i
LAPORAN AKHIR
PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT
(IbM)
IbM MINYAK ATSIRI
Oleh
I Gusti Ayu Tri Agustiana, S.Pd., M.Pd. NIDN: 0028088402 (Ketua)
Dr. I Nyoman Tika, M.Si NIDN: 0001126302 (Anggota)
Ni Wayan Martiningsih, S.Si, NIDN: 0007038601 (Anggota)
Dibiayai Oleh :
Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan dan kebudayaan sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan
Penugasan Program Pengabdian kepada Masyarakat
No. 395/UN48.15/LPM/2014 tertanggal 19 Mei 2014
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
OKTOBER 2014
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ……………………………………………………………… i
Halaman Pengesahan ………………………………………………………. ii
Daftar Isi …………………………………………………………………… iii
Ringkasan ………………………………………………………………...... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi …………………………………………… 1
1.2 Permasalahan Mitra ………………………………………. 4
BAB II TARGET LUARAN 6
2.1 Target Luaran…………………………………………….. 6
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1 Masyarakat dan Kelompok Sasaran ……………………… 7
3.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan …………………………… 7
3.3 Metode Observasi dan Wawancara ……………………… 8
3.4 Metode Penyuluhan dan Pelatihan ……………………… 8
3.5 KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 9
4.1 Kelayakan Undiksha …………………………………….. 9
4.2 Kualifikasi Tim Pelaksana ………………………………. 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kegiatan Yang telah dilaksanakan ……………………….…. 13
4.2 Produksi setelah perubahan ….. ……….……………………. 18
4.3 Hasil Analisis senyawa Volatile pada Minyak Atsiri 19
BAB V PENUTUP 31
5.1 Kesimpulan 31
5.2 Saran-saran 31
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 31
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………. 32
iv
Abstrak
Tujuan kegiatan IbM ini adalah (1) meningkatkan kualitas minyak atsiri dari destilasi petani
cengkeh, (2) meningkatkan rendemen minyak atsiri dari berbagai sumber bahan minyak
atsiri, seperti minyak cengkeh, sirih, dan bunga-bunga khas Bali, (3) perluasan pemasaran
minyak, (4) memperbaiki metode destilasi minyak atsiri yang digunakan. Program ini
diinspirasi oleh melimpahnya bahan baku sebagai sumber minyak atsiri di wilayah obyek
sasaran, yaitu desa Lemukih kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng Bali, serta di Desa
sambangan Kecamatan Sukasada, Keduanya di kabupaten Buleleng. Sumber bahan baku
yang melimpah belum sepenuhnya tergarap. Bahan baku untuk minyak atsiri, seperti daun
cengkeh, sereh dan aneka bunga yang tumbuh subur di sekitarnya. Namun hanya baru daun
cengkeh yang dianalisis menjadi minyak atsiri, ekstrak kasar sebagai sumber minyak atsiri.
Padahal kebutuhan minyak atsiri baik lokal maupun internasional sangat tinggi. Pasar lokal
di Bali pun kebutuhannya sangat tinggi, khususnya untuk memenuhi kebutuhan spa, karena
spa sebagai komponen penunjang industri pariwisata, dan kebutuhan aroma terapi yang
bersifat alami untuk wangi dupa harum di Bali, sehingga minyak atsiri dapat menjadi
primadona pariwisata Bali. Oleh karena itu, perlu dikembangkan. Pengembangan yang
dibutuhkan karena beberapa permasalahan yang muncul. Permasalahan utama yang
dihadapi mitra dapat dikelompokkan menjadi beberapa antara lain (1) penggunaan sistem
distilasi, (2) diversifikasi produk minyak atsiri, (3) kualitas produk, (4) rendemen yang
rendah atsiri. Program IbM telah dilaksanakan tahun 2014, pada lokasi di Dusun Lemukih
Kecamatan Sawan kabupaten Buleleng Bali dengan dua mitra yakni kelompok petani
cengkeh dan UKM Langkir yang berokasi di Desa Lemukih. Metode yang digunakan adalah
metode PALS (Participatory Action Learning System). Hasil penerapan ipteks adalah para
petani cengkeh telah mendapat pengalaman langsung dalam berbagai distilasi direct steam
distillation, peningkatan randemen, serta kandungan bahan kimia dari minyak atsiri dan
mengetahui kandungan dengan analisis minyak atsiri. Tahap pelaksanaan kegiatan ini
adalah: (1) persiapan dengan memberikan penjelasan awal kegiatan IbM kepada kedua
mitra di masing-masing lokasi. Penjelasan itu adalah mengenai tujuan, target yang hendak
dicapai dari program ini. Kedua, tahap pelaksanaan program ini, yaitu dengan
pendampingan dan workshop. Mitra 1, didampingi dengan teknologi pengolahan berbagai
jenis sumber minyak atsiri seperti, cengkeh, bunga mawar, bunga kenanga, bunga wani dan
lain-lain, serta perbaikan desain alat destilasi dengan kapasitas optimum, sedangkan mitra
2, didampingi pengolahan bahan sebelum didestilasi, dan aplikasi penyulingan sendiri.
Setelah pendampingan selama 2-3 bulan, selanjutnya masuk ke tahap diseminasi produk,
pada pengerajin yang lain di Desa Sambangan, dan Desa Sekumpul. Tujuan kegiatan ini
adalah (1) meningkatkan kualitas minyak atsiri dari distilasi daun cengkeh, (2) menentukan
kandungan bahan kimia minyak asiri daun cengkeh setelah perbaikan sistem distilasi, (3)
mengetahui respon petani yang melakukan penyulingan minyak cengkeh. Metode yang
digunakan adalah metode PALS (Participatory Action Learning System), yaitu petani
didampingi dalam perbaikan sistem distilasi, selanjutnya produk yang dihasilkan dianaliis
menggunakan GC-MS. Dampak kegiatan IbM ini (1) Hasil menunjukkan bahwa rendemen
minyak atsiri yang dihasilkan meningkat dari 18 liter / ton menjadi 22 liter /ton atau naik
sebesar 22,22%. Komponen minyak atsiri yang dominan adalah senyawa eugenol,
Caryophyllene, alpha-Cubenne, fenol. Respon petani adalah 83 % sangat membantu, 12%
cukup membantu dan 1% biasa saja
Kata kunci: minyak atsiri, destilasi, cengkeh, nilam
v
Abstract
The purpose of this activity is IbM (1) improve the quality of the essential oil from the
distillation of clove farmers, (2) increase the yield of essential oils from various sources of
essential oils, such as clove oil, betel leaves, flowers and Balinese. (3) expansion of oil
marketing, (4) improve essential oil distillation method is used. The program is inspired by
the abundance of raw materials as a source of essential oil in the region of the target object,
ie a village Lemukih Sawan subdistrict, Buleleng Bali, as well as in the Village District of
Sukasada sambangan, both in Buleleng regency. Abundant raw material resources have not
been fully explored. The raw materials for essential oils, such as clove, lemon grass and
various flowers that flourish in the vicinity. But only recently become clove leaf essential oil
were analyzed, the crude extract. as a source of essential oils. Though essential oils kebutuhn
both local and international discussion is high. The local market in Bali also needs very high,
especially to meet the needs of the spa, as spas as a supporting component of the tourism
industry, and the needs that are natural aromatherapy fragrance incense to Bali, so that
essential oils can be excellent pariwiata Bali. Therefore, need to be developed. Development
is needed because some of the problems that arise. The main problem faced by the partners
