Ileus Obstruktif

30
BAB I PENDAHULUAN Ileus adalah keadaan di mana penderita mengalami gangguan passage atau jalannya makanan dalam usus oleh karena suatu sebab. Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik. Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi. Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh cacat lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya berputar (volvulus). Invaginasi merupakan penyebab tersering dari sumbatan usus akut pada anak, dan sumbatan usus akut ini merupakan salah satu tindakan bedah darurat yang sering terjadi pada anak. Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal. Tanda obstruksi usus merupakan tanda lanjut (late sign) dari karsinoma kolon. Obstruksi ini adalah obstruksi usus mekanik total yang tidak dapat ditolong dengan cara pemasangan tube lambung, puasa dan infus. Akan tetapi harus segera ditolong dengan operasi (laparatomi). 1

description

stase bedah

Transcript of Ileus Obstruktif

BAB IPENDAHULUAN

Ileus adalah keadaan di mana penderita mengalami gangguan passage atau jalannya

makanan dalam usus oleh karena suatu sebab. Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh

obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi

mekanik. Penyumbatan dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus

harus dibedakan lagi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang

disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi,

sedangkan obstruksi oleh tumor atau askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang

menyebabkan strangulasi.

Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh cacat

lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya berputar (volvulus). Invaginasi

merupakan penyebab tersering dari sumbatan usus akut pada anak, dan sumbatan usus akut

ini merupakan salah satu tindakan bedah darurat yang sering terjadi pada anak.

Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma terutama pada daerah

rektosigmoid dan kolon kiri distal. Tanda obstruksi usus merupakan tanda lanjut (late sign)

dari karsinoma kolon. Obstruksi ini adalah obstruksi usus mekanik total yang tidak dapat

ditolong dengan cara pemasangan tube lambung, puasa dan infus. Akan tetapi harus segera

ditolong dengan operasi (laparatomi).

1

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI

II.1. Anatomi Usus

Usus halus (small intestine) merupakan bagian dari sistem saluran cerna bawah yang

terletak di bagian intraperitoneal yang terdiri atas duodenum (retroperitoneum), jejenum, dan

ileum. Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari

pilorus sampai katup ileosekal. 2,5

Gambar 1. Anatomi Usus Halus

Jejenum adalah lanjutan dari duodenum mulai dari flexura duodenojejunalis sampai

dengan ileum yang berakhir pada muara caecum. Panjang seluruh jejenum dan ileum adalah

sekitar 6-7 meter dengan 2/5 bagian merupakan jejenum dan 3/5 merupakan bagian ileum.

Kelokan jejenum dan ileum mengisi hampir mengisi semua bagian dari kompartemen

infracolica di dalam cavum peritonei dikelilingi oleh usus besar serta ditutupi didepan oleh

tirai dari omentum majus. Di sekitar duodenum dan flexura duodenojejunalis terdapat

beberapa kantong peritonealis kecil, yaitu recessus duodenalis superior, duodenalis inferior,

para duodenalis, retroduodenalis dan duodenojejenalis. 2,5

2

Adapun perbedaan antara jejejnum dan ileum pada manusia hidup diantaranya :

Jejenum mempunyai ukuran lebih besar (diameter : 4 cm) dari pada ileum (diameter :

3,5 cm).

Dinding jejenum lebih tebal, lebih vascular, (warna lebih kemerahan) dibandingkan

ileum.

Kelokan ileum terletak pada region pubica dan inguinalis dan rongga pelvis,

sedangkan jejejnum terletak diatas kavum peritoneum dibawah bagian kiri colon

transversum.

Kelenjar limfe pada ileum tersebar pada bagian bawah ileum, lebih berkelompok

sedangkan jejenum tersebar di seluruh jejenum.

