Hub.pengetahuan

11
ISSN 2086-6550 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Felicia Risca Ryandini *) Sri Haryani Saraswati **) Wulandari Meikawati ***) *) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang **) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang ***) Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UNIMUS Semarang ABSTRAK Peningkatan stressor yang terjadi di masyarakat khususnya di dalam suatu keluarga menimbulkan fenomena kekambuhan Skizofrenia yang cukup tinggi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kekambuhan diantaranya keluarga serta pasien itu sendiri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga, sikap keluarga, dan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan pasien Skizofrenia di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Penelitian ini dengan metode survey analitik yang bersifat korelasional dengan menggunakan metode cross sectional dan menggunakan teknik purposive sampling terhadap 36 responden di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Varibel bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap keluarga serta kepatuhan minum obat, sedangkan varibel terikat adalah kekambuhan pasien. Analisa data menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 55,6% responden memiliki pengetahuan yang tinggi, sebagian besar responden (63,9%) memiliki sikap baik dalam merawat penderita, dan sebanyak 58,3% penderita patuh minum obat. Hasil korelsi dari ketiga variabel yaitu pengetahuan keluarga, sikap keluarga, dan kepatuhan minum obat memiliki hubungan yang signifikan dan berkorelasi negatif dengan kekambuhan pasien ( p value 0,000 ). Kata kunci : kekambuhan, pasien Skizofrenia ABSTRACT The increasing of stressor that occur in society, especially within a family causes the phenomenon relapsing client Skizofrenia which high enough. Many factors that can lead to recurrence among families and patients themselves. Purpose this research is to know the relation of between knowledge, families’ attitude, and compliance take medicine with the relapsing of client Schizophrenia patient in Dr. Amino Gondohutomo Psychiatric Hospital Semarang. This research surveyed analytical method that are correlational by using method of cross sectional and use the technique of purposive sampling to 36 respondent in Dr. Amino Gondohutomo Psychiatric Hospital Semarang. Independent variabels in this research is knowledge and families’ attitude and also compliance take medicine, while dependent variabels is relapsing of patient Schizophrenia. Data analysis using Pearson product moment correlation test Result of research indicate that as many as 55,6% respondent had high knowledge, most respondent ( 63,9%) had a good attitude in taking care of patients, and as many as 58,3% medication adherence of patients. The result of the correlation from third variables there are family knowledge and attitude, and medication adherence has relationship which signifikan and negative correlation with the patient relapsing (p value 0,000). Keyword : relapsing, Schizophrenia patient Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien Skizofrenia ... (F.R.Ryandini, et.al.) 205

Transcript of Hub.pengetahuan

Page 1: Hub.pengetahuan

ISSN 2086-6550

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN

PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH

Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

Felicia Risca Ryandini*)

Sri Haryani Saraswati**)

Wulandari Meikawati***)

*) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang

**) Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang

***) Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat UNIMUS Semarang

ABSTRAK

Peningkatan stressor yang terjadi di masyarakat khususnya di dalam suatu keluarga menimbulkan fenomena kekambuhan Skizofrenia yang cukup tinggi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kekambuhan diantaranya keluarga serta pasien itu sendiri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga, sikap keluarga, dan kepatuhan minum obat dengan kekambuhan pasien Skizofrenia di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Penelitian ini dengan metode survey analitik yang bersifat korelasional dengan menggunakan metode cross sectional dan menggunakan teknik purposive sampling terhadap 36 responden di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Varibel bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap keluarga serta kepatuhan minum obat, sedangkan varibel terikat adalah kekambuhan pasien. Analisa data menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 55,6% responden memiliki pengetahuan yang tinggi, sebagian besar responden (63,9%) memiliki sikap baik dalam merawat penderita, dan sebanyak 58,3% penderita patuh minum obat. Hasil korelsi dari ketiga variabel yaitu pengetahuan keluarga, sikap keluarga, dan kepatuhan minum obat memiliki hubungan yang signifikan dan berkorelasi negatif dengan kekambuhan pasien ( p value 0,000 ).

Kata kunci : kekambuhan, pasien Skizofrenia

ABSTRACT

The increasing of stressor that occur in society, especially within a family causes the phenomenon relapsing client Skizofrenia which high enough. Many factors that can lead to recurrence among families and patients themselves. Purpose this research is to know the relation of between knowledge, families’ attitude, and compliance take medicine with the relapsing of client Schizophrenia patient in Dr. Amino Gondohutomo Psychiatric Hospital Semarang. This research surveyed analytical method that are correlational by using method of cross sectional and use the technique of purposive sampling to 36 respondent in Dr. Amino Gondohutomo Psychiatric Hospital Semarang. Independent variabels in this research is knowledge and families’ attitude and also compliance take medicine, while dependent variabels is relapsing of patient Schizophrenia. Data analysis using Pearson product moment correlation test Result of research indicate that as many as 55,6% respondent had high knowledge, most respondent ( 63,9%) had a good attitude in taking care of patients, and as many as 58,3% medication adherence of patients. The result of the correlation from third variables there are family knowledge and attitude, and medication adherence has relationship which signifikan and negative correlation with the patient relapsing (p value 0,000). Keyword : relapsing, Schizophrenia patient

