INDUSTRI PERBENIHAN
SISTEM PERBENIHAN TANAMAN MELON PADA
KELAS INDUSTRI BENIH CANGGIH
PERUSAHAAN BENIH CV. MULTI GLOBAL
AGRINDO (MGA)
“Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Industri Perbenihan”
Disusun Oleh Kelompok3:
Ricardo P Rajagukguk 150510100105
Andhika Pamungkas 150510100118
Hana Aqmarina 150510100122
Dina Septriana 150510100
Helmi S Ramadhan 150510100203
AGROTEKNOLOGI - C
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
bekerja sebagai petani. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang
memberikan kontribusi besar dalam perekonomian nasional, yaitu ditinjau dari
peranannya baik dalam perekonomian nasional, penyerapan tenaga kerja, maupun
pemasukan devisa non migas.
Dalam dunia pertanian, untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan
kualitas baik harus digunakan benih yang berkualitas. Untuk mendapatkan benih
yang berkualitas, diperlukan kerjasama antara sektor pertanian dan sektor industri
untuk menciptakan suatu bentuk kegiatan usaha dalam produksi benih. Kerja sama
ini turut menyertakan para pemulia tanaman untuk menghasikan benih-benih
tanaman sayuran dan buah-buahan yang memiliki sifat unggul dari segi genetik,
adaptasi lingkungan, dan daya tahan terhadap hama. Sehingga tanaman yang
dihasilkan produksi serta kualitasnya tinggi.
Salah satu terobosan dalam bidang pertanian yang bergerak di bidang plant
breeding, produksi benih dan pemasaran benih yaitu di CV. Multi Global Agrindo
yang didirikan pada tahun 1998. Beberapa varietas unggul pada tanaman
hortikultura yang berhasil ditemukan di CV. MGA khususnya sayuran dan buah-
buahan. Jenis sayur di antaranya : kacang panjang, buncis, pare tomat, cabai dan
terung. Jenis buah: melon dan semangka. Varietas yang dihasilkan antara lain:
Melon Sumo 28, Mai 119, Mai 116, Ladika 108; Semangka Metal 206, Reddi
227, Redtop 212; Tomat Buba 426, Tia 403, Maestro 414; Kacang panjang Bapan,
Dadung Hijau, Rampak Hijau; Buncis Citra; Cabai Rekab, Pertiwi; Pare Mutia
747, Petra 756, Jamrud 707 dan Terong Jelita 568, Silia 505, Teho 555. Dengan
adanya pengembangan berbagai varietas baru, maka perusahaan akan lebih maju
dan dapat bersaing dengan perusahaan lain khususnya perusahaan yang bergerak
dibidang produksi benih hibrida atau F1.
2
1.2 Tujuan
Menganalisis subsistem perbenihan di CV.MGA dan menganalisis
masalah serta memberikan rekomendasi dari pemecahan masalah tersebut.
1.3 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah melalui studi
pustaka yang bersumber dari media elektronik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Umum Perusahaan
2.1.1 Sejarah Umum Perusahaan
CV. Multi Global Agrindo (MGA) adalah badan usaha yang bergerak di
bidang perbenihan, khususnya bidang pemuliaan tanaman (Breeding). Kegiatan
Breeding (pemuliaan tanaman) di CV. Multi Global Agrindo (MGA) yang
berkedudukan di Karanganyar sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1980, akan
tetapi pada waktu itu belum menggunakan wadah yang bernama MGA. Pada
waktu itu kegiatan breeding mula-mula bertempat di rumah Bapak Mulyono
Herlambang di Jalan Raya Solo-Tawangmangu km.30, Desa Gerdu Blero,
Karangpandan kabupaten Karanganyar. Jantung dari kegiatan breeding ini adalah
R&D (Riset and Development). R&D adalah kegiatan penelitian dan
pengembangan varietas baru, maksudnya setelah CV. MGA
mengadakanpenelitian-penelitian terhadap varietas baru, varietas tersebut
dikembangkan menjadi varietas-varietas unggul berkualitas tinggi. Akibat
besarnya pembiayaan R&D ini, kegiatan pemuliaan tanaman di CV. MGA sempat
mengalami kemandegan karena kekurangan pembiayaan. Akan tetapi pada tahun
1993 oleh Bapak Mulyono Herlambang yang tidak lain adalah pendiri CV. MGA,
kegiatan pemuliaan tanaman tersebut dihidupkan kembali. Baru pada tahun 1998
didirikanlah CV. Multi Global Agrindo (MGA) sebagai wadah kegiatan
pemuliaan tanaman, yang berkedudukan di Karanganyar tepatnya di Jalan Raya
Solo-Tawangmangu Km.30, Desa Gerdu Blero, Karangpandan Kabupaten
Karanganyar. CV. MGA memasarkan produknya dengan merek “Tunas Berlian”.
