Sejarah Perkembangan Afrika
“Tugas Mata Kuliah HI di Afrika “
Disusun Oleh :
Zakia Widia 170210120009
Fajar Rizki Azheri 170210120013
Giffar Masabih 170210120053
Santika Swandari 170210120071
Rama Syawala 170210120075
Bani Akbar 170210120099
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2015
Abstrak
Dalam perkembangan studi Hubungan Internasional, nampaknya stereotip benua Afrika
sebagai benua kegelapan sudah sepantasnya untuk ditanggalkan dalam rangka mempermudah
pemahaman dinamika hubungan internasional yang terjadi di benua Afrika. Termasuk
didalamnya adalah penjabaran mengenai sejarah dan zaman yang pernah berlalu di Afrika.
Sejatinya, Afrika sebagai salah satu benua besar di dunia telah melalui berbagai macam
peristiwa besar yang dapat dibagi menjadi beberapa periode sejarah, dan Afrika telah merasakan
secara langsung prihal roda yang berputar, ada waktu diatas, dan ada waktu dibawah, yang
kemudian telah menjadikan Afrika seperti sekarang ini. Seperti Afrika Klasik, yang
menempatkan Afrika sebagai salah satu benua besar di dunia dan menjadikan Afrika sebagai
Negara core ketimbang periphery. Kemudian terdapat pula era Afrika Kolonialisme yang
menjadikan Afrika sebagai salah satu target dari bangsa koloni untuk melebarkan sayapnya.
Dinamika sejarah benua Afrika menjadi salah satu faktor yang amat penting dalam
membentuk posisi yang dimiliki oleh Afrika pada sistem dunia. Posisi Afrika di sistem dunia
tersebut akan disajikan dalam bentuk analisis deskriptif kualitatif.
Afrika Klasik
Afrika menjadi salah satu benua yang menarik untuk dibahas. Afrika sendiri telah
menjadi pusat (center) sejak zaman kuno, hal ini dikarenakan peradaban dunia mulai
berkembang di sana. Penggunaan nama Afrika sendiri dimulai oleh Bangsa Roma yang pada
awalnya hanya merujuk kepada satu wilayah tertentu du Afrika Utara yaitu wilayah Carthago
dan sekitarnya. kata Afrika sendiri diambil dari nama salah satu suku yang mendominasi yaitu
Aouriqha atau Afarika. Namun pada masa Islam berkuasa nama itu sedikit diubah menjadi
Ifrikaya. Sedangkan pada zaman kolonial, nama Afrika mulai terpakai secara merata. Mayoritas
penduduk Afrika berkulit hitam atau gelap sehingga benua ini juga disebut dengan Benua Hitam
atau the Dark Continent.
Peradaban Afrika dimulai dari berdirinya peradaban Lembah Sungai Nil di Mesir yang
sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian Timur Laut. Peradaban ini sendiri mencapai
puncak kejayaannya sekitar abad ke-2 SM. Daerah kekuasaan peradaban ini pun meluas, yang
awalnya menguasai Delta Nil hingga ke Semenanjung Sinai dan gurun Barat. Peradaban Lembah
Sungai Nil ini terus berkembang akibat anugerah kesuburan tanah sekitar Sungai Nil, seperti
yang diketahui bahwa Sungai Nil merupakan sungai terpanjang diduni dan air nya merupakan
aliran dari mata air pegunungan Kilimanjaro di Afrika Utara.1 Hal ini menjadikan masyarakat
nya menjadi agraris dengan bertani sebagai mata pencaharian utama.
