7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
1/22
Referat
DERMATITIS ATOPIK ANAK
Disusun Oleh:
Indah Larasati, S.Ked
04114708047
Pembimbing:
Dr. Sarah Diba, SpKK
Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK Unsri/ RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
2013
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
2/22
Referat
DERMATITIS ATOPIK ANAK
Oleh :
Indah Larasati, S.Ked
Pembimbing : Dr. Sarah Diba, SpKK
Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK Unsri/ RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
2013
PENDAHULUAN
Dermatitis atopik atau istilah lainnya ekzema atopik merupakan penyakit
kulit peradangan kronik, bersifat sering kambuh, diwariskan, berasosiasi dengan
eritem, likenifikasi, dan pruritus.1 Dermatitis atopik terjadi di semua usia, namun
biasanya meningkat sebelum usia lima tahun.2
Terminologi atopi berasal dari kata atopos (bahasa Yunani) yang berarti
aneh atau tidak biasa. Pada tahun 1923, Coca & Cooke menggunakan terminologi
ini untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat atopi
(kepekaan) dalam keluarganya. Misalnya asma bronchiale, rinitis alergik,
dermatitis atopik dan konjungtivitis alergik. Terdapat antibodi (IgE) yang
terdeteksi pada individu tersebut dan bisa ditransfer ke individu normal dengan uji
Prausnitz-Kstner (PK). Pada zaman dahulu, penyakit atopik dianggap sesuatu
yang aneh bagi manusia, tetapi sekarang diakui bahwa ada beberapa spesies yang
rentan dengan penyakit ini.2
Etiopatogenesis dermatitis atopik diduga merupakan interaksi berbagai
faktor yaitu faktor genetik yang memberikan interaksi antara kerentanan gen yang
mengakibatkan defek pada sawar kulit, faktor imunologi, dan faktor lingkungan. 2
Tahun 1980, Hanifin dan Rajka mengajukan empat kriteria mayor dan 23 kriteria
minor untuk mendiagnosis dermatitis atopik.
Prevalensi dermatitis atopik meningkat setiap tahunnya diperkirakan
karena interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik. Banyak spekulasi
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
3/22
yang menyatakan bahwa faktor lingkungan bertanggung jawab terhadap
peningkatan prevalensi dan mungkin keparahan dermatitis atopik.2
Referat ini akan membahas dermatitis atopik terutama pada anak tentang
epidemiologi, etiopatogenesis, manifestasi klinis, pemeriksaan laboratorik,
diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan, dan prognosis. Dengan memahami
karakteristik penyakit ini diharapkan kita dapat mendiagnosis dan menatalaksana
pasien dengan dermatitis atopik anak dengan tepat.
EPIDEMIOLOGI
Secara keseluruhan, dari data penelitianInternational Study of Asthma and
Allergies in Childhood (ISAAC) dan penelitian lainnya, prevalensi dermatitis
atopik yang paling banyak terdapat di Negara barat yang maju, dan paling sedikit
prevalensinya di negara berkembang. Pada anak Norwegia usia 7 13 tahun,
terdapat prevalensi sebesar 19,7%, pada anak Denmark hingga usia 7 tahun,
didapatkan prevalensi sebesar 22,9%, sedangkan di Jerman dan Swedia sebesar
13,1% dan 15,5%. Di Inggris, prevalensi pada anak usia 3 11 tahun ditemukan
sebesar 1,5% - 14%. Di Jepang, terdapat prevalensi sebesar 9,5% pada anak
sekolah dasar dan 20% pada usia 3 tahun. Sedangkan di Tanzania, prevalensi pada
anak usia 78 tahun ditemukan hanya sebesar 0,7%.1,4,5
Prevalensi dermatitis atopik meningkat dua kali lipat sampai tiga kali lipat
di negara industri selama tiga dekade terakhir, 15 30% pada anak dan 2 10%
pada dewasa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya angka kejadian kumulatif
sebesar 4 8% pada bayi hingga usia 7 tahun yang lahir antara tahun 1960 dan
1970 dibanding dengan mereka yang lahir sebelum tahun 1960. Dermatitis atopik
sering dimulai pada masa awal bayi (disebut awal dermatitis atopik). Sebanyak
45% dari semua kasus dermatitis atopik dimulai dalam 6 bulan pertama
kehidupan, 60% dimulai selama tahun pertama dan 85% dimulai sebelum usia 5
tahun. 1,4,5
Dermatitis atopik cenderung diturunkan, bila seorang ibu menderita atopi
maka lebih dari seperempat anaknya akan menderita dermatitis atopik pada usia 3
bulan pertama. Bila salah satu orang tua yang menderita atopik, maka lebih dari
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
4/22
separuh anaknya menderita alergi sampai usia 2 tahun dan bila kedua orang tua
yang menderita atopik, angka ini meningkat sampai 79%.1,4,5
ETIOPATOGENESIS
Berbagai faktor ikut berinteraksi dalam etiopatogenesis dermatitis atopik,
yaitu faktor genetik dan faktor imunologi.
