i
COVER
MAKALAH NEUROSAINS PENDIDIKAN
“OTAK, PENDIDIKAN, DAN BERPIKIR/KOGNITIF"
Dosen Pengampu: Bapak Jumiatmoko, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh :
Kelompok 4
- Nabilla Nurru Latifa (K8120048)
- Puspa Ningrum Mustika N. (K8120057)
- Salsabila Savina Putri (K8120066)
- Tasya Zahrotul Aulia (K8120072)
- Ummi Masyithoh (K8120075)
- Marisa Chellyana (N0121697)
- Nia Windaliani (1905112178)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr, Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran serta
melimpahkan rahmat-Nya dlam pengerjaan makalah ini sehingga berjalan dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini untuk memenuhi tugas dosen pengampu
pada bidang Neurosain Pendidikan dalam Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
mengenai Otak, Pendidikan, dan Berpikir/Koginitf. Semoga makalah ini dapat memeberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca meskipun di dalam penyususnan makalahnya masih
banyak kekurangan.
Penulis menyadari bahwa makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Olek
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Surakarta, 6 November 2021
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................................................ 2
D. Manfaat .......................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
A. Pengertian Otak, Pendidikan, dan Kognitif ............................................................... 3
1. Otak ............................................................................................................................. 3
2. Pendidikan ................................................................................................................... 4
3. Kognitif ....................................................................................................................... 6
B. Implementasi pendidikan, dan kognitif ...................................................................... 7
C. Hubungan Antara Otak, Pendidikan, dan Berpikir/Kognitif .................................. 8
1. Hubungan Antara Otak dan Pendidikan ...................................................................... 8
2. Hubungan Antara Otak dan Berpikir/Kognitif .......................................................... 10
BAB III .................................................................................................................................... 13
PENUTUP ............................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 13
B. Saran ............................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini merupakan satuan lembaga pendidikan yang bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan pada anak usia 0-6 tahun. Tujuan utamanya adalah
mempersiapkan anak usia dini unuk belajar kejenjang selanjutnya yaitu sekolah dasar.
Pada usia 0-6 tahun anak sedang mengalami masa golden age. Pada usia dini inilah sangat
cocok sekali kita sebagai calon guru untuk tahu akan memberikan stimulasi yang tepat
untuk anak itu seperti apa. Pendidikan anak usia dini bisa membantu anak belajar
bersosialisasi saat anak berada diluar lingkungan sekolah. Pendidikan yang dilakukan oleh
guru kepada anak juga bisa membantu anak dalam mengembangkan potensi, pola pikir
dan tingkah laku anak.
Pada lembaga PAUD ada 6 aspek perkembangan yang perlu dikembangkan. Salah satu
aspek perkembangan yaitu aspek perkembangan kognitif pada anak ini penting untuk guru
stimulasi. Arti kognitif sendiri erat kaitannya dengan kecerdasan. Untuk lebih luas lagi kita
mengenal kognitif berkaitan dengan tingkah laku individu dan pola pikir individu dalam
memecahkan masalah. Jika kita membahas mengenai kognitif maka kaitannya dengan
otak.
Otak merupakan organ yang posisinya berada dibagian atas tubuh manusia yaitu
didalam kepala. Otak juga berfungsi mengatur aktivitas sehari-hari kita dalam melakukan
aktivitas. Otak juga berfungsi untuk mengatur emosi, berpikir dan bagaimana kita
bertingkah laku. Jadi, saat kita menstimulasi otak maka dengan itu juga perkembangan
kognitif akan berkembang. Berdasarkan latar belakang yang kami paparkan makalah ini
membahas mengenai keterkaitan antara pendidikan, otak dan juga kognitif.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya yaitu antara
lain:
1. Apa pengertian dari otak, pendidikan dan berpikir/kognitif?
2. Bagaimana implementasi dari berpikir/kognitif terhadap pendidikan anak usia
dini?
