RESUM BUKU
ILMU BUDAYA DASARDr. M. Munandar Soelaeman
Oleh :
Durrotul Munfaridah / D02209065
Dosen Pembimbing :
Mukhlisin, M. Ag
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2009
ILMU BUDAYA DASAR
I. ILMU BUDAYA DASAR SEBAGAI KOMPONEN MATA
KULIAH DASAR UMUM
Dasar penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk memenuhi
tuntutan masyarakat dan negara, maka diselenggarakan program-program
pendidikan umum. Dengan tidak mengurangi makna penting tugas (Dharma)
yang kesatu dan kedua yaitu pendidikan dan pengajaran serta penelitian, yang
langsung berhubungan dengan masyarakat adalah Dharma yang ketiga,
pengabdian kepada masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa perguruan tinggi
(mahasiswa) harus mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat.
Hubungan ini meliputi semua manifestasinya berupa kebudayaannya yang
beragam.
Pendidikan umum yang diselenggarakan oleh universitas/institut
kemudian terkenal dengan nama Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
atau disingkat MKPK, terdiri atas enam mata kuliah, yaitu:
1. Agama
2. Ideologi Negara atau Pancasila
3. Kewiraan
4. Ilmu Budaya dasar (IBD)
5. Ilmu Sosial dasar (ISD)
6. Ilmu Alamiah Dasar (IAD)
Adapun tujuan MKPK adalah untuk menghasilkan warga negara sarjana
yang mempunyai kualifikasi sebagai berikut:
a. Berjiwa Pancasila
b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c. Memiliki wawasan komprehensif dan pendekatan integral
d. Memiliki wawasan kebudayaan yang luas.
Latar belakang diberikannya mata kuliah ilmu budaya dasar, selain
melihat konteks budaya Indonesia, juga sesuai dengan program pendidikan di
1
perguruan tinggi. Rapat rektor-rektor universitas/institut negeri se-Indonesia
yang diselenggarakan pada tanggal 11 s/d 13 Oktober 1971 di Tugu
menyimpulkan pentingnya pemberian mata kuliah basic social science (ilmu
sosial dasar) dan basic humanities (ilmu budaya dasar) dalam rangka
menyempurnakan pembentukan sarjana.
Ilmu budaya dasar identik dengan basic humanities. Humanities berasal
dari kata latin humanus yang artinya manusiawi, berbudaya, dan halus
(Refined). Dengan mempelajari ilmu budaya dasar diharapkan seseorang
menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya, dan lebih halus. Ilmu budaya dasar
bukanlah ilmu tentang berbagai budaya, melainkan pengertian dasar dan
pengertian umumnya tentang konsep-konsep dan teori-teori budaya yang
dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah kebudayaan.
Dasar ilmiah Ilmu Budaya Dasar (IBD) dapat bersifat deduktif (apriori),
akhirnya nilai-nilai dasar manusia diketahui dari para teoretis nilai yang ada
dalam berbagai pengetahuan budaya dan dapat bersifat induktif (aposteriori),
dari pengalaman empirik yang dapat digeneralisir.
Kaitan pengetahuan dasar nilai-nilai manusia dengan filsafat ilmu
pengetahuan dapat dikaji dengan predikat keilmiahannya. Ilmu Budaya Dasar
yang hanya merupakan pengertian dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep dan teori-teori budaya yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah budaya, belumlah cukup untuk dikatakan sebagai suatu
disiplin ilmu. Untuk membuktikan hal tersebut dapat dipelajari dari aspek
filsafat ilmu yang akan menentukan berbagai persyaratan apakah suatu
pengetahuan itu (dalam hal ini IBD). Sebagai disiplin ilmu atau bukan. Filsafat
ilmu yang dimaksud adalah gejala pengetahuan yang dilihat sebagai obyek
material filsafat adalah gejala ilmu-ilmu pengetahuan sebagai salah satu
bidang pengetahuan khas menurut sebab musabab terakhir. Sedangkan ilmu
sistematis dan langkah-langkah pencapaiannya dipertanggungjawabkan secara
teoretis (Verhaak, 1998:3)
Ilmu pengetahuan mempunyai tiga syarat keilmuan, yaitu:
2
a. Deduktif (ilmu-ilmu formal), adalah ilmu yang berurusan dengan simbol-
simbol yang abstrak-abstrak.
b. Induktif (ilmu-ilmu empiris), ilmu empiris sering disebut induksi atau
disebut cara kerja “aposteriori”, artinya ilmu itu diperoleh setelah melalui
pengalaman-pengalaman.
c. Penggunaan bahasa yang tepat.
