KARUNIA ILLAHI
Diajukan untuk Mengikuti Lomba Penulisan Cerita Remaja Islami (CERIS)
Siswa SMA/SMK
yang diselenggarakan Direktorat Pendidikan Agama Islam
Kementerian Agama RI Tahun 2015
Oleh :
Nama Siswa : ETIKA ALKARIMAH
SMK ISLAM SALAKBROJO KEDUNGWUNI
DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA RI
TAHUN 2015
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
LOMBA CERITA REMAJA ISLAMI (CERIS) SISWA SMA/SMK TAHUN 2015
Yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama Lengkap : Etika Alkarimah
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat dan Tanggal Lahir : 27 Desember 1999
4. Asal Sekolah : SMK Islam Salakbrojo
5. Kelas/Jurusan/Peminatan : X/RPL
6. Alamat Sekolah :
Kab./Kota: Pekalongan
Provinsi: Jawa Tengah
7. No Telp. Sekolah : 085727556978
8. Alamat Rumah : Krapyak Kidul Gg. 8 No. 23 Pekalongan Utara
9. Telp. Rumah/HP : 085729000966
10. Alamat Email : [email protected]
11. Judul CERIS : KARUNIA ILLAHI
Dengan ini menyatakan bahwa naskah CERIS yang dikirimkan adalah betul-betul karya saya, bukan hasil
jiplakan, terjemahan, atau saduran, belum pernah dipublikasikan dan tidak pernah memenangi dalam
lomba lainnya. Apabila di kemudian hari terbukti naskah ini tidak sesuai dengan ernyataan di atas, saya
bersedia dituntut secara hukum.
Demikian surat pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Mengetahui, Pekalongan, September 2015
Kepala Sekolah SMK Islam Salakbrojo Penulis
SINOPSIS CERITA
Dewi, gadis yang baru saja lulus dari SMP dan ber cita cita ingin melanjutkan sekolahnya di salah satu SMA faforit di kotanya.
Namun mimpinya yang indah itu harus ia singkirkan jauh jauh dari kehidupanya, setelah kedua orang tuanya memutskan untuk memondokan dewi di salah satu pesantren di pinggir kota pekalongan letaknya. Tempat yang sangat jauh dari kota bogor tempat kelahiranya.
Dewi, santri baru di pondok pesantren al fatah yang terletak di pinggir kota pekalongan, ia sangat sulit untuk menyesuaikan dirinya pada lingkungan barunya itu, ia harus belajar menjadi wanita hijab, ia harus belajar tentang tata cara berakhlak yang baik, dan ia harus belajar susah, akan kah dewi bisa menjalani itu semua?
Ketika dewi sedang belajar dengan semangatnya , tiba tiba ada kejadian yang sangat buruk menimpanya, ibu kesayanganya sudah di panggil sang maha kuasa, padahal dewi belum sempat membuat beliau bahagia, dan dewi pun belum sempat berjumpa denganya untuk yang terakhir kali, namun ketika dewi meminta izin untuk pulang, pak kyainya menolak dengan tegas, apakah dewi akan menuruti kata kyainya? Apakah justru dia akan melanggar kata kata kyainya itu? Temukan jawabnya hanya dengan membaca cerita remaja islmai (ceris) ini BUAH TA’DIM YANG MANIS akan menjawab semua tekai teki yang melingkar di kepala anda.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala rasa puja dan puji syukur saya sanjungkan kepada Allah swt. Yang telah memberikan
segala kenikmatan dan kekuatan sehingga saya bisa menyelesaikan menulis cerita remaja islami
(ceris) .
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad
saw.
Terimakasih untuk semua orang yang sudah mendukung saya untuk menulis cerita ini,
terutama kepada semua guru guru SMK ISLAM SALAKBROJO yang sudah mau mendukung,
dan memberi semangat buat saya, dan mau membantu saya dalam proses penulisan saya.
Pokoknya terimakasih banyak dehh….
Tidak ketinggalan pula kepada ibu saya yang senantiasa mendukung saya dari awal
hingga akhir, terimakasih ummi atas doa dan dukunganya…
Terimakasih banyak Untuk kawan kawan ku semua yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu namanya, khususnya temen temen ku yang seangkatan serta seperjuangan kelas X1 RPL
dan X1 TSM, serta semua adek kelas X RPL dan TSM. Makasihh…. Banyak karena udah mau
mendoakan serta menyuport saya. Tanpa doa kalian semua mungkin saya tidak akan selesi mulis
crita ini. Hehe
Dan tidak ketinggalan kepada semua orang yang sudah mau membaca
karya saya. Terimakasih banyak ya
Wa’alaikumsalam Wr. Wb….
DAFTAR ISI
A. HALAMAN JUDUL
B. PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
C. SINOPSIS
D. KATA PENGANTAR
E. DAFTAR ISI………………
F. RIWAYAT HIDUP
KARUNIA ILLAHI
Persahabatan faktor sekelas itu wajar, persahabatan faktor satu sekolah itu umum,
persahabatan faktor sebangku itu biasa dan persahabatan karena Allah itu luar biasa. Berikut ini
saya akan menceritakan kisah tentang persahabatan yang bertemu dan berpisahnya karena Allah
semata.
Disebuah sekolah smp swasta di daerah pekalongan ada 2 siswi yang bersahabat yakni
yang bernama Erika dan Desi. Mereka berasal dari sd yang berbeda dan tempat tinggal
merekapun jaraknya lumayan jauh. Dari awal masuk smp, nama “Desi” sudah terkenal
menembus bangku-bangku kakak kelas dan bangku-bangku kantor guru. Hampir semua warga
sekolah simpati kepadanya. Desi adalah siswi yang cantik, cerdas, pintar, pemberani, dan
suaranya serak-serak basah. Dia anak seorang ustadz, dan dia juga dimanja oleh orang tuanya,
tak jarang orang memanggilnya dengan sebutan “anak mami”. Oleh sebab itu teman-temannya
mayoritas mengidolakannya, termasuk Erika. Erika sering memandang Desi diam-diam, ia
sangat mengidolakan Desi. Dimatanya, Desi adalah manusia yang sempurna.