2
3. Apa hubungannya antara otak, pendidikan dan berpikir/kognitif?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan di atas, tujuan penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian otak, pendidikan, dan kognitif.
2. Memahami implementasi dari berpikir/kognitif terhadap pendidikan anak usia dini.
3. Memahami hubungan antara otak, berpikir/kognitid dan pendidikan.
D. Manfaat
Dari latar belakang, rumusan masalah dan tujuan dari makalah ini pembaca dapat
mengerti mengenai hakikat otak, pendidikan, berpikir lalu bagaimana implementasi
ketiganya serta hubungan dari otak, pendidikan dan berpikir bagi anak usia dini.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Otak, Pendidikan, dan Kognitif
1. Otak
Otak adalah organ yang luar biasa, bekerja mengkoordinasikan seluruh yang
terjadi di dalam tubuh kita, kepribadian, metabolisme, tekanan darah, emosi,
hormon, ingatan , bekerja melebihi komputer manapun didunia ini. Kelainan kecil
pada otak akan mempengaruhi aktifitas tubuh, karenanya kita harus selalu menjaga
nutrisinya dan menjaga kesehatannya dan mengembangkannya. Otak adalah salah
satu organ yang paling kompleks dalam tubuh manusia. Organ ini tersusun dari
sejumlah jaringan pendukung dan miliaran sel saraf yang saling terhubung. Otak
dilindungi oleh lapisan pembungkus yang disebut selaput otak (meninges) dan
tulang tengkorak, serta terhubung ke saraf tulang belakang
Otak sebenarnya disusun oleh 100 miliar sel-sel otak (neuron) dan 100 triliun
sel pendukung (sel glia). Jumlah yang sangat spektakuler ini mungkin melebih
galaksi yang ada di alam semesta. Hasil interaksinya membentuk pikiran,
pengalaman dan pribadi manusia. Jika seseorang mendapatkan tambahan informasi
baru maka sel-sel saraf ini secepat mungkin akan membentuk koneksi satu dengan
yang lainnya untuk menyimpan atau memperkuat informasi tersebut. Ada bagian
otak yang disebut amygdala yang tumbuh mencapai puncaknya pada usia 4 tahun.
Amygdala ini berkaitan dengan penyimpanan memori emosi/rasa. Karena itu
potensi otak anak usia dini akan tercapai optimal apabila rangsangan yang
diberikan adalah berupa rangsangan yang diberikan dengan nuansa emosi yang
baik seperti kegiatan bermain. Pengalaman-pengalaman di usia tersebut akan
terpatri dan kuat.
Otak merupakan pusat kecedasan. Otak berfungsi untuk berpikir, mengontrol
emosi dan aktivitas gerak tubuh. Dengan demikian apabila kita mampu memahami
perkembangan otak manusia, maka kita akan mampu memahami perkembangan
manusia. Demikian halnya pada anak usia dini, dengan memahami perkembangan
otak anak usia dini, maka dapat memahami cara mengoptimalkan potensi yang ada
pada anak usia dini.
4
Pertumbuhan otak pada usia dini sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Sesudah lahir, kegiatan otak dipengaruhi dan tergantung pada kegiatan sel syaraf
dan cabang-cabangnya dalam membentuk sambungan antar sel syaraf. Melalui
persaingan alami, sambungan yang tidak atau jarang digunakan akan mengalami
kematian. Pemantapan sambungan terjadi apabila sel syaraf mendapat informasi
yang mampu menghasilkan letupan-letupan listrik hingga membentuk sambungan-
sambungan sel syaraf baru. Kualitas kemampuan otak dalam menyerap dan
mengolah informasi tergantung dari banyaknya neuron yang membentuk unit-unit.
