GIZI DAN PRESTASI ANAK SEKOLAH
(Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gizi Tumbuh Kembang)
Disusun oleh :
Mizna Sabilla 108101000011
Titah Wulandari 108101000028
Iin Septiana 108101000032
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada
keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Betapapun kayanya sumber alam yang
tersedia bagi suatu bangsa tanpa adanya sumber daya manusia yang tangguh maka
sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri (Hadi, 2005).
Salah satu indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur
keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index. Berdasarkan IPM
maka pembangunan sumber daya manusia Indonesia belum menunjukkan hasil yang
menggembirakan. Pada tahun 2003, IPM Indonesia menempati urutan ke 112 dari
174 negara (UNDP 2003 dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap
Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005). Sedangkan pada tahun 2004,
IPM Indonesia menempati peringkat 111 dari 177 negara (UNDP 2004, dalam Beban
Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan
Nasional, 2005), yang merupakan peringkat lebih rendah dibandingkan peringkat
IPM negara-negara tetangga. Rendahnya IPM ini dipengaruhi oleh rendahnya status
gizi dan kesehatan penduduk Indonesia (Hadi, 2005).
Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya
manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah adalah anak yang
berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif
dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan putri lebih cepat
daripada putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas
pembentukan dan pemeliharaan jaringan (Moehji, 2003).
Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih
baik daripada kelompok balita, karena kelompok umur sekolah mudah dijangkau oleh
berbagai upaya perbaikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 1
kelompok swasta. Meskipun demikian masih terdapat berbagai kondisi gizi anak
sekolah yang tidak memuaskan, misal berat badan yang kurang, anemia defisiensi Fe,
defisiensi vitamin C dan daerah-daerah tertentu juga defisiensi Iodium
(Sediaoetama,1996).
Krisis ekonomi bangsa telah mengakibatkan masalah gizi yang menimbulkan
lost generation yaitu suatu generasi dengan jutaan anak kekurangan gizi sehingga
tingkat kecerdasan (IQ) lebih rendah. Anak yang mengalami kurang energi protein
(KEP) mempunyai mempunyai IQ lebih rendah 10-13 skor dibandingkan anak yang
tidak KEP. Anak yang mengalami anemia mempunyai IQ lebih rendah 5-10 skor
dibandingkan yang tidak anemia. Anak yang mengalami gangguan akibat kekurangan
iodium (GAKI) mempunyai IQ lebih rendah 50 skor dibandingkan anak yang
mengalami GAKI (Karsin, 2004).
Anak yang menderita kurang gizi (stunted) berat mempunyai rata-rata IQ 11
point lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak yang tidak stunted (UNICEF
1998 dalam Beban Ganda Masalah dan Implikasinya Terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Nasional, 2005). Lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia
sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah yang
merupakan indikator adanya kurang gizi kronis. Prevalensi anak pendek ini semakin
meningkat dengan bertambahnya umur dan gambaran ini ditemukan baik pada laki-
laki maupun perempuan. Jika diamati perubahan prevalensi anak pendek dari tahun
ke tahun maka prevalensi anak pendek ini praktis tidak mengalami perubahan oleh
karena perubahan yang terjadi hanya sedikit sekali yaitu dan 39,8% pada tahun 1994
menjadi 36,1% pada tahun 1999 (Depkes, 2004).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan
dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat
keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi
seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa
lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).
Faktor yang secara langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan makan dan
penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 2
misalnya faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan (Suhardjo, !
996).
Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan
menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan
berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi
menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran
otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan
dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh
terhadap perkembangan kecerdasan anak (Anwar, 2008).
1.2 Tujuan
1. Mengetahui zat gizi yang berpengaruh pada status gizi dan anak sekolah
2. Mengetahui zat gizi yang berpengaruh pada prestasi anak sekolah
3. Mengetahui program untuk mengatasi masalah gizi dan prestasi anak sekolah
4. Mengevaluasi efektivitas program untuk mengatasi masalah gizi dan prestasi
anak sekolah
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Status Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi.
Nutrition status adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu ( Supariasa, 2001). Sedangkan menurut Almatsier (2001) status gizi adalah
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih.
2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah dan
fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram,
pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Supariasa, 2002).
Sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam strukur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan (Supariasa, 2002).
Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsi di dalamnya termasuk pula perkembangan
emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
2.3 Anak Sekolah
Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia
dewasa nantinya. Saat ini masih terdapat perbedaan dalam penentuan usia anak.
