BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disadari, bahwa dari sekian banyak generasi penerus yang ada dimasyarakat
kita, ada sebagian kecil dari mereka yang kurang beruntung, karena memilki kelainan,
baik dari segi fisik dan/atau mental ataupun kelainan perilaku. Mereka adalah anak
tunanetra, tunarungu, tunagrahita,tunadaksa dan tunalaras (gangguan perilaku) serta
autis. Khusus untuk autis banyak istilah yang belum seragam misalnya Autisme, Autis,
Autistik, Autistik Spectrum Disorder (ASD), dan Multi System Developmental
Disorder ( MSDD) inilah yang sering digunakan para profesional. Walaupun
kadangkala menimbulkan kerancuan dan kebingungan bagi orang tua dan masyarakat,
yang terpenting sekarang bukan pemakaian istilah Autis tetapi bagaimana memberikan
penanganan sedini mungkin bagi anak Autis. Karena peningkatan masalah autis sangat
pesat diseluruh dunia, termasuk di Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini.
Prevalensi autisme meningkat dengan sangat mengkhawatirkan dari tahun ketahun.
Menurut Ahli dari San Diego, jumlah individu autistik pada tahun 1987 diperkirakan 1 :
5000 anak. Jumlah ini meningkat dengan sangat pesat pada tahun 2005 sudah menjadi
1 : 150 anak,tentu saja pada saat sekarang ini perbandingan nya sangat luar biasa dari
CDC Amerika Serikat menyatakan bahwa sekarang perbandingaannya 1 : 50 anak.
Melihat peningkatan prevalensi yang terus berlanjut tidak tertutup
kemungkinan bahwa saat ini anak autis sudah ada disetiap penjuru daerah di Indonesia.
Dan tentu saja tidak semua tersentuh oleh layanan pendidikan khusus autis. Untuk
itulah pemerintah bekerja sama dengan tenaga profesional mengupayakan pemberian
pendidikan layanan khusus sampai kelapisan tingkat bawah. Agar pelaksanaan
pendidikan layanan khusus anak autis tepat sasaran, lembaga pendidikan khusus autis
hendaknya melakukan upaya deteksi dini melalui serangkaian kegiatan yang diawali
dengan identifikasi dan assesmen. Sehingga orang tua, lingkungan pendidikan dan
mayarakat menyadari adanya karakteristik autis yang khas dan unik, yang kemudian
menjadi acuan dalam upaya memberikan penanganan yang sebaik-baiknya,termasuk
mendapatkan layanan pendidikan yang memadai, seperti yang diamanatkan UU
Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bahwa “Pemerintah mengakui dan melaksanakan
pendidikan khusus (PK) dan pendidikan layanan khusus (PLK) bagi penyandang autis”.
Semua hal yang terkait dengan pembelajaran untuk anak-anak autis berpedoman pada
Badan Standar Nadional Pendidikan (BSNP) namun Diknas memberikan kebebasan
kepada masing-masing sekolah untuk menentukan kurikulum bagi penyandang autis.
Ini disebabkan setiap sekolah memiliki kebutuhan yang berbeda dalam mendidik
penyandang autis.
Penentuan kurikulum yang tepat bagi tiap-tiap anak bergantung pada assesment
awal yang dilakukan tiap sekolah. Assesment dilakukan sebelum sekolah menerima
anak autis baru. Biasanya assesmen melalui wawancara atau observasi terhadap orang
tua anak. Wawancara dan observasi untuk mengetahui latar belakang,hambatan, dan
kondisi lingkungan sosial anak. Dari hasil identifikasi dan instrumenlah juga akan
menentukan jenis terapi yang tepat untuk anak. Sekolah khusus autis memimiliki
berbagaimacam bentuk terapi, diantaranya terapi edukatif, terapi wicara, terapi tingkah
laku, terapi sensori.
Selain identifikasi dan assesmen ada lagi hal lain yang perlu dilakukan agar
dapat menentukan akomodasi pendidikan bagi anak autis yaitu Tes Psikologis yang
dilakukan oleh tenaga ahli seorang Psikilog. Tes psikolog akan menentukan tingkat
intelegensi anak. Untuk diagnosis akan dilakukan oleh tim yang ahli yang kompeten
tentang autis.
Dengan adanya identifikasi, assesmen, tes psikologis, dan disertai dengan
penempatan terapi yang tepat teantu saja terapi edukatif yang sesuaai dengan
kebutuhan anak, semua ini tidak seperti membalik telapak tengan untuk itu perlu
dukungan dari semua pihak terutama dari lembaga yang membawahi PK dan PLK.
Dengan adanya kerjasama dari kita semua terutama lembaga pendidikan yang
memberikan layanan pendidikan khusus autis akan dapat menampung anak autis lebih
banyak serta meminimalkan problem belajar pada anak-anak autis khususnya di SLB
Autis Bima padang.