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien Skizofrenia ... (F.R.Ryandini, et.al.) 205

Page 2: Hub.pengetahuan

A. PENDAHULUAN

Perkembangan berbagai bidang dalam

kehidupan manusia telah membawa

pengaruh yang besar bagi manusia,

menyebabkan bertambahnya tekanan

maupun stressor. Tekanan maupun

stressor ini membawa dampak terhadap

munculnya berbagai macam penyakit

yang mempengaruhi kesehatan mental

pada manusia. Gangguan kesehatan

mental yang sering muncul di masyarakat

dan tampak tanda serta gejalanya adalah

Skizofrenia. Pada masyarakat

diperkirakan prevalensi Skizofrenia

sekitar 1 % dari seluruh penduduk

(Tomb, 2003, hlm.24).

Berdasarkan data yang diperoleh dari

bidang Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa

Daerah Dr. Amino Gondohutomo (2010),

menunjukkan bahwa 68% pasien rawat

inap dari tahun 2005 sampai 2009 adalah

pasien yang punya riwayat pernah masuk

ke rumah sakit jiwa sebelumnya (pasien

lama). Hal ini menunjukkan bahwa

fenomena tingkat kekambuhan pada

pasien gangguan jiwa di wilayah kota

Semarang sangat tinggi jika dibandingkan

dengan jumlah pasien baru yang belum

pernah mengalami gangguan jiwa

sebelumnya.

Menurut Abidin (2007, ¶1) Skizofrenia

merupakan gangguan jiwa dengan

klasifikasi yang berat dengan perjalanan

penyakit yang progresif, cenderung

menahun (kronik), eksaserbasif (sering

mengalami kekambuhan), serta yang

paling banyak diderita. Klien Skizofrenia

diperkirakan akan kambuh 50% pada

tahun pertama, 70% pada tahun kedua,

dan 100% pada tahun kelima setelah

pulang dari rumah sakit (Keliat, 1998).

Menurut Sullinger ( dalam Keliat, 1996)

terdapat empat faktor penyebab klien

kambuh dan perlu dirawat kembali, yaitu

klien, keluarga, dokter dan penanggung

jawab klien (case manager). Adanya

perubahan yang terjadi pada klien

mengenai masalah informasi, akan sangat

berpengaruh pada kesehatannya. Tanpa

adanya dukungan dari keluarga,

kekambuhan pada klien dengan

mudahnya akan terjadi. Perawatan dan

terapi pengobatan yang diberikan oleh

dokter maupun case manager tidak akan

bermakna apabila klien dan keluarga

tidak memberi dukungan. Oleh karena

itu, klien serta keluarga merupakan faktor

yang paling mempengaruhi terjadinya

kekambuhan.

Klien Skizofrenia membutuhkan

perawatan yang ditujukan pada klien dan

keluarga secara berkala untuk mencegah

kekambuhan. Peran keluarga tidak dapat

dipisahkan dalam perawatan pada pasien

Skizofrenia. Hal tersebut mengingat

bahwa pasien dengan Skizofrenia

mengalami penurunan fungsi kognitif.

Peran keluarga dapat kurang maksimal,

terkadang pengetahuan dan sikap

keluarga pasien masih kurang dalam

menangani anggota keluarganya yang

baru saja pulang dari rumah sakit.

Menurut Sullinger dalam Kelliat (2008),

beberapa peneliti menunjukkan bahwa

salah satu faktor penyebab kambuhnya

pasien dengan gangguan jiwa adalah

perilaku keluarga yang tidak tahu cara

menangani pasien Skizofrenia di rumah.

Menurut Ingram (1995, hlm.56) jika

keluarga memperlihatkan emosi yang

diekspresikan secara berlebih, misalnya

klien sering diomeli atau dikekang

dengan aturan yang berlebihan maka

kemungkinan kambuh besar pula. Hasil

studi yang dilakukan oleh Leff & Wing

dalam Kaplan (1997) menyatakan bahwa

angka kekambuhan di rumah dengan

emosi yang diekspresikan rendah dan

pasien minum obat teratur sebesar 12%

dengan emosi yang diekspresikan rendah

dan tanpa obat 42% sedangkan emosi

yang diekspresikan tinggi dan tanpa obat

angka kekambuhan 92%.

