Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

download Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

of 22

Transcript of Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    1/22

    Referat

    DERMATITIS ATOPIK ANAK

    Disusun Oleh:

    Indah Larasati, S.Ked

    04114708047

    Pembimbing:

    Dr. Sarah Diba, SpKK

    Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

    FK Unsri/ RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

    2013

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    2/22

    Referat

    DERMATITIS ATOPIK ANAK

    Oleh :

    Indah Larasati, S.Ked

    Pembimbing : Dr. Sarah Diba, SpKK

    Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

    FK Unsri/ RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

    2013

    PENDAHULUAN

    Dermatitis atopik atau istilah lainnya ekzema atopik merupakan penyakit

    kulit peradangan kronik, bersifat sering kambuh, diwariskan, berasosiasi dengan

    eritem, likenifikasi, dan pruritus.1 Dermatitis atopik terjadi di semua usia, namun

    biasanya meningkat sebelum usia lima tahun.2

    Terminologi atopi berasal dari kata atopos (bahasa Yunani) yang berarti

    aneh atau tidak biasa. Pada tahun 1923, Coca & Cooke menggunakan terminologi

    ini untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat atopi

    (kepekaan) dalam keluarganya. Misalnya asma bronchiale, rinitis alergik,

    dermatitis atopik dan konjungtivitis alergik. Terdapat antibodi (IgE) yang

    terdeteksi pada individu tersebut dan bisa ditransfer ke individu normal dengan uji

    Prausnitz-Kstner (PK). Pada zaman dahulu, penyakit atopik dianggap sesuatu

    yang aneh bagi manusia, tetapi sekarang diakui bahwa ada beberapa spesies yang

    rentan dengan penyakit ini.2

    Etiopatogenesis dermatitis atopik diduga merupakan interaksi berbagai

    faktor yaitu faktor genetik yang memberikan interaksi antara kerentanan gen yang

    mengakibatkan defek pada sawar kulit, faktor imunologi, dan faktor lingkungan. 2

    Tahun 1980, Hanifin dan Rajka mengajukan empat kriteria mayor dan 23 kriteria

    minor untuk mendiagnosis dermatitis atopik.

    Prevalensi dermatitis atopik meningkat setiap tahunnya diperkirakan

    karena interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik. Banyak spekulasi

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    3/22

    yang menyatakan bahwa faktor lingkungan bertanggung jawab terhadap

    peningkatan prevalensi dan mungkin keparahan dermatitis atopik.2

    Referat ini akan membahas dermatitis atopik terutama pada anak tentang

    epidemiologi, etiopatogenesis, manifestasi klinis, pemeriksaan laboratorik,

    diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan, dan prognosis. Dengan memahami

    karakteristik penyakit ini diharapkan kita dapat mendiagnosis dan menatalaksana

    pasien dengan dermatitis atopik anak dengan tepat.

    EPIDEMIOLOGI

    Secara keseluruhan, dari data penelitianInternational Study of Asthma and

    Allergies in Childhood (ISAAC) dan penelitian lainnya, prevalensi dermatitis

    atopik yang paling banyak terdapat di Negara barat yang maju, dan paling sedikit

    prevalensinya di negara berkembang. Pada anak Norwegia usia 7 13 tahun,

    terdapat prevalensi sebesar 19,7%, pada anak Denmark hingga usia 7 tahun,

    didapatkan prevalensi sebesar 22,9%, sedangkan di Jerman dan Swedia sebesar

    13,1% dan 15,5%. Di Inggris, prevalensi pada anak usia 3 11 tahun ditemukan

    sebesar 1,5% - 14%. Di Jepang, terdapat prevalensi sebesar 9,5% pada anak

    sekolah dasar dan 20% pada usia 3 tahun. Sedangkan di Tanzania, prevalensi pada

    anak usia 78 tahun ditemukan hanya sebesar 0,7%.1,4,5

    Prevalensi dermatitis atopik meningkat dua kali lipat sampai tiga kali lipat

    di negara industri selama tiga dekade terakhir, 15 30% pada anak dan 2 10%

    pada dewasa. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya angka kejadian kumulatif