B. Tujuan
Pelaksanaan Layanan Khusus (PLK) bersubsidi bagi Anak Autis bertujuan
untuk :
1. Agar semua anak autis mendapatkan pendidikan yang layak
sesuai dengan kemampuannya
2. Lembaga Pendidikan dapat melakukan identifikasi dini terhadap
anak Autis sehingga membantu proses penyembuhan atau
mengurangi masalah-masalah yang timbul sebagai akibat dari kelainannya.
3. Untuk mendapatkan acuan / dasar dalam penyusunan program
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak (berdasarkan
hasil assesmen).
4. Memperoleh diagnosis yang tepat untuk anak –anak autis yang
dilakukan oleh tim ahli yang kompeten dan memahami banyak tentang
autis sehingga terapi edukatif tepat sasaran dan sesuai dengan
karateristik anak (apakah anak autis atau mengalami kelainan yang
lainnya).
C. Manfaat
Ada beberapa menfaat dari pendidikan layanan khusus bersubsidi untuk anak
autis antara lain :
1. Bagi Sekolah
- Dapat membantu lembaga pendidikan khusus autis untuk menampung
anak autis lebih banyak sehingga anak memerlukan terapi khusus akan
terlayani dengan semaksimal mungkin
- Dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan bagi
anak anak autis terutama dalam pelaksanaan terapi edukatif
- Dapat menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak dalam
pelaksanaan terapi
2. Bagi Anak /orang tua
- Anak dapat terjamah dan bisa mengikuti pendidikan khusus
autis yang sebelumnya mereka masih mengikuti pendidikan disekolah
luar biasa
- Anak dapat ditempatkan pada program terapi yang tepat sesuai
dengan kebutuhannya
- Memberikan motifasi pada orang tua bahwa anaknya akan menjadi
lebih baik dimasa yang akan datang karena pada saat sekarang buah
hatinya telah mengikuti pendidikan layanan khusus disekolah autis.
D. HASIL YANG DIHARAPKAN
Hasil yang diharapkan dari program pendidikan layanan khusus untuk anak autis
yang akan kita berikan adalah :
1. Identifikasi
Dari proses pengumpulan data / informasi tentang penampilan individu kita
berharap dapat acua yang relevan untuk pembuatan keputusan, baik yang
dilakukan oleh guru umu (reguler-eduction teacher), guru pendidikan khusus,
psikolog pendidikan, spesialis, terapis, dan personal lain yang berkepentingan
dengan program pendidikan anak.
2. Assesmen
Melalui Assesmen kita berharap dapat melakukan penyaringan terhadap anak-
anak yang telah teridentfikasi untuk dilakukan tindak lanjut agar mendapatkan
pelayanan pendidikan yang sesuai
3. Tes Psikologis
Setelah tes psikolgis dilaksanakan terhadap anak autis oleh tim ahli khusus,
kita berharap dapat menerima hasil diagnosis anak, sehingga memudahkan
untuk memberikan layanan terapinya.
4. Terapi Edukatif
Dengan sarana dan pra-sarana yang lengkap terapi pendidikan pre-
akademik,bahasa,komunikasi,sosial dan psikomotor dapat menjamah sebagian
siswa yang belum mengikuti terapi di sekolah khusus autis.
E. Sasaran
Yang menjadi sasaran Pendidikan Layanan Khusus ini adalah :
a. Anak-anak autis yang baru mengikuti program terapi yang belum diberikan
layanan identifikasi,assesmen, dan tes psikologis.
b. Anak-anak autis yang belum pernah mengimuti program terapi disekolah
khusus autis tetapi sedang mengikuti pendidikan di SLB
BAB II
PROGRAM PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS
SLB AUTIS BIMA PADANG
A. PROFIL SEKOLAH
1. Identitas Sekolah
a. Nama Sekolah : SLB AUTIS BIMA PADANG
b. Alamat Sekolah : Jln. Pondok Karya II No. A.5 Kel. Batang
Kabung Kec. Koto Tangah
c. SK Pendirian sekolah : 1 Oktober 2003, No 1235/108.6/KP-2003
d. Status Sekolah : Tahun 2006 nilai terakreditasi B
e. Nomor Data Sekolah/NIS : Nds. 5022/NIS.280070
f. Nomor Statistik Sekolah : 80208612807
g. Telepon : Padang (0751) 7874578
2. Visi dan Misi
a. Visi : Menjadi lembaga pendidikan khusus yang berkualitas untuk
Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi
terampil,mandiri dan taqwa.
Visi mencerminkan profil dan cita-cita sekolah Dengan
Mengarahkan langkah-langkah strategis (Misi) sekolah. Untuk
mencapai visi tersebut, perlu dilakukan suatu misi berbentuk
kegiatan jangka panjang dengan arah yang jelas.
b. Misi
Menanamkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
Mengembangkan pengetahuan,
sikap dan psikomotor peserta didik.
Menanamkan konsep diri yang positif agar peserta didik dapat
beradapatasi dan diterima dalam bersosialosasi dimasyarakat.
