ISSN 2086-6550
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN
PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG
Felicia Risca Ryandini*)
Sri Haryani Saraswati**)
Wulandari Meikawati***)
*) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
***) Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UNIMUS Semarang
ABSTRAK
Peningkatan stressor yang terjadi di masyarakat khususnya di dalam suatu keluarga menimbulkan fenomena kekambuhan Skizofrenia yang cukup tinggi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kekambuhan diantaranya keluarga serta pasien itu sendiri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga, sikap keluarga, dan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan pasien Skizofrenia di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Penelitian ini dengan metode survey analitik yang bersifat korelasional dengan menggunakan metode cross sectional dan menggunakan teknik purposive sampling terhadap 36 responden di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Varibel bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap keluarga serta kepatuhan minum obat, sedangkan varibel terikat adalah kekambuhan pasien. Analisa data menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 55,6% responden memiliki pengetahuan yang tinggi, sebagian besar responden (63,9%) memiliki sikap baik dalam merawat penderita, dan sebanyak 58,3% penderita patuh minum obat. Hasil korelsi dari ketiga variabel yaitu pengetahuan keluarga, sikap keluarga, dan kepatuhan minum obat memiliki hubungan yang signifikan dan berkorelasi negatif dengan kekambuhan pasien ( p value 0,000 ).
Kata kunci : kekambuhan, pasien Skizofrenia
ABSTRACT
The increasing of stressor that occur in society, especially within a family causes the phenomenon relapsing client Skizofrenia which high enough. Many factors that can lead to recurrence among families and patients themselves. Purpose this research is to know the relation of between knowledge, families’ attitude, and compliance take medicine with the relapsing of client Schizophrenia patient in Dr. Amino Gondohutomo Psychiatric Hospital Semarang. This research surveyed analytical method that are correlational by using method of cross sectional and use the technique of purposive sampling to 36 respondent in Dr. Amino Gondohutomo Psychiatric Hospital Semarang. Independent variabels in this research is knowledge and families’ attitude and also compliance take medicine, while dependent variabels is relapsing of patient Schizophrenia. Data analysis using Pearson product moment correlation test Result of research indicate that as many as 55,6% respondent had high knowledge, most respondent ( 63,9%) had a good attitude in taking care of patients, and as many as 58,3% medication adherence of patients. The result of the correlation from third variables there are family knowledge and attitude, and medication adherence has relationship which signifikan and negative correlation with the patient relapsing (p value 0,000). Keyword : relapsing, Schizophrenia patient
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien Skizofrenia ... (F.R.Ryandini, et.al.) 205
A. PENDAHULUAN
Perkembangan berbagai bidang dalam
kehidupan manusia telah membawa
pengaruh yang besar bagi manusia,
menyebabkan bertambahnya tekanan
maupun stressor. Tekanan maupun
stressor ini membawa dampak terhadap
munculnya berbagai macam penyakit
yang mempengaruhi kesehatan mental
pada manusia. Gangguan kesehatan
mental yang sering muncul di masyarakat
dan tampak tanda serta gejalanya adalah
Skizofrenia. Pada masyarakat
diperkirakan prevalensi Skizofrenia
sekitar 1 % dari seluruh penduduk
(Tomb, 2003, hlm.24).
Berdasarkan data yang diperoleh dari
bidang Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr. Amino Gondohutomo (2010),
menunjukkan bahwa 68% pasien rawat
inap dari tahun 2005 sampai 2009 adalah
pasien yang punya riwayat pernah masuk
ke rumah sakit jiwa sebelumnya (pasien
lama). Hal ini menunjukkan bahwa
fenomena tingkat kekambuhan pada
pasien gangguan jiwa di wilayah kota
Semarang sangat tinggi jika dibandingkan
dengan jumlah pasien baru yang belum
pernah mengalami gangguan jiwa
sebelumnya.
Menurut Abidin (2007, ¶1) Skizofrenia
merupakan gangguan jiwa dengan
klasifikasi yang berat dengan perjalanan
penyakit yang progresif, cenderung
menahun (kronik), eksaserbasif (sering
mengalami kekambuhan), serta yang
paling banyak diderita. Klien Skizofrenia
diperkirakan akan kambuh 50% pada
tahun pertama, 70% pada tahun kedua,
dan 100% pada tahun kelima setelah
pulang dari rumah sakit (Keliat, 1998).
