EVALUASI PROSES PENGENDALIAN MANAJEMEN PADABANK PERKREDITAN RAKYAT NGUTER
SUKOHARJO
S K R I P S I
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sebelas MaretS u r a k a r t a
Oleh :
HENY SAPTAWATINIM. F.1399024
FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A2 0 0 3
ii
P E R S E T U J U A N
Skripsi dengan judul :
EVALUASI PROSES PENGENDALIAN MANAJEMEN PADABANK PERKREDITAN RAKYAT NGUTER
SUKOHARJO
Telah diterima dan disetujui dengan baik
Untuk diajukan ke hadapan tim penguji skripsi
Surakarta, ………………….. 2003
Pembimbing
Drs. Eko Arief, Msi. Akt.NIP. 131 792 942
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh team penguji skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.
Surakarta, 13 Nopember 2003
Team Penguji Skripsi
1. Drs Eko Arief S, Msi Ak ( ………………………….. )NIP. 131 792 942
Pembimbing
2. Drs Payamta, Msi Ak ( ….……………………….. )NIP. 131 997 461
Penguji I
3. Dra Y Anni Aryani, M Proff Acc Ak ( ..………………………… )NIP. 131 997 458
Penguji II
iv
MOTTO
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. (Al Baqoroh : 45)
Sesungguhnya Allah SWT tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
(Ar-Ra’d : 11)
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Ibu dan Ayah tercinta2. Saudara-saudaraku tersayang3. Teman-temanku, dan4. Almamater
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk melengkapi tugas-
tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Dengan selesainya skripsi yang berjudul “Evaluasi Proses Pengendalian
Manajemen Pada Bank Perkreditan Rakyat Nguter Sukoharjo” ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dra. Salamah Wahyuni, SU selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Eko Arief, Msi. Akt., selaku pembimbing skripsi, yang telah
membimbing penulis dalam pembuatan skripsi ini.
3. Bapak pimpinan, staf dan karyawan Bank Perkreditan Rakyat Sukoharjo, yang
telah memberikan izin dan data dalam penyusunan skripsi ini.
4. Segenap pihak yang telah membantu hingga selesai penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, untuk itu
saran serta kritik yang membangun untuk perbaikan skripsi ini penulis terima dengan
senang hati.
vi
Akhir kata penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Surakarta, …………… 2003
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………. iv
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. v
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. xi
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1
B. Perumusan Masalah ………………………………………….. 4
C. Tujuan Penelitian …………………………………………….. 5
D. Manfaat Penelitian …………………………………………… 5
E. Metodologi Penelitian ……………………………………….. 5
F. Sistematika Skripsi …………………………………………… 8
BAB II. LANDASAN TEORI …………………………………………. 9
A. Pengertian Sistem ……………………………………………. 9
B. Pengertian Pengendalian ……………………………………… 9
C. Pengertian Pengendalian Manajemen ………………………… 10
D. Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen ……………….. 10
E. Karakteristik Sistem Pengendalian Manajemen ……………… 14
F. Proses Pengendalian Manajemen …………………………….. 14
viii
BAB III. GAMBARAN UMUM BPR NGUTER SUKOHARJO ………. 29
A. Latar Belakang ……………………………………………… 29
B. Struktur Organisasi ………………………………………….. 31
C. Personalia …………………………………………………….. 32
D. Pemasaran ……………………………………………………. 34
E. Kegiatan Operasional ………………………………………… 35
F. Sumber Dana dan Jasa Pelayanan BPR Nguter ……………… 36
G. Proses Pengendalian Manajemen BPR Nguter Sukoharjo ….. 40
BAB IV. PROSES PENGENDALIAN MANAJEMEN …………………. 46
A. Analisa Terhadap Penyusunan Program ……………………. 46
B. Analisa Terhadap Penyusunan Anggaran …………………… 48
C. Analisa Terhadap Pelaksanaan dan Pengukuran ……………. 50
D. Analisa Terhadap Pelaporan dan Analisis …………………… 51
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………….. 55
A. Kesimpulan ………………………………………………… 55
B. Saran ……………………………………………………….. 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel VI.1. Pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan BPR Nguter
Sukoharjo Periode Juli – Desember 2001……………………. 52
Tabel VI.2. Pertanggung jawaban Anggaran Biaya BPR Nguter
Sukoharjo Periode Juli – Agustus 2001……………………. 53
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur Organisasi PT BPR Nguter Sukoharjo.…...…………. 32
A B S T R A K S I
Evaluasi Proses Pengendalian Manajemen Pada Bank Perkreditan Rakyat Nguter Sukoharjo
HENY SAPTAWATIF 1399024
Pengendalian manajemen merupakan suatu sistem yang terdiri dari struktur dan proses. Struktur pengendalian manajemen meliputi pengendalian terhadap pendelegasian wewenang, pengambilan keputusan, penilaian prestasi dan pusat-pusat pertanggungjawaban, sedangkan proses pengendalian meliputi penyusunan program, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran, serta pelaporan dan analisa.
. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Untuk mengevalusi pelaksanaan proses pengendalian manajemen pada BPR Nguter Sukoharjo; (2) Untuk mengusulkan proses pengendalian manajemen yang lebih baik pada BPR Nguter Sukoharjo.
Penelitian ini dilakukan di Bank Perkreditan Rakyat Nguter Sukoharjo. Dalam mengevaluasi proses pengendalian manajemen pada BPR Nguter, penulis menggunakan beberapa alat analisis yaitu analisis terhadap penyusunan program dan anggaran, analisis terhadap pelaksanaan dan pengukuran, dan analisis terhadap pelaporan dan analisa.
Berdasarkan pada data yang ada dan hasil analisis data yang telah disusun, maka dapat ditemukan hasil-hasil analisis sebagai berikut.1. Tahap penyusunan program dan anggaran
Digunakan pendekatan perencanaan bottom up, yaitu penyusunan program dan anggaran dengan menerima usulan atau masukan dari bawahan.
2. Tahap pelaksanaan dan pengukuranPelaksanaan program dan anggaran di BPR Nguter Sukoharjo kurang maksimal, hal ini dapat dilihat dari rendahnya semangat kerja karyawan yang disebabkan karena pengawasan direksi yang terlalu ketat.
3. Tahap pelaporan dan analisa di BPR cabang Nguter belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari laporan pertanggungjawaban yang telah dibuat oleh Dewan Komisaris yang belum mencantumkan selisih anggaran dan realisasi pelaksanaan serta penyebab selisihnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk menyediakan barang atau
jasa kepada konsumen, baik untuk karyawan perusahaan atau masyarakat di
lingkungan perusahaan tersebut. Dalam mencapai tujuan dan mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan, perusahaan juga mencari laba. Agar tercapai laba
yang diharapkan, pimpinan sebagai pelaksana dalam pencapaian tujuan
memerlukan sistem pelaksanaan yang baik. Maju mundurnya badan usaha terletak
pada pimpinan dan bagaimana cara mengatur faktor-faktor produksi seoptimal
mungkin.
Betapapun canggihnya alat-alat produksi yang lain tanpa pelaksanaan
manajemen yang baik, suatu badan usaha tidak akan mampu berbuat banyak.
Menurut Handoko, T. Hani (1989 : 10) tiga alasan mengapa manajemen
dibutuhkan yaitu sebagai berikut ini.
1. Untuk mencapai tujuan.
2. Untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan yang saling berkaitan.
3. Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas.
Sistem yang digunakan manajemen adalah sistem pengendalian
manajemen. Pengendalian manajemen merupakan suatu sistem yang digunakan
manajer untuk mempengaruhi suatu anggota organisasi guna melaksanakan
strategi perusahaan secara efektif dan efisien.
2
Sistem pengendalian manajemen terdiri dari serangkaian struktur dan
proses pengendalian. Struktur pengendalian manajemen terdiri dari bagian-
bagian yang membentuk pusat-pusat pertanggungjawaban yang meliputi pusat
biaya, pusat penghasilan, pusat laba dan pusat investasi. Proses pengendalian
manajemen meliputi penyusunan program, penyusunan anggaran, pelaksanaan
dan pengukuran kinerja, serta pelaporan dan analisis.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Nguter merupakan organisasi yang
bergerak di bidang jasa, tetapi dalam menjalankan usahanya berdasarkan atas
prinsip-prinsip ekonomi, agar usahanya dapat berkembang dan kesejahteraan
para nasabah meningkat. BPR Nguter diarahkan untuk memegang peranan utama
dalam kegiatan-kegiatan perekonomian masyarakat khususnya di bidang
permodalan.
Bank khususnya BPR Nguter dimaksudkan untuk memberikan bantuan
kepada masyarakat yang masih memerlukan bantuan modal untuk memulai
sebuah usaha ataupun untuk mengembangkan usaha yang sedang dijalankannya.
Dengan semakin banyaknya masyarakat yang meminjam modal ke BPR dapat
mengakibatkan peningkatan assets atau kekayaan pada perusahaan tersebut.
Peningkatan assets yang terjadi pada perusahaan PT BPR ini dikarenakan oleh
hal-hal berikut ini.
1. Adanya pergantian kepemilikan saham dan diikuti dengan pergantian
kepengurusan PT BPR Nguter Sukoharjo berdampak pada performance
perusahaan yang semakin baik dan mengembalikan kepercayaan nasabah.
3
2. Kinerja bank yang baik dengan adanya manajemen yang baru memacu
semangat karyawan untuk meningkatkan wawasan perbankan, ketrampilan
dan kualitas pelayanan kepada nasabah.
3. Perluasan pangsa pasar hingga wilayah Eks Karesidenan Surakarta dalam
rangka penggalangan pelanggan dana masyarakat dengan sistem jemput bola
yang diterapkan perusahaan mampu menyerap dana masyarakat cukup besar.
Seiring dengan makin berkembang dan meluasnya kegiatan yang dirintis
BPR Nguter, maka dapat diidentifikasi berbagai masalah yang harus selalu
dibenahi antara lain berikut ini.
1. Perlunya evaluasi terhadap pelaksanaan dan pengukuran program dan
anggaran, sehingga penyimpangan terhadap pelaksanaan program dan
anggaran dapat diketahui.
2. Perlunya pemberian motivasi pada para karyawan dalam melaksanakan
program untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Laporan pelaksanaan anggaran dan realisasi yang dibuat Dewan Komisaris
harus memenuhi syarat-syarat yang baik, yaitu dengan membuat laporan
yang memisahkan selisih anggaran dan realisasi, faktor-faktor penyebab
selisih dan penjelasannya. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan pihak-
pihak yang mempunyai kepentingan terhadap bank bila ingin melihat laporan
tersebut secara terperinci.
4
B. Perumusan Masalah
Dalam menjalankan usaha, sebuah perusahaan atau organisasi
memerlukan suatu sistem yang biasa disebut sistem pengendalian manajemen.
Sistem pengendalian manajemen digunakan oleh manajer untuk mengarahkan
berbagai macam usaha yang dilaksanakan oleh semua sub unit organisasi agar
mengarah pada tujuan organisasi baik pada organisasi laba maupun organisasi nir
laba (organisasi yang tidak berorientasi pada laba).