can be grouped into several inter alia (1) the use of distillation systems, (2) diversification of
essential oil products, (3) kulaitas products, (4) a low yield volatile. IbM programs have been
implemented in 2014, on location in the hamlet Lemukih Sawan District of Buleleng regency
of Bali with the two partner groups and SMEs Langkir clove farmers in the village who
berokasi Lemukih. The method used is the method of PALS (Participatory Action Learning
System) The results of the application of science and technology is the clove farmers have
received hands-on experience in a variety of direct distillation of steam distillation,
randemen improvement, as well as the chemical content of essential oils and know the
content of the analysis of essential oils. Implementation phase of this activity are: (1) the
preparation of the initial explanation IbM activities to both partners in each location. That
explanation is about the objectives, targets to be achieved from this program. Second, the
implementation phase of this program, with mentoring and workshops. Partner 1,
accompanied by technological processing different types of sources such as essential oils,
clove, rose, ylang flower, flower Wani and others, as well as improving the design of
distillation equipment with optimum capacity, while the two partners, accompanied by the
processing of the material before distillation, and applications distillery itself. After
mentoring for 2-3 months, then go to the stage of dissemination products, on the other
craftsmen in the village Sambangan, and Village Sekumpul. The purpose of this activity is to
(1) improve the quality of essential oils from the distillation of clove leaf, (2) determine the
chemical content of clove leaf essential oil distillation system after repair, (3) study the
response of farmers practicing clove oil refining. The method used is the method of PALS
(Participatory Action Learning System), which is accompanied by the farmers in the
improvement of distillation system, then the resulting product dianaliis using GC-MS. The
impact of this IbM activities (1) The results showed that the yield of essential oil produced
increased from 18 liters / ton to 22 liters / tonne, a rise of 22.22%. The dominant component
of the essential oil is a compound eugenol, caryophyllene, alpha-Cubenne, phenol. The
response of farmers is 83% very helpful, 12% quite helpful and 1% normal
Keywords: essential oils, distillation, clove
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Minyak atsiri adalah kelompok minyak nabati yang berwujud cairan kental, mudah
menguap, memberikan aroma yang khas, sehingga digunakan sebagai bahan dasar wangi-
wangian atau minyak gosok.
Indonesia berpotensi sebagai penghasil utama minyak atsiri, karena (1) sumber bahan
baku sangat melimpah, sebagai salah satu pusat megabiodiversiti, Indonesia menghasilkan 40
jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar dunia. Dari jumlah tersebut, 13
jenis telah memasuki pasar atsiri dunia, yaitu nilam, sereh wangi, cengkeh, jahe, pala, lada,
kayu manis, cendana, melati, akar wangi, kenanga, kayu putih, dan kemukus. (2) teknologi
destilasi/penyulingan relatif bisa dibuat sederhana dan dapat dikuasai secara meluas oleh
masyarakat, (3) peluang pasar sangat besar baik dalam negeri maupun luar negeri. Lebih dari
90% minyak atsiri Indonesia diekspor dan sebesar 10% penyerapan digunakan di dalam
negeri, dan salah satunya industri spa, serta Bali menjadi pangsa pasar sangat potensial
(Bisnis Bali, 14 Mei 2012). Selain itu masih banyak tanaman penghasil minyak atsiri yang
belum dikembangkan secara optimal, sehingga peluang untuk berbisnis minyak atsiri di
Indonesia masih cukup besar dan sangat potensial untuk dikembangkan.
Di Bali keberadaan minyak atsiri sangat memiliki prospetif yang sangat luas karena
beberapa alasan (1) komponen industri pariwisata, banyak penawaran spa dengan
menggunakan minyak atsiri sebagai aroma terapi, (2) minyak atsiri dapat juga digunakan
pengharum untuk beberapa dupa dan kosmetik untuk upacara sembahyang umat Hindu, (3)
sebagai bibit minyak wangi, (4) dapat memasok kebutuhan eksport minyak atsiri khususnya
minyak cengkeh, dan beberapa minyak atsiri yang lain.
Oleh karena itu, peningkatan produksi minyak atsiri di Indonesia dan khsususnya di
Bali, sangat penting. Produksi itu berkaitan dengan beberapa hal mencakup mutu (quality),
biaya (cost), dan penyediaan (delivery). Perlu diketahui secara mendetail mata rantai nilai
mulai penyediaan bahan baku berkualitas, penerapan GAP (Good Agricultural Practices)
maupun GMP (Good Manufacturing Practices), efisiensi biaya proses, tataniaga, serta sistem
pasokan bahan baku dan produk yang terkendali untuk mencapai kapasitas tepat jumlah dan
waktu sesuai permintaan, sehingga pengadaan pengerajin sangat baik.
7
Proses untuk mendapatkan minyak atsiri dikenal dengan cara menyuling atau destilasi
terhadap tanaman penghasil minyak atsiri. Produk minyak atsiri khusus minyak dari
penyulingan daun cengkeh, telah dilakukan oleh beberapa pengusaha di Buleleng, salah
satunya adalah UD. Suci, dengan pemiliknya I Wayan Jarut berlokasi Jl Srikandi Gang Nyuh
Gading, di Desa Sambangan Kecamatan Sukasada, Buleleng Bali. Dan UD Sudisma, yang
dimiliki oleh I Made Sudisma, yang berlakosi di Desa Sekumpul Kecamatan Sawan
Kabupaten Buleleng.
Dilihat dari lamanya usaha UD. Suci telah membuka usahanya mulai tahun 2008,
sudah berjalan lima tahun, Sedangkan UD, Sudisma baru berjalan 2 tahun. UD. Suci
memiliki volume produksi yang besar dan memuat sekitar dua kwintal untuk sekali proses
penyulingan. Pada prisipnya kedua pengusaha mikro ini melakukan penyulingan minyak
atsiri,dengan system kukus (Water Distillation), yang secara garis besar dapat dijelaskan
proses yang dilakukan oleh kedua pengusaha itu, yaitu (1) memasukkan bahan baku, baik
yang sudah dilayukan, kering ataupun bahan basah ke dalam ketel penyuling yang telah berisi
air kemudian dipanaskan. (2) Uap yang keluar dari ketel dialirkan dengan pipa yang
dihubungkan dengan kondensor. Uap yang merupakan campuran uap air dan minyak akan
terkondensasi menjadi cair dan ditampung dalam wadah bak. (3) Selanjutnya cairan minyak
dan air tersebut dipisahkan dengan separator pemisah minyak untuk diambil minyaknya saja.
Minyak dikumpulkan dalam jerigen dan siap untuk dijual.
Proses penyulingan menggunakan bahan bakar limbah daun bekas disuling, yang telah
dikering terlebih dahulu. Hal ini untuk menghemat ongkos produksi, walapun cara seperti ini
membutuhkan waktu yang relatif lama, dan panas yang dihasilkan tidak stabil sehingga
mempengaruhi produk yang dihasilkannya. I Wayan Jarut selaku pemilik UD. Suci pernah
mencoba untuk menggunakan bahan bakar gas, namun ongkos produksi meningkat 2 kali
lipat, selain itu, limbah bekas penyulingan, yang berupa daun membutuhkan ruang
penampungan yang sangat menyulitkan bagi UD Suci, karena mereka memiliki lahan yang
terbatas.