Menurut Sullinger ( dalam Keliat, 1996)
terdapat empat faktor penyebab klien
kambuh dan perlu dirawat kembali, yaitu
klien, keluarga, dokter dan penanggung
jawab klien (case manager). Adanya
perubahan yang terjadi pada klien
mengenai masalah informasi, akan sangat
berpengaruh pada kesehatannya. Tanpa
adanya dukungan dari keluarga,
kekambuhan pada klien dengan
mudahnya akan terjadi. Perawatan dan
terapi pengobatan yang diberikan oleh
dokter maupun case manager tidak akan
bermakna apabila klien dan keluarga
tidak memberi dukungan. Oleh karena
itu, klien serta keluarga merupakan faktor
yang paling mempengaruhi terjadinya
kekambuhan.
Klien Skizofrenia membutuhkan
perawatan yang ditujukan pada klien dan
keluarga secara berkala untuk mencegah
kekambuhan. Peran keluarga tidak dapat
dipisahkan dalam perawatan pada pasien
Skizofrenia. Hal tersebut mengingat
bahwa pasien dengan Skizofrenia
mengalami penurunan fungsi kognitif.
Peran keluarga dapat kurang maksimal,
terkadang pengetahuan dan sikap
keluarga pasien masih kurang dalam
menangani anggota keluarganya yang
baru saja pulang dari rumah sakit.
Menurut Sullinger dalam Kelliat (2008),
beberapa peneliti menunjukkan bahwa
salah satu faktor penyebab kambuhnya
pasien dengan gangguan jiwa adalah
perilaku keluarga yang tidak tahu cara
menangani pasien Skizofrenia di rumah.
Menurut Ingram (1995, hlm.56) jika
keluarga memperlihatkan emosi yang
diekspresikan secara berlebih, misalnya
klien sering diomeli atau dikekang
dengan aturan yang berlebihan maka
kemungkinan kambuh besar pula. Hasil
studi yang dilakukan oleh Leff & Wing
dalam Kaplan (1997) menyatakan bahwa
angka kekambuhan di rumah dengan
emosi yang diekspresikan rendah dan
pasien minum obat teratur sebesar 12%
dengan emosi yang diekspresikan rendah
dan tanpa obat 42% sedangkan emosi
yang diekspresikan tinggi dan tanpa obat
angka kekambuhan 92%.
206 J. Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. I No. 4, Juni 2011 : 205-215
Berdasarkan fenomena yang terjadi dan
belum adanya penelitian mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi
kekambuhan pada Skizofrenia, maka
penulis ingin meneliti lebih lanjut
mengenai faktor - faktor yang
mempengaruhi kekambuhan pada pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah
dr. Amino Gondohutomo Semarang.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui beberapa faktor yang
berhubungan dengan kekambuhan pasien
Skizofrenia di RSJD dr. Amino
Gondohutomo Semarang, sedangkan
tujuan khusus dalam penelitian ini adalah
1)mendiskripsikan pengetahuan keluarga
pasien Skizofrenia, 2)mendiskripsikan
sikap keluarga pasien Skizofrenia,
3)mendiskripsikan kepatuhan minum obat
pasien Skizofrenia, 4)mendiskripsikan
kekambuhan pasien Skizofrenia,
5)menganalisis hubungan pengetahuan
keluarga dengan kekambuhan pasien
Skizofrenia, 6)menganalisis hubungan
sikap keluarga dengan kekambuhan
pasien Skizofrenia dan 7)menganalisis
hubungan kepatuhan minum obat dengan
kekambuhan pasien Skizofrenia .
Skizofrenia adalah suatu penyakit otak
persisten yang mengakibatkan perilaku
psikotik, pemikiran konkret, dan
kesulitan memproses informasi,
hubungan interpersonal, serta
memecahkan masalah (Stuart, 2006,
hlm.240).
Menurut Abidin (2007) Skizofrenia
merupakan gangguan jiwa dengan
klasifikasi yang berat dengan perjalanan
penyakit yang progresif, kronik, &
eksaserbasif sehingga membutuhkan
perawatan secara berkala untuk
mengantisipasi kekambuhan.
