perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
IFANY DAMAYANTI
F1107013
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
There is no over night success ~Penulis~
Success is a journey, not a destination ~Penulis~
Kunci sukses itu ada 2, fokus dan positive feeling ~Penulis~
Tuhan itu tepat janji dan tepat waktu ~Penulis~
Kita tidak dapat mengubah masa lalu tapi kita bisa memperindah masa depan ~Penulis~
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Untuk Papa dan Mama tersayang yang dalam sujudnya selalu berdoa untuk kebahagiaan dan keberhasilanku. Ini sebagai tanda baktiku
untuk Papa & Mama.
Untuk kakak – kakakku tercinta Ferdian, Feriska dan Cici Kalianlah sumber kekuatanku.
Untuk sahabat karibku Caesa Septiani Putri dan Sinurmauli Fornia Gultom yang tiada henti-hentinya memberikan semangat, dukungan
serta doanya padaku
Untuk Teman-Teman Kosku Mbak Dhian, Mbak Widi, Mbak Ines & Mbak Della yang selalu menemani hari-hari dengan penuh suka.
Untuk semua teman-temanku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikkum Wr. Wb.
Dengan memanjatkan puji dan syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT
karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, serta dengan usaha sungguh-sungguh,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan magang dengan judul “ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA”, ini sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak sedikit
kesulitan dan hambatan yang penulis temui dalam penyusunan laporan magang
ini. Namun dengan bantuan serta bimbingan berbagai pihak, maka laporan
magang ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankan penulis
sampaikan ucapan terimakasih atas bantuan dari beberapa pihak yang telah
meluangkan waktunya dalam membantu penyusunan laporan magang ini. Penulis
ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang
dengan sabar ,bijak serta yang telah meluangkan waktu dan fikiran dalam
mengarahkan serta memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun tidak
langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
4. Dwi Prasetiayani, SE, MSi selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.
5. Para penguji skripsi yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu,
tenaga, dan pikiran dalam memberikan masukan yang berarti pada saat ujian
skripsi.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.
7. Keluarga Besar Pasar Gede yang sangat kekeluargaan yang telah membantu
penulis melakukan penelitian, ditambahi main gamelan sareng Keluarga
Besar, gayeng ^_^. Matur Nuwun Bapak, Ibu sareng Mbak-Mbak.
8. Papa ku tercinta, terima kasih untuk semua nasehat, arahan serta kasih sayang
yang selama ini telah diberikan. I will always love you, daddy.
9. Mama ku tersayang, terima kasih perhatian yang setiap hari diberikan serta
dorongan untuk selalu sabar dan menjadi wanita yang kuat. Don’t stop loving
me, mom. I never feel so lonely because you’re always here with me.
10. Kakak-kakakku tersayang ( Mas Ferdi, Mbak Mano, Che-Che ) terima kasih
kasih sayang serta inspirasi yang selalu diberikan. I love you forever.
11. dr. Soffin Arfian dan keluarga selaku om, terima kasih banyak untuk sangkar
emasnya ^_^. Selama ponakan di Solo selalu menjaga & menghibur. Karaoke
& wisata kuliner bersama om dan keluarga sangat menyenangkan. Doakan
ponakan mu yang centil ini om ^_^.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
12. Sahabat-sahabatku tercinta di Bandung, Nchy, Vivi, Yanie, Noor, Fitrea,
Nenden, Cha-cha, Ricka, Cinta, Gantria, Meida, Wulan, Jesi, Meilda, Icha,
Lusie, Novi. Dimanapun kita berada, kalian sahabatku selamanya. Pepeundak
diditunya sayang-sayangkuh...
13. Teman-teman EP angkatan 2007, kakak tingkat angkatan 2006 terima kasih
atas segala bantuan dan dukungannya.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung
maupun tidak langsung telah memberi bantuan hingga terselesaikannya
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam
rangka kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan
sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 18 Mei 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
ABSTRAK ........................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Dan Ciri-Ciri Sektor Infomal ............................................ 8
B. Definisi Bisnis Kecil ........................................................................ 10
C. Definisi Pasar Tradisional, Pedagang Pasar, Pendapatan
Dan Kinerja Pedagang....................................................................... 12
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang ........... 15
1. Umur ............................................................................................ 15
2. Lama Usaha ................................................................................. 15
3. Modal ........................................................................................... 16
4. Jam Kerja ..................................................................................... 17
5. Jenis Dagangan ........................................................................... 18
F. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 18
G. Hipotesis ......................................................................................... 19
H. Penelitian Sebelumnya .................................................................... 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 23
B. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 23
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 23
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ..................... 24
E. Definisi Operasional Variabel ......................................................... 25
F. Metode Analisis Data ...................................................................... 26
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta .................................... 33
B. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Jebres ................................ 43
C. Pasar Tradisional (Pasar Gede) ........................................................ 48
1. Sejarah Berdirinya Pasar Gede .................................................. 48
2. Jenis Dagangan di Pasar Gede ................................................... 49
3. Jumlah Pedagang dan Pendapatan di Pasar Gede ...................... 51
E. Karakteristik Demografi dan Sosial Pedagang di Kawasan
Pasar Gede ....................................................................................... 51
1. Umur .......................................................................................... 51
2. Jenis Kelamin dan Status Pernikahan ........................................ 53
3. Tingkat Pendidikan Formal ........................................................ 54
4. Jenis Barang Dagangan .............................................................. 55
5. Jam Kerja ................................................................................... 56
6. Jumlah Tenaga Kerja Yang Dipekerjakan ................................. 57
7. Lamanya Berdagang ................................................................... 59
8. Modal Usaha .............................................................................. 60
9. Tingkat Pendapatan .................................................................... 61
F. Analisis Data .................................................................................... 62
1. Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 65
2. Uji Individual ............................................................................. 68
3. Pengujian Hipotesis .................................................................... 71
4. Interpretasi Hasil Secara Ekonomi .............................................. 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 76
B. Keterbatasan..................................................................................... 77
C. Saran ............................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Penduduk Perkecamatan Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta
Tahun 2009 .................................................................................................. 4
2.1 Perbedaan Karakteristik Sektor Informal dan Sektor Formal ................... 10
4.1 Banyaknya Kelurahan, RT dan RW di Kota Surakarta .............................. 35
4.2 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis kelamin tahun 2000-
2009 ............................................................................................................. 36
4.3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat
KepadatanTiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2009 ....................... 37
4.4 Penduduk Perkecamatan Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta
Tahun 2009 .................................................................................................. 37
4.5 Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan di Kota Surakarta ............................. 39
4.6 Penduduk Menurut Agama Yang Dianut di Kota Surakarta Tahun 2009.. 40
4.7 Fasilitas perlindungan sosial menurut kecamatan di Kota Surakarta tahun
2009 ............................................................................................................ 41
4.8 Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Kota Surakarta Tahun 2005-2009 ........... 42
4.9 Banyaknya RT dan RW Tiap Kelurahan Tahun 2008 ................................. 44
4.10 Pedagang Pasar Gede Menurut Umur ......................................................... 52
4.11 Pedagang Pasar Gede Menurut Jenis Kelamin dan Status Pernikahan ....... 53
4.12 Pedagang di Pasar Gede Menurut Tingkat Pendidikan Formal ................... 54
4.13 Pedagang di Pasar Gede Menurut Jenis Dagangan ..................................... 56
4.14 Pedagang di Pasar Gede Menurut Jam Kerja (hari) .................................... 57
4.15 Pedagang di Pasar Gede Menurut Jumlah Tenaga Kerja yang Membantu . 58
4.16 Pedagang di Pasar Gede Menurut Lamanya Berdagang ............................. 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
4.17 Pedagang di Pasar Gede Menurut Asal Modal Usaha ................................. 60
4.18 Pedagang di Pasar Gede Menurut Besar Modal Usaha .............................. 60
4.19 Pedagang di Pasar Gede Menurut Tingkat Pendapatan .............................. 62
4.20 Hasil Uji Regresi Linier berganda ............................................................... 63
4.21 Hasil Uji Regresi Linier berganda ............................................................... 65
4.22 Hasil Uji Uji White Heteroscedasticity Test .............................................. 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar/Diagram Halaman
3.1 Uji t .............................................................................................................. 28
3.2 Uji Durbin Watson....................................................................................... 32
4.1 Scatterplot Umur Dengan Lama Usaha ....................................................... 64
4.2 Kurva Durbin-Watson ................................................................................. 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA
Ifany Damayanti NIM. F1107013
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
variabel umur, lama usaha, modal, jam kerja dan jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta baik secara individu maupun bersama-sama.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan motode survey dengan bantuan instrumen kuesioner dalam pengambilan data. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan kombinasi proportionated sampling dengan area random sampling. Ukuran sampel yang diambil sebanyak 150 pedagang di Pasar Gede dari populasi pedagang di Pasar Gede yaitu sebanyak 741 pedagang. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linear berganda.
Dari hasil analisis data ditemukan bahwa variabel independen yang mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede yaitu modal dan jam kerja dengan tingkat signifikansi α = 5%. Variabel independen jenis dagangan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede pada tingkat signifikansi α= 5% .
Penelitian ini mengajukan saran antara lain guna mengembangkan usaha pedagang sebaiknya menyisihkan sebagian hasil keuntungan yang diperoleh untuk menambah modal dagangan sehingga pedagang mampu menambah variasi dagangan yang diperjual-belikan. Selain itu pedagang disarankan sebaiknya memliki tenaga kerja tambahan untuk membantu proses perdagangan terutama pedagang yang memiliki porsi jam kerja yang banyak. Hal ini sangat membantu pedagang dalam melayani pembeli dan proses perdagangan.
Kata Kunci : pedagang pasar tradisional, simple random sampling, regresi linear berganda, sektor informal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING INCOME MARKET TRADERS IN THE CITY SURAKARTA GEDE
Ifany Damayanti NIM. F1107013
Purpose of this study was to determine and analyze the influence of the
variables age, length of business, capital, working hours and types of merchandise to the merchant Gede market revenues Surakarta, both individually and together.
This study is a descriptive study using survey method with the help of instruments kuisoner in data retrieval. sampling technique in this study using a combination proportionated sampling with random sampling area. The sample size is taken as many as 150 traders in Gede market from the population of Gede market traders in the 741 merchants. Data analysis techniques used to test the hypothesis is multiple linear regression analysis.
From the results of data analysis found that independent variables that have a significant influence on earnings Gede market traders in the capital and hours worked by income level significance α= 5%. The independent variable type of merchandise do not have a significant influence on the income of traders in the Gede market at the level of significance α = 5%.
This research proposed suggestions, among others, to develop business traders should set aside a portion of profits to increase the capital of merchandise so that merchants can add variety merchandise trade. Also recommended traders should have additional manpower to help process trades, especially traders who have a portion of a lot of working hours. This is very helpful in serving buyers and traders trading process. Key words: traditional market traders, simple random sampling, multiple linear regesi, the informal sector.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan sektor informal berperan cukup penting dalam pengembangan
masyarakat dan pembangunan nasional. Setidaknya,ketika program pembangunan
kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan kerja, sektor informal
dengan segala kekurangannya mampu berperan sebagai penampung dan alternatif
peluang kerja bagi para pencari kerja. ketidakmampuan pembangunan
menyediakan peluang kerja menjadikan bertambahnya jumlah pengangguran
sehingga sektor informal mampu meredam gelombang para pengangguran dan
kemiskinan tidak meledak. Peran sektor informal ini telah berlangsung sejak lama
dalam pasang surut perkembangan masyarakat dan dinamika perkembangan
ekonomi. Sektor informal cukup dominan menyerap angkatan kerja khususnya di
perkotaan. Terbukti sulitnya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi anggota
masyarakat yang berpendidikan rendah dengan pengalaman serta ketrampilan
yang sangat terbatas sektor informal mampu memegang peranan penting
menampung angkatan kerja, terutama angkatan kerja muda yang masih belum
berpengalaman atau angkatan kerja yang pertama kali masuk pasar kerja. Peran
sektor informal yang cukup positif dalam proses pembangunan sangat diperlukan,
terutama sebagai sumber alternatif penciptaan kesempatan kerja. Sektor informal
merupakan unit usaha kecil maka modal yang diperlukan juga kecil bahkan sistem
pengolahannya sangat sederhana. Meskipun dengan modal kecil tersebut orang-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
orang yang bekerja di sektor informal mampu mempertahankan hidupnya. Data
menunjukkan bahwa tahun 1995 tenaga kerja Indonesia yang ditampung sektor
informal berturut-turut sebesar 62,7 persen serta pada tahun 1999 sebesar 62,0
persen (SAKERNAS 1999). Hal ini menunjukkan bahwa sektor informal
merupakan sektor penyangga (buffer sector) dari luapan tenaga kerja yang tidak
dapat ditampung oleh sektor formal.
Solo merupakan salah satu kota pertama di Indonesia yang dibangun
dengan konsep tata kota modern dan Pasar Gede merupakan salah satu tujuan
wisata, terutama wisatawan domestik. Selain bangunannya terkesan antik, di
bagian dalam pasar tradisional ini tampak lega, tertib, dan bersih. Bangunan
semacam ini memiliki nilai-nilai filosofi bangunan Jawa. Dalam filosofi
kebudayaan Jawa dalam hubungannya dengan bangunan yang ada dikomplek
keraton dikenal adanya Catur Gatra Tunggal, yaitu :
a. Kraton, merupakan pusat pemerintahan
b. Alun-alun, sebagai simbol suara rakyat
c. Masjid Agung, sebagai tempat peribadatan
d. Pasar, sebagai sarana penghidupan rakyat
Pasar Gede Hardjonagoro adalah pasar terbesar di Kota Surakarta. Pasar ini asalah
salah satu ciri khas atau identitas Kota Surakarta, karena kekhasannya dan
aktivitasnya. Kekhasan pasar ini adalah karena Pasar Gede menjual kebutuhan
primer yang dibutuhkan masyarakat pada umumnya. Pasar tradisional ini
menggabungkan konsep arsitektur Jawa-Eropa buatan 1930. Tjan Sie Ing, seorang
Lieutenant de Chinezen, yaitu pimpinan golongan etnis Cina yang diberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
legitimasi oleh pemerintah kolonial Belanda sekitar 100 tahun silam. Selain
mendapat fasilitas dari Pemerintah Belanda, pimpinan kelompok Cina ini juga
mendapat konsensi dari pemerintah keraton Kasunanan Surakarta berupa hak
pengelolaan pasar tradisional Hardjonegoro, yang kemudian menjadi Pasar Gede.
Pada masa lalu pusat berkumpulnya masyarakat sebenarnya ada di pasar
tradisional. Pasar tradisional berfungsi sebagai ruang ekonomi, ruang sosial dan
ruang budaya. Sebagai ruang ekonomi karena jelas merupakan tempat jual beli.
