PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN NILAM UNTUK ARANG KOMPOS BIOAKTIF.

17
PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN NILAM UNTUK ARKOBA (ARANG KOMPOS BIOAKTIF ) *) Oleh : Gusmailina dan Sri Komarayati **) ABSTRAK Limbah penyulingan minyak nilam seringkali menjadi masalah bagi penyuling, terutama bagi penyulingan dengan kapasitas besar. Kondisi ini akan membutuhkan lahan bagi tempat buangannya yang pada akhirnya akan mengotori dan mencemari lingkungan. Selain itu tumpukan limbah yang menggunung akan beresiko tempat berkembangnya hama yang kemudian dapat menyerang tanaman sekitarnya. Limbah hasil penyulingan nilam masih mempunyai unsur hara yang tinggi dan berpotensi untuk dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku kompos, atau arkoba (arang kompos bioaktif). Teknologi pengomposan yang tepat, cepat dan efisien akan menghasilkan arkoba yang bermutu tinggi. Selain itu, senyawa alelopati yang kadang kala terdapat di dalam terna tersebut biasanya berkurang atau bahkan hilang selama masa prosesing composting. Metode yang digunakan adalah fermentasi dengan menggunakan activator terpilih dengan bahan aktif Tricoderma dan Cytophaga. Proses berlangsung 18 hari dengan perolehan hasil yang memuaskan. Demikian juga bila dibanding dengan standar nasional. Hasil yang diperoleh selanjutnya dapat dikembalikan ke lahan budidaya nilam sebagai pasokan bahan organik dan hara tanah, karena diketahui bahwa tanaman nilam termasuk rakus terhadap unsur hara tanah. Tingginya hara yang terangkut sewaktu panen menyebabkan perlu pasokan hara organik yang berkesinambungan sehingga dapat mempertahankan tingkat kesuburan lahan dan produktivitas tanaman nilam. Arkoba (arang kompos bioaktif) merupakan produk lanjutan dari arang, yaitu campuran arang dan kompos hasil proses pengomposan dengan bantuan mikroba lignoselulotik yang tetap hidup di dalam kompos. Mikroba tersebut mempunyai kemampuan sebagai biofungisida, yaitu melindungi tanaman dari serangan penyakit akar sehingga disebut bioaktif. Keunggulan lain dari Arkoba adalah sebagai agent pembangun kesuburan tanah, karena arang yang menyatu dalam kompos mampu meningkatkan pH tanah sekaligus memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah Merupakan produk lanjutan dari arang yang dapat diandalkan untuk mengatasi berbagai masalah penurunan tingkat kesuburan tanah atau produktivitas lahan di Indonesia. Kata Kunci : limbah penyulingan nilam, pengelolaan, arkoba ------------------------------------------------------------------- ------------ 1

