7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
1/57
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
2/57
Berkat rahmat Allah SWT, atas izin dan ridhoNya, Laporan Penyelenggaraan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) bidang Kesehatan tahun 2011 dapat disusun dan diterbitkan.
Penyusunan hasil cakupan dari indikator Standar Pelayanan Minimal dan MileniumDevelopment Goals bidang Kesehatan merupakan parameter kinerja Dinas Kesehatan Kota Batamdan dapat menjadi bahan evaluasi serta tiang estafet untuk perencanaan dimasa datang sebagaiupaya untuk mewujudkan masyarakat Kota Batam yang sehat dan hidup bersih dan berkeadilan.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihakyang telah berpartisipasi baik langsung dan tidak langsung sehingga Laporan PenyelenggaraanStandar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan Tahun 2011 dalam bentuk buku saku inidapat diterbitkan.
Kami berharap semoga buku ini bermanfaat dan dapat menjadi masukan bagi Dinas KesehatanKota Batam agar pelayanan kesehatan menjadi lebih baik.
Wassalam
Drg.Chandra Rizal,MSi
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
3/57
Undang-undang Nomor 32 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah menetapkan bidang
kesehatan merupakan salah satu urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota.
Penyelenggaraan urusan wajib oleh Daerah adalah merupakan perwujudan otonomi yangbertanggungjawab, yang pada intinya merupakan pengakuan/pemberian hak dan kewenangan Daerahdalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh Daerah, tanpa mengurangi arti sertapentingnya prakarsa Daerah dalam penyelenggaraan otonominya dan untuk menghindari terjadinyakekosongan penyelenggaraan pelayanan dasar kepada masyarakat.
Daerah Kabupaten dan Daerah Kota wajib melaksanakan kewenangan dalam bidang tertentu,termasuk didalamnya kewenangan bidang kesehatan. Pemerintah Pusat bertanggung jawab secaranasional atas keberhasilan pelaksanaan otonomi, walaupun pelaksanaan operasionalnya diserahkankepada pemerintah dan masyarakat daerah yang bersangkutan.
Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan KewenanganPropinsi Sebagai Daerah Otonom, menyebutkan bahwa peran pemerintah pusat di era desentralisasi
ini lebih banyak bersifat menetapkan kebijakan makro, melakukan standarisasi, supervisi, monitoring,evaluasi, pengawasan dan pemberdayaan ke daerah, sehingga otonomi dapat berjalan secara optimal.
Untuk menyamakan persepsi dan pemahaman dalam pengaktualisasian urusan wajib bidangkesehatan di Kabupaten/Kota seiring dengan Lampiran Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
4/57
No.100/756/OTDA tanggal 8 Juli 2002 tentang Konsep Dasar PelaksanaanUrusan Wajib dan StandarPelayanan Minimal, maka dalam rangka memberikan panduan untuk melaksanakan pelayanan dasar dibidang kesehatan kepada masyarakat di Daerah, telah ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 741/MENKES/SK/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal di Kabupaten/Kota
Untuk menyamakan persepsi dan pemahaman dalam pengaktualisasian urusan wajib bidang kesehatandi Kabupaten/Kota seiring dengan Lampiran Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.100/756/OTDAtanggal 8 Juli 2002 tentang Konsep Dasar PelaksanaanUrusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal,maka dalam rangka memberikan panduan untuk melaksanakan pelayanan dasar di bidang kesehatankepada masyarakat di Daerah, telah ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
741/MENKES/SK/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal di Kabupaten/Kota
Laporan evaluasi penyusunan Standar Pelayanan Minimal ini dimaksudkan guna mengetahuitingkat pencapaian penyelenggaran standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Kota Batam, agardaerah dalam melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan danpertanggungjawaban penyelenggaraan mengacu kepada pencapaian standar pelayanan minimalbidang kesehatan tahun 2011.
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kota Batam ini bertujuan untuk menyamakanpemahaman tentang, indikator kinerja, target nasional untuk tahun 2005 dan 2010, cara pancapaiankinerja dan langkah-langkah kegiatan untuk masing-masing SPM Bidang Kesehatan Kota Batam.
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
5/57
1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah;
3. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang ProgramPembangunan Nasional tahun 2000 2005;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang KewenanganPemerintah dan KewenanganPropinsi sebagai Daerah Otonom;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;
7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Penyusunan,Pertanggung jawaban dan PengawasanKeuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202/Menkes/SK/VIII/2003 tentang Indonesia Sehat 2010dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan StrategiDesentralisasi Bidang Kesehatan;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar PelayananMinimal Bidang Kesehatan diKabupaten/Kota
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
6/57
GAMBARAN UMUM
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
7/57
BATASAN :
Sebelah Utara : Selat Singapura
Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan
Senayang Kabupaten Lingga
Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan
Moro & Kecamatan Karimun
Kabupaten Karimun.
Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Bintan
Utara Kabupaten Bintan
TERLETAK :
Lintang Utara antara O02529 -
101500 Bujur Timur 10303435- 1040 26 04
LUAS WILAYAH : 3.990 Km2,
terdiri dari :Luas wilayah laut 2.950
Km2
Luas wilayah daratan
1040 Km2
Wilayah daratan Kota Batam
terdiri dari lebih dari 400 pulau,329 pulau diantaranya telah
bernama, termasuk didalamnya
pulau-pulau yang berada pada
peripher dalam batasan NKRI
Geografis
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
8/57
DemografiRatio penduduk berdasarkan jenis kelamin sepertiterlihat pada gambar diatas menunjukkan bahwapenduduk laki-laki lebih banyak dibandingpenduduk perempuan dengan ratio 1,05 : 1.
Komposisi penduduk mempunyai
permasalahan tersendiri dalam bidang
kesehatan, karena setiap kelompok
umur mempunyai corak permasalahan
kesehatan yang berbeda.
Dengan mengetahui gambaran
komposisi penduduk membantu dalam
menentukan strategi upaya-upaya
pembangunan kesehatan pada
kelompok umur tertentu. Sepertikelompok umur bayi, balita, wanita
usia subur, kelompok usia produktif,
usia lanjut
Piramida penduduk menunjukkan
bahwa kelompok usia 25-34 tahun
yang merupakan usia subur dalam hal
reproduktif sangat dominan baik
perempuan maupun laki-laki, hal ini
tentu sangat berpengaruh pada laju
pertumbuhan penduduk, yang mana
semakin tinggi usia reproduktif maka
semakin pesat juga tingkat kelahiran.
Di Kota Batam tahun 2011, rata-rata
kelahiran hidup perhari adalah 88orang.
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
9/57
347
8395
1485
490
75
8999
1085
43
8381
3493
28562612
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
BE.PADANG
BT.AMPAR
SEKUPANG
NONGSA
BULANG
LB.BAJA
SEIBEDUK
GALANG
BENGKONG
B
TMC
ENTER
SAGULUNG
BT.AJI
JUMLAH PENDUDUK KEPADATAN PENDUDUK
DemografisKepadatan penduduk suatu wilayah sangat
berpengaruh terhadap kesehatan, terutama
pada penyakit-penyakit tertentu, seperti
penyakit menular. baik menular langsung
maupun tidak langsung. Dan kepadatan
penduduk dapat dijadikan dasar kebijakan
dalam perencanaan pembangunan sarana
kesehatan dan pendistirbusian tenaga
kesehatan sesuai kebutuhan ratio tenaga
kesehatan dala siatu wilayah terhadapjumlah penduduk.
Dengan luas wilayah daratan Kota Batam
1.038,84 Km2 dan jumlah penduduk tahun
2011 berjumlah 1.056.701 jiwa dengan
kepadatan penduduk rata-rata 1017
orang/Km2. Dari grafik dismaping terlihat
penyebaran penduduk tidak merata,
kepadatan penduduk terdapat di Pulau
Batam sebagai pusat perekonomian Kota
Batam dengan wilayah yang terpadat
penduduknya terdapat di Kecamatan Lubuk
Baja (8.999 orang/Km2) dan kepadatan
penduduk terendah di daerah hinterlind yaitu
Kecamatan Galang (43 orang/Km2).
