i
DAMPAK INTERAKSI SOSIAL ANTARA MASYARAKAT PENDATANG (WISATAWAN) DENGAN MASYARAKAT LOKAL TERHADAP
EKSISTENSI BUDAYA LOKAL
(Studi di Desa Senggigi Kecamatan Batu Layar Lombok Barat, NTB)
Oleh
Ahmad Tarmizi NIM.153.133.051
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2017
ii
DAMPAK INTERAKSI SOSIAL ANTARA MASYARAKAT PENDATANG (WISATAWAN) DENGAN MASYARAKAT LOKAL
TERHADAP EKSISTENSI BUDAYA LOKAL
(Studi di Desa Senggigi Kecamatan Batu Layar Lombok Barat NTB)
Skripsi
melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Sosial
Oleh
Ahmad Tarmizi NIM. 153.133.051
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2017
iii
PERSETUJUAN
Skripsi Ahmad Tarmizi, NIM. 153.133.051 yang berjudul “Dampak Interaksi
Sosial Antara Masyarakat Pendatang (wisatawan) dengan Masyarakat Lokal
Terhadap Eksistensi Budaya Lokal” (Studi di Desa Senggigi Kecamatan Batu
Layar Lombok Barat NTB 2017) telah memenuhi syarat dan disetujui untuk
dimunaqasyahkan. Disetujui pada tanggal 30 Juni 2017
Dibawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Winengan, M.Si Azwandi,S.Ag, M.Hum. NIP: 197612312005011007 NIP: 197712312007101001
iv
NOTA DINAS
Hal : Munaqasyah
Mataram,30 Juni 2017
Kepada
Yth. Rektor UIN Mataram
di Mataram
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai masukan pembimbing dan
pedoman penulisan skripsi, kami berpendapat bahwa skripsi Ahamd Tarmizi,
NIM. 153.133.051 yang berjudul “Dampak Interaksi Sosial Antara Masyarakat
Pendatang (wisatawan) Dengan Masyarakat Lokal Terhadap Eksistensi Budaya
Lokal” (Studi di Desa Senggigi Kecamatan Batu Layar Lombok Barat NTB 2017)
telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang Munaqasyah Skripsi Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Mataram.
Demikian, atas perhatian Bapak Rektor disampaikan terimakasih.
Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.Winengan, M.Si Azwandi, S.Ag, M.Hum. NIP: 197612312005011007 NIP: 197712312007101001
v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ahmad Tarmizi
NIM : 153.133.051
Program Studi : Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
Universitas : UIN Mataram
Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa skripsi dengan judul,
“Dampak Interaksi Sosial Antara Masyarakat Pendatang (wisatawan) Dengan
Masyarakat Lokal Terhadap Eksistensi Budaya Lokal” (Studi di Desa Senggigi
Kecamatan Batu Layar Lombok Barat NTB 2017) ini secara keseluruhan adalah
hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk
sumbernya.
Apabila dibelakang hari ternyata karya tulis ini tidak asli, saya siap
dianulir gelar keserjanaan saya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.
Mataram, 30 Juni 2017 Saya yang menyatakan
Ahmad Tarmizi NIM 153.133.051
vi
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul Dampak Interaksi Sosial Antara Masyarakat Pendatang (wisatawan) dengan Masyarakat Lokal Terhadap Eksistensi Budaya Lokal (Studi di Desa Senggigi Kecamatan Batu Layar Lombok Barat NTB) oleh Ahmad Tarmizi, NIM. 153.133.051, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, telah dimunaqasyahkan pada tanggal 13 Juli 2017 dan telah dinyatakan syah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos).
Dewan Munaqasyah
1. Ketua Sidang/ : Dr. Winengan, M.Si Pembimbing I NIP. 19761231200501 1 007 (.........................)
2. Skretaris Sidang/ : Azwandi,S.Ag, M.Hum Pembimbing II NIP. 19771231200710 1 001 (.........................)
3. Penguji I : Dr. Ahyar, M.Pd NIP. 19711231 200604 1 155 (.........................)
4. Penguji II : Rendra Khaldun, M.Ag NIP. 19780725 200710 1 001 (.........................)
Mengetahui, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Dr. Faizah MA NIP. 197307161999032003
vii
MOTTO
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
(QS.Al-Hujurat [49]: 13)1
1Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an, dan Terjemahanya
(Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2010), h.852.
viii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah kupanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
yang tak terhingga sampai saat ini sehingga hari-hari dapat ku lewati dan pada
saat ini aku ingin persembahkan sebuah karyaku kepada:
1. Kepada Ibu ku tersayang Hajjah Munawwarah dan bapak ku H.M.Tahir
yang selalu memberikan motivasi dan dukungan yang tak henti-henti
selalu diberikan kepadaku, tidak ada yang bisa ananda lakukan selain
berbakti kepadamu.
2. Kepada kakak-kakakku tersayang yang selalu mendukung baik dukungan
moril maupun materi sehingga aku bisa sampai sekarang ini.
3. Kepada semua keluargaku yang sudah mendukung semua perjuangan yang
selama ini aku lewati.
4. Untuk teman-teman kelas PMI C seperjuangan aku bangga bisa menjadi
bagian dari kalian, aku bisa merasakan kekompakan kalian sampai saat ini
kita masih tetap bersama dalam Ikatan sahabat.
ix
KATA PENGANTAR
ن الرحيم بســــــــــــــــــم ه الرح
من سي ا ر أنفس نعو با من شر ، نستغفر ه نستعي نح الح اإ ا، من ا أ ل
ا إل من يضلل فا هادي له ،أش أ ه فا مضل له أش أ ي ح اشريك له، ه إا ه
رسوله. أما بع ا ب مح
Segala puji hanya milik Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha
Penyayang, yang telah melimphakan karunia Rahmat, Hidayah dan Taufik kepada
kita semua. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
baginda Nabi Muhammad ملسو هيلع هللا ىلص. Semoga kelak di akhirat kita mendapat safaa’at
beliau.
Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Dampak Interaksi Sosial Antara Masyarakat Pendatang (wisatawan)
Dengan Masyarakat Lokal Terhadap Eksistensi Budaya Lokal (Studi di Desa
Senggigi Kecamatan Batu Layar Lombok Barat NTB)” sebagai persyaratan untuk
mendapatkan gelar sarjana strata satu di bidang Pengembangan Masyarakat Islam
pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.
Dalam skripsi ini, peneliti menyadari banyak pihak yang telah
memberikan dukungan baik secara moral maupun materi. Untuk itu peneliti
bersyukur kepada Allah SWT dan mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Winengan, M.Si. Sebagai pembimbing I dan Azwandi, S.Ag, M.Hum.
Sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dengan sabar
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;
2. Dr. Ahyar, M.Pd. dan Rendra Khaldun, M.Ag. sebagai penguji yang telah
memberikan saran konstruktif bagi penyempurnaan skripsi ini;
3. Habib Alwi, M.Si. sebagai ketua jurusan;
4. Dr. Faizah, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi;
x
5. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Mataram.
Akhirnya, saat ini penulis hanya bisa membalas dengan do’a, semoga
semua pihak yang telah memberikan perhatian dan membantu atas kelancaran
studi penulis untuk meraih gelar sarjana mendapatkan balasan yang setimpal
oleh Allah SWT, serta hajadnya dikabulkan dan mohon maaf apabila ada kata-
kata atau penulisan dalam skripsi ini yang salah. Oleh karena itu kritikan dan
masukan yang konstruktif sangat penulis harapkan bagi siapa saja yang mau
membantu untuk menyempurnakannya.
Sebagai penutup, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua
untuk memperkaya khazanah pengetahuan kita. Wassalam.
Mataram,13 Juli 2017
(Ahmad Tarmizi) NIM. 152.133.051
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
NOTA DINAS ................................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... v
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
ABSTRAK ........................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat ........................................................................ 7
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ............................................ 8
E. Telaah Pustaka.................................................................................. 9
F. Kajian Teori..................................................................................... 15
1. Interaksi Sosial ............................................................................ 15
a. Syarat-syarat Interaksi Sosial ................................................ 15
b. Ciri-Ciri Interaksi Sosial ....................................................... 16
c. Unsur-Unsur Interaksi Sosial ................................................ 17
d. Proses Interaksi Sosial........................................................... 18
e. Faktor Terjadinya Interaksi Sosial ........................................ 19
xii
f. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial............................................. 22
2. Kebudayaan…..... ........................................................................ 25
a. Definisi Kebudayaan.. ........................................................... 26
b. Wujud Kebudayaan… ........................................................... 28
c. Substansi Budaya…... ........................................................... 28
d. Sifat-Sifat Budaya….. ........................................................... 29
3. Budaya Lokal ............................................................................. 31
G. Metode Penelitian............................................................................. 33
1. Desain Penelitian ......................................................................... 33
2. Kehadiran Penelitian ................................................................... 34
3. Lokasi Penelitian ......................................................................... 35
4. Sumber Data dan Jenis Data ....................................................... 36
5. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 37
6. Analisis Data ............................................................................... 40
7. Validitas Data ............................................................................. 41
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ................................................. 44
A. Gambaran Umum Desa Senggigi .................................................. 44
1. Sejarah Desa Senggigi.............................................................. 44
2. Letak Geografis ........................................................................ 46
3. Keadaan Geografis ................................................................... 47
4. Keadaan Jumlah Penduduk ...................................................... 50
5. Keadaan Ekonomi .................................................................... 53
6. Sarana Pendidikan dan Tempat Ibadah .................................... 54
7. Keadaan Agama dan Sosial Budaya ........................................ 58
8. Sarana Wisata Desa Senggigi................................................... 60
9. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Senggigi ................... 65
B. Bentuk Interaksi Sosial Antara Masyarakat Pendatang (wisatawan)
dengan Masyarakat Desa Senggigi ................................................ 66
1. Kerjasama (Coopration)............................................................. 66
C. Dampak Interaksi Sosial Antara Masyarakat Pendatang (wisatawan)
Dengan Masyarakat Lokal Terahadap Eksistensi Budaya Lokal ... 69
xiii
1. Dampak Positif ........................................................................... 70
a. Terbukanya Peluang Usaha Bagi Masyarakat Lokal ............. 70
b. Munculnya Usaha-Usaha Baru .............................................. 71
c. Meningkatnya Pendidikan Masyarakat .................................. 73
d. Pembelajaran Budaya ............................................................ 74
2. Dampak Negatif ........................................................................ 75
a. Etika Cara Berpakaian ........................................................... 75
b. Budaya Gotong Royong ........................................................ 77
c. Berkembangnya Aktifitas yang Kurang Bermanfaat ............. 78
d. Minum-Minuman Beralkohol ................................................ 79
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 81
A. Bentuk Interaksi Sosial Antara Masyarakat Pendatang (wisatawan)
dengan Masyarakat Lokal ............................................................. 81
1. Kerjasama (Coopration)........................................................... 81
B. Dampak Interaksi Sosial Antara Masyarakat Pendatang (wisatawan)
Dengan Masyarakat Lokal Terhadap Eksistensi Budaya Lokal .... 84
1. Dampak Positif ........................................................................... 84
a. Terciptanya Lapangan Pekerjaan .......................................... 84
b. Munculnya Usaha-Usaha Baru ............................................. 85
c. Meningkatnya Pendidikan Masyarakat ................................. 86
d. Pembelajaran Budaya ............................................................ 87
2. Dampak Negatif ........................................................................ 88
a. Etika Cara Berpakaian ........................................................... 88
b. Budaya Gotong Royong ........................................................ 90
c. Berkembangnya Aktifitas yang Tidak Bermanfaat .............. 93
d. Minum-Minuman Beralkohol ................................................ 94
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 97
A. Kesimpulan .............................................................................................. 97
B. Saran ........................................................................................................ 99
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................100
LAMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................103
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Beberapa penelitian terdahulu ...................................................... 13
Tabel 2.1 Dusun dan nama kepala Dusun Desa Senggigi ............................. 47
Tabel 2.2 Luas wilayah menurut penggunaan............................................... 49
Tabel 2.3 Data jumlah penduduk Desa Senggigi .......................................... 50
Tabel 2.4 Data penduduk menurut pekerjaan Desa Senggigi ....................... 53
Tabel 2.5 Data demografi berdasarkan pendidikan....................................... 55
Tabel 2.6 Prasarana dan sarana pendidikan .................................................. 56
Tabel 2.7 Jumlah sarana ibadah .................................................................... 57
Tabel 2.8 Data demografi berdasarkan agama .............................................. 59
Tabel 2.9 Prasarana hiburan dan wisata ....................................................... 60
Tabel 2.10 Usaha jasa penginapan ................................................................ 61
xv
DAMAPAK INTERAKSI SOSIAL ANTARA MASYARAKAT PENDATANG (WISATAWAN) DENGAN MASYARAKAT LOKAL
TERHADAP EKSISTENSI BUDAYA LOKAL
Oleh: Ahmad Tarmizi
NIM: 153.133.051
ABSTRAK Penelitian yang berjudul Dampak Interaksi Sosial Antara Masyarakat
Pendatang dengan Masyarakat Lokal Terhadap Eksistensi Budaya Lokal (studi di Desa Senggigi, Kecamatan Batu Layar Lombok Barat NTB) bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang bentuk interaksi sosial beserta dampak terhadap keberadaan budaya lokal yang ada di Desa Senggigi.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan hasil yang di dapat berupa data deskriptif atau pemaparan dari peristiwa yang diteliti terkait dengan bentuk-bentuk interaksi dan dampak interaksi terhadap keberadaan budaya lokal Desa Senggigi. Adapun metode yang digunakan untuk memperoleh data hasil penelitian digunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi, dengan subyek penelitian adalah tokoh-tokoh masyarakat yang bisa memberi informasi seputar tentang dampak interaksi sosial terhadap eksistensi budaya lokal.
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak interaksi sosial antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal yaitu dampak positif dan negatif, dampak positif yaitu adanya pembelajaran budaya, dengan adanya pembelajaran budaya ini dapat memperkuat budaya lokal seperti adat perkawinan, karena sebagian besar pernikahan yang terjadi antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal menggunakan prosesi adat perkawinan masyarakat lokal. Adapun dampak negatif yaitu keberadaan adat perkawinan masyarakat lokal desa Senggigi apakah akan terus di lestarikan dan dipertahankan oleh generasi penerus seperti pemuda dan remaja yang ada di Desa Senggigi, karena saat ini banyak terjadi akulturasi di kalangan masyarakat lokal sehingga di khawatirkan keberadaan budaya perkawinan tersebut akan mulai terkikis dan tidak di pertahankan lagi oleh generasi penerus yang ada di Desa Senggigi.
Kata Kunci: Dampak interaksi sosial dan eksistensi budaya lokal.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Interaksi sosial adalah proses dimana terciptanya aksi dan reaksi antar-
manusia sebagai bentuk relasi sesama manusia. Proses ini menjadi penting karena
pada dasarnya interaksi sosial adalah salah satu hal utama dalam kehidupan sosial.
Melalui interaksi sosial, masyarakat kini dapat mengetahui dan mempelajari
elemen-elemen budaya masyarakat lain, termasuk teknologi, seni, ilmu
pengetahuan, dan lainnya. Perlu diketahui bahwa interaksi sosial menunjukkan
kedinamisan kehidupan bermasyarakat. Interaksi inilah yang menjadi dasar
perubahan sikap dan membentuk struktur sosial. Struktur sosial berdasarkan
definisinya adalah aturan pembentuk norma. Jadi, dengan adanya interaksi sosial
yang baik, diharapkan terciptanya struktur sosial yang baik dan dapat diterapkan
dalam kehidupan bermasyarakat. Pada dasarnya, interaksi sosial memiliki dampak
positif dan juga dampak negatif. Secara positif interaksi sosial sangat baik dalam
memenuhi kebutuhan manusia, memperkuat kerja sama, menciptakan perdamaian,
hubungan sosial antar-individu maupun antar-kelompok yang lebih baik, dan
menciptakan kestabilan dalam masyarakat. Tidak hanya itu, proses enkulturasi
(pewarisan kebudayaan, artian positif), bahkan lahirnya kebudayaan baru, juga
termasuk dampak dari interaksi sosial1.
1Meinarno, dkk, Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat (Jakarta: Salemba
Humanika, 2011), h. 168-183.
1
2
Masyarakat adalah golongan besar atau kecil yang terdiri atas beberapa
manusia, yang dengan sendirinya bertalian secara golongan dan saling
mempengaruhi satu sama lain. J.L. Gillin dan J.P. Gillin menyatakan bahwa
masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai tradisi,
kebiasaan, sikap, dan perasaan persatuan yang sama. Dalam hal ini, masyarakat
meliputi pengelompokan-pengelompokan kecil.2
Masyarakat terbentuk melalui sejarah yang panjang, dinamika kehidupan
sosial yang sarat dengan pola tingkah laku manusia, dan setapak demi setapak
meninggalkan jejak sejarah yang beraharga. Bersamaan dengan itu, mereka
menjalani proses trial and error. Jejak sejarah pada titik-titik tertentu,
meninggalkan rekaman kehidupan yang selanjutnya menjadi warisan budaya yang
sekarang ada di hadapan kita. Menurut J.W. Ajawaila, budaya lokal adalah budaya
asli dari suatu kelompok masyarakat tertentu yang juga menjadi ciri khas budaya
sebuah kelompok masyarakat lokal. Warisan budaya dapat diartikan sebagai
produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-tradisi yang berbeda, dan prestasi-
prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang menjadi elemen pokok
dalam jati diri kelompok atau bangsa tertentu. Nilai budaya dari masa lalu
(intangible heritage) inilah yang berasal dari budaya daerah di kawasan bumi
nusantara yang bertahan dan berkembang hingga saat ini. Suatu keberuntungan
bagi kita yang berada di negeri yang kaya dengan warisan budaya yang masih
dipertahankan oleh kelompok masyarakat terentu, terutama yang tinggal di desa-
desa, di pedalaman, dan di kawasan wisata yang di dalamnya terdapat berbagai
2 Herabudin, Pengantar Sosiologi (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 73-74.
3
macam orang dari berbagai budaya yang berbeda-beda yang datang dan menetap
maupun berlibur.
Warisan budaya lokal yang dimiliki masyarakat lokal Desa Senggigi yaitu
adat perkawinan, budaya gotong royong, pola hidup yang tradisional, dan
bercocok tanam atau berkebun yang dimana sebagian besar masyarakatnya
sebagai petani dan nelayan. Tentunya, warisan budaya tersebut dapat dikaitkan
sebagai khazanah kebudayaan di Indonesia, yang berada dibatasan geografis dari
wilayah tertentu, dan mengacu pada wilayah budaya yang melebihi wilayah
adminstratif, bahkan mempunyai garis perbatasan yang tegas dengan wilayah
budaya lainnya.
Konsep budaya lokal mengacu pada budaya milik penduduk asli, yang telah
dipandang sebagai warisan budaya setempat. Beragam wujud warisan budaya itu
dinamakan sebagai pluralitas kebudayaan yang memberi kesempatan untuk
mempelajari kearifannya dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pada
masa lalu. Problem yang terjadi pada saat ini kearaipan budaya sering terabaikan,
dianggap tidak ada relevansinya dengan masa sekarang, apalagi masa depan.
Akibatnya banyak warisan budaya yang mulai tertinggal dan mulai hilang, bahkan
sudah tidak di perhatikan lagi oleh sebagaian masyarakat lokal. Sebagai bangsa
yang lahir dari jejak perjalanan sejarah yang panjang, dengan beragam budaya
lokal, semestinya dapat melestarikan warisan budaya yang ada. Melestarikan
bukan berarti membuatnya tidak berkembang dan tidak di perhatikan, kemudian
dieksploitasi atas nama pariwisata yang menghasilkan devisa, sehingga menjadi
kemasan-kemasan yang tidak lagi memiliki arti. Melestarikan dalam konteks ini
4
berarti memelihara kembali, menjaga dan terus di pertahankan oleh masyarakat
lokal.
Upaya pelestarian warisan budaya lokal berarti upaya memelihara warisan
budaya untuk waktu yang sangat lama dengan menjaga kehormatan dan keunikan
budaya tersebut, tanpa campur tangan dari pihak manapun. Pelestarian budaya
lokal dengan tetap menjaga keasliannya, tidak akan dapat bertahan dan
berkembang apabila tidak didukung oleh masyarakat luas dan tidak menjadi
bagian nyata dari kehidupan kita.3
Nusa Tenggara Barat khususnya Pulau Lombok adalah salah satu wilayah
yang memiliki banyak ragam budaya dengan bahasa yang berbeda-beda, suku
sasak sebagai suku asli dari daerah tersebut dan memiliki ragam kerifan local
dengan keunikan tersendiri, karakteristik masyarakat yang religius yang dapat kita
lihat dari sekian banyak bangunan masjid yang ada di wilayah tersebut, sehingga
budaya tradisional adat istiadat masyarakatnya sangat erat dengan budaya aslinya.