UD. Suci, menghasilkan dua jenis minyak atsiri, yaitu minyak cengkeh dan minyak
nilam. Minyak cengkeh diperoleh dari penyulingan daun cengkeh. Daun cengkeh diperoleh
dari membeli daun cengkeh di sekitar kecamatan Sukasada, Busungbiu, kecamatan Sawan
dan kecamatan Kubutambahan. Pembelian daun cengkeh dilakukan dengan sistem kontrak,
yakni rata-rata Rp 5 juta per hektar, untuk satu hektar per tahun umumnya didapatkan daun
cengkeh 2 ton. Daun cengkeh itu kemudian diangkut ke tempat penyulingan dengan
8
menggunakan truks dengan ongkos angkut rata-rata Rp 400.000-Rp 500.000,- Sedangkan
UD. Sudisma berlokasi di Desa sekumpul, tidak membutuhkan pengangkutan, namun
kapasitas produksi sangat rendah, yakni kapasitasnya 50-100 kg daun cengkeh kering.
Kapasitas produksi alat destilasi yang dimiliki UD. Suci ini adalah untuk daun
cengkeh sebanyak dua kwintal yang dapat menghasilkan minyak cengkeh sebanyak 18-22
liter minyak cengkeh. Lama penyulingan itu adalah 12 jam. Harga bahan baku (daun
cengkeh) adalah Rp 2.000/kg, sedangkan harga minyak atsiri yang diusahakan oleh UD Suci
dijual dengan harga Rp 140.000/liter. Tenaga kerja yang terlibat adalah 6 orang dengan gaji
Rp 50.000/hari. Rata-rata keuntungan untuk dua kwintal adalah sebesar Rp 2.520.000-Rp
3.080.000, sedangkan biaya produksi adalah sebesar Rp 700.000,-. Keuntungannya rata-rata
Rp 2.000.000/ untuk sekali destilasi. Jika pasokan bahan baku lancar dari petani, untuk
jangka waktu setahun, rata-rata baru dapat mendestilasi 4 ton daun cengkeh, dan keuntungan
rata-rata Rp 40.000.000. Kendala yang dihadapi adalah bahan baku dan managemen untuk
memenuhi standar pengolahan bahan untuk minyak atsiri. Petani selaku produsen daun
cengkeh belum mengetahui standar bahan baku ini. Musim produksi hanya beberapa bulan
yaitu saat bulan Juni, Agustus dan Nopember Desember. Bulan-bulan lain alat destilasi itu
istirahat total.
Selain itu, produksi minyak nilam yang dihasilkan oleh UD.Suci adalah destilasi
untuk kapasitas dua kwintal adalah 10-12 liter minyak nilam dengan harga jual Rp 380.000,-
/liter. Bahan baku untuk produksi pohon nilam menanam sendiri. Untuk daun nilam diperoleh
dengan berkebun sendiri yakni sekitar 1 hektar, sehingga produksi minyak nila sangat
terbatas, menunggu hasil panen dari kebun sendiri.
Prospek pasar yang dimiliki UD. Suci dan Sudisma sangat potensial namun kendala
yang dihadapi dapat diuraikan secara garis besar, yaitu (1) penyediaan bahan baku, (2)
Pengolahan produk minyak atsiri, (3) pemasaran, (4) penanganan limbah, (5) penggunaan
bahan bakar, serta (6) belum ada dipersifikasi produk.
Kedua calon mitra ini, baik UD. Suci maupun UD Sudisma, belum mampu
meningkatkan produksi secara maksimal, selain kesulitan sumber daya manusia, bahan baku,
juga managemen pekerjaannya belum optimal, karyawan belum sepenuhnya memahami
proses penyulingan sehingga perlu pembinaan secara khusus terhadap teknik produksi dan
pengolahan pasca penyulingan baik terhadap limbah maupun terhadap sumber daya manusia.
Produksi tidak setiap saat bisa dilakukan karena kendala sumber bahan baku yang
tidak tersedia secara kotinyu, kendala transportasi, serta belum dilakukan untuk menyuling
9
bahan lain, hanya nilam dan daun cengkeh. Tata kelola pengolahan bahan baku juga belum
maksimal, yaitu saat musim hujan, daun-daun cengkeh biasanya cepat membusuk. Hal ini
disebabkan para petani tidak melakukan pengolahan penyimpanan bahan baku secara baik,
membuat produksi secara kontinyu, padahal untuk wilayah Buleleng lahan cengkeh tidak
kurang dari 2500 hektar.
Penggunaan bahan bakar masih menggunakan limbah dari bekas hasil destilasi,
sehingga menimbulkan polusi. Kondisi ini membuat protes warga. Oleh karena tu dibutuhkan
manageman penggunaan bahan bakar dan pengolahan, limbah hasil pengolahan limbah, yang
memadai.
Gambar 1. Kondisi Alat penyulingan UD. Suci di Jl Srikandi Gang Nyuh Gading
Sambangan Buleleng Bali (Doc. Tri Agustiana, 2013)
Produksi masih rendah, karena belum dilakukan pengolahan (penghancuran daun
cengkeh) UD. Suci di Desa Sambangan belum mengetahui dengan baik metode kukus ini
biasa dilengkapi sistem kondensat dengan air yang keluar dari separator masuk kembali
secara otomatis ke dalam ketel agar meminimkan kehilangan air. Pengerajin minyak atsiri
cengkeh di Sambangan belum memahami bahwa sistem kukus kohobasi lebih
menguntungkan oleh karena terbebas dari proses hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri
dan proses difusi minyak dengan air panas.
Pelaksanaan IbM ini sangat berarti bagi para pengerajin minyak atsiri di Sambangan
dan mitra kedua Lemukih Kecamatan Sawan, sebagai pemasok bahan baku. Oleh karena itu
dalam pengabdian ini akan diperkenalkan teknik penyulingan dengan uap langsung (Direct
10
Steam Distillation), pada UD. Suci dan Sudisma di Desa Lemukihl. Teknik penyulingan
merupakan solusi untuk difusi teknologi destilasi dengan direct system distilation, ini sangat
penting untuk meningkatkan peran penduduk lokal khususnya Singaraja dalam penyediaan
aneka jenis minyak atsiri, yang banyak digunakan untuk Spa, yang lagi menjamur di kawasan
Lovina dan obyek air terjun Sambangan, menyiapkan lapangan pekerjaan.
1.2 Permasalahan Mitra
Permasalahan yang dihadapi oleh mitra dapat dikelompokkan menjadi beberapa
antara lain (1) penggunaan sistem distilasi, (2) diversifikasi produk minyak atsiri, (3) kualitas
produk, (4) rendemen yang rendah atsiri. Adapun secara rinci permasalahan dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Mitra masih menggunakan system destilasi yang konvesnsional. Destilasi sangat
banyak membutuhkan air, buangan air ini yang menyebabkan banyak
menimbulkan pencemaran sungai.
