iii Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
KATA PENGANTAR
Penerbitan Buku Laporan Riset Partisipasi Pemilih dalam Pemilihan Umum
Tahun 2014 diharapkan dapat menambah hasanah naskah ilmiah akademik
terhadap tingkat partisipasi khususnya di Provinsi Gorontalo yang tentunya dapat
membantu bagaimana ukuran pembangunan demokrasi secara luas berjalan baik
atau tidak.
Riset Partisipasi Pemilih ini menggunakan metodologi pendekatan kuantitatif
melalui teknik survei dengan pengujian hasil riset mendeskripsikan sesuai atau
tidaknya sebuah teori/ kerangka pemikiran dan konsep dasar pelaksanaan pemilu
2014. Dengan melibat 4.338 responden berada di 77 kecamatan dan 218 kelurahan/
desa di Provinsi Gorontalo yang dipilih secara stratifed random sampling dengan
margin error ±3% dan tingkat kepercayaan 95%.
Semoga data yang disajikan dalam buku Riset Partisipasi Pemilih ini akan
bermanfaat bagi semua stakeholder dan masyarakat sebagai informasi dan
dokumentasi hasil Pemilihan Umum Tahun 2014. Akhir kata, dengan segala
keterbatasan dan kekurangan penyajian laporan Hasil Riset Partisipasi Pemilih
Tahun 2014 ini, kami memohon maaf dan demi kesempurnaan kegiatan serupa
kedepan diharapkan masukan dari semua pihak kearah yang lebih baik.
Gorontalo, November 2015
Tim Penyusun
iii Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
SAMBUTANKETUA KPU PROVINSI GORONTALO
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Puji Syukur kita panjatkan kepada Allat SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya Buku Hasil Riset Partisipasi Pemilih dalam Pemilihan Umum Tahun
2014 ini dapat diselesaikan dengan baik. Hasil riset ini tentunya adalah kegiatan
yang dilaksanakan oleh KPU Provinsi Gorontalo beserta jajarannya sebagai upaya
pengkajian secara ilmiah dengan menggunakan medote penelitian yang terukur
secara akademik untuk menilai tingkat partisipasi pemilih di Provinsi Gorontalo
dari apa yang melatar belakangi, hal-hal mempengaruhi dan bagaimana proses
partisipasi politik terjadi pada Pemilihan Umum Tahun 2014.
Saya berharap hasil Riset Partisipasi Pemilih ini dapat berguna dan
bermanfaat untuk bahan refesensi dan dokumentasi dalam peningkatan proses
partisipasi pemilih dan perbaikan demokrasi di Provinsi Gorontalo kearah yang
lebih baik dan berkualitas.
Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
terlibat secara langsung maupun tidak, baik sebagai mitra kerja, surveyor, para
responden dan stakholder lainya dalam pelaksanaan Riset Partisipasi Pemilih dalam
Pemilihan Umum Tahun 2014 di Provinsi Gorontalo.
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Ketua KPU Provinsi Gorontalo
Drs. H. Muh. N. Tuli, M.Ag
iii Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
SAMBUTANKETUA KPU PROVINSI GORONTALO
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Puji Syukur kita panjatkan kepada Allat SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya Buku Hasil Riset Partisipasi Pemilih dalam Pemilihan Umum Tahun
2014 ini dapat diselesaikan dengan baik. Hasil riset ini tentunya adalah kegiatan
yang dilaksanakan oleh KPU Provinsi Gorontalo beserta jajarannya sebagai upaya
pengkajian secara ilmiah dengan menggunakan medote penelitian yang terukur
secara akademik untuk menilai tingkat partisipasi pemilih di Provinsi Gorontalo
dari apa yang melatar belakangi, hal-hal mempengaruhi dan bagaimana proses
partisipasi politik terjadi pada Pemilihan Umum Tahun 2014.
Saya berharap hasil Riset Partisipasi Pemilih ini dapat berguna dan
bermanfaat untuk bahan refesensi dan dokumentasi dalam peningkatan proses
partisipasi pemilih dan perbaikan demokrasi di Provinsi Gorontalo kearah yang
lebih baik dan berkualitas.
Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
terlibat secara langsung maupun tidak, baik sebagai mitra kerja, surveyor, para
responden dan stakholder lainya dalam pelaksanaan Riset Partisipasi Pemilih dalam
Pemilihan Umum Tahun 2014 di Provinsi Gorontalo.
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Ketua KPU Provinsi Gorontalo
Drs. H. Muh. N. Tuli, M.Ag
iii Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
SAMBUTANKETUA KPU PROVINSI GORONTALO
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Puji Syukur kita panjatkan kepada Allat SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya Buku Hasil Riset Partisipasi Pemilih dalam Pemilihan Umum Tahun
2014 ini dapat diselesaikan dengan baik. Hasil riset ini tentunya adalah kegiatan
yang dilaksanakan oleh KPU Provinsi Gorontalo beserta jajarannya sebagai upaya
pengkajian secara ilmiah dengan menggunakan medote penelitian yang terukur
secara akademik untuk menilai tingkat partisipasi pemilih di Provinsi Gorontalo
dari apa yang melatar belakangi, hal-hal mempengaruhi dan bagaimana proses
partisipasi politik terjadi pada Pemilihan Umum Tahun 2014.
Saya berharap hasil Riset Partisipasi Pemilih ini dapat berguna dan
bermanfaat untuk bahan refesensi dan dokumentasi dalam peningkatan proses
partisipasi pemilih dan perbaikan demokrasi di Provinsi Gorontalo kearah yang
lebih baik dan berkualitas.
Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
terlibat secara langsung maupun tidak, baik sebagai mitra kerja, surveyor, para
responden dan stakholder lainya dalam pelaksanaan Riset Partisipasi Pemilih dalam
Pemilihan Umum Tahun 2014 di Provinsi Gorontalo.
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Ketua KPU Provinsi Gorontalo
Drs. H. Muh. N. Tuli, M.Ag
iii Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
DAFTAR ISI
1 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
BAB I
Pendahuluan
Gambar : Pelaksanaan Pemungutan Suara di TPS.
Proses pemungutan suara di TPS VI Kel. Tomulabutao Selatan
2 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
A. Rasionalitas Riset
Riset pemilu merupakan salah satu elemen strategis dalam manajemen
pemilu. Riset tidak hanya memberikan rasionalitas akademik mengenai suatu
substansi pemilu. Riset lebih jauh memberikan pijakan empirik mengenai
persoalan atas hal yang menjadi perdebatan. Hasil riset memastikan program
dan kebijakan kepemiluan tidak dibangun atas postulat spekulatif, tetapi
dikonstruksi berlandaskan pada argumen empirik dan rasional dengan proses
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam negara demokrasi, partisipasi pemilih menjadi elemen penting
demokrasi perwakilan. Ia adalah fondasi praktik demokrasi perwakilan.
Persoalannya, terdapat sejumlah masalah menyangkut partisipasi pemilih yang
terus menggelayut dalam setiap pelaksanaan pemilu. Sayangnya, persoalan itu
tidak banyak diungkap dan sebagian menjadi ruang gelap yang terus
menyisakan pertanyaan. Beberapa persoalan terkait dengan partisipasi dalam
pemilu diantaranya adalah fluktuasi kehadiran pemilih ke TPS, suara tidak sah
yang tinggi, gejala politik uang, misteri derajat melek politik warga, dan
langkanya kesukarelaan politik.
Masalah tersebut perlu dibedah sedemikian rupa untuk diketahui akar
masalah dan dicari jalan keluarnya. Harapannya, partisipasi dalam pemilu
berada pada idealitas yang diimajinasikan. Oleh karena itu, program riset
menjadi aktivitas yang tidak terhindarkan dalam manajemen pemilu.
B. Tujuan
Tujuan dari Riset Pemilu 2014 adalah untuk mentradisikan kebijakan
berbasis riset atas persoalan-persoalan yang berkaitan dengan manajemen
pemilu serta menjadi bahan penyusunan kebijakan untuk meningkatkan dan
memperkuat partisipasi warga dalam pemilu dan setelahnya.
Secara khusus riset ini bermaksud untuk menemukan akar masalah atas
persoalan-persoalan yang terkait dengan partisipasi dalam pemilu serta
3 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
terumuskannya rekomendasi kebijakan atas permasalahan yang dihadapi
dalam kaitannya dengan partisipasi dalam pemilu.
C. Tema Riset
Terdapat sejumlah persoalan ditemukan dari setiap periode pemilu.
Potret persoalan itu dilihat dalam rentang waktu pemilu-pemilu pada masa
reformasi sampai dengan saat ini. Persoalan-persoalan yang dapat dijadikan
tema potensial untuk diriset menyangkut partisipasi pemilih diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Masalah Sosial Ekonomi menjadi bagian penting dari partisipasi
masyarakat. Rasionalitas pemilih untuk ikut serta dalam event demokrasi
berkorelasi dengan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat, oleh karena itu
gambaran kondisi sosial ekonomi merupakan bagian informasi mengawali
pembahasan kajian – kajian / tema tentang partisipasi masyarakat pada pemilu
2014 di Provinsi Gorontalo.
2. Kehadiran dan Ketidakhadiran Pemilih di TPS (Voter turn-out) Partisipasi
pemilih sejak pemilu 1999 sampai dengan pemilu 2014 bergerak fluktuatif. Pada
pemilu legislatif, penurunan partisipasi pemilih sekitar 10% konsisten terjadi
sampai pada pemilu 2009. Sementara itu pada pemilu 2014, angka
partisipasinya naik sebesar 5%. Pada kasus pilpres, tercatat dalam pemilu 2014
pertama kalinya dalam sejarah angka partisipasinya lebih rendah dibandingkan
pemilu legislatif. Pertanyaannya, kenapa angka partisipasi pemilu legislatif naik
dibandingkan pemilu sebelumnya? Kenapa angka partisipasi Pilpres
menyimpang dari pola pada pemilu-pemilu sebelumnya? Selain itu kenapa
golput tetap saja hadir dalam setiap pemilu? Apa penyebabnya?
3. Perilaku memilih (Voting behaviour) Perilaku memilih adalah terkait
dengan keputusan pemilih untuk memilih kandidat atau peserta pemilu tertentu.
Kenapa seorang pemilih menjatuhkan pilihannya kepada kandidat atau peserta
pemilu tertentu. Tentu beragam alasan yang dapat dikemukakan oleh setiap
4 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
pemilih. Persoalannya adalah, sejauh mana pilihan-pilihan itu bersifat rasional?
Dengan kata lain, sejauh mana pilihan politik mereka berdasarkan pertimbangan
rasional menyangkut kandidat atau peserta pemilu itu. Apakah rekam jejak,
program atau janji peseta pemilu menjadi bahan pertimbangan atau faktor lain.
Riset ini penting untuk mengetahui tingkat rasionalitas pemilih dalam pemilu.
4. Politik uang (Money politics/Vote buying) Politik biaya tinggi menjadi
keluhan sebagian peserta pemilu. Salah satu penyebabnya adalah fenomena
politik uang. Peserta pemilu mengeluarkan sejumlah uang untuk mendapatkan
dukungan pemilih, atau pemilih aktif meminta imbalan dari dukungan yang
diberikannya. Fenomena ini sudah pasti menjadikan demokrasi kita tidak sehat.
Pertanyaannya, bagaimana politik uang terjadi? Polanya seperti apa? Kenapa
disebagian tempat terjadi politik uang, disebagian tempat kebalikannya? Faktor
apa yang mempengaruhi? Kebijakan apa yang perlu ditempuh untuk mengatasi
mengatasi fenomena politik uang?
5. Tingkat melek politik warga (Political literacy) Terdapat keyakinan bahwa
tingkat melek politik warga berpengaruh pada sikap dan perilaku politik warga
negara. Muaranya adalah pada tingkat kedewasaan perilaku berdemokrasi.
Relasi itu bersifat perbandingan lurus, yaitu semakin tinggi tingkat melek politik
warga semakin matang perilaku demokrasinya, dan sebaliknya. Dengan kata
lain, wajah demokrasi sebuah negara sebagian ditentukan oleh tingkat melek
politik warga. Pertanyaannya adalah seberapa tinggi/dalam melek politik warga
negara? bagaimana melek politik warga selama ini terbentuk? faktor apa saja
yang mempengaruhi terbentuknya melek politik warga? kebijakan apa saja yang
perlu dirumuskan untuk meningkatkan melek politik warga?
6. Kesukarelaan Warga dalam politik (Political voluntarism) Kesukarelaan
warga dalam politik berpengaruh luas dalam kehidupan politik. Absennya
kesukarelaan warga dapat merusak sendi-sendi demokrasi. Dalam jangka
pendek, biaya politik mahal menjadi resiko yang harus ditanggung karena
segalanya serba berbayar. Dalam jangka panjang, korupsi menjadi virus
endemik yang pasti menyerang. Sebaliknya, tatanan demokrasi semakin kuat
5 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
apabila kesukarelaan warga tumbuh dan hidup didalam masyarakat. Dari pemilu
ke pemilu kesukarelaan warga mengalami pasang surut. Kesukarelaan warga
yang kehadirannya ditandai dengan munculnya relawan dari berbagai kalangan
kuat muncul dalam pemilu 2014. Pertanyaannya, apa faktor yang
mempengaruhi munculnya kesukarelaan politik warga dan faktor apa yang
menghambatnya? Kebijakan apa saja yang dapat ditempuh untuk
menumbuhkan dan memperkuat kesukarelaan warga dalam politik? Potensial
tema riset lain dapat ditambahkan sepanjang berkaitan dengan partisipasi
pemilih dalam pemilu dan dikoordinasikan/disampaikan pilihan temanya dengan
KPU pada struktur diatasnya.
7. Media Sosial menjadi trend pelaksanaan pemilu dalam lima tahun terakhir,
berbagai kejutan dan efektifitas penggunaan media menjadi hal yang perlu
dicermati dalam riset ini berikut efesiensi pemanfaatannya oleh Komisi
Pemilihan Umum.
D. Metode Riset
Survey dilaksanakan tanggal 01 sampai dengan 30 September 2015.
Survey mewawancarai 4.338 responden target sebagai sampel yang tersebar di
77 kecamatan dan 218 kelurahan dan desa yang dipilih secara Stratifed
Random Sampling pada tingkat kecamatan, kelurahan dan acak sederhana bagi
kepala keluarga terpilih. Sampling error sebesar -/+ 3.0 persen dengan taraf
kepercayaan 95 persen.
Pengumpulan data lapangan melibatkan 60 surveyor yang berintegritas
dan insya Allah amanah. Selain itu 3 orang peneliti politik lokal Gorontalo
dilibatkan dalam Focus Group Discussion (FGD).
Metode riset menggunakan Pendekatan Kuantitatif melalui teknik Survey
yang berusaha mencari generalisasi atas masalah yang diteliti. Kerangka
konsep Demokrasi, Pemilu dan preferensi pemilih dimaksudkan untuk diuji
kebenarannya sehingga hasil akhir dari survey ini penelitian adalah
mendeskripsikan sesuai atau tidaknya sebuah teori/kerangka pemikiran dan
6 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
konsep dasar pelaksanaan Pemilu 2014.
Disamping data hasil survey dilapangan dilakukan penelusuran secara
mendalam mengenai temuan kuantitatif hasil survey melalui teknik wawancara
mendalam dan wawancara fokus, hal ini dimaksudkan untuk mencari
pemaknaan atau kedalaman atas sebuah fakta dan permasalahan pemilu 2014
di Provinsi Gorontalo. Adapun kerangka konsep/teori yang diajukan dalam
referensi demokrasi dan kepemiluan menjadi pijakan untuk analisis yang
membantu peneliti merangkai dan memberi makna atas berbagai fakta yang
ditemukan dalam survey.
Teknik pengumpulan data dalam survey ini memperhatikan beberapa
aspek penting terkait validitas & realbilitas data survey yakni :
1. Sumber data. Sumber data dapat berupa data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh sendiri melalui wawancara,
observasi, tes, kuesioner, dan sebagainya. Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari sumber kedua, seperti buku, dokumentasi, data dari
lembaga/institusi, dsb. Sumber data pada metode kuantitatif dilakukan secara
random, sedangkan pada kualitatif bersifat purposive atau snowball.
2. Pengumpulan data. Pada metode kuantitatif ini menggunakan teknik ;
wawancara, FGD, kuisioner, observasi, dsb. Pada metode kualitatif melalui
participant observation, in depth interview, dokumentasi, maupun teknik
triangulasi.
3. Pengolahan data. Bagaimana data diklasifikasikan atau dikumpulkan
untuk kebutuhan membangun argumen, serta pemilahan data menurut
relevansinya.
4. Analisis/Interpretasi data. Analisis data disesuaikan dengan pilihan
metode riset yang digunakan. Pada metode kuantitatif, analisis dilakukan
dengan menggunakan statistic sedangkan pada kualitatif menginterpretasikan
pola, model, atau pun teori yang digunakan.
7 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
BAB II
KONDISI SOSIAL EKONOMI
8 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
A. Kondisi Sosial Ekonomi Responden
Kemiskinan di Provinsi Gorontalo yang hingga saat ini masih
berada dibawah rata-rata nasional (17,51 persen ; Gorontalo dalam angka,
2014) penting untuk diperhatikan dalam survey ini. Survey memperdalam
informasi mengenai kondisi ekonomi rumah tangga masyarakat sebagai pilar
ketahanan masyarakat.
Bagaimana keadaan ekonomi rumah tangga B/I/S saat ini.?(1) Lebih baik dari tahun lalu(2) Sama saja dari tahun lalu(3) Lebih buruk dari tahun lalu
Gambar 1
Kondisi Ekonomi rumah tangga Responden
Dari gambar grafik di atas dapat dicermati bahwa sebagian besar (58%)
responden hanya mengalami/merasakan kondisi ekonomi yang stagnan. Selain
itu, terdapat 31% responden yang mengalami/merasakan adanya perubahan
kondisi ekonomi dan terdapat pula 11% responden yang justru
sama saja daritahun lalu
58%
lebih buruk dariyang lalu
11%
8 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
A. Kondisi Sosial Ekonomi Responden
Kemiskinan di Provinsi Gorontalo yang hingga saat ini masih
berada dibawah rata-rata nasional (17,51 persen ; Gorontalo dalam angka,
2014) penting untuk diperhatikan dalam survey ini. Survey memperdalam
informasi mengenai kondisi ekonomi rumah tangga masyarakat sebagai pilar
ketahanan masyarakat.
Bagaimana keadaan ekonomi rumah tangga B/I/S saat ini.?(1) Lebih baik dari tahun lalu(2) Sama saja dari tahun lalu(3) Lebih buruk dari tahun lalu
Gambar 1
Kondisi Ekonomi rumah tangga Responden
Dari gambar grafik di atas dapat dicermati bahwa sebagian besar (58%)
responden hanya mengalami/merasakan kondisi ekonomi yang stagnan. Selain
itu, terdapat 31% responden yang mengalami/merasakan adanya perubahan
kondisi ekonomi dan terdapat pula 11% responden yang justru
lebih baik daritahun lalu
31%
sama saja daritahun lalu
58%
lebih buruk dariyang lalu
11%
Kondisi Ekonomi
8 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
A. Kondisi Sosial Ekonomi Responden
Kemiskinan di Provinsi Gorontalo yang hingga saat ini masih
berada dibawah rata-rata nasional (17,51 persen ; Gorontalo dalam angka,
2014) penting untuk diperhatikan dalam survey ini. Survey memperdalam
informasi mengenai kondisi ekonomi rumah tangga masyarakat sebagai pilar
ketahanan masyarakat.
Bagaimana keadaan ekonomi rumah tangga B/I/S saat ini.?(1) Lebih baik dari tahun lalu(2) Sama saja dari tahun lalu(3) Lebih buruk dari tahun lalu
Gambar 1
Kondisi Ekonomi rumah tangga Responden
Dari gambar grafik di atas dapat dicermati bahwa sebagian besar (58%)
responden hanya mengalami/merasakan kondisi ekonomi yang stagnan. Selain
itu, terdapat 31% responden yang mengalami/merasakan adanya perubahan
kondisi ekonomi dan terdapat pula 11% responden yang justru
9 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
mengalami/merasakan adanya penurunan kondisi ekonomi dari tahun
sebelumnya.
Gambar 2
Kondisi Ekonomi Rumah Tangga Responden
Kabupate/kota
Stagnasi perubahan ekonomi rumah tangga jika dilihat antar
Kabupaten/Kota dalam Provinsi Gorontalo tidak jauh berbeda. Dari gambar di
atas dapat dicermati bahwa pada umumnya masyarakat Kabupaten/Kota di
Provinsi Gorontalo yang menjadi responden merasakan tidak adanya
perubahan signifikan dalam kondisi kehidupan ekonominya. Secara spesifik di
Kota Gorontalo terdapat 50% responden yang merasakan tidak adanya
perubahan dalam kondisi ekonominya, terdapat 42% responden yang
merasakan adanya perubahan kondisi ekonomi yang lebih baik, dan terdapat
8% responden yang merasakan penurunan kondisi ekonomi dari tahun
sebelumnya; khusus untuk Kabupaten Bone Bolango, terdapat sebagian besar
(60%) responden yang merasakan tidak adanya perubahan signifikan dalam
kondisi ekonominya, terdapat 30% yang merasakan adanya perubahan kondisi
42%30% 28%
16% 26%41%
50%60% 63%
51%
64%53%
8% 10% 9%33%
10% 6%
Kota Gtlo Kab BoneBolango
Kab Gtlo Kab Gorut Kab Boalemo Kab Pohuato
Kondisi Ekonomi(Base Line : Kab/Kota)
lbh baik dri thn lalu sama saja dari tahun lalu lbih buruk dari yg lalu
10 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
ekonomi yang lebih baik, dan terdapat 10% responden yang merasakan
penurunan kondisi ekonomi dari tahun sebelumnya; khusus untuk Kabupaten
Gorontalo, terdapat sebagian besar (63%) responden yang merasakan tidak
adanya perubahan dalam kondisi ekonominya, terdapat 28% responden yang
merasakan adanya perubahan kondisi ekonomi yang lebih baik, dan terdapat
9% responden yang merasakan penurunan kondisi ekonomi dari tahun
sebelumnya; khusus untuk Kabupaten Gorontalo Utara, terdapat 51%
responden yang merasakan tidak adanya perubahan dalam kondisi
ekonominya, terdapat 16% responden yang merasakan adanya perubahan
kondisi ekonomi yang lebih baik, dan terdapat 33% responden yang merasakan
penurunan kondisi ekonomi dari tahun sebelumnya; khusus untuk Kabupaten
Boalemo, terdapat sebagian besar (64%) responden yang merasakan tidak
adanya perubahan dalam kondisi ekonominya, terdapat 26% responden yang
merasakan adanya perubahan kondisi ekonomi yang lebih baik, dan terdapat
10% responden yang merasakan penurunan kondisi ekonomi dari tahun
sebelumnya, serta khusus untuk Kabupaten Pohuwato, terdapat 53%
responden yang merasakan tidak adanya perubahan dalam kondisi
ekonominya, terdapat 41% responden yang merasakan adanya perubahan
kondisi ekonomi yang lebih baik, dan terdapat 6% responden yang merasakan
penurunan kondisi ekonomi dari tahun sebelumnya.
Lebih jauh. Bila kita membandingkan kondisi ekonomi yang dialami
responden (masyarakat) di masing-masing Kabupaten/Kota, maka dapat
dicermati adanya perubahan kondisi ekonomi yang signifikan di Kota Gorontalo,
dalam artian masyarakat Kota Gorontalo lebih merasakan adanya peningkatan
kondisi ekonomi dibanding masyarakat di daerah lainnya. Namun, tidak
demikian halnya dengan Kabupaten Gorontalo Utara, dalam hal ini masyarakat
di daerah tersebut justru lebih merasakan adanya penurunan kondisi ekonomi
dibanding masyarakat di daerah lainnya.
Hal di atas secara kontekstual dapat dipahami mengingat Kota
Gorontalo merupakan pusat perekonomian, pendidikan, dan pemerintahan di
Provinsi Gorontalo bahkan jauh ketika masih bergabung dengan Sulawesi
11 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Utara. Tentu saja sebagai daerah yang menjadi episentrum tiga sektor tersebut
memberikan keuntungan tersendiri kepada Kota Gorontalo, antara lain arus
investasi yang relatif besar, peningkatan orang-orang terampil (SDM) yang
menunjang pembangunan, bahkan alokasi pembelanjaan pemerintah (publik
expenditure) yang cenderung lebih besar; atau dengan kata lain hal-hal yang
menguntungkan secara ekonomi cenderung terkonsentrasi di daerah yang
menjadi pusat suatu wilayah (central) dibanding daerah pinggiran atau periphery
(Lipton, 1977). Selain itu, dari sejumlah daerah di Provinsi Gorontalo adalah
Kota Gorontalo yang berada dalam status sebagai daerah “terentaskan”
(kpdt.go.id, 2014). Dengan demikian maka wajar bila masyarakat Kota
Gorontalo cenderung merasakan perubahan kondisi ekonomi yang jauh lebih
baik dari tahun sebelumnya dibanding daerah lainnya.
Gambar 3Kondisi Ekonomi Rumah Tangga Responden
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dari grafik di atas dapat dicermati adanya relasi antara tingkat
pendidikan responden (masyarakat) dengan kondisi ekonomi yang
dialami/dirasakan. Responden (masyarakat) yang berlatar belakang pendidikan
SD/sederajat atau tidak sekolah cenderung merasakan/mengalami kondisi
lbh baik dri thn lalu sama saja dari tahun lalu lbih buruk dari yg lalu
Kondisi Ekonomi(Base Line : Tingkat Pendidikan)
Tidak Sekolah SD Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat
Diploma/Akdmk Sarjana/SI/S2/S3
12 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
ekonomi yang jauh lebih buruk dari tahun sebelumnya; responden (masyarakat)
yang berlatar belakang pendidikan menengah (SLTP dan SLTA) cenderung
mengalami/merasakan stagnasi ekonomi; sementara responden (masyarakat)
yang berlatar belakang pendidikan tinggi (Diploma/Sarjana) cenderung
mengalami/merasakan adanya perubahan kondisi ekonomi yang lebih baik
dibanding tahun sebelumnya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa tingkat
pendidikan masyarakat cenderung berbanding lurus dengan kondisi ekonomi
yang dirasakan/dialaminya; atau dengan kata lain, semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka semakin besar kemungkinan perbaikan kondisi
ekonomi yang dialami/dirasakan; dan begitupun sebaliknya. Hal ini tentunya
tidak terlepas dari peluang untuk mendapatkan pekerjaan/peningkatan karir
lebih baik yang lebih dimiliki oleh masyarakat yang berlatar belakang pendidikan
tinggi di era modern, yang notabene menuntut spesifikasi keahlian dan disiplin
ilmu yang mumpuni yang diperoleh lewat jalur pendidikan formal.
Gambar 4.
Kondisi Ekonomi Rumah Tangga RespondenBerdasarkan tingkat Pendapatan
lbh baik dri thn lalu sama saja dari tahun lalu lbih buruk dari yg lalu
Kondisi Ekonomi(Base Line : Tingkat Pendapatan)
< 100.000 100.000-500.000 500.000-1 juta 1 juta - 5 juta > 5 juta
13 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa pada umumnya masyarakat
yang dijadikan responden tidak merasakan adanya peningkatan pendapatan
dibanding tahun sebelumnya. Satu-satunya hal signifikan yang terjadi justru
dialami responden (masyarakat) rentang pendapatan 500.000-1 Juta (golongan
menengah), dalam hal ini terdapat kecenderungan peningkatan pendapatan
masyarakat dalam rentang tersebut. Sekalipun demikian, kondisi ekonomi
masyarakat tetap berada pada track yang positif, dalam artian terdapat lebih
banyak masyarakat yang merasakan adanya kecenderungan peningkatan
dibanding penurunan pendapatan untuk masing-masing kategori rentang
pendapatan.
Kondisi ekonomi rumah tangga tersebut jika dicermati mengenai
struktur kebutuhan mendesak masyarakat maka diperoleh bahwa terdapat
empat kebutuhan urgen yang dirasakan sebagian besar responden
(masyarakat), yakni pembukaan lapangan kerja (36%), perbaikan jalan (13%),
pelayanan kesehatan (12%), dan pendidikan (9%). Kondisi ini secara inheren
dapat menunjukkan sejumlah hal: (1) tingkat pengangguran yang relatif tinggi;
(2) kondisi infrastruktur yang masih belum memadai; dan (3), kondisi pelayanan
yang belum mampu memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.
Gambar 5. Kebutuhan Mendesak Responden
3%
6%
8%
9%
9%
12%
13%
36%
lainnya
penyediaan jaringan listrik
penyediaan air bersih
Mahyani
pendidikan grtis
pelayanna kesehatan
prbaikan jalan
pmbkaan lapngan kerja
Kebutuhan Mendesak
14 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Sebaliknya masalah keamanan daerah separuh responden menyatakan
rasa aman. 56% responden (masyarakat) yang menanggapi pertanyaan
penelitian dengan kategori “aman”, terdapat 34% responden (masyarakat) yang
menanggapi pertanyaan penelitian dengan kategori “cukup aman”, terdapat 9%
responden (masyarakat) yang menanggapi pertanyaan penelitian dengan
kategori “kurang aman”, dan terdapat 1% responden (masyarakat) yang
menanggapi pertanyaan penelitian dengan kategori “tidak aman”. Berdasarkan
hal ini dapat dipahami bahwa kebutuhan masyarakat akan rasa aman relatif
terpenuhi dikarenakan pada umumnya masyarakat merasakan kondisi
kehidupan yang cenderung aman.
Gambar 6. Kondisi Rasa Aman Responden
14 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Sebaliknya masalah keamanan daerah separuh responden menyatakan
rasa aman. 56% responden (masyarakat) yang menanggapi pertanyaan
penelitian dengan kategori “aman”, terdapat 34% responden (masyarakat) yang
menanggapi pertanyaan penelitian dengan kategori “cukup aman”, terdapat 9%
responden (masyarakat) yang menanggapi pertanyaan penelitian dengan
kategori “kurang aman”, dan terdapat 1% responden (masyarakat) yang
menanggapi pertanyaan penelitian dengan kategori “tidak aman”. Berdasarkan
hal ini dapat dipahami bahwa kebutuhan masyarakat akan rasa aman relatif
terpenuhi dikarenakan pada umumnya masyarakat merasakan kondisi
kehidupan yang cenderung aman.
Gambar 6. Kondisi Rasa Aman Responden
cukup aman34%
aman56%
kurang aman9%
tdk aman1%
Kondisi Keamanan
14 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Sebaliknya masalah keamanan daerah separuh responden menyatakan
rasa aman. 56% responden (masyarakat) yang menanggapi pertanyaan
penelitian dengan kategori “aman”, terdapat 34% responden (masyarakat) yang
menanggapi pertanyaan penelitian dengan kategori “cukup aman”, terdapat 9%
responden (masyarakat) yang menanggapi pertanyaan penelitian dengan
kategori “kurang aman”, dan terdapat 1% responden (masyarakat) yang
menanggapi pertanyaan penelitian dengan kategori “tidak aman”. Berdasarkan
hal ini dapat dipahami bahwa kebutuhan masyarakat akan rasa aman relatif
terpenuhi dikarenakan pada umumnya masyarakat merasakan kondisi
kehidupan yang cenderung aman.
Gambar 6. Kondisi Rasa Aman Responden
15 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
BAB III
PERILAKU PEMILIH
Proses penghitungan suara di TPS sampai dinihari
16 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Perilaku Pemilih
Perilaku pemilih menurut Surbakti adalah : “Akivitas pemberian suara
oleh individu yang bekaitan erat dengan kegiatan pengambilan keputusan untuk
memilih atau tidak memilih (to vote or not to vote) didalam suatu pemilihan
umum (Pilkada secara langsung-pen. Bila voters memutuskan untuk memilih (to
vote) maka voters akan memilih atau mendukung kandidat tertentu (Surbakti,
2002 : 105) Keputusan untuk memberikan dukungan dan suara tidak akan
terjadi apabila tidak terdapat loyalitas pemilih yang cukup tinggi kepada calon
pemimpin jagoannya. Begitu juga sebaliknya, pemilih tidak akan memberikan
suaranya kalau mereka menganggap bahwa sebuah partai atau calon
pemimpin tidak loyal serta tidak konsisten dengan janji dan harapan yang telah
mereka berikan. Perilaku pemilih juga sarat dengan ideology antara pemilih
dengan partai politik atau kontestan pemilu. Masing-masing kontestan
membawa ideology yang saling berinteraksi. Selama periode kampanye pemilu,
muncul kristalisasi dan pengelompokkan antara ideology yang dibawa
kontestan. Masyarakat akan mengelompokkan dirinya kepada kontestan yang
memiliki ideologi sama dibawa dengan yang mereka anut sekaligus juga
menjauhkan diri dari ideologi yang berseberangan dengan mereka.
Perilaku memilih adalah terkait dengan keputusan pemilih untuk memilih
kandidat atau peserta pemilu tertentu. Kenapa seorang pemilih menjatuhkan
pilihannya kepada kandidat atau peserta pemilu tertentu. Tentu beragam alasan
yang dapat dikemukakan oleh setiap pemilih. Persoalannya adalah, sejauhmana
pilihan-pilihan itu bersifat rasional? Dengan kata lain, sejauhmana pilihan politik
mereka berdasarkan pertimbangan rasional menyangkut kandidat atau peserta
pemilu itu. Apakah rekam jejak, program atau janji peseta pemilu menjadi bahan
pertimbangan atau faktor lain. Riset ini penting untuk mengetahui tingat
rasionalitas pemilih dalam pemilu.
17 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Pertanyaannya, kenapa angka partisipasi pemilu legislatif naik
dibandingkan pemilu sebelumnya? Kenapa angka partisipasi Pilpres
menyimpang dari pola pada pemilu-pemilu sebelumnya? Selain itu kenapa
golput tetap saja hadir dalam setiap pemilu? Apa penyebabnya?
Gambar 7.
Keikutsertaan Responden Pada Pemilihan Legislatif tahun 2014
Apakah B/I/S menggunakan hak Pilih pada Pemilihan Umum tahun 2014 (Pileg & Pipres )
(1) Ya (2) Tidak
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa dari sejumlah responden
(masyarakat) yang dijadikan sampel penelitian terdapat mayoritas (83%)
responden yang mengaku ikut berpartisipasi dalam pemilihan legislatif,
sementara jumlah responden (masyarakat) yang mengaku tidak berpartisi
dalam pemilihan legislatif pada tahun 2004 relatif sedikit, yakni sebesar 17%.