Gambar 2. Suplai Darah Usus Halus

Ileum dan jejenum mendapati perdarahan dari arteri ilei dan arteri jejunalis cabang dari

arteri mesentrica superior. Cabang-cabang dari arteri mesentrica superior tersebut membentuk

anyaman yang biasa disebut dengan arcade jejunalis dan ilei. Arteri ileocalica memperdarahi

bagian bawah dari ileum. Peredaran pembuluh darah balik vena dialirkan melalui vena

mesentrica superior yang bersatu dengan vena lienalis yang membentuk vena porta hepatica.

Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki

(sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah

3

pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin

dekat anus semakin kecil. 2,5

Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup

ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau

tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke

sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid.

Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan hati,

menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon ascendens

membelok ke kiri membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum

menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli

sinistra. 2,5

Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah,

membentuk fleksura kolisinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon

descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan

lanjutan kolon descendens. Ia tergantung kebawah dalam rongga pelvis dalam bentuk

lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki

bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan

turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Disini rektum

melanjutkan diri sebagai anus dan perineum. 2,5

II.2. Fisiologi Usus

Usus halus merupakan tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan. Setelah isi

lumen meninggalkan usus halus maka tidak terjadi lagi perncernaan, walaupun usus besar

dapat menyerap sejumlah kecil garam dan air. Usus halus adalah suatu saluran dengan

panjang sekitar 6,3 m. Usus halus berada dalam keadaan bergulung di dalam rongga abdomen

dan terlentang dari lambung sampai usus besar. Usus halus dibagi menjadi tiga segmen:

duodenum, jejenum, ileum. 4

Terjadi dua proses dalam system pencernaan yang terjadi di usus halus yakni kontraksi

segmental dan longitudinal (migrating motility complex). Kontraksi segmental yaitu sebuah

motilitas utama usus halus, mencampur dan mendorong secara perlahan kimus. Segmentasi

terdiri dari kontraksi berbentuk cincin yang berosilasi otot polos sirkular di sepanjang usus

halus, di antara segmen-segmen yang berkontraksi terdapat daerah yang berisi bolus kecil

kimus. Cincin kontraktil timbul setiap beberapa sentimeter yang akhirnya membentuk rantai

4

sosis. Cincin kontraktil ini tidak menyapu ke seluruh panjang usus seperti yang dilakukan

oleh gelombang peristaltik. Segmen-segmen yang telah berkontraksi, setelah jeda singkat

melemas dan berkontraksi berbentuk cincin dan muncul di daerah yang semula lemas.

Kontraksi-kontraksi baru tersebut mendorong kimus di segmen yang semula lemas dalam dua

arah ke daerah sebelahnya yang sekarang melemas. Dengan demikian, segmen yang baru

melemas menerima kimus dari dua segmen yang berkontraksi yakni bagian di depan dan di

belakangnya. Segera seteleah itu, daerah-daerah yang berkontaksi dan melemas kembali

bertukar, dengan cara ini, kimus dihancurkan dan dikocok serta dicampur secara merata.

Kontraksi-kontraksi tersebut dapat dibandingkan dengan gerakan meremas pastry tube

dengan tangan untuk mencampur isinya. Pencampuran memiliki fungsi ganda yaitu

mencampurkan kimus dengan getah pencernaan yang disekresikan lumen usus halus dan

menjalankan seluruh kimus ke permukan absorbtif permukaan usus. Tingkat ketanggapan

otot polos sirkuler, intensitas kontraksi segmental dapat dipengaruhi oleh hormon gastrin. 4,5

Gambar 3. Kontraksi Usus Halus

Setelah sebagian besar makanan diserap, kontraksi segmental berhenti dan akan

digantikan oleh migrating motility complex yang berlangsung di antara waktu makan.

