MENTORING-24 (CAHAYA INJIL)
BMF collections - 2015
i | P a g e
Table of Contents PENDAHULUAN ........................................................................................................ iii
Perumpamaan Tentang Pelita Diatas Kaki Dian ....................................................... 1
Perumpamaan Tentang Orang Samaria Yang Murah Hati ..................................... 12
Perumpamaan Tentang Sahabat Pada Tengah Malam .......................................... 38
Perumpamaan tentang Orang Kaya yang Bodoh ................................................... 60
Perumpamaan tentang Pohon Ara yang Mandul ................................................... 82
Perumpamaan tentang Tamu-tamu ..................................................................... 103
Perumpamaan tentang Pesta Perjamuan Besar ................................................... 126
Perumpamaan tentang Uang Dirham yang Hilang ............................................... 150
Perumpamaan tentang Anak yang telah Mati dan Hidup Kembali ...................... 173
Perumpamaan tentang Dua Anak yang Hilang ..................................................... 186
Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak Setia ........................................... 214
Perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus .................................................. 237
Perumpamaan tentang Hamba yang Tidak bergunaa .......................................... 255
Perumpamaan tentang Hakim yang Tidak Adil .................................................... 282
Perumpamaan tentang orang Farisi dan Pemungut cukai ................................... 305
Perumpamaan tentang Uang Mina ...................................................................... 333
Perumpamaan tentang Hamba yang Tidak Mengampuni .................................... 362
Para Pekerja di Kebun Anggur - Bagian Pertama .................................................. 378
Para Pekerja di Kebun Anggur - Bagian Kedua ..................................................... 397
Perumpamaan tentang Pohon Ara ....................................................................... 418
Perumpamaan tentang Para Penggarap Kebun Anggur yang Jahat ..................... 442
Perumpamaan tentang Perjamuan Kawin ............................................................ 484
Perumpamaan tentang 10 Gadis-gadis yang Bijaksana & Bodoh ......................... 504
Perumpamaan tentang talenta ............................................................................ 519
Perumpamaan tentang Kedatangan Yesus yang kedua ....................................... 541
Pemisahan antara Domba dengan Kambing (Bagian ke-2) .................................. 579
ii | P a g e
PENUTUP ............................................................................................................... 597
iii | P a g e
PENDAHULUAN
Apakah Injil itu? Kabar baik.
Apakah artinya bagiku?
Apakah itu penting bagiku?
Apa maknanya bagi dunia?
Bagaimana hidup tanpa Injil Kristus?
Siapakah Yesus? Apa yang Dia ajarkan? Apakah tujuanNya datang ke dunia?
Kiranya pengenalan kita akan Injil dan Kristus menjadikannya sangat berharga dan
bernilai, sehingga sama seperti rasul Paulus & Petrus kita dapat berkata:
II Korintus 2
2:14 Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di
jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman
pengenalan akan Dia di mana-mana.
II Korintus 10
10:5 Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang
dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah.
Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,
Filipi 3
3:8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus
Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku
telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku
memperoleh Kristus,
II Petrus 1
1:2 Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan
Allah dan akan Yesus, Tuhan kita.
II Petrus 3
3:18 Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan
Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan
sampai selama-lamanya.
iv | P a g e
Tuhan Yesus memberkati.
BMF collections - 2015
1 | C A H A Y A I N J I L
Perumpamaan Tentang Pelita Diatas Kaki Dian
Lukas 8:16-17 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang, Liverpool,
Inggris.
Yesus mengatakan di Lukas 8:16, "Tidak ada orang yang menyalakan
pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di
bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian,
supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat
cahayanya."
Anda barangkali bertanya, "Apa yang ingin Yesus katakan kepada kita
di sini?" Ketika Yesus berkhotbah, orang banyak menjadi takjub
mendengar pengajarannya. Namun, apa yang begitu menakjubkan
tentang satu pernyataan seperti ini? Orang banyak suka mendengar
pengajarannya, tetapi ada apa dalam pernyataan seperti itu yang layak
didengarkan? Maksud saya, apa yang begitu menakjubkan tentang
pernyataan ini yang mengatakan, tidak ada orang yang menyalakan
pelita lalu menutupinya dengan tempayan? Tentu saja tidak ada orang
yang berbuat seperti itu! Saya tidak dapat melihat apa-apa yang begitu
menakjubkan dalam pernyataan seperti ini. Saya bahkan tidak dapat
melihat arti rohani semacam apa yang dapat terkandung dalam
pernyataan seperti itu.
Tetapi jika ayat 16 kedengaran terlalu aneh, lalu ayat 17 pula
berlawanan, "Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak
akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan
diketahui dan diumumkan."
Apa artinya semua ini? Menurut Anda, apa yang dapat diartikan oleh
orang banyak yang mendengarkan Yesus itu? Jika saya mengucapkan
kata-kata tersebut kepada Anda, atau jika Anda keluar kepada orang-
orang di jalan dan berkata kepada mereka, "Dengar, aku ingin
memberitahu kamu sesuatu yang sangat penting. Tidak ada orang
yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan," tidakkah
2 | C A H A Y A I N J I L
mereka akan berkata, "Ada yang kurang beres dengan orang ini."
Apabila Anda melihat pernyataan ini, Anda mungkin bertanya, "Apa
yang ingin disampaikan oleh Yesus?" Dan tentu saja pernyataan itu
sangat penting karena ia muncul lima kali di dalam tiga Injil yang
pertama. Kalau begitu, mengapa begitu penting? Apakah wajar saya
mengusulkan kepada Anda untuk coba membuat pernyataan itu kepada
seseorang di jalan? Apakah orang Yahudi memahami pernyataan itu
dengan cara yang sama seperti orang lain di jalan?
Pada kenyataannya, bagi seorang Yahudi, pernyataan tersebut sangat
berarti bagi orang Yahudi yang mempunyai pengertian rohani, dan juga
memahami Kitab Suci. Namun tidak demikian bagi bagi orang non-
Yahudi. Kalau begitu, mari kita bertanya lagi, apa yang begitu penting
tentang pernyataan ini, yang tampaknya tidak sedang menyatakan
sesuatu yang sangat penting namun justru muncul lima kali di dalam
kitab-kitab Injil sinoptis, yakni tiga Injil yang pertama. (Matius 5:15,
10:26; Markus 4:21-22; Lukas 8:16-17, 11:33.)
Gideon dan Tiga Ratus Orangnya Menutupi Terang Mereka
Apa artinya menutupi terang atau pelita? Pada dasarnya, terdapat dua
cara bagaimana seorang Yahudi dapat memahami pernyataan tersebut.
Yang pertama, mereka akan mengingat satu peristiwa bersejarah di
dalam Kitab Suci. Dan yang kedua, mereka tahu apa yang ditetapkan
oleh peraturan orang Yahudi tentang terang.
Yang pertama, siapapun yang mengenal Kitab Suci akan segera
mengingat, "Ah ya! Terang yang ditutupi dengan tempayan!" Tahukah
Anda di mana terang ditutupi dengan tempayan di dalam Alkitab?
Hakim-hakim pasal 7 ialah satu tempat di dalam Kitab Suci di mana
terang ditutupi dengan tempayan. Ini sangat penting untuk dimengerti.
Bagi Anda yang bukan orang Kristen atau yang baru percaya, saya
akan menceritakan apa yang terjadi di situ.
Terjadi satu peperangan, dan Israel berhadapan dengan tentara musuh
yang sangat besar. Jadi, seluruh bangsa Israel berada dalam
ketakutan. Situasinya sangat gawat, dan Allah memanggil seorang
hamba-Nya bernama Gideon. Dan Gideon mengerahkan satu angkatan
tentara sebesar mungkin untuk melawan musuh besar ini yang datang
menyerang mereka. Namun Gideon masih kalah dari segi jumlah.
3 | C A H A Y A I N J I L
Sekilas pandang, tentara Israel yang terdiri dari campuran bermacam-
macam orang, tidak mungkin dapat melawan pihak musuh. Besar
kemungkinan mereka akan dibantai habis-habisan. Jadi, Tuhan berkata
kepada Gideon, "Tidak. Kita tidak akan pergi berperang dengan orang-
orang ini. Aku mau tiga ratus orang. Perhatikan mereka apabila
mereka minum. Pilih mereka yang menghirup dengan membawa
tangannya ke mulutnya." Dan jumlah orang yang menghirup dengan
membawa tangannya ke mulutnya, ada tiga ratus orang. Nah, apakah
tiga ratus prajurit yang khusus ini, telah mempelajari seni 'kung fu'
atau seni perang yang lain? Tidak! Tidak sama sekali! Mereka dipilih
hanya karena kualitas rohani belaka, bukan karena kemahiran perang
karena mereka akan bertempur dalam satu peperangan yang luar biasa
oleh kuasa Allah. Mereka akan memenangkan peperangan ini dengan
terang, bukan dengan pedang. Setahu saya, inilah satu-satunya
peperangan yang dimenangkan semata dengan menyinarkan terang,
bukan dengan menarik pedang. Yang dikatakan Allah ialah: "Siapkan
suluh, dan tutup setiap suluh itu dengan sebuah buyung." Maka,
Gideon dan tiga ratus orang itu masing-masing mengambil suluh yang
telah dinyalakan, dan menutupinya dengan sebuah buyung.
Pada malam hari, tiga ratus orang ini maju melawan puluhan ribu
tentara musuh. Mereka dibagikan kepada tiga pasukan yang
ditempatkan di sekeliling perkemahan musuh dari tiga sisi. Satu-
satunya senjata yang dibawa masing-masing orang ialah suluh yang
ditutupi buyung di tangan kiri, dan sangkakala di tangan kanan. Dan
Gideon berkata, "Saat aku meniup sangkakala, kamu semua yang
bersamaku, juga meniup sangkakala. Kamu juga pecahkan buyung dan
cahaya suluh akan bersinar tiba-tiba dalam kegelapan dan kamu akan
berteriak, 'Demi Tuhan dan demi Gideon!'" (Hakim-hakim 7:18-19)
Pendengar Yahudi akan segera menangkap maksud Yesus: Apakah
suluh dinyalakan untuk sentiasa tetap berada di dalam buyung? Tentu
saja tidak! Itulah sebabnya Yesus melanjutkan untuk berkata di Lukas
8:17, "Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan
dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan
diketahui dan diumumkan." Suluh-suluh tentara Gideon disembunyikan
saat mereka datang di tengah-tengah musuh, tetapi mereka
dinyatakan dan diketahui saat Gideon memberikan sinyal untuk
memecahkan buyung dan memulai perang. Bukankah ini hebat? Anda
dapat melihat bahwa Yesus tidak semata berkata, "Tidak seorangpun
4 | C A H A Y A I N J I L
menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan" karena itu
sendiri tidak terlalu berarti.
Tempayan, atau Manusia Lama Menutupi Terang Itu
Orang Kristen yang sejati ialah terang yang telah dinyalakan Allah. Lalu
apakah yang dilambangkan tempayan? Tempayang di luar diri kita
tentu saja ialah manusia lama kita. Dapatkah Gideon dan orang-
orangnya memenangkan peperangan ini selama suluh mereka masih
ditutupi oleh buyung? Kita juga tidak dapat bersinar sebagai terang di
dunia ini dan memenangkan peperangan rohani ini selama kita masih
ditutupi oleh manusia lama. Seperti tempayan itu, manusia lama kita
harus dipecahkan. Kata 'memecahkan' yang digunakan dalam Hakim-
hakim 7:18 ialah kata yang sama yang dipakai Paulus di Roma 16:20
untuk 'menghancurkan' (kepala ular). Menghancurkan atau
meremukkan kepala ular adalah satu referansi kepada Kejadian 3:15.
Dan di situ ia menunjuk kepada keselamatan manusia. Manusia
diselamatkan apabila Iblis dihancurkan, dan apabila manusia lama kita
dihancurkan pada saat keselamatan itu diterapkan ke dalam diri kita.
Saya telah banyak kali berusaha untuk mengatakan kepada Anda
bahwa keselamatan itu tidak berarti bagi kita kecuali pada saat ia
diterapkan ke dalam kehidupan kita. Kenyataan bahwa Yesus telah
menyelesaikan pekerjaan keselamatan di atas kayu salib tidak berarti
kita diselamatkan secara otomatis. Kalau tidak, seluruh dunia akan
diselamatkan secara otomatis, tanpa berbuat apa-apa. Tidak, kita
hanya diselamatkan pada saat keselamatan ini diterapkan ke dalam
kehidupan kita. Inilah dimaksudkan dengan iman.
Tetapi apa artinya menerapkan keselamatan ke dalam kehidupan kita?
Pertama-tama, ini berarti manusia lama harus dihancurkan. Dan alasan
mengapa kita harus tetap mengulangi hal ini adalah karena ini
merupakan kebenaran pokok dari ajaran Yesus dan dari ajaran seluruh
Perjanjian Baru. Namun, kenyataan ini tidak dimengerti oleh banyak
orang Kristen masa kini. Itulah sebabnya Yesus sering menyatakan hal
yang sama dengan cara yang berbeda. Kita telah melihat bahwa ia
berbicara tentang kain yang lama dan kain yang baru, anggur yang
lama dan anggur yang baru. Yesus telah berulang-kali menyatakan
bahwa Anda harus menyangkal diri Anda; dan seperti benih Anda harus
mati. Jika pesan ini tidak dapat menembus ke dalam hati Anda,
keselamatan akan begitu saja melewati telinga Anda seperti angin!
5 | C A H A Y A I N J I L
Menjadi seorang Kristen yang sejati berarti menjadi seorang manusia
yang baru. Dan kita hanya dapat menjadi seorang manusia baru jika
yang lama sudah ditinggalkan. Tetapi jika Anda mendapati yang lama
masih aktif di dalam diri Anda, jika Anda belum benar-benar berubah
sejak datang kepada Tuhan, maka orang Kristen macam apakah Anda
itu?
Dan lebih dari itu, kita tidak diselamatkan supaya kita dapat menikmati
terang itu sendiri, supaya kita dapat menutupi diri kita dalam tempayan
kita dan berkata, "Bagus sekali, aku punya terang itu untuk diriku
sendiri." Itu tidak akan terjadi karena Yesus berkata itu bukan
alasannya mengapa Anda diberi terang. Tujuan memberikan terang
kepada Anda bukanlah supaya Anda dapat menikmatinya dengan egois
tetapi supaya Anda bercahaya di dunia ini, supaya Anda dapat berjuang
melawan kuasa kegelapan agar musuh-musuh kebenaran dapat
disingkirkan. Dalam pengertian ini, Anda tidak mungkin dapat menjadi
seorang Kristen secara rahasia; Anda tidak mungkin dapat menjadi
seorang Kristen bawah tanah.
Orang Kristen di negara-negara tertentu menjalankan kegiatan-
kegiatan mereka di bawah tanah, tetapi kehidupan mereka harus
sentiasa menunjukkan bahwa mereka adalah orang Kristen. Mereka
barangkali harus menjalankan kegiatan bawah tanah seperti, mencetak
Alkitab secara tersembunyi, seperti yang terjadi di Rusia. Mereka
barangkali harus mengadakan pertemuan di dalam hutan dan di
gunung. Kegiatan bisa saja dirahasiakan disebabkan oleh situasi, tetapi
kehidupan mereka tidak dapat dirahasiakan. Terang selalu bercahaya.
Memang telah menjadi sifat terang untuk bersinar agar orang lain tahu
bahwa mereka adalah orang Kristen. Ketika saya berada di Negeri
Tiongkok, saya diketahui sebagai orang Kristen. Hal itu tidak dapat
dirahasiakan. Teman-teman saya di Tiongkok dikenal sebagai orang
Kristen. Itu bukan rahasia. Tentu saja, sejauh mungkin seringkali kita
harus mengadakan pertemuan di tempat yang sepi dan rahasia. Tetapi
ingat ini, kita tidak diselamatkan hanya supaya kita dapat menikmati
terang itu. Allah telah menyelamatkan Anda supaya Anda mengambil
tempat Anda di dalam peperangan rohani itu.
Menutupi Terang Anda apabila Tertekan?
6 | C A H A Y A I N J I L
Anda barangkali berkata, "Astaga! Peperangan rohani bukan keahlian
saya". Yesus mengetahui itu juga. Apabila Anda membandingkan
kelima-lima ungkapan Yesus ini, Anda akan menemukan satu pola yang
menarik. Sekalipun kita telah bercahaya sebagai terang, namun
kadang-kadang karena banyaknya tantangan yang harus dihadapi,
banyak orang ingin menutupi terang itu kembali.
Ketika kami berada di Tiongkok, kami yang dikenal sebagai orang
Kristen mulai ditekan. Sebagai contoh, saya menarik perhatian pihak
polisi meskipun saya orang Kristen yang baru percaya, seorang
anggota jemaat yang tidak berarti. Saya tidak dapat membayangkan
tekanan yang harus dihadapi oleh pemimpin-pemimpin jemaat. Bahkan
saya, seorang Kristen baru percaya yang tidak berarti di dalam gereja,
ditekan sedemikian rupa sehingga saya tergoda untuk menutupi terang
itu kembali. Keadaan menjadi terlalu sulit. Jika Anda melihat seorang
polisi berpakaian seragam diluar pintu gereja dengan sebuah buku
catatan guna mencatat nama Anda sementara Anda memasuki gereja
hari ini, saya bertanya-tanya apakah Anda akan berhenti di pintu pagar
dan berkata, "Tidak jadi ke gereja hari ini," dan dengan terburu-buru
Anda akan meninggalkan tempat itu? Sebenarnya, itulah yang terjadi
kepada kami. Kami datang ke gereja dan menemukan polisi duduk di
luar pintu untuk mencatat nama kami. Dan dalam keadaan seperti itu,
tidak perlu saya katakan, banyak orang yang memutuskan untuk
menutupi terang mereka. Mereka mengambil tempayan dan menutupi
kepala mereka. Dari banyak sisi, kita tidak dapat menyalahkan mereka.
Apakah Anda siap untuk mempertaruhkan seluruh karir Anda demi
Kristus seperti yang dilakukan teman saya? Karena ia seorang Kristen,
ia tidak diizinkan untuk masuk universitas. Ia tidak dapat melanjutkan
studinya. Bukankah lebih baik berkata, "Aku akan membiarkan
terangku bercahaya setelah aku keluar dari universitas, bukan
sebelumnya"? Masalahnya ialah, pada waktu Anda telah mendapatkan
pendidikan universitas, profesi Anda yang terancam. Jadi, lebih baik
Anda menutupi terang Anda sekali lagi. Oleh karena itu, meskipun
Anda telah menjadi seorang Kristen yang sejati, dan manusia lama
Anda telah dihancurkan, Anda akan sentiasa dicobai untuk menutupi
terang itu sekali lagi.
Dan bagaimana dengan Anda? Umpamanya, sebagai seorang Kristen,
Anda harus berdoa sebelum makan di kantin rumah sakit atau kantin
7 | C A H A Y A I N J I L
universitas, atau di restoran. Lalu, teman-teman Anda berkata, "Ah!
Kamu salah satu orang gila agama itu!"
"Aku? Tidak! Siapa bilang aku orang gila agama?"
Mereka berkata, "Kami tahu kamu gila agama. Kamu pergi ke gereja
setiap Minggu. Tahukah kalian? Ia pergi ke gereja!!!"
Lalu wajah Anda menjadi merah. Anda barangkali segera merasakan
seluruh manusia lama itu menjadi hidup kembali dan Anda
memasukkan kepala Anda ke dalam tempayan kembali. Dan Anda
berkata, "Sebenarnya, aku hanya pergi sekali-sekali. Aku sudah tidak
ke gereja beberapa minggu," hampir merasa begitu gembira Anda tidak
ke gereja untuk beberapa minggu. Bahkan tekanan yang begitu lembut
menyebabkan Anda menutupi dirimu dengan tempayan sekali lagi.
Pelita dan Peraturan Orang Yahudi
Yesus berbicara tentang pelita yang ditutupi dengan beberapa benda
selain dari tempayan. Pelita juga ditutupi dengan gantang juga.
'Gantang' muncul di Matius 5:15, di Markus 4:12 dan juga di Lukas
11:33. Gantang ialah alat yang digunakan untuk mengukur jagung,
tepung jagung atau tepung gandum. Seringkali, gantang dibuat dari
kayu dan cukup ringan untuk digunakan sebagai penutup. Dan di
Markus 4:21, Yesus berbicara tentang meletakkan pelita di bawah
tempat tidur. Bukan hal yang gampang terjadi! Meletakkan pelita
dibawah tempat tidur! Kemudian di Lukas 11:33, bukan saja
ditempatkan dibawah tempat tidur, tetapi juga ditempatkan di dalam
kolong rumah! Apa itu kolong rumah? Kolong rumah ialah suatu tempat
di mana Anda menyimpan semua makanan Anda, dan barang-barang
berharga. Kolong rumah ialah semacam kamar gudang. Kolong rumah
ialah tempat yang paling sulit untuk didobrak karena ia paling
dilindungi. Jadi di samping tempayan, kita menemukan bahwa terang
dapat ditutupi dengan gantang, dan juga dapat ditempatkan di bawah
tempat tidur dan ke dalam kolong rumah.
Apa artinya semua ini? Anda berkata, "Tentu saja tidak ada orang yang
berbuat seperti itu." Dalam kenyataannya, mereka berbuat seperti itu.
Anda perlu mengetahui peraturan orang Yahudi untuk memahami hal
ini. Bagi seorang Yahudi, meletakkan pelita di bawah tempat tidur
bukan hal yang tak masuk akal. Hal itu sering dilakukan. Untuk
8 | C A H A Y A I N J I L
memahami hal ini, Anda perlu memahami beberapa hal tentang
peraturan orang Yahudi. Salah satu hal yang harus dimengerti ialah
pada hari-hari tertentu dalam satu minggu atau hari-hari tertentu
dalam satu tahun, terang tidak boleh dipadamkan. Terang tidak boleh
dipadamkan, umpamanya pada hari Sabat, yaitu, pada hari Sabtu, hari
suci bagi orang Yahudi, karena berbuat itu merupakan suatu pekerjaan.
Menyalakan pelita merupakan satu pekerjaan. Memadamkannya juga
merupakan satu pekerjaan. Jadi, jika Anda memadamkan pelita Anda,
Anda telah melakukan suatu pelanggaran menurut peraturan para rabi
di zaman itu, bukan menurut peraturan Kitab Suci. Anda telah berbuat
dosa. Lalu, apa yang akan Anda lakukan jika Anda punya pelita yang
sedang menyala dan Anda tidak diizinkan untuk memadamkannya?
Seandainya Anda ingin tidur, dan pelita itu masih menyala, bagaimana
Anda dapat tidur jika pelita itu masih menyala? Anda tidak diizinkan
untuk memadamkannya, dan Anda tidak dapat tidur, jadi, tentu saja,
Anda meletakkannya dibawah tempat tidur! Itu diperbolehkan.
Geserkan saja di bawah tempat tidur dan Anda tidak melanggar
peraturan apapun! Jadi apabila Yesus berbicara tentang meletakkan
pelita di bawah tempat tidur, orang Yahudi mengenal kebiasaan itu
dengan baik. Tidak ada bahayanya meletakkan pelita di bawah tempat
tidur, walaupun Anda harus berhati-hati. Pelita mungkin menyebabkan
kayu di bawah tempat tidur menjadi sedikit panas tetapi tidak akan
membakar tempat tidur karena jarak di antara tempat tidur dan lantai
agak tinggi. Jadi, itu adalah satu cara untuk menyingkirkan terang.
