STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Tn. T
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 46 Tahun
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Suku bangsa : Melayu
Agama : Islam
Masuk RS : 29 Oktober 2015
II. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesa
Tanggal : 26 Oktober 2015
a. Keluhan Utama
Jari kedua kaki kiri bewarna hitam
b. Keluhan Tambahan
Pada jari kedua kaki kiri berwarna kehitaman, nyeri hebat dan terasa
baal. Keluhan sudah dirasakan sejak 2 bulan terakhir, dan kehitaman
semakin bertambah sejak 2 minggu terakhir.
Luka pada jari kedua kaki kiri, berwarna keputihan, bernanah,
berukuran sekitar 1 cm dan nyeri di sekitar luka. Keluhan sudah
dirasakan sejak 2 bulan yang lalu.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Rumah Sakit Abdul Aziz dengan keluhan jari kedua
kaki kiri bewarna hitam sejak 2 bulan SMRS. Pasien mengaku warna
hitam dimulai dari ujung-ujung jari kedua kaki pasien, semakin lama
semua jari kedua kaki kiri pasien bewarna hitam. Keluhan disertai
dengan kaki kiri nyeri sejak 4 bulan yang lalu. Nyeri terasa seperti
1
ditusuk-tusuk jarum. Keluhan ini dirasakan terutama ketika malam
hari sehingga pasien tidak bisa tidur. Nyeri juga dirasakan ketika
pasien berjalan maupun sedang istirahat. Sebelumnya, pasien sering
merasakan kesemutan pada kaki kiri.
Pasien mengaku perokok berat sejak usia pasien 15 tahun, pasien
biasanya merokok 1 bungkus / hari dan merokok setiap hari. Pasien
memiliki riwayat darah tinggi. Pasien menyangkal memiliki riwayat
kolesterol, diabetes melitus dan keluarga pasien yang menderita
diabetes melitus.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya
Riwayat Diabetes Melitus disangkal
Riwayat Trauma pada kaki disangkal
Riwayat Kolestrol Tinggi disangkal
Riwayat Asam Urat Tinggi disangkal
Riwayat Hipertensi ( + )
Riwayat Alergi obat disangkal
d. Riwayat penyakit keluarga
Pasien menyatakan tidak ada dalam keluarga yang pernah
mengalami kejadian seperti ini sebelumnya.
Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan merokok sejak usia 15 tahun, pasien merokok 1
bungkus/ hari setiap hari
III. PEMERIKSAAN
2
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 150 /90 mmHg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36.5 °C
Status generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Conjunctiva anemis -/- , sclera ikterik (-/-), pupil bulat isokor
diameter 3/3 mm, refleks cahaya langsung +/+
Telinga : Normotia, tidak ditemukan serumen pada telinga kanan maupun kiri,
tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan maupun kiri.
Hidung : normal, tidak terdapat deformitas, Septum terletak ditengah dan
simetris, Mukosa hidung : tidak hiperemis, konka nasalis eutrofi.
Mulut : normal, tidak pucat, tidak sianosis. Mukosa mulut normal, tidak
hiperemis. Lidah normoglosia, tidak tremor, tidak kotor. Gigi
bewarna kuning kecoklatan.
Leher : Trakea ditengah, pembesaran KGB (-),
Thoraks:
Cor : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga 5 linea mid clavicula
sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Inspeksi : Pergerakan hemitoraks dalam keadaan statis dan
dinamis simetris kanan dan kiri
3
Palpasi : Fremitus vocal dan taktil hemitoraks kanan dan kiri
simetris, tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar simetris
Palpasi : Supel , NT/NL -/- ; hepar dan lien tidak teraba besar
Perkusi : Tympani pada seluruh kuadran abdomen
Auskultasi : Bising usus (+ ) normal
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema -/-, sianosis -/-
Ekstremitas bawah : Akral hangat sebelah kiri, Jari kaki edema -/-, Iskemik
+/-
STATUS LOKALIS a/r PEDIS SINISTRA
Inspeksi :
Kulit kehitaman pada pedis digiti II
Kulit kemerahan di sekitar proksimal pedis digiti II
Palpasi :
Arteri Dorsalis Pedis dextra teraba
Nyeri tekan pada jari kaki kiri
IV. RESUME
Pasien laki-laki berusia 46 tahun datang ke RSAA Singkawang dengan
keluhan metatarsal sinistra digiti II bewarna hitam sejak 2 minggu SMRS. Keluhan
disertai pedis sinistra sering terasa baal sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit,
terasa nyeri saat berjalan maupun saat sedang istirahat. Pasien memiliki riwayat
hipertensi, dan riwayat merokok sejak pasien berusia 15 tahun, pasien merokok 1
bungkus/ hari setiap hari.
