Studi banding budidaya jagung

29
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura, Sulawesi Tenggra dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi. Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk ii

description

 

Transcript of Studi banding budidaya jagung

Page 1: Studi banding budidaya jagung

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang  terpenting,

selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan

Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk

beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura, Sulawesi Tenggra dan Nusa Tenggara)

juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat,

jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil

minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung

atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya).

Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural.

Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan

farmasi. Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui

bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya

jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke

Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah

pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan

bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari

teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung

paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies

lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk

menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses

domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak

dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung, baik yang

terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman. Jagung merupakan

tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh

pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap

pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman

jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai

tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas

sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti

padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Bunga betina jagung

berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut

jagung sebenarnya adalah tangkai putik. Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat

mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada

tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian

ii

Page 2: Studi banding budidaya jagung

bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Batang jagung tegak dan mudah

terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat

mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang

beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup

kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Daun jagung adalah daun sempurna.

Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun

sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut.

Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap

stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam

respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun. Jagung memiliki bunga jantan

dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum

bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung,

dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di

bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna

kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari

buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat

menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina.

Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan

disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan

2-5 hari lebih dinidaripada bunga betinanya (protandri).

Keanekaragaman

Jagung dikelompokkan berdasarkan tipe bulir. Kiri atas adalah jagung gigi-kuda, di kiri latar

depan adalah podcorn, sisanya adalah jagung tipe mutiara. Jagung yang dibudidayakan

memiliki sifat bulir/biji yang bermacam-macam. Di dunia terdapat enam kelompok kultivar

jagung yang dikenal hingga sekarang, berdasarkan karakteristik endosperma yang

membentuk bulirnya:

1. Indentata (Dent, "gigi-kuda")

2. Indurata (Flint, "mutiara")

3. Saccharata (Sweet, "manis")

4. Everta (Popcorn, "berondong")

5. Amylacea (Flour corn, "tepung")

6. Glutinosa (Sticky corn, "ketan")

7. Tunicata (Podcorn, merupakan kultivar yang paling primitif dan anggota subspesies yang

berbeda dari jagung budidaya lainnya)

Dipandang dari bagaimana suatu kultivar ("varietas") jagung dibuat dikenal berbagai tipe

kultivar :

1. galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih

ii

Page 3: Studi banding budidaya jagung

2. komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang diseleksi untuk

keseragaman dan sifat-sifat unggul

3. sintetik, dibuat dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum

(daya gabung umum) dan seragam

4. hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau empat galur

yang diketahui menghasilkan efek heterosis.

Warna bulir jagung ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan terluarnya (aleuron),

mulai dari putih, kuning, jingga, merah cerah, merah darah, ungu, hingga ungu kehitaman.

Satu tongkol jagung dapat memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda,

karena setiap bulir terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda.

Kandungan gizi

Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan

karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk

pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar

atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada

kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis

diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen

dan sukrosa.

Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah :

Kalori : 355 Kalori

Protein : 9,2 gr

Lemak : 3,9 gr

Karbohidrat : 73,7 gr

Kalsium : 10 mg

Fosfor : 256 mg

Ferrum : 2,4 mg

Vitamin A : 510 SI

Vitamin B1 : 0,38 mg

Air : 12 gr dan bagian yang dapat dimakan 90 %.

Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih

rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak. Jagung merupakan

tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.

Pemanfaatan

Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai

sumber energi alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai

bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah

ii

Page 4: Studi banding budidaya jagung

mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap

dipasarkan.

Produksi jagung dan perdagangan dunia

Provinsi penghasil jagung di Indonesia : Jawa Timur : 5 jt ton; Jawa Tengah : 3,3 jt ton;

Lampung : 2 jt ton; Sulawesi Selatan: 1,3 jt ton; Sumatera Utara : 1,2 jt ton; Jawa Barat : 700

– 800 rb ton, sisa lainnya (NTT, NTB, Sulawesi Tenggara, Jambi dan Gorontalo) dengan rata-

rata produksi jagung nasional 16 jt ton per tahun Produsen jagung terbesar saat ini adalah

Mexico 3,16%; India 2,34%; Afrika Selatan 1,61%; Ukraina 1,44% dan Canada 1,34%.

