GAMBABANGS
ARAN FASAL PERI
PSEKOLA
AKTOR RINATAL
BAN
NAS
N
PROGRAMAH TINGG
Y
RISIKO DI RSUD
NTUL TAH
SKAH PU
Disusun o
KURNIAWNIM: O801
M STUDI DGI ILMU K
YOGYAKA2011
KEMATID PANEMHUN 200
UBLIKAS
oleh:
WATI 105167
DIII KEBIDKESEHATA
ARTA 1
IAN PERMBAHAN9
I
DANAN AN ‘AISYIY
RINATALN SENOP
YAH
L DI ATI
The Risk Description of Perinatal Death Factor at Perinatal Parn inPanembahan Senopati Bantul , General Hospital, 2009
Kurniawati2, Karjiyem3
Abstrac: Number of perinatal death in Indonesia is high. The perinatal death isconsidered as a better measurement and sensitive to appraise the quality ofmidwifery service. If the number of perinatal death still high that’s mean theobstetric service system is bad and need recovery. The effort of reducing perinataldeath will be effective if the causes of perinatal death are known and caution.Therefore, the aim of this research is the conscious of the risk description ofPerinatal death factor at Perinatal barn in Panembahan Senopati Bantul, generalhospital, 2009.
This research is using descriptive method of retrospective time approximation.Data populations are takes from 92 respondents. The data collections usingsecondary data of medical record, the results are analyze with mean, modus,median for numeric data and frequency table distribution for category collection.
The results are getting from the causes which contributed to the prenatal death:mother education level (60.9%), Preklamasi or Eklamasi pregnant (6.5%), earlybroke fetal membrane (18.5%), unprogressive period (8.7%), congenital disorder(14.1%) and asphyxia (79.3%). By these reasons we are appeal to increase theknowledge to detect the high risk of perinatal death and the handling by:increasing midwife education level or nurse, joining early detection trainings andthe handling of perinatal death risk, the improvement of service system anperiodic result evaluation.Keywords : Description, cause, perinatal deathBibliography : 9 books (1997-2006), 4 articlesNumber of pages : xii, 19 pages
PENDAHULUAN
Angka Kematian Bayi (AKB)merupakan salah satu indikatorderajat kesehatan suatu negara.Angka kematian Bayi (AKB) diIndonesia masih sangat tinggi.Angka Kematian Bayi (AKB) negara
Indonesia di Asia Tenggara padatahun 2007 adalah 35 per 1000kelahiran hidup, sedangkan Vietnam26, Philipina 24, Thailand 17,Malaysia 9 dan Singapura 3 per 1000kelahirann hidup (UNFPA, 2007).
1 Title of scientific work2 Students of STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta3 Lecture of STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
Salah satu upaya internasional untukmeningkatkan kesehatan bayi adalahdengan diadakannya programMilenium Development Goals(MDGs). Angka Kematian Bayi diIndonesia menurut laporanpemantauan MDGs pada tahun 2007adalah 32 per 1000 kelahiran hidup(United Nations DevelopmentPrograme, 2007). Angka tersebutmasih tergolong tinggi sehinggaperlu untuk dilaksanakan upayapeningakatan kesehatan secarabersama-sama oleh para pelaksanaKesehatan Ibu dan Anak di tingkatdasar dan rujukan baik dari segijangkauan maupun kualitaspelayanan. Hasil kesepakatan dariInternational Conference forPopulation and Development diKairo tahun 1994 yaitu MilleniumDevelopment Goals (MDGs) sertahasil konferensi wanita tahun 1995 diBeijing terdapat delapan tujuanutama dalam meningkatkan derajatkesehatan masyarakat. Dua diantaratujuan tersebut yaitu mengurangiangka kematian bayi danmeningkatkan kesehatan ibu (MDGs,2006).
Angka kematian perinatalmemberikan kontribusi terhadaptingginya angka kematian bayi disuatu negara. Angka kematianperinatal di negara-negara baratdigunakan sebagai ukuran untukmenilai kualitas pelayanan antenatal.Namun, angka kematian perinatal diIndonesia tidak diketahui denganpasti karena belum ada survey yangmenyeluruh. Angka kematianperinatal hanya terdapat di rumahsakit-rumah sakit besar saja. Olehkarena itu, ukuran untuk menilaikualitas pelayanan antenatal di
Indonesia belum bisa di ketahuisecara menyeluruh (Monintja, 2006).
Salah satu kebijakanpembangunan nasional diarahkanpada peningkatan kualitas SumberDaya Manusia (SDM). Suatu negaradikatakan sejahtera apabila memilikiSDM yang berkualitas dan derajatkesehatan yang tinggi . Upaya untukmeningkatkan kualitas dan manusiadimulai sedini mungkin sejak janindalam kandungan dan sangattergantung kepada kesejahteraan ibutermasuk kesehatan dan keselamatanreproduksinya. Oleh karena itu,meningkatkan status kesehatan ibudan bayi merupakan upayaterwujudnya peningkatan derajatkesehatan masyarakat.
Data yang bersumber dariDinas Kesehatan Kabupaten BantulTahun 2008, menyebutkan bahwaAngka Kematian Bayi sejak tahun2000 sampai dengan tahun 2007cenderung menurun, namunmeningkat pada tahun 2008 yaitu13,23 per 1000 kelahiran hidup.(Dinkes Bantul, 2009). AngkaKematian Bayi di DIY cenderungmenurun yaitu pada tahun 2008adalah 8,24 per 1000 kelahiran hiduppada tahun 2009 adalah 7,94 per1000 kelahiran hidup. Dari beberapakabupaten/kota di DIY, AngkaKematian Bayi di Kabupaten Bantulmenduduki peringkat tertinggi keduadari profil Kesehatan ProvinsiYogyakarta yaitu 5,71 pada tahun2008 dan pada tahun 2009 meningkatmenjadi 7,69 per 1000 kelahiranhidup.
Beberapa upaya dilakukanoleh Dinas Kesehatan Bantul dalamupaya penurunan angka kematian ibudan bayi diantaranya adalah adanyagerakan sayang ibu yang merupakan
upaya untuk mewujudkan hak dankesehatan reproduksi serta untukmendorong upaya menurunkanangka kematian ibu hamil,melahirkan, nifas dan bayi melaluipeningkatan kesadaran dan tanggungjawab semua pihak dalam bentukgerakan masyarakat bersamapemerintah (Humas, 2008).Pemerintah Kabupaten Bantul jugaberinisiatif memberikan penghargaankepada desa yang dapat mengatasimasalah utama kesehatan di masing– masing wilayah kerjanya. Hal inidikenal dengan program DB4MK(Desa Bebas 4 Masalah Kesehatan)yaitu bebas AKI, AKB, Gizi buruk,dan Demam Berdarah. (Dinkes Kab.Bantul, 2008 :1). Angka kematianperinatal dapat dicegah dengan upayapeningkatan kesehatan secarabersama-sama oleh para pelaksanaKesehatan Ibu dan Anak (KIA) ditingkat dasar dan rujukan, baik daribagi segi jangkauan maupun kualitaspelayanan, merupakan pelaksanaangerakan sayang ibu dengan harapanAngka Kematian Ibu (AKI) danAngka Kematian Perinatal (AKP)dapat diturunkan. Dalam upayapenurunan AKI dan AKP, fasilitasyang mempunyai layanan PelayananObstetri Neonatus EsensialKomperehensif (PONEK) harusmampu meningkatkan pelayanannya.Dalam penelitian ini, penulismengambil lokasi penelitian diRSUD Panembahan Senopati yangmerupakan rumah sakit rujukan diBantul dan mampu memberikanlayanan PONEK.Berdasarkan studi pendahuluan yangdilakukan penulis pada tanggal 6Oktober 2010, angka kematianperinatal pada 1 Januari sampai 31Desember 2009 di RSUD
Panembahan Senopati Bantulkematian perinatal 47 dari 1094jumlah kelahiran (4,57%). Denganadanya masalah tersebut di atas,maka penulis ingin mengetahuigambaran penyebab kematianperinatal di RSUD PanembahanSenopati Bantul sebagai prioritasrujukan khusus yang memberikanPelayanan Obstetri dan NeonatalKomprehensif (PONEK) dansemakin tinggi kematian perinatalmaka semakin menurun derajatkesehatan masyarakat.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yangdigunakan dalam penelitian iniadalah penelitian deskriptif yaitumengetahui gambaran dari variabelyang di teliti. Metode pendekatanwaktu yang digunakan adalahretrospektif, yaitu pengumpulan datadari akibat yang terjadi, kemudianditelusuri dan dikaitkan denganfaktor penyebabnya (Notoatmodjo,2006).
