1
IMPLEMENTASI PEMERATAAN GURU PNS DI KOTA BATAM
(Studi Kasus Pada Jenjang Sekolah Dasar )
Desi Ratnasari, Kustiawan, Handrisal
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji
A B S T R A K
Penataan dan pemerataan guru Pegawai Negeri Sipil merupakan tanggung
jawab setiap daerah. Pelaksanaan penataan dan pemerataan guru Pegawai Negeri
Sipil di daerah menjadi tanggung jawab dari Bupati/walikota hal ini sesuai pasal 4
ayat (2) Peraturan Bersama Lima Menteri tentang Penataan dan Pemerataan Guru
Pegawai Negeri Sipil. Namun fenomena yang terjadi jumlah guru dan siswa tidak
seimbang, jumlah siswa yang banyak tidak sesuai dengan jumlah guru PNS yang
ada di Kota Batam, bahkan untuk beberapa mata pelajaran, seperti Agama Budha
dan Kristen masih sangat minim.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Implementasi Pemerataan Guru
PNS di Kota Batam khususnya pada jenjang Sekolah Dasar, untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Pemerataan Guru PNS di Kota
Batam khususnya di Sekolah Dasarn. Pada penelitian ini penulis menggunakan
Edward III. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis data deskriptif kuantitatif.
Berdasarkan 4 faktor yang mempengaruhi dimensi ini adalah komunikasi
dan disposis, komunikasi ditemukan bahwa kurangnya sosialisasi kepada guru dan
sekolah tentang pentingnya pemerataan guru, sehingga sekolah-sekolah yang
kekurangan guru tidak tahu harus mengajukan ke siapa kekurangan tersebut,
kemudian juga tidak di dukung oleh aturan yang kuat seperti syarat pemerataan
guru, pendanaan, dan lain sebagainya, tidak hanya itu faktor disposisi atau sikap
pelaksana juga masih belum mendukung karena masih banyak kekurangan dari
sekolah yang ada di Batam namun luput dari pengawasan Dinas Pendidikan ini,
seperti banyak sekolah yang masih membutuhkan guru, tidak seimbang antara
guru dengan murid
Kata Kunci : Implementasi, Pemerataan Guru, Pegawai Negeri Sipil
2
PENDAHULUAN
Pendidikan Nasional Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pendidikan nasional Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam UUD
1945 pasal 31 ayat (1) disebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan. Selanjutnya pada ayat (3) ditegaskan bahwa pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu Sistem Pendidikan Nasional (SPN)
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia, dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
Di era otonomi daerah saat ini pemerintah pusat telah melibatkan
pemerintah kabupaten/kota dalam mengurus atau mengelolah pendidikan di
daerahnya. Salah satu kewenangan pemerintah kabupaten/kota dalam pengelolaan
pendidikan yaitu pada sektor tenaga pendidik serta tenaga kependidikan.
Sebagaimana dalam UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 41 ayat 3 disebutkan bahwa “pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang
diperlukan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu”.
3
Salah satu urusan pemerintahan yang diatur dan dikelola oleh daerah
adalah bidang pendidikan, sebagaimana dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintah Daerah pasal 14 ayat 1 disebutkan bahwa
Penyelenggaraan Pendidikan merupakan salah satu urusan wajib yang menjadi
kewenangan Pemerintah Kabupaten/ Kota. Oleh karena itu pendidikan merupakan
sektor yang utama dan mendapat perhatian secara kusus dalam penyelenggaraan
pemerintahan di daerah. Hal yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan dengan ketersedian tenaga pendidik yang memadai. Sebagaimana
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 41 ayat 3 ditegaskan bahwa, Pemerintah dan Pemerintah Daerah
wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga kependidikan
yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu.
Untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, serta peningkatan mutu
pendidikan, pemerintah mengeluarkan UU No14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen, yang dalam pasal 24 ayat 3 dinyatakan “Pemerintah kabupaten/kota wajib
memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun
dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan pendidikan
dasar dan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal sesuai dengan
kewenangan”.
Tujuan Utama Penataan dan Pemerataan adalah untuk mengatur kembali
kebutuhan guru pada satuan pendidikan agar rasional guna menciptakan
pendidikan yang merata dan seimbang, proses pendidikan dapat berjalan efektif
dan efesien sehingga pada tujuan akhirnya ada kesamaan standar hasil pendidikan
4
diseluruh wilayah Indonesia. Bukan hanya standar kelulusannya yang selalu 100
persen, tapi yang jelas standar keilmuannya yang mendekati sama. Agar dapat
berjalan efektif adan esien, maka tinjauan analisis kebutuhan tenaga pendidik
harus benar-benar akurat, dan relistis di lapangan.