Sedangkan untuk negara-negara Uni Eropa sebanyak 7,92% dan negara-negara lainnya

14,34%. Total produksi jagung pada tahun 2008/2009 adalah sebesar 791,3 juta MT.

      

B. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk melakukan studi banding tentang budidaya jagung beberapa Petani Di Desa

Bangun Sari Kecamatan Lasalepa

2. Mengetahui pertumbuhan tanaman jagung dari pembibitan hingga tumbuh

C. HIPOTESIS

Jumlah benih perlobang tanam akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil jagung

ii

Page 5: Studi banding budidaya jagung

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KLASIFIKASI  JAGUNG

Kerajaan                  : Plantae

(tidak termasuk)        Monocots

(tidak termasuk)        Commelinids

Ordo                       :  Poales

Famili                     :  Poaceae

Genus                    :   Zea

Spesies                  :  Z. Mays

Varietas                 : Golden Boy

B. MORFOLOGI  JAGUNG

1.      Tinggi Jagung

Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian

antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa

diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa

varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki

kemampuan ini.

2.      Struktur Akar

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian

besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif

dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.

3.      Struktur Batang

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti

padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman

berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.

Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.

4.      Struktur Daun

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun

terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin

dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia

Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan

penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

5.      Struktur Bunga

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman

(monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang

ii

Page 6: Studi banding budidaya jagung

disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga

jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari

berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh

dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat

menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa

varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai

varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini

daripada bunga betinanya (protandri).

C. SYARAT TUMBUH JAGUNG

Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah baik di tegalan, sawah tadah

hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat juga di daerah pegunungan pada ketinggian

1000- 1800 m di atas permukaan laut.

a.   Tanah

Tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur, karena tanaman jagung memerlukan

aerasi dan drainase yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah. Tanah

lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih

dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya,

sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik. Air tanah yang berlebihan dibuang

melalui saluran drainenase yang dibuat dinatar barisan jagung. Kemasaman tanah (pH) yang

terbaik untiik jagung adalah sekittir 5,5 - 7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8%

masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah,

derigan maksud untuk mencegah keganasan erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar,

b.   Iklim

Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan

curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus

mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-Pohonan atau

bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan berkurang. Temperatur

optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 - 27 C.

D. HAMA PENYAKIT

Hama dan penyakit penting pada tanaman jagung adalah: Hama. Lalat bibit (Atherigona

exigua Stein) Setelah 4-5 hari ditanam biasanya biji mulai tumbuh. Penyemprotan untuk

mencegah/memberantas lalat bibit segera dilakukan setelah biji tumbuh dan tersembul di atas

tanah. Penyemprotan dilakukan dengan interval 2-3 hari sekali. Pestisida dipergunakan adalah

Basudin (Diazinon), Surecide dan lain-lain, dengan dosis 1,5- 2,5 cc/ liter air. Serangan lalat

bibit ini berlangsung sampai tanaman berumur tanaman ± 3 minggu. Ulat Agrotis (agrotis

Sp ) , Hama ini menyerang pada waktu tanaman masih kecil. Dapat diberantas dengan cara

ii

Page 7: Studi banding budidaya jagung

mencari dan membunuh ulatnya, yang biasanya terdapat di dalam tanah atau sebelum

ditanami, tanah diberi insektisida terlebih dahulu. Ulat daun (Prodenia litura F). Menyerang

pupuk daun pada waktu tanaman berumur 1 (satu) bulan. Pemberantasan agar dilakukan

secepatnya dengan insektisida seperti terdapat pada serangan lalat bibit. Penggerek daun

