HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN
DENGAN ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SANTRI DI PONDOK PESANTREN
ASSHIDIQIYAH KEBUN JERUK JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Disusun Oleh :
DEWI RAHMATIKA
109104000044
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
ii
iii
iv
v
vi
AFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dewi Rahmatika
Tempat, Tanggal Lahir : Taman Fajar, 26 Desember 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : JL.KH.Harun Nafsi Gang Darma Rt.019 Rapak
Dalam Kec.Loa Janan Ilir, Samarinda Seberang
Kal-Tim
Hp : 085324415678
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. TK PKK Purbolinggo Lampung Timur (1996-1998)
2. SDN 02 Purbolinggo Lampung Timur (1998-2003)
3. MTs. Ma’arif NU 7 Purbolinggo Lampung Timur (2003-2006)
4. MA AL-Mujahidin Samarinda Kalimantan Timur (2006-2009)
5. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2013)
Pengalaman Seminar dan Workshop :
1. Seminar “ Cultural Approach In Holistic Nursing CareIn Globalization
Era” Tahun 2009
2. Seminar Umum “ Hilangnya Ayat dalam Undang- Undang Anti Rokok”
Tahun 2009
3. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di
Rumah” Tahun 2010
vii
4. Talk Show Dokter Muslim “ Profil Ideal Dokter Muslim dan
Implementasi Islam dalam Etika Kedokteran “ Tahun 2010
5. Seminar Kesehatan “ Peran Bijaksana Standarisasi Internasional
Pelayanan Kesehatan” Tahun 2011.
6. Seminar Nasional “ Melody for Heart and Brain Heart” Tahun 2012
7. Workshop Nasional “ Uji Kopetensi Keperawatan” Tahun 2012
8. Seminar Nasional Keperawatan “ Uji Kopetensi Nasional Perawat :
Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi
Tantangan Global “ Tahun 2012
viii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Januari 2014
Dewi Rahmatika, 109104000044
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN ORANG
TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA SANTRI DI PONDOK
PESANTREN ASSHIDDIQIYAH KEDOYA UTARA KEBUN JERUK
JAKARTA BARAT
xviii + 72 halaman + 9 tabel + 3bagan + 7 lampiran
ABSTRAK
Kecemasan merupakan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik . Kecemasan merupakan faktor yang
berpengaruh pada motivasi, karena individu yang mengalami kecemasan akan
mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas- tugas atau mencapai tujuan
yang telah ditetakan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui antara kecemasan
perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi belajar pada santri remaja di
pondok pesantren Asshiddiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk Jakarta Barat.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan
desain cross sectional. Penelitian ini menggunakan teknik nonprobability
sampling jenis purposive sampling pada remaja usia 11- 18 tahun yang belum
pernah tinggal di pesantren dan berpisah dengan orang tua sebelumnya sebanyak
73 responden. Instrument yang digunakan adalah kombinasi dari School refusal -
SCARED serta kuesioner tingkat motivasi. Analisa data menggunakan Sperman
Rank alfa > 0,05.
Hasil analisa menunjukkan santri remaja memiliki kecemasan rendah 56,2% dan
memiliki motivasi belajar tinggi 47,9%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara kecemasan perpisahan dengan orang tua
dengan motivasi belajar pada santri remaja di pondok pesantren Asshiddiqiyah (p
value=0,02) dengan nilai r= -2,71. Artinya semakin tinggi kecemasan perpisahan
maka semakin rendah motivasi belajar. Berdasarkan hasil penelitian ini pengasuh
pondok pesantren dapat merancang metode belajar secara berkelompok dan
menyediakan bimbingan konseling, serta perawat dapat memberikan intervensi
dalam mengatasi kecemasan yang ditimbulkan.
Kata kunci : Remaja, Pesantren, Kecemasan, Motivasi belajar
Pustaka : 46 (2003-2013)
ix
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOL OF NURSING
ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Undergraduated Thesis, Januari 2013
Dewi Rahmatika, 109104000044
Relations between the level of separation anxiety and learning motivations of
adolescence at pondok pesantren Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk
Jakarta
xviii + 72 pages + 9 tables + 3 charts + 7 attachment
ABSTRACT
Anxiety is a feeling of uncertainty and helplessness. This emotional condition has
not a specific object. Anxiety is a factor which affects motivation, because a
person who feels the anxiety will have obstacles to finish their works or reach
their goal. The objective of this study is to identify the corelation between of
separation anxiety with students’ motivation to study at Asshiddiqiyah Boarding
School, Kedoya utara, Kebun Jeruk, Jakarta Barat.
This study uses quantitative analitic method with cross sectional design. The
technique which is used in this research is nonprobability sampling type
purposive sampling to teenagers, aged 11-18 years old, who haven’t any
experience stay at boarding school and the respondents in this study are 73
teenagers. The questionnaires of School refusal - SCARED and questionnaires
were conducted of motivation’s level. Data analysis uses Sperman Rank alfa >
0.05.
The study of the research shows that male students have a low anxiety 56,2 % and
high motivation to study 47, 9%. The result of statistic test which uses spearman
rank test with α=0,05 gained a result that there is a corelation between level
separation anxiety and motivation to study in students of Asshiddiqiyah Boarding
School (p value=0,02) with r= -2,71. It means that the higher of separation anxiety
shows the lower learning of motivation. Based on the result of the research, the
suvervisor of this boarding school can conduct learning method in a group and
provide a counseling and nurse can give intervention in solving the anxiety which
is appeared.
Keywords : Adolescents, boarding school, anxiety, motivation to learn
References : 46 (2003-2013)
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN
ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SANTRI DI PONDOK
PESANTREN ASSHIDIQIYAH KEBUN JERUK JAKARTA” yang disusun
dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi.
Namun, karena mendapatkan dukungan dan bantuan yang luar biasa dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan ini, penulis ingin
mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang tidak
terhingga, kepada:
1. Prof. Dr. dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan.
3. Ns. Eni Nuraini, S.Kep, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan sekaligus sebagai pembimbing pertama. Terima kasih sebesar-
besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu, tenaga, arahan, serta
kesabaran selama membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Ns. Uswatun Khasanah S.Kep, MNS selaku dosen pembimbing kedua. Terima
kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu, tenaga,
arahan, serta kesabaran selama membimbing penulis dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
xi
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan selama penulis
mengikuti perkuliahan.
6. Seluruh staf karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universita Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Segenap staf Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam
pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi ini.
8. Ucapan terima kasih peneliti haturkan secara istimewa untuk Ayahanda
Ahmad Mustofa dan Ibunda Siti Arbaiyah yang telah mencurahkan kasih
sayang tiada tara dan senantiasa mendo’akan keberhasilan penulis serta
dukungan baik moril maupun materil selama proses penyelesaian skripsi ini.
9. Bima Airlangga Putra yang selalu memberikan dukungan semangat, nasihat
dan doa yang luar biasa selam proses penyelesaian skripsi.
10. Adik- adik ku Kiki Andriani, Safa Nur Elysia, Michele Adha dan Aisha
Ramadhani yang selalu memberikan do’a dan semangat yang luar biasa
selama proses penyelesaian skripsi ini.
11. Bpk Darsono Harjowiyono dan Ibu Marjanah yang selalu memberikan
Semangat, doa dan dukungan baik moril maupun materil selama proses
penyelesaian skripsi.
12. Pa’de Imam Syafi’I dan Bude Anis selaku orang tua saya selama dijakrta yang
memberikan dukungan dan doa.
13. Kementrian Agama yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk
kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xii
14. Pondok Pesantren Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk Jakarta yang telah
memberi izin peneliti untuk melakukan penelitian ini.
15. Adik- adik responden yang telah membantu peneliti dalam pengisian
kuesioner penelitian.
16. Teman-teman terbaikku “The Fighters” (Ulfy, Maira, Dian, Hanik, Etika,
Astuti, Mala, Rafita, Fitri dan Qoys) yang telah memberikan do’a, dukungan
dan semangat dikala penulis mulai lelah dalam penyelesaian skripsi ini.
17. Teman-teman PSIK angkatan 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu. Terima kasih telah memberikan inspirasi, semangat dan kebersamaan
yang indah selama ini.
Akhir kata semoga kita semua diberikan rahmat, hidayah serta karunia dari
Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat
bermanfaat dan diamalkan dengan baik.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ciputat, Februari 2014
Dewi Rahmatika
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. vi
ABSTRAK .............................................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii
DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xviii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7
C. Pertanyaan penelitian ...................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian
xiv
1. Tujuan Umum ............................................................................. 8
2. Tujuan Khusus ............................................................................ 8
E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan ...................................................................................... 10
1. Pengertian ................................................................................... 10
2. Tingkat Kecemasan .................................................................... 10
3. Factor yang mempengaruhi kecemasa ....................................... 12
4. Respon Terhadap Kecemasan .................................................... 16
5. Gejala Klinis Kecemasan ........................................................... 17
6. Kecemasan Perpisahan ............................................................... 18
7. Diagnose Gangguan Kecemasan Perpisahan ............................. 19
8. Kecemasan dan Motivasi ............................................................ 21
B. Motivasi .......................................................................................... 23
1. Pengertian ................................................................................... 23
2. Motivasi Belajar ......................................................................... 23
3. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ............................ 24
4. Indikator Motivasi Belajar .......................................................... 26
C. Remaja............................................................................................. 27
1. Pengertian .................................................................................. 27
2. Perkembangan Remaja .............................................................. 28
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan
Perkembangan Remaja .............................................................. 31
xv
D. Pesantren ......................................................................................... 34
1. Pengertian .................................................................................. 35
2. Jenis Pesantren ........................................................................... 35
E. Kerangka Teori................................................................................ 37
BAB III: KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ............................................................................ 38
B. Hipotesis .......................................................................................... 38
C. Definisi Operasional........................................................................ 39
BAB IV : METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian ............................................................................. 41
B. Lokasi dan waktu penelitian ........................................................... 41
C. Populasi dan sampel ........................................................................ 41
D. Teknik pengambilan sampel ........................................................... 44
E. Instrumen penelitian ........................................................................ 45
F. Uji validitas dan reabilitas .............................................................. 48
G. Metode pengumpulan data .............................................................. 50
H. Pengolahan data ............................................................................. 51
I. Analisis data .................................................................................... 53
J. Etika penelitian................................................................................ 53
BAB V : HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum tempat penelitian ................................................ 56
B. Karakteristik responden .................................................................. 57
C. Analisis univariat ............................................................................ 58
D. Analisis bivariat .............................................................................. 60
xvi
BAB VI : PEMBAHASAN
A. Analisis univariat ............................................................................ 62
1. Karakteristik responden ........................................................... 62
2. Gambaran kecemasan perpisahan dengan orang tua ................ 63
3. Gambaran motivasi belajar ...................................................... 66
B. Analisis bivariat .............................................................................. 67
C. Keterbatasan penelitian ................................................................... 69
BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 71
B. Saran ............................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Judul Bagan
hal
2.1 Rentang respon kecemasan ........................................................... 12
2.2 Model Pengelolaan kecemasan menjadi motivasi ........................ 22
3.1 Kerangka konsep penelitian .......................................................... 38
xviii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel hal
2.1 Pola pertumbuhan & perkembangan selama remaja .................... 29
3.1 Skema kerangka konsep ............................................................... 42
3.2 Definisi Operasional ..................................................................... 43
4.1 Indikator motivasi belajar ............................................................. 52
5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia dan jenis kelamin
responden ...................................................................................... 57
5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan kecemasan perpisahan dengan
orang tua ....................................................................................... 59
5.3 Distribusi frekuensi responden kecemasan perpisahan dengan
orang tua pada remaja………………………………………… 60
5.5 hubungan kecemasan perpisahan dengan orang tua terhadap
motivasi belajar ............................................................................. 60
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar persetujuan responden
Lampiran 2 Petunjuk pengisian kuesioner
Lampiran 3 Lembar kuesioner penelitian
Lampiran 4 Surat izin studi pendahuluan
Lampiran 5 Surat izin uji validitas dan reliabilitas
Lampiran 6 Surat izin penelitian
Lampiran 7 Lembar hasil perhitungan analisis data
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang menyediakan
sarana asrama atau pondok (pemondokan) sebagai tempat tinggal bersama
sekaligus tempat belajar para santri di bawah bimbingan Kyai atau Ustazd.
Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima
pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat
tinggalnya (Qomar, 2007).
Pondok yang merupakan asrama bagi para santri ini merupakan ciri
spesifik sebuah pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan
yang lain. Jenis Lembaga yang didata antara lain RA (Raudhatul Athfal),
MI(Madrasah Ibtidaiyah), MTs (Madrasah Tsanawiyah) dan MA (Madrasah
Aliyah). Jumlah lembaga yang terdata sebanyak 19.762 RA, 21.529 MI,
13.292 MTs, dan 5.648 MA yang tersebar di 33 propinsi di Indonesia
(Pendis.kemenag, 2012).