Otak individu mulai berkembang secara gradual pada saat berusia 2 minggu
setelah pembuahan, berkembang dari tabung panjang menjadi sekelompok sel
berbentuk bulat. Sembilan bulan kemudian bayi lahir dengan otak dan system saraf
yang berisi hampir 100 milyar sel saraf. Otak bayi itu sudah berisi hampir semua
sel saraf yang akan dimiliki sepanjang kehidupannya. Namun pola penyambungan
antar sel-sel itu masih harus dimantapkan karena pada saat lahir dan pada masa
bayi keterkaitan antar sel itu masih lemah. Menginjak usia 2 tahun, saling
keterkaitan antar sel-sel saraf meningkat drastis seiring dengan perkembangan
bagian sel saraf penerima (dendrit).
Pentingnya stimulasi pada perkembangan otak anak usia dini harus menjadi
perhatian pendidik dan juga orang tua. Pertumbuhan otak tidak akan sama dengan
pertumbuhan fisik, sel saraf otak tidak dapat bertambah lagi jumlahnya setelah
lahir. Tapi jumlah hubungan antar sel saraf otak akan terus berlangsung. Jumlah
hubungan sel saraf ini sangat bergantung pada stimulasi yang diberikan.
Dari penjelasan diatas bahwa pendekatan perkembangan otak sangat
dibutuhkan dalam pembelajaran anak usia dini. Agar anak-anak berkembang secara
optimal. Adanya pengetahuan mengenai perkembangan otak pada pendidik
maupun orang tua akan sangat membantu dalam pendidikan anak usia dini.
Sehingga stimulasi-stimulasi yang digunakan tepat dan efektif dalam
mengembangkan otak anak usia dini. Sehingga target pembelajaran pada anak usia
dini dapat terwujudkan.
2. Pendidikan
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan dimaknai sebagai upaya
yang dilakukan secara sadar dan terencana yang bertujuan untuk menciptakan
5
kegiatan pembelajaran dimana peserta didik dapat secara aktif mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya agar terciptanya pribadi yang religius, dapat
mengendalikan diri, berkepribadian baik, cerdas, dan berakhlak mulia, serta
terampil dalam kehidupan sehari-hari, dalam masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan humanisasi, yaitu berupa usaha memanusiakan manusia
dalam konteks memberikan bantuan kepada manusia atau peserta didik supaya
dapat hidup selaras dengan fitrah kemanusiaannya,mampu menjadi pribadi yang
mantap merupakan sifat dari pendidikan (Wahyudin, 2008).
Mahmud Yunus dan Martinus Jan Langeveld mendefenisikan pendidikan
sebagai bagian upaya yang dilakukan secara sengaja bertujuan agar memberikan
pengaruh serta bantuan terhadap peserta didik dengan tujuan untuk
mengoptimalkan kemampuan intelektual, fisik dan akhlak (rohani) yang nantinya
dapat membawa peserta didik kepada maksud dan cita-cita yang diinginkannya,
serta mendapatkan hidup yang bahagia dan segala hal yang diperbuatnya mampu
memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, lingkungan, agama, dan bangsa. Ki
Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan nasional Indonesia menyatakan bahwa
pendidikan adalah suatu tuntutan dalam berlangsungnya tumbuh kembang anak,
maksud dari pendidikan tersebut yakni mengarahkan seluruh fitrah yang terdapat
pada peserta didik supaya mereka mampu memperoleh keselamatan dan
kebahagiaan (Haryanto, 2012).
Menurut Heidjrachman dan Husnan (1997) menyatakan bahwa pendidikan
merupakan bentuk usaha bertujuan meningkatkan pengetahuaan seseorang
mengenai sesuatu dimana termuat di dalamnya pengoptimalan penguasaan teori
dan praktik, kemampuan mengambil keputusan dan menemukan solusi dari
problema yang dialami dalam usaha memperoleh apa yang menjadi tujuannya, baik
persoalan dalam hal dalam dunia pendidikan maupun persoalan-persoalan yang
muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Dapat dipahami bahwa pendidikan bermakna sebagai bentuk upaya manusia
dalam menumbuh kembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun
rohani dari lahir selaras dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan
kebudayaan. Seorang “calon” manusia akan dapat menjadi manusia seutuhnya
dapat diwujudkan melalui pendidikan yang dilakukan oleh manusia lainnya untuk
menerima sesuatu yang baru.
