salah satu metode pengukuran intelectual

capital dengan penilaian non-moneter yaitu model Balanced Scorecard oleh

Kaplan dan Norton (2000), sedangkan metode pengukuran intellectual capital

dengan penilaian moneter, salah satunya yaitu model Pulic yang dikenal dengan

sebutan VAIC.

Pulic (2000) mengusulkan Koefisien Nilai Tambah Intelektual atau Value

Added Intellectual Coefficient (VAIC) untuk menyediakan informasi tentang

efisiensi penciptaan nilai dari aset berwujud dan tidak berwujud dalam

perusahaan. VAIC digunakan karena dianggap sebagai indikator yang cocok

untuk mengukur intellectual capital di riset empiris. Beberapa alasan utama yang

mendukung penggunaan VAIC diantaranya yaitu yang pertama, VAIC 13

Page 14: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

menyediakan dasar ukuran yang standar dan konsisten, angka-angka keuangan

yang standar yang umumnya tersedia dari laporan keuangan perusahaan (Pulic,

2000), sehingga memungkinkan lebih efektif melakukan analisis komparatif

internasional menggunakan ukuran sampel yang besar di berbagai sektor industri.

Kedua, semua data yang digunakan dalam perhitungan VAIC didasarkan

pada informasi yang telah diaudit, sehingga perhitungan dapat dianggap objektif

dan dapat diverifikasi (Pulic, 2000). VAIC adalah sebuah prosedur analitis yang

dirancang untuk memungkinkan manajemen, pemegang saham dan pemangku

kepentingan lain yang terkait untuk secara efektif memonitor dan mengevaluasi

efisiensi nilai tambah atau Value Added (VA) dengan total sumber daya

perusahaan dan masing-masing komponen sumber daya utama. Nilai tambah

adalah perbedaan antara pendapatan (OUT) dan beban (IN).

Metode VAIC mengukur efisiensi tiga jenis input perusahaan yaitu modal

manusia, modal struktural, serta modal fisik dan finansial yang terdiri dari:

1) Human Capital Efficiency (HCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah

modal manusia. HCE merupakan rasio dari Value Added (VA) terhadap

Human Capital (HC). Hubungan ini mengindikasikan kemampuan modal

manusia membuat nilai pada sebuah perusahaan. HCE dapat diartikan juga

sebagai kemampuan perusahaan menghasilkan nilai tambah setiap rupiah

yang dikeluarkan pada modal manusia. HCE menunjukkan berapa banyak

Value Added (VA) dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk

tenaga kerja (Ulum, 2008).

2) Structural Capital Efficiency (SCE) adalah indikator efisiensi nilai tambah

modal struktural. SCE merupakan rasio dari Structural Capital (SC) terhadap

Value Added (VA). Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk

menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana

keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Tan et all, 2007).

3) Capital Employed Efficiency (CEE) adalah indikator efisiensi nilai tambah

modal yang digunakan. CEE merupakan rasio dari Value Added (VA)

terhadap Capital Employed (CE). CEE menggambarkan berapa banyak nilai

14

Page 15: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

tambah perusahaan yang dihasilkan dari modal yang digunakan. CEE yaitu

kalkulasi dari kemampuan mengelola modal perusahaan (Imaningati, 2007).

f. Abnormal Return Saham

Pasar modal Indonesia diasumsikan sebagai pasar efisien bentuk setengah

kuat (semi-strong form). Pasar dikatakan efisiensi setengah kuat apabila harga-

harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan

termasuk yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten (Hartono,

2003). Hal ini berarti bahwa suatu informasi yang dipublikasikan akan

mempengaruhi harga sekuritas perusahaan.

Adanya perubahan harga dari suatu sekuritas sebagai akibat dari reaksi pasar

atas suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu

pengumuman. Reaksi pasar dapat diukur dengan menggunakan return sebagai

nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return.

