PTERIGYUM & KONJUNGTIVITIS HIPERAKUT
Oleh : Silvia Rane, S.Ked
Bahana Agus Valenta, S.KedDewi Noviarti Tanjung, S.Ked
PENDAHULUANLatar Belakang• Pterigium : pertumbuhan fibrovaskuler yang bersifat degeneratif
dan invasif.• Pterygium pteron = sayap• Fenomena iritatif oleh sinar ultraviolet, lingkungan kering dan
berangin.• Banyak pada lingkungan iklim panas dan kering.• Insiden di indonesia sebesar 13.1%• Rentang umur 20-49 tahun.• Jika mengenai kornea yang menutupi pupilmengancam
penglihatan.
LATAR BELAKANG.
• Konjungtivitis: peradangan pada konjungtiva.• Disebabkan: bakteri,virus, chlamydia, alergi, autoimun.• Penyakit pada mata yang paling sering dijumpai diseluruh dunia.• Lokasinya terekspose.
BATASAN MASALAHmembahas definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, patofisiologi, gambaran klinis, penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis dari pterigium dan konjungtivitis bakteri hiperakut.
TUJUAN PENULISAN
menambah pengetahuan tentang pterigium dan konjungtivitis bakteri hiperakut.
METODE PENULISAN
metode penulisan tinjauan pustaka yang merujuk pada berbagai literatur.
TINJAUAN PUSTAKA• Pterigium -> pertumbuhan jaringan fibrovaskuler pada
konjungtiva dan tumbuh menginfiltrasi permukaan kornea.• Banyak pada lingkungan iklim panas dan kering.• Insiden di indonesia sebesar 13.1%• Rentang umur 20-49 tahun.• Laki-laki 4x lebih beresiko
KONJUNGTIVA
• Membran mukosa bening yang melapis bola mata dan kelopak mata.
• Terdiri atas dua lapis:• Epitel,• Stroma jaringan ikat kaya
vaskularisasi dan banyak kelenjar.
-Secara lokasi dibagi menjadi 3:1.Konjungtiva Palpebra2.Konjungtiva Bulbar3.Konjungtiva Fornices
-Disuplai oleh av. Konjungtiva anterior dan posterior.-Dipersarafi nervus ophtalmikus dan plexus simpatis.
ETIOLOGI
Etiologi belum diketahui pasti, terdapat faktor resiko:• Paparan UV• Mikrotrauma kronik• Infeksi mikroba dan virus.• Konjungtivitis kronis• Kekurangan Vit.A• Riwayat Keluarga• Fenomena iritatif oleh sinar ultraviolet, lingkungan kering dan berangin.
KLASIFIKASI PTERIGYUM
Berdasarkan Type:Tipe I : o Pterigium kecil, o lesi terbatas pada limbus / menginvasi kornea pada tepinya saja. o Lesi meluas < 2 mm dari kornea. o Stocker’s line atau deposit besi pada epitel kornea & kepala pterigium. o Lesi sering asimptomatis. Pasien yang memakai lensa kontak dapat mengalami
keluhan lebih cepat.
CONT..
Type IIo di sebut pterigium tipe primer advanced/ ptrerigium rekuren tanpa
keterlibatan zona optik. o Pada tubuh pterigium sering nampak kapiler-kapiler yang membesar. o Lesi menutupi kornea sampai 4 mm, o Bisa primer atau rekuren setelah operasi, o berpengaruh dengan tear film o menimbulkan astigmat.
CONT..
Type III:o Pterigium primer /rekuren dengan keterlibatan zona optik. o Bentuk pterigium yang paling berat. o Keterlibatan zona optik membedakan tipe ini dengan yang lain. o Lesi mengenai kornea > 4 mm dan mengganggu aksis visual. o Lesi yang luas pada kasus rekuren dapat berhubungan dengan fibrosis
subkonjungtiva yang meluas ke forniks gangguan pergerakan bola mata serta kebutaan
CONT..
Berdasarkan Stadium :• Stadium I : Pterigium hanya terbatas pada limbus kornea• Stadium II : Pterigium sudah melewati limbus &belum mencapai pupil, tidak
>>2 mm melewati kornea.• Stadium III : Pterigium sudah melebihi stadium II tetapi tidak melebihi
pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil sekitar 3-4 mm).
• Stadium IV : Pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil mengganggu penglihatan.
GAMBAR PTERIGIUM
CONT..