6
3. Kognitif
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan dimaknai sebagai upaya
yang dilakukan secara sadar dan terencana yang bertujuan untuk menciptakan
kegiatan pembelajaran dimana peserta didik dapat secara aktif mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya agar terciptanya pribadi yang religius, dapat
mengendalikan diri, berkepribadian baik, cerdas, dan berakhlak mulia, serta
terampil dalam kehidupan sehari-hari, dalam masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan humanisasi, yaitu berupa usaha memanusiakan manusia
dalam konteks memberikan bantuan kepada manusia atau peserta didik supaya
dapat hidup selaras dengan fitrah kemanusiaannya,mampu menjadi pribadi yang
mantap merupakan sifat dari pendidikan (Wahyudin, 2008).
Mahmud Yunus dan Martinus Jan Langeveld mendefenisikan pendidikan
sebagai bagian upaya yang dilakukan secara sengaja bertujuan agar memberikan
pengaruh serta bantuan terhadap peserta didik dengan tujuan untuk
mengoptimalkan kemampuan intelektual, fisik dan akhlak (rohani) yang nantinya
dapat membawa peserta didik kepada maksud dan cita-cita yang diinginkannya,
serta mendapatkan hidup yang bahagia dan segala hal yang diperbuatnya mampu
memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, lingkungan, agama, dan bangsa. Ki
Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan nasional Indonesia menyatakan bahwa
pendidikan adalah suatu tuntutan dalam berlangsungnya tumbuh kembang anak,
maksud dari pendidikan tersebut yakni mengarahkan seluruh fitrah yang terdapat
pada peserta didik supaya mereka mampu memperoleh keselamatan dan
kebahagiaan (Haryanto, 2012).
Menurut Heidjrachman dan Husnan (1997) menyatakan bahwa pendidikan
merupakan bentuk usaha bertujuan meningkatkan pengetahuaan seseorang
mengenai sesuatu dimana termuat di dalamnya pengoptimalan penguasaan teori
dan praktik, kemampuan mengambil keputusan dan menemukan solusi dari
problema yang dialami dalam usaha memperoleh apa yang menjadi tujuannya, baik
persoalan dalam hal dalam dunia pendidikan maupun persoalan-persoalan yang
muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Dapat dipahami bahwa pendidikan bermakna sebagai bentuk upaya manusia
dalam menumbuh kembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun
7
rohani dari lahir selaras dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan
kebudayaan. Seorang “calon” manusia akan dapat menjadi manusia seutuhnya
dapat diwujudkan melalui pendidikan yang dilakukan oleh manusia lainnya untuk
menerima sesuatu yang baru.
B. Implementasi pendidikan, dan kognitif
Pendekatan perkembangan kognitif memandang bahwa peserta didik merupakan
individu yang memiliki potensi kognitif yang sedang dan akan terus tumbuh dan
berkembang. Karena itu, melalui pendekatan ini peserta didik didorong untuk
membiasakan berfikir aktif tentang seputar masalah-masalah moral yang hadir di
sekeliling mereka, dimana peserta didik dilatih untuk belajar dalam membuat keputusan-
keputusan moral. Oleh karena itu, individu dapat mengembangkan pengetahuannya
sendiri. Artinya adalah pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu dapat dibentuk oleh
individusendiri melalui interaksi dengan lingkungan yang terus-menerus dan selalu
berubah.
Dalam berinteraksi dengan lingkungan, individu mampu beradaptasi dan
mengorganisasikan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan dalam struktur
kognitifnya, pengetahuan, wawasannya dan pemahamannya semakin berkembang.