Sebagai ruang sosial karena merupakan tempat interaksi, dan sebagai ruang
budaya terlihat dari fungsinya sebagai sarana pembelajaran. Pasar Gede mulanya
merupakan sebuah pasar kecil yang didirikan di area seluas 10.421 hektar,
berlokasi di persimpangan jalan dari Balaikota Surakarta. Bangunan ini dirancang
oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir. Thomas Karsten pada tahun 1930 dan
diberi nama Pasar Gede Hardjanagara. Pasar ini diberi nama pasar gede atau
“pasar besar” karena terdiri dari atap yang besar. Seiring dengan perkembangan
masa, pasar ini menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta. Di pasar Gede
terdapat berbagai jenis barang dagangan yang merupakan dagangan unggulan atau
ciri khas pasar Gede, yaitu : ikan laut, daging babi, daging sapi, ayam goreng
ditempat, dan buah-buahan. Namun pasar Gede lebih dikenal dengan pasar
buahnya atau lebih lengkapnya dagangan yang ada dipasar Gede, yaitu : wade,
grosir buah, kembang, daging sapi, daging babi, ikan laut, ayam potong, ayam
hidup, pakaian, buah, penjahit, pedagang sayur, grabatan, pedagang makanan, dan
oleh-oleh khas Solo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Tabel 1.1 Penduduk Perkecamatan Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2009
Kecamatan
petani sendiri
Buruh tani Pengusaha Buruh
Industri Buruh
Bangunan
(Farmers) (Farm workers) (Enterpreneur) (Industry Workers)
(Workers of constructor)
Laweyan 50 40 996 14.980 12.486
Serengan 0 0 1089 5.258 3.135 Pasar Kliwon
0 0 2506 10.433 7.134
Jebres 84 0 1721 16.519 16.012
Banjarsari 344 412 3087 21.366 19.579
Jumlah 478 452 9399 68556 58346
Kecamatan Pedagang Angkutan
PNS/TNI/POLRI Pensiunan Lain-Lain Retail (Transportation)
Laweyan 5.700 2.744 5.056 3.705 42.263
Serengan 4.259 1.928 1.614 907 32.150 Pasar Kliwon
8.029 4.909 2.848 4.376 32.602
Jebres 5.047 2.748 8.025 3.680 49.061
Banjarsari 10.491 6.315 9.392 6.934 37.935
Jumlah 33526 18644 26935 19602 194011
Sumber : BPS Kota Surakarta
Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat di lihat, bahwa mata pencaharian
tertinggi yang berdiri sendiri di Kota Surakarta ialah pedagang (retail) yaitu
sebanyak 33.526 orang. Mata pencaharian buruh menduduki peringkat pertama
namun tidak menjadi patokan mata pencaharian yang dominan, hal ini di
karenakan buruh menggantungkan hidupnya kepada pabrik sedangkan jumlah
permintaan buruh jumlahnya tidak stabil tiap tahunnya. Mata pencaharian formal
tercatat sebanyak 26.935 orang yang terserap dan sisanya masuk ke dalam sektor
informal sehingga dari data diatas dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian di
sektor informal mampu menjadi sektor penyangga (buffer sector) dari luapan
tenaga kerja yang tidak dapat ditampung oleh sektor formal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Keberadaan Pasar Gede sebagai pasar tradisional juga pasar wisata
diharapkan mampu membuka peluang kerja di sektor informal khususnya
terhadap pedagang. Pedagang adalah orang yang dengan modal yang relatif
bervariasi yang berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang atau
jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat.
Modal yang dimiliki relatif tidak terlalu besar sehingga berdagang merupakan
salah satu alternatif lapangan kerja informal yang banyak menyerap tenaga kerja.
Untuk itu perlu dikembangkan lapangan kerja pada sektor informal yang mampu
menghasilkan keuntungan dan pendapatan keluarga sekaligus menyerap tenaga
kerja. Pasar Gede sebagai tradisional yang digunakan sebagian masyarakat untuk
mencari penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari juga sebagai pasar
wisata bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Surakarta.
Potensi Pasar Gede bila dikembangkan dan dikelola lagi akan
menguntungkan pemerintah daerah baik dari sisi financial maupun penyediakan
peluang kerja dalam sektor informal. berdasarkan latar belakang diatas maka
penelitian ini mengambil judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA
SURAKARTA”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat rumusan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh umur pedagang terhadap besarnya pendapatan
yang diperoleh pedagang?
2. Bagaimanakah pengaruh lama usaha terhadap besarnya pendapatan yang
diperoleh pedagang?
3. Bagaimanakah pengaruh modal terhadap besarnya pendapatan yang
diperoleh pedagang?
4. Bagaimanakah pengaruh jam kerja terhadap besarnya pendapatan yang
diperoleh pedagang?
5. Bagaimanakah pengaruh jenis dagangan terhadap besarnya pendapatan
yang diperoleh pedagang?
6. Bagaimanakah pengaruh variabel umur, lama usaha, modal, jam kerja dan
jenis dagangan terhadap pendapatan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel umur terhadap
pendapatan pedagang di Pasar Gede.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel lama usaha
terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel modal terhadap
pendapatan pedagang di Pasar Gede.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel jam kerja terhadap
pendapatan pedagang di Pasar Gede.
5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel jenis dagangan
terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede.
6. Untuk mengetahui pengaruh variabel umur, lama usaha, modal, jam kerja
dan jenis dagangan terhadap pendapatan?
D. Manfaat Penelitian
Dengan melaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh manfaat
sebagai berikut :
1. Secara pribadi, penulis memperoleh banyak pengalaman dan merupakan
penerapan dan evaluasi terhadap teori yang telah diperoleh selama masa
perkuliahan.
2. Dapat dijadikan referensi berikutnya.
3. Sebagai motivasi bagi pedagang di Pasar Gede dalam mengembangkan
usahanya dalam rangka peningkatan pendapatan yang diperoleh.
4. Sebagai bahan pertimbangan sektor informal yang berwenang untuk
pengembangan dan pembinaan sektor informal khususnya pedagang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi dan Ciri-Ciri Sektor Informal
Definisi sektor informal menurut Ebert dan Griffin (2000;150) dalam
Alma Buchari (2006:95) ialah suatu usaha yang dimiliki dan dikelola secara
bebas dan yang menjalankan bisnis adalah pemiliki sendiri, bekerja bebas
sesuai kesanggupannya.
Definisi teoritis sektor informal adalah sebagai berikut sektor informal
terdiri dari unit usaha berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan
barang dan jasa dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan
pendapatan bagi diri sendiri dan bahwa usahanya itu sangat dihadapkan
berbagai kendala seperti faktor modal, maupun manusia (pengetahuan) dan
faktor-faktor ketrampilan (Hidayat, 1983:560).
Para pekerja yang menciptakan sendiri lapangan kerjanya di sektor
informal biasanya tidak memiliki pendidikan formal. Pada umumnya mereka
tidak mempunyai ketrampilan khusus dan sangat kekurangan modal kerja.
Oleh sebab itu, produktifitas dan pendapatan mereka cenderung lebih rendah
daripada kegiatan-kegiatan bisnis yang ada di sektor formal. Selain itu,
mereka yang berada di sektor informal tersebut juga tidak memiliki jaminan
keselamatan kerja dan fasilitasfasilitas kesejahteraan seperti yang dinikmati
rekan-rekan yang berada di sektor formal, misalnya tunjangan keselamatan
kerja dan dana pensiun (Todaro, 2000:352).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Adapun ciri-ciri sektor informal antara lain (Alma Buchari, 2006:96) :
1. Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik.
2. Belum mempunyai izin usaha yang resmi.
3. Teknologi yang digunakan sangat sederhana.
4. Modal dan perputaran usaha sangat kecil.
5. Pendidikan formal dari para pengelolamya tidak menjadi
pertimbangan dalam membuka usaha.
6. Usahanya bersifar mandiri, jika ada karyawan biasanya dari keluarga
sendiri.
Pengertian ciri-ciri sektor informal yang diberikan oleh Committe for
Economic Development ialah (Alma Buchari, 2006:95) :
1. Manjemennya dilakukan secara bebas, biasanya pemilik langsung
menjadi manajer.
2. Modal berasal dari pemilik atau kelompoknya.
3. Daerah operasionalnya bersifat lokal, dan si pemilik bertempat
tinggal tidak jauh dari lokasi bisnis.
4. Dalam hal usaha industri ukuran besar dan kecil itu sangat relatif.
Suatu bisnis dikatakan kecil jika dibandingkan dengan bisnis yang
sejenis.
Clifford M.Baumback Ph.D menyatakan ciri sektor informal ialah (Alma
Buchari, 2006:98) :
1. Manjemen oleh pemilik.
2. Sangat tergantung pada pribadi seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
3. Daerah operasional bersifat lokal.
4. Permodalan sangat bergantung pada sumber dari dalam bisnis.
Setelah diuraikan beberapa ciri sektor informal maka secara umum
dapat diuraikan perbedaan karakteristik antara sektor formal dan sektor
informal sebagai berikut, menurut Alan Gilbert dan Josef Gugler dalam
Rasida Nur Hapsari (2004) :
Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik Sektor Informal dan Sektor Formal No. Sektor Informal Sektor Formal 1. Mudah untuk dimasuki. Sulit untuk dimasuki. 2. Bersandar pada sumber daya
lokal. Sering bergantung pada sumber daya luar negeri.
3. Usaha milik sendiri. Pemiliknya patungan. 4. Operasinya dalam skala kecil. Operasinya berskala luas. 5. Padat karya dan teknologinya
bersifat adaptif. Padat modal dan seringkali menggunakan teknologi impor.
6. Ketrampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal.
Membutuhkan ketrampilan yang berasal dari sekolah formal, bahkan seringkali berasal dari luar negeri.
7. Tidak terkena langsung oleh regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif.
Pasar diproteksi (melalui tarif, kuota dan tarif dagang).
Sumber : Laporan ILO 1976
B. Definisi Bisnis kecil
Di Indonesia bisnis kecil sering disebut sektor informal, yaitu suatu
kegiatan bisnis yang dilakukan sambilan, oleh seseorang dibantu sanak famili.
Kegiatan bisnis kecil yang bergerak dalam bidang perdagangan dapat
diklasifikasikan secara garis besar yaitu (Alma Buchari, 2006:95) :
1. Skala besar, dengan modal lebih dari 100 juta.
2. Skala menengah dengan modal Rp.25 juta – Rp.100 juta.
3. Skala kecil di bawah Rp.25 juta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Kegiatan bisnis kecil memiliki kelebihan dan kelemahan dalam
pelaksanaannya. Kelemahan usaha kecil yaitu (Alma Buchari, 2006:99) :
1. Pendapatan pengusaha bisnis kecil tidak mementu, tidak tetap
dibandingkan dengan menerima gaji tetap dari perusahaan.
2. Resiko pengusaha lebih besar, dibandingkan dengan sesorang yang bekerja
di perusahaan.
3. Dalam keadaan sulit maka saat-saat membayar gaji pegawai dirasakan
merupakan beban berat. Tetapi keadaan ini tidak akan terasa bila keadaan
telah lancar kembali.
4. Pengusaha dibatasi geraknya oleh berbagai peraturan yanh dikeluarkan oleh
pemerintah pusat, kotamadya, kecamatan, RT, RW dan sebagainya.
Peraturan – peraturan ini mungkin di anggap sebagai penghamabat oleh
pengusaha yang belum berpengalaman, terutama pada saat permulaan
bisnis beroperasi.
Kelebihan bisnis kecil antara lain :
1. Pengusaha memiliki kebebasan yang luas dalam menjalankan usahanya
sendiri. Ini merupakan satu keuntungan bagi pengusaha karena hidup
aman dan tidak ada tekanan.
2. Pengusaha mampu mengekspresikan ide-ide yang dimiliki dengan mudah.
Tidak seperti bisnis besar yang banyak melalui birokrasi sehingga untuk
mengekspresikan ide cenderung sulit.
3. Pemilik usaha bisnis kecil menikmati keuntungannya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
4. Pengusaha bisnis kecil lebih cenderung mudah mendapatkan penghargaan
masyarakat, dibandingkan seseorang yang bekerja di perusahaan.
C. Pengertian Pasar Tradisional, Pedagang Pasar, Pendapatan, dan Kinerja
Pedagang
Ditinjau dari perspektif ekonomi, pasar adalah wahana pertemuan antara
penjual dengan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Pasar tradisional
merupakan sarana tempat berlangsungnya transaksi jual beli, dimana
pedagang secara langsung dan kontinyu memperdagangkan aneka barang dan
jasa. Bentuk fisik pasar tradisional biasanaya terdiri dari los dan kios
sederhana, relatif kurang terawat dan terkesan kumuh (Sinungan, 1987 dalam
jurnal NeO-Bis vol.2 no.2.Desember 2008). Kebanyakan menjual kebutuhan
sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayursayuran,
telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain
Pasar adalah tempat dimana para pembeli dan para penjual dari suatu
barang atau jasa melakukan interaksi untuk menentukan jumlah dan harga
barang atau jasa yang diperjualbelikan (Sukirno, 2002;42)
Salah satu karakterisktik yang menonjol dari pasar tradisonal adalah
banyaknya pedagang yang menjual jenis barang dagangan yang sama. Selain
itu penentuan harga barang dilakukan melalui proses tawar menawar.
Walaupun harga barang relatif murah namun kualitas dan kebersihan barang
kurang diperhatikan (Sinungan, 1987 dan Alexander, 1987 dalam jurnal NeO-
Bis vol.2 no.2.Desember 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Salah satu fungsi dari pasar adalah sebagai fasilitas umum untuk melayani
kebutuhan sehari-hari masyarakat. Meskipun secara fisik suasana berbelanja
di pasar tradisional kurang menyenangkan, namun pasar tradisional
mempunyai jangkauan pelayanan yang luas kepada masyarakat. Berdasarkan
survey yang dilakukan oleh Asosiasi Pengecer dan Pusat Pertokoan Indonesia
(AP3I) di Jakarta setiap hari hampir sejuta orang yang berbelanja ke pasar
tradisional. Bahkan pangsa pasarnya mencapai 50% dari seluruh konsumen
(Sinungan, 1987 dalam jurnal NeO-Bis vol.2 no.2.Desember 2008).
Sebagai pusat perdagangan kota, pasar merupakan unsur penggerak
kegiatan perekonomian kota dan sebagia unsur utama pembentuk struktur tata
ruang kota. Oleh karena itu. Kawasan perdagangan kota pada umumnya
tumbuh dan berkembang dari adanya pasar (Ali, 1994 dalam jurnal NeO-Bis
vol.2 no.2.Desember 2008). Secara langsung pasar memberi kesempatan
pekerjaan dan berusaha kepada mantri pasar, tukang parkir, pemasok barang,
buruh angkut, penjaga malam, renternir dan pemulung
Pedagang pasar adalah spekulatif yang tidak berani mengambil resiko
jangka panjang dan cenderung untuk memencarkan resiko dan laba (Geertz,
1992;44).