(Sesamia inferens WLK). Menyerang pada waktu tanaman telah berbunga. Tindakan

pencegahan dapat dilakukan dengan penyemprotan segera setelah terlihat adanya telur-telur

yang biasanya terletak di bawah daun pada saat menjelang berbunga. Ulat tanah (Leucania

unipuncta, HAW) Menyerang daun tanaman dewasa, biasanya pada malam hari, sampai

mencapai jumlah ratusan. Penyemprotan harus dilakukan setelah gejala pertama terlihat dan

jangan sampai terlambat. Ulat tongkol (Heliothis armigera), Merupakan, ulat perusak tongkol

yang penting. Penyemprotan harus segera dilakukan bilamana terlihat telur-telur yang

biasanya diletakkan pada rambut (silk) dan bakal buah atau tongkol: Secara umum,

penyemprotan sebaiknya dilakukan bilaman diperlukan saja, sehingga penggunaan- pertisida

lebih efisien. Waktu yang baik untuk menyemprot adalah pagi hari antara jam 06.00 - 09;00

atau sore hari jam 16.00 -18.00 Penyakit: Penyakit terpenting pada jagung adalah penyakit

bulai, atau downy mildew (Sclerospora maydis Palm). Tanaman yang terserang- daun-

daunnya herwarna kuning keputih-putihan bergaris-garis klorotis sejajar dengan arah urat

daun. Pada bagian bawah daun terdapat Konidia berwarna putih seperti butiran-butiran

tepung: Menyerang tanaman.muda sampai umur ± 45 hari. Serangan pada tanaman semasa

kecil sering mengakibatkan kematian: Serangan pada tanaman yang lebih besar

mengakibatkan pertumbuhan tongkol yang tidak sempurna. Pemberantasan , dengan fungisida

atau bahan kimia lain yang efektif sampai saat ini belum diketemukan. Usaha

pemberantasannya yang dilakukan adalah dengan mencabut dan membakar tanaman yang

terserang dan menanam kembali dengan varitas yang tahan. Dewasa ini terdapat beberapa.

varitas yang tahan seperti DMR.S, DMR:3, dan beberapa varitas-hasil persilangan yang

masih dalam pengujian (Harapan, DMR dan sebagainya). 2. Penyakit-penyakit penting yang

terdapat pada jagung di antaranya adalah becak daun (Helminthosporium sp) dan karat daun

(Puccinia sorghi Sehw).

E. TEKNIK BUDIDAYA

1. Pedoman Budidaya

Benih Benih diambil hanya dari tanaman dan tongkol yang baik dan sehat saja. Pilihlah

tongkol-tongkol yang besar, barisan biji lurus dan penuh, tertutup rapat - oleh kelobotnya, dan

cukup tua. Dari tongkol.-tongkol terpilih, pisahkanlah biji-biji kecil yang terdapat pada

bagian pangkal dan ujung dari tongkol. Hanya biji yang rata besarnya dan sehat saja diambil

sebagai benih. Bila jumlah tongkol terpilih sangat terbatas, dapat juga digunakan semua biji

yang terdapat pada tongkol tersebut. Benih harus cukup sehat dan kering, bertenaga tumbuh

lebih dari 90%, murni dan bebas dari kotoran. Pada dewasa ini terdapat benih-benih varitas

ii

Page 8: Studi banding budidaya jagung

unggul yang cocok untuk dataran rendah dengan umur dipanen (110 hari), seperti, Harapan,

Metro, Bogor Composite-2 dan yang berumur ,genjah adalah: Penjalinan, Genjah, Kretek,

Genjah Kertas, Bogor Comopsit-10, dll dan untuk.dataran tinggi adalah: Bastar Kuning,

Bima, Pandu Kimia Putih" Rocol dan lain-lain., Waktu tanam. Waktu tanam yang baik adalah

sebagai berikut: a. Ditegalan, jagung ditanam pada musim labuhan/ permulaan musim hujan

yaitu. pada bulan September/Nopember. Pengerjaan tanah hendaknya dilakukan jauh

sebelumnya, sehingga tanah dalam keadaan siap tanam. Pada waktu hujan sudah mulai turun.

