8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
1/19
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PEMBERIAN DIET
CASEIN FREE DAN GLUTEIN FREE (CFGF)
PADA ANAK AUTISME
Hendrawati
Edi Hermano
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan orang tua dengan
pemberian diet Casein Free dan Glutein Free (CFGF) pada anak autisme. Penelitian ini bersifat
korelatif, yang bertujuan untuk mendapatkan hubungan pengetahuan orang tua denganpemberian diet CFGF. Untuk itu peneliti mengadakan penelitian terhadap 33 orang responden
yang merupakan wali murid atau orang tua di yayasan Bina Mandiri Padang Panjang dengan
menyebarkan kuesioner, kemudian data diolah dengan tehnik komputerisasi. Dari penelitianyang telah dilakukan didapatkan bahwa tingkat pengetahuan orang tua penderita autisme di
yayasan BIMA padang panjang adalah tinggi, yaitu 78,8%, sedangkan responden dengan
tingkat pengetahuan rendah adalah 21,2%. Diet CFGF merupkan salah satu dari program
terapi dini bagi anak autisme untuk memperbaiki dan menjaga saluran pencernaan serta
mengurangi tingkah laku autistik pada anak autisme. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal,diet CFGF harus dilaksanakan dengan disiplin yang tinggi dan perhatian ekstra dati orang tua.
Keywords: Pengetahuan, Casein Free, Glutein Free, Autisme
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
2/19
PENDAHULUAN
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan kesehatan
diperoleh dari pendidikan atau promosi kesehatan yang pada hakikatnya upaya mengubah pasien
menjadi sehat, dan kesehatan sangat berperan penting dalam hidup, oleh sebab itu kita perlu
menjaga kesehatan yang dimulai dari kesehatan pada anak. Karena anak adalah ujung tombak
untuk meneruskan kehidupan kedepan. Anak merupakan anugrah yang tidak ternilai harganya,
dan anak juga merupakan anugrah dari Tuhan untuk kita didik menjadi anak yang soleh, sebagai
orang tua kita wajib memberi bekal terbaik bagi anak-anak sejak dari kandungan sampai mereka
dewasa, untuk mencegah terjadinya kelainan pada anak, salah satu kelainan atau gangguan yang
terdapat pada anak autisme (Widyani, 2001).
Tumbuh kembang secara umum memiliki arti yang sama, tumbuh kembang merupakan
suatu proses yang akan dilalui oleh setiap mahluk hidup. Sedangkan pertumbuhan adalah
bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan.
(Soetjiningsih. Sp, Ak). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur atau
fungsi tubuh yang lebih komplek, pola yang teratur yang dapat dicapai melalui tumbuh
kematangan dalam belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai
dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi
organ individu, maka dari itu untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal tergantung pada
fungsi biologik, dan merupakan interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan yaitu faktor
genetik, lingkungan, bio, psiko, sosial dan perilaku pada setiap mahluk hidup. Untuk memahami
keunikan tersebut dapat dinilai dari seseorang berhasil berkembang dengan baik atau terjadi
gangguan pada tumbuh kembang anak yang menjadi ciri khas individu. Oleh sebab itu dapat pula
dilihat faktor penyebab tumbuh kembang pada anak, dapat diakibatkan oleh pemberian diet yang
salah.
Diet adalah kebiasan dalam jumlah dan jenis makan, minuman yang dimakan oleh
seseorang dari hari kehari untuk mendapatkan kebutuhan individu yang spesifik (Dorlan, 1998).
Pemberian diet sangat berguna demi kemajuan, kesembuhan dan perkembangan anak. Diet pada
anak autisme berbeda dengan anak biasa karna diet pada anak autisme sangat penting untuk
perkembangan dan pertumbuhannya. Guna diet anak autisme untuk mengurangi gejala atau
tingkah laku anak autis (Agus Suryono, 2004). Diet anak autis banyak sekali, bila anak sudah
dinyatakan autis oleh dokter, maka dokter akan menyarankan untuk memperhatikan dietnya yaitu
bebas Gluten, Diet bebas gula, diet babas jamur dan bebas zat adiktif (Riswanto, 2008).
