STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. R
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Bayongbong
Tanggal Pemeriksaan : 26 November 2012
II. ANAMNESA
Keluhan utama : Penglihatan kedua mata kurang jelas saat melihat jarak jauh
Anamnesa khusus :
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD dr. Slamet garut dengan keluahan penglihatan kedua mata kurang jelas saat melihat jarak jauh sejak ± 1 bulan SMRS. Pasien merasa penglihaan kedua matanya kurang jelas saat melihat tulisan di papan tulis sekolah, benda atau orang dari kejauhan, sehingga pasien sering memicingkan mata supaya dapat melihat jelas. Pasien mengaku lebih nyaman apabila melihat sesuatu dari jarak dekat. Keluhan disertai dengan mata menjadi cepat lelah dan cepat berair. Keluhan disertai mata merah disangkal. Keluhan tidak disertai dengan melihat pelangi disekitar cahaya lampu. Penglihatan berkurang saat senja atau gelap disangkal. Keluhan pandangan tertutup kabut disangkal. Riwayat menderita seperti kencing manis disangkal. Riwayat trauma disangkal. Riwayat berobat ke dokter diakui. Riwayat memakai kacamata diakui pasien sudah sejak ± 4 tahun yang lalu dan rajin memakai kacamata setiap harinya sampai saat ini. Riwayat keluarga memakai kacamata disangkal. Adanya kebiasaan membaca ditempat yang gelap dan menonton TV dari jarak dekat diakui pasien.
Anamnesa keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat kencing manis disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat trauma pada mata disangkal
Riwayat Sos-Ek : Cukup
Riwayat gizi : Cukup
III. PEMERIKSAAN
1. Keadaan Umum
Kesan sakit : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos MentisTanda-tanda vital :
1. Tekanan darah : 120/80 mmHg2. Nadi : 80X/menit3. Suhu : Afebris4. Pernapasan : 22X/menit
2. Status Oftalmologi
Pemeriksaan Subjektif
Visus OD OSSC 1/60 1/60CC 0,2 0,2STNKoreksi S -9.00 S -9.00AddeGerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
Pemeriksaan Eksternal
OD OSPalpebra superior T.a.k T.a.kPalpebra inferior T.a.k T.a.kSilia Tumbuh teratur Tumbuh teraturAp. Lakrimalis T.a.k T.a.kKonjungtiva tarsalis Superior Tenang TenangKonjungtiva tarsalis Inferior Tenang TenangKonjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)Kornea Jernih JernihBilik mata depan sedang SedangPupil Bulat, letak tengah Bulat, letak tengah
Diameter pupil 3 mm 3 mmReflek cahaya
direct + + indirect + +
Iris Coklat, sinekia (-) Coklat, sinekia (-)Shadow test - -Lensa Jernih Jernih
PEMERIKSAAN BIOMIKROSKOP (SLIT LAMP)
OD OSSilia T.a.k T.a.kKonjungtiva superior T.a.k T.a.kKonjungtiva inferior T.a.k T.a.kKornea Jernih JernihCOA Dalam DalamPupil Bulat, sentral Bulat, sentralIris T.a.k T.a.kLensa Jernih JernihTonometri Normal per palpasi Normal per palpasi
FUNDUSKOPI
Funduskopi OD OSLensa Jernih JernihVitreus Jernih JernihFundus Refleks fundus (+) Refleks fundus (+)Papil Bulat, batas tegas Bulat, batas tegasCDR 0,3 0,3A/V retina sentralis 2:3 2:3Retina Eksudat (-) Eksudat (-)Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
IV. DIAGNOSIS KLINIS
Miopia Tinggi ODS
V. DIAGNOSIS BANDING
VI. RENCANA PEMERIKSAAN
Refraktometer
VII. TERAPI
Medikamentosa
Eyevit 3dd1
Non Medikamentosa
o Koreksi dengan menggunakan lensa negatif S -9.00 ODS
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
RESUME
Seorang perempuan, 17 tahun, datang dengan keluhan utama penglihatan kurang jelas saat melihat jauh, keluhan dirasakan sejak ± 1 bulan SMRS. Penglihatan menurun dirasakan apabila melihat tulisan, benda ataupun orang dari kejauhan sehingga penderita sering memicingkan mata agar dapat melihat lebih jelas. Pasien merasa lebih nyaman melihat sesuatu dari dekat. Pasien mengaku mata menjadi cepat lelah dan berair. Riwayat memakai kacamata diakui pasien sudah sejak ± 4 tahun sampai saat ini. Adanya kebiasaan membaca ditempat yang gelap dan menonton TV dari jarak dekat diakui pasien. Keluhan pandangan berkabut disangkal. Riwayat penyakit sistemik disangkal. Riwayat trauma disangkal.