3. Analisis Kondisi Sekolah
a. Kekuatan Sekolah
- Telah memiliki SK pendirian sekolah
- Gedung milik sendiri
- Tempat Strategis
- Pelaksanaan pendidikan atas dukungan orang tua
- Telah terakreditasi B
- Transportasi lancar sekolah mudah dijangkau
- Telah memiliki tenaga guru PNS 2 orang
b. Kelemahan
- Belum memiliki tenaga guru sesuai dengan
kualifikasi yang dibutuhkan
- Sarana dan prasarana masih kurang
- Belum semua anak mengikuti tes intelegensi,teridentifikasi, dan
diberikan assesmen
- Belum lengkapnya sarana terapi edukatif dan Sensori integrasi
c. Peluang
- Sudah menjalin kerjasama dengan sekolah reguler untuk inklusi
- Mendapat bantuan dari dinas pendidikan kota dan propinsi
d. Tantangan
- Meningkatkan layanan pendidkan khusus autis
- Menambah tenaga guru sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan
- Berusaha menjangkau anak kelainan autis yang kurang mampu
B. ANALISIS KEGIATAN
1. Program Kegiatan
a. Identifikasi Dan Assesmen
Istilah identifikasi dan assesmen sering dipergunakan secara bergantian secara
harfiah sesungguhnya identifikasi sangat berbeda dengan assesmen.
Identifikasi dini merupakan tahapan awal yang bersifat global sedangkan
assesmen lebih rinci dan detail. Identifikasi sering dimaknai sebagai
penyaringan awal, sedangakan assesmen dimaknai sebagai penyaringan. Dari
identifikasi diperoleh informasi tentang apakah anak mengalami kelainan/
penyimpangan atau tidak. Sedangkan dari assesmen akan diketahui
kelemahan/kesulitan anak dalam suatu hal,kekuatan/potensi/kemampuan dan
kelebihan anak dalam hal tertentu serta kebutuhan layanan khusus yang
diperlukan untuk mengatasi satu hal.
b. Identifikasi Anak Autis
Ada beberapa tahap kegiatan identifikasi anak autis anatara lain :
1. Prosedur Identifikasi
Ditinjau dari tahap kegiatan, prosedur identifikasi dibagi menjadi 3
tahap yaitu :
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan identifikasi, kegiatannya meliputi :
(1) Perumusan program : perumusan tujuan,sasaran objek,pelaksana,
tempat/waktu pelaksanaan
(2) Persiapan instrumen identifikasi
b. Tahap Pelaksanaan
Identifikasi untuk anak Autis dapat melalui :
(1) Menghimpun Data Tentang Anak
Untuk menghimpun data tentang anak autis berdasarkan gejala yang
nampak dengan menggunakan alat identifikasi sederhana yaitu berupa
instrumen yang berisikan tentang :
- Informasi riwayat perkembangan anak autis
Informasi mengenai keadaan anaksejak didalam kandungan
hungga tahun-tahun terakhir masuk sekolah. Informasi riwayat
perkembangan anak mencakup ientitas anak,riwayat masa
kelahiran, perkembangan masa balita,perkembangan
fisik,perkembangan bahasa dan perkembangan sosial.
- Informasi /data orang tua anak/wali siswa
Selain data mengenai anak, tidak kalah pentingnya adalah
informasi mengenai keadaan orang tua siswa /wali yang
bersangkutan. Identitas orang tua harus lengkap tidak hannya
identitas ayah tetapi juga identitas ibu.
- Informasi Mengenai Profil kelainan anak
Ada beberapa gangguan khusus yang ada pada siswa perlu
diketahuin guru.
(2) The CHAT
Peneliti dari University Of Cambridge UK, Mengembangkan checklist
sederhana untuk dipakai dokter umum, petugas kesehatan, ataupun
guru. Checklist yang disebut THE CHAT (Checklist for Autism in
Toddlers) dapat dipakai untuk menskrin anak samapi usia batita. Alat
ukur ini adalah hasil pemeriksaan pada 16.000 anak usia 18 bulan.
Pelaksanaan skreening dengan THE CHAT ini ada 2 (dua) bagian :
BAGIAN A
Alo-Anam Nesis (keterangan yang ditanyakan dokter dan diberikan
oleh orang tua atau orang lain yang biasa mengasuhnya):
1. Senang diayun-ayun atau diguncang-guncang naik turun
(bounced) dilutut?
2. Tertarik memperhatikan anak lain ?
3. Suka memanjat benda-benda, seperti memanjat tangga?
4. Bisa bermain cilukba,petak umpet?
5. Pernah bermain sikap berpura-pura?
6. Pernah menunjuk atau menerima sesuatu dengan menunjuk jari?
7. Pernah menggunakan jari untuk menunjuk kesuatuagar anda
melihat kesana?
8. Dapat bermain dengan mainan yan kecil (mobil mainan atau
balok-balok)?