Faktor Genetik
Pewarisan atopi sudah dikenal lama, namun cara pewarisan dermatitis
atopik belum jelas. Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang kuat antara orang tua dengan anak pada penyakit dermatitis atopik. Sepertiga
sampai dua pertiga pasien dermatitis atopik mempunyai riwayat orang tua yang
memiliki atopi dan lebih besar lagi jika saudara kandung juga ikut menderita
dermatitis atopik. Insiden dermatitis atopik pada kembar monozigot adalah 86%
dan 21% pada kembar dizigot.2
Berdasarkan penelitian kohort yang telah dilakukan, frekuensi asma dan
rhinitis alergik pada anggota keluarga pasien dermatitis atopik berturut-turut
adalah berkisar 73% dan 32%. Menariknya, frekuensi dermatitis atopik pada
keluarga pasien dengan atau tanpa alergi saluran napas berturut-turut adalah 34%
dan 27%. Hal ini menunjukkan bahwa pewarisan dermatitis atopik tidak
berhubungan dengan dermatitis atopik itu sendiri, namun berasosiasi kuat dengan
atopic state, terutama alergi saluran pernapasan.2
Pada dermatitis atopik, kromosom regio 3q21 dan 5q31 berhubungan
dengan peningkatan level serum IgE. Kromosom regio 5q31-33 mengandung
kumpulan famili gen sitokin IL-3, IL-4, IL-13, dan GSM-CSF (granulocytes
macrophage colony-stimulating factors) yang dikespresikan oleh sel Th2.2
Faktor Imunologi
Hubungan dengan alergi
Dermatitis atopik anak dan dewasa biasanya berhubungan dengan alergi
saluran pernapasan (sekitar 70%). Alergen yang paling sering adalah debu, serbuk
bunga, animal dander dan molds. Alergi makanan terjadi khususnya pada bayi
dan anak dengan dermatitis atopik sedang sampai berat. Susu sapi, telur, kacang,
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
5/22
kacang kedelai, dan gandum adalah yang paling sering menyebabkan alergi, dan
konsumsi telur dapat menyebabkan eksaserbasi dermatitis atopik.2
Respon terhadap agen mikrobial
Agen mikrobial terutama Staphylococcus aureus mengadakan kolonisasi
lebih dari 90% pada lesi kulit dermatitis atopik. Kerentanan terhadap S. aureus
dapat berhubungan tidak saja dengan barrier epidermal yang rusak, tetapi juga
ekspresi yang rendah dari peptida antimikrobial seperti -defensins dan
cathelicidins pada lesi dermatitis atopik dibandingkan dengan lesi psoriasis.
