Download - DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

Transcript
Page 1: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................. ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

ABSTRAK ..................................................................................................... xiii

ABSTRACT ..................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 10

1.3. Ruang Lingkup Masalah .......................................................... 10

1.4. Orisinalitas Penelitian .............................................................. 10

1.5. Tujuan Penelitian ..................................................................... 12

1.5.1. Tujuan umum ................................................................. 12

1.5.2. Tujuan khusus ................................................................ 13

1.6. Manfaat Penelitian ................................................................... 13

1.6.1. Manfaat teoritis .............................................................. 13

1.6.2. Manfaat praktis .............................................................. 14

1.7. Landasan Teori ........................................................................ 14

Page 2: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

2

1.8. Metode Penelitian .................................................................... 20

1.8.1. Jenis penelitian ................................................................ 20

1.8.2. Sifat penelitian ............................................................... 21

1.8.3. Jenis pendekatan ............................................................ 22

1.8.4. Sumber bahan hukum ..................................................... 22

1.8.5. Teknik pengumpulan bahan hukum ............................... 25

1.8.6. Teknik pengolahan dan analisis bahan hukum .............. 26

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, KETENAGAKERJAAN,

DAN PERLINDUNGAN PEKERJA ANAK

2.1. Anak ........................................................................................ 28

2.1.1. Pengertian anak .............................................................. 28

2.1.2. Hak dan kewajiban anak ................................................ 31

2.1.3.Kedudukan anak .............................................................. 36

2.1.4.Kekuasaan dan kewajiban orang tua terhadap anak ........ 37

2.2. Ketenagakerjaan ...................................................................... 40

2.2.1. Buruh/pekerja, pengusaha/pemberi kerja, dan serikat

buruh ............................................................................... 40

2.2.2. Perjanjian Kerja ............................................................... 44

2.2.3. Pengawasan ketenagakerjaan .......................................... 58

2.2.4.Keselamatan dan kesehatan kerja .................................... 60

2.3. Perlindungan pekerja anak ....................................................... 61

BAB III PENGATURAN HUKUM PARA PEKERJA ANAK DI BAWAH

UMUR

Page 3: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

3

3.1. Pekerja anak di bawah umur dalam peraturan perundang-

undangan di Indonesia .............................................................. 67

3.2. Pengaturan hukum para pekerja anak di bawah umur yang

bekerja pada waktu siang hari ................................................. 70

BAB IV AKIBAT HUKUM DARI ADANYA PARA PEKERJA ANAK DI

BAWAH UMUR YANG BEKERJA PADA WAKTU SIANG HARI

4.1. Hubungan hukum para pekerja anak dengan pengusaha atau

pemberi kerja ............................................................................ 79

4.2. Akibat hukum dari adanya para pekerja anak di bawah umur

yang bekerja pada waktu siang hari ......................................... 85

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ............................................................................... 96

5.2. Saran-Saran .............................................................................. 97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RINGKASAN SKRIPSI

Page 4: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

4

ABSTRAK

Korban eksploitasi pekerja anak menurut Badan Pusat Statistik berjumlah besar. Anak berhak dilindungi dari pekerjaan yang dapat membahayakan, mengganggu pendidikan anak, merusak kesehatan dan perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, dan sosial anak. Pada prinsipnya, anak-anak di bawah umur memang dilarang untuk bekerja. Usia dan waktu pekerja anak di bawah umur dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 masih terbilang kabur. Permasalahan dalam skripsi ini penulis meneliti mengenai pengaturan hukum para pekerja anak di bawah umur serta membahas akibat hukum dari adanya para pekerja anak di bawah umur yang bekerja pada waktu siang hari. Penelitian ini merupakan penelitian normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual hukum yang digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui dan menganalisis isu hukum yang sedang dihadapi. Berdasarkan hasil penelitian, pekerja anak di bawah umur pada waktu siang hari diperbolehkan melakukan pekerjaan ringan sesuai ketentuan Undang-Undang Ketenagakerjaan dengan syarat tidak mengganggu aktivitas sekolah, dengan ijin orang tua dan tidak mengganggu perkembangan kesehatan anak. Undang-Undang Ketenagakerjaan menyatakan hubungan antara pengusaha dengan pekerja berdasarkan perjanjian kerja mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Modul Penanganan Pekerja Anak menyatakan faktor penyebab adanya para pekerja anak yaitu ekonomi, budaya dan pendidikan. Lembaga pemerintah maupun non pemerintah mengupayakan penghapusan para pekerja anak. Akibat hukum yang ditimbulkan jika melanggar norma dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan akan diperingatkan dan dikenakan sanksi pidana maupun administratif. Adapun saran dari penulis agar kepada badan legislatif untuk melakukan revisi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan agar pengaturan mengenai waktu siang hari dan usia diperbolehkan bekerja bagi pekerja anak di bawah umur mendapat pengaturan secara jelas. Pekerja anak harus mendapat hak konstitusional dan negara wajib melindungi hak tersebut, juga diperlukan peranan orang tua atau keluarga agar memberikan pengawasan pekerja anak di bawah umur untuk tidak tereksploitasi.

Kata Kunci : Pengaturan, Pekerja Anak, Siang Hari

Page 5: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

5

ABSTRACT

Victims of exploitation of child labor according to the Central Statistics Agency are large amounts. Children are entitled to be protected from work that can harm, disrupt children's education, health and damaging their physical, mental, spiritual, moral, and social development. In principle, children under age were forbidden to work. Age and time labor of minors under the provisions of Law Number 13 Year 2003 is still fairly vague. Problems in this paper the author examines the legal regulation of the workers of minors as well as discussing the legal consequences of their workers are minors who work in the daytime.

This research is a normative by using Statute Approach and Conseptual Approach that are used as guidelines to determine and analyze the legal issues at hand.