Hormon motilin mempengaruhi intesitas dari kontraksi ini. Setiap hari kelenjar-kelenjar

5

eksokrin yang ada di usus halus mengeluarkan sekitar 1,5 liter larutan garam dan mucus cair

(sukus enterikus) dan udara dari proses menelan ke dalam lumen untuk membantu dalam

proses pencernaan. 4,5

Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir

isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang

sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir

yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon

mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta mengeluarkan

kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan air dan elektrolit dan

mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500 ml/hari, semua, kecuali 100-200 ml diabsorpsi,

paling banyak di proksimal. Kapasitas sekitar 5 l/hari. Gerakan retrograd dari kolon

memperlambat transit materi dari kolon kanan,meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental

merupakan pola yang paling umum, mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksi ini

menurun oleh antikolinergik, meningkat oleh makanan. Gerakan massa merupakan pola yang

kurang umum – pendorong antegrad melibatkan segmen panjang, 0,5-1,0 cm/detik, 20-30

detik panjang, tekanan 100-200 mmHg, tiga sampai empat kali sehari, terjadi dengan

defekasi. 4,5

6

III

ILEUS OBSTRUKTIF

III.1. Definisi

Ileus obstruksi atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen

saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan/hambatan

mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang

menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrosis

segmen usus tersebut. 2

III.2. Klasifikasi

Menurut lokasinya, ileus mekanik/obstruktif dibagi menjadi: 2,3

1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai

ileumterminal).

2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal sampai

rectum).

Menurut stadiumnya, ileus mekanik/obstruktif dibagi menjadi : 1

Ileus Parsial: Obstruksi terjadi sebagian, makanan masih bisa sedikit lewat, dapat

flatus/defekasi sedikit.

Ileus Simple/Komplit: Terjadi sumbatan total tidak disertai terjepitnya pembuluh

darah

Ileus Strangulasi: Ileus yand disertai terjepitnya pembuluh darah (strangulasi)

sehingga terjadi nekrosis atau ganggren yang ditandai dengan gejala umum berat yang

disebabkan oleh toksin dari jaringan ganggren. Jadi strangulasi memperlihatkan

kombinasi gejala obstruksi dan gejala sistemik akibat adanya toksin dan sepsis.

7

III.3. Etiologi

Berdasarkan mekanisme terjadinya obstruksi, maka obstruksi mekanik dapat dibagi

menjadi:

Obstruksi pada lumen usus (Intraluminer)

o Polipoid tumor

o Intussusepsi/invaginasi

o Gallstone Ileus

o Feces, meconium bezoar (pada bayi)

Kelainan pada dinding usus (Intramural), kebanyakan kongenital

o Pada bayi: Atresia, stenosis, duplikasi

o Pada penderita dewasa: Neoplasma, peradangan, Crohn’s disease, post radiasi,

sambungan usus

Kelainan di luar usus (Extraluminer)

o Adhesion (perlengketan)

o Hernia eksterna

o Neoplasma

o Abses

Terdapat bermacam penyebab obstruksi usus antara lain :1

1. Hernia inkarserata

Adalah istilah yang menunjukkan suatu keadaan dimana isi kantong hernia tidak

dapat masuk kembali ke rongga peritoneal akibat terjepit di anulus inguinalis. Proses yang

langsung terjadi ialah gangguan aliran darah dan pasase segmen usus yang terjepit (kalau

usus yang masuk) sehingga dapat juga disebut hernia strangulasi. Pada anak dapat dikelola

secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan reduksi gaya

berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi segera.

2.Adhesi atau perlekatan usus

Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi umumnya berasal dari

rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum, atau pasca operasi. Di

mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Adhesi dapat berupa perlengketan

mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, mungkin setempat maupun luas. Sering

8

juga ditemukan bentuk pita. Pada operasi , perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar

pasase usus pulih kembali.

3. Askariasis

Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya puluhan

hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana diusus halus, tetapi biasanya di

ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya

disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing

yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing. Obstruksi bisa terjadi di mana-

mana di usus halus, tetapi bila di ileum terminal, tempat lumen paling sempit , cacing ini

menyebabkan kontraksi lokal di dinding usus yang disertai dengan rekasi radang setempat

yang tampak di permukaan peritoneum.