4
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis, TD 150/90 mmHg, Nadi
88x/menit, nafas 18x/menit, suhu 36,5 C. Pada pemeriksaan lokalis regio pedis
sinistra, pada inspeksi didapatkan metatarsal digiti II menghitam. Pada palpasi nyeri
tekan pada jari kaki kiri, dan arteri dorsalis pedis dekstra teraba.
V. DIAGNOSA KERJA
Suspect Buerger Disease
VI. DIAGNOSIS BANDING
Aterosklerosis Vaskular
VI. RENCANA PEMERIKSAAN
- Laboratorium darah Lengkap, GDP, lemak darah
- Uji fungsi hati
- Pemeriksaan Faal Ginjal
VII. RENCANA TERAPI
Non Medikamentosa
Medikasi luka menggunakan NaCl dan betadin, tutup menggunakan verband
Medikamentosa
- Analgetik : Ketorolac 30 mg x 3
Tindakan bedah
Amputatum digiti II pedis sinistra
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad fungsionam : ad malam
Quo ad Sanactionam : dubia ad bonam
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI PEMBULUH DARAH
Sirkulasi sistemik dapat dibagi menjadi lima kategori berdasarkan anatomi
dan fungsinya:
1. arteria
2. arteriola
3. kapiler
4. venula dan
5. vena.
Dengan pengecualian pada kapiler dan venula, dinding pembuluh darah terdiri
atas komponen yang serupa: selapis se; endotel, jaringan elastis, sel otot polos,
dan jaringan fibrosa. Proporsi setiap komponen ini bervariasi sesuai fungsi setiap
pembuluh darah.
1. Arteria
Dinding aorta dan arteria besar mengandung banyak jaringan elastis dan
sebagian otot polos. Ventrikel kiri memompa darah masuk ke dalam aorta dengan
tekanan tinggi. Dorongan darah secara mendadak ini meregang dinding arteria
yang elastis tersebut; pada saat ventrikel beristirahat maka dinding yang elastis
tersebut kembali pada keadaan semula dan memompa darah ke depan, ke seluruh
sistem sirkulasi. Di daerah perifer, cabang-cabang sistem arteria berproliferasi dan
terbagi lagi menjadi pembuluh darah kecil.
Jaringan arterial ini terisi sekitar 15 persen volume total darah. Oleh karena itu
sistem arteria ini dianggap merupakan sirkuit bervolume rendah tetapi bertekanan
tinggi. Cabang-cabang arterial disebut sirkuit resistensi karena memiliki sifat khas
volume tekanan ini.
2. Arteriola
Dinding pembuluh darah arteriola terutama terdiri dari otot polos dengan
sedikit serabut elastis. Dinding otot arteriola ini sangat peka dan dapat berdilatasi
6
atau berkontraksi. Bila berkontraksi, arteriola merupakan tempat resistensi utama
aliran darah dalam cabang arterial. Saat berdilatasi penuh, arteriola hampir tidak
memberikan resistensi terhadap aliran darah. Pada persambungan antara arteriola
dan kapiler terdapat sfingter prakapiler yang berada di bawah pengaturan
fisiologis yang cukup rumit.
3. Kapiler
Pembuluh kapiler memiliki dinding tipis yang terdiri dari satu lapis sel
endotel. Nutrisi dan metabolit berdifusi dari daerah berkonsentrasi tinggi menuju
daerah berkonsentrasi rendah melalui membran yang tipis dan semipermeabel ini.