206 J. Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. I No. 4, Juni 2011 : 205-215

Page 3: Hub.pengetahuan

Berdasarkan fenomena yang terjadi dan

belum adanya penelitian mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi

kekambuhan pada Skizofrenia, maka

penulis ingin meneliti lebih lanjut

mengenai faktor - faktor yang

mempengaruhi kekambuhan pada pasien

Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah

dr. Amino Gondohutomo Semarang.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui beberapa faktor yang

berhubungan dengan kekambuhan pasien

Skizofrenia di RSJD dr. Amino

Gondohutomo Semarang, sedangkan

tujuan khusus dalam penelitian ini adalah

1)mendiskripsikan pengetahuan keluarga

pasien Skizofrenia, 2)mendiskripsikan

sikap keluarga pasien Skizofrenia,

3)mendiskripsikan kepatuhan minum obat

pasien Skizofrenia, 4)mendiskripsikan

kekambuhan pasien Skizofrenia,

5)menganalisis hubungan pengetahuan

keluarga dengan kekambuhan pasien

Skizofrenia, 6)menganalisis hubungan

sikap keluarga dengan kekambuhan

pasien Skizofrenia dan 7)menganalisis

hubungan kepatuhan minum obat dengan

kekambuhan pasien Skizofrenia .

Skizofrenia adalah suatu penyakit otak

persisten yang mengakibatkan perilaku

psikotik, pemikiran konkret, dan

kesulitan memproses informasi,

hubungan interpersonal, serta

memecahkan masalah (Stuart, 2006,

hlm.240).

Menurut Abidin (2007) Skizofrenia

merupakan gangguan jiwa dengan

klasifikasi yang berat dengan perjalanan

penyakit yang progresif, kronik, &

eksaserbasif sehingga membutuhkan

perawatan secara berkala untuk

mengantisipasi kekambuhan.

Andri (2009, dalam wir-nursing, ¶1)

mengungkapakn bahwa kambuh

merupakan keadaan klien di mana

muncul gejala yang sama seperti

sebelumnya dan mengakibatkan klien

harus dirawat kembali. Skizofrenia

merupakan gangguan kronik yang sering

menimbulkan relaps. Tanpa pengobatan

70%-80% penderita yang pernah

menderita Skizofrenia akan mengalami

kekambuhan setelah 2 bulan berikutnya

dari masa sakit yang lalu. Pemberian obat

yang terus-menerus dapat mengurangi

tingkat kekambuhan hingga 30%

(Mubarak, 2006).

Menurut Sullinger (dalam Keliat, 1996)

terdapat empat faktor penyebab klien

kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit

jiwa, yaitu: klien, keluarga, dokter, dan

case manager. Pada penderita Skizofrenia

bisanya mengalami masalah proses

informasi yang sering disebut dengan

defisit kognitif sehingga menimbulkan

adanya sikap salah satunya kurang patuh

terhadap sesuatu misalnya pengobatan.

Keluarga merupakan sistem pendukung

utama yang memberi perawatan langsung

pada setiap keadaan klien baik itu sehat

maupun sakit. Status kesehatan dalam

suatu keluarga dipengaruhi oleh

pengetahuan dan sikap keluarga ( Marilyn

dalam Wulansih, 2008, ¶9). Dokter dalam

hal ini adalah sebagai pemberi resep,

pemberian resep diharapkan tetap

waspada mengidentifikasi dosis

terapeutik yang dapat mencegah

kekambuhan dan efek samping. Setelah

klien pulang ke rumah maka penanggung

jawab kasus dalam hal ini adalah pegawai

Puskesmas yang mempunyai tanggung

jawab atas program adaptasi klien di

rumah serta kesempatan yang lebih

banyak untuk bertemu dengan klien,

sehingga dapat mengidentifikasi gejala

dini dan segera mengambil tindakan

(Keliat, 1992, hlm. 9).

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode

survey analitik, dengan metode

pendekatan yang digunakan adalah cross

sectional. Populasi pada penelitian ini

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien Skizofrenia ... (F.R.Ryandini, et.al.) 207

Page 4: Hub.pengetahuan

adalah seluruh keluarga penderita

Skizofrenia yang sebelumnya pernah

dirawat di rumah sakit dan saat ini sedang

dirawat di Ruang Arimbi, Ruang Citro

Anggodo, dan Ruang Dewa Ruci RSJD

Dr. Amino Gondohutomo, Semarang

sebanyak 39 keluarga. Pengambilan

sampel yang digunakan pada penelitian

ini menggunakan teknik purposive

sampling yaitu pengambilan sampel

didasarkan pada pertimbangan yang

ditentukan dalam kriteria inklusi dan

eksklusi sebanyak 36 responden. Dengan

kriteria sebagai berikut : orang tua pasien

Skizofrenia yang tinggal serumah dengan

klien, klien yang mengidap Skizofrenia

minimal 5 tahun, dan klien minimal

berusia 18 tahun.

C. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Analisis univariat

a. Jenis kelamin

Responden dalam penelitian ini

sebagian besar berjenis kelamin

laki-laki (52,8 %).

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis

Kelamin pada Keluarga Pasien

Skizofrenia No Jenis kelamin Jumlah Prosentase

(%)

1 Laki-laki 19 52,8

2 Perempuan 17 47,2

Total 36 100,0

b. Usia

Tabel 2 menunjukkan sebagian

besar responden berusia 51-60

tahun. Usia terendah responden

adalah 41 tahun, sedangkan usia

tertua responden 73 tahun .

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan

Usia pada Keluarga Pasien

Skizofrenia No Usia (thn) Jml Prosentase (%)

1 40-50 13 36,1

2 51-60 17 47,2

3 >60 6 16,7

Total 36 100,0

c. Pendidikan

Tabel 3 nampak sebagian besar

berpendidikan rendah setara SD

sampai SMP yaitu sebanyak

77,8%, sedangkan sisanya

menempuh pendidikan hingga

SMA.

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan

Pendidikan pada Keluarga Pasien

Skizofrenia

No Pendidikan Jumlah Prosentase (%)

1 SD 14 38,9

2 SMP 14 38,9

3 SMA 8 22,2

Total 36 100,0

d. Pekerjaan

Penelitian ini responden sebagian

besar memiliki pekerjaan yaitu

sebesar 72,2%, dan sisanya

merupakan ibu rumah tangga

.Data selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan

Pekerjaan pada Keluarga Pasien

Skizofrenia

No Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)

1 Buruh 4 11,1

2 Pedagang 9 25,0

3 Petani 4 11,1

4 Swasta 9 25,0

5 Tidak

bekerja

10 27,8

Total 36 100,0

e. Pengetahuan keluarga

Dari 36 responden, sebagian

besar memiliki tingkat

pengetahuan yang tinggi yaitu

sebanyak 55,6% dan 5 responden

saja yang berpengetahuan

rendah. Hasil selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 5.

208 J. Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. I No. 4, Juni 2011 : 205-215

Page 5: Hub.pengetahuan

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Berdasarkan

Pengetahuan pada Keluarga

Pasien Skizofrenia

No Pengetahuan Jml Prosentase (%)

1 Rendah 5 13,8

2 Sedang 11 30,6

3 Tinggi 20 55,6

Total 36 100,0

f. Sikap keluarga

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari

36 responden sebagian besar

memiliki sikap yang baik dalam

menangani pasien di rumah yaitu

sebanyak 63,9% responden dan

sisanya hanya 13 responden saja

yang berperilaku buruk.

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Berdasarkan

Sikap pada Keluarga Pasien

Skizofrenia No Sikap Jumlah Prosentase (%)

1 Baik 23 63,9

2 Buruk 13 36,1

Total 36 100,0

g. Kepatuhan minum obat

Sebagian besar responden pada

penelitian ini mengungkapkan

bahwa anggota keluarga yang

mengalami Skizofrenia patuh

dalam minum obat yaitu

sebanyak 58,3%. Data

selengkapnya dapat dilihat dalam

Tabel 7.

Tabel 7

Distribusi Frekuensi

BerdasarkanKepatuhan Minum

Obat Pasien pada Keluarga Pasien

Skizofrenia No Kepatuhan

Minum Obat Jml Prosentase

(%)

1 Patuh 21 58,3

2 Tidak patuh 15 41,7

Total 36 100,0

h. Kekambuhan pasien

Tabel 8 menunjukkan bahwa

yang memiliki anggota keluarga

yang menderita Skizofrenia

sebanyak 58,3% dengan tingkat

kekambuhan rendah. Hasil

penelitian selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8

Distribusi Frekuensi

Berdasarkan Kekambuhan

Pasien pada Keluarga Pasien

Skizofrenia No Kekambuhan Jumlah Prosentase

(%)

1 Rendah 21 58,3

2 Sedang 10 27,8

3 Tinggi 5 13,9

Total 36 100,0

2. Analisis bivariat

a. Hubungan antara Pengetahuan

Keluarga dengan Kekambuhan

pada Pasien Skizofrenia di

RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Semarang.

Dari hasil uji korelasi

menggunakan korelasi Pearson

Product Moment diperoleh

bahwa hasil p = 0,000 (< 0,05)

sehingga Ho ditolak,

menunjukkan bahwa ada

hubungan antara tingkat

pengetahuan keluarga dengan

kekambuhan pasien Skizofrenia,

di mana r= -0,592 yaitu

berkorelasi negatif.