Kelambatan penanaman jagung labuhan sampai dengan bulan Desember mengakibatkan

tanaman menderita serangan penyakit bulai (Downy mildew) yang berat dan dapat

mengakibatkan kegagalan total. Penanaman jagung ditegalan dapat pula dilakukan, pada

musim. marengan/saat musim hujan hampir berakhir, pada bulan Februari - April. b. Ditanah

sawah biasanya jagung ditanam dalam tiga musirn yaitu pada musim labuhan, sebelum padi

musim penghujan ditanam, pada musim marengan setelah padi musim penghujan dipanen dan

juga pada musim kemarau. Untuk peneneman musim labuhan sebaiknya digunakan varitas

Genjah atau varitas unggul agak dalam yang dipungut muda, sehingga tersedia cukup waktu

untuk persiapan penanaman padi sawah. Cara bertanam dan pemeliharaan tanaman. a.

Pengolahan tanah: Pada waktu pengolahan, keadaan tanah hendaknya tidak terlampau basah

tetapi harus cukup lembab sehingga mudah dikerjakan, dan tidak lengket, sampai tanah

menjadi cukup gembur. Pada tanah-tanah berpasir atau tanah ringan tidak banyak diperlukan

pengerjaan tanah. Pada tanah-tanah berat dengan kelebihan air, perlu dibuat saluran penuntas

air. Pembuatan saluran dan pembumbunan yang tepat dapat menghindarkan terjadinya

genangan air yang sangat merugikan bagi pertumbuhan tanaman jagung. Pengolahan tanah

untuk jagung labuhan harus tepat dan cepat dapat dilakukan karena hujan kadangkala datang

lebih awal. Bilamana tidak sempat untuk mengerjakan tanah secara keseluruhan karena waktu

tanam mendesak, maka pengerjaan tanah dapat dilakukan hanya pada barisan yang akan

ditanami saja sedalam 15 - 20 cm sampai tanah menjadi cukup gembur. Berdasarkan hasil

penelitian pada tanah: latosol dan aridosol cara ini memberikan hasil yang tidak berbeda

nyata dengan pengerjaan tanah yang biasa. b. Jarak tanam Varitas yang berbeda umurnya

mempunyai optimum populasi yang berbeda. Bagi varitas yang berumur dalam (± 110 hari)

seperti Harapan Bogor, Composite populasi optimum adalah ± 50.000 tanaman/ha, ditanam

dengan jarak 100 x 40 cm. dengan 2 tanaman per lubang atau 75 x 25 cm dengan 1(satu)

tanaman per lubang. Varitas yang berumur tengahan (80 - 90 hari) seperti Panjalinan dan

Genjah Kretek, optimum populasi adalah t 70.000. tanaman/ha, ditanam dengan jarak tanam

75 x 20 cm dengan 1 (satu) tanaman per lubang. Bagi vartias yang berumur genjah (70 - 80

hari) seperti Genjah Madura, populasi dapat ditingkatkan sampai 100.000 tanaman/ha, bahkan

pada tanah yang subur dapat mencapai 200.000 tanaman/ha, dengan jarak tanam 50 x 20 cm

atau 50 x 10 cm dengan 1 (satu) tanaman per lubang;. Benih ditanam 2 -3 biji per lubang,

kemudian diperjarang pada umur 2 - 3 minggu setelah tanam, di mana ditinggalkan tanaman

ii

Page 9: Studi banding budidaya jagung

yang tegap dan sehat saja sehingga mencapai populasi yang diinginkan sesuai dengan jarak

tanam yang digunakan. Dalamnya penanaman adalah 3 cm.

2. Pemeliharaan

Pemupukan. Tanaman jagung tidak akan memberikan hasil maksimal manakala unsur hara

yang diperlukan tidak cukup tersedia. Pemupukan dapat meningkatkan hasil panen secara

kuantitatif maupun kualitatif. Pemberian pupuk Nitrogen merupakan, kunci utama dalam

usaha meningkatkan produksi. Pemberian pupuk phosphat dan kalium bersama-sama dengan

nitrogen memberikari hasil yang lebih baik. Tanaman yang kekurangan unsur nitrogen, akan

nampak kerdil, warna daun hijau muda kekuning-kuningan, buah terbentuk sebelum

waktunya dan tidak sempurna: Gejala kekurangan unsur, phosphat. jelas terlihat terutama

pada waktu tanaman masih muda di mana daun-daunnya berwarna ungu dan akan berubah

hijau kembali seperti biasa bilamana kemudian tanaman-mendapatkan cukup, phosphat.

