Download - DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

Transcript
Page 1: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT KOMISI VI DPR RI

Tahun Sidang : 2019-2020

Masa Persidangan : II

Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Umum (Panja Perdagangan Komoditas Ekspor)

Dengan : Pakar Perdagangan Internasional (DR. Fithra Faisal Hastiadi, SE., MSE., MA.)

Sifat Rapat : Terbuka

Hari, Tanggal : Selasa, 18 Februari 2020

Waktu : Pukul 15.10 s.d 16.27 WIB

Tempat : Ruang Rapat Komisi VI DPR RI Gedung Nusantara I Lt.1 Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270

Acara : Masukan terhadap Panja Perdagangan Komoditas Eksport

Ketua Rapat : Martin Manurung, S.E., M.A

Sekretaris Rapat : Dewi Resmini, S.E., M.Si.

Hadir Anggota : PIMPINAN 1. FAISOL RIZA, S.S (KETUA/F-PKB) 2. ARIA BIMA (WAKIL KETUA/F-PDIP) 3. GDE SUMARJAYA LINGGIH, S.E., M.AP. (WAKIL

KETUA.F-PG) 4. MOHAMAD HEKAL, MBA (WAKIL KETUA/F-GERINDRA) 5. MARTIN MANURUNG, S.E., M.A. (WAKIL KETUA/F-

NASDEM) ANGGOTA F-PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN 1. RIEKE DIAH PITALOKA, M. Hum 2. ST. ANANTA WAHANA, S.H., M.H. 3. Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc. 4. dr. H. MUFTI A. N. ANAM

Page 2: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

2

F-PARTAI GOLONGAN KARYA 1. LAMHOT SINAGA 2. TRIFENA M. TINAL, B.Sc. F-PARTAI GERINDRA 1. KHILMI 2. MUHAMMAD HUSEIN FADLULLOH, B.Bus., M.M., MBA. F-PARTAI NASDEM 1. H. SUBARDI, S.H., M.H. PARTAI KEBANGKITAN BANGSA 1. TOMMY KURNIAWAN F-PARTAI DEMOKRAT

2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1. EKO HENDRO PURNOMO, S. Sos.

F-PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN 1. ELLY RACHMAT YASIN IJIN 1. DARMADI DURIANTO 2. Drs. H. NYAT KADIR

Page 3: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

3

JALANNYA RAPAT: KETUA RAPAT (MARTIN MANURUNG, S.E., M.A./ F-P.NASDEM): Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat siang, dan Salam sejahtera buat kita semua, Shalom, Om Swastyastu, Namo buddhaya, Salam Kebajikan, Yang saya hormati Bapak Ibu Anggota Komisi VI DPR RI, Yang terhormat Saudara DR. Fithra Faisal Hastiadi, SE., MSE., MA., serta Hadirin sekalian, Menurut laporan dari sekretariat Komisi VI saat ini Rapat Dengar Pendapat Umum Panitia Kerja Perdagangan Komoditas Ekspor telah dihadiri dan ditandatangani oleh 12 orang dari 32 Anggota Panja Komisi VI DPR RI yang terdiri dari 7 fraksi. Dengan demikian kuorum telah terpenuhi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 251 Ayat (1) Peraturan DPR tentang Tata Tertib. Oleh karena itu izinkan saya membuka rapat hari ini dan Rapat saya nyatakan terbuka untuk umum. Setuju?

(RAPAT DIBUKA PUKUL 15.01 WIB)

Rapat hari ini karena kita masih ada lagi RDP Komisi dengan BUMN Semen Holding Semen ya, maka saya minta kesepakatan kita semua karena kita sebenarnya lebih banyak mendengarkan masukan dari pakar saat ini dan mungkin sedikit pendalaman agar kita bisa diakhiri jam 4 sore. Setuju?

(RAPAT:SETUJU)

Baik. Ditengah melesunya ekonomi global dengan nilai impor yang jauh

melebihi nilai ekspor nasional maka kita mengalami neraca perdagangan yang defisit, sampai dengan kuartal ke-III tahun 2019 defisit neraca perdagangan Indonesia sebesar USD1,94 Miliar dengan 5 Negara defisit terbesar antara lain Tiongkok, Thailand, Australia, Jepang, dan Argentina. Juga ada melesunya ekonomi global dan terkait dengan Komoditas unggulan Indonesia pada selama tahun 2019 harga Batubara, Logam, dan CPO terus mengalami penurunan yang memicu merosotnya nilai ekspor Indonesia. Kondisi defisit neraca perdagangan ini menjadi salah satu perhatian utama Pemerintah mengingat kondisi tersebut dapat memicu permasalahan ekonomi yang lebih besar, beberapa dampak yang diakibatkan oleh tingginya gap antara ekspor dan impor Indonesia antara lain pelemahan mata uang Rupiah, peningkatan inflasi dan suku bunga acuan. Salah satu kunci untuk mencapai surplus neraca perdagangan melalui peningkatan ekspor komoditas

Page 4: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

4

Indonesia, peningkatan ekspor komoditas dilakukan melalui perbaikan komoditas-komoditas unggulan seperti kelapa sawit, karet, kakao, kopi dan lain-lain yang selama ini sering mengalami hambatan baik berseifat tarif maupun non tarif. Selain itu peningkatan ekspor nasional juga dapat dilakukan melalui komoditas-komoditas lain dan juga komoditas khas seperti lada putih, kemenyan, dan lain-lain yang saat ini belum menjadi unggulan nasional akan tetapi memiliki potensi ekspor yang besar mengingat permintaan secara global yang cukup tinggi. Terkait dengan kondisi yang disebutkan diatas Panja Perdagangan Komoditas Ekspor Komisi VI DPR RI ingin mendapatkan masukan dan gambaran mengenai:

1. Penyebab terjadinya defisit neraca perdagangan nasional Indonesia

baik secara teknis maupun non teknis; 2. Rekomendasi strategi yang mencakup respons atas pelemahan

kondisi perekonomian global dalam rangka mencapai surplus neraca perdagangan nasional dengan cara meningkatkan ekspor produk-produk unggulan nasional antara lain kelapa sawit, karet, kakao, kopi, dan lain-lain;

3. Rekomendasi terhadap penguatan industri dalam negeri khususnya terkait dengan kebijakan perlindungan para pelaku industri, petani, pengusaha melalui skema pengendalian harga, pengendalian stok untuk menghindari ekses supply serta upaya-upaya untuk membuka peluang perdagangan baru;

4. Strategi dalam rangka membuka peluang ekspor baru untuk produk-produk non unggulan tetapi memiliki potensi di Pasar Internasional.

Sehubungan dengan hal tersebut maka kami persilakan kepada

Saudara DR. Fithra Faisal Hastiadi untuk menyampaikan pandangan dan masukannya.

Kami persilakan.

PAKAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL (DR. FITHRA FAISAL HASTIADI, SE., MSE., MM) : Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat sore, dan Salam sejahtera, Salam hormat untuk Bapak Ketua Sidang Pak Martin Manurung dan juga Bapak Ibu Anggota Panja Perdagangan Komisi VI, Senang sekali bertemu dengan Pak Martin Manurung karena satu almamater senior saya di FEUI. Jadi tema kita kali ini adalah managing current account deficit, nah tapi saya memulainya dengan beberapa potret yang terkait dengan analisa sentimen. Jadi lembaga saya juga dalam beberapa waktu terakhir itu melakukan data crawling ya data crawling terkait dengan analisa di sosial

Page 5: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

5

media berdasarkan mesin AI (Artificial Intelligence) ada beberapa hal yang menarik terkait dengan itu saya tidak akan membahas semua tetapi beberapa diantaranya adalah terkait dengan potret kinerja neraca perdagangan. Nah disini dari world cloud yang ada tersebut ekonomi habis terus impor ugal-ugalan vietnam dan seterusnya dan seterusnya. F-PDIP (DARMADI DURIANTO): Pimpinan. Pak bisa dijelaskan dulu background-nya. PAKAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL (DR. FITHRA FAISAL HASTIADI, SE., MSE., MM) : Maksudnya Pak? F-PDIP (DARMADI DURIANTO): Latar belakang pendidikannya dan. PAKAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL (DR. FITHRA FAISAL HASTIADI, SE., MSE., MM) : Oh ya saya jelaskan. F-PDIP (DARMADI DURIANTO): Belum ya? Belum. Dijelaskan dulu ke kita, jangan-jangan dari bidang SDM nanti kan kita repot juga. PAKAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL (DR. FITHRA FAISAL HASTIADI, SE., MSE., MM) : Oke.

Terima kasih atas pertanyannya. Jadi S1 saya di FEUI itu bidang moneter dan perdagangan

internasional, S2 saya bidang governance, S3 saya bidang perdagangan internasional. Beberapa buku yang saya tulis di tahun 2016 saya publish buku Trade Strategy in East Asia From Regionalization to Regionalism itu bisa di cek di Palgrave Macmillan tahun lalu juga saya publish judulnya Globalization and Enhancing Productivity in ASEAN juga ditulis di Palgrave Macmillan. Jadi background saya sih lebih berat di internasional trade tetapi dalam beberapa penelitian terakhir saya juga melakukan topik-topik terkait dengan inovasi makanya saya juga masuk ke wilayah AI (Artificial Intelligence) gitu. Ya, iya Pak pengajar di UI, di LTM tapi kemudian saya bikin lembaga sendiri sekarang. Ada lagi Bapak Ibu? Lanjut ya. Oke, nah dari world cloud ini kita dapatkan bahwa current account deficit ini merupakan salah satu tema yang cukup mengemuka ya dalam

Page 6: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

6

beberapa bulan awal terkait dengan Kabinet Jokowi-Ma’ruf. Nah, makanya ini menjadi salah satu vocal point untuk kita bicarakan disini mengenai current account deficit.

Next, next, bawah lagi. Ya ini jadi kalau kita bicara, ini secara makro dulu baru kemudian saya bahas dari sisi perdagangan internasionalnya. Jadi dari sisi memang kita tidak bisa menduga kapan krisis itu terjadi, kapan reses itu terjadi tidak ada yang bisa menduga tetapi setidaknya ada beberapa indikator gitu yang kita bisa jadikan rujukan salah satunya adalah kurva yang berhasil yang ada di US dan juga berikutnya adalah dari sisi neraca perdagangan. Nah, Nouriel Roubini beberapa waktu yang lalu, Nouriel Roubini adalah Professor dari New York University yang menyampaikan sebuah ramalan atau dugaannya bahwa di tahun 2020 ini dan juga kedepan possibility of having recession semakin besar dan apa namanya kemungkinannya berasal dari sisi supply artinya bukan lagi dari sisi demand dari sisi supply.