Individu juga mampu memodivikasi pengalaman yang diperoleh melalui lingkungan,
sehingga melahirkan pengetahuan atau temuan-temuan baru. Oleh karena itu, proses
pendidikan bukan hanya sekedar transfer of knowledge, tetapi juga bagaimana merangsang
struktur kognitif inadividu mampu melahirkan pengetahuan dan temuan-temuan baru.
Kedua, perlu adanya individualisasi dalam pembelajaran. Artinya, dalam proses
pembelajaran, perlakuan terhadap individu harus didasarkan pada perkembangan
kognitifnya. kunci keberhasilan dalam belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang
diterima atau yang dipelajari oleh siswa. Dalam proses pembelajaran guru harus mampun
memberikan sesuatu yang bermakna bagi siswa.
Belajar dengan menghafal dan ceramah dapat menemukan sesuatu yang bermakna, asal
dilakukan secara sistematis, menjelaskan dan menghubungkan antara konsep yang satu
dengan konsep lainnya, menguhubungkan konsep yang baru dengan konsep yang telah
dimiliki oleh siswa. Sebaliknya, belajar penemuan akan menjadi kurang bermakna, apa
bila dilakukan dengan coba-coba dan tidak sistematis. Kedua, belajar bermakna akan
berhasil apabila ada motivasi intrinsik dari dalam diri siswa. Dengan adanya motivasi
8
intrinsik ini akan menumbuhkan minat dalam diri individu, dan menggerakkan individu
untuk mempersiapkan diri untuk belajar, baik mempersiapkan diri secara fisik maupun
psikis.
C. Hubungan Antara Otak, Pendidikan, dan Berpikir/Kognitif
1. Hubungan Antara Otak dan Pendidikan
Otak adalah fungsi paling fundamental di dalam proses berfikir. Banyak temuan
dari riset otak yang memiliki peranan penting bagi pendidikan dan perkembangan
anak, yaitu:
1) Pada saat perkembangan awal anak, dimana studi menemukan bahwa jumlah
rangsangan sejak dini dalam perkembangan anak terkait dengan jumlah
koneksi syyaraf atau synapses, yang merupakan dasar untuk pembelajaran dan
daya ingat yang lebih tinggi, temuan bahwa kapasitas otak tidak ditentukan
sejak lahi rtetapi dipengaruhi oleh pengalaman dini telah mempunyai dampak
yang sangat mengembirakan terhadap dunia riset dan kebijakan pendidikan
masa anak usia dini. Lebih jauh suatu riset menyatakan bahwa pelatiha yang
bercakupan luas dapat mengubah struktur otak, bahkan hingga masa dewasa.
2) Pada usia 18 bulan, bayi menghasilkan sangat banyak syaraf dan koneksi antar
syaraf-syaraf. Setelah masa itu bayi mulai kehilangan syaraf tersebut. Apa
yang terjadi ialah bahwa otak membuang koneksikoneksi yang tdiak
digunakan, sehingga koneksi yang tersisa akan bekerka efesien dan
terorganisir dengan baik. Proses ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan
dimana anak itu tinggal, dan terus hingga awal masa anak-anak, kelihatan otak
atau kerentanannya untuk berubah oleh lingkungan berlangsung paling tinggi
pada usia paling dini dan berkurang lama kelamaan.
3) Dalam riset otak ialah penemuan bahwa ketika seseorang memperoleh
pengetahuan dan kemampuan otaknya menjadi mangkin efesien. (Slavin,
2008:234-235)
Dengan demikian, temuan penelitian di atas mengenai riset otak memperkuat
kesimpulan bahwa otak bukanlah lemari arsip untuk fakta dan kemampuan malainkan
terlibat dalam proses pengorganisasian informasi untuk membuatnya dapat diakses
dan digunakan lebih mudah. Proses pembuangan koneksi dan dengan selektif
mengabaikan atau menyingkirkan informasi dan juga proses membuat koneksi yang
9
teratur diantara informasi, mempunyai peran yang sama-sama penting atau barangkali
lebih penting dengan menambah informasi, kemajuan dalam risest otak benar-benar
secara alami telah menghasilkan seruan penerapan pada praktik pendidikan. Oleh
karena itu, pendidikan sangat mempengaruhi perkembangnya agar tumbuh dengan
optimal.