9. Pernah memberikan suatu benda dangan menunjuk sesuatu?
BAGIAN B
Tabel THE CHAT Checklist untuk Pengamatan Batita
Ya Tidak 1. Pada saat pemeriksaan,apakah anak memperlihat kan kontak mata dengan anda?
Ya Tidak 2. Upayakan perhatian anak kemudian anda menunjukkan pada benda menarik dikamar dan katakan (nama)coba lihat. Perhatikan perubahan muka anak, apakah anak melihat kearah tadi?(*1)
Ya Tidak 3. Upayakan perhatian anak, kemudian berikan anak cangkir, dan teko. Ayo minum teh, atau “tuangkan cangkir dengan teh”. Apakah anak berpura-pura mengmbil teko dan menuangkan kecangkir?(*2)
Ya Tidak 4. Katakan pada anak “mana lampu’Apakah anak menunjuk kelampu
Ya Tidak 5. Apakah anak bisa menyusun menara dari balok? Kalau bisa berapa balok?
Interpretasi:
1. Resiko tinggi menderita autis : bila tidak bisa melakukan A5, A7, B2, B3, dan B42. Risiko kecil menderita autis : bila tidak bisa melakukan A7, dan B43. Kemungkinan gangguan perkembangan lain : tidak bisa melakukan >34. Dalam batas normal : tidak bisa melakukan <3
(3). DETEKSI DINI
Meskipun sulit namun tanda dan gejala autisme sebenarnya Sudah bisa
diamati sejak dini. Berikut deteksi dini anak autis mulai dari dalam
kandungan sampai usia 5 tahun :
a. Deteksi Dini Sejak dalam Kandungan
Sampai sejauh ini dengan kemajuan teknologi kesehatan di
dunia masih juga belum mampu mendeteksi resiko autissejak
dalam kandungan .
b. Deteksi Dini sejak Lahir Hingga Usia 5 Tahun
Ada beberapa gejala yang harus di waspadai terlihat sejak bayi
atau anak menurut usia :
USIA 0 - 6 BULAN
1. Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
2. Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
3. Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
4. Tidak "babbling"
5. Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
6. Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
7. Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
USIA 6 - 12 BULAN
1. Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
2. Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
3. Gerakan tangan dan kaki berlebihan
4. Sulit bila digendong
5. Tidak "babbling"
6. Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
7. Tidak ditemukan senyum sosial
8. Tidak ada kontak mata
9. Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
USIA 6 - 12 BULAN
1. Kaku bila digendong
2. Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)
3. Tidak mengeluarkan kata
4. Tidak tertarik pada boneka
5. Memperhatikan tangannya sendiri
6. Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus
7. Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
USIA 2 - 3 TAHUN
1. Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
2. Melihat orang sebagai "benda"
3. Kontak mata terbatas
4. Tertarik pada benda tertentu
5. Kaku bila digendong
USIA 4 - 5 TAHUN
1. Sering didapatkan ekolalia (membeo)
2. Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
3. Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
4. Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
5. Temperamen tantrum atau agresif
Dari empat cara pelaksanaan identifikasi diatas kita boleh memilih
cara yang tepat disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan pada saat
itu.
c. Tahap Diagnosis
Menegakkan diagnosis memang tidaklah mudah karena
membutuhkan kecermatan, pengalaman dan mungkin perlu waktu yan
tidak sebentar untuk pengamatan. Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis
yang mendapat mendiagnosa langsung autis. Untuk menetapkan
diagnosis gangguan autis pada klinisi sering menggunakan pedoman
DSM IV.
IDENTIFIKASI AUTIS
Tabel DSM IV. Kriteria Diagnosa untuk 299.000 Gangguan Autis
A. Enam atau lebih gejala dari (1),(2), dan (3) dengan paling sedikit 2 dari (1)ndan 1 dari masing-masing (2)
(1). Gangguan kualitatif interaksi sosial, yang terlihat sebagai paling sedikit 2 dari
gejala berikut:
1.1.Perilaku non-verbal (perilaku yang dilakukan tanpa bicara)misalnya
kontak mata. Ekspresi wajah, posisi tubuh, dan mimik untuk mengatur interaksi
sosial.
1.2.Tidak bermain dengn teman seumurnya, dengan car yang sesuai
Tidak berbagi kesenangan, minat atau kemampuan mencapai sesuatu hal dengan
orang lain, misalnya tidak memperlihatkan mainan pada orang tua, tidak menunjuk
kesuatu benda yang menarik, tidak berbagi kesenangan dengan orang tua.
1.3.
Kurangnya interaksi sosial timbal balik. Misalnya tidak berpartisipasi aktif dalam
bermain, lebih senang bermain sendiri
(2) Gangguan kualitatif komunikasi yang terlihat sebagai paling tidak satu dari gejala
berikut
2.1. keterlambatan atau belum dapat mengucapkan kata-kata berbicara, tanpa
disertai usaha kompensasi dengan cara lain misalnya mimik dan bahasa
tubuh
2.2. Bila dapat berbicara, terlihat gangguan kesanggupan memulai atau
mempertahankan komunikasi dengan orang lain
2.3. Penggunaan bahasa yang stereotipik dan berulang, atau bahasa yang tidak
dapat dimengerti.
