BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR
A. PENGERTIAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusya kontinuitas jaringan tulang dan
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.( Brunner and Suddarth,
2001)
Fraktur dapat dibagi menjadi dua :
1. Fraktur tertutup (closed), tidak menyebabkan robeknya kulit.
2. Fraktur terbuka (Open) merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau
membran mukosa sampai kepatahan tulang.
B. ETIOLOGI
Penyebab fraktur dapat bermacam-macam meliputi :
1. Dorongan langsung pada tulang.
2. Fraktur spontan karena kondisi patologi yang mendasarinya.
3. Kontraksi otot yang kuat dan tiba-tiba.
4. Dorongan tidak langsung misalnya : terpukul benda, terbang dari jarak jauh.
5. Kontraksi otot ekstrim.
(Arif Mansyur, 2000)
C. PATOFISIOLOGI
Jenis fraktur yang umum terjadi pada anak kurang dari 5 tahun adalah fraktur
greenstick, fraktur ini terdapat retakan kompleks pada kontuinitas tulang yang
terjadi karena tulangnya lebih lunak dan lebih luntur dari tulang anak yang lebih
besar, fraktur lain dengan lokasi terkait adalah episis atas dan supra barbital,
fraktur humerus, lateral, fraktur pada batang radius dan ulna, fraktur pada batang
femur, tibia (ekstremitas bawah)
1
D. KLASIFIKASI FRAKTUR
1. Fraktur multipel pada satu tulang
Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang
menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya.
2. Fraktur inpaksi
Fraktur kompresi terjadi ketika 2 tulang menumbuk tulang ketiga yang berada
diantaranya seperti: 1 vertebra dengan 2 vertebra lainnya.
3. Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah
oleh karena tumor atau proses patologik lainnya.
4. Fraktur beban lainnya
Fraktur beban terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat
aktivitas mereka, baru diterima untuk berlatih dalam angkatan bersenjata atau
orang-orang yang baru memulai latihan lari.
5. Fraktur greenstick
Fraktur greenstick adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-
anak.
6. Fraktur avulsi
Fraktur avulsi memisahkan satu fragmen tulang pada tempat insersi tendon
ataupun ligamen.
7. Fraktur sendi
Catatan khusus harus dibuat untuk fraktur yang melibatkan sendi, terutama
apabila geometri sendi terganggu secara bermakna.
( Sylvia A. Price,1995)
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis fraktur adalah :
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2
2. Setelah terjadi fraktur bagian-bagian tak dapat digunakan cederung bergerak
secara tidak alamiah (gerakan luar biasa). Ekstremitas tidak dapat berfungsi
dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang
tempat melengketnya otot.
3. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.
4. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang menutupi fraktur.
5. Krepitus
( Suzanne, 2001)
F. KOMPLIKASI
1. Compacment sindrom.
2. Shock
3. Tromboemboli.
4. Nekrosis.
5. Malunion.
6. Delayed union dan nonunion.
G. PENATALAKSANAN KEDARURATAN
1. Mengimobilisasi tubuh segera sebelum pasien dipindahkan. Bila pasien
mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum dapat dilakukan
pembidaian, ekstremitas harus disanggah diatas dan dibawah tempat patah
untuk mencegah gerakan rotasi.
2. Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan
menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi disekitar fraktur.
3. Daerah yang cidera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan
bantalan yang memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang.
4. Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk
mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam.
3
5. Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap, pakaian
dilepaskan dengan lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian
dari sisi cidera.
H. PRINSIP PENANGANAN FRAKTUR
Prinsip penangan fraktur:
1. Reduksi fraktur
Reduksi fraktur atau setting tulang berarti mengembalikan fragmen tulang
pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Biasanya dokter melakukan reduksi
fraktur sesegera mungkin untuk mencegah jaingan lunak kehilangan
elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan.
Sebelum reduksi dan immobilasasi fraktur pasien harus dipersiapkan
untuk menjalani prosedur, dan analgetik diberikan sesuai ketentuan mungkin
perlu dilakukan anastesi ekstremitas yang akan dimanipulasi harus ditangani
dengan lembut untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
2. Reduksi tertutup
Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragmen tulang ke posisinya ( ujung-ujungnya saling
berhubungan) dengan manipulasi dengan traksi manual. Ekstremitas
dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara gips, bidai atau alat
lain dipasang oleh dokter. Alat immobilisasi akan menjaga reduksi dan
menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan tulang. Sinar X harus
dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran
yang benar.
3. Reduksi terbuka
Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan
bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin,
kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan
tulang yang solid terjadi.
4
4. Traksi
Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek dan reduksi
immobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
Sinar x digunakan untuk memantau reduksi fraktur dan akrosinasi fragmen
tulang. Ketika tulang sembuh, akan terlihat pembentukan kallus pada sinar x.
ketika kallus telah kuat, dapat dipasang gips atau bidai untuk melanjutkan
immobilisasi.