Tetapi jika Anda tidak ingin mengambil risiko, cara yang lain ialah
menutup terang pelita itu. Anda dapat menutupinya dengan gantang
yang agak besar. Pelita tidak akan padam karena gantang itu dibuat
dari kayu. Atau, Anda dapat menutupinya dengan tempayan dan
kemudian berharap ia akan padam dengan sendirinya untuk
menghemat sedikit minyak! Jika pelita padam dengan cara ini, Anda
tidak bersalah karena Anda bisa berkata, "Aku tidak berniat untuk
memadamkannya. Aku menutupinya supaya aku tidak diganggu oleh
terangnya." Jadi Anda lihat, kebiasaan-kebiasaan ini sangat umum.
Satu cara lagi ialah dengan memasukkan saja pelita itu ke dalam
kolong rumah.
Selain dari hari Sabat, terdapat juga waktu-waktu lain bilamana terang
harus ditutupi. Umpamanya, di bawah peraturan orang Yahudi, jika
seseorang menghampiri saat kematiannya, terang juga harus ditutupi.
9 | C A H A Y A I N J I L
Waktu yang lain apabila terang harus ditutupi adalah pada waktu
Perayaan Terang. Sekali lagi, terang tidak boleh dipadamkan, dan
dalam kasus ini, mereka tidak boleh memadamkan terang selama
delapan hari! Jadi, Anda dapat bayangkan seperti apa pelita di biarkan
menyala selama delapan hari. Sekarang, Anda menyadari betapa
berartinya kata-kata tersebut bagi orang Yahudi.
Tempayan dan gantang juga melambangkan pekerjaan kita
Bagaimana hal ini dapat diterapkan kepada kita? Manusia lama kita
mungkin telah dipecahkan setelah kita menjadi orang Kristen yang
sejati. Sayangnya, banyak orang "Kristen" yang bahkan belum
mencapai tahap itu. Mereka belum putus sepenuhnya dari masa lalu
mereka. Cara hidup mereka yang lama menghantui mereka sehingga
hari ini, dan membuntuti mereka seperti bayang-bayang. Mereka
belum pernah merasakan sukacita sebagai ciptaan baru. Kehidupan
mereka ialah satu pergumulan yang terus menerus di antara daging
dan roh. Kehidupan yang penuh kesengsaraan ini menjadi bagian dari
kehidupan harian. Oleh karena itu, mereka umpama 'orang Kristen
padang gurun' yang belum sampai Tanah Perjanjian. Kehidupan Kristen
bagi mereka adalah satu hal yang tidak menggembirakan. Mereka tidak
menikmati berkat-berkat rohani yang dilambangkan oleh susu dan
madu. Tetapi sekalipun Anda telah menjadi seorang Kristen yang sejati,
kita telah melihat bahwa ada banyak alasan mengapa adanya godaan
untuk menutupi terang itu kembali. Di Tiongkok, kita telah melihat
bahwa itu disebabkan oleh penganiayaan. Di dunia Barat, harga untuk
menjadi seorang Kristen yang sejati juga tinggi dalam pelbagai cara.
Lihatlah pada gantang dan tempayan. Gantang dan tempayan
melambangkan kepada kita makanan dan minuman karena mereka
digunakan untuk mengukur tepung dan biji-bijian, dan untuk
menyimpan minuman. Berarti, benda-benda ini digunakan untuk
mengumpulkan makanan dan minuman. Jadi, mereka mewakili
keperluan kehidupan harian. Dan sama seperti gantang dan tempayan
mengumpulkan makanan dan minuman kita, pekerjaan dan profesi kita
merupakan sarana untuk kita menyediakan keperluan harian kita.
Sangat mengherankan berapa banyak orang Kristen yang mengizinkan
profesi mereka, pekerjaan mereka dan keinginan duniawi mereka untuk
menutupi terang mereka. Berapa banyak orang yang ingin melayani
10 | C A H A Y A I N J I L
Tuhan tetapi tidak dapat. Mereka tidak hendak melayani Tuhan karena
hal-hal ini terlalu berarti bagi mereka.
Tempat Tidur Melambangkan Perkawinan
Dan apa yang dilambangkan oleh tempat tidur di dalam Alkitab? Pada
saat Anda berpikir tentang tempat tidur, Anda segera berpikir tentang
istirahat, tentang tidur, tentang persantaian. Bukankah benar bahwa
kesenangan dan kesukaan akan kesenangan dapat menjadi suatu
bahaya yang besar kepada kehidupan Kristen? Tetapi di dalam Kitab
Suci, tempat tidur ialah simbol untuk perkawinan. Sangat luar biasa
betapa bahayanya perkawinan itu bagi kerohanian seseorang. Bagi
kalian yang memikirkan perkawinan, tolong tandai kata-kata saya ini.
Tempat tidur, atau perkawinan, mempunyai satu cara untuk membujuk
kita untuk meletakkan pelita itu bukan di atas tempat tidur tetapi di
bawah. Sangat luar biasa betapa banyaknya orang yang telah
kehilangan terang mereka yang bercahaya karena perkawinan.
Sebelumnya, Tuhan sangat penting bagi mereka, tetapi setelah mereka
berkawin, istri mereka atau suami mereka menjadi yang terutama bagi
mereka. Tuhan digeserkan dari tempatnya. Dan jangan Anda berkata
dalam hati Anda, "Hal ini tidak akan terjadi kepadaku!" Seperti yang
dikatakan Paulus, "Berhati-hatilah! Apabila kamu berpikir kamu berdiri
teguh, kamu akan jatuh dengan dahsyat." Kita telah kehilangan banyak
orang yang baik dalam pekerjaan Tuhan karena segera sesudah
mereka berkawin, mereka kehilangan semangat untuk keluar dan
bersinar demi Kristus. Dan seringkali hal-hal ini berkaitan. Segera
sesudah Anda berkawin, tiba-tiba, pekerjaan Anda dan profesi Anda
yang tidak terlalu berarti bagi Anda sewaktu masih bujang, sekarang
menjadi sangat penting karena Anda harus menyediakan bagi keluarga
Anda. Saya masih ingat ada beberapa orang yang pernah berkata
kepada saya, "Aku barangkali telah melayani Tuhan jika aku masih
bujang. Tetapi aku sekarang telah berkeluarga. Aku tidak bisa
melakukannya sekarang." Terangnya telah digeserkan ke bawah
tempat tidur.
Kolong Rumah Melambangkan Harta-milik Kita
Dan bagaimana dengan kolong rumah? Kolong rumah ialah tempat di
mana kita menyimpan harta-milik kita. Jadi, ia melambangkan semua
harta-milik kita, bukan? Kolong rumah itu sama dengan brankas, atau
11 | C A H A Y A I N J I L
bank di zaman modern ini. Uang disimpan di bawah rumah di dalam
kolong rumah. Orang menggali lubang di dalam kolong rumah mereka
dan menutupinya dengan penutup palsu untuk menyembunyikan harta
mereka sama seperti orang membangunkan tembok pada masa kini.
Ya, cinta akan uang telah mencegah terang dari bercahaya.
Oleh karena itu, gantang melambangkan makanan; tempayan,
minuman; tempat tidur, perkawinan; dan kolong rumah, harta-milik
kita dan barang-barang berharga kita, apakah hal-hal ini menghalangi
Anda dari bersinar bagi Tuhan hari ini? Apakah Anda benar-benar
berfungsi sebagai terang di dunia ini?
Ringkasan
Mari kita meringkaskan khotbah kita. Allah tidak memberikan kepada
kita terang demi kepentingan kita sendiri. Tetapi seperti Gideon dan
orang-orangnya, kita harus bercahaya di dunia ini sebagai hamba-
hamba Yesus yang setia. Untuk dapat bercahaya, agar terang dapat
bersinar dari kehidupan kita, manusia lama itu harus dihancurkan.
Tetapi berhati-hatilah, jangan-jangan Anda mengambil tempayan yang
lain dan menutupi terang Anda lagi. Yaitu, Anda kembali kepada cara
hidup yang lama, sikap mementingkan diri sendiri dan sebagainya.
Atau, Anda menutupi terang Anda dengan tempayan atau gantang,
Anda meletakkan terang di bawah tempat tidur atau menaruhnya ke
dalam kolong rumah dengan mengizinkan cinta akan hal-hal duniawi
untuk mencegah Anda dari bersinar. Jika demikian halnya, apa
gunanya diberi terang pada awalnya? Karena itu, berjaga-jagalah!
Tempayan, gantang, tempat tidur dan kolong rumah dapat sepenuhnya
menutupi terang Anda. Ini berarti Anda dapat sepenuhnya berpaling
dari menjadi seorang Kristen.
Jadi, kita melihat bahwa apa yang tampaknya satu pernyataan yang
sepele dari Yesus ternyata mengandung kekayaan rohani yang begitu
besar bagi kita. Sekarang kita dapat mengerti mengapa pernyataan ini
diulangi begitu banyak kali. Ia menangani bukan saja keselamatan kita
tetapi juga apa yang disebut sebagai pengudusan kita, yaitu,
kehidupan kita yang dikuduskan, fungsi kita sebagai seorang Kristen,
sebagai terang, pada masa kini.
12 | C A H A Y A I N J I L
Perumpamaan Tentang Orang Samaria Yang Murah Hati
Lukas 10:25-37 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang, Montreal
Hari ini, kita melanjutkan studi kita akan pengajaran Yesus. Kita akan
mempelajari perumpamaan-perumpamaan Yesus di dalam Injil Lukas.
Tetapi sebelum kita melakukan ini, saya meminta Anda semua
membuka Matius 15:1-9 karena pasal ini sangat berkaitan dengan
perumpamaan yang akan kita pelajari hari ini. Saya tidak akan
mengkhotbahkan pasal ini, tetapi saya cuma ingin membacakannya
kepada Anda karena pasal ini banyak kaitannya dengan perumpamaan
kita hari ini. Di sini kita membaca tentang ahli-ahli Taurat yang gemar
mempelajari hukum Taurat, dan mereka juga adalah pengajar-pengajar
hukum Taurat. Karena itu mereka juga berperan sebagai
penyelenggara-penyelenggara Hukum Taurat. Itulah sebabnya
mengapa mereka disebut ahli-ahli Taurat. Matius 15:1-2.
Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari
Yerusalem kepada Yesus dan berkata: "Mengapa murid-murid-Mu
melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak
membasuh tangan sebelum makan."
Saya harus juga menjelaskan bahwa maksud membasuh tangan di sini
tidak ada hubungannya dengan higiene, jangan-jangan Anda berpikir
bahwa murid-muridnya begitu lalai dalam hal higiene sehingga mereka
tidak membasuh tangan sebelum makan. Itu bukan maksudnya.
Pembasuhan tangan di sini berhubungan dengan adat membasuh
tangan, bukan dengan higiene. Meskipun tangan Anda sangat bersih,
tetapi jika Anda menyentuh benda-benda tertentu yang dianggap najis,
tangan Anda dianggap najis. Umpamanya, jika Anda pergi ke pasar dan
Anda menyentuh sesuatu yang dijual oleh bangsa lain, yaitu bangsa
bukan Yahudi, maka Anda menjadi najis. Pada kenyataannya apa saja
yang berhubungan dengan bangsa-bangsa lain, yaitu bangsa non-
Yahudi, adalah najis. Sebagai contoh, jika seorang dari bangsa lain
menyentuh buku himne ini, dan kemudian seorang Yahudi menyentuh
buku himne ini, orang Yahudi ini akan menjadi najis, sekalipun buku
himne ini sangat bersih. Lalu, apa yang harus dilakukan oleh orang
13 | C A H A Y A I N J I L
Yahudi ini? Ia harus membasuh tangannya menurut adat. Jadi,
pembasuhan tangan ini tidak ada hubungannya dengan kotoran di
tangan, tetapi ada hubungannya dengan kenajisan. Ayat-ayat 3-6a:
Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Mengapa kamupun
melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek
moyangmu? (Adat istiadat membasuh tangan tidak ada
hubungannya dengan perintah Allah, tetapi syarat yang dibuat
manusia.) Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu;
dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti
dihukum mati. Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada
bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat
digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk
persembahan kepada Allah, orang itu tidak wajib lagi menghormati
bapanya atau ibunya.
Saya akan menjelaskan apa artinya. Orang Yahudi mempunyai satu
peraturan yang menyatakan jika sesuatu dijanjikan sebagai
persembahan kepada Allah, maka ia tidak perlu lagi diberikan kepada
orangtua mereka. Seandainya Anda diharapkan untuk memberi seratus
dollar kepada orangtua Anda, dan kemudian Anda memutuskan untuk
tidak memberikan seratus dollar itu kepada orangtua Anda. Bagaimana
Anda memecahkan masalah ini? Mudah sekali! Adat istiadat keagamaan
menyediakan satu jalan. Anda bisa mengumumkan seratus dollar ini
sebagai suatu 'persembahan', dan demikian Anda tidak perlu
memberikan uang itu kepada orangtua Anda lagi. Namun apakah itu
berarti Anda wajib memberikannya kepada Allah? Nah, inilah yang
aneh. Anda tidak perlu memberikannya kepada Allah! Anda tidak perlu
benar-benar mempersembahkannya. Anda perlu menjadi seorang
pengacara specialis taurat Yahudi untuk memahami urusan ini.
Bagaimana Anda bisa menyebutnya sebagai 'persembahan', namun
tidak perlu dipersembahkan kepada Allah? Saya tidak dapat
memahaminya. Justru inilah yang dikatakan oleh Yesus: "Kamu
menggunakan adat istiadatmu untuk menghapuskan Firman Allah."
Kemudian Yesus melanjutkan ke ayat 6:
Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi
adat istiadatmu sendiri. Dengan demikian firman Allah kamu
nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri. Hai orang-
orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini
14 | C A H A Y A I N J I L
memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-
Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang
mereka ajarkan ialah perintah manusia."
Adat istiadat dan perintah manusia - seperti,membasuh tangan dan
berjalan tidak lebih dari 1,750 kaki pada hari Sabat - menyebabkan
firman Allah tidak berlaku. Bagaimana mereka menyatakan firman
Allah tidak berlaku? Seandainya ada seseorang dalam kesusahan, Anda
bisa berkata, "Karena hari ini ialah hari Sabat, aku tidak bisa datang
menolong kamu karena peraturan Sabat menetapkan aku hanya bisa
berjalan sejauh 1,750 kaki. Oleh karena itu, aku tidak bisa datang
karena jaraknya melampaui apa yang ditetapkan oleh tradisi." Dengan
cara ini, mereka menyatakan firman Allah tidak berlaku.
Perumpamaan tentang Orang Samaria yang Murah Hati
Berlatar belakangkan ini, mari kita sekarang membuka Lukas 10:25-37
untuk membahas salah satu perumpamaan Yesus. Ini adalah
perumpamaan yang terkenal tentang Orang Samaria yang Murah Hati.
Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai
Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk
memperoleh [atau lebih tepat, mewarisi] hidup yang kekal?" Jawab
Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa
yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu,
dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata
Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka
engkau akan hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu
berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" Jawab
Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia
jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja
merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan
yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan
ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu,
tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang
Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia
melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria,
yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia
15 | C A H A Y A I N J I L
melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi
kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya
dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke
atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat
penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan
dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia
dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya,
waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut
pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke
tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah
menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya:
"Pergilah, dan perbuatlah demikian!"
Perumpamaan ini pasti dikenal Anda, terutamanya jika Anda
dibesarkan dalam sekolah minggu. Setiap orang tahu tentang
Perumpamaan tentang Orang Samaria yang Murah Hati. Tetapi berapa
orang yang memahaminya? Mengetahui adalah satu hal; memahami
adalah hal yang lain. Kita mengetahui banyak; tetapi memahami
sangat sedikit.
“Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang
kekal?"
Pertama-tama, saya mau Anda perhatikan bahwa perumpamaan ini
sangat penting karena hubungannya dengan pertanyaan, "Apa yang
harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Perumpamaan
ini berkaitan dengan hidup yang kekal. Seringkali, apabila
perumpamaan ini diajarkan di sekolah minggu, tidak ada pertalian
ditimbulkan di antara cerita orang Samaria yang murah hati ini dan
persoalan tentang hidup yang kekal. Cerita ini semata digunakan untuk
mengajar orang supaya berbuat baik kepada sesama manusia. Tetapi
tidak ada pertanyaan ditimbulkan tentang kaitannya dengan hidup
yang kekal. Apa pertalian perumpamaan ini dengan hidup yang kekal?
Perumpamaan ini adalah jawaban kepada pertanyaan bagaimana
mewarisi hidup kekal! Sangat aneh bagaimana kita seringkali
mengajarkan ajaran Yesus diluar konteksnya. Saya tidak pernah
diberitahu bahwa Perumpamaan tentang Orang Samaria yang Murah
Hati ini ada hubungannya dengan persoalan tentang hidup yang kekal.
Saya pikir perumpamaan ini semata mengajar kita supaya berbuat
16 | C A H A Y A I N J I L
baik. Tetapi itu bukan maksud dari jawaban Yesus. Jawaban Yesus
adalah jawaban bagaimana untuk memperoleh hidup yang kekal.
Lihat sekali lagi pada pertanyaan yang dinyatakan dengan baik ini.
Pertanyaan ini disampaikan oleh seorang ahli Taurat, seorang yang
menghabiskan seluruh hidupnya mempelajari Kitab Suci. Ia betul-betul
tahu bagaimana untuk mengutarakan pertanyaannya. Pertanyaan itu
tidak dapat dipersoalkan sama sekali. Secara teologis, pertanyaan itu
dinyatakan dengan baik. Pertanyaannya bukan, "Bagaimana aku
menerima hidup yang kekal sebagai upah?" atau "Bagaimana aku
pantas menerima hidup yang kekal?" Itu bukan pertanyaannya.
Pertanyaannya ialah: "Bagaimana aku mewarisi hidup yang kekal?"
Untuk mewarisi hidup yang kekal atau mewarisi apapun, Anda harus
menjadi seorang anak! Pertanyaannya ialah: "Bagaimana aku menjadi
anak Allah supaya aku bisa mewarisi hidup yang kekal?" Pertanyaan ini
disampaikan dengan baik sekali.
Jangan seorang pun berkata bahwa orang Yahudi berbicara tentang
keselamatan oleh perbuatan atau keselamatan melalui melakukan
hukum Taurat karena melainkan Anda seorang anak Allah, Anda
bahkan tidak berada di bawah hukum Taurat. Berbicara tentang
melakukan hukum Allah sedangkan Anda bukan anak-Nya itu soal yang
lain. Jika saya bukan warganegara Kanada, apakah saya mengikut
undang-undang Kanada atau tidak, tidak menjadi persoalan. Jika saya
tinggal di Inggris, undang-undang Kanada tidak ada hubungannya
dengan saya. Saya hidup di bawah undang-undang Inggris, bukan
undang-undang Kanada. Dan begitu, untuk menimbulkan pertanyaan,
"Bagaimana aku menaati undang-undang Kanada?" Itu tidak releven
karena saya tinggal di Inggris, saya tidak berada di Kanada. Demikian
pula, jika saya berkata kepada Anda, "Kamu harus menuruti undang-
undang Inggris," Anda akan berkata, "Menggelikan! Aku tidak tinggal di
Inggris. Aku tinggal di Kanada. Undang-undang Inggris tidak ada
hubungannya dengan aku." Dengan demikian, melainkan saya seorang
anak Allah, melainkan saya seorang warganegara, hukum-hukum Allah
tidak ada hubungannya dengan saya walaupun mereka mungkin
berlaku dalam beberapa cara yang tertentu karena Allah bagaimanapun
adalah Allah langit dan bumi. Ia adalah Raja di atas segala-galanya.
Tetapi, pertanyaan yang diutarakan oleh ahli Taurat itu jauh lebih jelas
dan lebih halus dari itu. Ahli Taurat itu berkata, "Bagaimana aku
mewarisi....? Apa yang harus kuperbuat supaya berada dalam suatu
17 | C A H A Y A I N J I L
kedudukan untuk menerima hidup yang kekal dari Allah? Apa yang
harus kuperbuat untuk menjadi anak Allah agar Allah memberikan aku
hidup yang kekal?" Memang sebuah pertanyaan yang pantas dari
seorang ahli Taurat!
Apakah hubungan Percaya dan Memperoleh Hidup yang Kekal?
Apakah jawaban Yesus? Yesus membalas pertanyaannya dengan
sebuah pertanyaan yang lain. "Baik, kamukan sarjana teologia?
Kamukan ahli dalam Kitab Suci? Apa yang tertulis dalam Kitab Suci?
Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kamu baca di sana?"
Ahli Taurat menjawab di ayat 27, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Ia memang seorang ahli
Taurat yang hebat! Ia benar-benar menguasai bahannya. Ia tidak salah
sedikitpun. Ia memalukan paku tepat pada tempatnya. Itu jawaban
yang sempurna dan Yesus segera mengiyakannya pada ayat 28,
"Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup."
Anda barangkali ingat, di Lukas 18:18, orang kaya yang muda juga
menanyakan pertanyaan yang sama, "Apa yang harus kuperbuat untuk
mewarisi hidup yang kekal?" Dan Yesus memberikan jawaban yang
sama persis seperti di sini. Lalu apa jawabannya? Apakah jawaban
Yesus kepada pertanyaan yang penting ini? Anda mungkin menyangka
suatu jawaban seperti ini: "Percayalah kepada aku dan Anda akan
memperoleh hidup yang kekal." Cukup aneh, itu bukan jawabannya.
Pada kedua kesempatan tersebut, kita, sebagai orang Kristen, akan
segera menjawab: "Percayalah kepada Yesus dan kamu akan
memperoleh hidup yang kekal." Namun itu bukan jawaban Yesus.
"Pergilah dan genapilah apa yang dituntut Allah dari kamu," itulah
jawaban Yesus. "Pergilah, dan perbuatlah demikian." Ini sangat
mengejutkan kita.
Apakah Yesus pernah mengatakan bahwa kita harus mempercayai-ya
untuk memperoleh hidup yang kekal? Tentu saja Yesus pernah berkata
demikian. Ia berkata demikian umpamanya di Yohanes 11:25-26,
"Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-ku, ia
akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan
yang percaya kepada-ku, tidak akan mati selama-lamanya." Berarti,
18 | C A H A Y A I N J I L
setiap orang yang percaya pada Yesus memperoleh hidup yang kekal.
Jika begitu halnya, kita mempunyai suatu masalah eksegese di tangan
kita. Atau, apakah itu suatu masalah? Karena di satu pihak, kita harus
mempercayai Yesus untuk hidup yang kekal; dan di lain pihak, kita
harus menggenapi tuntutan perintah-perintah Allah. Jadi, yang mana
satu jawaban yang betul? Apakah kedua-duanya adalah jawaban yang
berbeda? Apakah kita mempercayai Yesus dan memperoleh hidup yang
kekal? Atau, apakah kita harus menggenapi Hukum Taurat untuk
memperoleh hidup yang kekal? Bagaimana Anda menyatukan kedua
jawaban ini? Ini adalah pertanyaan yang sangat penting! Atau, apakah
terserah kita untuk memilih jawaban mana yang lebih kita sukai?
Saya pikir justru itulah yang dilakukan oleh banyak orang Kristen.
Mereka memutuskan bahwa mereka lebih menyukai jawaban,
"Percayalah kepada Yesus dan kamu tidak akan mati. Kamu akan
memperoleh hidup yang kekal." Mereka lebih menyukai jawaban itu.
Sedangkan jawaban yang lagi satu tentang melakukan hukum Taurat,
kita akan melupakan saja. Kita akan meninggalkan jawaban itu dan
berkata, "Baik, itu tidak ada hubungannya dengan kita." Jika kita
berbuat seperti itu, kita memetik dan memilih dari firman Tuhan apa
yang kita suka dan menolak apa yang kita tidak suka. Kita telah
memutuskan yang mana jalan menuju hidup yang kekal atau
bagaimana kita harus memahami pernyataan, "Percaya kepada Yesus."