2. Produksi minyak atsiri hanya berasal dari daun cengkeh dan daun nilam, belum
diupayakan jenis lain, padahal di Sambangan dan sekumpul lokasi mitra
merupakan wilayah yang kaya akan berbagai jenis tumbuhan yang berpotensi
menghasilkan minyak atsiri, seperti: jahe, bunga kenanga, sirih, bunga cempaka,
mawar dan lain-lain.
3. Produk yang dihasilkan selama ini kualitasnya masih rendah karena belum
dilakukan pemurnian (redestilasi) sehingga harganya murah. Perlakukan untuk
meningkatkan mutu belum dilaksanakan.
4. Rendemen minyak atsiri yang dihasilkan masih relatif rendah, yaitu sebanyak
0,11%, sehingga perlu ditingkatkan dengan berbagai upaya dan teknik baru.
5. Teknik pemasaran belum dikemas dengan kemasan yang menarik. Produk minyak
atsiri masih dijual sebagai bahan baku industry dalam bentuk ekstrak kasar dan
dijual dalam bentuk jerigen.
11
BAB II
TARGET LUARAN
Luaran yang ditargetkan dari kegiatan IbM Minyak Atsiri ini, yaitu bentuk metode,
barang/produk dan artikel ilmiah. Produk yang bisa dihasilkan masyarakat adalah seperti
tabel berikut:
Tabel 2.1 Target Luaran Minyak Atsiri
No. Produk/Metode Spesifikasi Target -Luaran
1. Metode destilasi
sistem uap
Kemampuan
mendestilasi 2 kwintal
setiap 12 jam.
85% mitra dapat menerapkan
metode yang baru.
2 Minyak Atsiri
cengkeh
Minyak atsiri grade
utama
85% mitra menguasi metode
produksi dengan teknik baru
3 Metode
diredisetilasi
produk
Pengulangan dilakukan
dua kali untuk lebih
murni
Selama program IbM terjadi
peningkatan kualitas 5x dari
kualitas awal.
4. Minyak atsiri
berbagai sumber
Grade kualitas eksport Rendemen 2-5% minyak atsiri
5 Artikel Ilmiah dan populer 1 artikel ilmiah
1 artikel populer di
majalah/koran ber ISSN
12
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Masyarakat dan Kelompok Sasaran
Masyarakat dan kelompok sasaran adalah pengusaha mikro dalam bidang pembuatan
minyak atsiri. Minyak atsiri yang dibuat di Desa Sambangan kecamatan Sukasada dan desa
Sekumpul di Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Kedua Usaha mikro itu, yaitu UD Suci
dan UD Sudisma, keduanya memiliki karakteristik yang menarik, pertama UD Suci berada di
Desa Sambangan produsen minyak Atsiri, sedangkan UD. Sudisma berada di Desa Sekumpul
selain sebagai produsen minyak atsiri (minyak cengkeh), juga sebagai pemasok bahan baku
berupa limbah daun cengkeh, dan berpeluang untuk menghasilkan minyak atsiri yang lain
seperti sereh, sirih, bunga kamboja, bunga cempaka, jempiring, melati dan bunga kenanga,
karena bahan bakunya cukup banyak.
3.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan
Untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan di awal, maka perlu dilakukan
usaha-usaha yang terpadu sebagai solusi untuk meningkatkan keterampilan dan teknologi UD
Suci dan Sudisma. Yaitu dengan cara pengenalan teknologi proses destilasi system yang
modern dan efisien, memberikan penguatan dari aspek managemen, tata kelola limbah, dan
peningkatan produk sehingga dapat meningkatkan keuntungan usaha. Masalah itu hendak
diberikan solusi dalam IbM yang dilakukan. Adapun solusi yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Hubungan Permasalahn dengan Tujuan dan Solusi/Metode Pemecahan
No. Permasalahan Akar
Masalah
Tujuan Solusi/ Metode yang
digunakan
1. Mitra masih
menggunakan
sistem
penyulingan
tradisional.
Mitra tidak
mengetahui
destilasi lain
Untuk
mempratekkan
sistem destilasi
yang efisien
Pedampingan dan
praktek langsung
2 Belum melakukan
diversifikasi
produk (hanya
berasal dari daun
cengkeh saja)
Belum berani
berspekulasi
dengan
menggunakan
bahan lain
Menggunakan
beragam bahan
baku seperti bunga
kamboja, kenanga,
sereh
Pedampingan dan
pratek langsung
13
3. Produk
kualitasnya masih
rendah
Belum
dilakukan
redestilasi
dan
pemurnian
Untuk
menghasilkan
minyak atsiri
dengan kualitas
bagus
Praktek langsung
4. Rendemen yang
dihasilkan masih
rendah
Belum
dilakukan
perlakuan thd
bahan baku
Meningkatkan
randemen
penyulingan
Pedampingan dengan
alternatif pemblenderan
bahan baku
5 Teknik pemasaran
belum dikemas
yang menarik.
Teknologi
desain
produk tidak
diketahui
Pembuatan
kemasan yang
manarik
Pedampingan untuk
pembuatan kemasan
produk yang manarik
Gambar 2 Skema Solusi IbM minyak Atsiri
3.3 Metode Observasi dan Wawancara
Untuk mendapat data yang akurat untuk bahan reflesi dilakukan pengamatan
terhadap UD Suci dan UD Sudisma dengan metode observasi dan wawancara langsung.
Observasi pertama dilakukan saat penyusunan proposal dan setelah proses pengerjaan IbM
ini berlangsung Untuk kedepannya pun jika program telah terlaksana maka akan diadakan
observasi dan wawancara lanjutan terkait untuk memperoleh informasi tindak lanjut kegiatan,
yang dilakukan masyarakat dari hasil observasi.
3.4 Metode Penyuluhan dan Pelatihan
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan di depan
adalah metode diskusi dan praktek (learning by doing). Gabungan kedua metode tersebut
14
diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan khalayak berkaitan dengan
teknik produksi minyak atsiri. Keterkaitan antara tujuan dan metode yang dipakai untuk
mencapai tujuan dapat dilihat pada Tabel 3.1 di atas.
3.5 Partisipasi Mitra
Dalam kegiatan IbM ini partisipasi mitra dapat diuraikan seperti tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2 Partisipasi Mitra dalam Kegiatan IbM Minyak Atsiri
Tujuan Solusi/ Metode yang
digunakan
Partisipasi Mitra
Untuk mempratekkan sistem
destilasi yang efisien
Pedampingan dan
praktek langsung
1. Kesedian waktu untuk belajar
memahami teori dan pratek
destilasi.
2. Menyediakan sarana dan
bahan baku yang dibutuhkan,
tempat/ruang untuk praktek.
Menggunakan beragam
bahan baku seperti bungan
kamboja, kenanga, sereh
Pedampingan dan
pratek langsung
1. Kesediaan waktu untuk
mempraktekan beragam
bahan baku untuk didestilasi.
2. Bahan baku berbagai bunga
untuk didestilasi.
Untuk menghasilkan minyak
atsiri dengan kualitas bagus
Praktek langsung Menyediakan waktu dan sarana,
dan tenaga untuk mencoba
mempraktekkan berbagai teknik
pemurnian penyulingan.