5. Immobilisasi fraktur
Setelah fraktur direduksi, fagmen tulang harus diimmobilasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi internal dan
eksternal. Metode fiksasi eksternal meliputi : pembalutan, gips, bidai, traksi
kontinu, pin dan teknik gips atau fiksator eksterna. Implan logam dapat
digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk
mengimobilisasi fraktur.
6. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak.
Reduksi dan immobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Latihan
isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disues dan
meningkatkan peredaran darah
( Brunner & Suddarth, 2001)
I. PERAWATAN PASIEN FRAKTUR TERTUTUP
Pasien dengan fraktur tertutup harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas
biasa sesegera mungkin. Penyembuhan fraktur dan pengembalian kekuatan penuh
dan mobilitas mungkin memerlukan waktu sampai berbulan-bulan. Pasien diajari
bagaimana mengontrol pembengkakan dan nyeri sehubungan dengan fraktur dan
trauma jaringan lunak. Tirah baring diusahakan seminimal mungkin. Latihan
segera dimulai untuk mempertahankan kesehatan otot yang sehat untuk
meningkatkan kekuatan otot yang dibutuhkan untuk pemindahan dan untuk
menggunakan alat bantu (misalnya : tongkat, walker).
5
( Brunner & Suddarth, 2001)
J. PERAWATAN PASIEN FRAKTUR TERBUKA
Pada fraktur terbuka terdapat resiko infeksi. Tujuan penanganan adalah
meminimalkan resiko infeksi. Pasien dibawah ke ruang operasi dimanan luka
dibersihkan . Dilakukan usapan luka untuk biakan dan kepekaan. Mungkin perlu
dilakukan draft tulang untuk menjembatani defek, namun harus yakin bahwa
jaringan resipien masih sehat dan mampu memfasilitasi penyatuan. Ekstremitas
ditinggikan untuk meminimalkan terjadinya edema.
K. UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksana sinar x pada tempat cidera.
2. Hitung darah lengkap.
L. FASE PENYEMBUHAN
Jika satu tulang sudah patah, maka jaringan lunak sekitarnya juga
rusak,periosteum terpisah dari tulang dan terjadi perdarahan yang cukup berat.
Bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut, bekuan akan membentuk jaringan
granulasi dimana sel-sel pembentuk tulang premitif berdeferensiasi menjadi
kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mengsekresi fosfat, yang merangsang
deposisi kalsium. Terbentuknya lapisan tebal disekitar lokasi fraktur akan
menebal dan meluas, dan bertemu dengan lapisan kallus dari fragmen satunya dan
menyatu. Fusi dari kedua fragmen terus berlanjut dengan terbentuknya trabekula
oleh osteoblast, yang melekat pada tulang dan meluas menyeberangi lokasi
fraktur. Persatuan (union) tulang provisional ini akan menjalani transformasi
metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kallus tulang akan
mengalami re-modelling dimana osteoblast akan membentuk tulang baru
sementara osteoklas akan menyingkirkan bagian yang rusak sehingga akhirnya
terbentuk tulang yang menyerupai keadaan tulang aslinya.
( Sylvia A.Price, 1995)
6
M. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Yang perlu dikaji meliputi ;
a. Kaji tingkat nyeri
b. Kaji penyebaran nyeri
c. Kaji perlunya menghilangkan nyeri
d. Kaji adanya tanda dan gejala infeksi
e. Kaji penyembuhan luka
f. Kaji adanya iritasi pada kulit
g. Kaji tanda dan gejala komplikasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan terputusnya
kontuinitas tulang.
b. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontuinitas jaringan, spasme otot,
gerakan fragmen tulang.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya media invasi kuman.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka
e. ADL tidak terpenuhi berhubungan dengan nyeri pada saat bergerak
f. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga
tentang proses penyakitnya
3. Intervensi
a. NDX 1 : Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan
terputusnya kontuinitas tulang.
Tujuan : Mempertahankan stabilisasi dan posisi fraktur
Intervensi
- Pertahankan tirah baring, sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan
gangguan posisi/penyembuhan.
- Sokong fraktur dengan bantal/gulungan selimut
Rasional : Mencegah gerakan yang tidak perlu dan perubahan posisi.
7
- Tugaskan petugas yang cukup untuk membalik pasien. Hindari
menggunakan papan abdukasi untuk membalik pasien dengan gips
Rasional : Gips panggul/tubuh atau multipel dapat membuat berat dan
tidak praktis secara ekstrem. Kegagalan untuk menyokong
ekstremitas yang di gips dapat menyebabkan gips patah.
- Evaluasi pembebat ekstremitas terhadap resolusi edema
Rasional : Pembebat mungkin digunakan untuk memberikan
immobilisasi fraktur dimana pembengkakan jaringan
berlebihan.
b. NDX 2 : Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen
tulang.
Tujuan : Nyeri hilang atau nyeri teratasi
Intervensi
- Kaji tingkat nyeri
Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan klien.
