i
HUBUNGAN ANTARA ENVIROMENTAL PERFORMANCE
DAN ECONOMIC PERFORMANCE
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI)
Oleh :
BUDI HARTONO
NIM : 232009033
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-
persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTASI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
ii
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Jalan Diponegoro 52-60
(0298) 21212, 311881
Telex 22364 ukswsa ia
Salatiga 50711 – Indonesia
Fax. (0298) - 21433
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
N a m a : Budi Hartono
N I M : 232009033
Program Studi : Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi,
Judul : Hubungan Environmental Performance dan Economic Performance
(Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)
Pembimbing : Dr. Usil Sis Sucahyo,SE.,MBA
Tanggal di uji : 18 Februari 2015
adalah benar-benar hasil karya saya.
Didalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil
dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangakaian kalimat atau simbol yang saya akui seolah-olah
sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain
seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar
kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, 11 Deptember 2015,
Yang memberi pernyataan,
Budi Hartono
iii
HUBUNGAN ANTARA ENVIROMENTAL PERFORMANCE
DAN ECONOMIC PERFORMANCE
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI)
Oleh :
BUDI HARTONO
NIM : 232009033
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-
persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTASI
Disetujui Oleh :
Dr. Usil Sis Sucahyo,SE.,MBA
Pembimbing
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
iv
ABSTRACT
This study examined the relationship between environmental performance and economic
performance.The sample of this study consisted of 30 companies and listed on the Stock
Exchange in 2011 to 2012. Environmental performance is measured by the PROPER rating
provided by the Ministry of Environment RI, while economic performance is measured by
the GPM (Gross Profit Margin) obtained from the audited financial statements. The analysis
tool used is the Spearman correlation test. The results of this study shown that there is a
significant positive relationship between environmental variables and economic performance
performance.
Keywords : Environmental Performance, Economic Performance, Proper, Gross Profit
Margin (GPM).
v
SARIPATI
Penelitian ini menguji hubungan anatara environmental performance dan economic
performance.Sampel penelitian terdiri dari 30 perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun
2011-2012. Environmental performance diukur dengan menggunakan rating PROPER yang
disediakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup RI, sedangkan economic performance diukur
dengan GPM (Gross Profit Margin) yang diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit.
Alat analisis yang digunakan adalah uji korelasi spearman. Hasil dari penelitian ini
membuktikan bahwa ada hubungan positif signifikan antara variabel environmental
performance dan economic performance.
Kata Kunci : Kinerja lingkungan, kinerja ekonomi, proper, laba kotor (GPM).
vi
KATA PENGANTAR
Kertas kerja yang berjudul “Hubungan Environmental Performance dan Economic
Performance” ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Kristen Satya Wacana. Perkembangan
bisnis yang semakin maju di era modern ini membuat para pebisnis berpikir ulang akan
pentingnya environmental performance guna mendukung kegiatan bisnis mereka. Baik
disadari atau tidak keberadaan perusahaan-perusahaan sebagai produsen dalam kegiatan
ekonomi telah berkontribusi dalam perubahan iklim yang biasa disebut sebagai Global
Warming. Selain emisi dan limbah yang dikeluarkan, Proses pengambilan bahan baku hingga
masuk dalam tahap produksi juga menjadi faktor utama untuk menilai environmental
performance suatu perusahaan apakah dalam pengambilan bahan baku prusahaan tersebut
meninggalkan jejak dengan merusak lingkungan sekitarnya atau tidak. Dengan memiliki
environmental performance yang baik perusahaan dapat bertahan ditengah masyarakat dan
hal ini akan mendorong economic performance yang ditandai dengan peningkatan penjualan
bagi produk-produk yang dhasilkan perusahaan, sehingga dari peningkatan penjualan tersebut
perusahaan dapat lebih lagi mengingkatkan environmental performancenya. Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis keterkaitan antara Environmental
Performance dan Economic Performance.
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca, khususnya
mahasiswa Universitas Kristen Satya Wcana serta dapat memberi masukan bagi perusahaan-
perusahaan manufaktur untuk menyadari betapa pentingnya environmental performance
untuk menjaga kestabilan ekosistem alam demi keberlangsungan hidup manusia dimasa
mendatang yang pada akhirnya tanpa disadari dapat membawa peningkatan economic
performance yang kemudian dapat digunakan untuk membiayai environmental performance
lebih besar lagi sehingga hasil yang dicapai menjadi lebih optimal.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dan penulis berharap dimasa
yang akan datang, ada yang dapat melengkapi penelitian ini agar menjadi lebih baik. Akhir
kata, semoga penelitian ini dapat berguna utuk penelitian selanjutnya dan berguna untuk
pihak-pihak yang membutuhkan referensi.
Salatiga, 6 November 2014
Penulis
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Pengasih dan Penyayang
atas semua berkat dan karunia-NYA yang telah mngijinkan penulis menyelesaika skripsi ini ,
guna menyelesaikan studi pada fakultas ekonomika dan bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Penulis menyadari banyak kasih yang melimpah
yang dapat dirasakan dalam proses menimba ilmu di kampus ini.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa penulis tidak bekerja
sendiri karena tidak terlepas dari kendala dan kesulitan yang dihadapi. Penyelesaian skripsi
ini juga tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang membantu memberi bantuan,
bimbingan, serta masukan-masukan. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Dr. Usil Sis Sucahyo, MBA yang selama ini telah memberikan bimbingan,
ilmu, bantuan, dukungan, semangat, nasehat yang berharga bagi penulis. Selama
itu menjadi inspirasi sarana pembelajaran yang berharga bagi penulis untuk
belajar lebih bijak, bukan hanya dalam pengembangan ilmu pengetahuan, akan
tetapi juga dalam mengembangkan sikap hidup, kepribadian dan kemampuan
penulis dikemudian hari.
2. Orang tua tercinta, Papa dan adik terkasih dan terimakasih kepada saudara –
saudara di keluarga besar yang terus mengingatkan dan memberi dukungan moril
selama penuisan.
3. Ibu Elisabeth Penti Kurniawati , SE, M.Ak. , selaku wali studi yang membantu
penulis selama kuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW
4. Bapak Hari Sunarto, SE. MBA selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
UKSW.
5. Bapak/Ibu dosen pengajar dalam program studi akuntansi FEB UKSW yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan selama penulis menjalani perkuliahan.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
penyusunan penelitian ini.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................................ i
Halaman Pernyataan Keaslian Kertas Kerja ................................................................... ii
Halaman Persetujuan ...................................................................................................... iii
Abstract ........................................................................................................................... iv
Saripati ............................................................................................................................ v
Kata pengantar ................................................................................................................ vi
Ucapan terima kasih ........................................................................................................ vii
Daftar isi.......................................................................................................................... viii
Daftar tabel...................................................................................................................... x
Daftar lampiran ............................................................................................................... xi
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ............................................................................................... 6
Tujuan Penelitian ................................................................................................ 6
Manfaat Penelitian .............................................................................................. 6
TINJAUAN LITERATUR.................................................................................. 6
Legitimacy Theory .............................................................................................. 6
Stakeholder ......................................................................................................... 7
Environmental Performance ............................................................................... 10
Economic Performance ....................................................................................... 12
Gross Profit Margin ............................................................................................ 13
Hubungan environmental performance dan economic performance .................. 14
Model Penalaran.................................................................................................. 15
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel............................................................................ ... 16
Jenis Data dan Sumber Data.................................................................... 16
Pengukuran Variabel ............................................................................... 17
Teknik Pengujian Hipotesis .................................................................... 18
Uji Normalitas ......................................................................................... 18
Pengujian Hipotesis ................................................................................. 18
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif ................................................................................... 19
Uji Normalitas ......................................................................................... 20
Pengujian Hipotesis ................................................................................. 20
Hasil Pengujian Hipotesis ....................................................................... 20
ix
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .............................................................................................. 21
Keterbatasan ............................................................................................ 22
Saran ........................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 24
LAMPIRAN............................................................................................................... ..... 27
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis-jenis Stakeholder ................................................................................. 9
Tabel 3.1 Koefisien Korelasi ........................................................................................ 18
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4.1 Distribusi Frekuensi Environmental Performance ................................... 27
Lampiran 4.2 Statistik Deskriptif Economic Performance ............................................. 27
Lampiran 4.3 Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov........................................ . 28
Lampiran 4.4 Koefisirn Korelasi Rnk Spearman.......................................................... .. 28
1
PENDAHULUAN
Saat ini masalah kerusakan lingkungan terus menjadi perhatian seluruh dunia. Salah
satu bentuk kerusakan lingkungan yang dirasakan diseluruh dunia adalah pemanasan global.