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
10/57
44.22
10.71
7.04
14.45
63.70
9.71 6.36
71.56
9.83
6.00
14.2112.08
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0
5000
10000
15000
20000
25000
BEL.PADANG
BATUAMPAR
SEKUPANG
NONGSA
BULANG
LUBUKBAJA
SEIBEDUK
GALANG
BENGKONG
BATAMK
OTA
SAGULUNG
BATUAJI
%
JAMKESMAS
PESERTA
JAM
KESMAS
JUMLAH PESERTA ASKESKIN % PENDUDUK DENGAN ASKESKIN
JamkesmasMasyarakat miskin merupakan kelompok
masyarakat yang tergolong rentan terhadap
masalah kesehatan, untuk itu perlu perhatian
khusus terhadap masyarakat miskin terutamamasalaha kesehatan.
Salah satu perhatian yang diberikan
pemerintah adalah adanya Program Nasional
yaitu Jaminan Kesehatan Masyarakat
keluarga Miskin (Jamkeskin) yang telah
dilaksanakan sejak tahun 2006 hingga saat
ini yang mana Kota Batam mendapat kuota
sebanyak 127.732 jiwa dengan 33.000 rumah
tangga.
Bagi masyarakat miskin yang tidak terjaring
dalam program Jamkesmas, dapat
menggunakan Surat Keterangan Tidak
Mampu (SKTM), sehingga pada kasustertentu yang membutuhkan pelayanan
kesehatan berupa pelayanan pasien rujukan
diluar Propinsi Kepulauan Riau diberikan
bantuan keuangan dari selisih tarif pada
Rumah Sakit yang ditunjuk. Pada tahun 2011
jumlah masyarakat Miskin Non Kuota yang
telah dilayani sebanyak 8244 jiwa dengan
sumber dana APBD Kota Batam dan APBD I
Propinsi Kepulauan Riau.
L
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
11/57
Lingkungan
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
JAMBAN TEMPAT
SAMPAH
SPAL
9
4.3%
73.05%
75.75%
DIPERIKSA MEMILIKI SEHAT
Lingkungan merupakan faktor yang paling
dominan mempengaruhi status kesehatan
masyarakat diantara faktor determinanlainnya.
Kesehatan lingkungan dilihat dari aspek
kepemilikan sanitasi dasar yang terdiri dari
kepemilikan jamban, tempat pembuangan
sampah dan Saluran Pengelolaan Air
Limbah (SPAL). Idealnya setiap rumah
tangga mempunyai sarana sanitasi untukpengelolaan limbah rumah tangga dengan
berbagai bentuknya, sehingga tidak
mencemari lingkungan yang dapat
mempengaruhi kesehatan keluarga itu
sendiri atau masyarakat sekitarnya. Sanitasi
dasar merupakan salah satu aspek dalam
penilaian rumah sehat.
Hasil survei sanitasi dasar yang dilakukan
pada tahun 2011, menunjukkan 94.3%
jamban keluarga telah memenuhi syarat
kesehatan, 73.05% keluarga telah memilki
tempat pembauang sampah yang memenuhi
syarat-syarat kesehatan dan 75.7% keluarga
telah memiliki saluran pembuang air limbah(SPAL) yang sehat.
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
12/57
74.9%
25.1%
SEHAT
TIDAK MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
Lingkungan
021%
79.8%
0.56%
5.59%5.98%7.87%
KEMASAN LEDENG SPT SGL PAH LAINNYA
Kebutuhan manusia terhadap air sangat tinggi, terutama
untuk minum dan keperluan rumah tangga lainnya,
untuk itu ketersediaan dan jangkauan terhadap air
bersih merupakan salah satu indikator dari lingkungan
yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Hasil survey ssaitasi yang dilakukan terhadap akses air
bersih pada 37.124 keluarga didapatkan sebahagian
besar keluarga di Kota Batam telah terakses air bersih
dengan jenis ledeng sebesar 79.8%.
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
13/57
Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di Kota Batam tahun 2011 pada kelompok umur > 10 tahun, sepertipada gambar berikut, menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan masyarakat Kota Batam
adalah tamatan SLTA yakni sebesar 44.28% dan sebesar 3.44% adalah memiliki tingkat pendidikan
sarjana keatas.
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
14/57
Sarana kesehatanJENIS SARANA/
KECAMATANRS.Um
um
RS.Kh
usus
Rum
ah
Bers
alin
BP/Klinik
Apo
tik
TokoObat
PB
F
BEL. PADANG 0 0 0 0 0 3 0
BULANG 0 0 0 0 0 0 0
GALANG 0 0 0 0 0 0 0
SEI BEDUK 1 0 2 23 5 1 0
NONGSA 0 0 3 13 1 5 0
SEKUPANG 1 0 5 11 7 10 0
LUBUK BAJA 3 1 7 30 27 18 12
BATU AMPAR 1 0 3 16 8 4 4
BATAM KOTA 0 3 13 34 34 17 12
SAGULUNG 0 0 5 14 5 9 0
BATU AJI 2 2 13 25 18 10 1
BENGKONG 0 0 10 14 6 8 1
JUMLAH 8 6 61 180 111 85 30
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
15/57
SDM KesehatanJENIS TENAGA STATUS JUMLAH
PEMERINTAH SWASTADokter Spesialis 40 75 115Dokter umum 212 374 586Dokter Gigi 44 76 120Bidan 213 324 537Perawat 497 710 1207Farmasi 52 64 116Gizi 10 27 37Kesehatan masyarakat 47 23 70Sanitasi 25 39 64Teknisi medis 5 8 13Fisoterapi 2 0 2
JUMLAH 1147 1720 2867
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
16/57
dr.Sp
esialis
dr.Umum
dr.Gigi
Bidan
Pe
rawat
Apote
ker
Gizi
Kesmas
Sanitarian
TeknisiMedis
Ketram
pilanFisik
10.9
53.9
11.0
45.1
106.6
11.5
3.4 4.7 3.8 6.2 0.2
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
140.0
160.0
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
RASIOTENAGAPER100.0
00PENDUDUK
JUMLAHTENA
GA
LAKI-LAKI PEREMPUAN RASIO TENAGA STANDAR RASIO
Sumber Daya Manusia Kesehatan
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
17/57
Cakupan IndikatorSTANDARPELAYANANMINIMALBidang KesehatanKOTA BATAM TAHUN 2011
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
18/57
Kunjungan K-4 ibu hamil
menjadi indikator untuk
mengukur kemampuan
manajemen program KIA
dalam melindungi ibu hamil
sehingga kesehatan janin
terjamin melalui penyediaan
pelayanan antenatal dan
merupakan salah satu upaya
untuk menurunkan angka
kematian ibu yang masih
menjadi masalah
Pada tahun 2011 cakupan K-4
ibu hamil 83.12%, angka ini
dapat mencapai target 2011
yang telah disepakati 79.5%
Hal ini sangat membutuhkan
perhatian dari berbagai pihak,
baik Pemerintah, swasta dan
masyarakat agar dapat
mencapai target nasional 95%
pada tahun 2015,
mensukseskan komitmen
bangsa Indonesia dalam
Mellinium Development Goals(MDGs).
71.9
74.9
79.5
75.676.0
83.1
66
68
70
72
74
76
78
80
82
84
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2009 2010 2011
PERSENTASE
SASARA
N
SASARAN REALISASI %TARGET % CAKUPAN
Kunjungan K4 adalah ibu
hamil sesuai standar paling
sedikt 4 kali dengan distribusi
pelayanan minimal 1 kalipada triwulan I, 1 kali pada
triwulan II dan minimal 2 kali
pada triwulan III.
Kunjungan ibu hamil sesuai
standar adalah pelayanan
yang mencakup 7 T yaitu :
1. Timbang & ukur tinggi
badan
2. Ukur Tekanan darah
3. Skrining status imunisasi
tetanus (TT).
4. Pemberian tablet besi
minimal 90 talet selama
kehamilan5. Ukur Tinggi fundus uteri
6. Temu wicara/konseling
7. Tes laboratorium
sederahana (HB dan
Protein urine) dan
berdasarkan indikasi
(hbsAg, Sifilis, HIV,Malaria dan TBC).
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
19/57
Pada sebagian Puskesmas telah dapat mencapai target yang ditentukan oleh Puskesmas sendiri. Dalam
upaya pencapaian target kunjungan K-4 ibu hamil mengalami beberapak endala, terutama dalam sistem
manajemen pencatatan dan pelaporan terutama dari sarana pelayanan kesehatan swasta yang ada dalam
wilayah kerja Puskesmas dan tingginya mobilisasi penduduk antar dalam wilayah Kota Batam, sehingga
pencatatan dan pelaporan yang berbasis wilayah kerja Puskesmas sulit didapakan.
Untuk itu kami menghimbau kepada mitra sejati kesehatan terutama pihak swasta agar dapat meningkatkan
manajemen pencatatan dan pelaporan sehingga dapat meningkatkan kualitas tertib administrasi dalam
manajemen pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan ibu dan anak di Kota Batam .
67.2
89.2 90.2
61.8
93.8
74.7
89.1
73.2
78.6
89.1
72.0
89.384.1
67.9
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
B.PA
D
T.SENG
K
SKP
G
SAMBA
U
KAB
IL
BULAN
G
L.BAJA
S.PCU
R
GALAN
G
S.PANAS
B.PRM
AI
S.LEKO
P
B.A
JI
BOTAN
IA
SASARAN REALISASI % TARGET % REALISASI
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
20/57
Komplikasi obstetri
merupakan keadaan
kesakitan pada ibu hamil, ibu
bersalin & ibu nifas yangdapat terjadi pada setiap ibu
hamil terutama pada ibu hamil
dengan risko tinggi , jika tidak
ditangani dengan baik dapat
mengancam jiwa ibu dan atau
bayi.
Penanganan komplikasi padaibu merupakan salah satu
indikator proses dalam rangka
menurunkan angka kematian
ibu dan anak.
Komplikasi kebidanan yang
ditangani adalah ibu dengankomplikasi kebidanan
mendapat penanganan
definitif sesuai standar oleh
tenaga kesehatan terlatih
pada tingkat pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan
(Polindes, Puskesmas,
Puskesmas PONED, Rumahbersalin, RSIA/RSB, RS.
Indikator ini mengukur
kemampuan manajemen
program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanankesehatan secara profesional
kepada ibu dengan komplikasi
obstetri.
Secara nasional diperkirakan
20% komplikasi obstetri terjadi
pada ibu (hamil, bersalin & nifas)dengan target 2015 80% ibu
dengan komplikasi obstetri
ditangani secara definitif.
Di Kota Batam telah disepakati
target tahun 2011 sebanyak
54.98% menuju 2015 mencapai
target yang ditetapkan secaranasional (80%).
Dengan perkiraan 20%
komplikasi obstetri di Kota Batam
(5347), didapatkan cakupan
obstetri yang ditangani sebanyak
3145 kasus (58.8%) angka initelah mencapai target yang
dise akati bersama.
46.3
51.1
56
67.0
89.3
58.8
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
1000
2000
3000
4000
5000
2009 2010 2011
PERSENT
ASE
SASARAN
SASARAN REALISASI%TARGET % CAKUPAN
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
21/57
Ibu hamil yang mengalami komplikasi diperkirakan sebanyak 5347 orang yang tersebar dalam wilayah kerja
Puskesmas, berikut gambaran cakupan berdasarkan wilayah kerja Puskesmas se-Kota Batam pada tahun2011.
Jika dilihat dari komplikasi yang ditangani di berdasarkan wilayah kerja Puskesmas , sebagian besar masih
cukup rendah, akan tetapi komplisi obstetri yang ditangan di rumah sakit lebih banyak. 65.4% (2057 kasus)
komplikasi obstetri ditangani di rumah sakit dan 34.6% di tangani di Puskesmas.
Dinas Kesehatan Kota Batam beseerta jajarannya baik pemerintah maupun swasta senantiasa berupaya
mencapai target secara bertahap menuju 2015 dengan target 80% dan berupaya membenahi tertib
administrasi dan manajemen sehingga kasus yang ditangani dapat di indentifikasi berdasrkan wilayah kerja
63.5
10.3 11.911.1
12.3
48.1
26.3
30.619.5
9.8
29.0
8.1
41.4
3.5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
B.PAD
T.SENGK
SKPG
SAMBAU
KABIL
BULANG
L.BAJA
S.PCUR
GALANG
S.PANAS
B.PRMAI
S.LEKOP
B.AJI
BOTANIA
SASARAN REALISASI % TARGET % REALISASI
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
22/57
70.7
74.6 77.3
106.8110.7
124.7
0
20
40
60
80
100
120
140
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
2009 2010 2011
PERSE
T
SE
SASARAN
SASARAN REALISASI %TARGET % CAKUPAN
Cakupan pertolongan
persalianan dengan tenaga
kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidananadalah ibu bersalin yang
mendapat pertolongan
persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
(tenaga kesehatan yang
memiliki kemampuan klinis
kebidanan sesuai standar).
Diharapkan persalinan
ditangani oleh tenaga yang
memiliki kompetensi
kebidanan dapat
membantu menurunkan
angka kematian ibu danbayi dengan target pada
tahun 2015 adalah 95%
Indikator ini mengukur
kemampuan program
manajemen program KIA
dalam menyelenggarakan
pelayanan persalinan yangprofesional.
Pada 3 tahun terakhir
cakupan persalinan dengan
tenaga kesehatan melebihi
100%, hal ini karena perkiraan
sasaran pada awal tahun
yang terlalu rendah.
Akan tetapi jika dilihat dari
keseluruhan persalinan yang
ada pada pada tahun 2011
sebanyak 31887 persalinancakupan ibu bersalin dengan
tenaga kesehatan sesuai
standar 99.77% (31813) dan
0.23% (74) persalinan ditolong
oleh tenaga non kesehatan
(paraji/dukun beranak).
Hasil kesepakatan bersamaDinas Kesehatan telah
menetapkan target tahun
2011 untuk indikator ini
adalah 77.3% dengan
harapan cakupan ini dapat
lebih ditingkatkan menuju
target nasional di tahun 2015.
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
23/57
Masih adanya persalinan dengan dukun beranak 0.23%, hal ini terjadi karena masih kurangnya pengetahuan
ibu tentang persalinan yang aman dan masih tingginya kepercayaan terhadap dukun beranak terutama
didaerah hinterland.
Upaya Dinas kesehatan selain meningkatkan kualitas pelayanan antenatal care melalui temu wicara dan
upaya promosi kesehatan tentang persalinan yang bersih aman, juga melakukan kemitraan bidan dan dukun
yang ada di Kota Batam sebagai upaya persuasif dalam pengawasan dan pembinaan agar ibu dan bayinya
dapat melalui masa persalinan dengan selamat.
56.0
88.0 83.6
47.860.9 59.1
98.8
62.4
69.0
85.280.9
65.8
85.4
64.2
0
20
40
60
80
100
120
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
B.PAD
T.SENGK
SKPG
SAMBAU
KABIL
BULANG
L.BAJA
S.PCUR
GALANG
S.PANAS
B.PRMAI
S.LEKOP
B.AJI
BOTANIA
SASARAN REALISASI % TARGET % REALISASI
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
24/57
Cakupan pelayanan nifas
adalah pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada ibu &
neonatal pada masa 6 jamsampai 42 hari pasca
persalinan sesuai standar.
Pelayanan standar yang
dimaksud adalah pelayanan
kepada ibu nifas minimal 3 kali
yaitu pada 6 jam pasca
persalinan s/d 3 hari, pada
minggu ke II & pada minggu keIV s/d 42 hari termasuk
pemberian vit. A sebanyak 2
kali serta persiapan &
pemasangan KB pasca
persalinan.
Asuhan masa nifas diperlukan
karena selama periode ini
merupakan masa krisis baik ibu
maupun bayinya. Diperkirakan
bahwa 60% kematian ibu
terjadi pada masa nifas dan
50%nyakematian ibu pada
masa nifas terjadi pada 24 jampertama.