Tidak hanya itu Nusa Tenggara Barat memiliki pesona wisata yang luar
biasa, sehingga dijadikan sebagai pusat pariwisata, dengan pesona pantai yang
sangat indah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun
mancanegara. Angka kunjungan wisatawan mancanegara menurut data statistik
dinas kebudayaan dan pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2016
mencatat bahwa pada triwulan pertama yaitu pada bulan Januari sampai dengan
bulan Maret jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke NTB sebanyak
182.995 dan pada triwulan ke dua yaitu pada bulan april sampai dengan bulan juni
3Nuraeini dan Alfan, Studi Budaya di Indonesi (Bandung : CV Pustaka Setia, 2012), h.
5-6.
5
2016 angka kunjungan wisatawan asing (mancanegara) sebanyak 339.343 dan
jumlah keseluruhan mulai dari triwulan pertama sampai dengan triwulan kedua
khusus untuk wisatawan mancanegara berjumlah 522.338 dan tercatat bahwa
setiap bulan wisatawan asing yang berkunjung ke NTB terus meningkat.4
Senggigi merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Batu Layar,
Kabupaten Lombok Barat, provinsi Nusa Tenggara Barat. Penduduk Desa ini
sebagian besar bersuku daerah Lombok. Sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani. Senggigi adalah pusat pariwisata di lombok yang
terletak di Lombok Barat. Lokasinya berada diantara lembah dan mengahadap
langsung ke laut sehingga view atau pemandangan sangat indah dan unik. Hal ini
menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan nusantara maupun asing.5
Dalam penelitian ini yang dimaksut dengan masyarakat pendatang yaitu
pengunjung yang tinggal sementara sekurang-kurangnya selama 24 jam di negara
yang dikunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat digolongkan kedalam
klasifikasi sebagai berikut:
1. Pesiar (leisure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan
dan olahraga.
2. Hubungan dagang (business), keluarga, konferensi, misi, dan lain sebagainya,
dengan kata lain disini adalah wisatawan atau turis.6 Sedangkan yang
dimaksut dengan masyarakat lokal dalam penelitian ini yakni masyarakat asli
yang memang secara orisinal tinggal dan menetap di wilayah Desa Senggigi.
4Statistik Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat 2016. 5https://id.wikipedia.org/wiki/Senggigi, Batu Layar, Lombok Barat (diakses hari minggu
11 Desember 2016). 6http://globallavebookx.blogspot.co.id/2014/02/pengertian-wisatawan-pengunjung-
dan.html (diakses hari selasa 13 Desember 2016).
6
Dampak sosial budaya dari pariwisata dan interaksi yang dilakukan
memberikan gambaran tentang pengaruh-pengaruh yang muncul terhadap
komunitas tuan rumah dalam hal ini masyarakat lokal sekitar daerah wisata, baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam berinteraksi dengan wisatawan
(nusantara maupun asing), dan interaksinya dengan Industri pariwisata. Dampak
sosial budaya pariwisata ini juga memberikan dampak positif dan negatif kepada
masyarakatnya.
Dampak negatif tersebut muncul ketika pariwisata mulai mempengaruhi
sistem nilai dan perilaku masyarakat lokal, seperti diantaranya cara berpakaian,
gaya hidup, dan pola pikir masyarakat dengan demikian ancaman terhadap
keberadaan identitas asli masyarakat dapat terpengaruhi seperti hidup sederhana
sebagai petani dan nelayan. Lebih jauh lagi, perubahan tersebut cenderung terjadi
terhadap struktur masyarakat, hubungan antar keluarga, pola hidup kolektif yang
tradisional, upacara-upacara adat dan sebagainya.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Dampak Interaksi Sosial Antara Masyarakat Pendatang
Dengan Masyarakat Lokal Desa Senggigi Terhadap Eksistensi Budaya Lokal Di
Desa Senggigi, Kecamatan Batu Layar Lombok Barat, NTB.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas yang menjadi rumusan masalah
penelitian tentang dampak interaksi sosial antara masyarakat pendatang dengan
masyarakat lokal Desa Senggigi terhadap eksistensi budaya lokal, di Desa
Senggigi, Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat, NTB Sebagai berikut :
7
1. Bagaimanakah bentuk interaksi sosial antara masyarakat pendatang dengan
masyarakat lokal Desa Senggigi, Kecamatan Batu Layar ?
2. Bagaimanakah dampak interaksi sosial antara masyarakat pendatang dengan
masyarakat lokal terhadap eksistensi budaya lokal, Desa Senggigi Kecamatan
Batu Layar ?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bentuk interaksi sosial antara masyarakat pendatang
dengan masyarakat lokal Desa Senggigi, Kecamatan Batu Layar.
b. Untuk mengetahui dampak interaksi sosial antara masyarakat pendatang
dengan masyarakat lokal terhadap eksistensi budaya lokal, Desa
Senggigi, Kecamatan Batu Layar.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dilakukan, dibagi menjadi dua yaitu manfaat
secara teoritis dan manfaat secara praktis. Manfaat penelitian tersebut
dijabarkan dibawah ini yaitu sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini yaitu :
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi
keilmuan dan pengetahuan kepada masyarakat Desa Senggigi
Kecamatan Batu Layar khususnya dalam upaya mempertahankan
budaya lokal.
8
2) Memberikan konstribusi sebagai refrensi keilmuan di dunia
akademik dalam menggali keilmuan di bidang pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat.
b. Manfaat Praktis
Adapun manfaat hasil penelitian secara praktis, dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Dapat memberikan masukan kepada masyarakat senggigi khususnya
bahwa dampak interaksi sosial masyarakat lokal dengan masyarakat
pendatang.
2) Dapat memberikan masukan kepada masyarakat supaya tetap menjaga
eksistensi budaya lokal, khususnya di Desa Senggigi Kecamatan Batu
Layar, Lombok Barat.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi obyek dan subyek penelitian.
Obyek penelitian adalah interaksi sosial antara masyarakat pendatang
dengan masyarakat lokal dan dampak terhadap eksistensi budaya lokal,
Sedangkan subyek penelitian ini adalah masyarakat pendatang dan
masyarakat lokal Desa Sengigi.
2. Seting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Senggigi, Kecamatan Batu Layar,
Lombok Barat, NTB tahun 2017. Adapun beberapa alasan peneliti
mengambil lokasi di Desa Senggigi yakni pertama bertitik tolak pada
9
permasalahan yang ada sehingga peneliti ingin mengetahui lebih lanjut
mengenai dampak interaksi yang dilakukan oleh masyarakat lokal terhadap
masyarakat pendatang. Kedua, sepengetahuan peneliti belum ada penelitaian
yang sejenis dengan penelitian ini yang dilakukan di Desa Senggigi
Kecamatan Batu Layar Lombok Barat NTB.
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap studi dan karya-karya terdahulu
yang terkait untuk menghindari duplikasi, plagiasi, repetisi, serta, menjamin
keaslian dan keabsahan penelitian dan dilaksanakan peneliti untuk mendapatkan
dan menemukan bebrapa pendapat. Dalam hal ini penulis menghadirkan beberapa
tulisan dan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan erat dengan Interaksi dan
perubahan sosial budaya, seperti penelitian yang dilakukan oleh :
1. Zulhadi, dengan judul penelitian “Pola Interaksi Sosial Masyarakat Pendatang
dengan Masyarakat Pribumi (Studi Sosiologi Komunikasi Atas Etnik Lintang
Di Kampung Tlajung Kabupaten Bogor) tahun 2012”.7 Hasil penelitian yakni
1) Proses sosial yang muncul sebagai akibat dari interaksi sosial lebih bersifat
asosiatif yang berbentuk kerjasama, seperti gotong royong yang terjadi di
sektor keluarga dan akomodasi, seperti adanya usaha untuk saling menghindari
diri dari konflik yang diakibatkan kesalah pahaman, 2) proses sosial yang
muncul sebagai akibat dari interaksi sosial antar etnik dengan pendatang lain,
yaitu bersifat asosiatif dan disosiatif, asosiatifnya berbentuk kerjasama, dan
7Zulhadi.Judul skripsi Pola Intraksi Sosial Masyarakat Pendatang dengan Masyarakat
Pribumi.(Studi Sosiologi Komunikasi Atas Etnik Lintang di Kampung Tlanjung Kabupaten Bogor), Jurusan Sosiologi.Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
10
disosiatifnya berbentuk persaingan, seperti persaingan dalam mencari
pekerjaan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif.
Perbedaan dalam penelitian ini yakni dilihat dari tujuan penelitian. Tujuan
penelitian yang dilakukan oleh Zulhadi yakni untuk mengetahui proses sosial
yang muncul akibat dari interaksi sosial antar etnis, sedangkan tujuan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yakni untuk mengetahui bentuk
interaksi sosial antara masyarakat pendatang dengan masyarakat asli terhadap
eksistensi budaya lokal dan untuk mengetahui dampak interaksi sosial antara
masyarakat pendatang dengan masyarakat asli terhadap eksistensi budaya
lokal.
2. Nur Aini, dengan judul penelitian “Interaksi Masyarakat Pendatang dengan
Masyarakat Pribumi dalam Membangun Toleransi Beragama di Desa Tonjong
Bogor tahun 2009”.8 Hasil penelitian yakni interaksi yang terjadi pada
masyarakat Desa Tonjong tergolong dalam interaksi yang mengarah dalam
bentuk kerjasama. Interaksi sosial yang dilandasi rasa tenggang rasa dan saling
menghargai perbedaan yang ada telah mengantarkan pada pembentukan sikap
toleransi baik dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan bersama.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah sama-sama menggunakan metode kualitatif. Perbedaan dalam
8Nuraini.Judul skripsi Interaksi Masyarakat Pendatang dengan Masyarakat Pribumi dalam Membangun Toleransi Beragama di Desa Tonjon Bogor. Jurusan Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat syarifudin Hidayatullah Jakarta.
11
penelitian ini yakni dilihat dari tujuan penelitian, tujuan penelitian yakni untuk
menggambarkan interaksi yang terjadi antara kelompok pendatang dengan
kelompok pribumi yang beragama islam dalam membangun toleransi beragama
di Desa Tonjong Bogor, Jawa Barat. Sedangkan tujuan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti yakni Untuk mengetahui bentuk interaksi sosial antara
masyarakat pendatang dengan masyarakat asli terhadap eksistensi budaya lokal
dan untuk mengetahui dampak interaksi sosial antara masyarakat pendatang
dengan masyarakat asli terhadap eksistensi budaya lokal.
3. Fatimatuzzuhroh, dengan judul penelitian “Dampak Pergeseran Budaya
Terhadap Eksistensi Bahasa Halus Sasak di Lingkungan Perbawe Kel. Tiwu
Galih Praya. tahun 2015”. Tujuan Penelitian ini yakni mengetahui eksistensi
bahasa halus sasak dan prilaku sosial di kalangan masyarakat bangsawan.
Hasil penelitian yakni Keberadaan bahasa halus sasak terpengaruh oleh
pergeseran budaya yang terjadi pada saat ini, semua itu dapat dilihat dari
kebanyakan masyarakat bangsawan tidak lagi menggunakan bahasa halus sasak
dalam kata sapaan untuk orang tua kandung.9
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah sama-sama menggunakan metode kualitatif. Perbedan
penelitian ini yakni membahas dampak pergeseran budaya terhadap eksistensi
bahasa halus, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
9Fatimatuzzuhroh, judul skripsi Dampak Pergeseran Budaya Terhadap Eksistwnsi
Bahasa Halus Sasak di Lingkungan Perbawe Kel. Tiwu Galih Praya. Jurusan komunikasi penyiaran islam (KPI), Fakultas Dakwah dan Komunikasi Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram.
12
mempokuskan tentang dampak intraksi sosial terhadap eksistensi budaya
lokal.
4. Halikin, dengan judul penelitian “Analisis Pola Interaksi Masyarakat
Pendatang terhadap Masyarakat Lokal di Sumbawa Barat” (studi di
Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, NTB), tahun 2014.10 Hasil penelitian
yakni Interaksi masyarakat pada daerah penelitian antara masyarakat lokal dan
pendatang berjalan dengan baik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yakni metode penelitian kualitatif deskriptif.
Persamaan penelitian yakni Sama-sama membahas intraksi sosial antara
masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal.
Perbedaan penelitian yakni Mengetahui bentuk dan pola hubungan yang
terjalin antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal.
5. Cicik Fitriani, dengan judul penelitian “Interaksi Sosial Transmigran Jawa
dengan Masyarakat Lokal di Desa Kayuagung kecamatan Mepanga
Kabupaten Prigi Moutong”.Tahun 2014.11 Hasil penelitian yakni Transmigran
Jawa dan masyarakat lokal dapat berbaur dan berintraksi dengan baik di
tengah kemajmukan yang ada di daerah tersebut akibat adanya rasa toleransi
yang tinggi dalam hidup bermasyarakat. Metode penelitian yang digunakan
yakni metode deskriptif kualitatif.
10Halikin, judul skripsi Analisis Pola Interaksi Masyarakat Pendatang Terhadap
Masyarakat Lokal di Sumbawa Barat (studi di kecamatan Maluk, Sumbawa Barat NTB), Jurusan pendidikan ilmu pengetahuan social, fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11Cicik Fitriani, judul skripsi Interaksi Sosial Transmigran Jawa dengan Masyarakat Lokal di Desa Kayuagung kecamatan Mepanaga Kabupaten Perigi Moutong, Jurusan pendidikan Ilmu pengetahuan sosial fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Tadulako.
13
Persamaan Penelitian yakni sama-sama menggambarkan interaksi dan
bentuk-bentuk interaksi sosial antara masyarakat pendatang dengan
masyarakat lokal.
Perbedaan penelitian yakni dalam penelitian ini tidak membahas atau
menggambarkan dampak dari proses intraksi yang terjadi antara masyarakat
pendatang (transmigran) dengan masyarakat lokal, sedangkan dalam
penelitian yang akan peneliti lakukan membahas tentang dampak interaksi
sosial antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal terhadap
eksistensi budaya lokal.
a. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan berkaitan
dengan Intraksi Sosial dan Perubahan Sosial Budaya antara lain :
Tabel 1.1 Beberapa penelitian terdahulu
No Nama Judul Hasil
Penelitian Persamaan penelitian
Perbedaan Penelitian
1
Zulhadi Pola Interaksi sosial Masyarakat pendatang dengan masyarakat pribumi.
Proses sosial yang muncul sebagai akibat dari interaksi bersifat asosiatif.
Sama-sama Menggunakan metode penelitian kualitatif dan sama-sama membahas interaksi masyarakat pendatang dengan masyarakat pribumi.
Menegtahui proses sosial yang muncul akibat dari interaksi sosial antar etnis.
14
2
Nur Aini Interaksi masyarakat pendatang dengan masyarakat pribumi dalam membangun toleransi beragama
Interaksi yang terjadi pada masyarakat tergolong dalam interaksi yang mengarah dalam bentuk kerjasama.
Sama-sama Menggunakan metode penelitian kualitatif dan membahas tentang interaksi sosial
Untuk menggambarkan interaksi yang terjadi antara kelompok pendatang dengan kelompok pribumi yang beragama islam dalam membngun toleransi beragama.
3
Fatimatuzzuhroh
Dampak pergeseran budaya terhadap eksistensi bahasa halus sasak
Keberadaan bahasa halus sasak terpengaruh oleh pergeseran budaya
Sama-sama Menggunakan metode penelitian kualitatif
Membahas dampak pergeseran budaya terhadap eksistensi bahasa halus.
4 Halikin Analisis pola interaksi masyarakat pendatang terhadap masyarakat lokal di Sumbawa Barat.
Interaksi masyarakat pada daerah penelitian antara masyarakat lokal dan pendatang berjalan dengan baik.
Sama-sama membahas intraksi sosial antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal.
Mengetahui bentuk dan pola hubungan yang terjalin antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal.
5 Cicik Fitriani
Interaksi sosial transmigran jawa dengan masyarakat lokal di desa Kayu Agung Kecamatan Mepang Kabupaten Prigi Moutong
Transmigran Jawa dan masyarakat lokal dapat berbaur dan berintraksi dengan baik di tengah kemajmukan yang ada di daerah tersebut akibat adanya rasa toleransi
Sama-sama menggambarkan interaksi dan bentuk-bentuk interaksi sosial antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal.
Dalam penelitian ini tidak membahas atau menggambarkan dampak dari proses intraksi yang terjadi antara masyarakat pendatang (transmigran) dengan masyarakat lokal.
15
yang tinggi dalam hidup bermasyarakat.
F. Kajian Teori
1. Interaksi Sosial
Thibaut dan Kelley pakar dalam teori interaksi mendefinisikan
interaksi sebagai pristiwa saling memengaruhi satu sama lain ketika dua
orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama
lain, atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam setiap intraksi, tindakan
setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain. Dapat
disimpulkan bahwa interaksi sosial mengandung pengertian hubungan
timbal balik antar dua atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di
dalamnya memainkan peran secara aktif.12
Allan G. Johnson sebagaimana dikutip oleh Simel, mengatakan bahwa
kehidupan sosial merupakan pola-pola interaksi yang kompleks antar
individu. Menurut Jhon Lewis Gillin, Interaksi sosial adalah hubungan-
hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar
individu dan kelompok, atau antar kelompok.
a. Syarat-Syarat Interaksi Sosial
Menurut Roucek dan Warren interaksi adalah salah satu masalah
pokok karena ia merupakan dasar segala proses sosial. Dalam proses
sosial baru dapat dikatakan terjadi interaksi sosial apabila telah
12
Muhammad Ali & Asrosi, Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), h. 87-88.
16
memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama, yatu adanya
kontak sosial dan komunikasi sosial.
1) Kontak Sosial
Kontak sosial adalah hubungan antar satu orang atau lebih, melalui
percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan
masing-masing dalam kehidupan bermasyarakat.
2) Komunikasi Sosial
Komunikasi sosial adalah syarat pokok lain daripada proses sosial.
Komunikasi sosial mengandung pengertian persamaan pandang antar
orang yang berinteraksi terhadap sesuatu. Menurut Soerjono
Soekanto komunikasi adalah seseorang memberikan tafsiran pada
prikelakuan orang lain (yang berwujut pembicaraan, gerak-gerak
badaniah, atau sikap) perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan
oleh orang tersebut.13
b. Ciri-Ciri Interaksi Sosial
Interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Pelakunya lebih dari satu orang.
2) Ada komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial.
3) Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas, terlepas dari sama atau
tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan pelaku.
4) Ada dimensi waktu (masa lampau, masa kini, dan masa datang) yang
akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.
13Abdulsyani, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002),
h. 153-154.
17
c. Unsur-Unsur Interaksi Sosial
Interaksi sosial antar manusia meliputi empat unsur utama, yakni
struktur sosial (sosial struktur), tindakan sosial (sosial act), relasi sosial
(sosial relation), dan kesan manajmen (impression management).
1) Struktur Sosial (sosial struktur)
Struktur sosial adalah tata aturan relasi yang berpola tertentu
sebagaimana yang diharapkan untuk membimbing interaksi sosial.
2) Tindakan Sosial (sosial act)
Tindakan sosial merupakan suatu tindakan yang diwujutkan
dalam prilaku nyata, sehingga dapat dibayangkan dan diingat. Suatu
tindakan sosial selalu mencirikan perbuatan yang terlihat, terdengar,
dirasakan atau disikapi dengan cara tertentu sehingga dapat diingat
kemudian dapat dibayangkan mengenai suatu akibat yang bakal
terjadi.
3) Relasi Sosial (sosial relations)
Relasi sosial merupakan pengaruh yang dirasakan diantara
dua atau lebih pihak sebagai akibat dari prilaku timbal balik.
4) Manajemen Kesan (impression management)
Aspek terakhir yang juga penting untuk diperhatikan adalah
impression management. Aspek ini menerangkan, pengelolaan
hubungan sehingga trbentuk keselarasan yang dapat membentuk
norma-norma budaya yang dapat berlaku dalam situasi tertentu.
18
d. Proses Interaksi Sosial
Proses interaksi sosial antar manusia selalu berada dalam proses
yang dinamis. Jika tak ada proses ini, interaksi sosial hanya terjadi dari
satu pihak ke pihak lain tanpa kesan apa-apa. Proses interaksi sosial
terdiri atas pertukaran sosial, kerja sama, persaingan, dan konflik.
1) Pertukaran Sosial
Proses interaksi sosial harus terjadi dalam suatu kelompok, karena
ada pertukaran prilaku verbal maupun nonverbal yang bermakna demi
meningkatkan relasi antar dua pihak. Misalnya pertukaran informasi
bagi kebutuhan untuk saling mengetahui.