Pengendalian manajemen merupakan suatu sistem yang terdiri dari
struktur dan proses. Struktur pengendalian manajemen meliputi pengendalian
terhadap pendelegasian wewenang pengambilan keputusan penilaian prestasi
pusat-pusat pertanggungjawaban, sedangkan proses pengendalian meliputi
penyusunan program, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran, serta
pelaporan dan analisa. Pelaksanaan sistem pengendalian manajemen BPR Nguter
di Sukoharjo belum dapat melaksanakan sistem tersebut dengan baik, terutama
pada pelaksanaan program dan anggaran yang kurang optimal. Hal tersebut
dikarenakan rendahnya semangat kerja karyawan yang disebabkan pengawasan
direksi yang terlalu ketat, sehingga karyawan merasa ruang geraknya sempit dan
mengakibatkan karyawan merasa kurang dipercaya.
Atas dasar uraian di atas permasalahan yang ingin penulis kemukakan
adalah “Apakah proses pengendalian manajemen yang meliputi penyusunan
program, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan pengukuran, serta pelaporan dan
analisa telah dilaksanakan secara baik oleh BPR Nguter Sukoharjo ?”
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis mengadakan penelitian terhadap proses pengendalian
manajemen pada BPR Nguter Sukoharjo adalah sebagai berikut ini.
1. Untuk mengevalusi pelaksanaan proses pengendalian manajemen pada BPR
Nguter Sukoharjo.
2. Mengusulkan proses pengendalian manajemen yang lebih baik pada BPR
Nguter Sukoharjo.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
1. Memberikan saran dan alternatif perbaikan atas pelaksanaan proses
pengendalian manajemen di BPR Nguter Sukoharjo.
2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain.
E. Metodologi Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan di Bank Perkreditan Rakyat Nguter Sukoharjo,
pertimbangan lokasi didasarkan pada beberapa alasan berikut ini.
a. Data yang dibutuhkan dalam penelitian cukup tersedia.
b. Lebih terbuka dalam memberikan informasi yang dibutuhkan.
c. Letaknya dekat dengan tempat tinggal penulis, sehingga memudahkan
penulis dalam memperoleh informasi dan mengadakan observasi.
6
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama
yaitu BPR Nguter Sukoharjo. Adapun data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah berikut ini.
1) Gambaran umum BPR Nguter Sukoharjo.
2) Data organisasi yang berhubungan dengan proses pengendalian
manajemen yang meliputi penyusunan program, penyusunan
anggaran, pelaksanaan dan pengukuran, serta pelaporan dan analisa.
3) Dokumen pendukung yang berhubungan dengan proses pengendalian
manajemen.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari
pihak-pihak lain atau data yang telah disusun oleh pihak-pihak lain di luar
penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara melakukan tanya
jawab secara langsung dengan pihak yang diteliti.
b. Observasi
Observasi adalah pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan
langsung pada obyek yang diteliti.
7
4. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan
proses pengendalian manajemen yang meliputi berikut ini.
a. Analisis terhadap penyusunan program.
b. Analisis terhadap penyusunan anggaran.
c. Analisis terhadap pelaksanaan dan pengukuran.
d. Analisis terhadap pelaporan dan analisis.
8
F. Sistematika Skripsi
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab dan masing-masing bab secara
garis besar dapat diperinci sebagai berikut ini.
BAB I. Pendahuluan
Dalam bab pendahuluan akan dibahas mengenai latar belakang
masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan
skripsi.
BAB II. Landasan Teori
Bab ini akan menguraikan tentang pengertian sistem pengendalian
manajemen, karekteristik sistem pengendalian manajemen, dan
proses pengendalian manajemen.
BAB III. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Bab ini merupakan inti dari skripsi yang membahas mengenai
proses pengendalian manajemen.
BAB IV. Analisa Data
Bab ini berisi tentang analisis proses pengendalian manajemen pada
BPR Nguter Sukoharjo.
BAB V. Simpulan dan Saran
Bab ini merupakan simpulan atas pembahasan skripsi dan saran-
saran untuk pengembangan yang akan datang.
9
G. Daftar Pustaka
Agus Maulana, 1991, Sistem Pengendalian Manajemen, Jakarta : Erlangga.
Arief Suadi, 1995, Sistem Pengendalian Manajemen, Yogyakarta : BPFE, UGM.
Mulyadi, 1984, Akuntansi Biaya Untuk Manajemen, Yogyakarta : BPFE –UGM,
----------, 1989, Sistem Akuntansi, Edisi ke 3, Yogyakarta : YKPN.
Supriyono, 1987, Akuntansi Manajemen II, “Konsep Dasar Manajemen dan Proses Perencanaan”, Yogyakarta : BPFE-UGM.
Supriyono dan Mulyadi, 1988, Akuntansi Manajemen “Handout”, Yogyakarta : BPFE-UGM.
T. Hani Handoko, 1989, Manajemen, Yogyakarta : BPFE : UGM.
10
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahB. Perumusan MasalahC. Tujuan PenelitianD. Sistematika Penulisan
BAB II : LANDASAN TEORIA. Pengertian sistem.B. Pengertian pengendalianC. Pengertian pengendalian manajemen.D. Pengertian sistem pengendalian manajemen.E. Karakteristik sistem pengendalian manajemen.F. Proses pengendalian manajemen
BAB III : METODOLOGI PENELITIANA. Ruang lingkup penelitianB. Sumber dataC. Teknik pengumpulan dataD. Teknik analisis data.
BAB IV : ANALISIS DATAA. Analisis terhadap penyusunan programB. Analisis terhadap penyusunan anggaranC. Analisis terhadap pelaksanaan dan pengukuran.D. Pelaporan dan analisa
BAB V : KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan B. Saran
9
BAB II
LANDASAN TEORI TENTANG PENGENDALIAN INTERN
A. Pengertian Sistem
Pengertian sistem yang diuraikan oleh beberapa pakar akuntansi pada
dasarnya mempunyai persamaan. Suadi Arief memberikan definisi sistem sebagai
berikut ini.
Sistem adalah sekelompok komponen yang masing-masing saling menunjang, saling berhubungan maupun tidak yang keseluruhannya merupakan sebuah kesatuan (Suadi Arief, 1995 : 1).
Adapun pengertian sistem menurut Mulyadi adalah “Sekelompok elemen
yang erat hubungannya satu dengan yang lainnya, yang berfungsi secara bersama-
sama untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi, 1989 : 5).
Kesimpulan yang dapat diambil dari dua pengertian di atas adalah bahwa
sistem merupakan sekelompok elemen atau komponen yang merupakan sebuah
kesatuan dan berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
B. Pengertian Pengendalian
Definisi pengendalian menurut Anthony dan Dearden adalah
“mengarahkan seperangkat variabel (mesin, manusia, peralatan) ke arah
tercapainya sasaran atau tujuan.” Pengertian pengendalian yang hampir sama
dengan Anthony yaitu “Proses untuk membuat sebuah organisasi mencapai tujuan
(Suadi Arief, 1995 : 1).
10
Pengertian yang diberikan oleh pakar-pakar akuntansi di atas dapat
disimpulkan bahwa pengendalian merupakan suatu proses untuk menjalankan
seperangkat variabel yang dimiliki organisasi untuk mencapai tujuan.
C. Pengertian Pengendalian Manajemen
Sebagai salah satu pakar akuntansi, Anthony dan Dearden memberikan
pengertian pengendalian manajemen berikut ini.
Pengendalian manajemen adalah semua metode, prosedur dan siasat, termasuk sistem pengendalian manajemen, yang digunakan oleh manajemen untuk menjamin bahwa pelaksanaan sesuai dengan strategi dan kebijaksanaan organisasi (Suadi Arief, 1995 : 1).
Adapun pengertian pengendalian manajemen menurut Suadi Arief adalah berikut
ini.
Semua usaha yang menjamin sumber daya perusahaan digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan atau proses untuk mempengaruhi orang lain dalam sebuah perusahaan agar secara efektif dan efisien mencapai tujuan perusahaan melalui strategi tertentu (Suadi Arief, 1995 : 1).
Dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian manajemen
merupakan semua usaha yang digunakan untuk menjamin bahwa organisasi
melaksanakan strategi tertentu untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif
dan efisien.
D. Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen
Supriyono dan Mulyadi memberikan definisi sistem pengendalian
manajemen adalah ”Sistem yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi
anggota organisasi lain guna melaksanakan strategi perusahaan secara efektif dan
efisien.” (Supriyono dan Mulyadi, 1998 : 26).
11
Adapun pengertian sistem pengendalian manajemen yang diberikan oleh Suadi
Arief adalah berikut ini.
Sebuah sistem yang terdiri dari beberapa anak sistem yang saling berkaitan, yaitu pemrograman, penganggaran, akuntansi, pelaporan dan pertanggung jawaban untuk membantu manajemen mempengaruhi orang lain dalam sebuah perusahaan agar mau mencapai tujuan perusahaan melalui strategi tertentu secara efektif dan efisien (Suadi Arief, 1995 : 2).
Dua pengertian tersebut pada dasarnya tidak mempunyai perbedaan yang
berarti, yang intinya sumber daya manusia merupakan alat pengendalian yang
baik bagi manajemen untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
dalam proses sebagai perencanaan strategis. Dalam perencanaan strategis ini
manajemen menetapkan tujuan perusahaan dan memutuskan beberapa strategi
untuk mencapai tujuan tersebut, yang dalam hal ini manajemen memerlukan suatu
sistem untuk mengalokasikan penggunaan sumber ekonomi secara efektif dan
efisien. Efektifitas menjelaskan kesesuaian antara sistem keluaran dengan tujuan
yang telah ditetapkan, sedangkan efisiensi menjelaskan rasio antara masukan
dengan keluaran sistem tersebut.
Sistem pengendalian paling sedikit terdiri dari empat komponen sebagai
berikut ini (Maulana Agus, 1991 : 5).
1. Alat pengamatan yang mendeteksi atau mengamati dan mengukur atau menggambarkan kegiatan-kegiatan atau kejadian-kejadian lain yang dikendalikan. Alat ini disebut observer atau detector.
2. Alat untuk menilai hasil suatu kegiatan dan mengidentifikasikan keadaan atau kegiatan yang tidak dapat dikuasai. Alat ini disebut evaluator assesor atau selector.
3. Alat modifikasi perilaku untuk mengubah prestasi bila diperlukan. Alat inidisebut dengan director atau efector.
4. Alat untuk menyebarluaskan informasi ke alat-alat lain atau disebut dengan jaringan komunikasi.
12
Suatu sistem pengendalian manajemen terdiri dari struktur dan proses.