Oleh karena pendidikan dijalankan melalui gerakan otonomi daerah atau
desentralisasi, maka menjadi suatu keharusan untuk segera diimplementasikan
dalam sistem bernegara sebagai bentuk pertanggungjawaban Pemerintah dalam
membangun masyarakat yang demokratis, masyarakat berprestasi dan
peningkatan daya saing bangsa. Sehingga dalam konteks kedaerahan, otonomi
pendidikan harus dapat mengakomodir secara fleksibel berbagai kebutuhan
masyarakat di daerah, mampu menciptakan masyarakat lokal yang berprestasi,
dan mampu meraih kemajuan daerah setempat melalui suatu kebijakan pendidikan
yang tepat.
Salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah
adalah kebutuhan guru oleh setiap satuan pendidikan. Guru sebagai tenaga
pendidik memiliki kedudukan yang strategis, keberadaan guru merupakan salah
satu kebutuhan untuk menyelenggarakan system pendidikan nasional yang lebih
baik dan professional. Menurut Peraturan Bersama Lima Mentri tentang penataan
dan pemerataan guru PNS yang dimaksud guru adalah pendidik professional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada tingkat anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah.
5
Dalam upaya pemerataan kualitas pendidikan, pemerintah membuat
sebuah kebijakan tentang penataan dan pemerataan guru PNS melalui Peraturan
Bersama Lima Menteri. Kelima kementerian yang terlibat diantaranya adalah
Menteri Pendidikan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama.
Peraturan ini diundangkan pada tahun 2011 dan berlaku efektif pada tahun 2012.
Kebijakan ini dibuat untuk menjamin pemerataan guru antarjenjang, antarjenis
pendidikan, antar kabupaten, antar kota, antar provinsi untuk mewujudkan
peningkatan mutu pendidikan formal secara nasional.
Penataan dan pemerataan guru PNS merupakan tanggung jawab setiap
daerah. Pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS di daerah menjadi
tanggung jawab dari Bupati/walikota hal ini sesuai pasal 4 ayat (2) Peraturan
Bersama Lima Menteri tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS. Ruang
lingkup guru PNS yang dimaksud dalam peraturan bersama ini adalah guru kelas,
guru mata pelajaran, dan guru bimbingan dan konseling pada tingkat pendidikan
Taman Kanak – kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas dan semua satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah.
Masalah yang muncul tentang dalam hal keguruan di Indonesia adalah
berkaitan dengan tidak meratanya jumlah guru pada daerah perkotaan dengan
daerah yang ada di wilayah pedesaan atau terpencil. Pada umumnya guru yang
bergelar sarjana lebih banyak berada di daerah perkotaan dan di daerah pedesaan
relative lebih kecil. Menurut penelitian yang dilakukan oleh World Bank pada
6
tahun 2013 lebih dari setengah jumlah guru SD dan SMP di daerah perkotaan
bergelar sarjana dan hanya 20% guru di daerah terpencil yang bergelar sarjana.
Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa terdapat kekurangan atau
kelebihan guru pada satuan pendidikan, pada suatu kabupaten/kota, dan/atau
provinsi serta adanya alih fungsi guru sehingga menimbulkan kesenjangan
pemerataan guru antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan,
antarkabupaten/kota, dan antarprovinsi. Kekurangan dalam arti jumlahnya
memang kurang, atau bisa jadi kekurangan guru pada mata pelajaran tertentu.