Hal tersebut dikarenakan semakin berkembangannya sektor industri yang tidak disertai
dengan kepedulian terhadap dampak lingkungan sebagai akibat dari kegiatan operasinya.
Pada akhirnya hal-hal tersebut menimbulkan kerugian bahkan ancaman bagi keberlangsungan
hidup manusia.
Oleh karena itu perusahaan- perusahaan diwajibkan untuk membuat laporan tahunan
terkait tanggung jawab sosial dan lingkungan, terutama pada perusahaan yang bergerak di
bidang pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA). Kewajiban ini diatur dalam Undang-Undang
nomor 40 tahun 2007 pasal 74 , yang menyatakan bahwa perseroan yang kegiatan usahanya
dibidang pengelolaan SDA diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Kegiatan dalam memenuhi kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan
tersebut harus dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan.
Tak hanya sampai disitu saja, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah RI Nomor 74
tahun 2001 telah mengetur mengenai pengelolaan bahan berbahaya dan beracun. Hal ini
merupakan bukti bahwa pemerintah ikut ambil bagian mengenai dampak yang ditimbulkan
oleh lingkungan. Lebih jauh lagi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, telah mengatur
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu dalam Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No 5 tahun 2011mengatur mengenai pedoman Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup yang didalamnya
terdapat peraturan mengenai Mekanisme dan Kriteria Penilaian Proper dan diperkuat lagi
dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2013 tentang
Program Penilaian Perusahaan dalam pengelolaan lingkungan. Pada penilaiannya peringkat
proper di dibedakan oleh 5 warna yang masing-masing mencerminkan kinerja masing-masing
perusahaan, yaitu warna emas, hijau, biru, merah dan hitam. Dimana warna yang menjadi
penilaian kinerja yang baik adalah emas dan hijau. Penilaian dalam PROPER sendiri
mencakup pengendalian pencemaran air, udara, pengelolaan limbah B3, dan penerapan
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
Kementrian Lingkungan Hidup melalui program yang disebut dengan PROPER yang
digunakan sebagai bentuk penaatan lingkungan hidup bagi perusahaan-perusahaan di
Indonesia. Sejarah kelahiran PROPER tidak dapat dilepaskan dari program kali bersih
2
(PROKASIH) yang dibentuk pada tahun 1990. Dari PROKASIH ditarik suatu pelajaran
penting, bahwa pendekatan pengelolaan lingkungan konvensional “command and control”
ternyata tidak dapat mendorong peningkatan pengelolaan kinerja lingkungan perusahaan
secara menyeluruh. Hal tersebut terjadi karena sistem penegakan hukum lingkungan masih
lemah, sistem peraturan belum memadai dan kapasitas serta serta jumlah pengawas
lingkungan hidup juga masih terbatas, sehingga sulit untuk mengharapkan industri patuh
terhadap peraturan dan bersedia menginvedtasikan uang untuk membangun IPAL (Instalasi
Pengelolaan Air Limbah). Sadar bahwa program PROKASIH hanya memberikan kontribusi
yang relatif kecil, maka Kementerian Lingkungan Hidup mengembangkan PROPER dengan
beberapa prinsip dasar, yaitu peserta PROPER bersifat selektif, yaitu untuk industri yang
menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan dan peduli dengan citra atau reputasi.
Proper memanfaatkan masyarakat dan pasar untuk memberi tekanan kepada industri agar
meningkatkan kinerja lingkungannya, pemberdayaan masyarakat dan pasar dilakukan dengan
penyebaran informasi yang kredibel, sehingga dapat menciptakan pencitraan atau reputasi.
Dengan demikian industri yang memiliki reputasi yang buruk dalam pengelolaan lingkungan
akan ditinggalkan oleh pasar, jika industri tersebut menjual sahamnya ke publik, maka nilai
assetnya akan mengalami depresiasi karena dianggap mempunyai resiko usaha yang tinggi.
Disamping itu industri yang bersangkutan juga dihadapkan pada resiko pembayaran
kompensasi bagi pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkannya. Selain itu juga
dihadapkan pada tuntuta ganti rugi dari masyarakat yang terkena dampak yang tinggi dari
kegiatan industri yang dilakukan (www.proper.menlh.go.id).
PROPER adalah instrumen yang sangat baik dalam penilaian environmental
performance perusahaan, karena hal ini merupakan bukti bahwa perusahaan berkomitmen
dalam menjaga lingkungan agar kelangsungan hidup umat manusia tidak terancam. Namun
environmental performance membutuhkan biaya yang besar supaya kinerja lingkungan yang
dicapai menjadi baik sesuai dengan kriteria PROPER (hijau dan emas), sedangkan
profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan dari tahun ke tahun tidaklah sama, sehingga
hal ini juga berdampak pada enviromental performance perusahaan. Bagi perusahaan yang
memiliki profitabilitas besar tidak akan mengalami masalah dalam melakukan environmental
performance. Namun berbeda dengan perusahaan yang berprofitabilitas kecil, mereka lebih
memperhitungkan manfaat yang didapat, apabila biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada
manfaat yang didapat, maka perusahaan lebih baik fokus pada pencapaian economic
performace perusahaan dari pada environmental performance.
3
Di satu sisi environmental performance sangat penting dilakukan karena masyarakat
dapat memberi penilaian pada perusahaan yang benar-benar peduli terhadap kelestarian
lingkungan serta keberlangsungan hidup manusia. Disamping itu perusahaan yang
melakukan environmental performance dapat meningkatkan image perusahaan menjadi baik
di mata masyarakat, sehingga hal ini berdampak pada economic performance perusahaan,
sehingga perusahaan dapat lebih konsisten dalam mengalokasikan biaya untuk kegiatan
environmental performance. Tetapi ketika sebuah perusahaan memutuskan untuk melakukan
environmental perfomance, maka perusahaan tersebut harus sudah mencapai economic
performance yang baik dimana perusahaan tersebut sudah bisa memenuhi semua kebutuhan
atau biaya operasionalnya sehingga dapat mengalokasikan sejumlah dana untuk melakukan
environmental perfomance yang lebih baik.
Environmental performance tidak bisa dilepaskan dari aktivitas perusahaan di
lingkungan masyarakat, karena dalam aktivitas sehari – hari perusahaan sering melakukan
interaksi sosial dengan masyarakat untuk menjaga kebarlangsungan usahanya. Maka dari itu
environmental performance memegang peranan penting dalam tujuan jangka panjang untuk
membantu perusahaan supaya tetap eksis dan dapat memaksimalkan laba. Pendapatan laba
akan lebih banyak diperoleh jika perusahaan memperhatikan dan mengelola lingkungannya
secara intensif. Djogo Tony dalam Fia Rahma, (2015). Dengan demikian perusahaan dapat
mengalokasikan dana yang lebih besar untuk mencapai environmental performance yang
lebih baik lagi di tahun berikutnya untuk memikat para stakeholder. dimana dana ini diambil
dari perolehan laba yang didapat dari aktivitas environmental performance yang telah di
lakukan pada tahun sebelumnya. Hal ini patut untuk menjadi perhatian karena masyarakat
menyadari bahwa pentingnya kelestarian lingkungan untuk dijaga dengan ditandai semakin
banyaknya aktivis lingkungan hidup seperti Greenpeace yang ada di Indonesia merupakan
salah satu wadah untuk mengkritik setiap kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan di Indonesia terkait kebijakan yang dapat merusak lingkungan hidup .