Peran filsafat ilmu pengetahuan adalah memeriksa sebab akibat dengan
bertitik tolak pada gejala ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari
menggali tentang kebenaran, kepastian, objektivitas dan abstraksi. Intuisi serta
darimana asal dan kemana arah pengetahuan. Pemetaan wilayah filsafat ilmu
dalam lingkungan manusia, meliputi tiga jawaban dari pertanyaan :
a. Apa yang dapat saya ketahui (epistemologi)
b. Apa yang dapat saya lakukan (axiologi)
c. Apa yang dapat saya harapkan (antologi)
Epistemologi artinya adalah bagaimana mendapatkan pengetahuan yang
benar untuk menjawab permasalahan mengenai dunia empiris yang akan
digunakan sebagai alat untuk meramalkan dan mengontrol gejala empiris
(Suriasumantri, 1987:106).
Sifat pengetahuan ilmiah harus memiliki dasar fundamental antologis,
yaitu menjelaskan tentang bagaimana hakikat obyek dari IBD tersebut.
Apakah hakikat obyek ilmu pengetahuan tersebut bersifat material, metafisik
atau bersifat abstrak seperti nilai, norma, ideologi. Demikian pula hakikat
obyek IBD tersebut apakah bersifat empiris atau nonempiris, parsial atau
ganda, dan kualitatif atau kuantitatif.
Ilmu budaya dasar sisi epistemologinya adalah untuk mengungkapkan
kebenaran makna sebagaimanan terkandung dalam karya budaya manusia
memiliki sifat yang khas dengan caranya masing-masing baik sebagai karya
filsafat, seni maupun karya budaya lainnya.
Dari segi aksiologisnya IBD memiliki sifat aplikatif dan prgmatis,
artinya untuk kepentingan pengkajian dan penyelesaian masalah-masalah
budaya dan kemanusiaannya.
3
Pokok bahasan ilmu budaya dasar adalah masalah-masalah kemanusiaan
dan budaya. Menurut Budi Dharma yang menyitir pendapat Arthur Koesler
dalam The Act of Creation dan Wolter Kaufmann dalam The Future of The
Humanities, yakni karya-karya seni dan filsafat itu merupakan perwujudan
perasaan dan pemikiran orang terhadap masalah-masalah kemanusiaan dan
budaya yang terjadi disekelilingnya. Jadi, kalau seandainya sekarang
bermunculan hasil karya seni sastra dengan tema-tema kebobrokan
masyarakat, maka hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tersebut sedang
“sakit”.
Bila seseorang mempelajari karya-karya seni dan filsafat tersebut, maka
ia akan menjiwai kekuatan, kekuasaan, benturan individu dengan masyarakat,
hubungan cinta kasih, cinta dan tanggung jawab, pengorbanan, kepercayaan
dan akal budi. Permasalahan lainnya dapat pula ditinjau dari gabungan
persoalan Biologi, etika, dan budaya, seperti permasalahan hak untuk hidup,
hak untuk mati, tanggung jawab dan kewajiban dalam hidup.
Tim ilmu budaya dasar dalam pertemuannya pada tahun 1980
memutuskan untuk memilih delapan topik sebagai pokok bahasan dengan
urutan sebagai berikut:
1. Manusia dan Cinta Kasih :
Cinta antara pria dan wanita, seks
Kekeluargaan
Persaudaraan
2. Manusia dan Keindahan :
Kontemplasi
Eksistensi
3. Manusia dan Penderitaan :
Nasib buruk
Penyesalan
Kehilangan yang dicintai
4
4. Manusia dan Keadilan :
Rasa keadilan
Perlakuan yang adil
5. Manusia dan Pandangan Hidup :
Cita-cita
Kebajikan
6. Manusia dan Tanggung Jawab serta Pengabdian :
Kesadaran
Kewajiban
Pengorbanan
7. Manusia dan Kegelisahan :
Keterasingan
Kesepian
Ketidakpastian
8. Manusia dan Harapan :
Kepercayaan diri
Gairah mengatasi kesulitan
Bisa juga dikelompokkan menjadi seks, kegelisahan, derita, keadilan,
pengabdian, kasih, keyakinan, dan maut.