Variabel adalah sesuatu yangdigunakan sebagai ciri, sifat, atauukuran yang dimiliki atau didapatkanoleh penelitian tentang sesuatukonsep pengertian tertentu(Notoatmodjo, 2006). Yang menjadivariabel dalam penelitian ini yaitudari faktor ibu, faktor komplikasikehamilan, faktor komplikasipersalinan, dan faktor risiko daribayi.
HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN
Pengambilan data rekammedik pada penelitian ini di RSUDPanembahan Senopati Bantul yangmerupakan rumah sakit rujukan danmemberikan pelayanan PONEK.RSUD Panembahan Senopati terletakdi Jl. Dr. Wahidin SudirohusodoTrirenggo Bantul.
Penelitian ini dilakukandengan data sekunder yaitu rekammedik. Tempat penelitian pada ruangperinatal, ruang bersalin, ruang nifasdan ruang IGD, karena di ruang inimempunyai tenaga profesionaldibidangnya yang sering ditemukankasus kematian perinatal. Ruangperinatal dengan tenaga 2 orangdokter Sp.A, 1 orang bidan lulusanDIV, 2 orang bidan lulusan DIII, 5orang bidan lulusan DI dan 6 orangperawat. Ruang bersalin dan ruangnifas dengan tenaga 2 orang dokterSpOG, 3 orang bidan lulusan DIV, 9bidan lulusan DIII, 1 orang bidanlulusan DI dan 3 orang perawat.Subyek penelitian adalah bayi yangmati atau meninggal 0-28 hari yangtelah mencapai umur kehamilan 28minggu atau berat badan lebih atausama dengan 1000 gram di RSUDPanembahan Senopati Bantul yangberjumlah 92 pasien.
Analisis data dalam penelitianini yaitu analisis univariat untukmengetahui distribusi frekuensi darifaktor risiko kematian perinatal dibangsal perinatal di RSUDPanembahan Senopati Bantul.Adapun hasil dari penelitian yangtelah dilakukan diperoleh datasebagai berikut :1. Penyebab Kematian Perinatal
Menurut Faktor Ibu
Penyebab kematianperinatal menurut faktor ibuantara lain umur ibu, kunjunganANC, paritas dan tingkatpendidikan yang akan dijabarkansebagai berikut:
Umur IbuPada tabel dibawah ini
merupakan data hasil penelitianpenyebab kematian perinatalmenurut faktor ibu yaitu umur. Umurtidak dapat dikategorikan karenamerupakan data numerik.
Tabel 4.1 Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan Umur Ibu diRSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun2009
Variabel Mean Median SD Min Max 95%CI
Umur 27,95 27 5,775 18 44 18
Berdasarkan tabel 4.1diketahui bahwa kematian perinatalberdasarkan umur ibu memiliki nilairata-rata (mean) sebesar 27,95, nilaitengah (median) sebesar 27, StandarDeviasai (SD) sebesar 5,775, nilaiminimum sebesar 18, nilaimaksimum sebesar 44 dan nilaiConfidence Interval (95% CI)sebesar 18.
ANCPada tabel 4.2 merupakan
data hasil penelitian penyebabkematian perinatal menurut faktoribu yaitu ANC. ANC merupakanbanyaknya kunjungan pasien kepetugas kesehatan untukmemeriksakan kehamilannya dantidak dapat dikategorikan karenamerupakan data numerik.
Tabel 4.2 Distribusi FrekuensiKematianBerdasarkan ANC diRSUD PanembahanSenopati BantulTahun 2009
Variabel Mean Median SD
ANC 8,21 9 2,536
Berdasarkan tabel 4.2diketahui bahwa kematianberdasarkan kunjungan ANCmemiliki nilai ratasebesar 8,21, nilai tengah (sebesar 9, Standar Deviasai (SD)sebesar 2,536, nilai minimum sebesar2, nilai maksimum sebesar 13 dannilai Confidence Intervalsebesar 2.
ParitasPada tabel 4.3 merupakan
data hasil penelitian penyebabkematian perinatal menurut faktoribu yaitu paritas. Paritas merupakanjumlah anak hidup yang pernahdilahirkan ibu. Paritas tidak dapatdikategorikan karena merupakan datanumerik.Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi
KematianBerdasarkan Paritas diRSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun2009
Variabel Mean MedianParitas 1,87 2
Berdasarkan tabel 4.3diketahui bahwa kematianberdasarkan paritas atau anak yangdimiliki memiliki nilai rata(mean) sebesar 1,87, nilai tengah
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan ANC diRSUD PanembahanSenopati BantulTahun 2009
SD Min Max 95%CI
2,536 2 13 2
Berdasarkan tabel 4.2diketahui bahwa kematian perinatalberdasarkan kunjungan ANCmemiliki nilai rata-rata (mean)sebesar 8,21, nilai tengah (median)sebesar 9, Standar Deviasai (SD)sebesar 2,536, nilai minimum sebesar2, nilai maksimum sebesar 13 dan
Confidence Interval (95% CI)
Pada tabel 4.3 merupakandata hasil penelitian penyebabkematian perinatal menurut faktoribu yaitu paritas. Paritas merupakanjumlah anak hidup yang pernahdilahirkan ibu. Paritas tidak dapat
kan karena merupakan data
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan Paritas diRSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun
Median SD Min Max 95% CI1,040 1 6 1
Berdasarkan tabel 4.3diketahui bahwa kematian perinatalberdasarkan paritas atau anak yangdimiliki memiliki nilai rata-rata
) sebesar 1,87, nilai tengah
(median) sebesar 2, Standar Deviasai(SD) sebesar 10,040, nilai minimumsebesar 1, nilai maksimudan nilai Confidence IntervalCI) sebesar 1.
Tingkat PendidikanBerdasarkan hasil penelitian
diperoleh tingkat pendidikan ibuyang berbeda-beda, hasil tersebutakan digambarkan pada tabeldibawah ini yang dikategorikanmenjadi pendidikanpendidikan sedang dan pendidikantinggi.Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi
KematianBerdasarkan TingkatPendidikan di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
No. Tingkat Pendidikan1.2.3.
