i
HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS
GIZI DENGAN KETAHANAN FISIK PADA SISWI
SMA 9 BOGOR
MUHAMMAD RAFIQ
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
i
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Pengetahuan
Gizi dan Status Gizi dengan Ketahanan Fisik pada Siswi SMA 9 Bogor adalah benar
karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Muhammad Rafiq
NIM I14114013
__________________________
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar
IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
i
i
ABSTRAK
MUHAMMAD RAFIQ. Hubungan Pengetahuan Gizi dan Status Gizi dengan
Ketahanan Fisik pada Siswi SMA 9 Bogor. Dibimbing oleh HADI RIYADI.
Pengetahuan gizi akan mempengaruhi mind set seseorang khususnya remaja
putri yang memiliki kecenderungan untuk tampil cantik. Status gizi dari remaja
putri sedikit banyak akan mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengetahuan gizi, status gizi dan
kebiasaan berolahraga dengan daya tahan kardiorespirasi. Desain penelitian ini
adalah cross sectional. Hasil menunjukan bahwa rata-rata umur contoh adalah 16
tahun dengan mayoritas status gizi adalah normal, besar keluarga sedang dan
pendapatan rata-rata di atas 5 juta perbulan. Daya tahan kardiorespirasi sebagian
besar adalah Poor dengan pengetahuan gizi mayoritas sedang. Sebaran aktifitas
fisik contoh sebagian besar ringan dengan frekuensi olahraga 2 kali seminggu
dengan durasi 2 jam. Terdapat hubungan pada daya tahan kardiorespirasi dengan
status gizi (p=0,077 r= -0,472) dan frekuensi olahraga (p=0,012 r= 0,26). Terdapat
hubungan yang signifikan antara frekuensi olahraga dengan physical activity level
(p=0,006 r=0,29). Berdasarkan uji regresi linear sebagai uji lanjut diketahui hasil
yang signifikan untuk status gizi (p=0,008) dan frekuensi olahraga (p=0,009)
dengan daya tahan kardiorespirasi sebagai variable terikat.
Kata kunci: daya tahan kardiorespirasi, pengetahuan gizi, status gizi
ABSTRACT
MUHAMMAD RAFIQ. Relationship of Nutrition Knowledge and Body Mass
Index with Cardiorespiratory Endurance in Female Student of Bogor Highschool 9.
Supervised by HADI RIYADI.
Nutrition knowledge would affected people’s mind set especially female
teenage who had to be looked a like beauty. Female teenage body mass index (BMI)
would affected cardiorespiratory endurance (CE). The objective of this study was
analyzing the relationship between nutrition knowledge, body mass index and sport
habit to cardiorespiratory endurance. The study design was cross sectional. Subject
mostly 16 years old with normal BMI, counted of family member was intermediate
and salary over 5 million a month. Subject mostly have CE Score was Poor and
intermediate knowledge. Physycal activity subject sprout mostly light by frequency
2 hours a day and it was done 2 times a week. There were a correlation between
CE with BMI (p=0,077 r= -0,472) and sports frequency (p=0,012 r= 0,26). There
were a correlations between sport frequency with physical activity level (p=0,006
r=0,29). Depends of linear regression correlations test as further test known that
there were a significant results for BMI (p=0,008) and sports frequency (p=0,009)
with CE as dependent variable.
Key word : body mass index, cardiorespiratory endurance, nutrition knowledge
ii
iii
HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS
GIZI DENGAN KETAHANAN FISIK PADA SISWI
SMA 9 BOGOR
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
MUHAMMAD RAFIQ
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
iv
v
Judul : Hubungan Pengetahuan Gizi dan Status Gizi dengan Ketahanan
Fisik pada Siswi SMA 9 Bogor.
Nama : Muhammad Rafiq
NIM : I14114013
Disetujui oleh
Dr Ir Hadi Riyadi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus
iii
vii
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah
‘Ketahanan Fisik’, dengan judul Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Status Gizi
Dengan Ketahanan Fisik Pada Siswi SMA Negeri 9 Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Hadi Riyadi selaku
pembimbing, atas segenap bimbingan, saran dan dukungannya selama penulis
menyusun karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis persembahkan kepada Ibu
Dr. Ir. Cesilia Meti Dwiriani, M.Sc yang telah menguji dan memberi banyak
masukan yang berguna bagi penyempurnaan karya ilmiah ini.
Akhirnya penulis berharap, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
banyak pihak. Amin.
Bogor, Juni 2014
Muhammad Rafiq
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... i
PRAKATA ............................................................................................................ vii DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2 Tujuan Umum 2 Tujuan Khusus 2
Hipotesis Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2
Kerangka Pemikiran 3 METODE ................................................................................................................. 4
Desain, Waktu, dan Tempat 4 Teknik Penarikan Contoh 4 Jenis dan Metode pengumpulan data 4 Pengolahan dan Analisis Data 6
Keterbatasan Penelitian 8 Definisi Operasional 9
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 9 Karakteristik Keluarga Contoh 9 Status Gizi 11
Pengetahuan Gizi 11 Aktifitas Fisik (PAL) 12
Kebiasaan Olahraga 13 Daya Tahan Kardiorespirasi 14
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi 14 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Daya Tahan Kardiorespirasi 15 Hubungan Status Gizi dengan Daya Tahan Kardiorespirasi 15
Hubungan Aktifitas Fisik dengan Daya Tahan Kardiorespirasi 16 Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Daya Tahan Kardiorespirasi 16
Faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Kardiorespirasi 17 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 17
Simpulan 17
Saran 18 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 18
viii
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan metode pengumpulan data ................................................... 5
2. Pembagian Status Gizi Berdasarkan Umur Menurut Umur (Kg/m2) .. 6 3 Nilai Physical Activity Rate (PAR) per satuan waktu ......................... 7 4 Kategori tingkat aktifitas fisik berdasarkan nilai PAL ........................ 8 5 Kategori daya tahan kardiorespirasi berdasarkan nilai VO2 max ........ 8 6 Karakteristik keluarga contoh ............................................................ 10
7 Sebaran status gizi contoh .................................................................. 11 8 Jumlah contoh yang menjawab benar setiap pertanyaan ................... 12 9 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi .................................. 12 10 Sebaran contoh berdasarkan PAL .................................................... 13 11 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan olahraga ............................. 13
12 Sebaran contoh berdasarkan daya tahan kardiorespirasi ................. 14
13 Hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi .................... 14
14 Hubungan antara pengetahuan gizi dengan VO2 Max .................... 15 15 Hubungan antara status gizi dengan VO2 Max ............................... 15 16 Hubungan antara aktifitas fisik dengan VO2 Max .......................... 16 17 Hubungan antara kebiasaan olahraga dengan VO2 Max ................. 16
18 Hasil uji signifikansi variabel yang mempengaruhi VO2 Max ........ 17
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran penelitian ................................................................... 3
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usia remaja (10-18 tahun) merupakan periode rentan gizi disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kebutuhan zat gizi meningkat, perubahan gaya hidup dan
aktifitas fisik remaja itu sendiri. Pertama, remaja memerlukan zat gizi yang lebih
tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan tubuh yang
signifikan. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan remaja
mempengaruhi sedikit banyak baik asupan maupun kebutuhan gizinya dapat
meningkat maupun berkurang. Ketiga, remaja memiliki tingkat aktifitas yang tinggi
baik durasi maupun bentuk aktifitas fisik itu sendiri (Almatsier 2011). Data hasil
Riskesdas 2013 (Kemenkes 2014) menunjukkan rata-rata kecukupan konsumsi
energi penduduk umur 13-15 tahun (usia pra remaja) sebanyak 54.5%
mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dan yang mengonsumsi protein
di bawah kebutuhan minimal sebanyak 38.1%. Rata-rata kecukupan konsumsi
energi penduduk umur 16-18 tahun (usia remaja) sebanyak 54.5%% di bawah
kebutuhan minimal dan kecukupan konsumsi protein di bawah kebutuhan minimal
sebanyak 35.6%.