    sebesar 4 8% pada bayi hingga usia 7 tahun yang lahir antara tahun 1960 dan

    1970 dibanding dengan mereka yang lahir sebelum tahun 1960. Dermatitis atopik

    sering dimulai pada masa awal bayi (disebut awal dermatitis atopik). Sebanyak

    45% dari semua kasus dermatitis atopik dimulai dalam 6 bulan pertama

    kehidupan, 60% dimulai selama tahun pertama dan 85% dimulai sebelum usia 5

    tahun. 1,4,5

    Dermatitis atopik cenderung diturunkan, bila seorang ibu menderita atopi

    maka lebih dari seperempat anaknya akan menderita dermatitis atopik pada usia 3

    bulan pertama. Bila salah satu orang tua yang menderita atopik, maka lebih dari

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    4/22

    separuh anaknya menderita alergi sampai usia 2 tahun dan bila kedua orang tua

    yang menderita atopik, angka ini meningkat sampai 79%.1,4,5

    ETIOPATOGENESIS

    Berbagai faktor ikut berinteraksi dalam etiopatogenesis dermatitis atopik,

    yaitu faktor genetik dan faktor imunologi.

    Faktor Genetik

    Pewarisan atopi sudah dikenal lama, namun cara pewarisan dermatitis

    atopik belum jelas. Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan

    yang kuat antara orang tua dengan anak pada penyakit dermatitis atopik. Sepertiga

    sampai dua pertiga pasien dermatitis atopik mempunyai riwayat orang tua yang

    memiliki atopi dan lebih besar lagi jika saudara kandung juga ikut menderita

    dermatitis atopik. Insiden dermatitis atopik pada kembar monozigot adalah 86%

    dan 21% pada kembar dizigot.2

    Berdasarkan penelitian kohort yang telah dilakukan, frekuensi asma dan

    rhinitis alergik pada anggota keluarga pasien dermatitis atopik berturut-turut

    adalah berkisar 73% dan 32%. Menariknya, frekuensi dermatitis atopik pada

    keluarga pasien dengan atau tanpa alergi saluran napas berturut-turut adalah 34%

    dan 27%. Hal ini menunjukkan bahwa pewarisan dermatitis atopik tidak

    berhubungan dengan dermatitis atopik itu sendiri, namun berasosiasi kuat dengan

    atopic state, terutama alergi saluran pernapasan.2

    Pada dermatitis atopik, kromosom regio 3q21 dan 5q31 berhubungan

    dengan peningkatan level serum IgE. Kromosom regio 5q31-33 mengandung

    kumpulan famili gen sitokin IL-3, IL-4, IL-13, dan GSM-CSF (granulocytes

    macrophage colony-stimulating factors) yang dikespresikan oleh sel Th2.2

    Faktor Imunologi

    Hubungan dengan alergi

    Dermatitis atopik anak dan dewasa biasanya berhubungan dengan alergi

    saluran pernapasan (sekitar 70%). Alergen yang paling sering adalah debu, serbuk

    bunga, animal dander dan molds. Alergi makanan terjadi khususnya pada bayi

    dan anak dengan dermatitis atopik sedang sampai berat. Susu sapi, telur, kacang,

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    5/22

    kacang kedelai, dan gandum adalah yang paling sering menyebabkan alergi, dan

    konsumsi telur dapat menyebabkan eksaserbasi dermatitis atopik.2

    Respon terhadap agen mikrobial

    Agen mikrobial terutama Staphylococcus aureus mengadakan kolonisasi

    lebih dari 90% pada lesi kulit dermatitis atopik. Kerentanan terhadap S. aureus

    dapat berhubungan tidak saja dengan barrier epidermal yang rusak, tetapi juga

    ekspresi yang rendah dari peptida antimikrobial seperti -defensins dan

    cathelicidins pada lesi dermatitis atopik dibandingkan dengan lesi psoriasis.