Sebagaimanan tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara
(1977:303) yaitu usaha pendidikan ditujukan kepada: 1) halusnya budi, 2) cerdasnya
otak dan sehatnya badan, ketiga usaha itu akan menjadikan lengkap dan larasnya
hidup manusia di dunia. Lebih lanjut, beberapa jurnalis menegaskan bahwa pendidik
harus menengok pada ilmu syaraf untuk menjawab pertanyaan seperti bagaimana cara
terbaik mengajar anak berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan otak. Riset
menemukan bahwa salah satu alat prediksi yang paling ampuh tentang dampak guru
terhadap anak ialah keyakinan bahwa apa yang ia kerjakan menghasilkan sesuatu yang
berbeda, keyakinan ini yang disebut daya hasil guru (teacher afficacy) adalah inti dari
makna apa seorang guru yang intensional, guru yang yakin bahwa keberhasilan di
sekolah hampir seluruhnya terjadi akibat kecerdasan bawaan anak, lingkungan rumah
atau faktor lain yang tidak dapat dipengaruhi guru, tidak mungkin mnegajar dengan
cara yang sama dengan orang-orang yang yakin bahwa upaya mereka sendiri adalah
kunci pembelajaran anak, guru yang intensional yaitu orang yag mempunyai
keyakinan kuat terhadap daya hasilnya, memepunyai kemungkinan yang lebih besar
mengarakan upaya yang konsisten untuk bertahan dihadapan rintangan dan untuk
terus mencoba tanpa lelah hingga setiap anak berhasil, guru intensional mencapai rasa
daya hasil dengan terus menerus menilai hasil pengajaran mereka, terus menerus
mencoba strategi-strategi baru apabila pengajaran pertama mereka tidak berhasil dan
tersu menerus mencari gagasan dari rekan kerja, buku, majalah, loka karya dan
sumber-sumber lain untuk memperkaya dan memperkokoh keterampilan mengajar
mereka. (Slavin, 2008:9) Salah satu ahli ilmu saraf terkemuka bahkan memberitahu
pada pendidik bahwa meski otak anak-anak mendapatkan banyak informasi pada
tahun-tahun awal, sebagian besar proses belajar terjadi setelah formasi synaptic
menjadi stabil, yakni setelah usia sepuluh tahun. (GoldmanRakic dalam Santrock,
2007:46).
10
2. Hubungan Antara Otak dan Berpikir/Kognitif
Semua orang sesungguhnya terdapat suatu hal yang bermanfaat bagi manusia jika
manusia mampu menggunakan akalnya (kognitif) untuk memikirkan hal itu. Jadi,
ketika anak sudah mampu menggunakan konsep berfikirnya maka tugas pendidikan
untuk mengembangkannya. Tanpa kognitif, sulit bagi seorang anak mampu berfikir.