Data Departemen Agama tahun 2010/2011 berhasil mendata 27.218
Pondok Pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia. Populasi Pondok
Pesantren terbesar berada di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah
dan Banten yang berjumlah 78,9% dari jumlah seluruh Pondok Pesantren di
Indonesia. Jumlah santri Pondok Pesantren secara keseluruhan adalah
2
3.642.738 orang santri, terdiri dari 1.895.580 orang (52,0%) santri laki-
laki,dan 1.747.158 orang (48,0%) santri perempuan. (pendis.kemenag,2013)
Tinggal di pesantren merupakan sebuah kebijakan atau peraturan dari
yayasan tersebut, ada yang diwajibkan langsung masuk saat pertama kali
mendaftar atau pada saat memasuki MA atau SMA. Misalnya pada yayasan
pondok pesantren Al-Mujahidin Samarinda tidak diwajibkan untuk tinggal di
pesantren sehingga tidak ditentukan pada usia berapa saja boleh untuk tinggal
dipesantren. Sedangkan pada Pondok pesantren Al-Kausar Alakbar Medan,
diwajibkan untuk tinggal dipesantren saat pertama kali mendaftar
memasukinya yaitu mulai dari Mts atau SMP sampai lulus pendidikan
sekolah. Kehidupan siswa/ santri selama belajar di Pesantren itu penuh
dengan kesulitan. Mulai dari kesulitan akademik, kesulitan finansial, kesulitan
sosiokultural, kesulitan lingkungan dan sebagainya, Kesulitan-kesulitan
tersebut akan lebih terasa bagi siswa/santri yang jauh dari keluarga atau
berasal jauh dari luar kota. Oleh karena itu setiap siswa/santri harus
mempunyai “keuletan” dan kesemamptaan jasmani rohani, mental maupun
fsiknya. Keuletan rohani jasmani akan membuat mahasiswa beranai
menghadapi segala kesulitan dan tidak mudah putus asa. Untuk memupuk
keuletan itu maka hendaklah kesulitan itu ditempatkan/ dipandang sebagai
tantangan yang harus dihadapi bukan sebagai penghambat (Yahman, 2012)
Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh situasi. Ketika amerasa cemas, individu merasa tidak nyaman
atau takut yang tidak memiliki objek yang dapat diidentifikasikan. (Videbeck,
2008) Ansietas merupakan gangguan emosional yang paling sering terjadi.
3
Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat
terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun
sampai pada usia lanjut. Kecemasan atau anxietas adalah rasa khawatir, takut
yang tidak jelas sebabnya. Saat ini Diperkirakan 20% dari populasi didunia
menderita kecemasan dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas
(Depkes, 2010).
Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan psikologis yang
paling umum pada pasien remaja. Separation anxiety adalah satu-satunya
gangguan kecemasan yang dialami pada bayi, anak, atau remaja. Studi
epidemiologi yang berbeda menunjukkan prevalensi SAD dalam 4 sampai 5%
adalah anak-anak dan remaja. Studi epidemiologi Kanada (1999) menemukan
bahwa prevalensi SAD adalah 4,9% pada anak usia 6 sampai 8 tahun dan
1,3% pada remaja berusia 12 sampai 14 tahun (APA, 2000).
Kecemasan dapat menyebabkan respon kognitif, psikomotor dan
fisiologis yang tidak nyaman, misalnya kesulitan berpikir logis, kesulitan
berkonsentrasi dalam belajar, peningkatan aktivitas motorik agitasi, dan
meningkatan tanda- tanda vital. Untuk mengurangi perasaan tidak nyaman
tersebut individu berusaha untuk melakukan tindakan adaptif yang baru
sebagai mekanisme pertahanan. Perilaku adaptatif tersebut dapat berupa hal
yang positif dan membantu individu beradaptasi dan belajar, misalnya dengan
menggunakan tehnik imajinasi untuk memfokuskan kembali perhatian
(Videbeck, 2008).
4
Setiap individu tidak terlepas dari rasa cemas. Kecemasan tersebut
dapat bersifat ringan, sedang dan berat. Di sekolah siswa juga mengalami
kecemasan dengan berbagai alasan yang melatarbalakanginya seperti
kecemasan terhadap mata pelajaran, kecemasan mengalami kegagalan dalam
belajar dan lainnya. Pada tahap tertentu kecemasan dapat meningkatkan
motivasi dan kinerja, akan tetapi apabila kecemasan tersebut melampaui batas
atau kemampuan individu untuk mengelolanya maka kecemasan melemahkan
motivasi dan menurunkan. Kecemasan merupakan faktor yang berpengaruh
pada motivasi, karena individu yang mengalami kecemasan akan mengalami
hambatan dalam menyelesaikan tugas atau mencapai tujuan yang telah
ditetapkannya. Kecemasan yang dialami oleh individu dapat diidentifikasi dari
perilaku yang ditampilkannya, seperti sulit mengambil keputusan, tertekan,
serba salah, semua hal tersebut menjadi penghambat untuk melakukan
kegiatan dengan motivasi tinggi. Siswa mengalami kecemasan tinggi
menunjukkan hasil belajar yang rendah dibandingkan siswa yang mengalami
kecemasan rendah. Sebaliknya penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan
dapat meningkatkan hasil belajar ( Woolfolk & McCuna-Nicolich, 1984).
Dari hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan dapat
meningkatkan motivasi atau melemahkan motivasi (Jamaris, 2013).
Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, yaitu umur
kurang lebih 12- 14 tahun. Dimana hubungan anak dengan orang tua mencapai
titik terendah, anak mulai melepaskan diri dengan orang tua. Hubungan
remaja dengan orang tua mulai terjadi keterbatasan. Remaja mulai
memberikan batasan anatara kemandirian dan ketergantungan, namun ada
5
keinginan kuat untuk tetap bergantung pada orang tua dan sementara mencoba
untuk berpisah dengan orang tua. Oleh karena itu terkadang remaja ada yang
merasa senang tinggal dipesantren dan ada pula yang kurang bersedia karena
merasa akan berpisah dengan orang tua dalam jangka waktu yang lama
(Hidayat, 2009 & Hurlock, 2010).
Erickson dengan teori perkembangan kepribadian pada fase Identitas
vs bingung peran (12-18 tahun) merupakan tahap yang paling penting diantara
tahap perkembangan yang lainnya karena orang harus mencapai tingkat
identitas ego yang cukup baik. karena merupakan masa pubertas memacu
harapan peran dewasa pada masa yang akan datang. Tahap ini merupakan
masa standardisasi diri,yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, usia
dan kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan sumber nilai
utama mulai menurun, sedangkan kelompok atau teman sebaya mulai tinggi
(Nasir, 2011).
Pesantren merupakan tempat pembelajaran yang identik dengan kiai
dan juga asrama. Dengan sistem pembelajaran hampir 24 jam pesantren akan
menjadi incaran untuk para Orang tua untuk mendapatkan pendidikan yang
ekstra, dari sudut pandang inilah orang tua lebih percaya dengan pesantren.
Keberhasilan pendidikan anak sangat ditentukan antara kerjasama sekolah
dengan orang tua. Sinergi antara kedua belah pihak sangat membantu
memasimalkan potensi yang dimiliki anak. Sebaik apapun layanan
pembelajaran yang disajikan di sekolah tanpa dukungan orang tua dirumah,
maka pembelajaran itu menjadi kurang bermakna (Qomar, 2007).
6
Yanti dkk (2013) dalam penelitiannya yang berjudul hubungan antara
kecemasan dalam belajar dengan motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa
mayoritas siswa memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dalam belajar,
minoritas siswa memiliki tingkat kecemasan yang sedang dalam belajar dan
hampir tidak ada siswa yang memiliki tingkat kecemasan yang rendah dalam
belajar. Mayoritas siswa memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam belajar,
minoritas siswa memiliki tingkat motivasi sedang dalam belajar dan tidak ada
siswa yang memiliki tingkat motivasi yang rendah dalam belajar. Tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dalam belajar dengan
motivasi.
Siregar (2013) dalam penelitiannya yang berjudul tingkat kecemasan
pada santri dipondok pesantren menunjukkan bahwa berdasarkan data yang
diperoleh dari analisis data Z-Score dapat disimpulkan bahwa santri pondok
pesantren yang memiliki tingkat kecemasan tinggi sebanyak 11 santri (14,1%),
dalam kategori kecemasan tingkat sedang sebanyak 52 santri (66,7%) dan
sebanyak 15 santri (19,2%) mengalami tingkat kecemasan rendah.
Dari hasil wawancara kepada teman- teman yang pernah memasuki
pesantren ketika awal memasuki tingkat pendidikan MTs atau SLTP, mereka
merasa bahwa orang tua tidak sayang dengan anaknya sehingga dimasukkan
ke pesantren. Namun bagi anak yang masuk pesantren karena niat sendiri
memiliki motivasi untuk prestasi yang lebih baik, mereka menggangap bahwa
ketika jauh dari orang tua mereka harus bisa lebih baik dan memiliki
pengalaman untuk belajar mandiri. Sebulan pertama memasuki pesantren
santri masih memiliki rasa cemas dan rasa ketergantungan karena orang tua
7
dan mereka menganggap bahwa belum bisa mandiri. Dari segi motivasi
belajar, mereka mengatakan masih merasa cemas akan perpisahan dengan
orang tua dengan keadaan lingkungan yang berbeda dan karena cemas tersebut
mereka kurang konsentrasi dalam belajar.
Hasil dari studi pendahuluan di pondok pesantren Asshiddiqiyah dari
10 orang santri yang diwawancarai semua mengatakan cemas saat pertama
kali masuk pesantren dan berpisah dengan orang tua. Sebulan pertama santri
masih sangat mengalami cemas, masih sering teringat orang tua, menangis,
tidak konsentrasi, belum mampu beradaptasi dan memiliki motivasi belajar
yang kurang. Namun setelah 1 tahun tinggal dipesantren mereka mengatakan
sudah beradaptasi jauh dari orang tua dengan mengikuti kegiatan dipesanrten.
Dari fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti kecemasan
perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi belajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dengan remaja yang pernah tinggal
dipesantren dengan anggapan bahwa sulit sekali untuk berpisah dengan orang
tua, masih ketergantungan dengan orang tua serta suasana dirumah maka
remaja awal saat memasuki pesantren merasa sedih, cemas teringat orang tua,
dan saat pertama memasuki pesantren kurang memiliki motivasi belajar.
Peneliti akan mengambil tempat penelitian di Pondok Pesantren Asshidiqiyah
Kedoya Utara Kebun Jeruk, Jakarta untuk melihat tingkat kecemasan dengan
perpisahan orang tua serta motivasi belajar dari remaja tersebut.
Dari uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan
tingkat kecemasan perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi belajar
8
pada santri remaja di Pondok Pesantren Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun
Jeruk, Jakarta.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana tingkat kecemasn remaja saat berpisah dengan orang tua yang
pertama kali memasuki pesantren?
2. Bagaimana motivasi belajar remaja setelah berpisah dengan orang tua?
3. Bagaimana hubungan tingkat kecemasan remaja dengan motivasi belajar ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan Perpisahan dengan
Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar pada Santri remaja di Pondok
Pesantren Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk, Jakarta tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik santri dalam menghadapi perpisahan
dengan orang tua
b. Mengidentifikasi motivasi belajar santri setelah menghadapi
perpisahan dengan orang tua dan tinggal di pondok pesantren
Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk, Jakarta.
E. Manfaat hasil penelitian
1. Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan ilmu
pengetahuan tambahan bagi pendidikan ilmu keperawatan terutama
9
keperawatan Anak dan Keperawatan Jiwa yang bisa dijadikan referensi
dalam proses belajar.
2. Bagi Pondok Pesantren
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran bagi para
pengasuh pondok pesantren bahwa tingkat kecemasan perpisahan dengan
orang tua mempengaruhi motivasi belajar pada santri remaja di Pondok
Pesantren.
3. Bagi Santri
Diharapkan setelah dilakukan penelitian ini, santri dapat mengerti
bahwa kecemasan yang dialami saat memasuki pesantren dapat
mempengaruhi motivasi belajar bahkan prestasi.
4. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dapat dijadikan digunakan sebagai dasar
pengembangan dalam pembentukan program UKS.
5. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan pengembangan
ilmu serta data bagi peneliti selanjutnya.
F. Ruang lingkup penelitian
Penelitian ini berkaitan dengan area keperawatan jiwa, khususnya
mengenai kecemasan pada remaja. Penelitian ini akan dilakukan di Pondok
Pesantren Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk, Jakarta, menggunakan
jenis penelitian analitik kuantitatif dengan desain Cross sectional.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KECEMASAN
1. Pengertian
Kecemasan atau ansietas adalah gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas,
kepribadian masih utuh, perilaku dapat mengganggu tetapi masih dalam
batas- batas normal (Hawari, 2001).
Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi
dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut yang merupakan
penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya (Stuart & Sundeen,
2000).
2. Tingkat Kecemasan
Tingkat Kecemasan Menurut Stuart & Sundeen (2000) tingkat
kecemasan dibagi menjadi :
1. Kecemasan ringan (mild anxiety)
Tingkat kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
11
2. Kecemasan sedang (moderate anxiety)
Pada tingkat kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang
lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun
dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
3. Kecemasan berat (severe anxiety)
Pada tingkat kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi
seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu
yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada suatu area lain.
4. Panik (panic)
Kecemasan tingkat panik menyebabkan seseorang kehilangan
kontrol, ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan
kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan
disorganisasi kepribadian. Dengan panik terjadi peningkatan
aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan
orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran
yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan
kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama,
dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian.
12
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
Bagan 2.1 Rentang respon kecemasan
3. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut stuart (2012) faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan
adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Psikoanalitis
Cemas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua
elemen keribadian : id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitive, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma
budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua
elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi cemas adalah
meningkatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Interpersonal
Cemas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan
penolakan interpersonal. Cemas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma seperti perpisahan dan kehilanagn, yang
13
menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri
rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.
c. Perilaku
Cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap cemas sebagai
suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari
dalam diri untukmenghindari kepedihan.
d. Keluarga
Menunjukhmmmkan bahwa gangguan kecemasan biasanya
terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih
antara gangguan ansietas dengan depresi.
e. Biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepam, obat- obatan yang meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang
berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan
dengan ansietas. Selain itu, kesehatan umum individu dari
riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata sebagai
predisposisi ansietas. Cemas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan
individu untuk mengatasi stressor.
14
2. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi diasabilitas fisiologi
yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan
aktivitas hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri, dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi social yang terintegritas pada individu.