Pada masa ini, masyarakatnya menganut agama dan kepercayaan yang bersifat politeisme
atau percaya kepada Dewa-dewa yang dilambangkan ke dalam wujud hewan, seperti Dewa Toth
sebagai dewa kearifan dan pengetahuan, dewa Knum sebagai dewa pencipta dengan wujud
domba jantan. Dewa Anubis sebagai dewa penjaga makam terwujud dalam bentuk serigala yang
sedang duduk, Dewa Sobek yaitu dewa air yang berwujud buaya, serta Dewi Basset sebagai dewi
delta Sungai Nil yang terwujud dalam burung rajawali. Hewan-hewan perlambangan dewa-dewi
ini biasa nya dipelihara oleh para pemimpin dan pemuka agama. Selain itu, masyarakat pada
waktu itu jug amempercayai kekuatan matahari. 2
1 Helen Chapin Metz. 1990 Egypt: A country Study. Di akses dari http://www.shsu.edu/~his_ncp/Egypt.html. [Rabu, 23 September 2015, pukul 20.00 WIB]2 History World. 2010 History Of Africa. Diakses dari http://www.historyworld.net/wrldhis/PlainTextHistories.asp?historyid=ab24. [Rabu, 23 September 2015, pukul 20.00 WIB].
Kehidupan bermasyarakat sudah menunjukkan adanya status atau kasta sosial, dimana
raja atau Fir’aun dianggap sebagai jelmaan Tuhan. Selain itu dalam kehidupan sehari-hari,
peradaban ini telah mengenal tulisan dengan menggunakan huruf Hieroglif. Huruf hierogliph
mengambil lambang dan gambar dari alam seperti manusia, hewan dan tumbuhan. Bahasa yang
digunakan sehari-hari yaitu bahasa Afro-Asia, dimana bahasa ini digunakan di hampir seluruh
wilayah Afrika pada saat itu.
Kedua, Afrika yang terdiri dari orang Sub-Sahara pada abad 2000-500 sebelum Masehi.
Yang berada di selatan kontinen Afrika yang dikenal dengan bangsa Khoisan. Hal yang menjadi
ciri utama bangsa ini adalah bahasa dengan memperdengarkan suara yang berbeda. Berbeda
dengan bangsa Mesir yang menggunakan bahasa Afro-Asia, bangsa Khoisan menggunakan
bahasa yang Bantu, dimana dalam pelafalannya mengeluarkan ciri khusus. Selanjutnya, Afrika
Klasik berada dibawah pengaruh peradaban Magreb dan kemudian berkembang pula menjadi
peradaban Tanduk Afrika. Pada masa Tanduk ini, Islam menguasai sebagian besar Afrika. 3
Dapat disimpulkan bahwa, bangsa Afrika saat ini adalah perkembangan yang lebih besar dari
peradaban Mesir atau Lembah Sungai Nil pada zama dulu. Namun bedanya adalah, jika waktu
Afrika kuno, Afrika menjadi core atau negara dunia pertama sementara saat ini Afrika menjadi
negara Phery-phery yang hidup bergantung pada bantuan asing. Hal ini sungguh sangat
disayangkan mengingat sejarah Afrika sendiri yang pernah menjadi pusat peradaban dunia.
Afrika Masa Kolonialisme
Pada masa pra kolonialisme Afrika merupakan salah satu pusat peradaban. Peradaban
kuno di Afrika sangat maju terutama di wilayah Mesir dimana terdapat banyak bangunan2 kuno
seperti piramid. Tetapi selain memiliki peradaban yang maju, Afrika ini juga dianugerahi dengan
kekayaan alam yang melimpah. Kekayaan alam itu antara lain adalah; berlian, mas, besi, karet,
kapas, dan gading.
Pada abad pertengahan kejayaan Afrika mulai turun, terutama ketika bangsa Eropa mulai
memasuki tanah Afrika. Afrika mulai melakukan hubungan dengan bangsa eropa pada abad 15.
