BAB IPENDAHULUAN
Ileus adalah keadaan di mana penderita mengalami gangguan passage atau jalannya
makanan dalam usus oleh karena suatu sebab. Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh
obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi
mekanik. Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus
harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang
disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi,
sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang
menyebabkan strangulasi.
Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh cacat
lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya berputar (volvulus). Invaginasi
merupakan penyebab tersering dari sumbatan usus akut pada anak, dan sumbatan usus akut
ini merupakan salah satu tindakan bedah darurat yang sering terjadi pada anak.
Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma terutama pada daerah
rektosigmoid dan kolon kiri distal. Tanda obstruksi usus merupakan tanda lanjut (late sign)
dari karsinoma kolon. Obstruksi ini adalah obstruksi usus mekanik total yang tidak dapat
ditolong dengan cara pemasangan tube lambung, puasa dan infus. Akan tetapi harus segera
ditolong dengan operasi (laparatomi).
1
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
II.1. Anatomi Usus
Usus halus (small intestine) merupakan bagian dari sistem saluran cerna bawah yang
terletak di bagian intraperitoneal yang terdiri atas duodenum (retroperitoneum), jejenum, dan
ileum. Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari
pilorus sampai katup ileosekal. 2,5
Gambar 1. Anatomi Usus Halus
Jejenum adalah lanjutan dari duodenum mulai dari flexura duodenojejunalis sampai
dengan ileum yang berakhir pada muara caecum. Panjang seluruh jejenum dan ileum adalah
sekitar 6-7 meter dengan 2/5 bagian merupakan jejenum dan 3/5 merupakan bagian ileum.
Kelokan jejenum dan ileum mengisi hampir mengisi semua bagian dari kompartemen
infracolica di dalam cavum peritonei dikelilingi oleh usus besar serta ditutupi didepan oleh
tirai dari omentum majus. Di sekitar duodenum dan flexura duodenojejunalis terdapat
beberapa kantong peritonealis kecil, yaitu recessus duodenalis superior, duodenalis inferior,
para duodenalis, retroduodenalis dan duodenojejenalis. 2,5
2
Adapun perbedaan antara jejejnum dan ileum pada manusia hidup diantaranya :
Jejenum mempunyai ukuran lebih besar (diameter : 4 cm) dari pada ileum (diameter :
3,5 cm).
Dinding jejenum lebih tebal, lebih vascular, (warna lebih kemerahan) dibandingkan
ileum.
Kelokan ileum terletak pada region pubica dan inguinalis dan rongga pelvis,
sedangkan jejejnum terletak diatas kavum peritoneum dibawah bagian kiri colon
transversum.
Kelenjar limfe pada ileum tersebar pada bagian bawah ileum, lebih berkelompok
sedangkan jejenum tersebar di seluruh jejenum.
Gambar 2. Suplai Darah Usus Halus
Ileum dan jejenum mendapati perdarahan dari arteri ilei dan arteri jejunalis cabang dari
arteri mesentrica superior. Cabang-cabang dari arteri mesentrica superior tersebut membentuk
anyaman yang biasa disebut dengan arcade jejunalis dan ilei. Arteri ileocalica memperdarahi
bagian bawah dari ileum. Peredaran pembuluh darah balik vena dialirkan melalui vena
mesentrica superior yang bersatu dengan vena lienalis yang membentuk vena porta hepatica.
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah
3
pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin
dekat anus semakin kecil. 2,5
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup
ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau
tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke
sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid.
Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan hati,
menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon ascendens
membelok ke kiri membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum
menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli
sinistra. 2,5
Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah,
membentuk fleksura kolisinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon
descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan
lanjutan kolon descendens. Ia tergantung kebawah dalam rongga pelvis dalam bentuk
lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki
bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan
turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Disini rektum
melanjutkan diri sebagai anus dan perineum. 2,5
II.2. Fisiologi Usus
Usus halus merupakan tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan. Setelah isi
lumen meninggalkan usus halus maka tidak terjadi lagi perncernaan, walaupun usus besar
dapat menyerap sejumlah kecil garam dan air. Usus halus adalah suatu saluran dengan
panjang sekitar 6,3 m. Usus halus berada dalam keadaan bergulung di dalam rongga abdomen
dan terlentang dari lambung sampai usus besar. Usus halus dibagi menjadi tiga segmen:
duodenum, jejenum, ileum. 4
Terjadi dua proses dalam system pencernaan yang terjadi di usus halus yakni kontraksi
segmental dan longitudinal (migrating motility complex). Kontraksi segmental yaitu sebuah
motilitas utama usus halus, mencampur dan mendorong secara perlahan kimus. Segmentasi
terdiri dari kontraksi berbentuk cincin yang berosilasi otot polos sirkular di sepanjang usus
halus, di antara segmen-segmen yang berkontraksi terdapat daerah yang berisi bolus kecil
kimus. Cincin kontraktil timbul setiap beberapa sentimeter yang akhirnya membentuk rantai
4
sosis. Cincin kontraktil ini tidak menyapu ke seluruh panjang usus seperti yang dilakukan
oleh gelombang peristaltik. Segmen-segmen yang telah berkontraksi, setelah jeda singkat
melemas dan berkontraksi berbentuk cincin dan muncul di daerah yang semula lemas.
Kontraksi-kontraksi baru tersebut mendorong kimus di segmen yang semula lemas dalam dua
arah ke daerah sebelahnya yang sekarang melemas. Dengan demikian, segmen yang baru
melemas menerima kimus dari dua segmen yang berkontraksi yakni bagian di depan dan di
belakangnya. Segera seteleah itu, daerah-daerah yang berkontaksi dan melemas kembali
bertukar, dengan cara ini, kimus dihancurkan dan dikocok serta dicampur secara merata.
Kontraksi-kontraksi tersebut dapat dibandingkan dengan gerakan meremas pastry tube
dengan tangan untuk mencampur isinya. Pencampuran memiliki fungsi ganda yaitu
mencampurkan kimus dengan getah pencernaan yang disekresikan lumen usus halus dan
menjalankan seluruh kimus ke permukan absorbtif permukaan usus. Tingkat ketanggapan
otot polos sirkuler, intensitas kontraksi segmental dapat dipengaruhi oleh hormon gastrin. 4,5
Gambar 3. Kontraksi Usus Halus
Setelah sebagian besar makanan diserap, kontraksi segmental berhenti dan akan
digantikan oleh migrating motility complex yang berlangsung di antara waktu makan.
Hormon motilin mempengaruhi intesitas dari kontraksi ini. Setiap hari kelenjar-kelenjar
5
eksokrin yang ada di usus halus mengeluarkan sekitar 1,5 liter larutan garam dan mucus cair
(sukus enterikus) dan udara dari proses menelan ke dalam lumen untuk membantu dalam
proses pencernaan. 4,5
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir
isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang
sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir
yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon
mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta mengeluarkan
kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan air dan elektrolit dan
mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500 ml/hari, semua, kecuali 100-200 ml diabsorpsi,
paling banyak di proksimal. Kapasitas sekitar 5 l/hari. Gerakan retrograd dari kolon
memperlambat transit materi dari kolon kanan,meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental
merupakan pola yang paling umum, mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksi ini
menurun oleh antikolinergik, meningkat oleh makanan. Gerakan massa merupakan pola yang
kurang umum – pendorong antegrad melibatkan segmen panjang, 0,5-1,0 cm/detik, 20-30
detik panjang, tekanan 100-200 mmHg, tiga sampai empat kali sehari, terjadi dengan
defekasi. 4,5
6
III
ILEUS OBSTRUKTIF
III.1. Definisi
Ileus obstruksi atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan/hambatan
mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang
menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrosis
segmen usus tersebut. 2
III.2. Klasifikasi
Menurut lokasinya, ileus mekanik/obstruktif dibagi menjadi: 2,3
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai
ileumterminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal sampai
rectum).
Menurut stadiumnya, ileus mekanik/obstruktif dibagi menjadi : 1
Ileus Parsial: Obstruksi terjadi sebagian, makanan masih bisa sedikit lewat, dapat
flatus/defekasi sedikit.
Ileus Simple/Komplit: Terjadi sumbatan total tidak disertai terjepitnya pembuluh
darah
Ileus Strangulasi: Ileus yand disertai terjepitnya pembuluh darah (strangulasi)
sehingga terjadi nekrosis atau ganggren yang ditandai dengan gejala umum berat yang
disebabkan oleh toksin dari jaringan ganggren. Jadi strangulasi memperlihatkan
kombinasi gejala obstruksi dan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis.