Andri (2009, dalam wir-nursing, ¶1)
mengungkapakn bahwa kambuh
merupakan keadaan klien di mana
muncul gejala yang sama seperti
sebelumnya dan mengakibatkan klien
harus dirawat kembali. Skizofrenia
merupakan gangguan kronik yang sering
menimbulkan relaps. Tanpa pengobatan
70%-80% penderita yang pernah
menderita Skizofrenia akan mengalami
kekambuhan setelah 2 bulan berikutnya
dari masa sakit yang lalu. Pemberian obat
yang terus-menerus dapat mengurangi
tingkat kekambuhan hingga 30%
(Mubarak, 2006).
Menurut Sullinger (dalam Keliat, 1996)
terdapat empat faktor penyebab klien
kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit
jiwa, yaitu: klien, keluarga, dokter, dan
case manager. Pada penderita Skizofrenia
bisanya mengalami masalah proses
informasi yang sering disebut dengan
defisit kognitif sehingga menimbulkan
adanya sikap salah satunya kurang patuh
terhadap sesuatu misalnya pengobatan.
Keluarga merupakan sistem pendukung
utama yang memberi perawatan langsung
pada setiap keadaan klien baik itu sehat
maupun sakit. Status kesehatan dalam
suatu keluarga dipengaruhi oleh
pengetahuan dan sikap keluarga ( Marilyn
dalam Wulansih, 2008, ¶9). Dokter dalam
hal ini adalah sebagai pemberi resep,
pemberian resep diharapkan tetap
waspada mengidentifikasi dosis
terapeutik yang dapat mencegah
kekambuhan dan efek samping. Setelah
klien pulang ke rumah maka penanggung
jawab kasus dalam hal ini adalah pegawai
Puskesmas yang mempunyai tanggung
jawab atas program adaptasi klien di
rumah serta kesempatan yang lebih
banyak untuk bertemu dengan klien,
sehingga dapat mengidentifikasi gejala
dini dan segera mengambil tindakan
(Keliat, 1992, hlm. 9).
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
survey analitik, dengan metode
pendekatan yang digunakan adalah cross
sectional. Populasi pada penelitian ini
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien Skizofrenia ... (F.R.Ryandini, et.al.) 207
adalah seluruh keluarga penderita
Skizofrenia yang sebelumnya pernah
dirawat di rumah sakit dan saat ini sedang
dirawat di Ruang Arimbi, Ruang Citro
Anggodo, dan Ruang Dewa Ruci RSJD
Dr. Amino Gondohutomo, Semarang
sebanyak 39 keluarga. Pengambilan
sampel yang digunakan pada penelitian
ini menggunakan teknik purposive
sampling yaitu pengambilan sampel
didasarkan pada pertimbangan yang
ditentukan dalam kriteria inklusi dan
eksklusi sebanyak 36 responden. Dengan
kriteria sebagai berikut : orang tua pasien
Skizofrenia yang tinggal serumah dengan
klien, klien yang mengidap Skizofrenia
minimal 5 tahun, dan klien minimal
berusia 18 tahun.
C. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Analisis univariat
a. Jenis kelamin
Responden dalam penelitian ini
sebagian besar berjenis kelamin
laki-laki (52,8 %).
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis
Kelamin pada Keluarga Pasien
Skizofrenia No Jenis kelamin Jumlah Prosentase
(%)
1 Laki-laki 19 52,8
2 Perempuan 17 47,2
Total 36 100,0
b. Usia
Tabel 2 menunjukkan sebagian
besar responden berusia 51-60
tahun. Usia terendah responden
adalah 41 tahun, sedangkan usia
tertua responden 73 tahun .
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Usia pada Keluarga Pasien
Skizofrenia No Usia (thn) Jml Prosentase (%)
1 40-50 13 36,1
2 51-60 17 47,2
3 >60 6 16,7
Total 36 100,0
c. Pendidikan
Tabel 3 nampak sebagian besar
berpendidikan rendah setara SD
sampai SMP yaitu sebanyak
77,8%, sedangkan sisanya
menempuh pendidikan hingga
SMA.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pendidikan pada Keluarga Pasien
Skizofrenia
No Pendidikan Jumlah Prosentase (%)
1 SD 14 38,9
2 SMP 14 38,9
3 SMA 8 22,2
Total 36 100,0
d. Pekerjaan
Penelitian ini responden sebagian
besar memiliki pekerjaan yaitu
sebesar 72,2%, dan sisanya
merupakan ibu rumah tangga
.Data selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pekerjaan pada Keluarga Pasien
Skizofrenia
No Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)
1 Buruh 4 11,1
2 Pedagang 9 25,0
3 Petani 4 11,1
4 Swasta 9 25,0
5 Tidak
bekerja
10 27,8
Total 36 100,0
e. Pengetahuan keluarga
Dari 36 responden, sebagian
besar memiliki tingkat
pengetahuan yang tinggi yaitu
sebanyak 55,6% dan 5 responden
saja yang berpengetahuan
rendah. Hasil selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 5.