Hubungan ini pertama kali dilakukan oleh orang Portugis yang melakukan hubungan dengan
Afrika di bagian Sub Sahara. Hubungan antara Portugis dengan Afrika ini terjadi pada masa
3 Ibid.
Islam dimana Portugis merebut pulau Ceuta dari tangan orang-orang Islam, lalu menduduki
Tanjung Bojagor, Tanjung Verde, Tanjung Palmas, dengan menduduki tanjung-tanjung tersebut
maka pengaruh Portugis semakin meluas di pantai-pantai Afrika.4 Pada awal kedatangan bangsa
Eropa ke tanah Afrika, Portugis lah yang paling mendominasi wilayah Afrika. Terlebih lagi
setelah disepakatinya perjanjian Tordesillas pada tahun 1494 yang mana Spanyol, yang pada saat
itu juga merupakan negara pesaing Portugis dalam mencari tanah jajahan tidak diperkenankan
menanamkan pengaruh di Afrika.5
Kedudukan Portugis di tanah Afrika ini, ternyata memancing negara-negara Eropa
lainnya untuk ikut menduduki wilayah Afrika. Negara-negara Eropa ini pertama-tama mereka
datang ke tanah Afrika dan membangun pos-pos dagang di tanah Afrika terlebih dahulu. Hal ini
pun menjadikan Bangsa Portugis menjadi terganggu kedudukannya di tanah Afrika. Setelah
Portugis menduduki tanah Afrika, negara-negara Eropa lainnya seperti Inggris, Perancis,
Spanyol dan Belgia. Setelah kedatangan negara-negara Eropa ini ke tanah Afrika maka terjadilah
imperialisme di tanah Afrika.
Pada saat Inggris masuk ke tanah Afrika, Inggris tidak hanya mengkolonialisasi Afrika
saja, tetapi juga Inggris turut membangun di wilayah Afrika. Terbukti pada tahun 1827 dibuka
Fourah Bay University College yang merupakan pusat pendidikan di wilayah Afrika Barat.
Tetapi untuk memperdalam kekuasaannya di Afrika, Inggris menggunakan taktik-taktik sebagai
berikut:6
Mengirim rombongan untuk melakukan penelitian terhadap daerah pedalaman.
Memperluas daerah kekuasaan Inggris diwilayah Nigeria.
Memperbaiki pusat kedudukan pemerintah, dari Lokoya ke Zungeru yang terletak ditepi
sungai Kaduna, 12 mil dari Wushishi, tempat garsinun Inggris.
Memperbaiki lalulintas, sehingga hubungna lalulintas tidak hanya mengambil jalan
sungia seperti sediakala, tetapi juga dengan kereta api.
Membuat macam-macam peraturan.
Mendirikan badan-badan pengadilan.
4 http://tattoborneo.blogspot.co.id/2013/04/imperialisme-di-afrika-bab-i.html diakses pada [23/09/2015 17:57]5 Ibid.6 http://pendidikan4sejarah.blogspot.co.id/2011/09/sejarah-afrika-barat.html diakses pada [23/09/2015 18:50]
Hal ini ternyata berhasil membuat Inggris memperluas wilayah kekuasaannya di tanah
Afrika. Tetapi selain itu Inggrisnya menggunakan pola politik dimana membiarkan tradisi-tradisi
yang ada dibiarkan tetap hidup sehingga lebih mudah bagi Inggris untuk berbaur dengan suku
setempat.
Berbeda dengan Inggris, Perancis mengkolonialisasi Afrika dengan cara membaur
dengan orang Afrika itu sendiri dan juga melebur dengan orang pribumi dengan mencetak orang
pribumi yang berjiwa Perancis. Tidak ada pembedaan perlakuan yang dilakukan oleh Perancis
terhadap rakyat kolonialisasinya. Selain itu Perancis juga menggunakan politik Devide At Impera
dimana politik ini dilakukan oleh Perancis untuk memecah belah penduduk pribumi sehingga
lebih mudah untuk dikuasai.