2) Kerjasama
Proses interaksi sosial melalui pertukaran prilaku verbal dan
nonverbal harus diarahkan untuk memberikan makna atas suatu situasi
kerjasama. Situasi kerjasama ini harus dinyatakan dalam tindakan
sosial yang terlihat, dirasakan, dan disikapi mulai dari pembentukan
kesatuan pola pikir maupun pola tindak semua pihak berdasarkan
gagasan yang sama.
3) Persaingan
Proses interaksi sosial mengandung persaingan antara dua pihak
untuk mendapatkan kebutuahan atas barang dan jasa yang mereka
butuhkan. Persaingan dalam proses interaksi sosial itu akan semakin
ketat saat barang atau jasa yang mereka butuhkan itu langka sehingga
19
dua pihak harus berusaha dengan segala macam cara untuk
mendapatkannya.
4) Konflik
Seringkali persaingan yang sangat ketat menimbulkan konflik
yang ditandai oleh ucapan dan tindakan fisik yang mengganggu
perasaan dan fisik orang lain. Konflik sebagai salah satu unsur dalam
proses interaksi sosial umumnya digambarkan oleh tindakan diantara
dua pihak yang saling berlawanan untuk mencapai tujuan yang dia
cita-citakan, atau mendapatkan apa yang diinginkan.14
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Interaksi Sosial
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada beberapa
faktor berikut ini:
1) Sugesti
Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang
kepada orang lain dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut
mengikuti pandangan pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang.
Sugesti biasanya dilakukan oleh orang yang berwibawa, mempunyai
pengaruh besar, atau terkenal dalam masyarakat.
Contoh sugesti salah satunya adalah obat yang harganya mahal
yang merupakan produk impor dianggap pasti manjur menyembuhkan
penyakit. Anggapan tersebut merupakan sugesti yang muncul akibat
harga obat yang mahal dan embel-embel produk luar negeri.
14 Alo Liliweri, Sosiologi & Komunikasi Organisasi (Jakarta: PT Bumi Aksara,2014), h.
4-8.
20
2) Imitasi
Imitasi adalah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang
lain sebagai tokoh idealnya. Imitasi cenderung secara tidak disadari
dilakukan oleh seseorang. Imitasi pertama kali akan terjadi dalam
sosialisasi keluarga. Misalnya, seorang anak sering meniru kebiasaan-
kebiasaan orang tuanya seperti cara berbicara dan berpakaian. Namun,
imitasi sangat dipengaruhi oleh lingkungannya terutama lingkungan di
sekolah. Karena seseorang (terutama saat seseorang sudah menginjak
usia remaja) cenderung lebih sering di sekolah dan bersosialisasi
dengan temannya dengan berbagai macam kebiasaan.
3) Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri
seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi
mengakibatkan terjadinya pengaruh yang lebih dalam dari sugesti dan
imitasi karena identifikasi dilakukan oleh seseorang secara
sadar.Contoh identifikasi, seorang pengagum berat artis terkenal, ia
sering mengidentifikasi dirinya menjadi artis idolanya dengan meniru
model rambut, model pakaian, atau gaya perilakunya dan menganggap
dirinya sama dengan artis tersebut.
4) Simpati
Simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada
orang lain. Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada
seseorang atau sekelompok orang atau suatu lembaga formal pada
21
saat-saat khusus. Contoh simpati adalah pada peringatan ulang tahun,
pada saat lulus ujian, atau pada saat mencapai suatu prestasi.
5) Empati
Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkan peranan
secara efektif dan seseorang atau orang lain dalam konsidi yang
sebenar-benarnya, seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain tersebut seperti rasa senang, sakit, susah, dan bahagia.
Empat hampir mirip dengan sikap simpati.Perbedaannya, sikap empati
lebih menjiwai atau lebih terlihat secara emosional. Contoh
empati adalah saat kita turut merasakan empati terhadap masyarakat
Yogyakarta yang menjadi korban letusan Gunung Merapi.
6) Motivasi
Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus
yang diberikan seorang individu kepada individu yang lain sedemikian
rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau
melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan
penuh tanggung jawab. Contoh motivasi adalah guru yang
memberikan motivasi kepada siswanya supaya siswanya semakin giat
belajar.
Tidak selamanya interaksi berjalan sesuai dengan rencana.
Kontak sosial yang berlangsung kadang-kadang dapat berjalan sesuai
dengan apa yang kita inginkan, namun sebaliknya suatu interaksi akan
22
mengalami gangguan dan bahkan terhenti seandainya terjadi hal-hal
berikut:
a) Subjek-subjek yang terlibat dalam interaksi tidak
mempunyai harapan lagi untuk mencapai tujuan.
b) Interaksi yang terjadi tidak lagi bermanfaat atau tidak
mendatangkan keuntungan.
c) Tidak adanya adaptasi atau penyesuaian antara pihak-pihak yang
saling berinteraksi.
d) Salah satu pihak atau keduanya tidak bersedia lagi mengadakan
interaksi.15
f. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama
(coopration) persaingan (competition) dan bahkan dapat juga berbentuk
pertentangan atau pertikaian (conflik). Suatu pertikaian mungkin
mendapat suatu penyelesaian. Mungkin penyelesaian tersebut hanya akan
dapat diterima untuk sementara waktu, proses ini dinamakan akomodasi.
Dibawah ini akan dijelaskan bentuk-bentuk interaksi yaitu:
1. Kerjasama (Coopration)
Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap
kelompok lain. Charles H. Cooley menggambarkan betapa pentingnya
kerjasama, yitu “kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa
mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat
15Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Rajawali Pers, 2012), h. 55-69.
23
yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian
terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut16.
Sehubungan dengan pelaksanaan kerjasama, ada lima bentuk
kerjasama yaitu:
a. Kerukunan, yang mencakup gotong royong dan tolong-menolong.
b. Bergaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang
dan jasa-jasa antara dua orang atau lebih.
c. Ko-optasi, yakni proses penerimaan unsure-unsur baru dalam
kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi.
d. Koalisi, yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan tertentu.
e. Join-venture, yaitu kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek
tertentu17.
2. Persaingan (competition)
Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, yakni
individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari
keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan tertentu. Bentuk-bentuk
persaingan yaitu persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan,
persaingan kedudukan dan peranan, persaingan ras.
16
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Sosial (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2002), cet, ke-8, h. 80.
17 Ibid, h. 81.
24
Persaingan dalam batas-batas tertentu mempunyai beberapa fungsi
yaitu:
a. Menyalurkan keinginan-keinginan individu atau kelompok yang
bersifat kompetitif.
b. Sebagai jalan yang menyebabkan keinginan tersalurkan oleh
masyarakat yang bersaing.
c. Alat untuk menyaring para warga golongan karya (fungsional)
yang akhirnya menghasilkan pembagian kerja yang efektif18.
3. Pertentangan (conflik)
Pertentangan merupakan suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang
pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan. Sebab dari
pertentangan antara lain: perbedaan antara individu-individu,
perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, pertumbuhan sosial.19
Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus, antara lain:
pertentangan pribadi, pertentangan rasial, pertentangan antara kelas-
kelas sosial, pertentangan politik, dan pertentangan yang bersifat
internasional.
Gillin dan Gillin menyebutkan ada dua macam bentuk proses sosial
yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
1. Proses asosiatif (processes of association) yang terbagi dalam tiga
bentuk khusus yakni:
18
Ibid, h. 101. 19
Ibid, h. 107-108.
25
a. Akomodasi
b. Asimilasi dan
c. Akulturasi
2. Proses disosiatif (processes of dissociation) yang mencakup:
a. Persaingan
b. Kontravensi dan pertentangan atau pertikaian (conflict). Menurut
Kimball Young, bentuk-bentuk proses sosial adalah:
1) Oposisi (opposition) yang mencakup persaingan (competition)
dan pertentangan atau pertikaian (conflict).
2) Kerjasama (co-opration) yang menghasilkan akomodasi
(accomodation), dan
3) Diferensiasi (differentiation) yang merupakan suatu proses
dimana orang perorangan didalam masyarakat memperoleh
hak-hak dan kwajiban yang berbeda dengan orang-orang lain
dalam masyarakat atas dasar perbedaan usia, seks dan
pekerjaan.20
2. Kebudayaan
a. Definisi Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddi yang berarti akal. Kebudayaan dapat
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal. Apabila dilihat dari
kata dasarnya, kata budaya merupakan majemuk dari budi daya yang
20Soerjono, Sosiologi, h.70-71.
26
berarti daya dari budi. Dari pengertian tersebut, dibedakan antara budaya
yang berarti daya dari budi, yang berupa cipta, karsa, dan rasa.21
Kontjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan adalah cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tidak terpisahkan dari diri manusia sehingga
banyak orang cendrung mengnggap bahasa dapat diwariskan secara
genetis. Cara orang berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaanya membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari. Sebagai pedoman kehidupan sosial, kebudayaan
lebih kompleks dari pada pemikiran dasar.22
Clyde Kluckohn dalam Geertz menyebutkan bahwa definisi
kebudayaan meliputi sebagai berikut :
1) Keseluruhan cara hidup suatu masyarakat.
2) Warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya,
3) Cara berfikir, merasa dan percaya,
4) Abstraksi dari tingkah laku,
5) Tingkah laku yang dipelajari,
6) Mekanisme untuk penataan tingkahlaku yang bersifat normative,
21 Sugiarti dan Trisakti Handayani, Kajian Kontenporer Ilmu Budaya Dasa (Malang:
UMM Press, 1999), h. 17. 22 Muhammad Alfan, Filsafat Kebudayaan (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 47.
27
7) Seperangkat teknik untuk menyesuaikan, baik dengan lingkungan luar
maupun dengan orang lain.
Sugiarti mendefinisikan secara sederhana pengertian kebudayaan
dan budaya, yaitu sebagai berikut.
1. Kebudayaan dalam arti luas adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang
diperoleh melalui belajar.
2. Kebudayaan dalam arti sempit dapat disebut dengan istilah budaya atau
sering disebut kultur (culture, bahasa inggris), yang mengandung
makna keseluruhan sistem gagasan dan tindakan. Pengertian budaya
atau kultur dimaksud untuk menyebut nilai-nilai yang digunanakan oleh
sekelompok orang dalam berfikir dan bertindak. Seperti halnya dengan
kebudayaan, budaya sebagai suatu sistem juga merupakan hasil kajian
yang berulang-ulang tentang suatu permasalahan yang dihadapi
manusia.
Menurut Ferancis Merill Kebudayaan adalah pola-pola prilaku
yang dihasilkan dalam interaksi sosial dan semua prilaku ataupun semua
produk yang dihasilkan oleh seorang sebagai anggota masyarakat yang
ditemukan melalui interaksi simbolik.23
E.B. Tylor, Budaya adalah sutu keseluruhan kompleks yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum
adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh
23Nuraeni & alfan, Studi Budaya, h. 15-18.
28
manusia sebagai anggota masyarakat. R. Linton mengatakan kebudayaan
dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkahlaku yang dipelajari dan
hasil tingkah tingkah laku yang dipelajari, dimana unsure pembentuknya
didukung dan ditersukan oleh anggota masyarakat lainnya. Herkovits,
Kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh
manusia.
b. Wujud Kebudayaan
J.J. Honigman dalam bukunya The World of Man membagi budaya
dalam tiga wujud yaitu: ideas, activities, and artifact. Sejalan dengan
pemikiran para ahli tersebut, Konjaraningrat mengemukakan bahwa
kebudayaan itu dibagi atau digolongkan dalam tiga wujud yaitu:
1) wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, dan peraturan.
2) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat.
3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
c. Substansi (isi) Utama Budaya
1) Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai mahluk sosial
merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidup dalam hal berusaha
memahami alam sekitar, sifat-sifat dan tingkahlaku sesama manusia.
Untuk memperoleh pengetahuan tersebut manusia melakukan tiga cara
yaitu: a. melalui pengalaman dalam kehidupan sosial, b. berdasarkan
29
pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal maupun non
formal, c. melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering
disebut sebagai komunukasi simbolis.
2) Nilai
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan
dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota
masyarakat.
3) Kepercayaan
Pada dasarnya manusia yang memiliki naluri untuk menghambakan
diri kepada yang maha tinggi yaitu dimensi lain diluar diri dan
lingkungannya, yang dianggap mampu mengendalikan hidup manusia.
4) Persepsi
Persepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang
tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan untuk memahami
kejadian atau gejala dalam kehidupan.
5) Etos Kebudayaan
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam antropolog) berasal dari bahasa
inggris berarti watak khas. Etos sering tampak pada gaya prilaku
warga misalmya, kegemaran-kegemaran warga masyarakatnya, serta
berbagai benda budaya hasil karya mereka.
d. Sifat-Sifat Budaya
Sifat hakiki dari kebudayaan antara lain:
1. Budaya terwujud dan tersalurkan dari prilaku manusia.
30
2. Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi
tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang
bersangkutan.
3. Budaya diperlukan oleh manusia dan dan diwujudkan dalam tingkah
lakunya.
4. Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban,
ztindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang
dilarang, dan tindakan-tindakan yang diizinkan.24
Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan. Dengan demikian tak ada kebudayaan tanpa ada masyarakat
sebagai wadah dan pendukungnya. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinoski, mengemukakan bahwa cultural determinism Berarti segala
sesuatu yang terdapat didalam masyarakat ditentukan adanya oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu.
Masyarakat dan budaya dimanapun selalu dalam keadaan berubah,
ada tiga sebab terjadinya perubahan. 1) berasal dari masyarakat dan
budaya itu sendiri, 2) perubahan lingkungan alam dan fisik tempat
mereka hidup, 3) adanya difusi budaya.
Ada empat bentuk peristiwa perubahan budaya. Pertama, cultur lag
yaitu perbedaan antara taraf kemajuan berbagai bagian dalam budaya
suatu masyarakat. Kedua, cultur survival, yaitu adanya suatu cara
tradisional yang tidak mengalami perubahan sejak dahulu hingga
24 Elli Setiadi dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Kencana, 2010), h. 27-34.
31
sekarang. Ketiga, cultur conflik, yaitu proses pertentangan antara budaya
yang satu dengan budaya yang lain. Keempat, cultur shock, yaitu proses
guncangan budaya sebagai akibat adanya perpindahan secara tiba-tiba
dari suatu budaya ke budaya lain.25
3. Budaya Lokal
Budaya lokal adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang serta
dimiliki dan diakui oleh masyarakat suku bangsa setempat. Budaya lokal
biasanya tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat suku atau daerah
tertentu karena warisan turun-temurun yang dilestarikan. Budaya daerah ini
akan muncul pada saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan
kehidupan sosial yang sama, sehingga menjadi suatu kebiasaan yang
membedakan mereka dengan penduduk-penduduk yang lain.
Definisi budaya lokal menurut para tokoh yang diambil berdasarkan
visualisasi kebudayaan dapat ditinjau dari sudut struktur dan tingkatannya,
yaitu sebagai berikut.
a. Superculture, adalah kebudayaan yang berlaku bagi seluruh masyarakat.
Contoh Kebudyaan nasional.
b. Culture, lebih khusus misalnya berdasarkan golongan etnik, profesi,
wilayah atau daerah. Contoh budaya Lombok.
c. Subculture, merupaan kebudayaan khusus dalam sebuah culture, tetapi
kebudayaan ini tidak bertentangan dengan kebudayaan induknya, contoh
budaya gotong royong.
25 Basrowi, Pengantar Sosiologi (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 85-86.
32
Dilihat dari struktur dan tingkatannya, budaya lokal berada pada
tingkat culture. Hal ini berdasarkan sekema sosial budaya yang ada di
Indonesia, yang terdiri atas masyarakat yang bersifat majemuk dalam
structure sosial, budaya (multicultural) ataupun ekonomi. Jacobus Ranjab
mengatakan bahwa dilihat dari sifat majemuk masyarakat Indonesia, ada
tiga golongan kebudayaan yang masing-masing mempunyai corak sendiri,
yaitu sebagai berikut :
a. Kebudayaan susku bangsa ( yang lebih dikenal secara umum di Indonesia
dengan nama kebudayaan daerah )
b. Kebudayaan umum lokal
c. Kebudayaan nasional.
Dalam penjelasan tersebut jelas bahwa kebudayaan suku bangsa sama
dengan budaya lokal atau budaya daerah. Merujuk pada beberapa
pandangan seejumlah pakar budaya, penulis dapat menyimpulkan bahwa
budaya local dalam definisinya didasari oleh dua faktor utama, yaitu factor
suku bangsa yang menganutnya dan factor demografis atau wilayah
administratife.26
Kearifan lokal (local wisdom) dalam dekade belakangan ini sangat
banyak diperbincangkan. Perbincangan tentang kearifan lokal sering
dikaitkan dengan masyarakat lokal.
Secara Etimologi Kearifan Lokal terdiri dari 2 kata yaitu kearifan
(wisdom) dan lokal (local). Lokal berarti setempat dan kearifan sama
26Ibid, h. 63-66.
33
dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka kearifan lokal dapat
dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai, pandangan-pandangan
setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang
tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Kearifan lokal merupakan gagasan-gagasan setempat (lokal) yang
bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti
oleh anggota masyarakatnya.27
Menurut Zulkarnain dan Febriamansyah bahwa kearifan lokal berupa
prinsip-prinsip dan cara-cara tertentu yang dianut, dipahami, dan
diaplikasikan oleh masyarakat lokal dalam berinteraksi dan berinterelasi
dengan lingkungannya dan ditransformasikan dalam bentuk sistem nilai dan
norma adat.28
G. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini didesain menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Metode secara kualitatif ini penulis pilih agar penulis memperoleh
keterangan yang lebih luas dan mendalam mengenai hal-hal yang menjadi
pokok pembahasan yang harus ditemukan dalam penelitian ini.
Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode kualitatif sebagai
penelitian ini dengan harapan mendapatkan gambaran yang jelas dan
27Sartini, Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafat (Jurnal Filsafat, 2004), h. 111.
28Zulkarnain & Febriamansyah, Kearifan Lokal dan Pemanfaatan dan Pesisir (Jurnal Agribisnis Kerakyatan, 2008), h. 72.
34
mendalam tentang data serta informasi yang dibutuhkan agar sesuai dengan
fakta yang ada bukan rekayasa semata29.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di lapangan merupakan suatu keharusan agar
informasi yang di peroleh benar-benar sesuai dengan keadaan yang ada di
lapangan, karena di lapangan peneliti lebih banyak berhubungan dengan
informan sekaligus sebagai pengamat partisipasi.30
Kehadiran peneliti di lokasi penelitian dalam ragka mengumpulkan
data sebanyak-banyaknya dengan menggunakan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi. Dalam pengumpulan data ini peneliti
menjadi instrument kunci yang paling luwes sesuai situasi dan kondisi
serta kebutuhan penelitian.
Data yang diperoleh di lokasi penelitian secara bertahap dianalisa
dengan metode induksi untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku
umum. Hasil analisa dikomfirmsikan lagi kepada sumbernya dan
informasi yang lain sampai diperoleh atau ditemukan sesuai dengan
persoalan yang dicari. Jadi kehadiran peneliti di lapangan dalam
mengumpulkan data, mengalisa, dan menguji melalui berbagai cara
meningkatkan hasil kredibilitas penelitian.31
Dalam penelitian ini, peneliti membutuhkan waktu sekitar 1-3
bulan dalam melakukan penelitian agar mendapatkan data yang akurat,
29
Muhammad Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 5.
30 Melong, metodologi Penelitian., h. 114. 31 Melong, Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 34.
35
obyektif dan sebanyak mungkin, tapi rentang waktunya tergantung dari
seberapa jauhnya peneliti mengenal seluk-beluk dalam situasi tempat
peneliti melakukan penelitian. Setelah melakukan penelitian.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Senggigi Kecamatan Batu Layar
Lombok Barat, Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di Desa
Senggigi karena Desa Senggigi merupakan daerah wisata yang ada di
Lombok, sehingga keberadaan dari masyarakat lokal yang ada di Desa
tersebut secara tidak langsung membaur dengan wisatawan atau
masyarakat pendatang yang berkunjung di daerah tersebut, Dampak sosial
budaya dari pariwisata dan interaksi yang dilakukan memberikan
gambaran tentang pengaruh-pengaruh yang muncul terhadap komunitas
tuan rumah dalam hal ini masyarakat lokal sekitar daerah wisata, baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam berinteraksi dengan
wisatawan asing, dan interaksinya dengan Industri pariwisata.
Dampak tersebut muncul ketika pariwisata (masyarakat pendatang)
mulai mempengaruhi sistem nilai dan perilaku masyarakat lokal, seperti
diantaranya cara berpakaian, gaya hidup yang konsumtif, dengan demikian
ancaman terhadap keberadaan identitas asli masyarakat dapat
terpengaruhi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti dampak
interaksi sosial antara masyarakat pendatang dengan masyarak lokal Desa
Senggigi Kecamatan Batu Layar Lombok Barat.