7
III.3. Etiologi
Berdasarkan mekanisme terjadinya obstruksi, maka obstruksi mekanik dapat dibagi
menjadi:
Obstruksi pada lumen usus (Intraluminer)
o Polipoid tumor
o Intussusepsi/invaginasi
o Gallstone Ileus
o Feces, meconium bezoar (pada bayi)
Kelainan pada dinding usus (Intramural), kebanyakan kongenital
o Pada bayi: Atresia, stenosis, duplikasi
o Pada penderita dewasa: Neoplasma, peradangan, Crohn’s disease, post radiasi,
sambungan usus
Kelainan di luar usus (Extraluminer)
o Adhesion (perlengketan)
o Hernia eksterna
o Neoplasma
o Abses
Terdapat bermacam penyebab obstruksi usus antara lain :1
1. Hernia inkarserata
Adalah istilah yang menunjukkan suatu keadaan dimana isi kantong hernia tidak
dapat masuk kembali ke rongga peritoneal akibat terjepit di anulus inguinalis. Proses yang
langsung terjadi ialah gangguan aliran darah dan pasase segmen usus yang terjepit (kalau
usus yang masuk) sehingga dapat juga disebut hernia strangulasi. Pada anak dapat dikelola
secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan reduksi gaya
berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi segera.
2.Adhesi atau perlekatan usus
Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi umumnya berasal dari
rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum, atau pasca operasi. Di
mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Adhesi dapat berupa perlengketan
mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, mungkin setempat maupun luas. Sering
8
juga ditemukan bentuk pita. Pada operasi , perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar
pasase usus pulih kembali.
3. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya puluhan
hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana diusus halus, tetapi biasanya di
ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing
yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing. Obstruksi bisa terjadi di mana-
mana di usus halus, tetapi bila di ileum terminal, tempat lumen paling sempit , cacing ini
menyebabkan kontraksi lokal di dinding usus yang disertai dengan rekasi radang setempat
yang tampak di permukaan peritoneum.
Gambaran Klinis
Obstruksi usus oleh cacing askariasis paling sering ditemukan pada anak karena
hiegine yang kurang sehingga infeksi cacing terjadi berulang.
Keadaan umum mungkin tidak terlalu payahtampak sakit sedang, tetapi anak dapat
menderita serangan kolik tanpa berhenti jika terjadi obstruksi total. Muntah terjadi
sewaktu kolik dan penderita tampak gelisah, kadang cacing keluar dari mulut atau anus.
Perut kembung dan peristalsis terlihat sewaktu kolik. Umumnya terdapat demam. Ternyata
cacing menyebabkan kontraksi setempat di dinding usus yang disertai reaksi radang lokal.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan perut , massa tumor yang berupa gumpalan cacing dapat diraba,
tidak berbatas jelas dan mungkin dapat digerakan ; msasa yang teraba kadang seperti
kantong nelayan yang penuh cacing. Perut biasanya sakit dan terdapat nyeri tekan.
Diagnosis obstruksi cacing didukung oleh riwayat pemberian obat cacing atau
pencahar, demem, serangan kolik , muntah d an cacing keluar dari mulut (hidung) atau
anus. Muntah cacing atau pengeluaran cacing peranum tidak membuktikan adanya
obstruksi oleh cacing askariasis, tetapi hal ini harus diperhatikan karena keadaannya dapat
menjadi abdomen akut. Pada pemeriksaan rontgen terdapat gambaran obstruksi usus halus.
Segmen usus yang penuh dengan cacing beresiko tinggi untuk mengalami volvulus,
strangulasi dan perforasi. Penting sekali membedakan obstruksi lengkap dan partial karena
pada obstruksi lengkap menuntut pembedahan segera karena terancam volvulus
9
Tabel 3.1.Perbedaan Obstruksi Parsial dan Lengkap pada Askariasis
Partial Lengkap
Penyebab Massa terdiri atas gumpalan
cacing yang dikompresi oleh
spasme usus ; masi dapat
dilalui oleh gas dan cairan.