- Kaji jenis dan lokasi nyeri
Rasional : Nyeri tekan mungkin akan dirasakan pada fraktur dan
kerusakan jaringan lunak, spasmme otot terjadi sebagai
respon terhadap cedera dan immobilisasi
- Kaji ketidaknyamanan pasien
Rasional : Nyeri merupakan dasar bagi perencanaan intervensi
keperawatan
- Ajarkan teknik relaksasi
Rasional : Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan klien
- Melakukan perubahan posisi dengan perlahan
Rasional : Mengurangi spasme otot
- Berikan informasi tentang penyakit klien
Rasional : Agar klien tahu tentang penyakit yang diderita
- Kolaborasi pemberian obat analgetik
Rasional : Untuk menurunkan nyeri atau spasme otot
8
c. NDX 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan adanya media invasi
kuman.
Tujuan : Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi
- Kaji adanya tanda-tanda infeksi
Rasional : Untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi
- Berikan perawatan secara steril
Rasional : Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan
infeksi
- Tutupi pada akhir gips peritoneal dengan plastik
Rasional : Gips yang lembab, padat, dapat meningkatkan pertumbuhan
bakteri
- Kolaborasi pemberian obat antibiotik
Rasional : Untuk mencegah timbulnya infeksi
d. NDX 4 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur
terbuka
Tujuan : Untuk mencegah kerusakan kulit/ memudahkan penyembuhan
sesuai indikasi
Intervensi
- Kaji kulit untuk luka terbuka
Rasional : Memberikan informasi tentag sirkulasi kulit dan masalah
yang mungkin disebabkan oleh alat atau pemasangan gips.
- Masase kulit dan penonjolan tulang
Rasional : Menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko abrasi
atau kerusakan kulit
- Bersihkan kulit dengan air. Gosok perlahan dengan alkohol atau bedak
sedikit
Rasional : Terlalu banyak bedak dapat membuat lengket bila kontak
dengan air atau keringat.
9
- Tingkatkan pengeringan gips dengan mengangkat linen tempat tidur
Rasional : Mencegah kerusakan kulit yang disebabkan oleh tertutup
pada kelembaban di bawah gips dalam jangka lama.
- Observasi untuk potensial area yang tertekan
Rasional : Tekanan dapat menyebabkan ulserasi, nekrosis dan
kelumpuhan saraf
e. NDX 5 : ADL tidak terpenuhi berhubungan dengan nyeri pada saat
bergerak
Tujuan : Klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya
Intervensi
- Kaji tingkat ketidakmampuan klien melaksanakan aktivitas sehari-hari
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana ketidakmampuan klien
dalam memenuhi ADL nya
- Bantu klien dalam pemenuhan ADL
Rasional : Agar kebutuhan sehari-hari klien dapat terpenuhi
- Anjurkan klien untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya secara
mandiri
Rasional : Agar klien mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
f. NDX 6 : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien
dan keluarga tentang proses penyakitnya
Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya
Intervensi
- Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional : Untuk mengukur sejauhmana tingkat kecemasan klien
- Kaji tingkat pengetahuan klien
Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang
penyakitnya
- Berikan informasi tentang penyakit klien
Rasional : Agar klien mengerti dan tahu tentang penyakitnya
10
- Akui kenyataan/normalitas perasaan, termasuk marah
Rasional : Memberikan dukungan emosi yang dapat membantu pasien
melalui penilaian awal juga selama pemulihan.
- Dorong menggunakan manajemen stress contoh : napas dalam
Rasional : Membantu memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan
relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
( Marilyn .E. Doengoes,2002)
4. Evaluasi
a. Pasien secara aktif berpartisipasi dalam dalam program terapi.
- Meninggikan ekstremitas yang terkena.
- Berlatih sesuai instruksi
- Menjaga gips tetap kering
- Melaporkan setiap masalah yang timbul.
b. Melaporkan berkurangnya nyeri
- Meninggikan ekstremitas yang digips
- Mereposisi sendiri
- Menggunakan analgetik oral bila perlu.
c. Memperlihatkan peningkatan kemampuan mobilitas
- Mempergunakan alat bantu yang aman
- Berlatih untuk meningkatkan kekuatan
- Mengubah posisi sesering mungkin
d. Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri.
- Melakukan aktivitas hygiene dan kerapihan secara mandiri.
e. Makan sendiri atau dengan bantuan minim
- Tidak memperlihatkan tanda dan gejala infeksi
- Memperlihatkan kulit yang utuh saat gips dibuka
f. Tidak memperlihatkan adanya komplikasi
- Tidak terjadi ulkus akibat tekanan
- Memperlihatkan pengecilan otot minimal.