Hal ini pada dasarnya menunjukkan hal yang positif karena tingkat partisipasi
masyarakat dalam memilih relatif tinggi, yang juga merupakan salah satu tolak
17 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Pertanyaannya, kenapa angka partisipasi pemilu legislatif naik
dibandingkan pemilu sebelumnya? Kenapa angka partisipasi Pilpres
menyimpang dari pola pada pemilu-pemilu sebelumnya? Selain itu kenapa
golput tetap saja hadir dalam setiap pemilu? Apa penyebabnya?
Gambar 7.
Keikutsertaan Responden Pada Pemilihan Legislatif tahun 2014
Apakah B/I/S menggunakan hak Pilih pada Pemilihan Umum tahun 2014 (Pileg & Pipres )
(1) Ya (2) Tidak
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa dari sejumlah responden
(masyarakat) yang dijadikan sampel penelitian terdapat mayoritas (83%)
responden yang mengaku ikut berpartisipasi dalam pemilihan legislatif,
sementara jumlah responden (masyarakat) yang mengaku tidak berpartisi
dalam pemilihan legislatif pada tahun 2004 relatif sedikit, yakni sebesar 17%.
Hal ini pada dasarnya menunjukkan hal yang positif karena tingkat partisipasi
masyarakat dalam memilih relatif tinggi, yang juga merupakan salah satu tolak
ya83%
tidak17%
Ikut Pileg
17 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Pertanyaannya, kenapa angka partisipasi pemilu legislatif naik
dibandingkan pemilu sebelumnya? Kenapa angka partisipasi Pilpres
menyimpang dari pola pada pemilu-pemilu sebelumnya? Selain itu kenapa
golput tetap saja hadir dalam setiap pemilu? Apa penyebabnya?
Gambar 7.
Keikutsertaan Responden Pada Pemilihan Legislatif tahun 2014
Apakah B/I/S menggunakan hak Pilih pada Pemilihan Umum tahun 2014 (Pileg & Pipres )
(1) Ya (2) Tidak
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa dari sejumlah responden
(masyarakat) yang dijadikan sampel penelitian terdapat mayoritas (83%)
responden yang mengaku ikut berpartisipasi dalam pemilihan legislatif,
sementara jumlah responden (masyarakat) yang mengaku tidak berpartisi
dalam pemilihan legislatif pada tahun 2004 relatif sedikit, yakni sebesar 17%.
Hal ini pada dasarnya menunjukkan hal yang positif karena tingkat partisipasi
masyarakat dalam memilih relatif tinggi, yang juga merupakan salah satu tolak
18 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
ukur sistem partisipasi politik warga negara yang menunjukkan pemilih yang
berdaulat (Surbakti dkk, 2011).
Tingkat Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014(Pileg & Pilpres)
Sumber : KPU Provinsi Gorontalo Tahun 2015
KOTA GORONTALO
KAB. GORONTALO
KAB. GORONTALO UTARA
KAB. POHUWATO
KAB. BOALEMO
KAB. BONE BOLANGO
PEMILU PRESIDEN
18 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
ukur sistem partisipasi politik warga negara yang menunjukkan pemilih yang
berdaulat (Surbakti dkk, 2011).
Tingkat Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014(Pileg & Pilpres)
Sumber : KPU Provinsi Gorontalo Tahun 2015
73,118%
74,333%
72,938%
72,471%
78,433%
80,751%
79,298%
80,077%
80,718%
83,359%
84,551%
87,764%
KOTA GORONTALO
KAB. GORONTALO
KAB. GORONTALO UTARA
KAB. POHUWATO
KAB. BOALEMO
KAB. BONE BOLANGO
Partisipasi Pemilu 2014
PEMILU PRESIDEN PEMILU LEGISLATIF
18 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
ukur sistem partisipasi politik warga negara yang menunjukkan pemilih yang
berdaulat (Surbakti dkk, 2011).
Tingkat Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014(Pileg & Pilpres)
Sumber : KPU Provinsi Gorontalo Tahun 2015
84,551%
87,764%
19 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 8
Alasan Keikutsertaan pada Pemilu Legislatif 2014
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa pada umumnya responden
(masyarakat) yang berpartisipasi dalam pemilihan legislatif pada Tahun 2004
hanya didasari atas alasan/argumentasi bahwa mereka adalah “warga yang
baik”. Secara kuantitas hal ini cukup membanggakan mengingat tingkat
partisipasi politik yang tinggi merupakan salah satu ciri/tolak ukur kehidupan
demokrasi di suatu wilayah/negara. Jadi, kesadaran masyarakat akan haknya
dalam memilih wakil-wakilnya dan kebiasaan mereka setiap periode pemilihan
merupakan faktor utama yang mendorong masyarakat untuk memilih. Namun,
secara kualitas hal ini cukup disayangkan mengingat partisipasi belum
didasarkan atas alasan bahwa pileg mampu memberikan harapan perubahan
tatanan kehidupan sosial, ekonomi, dan politik ke arah yang lebih baik. Selain
itu, hal di atas secara tidak langsung menunjukkan feromena yang miris, yakni
figur yang hadir sebagai pihak yang dipilih secara relatif belum/kurang
dipercayai masyarakat, sehingga wajar bila harapan masyarakat akan
perubahan kehidupan yang lebih baik melalui pileg relatif rendah pula.
Berdasarkan hal di atas dapat dipahami bahwa faktor utama yang mendorong
masyarakat Gorontalo untuk berpartisipasi dalam pileg adalah alasan “sekedar
0%
1%
4%
8%
13%
74%
dapat uang
lainnya
caleg dipercaya
biasa memilih
ada perubahan
warga yang baik
Alasan Ikut Pileg
20 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
menggugurkan kewajiban” semata. Kondisi ini belum berubah sejak pertama
kali Indonesia melaksanakan pemilihan langsung pada Tahun 2004, yang
sebagaimana digambarkan Syafiie (2005), bahwa masyarakat Indonesia pada
umumnya telah melaksanakan demokrasi namun belum sepenuhnya
memahami bagaimana cara hidup berdemokrasi.
Gambar 9
Alasan Ketidak Ikutsertaan Pada Pemilu Legislatif 2014
Pada dasarnya, responden (masyarakat) yang tidak berpartisipasi
dalam Pileg relatif sedikit. Namun ketidaksertaan mereka dalam pileg tersebut
justru didasarkan atas alasan/argumentasi yang krusial. Dari grafik di atas dapat
dilihat bahwa alasan responden (masyarakat) yang tidak berpartisipasi dalam
pileg didasarkan atas alasan : pileg hanya untungkan elit (33%), tidak ada
gunanya (24%), tidak terdaftar (15%), parpol tidak dipercaya (7%), dan caleg
tidak baik (5%). Di sinilah letak signifikansi hal ini. Bila persepsi negatif
masyarakat dalam pileg yang demikian terus berkembang dan didukung dengan
realitas yang tidak sesuai harapan, maka terdapat kemungkinan peningkatan
signifikan masyarakat yang memilih tidak berpartisipasi/golput secara sadar
(undecided voters by rational reason), yang secara minimal kemungkinan
5%
7%
15%
16%
24%
33%
caleg tdk baik
parpol tdk dipercaya
tdk terdaftar
lainnya
tidak ada gunanya
untungkan elit
Alasan tidak ikut pileg
21 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
menurun sebesar 17% (dari 13% pemilih karena alasan ada perubahan dan 4%
pemilih karena asalan caleg dipercaya). Belum lagi jika penyelenggaraan
pileg/pemilihan lainnya tidak dipersiapkan dengan baik khususnya pendataan
pemilih, maka terdapat kemungkinan penurunan partisipasi masyarakat
terutama dari massa mengambang (swing voters) dan pemilih yang tidak
terdaftar (undecided voters by system). Kondisi yang terjadi ini sebagaimana
digambarkan Rodee dkk. (2004), bahwa golput di Indonesia berbeda dengan di
USA, dalam hal ini angka golput di Indonesia dipengaruhi oleh faktor
ketidakpuasaan/ketidakpercayaan masyarakat (atas calon, parpol, sistem, dsb),
sementara di golput di USA cenderung didasarkan atas alasan bahwa memilih
atau tidak memilih USA tetap sebagaimana adanya (negara super power).
Dalam perspektif political economy, tingginya angka “partisipasi politik”
masyarakat Gorontalo yang mencapai 83%, alasan memilih karena merasa
sebagai warga negara yang baik”, dan alasan tidak ikut pileg perlu
dipertanyakan lebih jauh, “apakah hal tersebut merupakan tindakan yang
rasional” (rational acts)? ataukah tindakan yang strategis (strategically act)?.
Downs (dalam Godin dan Klingeman, 1996) mengemukakan bahwa jika warga
negara bertindak secara rasional dalam definisi “kepentingan pribadi” (self
interest), maka pada dasarnya mereka tidak akan memilih. Hal itu dikarenakan
terdapat harga cukup besar yang harus dibayar untuk berpartisipasi secara
rasional (paham dan melek informasi politik), dibanding keuntungan dalam skala
kecil (mikro)/individual yang didapatkan dari suaranya tersebut. Bukankah suara
seorang pemilih tidak berarti dalam sistem suara terbanyak? Apakah suara
minoritas dalam pemilu memiliki makna atau menghasilkan keuntungan bagi
mereka? Apakah ada jaminan perubahan dan perbaikan hidup lewat setiap
suara yang diberikan? Faktanya hanya segelintir orang yang mampu
menentukan kebijakan strategis di republik ini yang justru menentukan nasib
mayoritas warga negara. Sebagai “warga negara yang baik”, pemilih hanya
mampu mempengaruhi hasil pemerintahan setiap lima tahun sekali dan itupun
setiap pemilihan tidak lebih daripada sekedar melegitimasi otoritas. Berdasarkan
perspektif ini, maka kecenderungan masyarakat Gorontalo belum berada pada
22 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
kategori masyarakat yang menentukan pilihan secara rasional (masih berada
pada kategori tindakan kolektif strategis (collective strategically acts).
Gambar 10
Tingkat Pengenalan Responden terhadapAnggota Legislatif 2014
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya figur yang
berpartisipasi sebagai calon yang dipilih pada umumnya dikenal masyarakat.
Pada dasarnya, dengan tingkat pengenalan caleg sebesar 81% dapat ditarik
sejumlah kemungkinan argumentasi: (1) calon dapat merupakan figur yang
secara relatif dikenal masyarakat karena posisi/jabatannya atau keterlibatannya
dalam kegiatan kemasyarakatan yang luas/dekat dengan masyarakat; (2) calon
dapat familiar karena keberhasilan sosialisasi KPU, media, dan calon itu sendiri;
atau (3) masyarakat memang aktif mencari informasi terkait calon.
kenal orangnya35%
tahu fotonya saja15%
22 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
kategori masyarakat yang menentukan pilihan secara rasional (masih berada
pada kategori tindakan kolektif strategis (collective strategically acts).
Gambar 10
Tingkat Pengenalan Responden terhadapAnggota Legislatif 2014
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya figur yang
berpartisipasi sebagai calon yang dipilih pada umumnya dikenal masyarakat.
Pada dasarnya, dengan tingkat pengenalan caleg sebesar 81% dapat ditarik
sejumlah kemungkinan argumentasi: (1) calon dapat merupakan figur yang
secara relatif dikenal masyarakat karena posisi/jabatannya atau keterlibatannya
dalam kegiatan kemasyarakatan yang luas/dekat dengan masyarakat; (2) calon
dapat familiar karena keberhasilan sosialisasi KPU, media, dan calon itu sendiri;
atau (3) masyarakat memang aktif mencari informasi terkait calon.
ya46%
kenal orangnya35%
tahu fotonya saja15%
tidak tahu4%
Pengenalan Aleg
22 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
kategori masyarakat yang menentukan pilihan secara rasional (masih berada
pada kategori tindakan kolektif strategis (collective strategically acts).
Gambar 10
Tingkat Pengenalan Responden terhadapAnggota Legislatif 2014
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya figur yang
berpartisipasi sebagai calon yang dipilih pada umumnya dikenal masyarakat.
Pada dasarnya, dengan tingkat pengenalan caleg sebesar 81% dapat ditarik
sejumlah kemungkinan argumentasi: (1) calon dapat merupakan figur yang
secara relatif dikenal masyarakat karena posisi/jabatannya atau keterlibatannya
dalam kegiatan kemasyarakatan yang luas/dekat dengan masyarakat; (2) calon
dapat familiar karena keberhasilan sosialisasi KPU, media, dan calon itu sendiri;
atau (3) masyarakat memang aktif mencari informasi terkait calon.
23 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 11
Tingkat Harapan Masyarakat Terhadap Pemilu
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa pada umumnya (77%)
responden (masyarakat) menilai bahwa pileg yang dilangsungkan pada tahun
2014 relatif sesuai dengan harapan mereka, sementara hanya terdapat sedikit
(23%) responden (masyarakat) yang mengganggap bahwa penyelenggaraan
pileg tidak sesuai harapan mereka. Hal ini tentunya menunjukkan sisi positif
dalam keberhasilan penyelenggaraan pileg di Gorontalo.
23 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 11
Tingkat Harapan Masyarakat Terhadap Pemilu
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa pada umumnya (77%)
responden (masyarakat) menilai bahwa pileg yang dilangsungkan pada tahun
2014 relatif sesuai dengan harapan mereka, sementara hanya terdapat sedikit
(23%) responden (masyarakat) yang mengganggap bahwa penyelenggaraan
pileg tidak sesuai harapan mereka. Hal ini tentunya menunjukkan sisi positif
dalam keberhasilan penyelenggaraan pileg di Gorontalo.
ya77%
tidak23%
Pileg sesuai harapan
23 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 11
Tingkat Harapan Masyarakat Terhadap Pemilu
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa pada umumnya (77%)
responden (masyarakat) menilai bahwa pileg yang dilangsungkan pada tahun
2014 relatif sesuai dengan harapan mereka, sementara hanya terdapat sedikit
(23%) responden (masyarakat) yang mengganggap bahwa penyelenggaraan
pileg tidak sesuai harapan mereka. Hal ini tentunya menunjukkan sisi positif
dalam keberhasilan penyelenggaraan pileg di Gorontalo.
24 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 12
Keseteraan Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa responden/masyarakat yang
berpartisipasi dalam pileg 2014 cenderung didominasi oleh laki-laki, yakni
sebanyak 1760 orang; sementara jumlah responden/masyarakat yang
berpartisipasi dalam pileg hanya sebanyak 1641 orang.
1760
1641
Ikut PilegLaki-Laki Perempuan
25 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 13
Partisipasi Kelompok terdidik Masyarakat dalam Pemilu 2014
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa pada umumnya jumlah
responden/masyarakat yang berpartisipasi dalam pileg 2014 relatif berimbang
dalam hal tingkat pendidikan. Jumlah responden/masyarakat dengan tingkat
pendidikan dasar (SD dan SMP) sedikit lebih banyak, yakni dengan total 1666
orang, sementara responden/masyarakat dengan tingkat pendidingan
menengah ke atas (SMA dan PT) hanya sebanyak 1587 orang.
72
100
349
556
1110
1138
Tidak Sekolah
Diploma/Akdmk
Sarjana/SI/S2/S3
SLTP/Sederajat
SD Sederajat
SLTA/Sederajat
Ikut Pileg(baseline: Latar belakang pendidikan)
26 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 14
Segmentasi pekerjaan terhadap Partisipasi dalam Pemilu
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa responden/masyarakat yang
berpartisipasi dalam pileg pada umumnya didominasi oleh kalangan ibu rumah
tangga (IRT), buruh, dan petani. Hal ini tentunya relevan dengan kebutuhan
mendesak responden/masyarakat yang terdiri dari pembukaan lapangan kerja,
perbaikan/peningkatan infrastruktur, serta peningkatan kualitas hidup melalui
layanan kesehatan dan pendidikan. Berdasarkan hal ini, program-program yang
ditawarkan calon yang terpilih pada pileg 2014 lalu kemungkinan menyentuh hal
tersebut.
0 200 400 600 800 1000 1200
Wiraswasta
Masih Sekolah/kuliah
PNS / Pensiunan
Nelayan
Petani
Buruh
Ibu RumahTangga
Ikut Pileg(baseline: Pekerjaan )
27 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 15
Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu berdasarkan segmen Usia
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa partisipasi responden
(masyarakat) pada pileg 2014 lalu di Provinsi Gorontalo lebih banyak didominasi
oleh tiga kelompok usia, yakni pemilih rentang usia 35-44 tahun, rentang usia
25-34 tahun, dan rentang usia 45-55 tahun. Kondisi ini tentunya dapat
menggambarkan sejumlah hal: (1) pemilih pada kelompok rentang tersebut
relatif telah mengikuti pileg/berpartisipasi dalam kegiatan pemilihan lainnya lebih
dari satu kali, sehingga dapat dikategorikan sebagai pemilih berpengalaman; (2)
pemilih pada rentang kelompok tersebut relatif mengetahui/memiliki informasi
mengenai calon yang dipilih atau bahkan telah memiliki pilihan sebelumnya; (3)
pemilih pada rentang kelompok tersebut dapat dianggap telah mengetahui
kapasitas dan kinerja caleg yang maju dalam pileg 2014; dan (4) sehubungan
dengan penelitian, pemilih pada rentang usia tersebut secara relatif mampu
memberikan informasi yang diharapkan terkait tujuan penelitian.
0
200
400
600
800
1000
1200
35-44 thn 25-34 thn 45-55 thn 17-24 thn > 55 thn < 17 tahun
Ikut Pileg(baselineUsia)
28 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 16
Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa responden (masyarakat) yang
berpartisipasi dalam pileg 2014 lebih didominasi oleh kelompok penduduk
berpenghasilan >5 Juta. Berdasarkan hal ini dapat dipahami bahwa partisipasi
kalangan ekonomi menengah ke atas relatif cukup tinggi pada pileg 2014 di
Provinsi Gorontalo. Selain itu, partisipasi pemilih pada kelompok ekonomi
tersebut disadari secara relatif terpengaruh atas hasil pileg, dalam artian
aktivitas sosial yang dijalankan pemilih baik secara langsung maupun tidak
langsung berkepentingan dengan kebijakan yang nantinya dihasilkan calon
terpilih, sehingga wajar jika partisipasi kelompok penghasilan ini cukup tinggi
dalam pileg 2014 di Provinsi Gorontalo
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
rahasia/ tdk djwb
1 juta - 5 juta
500.000-1 juta
100.000-500.000
< 100.000
> 5 juta
Tingkat Pendapatan(baseline: ikut Pileg)
29 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 17
Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Berdasarkan Aktivitas sosial
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa responden (masyarakat) yang
berpartisipasi dalam pileg 2014 di Provinsi Gorontalo didominasi oleh kelompok
pemilih yang tergabung dalam aktivitas arisan (35%), serikat buruh/pekerja
(13%), serta karangtaruna dan organisasi kepemudaan (masing-masing 9%).
Hal ini di satu sisi dapat bermanfaat bagi caleg bila mereka mampu
mengorganisasi kelompok sosial tersebut, karena tentunya di dalam masing-
masing kelompok terdapat aktivitas saling mempengaruhi lewat interaksi sosial
yang relatif intens; sementara di sisi lain bagi penyelenggara, kelompok sosial
ini dapat menjadi saluran yang relatif efektif dalam mensosialisasikan
pileg/pemilu.
1%
3%
3%
9%
9%
13%
parpol
senbud
orlab
orpemuda
karangtaruna
serikat
lainnya
arisan
29 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 17
Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Berdasarkan Aktivitas sosial
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa responden (masyarakat) yang
berpartisipasi dalam pileg 2014 di Provinsi Gorontalo didominasi oleh kelompok
pemilih yang tergabung dalam aktivitas arisan (35%), serikat buruh/pekerja
(13%), serta karangtaruna dan organisasi kepemudaan (masing-masing 9%).
Hal ini di satu sisi dapat bermanfaat bagi caleg bila mereka mampu
mengorganisasi kelompok sosial tersebut, karena tentunya di dalam masing-
masing kelompok terdapat aktivitas saling mempengaruhi lewat interaksi sosial
yang relatif intens; sementara di sisi lain bagi penyelenggara, kelompok sosial
ini dapat menjadi saluran yang relatif efektif dalam mensosialisasikan
pileg/pemilu.
9%
9%
13%
26%
35%
Aktifitas Sosial(baseline: ikut Pileg)
29 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 17
Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Berdasarkan Aktivitas sosial
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa responden (masyarakat) yang
berpartisipasi dalam pileg 2014 di Provinsi Gorontalo didominasi oleh kelompok
pemilih yang tergabung dalam aktivitas arisan (35%), serikat buruh/pekerja
(13%), serta karangtaruna dan organisasi kepemudaan (masing-masing 9%).
Hal ini di satu sisi dapat bermanfaat bagi caleg bila mereka mampu
mengorganisasi kelompok sosial tersebut, karena tentunya di dalam masing-
masing kelompok terdapat aktivitas saling mempengaruhi lewat interaksi sosial
yang relatif intens; sementara di sisi lain bagi penyelenggara, kelompok sosial
ini dapat menjadi saluran yang relatif efektif dalam mensosialisasikan
pileg/pemilu.
30 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
BAB IV
MONEY POLITIK ; Bagai BuahSimalakama
31 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Money Politik
Politik biaya tinggi menjadi keluhan sebagian peserta pemilu. Salah satu
penyebabnya adalah fenomena politik uang. Peserta pemilu mengeluarkan
sejumlah uang untuk mendapatkan dukungan pemilih, atau pemilih aktif
meminta imbalan dari dukungan yang diberikannya. Fenomena ini sudah pasti
menjadikan demokrasi kita tidak sehat. Pertanyaannya, bagaimana politik uang
terjadi? Polanya seperti apa? Kenapa disebagian tempat terjadi politik uang,
disebagian tempat kebalikannya? Faktor apa yang mempengaruhi? Kebiajakan
apa yang perlu ditempuh untuk mengatasi mengatasi fenomena politik uang?
Gambar 18
Toleransi Money Politik Responden
MENURUT B/I/S, Apakah Pemberian sejumlah UANG, BARANG untukmempengaruhi pilihan pemilih adalah hal yang WAJAR?
(1) Ya, wajar di TERIMA(2) Tidak bisa di TERIMA
Tidak bisa diterima75%
Toleransi Money Politik
31 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Money Politik
Politik biaya tinggi menjadi keluhan sebagian peserta pemilu. Salah satu
penyebabnya adalah fenomena politik uang. Peserta pemilu mengeluarkan
sejumlah uang untuk mendapatkan dukungan pemilih, atau pemilih aktif
meminta imbalan dari dukungan yang diberikannya. Fenomena ini sudah pasti
menjadikan demokrasi kita tidak sehat. Pertanyaannya, bagaimana politik uang
terjadi? Polanya seperti apa? Kenapa disebagian tempat terjadi politik uang,
disebagian tempat kebalikannya? Faktor apa yang mempengaruhi? Kebiajakan
apa yang perlu ditempuh untuk mengatasi mengatasi fenomena politik uang?
Gambar 18
Toleransi Money Politik Responden
MENURUT B/I/S, Apakah Pemberian sejumlah UANG, BARANG untukmempengaruhi pilihan pemilih adalah hal yang WAJAR?
(1) Ya, wajar di TERIMA(2) Tidak bisa di TERIMA
Ya, Wajar diterima25%
Tidak bisa diterima75%
Toleransi Money Politik
31 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Money Politik
Politik biaya tinggi menjadi keluhan sebagian peserta pemilu. Salah satu
penyebabnya adalah fenomena politik uang. Peserta pemilu mengeluarkan
sejumlah uang untuk mendapatkan dukungan pemilih, atau pemilih aktif
meminta imbalan dari dukungan yang diberikannya. Fenomena ini sudah pasti
menjadikan demokrasi kita tidak sehat. Pertanyaannya, bagaimana politik uang
terjadi? Polanya seperti apa? Kenapa disebagian tempat terjadi politik uang,
disebagian tempat kebalikannya? Faktor apa yang mempengaruhi? Kebiajakan
apa yang perlu ditempuh untuk mengatasi mengatasi fenomena politik uang?
Gambar 18
Toleransi Money Politik Responden
MENURUT B/I/S, Apakah Pemberian sejumlah UANG, BARANG untukmempengaruhi pilihan pemilih adalah hal yang WAJAR?
(1) Ya, wajar di TERIMA(2) Tidak bisa di TERIMA
32 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa pada umumnya responden
(masyarakat) tidak memiliki toleransi terhadap money politic, yang bila
dipersentasekan mencapai 75%. Hal ini tentunya positif bagi perkembangan
kehidupan d emokrasi di Provinsi Gorontalo dikarenakan pemilih-pemilihnya
secara relatif sadar, cerdas, dan rasional; dalam artian memahami efek negatif
money politic, dalam hal ini praktik koruptif yang terjadi di lingkungan eksekutif
politik dan legislatif kecenderungan bermula dari praktik ini. Caleg yang telah
mengeluarkan banyak sumber daya (terutama finansial), tentunya secara logis
akan berupaya mengembalikan sumber daya yang hilang tersebut sekaligus
menghasilkan surplus sebagai cadangan untuk pemilihan berikutnya, sehingga
wajar jika caleg yang melakukan money politic cenderung terlibat dalam praktik
koruptif. Namun di sisi lain, sikap sementara responden (masyarakat) yang
memiliki toleransi terhadap money politic tetap perlu dicermati dan diwaspadai
karena mampu mencapai angka 25%, terlebih bila pengaruh kelompok tersebut
signifikan bagi kelompok lainnya.
Dalam paradigma cultural dijelaskan bahwa proses terbentuknya
budaya masyarakat di suatu wilayah/daerah dimulai dari aktivitas tertentu yang
dilakukan oleh banyak orang secara intens dan bahkan berulang-ulang,
sehingga cenderung menjadi kebiasaan yang dapat diterima dan pada
gilirannya mampu berafiliasi bahkan menggantikan tatanan normatif yang sudah
ada (Koentjaraningrat, 2007; Soekanto, 2007). Herkovits dan Malinowski dalam
pandangan cultural-determinism menjelaskan bahwa kebudayaan sangat erat
dengan masyarakat. Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
kebudayaan merupakan sesuatu yang turun temurun dari generasi ke generasi
(Herkovits dan Malinowski dalam Umar dkk., 2008). Berdasarkan perspektif
tersebut maka dapat dipahami bahwa praktik money politic dapat dimungkinkan
oleh budaya masyarakat Gorontalo yang mulai ke arah materialism, pengaruh
praktik money politic pada pemilihan-pemilihan terdahulu, dan/atau bahkan
kemungkinan terdapat benih-benih budaya koruptif. Dengan demikian, jika kita
tidak ingin money politic bahkan praktif koruptif membudaya di Provinsi
33 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gorontalo maka perlu dilakukan upaya preventif secara massif, terstruktur, dan
sistematis baik dalam bentuk regulasi maupun sosialisasi yang holistik dan
komprehensif kepada masyarakat.
Gambar 19
Sikap terhadap Praktek Money Politik
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa sikap responden (masyarakat)
terhadap money politic di Provinsi Gorontalo memang cukup menghawatirkan
sebagaimana yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, terlebih karena
sikap menerima responden (masyarakat) mampu mencapai 63% (terima-pilih
40%, terima-pilih banyak uang 16%, terima-pilih hari H 7%). Secara sosial hal ini
tentunya memiliki efek negatif bagi perkembangan kehidupan demokrasi di
Indonesia karena money politic merupakan salah satu faktor penyebab biaya
ekonomi tinggi dalam penyelenggaraan pemilu, sehingga pada gilirannya
menimbulkan stigma bahwa hanya calon dengan kekuatan finansial tinggi yang
dapat maju dalam pileg/pemilu (yang belum tentu berkapasitas), sekaligus
mereduksi keinginan/semangat/bahkan peluang calon berkapasitas namun tidak
memiliki kekuatan finansial untuk mencalonkan diri. Di satu sisi, praktik money
7%
11%
16%
25%
40%
Terima - Pilih saathari H
lainnya
Terima - Pilih Calon byk uang
Terima - tdk pilih calon
Terima - Pilih Calon
Sikap terhadap Money Politik
34 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
politic dapat memberikan ruang kepada “makelar” dan “pemodal” untuk masuk
dalam peta pertarungan melalui calon berkapasitas namun lemah finansial,
karena mereka berkepentingan dengan kebijakan dari calon yang nantinya
terpilih; sementara di sisi lain money politic “sedikit menguntungkan” bagi
masyarakat terutama mereka yang sedang dilanda kegalauan ekonomi,
sehingga uang yang didapatkan dari calon sedikit banyak dapat menjadi
pelepas dahaga di tengah kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. Mereka inilah
yang dalam perspektif political economy tergolong bertindak secara rasional,
karena terdapat keuntungan pribadi yang didadapatkan dari suara yang
nantinya diberikan. Namun terlepas dari itu semua, hal di atas dapat
memberikan kita pemahaman bahwa money politic sebagai cara konvensional
dalam mempengaruhi afiliasi pemilih sekaligus meningkatkan elektabilitas calon
masih relevan di Provinsi Gorontalo.
Gambar 20
Sikap Responden Menyaksikan Praktek Money Politik
Tidak66%
34 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
politic dapat memberikan ruang kepada “makelar” dan “pemodal” untuk masuk
dalam peta pertarungan melalui calon berkapasitas namun lemah finansial,
karena mereka berkepentingan dengan kebijakan dari calon yang nantinya
terpilih; sementara di sisi lain money politic “sedikit menguntungkan” bagi
masyarakat terutama mereka yang sedang dilanda kegalauan ekonomi,
sehingga uang yang didapatkan dari calon sedikit banyak dapat menjadi
pelepas dahaga di tengah kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. Mereka inilah
yang dalam perspektif political economy tergolong bertindak secara rasional,
karena terdapat keuntungan pribadi yang didadapatkan dari suara yang
nantinya diberikan. Namun terlepas dari itu semua, hal di atas dapat
memberikan kita pemahaman bahwa money politic sebagai cara konvensional
dalam mempengaruhi afiliasi pemilih sekaligus meningkatkan elektabilitas calon
masih relevan di Provinsi Gorontalo.
Gambar 20
Sikap Responden Menyaksikan Praktek Money Politik
Ya34%
Tidak66%
Melihat Money Politik
34 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
politic dapat memberikan ruang kepada “makelar” dan “pemodal” untuk masuk
dalam peta pertarungan melalui calon berkapasitas namun lemah finansial,
karena mereka berkepentingan dengan kebijakan dari calon yang nantinya
terpilih; sementara di sisi lain money politic “sedikit menguntungkan” bagi
masyarakat terutama mereka yang sedang dilanda kegalauan ekonomi,
sehingga uang yang didapatkan dari calon sedikit banyak dapat menjadi
pelepas dahaga di tengah kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. Mereka inilah
yang dalam perspektif political economy tergolong bertindak secara rasional,
karena terdapat keuntungan pribadi yang didadapatkan dari suara yang
nantinya diberikan. Namun terlepas dari itu semua, hal di atas dapat
memberikan kita pemahaman bahwa money politic sebagai cara konvensional
dalam mempengaruhi afiliasi pemilih sekaligus meningkatkan elektabilitas calon
masih relevan di Provinsi Gorontalo.
Gambar 20
Sikap Responden Menyaksikan Praktek Money Politik
35 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa praktik money politic di
Provinsi Gorontalo mulai dilakukan secara massif, terstruktur, dan sistematis
karena terdapat 34% responden (masyarakat) yang mengakui melihat praktif
tersebut dilakukan. Sedangkan yang menyatakan tidak sebanyak 66%
responden.
Gambar 21Bentuk Money Politik
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa praktik money politic di
Provinsi Gorontalo kian memprihatinkan karena mayoritas dilakukan secara
terang-terangan dalam bentuk pembangian uang secara langsung, yang tidak
jauh berbeda dengan transaksi keseharian penjual dan pembeli di pasar, yakni
sebesar 57%. Hal ini memberikan kita pemahaman bahwa praktik money
politics di Provinsi Gorontalo sangat mudah dilakukan karena tidak perlu
dibungkus dengan seni kreativitas tinggi. Bahkan ada pengamat yang
memprediksi bahwa kedepannya rumah-rumah penduduk akan dilabeli dengan
kalimat “di sini terima serangan fajar” atau bahkan pada stiker/pamflet calon
akan tertera jumlah uang yang akan dibagikan kepada masyarakat yang
memilihnya.
6%
7%
7%
24%
57%
Lainnya
Pembagian Pakaian
perbaikan Fasilitas Umum
Pembagian Sembako
Pemberian Uang
Bentuk Money Politik(baseline : melihat Money Politik)
36 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 22
Tingkat kesadaran responden Terhadap Money Politik
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa sikap responden (masyarakat)
ketika melihat praktik money politic terjadi disekitarnya cukup memprihatinkan.
Terdapat 40% responden (masyarakat) yang mengambil sikap apatis atau
“cukup menyaksikan saja” bak hiburan lewat telenovela, sementara terdapat
23% responden (masyarakat) yang siap terlibat aktif dalam praktik tersebut. Hal
ini tentunya tidak sejalan dengan sikap penolakan atau sikap
responden/masyarakat yang tidak mentoleransi money politic sebesar 75%
pada bagian sebelumnya. Nampaknya sikap intoleransi yang terbangun di
masyarakat Provinsi Gorontalo hanya berupa sikap “diam” yang pada gilirannya
menunjukkan bahwa praktik money politic mulai mengakar bahkan mulai
membudaya.
Tindakan melihat Money Politik
36 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 22
Tingkat kesadaran responden Terhadap Money Politik
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa sikap responden (masyarakat)
ketika melihat praktik money politic terjadi disekitarnya cukup memprihatinkan.
Terdapat 40% responden (masyarakat) yang mengambil sikap apatis atau
“cukup menyaksikan saja” bak hiburan lewat telenovela, sementara terdapat
23% responden (masyarakat) yang siap terlibat aktif dalam praktik tersebut. Hal
ini tentunya tidak sejalan dengan sikap penolakan atau sikap
responden/masyarakat yang tidak mentoleransi money politic sebesar 75%
pada bagian sebelumnya. Nampaknya sikap intoleransi yang terbangun di
masyarakat Provinsi Gorontalo hanya berupa sikap “diam” yang pada gilirannya
menunjukkan bahwa praktik money politic mulai mengakar bahkan mulai
membudaya.
menegur &melaporkan kpd
pngawas37%
cukupmenyaksikan saja
40%
Akan membantujika dibutuhkan
23%
Tindakan melihat Money Politik
36 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 22
Tingkat kesadaran responden Terhadap Money Politik
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa sikap responden (masyarakat)
ketika melihat praktik money politic terjadi disekitarnya cukup memprihatinkan.