Ilmu budaya dasar merupakan langkah-langkah operasional upaya
mencapai tujuan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK) dan
tujuan MKPK dan tujuan pendidikan umum. Oleh karena itu, tujuan
pendidikan umum ditentukan pula oleh keberhasilan pencapaian tujuan ilmu
budaya dasar.
Adapun tujuan ilmu budaya dasar adalah mengembangkan kepribadian,
kepekaan, dan wawasan pemikiran yang berkenaan dengan kebudayaan agar
daya tangkap, persepsi, dan penalaran mengenai lingkungan budaya
5
mahasiswa dapat lebih manusiawi atau halus. Tujuan ilmu budaya dasar
tersebut diharapkan dapat :
1. mengusahakan penajaman kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan
budaya.
2. Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk dapat memperluas pandangan
mereka tentang masalah kemanusiaan dan budaya.
3. Mengusahakan agar para mahasiswa, sebagai calon pemimpin bangsa,
tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengotakan disiplin yang
ketat.
4. Menjembatani para akademisi kita agar mereka lebih mampu berdialog
satu sama lain.
Masalah-masalah budaya adalah segala sistem atau tata nilai, sikap
mental, pola berpikir, pola tingkah laku dalam berbagai aspek kehidupan yang
tidak memuaskan bagi warga masyarakat, secara keseluruhan. Masalah-
masalah budaya tersebut mencakup :
5. Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah
kemanusiaan dan budaya.
6. Hakikat manusia universal.
II. DI SEKITAR KEBUDAYAAN
Kebudayaan atau pun yang disebut peradaban, mengandung pengertian
yang lluas, meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks,
meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat
(kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat
(Taylor, 1897).
Mempelajari pengertian kebudayaan bukan suatu kegiatan yang
memudah, mengingat banyaknya batasan. Konsep dari berbagai bahasa,
sejarah, dan sumber bacaannya atau literaturnya, baik yang berwujud atau pun
yang abstrak yang secara jelas menunjukkan jalan hidup bagi kelompok orang
(masyarakat).
6
Pengertian kebudayaan yang dikemukakan oleh E.B. Taylor maupun
dalil-dalil yang dikemukakan oleh Herkovits masih bersifat luas sehingga
pengkajian kebudayaan sangat bervariasi. Kroeber dan Klukhahn (1950)
mengajukan konsep kebudayaan sebagai kupasan kritis dari definisi-definisi
kebudayaan (konsensus) yang mendekati. Definisinya adalah kebudayaan
terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan
reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang
menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok materi,
termasuk di dalamnya perwujudan benda-benda materi. Pendek kata,
kebudayaan dalam kaitannya dengan ilmu budaya dasar adalah penciptaan,
penertiban, dan pengolahan nilai-nilai insani. Tercakup di dalamnya usaha
memanusiakan diri di dalam alam lingkungan, baik fisik maupun sosial.
Untuk memahami ilmu budaya dasar yang merupakan perpaduan
beberapa pengertian, konsep, atau teori pengetahuan budaya, bila perlu
terlebih dahulu mempelajari kerangka kebudayaannya sendiri. Menurut
dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu:
1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia.
2. Kompleks aktivitas, berupa aktivitas manusia ygt saling terinteraksi,
bersifat kongkret, dapat diamati atau diobservasi.
3. Wujud sebagai benda. Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak
lepas dari berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia
untuk mencapai tujuannya.
Menurut konsep B. Malinowski, kebudayaan di dunia mempunyai tujuh
unsur universal, yaitu:
1. Bahasa
2. Sistem teknologi
3. Sistem mata pencaharian
4. Organisasi sosial
5. Sistem pengetahuan
6. Religi
7. Kesenian
7
Sistem sosial, sistem budaya, dan kebudayaan fisik merupakan bagian
dari kerangka budaya. Sistem sosial dan sistem budaya merupakan sistem-
sistem yang secara analisis dapat dibedakan. Sistem sosial lebih banyak
dibahas dalam kajian sosiologi, sedangkan sistem budaya banyak dikaji dalam
disiplin pengetahuan budaya. Secara sederhana sistem diartikan sebagai
kumpulan bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu
maksud. Definisi ini bersifat operasional. Tetapi yang jelas, sistem itu
memiliki sepuluh ciri, yaitu:
1. Fungsi (function)
2. Satuan (Unit)
3. Batasan (Boundary)
4. Bentuk (Structure)
5. Lingkungan (Environment)
6. Hubungan (Relation)
7. Proses (Process)
8. Masukan (Input)
9. keluaran (Output)
10. Pertukaran (Exchange)
Kesepuluh ciri sistem ini mempermudah seseorang dalam menganalisis
suatu sistem menurut perspektif tertentu seperti sistem sosial atau sistem
budaya.