CV Multi Global Agrindo mempunyai lahan produksi ± 10 Ha. Lahan
tersebut merupakan lahan kepemilikan sendiri dan lahan sewaan yang tersebar di
daerah karanganyar. Lahan MGA antara lain terletak di daerah Singit, Bangsri,
Bolong, Salam dan STA (Sub Terminal Agribisnis). Dengan awal produksi benih
tahun 2004 dan mulai pemasaran tahun 2005 yang tersebar baik di pulau Jawa
maupun di luar pulau Jawa dan bahkan sampai ke luar negeri seperti Jepang.
Meskipun baru berdiri ± 11 tahun namun CV MGA telah banyak menerima
4
penghargaan antara lain: tahun 2003 Pengembangan Usaha Hortikultura dari
Dirjen Bina Produksi Hortikultura, tahun 2004 Pengembangan benih Hortikultura
dari Presiden RI, tahun 2004 SIDDHA KERTA dari Menteri Negara Riset dan
Teknologi serta tahun 2005 Pemulia Tanaman dari HKTI. Dengan latar belakang
ini maka CV. MGA diharapkan bisa berperan sebagai pelopor Breeding di
Indonesia untuk menghasilkan benih unggul hibrida (F1) bermutu tinggi yang
dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun luar negeri.
2.1.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi CV. Multi Global Agrindo :
2.1.3 Ruang Lingkup Usaha
Sebagaimanadisebutkandalam Anggaran Rumah Tangga-nya, CV. Multi
Global Agrindo (MGA) bergerak dalam bidang konsultan, perdagangan hasil
bumi, kontraktor, dan perbenihan. Akan tetapi sekarang ini CV. Multi Global
Agrindo (MGA) lebih menfokuskan kegiatan usahanya dalam bidang perbenihan,
5
dengan melakukan pemuliaan tanaman (breeding).Berikut ini urutan langkah-
langkah kerja breeding (pemuliaan tanaman) yang dilakukan oleh CV. Multi
Global Agrindo (MGA) :
1. Pegumpulan plasma nuftah
2. Penggaluran
3. Test Cross (istilah CV. MGA)
4. Tes Kombinasi (istilah CV. MGA)
5. Seleksi calon varietas
6. Uji multi Lokasi
7. Pelepasan Varietas
8. Produksi benih
9. Sertifikasi benih
10. Pemasaran
Sejalan dengan R&D yang tidak henti-hentinya dilakukan oleh CV. Multi
Global Agrindo (MGA) dalam kurun waktu kurang lebih 12 tahun antara tahun
1993-2005 telah menghasilkan 24 varietas baru. Penemuan varietas baru ini
merupakan akumulasi pula dari kegiatan R&D tahun-tahun sebelumnya semenjak
tahun 1980.Dari 24 varietas baru yang lahir, telah terdapat 10 varietas baru yang
telah dilepas/mendapat SK Menteri Pertanian dan 14 varietas telah diajukan untuk
proses pelepasan varietas. Varietas tersebut antara lain :
1. Terong : JELITA dan SI LILA.
2. Melon : MAI 116, MAI 119, SUMO, LADIKA.
3. Tomat :MAESTRO, TIA, TITANIK.
4. Semangka :RED TOP, METAL, REDDI.
5. Timun :TINA, TERA.
6. Cabe :PERTIWI, REKAB.
7. Pare :MUTIA, PETRA, JAMRUD.
8. Kacang panjang :BAPAN, DADUNG HIJAU.
9. Buncis :CITRA
10. Sawi :SERA-SERA
6
2.2 Subsistem Perbenihan Tanaman Melon
2.2.1 Subsistem Pengelolaan plasma nutfah
Koleksi dilakukan secara berkesinambungan baik dari lokal Indonesia
ataudari manca negara. Biasanya dilakukan oleh petugas lapangan seperti petugas
bagian pemasaran atau brider atau tukar-menukar dengan instansilain seperti
Balisca atau dengan perusahaan benih lainya
2.2.2 Subsistem Pengembangan Varietas Unggul
Dalam kurun waktu kurang lebih 12 tahun antara tahun 1993-2005 telah
menghasilkan 24 varietas baru. Penemuan varietas baru ini merupakan akumulasi
pula dari kegiatan R&D tahun-tahun sebelumnya semenjak tahun 1980.Dari 24
varietas baru yang lahir, telah terdapat 10 varietas baru yang telah
dilepas/mendapat SK Menteri Pertanian dan 14 varietas telah diajukan untuk
proses pelepasan varietas.