Tanpa adanya environmental performance yang baik, perusahaan akan dihadapkan
dengan berbagai tuntutan di masa depan oleh para aktivis lingkungan, masyarakat sekitar,
maupun pemerintah. Sebagai contoh perusahaan pertambangan yang mengakibatkan
kerusakan lingkungan di Kalimantan Selatan oleh PT.Arutmin Indonesia selaku anak
perusahaan dari PT.Bumi Resource,tbk dan PT.Jorong Barutama Greston milik Banpu,
perusahaan rak sasa dari Thailand. Dalam kegiatan operasinya kedua perusahaan ini
menimbulkan kerusakan lingkungan yang dahsyat dengan meninggalkan lubang bekas
4
pengerukan tambang dan dibiarkan begitu saja tanpa adanya itikad baik untuk melakukan
perbaikan dengan menutup kembali lubang yang sudah tidak digunakan dan melakukan
reklamasi. Lubang – lubang tersebut berubah menjadi danau dengan beragam warna air yang
mengandung limbah beracun dan sangat berbahaya bagi lingkungan dan juga meresahkan
masyarakat sekitar. Demi tercapainya apirasi masyarakat, para aktivis lingkungan yang
tergabung dalam gerakan Greenpeace melakukan publikasi dampak yang ditimbulkan dari
aktivitas perusahaan ke berbagai media sosial serta menyampaikan tuntutan dan rekomendasi
bagi perusahaan dan perintah. untuk menghadapi tuntutan tersebut mau tidak mau harus
mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan seperti
perbaikan lingkungan, ganti rugi kepada masyarakat yang sudah dirugikan, dan belum lagi
harus membayar denda pada pemerintah serta ancaman penutupan ijin operasi perusahaan
yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat. (Greenpeace)
Namun dalam pencapaiannya tidak dipungkiri bahwa adanya perbedaan economic
performance pada setiap perusahaan. Sehingga hal ini membuat pencapaian environmental
performance setiap perusahaan berbeda pula. Dalam kehidupan masyarakat yang sadar akan
kelestarian lingkungan hal ini akan menjadi problem apabila environmental performance
menurun. Penurunan environmental performance ini dipandang sebagai hal yang negatif bagi
perusahaan, karena perusahaan dinilai tidak serius atau lalai dalam manjaga dan merawat
lingkungan sebagai bagian bentuk penanggulangan akibat aktivitas produksi yang dilakukan
selama perusahaan beroperasi. Maka masyarakat tidak akan mau lagi membeli produk dari
perusahaan tersebut sehingga hal ini akan menyebabkan penurunan economic performance
dari perusahaan yang bersangkutan. Selain itu laporan environmental performance yang telah
dipublikasikan menjadi bahan pertimbangan bagi para investor untuk berinvestasi Perusahaan
dinilai baik untuk investasi apabila mampu menarik perhatian pemegang saham dan
stakeholder melalui usaha pelestarian lingkungan. Apabila environmenal performance suatu
perusahaan baik, tentu economic performance nya baik pula. Pfleiger, et.al., (2005).
Environmental performance yang baik didukung dengan economic performance yang baik.
Atau economic performance yang baik akan berhubungan dengan environmental
performance yang baik pula. Al-Tuwajiri, et al. (2003). Dalam hal ini, bisa terlihat hubungan
antara environmental performance dan economic perfomance.
5
Sebagian besar studi empiris tentang masalah pentingnya environmental performance
ini berasal dari negara-negara maju, di mana kesadaran lingkungan di negara maju dianggap
tinggi dan pengukuran kinerja lingkungan telah dibentuk dari sejak lama dibandingkan
dengan negara berkembang. Studi di Singapura mendapatkan hasil bahwa kurangnya
environmental performance dikarenakan kurangnya tekanan dari pemerintah, kurangnya
manfaat yang dirasakan, dan persepsi bahwa organisasi tidak memiliki dampak terhadap
lingkungan. Perry dan Sheng (1999). Selain itu faktor lain yang menjadi kendala dalam
pelaksanaan environmental performance karena tidak adanya ukuran terhadap kinerja
lingkungan atau masalah pada keakuratan dan keandalan dari kinerja lingkungan yang telah
dibuat.
Adapun penelitian terdahulu mengenai hubungan antara environmental performance
dan economic performance antara lain yang diungkapkan oleh Al Tuwajiri et al (2003) yang
menggunakan variabel pertumbuhan dan profit margin dalam penelitiannya menemukan
bahwa adanya hubungan signifikan. Dua hal indikator ini dapat terlihat dalam laporan
keuangan sebuah perusahaan untuk menilai apakah perusahaan tersebut memiliki economic
performance yang baik. Tetapi hal berbeda terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Lindrianasari (2007) di Indonesia yang mendapatkan hasil yang berbeda dari antara kelima
variabel yang diujikan (Debt to Equity Ratio, Export, Ownership, Margin and age), dimana
hanya age (umur) yang memiliki hubungan positif dan signifikan. Hasil penelitian tentang
hubungan environmental performance dan economic performance juga terlihat dari penelitian
yang dilakukan oleh Sarumpaet Susi (2005) mendapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan, akan tetapi
ukuran perusahaan, listing di BEI dan ISO 14001 berhubungan secara signifikan terhadap
kinerja lingkungan. Penelitian ini juga membuktikan bahwa rating PROPER, yang disediakan
oleh pemerintah Indonesia, cukup terpercaya sebagai ukuran kinerja lingkungan perusahaan,
karena kesesuaiannya dengan sertifikasi internasional di bidang lingkungan, ISO 14001.
Dari berbagai hasil penelitian tersebut, terdapat adanya perbedaan penelitian yang
yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara environmental
performance dan economic performance, tetapi di sisi lain ada juga penelitian yang
mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut.
Namun, sejauh ini belum ada panelitian yang mendapatkan hasil hubungan negatif antara
environmental performance dan kinerja economic performance. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk meneliti hubungan antara environmental performance dan economic
6
performance dengan Gross Profit Margin sebagai indikator dalam menilai economic
performance sebuah perusahaan dan PROPER sebagai indikator dalam menilai enviromental
performance.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka persoalan penelitian
yang akan dikaji adalah apakah ada hubungan antara environmental performance dan
economic performance pada perusahaan yang terdaftar di BEI?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis keterkaitan
antara environmental performance dengan economic performance pada perusahaan
manuufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2012.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki arti penting baik secara teoritis dan praktis sebagai berikut:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian
sebelumnya mengenai hubungan environmental performance dan economic
performance
2. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
tentang pentingnya kaitan environmental performance dalam meningkatkan penjualan
dan laba yang diperoleh.
3. Bagi investor, hasil penelitian ini akan memberikan wacana baru dalam
mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam investasi, yang tidak
terpaku pada ukuran moneter saja.
4. Sebagai tambahan informasi dan pembanding bagi penelitian selanjutnya.
TINJAUAN LITERATUR
Legitimacy Theory
Menurut Gozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa hal yang mendasari Theory
legitimacy adalah “Kontrak Sosial” antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan
beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Shocer dan Sethi (1974) dalam Gozaly dan
7
Chariri (2007) memberikan penjelasan tentang konsep kontrak sosial bahwa semua institusi
sosial tidak terkecuali perusahaan beroperasi di masyarakat melalui kontrak sosial, baik
eksplisit maupun implisit, dimana kelangsungan hidup dan pertumbuhannya didasarkan pada
hasil akhir yang secara sosial dapat memberikan kepada masyarakat luas dan distribusi
manfaat ekonomi, sosial atau politik pada kelompok sesuai dengan power yang dimiliki.
Jadi pada dasarnya setiap perusahaan memiliki kontrak sosial yang implisit dengan
masyarakat untuk melakukan aktivitasnya berdasar pada nilai-nilai yang dijunjung tinggi
dalam masyarakat. Namun apabila perusahaan yang bersangkutan tidak melakukan
aktivitasnya dengan baik sesuai dengan norma-norma yang ada di masyarakat, maka masalah
yang timbul adalah biaya yang sangat tinggi yang harus ditanggung oleh perusahaan kali ini
akibat dari masyarakat sekitar yang tidak mau melegitimasi keberadaan perusahaan
bersangkutan di tengah-tengah mereka. Maka dari itulah perusahaan berusaha mendapatkan
legitimasi dari masyarakakat agar keberlangsungan usaha perusahaan dapat terus berlanjut
dan keberadaan perusahaan dapat diterima ditengah-tengah masyarakat. Masyarakat akan
selalu menilai kinerja lingkungan (environmental performance) yang dilakukan perusahaan,
sehingga dengan begitu aktivitas perusahaan dan harapan masyarakat akan perusahaan untuk
lebih peduli dengan lingkungan dapat berjalan selaras dengan harapan masyarakat. Menurut
Post, Lwrence, dan Weber (2002:71), hukum yang berlaku di masyarakat juga turut serta
mengatur kepentingan bisnis dan pihak lain yang dipengaruhi oleh bisnis, sedangkan ketaatan
hukum menjadi standart minimum yang harus dipenuhi perusahaan. Dengan melaksanakan
hukum berarti perusahaan melakukan sebagian tanggungjawab sosialnya.