Pengetahuan gizi seseorang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi body image yang salah terhadap orang tersebut. Pengetahuan gizi
ada yang berasal dari lingkungan sekitar, pendidikan orang tua, dan media massa.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo 2007).
Wanita pada umumnya memiliki pola pikir bentuk tubuh langsing itu cantik,
sehingga tidak sedikit siswi SMA yang melakukan diet berlebihan untuk mencapai
berat badan yang dianggap ideal tanpa mengetahui berat badan ideal yang
seharusnya. Hasil penelitian Kusumajaya et al. (2007) menemukan persepsi remaja
terhadap body image sebanyak 23.8% remaja memiliki persepsi negatif atau
menganggap diri mereka lebih gemuk. Terdapat sebanyak 41.1% remaja merasa
memiliki berat badan yang lebih dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya
yaitu mereka merasa gemuk akan tetapi keadaan sebenarnya kurus. Sebagian
merasa normal tetapi kurus dan bahkan ada yang merasa gemuk kenyataannya
kurus.
Salah satu penyebab timbulnya masalah gizi dan perubahan kebiasaan
makan pada remaja adalah pengetahuan gizi yang rendah yang terlihat pada
kebiasaan makan yang salah. Permaesih (2003) menyatakan bahwa pengetahuan
dan praktek gizi remaja yang rendah tercermin dari perilaku menyimpang dalam
kebiasaan memilih makanan. Remaja yang memiliki pengetahuan gizi yang baik
akan lebih mampu memilih makanan sesuai dengan kebutuhannya (Emilia 2009).
Kebugaran merupakan kemampuan tubuh untuk melaksanakan suatu
kegiatan dengan menggunakan kekuatan, daya kreasi, dan daya tahan dengan
efisien dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti,
serta dengan cadangan energi yang tersisa masih mampu untuk menikmati waktu
luang dan menghadapi hal-hal yang tidak terduga. Kebugaran dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu latihan yang intensif dan teratur, faktor genetik, dan asupan
gizi yang cukup. Kecukupan gizi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
kebugaran tubuh seseorang. Asupan gizi yang cukup dibutuhkan untuk mencapai
2
ketahanan fisik dan kondisi tubuh yang prima. Kecukupan gizi dapat dicapai jika
asupan energi yang diperoleh dari makanan sama dengan energi yang dikeluarkan
untuk kegiatan sehari-hari.
Aktifitas yang tinggi dapat meningkatkan kebutuhan terhadap energi tubuh.
Khususnya bagi siswi SMA yang sedang dalam tahap pembelajaran dengan jam
belajar yang cukup lama di sekolah dan aktifitas fisik di luar sekolah. Energi yang
digunakan untuk beraktifitas fisik bervariasi dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
tinggi badan, dan berat badan seseorang (WHO 2007). Hal ini merupakan penyebab
pentingnya untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan
gizi dan status gizi dengan ketahanan fisik pada siswi SMA 9 Bogor.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian adalah untuk menganalisis hubungan antara
pengetahuan gizi dan status gizi dengan ketahanan fisik pada siswi SMA 9 Bogor.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian antara lain:
1. Mengidentifikasi karakteristik dan keluarga contoh
2. Mempelajari status gizi dan pengetahuan gizi contoh
3. Menganalisis aktifitas fisik dan kebiasaan olahraga contoh
4. Mengukur daya tahan kardiorespirasi contoh
5. Menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi dan status gizi dengan daya
tahan kardiorespirasi
6. Menganalisis hubungan antara aktifitas fisik dengan daya tahan
kardiorespirasi
7. Menganalisis hubungan antara kebiasaan olahraga dengan daya tahan
kardiorespirasi
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah adanya
hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi, hubungan antara status gizi
dengan daya tahan kardiorespirasi dan kebiasaan olahraga contoh, adanya
hubungan antara kebiasaan olahraga dengan daya tahan kardiorespirasi.
Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian “Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Dan Status Gizi
Dengan Ketahanan Fisik Pada Siswi SMA 9 Bogor” antara lain untuk memberikan
informasi mengenai pola konsumsi yang tepat dan hubungannya dengan status gizi.
Status gizi yang baik akan membantu didalam peningkatan ketahanan fisik dari
siswi SMA tersebut. Informasi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
orangtua dalam memperhatikan pola konsumsi anak sehingga ketahanan fisik siswi
SMA tersebut dapat tercapai. Bagi perguruan tinggi diharapkan juga sebagai
perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan,
pengembangan penelitian, dan pengabdian masyarakat.
3
Kerangka Pemikiran
Remaja wanita cenderung memiliki kegiatan yang cukup padat sehari-
harinya, baik selama di sekolah maupun selama di luar sekolah atau hari libur.
Remaja wanita selain terkenal aktif dalam berbagai kegiatan juga aktif membantu
pekerjaan rumah. Berbeda dengan remaja pria yang cenderung aktif pada kegiatan
di luar ruangan saja. Seorang remaja wanita seyogyanya bertanggungjawab untuk
membantu pekerjaan rumah khususnya membantu berbagai tugas ibu rumah tangga
di rumah. Remaja wanita juga memiliki siklus biologis dalam bentuk menstruasi
yang rutin terjadi setiap bulan yang berperan besar dalam tingginya anemia di
kalangan remaja.
Peningkatan pengetahuan gizi akan membantu perubahan pola konsumsi
remaja untuk mencapai kesehatan optimal. Konsumsi pangan merupakan faktor
utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan
energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta
untuk pertumbuhan. Media, pergaulan, body image, dan food preferences adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi remaja secara langsung maupun tidak
langsung. Status gizi remaja diperkirakan berhubungan positif terhadap daya tahan
kardiorespirasi, demikian juga aktifitas fisik dan kebiasaan olahraga. Daya tahan
kardiorespirasi yang baik akan sangat mendukung proses belajar mengajar yang
berlangsung di sekolah yang pada akhirnya meningkatkan performa belajar siswa.
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: : Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang dianalisis
: Hubungan yang tidak dianalisis
Karakteristik keluarga:
- Umur
- Pendidikan orangtua
- Pendapatan orangtua
- Pekerjaan orangtua
- Budaya
Karakteristik contoh:
- Umur
- Tinggi badan
- Berat badan
Konsumsi
pangan
Daya tahan
kardiorespirasi
Pengetahuan
gizi
Status gizi
(IMT)
- Aktifitas fisik
- Kebiasaan olahraga
- Media
- Pergaulan
- Body image
- Food prefrences
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
- Speed
- Agility
- Flexibility
- Endurance
4
METODE
Desain, Waktu, dan Tempat
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dan dilakukan
secara purposive di Sekolah Menengah Atas Negeri 9, Bogor. Lokasi dipilih secara
purposive dengan pertimbangan bahwa sekolah tersebut berada di pusat kota
sehingga diharapkan jumlah contoh yang diambil akan beragam. Waktu
pelaksanaan penelitian adalah pada bulan September hingga Oktober 2013.
Teknik Penarikan Contoh
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswi SMA 9 Bogor. Siswi kelas XII
tidak diambil contohnya karena sedang dalam persiapan dalam menempuh ujian
akhir sekolah sehingga memiliki banyak kegiatan bimbingan di luar jam pelajaran
sekolah. Contoh yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh siswi kelas XI.