2.4. Tidak adanya cara bermain yang bervariasi dan spontan, atau bermain meniru
sosial yang sesuai dengan umur perkembangannya.
(3) Pola perilaku, minat dan aktivitas yang terbatas, berulang dan tidak berubah
stereotipik), yang ditunjukkan dengan adanya 2 dari gejala berikut:
3.1. Minat yang terbatas, stereotipik dan menetap dan abnormal dalam intensitas
dan fokus.
3.2. keterikatan pada ritual yang spesifik tetapi tidak fungsional secara kakau dan
tidak fleksibel.
3.3. Gerakan motorik yang streotipik dan berulang, misalnya flapping tangan dan
jari, gerakan tubuh yang kompleks.
3.4. Preokupasi terhadap bagian dari benda
B. Kertelambatan atau fugnsi abnormal pada keterampilang berikut, yang muncul
sebelum umur 3 tahun.
1. Interaksi sosial.
2. Bahasa yang digunakan sebagai komunikasi sosial.
3. Bermain simbolik atau imajinatif
C. Bukan lebih merupakan gejala sindrom Rett atau Childhom Disintegrative
Diagnosis yang paling baik adalah dengan cara seksama mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku, dan tingkat perkembangannya. Banyak tanda dan gejala perilaku seperti autisme yang disebabkan oleh adanya gangguan selain autis. Dengan DSM.IV semakin memudahkan kita membedakan antara autis dengan yang lainnya sehingga diagnosis yang akurat dan penanganan sedini mungkin dapat dilakukan.
2. Waktu Identifikasi
Waktu pelaksanaan identifikasi tidak ada ketentuan yang wajib didikuti.
Dapat dilaksanakan pada pagi, siang,sore hari. Sebaiknya dilakanakan
pada saat anak dalam kondisi sehat secara fisik/tidak sakit, suasana batin
anak dalam keadaan tenang,tidak sedang marah.
3. Tempat Identifikasi
Tempat identifikasi sebaiknya dipilihkan dilingkungan/ruang yang tenang,
tidak gaduh dan bising, dengan penerangan yang normal. Pelaksanaan
identifikasi dapat dilakukan dirumah, dikantor, di sekolah,
di tempat praktek dokter, dan tempat lain yang menunjang.
c. Assesmmen Anak Autis
Asesmen gangguan perkembangan bertujuan untuk mengetahui kemampuan
dan ketidak mampuan anak. Untuk dijadikan dasar dalam menyusun
rancangan program layanan bagi anak dengan gangguan autisme. Alat
pengumpul data yang digunakan untuk dalam asesmen adalah observasi dan
wawancara (tabel 1 dan 2), dari kedua hasil pengumpulan data tersebut
dipadukan dan dianalisis sehingga kita dapat menetapkan jenis gangguan yang
dialami anak.
Tabel : Pedoman Observasi Gangguan Perkembangan (anak autiame)
NO INDIKATOR KEMAMPUAN STANDAR NILAI
Bidang Komunikasi 1. Membeo dengan bahasa yang tidak dimengerti 2. Kata-kata yang diucapkan tidak
dimengerti artinya 3. Meniru kalimat-kalimat khas, iklan,
nyanyian tanpa dimengeti maknanya4. Komunikasi non verbal sangat kurang 5. Menarik tangan apabila ingin sesuatu 6. Tidak memahami pembicaraan orang lain
3 1 0
B Bidang interaksi sosial1. Menghindar dari kontak mata2. Tidak bereaksi ketika dipanggil namanya3. Menjauh ketika diajak bermain 4. Tidak mampu menghayati orang
lain5. Asyik bermain sendiri
3 1 0
C Bidang Perilaku1. Acuh tak acuh terhadap orang lain2. Asyik dengan dunianya endiri3. Mondar mandir tanpa tujuan4. Lari kesana kemari tanpa tujuan5. Memanjat-manjat6. Berputar-putar7. Melompat-lompat8. Mengepak-ngepak tangan
3 1 0
9. Berteriak tanpa sebab10. Jalan menjinjit11. Menyakiti diri sendiri12. Bengong dengan mata kosong13. Melamun14. Terpaku terhadap benda yang bergerak15. Gerakan-gerakan yang berulang-ulang
D Bidang Emosi1. Tertawa tanpa sebab2. Menangis tanpa alasan3. marah-marah tanpa sebab
3 1 0
E Bidang persepsi sensori1. Menjilat-jilat benda2. Mencium-cium benda3. Menutup telinga mendengar suara keras
3 1 0
Analisis Hasil Observasi: A. Komunikasi (NS = 18) B. Interaksi Sosial (NS = 15) C. Perilaku (NS = 45) D. Emosi (NS = 09) E. Persepsi sensoris (NS = 09) JUMLAH
Kesimpulan : ……………………………………………………………..