(Brunner & Suddarth, 2001)
11
PENYIMPANGAN KDM
12
Kecelakaan lalu lintas
Terjadi benturan
Terputusnya kontuinitas jaringan
Merangsang pengeluaran mediator kimia ( bradikinin, serotinin, histamin)
Rangsangan dihantarkan melalui serabut saraf afferen ke hipotalamus
Korteks cerebri
Nyeri dipersepsikan
Nyeri
Adanya kerusakan jaringan
Media masuknya kuman
Resiko infeksi
Aktivitas terbatas
Immobilitas fisik
Kebutuhan klien dibantu
Intolerance activity
Sebagian aktivitas dilayani ditempat tidur
Klien tidak mampu melakukan sendiri
Defisit perawatan diri
Perubahan status kesehatan
Kurangnya pengetahuan klien
tentang penyakitnya
Stressor meningkat
Koping tidak efektif
Ansietas
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN Tn. “I”
DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL “FRAKTUR”
DI RUANG PERAWATAN TUNJUNG
RSUP SANGLAH DENPASAR
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
a. Identitas klien
Nama : Tn”I”
Umur : 27 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Alamat : BR pusut Tibubiu tabanan kurambitan
No. reg : 0110141134
Tgl Masuk : 5-5-2006
Tgl Pengkajian : 9-5-2006
Diagnosa : Fraktur femur
b. Penanggung jawab
Nama : Tn”IW”
Alamat : Perum dukuh sari permai no. 68
Pekerjaan : Pegawai swasta
Hub dengan klien : Saudara
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama : Nyeri
b. Riwayat keluhan utama
Klien masuk RS dengan keluhan patah pada kaki kiri akibat jatuh dari
motor, keluhan ini dialami sejak tanggal 5-5-2006. nyeri dirasakan hilang
13
timbul dan terasa panas , nyeri dirasakan pada daerah kaki kiri dengan
skala sedang. Hal yang memperberat keluhan bila pasien banyak gerak
dan yang memperingan bila klien tidak banyak gerak/istrahat.
3. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Klien pernah masuk rumah sakit sebelumnya karena tumor tulang, klien
pernah dioperasi pada tahun 1999.
4. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Genogram
: Laki-laki
: Perempuan
? : Tidak diketahui umurnya
------ : Serumah
5. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
a. Pola konsep diri
- Gambaran diri : Klien merasa kakinya sakit sehingga dirawat di rumah
sakit
- Ideal diri : Klien berharap cepat sembuh dan kembali berkumpul
bersama keluarganya
- Identitas diri : Klien mengatakan dia anak tunggal
14
? ???
?
?
? ??
?
?
- Harga diri : klien tidak ada perasaan minder dengan orang lain karena
penyakitnya.
- Peran : Klien belum kerja dan masih dibiayai oleh orang tua
b. Pola kognitif
Bahasa yang digunakan oleh klien adalah bahasa indonesia dan klien
yakin penyakit yang dialami saat ini adalah merupakan cobaan dari tuhan.
c. Pola koping
Jika klien menghdapi suatu masalah klien selalu menyelesaikan
masalahnya sendiri, klien berusaha untuk sabar dalam menghadapi
penyakit yang dialami. Klien merasa nyeri sehingga hanya berbaring di
tempat tidur dan jika nyeri klien menarik napas. Klien dan keluarga
mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya dan sering bertanya tentang
penyakitnya.
d. Pola interaksi
Klien dapat berinteraksi dengan baik kepada sesama klien dan
perawat.
6. RIWAYAT SPIRITUAL
Sebelum sakit klien rajin beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya, selama sakit klien hanya bisa berdoa di tempat tidur
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum klien
Keadaan umum klien lemah, penampilan klien sesuai dengan usianya,
ekspresi wajah klien nampak meringis, dan klien mengeluh nyeri pada
daerah kaki kiri, dan nyeri yang dirasakan hilang timbul
b. TTV
- TD : 110/70 mmHg - S : 36o C
- P : 20 x/menit - N : 80 x/menit
c. Sistem pernapasan
Tidak terdapat pernapasan cuping hidung, tidak terdapat sekret pada
hidung, tidak ada nyeri tekan, gerakan dada mengikuti gerak pola napas,
15
bentuk dada normal chest, suara dug-dug pada saat dilakukan perkusi dan
tidak ada bunyi napas tambahan.
d. Sistem kardiovaskuler
Konjunctiva tidak anemi, bunyi jantung S1 lub S2 dub, TD : 110/70
mmHg.
e. Sistem pencernaan
Sklera tidak ikterus, Bibir lembab, bunyi peristlatik 15x/menit, tidak
ada stomatitis dan palatozkisis, jumlah gigi lengkap 3212 2123
3212 2123Tidak ada pembesaran pada abdomen dan ginjal, bunyi timpani pada
abdomen saat dilakukan perkusi.
f. Sistem indra
Tidak ada edema pada palpebra, mampu menutup dan membuka bola
mata secara spontan, tidak ada tanda-tanda radang, klien mampu
membedakan bau teh dan kopi, lubang hidung klien simetris kiri dan
kanan, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat sekret dan polip.
g. Sistem saraf
1) Fungsi cerebral
Klien mampu membedakan tempat dan waktu, klien mampu
mengingat peristiwa yang terjadi, klien memperhatikan jika diajak
bicara dan dapat menjawab pertanyaan serta mengikuti perintah-
perintah. Kesadaran klien composmentis dengan skor 15, kriteria :
- E4 : Membuka mata secara spontan
- V5 : Orientasi baik
- M6 : Mengikuti perintah
2) Fungsi kranial
a) Nervus I (Olfaktorius)
Klien dapat membedakan bau kopi dan teh.