Satu-satunya cara untuk memecahkan masalah ini adalah dengan
menempatkan kedua jawaban itu bersebelahan dan bertanya apa
hubungannya satu dengan yang lain? Bagaimana "Percaya kepada
Yesus" berhubungan dengan pertanyaan Yesus, "Apa yang tertulis
dalam hukum Taurat?"? Bagaimana "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan
segenap hatimu" berhubungan dengan jawaban Yesus, "Pergilah, dan
perbuatlah demikian?" Jadi, bagaimana kita dapat menguraikan semua
ini? Yang mana jawaban yang benar: "Kasihilah Tuhan, Allahmu,
dengan segenap hatimu, dan kamu akan memperoleh hidup yang
kekal" atau "percayalah kepada-ku dan kamu akan memperoleh hidup
yang kekal"? Apakah Anda telah memutuskan yang mana satu terlebih
dulu? Atau, apakah mungkin terdapat suatu hubungan internal di
antara kedua jawaban tersebut, "Percayalah kepada Yesus" dan
"Kasihilah Allah dengan segenap hati"? Barangkali, keduanya
mempunyai arti yang sama. Jika demikian halnya, perumpamaan yang
sangat penting ini menjadi definisi bagi "Percayalah kepada Yesus".
19 | C A H A Y A I N J I L
Jika saya bertanya kepada Anda, apa artinya percaya kepada Yesus?
Apakah yang akan menjadi jawaban Anda? Sangat penting untuk
mendapatkan jawaban yang benar karena hidup yang kekal bergantung
padanya. Tahukah Anda apa artinya percaya kepada Yesus? Saya
sudah tahu apa jawaban standarnya, "Kami percaya Yesus mati untuk
kita" dan "Kami percaya Yesus bangkit dari antara orang mati." Tetapi
semua ini pada dasarnya cuma suatu penerimaan mental akan fakta-
fakta tertentu. Apakah ini yang dimaksudkan Yesus? Kita harus
mengizinkan Yesus yang mendefinisikan apa yang dimaksudkan dengan
"percayalah kepada-ku." Bukan terserah kita untuk memutuskan apa
artinya "percayalah kepada-ku" dengan mengimpor arti kita sendiri ke
dalamnya. Hidup yang kekal bergantung pada hal ini. Oleh karena itu,
kita harus melihat apa yang diartikan oleh Yesus saat dia berkata,
"Percaya kepada-ku". Dan syukur kepada Allah, Yesus tidak
meninggalkan kita dalam kegelapan.
Apa arti Percaya kepada Yesus?
Mari kita melihat perumpamaan ini sekali lagi seraya kita merenungkan
pertanyaan ini. Di perumpamaan ini, Yesus pada dasarnya menjawab
pertanyaan itu dengan mengatakan, "Kamu harus pergi dan mengasihi
Allah dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan
segenap akal budimu, dengan segenap kekuatanmu. Jika kamu berbuat
demikian, kamu akan mewarisi hidup yang kekal karena Anda terbukti
sebagai anak Allah yang sejati."
Ah! Tetapi jawaban ini agak menakutkan kita. Pertama-tama, kita
melihat bahwa hal ini melibatkan komitmen yang total. Kata 'segenap'
dipakai empat kali. Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan semua yang ada
padamu, dengan segenap keberadaanmu. Lebih total dari itu, tidak
ada. Kedua, ini berarti bukan saja Anda mengasihi Allah, tetapi Anda
juga mengasihi sesama manusia, jika Anda benar-benar mengasihi
Allah.
Anda barangkali berkata, "Mengasihi Allah tampaknya jauh lebih mudah
daripada mengasihi sesama manusia karena bagaimanapun, Allah
begitu baik dengan kita, Ia begitu murah hati terhadap kita, tetapi
manusia sangat menjengkelkan. Dan karena itu, aku tidak ingin
mengasihi sesama manusia. Aku bisa hidup tanpa sesama manusia.
Manusia selalu menyusahkan aku. Mereka selalu melakukan hal-hal
20 | C A H A Y A I N J I L
yang menyusahkan aku. Mereka mengadakan pesta di sebelah rumah
menyebabkan aku tidak dapat tidur pada waktu malam. Allah tidak
melakukan hal-hal seperti itu padaku. Tetapi tetanggaku? Mustahil!
Tahukah kamu tentang tetanggaku ini? Ia membiarkan tamannya
dipenuhi dengan rumput liar, dan rumput liar tumbuh dimana-mana.
Dan setiap kali angin datang, bunga-bunga rumput liar ditiup ke dalam
tamanku dan tamanku berantakan dengan rumput liar! Tamanku
dirusakkan karena tetanggaku ini tidak berbuat apa-apa tentang
rumput liar di tamannya. Anda lihat, Allah tidak pernah membiarkan
rumput liar-Nya masuk ke dalam tamanku. Tetapi tetanggaku ini sama
sekali tidak bertimbang rasa. Makanya, mengasihi Allah itu wajar tetapi
mengasihi sesama manusia bukan untukku." Kita menemukan hal yang
tidak menyenangkan ini dalam perintah Allah: Ia telah mengikat kasih
akan sesama manusia kepada kasih akan Allah! Kita ingin berkata,
"Tuhan, sebaiknya kedua hal itu dipisahkan, oke? Aku mengasihi
Engkau, itu cukup. Tetapi jangan menuntut supaya aku mengasihi
tetanggaku." Justru bagian yang kedua ini yang memberikan masalah,
bukan?
Itulah yang dikatakan oleh ahli Taurat tersebut. Ahli Taurat tidak
menimbulkan sebarang pertanyaan atau persoalan tentang mengasihi
Allah. Akan tetapi, dia diganggu oleh tuntutan untuk mengasihi sesama
manusia karena seperti kebanyakan dari kita, kebetulan ia mempunyai
seorang tetangga yang menyusahkan. Karenanya, ia memutuskan
untuk menanyakan satu lagi pertanyaan, "Dan siapakah sesamaku
manusia? Dan tolong jangan katakan kepadaku bahwa tetanggaku
dengan rumput liarnya itu harus kuterima sebagai sesamaku manusia!
Atau, orang yang memukul-mukul gendang disebelah rumahku itu!"
Maka, ia bertanya, "Siapakah sesamaku manusia?" Dan Yesus
menjawab, "Aku akan menceritakan kepada kamu sebuah cerita. Ada
seorang Samaria......"
Orang Samaria yang Murah Hati
Anda tahu, orang Yahudi membenci orang Samaria. Mereka
menganggap hina orang Samaria. Orang Samaria adalah mereka yang
berketurunan campuran. Mereka dianggap orang yang rendah. Orang
Yahudi gemar berbicara tentang kemurnian rasial - 'orang Yahudi yang
murni,' entah apa artinya. Pada kenyataannya tidak seorangpun yang
murni. Tetapi orang Samaria adalah suku campuran. Mereka
21 | C A H A Y A I N J I L
berkompromi dengan dunia. Dan Yesus memilih seorang Samaria! "Ah,
mengapa engkau berbicara tentang orang Samaria saat berbicara
tentang 'sesama manusia', bicaralah tentang beberapa orang Yahudi
yang baik. Tetapi dari semua contoh, engkau memilih contoh seorang
Samaria!"
Yesus berkata, "Ada seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho.
Yerikho tidak jauh dari Yerusalem tetapi jalannya bergunung-gunung,
dan merupakan tempat di mana banyak penyamun bersembunyi. Itu
suatu tempat yang bagus untuk menyergap, untuk menyerang tiba-
tiba. Dan begitu orang Yahudi ini diserang oleh penyamun-penyamun.
Menurut Anda siapa penyamun-penyamun itu? Tentu saja, sesama
orang Yahudi! Siapa lagi? Ini di dalam wilayah Israel. Ia jatuh ke
tangan saudara-saudara sebangsanya, yang merampoknya habis-
habisan, yang memukulnya dan meninggalkannya setengah mati. Lalu
datang seorang Samaria yang sedang dalam perjalanan. Apa yang
dilihatnya? Ia melihat orang ini, yang dipukul dan ditinggalkan
setengah mati. Dari semua orang, ia menaruh belas kasihan terhadap
orang ini. Seorang Samaria menaruh belas kasihan terhadap seorang
Yahudi, musuhnya!
Seorang Imam, Sesama Orang Yahudi Melewatinya dari
Seberang Jalan
Yesus berkata, “Tetapi tahukah kamu bahwa sebelum itu terjadi, ada
dua orang Yahudi yang jalan melewatinya. Yang pertama ialah seorang
imam, atau Anda bisa berkata, seorang pendeta. Apa yang dilihatnya?
Ia melihat orang ini terbaring di pinggir jalan, setengah mati. Pada
kenyataannya, apabila seseorang itu setengah mati, Anda tidak tahu
apakah ia masih hidup atau tidak. Ia terbaring pingsan, dipenuhi luka
memar, berdarah. Tetapi pendeta itu memutuskan bahwa ia harus
cepat ke gereja. Banyak orang menunggunya di gereja. Bagaimana
mungkin ia tidak datang? Banyak orang yang harus diberikan firman
Tuhan. Ia tidak akan berhenti untuk merawat orang ini karena banyak
orang menunggu di gereja. Ia melihat jam tangannya. Kebaktian akan
dimulai pada jam dua. Jadi ia harus ke gereja. Ia harus melayani Tuhan
pada hari itu dan sangat penting untuk datang tepat waktu. Ia akan
terlambat jika ia menghabiskan waktu merawat orang ini. Oleh karena
itu, ia berpikir, "Minta maaf! Bagaimanapun barangkali korban itu
sudah mati. Tidak ada gunanya membuang waktu!" Jadi pendeta itu
22 | C A H A Y A I N J I L
lalu pergi meninggalkan korban. Saya menggunakan gambaran yang
modern tetapi secara kasar itulah yang terjadi.
Apa yang sedang dilakukan oleh imam itu? Ia sedang dalam perjalanan
ke Bait Suci untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang imam.
Seorang imam agak berbeda dari seorang pendeta, karena seorang
imam harus melayani di Bait Suci, jadi dia haruslah tetap tahir. Jika ia
menjadi najis, ia tidak diizinkan untuk melayani di Bait Suci. Satu cara
untuk menjadi najis adalah menyentuh orang mati. Bagaimana kalau
orang di pinggir jalan itu sudah mati? Bagaimana ia tahu tanpa
menyentuhnya? Ia perlu memeriksa nadinya untuk memastikan apakah
ia masih hidup atau sudah mati. Jika orang ini sudah mati, maka imam
itu akan menjadi najis dan tidak dapat berfungsi sebagai seorang imam
pada hari itu. Maka ia mempertimbangkan hal itu, lalu memutuskan
untuk tidak mengambil risiko dan meninggalkan orang ini di pinggir
jalan. Ia harus melanjutkan tugas keimamannya. Ada banyak hal yang
lebih baik yang perlu dilakukan demi Allah daripada merepotkan diri
dengan seseorang yang terbaring di pinggir jalan yang bagaimanapun
barangkali telah mati. Apa pendapat Anda? Ia mempunyai alasan yang
bagus, bukan? Imam itu mempunyai alasan yang wajar.
Lebih dari itu, ia ada istri dan anak-anak untuk dipertimbangkan.
Seandainya ia menjadi najis dan karenanya tidak dapat melaksanakan
tugasnya sebagai seorang imam, ia tidak akan menerima persepuluhan
yang dipersembahkan di Bait Suci. Dan jika ia tidak menerima
persepuluhan dari Bait Suci, maka istri dan anak-anaknya akan
kelaparan.
Terdapat begitu banyak pertimbangan. Kehidupan ini begitu rumit!
Anda tidak bisa menyederhanakan kehidupan ini secara berlebih-
lebihan. Setelah memberikan hal ini beberapa pertimbangan, ia
memutuskan, "Nah, bagaimanapun, pekerjaan Allah harus
diutamakan." Apakah pekerjaan Allah? Pekerjaan Allah ialah melayani
di Bait Suci. Oleh karena itu, ia harus tetap tahir. Maka, terhuyung-
huyung ia pergi.
Seorang Lewi, juga Sesama Orang Yahudi Melewatinya dari
Seberang Jalan
23 | C A H A Y A I N J I L
Kemudian, seorang Lewi datang ke tempat itu. Seorang Lewi bukan
seorang imam tetapi merupakan seorang awam yang melakukan tugas
keimaman. Ia juga bekerja di Bait Suci tetapi bukan sebagai seorang
imam. Ia semacam seorang pengurus gereja, bergantung pada apa
tugasnya di Bait Suci. Mereka diberi tugas yang berbeda-beda.
Beberapa dari mereka adalah pemain musik di Bait Suci. Beberapa dari
mereka itu seperti anggota paduan suara gereja yang diberikan tugas
tertentu dalam gereja. Dan yang lain mengurus pelbagai macam
departemen dan bangunan dalam Bait Allah. Ada juga yang lain yang
memperhatikan detil-detil seperti menyediakan kayu untuk membakar
korban bakaran. Mereka adalah petugas-petugas Bait Allah. Orang Lewi
tersebut datang ke tempat itu dan melihat orang yang terluka ini. Dan
karena ia juga harus tetap tahir atas alasan yang sama seperti imam
itu, ia berpikir dengan cara yang sama seperti imam itu. Setelah
mempertimbangkan hal itu, ia juga melewatinya dari seberang jalan.
Sekarang Anda dapat melihat mengapa kita membaca Matius 15:1-9
tadi. Apa yang lebih penting? Apakah prioritas Anda? Apakah perintah-
perintah Allah? Apakah ada yang lebih penting dari belas kasihan?
Imam itu berpikir demikian. Ia pikir ada hal-hal lain yang lebih penting
daripada orang yang terbaring di pinggir jalan itu. Ia mendahulukan
adat istiadatnya. Adat istiadat mencegahnya dari menolong orang itu.
Itulah maksud perkataan Tuhan, "firman Allah kamu nyatakan tidak
berlaku demi adat istiadatmu sendiri." Apakah firman Allah? Firman
Allah adalah Anda mengasihi Allah dengan segenap keberadaan Anda,
dan mengasihi sesama manusia seperti dirimu sendiri. Itulah perintah
Allah. Tetapi imam dan orang Lewi itu telah menyatakan firman-Nya
tidak berlaku karena mereka lebih prihatin tentang ketahiran dan
kenajisan daripada firman Allah. Dan begitu, mereka meninggalkan
orang itu. Mereka menyangkal perintah Allah demi adat istiadat mereka
sendiri.
Orang Samaria Menolong Musuhnya karena Tergerak oleh Belas
Kasihan
Sekarang mari kita mempertimbangkan orang Samaria ini. Orang
Samaria ini datang dan hatinya tergerak oleh belas kasihan. Orang itu
adalah seorang Yahudi dan sebagai orang Samaria, ia tidak menyukai
orang Yahudi. Ia berpikir kepada dirinya sendiri, "Ia orang Yahudi dan
orang Yahudi tidak pernah berbaik dengan kami. Mereka itu sombong
24 | C A H A Y A I N J I L
dan congkak. Kami tidak mau berhubungan apa pun dengan orang
Yahudi." Ia ingin jalan melewatinya tetapi kasih menyentak hatinya.
"Ah, tidak. Aku tidak bisa." Maka ia berpaling kembali dan melihat, dan
masih ia berkata, "Tidak." Ia ingin terus berjalan kembali tetapi sekali
lagi, kasih menariknya kembali. Terjadi suatu pergumulan kasih di
dalam hatinya. Pada akhirnya, ternyata belas kasihannya lebih kuat.
Belas kasihan adalah kasih. Kasih bekerja di dalam hatinya.
Orang Samaria ini melakukan tiga hal:
Pertama, orang Samaria ini berhenti untuk menolong dengan risiko
yang besar pada dirinya sendiri. Kita telah menyatakan bahwa jalan
dari Yerusalem ke Yerikho itu penuh dengan penyamun. Itu suatu
tempat yang berbahaya untuk berkeluyuran terlalu lama. Lebih cepat ia
pergi, lebih baik. Sebaiknya ia jangan menunggu sampai waktu malam;
itu jauh lebih buruk. Waktu sangat penting. Ia sebaiknya pergi secepat
mungkin karena sangat berbahaya untuk berkeluyuran di situ.
Lebih dari itu, kalau orang Yahudi yang terluka ini belum mati dan
akhirnya sembuh, ia dapat bertindak sebagai saksi untuk mengenal
penyerang-penyerangnya. Karena itu, siapa saja yang berusaha untuk
menolongnya berada dalam bahaya yang besar. Anda tahu, para
penjahat biasanya sangat takut akan orang yang dapat mengenal
mereka dan berkata, "Aku melihat kamu melakukan ini dan melakukan
itu." Atau, "Kamulah yang menyerangku. Aku mengenal wajahmu." Jika
ini terjadi, penyamun-penyamun itu bisa saja bermasalah dengan polisi
di Israel. Demikian, siapa saja yang menolong orang yang terluka itu
akan dibenci oleh penyamun-penyamun yang merampok orang itu.
Seandainya orang itu sembuh dan dapat mengenal penjahat-penjahat
itu, dapatkah Anda melihat betapa bahayanya bagi orang Samaria ini
bahkan di masa depan? Karena orang Samaria inilah yang membantu
korban rampokan sehingga ia dapat mengenal penjahat-penjahat itu,
penjahat-penjahat itu bisa saja menaruh dendam terhadapnya.
Hal yang kedua, selain dari bahaya yang harus dihadapinya, orang
Samaria harus menangani perasaan jengkelnya terhadap orang Yahudi.
Orang Samaria tidak sabar dengan orang Yahudi. Ingatkah Anda bahwa
orang Yahudi sangat memandang rendah orang Samaria?
25 | C A H A Y A I N J I L
Yang ketiga adalah bon yang harus dibayar. Pada waktu sekarang,
perawatan rumah sakit sangat mahal dan tidak ada alasan untuk
berpikir bahwa rumah sakit murah pada waktu itu. Barangkali ia harus
menanggung tagihan yang besar karena merawat orang ini. Sebetulnya
cukup baik ia membawanya ke tempat penginapan dan berkata, "Oke,
kamu lakukan saja apa yang kamu inginkan dengan orang ini!" Tetapi
ia pergi lebih jauh dan berkata, "Aku akan membayar biaya perawatan
untuk orang ini. Aku telah melihat keadaannya. Ia tidak ada uang, dan
aku tidak akan meninggalkannya begitu saja di sini."
Lebih dari itu, sebagai seorang Samaria, ia tidak ada harapan sama
sekali untuk menerima ganti rugi. Berarti, jika orang yang diserang dan
dilukai itu ternyata agak kaya dan mampu membayar kembali orang
Samaria ini, secara hukum orang Samaria ini tidak dapat menuntut
uangnya kembali sekalipun orang itu dapat membayarnya. Mengapa?
Karena seorang Samaria tidak ada kedudukan di Mahkamah orang
Yahudi. Ia tidak dapat pergi ke Israel dan menuntut orang Yahudi itu di
Mahkamah dan berkata, "Lihat, aku telah membayar semua biaya
perawatan untuk kamu. Bukankah wajar kamu kembalikan hutangmu
kepadaku? Aku tidak meminta bunga. Aku hanya meminta kembali
uang yang telah kubelanjakan untuk kamu." Ia tidak dapat berbuat itu.
Dengan lain kata, ia harus mengeluarkan biaya itu tanpa
mengharapkan balasan sama sekali. Uang itu tidak mungkin
didapatnya kembali.
Kita harus memahami tiga hal ini tentang orang Samaria ini. Sangat
indah! Itulah inti kasih. Kasih memberikan dirinya tanpa
memperhitungkan bahaya kepada dirinya sendiri, tanpa
mempertimbangkan perasaan pribadi terhadap orang itu, dan tanpa
memperhatikan apakah Anda akan menerima kompensasi bagi
tindakan Anda. Begitu indah sekali!
Pengajaran Yesus: Diselamatkan dengan Melakukan Hukum
Kasih
Sesudah Yesus menjelaskan kepada ahli Taurat itu, ia berkata,
"Pergilah, dan perbuatlah demikian. Tidakkah kamu bertanya kepada-
ku apa yang harus kamu perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?
Nah, aku baru selesai menjelaskan kepada kamu. Pergilah, dan
perbuatlah demikian!" Ini berarti: (1) Anda pergi tanpa
26 | C A H A Y A I N J I L
mempertimbangkan keamanan pribadi. (2) Anda pergi tanpa
mempertimbangkan kebangsaan atau suku. Anda tidak bertanya
apakah orang itu bangsa Kanada, atau Yahudi, atau Inggris, atau
Perancis, atau Afrika atau apa saja tentang orang itu. Barangkali Anda
tidak menyukai orang semacam itu, tetapi Anda tidak mengasihi karena
Anda menyukai orang itu. 'Mengasihi' dan 'menyukai' tidak ada
kaitannya di dalam Alkitab. (3) Dan akhir sekali, Anda pergi dan
menolong orang itu, tanpa memikirkan keuntungan apa yang mungkin
Anda terima sebagai balasan. Yesus berkata, "Mengertikah kamu
sekarang apa itu kasih? Pergilah, dan perbuatlah demikian. Perbuatlah
demikian dan kamu akan mewarisi hidup yang kekal." Apa yang
dimaksudkan oleh Yesus? Apakah Yesus bermaksud bahwa kita
diselamatkan dengan melakukan hukum Taurat? Tampaknya
jawabannya adalah "Ya", bukan? Dapatkah Anda memikirkan jawaban
yang lain?
Pengajaran Paulus: Dibenarkan dengan Melakukan Hukum
Taurat oleh Kasih
Tetapi Anda berkata, "Paulus tidak pernah mengajarkan itu! Kita
dibenarkan bukan karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya
karena iman saja." Menurut Anda, apakah itu yang diajarkan Paulus?
Biar saya mengagetkan Anda sedikit. Saya akan membacakan kepada
Anda perkataan Paulus sendiri di Roma 2:13,
Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar
di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah
yang akan dibenarkan.
Tahukah Anda Paulus yang menuliskan kata-kata ini? Orang yang
melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan. Ini sangat
mengherankan! Itulah tulisan Paulus sendiri, dari semua tempat, di
surat Roma, surat yang dikenal tentang keselamatan itu. Bacalah kata-
kata tersebut dengan berhati-hati sekali lagi. Mereka tidak
membutuhkan penjelasan. Kata-kata tersebut sangat jelas: orang yang
melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.
Namun Anda berkata, "Apakah hukum Taurat yang harus dilakukan
supaya dibenarkan? Apakah hukum Taurat?" Mari kita melihat jawaban
Paulus sendiri di Roma 13:8, dan ini mengingatkan kita akan
27 | C A H A Y A I N J I L
pengajaran Yesus tentang Perumpamaan tentang Orang Samaria yang
Murah Hati.
Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapapun juga, tetapi
hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi
sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat.
Sekali lagi Anda berkata, "Tetapi Paulus, kita tidak diselamatkan oleh
hukum Taurat, mengapa kita perlu peduli apakah kita memenuhi
hukum Taurat atau tidak?" Paulus peduli apakah Anda memenuhi
hukum Taurat atau tidak. Mengherankan! Surat Roma adalah eksposisi
Paulus tentang keselamatan. Ia berkata, "Janganlah kamu berhutang
apa-apa kepada siapapun juga, tetapi hendaklah kamu saling
mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya manusia, ia
sudah memenuhi hukum Taurat."
Selanjutkan ia berbicara tentang melakukan hukum Taurat dalam ayat-
ayat 9-10:
Karena firman: jangan berzinah, jangan membunuh, jangan
mencuri, jangan mengingini dan firman lain manapun juga, sudah
tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri! Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama
manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.
Paulus menerangkan dengan jelas sekali bahwa: kasih adalah
kegenapan hukum Taurat. Sebagaimana telah kita lihat, ia berkata di
Roma 2:13, bahwa orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan
dibenarkan dan bukan saja orang yang mendengarkan hukum Taurat,
yang akan dibenarkan. Dibenarkan dengan melakukan hukum Taurat
dalam tulisan Paulus! Betapa mengherankan! Bagaimana Anda
melakukan hukum Taurat? Oleh kasih! Ini benar-benar sangat
menakjubkan!
