23 24 Okloh~r 200]-
ASTUBUHEFEK RADIASI PADA KOMPONEN SELULER SISTEM IMUNf
Zllbaidah AlatasPuslitbang Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir -BAT AN
ABSTRAKEFEK RADIASI PAD A KOMPONEN SELULER SISTEM IMUNITAS TUBUH. Sistem imunit:os
menggaInbarkan kemaI1lpuan tubuh untuk mempertahankan dirinya ttrhadap btrbagai maCaIn pt:ndatang a..,ing y..ng
disebut stbagai antigtn, dtngan menggunakan mekanisme kekthalan tuhuh. l-'enetra..,i antigtn ke dalaIll tuhuh
mengaktivasi respon imunitas tubuh yang dapat berupa humoral, seluler atau keduanya. Rt'~.,pon imunitas terutaIlla
dilakukan oleh duajenis sel yaitu lilnt'osit dan makrofag. Makalah un akan membahas komponen seluler sistem iInunita..,
tubuh dan pengaruh racliasi terhadap berbagai jenis sel yang terlibat dalaI1l sisttm tersebut. Selain itu etek racliasi
terhadap respon humoral dan respon seluler, strta hubungan antara imunita.-;, kanker dan radioterapi .juga akan diuraikan.
ABSTRACTTHI~ I~Flfl':CTS ()F I~ADlATION ON THl': Cl'"I,I,UI..AI~ COMPONI~NTS ()F THI': IMMUNl':
SYSTEM. The itnlnunt: sy~tem dt:scrihl::s the body'~ ability to defenc! itself against villiou~ toreign intruders nillned as
antigl::ns by calling on an immune mechanism. Antigents penetration into the body activate thl:: body's imlnune system
that may be humoral response. cellular respol1Se, or both. The ilnmune respon~1: is prunarily mediated by two cl:lItype..;,
lymphocyte and macrophage. This paper will discuss the cellular component of urunune system and the radiation effect...;
on variuos cells involvcd in' thl: system. Moreover. the el'fects of rudiati(m on humoral dan l:cllular rl:sponscs and the
relation among ilnmunity, cancer and radiotherapy are also described.
atau petculda. K~s~llllllhan culligen ini hila
digabungkan akal1 m~mbenluk suatu sistem Yal1g
dikenal sebagai nonnal transplantation antigensyang m~nyebabkCll1 seseo!-ang C).kan menolak suatu
jatingan atau orgcul tubuh yatlg lidak sesuai/l:oeok
pada proses transplantasi [3].Antigen pelmukaan paLla sel kal1ker
kW.aI1g l~bih b~rbeda dengall antigen p~lmukaal1
pada sel nonnal s~hingga disebut dengan antigen
banl. Alltigen balll ini juga spesifik bergatltwlg pada
jelus kat1ker tellilama untuk j~nis kanker yang
telinduksi oleh Vil"US atau bahan kilrua atau kanker
Yatlg leljadi Sel:ara spontan. Anligen jenis lairulya
adalall tumor-a.\'sociated antigen.\' yang batlyakdijumpai pada berbagai jenis llllnor lermasuk scl
nonnal l~tapi tidak ada pada .iclus tmuor t~rtentu.
Sebagai l:ontoh adalall carc;.inoembryoni(; antigen
(CEA) yang diyakilU telah m~mbawa iltlOlmasi
kat.sillOgClUk pada s~seOratlg s~.iak lJeriod~ ~mbrio
hanya ckspresinya Yatlg mengalatni penun(laan [2].Kompon~n genetik, mol~kuler datl selul~r
dclfi siswm imllllitas membentuk suatu sil;t~m
interctksi yang sculgat kompeks. K~ndali proses
p~ngaturcul mekani:,;mt: sistem imllllitas tubull adalah
ti.~.ngsi dali interaksi ketiga komponen di alas.
1(at.t:na Sail gat luas datl komplt:ksnya sistem ilU,
maka tulisatl ini hanya akan membahas komponcn
I. PENDAHULUANSistem imunitas tUbtUI meillpakan suatu
sistem yang SatIgat kompleks dengaIl berbagaimekatllSme dalam usaha mempertalIankatl
homeostasis dan kesehataIl tubull. Secat.a nolmal,
sistem imUllitas tUbtUI ber111T1i!;si sebagai suatu
sistem pe11ahanan tUbtUI terhadap berbagai ballan
asing seperti mikt.oorganisma patogen dan terhadap
sel tubuh yang telah rnengalatni U'ansformasi
neoplastik [1].Imtmitas tubulI dapat berupa bawaan yang
sudah acta sejak lahir atau perolehatl yang baru
terbentuk setelah tubt1l1 mendapat Seratlgatl bahan
asing yang dikenal sebagai aIItigen. Penetrasi
antigen akan menstimulasi sintesa aIltibodi yatlg
spesitik untuk l11.eugag.glutinasi atau menghancurkan
antigen tersebut [2,3].Antigen adalah setiap bahan yang
mempunyai kemaInpUaIl untttk mengawali teIjadinya
mekanisme kekebalaIl tubl1l1 (bersifat antigenik),
baik berupa baktell, virus, jcunur, pat'asit, jaIlnganasing, maupun beilipa toksin d.lI1 protein asing.Antigen dapal mclsuk ke dalam tubuh Inelalui
injeksi, ingesi, iIulalasi, kulit dcu} juga
pencangkokkanjatlngan atau orgatl tubuh [3].
Selia!? sel mempunyai antigen spesifik pactapelmukaarl sel YaIlg tunum dikenal sebagai marker
~_al~_Nasional
Kest:hunal,Ul, Kesehalall dall Lin~kUllgan
seluler clal-i sistem kekcbalall tubuh clan pcngal"llh
pajanall radiasi terhaclap berbagai sel yang terlibat,
clan juga dilengkapi dengall uraian mengenai
mekanisme respon unulutas seluler dall humoral-
mek.Ulismc ketah.lI1,lI1 tubuh terhadap set tUlnor y,Ulg
tumbuh secal°a SpOlltail [3,5]0
3. Se] /lull
Terdapat sqatu populasi gel limt'osit yang
tidak Jikenali klU°akteristiknya karena se] itu tidak
memi]iki ~i1i-~ili sel T maupun gel B, sehingga
popu]asi sel ini disebut dengan gel null. Diketallui
bahwcl set ini terdJpclt dalaI11 seticlP orgcUl limt()jd
[5].
