Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

49

description

buku

Transcript of Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Page 1: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005
Page 2: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005 Katalog BPS : 4626.75 Ukuran Buku : 21,5 cm x 28 cm Jumlah Halaman : 46 halaman Naskah : Bidang Statistik Sosial, BPS Provinsi Gorontalo Penyunting : Bidang Statistik Sosial, BPS Provinsi Gorontalo Kulit Depan: Bidang Intergrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo, dan Badan Perencanaan Pembangunan, dan Percepatan Ekonomi Daerah (Bapppeda) Provinsi Gorontalo

Dicetak Oleh :

Clinthon, Gorontalo

Boleh Dikutip dengan menyebut sumbernya May be cited with reference to the source

Page 3: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Organisasi Penyusunan Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Pengarah/Penanggungjawab : Drs. H. Syafril Said Editor : Siti Mardiyah, MA Penulis : Siti Mardiyah, MA Arifin M. Ointu, SE Rusli Paramata, SST Lilik Hariyanti, SST Pengolah Data : Rusli Paramata, SST

Page 4: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas RahmatNya telah selesainya penyusunan Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo 2005. Publikasi ini menyajikan statistik tentang keterangan kegiatan social budaya individu dan informasi yang berkaitan dengan perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat. Penyusunan Indikator Sosial Budaya ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara makro mengenai tingkat partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sosial budaya secara keseluruhan serta memberikan gambaran perkembangan tingkat kesejahteraan rakyat di Provinsi Gorontalo.

Pembuatan publikasi ini didasari atas kerjasama BPS Provinsi Gorontalo dan Badan Perencanaan Pembangunan dan Percepatan Ekonomi Provinsi Gorontalo. Proses penyusunan publikasi ini juga tidak lepas dari bantuan banyak pihak terutama data dari berbagai instansi yang terkait. Atas bantuan dari berbagai pihak tersebut diucapkan banyak terimakasih.

Kami menyadari bahwa isi publikasi ini belum sempurna, Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Akhirnya semoga publikasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Gorontalo, Desember 2005

Kepala Bapppeda Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo

Prof. DR. Ir. Hj. Winarni Monoarfa, MS Drs. H. Syafril Said NIP. 131 468 459 NIP. 340005076

Page 5: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

DAFTAR ISI Halaman

Kata Pengantar …………………………………………………………………... i Daftar Isi ……………………………………………………………….…………. ii Daftar Grafik……………………………………..……………………………. iii Bab I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang…..……………………………………………………… 1 1.2. Permasalahan ………………………………………………………….. 1 1.3. Tujuan.…………………………………………………………………... 2 1.4. Metodologi dan Ruang Lingkup....................................................... 3 1.4.1. Metodologi….…………………………………………………….. 3 1.4.2. Ruang Lingkup…………………………………………………… 4 1.5. Sistimatika Penyajian………………………………………………….. 4 Bab II. Indikator Sosial dan Budaya 2.1. Pengertian Umum 5 2.2. Konsep dan Definisi …………………………………………………… 5 2.2.1. Kependudukan, Fertilitas, dan KB .…………………………… 5 2.2.2. Pendidikan………………………………………………………. 6 2.2.3. Kesehatan ………………………………………………………. 7 2.2.4. Ketenagakerjaan …..…………………………………………… 9 2.2.5. Kemiskinan……………………………………………………… 10 2.2.6. Lingkungan dan Sosial……..………………………………….. 11 Bab III. Profil Sosial dan Budaya Provinsi Gorontalo 3.1. Gambaran Umum……………….………………................................ 12 3.2. Penduduk Provinsi Gorontalo ………. ……………………………… 13 3.3. Profil Pendidikan Penduduk Provinsi Gorontalo …..………………. 17 3.4. Kondisi Kesehatan Masyarakat..……...……………………………… 19 3.5. Aktifitas Ekonomi Penduduk Gorontalo …………………..………… 22 3.6. Kemiskinan …………………..………………………………………… 24 3.7. Organisasi Sosial dan Lingkungan ………………..………………… 25 Bab IV. Tabel-Tabel Indikator Sosial dan Budaya 4.1. Kependudukan, Fertilitas, dan KB …………………………………... 28 4.2. Pendidikan ………….….………………………………………………. 31 4.3. Kesehatan………………………………………………………………. 34 4.4. Ketenagakerjaan……………………………………………………….. 39 4.5. Kemiskinan. Organisasi Sosial dan Lingkungan..…….……………. 40

Page 6: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

DAFTAR GRAFIK

halaman Grafik 1. Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Gorontalo………… 15

Grafik 2. Persentase Penduduk menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2004………………………………………

18

Grafik 3. APK – APM Tahun 2004/2005………………...................... 19

Grafik 4. Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama Tahun 2004 ………………………………..........................

20

Grafik 5. Balita 2 – 4 Tahun yang Pernah diberi ASI kurang dari 24 Bulan Tahun 2004.................………………………………

21

Grafik 6. Kontribusi 3 Sektor Lapangan Usaha Terbesar Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2004..............................

23

Grafik 7. Tingkat Pengangguran Penduduk 15 tahun ke atas Tahun 2002 – 2004 …………………………………………………...

24

Grafik 8. Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo ..................... 25

Grafik 9. Jumlah Karang Taruna dan Organisasi 26

Grafik 10. Jumlah Sarana Ibadah Di Provinsi Gorontalo 27

Page 7: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 1. Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo per Kabupaten/Kota

Tahun 2000 – 2004…………....................................................

13

Tabel 2. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2000-2004 ………

14

Tabel 3. Rasio Jenis Kelamin / Sex Ratio ………….…........................ 15

Tabel 4. Komposisi Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2004

16

Tabel 5. Persentase Rumah Tangga menurut Provinsi dan Keberadaan Fasilitas Umum Di Kecamatan Sendiri Tahun 2004 ............................................................................

27

Page 8: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka perencanaan, pemantauan dan penentuan sasaran serta

pengukuran keberhasilan suatu tahapan pembangunan diperlukan tidak saja data

ekonomi tetapi juga data sosial yang diharapkan mampu menggambarkan

fenomena ekonomi dan sosial yang terjadi. Lebih jauh lagi, setiap data dapat

digunakan sebagai acuan atau gambaran sesuatu keadaan. Masing-masing data

merupakan indikator akan sesuatu hal tertentu ataupun beberapa hal secara

bersama. Dengan demikian, untuk mengamati perkembangan atau evaluasi suatu

kegiatan dapat dianalisa dari perubahan indikator yang terkait. Keterbandingan

tahapan capaian pembangunan antar wilayah/daerah dapat pula dicerminkan oleh

indikator-indikator tersebut sehingga pada gilirannya gambaran secara menyeluruh

tentang capaian suatu tahap pembangunan dapat diperoleh.

Penduduk atau masyarakat sebagai Sumber Daya Manusia (SDM)

merupakan pusat kegiatan yaitu pelaku pembangunan dan sekaligus sasaran

pembangunan. Oleh karenanya, penduduk juga merupakan makhluk hidup yang

saling berinteraksi dengan sesamanya dan lingkungan sekitar. Keadaan tersebut

dapat direkam kedalam aktivitas sosial dan budaya. Gambaran utuh kegiatan

tersebut dapat dirangkum kedalam suatu indikator sosial dan budaya yang dapat

mencerminkan keadaan dan situasi wilayah. Hal tersebut dapat berguna sebagai

bahan dasar acuan kebijakan dalam perencanaan dan evaluasi program

pemerintah di semua level.

Sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang baru berdiri sejak tahun

2001, provinsi ini berupaya untuk menggali potensi yang ada baik potensi sumber

daya alam maupun sumber daya manusia untuk memacu laju

pembangunan/perekonomian daerah. Sehingga tujuan pembangunan untuk

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat dapat dicapai. Sebagaimana

telah diuraikan sebelumnya, keberhasilan pembangunan suatu daerah bukan saja

Page 9: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

dipengaruhi oleh faktor ekonomi, akan tetapi juga faktor lain yang antara lain faktor

sosial budaya masyarakat.

Upaya tersebut di atas tidaklah mudah mengingat tidak semua indikator

sosial dapat dikuantifikasi. Disamping itu terdapat keterbatasan penerapan metoda

stastistik yang digunakan berkaitan dengan kondisi di lapangan, walaupun metoda

tersebut sudah sangat pesat. Untuk mengatasinya, penyajian indikator sosial

biasanya dilakukan secara lengkap, mencakup berbagai variable yang menjadi

perhatian, sehingga memudahkan dalam mempelajari implikasi kebijaksanaan

yang bersifat intervensi. Cara lain adalah penggabungan dari berbagai indikator

sosial kedalam suatu indek komposit yang diharapkan mampu secara

komprehensip menerangkan berbagai fenomena sosial yang terjadi. Walaupun,

cara ini tidak menunjukkan implikasi kebijaksanaan yang jelas tetapi sangat

memudahkan perbandingan tingkat kesejahteraan sosial antar daerah dalam suatu

waktu atau suatu daerah dalam suatu kurun waktu.

Sehubungan dengan hal tersebut sangat dipandang perlu untuk

menyusun indikator yang menggambarkan keadaan sosial budaya masyarakat di

Provinsi Gorontalo. Kondisi sosial budaya ini dapat dilihat melalui beberapa

Indikator Sosial Budaya yaitu; Kependudukan, Pendidikan, Kesehatan,

Ketenagakerjaan, Kemiskinan, Organisasi Sosial dan Lingkungan. Dengan

disusunnya indikator tersebut dapat diharapkan acuan yang baku yang dapat

digunakan oleh semua pihak dan untuk pemahaman indikator tersebut perlu

kiranya narasi sederhana dari data yang disajikan. Dengan demikian, publikasi ini

dapat diharapkan akan menjadi basis data di dalam melihat kondisi sosial budaya

daerah, khususnya sebagai bahan evaluasi dan acuan dalam menata wilayah

dengan landasan pijakan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.