Berdasarkan perjalanan penyakitnya : Pterigium progresif : o Tebal o vaskular dengan beberapa infiltrat di kornea di depan kepala pterigium (disebut
cap dari pterigium)Pterigium regresif : o Tipis, atrofi, sedikit vaskular.o menjadi bentuk membran, tetapi tidak pernah hilang.
CONT..
Berdasarkan terlihatnya pembuluh darah episklera di pterigium, diperiksa dengan slit lamp.T1 (atrofi) : Pem.darah episkleral jelas terlihatT2 (intermediet) : Pem.darah episkleral sebagian terlihat T3 (fleshy, opaque) : Pem.darah tidak jelas.
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
• Asimptomatis• Mata tampak merah dan sering berair
• Merasa seperti ada benda asing• Pada pterigium grade 3 dan 4 terjadi
penurunan tajam penglihatan
BAGIAN PTERIGIUM
• Pterigium memiliki tiga bagian :• Bagian kepala atau cap : datar, terdiri atas zona abu-abu pada
kornea yang kebanyakan terdiri atas fibroblast. Area ini menginvasi & menghancurkan lapisan Bowman pada kornea. Garis zat besi (iron line/Stocker’s line) dapat dilihat pada bagian anterior kepala.
• Bagain whitish.Terletak langsung setelah cap, merupakan sebuah lapisan vesikuler tipis yang menginvasi kornea seperti halnya kepala.
CONT..
• Bagian badan atau ekor : bagian yang mobile (dapat bergerak), lembut, merupakan area vesikuler pada konjungtiva bulbi & area paling ujung. Badan ini menjadi tanda khas yang paling penting untuk dilakukannya koreksi pembedahan.
Penegakkan Diagnosis
1. AnamnesisPada anamnesis didapatkan adanya keluhan
penderita seperti mata merah, gatal, mata sering berarir, gangguan penglihatan. Selain itu perlu juga ditanyakan adanya riwayat mata merah berulang, riwayat banyak bekerja diluar ruangan pada daerah dengan pajanan sinar matahari yang tinggi, serta dapat pula ditanyakan riwayat trauma sebelumnya.
Penegakkan Diagnosis
2. Pemeriksaan FisikPada inspeksi pterigium terlihat sebagai jaringan
fibrovaskular pada permukaan konjungtiva. Pterigium dapat memberikan gambaran yang vaskular dan tebal tetapi ada juga pterigium yang avaskular dan flat. Pterigium paling sering ditemukan pterigium pada daerah temporal.
Penegakkan Diagnosis
3. Pemeriksaan Penunjang- Topografi Kornea
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
Konservatif Operatif
KONSERVATIF
o Penanganan tahap awal tindakan konservatif seperti penyuluhan pada pasien untuk mengurangi iritasi maupun paparan sinar ultraviolet dengan menggunakan kacamata anti UV
o pemberian air mata buatan/topical lubricating drops.
OPERATIF
Ada berbagai macam teknik operasi yang digunakan dalam penanganan pterigium di antaranya adalah:
• Bare sclera• Simple closure• Sliding flap• Rotational flap• Conjungtival graft
INDIKASI OPERASI
• Mengganggu visus• Mengganggu pergerakan bola mata• Berkembang progresif• Mendahului suatu operasi intraokuler• KosmetikZiegler
• Progresif, resiko rekurensi > luas• Mengganggu visus• Mengganggu pergerakan bola mata• Masalah kosmetik• Di depan apeks pterigium terdapat Grey Zone• Pada pterigium dan kornea sekitarnya ada nodul pungtat• Terjadi kongesti (klinis) secara periodik
Guilemo Pico
Pinguekula
Pseudopterigium
DD
CONT..KomplikasiKomplikasi yang dapat timbul pada pterygium, adalah :
• Astigmat • Mata merah• Iritasi• Scar (jaringan parut) kronis pada konjungtiva dan
kornea• Pada pasien yang belum exicisi, scar pada otot rectus
medial dapat menyebabkan terjadinya diplopia.
CONT..KomplikasiKomplikasi post eksisi pterygium, adalah:
• Infeksi, reaksi bahan jahitan (benang), diplopia, scar cornea, conjungtiva graft longgar dan komplikasi yang jarang termasuk perforasi bola mata, vitreous hemorrhage atau retinal detachment.
• Penggunaan mytomicin C post operasi dapat menyebabkan ectasia atau melting pada sclera dan kornea.