Return dapat berupa return realisasi, yaitu return yang sudah terjadi, atau

return ekspektasi, yaitu return yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di

masa mendatang. Jika menggunakan abnormal return, maka dapat dikatakan

bahwa suatu pengumuman yang mengandung informasi akan memberikan

abnormal return pasar, dan sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak

memberikan abnormal return kepada pasar (Hartono, 2003).

Abnormal return merupakan kelebihan (selisih) dari return yang

sesungguhnya terjadi (actual return) dengan return normal (expected return).

Return normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh

investor). Abnormal return dapat dihitung sebagai berikut:

ARit = Rit – E[Rit]

Dimana :

ARit = Abnormal return saham i pada waktu ke-t

Rit = Actual return untuk saham i pada waktu ke-t

E[Rit] = Expected return untuk saham i pada waktu ke-t

15

Page 16: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

Actual return atau return realisasi merupakan return yang terjadi pada

waktu ke-t, yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga

sebelumnya, atau dapat dihitung dengan rumus :

Dimana :

Rit = Actual return untuk saham i pada waktu ke-t

Pit = Harga saham i pada waktu ke-t

Pit-1 = Harga saham i pada waktu t-1

Untuk menghitung expected return dapat menggunakan model estimasi

mean-adjusted model, market model, dan market-adjusted model (Hartono, 2003).

1) Model Disesuaikan Rata-Rata (mean-adjusted model) menganggap bahwa

return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi

sebelumnya selama periode estimasi. Return yang diharapkan dihitung

dengan cara membagi return realisasi suatu perusahaan pada periode estimasi

dengan lamanya periode estimasi.

2) Model Pasar (market model), perhitungan return ekspektasi dilakukan dengan

dua tahap, yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data

realisasi selama periode estimasi, dan menggunakan model ekspektasi ini

untuk mengestimasi return ekspektasi selama periode window. Model

ekspektasi dihitung dengan menjumlahkan nilai ekspektasi return yang tidak

dipengaruhi oleh perubahan pasar, tingkat keuntungan indeks pasar, dan

bagian return yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar.

3) Model Disesuaikan Pasar (market-adjusted model) menganggap bahwa

penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah

return indeks pasar pada saat tersebut. Periode estimasi tidak perlu digunakan

untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi

adalah sama dengan return indeks pasar.

16

Page 17: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

Dalam penelitian ini digunakan model disesuaikan rata-rata untuk

menghitung expected return. Beberapa penelitian mengenai studi peristiwa

menghitung abnormal return dengan menggunakan cummulative abnormal return

(CAR). Cummulative abnormal return merupakan penjumlahan abnormal return

selama periode peristiwa untuk masing-masing sekuritas, yang dihitung sebagai

berikut :

Dimana :

CAR = Cummulative abnormal return sekuritas i pada hari ke-t, yang

diakumulasi dari abnormal return sekuritas i selama periode peristiwa.

ARi,t = Abnormal return untuk sekuritas i selama periode peristiwa

Pengujian adanya abnormal return dapat pula dilakukan secara agregat,

dengan menguji rata-rata abnormal return seluruh sekuritas secara cross-section

untuk tiap-tiap hari di periode peristiwa. Rata-rata abnormal return (average

abnormal return) untuk hari ke-t dihitung sebagai berikut :

Dimana :

AAR = Rata-rata abnormal return

ARit = Abnormal return untuk sekuritas ke-i pada hari ke-t

n = Jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman peristiwa

g. Hipotesis

1) Pengaruh Pengungkapan Intellectual Capital Terhadap Abnormal

Return Saham

Dalam suatu organisasi, sumber daya manusia memegang peranan

yang penting khususnya pada organisasi yang mengutamakan

pelayanan, pengetahuan dan kepercayaan seperti pada perusahaan

perbankan. Sumber daya manusia juga merupakan aset yang bernilai

dalam menghasilkan laba yang akan memberikan umpan balik berupa

17

Page 18: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

keuntungan yang didapat oleh perusahaan. Ihyaul (2008)

mengemukakan bahwa praktik akuntansi menekankan investasi

perusahaan dalam intellectual capital yang disajikan dalam laporan

keuangan. Perusahaan yang mengelola intellectual capital dengan baik

dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dan investor akan

memberikan nilai tinggi terhadap perusahaan yang memiliki nilai

intellectual capital yang lebih besar.