Banyaknya bangsa Eropa yang datang ke tanah Afrika membuat wilayah Afrika terbagi-
bagi dengan bangsa Eropa lainnya. Bahkan pada tahun 1884 terdapat konferensi tentang
pembagian wilayah di Afrika terhadap negara-negara Eropa yaitu Konferensi Berlin. Dimana
hasil dari konferensi ini adalah :7
1. King Leopold II akhirnya mengamankan kepemilikan atas Free Congo State
2. Perancis mendapatkan wlayah French Congo
3. Portugal kehilangan banyak wilayah atas Kongo yang lebih dulu telah dikuasainya
4. Bangsa-bangsa Eropa mengakui adanya protektorat baru di wilayah Afrika yakni Jerman
5. Bangsa-bangsa Eropa mengumumkan perdagangan bebas di sekitar kongo dan navigasi yang
bebas bagi siapa saja bangsa Eropa atas Niger dan mengumumkan tujuan-tujuan agung mereka
dalam membentuk koloni di Afrika.
6. Terdapat sebuah aturan tambahan yang cukup unik dimana apabila terdapat bangsa Eropa
yang mengklaim wilayah yang telah diklaim oleh bangsa Eropa yang lain, maka diantara mereka
wajib untuk saling mengingatkan dan tetap menghindari konflik yang mungkin muncul.
Melihat dari keadaan-keadaan yang telah tersebut diatas, kita dapat melihat bahwa pada
masa kolonialisme Afrika hanya menjadi negara phery-pery dimana Afrika tidak dapat
7 https://petikdua.wordpress.com/2009/11/09/scramble-for-africa-pembagian-wilayah-afrika-secara-sepihak-pada-masa-kolonialisasi/ diakses pada [23/09/2015 19:36]
mendominasi dalam melawan bangsa Eropa yang datang ke tanah Afrika. Pada masa
kolonialisme ini posisi negara-negara di Afrika hanyalah menjadi objek yang diperebutkan dan
di eksploitasi. Terlebih lagi negara-negara Eropa membagi-bagi wilayah Afrika demi
kepentingan mereka. Maka terlihatlah bahwa negara-negara Eropa menjadi negara Core pada
saat masa kolonialisme.
Afrika Modern
Afrika adalah benua terbesar ketiga di dunia setelah Asia dan Amerika dan kedua
terbanyak penduduknya setelah Asia. Dengan luas wilayah 30.224.050 km² termasuk pulau-
pulau yang berdekatan, Afrika meliputi 20,3% dari seluruh total daratan Bumi. Dengan 800 juta
penduduk di 54 negara, benua ini merupakan tempat bagi sepertujuh populasi dunia (UNDESA,
2015).
Menurut etimologinya, kata Afrika berasal dari berbagai bahasa. Dalam bahasa Yunani
Kuno, Afrika berasal dari kata “Afer” yang merujuk pada pahlawan negara Yunani tersebut.
Dalam bahasa Latin, tersesbut Africa terra atau "tanah Afri" (bentuk jamak dari "Afer") untuk
menunjukkan bagian utara benua tersebut, saat ini merupakan bagian dari Tunisia, tempat
kedudukan provinsi Romawi untuk Afrika. Asal kata Afer mungkin dari bahasa Fenisia, 'afar
berarti debu; atau dari suku Afridi, yang mendiami bagian utara benua dekat Kartago; atau dari
bahasa Yunani aphrike berarti tanpa dingin; atau dari bahasa Latin aprica berarti cerah (Conrad
& Frank, 1995) .
Afrika adalah tempat tinggal manusia yang paling awal, dari benua ini manusia kemudian
menyebar ke benua-benua lain. Afrika adalah tempat di mana garis evolusi kera menjadi berbeda
dari protohuman tujuh juta tahun yang lalu. Afrika merupakan satu-satunya benua yang
ditinggali nenek moyang manusia hingga sekitar dua juta tahun lampau ketika Homo erectus
berkembang ke luar Afrika menuju Eropa dan Asia. Lebih dari 1,5 juta tahun kemudian, populasi
dari tiga benua itu mengikuti evolusi yang berlainan sehingga mereka menjadi spesis yang
berbeda. Yang di Eropa menjadi Neanderthal, yang di Asia tetap Homo erectus, tetapi yang di
Afrika berevolusi menjadi Homo sapiens (Yanshon & Cummings, 2011).