Terdapat 40% responden (masyarakat) yang mengambil sikap apatis atau
“cukup menyaksikan saja” bak hiburan lewat telenovela, sementara terdapat
23% responden (masyarakat) yang siap terlibat aktif dalam praktik tersebut. Hal
ini tentunya tidak sejalan dengan sikap penolakan atau sikap
responden/masyarakat yang tidak mentoleransi money politic sebesar 75%
pada bagian sebelumnya. Nampaknya sikap intoleransi yang terbangun di
masyarakat Provinsi Gorontalo hanya berupa sikap “diam” yang pada gilirannya
menunjukkan bahwa praktik money politic mulai mengakar bahkan mulai
membudaya.
Tindakan melihat Money Politik
37 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 23
Toleransi Money Politik berdasarkan Latar belakang Geografis
Dari grafik diatas dapat dicermati perbandingan sikap toleransi-
intoleransi atas praktik money politik di masing-masing Kabupaten/Kota Provinsi
Gorontalo. Sikap intoleransi/penolakan atas praktik money politic tertinggi
ditunjukkan oleh masyarakat Kabupaten Pohuwato, yakni mencapai 82%;
sementara sikap toleransi/menerima praktik tersebut tertinggi ditunjukkan
masyarakat Kabupaten Bone Bolango, yakni mencapai 35%. Berdasarkan hal
ini dapat dipahami bahwa di Kabupaten Bone Bolango praktik tersebut relatif
populer bagi calon dan masyarakatnya.
21%
35%
26%
21%
20%
18%
79%
65%
74%
79%
80%
82%
Kota Gtlo
Kab Bone Bolango
Kab Gtlo
Kab Gorut
Kab Boalemo
Kab Pohuato
Sikap terhadap Money Politik(basline : kab/kota)
Ya, Wajar diterima Tidak bisa diterima
38 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 24
Toleransi Money Politik berdasarkan jenis kelamin
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa sikap persetujuan masyarakat
berjenis kelamin laki-laki sebesar 54%, sementara sikap persetujuan
masyarakat berjenis kelamin perempuan mencapai 46%. Berdasarkan hal ini
dapat dipahami bahwa masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki jauh lebih
toleran/setuju terhadap praktik money politic tersebut dibanding masyarakat
yang berjenis kelamin perempuan.
Sikap setuju terhadap Money Politik(basline : jenis kelamin)
38 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 24
Toleransi Money Politik berdasarkan jenis kelamin
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa sikap persetujuan masyarakat
berjenis kelamin laki-laki sebesar 54%, sementara sikap persetujuan
masyarakat berjenis kelamin perempuan mencapai 46%. Berdasarkan hal ini
dapat dipahami bahwa masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki jauh lebih
toleran/setuju terhadap praktik money politic tersebut dibanding masyarakat
yang berjenis kelamin perempuan.
Laki-Laki54%
Perempuan46%
Sikap setuju terhadap Money Politik(basline : jenis kelamin)
38 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 24
Toleransi Money Politik berdasarkan jenis kelamin
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa sikap persetujuan masyarakat
berjenis kelamin laki-laki sebesar 54%, sementara sikap persetujuan
masyarakat berjenis kelamin perempuan mencapai 46%. Berdasarkan hal ini
dapat dipahami bahwa masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki jauh lebih
toleran/setuju terhadap praktik money politic tersebut dibanding masyarakat
yang berjenis kelamin perempuan.
Sikap setuju terhadap Money Politik(basline : jenis kelamin)
39 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 25
Toleransi Money Politik berdasarkanLatar belakang Pekerjaan Responden
Dari gambar grafik di atas dapat dicermati bahwa responden
(masyarakat) yang cenderung memberikan persetujuan terhadap praktik money
politic berasal dari kalangan berlatarbelakang ibu rumah tangga (IRT) sebesar
31%, buruh 24%, petani 19%, dan nelayan 11%; yang secara sosial, ekonomi,
dan kultural relatif mengalami marginalisasi. Kelompok masyarakat ini pada
umumnya dalam realitas berada pada kategori ekonomi menengah ke bawah,
sehingga dalam politik termasuk dalam kategori rentan terlibat dalam praktik
dimaksud.
Petani19%
Wiraswasta4%
Sikap setuju terhadap Money Politik(basline pekerjaan responden)
39 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 25
Toleransi Money Politik berdasarkanLatar belakang Pekerjaan Responden
Dari gambar grafik di atas dapat dicermati bahwa responden
(masyarakat) yang cenderung memberikan persetujuan terhadap praktik money
politic berasal dari kalangan berlatarbelakang ibu rumah tangga (IRT) sebesar
31%, buruh 24%, petani 19%, dan nelayan 11%; yang secara sosial, ekonomi,
dan kultural relatif mengalami marginalisasi. Kelompok masyarakat ini pada
umumnya dalam realitas berada pada kategori ekonomi menengah ke bawah,
sehingga dalam politik termasuk dalam kategori rentan terlibat dalam praktik
dimaksud.
PNS / Pensiunan6%
Ibu RumahTangga31%
MasihSekolah/kuliah
5%
Buruh24%
Petani19%
Wiraswasta4% Nelayan
11%
Sikap setuju terhadap Money Politik(basline pekerjaan responden)
39 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 25
Toleransi Money Politik berdasarkanLatar belakang Pekerjaan Responden
Dari gambar grafik di atas dapat dicermati bahwa responden
(masyarakat) yang cenderung memberikan persetujuan terhadap praktik money
politic berasal dari kalangan berlatarbelakang ibu rumah tangga (IRT) sebesar
31%, buruh 24%, petani 19%, dan nelayan 11%; yang secara sosial, ekonomi,
dan kultural relatif mengalami marginalisasi. Kelompok masyarakat ini pada
umumnya dalam realitas berada pada kategori ekonomi menengah ke bawah,
sehingga dalam politik termasuk dalam kategori rentan terlibat dalam praktik
dimaksud.
Sikap setuju terhadap Money Politik(basline pekerjaan responden)
40 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 26
Toleransi Money Politik berdasarkan Usia Responden
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa sikap persetujuan responden
(masyarakat) atas praktik money politic didominasi oleh kalangan usia 35 tahun
ke atas dengan total 75% (usia 45-55 sebanyak 32%, 35-44 sebanyak 22%, dan
>55 tahun sebanyak 21%), yang notabene merupakan kategori pemilih
berpengalaman karena relatif terlibat lebih dari satu kali dalam aktivitas
pemilihan politik. Hal ini tentunya cukup mengkhawatirkan mengingat kategori
kelompok tersebut seharusnya dapat memberikan panutan/teladan (role model)
bagi kalangan pemilih pemula agar menentukan pilihan secara rasional dan
bukan dikarenakan money politic.
Sikap setuju terhadap Money Politik(basline; usia responden)
40 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 26
Toleransi Money Politik berdasarkan Usia Responden
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa sikap persetujuan responden
(masyarakat) atas praktik money politic didominasi oleh kalangan usia 35 tahun
ke atas dengan total 75% (usia 45-55 sebanyak 32%, 35-44 sebanyak 22%, dan
>55 tahun sebanyak 21%), yang notabene merupakan kategori pemilih
berpengalaman karena relatif terlibat lebih dari satu kali dalam aktivitas
pemilihan politik. Hal ini tentunya cukup mengkhawatirkan mengingat kategori
kelompok tersebut seharusnya dapat memberikan panutan/teladan (role model)
bagi kalangan pemilih pemula agar menentukan pilihan secara rasional dan
bukan dikarenakan money politic.
< 17 tahun0% 17-24 thn
9%25-34 thn
16%
35-44 thn22%
45-55 thn32%
> 55 thn21%
Sikap setuju terhadap Money Politik(basline; usia responden)
40 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 26
Toleransi Money Politik berdasarkan Usia Responden
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa sikap persetujuan responden
(masyarakat) atas praktik money politic didominasi oleh kalangan usia 35 tahun
ke atas dengan total 75% (usia 45-55 sebanyak 32%, 35-44 sebanyak 22%, dan
>55 tahun sebanyak 21%), yang notabene merupakan kategori pemilih
berpengalaman karena relatif terlibat lebih dari satu kali dalam aktivitas
pemilihan politik. Hal ini tentunya cukup mengkhawatirkan mengingat kategori
kelompok tersebut seharusnya dapat memberikan panutan/teladan (role model)
bagi kalangan pemilih pemula agar menentukan pilihan secara rasional dan
bukan dikarenakan money politic.
Sikap setuju terhadap Money Politik(basline; usia responden)
41 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 27
Toleransi Money Politik berdasarkan Latar belakang Pendidikan
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa baik responden (masyarakat)
yang berada pada kategori menengah ke bawah maupun kalangan yang berada
pada kategori menengah ke atas menunjukkan sikap persetujuan yang relatif
besar atas praktik money politic. Untuk kategori pendapatan <100.000, sikap
persetujuan dan penolakan relatif berimbang yakni sebesar 26%; untuk kategori
pendapatan 100.000-500.000 juga berimbang sebesar 14%; dan bahkan untuk
kategori pendapatan >5 Juta, perbandingan penerimaan-penolakan tidak
berbeda jauh yakni 35%:40%. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa sikap
persetujuan-penerimaan terhadap praktik money politic secara relatif tidak
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan responden (masyarakat).
26%
14%
8%
1%
35%
0%
26%
14%
10%
0%
40%
0%
< 100.000
100.000-500.000
500.000-1 juta
1 juta - 5 juta
> 5 juta
rahasia/ tdk djwb
Sikap terhadap Money Politik(basline : tingkat Pendapatan)
Ya, Wajar diterima Tidak bisa diterima
42 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Tabel 1. Tindak Pidana Pemilu Yang Memuat Unsur Uang
Pasal Perbuatan
Pasal 297 `
Setiap orang yang dengan sengaja melakukanperbuatan curang untuk menyesatkan seseorang,dengan memaksa, dengan menjanjikan atau denganmemberikan uang atau materi lainnya untuk memperolehdukungan bagi pencalonan anggota DPD dalam Pemilu
Pasal 301 (1)
Setiap pelaksana Kampanye Pemilu yang dengansengaja menjanjikan atau memberikan uang atau materilainnya sebagai imbalan kepada peserta KampanyePemilu secara langsung ataupun tidak langsung
Pasal 301 (2)
Setiap pelaksana, peserta, dan/atau petugas KampanyePemilu yang dengan sengaja pada Masa Tenangmenjanjikan atau memberikan imbalan uang atau materilainnya kepada Pemilih secara langsung ataupun tidaklangsung
Pasal 301 (3)
Setiap orang yang dengan sengaja pada haripemungutan suara menjanjikan atau memberikan uangatau materi lainnya kepada Pemilih untuk tidakmenggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta Pemilu
Pasal 303 (1)Setiap orang, kelompok, perusahan, dan/atau badanusaha nonpemerintah yang memberikan danaKampanye Pemilu melebihi batas yang ditentukan
Pasal 303 (2)
Setiap Peserta Pemilu yang menggunakan kelebihansumbangan, tidak melaporkan kelebihan sumbangankepada KPU, dan/atau tidak menyerahkan kelebihansumbangan kepada kas negara paling lambat 14 (empatbelas) hari setelah masa Kampanye Pemilu berakhir
Pasal 304 (1)Setiap orang, kelompok, perusahan, dan/atau badanusaha nonpemerintah yang memberikan danaKampanye Pemilu melebihi batas yang ditentukan
43 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Pasal 304 (2)
Setiap Peserta Pemilu yang menggunakan kelebihansumbangan, tidak melaporkan kelebihan sumbangankepada KPU, dan/atau tidak menyerahkan kelebihansumbangan kepada kas negara paling lambat 14 (empatbelas) hari setelah masa Kampanye Pemilu berakhir
Pasal 305
Peserta Pemilu yang terbukti menerima sumbangandana Kampanye Pemilu sebagaimana dimaksud dalamPasal 139 (pihak asing; penyumbang yang tidak jelasidentitasnya; Pemerintah, pemerintah daerah, badanusaha milik negara, dan badan usaha milik daerah; ataupemerintah desa dan badan usaha milik desa)
Sumber: Diolah Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebenarnya regulasi yang ada
sudah cukup mumpuni untuk meng-cover tindak pidana pemilu yang memuat
unsur “uang”. Baik yang mengatur mengenai politik uang, penyuapan, hingga
yang berkaitan dengan pelanggaran atas dana kampanye dan sumbangan dana
kampanye. Hanya saja mengapa praktiknya masih marak terjadi? Pertanyaan
ini secara otomatis tidak selesai dengan menyinggung aspek penegakan hukum
pemilu yang ada tetapi juga diperlukan konstruksi baru untuk mencegah
terjadinya money in crime in election process.
Korupsi politik dan korupsi pemilu memang memiliki pengertian yang
berbeda. Korupsi politik secara definitif adalah penyelewengan kekuasaan yang
dilakukan politisi untuk keuntungan pribadi dengan tujuan melanggengkan
kekuasaan atau peningkatan kesejahteraan. Korupsi politik terjadi pada wilayah
yang luas dalam berbagai bentuk kegiatan kriminal dan praktek-praktek haram
yang dilakukan sebelum, pada saat dan sesudah menjabat sebagai pejabat
publik. Sedangkan korupsi pemilu adalah kurupsi yang dilakukan pada saat
penyelenggaraan pemilu. Dengan demikian, korupsi pemilu adalah bagian dari
korupsi politik yang dilakukan oleh politisi sebelum mendapatkan kekuasaan.
dalam hal ini, umumnya, Politisi melakukan praktek-praktek haram pada saat
pemilu untuk mempengaruhi pemilih. Manifestasi yang paling mencolok dari
44 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
korupsi politik pada saat pemilu adalah menyuap pemilih secara langsung.
Korupsi pemilu terjadi pada relasi antara partai politik dan kandidat
dengan penyumbang pada satu sisi dan partai politik dengan penyelenggara
pemilu juga pemilih pada sisi yang lain. Manipulasi dana politik terjadi pada
relasi antar penyumbang dengan partai politik dan kandidat dan politik uang
terjadi pada relasi antara partai politik dan kandidat dengan penyelenggara
pemilu dan juga pemilih (voters).
Pada kasus-kasus tertentu memang kedua hal ini sulit dibedakan,
misalnya ketika penyumbang memberikan sejumlah uang atau kebaikan kepada
pemilih secara langsung. Hal ini bisa dikatakan bahwa manipulasi pendanaan
politik dan politik uang terjadi secara bersamaan, karena disatu sisi, sumbangan
kepada kandidat harus dilakukan lewat mekanisme tertentu yang diatur oleh
Undang-Undang (misalnya lewat rekening dana kampanye) sehingga sudah
terjadi pelanggaran tertentu dan pada sisi lain telah terjadi praktek beli suara.
Hal yang sama juga terjadi ketika penyumbang adalah kandidat atau elit partai
itu sendiri
Sumber : Jurnal Pemilu & Demokrasi #3 Mei 2012
45 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
BAB V
MEDIA SOSIAL ; Menembus BatasTPS
45 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
BAB V
MEDIA SOSIAL ; Menembus BatasTPS
45 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
BAB V
MEDIA SOSIAL ; Menembus BatasTPS
46 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Media Sosial Pemilih
Terdapat keyakinan bahwa tingkat melek politik warga
berpengaruh pada sikap dan perilaku politik warga negara. Muaranya adalah
pada tingkat kedewasaan perilaku berdemokrasi. Relasi itu bersifat
perbandingan lurus, yaitu semakin tinggi tingkat melek politik warga semakin
matang perilaku demokrasinya, dan sebaliknya. Dengan kata lain, wajah
demokrasi sebuah negara sebagian ditentukan oleh tingkat melek politik warga.
Pertanyaannya adalah seberapa tinggi/dalam melek politik warga negara?
Bagaimana melek politik warga selama ini terbentuk? Faktor apa saja yang
mempengaruhi terbentuknya melek politik warga? Kebijakan apa saja yang
perlu dirumuskan untuk meningkatkan melek politik warga?
Kesukarelaan warga dalam politik berpengaruh luas dalam
kehidupan politik. Absennya kesukarelaan warga dapat merusak sendi-sendi
demokrasi. Dalam jangka pendek, biaya politik mahal menjadi resiko yang harus
ditanggung karena segalanya serba berbayar. Dalam jangka panjang, korupsi
menjadi virus endemik yang pasti menyerang. Sebaliknya, tatanan demokrasi
semakin kuat apabila kesukarelaan warga tumbuh dan hidup didalam
masyarakat. Dari pemilu kepemilu kesukarelaan warga mengalami pasang
surut. Kesukarelaan warga yang kehadirannya ditandai dengan munculnya
relawan dari berbagai kalangan kuat muncul dalam pemilu 2014.
Pertanyaannya, apa faktor yang mempengaruhi munculnya kesukarelaan politik
warga dan faktor apa yang menghambatnya? Kebijakan apa saja yang dapat
ditempuh untuk menumbuhkan dan memperkuat kesukarelaan warga dalam
politik?
47 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 28
Sumber Informasi Pemilu 2014
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa informasi yang berkaitan
dengan penyelenggaraan pileg 2014/pemilihan politik di Provinsi Gorontalo lebih
banyak diperoleh responden (masyarakat) dari spanduk (39%), dialog publik
(22%) dan stiker (14%). Berdasarkan hal ini dapat dipahami bahwa sarana
konvensional seperti spanduk, stiker, dan bahkan dialog masih menjadi media
efektif dalam mensosialisasikan informasi terkait penyelenggaraan pemilu oleh
KPU di satu sisi; sekaligus masih menjadi media kampanye efektif bagi calon
dalam menyebarluaskan visi-misi dan meningkatkan popularitas-elektablitas di
sisi lain.
dialog22%
spanduk39%
stiker14%
radio8%
koran5% TV
12%
Sumber Informasi
48 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Gambar 29
Jenis Kampanye yang diminati Responden
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa jenis kampanye/metode
kampanye yang cenderung diminati responden (masyarakat) di Provinsi
Gorontalo masih berkutat pada hal-hal yang sifatnya bakti sosial (33%),
kegiatan keagamaan (26%), serta hobi dan keolahragaan yang masing-masing
sebesar 13%. Pada titik ini dapat dipahami bahwa pola/karakteristik
masyarakat/pemilih di Provinsi Gorontalo masih bergerak pada arus
konvensional namun efektif bagi calon. Berdasarkan hal ini dapat dipahami pula
bahwa praktik konvensional terutama money politic masih relevan
dilakukan/terjadi di Provinsi Gorontalo karena baik sarana informasi maupun
teknik/jenis kampanye yang diminati pun masih bersifat konvensional.
Baksos33%
keagamaan26%
olahraga13%
wirausaha5%
hobi13%
budaya7%
lainnya3%
Jenis Kampanye yang diminati
49 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
BAB VI
KINERJA PENYELENGGARA PEMILU ;Sukses Bersama
50 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Kinerja Penyelenggara Pemilu
Netralitas KPU adalah hal yang krusial dalam pemilu ke Pemilu sebab
konsistensi Sikap Netralitas Komisioner KPU dan para penyelenggara hingga
tingkat KPPS akan berpengaruh siginifikan terhadap hasil pemilu dan
kepercayaan masyarakat mengikuti pemilu berikutnya. Berikut ini beberapa
tanggapan responden di Provinsi Gorontalo terkait netralitas KPU tersebut.
Apakah B/I/S PERCAYA bahwa Penyelenggara Pemilu (KPU) TIDAK terlibatdalam kepentingan Politik?
(1) Ya (2) Ragu-ragu (3) Tidak
Gambar 30
Sikap Responden Terhadap Netralitas Penyelenggaran Pemilu
Dari grafik di atas dapat dicermati pandangan responden (masyarakat)
terhadap independensi/netralitas penyelenggara pemilu (KPU), yang sekalipun
menunjukkan angka positif (67% menyatakan netral), namun cukup
menghawatirkan dikarenakan angka keraguan dan pandangan yang
menyatakan bahwa KPU tidak lagi netral cukup tinggi, yakni mencapai angka
Ragu-Ragu22%
50 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Kinerja Penyelenggara Pemilu
Netralitas KPU adalah hal yang krusial dalam pemilu ke Pemilu sebab
konsistensi Sikap Netralitas Komisioner KPU dan para penyelenggara hingga
tingkat KPPS akan berpengaruh siginifikan terhadap hasil pemilu dan
kepercayaan masyarakat mengikuti pemilu berikutnya. Berikut ini beberapa
tanggapan responden di Provinsi Gorontalo terkait netralitas KPU tersebut.
Apakah B/I/S PERCAYA bahwa Penyelenggara Pemilu (KPU) TIDAK terlibatdalam kepentingan Politik?
(1) Ya (2) Ragu-ragu (3) Tidak
Gambar 30
Sikap Responden Terhadap Netralitas Penyelenggaran Pemilu
Dari grafik di atas dapat dicermati pandangan responden (masyarakat)
terhadap independensi/netralitas penyelenggara pemilu (KPU), yang sekalipun
menunjukkan angka positif (67% menyatakan netral), namun cukup
menghawatirkan dikarenakan angka keraguan dan pandangan yang
menyatakan bahwa KPU tidak lagi netral cukup tinggi, yakni mencapai angka
Ya67%
Ragu-Ragu22%
Tidak11%
Netralitas KPU
50 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Kinerja Penyelenggara Pemilu
Netralitas KPU adalah hal yang krusial dalam pemilu ke Pemilu sebab
konsistensi Sikap Netralitas Komisioner KPU dan para penyelenggara hingga
tingkat KPPS akan berpengaruh siginifikan terhadap hasil pemilu dan
kepercayaan masyarakat mengikuti pemilu berikutnya. Berikut ini beberapa
tanggapan responden di Provinsi Gorontalo terkait netralitas KPU tersebut.
Apakah B/I/S PERCAYA bahwa Penyelenggara Pemilu (KPU) TIDAK terlibatdalam kepentingan Politik?
(1) Ya (2) Ragu-ragu (3) Tidak
Gambar 30
Sikap Responden Terhadap Netralitas Penyelenggaran Pemilu
Dari grafik di atas dapat dicermati pandangan responden (masyarakat)
terhadap independensi/netralitas penyelenggara pemilu (KPU), yang sekalipun
menunjukkan angka positif (67% menyatakan netral), namun cukup
menghawatirkan dikarenakan angka keraguan dan pandangan yang
menyatakan bahwa KPU tidak lagi netral cukup tinggi, yakni mencapai angka
51 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
33%. Berdasarkan hal ini maka tidak mengherankan jika responden
(masyarakat) lebih menekankan perlunya sikap dan posisi penyelenggara
pemilu khususnya KPU untuk berlaku adil (92%); mandiri, terbuka, dan
profesional (masing-masing 91%), jujur dan akuntabel (masing-masing 90%),
serta proporsional (88%). Hal ini sebagaimana dapat ditelusuri pada gambar
grafik berikut.
Aspek Ya
Mandiri 91%Jujur 90%Adil 92%
Terbuka 91%Profesional 91%
Proporsional 88%Akuntabilitas 90%
Gambar 31
Tanggapan Responden terhadap Kinerja KPU
Kinerja KPU sesuai harapan
51 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
33%. Berdasarkan hal ini maka tidak mengherankan jika responden
(masyarakat) lebih menekankan perlunya sikap dan posisi penyelenggara
pemilu khususnya KPU untuk berlaku adil (92%); mandiri, terbuka, dan
profesional (masing-masing 91%), jujur dan akuntabel (masing-masing 90%),
serta proporsional (88%). Hal ini sebagaimana dapat ditelusuri pada gambar
grafik berikut.
Aspek Ya
Mandiri 91%Jujur 90%Adil 92%
Terbuka 91%Profesional 91%
Proporsional 88%Akuntabilitas 90%
Gambar 31
Tanggapan Responden terhadap Kinerja KPU
ya76%
Ragu-ragu19%
Tidak5%
Kinerja KPU sesuai harapan
51 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
33%. Berdasarkan hal ini maka tidak mengherankan jika responden
(masyarakat) lebih menekankan perlunya sikap dan posisi penyelenggara
pemilu khususnya KPU untuk berlaku adil (92%); mandiri, terbuka, dan
profesional (masing-masing 91%), jujur dan akuntabel (masing-masing 90%),
serta proporsional (88%). Hal ini sebagaimana dapat ditelusuri pada gambar
grafik berikut.
Aspek Ya
Mandiri 91%Jujur 90%Adil 92%
Terbuka 91%Profesional 91%
Proporsional 88%Akuntabilitas 90%
Gambar 31
Tanggapan Responden terhadap Kinerja KPU
52 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa pada umumnya responden
(masyarakat) menilai bahwa kinerja penyelenggaraan pemilu oleh KPU di
Provinsi Gorontalo cukup sesuai harapan, yakni mencapai angka 76%. Hal ini
cukup membanggakan mengingat netralitas KPU pada bagian sebelumnya yang
berada pada posisi yang cukup mengkhawatirkan. Dengan demikian, KPU
hendaknya senantiasa berupaya meningkatkan kinerja demi menjaga citra
sekaligus meningkatkan netralitas demi terselenggaranya praktik politik yang
jujur, adil, dan bermartabat.
Gambar 32
Tanggapan Responden terhadap Netralitas PNS
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa PNS dalam pemilu cenderung
berada pada posisi tidak netral, yakni mencapai angka 53% berdasarkan
penilaian responden (masyarakat). Hal ini tentunya merisaukan kita, mengingat
secara ideal-normatif PNS selaku birokrasi seharusnya bersikap netral bahkan
menjadi role model bagi masyarakat di tengah fungsinya sebagai pelayan
publik. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa keterlibatan PNS secara aktif (baik
secara laten maupun massif) secara relatif didorong oleh posisinya yang dapat
dipengaruhi/ditentukan oleh lingkungan politik disekitarnya; atau dengan kata
ya47%
Ragu-ragu38%
Tidak15%
Netralitas PNS
53 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
lain, karir seorang PNS sedikit banyak dapat ditentukan oleh
hubungan/relasinya dengan legislatif dan terutama dengan eksekutif
politik/pimpinan; dan bahkan terkadang PNS dalam politik terjebak pada situasi
“keterpaksaan”, yakni diam atau salah menentukan posisi/pilihan berarti karir
terhambat (dalam banyak kasus populer dengan istilah non job atau “dilempar
ke pedalaman”, sementara apabila berjuang dan menang maka hal itu
kemungkinan besar berarti “karir yang gemilang”.
Dalam perspektif konseptual-teoritik terdapat perdebatan perihal
netralitas PNS (birokrasi) dalam politik. Di satu sisi terdapat pandangan
sementara scholars yang mendukung posisi birokrasi sebagai kekuatan politik,
seperti Almond dan Powell (1978). Hal ini didasarkan pada fungsi birokrasi yang
selain bersentuhan langsung dengan masyarakat dalam hubungan pelayanan
juga sebagai aktor strategis yang membuat kebijakan teknis. Selain itu, birokrasi
dalam sistem politik juga menjalankan peran sebagai aktor yang terlibat dalam
input politik, yakni sosialisasi, rekruitment, artikulasi dan agregasi kepentingan,
dan komunikasi politik. Berdasarkan perspektif ini maka wajar bila PNS tidak
netral dalam pemilu karena mereka merupakan salah satu kekuatan politik yang
diperhitungkan.
Tidak itu saja. PNS (Birokrasi) dalam perspektif political economy
merupakan aktor yang bertindak secara rasional, maximum utilizer, yang
bertindak berdasarkan tujuan tertentu termasuk didalamnya kepentingan pribadi
(Downs, 1967). Dengan demikian, PNS yang terlibat baik secara laten maupun
massif dalam pemilu dan tidak netral lah yang bertindak secara rasional karena
mereka memperjuangkan kepentingan pribadinya masing-masing yang tentunya
memberikan keuntungan yang diharapkan.
Dalam ranah aktual-empirik, kondisi keterlibatan PNS dalam politik di
Provinsi Gorontalo pada umumnya terjadi secara laten, dan tidak jarang
dilakukan secara terstruktur dan sistematis. Observasi dan penelitian yang
banyak dilakukan scholars selama ini justru menunjukkan bahwa
kegiatan/program seperti bakti sosial instansi, desa binaan, government mobile,
dan aktivitas pemerintahan serupa (apapun nomenklaturnya) cenderung
54 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
dilakukan sebagai upaya jangka panjang legislatif/eksekutif politik dalam rangka
menjaga basis suara politiknya. Bahkan tidak jarang pola keterlibatan PNS di
Provinsi Gorontalo dalam politik telah menyentuh ranah keagamaan, seperti
ceramah agama, khutbah Jum’at, dzikir akbar, dan sebagainya yang baik
dilakukan oleh PNS secara personal maupun instansi. Selain itu, kebijakan
eksekutif politik sebelum dan sesudah pemilu di Provinsi Gorontalo, seperti
mutasi, promosi, penyegaran, rolling, atau apapun istilahnya cenderung menjadi
faktor yang mendorong PNS untuk mau tidak mau melibatkan diri dalam politik.
Gambar 33
Netralitas KPU berdasarkan keikutsertaan Responden pada Pemilu 2014
[
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa pandangan responden yang
ikut dalam pileg cenderung menunjukkan bahwa independensi/netralitas KPU
selaku penyelenggara pemilu cenderung kurang memuaskan, yakni dapat
mencapai angka 70%. Hal ini tentunya dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor:
(1) kegagalan terpilih dalam pileg; (2) keluhan/laporan kurang mendapatkan
tanggapan, tidak dan/atau ditindaklanjuti, namun belum sesuai harapan; (3)
54 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
dilakukan sebagai upaya jangka panjang legislatif/eksekutif politik dalam rangka
menjaga basis suara politiknya. Bahkan tidak jarang pola keterlibatan PNS di
Provinsi Gorontalo dalam politik telah menyentuh ranah keagamaan, seperti
ceramah agama, khutbah Jum’at, dzikir akbar, dan sebagainya yang baik
dilakukan oleh PNS secara personal maupun instansi. Selain itu, kebijakan
eksekutif politik sebelum dan sesudah pemilu di Provinsi Gorontalo, seperti
mutasi, promosi, penyegaran, rolling, atau apapun istilahnya cenderung menjadi
faktor yang mendorong PNS untuk mau tidak mau melibatkan diri dalam politik.
Gambar 33
Netralitas KPU berdasarkan keikutsertaan Responden pada Pemilu 2014
[
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa pandangan responden yang
ikut dalam pileg cenderung menunjukkan bahwa independensi/netralitas KPU
selaku penyelenggara pemilu cenderung kurang memuaskan, yakni dapat
mencapai angka 70%. Hal ini tentunya dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor:
(1) kegagalan terpilih dalam pileg; (2) keluhan/laporan kurang mendapatkan
tanggapan, tidak dan/atau ditindaklanjuti, namun belum sesuai harapan; (3)
Memuaskan30%
KurangMemuaskan
41%
Tidak Memuaskan29%
Netralitas KPU(baseline: ikut Pileg)
54 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
dilakukan sebagai upaya jangka panjang legislatif/eksekutif politik dalam rangka
menjaga basis suara politiknya. Bahkan tidak jarang pola keterlibatan PNS di
Provinsi Gorontalo dalam politik telah menyentuh ranah keagamaan, seperti
ceramah agama, khutbah Jum’at, dzikir akbar, dan sebagainya yang baik
dilakukan oleh PNS secara personal maupun instansi. Selain itu, kebijakan
eksekutif politik sebelum dan sesudah pemilu di Provinsi Gorontalo, seperti
mutasi, promosi, penyegaran, rolling, atau apapun istilahnya cenderung menjadi
faktor yang mendorong PNS untuk mau tidak mau melibatkan diri dalam politik.
Gambar 33
Netralitas KPU berdasarkan keikutsertaan Responden pada Pemilu 2014
[
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa pandangan responden yang
ikut dalam pileg cenderung menunjukkan bahwa independensi/netralitas KPU
selaku penyelenggara pemilu cenderung kurang memuaskan, yakni dapat
mencapai angka 70%. Hal ini tentunya dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor:
(1) kegagalan terpilih dalam pileg; (2) keluhan/laporan kurang mendapatkan
tanggapan, tidak dan/atau ditindaklanjuti, namun belum sesuai harapan; (3)
55 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
kecurangan yang terjadi; (4) kebijakan KPU yang dianggap merugikan; dan
sebagainya, yang kesemuanya itu perlu untuk didalami lebih jauh dalam
penelitian lanjutan.
Pengangkatan anggota KPU Provinsi Gorontalo masa jabatan 2013 –
2018, setelah mengikuti seleksi panjang rekrutmen calon anggota KPU Provinsi
Gorontalo, ditetapkan 5 (lima) orang anggota KPU Provinsi Gorntalo sesuai
dengan Surat Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor :
435/Kpts/KPU/TAHUN/2013 tentang Pembehentian dan Pengangkatan Anggota
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Gorontalo Masa Jabatan 2013 – 2018 masing-
masing :
1) Sdr. Ahmad Abdullah, S.Ag
2) Sdr. Selvi Katili, SE
3) Sdr. Drs. H. Muh. N. Tuli, M.Ag
4) Sdr. Verrianto Madjowa, S.IK
5) Sdr. Maspa Mantulangi, S.Ag, M.Pd.I
Dari kelima anggota tersebut memilih ketua KPU Provinsi Gorontalo atas
nama Drs. H. Muh. N. Tuli, M.Ag sesuai dengan keputusan Komisi Pemilihan
Umum Nomor: 469/Kpts/KPU/TAHUN 2013 Tentang Penetapan Ketua Komisi
Pemilihan Umum Provinsi Gorontalo.
56 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
STRUKTUR, PENANGGUNGJAWAB DIVISI DAN KOORDINATORWILAYAH
KPU PROVINSI GORONTALO
Gambar 34
Tanggapan Responden terhadap Netralitas KPU berdasarkan Geografi
61%
53%
72%
72%
71%
77%
26%
35%
19%
19%
17%
14%
14%
12%
8%
9%
12%
9%
Kota Gtlo
Kab Bone Bolango
Kab Gtlo
Kab Gorut
Kab Boalemo
Kab Pohuato
Netralitas KPU(baseline: kab/kota)
Ya Ragu-Ragu Tidak
No Nama Penangungjawab Divisi Koordinator Wilayah
1. Drs. H. Muh. N.Tuli, M,Ag
Hukum dan Pengawasan Kota Gorontalo
2. Ahmad Abdullah,S.Ag
Teknis Penyelengaraan Kabupaten BoalemoKabupaten Pohuwato
3. Selvi Katili, SE Perencanaan,Keuangan, Logistik,
Umum, Rumah Tanggadan Organisasi
Kabupaten GorontaloUtara
4. VerriantoMadjowa, S.IK
Humas, Data Informasidan Hubungan Antar
Lembaga
Kabupaten Gorontalo
5. MaspaMantulangi, S.Ag,M.Pd.I
Sosialisasi PendidikanPemilih dan
Pengembangan SDM
Kabupaten BoneBolango
57 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa responden (masyarakat)
cenderung menilai independensi/sikap netral yang cukup tinggi ditunjukkan oleh
pihak penyelenggara pemilu (KPU) di Kabupaten Pohuwato (77%), Kabupaten
Gorut dan Kabupaten Gorontalo (72%), serta Kabupaten Boalemo sebesar
71%. Hal yang paling menghawatirkan terjadi di Kabupaten Bone Bolango dan
Kota Gorontalo, karena keyakinan masyarakat atas netralitas KPU hanya
mampu mencapai angka masing-masing 53% dan 61%. Hal ini tentunya
menjadi bahan evaluasi penyelenggara pemilu khususnya KPU di masing-
masing Kabupaten/Kota guna meningkatkan kinerja dan independensinya
ditengah kepercayaan dan keyakinan masyarakat atas lembaga tersebut yang
mulai tereduksi.