Menurut UU no 20 tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan WHO yang dikatakan
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 4
masuk usia anak adalah sebelum usia 18 tahun dan yang belum menikah. American
Academic of Pediatric (1998) memberikan rekomendasi yang lain tentang batasan
usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun. Batas usia anak tersebut
ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan psikososial, perkembangan anak, dan
karakteristik kesehatannya. Usia anak sekolah dibagi dalam usia prasekolah, usia
sekolah, remaja, awal usia dewasa hingga mencapai tahap proses perkembangan
sudah lengkap.
Penggolongan usia anak berdasarkan perubahan biologis:
1. Neonatus/bayi baru lahir (4 minggu pertama setelah kelahiran, terjadi
perubahan fungsi fisiologi yang sangat penting namun masih prematur)
2. Bayi (1 bulan sampai 12 bulan), merupakan masa awal pertumbuhan yang
pesat
3. Anak-anak (1-12 tahun) adalah masa pertumbuhan secara bertahap, yang bisa
terbagi menjadi :
- anak usia 1-3 tahun,
- anak usia pra sekolah 3-5 tahun dan
- anak usia sekolah 6-12 tahun
4. Remaja (13-17 tahun), merupakan akhir tahap perkembangan secara pesat
hingga menjadi orang dewasa.
2.4 Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yakni "prestasi" dan "belajar" yang
mempunyai arti yang berbeda. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian
prestasi belajar, peneliti menjabarkan makna dari kedua kata tersebut.
Prestasi adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara
individual atau kelompok. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud
dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya). Sedangkan Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi Belajar
dan Kompetensi Guru,yang mengutip dari Mas'ud Hasan Abdul Qahar, bahwa
prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 5
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja (Wardiyati, 2006).
Dalam buku yang sama Nasrun Harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah
"penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan
dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa (Wardiyati,
2006).
Dari pengertian di atas bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang
atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan bekerja.
Menurut Slameto (2003) dalam Wardiyati (2006), belajar ialah suatu usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sedangkan menurut Muhibbinsyah (2002) dalam Wardiyati (2006),
belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.
Adapun pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Dalam hal ini prestasi belajar merupakan suatu kemajuan dalam perkembangan
siswa setelah ia mengikuti kegiatan belajar dalam waktu tertentu. Seluruh
pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku individu terbentuk dan
berkembang melalui proses belajar. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar dalam jangka waktu
tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka)
dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauhmana siswa telah menguasai materi
pelajaran yang disampaikannya, biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dengan
angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam periode tertentu.
Menurut Soematri (1978) dalam Isdaryanti (2007), secara garis besar, faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dibagi menjadi dua bagian
besar yaitu faktor internal dan eksternal.
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 6
a. Faktor Internal :
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu
sendiri terdiri dari factor biologis dan faktor psikologis sebagai contoh : faktor
kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegensia), daya ingat, kemauan,
bakat.
1) Faktor biologis
o Kandungan sampai lahir sesudah lahir sudah tentu merupakan hal yang
sangat menentukan keberhasilan seseorang.
o Kondisi kesehatan fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar seseorang. Namun demikian didalam menjaga
kesehatan fisik ada beberapa hal yang sangat diperlukan diantaranya
makan dan minum harus teratur serta memenuhi persyaratan kesehatan,
olahraga dan istirahat yang cukup.
2) Faktor psikologis
o Intelegensi
Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar memang berpengaruh besar
terhadap keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang mempunyai
intelegensi jauh dibawah normal akan sulit diharapkan untuk mencapai
prestasi yang tinggi dalam proses belajar. Sangat perlu dipahami bahwa
intelegensi itu bukan merupakan satu-satunya factor penentu
keberhasilan seseorang. Intelegensi itu hanya merupakan salah satu
faktor dari sekian banyak faktor. Sebaliknya, seseorang yang
intelegensinya tidak seberapa tinggi atau sedang, mungkin saja
mencapai prestasi belajar tinggi jika proses belajarnya ditunjang dengan
berbagai faktor lain yang memungkinkan untuk mencapai prestasi beljar
yang maksimal.
o Kemauan
Kemauan dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu keberhasilan
belajar seseorang. Lebih dari itu, dapat dikatakan kemauan merupakan
motor penggerak utama yang menentukan keberhasilan seseorang dalam
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 7
setiap segi kehidupannya. Bagiamanapun baiknya proses belajar yang
dilakukan seseorang hasilnya akan kurang memuaskan jika orang orang
tersebut tidak mempunyai kemauan yang keras.
o Bakat
Bakat memang merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang
keberhasilan belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Kegagalan
dalam belajar yang sering terjadi sehubungan dengan bakat justru
disebabkan seseorang terlalu cepat merasa dirinya tidak berbakat dalam
suatu bidang.