Sistem budaya merupakan wujud yang abstrak dari kebudayaan. Sistem
budaya atau cultural system merupakan ide-ide dan gagasan manusia yang
hidup bersama dalam suatu masyarakat. Gagasan tersebut tidak dalam
keadaan lepas satu dari yang lainnya, tetapi selalu berkaitan dan menjadi
bagian dari kebudayaan, yang diartikan pula adat istiadat. Fungsi sistem
budaya adalah menata dan memantapkan tindakan-tindakan serta tingkah laku
manusia. proses belajar dari sistem budaya ini dilakukan melalui
pembudayaan atau institionalization (pelembagaan).
Dipandang dari aspirasi fundamental yang ada pada manusia, nilai-nilai
batin dalam kebudayaan subyektif terdapat dalam perkembangan kebenaran,
8
kebajikan dan keindahan. Dalam hierarki nilai perwujudannya tampak dalam
kesehatan badan, penghalusan perasaan, kecerdasan budi bersama dengan
kecakapan untuk mengkomunikasikan hasil pemakaian budi kepada lain-lain,
serta kerohanian.
Nilai-nilai imanen dalam kebudayaan subyektif harus menyatakan diri
lm tata lahir sebagai materialisasi dan institusionalisasi. Di sana terbentanglah
dunia kebudayaan obyektif yang amat luas dan serba guna, yang dihasilkan
oleh usaha raksasa ratusan angkatan sepanjang sejarah. Nilai-nilai obyektif
itu, yang juga disebut hasil unsur-unsur kebudayaan itu dapat
disistematisasikan menurut beberapa prinsip pembagian, antara lain: ilmu
pengetahuan, teknologi, kesosialan, ekonomi, kesenian, dan agama.
Konsep sistem sosial merupakan relasional sebagai pengganti konsep
eksistensional perilaku sosial. Dalam suatu sistem sosial, paling tidak harus
terdapat empat hal, yaitu:
1. Dua orang atau lebih
2. Terjadi interaksi di antara mereka
3. Bertujuan
4. memiliki struktur, simbol, dan harapan-harapan bersama yang
dipedomaninya
Sedangkan unsur-unsur sistem sosial sendiri ada sepuluh, yaitu:
1. Keyakinan (pengetahuan)
2. Perasaan (sentimen)
3. Tujuan, sasaran, atau cita-cita
4. Norma
5. Kedudukan permanen (status)
6. Tingkatan atau pangkat (rank)
7. kekuasaan atau pengaruh (power)
8. Sangsi
9. Sarana atau fasilitas
10. Tekanan ketegangan (stress-strain)
9
A. Lalande membagi arti nilai dalam dua garis besar :
a) Arti obyektif : nilai bersifat khas atau watak khusus suatu hal
b) Arti subyektif : ciri khas hal tersebut yang membuahkan lebih atau kurang
dihargai oleh subyek atau sekelompok.
Batasan nilai dapat mengacu kepada berbagai hal seperti minat,
kesukaan, pilihan, tugas, kewajiban agama, kebutuhan, keamanan, hasrat,
keengganan, atraksi (daya tarik), dan hal-hal lain yang berhubungan dengan
perasaan dari orientasi seleksinya (Pepper, 1958:7). Akan tetapi, segala
sesuatu yang sifatnya merupakan manifestasi perilaku refleks atau hasil
proses kimia di dalam tubuh, itu bukan nilai.
Konsep sistem-sistem nilai budaya bermacam-macam, merupakan
alternatif-alternatif yang menunjukkan bahwa macam-macam nilai dapat
mengandung suatu model menyeluruh untuk deskripsi dan studi
perbandingan. Diasumsikan bahwa perbedaan macam-macam dan tingkat-
tingkat nilai aturan-aturan khusus atau umum, cita-cita, norma-norma kriteria
lainnya dalam sikap mengatur, penilaian dan sanksi-sanksi, semuanya
menyusun suatu sistem nilai budaya yang kompleks (Ethel M. Albert,
1972:256).