Tanpa kemampuan berfikir mustahil seorang anak dapat memahami, meyakini dan
mengaplikasikan hal-hal yang ia tangkap dari sekitarnya baik berupa materi pelajaran,
pesan-pesan moral dari lingkungan keluarga maupun teman sebaya. sistem
perkembangan otak merupakan sebuah interaksi yang sangat kompleks antara faktor
genetik dan stimulasi dari lingkungan. Pengalaman yang diperoleh oleh anak dari
interaksi dengan lingkungannya akan menstimulasi terbentuknya hubungan-hubungan
yang kompleks antar sel-sel saraf dan antar bagian-bagian otak (sinaps) sehingga
dengan berjalannya waktu anak akan mampu mengerti dan melaksanakan aktivitas-
aktivitas yang semakin kompleks. Konsep dan pengembangan otak untuk
meningkatkan kreatifitas anak yang mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Seorang ahli mengatakan bahwa pengalaman anak pada saat usia dini memiliki
pengaruh yang sangat menentukan terhadap arsitektur otak dan kapasitas otak dewasa,
kemampuan untuk belajar serta kapasitas untuk mengendalikan emosi. Perlu diketahui
bahwa perkembangan otak individu anak tidak linear, ada waktu-waktu terbaik untuk
mempelajari jenis-jenis pengetahuan dan kecakapan yang berbeda. Perkembangan
otak anak yang sedang tumbuh melalui tiga tahapan, mulai dari otak primitif (action
brain), otak limbik (feeling brain), dan akhirnya ke neocortex (atau disebut juga
thought brain, otak pikir). Meski saling berkaitan, ketiganya punya fungsi sendiri-
sendiri:
1) Otak primitif mengatur fisik kita untuk bertahan hidup, mengelola gerak
refleks, mengendalikan gerak motorik, memantau fungsi tubuh, dan
memproses informasi yang masuk dari pancaindera. Saat menghadapi
ancaman atau keadaan bahaya, bersama dengan otak limbik, otak primitive
menyiapkan reaksi "hadapi atau lari" (fight or flight response) bagi tubuh.
2) Otak limbik memproses emosi seperti rasa suka dan tidak suka, cinta dan
benci. Otak ini sebagai penghubung otak pikir dan otak primitif. Maksudnya,
otak primitif dapat diperintah mengikuti kehendak otak pikir, di saat lain otak
11
pikir dapat "dikunci" untuk tidak melayani otak limbik dan primitif selama
keadaan darurat, yang nyata maupun yang tidak. Sedangkan otak pikir, yang
merupakan bentuk daya piker tertinggi dan bagian otak yang paling objektif,
menerima masukan dari otak primitif dan otak limbik. Namun, ia butuh waktu
lebih banyak untuk memproses informasi, termasuk image, dari otak primitif
dan otak limbic.
3) Otak pikir juga merupakan tempat bergabungnya pengalaman, ingatan,
perasaan, dan kemampuan berpikir untuk melahirkan gagasan dan tindakan.
Myelinasi saraf otak berlangsung secara berurutan, mulai dari otak primitif,
otak limbik, dan otak pikir. Jalur syaraf yang makin sering digunakan
membuat myelin makin menebal. Makin tebal myelin, makin cepat impuls
syaraf atau perjalanan sinyal sepanjang "urat" syaraf. Karena itu, anak yang
sedang tumbuh dianjurkan menerima masukan dari lingkungan sesuai dengan
perkembangannya. Di samping itu, anak juga membutuhkan pengalaman yang
merangsang pancaindera. Namun, indera mereka perlu dilindungi dari
rangsangan yang berlebihan karena anak-anak itu ibarat spon. Rangsangan dan
perkembangan indera itu pada gilirannya akan mengembangkan bagian
tertentu dari otak primitif yang disebut reticular activating system (RAS). RAS
ini pintu masuk tempat kesan yang ditangkap setiap indera saling
berkoordinasi sebelum diteruskan ke otak pikir. RAS merupakan wilayah di
otak yang membuat kita mampu memusatkan perhatian.
Perkembangan otak ini meliputi perkembangan sinaps (jalinan saraf satu dengan
yang lainnya) yang menghubungkan sel-sel saraf yang membangun sirkuit di otak,
peningkatan ukuran sel-sel saraf, peningkatan jumlah sel-sel penunjang, serta
pembentukan selubung saraf. Perkembangan otak terjadi dengan pesat sejak dalam
kandungan dan dilanjutkan setelah lahir pada tahun-tahun pertama kehidupan.
