1
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : G
Umur : 1 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Kebangsaan : Indonesia
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : -
Alamat : Taman Pesona Indah II Blok 02. 22
B. AYAH PASIEN
Nama :E
Umur :39 tahun
Jenis kelamin :Laki-laki
Kebangsaan :Indonesia
Suku :jawa
Agama :Islam
Pendidikan : SMU
Alamat : Taman Pesona Indah II Blok 02. 22
C. IBU PASIEN
Nama : N
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin :Perempuan
2
Kebangsaan :Indonesia
Agama :Islam
Pendidikan :SMU
Alamat : Taman Pesona Indah II Blok 02. 22
Hubungan pasien dengan orang tua adalah anak kandung
o No Rekam medik : 089384
o Tanggal masuk RS : 30 Agustus 2014
o Jam masuk RS : 08.17 wib
o Tanggal keluar RS : -
o Lama perawatan : -
D. ANAMNESA
Alloanamnesa diperoleh dari ibu pasien
1. Keluhan utama
-OS datang dengan keluhan kejang sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit, kejang
kira-kira berlangsung 5 menit.
2. Keluhan Tambahan
-OS demam sejak 2 hari sebelum rumah sakit.
3. Riwayat Perjalanan Penyakit sekarang.
Dua hari Sebelum masuk rumah sakit orang tua pasien mengaku anaknya
demam hingga 38.2oc. mengetahui anaknya demam, orang tua memberikan obat
3
demam, setelah itu suhunya kembali stabil, namun keesokan harinya pasien
kembali demam, diikuti dengan kejang, kejang berlangsung kurang lebih 5 menit
pasien kejang seperti kaku di wajah dan terlihat kedua gigi menggigit kuat.
sebelum kejang pasien menggigil, karena orang tua pasien khawatir maka ia
membawa anaknya ke UGD RSUD Embung Fatimah, orang tua pasien mengaku
anaknya sebelumnya belum pernah mengalami kejang, namun orang tua pasien
menyangkal adanya batuk pilek sebelumnya, ibu pasien juga menyangkal adanya
penurunan kesadaran sebelum atau sesudah kejang, trauma disangkal, muntah
disangkal.
Setelah dilakukan penanganan di UGD dan hasil labolatorium darah rutin
dan pemeriksaan feces, kesan feces hijau akhirnya pasien dirawat di rumah sakit
Embung Fatimah ruang Anyerlir. dengan diagnose susp. Kejang demam
sederhana
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Orang tua pasien mengaku anaknya belum pernah di rawat dirumah sakit, dan
hanya pernah sakit batuk pilek seperti biasa, ia juga menyangkal kepala anaknya
pernah terbentur.
5. Riwayat Kehamilan Ibu
- Ibu selalu memeriksa kandunganya ke bidan dengan teratur. Dan tidak ada
masalah saat kehamilan
- Penyakit saat kehamilan
Selama kehamilan ibu mengaku tidak pernah sakit
- Selama kehamilan Ibu tidak pernah minum obat kecuali saran dari bidan.
4
6. Riwayat Kelahiran
- Persalinan di tolong oleh bidan
- Lahir dengan normal
- Masa kehamilan, ibu mengaku cukup bulan
7. Riwayat Imunisasi
Ibu mengaku anaknya selalu dibawa ke posyandu dengan diimunisasi secara teratur
8. Riwayat penyakit dalam keluarga
Sampai saat ini keluarga dalam keadaan sehat, tidak ditemukan ada riwayat kejang
didalam keluarga.
9. Data keluarga
Pasien adalah anak pertama dari satu bersaudara.
E. PENANGANAN DAN PENATALAKSANAAN UGD
Datang ke UGD pada tanggal 30 agustus 2014 dengan keluhan kejang sebelumnya
klejang kurang lebih 5 menit. Dokter di UGD mendiagnosa suspek kejang demam
sederhana, kejang baru pertama kali, tidak ada riwayat kejang sebelumnya.
Hasil labolatorium tanggal 30 agustus 2014 jam 10 am.