    Pasien dermatitis atopik (terutama yang memiliki level IgE tinggi) juga

    terpredisposisi infeksi kulit oleh virus (virus herpes simplex, molluscum

    contagiosum dan human papillomavirus) dan jamur superficial (Trycophyton

    rubrum dan Malassezia species). Hal ini berhubungan dengan hipersensitifitas

    tipe delayed.2

    Protein, karbohidrat, dan glikolipid dari mikroba berkolonisasi dan

    menginfeksi kulit pasien dermatitis atopik yang dapat dipresentasikan sebagai

    antigen asing dan eksotoksin (seperti enterotoksin stafilokokus) dapat berfungsi

    sebagai superantigen yang dapat mengeksaserbasi dermatitis atopik.2

    Imunopatologi

    Pada fase akut subklinis, terjadi spongiosis di epidermis. Ditandai dengan

    infiltrasi sel peradangan di perivaskuler yang kemudian tampak di dermis,

    berisikan T limfosit primer (CD3+, CD4+) yang teraktivasi (CD25 [IL-2R]+,

    HLA-DR+) dan mengekspresikan cutaneous lymphocyte antigen (CLA), reseptor

    E-selektin. Sel endotelial di pembuluh darah vena dermis melebar dan teraktivasi

    oleh peningkatan E-selektin, ekspresi vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-

    1) dan intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1). Hiperplasia epidermis

    merupakan temuan penting pada plak likenifikasi kronis, dan infiltrasi sel-sel

    radang di dermis. Baik sel Langerhans dan monosit/makrofag ditemukan pada

    fase peradangan akut, dan peningkatan keduanya menandakan fase kronis.2

    Imunoregulasi

    Sel Langerhans, antigen-presenting cells dendritik, monosit/makrofag,

    limfosit, eosinofil, sel mast/basofil dan keratinosit adalah tipe sel utama yang

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    6/22

    berperan pada imunodisregulasi dermatitis atopik. Interaksi antara sel, sitokin, dan

    kemokin pada fase akut dan kronik ditunjukkan pada gambar 1.2

    Gambar 1. Imunopatogenesis dermatitis atopik fase akut dan kronis2

    Pada fase akut dermatitis atopik, sel langerhans di epdermis menangkap

    alergen dan autoantigen yang kemudian diinternalisasi, diproses dan dipaket

    dalam molekul MHC pada permukaan sel langerhans, menginduksi aktivasi sel T

    di saluran limfonodus. Peningkatan sekresi prostaglandin E2 (PGE2) dan

    interleukin (IL)-10 mengawali diferensiasi sel T menjadi Th2 dengan

    overekspresi IL-4, IL-5 dan IL-13. Sel Th2 yang mengekspresikan cutaneous

    lymphocyte antigen (CLA+) direkrut ke kulit dengan dibantu oleh kemokin

    (diproduksi oleh beragam tipe sel) seperti CCL 17 (timus dan aktivasi regulasi

    kemokin, TARC), CCL-11 (eotaxin-1) dan CCL-5 (RANTES). Sel B

    memproduksi IgE dengan bantuan sekresi IL-4 dan IL-13 dari sel Th2. Aktivasi

    keratinosit juga dapat distimulasi oleh iritan non-spesifik (misalnya menggaruk)

    dan superantigen untuk menghasilkan TNF-, granulocytes-macrophage colony-

    stimulating factor(GM-CSF) dan kemokin penting untuk sel Th2 (early) dan Th1

    (late).

    2

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    7/22

    Kerusakan barrierkulit

    Dermatitis atopik ditandai dengan kulit yang sangat kering dengan fungsi

    barrier pada stratum korneum yang terganggu. Kerusakan barrier kulit ini

    menunjukkan peningkatan transepidermal water loss dan penurunan hidrasi

    permukaan kulit. Seramid (unit struktural yang penting bagi semua sphingolipids)

    memiliki peranan penting dalam menahan air dan telah diteliti lebih lanjut.