Lebih lanjut Sir, et all. (2010) menyatakan bahwa strategi

pengungkapan merupakan sarana atau media yang sangat penting bagi

manajer perusahaan emiten untuk dapat mempengaruhi atau memberi

dampak terhadap keputusan investor dari luar perusahaan. Lebih lanjut

Sir, et all. (2010) menemukan bahwa pengungkapan informasi sukarela

dapat mengurangi asimetri informasi antara perusahaan dengan pasar

sehingga dapat memfasilitasi transaksi perdagangan saham. Selain itu

bukti lain dikemukakan oleh Junaedi (2005) yang menguji dampak

tingkat pengungkapan wajib dan sukarela (intellectual capital) dari

perusahaan publik di Indonesia terhadap return saham. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan berpengaruh

terhadap abnormal return saham.

Beberapa penelitian juga mengungkapkan semakin pentingnya

pengungkapan intellectual capital sebagai informasi yang relevan bagi

para pemegang saham maupun bagi para stakeholder dalam

pengambilan keputusan. Beberapa peneliti sebelumnya menemukan

bahwa terdapat kecenderungan peningkatan dalam pengungkapan

intellectual capital pada setiap perusahaan sampel yang digunakan

seperti yang diungkapkan oleh Abdolmohammadi (2005); Bukh, et all.

(2005); Istanti (2009); Sir, et all (2010). Hal ini membuktikan bahwa

pengungkapan intellectual capital semakin berperan penting sebagai

informasi strategis perusahaan.

Dedman (2007) menguji pengaruh pengungkapan salah satu

elemen intellectual capital, yaitu Research and Development (R&D),

18

Page 19: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

terhadap harga saham, dan menemukan bahwa pengungkapan R&D

berpengaruh terhadap abnormal return saham. Sementara

Abdolmohammadi (2005) serta Sihotang dan Winata (2008)

menemukan adanya korelasi positif antara pengungkapan intellectual

capital dengan nilai kapitalisasi pasar.

Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan hipotesis dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Pengungkapan Intellectual Capital Berpengaruh Terhadap

Abnormal Return Saham

2) Abnormal Return Saham Setelah Pengungkapan Intellectual Capital

Teori signaling menekankan kepada pentingnya informasi yang

dikeluarkan oleh perusahaan kepihak luar terhadap keputusan investasi.

Teori ini menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik akan

dengan sengaja memberikan sinyal pada pasar. Salah satu informasi

yang dijadikan sinyal adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu

perusahaan. Intellectual capital merupakan salah satu informasi yang

diharapkan berpengaruh pada pasar modal dan menjadi sinyal positif

bagi investor.

Beberapa literatur juga menyatakan semakin pentingnya

pengungkapan intellectual capital sebagai informasi yang relevan bagi

para pemegang saham maupun bagi para stakeholder dalam

pengambilan keputusan. Healy dan Palepu (1999) mengungkapkan

bahwa strategi pengungkapan merupakan sarana atau media potensial

yang sangat penting bagi para manajer perusahaan emiten untuk dapat

mempengaruhi atau memberi dampak terhadap keputusan-keputusan

investasi para investor sebagai pihak luar perusahaan.

Sir et all. (2010) menyatakan bahwa rata-rata abnormal return

setelah pengungkapan intellectual capital terjadi kenaikan sehingga

perusahaan memperoleh abnormal return saham setelah adanya

pengungkapan intellectual capital melalui penerbitan laporan keuangan

19

Page 20: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

tahunan perusahaan. Selain itu Junaedi (2005) juga mengemukakan

bahwa rata-rata abnormal return saham setelah pengungkapan lebih

besar dibandingkan sebelum pengungkapan. Berdasarkan uraian

tersebut, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

H2a : Abnormal return saham lebih besar pada saat setelah

pengungkpan intellectual capital.