Ya… bisa dikatakan Secret Admirer lah.
Erika diam-diam sering membicarakan Desi kepada Rina, Rina adalah teman sekelasnya
Desi. Tiada bosan mulutnya berucap tentang Desi, mungkin Rina pun sebenarnya bosan bila tiap
hari harus menjadi pendengar setianya Erika. Iya kalau topiknya perhari ganti sih tidak apa-apa,
masalahnya tiap kali curhat pasti tentang Desi lagi Desi lagi.
Erika mempercayai Rina sebagai tempat curhatannya, karena dulunya Rina adalah teman
dekatnya Erika waktu masih sekolah di sd. Erika tidak berani cerita kepada temannyayang lain,
karena dia takut kalau rahasianya yang mengidolakan Desi itu tersebar ke penjuru sekolah. Rina
juga mengaku ternyata selama ini dia juga mengidolakan sosok Desi, hal ini yang menjadikan
Erika semakin yakin untuk mengungkapkan semua isi hatinya tentang Desi. Hampir tiap hari
Erika main ke rumah Rina hanya bertujuan untuk curhat tentang Desi.
Erika adalah siswi yang pintar dan pendiam. Jadi, jarang mengenalnya. Erika mulai jadi
buah bibir di sekolah itu saat kelas 7, dia mendapat peringkat 1 paralel. Waktu pengumuman
peringkat kelas, siswa-siswi pada terheran. Mereka bertanya-tanya mengapa yang mendapat
rangking 1 paralel itu Erika, padahal waktu penerimaan raport jelas-jelas tertulis bahwa yang
rangking 1 paralel itu Imah.
Waktu itu musim-musimnya anak sekolah pada memperbincangkan kepramukaan. Erika
adalah siswi yang kurang aktif dalam pendidikan non formal, termasuk pramuka. Akan tetapi
setelah mendengar cerita teman-temannya tentang keasikan dan kekompakkan anak pramuka
maka timbulah kata hati yang menyatakan bahwa Erika harus mengikuti pramuka. Dan akhirnya
Erika mengikuti pramuka sebagai pengganti salah satu anggota regu jamine yang mengundurkan
diri.
Regu jasmine adalah salah satu dari regu-regu pramuka yang ada di smp swasta itu, ketua
pimpinan regu jasmine adalah Desi dan anggota regu jasmine mayoritas sekelas dengan Erika,
yaitu kelas 7G sedangkan Desi kelas 7D. Diregu jasmine terdapat 10 anak, 9 anak dari kelas 7G
dan 1 anak dari kelas 7D. Hal ini membuat Desi dongkol, karena memang dari awal desi tidak
bersahabat dengan anak-anak kelas 7G. Desi bosan karena anak kelas 7G lah yang selalu
dibanggakan guru-guru dan dia sebenarnya juga iri dengan hal itu. Terkadang Desi curhat kepada
teman sekelasnya kalau sebenarnya dia itu pingin pindah ke kelas 7G, menurutnya anak-anak
kelas 7G itu asik-asik, kompak-kompak dan suasana kelasnya itu nyaman. Tapi Desi justru
menampakkan sikap yang sebaliknyajika didepan anak-anak kelas 7G. Dia berwajah judes jika
ada anak kelas 7G yang ngajak main bareng dia, seakan-akan anak kelas 7G adalah musuh
bebuyutannya.
Kelas 7G adalah kelas favorit pada waktu itu, sebenarnya sekolah itu hanya menampung
6 kelas saja. Berhubung tahun itu beda dengan tahun-tahunsebelumnya, maka dibagi 7 kelas.
Sebenarnya kekurangan kelas, dan akhirnya yang tadinya sebagai musolla sekolah, kini diubah
menjadi kelas 7G. ya tentu bisa di bayangin sendirilah betapa luasnya ruang kelas 7G. kelas 7G
juga mendapat penghargaan sebagai kelas terbersih dalam ajang lomba kebersihan kelas, yang
diadakan oleh pmr smp itu.
Awal mengikuti latihan pramuka, Erika sangat malu karena dia terlambat berangkatnya.
Padahal dia berangkat sesuai jam yang telah ditentukan. Ternyata teman-temannya berangkat
menuju sekolah untuk latihan pramuka sebelum ashar, dan mereka shalat ashar di sekolah.
Sedangkan Erika memilih untuk shalat ashar terlebih dahulu di rumahnya, karena takut jika
nantinya tidak ada kesempatan untuk shalat. Dalam perjalanannya menuju ke sekolah, Erika
merasa takut, senang, geregetan, deg-degan dan penasaran apa sih itu pramuka. Dengan perasaan
yang campur aduk itu akhirnya Erika terburu-buru naik sepeda menuju sekolah.
Sesampainya di depan sekolah, Erika sangat kaget karena kakak-kakak Pembina pramuka
dan teman-temannya telah berbaris sesuai regunya masing-masing. Erika mendadak panas dingin
dan sekujur tubuhnya bergetar kaku. Bimbang antara akan lanjut masuk ke gerbang sekolah atau
justru memutar balik ban sepedanya. Erika berusaha menenangkan dirinya sendiri dan dia mulai
mencoba melangkah ke gerbang sekolah. Karena terburu-buru, dia lupa mengunci sepedanya
dank arena kelengahannya juga dia memikirkan sepedanya di depan pintu gerbang.
Seketika lapangan sekolah dibanjiri tawa anak-anak pramuka. Mereka menertawakan
sosok yang sedang dihadapkan kakak Pembina pramuka dan sosok yang dimaksud adalah Erika.
Pada sore itu, Erika yang terkenal sebagai bintang kelas, berubah layaknya anak idiot yang
menjadi bahan tertawaan dunia. Kesalahan pertama yang dilakukan Erika adalah berangkat
terlambat. Wajarlah masih pemula, jadi belum tahu bagaimana tata cara menyapa kakak
Pembina, meminta maaf karena dating terlambat dan meminta izin untuk mengikuti latihan
pramuka sore itu. Kakak-kakak Pembina pramuka menyuruh Erika supaya melakukan
penghormatan kepada kakak Pembina. Raut muka Erika seketika memerah dan lidahnya kaku.