o Daya ingat
Daya ingat sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Daya
ingat dapat didefinisikan sebagai daya jiwa untuk memasukan,
menyimpan dan mengeluarkan kembali suatu kesan. Sesuai dengan
tahap-tahapnya, daya ingat mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Sifat cepat atau lambat : menunjukkan lamanya waktu untuk
memasukan kesan kedalam pikiran
Sifat setia : kesan-kesan yang masuk dapat disimpan sama persis
dengan objek yang sebenarnya
Sifat tahan lama : sifat ini juga dimiliki oleh daya menyimpan
yang berarti kesan-kesan yang masuk dapat disimpan dalam
waktu yang lama atau tidak mudah lupa
Sifat luas : sifat inipun dimiliki oleh daya menyimpan, yang
berarti dapat menyimpan kesan dalam jumlah yang benyak
Sifat siap : sifat ini dimiliki oleh daya reproduksi, yang berarti
dapat mengeluarkan kembali kesan-kesan yang telah tersimpan
didalam pikiran, baik secara lisan maupun secara tertulis,
kemampuan mengingat ini dipengaruhi pula oleh daya jiwa yang
lain diantaranya adalah kemauan dan daya konsentrasi. Daya
konsentrasi :merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 8
pikiran, perasaan, kemauan dan segenap pancaindra ke satu
objek didalam satu aktivitas
b. Faktor Eksternal
Adalah merupakan faktor yang bersumber dari luar individu itu sendiri.
Faktor meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor
lingkungan masyarakat dan faktor waktu.
1) Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan
pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan
seseorang. Kondisi lingkungan keluarga sangat menentukan keberhasilan
belajar seseorang diantaranya ialah adanya hubungan yang harmonis
diantara sesama anggota keluarga, tersedianya tempat dan peralatan
belajar yang cukup memadai, keadaan ekonomi keluarga yang cukup
suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian yang
besar dari orang tua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan
anak-anaknya.
2) Faktor lingkungan sekolah
Hal mutlak yang harus ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan
belajar adalah tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen
dan konsisten. Kondisi lingkungan sekolah yang juga mempengaruhi
kondisi belajar antara lain adanya guru yang baik dalam jumlah yang
cukup dan memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan,
peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi
persyaratan bagi berlangsungnya proses belajar yang baik, adanya teman
yang baik, adanya keharmonisan hubungan diantara semua personil
sekolah.
3) Faktor lingkungan masyarakat
Didalam masyarakat ada lingkungan atau tempat tertentu yang dapat
menunjang keberhasilan belajar,ada pula lingkungan atau tempat tertentu
yang menghambat keberhasilan belajar. Lingkungan atau tempat tertentu
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 9
yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah lembaga-
lembaga pendidikan non formal yang melaksanakan kursus-kursus tertentu
seperti kursus bahasa inggris dll. Lingkungan atau tempat tertentu yang
dapat menghambat keberhasilan belajar antara lain adalah tempat hiburan
tertentu yang banyak dikunjungi yang mengutamakan kesenangan atau
hura-hura seperti diskotik, bioskop dll.
4) Faktor waktu
Adanya keseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan yang bersifat
hiburan atau rekreasi. Tujuannya agar selain dapat meraih prestasi belajar
yang maksimal, siswa dan mahasiswa tidak dihinggapi kejenuhan dan
kelelahan pikiran yang berlebihan serta merugikan. Secara garis besar,
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dibagi
menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu itu
sendiri terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis, status gizi yang
dipengaruhi juga oleh asupan energi dan protein. Sedangkan faktor eksternal
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, sarana keluarga, dan guru (Soematri,
1978 dalam Isdaryanti, 2007). Akibat dari status gizi kurang adalah
perkembangan otak yang tidak sempurna yang menyebabkan kognitif,
perkembangan IQ terhambat dan kemampuan belajar terganggu yang
selanjutnya berpengaruh pada prestasi belajar siswa (Soekirman, 2000 dalam
Isdaryanti, 2007).
2.5 Zat-zat Gizi yang Dibutuhkan oleh Anak Sekolah
Dalam pertumbuhan dan perkembangannya seorang anak membutuhkan
beberapa zat gizi yang harus dipenuhi setiap hari oleh tubuhnya agar pertumbuhan
dan perkembangannya dapat optimal. Zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh anak adalah ;
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 10
1) Karbohidrat,
Karbohidrat merupakan salah satu sumber zat gizi utama sebagai pengahasil
energi bagi tubuh. Sumber utama karbohidrat berasal dari makanan pokok daerah
setempat, misalnya serealia seperti beras, gandum, jagung; akar dan umbi, seperti
ubi, ketela, kentang; dan ekstrak tepung, seperti sagu. Selain sebagai sumber
energi bagi tubuh, karbohidrat juga berfungsi sebagai sumber cadangan energi
bagi tubuh (Sediaoetama, 2000).