Dengan demikian oksigen dan nutrisi akan meninggalkan pembuluh darah dan
masuk ke dalam ruang interstisial dan sel. Karbondioksida dan metabolit berdifusi
ke arah yang berlawanan. Pergerakan cairan antara pembuluh darah dan ruangan
interstisial bergantung pada keseimbangan relatif antara tekanan hidrostatik dan
osmotik jaringan kapiler.
4. Venula
Venula berfungsi sebagai saluran pengumpul dan terdiri dari sel-sel endotel
dan jaringan fibrosa.
5. Vena
Vena adalah saluran yang berdinding relatif tipis dan berfungsi menyalurkan
darah dari jaringan kapiler melalui sistem vena, masuk ke atrium kanan. Aliran
vena ke jantung hanya searah karena katup-katupnya terletak strategis di dalam
vena. Vena merupakan pembuluh pada sirkulasi sistemik yang paling dapat
meregang; pembuluh ini dapat menampung darah dalam jumlah banyak dengan
tekanan yang relatif rendah. Sifat aliran vena yang bertekanan rendah-bervolume
tinggi ini menyebabkan sistem vena ini disebut sistem kapasitas.
Sekitar 64% volume darah total terdapat dalam sistem vena. Kapasitas
jaringan vena dapat berubah. Venokontriksi dapat menurunkan kapasitas jaringan
vena, memaksa darah bergerak maju menuju jantung seperlunya. Pergerakan
darah menuju jantung juga dipengaruhi oleh kompresi vena oleh otot rangka dan
7
perubahan tekanan rongga dada dan perut selama pernafasan. Sistem vena
berakhir pada vena kava inferior dan superior. Dari situ, semua aliran darah vena
mengalir ke dalam atrium. Tekanan dalam atrium kanan lazim disebut sebagai
tekanan vena sentralis (central venous pressure, CVP) atau tekanan atrium kanan
(right atrial pressure, RAP).
B. Histologi Struktur Pembuluh Darah Secara Umum3
Tunica intima. merupakan lapisan yang kontak langsung dengan darah. Lapisan
ini dibentuk terutama oleh sel endothel.
Tunica media. Lapisan yang berada diantara tunika media dan adventitia, disebut
juga lapisan media. Lapisan ini terutama dibentuk oleh sel otot polos dan and
jaringan elastic.
Tunica adventitia. Merupakan Lapisan yang paling luar yang tersusun oleh
jaringan ikat.
C. Etiologi1
Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak
ada hubungannya dengan penyakit diabetes mellitus. Penderita penyakit ini
umumnya perokok berat yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda,
8
kadang pada usia sekolah. Penghentian kebiasaan merokok memberikan
perbaikan pada penyakit ini.
Walaupun penyebab penyakit Buerger belum diketahui, suatu hubungan yang
erat dengan penggunaan tembakau tidak dapat disangkal. Penggunaan maupun
dampak dari tembakau berperan penting dalam mengawali serta berkembangnya
penyakit tersebut. Hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya,
tromboangitis obliterans dapat memiliki sebuah predisposisi genetik tanpa
penyebab mutasi gen secara langsung.
D. Definisi Tromboangitis Obliterans ( Buerger Diseases )
Tromboangitis obliterans (TAO) adalah penyakit pembuluh darah
nonatherosclerotic yang lebih dikenal sebagai penyakit Buerger atau penyakit
Winiwarter-Buerger, ditandai dengan peradangan pembuluh darah segmental,
fenomena vaso-oklusif dan keterlibatan arteri kecil dan sedang pada ekstremitas atas
dan bawah. Kondisi ini terkait dengan penggunaan tembakau yang terus menerus
dalam jangka waktu yang lama1.
E. Epidemiologi
Hampir 100% kejadian tromboangitis obliterans menyerang pada perokok usia
muda. Penyakit ini banyak terdapat di Korea, Jepang, Indonesia, India, dan negara
Asia Selatan, Tenggara dan Asia Timur1.