Pemeriksaan Subjektif
Visus OD OSSC 1/60 1/60CC 0,2 0,2STNKoreksi S -9.00 S -9.00AddeGerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
PEMERIKSAAN BIOMIKROSKOP (SLIT LAMP)
OD OSSilia T.a.k T.a.kKonjungtiva superior T.a.k T.a.kKonjungtiva inferior T.a.k T.a.kKornea Jernih JernihCOA Dalam DalamPupil Bulat, sentral Bulat, sentral
Iris T.a.k T.a.kLensa Jernih JernihTonometri
FUNDUSKOPI
Funduskopi OD OSLensa Jernih JernihVitreus Jernih JernihFundus Refleks fundus (+) Refleks fundus (+)Papil Bulat, batas tegas Bulat, batas tegasCDR 0,3 0,3A/V retina sentralis 2:3 2:3Retina Eksudat (-) Eksudat (-)Makula Reflek fovea (+) Reflek fovea (+)
MIOPIA
1. Definisi
Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak dapat dilihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina sinar-sinar ini menjadi divergen, membentuk lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur.
2. Klasifikasi
1. Miopia aksial
Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada orang
dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. Perubahan diameter anteroposterior bola
mata 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 3 dioptri.
2. Miopia kurfatura
Kurfatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misalnya pada keratokonus dan
kelainan kongenital. Kenaikan kelengkungan lensa bisa juga menyebabkan miopia
kurvatura, misalnya pada stadium intumesen dari katarak. Perubahan kelengkungan
kornea sebesar 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 6 dioptri.
3. Miopia indeks refraksi
Peningkatan indeks bias media refraksi sering terjadi pada penderita diabetes melitus
yang kadar gula darahnya tidak terkontrol.
4. Perubahan posisi lensa
Perubahan posisi lensa kearah anterior setelah tindakan bedah terutama glaukoma
berhubungan dengan terjadinya miopia.
Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam:
1. Miopia sangat ringan, dimana miopia sampai dengan 1 dioptri
2. Miopia ringan, dimana miopia antara1-3 dioptri
3. Miopia sedang, dimana miopia antara 3-6 dioptri
4. Miopia tinggi, dimana miopia 6-10 dioptri
5. Miopia sangat tinggi, dimana miopia >10 dioptri
3. Etiologi
Etiologi dan patogenesis pada miopia tidak diketahui secara pasti dan banyak faktor
memegang peranan penting dari waktu kewaktu. Teori miopia menurut sudut pandang
biologi menyatakan bahwa miopia ditentukan secara genetik. Pengaruh faktor herediter
telah diteliti secara luas. Macam-macam faktor lingkungan prenatal, perinatal dan
postnatal telah didapatkan untuk operasi penyebab miopia.
4. Patofisiologi
Myopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat untuk
panjangnya bola mata akibat:
1. Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang
lebih panjang, bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia aksial.
2. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung atau
lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia
kurvatura/refraktif.
3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus.
Kondisi Ini Disebut Miopia Indeks
4. Miopi Karena perubahan posisi lensa Posisi lensa lebih ke anterior, misalnya
pasca operasi glaukoma.
5. Gejala Klinis
Gejala subjektif miopia antara lain:
a. Kabur bila melihat jauh
b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
c. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi )
d. Astenovergens
Gejala objektif miopia antara lain:
1. Miopia simpleks :
a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif
lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol
b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat
disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf optik.
2. Miopia patologik :
a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks
b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada
1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau
degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan
kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia
2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen
miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi
oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur
Gambar 2. Myopic cresent
3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan
perdarahan subretina pada daerah makula.
4. Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer
5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan
retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan
disebut sebagai fundus tigroid.
