1
EXECUTIVE SUMMARY
PEMUTAKHIRAN DATA DAN NERACA SUMBER DAYA ENERGI
TAHUN 2015
2
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor energi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional,
terutama dalam mendukung perekonomian nasional serta sebagai sumber penerimaan
negara. Ketersediaan sumber daya energi mutlak diperlukan dalam seluruh kegiatan
industri pertambangan yang pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan negara.
Kegiatan pemutakhiran data dan neraca sumber daya energi ini dilaksanakan
untuk mengakomodir perubahan dan atau penambahan data yang terjadi setiap tahun.
Kegiatan pemutakhiran data dan neraca energi ini meliputi komoditas batubara,
bitumen padat (oil shale), coalbed methane (CBM), dan panas bumi.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud pemutakhiran data dan neraca sumberdaya energi adalah sebagai media
informasi yang dapat dipergunakan bagi kepentingan internal maupun eksternal (publik)
sebagai bahan referensi mengenai potensi batubara, bitumen padat, CBM, dan panas
bumi secara nasional. Dan agar dapat dijadikan dasar acuan perencanaan
pengembangan komoditas energi fosil untuk pembangunan skala daerah ataupun
nasional.
1.3. Lingkup Pekerjaan
Metode dan Sistematika Pekerjaan yang dilakukan antara lain:
Pencarian, pengumpulan dan pengelompokan data, baik dari laporan penyelidikan,
informasi tertulis atau referensi lainnya serta diskusi.
Pengisian formulir isian database yang telah disediakan.
Pemasukan data dari formulir isian ke sistem database.
Verifikasi data.
Integrasi data tekstual dan spasial sehingga membentuk kesatuan sistem
informasi geografis (SIG).
Hasil informasi disimpan dalam sistem database Pusat Sumber Daya Geologi
yang berada dalam sebuah server database yang terhubung dengan jaringan
intranet kantor serta diaplikasikan (uploading) pada internet sistem web-database
kantor untuk dipublikasikan sesuai tingkatan data (leveling-data) dan kebutuhan
publik, sebagai sarana informasi sumber daya energi secara nasional.
3
Kalkulasi data untuk penghitungan neraca sumberdaya energi yang dituangkan
dalam bentuk tabel neraca dan peta.
1.4. Sumber Data
Dalam melakukan kegiatan Pemutakhiran Data dan Neraca Energi tahun 2015,
tentunya diperlukan terlebih dahulu pengumpulan data yang berasal dari berbagai sumber,
diantaranya:
Laporan penyelidikan batubara, bitumen padat dan CBM yang dilakukan oleh Pusat
Sumber Daya geologi sebanyak 12 laporan.
Laporan hasil RKAB dari perusahaan pemegang PKP2B yang didapat dari
Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara sebanyak 75 perusahaan.
Laporan penyelidikan panas bumi yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya geologi
sebanyak 18 laporan.
1.5. Evaluasi Data
Data yang telah diplot lokasinya pada peta dasar kemudian dipilah-pilah, apakah
merupakan penambahan data baru atau update data yang telah ada. Untuk komoditas
batubara, data tersebut dikelompokkan berdasarkan nilai kalorinya dengan mengacu
pada Keppres No. 13 Tahun 2000 yang diperbaharui dengan PP No. 45 Tahun 2004
tentang: Tarif atas jenis penerimaan Negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen
Pertambangan dan Energi bidang Pertambangan Umum. Selain itu juga modifikasi dari
US System (ASTM (ASA), International System (UN-ECE) dan SNI 5015-2011 turut
dijadikan acuan. Berdasarkan acuan-acuan tersebut, maka batubara Indonesia
dikelompokkan menjadi:
Batubara Kalori Rendah, yaitu jenis batubara yang paling rendah peringkatnya,
bersifat lunak-keras, mudah diremas, mengandung kadar air tinggi (10-70%),
memperlihatkan struktur kayu, nilai kalorinya kurang dari 5100 kal/gr (adb).