Based on the results of the study, workers of minors during the day is allowed to do light work in accordance with the concerning Employment provided this does not interfere with the activity of the school, with parental permission, and does not interfere with healthy development of children. The concerning Employment gives the relationship between employers and workers based on labor agreements have an element of work, wages, and commands. Child Labor Module Handling declare the causes of the child laborers of economy, culture and education. Government and non government institutions to seek the abolition of child labor. The legal consequences arising if it violates the norms of the Law Number 13 Year 2003 concerning Employment will be warned and subject to criminal as well as administrative sanctions. The suggestion of the author in order to the legislature to revise Law Number 13 Year 2003 concerning Employment in order to control the time of day and age are allowed to work for workers minors got clearly setting. Child labor should receive constitutional rights and the state must protect these rights, it also takes the role of a parent or family in order to give workers the supervision of minors for not exploited.

Keywords: Arrangements, Child Labor, Daytime

Page 6: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila sebagai falsafah

dan pandangan hidup bangsa Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai

sumber dan landasan hukum nasional, menjunjung tinggi harkat dan martabat

manusia, sehingga sudah seharusnya setiap manusia baik dewasa maupun anak-

anak dilindungi dari upaya-upaya mempekerjakannya pada pekerjaan-pekerjaan

yang merendahkan harkat dan martabat manusia atau pekerjaan yang tidak

manusiawi. Anak-anak tidak memiliki kewajiban dalam melakukan pekerjaan

karena anak merupakan individu yang terdapat di dalam suatu rentang perubahan

perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja, maka ia perlu mendapat

kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar

baik secara rohani, jasmani maupun sosial.

Anak sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak asasi

sejak dilahirkan, sehingga tidak ada manusia atau pihak lain yang boleh

merampas hak tersebut. Hak asasi anak diakui secara universal sebagaimana

tercantum dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Deklarasi PBB

Tahun 1948 tentang Hak-Hak Asasi Manusia, Deklarasi ILO di Philadelphia

tahun 1944, Konstitusi ILO, Deklarasi PBB tahun 1959 tentang Hak-Hak

Anak, Konvensi PBB Tahun 1966 tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan

Budaya, dan Konvensi PBB Tahun 1989 tentang Hak-Hak Anak. Dengan

Page 7: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

7

demikian semua negara di dunia secara moral dituntut untuk menghormati,

menegakkan, dan melindungi hak tersebut. Salah satu bentuk hak asasi anak

adalah jaminan untuk mendapat perlindungan yang sesuai dengan nilai-nilai

kemanusiaan. Jaminan perlindungan hak asasi tersebut sesuai dengan nilai-

nilai Pancasila dan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 dijelaskan

bahwa “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang

serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

Anak sebagai generasi penerus bangsa dan dalam dirinya melekat harkat

dan martabat sebagai manusia seutuhnya yang seharusnya

dipertanggungjawabkan keberadaannya, sehingga perlu dilakukan upaya terarah,

sistematis dan bermakna untuk menghormati, melindungi serta menjamin

terpenuhinya hak anak termasuk untuk mengutamakan pendidikan. Banyak anak

yang perlu mendapat perlindungan dari berbagai bentuk tindak kekerasan,

eksploitasi dan keterlantaran yang menjadi tanggung jawab pemerintah,

masyarakat dan keluarga.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 angka 26

tentang Ketenagakerjaan “Anak adalah setiap orang yang berumur di bawah

18 (delapan belas) tahun.” Karena anak yang masih di bawah umur tidak

ditetapkan secara resmi dalam Undang-Undang tersebut, maka dapat

dikatakan anak yang masih di bawah umur sebagai pekerja adalah ada pada

kategori usia di bawah 18 tahun yang masih harus mendapat pendidikan dan

Page 8: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

8

perlakuan yang selayaknya. Hal yang berbeda ditunjukkan menurut Pasal 2

ayat 3 Konvensi ILO (International Labour Organization) Nomor 138 Tahun

1973 yang diratifikasi oleh Republik Indonesia dengan Undang-undang

Nomor 20 Tahun 1999 tentang Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja

menyebutkan bahwa usia minimum yang telah ditetapkan tidak boleh kurang

dari 15 (lima belas) tahun dalam keadaan apapun. Banyaknya kontradiktif

dalam pengertian anak yaitu pada batasan umur berapakah mereka masih bisa

disebut anak, hal yang pasti adalah masih banyak dijumpai anak-anak berusia

di bawah 15 tahun ataupun di bawah 18 tahun yang bekerja untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dan atau keluarganya yang semestinya menjadi beban

dan tanggung jawab orang tua dalam mensejahterakan keluarganya. Menurut

Katz, kebutuhan dasar yang penting bagi anak adalah adanya hubungan orang

tua dan anak yang sehat dimana kebutuhan anak, seperti perhatian dan kasih

sayang yang berkesinambungan, perlindungan, dorongan, dan pemeliharaan

harus dipenuhi oleh orangtua.1

Secara umum menurut Suyanto, pekerja atau buruh anak adalah anak-anak

yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya, untuk orang lain atau

untuk dirinya sendiri yang membutuhkan sejumlah besar waktu, dengan

menerima imbalan atau tidak. 2 Lalu modul penanganan pekerja anak yang

diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, menyatakan

1 Abu Haruerah, 2006, Kekerasan Terhadap Anak, Nuansa, Bandung, h. 27. 2Suyanto, Bagong & Sri Sanituti Hariadi, Pekerja Anak: Masalah, Kebijakan dan

UpayaPenanganannya,LutfansahMediatama,Surabaya,h.43.