Setiap anak yang telah didiagnosis oleh dokter akan memberikan diet kepada anak
tersebut berdasarkan kebutuhannya, karena anak autisme ada yang mengalami alergi terhadap
makanan yang dikonsumsi setiap hari. Maka dari itu akan dilakukan penukaran diet kepada anak
tersebut, seiring dengan bertambah atau berkembangnya ilmu pengetahuan maka semakin
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
3/19
banyak pula penelitian dibidang kesehatan khususnya mengenai diet dan pemberian diet
(Sintowati Retno, 2007).
Berdasarkan data yang didapat dari WHO tentang diet anak dan pemberian dietnya
didapat data 0,275 perkembangan anak autis terhadap diet yang mengandung zat adiktif, diet
anak yang mengandung jamur, maka peluang terjadinya autisme meningkat. Tahun 1980 di
Amerika Serikat naik menjadi 15-20 per 10.000 kelahiran. Pada tahun 2000-an sudah mencapai
60 per 10.000 kelahiran, namun laporan pada WHO memperlihatkan hal yang serupa yang mana
perbandingan anak autisme dengan anak normal diseluruh dunia telah mencapai 15-20 per
10.000 anak (0,15-0,2%) meningkat tajam dibanding 10 tahun yang lalu (Kompas, 16 April
2006).
Di Indonesia pengetahuan tentang autisme banyak dipelajari dalam beberapa tahun
terakhir ini. Dulu sering kali anak autisme dibawa ke dokter pertama kali dengan keluhan adanya
keterlambatan bicara. Mulai tahun 1990, terjadi bom autisme diperkirakan 75-80% penyandang
autisme ini mempunyai retardasi mental sedangkan 20% dari mereka mempunyai masakah
dalam komunikasi, interaksi sosial, pola perilaku, pola bermain, emosi dan nutrisi (Kompas, 7
Juni 2008).
Angka kajadian autisme di Sumbar di Yayasan Bima di Kota Padang Panjang pada tahun
2006 penyandang autisme sebanyak 75 orang (Yanwar Hadianto). Beradarkan data yang didapat
melalui observasi kepada guru dan kepala sekolah di yayasan bina mandiri anak diadapat data
bahrwa jumlah anak autisme disana berjumlah 35 orang, kalau disekolah untuk pemberian
dietnya sesuai apa yang diorderkan oleh dokter. Dan hasil wawancara yang peneliti lakukan
dengan 5 orang tua mengatakan bahwa pemberian diet pada anaknya sesuai dengan order dokter,
sedangkan 3 anak penyandang autisme pemberian dietnya tidak sesuai dengan order dokter
karena mereka merasa kasihan kepada anaknya dimana siibu tidak menolak memberikan
makanan kesukaan pada anaknya, pada hal makanan tersebut tidak dianjurkan dan dapat
memperburuk keadaan anak, dan anak akan menjadi hiper aktif dan juga pemperlambat proses
penyembuhan penyakitnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan
Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoadmojo, 2003 : 121).
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
4/19
Pengetahuan adalah kesatuan dari usaha-usaha perseorangan untuk mengerti pengalaman
yang berasal dari akumulasi atau pengalaman pribadi (Mahmud, 1997 : 3).
Tingkat Pengetahuan
Tahu
Tahu diartikan sebagai suatu mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya,
yang termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima
oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh: menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi real atau (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks sistuasi lain.
Analisis
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk kemampuan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
Sintesis
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru yang ada.
Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk justisfikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan kepada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada, (Notoadmdjo,
2003 : 122).
Proses terjadinya pengetahuan menurut Rogers
Kesadaran yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus (objek)
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
5/19
Merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai
timbul.
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
Mencoba, yaitu subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
Mengadopsi, yaitu subjek telah berprilaku harus sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya terhadap stimulus (Notoadmojo, 2005 : 11).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada perkembangan
orang lain menuju kearah cita-cita tertentu. Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat
meningkatkan kesehatan hidup. Makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah
informasi diterima. Makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Semakin cukup umur seseorang, tingkat pengetahuan seseorang akan lebih matang atau
lebih baik dalam berfikir dan bertindak. Makin mudah umur seseorang akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan.
Pengalaman
Pengalaman juga merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena
dari pengalaman yang ada pada dirinya maupun pengalaman orang lain dapat
dijadikan sebagai acuan untuk dapat meningkatkan pengetahuan sebab dari
pengalaman itu ia tidak merasa canggung lagi karena ia telah mengetahui seluruhnya.