• Komplikasi yang terbanyak pada eksisi pterygium adalah rekuren pterygium post operasi.
PROGNOSIS
Penglihatan dan kosmetik pasien setelah dieksisi adalah baik. Kebanyakan pasien dapat beraktivitas lagi setelah 48 jam post operasi.
Pasien dengan pterigium rekuren dapat dilakukan eksisi ulang dan graft dengan konjungtiva autograft atau transplantasi membran amnion.
KONJUNGTIVITIS BAKTERI HIPERAKUT
DEFINISI
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri,jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.
Konjungtivitis bakteri hiperakut adalah infeksi konjungtivitis purulenta progresif cepat yang ditandai dengan edema kelopak mata, hiperemis konjungtiva, chemosis, dan sekret purulen yang sangat banyak.
EPIDEMIOLOGI
Konjungtivitis terjadi diseluruh dunia. Angka kejadian konjungtivitis bakteri
hiperakut ini diduga telah menurun seiring dengan perkembangan antibiotik dan
higiene selama proses persalinan yang telah membaik. Dimana faktor predisposisi
kejadian konjungtivitis tipe ini ialah neonatorum, anak-anak dan kelompok usia
muda yang aktif secara seksual
ETIOLOGI
Konjungtivitis dapat disebabkan:
o infeksi oleh virus /bakteri, o reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; o sinar ultraviolet. o pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang.
CONT..
Patogen penyebab yang paling sering adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae dan
Neisseria meningitidis. Konjungtivitis gonorrheal ini biasanya disebabkan
kontaminasi dari urethritis atau pasien juga terinfeksi penyakit infeksi genital
asymptomatik pada dewasa dimana masa inkubasi berlangsung antara beberapa jam
sampai 3 hari. Pada neonatorum dapat terinfeksi apabila pada proses persalinan terdapat infeksi gonorrheal pada saluran
reproduksi
PATOFISIOLOGI
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti: • streptococci, • staphylococci • jenis Corynebacterium.Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal terjadi karena adanya :o kontaminasi eksternal, o penyebaran dari organ sekitar ataupun o melalui aliran darah.
CONT..
Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotik.Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang meliputi konjungtiva mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun yang berasal dari:- perdarahan konjungtiva,- lisozim - imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi
dan berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva.
KLASIFIKASIHiperakut (purulen)
• Neisseria gonorrhoeae
• Neisseria meningitidis
• Neisseria gonorrhea subsp Kochii
Akut (mukopurul
en)• Pneumococc
us (Streptococcus pneumoniae) (iklim sedang)
• Haemophilus aegyptius (Koch-Weeks bacillus) (iklim tropik)
Subakut•Haemophilus influenzae (iklim sedang)•blefarokonjungtivitis•Staphylococcus aureus•Moraxella lacunata (diplobacillus dari Morax-Axenfeld)
Jenis jarang (akut,
subakut, menahun)
• Streptococcus
• Moraxella catarrhalis
• Coliform• Proteus• Corynebacter
ium diptheriae
• Mycobacterium tuberculosis
•bayi berumur 1 – 3 hari infeksi jalan lahir
oftalmia neonatorum
•bayi berumur >10 hari atau pada anak-anak
konjungtivitis gonore
infantum
•orang dewasakonjungtivitis
gonoroika adultorum
CARA PENULARAN
• perjalanan bayi melalui jalan lahir jika kelamin ibu terinfeksi Neisseria gonorrhoeae
Infeksi neonatal
• sumber penularannya biasanya seseorang dengan infeksi kelamin
• Kontak jari atau peralatan (misalnya pakaian, handuk) yang terkontaminasi dengan cairan kelamin
anak yang lebih tua
dan orang dewasa
GAMBARAN KLINIS
bayi dan anak• kelainan bilateral • sekret kuning kental• Kelopak mata
membengkak • sukar dibuka• terdapat
pseudomembran pada konjungtiva tarsal
• Konjungtiva bulbi merah, kemotik dan tebal
dewasa• nyeri pada mata• tanda infeksi umum• pada satu mata• sekret purulen yang tidak
begitu kental• infeksi ini dapat
berlangsung berminggu-minggu
Konjungtivitis gonore pada bayi Konjungtivitis gonore pada bayi
Anak dengan konjungtivitis gonorrheae
DIAGNOSIS
Anamnesa • Riwayat
kontak • gejala klinis
Penunjang •Kerokan konjungtiva dan secret Pewarnaan gram mikroskop kokus gram negative berpasangan •Banyak sel-sel polimoronuklear
• Media Cokelat agar dan atau Thayer-Martin mengisolasi Neisseria gonore dan pemeriksaan sensitivitas
DIAGNOSA BANDING
• masa inkubasi 5-12 hari• dapat sembuh sendiri tanpa jaringan
parut atau rusaknya corneaKonjungtivitis klamidia
•kurang destruktif namun dapat berlangsung berbulan-bulan jika tidak diobati dan dapat diikuti pneumonia
• pemeriksaan scraping epithel conjunctiva didapatkan inclusion bodies
TATALAKSANAGonorrheae tanpa penyulit pada kornea
• Salep mata Tetracycline HCL 1 % atau Ciprofloxacin 0,3 % minimal 6 kali sehari pada neonatus dan sedikitnya tiap 2 jam sekali pada penderita dewasa, dilanjutkan sampai 5 kali sampai terjadinya resolusi.