Tanaman yang kekurangan kalium memberikan gambaran seolah-olah layu, bagian tepi dari

daun mula-mula menjadi kuning (hlorcosis), kemudian berubah menjadi kecoklat-coklatan

dan bagian daun yang sudah mati akan gugur. Dosis pupuk yang diperlukan berbeda-beda:

tergantung dari pada tingkat kesuburan dan jenis tanah. Untuk sementara secara umum dapat

dianjurkan, pemakaian pupuk sebanyak 90-120 kg.N, 30 - 45 kg. P2O5 dan 0-25 kg K2O per

Ha. Pada tanah-tanah yang cukup mengandung akan kalium, pemupukan dengan unsur ini

dapat ditiadakan. Pupuk diberikan secara ditugal sedalam 10 cm, pada kedua sisi tanaman

dengan jarak 7 cm, Pada jarak tanam yang rapat pupuk dapat diberikan di dalam larikan yang

dibuat di kiri kanan barisan tanaman: Pupuk N sebaiknya diberikan dua kali yaitu: 1/3 bagian

pada waktu tanam bersama-sama dengan seluruh pupuk P dan K, kemudian 2/3 bagian pupuk

N diberikan pada waktu tanaman berumur 1 bulan, di dalam lubang atau larikan sedalam 10

cm pada jarak 15 cm dari barisan tanaman. Penyiangan dan Pembumbunan: Untuk

memperoleh hasil yang tinggi, pertanaman harus bersih dari segala macam tumbuhan/rumput

pengganggu. Salah satu herbisida yang baik untuk memberantas tumbuhan pengganggu, pada

jggung, adalah Gramoxone, yang disemprotkan pada waktu tanaman berumur 3 dan 5

minggu,masing-masing sebanyak 11/2 liter yang dilarutkan dalam 400 - 500 liter air/ ha.

Penyiangan dengan tangan (hand weeding) yang pertama dilakukan pada umur 15 hari dan

harus, dijaga agar, jangan sampai mengganggu/merusak akar tanaman. Penyiangan kedua

dilakukan sekaligus dengan pembumbunan pada waktu pemupukan kedua: Pembumbunan ini

berguna untuk memperkokoh batang dalam menghadapi angin besar, juga dimaksudkan untuk

memperbaiki drainase dan mempermudah pengairan bilama diperlukan

ii

Page 10: Studi banding budidaya jagung

BAB III

 METODE PENELITIAN

A. WAKTU DAN TEMPAT

Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan di desa Bangun sari Kecamatan Lasalepa,

kabupaten Muna, dengan ketingian tempat sekitar 10 m dpl suhu rata-rata 230 – 310C, 

penelitian ini dilaksakan selama kurang lebih 1 bulan sampai masa panen, mulai dari tanggal

27 Mei 2013 sampai dengan tanggal 29 Juni 2013.

B. BAHAN DAN ALAT

Dalam praktikum dasar-dasar agronomi penanaman jagung ini kami juga menggunakan alat

dan bahan yaitu :

Bahan yang di gunakan :

1. Air

2. Pupuk urea

3. Pupuk SP36

4. Pupuk kandang

5. Pupuk SP36

6. Pupuk KCl

7. DECIS 2.5 EC

8. Bibit jagung hibrida

9. Pupuk N

Alat yang digunakan :

1. Cangkul

2. Parang

3. Gembor

4. Handspray

5. Timbangan Analitik

6. Meteran

7. Tali Raffia

8. Ajir (dari bambu)

9. Garu

10. Jaring-jaring (Pagar)

11. Tugal

ii

Page 11: Studi banding budidaya jagung

Langkah Penelitian

1. Kami membersihan lahan dari tanaman liar dengan menggunakan paran  atau sabit.

2. Setelah itu kami membajak tanah dengan menggunakan cangkul,kami membuat

petakan-petakan yang berukuran 2m x 3m per plot dengan ketinggian 30 cm dengan

menggunakan meteran.

3. Kami memberikan pupuk kandang di campur dengan serat kayu sebanyak 30 kg per

petakan.

4. Setelah itu kami membuat pagar yang terbuat dari kayu dan karung yang bertujuan

untuk menghindari dari serangan hama pada saat panen.