36
4. Sumber Data dan Jenis Data
a. Sumber Data
Sumber data adalah tempat pengambilan data sebagaimana
diungkapkan Suharsimi, bahwa “ sumber data adalah subyek darimana
data diperoleh.” Sedangkan Lofland mengatakan bahwa “ sumber data
utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain32.
Adapun yang akan menjadi sumber data dalam penelitian ini
adalah :
1) Kepala Desa
2) Kepala Dusun atau RT
3) Tokoh Agama dan tokoh masyarakat
4) Masyarakat Lokal Desa Senggigi
b. Jenis Data
Adapun data yang ingin dicari melalui observasi adalah data
mengenai situasi sosial budaya dan lingkungan. Secara lebih mendalam
tentang budaya lokal dan dampak interaksi masyarakat Lokal Desa
Senggigi.
Jenis data dalam penelitian menjadi sangat mendasar untuk
klarifikasi, mengingat masalah ini akan melandasi kegiatan selanjutnya.
Pemahaman jenis data adalah hal yang mutlak dalam penelitian untuk
dapat mencari alternatif tentang metode apa yang paling cocok
32 Suharsimi, Prosedur, h. 114.
37
sehubungan dengan jenis data tersedia. Jenis data yang peneliti butuhkan
dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif adalah jenis data
yang berhubungan dengan nilai, misalnya baik buruk, tinggi rendah dan
sebagainya. Jenis data dalam penelitian ini digolongkan menjadi dua,
yaitu:
1. Jenis data primer adalah sumber-sumber yang memberikan data
langsung dari tangan pertama.33 Data primer dalam penelitian ini akan
didapatkan dari hasil keterangan dari narasumber yang di hubungi pada
waktu wawancara, yaitu kepala Desa, kepala Dusun, tokoh Agama,
tokoh Masyarakat, dan Masyarakat local Desa Senggigi Lombok Barat.
2. Jenis data sekunder
Data ini berasal dari tangan kedua, ketiga, dan seterusnya. Berdasarkan
keterangan di atas, maka data sekunder ini di peroleh dari buku-buku
kepustakaan dengan cara menelaah karya-karya para serjana.
5. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang benar benar obyektif, peneliti
menggunakan beberapa metode sehingga diharapkan obyektifitas data
menjadi cukup signifikan dan sesuai dengan harapa peneliti. Adapun
metode atau tehnik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah metode wawancara dan observasi sedangkan metode
33Ibid, h. 114.
38
dokumentasi menjadi metode pelengkap. Untuk lebih jelasnya peneliti
menguraikannya sebagai berikut:34
a. Metode Observasi
Metode observsi adalah metode pengamatan dan pencatatan
dalam pengumpulan data-data yang diperlukan. Melalui observasi,
peneliti belajar tentang prilaku dan makna dari prilaku tersebut.35
Sedangkan secara konseptual metode observasi adalah
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap penomena-
penomena yang diteliti.
Metode observasi menuntut adanya pengamatan dari seorang
peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek
yang diteliti dengan menggunakan instrumen berupa pedoman
penelitian dalam bentuk lembar pengamatan atau lainnya. Teknik ini
memiliki dua cara, yaitu pengamatan terstruktur dan pengamatan tidak
terstruktur.
Pengamatan terstruktur menggunakan pedoman tujuan
pengamatan, tetapi data yang diamati akan terbatas pada pokok
masalah saja sehingga fokus perhatian lebih tajam pada data yang
lebih relevan.
Pengamatan secara tidak struktur dianggap lebih pleksibel dan
terbuka, dimana peneliti dapat melihat kejadian secara langsung pada
tujuannya.36
34 Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 113. 35 Sabani, Metode Penelitian (Bandung:CV. Pustaka Setia, 2008), h. 186.
39
Berdasarkan uraian di atas, metode observasi peneliti gunakan
untuk memperoleh informasi terkait dengan dampak interaksi
terhadap eksistensi budaya lokal di Desa Senggigi Kecamatan Batu
Layar, Lombok Barat.
b. Metode Wawancara (interview)
Wawancara (interview) adalah “suatu bentuk komunikasi verbal,
atau percakapan yang bertujuan memperoleh informasi.”37
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara bebas terpimpin, yaitu tanya jawab secara lisan atara peneliti
dengan responden terkait dengan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti secara bebas, tetapi tidak menyimpang dari
pedoman wawancara yang sudah ditetapkan.
Metode wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan kepada responden. Dalam kegiatan wawancara, peneliti telah
dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lokasi wawancara.38
Selama proses pengumpulan data dengan wawancara, peneliti
menggunakan wawancara dengan ruang lingkup terbatas karena peneliti
menilai metode ini sangat tepat dan lebih efektif mendapatkan data dan
informasi yang lebih akurat dan terarah berdasarkan pengalaman,
36 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam pendekatan kuantitatif (Jakarta:
PT. Raja Grapindo Persada, 2008), h. 150. 37 Ibid, h. 43. 38Ibid., h. 92.
40
penelitian dampak interaksi sosial terhadap eksistensi budaya lokal di
Desa Senggigi Kecamatan Batu Layar Lombok Barat.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah penyelidikan terhadap benda-benda
tertulis seperti buku-buku, dokumen, peraturan-peraturan, catatan harian
dan sebagainya.39
Jadi metode dokumentasi adalah suatu cara mengumpulkan data
melalui penelitian benda-benda tertulis dalam melaksanakan metode
dokumentasi ini, peneliti akan menyelidiki benda-benda tertulis seperti
buku-buku, majalah, dokumen untuk mendapatkan data yang sebanyak-
banyaknya dari sumber-sumber tersebut.40
6. Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil pengamatan, observasi, wawancara,
catatan lapangan dan studi dokumentasi dengan cara mengorgaisasikan data
ke sintensis, menyusun kedalam pola, memilih nama yang penting dan mana
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain.
1. Reduksi data, yaitu kegiatan memilih data dan penyederhanaannya dan
dari data kasarnya dan memberikan kode pada data yang dianalisis.
2. Penyajian data, setelah mereduksi data kemudian hasilnya disajikan
dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang dapat dimengerti. Pada
39Ibid., h. 112. 40Ibid., h. 137.
41
kegiatan ini peneliti, memilih dan memilah data yang kira-kira dapat
mewakili dan kemudian data yang lain tidak menunjang dapat dihapus
atau dihilangkan.
3. Tahap verifikasi data yaitu mengambil kesimpulan merupakan analisis
lanjutan dari reduksi data, dan display data dapat disimpulkan dan
peneliti masih berpeluang untuk menerima masukan. Penarikan
kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali dengan data
dilapangan, dengan cara merefleksi kembali, peneliti dapat bertukar
pikiran dengan teman sejawat, triangulasi, sehingga kebenaran ilmiah
dapat tercapai. Setelah hasil peneltian telah diuji kebenarannya, maka
peneliti dapat menarik kesimpulan dalam bentuk deskriptif sebagai
laporan penelitian41.
Jadi dengan menggunakan tiga langkah analisis data ini maka
peneliti lebih mudah menganalisis data untuk mendapatkan hasil penelitian
yang palid dan benar.
7. Validitas Data
Validitas data adalah suatu yang dilakukan oleh peneliti dalam
rangka untuk memnbuktikan data yang diperoleh dengan keadaan yang
sesungguhnya dan kredibilitas data itu sendiri bertujuan untuk membuktikan
apa yang diamati oeleh peneliti sesuai dengan pertanyaan yang sebenarnya.
Hal ini perlu dilakukan dalam upaya untuk memenuhi informasi yang
dikemukakan oleh penulis sehingga mengandung nilai kebenaran. Usaha
41
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: GP Pres,2009), h. 138-142.
42
peneliti untuk memperoleh keabsahan data dapat dilakukan dengan beberapa
teknik diantaranya42.
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam mengumpulkan
data, keikutsertaan hanya dilakukan dalam waktu yang lama. Dalam hal ini
dengan melakukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada hasil
penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti akan berusaha semaksimal mungkin
untuk mengumpulkan data sesuai dengan jadwal penelitian yang telah
ditentukan. Tetapi jika data yang dibutuhkan masih dirasakan belum cukup
maka peneliti akan memperpanjang waktu penelitian agar data yang
dikumpulkan dapat dipertanggung jawab kebenarannya.
b. Ketentuan Pengamatan
Ketentuan pengamatan bermaksut menentukan cirri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang dicari dan kemudia memusatkan dari pada hal-hal tersebut dengan
rinci.
Pengamatan sangat dibutuhkan dalam pendekatan penelitaian
kualitatif dengan tujuan untuk menghindari data yang tidak benar yang
diperoleh dari responden yang bisa jadi objek akan menutup diri terhadap
fakta yang sebenarnya. Oleh karenma itu ketentuan penelitian dalam
mengamati sangat dituntun lebih serius.
42
Moleong, Metodologi . . . .,h.25-29.
43
c. Triangulasi (Gabungan)
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lebih di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau pembandingan terhadap data itu. Teknik triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, dan metode.
Adapun jenis triangulasi tersebut adalah:
1. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
kembali kepercayaan suatu informasi yang diperoleh pada waktu yang
cukup dan alat yang berbeda dengan metode kualitatif. Secara
oprasional triangulasi data dengan sumber dilakukan dengan cara
membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
2. Triangulasi dengan metode wawancara berarti suatu metode dengan
pengecekan drajat kepercayaan penemuan hasil penilaian beberapa
sumber data dengan metode yang sama. Secara Operasional triangulasi
ini dilaukan dengan membandingkan hasil wawancara yang dilakukan
secara pribadi dan secara kelembagaan.
44
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Desa Senggigi
1. Sejarah Desa Senggigi Lombok Barat
Sejarah telah mencatat bahwa Pulau Lombok pernah menjadi
wilayah kekuasaan Kerajaan Karang Asem Bali yang berkedudukan di
Cakranegara dengan seorang raja bernama Anak Agung Gde Jelantik.
Berakhirnya kekuasaan Kerajaan Karang Asem Bali di Pulau Lombok
setelah datangnya Belanda pada Tahun 1891, dimana Belanda pada waktu
itu ingin menguasai Pulau Lombok dengan dalih pura-pura membantu
rakyat Lombok yang dianggap tertindas oleh Pemerintahan Raja Lombok
yaitu Anak Agung Gede Jelantik. Pada masa kekuasaan Raja Lombok yaitu
Anak Agung Gde Jelantik, wilayah Desa Senggigi (Dusun Mangsit,
Kerandangan, Senggigi dan Dusun Loco) masih bergabung dengan Desa
Senteluk yang sekarang menjadi Desa Meninting. Sedangkan pada tahun
1962 Desa Senteluk pecah menjadi 2 (Dua) desa yaitu Desa Meninting dan
Desa Batulayar dan Dusun Mangsit, Kerandangan, Senggigi dan Dusun
Loco bergabung ke Desa Batulayar. Pemberian nama Desa Batulayar pada
waktu itu yang lazim disebut dengan Pemusungan atau Kepala Desa
Batulayar berdasarkan hasil musyawarah nama Batulayar diambil dari
nama tempat yang amat terkenal yaitu Makam Batulayar yang sampai saat
ini banyak dikunjungi oleh masyarakat Pulau Lombok pada khususnya dan
Masyarakat Nusa Tenggara Barat pada umumnya. Pada tahun 2001 Desa
44
45
Batulayar dimekarkan menjadi 2 (dua) yaitu Desa Batulayar (sebagai Desa
Induk) dan Desa Senggigi (sebagai Desa Persiapan) dengan SK.Bupati No :
30 Tahun 2001 tanggal 17 Mei 2001, yang pada waktu itu yang menjadi
pejabat Kepala Desa Senggigi ialah H. Arif Rahman, S.Ip., dengan jumlah
dusun sebanyak 3 dusun,yaitu : 1) Dusun Senggigi, 2) Dusun Kerandangan,
3) Dusun Mangsit. Pada tanggal 30 Juli 2003 Pejabat Kepala Desa Senggigi
dari H. Arif Rahman,S.Ip., diganti oleh Saudara Arifin dengan SK. Bupati
Lombok Barat No: 409/66/pem/2003. Berhubung Desa Senggigi masih
bersifat desa persiapan, maka berdasarkan hasil musyawarah desa,
tertanggal 15 Desember 2003, maka pada tanggal 22 Desember 2003 Desa
Senggigi mengadakan pemilihan Kepala Desa devinitif yang pertama kali
dipimpin oleh Haji Junaidi terpilih dengan SK. Bupati Lombok Barat No
:01/01/Pem/2004 tertanggal 2 Januari 2004 sampai pada tahun 2008. Pada
tahun 2008, Desa Senggigi mengadakan pemilihan Kepala Desa Senggigi
yang kedua dan dimenangkan oleh Bapak H. Mutakir Ahmad dengan SK.
Bupati Lombok Barat No :1320/48/Pem./2008 tertanggal 23 Desember
2008, Periode 2008-2014. Kepala desa terpilih Periode 2015 s/d
2021 adalah Muhammad Ilham dengan SK. Bupati Lombok Barat No :
160/04/BPMPD/15 tanggal 27 Januari 201543.
43http://www.desaonline.web.id/plintahan/OpenSID/index.php/first/artikel/99 (Diakses
hari kamis 4 Mei 2017).
46
2. Letak Geografis
Desa Senggigi merupakan salah satu Desa yang terletak di wilayah
Kecamatan Batu Layar Lombok Barat, yang berjarak 5 Km dari Ibu kota
Kecamatan dan Jarak ke Ibu Kota Kabupaten 10 Km, dan jarak Desa ke
Provinsi 5 Km. Desa Senggigi mempunyai luas wilayah 1700 Ha dengan
panjang pantai 3 Km. Desa Senggigi memiliki Luas wilayah 1.700 Ha.
Dengan batasan-batasan sebagai berikut:
a. Sebelah utara : Malaka
b. Sebelah selatan : Batu Layar Barat
c. Sebelah timur : Pusuk Lestari
d. Sebelah barat : Selat Lombok
Secara geografis Desa Senggigi merupakan Desa yang berada di
kawasan pesisir pantai dengan panjang pantai 3 km yang membentang dari
timur ke barat, Desa senggigi terdiri dari tanah kering (pemukiman) seluas
567 Ha/m2, dan pekarangan seluas 578 Ha/m2, dan tanah perkebunan seluas
254 Ha/m2. Desa Senggigi adalah Desa kawasan wisata yang ada di
Lombok Barat yang dimana Desa Senggigi ini terdiri dari 4 dusun dan 18
RT yang dimana keempat Dusun tersebut yaitu Dusun Mangsit, Dusun
Kerandangan, Dusun Senggigi, dan Dusun Loco. Untuk lebih jelas
mengenai Dusun dan nama kepala Dusun Desa Senggigi bisa dilihat pada
tabel berikut ini:
47
Tabel 2.1
Dusun dan nama kepala Dusun Desa Senggigi
No Nama Dusun Kepala Dusun
1 Dusun Mangsit Haerudin
2 Dusun Kerandangan H. Abdul Aziz
3 Dusun Senggigi H.Muhammad Farhan
4 Dusun Loco Anwar
Sumber: Kantor Desa Senggigi Tahun 2016.
3. Keadaan Geografis
Desa Senggigi adalah Desa kawasan wisata di Lombok Barat yang
dimana wilayahnya terdiri dari dataran rendah dan pegunungan. Kondisi
tanah di Desa Senggigi termasuk cukup subur, dimana masyarakatnya
bekerja sebagai petani, dan nelayan, untuk lahan pertanian dan
perkebunan masyarakat memanfaatkannya dengan tanaman dengan
komoditas tanaman seperti kopi,nangka, jagung, ubi, kacang, dan lain-
lain.44
Adapun dataran tingginya digunakan sebagai lahan perkebunan
masyarakat lokal sekitar, dengan keadaan alam yang cukup subur ini, Desa
Senggigi termasuk wilayah yang dikategorikan beriklim tropis sedang
dengan curah hujan rata-rata 28,90 mm dengan suhu rata-rata harian 30 0C.
dan tinggi tempat dari permukaan laut 6 mdl dengan tingkat kemiringan
tanah 45 drajat.
Kondisi iklim di sebagian besar Desa Senggigi tidak jauh beda
dengan kondisi iklim wilayah kecamatan Batu Layar bahkan Desa
44 Observasi Desa Senggigi Senin 6 Maret 2017.
48
Senggigi dengan dua musim yaitu musim kemarau yang berlangsung
antara bulan April hingga September dan musim hujan antara bulan
Oktober hingga Maret. Adapun keadaan air pada daerah ini masih
dipengaruhi oleh musim untuk mengairi lahan perkebunan. Sedangkan
untuk meperoleh kebutuhan air sehari-hari masyarakat memanfaatkan
mata air dari pegunungan yang di alirkan ke pemukiman warga sekitar dan
sebagaian memanfaatkan air sumur.45
a. Topografi
Wilayah Desa Senggigi terdiri dari dataran rendah, pegunungan
dan pasisir- pesisir pantai yang terbentang dari batas barat hingga batas
timur. Desa Senggigi dengan luas wilayah 1700 Ha, serta berada pada
ketinggian 6 mdl.
b. Hidrogen dan Tata Air
Lahan di Desa Senggigi terdiri dari lahan perkebunan dan
pegunungan, pemanfaatan lahan untuk tanaman jagung, kopi, nangka
dan tanaman tersebut bergantung pada musim untuk pengairannya,
sedangkan untuk tanaman holtikultural seperti pohon kelapa
merupakan tanaman warisan yang tidak pernah menganal siklus musim
apapun.
Ketersediaan air untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat
memanfaatkan mata air dari pegunungan dan untuk keperluan lain juga
masyarakat memanfaatkan air sumur. Desa Senggigi pada musim
45Observasi, Desa Senggigi, Selasa 7 Maret 2017.
49
hujan bisa mencukupi kebutuhan air bersih bagi masyarakat, sementara
jika musim kemarau banyak sumur gali airnya kering sehingga air
bersih yang ada hanya untuk mencukupi kebutuhan minum dan masak
saja.46
c. Tata Guna Lahan
Desa Senggigi mempunyai luas wilayah 1700 Ha dengan
tataguna lahan sebagai berikut:
Tabel 2.2
Luas Wilayah Menurut Penggunaan
No Wilayah Luas ( Ha/m2 ) 1 Luas Pemukiman 569 2 Luas Persawahan - 3 Luas Perkebunan 254 4 Luas Kuburan 0,50 5 Luas Pekarangan 578 6 Luas Taman - 7 Perkantoran 0,10
Total Luas 1.700 Sumber Kantor Desa Senggigi Tahun 2016.
Desa Senggigi tidak memiliki wilayah persawahan akan tetapi
masyarakat memanfaatkan lahan kosong dan kebun untuk menanam
berbagai macam tanaman untuk bertani sebagai mata pencaharian
masyarakat yang ada di Desa tersebut. Dapat kita lihat pada tabel
diatas bahwa lahan kosong atau pekarangan sangat luas yaitu 578
Ha/m2, lahan pemukiman seluas 569 Ha/m2, dan perkebunan seluas
254 Ha/m2. Masyarakat memanfaatkan lahan tersebut untuk bercocok
46Observasi, Desa Senggigi, 6-7 Maret 2017.
50
tanam atau bertani dengan komoditas tanaman seperti nangka, ubi,
jagung dan kacang-kacangan.47
4. Keadaan Jumlah Penduduk
Secara adminstratif, Desa Senggigi terdiri dari 4 Dusun dan 18 RT
dengan jumlah penduduk 4.542 Jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak
2.300 jiwa, perempuan sebanyak 2.242 jiwa, dan 1.504 KK. Untuk lebih
jelasnya tentang jumlah penduduk Desa Senggigi dapat dilihat pada Tabel
berikut:
Tabel 2.3
Data Jumlah Penduduk Desa Senggigi Tahun 2016.
No Nama Dusun Jumlah KK Jumlah Penduduk
1 Mangsit 340 976
2 Kerandangan 421 1265
3 Senggigi 579 1789
4 Loco 164 512
Jumlah 1504 4542
Sumber: Kantor Desa Senggigi tahun 2016.
Dari tabel diatas diketahui jumlah penduduk paling tinggi yaitu
Dusun Senggigi dengan jumlah penduduk sebanyak 1789 jiwa dengan
jumlah kepala keluaraga 579 KK, kemudian diikuti oleh Dusun
Kerandangan dengan jumlah penduduk 1265 jiwa dengan jumlah kepala
keluaraga sebanyak 421 KK, Dusun Mangsit dengan jumlah penduduk
sebanyak 976 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 340 KK, dan yang
memiliki jumlah penduduk paling sedikit yaitu Dusun Loco dengan
47Observasi, Desa Senggigi 6-7 Maret 2017.