Page 9: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

9

bahwa pekerja anak adalah anak yang melakukan segala jenis pekerjaan yang

memiliki sifat atau intensitas yang dapat mengganggu pendidikan, membahayakan

keselamatan, kesehatan serta tumbuh kembangnya dapat digolongkan sebagai

pekerja anak. Disebut sebagai pekerja anak apabila memenuhi indikator seperti

anak bekerja setiap hari, anak tereksploitasi, anak bekerja pada waktu yang

panjang, dan waktu sekolah terganggu atau tidak sekolah.3

Dalam rangka meningkatkan efektivitas penyelenggaraan

perlindungan anak, maka dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia

(KPAI) yang bersifat independen. KPAI adalah lembaga negara independen

yang dibentuk berdasarkan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak. Kedudukan KPAI sejajar dengan komisi-komisi

negara lainnya. KPAI merupakan salah satu dari tiga institusi nasional

pengawal dan pengawas implementasi HAM di Indonesia (National Human

Right Institusion) yakni KPAI, Komnas HAM, dan Komnas Perempuan.

Komisioner Bidang Pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan memberikan uang kepada peminta-minta anak di jalanan akan melanggengkan eksploitasi terhadap anak-anak. Masyarakat agar membiasakan untuk bersedekah kepada sasaran yang tepat, bukan di jalanan yang pada hakikatnya justru melanggengkan eksploitasi anak. Kebaikan masyarakat Indonesia tidak jarang dimanfaatkan untuk mengeksploitasi anak. Karena itu, KPAI meminta kepada dinas pendidikan, sekolah, orang tua dan pihak-pihak terkait lainnya untuk memastikan tidak ada anak yang diekspolitasi dan dimanfaatkan untuk menjadi peminta-minta di jalanan. Eksploitasi anak sebagai peminta-minta di jalanan dapat mengakibatkan dampak negatif bagi tumbuh kembang dan karakter anak setelah dewasa.

3 Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, 2005, Modul Penanganan Pekerja

Anak, Jakarta, h. 10.

Page 10: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

10

Semua elemen masyarakat harus memberikan perhatian dalam mendidik anak-anak agar menjadi generasi yang kreatif dan inovatif, bukan generasi peminta-minta.4

Menurut data yang dikeluarkan KPAI mengenai kasus perlindungan

anak selama tahun 2011 sampai dengan 2015, kasus trafficking dan ekploitasi

anak mengalami trend peningkatan dari 160 kasus pada tahun 2011 menjadi

345 kasus pada tahun 2015, sehingga kasus trafficking dan eksploitasi anak

menempati 10 besar bidang perlindungan anak.5 Eksploitasi adalah penarikan

keuntungan secara tidak wajar dengan memeras tenaga manusia untuk

bekerja6, sedangkan trafficking menurut Pasal 1 (ayat 1) Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan

Orang, yaitu :

“Tindakan perekrutan, pengangkutan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam Negara maupun antar Negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.”

Perlakuan eksploitasi terhadap anak berupa tindakan atau perbuatan

memperalat, memanfaatkan, atau memeras anak untuk memperoleh

4 Davit Setyawan, 2015, “KPAI: Memberi Uang Malah Melanggengkan Eksploitasi Anak-Anak” URL: http://www.kpai.go.id/berita/kpai-memberi-uang-malah-melanggengkan-eksploitasi-anak-anak/ diakses tanggal 19 Desember 2016.

5 https://tirto.id/memutus-rantai-perdagangan-wanita-dan-anak-bwqH , diakses tenggal 19 Desember 2016.

6 Firdaus Sholihin dan Wiwin Yulianingsih, 2016, Kamus Hukum Kontemporer, Sinar Grafika, Jakarta, h. 44.

Page 11: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

11

keuntungan pribadi, keluarga, atau golongan, sehingga Konvensi Hak-Hak

Anak mengakui hak anak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi dan dari

pekerjaan yang dapat membahayakan, mengganggu pendidikan anak, atau

merusak kesehatan atau perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, dan

sosial anak. KPAI membagi klaster atau bidang trafficking dan eksploitasi

menjadi 4 sub klaster yaitu: 1) Anak sebagai Korban Perdagangan

(Trafficking), 2) Anak sebagai Korban Prostitusi Online, 3) Anak sebagai

Korban Eksploitasi Seks Komersial Anak, dan 4) Anak sebagai Korban

Eksploitasi Pekerja Anak. Adapun jumlah kasus trafficking dan eksploitasi

anak yang terjadi selama tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Data Kasus Trafficking dan Eksploitasi Anak Tahun 2015

No Bulan

Kasus

Korban Perdagangan (Trafficking)

Korban Prostitusi Online

Korban Eksploitasi Seks Komersial Anak

Korban Eksploitasi Pekerja Anak

1. Januari 3 9 5 7

2. Pebruari 2 12 3 10

3. Maret 5 8 5 5

4. April 4 7 5 7

Page 12: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

12

5. Mei 4 9 7 6

6. Juni 9 8 4 9

7. Juli 8 6 8 8

8. Agustus 4 8 5 5

9. September 2 7 6 7

10. Oktober 3 9 5 7

11. Nopember 2 7 5 8

12. Desember 2 6 3 5

Jumlah 48 96 61 84

Sumber: KPAI (data diolah, 2016)7

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2015 anak

sebagai korban eksploitasi pekerja anak adalah terbesar kedua setelah anak

sebagai korban prostitusi online yaitu sejumlah 84 kasus atau 29,1%. Perlu

diingat bahwa, data statistik tersebut adalah data yang terpantau secara

terbatas, sedangkan yang terjadi di masyarakat adalah iceberg phenomenon

yaitu fenomena gunung es yang hanya terlihat di puncaknya saja sementara

di bagian bawah sangat besar namun tidak terlihat. Hal ini menunjukkan

bahwa kasus anak sebagai korban eksploitasi pekerja anak termasuk besar

dan harus mendapat perhatian serius baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah mengenai perlindungan anak.

7 Bank Data KPAI, http://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-data/data-kasus-per-bulan/rincian-

data-kasus-trafficking-dan-eksploitasi-2015 , diakses tanggal 19 Desember 2016.

Page 13: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

13

Perkembangan industri di Indonesia yang pesat juga membuat beberapa

perusahaan tidak hanya menggunakan tenaga kerja laki-laki melainkan juga

tenaga kerja perempuan, bahkan mempekerjakan anak yang masih di bawah umur.