Gambar 3. Fundus Tigroid
Kesalahan pada saat pemeriksaan refraksi biasa mendominasi gejala klinik yang
terjadi pada miop tinggi. Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba mungkin disebabkan
karena perdarahan makular pada bagian fovea dimana membrana Bruch mengalami
dekompensasi. Kehilangan penglihatan secara bertahap dan metamorpopsia terjadi oleh
karena rusaknya membrana Bruch.
Dikatakan miop tinggi apabila melebihi -8.00 dioptri dan dapat labih tinggi lagi
hingga mencapai -35.00 dioptri. Tingginya dioptri pada miopia ini berhubungan dengan
panjangnya aksial miopia, suatu kondisi dimana belakang mata lebih panjang daripada
normal, sehingga membuat mata memiliki pandangan yang sangat dekat.
6. Diagnosis
Untuk mendiagnosis myopia dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan pada
mata, pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:
Refraksi Subyektif
Diagnosis myopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan Refraksi Subyektif, metode
yang digunakan adalah dengan Metoda ‘trial and error’ Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5
meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata
diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam
penglihatan masing-masing mata Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif,
bila dengan lensa sferis negatif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau
20/20 maka pasien dikatakan menderita myopia, apabila dengan pemberian lensa sferis
negatif menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis positif
memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita hipermetropia.
Refraksi Obyektif
Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja ∫+2.00D pemeriksa mengamati
refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan retinoskop (against
movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi.
Autorefraktometer (komputer)
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan
komputer.
7. Penatalaksanaan
Koreksi Miopia Tinggi
a. Koreksi Miopia Tinggi dengan Penggunaan Kacamata
Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting. Meskipun
banyak pasien miopia tinggi menggunakan lensa kontak, kacamata masih dibutuhkan.
Pembuatan kacamata untuk miopia tinggi membutuhkan keahlian khusus. Bingkai
kacamata haruslah cocok dengan ukuran mata. Bingkainya juga harus memiliki ukuran
lensa yang kecil untuk mengakomodasi resep kacamata yang tinggi. pengguanaan indeks
material lensa yang tinggi akan mengurangi ketebalan lensa. Semakin tinggi indeks lensa,
semakin tipis lensa. Pelapis antisilau pada lensa akan meningkatkan pengiriman cahaya
melalui material lensa dengan indeks yang tinggi ini sehingga membuat resolusi yang
lebih tinggi.
b. Koreksi Miopia Tinggi dengan Menggunakan Lensa Kontak
Cara yang disukai untuk mengoreksi kelainan miopia tinggi adalah lensa kontak.
Banyak jenis lensa kontak yang tersedia meliputi lensa kontak sekali pakai yang sekarang
telah tersedia lebih dari -16.00 dioptri.
Lensa kontak ada dua macam yaitu lensa kontak lunak (soft lens) serta lensa kontak
keras (hard lens). Pengelompokan ini didasarkan pada bahan penyusunnya. Lensa kontak
lunak disusun oleh hydrogels, HEMA (hydroksimethylmetacrylate) dan vinyl copolymer
sedangkan lensa kontak keras disusun dari PMMA (polymethylmetacrylate).
Keuntungan lensa kontak lunak adalah nyaman, singkat masa adaptasi pemakaiannya,
mudah memakainya, dislokasi lensa yang minimal, dapat dipakai untuk sementara waktu.
Kerugian lensa kontak lunak adalah memberikan ketajaman penglihatan yang tidak
maksimal, risiko terjadinya komplikasi, tidak mampu mengoreksi astigmatisme, kurang
awet serta perawatannya sulit.
Kontak lensa keras mempunyai keuntungan yaitu memberikan koreksi visus yang
baik, bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama (awet), serta mampu mengoreksi
astigmatisme kurang dari 2 dioptri. Kerugiannya adalah memerlukan fitting yang lama,
serta memberikan rasa yang kurang nyaman.
Pemakaian lensa kontak harus sangat hati-hati karena memberikan komplikasi pada
kornea, tetapi komplikasi ini dikurangi dengan pemilihan bahan yang mampu dilewati gas
O2. Hal ini disebut Dk (gas Diffusion Coefficient), semakin tinggi Dk-nya semakin besar
bisa mengalirkan oksigen, sehingga semakin baik bahan tersebut.