Tromboangitis obliterans lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan, 3 : 1. Namun insiden pada wanita diyakini meningkat, mungkin sebagai
konsekuensi dari meningkatnya frekuensi merokok dikalangan perempuan2.
F. Patogenesis4
Mekanisme penyebaran penyakit Buerger sebenarnya belum jelas, tetapi beberapa
penelitian telah mengindikasikan suatu implikasi fenomena imunologi yang
mengawali tidak berfungsinya pembuluh darah dan wilayah sekitar thrombus. Pasien
9
penyakit ini umumnya perokok berat yang mulai merokok pada usia muda, kadang
pada usia sekolah.
Pasien dengan penyakit ini memperlihatkan hipersensitivitas pada injeksi
intradermal ekstrak tembakau, mengalami peningkatan sel yang sangat sensitive pada
kolagen tipe I dan III, meningkatkan serum titer anti endothelial antibody sel, dan
merusak endothel terikat vasorelaksasi pembuluh darah perifer. Meningkatkan
prevalensi dari HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5 yang dipantau pada pasien ini,
yang diduga secara genetic memiliki penyakit ini.
Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi
perubahan patologis: (a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis, (b) tulang
mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang yang
berkembang menjadi osteomielitis, (c) terjadi kontraktur dan atrofi, (d) kulit menjadi
atrofi, (e) fibrosis perineural dan perivaskular, (f) ulserasi dan gangren yang dimulai
dari ujung jari.
Penyakit ini menyerang arteri ukuran sedang sampai kecil dan sering yang di
ekstremitas bawah walaupun mengenai juga pembuluh ekstremitas atas. Pembuluh
mesenterial, serebral dan koroner agak jarang terkena. Kelainan di ekstremitas bawah
biasanya mulai dari trifurkasio a.poplitea terus ke a.dorsalis pedis, a.tibialis posterior,
a.fibularis dan a.digitalis. Pada ekstremitas atas, kelainan ini terjadi pada a.radialis
dan a.ulnaris, berlanjut ke arteri jari-jari. Biasanya kelainan patologik bersifat
segmental, artinya terdapat daerah normal di antara lesi yang dapat berukuran
beberapa millimeter sampai sentimeter. Namun pada fase lanjut, seluruh pembuluh
akan terkena.
Pada fase awal tampak sebukan sel-sel radang polimorfonuklir di semua lapisan
dinding pembuluh. Bersamaan dengan itu terjadi pembentukan trombus. Perubahan
sekunder adalah terbentuknya kolateral yang akan menjamin pasokan darah untuk
bagian distal. Pada fase lanjut, sumbatan akan demikian hebat sehingga kolateral
tidak akan memadai lagi.
10
G. Manifestasi Klinis4
Gambaran klinis Tromboangitis Obliterans terutama disebabkan oleh iskemia.
Gejala yang paling sering dan utama adalah nyeri yang bermacam-macam tingkatnya.
Pengelompokan Fontaine tidak dapat digunakan disini karena nyeri terjadi justru
waktu istirahat. Nyerinya bertambah pada waktu malam dan keadaan dingin, dan
akan berkurang bila ekstremitas dalam keadaan tergantung. Serangan nyeri juga dapat
bersifat paroksimal dan sering mirip dengan gambaran penyakit Raynaud. Pada
keadaan lebih lanjut, ketika telah ada tukak atau gangren, maka nyeri sangat hebat
dan menetap.
Manifestasi terdini mungkin klaudikasi (nyeri pada saat berjalan) lengkung kaki
yang patognomonik untuk penyakit Buerger. Klaudikasi kaki merupakan cermin
penyakit oklusi arteri distal yang mengenai arteri plantaris atau tibioperonea. Nyeri
istirahat iskemik timbul progresif dan bisa mengenai tidak hanya jari kaki, tetapi juga
jari tangan dan jari yang terkena bisa memperlihatkan tanda sianosis atau rubor, bila
bergantung. Sering terjadi radang lipatan kuku dan akibatnya paronikia. Infark kulit
kecil bisa timbul, terutama pulpa phalang distal yang bisa berlanjut menjadi gangren
atau ulserasi kronis yang nyeri.