Support System
Lingkungan yang ada disekitar kita juga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
manusia karena dari lingkungan itu baik biotik maupun abiotik akan dapat
meningkatkan pengetahuan karena dari lingkungan itu dapat mengetahui sesuatu yang
belum diketahui.
Cara pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau menggunakan angket
yang menyatakan tentang isi materi yang diinginkan diukur dari suatu subjek penelitian
atau responden. (Notoatmojo, 2003)
Tingkat pengetahuan dikategorikan:
a. Tinggi :76%-100%
b. Sedang :56%-75%
c. Rendah :
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
6/19
Diit Anak Autisme
Pengertian
Diet adalah kebiasaan dalam jumlah makanan dan minuman yang dimakan oleh
seseorang dari hari ke hari untuk mendapatkan kebutuhan individu yang spesifik (Danis,
D, Kamus Istilah Kedokteran).
Diit khusus Autisme
Diit khusus Autisme disebut diet casein free dan gluten free (CFGF), bagi anak Autis
diet ini sangat penting sehingga dianjurkan bagi para orang tua penderita Autis untuk
menerapkan diet CFGF. Para ahli sepakat bahwa anak Autis melakukan diet Gluten free
dan Kasein Free untuk memperbaiki gangguan pencernaan, dan diet ini juga bisa
mengurangi gejala atau tingkah laku Autistik.(Chaplin, 2001)
Pada anak Autis harus menghindari olahan berbahan dasar protein tersebut, semua yang
berasal dari tepung terigu merupakan olahan yang mengandung gluten seperti roti,
macaroni,mie, sereal, crackers, ragi dan pengembang kue lainya . Sedangkan produk
yang mengandung kesein adalah susu sapi segar, susu bubuk mentega, keju, coklat, dan
es krim. Jika mengkonsumsi gluten dan kasein ini akan membuat anak yang mengalami
gangguan pencernaan lebih menderita (Santi, 2005).
Pada anak autis enzim pencernaan tidak berfungsi, sehingga tidak bisa memecah gluten
dan kasein menjadi asam amino, Pada orang normal protein yang dapat dipecah hanya
berupa asam amino. Jika ada gangguan pencernaan, sebagian gluten dan kasein tadi
belum sempat terpecah menjadi asam amino, tetapi masih terdiri dari rangkaian beberapa
asam amino yang disebutPeptida(Santi, 2005).
Kondisi kesehatan setiap anak Autis tidak lah sama karena mereka unik, begitu pula
dalam penerapan diet CFGF. Ada beberapa hal yang membedakan diet anak autis yang
satu dengan yang lain, adalah karena karena kondisi kesehatan mereka yang berbeda
beda. Misalnya, anak Autis yang memiliki Riwayat alergi dan intoleransi makanan tetapi
ada yang tidak, penting bagi orang tua mempelajari kondisi kesehatan anaknya terlebih
dahulu sebelum menyusun diet yang tepat.
Sedangkan menurut Puspa (2004) macam-macam diet anak autisme adalah:
Diet CFGF ( Gluten Free dan Casein Free) terdapat pada terigu dan susu. Efek bila terus
dikonsumsi anak, diyakini seperti morpin yang mempengaruhi kerja otak dan pusat
saraf.
Diet bebas gula, hindari gula murni, hindari asparat, jauh lebih baik bila menggunakan
gula kelapa atau aren
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
7/19
Diet bebas jamur, hindari makanan olahan dengan fermentasi seperti tahu, tempe, kecap,
soda, pengawet dan vermipan.
Diet bebas zat adiktif seperti MSG/ penyedap rasa mengandung pengawet seperti nuget,
sosis, kornet, Makanan/ minuman dalam kaleng.
Kebutuhan karbohidrat harus dipengaruhi dengan baik, yaitu nasi yang cukup, makan
terlalu banyak karbohidrat juga tidak baik, perbanyak makan yang banyak
mengandung protein (Daging sapi, kambing, telur, biji-bijian).