Dia seakan-akan tidak mendengar perkataan kakak Pembina. Lalu, salah satu kakak Pembina
tersebut ada yang menyapa Erika dengan sapaan “selamat pagi”, dan Erika menjawab “selamat
pagi”. Teman-temannya pun menertawakannya. Kemudian kakak Pembina yang tadi, menyapa
Erika lagi dengan sapaan “selamat malam”. Anehnya Erika tetap membalas sapaannya tersebut
dengan sapaan “selamat malam”, dan seakan-akan suara itu reflex keluar dengan sendirinya,
tanpa adanya pemikiran terlebih dahulu. Kali ini kakak-kakak Pembina pramuka tertawa
terbahak-bahak dan salah satu dari mereka ada yang berkata “yes yes asek kena sasaran”. Dan
dari perkataan salah satu kakak Pembina itulah yang menjadika Erika berpikir, duh semakin
bergetar kaku tubuhnya. Kemudian kakak Pembina tersebut member sapaan lagi “selamat ulang
tahun”, dan untunglah Erika telah sadar kalau jawaban sapaannya tadi yang menjadika teman-
teman dan kakak-kakak Pembina tertawa terbahak-bahak. Awalnya dia tidak piker panjang
tentang sapaan-sapaan itu,dan saking gemeternya tubuh, akhirnya dia tidak sadar kalau waktu itu
adalah waktu sore hari. Sapaan yang terakhir akhirnya dijawab oleh Erika dengan kata “selamat
sore kak”. Setelah itu Erika dilatih bagaiman adabnya anak pramuka ketika terlambat dalam
mengikuti latihan pramuka. Lalu, salah satu kakak Pembina tadi menyuruh Erika masuk ke
barisan regunya. Erika gugup melihat barisan peregunya dan seakan-akan anggota pramuka dari
seluruh regu itu asing semuanya. Akhirnya, salah satu dari teman sekelasnya sekaligus teman
seregunya melambaikan tangannya untuk mengarahkan Erika, setelah itu Erika baris dibarisan
regu jasmine dan mengikuti kegiatan latihan pramuka pada sore itu.
Selang beberapa menit kemudian, salah satu dari kakak-kakak Pembina pramuka
mengumumkan bahwa adanya suatu pelanggaran, yaitu ada 2 anak yang memakirkan sepedanya
di depan pintu gerbang dan ada 1 anak yang sepedanya tidak dikunci. Kakak Pembina pramuka
mengumumkannya dengan memperlihatkan sebuah kunci sepeda yang sepedanya tidak dikunci
tadi. Muka yang baru saja telah lega karena telah diizinkan masuk ke dalam barisan regu, kini
berubah menjadi raut wajah yang memerah kaku. 2 sepeda yang melanggar peraturan itu adalah
punya Dafa dan Erika, dan yang tidak dikunci hanya milik Erika. Kakak Pembina pramuka
berkata “siapa yang merasa mempunyai 2 sepeda itu harap maju ke depan. Kalau tidak ada yang
mengaku, 2 sepeda itu akan dikempeskan bannya dan apabila tidak ada yang maju mengambil
kunci sepedanya waktu itu juga, maka akan dianggap milik kakak-kakak Pembina pramuka.
Awalnya semua anak-anak pramuka terdiam dan saling menoleh. Dan bertanya-tanya siapa yang
mempunyai kunci sepeda itu. Beberapa temannya Erika telah mengenali bahwa kunci itu milik
Erika. Mereka mencoba memaksa Erika supaya maju dan mengaku bahwa kunci tersebut adalah
meiliknya. Erika takut andaikan dipersusah dalam pengambilan kuncinya, dia juga takut kalau
ban sepedanya dikempeskan dan kuncinya disita, lantas dia tidak bisa pulang kalau seumpama
hal itu terjadi dan kalaupun jalan kaki pasti dia harus rela menanggng rasa malu jadi pusat
pandangan teman-temannya. Ditambah lagi perkataan salah satu teman seregunya “Ayyo tik
cepat maju! Entar keburu disita lho. Kemarin juga ada yang disita karena tidak diambil saat itu
juga”. Karena sugesti tersebut, seakan-akan ada yang mendorong tubuhnya Erika. Badannya
bagaikan es batu, yang dingin dan kaku karena karena rasa takut, dia malu karena jadi pusat
perhatian saat itu. Ketika mau mengambil kunci sepedanya, Erika justru dikerjain kakak-kakak
Pembina pramuka. Kunci sepedanya Erika terbuat dari benang emas dan barang perak yang
disatukan, sehingga membentuk bola. Nah, kakak-kakak Pembina pramuka menyuruh Dafa dan
Erika supaya melemparkan kuncinya Erika ke atas, lalu ditangkap menggunakan kaki dan jangan
sampai jatuh.
Awalnya Desi mau menamai regunya ‘regu sakura’, tapi tidak diperbolehkan oleh kakak-
kakak Pembina pramuka. Lalu muncul ide nama ‘regu jasmine’. Sebenarnya dimana-mana tidak
ada yang jualan atribut pramuka bertuliskan ‘Jasmine’, tapi dengan kekompakkan 10 anak itu
berfikir bagaiman caranya supaya bisa memakai atribut yang bertulis ‘Jasmine’. Kebetulan Desi
mempunyai kenalan tukang border, dengan kekreatifannya mereka membeli 10 atribut pramuka
yang bertuliskan ‘melati’. Lalu, tulisan itu diganti dengan bordiran ‘Jasmine’.