Padahal, usia anak-anak seharusnya digunakan untuk bermain dan belajar, tetapi

banyak kondisi yang membuat anak-anak tidak bisa melanjutkan sekolah dan

harus mencari nafkah. Berdasarkan data Sakernas8 pada tahun 2013-2015, jumlah

angkatan kerja umur 15-17 tahun yang bekerja menunjukkan peningkatan. Pada

2013 jumlah anak berumur 15-17 tahun yang bekerja sebanyak 958,68 ribu orang.

Dibandingkan dengan Agustus 2014, jumlah tersebut turun menjadi 448,45 ribu

orang. Akan tetapi pada Agustus 2015 anak umur 15-17 tahun yang bekerja

meningkat dalam jumlah yang cukup besar, menjadi 1,65 juta orang. Sebagian

besar anak-anak umur 15-17 tahun yang menjadi angkatan kerja adalah mereka

yang telah putus sekolah. Kondisi pada Agustus 2015 menunjukkan 68,93 persen

dari anak-anak umur 15-17 tahun yang bekerja sudah tidak bersekolah lagi.

Karena dalam kebijakan wajib belajar 12 tahun, umur 15-17 tahun adalah masa di

mana anak bersekolah. Kalau digunakan batasan dari Undang-Undang Nomor 13

tentang Ketenagakerjaan Tahun 2003, dimana disebutkan yang termasuk pekerja

anak-anak adalah mereka yang berusia di bawah 18 tahun maka jumlahnya akan

semakin besar. Selain itu, perusahaan atau pemberi kerja merasa perlu menerima

mereka karena alasan-alasan dapat menekan biaya produksi, mereka mudah diatur

karena tak banyak menuntut.

8 Badan Pusat Statistik, http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-

bangkok/@ilo-jakarta/documents/presentation/wcms_346599.pdf diakses tanggal 18 Desember 2016.

Page 14: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

14

Di dalam sisi perkembangan kepribadian, mentalitas dalam bekerja,

pengetahuan, dan sebagainya sangat mempengaruhi kinerja kerja mereka, apalagi

bila anak di bawah umur tersebut diberikan pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai

tanggung jawab yang berat. Belum lagi, pekerjaan tersebut dilakukan pada siang

hari dan atau hingga malam hari yang dapat mengganggu perkembangan dan

kesehatan fisik, mental dan sosial anak-anak. Terjadinya pekerja anak tersebut

dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab. Namun pada kenyataannya

keterlibatan anak dalam pekerjaan mayoritas didorong oleh faktor kekurangan

atau ekonomi. Karena faktor kemiskinan merupakan faktor utama yang

menyebabkan anak-anak bekerja di bawah umur.9 Pekerja anak di bawah umur

tersebut dapat berdampak buruk pada dirinya sendiri.

Melihat ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, dimana pada Pasal 69 ayat 2 point (d) menyatakan salah satu

persyaratan dalam bekerja yaitu “dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu

waktu sekolah”. Dimana dalam Undang-undang yang sama pada Pasal 1 angka 27

waktu siang hari yang dimaksud yaitu antara pukul 06.00 sampai dengan pukul

18.00. Namun waktu siang hari pada jam yang telah ditentukan tersebut adalah

waktu sekolah bagi para pekerja anak. Pada prinsipnya anak-anak memang

dilarang untuk bekerja, namun apabila dalam keadaan terpaksa karena ekonomi

dan sosial dari anak tidak menguntungkan, anak boleh bekerja tetapi tidak boleh

menyimpang dari ketentuan dalam Undang-Undang yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003.

9 Indrasari dan B. White, Anak-anak Desa Dalam Kerja Upahan, Prisma, Jakarta, h. 81.

Page 15: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

15

Hukum ketenagakerjaan mengatur larangan untuk mempekerjakan pekerja

anak dengan pengecualian berdasarkan syarat-syarat tertentu. Pengertian anak

dalam hukum ketenagakerjaan berbeda dari KUHPerdata. Larangan Penggunaan

Buruh Anak oleh pengusaha memang pada dasarnya disampaikan oleh Pasal 68

Undang-Undang Ketenagakerjaan. Akan tetapi, pengecualian mengenai hak-hak

yang harus diberikan pada buruh anak juga disampaikan dalam Undang-Undang

Ketenagakerjaan, oleh sebab itu pekerja anak yang dibolehkan dilakukan di siang

hari perlu adanya perlindungan dan pengaturan hukum dimana permasalahan

pekerja anak mengalami perkembangan kompleksitas hingga pekerjaan berat yang

eksploitatif dan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental,

moral, sosial dan intelektual anak. Maka, demi terlaksananya secara baik dan

jelasnya peraturan mengenai pekerja anak dan tercapainya tujuan terhadap pekerja

anak di bawah umur, diperlukan pengawas oleh pemerintah maupun oleh orang

tua di samping perlunya kesadaran masyarakat dan itikad baik semua pihak.

Untuk tujuan itulah penulisan penelitian ini berjudul: “PENGATURAN HUKUM

TERHADAP PARA PEKERJA ANAK DI BAWAH UMUR PADA WAKTU

SIANG HARI”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memudahkan

penulis dalam membatasi masalah yang diteliti sehingga sasaran yang hendak

dicapai menjadi jelas, dan sesuai yang diharapkan. Berdasarkan uraian latar

belakang di atas, maka dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan hukum para pekerja anak di bawah umur?