Pendidikan rendahPendidikan sedangPendidikan tinggiJumlah
Gambar 3.1 Distribusi FrekuensiKematian PerinatalTingkat Pendidikan di RSUDPanembahan Senopati Bantul Tahun2009
Berdasarkan tabel 4.4 dandiagram gambar 3.1 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan tingkat pendidikan ibu,sebagian besar responden adalah
0
20
40
60
80
Rendah Sedang Tinggi
Tingkat Pendidikan
22,8% 16,3
60,9%
) sebesar 2, Standar Deviasai(SD) sebesar 10,040, nilai minimumsebesar 1, nilai maksimum sebesar 6
Confidence Interval (95%
Tingkat PendidikanBerdasarkan hasil penelitian
diperoleh tingkat pendidikan ibubeda, hasil tersebut
akan digambarkan pada tabeldibawah ini yang dikategorikanmenjadi pendidikan rendah,pendidikan sedang dan pendidikan
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan TingkatPendidikan di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
Tingkat Pendidikan Frekuensi %Pendidikan rendah
sedangPendidikan tinggi
215615
22,860,916,3
92 100
Distribusi FrekuensiPerinatal Berdasarkan
Tingkat Pendidikan di RSUDPanembahan Senopati Bantul Tahun
Berdasarkan tabel 4.4 dandiagram gambar 3.1 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan tingkat pendidikan ibu,sebagian besar responden adalah
Tinggi
Tingkat Pendidikan
16,3%
berpendidikan sedang sebanyak 56responden (60,9%) dan sebagiankecil pendidikan tinggi sebanresponden (16,3%).
2. Penyebab Kematian PerinatalMenurut Faktor KomplikasiKehamilan
Penyebab kematian perinatalmenurut faktor komplikasikehamilan antara lain hamildengan pre-eklamsi/eklamsi,perdarahan antepartum,hiperemesis gravidarum dankelainan lamanya kehamilan yangakan dijabarkan sebagai berikut:
Pre-eklamsi / EklamsiBerdasarkan hasil penelitian
diperoleh penyebab kematianperinatal menurut preeklamsi/eklamsi yang digambarkanpada tabel dibawah ini dandikategorikan menjadi tidakpre-eklamsi/eklamsi dan terjadi preeklamsi/eklamsi.Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi
KematianBerdasarkan Preeklamsi/Eklamsi diRSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun2009
No. Pre-eklamsi / Eklamsi
1.2.
Tidak terjadiTerjadiJumlah
berpendidikan sedang sebanyak 56responden (60,9%) dan sebagiankecil pendidikan tinggi sebanyak 15
Penyebab Kematian PerinatalMenurut Faktor Komplikasi
Penyebab kematian perinatalmenurut faktor komplikasikehamilan antara lain hamil
eklamsi/eklamsi,perdarahan antepartum,hiperemesis gravidarum dankelainan lamanya kehamilan yangakan dijabarkan sebagai berikut:
eklamsi / EklamsiBerdasarkan hasil penelitian
diperoleh penyebab kematianperinatal menurut pre-eklamsi/eklamsi yang digambarkanpada tabel dibawah ini dandikategorikan menjadi tidak terjadi
eklamsi/eklamsi dan terjadi pre-
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan Pre-eklamsi/Eklamsi diRSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun
eklamsi / Eklamsi Frekuensi %
866
97,82,2
92 100
Gambar 3.2 Distribusi FrekuensiKematianBerdasarkan Preeklamsi/Eklamsi diRSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun2009
Berdasarkan tabel 4.5 dandiagram gambar 3.2 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan pre-eklamsi/eklamsi,sebagian besar responden tidakterjadi pre-eklamsi/eklamsi sebanyak86 responden (93,5%) dan sebagiankecil terjadi eklamsi sebaresponden (6,5%).
Perdarahan AnterpartumBerdasarkan hasil penelitian
diperoleh penyebab kematianperinatal menurut perdarahananterpartum yang digambarkan padatabel dibawah ini dan dikategorikanmenjadi tidak terjadi dan terjadiperdarahan anterpartum.Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi
KematianBerdasarkan PerdarahanAnterpartum di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
No. Perdarahan Anterpartum1.2.
Tidak terjadiTerjadiJumlah
0
20
40
60
80
100
Tidakterjadi
Terjadi
93,5%
6,5
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan Pre-eklamsi/Eklamsi diRSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun
Berdasarkan tabel 4.5 dandiagram gambar 3.2 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatal
eklamsi/eklamsi,sebagian besar responden tidak
eklamsi/eklamsi sebanyak86 responden (93,5%) dan sebagiankecil terjadi eklamsi sebanyak 6
Perdarahan AnterpartumBerdasarkan hasil penelitian
diperoleh penyebab kematianperinatal menurut perdarahananterpartum yang digambarkan padatabel dibawah ini dan dikategorikanmenjadi tidak terjadi dan terjadi
rpartum.Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan PerdarahanAnterpartum di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
Perdarahan Anterpartum Frekuensi %902
97,82,2
92 100
Terjadi
Pre-eklamsi/Eklamsi
6,5%
Gambar 3.3 Distribusi FrekuensiKematianBerdasarkanPerdarahanAnterpartum di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
Berdasarkan tabel 4.6 dandiagram gambar 3.3 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan perdarahan anterpartum,sebagian besar responden tidakterjadi perdarahan anterpartumsebanyak 90 responden (97,8%) dansebagian kecil terjadi perdaranterpartum sebanyak 2 responden(2,2%).
Hiperemesis GravidarumBerdasarkan hasil penelitian
diperoleh penyebab kematianperinatal menurut hiperemesisgravidarum yang digambarkan padatabel dibawah ini dan dikategorikanmenjadi tidak terjadi dan terhiperemesis gravidarum.Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi
KematianBerdasarkan HiperemesisGravidarum di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
No. Hiperemesis Gravidarum
1.2.
Tidak terjadiTerjadiJumlah
0
20
40
60
80
100
Tidak terjadi Terjadi
Perdarahan Anterpartum
97,8%
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkanPerdarahanAnterpartum di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
Berdasarkan tabel 4.6 dandiagram gambar 3.3 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan perdarahan anterpartum,sebagian besar responden tidakterjadi perdarahan anterpartumsebanyak 90 responden (97,8%) dansebagian kecil terjadi perdarahananterpartum sebanyak 2 responden
Hiperemesis GravidarumBerdasarkan hasil penelitian
diperoleh penyebab kematianperinatal menurut hiperemesisgravidarum yang digambarkan padatabel dibawah ini dan dikategorikanmenjadi tidak terjadi dan terjadihiperemesis gravidarum.
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan HiperemesisGravidarum di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
Hiperemesis Gravidarum Frekuensi %
911
98,91,1
92 100
Gambar 3.4 Distribusi FrekuensiKematianBerdasarkanHiperemesisGravidarum di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
Berdasarkan tabel 4.7 dandiagram gambar 3.4 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan hiperemesis gravidarum,sebagian besar responden tidakterjadi hiperemesis gravidarumsebanyak 91 responden (98,9%) dansebagian kecil terjadi hiperegravidarum sebanyak 1 responden(1,1%).
Kelainan Lama KehamilanPada tabel dibawah ini
merupakan data hasil penelitianpenyebab kematian perinatalmenurut faktor komplikasikehamilan yaitu kelainan lamakehamilan. Kelainan lama kehamilanmerupakan kelainan yang dialami ibuselama hamil. Kelainan lamakehamilan tidak dapat dikategorikankarena merupakan data numerik dandihitung dalam satuan minggu.