    Meskipun kulit kering terjadi pada individu usia tua yang berhubungan dengan

    regulasi seramidase (enzim penting pada degradasi seramid), namun hal tersebut

    tidak terjadi pada kulit dermatitis atopik. Aktivitas sphyngomyelin deacylase

    meningkat secara signifikan pada epidermis dermatitis atopik dibandingkan

    epidermis pasien dermatitis kontak atau sehat.2

    Kerusakan barrierepidermal menyebabkan kulit pasien dermatitis atopik

    rentan terhadap faktor lingkungan, seperti iritan, alergen, dan mikroba. Sensitisasi

    perkutaneus menggunakan alergen pada pasien yang mengalami kerusakan

    barrierkulit dengan kulit normal menghasilkan penurunan ekspresi IL-2 dan IFN-

    tetapi tidak IL-4 (alergenpicryl chloride), atau peningkatan ekspresi IL-4 tetapi

    tidak IL-2 dan IFN- (alergen debu rumah).2

    MANIFESTASI KLINIS

    Manifestasi klinis dermatitis atopik dibagi ke dalam tiga fase, yaitu fase

    infantil (usia 2 bulan sampai 2 tahun), fase anak (2 tahun sampai 12 tahun) dan

    fase dewasa (usia 13 tahun lebih).3 Tempat predileksi terjadinya dermatitis atopik

    dapat dilihat pada gambar 2.

    Selama fase anak (usia 2 tahun sampai 12 tahun), manifestasi klinis

    dermatitis atopik terjadi secara subakut sampai lesi kronik dengan tempat

    predileksi fossa antecubiti, fossa poplitea, coli posterior.

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    8/22

    Gambar 2. Tempat predileksi dermatitis atopik3

    Lesi kulit

    Lesi kulit dermatitis atopik pada anak dapat merupakan kelanjutan bentuk

    infantil atau timbul sendiri (de novo). Lesi berupa papul, plak likenifikasi, erosi,

    krusta, terutama di daerah fossa antecubiti dan fossa poplitea.

    Gambar 3. Lesi dermatitis atopik anak3

    Pruritus

    Pruritus yang terus menerus merupakan tanda (hallmark) dari dermatitis

    atopik. Pruritus terasa sangat gatal terutama pada malam hari dan dapat

    eksaserbasi ketika berkeringat dan menggunakan pakaian jenis wool. Ekskoriasi,

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    9/22

    dimana erosi superfisialis dengan atau tanpa krusta hemoragik merupakan bukti

    terdapatnya garukan karena pruritus.2

    Gambar 4. Dermatitis atopik dengan ekskoriasi linier multipel2

    Xerosis

    Tanda kardinal dermatitis atopik yang lain adalah kulit kering yang

    persisten dan kulit bersisik. Xerosis terlihat pada 80 98% pasien dermatitis

    atopik. Gangguan fungsi barrierepidermal dalam kehilangan kadar air di stratum

    korneum menyebabkan iritan lebih mudah masuk yang akhirnya menyebabkan

    pruritus dan bisa menginisiasi respon peradangan.2

    Keratosis pilaris

    Keratinisasi berlebihan menyebabkan terjadinya horny plugs di dalam

    orifisium folikel rambut sehingga terjadi gangguan kosmetik di kulit. Terlihat

    terutama di daerah lateral lengan atas dan paha.2

    Gambar 5. Keratosis pilaris2

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    10/22

    I chthyosis vulgari s

    Lima puluh persen pasien dermatitis atopik memiliki kelainan autosomal

    dominan dengan karakteristikscallingberlebihan.2

    Garis Dennie-Morgan

    Lipatan (tunggal atau ganda) yang simetris tepat di bawah alis mata bawah

    pada dermatitis atopik infantil atau anak. Lipatan ini dimulai dari dekat canthus

    bagian dalam meluas ke sepertiga sampai dua pertiga pelupuk mata bawah. Dapat

    terlihat juga edema periorbital dan likenifikasi atau penggelapan di bawah mata

    (allergic shiners).2

    Gambar 6. Garis Dennie-Morgan2

    Hiperliniaritas palmoplantar

    Hiperlinearitas palmoplantar dapat terlihat pada pasien dermatitis atopik,

    dalam keadaan tertentu hal ini berhubungan dengan ichthyosis vulgaris.2

    Gambar 7. Telapak tangan hiperlinier2

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    11/22

    Dermografisme putih

    Insiden dermografisme putih pada pasien atopik tidak lebih dari 80%.