Menurut Hurlock (2004) menjelaskan bahwa kecemasan pada remaja
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, status kesehatan, jenis
kelamin, pengalaman, sistem pendukung, besar dan kecilnya stressor.
1. Usia
Pada anak remaja yang berusia 13-14 tahun kecemasan akan
meningkat karena pada masa ini adalah masa peralihan antara masa
anak-anak dan remaja, dimana akan terjadi perubahan hormonal
yang menyebabkan rasa tidak tenang pada diri remaja. Masa ini
akan berlangsung kurang lebih 9 bulan dan kondisinya akan stabil
pada remaja usia 14-18 tahun karena remaja sudah menuemukan
jatidiri dan berfikir lebih baik.
2. Status Kesehatan
Penyakit yang tidak membahayakan akan meringankan tingkat
kecemasan sedangkan penyakit yang kronis dan berat akan
meningkatkan kecemasan.
15
3. Jenis Kelamin
Remaja dengan jenis kelamin perempuan memiliki kecemasan
lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak laki-laki.
4. Pengalaman
Remaja yang pernah sakit dan dirawat di rumah sakit
kecemasannya lebih rendah jika dibandingkan dengan remaja yang
belum dirawat di rumah sakit.
5. Sistem pendukung
Sistem pendukung yang dapat mempengaruhi kecemasan pada
remaja yang sakit meliputi ruangan perawatan, dimana perubahan
lingkungan dari pola kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan
kecemasan misalnya ruangan yang serba putih atau bersamaan
dengan pasien lainnya. Aspek perawat, dimana perawat yang
kurang komunikatif, tidak empati. Aspek fasilitas, dimana fasilitas
yang kurang dan terbatas seperti kamar mandi, ruangan yang
sempit, perawatan rumah sakit. Kondisi rumah sakit, dimana
terbatasnya jam besuk, tidak boleh ditunggui keluarga selama
dirawat akan memanbah kecemasan pada remaja.
6. Besar atau kecilnya stressor
Stressor yang besar seperti nyeri, perpisahan dengan teman atau
keluarga, terbatasnya aktifitas, terganggunya privacy dapat
menimbulkan kecemasan.
16
4. Respon Terhadap Kecemasan
Stuart dan Sundeen (2006) menyebutkan bahwa respon individu terhadap
kecemasan meliputi respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan afektif.
Adalah sebagai berikut:
a. Respon fisiologis individu terhadap kecemasan, yaitu:
1) Kardiovaskular
Respon dari kardiovaskuler dapat berupa palpitasi, jantung
berdebar, peningkatan tekanan darah atau dapat juga menurun, rasa
mau pingsan, dan denyut nadi menurun.
2) Pernafasan
Respon dari pernafasan dapat berupa nafas menjadi cepat dan
dangkal, nafas pendek, tekanan pada dada, pembengkakan pada
tenggorokan, sensai tercekik, dan terengah-engah.
3) Neuromuskuler
Respon dari neuromuskuler dapat berupa refleks meningkat, reaksi
kejutan, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, wajah tegang,
kelemahan umum, kaki goyang, dan gerakan yang janggal.
4) Gastrointestinal
Respon dari gastrointestinal dapat berupa kehilangan nafsu makan,
menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, dan
diare.
5) Traktus urinarius
Responnya dapat berupa sering berkemih, tidak dapat menahan
BAK.
17
6) Kulit
Reapon dari kulit berupa wajah kemerarahan, berkeringat setempat
(telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah
pucat, dan berkeringat seluruh tubuh.
b. Respon perilaku
Respon perilaku berupa gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup,
bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cidera, menarik
diri dari hubungan interpersoanl, menghalangi, dan menghindar dari
masalah
c. Kognitif
Responnya berupa konsentrasi terganggu dan pelupa, selalu dalam
memberikan penilaian, hambatan berfikir, kreatifitas dan produktifitas
menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat,
kehilanagn objektifitas, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran
visual, takut cidera atau kematian.
d. Afektif
Responnya berupa mudah terganggu, tidak sabar, gelisah dan tegang,
ketakutan, dan gugup.
5. Gejala Klinis Cemas
Keluhan- keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami
gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut :
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri,
mudah tersinggung.
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah mudah terkejut.
18
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
d. Gangguan pola tidur, mimpi- mimpi yang menegangkan
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
f. Keluhan- keluhan somatic, misalnya rasa sakit pada otot dan
tulang, pendengaran berdenging (tinnitus), berdebar- debar,
sesak napas, gangguan perkemihan, sakit kepala dan
sebagainya (Hawari, 2001).
6. Kecemasan Pepisahan
Gangguan kecemasan perpisahan adalah kecemasan dan
kekhawatiran yang tidak realistik pada anak tentang apa yang akan terjadi
bila ia berpisah dengan orang- orang yang berperan penting dalam
hidupnya, misalnya orang tua. Ketakutan itu mungkin berpusat pada apa
yang mungkin terjadi dengan individu yang berpisah dengan anak
itu(misalnya orang tua yang akan meninggal,atau tidak kembali karena
suatu alasan. Atau apa yang terjadi dengan anak itu bila terjadi perpsahan(
ia akan diculik,disakiti, atau dibunug). Karena alasan tersebut anak itu
enggan untuk dipisahkan dengan orang lain, dan mungkin karena itulah ia
tidak mau tidur sendirian tanpa ditemani atau didampingi oleh tokoh
kesayangannya atau tidakmampu meninggalkan rumah tanpa disertai
orang lain (Semium, 2006).
Selain masalah itu, gangguan rasa kecemasan akan perpisahan dapat
menggangu dan memperlambat perkembangan sosial anak karena ia tidak
mengembangkan independensi atau belajar bergaul dengan teman-teman
sebayanya. Selanjutnya bila anak dipisahkan (ditinggalkan) ia tidak dapat
19
berfungsi dengan baik karena ia tercekam oleh rasa takut terhadap apa
yang akan terjadi dengan dirinya atau terhadap orang- orang yang berpisah
dengannya. Anak-anak dan remaja dengan gangguan ini mungkin
mengalami penderitaan berlebihan berulang tentang perpisahan dari rumah
atau orang tua. Ketika terlepas dari figur kelekatan, mereka sering perlu
tahu di mana orangtua mereka dan perlu untuk tetap berhubungan atau
melihat mereka. Beberapa saat menjadi sangat rindu ketika jauh dari
rumah (Jeffery, 2003).
7. Diagnosa Gangguan Kecemasan Perpisahan
Kriteria diagnostik DSM-IV-TR untuk gangguan kecemasan
perpisahan.
a. Ketidaksesuaian perkembangan dan kecemasan berlebih yang berfokus
pada perpisahan dari rumah atau orang-orang yang terdekat yang
dibuktikan oleh 3 atau lebih tanda, Kriteria ini adalah tanda-tanda dan
gejala yang ditetapkan oleh American Psychiatric Association (APA).
dibawah ini :
1. Tekanan/distress berlebihan yang berulang ketika terpisah dari
rumah atau seorang yang menjadi atau diharapkan sebagai
sosok/orang yang penting.
2. Kekhawatiran yang terus menerus dan berlebihan tentang
kehilangan atau tentang bahaya yang mungkin menimpa seseorang
yang penting
20
3. Kekhawatiran yang terus menerus dan berlebihan terhadap suatu
peristiwa yang tak diinginkan yang akan menyebabkan perpisahan
dari seseorang yang penting/berharga (seperti tersesat atau diculik)
4. Keengganan yang tetap atau penolakan untuk pergi ke sekolah atau
di tempat lain karena takut akan perpisahan.
5. Ketakutan berlebihan terus menerus atau keengganan untuk
sendirian atau tanpa seseorang yang penting di rumah atau tanpa
orang dewasa yang berarti dalam lingkungan sekitarnya
6. Keengganan yang terus menerus atau penolakan untuk tidur tanpa
dekat dengan orang yang penting atau tidur jauh dari rumah.
7. Mimpi buruk berulang yang melibatkan tema perpisahan
8. Keluhan gejala fisik yang berulang (seperti sakit kepala, sakit
perut, mual atau muntah) saat berpisah dari seseorang yang
diharapkan menjadi orang yang penting/berharga.
b. Lamanya gangguan minimal 4 minggu.
c. Onset sebelum usia 18 tahun.
d. Gangguan menyebabkan distress klinis yang signifikan atau penurunan
sosialisasi, akademik (kerja), atau fungsi dari bidang-bidang penting
lainnya.
e. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama disebabkan oleh
gangguan perkembangan yang mendalam, Schizophrenia, atau
gangguan psikotik lainnya dan, pada remaja dan orang dewasa, lebih
baik tidak dicatat untuk Panic Disorder dengan agoraphobia.
21
8. Kecemasan dan Motivasi
Setiap individu tidak terlepas dari cemas. Kecemasan tersebut dapat
bersifat ringan, sedang dan berat. Di sekolah siswa juga mengalami
kecemasan dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya, seperti
kecemasan terhadap pelajaran tertentu, kecemasan akan mengalami
kegagalan dalam belajar dan lainnya. Pada tahap tertentu, kecemasan dapat
meningkatkan motivasi dan kinerja, akan tetapi apabila kecemasan
tersebut melampaui batas atau kemampuan individu untuk mengelolanya
maka kecemasan melemahkan motivasi dan menurunkan kinerja.
Kecemasan merupakan faktor yang berpengaruh pada motivasi, karena
individu yang mengalami kecemasan akan mengalami hambatan dalam
menyelesaikan tugas- tugas atau mencapai tujuan yang telah ditetakan.
Kecemasan yang dialami oleh individu dapat diidentifikasi dari perilaku
yang ditampilkannya, seperti sulit mengambil keputusan, tertekan, serba
salah, semua hal tersebut menjadi penghambat untuk melakukan kegiatan
dengan motivasi yang tinggi.
Sebagian individu memiliki kecenderungan untuk menjadi cemas,
bahkan pada hal- hal yang tidak perlu dicemaskan mereka merasa cemas,
keadaan ini disebut dengan trait anxiety. Pada tahap selanjutnya, trait
anxiety, akan mempengaruhi pencapaian prestasi, diantaranya pencapaian
hasil belajar. Penelitian yang dilakukan para psikologis menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara pencapaian hasil belajar dengan
kecemasan. Kecemasan yang dapat dikelola dengan baik dapat
22
meningkatkan prestasi individu. Pengelolaan kecemasan ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti yang dijelaskan sebagai berikut :
Bagan 2.2 Model Pengelolaan Kecemasan Menjadi Motivasi
a. Menguraikan tujuan yang akan dicapai pada tingkat yang realistic,
artinya tujuan yang telah ditetapkan dipecah-pecah kedalam
bagian—bagian kecil yang lebih sederhana dan dapat dicapai secara
bertahap.
b. Memusatkan perhatian pada tujuan yang akan dicapai. Hal ini karena
perhatian merupakan prerequisite dalam melakukan segala bentuk
kegiatan. Individu yang kurang data memusatkan perhatiannya akan
mengalami hambatan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.
c. Memahami berbagai informasi yang diperlukan dengan cermat.
Pemahaman terhadap informasi tersebut dapat dijadikan alat unyuk
Kecemasan
Harapan/tujuan
Motivasi
tindakan Analisis
hasil
Konsekuensi :
Puas
Kurang puas
Tidak puas
Kemampuan individu :
Pengetahuan
Ketrampilan
Pengelolaan
emosi
Pemusatan perhatian :
Informasi
Proses dan
prosedur
Tindakan
23
mrngelola kecemasan dan mengubah menjadi motivasi
(Jamaris,2013).
B. MOTIVASI
1. Pengertian
Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif
dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam
subjek untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi mencapai
suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman,
2012).
Menurut Mc.Donald, motivasi adalah perubahan energy
dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ―feeling‖ dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya ujian. Motivasi juga
dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-
kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu,
dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau
mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman, 2012).
2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa
keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-
cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,
24
lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik
(Uno,2007).
Motivasi belajar dapat diartikan sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia untuk belajar.
Didalam motivasi belajar 3 komponen utama yaitu : 1) kebutuhan, 2)
dorongan, dan 3) tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa
ada ketidakseimbangan antara apa yang telah dimiliki dengan yang
diharapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan
kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau tujuan. Dorongan yang
berorientasi pada tujuan tersebut merupakn motivasi. Menurut Hull,
dorongan atau motivasi berkembang untuk memenuhi kebutuhan
organisme, yang menjadi penggerak utama perilaku belajar yang juga
dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor eksternal belajar (Djiwandono,
2009).
3. Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Suciati dan prasetya (2001), beberapa unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Cita- cita dan Aspirasi
Cita- cita merupakan faktor pendorong yang dapat menambah
semangat sekaligus memberikan tujuan yang jelas dalam
belajar. Cita- cita akan memperkuat motivasi belajar intrinsik
maupun ekstrinsik, karena terwujudnya cita-cita akan
mewujudkan aktualisasi diri. Cita- cita yang bersumber dari
dalam diri sendiri seseorang akan membuat seseorang
25
melakukan upaya lebih bnyak, yang akan diindikasikan dengan
:
1) Sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih
luas,
2) Kreativitas yang tinggi
3) Berkeinginan untuk memperbaiki kegagalan yang
pernah dialami
4) Berusaha agar teman dan guru memiliki kemampuan
bekerjasama
5) Berusaha menguasai seluruh mata pelajaran dan
6) Beranggapan bahwa semua mata pelajaran penting
b) Kemampuan peserta didik
Kemampuan peserta didik mempengaruhi motivasi belajar.