70.974.7
77.5
55.657.4
66.3
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2009 2010 2011
PERSENTASE
SASAR
AN
SASARAN REALISASI
%TARGET % CAKUPAN
Dalam pelaksanaan pelayanan
nifas dilakukan juga pelayanan
neonatus sesuai standar yang
dapat dilakukan di fasilitaskesehatan maupun kunjungan
rumah.
Indikator ini mengukur
kemampuan manajemen
program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan
nifas yang profesional.
Cakupan pelayanan ibu nifas di
Kota Batam Tahun 2011
cakupan 66.3% dan masih
belum mencapai target yang
diharapkan (77.5%) akan tetapi
pada tiga tahun terakhir selalumenunjukkan peningkatan.
Dengan bimbingan teknis yang
intensif, kitaberharap agar
pada tahun berikutnya dapat
mencapai target yang
diharapkan sehingga
kesehatan ibu nifas dapatterjamin.
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
25/57
Dinas Kesehatan dan jajaran selalu mengupayakan agar semua ibu nifas mendapat pelayanan
nifas sesuai standar, sehingga kesehatan ibu dan bayi dapat optimal, disamping itu juga
meningkatkan bimbingan dan pembinaan manajemen pencatatan dan pelaporan pada sarana
kesehatan swasta untuk mengoptimalkan sistem manajemen pelaporan.
54.28
88.0583.63
28.61
73.84
66.43
98.83
55.8779.04
62.97
52.80
62.67
50.28
33.28
0
20
40
60
80
100
120
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
B.PAD
T.SENGK
SKPG
SAMBAU
KABIL
BULANG
L.BAJA
S.PCUR
GALANG
S.PANAS
B.PRMAI
S.LEKOP
B.AJI
BOTANIA
SASARAN REALISASI % TARGET % REALISASI
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
26/57
Komplikasi neonatus adalah
neonatus (0-28 hari) dengan
penyakit dan kelainan yang
dapat menyebabkankesakitan, kecacatan dan
kematian, seperti aspeksia,
ikterus, hipotermi,
tetanus neonaturum,
infeksi/sepsis, trauma jalan
lahir, BBLR, sindroma
gangguan pernafasan dan
kelainan kongenital.
Penanganan komplikasi
neonatus dapat diberikan oleh
tenaga kesehatan yang
terlatih pada sarana
kesehatan.
Indikator Kunjungan Neonatusdilihat dari kunjungan
neonatus lengkap (KN3)
Indikator ini mengukur
kemampuan manajemen
program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara profesional
neonatus 0-28 hari .
49.2
32.9
6.8
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
2009 2010 2011
SASARAN REALISASI %TARGET % CAKUPAN
Hal ini menggambarkan
belum optimalnya tingkat
perlindungan bayi baru
lahir sampai usia 28 hari
dan juga menggambarkankemajuan manajemen
atau kelangsungan
program KIA. Cakupan
komplikasi obstetri
ditangani Di tahun 2011,
terjadi penurunan yang
cukup signifikan.
64.59% dari jumlah
perkiraan sasaran bayi,
sedangkan pada tahun
2010 baru mencapai
49.4% dari jumlah
kelahiran hidup. Angka ini
masih belum mencapai
target nasional yaitu 80%.
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
27/57
Gambaran cakupan neonatus dengan komplikasi berdasarkan wilayah kerja Puskesmas masih sangat rendah,bahkan semua Puskesmas belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan.
Kemungkinan hal ini dapat terjadi karena jumlah kasus neonatus yang mengalami komplikasi lebih rendah dari
perkiraan karena secara nasional diperkirakan 20% neonatus yang mengalami komplikasi dengan target 80%
ditangani, kemungkinan kedua, rendahnya cakupan indikator ini karena belum maksimalnya sistem
pencatatan dan pelaporan sehingga upaya yang telah dilakukan terhadap neonatus yang mengalami
komplikasi sehingga tidak mendapat hasil yang optimal secara kuantitas.
58.08
5.868.51 5.41
4.82
34.09
0.00
10.54
30.53
4.71
9.350.93
2.15
8.71
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0
100
200
300
400
500
600
B.PAD
T.SENGK
SKPG
SAMBAU
KABIL
BULANG
L.BAJA
S.PCUR
GALANG
S.PANAS
B.PRMAI
S.LEKOP
B.AJI
BOTANIA
SASARAN REALISASI % TARGET % REALISASI
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
28/57
Cakupan kunjungan bayi
adalah kujungan bayi umur
29 hari 11 bulan di
sarana pelayanankesehatan (polindes, pustu,
puskesmas, rumah
bersalin, dan rumah sakit)
maupun di rumah,
posyandu, tempat penitipan
anak, panti asuhan dan
sebagainya melalui
kunjungan petugas.
Pelayanan yang diberikan
meliputi pemberian
imunisasi dasar, Stimulasi
Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK) dan
penyuluhan, pemberian
Vitamin A pada bayi usia 6-
11 bulan dan perawatan
kesehatan bayi dengan
kunjungan minimal 4 kali
kunjungan secara berkala
setiap 3 bulan. Hingga bayi
berumur < 1 tahun
77.1
9090
19
54.7
71.2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2009 2010 2011
SASARAN REALISASI %TARGET % CAKUPAN
Indikator ini mengukur
kemampuan manajemen
program KIA dalam
melindungi bayi sehinggakesehatannya terjamin
melalui penyediaan
pelayanan kesehatan.
Pemerintah telah
menetapkan target
indikator ini sejak tahun
2010 adalah 90%.
Di Kota Batam tahun 2011
(71.2%) belum mencapai
target yang telah
ditetapkan, akan tetapi
pada 3 tahun terakhir
selalu menunjukkan
peningkatan yang cukup
baik.
Harapan kita semua,
semoga pada tahun berikut
indikator dapat mencapai
target yang telah
ditetapkan.
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
29/57
Distribusi cakupan kunjungan bayi tahun 2011 di Kota Batam berdasarkan wilayah kerja Puskesmas pada
umumnya masih belum mencapau target.
Hal ini disebabkan masih adanya tenaga kesehatan di Puskesmas yang kurang mengerti dengan definisi
operasional tentang kunjungan bayi dan juga masih minimnya tenaga kesehatan yang terlatih tentang SDIDTK
yang merupakan salah satu indikator kunjungan bayi.
Tindak lanjut Dinas Kesehatan sebagai koordinator dalam pelaksanaan program kesehatan dalam hal
memberikan bimbingan teknis melalui pembinaan di lapangan dan pertemuan bidan koordinator Puskesmas
se-Kota Batam yang diadakan secara berkala.
57.36
69.86
90.30
79.04
92.00
68.29
57.68
30.2744.07
83.94
71.40
84.62
80.5353.35
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
B.PAD
T.SENGK
SKPG
SAMBAU
KABIL
BULANG
L.BAJA
S.PCUR
GALANG
S.PANAS
B.PRMAI
S.LEKOP
B.AJI
BOTANIA
SASARAN REALISASI % TARGET % REALISASI
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
30/57
Cakupan Desa / kelurahan
Universal Child
Immunization (UCI) adalah
Desa/kelurahan dimana
80% dari jumlah bayi yang
ada di desa tersebut sudah
mendapat imunisasi dasar
lengkap dalam waktu satu
tahun.
Program Imunisasi
merupakan upayapreventif untuk
mengurangi angka
kesakitan dan kematian
pada anak terhadap
penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi
(PD3I).
Indikator ini untuk
mengukur kemampuan
manajemen program
imunisasi dalam wilayah
kelurahan.
70.1
74.777.5
89.1
51.6
79.7
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
10
20
30
40
50
60
70
2009 2010 2011
SASARAN REALISASI %TARGET % CAKUPAN
Pemberian imunisasi pada
bayi menggambarkan
kesadaran dan perilaku
masyarakat untuk
melindungi anak-anak daripenyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi.
Yang menjadi salah satu
indikator dalam perilaku
hidup bersih sehat
masyarakat.