Alasan pemilihan kelas XI sebagai sampel adalah berdasarkan pertimbangan dari
kapasitas dan permintaan sekolah. Penarikan contoh dilakukan secara purposif
dimana contoh adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Adapun yang
merupakan kriteria inklusi adalah siswi yang memiliki status aktif sebagai siswi di
SMA 9 Bogor, bersedia menjadi contoh dalam penelitian dan bersedia diukur,
orangtua bersedia memberikan informasi, serta tidak memiliki penyakit yang
menyulitkan proses pengukuran. Besar contoh dalam penelitian ini dihitung
menggunakan rumus Slovin (Singarimbun & Effendi 2011) sebagai berikut:
𝑛 = 𝑁
1 + 𝑁(𝑑2)
Keterangan:
n = Jumlah contoh
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (10%)
Jumlah populasi adalah sebesar 320 contoh maka jumlah minimal contoh
yang diperlukan berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas
adalah 76 contoh. Pemilihan sample menggunakan simple random sampling dengan
cara di undi. Dari 9 kelas yang ada di kelas XI diambil secara acak dari masing-
masing kelas sebanyak 10 contoh sehingga didapatkan total 90 contoh secara acak.
Alasan penentuan contoh yang lebih banyak dari seharusnya yaitu 90 contoh dari
76 contoh yang seharusnya adalah untuk mengantisipasi adanya contoh yang drop
out ditengah-tengah penelitian.
Jenis dan Metode pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder (Tabel 1). Data
primer meliputi karakteristik keluarga, karakteristik contoh, data status gizi
antropometri, pengetahuan gizi, aktifitas fisik, kebiasaan olahraga, dan daya tahan
kardiorespirasi contoh. Data sekunder yaitu data mengenai gambaran umum lokasi
penelitian, yang meliputi profil SMA, fasilitas SMA, dan jumlah siswi.
5
Pengambilan data karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh
dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner. Pengambilan data melalui kusioner
dengan cara pembagian kuisoner kepada contoh dan diberikan arahan kepada
contoh selama mengerjakannya dan dikerjakan bersama-sama dalam waktu
bersamaan. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir bias data yang sering terjadi
apabila contoh dibiarkan mengisi data kusioner sendirian. Data status gizi
antropometri diambil dengan cara mengukur tinggi badan secara langsung dengan
menggunakan microtoise, dan berat badan menggunakan timbangan digital. Data
pengetahuan gizi, aktifitas fisik, dan kebiasaan olahraga contoh dikumpulkan
dengan menggunakan kuisioner yang diisi oleh contoh.
Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data
No. Variabel Alat dan Cara Pengumpulan Data
Data primer
1 Karakteristik contoh:
- Usia Pengisian kuisioner dengan panduan
2 Karakteristik keluarga:
- Besar keluarga Pengisian kuisioner dengan panduan
- Pekerjaan orang tua Pengisian kuisioner dengan panduan
- Pendidikan orang tua Pengisian kuisioner dengan panduan
- Budaya/asal daerah Pengisian kuisioner dengan panduan
3 Status gizi antropometri
- Berat badan Pengukuran langsung dengan timbangan digital
- Tinggi badan Pengukuran langsung dengan microtoise
4 Pengetahuan gizi Contoh menjawab pertanyaan pada kuisioner
5 Aktifitas fisik Pengisian kuisioner dengan panduan
6 Kebiasaan olahraga Pengisian kuisioner dengan panduan
- Jenis olahraga
- Frekuensi olahraga
- Durasi atau lama olahraga
7 Daya tahan kardiorespirasi
Pengukuran jarak tempuh lari dan VO2 max
dengan metode Balke
Data sekunder
1 Gambaran umum lokasi penelitian:
- Profil SMA 9 Mencatat dari data yang ada di SMA 9 Bogor.
- Jumlah siswi
Variabel daya tahan kardiorespirasi diukur dengan menggunakan metode
tes Balke. Contoh diminta untuk menempuh jarak sejauh mungkin dalam waktu 15
menit, dengan cara berlari atau jalan, subjek tidak boleh berhenti diam atau istirahat
di lintasan. Persiapan sebelum tes atau sehari sebelum tes yaitu subjek tidak boleh
melakukan aktifitas fisik yang melelahkan, harus cukup tidur, makan teratur, tidak
boleh minum kopi, coklat, minuman bersoda, makanan atau minuman yang
mengandung antihistamin, diazepam seperti obat flu atau obat sakit badan
(Budiman 2007).
Contoh yang dites tidak boleh merokok, pakaian tidak ketat, cukup longgar,
nyaman dipakai dan tidak mengganggu gerakan tubuh, untuk laki-laki memakai
celana pendek (Budiman 2007). Prosedur tes Balke yaitu:
1. Subjek berlari mengelilingi lintasan selama 15 menit, secepat mungkin.
2. Subjek selama 15 menit itu tidak boleh berhenti, tetapi harus berlari atau jalan.
6
3. Ukur jarak yang ditempuh oleh subjek selama 15 menit itu, dari jarak itu dapat
dihitung berapa VO2 max nya dalam ml O2/kg BB/menit.
Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning dan
analisis. Proses editing adalah pemeriksaan seluruh kuesioner setelah data
terkumpul. Coding adalah pemberian angka atau kode tertentu yang telah disepakati
terhadap jawaban-jawaban pertanyaan. Entry adalah memasukkan data jawaban
kuesioner sesuai kode. Cleaning yaitu melakukan pengecekan terhadap isian data
yang diluar jawaban. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel
dan gambar serta dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia menggunakan
program Microsoft Excel dan SPSS 16 for Windows.
Data karakteristik contoh meliputi usia, berat badan, dan tinggi badan.
Pengukuran status gizi pada penelitian dilakukan dengan metode antropometri
melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan. Ukuran ini dapat
menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik (Soekirman
2000). Data status gizi dihitung menggunakan standar penilaian status gizi
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan umur menggunakan software
WHO AnthroPlus 2007 dengan rumus sebagai berikut (WHO 2007):
IMT=berat badan (kg)
tinggi badan (cm)2
Tabel 2. Pembagian Status Gizi Berdasarkan Umur Menurut Umur (Kg/m2)
Umur -3 SD -2 SD -1 SD Median 1 SD 2 SD 3 SD
15 14,4 15,9 17,8 20,2 23,5 28,2 35,5
16 14,6 16,2 18,2 20,7 24,1 28,9 36,1
17 14,7 16,4 18,4 21 24,5 29,3 36,3
Kurus = -3 ≤ SD Z-Score ≤ -2 SD
Normal = -2 ≤ SD Z-Score ≤ -1 SD
At Risk = +1 ≤ SD Z-Score ≤ +2 SD
Gemuk = +2 ≤ SD Z-Score ≤ +3 SD
Obesitas = Z-Score > + SD
Data karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, pekerjaan orangtua,
pendidikan orangtua, dan pendapatan orangtua. Data besar keluarga dikategorikan
menjadi keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan keluarga besar
(≥ 7 orang). Data pekerjaan ayah dikategorikan ke dalam enam kelompok, yaitu
PNS, swasta, wiraswasta, buruh, TNI/Polri, dan lainnya (jika ada). Data pekerjaan
ibu dikategorikan ke dalam enam kelompok, yaitu ibu rumah tangga, PNS, swasta,
wiraswasta, buruh, dan lainnya (jika ada). Data pendidikan terakhir ayah dan ibu
dikategorikan dalam lima kelompok, yaitu tidak sekolah, SD/sederajat,
7
SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi. Data pendapatan
dikategorikan dala tiga kelompok yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Cut off point kategori pengetahuan gizi menurut Khomsan (2000) dapat
dibagi dalam tiga kelompok, yaitu baik (>80%), sedang (60%-80%), dan kurang
(<60%). Nilai Physical Activity Rate (PAR) pada Tabel 2 diperlukan untuk
menentukan tingkat aktifitas fisik. Tingkat aktifitas fisik yang dilakukan seseorang
selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level). PAL merupakan
besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam.
PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
PAL= ΣPAR×Alokasi waktu tiap aktivitas
24 jam
Tabel 3 Nilai Physical Activity Rate (PAR) per satuan waktu
Aktivitas
Nilai PAR per
Satuan Waktu
(jam)
Tidur (siang dan malam) 1.00
Tidur-tiduran, Duduk diam, Membaca 1.20
Duduk sambil menonton TV 1.72
Mandi dan berpakaian 2.30
Berdiri diam, Beribadah, Menunggu (Berdiri), Berhias 1.50
Berkendaraan di mobil/bus/angkutan 1.20
Makan Minum 1.60
Jalan santai 2.50
Berbelanja (membawa beban) 2.40
Mengendarai kendaraan 2.50
Menjaga anak 2.50
Melakukan perkerjaan rumah tangga 2.75
Setrika pakaian (duduk) 1.70
Kegiatan berkebun 2.70
Bekerja di kantor (Duduk didepan meja, Menulis,
mengetik) 1.30
Bekerja di kantor (Berjalan, Membawa arsip) 1.60
Olahraga (Badminton) 4.85
Olahraga (Jogging, Lari jarak jauh) 6.50
Olahraga (Bersepeda) 3.60
Olahraga (Aerobik, Berenang, Sepak Bola, dll) 7.50
Kegiatan dilakukan dengan duduk 1.50
Kegiatan ringan 1.40
Memasak 2.10 Sumber : FAO/WHO/UNU 2001
Kategori tingkat aktifitas fisik berdasarkan nilai PAL menurut
FAO/WHO/UNU (2001) terdapat pada Tabel 3. Seseorang dikatakan beraktifitas
ringan (sedentary) bila tidak banyak melakukan kerja fisik, tidak berjalan jauh,
umumnya menggunakan alat transportasi, tidak latihan atau berolahraga secara
8
teratur, menghabiskan waktu senggang dengan duduk dan berdiri dengan sedikit
bergerak seperti pelajar.
Tabel 4 Kategori tingkat aktifitas fisik berdasarkan nilai PAL
No Kategori Nilai PAL
1 Sangat ringan (very sedentary lifestyle) <1,39
2 Ringan (sedentary lifestyle) 1.40-1.69
3 Sedang (active or moderately active lifestyle) 1.70-1.99
4 Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) 2.00-2.40 Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)
Data tingkat kebugaran diperoleh dari pengukuran nilai VO2 max yang
diperoleh dari tes lari selama 15 menit kemudian dihitung seberapa jauh jarak
tempuh subjek. Hasil perhitungan jarak tersebut kemudian dihitung dengan
menggunakan software perhitungan Tes Balke (Balke VO2 max calculator). Hasil
perhitungan jarak yang telah ditempuh subjek dapat dilakukan dengan
menggunakan perhitungan sebagai berikut:
Tabel 5 Kategori daya tahan kardiorespirasi berdasarkan nilai VO2 max
No Kategori daya tahan kardiorespirasi Nilai VO2 max
1 Very Poor <25.0
2 Poor 25.0-30.9
3 Fair 31.0-34.9
4 Good 35.0-38.9
5 Excellent 39.0-41.0
6 Superior >41.0 Sumber : FAO/WHO/UNU (2001)
Kategori daya tahan kardiorespirasi dilihat dari nilai VO2 max (Tabel 4).
Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dan dilakukan uji
korelasi. Data yang diolah secara deskriptif terdiri dari karakteristik keluarga,
aktifitas fisik, kebiasaan olahraga, dan daya tahan kardiorespirasi. Uji korelasi yang
dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson. Uji korelasi digunakan untuk
menganalisis hubungan antara variabel pengetahuan dan status gizi dengan daya
tahan kardiorespirasi, variabel aktifitas fisik dengan daya tahan kardiorespirasi, dan
variabel kebiasaan olahraga dengan daya tahan kardiorespirasi.
Keterbatasan Penelitian
Data pengukuran kebugaran tubuh yang dilakukan pada SMA Negeri 9
Bogor memiliki banyak kendala seperti keadaan lintasan lari yang tidak rata,
banyaknya gangguan dari lingkungan dan waktu pengambilan data yang dilakukan
pada siang hari. Berbagai faktor yang disebutkan diatas sedikit banyak
mempengaruhi hasil maksimum yang dapat diperoleh oleh contoh.
%VO2 max = [((Jarak total yang ditempuh/15) –133) x 0.172] + 33.3
9
Definisi Operasional
Besar keluarga adalah banyaknya individu yang tinggal dalam satu rumah dan
hidup dari sumber penghasilan yang sama. Besar keluarga di kategorikan
menjadi keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-6 orang), dan
keluarga besar (≥ 7 orang).
Contoh adalah siswi SMA Negeri 9 Bogor yang bersedia mengikuti setiap tahap
penelitian.
Jenis pekerjaan orangtua adalah pekerjaan atau mata pencaharian orangtua
contoh yang dikelompokkan menjadi PNS, swasta, wiraswasta, buruh,
TNI/Polri, dan ibu rumah tangga (hanya ibu).
Karakteristik contoh adalah keadaan contoh yang meliputi usia, status BB/TB,
dan pengetahuan gizi.
Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga contoh yang meliputi pekerjaan,
besar keluarga, pendidikan, dan pendapatan.
Ketahanan fisik adalah kemampuan tubuh untuk melaksanakan suatu kegiatan
dengan menggunakan kekuatan, daya kreasi, dan daya tahan dengan efisien
dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti,
serta dengan cadangan energi yang tersisa masih mampu untuk menikmati
waktu luang dan menghadapi hal-hal yang tidak terduga.
Pendidikan terakhir orangtua adalah Jenjang pendidikan terakhir yang diikuti
orangtua contoh, yang dikelompokkan menjadi tidak sekolah, SD/sederajat,
SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi.
Pengetahuan gizi adalah pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber-
sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga
tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat
gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat (Notoatmodjo
2007).
Status gizi adalah status gizi berdasarkan perhitungan Indeks Massa Tubuh.
Usia adalah Lama hidup contoh yang dihitung berdasarkan waktu lahir dan waktu
pengukuran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Keluarga Contoh
Cleland et al. (2009) melakukan penelitian mengenai hubungan antara
status sosial ekonomi orangtua remaja contoh dengan daya tahan kardiorespirasi.
Ditemukan posisi sosial ekonomi yang tinggi melalui pendidikan maternal pada
saat remaja berhubungan dengan peningkatan kebugaran kardiorespirasi remaja.
Karakteristik keluarga pada 90 contoh yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi
umur contoh, besar kelurga, tingkat pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan
ibu, dan pendapatan kelurga (Tabel 6). Distribusi umur contoh memperlihatkan
bahwa sebagian besar contoh (71.1%) berumur 16 tahun dan sebagian kecil (6.7%)
berumur 15 tahun.