Lensa Kontak Ditinjau dari Segi Klinis
1. Lapang Pandangan
Karena letak lensa kontak yang dekat sekali dengan pupil serta tidak
memerlukan bingkai dalam pemakaiannya, lensa kontak memberikan lapang
pandangan yang terkoreksi lebih luas dibandingkan kacamata. Lensa kontak
hanya sedikit menimbulkan distorsi pada bagian perifer.
2. Ukuran Bayangan di Retina
Ukuran bayangan di retina sangat tergantung dari vertex distance (jarak
verteks) lensa koreksi. Jika dibandingkan dengan pemakaian kacamata,
dengan koreksi lensa kontak, penderita miopia memiliki bayangan yang lebih
besar di retina, sedangkan pada penderita hipermetropia bayangan menjadi
lebih kecil.
3. Akomodasi
Dibandingkan dengan kacamata, lensa kontak meningkatkan kebutuhan
akomodasi pada penderita miopia dan menurunkan kebutuhan akomodasi pada
penderita hipermetropia sesuai dengan derajat anomali refraksinya.
Pemilihan Lensa Kontak
Tabel 2.1 Perbandingan Indikasi Pemakaian Lensa Kontak Lunak dan Keras
Lensa Kontak Lunak Lensa Kontak Keras
Pemakaian lensa kontak pertama kali Gagal dengan lensa kontak lunak
Pemakaian sementara Iregularitas kornea
Bayi dan anak-anak Alergi dengan bahan lensa kontak lunak
Orang tua Dry eye
Terapi terhadap kelainan kornea (sebagai
bandage)
Astigmatisme
Keratokonus
Pasien dengan overwearing problem
c. Koreksi Miopia Tinggi dengan LASIK
LASIK adalah suatu tindakan koreksi kelainan refraksi mata yang menggunakan
teknologi laser dingin (cold/non thermal laser) dengan cara merubah atau mengkoreksi
kelengkungan kornea. Setelah dilakukan tindakan LASIK, penderita kelainan refraksi
dapat terbebas dari kacamata atau lensa kontak, sehingga secara permanen
menyembuhkan rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), serta mata silinder
(astigmatisme).
Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak
b. Kelainan refraksi:
Miopia sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri.
Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri.
Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri
c. Usia minimal 18 tahun
d. Tidak sedang hamil atau menyusui
e. Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun
f. Mempunyai ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling tidak
6 (enam) bulan
g. Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak,
glaukoma dan ambliopia
h. Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua)
minggu dan 30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens)
Adapun kontraindikasi dari tindakan LASIK antara lain:
a. Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum stabil.
b. Sedang hamil atau menyusui.
c. Kelainan kornea atau kornea terlalu tipis.
d. Riwayat penyakit glaukoma.
e. Penderita diabetes mellitus.
f. Mata kering
g. Penyakit : autoimun, kolagen
h. Pasien Monokular
i. Kelainan retina atau katarak
Sebelum menjalani prosedur LASIK, ada baiknya pasien melakukan konsultasi atau
pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk dapat mengetahui dengan pasti mengenai
prosedur / tindakan LASIK baik dari manfaat, ataupun kemungkinan komplikasi yang
dapat terjadi. Setelah melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh dokter spesialis mata,
kemudian mata anda akan diperiksa secara seksama dan teliti dengan menggunakan
peralatan yang berteknologi tinggi (computerized) dan mutakhir sehingga dapat diketahui
apakah seseorang layak untuk menjalankan tindakan LASIK.
Persiapan calon pasien LASIK
a. Pemeriksaan refraksi, slit lamp, tekanan bola mata dan finduskopi
b. Pemeriksan topografi kornea / keratometri / pakhimetri Orbscan
c. Analisa aberometer Zy Wave, mengukur aberasi kornea sehingga bisa dilakukan
Custumize LASIK
d. Menilai kelayakan tindakan untuk menghindari komplikasi
Sebagian besar pasien yang telah melakukan prosedur atau tindakan LASIK
menunjukan hasil yang sangat memuaskan, akan tetapi sebagaimana seperti pada semua
prosedur atau tindakan medis lainnya, kemungkinan adanya resiko akibat dari prosedur
atau tindakan LASIK dapat terjadi oleh sebagian kecil dari beberapa pasien antara lain:
a. Kelebihan / Kekurangan Koreksi (Over / under correction). Diketahui setelah
pasca tindakan LASIK akibat dari kurang atau berlebihan tindakan koreksi, hal ini
dapat diperbaiki dengan melakukan LASIK ulang / Re-LASIK (enhancement)
setelah kondisi mata stabil dalam kurun waktu lebih kurang 3 bulan setelah
tindakan.