Tahun 2010 cakupan
desa/kelurahan UCI di Kota
Batam menurun, karena
terjadi perubahan dalam
definisi operasional, yang
mana cakupan tidak hanya
dinilai dari cakupan
imunisasi campak saja,akan tetapi di lihat dari
pemberian imunisasi secara
lengkap.
Tahun 2011, 79.7% desa/
kelurahan telah mencapai
UCI, dan telah melebihitarget yang diharapkan.
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
31/57
Cakupan desa/kelurahan UCI berdasarkan wilayah kerja Puskesmas pada umumnya sudah mencapai target
yang telah ditetapkan oleh Puskesmas. Puskesmas Galang cakupan desa/kelurahan UCI masih sangat
rendah, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnyaimunisasi dasar bagi bayi sehingga kurangnya kesadaran masyarakat untuk membawa anaknya ke sarana
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi dan kemungkinan sistem pelaporan yang belum maksimal
terutama pemberian imunisasi paa bayi disarana pelayanan kesehatan swasta seperti RS. bidan praktek
swasta
Upaya tindak lanjut Dinas Kesehatan dan jajarannya terhadap masyarakat adallah meningkatkan kegiatan
promosi kesehatan tentang penting imunisasi serta bimbingan teknis pada sarana pelayanan kesehatan
swasta terutama dalam manajemen pencatatan dan pelaporan.
67
100
85.71
100100
83.3380
75
25.0
100 100
83
100 100
0
20
40
60
80
100
120
0
1
2
3
4
56
7
8
9
B.PAD
T.SENG
K
SKPG
SAMBAU
KABIL
BULANG
L.BAJA
S.PCU
R
GALANG
S.PANA
S
B.PRMA
I
S.LEKO
P
B.AJI
BOTANIA
SASARAN REALISASI % TARGET % REALISASI
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
32/57
10.2
43.2
59.1
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
2009 2010 2011
SASARAN REALISASI
Cakupan pelayanan anak
balita adalah setiap anak
balita (12-59 bulan) yang
memperoleh pelayanan
pemantauan pertumbuhan
dan perkembangan sesuai
standar.
Pelayanan anak balita
sesuai standar meliputi
meliputi pemberian vitamin
A dosis tinggi 2 kalisetahun,
pemantauan pertumbuhan
8 kali, Stimulasi Dini
Tumbuh Kembang (SDITK)
minimal 2 kali dalam
setahun yang dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan
sesuai dengan
kompetensinya.
Indikator ini mengukur
kemampuan manajemen
KIA dalam melindungi anak
balita sehingga
pertumbuhannya terjaminmelalui penyediaan
Kegiatan pelayanan anak
balita dapat dilakukan di
Posyandu, Pos PAUD,
Taman Penitipan Anak
Taman kanak-kanak serta
Raudatul Athfal danlainnya,jika ditemui
penyimpangan/kelainan
ditemui pada anak balita
harus dirujuk ke sarana
pelayanan kesehatan untuk
dilakukan upaya rindak
lanjut.
Di Kota Batam cakupan
pelayanan anak balita
tahun 2011 masih belum
mencapai yang dtelah
ditargetkan secara nasional
sejak tahun 2010 (90%).
Namun pada 3 tahunterkahir cakupan ini selalu
menunjukkan peningkatan.
Harapan kedepan dengan
menggalang kerjasama
yang baik dengan unsur
terkait indikator ini dapat
tercapai sesuai harapan
bersama.
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
33/57
Distribusi cakupan pelayanan anak balita berdasarkan wilayah kerja Puskesmas masih rendah, hanya
Puskesmas Sekupang yang dapat mencapai target, hal ini disebabkan masih rendahnya kesadaran
masyarakat untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak balita yang dapat dilakukan di saranapelayanan kesehatan maupun Posyandu serta masih rendahnya tatalaksana kesehatan balita sesuai standar
belum optimal.
Untuk itu upaya yang telah dilakukan dengan meningkatkan kualitas pelayanan dengan meningkatkan upaya
promossi kesehatan sebagai ujung tombak program kesehatan dalam rangka meningkatkan kesadaran
masyarakat dan peningkatan sumber daya manusia dalam memberikan pelayanan kesehatan melalui
pelatihan, supervisi dengan harapan dapat meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan anak balita pada
masa yang akan datang sehingga dapat mencapai target yang ditetapkan
62.93
79
89.73
46
82.76
64.32
46.78
4149.51
71
36.23
53.65
75.92
19.36
0
10
20
30
40
50
6070
80
90
100
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
B.PAD
T.SENGK
SKPG
SAMBAU
KABIL
BULANG
L.BAJA
S.PCUR
GALANG
S.PANAS
B.PRMAI
S.LEKOP
B.AJI
BOTANIA
SASARAN REALISASI % TARGET % REALISASI
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
34/57
Pemberian makanan
pendamping ASI pada
anak usia 6 24 bulan
keluarga miskin adalah
pemberian makanan
pendamping ASI pada
anak usia 6 24 bulan
dari keluarga miskin
selama 90 hari, yang
merupakan upaya
preventif agar anak tetap
mendapat asupanmakanan yang
mencukupi sesuai
dengan kebutuhannya.
Usia 6-24 bulan
merupakan masa
pertumbuhan yang
penting dalam hidup
seseorang dan pada
masa ini kebutuhan
asupan gizi meningkat
serta terjadinya
perubahan pola makan,
yang apabila tidak
diimbangi denganmakanan pendamping
75.8
90 90
85.4
3.6
12.5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
2009 2010 2011
SASARAN REALISASI %TARGET % CAKUPAN
pertumbuhan dan
perkembangan anak
yang sangat
memepengaruhikualitas sumber daya
manusia.
Upaya pemberian MP.
ASI pada Balita usia
6-24 bulan dari
keluarga miskin di
tahun 2011 dikotaBatam adalah (318
orang) 21,6% dari
perkiraan jumlah anak
usia 6-24 bulan.
Angka ini secara
absolut meningkatcukup tajam walaupun
masih belum
mencapai target yang
diharapkan (90%).
Makanan tambahan
yang diberikan berupa
roti biskuit.
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
35/57
Gambaran pemberian MP. ASI pada anak usia 6-24 bulan berdasarkan Puskesmas. terlihat
hanya beberapa Puskesmas yang cakupan optimal dalam indikator ini, kendala yang dihadapi,
sulitnya mendapatkan perkembangan data anak usia 6-24 bulan dalam masyarakat, sehingga
sasaran menggunakan estimasi sasaran dari proporsi keluarga miskin.
Dalam hal ini Dinas Kesehatan mengupayakan agar data sasaran dapat diperoleh secara real di
lapangan dengan harapan pihak sektor terkait terutama lirah dan kecamatan dapat membantu
agar data sasaran dapat diperoleh sesuai dengan kenyataannya
31.54
29.41
14.61
90.38
37.2941.64
2.53 2.45
57.50
7.032.70
3.473.72 2.96
0
10
20
30
40
50
6070
80
90
100
0
100
200
300
400
500
600
700
B.PAD
T.SENGK
SKPG
SAMBAU
KABIL
BULANG
L.BAJA
S.PCUR
GALANG
S.PANAS
B.PRMAI
S.LEKOP
B.AJI
BOTANIA
SASARAN REALISASI % TARGET % REALISASI
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
36/57
Cakupan balita gizi buruk
mendapat perawatan adalah
balita gizi buruk pada anak
balita (0-5 tahun) yang di
tangani di sarana pelayanan
kesehatan sesuai
tatalaksana gizi buruk.
Gizi buruk (kurus sekali)
merupakan status gizi
dengan berat badan (BB)
dna tinggi bandan (TB)dengan z-score
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
37/57
Pada grafik diatas, terlihat kasus gizi buruk banyak terdapat di wilayah kerja Puskesmas dan bahkan di
wilayah kerja Puskesmas Sambau tidak ada kasus gizi buruk.