description

Limbah penyulingan minyak nilam seringkali menjadi masalah bagi penyuling, terutama bagi penyulingan dengan kapasitas besar. Kondisi ini akan membutuhkan lahan bagi tempat buangannya yang pada akhirnya akan mengotori dan mencemari lingkungan. Selain itu tumpukan limbah yang menggunung akan beresiko tempat berkembangnya hama yang kemudian dapat menyerang tanaman sekitarnya.Limbah hasil penyulingan nilam masih mempunyai unsur hara yang tinggi dan berpotensi untuk dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku kompos, atau arkoba (arang kompos bioaktif). Teknologi pengomposan yang tepat, cepat dan efisien akan menghasilkan arkoba yang bermutu tinggi. Selain itu, senyawa alelopati yang kadang kala terdapat di dalam terna tersebut biasanya berkurang atau bahkan hilang selama masa prosesing composting. Metode yang digunakan adalah fermentasi dengan menggunakan activator terpilih dengan bahan aktif Tricoderma dan Cytophaga. Proses berlangsung 18 hari dengan perolehan hasil yang memuaskan. Demikian juga bila dibanding dengan standar nasional. Hasil yang diperoleh selanjutnya dapat dikembalikan ke lahan budidaya nilam sebagai pasokan bahan organik dan hara tanah, karena diketahui bahwa tanaman nilam termasuk rakus terhadap unsur hara tanah. Tingginya hara yang terangkut sewaktu panen menyebabkan perlu pasokan hara organik yang berkesinambungan sehingga dapat mempertahankan tingkat kesuburan lahan dan produktivitas tanaman nilam.Arkoba (arang kompos bioaktif) merupakan produk lanjutan dari arang, yaitu campuran arang dan kompos hasil proses pengomposan dengan bantuan mikroba lignoselulotik yang tetap hidup di dalam kompos. Mikroba tersebut mempunyai kemampuan sebagai biofungisida, yaitu melindungi tanaman dari serangan penyakit akar sehingga disebut bioaktif. Keunggulan lain dari Arkoba adalah sebagai agent pembangun kesuburan tanah, karena arang yang menyatu dalam kompos mampu meningkatkan pH tanah sekaligus memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah Merupakan produk lanjutan dari arang yang dapat diandalkan untuk mengatasi berbagai masalah penurunan tingkat kesuburan tanah atau produktivitas lahan di Indonesia.

Transcript of PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN NILAM UNTUK ARANG KOMPOS BIOAKTIF.

Page 1: PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN NILAM UNTUK ARANG KOMPOS BIOAKTIF.

PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN NILAM UNTUK ARKOBA (ARANG KOMPOS BIOAKTIF ) *)

Oleh : Gusmailina dan Sri Komarayati **)

ABSTRAK

Limbah penyulingan minyak nilam seringkali menjadi masalah bagi penyuling, terutama bagi penyulingan dengan kapasitas besar. Kondisi ini akan membutuhkan lahan bagi tempat buangannya yang pada akhirnya akan mengotori dan mencemari lingkungan. Selain itu tumpukan limbah yang menggunung akan beresiko tempat berkembangnya hama yang kemudian dapat menyerang tanaman sekitarnya.

Limbah hasil penyulingan nilam masih mempunyai unsur hara yang tinggi dan berpotensi untuk dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku kompos, atau arkoba (arang kompos bioaktif). Teknologi pengomposan yang tepat, cepat dan efisien akan menghasilkan arkoba yang bermutu tinggi. Selain itu, senyawa alelopati yang kadang kala terdapat di dalam terna tersebut biasanya berkurang atau bahkan hilang selama masa prosesing composting.

Metode yang digunakan adalah fermentasi dengan menggunakan activator terpilih dengan bahan aktif Tricoderma dan Cytophaga. Proses berlangsung 18 hari dengan perolehan hasil yang memuaskan. Demikian juga bila dibanding dengan standar nasional. Hasil yang diperoleh selanjutnya dapat dikembalikan ke lahan budidaya nilam sebagai pasokan bahan organik dan hara tanah, karena diketahui bahwa tanaman nilam termasuk rakus terhadap unsur hara tanah. Tingginya hara yang terangkut sewaktu panen menyebabkan perlu pasokan hara organik yang berkesinambungan sehingga dapat mempertahankan tingkat kesuburan lahan dan produktivitas tanaman nilam.

Arkoba (arang kompos bioaktif) merupakan produk lanjutan dari arang, yaitu campuran arang dan kompos hasil proses pengomposan dengan bantuan mikroba lignoselulotik yang tetap hidup di dalam kompos. Mikroba tersebut mempunyai kemampuan sebagai biofungisida, yaitu melindungi tanaman dari serangan penyakit akar sehingga disebut bioaktif. Keunggulan lain dari Arkoba adalah sebagai agent pembangun kesuburan tanah, karena arang yang menyatu dalam kompos mampu meningkatkan pH tanah sekaligus memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah Merupakan produk lanjutan dari arang yang dapat diandalkan untuk mengatasi berbagai masalah penurunan tingkat kesuburan tanah atau produktivitas lahan di Indonesia.