Energi diperlukan untuk kelangsungan proses-proses di dalam tubuh seperti
proses peredaran dan sirkulasi darah, denyut jantung, pernafasan, pencernaan,
proses fisiologis lainnya, untuk bergerak atau melakukan pekerjaan fisik. Energi
dalam tubuh dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein dan
lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan yang cukup
dengan mengkonsumsi makanan yang cukup dan seimbang. Protein diperlukan
oleh tubuh untuk membangun sel-sel yang telah rusak, membentuk zat-zat
pengatur seperti enzim dan hormon, membentuk zat anti energi dimana tiap gram
protein menghasilkan sekitar 4,1 kalori (Kartasapoetra & Marsetyo, 2003 dalam
Isdaryanti, 2007).
2) Protein,
Protein berfungsi sebagai zat gizi pembangun, pengganti sel-sel tubuh yang
rusak, penghasil energi tubuh, pertahanan tubuh dalam melawan mikroba dan zat
toksik dari luar tubuh, sebagai zat pengatur yaitu mengatur proses metabolisme
tubuh, keseimbangan air dan mineral dalam cairan tubuh. Dalam bentuk
kromosom protein berperan dalam menyimpan dan meneruskan sifat-sifat
keturunan dalam bentuk genes (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000: 75).
Kekurangan protein yang terus menerus akan menimbulkan gejala yaitu
pertumbuhan kurang baik, daya tahan tubuh menurun, rentan terhadap penyakit,
daya kreatifitas dan daya kerja merosot, mental lemah dan lain-lain
(Kartasapoetra & Marsetyo, 2003 dalam Isdaryanti, 2007).
Protein terbagi menjadi dua :
Protein hewani yaitu protein yang berasal dari hewan,
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 11
Contohnya daging, jenis ikan, jenis unggas, telur dan susu.
Protein nabati yaitu protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Contohnya tempe, tahu dan jenis kacang-kacangan.
Selain berfungsi sebagai zat gizi pembangun, protein juga berfungsi sebagai
pengganti sel-sel tubuh yang rusak, sebagai penghasil energi tubuh, sebagai
pertahanan tubuh dalam melawan mikroba dan zat toksik dari luar tubuh, sebagai
zat pengatur yaitu mengatur proses metabolisme tubuh, dan mengatur
keseimbangan air dan mineral dalam cairan tubuh. Dalam bentuk kromosom
protein berperan dalam menyimpan dan meneruskan sifat-sifat keturunan dalam
bentuk genes (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000: 35).
Kemungkinan terjadinya kekurangan gizi pada seseorang dapat dilakukan
dengan melakukan penilaian konsumsi makanan yang dapat dilakukan dengan
menghitung intake zat-zat gizi sehari. Penilaian konsumsi makanan adalah salah
satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau
kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap konsumsi makanan tersebut (Supariasa, 2000). Status konsumsi energi
protein dapat dikelompokan dalam lima tingkatan berdasarkan rata-rata konsumsi
energi, protein berdasarkan status dan batas rata-rata konsumsi perkapita sebagai
berikut :
a. Defisit tingkat berat : < 70 % AKG
b. Defisit tingkat sedang : 70-79 % AKG
c. Defisit tingkat ringan : 80-89 %AKG
d. Normal : 90-110 % AKG
e. Diatas kecukupan : >110 %AKG
3) Lemak,
Lemak merupakan sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur
Carbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O) yang dapat larut dalam zat pelarut
lemak. Lemak dapat berasal dari hewan yang terutama mengandung asam lemak
jenuh, dan lemak dari tumbuh-tumbuhan yang lebih banyak mengandung asam
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 12
lemak tak jenuh (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000: 93). Dalam tubuh lemak
berfungsi sebagai cadangan energi tubuh dan sebagai bantalan organ-organ tubuh
tertentu yang memberikan fiksasi pada organ tersebut, seperti biji mata dan ginjal
(Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000: 95).
4) Vitamin,
Vitamin merupakan suatu zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah relatif
kecil yang diperoleh dari luar tubuh karena tubuh tidak mampu mensintesisnya
sendiri (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000: 105). Meskipun jumlah yang
dibutuhkan oleh tubuh sehari-hari sangat kecil, namun bila tidak terpenuhi
kebutuhannya atau tubuh kelebihan vitamin dapat mengakibatkan kelainan-
kelainan pada tubuh. Sumber utama vitamin berasal dari buah-buahan dan sayur.