H2b : Abnormal return saham lebih kecil pada saat setelah

pengungkapan intellectual capital.

F. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian asosiatif kausal. Menurut

Suliyanto (2009) metode assosiatif kausal adalah rumusan masalah penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan/pengaruh antara dua variabel atau

lebih. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini

ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen

(dipengaruhi).

G. Populasi, Sampel, dan Periode Penelitian

Populasi dan sampel dalam suatu penelitian perlu ditetapkan dengan tujuan

agar penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai dengan yang

diharapkan. Suliyanto (2009) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan sektor

perbankan dipilih karena industri perbankan adalah salah satu sektor yang paling

intensif intellectual capital-nya dimana layanan pelanggan sangat tergantung pada

akal dan kecerdasan modal manusia. Selain itu, merupakan salah satu industri

yang masuk dalam kategori industri berbasis pengetahuan yaitu industri yang

memanfaatkan inovasi-inovasi yang diciptakannya sehingga memberikan nilai

20

Page 21: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

tersendiri atas produk dan jasa yang dihasikan bagi konsumen. Periode

pengamatan dalam penelitian ini adalah dari tahun 2008-2012.

Pemilihan sampel perusahaan dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang

disesuaikan dengan tujuan tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sampel

yang representatif. Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah :

1. Perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

selama tahun 2008-2012.

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan auditan selama 5 tahun,

yaitu dari tahun 2008-2012.

3. Perusahaan tidak melakukan corporation action seperti right issue, merger,

akuisisi, stock split, maupun aktivitas lainnya yang secara signifikan dapat

mempengaruhi pergerakan harga saham perusahaan.

4. Aktivitas perdagangan saham perusahaan tidak diberhentikan sementara

(suspen) dari Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2008-2012.

Penelitian ini menggunakan windows periods 6 hari perdagangan, yaitu

pengujian berdasarkan pengamatan hari saham pada saat event date, dan lima hari

setelah event date.

H. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

berupa data kuantitatif dari laporan keuangan. Data sekunder yaitu sumber data

penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) berupa bukti, catatan atau laporan historis

yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak

dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2003). Data ini diambil dari laporan

keuangan tahunan untuk intellectual capital sedangkan data bulanan saham untuk

pengambilan data harga saham. Data yang akan diambil berkaitan dengan

penelitian ini adalah data mengenai pengungkapan intellectual capital dalam

21

Page 22: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

laporan keuangan yang terdiri dari total pendapatan, beban usaha, dan nilai buku

asset.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik pengumpulan data arsip (archival). Menurut Hartono (2007) pengumpulan

data arsip untuk data sekunder yaitu pengumpulan data yang ada di basis data.

Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan dan laporan konsolidasi

yang terdaftar di BEI dari tahun 2008-2012. Selain itu, data sekunder yang didapat

juga berasal dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data yang

berkaitan dengan penelitian ini antara lain adalah laporan tahunan perusahaan,

laporan keuangan, neraca dan laporan laba rugi perusahaan perbankan yang go

public dengan cara men-download melalui website http//www.idx.co.id.

J. Variabel dan Pengukuran Variabel

1) Intellectual Capital (Variabel Independen = X)

Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab

terjadinya atau terpengaruhinya variabel dependen. Dalam penelitian ini

variabel independen yang digunakan adalah modal intelektual

(intellectual capital). Intellectual capital adalah informasi dan

pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan

nilai (Williams, 2001). Saat ini upaya memberikan penilaian terhadap

modal intelektual merupakan hal yang penting.