Tanda dan gejala lain dari penyakit ini meliputi rasa gatal dan bebal pada tungkai
dan penomena Raynaud (suatu kondisi dimana ekstremitas distal : jari, tumit, tangan,
kaki, menjadi putih jika terkena suhu dingin). Ulkus dan gangren pada jari kaki
sering terjadi pada penyakit buerger. Sakit mungkin sangat terasa pada daerah yang
terkena.
Manifestasi Klinis Buerger Disease
11
Perubahan kulit seperti pada penyakit sumbatan arteri kronik lainnya kurang
nyata. Pada mulanya kulit hanya tampak memucat ringan terutama di ujung jari. Pada
fase lebih lanjut tampak vasokonstriksi yang ditandai dengan campuran pucat-
sianosis-kemerahan bila mendapat rangsangan dingin. Berbeda dengan penyakit
Raynaud, serangan iskemia disini biasanya unilateral. Pada perabaan, kulit sering
terasa dingin. Selain itu, pulsasi arteri yang rendah atau hilang merupakan tanda fisik
yang penting.
Tromboflebitis migran superfisialis dapat terjadi beberapa bulan atau tahun
sebelum tampaknya gejala sumbatan penyakit Buerger. Fase akut menunjukkan kulit
kemerahan, sedikit nyeri, dan vena teraba sebagai saluran yang mengeras sepanjang
beberapa milimeter sampai sentimeter di bawah kulit. Kelainan ini sering muncul di
beberapa tempat pada ekstremitas tersebut dan berlangsung selama beberapa minggu.
Setelah itu tampak bekas yang berbenjol-benjol. Tanda ini tidak terjadi pada penyakit
arteri oklusif, maka ini hampir patognomonik untuk tromboangitis obliterans.
Gejala klinis Tromboangitis Obliterans sebenarnya cukup beragam. Ulkus dan
gangren terjadi pada fase yang lebih lanjut dan sering didahului dengan udem dan
dicetuskan oleh trauma. Daerah iskemia ini sering berbatas tegas yaitu pada ujung jari
kaki sebatas kuku. Batas ini akan mengabur bila ada infeksi sekunder mulai dari
kemerahan sampai ke tanda selulitis.
Perjalanan penyakit ini khas, yaitu secara bertahap bertambah berat. Penyakit
berkembang secara intermitten, tahap demi tahap, bertambah falang demi falang, jari
demi jari. Datangnya serangan baru dan jari mana yang akan diserang tidak dapat
diprediksi. Penyakit ini mungkin mengenai satu kaki atau tangan, mungkin keduanya.
Penderita biasanya mengalami kelelahan karena tidurnya terganggu oleh nyeri
iskemia.
H. Kriteria Diagnosis5
Diagnosis pasti penyakit Tromboangitis Obliterans sering sulit jika kondisi
penyakit ini sudah sangat parah. Ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan kriteria
12
diagnosis walaupun kriteria tersebut kadang-kadang berbeda antara penulis yang satu
dengan yang lainnya.
Beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan dasar untuk mendiagnosis penyakit
Buerger :
1. Adanya tanda insufisiensi arteri
2. Umumnya pria dewasa muda
3. Perokok berat
4. Adanya gangren yang sukar sembuh
5. Riwayat tromboflebitis yang berpindah
6. Tidak ada tanda arterosklerosis di tempat lain
7. Yang terkena biasanya ekstremitas bawah
8. Diagnosis pasti dengan patologi anatomi
Sebagian besar pasien (70-80%) yang menderita penyakit Buerger mengalami
nyeri iskemik bagian distal saat istirahat dan atau ulkus iskemik pada tumit, kaki
atau jari-jari kaki.
I. Pemeriksaan Penunjang5
Tidak terdapat pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk mendiagnosis
penyakit Buerger. Tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya, reaksi fase akut (seperti
angka sedimen eritrosit dan level protein C reaktif) pasien penyakit Buerger adalah
normal.