208 J. Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. I No. 4, Juni 2011 : 205-215
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pengetahuan pada Keluarga
Pasien Skizofrenia
No Pengetahuan Jml Prosentase (%)
1 Rendah 5 13,8
2 Sedang 11 30,6
3 Tinggi 20 55,6
Total 36 100,0
f. Sikap keluarga
Tabel 6 menunjukkan bahwa dari
36 responden sebagian besar
memiliki sikap yang baik dalam
menangani pasien di rumah yaitu
sebanyak 63,9% responden dan
sisanya hanya 13 responden saja
yang berperilaku buruk.
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Sikap pada Keluarga Pasien
Skizofrenia No Sikap Jumlah Prosentase (%)
1 Baik 23 63,9
2 Buruk 13 36,1
Total 36 100,0
g. Kepatuhan minum obat
Sebagian besar responden pada
penelitian ini mengungkapkan
bahwa anggota keluarga yang
mengalami Skizofrenia patuh
dalam minum obat yaitu
sebanyak 58,3%. Data
selengkapnya dapat dilihat dalam
Tabel 7.
Tabel 7
Distribusi Frekuensi
BerdasarkanKepatuhan Minum
Obat Pasien pada Keluarga Pasien
Skizofrenia No Kepatuhan
Minum Obat Jml Prosentase
(%)
1 Patuh 21 58,3
2 Tidak patuh 15 41,7
Total 36 100,0
h. Kekambuhan pasien
Tabel 8 menunjukkan bahwa
yang memiliki anggota keluarga
yang menderita Skizofrenia
sebanyak 58,3% dengan tingkat
kekambuhan rendah. Hasil
penelitian selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8
Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Kekambuhan
Pasien pada Keluarga Pasien
Skizofrenia No Kekambuhan Jumlah Prosentase
(%)
1 Rendah 21 58,3
2 Sedang 10 27,8
3 Tinggi 5 13,9
Total 36 100,0
2. Analisis bivariat
a. Hubungan antara Pengetahuan
Keluarga dengan Kekambuhan
pada Pasien Skizofrenia di
RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang.
Dari hasil uji korelasi
menggunakan korelasi Pearson
Product Moment diperoleh
bahwa hasil p = 0,000 (< 0,05)
sehingga Ho ditolak,
menunjukkan bahwa ada
hubungan antara tingkat
pengetahuan keluarga dengan
kekambuhan pasien Skizofrenia,
di mana r= -0,592 yaitu
berkorelasi negatif.
10.008.006.004.002.00
pengetahuan_klrg
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
kekambuhan
Gambar 1
Diagram Scatter Hubungan
Pengetahuan Keluarga dengan
Kekambuhan Pasien Skizofrenia
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien Skizofrenia ... (F.R.Ryandini, et.al.) 209
Hasil analisa Diagram Scatter seperti
pada Gambar 1, menunjukkan bahwa
responden dengan tingkat
pengetahuan keluarga yang rendah
memiliki tingkat kekambuhan pasien
yang tinggi, responden dengan tingkat
pengetahuan keluarga yang sedang
berhubungan dengan tingkat
kekambuhan pasien yang tinggi,
sedangkan responden dengan tingkat
pengetahuan keluarga yang tinggi
memiliki tingkat kekambuhan pada
pasien yang rendah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian Endang
Kustyaningsih (2007) yang
mengungkapkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan keluarga dengan
pencegahan kekambuhan penderita
Skizofrenia. Perawatan di rumah sakit
tidak akan bermakna bila tidak
dilanjutkan dengan perawatan di
rumah, untuk dapat melakukan
perawatan secara baik dan benar
keluarga perlu memiliki bekal yaitu
pengetahuan mengenai penyakit yang
dialami oleh klien. Hal ini mengingat
bahwa klien Skizofrenia mengalami
berbagai kemunduran, salah satunya
yaitu fungsi kognitif, sehingga orang
terdekat klien dalam hal ini keluarga
memiliki peran yang sangat penting.