b. Akibat dari menekan bola mata yang terlalu kuat sehingga flap kornea bisa
bergeser (Free flap, button hole, decentration flap). Flap ini akan melekat cukup
kuat kira-kira seminggu setelah tindakan.
c. Biasanya akan terjadi gejala mata kering. Hal ini akan terjadi selama seminggu
setelah tindakan dan akan hilang dengan sendirinya. Pada sebagian kasus mungkin
diperlukan semacam lubrikan tetes mata.
d. Silau saat melihat pada malam hari. Hal ini umum bagi pasien dengan pupil mata
yang besar dan pasien dengan miopia yang tinggi. Gangguan ini akan berkurang
seiring dengan berjalannya waktu. Komplikasi sangat jarang terjadi, dan keluhan
sering membaik setelah 1-3 bulan.
Kelebihan Bedah Refraksi LASIK antara lain:
a. Anestesi topikal (tetes mata)
b. Pemulihan yang cepat (Magic Surgery)
c. Tanpa rasa nyeri (Painless)
d. Tanpa jahitan (Sutureless & Bloodless)
e. Tingkat ketepatan yang tinggi (Accuracy)
f. Komplikasi yang rendah
g. Prosedur dapat diulang (Enhancement)
8. Komplikasi
Komplikasi lebih sering terjadi pada miopia tinggi. Komplikasi yang dapat terjadi berupa:
- Dinding mata yang lebih lemah, karena sklera lebih tipis.
- Degenerasi miopik pada retina dan koroid. Retina lebih tipis sehingga terdapat
risiko tinggi terjadinya robekan pada retina.
- Ablasi retina, lubang pada makula sering terjadi pada miopia tinggi.
- Orang dengan miopia mempunyai kemungkinan lebih tinggi terjadi glaukoma.
PEMBAHASAN
Pembahasan di dalam kasus ini antara lain mencakup :
1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien Miopia Tinggi ODS ?
2. Apakah etiologi dari penyakit pada pasien ini ?
3. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ?
4. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?
1. Mengapa pada pasien ini didiagnosa sebagai pasien Miopia Tinggi ODS ?
Pada pasien ini ditemukan :
Gejala subjektif miopia antara lain:
o Kabur bila melihat jauh
o Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
o Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi )
Pada pemeriksaan Refraksi Subyektif, dengan Metoda ‘trial and error’. Jarak
pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan
setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih
dahulu. Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata. kemudian
dikoreksi dengan lensa sferis negatif, dan memberikan tajam penglihatan yang
membaik.
Pada pemeriksaan Refraksi Subyektif dengan snellen chart didapatkan koreksi
kacamata :
VOD : 1/60 S-9.00 = 0.2 Tinggi Dioptri = 9 Dioptri → Miopia Tinggi
VOS : 1/60 S-9.00 = 0.2
2. Apakah etiologi dari penyakit pada pasien ini ?
Adanya kebiasaan membaca ditempat yang gelap dan menonton TV dari jarak
dekat diakui pasien.
3. Bagaimanakah penatalaksanaan pasien ini ?
Koreksi dengan menggunakan lensa negatif S -9.00 ODS
Pemberian vitamin untuk kesehatan mata : Eyevit 3 x per hari
4. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?
Quo ad vitam : ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonam Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, Daniel..2007. Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC. Jakarta.
2. Ilyas, Sidarta.2010. Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi ke-2 Sagung Seto. Jakarta.
3. Goss, et.all. 2010. Optometric Clinical Pactice Guideline: Care Of The Patient With Myopia. American Optometric Accosiation.. Dimuat dalam : http://www.aoa.org/documents/CPG-15.pdf
4. Semarang Eye Centre. Tindakan Bedah LASIK. www. semarang - eye - centre.com / 5. Hartono, Yudono RH. 2007. Refraksi dalam: Ilmu Penyakit Mata. Suhardjo, Hartono
(eds). Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM,