Kenalan YukRamadhani Kurnia Adhi
Purwokerto, 11 Juli 1982Serawi Puting Rt 1/I Karangan Putih,
BinuangBalai Besar Pelatihan Pertanian Binuang
PERMASALAHAN
ABIOTIS
BIOTIS
BUDIDAYA
SOSIAL
EKONOMI
KELEMBAGAAN
KOMPONEN TEKNOLOGI BUDI DAYA DITERAPKAN SECARA PARSIAL
PENINGKATAN PRODUKSI TIDAK NYATA
MEMADUKAN KOMPONEN TEKNOLOGI YANG SALING MENUNJANG
BERSIFAT SINERGIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
PTTSUATU PENDEKATAN INOVATIF DAN DINAMIS
DALAM UPAYA MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN PETANI
MELALUI PERAKITAN KOMPONEN TEKNOLOGI
SECARA PARTISPATIF BERSAMA PETANI
PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)
4 PRINSIP UTAMA DALAM PENERAPAN PTT
TERPADU: memadukan dalam pengelolaan sumber daya tanaman, tanah, dan air secara baik. Melibatkan keterpaduan institusi (pemerintah ataupun swasta) bukan produksi melainkan subsistem pemasaran.
SINERGIS: PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi.
SPESIFIK LOKASI: PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.
PARTISIPATIF: petani ,swasta, penyuluh serta instansi terkait turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuannya melalui proses pembelajaran dalam bentuk Laboratorium Lapangan.
Tujuan : Mengumpulkan dan menganalisis informasi masalah,
kendala, dan peluang yang dihadapi petani dalam usahatani jagung
Mengembangkan peluang untuk mendukung upaya peningkatan produksi jagung
Mengidentifikasi teknologi sesuai kebutuhan petani untuk diterapkan di suatu wilayah.
PTT DIAWALI DENGAN PEMAHAMAN MASALAH DAN PELUANG (PMP)
Tahapan Pelaksanaan :1.Penentuan prioritas masalah dilakukan oleh anggota
kelompok tani. Permasalahan yang dialami setiap petani dikumpulkan dan dikelompokkan. Tiap masalah prioritas dicarikan alternatif pemecahannya oleh semua peserta PMP.
2.Analisis kebutuhan dan peluang introduksi teknologi.
KOMPONEN TEKNOLOGI DALAM PTT:1. Komponen Teknologi Dasar2. Komponen Teknologi Pilihan
1. Komponen teknologi dasar1) Varietas Unggul Baru (Hibrida atau Komposit) 2) Benih bermutu dan berlabel dengan daya kecambah
>95%, perlakuan benih dengan metalaksil khusus di wilayah endemik bulai
3) Populasi 66.000–75.000 tanaman/ha, jarak tanam 70–75 cm x 20 cm (1 biji per lubang) atau 70–75 cm x 40 cm (2 biji per lubang)
4) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
Teknologi tersebut mudah diterapkan dan berpengaruh besar terhadap kenaikan hasil dan pendapatan petani.
Pada wilayah tertentu, komponen teknologi pilihan dapat menjadi komponen teknologi dasar.
2. Komponen Teknologi Pilihan1) Penyiapan lahan2) Pupuk organik 3) Pembuatan saluran drainase pada lahan
kering4) Pembuatan saluran irigasi pada lahan sawah 5) Pengendalian gulma secara mekanis atau
dengan herbisida kontak 6) Pembumbunan 7) Pengendalian OPT (Organisme Penggangu
Tanaman)8) Panen tepat waktu dan pengeringan sesegera
mungkin
1. Varietas baru berdaya hasil tinggi (hibrida atau komposit)
BIMA 2-BANTIMURUNG
Komponen Teknologi Dasar
• Daya hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, spesifik lokasi mempunyai keunggulan khusus, disukai petani dan pasar.
2. Benih berkualitas dan berlabel
Benih berkualitas adalah benih dengan kemurnian dan daya kecambah tinggi (>95%) dan berlabel.
Benih berkualitas akan tumbuh serentak dalam 5 hari setelah tanam.