Demikina juga ada yang kelebihan jumlah guru dan dan kekurangan guru pada
mata pelajaran tertentu. Guna mensikapi fakta di atas jalan yang perlu ditempuh
adalah Penataan guru PNS yaitu proses menata ulang agar rasio, kualifikasi
akademik, distribusi, dan komposisi guru PNS sesuai dengan kebutuhan riil
masing-masing satuan pendidikan. Jalan yang ditempuh adalah pemindahan guru
PNS yaitu proses penugasan guru antarsatuan pendidikan, antarjenjang, antarjenis
pendidikan, antarkabupaten/kota, dan antarprovinsi dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan yang berdampak pada perubahan satuan administrasi pangkal
yang bersangkutan. dalam upaya mewujudkan peningkatan dan pemerataan mutu
pendidikan formal secara nasional
Kota Batam terbagi menjadi 2 (dua) wilayah, yakni masyarakat yang
bertempat tinggal di daerah mainland dan masyarakat yang bertempat tinggal di
daerah hinterland. Ciri khas masyarakat hinterland adalah mereka pada umumnya
hidup dengan bergantung pada hasil laut disekitar Kota Batam ini. Terutama
masyarakat yang masih menggunakan cara-cara tradisional dalam menggali
7
potensi kelautan yang ada di sekitar kota ini. Memang kehadiran Kota Batam
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat hinterland, meskipun pada
akhirnya harus diakui bahwa perkembangan di lingkungan masyarakat hinterland
tidak sekencang yang ada di daerah mainland.
Pendidikan di wilayah hinterland jauh ketinggalan dengan sekolah –
sekolah yang ada di Batam kurangnya minat Guru PNS untuk mengajar di daerah
pulau akibatnya terjadi penumpukan guru – guru di satu sekolah mainland, Setiap
guru PNS sudah bersumpah untuk bersedia ditempatakan dimana saja bagian
Indonesia.
Tabel 1.1
Persebaran Guru SD Kota Batam 2017
No Kecamatan Jumlah
Guru
Jumlah siswa Rasio
guru dan
siswa
Jumlah
rombongan
belajar
1 Kecamatan Batam Kota 134 9.510 1 : 70 1 : 2
2 Kecamatan Batu Aji 101 7.344 1 : 72 1 : 2
3 Kecamatan Batu Ampar 39 3.647 1 : 93 1 : 3
4 Kecamatan Belakang
Padang
82 2.109 1 : 25 1
5 Kecamatan Bengkong 114 7.630 1 : 66 1 : 2
6 Kecamatan Bulang 27 1.416 1 : 52 1 : 2
7 Kecamatan Galang 82 2.463 1 : 30 1 : 2
8 Kecamatan Lubuk Baja 88 5.091 1 : 57 1 : 2
9 Kecamatan Nongsa 97 5.540 1 : 57 1 : 2
10 Kecamatan Sagulung 210 15.899 1 : 75 1 : 3
11 Kecamatan sei/
sungaiBeduk
55 6251 1 : 113 1 : 4
12 Kecamatan Sekupang 165 9749 1 : 59 1 : 2
Sumber: Dinas pendidikan kota Batam, 2017 dimodifikasi dengan peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
Dari tabel menjelaskan bahwa ada persebaran yang tidak merata. Mengacu
pada Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru yang
berisi mengenai rasio minimal jumlah peserta didik terhadap gurunya dan
8
Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses yang mengatur
jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar dengan ketentuan
sebagai berikut: SD : minimal 20 maksimal 28 peserta didik/kelas. Jadi
perbandingannya adalah 1 : 28 peserta. Namun kenyataannya yang ada saat ini
tidak berimbang antara guru dan siswa. Bahkan siswa yang ada melebihi kapasitas
guru yang ada, 1 guru bisa menangani lebih dari 28 siswa. Sehingga 1 guru
memegang 2 rombongan belajar hingga lebih.
Jika dilihat antara jumlah guru dan siswa tidak seimbang, jumlah siswa
yang banyak tidak sesuai dengan jumlah guru PNS yang ada di Kota Batam,
bahkan untuk beberapa mata pelajaran, seperti Agama Budha dan Kristen masih
sangat minim.
Dasar hukum pemerataan guru adalah Untuk menjamin pemerataan guru
antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, antarkabupaten,
antarkota, dan antarprovinsi serta dalam upaya mewujudkan peningkatan dan
pemerataan mutu pendidikan formal secara nasional dan pencapaian tujuan
pendidikan nasional telah ditetapkan Peraturan Bersama Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Pendidikan
Nasional, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama Nomor
05/X/PB/2011, SPB/03/M.PAN-RB/10/2011, 48 Tahun 2011,
158/PMK.01/2011,11 Tahun 2011tentang Penataan dan Pemerataan Guru
Pegawai Negeri Sipil.