Terjadi
Perdarahan Anterpartum
0
20
40
60
80
100
Tidak terjadi
2,2%
98,9%
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkanHiperemesisGravidarum di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
Berdasarkan tabel 4.7 dandiagram gambar 3.4 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan hiperemesis gravidarum,sebagian besar responden tidakterjadi hiperemesis gravidarumsebanyak 91 responden (98,9%) dansebagian kecil terjadi hiperemesisgravidarum sebanyak 1 responden
Kelainan Lama KehamilanPada tabel dibawah ini
merupakan data hasil penelitianpenyebab kematian perinatalmenurut faktor komplikasikehamilan yaitu kelainan lamakehamilan. Kelainan lama kehamilan
kelainan yang dialami ibuselama hamil. Kelainan lamakehamilan tidak dapat dikategorikankarena merupakan data numerik dandihitung dalam satuan minggu.
Terjadi
Hiperemesis Gravidarum
1,1%
Tabel 4.8 Distribusi FrekuensiKematianBerdasarkan KelainanLama Kehamilan diRSUD PanembSenopati Bantul Tahun2009
Variabel Mean Median SD
Kelainan lamakehamilan
35,76 37 4,178
Berdasarkan tabel 4.8 diketahuibahwa kematianberdasarkan kelainan lamakehamilan memiliki nilai rata(mean) sebesar 35,76, nilai tengah(median) sebesar 37, StandarDeviasai (SD) sebesar 4,178, nilaiminimum sebesar 28, nilaimaksimum sebesar 42 dan nilaiConfidence Intervalsebesar 28.3. Penyebab Kematian Perinatal
Menurut Faktor KomplikasiPersalinan
Penyebab kematian perinatalmenurut faktor komplikasipersalinan antara lain perdarahanintrapartum, KPD dan kala II takmaju (lama) yang akan dijabarkansebagai berikut:
Perdarahan IntrapartumBerdasarkan hasil penelitian
diperoleh penyebab kematianperinatal menurut perdarahanintrapartum yang digambarkan padatabel dibawah ini dan dikategorikanmenjadi tidak terjadi dan terjadiperdarahan intrapartum.
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan KelainanLama Kehamilan diRSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun
SD Min Max 95%CI
4,178 28 42 28
Berdasarkan tabel 4.8 diketahuibahwa kematian perinatalberdasarkan kelainan lamakehamilan memiliki nilai rata-rata
sebesar 35,76, nilai tengah) sebesar 37, Standar
Deviasai (SD) sebesar 4,178, nilaiminimum sebesar 28, nilaimaksimum sebesar 42 dan nilaiConfidence Interval (95% CI)
Penyebab Kematian PerinatalMenurut Faktor Komplikasi
Penyebab kematian perinatalmenurut faktor komplikasipersalinan antara lain perdarahanintrapartum, KPD dan kala II takmaju (lama) yang akan dijabarkan
Perdarahan IntrapartumBerdasarkan hasil penelitian
diperoleh penyebab kematianperinatal menurut perdarahanintrapartum yang digambarkan padatabel dibawah ini dan dikategorikanmenjadi tidak terjadi dan terjadiperdarahan intrapartum.
Tabel 4.9 Distribusi FrekuensiKematianBerdasarkan PerdarahanIntrapartum di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
No. Perdarahan Intrapartum
1.2.
Tidak terjadiTerjadiJumlah
Gambar 3.5 Distribusi FrekuensiKematianBerdasarkanPerdarahan Intrapartumdi RSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun2009
Berdasarkan tabel 4.9 dandiagram gambar 3.5 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan perdarahan intrapartum,seluruh responden tidak mengalamiperdarahan intrapartum sebanyak 92responden (100%).
KPDBerdasarkan hasil penelitian
diperoleh penyebab kematianperinatal menurut KPD yangdigambarkan pada tabel dibawah inidan dikategorikan menjadi tidakterjadi dan terjadi KPD.
0
20
40
60
80
100
Tidak terjadi
100%
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan PerdarahanIntrapartum di RSUD
anembahan SenopatiBantul Tahun 2009
Perdarahan Intrapartum Frekuensi %
920
1000
92 100
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkanPerdarahan Intrapartumdi RSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun
Berdasarkan tabel 4.9 dandiagram gambar 3.5 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan perdarahan intrapartum,seluruh responden tidak mengalami
an intrapartum sebanyak 92
Berdasarkan hasil penelitiandiperoleh penyebab kematianperinatal menurut KPD yangdigambarkan pada tabel dibawah inidan dikategorikan menjadi tidakterjadi dan terjadi KPD.
Terjadi
Perdarahan Intrapartum
0%
Tabel 4.10 Distribusi FrekuensiKematianBerdasarkan KPD diRSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun2009
No. KPD Frekuensi
1.2.
Tidak terjadiTerjadiJumlah
Gambar 3.6 Distribusi FrekuensiKematianBerdasarkan KPD diRSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun2009
Berdasarkan tabel 4.10 dandiagram gambar 3.6 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan KPD, sebagian besarresponden tidak terjadi KPDsebanyak 75 responden (81,5sebagian kecil terjadi KPD sebanyak17 responden (18,5%).
Kala II LamaBerdasarkan hasil penelitian
diperoleh penyebab kematianperinatal menurut kala II lama yangdigambarkan pada tabel dibawah inidan dikategorikan menjadi tidakterjadi dan terjadi kala II lama.
0
20
40
60
80
100
Tidak terjadi
81,5%
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan KPD diRSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun
Frekuensi %
7517
81,518,5
92 100
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan KPD diRSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun
Berdasarkan tabel 4.10 dandiagram gambar 3.6 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan KPD, sebagian besarresponden tidak terjadi KPDsebanyak 75 responden (81,5%) dansebagian kecil terjadi KPD sebanyak17 responden (18,5%).
Berdasarkan hasil penelitiandiperoleh penyebab kematianperinatal menurut kala II lama yangdigambarkan pada tabel dibawah inidan dikategorikan menjadi tidak
terjadi kala II lama.
Tabel 4.11 Distribusi FrekuensiKematianBerdasarkan Kala IILama di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
No. Kala II Lama
1.2.
Tidak terjadiTerjadiJumlah
Gambar 3.7 Distribusi FrekuensiKematianBerdasarkan Kala IILama di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
Berdasarkan tabel 4.11 dandiagram gambar 3.7 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan kala II lama, sebagianbesar responden tidak terjadi kala IIlama sebanyak 84 responden(91,3%) dan sebagian kecil terjadikala II lama sebanyak 8 r(8,7%).4. Penyebab Kematian Perinatal
Menurut Faktor Risiko dari BayiPenyebab kematian
perinatal menurut faktor risikodari bayi antara lain asfiksia,BBLR, kelainan kongenital dantrauma lahir yang akandijabarkan sebagai berikut:
Terjadi
KPD
0
20
40
60
80
100
Tidak terjadi
18,5%
91,3%
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan Kala IILama di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
Frekuensi %
848
91,38,7
92 100
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan Kala IILama di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
Berdasarkan tabel 4.11 dandiagram gambar 3.7 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan kala II lama, sebagianbesar responden tidak terjadi kala IIlama sebanyak 84 responden(91,3%) dan sebagian kecil terjadikala II lama sebanyak 8 responden
Penyebab Kematian PerinatalMenurut Faktor Risiko dari Bayi
Penyebab kematianperinatal menurut faktor risikodari bayi antara lain asfiksia,BBLR, kelainan kongenital dantrauma lahir yang akandijabarkan sebagai berikut:
TerjadiKala II Lama
8,7%
BBLRPada tabel 4.12 merupakan data
hasil penelitian penyebab kematianperinatal menurut faktor risiko daribayi yaitu BBLR. BBLR tidak dapatdikategorikan karena merupakan datanumerik.Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi
KematianBerdasarkan BBLR diRSUD PanSenopati Bantul Tahun2009
Variabel Mean Median SD
BBLR 2143,37 2100 787,132
Berdasarkan tabel 4.12diketahui bahwa kematianberdasarkan BBLR memiliki nilairata-rata (mean) sebesar 2143,37,nilai tengah (medianStandar Deviasai (SD) sebesar787,132, nilai minimum sebesar 250,nilai maksimum sebesar 3900 dannilai Confidence Intervalsebesar 250.