Meningkatkan randemen
penyulingan
Pedampingan dengan
alternatif
pemblenderan bahan
baku
Menyediakan waktu, tempat
tenaga, bahan baku untuk
dipraktekkan (diblender) atau
dengan tahapan baru bahan baku
sebelum penyuliangan
dilakukan.
Pembuatan kemasan yang
manarik
Pedampingan untuk
pembuatan kemasan
produk yang manarik
Menyediakan waktu,tempat dan
tenaga untuk bersedia membuat
kemasan baru untuk
memasarkan produk minyak
atsiri yang menarik, sehingga
meningkatkan harga jual.
3.6 Kelayakan Perguruan Tinggi
a. Kelayakan Undiksha
LPM Undiksha memiliki komitmen untuk memberdayakan penduduk sekitarnya dan
mengembangkan SDM wilayah di kabupaten Buleleng, ada 3 sentra yang kini sedang di
15
garap yaitu, Kecamatan Gerokgak, Kecamatan Kubutambahan (kabupaten Buleleng) dan
kecamatan Nusa Penida (di Kabupaten Klungkung), maka pengabdian diluar itu juga di garap
termasuk di Kabupaten Karangasem. Pengabdian Undiksha juga memberikan beasiswa untuk
anak miskin di Kabupaten karangasem melalui program IMHERE. Peran Universitas
Pendidikan Ganesha, juga menggarap segmen lain yaitu petani, pengerajin dan juga
pengusaha kecil menengah untuk mendapatkan budaya baru dalam bidang teknologi, seni dan
sosial dan budaya.
Secara kuantitas, persentase kegiatan Pengabdian pada Masyarakat (P2M) mengalami
peningkatan. Pada tahun 2006, jumlah judul yang diterima sebanyak 32 buah, jumlah dosen
yang terlibat 128 orang, dan dana yang diterima Rp. 132.000.000,00. Pada tahun 2007,
jumlah judul yang diterima sebanyak 67 buah, jumlah dosen yang terlibat 268 orang, dan
jumlah dana yang diterima Rp. 360.000.000,00. Pada tahun 2008, jumlah judul yang diterima
sebanyak 71 buah, jumlah dosen yang terlibat 284 orang, dan jumlah dana yang diterima
sebesar Rp.355.000.000,00. Prestasi Undiksha dalam bidang P2M juga dapat dilihat dari
dimenangkannya beberapa hibah di tingkat nasional seperti Voucer, Hibah Sibermas, dan
P2M lainnya bekerja sama dengan pemerintah daerah di Bali. Peningkatan kuantitas dan
kualitas P2M masih memiliki peluang yang cukup besar dalam kurun lima tahun ke depan.
Untuk tahun 2012, ada sebanyak 12 IbM yang diterima Undiksha, sehingga tahun itu
ada beberapa P2M yang diperoleh seperti IbW ditiga lokasi yaitu Kecamatan gerogak, Munti
Gunung–karangasem, Kubutambahan, 1 IbK, dan Ibbik, dengan kondisi seperti itu, Undiksha
merupakan perguruan tinggi yang sangat berhasil di Bali dalam pelaksanaan P2M yang di
danai dari DIKTI.
b. Kualifikasi Tim Pelaksana
Kualifikasi Tim pelaksana cukup mumpuni dalam bidang teknologi, khususnya dalam
bidang penyulingan/destilasi, yaitu I Gusti Ayu Tri Agustiana sebagai ketua, Dr I Nyoman
Tika, M.Si. sangat kompetensi dalam bidang kimia organik dan biokimia, Ni Wayan
Martiningsih,S.Si sebagai anggota yang sangat mampuni di bidang analisis kimia. Berpijak
dari kemampuan tim pelaksana Undiksha seperti tersebut diatas, maka kegiatan P2M ini
optimis bisa sukses dalam melaksanakan karyanya. Ketua pelaksana juga memiliki
kemampuan berkomunikasi kepada masyarakat (lihat CV ketua dan anggota pelaksana,
dalam lampiran biodata)
16
c. Deskripsi Tugas dan Kewajiban Pelaksana Kegiatan
Deskripsi tugas dan kewajiban tim pelaksana dapat diuraikan sebagai berikut.
Tabel 3.3 Tugas dan Kewajiban tim Pelaksana Kegiatan
Struktur Jabatan Tugas dan Kewajiban
Pelindung
(Rektor Undiksha)
Memberikan perlindungan kebijakan, hukum dan dukungan
moril terhadap keseluruhan kegiatan program IBM
Pengarah (Ketua LPM ) 1. Memberikan arahan-arahan baik berupa kebijakan,
konseptual, petunjuk teknis terhadap keseluruhan
kegiatan programb, dan,
2. Bertanggung jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan
program IbM baik dari segi substansi akademik,
keberterimaan dan kebermanfaatnya bagi masyarakat
I Gusti Ayu Tri
Agustiana, S.Pd., M.Pd
(Ketua Pelaksana)
1. Merancang, melaksanakan, mengkoordinasikan, dan
melaporkan serta mempertanggungjawabkan segala
kegiatan dibantu oleh anggota-anggota pelaksana.
2. Melakukan sosialisasi, publikasi, dan negosiasi dengan
berbagai pihak baik vertikal(pimpinan),
horizontal(lembaga terkait),dan ke bawah (dosen,
mahasiswa, dan masyarakat)
Dr. I Nyoman Tika, M.Si
(Anggota)
1. Melaksanakan segala kegiatan yang berkaitan dengan
teknik destilasi dan pengolahan data, pengadaan logistik
untuk semua kegiatan,
2. melaporkan, mempublikasikan serta
mempertanggungjawabkan segalan kegiatan program
IbM
Ni Wayan Martiningsih,
S.Si
(Anggota)
1. Membantu pelaksanaan pemurnian dan
menyiapkakegiatan pelatihan tentang penyulingan
minyak atsiri yang berasal dari berbagai beragam
sumber.
2. Melaksanakan segala kegiatan berkaitan dengan
keuangan dan pelaporan keuangan
d. Undiksha layak menjadi mitra karena memiliki sumber daya dan fasilitas
pendukung yang memadai.
Beberapa sarana dan perasana baik berupa ruangan, laboratorium seperti: ruang,
komputer, Laboratorium Organik, Biokimia, Kimia Analis di Undiksha Singaraja Bali yang
akan mendukung kegiatan ini.