10
Tabel 6 Karakteristik keluarga contoh
Karakteristik SMA 9
n %
Umur contoh (tahun)
15 6 6.7
16 64 71.1
17 20 22.2
Total 90 100.0 Rata-rata±SD 16.6 ± 0.5
Besar keluarga
Kecil (≤4 orang) 34 37.8
Sedang (5-6 orang) 52 57.8
Besar (≥7 orang) 4 4.4
Tingkat Pendidikan
- Ayah
Tamat SD/sederajat 5 5.6
Tamat SMP/sederajat 5 5.6
Tamat SMA/sederajat 37 41.1
Tamat PT/sederajat 43 47.8
- Ibu
Tamat SD/sederajat 9 10.0
Tamat SMP/sederajat 11 12.2
Tamat SMA/sederajat 39 43.3
Tamat PT/sederajat 31 34.4
Pekerjaan
- Ayah
PNS 0 0.0
TNI/POLRI 29 32.2
Pegawai BUMN/swasta 37 41.1
Wiraswasta/pedagang/jasa 5 5.6
Petani/nelayan/buruh 4 4.4
Lainnya 15 16.7
- Ibu
PNS 61 67.8
TNI/POLRI 18 20.0
Pegawai BUMN/swasta 6 6.7
Wiraswasta/pedagang/jasa 0 0.0
Petani/nelayan/buruh 0 0.0
Lainnya 5 5.6
Pendapatan keluarga (per bulan)
< Rp2 000 000 11 12.2
Rp2 000 000 – Rp3 000 000 14 15.6
Rp3 000 000 – Rp5 000 000 29 32.2
≥ Rp5 000 000 36 40.0
Rata-rata±SD Rp4 616 022 ± Rp3 476 019
Kategori besar keluarga contoh sebagian besar termasuk dalam kategori
sedang (57.8%). Tingkat pendidikan ayah contoh sebagian besar (47.8%) tamat
perguruan tinggi/sederajat sedangkan tingkat pendidikan ibu contoh sebagian besar
(43.3%) tamat SMA/sederajat. Temuan menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
orang tua berhubungan positif dengan peningkatan aktifitas dan kebugaran fisik
remaja (Cleland et al. 2009). Pekerjaan ayah contoh sebagai pegawai
11
BUMN/swasta sebanyak 41.1%, TNI/POLRI sebanyak 32.2%, Lainnya sebanyak
16.4%, wiraswasta/pedagang/ jasa sebanyak 5.6%, dan petani/nelayan/buruh
sebanyak 4.4%. Ibu contoh mayoritas (67.8%) bekerja sebagai PNS, dan sebagian
(20.0%) sebagai TNI/POLRI.
Pendapatan merupakan faktor utama yang menentukan konsumsi pangan
(Martianto dan Ariani 2004). Menurut teori Bennet, peningkatan pendapatan akan
membuat seseorang beralih dari pangan yang berharga murah ke pangan yang lebih
mahal. Peningkatan pendapatan juga akan menurunkan persentase alokasi untuk
pangan. Pendapatan keluarga contoh bervariasi mulai kurang dari Rp2 juta sampai
lebih dari Rp5 juta. Pendapatan kelurga contoh mayoritas (36.0%) pada kelompok
lebihdari Rp5 juta. Pendapatan keluarga contoh pada kelompok pendapatan kurang
dari Rp2 juta hanya sebagian kecil, yaitu 12.2%.
Status Gizi
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi (Almatsier 2011). Sebaran status gizi contoh pada Tabel 7
menunjukkan 67.8% contoh normal, 18.9% contoh gizi lebih, dan 13.3 % contoh
gizi kurang. Hasil hasil Riskesdas 2013 (Kemenkes 2014) menunjukkan prevalensi
status gizi remaja umur 16-18 tahun berdasarkan IMT/U di Jawa Barat, yaitu 1.4%
sangat kurus, 7.7% kurus, 83.4% normal, 6.2% berat badan lebih, dan 1.4% obese.
Penelitian yang dilakukan oleh Ferreira (2013) menemukan bahwa persentase
remaja yang mengalami obesitas ada sebesar sekitar 15% dan sekitar 15-20%
remaja memiliki status gizi kurang dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.
Kegemukan dan obesitas pada remaja (12-17 tahun) menyebabkan penurunan
tingkat kebugaran kardiorespirasi (Ferreira 2013; Ortega et al. 2012).
Tabel 7 Sebaran status gizi contoh
No Kategori Status Gizi SMA 9
n %
1 Kurus 0 0
2 Normal 13 14.4
3 At Risk 74 87.2
4 Gemuk 3 3,3
5 Obesitas 0 0
Pengetahuan Gizi
Penentuan nilai pengetahuan gizi adalah dengan cara pemberian 15 soal
kepada contoh yang dikerjakan dalam waktu 15 menit dengan alokasi waktu satu
menit untuk mengerjakan satu soal. Pemberian nilai terhadap contoh adalah dengan
cara menjumlahkan jumlah soal yang dijawab benar dan dibagi dengan total soal
(15) dan dikali 100.
Sebagian besar contoh dapat menjawab pertanyaan dengan baik hal ini
terlihat dari rata-rata persentase contoh menjawab tiap soal di atas 80 persen.
Contoh memiliki persentase menjawab pertanyaan yang tinggi pada kategori soal
fungsi zat gizi dan sumber zat gizi makro. Hal ini terlihat dari jumlah contoh yang
menjawab dengan tepat 100 persen pada soal nomor 5 yang membahas mengenai
12
pangan sumber karbohidrat. Sedangkan contoh memiliki kesulitan di dalam
menjawab pertanyaan mengenai kategori soal sumber zat gizi mikro. Hal ini terlihat
dari rendahnya persentase contoh yang menjawab tepat pada soal nomor 6 yang
membahas mengenai pangan sumber vitamin D yaitu sebesar 48,9 persen.
Tabel 8 Jumlah contoh yang menjawab benar setiap pertanyaan
No Pertanyaan SMA 9
n %
1 Zat gizi diperlukan oleh tubuh untuk menunjang kehidupan
sehari-harinya.
80 88,9
2 Terpenuhinya kebutuhan zat gizi akan membentuk anak yang
aktif dan sehat.
65 72,2
3 Zat gizi terdiri dari zat gizi makro dan mikro. 76 84,4
4 Susu, keju dan tempe adalah pangan sumber protein. 83 92,2
5 Kentang, beras dan singkong adalah pangan sumber karbohidrat. 90 100,0
6 Kuning telur dan susu adalah pangan sumber vitamin D. 44 48,9
7 Zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit oleh tubuh. 75 83,3
8 Asupan gizi yang tidak seimbang akan mengakibatkan tumbuh
kembang anak terhambat. 56 62,2
9 Sebelum makan dan setelah makan sebaiknya mencuci tangan. 76 84,4
10 Makanan yang tidak segar dapat menyebabkan keracunan
makanan.
78 86,7
11 Kekurangan vitamin C akan mengakibatkan sariawan. 83 92,2
12 Kekurangan energi dan protein disebut kwashiorkor-marasmus. 57 63,3
13 Wortel adalah pangan nabati sumber vitamin A. 74 82,2
14 Daging kambing mengandung kolesterol. 78 86,7
15 Buah alpukat kaya akan lemak didalamnya. 74 82,2
Dari hasil perhitungan nilai tersebut masing-masing nilai contoh dimasukan
kedalam tiga kategori pengetahuan gizi. Sebagian besar (54.4%) pengetahuan gizi
contoh termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan ada sebanyak 12 orang contoh
yang termasuk dalam kategori pengetahuan gizi kurang (13.3%). Untuk kategori
pengetahuan gizi baik ada sebanyak 29 orang (32.2%).