AsfiksiaBerdasarkan hasil penelitian
diperoleh penyebab kematianperinatal menurut Asfiksia yangdigambarkan pada tabel dibawah inidan dikategorikan menjadi tidakterjadi asfiksia, asfiksia ringan,asfiksia sedang dan asfiksia berat.Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi
KematianBerdasarkan Asfiksia diRSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun2009
tabel 4.12 merupakan datahasil penelitian penyebab kematianperinatal menurut faktor risiko daribayi yaitu BBLR. BBLR tidak dapatdikategorikan karena merupakan data
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan BBLR diRSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun
Min Max 95%CI
250 3900 250
Berdasarkan tabel 4.12diketahui bahwa kematian perinatalberdasarkan BBLR memiliki nilai
) sebesar 2143,37,median) sebesar 2100,
Standar Deviasai (SD) sebesar787,132, nilai minimum sebesar 250,nilai maksimum sebesar 3900 dan
Confidence Interval (95% CI)
Berdasarkan hasil penelitiandiperoleh penyebab kematian
menurut Asfiksia yangdigambarkan pada tabel dibawah inidan dikategorikan menjadi tidakterjadi asfiksia, asfiksia ringan,asfiksia sedang dan asfiksia berat.
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan Asfiksia diRSUD Panembahan
ati Bantul Tahun
No. Asfiksia
1.2.3.4.
Tidak terjadiAsfiksia ringanAsfiksia sedangAsfiksia beratJumlah
Gambar 3.8 Distribusi FrekuensiKematianBerdasarkan Asfiksia diRSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun2009
Berdasarkan tabel 4.13 dandiagram gambar 3.8 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan sfiksia, sebagian besarresponden mengalami asfiksia ringansebanyak 43 responden (46,7%) dansebagian kecil mengalami asfiksiaberat sebanyak 5 responden (5,4%).
Kelainan KongenitalBerdasarkan hasil penelitian
diperoleh penyebab kematianperinatal menurut kelainankongenital yang digambarkan padatabel dibawah ini danmenjadi tidak terjadi dan terjadikelainan kongenital.
0
10
20
30
40
50
Tidakterjadi
Ringan
28,3%
46,7%
Frekuensi %
2643185
28,346,719,65,4
92 100
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan Asfiksia diRSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun
Berdasarkan tabel 4.13 dandiagram gambar 3.8 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan sfiksia, sebagian besarresponden mengalami asfiksia ringan
3 responden (46,7%) dansebagian kecil mengalami asfiksiaberat sebanyak 5 responden (5,4%).
Kelainan KongenitalBerdasarkan hasil penelitian
diperoleh penyebab kematianperinatal menurut kelainankongenital yang digambarkan padatabel dibawah ini dan dikategorikanmenjadi tidak terjadi dan terjadi
Sedang Berat
Asfiksia
%
19,6%
Tabel 4.14 Distribusi FrekuensiKematianBerdasarkan KelainanKongenital di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
No. Kelainan kongenital
1.2.
Tidak terjadiTerjadiJumlah
Gambar 3.9 Distribusi FrekuensiKematianBerdasarkan KelainanKongenital di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
Berdasarkan tabel 4.14 dandiagram gambar 3.9 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan kelainan kongenital,sebagian besar responden tidakterjadi kelainan kongenital sebanyak79 responden (85,9%) dan sebagiankecil terjadi kelainan kosebanyak 13 responden (14,1%).
Trauma LahirBerdasarkan hasil penelitian
diperoleh penyebab kematianperinatal menurut trauma lahir yangdigambarkan pada tabel dibawah inidan dikategorikan menjadi tidakterjadi dan terjadi trauma lahir.
0
20
40
60
80
100
Tidak terjadi
85,9%
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan KelainanKongenital di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
Kelainan kongenital Frekuensi %
7913
85,914,1
92 100
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan KelainanKongenital di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
Berdasarkan tabel 4.14 dandiagram gambar 3.9 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan kelainan kongenital,sebagian besar responden tidakterjadi kelainan kongenital sebanyak79 responden (85,9%) dan sebagiankecil terjadi kelainan kongenitalsebanyak 13 responden (14,1%).
Berdasarkan hasil penelitiandiperoleh penyebab kematianperinatal menurut trauma lahir yangdigambarkan pada tabel dibawah inidan dikategorikan menjadi tidakterjadi dan terjadi trauma lahir.
Tabel 4.15 Distribusi FrekuensiKematianBerdasarkan trauma lahirdi RSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun2009
No. Trauma Lahir1.2.
Tidak terjadiTerjadiJumlah
Gambar 3.10 Distribusi FrekuensiKematianBerdasarkan TraumaLahir di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
Berdasarkan tabel 4.15 dandiagram gambar 3.10 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan trauma lahir, sebagianbesar responden tidak mengalamitrauma lahir sebanyak 91 responden(98,9%) dan sebagian kecilmengalami trauma lahir sebanyak 1responden (1,1%).
Terjadi
Kelainan Kongenital
0
20
40
60
80
100
Tidak terjadi
14,1%
98,9%
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan trauma lahirdi RSUD PanembahanSenopati Bantul Tahun
Frekuensi %911
98,91,1
92 100
Distribusi FrekuensiKematian PerinatalBerdasarkan TraumaLahir di RSUDPanembahan SenopatiBantul Tahun 2009
Berdasarkan tabel 4.15 dandiagram gambar 3.10 dapat diketahuibahwa penyebab kematian perinatalberdasarkan trauma lahir, sebagian
nden tidak mengalamitrauma lahir sebanyak 91 responden(98,9%) dan sebagian kecilmengalami trauma lahir sebanyak 1
Terjadi
Trauma Lahir
1,1%
Pembahasan1. Penyebab Kematian Perinatal
Menurut Faktor Ibu yaituUmur, Kunjungan ANC,Paritas dan TingkatPendidikana. Umur
Berdasarkan hasilpenelitian angka kematianperinatal di RSUDPanembahan Senopati BantulYogyakarta, pada periode 1Januari sampai 31 Desember2009 terdapat 92 pasien yangmengalami kematianperinatal.
Hasil penelitian padatabel 4.1 diketahui bahwakematian perinatalberdasarkan umur ibumemiliki nilai rata-rata(mean) sebesar 27,95, nilaitengah (median) sebesar 27,Standar Deviasai (SD)sebesar 5,775, nilai minimumsebesar 18, nilai maksimumsebesar 44 dan nilaiConfidence Interval (95% CI)sebesar 18. Artinya usia ibubersalin yang mengalamikematian perinatal padabayinya rata-rata berusia 27hingga 28 tahun.