51
jumlah penduduk sebanyak 512 Jiwa dengan jumlah kepala keluaraga
sebanyak 164 KK. Sepertiyang diungkapkan oleh Bapak Syafi’i bahwa:
“Dari sekian banyak jumlah penduduk di Desa Senggigi ini, bisa dikatakan bahwa sekitar 70% masyarakat kita bekerja di bidang pariwisata yang dimana dulunya masyarakat kita bekerja sebagai petani sekarang beralih bekerja sebagai pegawai hotel, sebagai guide atau pemandu wisata, berusaha mencarai keuntungan lebih besar di pariwisata seperti berjualan, dan sebagai buruh bangunan, tukang, dan usaha jasa sewa wisata”48.
Bisa dilihat dari hasil wawancara dengan bapak Syafi’i bahwa
persentase jumlah penduduk yang bekerja di pariwisata sangat besar hal
ini bisa dikatakan bahwa intensitas interaksi yang terjadi antara
masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal bisa dikatakan
berpengaruh terhadap besar kecilnya interaksi yang terjadi diantara
keduanya.
Desa Senggigi memiliki jumlah penduduk tidak terlalu besar yaitu
4542 Jiwa yang terdiri dari 1504 Kepala keluaraga. Ini bisa kita lihat dari
hasil wawancara dengan bapak Muhammad Ilham yang mengatakan
bahwa:
“Masyarakat lokal yang benar-benar asli dari Desa Senggigi bisa dikatakan tidak terlalu banyak karena Desa Senggigi adalah notaben masyarakatnya adalah pendatang karena Desa Senggigi ini adalah daerah kawasan wisata yang ada di Lombok Barat, sehingga banyak masyarakat pendatang yang datang untuk bekerja, berdagang dan berusaha di wilayah Desa Senggigi ini karena semenjak dijadikannya sebagai kawasan wisata. Sehingga prekonomian masyarakat sekarang ini bisa dikatakan semakin maju dan penyerapan tenaga kerja juga sangat baik”49.
Bapak Syafrudin juga sependapat dengan bapak Muhammad Ilham
yang mengatakan bahwa:
48Syafi’i, Wawancara, Desa Senggigi, Kamis 9 Maret 2017. 49Muhammad Ilham , Wawancara, Desa Senggigi, Rabo 29 Maret 2017.
52
“Desa Senggigi adalah daerah wisata tetapi notabennya yang ada di lapangan sebenarnya masyaraat pendatang, yang dimana di area atau tempat-tempat bisnisnya itu bukan milik msyarakat yang dimana massyarakat lokal dulu melepas atau menjual lebih awal tanah-tanah mereka karena tidak paham dengan wisata, dan belum tau manfaat arti sistem sewa.”50
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa keadaan
penduduk Desa Senggigi mengalami perubahan dari segi jumlah penduduk
yang semakin komleks dengan adanya masyarakat pendatang atau
wisatawan dan perubahan pada sistem mata pencaharian masyarakat yang
lebih dominan kepada industri pariwisata. Hal ini mempengaruhi besar
kecilnya intensitas interaksi antara masyarakat lokal dengan wisatawan
yang datang atau berkunjung ke wilayah Desa Sengggi.
5. Keadaan Ekonomi
Desa Senggigi memiliki masyarakat yang kompleks, dari populasi
penduduk dan persoalan memenuhi tingkat kesejahteraan masyarakatnya
termasuk mengahdapi persoalan ekonomi. Seperti yang diungkapkan oleh
bapak Muhammad Ilaham mengatakan bahwa:
“Masyarakat pada saat ini berfikir fokus kepada ekonomi, mereka berprilaku setiap hari baik di lingkungan rumah tangganya maupun di luar rumah tangga mereka mengejar target ekonomi, karena dalam pola pikir masyarakat sekarang berubah dan berfikir bahwa ekonomi akan menunjang semua hal, baik pendidikan, biaya hidup dan lain sebagainya, masyarakat mengejar ekonomi tersebut dengan tidak memperhatikan perilaku sosial yang dulu yang memang sudah ada pada diri masyarakat”51.
Dari hasil wawancara dengan bapak Muhammad Ilham dapat
disimpulkan bahwa perkembangan pariwisata di objek wisata Senggigi
50 Syafrudin, Wawancara, Desa Senggigi, jumat 10 Maret 2017. 51 Muhammad Ilham, Wawancara, Desa Senggigi, 29 Maret 2017.
53
memberi pengaruh besar pada tingkat penghasilan dan pekerjaan
masyarakat khususnya yang ada di Desa Senggigi.
Untuk lebih jelasnya mengenai data penduduk dan pekerjaan
masyarakat Desa Senggigi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 2.4
Data Penduduk Menurut Pekerjaan Desa Senggigi Tahun 2016.
N
o Pekerjaan Mangsit Krandangan Senggigi Loco Jumlah
1 Jumlah
Jiwa
L 470 648 914 268 2300
P 506 617 875 244 2242
2 Tani
24 43 56 32 155
3 Nelayan 14 14 18 2 48
4 Wiraswasta 218 268 423 96 1005
5 Peg.
Swasta 71 83 86 34 274
6 PNS 2 2 11 1 16
7 Tani 1 - 1 - 2
8 Polri - 2 4 - 6
9 Lainnya 648 853 1.190 347 3038
Sumber Kantor Desa Senggigi Tahun 2016.
Dalam perkembangannya dari data yang ada, masyarakat Desa
Senggigi saat ini lebih cendrung berwirausaha dan bekerja di bidang
wisata karena pariwisata senggigi sangat mendukung dalam pertumbuhan
ekonomi masyarakat.
Desa Senggigi dengan potensi wisata pantai yang indah dengan
panjang pantai 3 Km serta potensi wisata yang begitu luas yaitu seluas 10
Ha, dan penyerapan tenaga kerja mengutamakan putra daerah yaitu
54
masyarakat yang ada di Desa Senggigi hal ini membuat masyarakat beralih
profesi yang dulunya sebagaian besar masyarakatnya bekerja di bidang
pertanian dan saat ini beralih ke bidang pariwisata baik itu sebagai
pegawai tetap di hotel, restoran, café, kapal pesiar, usaha jasa wisata dan
penjualan tiket dan lain sebagainya.
Seperti yang diungkapkan oleh bapak Muhammad Ilham
mengatakan bahwa:
“Masyarakat kita saat ini lebih banyak bekerja di bidang pariwisata, karena masyarakat pada saat ini lebih mengejar target ekonomi, karena dalam pola pikir masyarakat sekarang berubah dan berfikir bahwa ekonomi akan menunjang semua hal, sehingga masyarakat saat ini tidak memperhatikan prilaku sosial yang dulu yang memang sudah ada pada diri masyarakat seperti kesadaran untuk bergotong royong, hidup membaur dengan masyarakat lain dan toleransi dengan sesama. Dapat dikatakan sekitar 70% masyarakat kita bekerja di pariwisata, baik itu sebagai kariawan hotel, restoran, usaha jasa wisata, berdagang guide, Freelance, dan usaha sewa wisata.”52
Dari data di atas dapat kita lihat bahwa perkembangan pariwisata
Desa Senggigi sangat mempengaruhi prilaku masyarakat karena wisata
Senggigi memberikan peluang usaha bagi masyarakat dan peningkatan
ekonomi masyarakat sekitar wisata Desa Senggigi.
6. Sarana Pendidikan dan Tempat Ibadah
a. Pendidikan
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Muhammad Ilham (kepala
Desa Senggigi) mengatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Desa
Senggigi bisa dikatakan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini bisa di lihat
52Muhammad Ilham, Wawancara, Desa Senggigi, Rabo 29 Maret 2017.
55
untuk putra putri rata-rata bersekolah, untuk lebih jelas mengenai tingkat
pendidikan Desa Senggigi dapat dilihat pada tebel berikut ini:
Tabel 2.5
Data Demografi Berdasar Pendidikan
No Kelompok Jumlah Laki-Laki Perempuan
N % N % N %
1 Tidak/Belum Sekolah
1306 27.64% 626 13.25% 680 14.39%
2 SLTA/Sederajat 1050 22.22% 580 12.28% 470 9.95%
3 Tamat SD/Sederajat
959 20.30% 495 10.48% 464 9.82%
4 SLTP/Sederajat 724 15.32% 323 6.84% 401 8.49%
5 Diploma IV/Strata I
80 1.69% 45 0.95% 35 0.74%
6 Diploma I / II 52 1.10% 31 0.66% 21 0.44%
7 Akademi/ Diploma III/S. Muda
26 0.55% 13 0.28% 13 0.28%
8 Strata II 2 0.04% 2 0.04% 0 0.00%
9 Strata III 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
10 Belum Tamat SD/ Sederajat
0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
11 Belum Mengisi 526 11.13% 268 5.67% 258 5.46%
TOTAL 4725 100% 2383 50.43% 2342 49.57%
Sumber: Kantor Desa Senggigi Tahun 2016.
Meski tingkat pendidikan masyarakat Desa senggigi jika dilihat
pada tabel diatas tidak terlalu tinggi karena yang paling mendominasi
adalah yang belum sekolah yaitu sebesar 1306 akan tetapi dari tahun ke
tahun sudah mulai berkurang karena dapat dilihat juga pada tabel diatas
untuk masyarakat yang sedang menyelesaikan pendidikan SD,SLTP dan
SLTA bisa dikatakan sudah meningkat, meski masyarakat yang sudah
56
menyelesaikan diploma satu sampai tiga maupun strata satu masih sangat
sedikit.
Tidak terlepas dari implikasi undang-undang pariwisata no 10
tahun 2009 pasal 4 tentang tujuan kepariwisataan sebagaimana yang
disebutkan dalam huruf (a) yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ini
sudah jelas terasa bagi masyarakat Desa Senggigi yang tentunya sebagai
wilayah kawasan wisata.
Keberadaan sarana dan prasarana pendidikan juga sangat
mempengaruhi keberhasilan dan tingkat pendidikan masyarakat khususnya
di Desa Senggigi, untuk melihat lebih jelas mengenai jumlah sarana dan
prasarana pendidikan Desa Senggigi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.6
Prasarana dan Sarana Pendidikan Desa Senggigi Tahun 2016
No Sarana Pendidikan Jumlah
1 Gedung SMP/Sederajat 2
2 Gedung SD/ Sederajat 3
3 Gedung TK 3
4 Lembaga Pendidikan Agama 2
5 Perpustakaan Desa/ Kelurahan 1
Jumlah Total 11
Sumber: Kantor Desa Senggigi tahun 2016.
Pendidikan di Desa Senggigi terdiri dari pendidikan formal, yang
dimana pendidikan formal tersebut terdiri dari beberapa sekolah
diantaranya, 2 sekolah SMP, 3 Sekolah Dasar Negeri 3, dan 3 sekolah
Taman kanak-kanak.
57
Pendidikan formal keagamaan yaitu diantaranya, 1 sekolah
Ibtidaiyah dengan status terdaftar dan terakreditasi dan dimiliki oleh
yayasan dengan jumlah murid 89 orang, kemudian sekolah tsanawiyah,
status terdaftar kepemilikan oleh yayasan dengan jumlah murid sebanyak
93 orang.
b. Sarana Ibadah Desa Senggigi
Mengenai tempat peribadatan tercatat di Desa Senggigi terdapat 7
buah masjid, 4 buah Mushalla, dan 4 buah Pura. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.7
Jumlah Sarana Ibadah Desa Senggigi Tahun 2016
No Sarana Ibadah Jumlah
1 Masjid 7
2 Musolla 4
3 Pura 4
Jumlah Total 15
Sumber: Kantor Desa Senggigi tahun 2016.
Dari data tersebut dapat dilihat masyarakat Desa Senggigi tidak
hanya masyarakat yang beragama islam akan tetapi ada masyarakat yang
beraga hindu, Kristen dan katolik, akan tetapi yang paling mendominasi
adalah masyarakat yang beragama islam untuk masyarakat lokal Desa
Senggigi.
58
7. Keadaan Agama, dan Sosial Budaya
Agama merupakan ajaran yang transendental yang mengatur
hubungan manusia dengan tuhan. Agama mempersatukan pemeluknya
menjadi satu komunitas moral yang tunggal, jadi satu pengertian bahwa
agama sebagai bentuk kepercayaan yang hidup dalam masyarakat.
Masyarakat Desa Senggigi Kecamatan Batu Layar memiliki
masyarakat yang beragam agama, kepercayaan dan budaya yang dimana
sebagian besar masyarakatnya memeluk agama Islam yaitu sekitar
92,22%, agama Kristen 0,72%, khatolik 0,39% dan hindu 6,62%. Seperti
yang diungkapkan oleh H.Abdul Aziz kepala Dusun Kerandangan
mengatakan bahwa:
“Hubungan masyarakat Desa Senggigi antara warga satu dengan warga yang lain masih terjaga dengan baik dan saat ini belum pernah ada konflik antar agama, walaupun disini banyak masyarakat yang berbeda agama seperti agama hindu, kristen, katolik dan budha akan tetapi masyarakat masih saling menjaga sikap, prilaku, dan kerjasama antar sesama walaupun notaben masyarakat disini adalah pendatang akan tetapi kebersamaan dan kerjasama antar umat beragama masih terjaga.”53
Dari hasil wawancara dengan H.Abdul Aziz Kepala Dusun
Kerandangan dapat disimpulkan bahwa keadaan agama dan sosial budaya
masyarakat Desa Senggigi masih terjaga dan sampai saat ini masih
dipertahankan oleh masyarakat Desa Senggigi hal ini dapat dilihat bahwa
selama ini tidak pernah ada konflik antar agama, dan masyarakat masih
saling mengormati perbedaan yang ada.
53H.Abdul Aziz, Kepala Dusun Kerandangan, Wawancara, Desa Senggigi, Kamis 23
Maret 2017.
59
Untuk lebih jelas tentang data penduduk berdasarkan agama Desa
Senggigi bisa dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.8
Data Demografi Berdasarkan Agama Desa Senggigi Tahun 2016
No Kelompok Jumlah Laki-Laki Perempuan
N % N % N %
1 Islam 4208 92.22% 2126 46.59% 2082 45.63%
2 Kristen 33 0.72% 15 0.33% 18 0.39%
3 Katolik 18 0.39% 12 0.26% 6 0.13%
4 Hindu 302 6.62% 156 3.42% 146 3.20%
5 Budha 2 0.04% 1 0.02% 1 0.02%
6 Konghucu 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
7 Lainnya 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
8 Belum mengisi
0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%
Total 4563 100% 2310 50.62% 2253 49.38%
Sumber: Kantor Desa Senggigi Tahun 2016.
Jika dilihat dari keberagaman penduduk Desa Senggigi, sebagian
masyarakatnya menganut agama Islam yaitu sebanyak 4208 orang atau
92.22%, sedangkan sisanya menganut agama Kristen sebanyak 33 orang
atau 0,72%, Katolik 18 orang atau 0,39%, Hindu 302 orang atau 6,62%
dan agama Budha sebanyak 2 orang atau 0,04%. Dari data tersebut dapat
kita simpulkan bahwa meskipun jumlah penduduk Desa Senggigi tidak
terlalu tinggi akan tetapi sistem kepercayaan atau agama sangat beragam.
60
8. Sarana Wisata Desa Senggigi
Seiring dengan perkembangan pariwisata Desa Senggigi jumlah
sarana dan prasarana wisata semakin bertambah, sarana yang dimaksut
disini adalah seperti bangunan hotel atau penginapan (home stay), restoran,
café, tempat karaoke dan lokasi wisata lainnya khususnya yang ada di Desa
Senggigi. Untuk lebih jelas mengenai sarana wisata Desa Senggigi dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.9
Prasarana Hiburan dan Wisata Desa Senggigi tahun 2016.
No Sarana Wisata Jumlah
1 Jumlah Tempat Wisata 4
2 Hotel Bintang 5 1
3 Hotel Bintang 4 2
4 Hotel Bintang 3 4
5 Hotel Bintang 2 6
6 Diskotik 2
7 Karaoke 7
8 Restoran 20
Sumber: Kantor Desa Senggigi Tahun 2016.
Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah sarana dan prasarana wisata
Desa Senggigi sangatlah banyak ini terlihat pada jumlah tempat wisata
berjumlah 4 lokasi, jumlah hotel berbintang sebanyak 4 hotel, karoke 7
buah dan restoran sebanyak 20 buah.
Kemajuan pariwisata Senggigi dapat kita lihat dari jumlah restoran
dan hotel yang begitu banyak dan megah hal ini menjadi daya tarik
tersendiri bagi masyarakat pendatang untuk berkunjung maupun berlibur
61
di kawasan wisata tersebut baik itu masarakat pendatang seperti wisatawan
nusantara maupun mancanegara. Seperti yang diungkapkan oleh bapak
Supardi dan Syafrudin bagian pemerintahan Desa Senggigi mengatakan
bahwa:
“Sebagian besar hotel dan restoran yang ada di kawasan wisata Desa Senggigi merupakan milik orang asing yang dimana diantaranya yaitu Hotel Sheraton senggigi beach resort Lombok yang dimiliki oleh Bapak Peter Sondakh dari Australia, Puri Mas dimiliki oleh Bapak Marshell dari jerman bekerja sama dengan I Gde Bagus dari bali, Hotel Jati Villa dengan pemiliki yaitu bapak Antonella dari Australia, Qunci Villa yaitu orang Amerika, Bukit Senggigi Hotel dimiliki oleh orang Cina, Svarga dimiliki oleh orang Belanda, Holiday yaitu orang Jakarta, Aruna dengan nama pemiliki Bapak Saleh dari Jakarta, Puri Saron dimiliki oleh orang Denpasar Bali, dan Sudamala dimiliki orang Jakarta.”54
Selain hotel dan restoran usaha jasa penginapan juga banyak
terdapat di kawasan wisata Desa Senggigi. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2.10 Usaha Jasa Penginapan Desa Senggigi
No Jenis Usaha Jumlah
1 Kontrakan Rumah 20
2 Mess 3
3 Hotel 38
4 Home Stay 19
5 Villa 25
Jumlah Total 105
Sumber: Kantor Desa Senggigi thun 2016.
Jumlah sarana wisata Desa Senggigi bisa dikatakan cukup banyak
ini bisa dilihat pada tabel diatas yang dimana jumlah bangunan yang
54 Syafrudin dan Supardi, Wawancara, Desa Senggigi, Selasa 14 Maret 2017.
62
paling mendominasi yaitu bangunan hotel kemudian Villa, home stay dan
kontrakan rumah dan keseluruhannya berjumlah 105 bangunan, hal ini
memberi dampak langsung terhadap perkembangan pariwisata serta
peningkatan jumlah pengunjung atau wisatawan yang datang di wilayah
Desa Senggigi. Seperti yang di ungkapkan oleh bapak Supardi mengatakan
bahwa:
“Usaha jasa penginapan seperti mess, hotel, Home stay dan villa tersebut merupakan usaha jasa yang dimana sebagain dimiliki oleh masyarakat Lokal Desa Senggigi seperti senggigi home stay yang dimiliki oleh bapak Sabri dari Dusun Senggigi, kemudian family home stay dan mumni homstay dimiliki oleh Muhammad Suhad dari Dusun Senggigi, dan masyarakat lokal yang menikah dengan orang Australia yaitu Ibu Sumi Haden yang memiliki villa dan home stay di Dusun Senggigi, Ibu sakinah yang menikah dengan orang asing dan memiliki bounglow di Dusun Kerandangan, dan ibu Siti Aisyah memiliki Resatoran Asmara di kawasan wisata senggigi.”55
Dari hasil wawancara dengan bapak Supardi diatas peneliti
menyimpulkan bahwa sudah jelas terlihat intraksi antara masyarakat lokal
dengan masyarakat pendatang atau wisatawan asing sudah terjadi dalam
suatau masyarakat baik itu intrakasi dalam bentuk kerjasama usaha
maupun intraksi untuk mendapatkan pasangan seperti yang dikatakan oleh
bapak Syafrudin Kasi pemerintahan Desa mengatakan bahwa:
“Dari tahun 2014 ada sekitar 15 masyarakat lokal yang menikah dengan masyarakat pendatang atau wisatawan asing, kemudian pada tahun 2015-2017 sekarang ini tercatat sudah 8 orang yang menikah dengan warga Negara asing (WNA) rata-rata yang menikah tersebut memiliki usaha di kawasan wisata senggigi seperti home stay, villa, dan restoran. Dari kedelapan orang tersebut ada dua oraang sudah menjadi warga Negara Indonesia (WNI) dan menetap dan membuat rumah di Dusun kerandangan dan di Dusun Senggigi.”56
55Supardi, Wawancara, Desa Senggigi, Selasa 14 Maret 2017. 56Syafrudin, Wawancara, Desa Senggigi, Rabo 15 Maret 2017.