Namun di masa sekarang, Afrika mulai tumbuh dan berkembang. Ditandai dengan
banyaknya negara – negara di Afrika mulai banyak yang memerdekakan diri dari pengaruh
kolonialisme, meskipun demekian masalah tidak selesai begitu saja. Sebutlah “Politik
Apartheid”. Politik Apartheid dirancang oleh Hendrik Verwoed. Apartheid menurut bahasa resmi
Afrika Selatan adalah Aparte Ontwikkeling artinya perkembangan yang terpisah.
Memperhatikan makna dari arti Apartheid itu kedengarannya baik yaitu tiap golongan
masyarakat, baik golongan kulit putih maupun golongan kulit hitam harus sama-sama
berkembang (Academia, 2015). Tapi perkembangan itu didasarkan pada tingkatan sosial dalam
masyarakat yang pada prakteknya menjurus pada pemisahan warna kulit dan terjadinya penistaan
dari kaum penguasa kulit putih terhadap rakyat kulit hitam.
Namun hal tersebut tidak membuat Afrika Selatan berkecil hati. Peristiwa Kemenangan
Mandela merupakan titik balik dari kebangkitan perlawanan rasialisme ini. Nelson Mandela
adalah salah seorang dari banyak tokoh pejuang politik Afrika Selatan yang sempat menyaksikan
dan merasakan puncak dari perjuangannya yakni pembebasan kaum kulit hitam Afrika Selatan
dari penindasan kaum kulit putih. Kemenangannya dalam pemilihan demokratis dan miltirasial
pertama kali sepanjang 340 tahun sejarah Afrika Selatan pada bulan Mei 1994 membawa
perubahan besar bagi negeri itu. Nama Nelson Mandela mulai menanjak ketika ia terpilih
menjadi Sekjen ANC (African National Congress) pada tahun 1948 dan pada tahun 1952
menjadi Presiden Liga Pemuda. Sejak itu Mandela lebih banyak memainkan peranannya secara
rahasia. Pada tahun 1961 sebagai Sekretariss Jenderal ANC, Mandela mengomandokan
pemogokan selama tiga hari 29 – 31 Mei 1961. seruan pemogokan itu ditanggapi oleh
pemerintah Apartheid sebagai suatu pelanggaran serius.
Pada bulan Desember 1962, ia dijatuhi 5 tahun penjara, dengan tuduhan meninggalkan
negara secara ilegal. Mandela menjalani hukumannya di penjara Pretoria. Tidak beberapa lama
tokoh-tokoh ANC lainnya juga ditangkap di markas ANC. Pada saat itu disita pula sejumlah
dokumen rahasia, menyangkut ANC dan Tombak Bangsa. Mereka yang ditangkap yaitu Walter
Sisulu, Govan Mbeki, Raymond Mhlaba, Ahmed Akthrada, Dennis Golberg dan Lionel
Bernstein. Mandela bersama-sama dengan keenam rekannya diperiksa dengan tuduhan
melakukan sabotase bersengkongkol untuk menumbangkan pemerintah dan membantu unsur
asing menyerang Afrika Selatan. Mereka akhirnya divonis dengan hukuman seumur hidup pada
tanggal 12 Juni 1964 dan harus mendekam dalam penjara di Pulai Roben Cape Town. Pada tahun
1982 Mandela dipindahkan lagi ke penjara Pollsmor juga masih daerah Cape Town.
Selama di penjara itulah kampanye pembebasannya dilancarkan, baik di Afrikan Selatan
sendiri maupun di luar Afrika Selatan. Aksi protes dan kampanye pembebasan Mandela semakin
berkobar sejak tahun 1982, bahkan pada tahun 1988 ulang tahun ke-70 Nelson Mandela
dirayakan oleh bangsa kulit hitam Afrika Selatan dengan menggelar konser musik selama 120
jam non stop dan disiarkan ke-50 negara. Akibat kampanye pembebasan tokoh ANC ini, makin
banyak negara yang menekan pemerintah Apartheid Afrika Selatan baik secara politik maupun
ekonomi.