Pulic (1998) mengusulkan metode Koefisien Nilai Tambah

Intelektual atau Value Added Intellectual Coeffisient (VAIC) untuk

menyediakan informasi tentang efisiensi penciptaan nilai dari aset

berwujud dan tidak berwujud dalam perusahaan. VAIC adalah sebuah

prosedur analitis yang dirancang untuk memungkinkan manajemen,

pemegang saham dan pemangku kepentingan lain yang terkait untuk

secara efektif memonitor dan mengevaluasi efisiensi nilai tambah

22

Page 23: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

dengan total sumber daya perusahaan dan masing-masing komponen

sumber daya utama.

Formulasi dalam perhitungan VAIC terdiri dari beberapa tahap,

antara lain :

a) Value Added (VA) yaitu selisih antara output dan input.

VA = OUT – IN …………………………………………..............(1)

Keterangan:

Output (OUT) : Total penjualan dan pendapatan lain.

Input (IN) : Beban dan biaya-biaya (selain beban karyawan).

b) Value Added Capital Employed (VACE) menunjukkan kontribusi

yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi.

VACE = VA/CE ……………..…………………………………..(2)

Keterangan:

Value Added (VA) : Selisih antara output dan input

Capital Employed (CE) : Dana yang tersedia (ekuitas)

c) Value Added Human Capital (VAHC) menunjukkan kontribusi yang

dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap

value added organisasi. VAHC dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut.

VAHC = VA/HC ………………………...…...…………………..(3)

Keterangan:

Value Added (VA) : Selisih antara output dan input

Human Capital (HC) : Beban karyawan

d) Value Added Structural Capital (VASC) mengukur jumlah SC yang

dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan

indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

VASC = SC/VA …………………….....…………...…..……...….(4)

Keterangan:

Structural Capital (SC) : Selisih antara value added (VA) dan

human capital (HC)

Value Added (VA) : Selisih antara output dan input 23

Page 24: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

Human capital (HC) : Beban karyawan

e) Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) mengindikasikan

kemampuan intelektual organisasi. VAIC™ dapat juga dianggap

sebagai Business Performance Indicator (BPI) yang dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

VAIC™ = VACE + VAHC + VASC…..……...............................(5)

2) Abnormal Return Saham (Variabel Dependen = Y)

Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi akibat

pengaruh dari variabel independen. Penelitian ini menggunakan

abnormal return sebagai variabel dependen. Abnormal return

merupakan kelebihan (selisih) dari return yang sesungguhnya terjadi

(actual return) dengan return normal (expected return). Return normal

merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor).

Dalam penelitian ini akan digunakan cumulative abnormal return

(CAR) yang merupakan penjumlahan abnormal return selama periode

peristiwa untuk masing-masing sekuritas. CAR dapat dihitung sebagai

berikut :

Dimana :

CAR = Cummulative abnormal return sekuritas i pada hari ke-t, yang

diakumulasi dari abnormal return sekuritas i selama periode

peristiwa.

ARi,t = Abnormal return untuk sekuritas i selama periode peristiwa

Sedangkan abnormal return saham dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

ARit = Rit – E[Rit]

Dimana :

ARit = Abnormal return saham i pada waktu ke-t

Rit = Actual return untuk saham i pada waktu ke-t

24

Page 25: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

E[Rit] = Expected return untuk saham i pada waktu ke-t

Abnormal return atau return realisasi merupakan return yang

terjadi pada waktu ke-t, yang merupakan selisih harga sekarang relatif

terhadap harga sebelumnya, atau dapat dihitung dengan rumus :

Dimana :

Rit = Actual return untuk saham i pada waktu ke-t

Pit = Harga saham i pada waktu ke-t

Pit-1 = Harga saham i pada waktu t-1

Untuk menghitung expected return digunakan model disesuaikan

rata-rata (mean adjusted model), yaitu model yang menganggap bahwa

return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return

realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Return yang diharapkan

dihitung dengan cara membagi return realisasi dengan lamanya periode

estimasi, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut :

Dimana :

E(Rit) = Return ekspektasi sekuritas I pada periode peristiwa ke-t

Rij = Return realisasi sekuritas I pada periode estimasi ke-j

T = Lamanya periode estimasi yaitu t1-t2

K. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

lebih fokus pada tujuan untuk generalisasi, dengan melakukan pengujian statistik

dan steril dari pengaruh subjektif peneliti (Hartono, 2007). Alat analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana dengan program