1.2. Permasalahan

Berbagai program pembangunan yang mengarah pada bidang sosial

budaya selama ini telah dilaksanakan. Namun, di sisi lain perlu dilakukan suatu

evaluasi sejauh mana keberhasilan program pembangunan, khususnya bidang

Page 10: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

sosial dan budaya yang telah dicapai dan sebagai acuan program yang akan di

capai di lain waktu. Selain itu, hingga saat ini belum ada publikasi statistik tentang

sosial budaya khususnya indikator yang menggambarkan keadaan sosial budaya

provinsi Gorontalo sampai pada tingkat Kabupaten/Kota yang ada dalam lingkup

Provinsi Gorontalo.

1.3. Tujuan

Tujuan penyusunan publikasi Indikator Sosial Budaya Tahun 2005

adalah :

1. Untuk memberikan gambaran secara lengkap dan utuh tentang keadaan

sosial budaya Provinsi Gorontalo secara umum, baik yang diperoleh dari

data primer maupun sekunder.

2. Data yang tersaji dalam publikasi tersebut dapat digunakan sebagai

antisipasi, bahan evaluasi, serta acuan dalam setiap perencanaan

pembangunan Daerah, khususnya dengan diberlakukannya UU No. 22

tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang

perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.

3. Sebagai bahan evaluasi kegiatan penyusunan pengembangan Pusat Data

Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan Daerah (PDP3D) sesuai

instruksi Mendagri No.26 Tahun 1998.

1.4. Metodologi dan Ruang Lingkup

1.4.1. Metodologi

Metode pengumpulan data, diperoleh melalui pengumpulan data primer dan

sekunder yang berkaitan dengan sosial dan budaya. Pengumpulan data primer

merupakan data hasil kegiatan statistik yang telah dilakukan BPS baik hasil sensus

maupun survei, sedangkan data sekunder merupakan data dari beberapa instansi

terkait.

Page 11: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Metode pengolahan data, dilakukan dengan cara kompilasi data primer dan

melakukan entry data sekunder. Setelah itu dilakukan penyusunan indikator,

dengan cara melakukan penghitungan sesuai rumusan dari masing-masing

indikator yang digunakan.

1.4.2. Ruang Lingkup

1. Wilayah Kabupaten dan Kota yang tersebar di seluruh Provinsi Gorontalo,

Namun data bersumber dari Susenas dan Sakernas Badan Pusat Statistik

hanya dapat ditampil dua kabupaten dan satu kota, sedangkan 2 kabupaten

pemekaran terakhir (Pohuwato dan Bone Bolango) datanya masih gabung

dengan kabupaten induknya, hal ini dikarenakan estimasi hasil survei-survei

belum memuat dua kabupaten ini.

2. ndikator Sosial Budaya yang mencakup ;

o Kependudukan, Fertilitas dan KB

o Pendidikan

o Ketenaga Kerjaan

o Kemiskinan

o Organisasi Sosial dan Lingkungan

1.5. Sistimatika Penyajian

Penyusunan Indikator Sosial dan Budaya Provinsi Gorontalo diuraikan

kedalam dua bagian besar. Bagian pertama berisikan pendahuluan, metodologi

dan indikator sosial dan budaya dalam level provinsi, sedangkan bagian kedua

yang terdiri dari enam kelompok menyajikan data/tabel dari masing-masing

kelompok indikator sosial dan budaya. Kelompok pertama menyajikan indikator

Kependudukan, Fertilitas, dan KB, diikuti oleh kelompok Pendidikan. Kelompok ke

tiga dan empat berisikan indikator Ketenagakerjaan dan Kesehatan. Indikator

Kemiskinan dan Lembaga Sosial dan Budaya merupakan kelompok ke lima.

Page 12: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

BAB II INDIKATOR SOSIAL BUDAYA

2.1. Pengertian Umum

Berkaitan dengan penggunaan data dari suatu survei atau kegiatan statistik

apapun jenisnya, adalah sangat penting untuk mengetahui konsep dan definisi

yang dipergunakan survei tersebut, sehingga makna dari data tersebut dapat jauh

lebih dipahami dan dimengerti. Demikian pula dengan konsep dan definisi yang

digunakan dalam penyusunan indikator sosial dan budaya. Penyusunan indikator

sosial dan budaya sebahagian besar menggunakan data hasil Survei Sosial

Ekonomi Nasional (Susenas). Berikut ini ditampilkan konsep/definisi yang

digunakan.

2.2. Konsep/Definisi

2.2.1. Kependudukan, Fertilitas, dan KB

Penduduk adalah mereka yang sudah menetap di suatu wilayah paling sedikit

6 bulan atau kurang dari 6 bulan akan tetapi bermaksud untuk menetap untuk

jangka waktu lebih dari 6 bulan.

Jumlah Penduduk adalah banyaknya penduduk suatu wilayah pada tahun

tertentu yang dipengaruhi oleh banyakya kelahiran (birth), kematian (death), dan

perpindahan penduduk (migration).

Tingkat Kepadatan Penduduk adalah jumlah penduduk di suatu wilayah pada

tahun tertentu ditimbang dengan luas wilayahnya.

Laju Pertumbuhan Penduduk adalah besarnya perubahan jumlah penduduk dari

satu tahun (waktu) ke tahun (waktu) berikutnya.

Page 13: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Laju Pertumbuhan Penduduk Alamiah adalah besarnya perubahan jumlah

penduduk dari satu tahun (waktu) ke tahun (waktu) berikutnya karena faktor

kelahiran dan kematian (tidak memperhitungkan migrasi).

Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) adalah perbandingan antara penduduk laki-laki

(L) dengan perempuan (P).

Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah

penduduk di bawah umur 15 tahun ditambah jumlah penduduk umur 65 tahun

keatas dengan jumlah penduduk berumur 15 – 64 tahun.

Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate = CBR) adalah banyaknya kelahiran di

suatu wilayah ditimbang dengan banyaknya penduduk pertengahan tahun di

wilayah tersebut.

Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate = CDR) adalah banyaknya kematian

di suatu wilayah ditimbang dengan banyaknya penduduk pertengahan tahun di

wilayah tersebut.

IMR (Infant Mortality Rate) atau Angka Kematian Bayi adalah proporsi bayi

meninggal (setelah dilahirkan dan sebelum mencapai usia 1 tahun) per 1000

kelahiran di tahun yang sama.

Rasio Ibu Anak (Child Women Ratio) adalah perbandingan jumlah anak (0-4

tahun) dengan jumlah wanita usia 15-49 pada pertengahan tahun.

Rata-Rata Anak Lahir Hidup (Average Number of Children Ever Born) adalah

rata-rata jumlah kelahiran hidup dari sekelompok atau beberapa kelompok wanita

selama masa reproduksinya.

Tingkat Partisipasi KB (Prevalence Rate) adalah proporsi peserta KB Aktif

terhadap pasangan usia subur.

Page 14: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

2.2.2. Pendidikan

Angka Melek Huruf (Literacy Rate)adalah persentase jumlah penduduk umur 10

tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis terhadap total penduduk umur 10

tahun ke atas.

Angka Partisipasi Kasar (Gross Enrollment Ratio = GER) adalah proporsi anak

sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA) dalam

kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan.

Angka Partisipasi Murni (Net Enrollment Ratio = NER) adalah proporsi anak

sekolah pada satu kelompok umur tertentu (SD, SLTP, SLTA) yang bersekolah

pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya.

Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan (Education Attainment Level)

adalah perbandingan jumlah penduduk umur 10 tahun ke atas yang berpendidikan

SD ke atas dengan jumlah penduduk 10 tahun ke atas.

Angka Putus Sekolah (Drop Out Rate) adalah perbandingan jumlah siswa usia

sekolah pada jenjang pendidikan yang putus sekolah di jenjang pendidikan tertentu

dengan jumlah penduduk di usia tertentu.

Rasio Murid-Guru

Rasio murid-Guru diperoleh dengan perbandingan jumlah murid dengan jumlah

guru pada suatu jenjang pendidikan tertentu.

2.2.3. Kesehatan

Rasio Sarana dan Tenaga Kesehatan Terhadap Penduduk

Rasio yang menunjukkan tingkat ketersediaan sarana kesehatan (rumah sakit,

apotik, dan puskesmas) dan tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) yang

melayani kelompok masyarakat.

Page 15: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Persentase Persalinan ditolong Tenaga Medis adalah persentase persalinan

yang ditolong oleh tenaga medis seperti dokter, bidan, dan tenaga medis lainnya.

Indikator ini digunakan untuk menggambarkan tingkat kemajuan pelayanan

kesehatan terutama pada saat kelahiran di mana resiko kematian amat tinggi.

Persentase Bayi diberi ASI (6 – 11 bulan) adalah persentase bayi yang diberi

ASI (6-11) bulan terhadap anak usia < 1 tahun

Persentase Balita yang Diberi ASI Selama Kurang Dari Dua Tahun (24 bulan)

adalah persentase bayi yang diberi ASI selama kurang dari dua tahun (24 bulan)

terhadap anak usia < 5 tahun

Cakupan Imunisasi adalah persentase anak berusia 1 – 2 tahun yang telah

mendapatkan imunisasi lengkap.

Persentase Balita Yang Sudah Diimunisasi Lengkap adalah persentase balita

yang diimunisasi DPT sebanyak tiga kali, Polio sebanyak tiga kali, BCG dan

Campak terhadap anak usia < 5 tahun.

Angka Kesakitan (morbidity rate) adalah persentase penduduk yang mengalami

keluhan sakit terhadap total penduduk yaitu jumlah penduduk yang mengalami

sakit dan penduduk yang tidak mengalami sakit .

Persentase Penduduk Sakit dengan Pengobatan Sendiri (Percentage of

Completely Immunized Baby) adalah persentase penduduk yang mengalami

keluhan yang diobati sendiri terhadap total penduduk yang mengalami keluhan

yang menyebabkan kegiatannya terganggu (penduduk yang sakit).

Persentase Penduduk Sakit yang Berkonsultasi ke Tenaga Medis (Percentage

of Sick People Treated by Trained Paramedics) adalah persentase penduduk sakit

yang konsultasi ke RS Pemerintah/Swasta, Dokter, Puskesmas, Klinik, KIA, BP

dan petugas kesehatan terhadap total penduduk yang sakit.