Sistem nilai budaya dalam masyarakat dimanapun di dunia secara
universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu:
1. Hakikat hidup manusia
2. Hakikat karya manusia
3. Hakikat waktu manusia
4. Hakikat alam manusia
Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah,
sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi jauh dari
berbagai perhubungan dengan masyarakat yang lainnya. Terjadinya
perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal :
10
1. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri,
misalnya perubahan jumlah penduduk.
2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
Sedangkan perubahan di dalam masyarakat yang maju (kompleks)
biasanya terwujud melalui proses penemuan (discovery) dalam bentuk
penciptaan baru (invention) dan melalui proses difusi.
Beberapa peristiwa-peristiwa perubahan kebudayaan antara lain:
a) Cultural lag yaitu perbedaan antara taraf kemajuan berbagai bagian dalam
kebudayaan suatu masyarakat.
b) Cultural survival yaitu suatu konsep yang lain, dalam arti bahwa konsep
ini dipakai untuk menggambarkan suatu praktek yang telah kehilangan
fungsi pentingnya seratus persen, yang tetap hidup dan berlaku semata-
mata hanya di atas landasan adat-istiadat semata-mata.
c) Pertentangan kebudayaan (cultural conflict) yakni kebudayaan yang
muncul akibat relatifnya kebudayaan.
d) Guncangan kebudayaan (cultural shock) adalah suatu penyakit jabatan
dari orang-orang yang tiba-tiba dipindahkan ke dalam suatu kebudayaan
yang berbeda dari kebudayaannya sendiri.
Ada empat tahap yang membentuk siklus culture shock :
1. Tahap inkubasi
2. Tahap krisis
3. Tahap kesembuhan
4. Tahap penyesuaian diri
Orang Barat dalam pikirannya cenderung menekankan dunia obyektif
daripada rasa sehingga hasil pola pemikiran demikian membuahkan sains dan
teknologi. Filsafat Barat telah dipusatkan kepada ujud dunia rasio. Oleh
karenanya, pengetahuan mempunyai dasar empiris yang kuat. Demikian pula
dalam tradisi agama Barat, dunia empiris memiliki arti (Harold, Marylin, dan
Richard, 1979).
Sedangkan nilai budaya Timur pada intinya banyak bersumber dari
agama-agama yang lahir di dunia Timur. Pada umumnya, manusia-manusia
11
Timur menghayati hidup yang meliputi seluruh eksistensinya. Inti kepribadian
manusia Timur tidak terletak pada inteleknya, tetapi pada hatinya.
Ringkasnya, mereka menghayati hidup tidak hanya dengan otaknya.
Kita menyadari bahwa kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna
kebudayaan dan bahasa sehingga, demi integrasi nasional, kita mempunyai
rumusan Bhineka Tunggal Ika yang artinya Bhineka : pecah, Ika : itu, dan
Tunggal : satu, sehingga artinya “terpecah itu satu”. Kita bangga dengan
rumusan tersebut, tetapi kita prihatin dengan aneka warna masalah yang
timbul akibat aneka warna bangsa kita.
Tidak jarang sifat ke-Bhineka-an bangsa kita sampai pada konflik
tingkat nasional yang menyebabkan terganggunya integrasi nasional sebagai
cita-cita bangsa. Kebudayaan demikian kompelksnya menyangkut berbagai
segi kehidupan manusia dan masyarakat, serta merupakan unsur utama dalam
proses pembangunan diri manusia dan masyarakat. Langkanya, proses
pembangunan manusia dan masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari unsur
kebudayaan.
III. MATERI POKOK ILMU BUDAYA DASAR
A. CINTA KASIH
Kata cinta selain mengandung unsur perasaan aktif juga menyatakan
tindakan yang aktif. Pengertiannya sama dengan kasih sayang, sehingga
kalau seseorang mencintai orang lain, artinya orang tersebut berperasaan
kasih sayang atau berperasaan suka terhadap orang lain tersebut.
Berbagai bentuk cinta dapat diuraikan sebagai berikut:
Cinta diri
Cinta kepada sesama manusia
Cinta seksual
Cinta kebapakan
Cinta kepada Allah
Cinta kepada Rasul (Muhammad)
Cinta kepada Ibu-Bapak (Orang tua)
12
B. KEINDAHAN
Keindahan atau estetika berasal dari kata Yunani yang berarti
merasakan to sense atau to perceive. Pengalaman keindahan termasuk ke
dalam tingkat persepsi dalam pengalaman manusia, biasanya bersifat
visual (terlihat) atau terdengar (auditory) walaupun tidak terbatas pada dua
bidang tersebut.