Berkat kerjasama yang baik indikator ini dapat dicapai sesuai dengan harapan, namun yang paling kita
harapkan adalah mengupayakan agar balita tidak jatuh pada kondisi gizi kurus sekali (gizi buruk), sehingga
balita generasi penerus kita dapat menjalani masa pertumbuhan dan perkembangan ini dengan optimal yang
pada akhirnya akan menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas dan sehat.
33
5
10
08
31
3 2 7 18
25
79
6
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
0
20
40
60
80
100
120
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
B.PAD
T.SENGK
SEKUPANG
SAMBAU
KABIL
BULANG
L.BAJA
S.PANCUR
GALANG
S.PANAS
B.PRMAI
S.LEKOP
B.AJI
BOTANIA
SASARAN REALISASI % TARGET % REALISASI
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
38/57
Cakupan pemeriksaan
kesehatan siswa SD dan
setingkat adalah
cakupan siswa kelas I
SD dan setingkat
(madrasah Ibtidaiyah)
yang diperiksa
kesehatannya oleh
tenaga kesehatan atau
tenaga terlatih (guru
UKS/dokter kecil)
melalui penjaringan
kesehatan di sekolah.
Usaha kesehatan
sekolah merupakan
upaya kesehatan lintas
program dan lintas
sektor dalam rangka
meningkatkan
kemampuan hidup sehat
dan kedepannya dapat
membentuk generasi
yang mempunyai
perilaku hidup sehat dan
bersih dise an an
89.2
100 100
51.3
86.9 88.1
0
20
40
60
80
100
120
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
2009 2010 2011
SASARAN REALISASI
Indikator ini mengukur
kemampuan manajemen
program Usha Kesehatan
Sekolah (UKS) dalammelindungi anak sekolah
sehingga kesehatannya
terjamin melalui upaya
pelayanan kesehatan
sekolah.
Cakupan indikator inisecara nasional telah
ditetapkan 100%.
Di Kota Batam cakupan
indikator ini belum
mencapai target (88.1%),
walaupun semua sekolahtelah dilakukan
penjaringan kesehatan,
namun masih ada siswa
yang belum terjaring,
karena ketidak hadiran
siswa saat kegiatan
dilakukan.
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
39/57
Berdasarkan wilayah kerja Puskesmas, kegiatan penjaringan siswa kelas I SD dan setingkat pada umumnya
telah mencapai 100%, namun pada beberapa Puskesmas belum mencapai target yang diharapkan.
Pada masa yang akan datang Dinas Kesehatan dan jajarannya mengupayakan agar cakupan dapat dicapai
100% dengan strategi meningkatkan kerjasama lintas sektor dengan pihak sekolah agar semua siswa kelas I
SD dan setingkat mendapat pelayanan penjaringan ini.
100
93.20
100100
100
98.18
100
96.96
100
100
95.09
96.87
100 100
88
90
92
94
96
98
100
102
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
B.PAD
T.SENGK
SKPG
SAMBAU
KABIL
BULANG
L.BAJA
S.PCUR
GALANG
S.PANAS
B.PRMAI
S.LEKOP
B.AJI
BOTANIA
SASARAN REALISASI % TARGET % REALISASI
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
40/57
Program keluarga berencana
merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan
kesejahteraan keluargamelalui motto Norma
Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS) yang
mengandung makna dengan
keluarga kecil yang terdiri
dari ayah, ibu dan cukup dua
anak mampu menwujudkan
kesejahteraan keluarga.
Selain itu tujuan Keluarga
Berencana adalah untuk
mengatur jarak kehamilan
dengan harapan ibu secara
fisik dan mental mampu
menjalani proses kehamilandan persalinan dengan
optimal sehingga dapat
melahirkan anak yang sehat.
Program Keluarga berencana
(KB) merupakan salah satu
indikator proses untuk
menurunkan angka kematianibu dan anak
59.5
70 70
66.4
64.3
67.6
54
56
58
60
62
64
66
68
70
72
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
180000
200000
2009 2010 2011
PERSEN
TASE
SASAR
AN
SASARAN REALISASI
Cakupan peserta KB aktif
menunjukkan tingkat
pemanfaatan kontrasepsi
dikalangan PUS sekaligus
mengukur partisipasimasyarakat dalam rangka
meningkatkan kesehatan ibu
dan anak.
Peserta KB aktif adalah
pasangan usia subur (isteri
usia 15-49 tahun) yang salahsatu pasangannya
menggunakan menggunakan
alat kontrasepsi.
Cakupan peserta KB aktif
secara nasional telah
ditetapkan 70%.
Di Kota Batam tahun 2011
cakupan peserta KB aktif
belum mencapai target
(67.6%).
Cakupan peserta KB aktif
meningkat jika dibandingkan
denga tahun sebelumnya, hal
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
41/57
58.73
67.3163.74
71.12
64.50
48.35
69.00
63.51
77.7477.76
53.01
62.50
83.56
73.94
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
B.PAD
T.SENGK
SKPG
SAMBAU
KABIL
BULANG
L.BAJA
S.PCUR
GALANG
S.PANAS
B.PRMAI
S.LEKOP
B.AJI
BOTANIA
SASARAN REALISASI % TARGET % REALISASI
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
42/57
Acute Flacyd Paralysis
(lumpuh layuh mendadak)
bukan karena ruda
paksa/kecelakaan danbukan polio merupakan
penyakit yang menyerang
anak usia
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
43/57
Pneumonia pada balita
masih menjadi salah satu
pusat perhatian
pengendalian penyakitmenular, karena penyakit
ini jika tidak ditangani
dengan baik, akan
menambah angka
kematian pada balita.
Kegiatan pengendalianpenyakit ini mulai dari
deteksi dini hingga
pengobatan yang
bertujuan untuk
mencegah terjadi
kematian akibat
pneumonia pada balita.
Secara nasional
diperkirakan 10% balita
terserang pneumonia,
dengan target 100%
dapat ditangani sesuai
standar
100 100 100
7.0
1.02.6
0
20
40
60
80
100
120
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
2009 2010 2011
PERSEN
TASE
SASAR
AN
SASARAN REALISASI
Tahun 2011 Di Kota Batam
jumlah kasus pneumonia
dan ditemui dan ditangani
berjumlah 278 kasus atau3.3% dari perkiraan kasus
(1804 kasus).
Angka ini masih sangat
rendah, untuk itu
membutuhkan kerjasama
yang lebih optimal darisarana pelayanan
kesehatan baik pemerintah
maupun swasta dalam
penemuan/pendeteksian
dini dan penanganan
kasus serta sistem
pencatatan dan pelaporansehingga upaya yang
dilakukan menjadi
maksimal.
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
44/57
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah ibu dengan komplikasi kebidanan mendapat
penanganan definitifsesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan
(Polindes, Puskesmas, Puskesmas PONED, Rumah bersalin, RSIA/RSB, RS. Umum atau RS umumPONEK).
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara profesional kepada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas dengan komplikasi.
Diperkirakan 20% ibu mengalami komplikasi pada masa hamil, bersalin dan nifas, dengan target 100%
komplikasi dapat ditangani secara definitif
0.83 0.21
12.060 8.31 2.52 1.95 0.26 19.75
2.53 0.210.26
0.46 0.75
0
20
40
60
80
100
120
0
200
400
600
800
10001200
1400
1600
1800
B.PA
D
T.SENG
K
SKP
G
SAMBA
U
KAB
IL
BULAN
G
L.BAJA
S.PCU
R
GALAN
G
S.PANA
S
B.PRMAI
S.LEKO
P
B.A
JI
BOTANIA
SASARAN REALISASI % TARGET % REALISASI
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
45/57
TB. Paru merupakan
penyakit yang mempunyai
tingkat penularan yang cukup
tinggi karena dapat menular
secara langsung dari orang
ke orang melalui percikan air
ludah (droplet) penderita TB.
Paru dan kuman TBC yang
lepas ke udara yang dapat
dihirup oleh orang lain.
Diperkirakan 1 orang
penderita TB. Paru dapatmenularkan 10-15 ke orang
lain. Di Indonesia,
sekitar 100.000 jiwa setiap
tahun meninggal akibat TB.