17
Tabel 3 .4 Fasilitas pendukung
No. Nama fasilitas pendukung Kegunaan
1. Ruang pertemuan Diskusi rutin
2. Lab Analisis Kimia Destilasi minyak atsiri
sebagai contoh
3. Ruang komputer Analisis data
4. Perpustakaan Literature
Ringkasan Permasalahan, apliasi Ipteks, Program aksi , produk Dan Out Come kegiatan IbM
Minyak atsiri
Aplikasi Ipteks
1. Teknologi destilasi
2. Teknik inovasi sistem
destilasi
3. Penggunaan bahan selain
cengkeh
Minyak Atsiri
Program Aksi
1. Sosialisasi IbM
2. Pendampingan pengolahan
limbah dan bahan bakar
3. Pendampingan penggunaan
sistem penyulingan yang
lebih efisien dan analisis
kandungan minyak atsiri
4. Managemen pemasaran
Permasalahan
1. Destilasi dengan
sistem konvesional
2. Bahan bakar yang
digunakan kayu
bakar
3. Minyak atsiri
hanya baru untuk
minyak cengkeh
4. Pengemasan dan
pemasaran belum
baik
Produks
1. Minak
atsiri
berbgai
grade
2. Metode
destilasi
3. Sistem
sumber
energi
destilasi
4. Minyak
atsiri dari
berbagai
sumber
Outcome
1. Pengurangan
penggunaan
kayu bakar dan
energi fosil
2. Peningkatan
kesejahteraan
3. Membuka
lapangan
pekerjaan
4. Industri ramah
lingkungan
Gambar 3 Ringkasan Permasalahan, Aksi Dan IPTEKS Dan Produk
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kegiatan yang telah dilakukan
Kegiatan yang dilakukan adalah (1) konsulidasi antara tim IbM Undiksha dengan
Mitra, tujuannnya adalah merealisasikan kegiatan IbM ini. Kegiatan ini juga dilakukan
kepada mitra dengan memberikan workshop dan gambaran tentang potensi Indonesia sebagai
penghasil minyak atsiri.
Disampaikan bahwa sejak era tahun 60-an dikenal sebagai negara penghasil minyak
atsiri terbesar di dunia terutama minyak atsiri nilam dan hingga sekarang minyak atsiri
nilam dari Indonesia masih sangat dikenal di pasar dunia. Produk ini mempunyai orientasi
export. Minyak atsiri nilam digunakan di industri parfum sebagai zat pengikat aroma dan
perannya belum mampu digantikan oleh zat sintetis, sehingga kebutuhan minyak atsiri nilam
di dunia besar sekali. Selain digunakan di industri parfum minyak atsiri nilam juga digunakan
di industri kosmetik dan farmasi.Selain nilam, komoditas yang bisa diambil minyak atsirinya
antara lain: daun cengkeh, bunga melati, minyak atsiri dari komoditas ini digunakan untuk
bahan di industri farmasi dan di manfaatkan untuk aroma terapi.
Kami menawarkan Pembangunan instalasi Minyak Atsiri secara Komprehensif
mulai konstruksi alat destilasi, mesin pengolahan atsiri hingga instalasi pengolahan limbah.
Untuk proses pengolahan ada beberapa macam antara lain: Destilasi, Refine atau CO2 extract
(1) Produk yang dihasilkan dalam bentuk Minyak Atsiri. (2) Bahan Baku: daun nilam, daun
cengkeh, sereh, melati. (3) Kapasitas Bahan Baku: Menyesuaikan sesuai permintaan.
Gambaran Ipteks yang akan ditransfer kepada kedua mitra pada prinsipnya dapat diuraikan
seperti Gambar 4.
Prinsip Kerja:
Bahan yang mengandung minyak atsiri dimasukkan ke dalam wadah suling/ destilasi
selanjutnya uap air akan membawa minyak atsiri tersebut keluar dari jaringan bahan. Uap air
bersama minyak atsiri terkondensasi sewaktu melewati kondensor pendingin dan selanjutnya
menetes/mengalir masuk kewadah penampung dan terpisah berdasarkan perbedaan berat
jenis.
Kelengkapan lain:
1. Manometer (pressure gauge)/pengukur tekanan
2. Termometer/penunjuk suhu
19
3. Safety valve/Pengaman
4. Ketel uap
5. Ketel penyulingan
6. Keranjang bahan
7. Alat penampung destilat
8. Alat pendingin
9. Alat pemisah/ separator (minyak dan air)
10. Pompa sirkulasi air pendingin kondensor
11. Assesories lainnya
.
Gambar 4 Diagram alir penyulingan minyak atsiri (nilam) ( Diadaptasikan dari Sailah, I.,
S.Ketaren, Sunarmani, dan Suyanti. 2000 dan Williams, D. F.dan Schimtt. W.
H. 1992. Chemistry and Technology of the Cosmetics and Toiletries Industry.
Second Edition. USA : Chesebrough Ponds, Inc.)
Minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial,
minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud
cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang
khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk
pengobatan) alami.
Pengolahan minyak atsiri sangat potensial di Indonesia. Alasannya adalah (1) sumber
bahan baku sangat melimpah, (2) teknologi destilasi/enyulingan relative bisa dibuat mudah
/sederhana dan dapat dikuasai secara meluas oleh masyarakat, (3) peluang pasar sangat besar
baik dalam negeri maupun luar negeri.
20
Gambar 5 Alat destilasi untuk memproduksi minyak atsiri
Pelaku baru diindustri minyak atsiri tidak serta merta dapat berjalan mulus hal ini
dikarenakan berbagai faktor yang menghalangi berkembangnya industry minyak atsiri
Indonesia dipasar global. Lembaga assosiasi pun dibentuk sebagai pemerhati kondisi industry
minyak atsiri Indonesia karena dianggap penting dan sangat mempengaruhi devisa Negara.
Permasalahan yang menjadi tantangan para pelaku baru antara lain: (1) Modal biaya, waktu
dan tenaga yang lebih. Hanya dengan mengandalkan potensi alam di Indonesia saja tidaklah
cukup, pelaku harus pandai berspekulasi dan mengatur pola produksi minyak atsiri
berdasarkan kondisi pasar, permasalahan itu terutama ditujukan kepada petani bahan baku
karena pada proses penanamannya butuh biaya untuk bibit unggul dan perawatan,jangka
waktu hingga masa panen, serta strategi pemroduksian yang benar agar tidak terjadi
penumpukan produk. (2) Peningkatan Inovasi dan Teknologi. Pelaku baru pun harus peka
terhadap perkembangan teknologi dan peka terhadapat kebutuhan permintaan. Menjaga
standar mutu produk perlu diperhatikan terutama bagi pelaku baru yang bergelut dalam
proses penyulingan. Masalah utama yang dihadapi komoditas minyak atsiri Indonesia di
pasaran internasional adalah tidak stabilnya mutu maupun supply. Hal ini terutama karena
sebagian besar usaha produksi minyak atsiri masih dilakukan secara sangat sederhana, baik
dalam budidaya tanamannya maupun pengolahan hasilnya. Di samping itu efisiensi dan
efektivitas usaha agribisnis minyak atsiri selama ini masih relatif rendah. Indonesia sebagai
negara pengekspor minyak atsiri yang penting di dunia harus mengupayakan pengembangan
produksi, kualitas dan nilai tambah minyak atsiri serta produk turunannya agar daya saingnya
senantiasa menguat dan memberikan devisa yang semakin besar. (3) Persaingan pasar yang
21
tinggi. Pemasaran minyak atsiri tidak begitu mudah, lebih-lebih di pasaran internasional
seringkali telah diikat oleh berbagai jaringan pemasaran atau sindikat, sehingga eksportir baru
tidak mudah masuk ke pasaran internasional. Hal ini juga terjadi dalam pemasaran dalam
negeri, sehingga mata rantai pemasaran menjadi lebih panjang dan petani sering dirugikan.