Kampanye pembebasan itu membuat Mandela menjadi tokoh tahanan politik paling
populer di dunia. Akibat tekanan yang bertubi-tubi pada bulan Juli 1989 Botha bertemu dengan
presiden F.W. de Klerk pengganti Botha. Dari pertemuan-pertemuan itu pada bulan Februari
1990, de Klerk mengumumkan di depan parlemen bahwa pemerintahannya akan mencabut
larangan bagi ANC, Partai Komunis Afrika Selatan (SACP) dan Pan Africanist Congress (PAC)
menyusul diakhirinya Politik Apartheid. Pada kesempatan itu de Klerk juga mengisyaratkan
bahwa Mandela akan segera dibebaskan. Pembebasan tokoh kharismatik Afrika Selatan ini
kemudian dilaksanakan sesuai dengan janjinya. Pada tanggal 11 Februari 1990 dari penjara
Victor Verster, Mandela dibebaskan. Pembebasan itu sangat menarik perhatian dunia dan
disambut oleh ratusan wartawan baik dari dalam maupun luar negeri.
Posisi Afrika di Dalam Sistem Dunia
Sejarah yang dimiliki oleh benua Afrika sebagai negara jajahan dari negara negara Eropa
bukan tidak menimbulkan efek yang berkepanjangan pada masa sekarang, setidaknya pada peran
Afrika dalam sistem internasional saat ini.
Persepsi umum yang muncul dan lekat terhadap benua Afrika (dan negara negaranya)
adalah bahwa mereka merupakan negara negara miskin, lemah, dan merupakan subordinat dari
negara negara lain dalam sistem internasional (Christoper Clapham, 1996). Hal ini merupakan
akumulasi dari sejarah bangsa Afrika yang menjadi “obyek” dari interaksi bangsa bangsa lain di
masa lalu sebagai negara jajahan, sumber eksploitasi kekayaan alam, dan tidak lepas dari
identitasnya sebagai bangsa yang banyak terjadi konflik internal di dalam tubuh kenegaraannya.
Namun, tidak kemudian bangsa Afrika hidup dalam kondisi seperti demikian.
Kemerdekaan datang pada mereka secara begelombang, khususnya setelah Perang Dunia II yang
memiliki efek dekolonisasi, salah satunya dekolonisasi bangsa bangsa Afrika dari tangan bangsa
Barat. Kemerdekaan membawa bangsa Afrika menemui sebuah kondisi baru, yang tidak hanya
pada level domestik, namun juga pada level internasional. Kedualatan yang mereka peroleh dari
kemerdekaannya, membuat bangsa Afrika harus survive dalam sistem internasional yang
dipenuhi oleh negara negara kompetitif, dan juga negara negara penjajah mereka terdahulu
Melihat sistem internasional dengan konsep survival pada level negara, konsep ini tidak
berlaku hanya kepada emerging countries saja, namun juga kepada negara negara yang telah
sebelumnya berdinamika dalam sistem internasional secara lebih intensif dan mempunyai power
yang relatif lebih kuat dibanding bangsa bangsa Afrika yang belum lama merdeka. Hal ini pula
secara langsung menggarisbawahi pada aksi politik negara negara dengan power kuat kepada
negara negara power lemah, termasuk juga bangsa Afrika (Christoper Clapham, 1996).