63
Bapak Khairil juga mengungkapkan bahwa:
“Sebagian besar masyarakat pendatang yang menikah dengan masyarakat lokal masuk islam atau muallaf sehingga prosesi akad nikah banyak di adakan di masjid, untuk masyarakat pendatang yang belum muallaf proses akad nikah diadakan di KUA, masyarakat pendatang yang menikah dengan masyarakat lokal yaitu Peter Sondakh dari Jerman, Brono dari Jerman, Geeer Hed dari Belgium, Lena dari Swedia, dan Michel dari Jerman, kesemuanya itu adalah muallaf dan prosesi pernikahan menggunakan adat sasak seperti acara begawe dan nyongkolan, kegiatan adat tersebut di sambut baik oleh pihak dari masyarakat pendatang itu sendiri.57
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa intraksi antara
masyarakat lokal dengan wisatawan sudah terjadi di kalangan masyarakat
sekitar kawasan wisata Desa Senggigi. Adapun wisatawan asing yang
menikah dengan masyarakat lokal Desa Senggigi mereka tidak tinggal dan
menetap di wilayah tersebut akan tetapi memperpanjang lama waktu
tinggal atau pasport mereka, dan biasanya berkisar enambulan atau empat
bulan tergantung dari masing-masing kedua pihak. Dengan adnya
perkawinan antara masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal Desa
Senggigi memberi peluang untuk memperkenalkan sekaligus
memperlihatkan bahwa budaya yang dimiliki oleh masyarakat lokal Desa
Senggigi khusunya dalam adat perkawinan sangat dipegang erat oleh
masyarakat sekitaryang tentunya sebagai kawasan wisata. Dari sebagian
besar pernikahan yang terjadi mennggunakan prosesi adat sasak yang
dimana masyarakat pendatang sangat bangga menyambut baik budaya
yang dimiliki oleh masyarakat lokal Desa Senggigi tentunya dalam adat
perkawinan tersebut.
57
Chairil, wawancara, Desa Senggigi, Rabo 15 Maret 2017.
64
Keberadaan hotel dan restoram serta tempat-tempat hiburan yang
ada di senggigi memberi pengaruh terhadap peningkatan wisatawan yang
datang ke wilayah tersebut hal ini dapat kita lihat pada jumlah wisatawan
yang datang ke NTB pada umumnya.
Angka kunjungan wisatawan mancanegara menurut data statistik
dinas kebudayaan dan pariwisata provinsi Nusa tenggara barat tahun 2016
mencatat bahwa pada triwulan pertama yitu pada bulan januari sampai
dengan bulan maret jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke NTB
sebanyak 182.995 dan pada triwulan ke dua yaitu pada bulan april sampai
dengan bulan juni 2016 angka kunjungan wisatawan asing sebanyak
339.343 dan jumlah keseluruhan mulai dari triwulan pertama sampai
dengan triwulan kedua khusus untuk wisatawan mancanegara berjumlah
522.338 dan tercatat bahwa setiap bulan wisatawan asing yang berkunjung
ke NTB lebih-lebih di pulau Lombok yang dimana pusat wisata di
Lombok salah satunya yaitu Desa Senggigi akan terus meningkat.58
58Sumber: Satatistik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2016.
65
9. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Senggigi Periode 2015-2021
10.
Sumber: Kantor Desa Senggigi 2016.
KEPALA DESA Muhammad Ilham
KAUR KEUANGAN
Mardiana
KAUR UMUM
Supardi.
SEKERTARIS DESA Mustahiq
KAUR TRANTIB
Mahrup
KASI PEMBANG..
Syafi’i, SE
KASI KESRA
Hamidah
Kepala Dusun Senggigi H.Muh Farhan
Kepala Dusun Kerandangan
H.Abdul Azis
KASI PEMERNTAH
Syafrudin
STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DESA SENGGIGI KECAMATAN BATULAYAR
Kepala Dusun Loco
Anwar
Kepala Dusun Mangsit
Haerudin
66
B. Bentuk Interaksi Sosial Antara Masyarakat Pendatang dengan
Masyarakat Lokal Desa Senggigi
Bentuk interaksi sosial antara masyarakat pendatang dan masyarakat
lokal dapat berupa kerja sama (coopration), persaingan (competition), dan
bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflik). Adapun
bentuk interaksi sosial tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kerjasama (cooperation)
Kerjasama adalah usaha bersama antar individu maupun kelompok
untuk mencapai tujuan bersama. Kerjasama biasanya terjadi karena adanya
kepentingan atau tujuan yang sama. Adapun bentuk kerjasama antara
masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal yaitu diantaranya:
a. Kerjasama dalam Transaksi Wisata
Pada bentuk Interaksi ini, wisatawan atau masyarakat pendatang
berinteraksi dengan masyarakat lokal Desa Senggigi untuk mencapai
kesepakatan transaksi wisata. Pelaku interaksi yaitu wisatawan
(turis/bule) yang ingin membeli produk wisata sementara masyarakat
lokal terdiri dari para pekerja di usaha bidang wisata yang menyediakan
berbagai unsur penunjang kegiatan pariwisata, seperti pengadaan tiket
perjalanan, tiket masuk lokasi wisata, pembelian souvenir, makanan
minuman serta akomodasi. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Man
yang mengungkapkan bahwa:
“Saya mulai berdagang di kawasan wisata Senggigi ini sudah hampir 12 tahun yaitu saya mulai pada tahun 2005 sampai sekarang, Alhamdulillah semenjak saya berjualan souvenir ada sedikit tambahan penghasilan walaupun terkadang wisatawan yang membeli dagangan
67
saya tidak terlalu banyak tapi paling tidak setiap hari itu ada yang terjual”59.
Ibu Halimah pedagang di kawasan dermaga pantai Senggigi juga
mengatakan bahwa:
“Biasanya jika musim ramai pengunjung disini wisatawan yang membeli minuman ataupun makanan di tempat saya ini banyak, karena di tempat saya ini yang menjual makanan dan minuman cuman beberapa orang, yang lainnya menjual baju kaos, kain pantai, batik, dan perhiasan-perhiasan seperti anting, cincin, dan gelang. Tetapi kalo musim sepi seperti saat ini yang membeli hanya beberapa saja, dan itupun wisatawan yang lewat disini saja yang membeli, kalo wisatawan lokal disini banyak yang membeli, kalo turis hanya sebagaian saja.”60
Interaksi untuk teransaksi wisata juga terjadi pada masyarakat yang
bekerja sebagai guide dan freelance, Seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Muhammad Fadillah Freelance kawasan wisata Senggigi yang
mengatakan bahwa:
“Komunikasi yang terjadi antara saya dengan wisatawan biasanya disini yaitu komunikasi untuk transaksi wisata seperti misalkan wisatawan yang ingin diantar ke lokasi-lokasi wisata, kemudian tawar menawar tarif travel, biasanya kalo rombongan saya antar menggunakan Bus travel, kalo bertiga atau berdua saya antar menggunakan mobil pribadi.”61
Sofian Hadi, Sales and Marketing Grand Beach Hotel Senggigi
mengatakan bahwa:
“Biasanya yang paling sering berkomunikasi dengan wisatawan asing disini yaitu bagian FO (front office) karena tugas mereka adalah penerima tamu, mengurus pesanan serta penjualan kamar baik langsung maupun melalui telpon atau melalui reservasi sales and marketing, kalo Sales and Marketing seperti saya ini mengurus pemasaran dari suatu produk atau paket-paket yang dibuat hotel, saya juga bisa dikatakan sering berkomuniksi dengan tamu asing karena disini saya juga
59Man, Wawancara, Desa Senggigi, Selasa 16 Mei 2017. 60Ibu Halimah, Wawancara, Desa Senggigi, Kamis 16 Maret 2017. 61Muhammad Fadillah, (Freelance), Wawancara, Desa Senggigi, Kamis 16 Maret 2017.
68
mempromosikan semua fasilitas yang ada di hotel mulai dari makanan,minuman, kamar hotel dan fasilitas yang lainnya.”62
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa intraksi
yang terjadi di kalangan masyarakat pekerja seperti pegawai hotel,
pedagang, guide, freelance, dan pada usaha jasa pengadaan tiket
perjalanan wisata sudah terjadi, yang dimana bentuk intraksinya yaitu
kerjasama dalam bentuk transaksi wisata.
b. Kerjasama dalam Bidang Usaha
Seiring dengan perkembangan pariwisata Senggigi memberikan
pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi masyarakat lokal
sekitar, hal ini tidak terlepas dari kerjasama yang dilakukan oleh industri
pariwisata dengan pemerintah setempat maupun masyarakat lokal sekitar
kawasan wisata Desa Senggigi. Seperti yang diungkapkan oleh bapak
H.Muhammad Farhan yang mengatakan bahwa:
“Sebagian besar hotel maupun restoran yang ada di wilayah Desa Senggigi ini adalah milik orang luar (asing), dengan adanya kerjasama dengan pihak terkait sehingga untuk penyerapan tenaga kerjanya mengutamakan putra daerah asli sini, sehingga penyerapan tenaga kerja cukup baik. Akan tetapi ada juga masyarakat kita yang menikah dengan masyarakat pendatang (wisatawan) dan memiliki home stay, bounglow dan restoran seperti ibu sumi dan ibu siti Aisah dan usaha dikelola bersama.”63
Bapak Chairil juga mengungkapkan bahwa:
“Pernikahan yang terjadi antara masyarakat pendatang dengan
masyarakat lokal Desa Senggigi memberi peluang terhadap pelestarian budaya lokal dalam hal ini yaitu pada proses perkawinan yang dimana masyarakat pendatang sangat tertarik dengan budaya perkawinan sasak, yang dimana pada perkawinan masyarakat pendatanag dengan
62Sofian Hadi, Wawancara, Desa Senggigi, Rabo 15 Maret 2017. 63
H.Muhammad Farhan, Wawancara, Desa Senggigi, Kamis 23 Maret 2017.
69
masyarakat lokal, kedua mempelai diiring-iringi dengan kecimol dan gendang beleq dalam acara nyongkolan, masyarakat pendatang sangat antusias mengikuti prosesi tersbut”64.
Kegiatan adat nyongkolan ini tidak terlepas dari upaya pelestarian
budaya yang memang sudah dimiliki oleh masyarakat sasak pada
umumnya, dalam adat perkawinan di Desa Senggigi tidak ada namanya
istilah kawin lari, adat perkawinan yang ada di Desa Senggigi yaitu
seperti krame gubuk yang dimana yang memiliki wewenang adalah
kepala dusun dari pihak kedua mempelai, yang dimana laki-laki
mendatangi kepala dusun perempuan untuk menyepakati pisuke atau
jumlah uang yang di berikan kepada pihak perempuan. Adat perkawinan
seperti ini tetap di lakukan oleh masyarakat lokal Desa Senggigi sampai
saat ini dan terus di lestarikan dengan baik oleh masyarakat.
C. Dampak interaksi Sosial Antara Masyarakat Pendatang dengan
Masyarakat Lokal Terhadap Eksistensi Budaya Lokal
Kebudayaan memiliki sifat yang dinamis sehingga setiap saat
kebudayaan yang dimiliki oleh suatu masyarakat dapat mengalami perubahan.
Dampak sosial budaya sebagai akibat dari terjadinya interaksi antara
masyarakat pendatang (wisatawan) dengan masayarakat lokal Desa Senggigi
memberi perubahan pada sistem dan tatanan sosial masyarakat. Adapun
dampak yang terjadi diantaranaya:
64 Chairil, wawancara, 15 Maret 2017.
70
1. Dampak Positif
a. Terbukanya Peluang Usaha Bagi Masyarakat Lokal
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemerintah Desa maupun
masyarakat setempat, ekonomi sebagai sebuah usaha dengan tujuan
untuk mengembangkan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat
terutama di Desa Senggigi ada pergeseran nilai ekonomi setelah di
jadikannya objek wisata Desa Senggigi, karena pola pikir masyarakat
mulai berubah seiring majunya pembangunan gedung hotel, restoran,
rumah makan, toko, dan lain sebagainya sehingga berdampak langsung
terhadap penyerapan tenaga kerja yang sangat baik.65
Seperti yang diungkapkan oleh H.Abdul Aziz yang mengatakan
bahwa:
“Setelah adanya wisata Desa Senggigi ini penyerapan tenaga kerja cukup baik, hal ini tidak terlepas dari permintaan oleh pihak pemilik usaha di bidang wisata seperti hotel, restoran, dan penginapan, karena pemilik usaha itu semuanya adalah milik orang luar sehingga masyarakat kita disini sebagai pekerja, sampai saat ini Alhamdulillah banyak anak-anak kita yang bekerja di bidang tersebut namun sesuai dengan sekill masing-masing, karena apa kalo kita menempatkan anak-anak kita disini bekerja yang tidak sesuai dengan sekillnya nanti kita yang malu jadi orang tua, sehingga kita lihat dan tanyakan dulu mereka sejauh mana mereka bisa bekerja di bidang tersebut.”66
Hal serupa juga di ungkapkan oleh H.Muhammad Farhan yang
mengatakan bahwa:
“Sekarang ini banyak masyarakat kita disini yang sudah bekrja di pariwisata, terutama di hotel, karena hotel sekarang ini semakin banyak di bangun sehingga masyarakat kita banyak yang terserap disana sebagai pekerja, setau saya yang paling banyak itu di bagian
65Observasi, Desa Senggigi Selasa 7 Maret 2017. 66
H.Abdul Azizi, Wawancara, Desa Senggigi, Kamis 23 Maret 2017.
71
waiter dan waitrees (pelayan), kemudian garden, masyarakat kita disini lebih ke pariwisata karena kalo menjadi petani susah, pendapatannya sedikit, sehingga petani sekarang sudah mulai berkurang hanya beberapa orang saja yang bekerja sebagai petani, termasuk saya juga petani disini.”67
Dari hasil wawancara diatas bahwa peneliti dampat mengambil
kesimpulan bahwa keberadaan pariwisata Desa Senggigi serta
meningkatnya pembangunan fasilitas penunjang seperti hotel, restoran,
dan penginapan meberi peluang usaha serta penyerapan tenaga kerja
yang baik untuk masyarakat lokal tentunya bagi masyarakat Desa
Senggigi.
b. Munculnya Usaha-Usaha Baru
Ekonomi di Desa Senggigi mulai mengalami peningkatan. Hal
ini dapat dilihat dari munculnya usaha-usaha baru dan tumbuhnya
pembangunan fisik seperti pembangunan hotel, restoran, rumah
makan, salon, membuka travel, dan usaha jasa wisata, yang
memungkinkan bertambahnya penghasilan masyarakat Desa Senggigi
khususnya, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Muhammad Ilham
Kepala Desa Senggigi yang mengatakan bahwa:
“Masyarakat pada saat ini berfikir pokus kepada ekonomi, mereka berprilaku setiap hari baik di lingkungan rumah tangganya maupun di luar rumah tangga mereka mengejar target ekonomi, karena dalam pola pikir masyarakat sekarang berubah dan berfikir bahwa ekonomi akan menunjang semua hal, baik pendidikan, biaya hidup dan lain sebagainya, masyarakat mengejar ekonomi tersebut dengan tidak memperhatikan perilaku sosial yang dulu yang memang sudah ada pada diri masyarakat.”68
67
H.Muhammad Farhan, Wawancara, kamis 23 Maret 2017. 68Muhammad Ilham, Wawancara, Desa Senggigi, Rabo29 Maret 2017.
72
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Pak Haerudin yang
mengatakan bahwa:
“Semenjak adanya wisata Senggigi ini ekonomi masyarakat meningkat, ini bisa dilihat dari banyaknya usaha masyarakat seperti berjualan souvenir, jadi guide, dan sebagai kariawan hotel, dan perlu diketahui kita disini sudah mulai memiliki pekerjaan, yang dulunya tidak bekerja sekarang bisa bekerja karena disini mengutamakan putra/putri daerah, akan tetapi kita bekerja disini sesuai dengan skill dan kemampuan kita disini tidak serta merta harus bekerja.”69
Pak Saharudin juga mengatakan bahwa:
“Keberadaan wisata Senggigi memberikan peluang pekerjaan yang besar terhadap masyarakat Senggigi, sehingga dengan sendirinya mata pencaharian penduduk akan berubah seperti masyarakat Desa Senggigi yang dulunya mayoritas adalah petani sekarang berubah menjadi pedagang, guide, dan membuat usaha di kawasan wisata Desa Senggigi ini.”70
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat
disimpulkan bahwa perubahan sosial dalam bidang ekonomi sangat
baik bagi kelangsungan hidup masyarakat Desa Senggigi.
Dari hasil pengamatan peneliti, setelah berjalan-jalan di
dermaga Pantai Senggigi ternyata banyak masyarakat lokal yang
mencarai keuntungan disana seperti berjualan makanan, minuman,
berjualan souvenir seperti gelang, anting, tato, kemudian masyarakat
lokal yang berprofesi sebagai tukang pijit seperti inaq Halimah yang
peneliti temukan disana, tidak hanya itu inak Halimah juga menjual es
kelapa dan nanas di depan Killa Hotel pinggir pantai Senggigi,
kemudian peneliti juga melihat usaha jasa sewa kano, alat snorkeling,
69Haerudin, Wawancara, Desa Senggigi, Rabo 15 Maret 2017. 70Saharudin, Frelance, Wawancara, Desa Senggigi, Rabo 15 Maret 2017.
73
dan alat renang lainnya, tidak hanya itu ketika peneliti berjalan-jalan di
pinggir jalan kawasan Dusun senggigi banyak terlihat masyarakat lokal
yang bekrja di usaha jasa wisata seperti tourism information, seperti
bapak man, kemudian berjualan makan dan minuman serta akomodasi
wisata lainnya.
Hal ini tidak terlepas dari implikasi undang-undang
kepariwisataan no 10 tahun 2009 pasal 4 tentang tujuan kepariwisataan
sebagaimana yang disebutkan dalam huruf (a) yaitu untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ini jelas terasa bagi masyarakat
Desa Senggigi yang tentunya sebagai wilayah kawasan wisata.
c. Meningkatnya Pendidikan Masyarakat
Pendidikan sebagai upaya orang untuk menumbuh kembangkan
potensi dan bakat yang ada pada masing-masing orang, hal ini dapat
dilakukan melalui jalur pendidikan formal seperti sekolah, dan
pendidikan non formal seperti platihan dan kursus. Seperti yang
diungkapkan oleh Pak Anwar yang mengungkapkan bahwa:
“Sekarang ini banyak anak-anak kita yang mengejar pekerjaan dengan sekolah singkat seperti kursus dan pelatihan, hal ini dilakukan karena permintaan dari hotel, restoran sangat banyak terutama untuk putra dan putri Desa Senggigi ini, dengan jumlah hotel yang cukup banyak ditambah lagi dengan restoran, home stay ada dimana-mana menjadi motivasi tersendiri bagi anak-anak remaja kami disini untuk sekolah singkat supaya mendapat sertifikat di tempat kursus maupun tempat-tempat platihan menjadi salah satu syarat untuk bisa bekerja.”71
Bapak kepala Desa Senggigi yaitu Muhammad Ilham juga
mengatakan bahwa:
71Anwar, Wawancara, Desa Senggigi, Rabo 15 Maret 2017.
74
“Semenjak Adanya wisata Desa Senggigi ekonomi masyarakat secara tidak langsung mengalami perkembangan hal ini juga berdampak kepada biaya pendidikan anak-anak kita khususnya di Desa Senggigi ini, dan sekarang ini pendidikan disini bisa dikatakan meningkat dari tahun ke tahun.”72
Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti menyimpulkan
bahwa perubahan sosial dalam bidang pendidikan sangat baik, dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya penddikan semakin besar
dengan adanya peluang kerja yang di berikan oleh industry pariwisata
Senggigi.
d. Pembelajaran Budaya
Terjadinya pernikahan masyarakat pendatang dengan
masyarakat lokal Desa Senggigi tentunya memberi pembelajaran
tentang budaya serta adat istiadat kepada masyarakat pendatang yang
menikah dengan masyarakat lokal, karena sebagian besar pernikahan
yang dilakukan menggunakan adat perkawinan masyarakat Lombok
yang tentunya ada di Desa Senggigi, pada umumnya seperti prosesi
mulai dari pengambilan mempelai wanita sampai dengan prosesi
nyongkolan atau iring-iringaan tetap menggunakan adat Lombok.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Syafiin yang
mengungkapkan bahwa:
“Sebagian Besar masyarakat pendatang yang menikah dengan masyarakat lokal Desa Senggigi disini menggunakan prosesi adat perkawinan yang ada di Desa Senggigi seperti resepsi atau begawe, iring-iringan atau nyongkolan dan prosesi pelamaran, karena di Desa Senggigi istilah kawin lari tidak ada sehingga proses yang dijalani yaitu seperti karma gubuk dan pisuke, akan tetapi kalo masyarakat
72Muhammad Ilham, Wawawncara, Desa Senggigi, Rabo 29 Maret 2017.