Lokasi pelaksanaan IbM dapat dilihat dalam Gambar 6
Gambar 6 Peta Lokasi IbM Minyak Atsiri
Persaingan mutu. Selain persaingan pasar yang tinggi antara produsen yang
berlomba-lomba untuk meningkatkan mutunya, perkembangan produk pelaku pun dihambat
dengan minyak sintesis yang beredar dipasaran. Hal ini dapat mengurangi permintaan
kostumer/konsumen karena hilangnya kepercayaan kostumer/konsumen yang merasa tidak
puas dan dirugikan. Sebagai konsumen seharusnya kita lebih jeli. Minyak essensial yang asli
mudah teroksidasi dan menguap bila terkena paparan sinar UV, jadi biasanya dikemas dalam
wadah yang gelap dan tidak tembus cahaya, label kemasan pun tercantum nama ilmiah dari
tanam asalnya, misalnya minyak cengkeh adalah Syzygium aromaticum.dan karena proses
pembuatannya yang lama, hargannya juga sesuai dengan kualitasnya. Minyak atsiri asli
berharga ratusan ribuan per 10 mL-nya.
Lokasi IbM
22
Gambar 7. Tim Pelaksana sedang mewawancarai salah satu mitra untuk memulai pekerjaan
produksi minyak atsiri
Gambar 8. Potensi daun cengkeh yang sangat besar sebagai penghasil minyak atsiri
23
4.2 Produksi setelah pengubahan Sistem Distilasi
Perubahan sistem distilasi dengan menggunakan teknik (Direct Steam Distillation),
menunjukkan perubahan pada rendemen minyak atsiri (cengkeh) yang dihasilkan oleh petani,
yaitu dari 18 liter /ton menjadi 22 liter /ton daun cengkeh kering, terjadi peningkatan
sebanyak 22,22% (lihat tabel 1). Hal ini dapat dijelaskan bahwa selama ini yang dilakukan
oleh petani cengkeh adalah distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik
didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatile.. Jika campuran
dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan sebuah
substansi untuk menjadi gas.
Tabel 4.1 Rendemen Produksi Minyak Atsiri Dari Daun Cengkeh
Teknik distilasiHasil distilasi
(liter/Ton)Randemen (%) Peningkatan (%)
Biasa(direndam )/sederhana 18 0,018 -
Direct Steam Distillation 22 0,022 22,22%
Setelah perbaikan menggunakan Distilasi uap, peningkatan yang terjadi karena teknik
ini dapat menguapkan senyawa-senyawa pada suhu mendekati 1000C dalam tekanan
atmosfer dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi
uap adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing
senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak
larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air. Aplikasi dari distilasi
uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari
eucalyptus, minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari
tumbuhan. Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan
mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke
kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat. Hasil distilasi dapat dilihat pada Gambar 10.
24
Crude Oil
Grade I
Grade II
Grade III
Gambar 10 Produk IbM Minyak Atsiri
4.3 Hasil Analisis Senyawa Volatile pada Minyak Atsiri Daun Cengkeh
Produk minyak atsiri ari daun cengkeh kemudian dilakukan redistilasi ulang,
kemudian dilakukan analisis ulang dengan menggunakan GC-MS, hasil diketahui adalah
senyawa yang dominan adalah minyak atsiri yang dominan adalah senyawa eugenol,
Caryophyllene, alpha-Cubenne, fenol. Secara detail dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Kualitas Minyak atsiri cegkeh sebelum dan sesudah Penerapan Ipteks
Kualitas Sebelum
Penerapan
Iptek (%)
Sesudah Penerapan
Iptek (%)
Kenaikan (%)
Aroma 70 90 20
Komposisi kimia 65 85 10
Tampilan 70 90 10
Tingkat Kejernihan 80 90 10
Kemasan - 85 20
Omset 1,5- 2,5
jt/minggu
2- 4 jt/minggu 33
25
Tabel 4.3 Komponen Senyawa Kimia yang dominan pada minyak atsiri daun cengkeh
dengan teknik distilasi uap
Puncak Area (%) Senyawa terindentifikasi
1 0.11 Alpha Cubebene
2 68.85 Eugenol
3 1.53 Copaene
4 0.83 3-allyl-6-metoxyphenol
5 0.54 3-allyl-6-metoxyphenol
6 0.37 3-allyl-6-metoxyphenol
7 0.29 2-methoxy-4-(2-prophenil)-eugenol
8. 17.50 Caryophelene , Trans (betha)- Caryophelene
Gambar 11 Kromatoram pemurnian minyak atsiri dengan GC
Senyawa yang dominan adalah eugenol dan caryofilen dua senyawa itu merupakan
dominan. Dalam produk minyak atsiri cengkeh. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pemurnian
minyak cengkeh dengan distilasi fraksinasi dilakukan didasarkan pada perbedaan titik didih
antara eugenol, isoeugenol dan caryofilen yang merupakan komponen utama minyak
cengkeh. Distilasi fraksinasi bertujuan untuk memisahkan campuran beberapa bahan menjadi
masing-masing bahan dengan menggunakan prinsip kesetimbangan cair-uap.
Minyak cengkeh diuapkan di dasar kolom dan dibuat setimbang dengan cairan dari
destilat yang dikembalikan (refluk) dari puncak kolom. Pada kesetimbangan yang terjadi
dalam kolom, komponen titik didih rendah cenderung ke atas dan keluar sebagai destilat dan
26
komponen titik didih tinggi cenderung turun kebawah kembali ke bejana penguapan. Destilat
yang diperoleh mengandung komponen ringan caryofilen lebih banyak dan eugenol sedikit.
Komposisi destilat berubah sampai komponen ringan tersebut habis, dan yang keluar adalah
eugenol. Dengan demikian, hasil destilat fraksinasi terdiri atas komponen yang dapat
dikelompokkan berdasar titik didihnya. Produk dianalisis kandungan komponennya
menggunakan Gas Kromatografi atau secara kasar bisa ditentukan berdasar kelarutannya
dengan NaOH atau berdasar densitas destilatnya. Komponen hasil kromatografi tersaji seperti
Tabel 4.2, kemudian hasil MS dapat didilhat pada Gambar 12.
Gambar 12. Kromatogram GC MS minyak atsiri Grade III
Isolasi eugenol dapat dilakukan melalui beberapa jenis proses pemurnian (isolasi).
Diantaranya, yaitu proses ekstraksi, distilasi fraksionasi (rektifikasi), kromatografi kolom,
ekstraksi superkritik, dan distilasi molekuler (Anny S, 2002). Selama ini, telah dilakukan
pengambilan eugenol hanya dengan proses ekstraksi menggunakan NaOH dan menghasilkan
kadar eugenol sebesar 82,6% (SriSuhenry, 2001). Selain itu juga telah dilakukan
pengambilan dengan cara ekstraksi minyak daun cengkeh menggunakan NaOH berlebih dan
dilanjutkan proses pengasaman dengan larutan HCl pekat, hanya mencapai kadar eugenol
sekitar 86% (Sediawan, 2003). Dari proses ekstraksi ini, kelemahan terjadi pada proses
recovery solven. Untuk itu, pada penelitian ini dilakukan isolasi eugenol dengan distilasi
fraksionasi tekanan rendah tanpa menggunakan bahan lain seperti pelarut serta mencegah
dekomposisi komponen dalam minyak daun cengkeh. Teknologi ini diharapkan dapat
mengambil komponen eugenol sebagai produk utama dari minyak daun cengkeh tanpa
27
merusak performa minyak daun cengkeh tersebut karena berlangsung pada temperatur
rendah.