Pasien dermatitis atopik (terutama yang memiliki level IgE tinggi) juga
terpredisposisi infeksi kulit oleh virus (virus herpes simplex, molluscum
contagiosum dan human papillomavirus) dan jamur superficial (Trycophyton
rubrum dan Malassezia species). Hal ini berhubungan dengan hipersensitifitas
tipe delayed.2
Protein, karbohidrat, dan glikolipid dari mikroba berkolonisasi dan
menginfeksi kulit pasien dermatitis atopik yang dapat dipresentasikan sebagai
antigen asing dan eksotoksin (seperti enterotoksin stafilokokus) dapat berfungsi
sebagai superantigen yang dapat mengeksaserbasi dermatitis atopik.2
Imunopatologi
Pada fase akut subklinis, terjadi spongiosis di epidermis. Ditandai dengan
infiltrasi sel peradangan di perivaskuler yang kemudian tampak di dermis,
berisikan T limfosit primer (CD3+, CD4+) yang teraktivasi (CD25 [IL-2R]+,
HLA-DR+) dan mengekspresikan cutaneous lymphocyte antigen (CLA), reseptor
E-selektin. Sel endotelial di pembuluh darah vena dermis melebar dan teraktivasi
oleh peningkatan E-selektin, ekspresi vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-
1) dan intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1). Hiperplasia epidermis
merupakan temuan penting pada plak likenifikasi kronis, dan infiltrasi sel-sel
radang di dermis. Baik sel Langerhans dan monosit/makrofag ditemukan pada
fase peradangan akut, dan peningkatan keduanya menandakan fase kronis.2
Imunoregulasi
Sel Langerhans, antigen-presenting cells dendritik, monosit/makrofag,
limfosit, eosinofil, sel mast/basofil dan keratinosit adalah tipe sel utama yang
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
6/22
berperan pada imunodisregulasi dermatitis atopik. Interaksi antara sel, sitokin, dan
kemokin pada fase akut dan kronik ditunjukkan pada gambar 1.2
Gambar 1. Imunopatogenesis dermatitis atopik fase akut dan kronis2
Pada fase akut dermatitis atopik, sel langerhans di epdermis menangkap
alergen dan autoantigen yang kemudian diinternalisasi, diproses dan dipaket
dalam molekul MHC pada permukaan sel langerhans, menginduksi aktivasi sel T
di saluran limfonodus. Peningkatan sekresi prostaglandin E2 (PGE2) dan
interleukin (IL)-10 mengawali diferensiasi sel T menjadi Th2 dengan
overekspresi IL-4, IL-5 dan IL-13. Sel Th2 yang mengekspresikan cutaneous
lymphocyte antigen (CLA+) direkrut ke kulit dengan dibantu oleh kemokin
(diproduksi oleh beragam tipe sel) seperti CCL 17 (timus dan aktivasi regulasi
kemokin, TARC), CCL-11 (eotaxin-1) dan CCL-5 (RANTES). Sel B
memproduksi IgE dengan bantuan sekresi IL-4 dan IL-13 dari sel Th2. Aktivasi
keratinosit juga dapat distimulasi oleh iritan non-spesifik (misalnya menggaruk)
dan superantigen untuk menghasilkan TNF-, granulocytes-macrophage colony-
stimulating factor(GM-CSF) dan kemokin penting untuk sel Th2 (early) dan Th1
(late).
2
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
7/22
Kerusakan barrierkulit
Dermatitis atopik ditandai dengan kulit yang sangat kering dengan fungsi
barrier pada stratum korneum yang terganggu. Kerusakan barrier kulit ini
menunjukkan peningkatan transepidermal water loss dan penurunan hidrasi
permukaan kulit. Seramid (unit struktural yang penting bagi semua sphingolipids)
memiliki peranan penting dalam menahan air dan telah diteliti lebih lanjut.
Meskipun kulit kering terjadi pada individu usia tua yang berhubungan dengan
regulasi seramidase (enzim penting pada degradasi seramid), namun hal tersebut
tidak terjadi pada kulit dermatitis atopik. Aktivitas sphyngomyelin deacylase
meningkat secara signifikan pada epidermis dermatitis atopik dibandingkan
epidermis pasien dermatitis kontak atau sehat.2
Kerusakan barrierepidermal menyebabkan kulit pasien dermatitis atopik
rentan terhadap faktor lingkungan, seperti iritan, alergen, dan mikroba. Sensitisasi
perkutaneus menggunakan alergen pada pasien yang mengalami kerusakan
barrierkulit dengan kulit normal menghasilkan penurunan ekspresi IL-2 dan IFN-
tetapi tidak IL-4 (alergenpicryl chloride), atau peningkatan ekspresi IL-4 tetapi
tidak IL-2 dan IFN- (alergen debu rumah).2
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dermatitis atopik dibagi ke dalam tiga fase, yaitu fase
infantil (usia 2 bulan sampai 2 tahun), fase anak (2 tahun sampai 12 tahun) dan
fase dewasa (usia 13 tahun lebih).3 Tempat predileksi terjadinya dermatitis atopik
dapat dilihat pada gambar 2.
Selama fase anak (usia 2 tahun sampai 12 tahun), manifestasi klinis
dermatitis atopik terjadi secara subakut sampai lesi kronik dengan tempat
predileksi fossa antecubiti, fossa poplitea, coli posterior.