Pendapatan atau keuntungan ekonomi adalah pendapatan yang diperoleh
pengusaha, setelah dikurangi oleh ongkos yang tersembunyi (Sadono Sukirno,
1982:38). Pendapatan merupakan hasil yang didapatkan dari kegiatan usaha
seseorang sebagai imbalan atas kegiatan yang dilakukan. Pengusaha sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
pemimpin usaha memproduksi barang dan jasa dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan.
Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan
maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari warga
masyarakat dalam transaksi jual-beli. Pendapatan diperoleh apabila terjadi
transaksi antar pedagang dan pembeli dalam satu kesepakatan bersama.
Kinerja dalam suatu perusahaan dapat diartikan sebagai prestasi yang
diperlihatkan dalam rangka meningkatkan kuantitas maupun kualitas daripada
output yang dihasilkan. Untuk mengetahui kinerja dari perusahaan dapat
dilihat dari laporan keuangan, yaitu neraca perhitungan rugi/laba, laporan
perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan ( Wijayanti,
2003:14 ). Begitu pula dengan usaha pedagang pasar, kinerja pedagang adalah
suatu proses inovatif dari pedagang untuk meningkatkan keuntungan usahanya.
Berhasil tidaknya kinerja suatu perdagangan, dilihat dari besarnya laba yang
diperoleh. .
Keuntungan atau kerugian adalah perbedaan antara hasil penjualan dan
biaya produksi. Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan melebihi dari
biaya produksi, dan kerugian akan dialami apabila hasil penjualan kurang dari
biaya produksi. Keuntungan yang maksimum dicapai apabila perbedaan
diantara hasil penjualan dan biaya produksi mencapai tingkat yang paling
besar ( Sukirno,2002:189 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang
1) Umur
Umur merupakan sebagian dari pengalaman usaha selama
melakukan kegiatan pemasaran produknya. Pengusaha yang lebih lama
berjualan biasanya memiliki pengalaman yang cukup dalam untuk
mempertahankan usahanya. Asumsinya semakin banyak pengalaman yang
alami semakin matang umur pedagang.
2) Lama Usaha
Jangka waktu pengusaha dalam melakukan usahanya memberikan
pengaruh penting bagi pemilihan strategi dan cara melakukan usahanya,
dan sangat bervariasi antara pengusaha satu dengan pengusaha yang
lainnya. Pengusaha yang lebih lama dalam melakukan usahanya akan
memiliki strategi yang lebih matang dan tepat dalam mengelola,
memproduksi dan memasarkan produknya. Karena pengusaha yang
memiliki jam terbang tinggi di dalam usahanya akan memiliki
pengalaman, pengetahuan serta mampu mengambil keputusan dalam
setiap kondisi dan keadaan. Selain itu, pengusaha dengan pengalaman dan
lama usaha yang lebih banyak, secara tidak langsung akan mendapatkan
jaringan atau koneksi yang luas yang berguna dalam memasarkan
produknya. Pengalaman usaha seseorang dapat diketahui dengan melihat
jangka waktu atau masa kerja seseorang dalam menekuni suatu pekerjaan
tertentu. Semakin lama seseorang melakukan usaha/kegiatan, maka
pengalamannya akan semakin bertambah. Pengalaman usaha ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dimasukkan ke dalam pendidikan informal, yaitu pengalaman sehari-hari
yang dilakukan secara sadar atau tidak dalam lingkungan pekerjaan dan
sosialnya (Wijayanti, 2005:18).
Lamanya seorang pelaku bisnis menekuni bidang usahanya akan
mepengaruhi kemampuan profesionalnya. Semakin lama menekuni bidang
usaha perdagangan akan makin meningkatkan pengetahuan tentang selera
ataupun perilaku konsumen. Keterampilan berdagang makin bertambah
dan semakin banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang berhasil
dijaring.
3) Modal
Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha perdagangan
adalah modal. Didalam persepsi pasar yang dimaksud dengan modal atau
biasanya disebut pawitan (bahasa jawa) adalah sejumlah barang dagangan
dan bukannya dalam pengertian uang (Alexander, 1987 dalam jurnal NeO-
Bis vol.2 no.2.Desember 2008). Beberapa hasil penelitian terhadap
pedagang sektor informal menunjukan terdapatnya kaitan langsung antara
modal dengan tingkat pendapatan pedagang (Tjiptoroso, 1993; jafar,1994;
Santayani, 1996 dalam jurnal NeO-Bis vol.2 no.2.Desember 2008). Modal
yang relatif besar akan memungkinkan suatu unit penjualan menambah
variasi komoditas dagangannya. Dengan cara ini berarti akan makin
memungkinkan diraihnya pendapatan yang lebih besar.
Modal adalah pada umumnya sumber permodalan bisnis kecil
berasal dari (Alma Buchari, 2006;112 ) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
1. Uang tabungan sendiri
2. Dari kawan atau relasi
3. Pinjaman barang dagangan
4. Kredit bank
5. Laba yang diperoleh.
4) Jam Kerja
Jam kerja lamanya waktu yang digunakan untuk menjalankan
usaha. Dimulai sejak persiapan sampai pasar tutup. Adapun jam kerja
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah waktu yang digunakan oleh
para pedagang pasar tradisional dalam menjajakan barang dagangannya
setiap hari. Hal ini banyak tergantung dari berbagai hal seperti jenis barang
dagangannya, kecepatan laku terjual barang dagangan, cuaca dan
sebagainya, yang dapat mempengaruhi jam kerja pedagang.
Jones G dan Bondan Supraptilah membagi lama jam kerja
seseorang dalam satu minggu menjadi tiga kategori yaitu ( Ananta dan
Hatmaji,1985:75):
a. seseorang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu. Jika seseorang
bekerja dibawah 35 jam per minggu, maka ia dikategorikan bekerja
dibawah jam normal.
b. seseorang yang bekerja antara 35 sampai 44 jam per minggu. Disini
seseorang dikategorikan bekerja pada jam kerja normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
c. seseorang yang bekerja diatas 45 jam per minggu. Bila seseorang
dalam satu minggu bekerja diatas 45 jam, maka ia dikategorikan
bekerja dengan jam kerja panjang.
5) Jenis Dagangan
Jenis dagangan adalah jenis barang yang dijual di pasar tradisional.
Biasanya jenis barang yang diperdagangkan meliputi berupa ikan, buah,
sayursayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-
lain. Kebutuhan masyarakat pada umumnya tersedia di pasar tradisional
dan proses transaksi jual beli yang dilakukan yaitu dengan cara tawar
menawar sehingga konsumen dapat memperoleh barang yang diperoleh
dengan harga yang relatif murah di pasar tradisional.
E. Kerangka Pemikiran
P E N D A P A T A N
UMUR
LAMA USAHA
MODAL
JAM KERJA
JENIS DAGANGAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Dalam kerangka teoritis diatas terlihat bahwa pendapatan merupakan variabel
dependen, sedangkan umur, lama usaha, kam kerja, modal dan jenis dagangan
merupakan variabel independen. Skema tersebut mengatakan bahwa
pendapatan pedagang Pasar Gede dipengaruhi oleh umur, lama usaha, modal,
jam kerja dan jenis dagangan.
F. Hipotesis
Merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang diujikan
kebenarannya, dalam penelitian ini maka hipotesisnya sebagai berikut:
1. Variabel umur memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan.
2. Variabel lama usaha memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan.
3. Variabel modal pengaruh yang positif terhadap pendapatan.
4. Variabel jam kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan.
5. Variabel jenis dagangan pengaruh yang positif terhadap pendapatan.
6. Secara bersama-sama variabel umur, lama usaha, jam kerja, modal dan
jenis dagangan memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan.
G. Penelitian Sebelumnya
Asmie Poniwatie.2008.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingakt Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kota Yogyakarta.Jurnal
NeO-Bis.vol.2.No.2. dalam penelitian ini diperoleh hasil faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tradisonal di kota Yogyakarta
adalah jumlah modal usaha yang digunakan, jumlah tenaga kerja, dan lama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
usaha yang dijalankan. Diantara ketiga faktor yang mempengaruhi tingkat
pendapatan pedagang pasar, maka modal usaha merupakan faktor yang paling
dominan mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang pasar. Tingkat
pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional di Kota Yogyakarta
rata-rat sebesar Rp.479.000,00 per-minggu. Sedangkan jumlah modal usaha
yang digunakan rata-rata sebesar Rp.479.000,00 per minggu. Sedangkan
jumlah modal yang digunakan rata-rata sebesar Rp.3.583.000,00. Pedagang
pasar tradisional di kota Yogyakarta beroperasi atau menjalankan usaha yang
dimulai sejak persiapan sampai pasar tutup rata-rata selama 46,02 jam
perminggu atau rata-rata selama 6,57 jam perhari. Hal ini menunjukan bahwa
rata-rata waktu operasi pedagang pasar tradisional sudah cukup wajar bial
dikaitkan dengan pendapatan yang diperoleh. sedangkan jumlah tenaga kerja
yang digunakan pedagang pasar rata-rata berjumlah 2 orang. Hal ini
menggambarkan bahwa usaha perdagangan di pasar tradisonal di kota
Yogyakarta telah menekuni usahanya rata-rata selama 6 tahun. Hal ini
menunjukan bahwa usaha perdagangan pasar cukup prospektif sebagai sumber
penghidupan yang memungkinkan pelakunya memperoleh pendapatan yang
layak.
Ahmad Iqbal Baq.2000.Strategi Usaha Rumah Tangga Pedagang Kaki
Lima Minangkabau Di Kawasan Malioboro Kotamdya Yogyakarta.Jurnal
TEKNOSAINS.vol.13.No.3. dalam penelitian ini diperoleh hasil tiap sepuluh
rumah tangga terdapat lima anggota rumah tangga yang bekerja pada
pekerjaan atau usaha lain diluar membantu menjajakan barang dagangandi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Malioboro. Kecilnya proporsi itu dibandingkan dengan yang membantu usaha
dagang karena jam kerja yang cukup panjang rata-rata hampir mencapai 11
jam setiap hari. Rata pendapatan satu rumahtangga adalah Rp.21.997,-/hari
sedangkan rata-rata sumbangan pendapatan yang diperoleh dari
trotoarmalioboro mencapai Rp. 16.608,-/hari (75,5 persen). Jadi sumbangan
pendapatan diluar usaha dagang yang dijajakan di trotoar untuk rumahtangga
cukup signifikan. Sumbangan pendapatan itu cukup besar untuk mencukupi
kebutuhan hidup rumah tangga, artinya pendapatan yang diharapkan dari
Malioboro diperkirakan kurang mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo (studi kasus
di pasar nguter kecamatan nguter) “ oleh Nur Rahmat Wahyudi pada tahun
2010. Ia menggunakan 169 responden yaitu pedagang di Pasar Nguter
Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
modal, pengalaman usaha, tenaga kerja, dan jam kerja terhadap pendapatan
yang diperoleh pedagang. Hasil yang mempunyai pengaruh terhadap besarnya
pendapatan pedagang di Pasar Nguter adalah modal dan jam kerja. Sedangkan
faktor-faktor pengalaman usaha dan tenaga kerja tidak berpengaruh terhadapa
pendapatan pedagang di Pasar Nguter Kota Sukoharjo. Penelitian ini
menghasilkan bahwa variabel modal adalah variabel yang paling besar berpengaruh
terhadap pendapatan yang diperoleh pedagang.
Penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keuntungan Pedagang Kaki Lima Di Kabupaten Sukoharjo” oleh Retno Dewi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Wijayanti pada tahun 2005. Ia menggunakan 75 responden yaitu pedagang
kaki lima di kawasan alun-alun Setya Negara Sukoharjo. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur pedagang, pengalaman usaha, jam
kerja, lokasi berdagang, cara berdagang, dan jenis barang dagangan terhadap
keuntungan pedagang kaki lima. Hasilnya yang mempunyai pengaruh
terhadap besarnya keuntungan adalah faktor jam kerja, lokasi usaha, dan cara
berdagang. Faktor-faktor yang tidak berpengaruh terhadap keuntungan
pedagang kaki lima adalah umur pedagang, pengalaman usaha, dan jenis
barang dagangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei
yang menganalisis faktor-faktor yang berhubungan terhadap pendapatan para
pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta. Lokasi penelitian di Pasar Gede ,
Jebres, Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer : data tentang pedagang yang dikumpulkan melalui
wawancara dari responden dengan menggunakan kuisioner.
b. Data Sekunder : data tentang pedagang yang diperoleh dari lembaga atau
instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Surakarta dan dari literatur-
literarut atau sumber-sumber lain yang terkait dengan data yang digunakan.
C. Metode Pengumpulan Data
1) Observasi
Pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian sehingga dapat
mengetahui dan mencatat data yang diperlukan untuk proses penyelesaian
penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2) Interview
Wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan
penelitian ini.
3) Kuisioner
Teknik pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan terlebih
dahulu yang kemudian diberikan kepada pedagang yang bekerja di Pasar
Gede.
4) Studi Pustaka
Mencari dan mengumpulkan data yang sudah ada, baik di buku, jurnal,
majalah, koran, internet atau data yang berasal dari dinas atau instansi
yang berhubungan dengan masalah penelitian.
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Ukuran Populasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Teknik pengambilan data dari penelitian ini adalah seluruh pedagang yang
membuka usaha dagang di Pasar Gede, yaitu sebanyak 741 pedagang yang
meliputi pedagang wade, grosir buah, kembang, daging sapi, daging babi,
ikan laut, ayam potong, ayam hidup, pakaian, buah, penjahit, pedagang
sayur, grabatan, pedagang makanan, dan oleh-oleh khas Solo.
2. Ukuran Sampel
Pengolahannya diambil secara proporsional. Adapun sampel
penelitiannya sebesar 20% dari jumlah populasi (20% dikali 741 = 148).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Hal ini didasarkan pada pendapat Arikunto (2002:112), bahwa apabila
subyeknya kurang dari seratus sebaiknya diambil semuanya sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Namun apabila subyek
jumlahnya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%, atau lebih.
3. Teknik sampling yang digunakan adalah
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
kombinasi proportionated sampling dengan area random sampling. Jumlah
sampel dalam setiap stratum ditentukan secara proposional. Yang
dimaksud dengan proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum
sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut.
E. Definisi Operasional Variabel
Variabel Dependen/Tak bebas :
Pendapatan adalah adalah jumlah uang yang diterima oleh pedagang dari
aktivitasnya, dengan satuan rupiah.
Variabel independen/Bebas meliputi :
a. Umur adalah usia dari pedagang, dengan satuan tahun.
b. Lama usaha adalah waktu yang dilalui oleh responden berdagang dari
semenjak responden melakukan kegiatan usaha pertama kali sampai
sekarang, dengan satuan tahun.
c. Modal adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh pedagang untuk
pertama kalinya dalam memulai usaha, dengan satuan rupiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
d. Jam kerja adalah waktu lama responden melakukan kegiatan perdagangan
setiap harinya, dengan satuan jam.
e. Dummy Jenis Dagangan adalah macam-macam yang dijual oleh
pedagang.
F. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan metode analisa kuantitatif. Analisa
kuantitatif adalah analisa dengan menggunakan rumus-rumus dan teknik
perhitungan yang dapat digunakan untuk menganalisa masalah-masalah yang
diteliti. Untuk mencapai tujuan penelitian dan pengujian hipotesa, dalam
penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda
dengan metode Ordinary Least Square yaitu analisis peramalan yang
menggunakan lebih dari satu macam variabel bebas. Dengan cara ini maka kita
dapat mengetahui sejauh mana hubungan umur, lama usaha, modal, jam kerja
dan jenis dagangan sebagai variabel independen (variabel yang menjelaskan)
terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede sebagai variabel dependen
(variabel yang dijelaskan). maka digunakan model regresi berganda dan dapat
dirumuskan model fungsi sebagai berikut :
Y = f {X1, X2, X3, X4, X5} (3.1)
Dimana :
Y : Pendapatan Pedagang (satuan rupiah)
X1 : Umur (satuan tahun)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
X2 : Lama Usaha (satuan tahun)
X3 : Modal (satuan rupiah)
X4 : Jam Kerja (satuan jam)
X5 : Jenis Dagangan, dinyatakan dalam Dummy
0 = Bukan sembako
1 = Sembako
Dari fungsi tersebut kemudian diturunkan menjadi persamaan regresi sebagai
berikut :
Y = α0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ei (3.2)
1. Alat Uji yang digunakan
Pada hipotesis tersebut kemudian dilakukan pengujian yang
meliputi uji statistik dan uji asumsi klasik.
a. Uji Statistik
1) Uji t
Uji t adalah pengujian untuk mengetahui signifikansi
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen,
dengan analisis sebagai berikut:
Hipotesis : Ho : b1 = 0
Ha : b1 ≠ 0
Menentukan level of significant
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Nilai of test
daerah ditolak
daerah diterima
→ t (α/2, N-k)
Gambar III.1 Uji t
Ho diterima jika : -t(α/2, N-k) ≤ t (2/2, N-k)
Ho ditolak jika : t > t (α/2, N-k) atau t < -t (α/2, N-k)
Dimana: α : derajat signifikansi
N :jumlah sampel
K :banyaknya parameter
Jika H0 diterima, maka koefisien regresi tidak signifikan pada
tingkat α
Jika H0 ditolak, maka koefisien regresi signifikan pada tingkat α
Perhitungan nilai t :
Se
bi t
(bi)
= ……………………….....(3.3)
Dimana bi : Koefisien regresi
Se(bi) : Standar error koefisien regresi
Kesimpulan :
1) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha
ditolak artinya koefisien regresi variabel independen
tidak mempengaruhi variabel dependen secara
signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima artinya koefisien regresi variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara
signifikan.
2) Analisis koefisiensi determinasi berganda (R2)
Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui seberapa jauh
variasi variabel bebas atau independent variabel dapat
menerangkan dengan baik variabel terkait atau dependen variabel.
Hal ini dapat dilihat dan nilai R2nya. Analisis koefisien determinasi
berganda mempunyai ketentuan sebagai berikut: Jika R2 mendekati
0, maka variabel yang dipilih tidak dapat menerangkan variabel
terkaitnya dan jika R2 mendekati 1, maka variabel bebas yang
dipilih dapat menerangkan dengan baik variabel terkaitnya:
Formula penguji adalah sebagai berikut;
yiei
-1 T
R-1
T
E2
2
SS
SS
SS
SS
SS
== ………………………..…...(3.4)
ESS : Explain Sum Of Square
RSS : Residual Sum Of Squre
TSS : Total Sum Of Square
a. Pengujian secara serentak ( Uji F-test)
Uji F ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas
secara bersama-sama terhadap variabel terkait. Tahap
Pengujiannya adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Hipotesa : Ho: b1= b2= b3=b4=b5= b6 = 0
Ha: b1= b2= b3=b4=b5= b6 ≠ 0
F hitung rumusnya : F =
R2 : Koefisien determinasi berganda
N : Jumlah sampel
k : Banyaknya parameter total yang diperkirakan
F-tabel ditentukan level of signifikan (α = 0,05) dengan (n-k, k-1)
Dimana : F : F-hitung
Jika F-hitung <F-tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya
koefisien regresi variabel independen secara bersama-sama tidak
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan pada tingkat α.
Jika F-hitung >F-tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima , artinya
koefisien regresi variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen secaea signifikan pada tingkat α.
b. Uji asumsi klasik
1) Multikolinearitas
Untuk mengetahui hubungan antara beberapa atau semua
variabel yang menjelaskan dalam model regresi. Jika dalam model
tersebut terdapat Multikolinearitas maka model tersebut memiliki
kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat
ditaksir dengan ketepatan tinggi. Cara pengujiannya adalah dengan
menggunakan metode Klein, yaitu dengan membandingkan nilai r2
dengan nilai R2 yang didapat dan hasil matriks korelasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Jika nilai r2 > R2 maka ada masalah Multikolinearitas.
Jika nilai r2 < R2 maka tidak ada masalah Multikolinearitas.
2) Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi pokok dalam regresi linear adalah bahwa
variansi residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain adalah
tidak sama. Apabila variansi tersebut tidak sama, maka berarti
telah terjadi masalah heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas
untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas dengan menggunakan
Uji White bantuan program Eviews. Perintah yang dapat dilakukan
adalah dengan meregresi variabel bebas dan variabel terikat,
kemudian dari hasil dari hasil regresi OLS akan diperoleh nilai
Obs*R-squared. Nilai Obs*R-squared tadi lalu dibandingkan
dengan nilai chi-squared tabel dengan df sesuai jumlah regresor
dan level of significant yang dipakai.
Jika nilai chi-square lebih besar dari nilai Obs*R-squared
(tidak signifikan), maka tidak terdapat heteroskedastik dalam
model tersebut.
Jika variabel independen tidak signifikan secara statistik
tidak mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas.
3) Autokorelasi
Untuk mengetahui adanya autokorelasi antara variabel
gangguan sehingga penaksir tidak lagi efisien dalam sampel kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
maupun sampel besar. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi
adalah dengan percobaan Durbin-Watson (d-test), dimana prosedur
Durbin Watson test adalah sebagai berikut:
Menghitung nilai d dengan menggunakan rumus:
d =
12
1-ci
ei
ei-12
S
S …………………………….(3.5)
Dengan R tertentu dan jumlah variabel tertentu mencari dl
dan du dalam tabel Durbin-Watson
Hipotesis :
D<dl : H0 ditolak
d>4-dl : H0 ditolak
du<d<4-du : H0 diterima
dl ≤ d ≤ du atau 4-du ≤ d ≤ 4-dl : pengujian tidak meyakinkan
Tidak ada
Auto korelasi Ragu korelasi Ragu Auto korelasi positif ragu ragu negatif 0 df du 4-du 4-dl 4
Gambar III.2 Uji Durbin Watson
Sumber : Djarwanto dan Pangestu, 2005
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta
Deskripsi Kota Surakarta ditinjau dari aspek geografis, sosial dan
ekonomi berdasarkan dari BPS Kota Surakarta sebagai berikut :
1. Keadaan Geografis
a. Letak Geografis
Kota Surakarta terletak di provinsi Jawa Tengah, terletak
antara "0"0 3511015110 - Bujur Timur dan "0"0 567367 - Lintang
Selatan. Sekitar 65 km timur laut Yogyakarta dan 100 km tenggara
Semarang. Kota ini berada di dataran rendah ( ± 92 m dari permukaan
laut) yang diapit Gunung Merapi di barat dan Gunung Lawu di timur.
Surakarta memiliki iklim muson tropis dengan temperatur berkisar
antara 24,9°C sampai dengan 28,6°C sedangkan kelembaban udara
berkisar antara 66% - 86%.
Batasan wilayah Kota Surakarta secara administratif ialah :
Sebelah utara : Kabupaten Boyolali
Sebelah selatan : Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b. Luas Wilayah
Luas wilayah Kota Surakarta yaitu 44,04 km2, yang dibagi
menjadi lima kecamatan, berikut kecamatan di Surakarta beserta
kodeposnya, antara lain :
· Kecamatan Banjarsari (57130)
· Kecamatan Jebres (57120)
· Kecamatan Lawiyan (disebut juga Laweyan, 57140)
· Kecamatan Pasar Kliwon (57110)
· Kecamatan Serengan (57150)
Luas penggunaan tanah di Kota Surakarta adalah 4.404,06 Ha,
yang terdiri dari luas tanah perumahan/pemukiman (House Compound)
2.737,48 Ha, tanah perusahaan (Establishment) 287,48 Ha. Tanah
Industri (Manufacture) 101,42 Ha. Tanah kosong (Fallow Land) 53,38
Ha. Tegalan (Dryland) 83,96 Ha. Tanah sawah (Wet land) 146,17.
Tanah kuburan (Cemestry) 72,86 Ha. Tanah lapangan olah raga
(Sportryard) 65.14 Ha. Tanah taman kota (City Park) 31,60 Ha. Tanah
jasa (Services) 427,13 Ha dan luas tanah lain-lain (other) 397,44 Ha.
c. Pemerintahan
Pembagian Wilayah Administrasi
Wilayah Kota Surakarta terbagi dalam 5 kecamatan, 51
Kelurahan. Jumlah RW tercatat sebanyak 595 dan RT sebanyak 2.669.
Dengan jumlah KK setiap RT berkisar sebanyak 50 KK setiap RT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 4.1 Banyaknya Kelurahan, RT dan RW di Kota Surakarta
No Kecamatan Kelurahan RW RT
1 Banjarsari 13 169 851
2 Jebres 11 149 631
3 Laweyan 11 105 454
4 Pasar Kliwon 9 100 424
5 Serengan 7 72 309
Jumlah 51 595 2669
Sumber : Bagian Pemerintahan Umum Kota Surakarta
d. Penduduk dan Tenaga Kerja
1) Kependudukan
Berdasarkan hasil estimasi survei penduduk antar sensus
bahwa tahun 2009 jumlah penduduk Kota Surakarta mencapai
528.202 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 89.38; yang
artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat
sebanyak 89 penduduk laki-laki. Pada tahun 2009 jumlah
penduduk di Kota Surakarta yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 249.287 orang sedangkan yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 278.915 orang. Jumlah ini mengalami
kenaikan dari tahun 2008. Berikut tabel jumlah penduduk Kota
Surakarta menurut jenis kelamin tahun 2000-2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis kelamin tahun 2000-2009
Tahun Jenis Kelamin
Total Ratio Jenis
Kelamin Laki-Laki Perempuan
2000 238.158 252.056 490.214 94,49
2003 242.591 254.643 497.234 95,27
2004 249.278 261.433 510.711 95,35
2005 250.868 283.672 534.540 88,44
2006 254.259 258.639 512.898 98,31
2007 246.132 269.240 515.372 91,42
2008 247.245 275.690 522.935 89,68
2009 249.287 278.915 528.202 89,38
Sumber : BPS Kota Surakarta
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah penduduk
terbanyak di Kota Surakarta yaitu pada tahun 2005 sebanyak
534.540 orang. Tahun 2006 penduduk Kota Surakarta mengalami
penurunan jumlah penduduk. Namun hingga saat ini jumlah
penduduk di Kota Surakarta tiap tahunnya mengalami kenaikan,
terhitung dari 2006 sampai dengan tahun 2009.
Tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta pada tahun
2009 mencapai 11.988 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di Kota
Surakarta terdapat di Kecamatan Serengan. Berikut tabel luas
wilayah, jumlah penduduk, rasio jenis kelamin dan tingkat
kepadatan tiap kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tabel 4.3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat KepadatanTiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2009
Kecamatan Luas
Wilayah (km2)
Jumlah Penduduk Jumlah
Rasio Jenis Kelamin
Tingkat Kepadatan Laki-
Laki Perempuan
Serengan 3,19 31.378 32.281 63.659 97,20 19.956
Pasar Kliwon 4,82 43.276 44.768 88.044 96,67 18.266
Laweyan 8,64 54.132 56.423 110.555 95,94 12.796
Banjarsari 14,81 86.894 88.378 175.272 98,32 11.835
Jebres 12,58 71.001 72.318 143.319 98,18 11.393
Jumlah 44,04 286.681 294.168 580.849 97,45 13.189
Sumber : Monografi Kelurahan
2) Tenaga Kerja
Tenaga kerja di Kota Surakarta sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh industri. Berikut
tabel penduduk Kota Surakarta per kecematan menurut mata
pencaharian tahun 2009.
Tabel 4.4 Penduduk Perkecamatan Menurut Mata Pencaharian di KotaSurakarta Tahun 2009
Kecamatan
petani sendiri
Buruh tani
Pengusaha Buruh
Industri Buruh
Bangunan
(Farmers) (Farm
workers) (Enterpreneur)
(Industry Workers)
(Workers of constructor)
Laweyan 50 40 996 14.980 12.486
Serengan 0 0 1089 5.258 3.135
Pasar Kliwon 0 0 2506 10.433 7.134
Jebres 84 0 1721 16.519 16.012
Banjarsari 344 412 3087 21.366 19.579
Jumlah 478 452 9399 68556 58346
Sumber: BPS Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Kecamatan Pedagang Angkutan PNS/TNI/
POLRI Pensiunan
Lain-Lain Retail (Transportation)
Laweyan 5.700 2.744 5.056 3.705 42.263
Serengan 4.259 1.928 1.614 907 32.150
Pasar Kliwon 8.029 4.909 2.848 4.376 32.602
Jebres 5.047 2.748 8.025 3.680 49.061
Banjarsari 10.491 6.315 9.392 6.934 37.935
Jumlah 33526 18644 26935 19602 194011
Sumber: BPS Kota Surakarta
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa penduduk
bermata pencaharian buruh indusri (Industry Workers) sebanyak
68.556 orang. Akumulasi tersebut menjadi mata pencaharian
tertinggi di Kota Surakarta tahun 2009.
e. Sosial
1) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam
meningkatkan sumber daya manusia. Ketersediaan fasillitas
pendidikan baik sarana dan prasarana akan sangat menunjang
dalam meningkatkan pendidikan. Berdasarkan data dari Dinas
Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta tahun 2009 jumlah
sekolah taman kanak-kanak terdapat 289 buah, jumlah sekolah
dasar sebanyak 272 buah, jumlah sekolah lanjutan tingkat pertama
sebanyak 79 buah, jumlah sekolah menengah atas sebanyak 42
buah, jumlah sekolah menengah kejuruan sebanyak 47 buah,
jumlah perguruan tinggi negeri sebanyak 3 buah sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
perguruan tinggi swasta sebanyak 29 Buah. Berikut tabel jumlah
sekolah menurut kecamatan di Kota Surakarta.