Jika dibandingkan dengan regu-regu yang lain, regu jasmine lah yang terkompak. Ada
beberapa anggota dari regu sebelah yang iri denga kekompakkan regu jasmine. Yang menjadikan
regu jasmine ramai yaitu adanya sosok Desi, Ulfa dan sosok duo batang. Jika mendengar kata
duo batang pasti bertanya-tanya apa sih artinya. Duo batang adalah sebutan 2 temannya Desi dan
Erika yang tinggalnya di Batang, yakni Nurul dan Nadiya, mereka berdua gokil banget. Kalau
ada mereka berdua pasti suasana yang tadinya sunyi menjadi ramai. Kalau Ulfa rumahnya di
Tirto, Kabupaten Pekalongan. Andaikan Nurul, Nadiya dan Ulfa kumpul jadi satu, wuih rahat
banget. Logat bicara mereka yang membuat suasana menjadi ramai.
Untuk persiapan kemah, regu-regu pramuka melakukan latihan tambahan guna
pematangan fisik dan materi kepramukaan, serta menyiapkan segala yang dibutuhkan di bumi
perkemahan . pada saat kegiatan kemah berlangsung, hal ini jelas menambah kesibukan semua
anak. Semua anggota dituntut supaya bisa menjaga fisik dan psikologinya, agar saat kemah
diadakan tetap dalam kebugaran.
Hampir setiap hari regu jasmine latihan pramuka, kadang latihan di sekolah dan kadang
latihan di rumah anggota regu jasmine dengan cara bergilir. Waktu libur sekolah yang
seharusnya digunakan untuk istirahat, justru dimanfaatkan regu jasmine untuk latihan
kepramukaan. Mereka benar-benar menyiapkan dengan matang, apa-apa yang bakal dibutuhkan
pada saat kemah. Menurut mereka, latihan yang paling memgasyikan adalah ketika latihan hari
jumat, dimana pada hari jumat adalah hari liburnya sekolah mereka. Mereka biasa bersepeda
menuju rumah temannya yang mendapat giliran tuan rumah dalam latihan pramuka. Bersepeda
bersama-sama adalah moment yang sangat menyenangkan, kadang lewat jalan raya dan kadang
lewat persawahan. Bercanda tawa di jalan raya seakan-akan bercanda di sekolah, tidak
memperdulikan banyaknya truk-truk angkutan. Biasanya apabila telah menempuh setengah
perjalanan, mereka istirahat sejenak melepas lelah dengan makan bekal yang dibawa. Apabila
latihan pada hari itu telah selesai, mereka gunakan waktu yang tersisa untuk refreshing ke
tempat-tempat hiburan seperti supermarket. Dan biasanya setelah jalan-jalan, mereka bermain
boom-boom car. Boom-boom car adalah sebuah permainan balap mobil yang terdapat di
supermarket terseburt. Hal ini yang menambah kelengketan diantara mereka.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, semua anak pramuka yang mengikuti kemah
diharapkan berangkat pukul 15.00. diantara mereka ada yang berangkat lebih awal dan ada yang
berangkat lebih akhir. Semua regu berbaris untuk melaksanakan upacar pemberangkatan . setelah
mendapat pengarahan dari kepala sekolah, mereka dituntun kakak-kakak Pembina pramuka
supaya naik truk yang telah sengaja disediakan untuk alat transportasi menuju bumi perkemahan
pagilaran.
Dalam perjalanan awalnya mengasyikan, namun ketika telah sampai di daerah dataran
tinggi, tidak sedikit dari mereka yang muntah karena faktor jalannya yang tidak rata. Dikit-dikit
jatuh terombang-ambing ketiks-ta melewati tikungan, apalagi jika melewati tikungan tajam, pasti
ts mereka berjatuhan dan menimpa mereka sendiri. Di dalam truk terdiri dari puluhan anak
pramuka dan mereka serasa berada di dalam sebuah truk angkutan sapi-sapi.
Sesampainya di bumi perkemahan, mereka segera turun dari truk. Lalu, salah satu kakak
Pembina pramuka memarahi mereka karena mereka hanya sekedar turun tanpa membawa bekal-
bekalnya. Mereka segera diarahkan supaya berbaris dan saling oper-mengoper barang-barang
yang dibawa, sehingga pekerjaan tersebut cepat selesai dan tidak begitu melelahkan. Setelah
pekerjaan itu selesai, tiap regu diberi uang Rp. 20.000 oleh kakak Pembina pramuka, supaya
digunaka untuk belanja. Yang kemudian belanjaan itu diolah jadi masakan dan sebagai lauk pada
sore itu. Warung yang tersedia disana sangat terbatas, sehingga perwakilan per-regu yang
mendapatkan giliran masak sore itu berlarian ke jalana yang menaik, demi mendapatkan sayur-
mayur dan bahan-bahan masak lainnya yang yang mereka butuhkan. Terkadang ada regu yang
kehabisan bahan-bahan masak, sehingga bingung mau masak apa. Sebenarnya jarak berapa
meter dari bumi perkemahan ada sebuah pasar, tapi pasar itu hanya buka pada musim-musim
tertentu saja. Dan pada saat kegiatan perkemahan berlangsung kebetulan gilirannya pasar itu
tutup. Setelah nasi dan lauk telah siap dihidangkan, mereka berkumpul untuk makan bersama
dan saat itu juga adalah saat yang tidak disangka-sangka, ternyata kakak-kakak Pembina
pramuka melakukan penilaian tentang masakan per-regu.
Setelah makan bersama selesai, mereka bergegas mempersiapkan diri untuk
melaksanakan shalat maghrib berjamaah. Sore hari di Pagilaran, kabut sangat menebal, sampai-
sampai pandangan di depan mereka kurang jelas.
Setelah shalat maghrib berjamaah selesai, mereka berkumpul di sebuah tempat. Dimana
tempat itu memang sudah disediakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan kepramukaan. Di
dalam pramuka tidak terlalu difikirkan seberapa pintarnya anak tersebut, akan tetapi yang lebih
dinilai adalah kesopanannya, kedisiplinannya dan keberaniannya dalam mengungkapkan
pendapatnya. Sebagai contohnya adalah Wiwit, disaat sedang kumpul-kumpul membahas
tentang segenggam buku kepramukaan, salah satu dari kakak-kakak Pembina pramuka bertanya
tentang perkara yang ada di dalam buku kepramukaan. Semua anak pramuka terdiam, mungkin
dari beberapa dari mereka ada yang mengetahui jawabannya, tapi takut untuk
mengungkapkannya. Dan tiba-tiba ada suara yang memberanikan diri berpendapat. Setelah itu
kakak-kakak Pembina pramuka menyuruh semua anak-anak pramuka bertepuk tangan atas
keberaniannya untuk mengungkapkan pendapatnya. Walaupun sebenarnya pendapat dia itu
kurang tepat, akan tetapi Wiwit mendapatkan nilai plus. Ternyata di dalam buku kecil
kepramukaan ada kolom yang berbunyi “berani mengungkapkan pendapatnya”, dan akhirnya
dikolom tersebut ditanda tangani oleh kakak Pembina pramuka. Sebagai contoh lagi ketika
pemanasan pada pagi hari yang tercantum juga dibuku kecil kepramukaan yang tertulis “olahraga
selama 15 menit”, akan tetapi anak-anak pramuka mengeluh sebelum 15 menit. Dan setelah itu
kakak-kakak Pembina pramuka mengungkapkan seandainya anak-anak pramuka berolahraga
selama 15 menit, maka buku kecil kepramukaan yang kolom olahraga akan ditanda tangani
semua. Akhirnya anak-anak pramuka menyesal.
Selang beberapa menit kemudian adzan isya dan mereka segera melaksanakan shalat isya
berjamaah. Setelah shalat isya berjamaah mereka berkumpul untuk makan malam. Lalu, semua
pimpinan regu disuruh menhadap kakak-kakak Pembina pramuka, dan ternyata mereka akan
dimarahi kakak-kakak Pembina karena telah lancang memasukan barang-barangnya ke dalam
tenda. Padahal ketua pimpinan regu tidak tahu kalau anggotanya memasukan barang-barangnya
ke dalam tenda. Begitulah nasib sebagai ketua pimpina regu. Sebab kelancangan anggota
pramuka, ketua pimpina regu yang terkena batunya. Dan akibatnya semua regu disuruh tidur
ditenda yang penuh dengan air hujan. Bagaimanapun juga ini melatih mereka agar lebih hati-hati
lagi dalam bertindak. Mereka tidur dengan mengenakan jas hujan. Di dalam kepanikan beginipun
regu jasmine tetap ceria dan membuat kegaduhan tenda tetangga.
Tendanya regu jasmine adalah tenda yang paling berantakan, sampai-sampai dinilai
kakak Pembina seperti pasar tiban, karena baju-baju yang bergelantungan. Berbeda jauh dengan
regu matahari, regu matahari adalah regu yang tendanya bersebelahan dengan regu jasmine.
Wajarlah, regu matahari hanya 7 anak, tendanya juga mewah dan juga tidak tembus air, jadi
paling rapih tatanannya.
Kegiatan selanjutnya adalah tidur malam. Dan bangun tidur jam 3, shalat tahajud dan
dilanjutkan olahraga pagi. Pagi hari disana sangat dingin, apalagi airnya seperti air es. Jadi,
selama 3 hari kemah disana jarang mandi. Desi tidak mandi selama 3 hari disana dan Erika baru
1 kali mandi disana, itu saja mandi dari rumah penduduk. Karena salah satu penduduk di sekitar
bumi perkemahan ada yang kenal dengan orang tuanya. Setelah olahraga, yang gilirannya masak
segera belanja dan memasak. Lalu, sarapan bersama, setelah itu diisi dengan kegiatan-kegiatan
yang bermanfaat. Hingga siang harinya pencarian jejak ke kebun teh dan out bound. Saat
pencarian jejak terasa rahat sekali. Muter-muter jalan kecil dalam kebun teh, sampai regu
rajawali tersesat, salah belok. Setelah out bound, anak- anak dipaksa untuk mencoba flying fox
dan menyebrangi sungai melalui jembatan yang panjang. Ada salah satu anak laki-laki ketika
ditengah-tengah jembatan gantung menangis dan berteriak “Ibu…Ibu…”. Padahal dia berbadan
gemuk dan tinggi. Semua anak pramuka yang melihat kejadian itu tertawa terbahak-bahak.
Malam terkhir di bumi perkemahan diadakan kegiatan api unggun. Inilah saat yang tepat
untuk mempertunjukan bakat-bakat mereka. Ada yang bernyani dan ada juga yang menari.
Setelah penampilan-penampilan bakat, Pembina pramuka mengumumkan kejuaraan regu dalam
kemah yang telah dilaksanakan dengan lancar. Juara I diraih oleh regu singa, juara II diraih oleh
regu matahari dan juara III diraih oleh regu mawar. Semua regu terheran mengapa regu jasmine
justru tidak juara. Padahal semua anak pramuka telah mengira bahwa yang juara I itu adalah regu
jasmine, karena regu jasmine adalah regu yang paling kompak dan yang mayoritas anggotanya
cerdas-cerdas.
Esok harinya, tepat tanggal 20 Desember 2012 adalah hari terakhir di bumi perkemahan.
Pada hari itu bertepatan denga hari ulang tahunnya Riska dan kak Qori’. Riska adalah salah satu
anggota regu jasmine dan kak Qori’ adalah salah satu kakak Pembina pramuka. Kakak-kakak
Pembina yang lain mengadakan perlombaan tiup balon, lalu dilepas balonnya dan siapa yang
sampai finish terlebih dahulu dialah pemenangnya. Dan setelah itu, kakak-kakak Pembina
pramuka menyuruh semua anak pramuka supaya balonnya ditiup dan diikat lalu diberikan
kepada Riska dan kak Qori’, disertai nyanyian lagu “selamat ulang tahun”. Suasana menjadi
romantic, ditambah lagi orang tuanya Riska datang dan memberi kue ulang tahun untuknya. Dan
akhirnya semua kegiatan dalam kepramukaan telah selesai, dilanjutkan perjalanan menuju ke
sekolah. 3 hari yang penuh pelajaran dan kenangan yang dapat dijadikan pengalaman.