9
Kewenangan pemerataan ini dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS
TK/TKLB, SD/SDLB, SMP/SMPLB, SMA/SMALB, dan SMK untuk penataan
dan pemerataan guru antarprovinsi. Kemudian Dalam melakukan penataan dan
pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis
pendidikan, pemerintah provinsi, kemudian Kabupaten Kota melakukan
Penyediaan Peta Guru yang menginformasikan tentang kelebihan dan/atau
kekurangan guru PNS di wilayah kabupaten/kota dengan tembusan disampaikan
kepada Badan Kepegawaian Daerah (BKD); Pemindahan guru PNS antarsatuan
pendidikan; Penyediaan dana pemindahan guru PNS antarsatuan pendidikan di
wilayah kabupaten/kota
BAHAN DAN METODE
A. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif
b. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Kota Batam
c. Jenis Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
d. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a. Observasi
10
b. Wawancara
HASIL
Dalam upaya pemerataan kualitas pendidikan, pemerintah membuat
sebuah kebijakan tentang penataan dan pemerataan guru PNS melalui Peraturan
Bersama Lima Menteri. Kelima kementerian yang terlibat diantaranya adalah
Menteri Pendidikan, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama.
Peraturan ini diundangkan pada tahun 2011 dan berlaku efektif pada tahun 2012.
Kebijakan ini dibuat untuk menjamin pemerataan guru antarjenjang, antarjenis
pendidikan, antar kabupaten, antar kota, antar provinsi untuk mewujudkan
peningkatan mutu pendidikan formal secara nasional.
Penataan dan pemerataan guru PNS merupakan tanggung jawab setiap
daerah. Pelaksanaan penataan dan pemerataan guru PNS di daerah menjadi
tanggung jawab dari Bupati/walikota hal ini sesuai pasal 4 ayat (2) Peraturan
Bersama Lima Menteri tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS. Ruang
lingkup guru PNS yang dimaksud dalam peraturan bersama ini adalah guru kelas,
guru mata pelajaran, dan guru bimbingan dan konseling pada tingkat pendidikan
Taman Kanak – kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas dan semua satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah.
1. Komunikasi
Berdasarkan hasil wawancara maka dapat dianalisa bahwa sosialisasi pernah
11
dilakukan oleh pihak Dinas Pendidikan kepada seluruh sekolah yang terdiri dari
kepala sekolah dan guru-gurunya. Sosialiasi Penataan Dan Pemerataan Guru
Pegawai Negeri Sipil ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, wawasan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya
pendidikan bagi anak usia sekolah dalam menghadapi tantangan sesuai tuntutan
zaman. Dengan komitmen serta profesionalisme dari seluruh pihak terkait,
pemerintah meyakini akan terjadi perubahan serta peningkatan mutu pendidikan
Batam berskala nasional.
2. Sumber daya
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa Dinas Pendidikan sudah
memiliki strategi dalam peningkatan mutu pendidikan tersebut. Dari sisi
pelaksanaan pendekatan keatas dilakukan untuk memperluas gambaran
kebutuhan pendanaan guna mewujudkan kondisi awal Dinas Pendidikan Kota
Batam tetap menyusun Program – program pembangunan pendidikan
berdasarkan jenjang pendidikan serta pengelompokan program. Peningkatan
sarana dan prasarana untuk peningkatan kualitas/mutu dunia Pendidikan di kota
Batam maka Pemerintah Kota Batam dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Batam
melakukan kerjasama dengan SKPD lain yaitu Dinas Tata Kota Batam dalam
melakukan pembangunan Sekolah Unit Baru (USB) SD dan SMP. Staregi lainnya
adalah selain melakukan kerjasama dengan lintas SKPD dalam lingkup
pemerintah Kota Batam maka Dinas Pendidikan Kota Batam juga melakukan
kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dalam hal ini Dinas
Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau dalam pembangunan Unit Sekolah Baru
12
(USB) SMA dan SMK. dan Subsidi Pembangunan Gedung Sekolah Baru
SMP.SMA.SMK dengan Kementerian Pendidikan Nasional serta subsidi lainnya.
Kemudian agar strategi yang direncanakan dapat berjalan dengan baik, maka
pemerintah Kota Batam menambahkan sumber dana untuk pendidikan
3. Disposisi/Sikap pelaksana
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa
bahwa komitmen sudah ditunjukan dengan menampung aspirasi dan mencari
jalan dalam kekurangan guru tersebut. Beberapa masalah dalam distribusi guru
diantaranya adalah: 1) kurang berfungsinya pengelolaan sumberdaya pendidik
pada tingkat kabupaten/kota; 2) sekolah hanya melaporkan tentang kekurangan
guru, jika ada kelebihan guru sekolah tidak melaporkan, 3) tidak ada kebijakan
disinsentif bagi sekolah yang kelebihan guru. Tuntutan mutu pendidikan dari
masyarakat dan standarisasi mutu pendidikan yang ditunjukkan dengan adanya
ujian nasional memacu sekolah untuk melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan mutu layanan pendidikan salah satunya adalah menempatkan guru
secara merata.
4. Struktur Birokrasi
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa untuk menempatkan guru sudah
ada standar yang harus diperhatikan. Isi peraturan bersama tersebut tampak
menyeluruh lengkap dengan berbagai peraturan yang sudah diantisipasi akan
dibutuhkan meskipun masih bersifat umum. Kelemahan dari peraturan bersama
tersebut terkesan tidak ada. Kalau memang masih bersifat umum itu wajar
mengingat peraturan tersebut perlu mewadahi berbagai kondisi guru yang ada di
13
seluruh Indonesia, serta kondisi Indonesia yang (di antaranya) memiliki wilayah
yang luas, berpulau-pulau, memiliki kesenjangan kemajuan pembangunan, dan
jarak antarkabupaten/kota berjauhan. Standard operational procedure (SOP)
merupakan perkembangan dari tuntutan internal akan kepastian waktu, sumber
daya serta kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja yang kompleks dan
luas”. (Winarno, 2005:150). Ukuran dasar SOP atau prosedur kerja ini biasa
digunakan untuk menanggulangi keadaan-keadaan umum diberbagai sektor publik
dan swasta. Dengan menggunakan SOP, para pelaksana dapat mengoptimalkan
waktu yang tersedia dan dapat berfungsi untuk menyeragamkan tindakan-tindakan
pejabat dalam organisasi yang kompleks dan tersebar luas, sehingga dapat
menimbulkan fleksibilitas yang besar dan kesamaan yang besar dalam penerapan
peraturan.
HASIL
Peraturan tersebut ditandatangani oleh 5 menteri yang terkait, yaitu
Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara PAN dan RB, Menteri Dalam
Negeri, dan Menteri Keuangan. Kelima Menteri tersebut masing-masing
mempunyai tugas yang terkait erat dengan Peraturan Bersama tersebut.
Kementerian Pendidikan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang
pendidikan dalam pemerintahan. Dalam menyelenggarakan urusan pendidikan,
guru merupakan ujung tombak dan memiliki peran yang penting dan utama.
Kementerian Agama, juga melaksanakan fungsi di bidang pendidikan agama baik
di sekolah umum, sekolah keagamaan maupun perguruan tinggi di mana guru juga
memiliki peran penting. Kementerian PAN dan RB adalah yang mengurus PNS
14
dalam hal ini PB tersebut menata guru PNS. Kementerian Dalam Negeri perlu
terlibat mengingat status kepegawaian guru PNS adalah di bawah kewenangan
pemerintah kabupaten/kota tersebut. Kementerian Keuangan perlu dilibatkan
mengingat salah satu tugas kementerian tersebut adalah menyelenggarakan urusan
keuangan. Dalam hal ini gaji dan tunjangan guru PNS adalah bersumber dari
kementerian keuangan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui masih banyaknya guru yang dibutuhkan di
Kota Batam, hal ini dapat dilihat dari data berikut
Tabel 1.1
Persebaran Guru SD Kota Batam 2017
No Kecamatan Jumlah Guru
1 Kecamatan Batam Kota 134
2 Kecamatan Batu Aji 101
3 Kecamatan Batu Ampar 39
4 Kecamatan Belakang
Padang
82
5 Kecamatan Bengkong 114
6 Kecamatan Bulang 27
7 Kecamatan Galang 82
8 Kecamatan Lubuk Baja 88
9 Kecamatan Nongsa 97
10 Kecamatan Sagulung 210
11 Kecamatan sei/
sungaiBeduk
55
12 Kecamatan Sekupang 165
Sumber: Dinas pendidikan kota Batam, 2017
15
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan maka dapat dianalisa bahwa
jumlah guru yang ada pada saat ini di Kota Batam masih terbatas dan kurang merata di
beberapa daerah bahkan perlu banyak penambahan, Berdasarkana data yang di dapatkan
pada Dinas Pendidikan Kota Batam saat ini Batam kekurangan 505 guru lagi untuk
ditempatkan di berbagai wilayah di Kota Batam agar lebih merata. Penempatan dan
penugasan guru PNS ini dilakukan guna mengatasi permasalahan pemerataan guru di
sekolah-sekolah. Peraturan Bersama 5 Menteri Tahun 2011 Tentang Penataan Dan
Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil berdampak pada pemenuhan jam mengajar guru
bersertifikasi. Pemenuhan kewajiban mengajar selama 24 jam tatap muka per minggu
merupakan sebuah konsekuensi yang harus dilakukan oleh seorang guru untuk
memperoleh tunjangan sertifikasi. Peraturan Bersama 5 Menteri Tentang Penataan dan
Pemeratan Guru Pegawai Negeri Sipil diharapkan dapat memberikan perubahan terhadap
kualitas profesionalisme guru dan agar dapat memotivasi semangat mengajar guru.
