208
BUDAYA LOKAL UNTUK MENINGKATKAN LITERASI
BACA SISWA SEKOLAH DASAR
Nur Samsiyah
Universitas PGRI Madiun
ABSTRAK
Budaya lokal perlu diintegrasikan dalam literasi baca pada siswa di sekolah dasar
sebagai wujud menghargai dan melestarikan budaya lokal di sekitar siswa.
Sehingga diharapkan siswa dapat mengenali dan memahami budaya lokal. Salah
satu upaya menumbuhkan budaya lokal dengan meningkatkan literasi baca yang
berisi kearifan lokal yang ada di daerah siswa. Literasi baca di sekolah dasar dapat
dilakukan baik sebelum pelajaran atau sebagai pembiasaan sehari-hari yang
tercantum dalam gerakan literasi Nasional. Dalam literasi baca siswa tidak hanya
membaca cerita tetapi bagaimana menyampaikan makna, membuat kesimpulan,
berfikir kritis dan peduli terhadap budaya lokal.
Kata kunci: Budaya Lokal, Literasi Baca, dan Sekoah Dasar
PENDAHULUAN
Literasi di sekolah merupakan tanggung jawab guru di semua mata
pelajaran karena dalam pelajaran apapun membutuhkan bahasa khususnya literasi
baca. Terlebih di sekolah dasar sebagai dasar dalam mengembangkan kemampuan
ke tahap yang lebih tinggi. Selain itu di sekolah dasar telah dikembangkan
kurikulum 2013 yang terintegrasi dalam tema, sehingga semua mata pelajaran
tergabung dalam tema. Salah satu program Kemendikbud antara lain, Program
Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) dan Program Pendidikan Multi
keaksaraan. Program ini berfokus pada literasi baca, literasi numerasi, literasi
sains, literasi digital, literasi finansial, literasi budaya dan kewargaan. Sehingga
tujuan dari multi keaksaraan tidak hanya membaca atau menulis. Kaitan program
pendidikan keaksaraan dengan usaha adalah bagimana memberdayakan siswa ke
sektor usaha sambil memberikan materi pelajaran tentang usaha dan kegiatan
siswa sesuai dengan lingkungan siswa. Sehingga siswa perlu diberikan bekal
keterampilan dasar literasi sebagai bagian dari program keaksaraan. Dalam
melaksanakan program tersebut diperlukan pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi siswa di lapangan, sehingga kegiatan literasi harus ditanamkan sejak dini
209
salah satunya melalui budaya lokal. Hal ini sejalan dengan penelitian Samsiyah
(2019) bahwa penanaman karakter kecintaan budaya dan menghargai perbedaan
budaya dengan mengajarkan literasi sastra dengan cara mengajarkan pada siswa
tentang kearifan lokal dan kondisi alam. Selain itu penerapan program literasi 6 M
salah satu cara yang relatif mudah dan efektif (Aulia Akbar, 2017). Perlunya
penguatan budaya lokal dalam literasi sangat penting ditanamkan sejak dini.
Selain itu Kemendikbud (2017) telah mencanangkan strategi yang digunakan
untuk memperkuat literasi budaya. Salah satu literasi budaya dengan mengajarkan
dalam mata pelajaran di kelas atau di luar kelas. Namun banyak kendala yang
sering dialami oleh guru maupun siswa. Karena tuntutan materi yang harus
dihabiskan dalam satu semester, menjadikan guru melaksanakan literasi di luar
kelas hanya sebagai pembiasaan selama 15 menit dengan membaca bacaan yang
sudah disediakan guru tanpa memasukan nilai-nilai budaya lokal yang sesuai
dengan lingkungan siswa. Gerakan literasi sekolah yang telah gagas oleh
pemerintah dalam Kemendikbud menekankan pada prinsip perkembangan literasi
sesuai tahap perkembangannya, bersifat berimbang yang membebaskan siswa,
strategi membaca dan jenis bacaan bervariasi karena siswa berbeda, sesuai dengan
kurikulum, kegiatan literasi baca tulis dilakukan di manapun dan kapanpun,
mengembangkan kemampuan budaya lisan berupa kegiatan membaca dan
menulis, serta mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman. Dalam
mengembangakan kesadaran pada budaya Indonesia, perlu bahan bacaan yang
mempertajam pengalaman multikultural siswa. Sehingga siswa perlu dikenalkan
pada kekayaan Indonesia khususnya di sekitar siswa. Bagi peserta didik yang
telah mengenal kegiatan baca-tulis sejak dini tidak akan mengalami hambatan
yang berarti dalam pembelajaran literasi yang diberikan di sekolah (Lonigan,
2006).