II. KOMPONEN SELULER IMUNITAS
TUBUHRespbn imwIitas tubuh membutuhkan sel
liIni'osit yang berasal daI-i sel stem pacta sumsum
tulang- Sel limt'osit ilu dapat dibed,lkaIl alas dua
jenis utaIna, yaitu sel luniosit T (thymu:,'-derived
cells) Yatlg mengalami proses diterensiasi dan
p~matangan dalatn kelen,ial- timus, dan sellilniosit B
(bone marrow or bursa cell:,') y,mg berkembang
tcrutalna dalaIn sumsum luhulg st:lain palla lunpa
daIl mukosa usus halus, Timus daIl sum sum tulang
dianggap sebagai jal-ing,ullimtoirj pusat [2,4],Sel limfosil T datl B yang lelall matang
akan belmigrasi menuju organ liIni'oid tepi, yaitu
luni'onodus, tonsil, limpa, daIl jatingaIl limtoid
pada usus halus, wItuk kemudiaIl terlibat dalam
mekanisme respon unml ulbull. Sel T tidak
menghasilkan anlibodi tetapi bert'ungsi sebagai
regulator dan et'ektor sistem imwlitas tubuh.
Sedangkan sel B l,~bih berfungsi 'dalam hubungaIUlya
dengan pembenulkan antibodi [1,4].
Berbagai komponen seluler yang terlibatdalaIn sistem imullitas adalah sebagai belikut :
1. Sel timosit
Sel ini adalall cikal bakal sel T yang berasal
dat'i kelenjar timus. Selama proses pematangaI1, sel
bennigrasi dat'i bagiatl korteks (tepi) ke bagiatl
medula (tengah) limu",- Selelall matang melljadi sel
T, set akruJ memiliki suaul peuuJda y,u1g bersifal
anligenik y,UJg dikt:n,LI St:bag,li ,mtigell pt:lffiukarul.
Kt:mlldial1 set limf'osil ilJi ,lkan m,lsuk kt: dalrun
sistem sirkulasi dar,u1 tepi dan bergabw1g dengaIl
populasi limt'osit laiIlllya daIl (likenal sebagai sel
luniosit kecil [5].
4. Sellimtosit T
Setelall mengalcuni proses pematallgiul
dalaln timus, sel akan masuk ke clalaln su.kulasi
dal1t1l Lepi lIllLuk disebiu.kiUl kt: sellll"ulJ orgiul
lum.oid. Jumlah total lilmosit pacta manusia dewasa
seki Liu" 500 x 109 dan hanya st:ki Lal. 2 % (2 x I lj9)
Yallg berada pacta dal.all tepi. Sediulgkan traksi st:11
sekiLar 75 -80 % dall jumlctll sel lirnt.osit dalaln
darall dyngan masa hidup )/allg relatif lalna
(tahunall) [4,6].Berdasal.kall pacta stl-uktur dall fungsi alltigt:n
pt:lmukaan Yallg mempunyai kt:malnpUall spt:sifikdalatn mengenali st:gala molekul using dalaln tubuh,
sel T dapat dibedakan atas 6 subpopulasi [5].
Kt:enam subpopulasi Lerst:but yang akiUl
terdetenninasi dall teraktiyasi dengan kehadiran
antigen, adalah sebagai berikut:
4.1. Sel penolong (lleiper, H)
Fungsinya terutalna untuk menYalnpaikall
ilU'Ol11lasi mellgenai keberadaatl antigen Yallg
diteruniulya dcu.i makrofag, kt:pada sel B yang
st:suai. Dt:ngiul dt:mikiatl, st:1 H bt:rtimgsi st:bagai
r~gula!or posi!if !t:rhadap st:1 slt:m limtosil L3 lIll!uk
clara! bt:rkt:mbiulg clall bt:rclilC.:rellsiasi mt:njacli st:1
plasma st:bagai pt:mbl:nLuk an!ihodi dall sel memori
B un!uk mclclkukan aktiyitas pruliferasi. SI:I H jUgil
bcrtungsi sebagai regulator posi!if terhadap st:1 stl:m
lilmosit (pra- T/timosit) Illl!uk berdiferl:nsiilsi
menJadi sel sitotoksik (CL).
2. Sel pra- T
Sel<U1la tahapan proses pemataIlgan
berlangsung dalatll kelenjaI" timus, sel timosit
menjadi suatu populasi sel YaIlg disebut dengan sel
pra-T. Sel natural killer (NK) diduga juga berasal
dari populasi &1 pra-T uli. Sel NK adaicul suatujenis
sel YaIlg keberadacumya secara aI<U1liail dapat
menghculcurkcul herbagai jellls seJ tumor. Dengan
delnikicul seJ ini diallggap belveran penting daI<U1l
4.2. Sel penekarl (.I'Uppre.l'SOr, S)
Sel ini diaktivasi oleh sel H dan bertungsi
dalam menekal1/menurunkarl berbagai respon dm'i
gel T atau B lainnya. Mekanisme umpanbalik antat'a
gel H darl S merupakarl salall salu t'enomena pentuIg
dalarn respon ununitas seluler, Sel S bert'ungsi
sebagai regulator negatif lerhadap prosesdit'erensiasi sel B menjadi st:l plasma dan
IJ3Kl~BiN-BATAN
~l:lnill.lI. Nasio.)i..1 Kl:.'il:I.unat.lIl, Kl:.'il:ha(.lIl Jan l,ingkllllg.UI 24 Oklt1!Jt:r 2()() I
diferensiasi sel T m\:11jadi s\:1 CL, S\:\aiI1 ilu s\:\ ini
sec,u'a lilllgsung dapal m\:nghill11bal aklivilas sckresi
illltibodi Yilllg dilakukilll oleh sel plasma,
4.3.
Sel sitotoksik (cytotoxic:, CL)
Fullgsillya kctika terstimulasi sccara
cUltigcllik ailiuah IculgsUllg bcrhubUl1gal1 dCllgcu1 scl
twllor dengall ccu.a menghancurka1ll1ya. Sel CL
mempunyai target yallg saugat spesitik pacta jenistwllor te1tentu dCU1 tidak akCU1 bereaksi dengan jenis
tllmor yang laill meskipull daiCUll tubuh bewaIl yang
SCUlla.
4.4. Sel penguat (ampl~fication, Ta)
FWlgsi dari set i.\u diyaki.\u berhubungan
dengan set CL, set H da.ll set B. Set Ta menstimulasi
pematallgan set CL yang antig":'l spesifik. Set ini
mempwlyai kemWnpUaIl dalaIn mendeteksi antigen
yang diproses oleh m'lkrolag atau alltigen
p~nnukaa.ll set dan m~nstimluasi prekw"sor set CL
lwtuk melakukan proliterasi dan diferensiasi
menjadi sel CI-- Yallg kemudi,lll ,tkaI.\ mengenali
antigen-a.lltigen lain pacta sel tal"get Yallg sa.llla. SeI
4.5. Sel tfp/(lyptf hYPPI:~'(111sitil'ity (I'd)
Pungsulya ad,u,ul mem.ululpk,UI
mekalusme respon peradangall kl'onik lokal sebagai
hipersensitivitas tel1unda (DTH). Proses ini dapat
dibagl alas dua lase, induksi dan ekspresi, yang
setiap fal'e kemwlgkimul mt:libatk,w dilll
subpopulal'i I'el y.lIIg berl>eda.