Hematologi :
Hb : 12,2 g/dl
Leukosit : 10.300/ul
Ht : 39%
Trombosit : 5,2. juta/mm3
Eritrosit : 428 ribu/ mm3
5
Kimia Darah :
Glukosa Sewaktu : 117 mg/dl
Feces:
Warna : Hijau
Konsistensi : Lunak
Darah : Negatif
Lendir : positif 3
Karbohidrat : Negatif
Lemak : Negatif
Serat : Positif
Leukosit : 4-8/ LPB
Eritrosit : 0-2/ LPB
Amuba : Negatif
Telur cacing : Negatif
Tindakan :
-Rawat
- infuse RL 850cc/ hari = 35cc / jam
- Farmadol 3 x 85 mg
- Inj. cefotaxim
-PCT 3x1 drop jika perlu
-Diazepam 2,5mg 3x1 P.O bila kejang
6
F. PEMERIKSAAN FISIK
I. Follow up hari pertama atanggal 30 Agustus 2014 jam 02.00 am
1. Status Generalisata
S) demam (37,5C) hari ke 3, kejang (-), batuk (-), pilek (-) muntah (-)
Makan (+) minum (+) tidak ditemukan penurunan kesadarana, pasien tampak
aktif.
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : Nadi :86x/i
Pernapasan :28x/i
Suhu Tubuh : 36.5oc
Berat badan : 8,5 kg
Tinggi badan : 68 cm
Kepala : normhochepali
Mata : Konjungtiva Anemis -/-
Sclera ikterik -/-
Edema palpebra -/-
Pernapasan cuping hidung (-)
Bibir : Sianosis (-)
Kering (-)
Thorax : Simetris (+)
Vesikuler +/+
7
Rhonky -/-
Wheziing -/-
Cor BJ I & II + Normal
Ictus Cordis tidak terlihat
Gallop (-) murmur (-)
Abdomen BU (+) Normal
Nyeri tekan (-)
Ekstremitas akral hangat (+)
CRT < 2 detik
Edema tungkai (-)
Pemeriksaan Neurologis
Tanda rangsa ng meningeal
Kaku kuduk : -
Perasat Brudzinsky I : -
Perasat Brudzinsky II : -
Perasat Kernig :-
Refleks Fisiologis :
Refleks Biseps :normo reflex / normo reflex
Repleks Triseps : normo reflex /normo reflex
Repleks Oppenheim : normo reflex/ normo reflex
Refleks Schaefer : normo reflex/ normo reflex
8
Refleks Chaddoks : normo reflex/ normo reflex
Refleks patologis :
Refleks babinski :-/-
Refleks chadoks :-/-
Refleks Gordon :-/-
Diagnosis banding hari pertama –Kejang demam sederhana + diare akut disentri +
dehidrasi sedang
I. FOLOW UP Hari ke dua tanggal 31 Agustus 2014 jam 7.00
S) Keadaan umum penderita tampak sakit sedang. Kesadaran kompos mentis,
Tanda-tanda vital : T (38,5˚C), N(120 x/i), R(32 x/i). Pasien demam dan tampak
lemas Perut tampak kembung, distensi (+), bising usus (+) hipoaktif, organ
intraabdomen sulit dinilai. Tidak di temuakan kelainan neurologis
Kesan : Pasien demam dan tampak lemas. Mencret dengan frekuensi 3 kali, encer
disertai dengan lendir dan berwarna hijau.
Berat badan : 8,5 kg
Tinggi badan : 68 cm
Kepala : normhochepal
Mata : Konjungtiva Anemis -/-
Sclera ikterik -/-
9
Edema palpebra -/-
Pernapasan cuping hidung (-)
Bibir : Sianosis (-)
Kering (-)
Mulut :Pharink hiperemis (+)
Thorax : Simetris (+)
Vesikuler +/+
Rhonky -/-
Wheziing -/-
Cor BJ I & II + Normal
Ictus Cordis tidak terlihat
Gallop (-) murmur (-)
Abdomen BU (+) Normal
Nyeri tekan (-)
Ekstremitas akral hangat (+)
CRT < 2 detik
Edemam tungkai (-)
10
Pemeriksaan Neurologis
II. Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk : -
Perasat Brudzinsky I : -
Perasat Brudzinsky II : -
Perasat Kernig :-
Refleks Fisiologis :
Refleks Biseps :normo reflex / normo reflex
Repleks Triseps : normo reflex /normo reflex
Repleks Oppenheim : normo reflex/ normo reflex
Refleks Schaefer : normo reflex/ normo reflex
Refleks Chaddoks : normo reflex/ normo reflex
Refleks patologis :
Refleks babinski :-/-
Refleks chadoks :-/-
Refleks Gordon :-/-
Diagnosis banding hari pertama –Kejang demam sederhana + diare akut disentri +
dehidrasi sedang.
III. FOLOW UP Hari ke 3 tanggal 1 September 2014
11
S) Keadaan umum penderita tampak sakit sedang. Kesadaran komposmentis Tanda-tanda
vital : T (38,5˚C), N(124 x/i), R(38 x/i). Demam (+) hari ke 5, mencret sudah berkurang
dengan frekuensi 2 kali, konsistensi cair dengan ampas sedikit. Perut distensi (-), bising
usus (+)
Kesan : keadaan umum mulai membaik. Mencret sudah ada perbaikan.