Kata Kunci : limbah penyulingan nilam, pengelolaan, arkoba------------------------------------------------------------------------------- *) Disampaikan sebagai makalah poster pada Seminar Nasional Biologi Unpad tanggal 6 Desember 2010 di Bandung.**) Penulis adalah Peneliti pada Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan. Telp/Fax : (0251)-8633378/8633413. email: [email protected]

1

Page 2: PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN NILAM UNTUK ARANG KOMPOS BIOAKTIF.

UTILIZATION OF DISTILLATION PATCHOULI WASTE FOR ARKOBA (CHARCOAL COMPOST BIOACTIVE) *)

By : Gusmailina dan Sri Komarayati **)

ABSTRACT

Patchouli oil refinery waste is often a problem for refiners, especially for refineries with large capacity. These conditions will require exhaust the land for a place that will eventually contaminate and pollute the environment. In addition, a mounting pile of waste will be at risk of developing a pest which can then attack the surrounding plants.

Waste of the distillation of patchouli still have high nutrients and has the potential to be used again as raw material for compost, or arkoba (charcoal compost bioactive). Appropriate composting technology, fast and efficient will produce high quality arkoba. In addition, the compound residues that are sometimes found in the herb is usually reduced or even disappear during the processing of composting.

The method used is fermented using selected activator with the active ingredient Tricoderma and Cytophaga. The process lasted 18 days with the acquisition of a satisfactory outcome. Similarly, when compared with national standards. The results obtained can then be returned to cultivation of patchouli as a supply of organic matter and soil nutrient, because it is known that patchouli including greedy of soil nutrients. The high nutrient transported during harvest led to a continuous supply of organic nutrients in order to maintain the level of land fertility and productivity of patchouli.

Arkoba (charcoal compost bioactive) was advanced products from charcoal, charcoal and compost mixture as the result of the composting process with the help of microbes lignoselulotik who remain live in compost. Microbes have the ability as biofungisida, which protect plants from disease attacks the roots of so-called bioactive. Another advantage of the agent builder Arkoba is as soil fertility, because that ignites charcoal in the compost can increase soil pH and improve water and air circulation in the soil is a continuation of the charcoal product that can be relied upon to resolve various problems decline in soil fertility or productivity of land in Indonesia.

Keywords: patchouli distillation waste, management, arkoba (charcoal compost bioactive)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*) Presented as a poster paper at the National Seminar on Biology, Padjadjaran University     December 6, 2010 in Bandung.**) The author is a researcher in Engineering R & D Center of Forestry and Processing      Forest Products, Bogor. Telp/Fax : (0251)-8633378/8633413. email: [email protected]

2

Page 3: PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN NILAM UNTUK ARANG KOMPOS BIOAKTIF.

I. PENDAHULUAN

Penyulingan minyak nilam akan menyisakan limbah yang terdiri dari daun, cabang dan

ranting. Besarnya volume limbah seringkali menjadi masalah, karena jika tidak dikelola

limbah tersebut makin hari makin menumpuk, sehingga menimbulkan masalah terhadap

pencemaran dan pengotoran lingkungan. Limbah yang menggunung tersebut juga beresiko

menjadi sarang hama yang dapat menyerang tanaman sekitarnya. Beberapa alternatif

pemanfaatan limbah dari penyulingan nilam antara lain: sebagai bahan pembuatan dupa,

obat nyamuk bakar, bahan kerajinan seperti kertas seni, dan goodybag. Air sisa

penyulingan juga dapat diproses lebih lanjut menjadi bahan aromaterapi. Akan tetapi

pemanfaatan limbah tanpa memperdulikan siklus hara terutama pada tanaman nilam

tersebut akan berdampak negatif, baik pada produktivitas tanaman maupun lahan. Oleh

sebab itu sebaiknya sebahagian dari materi yang terangkut pada waktu pemanenan

dikembalikan lagi dalam bentuk bahan organik yang siap pakai. Pemanfaatan limbah dari

penyulingan nilam sebagai bahan pasokan unsur hara dan organik sangat perlu

diperhatikan, sehingga stabilitas bahan organik dan unsur hara pada lahan budidaya nilam

tetap terjaga, seimbang dan berlanjut. Dengan adanya diversifikasi pemanfaatan limbah

penyulingan nilam, diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi usahatani nilam.