Berikut macam benih melon (Cucumis melo L) yang diprodiksi oleh CV.
Multi Global Agrindo adalah :
1. MAI 116 (Melon Asli Indonesia 116) Karakteristik buah yang dihasilkan:
Buah lonjong, kulit buah hijau, kasar dan berurat, buah masak pada 60-75
hari setelah tanam, daging buah berwarna oranye, berat 2,5 kg/buah
2. MAI 119 (Melon Asli Indonesia 119) Karekteristik buah yang dihasilkan
buah bulat, kulit buah hijau, tebal, buah masak pada 60-75 hari setelah
tanam, daging buah berwarna oranye, berat buah 2,5 kg/buah.
3. SUMO (Suka Usaha Melon Oke) Karakteristik buah yang dihasilkan: buah
bulat, kulit hijau kekuningan, buah masak pada 60-75 hari setelah tanam,
daging buah berwarna kuning, berat buah 2,5 kg/buah.
4. LADIKA (Lahir Di Karanganyar) Karakteristik buah yang dihasilakan :
buah lonjong, warna kulit buah berwarna kuning setelah masak, buah
masak pada 60-75 hari setelah tanam, daging buah oranye, berat buah 1,8-
2,2 kg/buah
7
2.2.3 Subsistem Produksi Benih
Cara budidaya melon diawali dari proses pembibitan sampai dengan
penyeleksian benih melon untuk kemudian dijadikan sebagai komoditas
melon unggul.
Budidaya tanaman melon ini melalui beberapa proses yaitu :
1. Persiapan Lahan
pengolahan lahan merupakan kegiatan untuk memperbaiki struktur tanah
sehingga tanah menjadi gembur, aerase dan drainase menjadi lebih baik
serta membentuk bedengan–bedengan sebagai tempat tumbuh tanaman
melon. Pengolahan tanah ini dilakukan dengan tujuan agar pertumbuhan
dan produksi tanaman menjadi optimal. Pengolahan lahan diawali dengan
pembersihan sisa tanaman yang berada pada lahan tersebut untuk
kemudian dicangkul tanahnya supaya tanah tersebut menjadi gembur.
Setelah dilakukan penggemburan tanah maka dilakukan pembuatan
bedengan setengah jadi. Setelah bedengan siap maka untuk selanjutnya
dilakukan penambahan pupuk kandang, dolomit (untuk menurunkan
keasaman tanah) dan pupuk kimia dengan dosis pupuk kandang yaitu 1
ton/500m2, dolomit 1 kw/500m2 dan pupuk kimia Za 24 kg/500m2, SP36
21 kg/500m2, KCl 10 kg/500m2. Setelah pemberian campuran ini selesai
dilakukan penimbunan tanah agar bedengan yang dibuat menjadi
sempurna. Pembuatan bedengan pada tanaman melon ini memiliki pajang
maksimum 15 m, tinggi 50 cm, lebar 100 cm dan lebar parit 50 cm. Tinggi
dan lebar parit ini disesuaikan dengan keadaan musim pada saat
penanaman.
Pemasangan mulsa dilakukan pada saat panas terik matahari, hal ini
bertujuan agar mulsa memuai sehingga rapat menutup bedengan dan tanah
dalam keadaan basah. Setelah itu untuk mengancing mulsa tersebut
digunakan pasak penjepit dari bambu dan dikaitkan di sisi – sisi bedengan
agar mulsa tidak terlepas. Setelah mulsa terpasang maka dilanjutkan
dengan pembuatan lubang tanam pada mulsa dengan menggunakan kaleng
susu bekas berdiameter 10 cm dengan jarak tanam 70x60 cm. Kegiatan
pembuatan lubang tanam ini dilakukan satu minggu sebelum dilakukan
8
penanaman. Kegiatan selanjutnya setelah pembuatan lubang tanam adalah
pemasangan lanjaran setinggi 2,5 m pada setiap lubang tanam. Bagian
lanjaran yang masuk kedalam tanah ± 20 cm.