Selang beberapa hari kemudian, diadakan pembagian kelas. Desi masuk ke kelas 8C,
begitu pula Erika. Sebelumnya, Erika sangat berharap agar dapat satu kelas dengan Desi. Setiap
kali sesudah shalat, Erika selalu bermunajat agar didekatkan dengan Desi. Dan kemudian
do’anya tersebut terkabulkan. Saat melihat Desi duduk dibelakangnya Erika, Erika sangat
senang. Kebahagiaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata- kata. Desi duduk di bangku
nomor 4 bersama Mira, sedangkan Erika duduk di bangku nomor 3 bersama Rahma.
Rahma adalah teman akrabnya Erika sejak kelas 7. Rahma tinggal di Pondok Pesantren
yang terletak di dekat sekolahnya. Kadang- kadang Erika berkunjung ke Pondok Pesantrennya
Rahma. Suasana di Pondok Pesantren sangatlah damai. Rasa kekeluargaan juga terjalin diantara
anak- anak pondok pesantren. Setiap kali ada temannya Rahma yang menghampirinya ke
Pondok Pesantren, pasti disambut ramah penuh sopan santun oleh teman- teman sepondok
pesantrennya. Kerahatan mereka saat mencuci bersama, makan bersama, belajar bersama, dan
bercanda bersama menimbulkan rasa simpati bagi yang seseorang yang melihatnya.
Orang- orang berkata kalau Rahma itu mempunya saudara kembar, yakni Nadiya. Jika
dilihat dari segi raut wajah dan warna kulit, memang nampak kembar. Banyak temannya yang
tidak bisa membedakan mana yang Nadiya dan mana yang Rahma. Dan salah panggilpun bukan
perkara yang asing. Anehnya, wajah mereka berdua juga hampir mirip dengan wajahnya Desi.
Jadi, serasa ada kembar tiga di kelas 8C. Desi sebenarnya tidak senang ketika namanya disebut
dalam anggota siswi kelas 8C. Tidak pernah terlintas dalam benaknya untuk masuk ke kelas 8C.
Dia justru berdo’a supaya tidak masuk ke kelas 8C. Karena, mayoritas anak- anak yang masuk
ke Kelas 8C …………………………………….
Erika duduk bersama Lili dan Diva. Sebenarnya dia sangatlah tidak setuju dengan
keputusan itu. Awalnya, Erika janjian akan duduk bersama Rahma. Tapi karena diotak-atik oleh
ketua pengurus study tour, maka terima ataupun tidak terima Erika harus duduk bertiga bersama
teman yang kurang dekat dengannya. Sebelahnya adalah bangku anak laki- laki dan belakangnya
juga bangkunya anak laki- laki. Erika merasa tidak nyaman. Apalagi kelas 8C satu bus bersama
dengan kelas 8F. Erika kurang klop dengan anak- anak kelas 8F. Bus yang ditumpangi kelas 8C
dan kelas 8F berbeda dengan bus yang ditumpangi kelas lain. Bus yang mereka tumpangi jauh
lebih elit jika dibandingkan dengan bus yang lain. Hanya busnya kelas 8C dan 8F yang terdapat
kamar mandi dan area smookingnya. Banyak siswa kelas lain yang iri dengan hal tersebut.
Bus pariwisata mereka melaju sekitar jam 5 sore. Sebelum bus tersebut melangkah
menjauhi sekolah, salah satu guru pendamping study tour memimpin do’a didalam bus nya
masing- masing. Tujuan awal menuju ke “MAKAM SUNAN GUNUNG JATI”. Makam Sunan
Gunung Jati terletak di Kota Cirebon, Jawa Barat. Perjalanan menuju ke Makam Sunan Gunung
Jati membutuhkan waktu sekitar 4 jam, apabila tidak ada halangan seperti kemacetan.
Ketika hampir sampai tujuan, tim pemandu wisata menasehati siswa- siswa agar lebih
berhati- hati ketika sampai di Makam Sunan Gunung Jati. Tim pemandu wisata mengingatkan
agar siswa- siswa jangan sekali- kali mencoba memperlihatkan barang berharganya didepan para
pengemis. Karena para pemandu wisata lebih berpengalaman dalam hal tersebut. Disana banyak
sekali pengemis, dan tidak jarang dari pengemis- pengemis itu bertingkah kurang ajar, tidak
berterima kasih tapi justru meminta lebih. Maka dari itu para pemandu wisata selalu
mengingatkan hal penting tersebut, karena mengingat telah banyaknya korban pencopetan
disana. Hal itu terjadi juga karena keteledoran orangnya. Jika berhati- hati Insyaa Allah semua
akan baik- baik saja.
Sebelum memasuki area Makam Sunan Gunung Jati, salah satu guru agama di
Sekolahnya Erika juga memberi nasehat agar jangan sekali- kali meniru tingkah laku orang-
orang yang berada di Makam Sunan Gunung Jati. Mungkin yang dimaksud oleh guru agama itu
adalah tingkah laku kesyirikan orang- orang yang juga sedang berta’ziyah disana. Banyak ibu-
ibu yang berta’ziyah disana disertai dengan tingkah laku kesyirikannya, seperti melempar bunga
tujuh rupa ke Makam Sunan Gunung Jati lalu mengusap- usapkan bunga yang telah dilempar tadi
ke gerbang Makam Sunan Gunung Jati, lalu bunga tadi dicium- cium yang kemudian dibungkus
dan dibawa pulang. Mereka masih mempercayai takhayul- takhayul tersebut. Mereka
beranggapan bahwa bunga tujuh rupa yang telah diusap- usapkan di gerbang Makam Sunan
Gunung Jati akan membawa keberkahan hidup.