Banyak dari keluarga yang
menganggap bahwa bila klien sudah
kembali ke rumah berarti dia sudah
sembuh, sehingga keluarga jarang ada
yang mengontrol klien untuk minum
obat bahkan bila obat habis, keluarga
tidak membeli lagi. Hal ini yang
sering menyebabkan kekambuhan
klien terjadi. Oleh karena itu
pengetahuan yang dimiliki oleh
keluarga sangat berpengaruh pada
kekambuhan klien penderita
Skizofrenia. Pengetahuan yang perlu
dimiliki oleh keluarga antara lain :
pemahaman tentang gangguan mental
yang diderita klien (Skizofrenia tidak
dapat disembuhkan, salah satu faktor
penyebabnya yaitu dari keluarga baik
dari faktor genetik, psikologis,
maupun psikososial); bagaimana cara
pemberian obat, dosis obat, dan efek
samping dari pengobatan (mulut
kering, impotensi), tanda dan gejala
pada penderita Skizofrenia
(mengurung diri, tersenyum/ tertawa
sendiri), gejala kekambuhan
(ketakutan, kurang minat, tidak nafsu
makan, sulit tidur), serta sikap yang
perlu ditunjukkan maupun yang perlu
dihindari selama merawat klien di
rumah (kurang sabar, keras, otoriter,
memusuhi).
b. Hubungan antara Sikap Keluarga
dengan Kekambuhan pada Pasien
Skizofrenia di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang
Uji statistik korelasi menggunakan
korelasi Pearson Product Moment,
dari hasil uji tersebut diperoleh bahwa
hasil p = 0,000 (< 0,05) sehingga Ho
ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa
ada hubungan antara sikap keluarga
dengan kekambuhan pasien
Skizofrenia, di mana r= -0,747
menunjukkan bahwa ada korelasi
yang kuat.
. 35.0030.0025.0020.0015.00
sikap_klrg
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
kekambuhan
Gambar 2
Diagram Scatter Hubungan Sikap
Keluarga dengan Kekambuhan
Pasien Skizofrenia
Hasil dari penelitian diperjelas
dengan Diagram Scatter seperti pada
Gambar 5.2, yang menunjukkan
bahwa responden dengan sikap
210 J. Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. I No. 4, Juni 2011 : 205-215
keluarga yang baik berkorelasi
dengan tingkat kekambuhan pasien
yang rendah, responden dengan sikap
keluarga yang buruk cenderung
memiliki tingkat kekambuhan pasien
sedang sampai tinggi.
Pada analisa univariat diperoleh hasil
63,9% responden memiliki sikap yang
baik pada anggota keluarganya yang
mengalami Skizofrenia dan sebagian
besar pasien memiliki tingkat
kekambuhan yang rendah yaitu
58,3%. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden memiliki
sikap yang baik pada anggota
keluarga yang menderita Skizofrenia
sehingga memiliki tingkat
kekambuhan pasien yang rendah.
Skizofrenia merupakan gangguan
kronik yang sering menimbulkan
kekambuhan. Pada fase residual klien
biasanya sudah kembali ke rumah,
dan di sini keluarga mempunyai peran
yang penting dalam perawatan sehari-
hari. Salah satu faktor penyebab
kekambuhan gangguan jiwa adalah
keluarga yang tidak tahu cara
menangani perilaku klien di rumah,
maka keluarga berperan penting
dalam peristiwa terjadinya gangguan
jiwa dan proses penyesuaian kembali
setiap klien (Keliat, 1992, hlm. 1-2).
Keluarga klien perlu mempunyai
sikap yang positif yaitu dengan
menerima klien, memberikan respon
positif kepada klien, menghargai klien
sebagai anggota keluarga dan
menumbuhkan sikap tanggung jawab
kepada klien (Kelliat, 1996, hlm.9).