Distribusi guru masih menjadi isu yang selalu muncul dalam masalah
pendidikan. Di Kota Batam juga mengalami masalah dengan besarnya jumlah guru
berkualitas di bawah standar dan tidak layaknya pelatihan profesional bagi mereka. Guru
yang tidak merata dilihat dari indikator :
1. Guru mengajar dengan merangkap lebih dari 1 kelas
2. Guru merangkap mengajar pelajaran tertentu seperti pendidikan jasmani
dan agama
3. Setiap rombongan belajar di isi 1 guru dengan 20 sampai dengan 32 siswa
16
Jika dari 3 syarat diatas ada di sebuah sekolah maka dipastikan sekolah
tersebut distribusi gurunya tidak merata karena berdasarkan Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Peraturan Bersama tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS,
penempatan guru SD yang ideal adalah sebagai berikut :
1. Setiap rombel 20-32 siswa
2. Setiap rombel diampu oleh 1 (satu) orang guru kelas.
3. Setiap SD harus menyediakan guru agama dan guru pendidikan jasmani
dan kesehatan.
4. Wajib mengajar bagi guru agama dan guru pendidikan jasmani dan
kesehatan (penjaskes) yang digunakan dalam Penghitungan 24 jam tatap
muka perminggu.
5. Setiap SD harus menyediakan guru agama sesuai dengan ragam jenis
agama yang dianut peserta didik.
6. Apabila di SD terdapat anak berkebutuhan khusus dan/atau SD tersebut
menyelenggarakan program pendidikan inklusi, maka SD tersebut harus
menyediakan minimal satu guru pendidikan khusus per enam rombel,
dengan perhitungan jam setara dengan guru kelas
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil peneltian maka dapat diambil kesimpulan bahwa Implementasi
Pemerataan Guru Pns Di Kota Batam (Studi Kasus Pada Jenjang Sekolah Dasar)
belum berjalan dengan baik hal ini dapat dilihat dari beberapa dimensi sebagai
berikut :
17
1. Komunikasi ditemukan bahwa Sosialiasi Penataan Dan Pemerataan Guru
Pegawai Negeri Sipil sudah dilakukan, tetapi kurang jelas karena
pemerintah mengharapkan guru itu merata, namun jumlahnya tidak
memadai, ongkos atau biaya yang di keluarkan dalam penambahan serta
penemapatan guru juga tidak di bahas secara khusus, peraturan yang ada
juga tidak mendukung sepenuhnya sehingga masih banyak permasalahn
yang timbul berkaitan dengan peraturan tersebut.
2. Sumber daya ditemukan bahwa pendanaan khusus belum ada tetapi
pegawai yang menjalankan peraturan tersebut sudah memiliki kemampuan
yang baik. hal ini ditunjukkan dari setiap ada permasalahan berkaitan
dengan hal tersebut. Kota Batam mengalami ketidakmerataan jumlah guru,
baik pada guru kelas maupun guru mata pelajaran. Sehingga sesuai dengan
peraturan bersama lima menteri ini pemerintah Kota Batam diwajibkan
melakukan proses penataan ulang seluruh guru PNS yang ada di tingkat
SD dan SMP. Sesuai dengan peraturan bersama, pada tingkat
Kabupaten/Kota Bupati/Walikota memiliki tanggung jawab untuk
melakukan proses penataan dan pemerataan dengan membuat peta
perencanaan serta memfasilitasi pemindahan guru antar satuan pendidikan,
antar jenjang dan antar jenis di dalam wilayah kerjanya.