Maka dari itu, guru- guru pendamping study tour terus mengingatkan hal tersebut kepada
siswa- siswanya, agar sepulang dari study tour tidak ada yang membawa paham- paham takhayul
yang menyesatkan. Karena sekolah mereka di Salafiyah, seharusnya mereka harus mampu
menentang hal- hal yang semacam itu dan kalau bisa, ingatkanlah kepada mereka bahwa selama
ini mereka telah mempercayai kepercayaan yang salah. Perkara yang mereka lakukan tersebut
termasuk perilaku kesyirikan, dan syirik itu termasuk dosa besar yang tidak akan diampuni oleh
Allah SWT. Selain itu, ada juga tingkah laku orang- orang yang berta’ziyah di Makam Sunan
Gunung Jati yang menggambarkan kesyirikan pula. Melempar uang koin ke Makam Sunan
Gunung Jati, dengan anggapan bahwa mereka yang melempar uang- uang koin tersebut akan
segera menerima kekayaan yang berlimpah sepulang dari ta’ziyah. Kebanyakan dari mereka
yang melakukan hal semacam itu dikarenakan mereka tidak mau jika kebiasaan nenek- neneknya
yang telah turun- temurun hilang begitu saja. Hal ini disebabkan karena kurangnya ilmu agama
islam yang membaur dalam masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dari majlis ta’lim yang masih
kalah ramainya dengan konser- konser dangdut. Masih terlalu kentalnya perilaku keseharian
mereka dengan adat istiadat nenek moyangnya.
Setelah dirasa telah cukup di Makam Sunan Gunung Jatinya, dilanjutkan ke objek wisata
selanjutnya. Bus mereka menuju “ARGO WISATA AIR TERJUN CIATER” yang terletak di
daerah Jawa Barat. Rombongan siswa- siswa SMP Salafiyah Pekalongan tiba di objek wisata air
terjun Ciater sekitar jam 3 dini hari. Mereka merasa kedinginan disana, karena cuacanya berbeda
dengan cuaca di daerah Kota Pekalongan. Semua siswa maupun para pendamping study tour
segera menuju ke loket pembelian tiket masuk. Mereka tidak sabar ingin segera memandang
keindahan alam yang sebelumnya telah terbayang- bayang dalam benak mereka. Siswa- siswa
diperkenankan untuk langsung masuk ke area wisata, karena pembayaran tiket masuk telah
diurus oleh tim pemandu wisata. Mereka segera berlarian untuk menikmati pemandangan alam
yang tidak dapat ditemukan di daerah Kota Pekalongan. Erika tak henti- hentinya mengucap
tasbih atas keagungan Allah SWT. Sepanjang hidupnya, baru kali ini Erika melihat
pemandangan yang seindah air terjun Ciater. Sebelumnya, dia mampu melihat keindahan alam
semacam itu hanya dari gambar- gambar lukisan dinding maupun hanya dari tayangan televisi.
Dia akhirnya berpikir kemana- mana. Otaknya bekerja keras, membayangkan betapa
bersyukurnya dia karena mampu melihat keindahan alam Ciater.
Dia membayangkan betapa menyesal teman- temannya yang tidak dapat
mengikuti study tour hanya karena faktor ekonomi. Erika jadi teringat pengorbanan
orangtuanya yang bekerja keras hingga rela sakit- sakitan hanya demi kebahagiaan anak-
anaknya. Padahal dia sebagai anaknya tidak pernah memikirkan betapa keras
pengorbanan orangtuanya. Hebatnya lagi, tanpa sedikitpun beliau menampakkan rasa
lelah dan rasa sakitnya ketika berhadapan dengan anak- anaknya. Beliau tidak mau kalau
anak- anaknya mengetahui cara banting tulangnya yang sangat menguras tenaga. Yang
beliau inginkan hanyalah ketekunan dan kesungguhan anak- anaknya dalam menuntut
ilmu, agar mereka tidak bernasib seperti ayah ibunya yang harus bersusah payah terlebih
dahulu demi mendapatkan sesuap nasi. Dalam hati Erika menangis memikirkan kedua
orangtuanya. Apalagi memikirkan perjuangan ibunya yang membantu keuangan keluarga
dengan cara berdagang kecil- kecilan. Karena jika hanya mengandalkan rezeki yang
didapat oleh ayahnya, kemungkinan besar tidak akan bisa mencukupi kebutuhan hidup
keluarga mereka. Apalagi Erika mempunyai 2 adik yang kedua- duanya sekolah di MSI
11 NURUL ISLAM. MSI 11 NURUL ISLAM adalah sebuah sekolah swasta yang
sederajat dengan SD. Biaya di sekolah ini sangatlah berbeda dengan biaya di Sekolah
Dasar pada umumnya. Walaupun biayanya jauh lebih mahal dari sekolah- sekolah pada
umumnya, akan tetapi kedua orangtuanya Erika tetap menginginkan yang terbaik untuk
pendidikan anak- anaknya, terutama pendidikan agama islamnya. Bagaimanapun
pekerjaannya akan dilakukan kedua orangtuanya Erika dengan penuh suka cita, asalkan
pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang halal dan semata- mata mengharap ridho dari-
Nya. Kedua orangtuanya sangatlah memanjakan Erika. Berbagai cara beliau lakukan
agar Erika bahagia. Hal ini yang menjadikan Erika semakin semangat belajar dan disertai
tuntutan dari dalam dirinya sendiri bahwasanya dirinya harus sukses. Dia ingin
meninggikan derajat kedua orangtuanya disisi Allah SWT. Dan dimata makhluk-Nya.
Siswa- siswa dan para pendamping study tour melaksanakan shalat berjama’ah di
Masjid yang telah disediakan didalam area Ciater. Setelah shalat berjama’ah, dilanjutkan
jalan- jalan mengelilingi Ciater sambil mencoba mandi di Air Terjunnya. Badan yang
semula pegal- pegal terasa lebih bugar setelah mandi di Air Terjun Ciater. Air Terjun
Ciater mengandung sebuah unsur sulfur atau yang lebih dikenal dengan belerang. Setelah
melihat beberapa bentuk air terjun yang terdapat di Ciater, dilanjutkan mandi di ruang
bilas yang terletak di beberapa titik tempat Ciater. Mereka mencari- cari kemana saja titik
ruang bilasnya itu dengan berlarian naik turun jalan pegunungan yang sangat licin dan
tentunya diperlukan sikap penuh hati- hati untuk mengurangi resiko kecelakaan. Mereka
mengantri bilas karena yang disana bukan hanya siswa- siswa SMP SALAFIYAH
PEKALONGAN, akan tetapi ada juga siswa- siswa dari SMP lain dan disana terdapat
pula para turis. Setelah selesai bilas dan ganti baju, Erika foto- foto bersama Tya, Rahma,
Mira dan Lili. Dia tidak tahu kemana rombongan anak kelas 8C pergi. Setelah beberapa
lama foto- foto, mereka merasa kehilangan jejak teman- temannya. Mereka tidak melihat
sosok siswa- siswa SMP SALAFIYAH PEKALONGAN disekitarnya. Akhirnya mereka
berlima berjalan menuju pintu keluar. Dan rupanya di Taman dekat pintu keluar terdapat
siswa- siswa kelas 8C sedang berkumpul bersama Bu Ida, wali kelas 8C. Ternyata
mereka barusaja foto bareng- bareng. Erika, Rahma, Mira, Tya dan Lili merasa menyesal
karena tidak mengikuti foto bersama wali kelasnya.