Tabel 4.5 Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan di Kota Surakarta
Kecamatan Sekolah
TK Sekolah Dasar
SLTP SMA SMK
Laweyan 59 54 20 13 14
Serengan 31 31 10 4 6
Pasar Kliwon 40 50 11 5 3
Jebres 77 56 18 6 6
Banjarsari 82 81 20 14 18
Jumlah 289 272 79 42 47
Sumber : Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta
Perguruan Tinggi
Negeri Swasta
3 29
Sumber : Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta
2) Kesehatan
Sarana kesehatan di Kota Surakarta pada tahun 2009 tidak
mengalami perubahan, hanya ada sedikit peningkatan terhadap
jumlah tenaga kesehatan seperti : dokter, dokter gigi dan tenaga
kesehatan lainnya. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota
Surakarta, pada tahun 2009 jumlah fasilitas kesehatan yang ada
terdiri dari 12 Rumah Sakit, 17 Puskesmas, 25 Puskesmas
Pembantu, 17 Puskesmas Roda 4, 1 Gudang Farmasi, 138 Apotek
dan 26 Toko Obat. Sementara iitu tenaga kesehatan (tidak
termasuk yang di rumah sakit) yang tersedia dari dokter spesialis
364 orang, dokter umum 274 orang, dokter gigi 68 orang, perawat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2.027 orang, bidan 261 orang, tenaga farmasi 341 orang, tenaga
gizi 62 orang dan tenaga keteknisan lainnya 284 orang.
3) Pemeluk Agama dan Tempat Peribadatan
Setiap penduduk berhak memilih agama sesuai
kepercayaannya masing-masing. Agama memiliki arti penting
dalam hidup seseorang, tidak hanya sebagai identitas namun juga
sebagai pembentuk perilaku yang etis terhadap lingkungan sekitar
dalam bergaul dan beradaptasi. Kota Surakarta merupakan daerah
yang penduduknya memeluk agama islam (Moslem), tercatat
bahwa di Kota Surakarta pemeluk agama islam 438.323 jiwa.
Tabel 4.6 Penduduk Menurut Agama Yang Dianut di Kota Surakarta Tahun 2009
Kecamatan
Kristen katholik
Kristen Protestan
Budha Hindu Islam presentase
(Catholic) (Protestan) (Moslem) moslem
(%) Laweyan 10.980 9.313 399 210 89.652 20 Serengan 6.609 7.397 118 91 49.444 11 Pasar Kliwon 8.996 8.662 667 148 69.571 16 Jebres 20.984 21.282 1.420 869 98.764 23 Banjarsari 20.059 22.843 1.158 320 130.892 30 Jumlah 67.628 69.497 3.762 1.638 438.323 100 Sumber: Monografi Kelurahan
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pemeluk
agama islam di Kota Surakarta terbanyak ada di Kecamatan
Banjarsari yaitu sebanyak 130.892 jiwa atau 30% dari pemeluk
agama islam di 4 kecamatan lainnya. Peringkat kedua pemeluk
agama kristen protestan yaitu sebanyak 69.497 jiwa. Peringkat
ketiga pemeluk agama kristen katholik yaitu sebanyak 67.628 jiwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Peringkat ke 4 pemeluk agama budha yaitu sebanyak 3.762 dan
1.638 jiwa pemeluk agama hindu.
4) Perlindungan Sosial
Kota Surakarta juga memiliki sarana perlindungan sosial,
tujuannya agar penduduk tidak terlantar dan aman. Panti asuhan di
Kota Surakarta sebanyak 12 Buah, panti jompo sebanyak 2 buah,
panti cacat sebanyak 4 buah dan fasilitas perlindungan sosial berupa
panti rehabilitasi sebanyak 7 buah. Berikut fasilitas perlindungan
sosial menurut kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009.
Tabel 4.7 Fasilitas perlindungan sosial menurut kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009
Kecamatan Panti
Asuhan Panti Jompo Panti Cacat
Panti Rehabilitasi
Laweyan 2 1 2 3
Serengan 1 - 1 -
Pasar Kliwon - - - -
Jebres 4 - - 2
Banjarsari 5 1 1 2
Jumlah 12 2 4 7
Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
5) Industri dan Perdagangan
Berdasarkan data dari Dinas Perindustria dan Perdagangan
Kota Surakarta bahwa pada tahun 2009 di Kota Surakarta jumlah
industri besar sebanyak 53 unit dengan tenaga kerja 8.893 orang.
Selain itu terdapat pula 100 unit dari kelompok industri
sedang/menengah dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 7.957
orang. Sedangkan industri kecil di Kota Surakarta sebanyak 5.759
unit dengan tenaga kerja 39.688 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
f. PDRB dan Inflasi
1) PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 Kota
Surakarta atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar 8,880,691.24
(Jutaan Rupiah) dan atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar
4,817,877.63 (Jutaan Rupiah). Pertumbuhan ekonomi yang
ditunjukan oleh perkembangan PDRB pada tahun 2009 yaitu,
ADHB 12,39% dan ADHK sebesar 5,90%
Tabel 4.8 Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Kota Surakarta Tahun 2005-2009
Uraian 2005 2006 2007 2008 2009
ADHB 5,15 5,43 5,82 5,69 5,9
ADHK 17,43 10,82 11,62 14,37 12,39
Sumber: Surakarta Dalam Angka 2009
Dilihat berdasarkan dari data ADHB, sektor yang
menyumbang kontribusi paling besar ialah sektor industri, yaitu
21,98% sedangkan sektor pertambangan dan penggalian
merupakan sektor terkecil yang memberikan kontribusi, tercatat
bahwa sektor pertambangan dan penggalian hanya memberikan
sumbangsih sebesar 0,03% pada tahun 2009.
2) Inflasi
Inflasi Kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai titik
terendah dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2009 inflasi Kota
Surakarta tercatat sebesar 2,63%. Angka ini jauh lebih kecil
dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,96%. Selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
tahun 2009, inflasi di Kota Surakarta tertinggi jatuh pada bulan
Oktober sebesar 2,64% dan terendah pada bulan Pebruari sebesar
0,50%. Tahun 2009 di Kota Surakarta penyumbang inflasi terbesar
adalah kelompok bahan makanan yang mencapai 6,25% kemudian
kelompok makanan jadi,minuman,rokok& tembakau sebesar
5,65% dan peringkat tiga besar berikutnya ialah kelompok
perumahan sebesar 2,28%. Sedangkan penyumbang terendah
adalah kelompok sandang sebesar 0,72 dan kelompok pendidikan,
rekreasi dan olahraga sebesar 1,79%
B. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Jebres
1. Letak Geografis Administratif
Kecamatan Jebres merupakan salah satu kecamatan dari 5
Kecamatan yang ada di Kota Surakarta dengan letak 110°BT - 111°BT dan
7,6°LS - 8°LS dengan ketinggian 80 sampai dengan 130 m diatas
permukaan laut.
Secara administratif batas-batas wilayah Kecamatan Jebres adalah
sebagai berikut :
Sebelah utara : Kabupaten Karanganyar
Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar
Sebelah selatan: Kecamatan Pasar Kliwon dan Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat : Kecamatan Banjarsari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2. Luas Wilayah
Luas wilayah administratif Kecamatan Jebres adalah 1.258,18 Ha
yang terdiri dari kelurahan Kepatihan Kulon 17,50 Ha, Kepatihan Wetan
22,50 Ha, Sudiroprajan 23,00 Ha, Gandekan 35 Ha, Sewu Ha, Pucangsawit
127 Ha, Jagalan 65 Ha, Purwodiningratan 37,30 Ha, Tegalharjo 32,50 Ha,
Jebres 317 Ha dan Mojosongo seluas 532,88 Ha.
3. Pembagian Wilayah Administratif
Kecamatan Jebres terdiri dari 11 Kelurahan, 149 RW dan 631 RT.
Kelurahan yang paling banyak RT dan RW yaitu Kelurahan Mojosongo
sejumlah 35 Rw dan 172 RT. Berikut keterangan banyaknya jumlah RT
dan RW Tiap Kelurahan Tahun 2008.
Tabel 4.9 Banyaknya RT dan RW Tiap Kelurahan Tahun 2008 Kelurahan RW RT
Kepatihan Kulon 3 20
Kepatihan Wetan 2 18
Sudiroprajan 9 35
Gandekan 9 36
Sewu 9 25
Pucangsawit 15 56
Jagalan 15 63
Purwadiningratan 10 35
Tegalharjo 6 33
Jebres 36 128
Mojosongo 35 172
Jumlah 149 621
Sumber : Kecamatan Jebres
Berdasarkan dari data Kecamatan Jebres terdapat 149 RW dan 621
RT di Kecamatan ini, dapat terlihat bahwa Kelurahan Mojosongo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
terbanyak RT dan RW. Dan Kelurahan Kepatihan Wetan menjadi
kelurahan yang sedikit RT dan RW.
4. Penduduk dan Tenaga Kerja
a. Kependudukan
Jumlah penduduk di Kota Surakarta berdasarkan registrasi tahun
2008 sebanyak 142.292 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 70.466 jiwa dan
perempuan 71.826 jiwa. Dibandingkan tahun 2007, maka terdapat
pertambahan penduduk sebanyak 997 jiwa.
Kelurahan Mojosongo menjadi kelurahan dengan penduduk
terbanyak yaitu 43.694 jiwa, kemudian Kelurahan Jebres, yaitu 32.461
jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Pucangsawit, yaitu 14.084 jiwa.
Jumlah penduduk Kelurahan Jagalan, yaitu 12.220. Jumlah penduduk
Kelurahan Gandekan, yaitu 9.513 jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan
Sewu, yaitu 7.828 jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Purwodiningratan,
yaitu 5.372 jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Sudiroprajan, yaitu
5.014. Jumlah penduduk Kelurahan Kepatihan Wetan, yaitu 3.080.
Sedangkan kelurahan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah
Kelurahan Kepatihan Kulon, yaitu 2.930 jiwa.
Kelurahan dengan kepadatan penduduk paling tinggi adalah
Kelurahan Gandekan, yaitu 27.180 jiwa, kepadatan Kelurahan
Sudiroprajan, yaitu 21.800 jiwa, kepadatan kelurahan Jagalan, yaitu
18.880 jiwa, kepadatan Kelurahan Tegalharjo, yaitu 18.756 jiwa,
kepadatan Kelurahan Kepatihan Kulon, yaitu 16.742 jiwa, kepadatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Kelurahan Sewu, yaitu 16.140, kepadatan Kelurahan Purwodiningratan,
yaitu 14.402 jiwa, kepadatan Kelurahan Kepatihan Wetan 13.688 jiwa,
kepadatan Kelurahan Pucangsawit 11.089 jiwa sedangkan kepadatan
yang paling rendah adalah Kelurahan Mojosongo, yaitu 8.199 jiwa
b. Tenaga Kerja
Penduduk di Kecamatan Jebres yang bermata pencaharian
sebagai pertani sendiri sebanyak 81 orang atau 0,08%, penduduk
bermata pencaharian sebagai pemilik usaha sebanyak 1.119 orang atau
1,05%, bermata pencaharian sebagai buruh industri sebanyak 17.653
orang atau 17%, bermata pencaharian sebagai buruh bangunan
sebanyak 16.534 orang atau 15,53%, bermata pencaharian sebagai
pedagang sebanyak 4.478 orang atau 4,21%, bermata pencaharian
sebagai jasa angkutan sebanyak 1.627 orang atau 1,53%, bermata
pencaharian sebagai PNS/TNI/POLISI sebanyak 7.167 atau 6,73%,
bermata pencaharian sebagai pensiunan sebanyak 8.637 orang atau
8,11% dan sisanya sebanyak 49.155 orang atau 46,18% bermata
pencaharian lain-lain.
5. Sosial
a. Pendidikan
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kota
Surakarta, pada tahun 2008 di Kecamatan Jebres terdapat jumlah SDN
sebanyak 50 buah, SD Swasta 8 buah, SLTPN 7 buah, SLTP Swasta 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
buah, SLTA Negeri 4 buah, SLTA Swasta 9 buah, Perguruan Tinggi
Negeri 2 Buah dan Perguruan Tinggi Swasta 4 buah.
b. Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Jebres terdiri dari 3
unit Rumah Sakit, 5 unit Balai Pengobatan, 3 unit Puskesmas, 6 unit
Posyandu, dan 15 Apotek. Sementara tenaga kesehatan yang tersedia
di Kecamatan Jebres terdiri dari 74 orang Dokter Umum, 6 orang
Dokter Gigi, 2 orang Dokter Kandungan, 2 orang Dokter Anak dan 1
orang Dokter Bedah.
c. Pemeluk Agama dan Tempat Peribadatan
Agama ialah hak azazi manusia dalam kehidupan. Setiap
masyarakat berhak memilih agama sesuai kepercayaannya masing-
masing. Kehidupan beragama sebenarnya memiliki tujuan yang sama
yaitu meningkatkan kualitas masyarakat dalam sosialisasi agar tercipta
suasana yang rukun terhadap orang. Di Kecamatan Jebres pada tahun
2008 terdapat tempat ibadah, yaitu masjid sebanyak 124 buah, mushola
sebanyak 48 buah, gereja 60 buah, vihara/kuil/klenteng sebanyak 5
buah dan pura sebanyak 1 buah.
6. Lain-Lain
Sarana Perekonomian
Kecamatan Jebres menyediakan berbagai sarana guna menunjang
laju perekonomian di kecamatannya, tercatat pada tahun 2008 terdapat 8
buah Pasar Tradisional, 2 Supermarket, dan 3.062 Toko/Kios/Warung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
C. Pasar Tradisional (Pasar Gede)
1. Sejarah Berdirinya Pasar Gede
Pasar Gede merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Mataram.
Secara struktural, bangunan Pasar Gede berada pada kesatuan ekologi
kultural sebagian dari bangunan njobo Keraton (luar Keraton), yaitu Pasar
Gede, Tugu, Gapura Gladhag, Gapura Pamurakan, Alun-alun dan Masjid
Agung. Selaian sebagai artefak bangunan kota lama, Pasar Gede dahulu
berfungsi sebagai pasar transaksi model Jawa. Pasar Gede memiliki tiga
kategori fakta, yaitu artefak (seni arsitektur bangunannya sendiri), social
fact karena pasar sebagai tempat interaksi sosial (gedhe kumandange), dan
mantifact melambangkan sakral-magis karena melahirkan konsep dasar
pasar candi. Oleh karena itu, Pasar Gede akan senantiasa dikenang
sepanjang masa oleh masyarakat Solo karena mengandung nilai memori-
kolektif.