Struktur pengendalian manajemen meliputi pusat biaya, pusat pendapatan, pusat
laba dan pusat pertanggungjawaban. Proses adalah seperangkat tindakan yang
dilaksanakan dalam konteks sistem pengendalian manajemen, proses adalah
seperangkat tindakan yang dilaksanakan oleh manajer atas dasar informasi yang
mereka terima. Dalam proses pengendalian manajemen dikenal dua jenis
komunikasi, yaitu komunikasi formal dan komunikasi informal. Komunikasi
formal meliputi tahap penyusunan program, penyusunan anggaran, pelaksanaan
dan pengukuran, serta pelaporan dan analisa. Komunikasi informal terjadi melalui
memo, pertemuan-pertemuan, percakapan-percakapan dan sering melalui tanda-
tanda seperti ekspresi raut wajah, sedangkan struktur adalah pengaturan
organisasi yang mengalir antar unit-unit tersebut.
Untuk mendukung berjalannya proses pengendalian manajemen, suatu
organisasi atau perusahaan menggunakan manajer sebagai sasarannya, yaitu
sebagai pelaksana pengendalian manajemen yang mempengaruhi orang lain agar
mencapai tujuan perusahaan. Para manajer saling berinteraksi dan memutuskan
tugas yang harus dilaksanakan untuk mencapai organisasi dan menjamin bahwa
kegiatan-kegiatan tersebut sudah terorganisasi dengan baik. Atas dasar uraian di
atas dapat kita menarik kesimpulan bahwa sistem pengendalian manajemen
diperlukan dalam semua jenis organisasi, baik organisasi yang berorientasi laba
maupun yang tidak berorientasi pada laba.
Perbankan sebagai organisasi yang menghimpun dan menyalurkan dana
juga memerlukan pengendalian manajemen untuk mengendalikan usaha-usaha
yang dikelola, serta mempengaruhi karyawan untuk melaksanakan tugas secara
efektif dan efisien agar tercapai tujuan yang diharapkan.
13
Pengertian bank dan Bank Perkreditan Rakyat menurut UU Perbankan Nomor 10
Tahun 1998 pasal 1 adalah berikut ini.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Fungsi bank menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 pasal 2 adalah sebagai
perhimpun dan penyalur dana masyarakat.
Adapun tujuan bank menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 pasal 3 adalah
untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
kesejahteraan rakyat banyak.
Usaha yang dilakukan oleh BPR menurut pasal 13 UU Perbankan No. 10
Tahun 1998 adalah berikut ini.
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b. Memberikan kredit.c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip
syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesiad. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain.
Perbankan yang berasaskan demokrasi ekonomi dengan fungsi masyarakat
utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, memiliki peranan
yang strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
14
E. Karakteristik Sistem Pengendalian Manajemen
Pengendalian meliputi tindakan untuk menuntut dan memotivasi usaha
pencapaian tujuan maupun tindakan untuk mendeteksi pelaksanaan pengendalian
manajemen secara efektif dan efisien. Sistem pengendalian manajemen yang
diperlukan untuk yang satu dengan yang lain berbeda, namun semua sistem
tampaknya mempunyai karakteristik yang sama sebagai berikut ini.
1. Sistem pengendalian manajemen dipusatkan pada program-program dan pusat-pusat pertanggungjawaban.Suatu program dapat berupa proyek-proyek, lini produk, penelitian dan pengembangan, atau kegiatan-kegiatan serupa yang dilakukan organisasi untuk mencapai tujuannya.
2. Informasi yang diproses dalam sistem pengendalian manajemen terbagi dalam dua jenis, yaitu data yang terencana yang berupa program, anggaran dan standar, serta data aktual (data sesungguhnya), yaitu data yang benar-benar terjadi, baik dalam organisasi maupun dari luar organisasi.
3. Sistem pengendalian manajemen adalah sistem organisasi total yang merangkum semua aspek dalam operasi organisasi. Fungsinya adalah membantu manajemen memelihara keseimbangan di antara bagian-bagian operasi dan mengoperasikan organisasi secara terkoordinasi.
4. Aspek-aspek perencanaan dari sistem pengendalian manajemen cenderung mengikuti pola dana jadwal tertentu.
5. Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem yang terkoordinasi dan terpadu, di mana data yang terkumpul digabungkan untuk saling dibandingkan setiap saat pada setiap unit organisasi.
6. Sistem pengendalian manajemen biasanya berhubungan erat dengan struktur keuangan di mana kegiatan-kegiatan dan sumber daya organisasi dinyatakan dalam satuan uang (Suadi Arief, 1995 : 2).
F. Proses Pengendalian Manajemen
Proses pengendalian manajemen adalah seperangkat tindakan yang
dilaksanakan manajer atas dasar informasi yang diterima. Tahap-tahap utama
dalam proses pengendalian adalah penyusunan program, penyusunan anggaran,
pelaksanaan dan pengukuran, serta pelaporan dan analisa (Supriyono dan
Mulyadi, 1998 :75).
15
1. Penyusunan Program
Penyusunan program atau pemrograman adalah proses pengambilan
keputusan mengenai program-program yang akan dilakukan untuk
melaksanakan strategi perusahaan dan taksiran pemakaian sumber-sumber
yang akan digunakan dalam setiap program tersebut. Sedang pemrograman
adalah kegiatan pokok yang direncanakan organisasi untuk melaksanakan
strategi yang telah ditetapkan dalam perencanaan strategi.
a. Hubungan penyusunan program dengan perencanaan strategi
Perencanaan strategik disusun terlebih dahulu sebelum penyusunan
program. Dalam proses perencanaan strategik, manajemen memutuskan
tujuan organisasi, mengubah tujuan organisasi yang perlu dan menentukan
strategik pokok untuk mencapai tujuan tertentu. Secara konseptual,
penyusunan program didasarkan pada tujuan dan strategi yang telah
ditentukan dalam proses perencanaan strategik, sehingga penyusunan
program terbatas pada penentuan program-program yang disusun untuk
melaksanakan strategi dan mencapai tujuan secara efektif.
b. Hubungan penyusunan program dengan penyusunan anggaran.
Penyusunan program dan penyusunan anggaran merupakan proses
perencanaan, tetapi penyusunan program mempunyai beberapa perbedaan
dengan penyusunan anggaran.
Perbedaan penyusunan program dan penyusunan anggaran adalah sebagai
berikut ini.
16
1) Penyusunan program dipusatkan pada jangka waktu beberapa tahun
sedangkan penyusunan anggaran dititikberatkan pada jangka waktu
satu tahun.
2) Penyusunan program mendahului penyusunan anggaran. Penyusunan
anggaran berdasarkan program yang telah disyahkan dan memandang
program sebagai sesuatu yang telah ditentukan terlebih dahulu.
3) Program biasanya disusun sesuai jenis atau kelompok produk,
sedangkan anggaran disusun menurut pusat pertanggungjawaban.
Proses penyusunan program terdiri dari tiga kegiatan pokok yang
meliputi berikut ini.
a) Analisa usulan program baru.
Usulan program baru dapat bersifat reaktif dan proaktif jika
program tersebut sebagai reaksi terhadap tantangan yang dihadapi,
sedangkan program bersifat proaktif jika perusahaan berinisiatif
merencanakan kesempatan-kesempatan baru.
Usulan program baru dapat berasal dari semua jenjang
organisasi, seperti pimpinan, staf perencana atau dari karyawan.
Karena kesuksesan suatu organisasi sebagian besar bergantung atas
kemampuan untuk menentukan dan mewujudkan program-
program baru, maka manajemen perlu menciptakan kondisi yang
memungkinkan ide-ide tersebut dapat terlaksana.
Untuk organisasi yang berorientasi pada laba tetapi
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota, usulan
program baru diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan
17
organisasi yang mencari laba dan diarahkan pada program-
program yang mendukung tercapainya laba maksimal.
b) Analisa program yang sedang berjalan.
Analisa program yang sedang berjalan (on going program review)
adalah peninjauan secara kesinambungan dan sistematik untuk
menjamin bahwa kondisi lingkungan luar yang baru telah
diprediksikan dan tindakan yang tepat telah ditetapkan.
Penelaahan program yang sedang berjalan biasanya menggunakan
penelahaan dasar nol (zero based review) yaitu penentuan sumber
atau biaya program yang sudah dikeluarkan sampai saat ditelaah.
c) Sistem penyusunan program formal.
Setiap organisasi harus menelaah program yang sedang berjalan
dan membuat keputusan pengusulan program baru yang sebaiknya
melalui sistem penyusunan program yang formal. Program formal
dimaksudkan untuk dapat tersusunnya program ke dalam satu
kesatuan rencana organisasi sehingga hasilnya dapat
mengoptimalkan pemanfaatan organisasi secara keseluruhan.
Langkah-langkah dalam proses penyusunan program formal
meliputi tiga tahap, yaitu “penyusunan asumsi-asumsi dan
pedoman, penyusunan rencana, serta penyajian dan persetujuan
rencana (Mulyadi, 1989 : 33).
(1) Penyusunan asumsi-asumsi dan pedoman
Proses penyusunan program secara formal dimulai dengan
penyajian garis besar dan asumsi-asumsi yang terpengaruh atas
18
penyajian program. Garis pedoman dibuat oleh manajemen
puncak yang terdiri dari tujuan organisasi asumsi lingkungan
luar dan kebijaksanaan yang harus diikuti dalam penyajian
program. Kemudian garis pedoman ini dikirim kepada manajer
unit untuk dipelajari yang barangkali ada usulan perbaikan,
setelah diskusi, asumsi dan pedoman yang telah diperbaiki
disebarluaskan.
(2) Penyusunan rencana
Atas dasar garis pedoman dan asumsi yang telah ditetapkan,
setiap unit kemudian menyusun rencana program untuk
beberapa tahun yang akan datang. Sebagai titik awal
dimulainya, dapat diambil pedoman dari program yang telah
disusun tahun-tahun lalu. Pada tahap inilah diterima usulan
program baru dan menganalisa program yang telah berjalan
serta memperkirakan perubahan yang akan terjadi di masa
yang akan datang.
(3) Penyajian dan persetujuan rencana
Rencana yang disusun divisi atas dasar pedoman, asumsi dan
kebijakan yang telah ditentukan oleh Kantor Pusat selanjutnya
ditelaah oleh manajemen puncak dan didiskusikan antara
manajemen puncak dengan manajer divisi yang bersangkutan.
Setelah selesai didiskusikan, staff kantor pusat menggabungkan
rencana yang disusun oleh semua divisi yang ada pada
19
perusahaan sebagai kesatuan. Penggabungan ini dimaksudkan
untuk mengetahui kemungkinan timbulnya kesenjangan
perencanaan (planning gap). Kesenjangan perencanaan atau
planning gap adalah suatu kondisi gabungan perencanaan
devisi yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan.
Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya sistem penyusunan
program formal adalah sebagai berikut (Supriyono dan Mulyadi,
1998 : 75).
(1) Manajemen puncak memiliki dasar yang lebih baik untuk
membuat perhitungan mengenai keseimbangan menyeluruh di
antara berbagai bagian dalam suatu perusahaan.
(2) Implikasi atau konsekuensi masa depan yang ditunjukkan oleh
sistem formal dapat digunakan sebagai titik awal dalam
menganalisis usulan program baru.