Berat badan : 8,5 kg
Tinggi badan : 68 cm
Kepala : normhochepal
Mata : Konjungtiva Anemis -/-
Sclera ikterik -/-
Edema palpebra -/-
Pernapasan cuping hidung (-)
Bibir : Sianosis (-)
Kering (-)
Mulut :Pharink hiperemis (+)
Thorax : Simetris (+)
Vesikuler +/+
12
Rhonky -/-
Wheziing -/-
Cor BJ I & II + Normal
Ictus Cordis tidak terlihat
Gallop (-) murmur (-)
Abdomen BU (+) Normal
Nyeri tekan (-)
Ekstremitas akral hangat (+)
CRT < 2 detik
Edemam tungkai (-)
Pemeriksaan Neurologis
Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk : -
Perasat Brudzinsky I : -
Perasat Brudzinsky II : -
Perasat Kernig :-
Refleks Fisiologis :
13
Refleks Biseps :normo reflex / normo reflex
Repleks Triseps : normo reflex /normo reflex
Repleks Oppenheim : normo reflex/ normo reflex
Refleks Schaefer : normo reflex/ normo reflex
Refleks Chaddoks : normo reflex/ normo reflex
Refleks patologis :
Refleks babinski :-/-
Refleks chadoks :-/-
Refleks Gordon :-/-
G. PENATALAKSANAAN
Hari pertama 30 Agustus 2014
- infuse RL 850cc/ hari = 35cc / jam
- Farmadol 3 x 85 mg
- Inj. cefotaxim
-PCT 3x1 drop jika perlu
-Diazepam 2,5mg 3x1 P.O bila kejang
Hari ke dua 31 Agustus 2014
- infuse RL 850cc/ hari = 35cc / jam
- inj. Farmadol 3 x 85 mg
- Inj. Cefotaxim 3 x 400 mg
-PCT 3x0,9 mg drop jika perlu
-Lacto B 1x1 sachet
-zinc syr 1x1 cth
14
-liprolac 1x1 sachet
-Diazepam 2,5mg 3x1 P.O bila kejang
Hari ketiga 1 september 2014
Terapi lanjut.
H. DIAGNOSA BANDING KASUS
- Meningitis
- kejang demam sederhana + Diare akut et causa bacterial infection + Dehidrasi
ringan
- Kejang demam sederhana + Diare akut et causa viral infection + Dehidrasi
Ringan
- Kejang demam sederhana + Diare akut et causa parasite infection + Dehidrasi
Ringan
I. DIAGNOSIS KERJA
– kejang demam sederhana + Diare akut et causa bacterial infection + Dehidrasi
ringan
J. RESUME
- A.n G
- Umur : 1 tahun
- Jenis kelamin laki - laki
KELUHAN UTAMA
15
- Pasien datang dengan keluhan kejang sebelum masuk rumah sakit
KELUHAN TAMBAHAN
- Pasien demam 2 hari sebelum masuk rumah sakit
PERJALANAN PENYAKIT SEKARANG
- Dua hari Sebelum masuk rumah sakit orang tua pasien mengaku anaknya demam
hingga 38.2oc. mengetahui anaknya demam, orang tua memberikan obat demam,
setelah itu suhunya kembali stabil, namun keesokan harinya pasien kembali demam,
diikuti dengan kejang, kejang berlangsung kurang lebih 5 menit pasien kejang seperti
kaku di wajah dan terlihat kedua gusi menggigit kuat. sebelum kejang pasien
menggigil, karena orang tua pasien khawatir maka ia membawa anaknya ke UGD
RSUD Embung Fatimah, orang tua pasien mengaku anaknya sebelumnya belum
pernah mengalami kejang, namun orang tua pasien menyangkal adanya batuk pilek
sebelumnya
Hasil pemeriksaan darah rutin pada hari pertama didapatkan kesan feces hijau
dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan meningeal yang
mengarah ke meningitis.
K. PEMBAHASAN
Pasien pertama kali pasie datang ke UGD didiagnosa suspek kejang demam
sederhana pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan kejang kurang lebih 5 menit.
1. Meningitis
16
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piamater
(lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta derajat yang lebih ringan mengenai
jaringan otak dan medulla spinalis yang superficial. Gejala klinis meningitis dapat
ditandai dengan adanya riwayat dan gejala-gejal seperti adanya penurunan kesadaran
sebelum kejang, ada trauma capitis, muntah, sakit kepala atau nyeri bagian belakang
leher, atau pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda rangsang meningeal, kejang, letargis,
ruam, selain itu apakah ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial seperti pupil
anisokor, spastisitas, paralisis ekstremitas, napas tidak teratur.