16
b) Nervus II (Optikus)
Lapang padang klien normal dimana klien dapat melihat dari
jarak jauh maupun dekat (6/6)
c) Nervus III,IV,VI (okulomotorius, abdusen, trokealis,)
Klien dapat menggerakkan bola matanya kesegala arah, respon
pupil terhadap cahaya isokor.
d) Nervus V (trigeminus)
Klien dapat merasakan sensasi pada wajah dimana klien mampu
merasakan usapan pada wajah atau tangan dan klien mampu
mengunyah makanan dan otot mesesster dan temporalis dapat
diraba.
e) Nervus VII (facialis)
Klien mampu tersenyum dan mampu menggerakkan alis.
f) Nervus VIII (vestibulokoklearis)
Klien menoleh jika dipanggil namanya tetapi klien tidak mampu
berjalan sendiri karena fraktur pada kaki kiri.
g) Nervus IX ( Glasofaringeal)
Klien mampu membedakan rasa asin, manis, pahit dan asam.
h) Nervus X (vagus)
Gerakan ovula baik, dimana pada saat membuka mulut dan
mengatakan “ah”, klien mampu menelan dengan baik.
i) Nervus XI (Assesoris)
Klien mampu menggerakkan kepala kekiri dan kekanan, dimana
pada kaki kiri klien tidak mampu melawan tahanan.
j) Nervus XII (Hipoglosus)
Klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkan kesegala arah
3) Fungsi cerebellum
Klien tidak dapat berjalan sendiri karena adanya fraktur pada kaki
kiri dimana koordinasi kaki tidak dapat dilakukan
17
4) Refleks
Bisep (+), Trisep (+), Patella(+), dan babinski (-)
5) Iritasi meningen
Klien tidak mampu menggerakkan kaki kiri karena sementara
terpasang gips.
h. Sistem muskuloskeletal
Bentuk kepala mesochepal, dimana klien tidak bisa menggerakkan kaki
kiri karena terpasang gips dan tidak bisa berjalan dengan baik, tidak ada
pembengkakan tangan dan lutut.
Kekuatan otot
5 5
5 3
Kekuatan otot tangan kanan :5, Tangan kiri :5, Kaki Kanan :5, Kaki
Kiri :3. Jumlah skor kekuatan otot = 18
i. Sistem integumen
Rambut klien berwarna hitam, tidak ada luka pada kepala klien dan
rambut klien tidak mudah tercabut, warna kulit sawo matang, tekstur kulit
kering, warna kuku merah muda, kuku tidak mudah patah.
j. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada polidipsi, poliuri dan
polipagia, tidak ada riwayat keringat berlebihan, dan tidak ada riwayat
DM.
k. Sistem perkemihan
Tidak ada polidipsi, poliuri dan polipagia; tidak ada nocturia dan
oliguria.
l. Sistem immun
Tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, klien menderita flu
maupun batuk saat terjadi perubahan cuaca
18
8. AKTIVITAS SEHARI-HARI
N
O
AKTIVITAS SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1
2
3
4
5
Nutrisi
Pola makan
Frek Makan dalam sehari
Nafsu makan
Makanan pantang
Menu
Minum
Jenis minuman
Frekuensi
Eliminasi
BAB
- Frekuensi
- Warna
- Konsistensi
- Tempat
BAK
- Frekuensi
- Bau
- Tempat
Personal Hygiene
Mandi
Menyikat gigi
Cuci rambut
Istirahat dan tidur
Tidur siang
Tidur malam
Teratur
3x/hari
Baik
-
Nasi, sayur dan lauk
Air putih
7-8 gelas/hari
1-2X/hari
Kuning
lembek
WC
3-4X/hari
Amoniak
WC
2X sehari
2X sehari
2X seminggu
14.00-15.00
21.00-05.00
Teratur
3x/hari
Berkurang
-
Bubur, lauk, buah
Air putih
8 gelas
1-2X/hari
Kuning
Lunak
Pispot
3-4X/hari
Amoniak
Urinal pot
1X sehari
2X sehari
-
13.00-14.00
22.00-03.30
19
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Foto toraks :
b. Laboratorium
Nilai normal
1) WBC : 4,1-10,9 5000-10.000/mm3
2) RBC : 4,0-5,9 lk 4,5-5,5 jt/mm3 pr 4,0-5,0 jt/mm3
3) HGB : 12-16 g/dl lk 13-16 gr % pr 12-14 %
4) HCT : 34 % lk 40-48 % pr 37-48 %
5) MCV : 89,3 pc
6) MCH : 28, 7 Hpg
20
DATA FOKUS
Data Subjektif Data objektif
- Klien mengeluh nyeri
pada daerah kaki kiri
- Klien mengatakan nyeri
yang dirasakan hilang timbul
- Klien dan keluarganya
mengatakan tidak tahu banyak
tentang penyakitnya klien banyak
bertanya tentang penyakitnya
- Ekspresi wajah nampak
meringis
- Klien nampak lemah
- Kerusakan jaringan pada
kaki kiri