Kemampuan yang dimaksud adalah segala potensi yang
berkaitan dengan intelektual dan intelegensi. Kemampuan
psikomotor juga akan memperkuat motivasi.
c) Kondisi peserta didik
Keadaan peserta didik secra jasmaniah dan rohaniah akan
memengaruhi motivasi belajar. Kondisi jasmaniah dan
rohaniah yang sehat akan mendukung pemusatan perhatian dan
gairah dalam belajar.
d) Kondisi lingkungan belajar
Kondisi lingkungan belajar dapat berupa keadaan alam,
lingkungan tempat tinggal, pergaulan kemasyarakatan, dan
26
lingkungan institusi penyelenggaraan pendidikan. Kondisi
lingkungan belajar juga termasuk hal yang penting untuk
diperhatikan. Lingkungan yang kondisif juga turut
mempengaruhi minat dan kemauan belajar seseorang.
e) Unsur- unsur dinamis dalam pembelajaran
Peserta didik memiliki perasaan (emosi,kecemasan), perhatian,
ingatan, kemauan, dan pengalam hidup yang turut
mempengaruhi minat dan motivasi dalam belajar baik langsung
maupun tidak langsung.
f) Upaya pengajar dan membelajarkan peserta didik
Pengajar merupakan salah satu stimulus yang sangat besar
pengaruhnya dalam memotivasi peserta didik untuk belajar.
Kemampuan merancang bahan ajar dan perilaku merupakan
bagian dari upaya pembelajaran.
4. Indikator Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, jika siswa tekun
mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan
secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak
pada sesuatu yang rutinitas dan mekanis. Siswa mampu
mempertahankan pendapatnya. Seorang siswa dikatakan memiliki
motovasi jika memili ciri motivasi sebagai berikut :
1) Tekun menghadapi tugas, dapat bekerja terus menerus
dalam waktu yang lama dan tidak pernah berhenti sebelum
selesai.
27
2) Ulet menghadapi kesulitan, tidak lekas putus asa. Tidak
melakukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik
mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah
dicapainya).
3) Menunjukkan minat.
4) Lebih senang bekerja mandiri.
5) Cepat bosan pada tugas – tugas rutin, hal- hal yang bersifat
mekanis, berulang- ulang begitu saja, sehingga kurang
kreatif.
6) Dapat mempertahankan pendapatnya ( jika sudah yakin
akan sesuatu)
7) Tidak mudah melepas hal yang diyakini itu.
8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal
(Sardiman, 2012).
C. REMAJA
1. Pengertian
Remaja didefinisakan sebagai masa peralihan dari masa kanak-
kanak menuju dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007)
adalah 12-24 tahun. Namun, jika pada usia remaja seseorang sudah
menikah, maka ia tergolong dalam dewasa bukan remaja. Sebaliknya
jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang
tua (tidak mandiri) maka tetap dimasukkan kedalam kelompok remaja.
Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada diantara
fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan
28
fisik,erilaku,kognitif,emosi dan biologis. Remaja/adolense adalah
periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan
diri masa kanak-kanak menuju masa dewasa biasanya, antara usia 13-
21 tahun (Potter, 2005 & Ferry, 2009).
Istilah adolense menunjukkan maturasi psikologi individu, dimana
saat pubertas mengakibatkan perubahan penampilan dan
perkembangan mental yang memunculkan suatu kemampuan untuk
berhipotesis dan hidup dengan abstraksi, penyesuaian dan adaptasi
yang dibutuhkan untuk koping perubahan stimulasi ini dan usaha
untuk membentuk peranan Identintitas yang matur (Potter, 2005).
2. Perkembangan Remaja
Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber,
yaitu umur kurang lebih antara 12- 14 tahun. Masa puber atau
permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan
intelektual berkembang sangat cepat. Pertengahan masa remaja
adalah masa yang lebih stabil untuk menyesuaikan diri dan
berintegrasi dengan perubahan permulaan remaja, kira- kira umur
24 tahun sampai 16 tahun. Remaja akhir yang kira- kira berumur 18
tahun sampai umur 20 tahun ditandai dengan transisi untuk mulai
bertanggung jawab, membuat pilihan dan berkesempatan untuk
mulai menjadi dewasa.
Perkembangan Remaja (12- 18atau 30) menurut Nasir, 2011
a. Konsep diri berubah sesuai dengan perkembangan biologis
b. Mencoba nilai- nilai yang berlaku
29
c. Pertambahan maksimal pada tinggi dan berat badan
d. Stress meningkat terutama saat jadi konflik
e. Anak wanita mulai mendapat haid, tampak lebih gemuk
f. Berbicara lama di telepon, suasana hati berubah0 ubah
(emosi labil), serta kesukaan seksual mulai terliahta
g. Menyesuaikan diri dengan standar kelompok
h. Anak laki- laki lebih menyukai olahraga, anak perempuan
suka berbicara tentang pakaian atau make up
i. Hubungan anak dengan orang tua mencapai titik terendah,
anak mulai melepaskan diri dari orang tua
j. Takut ditolak teman sebaya
k. Pada akhir remaja, mencapai maturasi fisik, mengejar karier,
identitas seksual terbentuk, nyaman dengan diri sendiri,
sekelompok sebaya kurang begitu penting, emosi lebih
terkontrol, serta membentuk hubungan yang menetap.
Tabel : 2.1 Pola pertumbuhan dan perkembangan selama remaja
(Nasir, 2008).
Petumbuhan a. Laju pertumbuhan terjadi dengan
cepat
b. Puncak kecepatan pertumbuhan
karakteristik seks sekunder muncul
Hubungan
dengan orang
tua
a. Mendefinisakn batasan kemandirian
ketergantungan
b. Tidak ada konflik besar yang terjadi
dibawah control orang tua
30
c. Keinginan kuat untuk tetap
bergantung pada orang tua sementara
mencoba untuk berpisah dari orang tua
Kognitif
a. Mengeksplorasi kemampuan yang
baru ditemukan tentang pikiran
abstrak yang terbatas
b. Mencari- cari dengan canggung nilai-
nilai dan energy yang baru
c. Membandingkan ―normalitas‖ dengan
teman sebaya yang sejenis.
Identitas a. Merasa senang dengan perubahan
tubuh yang cepat
b. Menguji coba berbagai peran
c. Pengukuran daya tarik berdasarkan
penerimaan atau penolakan teman
sebaya
d. Penyesuaian dengan norma- norma
kelompok
Hubungan
dengan
teman sebaya
a. Mencari kelompok sebaya untuk
menghadapi ketidaksetabilan yang
disebabkan oleh perubahan yang cepat
b. Meningkatnya kedekatan persahabatan
yang ideal dengan anggota lain yang
sejenis
c. Berebut kekuasan terjadi didalam
kelompok teman remaja
Seksualitas a. Mengeksplorasi dan mengevaluasi
dirinya
b. Kencan terbatas biasanya kelompok
keintiman terbatas.
31
3. Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak tidak selamanya
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena
banyak factor yang mempengaruhinya, baik factor yang dapat diubah/
dimodifikasi yaitu factor keturunan, maupun factor yang tidak dapat
diubah atau dimodifikasi yaitu factor lingkungan. Beberapa factor yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
sebagai berikut :
1. Factor keturunan/ Herediter
a. Seks, kecepatan pertumbuhan dan perkembangan pada
seorang anak wanita berbeda dengan laki- laki.
b. Ras, anak keturunan bangsa Eropa lebih tinggi dan lebih
besar disbanding anak Asia.
2. Keluarga
Peoses dalam keluarga yang dapat memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anggota keluarga meliputi hal- hal berikut :
a. Nilai, kepercayaan, adat istiadat dan pola interaksi dan
komunikasi
b. Fungsi, bertahan hidup, rasa aman, perkembangan emosi
dan social, penjelasan mengenai masyarakat dan dunia,
serta membantu mempelajari peran dan perilaku.
3. Kelompok teman sebaya
32
a. Lingkungan yang baru dan berbeda, memberi pola dan
struktur yang berbeda pula dalam interaksi dan komunikasi
sehingga memerlukan gaya perilaku yang berbeda.
b. Fungsi, belajar kesuksesan dan kegagalan, memvalidasi
serta menantang pemikiran dan perasaan, mendapatkan
penerimaan, dukungan dan penolakan sebagai manusia unik
yang merupakan bagian dari keluarga, serta untuk mencapai
tujuan kelompok dengan memenuhi kebutuhan dan
harapan.
4. Pengalaman hidup
Pengalaman hidup dan proses pembelajaran di mana
membiarkan individu berkembang dengan mengaplikasi apa
yang telah dipelajari melalui tahapan proses pembelajaran,
antara lain sebagai berikut :
a. Mengenal kebutuhan
b. Penguasaan keterampilan
c. Menjalankan tugas
d. Integrasi ke dalam seluruh fungsi
5. Factor lingkungan
a. Lingkungan eksternal. Termasuk di dalamnya kebudayaan,
status social ekonomi keluarga, nutrisi, penyimpangan
keadaan sehat, olahraga, urutan anak dalam keluarga,
musim, iklim, dan kehidupan sehari- hari.
33
b. Lingkungan internal, terdiriatas elemen berikut ini :
1. Intelegensi. Pada umumnya anak yang mempunyai
integensi tinggi, mempunyai perkembangan lebih
baik.
2. Hormon. Ada tiga hormon yang memengaruhi
pertumbuhan anak, yaitu sebagai berikut :
a) Somatotropin, hormon yang memngaruhi
jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada
masa pertumbuhan. Berkurangnya hormone ini
dapat menyebabkan gigantisme.
b) Hormon tiroid, memengaruhi pertumbuhan
tulang. Berkurangnya hormon ini dapat
menyebabkan kreatinisme.
c) Hormon gonadotropin, merangsang testosterone
dan merangsang perkembangan seks laki- laki,
juga memproduksi spermatozoid. Sementara itu,
estrogen merangsang perkembangan seks
sekunder wanita dan produksi sel telur.
Kekurangan hormon gonadotropin dapat
menyebabkan terhambatnya perkembangan
seks.
c. Emosi, Hubungan yang hangat dengan orang lain seperti
dengan ayah, ibu, saudara, teman sebaya serta guru akan
member pengaruh terhadap perkembangan emosi, social
34
dan intelektual anak. Cara anak berinteraksi dalam keluarga
akan mempengaruhi interaksi anak di luar rumah. Apabila
keinginan anak tidak dapat terpenuhi sesuai dengan tahap
perkembangan tertentu dapat memberi pengaruhi terhadap
tahap perkembangan selanjutnya.
6. Pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan
Dengan adanya pelayanan kesehatan di sekitar lingkungan
anak, dapat memengaruhi tumbuh kembangnya. Dengan
begitu, diharapkan anak dapat terkontrol perkembangannya,
dan jika ada masalah dapat segera terdeteksi sedini mungkin
serta dapat dipecahkan dan dicari jalan keluarnya dengan cepat.
7. Pola pertumbuhan dan perkembangan
Pola pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara terus
menerus. Pola ini dapat merupakan dasar bagi semua
kehidupan manusia, petunjuk urutan dan langkah dalam
perkembangan anak ini sudah ditetapkan, tetapi setiap orang
mempunyai keunikan secar individual.
8. Kesehatan
a. Tingkat kesehatan, yaitu respons individu terhadap
lingkungan dan orang lain pada individu.
b. Kesehatan prenatal (sebelum bayi lahir) memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan dari fetal (janin)
c. Nutrisi adekuat
d. Keseimbangan antara istirahat, tidur dan olahraga
35
e. Kondisi sakit, yaitu ketidakmampuan untuk melaksanakan
tugas- tugas perkembangan di mana tumbuh kembang yang
dilalui manusia menjadi terganggu.
D. PESANTREN
1. Pengertian
Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang
mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga
pendidikan lainnya. Pendidikan di pesantren meliputi pendidikan
Islam,dakwah, pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan lainnya
yang sejenis. Para peserta didik pada pesantren disebut santri yang pada
umumnya menetap di pesantren. Tempat para santri menginap, di
lingkungan pesantren disebut dengan istilah pondok dari sinilah timbul
istilah pondok pesantren.
2. Jenis Pesantren
Menurut Bahri Ghozali (di dalam Tafsir,2001) pesantren sekarang ini
dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
a. Pondok Pesantren Tradisional
yaitu pondok pesantren yang menyelenggarakan pelajaran
gengan pendekatan tradisional. Pembelajarannya ilmu -ilmu
agama Islam dilakukan secara individual atau kelompok
dengan kosentrasi dengan kitab-kitab klasik berbahasa Arab.
Penjajakan tidak didasarkan pada satu waktu, tetapi
berdasarkan kitab yang dipelajar.
36
b. Pondok Pesantren Modern
pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan
pendidikan dengan pendekatan modern melalui suatu
pendidikan formal, baik madrasah ataupun sekolah, tetapi
dengan klasikal.
c. Pondok Pesantren Komprehensif
pondok pesantren yang sistem pendidikan dan
pengajarannya gabungan antara yang tradisioanal dan yang
modern. Artinya didalamnya ditetapkan pendidikan dan
pengajarannya kitab kuning dengan metode sorogan,
bandongan, wetonan, namun secara regular sistem
persekolahan terus di kembangkan (Tafsir, 2001).
37
E. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi
Psikoanalitis Biologis
Presipitasi
Ancaman fisik
Respon Terhadap Cemas
F
Makenisme Koping
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
Perpisahan
keluarga
Keluarga
Ancaman terhadap sistem Diri :
Penurunan kemampuan untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-
hari
Menarik diri
dari
lingkungan,
menghindari
dari masalah
Konsentrasi
terganggu,
hambatan
berpikir dan
kreativitas
menurun
Gelisah,
Ketakutan
Kehilangan
Interpersonal
Motivasi
menurun
Kognitif
: Perilaku Fisiologi
s Afektif
Sumber : Stuart & Sundeen,2000
38
BAB III
KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:
Variabel independen adalah tingkat kecemasan perpisahan dengan orang tua.