Pada usia 20–35 tahunmerupakan usia produktifuntuk seorang wanita hamildan melahirkan, dimana usia20–35 tahun alatreproduksinya sudah optimaluntuk menerima kehamilandan melangsungkanpersalinan, meskipun usia20–35 tahun digolongkansebagai usia reproduksi sehattidak berarti usia 20–35 tahunbisa terbebas dari kelainan
komplikasi kehamilanmaupun persalinan yangmengakibatkan kematianperinatal. Justru usia tersebutdapat menjadi usia yangberisiko tinggi terjadikomplikasi kehamilan danpersalinan yangmenyebabkan kematianperinatal (Manuaba, 2002).Sedangkan usia kurang dari20 tahun merupakan usiamasih dalam masapertumbuhan apabila ibuyang hamil pada usia 20tahun akan terjadi persainganantara ibu dan janin karenamasih dalam tahappertumbuhan, sehinggamempengaruhi hasil konsepsidan kesiapan organreproduksi yang akanditempati oleh janin, sehinggabesar kemungkinanmenyebabkan komplikasiobstetrik pada kehamilan danpersalinan seperti kematianperinatal (UNICEF, 2002).Hasil penelitian jugaditemukan ibu bersalinmengalami kematianperinatal dengan usia lebihdari 35 tahun, karena padausia lebih dari 35 tahun alatreproduksinya mengalamiregenerasi, secara biologisjaringan dan sistem tubuhnyamenurun sebagai faktorterjadinya komplikasiobstetrik meningkatdiantaranya dapat terjadikematian perinatal juga besarkemungkinan terjadi BBLR,selain itu hamil diatas usia 35tahun akan lebih seringmengalami kesulitan selama
kehamilan dan pada saatmelahirkan (Sarwono, 2006).Depkes (1999), menetapkanbahwa umur ibu melahirkanpada usia kurang dari 20tahun dan lebih dari 35 tahunmempunyai resiko kehamilanpenyebab tidak langsungterhadap kematian neonatal.
b. Kunjungan ANCBerdasarkan tabel 4.2
diketahui bahwa kematianperinatal berdasarkankunjungan ANC memilikinilai rata-rata (mean) sebesar8,21, nilai tengah (median)sebesar 9, Standar Deviasai(SD) sebesar 2,536, nilaiminimum sebesar 2, nilaimaksimum sebesar 13 dannilai Confidence Interval(95% CI) sebesar 2. Berartirata-rata ibu yang mengalamikematian perinatal melakukankunjungan ANC sebanyak 8kali.
Hasil tersebut tidaksesuai dengan pendapatSaifudin (2007), karenaseorang ibu hamil dapatmemeriksakan kehamilannyaminimal 4 kali selama hamil,yaitu satu kali pada trimesterI (< 14 minggu), satu kalipada trimester II (antara 14-28 minggu), dan dua kalipada trimester III (antaraminggu 28 – 36 dan sesudahminggu ke 36). Apabila padatrimester I tidak melakukankunjungan ANC makasebaiknya ibu hamilmelakukan kunjungan ANCsebanyak Dua kali padatrimester kedua (antara
minggu 14 – 28), dua kalipada trimester ketiga (antaraminggu 28–36 dan sesudahminggu ke 36). Namun dalampenelitian ditemukan bahwarata-rata ibu hamil telahmemeriksakan kehamilannyasebanyak 8 kali namun tetapmengalami kematianperinatal.
Hal yang perludiketahui bahwa seorang ibuhamil perlu dilindungi dandiawasi untuk menciptakankondisi kesejahteraan ibu danjanin sehingga janin dapatlahir dengan selamat, dengandemikian perawatan terhadapkeduanya sangat diperlukan.Salah satu tujuannya adalahmenurunkan mortalitas ibudan khususnya perinatal,untuk mencapai tujuantersebut maka para ibu yanghamil diharapkanmelaksanakan antenatal caresecara teratur (Saifuddin, AB,2002 ).
c. ParitasHasil penelitian yang
ditunjukkan pada tabel 4.3diketahui bahwa kematianperinatal berdasarkan paritasatau anak yang dimilikimemiliki nilai rata-rata(mean) sebesar 1,87, nilaitengah (median) sebesar 2,Standar Deviasai (SD)sebesar 10,040, nilaiminimum sebesar 1, nilaimaksimum sebesar 6 dannilai Confidence Interval(95% CI) sebesar 1. Artinyabahwa rata-rata ibumengalami kematian
perinatal rata-rata memilikianak sebanyak 1 hingga 2orang anak.
Paritas dalam hasilpenelitian ini merupakanjumlah janin dengan beratlebih dari 500 gram yangpernah dilahirkan hidup.Hasil penelitian diperolehparitas terbanyak adalah 1dan 2. Hasil tersebutdidukung oleh Monintja(2007), bahwa paritas 1 danparitas tinggi (lebih dari 3)mempunyai resiko angkakematian perinatal lebihtinggi sedangkan paritas 2sampai 3 merupakankelahiran paling aman.
d. Tingkat PendidikanBerdasarkan tabel 4.4
diperoleh hasil penelitianbahwa penyebab kematianperinatal berdasarkan tingkatpendidikan ibu, sebagianbesar responden adalahberpendidikan sedangsebanyak 56 responden(60,9%) dan sebagian kecilpendidikan tinggi sebanyak15 responden (16,3%).Pendidikan dapatmempengaruhi pengetahuanibu, sehingga dapatmengubah perilaku ibu untukdapat menjaga kehamilannyadan mencegah terjadinyakomplikasi kehamilan sertapersalinan salah satunya yaitukematian perinatal (Manuaba,2002).
Pada zaman sekaranglebih banyak orang yangberpendidikan SMA daripada pendidikan SD, SMP,
maupun Perguruan Tinggi.Salah satu faktorpenyebabnya adalah masalahsosial ekonomi, sertakemauan untuk meraihpendidikan yang lebih tinggi.Pendidikan dapatmempengaruhi pengetahuanseseorang sehinggakurangnya pengetahuan dapatmenyebabkan seorangmenjadi acuh tak acuhterhadap pentingnyakesehatan, sehingga ia tidakmengenal bahaya yang akanterjadi walaupun merekadilengkapi dengan fasilitassarana yang memadai, belumtentu mereka mampumemanfaatkannya. Makasebaiknya semakin tinggipendidikan seseorang makaakan mudah untukmendapatkan informasi danakses dalam pelayanankesehatannya (Notoatmodjo,2003).
Semakin tinggi tingkatpendidikan ibu hamil makasemakin tingi pula tingkatkecemasan dalammenghadapi kehamilan danpersalinan sehinggakeinginan untuk mengetahuikeadaan janin sangat besaruntuk mencegah terjadinyakematian perinatal (Sarwono,2005). Sesuai denganpendapat Sudarmi (2006),bahwa kebodohan berperankepada tingginya angkakematian perinatal.
2. Penyebab Kematian Perinataldari Faktor KomplikasiKehamilan yaitu Hamil denganPre-eklamsi/Eklamsia,Perdarahan Antepartum,Hiperemesis Gravidarum danKelainan Lamanya Kehamilana. Hamil dengan Pre-
eklamsi/EklamsiaBerdasarkan tabel dan
diagram yang ditunjukkanpada tabel 4.5 dapat diketahuibahwa penyebab kematianperinatal berdasarkan pre-eklamsi/eklamsi, sebagianbesar responden tidak terjadipre-eklamsi/eklamsisebanyak 86 responden(93,5%) dan sebagian kecilterjadi eklamsi sebanyak 6responden (6,5%).
Hasil penelitiantersebut sesuai denganpendapat yang dikatakanMonintja (2006), bahwa pre-eklamsi/eklamsi merupakangejala atau keadaan yangtimbul selama kehamilan.Hasil penelitian jugamenunjukkan bahwaeklamsia merupakan sebabutama kematian ibu dansebab kematian perinatalyang tinggi.