(3) Dapat menyediakan kerangka acuan penyusunan anggaran
tahunan.
(4) Dapat mendorong manajer pada semua tingkat untuk berpikir
lebih mendalam dan sistematik mengenai masa depan dan
menghindarkan mereka dari kecenderungan hanya
mengutamakan masalah yang mendesak.
2. Penyusunan Anggaran
Pengertian anggaran menurut Supriyono (1987 : 94) berikut ini.
Suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif untuk menunjukkan bagaimana sumber-sumber akan
20
diperoleh dan lingkungan selama jangka waktu tertentu, umumnya satu tahun.
Pada penyusunan anggaran, program-program diterjemahkan ke dalam
anggaran sesuai dengan tanggung jawab tiap-tiap manajer dalam
melaksanakan program-program atau bagian dari program dalam proses
penyusunannya manajer puncak pertanggungjawaban berperan serta dalam
menyusun usulan program serta mengadakan negosiasi dengan manajer di
atasnya yang memberikan peran kepadanya. Oleh karena itu anggaran yang
telah disyahkan merupakan kesanggupan atau komitmen manajer pusat
pertanggungjawaban untuk melaksanakan rencana seperti yang tercantum
dalam anggaran.
a. Fungsi dan manfaat anggaran.
Sebagai alat pengendalian, anggaran dipakai pegangan oleh manajer
puncak pertanggungjawaban dalam menjalankan operasi untuk
mengadakan penilaian dari hasil-hasil yang dicapainya.
Fungsi anggaran menurut Suadi Arief (1995 : 81) adalah berikut ini.
1) Perbaiki program, strategi, sasaran dan tujuan perusahaan.2) Menentukan wewenang dan tanggung jawab pusat pertanggung
jawaban.3) Memaksa pusat pertanggungjawaban untuk melakukan koordinasi.4) Menjadi dasar untuk menilai kinerja pusat pertanggungjawaban.
Manfaat penyusunan anggaran bagi organisasi atau perusahaan antara
lain berikut ini (Supriyono dan Mulyadi, 1998 : 81).
1) Membantu manajemen dan mengkoordinir rencana jangka pendek.2) Alat untuk mengkomunikasikan rencana kepada berbagai manajer
pusat pertanggungjawaban.
21
3) Memotivasi para manajer untuk mencapai tujuan atau sasaran pusat pertanggungjawaban yang dipimpin.
4) Alat pengukur pengendalian kegiatan yang sedang berjalan.5) Dasar penilaian prestasi pusat pertanggungjawaban dan para manajer.6) Alat pendidikan manajer.
b. Keunggulan, keterbatasan dan syarat-syarat anggaran
Anggaran dihasilkan oleh proses penyusunan anggaran. Pemakaian
anggaran memberikan beberapa keunggulan pada organisasi atau unit
organisasi sebagai berikut (Mulyadi, 1989 : 94).
1) Menyediakan suatu pendekatan disiplin untuk menyelesaikan masalah.2) Membantu manajemen membuat studi awal terhadap masalah-masalah
yang dihadapi oleh suatu organisasi dan membiasakan manajemen untuk mempelajari dengan seksama suatu masalah sebelum diputuskan.
3) Menyediakan cara-cara untuk memformulasikan usaha perencanaan.4) Menutup kemacetan potensial sebelum kemacetan tersebut terjadi.5) Membantu mengkoordinasikan dan mengintegrasikan penyusunan
rencana operasi berbagai bagian yang ada pada organisasi sehingga keputusan akhir dan rencana-rencana tersebut dapat terintegrasi dan komprehensif.
6) Mengembangkan iklim “sadar laba” dalam perusahaan, mendorong sikap kesadaran terhadap pentingnya biaya dan memaksimalkan pemanfaatan sumber-sumber perusahaan.
7) Mengkoordinasikan, menghubungkan dan membantu mengarahkan investasi dan semua usaha-usaha organisai ke saluran yang paling menguntungkan.
8) Mendorong suatu standar prestasi yang tinggi dengan membangkitkan semangat bersaing yang sehat, menimbulkan perasaan berguna, dan menyediakan perangsang (insentif) untuk pelaksanaan yang efektif.
9) Menyediakan tujuan atau sasaran yang merupakan alat pengukur atau standar mengukur prestasi dan ukuran pertimbangan manajemen dan sikap eksekutif secara individual.
10) Memberikan kesempatan kepada organisasi untuk meninjau kembali secara sistematis terhadap kebijaksanaan dan pedoman dasar yang sudah ditentukan.
Meskipun anggaran memiliki banyak keunggulan, namun anggaran juga
memiliki keterbatasan sebagai berikut ini (Supriyono, 1998 : 346).
1) Penyusunan anggaran berdasarkan asumsi.
22
Ketidaktepatan estimasi mengakibatkan manfaat perencanaan tidak optimal.
2) Anggaran disusun berdasarkan kondisi dan situasi tertentu.Jika kondisi dan asumsi yang mendasarinya berubah maka perencanaan dan anggaran harus dikoreksi.
3) Anggaran berfungsi sebagai alat manajemen hanya jika semua pihak terutama para manajer terus bekerjasama dan berusaha mencapai tujuan.
4) Perencanaan dan anggaran tidak dapat menggantikan fungsi manajemen dan pertimbangan manajemen.
Anggaran dapat berhasil jika memenuhi syarat-syarat berikut ini (Supriyono, 1998 : 348).
1) Adanya organisasi yang sehat yang membagi tugas fungsional dengan jelas dan menentukan arus wewenang dan tanggungjawab secara tegas.
2) Terdapat sistem akuntansi memadai.Sistem ini meliputi berikut ini.a) Penggolongan rekening yang sama antara anggaran dan
realisasinya sehingga dapat memperbandingkan dan dihitung penyimpangannya.
b) Pencatatan akuntansi memberikan informasi mengenai realisasi anggaran.
c) Laporan didasarkan pada akuntansi pertanggungjawaban.d) Adanya penelitian dan analisa.
Hal ini diperlukan untuk menetapkan alat pengukur prestasi sehingga anggaran dapat dipakai untuk menganalisa prestasi.
c. Jenis Anggaran
Anggaran dapat dibuat untuk setiap kegiatan yang dilakukan perusahaan. Dalam
manajemen dikenal istilah anggaran induk atau master budget, yaitu jaringan kerja yang berisi
berbagai macam anggaran yang terpisah namun saling berhubungan satu sama lain.Anggaran
induk terbagi menjadi tiga, yaitu “Anggaran kas dan anggaran pengeluaran modal” (Suadi
Arief, 1995 : 151).
1) Anggaran Operasi.
Anggaran ini menunjukkan rencana operasi tahun mendatang dan
meliputi anggaran pendapatan, biaya, persediaan dan elemen modal
kerja lainnya.
23
Penyusunan anggaran operasi merupakan proses akuntansi dan
manajemen. Proses akuntansi merupakan studi terhadap mekanisme,
prosedur pengumpulan data dan penyusunan anggaran, sedangkan
proses manajemen merupakan proses penentuan peran manajer dalam
melaksanakan program atau bagian dari program.
2) Anggaran Kas.
Digunakan untuk tujuan perencanaan keuntungan organisasi atau unit
organisasi.
3) Anggaran pengeluaran modal.
Merupakan daftar rencana yang telah disetujui oleh manajemen
puncak mengenai proyek pemilihan fasilitas dan peralatan baru serta
taksiran biaya setiap proyek-proyek dan saat pengeluaran modal tahun
anggaran.
3. Pelaksanaan dan Pengukuran
Pelaksanaan dan pengukuran merupakan kegiatan yang dilaksanakan
oleh manajer pusat pertanggungjawaban setelah anggaran disyahkan oleh
manajer puncak. Pelaksanaan dan pengukuran anggaran meliputi berikut ini
(Supriyono dan Mulyadi, 1998 : 87).
a. Pelaksanaan anggaran di dalam kegiatan sesungguhnya.b. Pengukuran dan pencatatan sumber-sumber yang sesungguhnya
dipakai dan penghasilan yang sesungguhnya diperoleh.c. Pelaporan dan pelaksanaan anggaran tersebut kepada manajer yang
bertanggungjawab dalam bentuk perbandingan antara program, anggaran dan realisasi.
d. Analisa terhadap penyimpangan realisasi dari anggaran-anggaran untuk menemukan penyebab terjadinya penyimpangan tertentu. Analisa ini dipakai sebagai dasar penilaian terhadap para manajer pusat pertanggungjawaban.
24
Dalam rangka evaluasi pelaksanaan program dan penilaian prestasi
pusat pertanggungjawaban, akuntasi menggolongkan informasi menurut
program.
Kegiatan ini berhubungan dengan pengukuran efisiensi dan efektivitas
penggunaan bahan, tenaga kerja dan sumber keuangan untuk mencapai tujuan
perusahaan.
Anggaran pada dasarnya merupakan patokan (standar) yang akan
dipakai sebagai alat untuk mengukur sejauh mana unit-unit kerja tersebut
berhasil atau gagal dalam melaksanakan kegiatannya.
Dalam pengukuran dan pencatatan pelaksanaan anggaran, data mengenai
biaya dan penghasilan dikelompokkan menjadi dua yaitu berikut ini.
a. Data yang berhubungan dengan program
Data yang dikelompokkan menurut program akan digunakan sebagai dasar
untuk di masa yang akan datang.
b. Data yang berhubungan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban.
Data ini digunakan untuk mengukur prestasi manajer pusat-pusat
pertanggungjawaban dengan organisasi di mana ia bekerja serta hubungan
dengan masyarakat.
Efisiensi dan efektifitas dalam mengalokasikan sumber daya
perusahaan dalam mencapai tujuan diukur dalam tahap ini. Pengukuran
merupakan perbandingan antara angka-angka hasil realisasi dengan angka-
angka patokan yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah prestasi pusat-
pusat pertanggungjawaban tertentu memuaskan atau tidak. Proses pengukuran
meliputi langkah-langkah yaitu menetapkan tujuan berdasarkan kesempatan
25
yang ada dan kondisi-kondisi yang diharapkan akan terjadi kemudian
menetapkan suatu sistem pengukuran dan pengembangan ukuran-ukuran yang
sesuai hasil yang terjadi, kemudian dibandingkan dengan standar, diukur dan
diinterprestasikan. Tindakan perbaikan dilakukan bila perlu, oleh karena itu
setiap perusahaan mempunyai sistem pengukuran yang berbeda-beda dan ada
banyak ukuran tentang suatu perusahaan maka yang menjadi pertimbangan
utama dalam sistem pengukuran tersebut adalah kriteria pengukuran yang
dianggap paling penting.
Manfaat yang diperoleh dari pengukuran tersebut digunakan sebagai berikut
ini.
a. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat efisiensi yang dicapai suatu unit
kerja dalam melaksanakan target-targetnya.
b. Untuk mengetahui berbagai kebijaksanaan baik yang bersifat politis,
strategis, statis ataupun kebijaksanaan terhadap implementasi yang harus
ditempuh oleh manajemen di dalam mencapai anggaran yang akan datang
dengan kapasitas yang lebih besar atau jumlah yang lebih sedikit.
c. Pengukuran juga bermanfaat untuk mengukur prestasi masing-masing
manajemen.
d. Akhirnya akan bermanfaat juga sebagai umpan balik untuk segala bentuk
perbaikan operasional bank yang bersangkutan.