• Bersihkan secret sebelum diberikan salep/tetes mataTopikal
• Pada orang dewasa diberikan Penicillin G 4,8 juta IU IM dalam dosis tunggal ditambah dengan Probenecid 1 gram peroral, atau Ampicilin dosis tunggal 3,5 gram peroral.
• Pada neonatus dan anak-anak injeksi Penicillin diberikan dengan dosis 50.000-100.000 IU/kgBB.
• Bila penderita tidak tahan dengan obat-obat derivat Penicillin bisa diberikan Thiamphenicol 3,5 gram dosis tunggal atau Tetracycline 1,5 gram dosis initial dilanjutkan dengan 4 kali 500 mg/hari selama 4 hari
Sistemik
Gonorrheae dengan penyulit pada kornea
• Ciprofloxacin 0,3 % dengan cara pemberian sebagai berikut:
• Hari I : 1-2 tetes, setiap 15 menit selama 6 jam Selanjutnya diberikan 2 tetes setiap 30 menit
• Hari II : 2 tetes tiap 1 jam• Hari III-XIV : 2 tetes tipa 4 jam
Topikal
• Obat-obat topikal lain : Bacitracin, Vancomycin, cephaloridin, Cephazolin, Gentamycin, Tobramycin, Carbenicillin dan Polymyxin B
• obat-obat spesifik untuk Neisseria gonorrhoe
• siklopegik (Scopolamin 0,25 %) 2-3 X setiap hari menghilangkan nyeri karena spasme siliar dan mencegah sinekia.
• perforasi yang mengancam (descemetocele) operasi flap konjungtiva ” partial conjunctiva bridge flap ”
Sistemik
KOMPLIKASI
Ulserasi Kornea
PerforasiKornea
Endopthalmitis Kebutaan
PENCEGAHAN
Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular seksual
berikan obat tetes mata AgNO3 1% Segera sesudah lahir
Cara lain yang lebih aman adalah pembersihan mata dengan solusio borisi dan pemberian kloramfenikol
salep mataOperasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi herpes aktif saat melahirkanAntibiotik, diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus yang lahir dari ibu dengan gonore yang
tidak diterapi
PROGNOSIS
pengobatan cepat, dosis cukup, sembuh tanpa komplikasi
pengobatan lebih lambat atau kurang intensif kesembuhannya mungkin disertai sikatriks kornea dan penurunan tajam penglihatan yang menetap atau kebutaan
KESIMPULAN Konjungtivitis gonore proses inflamasi pada
konjungtiva infeksi bakteri N. Gonorrhea
ditularkan secara langsung dari transmisi genital-mata, kontak genital-tangan-mata,
atau tansmisi ibu-neonatus selama persalinan
keluhan iritasi dan kemerahan kedua mata, kelopak mata menempel, keluar kotoran pus kekuningan, kadang-
kadang kelopak mata bengkak.
Tanda klinis yang ditemukan seperti inflamasi konjungtiva bilateral, injeksi konjungtiva, sekret
purulen, dan edema palpebra
pada neonatus tanda khas sekret konjungtiva purulen pada kedua mata 3 – 5
hari setelah persalinan per vaginam
Penanganan membersihkan sekret (eye toilet), pemberian antibiotika topikal dan
antibiotika sistemik
Konjungtivitis bakteri gonore bila tidak dapat diobati perforasi kornea,
endoftalmitis kebutaan total
TERIMA KASIH