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi
No Kategori Pengetahuan Gizi SMA 9
n %
1 Kurang 12 13.3
2 Sedang 49 54.4
3 Baik 29 32.2
Aktifitas Fisik (PAL)
FAO (2001) menyatakan bahwa aktifitas fisik adalah variabel utama setelah
angka metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran energi. Besarnya
aktifitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL
(Physical Activity Level) atau tingkat aktifitas fisik. PAL merupakan besarnya
energi yang dikeluarkan per kilogram berat badan dalam 24 jam. Tingkat aktifitas
13
fisik contoh sebagian besar (67.8%) dalam kategori sangat ringan. Contoh aktifitas
fisik yang termasuk dalam kategori sangat ringan adalah menonton tivi, sedangkan
yang termasuk ke dalam kategori berat adalah berlari dan jogging minimal selama
20 menit. Sallis (2000) mengatakan bahwa dua dari tiga remaja putri melakukan
kegiatan dengan kategori ringan minimal selama 20 menit dengan frekuensi 3 kali
perminggu.
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan PAL
No Kategori Nilai PAL SMA 9
n %
1 Sangat Ringan 61 67.8
2 Ringan 27 30.0
3 Sedang 0 0.0
4 Berat 2 2.2
Kebiasaan Olahraga
Kebiasaan olahraga dapat dilihat dari seberapa sering seseorang melakukan
olahraga dalam periode waktu tertentu. Frekuensi olahraga pada penelitian ini
diamati dalam periode waktu seminggu. Secara umum kebiasaan olahraga terbukti
dapat meningkatkan daya tahan kardiorespirasi (Cleland et al. 2009) dan dipercaya
bermanfaat dalam mengurangi kejadian dismenore. Dismenore merupakan salah
satu gangguan ginekologi yang paling umum dirasakan perempuan usia produktif
yang mengalami sensasi nyeri selama menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kejadian dismenore terjadi secara signifikan pada remaja putri yang tidak
berolahraga (Thing 2011).
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan olahraga
No Kebiasaan Olahraga
SMA 9
n %
1 Frekuensi olahraga (per minggu)
<1 kali 1 1.1
1-2 kali 68 75.6
≥ 3 kali 21 23.3
Total 90 100.0
Rata-rata±SD 1.7±0.7
2 Durasi Olahraga (jam per minggu)
< 1 jam 1 1.1
1-2 jam 66 73.3
> 3 jam 23 25.6
Total 90 100.0
Rata-rata±SD 1.5±0.7
Tabel 11 menunjukkan bahwa contoh paling banyak melakukan olahraga
sebanyak 1-2 kali dalam seminggu, sebagian contoh (23.3%) melakukan olahraga
lebih dari tiga kali dalam seminggu, serta ada 1.1% contoh yang tidak rutin
melakukan olahraga tiap minggu. Durasi olahraga mengukur seberapa lama
seseorang melakukan olahraga dalam satu waktu. Durasi olahraga pada sebagian
besar contoh dilakukan selama 1-2 jam dan sebanyak 25.6% contoh melakukan
14
olahraga selama lebih dari 3 jam. Pengukuran frekuensi olahraga kepada contoh
hanya yang dilakukan di luar dari jam olahraga yang dilakukan secara rutin setiap
minggunya di sekolah.
Daya Tahan Kardiorespirasi
Daya tahan kardiorespirasi contoh kebanyakan (46.7%) berada pada
kategori Poor, 40.0% pada kategori Fair, dan 8.9% berada pada kategori Very Poor.
Terdapat 4.4% contoh yang memiliki daya tahan kardiorespirasi kategori Good.
Menurut hasil Riskesdas 2013 (Kemenkes 2014) kelompok umur 15-19 tahun
memiliki proporsi 43,1% aktifitas sedentary dengan durasi 3-5,9 jam. Daya tahan
kardiorespirasi remaja putri sebagian besar berada kategori rendah sebesar 34,3
persen (Ortega 2012).
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan daya tahan kardiorespirasi
No Kategori Daya Tahan Kardiorespirasi SMA 9
n %
1 Very Poor 8 8.9
2 Poor 42 46.7
3 Fair 36 40.0
4 Good 4 4.4
Total 90 100
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi
Pengetahuan gizi contoh berhubungan dengan status gizi contoh (r=-0.456;
p=0.08). Tabel 13 menunjukkan bahwa terdapat 9 contoh yang memiliki status gizi
normal dan memiliki pengetahuan gizi kategori sedang. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Agustini (2007) menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata
antara pengetahuan gizi dengan status gizi (p<0,05). Contoh yang memiliki
pengetahuan kategori baik dan status gizi normal sebanyak 15.4%. Adapun contoh
yang memiliki pengetahuan gizi kategori kurang dan memiliki status gizi normal
adalah sebanyak 15.4%.
Prevalensi gemuk pada remaja umur 15-18 tahun sebanyak 7,3 persen yang
terdiri dari 5,7 persen gemuk dan 1,6 persen obesitas (Kemenkes 2013). Contoh
dengan status gizi normal dan memiliki pengetahuan gizi kategori baik sebanyak
2,2%. Sedangkan contoh yang memiliki status gizi normal dengan pengetahuan gizi
sedang sebanyak 10%.
Tabel 13 Hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi
Pengetahuan Gizi
Status Gizi
Total Normal At Risk Gemuk
n % n % n %
Kurang 2 15.4 9 12.2 1 33.3 12
Sedang 9 69.2 39 52.7 1 33.3 49
Baik 2 15.4 26 35.1 1 33.3 29
Total 13 100.0 74 100.0 17 100.0 90
15
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Daya Tahan Kardiorespirasi
Pengetahuan gizi contoh tidak berhubungan dengan daya tahan
kardiorespirasi contoh (r=0.2; p=0.051). Sebanyak 11.1% contoh dengan
pengetahuan gizi kurang, 52.8% contoh dengan pengetahuan gizi sedang, dan
36.1% contoh dengan pengetahuan gizi baik memiliki daya tahan kardiorespirasi
kategori Fair. Contoh dengan pengetahuan gizi kategori sedang dan memiliki daya
tahan kardiorespirasi kategori Good adalah sebanyak 75.0%. Hasil penelitian yang
dilakukan di beberapa SMA di Jawa Tengah adalah 19,1% Very Poor dan 29,8%
Poor (Wahyu 2008)
Tabel 14 Hubungan antara pengetahuan gizi dengan daya tahan kardiorespirasi
Pengetahuan Gizi
Daya Tahan Kardiorespirasi
Total Very Poor Poor Fair Good
n % n % n % n %
Kurang 4 50.0 4 9.5 4 11.1 0 0.0 12
Sedang 4 50.0 23 54.8 19 52.8 3 75.0 49
Baik 0 0.0 15 35.7 13 36.1 1 25.0 29
Total 8 100.0 42 100.0 36 100.0 4 100.0 90
Hubungan Status Gizi dengan Daya Tahan Kardiorespirasi
Status gizi contoh berhubungan dengan daya tahan kardiorespirasi contoh
(r=-0.472; p=0.077). Sebanyak 50% contoh memiliki status gizi normal dan daya
tahan kardiorespirasi kategori Good. Sebanyak 25% contoh dengan status gizi kurus
dan sebanyak 25% contoh yang memiliki status gizi overweight memiliki daya
tahan kardiorespirasi kategori Good. Terdapat 83.3% contoh dengan status gizi
normal memiliki daya tahan kardiorespirasi kategori Fair. Contoh dengan status
gizi normal dan memiliki daya tahan kardioraspirasi kategori Very Poor sebanyak
12.5%. Sebanyak 62.5% contoh yang memiliki status gizi overweight memiliki
daya tahan kardiorespirasi kategori Very Poor. Hubungan antara IMT dan tingkat
kesegaran jasmani pada penelitian ini tidak terlihat dengan jelas. Secara teoritis,
semakin tinggi tingkat kesegaran jasmani, maka kemampuan melakukan aktivitas
fisik juga akan meningkat, demikian pula dengan jumlah pengeluaran energi
sehingga neraca energi cenderung negatif yang akan menyebabkan penurunan IMT
(Ortega et al. 2012; Anam 2010; Wahyu A 2008; Utari A 2007).