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
8/22
Gambar 2. Tempat predileksi dermatitis atopik3
Lesi kulit
Lesi kulit dermatitis atopik pada anak dapat merupakan kelanjutan bentuk
infantil atau timbul sendiri (de novo). Lesi berupa papul, plak likenifikasi, erosi,
krusta, terutama di daerah fossa antecubiti dan fossa poplitea.
Gambar 3. Lesi dermatitis atopik anak3
Pruritus
Pruritus yang terus menerus merupakan tanda (hallmark) dari dermatitis
atopik. Pruritus terasa sangat gatal terutama pada malam hari dan dapat
eksaserbasi ketika berkeringat dan menggunakan pakaian jenis wool. Ekskoriasi,
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
9/22
dimana erosi superfisialis dengan atau tanpa krusta hemoragik merupakan bukti
terdapatnya garukan karena pruritus.2
Gambar 4. Dermatitis atopik dengan ekskoriasi linier multipel2
Xerosis
Tanda kardinal dermatitis atopik yang lain adalah kulit kering yang
persisten dan kulit bersisik. Xerosis terlihat pada 80 98% pasien dermatitis
atopik. Gangguan fungsi barrierepidermal dalam kehilangan kadar air di stratum
korneum menyebabkan iritan lebih mudah masuk yang akhirnya menyebabkan
pruritus dan bisa menginisiasi respon peradangan.2
Keratosis pilaris
Keratinisasi berlebihan menyebabkan terjadinya horny plugs di dalam
orifisium folikel rambut sehingga terjadi gangguan kosmetik di kulit. Terlihat
terutama di daerah lateral lengan atas dan paha.2
Gambar 5. Keratosis pilaris2
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
10/22
I chthyosis vulgari s
Lima puluh persen pasien dermatitis atopik memiliki kelainan autosomal
dominan dengan karakteristikscallingberlebihan.2
Garis Dennie-Morgan
Lipatan (tunggal atau ganda) yang simetris tepat di bawah alis mata bawah
pada dermatitis atopik infantil atau anak. Lipatan ini dimulai dari dekat canthus
bagian dalam meluas ke sepertiga sampai dua pertiga pelupuk mata bawah. Dapat
terlihat juga edema periorbital dan likenifikasi atau penggelapan di bawah mata
(allergic shiners).2
Gambar 6. Garis Dennie-Morgan2
Hiperliniaritas palmoplantar
Hiperlinearitas palmoplantar dapat terlihat pada pasien dermatitis atopik,
dalam keadaan tertentu hal ini berhubungan dengan ichthyosis vulgaris.2
Gambar 7. Telapak tangan hiperlinier2
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
11/22
Dermografisme putih
Insiden dermografisme putih pada pasien atopik tidak lebih dari 80%.
Pada individu non atopik, goresan ringan pada kulit menyebabkan timbul garis
kemerahan. Sebaliknya, sebagian besar pasien dermatitis atopik menunjukkan
gambaran garis putih yang menggantikan reaksi eritematosa setelah satu menit.4
Gambar 8. Dermografisme putih3
Pitiriasis alba
Dermatitis atopik infant dan anak ditandai dengan adanya patch
hipopigmentasi, letaknya biasanya di wajah. Lesi seperti ini terlihat lebih jelas
pada anak dengan kulit hitam.2
Gambar 9. Pitiriasis alba2
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
12/22
Cheilitis
Tampak bibir kering, berkrusta, fisura pada commisures (angular cheilitis)
lebih sering dijumpai pada dermatitis infantil dan anak daripada dewasa.2
Gambar 10.Angular cheilitis2
Kepucatan fasial
Pada individu atopik sering tampak kepucatan pada wajah. Seperti
dermografisme putih, kepucatan fasial kemungkinan karena pada pasien atopik
terjadi perubahan reaktivitas vaskular.2
Gambar 11. Dermatitis atopik dengan fasial yang pucat3
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
13/22
Likenifikasi
Likenifikasi disebabkan oleh gosokan dan garukan yang berulang kali, dan
kulit menjadi tebal dan bersisik dengan batas yang terlihat jelas.2
Gambar 12. Likenifikasi pada dermatitis atopik anak3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis dermatitis atopik anak jarang dibantu oleh pemeriksaan
penunjang. Estimasi serum total IgE, radioallergosorbent test(RASTs) danprick
test biasanya hanya untuk mengkonfirmasi sifat atopik pada individu.12 Namun,
harus diingat bahwa 20% pasien dermatitis atopik mempunyai IgE dalam tingkat
normal dan RASTs negative, sedangkan 5% individu yang tampak sehat memiliki
IgE yang tinggi. Pemeriksaan penunjang dalam mengidentifikasi dermatitis atopik
masih diperdebatkan.