Tantangan guru antara lain, guru harus mengajar dengan berorientasi
pada konstruksi makna, pembelajaran aktif, akuntabilitas, menggunakan
teknologi, peningkatan kompetensi siswa, kepastian pilihan, dan masyarakat
multikultural (Arends, 2012). Menurut Abidin, Mulyati dan Yunansah (2017)
guru yang bermutu adalah guru yang mampu mengembangkan dirinya secara aktif
210
untuk meningkatkan profesionalisme dan melakukan pembelajaran sesuai tuntutan
zaman, dan selalu mengembangkan kapabilitas dirinya untuk mewujudkan
sekolah yang multiliterat. Salah satu kegiatan yang menjadi tugas dalam mengajar
adalah membiasakan siswa dengan literasi baca sebagai kemampuan awal yang
harus dimiliki siswa. Literasi baca tidak hanya mengenalkan huruf tetapi lebih
pada memberikan kesempatan siswa untuk membaca, mendalami makna, berfikir
kritis dengan apa yang dibacanya. Untuk meningkatkan literasi baca dengan
menerapkan dan mengenalkan budaya lokal yang ada di sekitar siswa agar siswa
tidak hanya belajar berliterasi tetapi juga menghargai, menjaga dan melestarikan
budaya lokal. Sehingga tidak hilang oleh kemajuan zaman yang lebih didominasi
oleh penggunaan teknologi modern.
Salah satu hal yang menyebabkan budaya lokal luruh atau merana hingga
hilang ialah semakin menipisnya jumlah penyampai atau pelisannya, karena salah
satu kekuatan budaya lokal terletak pada aspek lisannya. Budaya berbeda dengan
artefak atau benda mati yang pelestariannya lewat pemugaran atau penyimpanan
dan perawatan di museum. Salah satu masalah yang diungkapkan Mahmud (2013)
adalah menumbuhsuburkan kembali wayang diperlukan apresiasi yang segar
tentang pewayangan dari penonton, kesiapan sang dalang untuk
mempergelarkannya, dan sambutan yang baik dari masyarakat pada umumnya.
Namun dalam hubungannya dengan sambutan masyarakat amat cepat bergeser,
sehingga wayang dan sejenisnya yang tradisional itu kini tidak lagi menjadi
bagian utuh dari erhatian, apresiasi dan orientasi nilai hidup, seperti filsafat, seni
atau ajaran moral karena banyak media dan sarana lain yang menggantikannya.
sehingga banyak masyarakat khususnya siswa di sekolah dasar yang tidak tahu
tentang budaya yang banyak memiliki ajaran moral. Apabila budaya lokal masih
ada diperlukan unsur kekinian yang mempertautkan tradisional dengan kondisi
sosial dan pengaruh teknologi, sehingga diperlukan modifikasi. Untuk
memodifikasi dengan unsur kekinian diperlukan guru yang kreatif dan inovatif
dalam megemas pembelajaran agar diterima siswa. Berdasarkan pentingnya
literasi baca di sekolah dasar sebagai kemampuan awal dalam memahami
pengetahuan yang lain, maka perlu ditingkatkan kompetensi pendidikaan dengan
211
memperkenalkan berbagai budaya lokal yang ada di sekitar siswa melalui
pembelajaran di sekolah dasar. Bagaimana meningkatkan literasi baca dengan
menerapkan budaya lokal di sekolah dasar? Dengan memberikan bacaan tentang
nilai-nilai kearifan lokal diharapkan siswa akan semakin meningkat literasi baca
dalam mengenali budaya lokal.