Paru. Untuk itu upaya
pengendalian dan
pemberantasan menjadi
salah satu indikator dalam
MDGs.
Cakupan penemuan dan
penanganan TB. Paru.
adalah penemuan penderita
baru TB. Paru bertujuan
menjaring penderita TB. Paruagar mendapat pengobatan
dan pencegahan penularan ke
orang lain.
Angka penemuan pasien baru
TB BTA positif atau Case
Detection Rate (CDR) adalah
presentase jumlah penderita
baru TB BTA (+) yang
ditemukan di bandingkan
dengan jumlah perkiraan
kasus baru TB. BTA (+)
berdasarkan prevalensi/
penyebaran penyakit TB. Parupada suatu wilayah.
Pada kawasan pulau
Sumatera termasuk Kota
Batam diperkirakan prevalensi
TB. Paru berkisar 160 per
100.000 penduduk, dengan
demikian diperkirakanprevalensi TB. Paru (+) di
Kota Batam pada tahun 2011
adalah 1961 kasus
Hasil yang dicapai tahun 2011
dengan (CDR) 24.36% (412
kasus baru TB. Paru BTA (+).angka ini belum mencapai
70 70 70
21.523.14
24.36
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2009 2010 2011
PERSEN
TASE
SASARAN
SASARAN REALISASI
%TARGET % CAKUPAN
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
46/57
Upaya pencegahan penyakit TB. Paru, sudah dimulai sejak dini dengan promosi kesehatan tentang Penyakit
TBC dan setiap penemuan kasus TB. Paru dengan BTA (+) diberi pengobatan yang telah disediakanpemerintah dengan masa pengobatan jangka pendek (6 bulan) dengan pengawasan langsung yang disebut
dengan DOTs (Directly-Observed Treatment Short).
Strategi yang dilakukan Dinas Kesehatan dan jajarannya pada tahun 2011 terhadap penemuan dan
penanganan kasus TB. Paru adalah dengan memperluas jejaring penemuan dan pengobatan penderita TB.
Paru yaitu melalui rumah sakit yang ada di Kota Batam serta promosi kesehatan melibatkan masyarakat
untuk meningkatkan kewaspadaan dini serta pihak swasta dengan penyaluran obat.
33.9
7.310.9
31.1
15.6
73.5
13.4
20.6
90.5
20.324.1
14.0
22.0
29.7
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
50
100
150
200
250
300
B.PAD
T.SENGK
SKPG
SAMBAU
KABIL
BULANG
L.BAJA
S.PCUR
GALANG
S.PANAS
B.PRMAI
S.LEKOP
B.AJI
BOTANIA
SASARAN REALISASI % TARGET % REALISASI
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
47/57
Demam Berdarah Dengeu
yang dikenal dengan DBD
merupakan penyakit yang
sudah endemis hampir
diseluruh wilayah Indonesia
termasuk Kota Batam.
Kasus DBD jika tidak ditangani
dengan cepat dan tepat dapat
berakibat pada kematian.
Untuk itu pemerintah telah
menetapkan bahwa kasusDBD harus dapat ditangani
100% sesuai dengan standar.
Penanganan sesuai standar
selain terhadap orang yang
terserang juga ditindaklanjuti
dengan Penanggulangan
Fokus (PF) sesuai dengan
hasil penyelidikan
epidemiologi (PE) dan
penanggulangan baik pada
lingkungan terhadap
perindukan nyamuk aedes
dengan radius minimal 100
meter. maupun tersangka DBDlainnya.
70 70 70
2223 24
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2009 2010 2011
PERSEN
TASE
JUML
AH
KASUS
KASUS REALISASI
NyamukAedes Aegyptydan
Aedes Albopoictus merupakan
vektor penularan virus dengue
yang dapat hidup dan
berkembang biak denganketinggian
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
48/57
Grafik diatas menggambarkan kejadian penyakit demam berdarah dengeu (DBD) berdasarkan wilayah kerja
Puskesmas, Puskesmas Sekupang menduduki rating tertinggi dengan 130 kasus, pada Puskesmas lainnyayang berada di Pulau Batam kejadian DBD berkisar 4070 kasus dan pada daerah hinterland seperti Belakang
Padang dan Galang kejadian DBD cukup rendah dan bahkan daerah Bulang tidak terdapat kasus selama
tahun 2011.
Mengingat penyakit DBD yang bersifat musiman, seharusnya kita lebih dapat meningkatkan kewaspadaan
secara dini dengan melakukan 3 M plus yakni Menutup, Menguras, Mengubur dan melakukan upaya agar
terhindar dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti terutama di siang hari dengan menggunakan lotion anti gigitan
nyamuk atau menggunakan kelambu jika tidur disiang hari. Selain itu upaya yang dilakukan adalah denganpromosi kesehatan tentang penyakit DBD baik secara langsung maupun melalui media cetak dan elektronik.
11
42
130
123 0
6371
2
6776
27
6369
0
20
40
60
80
100
120
0
20
40
60
80
100
120
140
B.PAD
T.SENGK
SEKUPANG
SAMBAU
KABIL
BULANG
L.BAJA
S.PANCUR
GALANG
S.PANAS
B.PRMAI
S.LEKOP
B.AJI
BOTANIA
KASUS REALISASI % TARGET % REALISASI
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
49/57
Penyakit diare hingga kini
masih menjadi dilema dalam
kesehatan masyarakat karena
jika kasus tidak ditanganidengan segera dapat
menyebabkan dehidrasi dan
kematian terutama pada
balita.
Diare adalah buang air besar
dengan konsistensi encer
bahkan dapat berupa air saja
yang frekwensinya lebihsering dari biasanya (>4x
sehari)
Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kejadian diare
dimasyarakat, antara lain
lingkungan yang tidak sehatdan kurangnya kesadaran
masyarakat untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat
Penemuan penderita diare
bertujuan agar penderita diare
dapat diberi pertolongan
segera dan tidak berujungada kematian.
100 100 100
31.931.4
34.7
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
50000
2009 2010 2011
PERSEN
TASE
SASA
RAN
SASARAN REALISASI %TARGET % CAKUPAN
Perkiraan jumlah penderita
diare berdasarkan pada
angka kesakitan nasional.
Hasil survey morbiditas
diare nasional menyatakanangka kesakitan diare di
indonesia adalah 411/1000
penduduk dengan target
10%nya dapat ditangani.
Berdasarkan perkiraan
diatas Kota Batammempunyai sasaran
43.430 kasus ditahun 2011
dengan target 100% dapat
ditangani.
Cakupan penemuan dan
penanganan penderita
diare yang didapat tahun2011 adalah sebanyak
15057 kasus dengan
persentase 34.7%.
Angka ini masih sangat
rendah jika dibanding
target yang sudahditetapkan.
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
50/57
Hasil surveilans penyakit diare berdasarkan wilayah Puskesmas, terlihat Puskesmas Galang dan
Puskesmas Kabil terhadap penemuan kasus diare cukup tinggi. Hal ini menunjukkan kondisi lingkungan yang
kurang mendukung kesehatan masyarakat, sehingga kasus Diare melebihi dari perkiraan.
Strategi pengendalian penyakit diare yang dilakukan dengan melibatkan kader kesehatan. Berbekal ilmu
tentang penanggulangan dan pencegahan penyakit diare dan ketersediaan oralit pada kader sangat
membantu menekan kasus diare dimasyarakat serta mampu membuat oralit sebelum berobat ke dokter atau
puskesmas terdekat.
Selain itu promosi kesehatan tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit diare perlu ditingkatkan baik
secara langsung di Posyandu, sekolah dan tempat-tempat umum terutama pada wilayah dengan kejadianen akit an tin i serta romosi kesehatan melalui media cetak dan elektronik.