Salah satu alternatif pemanfaatan limbah penyulingan nilam yang perlu

disosialisasikan adalah dibuat Arkoba (Arang kompos bioaktif). Arang kompos bioaktif

(Arkoba) adalah campuran arang dan kompos hasil proses pengomposan dengan bantuan

mikroba lignoselulotik yang tetap hidup di dalam kompos. Mikroba tersebut mempunyai

kemampuan sebagai biofungisida, yaitu melindungi tanaman dari serangan penyakit akar

sehingga disebut bioaktif. Keunggulan lain dari Arkoba adalah sebagai agent pembangun

kesuburan tanah, karena arang yang menyatu dalam kompos mampu meningkatkan pH

tanah sekaligus memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam tanah (Gusmailina dan

Komarayati, 2008). Arkoba merupakan produk lanjutan dari arang yang dapat diandalkan

untuk mengatasi berbagai masalah penurunan tingkat kesuburan tanah atau produktivitas

lahan di Indonesia. Tulisan ini menyajikan tentang pemanfaatan limbah dari penyulingan

minyak nilam untuk Arkoba (arang kompos bioaktif). Kegiatan dilakukan di laboratorium

komposting, Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor.

II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Bahan

1. Bahan yang digunakan adalah limbah dari penyulingan minyak nilam dengan

komposisi daun 65%, batang 20 % dan ranting 15 %. Limbah ini berupa potongan-

3

Page 4: PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN NILAM UNTUK ARANG KOMPOS BIOAKTIF.

potongan kecil dengan ukuran berkisar antara 2-5 cm, sehingga kondisi ini akan

memudahkan dalam proses komposting.

2. Arang serbuk gergaji sekitar 10 % dari total volume bahan baku limbah

3. Aktivator pengomposan berupa bubuk berguna untuk mempercepat proses

pengomposan dengan bahan aktif mikroorganisme. Tricoderma dan Cytophaga.

B. Peralatan

Peralatan yang digunakan selain timbangan, sekop untuk mengaduk juga komposter.

Komposter yang dipakai adalah plastik terpal berbentuk karung dengan kapasitas 100

kg.

Gambar 1. Beberapa jenis wadah pengomposan (komposter)

4

Page 5: PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN NILAM UNTUK ARANG KOMPOS BIOAKTIF.

C. Metode kerja

1. Bahan baku limbah yang akan diproses ditimbang volumenya, sebaiknya limbah

yang digunakan adalah limbah yang berumur mnimal 1 minggu setelah proses

penyulingan. Karena jika menggunakan bahan limbah yang baru keluar dari proses

penyulingan akan menghambat aktivitas mikroba aktivator.

2. Ke dalam limbah tambahkan arang serbuk gergaji 10 % dari total volume, lalu aduk

sampai homogen.

3. Tambahkan aktivator 5 % dari total volume lalu aduk lagi sampai homogen.

4. Tambahkan air hingga kadar air bahan berkisar antara 25-30%.

5. Setelah semua bahan tercampur rata, masukkan ke dalam komposter lalu tutup dan

biarkan proses fermentasi sampai selesai.

6. Parameter yang diamati adalah suhu proses. Jika proses berlangsung sempurna,

maka mulai hari ke dua suhu meningkat, secara bertahap sampai mencapai suhu

50-55oC atau bahkan hingga 60 oC. Jika proses berjalan semestinya, tidak perlu

membolak-balik. Namun jika proses berjalan tidak/kurang sempurna tumpukan

perlu dibongkar lagi dan diaduk ulang.