3. Diposisi atau sikap ditemukan bahwa masih kurangnya kerjasama antara
Dinas Pendidikan Kota Batam dengan sekolah, karena masih banyak
kekurangan dari sekolah yang ada di Batam namun luput dari pengawasan
Dinas Pendidikan ini, seperti banyak sekolah yang masih membutuhkan
18
guru, tidak seimbang antara guru dengan murid, kemudian ruang kerja
yang masih tidak layak, pemerintah sudah berkomitmen namun masih
banyak kendala dalam pelaksanaannya di lapangan
4. Struktur birokrasi ditemukan bahwa bahwa untuk menempatkan guru
sudah ada standar yang harus diperhatikan. Isi peraturan bersama tersebut
tampak menyeluruh jika ada permasalahan memang masih bersifat umum
itu wajar mengingat peraturan tersebut perlu mewadahi berbagai kondisi
guru yang ada di Kota Batam, serta kondisi Batam yang (di antaranya)
memiliki wilayah yang luas, berpulau-pulau, memiliki kesenjangan
kemajuan pembangunan, dan jarak antar kabupaten/kota berjauhan
Berdasarkan 4 faktor yang mempengaruhi dimensi ini adalah
komunikasi dan disposis, komunikasi ditemukan bahwa kurangnya sosialisasi
kepada guru dan sekolah tentang pentingnya pemerataan guru, sehingga
sekolah-sekolah yang kekurangan guru tidak tahu harus mengajukan ke siapa
kekurangan tersebut, kemudian juga tidak di dukung oleh aturan yang kuat
seperti syarat pemerataan guru, pendanaan, dan lain sebagainya, tidak hanya
itu faktor disposisi atau sikap pelaksana juga masih belum mendukung karena
masih banyak kekurangan dari sekolah yang ada di Batam namun luput dari
pengawasan Dinas Pendidikan ini, seperti banyak sekolah yang masih
membutuhkan guru, tidak seimbang antara guru dengan murid
SARAN
Berikut saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
19
1. Harus ada koordinasi yang intensif antara sekolah dan Dinas Pendidikan
untuk menangani permasalahan pemerataan guru, dengan komunikasi dan
koordinasi yang insentif akan diketahui sekolah mana yang membutuhkan
guru dan menjadi prioritas, hal ini bisa dilakukan dengan membuat surat
edaran ke sekolah-sekolah khususnya jenjang SD untuk melaporkan
kekurangan gurunya, atau melaporkan rasio guru yang ada selambat-
lambatnya setiap semester dalam satu tahun.
2. Harus ada biaya dalam pemerataan guru agar pelaksanaannya lebih tepat
sasaran
3. Sebaiknya ada pengawasan dari Dinas Pendidikan ke sekolah-sekolah
melihat pada saat jam belajar mengajar sehingga dapat diketahui tentang
seberapa perlunya penambahan guru di sekolah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Said Zainal. 2002. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah.
Agustino, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung : CV Alfabetha
Arikunto. Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Flippo, 2002. Personel Management (Manajemen Personalia), Edisi. VII Jilid II,
Terjemahan Alponso S, Erlangga, Jakarta
Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia:Pengertian. Dasar,
Pengertian, dan Masalah. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung,
Hasbullah, 2001, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Persada.
Harsono, 2008, Model-model Pengelolaan Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
20
Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan Evaluasi.
Jakarta : PT.Elex Media Komputindo
Nugroho, Riant D. 2012. Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan Evaluasi.
Jakarta : PT.Elex Media Komputindo
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2012. Implementasi Kebijakan Publik.
Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta : Gava Media
Setiawan, Hendrik. (2012). Efektivitas Kegiatan Orientasi Perpustakaan Terhadap
Pemanfaatan Layanan Pada Perpustakaan Universitas Airlangga Surabaya.
(Skripsi).
Subarsono. 2008. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suharno. 2010. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Yogyakarta : UNY Press.
Soekidjan. 2009. Manjaemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: BumiAksara.
Wahab. Solichin Abdul. 2001. Analisis Kebijaksanaan: dari Formula ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Widodo. 2013, Analisa Kebijakan Publik .Malang :Bayumedia Publishing.
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Jakarta: PT. Buku
Kita.
Top Related