Hal yang paling sulit adalah cara mempertahankan legitimasi yang sudah diperoleh.
Legitimasi dapat terancam karena adanya insiden antara perusahaan dan masyarakat.
Permasalahan ini sering terjadi pada perusahaan-perusahaan yang bergerak langsung
menangani sumber daya alam, seperti contoh kasus semburan lumpur panas Porong, Sidoarjo
akibat dari aktivitas operasi oleh PT.Lapindo Brantas di Sidoarjo, Jawa Timur ketika
melakukan proses pengeboran minyak.
Stakeholder
Menurut Cahyonowati dalam Januarti dan Apriyanti, (2005) mengemukakan bahwa
teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan memerlukan dukungan
stakeholder, sehingga aktivitas perusahaan juga mempertimbangkan persetujuan dari
stakeholder. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Budimanta dkk, (2008), bahwa
8
individu, kelompok, maupun masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki
kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan terhadap perusahaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stakeholder adalah orang atau kelompok
yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan – keputusanvyang dibuat organisasi,
kebijakan – kebijakan yang diambil, atau kegiatan yang lain. Stakeholder bisa berarti pula
setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan. Atau bisa juga stakeholder
diartikan sebagai pemangku kepentingan yang turut ambil bagian dalam setiap kegiatan
organisasi. Stakeholder teridentifikasi atas dasar keberadaan mereka di organisasi, apakah
mereka baerada di dalam atau berada di luar organisasi. Kelompok yang berada didalam
lingkaran kegiatan organisasi disebut stakeholder primer, sedangkan kelompok yang berada
di luar lingkaran kegiatan organisasi disebut sebagai stakeholder sekunder.
Menurut The Clarkson Centre for Business (1999) dan Magness (2008) dalam Irawan
(2009), stakeholder perusahaan dibagi kedalam dua bentuk besar, yaitu :
a) Primary stakeholders yang merupakan pihak-pihak yang mempunyai
kepentingan secara ekonomi terhadap perusahaan dan menanggung resiko
seperti investor, kreditor, karyawan, komunitas lokal namun tidak menutup
kemungkinan pemerintah juga dapat dikategorikan kedalam golongan primary
stakeholders walaupun tidak mempunyai hubungan ekonomi secara langsung,
namun hubungan diantara keduanya lebih bersifat non-kontraktual.
b) Secondary stakeholders dimana hubungan keduanya saling mempengaruhi
namun kelangsungan hidup perusahaan secara ekonomi tidak ditentukan oleh
stakeholder jenis ini. Contoh : media dan kelompok kepentingan seperti
lembaga sosial masyarakat, serikat buruh, dan sebagainya.
Salah satu tugas sulit yang perlu dialakukan manajer perusahaan, bahkan termasuk
pucuk pimpinan tertinggi adalah mengidentifikasi kelompok atau jenis stakeholder mana
yang perlu memperoleh perhatian terlebih dahulu dari perusahaan, beserta isu – isu bisnis
yang dibawa dan yang disuarakan oleh stakeholder. Karena setiap pemangku kepentingan
memiliki harapan tertentu dari aktivitas perusahaan, menurut Longo (2008).
Di bawah ini dijelaskan pada tabel mengenai jenis – jenis stakeholder (pemangku
kepentingan) dan harapan terhadap aktivitas organisasi/stakeholder.
9
TABEL2.1
JENIS-JENIS STAKEHOLDER
Stakeholder Harapan terhadap aktivitas
organisasi/perusahaan
Karyawan Kesehatan dan keamanan bekerja
Pengembangan keahlian kerja
Ksejahteraan dan kepuasan bekerja
Kualitas pekerjaan
Keadilan sosial
Pemasok Kemitraan antara produsen dan
pemasok
Pemilihan dan analisis sistem
pasokan
Pelanggan Kualitas produk
Keamanan pelanggan selama
menggunakan produk
Perlindungan konsumen
Transparansi informasi produk
Masyarakat Menciptakan dan menambah nilai
kepada masyarakat
Keamanan lingkungan dan produksi
Sumber: Longo et.al., dalam jamali, D. (2008). Hal. 217
Setiap stakeholder memiliki harapan yang berbeda kepentingan terhadap suatu
perusahaan. Harapan inilah yang harus diperhatikan oleh perusahaan supaya aktivitas operasi
perusahaan tetap berjalan dengan baik jika perusahaan masih ingi bertahan untuk jangka
waktu yang lama. Perusahaan patut untuk memperhitungkan dan menganalisis hal-hal yang
akan ditimbulkan oleh para stakeholder, karena masing-masing dari stakeholder memiliki
kekuatan yang dapat berimbas pada aktivitas perusahaan yang disebut sebagai stakeholder
power dalam penggunaan sumberdaya yang mampu menjadikan suatu peristiwa terjadi atau
untuk memastikan hasil yang diharapkan oleh mereka. Pelanggan memiliki kekuatan
ekonomi (Economic Power) untuk mempengaruhi kinerja perusahaan melalui kekuatan
pembelian dan pemberian barang. Jika pelanggan kecewa, mereka dapat dengan mudah
10
menyebarkan kekecewaan tersebut dengan cepat, sebagai contoh melalui jejaring sosial. Hal
ini dapat menimbulkan efek berantai yang dapat berimbas pada menurunnya omzet bisnis
akibat dari kekecewaan yang dirasakan oleh pelanggan, selain itu juga dapat berakibat pada
ketidakpercayaan konsumen kepada suatu perusahaan. Jika perusahaan sudah tidak
memperoleh pelanggan dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan bisnis, maka
perusahaan yang bersangkutan dapat dipastikan mengalami kebangkrutan.
Masyarakat memiliki kekuatan hukum (Legal Power) pada saat mereka menggugat
perusahaan ke pengadilan. Tindakan sebuah perusahaan yang berakibat pada kerusakan fisik,
kehilangan uang dalam jumlah besar, atau kerusakan lingkungan yang sangat parah dapat
diajukan gugatannya oleh masyarakat umum, karyawan yang mengalami kecelakaan kerja,
atau tokoh – tokoh penyelamat lingkungan (environmentalist) untuk mencegah atau
mengkompensasi berbagai kerugian yang telah diderita.
Dalam hal ini pelanggan dan masyarakat perlu menjadi perhatian penting. Perusahan
dituntut tak hanya fokus pada keuntungan semata. Pemerintah bersama – sama dengan
masyarakat menuntut perusahaan untuk lebih mempedulikan lingkungan, menjamin
kesetaraan hak asasi manusia, dan mendukung kepentingan masyarakat yang lebih luas,
seperti peningkatan kualitas kehidupan dan penciptaan lingkungan yang sehat, bersih, dan
menyenangkan.
Environmental Performance
Menurut Suratno, dkk (2006) Environmental performance adalah kinerja perusahaan
untuk mencapai kinerja lingkungan yang baik (green). Jadi Environmental Performance
adalah segala upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk menunjukkan kepeduliannya
terhadap lingkungan dalam rangka meningkatkan kinerja lingkungan yang baik. Pengukuran
kinerja lingkungan merupakan bagian penting dari sistem pengendalian lingkungan. Hal ini
dapat dilihat dari aktivitas dan program lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan.
Environtmental performance sendiri dapat diukur dengan berbagai cara. Pada
penelitian – penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pattern (2002) dan Clarkson et al
(2004) menggunakan environmental Protection’s Agencys (EPA) Toxic Release Inventory
(TRI) yang mempublikasikan atas limbah kimia beracun dan zat lainnya yang dilepaskan di
udara, tanah, dan air di sejumlah perusahaan di U.S.