Konsep keindahan adalah abstrak dan tidak dapat berkomunikasi
sebelum diberi bentuk. Oleh karena itu, banyak pemikir yang tidak puas
terhadap pendapat yang menyatakan bahwa keindahan itu hasil meniru
dari alam. Dan meniru dari alam belum tentu menciptakan keindahan.
Melalui proses mencari dan pemberian bentuk imajinasinya, seseorang
akan mencapai keindahan. Keingintahuan dan dambaan akan keindahan
akan membantu keindahan.
C. PENDERITAAN
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas
penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan.
Namun, peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas
penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang,
belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu
penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai
langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan. Akibat
penderitaan bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar dari
suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam
hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat.
Penderitaan juga dapat menular dari seseorang kepada orang lain, apalagi
kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.
Ada banyak sekali contoh penderitaan seperti penderitaan Nietzche
(1844 – 1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil yaitu sering sakit,
13
lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini
menyebabkan ia suka sendiri, membaca dan merenung di antara kesunyian
sehingga ia menjadi filsuf besar.
Hal yang dapat menimbulkan penderitaan salah satunya adalah
merasakan suatu keinginan atau dorongan yang tidak dapat diterima atau
menimbulkan keresahan, gelisah, atau derita.
D. KEADILAN
Keadilan, dimanapun atau pada persoalan apapun dalam kehidupan
manusia, sungguh merupakan suatu dambaan manusia. Tetapi sayang,
manusia selalu lebih mudah menyatakan bahwa dirinya telah berbuat adil
tanpa dirasakan adilnya oleh orang lain. Keadilan itu adalah pengakuan
dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan terletak
pada keseimbangan atau keharmonisan antara menuntut hak dan
menjalankan kewajiban.
Keadilan menurut sumbernya dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Keadilan individual
2. Keadilan sosial
Keadilan menurut jenisnya juga ada dua, yaitu:
1. Keadilan legal/keadilan moral
2. Keadilan distributif
E. PANDANGAN HIDUP
Pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat yang dipilih serasa selektif oleh para individu dan golongan di
dalam masyarakat (Koentjaraningrat, 1980). Pandangan hidup terdiri atas
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup
itu tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. Dalam kehidupannya
manusia tidak dapat melepaskan diri dari cita-cita/kebajikan dan sikap
hidup itu (Suyadi, M.P,1985).
14
Sifat pandangan hidup elastis, bergantung pada situasi dan kondisi,
tidak selamanya bersifat prinsipil atau hakiki. Bahkan pandangan hidup
dapat terjadi tidak dengan kesadaran atau “kesadaran yang dinyatakan”,
tetapi “kesadaran yang tidak dinyatakan”, sebagai akibat kepengapan
kondisi.
Ideologi merupakan komponen dasar terakhir dari sistem-sistem
sosial-budaya. Pengertian ini menyangkut sistem-sistem dasar
kepercayaan dan petunjuk hidup sehari-hari. Suatu ideologi bagi
masyarakat tersusun dari tiga unsur, yaitu (1) pandangan hidup (world
view), (2) nilai-nilai, dan (3) norma-norma (Lenski, 1974)
F. TANGGUNG JAWAB
Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial. Ia tidak
dapat hidup sendirian dengan perangkat nilai-nilai selera sendiri. Nilai-
nilai yang diperankan seseorang dalam jalinan sosial harus
dipertanggungjawabkan sehingga tidak mengganggu konsensus nilai yang
telah disetujui bersama.
Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban
adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang, kewajiban
merupakan tandingan terhadap hak, dan dapat juga tidak mengacu kepada
hak, maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap
kewajibannya.
Kewajiban dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Kewajiban terbatas
b) Kewajiban tidak terbatas
G. KEGELISAHAN
Manusia suatu saat dalam hidupnya akan mengalami kegelisahan.
Kegelisahan ini, apabila cukup lama hingga pada manusia, akan
menyebabkan suatu gangguan penyakit. Kegelisahan (anxiety) yang
cukup lama akan menghilangkan kemampuan untuk mereka bahagia.
15
Kegelisahan dalam konteks budaya dapat dikatakan sebagai akibat adanya
insting manusia untuk berbudaya, yaitu sebagai upaya mencari
“kesempurnaan”.
Penyebab kegelisahan dapat pula ikatakan akibat mempunyai
kemampuan untuk membaca dunia dan mengetahui misteri kehidupan.
Kehidupan ini yang menyebabkan mereka menjadi gelisah. Mereka
sendiri sering tidak tahu mengapa mereka gelisah, mereka hidupnya
kosong dan tidak mempunyai arti.
Perasaan cemas menurut Sigmund Freud ada tiga, yakni :
1) Kecemasan obyektif
2) Kecemasan neurotik
3) Kecemasan moral
H. HARAPAN
Harapan dalam kehidupan manusia merupakan cita-cita, keinginan,
penantian, kerinduan supaya sesuatu itu terjadi. Di dalam menantikan
adanya sesuatu yang terjadi dan diharapkan, manusia melibatkan manusia
lain atau kekuatan lain di luar dirinya supaya sesuatu terjadi, selain hasil
usahanya yang telah dilakukan dan ditunggu hasilnya.
Menurut macamnya ada harapan yang optimis dan ada harapan yang
pesimistis (tipis harapan). Harapan optimis artinya sesuatu yang akan
terjadi itu memberikan tanda-tanda yang dapat dianalistis secara rasional,
bahwa sesuatu yang akan terjadi bakal muncul. Dalam harapan yang
pesimistis ada tanda-tanda rasional tidak bakal terjadi harapan itu ada
mereka manusia hidup. Manusia hidup penuh dengan dinamikanya, penuh
dengan keinginannya atau kemauannya.
I. KEMATIAN ATAU MAUT
Setiap saat manusia dikungkung oleh kematian, dan setiap hari kita
berjumpa dengan iring-iringan jenazah. Penyebab kematian bermacam-
macam, seperti kecelakaan, perang, serangan penyakit dan lain-lain.
16
Pengertian mati yang sering dijumpai dalam istilah sehari-hari
adalah :
1) Kemusnahan dan kehilangan total roh dari jasad
2) Terputusnya hubungan antara roh dan badan
3) Terhentinya budi daya manusia secara total.
Fungsi kematian adalah untuk menghentikan budi daya, prestasi dan
sumbangan seluruh potensi kemanusiaannya. Maka kematuian itu bukan
akibat kesalahannya atau dosanya kepada orang lain, atau tumbal,
melainkan karena takdir.
Menurut B.S. Mardiatmadja (1987), makna dibaliki maut (kematian)
adalah maut sebagai berikut:
a) Maut sebagai putusnya segala relasi
b) Maut sebagai kritik atas hidup
c) Maut sebagai pelepasan
d) Maut sebagai awal hidup baru
e) Tuhan sebagai penguasa hidup dan mati.
J. KEYAKINAN
Istilah keyakinan dan keimanan berada di atas istilah kepercayaan,
dan keyakinan ekuivalen dengan iman. Kepercayaan hanya menerima
dengan budi (ratio), sedangkan keyakinan menerima dengan akal.
Manusia dalam hidupnya mempunyai keyakinan atas suatu hal.
Sebab manusia dalam hidupnya selalu mempunyai pengharapan dan cita-
cita sehingga ia selalu berusaha untuk mewujudkan keyakinan dan
pengharapannya dalam karya yang kongkret. Keyakinan adalah sesuatu
yang seharusnya dibela oleh orang yang memilikinya, tidak peduli apapun
yang bakal terjadi atau menimpa dirinya.
K. PENGABDIAN
Pengabdian berasal dari kata “abdi” yang artinya menghambakan iri,
patuh dan taat terhadap siapa saja yang kita abdi. Jadi, pengabdian
17
merupakan perbuatan yang bertujuan untuk menghambakan diri serta
patuh dan taat kepada sesuatu atau siapa yang kita anggap lebih tinggi,
berharga, bernilai, atau yang lebih kita pentingkan.
Pengabdian itu banyak ragamnya, seperti kepada keluarga,
masyarakat, negara, atau kepada Tuhan. Pengabdian juga bisa didasarkan
pada beberapa hal, seperti :
a) Pengabdian atas dasar keyakinan
b) Pengabdian atas dasar cinta kasih
c) Pengabdian atas dasar tanggung jawab
18
19