DIAGNOSIS
Berbagai kriteria diagnosis dermatitis atopik disusun oleh berbagai ahli.
Hanifin-Rajka telah menyusun kriteria dan kemudian diperbaharui oleh kelompok
kerja Inggris yang dikoordinasikan oleh William (1994). Kriteria Hanifin-Rajka
terdiri atas 4 kriteria mayor dan 23 kriteria minor.
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
14/22
Kriteria mayor: (harus ada minimal 3 dari 4 kriteria)
1. Pruritus2. Distribusi dan morfologi lesi khas3. Dermatitis kronis dan rekuren4. Ada riwayat atopi personal atau pada keluarga (asma, rinitis alergik,
dermatitis atopik)
Kriteria minor: (harus ada minimal 3 dari 23 kriteria)
1. Xerosis (kulit kering)2. Ichthyosis, telapak tangan hiperlinear, keratosis pilaris3. Reaktivitas tes kulit tipe cepat (tipe I)4. Serum IgE meningkat5. Usia awitan dini6. Kecenderungan infeksi kulit (terutama S. aureus dan herpes
simpleks)/gangguan cell-mediatedimmunity
7. Kecenderungan terjadi dermatitis non-spesifik pada telapak tangan/kaki8. Eksim nipple9. Cheilitis10.Konjungtivitis rekurens11.Garis Dennie-Morgan12.Keratokonus13.Katarak sub-kapsular anterior14.Orbital darkening15.Pucat/eritem fasial16.Pitiriasis alba17.Lipatan leher anterior18.Gatal saat berkeringat19.Intolerans terhadap wol dan pelarut lemak20.Perifollicular accentuation21.Intolerans terhadap makanan22.Dipengaruhi faktor lingkungan/emosional23.Dermografisme putih (+)
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
15/22
DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis atopik tidak sulit didiagnosis karena penyakit ini mempunyai
tempat predileksi yang simetris meliputi wajah, leher, dan lipat siku dan lipat
lutut. Dermatitis atopik anak didiagnosis banding dengan dermatitis kontak (baik
alergi maupun iritan), dermatitis seboroik, dan psoriasis.11
PENATALAKSANAAN
Berbagai faktor dapat menjadi pencetus dermatitis atopik anak dan tidak
sama untuk setiap individu, karena itu perlu diidentifikasi dan dieliminasi
berbagai faktor tersebut. Pengobatan dermatitis atopik sesuai dengan urutan
pengobatan dermatitis atopik, yaitu:
Emolien Kostikosteroid topikal Inhibitor kalsineurin topikal UVB atau UVA-UVB NarrowbandUVB Oral PUVA UVA1 Kortikosteroid sistemik Siklosporin Azathioprin Mycophenolate mofetil Methotrexate Interferon- Immunoglobulin intravena Agen biologi (efalizumab, infliximab, omalizumab [anti IgE antibodi]) dll (preparat tar, hidroksikloroquin, extracorporeal photochemotherapy)
Adjunctive Therapies
Hindari iritan Wet wraps, open wet dressings or soaks
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
16/22
Penatalaksanaan infeksi bakteri, virus, dan jamur
Antihistamin oral untuk pruritus dengan efek sedative Lukotriene antagonis Sodium cromoglycate (topikal atau oral) Probiotik (berperan dalam pencegahan)
Penatalaksanaan umum
Identifikasi dan eliminasi faktor pencetus. Faktor pencetus yang perlu
diidentifiksi diantaranya stress emosional, sabun atau deterjen, pajanan kimiawi,
rokok, pajanan ekstrim tubuh dan kelembaban.2,3
Mandi dengan pembersih yang mengandung pelembab, hindari
pembersihan antibakterial karena beresiko menginduksi resistensi.