Page 16: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Persentase Penduduk Sakit yang Menjalani Rawat Inap di RS/Klinik yang

menyediakan Tenaga Medis (Percentage of Hospitalized People) adalah

persentase penduduk yang sakit dan menjalani rawat inap di RS

Pemerintah/Swasta, Praktek dokter, Puskesmas, Klinik, KIA, BP dan petugas

kesehatan terhadap total penduduk yang sakit.

Rata-rata Lama Sakit (Length of Illness) adalah perbandingan jumlah orang hari

penduduk yang menderita sakit terhadap total penduduk yang sakit.

2.2.4. Ketenagakerjaan

TPAK atau Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja digunakan untuk melihat

perbandingan jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (umur 10 tahun

keatas). Dengan melihat TPAK dapat ditunjukkan perbandingan presentase

penduduk yang telah dan siap untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi.

Tingkat Penganguran Terbuka digunakan untuk melihat tingkat pengangguran

terbuka dikalangan angkatan kerja.

Tingkat Pengangguran Terdidik digunakan untuk melihat perbandingan jumlah

pencari kerja yang berpendidikan SLTA keatas terhadap jumlah angkatan kerja

yang berpendidikan SLTA ke atas.

Tingkat Kesempatan Kerja digunakan untuk melihat perbandingan jumlah

penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja.

Laju Pertumbuhan Angkatan Kerja digunakan untuk melihat laju pertumbuhan

angkatan kerja antar kurun waktu tertentu menunjukkan laju pertumbuhan

partisipasi usia kerja secara ekonomis.

Page 17: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja digunakan untuk melihat laju

pertumbuhan penduduk yang bekerja antar kurun waktu tertentu.

Setengah Pengangguran adalah perbandingan persentase penduduk yang

bekerja lebih kecil dari 1/3 jam kerja normal (jam kerja normal bisa ditentukan

sebesar 48 jam seminggu) terhadap jumlah penduduk yang bekerja. Sehingga 1/3

jam kerja normal sama dengan 16 jam seminggu.

Setengah Bekerja adalah perbandingan persentase penduduk yang bekerja

antara 1/3 sampai dengan 2/3 dari jam kerja normal seminggu (antara 16 sampai

32 jam seminggu) terhadap persentase penduduk yang bekerja.

Bekerja Penuh adalah perbandingan persentase penduduk yang bekerja penuh

(lebih besar dari 2/3 jam kerja normal seminggu) terhadap persentase penduduk

yang bekerja.

Kontribusi Sektor Dalam Penyerapan Tenaga Kerja adalah perbandingan

persentase penduduk yang bekerja di sektor lapangan kerja terhadap persentase

penduduk yang bekerja.

2.2.5. Kemiskinan

Penghitungan jumlah penduduk miskin melalui pendekatan rumahtangga

pada prinsipnya adalah melalui pengukuran ketidakmampuan rumahtangga dalam

memenuhi kebutuhan makanan dan non-makanan yang paling minimal. Data

dasar yang digunakan untuk melakukan penghitungan adalah Susenas (Survei

Sosial Ekonomi Nasional) modul konsumsi. Survei ini dilakukan oleh BPS. Dalam

setiap survei ada dua kelompok pertanyaan: Kor dan Modul. Data Kor mencakup

variabel demografi dan partisipasi sekolah anggota rumahtangga, dan selalu

dikumpulkan setiap tahun, sedangkan data Modul dibagi atas 3 (tiga), yaitu modul:

Page 18: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

a. konsumsi rumahtangga;

b. kriminalitas, perjalanan, sosial budaya, dan kesejahteraan masyarakat; dan

c. pendidikan, kesehatan, dan perumahan.

Penghitungan jumlah penduduk miskin didasarkan kepada Susenas Modul

Konsumsi. Kriteria yang digunakan dalam pengukuran batas kemiskinan adalah

ketidakmampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan minimum makanan

setara dengan 2100 kalori per kapita per hari ditambah kebutuhan minimum non-

makanan. Modul konsumsi dilaksanakan tiga tahun sekali, dan paling akhir

dilaksanakan pada awal tahun 2002.

2.2.6. Lingkungan dan Sosial

Organisasi Sosial adalah organisasi yang melaksanakan pelayanan dalam

bidang kesejahteraan sosial baik untuk anggotanya sendiri maupun masyarakat

(organisasi selain organisasi politik), dan telah mempunyai struktur yang tetap

(susunan pengurus, seperti ketua, sekretaris dan bendahara), baik yang berbadan

hokum maupun tidak, dikelola oleh pemerintahmaupun swasta.

Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan sebagai wadah pembinaan

generasi muda di tingkat desa/kelurahan. Keanggotaan karang taruna bersifat

pasif dan berlaku untuk penduduk berumur (6-40 tahun).

Lembaga adat adalah aturan-aturan, hukum dan kebiasaan-kebiasaan tradisional

yang dipelihara secara turun temurun dan masih dilakukan oleh masyarakat (yang

tujuannya untuk mengharapkan berkah dari Yang Maha Kuasa).

Taman budaya adalah unit pelaksana tekhnis bidang kebudayaan yang

menangani kegiatan kesenian di tingkat propinsi.

Padepokan/sanggar budaya adalah tempat kegiatan olah seni yang dikelola oleh

masyarakat, kelompok organisasi maupun perorangan.

Page 19: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

BAB III

PROFIL SOSIAL BUDAYA PROVINSI GORONTALO

3.1. Gambaran Umum Sebagai mahluk sosial dan mahluk yang berbudaya, manusia tidak lepas

dari kegiatan sosial budaya. Seiring dengan kemajuan peradaban manusia, aspek-

aspek kegiatan sosial budaya juga mengalami perkembangan di masyarakat dan

mencakup banyak hal, yaitu kegiatan-kegiatan yang menimbulkan interaksi-

interaksi sosial dan kerjasama. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya dalam

bidang komunikasi, kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat serta organisasi

sosial dan lingkungan. Oleh karenanya kondisi sosial budaya merupakan cerminan

langsung dari segala sendi aktifitas masyarakat disamping aktifitas ekonomi dalam

memenuhi kebutuhan hidup.

Namun, keadaan sosial budaya seringkali sukar untuk dimengerti jika

langsung dianalisa dari kondisi karakteristik variabelnya yang cenderung sangat

bersifat kualitatif. Oleh karenanya, variable-variabel tersebut harus lebih dahulu

dikonversi kedalam bentuk variabel-variabel kuantitatif, dengan kata lain, data

kualitatif tersebut harus dituangkan ke dalam data kuantitatif sehingga dapat

dipahami maknanya.

Mengingat pentingnya aspek sosial budaya dalam rangka pembangunan

kesejahteraan masyarakat, pemerintah perlu memperoleh gambaran yang cukup

banyak mengenai kondisi dan perkembangan kegiatan sosial budaya yang ada di

Gorontalo melalui dukungan data yang akurat.

Selanjutnya, untuk lebih memahami makna berkaitan dengan sosial budaya,

maka di dalam bab ini akan diulas secara ringkas keadaan sosial budaya Provinsi

Gorontalo

Page 20: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

3.2. Penduduk Provinsi Gorontalo

Fenomena kependudukan pada negara-negara berkembang termasuk

Indonesia pada umunya bertalian dengan jumlah penduduk yang besar, laju

pertumbuhan yang tinggi, dan persebaran penduduk yang tidak merata. Jumlah

penduduk yang besar merupakan potensi yang menguntungkan dilihat dari sisi

penyediaan sumber daya manusia dan tenaga kerja, guna menggerakkan roda

pembangunan. Akan tetapi jumlah penduduk yang besar tanpa diikuti dengan

kualitas sumber daya manusia yang memadai sesuai dengan tuntutan dengan

dinamika pembangunan akan menimbulkan masalah sosial, bahkan dapat menjadi

penghambat bagi kelancaran proses pembangunan itu sendiri.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo per Kabupaten/Kota Tahun 2000 – 2004

Jumlah Penduduk Kab/Kota

2000 2001 2002 2003 2004

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato * 184.043 192.848 190.910 208.164 211.570

Kab. Gorontalo

Kab. Bone Bolango * 511.210 521.318 526.497 527.399 536.354

Kota Gorontalo 134.931 136.632 137.650 145.494 148.080

Prov. Gorontalo 830.184 850.798 855.057 881.057 896.004

Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2002, 2003 & 2004

* Masih gabung dengan kabupaten induk

Sampai dengan tahun 2004, Kabupaten Gorontalo merupakan daerah

dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu hampir 60 persen dari total penduduk

Provinsi Gorontalo. Sedangkan penduduk Kabupaten Boalemo dan Kota Gorontalo

masing-masing hanya sebesar 23,6 persen dan 16,5 persen.

Ditinjau dari luas wilayahnya, yaitu dari total 12.215.45 Km2 seluruh Provinsi

Gorontalo, maka akan terlihat bahwa Kabupaten Boalemo merupakan daerah

terluas, yaitu 6.739.27 Km2 atau sekitar 55 persen, kemudian Kabupaten Gorontalo

dengan luas 5.411.38 Km2 atau sekitar 44 persen, dan Kota Gorontalo dengan luas

Page 21: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

64,80 Km2 atau hanya sekitar 1 persen. Sehingga apabila dibandingkan angka

jumlah penduduk dengan luas wilayah masing-masing kabupaten/kota, maka

terlihat Kota Gorontalo adalah wilayah yang terpadat penduduknya, dimana secara

rata-rata setiap Km2 didiami oleh 2.285 orang.

Sedangkan Kabupaten Gorontalo baru pada kisaran 99 orang per Km2, terlebih

untuk Kabupaten Boalemo baru 31 jiwa per Km2. Dengan demikian secara rata-

rata kepadatan penduduk di Provinsi Gorontalo baru sebesar 73 jiwa per Km2.