10.008.006.004.002.00

pengetahuan_klrg

35.00

30.00

25.00

20.00

15.00

10.00

kekambuhan

Gambar 1

Diagram Scatter Hubungan

Pengetahuan Keluarga dengan

Kekambuhan Pasien Skizofrenia

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien Skizofrenia ... (F.R.Ryandini, et.al.) 209

Page 6: Hub.pengetahuan

Hasil analisa Diagram Scatter seperti

pada Gambar 1, menunjukkan bahwa

responden dengan tingkat

pengetahuan keluarga yang rendah

memiliki tingkat kekambuhan pasien

yang tinggi, responden dengan tingkat

pengetahuan keluarga yang sedang

berhubungan dengan tingkat

kekambuhan pasien yang tinggi,

sedangkan responden dengan tingkat

pengetahuan keluarga yang tinggi

memiliki tingkat kekambuhan pada

pasien yang rendah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan

hasil penelitian Endang

Kustyaningsih (2007) yang

mengungkapkan bahwa ada hubungan

antara pengetahuan keluarga dengan

pencegahan kekambuhan penderita

Skizofrenia. Perawatan di rumah sakit

tidak akan bermakna bila tidak

dilanjutkan dengan perawatan di

rumah, untuk dapat melakukan

perawatan secara baik dan benar

keluarga perlu memiliki bekal yaitu

pengetahuan mengenai penyakit yang

dialami oleh klien. Hal ini mengingat

bahwa klien Skizofrenia mengalami

berbagai kemunduran, salah satunya

yaitu fungsi kognitif, sehingga orang

terdekat klien dalam hal ini keluarga

memiliki peran yang sangat penting.

Banyak dari keluarga yang

menganggap bahwa bila klien sudah

kembali ke rumah berarti dia sudah

sembuh, sehingga keluarga jarang ada

yang mengontrol klien untuk minum

obat bahkan bila obat habis, keluarga

tidak membeli lagi. Hal ini yang

sering menyebabkan kekambuhan

klien terjadi. Oleh karena itu

pengetahuan yang dimiliki oleh

keluarga sangat berpengaruh pada

kekambuhan klien penderita

Skizofrenia. Pengetahuan yang perlu

dimiliki oleh keluarga antara lain :

pemahaman tentang gangguan mental

yang diderita klien (Skizofrenia tidak

dapat disembuhkan, salah satu faktor

penyebabnya yaitu dari keluarga baik

dari faktor genetik, psikologis,

maupun psikososial); bagaimana cara

pemberian obat, dosis obat, dan efek

samping dari pengobatan (mulut

kering, impotensi), tanda dan gejala

pada penderita Skizofrenia

(mengurung diri, tersenyum/ tertawa

sendiri), gejala kekambuhan

(ketakutan, kurang minat, tidak nafsu

makan, sulit tidur), serta sikap yang

perlu ditunjukkan maupun yang perlu

dihindari selama merawat klien di

rumah (kurang sabar, keras, otoriter,

memusuhi).

b. Hubungan antara Sikap Keluarga

dengan Kekambuhan pada Pasien

Skizofrenia di RSJD Dr. Amino

Gondohutomo Semarang

Uji statistik korelasi menggunakan

korelasi Pearson Product Moment,

dari hasil uji tersebut diperoleh bahwa

hasil p = 0,000 (< 0,05) sehingga Ho

ditolak. Hasil ini menunjukkan bahwa

ada hubungan antara sikap keluarga

dengan kekambuhan pasien

Skizofrenia, di mana r= -0,747

menunjukkan bahwa ada korelasi

yang kuat.

. 35.0030.0025.0020.0015.00

sikap_klrg

35.00

30.00

25.00

20.00

15.00

10.00

kekambuhan

Gambar 2

Diagram Scatter Hubungan Sikap

Keluarga dengan Kekambuhan

Pasien Skizofrenia

Hasil dari penelitian diperjelas

dengan Diagram Scatter seperti pada

Gambar 5.2, yang menunjukkan

bahwa responden dengan sikap

210 J. Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. I No. 4, Juni 2011 : 205-215

Page 7: Hub.pengetahuan

keluarga yang baik berkorelasi

dengan tingkat kekambuhan pasien

yang rendah, responden dengan sikap

keluarga yang buruk cenderung

memiliki tingkat kekambuhan pasien

sedang sampai tinggi.

Pada analisa univariat diperoleh hasil

63,9% responden memiliki sikap yang

baik pada anggota keluarganya yang

mengalami Skizofrenia dan sebagian

besar pasien memiliki tingkat

kekambuhan yang rendah yaitu

58,3%. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar responden memiliki

sikap yang baik pada anggota

keluarga yang menderita Skizofrenia

sehingga memiliki tingkat

kekambuhan pasien yang rendah.