11
Al-Tuwajiri et al. (2004) yang menggunakan rasio limbah beracun yang didaur ulang
terhadap total limbah yang dihasilkan perusahaan untuk mengukur environmental
performance dengan data yang diperolehnya dari Corporate Environmental Profiles
Directory yang diterbitkan tahunan oleh Investor Responsibility Research Center (IRRC).
Gupta dan Goldar (2003) menggunakan pemeringkatan lingkungan yang disajikan oleh
Environmental Non-Govermental Organizations (NGO) yang bereputasi. Masih banyak
pengukuran lain yang digunakan para peneliti yang diyakini oleh para peneliti menjadi alat
pengukuran yang valid yang digunakan dalam penelitiannya. Sedangkan di Indonesia,
penelitian-penelitian seperti yang dilakukan Hartanti (2007). Suratno et al (2007), Almilia
and Wijayanto (2007). Sarumpaet (2005), yang pada umumnya menggunakan hasil dari
pengukuran kinerja lingkungan yang disediakan oleh kementrian Lingkungan Hidup (KLH)
dalam laporan hasil PROPER.
PROPER adalah salah satu program pemeringkatan yang dibuat oleh Kementrian
Lingkungan Hidup. Tujuan dari penerapan PROPER adalah untuk mendorong peningkatan
kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui penyebaran informasi kinerja
penataan p erusahaan dalam pengelolaan lingkungan. Efek dari penerapan PROPER
kepada perusahaan adalah timbulnya efek insentif dan disinsentif reputasi sebagai akibat dari
pengumuman peringkat PROPER kepada publik (Permen LH Nomor 06 Tahun 2013 pasal
3).
Penilaian PROPER sendiri dikelompokkan menjadi lima peringkat warna dengan
tujuh kategori. Masing-masing warna mencerminkan kinerja perusahaan. Bagi perusahaan-
perusahaan yang menunjukkan hasil kinerja lingkungan yang baik diberi peringkat warna
emas, dan hijau, selanjutnya biru, merah dan merah, dan warna hitam untuk menunjukkan
kinerja yang buruk. Pemberian kriteria warna PROPER dapat dilihat pada Peraturan Mentri
Lingkungan Hidup no 5 tahun 2011, tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
dalam Pengelolaan Lingkungan. Ada pun kriteria yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
1. Emas : Diberikan kepada penanggung Jawab usaha dan/ atau telah secara konsisten
menunjukkan keunggulan lingkungan (environmental exellency) dalam proses
produksi dan/jasa, melaksanakan bisnis yang beretika dan bertanggung jawab pada
masyarakat.
2. Hijau : Diberikan kepada penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan yang telah
melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan lebih dari persyaratkan dalam peraturan
(beyonce complyance) melalui pelaksanaan sistem pengelolaan lingkungan,
12
pemanfaatan sumber daya secara efisien melalui upaya 4R (Reduce, Reuse, Recycle
dan recovery), dan upaya melakukan tanggung jawab sosial dengan baik.
3. Biru : Diberikan kepada penangungjawab usaha dan /atau kegiatan yang telah
melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang telah dipersyaratkan sesuai dengan
ketentuan dan /atau ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Merah : Diberikan kepada penanggungjawab usaha dan/ atau kegiatan yang upaya
pengelolaan lingkungan hidupnya tidak sesuai dengan persyaratan yang sebagaimana
telah diatur dalam peraturan perundang-undangan
5. Hitam : Diberikan kepada penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang sengaja
mekalukan perbuatan atau melakukan kelalian yang mengakibatkan pencemaran,
dan/atau kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan atau tidak melaksanakan sanksi administrasi.
Economic performance (Economic Performance)
Menurut Suratno, dkk (2006) economic performance adalah Kinerja ekonomi secara
makro dari sekumpulan perusahaan dalam suatu industri. Pengukuran economic performance
dapat dihitung menurut accounting based measures maupun capital market based. Pada
accounting based measures dapat menggunakan analisis rasio keuangan sebagai pengukuran
secara financial.
Menurut Belkaouni dan karpik’s (dalam Januarti dan Apriyanti 2005), menyatakan
bahwa ada dua variabel kunci yang digunakan sebagai ukuran yang menghubungkan antara
reputasi tanggungjawab sosial perusahaan dengan kinerja ekonominya, yaitu tingkat
kemampuan menciptakan pendapatan melalui penjualan dan tingkat kemampuan melalui
menciptakan laba. Jadi economic performance adalah kemampuan perusahaan untuk
mencapai keuntungan dari hasil usaha pada periode tertentu.
Penelitian terdahulu, bragdon dan malin (1972) dalam Al Tuwajiri, et al (2004)
menggunakan accounting based measures (earning per share dan ROE). Sedangkan Spicer
(1978) dalam Al Tuwajiri,et al (2004) menggunakan keduanya baik accounting based
measuree maupun capital market based (profitability dan price earning ratio). Kelemahan
menggunakan berbagai macam pengukuran economic economic performance adalah mereka
cenderung untuk fokus pada suatu aspek kinerja ekonomi suatu perusahaan. Net income
mengukur tingkat profitabilitas tanpa mempertimbangkan ukuran perusahaan, kelemahan ini
dapat dilengkapi dengan menggunakan pengukuran seperti ROA dan skala profitabilitas
13
investasi perusahaan berdasarkan aset mereka. Namun hal ini akan menjadi bias apabila
sampel tersebut meliputi perusahaan dari berbagai industri (Al Tuwajiri, et al., 2004).
Dalam penelitian ini menggunakan rasio keuangan yang di ukur menggunakan rasio
keuangan profitabilitas. Semakin tinggi profitabilitas semakin baik pula kinerja suatu
perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan Gross Profit Margin untuk
mendapatkan gambaran nyata mengenai tingkat profitabilitas perusahaan dari hasil penjualan
produk.
Gross Profit Margin (GPM)
Dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur economic
performance adalah GPM (Gross Profit Margin). GPM menunjukkan perbandingan antara
laba kotor dengan penjualan yang diperoleh perusahaan. GPM biasa digunakan untuk menilai
efisiensi produksi, penentuan harga jual dan keuntunga atas produk setelah produk itu terjual
(Munawir, 2000). Nilai GPM haruslah postif, karena bila nilai GPM negatif, maka
perusahaan bersangkutan dapat dikatakan bangkrut atau mengalami kerugian dikarenakan
perusahaan tidak mampu menutupi biaya untuk harga pokok barang terjual.
GPM (Gross Profit Margin) dipilih sebagai indikator untuk mengukur economic
performance karena selama ini perusahaan merasa khawatir apabila melakukan
environmental performance yang dimasukkan sebagai beban perusahaan, maka hal ini dapat
mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan karena perusahan akan mengurangi HPP pada
produk yang dihasilkan dengan cara mengurangi atau mengganti bahan baku produksi yang
berbeda kualitas atau bisa juga menaikkan harga jual dengan kualitas sesuai dengan standar
yang ditetapkan . Namun hal ini akan menjadi dilema karena dengan melakukan pengurangan
bahan baku hal ini akan dapat menurunkan kualitas dari produk dan tidak sesuai dengan
keinginan konsumen. Apabila perusahaan menaikkan harga jual dengan membebankan biaya
environmental pada produk, maka konsumen akan merasa keberatan karena harga untuk
14
memperolehnya menjadi lebih mahal dari biasanya. Dengan demikian penjualan menjadi
menurun dan perusahaan akan kesulitan dalam membiayai aktivitas bisnisnya.
Nilai GPM sangatlah bergantung pada harga jual atau harga pokok pada barang yang
dihasilkan. Semakin tinggi nilai GPM berarti perusahaan semakin efisien dalam mengontrol
biaya atau meningkatkan penjualan. Dengan tingginya laba kotor yang dihasilkan maka
secara natural akan memberi keuntungan pada perusahaan sehingga perusahaan dapat
menutup biaya produksinya. Selain itu terdapat sisa uang untuk pengembangan produk, reset
dan lain sebagainnya.