Tabel 2. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota Provinsi Gorontalo Tahun 2000-2004

Kepadatan (Jiwa/Km2)

Kabupaten/Kota Luas Wilayah

(Km2)

2000 2001 2002 2003 2004

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato * 6.739,27 27 28 28 31 31

Kab. Gorontalo

Kab. Bone Bolango * 5.411,38 94 96 97 98 99

Kota Gorontalo 64,80 2.082 2.108 2.124 2.245 2.285

Prov. Gorontalo 12.215,45 68 69 70 72 73

Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2002, 2003 & 2004

* Masih gabung dengan kabupaten induk

Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Gorontalo setiap tahunnya dalam

dekade terakhir (1990-2000) sebelum berpisah dari provinsi induknya dan setelah

menjadi provinsi baru (2001-2002) ternyata tidak jauh berbeda, yaitu masih

berkisar di bilangan 1,5 persen. Walaupun demikian dapat dikatakan perubahan

jumlah penduduk atau dinamika penduduk Provinsi Gorontalo setelah

‘kemerdekaannya’ sangat jelas. Keadaan ini kemungkinan besar disebabkan

adanya migrasi masuk, terutama pekerja atau pegawai baik pegawai negeri

ataupun swasta/BUMN karena adanya perkembangan infrastruktur pemerintahan

dan perekonomian sehingga provinsi ini menjadi terbuka atau daerah tujuan

pencari kerja.

Page 22: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Garfik 1 : Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Gorontalo

1,49

2,16

1,9

0

0,5

1

1,5

2

2,5

2000 - 2002 2000 - 2003 2000 - 2004

Tahun

Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2000, 2002, 2003 & 2004

Rasio jenis kelamin merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-

laki dengan jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin (Sex Ratio)

menggambarkan banyaknya penduduk laki-laki setiap 100 penduduk perempuan.

Di Provinsi Gorontalo jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding jumlah

penduduk perempuan. Kondisi ini terlihat pada Tabel 3, bahwa rasio jenis kelamin

penduduk di Provinsi Gorontalo pada tahun 2004 sebesar 96,4 ini berarti bahwa

penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki, yaitu ada 96 penduduk

laki-laki di antara 100 penduduk perempuan.

Tabel 3. Rasio Jenis Kelamin / Sex Ratio

Rasio Jenis Kelamin Kabupaten/Kota

2001 2002 2003 2004

(1) (2) (3) (4) (5)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato * 107.8 110.3 104,03 105,5

Kab. Gorontalo

Kab. Bone Bolango * 101.7 104.9 98,6 93,4

Kota Gorontalo 90.04 100.3 98,5 95,1

Prov. Gorontalo 101.07 105.3 99,9 96,4

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Data Susenas 2001, 2002, 2003 & 2004

* Masih gabung dengan kabupaten induk

Page 23: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Dampak keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan di antaranya

terlihat pada perubahan komposisi penduduk menurut umur yang tercermin

dengan semakin rendahnya proporsi penduduk tidak produktif (penduduk muda

umur 0 – 14 tahun dan penduduk tua umur 65 tahun atau lebih) atau semakin

rendahnya angka beban ketergantungan. Semakin kecil angka beban

ketergantungan akan memberikan kesempatan bagi penduduk usia produktif untuk

meningkatkan kualitas dirinya.

Perbandingan antar penduduk di usia kerja/produktif (15-64 tahun) dengan

penduduk usia non kerja (0 - 14 tahun dan 65 tahun ke atas) adalah rasio

ketergantungan (Dependency Ratio).

Kabupaten/Kota 0-14 15-64 65+ Angka Beban Tanggungan

(1) (2) (3) (4) (5)

Kab. Boalemo 34,54 63,00 2,46 58,73

Kab. Gorontalo 33,89 62,73 3,38 59,41

Kota Gorontalo 27,76 69,61 2,63 43,66

Prov Gorontalo 33,03 63,93 3,04 56,42

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Susenas 2004

Pada Tabel 4. terlihat bahwa angka ketergantungan penduduk Provinsi

Gorontalo pada tahun 2004 adalah sebesar 56,42. Angka ini berarti bahwa di

setiap seratus penduduk produktif, disamping dirinya sendiri juga menanggung

sekitar 56 orang penduduk tidak produktif. Dibanding dari tahun sebelumnya angka

ketergantungan Gorontalo meningkat, yaitu dari 53,89 menjadi 56,42, berarti

bahwa beban tanggungan penduduk produktif semakin besar. Menurut daerah

kab/kota, terlihat bahwa angka ketergantungan di Kabupaten Gorontalo paling

tinggi sebesar 59,41 menyusul Kabupaten Boalemo sebesar 58,73 dan terendah

Kota Gorontalo sebesar 43,66.

Bila dilihat menurut daerah tempat tinggal, terlihat bahwa angka

ketergantungan di Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Gorontalo yang masih

Tabel 4. Komposisi Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2004

Page 24: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

berstruktur pedesaan lebih besar dibandingkan perkotaan yaitu Kota Gorontalo.

Besar kecilnya angka ketergantungan dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan

pembangunan di suatu wilayah, karena jika tanggungan semakin besar maka

makin sedikit penduduk usia produktif yang berpartisipasi dalam pembangunan.

3.3. Profil Pendidikan Penduduk Provinsi Gorontalo

Tingkat pendidikan masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator.

Indikator dasar adalah melalui angka melek huruf( AMH), yaitu persentase

penduduk berumur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis baik huruf

latin dan atau huruf lainnya terhadap total penduduk.

Berdasarkan data hasil Susenas, AMH di provinsi Gorontalo di tahun 2004

telah mencapai 95,01 persen. Sehingga dapat dikatakan dari setiap 100 penduduk

di provinsi Gorontalo yang berumur 10 tahun ke atas, hanya 5 orang yang tidak

dapat membaca dan menulis. AMH di Kota Gorontalo merupakan angka tertinggi

(99 %), sedangkan Kabupaten Gorontalo mempunyai AMH terendah (93,84 %).

Jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan mencerminkan kualitas siap

pakainya sumber daya manusia (SDM) yang ada. Semakin tinggi tingkat

pendidikan yang berhasil dicapai maka semakin baik kualitas SDM yang tersedia.

Kualitas SDM ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk berumur 10 tahun

ke atas yang dapat ditamatkan.

Dari tahun ke tahun mereka yang tidak sekolah/tidak menamatkan

pendidikan SD semakin berkurang, tahun 2001 sebesar 44,82 persen, tahun 2002

sebesar 41,33 persen, tahun 2003 sebesar 37,74 persen, dan tahun 2004 sebesar

35,28 persen. Sedangkan yang menamatkan SD, SLTA, DIV/S1 semakin

meningkat.

Sebagai daerah kota yang berkaitan erat dengan tersedianya fasilitas

pendidikan, persentase penduduk Kota Gorontalo yang menamatkan pendidikan

tertinggi di level SLTP/MTs ke atas jauh lebih tinggi dari Kabupaten Bolemo dan

Kabupaten Gorontalo. Sedangkan persentase penduduk yang tamat perguruan

Page 25: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

tinggi di Kota Gorontalo hampir mencapai 5 persen. Sebaliknya, persentase

penduduk yang hanya tamat SD/MI dan Tidak Sekolah merupakan angka terendah

dibandingkan kabupaten lainnya.

Grafik 2 : Persentase Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan Tahun 2004

35%

37%

12%

10% 4% 2%

Tidak/belum sekolah

dan Tidak Tamat SD

SD sederajat

SLTP sederajat

SLTA sederajat

D1/D3

D4/S1+

Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2000, 2002, 2003 & 2004

Untuk mengetahui seberapa besar tingkat partisipasi penduduk menurut

jenjang pendidikan yang diikuti, diperlukan suatu indikator yaitu Angka Partipasi

Sekolah menurut jenjang pendidikan (SD, SLTP, SLTA) dengan cara

membandingkan penduduk yang bersekolah di jenjang tertentu dengan total

penduduk di usia pada jenjang pendidikan tersebut. Angka ini dapat dibedakan

antara Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).

Perbedaan yang mendasar antar APK dan APM adalah jumlah penduduk

yang bersekolah di jenjang tertentu dalam APK tanpa melihat usia sesuai jenjang

pendidikan, sedangkan dalam APM, jumlah penduduk yang bersekolah di jenjang

tertentu dengan batasan usia/kelompok umur sesuai jenjang sekolah. Oleh

karenanya besaran APK dan APM akan berbeda, jika perbedaan antara keduanya

sangat nyata, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar usia

penduduk yang sedang bersekolah/partisipasi di level tertentu tidak mengikuti

usia/kelompok umur sesuai dengan jenjang pendidikan yang dijalankan.

Page 26: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

0

20

40

60

80

100

120

%

SD /M I SMP/MTs SMA /MA /SMK

G rafik 3 : APK dan APM Tahun 2004-2005

APK

APM

Sumber : Dinas P & K Provinsi Gorontalo

APK tertinggi terjadi di level SD, kemudian SLTP dan SLTA. Hal sama

terjadi dengan APM, walaupun terjadi perbedaan yang nyata antara besaran APK

dan APM di setiap jenjang pendidikan. Tingginya APK dan APM di level SD adalah

wajar karena adanya program wajib belajar, sehingga dapat dipastikan semua

penduduk bersekolah di SD. Jika dibedakan menurut Kabupaten/Kota, baik APK

dan APM di Kota Gorontalo lebih tinggi dari Kabupaten lainnya.

3.4. Kondisi Kesehatan Masyarakat

Unsur kesehatan biasanya dimulai sejak manusia dilahirkan ke muka bumi.

Oleh karenanya, indikator pertama mengenai kesehatan adalah persentase balita

yang proses pertama kelahirannya ditolong oleh tenaga medis. Semakin tinggi

angka tersebut, diasumsikan semakin baik kualitas hidup balita tersebut sebagai

penduduk di masa mendatang dikarenakan pada saat proses kelahirannya

ditolong oleh ahlinya yang mengerti proses kelahiran dan kesehatan.