Gambaran Klinis

Obstruksi usus oleh cacing askariasis paling sering ditemukan pada anak karena

hiegine yang kurang sehingga infeksi cacing terjadi berulang.

Keadaan umum mungkin tidak terlalu payahtampak sakit sedang, tetapi anak dapat

menderita serangan kolik tanpa berhenti jika terjadi obstruksi total. Muntah terjadi

sewaktu kolik dan penderita tampak gelisah, kadang cacing keluar dari mulut atau anus.

Perut kembung dan peristalsis terlihat sewaktu kolik. Umumnya terdapat demam. Ternyata

cacing menyebabkan kontraksi setempat di dinding usus yang disertai reaksi radang lokal.

Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan perut , massa tumor yang berupa gumpalan cacing dapat diraba,

tidak berbatas jelas dan mungkin dapat digerakan ; msasa yang teraba kadang seperti

kantong nelayan yang penuh cacing. Perut biasanya sakit dan terdapat nyeri tekan.

Diagnosis obstruksi cacing didukung oleh riwayat pemberian obat cacing atau

pencahar, demem, serangan kolik , muntah d an cacing keluar dari mulut (hidung) atau

anus. Muntah cacing atau pengeluaran cacing peranum tidak membuktikan adanya

obstruksi oleh cacing askariasis, tetapi hal ini harus diperhatikan karena keadaannya dapat

menjadi abdomen akut. Pada pemeriksaan rontgen terdapat gambaran obstruksi usus halus.

Segmen usus yang penuh dengan cacing beresiko tinggi untuk mengalami volvulus,

strangulasi dan perforasi. Penting sekali membedakan obstruksi lengkap dan partial karena

pada obstruksi lengkap menuntut pembedahan segera karena terancam volvulus

9

Tabel 3.1.Perbedaan Obstruksi Parsial dan Lengkap pada Askariasis

Partial Lengkap

Penyebab Massa terdiri atas gumpalan

cacing yang dikompresi oleh

spasme usus ; masi dapat

dilalui oleh gas dan cairan.

Massa terdiri atas cacing

yang mati dan makanan ,

tidak dapat dilalui oleh gas

dan cairan

Keadaan Umum Baik Sakit berat

Nyeri Kolik hilang timbul “kolik

cacing”

Kolik terus menerus

Muntah Pada permulaan Terus-menerus

Pemeriksaan perut Massa di perut berubah

tempat ; bentuk dan gerakan

seperti cacing ; nyeri sedikit

Gembung ; peristaltic

kelihatan ; massa sukar

diraba, mungkin nyeri jelas

setempat

Foto Rontgen Cacing mungkin kelihatan;

sedikit gambaran obstruksi

dengan batas cairan

Gambaran obstruksi dengan

batas cairan banyak ; cacing

jarang kelihatan.

Diagnosis Banding

Massa diperut dapat disebabkan oleh invaginasi, volvulus atau appendicitis. Pada

invaginasi , msasa lebih berbatas jelas dan memanjang seperti sosis, disertai pengeluaran

lendir dan darah per rectum.

Pada appendicitis, massa tidak dapat digerakan, nyeri sekonyong-konyong ; demam

naik turun, sedangkan penderita tampak sakit berat dan toksik.

Pada trauma abdomen, nyeri hebat disertai defans muscular, sedangkan massa di perut

dan obstruksi tidak menonjol jelas.

Tatalaksana

Obstruksi parsial

Pengelolaan konservatif yang dianjurkan terdiri atas :

Pasien dipuasakan

Pemberian cairan intravena diikuti antihelmintik. Tidak dianjurkan memberikan

antihelmintik dan pencahar selama 48-72 jam pertama atau selama gejala

10

obstruksi belum hilang . Karena antihelmintik bisa merubah obstruksi partial

menjadi total. Dan pencahar memungkinkan terjadinya volvulus atau invaginasi.