4. Pelaporan dan Analisa
Tahap akhir proses pengendalian manajemen adalah pelaporan dan
analisa. Pada tahap ini, prestasi diukur dengan membandingkan rencana dan
26
realisasi untuk mengetahui selisih yang terjadi dan penyebab timbulnya selisih
(unfavourable variance).
Untuk dapat memantau hasil kerja pusat pertanggungjawaban
diperlukan sistem pelaporan. Karakteristik sistem pelaporan yang baik adalah
sebagai berikut (Mulyadi, 1984 : 120).
a. Laporan memisahkan selisih antara anggaran dengan realisasinya, faktor-faktor selisih dan manajer yang bertanggungjawab.
b. Laporan mencakup laporan tahunan.c. Laporan mencakup penjelasan tentang berikut ini.
1) Penyebab selisih2) Tindakan koreksi atas selisih rugi.3) Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan koreksi secara
efektif.
Laporan digunakan sebagai dasar pengawasan yang diperoleh dari
analisa perbandingan antara rencana dengan realisasinya serta diambil
manajer atas dasar laporan sebagai berikut ini.
a. Perubahan pelaksanaan anggaran, jika manajer yang bertanggungjawab berpendapat bahwa anggarannya telah benar tetapi pelaksanaannya yang perlu dibetulkan.
b. Perbaikan terhadap anggaran, jika menurut hasil analisa penyimpangan realisasi dari anggarannya disebabkan karena anggarannya kurang benar.
c. Perbaikan terhadap program, dilihat dari hasil analisa dapat diketahui bahwa suatu program tidak perlu dilanjutkan atau malah sebaliknya perlu diperluas.
d. Perubahan strategi analisa terhadap pelaksanaan anggaran dapat menyebabkan perubahan pada strategi pokok perusahaan.
Adapun laporan yang disajikan kepada manajemen digolongkan
menjadi tiga, yaitu “laporan informasi, laporan prestasi ekonomi dan laporan
prestasi”.
a. Laporan Informasi
27
Laporan informasi dirancang untuk memberi tahu manajemen mengenai
apa yang telah terjadi. Manajemen mempelajari laporan untuk menentukan
apakah kejadian tersebut perlu diselidiki atau tidak.
Laporan ini dapat berasal dari sistem akuntansi dari sumber eksternal,
misalnya informasi lingkungan eksternal.
b. Laporan prestasi ekonomi
Laporan prestasi ekonomi berhubungan dengan prestasi suatu pusat
pertanggungjawaban sebagai pusat kesatuan ekonomi.
c. Laporan prestasi pribadi
Laporan ini disebut juga laporan pengendalian yang disusun dari informasi
akuntansi pertanggungjawaban dan menunjukkan seberapa baik prestasi
aktual seorang manajer pusat pertanggungjawaban dibandingkan dengan
standart prestasi yang diharapkan. Laporan prestasi pribadi yang baik
memuat mengenai informasi prestasi yang sesungguhnya dicapai serta
penyebab perbedaan antara prestasi aktual dengan yang diharapkan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1992. Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998. Jakarta : Penerbit Sinar Grafika.
Handoko T. Hani. 1989. Manajemen. Yogyakarta : BPFE : UGM.
Maulana Agus (Penerjemah). 1991. Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta : Erlangga.
Mulyadi. 1984. Akuntansi Biaya Untuk Manajemen. Yogyakarta : BPFE-UGM.
---------- 1989. Akuntansi Manajemen III, “Proses Pengendalian Manajemen”.Yogyakarta : BPFE-UGM.
---------- 1989. Sistem Akuntansi. Yogyakarta : YKPN. Edisi ke 3.
Suadi Arief. 1995. Sistem Pengendalian Manajemen. Yogyakarta : BPFE-UGM.
Supriyono. 1987. Akuntansi Manajemen I, “Konsep Dasar Manajemen dan Proses Perencanaan” Yogyakarta : BPFE-UGM.
Supriyono dan Mulyadi. 1998. Akuntansi Manajemen “Hand-out”. Yogyakarta : BPFE-UGM.
29
BAB III
GAMBARAN UMUM BPR NGUTER SUKOHARJO
A. Latar Belakang
Kecamatan Nguter merupakan bagian wilayah Kabupaten Dati II Sukoharjo
sebelah selatan berbatasan dengan Dati II Wonogiri, luas wilayah + 54,87 Km2
terdiri dari 16 desa dengan jumlah penduduk sebanyak 65,086 jiwa, sedangkan
22.493 merupakan sumber daya manusia yang potensial dalam mendukung
kegiatan ekonomi daerah yang terdiri dari berikut ini.
1. Petani pemilik = 8.097
2. Buruh = 9.848
3. Pedagang = 2.178
4. Pengrajin/Industri kecil = 178
5. Pengusaha = 579
6. Peternak = 333
7. Pegawai Negeri = 887
8. ABRI = 393
Industri kecil dan pengusaha di wilayah Nguter sangat dominan pada
pengusaha jamu. Jamu dari daerah Nguter sangat terkenal sampai ke luar Jawa.
Sehingga banyak sekali pengusaha maupun industri kecil yang mencari pasaran
hingga ke luar Jawa. Sedangkan untuk pertanian banyak ditanami melon. Dengan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah Sukoharjo cukup potensial.
30
Sedangkan sampai saat ini terutama di wilayah Nguter hanya ada 2 buah BPR dan
2 unit BRI.
PT BPR Nguter Sukoharjo mulai operasional pada tanggal 20 Mei 1996
yang bertempat di Ibukota Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Adapun ijin
dari BPR Nguter adalah berikut ini.
a. Menteri Kehakiman No. c2-16.783.HT.01.th 94.
b. Menteri Keuangan RI No. kp. 100/KM.17/1996.
Pemegang saham pada saat pendirian BPR Nguter yaitu Hj. Sri Arbi’ah; Yetti
Hendiastuti; Rochmad Judianto; dan Wahab Usman.
Dalam menjalankan operasionalnya PT BPR Nguter sempat mengalami
krisis yang berkepanjangan, sehingga Bank Indonesia menyarankan untuk
pengalihan pemilik. Pada tanggal 22 Juni 2000 PT BPR nguter melaksanakan
pengalihan pemilik seluruhnya. Adapun para pemegang saham baru adalah
berikut ini.
1) Joko P. Sugoto SE, MBA
2) Augustine Ester, SH
3) Dwi Esti Nastiti.
Lama kelamaan BPR Nguter sedikit demi sedikit mulai berkembang dan
mendapatkan banyak nasabah. Untuk memperluas usahanya, mulai saat ini BPR
Nguter pindah kantor ke Jl. Ir. Sutami No. 118 Surakarta.
31
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan perwujudan yang menunjukkan hubungan
antara fungsi-fungsi dalam suatu organisasi serta wewenang dan tanggung jawab
setiap anggota organisasi yang menjalankan masing-masing tugasnya.
Stuktur organisasi perusahaan merupakan salah satu faktor penting bagi
perusahaan, karena struktur tersebut menunjukkan tugas, wewenang dan tanggung
jawab di setiap bagian. PT BPR Nguter Sukoharjo membagi tugas-tugas dalam
bagian yang sesuai dengan tingkatan tugas dan tanggung jawabnya.
Untuk dapat mencapai tujuannya dengan baik, maka struktur organisasi
perusahaan harus disusun sedemikian rupa sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
perusahaan itu sendiri. Tugas-tugas yang harus dilaksanakan, pembatasan
wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing anggota pejabat perusahaan
harus jelas terperinci sehingga simpang siur dalam pekerjaan dapat dihindari.
Dengan adanya struktur organisasi ini kita dapat menggunakannya sebagai suatu
sumber informasi dan dapat dengan cepat melihat organisasi dan kegiatan
perusahaan secara garis besar.
Struktur organisasi PT BPR Nguter Sukoharjo adalah berbentuk garis, di
mana wewenang atas pelaksanaan kegiatan dan tugas pada tiap-tiap bagian
perusahaan berdasarkan garis perintah yang mengalir dari atas ke bawah melalui
tingkatan manajemen. Untuk lebih jelasnya maka di bawah ini disajikan struktur
organisasi PT BPR Nguter Sukoharjo.
32
GAMBAR 1
STRUKTUR ORGANISASIPT BPR NGUTER SUKOHARJO
Sumber : Bagian personalia PT BPR Nguter Sukoharjo.
C. Personalia
Untuk menjalankan kegiatan perusahaan agar berjalan dengan baik maka
sangat dibutuhkan adanya tenaga terutama untuk mengerjakan proses
operasionalnya. Jumlah tenaga kerja pada Bank BPR Nguter pada saat ini adalah
sebanyak 40 orang yang terdiri dari beberapa bagian di bawah pimpinan.
S P I
DEWAN KOMISARIS
DIREKSI
ADM KREDIT PEMASARAN
KABAG. PEMASARAN
AO PEMBUKUAN
DRIVER O B
DEPOSITO
UMUM
TABUNGAN
PENJAGA MALAM
KASIR
KABAG. OPERASIONAL
R U P S
33
1. Cara penarikan tenaga kerja
Cara penarikan tenaga kerja adalah diutamakan telah bergelar sarjana kalau
bisa jurusan manajemen, dan minimal lulusan SLTA (untuk satpam).
Tujuannya yaitu agar dapat menjalankan perusahaan dengan baik.
2. Jam kerja
Jam kerja yang berlaku pada BPR Nguter adalah 8 jam sehari, yaitu mulai jam
08.00 dan pulang jam 15.00 WIB.
3. Hari kerja
Hari kerja dari hari Senin sampai Jum’at, hari Sabtu dan Minggu libur. Jam
kerja sama kecuali hari jum’at waktu istirahatnya jam 11.30 sampai jam
13.00 WIB.
4. Jaminan sosial
Sebagai jaminan pada karyawan bank menetapkan hal-hal berikut ini.
a. Jika ada karyawan yang memerlukan uang mendadak, maka bank akan
memberikan pinjaman tanpa bunga dan pengembeliannya tergantung dari
kebijaksanaan pimpinan.
b. Adanya tunjangan hari raya.
c. Mendapat jatah makan setiap jam istirahat.
d. Jika karyawan ada yang mempunyai hajat atau ada yang meninggal dunia,
maka akan mendapat bantuan dari perusahaan bank yang besarnya sesuai
dengan kebijaksanaan pimpinan.
34
5. Sistem penggajian
Dalam upaya meningkatkan produktivitas karyawan, perusahaan sangat
memperhatikan masalah kesejahteraan karyawan atau pegawai yang ada di
BPR tersebut adalah dengan memberikan gaji secara bulanan. Gaji bulanan
ini diberikan kepada seluruh karyawan dan jumlahnya tergantung pada
golongan jabatannya masing-masing sesuai dengan peraturan yang ditentukan
oleh pemerintah.