Berdasarkan hasil Susenas 2004 di Provinsi Gorontalo, ada sebesar 45,13

persen balita yang proses pertama kelahirannya ditangani oleh tenaga medis

(dokter, bidan dan tenaga medis lain). Penanganan kelahiran oleh tenaga medis

ini lebih meningkat dibandingkan pada tahun 2002. Sedangkan pertolongan

Page 27: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

pertama proses kelahiran justru terbanyak diberikan oleh Dukun yaitu sekitar 52,12

persen, sisanya ditolong oleh famili/keluarga/lainnya. Persentase balita yang

ditolong oleh tenaga medis pada proses terakhir kelahirannya tidak lebih dari 50

persen. Keadaan ini menandakan bahwa kepercayaan penduduk terhadap tenaga

medis masih kurang, namun ketika keadaan sudah kritis atau penolong pertama

tidak mampu, barulah mencari pertolongan pada tenaga medis.

3.72

25.15

1.27

62.23

7.634.32

38.24

2.6

54.11

0.74

16.52

56.09

0.43

25.22

1.74

0

10

20

30

40

50

60

70

%

Boalemo Kab.Gorontalo Kota Gorontalo

Grafik 4 : Persentase Balita Menurut Kabupeten/Kota dan

Penolong Pertama Kelahirannya Tahun 2004

Dokter

Bidan

Tng, Medis

Dukun

Famili/Klrg Lain

Sumber : BPS, Susenas 2004

Air Susu Ibu (ASI) diyakini sebagai nutrisi yang kaya gizinya sebagai

asupan makanan Bayi (0 -11 bulan) dan Balita (0 - 59 bulan). Dengan demikian

makin banyaknya bayi yang disusui, kemungkinan besar makin baik derajat

kesehatan penduduk di masa mendatang.

Pemberian ASI pada balita sangat penting artinya bagi pertumbuhan sel

otak, yang menurut ilmu kesehatan bahwa 80 persen pembentukan sel otak

manusia pada saat balita umur 0 – 2 tahun. Pemberian ASI yang begitu kaya akan

gizi ini tentunya akan berguna bagi perkembangan kualitas penduduk.

Page 28: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

94,73

93,9194,08

66,25 73,1 74,13

020406080100

%

Kab.

Boalemo

Kab.

Gorontalo

Kota

Gorontalo

Pernah d beri ASI

Di beri ASI <2 Th

Grafik 5 : Balita 2 - 4 Tahun yang Pernah

Di Beri ASI < 24 Bulan Tahun 2004

Sumber : BPS, Susenas 2004

Berdasarkan hasil Susenas 2004, dari 95.398 anak berumur kurang dari 5

tahun diantaranya ada sebanyak 5,82 persen yang tidak pernah diberi ASI.

Persentase tersebut lebih rendah dibanding tahun 2002 yang sebesar 10 persen.

Hal ini menggambarkan keadaan yang semakin karena semakin sedikit anak

berumur dibawah lima tahun yang tidak di beri ASI. Bila dilihat per

Kabupaten/Kota, persentase balita yang tidak disusui tertinggi berada di

Kabupaten Gorontalo, yaitu 6,09 persen, diikuti Kota Gorontalo (5,92%), dan

Kabupaten Boalemo (5,27%).

Pada umumnya balita diberi ASI hingga usia 2 tahun (< 24 bulan) dan ada

juga yang kurang dari 1 tahun (6 -11 bulan). Persentase balita dengan lamanya

disusui kurang dari usia 2 tahun hanya sekitar 71,17 persen dari total balita yang

disusui, angka ini lebih tinggi dibandingkan dua tahun sebelumnya sebesar 64,17

persen. Sedangkan balita yang diberi ASI selama 6 -11 bulan pada tahun 2004

mencapai 16,23 persen. Kota Gorontalo mempunyai persentase tertinggi untuk

balita yang diberi ASI antara 6-11 bulan, demikian pula persentase balita yang

Page 29: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

mendapat ASI kurang dari 2 tahun. Sementara persentase balita yang diberi ASI

antara 6 - 11 bulan maupun kurang dari 2 tahun di Kabupaten Boalemo adalah

yang terendah, yakni 10,20 persen dan 66,25 persen.

Derajat kesehatan masyarakat secara umum dapat pula didekati dengan

data banyaknya penduduk yang mengeluh sakit dibandingkan dengan total

penduduk atau disebut Angka Kesakitan. Dengan demikian dapat diperkirakan

persentase penduduk yang terganggu aktifitasnya karena mengalami sakit,

semakin tinggi angka tersebut dapat dikatakan tingkat kesehatan masyarakat

semakin rendah.

Tingkat kesehatan masyarakat Gorontalo pada tahun 2004 dapat diamati

dari banyaknya penduduk yang mengalami keluhan kesehatan, terdapat sebanyak

337 penduduk yang mengalami sakit dari 1000 penduduk atau sebesar 37,64

persen. Beberapa jenis penyakit utama yang dikeluhkan yakni sakit panas, batuk,

pilek, asma, diare, sakit kepala dan sakit gigi. Ternyata penyakit panas atau

demam merupakan penyakit yang terbanyak dikeluhkan, yaitu dari setiap 1000

orang ada 212 orang yang mengalami sakit panas.

3.5. Aktifitas Ekonomi Penduduk Gorontalo

Aktifitas sehari-hari penduduk dapat menggambarkan kehidupan

masyarakat dalam kegiatan perekonomian yang kemudian berdampak kepada

kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Berdasarkan konsep yang diadopsi dari

International of Labour Force Organization (ILO), penduduk usia 15 tahun keatas

dikelompokkan ke dalam 2 bagian besar, yaitu kelompok penduduk yang terlibat

langsung dalam kegiatan ekonomi (Angkatan Kerja) dan kelompok penduduk yang

tidak terlibat dalam kegiatan ekonomi (Bukan Angkatan Kerja). Dalam kelompok

Angkatan Kerja di bedakan menjadi penduduk yang bekerja dan mencari kerja.

Sedangkan Bukan Angkatan Kerja terdiri dari penduduk yang masih bersekolah,

mengurus rumahtangga dan lainnya.

Page 30: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Perbandingan jumlah angkatan kerja dengan penduduk usia kerja

merupakan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), yaitu indikator yang

menunjukkan persentase penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja terhadap

total penduduk usia kerja, seberapa besar penduduk yang sebenarnya terlibat

langsung dalam aktifitas ekonomi. Dalam 2 tahun terakhir, TPAK Provinsi

Gorontalo mengalami peningkatan dari 57,9 persen di tahun 2002 menjadi 61,3

persen di tahun 2004. Dengan demikian dari 100 penduduk usia kerja ada 61

orang yang bekerja ataupun sedang mencari pekerjaan di tahun 2004.

Grafik 6 : Kontribusi 3 Sektor Lapangan Usaha Terbesar Dalam

Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2004

16,25; 16%48,04; 49%

22,4; 22%

13,31; 13%

Lainnya

Perdagangan

Jasa

Pertanian

Sumber : BPS, Sakernas 2002 - 2004

Jika diamati dan diurutkan menurut lapangan usaha yang banyak ditekuni

oleh penduduk yang bekerja, ada tiga sektor lapangan pekerjaan utama yang

banyak menyerap tenaga kerja, yakni sektor pertanian merupakan lapangan usaha

utama tempat bekerja penduduk provinsi Gorontalo, yaitu sekitar 48,04 persen,

kemudian diikuti sektor Perdagangan sebesar 16,25 persen, jasa 13,31 persen,

sedangkan sebesar 22,4 persen tenaga kerja lainnya terserap pada lapangan kerja

pertambangan, listrik-gas-air, bangunan, angkutan dan keuangan.

Perbandingan antara penduduk yang mencari kerja termasuk yang

mempersiapkan usaha, sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja, dan

tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan

Page 31: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

terhadap total angkatan kerja adalah tingkat pengangguran terbuka. Berdasarkan

hasil Survei Angkatan Kerja (Sakernas) di tahun 2004, tingkat pengangguran

terbuka telah mencapai 12,29 persen, keadaan ini lebih buruk dari tahun

sebelumnya yaitu 9,93 persen pada tahun 2003 namun masih lebih baik

dibandingkan tahun 2002 sebesar 13,17 persen

13,17

9,93

12,29

0

2

4

6

8

10

12

14 %

2002 2003 2004

Tahun

Grafik 7 : Tingkat Pengangguran Penduduk 15 tahun ke atas

Tahun 2002 - 2004

Sumber : BPS, Sakernas 2002 - 2004

3.6. Kemiskinan

Kemampuan seseorang untuk dapat bertahan hidup dengan keterbatasan

kebutuhan makanan dan non makanan merupakan gambaran akan kemiskinan.

Dengan menggunakan batas atau garis kemiskinan berdasarkan kebutuhan

minimum makanan dan non makanan, di dapatkan jumlah penduduk dibawah garis

kemiskinan atau penduduk miskin. Jumlah penduduk miskin tersebut jika

dibandingkan dengan total penduduk didapatkan persentase penduduk miskin.

Semakin tinggi angka kemiskinan menggambarkan semakin rendah tingkat

kesejahteraan masyarakat.

Page 32: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo di tahun 2004 telah

mencapai sebanyak 258.824 jiwa atau sekitar 28,89 persen dari total penduduk.

Sedangkan di tahun 2002, penduduk miskin sebesar 257.688 jiwa atau sekitar

32,13 persen terhadap total penduduk. Baik di tahun 2002 dan tahun 2004

Kabupaten Gorontalo merupakan daerah yang mempunyai jumlah penduduk

miskin terbanyak dibandingkan kabupaten/kota yang lain

0

50.000

100.000

150.000

200.000

Kab Boalemo Kab. Gorontalo Kota Gorontalo

Grafik 8 : Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo

2002

2004

Sumber : BPS, Diolah dari data Susenas

3.7. Organisasi Sosial dan Lingkungan

Kegiatan berorganisasi dalam bermasyarakat(organisasi sosial) dapat

menunjukkan bahwa masih ada waktu luang selain kegiatan untuk mencari nafkah,

sehingga diasumsikan semakin banyak jenis organisasi di suatu wilayah

administrasi terendah yaitu desa atau kelurahan, maka tingkat kesejahteraan

masyarakat atau penduduk setempat lebih baik jika dibandingkan dengan

penduduk atau masyarakat di desa/kelurahan lain yang sedikit mempunyai

organisasi sosial.