SPSS. Analisis regresi sederhana adalah analisis mengenai suatu variabel

independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini akan dianalisis

mengenai pengaruh modal intelektual (intellectual capital) yang diukur dengan

25

Page 26: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

VAIC. Ketiga komponen utama dalam pengukuran VAIC yaitu Human Capital

Efficincy, Structural Capital Efficiency, Capital Employee Efficiency terhadap

harga saham dan volume perdagangan saham.

Beberapa langkah yang dilakukan dalam analisis tersebut masing-masing

akan dijelaskan di bawah ini.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar

deviasi, varian, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)

(Ghozali, 2006). Gambaran data tersebut menghasilkan informasi yang jelas

sehingga data tersebut mudah dipahami. Dalam penelitian ini, dengan melihat

gambaran dari data-data yang ada, maka akan diperoleh informasi yang jelas

mengenai pengaruh intellectual capital terhadap abnormal return saham.

2. Uji Asumsi Klasik

Sehubungan dengan penggunaan data sekunder dalam penelitian ini,

maka untuk mendapatkan ketepatan model yang akan dianalisis perlu

dilakukan pengujian atas beberapa persyaratan asumsi klasik yang mendasari

model regresi. Tahapan analisis awal untuk menguji model yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

a) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk

mengetahui bentuk distribusi data, bisa dilakukan dengan grafik distribusi

dan analisis statistik. Pengujian dengan grafik distribusi dilakukan dengan

melihat grafik histrogram yang membandingkan antara data observasi

dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Distribusi normal

akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual akan

dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal,

maka garis yang menggambarkan data yang sesungguhnya akan mengikuti

garis diagonalnya.

26

Page 27: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

Dalam penelitian ini untuk menguji apakah distribusi data normal

atau tidak, dapat dilakukan dengan program SPSS dengan analisis grafik

Normal Probability Plot dan Uji Kolmogrov Smirnov (K-S). Data

terdistribusi normal apabila hasil Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai

signifikan diatas 0,05 (Ghozali, 2006).

b) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan pengujian dimana variabel dependen

tidak berkorelasi dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai periode

sebelumnya maupun nilai periode sesudahnya. Uji autokorelasi bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada

periode t–1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini

timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya

(Ghozali, 2006). Untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat

menggunakan uji Durbin-Watson (D-W). Pengambilan keputusan ada

tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari ketentuan berikut:

Tabel 2 : Uji Durbin-Watson

DW Kesimpulan

<dl Ada Autokorelasi (Positif)

dl s/d du Tanpa Kesimpulan

du s/d 4-du Tidak Ada Autokorelasi

4-dl s/d 4-dl Tanpa Kesimpulan

>4-dl Ada Autokorelasi (Negatif)

c) Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang terjadi

27

Page 28: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

Pengujian terhadap heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji Glejser

untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dari tingkat signifikansi. Jika

tingkat signifikansi berada di atas 5%, berarti tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas dan apabila dibawah 5% berarti terjadi gejala

heteroskedastisitas.

3. Uji Hipotesis

a) Analisis Regresi Linier Sederhana

Dalam pengujian pengaruh pengungkapan intellectual capital

terhadap abnormal return saham (hipotesis 1) digunakan persamaan

regresi liniear sederhana, yang bertujuan untuk melihat seberapa besar

pengaruh pengungkapan intellectual capital sebagai variabel bebas

(variabel independen) dan abnormal return saham (variabel dependen).