Vitamin-vitamin esensial yang dibutuhkan seorang anak meliputi vitamin A, D,
E, K, C, B-kompleks (B1, B2, Biotin, B5, B12, dan jenis vitamin B lainnya),
Niacin, Piridoxyn, dan asam folat. Fungsi vitamin secara umum berhubungan
erat dengan fungsi enzim yang berfungsi menjalankan dan mengatur reaksi-reaksi
bokimia di dalam tubuh, metabolisme tubuh dan sebagai zat gizi pengatur dalam
tubuh (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000: 107).
5) Mineral,
Mineral merupakan bagian dari tubuh yang memegang peranan penting dalam
pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi
tubuh secara keseluruhan (Almatsier, 2001). Mineral terdapat dalam tubuh sekitar
4% yang terbagi atas beberapa kelompok, yaitu : (1) makro elemen, misalnya
Kalium, Natrium, Kalsium, Chlorida, Magnesium, Phospor dan Sulphur; (2)
mikro elemen, misalnya Fe/ zat besi, Iodium, Tembaga dan Zink, Mangan,
Selenium, Krom, dan Molibden. Mineral diperoleh tubuh dari dalam tanah
terutama dari bahan pangan hewani dan beberapa terdapat dalam bahan pangan
nabati. Mineral secara umum berfungsi sebagai zat gizi pengatur tubuh, yaitu
mengatur keseimbangan cairan tubuh, baik intraseluler maupun ekstraseluler dan
mengatur keseimbangan elektrolit dalam tubuh (Achmad Djaeni Sediaoetama,
2000: 168).
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 13
Konsumsi makanan seseorang dapat dipengaruhi oleh kebiasaan makan yaitu
tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi
sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan (Khumaidi, 1994 dalam Isdaryanti,
2007). Ketersediaan pangan, status ekonomi, kebiaaan makan, kepercayaan dan
pengetahuan akan mempengaruhi praktek pemberian makan yang akan
menentukan jumlah asupan makanan. Asupan makanan ini akan mempengaruhi
status kesehatan yang secara langsung dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan yang
diperoleh.
Pelayanan kesehatan ini dipengaruhi oleh pengetahuan tentang kesehatan,
budaya sehat, fasilitas kesehatan yang tersedia dan status ekonomi (Soekirman,
1974 dalam Isdaryanti, 2007). Cukup atau tidaknya pangan yang dikonsumsi
secara kuantitatif dapat diperkirakan dari nilai energi (kalori) yang dikandungnya.
Energi dalam pangan merupakan hasil pembakaran dari zat gizi makro
karbohidrat, lemak, protein, sedangkan secara kualitatif mutu pangan dapat
diperkirakan dari besarnya sumbangan protein terhadap nilai energinya
(Khumaidi, 1994 dalam Isdaryanti, 2007). Pemberian atau penyediaan makanan
bergizi keluarga, dapat dipengaruhi oleh pengetahuan ataupun pendapatan
keluarga, selain itu ada beberapa hal yang akan berpengaruh yaitu :
a. Kurangnya pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi
b. Pantangan-pantangan yang secara tradisional masih berlaku
c. Keinganan untuk mengkonsumsi bahan makanan murah yang walaupun
mereka ketahui banyak mengandung zat gizi (Kartasapoetra & Marsetyo.
2003 dalam Isdaryanti, 2007).
2.6 Program Penanganan Masalah Gizi dan Peningkatan Prestasi Anak Sekolah
1. Upaya Peningkatan Kesehatan Anak Sekolah
Peningkatan kesehatan anak sekolah dengan titik berat pada upaya promotif
dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas,
Usaha kesehatan Sekolah (UKS) menjadi sangat penting dan strategis untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. UKS bukan hanya
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 14
dilaksanakan di Indonesia, tetapi dilaksanakan di seluruh dunia. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) telah mencanangkan konsep sekolah sehat atau Health
Promoting School (Sekolah yang mempromosikan kesehatan).
Health Promoting School adalah sekolah yang telah melaksanakan UKS
dengan ciri-ciri melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah
kesehatan sekolah, menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan aman,
memberikan pendidikan kesehatan di sekolah, memberikan akses terhadap
pelayanan kesehatan, ada kebijakan dan upaya sekolah untuk mempromosikan
kesehatan dan berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
Upaya Health Promoting School tersebut idengan titik berat pada upaya
promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang
berkualitas adalah :
1. Promotif dan Pencegahan
2. Pemberian nutrisi yang baik dan benar
3. Perilaku hidup sehat jasmani dan rohani
4. Deteksi dini dan pencegahan penyakit menular
5. Deteksi dini gangguan penyakit kronis pada anak sekolah
6. Deteksi dini gangguan pertumbuhan anak usia sekolah Deteksi dini gangguan
perilaku dan gangguan belajar
7. Imunisasi anak sekolah
8. Kuratif dan rehabilitasi
9. Penanganan pertama kegawat daruratan di sekolah
10. Pengananan pertama kecelakaan di sekolah
11. Keterlibatan guru dalam penanganan anak dengan gangguan perilaku dan
gangguan belajar.
2. Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS)
Program PMT-AS berawal dari hasil uji coba pada tahun 1991/1992 untuk
mengatasi masalah kesehatan, kekurangan gizi, dan kecacingan pada anak-anak
SD dan MI di beberapa daerah miskin misalnya di Aceh, Sumatra Barat, Jawa
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 15
Tengah, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Utara, Maluku dan Irian Jaya. Caranya dengan memberikan bantuan dana untuk
pembuatan makanan jajanan yang dibuat dari bahan makanan setempat, sehingga
dapat memberikan tambahan 15-20 % dari kebutuhan gizi rata-rata anak perhari.
(Pedoman Umum PMT-AS, 2003).
a. Tujuan Umum PMT-AS : Meningkatkan ketahanan fisik siswa sekolah
dasar sebagai bagian dari upaya perbaikan gizi dan kesehatan sehingga
dapat mendorong minat dan kemampuan belajar siswa untuk meningkatkan
prestasi dalam rangka menunjang Program Belajar Pendidikan Dasar 9
Tahun.
b. Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan kehadiran siswa dalam mengikuti pelajaran;
2. Meningkatkan ketahan fisik siswa sekolah dasar;
3. Menanamkan sikap dan perilaku menyukai makanan jajanan setempat
sejak anak-anak dalam rangka Aku Cinta Makanan Indonesia;
4. Meningkatkan perilaku sehat dan kebiasaan makan sehat;
5. Meningkatnya prestasi masyarakat dalam penyediaan, pemanfaatan
dan keanekaragaman bahan pangan lokal sebagai bahan baku kudapan
PMT-AS;
6. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pendidikan, kesehatan
dan gizi serta kesejahteraan keluarga;
7. Meningkatkan kesehatan anak khususnya mengatasi penyakit
cacingan;
8. Meningkatkan pembinaan kebun sekolah/pekarangan sebagai wahana
belajar bagi siswa;
c. Sasaran Program PMT-AS
1. Seluruh siswa usia sekolah dasar, diutamakan yang berada di daerah
miskin sesuai kreteria yang ditetapkan.
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 16
2. Masyarakat luas terutama orang tua siswa dan guru, agar dapat
memahami manfaat PMT-AS. Dengan pemahaman tersebut
diharapkan PMT-AS menjadi program mandiri dan berkelanjutan yang
diselengarakan oleh masyarakat.
d. Prinsip Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS)
1. Bentuk makanan tambahan tidak berupa makanan lengkap seperti nasi
dan lauk pauk, tetapi berupa makanan kudapan dengan tetap
memperhatikan aspek mutu.
2. Bahan Pangan PMT-AS sebaiknya menggunakan bahan hasil
pertanian setempat. Tidak dianjurkan menggunakan bahan makanan
produk pabrik atau industri yang didatangkan dari kota seperti susu
bubuk, susu kaleng, susu karton, mie instan, roti atau kue produk
pabrik.
3. Kandungan gizi makanan kudapan harus mengandung minimal energi
300 kalori dan 5 gram protein untuk tiap anak setiap hari pelaksanaan
PMT-AS, atau merupakan tambahan minimal 15 % dari kebutuhan
kalori dan protein setiap harinya. Jumlah tersebut senilai dengan
masuknya kalori dan protein makan pagi pola makan anak desa (bila
mereka makan pagi)
4. Bahan dasar makanan kudapan terutama mengandung sumber
karbohidrat seperti umbi-umbian (ubi jalar, ubi kayu, talas dan
sejensinya), sagu, biji-bijian (beras jagung dan sejenisnya) serta buah-
buahan (pisang, sukun dan sejenisnya) untuk meningkatkan nilai
gizinya bahan pangan tersebut perlu diperkaya dengan menambah
bahan pangan lain seperti : berbagai jenis gula pasir, aren, gula merah
nira dan lainnya, kemudian minyak goreng dan kelapa dalam
bentuksantan atau parutan untuk meningkatkan kadar energi, serta juga
kacang-kacangan (kacang tanah, kacang merah, kedelai, tempe, tahu
dll). Dan kemudian juga daging atau ikan sebagai sumber protein
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 17
hewani serta yang terakhir sayur-sayuran dan buah-buahan untuk
meningkatkan kadar vitamin dan mineral.
Pemilihan jenis makanan disusun oleh orang tua murid dan PKK.