Page 33: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Dari Grafik 9, dapat dilihat bahwa semua kabupaten/kota sudah memiliki

karang taruna dan organisasi sosial. Dimana jumlah karang taruna terbanyak ada

di kabupaten Gorontalo yaitu sebanyak 83, begitu pula jumlah organisasi sosialnya

sebanyak 55. Dan jumlah karang taruna dan organisasi sosial paling sedikit ada di

kabupaten Boalemo yaitu sebanyak 25 dan 22.

0

20

40

60

80

100

Boalemo Pohuwato Kota Gorontalo

Grafik 9 : Jumlah Karang Taruna dan Organisasi

Sosial Provinsi Gorontalo Tahun 2004

Karang Taruna

Orsos

Kab. Gtlo B.Bolango

Sumber : Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Gorontalo

Faktor ibadah merupakan indikator masyarakat yang berbudaya dan

beradab. Sesuai dengan mayoritas agama yang dianut penduduk Gorontalo,

jumlah rumah ibadah umat Islam jauh lebih banyak dari rumah ibadah lainnya,

seperti Gereja Kristen, Gereja Katolik, Pura, Vihara, dan Klenteng. Hal itu

dikarenakan jumlah penganut agama Islam pun lebih banyak dibanding dengan

yang lainnya. Jumlah rumah ibadah untuk masjid dan surau terbanyak berada di

Kabupaten Gorontalo, sedangkan Gereja dan Pura terbanyak di Kabupaten

Boalemo.

Page 34: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

1484 1601

139 145 107 107 15 21 9 9 4 4 0

500

1000

1500

2000

Masjid Mushola Gereja Protestan

Gereja Katolik

Pura Vihara

Grafik 10 : Jumlah Sarana Ibadah Di Provinsi Gorontalo

2003

2004

Sumber : Departemen Agama Provinsi Gorontalo

Keberadaan fasilitas umum dalam lingkungan perumahan merupakan

program pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana perumahan yang

mendukung pembanguan manusia. Selama ini, pemerintah telah berupaya

membangun fasilitas di seluruh daerah baik di daerah perkotaan maupun di

perdesaan. Dari tabel terlihat bahwa hampir seluruh fasilitas umum, seperti

puskesmas/poliklinik dan SLTP, sudah tersedia baik di daerah perkotaan dan

perdesaan. Fasilitas umum yang ada di daerah perkotaan lebih banyak

dibandingkan dengan di daerah perdesaan.

Tabel 5. Persentase Rumah Tangga menurut Keberadaan Fasilitas Umum Di Kecamatan Sendiri Tahun 2004

Keterangan Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

{1) (2) (4) (5) Puskesmas/poliklinik 99,11 99,3 99,25 Kantor Pos 63,39 50,71 54,06 Pos Polisi 93,3 81,26 84,43 Pasar Tradisional 99,11 88,71 91,45 SD/sederajat 100 99,65 99,74 SLTP/sederajat 99,55 98,96 99,11 SLTA/sederajat 99,55 71,19 78,68

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Page 35: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

4.1. KEPENDUDUKAN Tabel 1. Jumlah Penduduk Provinsi Gorontalo per Kabupaten/Kota Tahun 2000 – 2004

Jumlah Penduduk Kab/Kota

2000 2001 2002 2003 2004

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato * 184.043 192.848 190.910 208.164 211.570

Kab. Gorontalo

Kab. Bone Bolango * 511.210 521.318 526.497 527.399 536.354

Kota Gorontalo 134.931 136.632 137.650 145.494 148.080

Prov. Gorontalo 830.184 850.798 855.057 881.057 896.004

Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2002, 2003 & 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

Tabel 2. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Gorontalo Tahun 2000 – 2004

Tingkat Pertumbuhan Per Tahun Tahun Jumlah Penduduk

2000 - 2002 2000 - 2003 2000 – 2004 (1) (2) (3) (4) (5)

2000 2002 2003 2004

830.184 855.057 881.057 896.004

1,49 2,16 2,77

Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2002, 2003 & 2004

Tabel 3. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2000-2004

Kepadatan (Jiwa/Km2)

Kab/Kota Luas Wilayah

(Km2)

2000 2001 2002 2003 2004

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato * 6.739,27 27 28 28 31 31

Kab. Gorontalo

Kab. Bone Bolango * 5.411,38 94 96 97 98 99

Kota Gorontalo 64,80 2.082 2.108 2.124 2245 2.285

Prov. Gorontalo 12.215,45 68 69 70 72 73

Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2002, 2003 & 2004

* Masih gabung dengan kabupaten induk

Page 36: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Tabel 4. Rasio Jenis Kelamin / Sex Ratio

Rasio Jenis Kelamin Kab/Kota

2001 2002 2003 2004 (1) (2) (3) (4) (5)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato * 107.8 110.3 104,03 105,5

Kab. Gorontalo

Kab. Bone Bolango * 101.7 104.9 98,6 93,4

Kota Gorontalo 90.04 100.3 98,5 95,1

Prov. Gorontalo 101.07 105.3 99,9 96,4

Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2001, 2002, 2003 & 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

Tabel 5. Angka Beban Tanggungan / Dependecy Ratio

Kabupaten/Kota 0-14 15-64 65+ Angka Beban Tanggungan

(1) (2) (3) (4) (5)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato * 34,54 63,00

2,46 58,73

Kab. Gorontalo

Kab. Bone Bolango * 33,89 62,73

3,38 59,41

Kota Gorontalo 27,76 69,61 2,63 43,66

Prov Gorontalo 33,03 63,93 3,04 56,42

Sumber : BPS, Susenas 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

Tabel 6. Angka Kelahiran Kasar / Crude Birth Rate (CBR) Provinsi Gorontalo per Kabupaten/Kota Tahun 2004

Kabupaten/Kota Jumlah Kelahiran Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun

CBR (per 1000 penduduk)

(1) (2) (3) (4)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato * 1.861 209.867 8,87

Kab. Gorontalo

Kab. Bone Bolango * 9.485 531.877 17,83

Kota Gorontalo 2.040 146.787 13,90

Prov. Gorontalo 13.386 888.531 15,07

Sumber : BPS, Susenas 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

Page 37: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Tabel 7. Rasio Ibu Anak / Child Women Ratio (CWR) Provinsi Gorontalo

per Kabupaten/Kota Tahun 2004

Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk 0

- 4 Tahun

Jumlah Wanita Usia 15 - 49

Pertengahan Tahun

CWR (per 1000 wanita 15-49 Tahun)

(1) (2) (3) (4)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato * 25.790 58.532 441

Kab. Gorontalo

Kab. Bone Bolango * 55.808 148.509 376

Kota Gorontalo 13.800 44.982 307

Prov. Gorontalo 95.398 252.022 379

Sumber : BPS, Susenas 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

Tabel 8. Rata-rata Anak Lahir Hidup Provinsi Gorontalo

per Kabupaten/Kota Tahun 2004

Rata-Rata Anak Lahir Hidup Kabupaten/Kota

2001 2002 2003 2004 (1) (2) (3) (4) (5)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato * 2,85 3,01 2,65 2,55

Kab. Gorontalo

Kab. Bone Bolango * 3,01 3,03 2,92 2,99

Kota Gorontalo 2,97 2,77 2,85 2,64

Prov. Gorontalo 3,00 2,99 2,85 2,83

Sumber : BPS, SP2000 L2, Susenas 2001,2002, 2003 & 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

Tabel 9. Persentase Perempuan Usia 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin menurut

Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan di Provinsi Gorontalo, 2001-2004

Alat / Cara KB yang Sedang Digunakan

2001 2002 2003 2004

(1) (2) (3) (4) (5)

MOW / Tubektomi 2,82 1,10 1,16 0,57

MOP / Vasektomi 0,26 0,21 0,88 0,94

IUD 16,19 14,26 11,19 12,50

Suntikan KB 28,74 21,90 30,33 35,12

Susuk KB 20,75 18,91 11,94 11,74

Pil KB 29,38 38,33 43,27 35,45

Kondom 0,13 0,14 - 0,08

Tradisional 1,73 5,15 1,23 2,25 Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004

Page 38: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

4.2 PENDIDIKAN

Tabel 1. Angka Melek Huruf Penduduk 10 Tahun ke Atas di Provinsi Gorontalo Tahun 2004

Dapat Baca/Tulis Huruf Latin/Lainnya Kabupaten/Kota

2001 2002 2003 2004 (1) (2) (3) (4) (5)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato * 93,24 94.06 96.38 95.04

Kab. Gorontalo

Kab. Bone Bolango * 92.59 94.77 93.25 93.84

Kota Gorontalo 98.00 99.00 98.17 99.00

Prov. Gorontalo 93,63 95.32 94,80 95,01

Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

Tabel 2. Persentase Penduduk Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Gorontalo Tahun 2001-2004

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

2001 2002 2003 2004

(1) (2) (3) (4) (5)

Tidak/belum sekolah dan Tidak Tamat SD

44,82 41,33 37,74 35,28

SD sederajat 30,45 32,60 36,09 35,78

SLTP sederajat 10,95 12,60 11,79 12,25

SLTA sederajat 11,95 11,12 12,03 10,46

D1/D3 0,95 1,15 1,07 3,73

D4/S1+ 0,87 1,20 1,29 2,41 Sumber : BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 & 2004

Tabel 3. Angka Partisipasi Kasar (APK) Provinsi Gorontalo Tahun 2002/2003 – 2004/2005

Tahun Ajaran Jenjang Pendidikan

2002/2003 2004/2005 (1) (2) (3)

Sekolah Dasar (SD/MI) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP/MTs) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA/MA/SMK)

111.65 58.95 51.78

104.99 62.64 40.56

Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo

Page 39: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Tabel 4. Angka Partisipasi Murni (APM) Provinsi Gorontalo