Jadi bila perusahaan ingin meningkatkan labanya, sebaiknya perusahaan
memperhatikan tingkat efisiensi dari kegiatan produksinya. Sehingga biaya produksi yang
dibebankan kepada suatu produk tidak membengkak dan berimbas pada harga penjualan di
pasar karena harga yang dibebankan sudah terlalu tinggi, sehingga barang tersebut menjadi
sulit dijual dan menyebabkan rendahnya nilai GPM.
Hubungan environmental performance dan economic performance.
Semakin gencarnya tutntutan masyarakat yang mendorong agar perusahaan-
perusahaan di Indonesia mau peduli terhadap lingkungan mebuat perusahaan harus
mengeluarkan biaya ekstra untuk biaya perbaikan, konservasi alam, reklamasi, pengelolaan
limbah baik , air, tanah dan udara supaya eksistensi perusahaan tidak terganggu oleh tekanan
dari masyarakat selain itu perusahaan juga memperoleh legitimasi, karena dianggap memiliki
kinerja lingkungan yang baik.
Pemerintah melalui PROPER sedang gencar – gencarnya mendorong perusahaan-
perusahaan di Indonesia untuk plebih peduli pada lingkungan melalui program PROPER.
Namun pada kenyataannya untuk mencapai environmental performance yang baik haruslah
didukung dengan economic performance yang baik pula atau economic performance yang
baik akan berhubungan dengan environmental performance yang baik pula (Al-Tuwajiri et al
(2003).
15
Beberapa penelitian juga telah dilakukan oleh Halkos (2002) yang menemukan
adanya hubungan yang signifikan antara kinerja lingkungan dan ukuran perusahaan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Lindrianasari (2007) menemukan bahwa tidak terdapat
hubungan positif signifikan anatara knerja ekonomi dan kinerja lingkungan. Sedangkan
menurut penelitian Sarumpaet (2005) menyatakan bahwa environmental performance tidak
berhubungan signifikan dengan financial performance. Maka hipotesis yang diajukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
H1: Terdapat Hubungan antara Environmental Performance dan Economic
Performance
Model Penalaran
Seperti pernyataan Al-Tuwajiri et al (2003) bahwa environmental performance dan
economic performance saling melengkapi. karena dewasa ini semakin marak isu tentang
lingkungan serta masyarakat yang kini telah memiliki kesadaran lingkungan, sehingga
menuntut perusahaan untuk ikut ambil bagian dalam merawat, menjaga, dan melestarikan
lingkungan sebagai bagian dampak yang disebabkan oleh aktivitas produksi yang dilakukan
oleh perusahan. Environmental performance menjadi sarana bagi perusahaan untuk memikat
stakeholder dalam meningkatkan penjualan sehingga untuk jangka panjang dapat membuat
economic performance menjadi lebih baik dilihat dari laba kotor (Gross Profit) yang
dihasilkan, hal ini dikarenakan masyarakat menilai bahwa produk yang dihasilkan oleh
perusahaan yang aktif melakukan environmental performance yg baik adalah produk yang
dinilai aman dan ramah lingkungan dalam proses prduksinya, oleh karena itu masyarakat
lebih memilih produk dari perusahaan yang aktif dalam kegiatan lingkungan.
Apabila environmental performance suatu perusahaan menjadi baik maka hal ini
dapat membuat laba kotor (Gross Profit) menjadi lebih baik maka perusahaan dipastikan
tidak akan merasa kesulitan untuk menutup biaya aktivitas produksinya apa lagi hanya untuk
membiayai beban-beban yang bersifat rutin. Sehingga sisa dari kenaikan laba dapat
dialokasikan untuk menambah dana untuk melakukan kegiatan lingkungan perusahaan dalam
Environmental
Performance
Proper
Economic
Performance
Gross Profit Margin
16
rangka meningkatkan environmental performance supaya menjadi lebih baik dari yang
sebelumnya.
Environmental Performance juga menjadi dasar bagi investor dalam mengambil
keputusan investasi. Hal menjadi pertimbangan adalah jangan sampai perusahaan yang akan
diberi kepercayaan untuk mengelola dana yang diberikan oleh investor memiliki masalah
dengan masyarakat di masa depan akibat dari isu lingkungan yang diabaikan terkait dengan
aktivitas produksi yang dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan. Sehingga dengan
adanya masalah tersebut akan membawa kerugian yang besar di masa depan karena
perusahaan yang bersangkutan dapat terkena sanksi dari masyarakat serta biaya yang
dikeluarkan untuk memperbaiki keadaan tersebut pasti sangat besar karena banyaknya
masyarakat yang dirugikan. Sehingga otomatis laba yang dihasilkan dari penjualan menjadi
menurun sehingga menjadikan economic performance menurun dan tidak menutup
kemungkinan perlahan-lahan perusahaan akan mengalami kebangkrutan akibat dari besarnya
biaya yang harus ditanggung akibat dari lalainya perusahaan dalam menangani masalah
lingkungan. Oleh karena itu investor tidak mau mengambil resiko untuk mempercayakan
uangnya dikelola oleh perusahaan yang tidak memiliki environmental performance yang
baik.
METODA PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdatar di BEI,
sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang diambil dari dari
30 perusahaan dengan jumlah 60 sampel pada yang terdaftar di BEI dan mengikuti kegiatan
kinerja lingkungan PROPER. Pemilihan purposive sampling dengan beberapa kriteria yaitu,
perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2012.
Mempublikasikan laporan tahunan yang telah diaudit dan memiliki data pres release
PROPER yang diperoleh dari web Kementrian Lingkungan Hidup dan diikuti oleh sejumlah
perusahaan yang terdaftar di BEI.
Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber
dari laporan tahunan yang telah diaudit dan dipublikasikan tahun 2011-2012. Jenis data
sekunder ini dipilih untuk menghemat biaya serta data yang diperoleh lebih valid. tSedangkan
17
data dalam penelitian ini adalah data PROPER dan data Gross profit margin perusahaan per
Desember tahun 2011-2012 yang telah diaudit dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
dapat diunduh dari http://proper.menlh.go.id, www.idx.co.id. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, sedangkan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan terdaftar di BEI yang mengikuti
kegiatan kinerja lingkungan PROPER. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive
sampling dengan beberapa kriteria yaitu, Perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011
sampai dengan tahun 2012. Mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dan data
press release PROPER yang diperoleh dari web kementrian lingkungan hidup dan dikuti oleh
sejumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Pengukuran Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari Environmental Performance dan Economic
Performance. Environmental Performance diukur dengan dengan peringkat kinerja PROPER,
sedangkan economic performance diukur dengan GPM.
Sistem penilaian peringkat PROPER adalah sebagai berikut :
Peringkat emas : paling terbaik; skor = 5
Peringkat hijau : sangat baik, skor = 4
Peringkat biru : Baik; skor = 3
Peringkat merah : Buruk; skor = 2
Peringkat hitam : Paling buruk; skor = 1
Rasio GPM digunakan untuk menunjukkan perbandingan antara laba kotor dengan penjualan
yang diperoleh perusahaan. Jadi apabila antara laba yang diperoleh setelah barang yang
terjual tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan maka perusahaan mengalami
kesulitan dalam membiayai aktivitas operasinya. Perhitungan GPM adalah sebagai berikut :
Gross Profit Margin (GPM) = Gross Profit (Laba Kotor )
Penjualan × 100%
18
Teknik Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji SPSS yang terdiri dari uji
analisis deskriptif, dan analisis statistik. Kedua teknik ini dilakukan supaya dapat diperoleh
hasil penelitian yang optimal. Pengujian deskriptif dilakukan untuk menggambarkan profil
dan sampel yang terdiri dari mean, median, maksimum, minimum, dan standart deviasi.
Sedangkan analisis statistik yang digunakan terdiri dari :
Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik Kolmogorov-
Smirnov Test. Menurut Ghozali (2006) normalitas dapat terjadi apabila hasil dari uji
Kolmogorov-Smirnov diperoleh angka asymp sig > 0,05.
Pengujian Hipotesis
Pada hipotesis pertama apabila berdistribusi normal, maka akan dilakukan pengujian
korelasi pearson test. Pearson test dilakukan untuk menggambarkan seberapa kuat hubungan
diantara dua variabel. Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi.
Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi negatif terbesar = -1, sedangkan
terkecil adalah 0. Bila hubungan dua variabel mempunyai koefisien korelasi =1 atau -1, maka
hubungan tersebut sempurna. Semakin kecil koefisien korelasi, maka akan semakin besar
eror untok membuat prediksi. Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien
korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan
yang dibawah ini :
TABEL3.1
KOEFISIEN KORELASI
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat kuat
Sumber : (Sugiyono:2012)
19
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul. Data yang telah
dikumpulkan tersebut berupa laporan keuangan dari perusahaan manufaktur yang listing di
Bursa Efek Jakarta Periode tahun 2011-2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan environmental performance dengan economic performance pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI, dan mengetahui perbedaan perlakuan environmental
performanance pada perusahaan-perusahaan manufaktur antara industri pertambangan dan
non pertambangan yang terdaftar di BEI.
Sesuai dengan permasalahan dan perumusan model yang telah dikemukakan, serta
kepentingan pengujian hipotesis, maka teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi analisis deskriptif dan analisis statistik. Analisis statistik merupakan analisis yang
mengacu pada perhitungan data penelitian yang berupa angka-angka yang dianalisis dengan
bantuan komputer melalui program SPSS. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian. Sedangkan analisis deskriptif merupakan analisis yang menjelaskan gejala-gejala
yang terjadi pada variabel-variabel penelitian untuk mendukung hasil analisis statistik.
Analisis Deskriptif
Berikut akan dijelaskan analisis deskriptif yitu menjelaskan deskripsi data dari
seluruh variabel yang akan dimasukkan dalam model penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada lampiranl 4.1 dan 4.2 untuk menjelaskan variabel environmental performance
dan economic performance.
Hasil deskriptif pada Environmental performance pada periode 2011-2012
menunjukkan bahwa pemeringkatan PROPER yang diperoleh perusahaan rata-rata
berperingkat Biru (3) dengan frekuensi kumulatif sebesar 31 (lihat lampiran 4.1) yaitu
perusahaan yang dalam usaha dan atau kegiatan yang telah melaksanakan upaya pengelolaan
lingkungan dan telah mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan minimum sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan. Peringkat biru ini perusahaan hanya memenuhi
persyaratan minimum saja.
Berdasarkan analisis deskriptif economic performance yang diukur Gross profit
margin yang merupakan perbandingan antara laba kotor dengan penjualan perusahaan,
selama periode penelitian variabel ini memiliki nilai rata-rata sebesar 0,2678 (lihat lampiran
4.2) artinya bahwa rata – rata perusahaan mengalami laba sebesar 26,78% dari total
pendapatan yang dihasilkan. Sedangkan standar deviasi sebesar 0,16450 artinya selama
20
periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel gross profit margin cukup tinggi yaitu
sebesar 0,16450 dari 60 kasus yang terjadi.
Uji Normalitas
Pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Jika probabilitas
lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat ditunjukkan
pada tabel berikut. Hasil uji normalitas diatas menunjukkan bahwa pada variabel
Environmental Performance memiliki probabilitas sebesar 0,000<0,05. Dengan demikian
data tidak berdistribusi normal. Sedangkan pada pengujian variabel Economic Performance
memiliki probabilitas sebesar 0,334>0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data Economic
Performance datanya tidak berdistrubusi normal seperti yang ditunjukkan dalam tabel 4.3.
Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan Analisis Korelasi yaitu analisis Rank Spearman,
karena dari hasil pengujian normalitas data environmental performance dan economic
performance tidak berdistribusi normal.
Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis adalah : Terdapat Hubungan antara Environmental
Performance dan Economic Pengujian hipotesis ini digunakan Analisis Korelasi Rank
Spearman. Hasil analisis Rank Spearman hubungan Environmental performance dengan
economic performance dapat ditunjukkan pada Tabel berikut : Koefisien korelasi Rank
Spearman (Rs) sebesar 0,446 menunjukkan adanya hubungan yang positif Environmental
performance terhadap economic performance. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,446
menunjukkan hubungan dalam kriteria “sedang” antara Environmental Performance dengan
Economic Performance yang ditunjukkan pada tabel 4.4.
Hasil pengujian statistik diperoleh nilai probabilitas (Sig.) sebesar 0,000<0,05, maka
H1 diterima yang berarti Environmental performance memiliki hubungan signifikan sedang
terhadap Economic performance. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini didukung.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu seperti Al-Tuwaijri et al, (2003)
menemukan adanya hubungan positif dan signifikan antara kinerja lingkungan dengan kinerja
ekonomi.
21
Kinerja lingkungan dalam penelitian ini diukur dengan PROPER. PROPER
merupakan penilaian peringkat kinerja keuangan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan
mulai dikembangkan Kementerian Negara Lingkungan Hidup sebagai satu alternatif dalam
kaitannya usaha menjaga kelestarian lingkungan. Tujuan pelaksanaannya untuk
meningkatkan penaatan perusahaan terhadap pengelolaan lingkungan, meningkatkan
komitmen para stakeholder dalam upaya pelestarian lingkungan, meningkatkan kinerja
pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan, meningkatkan kesadaran para pelaku usaha
untuk menaati peraturan perundang-undangan pada bidang lingkungan hidup, mendorong
penerapan prinsip Reduce, Reuse, Recycle (3R) dalam pengelolaan limbah. Sasaran dari
pelaksanaan untuk menciptakan lingkungan hidup yang baik, mewujudkan pembangunan
berkelanjutan, menciptakan ketahanan sumber daya alam, mewujudkan iklim dunia usaha
yang kondusif dan ramah lingkungan, mengedepankan prinsip produksi bersih (eco-
efficiency).
Penyebaran informasi kinerja keuangan perusahaan mendorong interaksi intensif
antara perusahaan, pekerja, kelompok masyarakat, konsumen, pasar modal, investor dan
instansi pemerintah terkait. Penyebaran informasi melalui media massa diharapkan para
stakeholder dapat berpartisipasi proaktif dalam menyikapi informasi kinerja keuangan
perusahaan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Penyebaran informasi kinerja
keuangan perusahaan kepada publik dapat menciptakan insentif dan disinsentif reputasi. Para
stakeholder akan memberikan tekanan terhadap perusahaan yang kinerja pengelolaan
lingkungannya belum baik. Sebaliknya, perusahaan yang kinerja pengelolaan lingkungannya
baik akan mendapat apresiasi dari para stakeholder. Dengan peringkat PROPER yang bagus,
maka akan mendapat respon positif dari investor, sehingga mudah dalam mendapatkan
investasi. Semakin baik tingkat investasi perusahaan, maka perusahaan mampun
mengembangkan kinerjanya, sehingga cukup efektif dalam mengelola seluruh investasi yang
ada untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa antara environmental
performance dan economic performance memiliki hubungan positif signifikan dengan
kriteria sedang. Hal ini berarti menunjukkan bahwa environmental performance memiliki
peran yang cukup penting dalam menjaga eksistensi perusahaan dan juga membuat economic
performance perusahaan menjadi lebih baik dalam jangka panjang. Begitu juga sebaliknya
22
economoc performance yang semakin baik akan mendorong environmental performance
menjadi semakin lebih baik dari tahun sebelumnya.
Bila di lihat dari pola hubungan yang signifikan, dengan demikian baik variabel
environmental performance dan economic performance memiliki hubungan satu sama lain.
Maka dari itu dapat dikatakan bahwa environmental performance bisa ditetapkan sebagai
variabel yang memiliki hubungan dengan economic performance
Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah, perusahaan induk dan perusahaan anak
terdaftar dalam peserta yang mengikuti penilaian PROPER namun memiliki penilaian yang
berbeda antara perusahaan induk dan anak. Data penelitian hanya perusahaan induk yang
diambil sebagai sampel, selain itu adanya perusahaan yang delisting dari bursa saham
sehingga menyebabkan sampel berkurang.