Variabel dependen adalah motivasi belajar . Sehingga kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagan 3.1. Skema Kerangka Konsep
B. Hipotesis
Ha = Ada hubungan antara Tingkat kecemasan terhadap perpisahan
dengan orang tua dengan motivasi belajar pada santri di Pondok
Pesantren Asshidiqiyah Kedoya Utara, Kebun Jeruk Jakarta.
H0 = Tidak ada hubungan antara Tingkat kecemasan terhadap perpisahan
dengan orang tua dengan motivasi belajar pada santri di Pondok
Pesantren Asshidiqiyah kedoya Utara, Kebun Jeruk Jakarta.
Kecemasan perpisahan dengan
orang tua
Motivasi belajar
39
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati sehingga memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap
suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2008).
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Kecemas
an
terhadap
perpisah
an
Kekhawatiran
yang tidak
jelas dan
menyebar,
yang
berkaitan
dengan
perasaan tidak
pasti dan tidak
berdaya saat
harus jauh
dari orang tua.
Menghitung jumlah
skor dari 14
pertanyaan, dengan
menggunakan skala
Likert.
Setiap Pernyataan
diberi penilaian
antara
4 = selalu
3 = sering
2 = kadang- kadang
1= tidak pernah
Kuisioner
B
Tinggi ≥
mean 40
Rendah ≤
mean 40
(Cut of point
mean, median
dan modus
distribusi
normal)
Ordinal
40
Motivasi
belajar
Dorongan dari
dalam diri
manusia untuk
bertindak atau
berperilaku
untuk belajar
saat berpisah
dengan orang
tua.
Wawancara. Jumlah
soal 20 skala Likert
4 = Sangat setuju
3 = Setuju
2= Tidak setuju
1= Sangat tidak
setuju
Kuisioner
C
1.Motivasi
tinggi jika
Skor ≥ 60
2.Motivasi
sedang jika
Skor 40-
<60
3.Motivasi
rendah jika
skor < 40
(Azwar,201
2)
Ordinal
41
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan strategi pembuktian atau pengujian atas
variabel dilingkup penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi
analitik kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Karena pada penelitian
ini akan menggunakan variabel independen dan dependen serta akan diamati
pada periode (waktu) yang sama.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Juli 2013 di Pondok Pesantren
Asshidiqiyah Kedoya Utara Kebon Jeruk Propinsi DKI_Jakarta. Alasan pemilihan
lokasi di wilayah Kebun Jeruk adalah karena berdasarkan informasi dari
pengurus pondok pesantren terdapat santri baru yang baru mengalami
pengalaman tinggal dipesantren serta baru pertama berpisah dengan orang tua.
Selain itu Pondok Pesantren Asshidiqiyah, belum pernah dilakukan penelitian
sebelumnya serta pondok pesantren lokasinya dekat dengan tempat tinggal
peneliti.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini
42
adalah Santri remaja yang berusia 11-18 tahun yang tinggal di Pondok
Pesantren Asshidiqiyyah Kedoya Utara, Kebun Jeruk Jakarta.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,
2007). Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi santri
remaja yang beusia antara 11-18 tahun yang tinggal di pondok pesantren
kurang dari 1 tahun. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian
adalah sebagai berikut:
a) Kriteria Inklusi
1) Santri remaja berusia 11 -18 tahun
2) Santri pertama kalinya berpisah dengan orang tua dan tinggal di
pesantren (< 4 bulan)
3) Dapat berkomunikasi dengan baik..
4) Dapat membaca, menulis dan berbahasa Indonesia
5) Santri bersedia menjadi responden.
b) Kriteria Eksklusi
1) Santri remaja berusia kurang dari 11 & berusia lebih dari 18 tahun
2) Santri remaja yang sudah pernah tinggal dipesantren sebelumnya
3) Santri yang sudah pernah mengalami perpisahan dengan orang tua.
4) Santri yang tinggal lebih dari 4 bulan
43
Besar sampel dihitung berdasarkan Hipotesis beda dua proporsi dengan
rumus sebagai berikut:
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
= 1,96 (Derajat kemaknaan 95% CI/Confidence
Interval dengan (α) sebesar 5%)
= 0,84 (Kekuatan uji sebesar 80%)
P₁ = 0,66 (proporsi penelitian Tingkat kecemasan pada santri
pondok pesantren (Siregar,2013) => kecemasan sedang)
P2 = 0,19 (proporsi penelitian Tingkat kecemasan pada santri
pondok pesantren (Siregar,2013) => kecemasan rendah)
P = Proporsi total = P1 + P2 ÷ 2
(0,66 + 0,19) ÷2 = 0,42
= [1.96 √2(0,42)(1-0,42)+ 0,84 √0.66(1-0,66)+0,19(1-0,19)]²
(0,66-0,19)²
= [1,96√(0,84)(0,58)+0,84√0,66(0,34)+0,19(0,81)]²
44
(0,47)²
= [1,96√0,48+0,84√0,22+0,15]²
0,22
= 1,35+0,84(0,608) ² = 69
0,22
Karena uji dua proporsi, maka hasil akhir dikali 2 sehingga hasilnya
menjadi 69 responden. Untuk menghindari terjadinya drop out diambil
10% = 10% x 69 = 6,9. Sehingga sampel yang dibutuhkan 69+7= 76
responden.
D. Tehnik Pengambilan Sampel
Tehnik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang
digunakan dalam penelitiandari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel
akan mewakili keseluruhan populasi yang ada ( Hidayat ,2008).
Penentuan sampel pada penelitian ini menggunkan tehnik total
sampling yang berarti semua populasi menjadi sampel penelitian, dimana
jumlah semua populasi adalah 255 siswa dari kelas VII - IX. Pada tahap awal
peneliti melakukan seleksi dengan cara memberikan kuesioner demografi
setelah terkumpul ternyata yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 73 santri,
dengan demikian 73 santri tersebut diambil semua sebagai sampling, maka
penelitian ini disebut dengan total sampling. Peneliti mengambil semua kelas
untuk tingkat SMP, pada kelas VII terdapat 52 sampel, kelas VIII 20 sampel
dan kelas IX 1 sampel, sehingga jumlah sampel yang didapat pada tiap kelas
dan sesuai dengan criteria inklusi terdapat 73 responden.
45
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner atau
angket. Kuesioner diberikan langsung kepada responden. Terdapat 2 jenis
instrumen yaitu :
1. Bagian pertama kuisioner A
Berisi data demografi responden meliputi No.Responden, tanggal
lahir, usia, jenis kelamin dan pilihan pernyataan tentang pengalaman
tinggal dipesantren untuk mengetahui apakah responden sudah memiliki
pengalaman berpisah dengan orang tua atau belum. Kuisioner ini bertujuan
untuk menyeleksi responden untuk mendapatkan responden sesuai dengan
kriteria. Setelah diseleksi kemudian akan dilanjutkan dengan pengisian
kuisioner penelitian yang diberikan kepada responden yang telah lulus
seleksi.
2. Bagian Kedua Kuisioner B ( Kecemasan Perpisahan )
Berisi tentang kecemasan berpisah dengan orang tua dengan
pedoman pada kombinasi dari kuesioner School Refusal dengan SCARED
(Screen for Child Anxiety Related Disorders) yang telah peniliti
modifikasi bedasarkan dengan teori kecemasan perpisahan, dengan tujuan
untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan perpisahan dengan orang tua
saat memasuki pesantren. Kuesioner ini berjumlah 18 perntanyaan yang
terdiri dari 11 pertanyaan untuk School refusal dan 7 pernyataan dari
SCARED. Masing- masing pertanyaan diberi penilaian 4-1. Pertanyaan
dengan jawaban 4 = selalu, 3 = sering, 2 = kadang- kadang dan 1= tidak
46
pernah. Total nilai yang akan diperoleh dengan kecemasan tinggi jika
mean ≥ 40 sedangkan kecemasan rendah jika mean ≤ 40, dimana 40
merupakan cut of point nilai mean, median dan modus. Pembagian
kategori kecemasan ini berdasarkan penelitian Wolflookl & McCuna-
Nicolich dalam Jamaris 2013 yang membagi kecemasan menjadi
kecemasan tinggi dan rendah. Penggunaan mean dalam penelitian ini
karena data kecemasan perpisahan dengan orang tua berdistribusi normal
karena nilai p > 0,05 yaitu sebesar 0,12 . Hal ini sesuai pendapat Dahlan
(2008) bahwa apabila suatu data berdistribusi normal jika nilai p>0.05,
maka menggunakan mean sebagai ukuran pemusatan data dan standar
deviasi (SD) sebagai ukuran penyebarannya. Sedangkan jika data tidak
berdistribusi normal jika nilai p<0.05, maka menggunakan median sebagai
ukuran pemusatan data dan minimum-maksimum sebagai ukuran
penyebarannya.
3. Bagian ketiga Kuisioner C ( Motivasi Belajar )
Berisi tentang pernyataan motivasi belajar setelah berpisah dengan
orang tua indicator sebagai berikut :
Tabel 4.1 Indikator Motivasi Belajar
No Indikator Pernyataan
Jumlah soal Positif Negatif
1 Tekun menghadapi tugas 1 2,3 3
2 Ulet menghadapi kesulitan 4,5 6 3
3 Menunjukkan minat 7 8 2
47
4 Lebih senang bekerja mandiri 10 9 2
5 Cepat bosan dengan tugas rutin 11 12 2
6 Dapat mempertahankan
pendapatnya
13 14 2
7 Tidak mudah melepas hal yang
diyakini.
16 15,17 3
8 Senang mencari dan memecahkan
masalah soal
18,19 20 30
Jumlah soal 20
Skala pengukuran motivasi diukur dengan skala Likert yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
tentang fenomena social. Dengan skala Likert, maka variable yang akan
diukur dijabarkan menjadi indicator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item- item instrument yang
dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. (Sugiyono, 2012).
Pada pengukuran skala ini memberikan kuesioner berupa
pernyataan dengan jawaban : Sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat
tidak setuju yang dibuat dalam bentuk cheklis ( √ ). Pemberian nilai jika
sangat setuju 4, setuju 3, tidak setuju 2, dan sangat tidak setuju 1. Skor dari
pernyataan motivasi belajar berkisar antara 0-60 yang dibagi dalam 3
kategori yaitu motivasi tinggi jika skor ≥ 60 dari seluruh pernyataan yang
ada, motivasi sedang jika skor 40-<60 dari seluruh pernyataan yang ada,
motivasi rendah jika skor ≤ 40 dari seluruh pernyataan yang ada. Skor
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Azwar, 2012) :
⁄
∑
⁄
= ⁄ (80 – 20)
= ⁄ (60)
= 10
48
= ⁄ (4 + 1) 20
= ⁄ (100) = 50
Tinggi = X ≥ ( + 1,0 ) Sedang = (μ – 1,0 ) ≤ X <( + 1,6 )
= X ≥ ( 50 + 1,0 (10)) = (50- 1,0 (10)) ≤ X <(50+1,0(10)
= X ≥ ( 50+10) = (50- 10) ≤ X < (50+10)
= X ≥ (60) = (40) ≤ X < 60
Skor ≥ 60 Skor 40-<60
Rendah = X< (μ – 1,0 )
= X< (50- 1,0 (10)
= X< 50-10
= X< 40
Skor < 40
dimana:
Xmaks = skor tertinggi pada 1 item pernyataan (4)
Xmin = skor terendah pada 1 item pernyataan (1)
Imaks = jumlah total skor tertinggi kuesioner motivasi (80)
Imin = jumlah total skor terendah kuesioner motivasi (20)
F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar- benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid
jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan
beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan
49
variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung
korelasi antara masing–masing skor item pertanyaan dari tiap variabel
dengan total skor variabel tersebut. Uji validitas menggunakan korelasi
Product Moment dari Pearson. Suatu instrument dikatakan valid atau sahih
apabila korelasi tiap butiran memiliki nilai positif dan nilai r hitung > r
tabel (Hidayat, 2008). Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan
pada tanggal 16 juli 2013. Hasil uji kuesioner dianalisis menggunakan
rumus korelasi Pearson Product Moment dengan software SPSS pada
komputer. Dari hasil analisis tersebut didapatkan r tabel = 0,31 dan pada
hasil analisis kuesioner yang menunjukkan bahwa r hitung > r tabel yaitu
berjumlah 19 pertanyaan.
a. Hasil uji validitas kuesioner kecemasan
Jumlah kuesioner pengetahuan sebanyak 19 pertanyaan. Hasil
uji validitas terdapat banyak pertanyaan yang tidak valid.
Untuk kuesioner yang tidak valid kemudian dilakukan validitas
konten oleh dosen pembimbing. Validitas konten adalah
menentukan kevalidan kuesioner berdasarkan kesesuaian isi
pernyataan dengan lingkup penelitian yang dilakukan. Dari 19
pertanyaan sebanyak 11 pertanyaan yang tidak valid dan 1
pertanyaan di eliminasi/dibuang. Jadi, total pertanyaan untuk
variabel kecemasan berjumlah 18 pertanyaan.
b. Hasil uji validitan kuesioner motivasi belajar
50
Jumlah pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan. Dari 20 pertanyaan
tersebut terdapat 11 pertanyaan yang valid. Sehingga
pertanyaan yang tidak valid berjumlah 9 pertanyaan. Sama
dengan kuesioner variabel kecemasan, untuk pertanyaan yang
tidak valid pada kuesioner ini dilakukan validitas konten.
Hasilnya pertanyaan tidak ada yang dibuang.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reabilitas
menggunakan bantuan software computer dengan rumus Alpha Cronbach.
Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach >
0,70 (Hidayat, 2008). Uji reliabilitas ini akan dilakukan di Pondok
Pesantren Al-Hasanah, Pamulang timur sebanyak 30 santri yang sesuai
dengan kriteria.
Hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Alpha Cronbach dari variabel
kecemasan sebesar 0,652 dan setelah dilakukan validitas konten
didapatkan nilai 0,683. Sedangkan nilai Alpha Cronbach pada variabel
motivasi belajar sebesar 0,727 dan setelah dilakukan validitas konten
didaatkan nilai 0,793. Dari kedua hasil uji reliabel tersebut dapat
dinyatakan bahwa kuesioner tersebut reliabel.
51
G. Metode Pengumpulan Data
Proses – proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui
beberapa tahap yaitu:
a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan surat izin dari Pengurus pondok pesantren.
b. Melakukan pendataan kepada calon responden dengan menjelaskan tujuan
dan manfaat penelitian.
c. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani
oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian.
d. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian
kuesioner.
e. Memberikan kuesioner demografi untuk penyeleksian sampel dengan
tujuan untuk mendapatkan criteria yang telah ditentukan.
f. Melakukan penyeleksian dari kuesioner demografi
g. Memberikan kuesioner penelitian
h. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti
apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.
52
i. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.
j. Menganalisi kuisioner penyeleksian dan menentukan sampel yang termasuk
dalam kriteria
k. Setelah dilakukan penyeleksian dan menentukan sampel yang lulus peneliti
meberikan kuisioner penelitian
l. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti
apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.
m. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.
Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada peneliti
untuk diperiksa.
H. Pengolahan Data
Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
Software statistik. Teknik pengolahan data yang terdiri dari :
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting
bila pengolahan dan analisis data menggunakan computer. Biasanya
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (cide
53
book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari
suatu variabel.
3. Entry Data
Entry data adalah kegiatan memasukan data yang telah
dikumpulkan kedalam master tabel atau database computer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat
tabel kontingensi.
4. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang
sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin
terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.
I. Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk memudahkan interpretasi dan menguji
hipotesis penelitian. Analisa dalam penelitian meliputi analisa univariat dan
bivariat.
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan secara deskriptif, yaitu
menampilkan tabel frekuensi tentang karakteristik responden sebagai
variabel independen dalam penelitian ini berdasarkan kecemasan
perpisahan dengan orang tua. Sedangkan variabel dependen yaitu motivasi
belajar.
b. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel dependen dan independen. Tehnik analisa yang dilakukan yaitu
54
uji korelasi Spearman Rank (Rho), uji ini digunakan untuk mengukur
tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal
dengan membandingkan nilai p < α (0,05) maka ada hubungan yang
bermakna antara variabel dependen dengan independen. Sebaliknya jika p
> α (0,05) maka tidak ada hubungan yang bermakna anatara variabel
dependen dan independen.
J. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang
sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus
diperhatikan (Hidayat, 2007). Masalah etika yang harus diperhatikan
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian
dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Tujuan dari Informed consent adalah agar subjek mengerti
maksud, tujuan penelitian , dan mengetahui dampaknya. Jika subjek
bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika
responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormatinya.
55
2. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti.
Etika penelitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas
responden, melindungi dan menghormati hak responden dengan
mengajukan surat pernyataan persetujuan (informed consent). Sebelum
menandatangani surat persetujuan, peneliti menjelaskan judul penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian. Peneliti akan menjamin kerahasian
identitas responden, dimana data-data yang diperoleh hanya akan
digunakan untuk kepentingan penelitian dan apabila telah selesai maka
data tersebut akan dimusnahkan.
56
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Pondok Pesantren Asshiddiqiyah yang beralamat di Jl. Panjang No. 6C Kedoya
Utara, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11520 DKI Jakarta didirikan pada bulan Rabi'ul Awal
1406 H (1 Juli 1985 M). Pondok Pesantren Asshiddiqiyah pertama kali didirikan oleh Dr.
KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ. Putra dari salah satu kyai besar Jawa Timur yang
berasal dari Banyuwangi, yaitu KH. Iskandar. Di atas tanah yang diwaqafkan oleh H.
Abdul Ghoni Dja'ani, putra dari KH. Abdul Shiddiq di kawasan Kelurahan Kedoya
Selatan, Kebon Jeruk yang saat itu dipenuhi rawa dan sawah. Pondok Pesantren
Asshiddiqiyah diasuh oleh DR. KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ.
Unit kegiatan pendidikan yang diselenggarakan di Pondok Pesantren
Asshiddiqiyah Pusat:
1. SMP Islam Manba'ul Ulum Asshiddiqiyah
2. Madrasah Aliyah Manba'ul Ulum Asshiddiqiyah
3. Ma'had Aitam Saa'idusshiddiqiyah (Tahfidzul Qur'an)
4. Ma'had 'Aly Saa'idusshiddiqiyah (Sekolah Tinggi Agama Islam, setara
Strata 1)
Ada pun jumlah siswa untuk tingkat SMP tahun 2012/2013 adalah 112 siswa. Visi
dari SMP islam Manba’ul Ulum Asshiddiqiyah adalah “Sebagai lembaga yang mampu
membentuk dan menyiapkan kader dan ulama ahlussunnah wal jama’ah berwawasan
57
global, mampu mentransformasikan ilmunya ke dalam bahasa masyarakat universal
dengan perilaku akhlak karimah”. Misi dari SMP islam Manba’ul Ulum Asshiddiqiyah”
Menyelenggarakan pendidikan berbasis agam islam, teknologi modern, dan ekonomi
kerakyatan. Mulai dari pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi, sehingga mampu
membentuk siswa/siswi yang memiliki keilmuan yang berimbang antara konsepsi ke-
agamaan dan sains modern,mampu mengkomunikasikan ilmunya kedalam bahasa
masyarakat global, mampu mengaplikasikan ilmunya dengan prilaku akhlak mulia.
B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dibawah ini adalah karakteristik sampel penelitian
berdasarkan umur, jenis kelamin, pengalaman tinggal di pesantren sebelumnya dan
pengalaman berpisah dengan orang tua sebelum masuk pesantren. Berikut adalah
kategori responden penelitian, antara lain:
Usia Frekuensi Presentase
11
12
13
14
4
46
20
1
8,2
63,0
27,4
1,4
Total 73 100,
Jenis Kelamin
1 = Laki-Laki
2 = Perempuan
Frekuensi
41
32
Presentase
56,2
43,8
Total 73 100,0
Tabel 5.1
Distribusi Usia Remaja dan Jenis Kelamin
58
Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan usia dan jenis
kelamin. Umur anak yang dipilih untuk menjadi responden pada penelitian ini adalah
usia 11 – 18 tahun yang berjumlah 73 responden. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan umur. Umur 12 tahun memperoleh jumlah tertinggi yaitu sebesar 46
responden (63,0%). Untuk karakteristik Distribusi frekuensi responden berdasarkan
jenis kelamin. Jenis kelamin laki-laki memperoleh jumlah tertinggi yaitu sebesar 41
responden (56,2%).
C. Analisa Univariat
Data univariat ini berkaitan dengan variabel independen berupa tingkat
kecemasan perpisahan dengan orang tua dan variabel dependen yaitu motivasi belajar
yang masing-masing akan digambarkan secara berurut.
1. Kecemasan Perpisahan dengan Orang tua
Pada penelitian ini, nilai kecemasan perpisahan dengan orang tua dinilai dari
kuesioner yang dijawab oleh responden. Adapun tingkat kecemasan perpisahan
dengan orang tua untuk remaja di Pondok Pesantren Assshiddiqiyah Kebun Jeruk
Jakarta diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden kecemasan perpisahan dengan orang tua
Perilaku Kecemasan Frekuensi Presentase (%)
Rendah
Tinggi
41
32
56,2
43,8
Total 73 100,0
59
Pada analisis distribusi frekuensi responden berdasarkan kecemasan perpisahan
dengan orang tua pada remaja di Pondok Pesantren Assshiddiqiyah Kebun Jeruk
Jakarta didapatkan bahwa mayoritas memiliki kecemasan rendah sebanyak 41
responden (56,2%).
2. Motivasi Belajar
Pada penelitian ini, penilaian motivasi belajar pada remaja di Pondok Pesantren
Assshiddiqiyah Kebun Jeruk Jakarta diperoleh berdasarkan jumlah kuesioner
motivasi yang disi oleh responden. Analisa univariat pada variabel motivasi belajar
pada remaja di Pondok Pesantren Assshiddiqiyah Kebun Jeruk Jakarta diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden kecemasan perpisahan dengan orang tua pada remaja
di Pondok Pesantren Assshiddiqiyah Kebun jeruk Jakarta
Motivasi belajar Frekuensi Presentasi (%)
Rendah
Sedang
Tinggi
4
34
35
5,5
46,6
47,9
Total 73 100,0
Analisis distribusi frekuensi responden berdasarkan Motivasi belajar pada remaja
di Pondok Pesantren Assshiddiqiyah Kebun jeruk Jakarta di dapatkan bahwa mayoritas
responden memiliki motivasi tinggi sebanyak 35 responden (47,9 %).
60
D. Analisa Bivariat
Berdasarkan kerangka konsep, maka analisis bivariat akan menguji hubungan antara
variabel independen dengan dependen. Variabel independen berupa tingkat kecemasan
perpisahan dengan orang tua dan variabel dependen yaitu motivasi belajar.
Tabel 5.4 Hubungan antara kecemasan perpisahan dengan orang tua terhadap
Analisis hubungan antara kecemasan perpisahan dengan orang tua terhadap
motivasi belajar pada santri remaja di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Kedoya Utara
Kebun Jeruk Jakarta ini menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian didapat
koefisien korelasi (r) antara kecemasan perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi
belajar pada santri remaja di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk
Jakarta (r) -.271 dengan tingkat signifikan (p) 0,02. Hal ini menggambarkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara kecemasan perpisahan dengan orang tua
terhadap motivasi belajar pada santri remaja di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Kedoya
Utara Kebun Jeruk Jakarta dimana semakin tinggi kecemasan perpisahan dengan orang
tua maka semakin rendah motivasi belajar pada santri remaja.
Kecemasan
Motivasi belajar
Total Nilai
r P Rendah
Sedang Tinggi
N % N % N % N %
-.271 0,02 Rendah 2 4,9 15 36,6 24 58,5 41 100
Tinggi 2 6,2 19 59,4 11 34,4 32 100
Total 4 5,5 34 46,6 35 47,9 73 100
61
Dalam hal ini kecemasan perpisahan dengan orang tua pada santri remaja
memiliki hubungan atau korelasi yang lemah (r=-.271) dengan motivasi belajar karena
nilai kekuatan korelasinya (r) antara 0,20-0,399 (Dahlan, 2010).
62
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini seperti sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bertujuan
untuk mengidentifikasi dan menghubungkan antara kecemasan perpisahan dengan
orang tua terhadap motivasi belajar pada santri remaja di Pondok Pesantren
Asshiddiqiyah . Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 di Pondok
Pesantren Asshiddiqiyah untuk tingkat SMP dengan pengumpulan data menggunakan
kuesioner yang dilakukan oleh peneliti kepada 73 responden. Berikut uraian
pembahasan serta keterbatasan penelitian dari hasil penelitian yaitu analisis univariat
dan analisis bivariat.
A. Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden
Karakteristik resoponden berdasarkan usia reponden sebagian besar
berusia 12 tahun yaitu masing-masing sebesar 46 responden (63,0%). Hal ini
disebabkan karena mayoritas responden berada pada kelas VII tingkat SMP
yang belum memiliki pengalaman tinggal dipesantren dan berpisah dengan
orang tua. Mayoritas santri yang memulai sekolah di pondok pesantren kelas
VII dimana pada usia ini santri berada pada remaja awal dengan yang usianya
12- 15 tahun (Desmita, 2010).
Pada usia 12- 18 tahun Adolescence mengalami perubahan pola
pertumbuhan dan perkembangan, dimana hubungan dengan orang tua mulai
mengalami perubahan yaitu mendefinisikan batasan kemandirian dan
ketergantungan, keinginan kuat untuk tetap bergantung pada orang tua
63
sementara mencoba untuk berpisah dari orang tua (Nasir, 2008). Pada anak
remaja berusia 13- 14 tahun merupakan masa peralihan anatara masa anak-
anak dan remaja, dimana akan terjadi perubahan hormonal yang menyebabkan
rasa tidak tenang pada diri remaja yang akan meningkatkan kecemasan,
sehingga saat remaja pada usia tersebut masih mengalami kecemasan saat
harus berpisah dengan orang tua (Hurlock, 2004).
2. Gambaran Kecemasan perpisahan dengan orang tua
Kecemasan perpisahan dengan orang tua merupakan kekhawatiran
yang tidak realistik pada anak tentang apa yang akan terjadi bila ia berpisah
dengan orang- orang yang berperan penting dalam hidupnya, misalnya orang
tua (Semium,2009). Pada usia 12- 18 tahun Adolescence mengalami
perubahan, dimana hubungan dengan orang tua mulai mengalami perubahan
yaitu mendefinisikan batasan kemandirian dan ketergantungan, keinginan kuat
untuk tetap bergantung pada orang tua sementara mencoba untuk berpisah dari
orang tua, sehingga mulai ada batas antara anak dengan orang tua yang
terkadang anak masih membutuhkan pertolongan orang tua atau anak belum
mampu sepenuhnya untuk mandiri (Nasir, 2008).
Pada tahap hubungan dengan teman sebaya remaja usia 12- 18 tahun
mereka mulai mencari kelompok sebaya dan meningkatkan kedekatan
persahabatan yang ideal dengan anggota lain yang sejenis sehingga remaja
lebih mudah untuk beradaptasi saat mereka berpisah dengan orang tua
(Nasir,2008). Pada penelitian ini yaitu didapatkan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa sebagian santri remaja mengalami kecemasan rendah
yaitu 41 responden (56,2%) dan kecemasan tinggi 32 responden (43,8%).