Apabila ditemukan tanda-tanda seperti yang disebutkan diatas tasi maka
sebaiknya perlu dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi, gold standar untuk menentukan
meningitis adala dengan dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi dengan syarat tidak
ditemukan penekanan tekanan intracranial, pemeriksaan darah pada meningitis serosa
ditemukan peningkatan lekosit saja, pemeriksaan Radiologis pada meningitis serosa
dilakukan foto dada, kepala, bila mungkin dilakukan CT Scan.
Pada pasien ini setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan
gejala klinis seperti yang disebutkan diatas tadi, seperti penurunan kesadaran, kelainan
meningeal dan gejala lainya. Diagnose kerja lebih mengacu pada pilihan ke dua yaitu
kejang demam sederhana.
Seperti yang dibahas sebelumnya pada kasus ini setelah hari ke pertama dirawat
diagnose bandingnya adalah meningitis dan kejang demam sederhana
2. Kejang demam sederhana
17
Kejang demam sederhana adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rectal 38oc) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra cranium. Kejang
demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak-anak,
terutama pada golongan anak 3 bulan sampai 5 tahun. Kejadian demam di Negara maju
seperti Amerika mencapai 2-4%. Kejadian demam di Asia lebih tinggi kira-kira 20%
kasus merupakan kejang demam komplek.
Umumnya kejang demam di klasifikasikan menjadi dua golongan yaitu kejang
demam sederhana yang berlangsung kurang dari 15 menit dan berlangsung umum dan
kejang demam kompleks yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal, atau multiple(lebih
dari 1 kali dalam 24 jam). Kriteria tersebut dikemukakan oleh berbagai pakar. Dalam hal
ini terdapat perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang,
tingginya demam, usia pasien, lamamnya kejang berlangsung, gambaran rekam otak
lainya. Pada kasus ini merujuk kepada kejang demam sederhana pada anak usia 4 tahun.
Pada kasus ini berawal pasien datang dengan kejang kurang lebih 5 menit.
Berdasarkan kriteria Livingston yang telah dimodifikasi sebagai pedoman untuk
membuat diagnosis kejang demam sederhana yaitu:
1. Umur anak ketika kejang antara umur 6 bulan-5 tahun
2. Kejang berlangsung hanya sebentara saja atau kurang dari 15 menit
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul 16 jam pertama setelah munculnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal(tidak ada kelainan)
6. Pemeriksaan EEG dibuat setidaknya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukan kelainan
18
7. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
3. Diare
Secara definisi, diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3
kali per hari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri
dan parasit. Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang
menyebabkan diare pada manusia secara selektif menginfeksi dan menghancurkan sel-sel
ujung-ujung villus pada usus halus. Virus akan menginfeksi lapisan epithelium di usus
halus dan menyerang villus di usus halus. Hal ini menyebabkan fungsi absorbsi usus
halus terganggu. Villus mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan dan
makanan dengan baik. Selanjutnya, cairan dan makanan yang tidak terserap/ tercerna
akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus
sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus,
menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dan nutrisi yang tidak sempurna.
Sedangkan diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transport ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP dan Ca
dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda
dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hamper sama. Bedanya bakteri ini
dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga dapat menyebabkan reaksi
sistemik. Diare oleh bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang
disebut disenteri. Cara penularan diare ini pada umumnya melalui cara fekal – oral yaitu
melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung
19
tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau
tidak langsung melalui lalat.
Di samping itu juga terdapat penyebab diare non infeksi yang biasanya timbul
pada anak antara lain malabsorbsi seperti defisiensi disakaridase, glukosa – galaktosa,
intoleransi laktosa serta alergi. Namun hal tersebut bisa disingkirkan oleh karena
sebelumnya pasien tidak diberi susu yang pada umumnya mengandung laktosa, maupun
makanan yang sudah diketahui alergi oleh pasien yaitu telur, serta dengan mengetahui
bahwa pasien belum pernah mengalami diare sebelumnya.
Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO
Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi sedang Dehidrasi berat
Keadaan
umum
Baik, sadar Gelisah, rewel Letargi atau penurunan
kesadaran
Mata Normal Cowong Cowong
Rasa haus Minum biasa,
tidak haus
Haus, ingin minum
banyak
Susah minum atau tidak
bisa minum
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
Secara klinis umumnya tidak sulit untuk menegakan diagnosis kejang demam,
dengan adanya kejang pada suhu badan yang tinggi serta tidak didapatkan gejala
neurologis lain dan anak segera sadar setelah kejang berlalu maka hal tersebut sudah
dapat membantu untuk menegakan diagnosis. Dari hasil alloanamnesa ibu kandung
didapatkan anak kejang berlangsung kurang dari 15 menit, kejang timbul 16 jam
20
pertama setelah munculnya demam, pemeriksaa saraf sebelum dan sesudah kejang dalam
keadaan normal, kejang berlangsung satu kali dalam 24 jam, kriteria di atas sesuai
dengan yang di alami pasien.
Pertolongan pertama yang dilakukan pada pasien ini adalah pemberian oksigenasi
sebagai tindakan awal dalam mengatasi kejang merupakan tindakan yang tepat, jika
pasien datang dengan keadaan masih dalam keadaan kejang. Hal ini dikarenakan pada
saat seorang anak sedang dalam keadaan kejang maka suplai oksigen ke otang semakin
berkurang. Pengobatan fase akut pada waktu kejang dengan memiringkan untuk
mencegah aspirasi ludah dan diusahakan jalan nafas harus bebas agar oksigenasi
terjamin. Perhatikan juga keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu,
pernapasan dan fungsi jantung. Catatan jika pasien dalam keadaan masih kejang.
Namun dari hasil alloanamnesa ibu mengatakan pasien dalam keadaan sudah
tidak kejang lagi saat dibawa ke UGD maka tindakan selanjutnya berdasarkan jenis
kejangnya yang dalam hal ini adalah kejang demam sederhana, pemberian paresetamol
sebagai antipiretik dengan dosis 10-15mg/kgbb sudah tepat karena salah satu penyebab
terjadinya kejang demam akibat adanya demam, maka salah satu tujuan utama
pengobatan adalah mencegah terjadinya peningkatan demam, oleh karena itu pemberian
obat antipiretik sangat diperlukan.
Pemberian injeksi cefotaxime 400mg/8 jam sudah tepat, dosis cefotaxime yaitu
50mg/kgBB dosis yang diberikan tiap 8 jam. Dengan berat badan 8,5 kg, cefotaxime
diberikan 400mg/8 jam sudah tepat. Cefoaxime merupakan antibiotic sefalosforin
generasi ke 3 dengan aktifitas lebih luas terhadap bakteri gram negative. Pada pasien ini
hasil pemeriksaan feces di temukan tinja berlendir konsistensi encer berwarna hijau.
21
Infeksi bakteri salah satu dianggap penting timbulnya kejang demam. dan pada anak ini
rewel, mata cowong, rasa ingin minum sehingga di golongkan dehidrasi sedang.
Ringkasan telah dilaporkan seorang anak laki- laki berusia 1 tahun dengan
kejang demam sederhana disertai Diare akut et causa bacterial infection + Dehidrasi
ringan. Pada kasus ini pasien telah mendapatkan terapi antikolvusan , antipiretik, dan
antibiotik, yang sesuai dengan menejemen IDAI.
22
KESIMPULAN
1. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik maka diagnosis kerja dapat ditegakan yaitu
kejang demam sederhan + Diare akut et causa bacterial infection + Dehidrasi ringan
2. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
Rektal diatas 38 0C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
3. Diagnosis kerja ditegakan berdasarkan kriteria livingstone
4. Penatalaksanaan meliputi, antikolvusan, antipiretik dan antibiotic.
23
Daftar Pustaka
1. Unit Kerja Koordinasi Neurologi ikatan dokter anak Indonesia 2007
2. Pocket Book of Hospital Care for children, Guidelines for the Management of
common liinese with Limited Resources,2005.
3. WHO, Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Edisi ke-1. Jakarta;
2009. h. 131-145
4. Juffrie Mohammad, Soenarto Sri, Oswari Hanifah, Arief Sjamsul, Rosalina Ina,
Mulyani Nenny. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi, Jilid 1. Jakarta: IDAI;
2012. h.87-120
5. Gatot Djajadiman, Idjradinata Ponpon, Abdulsalam Maria, Lubis Bidasari,
Soedjatmiko, Hendarto Aryono, Handryastuti Setyo, et al. Rekomendasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia: Suplementasi Besi Untuk Anak. Edisi ke-1. Jakarta: IDAI;
2011
24
LAPORAN KASUS
KEJANG DEMAM SEDERHANA DISERTAI DIARE AKUT
DISENTERI DENGAN DEHIDRASI SEDANG
Pembimbing : dr. Murfariza Herlina, Sp. A, M. Kes
DISUSUN OLEH
MUHAMMAD RIZAL SYAIFUDDIN
09310160