- Nampak terpasang gips
pada kaki kiri
- Klien nampak cemas
- Klien menanyakan
tentang keadaan penyakitnya
- TTV :
TD: 110 / 70 mmHg
S : 36C
N : 80x / m
P : 24x / m
- Pemeriksaan Diagnostik
1.WBC = 4.1 – 10.9 10x3 / ul
2. RBC = 4.0 – 5.9 10x6 /ul
3. HGB = 12.0 -16.0 9 /dl
4. HCT = 34 % 37.48%
5. Mcv = 89.3 pc 82.92 NPL
6. McH = 28.7 Pg 27.31 Hpg
21
ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1
2
DS :
- Klien mengeluh nyeri pada
daerah kaki kiri
- Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan hilang timbul
DO :
- Ekspresi wajah tanpa
meringis
- Klien nampak lemah
- TTV:
TD:110 170 mmHg
S : 36C
N : 80/m
P : 24x/m
DS :
DO :
- Kerusakan jaringan pada
kaki kiri
- Nampak terpasang gips pada
kecelakaan lalulintas
terjadi benturan
merangsang neuroseptor
homeding
rangsangan yang
dihantarkan oleh serabut
saraf menuju
hipotalamus
dikembalikan oleh
serabut araf afferent
menuju tubuh
Nyeri
Adanya kerusakan
jaringan
Daerah invasif kuman
Nyeri
Resiko
infeksi
22
3
kaki kiri
DS :
- Klien dan keluarganya tidak
tahu banyak tentang kondisi
saat ini
- Klien banyak bertanya
DO :
- Klien nampak cemas
- Klien menanyakan tentang
keadaan penyakitnya
patogen
Resiko infeksi
Perubahan status
kesehatan
Stressor
Kurang pengetahuan
ansietas
Ansietas
23
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATANTGL
DITEMUKANTGL TERATASI
1
2
3
Nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontuinitas jaringan, spasme otot, gerakan
fragmen tulang.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
adanya kerusakan jaringan
Ansietas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan klien dan keluarga tentang
proses penyakitnya
09 – 05 – 2006
09 – 05 – 2006
09 – 05 – 2006
-
-
-
24
25
RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA DAN DATA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Nyeri berhubungan dengan
terputusnya kontuinitas
jaringan, spasme otot,
gerakan fragmen tulang.
DS :
- Klien mengeluh pada
daerah kaki kiri
- Klien mengatakan nyeri
yang dirasakan hilang
timbul
DO :
- Ekspresi wajah tanpa
meringis
- Klien nampak lemah
- TTV:
TD:110 170 mmHg
S : 36C
Kebutuhan rasa
nyaman nyeri
terpenuhi dengan
kriteria :
- Klien tidak
mengeluh nyeri
- Klien dapat
bergerak tanpa
keluhan
- Klien nampak ceria
1.Kaji tingkat nyeri dengan
skala sedang 4-6, ringan
1-3, berat 7-10.
2.Atur posisi senyaman
mungkin
3.Observasi TTV
4.HE tentang teknik
mengurangi nyeri
5.Penatalaksanaan
pemberian obat analgetik
1. Untuk mengetahui tingkat nyeri
2. Untuk menguragi rasa nyeri
3. Untuk mengetahui perubahan atau
perkembangan.
4. Untuk mengetahui teknik nyeri
5.Membantu proses penyembuhan
26
2
N : 80/m
P : 24x/m
Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan adanya
kerusakan jaringan
DS :
DO :
- Kerusakan jaringan
pada kaki kiri
- Nampak terpasang gips
pada kaki kiri
Ansietas berhubungan
Infeksi tidak terjadi
dengan kriteria :
Luka bebas dari
eritema dan demam
Kecemasan keluarga
1. Rawat jika terdapat
pemasangan gips
2. Inspeksi kulit untuk
mengetahui adanya
iritasi/robekan
kontuinitas
3. Jelaskan pada klien
tentang pentingnya
perawatan luka
4. Penatalaksanaan
pemberian obat
antibiotik
1. Kaji tingkat kecemasan
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi
2. Gips yang lembab memungkingkan
pertumbuhan bakteri
3. Agar luka yang terdapat pada kaki
dapat sembuh
4. Untuk mempercepat penyembuhan
1. Untuk mengetahui tingkat kecemasan
27
3 dengan kurangnya
pengetahuan klien dan
keluarga tentang proses
penyakitnya
DS :
- Klien dan keluarganya
tidak tahu banyak
tentang kondisi saat ini
- Klien banyak bertanya
DO :
- Klien nampak cemas
- Klien menanyakan
tentang keadaan
penyakitnya
berkurang dengan
kriteria :
Klien dan keluarganya
tidak bertanya lagi
tentang penyakit klien
klien dan keluarganya.
2. B
eri penjelasan tentang
kondisi luka dan
prosedur tindakan
3. B
eri dukungan kepada
klien dan keluarganya
4. B
erikan informasi kepada
klien dan keluarganya
tentang penyakitnya
klien dan keluarganya
2. Agar dapat diketahui sejaumana
pengetahuan klien dan keluarganya
tentang penyakit klien
3. Agar klien dan keluarganya dapat
menerima keadaan yang dihadapi klien
4. Agar klien dan keluarga tahu tentang
penyakit dari klien.
28
CATATAN TINDAKAN
Tanggal NDX Jam NO Tindakan Keperawatan Dan Hasil09-05-2006 1.
2.
3.
07.30
08.00
08.15
09.00
09.30
10.00
10.20
10.30
11.00
11.30
1
2.
3
4.
5.
1.
2
3
4
1
2
3
- Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan oleh
klien dengan hasil nyeri pada skala sedang
- Mengatur posisi yang senyaman mungkin
dengan hasil nyeri berkurang
- HE tentang teknik mengurangi nyeri dengan
hasil untuk mengurangi rasa nyeri
- Mengobservasi TTV : TD: 110/70 mmHg
N : 80x/m
P : 24x/m
S :36C
- Memberi .obat anti nyeri
- Rawat jika terdapat pemasangan gips
- Mengobservasi luka dengan
hasil kondisi luka diketahui
- Menjelaskan kepada klien dan
keluarganya tentang pentingnya perawatan
dengan hasil klien sudah mengetahui tentang
penyakitnya
- Memberikan obat antibotik
- Kaji tingkat kecemasan klien
dan keluarganya dengan hasil tingkat
kecemasan klien dan keluarganya sudah
berkurang
- Mengkaji tingkat pengetahuan
klien dan keluarganya dengan hasil klien dan
keluarganya paham tentang penyakit klien
- Memberikan dukungan kepada
29
10-05-2006
11-05-2006
1.
2
3
1
08.00
09.00
09.30
10.00
11.00
11.30
12.00
12.30
12.45
13.07
13.30
13.45
1
2
3
4
5
1
2
3
1
2
3
1
keluarga klien
- Mengkaji tingkat nyeri yang
dirasakan oleh klien dengan hasil nyeri pada
skala 5 ( sedang)
- Mengatur posisi senyaman
mungkin dengan hasil nyeri berkurang
- HE tentang tekhnik mengurangi
nyeri dengan hasil ntuk menghilangkan rasa
nyeri
- Observasi tanda- tanda vital
dengan hasil TD : 110/70 mmHg
N : 80 kali/meni
P : 24 kali/menit
S : 36C
- Memberi obat anti nyeri
- Mengobservasi luka dengan
hasil kondisi luka di ketahui
- Menjelaskan kepada klien dan
keluarganya tentang pentingnya perawatan
dengan hasil klien sudah mengerti tentang
penyakitnya
- Memberikan obat antibiotik
- Mengkaji tingkat kecemasan
klien dan keluarganya dengan hasil tingkat
kecemasan klien dan keluarganya berkurang
- Mengkaji tingkat pengetahuan
klien dan keluarganya dengan hasil klien dan
keluarganya paham tentang penyakit klien
- Memberikan dukungan kepada
30
2
3
14.00
14.30
15.00
15.30
15.45
16.00
16.10
16.20
15.00
15.20
15.30
2
3
4
5
1
2
3
4
1
2
3
keluarga klien
- Mengkaji tingkat nyeri yang
dirasakan oleh klien dengan hasil klien tidak
merasa nyeri pada skala sedang
- Mengatur posisi yang senyaman mungkin
dengan hasil nyeri berkurang
- HE tentang teknik mengurangi nyeri dengan
hasil untuk mengurangi rasa nyeri
- Mengobservasi TTV : TD: 110/70 mmHg
N : 80x/m
P : 24x/m
S : 36C
- Memberi obat anti nyeri
- Rawat jika terdapat pemasangan gips
- Mengobservasi luka dengan
hasil kondisi luka diketahui
- Menjelaskan kepada klien dan
keluarganya tentang pentingnya perawatan
dengan hasil klien sudah mengetahui tentang
penyakitnya
- Memberikan obat antibotik
- Mengkaji tingkat kecemasan
klien dan keluarganya dengan hasil tingkat
kecemasan klien dan keluarganya berkurang
- Mengkaji tingkat pengetahuan
klien dan keluarganya dengan hasil klien dan
keluarganya paham tentang penyakit klien
- Memberikan dukungan kepada keluarga klien
31
32
CATATAN PERKEMBANGAN
TGL NDX JAM EVALUASI / SOAP
O9-05-2006 1
2
3
11.00
12.00
12.30
S : Klien mengatakan nyeri pada daerah kaki kiri
dengan skala sedang
O : Ekspresi wajah meringis
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-5
1. Kaji tingkat nyeri
2. Atur posisi senyaman
mungking
3. Observasi TTV
4. HE tentang tekhnik
mengurangi nyeri
5. Pemberian obat
analgetik
S : -
O : Nampak terpasang gips pada kaki kiri
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1.2.3
1. Observasi luka
2. Jelaskan tentang
pentingnya pemberian perawatan
3. Pemberian obat
antibiotik
S : Klien dan keluarganya tidak banyak tahu
tentang kesehatanya
O : Klien nampak cemas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1.2.3
1. Mengkaji tingkat
33
10-05-2006
11-05-2006
1
2
3
1
10.00
11.00
12.00
13.30
kecemasan
2. Mengkaji tingkat
pengetahuan klien dan keluarganya
3. Memberi dukungan
kepada klien dan keluarga klien.