Adanya sikap yang positif dari
keluarga menyebabkan klien merasa
lebih dihargai dan tidak kehilangan
perannya dalam keluarga tersebut,
klien merasa nyaman berada di
rumah, mendapatkan perhatian yang
utuh dari keluarga. Namun keluarga
terkadang sering mengekspresikan
diri secara berlebihan dengan sikap
kurang sabar, bermusuhan, pemarah,
keras, kasar, kritis, dan otoriter. Hal
ini membawa pengaruh yang cukup
besar bagi kekambuhan klien. Kaplan
dan Saddock (1997) mengungkapkan
bahwa apabila dilakukan pemisahan
antara klien dengan emosi yang
diekspresikan keluarga (Expressed
Emotion) maka angka relaps akan
menurun (Sirait, 2008, 34 (¶3)).
c. Hubungan antara Kepatuhan
Minum Obat dengan Kekambuhan
pada Pasien Skizofrenia di RSJD
Dr. Amino Gondohutomo
Semarang
Penelitian ini menggunakan uji
korelasi Pearson Product Moment dan
diperoleh hasil bahwa p = 0,000 (<
0,05) sehingga Ho ditolak. Hasil ini
menunjukkan bahwa ada hubungan
antara kepatuhan minum obat dengan
kekambuhan pasien skizofrenia, di
mana r= -0,852 menunjukkan bahwa
korelasi negatif.
8.007.006.005.004.003.002.001.00
kepatuhan
35.00
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
kekambuhan
Gambar 3
Diagram Scatter Hubungan Kepatuhan
Minum Obat dengan Kekambuhan
Pasien Skizofrenia
Hasil dari penelitian diperjelas
dengan Diagram Scatter seperti pada
Gambar 5.3, yang menunjukkan
bahwa penderita yang patuh minum
obat sebagian besar memiliki tingkat
kekambuhan yang rendah, sedangkan
penderita yang tidak patuh minum
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien Skizofrenia ... (F.R.Ryandini, et.al.) 211
obat cenderung memiliki tingkat
kekambuhan sedang sampai tinggi.
Kesadaran klien untuk meningkatkan
kualitas hidupnya cukup tinggi hal ini
ditandai dengan tingginya angka
kepatuhan dalam mengkonsumsi obat
sehingga 58,3% tingkat
kekambuhannya rendah dan terdapat
27,8% responden yang menunjukkan
tingkat kekambuhan sedang
cenderung dapat menjadi tinggi.
Terapi medis utama yaitu
psikofarmakologi memiliki tujuan
untuk mengurangi keparahan gejala,
mencegah kekambuhan dari masa
timbulnya gejala dan hal-hal yang
berkaitan dengan kemunduran fungsi,
dan memberikan dukungan untuk
mencapai taraf hidup yang lebih baik
(Mubarak, 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
responden yang menyatakan selama
di rumah klien yang tidak patuh
minum obat yaitu sebesar 41,7%.
Ketidakpatuhan yang muncul dari
klien sangat beragam mulai dari klien
merasa bahwa dirinya sudah pulang
dari Rumah Sakit sehingga sudah
sembuh dan tidak perlu lagi minum
obat, klien lupa bahkan bingung
kapan harus minum obat, klien terlalu
tergantung dengan keluarganya
sehingga jika keluarga tidak
mengingatkan klien juga tidak minum
obat, klien terkadang merasa takut
dan kesal akibat efek samping obat
dan sering kali menjadi alasan utama
untuk menghentikan atau mengurangi
dosis obat.
Klien yang mengalami gangguan
memori ditandai dengan sifat pelupa,
tidak berminat dan kurang patuh
terhadap sesuatu (Kelliat, 1996,
hlm.8). Selain beberapa alasan klien
tidak mau minum obat seperti di atas,
klien Skizofrenia sukar mengikuti
aturan minum obat karena adanya
gangguan realitas dan
ketidakmampuan dalam mengambil
keputusan. Adanya gangguan memori
berupa klien kurang patuh terhadap
sesuatu menunjukkan bahwa peran
keluarga sangat penting dalam
perawatan klien Skizofrenia di rumah
khususnya untuk membantu klien
agar tetap patuh minum obat.
Banyak faktor yang dapat memicu
terjadinya kekambuhan baik faktor
internal maupun faktor eksternal.
Faktor internal merupakan faktor
yang berasal dari klien itu sendiri.