Hari ini terdapat semacam ajaran yang menyimpang yang
mengusulkan entah bagaimana, bahwa pekerjaan baik itu tidak baik!
Saya tidak tahu bagaimana mereka membuat kesimpulan itu, bahwa,
"Tidak baik kalau kamu memenuhi hukum Taurat untuk memperoleh
hidup yang kekal. Tidak baik kalau kamu melakukan hukum Taurat.
Kita jangan melakukan itu." Aneh! Apakah kita telah salah mengerti
Paulus? Mengapa Paulus peduli apakah kita memenuhi hukum Taurat
28 | C A H A Y A I N J I L
oleh kasih? Jika Anda berpikir Paulus menganggap hukum Taurat itu
tidak baik dan karena itu kita jangan memenuhinya, maka Anda sama
sekali tidak mengerti Paulus.
Biarlah Paulus sendiri yang menjelaskan kepada Anda tentang
pandangannya akan hukum Taurat dari Roma 7:12,14.
Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah
kudus, benar dan baik.
Apakah Paulus menganggap hukum Taurat itu tidak baik? Tidak sama
sekali! Ia menganggap hukum Taurat itu kudus, benar dan baik. Dan
kemudian ayat 14,
Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku
bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.
Apakah hukum Taurat? Hukum Taurat adalah rohani. Jadi di dalam
fasal ini, Paulus menyatakan empat hal tentang hukum Taurat: hukum
Taurat adalah kudus, adalah benar, adalah baik dan, adalah rohani.
Kalau begitu, apa salahnya dengan memenuhi hukum Taurat jika
hukum Taurat adalah semua ini? Saya bertanya-tanya kalau Anda
dapat melihat hal ini dengan jelas dan memahaminya dengan
mendalam?
Yesus mengatakan hal yang sama. Ia terus-terang menyatakan kepada
kita di Matius 5:19, bahwa jika seseorang mengajarkan tentang
kelonggaran hukum Taurat, belum penghapusan hukum Taurat, tetapi
hanya melonggarkan salah satu perintah yang paling kecil dari hukum
Taurat, orang itu akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam
Kerajaan Surga. Perhatikan, Yesus tidak berkata tidak melakukan
hukum Taurat, dia berkata cuma melonggarkan sedikit. Dan Yesus
tidak berkata melonggarkan satu perintah yang penting, tetapi salah
satu yang paling kecil! Orang seperti ini akan menduduki tempat yang
paling rendah di dalam Kerajaan Surga.
Di dalam seluruh Kitab Suci, apakah dalam Perjanjian Lama atau Baru,
hukum Taurat adalah sangat baik dan berbahagialah orang yang
hendak melakukannya. Itulah inti kepada seluruh Perjanjian Lama, dan
seluruh mazmur-mazmur. Tidakkah Anda membaca mazmur-mazmur?
Mazmur-mazmur sentiasa berbicara tentang manusia Allah yang rindu
29 | C A H A Y A I N J I L
untuk memenuhi hukum Allah dengan segenap hatinya. Apabila kita
datang ke Perjanjian Baru, ada beberapa orang yang dengan sia-sia
membayangkan bahwa hukum Taurat telah dihapuskan! Apakah hukum
Taurat telah dihapuskan? Tidak hukum moralnya. Tidak dimana pun
dikatakan bahwa hukum moral telah dihapuskan. Pernahkah Anda
membaca dimana pun di dalam Kitab Suci bahwa Sepuluh Firman itu
telah dihapuskan? Tidak dimana pun juga hal itu dapat ditemukan di
dalam firman Tuhan. Namun begitu, ada beberapa orang yang dengan
sia-sia membayangkan bahwa hal itu telah terjadi. Tidak dimana pun
juga di dalam Kitab Suci yang menyatakan bahwa hukum Taurat telah
ditiadakan! Tetapi sebaliknya, hukum Taurat benar-benar ditegakkan.
Biar saya menjelaskannya dengan cara ini. Daripada membentuk
hukum Taurat dan kemudian meniadakannya, Allah seharusnya tidak
membentuk hukum Taurat dari awal. Kalau Allah ingin menghapuskan
hukum Taurat, menurut Anda kapan waktu yang terbaik untuk
menghapuskannya? Menurut Anda kapan? Tentu saja sebelum Yesus
mati di atas kayu salib! Seandainya saya adalah seorang hakim,
seandainya sayalah pembuat undang-undang di negeri ini, dan anak
saya dijatuhkan hukuman mati dan sedang menunggu pelaksanaan
hukum mati. Kapan waktu yang baik untuk menghapuskan hukuman
mati? Waktu yang terbaik untuk menghapuskan adalah sebelum anak
saya dihukum mati. Jika saya menghapuskan undang-undang itu
setelah hukuman mati dilaksanakan, itu sudah terlambat. Ia sudah
mati! Jika Allah ingin menghapuskan hukum Taurat, waktu yang terbaik
adalah sebelum Yesus dijatuhkan hukuman mati di atas kayu salib.
Maka, Yesus tidak perlu mati. Ia tidak perlu mati karena tuduhan
melanggar hukum Taurat, dan Yesus tidak perlu mati demi umat
manusia yang melanggar hukum Taurat. Itu sangat mudah dimengerti.
Tetapi apa gunanya menghapuskan hukum Taurat setelah Yesus mati?
Kenyataan bahwa Yesus mati menunjukkan bahwa Allah tidak hanya
tidak akan menghapuskan hukum Taurat, tetapi sebaliknya Ia
menetapkan bahwa hukum Taurat tidak dapat diubah; bahwa hukum
Taurat tidak dapat ditiadakan. Hukum Allah tidak dapat dibatalkan.
Hukum moral Allah sentiasa tetap berlaku.
Adat istiadat dapat berlalu. Semua itu tidak terlalu penting. Apakah
mobil diizinkan untuk diparkir di atas jalan ini atau tidak adalah
persoalan yang kecil. Mungkin hari ini, meteran parkir ada di sebelah
ini, dan karena itu, jika Anda memarkir di sebelah lain, Anda telah
30 | C A H A Y A I N J I L
membuat pelanggaran. Tetapi hukum-hukum seperti ini dapat berubah
di kemudian hari dan Anda bisa saja memarkir di sebelah lain pada
waktu itu. Persoalan-persoalan yang kecil seperti ini dapat
dibandingkan dengan hukum-hukum adat istiadat. Tidak penting
apakah Anda melakukannya atau tidak karena tidak ada persoalan
moral yang terlibat. Tetapi, apakah hukum-hukum moral mendasar
sebuah negeri dapat berubah adalah persoalan yang sangat berbeda.
Suatu persoalan moral yang mendasar adalah seperti, apakah sebuah
negeri akan mengizinkan kejahatan dilegalisasikan, apakah yang jahat
dapat menjadi yang baik dari sekarang. Saya mengulanginya sekali
lagi, tidak dimana pun juga di dalam firman Tuhan, dituliskan bahwa
aspek hukum moral dari hukum Taurat telah dihapuskan.
Sebenarnya, kalau kita membaca Roma 2, kita mengerti bahwa
penghakiman akan dilaksanakan berdasarkan hukum moral Allah pada
hari itu. Jika hukum Allah telah dihapuskan, berdasarkan apa Allah
harus menghakimi Anda? Bagaimana perbuatan-perbuatan Anda akan
dihakimi? Tidak, tidak dimana pun juga di dalam Alkitab kita membaca
tentang hukum Taurat dihapuskan. Hukum Allah tetap berlaku. Itulah
sebabnya Yesus berkata di Matius 5:18, "karena Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini,
satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat,
sebelum semuanya terjadi." Hukum Taurat akan semuanya terjadi.
Hukum Taurat harus dipenuhi.
Tetapi Manusia Tidak dapat Melakukan Hukum Taurat
Kalau begitu, apa artinya semua ini? Apakah ini berarti kita dapat
menyelamatkan diri kita dengan melakukan hukum Taurat? Apakah
demikian halnya, bahwa entah bagaimana kita dapat menyelamatkan
diri kita dengan memenuhi tuntutan hukum Taurat? Jawaban kepada
pertanyaan itu tentulah "Tidak." Anda berkata, "Aneh! Aku pikir kamu
baru saja berkata hukum Taurat itu baik!" Memang benar, hukum
Taurat itu baik, tetapi tidak pernahkah Anda membaca Roma 7:14?
Hukum Taurat adalah baik tetapi pokok permasalahannya terletak pada
'aku,' bukan dengan hukum Taurat. Aku yang jahat! Dan karena saya
jahat, saya tidak dapat memenuhi hukum Taurat. Itulah pokok
permasalahannya. Hukum Taurat itu sangat baik. Apakah salahnya
kalau kita hendak memenuhi hukum Taurat? Tidak sama sekali! Kita
harus mau memenuhi hukum Allah, untuk mengasihi-Nya dengan
31 | C A H A Y A I N J I L
segenap keberadaan kita, untuk mengasihi sesama manusia seperti diri
kita sendiri. Pokok persoalannya ialah, saya tidak dapat melakukannya.
Saya tidak dapat mencapainya!
Diselamatkan dengan Memenuhi Hukum Taurat: Mengasihi Oleh
Roh Kudus
Apa yang dapat kita simpulkan dari ajaran Tuhan? Apakah ajaran
Paulus? Anda akan mendapati bahwa ajaran Paulus selalu serasi
dengan ajaran Tuhan dalam setiap detil. Ia tidak sedikitpun
menyimpang dari ajaran Tuhan. Anda telah melihat di Roma 2:13
bahwa orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan.
Paulus melanjutkan dengan menyatakan di Roma 13:8 bahwa oleh
kasih hukum Taurat dipenuhi. Jadi logikanya sangat jelas. Satu-satunya
jalan untuk dibenarkan adalah memenuhi hukum Taurat, dan satu-
satunya jalan untuk memenuhi hukum Taurat adalah mengasihi.
Namun kita tidak dapat mengasihi karena kita pada dasarnya egois.
Kalau begitu, dimana kita ditinggalkan? Jawabannya: Keselamatan
berasal hanya dari Allah, Yang dapat memampukan kita untuk
mengasihi, Yang dapat mencurahkan kasih-Nya ke dalam hati kita.
Justru itulah yang dikatakan oleh Paulus di Roma 5:5 bahwa Allah telah
menyebabkan kasih-Nya dicurahkan dengan limpahnya, bukan saja
beberapa tetes, tetapi dicurahkan kasih-Nya ke dalam hati kita supaya
kita dapat memenuhi hukum Taurat. Bukankah ini luar biasa? Dan
bagaimana Ia melakukan ini? Oleh Roh Kudus! Itulah sebabnya kasih
adalah buah Roh.
Sekarang perhatikan, pertanyaan ahli Taurat itu maupun jawaban
Yesus tidak menunjukkan bahwa kita menerima hidup yang kekal
sebagai upah atau jasa. Sebagaimana kita telah lihat dari awal, ahli
Taurat itu terlalu ahli dalam Firman Allah untuk melakukan kesalahan
seperti itu. Ia sudah membaca kitab Yesaya. Ia tahu kita tidak dapat
menerima hidup yang kekal sebagai jasa, ataupun upah. Standar Allah
terlalu tinggi. Jalan-Nya bukan jalan kita. Rancangan-Nya bukan
rancangan kita; jalan-Nya dan dan rancangan-Nya lebih tinggi dari kita.
Saya tidak dapat mencapai hal-hal ini. Mereka terlalu ajaib bagi saya.
Bagaimana mungkin saya dapat memenuhi standar-Nya? Standar Allah
terlalu tinggi bagi saya! Pertanyaan ahli Taurat itu ialah: "Bagaimana
aku mewarisi?" bukan "Bagaimana aku menghasilkan?" Diskusi itu
bukan tentang bagaimana kita lewat pekerjaan kita memperoleh hidup
32 | C A H A Y A I N J I L
kekal! Pertanyaan ahli Taurat itu maupun jawaban Yesus tidak ada
hubungannya dengan 'keselamatan oleh perbuatan'.
Lalu, pertanyaan itu tentang apa? Pertanyaan itu berhubungan dengan
suatu jenis kehidupan yang baru, yaitu kehidupan Allah di dalam diri
Anda. Itulah intinya keselamatan. Jadi, Paulus mengajarkan hal yang
sama: "Bagaimana aku dapat dibenarkan?" Saya akan dibenarkan
hanya dengan melakukan hukum Taurat. Tetapi apakah artinya
melakukan hukum Taurat? Melakukan hukum Taurat adalah mengasihi.
Tetapi saya tidak dapat mengasihi, maka apa yang dapat saya
lakukan? Syukur kepada Allah, jawabannya ada di dalam Kristus. Ia
memberikan kepada saya Roh Kudus yang memampukan saya untuk
mengasihi karena Roh Kudus mencurahkan kasih Allah ke dalam hati
saya. Jadi kita melihat jawaban Allah yang menakjubkan itu. Jawaban
Yesus juga persis sama. Tetapi mari kita tetap bersama Paulus untuk
beberapa waktu.
Paulus berkata di Galatia 5:6, "Sebab bagi orang-orang yang ada di
dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai
sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih." Apa yang
mempunyai suatu arti untuk keselamatan? Apakah hanya iman?
Tidak! Hanya iman yang bekerja oleh kasih. Ini sangat menakjubkan!
Hal bersunat adalah melakukan hukum Taurat. Disunatkan berarti
melakukan hukum Taurat. Tidak bersunat berarti hanya mempercayai
Kristus tanpa disunat sama sekali. Perhatikan, seluruh konteks
pembahasan ini dalam Galatia 5:6 adalah, jika Anda ada di dalam
Kristus, hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai arti, yaitu
bukan iman maupun pekerjaan. Ah, ini sangat menakjubkan! Kalau
begitu, apa yang berarti? .... iman yang bekerja oleh kasih. Apa artinya
'iman yang bekerja oleh kasih'?
Sekali lagi Paulus tidak meninggalkan kita dalam kegelapan. Ia
menjelaskan dengan sepenuhnya di Galatia 6:15, dengan
menggunakan kata-kata yang sama supaya kita dapat menempatkan
mereka bersebelahan dan melihat apa artinya. Di Galatia 6:15, Paulus
mengatakan hal yang sama seperti di Galatia 5:6, tetapi dengan satu
perubahan yang penting. Di Galatia 6:15, Paulus berkata, "Sebab
bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi
ciptaan baru, itulah yang ada artinya." Paulus sedang berkata bahwa
pekerjaan maupun iman tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru.
33 | C A H A Y A I N J I L
Mengapa ia mengatakan ini? Karena kasih adalah kunci kepada seluruh
persoalan tentang keselamatan apakah dalam ajaran Yesus maupun
dalam ajaran Paulus. Mengapa?
Sekali lagi Paulus menjelaskan hal ini dengan indah sekali kepada kita.
Mari kita melihat 1 Korintus 13 dan biarlah Paulus sendiri yang
menjelaskannya kepada Anda. Kita sering membacakan 1 Korintus 13
pada upacara perkawinan namun mengertikah Anda apa yang sedang
dibacakan? Betapa mudahnya kata-kata menjadi familier kepada kita
tetapi kita tidak mengerti apa artinya:
Ayat 1:
Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia
dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku
sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang
gemerincing.
Saya pikir Anda tahu apa gong dan canang itu. Gong dan canang
adalah alat musik yang benar-benar sangat bising. Canang dibuat
hanya dari selembar logam yang tipis, tetapi membuat kebisingan yang
bukan main dahsyat. Ayat 2:
Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku
mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan
sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan
gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali
tidak berguna.
Paulus sendiri berkata bahwa sekalipun Anda memiliki iman yang
sempurna, iman itu tidak akan menyelamatkan Anda, kecuali ia bekerja
melalui kasih. Iman saja tidak dapat menyelamatkan Anda. Inilah
ajaran yang alkitabiah. Paulus tidak semata berkata iman. Ia
berkata iman yang bekerja oleh kasih. Itulah yang berarti bagi Kristus.
Itulah sebabnya kalau Anda memiliki iman yang sempurna tetapi tidak
mempunyai kasih, Anda sama sekali tidak berarti di mata Allah. Itu
berarti Anda nol, kosong sama sekali. Ayat 3:
Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada
padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika
34 | C A H A Y A I N J I L
aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya
bagiku.
Dan bagaimana dengan pekerjaan atau perbuatan? Kita melihat
masalah yang sama dengan pekerjaan. Apa lagi yang dapat diminta
dari seseorang yang telah memberikan segala sesuatu yang ada
padanya dan bahkan tubuhnya sendiri? Sesudah Anda memberikan
segala-sesuatu yang ada padamu tetapi tidak mempunyai kasih,
sedikitpun tidak ada faedahnya. Mari kita merenungkan hal ini
sebentar. Kita dapat menyerahkan tubuh kita untuk dibakar karena
beberapa alasan. Barangkali kita memperjuangkan suatu tujuan
tertentu atau suatu ideal. Saya pernah tinggal di Negeri Tiongkok, saya
pernah hidup dibawah pemerintahan Tentara Pembebasan Rakyat, dan
juga dibawah Partai Komunis. Saya tahu itu seperti apa. Banyak orang
sanggup memberikan segala sesuatu dan dibakar hidup-hidup kalau
perlu, demi memperjuangkan ideologi mereka. Apakah kasih yang
mendorong mereka? Tidak semestinya. Apa yang mereka lakukan
tampak mulia, bersifat kepahlawanan, dan sangat indah. Saya selalu
mengagumi kepahlawanan semacam ini. Tetapi itu tidak semestinya
didorong oleh kasih. Sebenarnya, itu bisa saja didorong oleh kebencian,
kebencian terhadap musuh. Makanya, pekerjaan tidak berguna dan
iman juga tidak berarti dalam hubungannya dengan keselamatan.
Bagaimana kalau iman dan pekerjaan digabungkan bersama? Masih
tidak berguna. Mengapa? Apakah Anda pasti? Pasti dapat sesuatu! Nah,
jika Anda menjumlahkan nol kepada satu nol yang lain, Anda masih
mendapatkan nol. Bagaimanapun juga, Anda tidak mendapat apa-apa.
Lalu apa yang berarti? Pengajaran Alkitab jauh lebih dalam dari semua
ini. Jauh lebih dalam. Apa yang berarti adalah suatu ciptaan baru.
Alkitab dengan terus terang menyatakan kepada kita bahwa kita bisa
mempunyai iman tanpa kasih, sebagaimana Paulus katakan di sini,
tetapi Anda tidak dapat mempunyai kasih tanpa iman. Itulah sebabnya
mengapa kasih itu jauh lebih dalam. Saya mengulangi sekali lagi. Anda
bisa mempunyai iman tanpa kasih, seperti Paulus katakan di sini, tetapi
Anda tidak bisa mempunyai kasih tanpa iman. Tidak mungkin Anda bisa
mengasihi tanpa iman, tanpa Allah memungkinkan Anda untuk
mengasihi. Jika Anda memahami hal ini, Anda akan mengerti mengapa
dimana ada kasih, disitu ada iman. Kasih bukan sifat asli hati manusia.
Kasih datang dari Allah. Kasih dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh
35 | C A H A Y A I N J I L
Kudus. Ini berarti jika Anda mengasihi, Anda telah menjadi satu ciptaan
yang baru. Kalau tidak, Anda tidak dapat mengasihi.
Itu, sebenarnya, adalah seluruh inti bagi Surat Yohanes yang Pertama.
Anda hanya perlu membaca Injil Pertama Yohanes dan Anda akan
menyadari bahwa itulah yang ingin ditekankan bahwa: .....kasih itu
berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah
dan mengenal Allah. (1 Yohanes 4:7) Tetapi jika Anda tidak lahir dari
Allah, Anda tidak dapat mengasihi. Anda dapat mengasihi hanya jika
Anda lahir dari Allah, lahir dari atas, atau lahir kembali. Itulah
sebabnya mengapa Paulus berkata, "Sebab bersunat (pekerjaan) atau
tidak bersunat (iman) tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru,
itulah yang ada artinya. Atau, iman yang bekerja oleh kasih karena
kasih itu berasal dari Allah. Rasul Yohanes berkata kasih itu berasal
dari Allah. Kasih itu bukan berasal dari manusia; kasih itu berasal dari
Allah. Oleh karena itu, iman maupun pekerjaan tidak ada gunanya
kecuali iman bekerja oleh kasih karena kasih berarti Allah melakukan
pekerjaan-Nya di dalam kita. Dapatkah Anda mengerti?
Maka pengajaran Alkitab tentang keselamatan tidak hanya sekadar
berhubungan dengan apa yang Anda percaya saja. Sangat penting
bahwa Anda percaya karena secara tidak langsung kasih menyatakan
adanya iman. Tetapi iman tidak semestinya menyatakan adanya kasih.
Jadi Anda perlu mempunyai iman, tetapi iman itu secara tersendiri
tidak berarti. Dan jika Anda berkata, "Baiklah, kalau begitu, iman plus
pekerjaan." Iman dan pekerjaan masih tidak berarti. Anda berkata,
"Saya terkejut." Ya, Anda terkejut! Karena melainkan Allah ada di situ,
melainkan Roh Kudus ada di situ, Anda bisa bekerja sebanyak yang
Anda suka, Anda bisa percaya sebanyak yang Anda suka, keduanya
tidak akan membawa Anda ke mana-mana. Bukan apa yang Anda
lakukan, atau apa yang Anda percayai yang berarti. Dengan lain kata,
pengajaran Alkitab tentang keselamatan, tentang bagaimana
memperoleh hidup yang kekal itu berhubungan dengan siapa diri Anda.
Siapa diri Anda itulah yang berarti. Anda harus menjadi ciptaan yang
baru. Dan ciptaan baru itu, seperti yang dikatakan rasul Paulus,
diciptakan dalam gambar dan rupa Kristus. Anda harus menjadi serupa
dengan Kristus karena Kristus telah menjadikan Anda seorang manusia
yang baru.
36 | C A H A Y A I N J I L
Kesimpulan:
Diselamatkan dengan Menjadi Manusia Baru yang oleh
anugerah Allah, Mengasihi
Di sini kita melihat jawaban Yesus yang begitu indah, mendalam dan
penuh kuasa. Yesus berkata, "Kasihilah." Mengapa? Karena Yesus tahu
kasih hanya berasal dari Allah, karena itu Anda hanya dapat mengasihi
apabila Anda menjadi suatu ciptaan baru. Dan bagaimana hal ini dapat
dilakukan? Hanya melalui Kristus.
Sekarang kita dapat melihat jawaban bagi pertanyaan yang kita
tanyakan dari permulaan. Yang mana jawaban yang benar? Apakah
jawaban bagi pertanyaan, "Bagaimana aku mewarisi hidup yang
kekal?" Apakah jawabannya adalah, "Percayalah kepada Yesus" atau
"Penuhilah tuntutan untuk mengasihi"? Bukan salah satu, tetapi
keduanya. Tidak mungkin dapat memisahkan keduanya karena
melainkan Anda percaya kepada Yesus, Anda tidak akan pernah dapat
mengasihi. Melainkan Yesus masuk ke dalam kehidupan Anda dan
menjadikan Anda suatu ciptaan baru, maka Anda tidak dapat
mengasihi. Karena Anda tidak dapat mengasihi, Anda tidak dapat
memenuhi perintah Allah. Karena Anda tidak dapat memenuhi
perintah-Nya, Anda tidak dapat mewarisi hidup yang kekal.
Dengan lain kata, kita diselamatkan bukan karena Allah menghapuskan
hukum Taurat, bukan karena Allah membawa kita melangkahi hukum
Taurat. Bukan seperti seorang pelajar yang harus mengambil ujian,
tetapi mendapatkan saudaranya yang lain untuk mengambil ujian itu
untuknya karena ia tahu ia tidak bisa lulus. Apakah ini benar? Itu
curang! Tidak benar! Alkitab tidak mengajarkan bahwa Anda tidak bisa
lulus ujian itu dan karena itu Yesus mengambil ujian itu untuk Anda.