Angka ini menunjukkan bahwa remaja usia 12- 18 tahun mengalami
64
kecemasan rendah dimana jarak nilai antara kecemasan rendah dan tinggi
tidak terlalu jauh. Hal tersebut bisa diartikan bahwa adolescence mampu
beradaptasi dengan perubahan lingkungan saat mereka jauh dari orang tua
yaitu dengan mulai bergaul dengan teman sebaya untuk menghadapi
ketidakstabilan yang disebabkan oleh perubahan cepat. (Nasir, 2008).
Kecemasan tidak hanya terjadi pada orang dewasa, melainkan dapat
juga dialami oleh remaja yang masih duduk dibangku sekolah. Menurut Ady
(2012) sebanyak 20% remaja mengalami masalah kesehatan mental, paling
banyak depresi dan gangguan kecemasan. Di pondok pesantren, kegiatan
pembelajaran sama halnya dengan sekolah- sekolah umumnya, namun di
pondok pesantren lebih fokus pada kegiatan keagamaan seperti sekolah
diniyah, hafalan Al-Quran, hadist- hadist, bahasa arab, dan giliran untuk
pidato atau dalam istilah pesantren dikenal dengan khitobah di depan kelas.
Namun tidak jarang beberapa dari kegiatan tersebut dapat membuat santri
mengalami kecemasan.
Kecemasan juga sering dialami pada murid pondok pesantren yang
dikenal dengan sebutan santri. Mayoritas santri memulai sekolah di pondok
pesantren kelas VII ini merupakan santri usianya sama dengan SMP dikelas
VII dimana pada usia ini berada pada remaja awal dengan usia 12- 15 tahun
(Desmita,2010). Kebanyakan santri yang bersekolah di pondok pesantren atas
permintaan kedua orang tua dengan harapan anak- anak meraka mau
mengikuti dan menuruti agar menjadi anak muslim yang berintelektual, selain
itu, oleh faktor keterbatasan para orang tua dalam mendidik agama pada anak-
anak mereka sehingga orang tua menyekolahkan anak nya di lembaga
65
pendidikan pesantren. Tak jarang anak- anak pun merasa cemas saat harus
berpisah dengan orang tua dan beradaptasi dengan lingkungan pesantren.
Di Pondok pesantren, santri dituntut untuk bisa aktif dan berani, seperti
bertanya pada ustad dan ustadzah, mendapat giliran untuk ceramah dan tes
ujian penghafalan beberapa ayat Al-Quran, hadist- hadist serta doa- doa
didepan kelas. Kegiatan tersebut merupakan bentuk kegiatan santri di dalam
kelas. Namun pada kenyataannya, tidak jarang santri merasa cemas, baik pada
saat bertanya pada ustad atau ustadzah maupun ketika mendapat giliran untuk
ceramah dan pada saat tes menghafal di depan kelas. Kecemasan sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dari waktu ke waktu seperti
saat ujian, pertandingan olahraga, pertemuan dengan orang penting dan
kekhawatiran akan hubungan baru (Halgin & Whibourne, 2010). Namun
kecemasan sering dialami oleh anak dan remaja usia sekolah dengan tingkat
pravelensi berkisar 4% menjadi 25% (Deb, Chatterjee & Walshi, 2010). Tidak
menutup kemungkinan, kecemasan dapat dialami oleh individu-individu yang
berada dalam ruang lingkup pendidikan keagamaan seperti pondok pesantren.
3. Gambaran Motivasi Belajar
Hasil dari penelitian ini menunjukkan santri yang tinggal dipsantren
memiliki motivasi yang tinggi yaitu 35 responden (47,9%) sedangkan santri
remaja yang mengalangi motivasi rendah adalah 4 responden (5,5%) dan
motivasi sedang 34 responden (46,6%). Motivasi belajar dapat timbul karena
faktor intrinsik, berupa keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar dan
harapan akan cita- cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya
penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang
menarik (Uno,2007). Kondisi lingkungan belajar juga dapat mempengaruhi
66
motivasi belajar seperti keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan
kemasyarakatan dan lingkungan isntitusi penyelenggaraan pendidikan.
Kondisi lingkungan belajar juga termasuk hal yang penting untuk
diperhatikan. Perubahan lingkungan tempat tinggal seperti dipesantren dengan
jadwal belajar yang sudah terjadwal dan pergaulan kemasyarakatan kepada
teman sebaya juga dapat mempengaruhi motivasi belajar (Suciati, 2001).
Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan
belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan
kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah, keadaan
ruangan, dan jumlah murid per kelas (Dalyono, 2010)
Rendah dan tinggi nya motivasi belajar santri dapat dipengaruhi oleh
berbagai hal salah satunya adalah lingkungan sosial di pesantren tempat santri
belajar. Lingkungan sosial ialah semua orang/manusia yang mempengaruhi
kita. Pengaruh langsung seperti dalam pergaluan sehari-hari, seperti keluarga
(perpisahan dengan orang tua), teman-teman, kawan sekolah, kegiatan dan
sebagainya(Dalyono, 2010).
Pada penelitian yuliani (2013) diketahui bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara lingkungan sosial pesantren dengan motivasi belajar
santri di pesantren Madinatul Ilmi Islamiyah. Semakin baik keadaan
lingkungan sosial pesantren akan mengakibatkan semakin tinggi motivasi
santri untuk belajar. Sebaliknya kondisi lingkungan sosial yang kurang baik
akan mengakibatkan rendahnya motivasi santri untuk belajar
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya
motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan
67
kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya
motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat menghasilkan prestasi
yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat
pencpaian prestasi belajar (Sardiman, 2012).
B. Analisa Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Spearmen
rank karena peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara kecemasan
perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi belajar pada santri remaja di
Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk Jakarta. Hasil uji
spearmen pada penelitian ini didapat koefisien korelasi (r) antara kecemasan
perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi belajar pada santri remaja di
Pondok pesantren Asshiddiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk Jakarta (r) -2,71
dengan tingkat signifikan (p) 0,02. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan
bermakna antara kecemasan perpisahan dengan orang tua terhadap motivasi
belajar pada santri remaja di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Kedoya Utara
Kebun Jeruk Jakarta. Dimana kekuatan atau hubungan negatif, dalam arti bahwa
semakin tinggi kecemasan maka semakin rendah motivasi belajar.
Hal ini sependapat dengan pendapat Kirklan ( dalam Slameto, 2010) yang
menyebutkan bahwa tingkat kecemasan yang sedang biasanya mendorong belajar,
sedang tingkat kecemasan tinggi mengganggu belajar dan Elliot (1996) yang
menyebutkan bahwa pada dasarnya kecemasan dalam tingkat rendah dan sedang
berpengaruh positif terhadap penampilan belajar siswa, salah satunya dapat
meningkatkan motivasi sedangkan kecemasan siswa pada taraf yang tinggi dapat
mengganggu dan memperburuk perilaku belajar siswa. Wolfoolk & McCuna-
Nicolich, 1984 (dalam Jamaris, 2013) bahwa siswa yang memiliki kecemasan
68
tinggi menunjukkan hasil belajar yang rendah dibandingkan siswa yang
mengalami kecemasan rendah. Sebalik nya penelitian lain menunjukkan bahwa
kecemasan dapat meningkatkan hasil belajar, ini sesuai dengan penelitian Yanti
(2013) bahwa semakin tinggi kecemasan maka semakin tinggi motivasi. Dari
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecemasan dapat meningkatkan
motivasi dan melemahkan motivasi. Kecemasan yang dapat dikelola dengan baik
dapat meningkatkan prestasi individu (Jamaris, 2013).
Dampak dari kecemasan ada yang bersifat positif dan ada yang negatif.
Apabila tidak bisa mengendalikan kecemasan melalui cara- cara yang rasional,
maka ego akan mengandalkan cara- cara yang tidak realistis (Freud dalam Ki
Fudyartanta, 2012). Namun apabila siswa telah berhasil mengantisipasi dan
mengatasi gejala- gejala kecemasan, maka perasaan ini akan menjadi sumber
motivator, bahwa kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita
untuk berbuat sesuatu(Corey, 2010). Pada tingkat yang rendah, kecemasan dapat
membantu individu untuk bersiaga dan waspada dalam mengambil langkah untuk
mencegah adanya bahaya atau untuk memperkecil dampak bahaya yang akan
datang. Kecemasan sampai tingkat tertentu atau pada tingkat sedang dapat
mendorong meningkatnya performa pada diri individu. Misalnya cemas mendapat
tugas untuk menghafal beberapa ayat Al-Quran sehingga santri tersebut berusaha
keras dalam menghafal dan mempersiapkan diri sebelum akan disetor pada ustad
atau ustadzah serta tugas-tugas lain yang diberikan. Namun apabila kecemasan
yang dialami individu sangat tinggi, justru akan sangat mengganggu keefektifan
individu (Fausiah & Widuri, 2008). Kecemasan penting untuk meningkatkan
motivasi dalam meraih suatu tujuan, karena kecemasan bukan merupakan sesuatu
yang patologis, kecemasan bisa menjadi motivasional yang kuat.
69
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti masih menemukan keterbatasan peneliti,
antara lain sebagai berikut :
1. Saat pembagian kuesioner peneliti tidak dapat membacakan kuesioner
kecemasan kepada para responden, dikarenakan sekolah sedang mengejar
mata pelajaran agar selesai tepat waktu karena akan mulai liburan puasa.
Sehingga kuesioner dititipkan dan dibacakan oleh wakil kepala sekolah.
2. Pada kedua instrumen penelitian kecemasan dalam penelitian ini didapatkan
dari penelitian terdahulu yang dimodifikasi sendiri oleh peneliti sehingga tidak
memiliki standar yang baku baik secara nasional ataupun internasional.
Intrumen ini juga masih banyak item yang tidak valid sehingga diperlukan
perbaikan dalam pembuatan kuesioner tersebut.
3. Ketidak sesuaian penelitian dengan jadwal sekolah tempat penelitian,
dikarenakan pihak sekolah sedang sibuk untuk menyelesaikan materi sebelum
libur puasa, sehingga penelitian yang dilakukan cukup mengganggu kegiatan
proses belajar di pesantren.
71
BAB VII
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang diperoleh di
Pondok pesantren Asshiddiqiyah Kebun Jeruk Jakarta dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pada santri remaja usia 11 -14 tahun di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah
Kebun Jeruk Jakarta sebagian besar mengalami kecemasan rendah
sebanyak 41 responden (56,2%).
2. Pada santri remaja usia 11 -14 tahun di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah
Kebun Jeruk Jakarta sebagian besar mengalami motivasi tinggi sebanyak
35 responden (47,9%).
3. Ada hubungan bermakna antara kecemasan perpisahan dengan orang tua
terhadap motivasi belajar pada santri remaja di Pondok Pesantren
Asshiddiqiyah Kedoya Utara Kebun Jeruk Jakarta dengan nilai p value =
0,02 serta memiliki hubungan negatif dengan nilai r sebesar -0,27 dalam
arti bahwa semakin tinggi kecemasan maka semakin rendah motivasi
belajar pada santri remaja di Pondok pesantren Asshiddiqiyah Kedoya
Utara Kebun Jeruk Jakarta.
72
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan antara lain :
1. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini bisa dijadikan data untuk memberi landasan bahwa adanya
masalah gangguan adaptasi pada santri baru sehingga profesi keperawatab bisa
memberikan intervensi dalam mengatasi kecemasan yang ditumbulkan seperti
kurangnya motivasi belajar.
2. Bagi pondok pesantren
Merancang metode pembelajaran yang dapat mengurangi kecemasan pada
santri baru dengan menyediakan bimbingan konseling.
3. Bagi santri
Mengelola kecemasan yang dialami dengan baik saat berpisah dengan orang
tua agar motivasi belajar tetap ada dan meningkat.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Lebih spesifik lagi dalam memilih responden, misalnya responden yang
terpaksa tinggal dipesantren agar terlihat kecemasan mereka saat memasuki
pesantren dan berpisah dengan orang tua.
DAFTAR PUSTAKA
Aminullah, M. Afif. Kecemasan antara siswa SMP dan Santri Pondok Pesantren.
2013. Vol.1. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/1578.
diakses pada tanggal 02 oktober 2013. Pukul 20.43.
Azwar, saifudin. Penyusunan Skala Psikologi edisi 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
2012
Budiarto,eko.Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC.2001.
Corey,Gerald. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika
Aditama.2010
Djiwandono, sri esti wuryani. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. 2009.
Dawam,Ainurrafiq & Ahmad Ta’arifin. Manajemen Berbasis Pesantren. Jakarta:
Listafariska Putra. 2004.
Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: 2010. PT Remaja Rosdakarta.
Efendi,Ferry. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktek Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika. 2009.
Fausiah & widuri. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta :UI Press. 2008.
Gunarsa Singgih .D. Psikologi perawatan. Jakarta :Gunung mulia.2008
Hall, calvin S & Gardner Lindzey. Teori- Teori Psokodinamik (klinis).Yogyakarta :
Kanisius.1993.
Hamilton M.The assessment of anxiety states by reting.Br J Med Psychol 1959.
32:50-55.
Hawari. Manajemen Stress, cemas dan Depresi.Jakarta: Balai penerbit.2001.
Hidayat, A. Aziz Alimul.,Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika,2009.
. . Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.2007.
. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika : 2008.
Hurlock.E. Psikologi Perkembangan.Jakarta : Erlangga.2004.
Jamaris. Martini. Pendidikan Daru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Ghalia
Indonesia.2013.
Jeffery, S. Nevid dkk. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.2003.