Pasar Gede merupakan sebuah pasar kecil yang didirikan di area
seluas 10.421 hektar. Pasar ini merupakan salah satu bangunan gaya
arsitektur Jawa-kolonial, karya Herman Thomas Karsten. Pasar tradisional
ini menggabungkan konsep arsitektur Jawa-Eropa buatan 1930. Tjan Sie
Ing, seorang Lieutenant de Chinezen, yaitu pimpinan golongan etnis Cina
yang diberi legitimasi oleh pemerintah kolonial Belanda sekitar 100 tahun
silam. Alasan Pasar ini dinamakan Pasar Gede karena terdiri dari atap yang
besar. Pasar Gede terdiri dari dua bangunan yang terpisah. Masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
terdiri dari dua lantai. Pintu gerbang di bangunan utama terlihat seperti atap
singgasana yang kemudian diberi nama Pasar Gede.
Pada tahun 1928 Pasar Gede dibangun oleh Pemerintah Belanda
atas inisiatif Sinuhun Paku Buwono X. Pembanguan pasar ini berhasil
diselesaikan pada tahun 1930. Sekitar tahun 1947 Pasar Gede dirusak oleh
Bangsa Indonesia karena digunakan oleh Belanda. Kemudian pada tahun
1940 Pasar Gede di renovasi dan perbaikan selesai pada tahun 1981.
Pemerintah mengganti atap yang lama dengan atap kayu. Lima tahun
kemudian Pasar Gede direnovasi kembali dengan dana bantuan Inpres.
Namun pada tanggal 28 April 2000 pukul 12.00 WIB Pasar Gede terbakar.
Kemudian pada tanggal 29 Desember 2001 oleh Bapak Gubernur
Mardiyanto meresmikan Pasar Gede.
2. Jenis Dagangan di Pasar Gede
Jenis dagangan yang ada di Pasar Gede antara lain :
· Grosir Buah
· Wade
· Daging Sapi
· Daging Babi
· Ikan Laut
· Ayam Potong
· Ayam Hidup
· Buah dan Sayuran
· Grabatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
· Oleh – Oleh Khas Solo
· Kembang
· Obat Tradisional dan Jamu-Jamu
· Plastik
· Peralatan Rumah Tangga
· Grabah
· Mainan
· Penjahit
Selain itu Pasar Gede juga memiliki ciri khas yang berbeda dengan
pasar tradisional lainnya, perbedaan ini menjadikan Pasar Gede sebagai
Pasar Wisata, hal ini dikarenakan terdapat pedagang yang menjual
dagangannya hanya di Pasar Gede dan terbukti puluhan tahun sebagai
tempat yang selalu dicari oleh wisatawan baik wisatawan mancanegara
maupun wisatawan nusantara bila berkunjung ke Kota Surakarta karena
cita rasanya. Makanan dan minuman yang dimaksud ialah :
· Es Dawet Telasih
· Timlo Solo
· Ayam Goreng
· Kare Ayam
· Pecel
· Tengkleng
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3. Jumlah Pedagang dan Pendapatan di Pasar Gede
Pedagang di Pasar Gede berjumlah 741 Orang. Jumlah ini meliputi
seluruh Blok I, II, III, IV, Toko dan Ruko. Berdasarkan data dari Kantor
Pasar Gede jumlah pedagang di Blok I sebanyak 191 orang, Blok II
sebanyak 168 pedagang, Blok III sebanyak 140 pedagang, blok IV 134
pedagang, pemilik ruko sebanyak 16 orang namun jumlah ruko sebanyak
26 ini terjadi karena ada pemilik yang memiliki lebih dari satu ruko.
D. Karakteristik Demografi Dan Sosial Ekonomi Pedagang Di Kawasan
Pasar Gede
Langkah analisis dalam penelitian ini ialah dengan mengunakan
klasifikasi. Untuk menentukan karakteristik demografi dan sosial ekonomi
responden dapat menggunakan tabel distribusi, karena tabel frekuensi dapat
digunakan untuk mengetahui ciri dan karakteristik dari responden penelitian
atas dasar satu variabel tertentu.
Karakteristik pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta sangat bervariasi.
Karakteristik yang akan dibahas meliputi umur, jenis kelamin, status
pernikahan, tingkat pendidikan, jam kerja, lama usaha, jumlah tenaga kerja
yang dimiliki responden, modal usaha dan tingkat pendapatan responden
setiap hari di Pasar Gede.
1. Umur
Umur merupakan salah satu demografi yang sangat penting karena
kaitannya dengan motivasi seseorang dalam suatu hal (dalam kajian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
yaitu aktivitas perdagangan). Asumsinya sesorang yang berumur produktif
mempunyai kecendrungan motivasi yang tinggi dalam bekerja. Adapun
seseorang yang sudah berkeluarga tetap memiliki motivasi tinggi untuk
bekerja dengan tujuan untuk mencapai hidup sejahtera dalam menghidupi
keluarganya.
Tabel 4.10 Pedagang Pasar Gede Menurut Umur No. Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%)
1 20 – < 30 2 1,30
2 30 – < 40 18 12,00 3 40 – < 50 39 26,00
4 50 – < 60 58 38,70 5 60 – < 70 23 15,40
6 70 – < 80 8 5,30
7 ≥ 80 2 1,30 Jumlah 150 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2011.
Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa di Pasar Gede,
usia pedagang yang paling tua adalah 82 tahun dan usia yang paling muda
yakni 25 tahun. Kemudian pada tabel 4.15 dapat diketahui pula bahwa
kelompok pedagang dengan umur 20 sampai kurang dari 30 yaitu sebanyak
2 orang atau 1,3%, kelompok umur 30 sampai dengan kurang dari 40 yaitu
sebanyak 18 orang atau 12%, kelompok umur 40 sampai dengan kurang
dari 50 yaitu sebanyak 39 orang atau 26%, kelompok umur 50 sampai
dengan kurang dari 60 yaitu sebanyak 58 orang atau 38,7%, kelompok
umur 60 sampai dengan kurang dari 70 yaitu sebanyak 23 orang atau
15,4%, kelompok umur 70 sampai dengan kurang dari 80 yaitu sebanyak 8
orang atau 5,3%, dan kelompok umur lebih besar sama dengan 80 yaitu
sebanyak 2 orang atau 1,3%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Berdasarkan dalam demografi bahwa kategori penduduk usia
produktif yaitu berusia 15 sampai dengan 64 tahun. Hasil pengelompokan
umur pada tabel diatas menunjukan bahwa 80% pedagang di Pasar Gede
adalah kelompok umur penduduk usia produktif, dan sisanya 20%
termasuk kedalam kelompok umur penduduk usia tidak produktif.
Sehingga didalam pengelompokan umur tidak ada perbedaan yang berarti
karena hampir semua pedagang masuk kedalam kelompok umur penduduk
usia produktif.
2. Jenis Kelamin dan Status Pernikahan
Variabel demografi seperti jenis kelamin dan status pernikahan dari
responden dapat digunakan sebagai salah satu indikasi apakah jenis
pekerjaan yang mereka tekuni merupakan pekerjaan pokok ataukah
pekerjaan sampingan. Kondisi sosial di Indonesia mengindikasikan bahwa
seorang wanita yang berstatus menikah dan bekerja dapat diindikasikan
bahwa pekerjaannya tersebut bersifat sampingan untuk membantu
pekerjaan pokok suami. Meskipun tidak bersifat mutlak, namun hal
tersebut cukup beralasan sehingga dilakukan oleh seorang wanita.
Table 4.11 Pedagang Pasar Gede Menurut Jenis Kelamin dan Status Pernikahan
No Status Nikah
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki Perempuan
Frek % Frek % Frek %
1 Belum Nikah 1 0,67 1 0,67 2 1,33
2 Nikah 23 15,33 89 59,33 112 74,67
3 Janda/Duda 4 2,67 32 21,33 36 24,00
Jumlah 28 18,67 122 81,33 150 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Berdasarkan tabel 4.11 diatas terlihat bahwa hampir seluruh
responden yang bekerja di Pasar Besar sudah berumah tangga atau
berstatus nikah yaitu sebesar 74,67%, pedagang yang belum berumah
tangga atau berstatus belum nikah tercatat sebesar 1,33%, sedangkan
pedagang yang berstatus janda/duda sebesar 24%. Berdasarkan tabel diatas
juga dapat diketahui bahwa jumlah pedagang berjenis perempuan jauh
lebih banyak dari para pedagang laki-laki dengan perbandingan 122 orang
dibanding 28 orang atau 81,33% dibanding 18,67%. Dengan demikian
sebagian besar pedagang adalah perempuan dengan status sudah berumah
tangga atau sudah menikah.
3. Tingkat Pendidikan Formal
Tingkat pendidikan formal dapat digunakan sebagai gambaran
terhadap kemajuan penduduk di suatu tempat, dikarenakan pengetahuan
memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan. Asumsinya seseorang
dengan pendidikan yang dimilikinya akan memiliki pengetahuan yang
lebih luas sehingga akan lebih produktif dan inovatif. Selain itu pendidikan
juga merupakan indikator terhadap kualitas sumber daya manusia. Tabel 4.12
akan menggambarkan tingkat pendidikan formal pedagang di Pasar Gede.
Tabel 4.12 Pedagang di Pasar Gede Menurut Tingkat Pendidikan Formal
No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase 1 Tidak Sekolah 32 21,33 2 Tamat SD 58 38,66 3 Tamat SMP 22 14,67 4 Tamat SMA 33 22,00 5 Tamat Perguruan Tinggi 5 3,34 Jumlah 150 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat diketahui tingkat pendidikan
formal responden yang bekerja di Pasar Gedhe cukup beragam dari tidak
sekolah sampai tamat perguruan tinggi. Dari berbagai tingkatan tersebut,
jumlah pedagang yang memiliki tingkat pendidikan tidak sekolah yaitu
sebesar 21,33% atau 32 orang, tamat SD yaitu sebesar 38,66% atau 58
orang, tingkat pendidikan tamat SMP sebesar 14,67% atau 22 orang,
tingkat pendidikan tamat SMA sebesar 22% atau 33 orang dan tingkat
pendidikan tamat Perguruan Tinggi adalah sebesar 3,34%atau 5 orang. Dari
keterangan diatas dapat diketahui bahwa persentase tingkat pendidikan
yang tertinggi adalah tamatan SD yaitu sebesar 38,66% kemudian
dilanjutkan pada tingkat pendidikan tamatan SMA sebesar 22% dan diikuti
oleh tingkat pendidikan tidak sekolah 21,33% dengan komposisi tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa kategori pendidikan dari penduduk yang
berkerja di Pasar Gedhe rendah. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
sebagian besar pedagang adalah berpendidikan kurang dari 9 tahun.
4. Jenis Barang Dagangan
Pedagang yang berada di Pasar Gedhe memiliki jenis usaha yang
berbeda-beda. Pedagang dibedakan menjadi beberapa kelompok, kelompok
tersebut meliputi sembako (beras, telur ayam, gula pasir, minyak goreng,
daging, susu, tepung terigu, minyak tanah/elpiji, garam beryodium),
makanan dan minuman, buah dan sayuran, wade (kain,pakaian), oleh-oleh
khas solo, peralatan rumah tangga dan mainan, serta kelompok lainnya
yang tidak termasuk 6 kategori jenis dagangan sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Table 4.13 Pedagang di Pasar Gede Menurut Jenis Dagangan No. Jenis Barang Frekuensi Persentase
1 Sembako 30 20,00
2 Makanan dan Minuman 34 22,69
3 Buah dan Sayuran 45 30,00
4 Wade 7 4,66
5 Oleh-Oleh Khas Solo 8 5,33
6 Peralatan Rumah Tangga & Mainan 1 0,66
7 Lain-lain 25 16,66 Jumlah 150 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat diketahui bahwa jenis barang
yang diperdagangkan oleh pedagang Pasar Besar adalah jenis buah-buahan
dan sayuran sebanyak 45 pedagang atau sebesar 30%, peringkat kedua
yaitu jenis makanan dan minuman baik makan ditempat atau di bawa
pulang yakni sebanyak 34 pedagang atau sebesar 22,69%, peringkat ketiga
yaitu pedagang sembako sebanyak 30 pedagang atau sebesar 20%,
pedagang lainnya sebanyak 25 pedagang atau sebesar 16,66%, pedagang
lain-lain sebanyak 25 orang atau sebesar 16,66%, pedagang Wade
sebanyak 7 orang atau sebesar 4,66%, sedangkan sisanya pedagang
peralatan rumah tangga dan mainan. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan
keterangan diatas bahwa jenis dagangan di Pasar Gedhe yang dominan yaitu
buah-buahan dan sayuran. Dan jenis dagangan berikutnya ialan makanan dan
minuman baik makan ditempat atau di bawa pulang seperti es dawet telasih,
ayam goreng, kare ayam, tengkleng, timlo, pecel dll.
5. Jam Kerja
Masyarakat yang bekerja pada sektor informal seperti perdagangan
umumnya tidak mempunyai ikatan waktu dalam melakukan aktivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
bekerja, sehingga waktu yang digunakan pedagang antara pedagang satu
dengan lainnya tidak sama. Berikut tabel yang menggambarkan sejumlah
responden di Pasar Gedhe berdasarkan jam kerja.
Tabel 4.14 Pedagang di Pasar Gede Menurut Jam Kerja (hari) No Jam Kerja/hari Frekuensi Persentase
1 0 - < 5 2 1,34
2 5 - < 10 70 46,67
3 10 - < 15 70 46,67
4 15 - < 20 8 5,33
Jumlah 150 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.14 diatas dapat diketahui bahwa pedagang yang
memilih jam kerja kurang dari 5 jam per hari yaitu sebanyak 2 orang atau
sebesar 1,34%. Jam kerja antara 5 sampai kurang dari 10 jam per hari
sebanyak 70 orang atau sebesar 46,67%. Jam kerja antara 10 sampai
kurang dari 15 jam per hari sebanyak 70 orang atau sebesar 46,67%. Jam
kerja antara 15 sampai kurang dari 20 jam per hari sebanyak 8 orang atau
sebesar 5,33%. Berdasarkan keterangan diatas bahwa pedagang Pasar
Gedhe 93,34% bekerja antara 5 jam sampai kurang 15 jam per hari. Hal ini
menunjukkan bahwa para pedagang yang bekerja pada sektor perdagangan
di Pasar Gede memiliki motivasi dan semangat yang tinggi dalam bekerja.