Batubara Kalori Sedang, yaitu jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi
daripada batubara kalori rendah, bersifat lebih keras, mudah diremas – tidak bisa
diremas, kadar air relatif lebih rendah, umumnya struktur kayu masih tampak, nilai
kalori 5100 – 6100 kal/gr (adb).
Batubara Kalori Tinggi, adalah jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi lagi,
kadar air relatif lebih rendah dibandingkan batubara kalori sedang, umumnya
struktur kayu tidak tampak, nilai kalorinya 6100 - 7100 kal/gr (adb).
Batubara Kalori Sangat Tinggi, adalah jenis batubara dengan peringkat paling
tinggi, umumnya dipengaruhi intrusi ataupun struktur lainnya, kadar air sangat
4
rendah, nilai kalorinya lebih dari 7100 kal/gr (adb). Kelas kalori ini dibuat untuk
membatasi batubara kalori tinggi.
Untuk komoditas bitumen padat, dari seluruh data yang terkumpul kemudian
dipilah lagi menjadi kelompok oil shale dan tar sand, sesuai dengan karakter geologinya
yang diketahui dari data lapangan. Untuk komoditas gambut dan CBM tidak ada
pengelompokkan tertentu.
Sebagaimana kita ketahui, keberadaan batubara, bitumen padat, dan CBM tidak
lepas dari sejarah pembentukannya yaitu pada cekungan. Karena itu, penyelidikan dan
pencarian data sekunder mengenai komoditas tersebut ditekankan pada wilayah
cekungan-cekungan tersebut (Gambar 1.1).
Gambar 1.1. Cekungan Batubara di Indonesia.
1.6. Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batubara
Pengelompokkan neraca sumber daya dan cadangan batubara Indonesia
berpedoman pada Standar Nasional Indonesia (SNI) yang diterbitkan oleh Badan
Standardisasi Nasional. SNI yang dimaksud berjudul Klasifikasi Sumberdaya dan
Cadangan Batubara (Amandemen 1 – SNI – 13-5014-1998). Dalam SNI ini, sumber daya
batubara dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelas berdasarkan tahapan eksplorasinya
yaitu sumber daya hipotetik, tereka, tertunjuk dan terukur (Gambar 1.2). Tahapan
eksplorasi ini mencerminkan tingkat keyakinan geologi dari data teknis yang digunakan
pada proses estimasi sumber daya batubara.
5
Gambar 1.2. Klasifikasi Sumber daya dan Cadangan Batubara berdasarkan Amandemen 1 – SNI – 13-5014-1998.
Seiring dengan berjalannya waktu, SNI Klasifikasi Sumber daya dan cadangan ini
mengalami proses tinjau ulang hingga akhirnya terbit SNI yang terbaru yaitu SNI
Pedoman pelaporan, sumberdaya, dan cadangan batubara (SNI 5015:2011). Substansi
SNI ini lebih difokuskan bagi kepentingan para pelaku pengusahaan batubara. Seperti
diketahui, setiap perusahaan batubara mempunyai kewajiban untuk melaporkan
kegiatannya sesuai dengan kontrak yang sudah ditanda tangani. SNI ini diharapkan dapat
menjadi acuan bagi para pengusaha dalam melaporkan kegiatannya. Mengingat SNI ini
lebih ditujukan kepada pengusaha batubara, maka klasifikasi sumber daya batubaranya
pun mengalami sedikit perubahan (Gambar 1.3). Pada SNI 2011 ini, kelas sumber daya
hipotetik ditiadakan dengan asumsi sebagai berikut. Sumber daya hipotetik dihasilkan dari
kegiatan Survei Tinjau yang biasanya dilakukan oleh Pemerintah. Tidak seharusnya
perusahaan batubara melakukan kegiatan Survei Tinjau. Perusahaan batubara
seharusnya menindaklanjuti kegiatan yang telah dilakukan oleh Pemerintah dengan
melakukan survei yang memiliki tingkat keyakinan geologi yang lebih tinggi. Perusahaan
batubara tidak diperkenankan melaporkan sumber daya hipotetik. Oleh karena itu, kelas
sumber daya hipotetik dihilangkan dalam SNI 2011 ini.