Page 16: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

16

2. Apa akibat hukum dari adanya para pekerja anak di bawah umur yang

bekerja pada waktu siang hari?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Di dalam penulisan penelitian ini, tentunya banyak permasalahan yang

dapat diambil dalam pembahasan nanti, maka dari itu dianggap perlu untuk

membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas, agar pembahasan

tersebut menjadi tepat sasaran dan sesuai harapan. Adapun permasalahan yang

akan dibahas dalam penelitian ini yaitu, yang pertama adalah bagaimana

pengaturan hukum para pekerja anak di bawah umur. Sedangkan, pembahasan

permasalahan yang kedua dibatasi mengenai apa akibat hukum adanya para

pekerja anak di bawah umur yang bekerja pada waktu siang hari.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Untuk menghindari adanya plagiarism dalam penulisan penelitian ini

maka diwajibkan kepada mahasiswa untuk menampilkan skripsi ilmu hukum

terdahulu agar dapat dijadikan sebagai perbandingan yang pembahasannya

berkaitan judul penelitian yang bersangkutan. Adapun beberapa skripsi yang

berkaitan dengan hukum ketenagakerjaan terkait anak dibawah umur yang bekerja

pada siang hari di Indonesia yaitu sebagai berikut :

No. Judul Penulis Rumusan Masalah

1. Pekerja anak di bawah

umur (Studi kasus :

Enkulturasi Keluarga

Pekerja Anak di Kota

Zahratul Husnaini 1. Bagaimana proses

enkulturasi dalam

keluarga yang

mempekerjakan anak

Page 17: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

17

Padang)

di bawah umur?

2. Bagaimana

keterlibatan anak di

bawah umur sebagai

pekerja anak di di

kelurahan Rimbo

Kaluang?

2. Perlindungan hukum

bagi pekerja anak pada

sektor formal di PT.

Sumber Rejeki

Garment Solo

Wahyu Alfi Fauzi 1. Bagaimana penerapan

Keputusan Menteri

Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No.

Kep.235/Men/2003

sebagai upaya

perlindungan hukum

bagi pekerja anak di

sektor formal yang

dilakukan di

PT.Sumber Rejeki

Garment Solo?

2. Kendala apa saja yang

dihadapi PT.Sumber

Rejeki Garment Solo

dalam menerapkan

Keputusan Menteri

Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No.

Kep.235/Men/2003

sebagai upaya

perlindungan hukum

bagi pekerja anak di

sektor formal?

Page 18: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

18

3. Bagaimana

pengawasan

ketenagakerjaan yang

dilakukan terhadap

pekerja anak di

PT.Sumber Rejeki

Solo?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini, dapat dibagi menjadi 2 (dua)

bagian, yaitu sebagai berikut :

1.5.1 Tujuan Umum

1. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada

bidang penelitian yang diteliti oleh mahasiswa;

2. Untuk menambah wawasan dan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

bagi pembaca dalam bidang hukum khususnya bidang hukum

ketenagakerjaan;

3. Untuk memenuhi kewajiban dalam menempuh pendidikan dan memperoleh

gelar sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Udayana;

4. Untuk mengetahui mengenai pengaturan hukum para pekerja anak di

bawah umur;

5. Untuk mengetahui apa akibat hukum adanya para pekerja anak di bawah

umur yang bekerja pada waktu siang hari.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaturan hukum para pekerja anak di bawah umur;

Page 19: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

19

2. Untuk mengetahui apa akibat hukum adanya para pekerja anak di bawah

umur yang bekerja pada waktu siang hari yang ditinjau dari studi

kepustakaan maupun data pendukung.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini, yaitu:

1. Dapat memberikan informasi mengenai pengaturan hukum para pekerja

anak di bawah umur.

2. Memberikan manfaat secara teoritis yang sekurang-kurangnya dapat

berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan mengenai

akibat hukum terjadinya para pekerja anak di bawah umur yang bekerja

pada waktu siang hari.

3. Dapat menambah bahan kepustakaan khususnya dalam bidang hukum

ketenagakerjaan dan nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam

melakukan penelitian.

4. Dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang akan meneliti dan

mengembangkan penelitian yang serupa.

5. Memperdalam pengetahuan melalui cara berfikir dan menambah

pengalaman dalam melakukan penelitian hukum.

1.6.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini, yaitu :

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan dan bermanfaat bagi

masyarakat maupun yang bersangkutan agar dapat mengetahui bagaimana

Page 20: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

20

perlindungan hukum terhadap para pekerja anak dibawah umur, juga sebagai

pedoman dasar terhadap akibat hukum adanya para pekerja anak di bawah umur

yang bekerja pada waktu siang hari.

1.7 Landasan Teori

Penting sekali untuk meneliti asas apa yang lazim diterapkan di

bidang hukum, walaupun ada kecenderungan untuk mencapai

kesebandingan, dengan demikian akan dapat diketahui batas keserasian

antara tugas-tugas hukum dalam menegakkan kepastian hukum untuk

mencapai ketertiban dan kesebandingan mencapai ketenteraman.10 Dalam

penelitian diperlukan adanya kerangka teoritis. Sebagaimana yang dikemukakan

oleh Sugiyono bahwa teori merupakan alur logika atau penalaran, yang

merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara

sistematis. 11 Kerangka teoritis menurut Koentjaraningrat yaitu kerangka teori

yang membantu seorang penulis dalam menentukan tujuan dan arah penelitian,

serta sebagai dasar penelitian agar langkah yang ditempuh selanjutnya dapat jelas

dan konsisten.12 Landasan teoritis merupakan upaya untuk mengidentifikasi teori

hukum umum atau khusus, konsep-konsep hukum, asas-asas hukum, aturan

hukum, norma-norma dan lain-lain yang akan dipakai sebagai landasan untuk

membahas permasalahan penelitian.

10 Soerjono Soekanto, 2012, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Cet.XXI, PT. RajaGrafindo

Persada, Jakarta, h. 25. 11Sugiyono, 2015,Metode Penelitian Pendidikan: PendekatanKuantitatif, Kualitatif

danR&D,Alfabeta,Bandung,h.80.

12Koentjaraningrat,Metode-metodePenelitianMasyarakat,Gramedia,Jakarta,h.65.

Page 21: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

21

Berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014

perubahan atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak menyebutkan bahwa, “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18

(delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan”.

Bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan

komprehensif, kewajiban memberikan perlindungan kepada anak juga

berdasarkan asas-asas sebagai berikut:

a. Non diskriminasi;

b. Kepentingan yang terbaik bagi anak;

c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan

d. Penghargaan terhadap pendapat anak.