Itu tidak dapat diterima bahkan menurut standar manusia. Tetapi apa
yang terjadi adalah Allah memberikan pada Anda kemampuan mental
dan rohani untuk mengambil ujian itu dalam kekuatan-Nya, dalam
anugerah-Nya, dalam pengetahuan-Nya, dalam hikmat-Nya, dalam
kuasa-Nya yang disediakan-Nya bagi Anda, sebagaimana Allah
sediakan bagi Yesus. Karena itulah, Anda lulus ujian itu. Itulah caranya
Allah bekerja. Benar-benar menakjubkan! Tidak ada kecurangan yang
37 | C A H A Y A I N J I L
terlibat. Sama seperti apabila Anda menolong saudara Anda lulus
ujian, Anda tidak mengambil ujian itu untuk dia karena Anda tampak
seperti saudara Anda. Saya pernah mendengar kasus seperti itu -
saudara kembar yang mengambil ujian untuk saudaranya yang lain.
Tetapi Anda, dalam usaha untuk menolong saudara Anda, berkata,
"Baik, kamu telah gagal sebelumnya. Sekarang aku akan menolong
kamu. Aku akan bekerja bersama kamu. Aku akan memberikan segala
sesuatu yang ada padaku supaya kamu lulus ujian itu." Tentu saja itu
bukan satu contoh yang bagus, tetapi hanya satu ilustrasi yang kecil.
Allah memberikan kepada kita Roh Kudus. Ia hidup di dalam kita. Ia
menyediakan kekuatan yang diperlukan dan kita sendiri yang
mengambil ujian itu, dan syukur kepada Allah, kita lulus oleh
anugerah-Nya. Karena itu, kita diselamatkan oleh anugerah. Kita
diselamatkan bukan oleh pekerjaan atau perbuatan kita sendiri, tetapi
oleh anugerah. Allah menyelamatkan kita dengan menjadikan kita
orang yang baru, orang yang suka memenuhi Taurat-Nya, orang yang
gembira melakukan perintah-Nya.
Mari kita membaca 1 Yohanes 5:1-4 dalam hubungannya kepada
perumpamaan kita. Apakah rasul Yohanes mengatakan apa-apa
tentang menghapuskan hukum Taurat? Tidak sama sekali! Tetapi apa
yang dikatakan Yohanes adalah bahwa Allah telah menaruh kasih-Nya
ke dalam diri kita dengan menjadikan kita manusia-manusia baru,
sehingga kita mendapati perintah-perintah-Nya sangat menyenangkan,
tidak berat setidaknya. Kita membaca ini di 1 Yohanes 5:1-4.
Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari
Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan,
mengasihi juga dia yang lahir dari pada-Nya. Bagaimana kita tahu
kita percaya kepada Yesus? Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi
anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta
melakukan perintah-perintah-Nya. Sebab inilah kasih kepada Allah,
yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-
perintah-Nya itu tidak berat, sebab semua yang lahir dari Allah,
mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan
dunia: iman kita.
Jadi, kita mendapati bahwa iman dan kasih, kasih dan iman sentiasa
saling berdampingan di dalam pengajaran Alkitab. Kita lahir dari Allah,
karena itu kita mengasihi. Karena kita mengasihi, kita memenuhi
38 | C A H A Y A I N J I L
perintah-Nya. Dan perintah-perintah-Nya tidak berat. Dan semua ini
dilakukan melalui iman kita, suatu iman yang menyelamatkan yang
didefinisikan dalam istilah kasih. Terdapat pelbagai jenis iman yang
dapat dibicarakan. Tetapi iman yang siap untuk mengasihi Allah dengan
segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan,
adalah iman yang menyelamatkan karena iman itu diartikan dalam
istilah kasih. Saya ingin menekankan kepada Anda sekali lagi bahwa
terdapat banyak jenis iman di dalam Perjanjian Baru, tetapi iman yang
menyelamatkan ialah iman yang bekerja oleh kasih.
Kita mengakhiri dengan poin yang sangat penting ini. Saya mau Anda
mengingat hanya satu hal jika Anda tidak dapat mengingat semua yang
telah kita katakan: Kita diselamatkan bukan hanya oleh apa yang
kita percaya, bukan hanya oleh apa yang kita lakukan, tetapi
oleh apa yang telah kita jadi oleh kuasa Allah dan oleh
anugerah Allah. "Karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana
aku ada sekarang." Ajaran yang ajaib tentang keselamatan di dalam
Alkitab adalah: kita diselamatkan bukan saja karena kita percaya Yesus
mati untuk dosa-dosa kita. Kita bisa percaya tetapi jika kita tidak
mempunyai sedikitpun kasih di dalam hati kita, kita juga tidak akan
diselamatkan dengan berbuat baik karena kita memang dapat
melakukan semua ini tanpa kasih di dalam hati kita sama sekali.
Alkitab mengajarkan bahwa kita diselamatkan tatkala kita menjadi
manusia baru, apabila oleh Roh Kudus, Allah mencurahkan kasih-Nya
ke dalam hati kita. Anda diselamatkan, atau Anda mewarisi hidup yang
kekal apabila Anda menjadi manusia baru yang mengasihi. Dan seperti
orang Samaria yang murah hati itu, Anda mengasihi bahkan musuh
Anda karena belas kasihan yang diberikan oleh Allah. Itulah yang
diajarkan oleh Yesus di dalam Perumpamaan tentang Orang Samaria
yang Murah Hati. Semoga Allah menolong kita untuk benar-benar
mengerti Firman-Nya!
Perumpamaan Tentang Sahabat Pada Tengah Malam
Lukas 11:5-13 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang, Montreal
39 | C A H A Y A I N J I L
Hari ini kita melanjutkan eksposisi kita di Lukas 11:5-13. Di sini kita
akan mempelajari satu perumpamaan yang biasanya disebut
Perumpamaan tentang Sahabat pada Tengah Malam. Lukas 11:5-13
Lalu kata-Nya kepada mereka: "Jika seorang di antara kamu
pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan
berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti,
sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan
singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk
dihidangkan kepadanya; masakan ia yang di dalam rumah itu
akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup
dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun
dan memberikannya kepada saudara.Aku berkata kepadamu:
Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya
karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya
yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan
kepadanya apa yang diperlukannya.Oleh karena itu Aku berkata
kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah,
maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan
dibukakan bagimu.Karena setiap orang yang meminta,
menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap
orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.Bapa manakah
di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan
memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Bapa manakah
di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan
memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan?
Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya
kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi
pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu
yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka
yang meminta kepada-Nya."
Seorang Sahabat yang tiba di Tengah Malam
Pertama-tama, saya ingin melukiskan gambaran perumpamaan ini
supaya Anda dapat melihatnya dengan mata pikiran Anda. Apa yang
disampaikan disini adalah suatu argumen rohani dari yang lebih kurang
kepada yang lebih besar, apa yang disebutkan dalam Bahasa Latin, ad
40 | C A H A Y A I N J I L
minorum ad majorum. Itu berarti jika suatu hal adalah benar dalam
kasus yang lebih kurang, lebih-lebih lagi hal itu benar dalam kasus
yang lebih besar. Itulah intinya.
Di sini adalah satu gambaran tentang seseorang yang mendapati
bahwa sahabatnya sampai pada tengah malam. Barangkali Anda
berpikir itu waktu yang agak aneh untuk sampai ke rumah orang.
Namun hal ini tidak begitu aneh di negara-negara panas karena orang
tidak mengadakan perjalanan apabila matahari berada tepat di atas
kepala, khususnya di Palestina, dimana siang harinya sangat, sangat
panas.
Kalau begitu, kapan mereka mengadakan perjalanan? Mereka
menunggu sehingga matahari terbenam ketika hari menjadi lebih
dingin pada waktu petang. Saat itulah mereka mengadakan perjalanan.
Cuaca mulai menjadi lebih dingin sekitar jam enam, dan orang ini
memulai perjalanannya dan tiba pada tempat sahabatnya pada tengah
malam. Itulah sebabnya di dalam banyak buku atau kamus
perumpamaan ini dipanggil "Sahabat Pada Tengah Malam". Orang ini
dibangunkan pada tengah malam saat sahabatnya ini tiba. Saya tidak
tahu apakah ia menduga kedatangannya atau tidak. Jalur komunikasi
tidak terlalu bagus pada zaman itu. Masih belum ada telepon yang
dapat dibel untuk berkata, "Aku akan tiba tengah malam nanti."
Barangkali ia tiba-tiba saja muncul. Mungkin, ia menulis sepucuk surat
tetapi pelayanan pos pada waktu itu - saya tidak tahu apakah mereka
jauh lebih baik sekarang- surat itu mungkin tiba setelah sahabatnya ini
telah tiba. Bagaimanapun juga, ia tiba di situ pada tengah malam.
Orang ini telah mengadakan perjalanan yang jauh dan tentu saja agak
lapar sekarang, dan tuan rumah mendapati bahwa ia tidak ada roti,
tidak ada makanan untuk disajikan kepada tamu yang tidak terduga
ini. Besar kemungkinan tamunya ini tidak diduga karena ia tidak
menyediakan makanan untuk dia. Jadi apa yang ia lakukan? Nah, ia
memandang keliling dan berpikir sebentar, "Ha! Sahabatku diseberang
jalan! Ia selalu menyimpan persediaan, aku akan pergi dan mengetuk
pintunya." Namun tentu saja pada tengah malam Anda tidak pergi dan
membangunkan seluruh kampung. Lalu ia berpikir lagi, "Apa yang
harus kulakukan? Apakah aku membiarkan sahabatku ini lapar sampai
pagi? Atau haruskah aku pergi dan mengganggu sahabatku di seberang
jalan itu?" Dan begitu, setelah memikirkannya, ia memutuskan,
41 | C A H A Y A I N J I L
"Bagaimanapun apa gunanya seorang sahabat? Sahabat yang
membutuhkan adalah sahabat yang sesungguhnya. Sekarang, saya
membutuhkan beberapa roti, maka saya akan mengetuk pintu sahabat
saya itu. Meskipun ia telah tidur, memberikan roti kepada saya hanya
memakan beberapa menit dan sesudah itu ia bisa kembali tidur.
Sedangkan sahabat saya ini yang baru tiba akan kelaparan sampai pagi
jika saya tidak pergi meminta roti."
Sikap Tidak Tahu Malu
Maka ia memutuskan untuk pergi dan mengetuk pintu sahabatnya itu
pada tengah malam, namun ia tidak mendapatkan suatu respon yang
antusias, sebagaimana dapat Anda bayangkan. Kebanyakan orang
bekerja agak keras dan mereka menghargai waktu tidur mereka.
Seraya ia terus mengetuk pintu, sahabatnya di dalam rumah
menjawab, "Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku
serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan
memberikannya kepada saudara!" Jawabannya ialah, "tidak" dalam
satu kata. "Tinggalkan aku dan pergi. Kami sudah tidur, dan ini bukan
waktunya untuk mengetuk pintu. Apakah kamu tidak tahu bertimbang
rasa? Tahukah kamu pukul berapa sekarang?"
Tetapi ia menjelaskan dari luar pintu dengan suara yang keras yang
mungkin dapat membangunkan seluruh kampung jika sahabatnya ini
tidak cepat membuka pintu. Ia berkata, "Seorang sahabatku telah
datang dan aku membutuhkan tiga roti." Mengapa membutuhkan tiga
roti untuk seorang sahabat? Pasti ia makan seperti kuda! Tentu saja, ia
mau memastikan persediaan yang cukup. Roti pada zaman itu tidak
seperti roti pada zaman sekarang. Saya kira seorang yang sangat lapar
dengan mudah dapat menghabiskan barangkali dua atau bahkan tiga
roti tanpa banyak kesulitan. Kalau tidak, mungkin ia berpikir, "Aku
akan memberi kepadanya dua. Dan sebagai tuan rumah, aku tidak bisa
duduk di situ dan melihatnya makan, jadi aku harus makan sesuatu
bersama dia." Ini disebut pei ke dalam bahasa Mandarin, artinya, Anda
harus makan bersama tamu yang mengunjungi Anda. Itu adalah
kesopanan, khususnya bagi orang Tionghoa; tuan rumah tidak duduk
dan melihat tamunya makan. Biasanya, seorang tamu merasa lebih
senang jika tuan rumah makan sedikit bersamanya. Jadi, barangkali
satu roti untuk dirinya sendiri, dan dua yang lain untuk sahabatnya
yang baru sampai itu.
42 | C A H A Y A I N J I L
Namun tanpa berbuat apa-apa, sahabatnya dalam rumah itu berkata,
"Aku dan anak-anakku sudah tidur." Gambarannya adalah sebuah
rumah Palestina yang mempunyai satu kamar dan dua lantai: lantai
bawah dan beberapa anak tangga menuju lantai atas. Seringkali,
domba-domba, kambing-kambing, binatang-binatang peliharaan dan
ayam-ayam tidur di lantai bawah, suatu ruang seperti gua dibawah
lantai atas. Dan penghuni rumah itu, orang dewasa dan anak-anak,
tinggal di lantas atas. Jadi, kamarnya tidak banyak. Barangkali pada
zaman itu orang lebih miskin, kita tidak tahu. Tetapi ini tampaknya
seperti sebuah rumah dengan satu kamar. Mereka tidak ada tempat
tidur, maka mereka tidur di atas semacam kasur dan anak-anak
semuanya meringkuk bersama supaya saling memanaskan. Jika ada
yang bergerak, barangkali ia akan membangunkan semua yang lain.
Sebetulnya, alasan yang diberikan bahwa anak-anaknya sudah tidur
bukanlah alasan yang kuat karena kebanyakan orang yang mempunyai
anak tahu bahwa apabila mereka sudah tertidur, agak sulit untuk
membangunkan mereka. Setidaknya tidak sehingga fajar mereka dapat
dibangunkan dengan mudah. Jadi, sebetulnya itu alasan yang lemah.
Pada kenyataannya, ia tidak mau menyusahkan diri untuk bangun. Ia
merasa agak gemas dengan tetangganya ini yang tidak tahu malu
mengetuk-ngetuk pintu pada tengah malam. Saya kira kebanyakan dari
kita akan menunjukkan reaksi yang sama, bukankah begitu? Marilah
kita jujur dengan diri kita sendiri. Kalau tidak, suatu hari saya akan
mencobanya pada pintu Anda dan lihat bagaimana perasaan Anda.
Tentu saja Anda akan berkata, "Buat apa kamu ketuk-ketuk pintu pada
tengah malam?!"
Namun orang ini yang mengetuk pintu meminta tiga roti, tidak mau
begitu saja pergi. Ia terus mengetuk pintu dan berkata, "Berikan aku
roti itu karena aku tidak bisa membiarkan sahabatku lapar. Bisa tak
kamu bangun?" Yang di dalam rumah berkata, "Tidak," dan yang di
luar ini berkata, "Ya," dan ia terus mengetuk pintu itu. Akhirnya orang
yang berada di tempat tidur itu berpikir, "Nah, jika aku tidak memberi
kepadanya tiga roti itu, ia akan terus mengetuk pintu itu sampai subuh
dan aku tidak akan tidur sama sekali. Satu-satunya cara untuk
menyingkirkan dia adalah memberikan saja tiga roti itu dan berkata,
'Ambillah dan pergi supaya aku bisa kembali tidur.'" Di Lukas 11:8
dikatakan, "Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan
memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya,
43 | C A H A Y A I N J I L
namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan
memberikan kepadanya apa yang diperlukannya." Sekalipun ia tidak
mau memberikan roti itu demi persahabatan, ia akan memberikannya
hanya untuk menyingkirkan dia. Maka ia berkata, "Berapa roti kamu
mau? Apakah kamu menyebutkan tiga tadi? Nah, ambil semua! Ambil
saja semua dan pergi! Aku tidak peduli berapa banyak kamu mau!" Jadi
ia akan memberikannya bukan demi persahabatan karena
persahabatan di dalam dunia ada batas yang tertentu yang tidak dapat
dilewati. Sikap yang tidak tahu malu seperti inilah yang menang pada
akhirnya. Yesus sedang mengilustrasikan suatu ketekunan yang
pantang menerima 'tidak' sebagai jawaban.
Pokok ini dapat juga dilihat dari ayat 9 tetapi tidak terlalu jelas dalam
Bahasa Indonesia. Di dalam bahasa asli, bentuk kata kerja masa
sekarang terus menerus dipakai: "Mintalah terus menerus, maka akan
diberikan kepadamu; carilah terus menerus, maka kamu akan
mendapat; ketoklah terus menerus, maka pintu akan dibukakan
bagimu." Itulah artinya dalam bahasa Yunani, dan justru itulah yang
dilakukan orang ini. Ia terus menerus mengetuk sampai pintu dibuka.
Ia terus menerus meminta sampai ia diberikan apa yang ia inginkan. Ia
terus menerus mencari sampai ia mendapatkan tiga roti itu. Nah, itu
tak tahu malu namanya! Anda bisa berkata, orang ini berkulit tebal.
Namun karena ia telah memutuskan untuk mendapatkan tiga roti itu, ia
tidak akan mundur sehingga ia mendapatkannya.
Yesus Mengajar Rahasia Doa: Ketekunan yang Tak Tahu Malu
Pertanyaan di sini ialah, apakah yang ingin diajarkan Yesus kepada
kita? Apakah ia sedang mengajar kita untuk tidak bertimbang rasa?
Apakah ia mengajar kita untuk tidak menaruh perhatian terhadap
orang lain? Apakah Yesus sedang mengajar kita untuk tidak tahu malu?
Jadi lain kali Anda merasa lapar pada tengah malam, dan Anda
membutuhkan hamburger, Anda akan berkata, "Oh ya, aku akan ke
rumah saudara-saudaraku. Aku akan mengetuk pintu sekalipun sudah
jam dua pagi. Dan aku akan berkata, 'Pendeta itu berkhotbah tentang
ajaran Yesus mengenai sikap yang tak tahu malu. Karena itu aku di
sini. Mana hamburgernya?!" Apa yang diajarkan Yesus? Apakah
pelajarannya? Ketekunan itu memang baik tetapi yang ini tampaknya
sedikit berlebihan. Oleh karena itu, kita harus terus mengejar arti bagi
44 | C A H A Y A I N J I L
perumpamaan ini. Apa yang ingin disampaikan oleh Yesus melalui
perumpamaan ini?
Kata kunci bagi perumpamaan ini adalah "sikapnya yang tidak malu
itu", di ayat 8. Sebenarnya, kata ini dalam bahasa Yunani sangat
menarik dan dipakai hanya satu kali dalam Perjanjian Baru. Kata benda
ini tidak muncul dimanapun dalam Perjanjian Baru kecuali dalam kitab-
kitab Apokrif. Secara harfiah kata ini berarti 'tak tahu malu'.
Sekalipun kata bendanya tidak muncul dalam Perjanjian Lama Yunani
(Septuaginta), kata ajektipnya muncul beberapa kali. Yang menarik,
kata ini tidak sekalipun mempunyai arti yang baik dalam Perjanjian
Lama. Artinya tak tahu malu, atau kurang ajar. Nah, ini agak
membingungkan kita. Tampaknya Yesus sedang mendorong sikap tidak
tahu malu, bukan? Apa yang ingin Yesus ajarkan kepada murid-
muridnya? Apakah Yesus ingin menjadikan murid-muridnya orang yang
tidak menaruh perhatian terhadap orang lain? Apakah Yesus ingin
mereka menjadi orang yang tidak bertimbang rasa? Bagaimanapun,
dunia ini memang sudah dipenuhi dengan orang yang tidak bertimbang
rasa. Kita tidak membutuhkan dua belas rasul lagi yang berjalan
keliling mengetuk pintu orang pada tengah malam!
Perumpamaan ini datang segera sesudah ajaran Yesus tentang doa. Di
Lukas 11:2, murid-murid Yesus memintanya mengajar mereka
bagaimana untuk berdoa. Ia mengajarkan mereka doa yang dikenal
sebagai 'Doa Bapa Kami' itu, "Bapa, dikuduskanlah nama-Mu;
datanglah Kerajaan-Mu......" Sesudah mengajar mereka Doa Bapa
Kami, Yesus memberitahu mereka suatu rahasia tentang doa. Ingat
bahwa perumpamaan ini berhubungan dengan rahasia doa. Yesus
mengajarkan bahwa dalam doa, suatu sikap yang harus Anda pelajari
adalah ketekunan yang tak tahu malu. Apa artinya ini?
1. Prinsip Kebulatan Tekad
Pelajaran pertama yang ingin diajarkan Yesus ialah sikap 'tidak tahu
malu' ini, yaitu kebulatan tekad dalam doa. Dengan segera kita melihat
bahwa Yesus sedang menunjuk kepada suatu kekurangan rohani yang
besar bagi kebanyakan orang Kristen pada masa kini. Pikirkan cara
Anda berdoa. Apakah ada kebulatan tekad semasa Anda berdoa?
45 | C A H A Y A I N J I L
Apakah terdapat semacam ketekunan ketika Anda berdoa, jangankan
tidak tahu malu?
Maka hal pertama yang harus Anda perhatikan ialah betapa pentingnya
kebulatan tekad atau kegigihan dalam hal berdoa. Tidak seorangpun
akan mencapai apa-apa dalam kehidupan ini tanpa kebulatan tekad.
Anda tidak akan mencapai apa-apa tanpa kegigihan. Itu ialah suatu
prinsip yang benar bahkan di dalam dunia. Saya pasti Anda pernah
menonton filem Amerika tentang seorang redaksi muda, atau, seorang
pengacara muda yang mencari pekerjaan. Ia pergi ke kantor surat
kabar karena ia ingin bekerja sebagai seorang redaksi, dan kepala
redaksi yang bercerutu dengan kakinya diatas meja, melihat orang
muda itu dan langsung mengusirnya karena ia tidak ada pengalaman.
Namun ia tidak mau pergi. Ia bertekad untuk tidak menerima 'tidak'
sebagai jawaban, dan berkata, "Berikan aku satu kesempatan. Aku
akan buktikan kepada Anda betapa bagusnya aku." Kita agak lazim
mendengarkan cerita seperti ini. Atau, seorang pengacara yang
mencari pekerjaan dan majikan tidak menginginkan dia. Tetapi ia
bertekad untuk mendapatkan pekerjaan itu, dan akhirnya ia berhasil,
dan semua orang merasa gembira. Tanpa kebulatan tekad, Anda tidak
akan mencapai apa-apa. Bahkan orang dunia mengetahui hal ini.
Tampaknya kepada saya orang non-Kristen memiliki lebih banyak
pengertian dari orang Kristen mengenai hal ini. Saya memikirkan kata
Yesus yang berbunyi, "Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap
sesamanya dari pada anak-anak terang." (Lukas 16:8) Saya melihat
banyak orang Kristen yang sama sekali tidak ada kebulatan tekad.
Pikirkan kehidupan doa Anda sekali lagi. Kapan Anda meminta sesuatu
dengan tekun? Kapan Anda berkata kepada Allah, "Tuhan, aku benar-
benar membutuhkan ini demi sahabatku ini, atau saudara ini. Aku akan
berpaut kepada Engkau sehingga Engkau memberikannya. Aku tidak
akan menerima 'tidak' sebagai jawaban"? Barangkali Anda berkata, "Itu
tak tahu malu!" Benar sekali. Tetapi justru itulah yang diajarkan Yesus.