Kementrian Agama. Persebaran Pesantren diIndonesia 2010/2011. Diakses pada
tanggal 15 mei 2013 dari http://pendis.kemenag.go.id .
Ki Fudyartanta. Psikologi Kepribadian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012
Munir, Abdullah. Lemabag Pendidikan. Tangerang : LekDis Nusantara. 2006 .
Monks, F.J., dkk. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.1999.
Makhfudli & ferry effendi. Keperawatan Kesehatan Komunitas : teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2009.
Maramis,WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Erlangga.
Nasir,Abdullah & Abdul Muhith. Dasar- Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.2011.
Nurbaeti,Irma & waras budi utomo. Metodologi Penelitian dalam Bidang
Keperawatan. Jakarta: lembaga penelitian UIN. 2010.
Nursalam.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika: 2008.
Nursalam & Ferry Efendi. Pendidikan dalam Kperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
2008.
Potter & Perry. Fundamental Keerawatan edisi 4. Jakarta:EGC.2005
Qomar, Mujamil. Pesantren. Jakarta:Erlangga.2007.
Riyadi,Sujono & teguh purwanto.Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.2009.
Semium,yustinus.Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: kanisius.2006 .
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
2010
Stuart & Sundeen. Keperawatan Jiwa.Jakarta :EGC.2000.
Suryabrata, S.Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT. Remaja Perda
Karya. 2004.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya: 2008
Suliswati.Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.2005
Sardiman.. Intraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2001
Saryono. Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan.Bantul: Nuha Medika:2011
Suciati & prasetia. Teori Belajar dan Motivasi.Jakarta: Rineka Cipta.2001
Siregar,Chynthia Novalia. Tingkat Kecemasan pada Santri diPondok Pesantren.
2013.Volume 01. Dari http://ejournal.umm.ac.id diakses pada tanggal 19 mei
2013, pukul 19.30
Tafsir. Pesantren Indonesia. Jakarta:Erlangga.2001
Videbeck, Sheila L. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.2001.
Wong, L.Donna dkk. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol.1 . Jakarta :EGC.2002.
Yanti dkk. Hubungan Antara Kecemasan Dalam Belajar Dengan Motivasi Belajar
Siswa.2013.Volume.2ihttp://ejournal.fip.unp.ac.id/index.php/konselor/article/
view/1242/1074 diakses pada tanggal 20 mei 2013, pukul 20.00
Yuliani, Nelpa Fitri. Hubungan Antara Lingkungan Sosial dengan Motivasi Belajar di
Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Islamiyah.
http://ejournal.fip.unp.ac.id/index.php/pnfi/article/view/2428/pdf.diakses pada
tanggal 04 oktober 2013. Pukul 15.01 WIB.
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN PERPISAHAN DENGAN ORANG
TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA SANTRI REMAJA DI
PONDOK PESANTREN ASSHIDIQIYAH KEDOYA UTARA KEBUN
JERUK, JAKARTA
Assalamualaikum. WR. WB
Salam sejahtera.
Nama : Dewi Rahmatika
NIM : 109104000044
Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang
melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk
menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S. Kep).
Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar adik bersedia
meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan. Kerahasiaan
jawaban ibu akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.
Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi adik dalam pengisian
kuesioner ini.
Apakah adik bersedia menjadi responden?
YA / TIDAK
( )
Responden
Lampiran 2
No.Responden :
A. Kuesioner A
Petunjuk pengisian :
Isilah biodata lengkap Anda
Bacalah petunjuk pengisian dan pertanyaan sebelum menjawab
Menjawab pertanyaan pilihan dengan memilih salah satu yang dijawab dengan
tanda checklist (√ )
Jenis Kelami :………………………………………………………
Tanggal Lahir :………………………………………………………
Usia :…………………………………………………………
Apakah anda pernah tinggal di pesantren sebelumnya :
Ya
Tidak
Apakah sebelum masuk pesantren anda pernah berpisah dengan orang tua
lebih dari 3 bulan :
Ya
Tidak
B. Kuesioner B
Bacalah secara cermat pernyataan dibawah ini
Jawablah pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda
Beri lah tanda checklist ( √ ) pada kolom sesuai dengan jawaban yang Anda
pilih
Keterangan :
SL : Selalu
SR : Sering
KK : Kadang- kadang
TP : Tidak Pernah
Saat tinggal di pesantren seberap sering Anda mengalami Hal berikut ini :
No Pertanyaan Jawaban
SL SR KK TP
1.
Seberapa sering kamu merasa tidak nyaman pergi ke sekolah
karena kamu takut/khawatir terhadap sesuatu yang berhubungan
dengan sekolah (misalnya: ujian, bus sekolah, guru, alarm
bahaya)?
2. Seberapa sering anda mengingat orang tua anda atau keluarga
anda saat di sekolah?
3.
Seberapa sering anda merasa lebih buruk di sekolah (contohnya,
takut, grogi, atau sedih) dibandingkan dengan perasaanmu saat
di rumah dengan teman?
4. Seberapa sering kamu lebih suka berada dirumah daripada pergi
ke pesantren?
Keterangan :
SL : Selalu SR : Sering
KK : Kadang- kadang TP: Tidak Pernah
Saat tinggal di pesantren seberap sering Anda mengalami Hal berikut ini :
No Pertanyaan Jawaban
SL SR KK TP
5. Ketika anda tidak sekolah selama seminggu, seberapa banyak
anda melakukan kegiatan berbeda dari kegiatan sekolah?
6.
Seberapa sering kamu menghindari tempat- tempat tertentu
(misal: koridor, tempat berkumpul/geng) ketika kamu akan
berbicara/ ngobrol dengan seseorang?
7.
Seberapa sering kamu tidak ingin pergi ke sekolah karena kamu
ingin bersenang-senang diluar sekolah?
8.
Jika kamu mempunyai perasaan buruk (misal: takut, gugup,
sedih) tentang sekolah, apakah itu membuatmu lebih mudah
untuk pergi ke sekolah?
9. Jika kamu mudah memiliki teman baru, akankah itu
membuatmu mudah untuk pergi ke sekolah?
10.
Akankah kamu merasa aman ketika pergi kepesantren bersama
dengan orang tua?
11.
Saya berkeinginan kesekolah jika saya dapat melakukan banyak
hal yang saya sukai setelah pulang sekolah (misalnya bermain
dengan teman
Keterangan :
SL : Selalu SR : Sering
KK : Kadang- kadang TP: Tidak Pernah
Saat tinggal di pesantren seberap sering Anda mengalami Hal berikut ini :
No Pertanyaan Jawaban
SL SR KK TP
12. Saya merasa takut jika saya tidur jauh dari rumah?
13. Saat tinggal dipesantren Aku khawatir untuk tidur sendirian
14.
Saya mimpi buruk tentang sesuatu yang buruk terjadi pada
orang tua saya
15.
Saat tinggal di pesantren Saya mimpi buruk tentang hal yang
buruk terjadi padaku
16. Saat tinggal di pesantren Aku takut sendirian
17. Saya tidak suka berada jauh dari keluarga saya
18.
Saya khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi kepada orang tua
saya
Total
C. Kuesioner C
Bacalah secara cermat pernyataan dibawah ini
Jawablah pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda
Beri lah tanda checklist ( √ ) pada jawaban yang Anda pilih
Keterangan :
ST : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
No Pernyataan Jawaban
ST S TS STS
1. Saya mengerjakan tugas sekolah dengan sungguh- sungguh
2. Bagi saya yang terpenting adalah mengerjakan tugas dengan
tepat waktu tanpa peduli dengan nilai yang diperoleh
3. Saya tidak serius saat guru menerangkan pelajaran diskolah
4. Jika nilai Saya jelek, saya akan lebih giat belajar dan berdoa
5. Saya akan merasa puas jika, saya mampu mengerjakan soal
dengan mendapat nilai yang baik
6. Jika ada soal yang sulit, saya tidak akan mengerjakan
7. Saya selalu memperhatikan saat Guru menjelaskan materi
8. Saya malu untuk bertanya kepada guru jika terdapat pelajaran
yang tidak dimengerti
9.
Saya selalu mencontek pekerjaan teman jika ada PR dari guru
10. Saya mampu mengerjakan tugas dengan kemampuan saya
sendiri
Bacalah secara cermat pernyataan dibawah ini
Jawablah pernyataan dibawah ini sesuai dengan pilihan anda
Beri lah tanda checklist ( √ ) pada jawaban yang Anda pilih
Keterangan :
ST : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
No. Pernyataan ST S TS STS
11. Saya senang belajar di pesantren karena banyak teman untuk
belajar kelompok
12. Saya bosan belajar dipesantren karena tidak bebas untuk jalan-
jalan keluar
13. Saya selalu memberikan pendapat saat berdiskusi dikelas
14. Saya akan marah jika pendapat saya tidak ditanggapi
15. Jika menjawab soal saya selalu ragu dengan pilihan jawaban
saya
16. Saya tidak terpengaruh dengan jawaban teman
17.
Jika jawaban saya berbeda dengan teman, saya akan saya
mengganti jawaban saya sehingga jawaban saya sama dengan
teman
18. Saya tertantang untuk mengerjakan soal yang dianggap sulit
oleh teman saya
19. Saya senang jika mendapat PR dari guru
20. Saya lebih senang membaca buku cerita dari pada membaca
buku pelajaran
Total Skor
Hasil Uji Validitas dan Reabilitas (2)
Scale: ALL VARIABLES (Kecemasan)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 73 100.0
Excludeda 0 .0
Total 73 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.683 18
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00039 38.4932 65.059 .471 .660
VAR00040 37.4521 67.307 .160 .680
VAR00041 38.1096 64.988 .441 .661
VAR00042 37.4932 64.253 .394 .661
VAR00043 38.1233 66.443 .280 .671
VAR00044 37.9041 67.227 .133 .684
VAR00045 38.6712 64.890 .450 .660
VAR00046 36.8082 70.574 -.048 .697
VAR00047 38.0274 66.166 .188 .679
VAR00048 36.8493 66.019 .195 .678
VAR00049 37.7123 71.430 -.104 .706
VAR00050 37.9589 61.540 .439 .652
VAR00051 38.3973 63.298 .437 .656
VAR00052 38.3973 63.159 .228 .677
VAR00053 38.6712 64.307 .425 .659
VAR00054 37.9178 41.160 .597 .619
VAR00055 37.6027 61.243 .442 .651
VAR00056 37.2740 66.952 .116 .687
Hasil Uji Validitas dan Reabilitas (2)
Scale: ALL VARIABLES (Motivasi Belajar)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 73 100.0
Excludeda 0 .0
Total 73 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.793 20
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 56.6438 72.510 .515 .779
VAR00002 57.8219 75.093 .177 .795
VAR00003 56.9452 70.580 .546 .775
VAR00004 56.4932 73.365 .520 .781
VAR00005 56.4932 73.587 .419 .783
VAR00006 56.9726 69.777 .619 .772
VAR00007 56.8219 71.537 .489 .779
VAR00008 57.3425 70.117 .524 .775
VAR00009 57.0137 72.125 .409 .782
VAR00010 56.6712 72.585 .530 .779
VAR00011 56.8356 73.945 .284 .789
VAR00012 57.2329 67.598 .614 .768
VAR00013 57.3151 72.052 .422 .782
VAR00014 56.7808 71.174 .022 .866
VAR00015 57.4795 74.864 .226 .792
VAR00016 57.3699 73.597 .328 .786
VAR00017 57.1096 70.571 .552 .775
VAR00018 57.4110 69.745 .550 .774
VAR00019 57.3014 72.936 .380 .784
VAR00020 57.5068 70.031 .510 .776
Hasil Penelitian
A. Analisi Univariat
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 11 6 8.2 8.2 8.2
12 46 63.0 63.0 71.2
13 20 27.4 27.4 98.6
14 1 1.4 1.4 100.0
Total 73 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid lk 41 56.2 56.2 56.2
pr 32 43.8 43.8 100.0
Total 73 100.0 100.0
Motivasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah 4 5.5 5.5 5.5
sedang 34 46.6 46.6 52.1
tinggi 35 47.9 47.9 100.0
Total 73 100.0 100.0
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
total cemas
N 73
Normal Parametersa Mean 40.0000
Std. Deviation 8.86786
Most Extreme Differences Absolute .126
Positive .126
Negative -.075
Kolmogorov-Smirnov Z 1.079
Asymp. Sig. (2-tailed) .194
Kecemasan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah 41 56.2 56.2 56.2
tinggi 32 43.8 43.8 100.0
Total 73 100.0 100.0
B. Analisis Bivariat
Correlations
total cemas total motivasi
Spearman's rho total cemas Correlation Coefficient 1.000 -.271*
Sig. (2-tailed) . .020
N 73 73
total motivasi Correlation Coefficient -.271* 1.000
Sig. (2-tailed) .020 .
N 73 73
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
cemas * motivasi 73 100.0% 0 .0% 73 100.0%
cemas * motivasi Crosstabulation
motivasi
Total
%
rendah sedang tinggi
cemas rendah 2 15 24 41
tinggi 2 19 11 32
Total 4 34 35 73
Statistics
kecemasan
perpisahan motivasi belajar
N Valid 73 73
Missing 0 0
Mean 40.00 60.21
Median 38.00 61.00
Mode 32a 60
a
Std. Deviation 8.614 9.091
Minimum 25 38
Maximum 85 80
Sum 2920 4395
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Distribusi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
kecemasan
perpisahan motivasi belajar
N 73 73
Normal Parametersa Mean 40.00 60.21
Std. Deviation 8.614 9.091
Most Extreme Differences Absolute .139 .121
Positive .139 .072
Negative -.108 -.121
Kolmogorov-Smirnov Z 1.185 1.035
Asymp. Sig. (2-tailed) .120 .234
Test distribution is Normal.
Top Related