2. Persemaian
Bahan tanam yang digunakan dalam budidaya tanaman melon (Cucumis
melo L) berasal dari benih. Benih tersebut kemudian digunakan sebagai
bahan tanam yang didahului dengan proses pembibitan. Pembibitan melon,
diawali dengan penyemaian benih terlebih dahulu. Penyemaian benih
tersebut menggunakan media pasir : arang sekam dengan perbandingan
1:1.
Setelah 4 hari bibit dipindahkan ke polybag hal ini bertujuan agar
perakaran pada bibit tanaman melon dapat berkembang. Media tanam
yang digunakan untuk transplanting tanaman melon ini adalah tanah :
pupuk kandang : arang sekam dengan perbandingan 2:1:1. Setelah
tanaman berusia 10 hari di tempat transplanting maka bibit melon
kemudian dapat dipindahkan ke lahan.
3. Penanaman
Penanaman tanaman melon yaitu memindahkan bibit dari tempat
penyemaian ke areal pertanaman yang telah disiapkan. Hal ini bertujuan
agar keperluan zat hara yang dibutuhkan tanaman terpenuhi yaitu mulai
dari awal penanaman dilakukan sampai dengan panen. Penanaman bibit
tanaman ini dilahan sebaiknya dilakukan pada pagi hari ataupun pada sore
hari untuk menghindari stres akibat terkena sinar matahari. Sebelum
penanaman tanaman melon dilakukan maka dilakukan perendaman tanah
disekitar bedengan (dileb) agar bedengan basah. Setelah itu sebelum
tanam, media pada bibit disiram sampai basah agar media tidak pecah saat
polibag dibuka dan setelah itu bibit ditanam pada lubang tanaman pada
bedengan sedalam 2-3 cm dengan posisi bibit dalam keadaan tegak dan
bagian bibit tidak menyentuh mulsa plastik yang digunakan. Setelah
selesai penanaman maka bibit yang sudah ditanam disiram untuk
mengurangi tingkat kelayuan.
9
4. Pemeliharaan
a. Pengairan
Pengairan pada pemeliharaan tanaman melon dilakukan pada saat mulai
tanam, pembungaan sampai panen dilakukan dengan jumlah, cara dan
waktu yang tepat. Pengairan dilakukan dengan penggenangan parit pada
bedengan ataupun menyiram langsung pada setiap lubang tanam dengan
menggunakan botol berukuran 250 ml. Pada awal tanam sampai berumur 2
minggu penyiraman dilakukan setiap hari atau 2 hari sekali pada waktu
pagi dan sore hari. Tatapi penyiraman ini tidak boleh dilakukan terlalu
basah karena dapat menyebabkan kebusukan pada akar tanaman.
Pengairan dikurangi saat terjadi pembentukan bunga yaitu sekitar berumur
25 HST. Pada fase ini penyiraman cukup dilakukan 2 kali seminggu,
tergantung dari kebasahan tanah tempat menanam melon tersebut karena
jika tanah terlalu basah akibat disiram terlalu banyak maka dapat
menyebabkan tepungsari terlalu basah, sehingga penyerbukan tidak
sempurna dan mengakibatkan bunga rontok serta mengalami kebusukan
akar. Pada saat pembentukan dan mulai terjadi pembesaran buah pengairan
dilakukan 3 hari sekali sampai dengan terjadinya tahap pembentukan jala,
penyiraman dilakukan dengan cara menggenangi parit antar bedengan
hingga mencapai 2/3 tinggi bedengan lubang tanam. Selanjutnya untuk
penyiraman saat pematangan buah yaitu setelah tanaman berumur 55 hari,
maka penyiraman dikurangi atau dapat pula dihentikan sampai pada saat
panen, tergantung dengan tingkat kebasahan tanah agar produksi benih
menjadi optimal.
b. Penyulaman
Penyulaman adalah suatu kegiatan mengganti tanaman yang telah ditanam
ke lahan dengan tanaman yang baru yang sama jenisnya karena tanaman
yang ditanam sebelumnya mengalami kematian. Penyulaman tanaman ini
dilakukan maksimal sampai 5 hari setelah tanam. Hal tersebut disebabkan
karena apabila penyulaman dilakukan setelah 5 HST maka pertumbuhan
tanaman melon menjadi tidak seragam. Penyulaman tanaman melon ini
10
sebaiknya dilakukan pada pagi ataupun pada sore hari dengan tujuan untuk
menghindari stress pada tanaman melon.