Meskipun eklamsimerupakan penyebabkematian perinatal yangtinggi, namun sampaisekarang belum diketahuipenyebab utama pre-eklamsi/eklamsi dan darihasil penelitian hanya 6,5%pasien yang terjadi pre-eklamsi/eklamsi.
b. Perdarahan AntepartumBerdasarkan tabel 4.6
dapat diketahui bahwapenyebab kematian perinatalberdasarkan perdarahananterpartum, sebagian besarresponden tidak terjadiperdarahan anterpartumsebanyak 90 responden(97,8%) dan sebagian kecilterjadi perdarahananterpartum sebanyak 2responden (2,2%).
Perdarahan antepartumberakibat pada menurunnyaaliran darah ke uterus,berlanjut ke gangguan fungsike plasenta dalammenghantar O2 dan sarimakanan ke janin, janinmengalami hipoksia dankekurangan nutrisi sehinggaterjadi gangguanpertumbuhan. Hasilpenelitian ditemukan hanya 2responden (2,2%) yangmengalami perdarahananterpartum, hal itumenunjukkan bahwaperdarahan anterpartumbukan faktor yang tinggipenyebab kematian perinatal.
c. Hiperemesis GravidarumBerdasarkan tabel 4.7
dapat diketahui bahwapenyebab kematian perinatalberdasarkan hiperemesisgravidarum, sebagian besarresponden tidak terjadihiperemesis gravidarumsebanyak 91 responden(98,9%) dan sebagian kecilterjadi hiperemesisgravidarum sebanyak 1responden (1,1%).
Hiperemesisgravidarum merupakan suatukeadaan mual, muntahberlebihan pada ibu hamilhingga pekerjaan sehari-harimenjadi terganggu dankeadaan umum mrnjadiburuk. Meskipun ada 1,1%responden yang mengalamikematian perinatal akibathiperemesis gravidarum,namun mual muntah bukanmerupakan faktor resikoutama penyebab kematianperinatal karena mual muntahmemang suatu hal yang wajardialami oleh ibu hamil.Kematian perinatal dapatterjadi jika ibu hamilmengalami hiperemesis yangberlebihan sehingga dapatmenyebabkan komplikasipada ibu dan kekuranganmakanan yang mempengaruhikehidupan janin (Monintja,2006).
d. Kelainan LamanyaKehamilan
Berdasarkan tabel 4.8diketahui bahwa kematianperinatal berdasarkankelainan lama kehamilanmemiliki nilai rata-rata(mean) sebesar 35,76, nilaitengah (median) sebesar 37,Standar Deviasai (SD)sebesar 4,178, nilai minimumsebesar 28, nilai maksimumsebesar 42 dan nilaiConfidence Interval (95% CI)sebesar 28. Artinya kelainanlama kehamilan padakematian perinatal rata-ratapada usia kehamilan 35minggu. Hasil tersebut sesuai
dengan pendapat Monintja(2006), bahwa puncak usiakehamilan adalah pada usia38 sampai 42 minggu.
Kelainan lamakehamilan pretermberhubungan dengan adanyakehamilan BBLR dan postterm berhubungan dengansuplai makanan dan O2 kedalam janin oleh karenafungsi plasenta mencapaipuncaknya pada kahamilan38 minggu dan kemudianmenurun pada waktu 42minggu (Monintja, 2006).
3. Penyebab Kematian Perinataldari Faktor KomplikasiPersalinan yaitu PerdarahanIntrapartum, KPD dan Kala IItak Maju (Lama)a. Perdarahan Intrapartum
Berdasarkan tabel 4.9dapat diketahui bahwapenyebab kematian perinatalberdasarkan perdarahanintrapartum, seluruhresponden tidak mengalamiperdarahan intrapartumsebanyak 92 responden(100%).
Perdarahan intrapartummerupakan salah satu faktorpenyebab kematian perinataldari faktor komplikasipersalinan, namun hasilpenelitian tidak ditemukansatu pun respondenmengalami perdarahanintrapartum. Perdarahanintrapartum berhubungandengan kurangnya suplaidarah dari ibu ke janinsehingga kebutuhan oksigenjanin tidak terpenuhi dan
akan meningkatkan resikokematian perinatal (Monintja,2006).
b. KPDBerdasarkan tabel 4.10
dapat diketahui bahwapenyebab kematian perinatalberdasarkan KPD, sebagianbesar responden tidak terjadiKPD sebanyak 75 responden(81,5%) dan sebagian kecilterjadi KPD sebanyak 17responden (18,5%).
Dalam hasil penelitianditemukan penyebabkematian perinatalberdasarkan KPD sebesar18,5%. KPD dapatmeninggalkan mortalitas danmorbilitas perinatal karenainfeksi yang diakibatkanpembukaan 3cm padaprimipara dan 5cm padamultipara. Pada pembukaantersebut walaupun ibu belummenunjukkan infeksi tetapijanin mungkin sudah terkenainfeksi, karena infeksiintrauterin lebih dulu terjadi(ammonionitis, vaskulitis)sehingga gejala ibu barudirasakan (Muchtar citSudarmi, 2007).
c. Kala II tak Maju (Lama)Berdasarkan tabel 4.11
dapat diketahui bahwapenyebab kematian perinatalberdasarkan kala II lama,sebagian besar respondentidak terjadi kala II lamasebanyak 84 responden(91,3%) dan sebagian kecilterjadi kala II lama sebanyak8 responden (8,7%).
Hasil penelitianmenggambarkan bahwapenyebab kematian perinatalyang mengalami kala II lamasebesar 8,7%. Hasil tersebutsesuai dengan penelitian yangtelah dilakukan bahwainsiden partus lama adalah2,8 – 4,9%, hal itu akanmeningkatkan kejadianasfiksia dan IUFD. Partuslama merupakan suatupersalinan dengan his yangadekuat tidak menunjukankemajuan pada serviks,turunnya kepala dan putarplaksi selama 2 jam terakhir(Muchtar cit Sudarmi, 2007).
4. Penyebab Kematian PerinatalMenurut Faktor Risiko dariBayi yaitu BBLR, Asfiksia,Kelainan Kongenital danTrauma Lahira. BBLR
Berdasarkan tabeldiatas diketahui bahwakematian perinatalberdasarkan BBLR memilikinilai rata-rata (mean) sebesar2143,37, nilai tengah(median) sebesar 2100,Standar Deviasai (SD)sebesar 787,132, nilaiminimum sebesar 250, nilaimaksimum sebesar 3900 dannilai Confidence Interval(95% CI) sebesar 250.
Hasil penelitianmenunjukkan rata-rata bayimengalami kematianperinatal dengan berat badan2143,37. Berat badan lahir<2500 gram dan >4000 grammerupakan faktor resikoterjadinya kematian perinatal.
Prognosis bayi dengan beratbadan lahir rendah tergantungdari berat ringannya masalahperinatal, misal masa gestasi(makin muda masagestasi/makin rendah beratbadan bayi maka makintinggi angka kematian,asfiksia, sindrom gangguanpernafasan dan lain-lain).
b. AsfiksiaPenyebab kematian
perinatal berdasarkan asfiksiayang ditunjukkan pada tabel4.13, sebagian besarresponden mengalamiasfiksia ringan sebanyak 43responden (46,7%) dansebagian kecil mengalamiasfiksia berat sebanyak 5responden (5,4%).
