BAB II
FLEGMON
2.1. Definisi
Flegmon dasar mulut disebut juga Ludwig’s Angina. Kasus flegmon
disebabkan oleh infeksi odontogenik, organisme utama penyebabnya adalah
spesies Streptococcus, walaupun banyak yang berpendapat disebabkan oleh mixed
flora, namun Streptococcus yang dominan.
Flegmon atau Ludwig’s Angina, adalah suatu penyebaran infeksi secara
difuse, progresif dengan cepat yang menyebabkan timbulnya infeksi dan
tumpukan nanah pada daerah rahang bawah kanan dan kiri ( submandibula), dagu
(submental), serta bawah lidah (sublingual), yang dapat berlanjut menyebabkan
gangguan jalan nafas dengan gejala berupa perasaan tercekik dan sulit untuk
bernafas secara cepat.
Kasus flegmon pertama kali diberitakan oleh Von Ludwig pada tahun
1836. Pesentasi terbesar dari sejumlah penderita menunjukan suatu dispnoe
karena obstruksi pernafasan, karena itu disebut juga “angina” Von Ludwig.
Flegmon dasar mulut disebut juga Ludwig Angina, Angina Ludovici, atau Browny
Abscess
Penyakit ini merupakan infeksi yang berasal dari gigi akibat perjalan pus
dari abses periapikal.
Penyebaran infeksi terjadi secara difuse progresif dengan cepat yang
menyebabkan timbulnya infeksi dan tumpukan pus pada daerah di bawah rahang
mandibula kanan dan kiri( submandibula) dan dagu ( submentale) serta bawah
lidah (sublingual) yang dapat berlanjut dan menyebabkan gangguan jalan nafas.
2.2. Etiologi
Penyebab terjadinya flegmon belum diketahui dengan pasti, namun oral
higine yang buruk dan dya tahan tubuh yang rendah merupakan faktor
predisposisi terjadinya flegmon.
Archer, 1975 menyatakan bahwa flegmon merupakan infeksi campuran
Streptococcus hemoliticus, Streptococcus non hemoliticus, Staaphylococcus,
Pneumococcis dan Escherichia coli, sedangkan menurut Kruger 1984, penyebab
infeksi flegmon yang terutama adalah Streptococcus hemoliticus.
Berdasarkan gigi penyebab umumnya disebabkan oleh infeksi periapikal
molar bawah, infeksi periodontal, kista odontogenik, fragmen akar, residual
infeksi. Selain itu flegmon dapat disebabkan oleh peradangan kelenjar ludah
submandibularis, tonsil, atau osteomielitis.
Flegmon berawal dari infeksi odontogenik, khususnya dari molar dua atau
molar tiga bawah. Gigi gigi ini mempunyai akar yang terletak pada tingkat otot
mylohyoid dan abses disini akan menyebar ke ruang submandibula. Keadaan ini
merupakan radang akut yang tumbuh cepat, difus dan progresif dalam jaringan
dan tidak ada pembatas pembentukan pus.
Flegmon lebih sering terjadi pada gigi Molar 2 dan Molar 3 rahang bawah
dikarenakan pada rahang bawah akarnya lebih dekat dengan permukaan tulang
dan akarnya sejajar dengan mylohyoid ridge dan ini sesuai dengan jalan lewat pus
yang menyebar melalui permukaan tulang dan menyebar ke spaisa mandibula lalu
ke spasia lain.
2.3. Gejala Klinis
Keadaan umum penderita menunjukan gejala adanya radang akut yang
gawat. Keadaan umumnya yang menurun, suhu badan yang tinggi, rasa
menggigil, nadi meningkat dan lesu. Pada pemeriksaan darah ditemukan jumlah
lekosit meningkat.
Gejala klinis flegmon ditandai oleh radang kelenjar limfe mandibula,
sublingual dan submental serta inflamasi jaringan ikat pada bagian atas leher dan
jaringan sekitarnya. Pada pemeriksaan palpasi ada pembengkakan yang keras,
sakit dan terasa hangat pada daerah ini. Batas pembengkakan tidak dapat
ditunjukan dengan jelas. Kulit tampak mengkilap, tertarik erat dan berwarna
kemerahan. Pada pemeriksaan intra oral tampak lidah terangkat dan sulit untuk
digerakan.
Kemudian mulut agak terbuka dan sering disertai dengan trismus. Saliva
meningkat dan dengan adanya gangguan penelanan, sehingga saliva dapat
mengalir bebas keluar mulut. Kepala agak tertarik ke belakang untuk mengatasi
gangguan pernafasan. Fluktuasi hampir selalu tidak ada pada tahap awal penyakit
dan sering tidak dapat ditemukan pus. Jika ada, pus terletak terlalu dalam dan sulit
untuk dapat menunjukan fluktuasi dengan jelas. Biasanya pus terlokalisir antara
otot mylohioid dan geniohioid
Dengan meningkatnya tekanan dalam jaringan dapat juga terjadi nekrosis.
Pada penderita timbul suatu kondisi toksis dan gangguan pernafasan serta bicara
menjadi lebih sulit dengan adanya edema pada laring dan faring.
Top Related