c. Sanitasi
Sanitasi adalah kegiatan menjaga kebersihan kebun dengan cara
membersihkan area pertanaman dari gulma dan kotoran yang lain. Sanitasi
kebun ini dilakukan dengan cara mencabut/membersihkan gulma yang
tumbuh disekitar tanaman utama dengan cara mencabut ataupun
mencangkulnya. Pencabutan gulma yang tumbuh ini dilakukan sampai
dengan perakarannya, hal ini diharapkan agar tanaman gulma ini tidak
tumbuh lagi. Gulma yang tumbuh pada parit bedengan minimal
dibersihkan setiap seminggu sekali sedangkan gulma yang tumbuh pada
lubang tanam dibersihkan minimal 3 hari sekali. Sanitasi kebun ini
haruslah dilakukan secara intensif agar tanaman melon dapat tumbuh
dengan optimal.
d. Pemupukan
Pemupukan pada tanaman melon (pupuk susulan) ini diberikan setiap
minggu yaitu pada 7 HST pemupukan berupa pupuk NPK dengan
konsentrasi 20 gr/lt sebanyak 200 ml larutan pupuk/tanaman, pada 14 HST
berupa pupuk NPK konsentrasi 40 gr/lt sebanyak 200 ml larutan
pupuk/tanaman, pada 21 HST yaitu pada saat menjelang pembungaan
yaitu diberikan pupuk sususlan NPK dengan konsentrasi 20 gr/lt sebanyak
200 ml larutan pupuk/tanaman selanjutnya untuk 28 HST setelah
pembungaan maka konsentrasi pupuk NPK yang diberikan adalah 20 gr/lt
sebanyak 200 ml larutan pupuk/tanaman. Sedangkan untuk pupuk KNO3
diberikan pada saat tanaman berumur 45 HST dengan konsentrasi 1 gr/lt
air sebanyak 200 ml larutan/tanaman. Pemberian pupuk susulan pada
tanaman melon ini diberikan dengan cara dilarutkan dalam air dan
disiramkan disekitar tanaman.
e. Rompes dan Pengikatan
Perompesan merupakan kegiatan memangkas ataupun membuang cabang–
cabang yang tidak produktif. Tujuan dari perompesan itu sendiri adalah
11
agar proses produksi berlangsung maksimal, mengurangi kelembapan
dalam tajuk tanaman sehingga akan mengurangi resiko terserangnya hama
penyakit dan perompesan ini juga digunakan sebagai perangsang
pertumbuhan tunas–tunas produktif.
Sebelum di rompes tanaman melon sebelumnya di ikatkan pada lanjaran
yaitu ketika tanaman melon berusia 12 HST atau telah memiliki 5 daun.
Pengikatan ini dilakukan 4 hari sekali sampai ikatan mencapai ujung
lanjaran. Perompesan dilakukan pada ruas ke 8 sampai ke 11. Sedangkan
canag 9-11 dibiarkan dibiarkan tumbuh sebagai tempat buah tumbuh.
f. Casting
Casting adalah kegiatan penutupan dengan menggunakan kertas minyak
pada bunga betina melon yang belum mekar dan siap disilangkan. Casting
ini bertujuan agar bunga betina dari tanaman melon ini tidak tercampuri
oleh bunga jantan tanaman serumah ataupun untuk menghindari
penyarbukan yang tidak diinginkan.
Casting pada tanaman melon ini dilakukan pada pukul 12 siang sampai
sore hari, tujuannnya pemilihan waktu ini adalah untuk memudahkan
pemilihan bunga yang siap mekar pada keesokan harinya.
g. Kohe
Kohe adalah kegiatan menyerbukkan bunga jantan dan bunga betina dari
tanaman melon yang telah disiapkan yang berasal dari tanaman berbeda
sehingga tercipta hasil/buah yang hibrid. Kohe pada tanaman melon ini
dilakukan pada pagi hari yaitu pada saat pukul 7 sampai pukul 10. Hal
tersebut disebabkan karena pada pukul 10 lebih, bunga yang telah
mengalami perlakuan casting tersebut sudah layu jadi tidak akan maksimal
jika dilakukan kohe.
h. Pengendalian OPT
Pengendalian OPT dilakukan cara mencegah penyebaran OPT yang
menyerang tanaman. Pengendalian OPT ini dilakukan secara kultur teknis,
kimiawi, mekanik ataupun fisik. Pengendalian OPT dengan cara kimiawi
dilakukan apabila serangan OPT tersebut sudah sangan serius dan tidak
12
dapat dikendalikan dengan pengendalian kultur teknis, fisik ataupun
mekanis.