Gambar 35
Tanggapan terhadap Netralitas KPU berdasarkan Pekerjaan Responden
70%
72%
64%
74%
64%
58%
69%
21%
18%
26%
17%
25%
27%
21%
9%
11%
10%
10%
11%
14%
11%
PNS / Pensiunan
Ibu RumahTangga
Masih Sekolah/kuliah
Buruh
Petani
Wiraswasta
Nelayan
Netralitas KPU(baseline: Pekerjaan Responden)
Ya Ragu-Ragu Tidak
58 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa pandangan/sikap/keyakinan
akan independensi/netralitas KPU selaku penyelenggara pemilu cukup tingi
untuk kalangan berlatarbelakang buruh (74%), ibu rumah tangga (72%), dan
PNS/pensiunan (70%); sementara pandangansikap/keyakinan bahwa KPU
kurang memiliki independensi atau netralitas cenderung berasal dari kalangan
berlatarbelakang wiraswasta (42%), petani dan siswa/mahasiswa (36%), serta
nelayan (31%).
Gambar 36
Tanggapan terhadap Netralitas KPU berdasarkan Usia Responden
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa sikap/pandangan/keyakinan
bahwa KPU kurang memiliki independensi/kurang netral justru ditunjukkan tidak
saja oleh kalangan pemilih pemula (<17 tahun sebesar 45% dan 17-24 tahun
sebesar 32%), tetapi juga oleh kalangan pemilih sangat berpengalaman (>55
tahun sebesar 35%). Hal ini tentunya sangat menghawatirkan dikarenakan bila
kepercayaan kalangan pemilih pemula terus tereduksi, maka potensi
55%
68%
71%
70%
70%
65%
25%
23%
20%
19%
20%
20%
20%
9%
9%
11%
10%
15%
< 17 tahun
17-24 thn
25-34 thn
35-44 thn
45-55 thn
> 55 thn
Netralitas KPU(baseline: Usia Responden)
Ya Ragu-Ragu Tidak
59 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
peningkatan golput di Provinsi Gorontalo dapat meningkat. Selain itu, bila
kepercayaan kalangan berpengalaman pun kian tereduksi, maka hal tersebut
dapat memberikan ‘trickle down effect” bagi generasi yang lebih muda.
Gambar 37
Aktor Kecurangan Pemilu 2014
Dari grafik di atas dapat dicermati bahwa responden (masyarakat)
berpandangan/menilai bahwa kecurangan dalam pemilu tidak saja dilakukan
oleh calon/tim sukses atau Parpol pengusung, bahkan sampai mencapai aktor-
aktor krusial dalam penyelenggaraan pemilu, seperti PPS dan KPUD (2%), PPK
(1%), serta Panwas (1%). Hal ini bila terus terjadi, maka akan mereduksi tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap kualitas penyelenggaraan pemilu, yang pada
gilirannya menurunkan kualitas demokrasi di Provinsi Gorontalo.
Tingginya angka presentase pelaku kecurangan adalah akumulasi
beragam persoalan yang muncul sepanjang Pemilu 2014 baik Legislatif dan
Pemilihan Presiden. Berikut ini beberapa permasalahan yang berhasil di
selesaikan oleh penyelenggaran Pemilu di Kabupaten/Kota pada pemilihan
1%
1%
1%
2%
2%
13%
37%
Panwas
kades
PPK
KPUD
PPS
Parpol
Lainnya
kecurangan pemilu
60 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Presiden RI Tahun 2014. Sepanjang Pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014
terdapat sejumlah permasalahan yang diajukan ke KPU diantaranya yang
diajukan oleh pemohon Partai demokrat, PPP dan calon anggota DPD Umar
Karim, S.IP. Adapun rincian gugatan atas hasil Pileg tersebut adalah :
Partai Demokrat untuk DPR RI yang digugat adalah Dapil 6 (Kabupaten
Boalemo – Pohuwato) serta DPRD Provinsi semua dapil provinsi
Partai Keadilan Sejahtera dalam hal ini DPRD Kota Gorontalo untuk Dapil
3
Partai Persatuan Pembangunan untuk dapil 2 (Kabupaten Bone Bolango)
Calon Anggota DPD yang menggugat adalah Umar Karim,S.I.P
Berikut ini jenis permasalahan Pemilu sepanjang pelaksanaan
Pemilihan Anggota Legislatif dan Pemilihan Presiden & Wakil Presiden tahun
2014.
Tabel 4
Jenis permasalahan & Penyelesaian Pilpres 2014
No Permasalahan Tindakan Penyelesaian /Hasil Lokasi
1 Perbedaan/selisih antaraDPT, DPTB, DPK, DPKTB,jumlah pengguna hak pilih,jumlah surat suara yangdigunakan, serta jumlahsurat suara sah/tidak sah
Gugatan tidak berdasarkarena hanyalah kesalahanpenulisan dan telah diperbaikipada jenjang rekapitulasi
BoneBolango
2 Kejanggalan dalam formulirC1 PPWP yang tersebardalam 55 TPS atau 46 Desaatau 18 Kecamatan yangberindikasi kecurangansecara sistematis dan masif
Secara Umum Gugatan tidakterbukti meskipun diakui telahterjadi kesalahan pengisianFormulir C1 PPWP namuntelah dilakukan perbaikansecara berjenjang
Kab.Gorontalo
3 kejanggalan dalam formulirC1 PPWP yang tersebardalam 9 TPS atau 8 Desaatau 9 Kecamatan yangberindikasi kecurangansecara sistematis dan masif
Pemohon tidak cermatmelihat Form C1 PPWPkarena tidak terjadiperbedaan antara jumlahpengguna hak pilih denganjumlah surat suara yang tidak
GorontaloUtara
61 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
terpakai meskipun diakuitelah terjadi kesalahanpengisian Formulir C1 PPWPdan telah dilakukan perbaikansecara berjenajang
4 Kejanggalan Dalam dalamformulir C1 PPWP sebanyak30 masalah yang tersebardalam 27 TPS, 21 Desa, 6kecamatan yang berindikasikecurangan secarasistematis dan masif
Ditemukan bahwa telahterjadi kesalahan pengisianpada beberapa Formulir C1PPWP dan telah dilakukanperbaikan & kesepakatansecara berjenjang
KabBoalemo
5 kejanggalan dalam formulirC1 PPWP yang tersebardalam 19 TPS atau 18 Desaatau 10 Kecamatan yangberindikasi kecurangansecara sistematis dan masif
Ditemukan bahwa telahterjadi kesalahan pengisianpada beberapa Formulir C1PPWP dan telah dilakukanperbaikan & kesepakatansecara berjenjang
KabPohuato
6 Tim pemenangan masing-masing pasangan calonPresiden dan Wakil PresidenNomor urut 1 dan Nomorurut 2 tidak memasukandaftar tim kampanye ke KPU
Menyurati tim kampanyepasangan calon Presiden danWakil Presiden
Boalemo
7 Adanya gugatan daripasangan Capres danCawapres nomor urut 1mengenai Daftar PemilihKhusus (DPK) dan DaftarPemilih Khusus Tambahan(DPKTB).
Mahkamah Konstitusimemutuskan melalui putusannomor : 01/PHPU.PRES-XII/2014 menolak seluruhgugatan pemohon atasgugatan yang diajukan olehpasangan Calon PresidenDan Wakil Presiden nomorurut 1 (satu).
Boalemo
8 NIK ganda dan NIK Invalidyang sulit untuk diperbaiki
Mengoptimalkan AplikasiSidalih dan berkoordinasidengan Dinas Kependudukandan Catatan Sipil
Boalemo
9 Terjadinya perampinganTPS yang tidak memenuhisyarat untuk dirampingkanyaitu jarak masing - masingTPS berjauhan
Melakukan Mobilisasi Pemilihdari tempat tinggal ke TPSdimana pemilih tersebut didaftar
Boalemo
Sumber : Laporan Pelaksanaan Pemilu 2014 KPU Provinsi dan Kab/Kota
62 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Tabel 5
Jenis Permasalahan & Penyelesaian Pileg 2014
No Permasalahan Tindakan Penyelesaian Lokasi
1 Partai politik yangmengajukan gugatan keMahkamah konstitusi yaituPartai Demokrat ProvinsiGorontalo yaknipermasalahan dalam halpenetapan hasil perolehansuara 18 TPS di 12desa/kelurahan sekabupaten Gorontaloterdapat.Beberapa TPS yangmenjadi pokok gugatanyaitu : TPS 1Bolihuangga,TPS 4dan 10 Hunggaluwa,TPS 3 Bongohulawa, TPS 4kayumerah, TPS 1,2 dan 3Molalahu, TPS 1,2,3,4,dan 5Suka Mamkmur serta TPS1,2,3,4 dan 5 Ulapato A.
Berdasarkan pelaporan pihakyang menggugat dengannomor laporan 10-07/PHPU.DPR-DPRD/XII/2014 TANGGAL15 MEI 2014, PARTAIDEMOKRAT, maka KomisiPemilihan Umum KabupatenGorontalo membuat jawabanatas gugatan dan hasilnyasebagian besar gugatan ataspengurangan jumlah suaraberdasarkan laporanpemohon tidak terbukti
Kab
Gorontalo
Sumber : Laporan Pelaksanaan Pemilu 2014 KPU Provinsi dan Kab/Kota
63 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
BAB VII
PENUTUP
64 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
A. KESIMPULAN
Survey Partisipasi Masyarakat di Provinsi Gorontalo yang dilaksanakan
sepanjang bulan Agustus – September Tahun 2015 menghasilkan beberapa
temuan penting diantaranya :
Pertama bahwa masih tingginya angka kemiskinan di Gorontalo menjadi bagian
kumulatif dari sebab mengapa pemilih menunjukan sikap acuh tak acuh
terhadap praktek Money Politik di lingkungan sekitar. Kesadaran akan
pentingnya pemilu yang Jujur dan adil oleh pemilih tidak dikuti oleh kerelaan
untuk berpartisipasi mewujudkan pemilu yang berkualitas dan berintegritas.
Lebih dari separuh responden (63 persen) yang mengambil sikap pembiaran
terhadap praktek money politik dilingkungan sekitar mereka menjadi realitas
lapangan bahwa kesadaran akan pemilu berkualitas masih bersifat parsial.
Tindakan terhadap Pelanggaran pemilu direspon sebatas tugas para
penyelenggaran Pemilu ( Panwas) dan bukan masyarakat. Adalah menjadi
pekerjaan rumah bagi penyelenggara untuk menumbuhkan kesadaran kolektif
ini.
Kedua, 83 persen responden yang menyatakan ikut dalam pemilu 2014 dalam
survey ini tidak jauh berbeda dengan hasil Pileg tahun 2014 yakni sebesar
81,97 persen dan Partisipasi Pemilu Presiden & Wakil Presiden sebesar 75
persen. Hasil survey ini menunjukan bahwa semakin dekat kepentingan/
kedekatan calon legislatif dan presiden maka semakin tinggi pula responsitas
terhadap keikutsertaan untuk ikut pada pemilu. Paling tidak terdapat dua faktor
penyebab masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu di
Gorontalo. Pertama faktor politik yakni terkait dengan kinerja aktor-aktor produk
pemilu seperti eksekutif dan legislatif. Apakah aktor-aktor ini mampu memenuhi
janji politik atau kebutuhan masyarakat dengan menghadirkan kebijakan yang
pro publik atau tidak. Jika tidak mampu memenuhinya maka akan menimbulkan
apatisme masyarakat terhadap pemilu. Kedua, faktor teknis yakni terkait dengan
penyelenggaraan pemilu. Berdasarkan hal itu, tidak semua persoalan partisipasi
pemilih dibebankan dan menjadi tanggung jawab penyelenggara pemilu. Oleh
65 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
karenanya ini berkolerasi terhadap strategi pendidikan pemilih oleh
penyelenggara yakni dalam rangka memudahkan pemilih menggunakan hak
pilihnya.
Penggunaan media sosial hendaknya segera dikelola secara massif
sehingga akan menunjang dan memperluas upaya penyebaran informasi.
Mengingat penggunaan media sosial memiliki karakteristik yang jauh berbeda
maka pelibatan komunitas yang aktif dalam penggunaan media sosial bisa
dilakukan.
Kehadiran media sosial merupakan peluang baik bagi penyelenggara
pemilu dalam melakukan pendidikan pemilih dan penyampaian informasi
pemilu. Media sosial bisa menjadi instrumen baik untuk melengkapi strategi
pendidikan dan penyampaian informasi pemilih yang sekarang sedang berjalan.
Ketiga, Media sosial menjadi episentrum pembentukan opini publik, olehnya
pengelolaan dan penguasaan Informasi Teknologi bagi para penyelenggara
pemilu dimasa akan datang sangat dibutuhkan. Meskipun demikian simpul –
simpul organisasi kemasyarakatan, agama, pemuda dan budaya perlu
diperhatikan untuk menjaring informasi dan media sosialisasi pelaksanaan
pemilu secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Keempat, meskipun jeratan atas praktek Money Politik cukup diatur oleh
regulasi pemilu 2014 (baca : UU No 8 tahun 2012), praktek ini tidak meyulut
sebagian responden untuk menilainya sebagai sesuatu yang wajar diterima.
Lebih dari sepertiga responden menyaksikan prakek Money Politik itu terjadi,
namun pemberian yang mayoritas dalam bentuk uang tersebut disikapi oleh
hamper mayoritas menerima pemberian sejumlah uang / barang tersebut dan
selanjutnya menjatuhkan pilihannya pada calon yang memberi uang / barang
tersebut, sebuah fakta Demokrasi yang cukup merisaukan.
Kelima, membaiknya responsitas publik akan kinerja KPU di Gorontalo
menunjukan siginifikansi terhadap tingkat partisipasi masyarakat. Tingkat
66 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
kepercayaan publik terhadap penyelenggara Pemilu dalam survey ini
menemukan korelasi positif, yakni semakin baik tata kelola penyelenggaraan
Pemilu maka tingkat partisipasi masyarakat mengikuti pemilu makin meningkat,
sebaliknya makin rendahnya kepercayaan publik terjadap penyelenggara
Pemilu, menyebabkan rendahnya partisiapsi publik pada pelaksanaan pemilu.
Akumulasi tanggapan publik yang manyatakan ikut pemilu 2014 atas netralitas
KPU menunjukan tingkat presentase yang tidak jauh berbeda yakni 71 persen.
B. REKOMENDASI KEBIJAKAN
Berdasarkan beberapa temuan penting dalam survey ini, maka
rekomendasi strategis untuk perbaikan tingkat partisipasi pemilu dimasa yang
akan datang adalah :
Pertama, perlunya partisipasi semua pihak untuk mendorong perbaikan
kebijakan pembangunan daerah & nasional, khususnya terkait dengan
pemenuhan janji-janji politik anggota legislatif maupun kinerja Presiden terpilih
(pemerintahan pusat). Perencanaan dan penganggaran pembangunan yang Pro
poor (Masyarakat Miskin) akan membantu percepatan realisasi janji dan
proyek-proyek pembangunan infrastruktur dan perbaikan ekonomi local/
nasional. Membaiknya pelayanan publik dan makin terpenuhinya hak-hak
kebutuhan & pelayanan dasar masyarakat sewajarnya akan meningkatkan
partisipasi publik dalam pemilu ke pemilu. Perbaikan ekonomi masyarakat
menumbuhkan kesadaran partisipasi pemilih dan bukan karena mobilisasi oleh
kepentingan yang sama yaitu uang.
Kedua, semakin terbukanya praktek Politik uang yang terjadi, maka
menjadi pekerjaan rumah (PR) besar bagi penyelenggara pemilu untuk
menemukan formula terbaik meminimalisir praktek kotor ini. Fakta yang cukup
memprihatinkan jika kehadiran pemilih di TPS lebih dominan karena faktor
money politik dan kekerabatan, pertimbangan rasional pemilih akan perubahan
67 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
dan kualitas calon menjadi tidak prioritas. Patut kiranya mempertimbangkan
kemitraan pengawasan oleh masyarakat luas (LSM, Ormas, Orpol dan lain-lain)
untuk digairahkan dikembangkan secara sehat, proporsional dan obyektif, untuk
mengurangi secara optimal kasus suap menyuap.
Ketiga, perlunya sosialisasi yang inovatif, kreatif dalam pelaksanaan
Pemilu dimasa-masa akan datang terutama melalui jaringan Media Sosial.
Partisipasi masyarakat pada seluruh tahapan pemilu dapat di tingkatkan melalui
pemanfaatan Media Informasi dan Tekonologi yang cukup tersedia.
Keempat, perlunya meningkatkan koordinasi di antara penyelenggara
pemilu dalam melakukan sosialisasi pemilu. Dalam hal ini sinergi antara KPU
dan Bawaslu dalam segi materi-materi tertentu dan kelompok sasaran
sosialisasi pemilu. Termasuk dengan pihak pemerintah daerah yang juga
memiliki program dan anggaran sosialisasi pemilu. Koordinasi dan sinergi dalam
hal materi, waktu, metode, dan kelompok sasaran sosialisasi pemilu antara
berbagai instansi yang memiliki anggaran sosialisasi pemilu dapat menghimpun
kekuatan yang besar sehingga kesadaran dan partisipasi pemilih bisa terus
meningkat, bukan hanya jumlah yang menggunakan hak pilih melainkan juga
kualitas partisipasi politiknya. Rintisan kerjasama didaerah perlu digairahkan
melalui Memorandum of Understanding (MoU) partisipasi masyarakat dengan
Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan pilkada khususnya dan pemilu pada
umumnya.
Kelima, riset terkait partisipasi masyarakat ini agar dapat menjadi catatan
perbaikan menyelesaikan berbagai persoalan terkait dengan partisipasi
masyarakat untuk pemilu yang lebih baik. Informasi permasalahan Pemilu 2014
secara spesial akan memudahkan penyiapan program pendidikan Politik yang
lebih bermakna dan terarah.
68 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Keenam, regulasinya tentang kepemiluan harus terbit tepat waktu agar
pelaksanaannya lebih efektif dan efisien. Faktor geografi dan multi etnik
keragaman budaya memungkinkan terjadinya perbedaan presepsi mengani
hukum /peraturan kepemiluan, oleh karena itu dukungan yang memadai
mengenai peraturan teknis kepemiluan menjadi penting agar pemahaman
/pengetahuan kepemiluan akan dikuasai dengan baik. Ketiadaan regulasi teknik
pemilu ke pemilu berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap pemilu termasuk keikutsertaan mereka dalam pemilu. Bagi kontestan
Pemilu 2014 perlu upaya terobosan hukum (Raward and Punsihment) kepada
peserta pemilu yang tidak melakukan sosialisasi kepada konstituennya
(masyarakat pemilih).
Ketujuh, perlunya mendorong alokasi anggaran yang memadai dalam
kerangka menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengikuti Pemilu.
Anggaran hendaklah berbasis kewilayahan tingkat kerawanan pemilu seperti
keamanan dan praktek money politik. Selain itu akuntabilitas pengelolaan
anggaran Pemilu perlu ditingkatkan kualitasnya khususnya transparansi
pemanfaatn dana publik.
69 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
DAFTAR RUJUKAN
Umar, Arif Alauddin dkk. 2008. Pengaruh Kultural Terhadap Partisipasi Politik
Masyarakat Kota Makassar dalam Pemilihan Walikota Tahun 2008.
Makassar: Hasanuddin University.
Syafiie, Inu Kencana. 2005. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: PT Refika
Aditama.
Surbakti, Ramlan dkk. 2011. Merancang Sistem Politik Demokratis: Menuju
Pemerintahan Presidensial yang Efektif. Jakarta: Kemitraan
Partnership.
Soekanto, Soerdjono. 2007. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali
Press.
Rodee dkk. 2004. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Rajawali Press.
Lipton, Michel. 1977. The Poor People Stay Poor: Urban Bias in World
Development. Cambride: Harvard University Press.
Koentjaraningrat. 2007. Pengantar Antropologi Sosial. Jakarta: Rajawali Press.
Goodin, Robert E. dan Hans-Dieter Kligemann. 1996. A New Handbook of
Political Science. New York: Oxford University Press.
Downs, Anthony. 1967. Inside Bureaucracy. Boston: Little, Brown and
Company.
Almond, Gabriel dan Bingham Powell Jr. 1978. Comparative Politics. Boston:
Little, Brown and Company.
Regulasi & Surat Keputusan terkait lainnyaUndang – undang Nomor 08 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan PerwakilanRakyat Daerah tahun 2014
Peraturan KPU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Perubahan Kedelapan Atas PeraturanKPU Nomor 07 Tahun 2012 tentang Tahapan, Program, dan JadualPenyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD Tahun2014 Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah, Terakhir denganPeraturan KPU Nomor 22 Tahun 2014
70 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Lampiran
70 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Lampiran
70 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Lampiran
71 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo1
Nomor Kuesioner ;
RESPONDEN ADALAH WAJIB PILIH
1 Tgl wwcr : - -
2 Nama Resp : …………………………..…………
3 Kec. : ……………………….……………
4 Kel / Desa : ……………………….……………
1. Bagaimana keadaan ekonomi rumah tangga B/I/S saat ini.?(1) Lebih baik dari tahun lalu(2) Sama saja dari tahun lalu(3) Lebih buruk dari tahun lalu
2. Menurut B/I/S kebutuhan apa yang paling mendesak untuk ditanganioleh pemerintah daerah (sebut Daerah Kab/Kota) saat ini?
(1) Pembukaan Lapangan Kerja(2) Masalah Kesehatan(3) Masalah Pendidikan(4) Listrik / PLN(5) Perbaikan Jalan(6) Penyediaan Air bersih(7) Penyediaan Rumah Layak Huni(8) Lainnya ................................................................
3. Menurut B/I/S bagaimana kondisi keamanan daerah setahun terakhirini?(1) Cukup aman(2) Aman(3) Kurang aman(4) Tidak Aman
4. Bagaimana penilaian B/I/S tentang Kinerja Anggota Legislatifselama ini .?
(1) Memuaskan(2) Cukup Memuaskan
(3) Tidak Memuaskan(88) TT / TJ
5. Bagaimana penilaian B/I/S tentang Kinerja Pemerintah Daerahselama ini .?
(1) Memuaskan(2) Cukup Memuaskan
(3) Tidak Memuaskan(88) TT / TJ
6. Apakah B/I/S aktif menggunakan media Sosial ?(1) Ya ( 2) Tidak Pert 8
7. Jika YA Seberapa sering B/I/S menggunakan Media Sosial tersebut?( beri tanda (V) pada bagian yang dipilih
No Jenis MediaSosial
SeringSetiap Hari/jam (1)
Jarang(SetiapMinggu)(2)
Kadang-kadang(sebulan 1-2kali) (3)
1 Facebook2 BBM3 Email4 Tweeter5 Instagram6 Fandpage7 Lainnya
8. Apakah Bapak/Ibu aktif dalam kegiatan sosial-keagamaan berikutini ?
(1) Arisan Sosial- Keagamaan (Mis ; NU, Muhammadiyah, SIdll)
(2) Serikat pekerja/buruh, tani & nelayan(3) Perhimpunan /klub olah raga(4) Organisasi Pemuda(5) Karang Taruna(6) Kelompok seni-Budaya(7) Partai Politik(8) Lainnya
9. Apakah B/I/S mengikuti berita-berita yang berkaitan denganmasalah-masalah sosial kemasyarakatan atau politik di tingkat daerahataupun nasional?
1. Selalu2. Sering3. Jarang4. Kadang-kadang5. Tidak pernah
10. Dari mana B/I/S memperoleh Informasi tersebut?(1) Dialog tatap muka sosialisasi(2) Spanduk/baliho(3) Kalender/stiker/poster(4) Radio/ Majalah / Buletin(5) Media social Internet (FB,Tw,dll)(6) Pengumuman / selebaran(7) Lainnya…______________________
11. Siaran Radio mana yang Paling Sering di dengar ?1. RRI2. Selebes Radio3. STAR FM4. POLIYAMA FM5. Lainnya………
12. Apa jenis acara/program di Radio Yang paling sering B/I/Sdengarkan?
1. Berita / Informasi2. Acara keagamaan (pengajian dan kerohanian)3. Dialog / talkshow (rumah kopi dll)4. Musik5. Lainnnya........................................
13. Apakah selama Pileg 2014 ini B/ I/S menggunakan Hak pilihsecara Bebas (tanpa tekanan) ?
(1) Ya (2) Tidak
14. Apakah B/I/S menggunakan hak Pilih pada Pemilihan Umum tahun2014 (Pileg)
(1) Ya Pert 15 (2) Tidak Pert 16
15. Jika YA apa alasan B/I/S memilih.?1.) Menjadi warga negara yang baik2.) Ada perubahan Kondisi Bangsa & Daerah3.) Calon Legislatif baik dan dipercaya4.) Sudah biasa memilih5.) Karena diberi sejumlah Uang6.) Lainnya …………….
16. Jika TIDAK Apa alasan B/I/S tidak IKUT Pemilihan Legislatif 9April 2014?
1) Pemilu tidak ada gunanya untuk perbaikan ekonomimasyarakat
2) Pemilu hanya menguntungkan calon tertentu dan elit-elitpolitik
3) Partai politik tidak bisa dipercaya lagi4) Calon Legislatif tidak ada yang dinginkan5) Tidak terdaftar sebagai pemilih6) Lainnya .................................................
17. Apakah B/I/S mengenal Calon Anggota Legislatif yang dipilihtersebut ?
(1) Ya..sudah lama mengenal dan sangat dekat(2) Ya hanya mengenal orangnya(3) Hanya Tahu Fotonya & Tidak Mengenal Orangnya(4) Tidak Tahu /mengenal sama sekali
18. Menurut B/I/S Apakah hasil Pemilu Legislatif 2014 lalu sesuaiharapan ?
(1) Ya (2) Tidak
19. Apakah B/I/S menggunakan hak Pilih pada Pemilihan Umum tahun2014 (Pilpres )
(1) Ya (2) Tidak Pert 20
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROPINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
72 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
2
20. . Jika TIDAK Apa alasan B/I/S tidak IKUT Pemilihan Presiden 9Juni 2014?
1) Pilpres tidak ada gunanya untuk perbaikan ekonomimasyarakat
2) Piplres hanya menguntungkan orang-orang tertentu dan elit-elit politik
3) Partai politik tidak bisa dipercaya lagi4) Calon Presiden tidak ada yang dinginkan5) Tidak terdaftar sebagai pemilih6) Lainnya ................................................
21. Dari mana sumber Informasi Partai Politik & Calon AnggotaLegislatif diperoleh ?
1) Dialog tatap muka2) Spanduk/baliho3) Kalender/stiker/poster4) Radio5) Koran6) Televisi
22 Pada massa kampanye jenis kegiatan mana paling B/I/S sukai ?
1) Konvoi2) Berdialog Dgn Warga3) Panggung Hiburan4) Acara Keagamaan5) Jalan Santai6) Acara Tradisonal7) Kerja Bakti8) Konser Musik / Band
9) Pelayanan Kesehatan10) Pasar Murah11) Bagi Bagi Uang12) Bagi Bagi Sembako13) Blusukan14) Acara Olah Raga15) Pemutaran Film16) Lainnya ____________
23 Jika ada Partai / Calon yang ingin mengadakan kegiatan berikut inikegiatan apa yang B/I/S ingin ikuti ?.
1) Kegiatan Bakti Sosial2) Kegiatan Keagamaan3) Kegiatan Olahraga4) Kegiatan Pendidikan
5) Kegiatan Wirausaha6) Kegiatan yang sesuai
dengan Hobi7) Kegiatan Budaya Daerah8) Lainnya………
24. MENURUT B/I/S, Apakah Pemberian sejumlah UANG,BARANG untuk mempengaruhi pilihan pemilih adalah hal yangWAJAR?
(1) Ya, wajar di TERIMA(2) Tidak bisa di TERIMA Pert 26
25. Jika YA, Apakah B/I/S akan menerima bila ada orang yangmemberi UANG atau HADIAH tersebut?
(1) Akan menerima dan Memilih Calon yang memberi Uang(2) Akan menerima dan memilih calon yang memberi Uang
lebih Banyak(3) Akan menerima dan memilih yang memberikan Uang saat
menjelang pemungutan Suara(4) Akan menerima, dan tidak memilih Calonnya(5) Lainnya _____________________(TULISKAN)
26 Jika tidak apa alasan B/I/S1) Saya sudah memiliki pilihan (keluarga / teman dekat)2) Sudah dari dulu mempunyai pilihan Partai tertentu3) Saya takut dan/tangkap Panwas4) Saya tahu bahwa Pemberian sejumlah UANG, BARANG
adalah Pelanggaran5) Lainnya _____________________(TULISKAN)
27. Apakah B/I/S pernah melihat, menyaksikan Pemberian sejumlahUANG, BARANG untuk mempengaruhi pilihan pemilih?
(1) Ya (2) Tidak Pert 28
28. Jika YA, bentuk pemberian tersebut berupa(1) Pemberian Uang(2) Pembagian Sembako(3) Pembagian Pakaian(4) Perbaikan Fasilitas Umum(5) Lainnya .................
29. Apakah tindakan B/I/S B/I/S Jika melihat, menyaksikan Pemberiansejumlah UANG, BARANG untuk mempengaruhi pemilih ?
(1) Menegur dan atau Melaporkan kepada Pengawas Pemilu(2) Cukup Menyaksikan saja(3) Tak mempedulikannya(4) Akan membantu jika di butuhkan
30. Apakah B/I/S SETUJU bahwa Pengawasan PenyelenggaraanPemilu adalah tanggungjawab bersama?
(1) Ya (2) Tidak
31 Apakah B/I/S PERCAYA bahwa Penyelenggara Pemilu (KPU)TIDAK terlibat dalam kepentingan Politik?
(1) Ya (2) Ragu-ragu (3) Tidak ( 88) TT/TJ
32 Bagaimana Penilaian B/I/S tentang Integritas KPU dalamPenyelenggaraan Pemilu Legislatif 9 April 2014 ? (beri tanda (V)pada bagian yang dipilih
No Aspek Ya (1) Tidak (2)1 Mandiri2 Jujur3 Adil4 Keterbukaan5 Profesionalitas6 Proporsionalitas7 Akuntabilitas
33. Dari berbagai pihak berikut ini, manakah menurut B/I/S yangmelakukan kecurangan PEMILU 2014.?
(1) Petugas PPS(2) PPK dan(3) KPUD(4) Panwas
(5) Partai Politik(6) Kepala kelurahan / Desa(7)Tim Sukses Partai /CALEG(8) Lainnya _____________
34 Menurut B/I/S Apakah Penyelenggara Pemilu telah bekerja sesuaiHarapan ?
(1) Ya (2) Ragu-ragu (3) Tidak ( 88) TT/TJ
35 Apakah B/I/S YAKIN bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidakterlibat dalam kepentingan Politik Praktis?
(1) Ya (2) Ragu-ragu (3) Tidak ( 88) TT/TJ
PROFIL RESPONDEN1. Jenis kelamin
(1) Laki-laki(2) Perempuan
2. Pendidikan1.) Tidak sekolah2.) SD/Sederajat3.) SLTP/sederajat4.) SLTA / sederajat5.) Diploma/Akademik6.) Sarjana (S1, S2, S3)
3 Pekerjaan1.) PNS/Pensiunan2.) Ibu Rumah Tangga3.) Sekolah / Kuliah4.) Petani5.) Swasta6.) Nelayan7.) Tak bekerja
4 Usia(1) < 17 tahun(2) 17- 24 tahun(3) 25 – 34 tahun(4) 35 – 44 tahun(5) 45 – 55 tahun(6) > 55 tahun
5. Agama(1) Islam(2) Katholik(3) Protesta(4) Hindu(5) Budha
6. Pendapatan perbulan1.) 250.000 – 500.0002.) 500.000 – 1juta3.) 1juta – 5 juta4.) 5 juta5.) Rahasia / tidak jawab
7. Apakah B/I/S mempunyaiKartu Pemilih
(1) Ya(2) Tidak
8. Apakah B/I/S mempunyaiHandphone
(1) Ya(2) Tidak
Berkenan kami tahu?
No Hp ………………………...
Surveyor : …………………………….Ttd : _________
Kuesioner ini tidak diperkenankan dimiliki dengan caraapapun oleh siapapun, KERAHASIAN RESPONDEN
DIJAMIN SEPENUHNYATerimakasih atas Kerjasama yang Baik
73 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Profil Responden
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden yang berjenis kelamin
laki-laki sedikit lebih banyak, yakni mencapai angka 51% dibanding responden
yang berjenis kelamin perempuan yang hanya sebesar 49%.
SLTA/Sederajat34%
Diploma/Akdmk3%
Sarjana/SI/S2/S311%
73 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Profil Responden
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden yang berjenis kelamin
laki-laki sedikit lebih banyak, yakni mencapai angka 51% dibanding responden
yang berjenis kelamin perempuan yang hanya sebesar 49%.
Laki-Laki51%
Perempuan49%
Jenis kelamin
Tidak Sekolah2%
SD Sederajat33%
SLTP/Sederajat17%
SLTA/Sederajat34%
Diploma/Akdmk3%
Pendidikan Responden
73 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Profil Responden
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden yang berjenis kelamin
laki-laki sedikit lebih banyak, yakni mencapai angka 51% dibanding responden
yang berjenis kelamin perempuan yang hanya sebesar 49%.
Tidak Sekolah2%
74 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden
lebih banyak berada pada rentang pendidikan dasar dan menengah, yakni SMA
sebesar 34%, SLTP sebesar 17%, dan SD/Sederajat sebesar 33%.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden penelitian lebih
didominasi oleh masyarakat berlatarbelakang ibu rumah tangga (32%), buruh
(23%), dan petani (21%).
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini
lebih didominasi oleh masyarakat kalangan usia 25-55 tahun (25-34 sebanyak
Wiraswasta2%
74 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden
lebih banyak berada pada rentang pendidikan dasar dan menengah, yakni SMA
sebesar 34%, SLTP sebesar 17%, dan SD/Sederajat sebesar 33%.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden penelitian lebih
didominasi oleh masyarakat berlatarbelakang ibu rumah tangga (32%), buruh
(23%), dan petani (21%).