Apa bedanya antara sisi supply dan sisi demand? Tahun 2008 krisis terjadi itu lebih dari sisi shock dari supply eh sorry shock dari demand, berarti kita bicara mengenai ........, mengenai employment rate, kita bicara mengenai daya beli dan seterusnya dan seterusnya. Tetapi sekarang ini hampir tidak ada masalah yang berarti dari sisi daya beli. Kalau kita bicara Indonesia saja dari sisi un employment rate itu dibawah rata-rata dalam 5 tahun terakhir dan kita bisa melihat bahwa ini adalah salah satu capaian yang cukup baik. Yang kedua adalah dari sisi ........ yang juga single digit itu juga merupakan salah satu pertanda bahwa sebenarnya daya beli kita tidak terlalu apa bermasalah. Yang masalah adalah dari sisi industri. Nah artinya dari sisi supply nah ini juga yang kemudian mengakibatkan ........ Jadi ini juga yang kemudian mengakibatkan masalah di neraca dagang karena kalau kita bicara neraca dagang ini kan kita bicara ekspor dan impor.

Nah, masalahnya menurut saya sesempit pengetahuan saya dari

beberapa penelitian yang saya lakukan itu bukan dari sisi impornya, justru impor itu dibutuhkan untuk kebutuhan industri 90% dari impor kita itu untuk kebutuhan industri. Jadi kalau kita kemudian meng-constrain atau menghambat impor pada akhirnya ya kemungkinan besar akan terjadi proses de-industrialisasi yang apa namanya terjadi dalam beberapa tahun kedepan lagi gitu ya. Nah de-industrialisasi sebenarnya masalah yang bukan masalah kalau misalnya memang dia sudah mencapai threshold tertentu. Negara-negara maju sekarang sudah mengalami de-insutrialisasi juga tetapi mereka mengalami secara natural. Nah apa yang kita alami adalah premature deindustrialization sebagaimana Dani Rodrik menyampaikan yang di NBR di salah satu penelitiannya yang sudah di publish. Kita mengalami sebuah fenomena yang dikatakan premature deindustrialization. Nah industrialisasi kita prematur salah satunya adalah yang itu tadi bagaimana kemudian kebijakan industri kita yang mungkin harus dibenahi lagi. Nah, kalau sudah begitu berarti yang harus dibenahi tadi saya bilang industri. Nah, kalau misalnya industri sudah dibenahi maka kita bisa menciptakan surplus produksi dan dari surplus produksi itulah baru kemudian kita bisa ekspor.

Page 7: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

7

Jadi kuncinya adalah tidak apa-apa kalau kita kebobolan gawangnya asalkan kita bisa membobol gawang lawan lebih banyak begitu prinsipnya gitu. Jadi tidak apa-apa impor asalkan kita bisa melakukan ekspor lebih banyak. Nah, ini yang kemudian dilakukan oleh Thailand. Kalau kita bandingkan antara Thailand dengan Malaysia misalnya di tahun 1980-an dibandingkan 2 kebijakan .........., yang satu substitusi impor, yang satu mengembangkan diri menjadi global production up atau digital production up di ASEAN, tidak hanya di ASEAN bahkan di Asia. Saya kutip penelitian dari Haryo Aswicahyono dari CSIS di tahun 1980, Malaysia itu produksi 100.000 unit dengan kebijakan substitusi impornya artinya dia ingin menggantikan produk-produk yang sebelumnya diimpor dihasilkan didalam negeri. Salah satunya adalah yang cukup terkemuka kebijakannya adalah yang terkait dengan Proton Saga itu di tahun 1980. Ada 100.000 unit versus 100.000 unit juga di Thailand, tetapi 10 tahun berselang setelah kebijakan tersebut di Malaysia itu hanya produksi .......... 300.000 unit. Sementara di Thailand sudah produksi kurang lebih 1 juta unit, employment pression-nya di Malaysia juga 75000 orang yang dipekerjakan. Sementara di Thailand sudah 300.000 unit, explore value-nya di Malaysia itu kurang lebih USD 2 Miliar sementara di Thailand sudah US$ 12 Miliar. Apa hikmah dari cerita ini? Hikmah dari cerita ini adalah strateginya sudah berubah Bapak, Ibu sekalian. Kita tidak lagi kemudian bisa menggencarkan substitusi impor, substitusi impor mungkin di satu perlu tapi di sisi yang lain ini no longer ....... strategy karena kita sudah lihat ........ dan kita sudah lihat juga bagaimana performa dari Thailand.

Next, sebelum ini, sebelumnya. Saya punya prediksi terkait dengan pertumbuhan ekonomi. Jadi ada 2 skenario: skenario positif sorry skenario optimis dan skenario pesimis. Nah sayangnya sekarang yang move toward-nya skenario yang pesimis ini kita lihat di tahun 2019 itu cuma dekat-dekat 5% 5,02%, tidak seperti ekspektasi awal ya ekspektasi realistis yang saya harapkan adalah 5,12% ya even apa yang ditargetkan Pemerintah tetapi ternyata going ......... Artinya dia turun lebih dekat kearah yang skenario pesimis. Nah kemungkinan besar di tahun 2020 ini itu pertumbuhan ekonomi kurang dari 5% apalagi ditambah dengan Corona Virus yang mana men-strap Wuhan yang salah satu pusat logistik dunia bisa jadi ada semacam kontraksi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia antara 0,09% sampai 0,2% maksimum tergantung dengan daya jangkit dan daya rusak dari Wuhan Corona Virus ini. Tapi satu hal yang kemudian harus kita lihat adalah sebenarnya efek dari 0,09% ini itu tidak sebesar kalau misalnya guncangan yang berasal dari internal. Artinya begini jadi dalam satu simulasi lain yang saya lakukan bahwa kalau dibandingkan antara gejolak internal dengan gejolak eksternal. Gejolak eksternal memang berpengaruh gitu ya tetapi kalau dibandingkan dengan gejolak yang berasal dari domestik itu jauh lebih besar gejolak yang berasal dari sisi domestik. Nah gejolak eksternal itu apa saja? Seperti misalnya depresi si nilai tukar dari emerging market, terus kemudian ini Corona Virus, kemudian the fat interest rate dan macam-macam. Nah berdasarkan simulasi shock ad hoc saya itu setidak-tidaknya kalau itu berasal dari luar negeri atau eksternal cuma bertahan lama antara 2 sampai 3 bulan untuk perekonomian Indonesia sementara kalau dia berasal dari dalam negeri atau epicentrum shock-nya berasal dari dalam negeri itu akan bertahan hingga 7 bulan. Artinya kalau dibandingkan antara 2

Page 8: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

8

shock ini saya lebih mewaspadai shock domestik. Nah ini juga bisa kita lihat shock Wuhan saja itu efeknya cuma ....... besar tetapi ya dibandingkan dengan shock internal tidak terlalu besar 0,09% even setiap pertumbuhan ekonomi China 1% dia akan terkontraksi 0,09% sampai maksimum 0,2%. Tapi saya probability of having pertumbuhan ekonomi China turun kurang dari 1% itu masih probability sekitar 20%. Artinya kemungkinannya kecil untuk turun dari 1% karena mereka sudah banyak stimulus-stimulus yang ada sekarang untuk mempertahankan perekonomian. Dan juga given historical facts di tahun 2003 ada SARS itu dampaknya memang buruk diawal tetapi kemudian dia bisa bouncing di tahun 2004-2005 bahkan sampai 14% pertumbuhan ekonominya. Jadi mudah-mudahan ya bisa apa namanya juga mengikuti pattern itu.

Nah masalahnya adalah bagaimana kalau berasal dari dalam negeri shock-nya. Nah kalau berasal dari dalam negeri itu bisa bertahan sampai 7 bulan lebih. Nah apa saja shock-shock yang berasal dari dalam negeri itu tadi salah satunya adalah dari sisi industri yang kemudian berefek pada current account deficit. Memang betul negara tujuan ekspor kita juga apa namanya China sebagai salah satu negara tujuan ekspor kita tetapi di sisi yang lain kita juga harus meningkatkan kapasitas produksi untuk bisa menipiskan current account deficit atau bahkan mencetak surplus. Jadi sekali lagi masalahnya didalam negeri.

Next, next, saya skip saja. Nah ini jadi masalah kita. Jadi sebelum kita melihat beberapa produk unggulan yang seharusnya kita bisa andalkan kedepan. Ini masalahnya jadi ini saya cuplik dari penelitian saya yang di tahun 2016, yang oh sorry penelitian saya terbaru di tahun 2019 yang saya tulis di Globalization and Productivity in ASEAN di chapter I tentang Global Production Networks. Nah disini ranking partisipasi Indonesia di Global Production Networks itu sudah cukup tertinggal dengan negara-negara ASEAN original five ya apalagi kalau ditambah Vietnam. Berdasarkan beberapa perhitungan yang lain bahkan Vietnam juga diatas Indonesia. Jadi di hampir di semua sektor ya terkait dengan sektor industri, ada Thailand, Filipina, Malaysia, Singapura, dan juga Vietnam itu masih diatas kita ranking partisipasinya. Nah itu pula yang menyebabkan adanya investment potensi investment ....... itu juga yang menyebabkan kenapa kemudian industri kita nggak bangkit-bangkit gitu ya karena memang potensi investasi masuk itu cukup kecil ya mengingat mereka kan banyak pilihan di ASEAN ya. Jadi kita bicara mengenai emerging market ketika berbicara pilihan maka masuknya bukan ke Indonesia tapi masuknya ke negara-negara yang selain Indonesia ini Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, dan kalau masukan Vietnam, Vietnam juga masuk disitu. Itu lah sebabnya kemarin ketika ada potensi relokasi dari China mereka lebih banyak masuk ke Vietnam dan hampir tidak ada yang ke Indonesia.