Skizofrenia merupakan gangguan

kronik yang sering menimbulkan

kekambuhan. Pada fase residual klien

biasanya sudah kembali ke rumah,

dan di sini keluarga mempunyai peran

yang penting dalam perawatan sehari-

hari. Salah satu faktor penyebab

kekambuhan gangguan jiwa adalah

keluarga yang tidak tahu cara

menangani perilaku klien di rumah,

maka keluarga berperan penting

dalam peristiwa terjadinya gangguan

jiwa dan proses penyesuaian kembali

setiap klien (Keliat, 1992, hlm. 1-2).

Keluarga klien perlu mempunyai

sikap yang positif yaitu dengan

menerima klien, memberikan respon

positif kepada klien, menghargai klien

sebagai anggota keluarga dan

menumbuhkan sikap tanggung jawab

kepada klien (Kelliat, 1996, hlm.9).

Adanya sikap yang positif dari

keluarga menyebabkan klien merasa

lebih dihargai dan tidak kehilangan

perannya dalam keluarga tersebut,

klien merasa nyaman berada di

rumah, mendapatkan perhatian yang

utuh dari keluarga. Namun keluarga

terkadang sering mengekspresikan

diri secara berlebihan dengan sikap

kurang sabar, bermusuhan, pemarah,

keras, kasar, kritis, dan otoriter. Hal

ini membawa pengaruh yang cukup

besar bagi kekambuhan klien. Kaplan

dan Saddock (1997) mengungkapkan

bahwa apabila dilakukan pemisahan

antara klien dengan emosi yang

diekspresikan keluarga (Expressed

Emotion) maka angka relaps akan

menurun (Sirait, 2008, 34 (¶3)).

c. Hubungan antara Kepatuhan

Minum Obat dengan Kekambuhan

pada Pasien Skizofrenia di RSJD

Dr. Amino Gondohutomo

Semarang

Penelitian ini menggunakan uji

korelasi Pearson Product Moment dan

diperoleh hasil bahwa p = 0,000 (<

0,05) sehingga Ho ditolak. Hasil ini

menunjukkan bahwa ada hubungan

antara kepatuhan minum obat dengan

kekambuhan pasien skizofrenia, di

mana r= -0,852 menunjukkan bahwa

korelasi negatif.

8.007.006.005.004.003.002.001.00

kepatuhan

35.00

30.00

25.00

20.00

15.00

10.00

kekambuhan

Gambar 3

Diagram Scatter Hubungan Kepatuhan

Minum Obat dengan Kekambuhan

Pasien Skizofrenia

Hasil dari penelitian diperjelas

dengan Diagram Scatter seperti pada

Gambar 5.3, yang menunjukkan

bahwa penderita yang patuh minum

obat sebagian besar memiliki tingkat

kekambuhan yang rendah, sedangkan

penderita yang tidak patuh minum

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien Skizofrenia ... (F.R.Ryandini, et.al.) 211

Page 8: Hub.pengetahuan

obat cenderung memiliki tingkat

kekambuhan sedang sampai tinggi.

Kesadaran klien untuk meningkatkan

kualitas hidupnya cukup tinggi hal ini

ditandai dengan tingginya angka

kepatuhan dalam mengkonsumsi obat

sehingga 58,3% tingkat

kekambuhannya rendah dan terdapat

27,8% responden yang menunjukkan

tingkat kekambuhan sedang

cenderung dapat menjadi tinggi.

Terapi medis utama yaitu

psikofarmakologi memiliki tujuan

untuk mengurangi keparahan gejala,

mencegah kekambuhan dari masa

timbulnya gejala dan hal-hal yang

berkaitan dengan kemunduran fungsi,

dan memberikan dukungan untuk

mencapai taraf hidup yang lebih baik

(Mubarak, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

responden yang menyatakan selama

di rumah klien yang tidak patuh

minum obat yaitu sebesar 41,7%.

Ketidakpatuhan yang muncul dari

klien sangat beragam mulai dari klien

merasa bahwa dirinya sudah pulang

dari Rumah Sakit sehingga sudah

sembuh dan tidak perlu lagi minum

obat, klien lupa bahkan bingung

kapan harus minum obat, klien terlalu

tergantung dengan keluarganya

sehingga jika keluarga tidak

mengingatkan klien juga tidak minum

obat, klien terkadang merasa takut

dan kesal akibat efek samping obat

dan sering kali menjadi alasan utama

untuk menghentikan atau mengurangi

dosis obat.