Petunjuk tekhnisnya diberikan oleh petugas gizi dari Dinas Kesehatan
Tingkat II dan Puskesmas. Pada uji coba tersebut setiap anak mendapat
bantuan makanan paling sedikit 3 hari perminggu selama 9 bulan dalam 1
tahun ajaran. Selain makanan, kepada mereka diberikan obat cacing 2 kali
dalam satu tahun. Uji coba ini disebut dengan Pemberian Makanan Bagi
Anak Sekolah (PMT-AS).
3. Pola Keterpaduan PMT-AS, UKS dan Program Pertanian Pendukung
Dari hasil pertemuan sektor terkait pada Forum Koordinasi PMT-AS dan
Tim Pembina UKS tingkat Pusat maupun Daerah, disepakati bahwa kegiatan
PMT-AS perlu dipadukan dengan program UKS termasuk Program
Pertanian Pendukung melalui pelatihan Guru UKS dan Kader Kesehatan
Sekolah (KKS). Program lain yang sangat menunjang keberhasilan dan
kelancaran keterpaduan tersebut adalah pemanfaatan kebun sekolah yang
dibina oleh sektor pertanian, sehingga produk tanaman kebun sekolah
maupun materi penyuluhan sangat efektif untuk menunjang PMT-AS
(Depkes, 2000).
a. Tujuan Umum :
Meningkatkan kinerja PMT-AS dan program UKS yang ditunjang
oleh program pertanian pendukung.
b. Tujuan Khusus:
1. Teridentifikasinya kegiatan-kegiatan PMT-AS, UKS dan Program
Pertanian pendukung yang dapat dipadukan/digabungkan
2. Terpadukannya kegiatan PMT-AS, UKS dan program pertanian
pendukung
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 18
c. Sasaran :
Sasaran keterpaduan PMT-AS, UKS dan program pertanian
pendukung adalah pada SD/MI negeri dan swasta serta Pondok Pesantren
yang melaksanakan kegiatan PMT-AS.
d. Strategi:
Strategi untuk mencapai keterpaduan PMT-AS, UKS dan Program
Pertanian Pendukung dilakukan melalui kegiatan advokasi dan sosialisasi,
pelatihan dan pembinaan teknis.
2.7 Efektivitas Program
a. PMT-AS
Hasil uji coba PMT-AS ternyata cukup menggembirakan yang antara lain
dibuktikan oleh jumlah siswa yang absen sekolah menurun, dan minat belajar
disekolah meningkat. Hal ini ada kaitannya dengan meningkatnya konsumsi
kalori dan protein anak. Serta makin berkurangnya penyakit cacing, sehingga
ketahanan fisik anak membaik. Peningkatan ketahanan fisik tersebut pada
gilirannya meningkatkan prestasi belajar anak. Selain itu uji coba tersebut juga
disambut baik oleh orang tua murid dan PKK, yang tercermin dari peningkatan
peran serta mereka dalam pelaksanaannya. Belajar dari hasil coba tersebut,
pemerintah menetapkan untuk memperluas uji coba tersebut menjadi Program
Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) yang akan menjangkau semua SD
dan MI negeri maupun swasta di daerah miskin. Sehingga pada tahun 1996/1997
PMT-AS mulai dilaksanakan di SD/MI negeri maupun swasta diseluruh desa
tertinggal di Luar Jawa dan Bali dengan sumber pembiayaan dari dana Inpres
Sarana Kesehatan.
Akan tetapi, dalam pelaksanaanya, masih terdapat kekurangan. Salah
satunya adalah kajian kinerja PMT-AS di Propinsi Jawa Barat (LIPI, 1998) dan
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 19
Kota Pasuruan (Prasetyo dan Tontowi). Evaluasi dan rekomendasi terhadap
perbaikan program PMT-AS tersebut antara lain:
1. Diperlukan peningkatan sosialisasi PMT-AS baik kepada masyarakat
maupun kapada tim pengelola/tim pelaksana.
2. Diperlukan penyempurnaan pelaporan mulai dari tingkat SD/MI.
Penyempurnaan termasuk hal-hal yang sifatnya kualitatif dan
menyederhanakan format laporan.
3. Pedoman pelaksanaan PMT-AS untuk daerah perkotaan sebaiknya tidak
disamakan dengan daerah pedesaan, karena mempunyai kondisi sosial-
ekonomi yang berbeda.
4. Menyempurnakan sistem informasi yang datang dari atas agar cepat dan
akurat. Mengingat masih adanya miss communication antara pengelola
PMT-AS pada level bawah, Kecamatan dan Kabupaten yang sering
terjadi, maka perlu ditingkatkan intensitas komunikasi yang tidak
sporadis, melainkan terprogram dan terencana. Sehingga dengan
terjalinnya komunikasi yang efektif, maka dapat mengeliminir salah
sasaran dari tujuan PMT-AS yang hendak dicapai, yakni peningkatan gizi
anak sekolah untuk berprestasi.
