V . DETEORIRASI BENIH
A . Pendahuluan
1 . Latar Belakang
Kualitas benih yang terbaik tercapai pada saat benih masak fisiologis
karena pada saat benih masak fisiologis maka berat kering benih, viabilitas dan
vigornya tertinggi. Perlu dicatat bahwa viabilitas dan vigor tertinggi yang
dimaksud tidak harus 100%. Setelah masak fisiologis kondisi benih cenderung
menurun sampai pada akhirnya benih tersebut kehilangan daya viabilitas dan
vigornya sehingga benih tersebut mati. Proses penurunan kondisi benih setelah
masak fisiologis itulah yang disebut sebagai peristiwa deteriorasi atau benih
mengalami proses menua.
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-
anngsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan
fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Kemunduran benih beragam,
baik antarjenis, antarvarietas, antarlot, bahkan antarindividu dalamsuatu lot
benih. Kemunduran benih dapat menimbulkan perubahan secaramenyeluruh di
dalam benih dan berakibat pada berkurangnya viabilitas benih(kemampuan
benih berkecambah pada keadaan yang optimum) atau penurunan daya
kecambah. Proses penuaan atau mundurnya vigor secarafisiologis ditandai
dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlahkecambah abnormal,
penurunan pemunculan kecambah di lapangan ( field emergence), terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan tanaman,meningkatnya kepekaan terhadap
lingkungan yang ekstrim yang akhirnyadapat menurunkan produksi tanaman.
Kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologis benih yangdapat
menimbulkan perubahan menyeluruh di dalam benih, baik fisik,fisiologi maupun
kimiawi yang mengakibatkan menurunnya viabilitas benih. Kemunduran benih
dapat diterangkan sebagai berikut: yang dimaksud laju deteriorasi adalah berapa
besarnya penyimpanan terhadap keadaan optimum untuk mencapaimaksimum.
Hal ini dipengaruhi oleh dua peristiwa, yaitu: a. merupakan sifat genetis benih.
Kemunduran benih karena sifat genetis biasa disebut prosesdeteriorasi yang
kronologis artinya, meskipun benih ditanganidengan baik dan faktor
lingkungannya pun mendukung namun proses ini akan tetap berlangsung, b.
karena deraan lingkungan, proses ini biasa disebut proses deteriorasi fisiologis.
Proses initerjadi karena adanya faktor lingkungan yang tidak sesuai dengan
persyaratan penyimpanan benih atau terjadi penyimpangan selama proses
pembentukan dan prosesing benih.
2 . Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara deteorirasi benih antara lain :
a. Mengetahui deteorirasi benih dengan mengamati pertumbuhan dan
perkecambahan biji
b. Mengetahui kondisi penyimpanan benih yang sesuai untuk menghambat
deteorirasi benih
B . Tinjauan Pustaka
Kemunduran benih dapat ditengarai secara biokimia dan fisiologi. Indikasi
biokimia kemunduran benih dicirikan antara lain penurunan aktivitas enzim,
penurunan cadangan makanan, meningkatnya nilai konduktivitas. Indikasi
fisiologi kemunduran benih antara lain penurunan daya berkecambah dan vigor.
Kebanyakan parameter biokimia yang digunakan untuk mengetahui viabilitas
dan vigor benih kedelai adalah secara umum seperti diatas, sedangkan
keberadaan makromolekul penyusun membran antara lain membran mitokondria
dan enzim respirasi belum diteliti.
Faktor yang mempengaruhi kemunduran benih sangat kompleks, antara
satu faktor dengan faktor lainya tidak dapat dipisahkan. Beberapa tulisan
menyimpulkan bahwa kemampuan benih untuk mempertahankan viabilitasnya
tergantung kepada kadar air benih di awal penyimpanan, suhu tempat
penyimpanan, sifat-sifat keturunan, kerusakan mekanis yang terjadi pada waktu
panen dan pengolahan, serangan hama dan penyakit, kerusakan oleh panas dan
proses kimia terhadap benih dan susunan kimia benih.
Benih kedelai cepat mengalami kemunduran di dalam penyimpanan,
disebabkan kandungan lemak dan proteinnya relatif tinggi. Perlu ditangani
secara serius sebelum disimpan karena kadar air benih akan meningkat jika suhu
dan kelembaban ruang simpan cukup tinggi. Untuk mencegah peningkatan kadar
air selama penyimpanan benih, diperlukan kemasan yang kedap udara dan uap
air.