Massa terdiri atas cacing
yang mati dan makanan ,
tidak dapat dilalui oleh gas
dan cairan
Keadaan Umum Baik Sakit berat
Nyeri Kolik hilang timbul “kolik
cacing”
Kolik terus menerus
Muntah Pada permulaan Terus-menerus
Pemeriksaan perut Massa di perut berubah
tempat ; bentuk dan gerakan
seperti cacing ; nyeri sedikit
Gembung ; peristaltic
kelihatan ; massa sukar
diraba, mungkin nyeri jelas
setempat
Foto Rontgen Cacing mungkin kelihatan;
sedikit gambaran obstruksi
dengan batas cairan
Gambaran obstruksi dengan
batas cairan banyak ; cacing
jarang kelihatan.
Diagnosis Banding
Massa diperut dapat disebabkan oleh invaginasi, volvulus atau appendicitis. Pada
invaginasi , msasa lebih berbatas jelas dan memanjang seperti sosis, disertai pengeluaran
lendir dan darah per rectum.
Pada appendicitis, massa tidak dapat digerakan, nyeri sekonyong-konyong ; demam
naik turun, sedangkan penderita tampak sakit berat dan toksik.
Pada trauma abdomen, nyeri hebat disertai defans muscular, sedangkan massa di perut
dan obstruksi tidak menonjol jelas.
Tatalaksana
Obstruksi parsial
Pengelolaan konservatif yang dianjurkan terdiri atas :
Pasien dipuasakan
Pemberian cairan intravena diikuti antihelmintik. Tidak dianjurkan memberikan
antihelmintik dan pencahar selama 48-72 jam pertama atau selama gejala
10
obstruksi belum hilang . Karena antihelmintik bisa merubah obstruksi partial
menjadi total. Dan pencahar memungkinkan terjadinya volvulus atau invaginasi.
Saat tanda dan gejala obstruksi hilang antihelmintik ini berfungsi melumpuhkan
cacing dan membantu mengeluarkan peranum.
Observasi ketat
Obstruksi lengkap
Segera dilakukan operasi pada obstruksi lengkap. Mungkin diperlukan enterotomi
untuk mengeluarkan cacing . Jika dinding usus sudah robek dan mengalami ganggren,
dilakukan reseksi bagian usus yang bersangkutan.
Komplikasi
Resiko tinggi untuk lumen usus yang penuh dengan cacing adalah volvulus, strangulasi,
dan perforasi.
4. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang
muda dan dewasa. Suatu keadaan masuknya suatu segmen usus ke segmen bagian distal
yang umumnya akan berakhir dengan obstruksi usus strangulasi. Invaginasi diduga oleh
karena perubahan dinding usus khususnya ileum yang disebabkan oleh hiperplasia
jaringan lymphoid submukosa ileum terminal akibat peradangan, dengan abdominal kolik.
Keluarnya darah dari rektum serta massa yang berbentuk sosis sepanjang kolon yang
merupakan tanda khas.
Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Kebanyakan ditemukan pada kelompok umur 2-12 bulan,dan lebih banyak pada anak laki-
laki. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon
ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan
nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan
peritonitis.
Anamnesis
Bayi tiba-tiba mendapat serangan nyeri perut, anak tampak gelisah dan tidak dapat
ditenangkan, sedangkan diantara serangan biasanya anak tidur tenang. Biasanya juga
11
disertai pengeluaran lendir campur darah (“red currant jelly” = selai kismis merah ) per
anum, yang berasal dari intususeptum yang tertekan, terbendung, atau mungkin sudah
mengalami strangulasi. Anak biasanya muntah sewaktu serangan dan pada pemeriksaan
perut teraba massa berbatas jelas , memanjang seperti sosis.
Pemeriksaan Fisik
Invaginatum yang masuk jauh dapat ditemukan pada pemeriksaan colok dubur. Ujung
invaginatum teraba seperti porsio uterus pada pemeriksaan vaginal sehingga dinamai
“pseudoporsio” atau porsio semu. Invaginatum yang keluar dari rectum jarang ditemukan,
hal ini harus dibedakan dengan prolapsus mukosa rectum. Pada invaginatum didapatkan
invaginatum bebas dari dinding anus, sedangkan prolapsus berhubungan secara sirkuler
dengan dinding anus,
Diagnosis invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan
pemeriksaan Rontgen dengan pemberian barium enema.