Setelah kemerdekaan tersebut bukan berarti bangsa Afrika mencapai kestabilan secara
hubungan internasionalnya. Konsep survive berarti mengharuskan bangsa Afrika berkompetisi
dengan negara negara dengan power relatif lebih kuat dari mereka dan yang tindakannya dapat
dengan mudah memengaruhi aksi politik dan tujuan serta kepentingan bangsa Afrika dalam
sistem internasional. Terlepas dari segala naik turun dan dinamika yang terjadi, Afrika dalam
sistem internasional sekarang ini telah mengalami banyak perubahan.
Dalam dunia kontemporer sekarang, peran Afrika dalam sistem internasional telah
mengalami peningkatan yang signifikan ditarik dari status mereka pada masa yang telah lalu.
Dalam dunia sekarang, Afrika mempunyai beberapa hal yang membuktikan peningkatan
eksistensi mereka dalam interaksi global (Wan Lingying, 2013):
1. Afrika mempunyai suara yang cukup signifikan di PBB
Perubahan pola dunia yang semakin menuju kemerdekaan dan kebebasan dari
kolonialisme membuat PBB makin “ramah” terhadap negara Afrika karena tidak lagi
dikuasai kepentingan kolonial. Seperti ketika Afrika berdiri bersama Tiongkok dalam
melawan Amerika Serikat dalam isu HAM yang berdampak pada kalahnya Amerika
Serikat dalam voting di tubuh PBB.
2. Afrika mempunyai pengaruh yang lebih dalam struktur global
African Union merupakan sebuah unit penting dalam mengeksekusi kepentingan
Afrika dan diperhatikan oleh dunia internasional.
3. Pertumbuhan ekonomi di Afrika
Ghana dan Rwanda adalah negara Afrika dengan pertumbuhan ekoomi yang
siginifikan ditengah krisis 2009 dan 2010. Keberadaan Afrika Selatan dalam G-20
juga menunjukkan peningkatan peran ekonomi Afrika dalam dunia global.
Dari beberapa poin tersebut, kita melihat bahwa Afrika sudah tidak seperti Afrika yang
banyak dipersepsikan terkait masa lalu benua tersebut. Peranan Afrika dalam sistem
internasional telah banyak meningkat. Keberadaan BRICS, sebuah blok ekonomi baru dengan
Afrika Selatan salah satu yang di dalamnya, terus menantang perekonomian global. Pada aspek
demokrasi pula Afrika juga terkena imbas Arap Spring sebagai buah dari penyebaran demokrasi
di Timur Tengah
Meskipun masih terdapat konflik internal seperti yang terjadi di Mesir, ataupun seperti Boko
Haram yang banyak membuat teror di pesisir barat Afrika, namun fenomena tersebut banyak
menyedot perhatian global dan ramai ramai negara di dunia bergerak. Hal ini dapat dilihat secara
positif bahwa keberadaan Afrika dan kejadian yang terjadi di dalamnya merupakan perhatian
besar bagi dunia internasional.
Isu dunia yang semakin cenderung pada perdamaian, kerjasama, demokrasi, dan
kemerdekaan, turut membawa serta Afrika dalam pertumbuhkembangannya menjadi sebuah unit
signifikan dalam sistem internasional. Interaksi yang juga cenderung pada kerjasama ekonomi
juga turut menguntungkan Afrika sebagai benua dengan kekayaan mineral untuk dapat terus
memompa negerinya dan lebih bersuara di dunia internasional. Kebebasan interaksi dalam
hubungan internasional juga menguntungkan Afrika untuk dapat survive dalam sistem
internasional yang kompetitif. Yang mana dalam pertumbuhkembangannya, akan semakin
membawa Afrika ke arena dimana eksistensi mereka bermakna banyak.
Kesimpulan
Dalam perkembangan studi Hubungan Internasional, nampaknya stereotip benua Afrika
sebagai benua kegelapan sudah sepantasnya untuk ditanggalkan dalam rangka mempermudah
pemahaman dinamika hubungan internasional yang terjadi di benua Afrika. Termasuk
didalamnya adalah penjabaran mengenai sejarah dan zaman yang pernah berlalu di Afrika.