D. Analisis

Analisis yang dilakukan adalah analisis kualitas Arkoba dan analisis perolehan data

lalu dibandingkan dengan SNI dan standar lainnya. Pada Gambar 2 dapat dilihat skema

pembuatan Arkoba (arang kompos bioaktif).

5

Page 6: PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN NILAM UNTUK ARANG KOMPOS BIOAKTIF.

Gambar 2. Skema pembuatan Arkoba (Arang kompos bioaktif)

Sumber : Gusmailina, dkk (2002)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengomposan limbah dari penyulingan minyak nilam berlangsung selama 18 hari.

Berbeda dengan lama waktu pengomposan sampah organik atau limbah pertanian lainnya

yang hanya butuh waktu 14 hari. Karena masih terdapat sisa-sisa atsiri minyak nilam pada

limbah, menjadikan mikroba dekomposer terkendala untuk merombak pada awal proses.

Sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding sampah organik pasar atau

limbah pertanian lainnya. Beberapa sumber menyebutkan bahwa proses komposting

sangat tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan serta aktivator

pengomposan yang digunakan dengan rfungsi sebagai dekomposer. Setiap organisme

dekomposer bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-

6

Page 7: PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN NILAM UNTUK ARANG KOMPOS BIOAKTIF.

beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk

mendekomposisi limbah. Apabila kondisinya kurang atau tidak sesuai, maka organisme

tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang

optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses

pengomposan itu sendiri. Pada hasil analisis nanti akan diketahui bahwa proses

komposting yang dicampur dengan arang ternyata memberikan kualitas hasil yang lebih

baik serta waktu yang lebih cepat.

Padi hari ke 16 proses sudah tidak berjalan lagi, hal ini ditandai dengan penurunan

suhu yang drastis, konstan hingga hari ke 18. Artinya stabilitas atau kematangan proses

komposting sudah tercapai dimana kondisi kompos yang sudah tidak lagi mengalami

dekomposisi. Stabilitas atau kematangan arkoba dapat dilakukan melalui uji dilaboratorium

atau dengan cara sederhana langsung di lapangan seperti penampakan secara visual

berupa perubahan bentuk, warna, serta penyusutan volume. Bentuk berubah ukuran

menjadi lebih rapuh,halus bahkan bisa hancur, sedangkan warna menjadi coklat kehitaman

sampai hitam. Volume akan menyusut maksimum 20-50 %, serta tidak memberikan bau

yang menyengat. Pengujian suhu dan pH arkoba juga dapat dilakukan di lapangan. Suhu

konstan berkisar antara 25 - 30 oC, sedang pH netral antara 6-7. Analisis kimia di

laboratorium diperlukan sebagai upaya pendukung. untuk mengetahui apakah arkoba telah

dapat digunakan secara benar perlu di diketahui rasio C/N, yaitu perbandingan kadar C

(carbon) dan kadar N (nitrogen). Arkoba dapat digunakan apabila nisbah C/N sampai

dengan 20, tergantung pada jenis tanaman. Tanaman sayuran dan bunga biasanya

membutuhkan nilai C/N yang rendah (dibawah 20), sedangkan tanaman perkebunan, buah-

buahan, tanaman kehutanan serta tanaman keras lainnya dapat menggunakan kompos

dengan C/N 20.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi proses

komposting adalah rasio C/N bahan, ukuran partikel, aerasi, porositas, kandungan air,

suhu, pH, kandungan hara, kandungan bahan-bahan berbahaya, serta metode

pengomposan yang diterapkan. Pada Tabel 1 dapat dilihat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi proses komposting (Rynk, 1992).

7

Page 8: PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN NILAM UNTUK ARANG KOMPOS BIOAKTIF.