Tatalaksana
Pengelolaan reposisi hidrostatik dapat dilakukan sekaligus sewaktu diagnosis rontgen
tersebut ditegakan . Syarat nya adalah jika keadaan umum memungkinkan, tidak ada
gejala dan tanda rangsangan peritoneum, anak tidak toksik dan tidak terdapat obstruksi
tinggi.
Tekanan hidrostatik ini tidak boleh lebih dari satu meter air dan tidak boleh dilakukan
pegurutan atau penekanan manual di perut sewaktu dilakukan reposisi hidrostatik ini.
Pengelolaan berhasil jika barium tampak masuk di ileum. Reposisi pneumostatik dengan
tekanan udara makin sering dilakukan karena lebih aman dan hasilnya lebih baik daripada
reposisi dengan barium enema.
Jika reposisi konservatif gagal dilakukan makan dilakukan reposisi operatif. Dengan
cara manual yaitu mendorong invaginatum dari oral ke arah sudut ileosekal ; dorongan
dilakukan dengan hati-hati tanpa tarikan dari bagian proksimal.
5. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari
segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis
12
radiimesenterii sehingga pasase makanan terganggu. Pada usus halus agak jarang
ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami
strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi tinggi dengan atau tanpa
gejala dan tanda strangulasi.
6. Kelainan kongenital
Gangguan pasase usus yang congenital dapat berupa stenosis dan atresia. Setiap cacat
bawaan berupa stenosis dan atresia dari sebagian saluran cerna akan mengakibatkan obstruksi
setelah bayi mulai menyusui. Stenosis dapat juga terjadi karena penekanan , misalnya pada
pancreas anulare. Pankreas anulare menyebabkan obstruksi usus halus di duodenum bagian
kedua.
Gambaran Klinis
Perut bayi tampak buncit tapi tidak tegang, kecuali bila ada perforasi. Hampir semua
bayi dengan obstruksi usus akan muntah, muntahnya berwarna hijau bila letak obstruksinya
distal dari ampula veter. Mekonium biasanya tidak ada, atau kalau ada berupa massa hijau
atau pucat yang meleleh keluar dari anus tanpa dorongan udara. Suhu bayi akan naik jika
sudah terjadi dehidrasi dan sepsis.
Tabel 3.2. Obstruksi Usus Bawaan atau Obstruksi Usus pada Neonatus
Anamnesis Polihidroamnion, muntah bilier atau non bilier, mekonium abnormal
(hijau atau pucat) atau tidak ada
Pemeriksaan Fisik Perut kembung atau tidak kembung, nyeri tekan perut, tubuh merah
karena vasodilatasi (eritema), syok
Diagnosis Gangguan keseimbangan elektrolit, alkalosis , asidosis, foto polos
abdomen untuk menilai ada/ tidaknya udara
Pengelolaan non
Bedah
Pipa pengisapan isi lambung, koreksi kekurangan cairan dan
elektrolit, antibiotic jika perlu
Pengelolaan Bedah Obstruksi duodenum ; duodeno-duodenostomi
Pankreas anulare ; duodeno-duodenostomi
Atresia yeyenum ; sedapat mungkin anastomosis
Atresia kolon ; kolostomi
7 . Tumor
13
Tumor usus halus jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika ia menimbulkan
invaginasi. Proses keganasan seperti karsinoma kolon, dan karsinoma ovarium dapat
menyebabkan obstruksi usus. Obstruksi ini umumnya disebabkan oleh kumpulan metastasis
di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus. Bila pengelolaan konservatif tidak
berhasil, dianjurkan operasi sebagai tindakan paliatif.
8. Tumpukan sisa makanan
Obstruksi usus halus akibat bahan makanan ditemukan pada orang yang pernah
mengalami gastrektomi ; obstruksi terjadi pada daerah anastomosis.
III.4. Patogenesis
Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang
berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh
menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik), dapat
terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena obstruksi menyebabkan perubahan
ekologi, kuman tumbuh berlebihan sehingga potensial untuk terjadi translokasi kuman.
Gangguan vaskularisasi menyebabkan mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat lolos
dari tubuh karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari toksin pada usus
yang mengalami strangulasi.
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau
ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding sekum merupakan
bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu tegang. Gejala
dan tanda obstruksi usus halus atau usus besar tergantung kompetensi valvula Bauhini.