Sebisa mungkin hindari makan ikan karna ikan banyak mengandung kandungan logam,
beratnya tinggi akibat pencemaran lingkungan terutama pada ikan laut, ikan yang
relatif aman dikonsumsi adalah ikan salmona, tuna, dan makaret atau tenggiri.
Perbanyak makan sayur-sayuran dan buah-buahan segar sebagai sumber vitamin,
mineral, dan serat (viber).
Jangan berikan makanan yang mengandung campuran bahan-bahan kimia (additives),
misalnya pengawet, pewarna dan penyedap.
Buat anak mau minum air yang banyak (2 liter dalam sehari).
Lakukan tes alergi makanan pembuat Food Diary dengan pengamatan yang cerna dan
dapat diketahui efek dari makan terlalu terhadap perubahan kesehatan individu
perilaku anak.
Diet mesti dicoba terlebih dulu sekitar 6 bulan karena untuk mengetahui tentang respon
tubuh anak. Buah-buahan yang tidak boleh dikonsumsi pada anak autisme adalah:
Apel
Anggur
Tomat
Stroberi
Melon
Jeruk
Buah-buahan diatas tidak boleh dikonsumsi oleh anak autisme karena buah-buahan
tersebut memiliki salisilat yang tinggi, menghambat konsentrasi pada anak.selain itu ada
juga beberapa buaha-buahan yang tidak boleh dikonsumsi oleh anak autisme yaitu :
Pisang
Semangka
Pear
Karena buaha-buahan tersebut memiliki phenol yang tinggi, sehingga membuat anak
menjadi bad mood. Jadi buah-buahan yang baik dikonsumsi oleh anak autisme adalah :
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
8/19
pepaya, nenas, kiwi, buah mangga, belimbing, markisah, sirsak dan jambu biji.
Suplemen pada anak autisme sangat penting karena suplemen berguna bagi kesehatan
anak autisme bagi ketahanan tumbuh dan kembangnya. Suplemen pada anak berbeda
antara satu dengan yang lainya sesuai dengan kebutuhanya. Pada anak autisme lebih
optimal penggunaan suplemen makan karena pada anak autisme mengalami masalah
pencernaan antara lain ketidakmampuan mencerna zat-zat seperti casein dan gluten. Dan
sebagian anak autisme ada yang menggunakan obat yang bersifat dalam jangka panjang.
Kondisi kesehatan setiap anak autisme berbeda karena mereka unik. Begitu pula dengan
menetapkan diet pada masing-masing anak autisme. Ada beberapa yang membedakan
diet anak autisme satu dengan yang lainya, adalah karena kondisi kesehatan mereka yang
berbeda-beda pula misalnya anak autisme yang mempunyai riwayat alergi makanan tetapi
ada yang tidak baik Penting bagi orang tua untuk mempelajari kondisi kesehatan anak
nya terlebih dahulu sebelum menyusun diet yang tepat.
Alergi makanan
Alergi sebenarnya memilki arti khusus dalam dunia kedokteran, namun dalam kehidupan
sehari hari sering disamakan dengan sensitive atau peka. Alergi berhubungan dengan
system imun tubuh. Dinding usus anak Autis yang bocor atau berlubang-lubang
menyebabkan terjadinya multiple food alergi atau alergi terhadap berbagai jenis
makanan.
Kondisi kesehatan anak autisme
Kondisi kesehatan anak autisme tidak sama karena mereka unik. Begitu pula dalam
menerapkan diet CFGF orang tua tidak bisa menitipkan anaknya 100% terhadap diet
nya kepada orang lain. Ada beberapa hal yang membedakan anak diet anak autime satu
dengan anak autis yang lain karena kondisi kesehatan mereka berbeda-beda. Misalnya
ada anak autisme yang memiliki alergi dan intoleransi makan tetapi dan yang tidak.
Penting bagi orang tua mempelajari kondisi kesehatan anak terlebih dahulu sebelum
menyusun diet yang tepat.
Intoleransi Makanan
Intoleransi makanan tidak ada hubunganya dengan zat anti body, umumnya intoleransi
makanan disebabkan oleh factor genetika, yaitu terjadi mutasi gen mempengaruhi proses
metabolisme tubuh. Reaksi intoleransi makanan dapat timbul dalam jangka waktu 24
42 jam setelah makanan ditelan. Dapat menimbulkan masalah fisik maupun prilaku
seperti pusing, sakit perut, mual dan masalah pencernaan lainya. Namun tidak mudah
untuk mengetahui makanan yang menjadi pencetus gejala toleransi makanan pada anak.