Klien yang mengalami gangguan

memori ditandai dengan sifat pelupa,

tidak berminat dan kurang patuh

terhadap sesuatu (Kelliat, 1996,

hlm.8). Selain beberapa alasan klien

tidak mau minum obat seperti di atas,

klien Skizofrenia sukar mengikuti

aturan minum obat karena adanya

gangguan realitas dan

ketidakmampuan dalam mengambil

keputusan. Adanya gangguan memori

berupa klien kurang patuh terhadap

sesuatu menunjukkan bahwa peran

keluarga sangat penting dalam

perawatan klien Skizofrenia di rumah

khususnya untuk membantu klien

agar tetap patuh minum obat.

Banyak faktor yang dapat memicu

terjadinya kekambuhan baik faktor

internal maupun faktor eksternal.

Faktor internal merupakan faktor

yang berasal dari klien itu sendiri.

Penderita Skizofrenia mengalami

masalah proses informasi yang sering

disebut dengan defisit kognitif. Selain

itu penyebab klien kambuh selain

faktor internal yaitu keluarga, dokter,

dan penanggung jawab klien (case

manager). Namun, perawatan dan

terapi pengobatan yang diberikan oleh

dokter maupun case manager tidak

akan bermakna apabila klien dan

keluarga tidak memberi dukungan.

Oleh karena itu, klien serta keluarga

merupakan faktor yang paling

mempengaruhi terjadinya

kekambuhan.

3. Implikasi Keperawatan

a. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat

digunakan di Rumah Sakit Jiwa

khususnya bagi Rumah Sakit Jiwa

Daerah Dr. Amino Gondohutomo

Semarang sebagai bahan masukan

dalam penentu kebijakan dalam

pembuatan prosedur tetap dalam

memberikan penyuluhan terhadap

klien serta keluarga maupun

discharge planning dalam

mempersiapkan kepulangan klien

dari rumah sakit dengan tujuan

untuk meningkatkan pengetahuan

klien dan kelurga mengenai

penyakit yang diderita klien serta

tentang bagaimana cara perawatan

klien di rumah untuk mencegah

terjadinya kekambuhan.

212 J. Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. I No. 4, Juni 2011 : 205-215

Page 9: Hub.pengetahuan

b. Kelompok Keilmuan

Keperawatan

Penelitian ini dapat menambah

pengetahuan dan pemahaman

khususnya di bidang ilmu

keperawatan jiwa dan dapat

digunakan sebagai bahan studi

pendahuluan bagi peneliti lain

yang tertarik dan berminat dengan

masalah-masalah keperawatan

pada pasien gangguan jiwa pada

umumnya dan mengenai

kekambuhan pada pasien

Skizofrenia pada khususnya.

D. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Dr. Amino Gondohutomo Semarang

maka peneliti mengambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Responden pada penelitian ini

sebagian besar berjenis kelamin

laki-laki yaitu sebanyak 52,8%.

2. Sebagian besar (47,2%)

responden berusia 51-60 tahun.

3. Pendidikan responden dalam

penelitian ini sebagian besar

berpendidikan rendah setara SD

sampai SMP yaitu sebanyak

77,8%.

4. Responden dalam penelitian ini

sebagian besar (72,2%) bekerja

sebagai buruh, pedagang, petani,

dan karyawan swasta.

5. Berdasarkan hasil penelitian

sebagian besar responden

memiliki tingkat pengetahuan

yang tinggi yaitu sebanyak 55,6%.

6. Sebanyak 63,9% responden

memiliki sikap yang baik dalam

menangani pasien di rumah.

7. Sebagian besar klien Skizofrenia

patuh dalam minum obat yaitu

sebanyak 58,3%.

8. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebagian besar tingkat

kekambuhan pasien tergolong

rendah yaitu sebanyak 58,3%.

9. Ada hubungan antara tingkat

pengetahuan keluarga dengan

kekambuhan pasien Skizofrenia.

10. Ada hubungan antara sikap

keluarga dengan kekambuhan

pasien Skizofrenia.

11. Ada hubungan antara kepatuhan

minum obat dengan kekambuhan

pasien Skizofrenia.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan maka peneliti mengajukan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Pelayanan keperawatan

a. Bagi RSJD dr. Amino

Gondohutomo Semarang

Perawat ruangan perlu

meningkatkan pemberian

penyuluhan terhadap klien atau

keluarga dalam mempersiapkan

kepulangan pasien mengenai

faktor-faktor yang

mempengaruhi kekambuhan

klien, seperti memberi

penyuluhan tentang penyakit

Skizofrenia dan sikap apa saja

yang perlu ditunjukkan maupun

yang perlu dihindari selama

merawat klien di rumah

dilakukan minimal satu kali

sebelum klien pulang.

b. Bagi keluarga

Keluarga yang memiliki

anggota keluarga yang

menderita Skizofrenia perlu

memiliki pengetahuan tentang

penyakit yang dialami klien

dengan cara ikut serta dalam

proses keperawatan dan

menggali informasi dari perawat

atau tim medis yang menangani

pasien seperti tanda dan gejala

Skizofrenia, cara pemberian

obat, dan gejala kekambuhan;

serta bagaimana melakukan

klien di rumah yaitu dengan

memberikan sikap yang baik

pada penderita dan selalu

memantau penderita untuk

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien Skizofrenia ... (F.R.Ryandini, et.al.) 213

Page 10: Hub.pengetahuan

minum obat sehingga dapat

mencegah kekambuhan.