Pengujian yang direkomendasikan untuk mendiagnosis penyebab terjadinya
vaskulitis termasuk didalamnya adalah pemeriksaaan darah lengkap; uji fungsi hati;
determinasi konsentrasi serum kreatinin, peningkatan kadar gula darah dan angka
sedimen, pengujian antibody antinuclear, faktor rematoid, tanda-tanda serologi pada
CREST (calcinosis cutis, Raynaud phenomenon, sklerodaktili and telangiektasis)
sindrom dan scleroderma dan screening untuk hiperkoagulasi, screening ini meliputi
pemeriksaan antibodi antifosfolipid dan homocystein pada pasien buerger sangat
dianjurkan.
13
a. Detektor Aliran Darah dengan Ultrasonografi Doppler
Pemeriksaan ini berdasarkan prinsip Doppler. Gelombang ultrasonografi
dipancarkan pada arteri dan sinyal yang dipantulkan ditangkap oleh receiver.
Perubahan gelimbang sebagai akibat darah yang mengalir diubah menjadi sinyal
audio yang dapat terdengar dengan cara probe. Dengan demikian, probe Doppler
dapat membantu untuk mendeteksi denyut nadi sekalipun denyut nadi secara klinis
tidak teraba.
b. Scan Dupleks
Merupakan kombinasi Doppler dan pemeriksaan ultrasonografi mode B.
Dengan tersedianya dupleks bewarna, arah aliran darah dapat dinilai. Warna merah
berarti arah aliran darah menuju ke transduser dan biru berarti menjauhi transduser.
c. Angiografi ( Arteriografi )
Angiografi biasanya tidak diindikasikan pada pasien TAO karena operasi
arterial pada pasien TAO tidak dilakukan. Angiografi pada ekstremitas atas dan
bawah dapat membantu dalam mendiagnosis penyakit Buerger. Pada angiografii
tersebut ditemukan gambaran “corkscrew” dari arteri yang terjadi akibat dari
kerusakan vaskular, bagian kecil arteri tersebut pada bagian pergelangan tangan dan
kaki. Angiografi juga dapat menunjukkan oklusi (hambatan) atau stenosis (kekakuan)
pada berbagai daerah dari tangan dan kaki.
J. Diagnosis Banding 5
Tromboangitis Obliterans Ateroskerosis
Usia 20-40 tahun Sekitar 50 tahun atau lebih
Jenis kelamin Selalu pria Wanita juga dapat terlibat
Etiologi 1. penggunaan tembakau yang
berlebihan
2. rusaknya endhotel pembuluh
1. riwayat keluarga pada
beberapa kasus
2. adanya riwayat
14
darah dan terjadinya reaksi
inflamasi pada endothel
sehingga terjadi obstruksi.
3. hiperkoagulasi
4. hiperaktivitas autonomik
hiperkolestrolemia
Patologi Reaksi peradangan pada ketiga
lapisan pembuluh darah
(panartenitis). Terdapat
polimorfonukleus, sel raksasa
dan mikro abses. Arteri terlibat
oleh jaringan fibrosa
Deposi plak ateromatosa
yang kaya lemak dalam
lapisan intima.
Pembuluh
darah yang
terlibat
Pembuluh darah arteri yang
berukuran kecil sampai sedang
Pembuluh darah yang
berukuran besar
Sifat dinding
pembuluh
darah
Tidak menebal Menebal
Fenomena
raynaud
ditemukan Tidak ditemukan
K. Tatalaksana5
Terapi medis penderita penyakit Buerger harus dimulai dengan usaha intensif
untuk meyakinkan pasien untuk berhenti merokok. Jika pasien berhasil berhenti
merokok, maka penyakit ini akan berhenti pada bagian yang terkena sewaktu terapi
diberikan. Sayangnya, kebanyakan pasien tidak mampu berhenti merokok dan selalu
ada progresivitas penyakit. Terapi dengan vasodilator, antikoagulan, analgetik, AINS,
dan prednison tidak memberikan hasil yang memuaskan. Rekonstruksi arteri dengan
bedah pintas juga tidak berhasil karena penyakit ini bersifat difus, segmental, dan
umumnya menyerang bagian distal ekstremitas. Simpatektomi lumbal dan torakal
15
menyebabkan vasodilatasi perifer dan perbaikan peredaran darah yang hanya
memuaskan untuk waktu terbatas, tetapi biasanya terjadi kekambuhan.