Penderita Skizofrenia mengalami
masalah proses informasi yang sering
disebut dengan defisit kognitif. Selain
itu penyebab klien kambuh selain
faktor internal yaitu keluarga, dokter,
dan penanggung jawab klien (case
manager). Namun, perawatan dan
terapi pengobatan yang diberikan oleh
dokter maupun case manager tidak
akan bermakna apabila klien dan
keluarga tidak memberi dukungan.
Oleh karena itu, klien serta keluarga
merupakan faktor yang paling
mempengaruhi terjadinya
kekambuhan.
3. Implikasi Keperawatan
a. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat
digunakan di Rumah Sakit Jiwa
khususnya bagi Rumah Sakit Jiwa
Daerah Dr. Amino Gondohutomo
Semarang sebagai bahan masukan
dalam penentu kebijakan dalam
pembuatan prosedur tetap dalam
memberikan penyuluhan terhadap
klien serta keluarga maupun
discharge planning dalam
mempersiapkan kepulangan klien
dari rumah sakit dengan tujuan
untuk meningkatkan pengetahuan
klien dan kelurga mengenai
penyakit yang diderita klien serta
tentang bagaimana cara perawatan
klien di rumah untuk mencegah
terjadinya kekambuhan.
212 J. Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. I No. 4, Juni 2011 : 205-215
b. Kelompok Keilmuan
Keperawatan
Penelitian ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman
khususnya di bidang ilmu
keperawatan jiwa dan dapat
digunakan sebagai bahan studi
pendahuluan bagi peneliti lain
yang tertarik dan berminat dengan
masalah-masalah keperawatan
pada pasien gangguan jiwa pada
umumnya dan mengenai
kekambuhan pada pasien
Skizofrenia pada khususnya.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Dr. Amino Gondohutomo Semarang
maka peneliti mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Responden pada penelitian ini
sebagian besar berjenis kelamin
laki-laki yaitu sebanyak 52,8%.
2. Sebagian besar (47,2%)
responden berusia 51-60 tahun.
3. Pendidikan responden dalam
penelitian ini sebagian besar
berpendidikan rendah setara SD
sampai SMP yaitu sebanyak
77,8%.
4. Responden dalam penelitian ini
sebagian besar (72,2%) bekerja
sebagai buruh, pedagang, petani,
dan karyawan swasta.
5. Berdasarkan hasil penelitian
sebagian besar responden
memiliki tingkat pengetahuan
yang tinggi yaitu sebanyak 55,6%.
6. Sebanyak 63,9% responden
memiliki sikap yang baik dalam
menangani pasien di rumah.
7. Sebagian besar klien Skizofrenia
patuh dalam minum obat yaitu
sebanyak 58,3%.
8. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar tingkat
kekambuhan pasien tergolong
rendah yaitu sebanyak 58,3%.
9. Ada hubungan antara tingkat
pengetahuan keluarga dengan
kekambuhan pasien Skizofrenia.
10. Ada hubungan antara sikap
keluarga dengan kekambuhan
pasien Skizofrenia.
11. Ada hubungan antara kepatuhan
minum obat dengan kekambuhan
pasien Skizofrenia.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan maka peneliti mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan
a. Bagi RSJD dr. Amino
Gondohutomo Semarang
Perawat ruangan perlu
meningkatkan pemberian
penyuluhan terhadap klien atau
keluarga dalam mempersiapkan
kepulangan pasien mengenai
faktor-faktor yang
mempengaruhi kekambuhan
klien, seperti memberi
penyuluhan tentang penyakit
Skizofrenia dan sikap apa saja
yang perlu ditunjukkan maupun
yang perlu dihindari selama
merawat klien di rumah
dilakukan minimal satu kali
sebelum klien pulang.
b. Bagi keluarga
Keluarga yang memiliki
anggota keluarga yang
menderita Skizofrenia perlu
memiliki pengetahuan tentang
penyakit yang dialami klien
dengan cara ikut serta dalam
proses keperawatan dan
menggali informasi dari perawat
atau tim medis yang menangani
pasien seperti tanda dan gejala
Skizofrenia, cara pemberian
obat, dan gejala kekambuhan;
serta bagaimana melakukan
klien di rumah yaitu dengan
memberikan sikap yang baik
pada penderita dan selalu
memantau penderita untuk
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien Skizofrenia ... (F.R.Ryandini, et.al.) 213
minum obat sehingga dapat
mencegah kekambuhan.