85.333.8
20.1
31.4
125.3
100.1
10.025.0
206.6
26.0 22.3
42.6
33.2 33.9
0
50
100
150
200
250
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
B.PAD
T.SENG
K
SEKUPANG
SAMBAU
KABIL
BULANG
L.BAJA
S.PANCU
R
GALANG
S.PANA
S
B.PRMA
I
S.LEKO
P
B.AJI
BOTANIA
SASARAN REALISASI % REALISASI SASARAN
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
51/57
Cakupan pelayanan
kesehatan dasar pasien
masyarakat miskin
adalah jumlah kunjungan
pasien masyarakat
miskin disarana
kesehatan strata pertama
di suatu wilayah kerja
tertentu pada kurun
waktu tertentu.
Pelayanan masyarakatmiskin merupakan wujud
pembangunan di bidang
kesehatan yang
berkeadilan
Tingginya kunjungan
masyarakat miskin
menggambarkan derajatkesehatan/gangguan
kesehatan masyarakat
yang menjadi sasaran
program pengentasan
kemiskinan yang
memenuhi 14 (empat
belas) variabel miskindalam suatu rumah
Pemerintah Kota Batam
sejak tahun 2007 telah
memberikan pelayanan
kesehatan di sarana
kesehatan dasar tanpa
memungut biaya. Hal ini
merupakan upaya
Pemerintah Kota Batam
untuk memenuhi hak
semua orang termasuk
masyarakat miskin.
Tahun 2011 di Kota
Batam, dari 127.732 jiwa
yang terjaring dalam
program Jamkesmas,
dengan jumlah kunjungan
49.091 jiwa (38.4%) telah
mendapat pelayanan
kesehatan dasar
(Puskesmas,
Puskesmas Pembantu
dan Polindes yang
tersebar dalam wilayah
Kota Batam.0.3
5.78.4
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
100.0
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
2009 2010 2011
PERSENTASE
SASARA
N
SASARAN REALISASI % CAKUPAN
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
52/57
Pelayanan kesehatan
rujukan masyarakat miskin
adalah pelayanan
kesehatan yang diberikanpada masyarakat miskin
pada tingkat pelayanan
setelah pelayanan dasar,
artinya pada kasus-kasus
tertentu atau masalah
kesehatan yang dihadapi
tidak bisa dituntaskan pada
pelayanan kesehatan dasar
(strata I) dengan
keterbatasan sarana dan
prasarana sehingga
memerlukan pelayanan
kesehatan rujukan pada
sarana kesehatan starata II,
seperti rumah sakit baikmilik pemerintah maupun
swasta atau balai
pengobatan penyakit paru,
balai kesehatan mata
masyarakat, balai keshetan
indera masyarakat dan
lainnya.
0.3
5.7
8.4
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
80.0
90.0
100.0
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
2009 2010 2011
PERSENT
ASE
SASARA
N
SASARAN REALISASI % CAKUPAN
Calupan pelayanan
rujukan masyarakat miskin
merupakan proporsi
masyarakat miskin yang
mendapatkan pelayanankesehatan rujukan dan
menggambarkan besaran
masalah kesehatan yang
terjadi pada kelompok
masyarakat miskin
sehingga memerlukan
pelayanan kesehatan
rujukan serta
menggambarkan
keterjangkauan
masyarakat miskin
terhadap sarana
pelayanan kesehatan
rujukan.
Tahun 2011 di Kota batam
sebanyak 10.676 jiwa
(8,36%) dari total
masyarakat miskin telah
mendapat pelayanan
kesehatan rujukan.
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
53/57
Pelayanan gadar level I gawat adalah pelayanan gawat darurat yang harus diberikan sarana kesehatan
(Rumah Sakit) di kabupaten/kota yang memiliki dokter umum on site 24 jam dengan kualifikasi General
Emergency Life Support (GELS) dan atau Advance Trauma Life Support (ATLS) serta Advance Cardiac Life
Support (ACLS) serta memiliki transportasi dan komunikasi. Target yang ditetapkan untuk indikator ini adalah100%.
Rumah sakit yang tersebar dalam wilayah kerja Puskesmas di Kota Batam berjumlah 14 yang terdiri dari
rumah sakit umum, rumah sakit khusus anak dan rumah sakit ibu anak dan yang mempunyai sarana
kesehatan pelayanan gawat darurat level I berjumlah 7 (tujuh) rumah sakit (50%).
Mengingat setiap rumah sakit seharusnya mempunyai sarana pelayanan gawat darurat level I, untuk itu perlu
menjadi perhatian pihak rumah sakit agar meningkatkan sarana dan prasarana sehingga dapat memberikanpelayanan gawat darurat level I.
100 100
80
100
0 0
0
20
40
60
80
100
120
0
1
2
3
4
5
6
B.P
AD
T.SEN
GK
SEKUPA
NG
SAMB
AU
KA
BIL
BULA
NG
L.BAJA
S.PANC
UR
GALA
NG
S.PAN
AS
B.PRM
AI
S.LEK
OP
B.
AJI
BOTANIA
SASARAN REALISASI % REALISASI SASARAN
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
54/57
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
55/57
Desa Siaga adalah desa
yang penduduknya memiliki
kesiapan sumber daya dan
kemampuan untuk
mencegah dan mengatasimasalah kesehatan,
bencana dan kegawat
daruratan kesehatan secara
mandiri
Desa Siaga Aktif adalah
desa yang mempunyai PosKesehatan Desa
(Poskesdes) atau UKBM
lainnya yang buka setiap
hari dan berfungsi sebagai
pemberi pelayanan
kesehatan dasar,
penanggulangan bencana
dan kegawatdaruratan,surveilans berbasis
masyarakat yang meliputi
pemantauan pertumbuhan
(gizi) penyakit, lingkungan
dan perilaku sehinggga
masyarakatnya menerapkan
Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).
10
30
50
7.8
26.6
70.3
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
10
20
30
40
50
60
70
2009 2010 2011
PERSEN
TASE
SASAR
AN
SASARAN REALISASI
Tahun 2011 persentase Desa
Siaga Aktif adalah 70,3% (45
dari 64 kelurahan).
Keberadaan Desa Siaga Aktifpada tahun 2015 diharapkan
telah mencapai 80% guna
memenuhi kesepakatan
negara Indonesia dalam
komitmen international
(MDGs).
Pencapaian desa siaga aktif
ditahun 2015, menjadi
tantangan bagi pemerintah
dalam mengali potensi yang
ada masyarakat, sehingga
masyarakat proaktif untuk
menjadi kelurahan di Kota
Batam menjadidesa/kelurahan siaga aktif.
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
56/57
50
50
29
100
50
100 100
50
100
100
40
50
100 100
0
20
40
60
80
100
120
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
B.PAD
T.SENGK
SEKUPANG
SAMBAU
KABIL
BULANG
L.BAJA
S.PANCUR
GALANG
S.PANAS
B.PRMAI
S.LEKOP
B.AJI
BOTANIA
SASARAN SASARAN REALISASI % REALISASI
K i l
7/29/2019 Buku Saku Edisi 2012_editan Erigana
57/57
KesimpulanPembangunan Kesehatan Nasional melalui Sistem Kesehatan Daerahmengamanatkan kepada Pemerintah Daerah bahwa upaya kesehatan secara
terpadu dan saling mendukung , guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalamPembukaan UUD 1945.
Upaya kesehatan di Kota Batam telah dilakukan oleh Pemerintah, Swasta danmasyarakat sesuai dengan amanat Undang-Undang No.39 Tahun 2009 tentang
kesehatan, hal ini ditandai dengan makin banyaknya tuntutan dari berbagai pihakuntuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang berorientasi pelayanan publik.
Persembahan Buku Saku kepada pembaca bertujuan untuk memberikangambaran pelayanan kesehatan terpadu antara Pemerintah, Swasta dan Masyarakatyang setiap tahunnya terus diupayakan sinkronisasi dan akurasinya gunamewujudkan data dan informasi yang akuntabel, standar dan tepat.
Dengan kerendahan hati, kami haturkan kepada para pembaca bahwa Buku Sakuini perlu koreksi dan masukan yang konstruktif menuju kesempurnaan, mudahdimengerti, mudah dibaca dan mudah untuk ditindaklanjuti agar data dan informasipembangunan kesehatan tahun 2011 dapat bermanfaat bagi kita semua.
Semoga, persembahan Buku Saku ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
Top Related