6. Jumlah Tenaga Kerja yang di Perkerjakan
Jumlah usaha di Pasar Gede sangat bervariasi, setiap pemilik usaha
ada sebagian orang yang memerlukan tenaga tambahan untuk membantu
berdagang namun ada pula yang merasa tidak memerlukan tenaga dalam
usaha perdagangan yang dimiliki. Menurut sebagian pemilik usaha yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
meperkerjakan tenaga kerja atau tenaga tambahan dikarenan kios yang
dimiliki lebih dari 1 bahkan lebih dari 2 atau kios yang dimiliki beraneka
ragam jenis dagangan, namun ada pula dengan alasan sebagai membantu
keluarga sendiri yangm tidak mempunyai pekerjaan tetap.
Tabel berikut menggambarkan banyak sedikitnya karyawan yang
biasanya membantu para pedagang untuk melayani para pengunjung.
Tabel 4.15 Pedagang di Pasar Gede Menurut Jumlah Tenaga Kerja yang Membantu
No. Jumlah Karyawan Frekuensi Persentase
1 0 40 26,68 2 1 59 39,33 3 2 31 20,67 4 3 14 9,33 5 4 2 1,33 6 5 1 0,66 7 ³6 3 2,00 Jumlah 150 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.15 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
pedagang menggunakan tenaga tambahan untuk membantu menjalankan
usahanya, tabel diatas menunjukan bahwa pemilik usaha yang
menggunakan tenaga tambahan 1 orang sebanyak 59 orang atau 39,33% ,
pemilik usaha yang menggunakan tenaga tambahan 2 orang sebanyak 31
orang atau 20,67%, pemilik usaha yang menggunakan tenaga tambahan 3
orang sebanyak 14 orang atau 9,33%, pemilik usaha yang menggunakan
tenaga tambahan 4 orang sebanyak 2 orang atau 1,33%, pemilik usaha yang
menggunakan tenaga tambahan 5 orang sebanyak 1 orang atau 0,66%,
pemilik usaha yang menggunakan tenaga tambahan lebih besar dari 5
sebanyak 3 orang atau 2%, sedangkan sisanya yaitu 40 orang atau 26,68%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
tidak memerlukan tenaga tambahan untuk membantu menjalankan
usahanya.
7. Lamanya Berdagang
Para pedagang di Pasar Gede mempunyai perbedaan waktu dalam
memulai usahanya. Berikut ini tabel yang menggambarkan sejumlah
responden di Pasar Gede berdasarkan lama berdagang.
Tabel 4.16 Pedagang di Pasar Gede Menurut Lamanya Berdagang No. Lama Berdagang/Tahun Frekuensi Persentase (%)
1. 0 - < 10 3 2,00
2. 10 - < 20 8 5,33
3. 20 - < 30 125 83,33
4. 30 - < 40 14 9,34
Jumlah 150 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.16 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata lama
berdagang para pedagang yang berada di Pasar Gede adalah 20 sampai
kurang dari 30 tahun,tabel diatas menunjukan bahwa pedagang yang lama
berjualan 20 sampai kurang dari 30 tahun yaitu sebanyak 125 orang atau
83,33%, untuk yang lama berdagang kurang dari 10 tahun yaitu sebanyak 3
orang atau 2%, untuk yang lama berdagang 10 sampai kurang dari 20 tahun
yaitu sebanyak 8 orang atau 5,33% sedangkan untuk yang lama berdagang
30 sampai kurang dari 40 tahun sebanyak 14 orang atau sebesar 9,34%.
Banyaknya pedagang yang berdagang lebih dari 20 sampai kurang
dari 30 tahun dikarenakan mereka memulai usahanya dari usaha keluarga
turun menurun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
8. Modal Usaha
Penggunaan modal dalam usaha terutama di sektor perdagangan
sangat mempengaruhi besar kecil jalannya usaha. Apabila seseorang
memiliki modal usaha yang semakin besar, semakin banyak barang yang di
perdagnangkan. Modal usaha dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang
dikeluarkan oleh pedagang untuk pertama kalinya dalam memulai
usahanya, baik untuk biaya bangunan maupun barang dagangan.
Berikut ini disajikan tabel mengenai asal modal usaha yang
digunakan oleh para pedagang di Pasar Gede.
Tabel 4.17 Pedagang di Pasar Gede Menurut Asal Modal Usaha
No. Asal Modal Frekuensi Persentase (%)
1 Modal Sendiri 150 100
2 Modal Pinjaman
Jumlah 150 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2011.
Berdasarkan tabel 4.17 diatas dapat diketahui bahwa seluruh
pedagang di Pasar Gede memulai usahanya dengan menggunakan modal
sendiri. Berikut ini disajikan tabel karakteristik pedagang di Pasar Gede
menurut besarnya modal yang dipakai untuk memulai usaha.
Tabel 4.18 Pedagang di Pasar Gede Menurut Besar Modal Usaha
No. Besar Modal (Rupiah) Frekuensi Persentase (%)
1. 0 - < 100.000 58 38,66 2. 100.000 - < 200.000 52 34,66
3. 200.000 - < 300.000 19 12,68
4. 300.000 - < 400.000 3 2,00
5. 400.000 - < 500.000 - -
8. ≥ 500.000 18 12,00
Jumlah 150 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Berdasarkan tabel 4.18 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
pedagang menggunakan modal kurang dari Rp.100.000,00, yaitu sebanyak
58 orang pedagang atau sebesar 38,66%. Persentase ini merupakan porsi
terbesar dari modal usaha yang dipakai oleh pedagang. Menempati
persentase kedua dengan besar modal Rp.100.000,00 sampai kurang dari
Rp.200.000,00 sebanyak 52 orang atau sebesar 34,66%, presantase ketiga
pedagang dengan besar modal Rp.200.000,00 sampai kurang dari
Rp.300.000,00 sebanyak 19 orang atau sebesar 12,68%. Presentase
keempat pedagang dengan besar modal Rp.300.000,00 sampai kurang dari
Rp.400.000,00 sebanyak 3 orang atau sebesar 2%. Terakhir adalah
pedagang yang menggunakan modal lebih dari Rp.500.000,00 yaitu
sebanyak 18 orang atau sebesar 12%. Perbedaan modal awal usaha terjadi
karena perbedaan tahun memulai usaha dan juga adanya perbedaan jenis
dagangan yang di perdagangkan antara pedagang satu dengan pedagang
lain.
9. Tingkat Pendapatan
Penelitian ini menghitung pendapatan rata-rata perhari pedagang di
Pasar Gede. Pendapatan yang diperoleh para pedagang berbeda satu sama
lain, hal ini terjadi karena jenis dagangan yang diperdagangkan bervariasi.
Untuk lebih jelasnya berikut disajikan tabel tentang pendapatan responden
yang bekerja di Pasar Gede.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 4.19 Pedagang di Pasar Gede Menurut Tingkat Pendapatan
No. Besar Pendapatan/Hari
(Rupiah) Frekuensi Persentase (%)
1 0 - < 100.000 - -
2 100.000 - < 200.000 37 24,67
3 200.000 - < 300.000 60 40,00
4 300.000 - < 400.000 23 15,33
5 400.000 - < 500.000 7 4,67
6 > 500.000 23 15,33
Jumlah 150 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Berdasarkan tabel 4.19 diatas dapat diketahui bahwa tingkat
pendapatan pedagang per hari di Pasar Gede didominasi oleh tingkat
pendapatan pedagang Rp.200.000,00 sampai kurang dari Rp.300.000,00
sebanyak 60 orang atau sebesar 40% dari keseluruhan pedagang di Pasar
Gede. Tingkat pendapatan pedagang Rp.100.000,00 sampai kurang dari
Rp.200.000,00 sebanyak 37 orang atau sebesar 24,67%. Tingkat
pendapatan pedagang Rp.400.000,00 sampai kurang dari Rp.500.000,00
sebanyak 7 orang atau sebesar 4,67% sedangkan tingkat pendapatan lebih
besar sama dengan Rp.500.000,00 sebanyak 23 orang atau 15,33%. Dalam
penelitian ini pendapatan paling tinggi adalah sebesar Rp.3.000.000,00
yaitu pedagang buah-buahan. Sedangkan tingkat pendapatan yang paling
rendah adalah sebesar Rp.100.000,00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
E. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang di
Pasar Gede Kota Surakarta
Untuk menjawab permasalahan dan membuktikan hipotesis penelitian
ini perlu dilakukan analisis statistik terhadap data yang telah diperoleh dengan
menggunakan ekonometrika. Pemilihan model regresi dilakukan dengan
menerapkan uji MWD atau McKinnon, White, and Davidson test. Hasil uji
MWD menunjukkan bahwa model regresi yang tepat untuk penelitian ini
adalah model regresi linear Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda
menggunakan bantuan komputer program Eviews 3.0 diperoleh hasil regresi
sebagai berikut:
Tabel 4.20 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Dependent Variable: PDP Method: Least Squares Date: 07/01/11 Time: 16:54 Sample: 1 150 Included observations: 150
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 159554.4 179042.0 0.891156 0.3743 UMR -5298.827 2907.504 -1.822466 0.0705 LU 6726.140 4452.035 1.510801 0.1330
MDL 0.034628 0.006827 5.072540 0.0000 JK 21944.78 9858.671 2.225937 0.0276 JD 58683.17 70136.95 0.836694 0.4042
R-squared 0.218771 Mean dependent var 325000.0 Adjusted R-squared 0.191645 S.D. dependent var 363509.6 S.E. of regression 326826.3 Akaike info criterion 28.27142 Sum squared resid 1.54E+13 Schwarz criterion 28.39185 Log likelihood -2114.357 F-statistic 8.064981 Durbin-Watson stat 1.892937 Prob(F-statistic) 0.000001
Sumber: Data primer diolah, 2011
Sebelum diintepretasikan, hasil regresi dalam tebel 4.20 di atas perlu
dilakukakan uji asumsi Klasik untuk mengetahui ada tidaknya problem
Multikolinearitas, Heteroskedastisitas, maupun Otokorelasi. Untuk mengetahui
ada tidaknya Multikolinearitas digunakan metode informal yaitu scatterplot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
antar variabel bebas dan juga melihat banyaknya parameter yang tidak
signifikariabn. Metode formal juga dilakukan, yaitu dengan Klein’s rule of
thumb. Dari metode informal maupun formal ditemukan bahwa hasil regresi pada
Tabel 4.20 di atas mengandung problem multikolinearitas (Lihat Lampiran 2).
Untuk mengetahui ada tidaknya masalah Heteroskedastisitas digunakan
uji White. Dari uji White diketahui bahwa hasil regresi di Tabel 4.21 tidak
mengandung masalah heteroskedastisitas. Demikian uji untuk otokorelasi,
hasil regresi pada Tabel 4.21 juga tidak mengandung problem otokorelasi
setelah dilakukan uji Durbin-Watson (Lihat Lampiran 6).
Karena hasil regresi pada Tabel 4.20 mengandung multikolinearitas,
maka dilakukan upaya perbaikan yaitu dengan menghilangkan variabel bebas
yang memiliki korelasi yang tinggi. Hal ini diketahui dari metode scaterplot
dimana dua variabel bebas menunjukkan pola hubungan linear. Kedua
variabel yang di hilangkan dari model regresi adalah UMR dan LU. Diagram
scatterplot antara UMR dengan LU sebagai berikut:
GAMBAR 4.1 SCATTERPLOT UMR DENGAN LU
0
10
20
30
40
50
20 40 60 80 100
UMR
LU
Sumber : Data primer diolah,2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Setelah dilakukan upaya perbaikan, selanjutnya data diregres kembali.
Hasil regresi baru setelah diperbaiki adalah sebagai berikut:
Tabel 4.21 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Dependent Variable: PDP Method: Least Squares Date: 07/06/11 Time: 08:48 Sample: 1 150 Included observations: 150
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 31744.99 109138.1 0.290870 0.7716 MDL 0.033325 0.006617 5.036201 0.0000 JK 25529.77 9724.226 2.625378 0.0096 JD 56077.54 70524.09 0.795154 0.4278
R-squared 0.198835 Mean dependent var 325000.0 Adjusted R-squared 0.182372 S.D. dependent var 363509.6 S.E. of regression 328695.5 Akaike info criterion 28.26996 Sum squared resid 1.58E+13 Schwarz criterion 28.35024 Log likelihood -2116.247 F-statistic 12.07819 Durbin-Watson stat 1.887914 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data primer diolah 2011
Y = 31744,99 + 0,033325 MDL + 25529,77JK + 56077,54JD
SE:( 109138,1) ( 0,006617) (9724,226) (70524,09)
t : ( 0,29087 0) (5,036201) (2,825378) (0,795154)
Prob = (0,7716 ) ( 0,0000) ( 0,00966) (0,4278)
Keterangan :
Y = Pendapatan Pedagang (Rupiah)
MDL = Modal (Rupiah)
JK = Jam Kerja (jam per hari)
JD = Dummy Jenis Dagangan ( 0 = bukan semabako; 1 = sembako)
1. Uji asumsi klasik
a. Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya multikolinearitas antar variabel bebas. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
mendeteksi ada tidaknya multikolineritas digunakan Klein’s Rule of
Thumb yaitu dengan membandingkan koefisien determinasi dari
auxiliary regression (regresi antar variabel bebas) r2 dengan R2
regresi utama. Apabila nilai r2 < R2, maka tidak terjadi
multikolinearitas.
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas dengan menggunakan
metode Klein model regresi yang telah mengalami pembuangan (drop)
variabel terbebas dari masalah multikolinearitas. Setelah model
diregres kembali diperoleh R2 regresi utama yaitu sebesar 0,198835
(Lihat Lampiran 5), sedangkan nilai r2 regresi parsial variabel modal
(MDL) sebesar 0,017083 dan nilai r2 regresi parsial variabel jam kerja
sebesar 0,150120 (Lihat Lampiran 5). Hal ini membuktikan bahwa
variabel modal lolos dari masalah multikolinearitas yang ditunjukan
dari nilai r2 < R2.
Variabel terakhir yaitu jenis dagangan setelah di uji dengan
moetode Klein juga lolos dari masalah multikolinearitas. Hal ini
ditunjukan dari nilai r2 < R2 (Lihat Lampiran 5).
b. Heteroskedastik
Untuk menguji ada tidaknya masalah Heteroskedastisitas
digunakan Uji White Heteroscedasticity Test. Dengan menggunakan
Eviews 3.0 didapat hasil seperti dalam Tabel 4.22 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel 4.22 Uji White Heteroscedasticity Test
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 2.832837 Probability
0.017998
Obs*R-squared 13.43305 Probability
0.019642
Sumber : Data primer diolah, 2011
Dengan df = 9 (jumlah regresor) dan α = 5% didapatkan X2
tabel yaitu 16,92.