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
9/19
Cara pemberian diet
Dalam memberikan diet atau asupan jaringan di hentikan secara mendadak, hal ini
menimbulkan penolakan pada anak, terutama pada anak dibawah usia 4 tahun. Selain
itu pemberian suplemen dan Vitamin juga dapat diberikan. Suplemen ini banyak
dipakai untuk meningkatkan peredaran darah ke otak dan menambah oksigen.
Biasanya orang tua pusing memikirkan makanan atau gizi yang boleh dan tidak boleh
dimakan dan disukai atau tidak disukai anak Autis dalam sehari hari. Pemberian
makan atau diet pada anak autisme memang sering menjadi masalah bagi orang tua atau
pengasuh anak, keluhan tersebut sering dikeluhkan orang tua kepada yang merawat
anaknya. Faktor kesulitan makan inilah yang sering dialami sekitar 25% pada usia anak
dan jumlah akan meningkat sekitar 40-70% pada anak yang lahir prematur atau dengan
penyakit kronik. Hal ini pula lah yang sering membuat masalah tersendiri bagi orang tua,
bahkan dokter yang merawatnya kesulitan memberikan makanan karena berlangsung
lama sering dianggap biasa. Sehingga akhirnya timbul komplikasi dan gangguan tumbuh
kembang lainnya pada anak, salah satu keterlambatan penangan tersebut adalah
pemberian vitamin tanpa mencari penyebabnya, sehingga kesulitan makan tersebut
menjadi berkepanjangan (Widodo, 2004).
Penangan kesulitan dalam pemberian diet pada anak autisme itu ada beberapa langkah
yang dilakukan antara lain:
Pastikan apakah betul anak mengalami kesulitan dalam pemberian makan, kemudian cari
penyebab kesulitan dalam pemberian makan itu pada anak.
Identifikasi apakah ada komplikasi yang terjadi
Pemberian pengobatan terhadap penyebab
Bila penyebabnya gangguan cerna seperti alergi maknan hindari makanan tersebut. (
Widodo, 2004)
7.Aturan pemberian pada anak autisme
Menurut Puspa (2004) aturan pemberian diet pada anak autisme adalah :
Minggu pertama
Menghindari makanan dari terigu dalam bentuk mie, solusinya dengan mengganti
makanan bahan mie dari tepung beras misalnya mihun, spageti beras.
Minggu kedua
Menghindari biskuit terutama dari susu, terigu dan zat aditif lainya sepeti penyedap
rasa. Solusinya dengan menggunkan biskuit dari bahan beras.
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
10/19
Minggu ketiga
Mengurangi roti karena sebagian roti tersebut dari tepung terigu dan ragi.Solusinya
membuat cemilan dengan bebas tepung seperti singgkong goreng, ubi rebus, dan
kentang goreng.
Minggu keempat
Mengurangi makanan yang terbuat dari susu sapi, seperti susu bubuk, susu cair, coklat
dan es krim. Solusinya dengan mengkonsumsi susu kedelai atau susu air beras.
Minggu kelima
Mengurangi makan yang banyak mengandung gula. Seperti sirup dan permen.
Solusinya adalah menggunakan gula merah atau pengganti gula lain.
Minggu keenam
Mengatur jadwal makanan buah-buahan pada anak anda harus memiliki buah yang
aman untuk anak yang menderita autisme seperti pepaya, nenas, dan kiwi.
8. Cara Pengukuran Pemberian Diet
Pengukuran diet dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menyatakan isi
materi yang ingi diukur dari suatu subjek penelitian atau responden.
Tingkat keteraturan pemberian diet dikategorikan :
Teratur : 76-100%
Kadang-kadang : 56-75%
Tidak teratur : < 56
III. Metode Penelitian
Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah menggunakan metode korelasi yaitu mencari hubungan
suatu keadaan lain atau menghubungkan dua variabel atau lebih. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan Pemberian Diet CFGF
Pada Anak Autisme Di Yayasan Bina Mandiri Anak Di Balai-Balai Padang Panjang Tahun
2010.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan Yayasan Bina Mandiri Balai-Balai Padang Panjang dengan
responden adalah Pelajar Di Yayasan Tersebut, yang dilaksanakan pada bulan maret tahun
2010
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2002:108) dalam penelitian yang
menjadi populasi adalah semua anak Di Yayasan Bina Mandiri Balai-Balai Sebanyak 33
Orang.