6
Gambar 1.3. Klasifikasi sumber daya dan cadangan batubara berdasarkan SNI 5015:2011.
Namun, pemerintah mempunyai tugas dan kewenangan untuk melakukan
kegiatan Survei Tinjau dalam upaya menginventarisasi potensi batubara di negeri ini.
Sumber daya hipotetik yang dipublikasi oleh Pemerintah tidak hanya berdasarkan asumsi
semata, melainkan didukung oleh berbagai data hasil dari peninjauan lapangan. Sumber
daya hipotetik ini mencerminkan potensi negara kita yang belum dimanfaatkan sampai
saat ini. Pemanfaatannya kemungkinan terkendala oleh berbagai hal, misalnya lokasi
endapan batubara di daerah marginal ataupun lokasi yang tumpang tindih dengan
kawasan konservasi. Untuk endapan batubara yang saat ini tumpang tindih dengan
kawasan konservasi, potensi ini dapat diperuntukkkan bagi Wilayah Pencadangan Negara
yang kelak dapat dimanfaatkan apabila kondisinya memungkinkan. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka kelas sumber daya hipotetik tetap dilaporkan dalam
pemutakhiran data ini.
7
1.7. Tabulasi Data
Data yang sudah dikelompokkan berdasarkan kelas kalorinya kemudian disusun
dalam bentuk tabel (selanjutnya disebut tabel neraca) yang dipisahkan berdasarkan
lokasi administratifnya misalnya, tabel neraca Provinsi Aceh, tabel neraca Provinsi
Kalimantan Barat, dan seterusnya. Setelah dibuat tabel neraca dari tiap provinsi
kemudian disusun risalah tabel neraca per pulau, misalnya tabel neraca Pulau Sumatera,
Jawa, dan seterusnya. Setelah tabel neraca tiap pulau dibuat, maka neraca sumberdaya
energi fosil Indonesia dapat diketahui dari menyimpulkan nilai neraca dari tiap pulau.
Tabel neraca untuk tiap komoditas formatnya dibuat sesuai dengan keberadaan datanya.
Berikut uraian tabel neraca untuk setiap komoditas:
Tabel Neraca Sumberdaya Batubara
Kolom-kolom yang dibuat dalam tabel neraca batubara adalah sebagai berikut:
Lokasi, adalah tempat keterdapatan data batubara tersebut.
Sumberdaya Batubara, dipisahkan menjadi sumberdaya hipotetik, tereka, tertunjuk
dan terukur. Berdasarkan SNI, definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut:
- Sumberdaya batubara adalah bagian dari endapan batubara dalam bentuk dan
kuantitas tertentu serta mempunyai prospek beralasan yang memungkinkan untuk
ditambang secara ekonomis. Lokasi, kualitas, kuantitas karakteristik geologi dan
kemenerusan dari lapisan batubara yang telah diketahui, diperkirakan atau
diinterpretasikan dari bukti geologi tertentu. Sumberdaya batubara dibagi sesuai
dengan tingkat kepercayaan geologi ke dalam kategori tereka, tertunjuk, dan
terukur.
- Sumberdaya hipotetik adalah sumberdaya yang kuantitas dan kualitasnya
diperoleh dari tahap penyelidikan Survei Tinjau.
- Sumberdaya tereka adalah bagian dari total estimasi sumberdaya batubara yang
kualitas dan kuantitasnya hanya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan
yang rendah. Titik informasi yang mungkin didukung oleh data pendukung tidak
cukup untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya.