5. Benih jagung kami tanam dengan jarak tanam 40 cm x 60cm per lobang tanam dengan

menggunakan tugal.dimana petakan pertama, kami isi benih jagung 1 tanaman saja

sedangkan petakan kedua kami isi benih jagung 2 tanaman saja.

6. Kedalaman benih jagung kira-kira 5cm dari permukaan tanah. Setelah itu kami

membuat pembatas lahan untuk tiap kelompok dengan membuat parit-parit di

pinggiran petakan dengan menggunakan tali raffia.

7. Setelah benih di tanam kami menyiram tanaman jagung sehari 2x yyaitu pada pagi

hari dan sore hari agar tanaman jagung tidak kekurangan air akibat dari penguapan

dan fotosintesis.

8. Pada saat tanaman jagung berumur 2 minggu kami memberikan pupuk anorganik

yaitu pupuk urea, pupuk SP36, pupuk KCl.

9. Setelah itu kami membuat ajir yang terbuat dari bambu untuk memudahkan mengukur

tinggi tanaman. Ajir kami tancapkan di pinggir tanaman jagung dengan ketinggian

5cm di atas permukaan tanah.tinggi tanaman kami ukur mulai dari tanaman jagung

tumbuh, pengukuran kami lakukan setiap minggu.

10. Kami mengambil tanaman sampelnya saja yang di sebut petak panen, dalam hal ini

kita bias liat di lampiran 1.

11. Kami amati terus pertumbuhan jagung, sambil terus membersihkan gulma.

12. Ketika umur 4 minggu, amati jagung, untuk jagung yang terkena hama dan penyakit,

kami memberikan decis yang kami larutkan dengan air.

13. Ketika memasuki masa panen, lihat jika rambut jagung sudah coklat dan mengering,

berarti jagung telah masak dan siap buat di panen.

ii

Page 12: Studi banding budidaya jagung

C. PELAKSAAN PENELITIAN

1. Persiapan Areal Tanam

Lahan tempat pelaksanaan penelitian dibersihkan dari gulma dan kotoran, kemudian

dicangkul dengan kedalaman kurang lebih 15-30 cm yang dilakukan 2 kali pengemburan.

Kemudian lahan tersebut diratakan lalu dibuat petakan percobaan yang berukuran 3 X 4 cm,

tinggi 30 cm, sebanyak 18 petakan dengan jarak antar kelompok 100 cm dan jarak antar

perlakuan 50 cm.

2. Pemberian N-urea

Pemberian N-urea dilakukan serempak pada saat tanam dan pada saat umur 30 hari, dengan

cara pemberian pada larikan antar baris tanaman.

3. Penanaman

Benih jagung ditanam dengan cara ditugal dengan kedalaman 3 cm, tiap lubang tugalan

ditanam 2 butir benih dengan jarak tanam 60 X 40 cm.

4. Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada saat tanam dengan dosis masing masing untuk urea 150 kg per ha-

1 SP 36 100 kg per ha-1, dan KCL 50 kg per ha-1. Khusus pupuk urea diberikan secara bertahap

yaitu setengah dosis diberikan pada saat tanam dan sisanya diberikan pada saat umur tanaman

30 hari setelah tanam. Pemberian pupuk dengan cara ditugal pada bagian tengan larikan

tanaman dengan jarak 30 cm dengan kedalaman 5 cm.

5. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan meliputi kegiatan penyiraman, penjarangan, penyiangan, pembumbunan dan

pengendalian hama penyakit. Penyiraman dilakukan sekali per hari tetapi bila hujan dan tanah

cukup basah maka penyiraman tidak perlu dilakukan. Penjarangan dilakukan 2 minggu

setelah tanam yaitu dengan meningalkan satu tanaman yang tumbuh dengan baik.

Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 mingu setelah tanam dan

pertumbuhan berikutnya (kedua) dilakukan pada waktu tanaman berumur 5 minggu setelah

tanam. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dilakukan dengan mengunakan decis 2,5

EC.

6. Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanaman memenuhi kriteria panen yaitu kelobot tongkol sudah

berwarna kuning atau putih kekuning-kuningan. Bila kelobot tongkol dikupas akan tampak

biji jagung berwarna kuning, bijinya sudah cukup keras dan mengkilap.

ii

Page 13: Studi banding budidaya jagung

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Luas petakan adalah (2m x 3m) pada penanaman jagung di pilih jarak tanam (40cm x

60cm) sehingga per petakan dapat diisi 25 lobang tanaman jagung. jarak tanam ini

dipilih karena jarak tanam dapat mempengaruhi populasi tanaman, efisiensi

penggunaan cahaya, perkembangan hama penyakit, juga mempengaruhi kompetesi

antara tanaman di sebelahnya dalam menyerap air dan unsur hara.

2. Tiap kelompok di berikan 2 petakan dimana petakan pertama diisi 25 tanaman jagung

dimana tiap lobang di isi 1 tanaman jagung dan petakan ke-2 diisi 50 tanaman jagung

dimana tiap lobang di isi 2 tanaman jagung.

3. Pada penanaman jagung ini kami hanya meneliti perkembangan petak panennya

saja,karena petak panen merupakan sampel yang memiliki daya saing yang seimbang

dalam perebutan unsur hara,air dan penyerapan cahaya.juga menghindari dari

gangguan hama dan binatang.petakan panen tanaman jagung ini terdapat 9 lobang

tanam yang berada di tengah petakan.

4. Tinggi tanaman Dari data yang didapat bahwa tinggi batang antara petak I dan petak II

dimana petak I berisi 1 benih jagung perlubang tanam dan petak II berisi 2 benih

jagung perlubang tanam mangalami perbedaan. Tinggi batang tanaman jagung pada

petakan I lebih tinggi daripada tanaman jagung pada petak II. Hal ini dikarenakan

tanaman jagung pada petakan II yang berisi 2 benih jagung perlubang tanaman

mengalami persaingan dalam memenuhi kebutuhan cahaya matahari, air, maupun

unsur hara. Namun, ada juga tanaman yng tumbuh kerdil, hal ini dikarenakan

penyebaran pupuk yang tidak merata.

5. Lebar daun ke-6

Lebar daun ke-6 merupakan indicator pertumbuhan yang lebih baik. Pada pengamatan

diketahui bahwa lebar daun ke-6 tanaman jagung pada petakan I lebih besar daripada

petakan II. Hal ini juga dikarenakan terjadinya persaingan dalam memperebutkan

unsure hara. Pada petakan II yang berisi 2 benih perlubang tanaman, pemberian pupuk

KCL tidak dapat diserap dengan baik oleh tanaman jagung karena terjadi persaingan

tanaman dalam satu lubang. Tanaman cenderung mengambil K dalam jumlah yang

lebih banyak dari jumlah yang dibutuhkan tetapi tidak menambah produksi. K bukan

merupakan unsure penyusun jaringan tanaman. Factor lain yang menyebabkan lebar

daun ke-6 relatif lebih kecil yaitu bahan organic yang terdapat dalam tanah, dan

struktur tanah. Jika daun ke-6 mulai menguning atau bahkan mati, ini menunjukkan

dimulainya pertumbuhan malay.

ii

Page 14: Studi banding budidaya jagung

6. Keluarnya Malay

Dimulainya fase generatif pada pertumbuhan tanaman jagung ditunjukkan dengan

mulai timbulnya malay. Jika pertumbuhan malay sebanyak 75% atau lebih dari

seluruh sample maka itu disebut hati dimulainya pertumbuhan malay.

Variabel

1. Tinggi Tanaman

Pengukuran tiggi tanaman dimulai dari permukaan tanah (ditandai dengan ajir) sampai titk

tertinggi dengan mengunakan meteran. Pengukuran dilakukan semingu sekali mulai dari

umur 2 mingu sampai 6 minggu.

2. Berat Kering Pupus Tanaman

Berat kering pupus tanaman diamati pada akhir penelitian yaitu pada akhir penelitian yaitu

dengan cara mengambil tanaman sampel yaitu bagian batang dan daun kemudian diovenkan

selama 2x24 jam dengan suhu 800 C sampai beratnya konstan. Kemudian untuk lebih

memastikan berat konstan nya perlu dilakukan pengovenan lagi selama 2 jam.