Tabel 15 Hubungan antara status gizi dengan daya tahan kardiorespirasi
Status Gizi
Daya Tahan Kardiorespirasi
Total Very Poor Poor Fair Good
n % n % n % n %
Normal 1 12.5 5 11.9 6 16.7 1 25.0 13
At Risk 7 87.5 35 83.3 29 80.6 3 75.0 74
Gemuk 0 0 2 4.8 1 2.8 0 25.0 3
Total 8 100.0 42 100.0 36 100.0 4 100.0 90
16
Hubungan Aktifitas Fisik dengan Daya Tahan Kardiorespirasi
Aktifitas fisik contoh tidak berhubungan dengan daya tahan kardiorespirasi
contoh (r=0.1; p=0.422). Sebanyak 75% contoh dengan PAL kategori ringan
memiliki daya tahan kardiorespirasi kategori Good. Sebanyak 25% contoh dengan
PAL kategori sangat ringan memiliki daya tahan kardiorespirasi kategori Good.
Sebanyak 87.5% contoh dengan PAL kategori sangat ringan dan sebanyak 12.5%
contoh dengan PAL kategori ringan memiliki daya tahan kardiorespirasi kategori
Very Poor.
Tabel 16 Hubungan antara aktifitas fisik dengan daya tahan kardiorespirasi
PAL
Daya Tahan Kardiorespirasi
Total Very Poor Poor Fair Good
n % n % n % n %
Sangat ringan 7 87.5 27 64.3 26 72.2 1 25.0 61
Ringan 1 12.5 14 33.3 9 25.0 3 75.0 27
Berat 0 0.0 1 2.4 1 2.8 0 0.0 2
Total 8 100.0 42 100.0 36 100.0 4 100.0 90
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Daya Tahan Kardiorespirasi
Kebiasaan olahraga contoh tidak berhubungan dengan daya tahan
kardiorespirasi (r=0.26; p=0.068). Tabel 17 menunjukkan bahwa 21.4% contoh
dengan frekuensi olahraga tiga kali seminggu memiliki daya tahan kardiorespirasi
kategori Good, 42.9% contoh dengan frekuensi olahraga tiga kali seminggu
memiliki daya tahan kardiorespirasi kategori Fair, dan 35.7% contoh dengan
frekuensi olahraga tiga kali seminggu memiliki daya tahan kardiorespirasi kategori
Poor. Contoh dengan frekuensi olahraga sekali seminggu yang memiliki daya tahan
kardiorespirasi kategori Good sebanyak 2.4% dan yang memiliki daya tahan
kardiorespirasi kategori Poor sebanyak 46.3%. Berdasarkan uji korelasi yang
dilakukan oleh Agustini (2007) pada remaja di Semarang, tidak terdapat hubungan
antara tingkat kebiasaan olahraga dengan daya tahan kardiorespirasi.
Tabel 17 Hubungan antara kebiasaan olahraga dengan daya tahan kardiorespirasi
Daya Tahan
Kardiorespirasi
Frekuensi Olahraga/minggu
Total 0 1 2 3
n % n % n % n %
Very Poor 0 0.0 6 14.6 2 5.9 0 0.0 8
Poor 1 100.0 19 46.3 17 50.0 5 35.7 42
Fair 0 0.0 15 36.6 15 44.1 6 42.9 36
Good 0 0.0 1 2.4 0 0.0 3 21.4 4
Total 1 100.0 41 100.0 34 100.0 14 100.0 90
17
Faktor yang Mempengaruhi Daya Tahan Kardiorespirasi
Hasil analisis regresi linear berganda terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi daya tahan kardiorespirasi ditunjukkan pada Tabel 17. Nilai R2 yang
diperoleh yaitu sebesar 0.100, hal ini berarti 10.0% variasi daya tahan
kardiorespirasi dapat dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel independen,
yaitu status gizi, pengetahuan gizi, PAL, dan frekuensi olahraga. Sedangkan sisanya
(90.0%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar keempat variabel tersebut.
Tabel 18 Hasil uji signifikansi variabel-variabel yang mempengaruhi daya tahan
kardiorespirasi
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 2.620 .316 8.285 .000
Status Gizi -.361 .126 -.287 -2.861 .005
Pengetahuan Gizi .165 .109 .150 1.513 .134
PAL .041 .122 .035 .336 .737
Frekuensi Olahraga .278 .100 .290 2.777 .007
Terdapat dua dari keempat variabel yang signifikan mempengaruhi daya
tahan kardiorespirasi pada α=5%, hal ini terlihat dari probalitas signifikansi
keduanya jauh di bawah 0.05. Berdasarkan analisis regresi multivariat yang
dilakukan oleh (Wahyu 2008) diketahui bahwa perubahan asupan diet merupakan
prediktor yang lebih berpengaruh terhadap perubahan IMT (0,74 Kkal/hari; p-0,00),
dibandingkan dengan beban olahraga (0,238 Kkal/minggu; p=0,176). Jadi dapat
disimpulkan bahwa daya tahan kardiorespirasi dipengaruhi oleh status gizi,
pengetahuan gizi, PAL, dan frekuensi olahraga, dengan persamaan sebagai berikut:
Y = 2.620 - 0.361X1 + 0.165X2 + 0.041X3 + 0.278X4 + ε
Keterangan:
X1 = Status gizi
X2 = Pengetahuan gizi
X3 = PAL
X4 = Frekuensi olahraga
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Distribusi umur contoh memperlihatkan bahwa sebagian besar contoh
(71,1%) berumur 16 tahun, 22,2% berumur 17 tahun dan sebagian kecil (6,7%)
berumur 15 tahun. Kategori besar keluarga termasuk dalam kategori sedang
(57,8%). Tingkat pendidikan ayah sebagian besar tamat perguruan tinggi (47,8%)
sedangkan (43,3%) ibu tamat SMA. Pekerjaan ayah sebagian besar sebagai pegawai
BUMN/swasta (41,1%) sedangkan untuk ibu sebanyak 67,8% bekerja sebagai PNS.
Pendapatan rata-rata orangtua contoh sebagian besar sebanyak 40% di atas 5 juta
perbulan.
18
Sebaran status gizi contoh dibagi tiga yaitu rendah, normal dan obesitas.
Sebanyak 13,3 % contoh masuk kedalam kategori rendah, 67,8 % normal dan
18,9 % obesitas. Sedangkan untuk sebaran daya tahan kardiorespirasi dibagi
kedalam 6 kelompok, yaitu 9,8 % Very Poor, 45,7 % Poor, 39, 1 % Fair, dan 5,4 %
Good. Kategori pengetahuan gizi dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu 13,3 % kurang,
54,4 % sedang dan 32,2 % baik. Aktifitas fisik contoh (67,8%) berada dalam
kategori sangat ringan. Frekuensi olahraga yang dilakukan (75,6%) contoh
melakukan olahraga 2 kali seminggu dengan (73,6%) selama 2 jam.
Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan daya tahan
kardiorespirasi dan pengetahuan gizi (r=0,002 & r=0,001), tidak signifikan dengan
frekuensi olahraga dan PAL (r=0,109 & r= 0,832). Tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan gizi dengan ketiga variable lainnya karena r>0,05.