Keempat asas-asas tersebut dapat dikaitkan hubungannya dengan pekerja

anak yang bekerja pada siang hari. Dimana non diskriminasi yaitu dengan tidak

membeda-bedakan anak, semua anak mempunyai hak yang sama yang harus

dipenuhi. Kepentingan yang terbaik bagi anak yaitu kepentingan atau kebutuhan

yang diperlukan anak dalam kegiatan pendidikan, jasmani maupun rohani harus

diberikan yang terbaik karena anak sebagai penerus masa depan nantinya. Hak

untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan terhadap anak juga harus

dipenuhi kaitannya dengan kasus pekerja anak. Lalu penghargaan terhadap

pendapat anak adalah anak bebas dalam berpendapat kecuali dalam hal menyebar

kejelekan.

Page 22: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

22

Dapat dilihat menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang

Ratifikasi Konvensi ILO No. 138 Tahun 1973 dalam pokok-pokok kovensi

mengenai Batas Usia Minimum Diperbolehkan Bekerja yaitu batas usia minimum

untuk diperbolehkan bekerja yang berlaku di semua sektor yaitu 15 (lima belas)

tahun. Maka kategori anak dibawah umur dikatakan masih belum diperbolehkan

untuk bekerja menurut konvensi tersebut.

Terdapat teori fungsionalisme struktural dalam memahami munculnya

pekerja anak. Teori fungsionalisme struktural yang diperkenalkan oleh Talcott

Parsons, merupakan teori dalam paradigma fakta sosial dan paling besar

pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang, sehingga dapat disinonimkan

dengan sosiologi.13 Teori ini memfokuskan kajian pada struktur makro (sosiologi

makro) yakni pada sistem sosial. Teori fungsionalisme struktural Parsons

berkonsentrasi pada struktur masyarakat dan antar hubungan berbagai struktur

tersebut yang dilihat saling mendukung menuju keseimbangan dinamis. Perhatian

dipusatkan pada bagaimana cara keteraturan dipertahankan di antara berbagai

elemen masyarakat.

Teori fungsionalisme struktural meneliti barang sesuatu dan fakta sosial

yang terlihat maupun tidak terlihat. Teori ini juga menjelaskan bahwa masyarakat

merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen

yang saling berkaitan, saling menyatu dalam keteraturan dan keseimbangan.

13George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2005, Teori Sosiologi Modern, Prenada

Media, Jakarta, h. 117.

Page 23: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

23

Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan menyebabkan perubahan terhadap

bagian yang lain.

Dalam konteks penelitian ini, masalah timbulnya pekerja anak merupakan

fakta sosial dan sistem sosial yang sudah terbentuk (terinstitusionalisasi) yang

berkaitan dengan adanya struktur dan institusi sosial disekelilingnya. Anak masuk

dalam struktur keluarga dan masyarakat, anak juga memiliki peran dan posisi

dalam kelarga dan masyarakat. Sebaliknya juga keluarga (ayah, ibu, saudara)

memiliki peran dan posisi, masyarakat (tetangga, teman, tokoh masyarakat) juga

memiliki peran dan posisi yang memberi pengaruh terhadap pekerja anak. Anak

juga terikat dengan nilai, norma dan budaya yang ada di keluarga dan masyarakat.

Munculnya pekerja anak selain merupakan hasil dari struktur dan pranata sosial

disekitarnya, pekerja anak dianggap fungsional oleh suatu masyarakat. Fungsional

yang dimaksud adalah fungsi yang bersifat netral secara ideologis yaitu dapat

bersifat positif maupun negatif.

Jika dipandang dari fungsional fisik seorang anak yang di bawah usia kerja

dapat terbilang kekuatan fisik mereka terbatas dan tidak sekuat usia kerja yang

sudah ditentukan yaitu 18 tahun keatas. Sehingga anak yang bekerja dapat

memperburuk kesehatan fisik anak tersebut, dikarenakan pekerjaan untuk anak

dibawah umur dapat membahayakan fisik dan mental atau sakit karna daya tahan

tubuh yang lemah. Banyak pekerja anak yang melakukan pekerjaan pada siang

hari di waktu sekolah. Dimana pekerja anak dibawah umur yang tidak sesuai

ketentuan tidak mendapatkan hak dasar seorang anak yaitu sekolah, bersosialisasi,

bagaimana bersikap yang baik dan berpartisipasi dalam masyarakat yang baik.

Page 24: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

24

Di Indonesia sendiri terdapat 11,6 juta penduduk yang menganggur

(pengangguran terbuka) dan 36 juta penduduk berpenghasilan dibawah Rp

150.000,00 perbulan dari total pekerja sebesar 106,9 juta. Separuh pekerja yang

ada berpendidikan sekolah dasar atau bahkan tidak lulus sekolah dasar. 14

Penduduk yang tergolong bekerja ada 70% bekerja di sektor informal dengan

tingkat produktivitas rendah, sedangkan 30% di sektor formal.15 Maka peran

pemerintah dalam memiminimalisir angka kemiskinan sangat diperlukan di

daerah-daerah yang membutuhkan untuk kemajuan ekonomi kedepannya.

Anak di bawah umur sebagai pekerja mempunyai beberapa resiko, yaitu

sebagai berikut:

1. Secara mental anak-anak dibawah umur yang bekerja akan melupakan

pendidikannya karena mereka berpikir sudah mempunyai penghasilan

sendiri;

2. Secara fisik pekerja anak-anak akan mudah sakit karena pekerjaannya

yang berat dan masih dibawah umur;

3. Akan mudah stres karena mental anak-anak dibawah umur cenderung

belum kuat dalam menghadapi tekanan yang ada dalam dunia pekerjaan;

4. Akan menjauh dari teman-teman sebayanya karena sibuk dalam

melakukan pekerjaan;

5. Belum mampu mengatur keuangan karena anak tergolong masih dibawah

14Asri Wijayanti, 2016, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika,Jakarta,h.76.