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
11/19
Sampel
Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling dimana sampel
diambil dari seluruh anak autisme di yayasan bina mandiri balai-balai padang panjang.
Definisi Operasional
Variabel Defenisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur asil
kur
Skala
Ukur
Pengetahuan Pengetahuan
adalah
merupakan
hasil tahudan ini terjadi
setelah orang
melakukan
pengindraan
terhadap suatu
objek tertentu.
Pengindraan
terjadi melalui
panca indera
manusia,
yakni
penglihatan,
pendengaran,
penciuman,
rasa dan raba.
Sebagian
besar
pengetahuan
manusia
diperoleh
melalui mata
dan telinga
Wawancara
tidak
langsung
Kuesioner Tinggi :
76-100%
Sedang :
56-75%Rendah :
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
12/19
minuman
dalam
sehari,dan
khusus anakAutis
diberikan diet
CFGF
(Casein Free
Dan Gluten
Free)
kadang :
56-75%
Tidak
teratur :
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
13/19
Mengucapkan terimakasih kepada responden.
Tekhnik Pengolahan Data dan Analisa Data
Tekhnik Pengolahan Data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau
ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan rumus tertentu
sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Effendi, 1998). Pengolahan data
dilakukan secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Pemeriksaan Data
Setelah kuesioner diisi maka kuesioner dikumpulkan dan semua pertanyaan diperiksa
kembali apakah pertanyaan sudah terjawab dengan baik dan sempurna.
Mengkode Data
Pengolahan data dengan cara pemberian kode untuk memudahkan dalam mengolah
data, biasanya menganalisa data yang berbentuk angka.
Tabulating
Data yang sudah diedit dan di coding diolah secara manual dan ditampilkan dalam
tabel distribusi frekuensi sesuai dengan sub variabel yang diteliti.
Memproses Data
Pada tahap ini dilakukan kegiatan proses data terhadap semua kuesioner yang lengkap
dan benar untuk dianalisis, pengolahan data dilakukan dengan bantuan program
komputer yang dimulai dengan data entry ke dalam program komputer yang
digunakan.
Analisa Data
Analisa Univariat
Analisa ini dilakukan dengan mngggunakan analisis distiribusi frekuensi untuk
melihat nilai tendensi sentral yaitu mean tujuannya untuk mendapatkan gambaran
tentang sebaran masing-masing variabel.
Untuk mencari hasilnya digunakan rumus :
P =
Keterangan :
P = Persentase.
F = Frekuensi jawaban responden untuk tiap alternatif jawaban.
N = Jumlah responden ( A. Muri Yusuf, 2001).
Analisa Bivariat
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
14/19
Analisa yang dilakukan untuk mngetahui hubungan antar kedua variabel yang diteliti.
Pengujian hipotesis untuk mengambil keputusan tentang apakah hipotesis yang
diajukan cukup meyakinkan untuk ditolak atau diterima dengan menggunakan uji
statistik chi square dengan tingkat kemaknaan 5 % kemudian data diolah dengan
menggunakan teknik SPSS.
Digunakan rumus :
Keterangan :
Fo : Menguji perbedaan frekuensi yang diobservasi
Fh : Frekuensi atau nilai yang diharapkan
X2 : Chi-square (Arikunto, 2002)
IV. Hasil dan Pembahasan
Gambaran Umum Yayasan Bina Mandiri Balai-Balai
Yayasan Bina Mandiri Balai-Balai, terletak di kelurahan Balai-balai, kecamatan Padang
Panjang Timur .
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Koto Katiak
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Pasar Padang Panjang
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Guguk Malintang
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Bancah laweh
Pengumpulan data ini dilakukan bulan Maret 2010 di Yayasan Bina Mandiri Balai-Balai.
Selama pengumpulan data tersebut didapatkan responden sebanyak 35 orang dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel secara total sampel.