Hama yang menyerang melon diantaranya lalat buah dengan ciri-ciri buah
yang terserang berwarna kehitaman dank eras, timbul bercak bulat,
membusuk dan berlubang kecil. Pengendalianya buah melon yang
terserang lalat buah dikumpulkan lalu dibungkus dengan plastic rapat
kemudian kubur sedalam 1 meter. Pengendalian fisik dengan plastic yang
dilumuri euganol.
Penyakitnya yang sering menyerang melon adalah penyakit bule (penyakit
virusw kuning). Terjadi klorosis pada anak tulang daun muda dan
menyebar keseluruh bagian tanaman hingga tampak menguning, daun
mengeriting ke atas menebal dengan ukuran yang mengecil, pertumbuhan
terhambat atau kerdil.
Pengendalian kultur teknis dengan melakukan sanitasi di sekitar tanaman
melon agar tidak menjadi inang bagi virus tersebut. Pengendalian fisik
atau mekanis dengan melakukan pemusnahan bagi tanaman yang
terserang.
5. Panen
Panen pada melon dilakukan pada pagi hari saat tanaman melon tersebut
berumur 35 hari setelah pembungaan untuk yang berdaging putih, 40 hari
setelah pembungaan yang berdaging merah. Waktu panen tersebu
diperuntukkan untuk melon yang dikonsumsi, sedangkan untuk melon
yang akan dipergunakan benihnya maka waktu panen dilebihkan 5–10 hari
dari waktu panen untuk konsumsi.
Panen juga dapat dilakukan berdasarkan kenampakan fisik dari melon
tersebut, kenampakan tersebut misalnya jaring pada kulit buah telah
terbentuk dengan sempurna, tebal dan merata, adanya retakan yang terjadi
pada pangkal tangkai buah, terjadi perubahan warna kulit buah, kulit buah
terasa lebih halus tidak berbulu, munculnya aroma buah melon yang khas,
daun dan tangkai buah mulai berwarna kuning. Pemanenan melon
dilakukan dengan cara memotong tangkai buah dengan mengggunakan
13
pisau dan disisakan 2-3 cm atau membentuk huruf T dan diletakkan miring
agar getah tanaman melon ini tidak mentee.
6. Pasca Panen
Tahapan selanjutnya adalah kegiatan pengkelasan berdasarkan berat,
bentuk, jala, ukuran tebal dan kadar gula. Untuk pengkelasan berat yaitu
melon yang memiliki berat 1,5 kg termasuk dalam kelas A, melon yang
memiliki berat 1-1,5 kg termasuk dalam kelas B dan yang memiliki berat
kurang dari 1 kg termasuk dalam kelas C. Setelah semua dilakukan maka
selanjutnya adalah pembelahan buah untuk diukur ketebalan buah dan
kadar gula. Pengukuran ketebalan buah dengan menggunakan penggaris
untuk kemudian diukur tinggi buah, lebar buah, tebal samping dan tebal
bawah buah melon dan untuk pengukuran kadar gula dilakukan dengan
menggunakan refraktrometer dan kemudian diukur biasanya dengan
menggunakan satuan OBrik. Setelah semuanya selesai maka dilakukan
pengolahan benih yang diawali dengan pemberian label berdasarkan
keadaan buah dan dilakukan pengkerukan benih untuk kemudian
dicuci/dibersihkan, direndam dengan fungisida dan bakterisida
kemudian dikeringkan.
2.2.4 Subsistem Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih
Sertifikasi benih adalah suatu cara pemberian sertifikat atas cara
perbanyakan, produksi dan penyaluran benih yang sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia. Dalam rangka
peningkatan produksi pertanian melalui usaha pembinaan benih. Pemerintah
berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 27 tahun 1971
menetapkan dibentuknya ‘‘Badan Benih Nasional‘‘ di Lingkungan Departemen
Pertanian dan badan ini bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian
(Sutopo,1998). Sertifikasi benih merupakan suatu kegiatan yang termasuk dalam
suatu program produksi benih unggul atau yang berkualitas tinggi dari varietas–
varietas yang genetis unggul yang selalu harus terpelihara dan dipertanggung
14
jawabkan. Adapun tujuannya adalah : (1) menjamin kemurnian dan kebenaran
varietas, dan (2) menjamin ketersediaan benih bermutu secara berkesinambungan.
Sertifi kasi dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pemeriksaan lapangan, pemeriksaan
laboratorium, dan pengawasan pemasangan label (Wahyuni, 2005).