2. Ilmu keperawatan
a. Bagi keperawatan
Perawat perlu memahami lebih
mendalam tentang faktor-faktor
selain pengetahuan keluarga,
sikap keluarga, dan kepatuhan
minum obat yang dapat
mempengaruhi kekambuhan
pasien Skizofrenia baik internal
maupun eksternal.
b. Bagi penelitian selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya
dapat menambah jumlah
variabel dalam penelitian dan
memperluas area penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.
Jakarta : Rineka Cipta
Abidin, Fathoni Rendra. (2007). Faktor
penyebab kekambuhan pada pasien
gangguan Skizofrenia hebefrenik pasca
dari RSJ.
http://digilib.umm.ac.id/skizofrenia_hebe
frenik_penyebab_kekambuhan. diperoleh
tanggal 5 Juni 2010
Copel, Linda Carman. (2007). Kesehatan Jiwa
& Psikiatrik : Pedoman Klinis Perawat.
Jakarta: EGC
Dahlan, M. Sopiyudin. (2009). Statistik untuk
kedokteran dan kesehatan. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika
Frisch, Noreen Cavan, & Frisch Lawrence E.
(2006). Psychiatric mental health
nursing.. Third edition. Ohio : Thompson
Corporation
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Riset
keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta : Salemba Medika
Isaacs, Ann. (2005). Panduan Belajar:
keperawatan kesehatan jiwa dan
psikiatrik. Jakarta : EGC
Kaplan, Harold J., Sadock, Benjamin J.,
Grebb, Jack A. (1997). Kaplan&Sadock : Sinopsis psikiatri,
ilmu pengetahuan perilaku psikiatri
klinis edisi 7 jilid 1. Jakarta EGC
Keliat, Budi Anna. (1996). Peran serta
keluarga dalam perawatan klien
gangguan jiwa. Jakarta : EGC
Kustyaningsih, Endang. (2007). Hubungan
antara pengetahuan dan sikap
keluarga dengan tindakan keluarga
dalam pencegahan kekambuhan
penderita Skizofrenia. 31-56
Laraia, Michele, & Stuart, Gail W. (2001).
Priciples and practise of psychiatric
nursing. Seventh edition. St. Louise
Missouri : Mosby Inc.
Machfoedz, Ircham. (2009). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya
Mubarak, Husnul. (2007).
Schizophrenia.http://www.indonesiain
donesia.com/f/10629-schizophrenia/
diperoleh tanggal 1 Mei 2010
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : EGC
Riwidikdo, Handoko. (2009). Statistik untuk
penelitian kesehatan dengan aplikasi
program R dan SPSS. Yogyakarta:
Pustaka Rihama
Sirait, Asima. (2008). Pengaruh koping keluarga terhadap kejadian relaps
pada skizofrenia remisi sempurna di
Rumah Sakit Jiwa daerah Propinsi
Sumatra Utara.
www.researchgate.net/publication/423
24742/pengaruh_koping_keluarga_ter
hadap_kejadian_relaps_pada_skizofre
nia / Diperoleh tanggal 9 Mei 2010
Solechan Achmad. (2010). Komputer dalam keperawatan ( modul praktikum).
STIKES Telogorejo Semarang
214 J. Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. I No. 4, Juni 2011 : 205-215
Soekidjo Notoatmodjo. (2005). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka
cipta
Stuart, Gail W. (2006). Buku saku
keperawatan jiwa. Jakarta : EGC
Sutantri, Soemarmo, & Soemarni. (1995).
Faktor psikososial yang berhubungan
dengan kekambuhan skizofrenia. Berita Kedokteran Masyarakat XI(3).
Wulansih, Sri & Widodo, Arif. (2008).
Hubungan antara pengetahuan dan
sikap keluarga dengan kekambuhan
pada pasien skizofrenia di RSJD
Surakarta. www.pengetahuan_dan_sikap_keluarg
a_terhadap_kekambuhan_skizofrenia.
com diperoleh tanggal 27 April 2010
Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan jiwa.
Bandung : Refika Aditama
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien Skizofrenia ... (F.R.Ryandini, et.al.) 215