Rekomendasi : ………………………………………………………….. …………………………………………………………………………..
Tabel 2 : Pedoman Wawancara
No Indikator Kemampuan Standar Nilai
A. Bi Bidang Komunikasi 1. Merasakan bahwa anak terlambat bicara
2. Anak tidak ada usaha berkomunikasi Walaupun dengan gerakan atau mimik
3. Berkata-kata namun ucapannya tidak mempunyai arti/tidak dimengerti 4. Pandai meniru kalimat-kalimat iklan
menyanyikan lagu-lagu tanpa dimengerti maksudnya
5. Bisa bersuara tapi tidak digunakan untuk berbicara
6. Sering meniru /mengulangi perkataan orang
3 1 0
7. Apabila menginginkan sesuatu menarik
8. Tidak mengeri pembicaraan orang lain B. Bidang Interaksi Sosial
1. Kalau berhadapan tidak mau/selalu menghindari tatapan mata
2. Tidak boleh apabila dipanggil namanya
3. Cenderung menjauh apabila diajak bermain
4. Tidak mampu menghayati perasaan orang lain
5. Lebih sering asik dengan dirinya sendiri C. Bidang Perilaku
1. Acuh tak acuh terhadap lingkungannya 2. Sering asik dengan dunianya sendiri 3. Sulit bahkan tidak mau diatur 4. Sering menunjukan prilaku yang tidak terarah 5. Mondar-mandir tampa tujuan 6. Lari kesana kemari 7. Memanjat-manjat 8. Berputar-putar tidak menentu 9. Melompat-lompat 10. Mengepak-ngepak tangan 11. Berteriak-teriak tampa sebab 12. Berjalan jinjit 13. Suka bahkan menyakiti diri sendiri 14. Sering nampak bengong dengan tatapan
mata kosong 15. Tampak seperti melamun
16. Terpaku pada benda-benda tertentu 17. Terpaku pada benda-benda bergerak 18. Berperilaku menetap (mengulang-ulang prilaku kebiasaan)
D. Bidang Emosi 1. Tertawa sendiri tanpa sebab 2. Menangis tampa alasan 3. Marah-marah tanpa sebab 4. Menangis apabila keinginannya tidak dipenuhi 5. Merasa takut tampa alasan yang wajar
E. Bidang Persepsi Sensoris 1. Menjilat-jilat benda 2. Mencium-cium benda
3. Menutup telinga bila mendengar suara keras 4. Mencium-cium makanan yang tidak dimakannya 5. Tidak suka memakai baju dari bahan yang kasar
JUMLAH Analisis Hasil Observasi: A. Komunikasi (NS = 18) B. Interaksi Sosial (NS = 15) C. Perilaku (NS = 45) D. Emosi (NS = 09) E. Persepsi sensoris (NS = 09) JUMLAH Kesimpulan : ……………………………………………………………………………………………………………………………………………..Rekomendasi : ………………………………………………………………………………………………………………………………………….
d. Tes Psikologis
Tes Psiklogis dilakukan oleh ahli psikolog anak yang memahami tentang
anak autis. Temapt dan waktu pelaksanaan dikondisikan seoptimal
mungkin.
e. Terapi Edukatif
Terapi edukatif yang diberikan pada anak autis adalah:
a. Terapi pada bidang bahasa reseptif dan ekspresis
b. Terapi pada bidang pre-akademik
c. Terapi senssori integrasi
d. Terapi Okupasi
2. Pengadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang diperlukan adalah :
a. Instrumen identifikasi dan assesmen
b. Untuk terapi edukatif
Seperti : kartu angka,kartu huruf, kartu profesi, gambar buah, gambar
sayuran, gambar binatang, benda yang nyata seperti boneka, trampolin,
bola sensori, papan titian, ayunan, sepeda, kuda-kudaan.
