Post Op TURP

Click here to load reader

download Post Op TURP

of 23

Transcript of Post Op TURP

  • 1. Assalamualaikum wr.wb S1 keperawatan V B

2. Nama kelompok : Dwi wahyu wantoro Fitria ulfah Ilma thoyyibin N.R Nella Andellina Ramdhan prasetyo Siti qomariyani Yesi ainika ismaya(130011059) (130011063) (130011066) (130011075) (130011081) (130011087) (130011092) 3. POST OP TURP (Trans Uretral Resection Prostate) TURP adalah suatu operasi pengangkatanjaringan prostat lewat uretra menggunakan resektroskop, dimana resektroskop merupakan endoskop dengan tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotong dan counter yang disambungkan dengan arus listrik. Operasi ini dilakukan pada prostat yang mengalami pembesaran antara 3060 gram, kemudian dilakukan reseksi. Tindakan ini menggunakan cairan pembilas/irigasi supaya daerah yang direseksi tetap terang dan tidak tertutup darah. 4. Keuntungan : Tidak menimbulkan luka atau bekas sayatan. Lama operasi singkat. Hospitalisasi dan periode pemulihan lebih singkat. Menimbulkan rasa nyeri yang lebih sedikit. Kerugiannya: ada risiko obstruksi. trauma uretral. Dapat terjadi striktur serta pedarahan lama dapat terjadi. 5. Indikasi Pasien dengan gejala sumbatan yang menetap. Pembesaran prostat yang progresif dan tidakdapat diterapi dengan obat. Operasi ini dilakukan pada prostat yang mengalami pembesaran antara 30-60 gram dan pasien cukup sehat. 6. PENATALAKSANAAN : Setelah dilakukan TURP, dipasang traksi kateter Foley tiga saluran no. 24 yang dilengkapi balon 30 ml, untuk memperlancar pembuangan gumpalan darah dari kandung kemih. Setelah operasi TURP atau pengerokan prostat dapat terjadi beberapa komplikasi. Untuk mengamati dan jika perlu dilakukan penanganan komplikasi maka perlu perawatan khusus. Segera setelah TURP pasien ditampatkan di ruang khusus dengan pengawasan ketat (sering disebut RR atau ruang resusitasi). Hal-hal yang terus dimonitor dalam ruangan tersebut antara lain tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran, keluhan mual muntah dan gangguan pandangan.Selain itu perlu diamati 7. Untuk TURP biasanya menggunakan cairan nonelektrolit hipotonik sebagai cairan irigasi. Seperti air steril, Glisin 1,5% (230mOsm/L), atau campuran sorbitol 2,7% dengan mannitol 0,54% (230Osm/L). Cairan yang boleh juga dipakai tapi jarang digunakan adalah Sorbitol 3,3%, Mannitol 3%, Dekstrosa 2,544% dan Urea 1%. Irigasi setelah TURP menggunakan cairan NaCl 0,9% atau sterilized water for irrigation. Kedua jenis cairan ini lazim digunakan di Indonesia.Setiap rumah sakit memiliki keputusan tersendiri. Kedua jenis cairan ini aman dan sudah terdapat penelitian yang mengungkapkannya. Jumlah tetesan cairan irigasi setelah operasi biasanya guyur. Hari pertama sekitar 60 tetes permenit. Hari kedua sekitar 40 tetes permenit. Hari ketiga 8. Respon fisiologis Kandung kemih pasca TURP : Inflamasi: nyeri, pelebaran pembuluh darah, pembengkakan. Perdarahan minor selama 24 jam Dieresis post obstruktif Respon syaraf simpatik 9. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST OP TURP Pengkajiana. Pengumpulan data 1). Identitas klien 2). Keluhan utama Keluhan utama yang biasa muncul pada klien BPH pasca TURP adalah nyeri yang berhubungan dengan spasme buli buli. Pada saat mengkaji keluhan utama perlu diperhatikan faktor yang mempergawat atau meringankan nyeri ( provokative / paliative ), rasa nyeri yang dirasakan (quality), keganasan / intensitas ( saverity ) dan waktu serangan, lama, kekerapan (time). 10. 3). Riwayat penyakit sekarang Kumpulan gejala yang ditimbulkan oleh BPH dikenal dengan Lower Urinari Tract Symptoms ( LUTS ) antara lain : hesitansi, pancar urin lemah, intermitensi, terminal dribbling, terasa ada sisa setelah selesai miksi, urgensi, frekuensi dan disuria 4). Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan keadaan penyakit sekarang perlu ditanyakan . Diabetes Mellitus, Hipertensi, PPOM, Jantung Koroner, Dekompensasi Kordis dan gangguan faal darah dapat memperbesar resiko terjadinya penyulit pasca bedah. Ketahui pula adanya riwayat penyakit saluran kencing dan pembedahan terdahulu. 11. 5). Riwayat penyakit keluarga 6). Riwayat psikososial Kaji adanya emosi kecemasan, pandangan klien terhadap dirinya serta hubungan interaksi pasca tindakan TURP. 7). Pola pola fungsi kesehatan a). Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat b). Pola nutrisi dan metabolisme c). Pola eliminasi d). Pola aktivitas dan latihan e). Pola tidur dan istirahat f). Pola kognitif perseptual g). Pola persepsi dan konsep diri h). Pola hubungan dan peran i). Pola reproduksi seksual J) Pola penanggulangan stress k). Pola tata nilai dan kepercayaan 12. Pemeriksaan fisik a). Keadaan umum b). Sistem pernafasan c). Sistem sirkulasi d). Sistem neurologi e). Sistem gastrointestinal f). Sistem urogenital Setelah dilakukan tindakan TURP klien akan mengalami hematuri . Retensi dapat terjadi bila kateter tersumbat bekuan darah. Jika terjadi retensi urin, daerah supra sinfiser akan terlihat menonjol, terasa ada ballotemen jika dipalpasi dan klien terasa ingin kencing. Residual urin dapat diperkirakan dengan cara perkusi. Traksi kateter dilonggarkan selama 6 24 jam. g). Sistem muskuloskeletal Traksi kateter direkatkan di bagian paha klien. Pada 13. Pemeriksaan penunjang Laboratorik : Setiap penderita pasca TURP harusdi cek kadar hemoglobinnya dan perlu diulang secara berkala bila urin tetap merah dan perlu di periksa ulang bila terjadi penurunan tekanan darah dan peningkatan nadi. Kadar serum kreatinin juga perlu diulang secara berkala terlebih lagi bila sebelum operasi kadar kreatininnya meningkat. Kadar natrium serum harus segera diperiksa bila terjadi sindroma TURP. Bila terdapat tanda septisemia harus diperiksa kultur urin dan kultur darah. b). Uroflowmetri : Yaitu pemeriksaan untuk mengukur pancar urin. Dilakukan setelah kateter 14. Analisa dan sintesa data Setelah data dikumpulkan, dikelompokkan dandianalisa kemudian data tersebut dirumuskan ke dalam masalah keperawatan . Adapun masalah yang mungkin terjadi pada pasca TURP antara lain : nyeri, retensi urin, resiko tinggi infeksi, resiko tinggi kelebihan cairan, resiko tinggi ketidakefektifan pola napas, resiko tinggi kekurangan cairan, kurang pengetahuan, inkontinensia dan resiko tinggi disfungsi seksual 15. Diagnosa keperawatan 1). Nyeri ( akut ) berhubungan dengan iritasi mukosa buli buli : reflek spasme otot sehubungan dengan prosedur bedah dan / atau tekanan dari traksi. 2). Resiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan kehilangan darah berlebihan 3). Resiko tinggi kelebihan cairan yang berhubungan dengan absorbsi cairan irigasi (TURP). 4). Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kateter di buli buli.5). Resiko tinggi terhadap ketidakefektifan pola napas yang berhubungan anastesi 6). Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang rutinitas pasca operasi, gejala untuk dilaporkan, perawatan di rumah dan intruksi evaluasi . 7). Retensi urin berhubungan dengan obstruksi sekunder dari TURP . 8). Inkontinensia urin berhubungan dengan pengangkatan kateter 16. IRIGASI KANDUNG KEMIH POST OP TURP Pengertian : Memasukan larutan kedalamkandung kemih untuk membersihkan atau memasukan obat atau proses pencucian kandung kemih dengan aliran cairan yang telah di programkan oleh dokter. Tujuan 1. Untuk mempertahankan kepatenan kateter urine. 