75
pendatang yang menikah dengan masyarakat sini memang agak sulit untuk mengurus suratnya karena berbeda kwarganegaraan, kalo mengenai adat tetap menggunakan adat Desa Senggigi pada umumnya”73
Dari hasil wawancara dengan Bapak Syafiin diketaahui bahwa
meski adat perkawinan kawin lari tidak dilakukan oleh masyarakat
Lokal Desa Senggigi namun prosesi perkawinan tetap dilkukan sesuai
dengan adat perkawinan yang ada di Lombok pada umumnya seperti
sorong serah, tutut wali, karma gubuk dan pisuke tetap dilakukan oleh
masyarakat lokal sekitar.
2. Dampak Negatif
Adapun Dampak negatif yang muncul sebagai akibat dari interaksi
dan perkembangan pariwisata Desa Senggigi adalah sebagai berikut:
a. Etika Cara Berpakaian
Keberadaan wisata memberi peluang kepada wisatawan atau
masyarakat pedatang yang keluar masuk berkunjung di Desa Senggigi,
hal ini memberi pengaruh besar terhadap budaya-budaya yang dibawa
dari negara asalnya seperti diantaranya cara berpakaian. jenis pakaian
yang dipakai oleh masyarakat lokal Desa Senggigi sehari-hari berupa
sarung dan baju kaos bagi kalangan laki-laki, sedangkan perempuan
umumnya memakai sarung, baju lengan panjang, dan kerudung atau
jilbab.74
73 Syafiin, Wawancara, Desa Senggigi 14 Maret 2017. 74Observasi, Desa Senggigi Selasa 7 Maret 2017.
76
Sekarang ini beberapa masyarakat lokal telah mengadopsi pola
penampilan dan cara berpakaian para wisatawan. Sebagai contoh, Pak
Edy (seorang sopir “freelance”) Mengatakan bahwa:
“saya telah mengubah penampilan sejak tahun 1998. Begitu juga dengan cara berpakaian. Sebelum dipengaruhi oleh model berpakaian para wisatawan, cara berpakaian saya seperti layaknya masyarakat lokal pada umumnya yaitu memakai sarung ketika di rumah, kalo bepergian jauh baru saya ganti pake celana. Motivasi saya untuk mengubah cara berpenampilan dan berpakaian adalah agar lebih percaya diri dalam berkomunikasi dengan wisatawan atau turis”75.
Tidak hanya itu akulturasi budaya juga terlihat pada anak-anak
remaja yang ada di kawasan Desa Senggigi pada umumnya. Terlihat
ada beberapa anak atau remaja yang meniru gaya atau model berpakain
dan cara hidup wisatawan seperti mengecat rambut warna pirang, dan
memakai pakaian yang terbuka seperti menggunakan celana pendek.
Seperti yang diungkapkan Bapak H.Muhammad Farhan (Kadus Desa
Senggigi) mengungkapkan bahwa:
“Anak-ank sekarang terutama yang menganjak remaja banyak yang seperti turas (mengikuti gaya rambut turis), terutama anak-anak kita disini wah banyak yang mengecat rambutnya dengan warna kuning, pirang dan lain sebagainya, dan saat ini juga anak-anak remaja ketika diajak bergotong royong maupun dalam rangka kegiatan Dusun anak-anak jarang untuk tertarik untuk ikut berpartisipasi melainkan jika disuruh minum minuman beralkohol paling cepat responnya.”76
Dari hasil wawancara dengan H.Muhammad Farhan dan pak
Edy sudah diketahui bahwa cara berpakaian dan gaya hidup
masyarakat sudah mulai terpengaruhi dengan keberadaan pariwisata
75Bapak Edy, sopir Freelance Kawasan Wisata Desa Senggigi, Wawancara, Kamis 30
Maret 2017. 76H. Muhammad Farhan (Kepala Dusun Senggigi), Wawancara, Desa Senggigi, Kamis
23 Maret 2017.
77
Desa Senggigi dan keberadaan dari wisatawan atau turis yang
berkunjung ke wilayah tersebut.
b. Budaya Gotong Royong
Gotong royong merupakan bentuk partisipasi aktif setiap
individu untuk ikut terlibat dalam memberi nilai positif dari semua
kegitan. Gotong royong adalah semangat yang diwujudkan dalam
bentuk perilaku atau tindakan individu yang dilakuakan masyarakat
tanpa mengharapkan balasan untuk melakukan sesuatu secara bersama-
sama demi kepentingan bersama atau individu tertentu.
Sehubungan dengan pengembagan pariwisata di Objek Wisata
Pantai Senggigi kesadaran masyaraka dalam bergotong royong mulai
berkurang hal ini dikarenakan masyarakat yang masih terikat oleh
pekerjaan, karena sebagain masyarakat bekerja di hotel, restoran,
berdagang, bekerja sebagai usaha jasa wisata dan lain sebagainya
sehingga jika mengadakan gotong royong harus bisa memilih hari
yang tepat supaya masyarakat banyak yang ikut berpartisipasi, Seperti
yang diungkapkan oleh bapak Adam yang mengatakan bahwa:
“Jika berbicara mengenai gotong royong masyarakat tidak seperti sebelum adanya wisata, keasadaran masyarakat dengan gotong royong sangat kuat bahkan masyarakat selalu aktif dan berpartisipasi dalam bergotong royong dalam hal pembangunan tempat-tempat ibadah, kebersihan lingkungan maupun dalam acara hari-hari besar. Akan tetapi saat ini masyarakat banyak yang bekerja di industry pariwisata sehingga tidak semua masyarakat bisa ikut langsung dalam kegiatan gotong royong.”77
77Pak Adam, Wawancara, Desa Senggigi, Senin 20 Maret 2017.
78
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak H.Muhammad Farhan
yang mengungkapkan bahwa:
“Kalo dulu masyarakat kita disini masih banyak bekerja sebagai petani sangat antusias untuk ikut gotong royong, baik itu dari anak-anak, pemuda maupun orang tua terlihat ikut berfartisipasi, akan tetapi sekarang ini sudah berbeda, sekarang sulit untuk bisa mengumpulkan masyarakat, karena petani sekarang sudah mulai berkurang, lebih banyak terserap di wisata, sekarang ini juga ada kegiatan perbaikan musalla, jadi cara kita mengumpulkan masyarakat lewat speker musalla itu, memberi tau masyarakat kalo kita mengadakan gotong royong, akan tetapi sekarang kalo kita mengadakan gotong royong harus bisa memilih waktu dan hari yang tepat supaya masyarakat banyak yang ikut berpartisipasi, karena masyarakat saat ini memiliki berbagai macam kesibukan masing-masing itu yang kita harus pahami dari masyarakat itu sendiri.”78
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa lebel
masyarakat yang hidup secara kolektifitas, asri akan keteradisionalnya,
Mayoritas masyarakat saat ini bertolak ukur kearah modernisasi
memungkinkan akan terjadi perubahan terhadap masyarakat lokal itu
sendiri yang mengarah kepada masyarakat yang individualis dan
matrialis dan lebih berorientasi kepada kepentingan sendiri.
c. Berkembangnya Aktifitas yang Tidak Bermanfaat
Seiring dengan berkembangnya pariwisata Senggigi
menimbulkan budaya-budaya baru bagi kalangan masyarakat lokal
sekitar, baik remaja, tua dan anak-anak. Ketika peneliti melewati
kawasan wisata Desa Senggigi sekitar jam sebelas malam, terlihat
anak-anak remaja, dan orang tua duduk-duduk di pinggir jalan maupun
di tempat orang jualan terlihat nongkrong sampai larut malam,
78H. Muhammad Farhan, wawancara, Desa Senggigi, Kamis 23 Maret 2017.
79
kebiasaan nongkrong sampai larut malam ini dilakukan msyarakat
semenjak dijadikannya wisata karena setiap hari dan malam selalu
ramai di kawasan tersebut tidak seperti sebelum adanya wisata79.
d. Minum-Minuman Beralkohol
Dari data yang didapatkan peneliti di lapangan tercatat dari
tahun 2015 sampai sekarang ini jumlah penduduk yang mengkonsumsi
miras mencapai seratus orang, hal ini tidak terlepas dari usaha-usaha
yang ada di kawasan tersebut yang menyediakan minuman-minuman
beralkohol seperti restoran, caffe, bar dan lain sebagainya. Jumlah
warung atau toko yang menyediakan miras tercatat ada enam buah
toko, ini yang menyebabkan masyarakat menjadi terpengaruhi untuk
mengkonsumsi minuman haram tersebut karena kebiasaan tersebut
tidak sesuai dengan nilai dan norma serta kebiasaan masyarakat pada
umumnya yang ada di kawasan wisata Desa Senggigi.80
Seperti yang diungkapkan oleh H.Muhammad Farhan:
“Memang saat ini banyak kita lihat masyarakat terutama remaja yang mengkonsumsi minuman keras tetapi mereka juga sadar kalo kita melihat mereka ya mereka pergi, akan tetapi kalo dibiarkan begitu saja mereka malah seneng, ini juga dapat meresahkan disini, tetapi remaja disini memang begitu yang saya lihat sih tidak terlalu banyak tapi ndak tau kalo diluar ya wallahuallam.”81
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
keberadaan dari toko, restoran serta warung yang menyediakan
minuman beralkohol memberi peluang serta kemudahan bagi
79Observasi, Desa Senggigi 9 Maret 2017. 80Observasi, Desa Senggigi 9 Maret 2017. 81
Muhammad Farhan, Wawancara, DesaSenggigi, Kamis 23 Maret 2017.
80
masyarakat terutama anak-anak remaja untuk mengkonsumsi minuman
tersebut, hal ini tidak terlepas dari kebiasaan dan lingkungan
masyarakat yang kurang mendukung.
81
BAB III
PEMBAHASAN
Sebagaimana diketahui bahwa dari hasil temuan peneliti di lapangan,
perkembangan pariwisata Desa Senggigi dan intraksi masyarakat lokal dengan
wisatawan memiliki dampak terhadap perubahan sosial yang tentunya akan
menimbulkan pergeseran pada nilai budaya lokal yang ada pada masyarakat Desa
Senggigi khususnya. Baik itu pergeseran dalam bidang ekonomi, pendidikan dan
sosial budaya masyarakat.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara di lapangan peneliti memperoleh
data mengenai “Dampak Intraksi Sosial Antara Masyarakat Pendatang
(wisatawan) dengan Masyarakat Lokal Terhadap Eksistensi Budaya Lokal Desa
Senggigi” namun sebagai langkah awal terlebih dahulu peneliti akan memaparkan
mengenai bentuk interaksi sosial masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal
Desa Senggigi.
A. Bentuk Interaksi Sosial Antara Masyarakat Pendatang dengan
Masyarakat Lokal Desa Senggigi.
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (coopration) dan
persaingan (Competition).
1. Kerjasama (coopration)
Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap
kelompok lain. Adapun kerja sama yang dilakukan antara masyarakat
pendatang (wisatawan) dengan masyarakat lokal salah satunya adalah
kerjasama untuk transaksi wisata. Wisatawan atau masyarakat pendatang
81
82
berinteraksi dengan masyarakat lokal Desa Senggigi untuk mencapai
kesepakatan transaksi wisata. Pelaku interaksi yaitu wisatawan (turis/bule)
yang ingin membeli produk wisata sementara masyarakat lokal terdiri dari
para pekerja di hotel maupun restoran, pekerja di usaha bidang wisata
yang menyediakan berbagai unsur penunjang kegiatan pariwisata, seperti
pengadaan tiket perjalanan, penyewaan akomodasi wisata, tiket masuk
lokasi wisata, pembelian souvenir, makanan minuman serta akomodasi
lain yang ada di kawasan wisata Desa Senggigi.
Untuk masyarakat lokal yang berpropesi sebagai pedagang, dan
pengadaan tiket, usaha jasa wisata serta pemandu wisata (guide), intraksi
yang terjadi akan lebih besar hal ini terjadi ketika wisatawan memerlukan
atau membeli beberapa keperluan seperti makanan, minuman dan lain
sebagainya. Interaksi ini berlangsung singkat apabila tujuannya hanya
pada tercapainya transaksi. Namun kontak dapat berlangsung lebih lama
apabila keduanya bertemu lagi untuk keperluan selain transaksi wisata.
Charles H. Cooley mengatakan betapa pentingnya kerjasama, yaitu
“kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri
untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut, kesadaran akan
83
adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi
merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna82.
Hal ini sesuai dengan teori diatas, kerjasama yang di lakukan
dengan para pengusaha-pengusaha seperti masyarakat pendatang yang ada
di wilayah Desa Senggigi khususnya Dusun senggigi, adapun kerjasama
yang dilakukan yaitu bagi pengusaha yang ingin membangun usaha
seperti home stay, villa, dan penginapan lainnya dikenakan biaya sesuai
dengan awig-awig yang sudah dibuat oleh pemerintah Dusun itu sendiri
sebagai konstribusi supaya mendapat izin rekomendasi dari Dusun
maupun dari Desa. Jumlah biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha yang
ingin membangun home stay, villa yaitu sebesar sepuluh juta, ini diberikan
langsung kepada pemerintah Dusun untuk keperluan umum yaitu sebagai
bentuk bantuan langsung untuk warga masyarakat sekitar yang digunakan
untuk renopasi tempat ibadah dan lain sebagainya.
Adapun kerjasama juga dilakukan antara pemerintah Desa dengan
industri pariwisata yaitu dalam bentuk kerjasama dalam bidang usaha
yang memberikan keuntungan tersendiri bagi masyarakat lokal sekitar
yang dimana dengan adanya pembangunan hotel dan restoran yang
semakin banyak dan penyerapan tenaga kerja mengutamakan putra-putri
daerah memberi dampak positif bagi masyarakat lokal sekitar terhadap
peningkatan ekonomi. Ini sesuai dengan undang-undang kepariwisataan no
10 tahun 2009 pasal 4 tentang tujuan kepariwisataan sebagaimana yang
82
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Ilmu Sosial (Jakarta: PT.Bulan Bintang,2002), h. 80.
84
disebutkan dalam huruf (a) yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Ini jelas terasa bagi masyarakat Desa Senggigi yang tentunya
sebagai daerah kawasan wisata.
B. Dampak interaksi Sosial Antara Masyarakat Pendatang dengan
Masyarakat Lokal Terhadap Eksistensi Budaya Lokal
Kedua bentuk interaksi antara masyarakat pendatang dengan
masyarakat lokal Desa Senggigi memberi dampak kepada kedua belah pihak,
dampak yang terjadi dapat positif ataupun negatif. Adapun dampak positif dan
negatifnya adalah sebagai berikut:
1. Dampak Positif
Dampak positif dari interaksi masyarakat pendatang dengan
masyarakat lokal Desa Senggigi adalah:
a. Terciptanya Lapangan Pekerjaan
Keberadaan wisata senggigi disertai dengan permintaan tenaga
kerja dari industri pariwisata yang mengutamakan putra daerah
memberikan peluang besar bagi masyarakat lokal untuk bekerja di
bidang tersebut seperti sebagai kariawan hotel, restoran, rumah makan,
salaon dan segagainya, sehingga merubah pola pikir masyarakat yang
berorientasi lebih fokus pada peningkatan ekonomi. Hal ini juga
berpengaruh terhadap keberadaan mata pencaharian masyarakat lokal
yang dimana dulunya masyoritas masyarakat bekerja sebagai petani dan
nelayan, dan sekarang ini berubah menjadi kariawan hotel, restoran,
penginapan, usaha jasa wisata, dan pedagang. Sehingga keberadaan dari
85
budaya tradisional masyarakat seperti mata pencaharian saat ini sudah
mulai berkurang dan menuju kearah yang lebih maju lagi.
Dari hasil wawancara dengan tokoh masyarakat dan
pemerintahan Desa Senggigi tercatat sekitar 70% masyarakat lokal
bekerja di bidang pariwisata, yang dimana 30% masyarakat terserap di
industri pariwisata seperti sebagai kariawan hotel, sales and marketing,
penjualan tiket, tourism information, dan Guide lokal, dan 40% berusaha
di bidang bisnis, baik itu usaha jasa penginapan, seperti kontrakan
rumah, home stay, dan villa, rumah makan, salon, dan dan akomodasi
wisata lainnya.
b. Munculnya Usaha-Usaha Baru
Ekonomi di Desa Senggigi mulai mengalami peningkatan. Hal
ini dapat dilihat dari munculnya usaha-usaha baru seperti pedagang
makanan dan minuman, usaha jasa travel, toko souvenir, salon, guide,
Tourism Information, penjualan tiket wisata, dan lain sebagainya serta
tumbuhnya pembangunan fisik seperti pembangunan hotel, restoran,
rumah makan, salon, membuka travel, dan usaha jasa wisata, yang
memungkinkan bertambahnya penghasilan masyarakat Desa Senggigi
khususnya.
Bertambahnya usaha-usaha baru tersebut dapat dilihat langsung
di kawasan wisata Desa Senggigi, seperti terlihat di kawasan dermaga
pantai senggigi, banyak masyarakat lokal yang peneliti temukan
menjual makanan dan minuman, menyediakan tempat seperti tikar dan
86
memberi pelayanan kepada pengunjung dan menyediakan berbagai
macam pesanan yang disediakan oleh pedagang disana, tidak hanya itu
penjualan souvenir juga banyak terlihat seperti berjualan gelang,
anting, cincin banyak terlihat di dermaga pantai senggigi, dan yang
membuat peneliti kagum sebagian besar pedagang tersebut sudah bisa
berkomunikasi dengan wisatawan asing seperti turis/bule, tidak hanya
itu usaha penjualan baju kaos khas Lombok juga banyak terlihat
seperti baju batik, kain batik, topi serta baju dan celana panatai.
Dari hasil pengamatan peneliti bahwa, dengan munculnya
usaha-usaha baru di kawasan wisata Desa Senggigi ini dapat
menambah penghasilan bagi masyarakat lokal sekitar yang membuat
usaha di kawasan tersebut, sehingga tujuan dari pariwisata seperti yang
disebutkan dalam undang-undang kepariwisataan no 10 tahun 2009
pasal 4 huruf (a) yaitu untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, ini
sudah terlealisasikan dan dirasakan langsung bagi masyarakat lokal
Desa Senggigi pada umumnya.
c. Meningkatnya Pendidikan Masyarakat
Keberadaan wisata Senggigi menjadi motivasi tersendiri bagi
putra-putri daerah khusunya Desa Senggigi menempuh berbagai macam
jenjang pendidikan untuk mengejar posisi pekerjaan yang baik, yang
dimana dari data yang sudah didapatkan peneliti sekarang ini
masyarakat banyak yang menempuh pendidikan baik itu pendidikan
formal seperti SD, SMP, SMA, maupun pendidikan non formal seperti
87
pelatihan, kursus dan lain sebagainya, hal ini tidak terlepas dari
pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada masyarakat Desa Senggigi.
Dari hasil wawancara yang pernah dilakuakan oleh peneliti
dapat dianalisa bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya
pendidikan sudah mulai meningkat, hal ini tidak terlepas dari
permintaan oleh pihak pengelola usaha seperti hotel, restoran, yang
dimana menargetkan standar ijazah untuk bisa bekerja di bidang
tersebut yaitu minimal ijazah SMA, ini yang meyebabkan masyarakat
Desa Senggigi mengejar target tersebut dan memilih sekolah singkat
seperti kursus dan pelataihan baik itu di lembaga seperti LP3BL dan
lain sebagainya yang ada kerjasamanya dengan pihak perhotelan
kawasan wisata Desa Senggigi tentunya.
d. Pembelajaran Budaya
Dengan adanya perkawinan antara masyarakat pendatang
dengan masyarakat lokal memberi peluang terhadap pengenalan budaya
yang ada di wilayah Desa Senggigi seperti adat perkawinan yang
dimana dalam setiap pernikahan dilakukan prosesi yang diadakan
menggunakan adat sasak pada umumnya seperti mengadakan begawe
dan nyongkolan. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak
Chairil bahwa sebagian besar masyarakat pendatang yang menikah
dengan masyarakat lokal Desa Senggigi melakukan prosesi adat seperti
begawe dan nyongkolan adapun prosesi akad nikah akan dilakukan di
masjid apabila masyarakat pendatang muallaf atau masuk islam.
88
Kegitan adat seperti krame gubuk dan pisuke tetap dilakukan oleh pihak
yang menikah karena itu merupakan prosesi adat yang harus dijalankan
dan di terapkan di Desa Senggigi khusunya.