D. Pemasaran
BPR Nguter menghasilkan produk jasa bank berupa berbagai fasilitas
yang disediakan oleh BPR yang dapat digunakan oleh para nasabah dalam
bertransaksi dengan bank. Tujuan dari pemberian berbagai fasilitas tersebut yaitu
untuk memuaskan para nasabah dalam transaksi keuangan. Kemudian produk-
produk tersebut disalurkan kepada para nasabah BPR. Adapun wilayah dan cara
pemasaran produk jasa bank adalah berikut ini.
1. Daerah Pemasaran
Bank ini melayani transaksi perbankan masyarakat yang berdomisili di
wilayah Sukoharjo dan sekitarnya dan ada sebagian yang berasal dari luar
kota, misalnya Surakarta, Wonogiri, Karanganyar, Sragen dan Kartosuro.
2. Cara pemasaran
Cara pemasaran jasa bank yang dilakukan oleh BPR adalah dengan
memberikan pelayanan kepada konsumen yang datang langsung ke bank
maupun secara tidak langsung. Pelayanan yang diberikan pada saat nasabah
35
datang ke kantor misalnya tabungan, pembayaran listrik, telepon, pajak dan
pengambilan dana pensiun. Sedangkan nasabah yang tidak dapat datang
langsung, mereka bisa menggunakan jasa on line. Misalnya transaksi
perusahaan yang dilayani melalui telepon dan buku cek. Untuk
memperingatkan nasabah yang mendapatkan kiriman uang, bank
mengirimkan surat pemberitahuan tentang pengiriman uang tersebut ke alamat
rumahnya.
E. Kegiatan Operasional
Untuk mewujudkan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan, BPR
Nguter, Sukoharjo mempunyai bidang usaha berikut ini.
1. Menghimpun dana yaitu menerima simpanan dalam bentuk deposito,
tabungan dan lain-lain.
2. Memberikan kredit jangka menengah dan jangka panjang kepada masyarakat
maupun kepada perusahaan-perusahaan untuk keperluan pembangunan,
rehabilitasi, perkembangan dan modernisasi.
3. Membantu pemerintah dengan membimbing badan-badan atau lembaga
perkreditan serta lumbung desa.
4. Melakukan kerja sama antar sesama bank BPR maupun bank-bank pemerintah
lainnya serta sebagai lembaga keuangan lainnya atas persetujuan badan
pengawas.
36
F. Sumber Dana dan Jasa Pelayanan BPR Nguter
1. Sumber Dana
Sebagai lembaga keuangan, maka dana merupakan persoalan bank
yang paling utama. Tanpa dana bank tidak dapat berbuat apa-apa, artinya
tidak berfungsi sama sekali. Modal atau dana yang ada di bank bukanlah
uangnya sendiri, namun juga berasal dari orang lain. Uang yang ditanam oleh
pihak lain dengan dititipkan di bank tersebut, yang sewaktu-waktu akan
diambil kembali baik secara berangsur-angsur maupun sekaligus. Dana atau
modal yang ada di BPR Nguter, Sukoharjo tersebut bersumber dari berikut ini.
a. Dana dari modal sendiri (dana dari pihak pertama).
Dalam laporan keuangan yaitu neraca, dana sendiri ini masuk dalam
rekening modal dan cadangan yang ada pada sisi pasiva yang terdiri dari
modal yang disetor, cadangan-cadangan dan laba yang ditahan.
b. Dana pinjaman dari pihak luar (dana pihak kedua).
Dana dari pihak kedua ini berasal dari berikut ini.
1) Pinjaman dari bank-bank lain (Call Money).
2) Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya di luar negeri.
3) Pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank.
4) Pinjaman dari bank sentral (Bank Indonesia).
c. Dana dari masyarakat (dari pihak ke tiga).
Dana dari masyarakat disimpan dalam bank adalah merupakan sumber
dana terbesar dan menjadi andalan bagi bank, dana ini terdiri dari berikut
ini.
37
1) Deposito (Time Deposits).
2) Tabungan (Saving) dan lain-lain.
2. Produk dan Jasa Pelayanan
Produk serta jasa-jasa yang ditawarkan oleh BPR Nguter Sukoharjo adalah
berikut ini.
a. Deposito.
Jangka waktu simpanan deposito di BPR Nguter adalah satu bulan, tiga
bulan, enam bulan dan satu tahun, deposito dapat diperpanjang secara
otomatis atas permintaan nasabah. Saldo nominal minimal Rp. 500.000,00
dengan kelipatan dalam ratusan ribu rupiah penuh. Tabungan deposito
dapat dijadikan sebagai jaminan untuk mengajukan kredit.
b. Tabungan Mulia
Tabungan jenis ini diselenggarakan oleh semua Bank Perkreditan Rakyat
yang ada di seluruh Indonesia. Nasabahnya bisa perorangan, badan usaha
dan organisasi dengan suku bunga bersaing yang dihitung berdasarkan
saldo harian, berhadiah besar yang diundi satu kali dalam satu tahun
secara nasional, dapat dijadikan sebagai jaminan pengambilan kredit.
38
c. Penyaluran Kredit
Pada umumnya kredit yang diberikan oleh Bank Perkreditan Rakyat
Nguter digolongkan menjadi dua yaitu kredit standart atau avalis dan
kredit umum atau komersial.
1) Kredit avalist
Kredit avalis merupakan kredit yang diberikan kepada pegawai atau
karyawan di suatu instansi di mana cara pengangsurannya langsung
dipotongkan dari gajinya yang dibayarkan melalui Bank Perkreditan
Rakyat.
Hal-hal yang diperlukan dalam pengajuan kredit avalist ini antara lain
adalah berikut ini.
a) Formulir persyaratan kredit avalist.
b) Data informasi atau keterangan tentang permohonan kredit.
c) Formulir permohonan kredit.
d) Surat pernyataan sebagai avalist.
e) Surat kuasa penyisihan gaji pegawai kredit.
f) Surat pernyataan.
39
Kebijaksanaan yang diambil oleh Bank Perkreditan Rakyat untuk
kredit avalist ini adalah berikut ini.
(1) Dalam pemberian kredit avalist ini BPR Nguter bekerja sama
dengan lembaga asuransi sebagai penjamin kredit.
(2) Polis asuransi dibayarkan langsung pada waktu pencairan kredit.
(3) Dengan adanya lembaga penjamin asuransi ini, apabila nasabah
meninggal dunia saat pinjamannya belum lunas, maka pinjaman
tersebut akan dilunasi oleh lembaga asuransi yang bersangkutan.
Dengan demikian ahli waris sudah tidak melunasi hutangnya dan
bank tidak akan rugi.
(4) Besarnya kredit yang dapat diberikan dalam kredit ini maksimal
60% dari gaji bersih.
2) Kredit Pensiun
Hampir sama dengan kredit avalist, hanya saja pihak bank harus lebih
hati-hati dalam pemberian kredit pensiun ini. Karena kredit pensiun ini
mempunyai resiko yang besar.
3) Kredit umum
Kredit umum terdiri dari : kredit bisnis dan kredit konsumen antara
lain : kredit pemilikan kendaraan, perbaikan rumah, pemilikan alat-alat
rumah tangga, kredit investasi, kredit modal kerja dan lain-lain.
Persyaratan yang diperlukan dalam pengajuan kredit umum ini antara
lain berikut ini.
40
a. Ijin usaha dan akte pendirian.
b. Laporan keuangan.
c. Jaminan.
d. Identitas.
e. Rencana penggunaan.
G. Proses Pengendalian Manajemen BPR Nguter Sukoharjo
1. Penyusunan program BPR Nguter Sukoharjo
Penyusunan program merupakan tanggung jawab dewan komisaris,
sedangkan direksi hanya sebagai pembantu dalam penyusunan program
tersebut. Sebelum penyusunan program, dewan komisaris membuat
perencanaan-perencanaan dan berbagai masukan dari direksi, kemudian
digunakan dewan komisaris sebagai dasar penyusunan program kerja yang
akan diajukan ke Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Apabila RUPS
menyetujui program kerja yang diajukan dewan komisaris, maka program
kerja tersebut akan menjadi program kerja umum dan merupakan garis besar
pelaksanaan kebijakan yang akan digunakan oleh dewan komisaris dalam
melaksanakan usaha operasional.
Secara garis besar program kerja di BPR Nguter Sukoharjo adalah berikut ini.
a. Bidang Permodalan dan keuangan.
1) Memperkuat struktur permodalan yang sehat dan pengelolaan yang
optimal.
2) Meningkatkan dan memperluas akses permodalan dengan perbankan
atau lembaga keuangan non bank untuk memenuhi modal kerja.
41
b. Bidang Organisasi dan Manajemen
1) Menyempurnakan berbagai peraturan dan kebijaksanaan direksi sesuai
dengan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga yang baru.
2) Meningkatkan pengawasan kegiatan intern baik melalui pengawasan
melekat maupun pengawasan fungsional.
3) Meningkatkan disiplin kerja dan penanggulangan sedini mungkin
segala bentuk penyimpangan.
c. Bidang Kemitraan Usaha
1) Memanfaatkan kemitraan usaha dengan BUMN, BUMS, atau
pengusaha yang terkait dan saling menguntungkan.
2) Memelihara dan memperluas hubungan kerjasama dengan perbankan
dan lembaga keuangan lainnya, guna mendukung pengembangan
usaha perbankan.
3) Menjalin dan mengembangkan kemitraan dengan instansi terkait atau
lembaga pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
dan profesionalisme sumber daya manusia.
d. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia
1) Melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan dan pelatihan praktik
bagi karyawan BPR dan direksi BPR dalam bentuk berikut ini.
a) Diskusi antara karyawan dan direksi.
b) Konsultasi.
c) Mengikuti penataran dan pelatihan.
d) Seminar.
42
2) Studi banding ke bank atau lembaga keuangan lainnya yang berhasil
e. Bidang Usaha
1) Penghimpunan dana (Funding)
Untuk melaksanakan penghimpunan dana setiap karyawan diwajibkan
menjadi marketing dan mendapatkan target sesuai dengan keberadaan
bagiannya (jobnya). Dan penghimpunan dana dilakukan dengan sistem
jemput bola. Adapun produk-produk BPR Nguter adalah berikut ini.
a) Tabungan Mulia.
b) Tabungan Mulia Paket Lebaran.
c) Deposito dengan jangka waktu 1, 3, 6, 12 bulan.
2) Pelemparan Dana (Landing)
Pelemparan dana merupakan salah satu pendapatan BPR yang paling
besar. Namun hal itu sangatlah berhati-hati, dikarenakan pelemparan
dana akan mengakibatkan banyak resiko yang akan membuat BPR
terpuruk. Adapun produk-produk BPR Nguter adalah berikut ini.
a) Pinjaman bulanan yaitu dengan angsuran tetap, dan angsuran
menurun.
b) Pinjaman rekening koran.
c) Pinjaman mingguan.
d) Pinjaman kepada kelompok.