Penelitian ini dilakukan pada ibu-ibu yang mempunyai anan Autis diyayasan Bina Mandiri
Balai-Balai, untuk melihat Hubungan Pengetahuan orang tua dengan pemberian diet CFGF di
Yayasan Bina Mandiri Balai- Balai.
Hasil Penelitian
Setelah data dikumpulkan, dilanjutkan dengan pengolahan dan analisa data yang dilakukan
secara komputerisasi. Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi pada
variabel independen dan dependen, sedangkan analisa bivariat dilakukan dengan uji statistik
chi-square pada derajat kemaknaan 95 % untuk Hubungan Pengetahuan orang tua dengan
pemberian diet CFGF di Yayasan Bina Mandiri Balai- Balai. Hasil pengolahan dan analisa
data dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut :
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
15/19
Analisa Univariat
Identifikasi Pengetahuan
Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Orang Tua Tentang Diet CFGF
Di Yayasan Bina Mandiri Balai-Balai
2010
No Pengetahuan Frekuensi %
1.
2.
Tinggi
Rendah
26
7
78,8
21,2
Jumlah 33 100
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dari 33 responden terdapat 26 orang (78,8%)
dengan tingkat pengetahuan tinggi dan 7 orang responden (21,2%) dengan tingkat
pengetahuan Rendah .
Pemberian diet
Tabel 1.2Distribusi Frekuensi Pemberian Diet CFGF Pada Anak Autis
Di Yayasan Bina Mandiri Balai-Balai
2010
No Pemberian Diet Frekuensi %
1.
2.
Tinggi
Rendah
11
22
33,3
66,7
Jumlah 33 100
Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa dari 33 orang responden terdapat 11 orang (33,3%)
dengan tingkat Pemberian diet tinggi dan 22 orang tua responden (66,7%) dengan
tingkat pemberian diet rendah.
Analisa Bivariat
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
16/19
Tabel 1.3
Distribusi Hubungan Pengetahuan orang Tua dengan Pemberian Diet CFGF Di Yayasan
Bina Mandiri Balai-Balai Padang Panjang
2010
Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa dari 26 orang responden dengan Pengetahuan tinggi terdapat 9
orang atau sebesar 34,6% dengan tingkat pemberian diet tinggi dan 17 orang atau sebesar 65,4%
dengan tingkat pemberian diet rendah. Dari 7 orang responden dengan pengetahuan rendah
diantaranya 2 orang atau sebesar 28,6% dengan tingkat pemberian diet tinggi dan 5 orang atau
sebesar 71,4% dengan tingkat pemberian diet rendah.
Hasil analisa statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p value = 1,000 pada derajat
kemaknaan 95 % ( = 0,05) dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
secara statistik antara pengetahuan orang tua dengan pemberian diet CFGF pada anank autisme
di ayayasan bina mandiri balai-balai.
Pembahasan
Pengetahuan orang tua
Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan dapat dilihat bahwa dari 26 orang responden
dengan Pengetahuan tinggi terdapat 9 orang atau sebesar 34,6% dengan tingkat
pemberian diet tinggi dan 17 orang atau sebesar 65,4% dengan tingkat pemberian diet
rendah. Dari 7 orang responden dengan pengetahuan rendah diantaranya 2 orang atau
sebesar 28,6% dengan tingkat pemberian diet tinggi dan 5 orang atau sebesar 71,4%
dengan tingkat pemberian diet rendah.
Sebagai mana yang dikatakan oleh soekidjo noto atmodjo (2005) bahwa pengetahuandapat diperoleh dari pendidikan melalui prosesd relajar. Diharapkan lepada pihakn
yayasan lebih meningkatkan perhatian tentang diet CFGF sebagai salah satu terapi dini
terhadap anak autismo ini dengan cara memberikanpenyuluhan dalam bebrapa kali
pertemuan dengan orang tua murid agar pengetahuan orang tua tentang diet CFGF dapat
meningkat.
Soekijo notoatmodjo juga menjelaskan bahwa pengetahuan itu dapat diperoleh dari
pengalaman hidup yang langsung terhadap diri seseorang ataupun dari pengalaman hidup
orang lain.
Pemberian Diet
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
17/19
Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan pada 33 orang responden dapat dilihat
bahwa dari 33 orang responden terdapat 11 orang (33,3%) dengan tingkat Pemberian diet
tinggi dan 22 orang tua responden (66,7%) dengan tingkat pemberian diet rendah.