Tabel 1. Faktor yang mempengaruhi proses komposting

Parameter Konsisi yang bisa diterima

Ideal

Rasio C/N 20:1 s/d 40:1 25-35:1

Kelembaban 40 – 65 % 45 – 62 % berat

Konsentrasi oksigen tersedia > 5% > 10%

Ukuran partikel 1 inchi Bervariasi

Bulk Density 1000 lbs/cu yd 1000 lbs/cu yd

pH 5.5 – 9.0 6.5 – 8.0

Suhu 43 – 66oC 54 -60oC

Sumber : Rynk, 1992

Analisis Kandungan Unsur Hara

Kualitas arkoba sangat tergantung dari bahan baku yang digunakan. Umumnya

makin beragam bahan baku yang digunakan hasil yang diperoleh makin baik. Kompos

yang baik mengandung unsur hara makro Niotrogen > 1,5 % , P2O5 (Phosphat) > 1 % dan

K20 (Kalium ) > 1,5 %, disamping unsur mikro lainnya. C/N ratio antara 15-20 , diatas atau

dibawah itu kurang baik. Untuk kepentingan bisnis, kompos yang dihasilkan harus

mempunyai kualitas yang ajek dan supply yang berkesinambungan. Pada Tabel 2 dapat

diketahui kandungan unsur hara makro Arkoba limbah dari penyulingan minyak nilam dan

sebagai pembanding adalah Pedoman Pengharkatan Hara Kompos oleh Biotrop dan SNI.

Tabel 2. Analisis unsur hara makro Arkoba limbah dari penyulingan minyak nilam

Parameter ArkobaPPHK * SNI **

rendah sedang tinggi Min MaxpH (1 : 1)Moisture content, %C organik, %N total, %C/N ratioP2O5 total, %CaO total, %MgO total, %K2O total, %

7,3049,98

371,4 19

1,1 1,21,11,7

6.6024.9014.50

0.60<100.302.700.300.20

7.3035.9019.60

1.1010~20

0.904.900.700.60

8.2052.6027.10

2.10>201.806.201.601.40

6.8-

9.80.410

0.1--

0.20

7.495032

-20

---*

*) PPHK = Pedoman Pengharkatan Hara Kompos (Biotrop) **) SNI 19-7030-2004

Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa Arkoba limbah dari penyulingan minyak nilam

yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik. Baik dibandingkan dengan PPHK, maupun

SNI 19-7030 tahun 2004. Kandungan unsur hara makro seperti terutama N, P, K melebihi

angka standar minimum dari SNI, atau termasuk kategori sedang sampai tinggi jika

dibanding dengan PPHK Biotrop. Dengan demikian limbah dari penyulingan minyak nilam

8

Page 9: PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN NILAM UNTUK ARANG KOMPOS BIOAKTIF.

sangat dianjurkan untuk dibuat Arkoba.

Beberapa jenis arkoba yang telah dibuat di Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan

Pengolahan Hasil Hutan, Bogor mempunyai kandungan unsur hara makro yang bervariasi

walaupun dengan kadar yang tidak jauh berbeda (Tabel 3 dan 4).

Tabel 3. Analisis kandungan unsur hara makro dari beberapa jenis Arkoba

Jenis unsur hara

AKSr camp

AKSr mangium

AKSR tusam

AKSG Ar.kol.d.pisang

Ar.koLb.jgng

C organik 30 – 35 30 - 35 30 – 40 30 – 39 30 – 35 30 – 37

N total 1,6 – 1,8 1,5 - 1,6 1,5 - 1,8 1,4 – 1,7 1,6 – 2 1,6 – 2

P total 0,6 – 1,2 0,5 - 1,2 1 – 1,3 1 – 1,5 1 – 1,5 1 – 1,7

K 1,3 – 1,6 1 - 1,5 1,4 – 1,7 0,5 – 1 1 – 1,5 0,7 – 1,8

Ca 0,8 – 1 0,5 - 1,2 0,5 - 1,5 1 – 1,8 0,4 – 1,0 0,5 – 1,8

Mg 0,3 - 0,5 0,4 - 1 0,6 – 1,1 0,4 – 1,3 0,5 – 1,1 0,4 – 1,1

Sumber: Gusmailina (2007)Keterangan : AKSR camp = Arkoba serasah daun campuram; AKSr mangium = Arkoba serasah daun Acacia