43
3) Penagihan
Sistem penagihan yang dilakukan di BPR Nguter dengan sistem
“Berkala dan Terkontrol”. Penagihan dilakukan dengan pembentukan
tim yang dipimpin langsung oleh direktur. Khusus untuk jaminan
barang bergerak apabila terlambat telah melebihi 3 bulan akan diambil
jaminannya.
Hal tersebut agar nasabah lebih berhati-hati dan tertib dalam
mengangsur. Semua dilakukan untuk melindungi BPR itu sendiri.
Apabila diperlukan pinjaman yang telah lama macet akan dihapus
buku, walaupun masih tetap ditagih
2. Penyusunan Anggaran di BPR Nguter Sukoharjo.
Anggaran BPR Nguter berupa anggaran pendapatan dan biaya yang
terjadi selama tahun buku dengan tujuan untuk mengetahui jumlah dana yang
akan dibutuhkan dalam rangka melaksanakan kegiatan perbankan. Seperti
dalam penyusunan program, penyusunan anggaran juga dilakukan oleh dewan
komisaris dengan bantuan direksi. Dewan komisaris dalam menyusun rencana
anggaran berusaha menampung usulan dari bawahan dan mendasarkan diri
pada pengalaman pelaksanaan anggaran pada tahun-tahun sebelumnya.
Rencana anggaran yang telah tersusun diajukan ke RUPS untuk
mendapatkan persetujuan. Setelah RUPS menyetujui dan mengesahkan usulan
anggaran, maka dewan komisaris melimpahkan pelaksanaan rencana anggaran
kepada direksi.
44
3. Pelaksanaan Anggaran dan Pengukuran Kegiatan di BPR nguter
Program kerja dan anggaran yang telah dibuat dewan komisaris
diajukan ke RUPS. Setelah disetujui dan disyahkan oleh RUPS, maka tugas
pelaksanaan program dan anggaran dilakukan oleh para direksi dibantu para
karyawan.
Direksi sebagai penanggung jawab dari pelaksanaan program dan
anggaran harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai target
yang dibebankan kepadanya. Direksi melaksanakan pengawasan intern
terhadap pekerjaan yang dipercayakan kepada karyawan bank dan melakukan
pengecekan terhadap jumlah uang tunai yang ada di kas, meminta laporan
atau keterangan yang diperlukan untuk mempermudah dan melancarkan
pengawasan terhadap karyawan yang ada di bawah koordinasinya.
Pengukuran pelaksanaan program dan anggaran merupakan suatu
perbandingan antara realisasi dengan target yang harus dicapai. Pengukuran
digunakan untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan program dan anggaran,
sehingga dapat diketahui pula prestasi tiap-tiap unit bagian atau pusat
pertanggung jawaban. Pengukuran pelaksanaan program dan anggaran di BPR
Nguter dilaksanakan setiap bulan. Tiap-tiap unit bagian membuat laporan
yang diserahkan ke direksi dan atas dasar laporan tersebut direksi membuat
pertanggungjawaban ke dewan komisaris.
45
4. Pelaporan dan Analisa Prestasi
Direksi sebagai pelaksana program kerja dan anggaran, pada akhir
tahun buku membuat laporan kepada dewan komisaris. Laporan dari direksi
merupakan bahan bagi dewan komisaris dalam menyusun laporan tahunan
yang akan dipertanggungjawabkan di depan RUPS. Pertanggungjawaban
dewan komisaris kepada RUPS mengenai pelaksanaan tugas yang
dipercayakan kepadanya adalah mutlak. Dewan Komisaris tidak dapat
melimpahkan tanggung jawab yang diembannya kepada direksi. Laporan
pertanggung jawaban dewan komisaris BPR Nguter kepada RUPS berisi
tentang uraian pelaksanaan anggaran dan laporan keuangan yang meliputi
neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, dan laporan perubahan
modal.
46
BAB IV
PROSES PENGENDALIAN MANAJEMEN
A. Analisa Terhadap Penyusunan Program
Penyusunan program merupakan proses pengambilan keputusan mengenai
program yang dilaksanakan perusahaan dan taksiran sumber-sumber yang akan
dialokasikan untuk setiap program tersebut. Penyusunan program di perusahaan
pada umumnya merupakan tanggung jawab manajer. Manajer dapat membuat
program tanpa melibatkan bawahan dengan menerima masukan atau usulan dari
bawahan, sehingga manajer dibawahnya tinggal menerima dan menjalankan
program yang telah terjadi. Penyusunan program di perusahaan tentu berbeda
dengan penyusunan program pada bank, karena penyusunan program pada bank
bukan lagi tanggung jawab direksi, namun merupakan tanggung jawab Dewan
Komisaris. Direksi hanya sebagai pembantu dalam penyusunan program tersebut.
Analisa terhadap penyusunan program dilakukan melalui dua pendekatan
yaitu pendekatan perencanaan top down dan perencanaan bottom up. Pendekatan
perencanaan top down adalah perencanaan program yang dilakukan tanpa
menerima usulan dari bawahan, sehingga Direksi dan karyawan tinggal
melaksanakan program yang telah terjadi.
Kelebihan perencanaan top down adalah berikut ini.
47
1. Penyusunan program dengan top down tidak memerlukan banyak waktu,
karena keputusan dapat diambil oleh Dewan Komisaris tanpa harus menunggu
usulah dari bawahan.
2. Dapat menghindari penilaian secara obyektif terhadap usulan dari bawahan.
Kelemahan perencanaan top down adalah program yang disusun sering
tidak sesuai dengan keadaan perbankan sehari-hari, karena Dewan Komisaris
hanya mengetahui keadaan bank lewat laporan yang diterima tanpa terjun
langsung atau mengetahui secara langsung keadaan bank.
Adapun pendekatan bottom up adalah perencanaan program yang
dilakukan Dewan Komisaris dengan melibatkan bawahan. Rencana atau usulan
yang telah disusun diajukan ke Rapat Umum Pemegang Saham dan setelah
mendapatkan persetujuan, rencana program menjadi program kerja. Dewan
komisaris kemudian menyerahkan pelaksanaan program kerja kepada Direksi
yang dibantu para karyawan.
Kelebihan rencana bottom up adalah berikut ini.
a. Dapat menambah motivasi kerja para karyawan.
b. Program yang disusun merupakan program keseluruhan organisasi, karena
setiap bagian mengusulkan program yang sesuai dengan unit-unit usaha
tersebut.
Kelamahan perencanaan bottom up adalah berikut ini.
1) Penyusunan program akan memerlukan waktu yang cukup lama.
2) Dapat memperbesar kemungkinan penilaian secara subyektif oleh pimpinan
terhadap usulan bawahan, sehingga usulan yang diterima berdasarkan siapa
yang mengusulkan.
48
Penyusunan program yang digunakan oleh BPR Nguter Sukoharjo adalah
perencanaan bottom up. Sebelum penyusunan program, Dewan Komisaris
mengadakan rapat atau pertemuan dengan direksi dan karyawan untuk
mendengarkan masukan atau usulan dari mereka. Usulan dari mereka merupakan
bahan pertimbangan dalam penyusunan program. Perencanaan program yang
digunakan BPR Nguter Sukoharjo sudah tepat, karena dengan menerima usulan
dari bawahan akan mempunyai banyak pelaksana program sehari-hari yang lebih
memahami keadaan perbankan. Sehingga rencana program merupakan usulan
organisasi secara keseluruhan.
Program kerja yang ada di BPR Nguter juga mencantumkan program
pendidikan, baik yang ditujukan kepada karyawan BPR maupun anggota BPR di
wilayah kerja BPR melalui penyuluhan-penyuluhan. Manfaat penyuluhan yang
diadakan ke desa-desa adalah untuk menambah pengetahuan masyarakat desa
tentang perkreditan. Adapun kursus maupun penataran yang diikuti oleh
karyawan maupun direksi bermanfaat untuk menambah keahlian dan pengetahuan
mereka.
B. Analisa terhadap Penyusunan Anggaran
Tujuan penyusunan anggaran adalah untuk mengetahui jumlah dana yang
akan digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan usaha perbankan, atau
dengan kata lain anggaran merupakan penjabaran dari program yang telah disusun
oleh Dewan Komisaris. Anggaran merupakan rencana yang dinyatakan secara
kuantitatif, biasanya dalam bentuk uang dan berjangka waktu tertentu. Susunan
49
anggaran di bank berupa anggaran pendapatan dan anggaran biaya, karena bank
hanya mempunyai pusat pendapatan dan biaya. Berbeda dengan anggaran
perusahaan, karena perusahaan mempunyai pusat pendapatan, pusat biaya, pusat
laba dan pusat investasi, maka empat anggaran yang disusun perusahaan harus
meliputi empat pusat pertanggungjawaban tersebut.
Anggaran pendapatan merupakan jumlah pendapatan dan pemasukan yang
diharapkan dapat diperoleh dari bunga kredit yang diberikan kepada nasabah baik
anggota maupun masyarakat, posisi dan administrasi kredit, pendapatan bunga
dari bank serta pendapatan operasional lainnya. Pemasukan dana yang bukan
berasal dari kegiatan operasional yang bersifat menambah modal bank diharapkan
didapat dari rencana pemupukan dana. Sedangkan anggaran belanja merupakan
anggaran yang diharapkan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang
berupa pembayaran biaya bunga, biaya umum, biaya penyusutan dan biaya-biaya
yang berkaitan dengan kegiatan perbankan.
Penyusunan anggaran di BPR Nguter menggunakan perencanaan bottom
up, yaitu penyusunan anggaran dengan menerima usulan dari bawahan. Rencana
anggaran juga disusun oleh Dewan Komisaris dan diajukan ke Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) kemudian diserahkan kepada Direksi sebagai
pelaksananya. Realisasi pelaksanaan penyusunan anggaran di BPR Nguter adalah
sesuai dengan ketentuan yang ada. Rencana anggaran disusun oleh Dewan
Komisaris dan dilaksanakan oleh Direksi dibantu para karyawan. Penyusunan
rencana anggaran selalu didasarkan pada data masa lampau. Kelebihan cara ini
adalah data lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun
50
kelemahannya adalah apabila terjadi perubahan yang drastis, Dewan Komisaris
tidak dapat merealisasikan anggaran yang sudah disusunnya.
C. Analisa terhadap Pelaksanaan dan Pengukuran
Rencana program kerja anggaran yang telah mendapatkan persetujuan dari
RUPS diserahkan kepada direksi untuk dilaksanakan. Direksi sebagai pelaksana
program dan anggaran diberi kuasa penuh terhadap pengelolaan bidang usaha
perbankan asal tidak bertentang dengan program kerja dan anggaran yang telah
ditetapkan. Kelebihan cara ini adalah Direksi sebagai pelaksana dapat mengambil
tindakan cepat apabila terjadi penyimpangan.
Hal ini dikarenakan Direksi lebih mengetahui keadaan bidang usaha
perbankan sehari-hari. Adapun kelemahan pemberian kuasa penuh kepada Direksi
adalah berikut ini.