4.6. Sel mt:mOl.i (M)
Diketahui paling sedikil terdapat dua subpopulasi sel
M jill, yaitu sel klasik dall sel mw1ll/virgin. Ekspresi
dari mem0l1 imwlilas tubuh dipenilltai oleh sel T
yang berg,lIllwlg pad a tiga jenil' 1'1;:1, yaitu sel virgin,
sel klasik dllil sel H. Mekallisml;: dal.i gel M berbeda
dengan jenis gel T YaIlg lain kal'ena t"ungsurya yang
terbatas hallya dalam hal menU-anter memol1
aIltigenik [5].5. Sellilntosit B
Sel B YaIlg belwn matang mengalami
proses pematangan dalaln sumSWD tulaIlg, limpa dllil
hati yang kemudiall akaIl memiliki imunoglobulin
(I g) spesitik. Jalur 19 ini diu.allsmisikan melalui
prolit'erasi klon pacta generasi berikuurya. Jwnlah sel
B sekitar 30 % dali jwnlah lunl'osit dalaIn darah tepi
dengan masa hidup relatif lebih singkat dari sel
liInt'osit T. Fungsi s.:l B tidak hanya terbatas pacta
produksi lliltibodi tetapi juga terlibat pacta interaksi
antara sl;:l H dan makl.ofag dilll juga membiultu
Ta diketahui melepaskan faktor cunplifikasi yang
dapal mt:nlrasfOI1ll st:1 111\:n.iadi st:l H.
P3KRBiN-BATAN
Sl:minlU" Nasioll,t.1 K :1111:1.[:111, K.:
:~!~~~~
2~\ 2.:1 ()kl()II;:r2()()(
l'ungsi m~mori imllli tubuh [4,61. Subpopulasi s~l B
s~ccu.a t'ungsional dapat dikat~gorikall b~rdasal.kall
pacta perbedClall j~nis mol~kul ununoglobulin Yallg
dihasilkaru1ya [8].
13 (D). Mt:lalui illtt:l1lksi dengilll St:! H diUl S, sel 13
akiUl merespon alltigen spesitik dengan membe!ah
diUl berdit"erensiasi menjadi sel plasma (PC) sebagai
pembentuk antibodi dan sel memori (BM).
@.,
\T'"
III. RESPON IMUNITAS TUBUH
Respon iInunitas tubuh dapat dibedakatl
atas dill jenis, yaitu imunitas seluler datI
imunitas humoral. Perkembatlgatl dari llnwutas
seluler datI humoral diatUl. oleh suatu ratlgkaiatl
interaksi Yatlg penting atltat"a makrofag, sel T
datl sel B.~
rs~.-~
---:"")
'"LJ~r-;"""r'~,.. A",TltJij~
~I~ : '""" .
;$ ::!,.J'f ' i
PC .t.,A --'@A~TlQ(jPI"<.:k~~-
S»J),\N<i ISANGAT I SI1DAN(Rt\PIOS"N~I11:f"
III
.\ R,WIOIUiSIS""f:IN
cambar 2. Intcraksi subpopulasi limfosit dalamsistcm kckcbalan tuhuh [7].
,
6. Sel plasma (PC).. Dengarl admly.j sel T clan H, sel B
berdifel.,-~nsiasi menjadi sel plasma, Sel ini mampu
mengha:;ilkan arllibodi secara aklif pacta respon
imunitas humoral. Sel plasma mensintesa dan
mensekresi semua jeuis molekul iInuuoglobuliu
dalam sirkulasi dar'ah [1,4,5].
Sel monosit
Sel monosit adalah sel prekusor dari
makrofag. Fungsi utamanya adalall sebagai pemakan
antigen (pagositotik) dan memberikannya pacta gel
B rSl.
.1. lmunitas seluler
Imlllulas s~lul~r m~l-upakall r~spou
.I ~mlll~las yaug dim~diasi ol~h kom~on~n s~lulrt:r
ImUllllas lubuh, yang t~rulallla m~lIbatkal1 st:J r.
AIltig~n asing Yallg masuk dalam tubull akall
m~macu s~J T llIltuk m~Jakukan proses pemb~lah1Ul
clan menjadi b~rsitat toksik atau mematikan terhadap
antig~n lers~bul hila leljadi konlak. Sel T yang
leraktivasi llU m~mpunyai k~mampuan llIlluk
merusak alau m~malikall sel llllllor daJalll kultw'
dengall ~aI"a melep1lSkall suatu s~nYclwa Yallg dik~nal
dengan sitotoksin yang dapal mengakibatkall
leljadinya kel"llsakan pada membran sel. Oleh kal'~na
itu j~nis seJ T sep~11i llli dis~but dengaIl sel T
pembunuh [5].Sel T dapat pula diaktivasi dengan
mekanism~ yang Jain yaitu dengall terjadinya kontak
dengall makI'ofag yang telall leraktivasi dengall
keberadaall antig~n tumor. Makrofag Yallg
teraklivasi b~rsama dengan s~1 T clkan mampu llIlluk
mem1llikall s~I-I;~1 k[u1k~r [5].
Imululas seluler berp~rall renting dalam hat
penolakall jaringaIl donor yang tidak sesuai dalam
proses lr1ulspJalltal;i, dcllalll p~nyakit graji-vs-hvSf,
clan dalalu r~spon 11ip~rsensitivilas lertunda. Dalam
us aha llItluk melakukan transpJantasi organ seperti
ginjaJ, untuk menghindali terjadinycl penoJakall oJ~h
p~nerimcl dollor, hal"lIS digull1lkan donor YaIlg
mempunyai kecocokkall jarlllgcul yaitu Yallg
mempunyai hubungall genetik yang relatif dekcll
dengall penerima. Hila teljadi ketidakcocokkall
jalingall, !uaka sist~m imululal; si penelima donor
hal'us dilekall s~hingga jal"ingaI1/organ dari donor
lidak mengalalni p~nolclkkan ol~h penerima [1,3].
8. MakrofagFungsi makrotag selain sebagai pagositotik,
juga terlibat dalam merubah illuigen menjadi suatu
bentuk yang da~at menginisiasi dill1 mengaktitkan
interakisi sel T dill1 sel B [5].