15NurHidayat,2006,PerhatianPadaPengangguran-HanyaDiatasKertas,Kompas,Jakarta,h50.

Page 25: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

25

umur;

6. Rentan terhadap kekerasan fisik dan seksual karena pekerja anak

tergolong masih di bawah umur.

Namun dibalik resiko terhadap pekerja anak di bawah umur tersebut

terdapat beberapa manfaatnya, yakni:

1. Melatih persiapan dalam bekerja, dimana bila anak-anak di bawah umur

sudah mampu dan dapat melakukan pekerjaan, dapat dikatakan manfaatnya

sangat baik untuk masa depannya dalam dunia pekerjaan;

2. Dapat meringankan ekonomi keluarga;

3. Anak yang bekerja tersebut dapat belajar dalam mempunyai tanggung

jawab;

4. Belajar menjadi dewasa, dan memiliki penghasilan sendiri.

Anak sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) mempunyai hak asasi

manusia yang sama dengan warga Indonesia lainnya. Dimana menurut C. De

Rover hak asasi manusia adalah hak hukum yang sama kepada setiap manusia

baik kaya atau miskin, laki-laki maupun wanita. Walaupun hak-hak yang telah

mereka langgar akan tetapi HAM mereka tetap tidak dapat dihilangkan. Hak asasi

adalah hukum, yang mesti terlindungi dari aturan nasional agar semuanya

terpenuhi sehingga hak asasi manusia dapat ditegakkan, dijunjung tinggi serta

dilindungi. 16 Menurut Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib

16C.DeRover,2000,ToServe&ToProtect–AcuanUniversalPenegakanHAM,Raja

GrafindoPersada,Jakarta,h.32.

Page 26: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

26

dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, masyarakat, pemerintah dan

negara.

Selain itu, menurut pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak, disebutkan bahwa :

1. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan

berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarganya maupun dalam asuhan

khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.

2. Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan

kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa,

untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna.

3. Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa kandungan

maupun sesudah dilahirkan.

4. Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat

membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan

dengan wajar.

Maka diperlukannya waktu kerja maupun lingkungan kerja yang baik dan

efektif untuk pekerja anak dibawah umur tersebut untuk menjamin keselamatan

maupun kebutuhannya. Yang dimaksud dengan tempat kerja ialah tiap ruangan

atau lapangan baik yang tertutup ataupun terbuka, yang bergerak atau yang tetap,

dimana para tenaga kerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan

Page 27: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

27

suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.17

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Jenis penelitian

Penelitian sebagai suatu rangkaian kegiatan penyelidikan yang meliputi

perencanaan, perancangan, manufakturing, pengamatan, analisis, dan pengkajian

yang dilakukan secara sistematik dengan nalar yang logis serta mengikuti kaidah

ilmiah, untuk mengungkapkan rahasia alam atau menyelesaikan suatu

permasalahan yang dihadapi manusia demi kesejahteraan umat manusia sendiri.18

Maka dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian normatif.

Penelitian normatif yaitu penelitian hukum kepustakaan atau penelitian hukum

yang didasarkan pada data sekunder.19 Penelitian normatif yang penulis lakukan

dengan cara mengkaji pada sumber data sekunder yang diperoleh dari bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder yang juga ditambah dengan wawancara

dengan narasumber pada Dinas Tenaga Kerja dan ESDM Provinsi Bali sebagai

data pendukung untuk memperjelas informasi pada bahan hukum primer, dan

bahan hukum tersier.

1.8.2 Sifat penelitian

17G. Kartasapoetra, 1986,HukumPerburuhandi IndonesiaBerlandaskanPancasila,

BinaAksara,Jakarta,h.131.

18 Purwadaria, 2004, Merancang Metode Penelitian: Pengembangan Penelitian,PenyusunanUsulan,danPerencanaanKegiatanPeneltian,WorkshopGrantTPSDP,Jakarta,h.34.

19 Soerjono Soekanto, 1986, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, CV. Rajawali Jakarta, h. 15.

Page 28: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

28

Berdasarkan jenis penelitian di atas, maka penelitian normatif yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian

yang bersifat deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan gejala-gejala

di lingkungan masyarakat terhadap suatu kasus yang diteliti, pendekatan yang

dilakukan yaitu pendekatan kualitatif yang merupakan tata cara penelitian yang

menghasilkan data deskriptif. 20 Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

gambaran atau penerapan atas subjek dan objek penelitian sebagaimana hasil

penelitian yang dilakukan.

1.8.3 Jenis pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mempergunakan

pendekatan perundang-undangan (The Statue Approach) dan pendekatan

konseptual (Conseptual Approach).

Pendekatan undang-undang dilakukan dengan menelaah semua undang-

undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang

ditangani. 21 Pendekatan perundang-undangan digunakan untuk mengetahui

ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai pekerja anak di bawah umur yang

bekerja pada waktu siang hari.

Pendekatan konseptual (Conseptual Approach) merupakan pendekatan

yang digunakan dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara mempelajari

pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu

20PeterMahmudMarzuki,2009,PenelitianHukum,KencanaPrenadaMediaGroup,

Jakarta,h.94.

21 Ibid, h. 93.

Page 29: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

29

hukum.22 Pemahaman mengenai pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin akan

digunakan sebagai pedoman dalam membangun suatu argumentasi untuk

memecahkan persoalan mengenai pekerja anak di bawah umur yang bekerja pada

waktu siang hari.