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini
lebih didominasi oleh masyarakat kalangan usia 25-55 tahun (25-34 sebanyak
PNS / Pensiunan8%
IbuRumahTangga
32%
MasihSekolah/kuliah
5%
Buruh23%
Petani21%
Wiraswasta2%
Nelayan9%
Pekerjaan Responden
< 17 tahun1%
17-24 thn14%
25-34 thn25%
35-44 thn30%
45-55 thn19%
> 55 thn11%
Usian Responden
74 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden
lebih banyak berada pada rentang pendidikan dasar dan menengah, yakni SMA
sebesar 34%, SLTP sebesar 17%, dan SD/Sederajat sebesar 33%.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden penelitian lebih
didominasi oleh masyarakat berlatarbelakang ibu rumah tangga (32%), buruh
(23%), dan petani (21%).
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini
lebih didominasi oleh masyarakat kalangan usia 25-55 tahun (25-34 sebanyak
75 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
25%, 35-44 sebanyak 30%, dan 45-55 sebanyak 19%), yang notabene
berpengalaman dalam pemilu, dalam artian telah mengikuti lebih dari satu kali
kegiatan pemilu, sehingga diharapkan mampu memberikan informasi yang
tepat, akurat, holistik, dan komprehensif terkait tujuan penelitian.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini
didominasi oleh masyarakat kalangan ekonomi menengah ke atas (>5 Juta)
sebanyak 44% dan kalangan ekonomi menengah ke bawah (<100.000)
sebanyak 30%, sehingga diharapkan data/informasi yang didapatkan relatif
berimbang dan mampu menggambarkan kondisi riil seobjektif mungkin.
500.000-1 juta10%
1 juta - 5 juta0%
Pendapatan Responden
75 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
25%, 35-44 sebanyak 30%, dan 45-55 sebanyak 19%), yang notabene
berpengalaman dalam pemilu, dalam artian telah mengikuti lebih dari satu kali
kegiatan pemilu, sehingga diharapkan mampu memberikan informasi yang
tepat, akurat, holistik, dan komprehensif terkait tujuan penelitian.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini
didominasi oleh masyarakat kalangan ekonomi menengah ke atas (>5 Juta)
sebanyak 44% dan kalangan ekonomi menengah ke bawah (<100.000)
sebanyak 30%, sehingga diharapkan data/informasi yang didapatkan relatif
berimbang dan mampu menggambarkan kondisi riil seobjektif mungkin.
< 100.00030%
100.000-500.00016%
500.000-1 juta10%
> 5 juta44%
rahasia/ tdk djwb0%
Pendapatan Responden
75 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
25%, 35-44 sebanyak 30%, dan 45-55 sebanyak 19%), yang notabene
berpengalaman dalam pemilu, dalam artian telah mengikuti lebih dari satu kali
kegiatan pemilu, sehingga diharapkan mampu memberikan informasi yang
tepat, akurat, holistik, dan komprehensif terkait tujuan penelitian.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini
didominasi oleh masyarakat kalangan ekonomi menengah ke atas (>5 Juta)
sebanyak 44% dan kalangan ekonomi menengah ke bawah (<100.000)
sebanyak 30%, sehingga diharapkan data/informasi yang didapatkan relatif
berimbang dan mampu menggambarkan kondisi riil seobjektif mungkin.
76 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian
berasal dari masyarakat yang sebagian besar terdaftar sebagai pemilih dan
memiliki kartu pemilih, yakni mencapai 81%, yang besar kemungkinannya
berpartisipasi dalam pileg 2014 lalu. Dengan angka demikian diharapkan
data/informasi penelitian yang didapatkan lebih akurat dan objektif.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa persebaran masyarakat yang
memiliki kartu pemilih tertinggi berada di Kabupaten Bone Bolango, yakni
sebesar 90,15%, sementara yang terendah berada di Kabupaten Boalemo,
90,149%85,404%
Kab Bone Bolango Kab Gtlo
76 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian
berasal dari masyarakat yang sebagian besar terdaftar sebagai pemilih dan
memiliki kartu pemilih, yakni mencapai 81%, yang besar kemungkinannya
berpartisipasi dalam pileg 2014 lalu. Dengan angka demikian diharapkan
data/informasi penelitian yang didapatkan lebih akurat dan objektif.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa persebaran masyarakat yang
memiliki kartu pemilih tertinggi berada di Kabupaten Bone Bolango, yakni
sebesar 90,15%, sementara yang terendah berada di Kabupaten Boalemo,
ya81%
tidak19%
Kartu Pemilih
85,404% 83,962%79,455%
Kab Gtlo Kab Gorut Kab Pohuato Kab Boalemo
Kartu Pemilih(baseline : Kab/kota)
76 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian
berasal dari masyarakat yang sebagian besar terdaftar sebagai pemilih dan
memiliki kartu pemilih, yakni mencapai 81%, yang besar kemungkinannya
berpartisipasi dalam pileg 2014 lalu. Dengan angka demikian diharapkan
data/informasi penelitian yang didapatkan lebih akurat dan objektif.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa persebaran masyarakat yang
memiliki kartu pemilih tertinggi berada di Kabupaten Bone Bolango, yakni
sebesar 90,15%, sementara yang terendah berada di Kabupaten Boalemo,
71,333%
Kab Boalemo
77 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
yakni sebesar 71,33%. Hal ini juga turut menunjukkan kinerja penyelenggara
pemilu dalam melakukan pendataan pemilih sekaligus penyebaran kartu pemilih
di satu sisi, sekaligus tingkat kesadaran politik masyarakat untuk terdaftar
secara resmi dalam pemilu di sisi lain.
Grafik di atas pada dasarnya menunjukkan tingkat kepemilikan alata
komunikasi-informasi (HP) masyarakat di Provinsi Gorontalo. Dari data tersebut,
tingkat kepemilikan HP masyarakat baru mencapai angka 59%. Sekalipun
demikian, dari angka yang mampu melebihi separuh jumlah masyarakat dapat
dipahami bahwa HP bagi masyarakat Provinsi Gorontalo bukan lagi merupakan
barang mewah, melainkan sudah menjadi kebutuhan dasar bagi sebagian
kalangan. Selain itu dengan angka tersebut dapat dipahami bahwa HP di
Provinsi Gorontalo dapat menjadi salah satu sarana informasi-komunikasi yang
efektif, baik bagi penyelenggara pemilu maupun calon dalam menyebarluaskan
informasi/agendanya.
77 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
yakni sebesar 71,33%. Hal ini juga turut menunjukkan kinerja penyelenggara
pemilu dalam melakukan pendataan pemilih sekaligus penyebaran kartu pemilih
di satu sisi, sekaligus tingkat kesadaran politik masyarakat untuk terdaftar
secara resmi dalam pemilu di sisi lain.
Grafik di atas pada dasarnya menunjukkan tingkat kepemilikan alata
komunikasi-informasi (HP) masyarakat di Provinsi Gorontalo. Dari data tersebut,
tingkat kepemilikan HP masyarakat baru mencapai angka 59%. Sekalipun
demikian, dari angka yang mampu melebihi separuh jumlah masyarakat dapat
dipahami bahwa HP bagi masyarakat Provinsi Gorontalo bukan lagi merupakan
barang mewah, melainkan sudah menjadi kebutuhan dasar bagi sebagian
kalangan. Selain itu dengan angka tersebut dapat dipahami bahwa HP di
Provinsi Gorontalo dapat menjadi salah satu sarana informasi-komunikasi yang
efektif, baik bagi penyelenggara pemilu maupun calon dalam menyebarluaskan
informasi/agendanya.
ada59%
tidak ada41%
Kepemilikan HP
77 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
yakni sebesar 71,33%. Hal ini juga turut menunjukkan kinerja penyelenggara
pemilu dalam melakukan pendataan pemilih sekaligus penyebaran kartu pemilih
di satu sisi, sekaligus tingkat kesadaran politik masyarakat untuk terdaftar
secara resmi dalam pemilu di sisi lain.
Grafik di atas pada dasarnya menunjukkan tingkat kepemilikan alata
komunikasi-informasi (HP) masyarakat di Provinsi Gorontalo. Dari data tersebut,
tingkat kepemilikan HP masyarakat baru mencapai angka 59%. Sekalipun
demikian, dari angka yang mampu melebihi separuh jumlah masyarakat dapat
dipahami bahwa HP bagi masyarakat Provinsi Gorontalo bukan lagi merupakan
barang mewah, melainkan sudah menjadi kebutuhan dasar bagi sebagian
kalangan. Selain itu dengan angka tersebut dapat dipahami bahwa HP di
Provinsi Gorontalo dapat menjadi salah satu sarana informasi-komunikasi yang
efektif, baik bagi penyelenggara pemilu maupun calon dalam menyebarluaskan
informasi/agendanya.
78 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa persebaran kepemilihan sarana
informasi komunikasi (HP) di Provinsi Gorontalo lebih banyak berada di Kota
Gorontalo, yakni sebanyak 74%, sementara yang terendah berada di Kabupaten
Gorontalo yakni hanya mencapai 52%. Sekalipun demikian, dengan angka yang
mampu melampaui 50% di masing-masing daerah dapat dipahami bahwa HP
kini menjadi kebutuhan rata-rata masyarakat sekaligus sebagai sarana efektif
penyebarluasan informasi/agenda politik.
74%66%
62%54% 53% 52%
Kota Gtlo Kab Pohuato Kab BoneBolango
Kab Boalemo Kab Gorut Kab Gtlo
Kepemilikan HP(baseline : Kab/kota)
79 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN GORONTALO UTARA = 398 SamplingError = 5 %
KEC KEC NO NAMA DESASAMPEL
JLHSAMPE
L1 KWANDANG 100
KWANDANG ALATA KARYAKWANDANG BOTUWOMBATAKWANDANG CISADANEKWANDANG LEBOTOKWANDANG MOLINGGAPOTOKWANDANG MOOTINELOKWANDANG PONTOLO
2 TOMILITO 30TOMILITO LEYAOTOMILITO MOLANTADUTOMILITO BULANGGOTOMILITO HUIDU MELITO
TOMILITO JEMBATANMERAH
3 ANGGREK 55ANGGREK DATAHUANGGREK HELUMOANGGREK ILANGATAANGGREK LANGGEANGGREK PUTIANAANGGREK TUTUWOTO
4 MONANO MONANO 21MONANO ZURIATYMONANO TOLITE HUYUMONANO PILOHULATAMONANO GARAPIA
5 SUMALATA TIMUR SUMALATATIMUR 23
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
79 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN GORONTALO UTARA = 398 SamplingError = 5 %
KEC KEC NO NAMA DESASAMPEL
JLHSAMPE
L1 KWANDANG 100
KWANDANG ALATA KARYAKWANDANG BOTUWOMBATAKWANDANG CISADANEKWANDANG LEBOTOKWANDANG MOLINGGAPOTOKWANDANG MOOTINELOKWANDANG PONTOLO
2 TOMILITO 30TOMILITO LEYAOTOMILITO MOLANTADUTOMILITO BULANGGOTOMILITO HUIDU MELITO
TOMILITO JEMBATANMERAH
3 ANGGREK 55ANGGREK DATAHUANGGREK HELUMOANGGREK ILANGATAANGGREK LANGGEANGGREK PUTIANAANGGREK TUTUWOTO
4 MONANO MONANO 21MONANO ZURIATYMONANO TOLITE HUYUMONANO PILOHULATAMONANO GARAPIA
5 SUMALATA TIMUR SUMALATATIMUR 23
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
79 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN GORONTALO UTARA = 398 SamplingError = 5 %
KEC KEC NO NAMA DESASAMPEL
JLHSAMPE
L1 KWANDANG 100
KWANDANG ALATA KARYAKWANDANG BOTUWOMBATAKWANDANG CISADANEKWANDANG LEBOTOKWANDANG MOLINGGAPOTOKWANDANG MOOTINELOKWANDANG PONTOLO
2 TOMILITO 30TOMILITO LEYAOTOMILITO MOLANTADUTOMILITO BULANGGOTOMILITO HUIDU MELITO
TOMILITO JEMBATANMERAH
3 ANGGREK 55ANGGREK DATAHUANGGREK HELUMOANGGREK ILANGATAANGGREK LANGGEANGGREK PUTIANAANGGREK TUTUWOTO
4 MONANO MONANO 21MONANO ZURIATYMONANO TOLITE HUYUMONANO PILOHULATAMONANO GARAPIA
5 SUMALATA TIMUR SUMALATATIMUR 23
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
80 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
SUMALATA TIMUR BUBALANGOSUMALATA TIMUR MOTIHELUMOSUMALATA TIMUR WUBUDUSUMALATA TIMUR DEME 2
6 SUMALATA SUMALATA 36
SUMALATA BULONTIOBARAT
SUMALATA MEBONGOSUMALATA PULOHENTISUMALATA TUMBA
7 BIAU BIAU 17BIAU SEMBIHINGANBIAU DIDINGGABIAU OMUTOBIAU BOHULO
8 TOLINGGULA TOLINGGULA 33TOLINGGULA ILOMANGGATOLINGGULA PAPUALANGITOLINGGULA CEMPAKA PUTIHTOLINGGULA TOLITE JAYATOLINGGULA ILOTUNGGULO
9 PONELO PONELO 13PONELO PONELOPONELO TIHENGO
10 GENTUMA RAYA GENTUMA RAYA 31GENTUMA RAYA DURIANGENTUMA RAYA IPILOGENTUMA RAYA LANGKEGENTUMA RAYA MOTOMINGOGENTUMA RAYA PASALAE
11 ATINGGOLA ATINGGOLA 38ATINGGOLA WAPALOATINGGOLA PINONTOYONGAATINGGOLA MONGGUPOATINGGOLA IMANAATINGGOLA ILOHELUMAATINGGOLA buata
81 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN BOALEMO = 621 Sampling Error = 4 %
KECKODEDESA DESA
JLHSAMPEL
Paguyaman 1 BONGO NOL 25Paguyaman 2 MUTIARA 21Paguyaman 3 TANGKOBU 23Paguyaman 4 MUSTIKA 14Paguyaman 5 KARYA MURNI 10Paguyaman 6 BUALO 18Paguyaman 7 HULAWA 13Paguyaman 8 DILOATO 19Wonosari 9 HARAPAN 29Wonosari 10 BONGO TIGA 16Wonosari 11 PANGEYA 34Wonosari 12 SUKAMULYA 11Wonosari 13 DIMITO 19Wonosari 14 RAHARJA 6Wonosari 15 DULOHUPA 8Dulupi 16 DULUPI 31Dulupi 17 KOTARAJA 15Dulupi 18 PANGI 8Dulupi 19 TANGGA BARITO 17Tilamuta 20 LIMBATO 19Tilamuta 21 AYUHULALO 21Tilamuta 22 MODELOMO 28Tilamuta 23 BAJO 12Tilamuta 24 MOHUNGO 25Tilamuta 25 LAMU 16Tilamuta 26 TENILO 7Mananggu 27 KAARUYAN 7Mananggu 28 BENDUNGAN 21
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
81 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN BOALEMO = 621 Sampling Error = 4 %
KECKODEDESA DESA
JLHSAMPEL
Paguyaman 1 BONGO NOL 25Paguyaman 2 MUTIARA 21Paguyaman 3 TANGKOBU 23Paguyaman 4 MUSTIKA 14Paguyaman 5 KARYA MURNI 10Paguyaman 6 BUALO 18Paguyaman 7 HULAWA 13Paguyaman 8 DILOATO 19Wonosari 9 HARAPAN 29Wonosari 10 BONGO TIGA 16Wonosari 11 PANGEYA 34Wonosari 12 SUKAMULYA 11Wonosari 13 DIMITO 19Wonosari 14 RAHARJA 6Wonosari 15 DULOHUPA 8Dulupi 16 DULUPI 31Dulupi 17 KOTARAJA 15Dulupi 18 PANGI 8Dulupi 19 TANGGA BARITO 17Tilamuta 20 LIMBATO 19Tilamuta 21 AYUHULALO 21Tilamuta 22 MODELOMO 28Tilamuta 23 BAJO 12Tilamuta 24 MOHUNGO 25Tilamuta 25 LAMU 16Tilamuta 26 TENILO 7Mananggu 27 KAARUYAN 7Mananggu 28 BENDUNGAN 21
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
81 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN BOALEMO = 621 Sampling Error = 4 %
KECKODEDESA DESA
JLHSAMPEL
Paguyaman 1 BONGO NOL 25Paguyaman 2 MUTIARA 21Paguyaman 3 TANGKOBU 23Paguyaman 4 MUSTIKA 14Paguyaman 5 KARYA MURNI 10Paguyaman 6 BUALO 18Paguyaman 7 HULAWA 13Paguyaman 8 DILOATO 19Wonosari 9 HARAPAN 29Wonosari 10 BONGO TIGA 16Wonosari 11 PANGEYA 34Wonosari 12 SUKAMULYA 11Wonosari 13 DIMITO 19Wonosari 14 RAHARJA 6Wonosari 15 DULOHUPA 8Dulupi 16 DULUPI 31Dulupi 17 KOTARAJA 15Dulupi 18 PANGI 8Dulupi 19 TANGGA BARITO 17Tilamuta 20 LIMBATO 19Tilamuta 21 AYUHULALO 21Tilamuta 22 MODELOMO 28Tilamuta 23 BAJO 12Tilamuta 24 MOHUNGO 25Tilamuta 25 LAMU 16Tilamuta 26 TENILO 7Mananggu 27 KAARUYAN 7Mananggu 28 BENDUNGAN 21
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
82 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Mananggu 29 MANANGGU 16Mananggu 30 KRAMAT 13Botumoito 31 HUTAMONU 15Botumoito 32 TAPADAA 15Botumoito 33 POTANGA 16Botumoito 34 RUMBIA 20Paguyaman Pantai 35 LITO 20Paguyaman Pantai 36 APITALAWO 9Paguyaman Pantai 37 TOWAYU 5
JLH 621
83 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN BONE BOLANGO = 1.100 Sampling Error =3 %
No Nama Desa Jlh Sampel1 OLUHUTA 272 PAUWO 533 DUTOHE 164 TOTO SELATAN 245 TALANGO 216 DUTOHE BARAT 267 BONGOIME 488 TOTO UTARA 399 LONUO 1610 BUTU 1411 BERLIAN 1012 TIMBUOLO TIMUR 3413 SUKMA 1314 HUANGOBOTU 3715 OLELE 2516 BINTALAHE 1817 BILUNGALA 3618 LEMBAH HIJAU 1519 KEMIRI 920 MAMUNGAA 1121 KAIDUNDU 2422 TOMBULILATO 1923 MOOPIYA 1524 BUNGA 1325 TALUDAA 2726 SOGITIA 2427 ILOHUUUWA 1328 BOLUDAWA 4729 TINELO 2730 HELUMO 13
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
83 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN BONE BOLANGO = 1.100 Sampling Error =3 %
No Nama Desa Jlh Sampel1 OLUHUTA 272 PAUWO 533 DUTOHE 164 TOTO SELATAN 245 TALANGO 216 DUTOHE BARAT 267 BONGOIME 488 TOTO UTARA 399 LONUO 1610 BUTU 1411 BERLIAN 1012 TIMBUOLO TIMUR 3413 SUKMA 1314 HUANGOBOTU 3715 OLELE 2516 BINTALAHE 1817 BILUNGALA 3618 LEMBAH HIJAU 1519 KEMIRI 920 MAMUNGAA 1121 KAIDUNDU 2422 TOMBULILATO 1923 MOOPIYA 1524 BUNGA 1325 TALUDAA 2726 SOGITIA 2427 ILOHUUUWA 1328 BOLUDAWA 4729 TINELO 2730 HELUMO 13
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
83 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN BONE BOLANGO = 1.100 Sampling Error =3 %
No Nama Desa Jlh Sampel1 OLUHUTA 272 PAUWO 533 DUTOHE 164 TOTO SELATAN 245 TALANGO 216 DUTOHE BARAT 267 BONGOIME 488 TOTO UTARA 399 LONUO 1610 BUTU 1411 BERLIAN 1012 TIMBUOLO TIMUR 3413 SUKMA 1314 HUANGOBOTU 3715 OLELE 2516 BINTALAHE 1817 BILUNGALA 3618 LEMBAH HIJAU 1519 KEMIRI 920 MAMUNGAA 1121 KAIDUNDU 2422 TOMBULILATO 1923 MOOPIYA 1524 BUNGA 1325 TALUDAA 2726 SOGITIA 2427 ILOHUUUWA 1328 BOLUDAWA 4729 TINELO 2730 HELUMO 13
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
84 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
31 TULABOLO 1032 DUMBAYA BULAN 1733 PANGI 1134 MOLINTOGUPO 2035 BONEDAA 1036 PANCURAN 637 DUANO 3438 TAPADAA 1039 PINOGU 1540 TALULOBUTU 2341 LANGGE 1942 MERANTI 1143 BOIDU 1844 LONGALO 1945 SUKA DAMAI 1846 MONGIILO 1747 PILOLAHEYA 1048 AYULA SELATAN 1649 HUNTU SELATAN 2050 TINELO AYULA 1651 HUNTU BARAT 2452 BULOTALANGI 1753 POPODU 24
JUMLAH 1100
85 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN GORONTALO = 1.107 Sampling Error = 3%
KecKodeDesa Desa
JlhSa,pel
Telaga 1 BULILA 17Telaga 2 MONGOLATO 18Telaga 3 PILOHAYANGA 16Telaga 4 DULOHUPA 11Batudaa 5 ILUTA 16Batudaa 6 ILOHUNGAYO 13Batudaa 7 DUNGGALA 12Tibawa 8 TOLOTIO 20Tibawa 9 LABANU 21Tibawa 10 REKSONEGORO 10Tibawa 11 BUHU 26Tibawa 12 ISIMU RAYA 21Tibawa 13 BALAHU 21Btda Pantai 14 KAYUBULAN 16Btda Pantai 15 BONGO 15Btda Pantai 16 LANGGULA 4BOLIYOHUTO 17 SIDOMULYO 11BOLIYOHUTO 18 PARUNGI 11BOLIYOHUTO 19 DILONIYOHU 11BOLIYOHUTO 20 MOTODUTO 9BOLIYOHUTO 21 MONGGOLITO 7Telaga Biru 22 ULAPATO A 15Telaga Biru 23 TALUMELITO 8Telaga Biru 24 TULADENGGI 26Telaga Biru 25 PENTADIO TIMUR 18Telaga Biru 26 DUMATI 11Bongomeme 27 DULAMAYO 14Bongomeme 28 MOLAS 14Bongomeme 29 BATULORENG 11Bongomeme 30 LIYODU 7Bongomeme 31 KAYUMERAH 9Tolangohula 32 SUKAMAKMUR 25Tolangohula 33 POLOHUNGO 13
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
85 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN GORONTALO = 1.107 Sampling Error = 3%
KecKodeDesa Desa
JlhSa,pel
Telaga 1 BULILA 17Telaga 2 MONGOLATO 18Telaga 3 PILOHAYANGA 16Telaga 4 DULOHUPA 11Batudaa 5 ILUTA 16Batudaa 6 ILOHUNGAYO 13Batudaa 7 DUNGGALA 12Tibawa 8 TOLOTIO 20Tibawa 9 LABANU 21Tibawa 10 REKSONEGORO 10Tibawa 11 BUHU 26Tibawa 12 ISIMU RAYA 21Tibawa 13 BALAHU 21Btda Pantai 14 KAYUBULAN 16Btda Pantai 15 BONGO 15Btda Pantai 16 LANGGULA 4BOLIYOHUTO 17 SIDOMULYO 11BOLIYOHUTO 18 PARUNGI 11BOLIYOHUTO 19 DILONIYOHU 11BOLIYOHUTO 20 MOTODUTO 9BOLIYOHUTO 21 MONGGOLITO 7Telaga Biru 22 ULAPATO A 15Telaga Biru 23 TALUMELITO 8Telaga Biru 24 TULADENGGI 26Telaga Biru 25 PENTADIO TIMUR 18Telaga Biru 26 DUMATI 11Bongomeme 27 DULAMAYO 14Bongomeme 28 MOLAS 14Bongomeme 29 BATULORENG 11Bongomeme 30 LIYODU 7Bongomeme 31 KAYUMERAH 9Tolangohula 32 SUKAMAKMUR 25Tolangohula 33 POLOHUNGO 13
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
85 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN GORONTALO = 1.107 Sampling Error = 3%
KecKodeDesa Desa
JlhSa,pel
Telaga 1 BULILA 17Telaga 2 MONGOLATO 18Telaga 3 PILOHAYANGA 16Telaga 4 DULOHUPA 11Batudaa 5 ILUTA 16Batudaa 6 ILOHUNGAYO 13Batudaa 7 DUNGGALA 12Tibawa 8 TOLOTIO 20Tibawa 9 LABANU 21Tibawa 10 REKSONEGORO 10Tibawa 11 BUHU 26Tibawa 12 ISIMU RAYA 21Tibawa 13 BALAHU 21Btda Pantai 14 KAYUBULAN 16Btda Pantai 15 BONGO 15Btda Pantai 16 LANGGULA 4BOLIYOHUTO 17 SIDOMULYO 11BOLIYOHUTO 18 PARUNGI 11BOLIYOHUTO 19 DILONIYOHU 11BOLIYOHUTO 20 MOTODUTO 9BOLIYOHUTO 21 MONGGOLITO 7Telaga Biru 22 ULAPATO A 15Telaga Biru 23 TALUMELITO 8Telaga Biru 24 TULADENGGI 26Telaga Biru 25 PENTADIO TIMUR 18Telaga Biru 26 DUMATI 11Bongomeme 27 DULAMAYO 14Bongomeme 28 MOLAS 14Bongomeme 29 BATULORENG 11Bongomeme 30 LIYODU 7Bongomeme 31 KAYUMERAH 9Tolangohula 32 SUKAMAKMUR 25Tolangohula 33 POLOHUNGO 13
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
86 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
Tolangohula 34 SIDOHARJO 17Tolangohula 35 TAMAILA UTARA 11MOOTILANGO 36 PARIS 21MOOTILANGO 37 KARYAMUKTI 10MOOTILANGO 38 SUKAMAJU 8MOOTILANGO 39 HUYULA 14Pulubala 40 PULUBALA 20Pulubala 41 BAKTI 20Pulubala 42 MOLALAHU 10Pulubala 43 PUNCAK 24Limboto Barat 44 HUIDU 14Limboto Barat 45 DAENAA 20Limboto Barat 46 HUTABOHU 24Limboto Barat 47 HAYA-HAYA 15Tilango 48 TILOTE 12Tilango 49 TENGGELA 14Tilango 50 TINELO 14Bilato 51 TOTOPO 6Bilato 52 BILATO 9Bilato 53 BUMELA 12Dunggaliyo 54 AMBARA 16Dunggaliyo 55 BONGOMEME 22Dunggaliyo 56 DUWANGA 11Tabongo 57 TABONGO TIMUR 26Tabongo 58 ILOMANGGA 18Tabongo 59 LIMEHU 8Telaga Jaya 60 LUWOO 19Telaga Jaya 61 BULOTA 14Limboto 62 KAYUBULAN 42Limboto 63 BOLIHUANGGA 25Limboto 64 HEPUHULAWA 30Limboto 65 HUTUO 33Limboto 66 BIYONGA 9Biluhu 67 LOBUTO 11Biluhu 68 BILUHU TENGAH 13Asparaga 69 BULULI 15Asparaga 70 MOHIYOLO 16Asparaga 71 BIHE 7Jumlah 35% Desa 1,107
87 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
KOTA GORONTALO
NO KELURAHAN JLH n KecJlh ndesa
1 Kota Barat 56DEMBE I 19% 11
LEKOBALO 16% 9PILOLODAA 9% 5
BULIIDE 12% 7TENILO 13% 7
MOLOSIPAT W 15% 8BULADU 17% 9
2 Kota Selatan 61BIAWAO 10% 6
BIAWU 15% 9LIMBA B 28% 17
LIMBA U I 22% 14LIMBA U II 25% 15
3 Kota Utara 47DEMBE II 12% 6
WONGKADITI TIMUR 22% 10WONGKADITI BARAT 13% 6
DULOMO SELATAN 23% 11DULOMO UTARA 14% 7
DEMBE JAYA 16% 74 Dungingi 61
HUANGOBOTU 36% 22LIBUO 22% 13
TOMULABUTAO 12% 7TULADENGGI 9% 6
TOMULABUTAOSELATAN 21% 13
5 Kota Timur 65
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
87 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
KOTA GORONTALO
NO KELURAHAN JLH n KecJlh ndesa
1 Kota Barat 56DEMBE I 19% 11
LEKOBALO 16% 9PILOLODAA 9% 5
BULIIDE 12% 7TENILO 13% 7
MOLOSIPAT W 15% 8BULADU 17% 9
2 Kota Selatan 61BIAWAO 10% 6
BIAWU 15% 9LIMBA B 28% 17
LIMBA U I 22% 14LIMBA U II 25% 15
3 Kota Utara 47DEMBE II 12% 6
WONGKADITI TIMUR 22% 10WONGKADITI BARAT 13% 6
DULOMO SELATAN 23% 11DULOMO UTARA 14% 7
DEMBE JAYA 16% 74 Dungingi 61
HUANGOBOTU 36% 22LIBUO 22% 13
TOMULABUTAO 12% 7TULADENGGI 9% 6
TOMULABUTAOSELATAN 21% 13
5 Kota Timur 65
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
87 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
KOTA GORONTALO
NO KELURAHAN JLH n KecJlh ndesa
1 Kota Barat 56DEMBE I 19% 11
LEKOBALO 16% 9PILOLODAA 9% 5
BULIIDE 12% 7TENILO 13% 7
MOLOSIPAT W 15% 8BULADU 17% 9
2 Kota Selatan 61BIAWAO 10% 6
BIAWU 15% 9LIMBA B 28% 17
LIMBA U I 22% 14LIMBA U II 25% 15
3 Kota Utara 47DEMBE II 12% 6
WONGKADITI TIMUR 22% 10WONGKADITI BARAT 13% 6
DULOMO SELATAN 23% 11DULOMO UTARA 14% 7
DEMBE JAYA 16% 74 Dungingi 61
HUANGOBOTU 36% 22LIBUO 22% 13
TOMULABUTAO 12% 7TULADENGGI 9% 6
TOMULABUTAOSELATAN 21% 13
5 Kota Timur 65
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
88 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
HELEDULAA UTARA 19% 12HELEDULAA
SELATAN 12% 8IPILO 24% 16
MOODU 16% 10PADEBUOLO 16% 11
TAMALATE 13% 96 Kota Tengah 68
WUMIALO 20% 14DULALOWO 12% 8
LILUWO 19% 13PULUBALA 22% 15
PAGUYAMAN 11% 8DULALOWO TIMUR 15% 10
7 Sipatana 44TANGGIKIKI 14% 6
TAPA 26% 11BULOTADAA BARAT 24% 11BULOTADAA TIMUR 17% 8
MOLOSIPAT U 19% 88 Dumboraya 46
LEATO UTARA 15% 7LEATO SELATAN 15% 7
TALUMOLO 30% 14BOTU 11% 5
BUGIS 29% 149 Hulonthalangi 44
TANJUNG KERAMAT 7% 3POHE 15% 7
TENDA 37% 16DONGGALA 19% 8SIENDENG 22% 10
KOTA GORONTALO 492 - 492
89 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
RISET PARTISIPASI PEMILU 2014JUMLAH SAMPEL POHUWATO
KodeDesa Kode Kec Desa Jlh Sampel
1 1 TOROSIAJE JAYA 152 1 POPAYATO 123 1 TRIKORA 94 1 DAMBALO 85 2 HULAWA 126 2 TALUDUYUNU 137 2 BUNTULIA UTARA 148 2 SIPATANA 109 3 DUDEWULO 14
10 3 MOLOSIPAT 911 3 PERSATUAN 912 4 LEMITO 2413 4 LEMITO UTARA 1814 4 SUKA DAMAI 915 5 MOTOLOHU 2216 5 MANUNGGAL KARYA 1917 5 HUYULA 1318 5 PATUHU 1319 5 MOTOLOHU SELATAN 820 6 MARISA SELATAN 1721 6 TERATAI 1522 6 POHUWATO 1223 6 BOTU BILOTAHU 1824 6 POHUWATO TIMUR 1425 6 BULANGITA 426 7 LIBUO 1927 7 BUNUYO 1428 7 BUMBULAN 2129 7 BUHU JAYA 1730 8 ILOHELUMA 2431 8 SUKA MAKMUR 1332 8 DUDEPO 633 9 PANCA KARSA II 15
89 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
RISET PARTISIPASI PEMILU 2014JUMLAH SAMPEL POHUWATO
KodeDesa Kode Kec Desa Jlh Sampel
1 1 TOROSIAJE JAYA 152 1 POPAYATO 123 1 TRIKORA 94 1 DAMBALO 85 2 HULAWA 126 2 TALUDUYUNU 137 2 BUNTULIA UTARA 148 2 SIPATANA 109 3 DUDEWULO 14
10 3 MOLOSIPAT 911 3 PERSATUAN 912 4 LEMITO 2413 4 LEMITO UTARA 1814 4 SUKA DAMAI 915 5 MOTOLOHU 2216 5 MANUNGGAL KARYA 1917 5 HUYULA 1318 5 PATUHU 1319 5 MOTOLOHU SELATAN 820 6 MARISA SELATAN 1721 6 TERATAI 1522 6 POHUWATO 1223 6 BOTU BILOTAHU 1824 6 POHUWATO TIMUR 1425 6 BULANGITA 426 7 LIBUO 1927 7 BUNUYO 1428 7 BUMBULAN 2129 7 BUHU JAYA 1730 8 ILOHELUMA 2431 8 SUKA MAKMUR 1332 8 DUDEPO 633 9 PANCA KARSA II 15
89 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
RISET PARTISIPASI PEMILU 2014JUMLAH SAMPEL POHUWATO
KodeDesa Kode Kec Desa Jlh Sampel
1 1 TOROSIAJE JAYA 152 1 POPAYATO 123 1 TRIKORA 94 1 DAMBALO 85 2 HULAWA 126 2 TALUDUYUNU 137 2 BUNTULIA UTARA 148 2 SIPATANA 109 3 DUDEWULO 14
10 3 MOLOSIPAT 911 3 PERSATUAN 912 4 LEMITO 2413 4 LEMITO UTARA 1814 4 SUKA DAMAI 915 5 MOTOLOHU 2216 5 MANUNGGAL KARYA 1917 5 HUYULA 1318 5 PATUHU 1319 5 MOTOLOHU SELATAN 820 6 MARISA SELATAN 1721 6 TERATAI 1522 6 POHUWATO 1223 6 BOTU BILOTAHU 1824 6 POHUWATO TIMUR 1425 6 BULANGITA 426 7 LIBUO 1927 7 BUNUYO 1428 7 BUMBULAN 2129 7 BUHU JAYA 1730 8 ILOHELUMA 2431 8 SUKA MAKMUR 1332 8 DUDEPO 633 9 PANCA KARSA II 15
90 Laporan Riset Partisipasi Pemilih pada Pemilu 2014KPU Provinsi Gorontalo
34 9 KALIMAS 1035 9 TIRTO ASRI 1136 10 POPAYA 1637 10 PADENGO 1038 11 BUNTULIA BARAT 1939 11 DUHIADAA 1440 11 BUNTULIA JAYA 1441 11 PADENGO 842 12 BUKIT HARAPAN 543 12 LIMBULA 1144 12 TUWEYA 645 13 LONDOUN 1446 13 BUNTO 847 13 MALEO 1248 13 KELAPA LIMA 5
Jumlah 621
DokumentasiDokumentasiDokumentasi
1
Nomor Kuesioner ;
RESPONDEN ADALAH WAJIB PILIH
1 Tgl wwcr : - -
2 Nama Resp : …………………………..…………
3 Kec. : ……………………….……………
4 Kel / Desa : ……………………….……………
1. Bagaimana keadaan ekonomi rumah tangga B/I/S saat ini.?(1) Lebih baik dari tahun lalu(2) Sama saja dari tahun lalu(3) Lebih buruk dari tahun lalu
2. Menurut B/I/S kebutuhan apa yang paling mendesak untuk ditanganioleh pemerintah daerah (sebut Daerah Kab/Kota) saat ini?