Eugenol merupakan salah satu komponen kimia dalam minyak cengkeh yang
memberikan bau dan aroma khas pada minyak cengkeh. (Considine dan Considine, 1982
menyatakan bahwa eugenol murni merupakan cairan tidak berwarna, berbau, keras, dan
mempunyai rasa pedas. Eugenol mudah berubah menjadi kecoklatan apabila dibiarkan di
udara terbuka. Dalam bidang industri pemanfaatan eugenol masih terbatas pada industri
parfum.
Eugenol merupakan komponen kimia utama dalam minyak daun cengkeh, yaitu 79-90%
volume (Ketaren, 1985) Menurut Guenther (1950) Eugenol merupakan komponen utama
minyak cengkeh yaitu 80-90%. Hasil penelitian Deyena dan Horiguchi (1971), menyebutkan
bahwa minyak cengkeh mengandung eugenol 80,7%.
Carofilen
Eugenol
4.4 Respon Masyarakat Sasaran
Kegiatan ini berkaitan dengan transfer teknologi kepada masyarakat. Masyarakat
biasanya memiliki system nilai yang sulit ditembus, sehingga bisa jadi melakukan resistensi
pada difusi teknologi. Pada kegiatan ini, menunjukkan bahwa Respon masyarakat terhadap
kegiatan ini sangat antuias data diperoleh berdasarkan observasi dan wawancara dengan
Respon petani adalah 83% sangat membantu, 12% cukup membantu dan 1% biasa saja.
Artinya masyarakat sasaran sangat antusias terhadap kegiatan transfer teknologi ini, sehingga
perlu dilanjutkan.
28
Gambar 13 Respon Mayarakat sasaran
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut (1) Rendemen minyak
atsiri yang dihasilkan meningkat dari 18 liter/ton menjadi 22 liter/ton, yaitu naik sebesar
22,22%. (2) komponen minyak atsiri yang dominan adalah senyawa eugenol, caryophelelen
(caryofilen), alpha-Cubenne, fenol. (3) Setelah kegiatan transfer teknologi, terjadi respon
petani adalah 83 % sangat membantu, 12% cukup membantu dan 1% biasa saja
5.2 Saran
Perlu diupayakan untuk melibatkan peran serta LPM Uniksha dan Pemda untuk
menyukseskan kegiatan ini dalam bentuk pengarahan dari instansi terkait.
Daftar Pustaka
Anon. 2000. Adsorption. Microsoft Corporation. [Terhubung berkala]
http://encarta.msn.com/fin d/consice.asp?ti=01AFA000 [18 April 2012]
Davis, E; J. Hassler; P. Ho; A. Hover and W. Kruger. 2006. Essential Oil [Terhubung
berkala] http://wsu.edu/~gmhyde/433_web_pages/433oil-webpages/essence/
essence-oils [18 April 2012]
Djuanita, Nilla. 1995. Mempelajari Proses Deterpenasi Minyak Lemon dan Aplikasiny pada
Deterjen Cair [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor
Ekholm P., L. Virkki, M. Ylinen, and L. Johanson. 2003. The effect of phytic acidand some
natural chelating agents on solubility of mineral elemets in aot bran. Food Chem.
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri Jilid I. Terjemahan S. Ketaren. UI Press, Jakarta.
Hernani, Munazah dan Ma’mun. 2002.
Anon. 2000. Adsorption. Microsoft Corporation. [Terhubung berkala]
http://encarta.msn.com/fin d/consice.asp?ti=01AFA000 [18 April 2012]
Davis, E; J. Hassler; P. Ho; A. Hover and W. Kruger. 2006. Essential Oil [Terhubung
berkala] http://wsu.edu/~gmhyde/433_web_pages/433oil-webpages/essence/
essence-oils [18 April 2012]
30
Djuanita, Nilla. 1995. Mempelajari Proses Deterpenasi Minyak Lemon dan Aplikasiny pada
Deterjen Cair [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian
Bogor
Ekholm P., L. Virkki, M. Ylinen, and L. Johanson. 2003. The effect of phytic acidand some
natural chelating agents on solubility of mineral elemets in aot bran. Food Chem.
Guenther, E. 1990. Minyak Atsiri Jilid I. Terjemahan S. Ketaren. UI Press, Jakarta.
Hernani, Munazah dan Ma’mun. 2002. Peningkatan Kadar Patchouli Alkohol dalam
Minyak Nilam (Pogestemon cublin Benth.) melalui Proses Deterpenisasi.
Prosiding Simposium Nasional II Tumbuhan Obat dan Aromatik. LIPI, Bogor.
Karmelita, L. 1991. Mempelajari cara pemucatan minyak daun cengkeh (Syzigium
aromaticum L.) dengan asam aspartat. Bogor: IPB Bogor.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta
Manurung, T.B. 2003. Usaha Pengolahan dan Perdagangan Minyak Atsiri Indonesia dan
Permasalahannya dalam Menghadapi Era Perdagangan Global. Sosialisasi Temu
Usaha Peningkatan Mutu Bahan Olah Industri Minyak Atsiri. Jakarta: Industri
Kimia Agro dan Hasil Hutan.
Sait, S dan I. Satyaputra. 1995. Pengaruh Proses Deterpenasi Terhadap Mutu Obat Minyak
Biji Pala. Yogyakarta.
Pardede, J.J. 2003. Peningkatan Mutu Minyak Atsiri dan Pengembangan Produk Turunannya.
Jakarta: Deperindag.
Poucher, W.A. 1924 Perfumes, Cosmetics and Soaps. London: Chapman and Hall
Putra, R.S.A. 1998. Desain Alat Pemucat Minyak Akar Wangi Skala Industri Kecil. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta
Siregar, Sri Rachmawati Hidayah. 2009. Flokulasi. [Terhubung berkala]
http://envist2.blogspot. com/flokulasi.html [24 Maret 2012]
31
Lampiran Foto-foto kegiatan IBM
Pendam
pingan
32
Lampiran dua :Gambar minyak atsiri yang diredestilasi
Minyak atsiri di redestilasi
Produk IbM minyak atsiri
Produk minyak atsiri cengkeh
Crude Oil Produk
Ibm
33
Pengubahan sistem pengolahan limbah
destilasi minyak atsiri
Dibuang ke sungai air jernih
Progra
m
Aksi 4
Program
aksi 3
Pengubahan sistem destilasi Uap
34
Pengubahan sistem
sumber energi
Minyak dan Kayu bakarLimbah daun dan ranting dari destilasi
Program
aksi 2
Perbaikan sistem Penyulingan
Tidak beroperasiBeroperasi
Program
aksi 1
Filename: @[email protected]
Directory: C:\Windows\system32
Template:
C:\Users\toshiba\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\N
ormal.dotm
Title:
Subject:
Author: Administrator
Keywords:
Comments:
Creation Date: 20/10/2014 10:06:00
Change Number: 11
Last Saved On: 30/10/2014 8:33:00
Last Saved By: toshiba
Total Editing Time: 271 Minutes
Last Printed On: 30/10/2014 8:34:00
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 34
Number of Words: 7,710 (approx.)
Number of Characters: 43,948 (approx.)
Top Related