Pengertian Budaya
Budaya dalam Kamus bahasa berarti akal budi atau adat istiadat atau
sesuatu yang berkembang dan sulit dirubah. Budaya merupakan hasil karya
masyarakat dalam suatu kelompok yang dipandang sebagai cara hidup dan
diwariskan pada generasi secara turun temurun. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. Menurut Kottak Philip (2013) budaya memiliki arti yang luas yang
dijelaskan sebagai berikut. “culture is learned, culture is simbolic, culture is
shared, culture and nature, culture is All-encompassing, culture is integrated,
culture is instrumental, adaptive and maladaptive”. Budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia (Mulyana dan Rakhmad, 2006). Sedangkan budaya Lokal menurut
Koentjaraningrat (1994) merupakan suatu sistem gagasan, rasa, tindakan, dan
karya yang dihasilkan melalui tahap belajar dan menjadi miliknya. Beberapa ahli
menyebutkan komponen atau unsur budaya terdiri atas tindakan, gaya hidup mulai
dari berpakaian, cara bicara dsb, kebiasaan, adat yang berkembang, kepercayaan
dan tradisi yang berlaku di masyarakat. Budaya loka; memiliki ciri yaitu ada di
suatu daerah dan dipelajari, diwariskan pada setiap generasi namun dapat berubah
sepanjang waktu, budaya diwariskan dari generasi ke genarasi, budaya
mencerminkan perilaku secara terbatas dan ada anggapan budaya masyarakat
yang dimiliki lebih baik. Menurut Permendagri Nomor 39 Tahun 2007 pasal 1
budaya daerah diartikan sebagai sistem nilai yang dianut oleh kelompok
masyarakat di daerah tertentu yang diyakini dapat memenuhi harapan dan
memenuhi kehidupan warga masyarakat dan terdapat nilai, sikap dan tata cara.
Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa budaya lokal memiliki nilai-
nilai budi pekerti, norma, adat istiada yang ada di masyarakat suatu daerah yang
212
terbentuk alami dengan proses belajar lama. Beberapa jenis budaya lokal dapat
berupa hasil seni, adat istiadat, pola pikir, makanan, produk, tradisi, hukum adat
dan lain sebagainya.
Literasi Baca
Literasi dalam masa perkembangan awal diartikan sebagai kemampuan
untuk menggunakan bahasa dan gambar dalam berbagai ragam untuk empat
keterampilan berbicara, melihat, menyajikan dan berfikir kritis tentang ide-ide
(Abidin, Mulyati dan Yunansah, 2017). Lebih lnajut dijelaskan bahwa literasi
adalh proses yang kompleks dengan melibatkan pembangunan pengetahuan
sebelumnya, budaya dan pengalaman untuk mengembangkan pengetahuan baru
yang lebih dalam. sehingga berkembang istilah – istilah literasi seperti
multiliterasi. Sedangkan literasi baca sendiri merupakan kegiatan membaca yang
dilakukan oleh seseorang untuk menemukan makna dari bacaan yang dibacanya.
Literasi baca juga merupakan kecakapan untuk membaca teks tertulis, menulis,
mencari, menelusuri untuk mengembangkan pemahaman siswa.
Aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama membaca (Burke, 2013) dapat
dilakukan sebagai berikut.
a. Siswa menghubungkan skematanya (baik berupa pengalaman, pengetahuan,
sikap maupun keterampilannya yang telah dimiliki sebelumnya), teks lain
yang pernah dibaca, serta konteks kehidupan dengan teks yang sedang
dibacanya.
b. Siswa mengevaluasi ide-ide pnjelas yang berhubungan dengan tujuan
membaca.
c. Siswa membangun pemahaman selama membaca.
d. Siswa menjawab pertanyaan yang dibuat dan/atau melakukan kegiatan lain
yang relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
e. Siswa mengkaji bagaimana teks diorganisasikan dan tujuan pengorganisasian
teks.
f. Siswa membaca secara aktif dengan mencatat ide-ide penting, mengutip,
membuat referensi dan menyimpulkan isi teks.
213
g. Siswa memilih strategi atau teknik yang dapat digunakan untuk menguatkan
pemahaman teks.
Dalam kaitannya dengan literasi baca, guru hendaknya membekali siswa dengan
strategi membaca yang tepat agar apa yang dibacanya dapat dipahami secara
mendalam. Menurut Ahuja dan Ahuja (2007) strategi membaca yang harus
dilatihkan kepada siswa ada dua yaitu;
(1) kurangi kecepatan membaca jika:
a. Menemukan kata – kata, konsep, petunjuk, detail teknis dan materi yang
ingin dikuasai yang sukar yang tidak tahu arti dan maknanya
b. Struktur kalimat dan paragraf sulit
c. Materi yang berbentuk diagram, menuntut kecemasan visualisasi, dan
menuntut kehati-hatian dalam memahaminya
d. Tulisan artistik yang mengandung unsur khayalan.