c…ATK untuk kesuluruhan kegiatan
C. RENCANA ANGGARAN BIAYA
Renacana Anggaran Biaya Pendidikan Layanan Khusus Anak Autis
No
Uraian Kegiatan Jum Satuan Harga Satuan Jumlah Biaya Ket
1. Biaya Identifikasia. Pengadaan instrumenb. Honor Pelaksanac, Transportasi pelaksanaSub Total
1033
KaliOrang xOrang x
Rp. 100.000Rp. 200.000Rp. 300.000
Rp. 1.500.000Rp. 600.000Rp. 900.000Rp. 3.000.000
2. Biaya Assesmena. Pengadaan instrumenb. Honor Pelaksanac, Transportasi pelaksanaSub Total
1533
KaliOrang xOrang x
Rp. 159.800Rp. 200.000Rp. 300.000
Rp.2.397.000Rp . 600.000Rp. 900.000
Rp. 3.897.000
3. Biaya Tes Psikologisa. Pengadaan instrumenb. Honor Pelaksanac, Transportasi pelaksanaSub Total
1533
KaliOrang xOrang x
Rp. 150.000Rp. 400.000Rp. 600.000
2.250.0001.200.0001.800.000
Rp. 5.250.0004. Biaya Terapi Edukatif
a. Operasional terapisb. Sarana dan prasarana - alat terapi bahasa - terapi pre-akademik - terapi sensori - terapi okupasi
Sub Total
150
151521
Kali
SetSet
Buahset
Rp. 10.000
Rp. 100.000Rp. 90.000
Rp. 3.500.000Rp. 6.043.000
Rp. 1.500.000
Rp. 1.500.000 Rp 1.354.000
Rp. 3.500.000Rp. 6.043.000
Rp. 13..897.0005. Dokumentasi,evaluasi
dan pelaporanSub Total
15 Orang x Rp. 400.000 Rp. 6.000.000
Rp. 6.000.000
JUMLAHRp. 36.150.000
D. PANITIA PELAKSANA
Penanggungjawab dalam pelaksanaan pendidikan layanan khusus anak autis di
SLB Autis BIMA Padang adalah :
Ketua Yayasan : DR. Indang Dewata,M.Si
Sekretaris : Dr. Gustin Sukmarini,Sp.A
Kepala Sekolah : Arfi Rakmaini,S.Pd
Koordinator Pelaksana : Mulyana,S.Pd
Anggota : Sandra Dewi,S.Pd
Nola Renata,A.Md
Dewi Handayani,S.Kom
Yuliani,A.Md
Afriandeni, SThI
Meini Sari
BAB III
PENUTUP
Demikianlah proposal ini kami susun denganharapan agar semua pihak dapat
memahami isinya serta dapat pula memberi kontribusi dan hendaknya selalu menjadi
donatur tetapi bagi SLB Autis BIMA padang.
Dan kami berharap pelaksanaan pendidikan layanan khusus untuk anak autis ini
selalu menjadi perhatian pihak pemerintah khususnya Dinas Pendidikan. Sehingga
seluruh anak autis tanpa terkecuali memperoleh pendidikan terapi yang layak dan
sesuai dengan kebutuhan mereka.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dam
penyusunan proposal ini, sehingga proposal ini dapat direalisaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan.
Jika terdapat kesalahan dalam penulisan proposal ini kami mohon maaf, dan kami
sangat mengharapkan saran dan kritikan utnuk kemajuan dan pelaksanaan yang akan
datang.
Padang, 02 Nopember 2010
Kepala Sekolah Arfi Rakmaini, S.Pd
KATA PENGANTAR
Pembangunan diberbagai bidang di Propinsi Sumatera Barat telah mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Dengan makin meningkatnya pembangunan tersebut,
timbul dampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurunnya
tingkat kesehatan masyarakat terlihat dari semakin banyaknya berbagai bentuk layanan
kesehatan dan pendidikan bagi anak-anak usia dini dan usia sekolah berkembang di
tengah masyarakat.
Salah satu lembaga pendidikan yang memberikan layanan pendidikan khusus utnuk
anak yang mengalami gangguan perkembangan adalah SLB Autis BIMA Padang, di
bawah binaan Yayasan Bina Mandiri Anak kami memberikan layanan pendidikan
Terapi Khusus Autis.
Sejak berdirinya SLB Autis BIMA Padang pada bulan Agustus 2001, prevalensi
anak yang mengalami autis terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini
dirasakan amat memprihatinkan dan memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak,
tidak hannya dari segi medis, tetapi juga perhatian pemerintah dan pihak terkait dalam
bentuk pemberian bantuan beasiswa serta bantuan subsidi lainnya yang mendukung
secara optimal dan dapat membantu meminimalkan gangguan yan lebih berat.
Melihat pentingnya layanan pendidikan khusus pada anak autis, SLB Autis BIMA
Padang mengharapkan dukungan dan perhatian pemerintah dan pihak swasta terkait
demi terlaksananya pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak autis.
Akhir kata, semoga semua usaha yang telah dan akan dijalankan tetap berjalan
dengan lancar dan diridhoi oleh Allah SWT hendaknya, amin.