Setelah itu dilanjutkan menuju ke Rumah Makan Hutan. Suasana disana juga
tidak kalah asrinya dengan suasana di Air Terjun Ciater. Di Rumah Makan Hutan
terdapat beberapa permainan dan terdapat banyak titik tempat yang cocok untuk
dijadikan background foto. Waktu itu bertepatan dengan hari ulang tahunnya Alya. Alya
takut jika melihat buah pisang. Kebetulan ada buah pisang yang disediakan oleh Rumah
Makan Hutan yang dijadikan menu tambahan pencuci mulut. Anak- anak kelas 8C
mengambil buah pisang itu, lalu menghampiri Alya dan memperlihatkan buah pisang itu
kepada Alya. Alya langsung berteriak sekeras- kerasnya dan dia hampir saja jatuh
kedalam jurang karena berlari tanpa terkendali. Bahkan karena terlalu takutnya dia
terhadap pisang, dia rela menjatuhkan dirinya kedalam jurang. Karena sikap kriminalnya
itu, akhirnya teman- temannya Alya berhenti menakut- nakutinya. Mereka takut kalau
Alya benar- benar nekad untuk melompat ke jurang. Alya adalah tipe anak yang keras
kepala dan teguh terhadap pendiriannya. Dia juga tipe anak yang serius dengan setiap
perkataannya. Teman- temannya telah mengetahui sikapnya itu. Maka dari itu, mereka
segera membujuk Alya supaya menjauhi jurang. Alya tetap mempertahankan posisinya,
jongkok di pinggir jurang. Dia tidak mau berpindah tempat apabila teman- temannya
belum berjanji kalau mereka tidak akan menakut- nakutinya dengan pisang lagi. Dia juga
tidak mau berpindah tempat, jika masih ada temannya yang memegang buah pisang.
Karena perjanjian tersebut, akhirnya teman- temannya tidak ada yang berani menakut-
nakutinya lagi. Masalah buah pisang telah selesai, kemudian Alya ditantang Pak Hakim
supaya naik flying fox. Niatnya sih mau ngerjain Alya. Berhubung Alya sudah merasa
bahwa dirinya bakal dikerjain Pak Hakim dan kawan- kawannya. Maka dengan suara
lantang, Alya menolak tantangan dari Pak Hakim tersebut. Hiburan flying fox di Rumah
Makan Hutan sangat keren. Ketika berada di ketinggian tersebut, serasa terbang diatas
hutan-hutan. Dan setidaknya kita dapat merasakan jadi orang utan.
Lalu melanjutkan perjalanan menuju “TRANS STUDIO BANDUNG”.
Sesampainya didepan Trans Studio Bandung, semua anak telah membayangkan wahana
apa saja yang akan mereka coba. Setelah itu mereka harus mengantri terlebih dahulu
ketika hendak memasuki area Trans Studio Bandung. Setelah mengantri cukup panjang,
akhirnya mereka dapat merasakan secara langsung kemegahan bangunan yang selama ini
hanya dapat mereka lihat melalui televisi dan internet. Disana terdapat puluhan wahana
permainan. Dari sekian wahana yang ada di Trans Studio Bandung lebih banyak yang
mengarah kepada tantangan. Wahana- wahana disana benar- benar menantang.
Berbahagialah bagi anak yang suka dengan sesuatu yang menantang. Disanalah surganya
bagi anak- anak yang suka tantangan.
Dan bagi anak yang takut dengan suatu tantangan pasti akan menyesal karena
selama disana tidak mencoba banyak wahana. Erika adalah anak yang takut akan suatu
wahana yang menantang. Karena dia mudah muntah- muntah ketika mencoba wahana
yang menantang. Dia juga tipe anak yang takut akan ketinggian.
Pernah sekali dia mencoba wahana kora- kora di pasar malam Sorogenen bersama
Alya, Jihan dan adik- adik kelasnya. Waktu itu barusaja buka bersama di Sekolah.
Awalnya Erika menolak ajakan Alya untuk naik kora- kora, karena dia telah sadar bahwa
dirinya itu muntahan. Akan tetapi Alya terus saja memaksanya. Akhirnya Erika berpikir
untuk mencobanya. Waktu kora- koranya digerakkan makin lama makin cepat
gerakannya dan Erika merasa bahwa dirinya terombang- ambing. Dia hanya pasrah
sambil memegang erat Alya dan lisannya tak berhenti berdzikir. Alya justru terlihat
tertawa lepas, karena mendengar jeritan orang- orang disekitarnya. Alhasil, saat kora-
kora hendak berhenti, Erika sudah tidak bisa menahan rasa mualnya dan saat itulah dia
memuntahkan cairan makanan yang telah tertelan di perutnya. Ketika yang lain menjauhi
Erika karena jijik, Alya justru mendekati Erika dan membantu membersihkan cairan
makanan yang keluar dari perutnya itu. Bahkan bajunya Alya terkena cairan itu, tapi dia
tidak merasakan jijik sedikitpun. Malam itu Erika terlihat sangat lemah tak berdaya. Tak
pandang tempat, lempengan kayu pun dia gunakan untuk berbaring. Tidak ada rasa malu
sedikitpun.