Estimasi dari kategori kepercayaan ini dapat berubah secara berarti dengan
eksplorasi lanjut.
- Sumberdaya tertunjuk adalah bagian dari total sumberdaya batubara yang kualitas
dan kuantitasnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang masuk
akal, didasarkan pada informasi yang didapatkan dari titik-titik pengamatan yang
mungkin didukung oleh data pendukung. Titik informasi yang ada cukup untuk
menginterpretasikan kemenerusan lapisan batubara, tetapi tidak cukup untuk
membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya.
8
- Sumberdaya terukur adalah bagian dari total sumberdaya batubara yang kualitas
dan kuantitasnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan tinggi,
didasarkan pada informasi yang didapat dari titik-titik pengamatan yang diperkuat
dengan data-data pendukung. Titik-titik pengamatan jaraknya cukup berdekatan
untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya.
Cadangan Batubara, yaitu bagian dari sumberdaya batubara tertunjuk dan terukur
yang dapat ditambang secara ekonomis. Estimasi cadangan batubara harus
memasukkan perhitungan dilution dan losses yang muncul pada saat batubara
ditambang. Penentuan cadangan secara tepat telah dilaksanakan yang mungkin
termasuk studi kelayakan. Penentuan tersebut harus telah mempertimbangkan semua
faktor-faktor yang berkaitan seperti metode penambangan, ekonomi, pemasaran, legal,
lingkungan, sosial, dan peraturan pemerintah. Penentuan ini harus dapat
memperlihatkan bahwa pada saat laporan dibuat, penambangan ekonomis dapat
ditentukan secara memungkinkan. Cadangan batubara dibagi sesuai dengan tingkat
kepercayaannya ke dalam cadangan “terkira” dan „terbukti”. Definisi masing-masing
istilah sesuai dengan SNI 5015:2011, adalah sebagai berikut:
- Cadangan batubara terkira adalah bagian dari sumberdaya batubara tertunjuk
yang dapat ditambang secara ekonomis setelah faktor-faktor penyesuai terkait
diterapkan, dapat juga sebagai bagian dari sumberdaya batubara terukur yang
dapat ditambang secara ekonomis, tetapi ada ketidakpastian pada salah satu atau
semua faktor penyesuai yang terkait diterapkan.
- Cadangan batubara terbukti adalah bagian yang dapat ditambang secara
ekonomis dari sumberdaya batubara terukur setelah faktor-faktor penyesuai yang
terkait diterapkan.
Tabel Neraca Sumberdaya Batubara Tambang Dalam
Untuk komoditas batubara, sumberdaya batubara pada kedalaman 100 – 500
meter dari muka air laut disajikan khusus dalam tabel sumberdaya batubara Tambang
Dalam.
Tabel Neraca Sumberdaya Bitumen Padat
Kolom yang terdapat pada tabel neraca sumberdaya bitumen padat adalah:
Nomor urut, adalah nomor urutan pemasukan data.
Lokasi, merupakan nama lokasi khas tempat bitumen padat tersebut berada.
Provinsi, menggambarkan lokasi administratif endapan bitumen padat tersebut.
9
Kandungan minyak, memperlihatkan nilai minyak yang terkandung pada batuan
bitumen padat di wilayah penyelidikan yang dihasilkan dari analisa retort dan
diekspresikan dalam satuan liter/ton.
Sumberdaya hipotetik, merupakan nilai sumberdaya bitumen padat pada daerah
penyelidikan, dimana tingkat penyelidikannya masih berupa survei pendahuluan atau
penyelidikan awal, dengan satuan juta ton.
Sumberdaya tereka, merupakan nilai sumberdaya bitumen padat pada daerah
penyelidikan, dimana tingkat penyelidikannya berupa survei semi detil dengan
metode penyelidikan menggunakan pemboran, satuan dalam juta ton.