mangium ; AKSR tusam = Arkoba serasah daun tusam ( Pinus merkusii); AKSG = Arkoba serbuk gergaji; Ar.ko ld.pisang : Arkoba dari limbah daun pisang; Ar.ko Lb.jgng : Arkoba dari limbah kulit jagung

Tabel 4. Analisis kandungan unsur hara makro dari Arkoba serbuk gergaji

No. Parameter (Parameters)Nilai Standar

Kompos ASG ASGJ

1 pH (1 : 1,25) 7,10 7,30 7,20 7,30

2 Kadar air (Moisture content) 1050C, %

19,63 23,03 24,13 24,90

3 C organik (C organic) , % 11,46 32,45 34,98 19,60

4 Nitrogen total (Total N), % 0,6 1,53 1,78 1,10

5 Nisbah C/N (C/N ratio) 19,1 21,20 19,65 10-20

6 P2O5 total, % 0,23 2,12 2,16 1,80

7 CaO total, % 0,43 0,97 0,83 2,70

8 MgO total, % 0,37 1,67 1,61 1,60

9 K2O total, % 0,51 2,19 2,34 1,40

10 KTK (Cation exchange capacity), meq/100 gr

21,32 36,42 36,61 30,00

Sumber : Gusmailina (2002)

Beberapa hasil penelitian tentang Arkoba menunjukkan bahwa dibanding dengan

9

Page 10: PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN NILAM UNTUK ARANG KOMPOS BIOAKTIF.

kompos biasa yang dibuat secara konvensional, arkoba mempunyai kelebihan dan

keunggulan. Hal ini karena selain keberadaan arang yang menyatu dalam kompos, juga

karena menggunakan bioaktivator yang mengandung mikroorganisme terseleksi sehingga

proses komposting berlangsung secara terkendali. Mikroorganisme yang berfungsi sebagai

aktivator tetap tersimpan dalam arkoba dan jika arkoba digunakan pada lahan, mikroba

tersebut akan berperan sebagai biofungisida untuk mencegah penyakit busuk akar.

Morfologi arang pada arkoba mempunyai pori sangat efektif untuk mengikat dan

menyimpan hara. Hara tersebut dilepaskan secara perlahan sesuai dengan konsumsi dan

kebutuhan tanaman (efek slow release). Karena hara tersebut tidak mudah tercuci, lahan

akan selalu berada dalam kondisi siap pakai. Pori-pori arang pada arkoba juga berfungsi

sebagai tempat tinggal mikroorganisme, sehingga produktivitas untuk merombak dan

menyediakan unsur hara di dalam tanah menjadi meningkat. Arkoba dapat memacu

perkembangan mikroorganisme tanah, meningkatkan nilai kadar tukar kation (KTK) tanah.

Arang pada arkoba sangat efektif meningkatkan pH tanah berperan sebagai agent

pembangun kesuburan tanah, sekaligus memperbaiki sirkulasi air dan udara di dalam

tanah sehingga cocok untuk reklamasi lahan yang mempunyai tingkat kesuburan rendah

dan kemasaman tanah yang tinggi.

Gambar 3. Arkoba limbah dari penyulingan minyak nilam

10

Page 11: PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN NILAM UNTUK ARANG KOMPOS BIOAKTIF.

Gambar 4. Pola pengelolaan nilam sekaligus pemanfaatan limbah

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Limbah dari penyulingan minyak nilam merupakan sumberdaya potensial untuk

diolah menjadi Arkoba, karena berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang telah

dilakukan dapat disimpulkan bahwa limbah dari penyulingan minyak nilam sangat

disarankan untuk diolah menjadi Arkoba (arang kompos bioaktif), karena mengandung

unsur hara yang memenuhi persyaratan SNI.