Perlakuan benih dengan fungisida metalaksil bertujuan untuk mencegah penyakit bulai
VARIETAS KOMPOSIT YANG DIKEMBANGKAN OLEH BALITSEREAL
Varietas Umur (Hari)
Potensi Hasil
(Ton/ha)
Keterangan
1. Gumarang 80 6.8 umur pendek, tahan kekeringan
2. Lamuru 95 8.5 Tahan kekeringan3. Sukmaraga 100 8.5 Tahan asam4. Bisma 95 8.5 Biji kuning5. Srikandi Kuning‑1 100 7.9 Biji kuning, kandungan protein
tinggi, cocok untuk pakan ternak
6. Srikandi Putih‑1 100 8.1 Biji putih, kandungan protein tinggi, baik dikembangkan pada
daerah rawan pangan
7. Anoman 95 7.0 Biji putih, cocok untuk tepung
VARIETAS HIBRIDA YANG DIKEMBANGKAN OLEH BALITSEREAL
Varietas Umur (hari)
Putensi hasil (t/ha)
Keterangan
1. Bima-2 100 11.0 Daun hijau
2. Bima-3 100 12.0 Daun hijau, tahan penyakit bulai
3. Bima-4 102 11.7 Daun hijau, agak tahan tanah masam
4. Bima-5 103 12.0 Sangat tahan di lahan basah
5. Bima-7 95 11.0 Umur pendek
BEBERAPA VARIETAS HIBRIDA POPULER
Varietas Umur (hari)
Potensi hasil (t/ha)
Keterangan
Bisi-2 105 10 Beradaptasi baik pada dataran tinggi menengah, cukup baik pada tanah
dengan kelembaban cukup
Bisi-16 100 11 Tipe daun agak tegak, dapat ditanam dengan kepadatan populasi 70,000 –
80,000Pioner 21 100 12 Sangat cocok untuk lahan sawah
NK33 100 12 Cukup baik untuk dataran tinggi
3. Populasi 66,000–75,000 tanaman/ha
Populasi tanaman ditentukan dari jarak tanam dna kualitas benih
Perkecambahan benih >95% dapat menghasilkan populasi 65,000-80,000 tanaman/ha
Pada budidaya jagung, penyulaman tidak direkomendasikan karena pengisian biji pada tanaman sulam tidak optimal
Jarak tanam 60-75 cm x 20 cm (1 tanaman/lubang) Atau 60-75 cm x 40 cm (2 tanaman/lubang)
In Rows (cm)
18 20 22 24 26 28 30
Between Rows (cm)
45
50
55
60
65
70
75
80
65,000 plants/ha70,000 plants/ha75,000 plants/ha80,000 plants/ha
Plant Population
Rekomendasi pupuk N, P, dan K untuk jagung dapat dilakukan dengan salah satu teknik berikut:
• Plot omisi (mengurasi satu komponen N, P dan K).
• Dosis dan waktu pemupukan N didasarkan pada kebutuhan tanaman (diberikan 2 – 3 kali: 7-10 setelah tanam and 40-45 setelah tanam.
• BWD (bagan warna daun) digunakan pada 40-45 HST untuk mengetahui tambahan N bagi tanaman.
• Pda lahan kering, pupuk P dan K didasarkan pada PUTK (Dry Land Soil Test Kit).
• Pemupukan P dan K fertilization di lahan basah didasarkan pada status hara P and K scale 1:50,000
4. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
• Aplikasi pemupukan berbeda antar lokasi dan tipe jagung yang digunakan (hibrida atau komposit)
• Penggunaan pupuk spesifik lokasi dapat menigkatkan hasil dan menghemat pupuk
• Pemupukan I> 10 HST 50 kg N / ha Pemupukan II> 35 HST 75 kg N / ha Pemupukan III ± 50 HST dengan BWD
Nilai BWD
Dosis N (kg/ha)
Hibrida (>7t/ha)
Composit (<7 t/ha)
< 4.04.0 – 4.254.25- 4.5
>4.5
70554535
554030-
PENENTUAN DOSIS N MENGGUNAKAN BWD
1. Penyiapan Lahan
Olah tanah sempurna pada lahan kering pada musim tanam, TOT atau olah tanam minimal pada musim tanam II dan III
TOT atau olah tanam minimum pada lahan sawah
KOMPONEN TEKNOLOGI PILIHAN
2. Penggunaan pupuk organik
• Pupuk organik terdiri dari bahan organik residu tanaman, kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos, yang telah diolah memlalui suatu proses, dalam bentuk padat atau cair
• Pupuk organik dapat digunakan untuk menutup lubang tanam sebanyak 1-3 t/ha.