    Pada individu non atopik, goresan ringan pada kulit menyebabkan timbul garis

    kemerahan. Sebaliknya, sebagian besar pasien dermatitis atopik menunjukkan

    gambaran garis putih yang menggantikan reaksi eritematosa setelah satu menit.4

    Gambar 8. Dermografisme putih3

    Pitiriasis alba

    Dermatitis atopik infant dan anak ditandai dengan adanya patch

    hipopigmentasi, letaknya biasanya di wajah. Lesi seperti ini terlihat lebih jelas

    pada anak dengan kulit hitam.2

    Gambar 9. Pitiriasis alba2

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    12/22

    Cheilitis

    Tampak bibir kering, berkrusta, fisura pada commisures (angular cheilitis)

    lebih sering dijumpai pada dermatitis infantil dan anak daripada dewasa.2

    Gambar 10.Angular cheilitis2

    Kepucatan fasial

    Pada individu atopik sering tampak kepucatan pada wajah. Seperti

    dermografisme putih, kepucatan fasial kemungkinan karena pada pasien atopik

    terjadi perubahan reaktivitas vaskular.2

    Gambar 11. Dermatitis atopik dengan fasial yang pucat3

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    13/22

    Likenifikasi

    Likenifikasi disebabkan oleh gosokan dan garukan yang berulang kali, dan

    kulit menjadi tebal dan bersisik dengan batas yang terlihat jelas.2

    Gambar 12. Likenifikasi pada dermatitis atopik anak3

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Diagnosis dermatitis atopik anak jarang dibantu oleh pemeriksaan

    penunjang. Estimasi serum total IgE, radioallergosorbent test(RASTs) danprick

    test biasanya hanya untuk mengkonfirmasi sifat atopik pada individu.12 Namun,

    harus diingat bahwa 20% pasien dermatitis atopik mempunyai IgE dalam tingkat

    normal dan RASTs negative, sedangkan 5% individu yang tampak sehat memiliki

    IgE yang tinggi. Pemeriksaan penunjang dalam mengidentifikasi dermatitis atopik

    masih diperdebatkan.

    DIAGNOSIS

    Berbagai kriteria diagnosis dermatitis atopik disusun oleh berbagai ahli.

    Hanifin-Rajka telah menyusun kriteria dan kemudian diperbaharui oleh kelompok

    kerja Inggris yang dikoordinasikan oleh William (1994). Kriteria Hanifin-Rajka

    terdiri atas 4 kriteria mayor dan 23 kriteria minor.

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    14/22

    Kriteria mayor: (harus ada minimal 3 dari 4 kriteria)

    1. Pruritus2. Distribusi dan morfologi lesi khas3. Dermatitis kronis dan rekuren4. Ada riwayat atopi personal atau pada keluarga (asma, rinitis alergik,

    dermatitis atopik)

    Kriteria minor: (harus ada minimal 3 dari 23 kriteria)

    1. Xerosis (kulit kering)2. Ichthyosis, telapak tangan hiperlinear, keratosis pilaris3. Reaktivitas tes kulit tipe cepat (tipe I)4. Serum IgE meningkat5. Usia awitan dini6. Kecenderungan infeksi kulit (terutama S. aureus dan herpes

    simpleks)/gangguan cell-mediatedimmunity

    7. Kecenderungan terjadi dermatitis non-spesifik pada telapak tangan/kaki8. Eksim nipple9. Cheilitis10.Konjungtivitis rekurens11.Garis Dennie-Morgan12.Keratokonus13.Katarak sub-kapsular anterior14.Orbital darkening15.Pucat/eritem fasial16.Pitiriasis alba17.Lipatan leher anterior18.Gatal saat berkeringat19.Intolerans terhadap wol dan pelarut lemak20.Perifollicular accentuation21.Intolerans terhadap makanan22.Dipengaruhi faktor lingkungan/emosional23.Dermografisme putih (+)