Nilai OBS*R-squares = 13,43
Nilai OBS*R-squares = 13,43 < 16,92, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastiksitas.
c. Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi atau hubungan yang terjadi antara
anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam
rangkaian waktu (data time series) maupun tersusun dalam rangkaian
ruang atau disebut data cross sectional. Salah satu pengujian yang
umum digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah uji
statistik Durbin Watson.
Dengan ukuran sampel N = 150 dan dengan K’ = 3 maka
didapat dari tabel dL = 1,693 dan dU = 1,774 , yang kemudian dalam
diagram dapat digambarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Gambar 4.2 Kurva Durbin-Watson Sumber : Djarwanto dan pangestu, 2005
Keterangan:
A = Menolak Ho, bukti autokorelasi positif
B = Daerah keragu-raguan
C = Menerima Ho, tidak ada autokorelasi
D = Daerah keragu-raguan
E = Menolak Ho, bukti autokorelasi negatif
Berdasarkan hasil perhitungan komputer dengan menggunakan
program Eviews 3.0, didapat nilai Durbin-Watson sebesar 1,887. Nilai
tersebut berada berada antara du dan 4-du berarti pada model tersebut
tidak terjadi autokorelasi.
2. Uji Individual
a. Uji
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-
masing variabel bebas dalam mempengaruhi variabel dependen.
Kriteria pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai signifikan
A B
C
D E
F(d)
0 dl 1,887 du 4 4 - du 4 - dl 1,693 1,774 2,226 2,307
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
pada tingkat 0,05 dengan nilai signifikan hasil uji t, jika nilai
signifikan uji t lebih kecil dari batas signifikan 0,05 maka nilai
koefisien regresi signifikan. terhadap variabel dependen.
1) Variabel Modal
Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai koefisien
variabel MDL sebesar 0,033325 dengan probabilitas sebesar 0.000
yang berarti lebih kecil dari α = 5% , jadi koefisien tersebut
signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Oleh karena itu variabel
modal memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap
pendapatan pedagang di Pasar Gede.
2) Variabel Jam Kerja
Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai koefisien
variabel JK sebesar 25529,77 dengan probabilitas sebesar 0.096
yang berarti lebih kecil dari α = 5% , jadi koefisien tersebut
signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Oleh karena itu variabel
jam kerja memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap
pendapatan pedagang di Pasar Gede.
3) Variabel Jenis Dagangan
Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai koefisien
variabel JD sebesar 56077,54 dengan probabilitas sebesar 0,4278
yang berarti lebih besar dari α = 5% , jadi koefisien tersebut tidak
signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Oleh karena itu variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
jenis dagangan tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede.
b. Uji F
Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diketahui hasil uji F
digunakan untuk menguji signifikansi parameter regresi secara
bersama-sama. Tujuan dari uji F ini adalah untuk membuktikan secara
statistik bahwa keseluruhan independen di dalam model bersama-sama
mempengaruhi variabel dependennya. Apabila nilai signifikansi F
lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka model regresi signifikan secara
statistik. Dari hasil pengujian diperoleh nilai F hitung sebesar
12,07819 dengan signifikansi sebesar 0.000000. Nilai signifikansi
tersebut lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), berarti bahwa model regresi
dengan variabel modal, jam kerja dan jenis dagangan secara bersama-
sama mempengaruhi variabel pendapatan pedagang di Pasar Gede.
c. Nilai Koefisien Determinasi ( R2 )
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui berapa
persen variasi variabel-variabel bebas yang ada dalam model yaitu
modal, jam kerja dan jenis dagangan dapat menjelaskan variabel
dependen yaitu pendapatan pedagang Pasar Gede. Berdasarkan tabel
4.21 diperoleh hasil bahwa nilai adjusted R Square sebesar 0,182. Hal
ini mengindikasikan bahwa sebesar 18% seluruh variasi total Y dapat
diterangkan dari faktor modal, jam kerja dan jenis dagangan. Sisanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
sebesar 82% diterangkan faktor-faktor lain yang tidak diperhitungkan
ke dalam model.
3. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis pada model regresi hanya mampu menjawab
hipotesis 3,4,5 dan 6. Hal ini terjadi karena variabel telah mengalami
pembuangan (drop) yang disebabkan oleh terjadinya masalah
multikolinearitas sehingga dihasilkan regresi baru tanpa variabel umur dan
lama usaha (Lihat Lampiran 4).
a. Hipotesis 3
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa ” Variabel modal memiliki
pengaruh yang positif terhadap pendapatan ”.
Hasil statistik uji t untuk menguji pengaruh variabel modal
diperoleh t statistik sebesar 5,036201 dengan tingkat signifikansi
0.0000. Oleh karena signifikansi kurang dari 5% (p<0,05), maka
hipotesis diterima. Dengan demikian hasil ini mendukung hipotesis
ketiga yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
variabel modal terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede.
b. Hipotesis 4
Hipotesis keempat menyatakan bahwa ” Variabel jam kerja
memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan ”.
Hasil statistik uji t untuk menguji pengaruh variabel jam kerja
diperoleh t statistik sebesar 2,625378 dengan tingkat signifikansi
0.0096. Oleh karena signifikansi kurang dari 5% (p<0,05), maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
hipotesis diterima. Dengan demikian hasil ini mendukung hipotesis
keempat yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
variabel jam kerja terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede.
c. Hipotesis 5
Hipotesis pertama menyatakan bahwa ” Variabel jenis dagangan
memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan ”.
Hasil statistik uji t untuk menguji pengaruh variabel jenis
dagangan diperoleh t statistik sebesar 0,795154 dengan tingkat
signifikansi 0,.4278. Oleh karena signifikansi lebih dari 5% (p<0,05),
maka hipotesis ditolak. Dengan demikian hasil ini tidak mendukung
hipotesis kelima yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara variabel jenis dagangan terhadap pendapatan
pedagang di Pasar Gede.
d. Hipotesis 6
Hipotesis pertama menyatakan bahwa ” Secara bersama-sama
variabel umur, lama usaha, jam kerja, modal dan jenis dagangan
memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan”.
Hasil statistik uji F untuk menguji pengaruh variabel umur, lama
usaha, jam kerja, modal dan jenis dagangan diperoleh F statistik
sebesar 12,07819 dengan tingkat signifikansi 0.0000000. Oleh karena
signifikansi kurang dari 5% (p<0,05), maka hipotesis diterima. Dengan
demikian hasil ini mendukung hipotesis terakhir yang menyatakan
bahwa ada pengaruh yang signifikan .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
F. Interpretasi Secara Ekonomi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan pedagang (studi kasus pada Pasar Gede Kota
Surakarta). Faktor yang diteliti meliputi umur, lama usaha, modal, jam kerja
dan jenis dagangan. Namun terjadi masalah multikoliearitas dalam uji asumsi
klasik sehingga dalam penelitian ini hanya menganalisis faktor yang meliputi
modal, jam kerja dan jenis dagangan terhadapa pendapatan pedagang di Pasar
Gede Kota Surakarta.
Untuk menguji pengaruh variabel independen (modal, jam kerja dan
jenis dagangan) terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta
digunakan analisis regresi linear.
1. Pengaruh modal terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota
Surakarta.
Berdasarkan analisis regresi diketahui bahwa modal berpengaruh
positif terhadap pendapatan pedagang yang ditunjukkan dari uji t dengan
p<0,05. Semakin besar modal yang dimiliki seorang pedagang, maka
semakin besar pula peluang yang dimiliki untuk memambah jumlah
barang daganagn dan variasi jenis dagangan yang diperjual-belikan. Hal
ini dapat berarti bahwa konsumen memiliki banyak pilihan dalam
berbelanja kebutuhan yang diperlukan, sehingga konsumen akan
memungkinkan membeli pada pedagang bersangkutan dan tidak perlu
pindah ke pedagang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
2. Pengaruh jam kerja terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota
Surakarta.
Pengujian hipotesis membuktikan bahwa jam kerja berpengaruh
positif terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta yang
ditunjukkan dari uji t dengan p<0,05. Semakin banyak jam kerja yang
dilakukan oleh pedagang dalam melakukan aktivitas perdagangan,
semakin besar peluang memperoleh pendapatan yang akan didapat oleh
pedagang. Konsumen tidak dapat dipastikan kedatangannya, sehingga
dengan jumlah jam kerja yang semakin banyak maka pedagang memiliki
waktu yang banyak dalam menunggu kedatangan konsumen. Konsumen
juga terbantu dengan adanya pedagang yang memiliki porsi jam kerja
tinggi karena kebutuhan yang dicari mampu diperoleh tanpa kesulitan
bahkan tidak perlu menunggu hingga keesokan hari. Namun demikian
tidak berati penambahan jam kerja dapat melebih jam kerja pasar. Hasil
regresi ini hanya mengungkapkan apabila pedagang dapat secara optimal
berada di pasar selama pasar masih buka, maka makin besar pula
kemungkinan mereka mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi.
3. Pengaruh jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede
Kota Surakarta.
Pengujian hipotesis membuktikan bahwa jenis dagangan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar
Gede Kota Surakarta yang ditunjukkan dari uji t dengan p>0,05.
Meskipun jenis dagangan yang ditawarkan bervariasi, akan tetapi
kenyataanya pengelola pasar telah mengelompokkan kios dan los sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
dengan jenis barang dagangan yang sama. Hal ini menyebabkan pedagang
langsung bersaing dengan pedagang dengan barang dagangan yang relatif
sama, sehingga kurang menguntungkan bagi pendapatan pedagnang.
Kedua, sejauh yang diamati peneliti pedagang kurang memperhatikan
kualitas barang dagangannya sehingga menjadikan konsumen lebih
memilih pedagang yang memiliki kualitas dagangan yang lebih baik. Oleh
karena itu variasi jenis dagangn harus diimbangi dengan kualitas barang
dagangan agar dapat menarik konsumen lebih banyak, sehingga pada
gilirannya akan meningkatkan pendapatan pedagang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada
faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota
Surakarta, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian, bahwa hipotesis ketiga diterima. hal ini
ditunjukan dari hasil pengujian bahwa diperoleh nilai koefisien variabel
modal sebesar 0,033325 dengan probabilitas sebesar 0,000 yang berarti
lebih kecil dari α = 5% , jadi koefisien tersebut signifikan pada tingkat
signifikansi 5%. Oleh karena itu variabel modal memberikan pengaruh
positif yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede.
Modal adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha
perdagangan. Modal yang relatif besar akan memungkinkan suatu unit
penjualan menambah variasi komoditas dagangannya. Dengan cara ini
berarti akan makin memungkinkan diraihnya pendapatan yang lebih besar.
2. Berdasarkan hasil pengujian, bahwa hipotesis keempat diterima. hal ini
ditunjukan dari hasil pengujian bahwa diperoleh nilai koefisien variabel
jam kerja sebesar 25529,77 dengan probabilitas sebesar 0,096 yang berarti
lebih kecil dari α= 5% , jadi koefisien tersebut signifikan pada tingkat
signifikansi 5%. Oleh karena itu variabel jam kerja memberikan pengaruh
positif yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Semakin banyak jam kerja yang dilakukan oleh pedagang dalam
melakukan aktivitas perdagangan, semakin besar peluang memperoleh
pendapatan yang akan didapat oleh pedagang. Konsumen tidak dapat
dipastikan kedatangannya, sehingga dengan jumlah jam kerja yang
semakin banyak maka pedagang memiliki waktu yang banyak dalam
menunggu kedatangan konsumen. Selain itu dengan porsi jam kerja yang
banyak akan memudahkan konsumen datang kapan saja tanpa harus
mengalami kesulitan bahkan menunggu keesokan hari.
3. Berdasarkan hasil pengujian, bahwa hipotesis kelima ditolak. hal ini
ditunjukan dari hasil pengujian bahwa diperoleh nilai koefisien variabel
jenis dagangan sebesar 56077,54 dengan probabilitas sebesar 0,4278 yang
berarti lebih besar dari α = 5% , jadi koefisien tersebut tidak signifikan
pada tingkat signifikansi 5%. Oleh karena itu variabel jenis dagangan tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di
Pasar Gede. Pedagang dalam berdagang jenis dagangan yang diperjual -
belikan harus mengikuti selera konsumen dan memiliki variasi sehingga
konsumen yang datang memiliki banyak pilihan.
B. Keterbatasan
Hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dikarenakan
hambatan yang berasal dari dalam diri penulis maupun dari luar diri penulis.
Adapun hal-hal yang penulis rasakan sebagai keterbatasan dalam penulis
adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
1. Sejumlah sampel pedagang Pasar Gede yang penulis ambil dari populasi,
ada sebagian yang malu bahkan tidak terbuka untuk menjawab pertanyaan
mengenai pendapatan yang dipeoleh setiap hari.
2. Seluruh sampel pedagang Pasar Gede yang penulis ambil dari populasi,
seluruhnya ketakutan identitas diketahui masyarakat dan di ekspos ke
media sebagai berita.
3. Keterbatasan penulis untuk bisa lebih dekat dengan pedagang Pasar Gede
yang rata-rata usianya tidak muda lagi dan tidak fasih berbahasa indonesia,
para pedagang menggunakan bahasa tradisional. Penulis kesulitas dalam
penyampaian pertanyaan-pertanyaan serta pemahanan pertanyaan bagi
pedagang.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka dapat diberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta
disarankan pedagang menyisihkan sebagian hasil keuntungan yang
diperoleh untuk menambah modal dagangan sehingga pedagang mampu
menambah variasi dagangan yang diperjual-belikan agar konsumen
memiliki banyak pilihan saat berbelanja ke pasar tradisional.
2. Pedagang sebaiknya memliki tenaga kerja tambahan untuk membantu
proses perdagangan terutama pedagang yang memiliki porsi jam kerja
yang banyak. Hal ini sangat membantu pedagang dalam proses
perdagangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
3. Pedagang sebaiknya seiring dengan usia yang sudah matang dalam
perdagangan lebih meningkatkan flexibility terhadap konsumen. Hal ini
dikarenakan Kota Surakarta sudah dikenal sebagai kota yang berbudaya
dan memiliki sikap yang halus terhadap orang lain. Diharapkan pedagang
selalu menunjukan tata krama baik dalm bersikap atau bertutur kata serta
halus ketika menyapa dan hangat ketika tersenyum.
4. Pedagang diharapkan menjaga kebersihan barang dagangan dan menata
rapi barang dagangan sehingga konsumen yang datang merasa puas dan
nyaman berada di pasar tradisional.
5. Model regresi linear yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan R2
sebesar (18%) hasil ini diharapkan penelitian lebih lanjut dengan
memasukkan variabel baru yang lebih mempengaruhi pendapatan
pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta.
Top Related