1.8.4 Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan dalam metode penelitian hukum

normatif, yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum

tersier, adalah sebagai berikut:

a. Bahan Hukum Primer, bahan hukum primer adalah bahan hukum yang

mempunyai otoritas (autoritatif). 23 Bahan hukum primer terdiri dari

perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan

undang-undang dan putusan-putusan hakim, yaitu:

a. Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia;

b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

c. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;

d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

e. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak;

f. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi

ILO No. 138 Tahun 1973 mengenai Batas Usia Minimum

Diperbolehkan Bekerja;

22 Ibid, h. 137. 23 H. Zainuddin Ali, 2014, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 47.

Page 30: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

30

g. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

(HAM);

h. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

perubahan atas Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang

Ketenagakerjaan;

i. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian

Peselisihan Hubungan Industrial;

j. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Perdagangan Orang;

k. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak;

l. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak

perubahan atas Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak.

b. Bahan Hukum Sekunder yaitu semua publikasi tentang hukum yang bukan

merupakan dokumen tidak resmi.24 Bahan hukum sekunder biasanya berupa

pendapat hukum atau doktrin, teori-teori yang diperoleh dari literatur hukum,

hasil penelitian, artikel ilmiah, maupun website yang terkait dengan penelitian.

Bahan hukum sekunder pada dasarnya digunakan untuk memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer. Dengan adanya bahan hukum

sekunder maka peneliti akan terbantu untuk memahami dan menganalisis

bahan hukum primer. Termasuk pula dalam bahan hukum sekunder adalah

24Ibid,h.54.

Page 31: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

31

wawancara. Wawancara dilakukan dengan narasumber pada Dinas Tenaga

Kerja dan ESDM Provinsi Bali. Pada penelitian hukum normatif, wawancara

dengan narasumber dilakukan dan digunakan sebagai salah satu data sekunder

yang termasuk sebagai bahan hukum sekunder. Hal tersebut karena wawancara

digunakan sebagai pendukung untuk memperjelas bahan hukum primer.

c. Bahan Hukum Tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk,

penunjang ataupun penjelasan terhadap data hukum primer dan data hukum

sekunder, contohnya kamus, ensiklopedia, indeks kualitatif dan seterusnya.

1.8.5 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka

atau bahan hukum sekunder dapat dinamakan penelitian hukum normatif atau

kepustakaan. Dalam penelitian lazimnya dikenal tiga jenis alat pengumpul

data yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, observasi, dan wawancara.25

Alat pengumpul data menentukan kualitas data dan kualitas data menentukan

kualitas penelitian, karena itu alat pengumpul data harus mendapat

penggarapan yang cermat. 26 Pengumpulan bahan hukum dilakukan untuk

memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan

penelitian.

Pengumpulan bahan hukum yang digunakan oleh peneliti dilakukan

dengan teknik studi dokumen atau studi kepustakaan yakni dengan

25 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2015, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, Cet.XI, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.13. 26 Amiruddin dan Asikin, 2016, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Edisi Revisi, PT

Rajagrafindo Persada, Jakarta, h. 66.

Page 32: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

32

pengumpulan bahan hukum yang relevan dengan permasalahan penelitian.

Bahan hukum seperti penelitian perpustakaan yang ditujukan hanya pada

peraturan-peraturan yang tertulis, jurnal-jurnal, buku-buku maupun dokumen

atau bahan-bahan hukum lainnya. Lalu sebagai penunjang, juga dilakukan

teknik wawancara atau interview yang bersumber langsung dari narasumber

di lokasi dilakukannya penelitian. Wawancara dilakukan guna bertujuan

untuk mendapat informasi yang akurat dan relevan dengan permasalahan

yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

1.8.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Pada penelitian hukum normatif, teknik menganalisis data atau

bahan-bahan hukum merupakan kegiatan pengklasifikasian bahan-bahan

hukum tertulis sehingga mudah untuk dianalisis dan dikonstruksi.

Pengolahan data dalam penelitian normatif pada hakikatnya adalah kegiatan

untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis.

Sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum

tertulis tersebut untuk memudahkan dalam menganalisis dan mengkonstruksi

pemahaman hukum.27

Tahapan menganalisis bahan hukum dalam penelitian hukum normatif

yaitu tahapan pertama ditujukan untuk mendapatkan hukum obyektif (norma

hukum) dan tahapan kedua ditujukan untuk mendapatkan hukum subjektif

(hak dan kewajiban). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam analisis data,

yaitu:

27 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, h. 251.

Page 33: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

33

1) Memilih Pasal-Pasal yang berisi kaidah-kaidah hukum yang

mengatur masalah perjanjian khususnya perjanjian keagenan;

2) Membuat sistematika dari pasal-pasal tersebut sehingga

menghasilkan klasifikasi tertentu; dan

3) Bahan hukum primer, sekunder, dan tersier dianalisis secara induktif

kualitatif.28

Suatu analisis yuridis normatif pada hakikatnya menekankan pada

metode deduktif sebagai pegangan utama, dan metode induktif sebagai tata

kerja penunjang. Analisis normatif terutama mempergunakan bahan-bahan

kepustakaan sebagai sumber data penelitiannya memiliki tahapan-tahapan

sebagai berikut.

1) Merumuskan asas-asas hukum, baik dari data sosial maupun dari

data hukum positif tertulis;

2) Merumuskan pengertian-pengertian hukum;

3) Pembentukan standar-standar hukum; dan

4) Perumusan kaidah-kaidah hukum.29

Jadi, setelah data dikumpulkan yang terdiri dari bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier kemudian diolah dengan

menganalisis secara deduktif dan induktif kualitatif karena dilihat dari sifat

dan data penelitiannya yang berupa deskriptif, maka kemudian hasil

pengolahan dan analisis ini disajikan secara deskriptif kualitatif yaitu dengan

28 Bambang Sunggono, 2012, Metodologi Penelitian Hukum, Cet.XIII, PT. Rajagrafindo

Persada, Jakarta, h. 184. 29 Amiruddin dan Asikin, 2016, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Edisi Revisi, PT

Rajagrafindo Persada, Jakarta, h. 175.

Page 34: DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSYARATAN …

34

menggambarkan secara lengkap sebagaimana adanya tentang aspek-aspek

yang berkaitan dengan masalah yang dibahas sehingga dapat diperoleh suatu

kebenaran.