Allah Menyukai Orang yang Tak Tahu Malu dalam hal Berdoa
Anda perlu mencobanya dengan Allah. Allah menyukainya. Allah
menyukai orang yang mempunyai kebulatan tekad. Kita, orang
Tionghua, biasanya sangat 'ke chi' (sungkan). Kita berpikir, "Kita tidak
boleh berkelakuan seperti ini. Tidak! Kita tidak boleh mempermalukan
46 | C A H A Y A I N J I L
orang lain seperti itu. Kamu tidak boleh memperlakukan orang lain
seperti itu. Itu tidak benar." Izinkan saya mengatakan kepada Anda,
Yesus ingin mengubah pemikiran kita. Ia berkata, "Barangkali kamu
tidak menyukainya. Barangkali orang lain tidak menyukainya karena
mereka semua begitu egois. Tetapi Allah tidak egois dan Allah
menyukai orang yang datang dan tekun meminta sesuatu." Itulah
sebabnya di Yesaya 62:6-7, umat Allah didesak untuk tidak memberi-
Nya ketenangan sehingga Ia menyelesaikan rencana-Nya, sehingga Ia
memasyurkan Israel di seluruh dunia. Yesaya 62:6 sangat luar biasa!
"Hai kamu yang harus mengingatkan TUHAN kepada Sion, janganlah
kamu tinggal tenang dan janganlah biarkan Dia tinggal tenang." Terus
bertekun sehingga rencana-Nya digenapi. Manusia tidak menyukai ini,
tetapi Allah tidak berpikir seperti Anda atau seperti saya. Pemikirannya
sama sekali berbeda. Ia tidak keberatan jika Anda menelepon-Nya
pada jam dua pagi. Ia tidak keberatan jika Anda menelepon-Nya pada
jam tiga pagi. Ia tidak keberatan jika Anda datang pada tengah malam
dan mengetuk pintu surga. Ia tidak keberatan sama sekali.
Sebenarnya, Ia menyukainya. Ia sedang mencari orang yang akan
berbuat seperti itu, yang tidak membiarkan Dia tinggal tenang, yang
bertekad untuk melakukan sesuatu dan tidak akan berhenti sampai
diselesaikan. Pemikiran Allah sangat berbeda dari kita. Ia mengasihi
orang yang tak tahu malu, yang berkata, "Tuhan, perkara ini harus
digenapi dan akan digenapi. Aku memohon kepada Engkau, dan aku
akan terus memohon kepada Engkau. Aku akan terus mengetuk pintu
surga." Itulah yang diajarkan oleh Yesus tentang Allah, "Ketuklah terus
menerus dan pintu akan dibuka kepada kamu." Jika kita dapat
mempelajari rahasia rohani ini, kita sedang dalam perjalanan menjadi
tokoh-tokoh rohani yang besar.
Kapan kali terakhir Anda meminta sesuatu dari Allah dengan tekun?
Apakah Anda meminta? Atau Anda berkata, "Tuhan, sekali lagi aku
meminta ini"? Dan Ia tidak menjawab. Barangkali Anda berkata, "Anda
lihat? Ia tidak pernah menjawab. Aku berhenti saja. Aku berdoa kepada
Allah tetapi Ia tidak pernah menjawab doaku. Itulah sebabnya aku
menyerah." Biarkan saya bertanya kepada Anda, "Berapa lama Anda
berdoa? Apakah selama tiga puluh lima detik? Seberapa tekun Anda
berdoa?" Anda berkata, "Ah! Aku sudah meminta dua tiga kali." Dua
tiga kali! Bayangkan, jika kita membunyikan bel, kita biasanya
membunyikan dua tiga kali! Dan itu saja yang kita lakukan dalam doa!
47 | C A H A Y A I N J I L
Padahal Allah mau Anda meletakkan jari Anda pada tombol dan
menekannya disitu dan berkata, "Tuhan, aku tidak akan melepaskan
jariku. Aku tidak akan lepaskan sampai pintu ini dibuka." Anda berkata,
"Itu tak tahu malu! Benar-benar memalukan!" Benar! Itu tak tahu
malu! Tetapi itulah yang Allah harapkan dari Anda! Sulit untuk
dimengerti, bukan? Pemikiran Allah begitu berbeda dari kita. Ia tidak
bermaksud supaya Anda pergi ke pintu tetangga dan membunyikan bel
seperti ini. Tetapi maksud Yesus ialah, "Kamu bisa berbuat demikian
dengan Allah." Yesus sedang mengajarkan tentang doa. Ia tahu orang
lain tidak suka diperlakukan seperti itu. Ia tahu orang lain itu egois
tetapi Yesus berkata Allah tidak seperti itu. Sekalipun orang lain
menganggap ini tidak tahu malu, namun Allah menyukainya. Anda
berbuat demikian kepada Allah dan Anda akan menemukan bahwa
Allah benar-benar menjawab doa. Pikirkan orang seperti George
Mueller. George Mueller ialah orang yang pantang menerima 'tidak'
sebagai jawaban. Ia mendekati Allah untuk segala sesuatu dan ia
berpaut kepada Allah, dan Allah memberi kepadanya. Begitu
menakjubkan!
Di dalam Misynah (hukum lisan orang Yahudi yang dibukukan yang
kemudian menjadi bagian utama Talmud), kita diberitahu tentang
seorang yang disebut Onias, seorang yang sangat menarik. Josephus,
seorang sejarawan Yahudi memanggilnya Onias Yang Benar. Onias
ialah seorang yang sangat benar, seorang yang saleh. Nah, ini sangat
penting dalam hal berdoa sebagaimana yang dikatakan oleh Yakobus di
Yakobus 5:16, "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan,
sangat besar kuasanya." Jika Anda hidup di dalam dosa, satu-satunya
permohonan yang dapat Anda panjatkan dengan tekun adalah supaya
Allah mengampuni Anda dan Anda tidak akan berhenti berdoa sehingga
Allah mengampuni. Allah akan mengampuni jika Anda benar-benar
bertobat. Tetapi jika Anda ingin meminta perkara-perkara yang lain,
sebaiknya Anda memastikan Anda layak untuk meminta. Ini berarti,
Anda harus terlebih dulu membiarkan Dia menyucikan Anda oleh
anugerah-Nya supaya Anda diperbolehkan untuk datang kepada-Nya.
Dan apapun yang Anda minta dengan cara itu, Anda akan menerima.
Kemudian, Anda akan mengalami sendiri bahwa Allah itu Allah yang
hidup. Lalu, kehidupan rohani Anda akan bertunas. Selanjutnya, iman
Anda akan bertumbuh dalam kekuatan.
48 | C A H A Y A I N J I L
Mengapa Onias menjadi begitu terkenal? Pernah sekali, terjadinya
suatu musim kemarau yang panjang di seluruh tanah Israel dan
tanaman menjadi kering. Di sebuah negara pertanian, jika hujan tidak
turun Anda akan mengalami masalah besar. Karena tidak adanya hujan
yang turun, ekonomi tanah air terganggu, dan banyak orang kelaparan.
Mereka datang kepada Onias Yang Benar dan berkata, "Berdoalah agar
hujan turun. Tolonglah berdoa!" Onias segera menjawab, "Masukkan
tempat pembakaran roti Paskah itu." Begitulah besarnya iman Onias
itu. Mengapa memasukkan tempat pembakaran roti Paskah? Karena
perayaan Paskah sudah menjelang dan orang akan membakar roti
Paskah dalam pembakaran roti yang dibuat dari tanah liat. Jika hujan
turun, hujan akan menyebabkan pembakaran roti kembali menjadi
tanah liat. Maka ia segera berkata, "Masukkan pembakaran roti Paskah
itu." Tanpa meragu-ragukan apakah Allah akan menjawab atau tidak,
segera ia menjawab, "Oke, kamu meminta aku berdoa untuk hujan?
Kamu akan mendapatkan hujan. Masukkan pembakaran roti Paskah
itu." Dan mereka memasukkan pembakaran roti Paskah. Namun masih
tidak hujan.
Maka Onias keluar dan melukis satu lingkaran sekeliling dirinya dan
berkata, "Tuhan, aku akan berdiri di dalam lingkaran ini siang dan
malam sehingga Engkau memberikan hujan yang kami butuhkan." Dan
hujan turun. Itulah sebabnya di kemudian hari ia dikenal sebagai Onias
Si Pembuat-Lingkaran. Hujan turun beberapa tetes dan ia terus berdoa
dan terus berdoa dan ia berkata, "Tuhan, aku tidak meminta hujan ini.
Hujan ini hanya beberapa tetes. Tidak cukup!" Ia telah meletakkan
jarinya pada tombol bel dan ia masih terus menekan. Karena itu, hujan
mulai turun dengan lebat sekali. Hujan turun sehingga menyebabkan
banjir. Dan Onias berkata, "Tuhan, aku tidak meminta ini juga. Aku
meminta Engkau memenuhi tempat penampungan air dan bukan
membanjiri seluruh tanah dan menghanyutkan rumah-rumah." Dan
begitu hujan turun pas sesuai kebutuhan. Begitulah ceritanya dalam
Misynah. Ini adalah sebuah cerita yang menarik, dan kita tidak
meragukan dari sumber yang dapat kita kumpulkan, bahwa ini adalah
cerita benar. Onias hidup sebelum zaman Yesus, dan peristiwa ini
terjadi kira-kira 70 S.M. Karena itu ia dikenali sebagai Onias Si
Pembuat-Lingkaran.
Tetapi tentu saja, rabi yang utama pada waktu itu yang bernama
Simeon ben Shetah, menganggap cara Onias berdoa dalam lingkaran
49 | C A H A Y A I N J I L
seperti itu, kurang ajar dan tak tahu malu. Jadi rabi ini berkata,
"Seandainya kamu bukan Onias, aku telah mengucilkan kamu karena
tingkah laku yang tak tahu malu itu. Namun apa yang dapat
kulakukan? Kamu adalah Onias, dan Allah menjawab doa kamu karena
kamu itu seperti anak yang mendesak bapanya, dan bapa
mengabulkan permintaannya."
Makanya Onias dianggap setingkat dengan Elia. Dalam Midrasy, sebuah
lagi kitab orang Yahudi, dikatakan, "Tidak seorangpun dapat
dibandingkan dengan Elia dan Onias Si Pembuat-Lingkaran, yang
menyebabkan umat manusia melayani Allah." Apabila hujan turun
mencurah ke bawah, mereka melihat apa yang dilakukan Allah untuk
menjawab doa Onias. Dan banyak orang berkerumun ke Bait Allah dan
menyembah Allah, mengakui bahwa Dia adalah Allah yang hidup Yang
menjawab doa hamba-Nya yang benar, Onias. Itulah sebabnya
dikatakan bahwa tidak ada manusia yang dapat disamakan dengan Elia
atau Onias, yang menarik hati manusia kepada Allah, menyebabkan
umat manusia untuk melayani Allah. Anda tentu ingat bahwa Elia
melakukan hal yang sama. Ia berdiri di atas Gunung Karmel dan
meminta Allah menurunkan api, dan api turun menghanguskan
persembahan di atas altar, dan umat Israel berpaling kepada Allah
akibat dari perbuatan hamba Allah yang besar ini.
Hari ini kita membutuhkan orang seperti itu, yang menang atas Allah,
seperti Yakob, yang berpaut kepada Tuhan dan berkata, "Aku tidak
akan melepaskan Engkau sampai Engkau memberkati aku. Engkau bisa
melakukan apa saja padaku tetapi aku tidak akan membiarkan Engkau
pergi." Karena itu namanya diganti menjadi Israel, karena ia bergumul
melawan Allah dan menang. Ia bergulat sepanjang malam! Kapan
waktunya Anda berdoa untuk sesuatu sepanjang malam? Sekali-kali
cobalah dan Anda akan diherankan bagaimana Allah menjawab
melampaui apa yang dapat kita doakan atau pikirkan. Sukacita
kehidupan Kekristenan adalah menyaksikan apa yang dapat Allah
kerjakan. Menjadi seorang Kristen dan melayani Dia bukanlah semata
pergi ke gereja, berbuat ini dan itu, atau berkhotbah. Semua ini adalah
penting. Tetapi di atas segala-galanya adalah pelayanan doa.
Kita telah melihat pokok yang pertama yaitu kebulatan tekad rohani,
sikap tidak tahu malu yang enggan menerima 'tidak' sebagai jawaban
dan terus berpaut kepada Allah. Sekali lagi saya ulangi, tentu saja
50 | C A H A Y A I N J I L
manusia tidak menyukai ini tetapi Allah menyukainya. Ia menyukai
orang yang mempunyai kebulatan tekad rohani. Saya berharap Allah
akan membangkitkan untuk kita di dalam gereja ini orang-orang yang
benar-benar mempunyai kegigihan rohani.
Sikap Tidak Tahu Malu Dalam Mengejar Tujuan Hidup
Saya ingin berbicara tentang ketekunan rohani terutamanya kepada
mereka yang akan dibaptis hari ini. Pertimbangkan arah hidup Anda.
Pikirkan dengan berhati-hati gol Anda, atau tujuan hidup Anda. Setelah
mempertimbangkan tujuan dan gol itu, pusatkan seluruh pikiran Anda
padanya dengan tekun, dan berkata, "Tuhan, aku akan mengejar gol
ini sampai gol ini digenapi oleh anugerah-Mu." Jika setiap orang yang
dibaptis hari ini akan berbuat seperti itu, setiap orang akan menjadi
tokoh rohani yang besar. Mereka akan menjadi seperti Paulus.
Paulus ialah seorang yang sangat tekun. Itulah rahasia kebesaran
rohaninya. Kapan saja Anda melihat kehidupan Paulus, Anda dapat
melihat bahwa Paulus adalah seorang yang sangat gigih. Ia
menempatkan cita-citanya di depan matanya dan tidak ada apa-apa
yang dapat menyebabkannya menoleh ke sebelah kiri atau kanan. Ia
melangkah seperti anak panah yang terbang menuju tanda sasaran,
dan tidak ada apa-apa yang dapat menghalangnya dalam perjalanan.
Ingat bagaimana ia menghadapkan mukanya ke Yerusalem dan tidak
seorang pun dapat menghalangnya, tidak seorang pun dapat
membujuknya supaya jangan pergi. Saat ia tahu apa yang benar di
hadapan Allah, apakah arahnya dan tujuannya, ia menetapkan
pikirannya pada tujuan itu. Ia maju ke depan sampai tujuan itu
digenapi. Saya berharap kepada Allah bahwa setiap dari kita
mempelajari rahasia ini!
Banyak orang di dalam gereja seringkali mempunyai banyak niat yang
baik. Tetapi, niat yang baik tidak membawa Anda ke mana-mana.
Adalah baik mempunyai niat yang baik tetapi banyak niat yang baik
selalunya tidak pernah dipenuhi. "Aku akan membaca sedikit lebih
banyak Alkitab minggu depan." Tentu saja, minggu depan Anda terlalu
sibuk, jadi Anda menundanya ke minggu sesudah itu, dan seterusnya.
Pada akhirnya, Anda tidak membaca Alkitab sama sekali. "Aku akan
mulai berdoa. Yah, aku pikir ini khotbah yang bagus. Aku akan mulai
berdoa seperti ini tetapi aku akan mulai besok." Apabila besok datang,
51 | C A H A Y A I N J I L
Anda berkata, "Ah tidak. Minggu depan." Dan kemudian tahun depan,
dan seterusnya. Semua ini adalah niat yang baik tetapi niat yang baik
tidak pernah membawa seorangpun ke mana-mana. Yang penting
adalah ketekunan rohani.
2. Prinsip Kasih dan Kepedulian Akan Orang lain
Hal yang kedua yang ingin diajarkan Yesus kepada kita adalah karakter
doa. Apakah orang ini mengetuk pintu tetangganya karena ia
menginginkan roti itu untuk dirinya sendiri? Tidak, ia melakukan ini
untuk orang yang lain. Motifnya adalah kasih dan kepedulian akan
orang lain. Sikap inilah yang begitu menyenangkan Allah. Sikap tidak
tahu malu ini berasal dari perhatian dan kasih yang siap berbuat
sesuatu untuk orang lain, meskipun berbuat sesuatu itu mungkin
berarti ia perlu bertekad untuk tidak tahu malu.
Mengapa ia perlu menyusahkan dirinya menyediakan roti untuk orang
ini yang datang dengan tiba-tiba? Mengapa perlu ia menyusahkan
dirinya untuk berbuat itu? Ia bisa saja berkata, "Nah, aku minta maaf.
Kamu sampai di tengah malam, tentu saja kamu tidak mengharapkan
aku untuk menyediakan roti bagi kamu, bukan? Kamu tidak telepon,
kamu tidak kirim telegram, kamu bahkan tidak menulis surat, dan tiba-
tiba kamu muncul pada tengah malam. Makanya, jangan
mengharapkan roti dariku. Lain kali kamu datang, pastikan kamu
menulis surat terlebih dulu. Setidaknya telepon dulu sebelum toko
tutup. Jadi, lain kali jangan begini lagi. Aku minta maaf, tetapi kamu
pergi tidur dalam kelaparan, oke? Sayang sekali! Tetapi kamu tidak
akan mati karena kelaparan, bukan? Maksud saya, sekali-kali berpuasa
itu juga bagus untuk kamu."
Inilah pokok yang kedua yang diajarkan Yesus dalam perumpamaan
ini. Belajarlah untuk memperhatikan kesejahteraan orang lain.
"Masalah kamu adalah masalah aku. Jika kamu tidak ada makanan, itu
adalah masalah aku. Aku akan memastikan supaya kamu ada sesuatu
untuk dimakan." Sulit bagi kita untuk memiliki sikap seperti itu karena
kita dilahirkan egois. Kita tidak peduli tentang orang lain. "Yang penting
adalah aku, bukan kamu. Itu masalah kamu, maka kamu pergi dan
selesaikan sendiri. Jika kamu mau roti, aku akan beritahu kamu siapa
ada roti. Kamu pergi dan ketuk pintunya sendiri dan lihat apakah ia
memberi kepada kamu atau tidak." Barangkali setiap orang akan
52 | C A H A Y A I N J I L
berkata demikian. Kita harus belajar sikap untuk rela menyusahkan diri
demi orang lain. Hal ini sangat sulit untuk dipelajari. Namun kita harus
terus mengejarnya. Mengapa? Karena di sini Yesus melukiskan satu
gambaran yang indah kepada kita. Jika Anda hidup untuk diri sendiri,
jika Anda hanya memperhatikan diri sendiri, Anda hanya memiliki
seorang yang memperhatikan Anda, yaitu diri Anda sendiri. Tetapi
dalam membangunkan Kerajaan Allah, Yesus mau mengubah
mentalitas ini, supaya setiap orang saling memperhatikan. Itu sangat
indah.
Sekarang pikirkan. Seandainya Anda memperhatikan setiap orang di
dalam gereja, dan setiap orang di dalam gereja memperhatikan Anda.
Berapa orang yang memperhatikan Anda? Seluruh gereja
memperhatikan Anda. Sebelumnya, Anda hanya memperhatikan diri
sendiri, karena itu hanya ada seorang yang memperhatikan Anda.
Sekarang, seluruh gereja memperhatikan Anda. Bukankah gereja
seharusnya begitu? Jadi Anda tidak perlu lagi berpikir tentang diri
sendiri, orang lain yang berpikir tentang Anda. Dalam pada itu, Anda
hanya memusatkan perhatian memikirkan tentang orang lain. Ini
sangat indah! Jika kita dapat mempraktekkan ini, kita akan mulai hidup
sebagaimana Yesus memaksudkan kita untuk hidup sebagai sebuah
gereja. Tetapi saya masih belum melihat hal ini terwujud di dalam
gereja. Saya melihat kita semua masih egois. Saya melihat bahwa kita
masih hidup untuk diri kita sendiri. Barangkali kita sedikit lebih baik
dari sebelumnya; kita sedikit lebih memperhatikan orang lain.
Saya sering berpikir tentang semua orang di dalam gereja yang harus
saya perhatikan, apakah kebutuhan mereka dan sebagainya. Dan saya
cuma dapat merintih bahwa saya tidak cukup tenaga. Saya tidak cukup
tenaga maupun kekuatan, khususnya, sesudah satu program pelatihan
dalam minggu itu. Sesudah itu, saya mengaku bahwa saya begitu
capek sehingga semua yang dapat saya lakukan adalah berusaha untuk
mengurangi ketegangan itu dari pikiran saya. Kepala saya berdenyut-
denyut, seolah-olah ada yang bermain gendang di dalam. Saya merasa
begitu lelah. Saya selalu merasa saya tidak dapat melakukan apa yang
harus saya lakukan. Di sini ada seorang saudara yang harus saya
perhatikan, namun saya tidak berbuat apa-apa untuk dia. Di sana ada
seorang saudara lagi yang harus saya berbuat sesuatu untuknya.
Banyak kali, saya berbaring di tempat tidur dan berpikir sendiri, "Aku
mau berdoa untuk orang ini dan orang itu. Aku seharusnya dapat
53 | C A H A Y A I N J I L
berbuat lebih untuk saudara itu tetapi aku belum. Ah! Andai saja
seluruh gereja sanggup berfungsi sebagai sebuah gereja, dan setiap
orang saling memperhatikan, tanggung jawab itu tidak akan jatuh pada
hanya satu orang yang berusaha untuk memperhatikan semua yang
lain." Itu tidak akan berhasil. Tetapi apabila setiap orang
melakukannya, sumbangan yang sedikit dari setiap orang akan
menimbulkan perbedaan yang besar. Jadi di sini, Yesus menempatkan
di depan mata kita prinsip saling memperhatikan di dalam Kerajaan
Allah. Kita harus begitu saling mempedulikan sehingga kita rela
menyusahkan diri untuk menolong seseorang, dan kalau perlu, menjadi
tidak tahu malu dan bertekad untuk mendapatkan pertolongan yang
diperlukan oleh orang itu. Saya rindu untuk melihat hari-hari apabila
gereja mulai berfungsi seperti ini.
Berdoa untuk Orang lain
Umpamanya, dalam doa kita, berapa banyak kita hanya berdoa untuk
diri kita sendiri? Semuanya tentang ujian saya, pekerjaan saya, studi
saya, keluarga saya, ini saya dan itu saya. Marilah belajar untuk
melupakan diri sendiri dan menghabiskan waktu kita berdoa untuk
orang lain. Orang ini ada kebutuhan, maka berdoalah untuk orang ini.
Dan orang itu ada kebutuhan, maka berdoalah untuk orang itu. Nah,
apa terjadi kepada Anda? Biar saya beritahu Anda: jangan kuatir
tentang diri Anda. Allah tidak melupakan orang yang melupakan
dirinya. Ini sangat penting. Anda coba melupakan diri Anda dan Anda
akan menemukan bahwa Allah mengingat Anda sepanjang waktu.
Cobalah sekali-sekali. Anda tidak perlu selalu berdoa untuk diri Anda,
kesehatan Anda, rumah Anda, dan pekerjaan Anda. Cobalah berdoa
untuk orang lain dan belajarlah untuk melupakan diri Anda itu sedikit.
Semoga Allah menolong kita untuk melupakan diri kita! Tempatkan diri
Anda diatas altar seperti Paulus, yang berkata, "Mengenai diriku, aku
sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan demi kamu semua...."
Anda curahkan diri Anda dan Allah akan menyusahkan diri-Nya untuk
memperhatikan Anda. Ia akan menaruh seluruh perhatian-Nya kepada
Anda. Sekalipun tidak seorangpun yang mengingat, Allah mengingat.
Dan betapa indahnya perhatian-Nya itu!
3. Prinsip Kejujuran yang Absolut dengan Allah
54 | C A H A Y A I N J I L
Ini membawa kita ke pokok yang ketiga dan terakhir. Ada tempatnya
untuk sikap tidak tahu malu dalam kehidupan Kekristenan. Jangan
salah memahami saya. Saya ingin menjelaskan kepada Anda sebentar
lagi apa yang dimaksudkan Yesus dalam pokok yang ketiga ini.