3. Berat Tongkol Segar Pertanaman

Berat tongkol diukur setelah tongkol dipanen, dengan cara menimbang tongkol dan

kelobotnya dengan mengunakan timbangan.

4. Panjang Tongkol

Panjang tongkol diukur mulai dari pangkal tongkol sampai ujung tongkol dengan

mengunakan meteran.

5. Diameter Tongkol

Diameter tongkol diukur pada bagian tengah tongkol dengan mengunakan jangka sorong.

6. Hasil Pipilan Kering Per Petak Ubinan

Pengukuran hasil pipilan kering dilakukan dengan cara menimbang biji yang telah dipisahkan

dari tongkolnya yang telah dikeringkan, kemudian hasil pipilan dijemur hingga mencapai

kadar air 14%.

ii

Page 15: Studi banding budidaya jagung

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil yang telah kami teliti dalam praktikum dasar-dasar agronomi dapat kami tarik

kesimpulan yaitu :

Dalam proses penanaman jagung perlu diperhatikan beberapa faktor, agar tanamannya dapat

tumbuh dengan baik dan menghasilkan panen yang maksimal. Faktor-faktor yang

diperhatikan adalah :

1. Jarak tanam

2. Perbandingan antara luas lahan dan pemberian pupuk NPK

3. Pengendalian hama dan penyakit

4. Persaingan tanaman jagung sangat terlihat pada petakan ke dua dimana tiap 1 lobang

terdapat 2 tanaman jagung sehingga terjadi persaingan perebutan unsur hara yang dapat di

lihat dari pertumbuhan tanaman jagung.

5. dari hasil percobaan studi banding jagung di Desa Bangun Sari lebih unggul bila di

bandingkan dengan daerah lain karena memiliki kesuburan tanah yang cukup dan kualitas

bibit yang baik.

B. SARAN

Hanya inilah hasil penelitian dari kami mengenai budidaya jagung, semoga hasil penelitian

kami ini dapat bermanfaat bagi para petani sebagai landasan dasar pengetahuan budidaya

jagung bagi petani.

           

ii

Page 16: Studi banding budidaya jagung

 DAFTAR PUSTAKA

1. AAK, 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius, Jakarta.

2. Aditya, Agus. 2009. Pengaruh Pupuk Urea. Di akses pada tanggal 28 Januari 2012.

3. Hakim, N. 1896. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung, Lampung.

4. Harry, Dwi. 2010. Asal Usul Tanaman Jagung. Di akses pada tanggal 28 Januari

5. 2012.

6. Poerwowidodo. 1992. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Asdi Mahasatya, Jakarta.

ii

Page 17: Studi banding budidaya jagung

TUGAS : KO-KURIKULER

STUDI BANDING

BUDIDAYA JAGUNG DI DESA BANGUN SARI KECAMATAN

LASALEPA

DISUSUN OLEH :

NAMA : SUBANDI

STAMBUK : 21208281

PRODI :ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

2013

KATA PENGANTAR

ii

Page 18: Studi banding budidaya jagung

Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT 

yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari Study Banding ini belum dapat

dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta

salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana

Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan

sampai kepada kita selaku umatnya.

Studi Banding ini penulis membahas mengenai “BUDIDAYA JAGUNG DI DESA BANGUN

SARI KECAMATAN LASALEPA”, dengan Penelitian ini penulis mengharapkan agar dapat

membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.

Raha, Juli 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

ii

Page 19: Studi banding budidaya jagung

Kata Pengantar......................................................................................................... i   

Daftar Isi................................................................................................................... ii    

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1

B. Tujuan Penelitian........................................................................................... 4

C. Hipotesis........................................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 3

A. Klasifikasi Jagung..........................................................................................5

B. Morfologi Jagung...........................................................................................5

C. Syarat Tumbuh Jagung.................................................................................. 6

D. Hama Penyakit.............................................................................................. 6

E. Teknik Budidaya......................................................................................... 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 10

A. Waktu Dan Tempat....................................................................................... 10

B. Bahan Dan Alat .............................................................................................10

C. Pelaksanaan Penelitian...................................................................................12

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................... 13

BAB V PENUTUP................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 16

ii