Kegiatan krame gubuk ini dilakukan oleh pihak mempelai laki-
laki untuk mendatangi kepala dusun dari pihak perempuan bukan
mendatangi keluarga dari pihak perempuan akan tetapi kepala dusun
yang didatangi untuk membicarakan mengenai pernikahan yang akan
dilakukan. Proses perkawinan yang dilakukan oleh masyarakat lokal
Desa Senggigi hampir sama dengan prosesi perkawinan di daerah-
daerah lain yang ada di Lombok pada umumnya.
Dengan adanya perkawinan antara masyarakat pendatang
dengan masyarakat lokal dan prosesi pernikahan yang dilakukan
menggunakan adat pernikahan sasak pada umumnya memberi peluang
bagi pelestarian dan pengenalan budaya sasak khusunya dalam prosesi
perkawinan.
2. Dampak Negatif
Adapun dampak negatif dari interaksi masyarakat pendatang
(wisatawan) dengan masyarakat lokal Desa Senggigi adalah:
a. Etika Cara Berpakaian Dampak interaksi masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal
antara lain dapat dilihat dari perubahan gaya busana masyarakat
terutama pada remaja yang meniru wisatawan, gaya bahasa, sikap dan
89
prilaku yang ditunjukkan masyarakat lokal, ini adalah efek demonstratif
dari budaya yang di bawa oleh wisatawan dari Negara asalanya.
Seperti yang diungkapkan de Kadt dalam Tashadi, efek
demonstratife adalah perubahan nilai, sikap dan prilaku suatu
masyarakat sebagai akibat dari kunjungan wisatawan ke daerah itu,
terutama karena adanya interaksi dengan wisatawan dan usaha meniru
budaya wisatawan.83
Ini sesuai dengan teori diatas bahwa keberadaan pariwisata
memberi peluang kepada wisatawan atau masyarakat pedatang yang
keluar masuk berkunjung di Desa Senggigi, hal ini memberi pengaruh
besar terhadap budaya-budaya yang dibawa dari negara asalnya seperti
diantaranya cara berpakaian. Akulturasi budaya berpakain wisatawan
tersebut terlihat pada sopir preelance dan anak-anak yang menganjak
dewasa yang dimana kebiasaan sekarang ini menggunakan pakain
terbuka seperti baju kaos dan celana pendek.
Jika kita melihat saat ini etika cara berpakain masyarakat terutama
anak-anak remaja jauh berbeda dari biasanya, mereka sudah tidak malu
menggunakan pakain yang serba terbuka, ini tidak terlepas dari
perkembangan zaman yang semakin maju dan proses akulturasi yang
dilakukan oleh para remaja khususnya di kawasan wisata Desa Senggigi,
etika cara berpakaian tersebut sangat tidak sesuai dengan syaraiat islam
seperti yang di tegaskan oleh Allah SWT dalam firmannya:
83
Sri Safitri Oktaviyanti, Dampak Sosial Budaya Interaksi Wisatawan dengan Masyarakat Lokal di Kawasan Sorowijan (Jurnal Nasional Pariwisata:2013).
90
Artinya: “Hai anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa itulah yang paling baik, yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS.Al -A’raf:26).84
Jika kita melihat dari ayat di atas jelas bahwa etika cara berpakain
masyarakat Desa Senggigi terutama pada sebagain masyarakat lebih-lebih
pada remaja yang ada di sana jauh berbeda dari biasanya dan tidak sesuai
dengan apa yang di jelaskan dalam firman Allah di atas.
Dengan berubahnya prilaku dan etika cara berpakaian masyarakat
lokal, dan proses imitasi sebagai bagian dari efek demonstratife ini
perlahan dinilai dapat menghilangkan keaslian budaya lokal.
b. Budaya Gotong Royong
Gotong royong sebagai salah satu ciri khas masyarakat pedesaan
tidak terlepas dari eksistensi masyarakatnya sebagai individu maupun
sebagai mahluk sosial.
Kojaraningrat membagi dua jenis gotong royong yang dikenal oleh
masyarakat Indonesia yaitu gotong royong tolong menolong dan gotong
royong kerja bakti. Kegiatan gotong royong tolong menolong terjadi
pada aktifitas pertanian, kegiatan sekitar rumah tangga, kegiatan pesta,
kegiatan perayaan, dan pada peristiwa bencana atau kematian. Kegiatan
gotong royong seperti tolong menolong sering kita jumpai di kawasan
84
QS. al-A’Raf [7]: 26.
91
wisata Desa Senggigi seperti contoh tolong menolong ketika ada
masyarakat di timpa musibah seperti meninggal dunia, masyarakat
secara bersama-sama saling membantu ngelayat kekuburan, ngaji
yasinan dan zikir, kemudian ada terlihat kelompok yasinan di
masyarakat, serta kegiatan iuran kematian juga masih ada di Desa
Senggigi, di setiap Dusun masih bisa dijumpai, bagi masyarakat yang
terkena musibah seperti meninggal dunia fungsi perkumpulan tersebut
yaitu memberi sumbangan sebesar Rp.2500/orang untuk membantu
keluaraga yang di timpa musibah baik itu masyarakat pendatanng
maupun masyarakat lama.
Sedangkan kegiatan gotong royong kerja bakti yang sifatnya untuk
kepentingan umum seperti kerja bakti untuk kebersihan lingkungan
Dusun dan gotong royong dalam membangun dan renopasi tempat-
tempat ibadah seperti mushalla dan masid sudah jarang terlihat
dikawasan wisata Desa Senggigi.
Hal ini diketahui ketika peneliti melakukan wawancara dengan
Bapak H.Muhammad Farhan yang bersamaan pada saat itu ada
perbaikan mushalla di Dusun Senggigi, terlihat partisipasi masyarakat
saat itu tidak terlalu banyak, jika dilihat dari data penduduk setiap Dusun
yang paling banyak penduduknya adalah Dusun Senggigi itu sendiri
yaitu berjumlah 1789 Jiwa dengan jumlah KK 579 kepala keluarga
namun nyatanya di lapangan yang mengikuti kegiatan gotong royong
dalam bentuk kerja bakti sangat kurang.
92
fakta tersebut juga sesuai dengan apa yang pernah diungkapkan
oleh Bapak Muhammad Ilham kepala Desa Senggigi yaitu dengan
adanya wisata Desa Senggigi ini terjadi perubahan dalam “sisi perilaku
sosial berubah deratis di kalangan masyarakat terutama cara hidup dan
berinteraksi antar sesama sangatlah jauh berbeda dari biasanya, yang
dulunya pola hidup masih banyak saling bergotong royong, dan hidup
tradisional sekarang sudah jarang terjadi di kalangan masyarakat lokal.
Kehidupan gotong royong banyak ditemukan pada masyarakat
yang berakar pada tradisi pertaniain pedesaan atau agraris, yang disebut
Eric Wolf dengan istilah peasant community.85 Adapun gotong royong
atau tolong menolong dalam Islam lebih dikenal dengan istilah ta’awun.
Tolong menolong (ta’awun) dalam al-Quran terdapat dalam surah Al -
Maidah [5]: 2.
Artinya : “Dan tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
siksa-Nya.”86
Jika melihat dari persfektif Al-Quran masyarakat Desa Senggigi
terutama dalam budaya gotong royong dalam hal kerja bakti yang
85
Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 1982).h. 116. 86
Al-Maidah [5]: 2.
93
sifatnya untuk umum sekarang ini sudah mulai bergeser dan jauh
berbeda dari biasanya.
Lebel masyarakat yang hidup secara kolektifitas, asri akan
keteradisionalnya khusunya di Desa Senggigi ini, mayoritas masyarakat
saat ini bertolak ukur kearah modernisasi sehingga terjadi perubahan
terhadap masyarakat lokal itu sendiri yang mengarah kepada masyarakat
yang individualis dan matrialis dan lebih berorientasi kepada
kepentingan sendiri.
Kesadaran masyarakat dalam bergotong royong mulai berkurang
hal ini dikarenakan masyarakat yang masih terikat oleh pekerjaan,
karena sebagain masyarakat bekerja di hotel, restoran, berdagang,
bekerja sebagai usaha jasa wisata dan lain sebagainya sehingga jika
mengadakan gotong royong harus bisa memilih hari yang tepat supaya
masyarakat banyak yang ikut berpartisipasi.
c. Berkembangnya Aktifitas yang tidak Bermanfaat
Seiring dengan berkembangnya pariwisata Senggigi
menimbulkan budaya-budaya baru di kalangan masyarakat lokal sekitar,
baik remaja, tua dan anak-anak terlihat duduk-duduk di pinggir jalan
maupun di tempat orang jualan terlihat nongkrong sampai larut malam,
kebiasaan nongkrong sampai larut malam ini dilakukan msyarakat
semenjak dijadikannya wisata karena setiap malam hari selalu ramai di
kawasan tersebut tidak seperti sebelum adanya wisata.
94
d. Minum-Minuman Beralkohol
Akulturasi budaya juga terjadi pada masyarakat lokal yang
dimana sebagian masyarakat meniru kebiasaan wisatawan seperti
minum-minuman berarkohol, hal ini tidak terlepas dari jumlah warung,
toko, restoran yang menyediakan minuman-minuman beralkohol
tersebut sehingga secara tidak langsung kebiasaan tersebut akan ikuti
oleh sebagian masyarakat lokal sekitar wisata Desa Senggigi.
Dari data yang di dapatkan peneliti di lapangan bahwa jumlah
toko maupun usaha yang menyediakan minuman beralkohol tercatat
sebanyak 6 buah, yang dimana jumlah masyarakat yang di ketahui
mengkonsumsi miras berjumlah 100 orang.
Jumlah warung atau toko yang menyediakan miras bisa
dikatakan sangat banyak, ini yang menyebabkan masyarakat menjadi
terpengaruhi untuk mengkonsumsi minuman haram tersebut karena
kebiasaan tersebut tidak sesuai dengan nilai dan norma serta kebiasaan
masyarakat pada umumnya yang ada di kawasan wisata Desa Senggigi.
Melalui data-data yang telah diperoleh mengenai interaksi sosial
masyarakat pendatang (wisatawan) dengan masyarakat lokal Desa
Senggigi serta dampaknya terhadap pergeseran nilai budaya lokal
masyarakat lokal Desa Senggigi cukup memberikan gambaran bahwa
dampak dari interaksi serta adanya usaha-usaha seperti restoran, caffe
dan bar yang menyediakan minuman beralkohol karena tuntutan dari
wisatawan dan budaya wisatawan yang tidak terlepas dari lingkungan
95
yang semakin terbukanya tempat-tempat penjualan minuman beralkohol
tersebut ini bisa kita lihat milai dari Dusun Loco depan Hotel Aruna
sampai dengan Dusun Senggigi dan menuju ke dermaga pantai Senggigi
banyak restoran, bar, caffe yang menyuguhkan minuman beralkohol
tersebut secara terbuka dan jelas bisa kita lihat disana.
Jika diperhatikan dari beberapa bentuk interaksi antara
masyarakat pendatang (wisatawan) dengan masyarakat lokal yang sangat
berperan dan memberikan pengaruh yang sangat signifikan adalah
karena adanya kerjasama dalam bidang transaksi wisata, wisatawan
sebagai konsumen, dan masyarakat lokal sebagai penyedia fasilitas serta
akomodasi lainnya seperti minuman beralkohol tersebut.
Berkaitan dengan minuman keras tersebut Islam melarang untuk
mengkonsusmi minuman tersebut. Allah SWT berfirman dalam Al-
Quran surah Al-Maidah ayat 90 sebagai berikut:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(minuman) khamar, berjudi,(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”87
Berangkat dari kenyataan yang ada dan merujuk kepada hukum
yang sudah di tetapkan mengenai minuman beralkohol tersebut dapat
87
QS. al-Maidah [5]: 90.
96
memberi dampak yang mengkhawatirkan terhadap nilai sosial budaya
masyarakat serta kebiasaan asyarakat lokal sekitar. Sebab dengan
banyaknya restoran, toko-toko, maupuan caffe yang menyediakan
minuman tersebut secara tidak langsung akan terpengaruhi oleh
kebiasaan wisatawan yang ada di kawasan tersebut.
97
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, maka peneliti
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk Interaksi Sosial Antara Masyarakat Pendatang dengan Masyarakat
Lokal Desa Senggigi.
Dalam penelitian ini bentuk interaksi yang terjadi antara
masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal yaitu dalam bentuk
kerjasama (coopration), kerjasama terjadi apabila kedua belah pihak saling
membantu baik itu dalam transaksi wisata yaitu masyarakat lokal sebagai
penyedia akomodasi wisata dan masyarakat pendatang sebagai konsumen
atau pemakai jasa usaha dan kerjasama dalam pengelolaan usaha, yaitu
masyarakat lokal sebagai pekerja di bidang usaha dan masyarakat
pendatang sebagai pelaku usaha, kerjasama juga terjadi untuk penguatan
budaya lokal seperti budaya perkawinan, untuk masyarakat lokal yang
menikah dengan masyarakat pendatang prosesi pernikahan sebagaian besar
melakukan prosesi adat perkawinan masyarakat lokal yang ada di daerah
Lombok pada umumnya dan tentunya budaya dan adat perkawinan yang
ada di Desa Senggigi khusunya, sehingga keberadaan dari budaya lokal
seperti adat perkawinan masyarakat lokal Desa Senggigi tetap terjaga
dengan baik sampai sekarang ini.
97
98
2. Dampak interaksi Sosial Antara Masyarakat Pendatang dengan Masyarakat
Lokal Desa Senggigi Terhadap Eksistensi Budaya Lokal
Dampak yang timbul akibat dari interaksi yang dilakukan antara
masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal Desa Senggigi yaitu
dapat dikalsifikasikan menjadi dua yaitu dampak positif dan dampak
negatif. Dampak positif yaitu adanya pembelajaran budaya, dengan
adanya pernikahan masyarakat lokal dengan masyarakat pendatang
terjadi penguatan budaya lokal seperti adat perkawinan masyarakat lokal
Desa Senggigi karena sebagian besar pernikahan yang terjadi melakukan
prosesi adat perkawinan masyarakat lokal seperti krame gubuk, dan
pisuke.
Adapun dampak negatifnya yaitu keberadaan budaya perkawinan
masyarakat lokal Desa Senggigi saat ini apakah akan terus di
pertahankan oleh generasi muda kedepannya, karena pola fikir
masyarakat saat ini sedikit demi sedikit sudah mulai berubah kearah
yang lebih maju dan banyak terjadi akulturasi di kalangan masyarakat.
Di khawatirkan kehidupan yang semakin kompleks dan kemajuan yang
pesat kedepannya akan berpengaruh terhadap keberadaan budaya lokal
masyarakat Desa Senggigi seperti adat perkawinan masyarakat lokal.
99
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, lewat kesempatan
ini peneliti ingin menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Desa Senggigi
Supaya selalu memberikan pengarahan, pelayanan dan keamanan
kepada masyarakat supaya tetap terjaga kedamaian dan ketentraman
sehingga industri pariwisata yang berkembang saat ini tidak berdampak
kepada nilai budaya lokal yang ada menjadi bergeser ataupun berubah.dan
supaya menjadi tolak ukur masyarakat untuk menjadi lebih maju lagi
meski banyak perubahan yang terjadi di bidang tertentu dikalangan
masyarakat saat ini.
2. Bagi Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat
Masih perlu dilakukan upaya yang lebih optimal lagi dalam
mengantisipasi perubahan sosial keagamaan yang terjadi pada masyarakat
kawasan wisata Desa Senggigi sebagai Filter dalam mengahadapi
kehidupan yang selanjutnya dan menjadi pembelajaran saat ini terhadap
pergeseran yang terjadi di bidang sosial budaya masyarakat.
3. Bagi Masyarakat
Agar tetap menjaga toleransi antar sesama warga, menyikapai
dengan seksama sikap dan prilaku dan gaya hidup masyarakat yang selama
ini banyak dipengaruhi oleh masyarakat pendatang (wisatawan) dan
menyaring pengadopsian atau akulturasi budaya dengan masyarakat
100
pendatang atau wisatawan asing yang datang berkunjung ke wilayah
tersebut.
101
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 2002. Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Alfan Muhammad. 2013. Filsafat Kebudayaan. Bandung: Pustaka Setia. Asrosi dan Muhammad Ali. 2004. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia. Cicik Fitriani. judul skripsi Interaksi Sosial Transmigran Jawa dengan
Masyarakat Lokal di Desa Kayuagung kecamatan Mepanaga Kabupaten Perigi Moutong, Jurusan pendidikan Ilmu pengetahuan sosial fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Tadulako.
Elli Setiadi dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. Fatimatuzzuhroh, judul skripsi Dampak Pergeseran Budaya Terhadap Eksistwnsi
Bahasa Halus Sasak di Lingkungan Perbawe Kel. Tiwu Galih Praya. Jurusan komunikasi penyiaran islam (KPI), Fakultas Dakwah dan Komunikasi Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram.
Febriamansyah & Zulkarnain. 2008. Kearifan Lokal dan Pemanfaatan dan
Pesisir. Jurnal Agribisnis Kerakyatan. Gustini, Nuraeini dan Muhammad Alfan. 2012.Studi Budaya di
Indoneso.Bandung: CV Pustaka Setia. Halikin. judul skripsi Analisis Pola Interaksi Masyarakat Pendatang Terhadap
Masyarakat Lokal di Sumbawa Barat (studi di kecamatan Maluk, Sumbawa Barat NTB), Jurusan pendidikan ilmu pengetahuan social, fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
http://www.disbudpar.ntbprov.go.id/2014-kunjungan-wisatawan-meningkat/
(diakses hari minggu 11 Desember 2016). https://id.wikipedia.org/wiki/Senggigi, Batu Layar, Lombok Barat (diakses hari
minggu 11 Desember 2016). Liliweri, Alo. 2014. Sosiologi & Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT Bumi
Aksara. Moleong, Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
102
Muhammad. 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam pendekatan kuantitatif
.Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada. Nasution. 2003. Metode Research Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nuraini.Judul skripsi Interaksi Masyarakat Pendatang dengan Masyarakat
Pribumi dalam Membangun Toleransi Beragama di Desa Tonjon Bogor. Jurusan Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat syarifudin Hidayatullah Jakarta.
Purnomo & Husaini. 2011. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi
Aksara. Ridho, Kholis Nurochim danTumanngor Rusmin. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar. Jakarta: PT Pajar Interpratama Mandiri. Sabani. 2008. Metode Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia. Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal
Filsafat. Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafat. Jurnal
Filsafat. Soekanto, Soerjono. 2012.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. Sugiarti dan Trisakti Handayani. 1999. Kajian Kontenporer Ilmu Budaya Dasa.
Malang: UMM Press. Suharsimi, Arikunto. 1998.Prosedur Penelitian.Yogyakarta: Rineka Cipta. Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta. Suharto, Edi. 2005.Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:
PT Refika Adi Tama. Supardi. 2006. Metodologi Penelitian. Mataram: Cerdas. Zulhadi. Judul skripsi Pola Intraksi Sosial Masyarakat Pendatang dengan
Masyarakat Pribumi.(Studi Sosiologi Komunikasi Atas Etnik Lintang di
103
Kampung Tlanjung Kabupaten Bogor), Jurusan Sosiologi.Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Lampiran-Lampiran
Tabel
Daftar Informan
No Nama Profesi
1 Muhammad Ilham Kepala Desa
2 H.Muhammad Farhan Kepala Dusun Senggigi
3 H.Abdul Aziz Kepala Dusun Kerandangan
4 Syafrudin Stap Desa Kasi Pemerintahan
5 Muhammad Fadillah Freelance
6 Ruslan Guide Lokal
7 H. Rusdy Tokoh Masyarakat
8 Bukeran Usaha jasa wisata/tiket
9 Ibu Halimah Pedagang/Tukang Pijat
10 Man Pedagang Assesoris
11 Sahwan Guide Lokal
12 Sahrudin Guide Lokal
13 Adam Staf Desa Senggigi
14 Supardi Staf Desa (Kaur Umum)
15 Syafi’i, SE Staf Desa (Kasi Pembangunan)
DOKUMENTASI
Wawancara dengan bapak Kepala Desa Wawancara H. Muhammad Farhan Senggigi Muhammad Ilham. (Kadus Senggigi)
Wawancara Pak Adam Staf Desa Senggigi
Wawancara dengan Muhammad Fadillah Wawancara Pak Ruslan
(Freelance) (Guide Lokal)
Wawancara Inaq Halimah (Pedagang/tukang pijit)
Wawancara dengan Pak Bukeran (Kotasi Tour and Travel) Dermaga pantai Senggigi.
Saat Wawancara dengan Guide Lokal Desa Snggigi.
Wawancara dengan Bapak Saharudin Sales Kotasi Dermaga pantai Senggigi
Wawancara dengan Bapak H. Abdul Aziz Kepala Dusun Kerandangan
Wawancara dengan Pak Man Pedagang souvenir Kawasan pantai Senggigi depan
Killa Senggigi Beach.
Wisatawan ketika sedang membeli tiket di dermaga Pantai Senggigi
Top Related