Bagian terpenting dari terapi penyakit ini adalah pendidikan kesehatan pada
pasien agar menjaga kebersihan ekstremitas dan mencegahnya dari bahaya trauma
agar tidak terjadi tukak. Progresivitas penyakit dapat dihentikan semata-mata dengan
menghentikan kebiasaan merokok secara mutlak. Pengurangan menghisap rokok
tidak mempengaruhi prognosis penyakit.
Prinsip terapi pada pasien tromboangitis obliterans, yaitu : untuk meredakan rasa
nyeri, menghentikan perjalanan penyakit, peranan vasodilator, simpatektomi kimiawi,
metode bedah.
I. Untuk meredakan rasa nyeri
a. Analgesik
Analgesik sederhana mungkin dapat membantu mengatasi nyeri yang
dirasakan pasien. Analgetik narkotik dapat diberikan pada kasus dengan
nyeri yang dirasakan saat pasien beristirahat.
b. Posisi Buerger
Dengan mengelevasikan sisi kepala tempat tidur dapat menyebabkan
kongesti venosa dan vasodilatasi refleks.
c. Latihan Buerger
Dengan cara mengelevasikan dan menggantungkan anggota gerak selama
beberapa menit.
d. Menaikkan tumit
Menaikkan tumit sepatu hingga1-2 cm, jarak klaudikasio dapat ditingkatkan,
karena hal ini menurunkan beban kerja pada otot-otot betis.
II. Untuk menghentikan perjalanan penyakit
a. Berhenti merokok, hal ini memberikan manfaat yang besar untuk
penderita tromboangitis obliterans.
b. Latihan fisik yang regular, mengurangi obesitas, dan mengontrol
hipertensi.
16
c. Diet, menghindari makanan berlemak untuk menurunkan kolestrol serum,
diet ini memberikan manfaat pada pasien yang disertai hiperlipidemia.
d. Menghindari trauma
III. Peranan Vasodilator
Beberapa kasus tromboangitis obliterans memiliki manfaat dengan
pemberian injeksi xanthinol nicotinate ( Complamina ) yang diberikan
berkala, misalnya 3000 mg pada hari pertama, 4500 mg pada hari kedua, 6000
mg pada hari ketiga. Injeksi xanthinol nicotinate ini dapat membantu dengan
mekanisme : penyembuhan ulkus kulit, memperbaiki jarak klaudikasio,
menunda simpatektomi kimiawi, diperlukan untuk mengontrol penyakit.
Terapi ini hanya untuk sementara waktu pada fase penyakit klaudikasio.
IV. Prosedur Operasi pada TAO
1. Amputasi konservatif
Cara terakhir yang dilakkan pada pasien TAO yang telah mencapai fase
gangren.
2. Amputasi bawah lutut
Dilakukan jika penderita mengeluh nyeri saat beristirahat. Terapi ini
dilakukan dengan kecurigaan gangren akan semakin meluas dari ujung-
ujung jari kaki semakin kearah yang proksimal.
DAFTAR PUSTAKA
17
1. Tromboangitis obliterans. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/460027-overview#aw2aab6b2b2.
2. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed 2. Penerbit buku
kedokteran EGC: 2004.
3. Eroschenko VP. di Fiore : Atlas Histologi Ed 2003. Penerbit buku kedokteran
EGC. 2003.
4. Buerger’s Diseases. Vaskular Diseases Foundation. Diunduh dari
http://www.vaskulardisease.org.
5. Rajgopal Shenoy K, Nileshwar Anitha. Buku Ajar Ilmu Bedah jilid 1.Karisma
Publishing Group: 2013.
18