(2) tingkatkan kecepatan membaca jika:
a. Materi sederhana dan sedikit informasi baru yang dibutuhkan siswa
b. contoh dan ilustrasi , penjelasan detail dan elaborasi yang tidak dibutuhkan
c. Ide-ide yang telah dinyatakan sebelumnya
d. Materi yang tidak mengandung ide dan fakta yang penting
HASIL DAN PEMBAHASAN
Budaya lokal salah satunya adalah sastra daerah yang hidup dalam
masyarakat. Dalam kaitannya dengan pelestarian budaya lokal masyarakat perlu
mengangkat tradisi lokal ke dalam ajang kreativitas dan media sosial yang banyak
digunakan masyarakat. Begitu pula dengan pembelajaran di sekolah, budaya lokal
perlu mendapat perhatian dalam pembelajarannya dengan memasukan dalam
kajian materi atau dalam kurikulum. Selama ini budaya lokal belum sepenuhnya
menjadi ikon masyarakat khususnya sekolah sebagai bagian dari pelestarian
budaya. Perlunya menanamkan budaya lokal agar siswa memiliki perhatian
terhadap kearifan lokal yang mulai hilang seiring perkembangan teknologi.
Kegiatan menumbuhkan budaya lokal salah satunya dengan membaca cerita atau
bacaan yang mengandung pesan moral untuk meningkatkan literasi baca
214
khususnya siswa di sekolah dasar. Kegiatan literasi baca dapat dilaksanakan
sebagai pembiasaan di luar kelas 15 menit secara serentak atau di dalam kelas.
Kegiatan yang dapat dilaksanakan di luar kelas dapat dilaksanakan di halaman
sekolah sebagai berikut.
a. Kegiatan membaca cerita atau dongeng yang mengandung nilai-nilai
pendidikan dan nilai kehidupan.
b. Bacaan yang disajikan memuat cerita sejarah, kearifan lokal, adat istiadat,
makanan khas, tradisi dan lain sebagainya yang ada di sekitar siswa. Contoh
di Madiun, menyajikan cerita dongkrek, penthul tembem.
c. Setiap siswa diberi bacaan dengan tema yang sama, tetapi beda kata atau
kalimat disesuaikan dengan tingkatan kelas.
d. Siswa dapat membaca nyaring bagi kelas rendah atau membaca dalam hati
bagi kelas tinggi.
e. Setiap bacaan yang diterima tidak hanya dibaca, namun diajak untuk
menganalisis isi cerita, menceritakan kembali dengan bahasanya sendiri,
merangkum, mengartikan kata sulit dan kegiatan lainnya yang bisa
dilaksanakan sebagai tindak lanjut
f. Siswa dapat ditunjuk untuk menjadi pencerita atau mendongeng di depan
teman-temannya melalui pengeras suara. Selain bercerita siswa dapat
melakukan bermain peran dengan tim yang sebelumnya sudah dibimbing
terlebih dahulu oleh guru.
g. Dalam bercerita siswa juga harus mengemukakan tokoh cerita dan nilai yang
terkandung dalam cerita serta manfaat yang diperolehnya.
Jika kegiatan literasi baca dilaksanakan di dalam kelas maka guru dapat
menggunakan media atau pajangan kelas untuk menyajikannya di depan anak-
anak. Media pembelajaran yang dapat digunakan misalkan Big Book yang dibuat
oleh guru bersama anak-anak. Isi dari Big Book merupakan cerita tentang budaya
lokal yang ada di sekitar siswa. Selain itu bahan yang kaya dengan teks budaya
lokal dapat dijadikan sebagai pajangan atau penjelasan sebelum memulai
pelajaran, misalkan tulisan kaligrafi, gambar prasasti, poster tentang batik,
gambar-gambar pahlawan di kota tempat tinggal siswa, atau dapat berupa dinding
215
kata tentang budaya lokal, CD pembelajaran yang berisi budaya lokal misalkan
pembuatan batik, upacara adat, tradisi selamatan, atau tradisi perkawinan,
miniatur sejarah, dan literasi lain yang dapat di tempatkan di kelas sebagai bagian
dari pembelajaran.