Saat tanda dan gejala obstruksi hilang antihelmintik ini berfungsi melumpuhkan

cacing dan membantu mengeluarkan peranum.

Observasi ketat

Obstruksi lengkap

Segera dilakukan operasi pada obstruksi lengkap. Mungkin diperlukan enterotomi

untuk mengeluarkan cacing . Jika dinding usus sudah robek dan mengalami ganggren,

dilakukan reseksi bagian usus yang bersangkutan.

Komplikasi

Resiko tinggi untuk lumen usus yang penuh dengan cacing adalah volvulus, strangulasi,

dan perforasi.

4. Invaginasi

Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang

muda dan dewasa. Suatu keadaan masuknya suatu segmen usus ke segmen bagian distal

yang umumnya akan berakhir dengan obstruksi usus strangulasi. Invaginasi diduga oleh

karena perubahan dinding usus khususnya ileum yang disebabkan oleh hiperplasia

jaringan lymphoid submukosa ileum terminal akibat peradangan, dengan abdominal kolik.

Keluarnya darah dari rektum serta massa yang berbentuk sosis sepanjang kolon yang

merupakan tanda khas.

Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.

Kebanyakan ditemukan pada kelompok umur 2-12 bulan,dan lebih banyak pada anak laki-

laki. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon

ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat mengakibatkan

nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi perforasi dan

peritonitis.

Anamnesis

Bayi tiba-tiba mendapat serangan nyeri perut, anak tampak gelisah dan tidak dapat

ditenangkan, sedangkan diantara serangan biasanya anak tidur tenang. Biasanya juga

11

disertai pengeluaran lendir campur darah (“red currant jelly” = selai kismis merah ) per

anum, yang berasal dari intususeptum yang tertekan, terbendung, atau mungkin sudah

mengalami strangulasi. Anak biasanya muntah sewaktu serangan dan pada pemeriksaan

perut teraba massa berbatas jelas , memanjang seperti sosis.

Pemeriksaan Fisik

Invaginatum yang masuk jauh dapat ditemukan pada pemeriksaan colok dubur. Ujung

invaginatum teraba seperti porsio uterus pada pemeriksaan vaginal sehingga dinamai

“pseudoporsio” atau porsio semu. Invaginatum yang keluar dari rectum jarang ditemukan,

hal ini harus dibedakan dengan prolapsus mukosa rectum. Pada invaginatum didapatkan

invaginatum bebas dari dinding anus, sedangkan prolapsus berhubungan secara sirkuler

dengan dinding anus,

Diagnosis invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan

pemeriksaan Rontgen dengan pemberian barium enema.

Tatalaksana

Pengelolaan reposisi hidrostatik dapat dilakukan sekaligus sewaktu diagnosis rontgen

tersebut ditegakan . Syarat nya adalah jika keadaan umum memungkinkan, tidak ada

gejala dan tanda rangsangan peritoneum, anak tidak toksik dan tidak terdapat obstruksi

tinggi.

Tekanan hidrostatik ini tidak boleh lebih dari satu meter air dan tidak boleh dilakukan

pegurutan atau penekanan manual di perut sewaktu dilakukan reposisi hidrostatik ini.

Pengelolaan berhasil jika barium tampak masuk di ileum. Reposisi pneumostatik dengan

tekanan udara makin sering dilakukan karena lebih aman dan hasilnya lebih baik daripada

reposisi dengan barium enema.

Jika reposisi konservatif gagal dilakukan makan dilakukan reposisi operatif. Dengan

cara manual yaitu mendorong invaginatum dari oral ke arah sudut ileosekal ; dorongan

dilakukan dengan hati-hati tanpa tarikan dari bagian proksimal.

5. Volvulus

Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari

segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis

12

radiimesenterii sehingga pasase makanan terganggu. Pada usus halus agak jarang

ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami

strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi tinggi dengan atau tanpa

gejala dan tanda strangulasi.