S : Klien mengatakan nyeri pada daerah kaki
kiri dengan skala sedang
O : Ekspresi wajah meringis
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-5
1. Kaji tingkat nyeri
2. Atur posisi senyaman
mungkin
3. Observasi tanda-
tanda vital
4. HE tentang tekhnik
mengurangi nyeri
5. Pemberian obat
analgetik
S :-
O : Tampak terpasang gips pada kaki kiri
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi luka
2. Jelaskan tentang pentingnya perawatan
3. Pemberian obat
S: Klien dan keluarganya tidak banyak tahu tentang
keadaannya
O : Klien nampak cemas
A : Masalah belum teratasi
34
2
3
14.00
15.00
P : Lanjutkan intervensi 1 dan 3
1. Mengkaji tingkat kecemasan
3. Memberi dukungan kepada klien dan keluarga
klien.
S : klien mengatakan nyeri pada daerah kaki kiri
dan skala sedang
O : Ekspresi wajah meringis
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-5
1. Kaji tingkat nyeri
2. Atur posisi senyaman mungkin
3. Observasi tanda-tanda vital
4. HE tentang tekhnik mengurangi nyeri
5. Pemberian obat analgetik
S :-
O : Tampak terpasang gips pada kaki kiri
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi luka
2. Jelaskan tentang pentingnya perawatan
3. Pemberian obat
S : Klien dan keluarganya tidak banyak tahu
tentang keadaannya
O : Klien nampak cemas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1 dan 3
1. Mengkaji tingkat kecemasan
3. Memberi dukungan kepada klien dan
keluarga klien.
35
36
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa karena atas berkat, rahmat dan
hidayahnya kami dari kelompk V dapat menyelesaikan/menyusun Asuhan
Keperawatan ini.
Kami menyadari didalam penyusunan Asuan keperawatan ini masih banyak
kekurangan- kekurangan yang perlu di perbaiki bersama oleh karena itu saran
dan kritik dari pembimbing baik dari institusi maupun dari lahan sangat kami
butuhkan demi kesempurnaan Asuhan keperawatan ini.
Dan pada kesempatan ini kami tak lupa mengucapkan banyak- banyak terima
nkasih kepada bapak Direktur beserta Staf/anggota RS sanglah Denpasar Bali
yang telah menerima kami dengan tangan terbuka untuk praktek di RS sanglah
ini dimana di dalam PKL (praktek kerja lapangan ) ini kami banyak mendapatkan
keterampilan yang sebelumya belum pernah kami dapatkan sebelumya kami
mengucapakan terimakasih.
Wassalam
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
A. BAB I
Pengertian................................................................................................ 1
Etiologi………………………………………………………………… 1
Patofisiologi………………………………………………………… … 1
Klasifikasi fraktur……………………………………………………… 1
Manifestasi klinis…………………………………………………… … 2
Komplikasi………………………………….…………………………. 3
Penatalaksanaan kedaruratan…..……………………………………… 3
Prinsip penanganan fraktur…………….……………………………… 3
Perawatan pasien fraktur tertutup.. ………………………………… ... 5
Perawatan pasien frktur terbuka…. ……………………………………. 5
Uji Laboratorium dan diagnostik………………………………………. 6
Proses penyembuhan……………..……………………………………. 6
Proses keperawatan……………… ……………………………………. 6
Penyimpangan KDM……………..………………………………… … 12
B. BAB II
Pengkajian……………………………………………………………… 13
Data fokus……………………………………………………………… 21
Analisa data……………………………………………………………. 22
Daignosa keperawatan…………………………………………………. 24
Intervensi………………………………………………………………. 25
Implementasi…………………………………………………………… 28
Evaluasi………………………………………………………………… 31
C. Kesimpulan dan saran
ii