• Pupuk organik dan pupuk kimia dengan bentuk dan jumlah yang benar sangat penting dalam keberlanjutan penggunaan lahan
KANDUNGAN BAHAN ORGANIK
Bahan Organik Kandungan (%)
N P KAbu sekam 0.31 0.08 0.28
Eceng gondok 2.30 0.24 1.98
Sayuran daun 2.34 0.72 1.93
Jerami 0.50 0.30 1.20
Kotoran ayam 1.00 0.80 0.40
Kotoran kambing 0.95 0.35 1.00
Kotoran sapi 0.56 0.12 0.08
Kotoran kuda 0.70 0.25 0.55
Kotoran babi 0.50 0.35 0.40
3. Drainase atau irigasi
Pada lahan kering
Drainase diperlukan untuk mengeringkan air, terutama
selama musim hujan, karena tanaman jagung sensitif
terhadap kelebihan air
Saluran drainase dibuat bersamaan dengan penyiangan
pertama dengan cangkul atau mesin
Pada lahan sawah
Saluran irigasi diperlukan dalam pengelolaan air
Saluran irigasi dibuat tiap dua baris tanaman
Saluran irigasi dibuat bersamaan dengan penyiangan pertama
Jarak tanam (100-50) cm x 20 cm (legowo) Tanam kacang-kacangan atau pado gogo
diantara dua jalur untuk meningkatkan pendapatan
4. Sistem Tanam Jajar Legowo
• Buat lubang tanam dengan tugal, jarak tanam (100-50) cm x 20 cm (legowo), masukkan benih dalam lubang, 1 biji per lubang dan tutup benih dengan pupuk organik 1 genggam.
x x x x x x x x
x x x x x x x x
x x x x x x x x
x x x x x x x x
x x x x x x x x
x x x x x x x x
x x x x x x x x
x x x x x x x x
x x x x x x x x
x x x x x x x x
50 cm
100 cm
CARA TANAM LEGOWO
20 cm
5. Pembumbunan • Pembumbunan bertujuan
untuk menyediakan lingkungan
yang lebih baik bagi tanaman,
sehingga tanaman tumbuh
tegak dan tidak mudah roboh
• Pembumbunan dilakukan
bersamaan dengan
penyiangan pertama dan
pembuatan saluran irigasi atau
setelah pemupukan kedua (35
hst)
• Pembumbunan dapat
dilakukan mengunakan
cangkul atau mesin
Tanaman jagung memerlukan air yang cukup pada saat:
Tanam/perkecambahan
Tahap vegetatif (20-35 HST)
Masa berbunga
Pengisian biji
Pada saat tersebut, tanaman jagung tidak boleh kekeringan, karena dapat menurunkan hasil
Pengairan diberikan melalui saluran yang dibuat pada penyiangan pertama atau pembumbunan.
6. Pengairan
7. Penyiangan
• Penyiangan pertama dilakukan dengan menggunakan cangkul
atau mesin penyiang
• Penyiangan kedua menggunakan mesin, cangkul atau herbisida
paraquat dengan dosis 1-2 liter/ha pada umur tanaman 30-35 hst.
• Periode kritis tanaman jagung terhadap gulma adalah dua bulan
pertama
Manfaat menggunakan power weeder
Ramah lingkungan
Menghemat tenaga kerja
Meningkatkan jumlah udara dalam
tanah
Menstimulasi pertumbuhan akar
Secara mekanik atau herbisida kontak
8. Pengendalian hama dan penyakit
Berdasarkan pendekatan PHT
• Identifikasi tipe dan populasi hama oleh petani atau petugas lapang• Tentukan tingkat kerusakan berdasarkan ambang ekkonomi• Taktik dan teknik pengendalian
• Usahakan tanaman tetap sehat• Pengendalian hayati• Gunakan varietas tahan• Pengendalian fisik dan mekanik• Gunakan hormon perangkap• Gunakan pestisida kimia
• Hama utama : lalat bibit, penggerek batang, penggerek biji• Penyakit utama: bulai, SCLB, NCLB, dll.
Panen dilakukan apabila kelobot sudah mengering atau berwarna
coklat, biji mengeras, dan terbentuk lapisan hitam paling tidak 50%
tiap baris biji
Panen terlalu awal pada saat kandungan air masih tinggi menyebabkan
biji menjadi keriput, warna kusam dan bobot yang lebih ringan
Panen terlambat terutama pada musim hujan menyebabkan
tumbuhnya jamur, atau biji berkecambah
9. Panen disaat yang tepat, keringkan secepatnya
Top Related