(1) Pembukaan Lapangan Kerja(2) Masalah Kesehatan(3) Masalah Pendidikan(4) Listrik / PLN(5) Perbaikan Jalan(6) Penyediaan Air bersih(7) Penyediaan Rumah Layak Huni(8) Lainnya ................................................................
3. Menurut B/I/S bagaimana kondisi keamanan daerah setahun terakhirini?(1) Cukup aman(2) Aman(3) Kurang aman(4) Tidak Aman
4. Bagaimana penilaian B/I/S tentang Kinerja Anggota Legislatifselama ini .?
(1) Memuaskan(2) Cukup Memuaskan
(3) Tidak Memuaskan(88) TT / TJ
5. Bagaimana penilaian B/I/S tentang Kinerja Pemerintah Daerahselama ini .?
(1) Memuaskan(2) Cukup Memuaskan
(3) Tidak Memuaskan(88) TT / TJ
6. Apakah B/I/S aktif menggunakan media Sosial ?(1) Ya ( 2) Tidak Pert 8
7. Jika YA Seberapa sering B/I/S menggunakan Media Sosial tersebut?( beri tanda (V) pada bagian yang dipilih
No Jenis MediaSosial
SeringSetiap Hari/jam (1)
Jarang(SetiapMinggu)(2)
Kadang-kadang(sebulan 1-2kali) (3)
1 Facebook2 BBM3 Email4 Tweeter5 Instagram6 Fandpage7 Lainnya
8. Apakah Bapak/Ibu aktif dalam kegiatan sosial-keagamaan berikutini ?
(1) Arisan Sosial- Keagamaan (Mis ; NU, Muhammadiyah, SIdll)
(2) Serikat pekerja/buruh, tani & nelayan(3) Perhimpunan /klub olah raga(4) Organisasi Pemuda(5) Karang Taruna(6) Kelompok seni-Budaya(7) Partai Politik(8) Lainnya
9. Apakah B/I/S mengikuti berita-berita yang berkaitan denganmasalah-masalah sosial kemasyarakatan atau politik di tingkat daerahataupun nasional?
1. Selalu2. Sering3. Jarang4. Kadang-kadang5. Tidak pernah
10. Dari mana B/I/S memperoleh Informasi tersebut?(1) Dialog tatap muka sosialisasi(2) Spanduk/baliho(3) Kalender/stiker/poster(4) Radio/ Majalah / Buletin(5) Media social Internet (FB,Tw,dll)(6) Pengumuman / selebaran(7) Lainnya…______________________
11. Siaran Radio mana yang Paling Sering di dengar ?1. RRI2. Selebes Radio3. STAR FM4. POLIYAMA FM5. Lainnya………
12. Apa jenis acara/program di Radio Yang paling sering B/I/Sdengarkan?
1. Berita / Informasi2. Acara keagamaan (pengajian dan kerohanian)3. Dialog / talkshow (rumah kopi dll)4. Musik5. Lainnnya........................................
13. Apakah selama Pileg 2014 ini B/ I/S menggunakan Hak pilihsecara Bebas (tanpa tekanan) ?
(1) Ya (2) Tidak
14. Apakah B/I/S menggunakan hak Pilih pada Pemilihan Umum tahun2014 (Pileg)
(1) Ya Pert 15 (2) Tidak Pert 16
15. Jika YA apa alasan B/I/S memilih.?1.) Menjadi warga negara yang baik2.) Ada perubahan Kondisi Bangsa & Daerah3.) Calon Legislatif baik dan dipercaya4.) Sudah biasa memilih5.) Karena diberi sejumlah Uang6.) Lainnya …………….
16. Jika TIDAK Apa alasan B/I/S tidak IKUT Pemilihan Legislatif 9April 2014?
1) Pemilu tidak ada gunanya untuk perbaikan ekonomimasyarakat
2) Pemilu hanya menguntungkan calon tertentu dan elit-elitpolitik
3) Partai politik tidak bisa dipercaya lagi4) Calon Legislatif tidak ada yang dinginkan5) Tidak terdaftar sebagai pemilih6) Lainnya .................................................
17. Apakah B/I/S mengenal Calon Anggota Legislatif yang dipilihtersebut ?
(1) Ya..sudah lama mengenal dan sangat dekat(2) Ya hanya mengenal orangnya(3) Hanya Tahu Fotonya & Tidak Mengenal Orangnya(4) Tidak Tahu /mengenal sama sekali
18. Menurut B/I/S Apakah hasil Pemilu Legislatif 2014 lalu sesuaiharapan ?
(1) Ya (2) Tidak
19. Apakah B/I/S menggunakan hak Pilih pada Pemilihan Umum tahun2014 (Pilpres )
(1) Ya (2) Tidak Pert 20
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROPINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
2
20. . Jika TIDAK Apa alasan B/I/S tidak IKUT Pemilihan Presiden 9Juni 2014?
1) Pilpres tidak ada gunanya untuk perbaikan ekonomimasyarakat
2) Piplres hanya menguntungkan orang-orang tertentu dan elit-elit politik
3) Partai politik tidak bisa dipercaya lagi4) Calon Presiden tidak ada yang dinginkan5) Tidak terdaftar sebagai pemilih6) Lainnya ................................................
21. Dari mana sumber Informasi Partai Politik & Calon AnggotaLegislatif diperoleh ?
1) Dialog tatap muka2) Spanduk/baliho3) Kalender/stiker/poster4) Radio5) Koran6) Televisi
22 Pada massa kampanye jenis kegiatan mana paling B/I/S sukai ?
1) Konvoi2) Berdialog Dgn Warga3) Panggung Hiburan4) Acara Keagamaan5) Jalan Santai6) Acara Tradisonal7) Kerja Bakti8) Konser Musik / Band
9) Pelayanan Kesehatan10) Pasar Murah11) Bagi Bagi Uang12) Bagi Bagi Sembako13) Blusukan14) Acara Olah Raga15) Pemutaran Film16) Lainnya ____________
23 Jika ada Partai / Calon yang ingin mengadakan kegiatan berikut inikegiatan apa yang B/I/S ingin ikuti ?.
1) Kegiatan Bakti Sosial2) Kegiatan Keagamaan3) Kegiatan Olahraga4) Kegiatan Pendidikan
5) Kegiatan Wirausaha6) Kegiatan yang sesuai
dengan Hobi7) Kegiatan Budaya Daerah8) Lainnya………
24. MENURUT B/I/S, Apakah Pemberian sejumlah UANG,BARANG untuk mempengaruhi pilihan pemilih adalah hal yangWAJAR?
(1) Ya, wajar di TERIMA(2) Tidak bisa di TERIMA Pert 26
25. Jika YA, Apakah B/I/S akan menerima bila ada orang yangmemberi UANG atau HADIAH tersebut?
(1) Akan menerima dan Memilih Calon yang memberi Uang(2) Akan menerima dan memilih calon yang memberi Uang
lebih Banyak(3) Akan menerima dan memilih yang memberikan Uang saat
menjelang pemungutan Suara(4) Akan menerima, dan tidak memilih Calonnya(5) Lainnya _____________________(TULISKAN)
26 Jika tidak apa alasan B/I/S1) Saya sudah memiliki pilihan (keluarga / teman dekat)2) Sudah dari dulu mempunyai pilihan Partai tertentu3) Saya takut dan/tangkap Panwas4) Saya tahu bahwa Pemberian sejumlah UANG, BARANG
adalah Pelanggaran5) Lainnya _____________________(TULISKAN)
27. Apakah B/I/S pernah melihat, menyaksikan Pemberian sejumlahUANG, BARANG untuk mempengaruhi pilihan pemilih?
(1) Ya (2) Tidak Pert 28
28. Jika YA, bentuk pemberian tersebut berupa(1) Pemberian Uang(2) Pembagian Sembako(3) Pembagian Pakaian(4) Perbaikan Fasilitas Umum(5) Lainnya .................
29. Apakah tindakan B/I/S B/I/S Jika melihat, menyaksikan Pemberiansejumlah UANG, BARANG untuk mempengaruhi pemilih ?
(1) Menegur dan atau Melaporkan kepada Pengawas Pemilu(2) Cukup Menyaksikan saja(3) Tak mempedulikannya(4) Akan membantu jika di butuhkan
30. Apakah B/I/S SETUJU bahwa Pengawasan PenyelenggaraanPemilu adalah tanggungjawab bersama?
(1) Ya (2) Tidak
31 Apakah B/I/S PERCAYA bahwa Penyelenggara Pemilu (KPU)TIDAK terlibat dalam kepentingan Politik?
(1) Ya (2) Ragu-ragu (3) Tidak ( 88) TT/TJ
32 Bagaimana Penilaian B/I/S tentang Integritas KPU dalamPenyelenggaraan Pemilu Legislatif 9 April 2014 ? (beri tanda (V)pada bagian yang dipilih
No Aspek Ya (1) Tidak (2)1 Mandiri2 Jujur3 Adil4 Keterbukaan5 Profesionalitas6 Proporsionalitas7 Akuntabilitas
33. Dari berbagai pihak berikut ini, manakah menurut B/I/S yangmelakukan kecurangan PEMILU 2014.?
(1) Petugas PPS(2) PPK dan(3) KPUD(4) Panwas
(5) Partai Politik(6) Kepala kelurahan / Desa(7)Tim Sukses Partai /CALEG(8) Lainnya _____________
34 Menurut B/I/S Apakah Penyelenggara Pemilu telah bekerja sesuaiHarapan ?
(1) Ya (2) Ragu-ragu (3) Tidak ( 88) TT/TJ
35 Apakah B/I/S YAKIN bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidakterlibat dalam kepentingan Politik Praktis?
(1) Ya (2) Ragu-ragu (3) Tidak ( 88) TT/TJ
PROFIL RESPONDEN1. Jenis kelamin
(1) Laki-laki(2) Perempuan
2. Pendidikan1.) Tidak sekolah2.) SD/Sederajat3.) SLTP/sederajat4.) SLTA / sederajat5.) Diploma/Akademik6.) Sarjana (S1, S2, S3)
3 Pekerjaan1.) PNS/Pensiunan2.) Ibu Rumah Tangga3.) Sekolah / Kuliah4.) Petani5.) Swasta6.) Nelayan7.) Tak bekerja
4 Usia(1) < 17 tahun(2) 17- 24 tahun(3) 25 – 34 tahun(4) 35 – 44 tahun(5) 45 – 55 tahun(6) > 55 tahun
5. Agama(1) Islam(2) Katholik(3) Protesta(4) Hindu(5) Budha
6. Pendapatan perbulan1.) 250.000 – 500.0002.) 500.000 – 1juta3.) 1juta – 5 juta4.) 5 juta5.) Rahasia / tidak jawab
7. Apakah B/I/S mempunyaiKartu Pemilih
(1) Ya(2) Tidak
8. Apakah B/I/S mempunyaiHandphone
(1) Ya(2) Tidak
Berkenan kami tahu?
No Hp ………………………...
Surveyor : …………………………….Ttd : _________
Kuesioner ini tidak diperkenankan dimiliki dengan caraapapun oleh siapapun, KERAHASIAN RESPONDEN
DIJAMIN SEPENUHNYATerimakasih atas Kerjasama yang Baik
Profil Responden
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden yang berjenis kelamin
laki-laki sedikit lebih banyak, yakni mencapai angka 51% dibanding responden
yang berjenis kelamin perempuan yang hanya sebesar 49%.
SLTA/Sederajat34%
Diploma/Akdmk3%
Profil Responden
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden yang berjenis kelamin
laki-laki sedikit lebih banyak, yakni mencapai angka 51% dibanding responden
yang berjenis kelamin perempuan yang hanya sebesar 49%.
Laki-Laki51%
Perempuan49%
Jenis kelamin
Tidak Sekolah2%
SD Sederajat33%
SLTP/Sederajat17%
SLTA/Sederajat34%
Diploma/Akdmk3%
Sarjana/SI/S2/S311%
Pendidikan Responden
Profil Responden
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden yang berjenis kelamin
laki-laki sedikit lebih banyak, yakni mencapai angka 51% dibanding responden
yang berjenis kelamin perempuan yang hanya sebesar 49%.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden
lebih banyak berada pada rentang pendidikan dasar dan menengah, yakni SMA
sebesar 34%, SLTP sebesar 17%, dan SD/Sederajat sebesar 33%.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden penelitian lebih
didominasi oleh masyarakat berlatar belakang ibu rumah tangga (32%), buruh
(23%), dan petani (21%).
Wiraswasta2%
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden
lebih banyak berada pada rentang pendidikan dasar dan menengah, yakni SMA
sebesar 34%, SLTP sebesar 17%, dan SD/Sederajat sebesar 33%.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden penelitian lebih
didominasi oleh masyarakat berlatar belakang ibu rumah tangga (32%), buruh
(23%), dan petani (21%).
PNS / Pensiunan8%
IbuRumahTangga
32%
MasihSekolah/kuliah
5%
Buruh23%
Petani21%
Wiraswasta2%
Nelayan9%
Pekerjaan Responden
< 17 tahun1%
17-24 thn14%
25-34 thn25%
35-44 thn30%
45-55 thn19%
> 55 thn11%
Usia Responden
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden
lebih banyak berada pada rentang pendidikan dasar dan menengah, yakni SMA
sebesar 34%, SLTP sebesar 17%, dan SD/Sederajat sebesar 33%.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden penelitian lebih
didominasi oleh masyarakat berlatar belakang ibu rumah tangga (32%), buruh
(23%), dan petani (21%).
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini
lebih didominasi oleh masyarakat kalangan usia 25-55 tahun (25-34 sebanyak
25%, 35-44 sebanyak 30%, dan 45-55 sebanyak 19%), yang notabene
berpengalaman dalam pemilu, dalam artian telah mengikuti lebih dari satu kali
kegiatan pemilu, sehingga diharapkan mampu memberikan informasi yang
tepat, akurat, holistik, dan komprehensif terkait tujuan penelitian.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini
didominasi oleh masyarakat kalangan ekonomi menengah ke atas (>5 Juta)
sebanyak 44% dan kalangan ekonomi menengah ke bawah (<100.000)
sebanyak 30%, sehingga diharapkan data/informasi yang didapatkan relatif
berimbang dan mampu menggambarkan kondisi riil seobjektif mungkin.
1 juta - 5 juta0%
Pendapatan Responden
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini
lebih didominasi oleh masyarakat kalangan usia 25-55 tahun (25-34 sebanyak
25%, 35-44 sebanyak 30%, dan 45-55 sebanyak 19%), yang notabene
berpengalaman dalam pemilu, dalam artian telah mengikuti lebih dari satu kali
kegiatan pemilu, sehingga diharapkan mampu memberikan informasi yang
tepat, akurat, holistik, dan komprehensif terkait tujuan penelitian.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini
didominasi oleh masyarakat kalangan ekonomi menengah ke atas (>5 Juta)
sebanyak 44% dan kalangan ekonomi menengah ke bawah (<100.000)
sebanyak 30%, sehingga diharapkan data/informasi yang didapatkan relatif
berimbang dan mampu menggambarkan kondisi riil seobjektif mungkin.
< 100.00030%
100.000-500.00016%
500.000-1 juta10%
1 juta - 5 juta0%
> 5 juta44%
rahasia/ tdk djwb0%
Pendapatan Responden
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini
lebih didominasi oleh masyarakat kalangan usia 25-55 tahun (25-34 sebanyak
25%, 35-44 sebanyak 30%, dan 45-55 sebanyak 19%), yang notabene
berpengalaman dalam pemilu, dalam artian telah mengikuti lebih dari satu kali
kegiatan pemilu, sehingga diharapkan mampu memberikan informasi yang
tepat, akurat, holistik, dan komprehensif terkait tujuan penelitian.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini
didominasi oleh masyarakat kalangan ekonomi menengah ke atas (>5 Juta)
sebanyak 44% dan kalangan ekonomi menengah ke bawah (<100.000)
sebanyak 30%, sehingga diharapkan data/informasi yang didapatkan relatif
berimbang dan mampu menggambarkan kondisi riil seobjektif mungkin.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian
berasal dari masyarakat yang sebagian besar terdaftar sebagai pemilih dan
memiliki kartu pemilih, yakni mencapai 81%, yang besar kemungkinannya
berpartisipasi dalam pemilu legislatif 2014 lalu. Dengan angka demikian
diharapkan data/informasi penelitian yang didapatkan lebih akurat dan objektif.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa persebaran masyarakat yang
memiliki kartu pemilih tertinggi berada di Kabupaten Bone Bolango, yakni
90,149%85,404%
Kab Bone Bolango Kab Gtlo
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian
berasal dari masyarakat yang sebagian besar terdaftar sebagai pemilih dan
memiliki kartu pemilih, yakni mencapai 81%, yang besar kemungkinannya
berpartisipasi dalam pemilu legislatif 2014 lalu. Dengan angka demikian
diharapkan data/informasi penelitian yang didapatkan lebih akurat dan objektif.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa persebaran masyarakat yang
memiliki kartu pemilih tertinggi berada di Kabupaten Bone Bolango, yakni
ya81%
tidak19%
Kartu Pemilih
85,404% 83,962%79,455%
Kab Gtlo Kab Gorut Kab Pohuato Kab Boalemo
Kartu Pemilih(baseline : Kab/kota)
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian
berasal dari masyarakat yang sebagian besar terdaftar sebagai pemilih dan
memiliki kartu pemilih, yakni mencapai 81%, yang besar kemungkinannya
berpartisipasi dalam pemilu legislatif 2014 lalu. Dengan angka demikian
diharapkan data/informasi penelitian yang didapatkan lebih akurat dan objektif.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa persebaran masyarakat yang
memiliki kartu pemilih tertinggi berada di Kabupaten Bone Bolango, yakni
71,333%
Kab Boalemo
sebesar 90,15%, sementara yang terendah berada di Kabupaten Boalemo,
yakni sebesar 71,33%. Hal ini juga turut menunjukkan kinerja penyelenggara
pemilu dalam melakukan pendataan pemilih sekaligus penyebaran kartu pemilih
di satu sisi, sekaligus tingkat kesadaran politik masyarakat untuk terdaftar
secara resmi dalam pemilu di sisi lain.
Grafik di atas pada dasarnya menunjukkan tingkat kepemilikan alata
komunikasi-informasi (HP) masyarakat di Provinsi Gorontalo. Dari data tersebut,
tingkat kepemilikan Handphone (HP) masyarakat baru mencapai angka 59%.
Sekalipun demikian, dari angka yang mampu melebihi separuh jumlah
masyarakat dapat dipahami bahwa HP bagi masyarakat Provinsi Gorontalo
bukan lagi merupakan barang mewah, melainkan sudah menjadi kebutuhan
dasar bagi sebagian kalangan. Selain itu dengan angka tersebut dapat dipahami
bahwa HP di Provinsi Gorontalo dapat menjadi salah satu sarana informasi-
komunikasi yang efektif, baik bagi penyelenggara pemilu maupun calon dalam
menyebarluaskan informasi/agendanya.
sebesar 90,15%, sementara yang terendah berada di Kabupaten Boalemo,
yakni sebesar 71,33%. Hal ini juga turut menunjukkan kinerja penyelenggara
pemilu dalam melakukan pendataan pemilih sekaligus penyebaran kartu pemilih
di satu sisi, sekaligus tingkat kesadaran politik masyarakat untuk terdaftar
secara resmi dalam pemilu di sisi lain.
Grafik di atas pada dasarnya menunjukkan tingkat kepemilikan alata
komunikasi-informasi (HP) masyarakat di Provinsi Gorontalo. Dari data tersebut,
tingkat kepemilikan Handphone (HP) masyarakat baru mencapai angka 59%.
Sekalipun demikian, dari angka yang mampu melebihi separuh jumlah
masyarakat dapat dipahami bahwa HP bagi masyarakat Provinsi Gorontalo
bukan lagi merupakan barang mewah, melainkan sudah menjadi kebutuhan
dasar bagi sebagian kalangan. Selain itu dengan angka tersebut dapat dipahami
bahwa HP di Provinsi Gorontalo dapat menjadi salah satu sarana informasi-
komunikasi yang efektif, baik bagi penyelenggara pemilu maupun calon dalam
menyebarluaskan informasi/agendanya.
ada59%
tidak ada41%
Kepemilikan HP
sebesar 90,15%, sementara yang terendah berada di Kabupaten Boalemo,
yakni sebesar 71,33%. Hal ini juga turut menunjukkan kinerja penyelenggara
pemilu dalam melakukan pendataan pemilih sekaligus penyebaran kartu pemilih
di satu sisi, sekaligus tingkat kesadaran politik masyarakat untuk terdaftar
secara resmi dalam pemilu di sisi lain.
Grafik di atas pada dasarnya menunjukkan tingkat kepemilikan alata
komunikasi-informasi (HP) masyarakat di Provinsi Gorontalo. Dari data tersebut,
tingkat kepemilikan Handphone (HP) masyarakat baru mencapai angka 59%.
Sekalipun demikian, dari angka yang mampu melebihi separuh jumlah
masyarakat dapat dipahami bahwa HP bagi masyarakat Provinsi Gorontalo
bukan lagi merupakan barang mewah, melainkan sudah menjadi kebutuhan
dasar bagi sebagian kalangan. Selain itu dengan angka tersebut dapat dipahami
bahwa HP di Provinsi Gorontalo dapat menjadi salah satu sarana informasi-
komunikasi yang efektif, baik bagi penyelenggara pemilu maupun calon dalam
menyebarluaskan informasi/agendanya.
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa persebaran kepemilihan sarana
informasi komunikasi Handphone (HP) di Provinsi Gorontalo lebih banyak
berada di Kota Gorontalo, yakni sebanyak 74%, sementara yang terendah
berada di Kabupaten Gorontalo yakni hanya mencapai 52%. Sekalipun
demikian, dengan angka yang mampu melampaui 50% di masing-masing
daerah dapat dipahami bahwa Handphone (HP) kini menjadi kebutuhan rata-
rata masyarakat sekaligus sebagai sarana efektif penyebarluasan
informasi/agenda politik.
74%66%
62%54% 53% 52%
Kota Gtlo Kab Pohuato Kab BoneBolango
Kab Boalemo Kab Gorut Kab Gtlo
Kepemilikan HP(baseline : Kab/kota)
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN GORONTALO UTARA = 397 SamplingError = 5 %
KEC KEC NO NAMA DESASAMPEL
JLHSAMPE
L1 KWANDANG 100
KWANDANG 1 ALATA KARYAKWANDANG 2 BOTUWOMBATAKWANDANG 3 CISADANEKWANDANG 4 LEBOTOKWANDANG 5 MOLINGGAPOTOKWANDANG 6 MOOTINELOKWANDANG 7 PONTOLO
2 TOMILITO 30TOMILITO 8 LEYAOTOMILITO 9 MOLANTADUTOMILITO 10 BULANGGOTOMILITO 11 HUIDU MELITO
TOMILITO 12 JEMBATANMERAH
3 ANGGREK 55ANGGREK 13 DATAHUANGGREK 14 HELUMOANGGREK 15 ILANGATAANGGREK 16 LANGGEANGGREK 17 PUTIANAANGGREK 18 TUTUWOTO
4 MONANO MONANO 21MONANO 19 ZURIATYMONANO 20 TOLITE HUYUMONANO 21 PILOHULATAMONANO 22 GARAPIA
5 SUMALATA TIMUR SUMALATATIMUR 23
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN GORONTALO UTARA = 397 SamplingError = 5 %
KEC KEC NO NAMA DESASAMPEL
JLHSAMPE
L1 KWANDANG 100
KWANDANG 1 ALATA KARYAKWANDANG 2 BOTUWOMBATAKWANDANG 3 CISADANEKWANDANG 4 LEBOTOKWANDANG 5 MOLINGGAPOTOKWANDANG 6 MOOTINELOKWANDANG 7 PONTOLO
2 TOMILITO 30TOMILITO 8 LEYAOTOMILITO 9 MOLANTADUTOMILITO 10 BULANGGOTOMILITO 11 HUIDU MELITO
TOMILITO 12 JEMBATANMERAH
3 ANGGREK 55ANGGREK 13 DATAHUANGGREK 14 HELUMOANGGREK 15 ILANGATAANGGREK 16 LANGGEANGGREK 17 PUTIANAANGGREK 18 TUTUWOTO
4 MONANO MONANO 21MONANO 19 ZURIATYMONANO 20 TOLITE HUYUMONANO 21 PILOHULATAMONANO 22 GARAPIA
5 SUMALATA TIMUR SUMALATATIMUR 23
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN GORONTALO UTARA = 397 SamplingError = 5 %
KEC KEC NO NAMA DESASAMPEL
JLHSAMPE
L1 KWANDANG 100
KWANDANG 1 ALATA KARYAKWANDANG 2 BOTUWOMBATAKWANDANG 3 CISADANEKWANDANG 4 LEBOTOKWANDANG 5 MOLINGGAPOTOKWANDANG 6 MOOTINELOKWANDANG 7 PONTOLO
2 TOMILITO 30TOMILITO 8 LEYAOTOMILITO 9 MOLANTADUTOMILITO 10 BULANGGOTOMILITO 11 HUIDU MELITO
TOMILITO 12 JEMBATANMERAH
3 ANGGREK 55ANGGREK 13 DATAHUANGGREK 14 HELUMOANGGREK 15 ILANGATAANGGREK 16 LANGGEANGGREK 17 PUTIANAANGGREK 18 TUTUWOTO
4 MONANO MONANO 21MONANO 19 ZURIATYMONANO 20 TOLITE HUYUMONANO 21 PILOHULATAMONANO 22 GARAPIA
5 SUMALATA TIMUR SUMALATATIMUR 23
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
SUMALATA TIMUR 23 BUBALANGOSUMALATA TIMUR 24 MOTIHELUMOSUMALATA TIMUR 25 WUBUDUSUMALATA TIMUR 26 DEME 2
6 SUMALATA SUMALATA 36
SUMALATA 27 BULONTIOBARAT
SUMALATA 28 MEBONGOSUMALATA 29 PULOHENTISUMALATA 30 TUMBA
7 BIAU BIAU 17BIAU 31 SEMBIHINGANBIAU 32 DIDINGGABIAU 33 OMUTOBIAU 34 BOHULO
8 TOLINGGULA TOLINGGULA 33TOLINGGULA 35 ILOMANGGATOLINGGULA 36 PAPUALANGITOLINGGULA 37 CEMPAKA PUTIHTOLINGGULA 38 TOLITE JAYATOLINGGULA 39 ILOTUNGGULO
9 PONELO PONELO 13PONELO 40 PONELOPONELO 41 TIHENGO
10 GENTUMA RAYA GENTUMA RAYA 31GENTUMA RAYA 42 DURIANGENTUMA RAYA 43 IPILOGENTUMA RAYA 44 LANGKEGENTUMA RAYA 45 MOTOMINGOGENTUMA RAYA 46 PASALAE
11 ATINGGOLA ATINGGOLA 38ATINGGOLA 47 WAPALOATINGGOLA 48 PINONTOYONGAATINGGOLA 49 MONGGUPOATINGGOLA 50 IMANAATINGGOLA 51 ILOHELUMAATINGGOLA 52 BUATA
JUMLAH
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN BOALEMO = 621 Sampling Error = 4 %
KECKODEDESA DESA
JLHSAMPEL
Paguyaman 1 BONGO NOL 25Paguyaman 2 MUTIARA 21Paguyaman 3 TANGKOBU 23Paguyaman 4 MUSTIKA 14Paguyaman 5 KARYA MURNI 10Paguyaman 6 BUALO 18Paguyaman 7 HULAWA 13Paguyaman 8 DILOATO 19Wonosari 9 HARAPAN 29Wonosari 10 BONGO TIGA 16Wonosari 11 PANGEYA 34Wonosari 12 SUKAMULYA 11Wonosari 13 DIMITO 19Wonosari 14 RAHARJA 6Wonosari 15 DULOHUPA 8Dulupi 16 DULUPI 31Dulupi 17 KOTARAJA 15Dulupi 18 PANGI 8Dulupi 19 TANGGA BARITO 17Tilamuta 20 LIMBATO 19Tilamuta 21 AYUHULALO 21Tilamuta 22 MODELOMO 28Tilamuta 23 BAJO 12Tilamuta 24 MOHUNGO 25Tilamuta 25 LAMU 16Tilamuta 26 TENILO 7Mananggu 27 KAARUYAN 7Mananggu 28 BENDUNGAN 21
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN BOALEMO = 621 Sampling Error = 4 %
KECKODEDESA DESA
JLHSAMPEL
Paguyaman 1 BONGO NOL 25Paguyaman 2 MUTIARA 21Paguyaman 3 TANGKOBU 23Paguyaman 4 MUSTIKA 14Paguyaman 5 KARYA MURNI 10Paguyaman 6 BUALO 18Paguyaman 7 HULAWA 13Paguyaman 8 DILOATO 19Wonosari 9 HARAPAN 29Wonosari 10 BONGO TIGA 16Wonosari 11 PANGEYA 34Wonosari 12 SUKAMULYA 11Wonosari 13 DIMITO 19Wonosari 14 RAHARJA 6Wonosari 15 DULOHUPA 8Dulupi 16 DULUPI 31Dulupi 17 KOTARAJA 15Dulupi 18 PANGI 8Dulupi 19 TANGGA BARITO 17Tilamuta 20 LIMBATO 19Tilamuta 21 AYUHULALO 21Tilamuta 22 MODELOMO 28Tilamuta 23 BAJO 12Tilamuta 24 MOHUNGO 25Tilamuta 25 LAMU 16Tilamuta 26 TENILO 7Mananggu 27 KAARUYAN 7Mananggu 28 BENDUNGAN 21
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN BOALEMO = 621 Sampling Error = 4 %
KECKODEDESA DESA
JLHSAMPEL
Paguyaman 1 BONGO NOL 25Paguyaman 2 MUTIARA 21Paguyaman 3 TANGKOBU 23Paguyaman 4 MUSTIKA 14Paguyaman 5 KARYA MURNI 10Paguyaman 6 BUALO 18Paguyaman 7 HULAWA 13Paguyaman 8 DILOATO 19Wonosari 9 HARAPAN 29Wonosari 10 BONGO TIGA 16Wonosari 11 PANGEYA 34Wonosari 12 SUKAMULYA 11Wonosari 13 DIMITO 19Wonosari 14 RAHARJA 6Wonosari 15 DULOHUPA 8Dulupi 16 DULUPI 31Dulupi 17 KOTARAJA 15Dulupi 18 PANGI 8Dulupi 19 TANGGA BARITO 17Tilamuta 20 LIMBATO 19Tilamuta 21 AYUHULALO 21Tilamuta 22 MODELOMO 28Tilamuta 23 BAJO 12Tilamuta 24 MOHUNGO 25Tilamuta 25 LAMU 16Tilamuta 26 TENILO 7Mananggu 27 KAARUYAN 7Mananggu 28 BENDUNGAN 21
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
Mananggu 29 MANANGGU 16Mananggu 30 KRAMAT 13Botumoito 31 HUTAMONU 15Botumoito 32 TAPADAA 15Botumoito 33 POTANGA 16Botumoito 34 RUMBIA 20Paguyaman Pantai 35 LITO 20Paguyaman Pantai 36 APITALAWO 9Paguyaman Pantai 37 TOWAYU 5
JUMLAH 621
Jumlah Sampel Kabupaten Bone Bolango = 1.100 Sampling Error = 3 %
No Nama Desa Jlh Sampel1 OLUHUTA 272 PAUWO 533 DUTOHE 164 TOTO SELATAN 245 TALANGO 216 DUTOHE BARAT 267 BONGOIME 488 TOTO UTARA 399 LONUO 1610 BUTU 1411 BERLIAN 1012 TIMBUOLO TIMUR 3413 SUKMA 1314 HUANGOBOTU 3715 OLELE 2516 BINTALAHE 1817 BILUNGALA 3618 LEMBAH HIJAU 1519 KEMIRI 920 MAMUNGAA 1121 KAIDUNDU 2422 TOMBULILATO 1923 MOOPIYA 1524 BUNGA 1325 TALUDAA 2726 SOGITIA 2427 ILOHUUUWA 1328 BOLUDAWA 4729 TINELO 2730 HELUMO 1331 TULABOLO 10
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
Jumlah Sampel Kabupaten Bone Bolango = 1.100 Sampling Error = 3 %