Menurut Dr. Budiman (2002) orang tua tidak bisa menyontek secara keseluruhan diet
anak autismo lanilla. Ini karena diet CFGF bersifat individual dan tidak bisa
diseragamkan. Dalam memberikan diet CFGF , asupan kasein dan gluten jangan
dihentikan secara mendadak karena hal ini akan menimbulkan penolakan pada anak. Ia
akan mengalami sakaw atau ketagihan ibarat pecando narkoba yang tiba-tiba dihentikan
narkobanya. Hal itu malah akan memperburuk keadaan, untuk itu diet CFGF harus
dilakukan secara bertahap. (Bonny Danuatmadja, 2004)
Ada orang tua yang menghentikan diet CFGF secara mendadak karna beranggapan diet
CFGF tidak bermanfaat bagi anak autismo. Padahal pemberian diet CFGF harus
dilaksanakan minimal 3 bulan, untuk melihat apakah diet berpengaruh terhadap sistem
pencernaan maupun terhadap tingkaah laku anak autisme (agus Suryana, 2002)
V. Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan
Sebagian besar responden 26 orang (78,8%) dengan tingakat pengetahuan tinggi
Dari kuesioner yang di sebarkan kurang dari sebagian 11 orang responden (33,3)
Berdasarkan kuesioner yang telah diberikan kepada 33 orang responden dapat dilihat bahwa
dari 26 orang responden dengan Pengetahuan tinggi terdapat 9 orang atau sebesar 34,6%
dengan tingkat pemberian diet tinggi dan 17 orang atau sebesar 65,4% dengan tingkat
pemberian diet rendah. Dari 7 orang responden dengan pengetahuan rendah diantaranya
2 orang atau sebesar 28,6% dengan tingkat pemberian diet tinggi dan 5 orang atau
sebesar 71,4% dengan tingkat pemberian diet rendah.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan orang tua dengan penberian
diet CFGF pada anak autisme (p = 1,000).
Saran
Bagi Penulis
Diharapkan penulis lebih mahir dalam melakukan penelitian di bidang kesehatan,
khususnya Keperawatan Anak
Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan masukan dan nantinya dapat
dilanjutkan untuk meneliti mengenai faktor-faktor lain yang masih ada kaitannya dengan
diet pada anak autisme
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
18/19
Bagi Orang Tua Balita
Sebagai bahan informasi bagi orang tua dan masyarakat untuk lebih meningkatkan dan
memperhatikan status gizi terhadap kesehatan dan bagi ibu-ibu yang mempunyai anak
autisme agar lebih memperhatikan status gizi anaknya sehingga orang tua dapat
mengenali gejalanya dan melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S, Prof, Dr. 2005.Prosedur Penelitian Untuk Pendekatan Praktek. Jakarta PT.
Rhineke.
Badan Litbang Kes, 2001.Angka kejadian Anak Autisme I .Jakarta. Berham, Robert,
Berham, Robert, Kliegman. (1999). Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol 1 Edisi 15. Jakarta:
EGC
Davatmaja, B, 2004.Menu Autisme. Jakarta: Pusapa Swara.
8/13/2019 HUBUNGANTINGKATPENGETAHUANORANGTUADENGANPEMBERIANDIETCASEINFREEDANGLUTEINFREECFGF.docx
19/19
Judarwanto,W. (2004). Pemberian Diet pada anak Autisme. From http://www. Diet
autisme. com
Noto, A, S. 2003.Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rhineka Cipta.
Nursalam dan Siti, P, 2001. Pendekatan praktis metodologi riset keperawatan.Jakarta :
CV Sagung Seto.
Siswanto, S. PSI, MSI. 2007. Kesehatan mental konsep cakupan dan perkembangannya,
Yogyakarta : Andi.
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta
Stuart . G .W and sunnden , S. (1998)Principles And Pratice Of Psicictrk Nursing , Is Leth
Edition , St lois : Mosloy year book
Ns. Hendrawati, S.Kep, M.Biomed. Dosen Akper Nabila Padang Panjang.
Edi Hermano. Mahasiswa Akper Nabila Padang Panjang
Alamat : Jl. Soekarno Hatta No 88Padang Panjang, Telp. 0752- 485911