Daya tahan kardiorespirasi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan ketiga
variable lainnya hal ini ditunjukan dengan nilai r>0,05. Untuk variable PAL dan
frekuensi olahraga perminggu juga tidak memiliki hubungan dengan variable
lainnya.
Berdasarkan uji korelasi pearson terdapat hubungan dalam bentuk Negatif
antara status gizi dengan daya tahan kardiorespirasi (R=-0,25) akan tetapi hubungan
yang terbentuk tidak terlalu kuat. Sedangkan untuk hubungan antara frekuensi
olahraga dengan daya tahan kardiorespirasi terbentuk hubungan yang positif
(R=0,26) akan tetapi tidak terbentuk hubungan yang kuat. Dilakukan uji lanjut
untuk melihat apakah tetap ada hubungan antara kedua variable yang terikat
menggunakan metode regresi linear berganda. Berdasarkan uji regresi linear
berganda didapatkan hasil status gizi (p=0,008) dan frekuensi olahraga (p=0,009)
memiliki hubungan.
Saran
Untuk mendapatkan data hasil pengukuran daya tahan kardiorespirasi yang
lebih akurat perlu merencanakan lebih baik untuk waktu dan tempat pengambilan
data. Penelitian ini mengambil tempat di lapangan terbuka dan dilakukan pada siang
hari. Pada saat penelitian penulis tidak memperhitungkan musim hujan sehingga
pengambilan data terkendala dengan hujan. Waktu pengambilan data yang
dilakukan pada siang hari sedikit banyak juga berpengaruh kepada hasil yang
maksimal yang seharusnya. Penelitian ini dapat menjadi topic penelitian yang baik
bagi yang ingin melanjutkannya dengan metode yang sudah disempurnakan. Hasil
dari penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah kota Bogor untuk
mengetahui gambaran status gizi, pengetahuan gizi dan daya tahan kardiorespirasi
remaja putri di kota Bogor. Data tersebut dapat menjadi pertimbangan pemerintah
kota Bogor untuk meningkatkan kemampuan remaja putri di dalam berbagai
kegiatan kompetitif di tingkat nasional maupun internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Agustini U. 2007. Hubungan indeks massa tubuh dengan tingkat kesegaran jasmani
pada anak usia 12-14 tahun [tesis]. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro.
19
Almatsier S. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
Anam MS. 2010. Pengaruh intervensi diet dan olahraga terhadap indeks massa
tubuh, kesegaran jasmani, hscrp dan profil lipid pada anak obesitas
[tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Budiman. 2007. Perbandingan Tes Lari 12 Menit Cooper dengan Tes Ergometer
Sepeda Astrand. J Kesehat Masy. 7(1):91-94.
Cleland VJ, Ball K, Magnussen C, Dwyer T. 2009. Socioeconomic position and the
tracking of physical activity and cardiorespiratory fitness from childhood
to adulthood. Am J Epidemiol. 170(9):1069-1077.
Emilia E. 2009. Pengetahuan, Sikap, dan praktek gizi pada remaja dan implikasinya
pada sosialisasi perilaku hidup sehat. Media Pendidikan, Gizi dan
Kuliner. 1(1):1-10.
[FAO] Food and Nutrition Technical Report Series. 2001. Human Energy
Requirements. Rome: FAO/WHO/UNU.
Ferreira FS. 2013. Relationship between physical fitness and nutritional status in a
Portuguese sample of school adolescents. J Obes Weight Loss Ther.
3(5):1-6. doi:10.4172/2165-7904.1000190.
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan (ID). 2013. Riskesdas 2013. Badan Peneliti
dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan : Republik
Indonesia 2008.
Kusumajaya NAA, Wiardani NK, Juniarsana IW. 2008. Persepsi remaja terhadap
body image (citra tubuh) kaitannya dengan pola konsumsi makan dan
status gizi. J Skal Hus. 5(2):114-125.
Martianto D & Ariani M. 2004. Analisis Perubahan Konsumsi dan Pola Konsumsi
Pangan Masyarakat Dalam Dekade Terakhir. Dalam Soekirman et al.,
editor. Widya Nasional Pangan dan Gizi VIII “Ketahanan Pangan dan
Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi”; Jakarta 17-19 Mei 2004.
Jakarta: LIPI.
Notoatmodjo. 2007. Kesehatan Mayarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Ortega FB, Tresaco B, Ruiz JR, Moreno LA, Martin-Matillas M, Mesa JL,
Warnberg J, Bueno M, Tercedor P, Gutiérrez Á et al. 2012.
Cardiorespiratory fitness and sedentary activities are associated with
adiposity in adolescents. J Obes. 15(6):1589-1599.
Permaesih. 2003. Status Gizi Remaja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
[Internet]. [diunduh 2014 Jan 28]; dapat diunduh di
http://digilib.litbang.depkes.go.id.html.
Sallis JF et al. 1992. Determinants of physical activity and interventions in youth.
Medicine and Science in Sports and Exercise, 24(6): S248-S257.
Singarimbun M, Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: Pustaka
LP3ES Indonesia.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.
Jakarta: Ditjen Dikti, Departemen Pendidikan Nasional
Thing TC. 2011. Hubungan kebiasaan olahraga dengan dismenore pada siswi SMA
Santo Thomas 1 Medan [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera
Utara.
Utari A. 2007. Hubungan indeks massa tubuh dengan tingkat kesegaran jasmani
pada anak usia 12-14 tahun [tesis]. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro.
20
Wahyu A. 2008. Pengaruh intervensi olahraga di sekolah terhadap indeks massa
tubuh dan tingkat kesegaran kardiorespirasi pada remaja obesitas [tesis].
Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
[WHO] World Health Organization. 2007. Growth Reference 5-19 years.
[terhubung berkala]. http://www.who.int /growthref/who2007_bmi_for
_age/en/index.html [Oktober 2011]
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang bernama lengkap Muhammad Rafiq dilahirkan di Jakarta,
tanggal 4 Oktober 1991 dari pasangan H. Nailun Najah dan Wasmini. Penulis
merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Jenjang pendidikan dimulai
penulis dimulai di TK Bappenas Depok dari tahun 1995 s.d. 1996, kemudian
pendidikan dilanjutkan di SDN Bappenas Depok dari tahun 1996 s.d. 1998. Penulis
pindah sekolah ke SDN Kampung Utan II Jakarta dari tahun 1998 s.d. 2002.
Penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Ciputat dari tahun 2002 s.d. 2005, dan di
SMA Dua Mei Jakarta hanya satu tahun yaitu dari tahun 2005 s.d. 2006. Penulis
pindah sekolah ke MAN 4 Model Jakarta selama sisa pendidikannya di bangku
SMA. Setelah lulus dari MAN 4 Model Jakarta, penulis diterima sebagai
mahasiswa Program Keahlian Supervisor Jaminan Mutu Pangan, Direktorat
Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui jalur test reguler. Lulus dari
program Diploma pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikannya pada jenjang pendidikan Strata 1 di Institut pertanian Bogor jurusan
Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia.
Selama menjalani perkuliahan, selain ikut serta dalam beberapa kepanitiaan
seperti kuliah umum (2010), goes to baros (2009), malam keakraban mahasiswa
SJMP (2011), dan seminar pangan mengenai fortifikasi. Penulis juga telah
mengikuti seminar, antara lain adalah kuliah umum “sertifikasi produk dan
sertifikasi halal produk pangan” (2009). Penulis pada tahun 2013 turut serta dalam
kepanitiaan sebagai photographer di seminar pangan gizi yang dilaksanakan di
gedung Balai Kartini Jakarta Selatan.
Top Related