Model analisis regresi linier sederhana yang digunakan adalah:

AR = + VAIC +

Dimana :

AR = Abnormal Return

VAIC = Value Added Intellectual Coefficient

α = Nilai Konstanta

β = Nilai Koefisien

ε = Tingkat Kesalahan

b) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel depanden. Apabila nilai statistik t-hasil perhitungan lebih besar

dari t-tabel membuktikan bahwa variabel independen secara individual

mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2006). Dasar pengambilan

keputusan pada uji statistik t adalah sebagai berikut :

28

Page 29: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

Jika t (hitung) < t (tabel), dapat disimpulkan bahwa variabel independen

secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Jika t (hitung) > t (tabel), dapat disimpulkan bahwa variabel independen

secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen.

Selain itu uji statistik t dapat dilakukan dengan menggunakan SPSS

dengan melihat signifikansi nilai t pada masing-masing variabel dari

output yang dihasilkan. Jika nilai t lebih kecil dari (0,05) dapat dikatakan

ada pengaruh yang kuat antara kedua variabel.

c) Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen

(Ghozali, 2006). Koefisien determinasi ini digunakan karena dapat

menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel

dependen. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka akan semakin

baik pula kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel

dependen.

Ada dua jenis koefisien determinasi yaitu koefisien determinasi biasa

dan koefisien determinasi disesuaikan atau Adjusted R Square. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu

berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2006).

d) Uji Beda (Uji t)

Dalam pengujian abnormal return saham setelah pengungkapan

intellectual capital (hipotesis 2) penelitian ini digunakan uji beda (uji t).

Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan rata-rata

abnormal return saham pada saat pengungkapan hingga sesudah

pengungkapan intellectual capital.

29

Page 30: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

Rumusan hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :

H2 : AR_0 AR_1 : AR_0 > AR_1

Dimana :

AR_0 = Rata-rata abnormal return saham pada saat pengungkapan

AR_1 = Rata-rata abnormal return saham dalam periode 5 hari setelah

pengungkapan

L. Model Riset

Gambar 1 : Model Riset

30

Pengungkapan Intellectual Capital Abnormal Return

Page 31: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

Daftar Pustaka

Abdolmohammadi, M.J. (2005). Intellectual capital disclosure and market

capitalization. Journal of Intellectual Capital. Vol. 6, No. 3 : 397-416.

Belkaoui, A. R. 2003. Intellectual Capital and Firm Performance of US

Multinational Firms: a Study of The Resource-Based and Stakeholder

Views. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4, No. 2: 215-226.

Bontis, N., W.C.C. Keow, and S. Richardson. 2000. Intellectual Capital and

Business Performance in Malaysian Industries. Journal of Intellectual

Capital. Vol. 1, No. 1: 85-100.

Bukh, et all. 2005. Disclosure Of Information On Intellectual Capital In Danish

IPO. Prospectuses, Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol.

18, No. 6, hlm. 713-732.

Chen, M. C., Cheng, S. J., & Hwang, Y. 2005. An Empirical Investigation of The

RelationshipBetween Intellectual Capital and Firms Market Value and

Financial Performance. Journal of Intellectual Capital, 6(2), 159-176.

Dedman, et all. 2007. Voluntary Disclosure and its Impact on Share Prices :

Evidence from the UK Biotechnology Sector.Journal of Accounting and

Public Policy. Vol. 27, No. 3 : 1-36.

Deegan, C. 2004. Financial Accounting Theory. McGraw-Hill Book Company.

Sydney.

Firer, S., and S. M. Williams. 2003. Intellectual Capital and Traditional Measures

of Corporate Performance. Journal of Intellectual Capital. Vol. 4, No. 3.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, et all. 2007. Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan :

Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Square. SNA XI.

Guthrie, J., and L.D. Parker. 2006. Corporate Social Reporting: a Rebuttal of

Legitimacy Theory. Accounting and Business Research. Vol. 19 No. 76. pp.

343-52.

31

Page 32: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

Imaningati. 2007. Pengaruh Intellectual Capital pada Nilai Pasar Perusahaan

dan Kinerja Perusahaan. Program Studi Magister Akuntansi Program

Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Indriantoro dan Supomo. 2003. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi

Dan Manajemen, Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Istanti, S. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela

modal intelektual (Perusahaan Non Keuangan Yang Listing Di BEI).

Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi. Universitas Diponegoro, Semarang.

Iswati, S. and M. Anshori. 2007. The Influence of Intellectual Capital to Financial

Performance at Insurance Companies in Jakarta Stock Exchange (JSE).

Proceedings of the 13th Asia Pacific Management Conference. Melbourne.

Australia: 1393-1399.

Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori Porofolio dan Analisis Investasi, Edisi 3.

Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Hartono, Jogiyanto. 2007. Metodelogi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan

Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Healy, P.M., and K.G. Palepu. 1999. Stock Performance and Intermediation

Changes Surrounding Sustained Increases in Disclosure. Contemporary

Accounting Research. Vol. 6 No.3. pp.485-520.

Hidayat. 2000. Peranan Strategis Modal Intelektual dalam Persaingan Bisnis di

Era Jasa. EKUITAS. Vol 5, No. 3, 293-312.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

Salemba Empat : Jakarta.

Junaedi. 2005. Dampak Tingkat Pengungkapan Informasi Perusahaan terhadap

Volume Perdagangan dan Return Saham: Perusahaan yang Tercatat di

Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.2, No.2.

Kaplan dan Norton. 2000. Balanced Score Card. Jakarta : Erlangga. Hal 109.

Miller, M., dkk. 1999. Measuring and reporting intellectual capital from a diverse

Canadian industry perspective.

Octama, M.I. 2011. Analisis Faktor-Faktor Penentu Pengungkapan Modal

Intelektual dan Pengaruhnya terhadap Harga Saham. Skripsi. Semarang :

Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

32

Page 33: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

Oliveira, Lidia, Lucia Lima Rodrigues, and Russell Craig. 2008. Applying

Voluntary Disclosure Theories to Intangibles Reporting: Evidence from the

Portugese Stock Market. Online at : www.ssrn.com.

Pramelasari, Yosi Metta. 2010. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai

Pasar Dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Fakultas Ekonomi Jurusan

Akuntansi. Universitas Diponegoro, Semarang.

Pulic, A. 2000. ”VAIC – An Accounting Tool for IC Management”. International

Journal of Technology Management.

Sawarjuwono, dan Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan

Pelaporan (Sebuah Library Research). Jurnal Akuntansi dan Keuangan,

Vol. 5, No. 1 : 35-57.

Sihotang, P. & Winata, A. 2008. The Intellectual Capital Disclosures Of

Technology-Driven Companies: Evidence From Indonesia. International

Journal Learning and Intellectual Capital. Vol. 5 No. 1, pp. 63-82.

Sir, J., Bambang S., et all. 2010. Intellectual Capital dan Abnormal Return Saham

pada Perusahaan Publik di Indonesia. SNA XIII. Purwokerto.

Suliyanto. 2009. Metoda Riset Bisnis. Edisi 1. Andi Offset. Yogyakarta

Susilo, Lora Anjis. 2012. Analisis Pengaruh Pengungkapan Intellectual Capital

Terhadap Abnormal Return. Skripsi. Malang.

Tan, et all. 2007. Intellectual capital and financial returns of companies. Journal

of Intellectual Capital, Vol. 8 No. 1, 2007 pp. 76-95.

Ulum, et all. 2008. Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan; Suatu

Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. SNA XI Pontianak.

Ulum, Ihyaul. 2009. Intellectual Capital : Konsep dan Kajian Empiris.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wahdikorin, Ayu. 2010. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja

Keuangan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Universitas Diponegoro. Semarang.

William, S. M. 2001. Is Intellectual Capital Capital Performance and Disclosure

Related?. Journal of Intellectual Capital, 2 (3) : 192-203.

Yuniasih, et all. 2010. Pengaruh Modal Intelektual Pada Kinerja Pasar

Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar di

33

Page 34: Intellectual Capital Dan Abnormal Return Saham

Bursa Efek Indonesia). Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi. Universitas

Udayana, Bali.

34