1. Direksi dapat mengambil tindakan semaunya.
2. Kemungkinan terjadi penyimpangan terhadap pelaksanaan program dan
anggaran lebih besar.
Bidang pengelolaan yang dilakukan Direksi meliputi bidang kepegawaian,
bidang perencanaan, bidang pelaksanaan usulan, bidang administrasi serta sebagai
pelaksana pengawasan dan pelaporan.
Realisasi pelaksanaan program dan anggaran pada unit-unit BPR kurang
maksimal, hal ini dapat dilihat dari motivasi kerja para karyawan yang rendah.
Motivasi kerja karyawan yang rendah disebabkan karena pengawasan yang
dilakukan oleh direksi terlalu ketat, sehingga karyawan merasa ruang geraknya
51
sempit dan mengakibatkan karyawan merasa kurang dipercaya. Pengawasan yang
terlalu ketat akan menghasilkan permusuhan, sabotase dan hasil yang rendah,
sehingga diperlukan kepercayaan dan tanggungjawab timbal balik serta saling
menghormati.
Penilaian terhadap pelaksanaan program dan anggaran yang dilakukan BPR
Nguter setiap satu bulan sekali sangat efektif. Pada akhir bulan setiap unit usaha
membuat laporan yang akan diserahkan kepada Direksi, kemudian Direksi akan
mempertanggungjawabkan laporan kepada Dewan Komisaris. Keuntungan cara
ini adalah apabila terjadi penyimpangan mudah diketahui dan Dewan Komisaris
dapat segera mengambil tindakan untuk mengatasi penyimpangan tersebut.
D. Pelaporan dan Analisa
Direksi sebagai pelaksana program dan anggaran pada akhir bulan
membuat laporan sebagai pertanggungjawaban kepada Dewan Komisaris. Isi
laporan yang dibuat Direksi adalah kegiatan yang telah dilakukan BPR Nguter.
Sedangkan laporan pertanggungjawaban yang dibuat Dewan Komisaris
BPR Nguter kepada RUPS terdiri dari uraian pelaksanaan program dan anggaran
tahun berikutnya. Dewan Komisaris juga mencantumkan realisasi anggaran tahun
yang dibuat Direksi BPR Nguter. Secara teoritis realisasi anggaran belum cukup
memenuhi kriteria laporan yang baik, jika dalam laporan pertanggungjawaban
tersebut direksi tidak mencantumkan selisih antara anggaran dan realisasinya,
faktor penyebab selisih serta penyelesaiannya. Hal ini dapat menyulitkan
52
penilaian terhadap program-program yang memenuhi target dan yang tidak
memenuhi target dari anggaran yang ditetapkan.
Laporan pertanggungjawaban yang dibuat Dewan Komisaris seharusnya
mencantumkan selisih anggaran dan realisasi pelaksanaannya, serta penyebab
selisih seperti tabel berikut ini.
TABEL IV.1.
PERTANGGUNGAWABAN ANGGARAN PENDAPATANBPR NGUTER SUKOHARJO
PERIODE JULI – DESEMBER 2001
Tahun 2001Nama Rekening
Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)Selisih
Pendapatan :
Bunga pinjaman yang diberikan
Bunga rekening bank lain
Provisi kredit
Administrasi kredit
Pendapatan lainnya
60.366.000
3.365.000
1.821.000
1.363.000
605.000
140.462.000
22.794.000
20.153.000
14.135.000
2.117.000
80.096.000
19.429.000
18.332.000
12.772.000
1.512.000
Total Pendapatan 67.520.000 199.661.000 132.141.000
Sumber : BPR Nguter Sukoharjo.
Tabel IV.1. menunjukkan jumlah pendapatan yang mengalami peningkatan,
antara lain berikut ini.
1. Pendapatan bunga pinjaman mengalami perkembangan yang cukup
menggembirakan, hal ini disebabkan karena jumlah peminat untuk menabung
di BPR Nguter Sukoharjo cukup banyak. Hal ini disebabkan berikut ini.
a. Bunga tabungan di BPR Nguter cukup besar, yaitu 9 % dihitung dari
berdasarkan saldo harian.
53
b. Tabungan dapat diambil setiap waktu.
2. Total pendapatan berhasil dicapai BPR Nguter dan telah melampaui target
yang direncanakan, yaitu terjadi deviasi positif sebesar Rp 132.141.000,00
atau 195,71 % dari rencana sebesar Rp 67.520.000,00 dan hasil sebesar
Rp 199.661.000,00 (295,71%).
Pendapatan ini diperoleh sebagai dampak dari pelemparan kredit yang cukup
besar selama periode Juli – Agustus 2001 dan perolehan dana funding yang
ditempatkan di bank lain.
TABEL IV.2.
PERTANGGUNGAWABAN ANGGARAN BIAYABPR NGUTER DI SUKOHARJO
PERIODE JULI – AGUSTUS 2001
Tahun 2001Nama Rekening
Anggaran (Rp) Realisasi (Rp)Selisih
Biaya :- Bunga pada bank lain- Bunga pihak II non bank- Tenaga kerja- Pajak selain penghasilan- Penyusutan- Barang dan jasa- Operasional lainnya- Non operasional
12.00015.902.00035.566.000
08.240.000
06.692.000
315.000
3.696.00077.199.00065.530.000
134.00014.480.00011.580.0006.355.000
729.000
(3.684.000)(61.297.000)(29.964.000)
(134.000)(6.240.000)
(11.580.000)337.000
(414.000)Total Biaya Umum 66.727.000 179.703.000 112.976.000
Sumber : BPR Nguter Sukoharjo.
Tabel IV.2. Menunjukkan jumlah biaya yang telah dikeluarkan oleh BPR Nguter
Sukoharjo adalah sebesar Rp 179.703.000,00 atau 269,31 % dari target yang
direncanakan. Penyimpangan yang terjadi sebesar Rp 112.976.000,00 atau
169,31 % disebabkan oleh berikut ini.
54
a. Perolehan dana funding atas tabungan dan deposito yang meningkat
menyebabkan biaya bunga yang harus dibayarkan kepada nasabah cukup
besar.
b. Pergantian kepemilikan saham disertai dengan perubahan dan penambahan
sumber daya manusia yang berdampak pada biaya tenaga kerja.
c. Penambahan sarana guna menunjang kelancaran operasional perusahaan
seperti mobil, telepon dan lain-lain mengakibatkan kenaikan biaya
penyusutan.
d. Meningkatnya volume transaksi BPR Nguter selama satu tahun berakibat pada
kanaikan biaya barang jasa, operasional maupun non operasional.
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil analisis terhadap “Evaluasi Proses Pengendalian Manajemen pada
BPR Nguter Sukoharjo” dapat disimpulkan sebagai berikut ini.
1. BPR Nguter Sukoharjo dalam penyusunan program dan anggaran
menggunakan pendekatan perencanaan bottom up, yaitu penyusunan program
dan anggaran dengan menerima usulan atau pemasukan dari bawahan.
Kelebihan penyusunan program dengan perencanaan bottom up adalah berikut
ini.
a. Dapat menambah motivasi kerja para karyawan.
b. Program yang disusun merupakan program keseluruhan organisasi, karena
setiap bagian mengusulkan program yang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
Kelemahan penyusunan program dengan perencanaan bottom up adalah
berikut ini.
a. Penyusunan program memerlukan waktu yang cukup lama.
b. Dapat memperbesar kemungkinan penilaian secara subyektif oleh
pimpinan terhadap usulan bawahan, sehingga usulan yang diterima tidak
berdasarkan baik atau buruknya usulan tersebut, tetapi berdasarkan siapa
yang mengusulkan.
56
Penyusunan anggaran bank selalu didasarkan pada data masa lampau.
Kelebihan cara ini adalah data lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Adapun kelemahan cara ini adalah apabila terjadi perubahan yang drastis,
dewan komisaris bank tidak dapat merealisasikan anggaran yang sudah
tersusun.
2. Tahap Pelaksanaan dan Pengukuran
Direksi sebagai pelaksana program dan anggaran diberi kuasa penuh
terhadap pengelolaan bidang usaha perbankan asal tidak bertentangan dengan
program kerja dan anggaran yang telah ditetapkan. Kelebihan cara ini adalah
direksi sebagai pelaksana dapat mengambil tindakan cepat apabila terjadi
penyimpangan. Adapun kelemahan cara ini adalah berikut ini.
a. Direksi dapat mengambil tindakan semaunya.
b. Kemungkinan terjadinya penyimpangan terhadap pelaksanaan program
dan anggaran lebih besar.
Pelaksanaan program dan anggaran di BPR Nguter Sukoharjo kurang
maksimal, hal ini dapat dilihat dari rendahnya semangat kerja karyawan yang
disebabkan karena pengawasan direksi yang terlalu ketat, sehingga karyawan
merasa ruang geraknya sempit dan mengakibatkan karyawan merasa kurang
dipercaya. Adapun pengukuran atau penilaian terhadap pelaksanaan program
dan anggaran di setiap BPR yang dilakukan setiap satu bulan sekali sangatlah
efektif. Hal ini dapat mempermudah Dewan Komisaris dalam mengambil
tindakan jika terjadi penyimpangan.
57
3. Tahap pelaporan dan analisa di BPR Nguter belum dilaksanakan dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari laporan pertanggungjawaban yang telah dibuat oleh
Dewan Komisaris yang belum mencantumkan selisih anggaran dan realisasi
pelaksanaan serta penyebab selisihnya.
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan tersebut, penulis ingin memberikan saran yang
mungkin dapat bermanfaat bagi BPR Nguter Sukoharjo yang berhubungan
dengan proses pengendalian manajemen ini. Adapun saran-saran yang dapat
penulis berikan adalah sebagai berikut ini.
1. Motivasi karyawan perlu dibangkitkan kembali, yaitu dengan memberikan
pengawasan yang lebih longgar kepada karyawan, sehingga karyawan leluasa
dalam menjalankan tugas-tugasnya atau dengan dibentuknya pusat-pusat
pertanggungjawaban. Karyawan diberi kebebasan dalam mengelola
pekerjaannya dan harus bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan
tersebut, sehingga direksi hanya menentukan target yang harus dicapai dan
ketentuan yang menjadi kesepakatan bersama (tentunya dalam menentukan
target harus melihat kondisi pasar dan persaingan yang ada). Dengan
pengawasan yang tidak begitu ketat akan menumbuhkan semangat kerja,
karena karyawan merasa dihargai, diberi kesempatan dan kepercayaan untuk
melaksanakan tanggungjawabnya.
2. Dewan Komisaris hendaknya selalu mencantumkan selisih anggaran dan
realisasinya, serta penyebab selisih pada laporan pertanggungjawaban kepada
58
RUPS. Hal ini dapat mempermudah Dewan Komisaris dalam menilai
program-program yang sudah mencapai target dan program yang belum
memenuhi target, memudahkan anggota dan pihak lain yang berkepentingan
untuk mengetahui secara rinci jumlah anggaran dan realisasinya.
Top Related