5. Diperlukan monitoring dan evaluasi yang berkala/berjenjang untuk
pelaksanaan PMT-AS, sehingga program yang kurang tepat sasaran
mampu diminimalisir.
b. UKS
Berdasarkan penelitian Prayuni (2011), pelaksanaan UKS sebagai
sarana pembinaan pendidikan dan kesehatan di sekolah merupakan sesuatu
yang sangat baik dalam upaya pembentuk budaya hidup sehat siswa, akan
tetapi penerapannya belum optimal. Diperlukan suatu upaya multisektoral
dengan pelibatan berbagai pihak untuk mengoptimalkan peran UKS sebagai
peningkat derjat kesehatan siswa.
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 20
c. Keterpaduan PMT-AS, UKS dan Pertanian Pendukung
Kegiatan keterpaduan tersebut dirintis di 5 Provinsi, yaitu Riau, Jawa
Tengah, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tenggara,
dan dilaksanakan pada tahun 1999/2000. Dari pengamatan dan evaluasi
terhadap konsep keterpaduan PMT-AS, UKS dan Program Pertanian
Pendukung diperoleh hasil yang positif sehingga dapat diterima oleh sektor-
sektor yang mengelola program-program tersebut. Oleh karena itu sektor
terkait sepakat untuk mensosialisasikan pola keterpaduan tersebut ke tingkat
provinsi agar dilaksanakan di seluruh Indonesia (Depkes, 2000).
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 21
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
a. Zat gizi yang berpengaruh terhadap status gizi anak sekolah antara lain:
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
b. Zat gizi yang berpengaruh terhadap prestasi anak sekolah antara lain
karbohidrat dan protein sebagai sumber energi. Sebab bila asupannya
kurang, maka akan terjadi kekurangan gizi yang sangat berpengaruh pada
perkembangan otak yang kemudian menghambat perkembangan IQ dan
kemampuan belajar dan selanjutnya berpengaruh pada prestasi belajar siswa.
c. Program yang dilgalakkan pemerintah yang berkaitan dengan status gizi dan
prestasi anak sekolah antara lain: UKS, PMT-AS, serta keterpaduan PMT-
AS, UKS dan program pertanian pendukung.
d. Berdasarkan beberapa penelitian terhadap kinerja program-program yang
berkaitan dengan status gizi dan prestasi anak sekolah, diperoleh bahawa
secara garis besar program tersebut telah berjalan dengan baik, namun masih
terdapat kekurangan dalam sosialisasi, sistem informasi, serta monitoring
dan evaluasi. Rekomendasi-rekomendasi tersebut ditujukan pada pemerintah
guna mensukseskan program tersebut demi kepentingan rakyat.
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 22
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Djaeni Sediaoetama. 2000, dalam Skripsi, Perbedaan Status Gizi Dan
Prestasi Belajar Anak Di Sekolah Dasar Negeri Daerah Pantai Dan Daerah
Pegunungan Kabupaten Pati Tahun Pembelajaran 2004/ 2005 Oleh Umi
Istiqomah. “Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid I.” Jakarta: Dian
Rakyat.
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Depkes RI. 2000. Pola Keterpaduan PMT-AS, UKS dan Pertanian Pendukung.
Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat.
Isdaryanti, Christien. 2007. Asupan Energi Protein, Status Gizi, dan Prestasi
Belajar Anak Sekolah Dasar Arjowinangun I Pacitan. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Moehji. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta: Penerbit Papas Sinar Siinanti.
Pamularsih, Arni. 2009. Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Siswa Di
Sekolah Dasar Negeri 2 Selo Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.
Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Prasetyo dan Tontowi. Tanpa Tahun. Kajian Program Makanan Tambahan Anak
Sekolah di Kabupaten Pasuruan. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Prayuni, Diniarti. 2011. Analisis Keragaan Usaha Kesehatan Sekolah dan
Penyelenggaraan Pendidikan Gizi di Sekolah serta Hubungannya dengan
Tingkat Pengetahuan Gizi Siswa SMP Negeri Kota Depok. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Wardiyati, Agustin. 2006. Hubungan Antara Motivasi Dengan Prestasi Belajar
Bidang Studi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Yogaswara, Heri, dkk. 1998. Kajian Kinerja Program Makanan Tambahan Anak
Sekolah (PMT-AS) di Lima Wilayah Contoh Pelaksanaan Program PMT-
AS: Studi Kasus Propinsi Jawa Barat. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
Gizi dan Prestasi Anak Sekolah 23