Arkoba merupakan alternatif yang perlu disarankan serta disosialisasikan dalam

rangka memanfaatkan limbah dari penyulingan nilam, karena memiliki beberapa kelebihan

dan keunggulan dibanding dengan kompos biasa.

11

Page 12: PEMANFAATAN LIMBAH PENYULINGAN NILAM UNTUK ARANG KOMPOS BIOAKTIF.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2000. Pedoman Pengharkatan Hara Kompos. Laboratorium Natural Products SEAMEO – BIOTROP. Bogor.

Anonim. 2004. Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik. SNI 19-7030-2004. Badan Standarisasi Nasional [BSN]. Jakarta

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2004. Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik. SNI 19-7030-2004

Gusmailina, G. Pari., and S. Komarayati. 1999. Teknologi penggunaan arang dan arang aktif sebagai soil conditioning pada tanaman. Laporan Proyek.Pusat Penelitian dan Pengembangan hasil Hutan. Bogor

Gusmailina ; G. Pari dan S. Komarayati. 2000. Teknik penggunaan arang sebagai “ Soil Conditioning” pada tanaman. Laporan Proyek Pusat Penelitian Hasil Hutan. Badan Litbang Kehutanan. Bogor (Tidak diterbitkan).

Gusmailina ; G. Pari dan S. Komarayati. 2002. Kajian Teknis dan Implementasi Produksi POSG (Pupuk Organik Serbuk Gergaji). Laporan Kerjasama antara P3THH Bogor, JIFPRO Jepang, Dinas Kehutanan Propinsi Tk I Jambi dan Koperasi Sawmill Siginjai, Sengeti – Muaro Jambi, Jambi.

Gusmailina, S. Komarayati dan G. Pari. 2005. Pengembangan pembuatan arang kompos dalam rangka menunjang Gerhan (Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan) Di Pandeglang, Prop. Banten. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor.

Gusmailina, Gustan Pari dan Sri Komarayati. 2002. Pedoman Pembuatan Arang Kompos. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi hasil Hutan. Badan Penelitiandan dan pengembangan Kehutanan. Bogor. ISBN: 979-3132-27

Gusmailina, Sri Komarayati dan G. Pari. 2007. Pengembangan Teknologi Arang Kompos Bioaktif di TPA (tempat Pembuanagan Akhir) Dalam Rangka Pengurangan Dampak Pemanasan Global. Makalah pada seminar MAPEKI. Fakultas Kehutanan, Universitas Tanjung Pura. Kalimanatan. 2007.

Gusmailina. 2007. Mengeliminasi Kemungkinan Kegagalan GERHAN Melalui Teknologi dan Aplikasi Arang Kompos Bioaktif. Buku panduan dalam rangka Pelatihan Peningkatan Kualitas arang Kompos Bioaktif di Kabupaten Garut. Kerjasama Dinas kehutanan Kab Garut dengan KopKar GEPAK Wira Satria Sejati. Desember 2007.

Gusmailina. 2007. Pembuatan arang dan arang kompos dari limbah PLTB. Makalah pada Acara Gelar Teknologi PLTB (Penyiapan Lahan Tanpa Bakar). Kerjasama. Puslitbang Hutan Tanaman dan B P Kehutanan Palembang. Nop. 2007

Sri Komarayati, Gusmailina dan G. Pari. 2002. Pembuatan kompos dan arang kompos dari serasah dan kulit kayu tusam. Buletin Penelitian Hasil Hutan. Vol. 20 No. 3. Halaman 231 – 242. Bogor

Rynk R, 1992. On-Farm Composting Handbook. Northeast Regional Agricultural Engineering Service Pub. No. 54. Cooperative Extension Service. Ithaca, N.Y. 1992; 186pp. A classic in on-farm composting. Website: www.nraes.org

12