Bila terjadi insufisiensi katup, timbul refluks dari kolon ke ileum terminal sehingga ileum
turut membesar. 2
14
III.5. Manifestasi Klinis
MANIFESTASI KLINIS
1. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral dari
obstruksi,maupun oleh muntah. Keadaan umum akan memburuk dalam waktu relative
singkat. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada
obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang
menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan
menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian
atas. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi
selalu terjadi terutama pada obstruksi komplit.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi
abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas
pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat
didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal. 1,3
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri
hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila
dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat,
menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah
terjadinya nekrosis usus. 1,3
III.6. Diagnosis
Anamnesis
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya berupa
adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala umum berupa
syok,oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan meteorismus dan kelebihan
cairan diusus, hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan muntah..
Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali defekasi
tidak ada lagi flatus atau defekasi. Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah
15
perubahan kebiasaan buang air besar terutama berupa obstipasi dan kembung dan distensi
abdomen. Kolik dan muntah tidak selalu terjadi. 1,3
Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi perut , terlihat tanda kolik sebagai gerakan usus atau kejang usus dan
Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul
dan pembengkakan atau massa yang abnormal. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran
perut yang tidak pada tempatnya misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yang
hebat sehingga terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut. Biasanya
distensi terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian ini mudah
membesar. Pada auskultasi sewaktu serangan kolik, bising usus terdengar jelas sebagai
bunyi nada tinggi atau tidak terdengar sama sekali. 1,3
III.7. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi,
leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan ketonuria
yang menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis metabolik. Leukosit jika sudah tinggi
kemungkinan sudah terjadi peritonitis. 3
Pemeriksaan Radiologi
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan foto
abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini antara lain : 1,3
- Jika terjadi obstruksi letak tinggi terdapat dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan
paling distal di ileocecal junction) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan
- Herring bone appearance
- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
16
III.8.Diagnosis Banding
Ileus paralitik
Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan
terjadidistensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi
ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut, akan ada tanda
dan gejala dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut, apendisitis akut, dan
pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus sederhana. 3
17
III. 9. Komplikasi
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir dengan
perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat peritonitis umum. 1
III.10. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi
untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan
penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita
penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit. 2,3
Tujuan dekompresi :
Memperbaiki sirkulai dinding usus
Memperbaiki peristaltic
Memperbaiki Absorbsi
Memperbaiki tegangan dinding usus
Penatalaksanaan Konservatif
Pasien dipuasakan
Dekompresi konservatif berupa
o Oral : NGT (untuk ileus mekanik letak tinggi) dan ,miller-abbot tube (untuk
letak tengah dan rendah)
Anal : Schoor steen (untuk ileus letak rendah) dan lavement
Rehidrasi intravena, perbaikan kadar elektrolit
Apabila tindakan konservatif gagal maka akan dilakukan tindakan operatif
Penatalaksanaan Operatif
Indikasi dilakukan tindakan operatif : 1
1. Strangulasi
2. Obstruksi lengkap
3. Hernia inkaserata
4. Gagal terapi konservatif
18
Laparotomi
Laparotomi adalah membuka dinding abdomen dan peritoneum. Faktor yang penting
dalam melakukan laparotomy adalah dalam membuka dan menutup dinding abdomen dengan
cara dan teknik yang baik.
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan
mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga
resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum
tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen
dengan pemantauan dan konservatif.
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi
secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan sesegera
mungkin.
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita
harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup.Perlu
diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik. 3
III.11. Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi, tempat
dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka toleransinya
terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga
meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan
obstruksi usus halus.
19
BAB IV
KESIMPULAN
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan
dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi
pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrosis segmen usus tersebut.
Diagnosis ileus menjadi penting karena menentukan pemilihan penatalaksanaan,
konservatif maupun operatif berupa laparotomi. Keterlambatan diagnosis dan
penatalaksanaan dapat menyebabkan berbagai komplikasi, bahkan sampai kematian.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R dan Wim De Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta:
EGC
2. Grace, Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga
3. Mansjoer, A dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI
4. Sherwood, L. 2004. Fisiologi Manusia Edisi 2. Jakarta: EGC
5. Seymour, Schwartz. 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Jakarta : EGC
21