No Nama Desa Jlh Sampel1 OLUHUTA 272 PAUWO 533 DUTOHE 164 TOTO SELATAN 245 TALANGO 216 DUTOHE BARAT 267 BONGOIME 488 TOTO UTARA 399 LONUO 1610 BUTU 1411 BERLIAN 1012 TIMBUOLO TIMUR 3413 SUKMA 1314 HUANGOBOTU 3715 OLELE 2516 BINTALAHE 1817 BILUNGALA 3618 LEMBAH HIJAU 1519 KEMIRI 920 MAMUNGAA 1121 KAIDUNDU 2422 TOMBULILATO 1923 MOOPIYA 1524 BUNGA 1325 TALUDAA 2726 SOGITIA 2427 ILOHUUUWA 1328 BOLUDAWA 4729 TINELO 2730 HELUMO 1331 TULABOLO 10
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
Jumlah Sampel Kabupaten Bone Bolango = 1.100 Sampling Error = 3 %
No Nama Desa Jlh Sampel1 OLUHUTA 272 PAUWO 533 DUTOHE 164 TOTO SELATAN 245 TALANGO 216 DUTOHE BARAT 267 BONGOIME 488 TOTO UTARA 399 LONUO 1610 BUTU 1411 BERLIAN 1012 TIMBUOLO TIMUR 3413 SUKMA 1314 HUANGOBOTU 3715 OLELE 2516 BINTALAHE 1817 BILUNGALA 3618 LEMBAH HIJAU 1519 KEMIRI 920 MAMUNGAA 1121 KAIDUNDU 2422 TOMBULILATO 1923 MOOPIYA 1524 BUNGA 1325 TALUDAA 2726 SOGITIA 2427 ILOHUUUWA 1328 BOLUDAWA 4729 TINELO 2730 HELUMO 1331 TULABOLO 10
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
32 DUMBAYA BULAN 1733 PANGI 1134 MOLINTOGUPO 2035 BONEDAA 1036 PANCURAN 637 DUANO 3438 TAPADAA 1039 PINOGU 1540 TALULOBUTU 2341 LANGGE 1942 MERANTI 1143 BOIDU 1844 LONGALO 1945 SUKA DAMAI 1846 MONGIILO 1747 PILOLAHEYA 1048 AYULA SELATAN 1649 HUNTU SELATAN 2050 TINELO AYULA 1651 HUNTU BARAT 2452 BULOTALANGI 1753 POPODU 24
JUMLAH 1100
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN GORONTALO = 1.107 Sampling Error = 3 %
KecKodeDesa Desa
JlhSampel
Telaga 1 BULILA 17Telaga 2 MONGOLATO 18Telaga 3 PILOHAYANGA 16Telaga 4 DULOHUPA 11Batudaa 5 ILUTA 16Batudaa 6 ILOHUNGAYO 13Batudaa 7 DUNGGALA 12Tibawa 8 TOLOTIO 20Tibawa 9 LABANU 21Tibawa 10 REKSONEGORO 10Tibawa 11 BUHU 26Tibawa 12 ISIMU RAYA 21Tibawa 13 BALAHU 21Btda Pantai 14 KAYUBULAN 16Btda Pantai 15 BONGO 15Btda Pantai 16 LANGGULA 4BOLIYOHUTO 17 SIDOMULYO 11BOLIYOHUTO 18 PARUNGI 11BOLIYOHUTO 19 DILONIYOHU 11BOLIYOHUTO 20 MOTODUTO 9BOLIYOHUTO 21 MONGGOLITO 7Telaga Biru 22 ULAPATO A 15Telaga Biru 23 TALUMELITO 8Telaga Biru 24 TULADENGGI 26Telaga Biru 25 PENTADIO TIMUR 18Telaga Biru 26 DUMATI 11Bongomeme 27 DULAMAYO 14Bongomeme 28 MOLAS 14Bongomeme 29 BATULORENG 11Bongomeme 30 LIYODU 7Bongomeme 31 KAYUMERAH 9Tolangohula 32 SUKAMAKMUR 25Tolangohula 33 POLOHUNGO 13
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN GORONTALO = 1.107 Sampling Error = 3 %
KecKodeDesa Desa
JlhSampel
Telaga 1 BULILA 17Telaga 2 MONGOLATO 18Telaga 3 PILOHAYANGA 16Telaga 4 DULOHUPA 11Batudaa 5 ILUTA 16Batudaa 6 ILOHUNGAYO 13Batudaa 7 DUNGGALA 12Tibawa 8 TOLOTIO 20Tibawa 9 LABANU 21Tibawa 10 REKSONEGORO 10Tibawa 11 BUHU 26Tibawa 12 ISIMU RAYA 21Tibawa 13 BALAHU 21Btda Pantai 14 KAYUBULAN 16Btda Pantai 15 BONGO 15Btda Pantai 16 LANGGULA 4BOLIYOHUTO 17 SIDOMULYO 11BOLIYOHUTO 18 PARUNGI 11BOLIYOHUTO 19 DILONIYOHU 11BOLIYOHUTO 20 MOTODUTO 9BOLIYOHUTO 21 MONGGOLITO 7Telaga Biru 22 ULAPATO A 15Telaga Biru 23 TALUMELITO 8Telaga Biru 24 TULADENGGI 26Telaga Biru 25 PENTADIO TIMUR 18Telaga Biru 26 DUMATI 11Bongomeme 27 DULAMAYO 14Bongomeme 28 MOLAS 14Bongomeme 29 BATULORENG 11Bongomeme 30 LIYODU 7Bongomeme 31 KAYUMERAH 9Tolangohula 32 SUKAMAKMUR 25Tolangohula 33 POLOHUNGO 13
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
JUMLAH SAMPEL KABUPATEN GORONTALO = 1.107 Sampling Error = 3 %
KecKodeDesa Desa
JlhSampel
Telaga 1 BULILA 17Telaga 2 MONGOLATO 18Telaga 3 PILOHAYANGA 16Telaga 4 DULOHUPA 11Batudaa 5 ILUTA 16Batudaa 6 ILOHUNGAYO 13Batudaa 7 DUNGGALA 12Tibawa 8 TOLOTIO 20Tibawa 9 LABANU 21Tibawa 10 REKSONEGORO 10Tibawa 11 BUHU 26Tibawa 12 ISIMU RAYA 21Tibawa 13 BALAHU 21Btda Pantai 14 KAYUBULAN 16Btda Pantai 15 BONGO 15Btda Pantai 16 LANGGULA 4BOLIYOHUTO 17 SIDOMULYO 11BOLIYOHUTO 18 PARUNGI 11BOLIYOHUTO 19 DILONIYOHU 11BOLIYOHUTO 20 MOTODUTO 9BOLIYOHUTO 21 MONGGOLITO 7Telaga Biru 22 ULAPATO A 15Telaga Biru 23 TALUMELITO 8Telaga Biru 24 TULADENGGI 26Telaga Biru 25 PENTADIO TIMUR 18Telaga Biru 26 DUMATI 11Bongomeme 27 DULAMAYO 14Bongomeme 28 MOLAS 14Bongomeme 29 BATULORENG 11Bongomeme 30 LIYODU 7Bongomeme 31 KAYUMERAH 9Tolangohula 32 SUKAMAKMUR 25Tolangohula 33 POLOHUNGO 13
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
Tolangohula 34 SIDOHARJO 17Tolangohula 35 TAMAILA UTARA 11MOOTILANGO 36 PARIS 21MOOTILANGO 37 KARYAMUKTI 10MOOTILANGO 38 SUKAMAJU 8MOOTILANGO 39 HUYULA 14Pulubala 40 PULUBALA 20Pulubala 41 BAKTI 20Pulubala 42 MOLALAHU 10Pulubala 43 PUNCAK 24Limboto Barat 44 HUIDU 14Limboto Barat 45 DAENAA 20Limboto Barat 46 HUTABOHU 24Limboto Barat 47 HAYA-HAYA 15Tilango 48 TILOTE 12Tilango 49 TENGGELA 14Tilango 50 TINELO 14Bilato 51 TOTOPO 6Bilato 52 BILATO 9Bilato 53 BUMELA 12Dunggaliyo 54 AMBARA 16Dunggaliyo 55 BONGOMEME 22Dunggaliyo 56 DUWANGA 11Tabongo 57 TABONGO TIMUR 26Tabongo 58 ILOMANGGA 18Tabongo 59 LIMEHU 8Telaga Jaya 60 LUWOO 19Telaga Jaya 61 BULOTA 14Limboto 62 KAYUBULAN 42Limboto 63 BOLIHUANGGA 25Limboto 64 HEPUHULAWA 30Limboto 65 HUTUO 33Limboto 66 BIYONGA 9Biluhu 67 LOBUTO 11Biluhu 68 BILUHU TENGAH 13Asparaga 69 BULULI 15Asparaga 70 MOHIYOLO 16Asparaga 71 BIHE 7Jumlah 35% Desa 1,107
KOTA GORONTALO
NO KELURAHAN JLH n KecJlh ndesa
1 Kota Barat 56DEMBE I 19% 11
LEKOBALO 16% 9PILOLODAA 9% 5
BULIIDE 12% 7TENILO 13% 7
MOLOSIPAT W 15% 8BULADU 17% 9
2 Kota Selatan 61BIAWAO 10% 6
BIAWU 15% 9LIMBA B 28% 17
LIMBA U I 22% 14LIMBA U II 25% 15
3 Kota Utara 47DEMBE II 12% 6
WONGKADITI TIMUR 22% 10WONGKADITI BARAT 13% 6
DULOMO SELATAN 23% 11DULOMO UTARA 14% 7
DEMBE JAYA 16% 74 Dungingi 61
HUANGOBOTU 36% 22LIBUO 22% 13
TOMULABUTAO 12% 7TULADENGGI 9% 6
TOMULABUTAOSELATAN 21% 13
5 Kota Timur 65HELEDULAA UTARA 19% 12
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
KOTA GORONTALO
NO KELURAHAN JLH n KecJlh ndesa
1 Kota Barat 56DEMBE I 19% 11
LEKOBALO 16% 9PILOLODAA 9% 5
BULIIDE 12% 7TENILO 13% 7
MOLOSIPAT W 15% 8BULADU 17% 9
2 Kota Selatan 61BIAWAO 10% 6
BIAWU 15% 9LIMBA B 28% 17
LIMBA U I 22% 14LIMBA U II 25% 15
3 Kota Utara 47DEMBE II 12% 6
WONGKADITI TIMUR 22% 10WONGKADITI BARAT 13% 6
DULOMO SELATAN 23% 11DULOMO UTARA 14% 7
DEMBE JAYA 16% 74 Dungingi 61
HUANGOBOTU 36% 22LIBUO 22% 13
TOMULABUTAO 12% 7TULADENGGI 9% 6
TOMULABUTAOSELATAN 21% 13
5 Kota Timur 65HELEDULAA UTARA 19% 12
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
KOTA GORONTALO
NO KELURAHAN JLH n KecJlh ndesa
1 Kota Barat 56DEMBE I 19% 11
LEKOBALO 16% 9PILOLODAA 9% 5
BULIIDE 12% 7TENILO 13% 7
MOLOSIPAT W 15% 8BULADU 17% 9
2 Kota Selatan 61BIAWAO 10% 6
BIAWU 15% 9LIMBA B 28% 17
LIMBA U I 22% 14LIMBA U II 25% 15
3 Kota Utara 47DEMBE II 12% 6
WONGKADITI TIMUR 22% 10WONGKADITI BARAT 13% 6
DULOMO SELATAN 23% 11DULOMO UTARA 14% 7
DEMBE JAYA 16% 74 Dungingi 61
HUANGOBOTU 36% 22LIBUO 22% 13
TOMULABUTAO 12% 7TULADENGGI 9% 6
TOMULABUTAOSELATAN 21% 13
5 Kota Timur 65HELEDULAA UTARA 19% 12
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
HELEDULAASELATAN 12% 8
IPILO 24% 16MOODU 16% 10
PADEBUOLO 16% 11TAMALATE 13% 9
6 Kota Tengah 68WUMIALO 20% 14
DULALOWO 12% 8LILUWO 19% 13
PULUBALA 22% 15PAGUYAMAN 11% 8
DULALOWO TIMUR 15% 107 Sipatana 44
TANGGIKIKI 14% 6TAPA 26% 11
BULOTADAA BARAT 24% 11BULOTADAA TIMUR 17% 8
MOLOSIPAT U 19% 88 Dumboraya 46
LEATO UTARA 15% 7LEATO SELATAN 15% 7
TALUMOLO 30% 14BOTU 11% 5
BUGIS 29% 149 Hulonthalangi 44
TANJUNG KERAMAT 7% 3POHE 15% 7
TENDA 37% 16DONGGALA 19% 8SIENDENG 22% 10
KOTA GORONTALO 492 - 492
RISET PARTISIPASI PEMILU 2014JUMLAH SAMPEL POHUWATO
KodeDesa Kode Kec Desa Jlh Sampel
1 1 TOROSIAJE JAYA 152 1 POPAYATO 123 1 TRIKORA 94 1 DAMBALO 85 2 HULAWA 126 2 TALUDUYUNU 137 2 BUNTULIA UTARA 148 2 SIPATANA 109 3 DUDEWULO 14
10 3 MOLOSIPAT 911 3 PERSATUAN 912 4 LEMITO 2413 4 LEMITO UTARA 1814 4 SUKA DAMAI 915 5 MOTOLOHU 2216 5 MANUNGGAL KARYA 1917 5 HUYULA 1318 5 PATUHU 1319 5 MOTOLOHU SELATAN 820 6 MARISA SELATAN 1721 6 TERATAI 1522 6 POHUWATO 1223 6 BOTU BILOTAHU 1824 6 POHUWATO TIMUR 1425 6 BULANGITA 426 7 LIBUO 1927 7 BUNUYO 1428 7 BUMBULAN 2129 7 BUHU JAYA 17
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
RISET PARTISIPASI PEMILU 2014JUMLAH SAMPEL POHUWATO
KodeDesa Kode Kec Desa Jlh Sampel
1 1 TOROSIAJE JAYA 152 1 POPAYATO 123 1 TRIKORA 94 1 DAMBALO 85 2 HULAWA 126 2 TALUDUYUNU 137 2 BUNTULIA UTARA 148 2 SIPATANA 109 3 DUDEWULO 14
10 3 MOLOSIPAT 911 3 PERSATUAN 912 4 LEMITO 2413 4 LEMITO UTARA 1814 4 SUKA DAMAI 915 5 MOTOLOHU 2216 5 MANUNGGAL KARYA 1917 5 HUYULA 1318 5 PATUHU 1319 5 MOTOLOHU SELATAN 820 6 MARISA SELATAN 1721 6 TERATAI 1522 6 POHUWATO 1223 6 BOTU BILOTAHU 1824 6 POHUWATO TIMUR 1425 6 BULANGITA 426 7 LIBUO 1927 7 BUNUYO 1428 7 BUMBULAN 2129 7 BUHU JAYA 17
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
RISET PARTISIPASI PEMILU 2014JUMLAH SAMPEL POHUWATO
KodeDesa Kode Kec Desa Jlh Sampel
1 1 TOROSIAJE JAYA 152 1 POPAYATO 123 1 TRIKORA 94 1 DAMBALO 85 2 HULAWA 126 2 TALUDUYUNU 137 2 BUNTULIA UTARA 148 2 SIPATANA 109 3 DUDEWULO 14
10 3 MOLOSIPAT 911 3 PERSATUAN 912 4 LEMITO 2413 4 LEMITO UTARA 1814 4 SUKA DAMAI 915 5 MOTOLOHU 2216 5 MANUNGGAL KARYA 1917 5 HUYULA 1318 5 PATUHU 1319 5 MOTOLOHU SELATAN 820 6 MARISA SELATAN 1721 6 TERATAI 1522 6 POHUWATO 1223 6 BOTU BILOTAHU 1824 6 POHUWATO TIMUR 1425 6 BULANGITA 426 7 LIBUO 1927 7 BUNUYO 1428 7 BUMBULAN 2129 7 BUHU JAYA 17
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI GORONTALO
SURVEY PARTISIPASI PEMILU 2014
30 8 ILOHELUMA 2431 8 SUKA MAKMUR 1332 8 DUDEPO 633 9 PANCA KARSA II 1534 9 KALIMAS 1035 9 TIRTO ASRI 1136 10 POPAYA 1637 10 PADENGO 1038 11 BUNTULIA BARAT 1939 11 DUHIADAA 1440 11 BUNTULIA JAYA 1441 11 PADENGO 842 12 BUKIT HARAPAN 543 12 LIMBULA 1144 12 TUWEYA 645 13 LONDOUN 1446 13 BUNTO 847 13 MALEO 1248 13 KELAPA LIMA 5
Jumlah 621
RAPAT RISET DENGAN AGENDA PEMETAAN SAMPLE
DAN PENYERAHAN KUISIONER KEPADA KPU KABUPATEN/KOTA
Rabu, 17 Juni 2015
Tenaga Profesional Bapak DR. Razak Umar, S.Ag, M.Pd sedang menjelaskan pemetaan sampel kepada KPU Kab/Kota
Peserta Rapat Riset terdiri dari Komisioner KPU Kab/Kota Divisi Sosialisasi dan Kasubag Teknis dan Hupmas
RAPAT RISET DENGAN AGENDA PEMAPARAN HASIL RISET OLEH
MASING-MASING KPU KABUPATEN/KOTA SEKALIGUS PENYERAHAN LAPORAN RISET
Selasa, 10 November 2015
Pembukaan oleh Ketua KPU Provinsi Gorontalo, Drs. H. Muh. N. Tuli, M.Ag
Pengarahan oleh Anggota KPU Provinsi Gorontalo Divisi Sosialisasi, Maspa Mantulangi, S.Ag, M.PdI
Tanggapan dan Koreksi Perbaikan Atas Hasil Riset KPU Kab/Kota oleh Tenaga Profesional Bapak DR. Razak Umar, S.Ag, M.Pd
KEGIATAN SOSIALISASI YANG DILAKSANAKAN KPU PROVINSI GORONTALO
DALAM RANGKA MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMILU 2014
Sosialisasi Kepada Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Kota Gorontalo
Sosialisasi Kepada Warga Lansia Penghuni Panti Sosial Tresna Werdha “ILOMATA” Kota Gorontalo
Sosialisasi Kepada Kelompok Masyarakat Petani dan Masyarakat Pinggiran di Desa Bulota Kabupaten Gorontalo
KEGIATAN SOSIALISASI YANG DILAKSANAKAN KPU PROVINSI GORONTALO
DALAM RANGKA MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMILU 2014
Sosialisasi Kepada Pemilih Pemula di SMA Negeri I Paguyaman, Kabupaten Boalemo
Sosialisasi Kepada Mahasiswa di Kampus IAIN Sultan Amay Gorontalo
Sosialisasi Kepada Ibu – Ibu Persit di Aula Kodim 1304 Gorontalo
KEGIATAN SOSIALISASI YANG DILAKSANAKAN KPU PROVINSI GORONTALO
DALAM RANGKA MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMILU 2014
Sosialisasi kepada Pemilih Pemula, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat di Aula Kantor Camat Paguat, Kabupaten Pohuwato
Sosialisasi kepada berbagai elemen Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat di Gedung BKPM
Desa Bongoime Kec. Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango
Sosialisasi kepada Kelompok Masyarakat Nelayan di Kantor Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara
NOTULEN RAPAT PEDOMAN RISET TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT
DALAM PEMILU DENGAN AGENDA PEMETAAN SAMPEL DAN PENYERAHAN
KUISIONER KEPADA KPU KAB/KOTA
Rapat : Notulen Rapat Pedoman Riset Tentang Partisipasi
Masyarakat Dalam Pemilu Dengan Agenda Pemetaan
Sampel Dan Penyerahan Kuisioner Kepada KPU
Kabupaten/Kota
Hari/Tanggal : Rabu, 17 Juni 2015
Waktu : 10.00 Wita
Tempat : Ruang Rapat KPU Provinsi Gorontalo
Peserta Rapat :
1. Anggota KPU Provinsi Gorontalo : Maspa Mantulangi, S.Ag,M.Pdi
2. Anggota KPU Provinsi Gorontalo : Selvi Katili, SE
3. DR Razak Umar, SE, M.Pd : DR Razak Umar, SE, M.Pd
4. Anggota KPU Kab. Pohuwato : Kadrin Lasantu
5. Kasubag Teknis KPU Pohuwato : Idris Pakaya
6. Anggota KPU Kab. Boalemo : Asra Djibu
7. Kasubag Teknis KPU Boalemo : Saipul Kaku
8. Ketua KPU Kab. Gorontalo Utara : Fadliyanto Koem
9. Anggota KPU Kab. Gorontalo Utara : Moh Gandhi A. Tapu
10. Kasubag Teknis Gorontalo Utara : Ali Opaladu
11. Anggota KPU Kab. Gorontalo : Iwan K Usman
12. Kasubag Teknis Kab. Gorontalo : Husna Tilahunga
13. Anggota KPU Kota. Gorontalo : Lapandri Ilahude
14. Kasubag Teknis Kota Gorontalo : Misrah Djaka
15. Anggota KPU Bone Bolango : Oneng R Madjid
16. Kasubag Teknis KPU Bone Bolango : Awaludin Kadullah
17. Kabag Teknis Dan Hupmas : Aniki S. Suleman, S.Sos, M.Si
18. Kasubag Hukum : Sjukri Hala, SH
19. Kasubag Teknis Dan Hupmas : Hendrawati Saliko, SH, MM
20. Staf Bagian Teknis dan Hupmas : Rifat Yusuf, A.Md
21. Staf Bagian Teknis dan Hupmas : Mohamad Hasan
22. Staf Bagian Teknis dan Hupmas : Ramin Hunow
Aniki. S. Suleman, S.Sos, M.Si : Bismillahirrahmanirrahim, Ass. Wr.Wb. yang
kami Hormati Ibu Maspa anggota KPU selaku divisi
Sosialisasi, Pak DR. Razak Umar selaku konsultan,
Ketua dan Anggota KPU Kab/Kota. Serta Pejabat
Eselon III dan IV dilingkungan KPU Se-Provinsi
Gorontalo yang saya hormati. Sebagaimana
pertemuan kita kali ini, dimana kita akan melihat
hasil survey tingkat partisipasi pemilih pada
Pemilihan Umum Tahun 2014, baik untuk pemilu
legislatif maupun pemilu Presiden dan Wakil
Presiden. Khusus saya atas nama Komisi Pemilihan
umum Provinsi Gorontalo mengucapkan terima kasih
banyak kepada teman-teman saya yang telah
membantu dalam melakukan survey. Bapak-bapak
saudara-saudara sekalian, sebagaimana kita selalu
publikasikan bahwa ada satu keberhasilan dari KPU
Provinsi yang diangkat ditingkat nasional, salah
satunya adalah tingkat partisipasi pemilih di Provinsi
Gorontalo itu tinggi, maka pada hari ini ada beberapa
hal yang akan disampaikan oleh Pak DR Razak dan
Ibu Maspa, dimana hari ini penyerahan kuisioner
yang akan dilakukan oleh teman-teman KPU
Kab/Kota selaku surveyor didalam melaksanakan
pengambilan data atau sampel terhadap riset
partisipasi pemilih. Untuk itu sebelum acara dibuka,
kami menyampaikan kesediaan kepada Ketua KPU
Provinsi Gorontalo dalam hal ini diwakili oleh
Anggota KPU Provinsi Gorontalo yakni Ibu Maspa
Mantulangi selaku Divisi Sosialisasi untuk
menyampaikan arahan –arahan atau penjelasan
terhadap pelaksanaan riset partisipasi pemilih di KPU
Kab/Kota Se-Provinsi Gorontalo. Kepada ibu
dipersilahkan. Terima kasih, wassalam alaikum,
wr.wb.
Maspa Mantulangi, S.Ag, M.Pdi : Bismillahirrahmanirrahim, As.Al.Wr.Wb. yang saya
hormati, Ibu Selvi Katili sebagai Anggota KPU
Provinsi Gorontalo, yang saya Hormati Pejabat
Eselon III dan Eselon IV yang hadir pada saat ini,
Bapak Ibu Anggota KPU Kab/Kota Divisi Sosialisasi
dan para Kepala Sub Bagian Kab/Kota, lebih khusus
yang saya hormati rekan saya Pak DR Razak.
Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji syukur
kehadirat Allah Swt, karena dengan izin dan kuasa-
Nyalah sehingga kita masih sempat bertemu pada hari
ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, para
keluarga, sahabatnya dan insya Allah akan sampai
kepada kita sekalian. Bapak Ibu yang saya hormati,
menindaklanjuti pertemuan kita kurang lebih sebulan
yang lalu, tentang riset pendidikan pemilih
khususnya di KPU Provinsi Gorontalo, yang
melibatkan juga teman-teman dari KPU
Kabupaten/Kota, pada saat itu juga saya
menyampaikan bahwa akan ada satu kali pertemuan
dan mengundang Bapak Ibu sekalian yang
membidangi Divisi Sosialisasi atau diwakili oleh
ketuanya atau yang lain karena ada urusan penting
tapi bukan berarti bahwa riset ini tidak dilakukan,
atau maksudnya divisinya tidak bertanggung jawab
terhadap riset ini. Tetapi perlu diketahui dan
dipahami bahwa di KPU Kabupaten yang pada hari
ini melakukan Pilkada itu banyak pekerjaan yang
tidak boleh ditinggalkan, sehingga kami memaklumi
walaupun ada yang mewakili. Perlu juga kami
sampaikan bahwa Pak DR Razak ini kami sudah
kontak tentang kesiapan dari pada penelitian dari
kuisioner dan kesiapan teman-teman melakukan
pengambilan data dimasing-masing KPU Kab/Kota,
yakni melibatkan sampai ketingkat desa sesuai
dengan sampel yang akan disampaikan oleh Pak DR
Razak. Nanti insya Alah kita akan melihat seperti
apa dan mekanismenya juga seperti apa yang
dilakukan oleh Pak DR Razak sebagai tenaga ahli /
pendamping pada Riset kita ini. Beliau akan
memaparkan sampel – sampel yang sudah diambil
datanya dari kami, selanjutnya metodenya seperti apa
pada saat kita memberikan kuisioner sekaligus
mungkin ada metode wawancara yang akan
diselipkan, yang selanjutnya tentang pengisian data.
Sehingganya data yang akan kembali itu bukan lagi
data mentah, tetapi sudah ada skornya didalam, jadi
kami tinggal merekap atau menghitung prosentase itu
dari masing-masing kuisioner yang disampaikan.
Olehnya mungkin mengapa kami meminta kepada
KPU Kab / Kota untuk membawa laptop,
sehingganya nanti akan disampaikan tata cara
menghitungnya dan dimasukkan pada format
pengisiannya. Saya kira mungkin ini yang dapat saya
sampaikan, selanjutnya saya serahkan kepada DR.
Razak, sehingga mungkin ini lebih dimaksimalkan
pekerjaan riset yang akan dilakukan oleh KPU Kab /
Kota. Terimakasih.
DR Razak Umar, S.Ag, M.Pd : Bismillahirrahmanirrahim As. Wr. Wb. Bapak Ibu
kami ucapkan terima kasih sudah bersama-sama lagi
disini, menindaklanjuti meeting kita kemarin , bulan
yang lalu. Ada beberapa hal yang kita tindak lanjuti,
pertama adalah meping sampel, kemudian yang
berikut untuk distribusi kuisionernya. Beberapa
pertanyaan dan diskusi yang kemarin saya sudah
rekap, lalu kemudian dilakukan perbaikan dibeberpa
teks dan kuisioner yang nanti kita edarkan bersama.
Hanya yang kendala kami adalah pemilihan desa
yang menjadi sampel itu agar sesuai dengan kaidah
ilmiah yang sama-sama kita yakini, dan kemudian
nantipun orang melakukan hal yang sama dengan
metodologi yang sama, mudah-mudahan tidak jauh
berbeda. Ujung tombak dari riset ini adalah pada
keakuratan pengambilan sampel seperti yang kami
sampaikan pada pertemuan awal, layaknya kita
minum kopi terus kopi itu diaduk secara baik dan
cukup akurat, mudah-mudahan satu sendok kopi
sudah bisa mewakili satu cerek kopi. Logikanya
adalah ketika kita cukup akurat dan cukup cermat
memilih sampel, terutama distribusi sampel disetiap
kecamatan dan desa, mudah-mudahan itu dapat
mewakili populasi pemilih yang sudah kita sasar.
Bapak Ibu ada beberapa kabupaten yang kami kirim
formnya, kebebetulan kita sudah kirim lewat email.
Nah hasilnya yang seperti ditampilkan di layar ini,
dimana Bapak Ibu kami butuh informasi misalnya
untuk Kabupaten Bone Bolango, nah data yang kami
sadurkan di sini adalah data yang kami peroleh dari
Sekretariat KPU Provinsi. Di Kab. Bone Bolango ini
ada beberapa kecamatan, lalu breakdown kecamatan
itu, dimana ada desa, lalu disana ada DPT. Nah kami
ingin informasi yang pertama kolom jumlah TPS
perdesa itu, kemudian kode geografi. Nah kode
geografi ini menjadi penting, sebab kode geografi itu
ada empat kategori. Misalnya Padengo, kalau
Padengo itu jadi ibu kota kecamatan maka Bapak Ibu
tulis kode satu. Kalau padengo itu termasuk
pemekaran itu diberi kode pada kolom geografi itu
dua. Wilayah padengo ini berada dijalan trans
sulawesi maupun jalan trans Provinsi dan Kabupaten
atau diwilayah pusaran kota di beri kode tiga. Kalau
padengo ini berada diwilayah terpencil / pedalaman
seperti halnya Pinogu dan sebagainya maka diberi
kode empat. Ini menjadi penting karena kami akan
menstrukturisasi pengambilan sampel berdasarkan
kategori ini. Agar kemudian pemilihan sampel desa
itu tidak terdistribusi hanya diwilayah Ibu Kota ,
hanya diwilayah mewakili pemekaran, hanya
diwilayah jalan trans, dan hanya diwilayah terpencil.
Metode ini kami pilih sebab pengalaman Tahun 2005,
ketika kami melakukan survey di Bone Bolango,
alhamdulillah sampel yang kita ambil itu sampel
desa-desa dan kelurahan berada di jalan trans Bone
Bolango, lalu kemudian diwilayah terluar dari jalan
trans. Hasil survey kami dengan hasil aktual KPU,
padahal hasil survey itu masi jedah satu bulan itu
erornya tidak sampai 3 %. Keakurantannya
mendekati sisi akurasinya. Nah kami berharap kalau
kita disini insyaallah bisa merefresentasikan bahwa
sebenarnya bahwa rakyat dikabupaten Bone Bolango
cukup toleran dengan money politik. Ini merupakan
contoh, nah mungkin kita minta waktu beberapa
menit, 20 menit atau 10 menit untuk mengisi kode ini
dulu, lalu kemudian kami akan masukkan yang
didatabase kami, lalu kita melakukan acak distribusi
sampel. Dari situ kemudian kita bisa menyampaikan,
misalnya kabila pemilih 15.000, dia dapat jatah
sampel berapa, misalnya dia dapat jatah disini untuk
Kota Gorontalo itu dia dapat jatah sampel kurang
lebih 451 sampel, nah sampel ini tersebar dimana
saja. nah ini sesuai dengan isian ini. Sambil
menunggu isian Bapak Ibu kami akan berdiskusi
lebih lanjut dengan teman – teman komisioner
terutama dengan Ibu Maspa, terutama untuk distribusi
tentang presentase erornya. Bapak Ibu dengan
sampel level provinsi yang erornya 2 %, sebenarnya
sampel yang dibutuhkan teman – teman Provinsi itu
hanya 2492 resposponden , nah kalau 2492 responden
ini kita distribusi ke Kab / Kota komposisinya kurang
lebih seperti ini , dimana pemilih terbanyak itu ada di
Kabupten gorontalo, dan ada beberapa dapil, kurang
lebih distribusinya sampel provinsi dikabupaten
Gorontalo kurang lebih butuh 452 dan sebagian itu
252 . tapi nanti hanya teman-teman Kabupaten / Kota
hanya berpatokan disini, konsekuensinya adalah eror
di Kab/Kota menjadi besar. Karenanya kita negosiasi
disini adalah negosiasinya distandar eror saja. Nah
kalau misalnya kita lihat Kota Gorontalo, sampel
provinsi itu hanya 422 sampel responden, tetapi kita
lebihkan dia kurang lebih 29 responden. Karena bisa
saja ada sampel yang tidak tercapai, sehingga kita
beri jatah 451 responden, atau 4,7 % erornya. Nah
kalau kota punya kepentingan yang besar, tidak mau
eror 4,7 %, saya minta eror 3 %. Ok kita akan
simulasi sekarang. Kota kita masukan eror 3 %, kita
lihat sampelnya dapat berapa, 1102 sehingga ini
tergantung di anggan karena negosiasi ada disini,
kalau anggarannya hanya 500, itu konsekuensi
erornya tinggi. Nah biasanya murah dan mahalnya
sebuah survey, negosiasinya ada disini. Nanti kalau
ada survey yang murah sebaiknya tidak usah
dipercaya. Diragukan karena konsekuensinya pasti
mendapat eror yang tinggi. Baiklah ini Bapak Ibu
Kabupaten Gorntalo dapat 3 %. Karena kita butuh
880 responden. Nah respondennya itu seperti 1107.
Dia ada 19 kecamatan, karena ini mau Pilkada.nah
untuk Pilkada-pilkada ini erornya kita kurangi,
supaya ini untuk kepentingan teman-teman di KPU
Kab / Kota. Pohuwato 4 % dapat responden 621, tapi
terserah Bapak ibu oleh sehingga itu kita sepakati
dulu disini. Baik yang mau Pilkada atau Non Pilkada,
negosiasinya gampang aja bu. Apabila Bapak Ibu
merasakan bahwa hai itu agak berat, saya akan naikan
erornya. Bisa langsung ketahuan sehingganya nanti
kita distribusi ke Kecamatan-kecamatan dan desa.
Baiklah kota 3 %, tinggi skali pak, logika mengapa
tinggi skali adalah misalnya ternyata kinerja Walikota
ini dinilai oleh 50 responden memilih tidak puas,
kalau erornya 3 % berarti hasil aktualnya bisa 53 %.
Atau bisa 47 %itu rilnya. Jadi kalaupun hasil
aktualnya bisa mencapai 53 % atau 47 %. Jadi
erornya itu plus minus. Sehingga itu kita
negosiasinya disini. negosiasinya ingat, satu;
ketersediaan dana, kedua; survey dibulan puasa,
ketiga; tetap dana juga. Nanti kalau sedikit
sampelnya, kita harus disiplin itu saja taruhannya.
Fadlianto Koem, S.Ag : Begini Pak, yang kita pakai ini standar provinsi atau
standar Kab / Kota. Itu yang perlu dipertegas dulu.
Karena kalau memang dasar hitungannya dari Kab /
Kota maka standarisasi yang ada di Provinsi otomatis
akan meningkat presentas erornya. Yang berikut saya
kaget, kita akan turun dibulan Ramadhan, dimana
pada bulan ramadan ini akan ada variable
interpending yang mungkin bisa mempengaruhi hal-
hal yang tidak bisa kita hindari. Itu mungkin perlu
dipertimbangkan Pak DR Razak.