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    15/22

    DIAGNOSIS BANDING

    Dermatitis atopik tidak sulit didiagnosis karena penyakit ini mempunyai

    tempat predileksi yang simetris meliputi wajah, leher, dan lipat siku dan lipat

    lutut. Dermatitis atopik anak didiagnosis banding dengan dermatitis kontak (baik

    alergi maupun iritan), dermatitis seboroik, dan psoriasis.11

    PENATALAKSANAAN

    Berbagai faktor dapat menjadi pencetus dermatitis atopik anak dan tidak

    sama untuk setiap individu, karena itu perlu diidentifikasi dan dieliminasi

    berbagai faktor tersebut. Pengobatan dermatitis atopik sesuai dengan urutan

    pengobatan dermatitis atopik, yaitu:

    Emolien Kostikosteroid topikal Inhibitor kalsineurin topikal UVB atau UVA-UVB NarrowbandUVB Oral PUVA UVA1 Kortikosteroid sistemik Siklosporin Azathioprin Mycophenolate mofetil Methotrexate Interferon- Immunoglobulin intravena Agen biologi (efalizumab, infliximab, omalizumab [anti IgE antibodi]) dll (preparat tar, hidroksikloroquin, extracorporeal photochemotherapy)

    Adjunctive Therapies

    Hindari iritan Wet wraps, open wet dressings or soaks

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    16/22

    Penatalaksanaan infeksi bakteri, virus, dan jamur

    Antihistamin oral untuk pruritus dengan efek sedative Lukotriene antagonis Sodium cromoglycate (topikal atau oral) Probiotik (berperan dalam pencegahan)

    Penatalaksanaan umum

    Identifikasi dan eliminasi faktor pencetus. Faktor pencetus yang perlu

    diidentifiksi diantaranya stress emosional, sabun atau deterjen, pajanan kimiawi,

    rokok, pajanan ekstrim tubuh dan kelembaban.2,3

    Mandi dengan pembersih yang mengandung pelembab, hindari

    pembersihan antibakterial karena beresiko menginduksi resistensi.

    Penderita dermatitis atopik harus mempertahankan kelembaban kulit dan

    mencegah kekeringan kulit yang ikut berperan dalam timbulnya penyakit karena

    mempermudah masuknya pathogen irtan dan alergen. Kelembaban kulit dapat

    dilakukan dengan cara hidrasi yaitu mandi atau kompres basah.2,3

    Penatalaksanaan khusus

    Terapi topikal

    Hidrasi kulit

    Pasien dermatitis atopik menunjukkan penurunan fungsi sawar kulit dan

    xerosis yang berkontribusi untuk terjadinya fisura kulit yang dapat menjadi jalan

    masuk patogen, iritan, dan alergen. Lukewarm soaking baths minimal 20 menit

    dilanjutkan dengan occlusive emollient untuk menahan kelembaban sehingga

    dapat meringankan gejala. Terapi hidrasi bersama dengan emolien menolong

    mengembalikan dan memperbaiki sawar lapisan tanduk, dan dapat mengurangi

    kebutuhan steroid topikal.3

    Steroid topikal

    Efek samping yang potensial dari steroid topikal menyebabkan pemakaian

    steroid topikal hanya untuk mengontrol dermatitis atopik eksaserbasi akut. Setelah