Sertifikasi benih dapat pula dikatakan sebagai satu–satunya metode
pemeliharaan identitas varietas benih yang menjadi sangat penting bagi tanaman
lapangan yang sebagian besar varietasnya dilepaskan secara umum dan benihnya
diperjual belikan di pasaran bebas (Kartasapoetra, 2003). Kegiatan pengawasan
dan sertifikasi ini dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan dan Hotikultura Wilayah II Jawa Tengah dan DIY, Direktorat
Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura (SK. Mentan
No.468/Kpts/OT.210/6/94). Uji mutu benih dilakukan di laboratorium terhadap
contoh benih yang mewakili.Uji mutu yang dilakukan adalah terhadap mutu
genetis, mutu fi siologis, dan mutu fi sik (Wahyuni, 2005).
Tujuan dari penyelenggaraan jaminan mutu adalah untuk:
1. Meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja,
dan masyarakat lainnya, baik untuk keselamatan, keamanan dan kesehatan
maupun untuk pelestarian fungsi lingkungan hidup.
2. Membantu kelancaran perdagangan.
3. Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan.
15
2.2.5 Subsistem Distribusi dan Pemasaran Benih
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang harus
dilakukan oleh perusahaan termasuk pengusaha tani dalam usahanya untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan untuk mendapatkan keuntungan
serta berkembang. Salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya usaha
tersebut tergantung dari bidang pemasarannya (Downey, 1992).
Kegiatan yang dilakukan setelah panen di antaranya adalah sortasi dan
pengkelasan. Pada tempat penampungan, pilih buah dengan menggunakan sarung
tangan. Kriteria melon yang bagus adalah kulitnya mulus, bentuk normal, tidak
cacat karena hama dan penyakit, tidak ada noda getah, serta tidak ada luka memar
(Isnaini, 2007).
Penanganan pasca panen buah melon sangat berpengaruh terhadap kualitas
akhir buah tersebut. Kualitas buah yang baik pada saat panen akan menjadi rendah
apabila penanganan pasca panen dilakukan dengan tidak memperhatikan faktor
yang mempengaruhi proses kerusakan buah. Proses pasca panen meliputi sortasi,
grading, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan. Apabila proses pasca
panen tersebut dilaksanakan secara baik, maka kualitas buah yang dipanen juga
akan baik (Anonim, 2010).
Untuk lebih menarik calon konsumen sekaligus untuk meningkatkan
volume penjualan, maka CV. Multi Global Agrindo (MGA) memiliki strategi
pemasaran yaitu berupa potongan-potongan harga dengan besaran tertentu.
Potongan harga tersebut diberikan baik kepada toko besar atau agen, maupun
kepada toko kecil atau pengecer. Adapun sistem pemberian potongan harga
tersebut adalah sebagai berikut :
A. Pembayaran dari RI (toko besar/agen)
a) Cash mendapat potongan 6%
16
b) 10 s/d 15 hari setelah penerimaan barang mendapat potongan 4%
c) 16 s/d hari setelah penerimaan barang mendapat potongan 2%
d) 26 s/d 25 hari setelah penerimaan barang harga normal
B. Pembayaran dari R2 (toko kecil)
a) Cash mendapat potongan 4%
b) 10 s/d 15 hari setelah penerimaan barang mendapat potongan 2%
c) 16 s/d 30 hari setelah penerimaan barang harga normal
Distribusi dan Pemasaran
Untuk memudahkan atau memperlancar agar hasil produksinya
perusahaan memerlukan arus pemasaran atau saluran distribusi. Saluran
distribusi yang dilakukan CV. MGA dapat di gambarkan sebagai berikut :
A. Produsen Konsumen
Dalam hal ini perusahaan tidak melakukan penjualan dari rumah ke rumah
dengan tenaga penjual, melainkan para konsumen secara langsung datang
ke perusahaan. Biasanya konsumen CV. MGA ini berasal dari kalangan
petani setempat dan daerah-daerah lain yang relatif dekat.
B. Produsen Pengecer (kios-kios pertanian) Konsumen
Pada saluran ini perusahaan menyalurkan produknya atas pesanan dari
kios-kios pertanian, untuk selanjutnya produk tersebut dijual lagi kepada
konsumen atau petani. Dalam saluran distribusi ini pihak CV. MGA
memberikan imbalan berupa potongan harga kepada kios-kios pertanian
tersebut dengan besaran tertentu.