Maspa Mantulangi, S.Ag, M.Pdi : Baik bagi Kab / Kota yang mau melakukan pada saat
puasa atau bukan bulan puasa itu bisa
DR Razak Umar, S.Ag, M.Pd : Untuk pelaporannya kira-kira itu persiapan
pelaksanaannya maju di bulan Juni Juli. Berarti
setelah bulan Puasa bisa. Untuk KPU Provinsi itu
Agustus-November . Bapak Ibu karena Kab / Kota
diminta laporan masing-masing, sehingganya tolong
dipertimbangkan ketercukupan sampel. Nah kalau ini
apa yang menjadi pertanyaan Pak Fadli tadi kalau kita
mengambil ini sampel yang dibutuhkan oleh provinsi
komposisi Kab / kotanya adalah seperti yang ada
dalam layar ini. Dia tinggal 2492. Atau posisi standar
erornya 2 %. Ketika nanti angka 422 dan sebagainya
ini dikonversi ke sampel Kab / Kota. Maka Kab / kota
ini otomatis sampelnya akan membesar. Menjadi 4
s/d 5 %. Agar kemudian Kab / Kota memperoleh
refresentasi sampel yang baik, sebaiknya jangan
berpatokan disampel Provinsi. Sebaiknya dilebihkan.
Oleh sebab itu disini kami skenariokan ada yang 3 %,
jadi ini selisih lebih. Nah yang dibutuhkan oleh
teman-teman diprovinsi hanya yang disini. karenanya
negosiasi ini tinggal dipresentasi, coba Bone
Bolango, kita simulasi 3 %, dapatnya 1100. Tapi
masih lebih tinggi provinsi hanya 2 %. Coba kalau
sama-sama dengan Provinsi 2100. Jadi
konsekuensinya beda tipis. Kalau kita simulasi 3 %,
trus kita konversi ke provinsi ini kemukinan hasilnya
1,20 % . Eror. Kalau kita rata-ratakan seluruh Kab /
Kota 3 %, dapatnya kan 6000, kemudian kita
konversi ke distribusi sampel Provinsi. 6000 itu
ekivalennya adalah itu hasilnya 1, 20 %. Jadi semakin
tinggi sampel teman-teman Kab / Kota, semakin
mengecil eror di Provinsi. Logikanya begitu. Provinsi
itu hanya terbantu dari pekerjaan Kab / Kota.
Fadlianto Koem, S.Ag : Kalau pelaporannya Ke KPU Provinsi, jadi skalian
saja KPU Provinsi Melaporkan ke KPU RI. Dan saya
melihat ini laporan riset jadi 2, laporan riset kab /
kota dan laporan riset KPU Provinsi.
DR Razak Umar, S.Ag, M.Pd : Kita hanya beririsan sampel, jadi sampel yang
digunakan oleh KPU Kab / Kota itu akan menjadi
sampel Provinsi. Jadi sehingga itu sampel Kab / Kota
menjadi bagian sampel Provinsi. tapi laporannya
masing-masing, tapi ketika rekap diprovinsi kami
hanya memberi kode desa-desa, itu yang kami ambil
menjadi presentase sampel.
Maspa Mantulangi, S.ag, M.Pdi : Jadi sampel ini menjadi tanggung jawaban teman –
teman yang melakukan riset di Kab / Kota.
Laporannya sudah akan kelihatan, itu kan tidak sama
laporannya. Itu akan terhimpun di KPU. Nah KPU
Kab / Kota dengan hasil riset itu akan bisa dilihat
oleh Pak Razak, mana yang lebih dominan dari 5
tema yang ada dalam kuisioner. Sehingganya saya
sampaikan tadi sama Pak Aniki bahwa kesepakatan
kita kemarin itu kita yang membuat kuisioner
kemudian disebarkan ke KPU Kab / Kota. Kalau kita
merujuk diaturan itu artinya KPU Kab / Kota yang
membuat sendiri. Sehingganya apa yang disampaikan
oleh Pak Razak tadi bahwa
mempertanggungjawabkan sesuai dengan jumlah
hasil riset. Kami juga sudah menyusun jadwalnya
sesuai tahapan karena publikasi terakhir itu pada
bulan agustus. Kami juga melaporkan ini sampai pada
bulan september ke KPU RI. Kalaupun teman –
teman berkeinginan untuk tidak turun pada bulan
puasa berarti bekerja keras pada bulan juli akhir.
Pasca lebaran. Adapun tawaran kami kita juga turun
bulan puasa tetapi jangan full, misalnya kita turun di
safari ramadhan, atau pada kuliah subuh dengan
sampel yang telah ditentukan . kalau umpamoneya
kelipatan 100, nanti kita lihat didatanya. Yaitu data
dimasing –masing TPS. Kan itu sudah jelas datanya.
Persoalannya kemudian kalau KPU yang lagi pilkada
itu agak gampang. Yang masalahnya adalah KPU
yang tidak Pilkada. Melihat lagi dan mengkroscek
lagi didesa. Yang berikut adalah ketersediaan
anggaran, karena saya tau persis ada anggaran yang
untuk riset itu yang sudah di revisi. Contohnya KPU
Kota. Nah itu yang tadi disampaikan oleh Pak Razak,
apakah ketersediaan anggaran ini bisa
mengakumulasi semua jumlah responden yang akan
kita sebarkan kuisioner tersebut. Jadi terserah Bapak
Ibu sekalian, kalaupun kita akan sama ratakan seluruh
hasil erornya itu 3 % dimasing-masing KPU Kab /
Kota maka akan seperti itu hasilnya. Tapi saya
sepakat dengan apa juga yang dilakukan oleh KPU
Gorut kemarin dimana semakin tinggi sampelnya,
maka akurasi datanya itu bagus. Jadi tingkat erornya
rendah dan lebih bagus bagus hasil risetnya. Dari
pada sampelnya sedikit lebih fatal lagi bila hasil
erornya tinggi. Oleh sebab itu saya sepakat kalau
yang disampaikan oleh Pak Razak , apakah kita sudah
sepakat 3 % erornya masing – masing KPU Kab /
Kota. Atau dari kabupaten yang lain menginginkan
lebih banyak sampelnya.
Fadlianto Koem, S.Ag : Begini Ibu Maspa apabila kita melihat sesuai aturan
ini yang saya pertimbangkan, kalau gorut insyaalah
bisa ya. analisisnya mudah tidak terfokus diprovinsi.
Pemikiran kita adalah kita hanya melaporkan laporan
rekap, kemudian Provinsi yang akan menganalisis
data dan Provinsi yang akan melahirkan hasil
penelitian. Nah kalau laporannya ada dua, berarti kita
melakukan rekapitulasi data kita provinsi, disisi lain
Kab / Kota kita juga harus melakukan analisis data
berdasarkan hasil penelitian.
Maspa Mantuilangi, S.ag, M.Pdi : Pak Razak bisakah data yang sudah terhimpun di
KPU Kab / Kota di analisis sekaligus, maksudnya itu
hasinya itu kan harus dimasukkan di format datanya,
jadi kan tidak dilihat, tetapi yang menganalisisnya itu
provinsi dan dikembalikan ke KPU Kab / Kota. Dari
data itu masing – masing Kab /Kota itu ada , dan dari
data itu mereka sudah sampaikan disitu, maksudnya
sudah ada Format itu di Kab / Kota, nah itu kan sudah
bisa terbaca, setelah di akumulasi oleh KPU Provinsi,
jadi kesimpulannya bahwa di Kab / kota ini hasilnya
seperti ini.
Fadlianto Koem, S.Ag : Bukan saya mempersulit ya. Tapi ini logikanya untuk
memenuhi tuntutan sesuai SE itu ketika KPU Kab /
Kota juga akan melakukan .analisis data, karena
dalam pemikiran kita itu kita hanya menyampaikan
rekap ke Provinsi. Dan nantinya Provinsi yang akan
mengolah data dan menganalisis data atau
menyampaikan laporan presentasi yang ada diseluruh
Kab / Kota. Apabila dibuat seperti ini untuk KPU
Kab / Kota menyampaikan laporan tersendiri itu
artinya bahwa kita juga punya analisis dan penelitian
laporan tersendiri. Persoalannya Ibu Maspa ketika
kita mau ini, jelas nggak mungkin dari kita. Karena
tidak tercukup data kita. yang saya pertanyakan disini
adalah ketika kita menyampaikan laporan tersndiri.
Bisa tidak kita melakukan rekapitulasi kemudian
Provinsi yang akan mengolah dan menganalisis serta
menyampaikan hasil penelitian. Karena tidak
mungkin hasil akumulasi provinsi itu di breakdown
lagi di KPU Kab / Kota
Maspa Mantuilangi, S.ag, M.Pdi : Saya mau tanya apakah di KPU Kab / Kota itu ada
biaya untuk swakelola. ada tidak pembiayaan untuk
pihak ke tiga. yaitu swakelola, yang jelas jasa itu
kalau tidak salah itu 3,6 juta. Saya ada tawaran bisa
tidak seperti apa yang saya tawarkan ke pak razak
tadi , dimana kuisioner tetap kepada Bapak / ibu
sekalian untuk pengadaan ATK dan lain sebagainya
itu ada, nah untuk pengolahan dta yang terakhir atau
hasil riset yang anggaran jasa sama Bapak / ibu
sekalian itu kita kumpul, tapi dalam pertanggung
jawabannya itu adalah jasa, tetapi untuk laporannya /
olah data itu kita serahkan sama Pak razak semua.
Sehingga terakhir hasil risetnya merupakan hasil
kelola dari pihak ketiga. Dlam DIPA itu ada
namoneya jasa Profesi. Bisa tidak Bapak Ibu sekalian
kalaupun disepakati jasa profesi itu kita alihkan
semua ke Pak razak, tetapi Pak Razak itu yang akan
mengolah datanya, jadi hasil olah data nanti akan
disampaikan oleh pak Razak kemasing – masing
KPU Kab / kota. Supaya teman-teman tidak
disibukkan lagi siapa yang akan mengolah data kita
nanti. Kalau kita melihat DIPA yang ada anggaran
jasa profesi Bapak Ibu lebih tinggi dari kami. Nah
bisa kita masukkan dalam tim tenaga akhli. Jadi
diambil dari profesi jasa lainnya. Nah disepakati saja
disitu, nanti pembicaraan kami nanti dengan Pak
razak. Yang beda itu Pohuwato dan Bone bolango,
karena disana ada Pilot project itu beda juga dengan
riset. Jadi ambil anggaran pada riset bukan Pilot
project
Aniki S. Suleman, S. Sos, M.Si : Kalau di POK itu kan pusat pendidikan penmilih,
terus ada yang namanya satu untuk Pilot project dan
satunya untuk riset. Tapi dia satu Mata anggaran.
Maspa Mantuilangi, S.ag, M.Pdi : mengenai kota itu nanti dibicarakan dengan Pak
Sekretaris, kira-kira itu seperti apa.
MoH. Gandhi : Itu total 27. Ada pokja dan jasa lainnya.
DR Razak Umar, S.Ag, M.Pd : Bapak Ibu sebelum melakukan survey kita
perhatikan dalam layar ini, mulai dari desa, nanti ada
kategori berapa jumlah TPSnya, kemudian penduduk
dapilnya berapa, serta informasi kondisi geografis.
Contohnya begini Bapak ibu misalnya Kabila bone
itu dapat data 20 responden, ini nanti dia tersebar
dibeberapa desa. Desa apa saja. Kami akan melihat
konfigurasi berdasarkan informasi dikolom geografi,
takutnya kami apabila bapak ibu sendiri yang
memilih, ini nantinya mau tidak mau kita akan
berkonsentrasi pada satu kategori. misalnya Bapak
Ibu hanya memilih dijalan tras semua, padahal masih
ada desa-desa yang terpencil yang harus disurvey.
Lalu yang berikut bapak ibu kami ingatkan mohon
diliat dalam survey biasanya kita ada suverviser tahap
dua, kita lakukan acak terhadap survey yang
diperlukan. Jadi diacak secara lapangan kita pastikan
bahwa survey memang benar-benar turun lapangan
serta kita mampu mengidentifikasi hal itu. Nah kira-
kira begitu bapak ibu. Nanti contoh laporan dan
kedalaman analisis yang nanti kita akan buat. kalau
teman-teman Diprovinsi yang akan melakukan
rekap. Misalnya hasil survey menunjukan bahwa
toleransi money politik itu seperti ini. Jadi hasil
laporan KPU Provinsi adalah hasil survey KPU
Kabupaten/Kota. Jadi ada konsistensi data. kalau
nanti analisinya akan terpilah-pilah nanti datanya
tidak akan konsisten. Oleh karena kita itu
mengerjakan secara statistik. Kerja statistic itu
dimana rekap-rekap Provinsi yang dari Kabupaten /
Kota itu mereka tinggal pilah-pilah, agar konsistensi
dan kepastian data, besarnya sampel Kabuapaten/kota
menjadi sangat penting. Itu yang kita sepakati. Nah
konfigurasi Kabupaten / Kota seperti ini. Misalnya
untuk Kabupaten Gorontalo ternyata yang paling
banyak mentoleransi money politik itu ternyata ada di
Dapil berapa, ini akan ketahuan disini. Karenanya
dapil tidak bisa kita prosentasi apabila dapil itu tidak
berkonsentrasi pada sampelnya. Apabila analisis
bapak ibu kalau sampelnya sedikit kemungkinan kita
tidak bisa membreakdown analisisnya sampai pada
level dapil, karena ketercukupan sampel tidak
memadai. sehingganya laporan teman-teman
Kabupaten/Kota dengan konfigurasi sampel yang
kedua, misalnya Kota, mungkin hanya mencakup ini.
Jadi saya tidak bisa cerita yang dikota, sebab sampel
itu tidak disetujui bapak ibu. Untuk kita cover dilevel
dapil. Kecuali teman-teman yang dikisaran 3 % ini
boleh. Seluruh sampel ini megeneralisasi populasi,
kalau sampel tidak mencerminkan populasi itu tidak
bisa digeneralisir. Kabupaten Bone Bolango sekitar 3
% sekitar 1100, yang kabupaten 3 % juga, Gorontalo
Utara mereka sudah punya gerakan sampel,
Kerangka Sampel untuk teman-teman di gorut itu
sudah ada, jadi mereka tinggal turun. .kemarin Gorut
itu itu posisi sampel itu 1500, tinggi skali. Baik
Bapak Ibu kita sepakati satu-satu saja, kalau
Kabupaten Gorontalo oke. Kota Gorontalo juga sudah
oke ya, Bone Bolango sudah oke, Kabupaten oke,
kemudian Gorontalo Utara 3 %. Kemudian Kab.
Boalemo 5 %, kemudian Pohuwato 1000, ini
kabupaten yang akan ikut Pilkada. Nanti angka-
angka ini Bapak ibu kami akan distribusi ke desa-
desa ini . Jadi tidak semua desa ini yang kami akan
ambil. Jadi kalau misalnya ada 12 desa, yang kami
pilih hanya 5 desa. Jadi untuk pemilihan 5 desa ini
berdasarkan kategori ini. Kalau kabupaten Gorontalo
juga sudah ada panduan, sampelnya juga sudah ada.
Bapak Ibu dalam pedoman riset ini kita diwajibkan
melaporkan 5 tema pokok yang ada dalam kuisioner.
Nanti kita akan diskusi dengan teman-teman
komisoner, jadi nanti kita akan kembangkan, jadi ini
untuk pertanyaan diskusi terbatas. Jadi kita buat
FGD nya, nanti dijadwalkan saja ibu Maspa atau
sambil sosialisasi ini akan di Verifikasi, sebab isu-isu
ini tidak bisa kita tangkap dari survey, karena survey
itu hanya menunjukan kualifikasi hasil. Misalnya 20
%, apa makna 20 % itu didatangi dari hasil FGD dan
Wawancara teman-teman komisioner alhamdulillah,
ini informasi yang dihimpun dari teman-teman
Komisioner dapat memperlancar kami terutama
diskusi dan narasi. Kita mengajukan pertanyaan pada
responden. Kira-kira seperti itu. Tantangan kita
adalah melaksanakan 5 tema pokok dalam kuisioner
ini . dan mudah-mudahan 5 item ini sudah tercover
dari kuisioner yang sudah kita siapkan. Kuisionernya
sudah saya kopikan ke file masing-masing. Tetapi
saya mohon waktu untuk pembahasan kuisioner ini.
Terutama dalam menata table ini . kalau ada
pertanyaan dalam bentuk ini , ini akan dihitung 7
pertanyaan . kalau ini nanti di tabulasi data kami, ini
dihitung 7 pertanyaan. Jadi walaupun dia hanya satu
pertanyaan ketika tabulasi data ini nanti dalam satu
kolom dibagi lagi jadi 7 kolom, jadi setiap kolom
ada kode-kodenya. jadi analisis terhadap kuisioner
tidak hanya sendiri-sendiri , tetapi konsekuensi
bagaimana proses tabulasi data lalu analisisnya.
Misalnya untuk pertanyaan yang nomor satu ini, ini
kaitannya kemana saja, dan ini yang perlu kita
kroscek lebih jauh lagi, terutama ini bapak ibu tema-
tema ini yang kebetulan kami meminjam dokumen
dan referensi tentang politik dari ibu maspa, kami
juga sejak rapat disini, terus mendalami teori-teori
soal ini meskipun itu kita terus diskusi ,karena
analisis itu jauh lebih berarti apabila kita ada
informasi konsep dan teoritik serta laporan yang
faktual .saya kira bapak ibu apabila sudah mengisi
data berdasarkan ini , saya akan balas email Bapak
Ibu dengan balasan desa dan jumlah responden yang
diwawancarai serta bilangan pembagi untuk
membaca responden pada daftar TPS. misalnya di
kecamatan Kabila yang terpilih desa padengo TPS
sekian, bilangan pembaginya sekian, misalnya
padengo mendapat 5 responden, terpilh di TPS 3,
jadi langsung dicari jumlah pemilih di TPS 3 berapa,
misalnya 300 di bagi 3 hasilnya 100. Itulah cara
pengambilan sampel berdasarkan data yang sudah
ada. Sehingga itu Bapak Ibu perlu memiliki data
pemilih ya, yang by name by address itu, baik TPS.
Karena data itu diperlukan untuk mengecek.
Fadlianto Koem , S.Ag : begini pak Maksudnya kita bukan mencari orangnya.
Yang jelas dia dalam satu lokasi kita menggantinya
dengan surveyor lain. yang kedua ada satu yang
ditampilkan dalam layar yaitu penggunaan media
sosial misalnya facebook, BBM, Email, Tweeter,
Instagram, mungkin kita pikirkan juga soal ini
Maspa Mantulangi, S.Ag, M.Pdi : Pak Razak mungkin saya sepakat dengan apa yang
disampaikan oleh Pak fadli. kita gunakan kelipatan
100, 200, 300 misalnya didesa padengo, dilingkungan
IV, kita mau menemui calon responden yang ada
dalam data kita, dia berada pada urutan nomor 100,
akan tetapi orang tersebut tidak ada ditempatnya,
berarti kita langsung temui saja responden lain. yang
jelas orang yang kita akan temui selanjutnya masih
penduduk padengo dan masih berada dilingkungan
IV. Apakah itu kira-kira bisa pak Razak.?
DR Razak Umar, S.Ag, M.Pd : Jadi untuk itu kita persiapkan 10, yang akan
dieksekusi 5, cadangan yang dipersiapkan juga 5.
Cuma mungkin yang dimaksud Bapak/ ibu bukan
acak data, tapi dia acak .lapangan. masalahnya kita
itu berbasis data pemilih
Asra Djibu : Persoalannya itu yang jadi pertanyaan di boalemo pak
kemarin sudah di ACC, boleh kita acak lapangan, ada
beberapa kabupaten/ kota yang sekarang ini tidak
sedang dalam tahapan pilkada , misalnya yang bapak
katakan kemarin bahwa .misalnya satu rumah disini,
kemudian 10 rumah lagi. Kalau kita memakai data
dari TPS, kita juga kesulitan.
DR Razak Umar, S.Ag, M.Pd : Jadi kalau begitu kita sepakati saja .jadi kita tidak
menggunakan database TPS itu, by name by adress.
misalnya yang kita dapat dari desa padengo ada 5,
misalnya dilingkungan satu atau di TPS 1. Biar saja
dia dilingkungan satu, maping dilingkungan satu kita
ambil 5 orang .yang penting jaraknya haru diatur, lalu
rasio laki-laki dan perempuan harus berimbang.
Fadlianto Koem, S.Ag : sebetulnya saya sepakat, apabila by name by address
per TPS, Cuma jangan ditentukan orangnya.
misalnya ada 5 sampel disitu ,kita memilih kan per
TPS itu ada sekitar 200 orang ya kita tetapkan saja
siapa yang kita temui di TPS tersebut. .kalau sudah
mencapai 5 nah itu sudah selesai. Dari pada kalau
misalnya kita berdasarkan geografis Yang penting
ada nomornya distatistik. Jadinya setengah acak
lapangan, setengahnya by name by adress.
DR Razak Umar, S.Ag, M.Pd : Mungkin menurut bapak yang penting sudah ada
namoneya. Bapak ibu yang kita diskusikan bersama
ini adalah menyangkut metodologi, Boalemo
menggunakan acak lapangan, tapi daerah lain
menggunakan acak data berdasarkan By Name by
adress. Menurut saya Secara metodologi nanti ini
akan ada perbedaan hasilnya. Kalau kita sepakati
acak lapangan sudah kita pilih saja secara acak
lapangan. Kalau kita memilih by name by adress jadi
kita pilih itu. Sehingga itu kita silahkan, nanti hati-
hati ketika nanti. Kalau by name by adress sudah kan.
Misalnya 500 pemilih di TPS 5 .disitu kita ambil 5
responden. Jadi 5 bahagi 500 dapat 100. yang jadi
angka kelipatan 100 itu yang diambil. Jadi bukan
cuma lima, siapkan cadangan 5 lagi. Jadi ketika
teman-teman survey datang kelapangan yang nomor
satu tidak ditemui langsung masuk kenomor 2 atau
kalau lebih memungkinkan ada mantan PPS disitu,
kita menanyakan alamat kepadanya. Dimana alamat
si A jadi mana yang kita anggap gampang kita temui
duluan itu yang kita datangi, trus mencari responden
berikutnya kalu ada sih. Tapi kalau itu agak susah dan
ini pengalaman kami juga susah ditemui kita lakukan
saja acak lapangan. Nah acak lapangan itu yang
penting kita sudah mendapat 5 responden, disitu
dilihat saja misalnya dia dijalan trans. Responden
pertama laki-laki dia diambil diseberang jalan
kelipatan 10 rumah kemudian yang perempuan
diambil diseblah sini jalan .jadi dia zig zag, atau
kalau jalannya tidak lurus kita tinggal pilih secara
terpencar, misalnya pencaran 1 dan pencaran 2 dan
pencaran 3. Kemudian ada 6 responden yang
terbanyak, lalu kita acak saja disitu. Boleh juga
melakukan seperti itu, jadi silahkan pilih yang mana.
Fadlianto Koem, S.Ag : kalau menurut saya untuk kesulitan kalau acak
lapangan jarak survey itu cukup jauh. Kalau dia acak
by data per TPS, misalnya 300 kemudian dibagi 5,
nama – nama kita ambil disitu, trus menemui mereka
ternyata tidak ada ditempat, nah kita rubah lagi. Tapi
kalau yang namoneya basis TPS itu perwilayah pak
Razak . Jadi siapa yang ada didata itu, dan dia kita
temui, kita eksekusi.
DR Razak Umar, S.Ag, M.Pd : Kalau saya memahami apa yang disampaikan pak
fadli itu, dimana hal itu akan menimbulkan
pertanyaan dari surveyor lain, mengapa hanya yang
lain yang diwawancarai, saya juga punya hak
aspirasi, lalu alasan apa yang akan disampaikan oleh
survey .
Fadlianto Koem, S.Ag : Kalau secara acak lapangan, misalnya dalam satu
wilayah .kita mendatangi salah satu kios, dan di kios
ada banyak orang yang sementara berkumpul, tapi
kita memilih salah satu yang berada disitu untuk kita
wawancarai, . Kemudian kita sampaikan kebetulan
hanya ibu yang terpilih dalam data acaknya kita.
kira-kira itu bagaimana ???
DR Razak Umar, S.Ag, M.Pd : Kalau itu sih iya, tapi yang saya inginkan agar bapak
ibu nyaman dalam melakukan survey dilapangan
ketika misalnya sampel disitu 5 orang , lalu yang lima
itu berdasarkan acak strativive yang disampaikan
tadi, trus kita dapatkan 5 orang responden, trus ada
cadangannya 5 orang, misalnya nomor 1 tidak
ditemui, cari yang nomor 2. dan seterusnya begitu.
Ketika nanti saya terpilih, ya sampaikan ibu terpilih
secara metodologis, dan dilakukan acak berdasarkan
data base di TPS secara stratifive atau random
sampling. Kalau seperti itu kami akan kesulitan
menjelaskan metodenya, pasti akan mengumpul
respondennya. kalau prinsip metodologi acak itu kan
semua mendapatkan kesempatan yang sama. Saya
khawatirkan kesempatan itu kita yang cederai ,
karena subjektifitas kita . Tetapi bukan objektifitas
metodologi . Subjektifitas itu kan ada dikita. Hanya
karena kita malas kesana jadi sudahlah. Yang penting
mereka sudah terdaftar. Akhirnya kita mengumpul
disiini akhirnya jadi bias . akhirnya ketika kita
menganalisis data. Loh calon ini yang tidak terpilih
mengapa dia yang paling banyak merespon ini. Itu
erornya jadi disitu, sehingga itu kita akan eror dalam
pelaporan data kita juga akan eror dalam wawancara.
Asra Djibu : misalnya pak kita tidak temui responden nomor satu,
kemudian kita ambil responden yang nomor 2,
kemudian kita ambil lagi yang 101, 102 yang ada
disitu. Secara kebetulan mereka terkumpul dalam satu
lokasi. .misalnya kita tidak harus menentukan nomor
berapa” yang penting dia masih berada dalam satu
lokasi tersebut.
DR Razak Umar, S.Ag, M.Pd : Buat saya tidak masalah, yang penting mereka
teracak secara metodologi didalam data, dan dia
masuk dalam data. karena ada juga metodelogi yang
kita lakukan kemarin itu ada yang namoneya people
to list dan list to people. Jadi kita menemui orang kita
cek data basenya atau sebaliknya.. ini untuk masukan
ke KPU. Misalnya dalam hal pendataan hati-hati
biasanya. Yang laki-laki ditulis didata perempuan,
yang umur belum cukup kita masukan, nah itu ada
metodologi people to list. Tapi ini tidak disini. Ok
cukup pak sudah jelas pak ya. Ok skenario
dilapangan sudah ok . jadi laki-laki dan perempuan
itu berimbang
Fadlianto Koem, S.Ag : Tadinya pak menyebut soal FGD. Kira-kira FGD
akan dilaksanakan seperti apa, bisa tidak FGD hanya
dilakukan pada saat finalisasi??
DR Razak Umar, S.Ag, M.Pd : Kalau perlu FGD itu dilaksanakan 2 kali, saat data
sudah terekap dan pada saat final report kita juga
melakukan FGD. Jangan nanti terakhir pak . apa yang
akan saya tulis dilaporan kalau data FGD tidak ada .
saya hanya menghayal itu
Maspa Mantulangi, S.Ag, M.Pdi : Jujur untuk KPU Provinsi itu tidak ada biaya FGD.
Jadi maksud saya kalau boleh dibuat dikabupaten
yang melaksanakan pilkada dan di undang kab/kota
yang tidak melaksanakan pilkada. Boleh ya. Jadi
FGD kita buat di acara sosialisasi. Bapak ibu yang
saya hormati saya kira cukup sekian dulu, nanti ada
hal-hal yang belum dimengerti tolong dikonsultasikan
lansung ke pak DR Razak.
Notulen
Mardia A. Napay, SH
NOTULEN RAPAT PEMAPARAN HASIL RISET TINGKAT PARTISIPASIMASYARAKAT HASIL PEMILU TAHUN 2014
Rapat : Notulen Rapat Pemaparan Hasil Riset Tingkat
Partisipasi Masyarakat Hasil Pemilu Tahun 2014
Hari/Tanggal : Selasa, 10 November 2015
Waktu : 10.00 Wita
Tempat : Ruang Rapat KPU Provinsi Gorontalo
1. Ketua KPU Provinsi Gorontalo : Drs. Muh. N. Tuli, M.Ag
2. Anggota KPU Provinsi Gorontalo : Maspa Mantulangi, S.Ag,M.Pdi
3. Anggota KPU Provinsi Gorontalo : Selvi Katili, SE
4. Pemateri : DR Razak Umar, S.Ag, M.Pd
5. Anggota KPU Kab. Pohuwato : Kadrin Lasantu
6. Kasubag Teknis KPU Pohuwato : Idris Pakaya
7. Anggota KPU Kab. Boalemo : Asra Djibu
8. Kasubag Teknis KPU Boalemo : Saiful Kaku
9. Anggota KPU Kab. Gorontalo Utara : Moh Gandhi A. Tapu
10. Kasubag Teknis Gorontalo Utara : Ali Opaladu
11. Anggota KPU Kab. Gorontalo : Iwan K Usman
12. Kasubag Teknis Kab. Gorontalo : Husna Tilahunga
13. Anggota KPU Kota. Gorontalo : Lapandri Ilahude
14. Kasubag Teknis Kota Gorontalo : Misrah Djaka
15. Anggota KPU Bone Bolango : Oneng R Madjid
16. Kabag Hukum dan Tekmas : Aniki S. Suleman, S.Sos, M.Si
17. Kasubag Hukum : Sjukri Hala, SH
18. Kasubag Teknis Dan Hupmas : Hendrawati Saliko, SH. MM
19. Staf Bagian Teknis dan Hupmas : Rifat Yusuf
20. Staf Bagian Teknis dan Hupmas : Ramin Hunow
21. Staf Bagian Hukum : Mardia A. Napay, SH
22. Staf Bagian Hukum : Rhonal Makuta, SH
Drs. Muh. N . Tuli, M.Ag ( Ketua KPU Provinsi Gorontalo) :
1. Perlu ada penelitian yang lebih lanjut kira-kira faktor apa yang mendominasi
partisipasi masyarakat.
2. Dilakukan pendekatan psikologis
3. Diharapkan agar dari ke 6 Kab/Kota agar ditonjolkan mana tema yang paling dominan
dalam riset ini.
Maspa Mantulangi, S.Ag. M.Pdi (KPU Provinsi Gorontalo):
1. Kalau saya melihat tingkat netralisasi pada pemilihan yang paling rendah itu di KPU
Kota dan KPU Kabupaten Bone Bolango. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
penyelenggara sangat rendah.
2 Paradigma kasta di KPU Kabupaten Bone Bolango masih berlaku, dimana masyarakat
harus memilih orang yang berasal dari daerahnya.
3. Kalau dikota hanya orang yang berpendidikan tinggi yang saling berhadapan.
4. Para penyelenggara terlalu banyak menafsirkan peraturan. Dan ini merupakan hasil
riset pengalaman dari responden dan merupakan kondisi yang sebenarnya.
5. Tingkat partisipasi pemilih yang tidak dipengaruhi oleh money politik adalah Kab.
Pohuwato. Dimana daerah pesisir tingkat partisipasinya lebih tinggi.
6. Catatan kecil dari hasil riset, yang pertama yaitu metode riset, kami mengamati hanya
ulasan secara umum. Kami tidak bisa menarik kesimpulannya apakah riset ini
menggunakan metode kualitatif atau kuantitatif ataupun campuran. Analisisnya
menggunakan apa. Dan untuk menguji hasil riset itu diuji pakai apa. Jadi Pak Razak
ini tolong digambarkan dalam penelitian ini.
DR. Razak Umar, S.Ag, M.Pd :
1. Dibalik tingginya partisipasi politik, ternyata money politik juga tinggi. Dimana
mereka datang ke TPS bukan atas kesadaran, tapi karena dimobilisasi.
2. Money politik ini temuan kita secara keseluruhan yang terjadi di Kabupaten/Kota.
Money politik terjadi di daerah-daerah yang miskin. Tapi kenyataannya ada juga di
daerah yang masyarakatnya berpendidikan tinggi.
3. Diperlukan rumusan dari teman-teman KPU Kab/Kota untuk rekomendasi, kita harus
mampu mengidentifikasi hal apa yang perlu diberi rekomendasi perbaikan.
Oneng Rauf Madjid (KPU Kabupaten Bone Bolango) :
1. Tingkat partisipasi masyarakat lebih tinggi itu disebabkan oleh money politik.
2. Tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah sudah sangat rendah. Dan
sosialisasi yang kita laksanakan bukan hanya pada masyarakat yang berpendidikan
rendah, tapi juga masyarakat yang berpendidikan tinggi.
3. Kami berharap kepada teman-teman di KPU kab/kota yang lain untuk dapat
merumuskan kiat-kiat yang bisa mengurangi money politik.
4. Masyarakat pinggiran di Kab. Bone Bolango ternyata lebih tinggi partisipasinya
walaupun tanpa money politik dibandingkan dengan daerah yang berbatasan dengan
daerah perkotaan.
5. Karena tingginya kecerdasan masyarakat didaerah perkotaan lebih cenderung banyak
menuntut. Kalau didaerah pinggiran itu lebih mengharapkan agar fasilitas jalan itu
lebih diperbaiki.
Iwan K. Usaman, M.Ag (KPU Kab. Gorontalo) :
1. Kondisi ekonomi ini yang berpengaruh terhadap perilaku. Masyarakat yang
melakukan pekerjaan yang tidak menetap, menginginkan adanya lapangan kerja.
2. Dalam partisipasinya masyarakat, di Dapil yang paling tertinggi yaitu di Dapil 6, di
daerah batudaa, padahal kita melihat masyarakat semakin marjinal. Untuk Dapil I dan
II yang masih didaerah perkotaan tingkat partisipasinya rendah. Semakin terdidik
orang, semakin enggan untuk memilih.
3. Banyak jalan yang rusak dan mereka tidak memiliki tempat tinggal.
Lapandri Ilahude ( KPU Kota Gorontalo) :
Faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih yaitu :
1. Sikap apatis dari masyarakat itu sendiri
2. Perasaan jenuh karena rentan waktu terlalu dekat antara Pileg dan pilpres,
3. Sosialisasi bagi pemilih - pemula yang tidak menarik
4. Hasil survey belum bisa digambarkan secara keseluruhan karena belum diolah secara
sempurna.
Moh. Gandhi. A. Tapu ( Anggota KPU Kabupaten Gorontalo Utara) :
Tingkat partisipasi yang lebih tinggi yaitu yang berada diseberang pulau, dkepulauanponelo, kemungkinan disana hanya tertuju pada satu pasangan calon.
Asra Djibu ( KPU Kabupaten Boalemo) :
Yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat, karena kurangnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap pimpinan.
Idris Pakaya (KPU Kabupaten Pohuwato) :
1. Money politik tidak berpengaruh pada partisipasi masyarakat
2. Masyarakat Pohuwato hanya membutuhkan perbaikan daerah
Notulen
Mardia A. Napay, SH
Top Related