Next. Nah ini sektor overview. Jadi saya bersama tim kemudian melihat atau ingin memetakan ya ditengah potensi resesi global, ditengah potensi apa mangkraknya trade partner kita. Trade partner utama kita seperti China, U.S., ada U.S. China Trade War, ada Corona Virus, ada U.S.-Iran segala

Page 9: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

9

macam. Nah ini adalah beberapa produk yang menurut kita cukup resilience ya nanti Bapak, Ibu bisa baca. Tapi intinya adalah disini kalau kita bicara produk ya kita bicara permesinan. Kita bicara produk-produk agriculture ya berdasarkan apa namanya simulasi resiliency kita.

Kalau kita bedah per provinsi gitu ya sebenarnya yang untuk manufacturing itu masih di Jawa dan sekitarnya Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah karena memang belt industrial-nya memang disitu industrial belt-nya. Nah, yang jadi masalah adalah di luar Jawa. Yang diluar Jawa itu dari sisi produk itu masih belum terdiversifikasi mungkin Sumatera agak lebih baik ya. Tetapi kalau kita bicara mengenai misalnya di Papua ya yang kemarin tumbuhnya minus kenapa karena ya mereka mengandalkan masih dari Tembaga gitu kan dari Freeport yang mana mereka belum beroperasi dan karena itu ya maka pertumbuhan ekonomi minus belum terdiversifikasi. Maka PR-nya adalah untuk daerah-daerah seperti misalnya ada di Sumatera Utara kemarin juga daerahnya Pak Martin Manurung, itu CPO juga kan turun ya sebagai akibat dari adanya constraint non tariff measure dari trade partners kita juga itu turun. Nah, maka adanya juga kemudian beberapa produk-produk lain yang sebenarnya sifatnya belum bernilai tambah tinggi setengah. Jadi maka ini yang juga kemudian harus dikejar ya bagaimana kemudian Provinsi-provinsi di luar Jawa itu juga kemudian bisa mengejar industri.

Nah industri apa yang spesifik? Beberapa yang berdasarkan hasil

simulasi kami tentunya produk-produk atau industri-industri yang mana berdasarkan keunggulan komperatif kita yang salah satunya adalah disektor Pertanian jadi agriculture based. Nah, ini bisa kita contoh modalitiesnya dari Australia, New Zealand gitu ya yang mana mereka sangat mengandalkan dari produk berbasiskan industri. Nah, itu kita juga bisa kembangkan gitu ya di Indonesia dan saya rasa dengan investasi yang memadai ini bisa dilakukan.

Next. Beberapa key sectors yang tadi saya sampaikan ya berdasarkan

keterkaitan ke belakang dan ke depan ya Pak Martin mungkin sudah sangat paham gitu ya tentang IO. Ini ada beberapa key sectors ya ada angkutan jalan raya, reparasi mobil, restoran. Kita bicara industri dan juga apa namanya services dan disini juga ada industri pemotongan hewan, unggas gitu ya, dan industri pakaian jadi. Beberapa yang terkait dengan produk Pertanian, industri tekstil. Nah ini produk-produk yang sebenarnya apa namanya bisa kita andalkan kedepan karena dampak penggandanya ini cukup tinggi.

Next, next lagi. Dengan mempertimbangkan segala faktor kalau misalnya kita mau memprioritaskan ya. Ini kajian saya juga dengan Kementerian Perindustrian produk-produk yang mungkin bisa kita andalkan kedepan ditengah ketidakpastian global. Meskipun tentunya banyak produk yang lain ini untuk melengkapi making industry Indonesia four point zero adalah produk furniture, produk mineral non logam, industri kayu dan jerami anyaman, industri karet, industri tekstil gitu ya. Beberapa memang juga menyeruak ke lapangan ke

Page 10: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

10

temuan kami tapi ini mungkin beberapa hal yang mungkin kita bisa prioritaskan more under things. Ini komoditas. Jadi kita melakukan beberapa robust analisis dengan beberapa metode ya pada akhirnya dengan sekian banyak produk-produk ini ya ini produk-produk yang dengan memasukkan faktor ketidakpastian global juga. Nah ini adalah produk-produk yang bisa resilience. Tadi kan saya menyampaikan ada beberapa industri, ada beberapa produk gitu ya ada banyak sekali. Nah, tapi kalau mau prioritas misalnya given limited resources, given limited opportunities, given limited investment capacity maka mana yang harus diprioritaskan? Ya, kalau bicara 5 besar ya ini furniture, produk mineral non logam, industri kayu, industri karet, industri tekstil.

Nah menarik yang terkait dengan industri tekstil, banyak yang melihat ini adalah industri yang sudah sunset padahal nggak juga ini masih cukup potensial. Vietnam salah satunya juga menyeruak menjadi salah satu kompetitor terdepan kita dan salah satu keunggulan mereka dibanding kita. Kalau kita memang masih tetap tumbuh ya tapi tumbuhnya mungkin tekstil itu masih ekspornya ya masih dibawah 10% tetapi Vietnam sudah tumbuh 17%. Nah apa yang bisa kita pelajari dari Vietnam? Vietnam itu dia tidak ada hambatan yang berarti terhadap input apa namanya produk-produk tekstilnya. Jadi input-input produksinya itu tidak ada hambatan input dari import-nya. Jadi import product-nya itu tidak ada hambatan yang cukup signifikan artinya hambatan tarifnya hampir tidak ada. Itu yang kemudian menyebabkan mereka menjadi sangat efisien dan kompetitif di pasar Internasional. Nah sebenarnya kalau kita juga mau melakukan itu, itu jangan. F-PDIP (DARMADI DURIANTO): Maaf, ini nentuinnya gimana Pak bahwa dia masuk advantage dia bisa. PAKAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL (DR. FITHRA FAISAL HASTIADI, SE., MSE., MM) : Iya, jadi ada beberapa metode Pak. F-PDIP (DARMADI DURIANTO): RCA itu apa singkatannya? PAKAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL (DR. FITHRA FAISAL HASTIADI, SE., MSE., MM) : Revealed Comparative Advantage Indeks. Jadi kita melakukan beberapa pendekatan ya pendekatan kualitatif dan juga pendekatan kuantitatif. Jadi ada satu gitu kita melihat ini sebagai contoh yang di awal tentang produk resiliency. Kita melakukan analisa menggunakan metode yang disebut input-output model. Jadi input-output model ini kita buat dalam skala internasional jadi melibatkan seluruh negara yang ada di dunia dengan

Page 11: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

11

F-PDIP (DARMADI DURIANTO): Ini model sendiri atau model diadopsi? PAKAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL (DR. FITHRA FAISAL HASTIADI, SE., MSE., MM) : Model adopsi. F-PDIP (DARMADI DURIANTO): Model adopsi ya. PAKAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL (DR. FITHRA FAISAL HASTIADI, SE., MSE., MM) : Model adopsi. Jadi modelnya sudah ada jadi kita tinggal running saja gitu. Nah itu dari kurang lebih 3000-an matriks kita dapatkan beberapa produk-produk tadi yang cukup resilience dan kemudian kita run lagi dengan beberapa metode salah satu metodenya adalah Revealed Comparative Advantage. Dan kemudian kita run lagi dengan pendekatan product competitiveness apa namanya yang berdasarkan beberapa teori ekonomi internasional dan. F-PDIP (DARMADI DURIANTO): Itu yang Michael Porter ya? PAKAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL (DR. FITHRA FAISAL HASTIADI, SE., MSE., MM) : Ya Michael Porter betul, ya betul sekali Pak Michael Porter dan ini kita pada akhirnya dengan beberapa metode itu kita dapatkan produk-produknya. Mungkin kita bisa kembangkan lagi tapi sekali lagi ini masih ad hoc Pak penelitianya masih sangat tahap awal gitu ya karena kita melakukan penelitian ini kurang lebih cuma 2 bulan gitu. Nah, ini mungkin kalau misalnya kita melakukannya jauh lebih dalam lagi kita bisa mendapatkan hal yang jauh lebih robust tapi setidak-tidaknya temuan ad hoc ini kita bisa melihat magnitude dari produk-produk dan juga kemudian arah kebijakan kedepan ya.

Mungkin kearah yang ini jadi industri yang berdasarkan agriculture atau Pertanian begitu.

Next. Jadi yang berikutnya ini, whatness to be there? Nah beberapa hal yang terkait dengan bagaimana kita bisa me-leverage kemampuan industri kita ini sudah di publish juga Pak. Jadi pertama adalah dari sisi volatilitas dari chance rate nah itu harus di jaga. Yang kedua adalah labour cost. Nah labour cost ini juga menjadi bahasan yang cukup sensitif ya karena kalau kita melihat ya ini berdasarkan beberapa penelitian ya. Jadi kalau kita melihat produktivitas

Page 12: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

12

tenaga kerja di sektor manufacturing terutama itu relatif stagnan sementara upahnya itu cukup tinggi. Jadi kalau kita bandingkan ya dalam beberapa tahun terakhir mungkin di manufacturing sector itu pertumbuhan produktivitas tenaga kerjanya 2 sampai 3%. Sementara meskipun kemudian kalau kita bicara formula yang sekarang sudah jauh lebih fair ya baik pengusaha maupun labour-nya tetapi tetap saja pertumbuhan ekonomi ditambah inflasi kan 8%-an gitu. Jadi ada gap rule of time-nya itu ya dua kali lipatnya dari pertumbuhan artinya 6% seharusnya pertumbuhan upahnya.

Nah ini jauh lebih baik tentunya dibandingkan dengan beberapa periode yang lalu yang belum ada apa namanya tentang formula pengupahan itu dimana upah bisa naik 30% setahun dimana produktivitasnya juga masih dibawah 5%. Jadi pada akhirnya apa? Itu menyebabkan sekali lagi ada relokasi industri yang kalau pindah dari Jakarta ke Jawa itu masih mending, tapi ini pindah dari Indonesia ke luar yaitu ke Vietnam, ke Myanmar, ke Bangladesh yang mana secara produktivitas mungkin nggak apa nggak jauh-jauh ya tetapi lebih murah. F-PDIP (DARMADI DURIANTO): Itu nol koma nol koma sekian itu legalicy ya? Itu nol koma sekian itu artinya apa? PAKAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL (DR. FITHRA FAISAL HASTIADI, SE., MSE., MM) : Oh ini magnitude-nya Pak besarnya dampak begitu ya. Jadi apa namanya kalau kita bicara 0,22 ya berarti ini teknis ya setiap ada peningkatan satu poin gitu ya dari labour cost itu kemudian akan terjadi pengurangan 0,22 dari produk-produk ekspor, gitu. Jadi gitu cara membacanya, itu labour cost.