6. Kelainan kongenital

Gangguan pasase usus yang congenital dapat berupa stenosis dan atresia. Setiap cacat

bawaan berupa stenosis dan atresia dari sebagian saluran cerna akan mengakibatkan obstruksi

setelah bayi mulai menyusui. Stenosis dapat juga terjadi karena penekanan , misalnya pada

pancreas anulare. Pankreas anulare menyebabkan obstruksi usus halus di duodenum bagian

kedua.

Gambaran Klinis

Perut bayi tampak buncit tapi tidak tegang, kecuali bila ada perforasi. Hampir semua

bayi dengan obstruksi usus akan muntah, muntahnya berwarna hijau bila letak obstruksinya

distal dari ampula veter. Mekonium biasanya tidak ada, atau kalau ada berupa massa hijau

atau pucat yang meleleh keluar dari anus tanpa dorongan udara. Suhu bayi akan naik jika

sudah terjadi dehidrasi dan sepsis.

Tabel 3.2. Obstruksi Usus Bawaan atau Obstruksi Usus pada Neonatus

Anamnesis Polihidroamnion, muntah bilier atau non bilier, mekonium abnormal

(hijau atau pucat) atau tidak ada

Pemeriksaan Fisik Perut kembung atau tidak kembung, nyeri tekan perut, tubuh merah

karena vasodilatasi (eritema), syok

Diagnosis Gangguan keseimbangan elektrolit, alkalosis , asidosis, foto polos

abdomen untuk menilai ada/ tidaknya udara

Pengelolaan non

Bedah

Pipa pengisapan isi lambung, koreksi kekurangan cairan dan

elektrolit, antibiotic jika perlu

Pengelolaan Bedah Obstruksi duodenum ; duodeno-duodenostomi

Pankreas anulare ; duodeno-duodenostomi

Atresia yeyenum ; sedapat mungkin anastomosis

Atresia kolon ; kolostomi

7 . Tumor

13

Tumor usus halus jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika ia menimbulkan

invaginasi. Proses keganasan seperti karsinoma kolon, dan karsinoma ovarium dapat

menyebabkan obstruksi usus. Obstruksi ini umumnya disebabkan oleh kumpulan metastasis

di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus. Bila pengelolaan konservatif tidak

berhasil, dianjurkan operasi sebagai tindakan paliatif.

8. Tumpukan sisa makanan

Obstruksi usus halus akibat bahan makanan ditemukan pada orang yang pernah

mengalami gastrektomi ; obstruksi terjadi pada daerah anastomosis.

III.4. Patogenesis

Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang

berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh

menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik), dapat

terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena obstruksi menyebabkan perubahan

ekologi, kuman tumbuh berlebihan sehingga potensial untuk terjadi translokasi kuman.

Gangguan vaskularisasi menyebabkan mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat lolos

dari tubuh karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari toksin pada usus

yang mengalami strangulasi.

Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau

ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding sekum merupakan

bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu tegang. Gejala

dan tanda obstruksi usus halus atau usus besar tergantung kompetensi valvula Bauhini.

Bila terjadi insufisiensi katup, timbul refluks dari kolon ke ileum terminal sehingga ileum

turut membesar. 2

14

III.5. Manifestasi Klinis

MANIFESTASI KLINIS

1. Obstruksi sederhana

Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai

dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral dari

obstruksi,maupun oleh muntah. Keadaan umum akan memburuk dalam waktu relative

singkat. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung. Pada

obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang

menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan

menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian

atas. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi

selalu terjadi terutama pada obstruksi komplit.

Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat

kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi

abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas

pada sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat

didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal. 1,3

2. Obstruksi disertai proses strangulasi

Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri

hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila

dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat,

menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah

terjadinya nekrosis usus. 1,3

III.6. Diagnosis

Anamnesis

Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya berupa

adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala umum berupa

syok,oliguri dan gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan meteorismus dan kelebihan

cairan diusus, hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan muntah..

Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali defekasi

tidak ada lagi flatus atau defekasi. Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah

15

perubahan kebiasaan buang air besar terutama berupa obstipasi dan kembung dan distensi

abdomen. Kolik dan muntah tidak selalu terjadi. 1,3

Pemeriksaan Fisik

Pada inspeksi perut , terlihat tanda kolik sebagai gerakan usus atau kejang usus dan

Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul

dan pembengkakan atau massa yang abnormal. Pada inspeksi diperhatikan pembesaran

perut yang tidak pada tempatnya misalnya pembesaran setempat karena peristaltis yang

hebat sehingga terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada dinding perut. Biasanya

distensi terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena bagian ini mudah

membesar. Pada auskultasi sewaktu serangan kolik, bising usus terdengar jelas sebagai

bunyi nada tinggi atau tidak terdengar sama sekali. 1,3

III.7. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi,

leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan ketonuria

yang menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis metabolik. Leukosit jika sudah tinggi

kemungkinan sudah terjadi peritonitis. 3

Pemeriksaan Radiologi

Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan foto

abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini antara lain : 1,3

- Jika terjadi obstruksi letak tinggi terdapat dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan

paling distal di ileocecal junction) dan kolaps usus di bagian distal sumbatan

- Herring bone appearance

- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)

16

III.8.Diagnosis Banding

Ileus paralitik

Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan

terjadidistensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi

ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut, akan ada tanda

dan gejala dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut, apendisitis akut, dan

pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus sederhana. 3

17

III. 9. Komplikasi

Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir dengan

perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat peritonitis umum. 1

III.10. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi

untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan

penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan

sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita

penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit. 2,3

Tujuan dekompresi :

Memperbaiki sirkulai dinding usus

Memperbaiki peristaltic

Memperbaiki Absorbsi

Memperbaiki tegangan dinding usus

Penatalaksanaan Konservatif

Pasien dipuasakan

Dekompresi konservatif berupa

o Oral : NGT (untuk ileus mekanik letak tinggi) dan ,miller-abbot tube (untuk

letak tengah dan rendah)

Anal : Schoor steen (untuk ileus letak rendah) dan lavement

Rehidrasi intravena, perbaikan kadar elektrolit

Apabila tindakan konservatif gagal maka akan dilakukan tindakan operatif

Penatalaksanaan Operatif

Indikasi dilakukan tindakan operatif : 1

1. Strangulasi

2. Obstruksi lengkap

3. Hernia inkaserata

4. Gagal terapi konservatif

18

Laparotomi

Laparotomi adalah membuka dinding abdomen dan peritoneum. Faktor yang penting

dalam melakukan laparotomy adalah dalam membuka dan menutup dinding abdomen dengan

cara dan teknik yang baik.

1. Persiapan

Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan

mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga

resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum

tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen

dengan pemantauan dan konservatif.

2. Operasi

Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi

secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan sesegera

mungkin.

3. Pasca Bedah

Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita

harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup.Perlu

diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik. 3

III.11. Prognosis

Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi, tempat

dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka toleransinya

terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga

meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan

obstruksi usus halus.

19

BAB IV

KESIMPULAN

Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa

disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan

dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi

pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrosis segmen usus tersebut.

Diagnosis ileus menjadi penting karena menentukan pemilihan penatalaksanaan,

konservatif maupun operatif berupa laparotomi. Keterlambatan diagnosis dan

penatalaksanaan dapat menyebabkan berbagai komplikasi, bahkan sampai kematian.

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R dan Wim De Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi ke-2. Jakarta:

EGC

2. Grace, Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga

3. Mansjoer, A dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta : Media

Aesculapius FKUI

4. Sherwood, L. 2004. Fisiologi Manusia Edisi 2. Jakarta: EGC

5. Seymour, Schwartz. 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Jakarta : EGC

21