Padang, 25 Januari 2011 Kepala Sekolah
MULYANA, S.Pd
NIP. 19750909 200801 2 002
Nama Sekolah : SLB AUTIS BIMA PARIAMAN
Status Sekolah : SWASTA
Alamat Sekolah : JL. M. YAMIN NO.4
Kecamatan : PARIAMAN TENGAH
Kota : PARIAMAN
Propinsi : SUMATERA BARAT
YAYASAN BINA MANDIRI ANAK (BIMA)TAHUN 2010
YAYASAN BINA MANDIRI ANAK (BIMA)
SLB AUTIS BIMA PADANG
RENCANA ANGGARAN BIAYARenacana Anggaran Biaya Pendidikan Layanan Khusus Anak Autis
No Uraian Kegiatan Jum Satuan Harga Satuan Jumlah Biaya Ket1. Biaya Identifikasi
a. Pengadaan instrumenb. Honor Pelaksana (2 org x 10 keg)c, Transpor Pelaksanaan
(2 org x 10 keg) Sub Total
102020
KaliKeg Kali
Rp. 100.000Rp. 30.000Rp. 20.000
Rp. 1.000.000Rp. 600.000Rp. 400.000Rp. 2.000.000
2. Biaya Assesmena. Pengadaan instrumenb. Honor Pelaksana (2 org x 10 keg)c, PelaksanaanSub Total
102020
KaliKeg Kali
Rp. 130.000Rp. 40.000Rp. 25.000
Rp.1.300.000Rp . 800.000Rp. 500.000 Rp.2.600.000
3. Biaya Tes Psikologisa. Pengadaan instrumenb. Biaya psikolog ( 1 org x 10 org)c, Transportasi pelaksana (1org x1 pp x 1 keg)Sub Total
10102
KaliOrang xOngkos
Jln
Rp. 185.000Rp. 125.000Rp. 200.000
Rp. 1.850.000Rp. 1.250.000
400.000Rp.3.500.000
4. Biaya Terapi Edukatifa. Operasional (10 org x 12 pert)b. Sarana dan prasarana - Ayunan - Terowongan - Trampolin - Kasur terapi sensori - Tikar terapi sensori - Lampu sensori - Sepeda - Mobil Aki - Bola MandiSub Total
120
11111111
1400
Pert
BuahBuahBuahSet
Buah
BuahBuahBuah
Rp. 25.000
Rp. 1.000.000Rp. 2.500.000Rp. 800.000Rp. 1.500.000Rp. 1.500.000Rp. 500.000Rp. 880.000Rp. 900.000Rp. 700.000
Rp. 3.000.000
Rp. 1.000.000Rp. 2.500.000Rp. 800.000Rp. 1.500.000Rp. 1.500.000Rp. 500.000Rp. 880.000Rp. 900.000 Rp. 700.000Rp. 13.280.000
5.
6.
Penyediaan ATKa. Kertas HVS A4b. Kertas HVS A5
11
RimRim
Rp. 28.000Rp. 30.000
Rp. 28.000Rp. 30.000
Dokumentasi,evaluasi dan pelaporan
Sub Total
JUMLAHRp. 20.860.000
Assesmmen Anak Autis
Asesmen gangguan perkembangan bertujuan untuk mengetahui kemampuan
dan ketidak mampuan anak. Untuk dijadikan dasar dalam menyusun
rancangan program layanan bagi anak dengan gangguan autisme. Alat
pengumpul data yang digunakan untuk dalam asesmen adalah observasi dan
wawancara (tabel 1 dan 2), dari kedua hasil pengumpulan data tersebut
dipadukan dan dianalisis sehingga kita dapat menetapkan jenis gangguan yang
dialami anak.
Tabel : Pedoman Observasi Gangguan Perkembangan (anak autisme)
NO INDIKATOR KEMAMPUANSKOR
PENILAIAN3 1 0
A. Bidang Komunikasi 1. Membeo dengan bahasa yang tidak dimengerti 2. Kata-kata yang diucapkan tidak
dimengerti artinya 3. Meniru kalimat-kalimat khas, iklan,
nyanyian tanpa dimengeti maknanya4. Komunikasi non verbal sangat kurang 5. Menarik tangan apabila ingin sesuatu 6. Tidak memahami pembicaraan orang lain
B. Bidang interaksi sosial1. Menghindar dari kontak mata2. Tidak bereaksi ketika dipanggil namanya3. Menjauh ketika diajak bermain
4. Tidak mampu menghayati orang lain5. Asyik bermain sendiri
C. Bidang Perilaku1. Acuh tak acuh terhadap orang lain2. Asyik dengan dunianya endiri3. Mondar mandir tanpa tujuan4. Lari kesana kemari tanpa tujuan5. Memanjat-manjat6. Berputar-putar7. Melompat-lompat8. Mengepak-ngepak tangan9. Berteriak tanpa sebab10. Jalan menjinjit11. Menyakiti diri sendiri12. Bengong dengan mata kosong13. Melamun14. Terpaku terhadap benda yang bergerak15. Gerakan-gerakan yang berulang-ulang
D. Bidang Emosi1. Tertawa tanpa sebab2. Menangis tanpa alasan3. marah-marah tanpa sebab
E. Bidang persepsi sensoris1. Menjilat-jilat benda2. Mencium-cium benda3. Menutup telinga mendengar suara keras
Analisis Hasil Observasi: A. Komunikasi (NS = 18) B. Interaksi Sosial (NS = 15) C. Perilaku (NS = 45) D. Emosi (NS = 09) E. Persepsi sensoris (NS = 09) JUMLAH
Kesimpulan : ... ………………………………………………………….
Rekomendasi : …………………………………………………………..... ………………………………………………………….....
Top Related