Kemudian ada trade cost. Trade cost ini kita bicara mengenai logistic performance index atau kemampuan logistik gitu ya port capacity dari sisi ongkosnya bagaimana, dari sisi ketepatan waktu dan seterusnya dan seterusnya. Kalau dari beberapa tahun terakhir sebenarnya dari logistic performance index rankingnya sudah jauh membaik tetapi tentunya itu masih dibandingkan secara komparatif dengan negara tetangga ya. Jadi ini juga harus diperhatikan, ada trade operation, ada infrastructure ya. Jadi ini juga harus perlu di kedepankan bagaimana kemudian pembangunan infrastruktur itu harus terus dilanjutkan tapi bagaimana infrastruktur itu juga kaitannya kuat dengan industri supaya apa bisa me-leverage kemampuan produksi dan kemampuan produksi itu bisa meningkatkan ekspor gitu ya. Jadi kuncinya adalah meningkatkan ekspor bukan menahan impor. FD Openness, nah ini juga penting sekali bagaimana apa namanya bagaimana kita bisa meng-invite ....... terutama yang sifatnya FDI bukan sekedar portfolio investment. Bedanya FDI sama portfolio investment apa? Kalau portfolio investment yang masuk ke ....... saham ya ke market gitu ya. Sebagai contoh di tahun 2019 misalnya antara Bulan Januari sampai Bulan April itu bisa masuk Rp100 Triliun gitu. Tetapi ketika ada gonjang-ganjing politik, isu-isu nggak menentu, dalam waktu seminggu keluar Rp 20Triliun ya, jadi kan easy come easy go.

Page 13: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

13

Nah itu penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana FDI jadi bagaimana kemudian mereka invest, kemudian mereka bring factories ya bisa meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan seterusnya dan seterusnya itu yang kita harapkan.

Nah makanya Omnibus Law ini Bapak, Ibu sekalian kami dari ekonom

sangat mengharapkan bahwa ini akan diselesaikan segera dan apa tanpa kontroversi pasal-pasal yang kemudian bermasalah. Itu juga harus dibahas gitu ya karena ini penting sekali karena berdasarkan data BKPM di tahun lalu itu ada Rp700 Triliun kesini tetapi itu harus tertahan karena ada beberapa regulasi yang mungkin tidak compatible gitu ya kita nggak ingin lagi seperti ini. Kemudian Value to Wide Raisal (VTWR) value to what wide raisal artinya apa? Artinya kedepan produk-produk kita jangan yang nilai tambahnya rendah jadi harus kemudian harus menciptakan value added itu dari situ. Nah, untuk itu ya butuh investasi. Kira-kira itu terus kemudian, next, next karena tinggal sedikit waktunya. Pushing key and resilience sector. Jadi site dari sectors yang tadi saya sampaikan sebenarnya ada sektor-sektor lain yang kalau misalnya kita mau prioritaskan gitu ya lebih dari 5 produk atau 5 sektor tadi yang mana itu apa namanya output multiplier-nya itu cukup tinggi gitu ya, ini sudah ada nanti di bahan Bapak, Ibu sekalian. Ya intinya adalah ya tadi ada produk-produk pertanian, ada kemudian produk-produk industri, computers, machineries, electronics dan seterusnya dan seterusnya.

Next. Nah kalau kita bicara mengenai employment creation ini ada beberapa sektor mungkin terkait dengan sektor transportasi, sektor pertanian yang mana kaitannya terhadap penyerapan tenaga kerja. Jadi for every sector itu setiap seratus juta misalnya injeksi di sektor-sektor ini akan menghasilkan misalnya Perkebunan Karet akan menyerap dua setengah orang gitu ya setiap seratus juta. Ya memang bukan yang paling banyak tapi ini resilience yang sebagaimana yang saya sampaikan tadi. Dia bisa tahan ditengah ketidakpastian atau gonjang ganjing resesi ekonomi dan seterusnya. Memang ada yang lebih besar lagi tetapi ini bukan yang paling utama gitu ya. Jadi misalnya top 5 implementation ada teh, tembakau, mung bean itu kacang hijau, terus kemudian ada peanut, ada soya bean ini yang cukup besar penyerapan tenaga kerjanya setiap seratus Juta investasi ke sektor tersebut tetapi dampak penggandanya terhadap ekonomi tidak terlalu besar.

Nah untuk yang sebelumnya itu dampak penggandanya besar meskipun dari sisi penyerapan tenaga kerjanya mungkin tidak sebesar ini tapi saya harapkan sebenarnya kedepan yang kita harapkan adalah bagaimana produk-produk yang dikembangkan itu memiliki daya pengganda yang tinggi, supaya apa? Supaya ada peningkatan kapasitas produksi dan dengan peningkatan kapasitas produksi itu kita bisa mengekspor lebih banyak dengan mengekspor lebih banyak kemudian kita bisa ........ profit kemudian profit itu akan balik lagi ke sistem perekonomian.

Page 14: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

14

Yang terakhir ini kalau Bapak, Ibu mau menjadikan referensi buku saya Globalization, Productivity and Production Networks Indonesia ASEAN Enhancing Regional Trade and Investment yang diterbitkan tahun 2019 oleh Palgrave Macmillan. Terima kasih. Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Terima kasih atas paparannya Saudara DR. Fithra Faisal Hastiadi. Mungkin kalau ada yang mau bertanya. Saya persilakan untuk

menanyakan metode juga bisa Pak Darmadi. Pak Bardi, Bu Evita, Bu Nevi, Bu Elly, kita mulai dari Pak Bardi dulu deh dikerubutin sama Ibu-ibu. F-P.NASDEM (H. SUBARDI, S.H., M.H.): Baik.

Terima kasih. Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Nggak banyak yang mau tanyakan. Saya tertarik tadi yang disampaikan bahwa ada sebuah analisis ada 5 komponen produk yang bisa memiliki survive pada posisi kedepan ini, ........ dalam jangka pendek ini antara lain adalah tadi masalah kayu, mineral, dan beberapa produk lah. Pertanyaannya adalah dari industri kayu dan produk dari kayu dan gabus kecuali jerami dan anyaman, ini yang saya tanyakan ...... mungkin jerami dan anyaman karena begini kebetulan kami dari Dapil Jogja Pak. Beberapa waktu yang lalu kami mencoba mengumpulkan melakukan diskusi dengan mereka-mereka ini. Kebetulan banyak ini dari 5 ini komoditas ini di Jogja cukup banyak eksportirnya kecil-kecil ya gitu banyak. Nah, kebetulan mereka itu dengan 22 jenis bahan baku ini jerami dan anyaman itu selalu apa saling integrasi apa integrated ya dengan kayu. Contohnya ya umpamanya dari bahan limbah gedebog pisang itu, kemudian dari limbah eceng gondok, kemudian dari ini apa rotan nah ini saling mengkait. Pertanyaan saya adalah apakah ini berpengaruh ya terhadap produk-produk ini ya yang sejenis? Artinya yang ini kan buat bahan penunjang ada kayu dan sebagainya itu penunjangnya, punya pengaruh ndak? Apakah yang memang ada terpisah ya. Kemudian yang kedua adalah bagaimana untuk memberikan penguatan terhadap ketahanan dari 5 jenis komoditas yang diperkirakan survive ini? Menurut mereka kami mendapatkan masukan mereka memerlukan pertama adalah lebih dikencangkan soal akses untuk pameran keluar. Mereka memiliki keterbatasan untuk berekspos apalagi keluar ya karena kan didalam saja dia juga karena mungkin karena masalah aksesnya

Page 15: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

15

dan kemudian masalah pendanaannya dan sebagainya. juga berkaitan dengan persoalan dana. Pendanaan yang mungkin bagi modal kerja mereka yang mereka juga cukup dengan bunga yang cukup tinggi mereka karena rata-rata adalah menengah bukan ekonomi lemah tapi menengah sehingga mendapatkan fasilitas kredit bukan KUR tapi sudah ready to move ya diatas 10%, 11%, 12%. Nah mereka sebenarnya ingin mendapatkan fasilitas seperti KUR seperti yang lemah ini dia akan lebih bisa bersaing. Dia katakan kalau itu diberikan dia akan bersaing dengan kompetitor yang disampaikan tadi.

Nah dua (2) hal ini yang menjadi dominan disamping ada isu-isu yang lain. Tapi rasanya itu adalah internal mereka tetapi 2 hal ini yang menurut yang disampaikan karena pada waktu saya ketemu mereka yang pasti harus diantisipasi ataupun mendapatkan tanggapan atau arahan dari narasumber apa yang telah dipaparkan tadi.

Itu saja. Terima kasih.

Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Terima kasih, Pak Bardi.

Bu Evita. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Baik.

Terima kasih. Bapak Pimpinan, Bapak maaf tadi saya nggak dengar namanya Bapak siapa? Pak DR. Fithra, Jadi saya nggak dengar tadi apa yang dipaparkan hanya sedikit tapi saya scanning ya yang disampaikan tadi. Sebenarnya saya baru duduk di Komisi VI ini Pak. Jadi sebenarnya ekspor-impor ini baru bagi saya dan kita baru bertemu beberapa BUMN ya dalam hal ini. Tapi setelah saya nggak tahu gimana ya kalau kita bicara ekspor, bicara impor itu pertama kali kita harus bicara produktivitas kan begitu Pak. Nah sebenarnya apa sih nih sebenarnya yang apa ya habis produktivitas, baru kita bicara competitiveness daya saing kita itu seperti apa. Nah apa yang sebenarnya yang harus kita lakukan nih supaya kita ini kedepan ini menjadi bangsa yang produktif gitu loh apa nih yang harus kita lakukan.