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    17/22

    kontrol dermatitis atopik dicapai dengan pemakaian steroid setiap hari, kontrol

    jangka panjang dapat dipertahankan pada sebagian pasien dengan pemakaian

    fluticasone 0,05% dua kali seminggu pada daerah yang telah sembuh tetapi mudah

    mengalami eczema. Steroid poten harus dihindari pada wajah, genitalia dan

    daerah lipatan. Steroid dioleskan pada lesi dan emolien diberikan pada kulit yang

    tidak terkena. Steroid super poten hanya boleh dipakai dalam waktu singkat dan

    pada area likenifikasi (tetapi tidak pada wajah atau lipatan). Steroid potensi

    medium dapat diberikan lebih lama untuk dermatitis atopik kronik pada badan dan

    ekstremitas. Efek samping lokal meliputi stria, atrofi, atrofi kulit, dermatitis

    perioral, dan akne rosasea.3

    Inhibitor kalsineurin topikal

    Takrolimus dan pimekrolimus topikal telah dikembangkan sebagai

    imunomodulator nonsteroid. Salep takrolimus 0,03% telah disetujui sebagai terapi

    intermiten dermatitis atopik sedang-berat pada anak > 2 tahun. Krim

    pimekrolimus 1% untuk anak > 2 tahun dengan dermatitis atopik ringansedang.

    Kedua obat efektif dan dengan profil keamanan yang baik untuk terapi 4 tahun

    bagi takrolimus dan 2 tahun untuk pimekrolimus. Kedua bahan tersebut tidak

    menyebabkan atrofi kulit, sehingga aman untuk wajah dan lipatan, dan tidak

    menyebabkan peningkatan kecenderungan mendapat superinfeksi virus.12

    Preparat ter

    Preparat ter batu bara mempunyai efek anti pruritus dan anti inflamasi

    pada kulit tetapi tidak sekuat steroid topikal. Preparat ter dapat mengurangi

    potensi steroid topikal yang diperlukan pada terapi pemeliharaan dermatitis atopik

    kronis. Produk ter batu bara telah dikembangkan sehingga lebih dapat diterima

    pasien karena tidak lagi bau dan mengotori pakaian. Sampo mengandung ter dapat

    digunakan pada dermatitis kepala. Preparat ter tidak boleh diberikan pada lesi

    kulit radang akut, karena dapat terjadi iritasi kulit. Efek samping ter diantaranya

    falokulitis dan fotosensitif.3

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    18/22

    Terapi sistemik

    Kortikosteroid

    Kortikosteroid dipakai untuk mengendalikan dermatitis atopik eksaserbasi

    akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah misalnya prednison dosis

    rendah, diberi selang seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka

    panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba-tiba dihentikan akan

    timbul rebound phenomenon.2,3,4,12

    Siklosporin

    Siklosporin adalah imunosupresif poten yang bekerja terutama terhadap

    sel T dengan cara menekan transkripsi sitokin. Agen mengikat sitopilin, dan

    komplek ini seterusnya menekan kalsineuron (molekul yang diperlukan memulai

    transkripsi gen sitokin). Pasien dermatitis atopik dewasa dan akan yang refakter

    terhadap terapi konvensional, dapat berhasil dengan siklosporin jangka pendek.

    Dosis 2,5 5 mg/kg umumnya dipakai dalam pemakaian jangka pendek dan

    panjang (satu tahun), sedangkan beberapa peneliti lain memakai dosis tidak

    bergantung pada berat badan untuk dewasa, dosis rendah (150 mg) atau dosis

    tinggi (300 mg) perhari memakai siklosporin mikroemulsi.12 Terapi siklosporin

    disertai dengan menurunnya penyakit kulit dan perbaikan kualitas hidup.