Asfiksia neonatorumadalah keadaan dimana bayitidak dapat bernafas secaraspontan dan teratur setelahlahir. Dalam hasil penelitianditemukan bayi yangmengalami kematianperinatal dikarenakanterjadinya asfiksia. Asfiksiamerupakan salah satupenyebab kematian perinatalkarena asfiksia disebabkanoleh hipoksia janin dalamuterus dan hipoksia iniberhubungan dengan faktor-faktor dalam kehamilan,persalinan atau segera setelahlahir (Monintja, 2006).
c. Kelainan KongenitalBerdasarkan tabel 4.14
dapat diketahui bahwapenyebab kematian perinatalberdasarkan kelainan
kongenital, sebagian besarresponden tidak terjadikelainan kongenital sebanyak79 responden (85,9%) dansebagian kecil terjadikelainan kongenital sebanyak13 responden (14,1%).
Hasil penelitianmenunjukkan sebagian kecilbayi yang mengalamikematian perinataldisebabkan kelainankongenital. Kelainankongenital merupakan faktorresiko kematian perinatal(Monintja, 2006).
d. Trauma LahirBerdasarkan tabel 4.15
dapat diketahui bahwapenyebab kematian perinatalberdasarkan trauma lahir,sebagian besar respondentidak mengalami trauma lahirsebanyak 91 responden(98,9%) dan sebagian kecilmengalami trauma lahirsebanyak 1 responden(1,1%).
Trauma lahir jugatermasuk salah satu faktorpenyebab kematian perinatal,namun dalam penelitianhanya 1,1% saja respondenyang mengalami trauma lahir.
KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan
Berdasarkan hasil penelitiantentang Gambaran Faktor RisikoPenyebab Kematian Perinatal diBangsal Perinatal di RSUDPanembahan Senopati Bantul dapatdiambil beberapa kesimpulan sebagaiberikut :
1. Penyebab Kematian PerinatalMenurut Faktor Ibu yaitu Umurmemiliki nilai rata-rata (mean)sebesar 27,95, Kunjungan ANCmemiliki nilai rata-rata (mean)sebesar 8,21, Paritas memilikinilai rata-rata (mean) sebesar1,87 dan Tingkat Pendidikanadalah berpendidikan sedangsebanyak 56 responden (60,9%).
2. Penyebab Kematian Perinataldari Faktor KomplikasiKehamilan yaitu Hamil denganPre-eklamsi/Eklamsia sebanyak 6responden (6,5%), PerdarahanAntepartum sebanyak 2responden (2,2%), HiperemesisGravidarum sebanyak 1responden (1,1%) dan KelainanLamanya Kehamilan memilikinilai rata-rata (mean) sebesar35,76.
3. Penyebab Kematian Perinataldari Faktor KomplikasiPersalinan yaitu PerdarahanIntrapartum, seluruh respondentidak mengalami perdarahanintrapartum sebanyak 92responden (100%), KPDsebanyak 17 responden (18,5%)dan Kala II tak Maju (Lama)sebanyak 8 responden (8,7%).
4. Penyebab Kematian PerinatalMenurut Faktor Risiko dari Bayiyaitu BBLR memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 2143,37,Asfiksia sebanyak 13 responden(14,1%), Kelainan Kongenitalsebanyak 13 responden (14,1%)dan Trauma Lahir sebanyak 1responden (1,1%).
SaranBerdasarkan kesimpulan di atas
dapat diberikan saran sebagaiberikut :
1. Bagi RSUD PanembahanSenopati Bantul
Diharapkan kepadadirektur RSUD PanembahanSenopati untuk lebihmeningkatkan pelayananterutama ibu dan bayi dalamrangka menurunkan angkakematian perinatal dengan cara:mengadakan pelatihan danmagang secara kontinyu tentangresusitasi, APN, perawatan BBL;memfasilitasi dalam peningkatanjenjang pendidikan baik formalmaupun non formal bagi bidanmaupun perawat terutama yangmasih SPK dan DI.
2. Bagi petugas kesehatan RSUDPanembahan Senopati Bantul
Petugas kesehatan khususbidan dan perawat yangmenangani langsung kegawat-daruratan pada bayi hendaknyameningkatkan pengetahuandalam mendeteksi risiko tinggikematian perinatal danpenanganannya dengan cara:melaksanakan danmengaplikasikan pelatihan yangsudah dilaksanakan dan evaluasihasil secara berkala.
Pendokumentasian padarekam medik hendaknyadilakukan secara lengkap, apabiladilakukan penelitian dari datarekam medik dapat memperolehhasil yang optimal dari masalahyang diteliti.
3. Bagi peneliti selanjutnyaUntuk mendapatkan
gambaran secara komprehensifdan lebih mendalam tentangpenyebab kematian perinatal,hendaknya penyebab kematianperinatal dikaji denganmenggunakan data primer ataudiperoleh dari responden,disamping itu dari data rekammedik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. ProsedurPenelitian Suatu PendekatanPraktek. Jakarta: Rineka Cipta
Asrini, Dewi. 2006. Faktor RisikoKematian Neonatus di InstalasiMaternal Perinatal RSUP
DR. Sardjito Tahun 2005. Skripsi SI,Program Sarjana FakultasKedokteran: UGM
Benlamlih, El-Mustofa. 2007.Laporan Tahunan 2007. Diunduhpada tanggal 25September 2009:
http://www.undp.or.id
Budjang, Rahma Fazwa, 2005. IlmuKebidanan. Ed. Ke-3. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Christina, Yuanita. 2001. EssensialObstetri dan Ginekologi. Ed, Ke-2Jakarta: Hipokrates
Dinkes Bantul. 2008. ProfilKesehatan Bantul. Bantul: DinkesBantul
Dinkes DIY. 2007. Profil KesehatanDIY. Yogyakarta: Dinkes DIY
Herawati, Tuti. Faktor-faktor RisikoKematian Neonatal Dini di RSUDdr. R.Soedjono SelongKabupaten Lombok Timur, NusaTenggara Barat, Skripsi D IVPerawat Pendidik, ProgramSarjana Fakultas Kedokteran.Yogyakarta: UGM
Manuaba, I Gedhe, 2001. IlmuObstetri, Ginekologi danKegawatdaruratan; Jakarta:EGC
Monintja, Hans Eldish. 2005. IlmuKebidanan. Ed. Ke-3. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Notoatmodjo. 2002. MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta: PTRineka Cipta
Riwidikdo, Handoko. 2008 StatistikTerapan dengan Program R Versi2.5.1 (Open Sourche)
Bidang Kesehatan danUmum. Yogyakarta: Mitra CendekiaPress
Rochjati, Poedji. 2003. SkriningAntenatal Pada Ibu HamilPengenalan Faktor Risiko DeteksiDini Ibu Hamil Risiko Tinggi.Surabaya: Airlangga UniversityPress.
Sastroasmoro, S. 2008. Dasar-dasarMetodologi Penelitian Klinis. Ed.Ke-3. Jakarta: CV.Sagung Seto
Sudarmi. 2004. KarakteristikKematian Perinatal. KTI ProgramDIII Bidan. Yogyakarta:
Poltekkes Yogyakarta JurusanKebidanan
Saifuddin, A; dkk. 2002. Buku AcuanNasional Pelayanan KesehatanMaternal dan Neonatal. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawiro Hardjo
UNFPA. 2007. Monitoring ICPDGoals-selected indicators.Diunduh pada tanggal 15September 2009: http//www.unfpa.org
Yunus, Lalu Moh. 2007. EvaluasiProses Rujukan Obstetri TerkaitKematian Perinatal di
Kabupaten Lombok TengahNusa Tenggara Barat. Thesis-S2, Program Pasca SarjanaFakultas KedokteranYogyakarta: UGM
Top Related