Prinsip kegiatan literasi baca adalah siswa memiliki kecintaan terhadap
buku, baik buku teks maupun buku nonteks. Sehingga dalam pembelajarannya
tidak hanya mengenalkan buku tetapi juga membuat siswa menyukai dan
mencontoh karakter yang disajikan. Sehingga pemilihan buku sangat penting
dilakukan sebagai bahan literasi baca. Pada kegiatan membaca di kelas, jika siswa
tidak selesai maka guru dapat meminta siswa membaca di rumah. Contoh buku
yang menarik buku tentang cerita rakyat yang masih jarang dibaca, misalkan di
Jawa Timur, sejarah Retno Dumilah, reog Ponorogo, Dongkrek, Upacara Keduk
beji, terjadinya telaga Sarangan, tradisi Tingkepan dan lain sebagainya. Kajian
cerita akan lebih menarik jika disertai dengan ilustrasi gambar yang dapat dibuat
oleh guru. Apalagi dengan banyak munculnya tempat-tempat wisata baru yang
telah banyak dimuat dalam web atau media sosial dapat dijadikan bahan kajian
yang menarik dengan cara meminta siswa untuk membuat bacaan atau menulis
narasi tentang wisata yang ada di sekitarnya. Sehingga siswa tidak hanya belajar
melalui teks tetapi juga melalui media sosial dengan pendampingan guru dan
orang tua.
SIMPULAN
Perkembangan teknologi yang semakin pesat menyebabkan budaya lokal
hampir tidak dikenal siswa sehingga perlu ditanamkan sejak kecil pada siswa agar
tidak musnah dan hilang. Dalam mengajarkan budaya lokal salah satunya dapat
dilakukan di kelas atau di luar kelas melalui pembiasaan literasi setiap pagi.
Penerapan budaya lokal diharapkan dapat meningkatkan literasi baca siswa
khususnya siswa sekolah dasar. Sehingga budaya lokal masih terpelihara melalui
kegiatan literasi baca di sekolah. Untuk meningkatkan literasi baca dengan
menyajikan informasi – informasi budaya lokal di sekitar siswa dapat dilakukan
melalui pembelajaran di sekolah dasar dengan menggunakan media atau pajangan
216
di kelas yang kaya dengan teks sejarah atau pemahaman nilai-nilai lokal dalam
suatu tayangan tertentu. Selain itu budaya lokal dalam bentuk wisata atau cerita
rakyat dapat diterapkan ke dalam teks bacaan atau dalam media sosial. Untuk itu
peran guru dan orang tua penting dalam mendampingi anak menggunakan media
sosial atau internet sehingga siswa cerdas dalam bermedia. Peran orang tua tidak
hanya mendampingi tetapi lebih pada bentuk pemberdayaan bagi peningkatan
pengetahuan dan keterampilan, kesadaran dalam memanfaatkan potensi melalui
budaya lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2015). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.
Bandung: Refika Aditama.
Abidin, M. & Yunansah. (2017). Pembelajaran Literasi. Strategi Meningkatkan
Kemampuan Literasi Matematika, Sains, membaca dan Menulis. Bandung:
Bumi Aksara.
Ahuja, C. G. & Ahuja, P. (2007). How to Increasing Your Reading Speed.
Malaysia: Unipress Publishing.
Akbar, A. (2017). Membudayakan Literasi Dengan Program 6M Di Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar. Vo. 3 Nomor 1
Arends, R. (2012). Learning ti Teach. Ninth Edition. New York: McGraw-Hill
Companies
Burke, J. (2013). The English Teacher’s Companion: A Completely New Guide to
Clasroom, Curriculum, and The profession. Fourt Edition. Portsmouth:
Heinemann
https://kbbi.web.id/budaya. Diakses tanggal 6 Maret 2020
Kemendikbud. (2017). Materi Pendukung Literasi baca (GLN). Jakarta
Kemendikbud. (2017). Fliyer Literasi Baca Tulis.pdf
Kottak Philip, C. (2013). Cultural Anthropology. Univesity of Michigan: McGraw
Hill Education
Koentjaraningrat. (1994). Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka
Lonigan, C. J. (2006). Development, Assessment, and Promotion of Preliteracy
Skills. Early Education and Development, 17 (1), 91 –114.
217
Mulyana, D & Rakhmat, J. (2006). Komunikasi Antarbudaya:Panduan
Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Permendagri No 39 Tahun 2007 tentang Budaya Lokal
Samsiyah, N. (2019). Internalisasi Literasi sastra Berbasis Kearifan Lokal Untuk
menanamkan Karakter Siswa SD. Konferensi Nasional Bahasa dan sastra
V. http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/knbs/article/view/12892
Top Related