2.3 Analisis
2.3.1 Kendala dan Masalah
CV. MGA merupakan perusahaan yang memproduksi benih hortikultura.
Salah satu benih yang diproduksi di CV. MGA yaitu benih melon. CV. MGA
dalam memproduksi benih melon ternyata masih ada kerusakan benih melon yang
terjadi sehingga diperlukan adanya pengendalian kualitas yang diterapkan oleh
CV. MGA dan mencari penyebab timbulnya kerusakan produk tersebut serta
mencari solusi perbaikan dengan menggunakan alat bantu statistik. Hasil analisis
17
diketahui faktor penyebab kerusakan benih melon yaitu faktor manusia, peralatan,
bahan baku, lingkungan, dan metode kerja dan penerapan pengendalian kualitas
yang dilakukan CV. MGA yaitu pengendalian bahan baku, proses produksi dan
produk jadi. Berdasarkan alat bantu check sheet diketahui jenis-jenis kerusakan
benih melon yaitu gabuk, kecil, dan kikik. Penggunaan peta kendali p diketahui
bahwa benih melon varietas LADIKA dan MAI 116 berada di luar batas kendali
dan MAI 119 berada di dalam batas kendali yang ditetapkan yaitu batas kendali
atas 0,325 dan batas kendali bawah sebesar 0,323. Berdasarkan diagram pareto
diketahui bahwa 92,13% kerusakan yang terjadi adalah produk rusak jenis gabuk,
jenis kikik sebesar 5,15% dan jenis kecil sebesar 2,72%. Penggunaan diagram
sebab akibat dilihat dari subfaktor kemunculan penyebab yang ditimbulkan
diketahui bahwa faktor dominan penyebab gabuk adalah faktor manusia
selanjutnya faktor lingkungan dan faktor peralatan.
2.3.2 Usulan atau Rekomendasi Penyelesaian Masalah
Setelah mengetahui masalah yang terjadi pada cacat benih di CV.MGA maka
dibuat usulan atau rekomdasi untuk meningkatkan kualitas, sebagai berikut:
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. CV. MGA merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi
benihHibrida (F1) khususnya tanaman hortikultura.
2. Segmentasi pasar yang digunakan CV. Multi Global Agrindo (MGA) adalah
segmentasi geografis yaitu dengan cara memasarkan produknya ke daerah-
daerah atau pasar tertentu. Daerah pemasarannya meliputi Pulau Jawa dan
sebagian lagi di luar Pulau Jawa. Namun untuk sementara ini Pulau Jawa
adalah wilayah pemasaran yang paling potensial.
3.2Saran
1. Pengembangan di bagian R&D (Research and Development) sehinggadapat
meningkatkan ketrampilan dan menambah pengalaman dalambidang benih
Hibrida (FI).
2. Memberikan motifasi kepada para R&D (Research and Development)untuk
selalu berusaha menemukan varietas baru, serta karyawan CV.Multi Global
Agrindo untuk selalu mengembangkan dan meningkatkankemampuan
kerjasehingga perusahaan akan lebih maju dan dapatbersaing dengan
perusahaan lain khusunya perusahaan yang bergerakdibidang produksi
benih hibrida (FI).
3. Mempertimbangkan untuk lebih memperluas daerah pemasaran, khususnya
di daerah-daerah lain yang cocok untuk pengembangan hortikultura namun
belum terjangkau oleh produk CV. MGA.
19
DAFTAR PUSTAKA
RyandaniS. K. 2005. Analisis Strategi Pemasaran Benih Hortikultura di CV. Multi Global Agrindo (MGA) Karanganyar. Tugas akhir Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Solo (UNS).Melalui:<http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=1399> [14/11/11].
Wahyono, Wawan Ardi. 2011. Budidaya Melon (Cucumis Melo L) Untuk Produksi Benih di Multi Global Agrindo (MGA) Karangpandan Karanganyar. Tugas akhir Fakultas Pertanian Program Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur Pertanaman, Universitas Negeri Solo (UNS).Melalui:<http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=19547> [14/11/11].
Suharto, Hery. 2007. Pembenihan semangka (citrullus vulgaris, scard) di CV. Multi Global Agrindo.Tugas akhir Fakultas Pertanian Program Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur Pertanaman, Universitas Negeri Solo (UNS).Melalui:<http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=4388> [14/11/11].
Prasojo. 2007. Pembenihan melon (Cucumis melo L.) di CV. Multi Global Agrindo Karangpandan.Tugas akhir Fakultas Pertanian Program Agribisnis Hortikultura dan Arsitektur Pertanaman, Universitas Negeri Solo (UNS).Melalui:<http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=5482> [14/11/11].
20
Top Related