Pernahkah Anda perhatikan betapa dangkalnya hubungan kita dengan
sesama manusia ? Saya seringkali menjadi sedih melihat betapa
sulitnya untuk meruntuhkan tembok pemisah antara kita. Selalu ada
tembok pemisah di antara kita. Apabila Anda berbicara dengan
seseorang, dapat dirasakan bahwa orang itu ada tembok. Tembok itu
tidak semestinya disengajakan tetapi suatu tembok bawah-sadar di
mana seseorang itu tampak defensif. Mereka bertanya-tanya,
"Mengapa kamu berbicara kepadaku? Apakah karena kamu inginkan
sesuatu dariku?" Mengapa kita begitu takut kehilangan sesuatu?
Mengapa kita begitu takut? Apakah kita akan kehilangan beberapa butir
berlian yang kita simpan dalam hati kita? Hubungan kita dengan
sesama manusia cenderung untuk menjadi sangat dangkal.
Dan sebaliknya kesopanan, yang berlawanan dengan sikap tidak tahu
malu, dapat menjadi halangan yang besar bagi hubungan antar
perorangan. Izinkan saya mengatakan kepada Anda, bahwa sampai ke
tingkat tertentu adalah penting untuk bersikap sopan, namun bersikap
sopan dapat menjadi halangan yang besar kepada hubungan antar satu
dengan yang lain. Kesopanan (atau, keabadan kita dan senyuman kita)
dapat menjadi mekanisme pertahanan yang sama sekali tidak dapat
ditembusi. Anda tidak tahu apa sebenarnya yang dipikirkan oleh orang
itu. Kadang-kadang apabila saya memberitakan Injil, saya berharap
ada orang yang langsung berkata kepada saya, "Tidak," supaya saya
tahu dimana pendirian Anda. Tetapi saya menjadi begitu takut dengan
orang yang berkata, "Ya."
"Maukah Anda ke gereja hari Minggu ini?"
"Oh, pasti! Aku akan datang ke gereja Minggu akan datang!"
Tentu saja Minggu akan datang, Anda tidak melihat orang itu. Mengapa
Anda tidak bisa jujur dengan saya? Hanya katakan, "Aku tidak akan
datang ke gereja karena alasan ini....." Atau, Anda bahkan tidak perlu
memberi saya alasan apapun. Hanya katakan, "Aku tidak akan datang
ke gereja." Itu saja. Setidaknya saya tahu dimana pendirian Anda.
55 | C A H A Y A I N J I L
Tetapi ini tidak, karena Anda tidak mau menyinggung perasaan orang,
maka Anda berkata, "Ya. Pasti! Jam berapa kebaktian Anda? Aha, jam
dua. Nah, aku akan mencatatkannya. Terima kasih. Anda baik sekali."
Tetapi Anda tidak pernah melihat orang itu lagi. Apa ini? Ini
memanfaatkan kesopanan sebagai sarana untuk membangunkan
tembok, untuk menutup jalan. Jadi, terdapat dua macam kesopanan.
Ada satu yang sejati, yang berasal dari kasih. Yang satu lagi datang
dengan niat untuk menutup pintu, dengan cara yang tidak melukai
perasaan, tetapi mengatakan 'tidak' dengan mengatakan 'ya'. Sifat ini
sudah begitu tertanam di dalam pribadi kita sehingga hubungan kita
dengan sesama manusia, bahkan sesama orang Kristen, menjadi
sangat dangkal. Sangat sulit untuk kita dapat saling berkomunikasi
sampai Anda benar-benar tahu apa yang saya maksudkan dan saya
tahu persis apa yang Anda maksudkan, ada kasih yang sejati diantara
satu dengan yang lain, tidak ada kepura-puraan, tidak ada
kemunafikan dan tidak ada kesopanan yang palsu. Saya berkata
kesopanan yang palsu karena ada juga kesopanan yang sejati, dan
adalah benar untuk kita bersikap sopan.
Saya selalu memikirkan perkataan Kong Hu Cu: Jun zi zhi jiao dan ru
shui. Saya tidak pernah melupakan perkataan itu. Entah berapa kali
bapa saya mengutipnya kepada saya. Kapan saja saya mempunyai
seorang sahabat yang sangat dekat, ia akan berkata, "Jangan terlalu
dekat dengan sahabat itu sekarang. Kamu harus menjaga jarak karena
Kong Hu Cu berkata, jun zi zhi jiao dan ru shui." Kalimat itu berarti,
hubungan kita harus jernih seperti air; jangan seperti anggur yang
mempunyai rasa yang keras dan menggairahkan. Karena itu kita harus
menjaga jarak kita dengan sesama manusia, dan jangan pergi
melewati itu. Itulah li, yaitu, kesopanan dalam bahasa Mandarin. Nah,
barangkali itu benar di dalam dunia ini yang setiap orang itu egois dan
setiap orang menaikkan pagar dan melukiskan perbatasan masing-
masing, tetapi bagaimana dengan gereja? Apakah kita harus selalu
bersikap dangkal satu dengan yang lain?
Pengajaran Barat juga tidak berbeda. Ke mana saja saya pergi, saya
melihat tanda, "Private. Keep out." ("Milik Pribadi. Jangan Masuk!")
Itulah perbatasannya. Atau, "Trespassers will be prosecuted."
("Pelanggar akan dituntut ke pengadilan.") Makin lama makin
menakutkan! Itu berarti, "Jaga jarakmu. Di sini ada perbatasan, dan
56 | C A H A Y A I N J I L
jangan kamu berani masuk. Kalau tidak, aku akan menuntut kamu ke
pengadilan!" Jika saya menyusun kata-kata pada papan tanda itu
dengan sopan, akan tertulis pada papan itu, "Private." Kurang sopan
sedikit, "Private. Keep out." Atau, lebih kurang sopan lagi, "Beware of
dogs." ("Berjaga-jaga dengan anjing.") Jadi kita menemukan situasi
yang sama dimana-mana di seluruh dunia ini. Kita tidak ingin orang
lain terlalu mendekati karena kita merasa tidak aman. Kita tidak tahu
apa yang mereka inginkan dari kita. Kita berpikir, "Barangkali ia akan
mengetuk pintu aku pada tengah malam untuk meminta roti jika aku
terlalu bersahabat dengan dia. Tidak, aku bukan tipe yang ini. Aku
tidak suka kelakuan seperti ini."
Tetapi Allah menghendaki supaya kita membangun suatu hubungan
yang sangat dekat antara satu dengan yang lain. Ia ingin supaya kita
mendekati satu dengan yang lain, bersikap ikhlas satu dengan yang
lain, berbicara jujur satu dengan yang lain, tidak bersikap bertahan
satu dengan yang lain, dan rela mencurahkan diri kita satu kepada
yang lain. Begitu sulit, bukan? Begitu sulit, namun itulah ideal yang
Yesus telah gambarkan bagi kita. Lebih dari itu - perumpamaan ini
mengungkapkan pikiran Allah kepada kita - Ia menghendaki kita
supaya datang kepada-Nya dengan cara ini, jujur dan terbuka, tanpa
kesopanan yang palsu.
Seringkali kita berbicara kepada Allah seolah-olah kita berbicara
kepada bos kita di kantor. Bagaimana kita berbicara dengan bos kita?
Kita masuk ke dalam kantornya dengan satu senyuman yang naik ke
atas sampai telinga, dan tentu saja kita memamerkan tingkah laku
yang terbaik. Kemudian kita berkata, "Bos, engkau baik-baik hari ini?'
Kita mempunyai hubungan yang baik dengan bos itu, dan kita
mengatakan hal-hal yang suka didengarnya. Kita berkata kepada dia,
"Jas yang engkau kenakan itu bagus sekali! Apakah dasi engkau itu
Christian Dior? Apakah engkau yang membelinya? Engkau mempunyai
selera yang tinggi!" Kita harus menepuk-nepuk bos kita di
punggungnya supaya kita dapat naik pangkat, dan naik gaji. Dan
betapa seringnya kita melakukan hal yang sama kepada Allah. Kita
datang kepada-Nya seperti menghadap Bos Besar dan kita berusaha
untuk memberitahu Allah hal-hal yang menyenangkan-Nya. "Allah,
Engkau begitu ajaib, sungguh." Namun di dalam hati kita, kita berkata,
"Dalam banyak kesempatan Engkau tidak memberikan apa yang aku
inginkan." Namun kita melanjutkan, "Tetapi bagaimana pun Allah,
57 | C A H A Y A I N J I L
Engkau begitu baik. Di sini aku, Tuhan. Engkau memberikan hari yang
indah hari ini. Apakah Engkau juga akan memberikan hari yang indah
besok?" Dan seterusnya. Doa kita begitu dangkal. Doa yang bagaimana
ini? Allah tidak mau kita bermain-main dengan Dia. Katakan saja apa
yang Anda maksudkan, terus-terang langsung ke pokok persoalan yang
sebenarnya.
Ia lebih suka Anda berurusan dengan Dia dengan cara yang tidak tahu
malu, dan gigih. Habakuk adalah seperti itu. Ia berkata, "Tuhan,
mengapa Engkau berbuat seperti ini? Aku benar-benar tidak mengerti
mengapa Engkau melakukan ini. Dan aku akan berdiri di sini Tuhan,
dalam segala hormat, sehingga Engkau memberikan aku jawaban yang
aku pinta." Nah, itu sangat berani. Tetapi itu adalah keberanian
rohani. Allah hendak supaya kita datang kepada-Nya dengan hormat,
tetapi juga dengan suatu ketekadan. Ia mau supaya kita gigih, dan
sangat jujur. Marilah kita berdoa kepada Allah dalam segala kejujuran.
Janganlah berpikir bahwa Allah itu seperti orang lain. Ia adalah Allah.
Ia melihat ke dalam hati. Ia tahu apa yang kita pikirkan. Janganlah
berpura-pura, dan marilah berbicara kepada-Nya hati ke hati. Betapa
menyenangkan! Saya yakin Anda mempunyai seorang sahabat karib.
Tahukah Anda mengapa sahabat itu begitu dekat dan mengapa Anda
menikmati waktu-waktu bersama sahabat itu? Karena Anda tidak perlu
berpura-pura di hadapan orang itu. Anda bisa santai. Anda bisa
menunjukkan dirimu yang sebenarnya. Anda bisa mengatakan apa saja
yang ada dalam pikiran Anda karena dia seorang sahabat. Anda tidak
dapat berbuat seperti itu dengan setiap orang tetapi Anda dapat
berbuat seperti itu dengan sahabat Anda. Itulah yang diinginkan Allah.
"Datanglah kepada Aku dan anggaplah Aku sebagai seorang Sahabat."
Itulah yang dikatakan oleh Yesus.
Pergi kepada seorang Sahabat semi seorang Sahabat
Itulah sebabnya cerita itu dimulai dengan cara ini: seseorang pergi
kepada seorang sahabat demi sahabatnya yang lain. Intinya ialah
"kepada seorang sahabat demi seorang sahabat." Ingatkah Anda
bahwa dari permulaan, saya berkata bahwa perumpamaan ini
menyampaikan satu argumen rohani, bahwa jika suatu perkara itu
benar dalam kasus yang lebih kurang, betapa lagi perkara itu benar
dalam kasus yang lebih besar? Yesus berkata kepada kita di sini,
"Anggaplah Allah sebagai sahabatmu. Datanglah kepada-Nya dan
58 | C A H A Y A I N J I L
jangan malu-malu meminta dari-Nya apa yang dibutuhkan oleh
sahabatmu yang lain itu." Keduanya adalah sahabat. Anda benar-benar
mengasihi kedua-duanya. Anda mengasihi Allah dan Anda mengasihi
sesama manusia. Jika kita dapat menguasai rahasia ini, kita akan
bergerak jauh dalam kehidupan rohani ini karena inilah kehendak Allah
bagi kita. Saya berharap kepada Allah kita mengenal kasih semacam ini
yang mengatasi rasa malu. Dan begitu di dalam Ibrani 12:2 kita
membaca, "Yesus,.....yang dengan mengabaikan kehinaan tekun
memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia." Demi kita,
Yesus rela menanggung rasa malu. Mati di atas kayu salib sangatlah
memalukan. Siapa yang rela mati di atas kayu salib atas pilihan
sendiri? Kayu salib itu khusus untuk perampok, untuk penjahat, untuk
pembunuh. Jadi apakah yang rela Anda tanggung demi seorang
sahabat? Barangkali tidak banyak. Tetapi Yesus rela "mengabaikan rasa
malu," rela menanggung kehinaan demi keselamatan kita. Dapatkah
kita membagi mentalitas ini juga demi sahabat-sahabat kita, dan
berkata, "Aku rela bersikap tak tahu malu demi kesejahteraannya"?
Sekarang kita akan meringkaskan dan sesudah itu, kita akan tutup.
Ringkasan
1. Pokok yang pertama yang kita pelajari dari ajaran Yesus yang
ajaib ini adalah: kita membutuhkan kegigihan rohani, yaitu
kegigihan rohani yang tidak tahu malu. Jika Anda dapat
melakukan itu, Anda akan menjadi tokoh rohani yang besar.
Banyak di antara kita masih mengingat Sundar Singh, hamba
Allah yang besar dari India itu. Ia tidak mengenal Allah, tetapi ia
berkata, "Tuhan, aku merayu kepada Engkau untuk menyatakan
diri-Mu kepadaku. Aku harus mengenal Engkau supaya aku
dapat hidup untuk Engkau. Jika Engkau tidak menyatakan diri-
Mu kepadaku, aku lebih baik mati daripada melanjutkan begini."
Dan Allah menyatakan diri-Nya. Itulah kegigihan rohani. Allah
menyukai orang semacam ini. Jika Anda berdoa seperti ini, Ia
pasti akan menjawab doa Anda. Lalu Anda akan mengalami-Nya
sebagai Allah yang hidup.
2. Pokok yang kedua adalah komitmen kita satu kepada yang lain.
Kita rela menanggung rasa malu demi seorang saudara laki-laki
atau saudara perempuan. Mengapa tidak menerima sedikit
59 | C A H A Y A I N J I L
penghinaan jika perlu demi kesejahteraan saudara kita? Pikullah
sedikit penderitaan demi orang lain. Bagaimanapun,
pertimbangkanlah apa yang telah dipikul oleh Yesus demi kita.
3. Dan akhirnya, ubahlah hubungan kita dengan Allah. Datanglah
kepada Dia dalam segala kejujuran, tanpa kepuraan-puraan
sama sekali. Berbicaralah kepada Dia apa saja yang ada di
dalam hati Anda. Jika ada sesuatu yang tidak menyenangkan
Anda, beritahu Dia. Jangan berpidato kepada Allah; Ia tidak mau
mendengar semua itu. Beritahukan saja apa yang ada di dalam
hati Anda. Jika Anda tidak senang tentang sesuatu, katakan,
"Tuhan, aku benar-benar tidak senang karena ini. Aku tidak
senang. Aku tidak mengerti mengapa harus begitu." Saya
pernah membagikan dengan kalian bahwa, ketika ibu saya
meninggal, saya benar-benar marah dan terganggu karena
menurut saya ibu saya mempunyai potensi yang besar untuk
melayani Tuhan. Ibu saya mempunyai kemampuan menulis yang
luar biasa. Saya menaruh pengharapan bahwa setelah ibu saya
datang kepada Tuhan, ia akan dipakai Tuhan untuk melayani-
Nya meskipun ia baru bertobat. Tiba-tiba Tuhan mengambilnya.
Ia meninggal dunia. Saya menderita sekali di hadapan Tuhan.
Saya berkata, "Tuhan, aku tidak senang akan hal ini. Aku benar-
benar tidak mengerti apa yang telah Engkau lakukan. Aku
benar-benar terganggu karena ini." Saya menangis di hadapan
Tuhan, dan saya terganggu karenanya, dan saya memberitahu-
Nya itu. Saya tidak mengatakan kata-kata yang sedap didengar
kepada-Nya. Saya mencurahkan hati saya dalam kepedihan dan
kesedihan dan bahkan dalam sedikit kemarahan. Saya mengaku
merasa sedikit marah. Namun Allah menaruh belas kasihan.
Sementara saya terus berpaut kepada Tuhan, tidak dapat tidur
pada waktu malam ketika saya memikirkan pertanyaan itu,
Tuhan menjawab dan menghiburkan hati saya. Karena itu
marilah kita datang kepada Tuhan dengan cara ini. Saya pikir
banyak orang Kristen perlahan-lahan kembali ke jalan yang lama
karena mereka tidak pernah belajar untuk jujur bersama Allah.
Mereka mengucapkan hal-hal yang tidak mereka maksudkan.
Mereka berurusan dengan Allah seperti mereka berurusan
dengan orang lain. Mereka tidak memberitahu-Nya apa yang
mereka rasakan, dan ini memperburukkan situasi. Mereka
60 | C A H A Y A I N J I L
membotolkannya di dalam diri mereka dan segera mereka
merusakkan hubungan itu sama sekali. Datanglah kepada Dia,
beritahu Dia kenyataan yang ada di dalam hati Anda itu dan
berdoalah dengan tekun. Dan Anda akan melihat betapa baiknya
Allah itu.
Mari kita tutup dalam doa.
Perumpamaan tentang Orang Kaya yang Bodoh
Lukas 12:13-21 - Khotbah oleh Pastor Eric Chang, Montreal
Hari kita melanjutkan pada perumpamaan di Injil Lukas, yaitu di Lukas
12:13-21. Bagian ini sering disebut sebagai perumpamaan tentang
orang kaya yang bodoh:
Seorang dari orang banyak itu (yaitu dari kerumunan orang-orang yang
sedang mendengarkan pengajaran Yesus) berkata kepada Yesus:
"Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan
aku."
Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah
mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?"
Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah
terhadap segala ketamakan (yaitu ketamakan atas harta benda), sebab
walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah
tergantung dari pada kekayaannya itu."
Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-
Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia
bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku
tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak
lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan
61 | C A H A Y A I N J I L
aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-
barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada
padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya;
beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam
ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah
kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan
orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak
kaya di hadapan Allah."
Satu Gambaran Keberhasilan
Di perumpamaan ini Yesus menarik gambaran tentang seorang
pengusaha, atau seorang petani, yang sangat sukses. Dunia akan
menilai dia sebagai orang yang sangat berhasil, namun yang menjadi
persoalan adalah bahwa keberhasilan secara duniawi tidaklah sama
dengan keberhasilan rohani. Lalu apa arti sukses itu sesungguhnya?
Apakah mendapatkan promosi dalam pekerjaan merupakan suatu
sukses? Apakah mendapatkan gelar kesarjanaan dengan nilai
sempurna dari universitas yang ternama adalah suatu sukses? Lulus
dengan nilai pas-pasan berarti tidak sukses? Jadi apa itu sukses?
Apakah kesuksesan itu berkaitan dengan pendidikan? Apakah ia dinilai
berdasarkan gelar yang Anda raih? Apakah ia didasari oleh nilai uang?
Apakah sukses itu diukur berdasarkan keberhasilan usaha Anda? Apa
itu sukses? Si petani dalam perumpamaan ini merasa bahwa ia sudah
mendapatkan kesuksesan.
Bagaimana sukses dapat diraih? Sukses diraih dengan melalui berbagai
macam cara. Sebagai contoh, sukses dapat datang lewat suatu kerja
keras. Ia didapat dari hasil perencanaan dan pemanfaatan waktu serta
sumber daya yang baik. Sukses sangat jarang datang sebagai suatu
kebetulan, unsur ini sangat sedikit peranannya. Sebagian besar unsur
pembentuk sukses adalah kemampuan dan kerja keras, dan beberapa
orang menyatakan bahwa peran kemampuan hanya sekitar 5% dan
95% sisanya adalah hasil dari kerja keras. Jika dilihat dari segi ini,
maka si petani dalam perumpamaan ini adalah orang yang memiliki
kedua kualitas itu. Ia adalah orang yang giat bekerja. Ia pastilah
seseorang yang sangat berpengalaman di bidang pekerjaannya.
Cobalah Anda menjalankan usaha tani dan lihat sendiri hasilnya. Jika
62 | C A H A Y A I N J I L
saya disuruh untuk mengelola lahan pertanian, di tahun pertama saja
saya mungkin sudah bangkrut. Saya tidak tahu apa-apa tentang usaha
pertanian. Tidak ada sedikitpun petunjuk yang saya miliki untuk dapat
menjalankan usaha pertanian. Saya tidak punya pengalaman apa-apa
dalam bidang ini. Tapi orang yang sedang kita bahas ini adalah orang
yang tahu persis seluk-beluk bidang usahanya, ia sangat terlatih di
bidang usaha ini dan sangat berhasil. Ia tahu bagaimana cara
mengelola uangnya. Ia tahu bagaimana cara mengelola waktunya. Jadi
apakah ada yang kurang dari orang ini? Singkatnya, dia adalah
gambaran dari kesuksesan! Kebanyakan orang berusaha sekuat
tenaga, akan tetapi hanya dia yang mendapatkan panen berlimpah.
Kenyataannya, masih ada lagi hal yang dapat ditambahkan. Orang
dapat berkata bahwa ia diberkati oleh Allah. Allah memberinya cuaca
yang bagus. Cuaca memegang peran yang sangat menentukan di
dalam usaha pertanian. Ia mungkin saja seseorang yang sangat ahli
dalam bercocok-tanam, ia mungkin sudah tahu bagaimana menangani
tanaman, akan tetapi jika cuaca tidak mendukung, jika tidak ada
hujan, akibatnya akan sangat merugikan. Atau jika hujan turun terlalu
banyak, atau turun di saat yang tidak diharapkan, akibatnya sama saja
yaitu kerugian besar. Mungkin tidak ada bisnis lain dengan tingkat
ketergantungan yang sangat tinggi terhadap cuaca dibandingkan
dengan pertanian. Bisnis pertanian, menurut orang Yahudi, dapat
dikatakan sangat bergantung pada belas kasihan Allah. Jadi, bukankah
di dalam penglihatan kita orang ini sedang menerima berkat Allah
berupa panen yang melimpah? Di atas segala kemampuan dan kerja
kerasnya, ia mendapatkan cuaca yang sangat bagus. Orang lain akan
mengira bahwa ia diberkati Allah. Dan mungkin ia sendiri akan berpikir
seperti itu, ia mengira bahwa Allah berada di pihaknya. Segala
sesuatunya berjalan dengan baik. Cuaca baik dan hasil panen setiap
tahunnya sangat baik! Akhirnya ia mendapatkan sangat banyak hasil
panen. Sedemikian banyaknya hasil panen yang ia dapatkan sehingga
lumbungnya yang sekarang ini tidak dapat lagi menampung semua
hasil panen itu. Ia justru harus memecahkan masalah kelebihan hasil
panen ini.
Di Lukas 10:17 ia berkata, "Apa yang harus kulakukan? Tidak ada
cukup tempat untuk menampung hasil panenku? Baiklah, aku akan
melakukan hal ini." Anda lihat, ia adalah orang yang cepat memikirkan
jalan keluar. Ia bukan jenis orang yang berkata, "Aduh, aku tidak tahu
63 | C A H A Y A I N J I L
harus berbuat apa." Ia cepat tanggap dan segera berkata, "Aku akan
melakukan ini." Jenis orang yang tangkas mengambil keputusan. Ia
tahu apa yang harus diperbuat. Ia tidak sampai kehilangan akal. Ia
bertanya dan ia sendiri yang segera memutuskan jawabannya, "Aku
akan merombak lumbungku dan menggantikannya dengan yang besar
untuk menyimpan semua hasil panen dan barang-barangku."
Gambarannya terlihat ideal.
Mengapa Yesus Menyebutnya Bodoh?
Apa masalahnya? Persoalan moral apa yang bisa kita amati dari sini?
Kita tidak dapat menuduhnya secara moral karena tidak disebutkan
bahwa ia adalah orang yang berbuat dosa, ia tidak dikatakan sudah
melakukan perbuatan jahat seperti perampokan ataupun penipuan.
Tuduhan semacam itu tidak dapat dialamatkan kepadanya.