Laju perkecambahan dan pertumbuhan jagung merupakan pengukur
perkembangan kemunduran yang paling konsisten dan peka. Salah satu indikasi
dari kemunduran adalah penurunan vigor kecambah. Benih yang vigornya
rendah akan menghasilkan panen yang rendah bila dibandingkan benih dengan
vigor tinggi. Selain itu, proses yang menyertai kemunduran benih adalah
perubahan sitologis. Salah satu perubahan yang berhubungan dengan penuaan
benih adalah aberasi kromosom. Beberapa bukti menunjukkan bahwa kematian
benih sering disertai dengan terbentuknya asam lemak bebas. Pada benih
berkadar air 8-9% yang disimpan selama 2 tahun, daya berkecambahnya
berkurang 8% dan kandungan asam lemaknya meningkat 14 satuan
(Justice dan Bass 2002).
Benih kacang tanah mampu bertahan selama delapan tahun tanpa
penurunan viabilitas yang nyata sewaktu disimpan di The Southern Regional
Plant Introduction Station pada suhu 10oC dan kelembaban nisbi 50%. Jika
disimpan di karung goni di luar ruangan, benih kacang tanah bisa kehilangan
viabilitasnya hingga 50% setelah 12 bulan penyimpanan. Benih yang terpapar
sinar matahari langsung akan kehilangan daya berkecambahnya secara cepat
(Ashworth 2002).
Kacang hijau merupakan salah satu dari kelompok tanaman kacang-
kacangan yang penting di Indonesia, sebab tumbuhan ini memiliki banyak
manfaat dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai sumber bahan pangan
berprotein nabati tinggi. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan benih
adalah terjadinya deteriorasi (kemunduran mutu) benih oleh faktor suhu dan
lama penyimpanan. Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan
viabilitas benih selama penyimpanan, suhu rendah lebih baik dari pada suhu
yang tinggi untuk penyimpanan benih. Semakin rendah suhu penyimpanan
penurunan viabilitas benih dapat semakin dikurangi, sedangkan semakin tinggi
suhu semakin meningkat laju penurunan viabilitas benih (Qulsum 2011).
C . Metodologi Praktikum
1 . Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum deteorirasi benih dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 April
2013 untuk deteorirasi I, deteorirasi II pada tanggal 24 April 2013, dan
deteorirasi III pada tanggal 8 Mei 2013 pukul 15.30 WIB. Bertempat di
Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman (EMPT) Fakultas
Pertanian UNS Surakarta.
2 . Alat dan Bahan Praktikum
Alat
a. Baskom
b. Kawat kassa
c. Nampan/petridish
d. Lemari pendingin
e. Polibag
f. Media tanam
Bahan
a. Jagung (Zea mays)
b. Kacang hijau (Phaseolus radiatus)
c. Kacang tanah (Arachis hypogaea)
d. Kedelai (Glycine max)
3 . Cara Kerja
a. Penyimpanan Benih
1) Menyimpan benih yang akan diamati, masing-masing 20 biji
2) Menyimpan masing-masing benih pada empat kondisi yang berbeda,
yakni suhu ruangan (kontrol), suhu rendah (lemari pendingin), suhu
tinggi (rumah kaca) serta kelembaban tinggi (nampan berkassa).
3) Pada hari ke-15 dan hari ke-30 penyimpanan, benih tersebut
dikecambahkan pada petridish atau nampan.
b. Perkecambahan Benih
1) Mengambil masing-masing benih yang telah disimpan kemudian
mengecambahkan dalam petridish / nampan. Benih dikecambahkan
sampai hari ke-15 (perkecambahan dilakukan selama dua kali).
2) Mengamati pertumbuhan benih setiap hari dan menjaga kelembabannya
3) Mengamati pertumbuhan : kecambah normal, abnormal, dan yang mati.
Perhitungan dilakukan sejak hari pertama hingga terakhir
4) Menghitung daya kecambah (DK) dan kecepatan kecambah (KK) benih
5) Menggambar kecambah normal, abnormal, dan mati beserta bagian-
bagiannya.
D . Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1 . Hasil Pengamatan
Tabel 5.1 Daya dan Kecepatan Kecambah pada Benih Jagung (Zea mays)
Dengan Berbagai Perlakuan Penyimpanan
Hari Perlakuan Suhu
Biji yang
Berkecambah
Biji yang
Berkecambah KK
(%)
DK
(%)4 7
0 hari Kontrol 5 4 4 80 80
14 hari
a. Suhu Ruang
b.Kelembaban
Tinggi
c. Suhu Tinggi
d.Suhu Kulkas
5
5
5
5
5
2
5
4
5
3
5
4
100
40
100
80
100
60
100
80
28 hari
a. Suhu Ruang
b.Kelembaban
Tinggi
c. Suhu Tinggi
d.Suhu Kulkas
5
5
5
5
3
5
4
3
4
5
4
3
60
100
80
60
80
100
80
60
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 5.2 Daya dan Kecepatan kecambah pada Benih Kacang Tanah (Arachis
hipogea) dengan Berbagai Perlakuan Penyimpanan
Hari Perlakuan Suhu
Biji yang
Berkecambah
Biji yang
Berkecambah KK
(%)
DK
(%)4 7
0 hari Kontrol 5 4 4 80 80
14 hari
a. Suhu Ruang
b.Kelembaban
Tinggi
c. Suhu Tinggi
d.Suhu Kulkas
5
5
5
5
4
5
4
4
4
5
4
4
80
100
80
80
80
100
80
80
28 hari
a. Suhu Ruang
b.Kelembaban
Tinggi
c. Suhu Tinggi
d.Suhu Kulkas
5
5
5
5
3
2
4
4
4
2
4
4
60
40
80
80
80
40
80
80
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 5.3 Daya dan Kecepatan kecambah pada Benih Kedelai (Glycine max)
dengan Berbagai Perlakuan Penyimpanan
Hari Perlakuan Suhu
Biji yang
Berkecambah
Biji yang
Berkecambah KK
(%)
DK
(%)4 7
0 hari Kontrol 5 4 4 80 80
14 hari
a. Suhu Ruang
b.Kelembaban
Tinggi
c. Suhu Tinggi
d.Suhu Kulkas
5
5
5
5
1
3
2
0
3
5
4
1
20
60
40
0
60
100
80
20
28 hari
a. Suhu Ruang
b.Kelembaban
Tinggi
c. Suhu Tinggi
d.Suhu Kulkas
5
5
5
5
0
2
2
2
0
2
2
2
0
40
40
40
0
40
40
40
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 5.4 Daya dan Kecepatan kecambah pada Benih Kacang Hijau (Phaseolus
radiatus) dengan Berbagai Perlakuan Penyimpanan
Hari Perlakuan Suhu
Biji yang
Berkecambah
Biji yang
Berkecambah KK
(%)
DK
(%)4 7
0 hari Kontrol 5 5 5 100 100
14 hari
a. Suhu Ruang
b.Kelembaban
Tinggi
c. Suhu Tinggi
d.Suhu Kulkas
5
5
5
5
4
4
4
3
5
5
5
5
80
80
80
60
100
100
100
100
28 hari
a. Suhu Ruang
b.Kelembaban
Tinggi
c. Suhu Tinggi
d.Suhu Kulkas
5
5
5
5
5
3
2
3
5
5
5
5
100
60
40
60
100
100
100
100
Sumber : Laporan Sementara
Kontrol Jagung
(Zea Mays)
Kontrol Kacang Tanah
(Arachis hypogaea)
Kontrol Kacang Hijau
(Phaseolus radiatus)
Kontrol Kedelai
(Glycine max)
Gambar 5.1
Kedelai , Kacang Hijau
Kelembaban
Jagung, Kacang Tanah
Kelembaban
Gambar 5.2
Kacang Tanah, Jagung
Kulkas
Kacang Hijau, Kedelai
Kulkas
Gambar 5.3
Jagung, Kedelai
Rumah Kaca
Kacang Tanah, Kacang Hijau
Rumah Kaca
Gambar 5.4
Kacang Hijau, Kedelai
Suhu Ruang
Kacang Tanah, Jagung
Suhu Ruang
Gambar 5.5
2 . Pembahasan
Benih mencapai mutu maksimumnya pada masak fisiologi (MF) saat itu
bobot kering benih maksimum, daya berkecambah maksimum, viabilitas dan
vigor benih maksimum. Sejak masak fisiologi itulah hingga benih ditanam
mengalami proses kemunduran terutama benih-benih yang tidak mengalami
perlakuan khusus. Mundurnya viabilitas benih merupakan proses yang berjalan
bertingkat dan kumulatif akibat perubahan yang diberikan kepada benih tersebut
oleh kekuatan yang merusak, baik dari alam maupun akibat buatan. Akhir dari
kemunduran benih adalah habisnya daya berkecambah benih (Sadjad, 1972).
Proses penurunan kondisi benih setelah masak fisiologis disebut sebagai
peristiwa deteriorasi atau benih mengalami proses menua.
E . Kesimpulan dan Saran
1 . Kesimpulan
2 . Saran
Saran untuk praktikum ini adalah jam praktikum. Sebaiknya praktikum
dilaksanakan lebih awal agar tidak tergesa-gesa dalam melaksanakan praktikum
dan pelaksanaan praktikum lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Top Related