2. Ilmu keperawatan

a. Bagi keperawatan

Perawat perlu memahami lebih

mendalam tentang faktor-faktor

selain pengetahuan keluarga,

sikap keluarga, dan kepatuhan

minum obat yang dapat

mempengaruhi kekambuhan

pasien Skizofrenia baik internal

maupun eksternal.

b. Bagi penelitian selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya

dapat menambah jumlah

variabel dalam penelitian dan

memperluas area penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.

Jakarta : Rineka Cipta

Abidin, Fathoni Rendra. (2007). Faktor

penyebab kekambuhan pada pasien

gangguan Skizofrenia hebefrenik pasca

dari RSJ.

http://digilib.umm.ac.id/skizofrenia_hebe

frenik_penyebab_kekambuhan. diperoleh

tanggal 5 Juni 2010

Copel, Linda Carman. (2007). Kesehatan Jiwa

& Psikiatrik : Pedoman Klinis Perawat.

Jakarta: EGC

Dahlan, M. Sopiyudin. (2009). Statistik untuk

kedokteran dan kesehatan. Jakarta:

Penerbit Salemba Medika

Frisch, Noreen Cavan, & Frisch Lawrence E.

(2006). Psychiatric mental health

nursing.. Third edition. Ohio : Thompson

Corporation

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Riset

keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta : Salemba Medika

Isaacs, Ann. (2005). Panduan Belajar:

keperawatan kesehatan jiwa dan

psikiatrik. Jakarta : EGC

Kaplan, Harold J., Sadock, Benjamin J.,

Grebb, Jack A. (1997). Kaplan&Sadock : Sinopsis psikiatri,

ilmu pengetahuan perilaku psikiatri

klinis edisi 7 jilid 1. Jakarta EGC

Keliat, Budi Anna. (1996). Peran serta

keluarga dalam perawatan klien

gangguan jiwa. Jakarta : EGC

Kustyaningsih, Endang. (2007). Hubungan

antara pengetahuan dan sikap

keluarga dengan tindakan keluarga

dalam pencegahan kekambuhan

penderita Skizofrenia. 31-56

Laraia, Michele, & Stuart, Gail W. (2001).

Priciples and practise of psychiatric

nursing. Seventh edition. St. Louise

Missouri : Mosby Inc.

Machfoedz, Ircham. (2009). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Fitramaya

Mubarak, Husnul. (2007).

Schizophrenia.http://www.indonesiain

donesia.com/f/10629-schizophrenia/

diperoleh tanggal 1 Mei 2010

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : EGC

Riwidikdo, Handoko. (2009). Statistik untuk

penelitian kesehatan dengan aplikasi

program R dan SPSS. Yogyakarta:

Pustaka Rihama

Sirait, Asima. (2008). Pengaruh koping keluarga terhadap kejadian relaps

pada skizofrenia remisi sempurna di

Rumah Sakit Jiwa daerah Propinsi

Sumatra Utara.

www.researchgate.net/publication/423

24742/pengaruh_koping_keluarga_ter

hadap_kejadian_relaps_pada_skizofre

nia / Diperoleh tanggal 9 Mei 2010

Solechan Achmad. (2010). Komputer dalam keperawatan ( modul praktikum).

STIKES Telogorejo Semarang

214 J. Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. I No. 4, Juni 2011 : 205-215

Page 11: Hub.pengetahuan

Soekidjo Notoatmodjo. (2005). Metodologi

penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka

cipta

Stuart, Gail W. (2006). Buku saku

keperawatan jiwa. Jakarta : EGC

Sutantri, Soemarmo, & Soemarni. (1995).

Faktor psikososial yang berhubungan

dengan kekambuhan skizofrenia. Berita Kedokteran Masyarakat XI(3).

Wulansih, Sri & Widodo, Arif. (2008).

Hubungan antara pengetahuan dan

sikap keluarga dengan kekambuhan

pada pasien skizofrenia di RSJD

Surakarta. www.pengetahuan_dan_sikap_keluarg

a_terhadap_kekambuhan_skizofrenia.

com diperoleh tanggal 27 April 2010

Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan jiwa.

Bandung : Refika Aditama

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan pasien Skizofrenia ... (F.R.Ryandini, et.al.) 215