Total Sumberdaya, merupakan penjumlahan dari nilai sumberdaya hipotetik dengan
sumberdaya tereka.
10
2. HASIL KEGIATAN
2.1. Pemutakhiran Data
Hingga tahun 2015, database batubara terdiri dari 412 lokasi yang tersebar di Pulau
Sumatera, Pulau Jawa bagian barat, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi bagian selatan,
dan Pulau Papua. Bitumen padat sebanyak 76 lokasi yang tersebar di Pulau Sumatera,
Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, dan Pulau Sulawesi bagian selatan dan tenggara, serta di
Pulau Papua. CBM sebanyak 20 lokasi hasil penyelidikan Pusat Sumber Daya Geologi,
yang tersebar di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan.
2.2. Neraca Sumberdaya Energi Fosil
2.2.1 Sumberdaya Batubara
Hasil perhitungan keseluruhan menunjukkan bahwa sumberdaya batubara
Indonesia sampai dengan tahun 2015 ini adalah sebesar 126.609,34 juta ton batubara,
sedangkan cadangan batubara sebesar 32.263,68 juta ton (Tabel 2.1).
Tabel 2.1. Kualitas, Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia, 2015.
Jumlah
Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Total % Terkira Terbukti Total
Kalori Rendah 1,978.83 9,650.04 10,432.15 12,258.65 34,319.67 27.11 6,203.69 3,271.78 9,475.47
Kalori Sedang 16,882.22 22,413.42 17,441.12 24,286.35 81,023.10 63.99 16,485.65 3,858.21 20,343.86
Kalori Tinggi 889.19 2,804.47 2,186.22 3,243.11 9,122.99 7.21 545.20 974.33 1,519.53
Kalori Sangat Tinggi 13.61 1,276.46 394.02 459.49 2,143.58 1.69 761.51 163.31 924.82
TOTAL 19,763.84 36,144.39 30,453.51 40,247.60 126,609.34 100.00 23,996.05 8,267.63 32,263.68
Catatan :
1. Kualitas berdasarkan kelas nilai kalori 2. Kelas Sumberdaya batubara 3. Kelas Cadangan
(Keppres No. 13 Tahun 2000 diperbaharui dengan PP No. 45 Tahun 2003) a. Terukur a. Terbukti
a. Kalori Rendah < 5100 kal/gr b. Tertunjuk b. Terkira
b. Kalori Sedang 5100 - 6100 kal/gr c. Tereka
c. Kalori Tinggi > 6100 - 7100 kal/gr d. Hipotetik
d. Kalori sangat Tinggi> 7100 kal/gr
KualitasSumberdaya (Juta Ton) Cadangan (Juta Ton)
Apabila dibandingkan dengan neraca tahun 2014 terdapat kenaikan sumberdaya
batubara sebesar 1.812,60 juta ton, begitu juga dengan cadangan batubara pada tahun
ini mengalami penurunan sebanyak 121,06 juta ton (Gambar 2.1). Penurunan jumlah
sumber daya dan cadangan ini dikarenakan melemahnya nilai batubara di pasar dunia,
sehingga banyak perusahaan yang menghentikan kegiatan eksplorasi dan produksi
batubara karena nilai jual batubara tidak dapat menutupi biaya produksi.
11
Gambar 2.1. Grafik perubahan nilai sumberdaya dan cadangan batubara tahun 2011 – 2015.
Sumber daya dan cadangan batubara per provinsi di Indonesia tahun 2015 adalah
seperti terdapat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Sumber daya dan cadangan batubara per provinsi tahun 2015.
Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Total Terkira Terbukti Total
1 Banten 5.47 5.75 4.86 2.72 18.80 0.00 0.00 0.00
2 Jawa Tengah 0.00 0.82 0.00 0.00 0.82 0.00 0.00 0.00
3 Jawa Timur 0.00 0.08 0.00 0.00 0.08 0.00 0.00 0.00
4 Aceh 0.00 346.35 13.89 90.40 450.64 0.00 0.00 0.00
5 Sumatera Utara 0.25 7.00 0.00 19.97 27.22 0.00 0.00 0.00
6 Riau 12.79 243.12 643.82 900.34 1,800.07 54.49 633.34 687.83
7 Sumatera Barat 20.41 294.50 231.16 249.45 795.52 0.00 158.43 158.43
8 Jambi 603.71 1,110.30 670.88 361.82 2,746.70 122.17 118.58 240.75
9 Bengkulu 0.00 2.12 118.81 71.14 192.07 0.00 18.95 18.95
10 Sumatera Selatan 12,633.17 13,161.57 15,001.02 11,106.17 51,901.93 10,134.43 2,140.29 12,274.72
11 Lampung 0.00 106.95 0.00 0.94 107.89 0.00 0.00 0.00
12 Kalimantan Barat 2.26 477.69 6.85 4.70 491.50 0.00 0.00 0.00
13 Kalimantan Tengah 222.24 1,952.19 883.86 1,047.20 4,105.48 284.53 486.73 771.26
14 Kalimantan Selatan 0.00 6,050.60 3,461.10 4,945.92 14,457.62 1,300.59 2,354.54 3,655.13
15 Kalimantan Timur 6,088.84 11,623.63 8,807.33 20,543.66 47,063.46 11,793.92 1,968.40 13,762.39
16 Kalimantan Utara 65.62 660.81 480.27 850.09 2,056.79 305.86 388.31 694.17
17 Sulawesi Selatan 0.00 48.81 129.68 53.09 231.58 0.06 0.06 0.12
18 Sulawesi Tengah 0.00 17.11 0.00 0.00 17.11 0.00 0.00 0.00
19 MALUKU Maluku Utara 8.22 0.00 0.00 0.00 8.22 0.00 0.00 0.00
20 Papua Barat 93.66 32.82 0.00 0.00 126.48 0.00 0.00 0.00
21 Papua 7.20 2.16 0.00 0.00 9.36 0.00 0.00 0.00
19,763.84 36,144.39 30,453.51 40,247.60 126,609.34 23,996.05 8,267.63 32,263.68
No. Pulau ProvinsiSumberdaya (Juta Ton) Cadangan (Juta Ton)
JAWA
SUMATERA
SULAWESI
PAPUA
TOTAL INDONESIA
KALIMANTAN
Sesuai dengan SNI 5015 tahun 2011, sumber daya hipotetik ditiadakan karena
merupakan tanggungjawab pemerintah untuk melaksanakan penyelidikan pendahuluan
yang menghasilkan sumber daya hipotetik (Sub bab 2.3). Jadi nilai sumber daya dan
-
25.000,00
50.000,00
75.000,00
100.000,00
125.000,00
150.000,00
2011 2012 2013 2014 2015
120.338,60 119.446,36 120.525,42 124.796,74 126.609,34
28.017,46 28.978,61 31.357,15 32.384,74 32.263,68
Sumberdaya
Cadangan
Juta ton
12
cadangan yang ditampilkan adalah nilai yang dihasilkan oleh perusahaan pemegang izin
PKP2B dan IUP, seperti terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.3. Sumber Daya dan Cadangan Batubara sesuai dengan SNI 5015 tahun 2011.
Jumlah
Tereka Tertunjuk Terukur Total % Terkira Terbukti Total
Kalori Rendah 9,650.04 10,432.15 12,258.65 32,340.84 30.27 6,203.69 3,271.78 9,475.47
Kalori Sedang 22,413.42 17,441.12 24,286.35 64,140.89 60.03 16,485.65 3,858.21 20,343.86
Kalori Tinggi 2,804.47 2,186.22 3,243.11 8,233.80 7.71 545.20 974.33 1,519.53
Kalori Sangat Tinggi 1,276.46 394.02 459.49 2,129.97 1.99 761.51 163.31 924.82
TOTAL 36,144.39 30,453.51 40,247.60 106,845.50 100.00 23,996.05 8,267.63 32,263.68
KualitasSumberdaya (Juta Ton) Cadangan (Juta Ton)
2.2.2. Sumberdaya Batubara Tambang Dalam
Sumberdaya Batubara untuk Tambang Dalam adalah sebesar 42,96 milyar ton.
Naik sebesar 1,84 milyar ton dari tahun 2014 (41,12 milyar ton). Grafik perubahan nilai
sumber daya batubara tambang dalam dapat dilihat berikut ini.
Gambar 4.2. Grafik perubahan nilai sumber daya batubara tambang dalam.
2.2.3. Sumberdaya Bitumen Padat
Secara definisi, bitumen padat merupakan batuan sedimen yang mengandung
material organik yang apabila dipanaskan sampai dengan suhu 550oC (proses retort)
akan menghasilkan minyak. Endapan bitumen padat dapat berupa oil shale (serpih
minyak) ataupun tar sand. Kenyataan di lapangan, Indonesia memiliki kedua jenis
38,50
39,00
39,50
40,00
40,50
41,00
41,50
2011 2012 2013 2014 2015
39,76
40,32
40,9641,12
42,96
Sumber Daya Batubara Tambang Dalam
Sumber Daya Batubara Tambang Dalam
Milyar Ton
13
endapan bitumen padat tersebut. Oleh karena itu, untuk perhitungan neraca sumberdaya
bitumen padat, data oil shale dan tar sand disajikan dalam tabel yang terpisah, walaupun
pada akhirnya nilai total sumberdaya bitumen padat adalah penjumlahan dari kedua jenis
ini. Pemisahan tabel tersebut bertujuan untuk memudahkan pihak yang ingin
memanfaatkan komoditas tersebut.
Sampai tahun 2015, sumberdaya oil shale Indonesia adalah sebesar 12.224,41
juta ton batuan yang terdiri dari 11.013,51 juta ton sumberdaya hipotetik dan 1.210,90
juta ton sumberdaya tereka. Kandungan minyak pada batuan bitumen padat berkisar
antara 1-256 liter/ton. Penambahan sumber daya berasal dari penyelidikan Pusat Sumber
Daya Geologi di 10 lokasi, yaitu daerah Aceh Tamiang (Provinsi Aceh), Boven Digoel
(Provinsi Papua), Kabaena (Provinsi Sulawesi Tenggara), Sarmi (Provinsi Papua),
Tanggetada (Provinsi Sulawesi Tenggara), Pangkalan (Provinsi Riau), Windesi (Provinsi
Papua Barat), Pengadan (Provinsi Kalimantan Timur), Dusun Panjang (Provinsi Jambi),
dan Makarti Jaya (Provinsi Sumatera Barat).
Sumberdaya tar sand Indonesia belum berubah dari tahun 2013, yaitu masih
sebesar 153,53 juta ton batuan yang terdiri dari 76,74 juta ton sumberdaya hipotetik dan
76,79 juta ton sumberdaya tereka dengan kisaran kandungan minyak 5-248 liter/ton. Hal
yang menarik dari endapan tar sand ini adalah lokasinya yang terpusat di satu pulau yaitu
Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.
Total sumberdaya bitumen padat adalah sebesar 12.337,94 juta ton batuan. Naik
sebesar 708,09 juta ton dari tahun 2014. Grafik perubahan nilai sumberdaya bitumen
padat dapat dilihat pada Gambar 2.3.
14
Gambar 2.3. Grafik perubahan nilai sumberdaya Bitumen Padat (Oil Shale dan Tar Sand) tahun 2011 – 2015.
2.2.4. Sumberdaya Coalbed Methane (CBM)
Coal Bed Methane yang juga disebut sebagai Gas Metana Batubara merupakan
gas yang terdapat dalam lapisan batubara, komposisinya terdiri dari methane, CO2, CO,
N2, dan ethane.