Terus yang kedua ketika kita bicara produktivitas, kita ada missing link. Saya tidak melihat adanya sinergisitas disini apa namanya grand design itu yang strategi besarnya tidak terlihat. Ketika kita bicara ekspor impor iya kan itu kita bicara dari apa namanya hulu ke hilir kan begitu. Nah kalau zaman dulu itu saya masih ingat Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan itu kan jadi satu zaman Pak Harto dulu. Saya cari-cari kenapa ya supaya itu match

Page 16: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

16

sinyal hulu dan hilir ini sebenarnya gitu sehingga ada terintegrasi, terpadu dan sinergisitas itu ada. Nah saya melihat memang missing link-nya itu di strategi besar kita ini loh Pak iya kan. Yang di kita ini yang masih menjadikan kita ini belum bisa kita mengedepankan apa namanya mengetengahkan Indonesia ini di ranah global gitu di pentas global. Nah, sebenarnya kalau soal kemampuan soal apa kita itu semuanya kita ada iya kan. Tapi kenapa kita masih kita tahu volume perdagangan kita turun iya kan dan masih dibawah 7% gitu. Nah, ini yang sebenarnya apa sih yang harus kita lakukan dengan potensi kita yang begitu besar. Begitu banyaknya sudah perjanjian-perjanjian perdagangan luar negeri yang kita tandatangani dengan negara lain tapi kok kita belum bisa mengambil manfaat dari perjanjian-perjanjian itu dan justru perjanjian-perjanjian itu dimanfaatkan oleh negara lain bukan kita yang mengambil manfaat, iya kan? Nah, ini apa nih yang harus apa namanya yang harus kita kedepankan?

Saya melihat tadi kan dipaparkan bahwa yang tadi Bapak juga

menyinggung mengenai pariwisata iya kan mengenai diluar yang kita bicara migas dan lain-lain. Saya melihat kita belum mampu untuk membuat kalau ketika kita bicara parisiwata itu hanya 2 hal kalau menurut saya. Kita bicara packaging and branding. Nah, packaging and branding ini yang kita saya melihatnya kembali lagi belum mampu kita packaging, branding, baru kita dapat positioning kan begitu. Nah ini nih kita belum mampu ini kita memainkan hal ini sehingga kita masih bisa dikalahkan oleh negara-negara lain. Nah, strategi besar apa sih sebenarnya yang bisa kita lakukan dalam hal ini?

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Bu Evita.

Lanjut ke Bu Nevi. F-PKS (Hj. NEVI ZUARIANA): Terima kasih Pimpinan dan tamu kita DR. Fithra. Tadi saya agak ini Pak ya melihat bahwa dari kesimpulannya ya kita harus meningkatkan ekspor komoditas dan mengurangi impor agar neraca perdagangan Indonesia bisa surplus sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Dari data yang saya dapat bahwa ini datanya ekspor 11 komoditi utama Pak. Di poin pertama itu kita banyak ekspor sawit peran terhadap total ekspor non migas sawit. Lalu di poin kedua kita banyak ekspor pakaian jadi ....... dan benang kain. Di posisi ketiga itu kita ekspor produk hasil hutan seperti : furniture, kayu dan produk kayu, paper pulp. Terus di ke-4 di otomotif, kendaraan khusus, kendaraan roda 4 dan sebagainya. Di yang ke-5 adalah elektronik, produk konsumsi, elektronik bisnis, komponen ....... bagian, dan alat cetak elektronik. Kalau kita lihat ekspor komoditas yang ke-1 sudah masalah sawit, ke-2 juga sudah masalah pakaian jadi ini kita pasti akan impor benangnya, bahannya, bahan, benang ya. Dan terus kalau yang

Page 17: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

17

ke-3 itu furniture kayu sudah nggak boleh lagi kita tebang-tebang, kemungkinan yang ke-4 ialah kita buka industri manufaktur, elektronik dan otomotif ya, ini yang mau saya paparkan.

Jadi untuk kita fokus kepada sektor industri manufaktur di periode kedepan itu mudah-mudahan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional ya. Apalagi dengan adanya surplus bonus demografi ya dimana populasi usia produktif itu akan bertambah jumlah 30 juta orang sehingga Pemerintah harus dapat memastikan ketersediaan lahan pekerjaan bagi mereka ya. Apabila mereka tidak segera memperhatikan sektor apabila Pemerintah tidak segera memperhatikan sektor ini dari sekarang, Indonesia akan mengalami persoalan struktural lainnya sering disebut dengan jebakan negara berpenghasilan rendah atau middle income trap. Kondisi tersebut terjadi ketika suatu negara sudah mampu mencapai kelas pendapatan menengah tapi tidak dapat naik ke kelas negara maju. Jadi Pemerintah juga harus dapat meningkatkan nilai tambah selain tadi khusus untuk produk-produk nilai ekspor agar dapat membuka lapangan kerja dan pintu investasi. Bagaimana pendapat DR. Fithra? Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Bu Nevi.

Lanjut terakhir Bu Elly. F-PPP (ELLY RACHMAT YASIN): Terima kasih Pimpinan. Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Pak Fithra tadi disampaikan ekspor menjadi faktor penentu perekonomian setiap negara termasuk juga untuk kebutuhan industri. Namun kini Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan atau penurunan ekspor dan yang paling parah adalah di sektor Migas. Selama ini Pemerintah lebih memperhatikan sektor-sektor non Migas andalan seperti : CPO atau minyak kelapa sawit, kakao, kopi, karet, nikel, batubara dan semacamnya. Padahal masing-masing komoditi diatas ada kalanya juga rentan. Masalah kakao dan kopi rentan terhadap perubahan cuaca yang drastis, lalu CPO kelapa sawit mengalami kesulitan untuk ke Uni Eropa, dan Batubara juga menghadapi protes dari aktivitas lingkungan.

Yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana masukan dan saran dari Pakar agar Pemerintah memperkuat dan memberikan intensif kepada komoditas ekspor lainnya yang dapat diunggulkan seperti : tekstil dan produk tekstil, elektronik, karet dan produk karet, produksi hasil hutan seperti rotan dan alas kaki juga lokomotif, udang atau lobster, kulit dan produk kulit, ikan dan produk perikanan, kemudian minyak atsiri atau minyak aromatik dan kayu

Page 18: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

18

manis agar diversifikasi komoditas dalam negeri yang lain juga dikenal di pasar internasional. Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Bu Elly, bagus tuh.

Lanjut ke Pak Khilmi. F-P. GERINDRA (KHILMI): Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Terima kasih Ketua. Yang saya hormati Anggota Komisi VI, Yang saya hormati nara sumber DR. Fithra, Jadi saya ini mau tanya Pak sama Pak narasumber ini. Kita ini kan menghadapi persaingan perdagangan bebas ini yang sangat tajam untuk perdagangan dalam negeri ini. Padahal industri-industri kita ini kan banyak mengandalkan barang-barang impor tadi Bapak bilang kan. Tapi industri kita ini kan sekarang untuk berdaya saing dengan industri-industri yang di negara lain itu misalnya : Vietnam, Birma, Thailand, itu kan HPP-nya jauh Pak kalau di hitung-hitung dan ini protect dari Pemerintah itu kan sangat rendah seperti kita dibidang peternakan lah atau perikanan.

Di negara-negara lain ini kan untuk makanan ternak dan makanan industri perikanan ini kan harganya sangat rendah. Disini kan harga makanan ternak ini kan sangat tinggi makanya ayam Brazil bisa ke Indonesia, Pakistan India bisa ke Indonesia. Dan seharusnya ini kan saya minta solusi dari narasumber ini bagaimana untuk memecahkan permasalahan ini? Kalau ini kita biarkan terus maka ternak-ternak, industri ternak, industri perikanan di Indonesia akan mati. Begitu pun juga dengan industri-industri pabrikan-pabrikan kita juga akan banyak yang mati karena HPP-nya itu sudah sangat jauh dengan industri-industri yang baru ini. Makanya saya kepingin tahu cara dari narasumber ini bagaimana kita bisa bertahan dengan persaingan sangat ketat ini dengan negara lain misalnya ASEAN yang sudah 0% dari perpajakan sama kita padahal untuk industri kita ini HPP-nya akan sangat jauh dengan mereka. Saya minta penjelasan bagaimana bisa daya saing kita ini bisa melawan dengan negara-negara itu? Itu saja dari saya, sekian. Assalammu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. F-PD (Hj. MELANI LEIMENA SUHARLI): Pimpinan satu lagi.

Page 19: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

19

KETUA RAPAT: Oke, silakan Bu. F-PD (Hj. MELANI LEIMENA SUHARLI): Terima kasih. Yang saya hormati Pimpinan dan teman-teman Anggota Komisi VI, Yang saya hormati Pak DR. Fithra, Yang saya mau menanyakan apakah Indonesia itu kurang di bidang RnD-nya Research and Development sehingga seperti buah-buahan dari Thailand dan dari negara-negara ASEAN yang lain itu sangat berkembang? Padahal dulu bibitnya dari kita tapi kita nggak ada perkembangan. Misalnya, kita melihat ada bibit yang bagus untuk satu Mangga yang terkenal di Indonesia tapi kita kurang men-develop itu atau juga buah-buahan yang lain yang padahal kalau sudah diambil diluar misalnya diambil di Thailand itu malah jadi sangat terkenal dan itu menjadi pemasukan untuk di negaranya masing-masing. Saya mau menanyakan RnD-nya di Indonesia.

Kemudian kemarin kita semuanya ke Bali. Ada kunjungan kerja di Bali disana mungkin karena kasus Virus Corona itu membuat Turis-turis China tidak ada yang dari China sehingga semuanya kita lihat pemandangan seperti dulu lagi Bali penuh dengan orang dari Eropa yang mungkin orang Bule ya kita bilang ya. Kalau sementara dulu banyak orang Bule kemudian mungkin karena Chinanya, China negara sangat maju dengan pemasukan yang banyak sehingga penuh dengan orang dari China. Sekarang kita melihat pemandangan di Bali itu malah orang Chinanya nggak ada, adanya orang Bule lah kita katakan orang-orang dari Eropa dan sebagainya.

Saya mau menanyakan apakah kita juga harusnya lagi keadaan gitu

menggenjot juga masuknya orang-orang yang bukan dari China untuk pariwisata, kita bisa bergerak cepat karena nanti kan keadaan seperti ini nggak seramai gini, mungkin nanti sudah nggak ada Virus Corona lagi, mudah-mudahan nggak ada lagi itu masuk lagi dari yang mana-mana. Nah kita mau antisipasinya seperti apa? Nah juga dengan komoditas-komoditas yang bahan bakunya banyaknya dari China. Itu sekarang ini karena nggak bisa masuk dari China dan keluar dari China itu bagaimana kita mengatasi sepertinya mungkin dengan adanya ini kita mungkin harus berpikir lebih maju lagi untuk mengatasi kondisi ini sehingga mungkin ini menjadi berkah untuk kita tapi bukan berkah penyakitnya ya tapi berkah kita tidak bisa berhubungan dengan China terus apa yang harus kita lakukan? Mungkin itu yang saya tanyakan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Bu Melani.