Tahun 2002/2003 – 2004/2005

Tahun Ajaran Jenjang Pendidikan

2002/2003 2004/2005 (1) (2) (3)

Sekolah Dasar (SD) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP/MTs) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA/MA/SMK)

97.62 39.82 37.22

88.35 48.69 26.89

Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo

Tabel 5. Angka Putus Sekolah menurut Jenjang Pendidikan

Provinsi Gorontalo Tahun 2002/2003 – 2004/2005

Tahun Ajaran Jenjang Pendidikan

2002/2003 2004/2005 (1) (2) (3)

Sekolah Dasar (SD) Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sekolah Menengah Atas (SMA) Madrasah Aliyah (MA) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

5.97

2.87

1.45

2325 59 639 96 273 71 105

Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo

Tabel 6. Jumlah Sekolah, Murid, Kelas dan Guru Sekolah Dasar Provinsi Gorontalo 2002 – 2004

Kabupaten/Kota

Sekolah

Murid

Kelas

Guru

(1) (2) (3) (4) (5)

01. Kab. Boalemo 82 11.076 468 508

02. Kab. Gorontalo 346 52.967 1.040 2.150

03. Kab. Pohuwato 102 16.443 466 575

04. Kab. Bone Bolango 134 15.029 715 902

71. Kota Gorontalo 144 19.125 753 1.030

Provinsi Gorontalo

2004 808 114.640 3.442 5.165

2003 842 134.520 5.842 7.233

2002 885 128.076 4.456 8.717 Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo

Page 40: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Tabel 7. Jumlah Sekolah, Murid, Kelas dan Guru SLTP Provinsi Gorontalo Tahun 2002 – 2004

Kabupaten/Kota Sekolah Murid Kelas Guru (1) (2) (3) (4) (5)

01. Kab. Boalemo 17 3.158 68 169

02. Kab. Gorontalo 68 12.477 224 977

03. Kab. Pohuwato 57 3.916 134 253

04. Kab. Bone Bolango 26 4.272 165 486

71. Kota Gorontalo 19 4.602 202 466

Provinsi Gorontalo 2004 187 28.425 793 2.351

2003 136 26.280 744 * 3.061

2002 136 26.282 1.192 3.217 Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo

Tabel 8. Jumlah Sekolah, Murid, Kelas dan Guru SLTA Provinsi Gorontalo Tahun 2002 – 2004

Kabupaten/Kota Sekolah Murid Kelas Guru (1) (2) (3) (4) (5)

01. Kab. Boalemo 7 1.154 38 100

02. Kab. Gorontalo 21 5.656 185 416

03. Kab. Pohuwato 10 1.574 37 64

04. Kab. Bone Bolango 11 2.174 65 215

71. Kota Gorontalo 13 8.046 97 387

Provinsi Gorontalo 2004 62 18.604 422 1.182

2003 59 17.274 442 *) 1.232 *)

2002 49 12.405 367 3.217 Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo

Tabel 9. Rasio Murid dan Guru Tingkat SD, SLTP dan SLTA Provinsi Gorontalo Tahun 2002 – 2004

Kabupaten/Kota SD SLTP SLTA

(1) (2) (3) (4)

01. Kab. Boalemo 22 19 12

02. Kab. Gorontalo 25 53 14

03. Kab. Pohuwato 29 16 25

04. Kab. Bone Bolango 17 15 10

71. Kota Gorontalo 19 19 21

Provinsi Gorontalo 2004 22 12 16

2003 19 9 6

2002 15 8 4 Sumber : Dinas P & K Prov. Gorontalo

Page 41: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

KESEHATAN Tabel 1. Jumlah Rumah Sakit, Kapasitas Tempat Tidur dan Jenis Rumah Sakit di Provinsi Gorontalo Tahun 2002-2004

Rumah Sakit Pemerintah

Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Khusus Kabupaten/Kota

Rumah Sakit Tempat Tidur Rumah Sakit Tempat Tidur (1) (2) (3) (4) (5)

01. Kab. Boalemo 1 * - -

02. Kab. Gorontalo 1 200 - -

03. Kab. Pohuwato 1 * - -

04. Kab. Bone Bolango 1 * 1 32

71. Kota Gorontalo 1 200 - -

Prov. Gorontalo 2004 5 400 1 32

2003 4 400 1 50

2002 2 263 1 48 Catatan : * = data belum tersedia

Lanjutan

Rumah Sakit Swasta Rumah Sakit ABRI Jumlah Kabupaten/Kota Rumah

Sakit Tempat Tidur

Rumah Sakit

Tempat Tidur

Rumah Sakit

Tempat Tidur

(1) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

01. Kab. Boalemo - - - - - -

02. Kab. Gorontalo - - - - 1 200

03. Kab. Pohuwato - - - - - -

04. Kab. Bone Bolango - - - - 1 32

71. Kota Gorontalo 2 80 1 20 4 300

Provinsi Gorontalo 2 80 1 20 6 532

2003 2 0 1 0 8 450

2002 1 25 - - 4 336 Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

Tabel 2. Jumlah Puskesmas, Pustu, Posyandu, Pedagang Besar Farmasi,

Apotik dan Toko Obat di Provinsi Gorontalo Tahun 2002-2004

Puskesmas Keliling

(Darat+Laut) Kabupaten/Kota Pus kes mas

Puskemas Pem bantu Darat Laut

Pos yandu

Peda-gang Besar Far-masi

Apotik Toko Obat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

01. Kab. Boalemo 7 24 6 1 246 - - 3

02. Kab. Gorontalo 22 95 12 - 404 - 3 13

03. Kab. Pohuwato 8 30 7 1 152 - - 2

04. Kab. Bone Bolango 8 33 5 - 129 - 1 3

71. Kota Gorontalo 6 32 8 - 127 3 22 15

Prov. Gorontalo 2004 51 214 38 2 1058 3 26 36

2003 40 214 36 1 1058 3 26 37

2002 40 211 31 2 879 3 17 17 Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

Page 42: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Tabel 3. Jumlah Tenaga Kesehatan di Provinsi Gorontalo Tahun 2004

Tenaga Para Medis

Kabupaten/Kota Dokter Ahli

Dokter Umum

Dokter Gigi

Apo- teker

Sar- jana Kese- hatan

Pera-watan

Non Pera-watan

Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

01. Kab. Boalemo - 14 2 1 3 80 25 125

02. Kab. Gorontalo 6 36 5 3 16 320 82 468

03. Kab. Pohuwato - 12 1 - 1 67 25 106

04. Kab. Bone Bolango - 17 3 1 1 117 29 168

71. Kota Gorontalo 14 56 6 6 22 213 81 398

Provinsi Gorontalo 20 135 17 11 43 797 242 1265

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo

Tabel 4. Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Pertama Provinsi Gorontalo Tahun 2001 – 2004

Tahun Penolong Pertama Kelahiran Balita 2001 2002 2003 2004

(1) (2) (3) (4) (5)

Dokter 3,33 4,45 2,80 5,92

Bidan 34,04 25,45 28,30 37,28

Tenaga Medis Lainnya 0,86 0,86 0,60 1,93

Dukun 61,18 66,90 64,70 52,12

Famili/Keluarga 0,59 2,34 3,60 2,75

Total 100 100 100 100 Sumber : BPS, Susenas 2001 – 2004

Tabel 5. Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Terakhir di Provinsi Gorontalo Tahun 2001 – 2004

Tahun Penolong Terakhir Kelahiran Balita 2001 2002 2003 2004

(1) (2) (3) (4) (5)

Dokter 4,48 5,46 3,70 7,44

Bidan 44,47 37,74 40,30 48,31

Tenaga Medis Lainnya 2,20 1,32 4,70 3,60

Dukun 47,54 53,90 48,10 37,42

Famili/Keluarga 1,31 1,58 3,20 3,23

Total 100 100 100 100 Sumber : BPS, Susenas 2001, 2004 dan 2004

Page 43: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Tabel 6. Balita 2 – 4 tahun di Provinsi Gorontalo yang Pernah Disusui selama 6-11 bulan, Tahun 2001 – 2004

Balita diberi ASI (6 - 11 Bulan)

2001 2002 2003 2004 Kabupaten/Kota

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato 1.050 8.23 2.223 11,17 469 2.56 1.804 10.20

Kab. Gorontalo

Kab. Bone Bolango 1.304 4.13 9.022 15,55 1.982 5.53 5.721 17.91

Kota Gorontalo 1.008 13.76 1.999 17,21 1.142 12.62 1.920 22.38

Provinsi Gorontalo 3.362 6.51 13.244 14,79 3.593 5.69 9.445 16.23

Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

Tabel 7. Balita 2 – 4 tahun yang Pernah Disusui Kurang dari 24 bulan di Provinsi Gorontalo Tahun 2001 – 2004

Balita diberi ASI ( < 24 Bulan)

2001 2002 2003 2004 Kabupaten/Kota

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato * 6.743 52.83 12.305 61,81 12.043 65.69 11.619 66.25

Kab. Gorontalo

Kab. Bone Bolango * 18.736 59.40 38.684 66,69 23.611 65.92 23.345 73.10

Kota Gorontalo 4.393 59.95 6.459 55,60 6.214 68.68 6.360 74.13

Provinsi Gorontalo 29.872 57.85 57.448 64,17 41.868 66.25 41.424 71.17

Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

Tabel 8. Penduduk Provinsi Gorontalo yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Jenis Keluhan Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2001 – 2004

Kabupaten/ Kota

Panas Batuk Pilek Asma Sesak Nafas

Diare Sakit

kepala beru lang

Sakit gigi

Lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (9) (10) (11)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato 49607 45496 33860 3066 3579 15907 8905 7444

Kab. Gorontalo

Kab. BoneBoango 133391 103750 73302 14547 21153 58585 23477 32406

Kota Gorontalo 29460 23580 16320 3660 4920 11580 4560 9360

Prov. Gorontalo 212458 172826 123482 21273 29652 86072 36942 49210

2003 187320 150465 115463 15345 20323 26892 97904 43784 102215

2002 176398 137016 99479 7627 10838 16434 54843 23053 67298

2001 203155 171565 130804 7756 16902 27473 80810 34378 102330

Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

Page 44: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Tabel 9. Persentase Penduduk yang Pernah Mengalami Keluhan Kesehatan dan Pernah Mengobati Sendiri menurut Kab/Kota Tahun 2001 – 2004