    Penghentian terapi dapat menghasilkan kekambuhan (beberapa pasien tetap remisi

    lama). Meningkatnya kreatinin serum atau gangguan ginjal dan hipertensi adalah

    efek samping spesifik yang perlu diperhatikan pada terapi siklosporin.3,12

    Anti histamin

    Anti histamin dapat diberikan untuk mengurangi rasa gatal. Dalam

    memilih anti histamin harus diperhatikan berbagai hal seperti penyakit-penyakit

    sistemik, aktifitas penderita, dll. Antihistamin yang mempunyai efek sedatif

    sebaiknya diberikan pada penderita dengan aktifitas di siang hari. Pada kasus sulit

    dapat diberi doxepin hidroklorid 1075 mg/oral/dua kali sehari yang mempunyai

    efek anti depresan dan blokade reseptor histamin H1 dan H2. 2,3,4,12

    Antibiotik

    Pemberian antibiotik berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni

    S. aureus pada kulit penderita dermatitis atopik sehingga dapat diberi eritromisin

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    19/22

    dan azitromisin. Bila ada infeksi virus seperti virus herpes simpleks dapat diberi

    asiklovir 3 kali 400 mg/hari selama 10 hari atau 4 kali 200 mg/hari selama 10 hari.

    2,3,4,12

    PROGNOSIS

    Prognosis dermatitis atopik anak sulit untuk diprediksi pada tiap individu.

    Dermatitis atopik anak berat memiliki efek yang besar terhadap kualitas hidup

    seseorang. Prevalensi yang semakin meningkat di dunia dan saat ini pengobatan

    hanya dilakukan untuk mengontrol bukan menyembuhkan.12

    Beberapa faktor yang berhubungan dengan prognosis yang buruk adalah

    dermatitis atopik yang luas pada masa anak, berhubungan dengan asma dan rinitis

    alergik, riwayat dermatitis atopik pada orang tua dan saudara kandung, masa

    awitan dini, dan level IgE serum sangat tinggi.3

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    20/22

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    21/22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Friedmann PS, Holden CA. Atopic dermatitis. In: Burns T, Breathnach S,Cox N, Griffiths C, editors. Rooks Textbook of Dermatology. 7 th ed.

    Massachusetts: Blackwell Publishing; 2004. p. 18. 131.

    2. Kang K, Polster AM, Nedorost ST. Stevens SR, Cooper KD. Atopicdermatitis. In Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, Schaffer JV, editors.

    Dermatology 2nd ed. Edinburg: Mosby; 2008. p. 18195.

    3. Leung DYM, Eichenfield LF, Boguniewicz M. Atopic dermatitis (atopiceczema). In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,

    Leffell DJ, editors. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed.

    New York: McGraw Hill; 2008. p. 14658.

    4. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Disease of the Skin ClinicalDermatology. 10th ed. Philadelphia: Elsevier; 2006. p. 62-70.

    5. Bieber T. Atopic dermatitis. The New England Journal of Medicine 2008;358: 148394.

    6. Hanifin JM, Rajka G: Diagnostic features of atopic eczema. Acta DermVenereol Suppl (Stockh) 1980; 92:44-47.

    7. Tada J. Diagnostic standard for atopic dermatitis. Japan MedicalAssociation Journal 2002; 45 (11): 4605.

    8. Wthrich B, Grendelmeier PS. Definition and diagnosis of intrinsic versusextrinsic atopic dermatitis. In: Bieber T, Leung DYM, editors. Atopic

    Dermatitis. New York: Marcel Deker; 2002. p. 120.

    9. Stnder S, Steinhoff M, Luger TA. Pathophysiology of pruritus. In: BieberT, Leung DYM, editors. Atopic Dermatitis. New York: Marcel Decker;

    2002. p. 183216.

    10.Weidinger S, Ring J. Diagnosis of atopic dermatitis. In: Ring J, PrzybillaT, Ruzicka T, editors. Handbook of Atopic Eczema. 2nd ed. Berlin:

    Springer; 2006. p. 8499.

  • 7/27/2019 Dermatitis Atopik Anak (Indah Larasati)

    22/22

    11.Krol B, Krafchik B. The differential diagnosis of atopic dermatitis inchildhood. Dermatologic Therapy Vol 19. 2006; 19: 7382.

    12.Shah KN, Yan AC. Systemic therapies in pediatric atopic dermatitis. In:Werfel T, Spergel JM, Kiess W, editors. Atopic Dermatitis in Childhood

    and Adolescence. Basel, Karger; 2011. p. 11332.