Penderita dermatitis atopik harus mempertahankan kelembaban kulit dan
mencegah kekeringan kulit yang ikut berperan dalam timbulnya penyakit karena
mempermudah masuknya pathogen irtan dan alergen. Kelembaban kulit dapat
dilakukan dengan cara hidrasi yaitu mandi atau kompres basah.2,3
Penatalaksanaan khusus
Terapi topikal
Hidrasi kulit
Pasien dermatitis atopik menunjukkan penurunan fungsi sawar kulit dan
xerosis yang berkontribusi untuk terjadinya fisura kulit yang dapat menjadi jalan
masuk patogen, iritan, dan alergen. Lukewarm soaking baths minimal 20 menit
dilanjutkan dengan occlusive emollient untuk menahan kelembaban sehingga
dapat meringankan gejala. Terapi hidrasi bersama dengan emolien menolong
mengembalikan dan memperbaiki sawar lapisan tanduk, dan dapat mengurangi
kebutuhan steroid topikal.3
Steroid topikal
Efek samping yang potensial dari steroid topikal menyebabkan pemakaian
steroid topikal hanya untuk mengontrol dermatitis atopik eksaserbasi akut. Setelah
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
17/22
kontrol dermatitis atopik dicapai dengan pemakaian steroid setiap hari, kontrol
jangka panjang dapat dipertahankan pada sebagian pasien dengan pemakaian
fluticasone 0,05% dua kali seminggu pada daerah yang telah sembuh tetapi mudah
mengalami eczema. Steroid poten harus dihindari pada wajah, genitalia dan
daerah lipatan. Steroid dioleskan pada lesi dan emolien diberikan pada kulit yang
tidak terkena. Steroid super poten hanya boleh dipakai dalam waktu singkat dan
pada area likenifikasi (tetapi tidak pada wajah atau lipatan). Steroid potensi
medium dapat diberikan lebih lama untuk dermatitis atopik kronik pada badan dan
ekstremitas. Efek samping lokal meliputi stria, atrofi, atrofi kulit, dermatitis
perioral, dan akne rosasea.3
Inhibitor kalsineurin topikal
Takrolimus dan pimekrolimus topikal telah dikembangkan sebagai
imunomodulator nonsteroid. Salep takrolimus 0,03% telah disetujui sebagai terapi
intermiten dermatitis atopik sedang-berat pada anak > 2 tahun. Krim
pimekrolimus 1% untuk anak > 2 tahun dengan dermatitis atopik ringansedang.
Kedua obat efektif dan dengan profil keamanan yang baik untuk terapi 4 tahun
bagi takrolimus dan 2 tahun untuk pimekrolimus. Kedua bahan tersebut tidak
menyebabkan atrofi kulit, sehingga aman untuk wajah dan lipatan, dan tidak
menyebabkan peningkatan kecenderungan mendapat superinfeksi virus.12
Preparat ter
Preparat ter batu bara mempunyai efek anti pruritus dan anti inflamasi
pada kulit tetapi tidak sekuat steroid topikal. Preparat ter dapat mengurangi
potensi steroid topikal yang diperlukan pada terapi pemeliharaan dermatitis atopik
kronis. Produk ter batu bara telah dikembangkan sehingga lebih dapat diterima
pasien karena tidak lagi bau dan mengotori pakaian. Sampo mengandung ter dapat
digunakan pada dermatitis kepala. Preparat ter tidak boleh diberikan pada lesi
kulit radang akut, karena dapat terjadi iritasi kulit. Efek samping ter diantaranya
falokulitis dan fotosensitif.3
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
18/22
Terapi sistemik
Kortikosteroid
Kortikosteroid dipakai untuk mengendalikan dermatitis atopik eksaserbasi
akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah misalnya prednison dosis
rendah, diberi selang seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka
panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba-tiba dihentikan akan
timbul rebound phenomenon.2,3,4,12
Siklosporin
Siklosporin adalah imunosupresif poten yang bekerja terutama terhadap
sel T dengan cara menekan transkripsi sitokin. Agen mengikat sitopilin, dan
komplek ini seterusnya menekan kalsineuron (molekul yang diperlukan memulai
transkripsi gen sitokin). Pasien dermatitis atopik dewasa dan akan yang refakter
terhadap terapi konvensional, dapat berhasil dengan siklosporin jangka pendek.
Dosis 2,5 5 mg/kg umumnya dipakai dalam pemakaian jangka pendek dan
panjang (satu tahun), sedangkan beberapa peneliti lain memakai dosis tidak
bergantung pada berat badan untuk dewasa, dosis rendah (150 mg) atau dosis
tinggi (300 mg) perhari memakai siklosporin mikroemulsi.12 Terapi siklosporin
disertai dengan menurunnya penyakit kulit dan perbaikan kualitas hidup.