Kabupaten/Kota 2001 2002 2003 2004

(1) (2) (3) (4) (5)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato * 76,83 75,43 75,36 95,07

Kab. Gorontalo

Kab. Bone Bolango * 63,04 60,04 71,72 79,33

Kota Gorontalo 44,43 56,82 54,42 67,28

Provinsi Gorontalo 63,33 63,42 70,06 81,41

Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

Tabel 10. Penduduk yang Mengobati Sendiri Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Obat yang Digunakan di Provinsi Gorontalo Tahun 2001- 2004

Kabupaten/Kota Obat

tradisional Obat modern Lainnya

Jumlah yang Berobat Sendiri

(1) (2) (3) (4) (5)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato * 30.777 70.483 7.872 78.059

Kab. Gorontalo

Kab. Bone Bolango * 61.763 141.191 12.759 163.566

Kota Gorontalo 7.860 30.060 2.460 32.940

Provinsi Gorontalo 2004 100.400 241.734 23.091 274.565

2003 86.325 220.303 43.366 241.584

2002 69.417 155.320 17.362 175.525

2001 69.575 188.956 16.163 207.575

Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

Tabel 11. Penduduk Provinsi Gorontalo yang Berobat Jalan dan Tempat/Cara Berobat Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2001 – 2004

Kabupaten/ Kota

RS Peme rintah

RS Swasta

Praktek Dokter

PKM/ Pustu

Poli klinik

Petugas Keseha tan

Praktek Tradisional

Lainnya Rawat Jalan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato * 2060 0 8064 8403 0 4680 0 246 23453

Kab. Gorontalo

Kab.BoneBolango * 3284 414 29575 69369 1449 25424 1101 1355 131971

Kota Gorontalo 7440 2460 15540 22320 2580 4140 4440 3060 61980

Prov. Gorontalo Tahun 2004

12784 2874 53179 100090 4029 34244 5541 4661 217404

2003 5272 528 40499 83500 1725 31912 13992 12500 189928

2002 2272 139 24701 43438 1113 24504 3484 2418 102069

2001 2323 2051 35425 61588 1624 37084 1836 8018 149949

Sumber: BPS, Susenas 2001, 2002, 2003 dan 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

Page 45: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Tabel 12. Jumlah Balita yang di Imunisasi menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Imunisasi Tahun 2001, 2002 dan 2004

JENIS IMUNISASI 2001 2002 2004

(1) (2) (3) (5)

1. DPT 44.119 54.705 85,297

2. POLIO 39.518 73.768 87.001

3. BCG 7.547 19.500 85.069

4. CAMPAK 15.823 17.546 75.739

Sumber : BPS, Susenas 2001, 2004 dan 2004

Tabel 13. Jumlah dan Persentase Penduduk Sakit yang Pernah Rawat Inap (PSRI) Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2001 – 2004

Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk

yang Sakit Jumlah Penduduk Sakit

yang Rawat Inap

Persentase Penduduk Sakit yang Rawat Inap

(PSRI) (1) (2) (3) (4)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato * 82.109 656 0,80

Kab. Gorontalo

Kab. Bone Bolango * 206.173 4.272 2,07

Kota Gorontalo 48.960 1.380 2,82

Prov. Gorontalo 2004 337.242 6.308 1,87

2003 334.847

2002 276.746 5.688 2,06

2001 327.768 5.941 1,81 Sumber : BPS, Susenas 2001- 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

Tabel 14. Rata-rata Lamanya Sakit (RLS) Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo Tahun 2001 – 2004

Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk

yang Sakit

Jumlah Hari Terganggu Karena

Sakit

Rata-Rata Lama Sakit (RLSI)

(1) (2) (3) (4)

Kab. Boalemo

Kab. Pohuwato * 821.09 314.782 3,83

Kab. Gorontalo

Kab. Bone Bolango * 206.173 765.617 3,71

Kota Gorontalo 48.960 189.660 3,87

Prov. Gorontalo 2004 337.242 1.270.059 3,77

2003 334.847 972.073 2,90 2002 276.746 999.702 3,61 2001 327.768 1.054.388 3,22

Sumber : BPS, Susenas 2001- 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

Page 46: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

4.4. KETENAGAKERJAAN

Tabel 1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk 15 Tahun ke atas di Provinsi Gorontalo Tahun 2002 - 2004

INDIKATOR 2002 2003 2004

(1) (2) (3) (4)

Penduduk Usia Kerja 15 tahun ≤ (jiwa) 568.836 581.763 602.175

Angkatan Kerja 329.358 347.365 368.985

TPAK 57,90 59,71 61,3

Sumber : BPS, Sakernas 2002 - 2004

Tabel 2. Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk 15 Tahun ke Atas di Provinsi Gorontalo Tahun 2002 - 2004

INDIKATOR 2002 2003 2004

(1) (2) (3) (4)

Angkatan Kerja 329.358 347.365 368.985

Pencari Kerja 43.392 34.483 45.360

Ppk 13,17 9,93 12,29

Sumber : BPS, Sakernas 2002 - 2004

Tabel 3. Tingkat Kesempatan Kerja Penduduk 15 Tahun ke Atas di

Provinsi Gorontalo Tahun 2002 – 2004

INDIKATOR 2002 2003 2004

(1) (2) (3) (4)

Angkatan Kerja 329.358 347.365 368.985

Penduduk Yang Bekerja 285.966 312.882 323.625

Pkk 86,83 90,07 87,71

Sumber : BPS, Sakernas 2002 - 2004

Tabel 4. Laju Pertumbuhan Angkatan Kerja di Provinsi Gorontalo Tahun 2002 – 2004

INDIKATOR 2002 2003 2004

(1) (2) (3) (4)

Jumlah Angkatan Kerja 329.358 347.365 368.985

RAk 5,47 6,22

Sumber : BPS, Sakernas 2002 - 2004

Page 47: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Tabel 5. Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja di Provinsi Gorontalo Tahun 2002 - 2004

INDIKATOR 2002 2003 2004

(1) (2) (3) (4)

Penduduk Yang Bekerja 285.966 312.882 323.625

Rkk 9,41 3,43

Sumber : BPS, Sakernas 2002 - 2004

Tabel 6. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha di Provinsi Gorontalo Tahun 2002 - 2004

2002 2003 2004 Lapangan Usaha/Sektor

Jumlah Pks (%) Jumlah Pks (%) Jumlah Pks (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Pertanian 159.060 55.62 194.328 62.11 155.465 48.04

Pertambangan, LGA 2.292 0.80 4.879 1.56 6.630 2.05

Industri 17.628 6.16 18.756 5.99 26.265 8.12

Bangunan 7.044 2.46 9.838 3.14 12.560 3.88

Perdagangan 41.412 14.48 33.474 10.70 52.605 16.25

Angkutan 21.582 7.55 17.225 5.51 24.030 7.43

Keuangan 1.086 0.38 2.383 0.76 3.000 0.93

Jasa 35.862 12.54 31.999 10.23 43.070 13.31

Jumlah 285.966 100.00 312.882 100.00 323.625 100.00

Sumber : BPS, Sakernas 2002 – 2004

4.5. KEMISKINAN, ORGANISASI SOSIAL DAN LINGKUNGAN Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 2002 dan 2004

2002 2004 Kabupaten/Kota

Jml Penduduk Miskin (000

Org)

% Penduduk Miskin

Jml Penduduk Miskin

% Penduduk Miskin

Kab Boalemo

Kab. Pohuwato * 63,7 33,39 68.869 32,55

Kab Gorontalo

Kab. Bone Bolango 192,7 36,60 173.875 32,42

Kota Gorontalo 18,3 13,27 16.080 10,86

Provinsi Gorontalo 274,7 32,13 258.824 28,89 Sumber : BPS, Susenas 2002 - 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

Page 48: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005

Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo Menurut Daerah Perkotaan/Pedesaan Tahun 2004

Jumlah Penduduk Daerah/Wilayah

Penduduk Jumlah

Penduduk Miskin

% Penduduk Miskin

Perkotaan 236.060 43.758 18,54

Pedesaan 659.944 215.066 32,59

Perkotaan/Pedesaan (Prov. Gorontalo) 896.004 258.824 28,89 Sumber : BPS, Susenas 2002 - 2004 * Masih gabung dengan kabupaten induk

Tabel 3. Jumlah Karang Taruna dan Organisasi Sosial Provinsi Gorontalo Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2004

Kabupaten/Kota Karang Taruna Orsos (1) (2) (3)

Kab. Boalemo 25 22

Kab. Gorontalo 83 55

Kab. Pohuwato 41 26

Kab. Bone Bolango 25 29

Kota Gorontalo 30 49

Provinsi Gorontalo 204 181

Sumber : Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Gorontalo

Tabel 4. Jumlah Tempat Ibadah di Provinsi Gorontalo 2003 - 2004

Jenis Tempat Ibadah 2003 2004 (1) (2) (3)

Masjid 1484 1601

Mushola 139 145

Gereja Protestan 107 107

Gereja Katolik 15 21

Pura 9 9

Vihara 4 4

Sumber : Departemen Agama Provinsi Gorontalo

Tabel 5. Persentase Rumah Tangga menurut Keberadaan Fasilitas Umum Di Kecamatan Sendiri Tahun 2004

Keterangan Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

{1) (2) (4) (5)

Puskesmas/poliklinik 99,11 99,3 99,25

Kantor Pos 63,39 50,71 54,06

Pos Polisi 93,3 81,26 84,43

Pasar Tradisional 99,11 88,71 91,45

SD/sederajat 100 99,65 99,74

SLTP/sederajat 99,55 98,96 99,11

SLTA/sederajat 99,55 71,19 78,68

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Page 49: Indikator Sosial Budaya Provinsi Gorontalo Tahun 2005