2. Mencegah terjadinya distensi kandung kemih karena adanya penyumbatan kateter urine, misalnya oleh darah dan pus. 3. Untuk membersihkan kandung kemih. 4. Untuk mengobati infeksi lokal. 17. Persiapan perawat Persiapan alat- Sarung tangan bersih. - Kateter retensi yang sudah terpasang. - Slang dan kantong drainase (jika belum terpasang). - Klem slang drainase. - Kapas antiseptik. - Wadah steril. - Larutan irigasi steril yang dihangatkan atau memiliki suhu ruangan. - Beri label pada cairan dengan jelas menggunakan katakata irigasi kandung kemih, termasuk informasi mengenai obat-obatan yang telah ditambahkan ke larutan irigasi yang murni. - Slang infus. - Tiang infus. 18. persiapan lingkungan : Prosedur dan pelaksanaan 1.Jelaskan kepada klien tentang apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama dengan anda.2. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi yang sesuai. 3. Berikan privasi klien. 4. Gunakan sarung tangan bersih.5. Kosongkan, ukur dan catat jumlah serta tampilan urine yang ada di dalam kantong urine. Buang urine dan sarung tangan. Pengosongan kantong drainase memungkinkan pengukuran haluaran urine yang lebih akurat setelah irigasi dilakukan atau selesai. Pengkajian karakter urine memberikan data dasar untuk perbandingan selanjutnya. 6. Persiapan perlengkapan. - Cuci tangan - Hubungkan slang infus irigasi dengan larutan irigasi dan bilas slang dengan larutan, jaga agar ujungnya tetap steril. Membilas slang akan mengeluarkan udara sehingga mencegah udara masuk kedalam kandung kemih.- Pasang sarung tangan bersih dan bersihkan port irigasi dengan kapas antiseptik. - Hubungkan slang irigasi ke port cairan pada kateter tiga cabang (kateter 19. 7. Lakukan irigasi kandung kemih. a). Untuk irigasi kontinu, buka klem padaslang drainase urine (jika ada). Hal ini memungkinkan larutan irigasi mengalir keluar dari kandung kemih secara kontinu. Buka klem pengatur pada slang irigasi dan atur kecepatan aliran sesuai dengan program dokter atau atur kecepatan aliran sebanyak 40-60 per menit jika kecepatan aliran tidak ditentukan. Kaji jumlah, warna dan kejernihan drainase. Jumlah drainase harus sama dengan jumlah cairan irigasi yang masuk ke kandung kemih ditambah dengan perkiraan haluaran urine. 20. b). Untuk irigasi intermitten, tentukan apakah larutan perlu tetap di kandung kemih selama waktu tertentu. Apabila larutan tetap berada dikandung kemih (irigasi atau pemasukan cairan ke kandung kemih), tutup klem aliran ke slang drainase urine. Menutup klem aliran memungkinkan larutan tetap di dalam kandung kemih dan bersentuhan dengan dinding kandung kemih. Apabila larutan sedang dimasukkan untuk mengirigasi kateter, buka klem aliran pada slang drainase urine. Larutan irigasi akan mengalir melalui selang dan port drainase urine, mengeluarkan mukosa dan bekuan darah. Buka klem aliran pada slang irigasi agar sejumlah larutan yang telah diprogramkan masuk kedalam kandung kemih. Klem slang. Setelah larutan dipertahankan selama waktu yang telah ditetapkan, buka klem aliran pada slang drainase dan biarkan kandung kemih kosong. Kaji jumlah, wana, dan kejernihan drainase. Jumlah drainase seharusnya sama dengan jumlah cairan irigasi 21. 8. Kaji klien dan haluaran urine. Kaji kenyamanan klien. Kosongkan kantong drainase dan ukur isinya. Kurangi volume drainase total dengan cairan irigasi yang dimasukkan untuk mendapatkan volume haluaran urine. Dokumentasikan temuan di dalam catatan klien dengan menggunakan format atau daftar tilik disertai dengan catatan narasi jika perlu. Hal yang perlu diperhatikan : catat setiap kandungandrainase yang tidak normal, seperti bekuan darah, nanah atau cabikan mukosa. 22. Terima kasih Wassalam wr.wb