Gambar 2 menUlljukkan interaksi daTi
berbagai komponen subpopulasi limfosit untuk
menghasilkan respon nnunitas tubuh. Pada model
ini, sel stem sumsum tulilllg (SC) mengalami proses
pematangan dalcun tnnlls menjadi sellilnt'osit T. Sel
ini berkembang menjadi: (1) sellirnt'osit T (T) yang
akan merespon cuuigen; (2) sel helper (H) yang
akan terlibat dalilln i1llsiasi respon imunitas seluler
dilll hUlnoral; (fall (3) sel .I'uppressor (S) yang
mengatur respon tersebut. Hasil pembelahan sel T
adalah sel mel~ori (TM) dan cytotoxic (CL) yang
akan bernlteraksi langsung dengan antigen. SC juga
mengalami proses pematangan .In~n.iadi sel lirnt'osit
~
2'1 ()kIIH)\:r 211()(
1. Se! timoNit
Sel~a di dalmll timliN, Nel ini relatif renta
terhadap radi..\Ni religion. Ir..\ui..tNi dengan uoNiN
sampai 5 Gy menyebabkan pen\ll.unall limt()Nit !ebih
nyata p..\ua bagi..ul kortekN uib..tndingk..m b..\gian
meuII!..\. !lli ml:nlln.i IIkk..UI b..\hw..1 tt:ruapat UII..\ jl:niN
subpopulasi timoNit, subpopulaNi pacta kol1ekN
bl:rNil:ll N,mg..lt r..\dioNl:nNilif U..III NllbpoplIl..INi 1)..IU"
meuula mt:nlllljukkan lingk..lt r..luioNt:nsitivit..lN y..lIlg
Neu..tl'.g ]." I.
ill.2. Imunitas humoralAntigen akaJl mengakibatkan terjadinya
proses pembentukan immlUloglobulin penetralisu.yaitu suatu protein spesifik YaJlg dikenal sebagai
aJltibodi. lmmlitas humoral meliputi sintesa antibodi
d~ng,ul melibalk,ul SI:I 13 yang dib,Ullu d~llg'UI Sl:l 'l'.
Sel B yang telall diaktivasi oleh aJltigen saja atau
dellgan bantu,ul s~1 H. ,lkan ml:l,lkukan p~mb~l'lh(ul
daJl berkemb(ulg melljadi s~l plasma sebagai
p~llgh'lSil cultibodi. Antibodi akan ber~aksi s~cara
sp~sifik d~ngan aJltig~ll yang m~ny~babkcUl aJltigenteragglutinasi atau lisis. Mekanisme laUI yang
bclVl:ran dalam proSI:S akliv,lSi sl:l liml()sil ,ldal,ul
sel K yang akan belikataJl dengaJI aJItibodi daJl
menghancm.kall sel tllmor [2,4].
TahapaJl sintesa alltibodi dapat dibagi alas
tiga lahar, yaitu pra induksi, induksi clan produksi.
Set~laII lublUI terk~lla aJllig~n. l~ljadi sualu peri ode
laten sebelum tel:jadinya proses pemb~ntukaJI
antibodi. Pacta masa l,lten tersebut s~benamya teljadi
akti vilas lahar pra induksi dan lahar indlIksi. Pacla
lahar pra lliduksi yang b~rl(ulgsUllg sillgkat, sel T
be~.gabung dengan aJltigenlmtuk m':nstullulasi sel B.
Pacta tallap induksi, sel B ltlengalcuni pembesaran
YaJIg akllimya akaJI menjadi sel plasma. Sel plaSllla
YaJIg telah mataJIg ilUlaIl yang aklIinIya akan
memproduksi antibodi palla taIIap produksi. Proses
ini dapat dipercepat dengan masa laten YaJIg lebih
singkat hila seseorang terkena antigen yang scuna
sec(U.a terns m~nerns sehillgga antibodi yang
dihasilkaJl akan s~makin banY,lk dib(uldingkaJl
d~ngaJI pacta saal p~rt(Ulla k,ui lerk~na aJItigen
ters~but [2,3].
2" Sel pra- T
St:l pra-"I' l11t:uula It:ruiri u,u"i uua
subpopulasi y..ulg salah satlulya bersital saugat
radioresistGn. Seu,ll1gk,ll1 sel NK terbukti bersit~lt
s..ulgal radioresistt:n. Oiketallui uari hasil pent:lili,Ul
bahwa dosis radiasi sekitar 10 Gy dap'll
ffit:nstimulasi aklivilas sitotoksik st:1 NK
sedangkau dosis yang lebih bt:s,lr (30 Gy) set:ara
sempum,l akan mengh..ult:m"k,ul aktivitas 81;:1 illl
[3,5].
3. Sc:l null
Sc:l ini nllillpak hanya hila teIpajatl radiasi.
Populasi sel tc:rdu'i dati subpopulasi YatIg
radiosc:nsitif datI radioresisten. Oasis sekitat' 0,4 Gy
dapat mc:matikatl subpopulasi yang ra,liosc:nsitif
SedatIgkall subpopulasi yang fc:latif radioresisten
masih dapat bertahan hidup pada dosis 13 Gy. [5].
4. Sellimlosit T
4.1. St:1 pl.:llolong (H)
Sebagial1 besal" sel H relatif sensitif
terhadap radiasi yaitu jwnl,llu1ya mt:ngal,uni
penUrWlail salnpai 60% diballdingkan kontrol past:a
inadiasi sampai 4 Gy. Sebagian subpopulasi yang
lain bersit"at radioresistt:n yang tahall sampai dosis
20 Gy. Tidak dikt:talmi dengan pasti apakah sel ini
adalah sel H yang berada pacta tahapan pematal1gall
yang bt:rbt:da atau ti'aksi Yallg radioresistt:n yang
identik dt:ngall sel Ta [5].
IV. EFEK RADIASI PADA KOMPONENSF,LULER IMUNITAS TUBUH
Setiap komponen seluler mempunyai
tingkat radiosensitivitas yang berbeda sehingga
respon dari sanl subpopulasi terhadap radiasi akan
mempengaruhi fungsi subpopulasi lailmya yangakhirnya akan mempengaruhi respon imunita~ tubulI.
Tingkat radiosensitivitas berbagai
komponen seluler sistem imunitas tubuh secara
umurn ditunjukkatI pacta Tabel 1. Diantara berbagai
jenis lirnt'osit, sel B clan sel T muda adalalI yang
paling sensitit' sedangkan makrotag, sel T dewasa
dan sel plasma ber~ifat radioresisten. Sel lirnt'osit
pacta tiInus, limpa datI liInt'onocius sangat sensitif
terhaclap pajanan radiasi selul-uh tubuh [3].
4.2. Sel penekan (S)
SeCal"a umwn sel ini scll1gat radiosensitit'.
Hal ilu tidak diallggap pemulg sampai adauya
radioterapi terhadap kanker gallaS, Jika populasi sel
ini diiradiasi, pertumbuhan ReI kanker mengalami
penul'Wlau cltclU regresi Yallg Jituujukkau deugall
mengguuakan model heWal1 perCObaall, Bila
2:~ 24 Oktobt:r 2001
digunakan iradiasi selwuh tubuh, sebagai besar. sel Hbersama dengan sel S mati sehingga teljadi
penulgkatan tetap atau sementar'a pacta prosesneoplasia non limfoid. Jika hanya sel S yang
radiosensitif yang mati dan sel H beltahan atau
kemb<lli berfwigsi IloIlUal, m,lka sislcm imwl dapal
diaktitkan untuk menghambat peltwnbullan sel
kanker, Diketahui adarlya hubungan terb<llik antara
kedua set illl, semakin bescu' proporsi sel H yang
bersitat radioresisten, semakin bescu' proporsi sel S
yang radiosensitif [5],
dosis radiasi sampai dosis sekitcu' 47 Oy. SiSaIlya, 27
%, kemungkinaIl yang tidak teraktivasi, mati dengandosis radiasi 3,5 -4 Oy [5].
4.4. Sel penguat (Ta)
Tingkat radiosensitivitas dati sel ilU masih
dipl.:l'Iany.lk,ul/51.
4.5. Sel delayed hypersrn.\"itivity
Fase induksi terdili dari sel YaIlg sangat
radiosensitif yang dapat mengailliui kematian hanya
deng,Ul dosis radiasi sebescu. 0,.) Gy. Fasc ekspresi
mempullyai sl.:l 'I' D')'H mat,Ulg y.Ulg didug.1 s.Ulgat
radiorl.:sistl.:n k,u'l.:lla masih darat bCltallaIl tl.:rhad'LI>
dosis radiasi scbl.:sar 20 Gy t'llipa kl.:hilang,ul
aktivitasnya 15J.4.3. Sel silolok",ik (CL)
Sifat radioresisten daTi sel ini lerlihat jelas.
Meskipun terdiri daTi dua populasi, Sekilal' 83 %
yang leraktivasi seCal'a aJltigeluk tahan terhadap
Tabel 1. Komponen
radiosensitivitasnya [5].seluler dalam sistem tubuh danimunitas
P3KRBiN-BA T AN
2: 24 Oktob~r 2001
BA
TubulI
e!' radiasi -f' antigenTubull ~.
U Set stem
.~
+pr()lif..'rasi scl st..'m
+ \sel ~f~ktor
11 proliferasi ReI stem
~~ rl:pOplllaRir~gellerasl~ radiasiantigen
.I1;1::1
\:teklm
st:1
slt:m clan t:ft:klo('
UU sel stem
U respon sekunder (U sel memori)
prolifl:rasi 1\l:1 sll:m
Gamhar 3. J)asar seluler dari radiosensitivitas respon imunitas tuhuh. A adalah respon seluler
yang (listimulasi olch radiasi daD kcmudian .mtigcn. IJ adalah rcspon sclulcr yang
distimulasi olch anti1!en daD kemudian radiasi.4.6. Sel memori (M) 6. Sel plasma
Sub kelompok yang peI1~una, ReI kI.lsik Sl:1 plaRma s.ulgat t.lll~ll\ tcrhadap rudiaRi
maR ill dapat tetap hidup Retelall in-adiaRi dengan dall dapat teruR memprodukRi alltibodi pada dosis
dORis 10 Gy. Sed~ll\gk~ln subkelompok yallg kedua diataR puluh.ll\ Gy 14,5].
sebagian mati paR<.:a io1ldiaRi dosis 4 Gy dan
sebagiall lauulya, set muon/virgin bcrRifat lebih
radioresisten. Sel kIasik dan gel H mempunyai
radioresisten yang salna [5].
7, Sel monosit
Secar.a umum, monosit sarlgat radiosensitit.
kar'ena sel ini pacta dasarnya adalah sel prekursor
dar'i makl.ofag. Radiasi selurull tubuh dosi.~ sekitar. 7
Gy mematikarl semua sel monosit tetapi tidak
makrofag [5].
5. Sellimtosit B
Sel B ~ang belwn matang bersifat sanga[
radiosensitif .Sel B bersit'at lebih akut clan cepat
menunjukkan kerusakaIl akibat radiasi dibandingkail
sel T. Setelah iradiasi pacta lunpa dan lilntonodus,
daerah B-cell-dependent mengalaIni depresi lebih
nyata dibandingkan dengan daerall T-cell-dependent.
Sel:aI"a wnum, sel B ll:bih radiosensitif drn"i sel T
YaIlg mlulgkul disebabk,ul kaI.ena kematian intertase
[4,5]. "
8. MakI.ofagSt:ccu"a mnUln bt:rsit~ll radioresislt:n yallg
tidak tel-pengcuuh oleh dosis radiasi sebescu. 12 Gy.
Tetapi temyata acta subpopulasi makrotag YCUlg
bersital I.:ukup radiosensitit. yailu subpopulasi yallg
berhubUllgcul dellgcul mekculismt: penolakkcul lmnor.
Sebagicul subpopulasi makt.ofag yang mampumelaktlkcul sitolisis sel.:cu.a SPOlll,Ul, diketahui sculgal
sensitif tt:rhadap radiasi. I"{adiasi dapat mt:nghcunbal
aktivilas pagositik st:1 ini. Bila kt:adaan illl limbul
bt:rscuna,ul dt:llgall pt:nghcunbalcul pembentukcul
U sel stem
arltibo(li, maka akarl mellyebabkarl tubuh mudah
terini"eksi bahkan oleh bakteri yang dalam kondisi
nonnal sedikit atau tidak bersitat patogen bagi tublll1
[2,5].
V. EJ.'I!:K I{AOIASI PAI>A I{I!:SPONIMUNITAS TUBUH
Prinsip das,u s~lul~r dari radios~llsitivitas
r~spon itnuilitas tubuh ditUlljukkall pacta Gambar 3.
Aktivitas itnullologik populasi s~1 sl~m diillisiasi
d~llgall adallya ,~lllig~1l dal,un tubuh. St:bagiall sel
stem akall mt:mbeUUl JaIl bt:rdilercnsiasi mt:lljadi st:l
Yallg st:IlSilif t~rh,ldap ,Ultigt:1l atau s~l eft:ktor.
D~ng,lIl adanya slimluasi ,1Iltig~n, sel st~m juga
melakukan repopulasi lUltuk menggantikan selnya
yang hilang. Pajanall radiasi menyebabkall jUlnlah
sel stem semakin menUl"Ull. Keadaan ini
rnenyebabkan deplesi sel baik yang distimulasi oleh
antigen maupun scl yang akan melakukanrepopulasi. Dellgan delnikian tingkat alnplifikasi
melalui pernbelallan secaI-a' nyata mengalarni
penUllUlan [7].
m~nc\:gah t~lja(linya p~netl-asi mat~ri iIll-~ksi k\:
dalam aliI-an daral1 seperti kulit, paru clan mukosa
usus haJus- S~lain itu terhadap sistem pertallanwl
selul~r, radiasi !l1enyebabkan kerusakan aktivitas
pagositotik makl"otag-Sifal kct;Lh;Uulll ;LI;Ulliah dari SU;LtU
orgwllsm;L t~rhadap suatu int"t:ksi bergwltung p;Lda
k~mwllptLillUlY;L Ulltuk ml.:lIg~liIllinasi mat~ri
int"ektif tersebut dill-i tubtllulya d;Llwll waktu Yilllg
singk;Lt. l~aJi;Lsi pl.:Llgion mcILullpullkw1/merus;Lkk~millllpLI;UI Uliluk mengelunill;Lsi mat~ri infl.:ksi
lersebul.
V.2. Efek radiasi pada respon imunitas humorallnadiasi sebelum uu'eksi antigen
menyebabkClll p~nw-unan baik jumlah CIlltibodi
maupun laju pembentukan CIlltibodi. Hal ini tetjadi
kCll'ena radiasi m~ny~babkClll t~ljadinya pt:nUl1lnClll
jumlah luufosit Yclng sangat bt:lv~rcul dalcuu prost:s
p~mb~ntukcul cultibodi. P~nUl'Ull.lll produksi cultibO<.li
berhubungcul dengan dosis, waktu terkena stimulus
antig~njk, UcUI sililt ll.u'j antigen 12,7 J.
T~tapi hila inalliasi llib~likllil set~lahI .
"""""""""""""""""""",Humoral
(,mlioodi)
Selule
(s~1 )
l.St:makul laina pt:riodt: al!tal"a .!ITclUiclSi sebelum Cl.1lligt:1I
stimulasi JaIl produksi imtibo<.!i -1- mellghalnbat reaksi kekebalcm
.PenuI'lJlalllaju produksi antibodi tubuh dall alergi .!cradiasi sesudah alltigen
.PCnUl1lllim konscl!trasi maksimlun -1- mellyt:babkall pl:lIl:kallan/
pt:llm"Ullall St:ml:llliU"a kompollell
selult:r
b~l-p~UgaIltll daiain lJerk~mbangan
maligUailSi
sensitif bila ina{liasi teljadi sebelum antigen,menjadi lebih resisten setelall stimulasi antigen
Gambar 4. Efek radiasi pada respon imunitas tubuh
injeksi antigel1, sejwnlah populasi limtosit akan
mempunyai waktu untllk distilnulasi oleh ,ultigl:ll.
Lunt'osit y,Ulg t~rstimulasi, kl:tika uTadiasi t~ljadi
pada lahar pra induksi, akan m~mbehu1 S~l:cll,1
.V.I. Efek radiasi pada respon imunitas seluler
l:>ada imullitas bawaall, efek rndiasi dosis
tillggi dapat melUlnpuhk,ul timg~j pel1allaruul dall
jaringan tertelltu dalam tubuh yang secara normal
Imwlitas tubulI
24 Oktobcr 2001~emin~. ~asional Keselamauu~, Kesehat,u1 d,u11.ingkungan
bel-pendapat ballwa kedua respons mempullyai
radiosensitivitas yallg Saina [2,3,7].
VI. KANKER, IMUNITAS DAN I{ADIO-TERAPI
Rt:SpOll unUllitas terhadap reI tmnor (lapal
bcrupa sclul~r. hllll1oral alau kcdu.ulya, M~skipllll
dt:\1uki.lII. aliligellilas d.u'i sel llllnor sec.u'a lUllum
sail gal rclldall kl:l:uali L3lu"kill' s limplloma.
mt:I.uloma. S,UkOIWI l~11elllu JaIl Iailulya y.Ulg
lllt:mpwryai lillgkat .wtigellitas Yallg tillggi st:hillgga
dapat mt:lIgillduksi rt:spoll imullitas st:IuIl:r d.w
hwl1orall Hj.
sallgat cepat diballdingkall dengall lunt'osit yang
tidak terstimulas.i;" ~lgga akan mempl111yai
kemmnpuan Yallg lebih besm" untuk memproduksi
mltibolu dan unnlk melakukml repopulasi set pacta
organ-organ limJ'oid ymlg mengalanli deplesi akibat
radiasi. Sehingga uTadiasi setelah injeksi antigen
menyebabkill1 pellillgkatilll .jUl1lliUI illltihodi tetapi
l1lenyehabkilll pelllll'lIIlillllaju produksi illltibodi l2J.
Efek radiasi palla respOiI imllllil:ClS hllmoral
bergillltll11g palla tallilpil.ll pcml>elltukil.ll ,ultibodi
palla saar uTadiasi teljadi. l{adiosensitivitas dari 3
tahapatl sintesa antibodi relatif l>erl1Cda. Tahap pra
illduksi sebag:Cl.i period.: yiulg singkilt (I -4 jiun) d.uI
smlgat penting dalmn mengillisiasi perkembmlgan
mekanisme sultesa .1IItibodi, sallgat radiosensitif.
Tahap induksi' relatif I~bih r~ndall tingkat
radiosensitivitasnya. S~dangk.t11 lahar produksisang at radioresisten. T~myata radiasi tidak
mempengaruhi jumlah total antibodi yang dihasilkan
tetapi laju produksinya yang lebi11lmnbat [2].
Respon alltigen adalah respon humoral dml
merupakan fungsi dati sel B. Karena sel B lebih
radiosensitif dibandingkan sel limt'osit lainnya, bisa
diharapkan bahwa lokalisasi dall retensi antigen
dapat dengatl mud.Ul dihmnbat oleh radiasi. Pada
kenyataalulya dosis 4,5 Gy d.lpat menghmnbat
r~spon t~rsebut. M~skipll11 f.1S~ induktif d.u1 r~spon
antingen sangat radios~nsitif, scl plasm.l dml
antibodi tidak mcnunjukkiul dcplcsi y.lIIg nyata
palla dosis S~beSiU' X Gy [2].
Bila ilT.ldiasi dih.:rikilll dil.hull hcntuk
lr.lksinasi atau terbagi, ~f.:k illllnlllloliuppr~ssivt:
Yallg ditimbulkan !~bih k~cil diba,lldulgkatl dengml
dosis total Yatlg salna Yallg dib~rikml secm'a tunggal.
Hal ini disebabkall kar~na adatlya k~sempatall untuk
melakukan proses perbaikan dal'i kerusakan su1:;letal
akibat radiasi [2].
Efek radiasi palla produksi antibodi juga
bergantung pacta .1p.tkah individu bersangkutall
SUdall pemah t~rk~na antig~n Yatlg Sanla (respon
sekund~r) atau individu t~rsebut biUU pcrtalna kali
t~rs~rang alltigen t~rsebut (respon plimer). Respon
primer wnulnnya I~bill r.ldiosensitif karena b~llull
terbentukny.l sel memori. Sedangkan respon
sekund~r bersil.at I~bih radior~sist~n kat'~na adanya
konu'ibusi klon s~l memori yang tt:lah alIa dall
r~spon pri1n~r Yil.ng balll mt:lalui m~katlisme
stimulalii ul.Ulg. sel stem. 'l'ctapi sebagi.ul peneliti
Palla milllusia Yilllg mt:mpUllyai kt:laulilll
palla sistt:m imUllitas kill't:na bt:rbagai pt:nyt:bab
St:pt:l1i ht:rt:ditas, penUl'unilll imUllitas hubungillulya
dengilll tlmlspla~ltasi, dml .lkibat kemoterapi,
mengalmni peningkatml risiko tt:rhadap kmlker. Palla
saat ymlg smna tidak dik~tahui kenapa muigen gel
tlunor tidak dapat dikenali oleh sel T sehingga dapat
berkembilllg mt:njalli killlker Yilllg mematikilll [8].
Dalillll kondisi imulUtas yang rendall,
penekanilll terhadap tumor llapat dilakukilll oleh
makI'ofag. MakI.of.lg llapat lliaktivasi menjadi sel
Yallg llapat mematikan sel nunor Yallg timbul seCill.a
spontan dt:ng.Ul pt:nyer.lpan cUltigt:n tlllllor, dengansenyawa tel1t:ntu st:perti endotoksin, atau dengilll
BCG (S~bucUl vaksin dari bovinl: lubef-cu[o,l" bacillu.v
yallg dill:mculk.ul). M.tkI.of.lg pembUlluh IIll
mt:mpUlly.li kl:m.unpu.ul lUltuk memb~d.lkilll sl:l
k.ulkl:r lIl:llg.UI Sl:1 nonnal sl:llillgga 1lIl:lllplllly.li
tllllgsi Sl:b.lgai cultitUlnor Yilllg tid.1k bergalltung palla
suatu mt:killlisme imUlutas yang spt:silik [2].
Bt:berapa pt:nt:litiilll tt:lah mt:mastik.ul
bahwa radiott:rapi lokal tt:rhadap berbagai j~nis
tUlnor mt:nyebabkan pt:nWllnclll kt:mampuCUl sistt:m
imulutcls tUbllh. Pasca iralliclsi pad.l rongga llalla
sept:11i pad.l kasus killlker payullcu"a menyebabkan
penUlllllilll.;Ulnlall s~l T (40% -65%), Pada kasus ini
timus tt:liualliasi llt:ngan dosis diduga sekitill' 20 -24
Gy, Kart:na tunus t~rlibat llal.un taRt: pt:m.ltculgilll
sel T, iualli.lsi palla tunus jelas .lkan mempt:ngill'uhi
proses t~rsebut. l:>eruballall llIorfologi dCUl juga
mwlgkin fUllgsional tunus llapat tl::ljalli dengan dosis
st:kl::cil 5 fad. Bt:rbagai et"t:k tl::l1unda tc:nnasuk
perkembangan nodul-nollul tiroill JaIl tUlnor Lelah
llil.lpurk,'.l1 sebagai kOllsekut:n..,i dilli pl:rl.lku.Ul
r.ldiJll:rapi palla tilllus [4J. Tetapi h,lSil dill1 bl:berapa
1in.u. N: iollal K\:s\:I,Ul1aUIJ KI,:Nl.:huliu! d,u! Li!!gklll!giUII, 2: z"~ (>kl()ot: 2()OI
studi reaktivitas sistem imum pada pasien radioterapi
masih belurn konklusifo
Kembalinya respon imun secaroa umurnberbanding terbalik dengarl dosis radiasi yang
diterimao Setelah pajarlal1 radiasi dosis rendah,
regenerasi mungkul akCUl teljadi melalui mekarlisme
prolit°erasi dari sel yang lebih radioresisteno Pascaradiasi dosis tinggi, regenerasi lebih mungkin
dilakukarl melalui aktivitas prolit'erasi set stem
eksogenous daripada prolit'erasi sel limtosit kecilyang resisteno l:>aua rauiasi deng,lll uosis yallg lebih
besar lagi, repOptlhlsi ,!k,m It:rlullucl selcuna sekitar 9
-14 o,uoj ymlg mullgkill sl.:oagaioli.lsil uari ll.:J:iauillya
proses pemcltcmgal\ YcUlg hal11S uilcLlui oleh sel stt:mhaik rada limu... IlIailpUII ...umsllm tul.lllgo
belpotensi dal.un mengontr°ol kankero Penelitian
lebih lanjut yarlg sebaiknya dilakukan bukan lagi
tertokus pacta et"ek radiasi pacta lespon tetapi lebill
kepada et"ek radiasi terhadap perubahan mekanisme
imunitas tubuho Hal ini ant.u°a lain meliputi
penganu1/per.ul.ul radiasi dal.un menginduksi
karsinogenesis hubUllgarulya dengan perubahan
mekanisrr(~ imunitas tubtm clan pemanfaatan radiasi
dalam mengontr°ol pertrunbu11an kanker 0 Meskipun
terdapat int~raksi mItaroa mekanismc imunitas sclulcr
d,UI humoral, scl:,uoa lIInum diSl:tujui bahwa rcspOll
alatl rl:aklivilas sislcm imllll Yatlg oclpt:r,ul daJ,un
1l:I:ialliJlya 1!\.'llyaki! liialigilall",i ac.lalah rl:SplJJI
imlllIilas y,lIlg diml:lliasi oleh sl:l, D~ngan dl:mikiatl,
kOlnpl)IIl:11 sl:lull:r y.Ulg alia Sl:I}l:11i sl:1 pl:IIOIOllg, sl:1
Pt:IICk,UI, sl:1 sill>ll}ksik datI scl NK dapal
dimalU~lalk.u1 oaik unluk ment:k,ul atau mengh'cunbal
kat°sinl>g~nesis alaupllll m~ngOlIlrol atau memalikatl
malign'culsi Yatlg adao
VIII. DAI!'T Al{ PUST AKA
1. KA 1'Z, D. H. The ImmWle System: All
Overview. 111 Uclsi~ alld Clilli~aI l.nuuwl0logy
4111 ed. By STITES, D.P., STOBO, 1. r
FUDENBERG, H.H. and WELLS, 1. V. (eds.).
Lallge Medical Publication. California. pp .13.
20. 19H2.2.
SEl~MAN,l. Elements of l{cldiobiology, Chal-leii
C. 'fhomils l:>ublisher. Illinois. 19H3.3.
Pl{ASAD, K.N. Hcwdbook of Radiobiology.2""
ed. CI~C l:>ress, Inc. Flolidil.1.995.4.
ME1~I1~EI{, 'r'.A. and UP'f()N, A.C.
Effects of lo1uzing Radiation.2"d ed
Saunders Company. Philad~lplua. 1995.5.
PIZZAllliU~O, D.l. cmd C()IJOMBE1'fl, L.G.
Radiation Biology. CRC l:>ress, Inc. Florida.
19H2.
-.MARUYAMA, Y. alld FEOLA, 1.M. l{elative
Rcldiosensitivities of Thymus, Spleen and
Lymphohemopoietic Sysl~ms. 111 Advculces inRadiation Biology. Vol. 12 by LET, 1.T. alld
ALTMAN. K.l. (oos.). Academic Press, IIIc.
Orlando. pp. 1-70. 1987./.
STEW ART,C.C. and PEl{EZ, C.A. Effecl of
Icradialion on lnunwl.e l{~sponse. l?adiulugy
I1H: 201-210. 1976!.
MILLER, R.G. and T ANNOCK, I.F.
Immunology and lnununotllerapy of CallCer. 111Th~ Basic S~ience of Oncology. 2nd ed. Uy
D.
Mcdil:al
.W.E.
n
VII.PENUTUPl~adiasi dapal mellekan respon imlUlilas
sualu organisma dengan menghambal imululas
baW.uUl dallfalau menghculloal pemoenlukan
alltibodi, selungga SUdall digullakall SeCal"a rutindalam proses lr.Ulspl.Ullasi organ Yallg berlU,;Uall
Ullluk menceg.Ul lel:iadulya reaksi lJenolakkall oleh
individu peneliIna orgall, Metode ilTadiasi yang
paling sering digUllakan pada u'anSplalltasi organtubuh adalah radiasi lokal. l~adiasi religion juga
dapal membanttl dalcun menUllda leljadinya reaksi
grq{t-vs-ho.\1 di.l'ease (GYHD) [3],
Sislem imUllilas ,juga belperllilall renting
dalam karsinogenesis, Konsekuensi ulllina dllii
adauya penekanan respon unUll ad,ucul sallgalmudahnya luouh lerkena illl'eksi lemlasuk
pcllingkat.ul fisiko induksi kculker.
Radiasi yang digunakan unttlk keperluan
pengooal.ul tumqr jika diberikllil dellgcUl dosis Ylliigsalah selalu acta kemUllgkinall meningkatkall
aktivilas perttunbuhllil UCI.Il metClstClse sel tumor. Di
sisi laiu, hila dilakukan dengCUl u'adiasi SehU"llh
tubuh YCUlg tepat atau sesuai, populasi sel S akall
dapal dielilniuasi sehillgg;t JCllgllil demikicul
prolit'erasi pada sislem imulutas tUblUl dapat dicapai
yang menghasilkall regresi palillg tidak pada jenistumor tertelltu [4,5],
Dengcul mcmahcuni kcu"akteristik
radiobiologi dali setiap komponell seluler dalam
mekanisme sistem kekebalcul tUblUl, terdapat suatu
kemullgkinall untuk menggunakall atau
memcull"aatkall ll)ekanisme ununitas tubuh terutama
imunitas seluler sebagai suattl terapi yang cukup
2) 24 Oklobl:1' 200 I
TANNOCK, I.F. alJU HILL, 1~.1:>. (eds.)
McGraw-Hill, IIIc. N~w York. pp. 232-2..151992.
Ir. Agus Sutan -PT Krakatau Steel
a. Bagaimana pengaruh atau ~tek ra(liasi palla s~1
lu1J1.osit yang matallg (lall gel stem'!
u. BagailUalla hublmgan alltcu'a sistem iIullIutas
tubuh (lengan km.sinogenesis'!DISKUSI
Edwareo Lillo -P2EN/BA TAN
Apakah penekatlan sistem immlltas bersit"at
pelmanen pacta proses u"culsplantasi organ'?
Zubaidah A.-P3KRBiNa. Radiasi ctapat rilenyebabkan terjadinya segera
jUluhul scllilllto~il pcrit"cr paua dosis ui alas 0,5
Gy st:dangk,l11 Ulltuk dosis Yallg lebih rend;tl1
akal1 menginduksi I~riadinya kerusakan StruktUl.
pacta kromosom (abl:rasi kromosom) dengan
u()sis ;uno;ulg sl:kil;u. 0,25 COy. Sl:l stcm scoagai
scl inuuk Ual.j scl uaraI1 tc.llliasuk gel linltosil
hersitat lebih sensitif. Dosis di bawaI1 0,5 Gy
mcnycoahk;ul pl:nUl"lll1al1 .;l11nlah sel stcm YcUlg
;lk.Ul mcllgclkioatk;ul pCnUr1111;Ul jUlnJal1 sel
u;u.lll y.l11g o;ml lcrlihal IJcocrapa II;u.j al;lU
minggu kemutliall. Tetapi kondisi ilU masih
diuam h;llas;l11 noilliiu Ycl11g sl:gel"a diil11lisipasi
deng~ll pl:lllngkatal1 aktivilas lJembelahal.l sel
stem untuk menggantikan sl:l Yilng mati.
b. Jelas ll:rdapal hubUllgatl anl;ua sistem kl:kl:halan
tubuh dengall kat.sinogl:ncsis. Bila sistl:m
imunitas seseorang sangat baik maka
kl:ol:raUacUl scl haru iUclU scl clbnolllial sl:hag;li
cik.tJ hctkcu u;u.i tl:ljatlinya proses pemhl:nlUk;Ul
sel kallker dapat segera diketahui sehingga
d;lpal ui.llcl11Curkatl hila sit~11 antigellltas sl:l h;ml
tersl:out sculgat tinggi. Salah sarli
pellli;lsalculallllya .lualah hila sifat antigenitas sel
ahnoll11cu yallg leI all aua rcnuall Ucl11 lidclk
lerul:teksi keberauaallllya oleh meknisme sisll:m
imllllilas ltlhuh. Dengan ucmikian sl Icrub;U1 ini
uapal dcng;1I1 muu.tll ht:rkt:mh;l11g Il:hih I;Ul.itll
ueng;tn mcmocnltlk klollc scl ahnom1al yang
bil;l suu;th uapal lcruelcksi olch tubtlll, StlucUl
ot:raua u;ll;ull slauium Ichill l;l11.;ul U;Ul stluall
lerl;ulIh;ll.
Zubaidab A.-P3KRBiNlcraruasi pacta sese orang sebelum dilakukan
opl;:rasi lransplallla",j org.m b\:ltu.jU.111 UlIt.ukm':-lumpullkllil sislt:m kt:k~balan t.UblLlI pasit:u
sehingga tidak acta penolakllil langsnng dari tubulI
p.osil;:n. Koudisi illl bt:rsil"at. sementaJ"a.
Stll11slldin -PT. IntI,.1I Kitlt
Apakall acta pengarull sillat. X terlladap
operator ronlgcll .iikcl clktivitasnycl cukup
tinggi/sering?
Zubaidah A.-P3KlffiiNBila operator bekerja mengikuti kaidah
kelja keselaInataIl radiasi dengaIl asumsi tidak ada
kel"lIsakaIl atau k.:bocorall pclua. a.lat, dihcu.apkall
tidak akall ada et"ek YcUlg mel"lIgikaII raJa kesehataIl
operator. Kerusakcul yang mungkin tnnbul bila
operator telpajcul sillar x yaIlg beroperasi dalaIn
keadaaIl nolmal adalah kerusakan yang masih dapat
ditolercillsi tlIbuh d eIlg all adculya mekCUlisme
perbaikcul terhadap kel"lISakaIl YCUlg timbul
khususIlya raJa DNA. Selain itu dosis
minimaVcunbculg YaIlg dibullUlkcUI lIJllukmelumbulkall et"ek delermillislik .jauh di alas dosis
keluaran dcu.i alal. Ml.:skiplIJI demikiiul, piu,loperator
It:lcl!J diwcljibkiUl llIlluk meiakukiul pt:meriksaiul fisik
dclIllclb ",I.:t:iU,II"llliIl ",I.:UUllIll sl.:kali.
P3KRBiN"BATAN