Penghentian terapi dapat menghasilkan kekambuhan (beberapa pasien tetap remisi
lama). Meningkatnya kreatinin serum atau gangguan ginjal dan hipertensi adalah
efek samping spesifik yang perlu diperhatikan pada terapi siklosporin.3,12
Anti histamin
Anti histamin dapat diberikan untuk mengurangi rasa gatal. Dalam
memilih anti histamin harus diperhatikan berbagai hal seperti penyakit-penyakit
sistemik, aktifitas penderita, dll. Antihistamin yang mempunyai efek sedatif
sebaiknya diberikan pada penderita dengan aktifitas di siang hari. Pada kasus sulit
dapat diberi doxepin hidroklorid 1075 mg/oral/dua kali sehari yang mempunyai
efek anti depresan dan blokade reseptor histamin H1 dan H2. 2,3,4,12
Antibiotik
Pemberian antibiotik berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni
S. aureus pada kulit penderita dermatitis atopik sehingga dapat diberi eritromisin
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
19/22
dan azitromisin. Bila ada infeksi virus seperti virus herpes simpleks dapat diberi
asiklovir 3 kali 400 mg/hari selama 10 hari atau 4 kali 200 mg/hari selama 10 hari.
2,3,4,12
PROGNOSIS
Prognosis dermatitis atopik anak sulit untuk diprediksi pada tiap individu.
Dermatitis atopik anak berat memiliki efek yang besar terhadap kualitas hidup
seseorang. Prevalensi yang semakin meningkat di dunia dan saat ini pengobatan
hanya dilakukan untuk mengontrol bukan menyembuhkan.12
Beberapa faktor yang berhubungan dengan prognosis yang buruk adalah
dermatitis atopik yang luas pada masa anak, berhubungan dengan asma dan rinitis
alergik, riwayat dermatitis atopik pada orang tua dan saudara kandung, masa
awitan dini, dan level IgE serum sangat tinggi.3
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
20/22
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
21/22
DAFTAR PUSTAKA
1. Friedmann PS, Holden CA. Atopic dermatitis. In: Burns T, Breathnach S,Cox N, Griffiths C, editors. Rooks Textbook of Dermatology. 7 th ed.
Massachusetts: Blackwell Publishing; 2004. p. 18. 131.
2. Kang K, Polster AM, Nedorost ST. Stevens SR, Cooper KD. Atopicdermatitis. In Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, Schaffer JV, editors.
Dermatology 2nd ed. Edinburg: Mosby; 2008. p. 18195.
3. Leung DYM, Eichenfield LF, Boguniewicz M. Atopic dermatitis (atopiceczema). In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ, editors. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed.
New York: McGraw Hill; 2008. p. 14658.
4. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Disease of the Skin ClinicalDermatology. 10th ed. Philadelphia: Elsevier; 2006. p. 62-70.
5. Bieber T. Atopic dermatitis. The New England Journal of Medicine 2008;358: 148394.
6. Hanifin JM, Rajka G: Diagnostic features of atopic eczema. Acta DermVenereol Suppl (Stockh) 1980; 92:44-47.
7. Tada J. Diagnostic standard for atopic dermatitis. Japan MedicalAssociation Journal 2002; 45 (11): 4605.
8. Wthrich B, Grendelmeier PS. Definition and diagnosis of intrinsic versusextrinsic atopic dermatitis. In: Bieber T, Leung DYM, editors. Atopic
Dermatitis. New York: Marcel Deker; 2002. p. 120.
9. Stnder S, Steinhoff M, Luger TA. Pathophysiology of pruritus. In: BieberT, Leung DYM, editors. Atopic Dermatitis. New York: Marcel Decker;
2002. p. 183216.
10.Weidinger S, Ring J. Diagnosis of atopic dermatitis. In: Ring J, PrzybillaT, Ruzicka T, editors. Handbook of Atopic Eczema. 2nd ed. Berlin:
Springer; 2006. p. 8499.
7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)
22/22
11.Krol B, Krafchik B. The differential diagnosis of atopic dermatitis inchildhood. Dermatologic Therapy Vol 19. 2006; 19: 7382.
12.Shah KN, Yan AC. Systemic therapies in pediatric atopic dermatitis. In:Werfel T, Spergel JM, Kiess W, editors. Atopic Dermatitis in Childhood
and Adolescence. Basel, Karger; 2011. p. 11332.
Top Related