Perkembangan otak pada usia dini sangat menakjubkan karena dari sekitar 100
miliar sel saraf yang dibawa bayi saat lahir akan terbentuk sekitar 1000 triliun
sinaps pada saat ia berusia 3 tahun atau sekitar 2 juta sinaps/detik.
Mengenai fungsi otak, dapat dibedakan berdasarkan kedua belahan otak tersebut,
yaitu belahan kiri dan kanan. Berikut fungsi otak kiri dan otak kanan.
12
1) Otak Kiri: berfikir rasional. Ilmiah, logis, kritis, linear, analitis, refensial dan
konvergen. Berkaitan erat dengan kemampuan belajar membaca, berhitung
(matematika), dan bahasa.
2) Otak Kanan: berfikir holistik, nonlinear, non-verbal, intuitif, imajinatif, non
refensial, divergen dan bahkan mistik.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bawa otak, pendidikan, dan kognitif memiliki
hubungan satu sama lain. Pertumbuhan otak pada anak usia dini sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak. Anak perlu mendapat lingkungan yang merangsang pertumbuhan
otak dan selalu mendapatkan stimulasi yang tepat sesuai dengan usianya. Pengetahuan
yang dimiliki oleh setiap individu atau masing masing anak dapat dibentuk melalui
interaksi dengan lingkungan. Dalam berinteraksi dengan lingkungan, anak mampu
beradaptasi sehingga melahirkan pengetahuan yang baru bagi anak tersebut.
Perkembangan otak terjadi dengan pesat sejak dalam kandungan dan dilanjutkan setelah
lahir pada tahun-tahun pertama kehidupan. Pendidikan bagi anak usia dini merupakan
vondasi atau dasar pentingnya tumbuh kembang anak bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak selanjutnya. Kognitif memiliki pengertian sebagai cara bagaimana
anak usia dini menggambarkan pengalaman mengenai dunia dan bagaimana
mengorganisasi pengalaman mereka secara baik sesuai dengan usianya.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai otak,
pendidikan, dan berpikir bagi siapa saja yang membacanya. Perkembangan otak dan
pemikiran anak usia dini diharapkan sesuai dengan sasaran usianya. Hal ini mengharuskan
guru mempelajari dan mengetahui mengenai perkembangan otak, berpikir, dan kognitif
sehingga dapat menciptakan lingkungan yang baik, yaitu dapat merangsang stimulasi pada
anak. Selain itu, guru dalam melakukan proses belajar mengajar, diharapkan dapat
mengaitkan dan menyatukan antara latihan berpikir otak dengan penguasaan pengetahuan
atau pendidikan pada anak usia dini.
14
DAFTAR PUSTAKA
Fitri, H., & Sembiring, A. K. (2018). Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun Di Tinjau
Dari Tingkat Pendidikan Ibu Di Paud Kasih Ibu Kecamatan Rumbai. PAUD Lectura:
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1 (2).
Jazariyah. (2017). Signifikansi Brain Based Learning Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal
Pendidikan Islam, 11 (1) 1–24.
Juwantara, R. A. (2019). Analisis Teori Perkembangan Kognitif Piaget Pada Tahap Anak Usia
Operasional Konkret 7-12 Tahun Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 9 (1) 27-34.
Kesuma, U., & Istiqomah, K. (2019). Perkembangan Fisik Dan Karakteristiknya Serta
Perkembangan Otak Anak Usia Pendidikan Dasar. Madaniyah,, 9 (2) 217-236.
Khadijah, K. (2016 ). Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini.
Khiyarusoleh, U. (2016). Konsep Dasar Perkembangan Kognitif Pada Anak Menurut Jean
Piaget. Jurnal Dialektika Jurusan PG , 5 (1).
Zuhdi, A., Firman, F., & Ahmad, R. (2021). The Importance Of Education For Humans.
SCHOULID: Indonesian Journal Of School Counseling, 6 (1) 22-34.