Page 20: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

20

Saya pikir itu dari kita. Masih ada waktu sedikit bisa ditanggapi oleh Pakar. Jadi kalau tadi sembari Pakar tulis-tulis sebentar dari sisi supply site teman-teman saya pikir sudah banyak memberi masukan. Nah mungkin perlu juga nanti kita dapat pemikiran ya menghadapi economic down turn yang tadi dibilang itu mungkin ini ada sedikit out of topic, dari sisi demand site-nya, itu sebenarnya tepat nggak gitu ketika kita tidak melakukan relaksasi? Ini kan sekarang masih dikejar terus berbagai ya memang untuk penerimaan negara juga. Tapi ketika kita menghadapi economic down turn dan kita tidak melakukan relaksasi moneter itu tepat apa nggak? Tapi ini kalau nggak punya waktu nggak apa-apa. Cuma ingin dapat pandangan saja karena tadi ngomong mengenai resesi lumayan panjang. Saya pikir itu. Silakan kepada Saudara Fithra. PAKAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL (DR. FITHRA FAISAL HASTIADI, SE., MSE., MM) : Baik.

Terima kasih. Pak Ketua Sidang, dan juga Bapak Ibu sekalian Anggota Panja Perdagangan. Yang pertama terkait dengan pertanyaan dari Pak Bardi ya meningkatkan potensi lokal daerah ya saya sepakat sekali. Tapi dan yang jadi masalah adalah sebagaimana yang tadi Pak Bardi sampaikan adalah terkait dengan trade financing ya atau pembiayaan ekspor ini yang sebenarnya jadi masalah kenapa? Karena meskipun kita sudah punya misalnya Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia ini nggak tahu ya ini mitranya Komisi VI ya, nah itu seharusnya harus di XI ya bukan sini ya. Nah ini juga sebenarnya harus dikejar lagi begitu ya daya manfaatnya dan daya jangkaunya karena sementara ini saya apa kebetulan juga sempat membantu beberapa lembaga internasional untuk trade financing dan dari situ ketahuan bahwa Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia belum menjalankan fungsi sebagaimana yang diharapkan artinya non under served clientel artinya client-client UMKM kemudian apa namanya eksportir-eksportir kelas menengah kebawah itu tidak betul-betul di serve dengan baik ya. Mereka tidak mendapatkan pembiayaan dari LPEI. Bahkan yang membiayai mereka salah satunya mungkin dari dulu saya sempat kemudian membantu proses ini IDB dari Islamic Development Bank yang mana ya kenapa harus Lembaga asing gitu ya? LPEI sebenarnya juga punya cara atau punya resources untuk melakukan itu. Nah ini yang kemudian harus digenjot lagi. Kemudian dari Bu Evita bagaimana cara meningkatkan produktivitas. Saya sepakat sekali memang kuncinya itu di produktivitas Bu makanya saya beberapa kali menyampaikan bahwa yang penting adalah bagaimana meningkatkan kapasitas produksi. Dan untuk meningkatkan kapasitas produksi itu adalah kita meningkatkan leveraging skill dari labour kita yang mana sekarang dari sisi produktivitas itu masih sangat rendah ya

Page 21: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

21

pertumbuhannya itu harus ditingkatkan. Nah salah satunya adalah yang sepakat dengan apa yang dilakukan oleh Mas Menteri adalah dengan kemudian melakukan kembali lagi link and match karena sementara ini kalau kita lihat ya pengangguran SMK itu justru salah satu yang paling besar dibandingkan dengan yang lain ya. Artinya ini kan nggak kompatibel dengan kebutuhan industri. Nah balik lagi permasalahan di hulunya adalah kurikulum bagaimana Politeknik, Vocational School, SMK, Politeknik kita juga kemudian harus diberdayakan dan matching dengan kebutuhan industri. Kalau nggak ya mereka sekarang akan sangat dengan mudahnya meng-operate machine ya dan me-layoff apa namanya labour. Makanya Omnibus Law ini terkait dengan salah satunya cipta kerja itu juga memang harus sangat memadai dan kemudian harus bisa menjembatani dari 2 kepentingan tersebut. Dari Bu Nevi ya. Tadi ya betul ada beberapa produk ekspor kita dan bahkan ada satu produk ekspor yang juga sangat bergantung komponen impornya salah satu tekstil, nah caranya adalah apa? Bukan membatasi impornya, bukan menaikkan tarif impor terhadap barang-barang tersebut gitu ya. Justru kemudian kita harus hilangkan kalau bisa sebagaimana Vietnam di industri tekstilnya juga melakukan itu dan itu bisa me-leverage pertumbuhannya. Tahun lalu 17%, Indonesia kurang dari 10% ya masih tumbuh tetapi itu pangsa pasarnya diambil Vietnam. Mereka lebih efisien karena upah buruhnya bersaing, produktvitasnya bersaing, kemudian dari sisi ongkos produksinya untuk mendapatkan bahan baku input juga tidak terlalu tinggi. Untuk avoiding the middle income trap ini juga penting. Jadi berdasarkan hitungan saya untuk sampai tahun 2030 nanti 2030 adalah hitungan akademiknya meskipun Pak Jokowi bilang tahun 2045 tapi sebenarnya threshold-nya tahun 2030 karena pada saat itulah bonus demografi kita selesai. Artinya sampai tahun 2030 nanti kita butuh tumbuh pertumbuhan ekonomi kita 6,5% dan untuk mencapai average 6,5% itu pertumbuhan ekspor harus minimal 9,8. Nah padahal rata-rata pertumbuhan ekspor kita tahunan itu dibawah 5% gitu. Makanya cara untuk bisa kemudian mencapai pertumbuhan ekonomi yang bisa melepaskan kita dari jebakan pendapatan menegah adalah ya menggenjot ekspor dan untuk bisa menggenjot ekspor maka kita harus benahi dulu industrinya, kapasitas produksinya, kemudian kita juga harus membenahi dari sisi tenaga kerjanya. Nah kemudian juga yang juga penting juga ya jadi ditengah ketergantungan kita kepada beberapa negara partner sebenarnya yang juga menjadi penting kedepan adalah mencari non traditional partner. Nah non traditional partner ini, LPM. Waktu itu saya juga sempat bantu bikin kajian dengan Kementerian Perdagangan. Waktu itu saya masih di LPM sebagai ketua sub kajiannya. Nah itu beberapa negara berdasarkan simulasi kami itu seperti misalnya di Afrika itu ada Angola, ada Nigeria, ada South Africa, ada Mesir, terus kemudian di Amerika Latin itu ada Brazil, Peru, Argentina, terus kemudian Amerika Utaranya ada Kanada ini non traditional partner. Terus kemudian di Asia Tengah ada Azerbaijan, Uzbekistan, Kazakhstan, kemudian di bawah di selatan ada Australia yang mana kemarin kita sudah lakukan

Page 22: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

22

perjanjiannya atau sudah mulai di diskusikan. Dan kemudian di Eropa, Eropa Timur ada Rusia, ada Polandia, Ukraina.

Nah, selain mencari non traditional partner tadi saya juga sepakat dengan Bu Evita tentang FTA ya. Utilisasi FTA kita masih rendah Bu Evita. Berdasarkan beberapa kajian yang dilakukan utilisasi kita masih sekitar 30% artinya masih dibawah potensi gitu. Nah ini juga kemudian harus dilakukan, kenapa kita 30% ya 30% dari FTA, kenapa? Karena belum ter-disclose dengan baik mungkin dengan pengusaha karena mungkin pengusaha belum ngerti. Saya beberapa kali membantu Kementerian Perdagangan untuk melakukan sosialisasi FTA ke daerah-daerah. Nah beberapa daerah ini justru belum tahu bagaimana memanfaatkannya mereka belum ngerti gitu.

F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.):

Begini Pak, Pak Fithra. Saya ingin tanya Pak, kalau saya lihat dari pertemuan dengan BSN ya

beberapa ini ya saya pelajari gitu Pak, kan kayak kita dengan Jepang itu kan sebenarnya yang pertama FTA kita itu dengan Jepang tapi setelah berjalan itu kita lihat bahwa kita nggak mampu untuk menggarap potensi yang ada mengambil manfaat. Justru Jepangnya yang mengambil manfaat dari kita. Kemudian saya dengar-dengar saya baca-baca itu katanya karena produk kita itu itu tidak sesuai dengan mutunya Jepang, standarnya Jepang, mereka sudah pakai ISO standart iya kan. Kita kesini impor mereka itu masih pakai SNI. Jadi barang mereka itu mudah masuk kesini, barang kita itu nggak bisa tembus pasar karena mutunya tidak ter ini.

Terus saya lihat-lihat lagi kita nggak pernah bersamaan ini Pak Fithra.

Ketika kita tandatangan ini contohnya dengan Australia BSN. Kita ini tidak melakukan penandatanganan juga dengan BSN-nya Australia gitu loh, tidak resiprokal. Seharusnya setiap perjanjian internasional yang kita tandatangani dengan satu negara itu harus ada diikuti dengan perjanjian internasional mengenai mutu yang resiprokal, barang Australia resiprokal masuk ke kita, barang kita juga resiprokal masuk ke Australia. Kalau nggak, menurut saya ini Pak, saya pandangan Bapak saya mau ini juga, mau penandatanganan perjanjian apa pun kita dengan negara asing ketika mutu ini kita tidak leverage kita akan sulit untuk menembus pasar mereka gitu Pak.

Terima kasih.

PAKAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL (DR. FITHRA FAISAL HASTIADI, SE., MSE., MM) : Ya betul sekali Ibu itu ada di Non-Tariff Measures. Banyak sekali memang terutama dari negara-negara maju, bagaimana kita tidak kompatibel dengan mereka. Tapi isu yang lain adalah yang mungkin menjadi autocratic buat kita juga adalah kemampuan negosiasi kita, tim negosiastor yang tidak dilengkapi data gitu ya. Jadi kalau apa namanya saya pendidikan saya dari Jepang begitu S2 dan S3 saya tahu bagaimana cara kerja mereka,

Page 23: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

23

bagaimana cara mereka bernegosiasi di meja perundingan. Dan kalau misalnya dibandingkan head to head gitu ya mereka punya data mungkin kalau satu meja ini penuh ya delegasi kita cuma berbekal 2 executive summary ya gimana mau bernegosiasi kalau datanya nggak lengkap. Jadi artinya trade partner kita counterpart kita lebih tahu kondisi Indonesia dibanding kita sendiri gitu, itu yang jadi masalah. Terus kemudian Ibu Elly terkait dengan ya juga kita harus fokus ke Migas. Betul Bu karena defisit neraca Migas juga cukup besar gitu ya. Salah satunya adalah sebenarnya ini juga kembali lagi ini isu Bu isu sensitif secara politik adalah mengurangi subsidi secara gradual. Nah, saya pernah dengan tim melakukan perhitungan ya dibandingkan bagaimana kalau kita mengurangi impor konsumsi gitu dengan misalnya naikin Pajak 10% gitu ya versus 10% pengurangan harga atau kenaikan harga dari BBM. Memang sama-sama terkontraksi gitu ya kalau di dampak penerapan pajak atau restriksi impor barang konsumsi output akan terkontraksi hingga Rp47 Triliun, tenaga kerja hilang 299.000 orang. Tetapi kalau dilakukan di BBM sama terkontraksi juga outputnya cuma ....... Rp22 Triliun. Artinya 50% kurang daripada pengurangan impor tadi dan tenaga kerja yang berkurang cuma 47.000. Artinya kalau dibandingkan mana yang lebih baik gitu ya untuk bisa mengurangi defisit bukan mengurangi impor tapi mengurangi subsidi ya subsidi BBM. Nah ya itu kan harus ada edukasi begitu ya kepada masyarakat gitu karena apa namanya ini akan langsung menghujam ke permasalahan yaitu defisit neraca Migas karena masalah ini ya apa namanya selisih antara harga pasar dengan harga domestik ini yang menyebabkan ya nanti bisa di cek adanya demand yang berlebihannya salah satu datang dari pasar gelap. Terus berikutnya dari Ibu Melani. Sebelum Ibu Melani Pak mohon maaf tadi saya belum, Pak Khilmi oh ya Pak Khilmi. Terkait dengan proteksi, peningkatan daya saing ya. Saya rasa bukan proteksi jawabannya Pak tapi caranya adalah meningkatkan kapasitas produksi karena proteksi itu begini Pak. Jadi kalau kita bicara mengenai proteksi misalnya kita ingin menaikkan tarif, oke di satu sisi mungkin beberapa perhitungan apa namanya bisa meningkatkan di sektor-sektor industri tertentu tapi di berdasarkan perhitungan yang lain industri yang lain juga terdampak. Yang kedua ada faktor retaliasi ketika kita melakukan usaha untuk proteksi menaikkan tarif ada kemungkinan juga negara partner akan melakukan hal yang sama sehingga pada akhirnya akan terjadi ya trade war gitu. Nah, sehingga yang jadi yang kita harus kedepankan menjadi strategi kedepan adalah meningkatkan daya saing itu yang paling penting Pak. Meningkatkan daya saing salah satunya adalah pembenahan industri, sinergitas tadi yang disampaikan oleh Bu Evita antar kementerian begitu ya. Saya menjadi konsultan untuk Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan juga targetnya nggak matching, yang satu semuanya ingin di proteksi, yang satu semuanya ingin dijual gitu jadi nggak matching. F-P. GERINDRA (KHILMI): Pak ini saya anu, sebentar ya.

Page 24: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

24

Kan begini Pak kalau di negara lainnya di Pakistan, di India, kita ini kan industri ternak kita kan ini kalah dalam hal harga. Kenapa Brazil bisa sampai bisa jual daging ayam ke Indonesia? Juga industri perikanan kita. Kita ekspor ke Jepang akan kalah dengan Pakistan dan India karena faktor dari makanannya itu kan Pak ini kan termasuk harus yang di ........ Saya kepingin tanya bagaimana kita ini makanan kita ini kan terlalu mahal makanan ternak, perikanan kita kan ........ jadi kita kan nggak bisa bersaing padahal berapa persen dari penduduk kita ini kan hidupnya dari itu gitu loh. PAKAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL (DR. FITHRA FAISAL HASTIADI, SE., MSE., MM) : Exactly Pak betul sekali itu yang terjadi. Jadi salah satu solusinya adalah membuka impor pakan ternak gitu. Jadi itu yang jadi masalah kalau misalnya memang itu tidak bisa kemudian disediakan didalam negeri dengan ya mungkin kita ingin melakukan proteksi, mungkin kita ingin mengembangkan industri pakan ternak tapi tidak terjadi gitu ya.

Di sisi yang lain ya harga apa ternak kita menjadi mahal. Nah itu belum lagi kemudian kita bicara mengenai kalau dibandingkan dengan Brazil Mereka skala ekonominya sudah cukup tinggi karena sudah menjadi industri. Nah kita kan masih kebanyakan perorangan ya individual bukan industri. Nah untuk itu maka salah satu solusinya adalah ya membuka keran impor itu untuk kemudian menurunkan harga pakan ternak. Jadi input produksi intinya bagaimana kita bisa mendapatkan secara murah. Kalau kita bisa dapatkan secara murah harganya, harga apa akhirnya akan kalau tadi Bapak bicara HPP ini ya harga akhirnya mungkin akan kompetitif di pasar internasional gitu Pak. F-PDIP (Dr. EVITA NURSANTY, M.Sc.): Izin Pak Ketua. Saya mau tanya Pak memangnya makanan impor ini kita nggak bisa ya bikin dalam negeri? Apa memang nggak punya bahan bakunya kita untuk makanan ternak ini? PAKAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL (DR. FITHRA FAISAL HASTIADI, SE., MSE., MM) : Nah ini kita harus petakan lagi Ibu. Sementara ini kan kalau kita berargumen bahwa oke kita bisa tapi kenapa harganya mahal? Nah ada masalah logistik, ada masalah ketersediaan industri kelangkaan dan seterusnya dan seterusnya. Nah sementara kan kita juga berkejaran dengan waktu ya. Kalau misalnya kita menunggu industrinya bangkit yang mana nggak bangkit-bangkit sampai sekarang kalau misalnya kita bicara, bisa nggak kita menyediakan? Kalau bisa kenapa mahal? Iya kan, kalau bisa kenapa mahal.

Page 25: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

25

F-P. GERINDRA (KHILMI): Ini saya tambahin ya. Jadi Pak narasumber, ini kita ni kan tidak pernah buat kajian dimana negara-negara lain itu makanan industri makanan ternaknya juga dari impor. Tapi kenapa kita ini mahal kan ini kan yang harusnya jadi kajian para peneliti. Ini kan tidak pernah saya kemarin pas sama teman-teman ke Jepang itu kagetnya itu. Jadi kita diceritain sama kamar dagang Jepang kenapa kita ini produk Udang kita ini tidak bisa bersaing dengan India dan Pakistan? Karena harganya terlalu mahal makanan kita ini, disana itu misalnya harganya cuma tiga ribu sekilo, disini makanan ternak kita ini lima belas ribu. Nah ini kan apa kan harus dibuat kajian oleh peneliti-peneliti, kelemahan kita apa saya kepinginnya itu sebetulnya. PAKAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL (DR. FITHRA FAISAL HASTIADI, SE., MSE., MM) : Ya kelemahan kita daya saing Pak. Jadi industrinya belum cukup kompetitif gitu untuk melakukan itu. Maka sebenarnya permasalahannya adalah permasalahan ekosistem. Ekosistem berarti tidak hanya dari industrinya itu juga melibatkan Pemerintah, pelaku usaha, kemudian akademik university untuk melakukan research-research yang memadai untuk bisa kemudian me-leverage kemampuan industri. Nah sementara ini balik lagi tadi saya suka dengan apa yang istilah yang disampaikan oleh Ibu Evita sinergi, itu yang kurang Pak kita kurang, sendiri-sendiri.

Itu juga kemudian menjawab pertanyaan dari Ibu Melani terkait dengan research and development. Sebenarnya research and development kita ya meskipun kurang memadai sebenarnya banyak juga tapi scattered kemana-kemana, dimana-mana gitu kan terus nggak jelas fokusnya. Saya sebagai akademisi, peneliti kalau ingin melakukan penelitian too much administrative work gitu yang mereka lihat adalah laporan keuangannya bagaimana bukan laporan hasilnya bagaimana gitu. Nah, ini yang kemudian harus dibenahi. Jadi jangan sampai kemudian peneliti-peneliti itu dibebankan beban-beban administratif yang terlalu berat gitu ya. Jadi apa namanya saya juga sering melakukan penelitian dengan luar negeri dengan kampus-kampus diluar yang penting outcome-nya, masalahnya kan kita ada distrust society orang nggak pada nggak percayaan takutnya ini dikorup atau segala macam. Tapi ya untuk sebagai akademik, sebagai peneliti ya yang paling penting ya adalah outcome-nya bukan how to spend the money tapi outcome-nya seperti apa, itu yang menjadi keluhan kita para akademisi. F-PDIP (ARIA BIMA): Sedikit Pimpinan. Pertanyaannya masih terkait tadi Pak Fithra ya.

Pak begini, mimpi kita itu legacy yang mau kita tinggalkan dalam Panja ini adalah ingin terwujudnya indeks harga komoditas Indonesia dan kita ingin

Page 26: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

26

nanti Komisi VI tentunya dengan leading sector Menteri Perdagangan, kementerian-kementerian terkait itu termasuk Kementerian ESDM, Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian agar bisa bersama-sama menyepakati adanya indeks harga komoditas Indonesia Pak. Ini yang sampai hari ini belum, memang ada untuk Coal Index Komoditas Batubara, untuk Indeks Palm Oil Index, kemudian ada juga akhir-akhir ini Nikel index. Nah kita berharap komoditas hasil Tambang Batubara,......, Nikel, Timah, Tembaga, Emas, Bauksit, Alumunium. Kemudian indeks hasil Perkebunan Sawit, Karet, Kopi, Kopra, Gula, Tembakau, Kedelai, Jagung, sampai saat ini tidak akan ada berani namanya Petani maupun perkebunan yang berani nanam untuk menjadi Petani besar Pak karena tidak ada di jaga harga komoditas pada batas bawah. Nah kita juga ingin komoditas Energi, Root Oil, Gas, Biodiesel, Geothermal. Nah dimungkinkan nggak bahwa setiap komoditas menurut kita adalah sebagai sarana untuk kemakmuran rakyat? Kita ingin mendapatkan analisa betul untuk membuat strategi dalam menciptakan pasar-pasar didalam melindungi harga-harga komoditas kita yang itu merupakan wujud kehadiran negara untuk bisa tadi sebelum kita apple to apple dalam berbagai hal didalam pemasaran komoditas.