Sejarah perkembangan Afrika sendiri terbagi atas Afrika Klasik, Afrika Kolonialisme,
Afrika Modern dan Posisi Afrika sendiri dalam sistem dunia. Afrika Klasik misalnya Pada masa
ini, masyarakatnya menganut agama dan kepercayaan yang bersifat politeisme atau percaya
kepada Dewa-dewa yang dilambangkan ke dalam wujud hewan, seperti Dewa Toth sebagai dewa
kearifan dan pengetahuan, dewa Knum sebagai dewa pencipta dengan wujud domba jantan.
Dewa Anubis sebagai dewa penjaga makam terwujud dalam bentuk serigala yang sedang duduk,
Dewa Sobek yaitu dewa air yang berwujud buaya, serta Dewi Basset sebagai dewi delta Sungai
Nil yang terwujud dalam burung rajawali. Hewan-hewan perlambangan dewa-dewi ini biasa nya
dipelihara oleh para pemimpin dan pemuka agama. Selain itu, masyarakat pada waktu itu jug
amempercayai kekuatan matahari. Afrika Kolonialisme pada masa ini Pada masa kolonialisme
Afrika merupakan salah satu pusat peradaban. Peradaban kuno di Afrika sangat maju terutama di
wilayah Mesir dimana terdapat banyak bangunan2 kuno seperti piramid. Tetapi selain memiliki
peradaban yang maju, Afrika ini juga dianugerahi dengan kekayaan alam yang melimpah.
Kekayaan alam itu antara lain adalah; berlian, mas, besi, karet, kapas, dan gading. Afrika
Modern Ditandai dengan banyaknya negara – negara di Afrika mulai banyak yang
memerdekakan diri dari pengaruh kolonialisme, meskipun demekian masalah tidak selesai begitu
saja. Sebutlah “Politik Apartheid”.
Posisi Afrika di sistem dunia sendiri yaitu sangat terlihat saat kemerdekaan yang
membawa bangsa Afrika menemui sebuah kondisi baru, yang tidak hanya pada level domestik,
namun juga pada level internasional. Kedualatan yang mereka peroleh dari kemerdekaannya,
membuat bangsa Afrika harus survive dalam sistem internasional yang dipenuhi oleh negara
negara kompetitif, dan juga negara negara penjajah mereka terdahulu
Melihat sistem internasional dengan konsep survival pada level negara, konsep ini tidak
berlaku hanya kepada emerging countries saja, namun juga kepada negara negara yang telah
sebelumnya berdinamika dalam sistem internasional secara lebih intensif dan mempunyai power
yang relatif lebih kuat dibanding bangsa bangsa Afrika yang belum lama merdeka. Hal ini pula
secara langsung menggarisbawahi pada aksi politik negara negara dengan power kuat kepada
negara negara power lemah, termasuk juga bangsa Afrika
Total Skor : 79 %
DAFTAR PUSTAKA
Clapham, Christopher. 1996. Africa and International System: The Politics of State
Survival.Cambridge University Press: United Kingdom.
Website :
UNDESA 2015, 2015 Revision of World Population Prospects. Available from:
<http://esa.un.org/unpd/wpp/>. [23 September 2015].
Davic C, Conrad & Barbara E. Frank (eds) 1995, Status and Identity in West Africa:
Nyamakalaw of Mande, Indiana University Press, Bloomington.
Ronnee, Yanshon & Michael, Cummings 2011, Human Genetics and Society, Cengage
Learning, Boston.
Arief, Kurniawan., Paham Apartheid di Afrika Selatan. Available from:
<http://www.academia.edu/8543861/Paham_Apartheid_di_Afrika_Selatan>. [23 september
2015].
Lingying, Wan. 2013. The Role of Africa: Change and Prospect.
Diakses dari http://www.ciis.org.cn/english/2013-06/04/content_6004837.htm. 23 Oktober 2015