Sampai tahun 2015 ini, sumberdaya hipotetik CBM Indonesia adalah sebesar
9.194.741.295 Cuft = 9,194 BCuft yang terdapat di 20 lokasi. Empat lokasi baru adalah
di Srijaya Makmur (Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan), Paser (Kalimantan
Timur), Tamiang Layang (Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah), dan Upau
(Kabupaten Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan). Terdapat kenaikan sumber
daya sebesar 1,661 Bcuft dari tahun sebelumnya.
11.000,00
11.200,00
11.400,00
11.600,00
11.800,00
12.000,00
12.200,00
12.400,00
2011 2012 2013 2014 2015
11.457,8411.508,47
11606,6711629,85
12.337,94
Sumberdaya Bitumen PadatJuta ton
15
Gambar 2.4. Grafik perubahan nilai sumberdaya coalbed methane tahun 2011 – 2015.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
2011 2012 2013 2014 2015
5,2065,809
6,939 7,533 9,194
Sumberdaya Coalbed MethaneBCuft
16
Tabel 2.5. Sumberdaya Coal Bed Methane Indonesia, 2015.
No Daerah/Lokasi Tahun Luas (Km2) Sumberdaya Hipotetik
Batubara (Ton) Methane (Cuft)
1 2 3 6 7
INSTANSI PEMERINTAH
1 Loa Lepu (Kaltim) 2006 2 x 1 191,726,612 150,711,520
2 Buana Jaya (Kaltim) 2007 2 x 1 534,261,545 606,588,270
3 Tanah Bumbu (Kalteng) 2008 2 x 1 112,733,226 402,255,325
4 Tamiang (Sumsel) 2008 1 x 1 31,792,000 9,114,082
5 Tanjung Enim (Sumsel) 2009 2 x 1 1,181,594,858 758,792,398
6 Ombilin (Sumbar) 2009 1 x 0,4 7,987,200 1,624,346,374
7 Jangkang (Kalteng) 2010 - 16,567,200 15,724,003
8 Nibung (Sumsel) 2010 7,5 x 0,58 100,394,426 1,637,175,754
9 Paser 2010 2,7 x 1,0 1,858,168 806,663
10 Bukit Sibantar, Sawahlunto (Sumbar)
2011 111 Ha 10,995,060.00 603,806,535.00
11 Balangan (Kalimantan Selatan)
2012 0.50 32,792,500.00 417,845,314.00
12 Lahat (Sumatera Selatan) 2012 0.40 136,236,133.00 647,423,277.00
13 Bayunglencir (Sumatera Selatan)
2012 0.50 11,992,500.00 64,439,979.00
14 Muara Kilis (Jambi) 2013 0.50 2,765,000.00 14,220,657.00
15 Sumai (Jambi) 2013 14.79 374,932,470.00 161,135,955.00
16 Berau (Kaltim) 2013 0.50 29,928,100.00 418,783,700.00
17 Srijaya Makmur (Kab. Musi rawas, Sumatera Selatan)
2014 2x0,5 8,125,000.00 90,585,950.00
18 Paser (Kab. Paser, Kalimantan Timur)
2014 408.00 14,841,800.00 630,292,590.00
19 Tamiang Layang (Kab. Barito Timur, Kalimantan Tengah
2015 2x2 10,408,582.00 265,073,849.00
20 Upau (Kab. Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan)
2015 2x0,5 161,947,000.00 675,619,100.00
2,973,879,380.00 9,194,741,295.00
17
Gambar 2.5. Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia Status 2015.
18
Gambar 2.6. Sumberdaya Bitumen Padat Indonesia Status 2015.
Sumberdaya: 11.634.97 juta ton
19
Gambar 2.7. Peta penyelidikan CBM Badan Geologi dan wilayah kerja CBM tahun 2015.
20
Top Related