Nah pada saat kita berhadapan dengan Australia, dengan Jepang,

dengan negara-negara yang kita lakukan free trade, kita sendiri belum bisa mempatok harga indeks harga Kakao kita ini berapa, harga Sawit kita masih ikut indeks internasional, kemudian Karet kita masih ikut, Kopra nggak ada, Gula nggak ada, Tembakau nggak ada, Teh nggak ada. Saya mohon masukan dari Panja ini bagaimana bahwa didalam bisnis proses kita maupun analisis kita, kita ingin mengetahui dan membuat strategi untuk kita bisa mendapatkan nilai tambah yang mana kita tahu persis katanya Nikel kita itu 90% Nikel atau Timah itu adalah pasar dunia Pak. Tapi dimana kebutuhan Timah, kita data kita nggak ada Pak, kita jual di Singapura katanya. Nah menurut Pak Fithra kita ingin lindungi Pak harga komoditas kita ini tidak ikut indeks harga internasional tapi feeding apa, keputusan politik apa sehingga Pemerintah dalam hal ini di sektor Kementerian Perdagangan bisa menentukan harga indeks komoditas dimana setiap transaksi Kakao, setiap transaksi Kopi, setiap transaksi Kopra. bukan B2B antar buyer dan user dan Petani tetapi di patok oleh harga Pemerintah disitulah sebenarnya keinginan kita. Kemudian kalau itu dijadikan resource dengan strategi hilirisasi kita pun ngerti kemarin misalnya ada hilirisasi di sektor Nikel di Maluku ya, harga FOB 46 Pak, harganya Nikel itu sampai pabriknya di China itu 76 Pak. Pada saat pabrik itu membuat hilirisasi di Indonesia, dia patok harga 28 Pak bukan harga 46. Nah saya masih disini kita ingin belanja ingin dari Panja ini ada dong kalau kita lihat harga indeks Sawit nasional segini, luar segini gitu loh Pak, ini yang kita belum untuk 260 juta dengan bentangan Indonesia yang semacam ini tidak ada perlindungan harga indeks mengenai komoditas-komoditas kita.

Nah dulu saya di meja ini bikin resi gudang, bayangan kita pada saat over supply titipkan dulu ke resi gudang keluarlah resi tukar ke bank. Sekarang resi gudang nggak laku karena tidak ad patokan harga indeks ini Pak sehingga apakah ini harga booming atau jatuh ya akhirnya petani

Page 27: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

27

menangis sudah jatuh ya akhirnya dia harus jual rugi atau bahkan untuk memanen saja itu nggak cukup biaya produksi untuk memanen. Nah kalau itu dipatok resi gudang mau nerima karena harga indeks segini gitu Pak jadi ambillah resi, nah akhirnya kita didalam melakukan kredit-kredit agreement itu orang ndak yakin apa yang mau kita jual dengan Karet kita, dengan Sawit kita, dengan Kakao kita, dengan Kedelai kita, dengan Jagung kita, dengan berbagai komoditas kita karena sebenarnya negara nggak kasih harga kepada mereka. Nah mohon masukan kita berharap bahwa setiap komoditas tadi terkait dengan kemakmuran rakyat karena ini negara negara agraris Pak. Nah bagaimana sebenarnya keinginan kita ya bagaimana kita sebagai negara penghasil komoditas ingin bagaimana ada semacam perhitungan antara posisi produk kita sama-sama produk yang ada di Australia dengan kita. Sama-sama Sawit yang di Malaysia dengan kita, ada harga Sawit tentang nasional tapi harga Sawit nasional kita berapa? Nah ini yang saya maksudkan. Jadi kalau kita ekspor kita bisa hitung-hitung, Pak ekspor kita itu seperti apa gitu baru di barrier 10% Sawit kita di Eropa. Masa’ kita harus kelimpungan yang 90% pasar Sawit internasional gara-gara di barrier 10%-nya Pak. Nah ini yang saya maksudkan karena kita mengacu pada indeks harga Sawit internasional gitu. Nah kita awam atau kurang data pingin kita bikinlah undang-undang ini. Minta lah Menteri Perdagangan untuk bikin ini.

Nah inilah sebenarnya dari orang Nikel datang kesini, dari orang Timah datang kesini, dari Kakao datang kesini, Kakao dari surplus sampai sekarang kita minus Pak karena Petani Kakao nggak dilindungi harganya Pak. Pabrik langsung beli benih-benih Kakao semau-maunya saja. Nah ini yang saya maksudkan bagaimana negara untuk melindungi tumbuh kembangnya terkait dengan komoditas-komoditas yang ada. Dan kita berharap ada yang namanya patokan ya benchmark harga atas komoditas-komoditas kita. Kita ingin transparan, kita ingin terpercaya dengan metode harga yang fair dan akhirnya pembeli-pembeli dari manca negara memiliki patokan harga jika mau belanja dengan Indonesia, berapa harga Indonesia berapa harga luar.

Ini secara Pimpinan sedikit kurang lebih kenapa akhirnya Panja ini

penting karena kita nggak punya benchmark, kita nggak punya harga patokan sehingga sekarang semau-maunya saja. Itu buyer disuruh keluar datang langsung ke petani Pak, ke petani kita Teh di daerah Puncak sana yang sudah dikeringkan berapa, yang ada selama ini cuma ........ kering panen dan kering giling Pak itu harga patokan komoditas kita oleh Pemerintah. Sekarang ada tambahan kemarin harga Nikel ini membahagiakan tapi kalau bisa semua sehingga akhirnya tidak ada perdagangan yang underground. Kita ingin ada transparan, akuntabel, dan Indonesia masuk didalam sistem perdagangan internasional yang transparan dan terpercaya.

Saya kira itu.

Terima kasih.

Page 28: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

28

KETUA RAPAT: Terima kasih mas Bimo. Nah ini sebelum ditanggapi oleh narasumber, Pakar.

Saya pikir kita akhiri tepat lah ya 4.30 karena mitra kerja kita sudah menunggu diluar. Jadi kepada Saudara Fithra silakan menanggapi mas Bimo sekaligus me-wrap up artinya closing statement, silakan. PAKAR PERDAGANGAN INTERNASIONAL (DR. FITHRA FAISAL HASTIADI, SE., MSE., MM) : Baik.

Terima kasih Pak Bimo juga atas pertanyaannya. Saya rasa saya sepakat Pak bahwa masalah Indonesia itu adalah ....... availability dan data benchmark itu hampir nggak ada. Nah itu yang disebut pada akhirnya menyebabkan ribut-ribut antara kementerian yang terkait dengan kita butuh impor atau nggak sih, datanya bagaimana? Itu data yang mana yang harus dipercaya. Nah, itu yang paling penting makanya saya sepakat ya. Berdasarkan beberapa usaha yang saya lakukan untuk tadi untuk melakukan penelitian tentang Nikel segala macam tadi memang data harga itu menjadi masalah gitu dan memang saya sepakat juga bahwa Pemerintah dalam hal ini harus menjadi fasilitator untuk menciptakan informasi yang simetris. Ya selama ini kan adanya shadow economy, adanya kemudian underground economy terjadi karena informasi yang tidak simetris itu gitu. Maka dengan demikian kemudian akan kemudian well fairy fact-nya, net well fair grand-nya itu akan sempurna, akan terdistribusi merata kepada para petani sebagai produsen dan juga kepada kita semua sebagai konsumen begitu ya. Tanpa kemudian harus menghadirkan middle man ditengah-tengah. Itu yang jadi sekarang menjadi masalah kan kenapa harganya bisa tinggi itu juga karena memang apa namanya terkait dengan proses harganya penentuan harganya yang terlalu berbelit-belit dan seterusnya dan seterusnya.

Dan oleh karenanya maka sekarang usulan saya adalah juga bagaimana kita bisa memanfaatkan machine learning, bagaimana kita juga bisa memanfaatkan metode Artificial Intelligence gitu ya untuk kemudian mendapatkan data yang reliable ya dan ini sebenarnya tidak sulit begitu ya asalkan ada kemauan saya rasa bisa dilakukan gitu ya. Kenapa Singapura kemudian bisa menjadi rujukan harga? Karena pasarnya efisien, datanya simetris begitu ya dan itu menjadi rujukan dimana-mana, jadi rujukan internasional, kenapa kita nggak bisa gitu itu sangat bisa dilakukan menurut saya. Sebagai penutup mungkin karena waktu juga tinggal 5 menit lagi. Saya rasa yang paling penting dari semua ini adalah selain tadi masalah produktivitas, kemudian masalah apa peningkatan kapasitas industri dan seterusnya yang menjadi poin penting adalah kolaborasi antar lini. Kolaborasi itu antar lini yang saya sebut sebagai quadruple helix, quadruple helix berarti

Page 29: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ......F-PARTAI DEMOKRAT 2. - F-PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Hj. NEVI ZUAIRINA 2. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S. Sos. F-PARTAI AMANAT NASIONAL 1.

29

ini melibatkan university, melibatkan government, melibatkan industry, dan melibatkan komunitas. Nah selama ini antar kementerian saja sering ribut gitu ya. Nah ini kemudian harus dibenahi sinergi, kolaborasi, dan kemudian pada akhirnya kemudian kita bisa menjadi lebih produktif.

Saya rasa itu Pak. Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih kami sampaikan kepada Saudara DR. Fithra Faisal Hastiadi, juga kepada Bapak Ibu Anggota Komisi VI Panja Perdagangan Komoditas Ekspor.

Sebelum mengakhiri rapat ini saya sekaligus ingin menghimbau kita supaya tidak terlalu lama karena juga mitra sudah ada diluar kita langsung saja. Setuju? Setuju. Jadi sekali lagi terima kasih kepada narasumber dan demikian rapat saya tutup.

(RAPAT DITUTUP PUKUL 16.27 WIB) Jakarta, 18 Februari 2020

a.n. KETUA RAPAT SEKRETARIS RAPAT,

TTD.

DEWI RESMINI, S.E., M.SI. NIP. 197104071992032001