Saran
Bukti empiris yang ditemukan terkait dari hasil penelitian ini maka dapat saran yang
diberikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan yang terdaftar di BEI, ada baiknya mengikuti PROPER yang sudah
dibuat oleh pemerintah. Karena terbukti bahwa dengan mengikuti PROPER Economic
Perfoemance menjadi lebih baik sehingga dengan begitu perusahaan dapat
mengalokasikan dana lebih besar lagi untuk melakukan kegiatan environmental
performancenya di masa yang akan datang sejalan dengan peningkatan economic
performance perusahaan. Sehingga perusahaan akan mendapat respon positif oleh
masyarakat dan juga masyarakat menjadi lebih percaya keamanan produk yang
dihasilkan oleh Perusahaan karena telah melakukan proses produksi yang ramah
lingkungan sehingga tidak merusak kehidupan hayati dengan melakukan
pengendalian pencemaran air, pencemaran udara, penelolaan limbah, sehingga hal ini
dapat mendorong peningkatan penjualan. Sebaliknya apabila perusahaan tidak
melakukan kegiatan environmental performance dan dalam kegiatan produksi tidak
ramah lingkungan dan pengelolaan limbah tidak diperhatikan sehingga menimbulkan
kerusakan lingkungan yang merugikan masyarakat maka hal ini dapat menimbulkan
kerugian di masa depan karena akan mendapat tuntutan dari masyarakat yang
mengakibatkan perusahaan kehilangan pelanggan sehingga perusahaan kesulitan
dalam melakukan penjualan karena masyarakat tidak percaya lagi pada perusahaan
23
maupun produk yang dihasilkan, sehingga membuat penjualan menjadi menurun yang
berimbas pada rendahnya economic performance, sehingga perusahaan akan kesulitan
dalam menutup biaya produksinya apalagi untuk menutup beban-beban lainnya.
2. Bagi Investor yang sangat memperhatikan informasi fundamental berupa (economic
performance) perusahaan dapat mencermati perusahaan yang mendapat peringkat
kinerja PROPER yang baik, karena telah terbukti bahwa environmental performance
memiliki hubungan dengan economic performance. Karena perusahaan yang memiliki
economic performance yang baik pasti juga environmental performance-nya.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk memperbanyak variabel lain untuk
pengukuran economic performance dan menggunakan data laporan tahunan yang lengkap
untuk dapat menggambarkan kondisi yang paling terbaru.
24
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tuwaijri, S.A., Christensen, T.E. dan Hughes II, K.E. 2004. The Relations among
environmental disclosure, environmental performance, and economic performance:
a simultaneous equations approach. Accounting, Organizations and Society. Vol.
29. pp.447-471.
Al-Tuwajiri, Sulaiman A, Christensen, Theodore E, Hughes II, K.E. 2003. The Relationship
Among Environmental Disclosure, Environmental Performance and Economic
Performance: A Simultaneous Equation Approach.
Budimanta, A.,et.al. 2008. Corporate Social Responsibility Alternatif bagi Pembangunan
Indonesia. Indonesian Center For Sustainability Development (ICSD): Jakarta.
Clarkcon, P., Li, Y., Richardson, G. 2004. The Market Valuation of Environmental
Expenditures by Pulp and Paper Companies. The Accounting Review 79,329-353.
Ghozali, I. 2006. Statistik Non-Parametrik; Teori & Aplikasi dengan Program SPSS. BP.
Undip. Semarang.
Greenpeace, Greenpeace: 2014. Terungkap: Pertambangan Batu Bara meracuni air di
Kalimantan Selatan dan Melecehkan Hukum Indonesia. www.greenpeace.org.
Diakses Desember 2014.
Gupta, S., & Goldar, B. 2003. Do Stock Market Penalise Environmental-Unfriendly
Behaviour. Evidence from India. Social Science Research Network (SSRN)
Hartanti, Dwi. 2007. Pengaruh Kinerja Lingkungan Hidup Perusahaan serta Sistem
Manajemen Lingkungan Hidup Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan. JRAI
Ikhsan, Arfan, 2008. Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya, Yogyakarta: Graha Ilmu
25
Januarti, Indra, Apriyanti D.2005. Pengaruh Tanggung Jawab Social Perusahaan terhadap
Kinerja Keuangan. Jurnal Maksi, vol. 5 No.2.
Jumingan, 2006. Analisis Laporan Keuangan, Cetakan pertama. Jakarta: PT Bumi Aksara
Lindrianasari. 2007. Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas Pengungkapan
Lingkungan Dengan Kinerja Economi Perusahaan Di Indonesia. JAAI Vol . 11
No.2 Desember 2007.
Longo et.al dalam Jamali, D. 2008. A stakeholder approach to Corporate Social
Responsibility: Afresh Perspektive into Theory and Practice. Journal of Business
Ethnics, 82: pp.217.
Merdeka, Pakar Geologi: Lumpur Lapindo Brantas Cemari Tanah Air Warga.
www.merdeka.com diakses 12 Desember 2014.
Munawir,S. 1979 . Analisa Laporan Keuangan, liberty, Yogyakarta
Pattern, D. M. 2002. The Relation between Environmental Performance and Environmental
Disclosure : a Research Note, Accounting, Organizations and Society. Vol. 27. Pp.
763-773.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2011 Tentang Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Menteri
Lingkungan Hidup. Jakarta.
Pflieger, Juli; Matthias Fischer; Thilo Kupfer; Peter Eyerer. 2005. The contribution of life
cycle assessment to global sustainability reporting of Organization. Management of
Environmental. Vol. 16, No. 2.
Post, J. E., Lawrence, A.T. & Weber, J. 2002. Business and Society : Corporate Strategy.
Public 7 Policy, Ethnics. 10th ed, New York : Mc Graw-Hill.
26
Rahma, Fia. 2015. Pengaruh Implementasi environmental Performance Terhadap
Profitabilitas. Skripsi. Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang.
Republik Indonesia. 2007. Undang -undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Bab IV pasal 66 dan Bab V pasal 74. Jakarta.
. 2009. Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta.
Salama, Aly. 2005. A Note on The Impact of Encironmental Performance on Financial
Performance. Structural Change and Economic Dynamics, 16: 413-421.
Sarumpaet, S. 2005. The Relationship between environmental performance and financial
performance of Indonesian Companies, Jurnal Akuntansi dan Keuangan 7 (2).
Spica dan Wijayanto 2007. Pengaruh Environmental Performance dan Environmental
Disclosure Terhadap Economic Performance. The 1st Accounting Conference
Faculty of Economic Universitas Indonesia. Depok, (November).
Sugiyono (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, cv.
Suratno, Ignatius Bondan, Darsono, dan Mutmaniah S. 2006. Pengaruh environmental
performance terhadap environmental disclosure dan economic performance,
Simposium Nasional Akuntansi 9.
Thompson, P., & Zakaria, Z. 2004. Corporate Social Responsibility Reporting in Malaysia :
Progress and Prospects. Journal of Corporate Citizenship, 13 : 125.
www.idx.co.id
http://proper.menlh.go.id
LAMPIRAN
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Environmental Performance
Peringkat Proper Skor Proper Frekuensi Kumulatif
Tahun 2011-2012
Emas 5 11
Hijau 4 11
Biru 3 31
Merah 2 7
Hitam 1 0
Jumlah 60 Perusahahan
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Economic Performance
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Economic
Performance 60 -.10 .51 .2678 .16450
Valid N 60
Sumber : Data Sekunder diolah, 2014
Tabel 4.3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Environmental
Performance
Economic
Performance
N 60 60
Normal Parametersa Mean 3.3333 .2678
Std. Deviation .85701 .16450
Most Extreme
Differences
Absolute .335 .122
Positive .335 .077
Negative -.232 -.122
Kolmogorov-Smirnov Z 2.592 .944
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .334
Monte Carlo Sig. (2-
tailed)
Sig. .000c .312
c
95% Confidence Interval Lower Bound .000 .303
Upper Bound .000 .321
a. Test distribution is Normal.
c. Based on 10000 sampled tables with starting seed 624387341.
Tabel 4.4
Correlations
Environmental
Performance
Econimic
Performance
Spearman
's rho
VAR00001 Correlation Coefficient 1.000 .446**
Sig. (2-tailed) . .000
N 60 60
VAR00002 Correlation Coefficient .446** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Top Related