Kenyataannya, seringkali orang-orang yang bekerja keras adalah
orang-orang yang baik secara moral. Orang-orang malaslah yang
biasanya, karena tidak suka bekerja, punya banyak waktu untuk
keluyuran di jalanan serta menimbulkan banyak masalah. Akan tetapi
orang-orang pekerja keras adalah orang-orang yang jadi teladan di
tengah masyarakat. Mereka selalu jauh dari masalah karena mereka
tidak punya waktu untuk membuat onar. Mereka terlalu sibuk dengan
pekerjaannya. Bayangkanlah tentang seorang peneliti yang rajin yang
jarang meninggalkan laboratoriumnya. Ia bekerja siang dan malam di
sana, jadi kapan ia punya waktu untuk pergi keluar dan berbuat dosa?
Kapan dia punya waktu untuk mencuri, merampok, berzinah atau
melakukan dosa-dosa lainnya? Ia tidak punya waktu untuk semua ini.
Ia terlalu dalam terlibat dengan pekerjaannya. Bayangkanlah orang-
orang seperti suami-istri Curie (peneliti bahan-bahan radioaktif dan
cahaya, pent.) yang selalu sibuk di dalam laboratorium mereka. Ada
lagi orang seperti Newton (perumus teori gravitasi, pent.) yang sangat
sibuk dan selalu memikirkan pekerjaannya sehingga ketika hari
pernikahannya tiba, ia membiarkan istrinya duduk menunggu di luar
laboratorium. Sebelumnya ia berpesan bahwa ia hanya akan beberapa
menit saja di dalam laboratorium itu. Akan tetapi kemudian calon
istrinya itu harus menunggu sampai berjam-jam karena begitu ia
masuk ke dalam laboratorium, ia menjadi begitu asyik dengan
pekerjaannya sehingga lupa bahwa hari itu adalah hari pernikahannya.
Dan di dalam kesempatan yang lain, ketika sedang di dalam suatu
penelitian, ia bermaksud untuk memasak makanan siangnya, akan
64 | C A H A Y A I N J I L
tetapi yang dimasukkannya ke dalam kuali adalah jam, bukannya telur.
Pikirannya sangat terkonsentrasi pada pekerjaan sehingga ia tidak ada
waktu lagi untuk memikirkan hal-hal yang lain. Orang-orang ini sangat
menikmati pekerjaan mereka. Mereka adalah orang-orang yang
bermoral. Mereka tidak keluyuran di jalanan dan melakukan perbuatan-
perbuatan dosa.
Terlebih lagi, nama baik sangat penting bagi orang-orang yang sukses
itu. Mereka tidak akan mau melakukan dosa yang akan merusak
reputasi mereka. Mereka ingin agar orang memandang mereka sebagai
pengusaha yang jujur. Apakah mereka benar-benar jujur, itu lain
persoalan. Akan tetapi mereka ingin agar dipandang seperti itu. Dan
mereka akan berjuang keras untuk menjaga reputasi itu. Jadi kira-kira
seperti inilah gambaran dari si petani yang kaya ini. ia adalah seorang
pekerja keras, yang tidak suka cari masalah, yang punya banyak
rencana, ide dan sangat berhasil. Lalu apa kesalahannya? Apa
persoalannya? Keadaan orang ini tampaknya sangat ideal.
Selain itu, ia tampaknya diberkati oleh Allah, mendapatkan cuaca yang
baik. Saya menyebutkan hal ini karena ada kecenderungan di kalangan
orang Yahudi untuk memandang bahwa orang yang kaya adalah orang
yang berkenan di hadapan Allah dan mereka yang miskin tidak. Saya
sangat prihatin karena cara pandang orang Yahudi ini ternyata juga
jamak terdapat di tengah lingkungan orang Kristen. Sebagai contoh,
setiap kali seseorang mendapat keberhasilan, ia berkata, "Oh, terima
kasih Tuhan, Engkau sungguh baik!" Ia memuji Allah, namun ketika
bisnisnya bermasalah, ia mulai berkata, "Ya Tuhan, apa salahku?
Mengapa aku harus mengalami semua ini?" Masih banyak orang Kristen
yang menghubungkan keberhasilan dengan berkat dari Allah, dan
kegagalan dengan kutukan dari Allah. Ini adalah pandangan yang
sangat berbahaya, dan ini bukan pandangan yang alkitabiah. Ini adalah
pandangan manusiawi dan bukannya pandangan Alkitab. Penilaian
bahwa jika Anda gagal adalah akibat dari hukuman Allah tidak selalu
dapat dibenarkan. Saya mengenal orang-orang yang sudah keras
belajar namun masih juga gagal dalam ujian. Namun peristiwa itu
sama sekali bukan bukti bahwa Allah sedang menghukum atau
memusuhi mereka. Dalam beberapa peristiwa, kegagalan tersebut
ternyata justru menjadi berkat bagi sebagian dari mereka.
65 | C A H A Y A I N J I L
Dan seringkali, sukses justru merupakan kutuk bagi seseorang. Ada
beberapa orang yang mendapatkan sukses yang sangat besar dan
akibatnya mereka malah murtad dari Allah. Dan memang sering orang
yang memperoleh sukses besar justru menghadapi masalah rohani
yang paling berat. Ada seorang sahabat karib saya di London. Kami
berdua sama-sama belajar di sebuah perguruan tinggi, namun di
fakultas yang berbeda. Ia kuliah di fakultas teknik. Dan ia sangat
berhasil karena kecerdasannya. Ia lulus dengan nilai yang tertinggi,
mendapatkan medali emas. Saya tidak tahu apakah ia pernah
mendapatkan nilai di bawah sempurna pada masa kuliahnya. Seolah-
olah masih belum cukup, ketika lulus dari Imperial College di University
of London, ia lulus dengan predikat sebagai yang terbaik dari tujuh
lulusan terbaik di angkatannya. Sangat sukses! Lalu ia melanjutkan
kuliah di Montreal untuk gelar doktornya. Inipun dijalaninya dengan
prestasi yang sama. Sekarang ini, ia menjadi profesor dalam bidang
studinya, namun secara rohani, ia adalah pecundang. Sukses dapat
menjadi hal yang paling buruk dalam hidup Anda. Saya harap Anda
dapat mengerti persoalan ini. Tidak ada hubungan yang baku antara
sukses dengan berkat Allah. Orang yang dikisahkan di dalam
perumpamaan ini adalah orang yang selalu mendapatkan sukses. Ia
tidak pernah mengalami kegagalan. Kemakmuran, cuaca baik dan
keberhasilan, semuanya ada padanya. Dan ia menjadi orang yang
gagal total, secara rohani, mirip seperti sahabat saya yang mengalami
kegagalan dalam kerohaniannya.
Saya juga mengenal beberapa orang yang giat belajar serta sangat
cerdas, namun aneh, mereka tetap gagal dalam ujian. Sangat aneh!
Jangan mengira bahwa Anda adalah orang bodoh jika Anda tidak lulus
dalam ujian. Ada juga orang cerdas yang gagal dalam ujian, dan orang
lain tidak tahu apa sebabnya. Anda mungkin tahu bahwa Albert
Einstein (perumus teori relativitas, pent.) bukan orang yang menonjol
di masa sekolahnya. Boleh dibilang bahwa ia pada saat itu dianggap
bodoh. Saya pernah berkhotbah di sebuah sekolah di Swiss, dan
sekolah itu adalah tempat di mana Albert Einstein pernah belajar.
Sesudah acara kebaktian, salah satu guru di sana bertanya kepada
saya, "Tahukah Anda bahwa Albert Einstein adalah salah satu lulusan
dari sekolah ini?" Dan saya menjawab, "Tidak, ini hal yang sangat
menarik. Pastilah dia merupakan siswa yang sangat menonjol
kecerdasannya." Tapi guru itu menjawab, "Oh, tidak. Ia adalah murid
66 | C A H A Y A I N J I L
yang sangat bodoh." Guru itu menjelaskan bahwa Einstein sedemikian
bodohnya sehingga nyaris saja tidak dapat melanjutkan ke universitas.
Hampir semua universitas menolaknya. Akhirnya ia diterima di
University of Zurich, setelah nyaris ditolak. Ia diberi kesempatan untuk
masuk walaupun tidak ada prestasi yang dapat dibanggakan darinya.
Nah, prestasi selanjutnya dari Albert Einstein tentunya sudah Anda
ketahui. Jadi, kenyataan bahwa selama masa sekolahnya ia berprestasi
buruk bukanlah akhir dari segalanya. Kisah-kisah kegagalan selama
masa sekolah tidak membuktikan bahwa ia sudah tidak punya harapan.
Yang mana yang disebut sukses dan yang mana yang disebut sebagai
berkat dari Allah? Ini adalah perkara yang perlu dipahami, dan
kegagalan dalam memahami hal ini akan berakibat timbulnya berbagai
macam masalah.
Jika demikian halnya, lalu apa yang menjadi masalah dengan petani
kaya ini? Apa kesalahannya? Tidakkah Anda akan setuju bahwa apa
yang dia lakukan adalah hal yang sangat masuk akal? Jika Anda
memperoleh banyak hasil panen dan tidak ada lagi tempat untuk
menyimpannya, tindakan apa yang masuk akal selain membangun
lumbung yang lebih besar? Itu adalah tindakan yang mungkin akan
Anda atau saya lakukan di dalam keadaan yang sama. Adakah hal lain
yang akan Anda lakukan? Jadi ketika kita mengamati orang ini,
kelihatannya kita tidak dapat melihat kesalahannya. Sebagaimana yang
saya katakan, sangatlah penting untuk memahami bahwa menurut
ukuran dunia, orang ini jelaslah orang yang terhormat, orang yang
akan sangat disegani di tengah masyarakat. Jika orang ini masuk ke
gereja, Anda akan berkata, "Nah, ini dia orang yang sangat diberkati
oleh Allah. Hasil panennya melimpah, orangnya baik dan tidak pernah
berbuat jahat." Dan saya tidak akan heran jika ia juga sangat murah
hati dalam memberikan persembahannya.
1.Tidak Memahami Kenyataan Rohani
Jadi, mengapa ia disebut bodoh? Kita memandang ia sangat bijak.
Dengan standar duniawi, ia adalah orang yang sangat bijak. Apa
masalah orang ini? Persoalan orang ini tidak terletak pada
kepribadiannya. Ini adalah hal yang perlu dipahami. Yesus tidak pernah
menyatakan bahwa ia adalah orang yang jahat. Yesus juga tidak
menyatakan bahwa ia tidak pandai. Kata 'bodoh' di dalam Alkitab tidak
mengandung arti 'tidak pandai'. Kata ini perlu dipahami secara rohani,
67 | C A H A Y A I N J I L
bukannya secara intelektual. Ini adalah perkara yang perlu
diperhatikan. Jadi, apa pokok permasalahannya? Kebodohan rohani.
Apa itu kebodohan rohani? Mari kita berhenti sejenak untuk meneliti
apa persoalan yang terdapat pada orang ini.
Kata Yunani bagi 'kebodohan' terdiri dari dua bagian. Bagian yang di
depan adalah penyangkalan, pernyataan yang bersifat negatif, dan
bagian belakangnya berarti 'pikiran'. Jadi secara kasar dapat
diterjemahkan dengan 'tidak punya pikiran', atau tidak berakal. Atau
dapat Anda katakan, tidak punya pemahaman rohani karena kata
'pikiran' di sini diartikan secara rohani.
Mengapa ia disebut tidak memiliki pemahaman rohani? Kesalahan apa
yang ia lakukan? Kata 'bodoh' juga dipakai di 2 Korintus 12:6a. Mari
kita lihat ayat ini supaya Anda dapat memahami makna alkitabiah dari
kebodohan, dengan demikian kita dapat menguji diri kita masing-
masing untuk melihat apakah kita sudah bijak atau masih bodoh.
Firman Allah berkata, di dalam ayat ini, "Sebab sekiranya aku hendak
bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan
kebenaran." Di dalam ayat ini, Paulus berkata, "Aku tidak mau
bermegah, namun jika aku akan bermegah, aku tidak mau
memegahkan hal yang bodoh." Kata 'bodoh' di sini mengandung makna
tentang orang yang kehilangan hubungan dengan realitas, orang yang
tidak tahu persoalan. Maksud perkataan Paulus adalah, "Apa yang akan
aku megahkan adalah kebenaran. Aku akan mengatakan kebenaran.
Aku tidak akan berbicara lepas dari kebenaran. Aku memiliki alasan
untuk bermegah sekalipun aku tidak ingin bermegah." Paulus memiliki
banyak dasar untuk dapat bermegah secara manusiawi. Kita semua
tahu bahwa Paulus adalah orang yang dapat dikatakan sukses menurut
ukuran dunia. Ia adalah seorang cendekiawan yang besar. Otaknya
cemerlang. Anda hanya perlu membaca tulisan-tulisannya atau
mempelajari kitab Roma untuk dapat melihat bahwa ia adalah orang
yang sangat cerdas, yang mampu menguraikan pokok pikiran dengan
singkat dan tepat.
Saya mengenal beberapa orang dengan kecerdasan seperti Paulus.
Ketika saya masih kuliah di London, saya biasa mengikuti pelayanan
Martin Lloyd Jones. Ia adalah penulis buku dan seorang pengkhotbah
dari Inggris yang terbesar di angkatan ini. Saya rasa tidak ada
pengkhotbah yang lebih besar ketimbang dia dalam angkatan ini, saya
68 | C A H A Y A I N J I L
sudah mengikuti khotbah sebagian besar pengkhotbah besar dari
Inggris. Martin Lloyd Jones tadinya adalah seorang dokter spesialis
jantung sebelum ia meninggalkan dunia berikut segala gemerlapnya
demi mengabarkan Injil. Saya ingat rekan sejawatnya - seorang dokter
spesialis kulit yang sangat ternama - yang berkata bahwa ketika Martin
Lloyd Jones meninggalkan bidang kedokteran, dunia kedokteran sangat
terkejut karena ia adalah bintang baru yang berkembang sangat pesat
di dalam dunia kedokteran. Ia orang yang sangat cerdas. Sedemikian
cerdasnya sehingga ia sudah terkenal di Inggris sebagai seorang ahli
jantung sebelum menginjak usia 30. Akan tetapi Tuhan
menumpangkan tanganNya atas Lloyd Jones dan ia berpaling dari dunia
medis dan menjadi pendeta di sebuah gereja kecil di Wales, gereja
yang sangat tidak terkenal. Di sanalah ia mengabarkan Injil, dan Allah
memakai dia dengan sangat luar biasa. Jika Anda mendengarkan dia,
misalnya, ketika sedang membahas persoalan gereja, Anda segera
akan menyadari bahwa ia adalah orang yang sangat cerdas. Ia sangat
cepat memahami pokok persoalan; sepertinya sangat mudah dan
sederhana. Ketika orang-orang masih berputar-putar berusaha
memahami masalah yang terjadi, dan masih juga belum mampu
menyentuh pokok yang paling utama, ia duduk menunggu dan
mendengarkan. Ketika tiba gilirannya berbicara, ia menguraikan
persoalan yang dihadapi langsung ke titik utamanya hanya dalam
beberapa kalimat. Otaknya sangat cemerlang. Jika saya
membayangkan dia, maka saya selalu teringat pada Paulus, orang yang
terpanggil oleh Allah, yang juga berotak cemerlang. Kemampuan untuk
dapat melihat sampai ke pokok persoalan di dalam perkara rohani
sangatlah penting.
Sayangnya, walaupun orang yang sukses di dalam perumpamaan ini
sangatlah cemerlang secara manusiawi, ia tidak memiliki kebijaksanaan
rohani. Akalnya tidak menjangkau sampai ke perkara rohani. Itu
sebabnya, ia disebut bodoh. Ia tidak melihat persoalannya sampai ke
perkara rohani. Ia tidak dapat memahami keadaan yang dihadapinya
secara rohani. Ia hanya memegang satu aspek saja dalam hidup ini,
aspek jasmani. Namun pokok keberadaan manusia secara utuh, yaitu
mencakup sampai ke aspek rohani, tidak dapat dilihatnya.
Saya tidak tahu apakah Anda sudah dapat memahami kenyataan
rohani dengan baik. Jika belum, maka Anda akan gagal menangkap
pesan dari perumpamaan ini. Anda akan masuk ke dalam kategori yang
69 | C A H A Y A I N J I L
sama dengan orang kaya yang bodoh ini, sangat sukses di dunia, akan
tetapi berantakan dan tidak mampu memahami persoalan rohani.
Banyak orang yang bingung mengapa Martin Lloyd Jones meninggalkan
bidang kedokteran. Mengapa ia, sebagai seorang yang sangat berbakat
di dunia kedokteran, melakukan hal ini, yang merupakan suatu
tindakan bodoh secara duniawi? Maksud saya, Anda masih dapat
membantu orang lain, secara jasmani dan rohani, sambil
mengembangkan karir yang sukses sebagai seorang dokter ahli
jantung. Anda benar-benar boleh melakukan itu! Ia seharusnya dapat
mempertahankan pekerjaannya sebagai ahli jantung, dan menjadi ahli
jantung bagi Ratu Inggris, suatu nominasi yang sedang
dipertimbangkan bagi dia saat itu di dalam usianya yang masih muda.
Akan tetapi ia sudah terlanjur sampai pada pengertian yang mendalam
tentang kenyataan hidup. Ia sudah mampu memahami realitas
kehidupan jasmani, dan kemudian ia juga sampai pada pemahaman
akan realitas kehidupan yang baru yaitu kehidupan rohani. Dan di
dalam terang pemahamannya yang mendalam inilah ia mengambil
keputusan tersebut. Bidang yang baru ini harus ditekuni dengan
segenap perhatian karena hanya sisi inilah yang akan bertahan kekal
selamanya. Itulah alasannya. Ia sampai pada keputusan yang sangat
menentukan ini dengan sangat cepat. Ia orang yang mampu untuk
melihat pokok persoalan dengan cepat. Orang lain mungkin
membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat memahami perkara ini.
Mereka kurang cepat dalam memahami perkara rohani, dan mungkin
juga perkara jasmani! Namun pada akhirnya mereka juga akan sampai
pada poin tersebut.
Ada seorang sahabat karib saya yang lain, seorang ahli bedah juga,
yang meninggalkan praktek medisnya yang sudah dijalaninya selama
puluhan tahun di Timur Jauh. Ia seorang yang sangat ahli dan menjadi
andalan banyak lembaga. Sudah banyak operasi sulit yang berhasil
dijalankannya. Akan tetapi sekarang ia meninggalkan karir yang sudah
dijalaninya selama lima belas tahun di Asia Tenggara itu, termasuk
karir sebagai dokter bagi Raja Laos, dan melayani Tuhan. Akhirnya,
sesudah lima belas tahun berkarir, ia sampai pada kesimpulan bahwa
mulai sekarang, sampai akhir hayatnya, ia akan menghabiskan seluruh
waktunya untuk mengabarkan Injil karena ia merasa bahwa
menjalankan dua hal itu sekaligus tidaklah mungkin. Orang dapat
menjalankan dua pekerjaan akan tetapi tidak akan dapat menjalankan
70 | C A H A Y A I N J I L
keduanya dengan baik. Itulah persoalannya. Dan akhirnya, seseorang
harus memilih satu prioritas. Mana yang akan dipilih?
Tentu saja, setiap orang yang mencapai pemahaman yang mendalam
tentang kehidupan rohani tidak harus menjadi seorang pelayan full-
time. Saya tidak ingin menciptakan kesan seperti itu. Menjadi seorang
pelayan full-time mungkin bukan merupakan panggilan bagi Anda.
Allah mungkin saja tidak menghendaki Anda untuk meninggalkan karir
Anda sekarang ini. Jika Anda masih menjalankan pekerjaan Anda
sekarang ini, maka hal itu tidak selalu berarti bahwa Anda kurang
memahami perkara rohani, saya tidak bermaksud menimbulkan kesan
seperti itu. Namun yang menjadi maksud saya adalah bahwa orang
yang berpaling dari dunia dan menjadi pelayan full-time, seringkali,
merupakan orang yang mendapat pemahaman yang mendalam tentang
kehidupan rohani, dengan kasih karunia Allah, dan yang sudah dapat
menembus kedangkalan pemahaman serta menjangkau inti dari pokok
perkara kehidupan.
Jadi, pemahaman pertama dari kata 'bodoh' bukanlah merupakan suatu
penghinaan. Saya harap Anda dapat memahami bahwa ungkapan ini
tidak dimaksudkan sebagai penghinaan di dalam Alkitab akan tetapi
sebagai suatu deskripsi. Ia merupakan deskripsi bagi keadaan Anda
sebagai suatu diagnosa. Ketika dokter berkata bahwa Anda sedang
sakit, tentunya ia tidak bermaksud untuk menghina Anda. Yang sedang
ia lakukan adalah memberikan diagnosa. Kata 'bodoh' di dalam Alkitab
ini juga merupakan diagnosa. Ia memberitahu Anda bahwa secara
rohani Anda masih belum sampai pada pemahaman yang tepat akan
fakta yang ada.
2.Gagal dalam Memahami Kehendak Allah
Paulus juga memakai kata ini di Efesus 5:17, yang memberi kita makna
kedua dari ungkapan ini, "Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi
usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan". Jadi poin yang
kedua adalah, menjadi bodoh berarti bahwa Anda gagal memahami
kehendak Allah bagi Anda. Hal ini berkaitan dengan poin yang pertama
yaitu bahwa kebodohan berarti kurangnya pemahaman atas
kenyataan-kenyataan rohani. Seorang yang mendapatkan pemahaman
tentang perkara-perkara rohani secara mantap tidak semestinya
meninggalkan pekerjaannya dan beralih menjadi pelayan full-time. Hal
71 | C A H A Y A I N J I L
ini akan ditentukan oleh poin yang kedua: memahami kehendak Allah
atas Anda. Dapat saja terjadi bahwa Allah menghendaki agar Anda
menjadi pelayan full-time bagiNya, akan tetapi karena Anda tidak
memahami perkara rohani, Anda tidak memahami apa kehendak Allah
bagi Anda, maka Anda tidak melibatkan diri ke dalam pekerjaan Allah.
Atau mungkin sebaliknya, Anda sekarang adalah seorang pelayan full-
time, akan tetapi hal itu sebenarnya bukan merupakan kehendak Allah
bagi Anda. Anda menjadi seorang pelayan full-time, atau menjadi
teolog atau apa pun, dan melakukan banyak kegiatan di gereja, yang
sebenarnya bukan merupakan perintah Allah bagi Anda. Dan Anda
melakukan semua ini karena Anda belum dapat memahami apa
kehendak Tuhan. Demikianlah, kejadiannya bisa berlangsung seperti
itu. Apakah Anda memahami apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi
Anda? Apakah Anda benar-benar mengetahui hal itu?
Sebelum Anda memuji diri dan merasa lebih pintar dari orang kaya ini,
mari kita tanyakan dua pokok hal:
- Apakah Anda benar-benar mengerti fakta-fakta rohani? Sudahkah
Anda menyadari bahwa segala yang ada di dunia ini akan segera
berlalu? Apakah kehidupan Anda bukan mengenai
menimbunkan kelebihan bagi diri sendiri?
- Apakah arah tujuan hidup ini sangat jelas bagi Anda? Untuk apa
Anda menjalani kehidupan ini? Apa tujuan hidup Anda? Apa sasaran
yang sedang Anda kejar? Sangatlah penting untuk dapat memahami
hal ini dengan pasti. Anda akan membuat keputusan akan hal-hal ini
berdasarkan kokoh atau tidaknya pemahaman Anda atas fakta-fakta
rohani.
Jika bagi Anda hanya hal-hal jasmani yang dianggap nyata, sama
seperti orang kaya ini, sudah tentu keputusan Anda akan didasari oleh
pandangan Anda atas perkara jasmani, dan kurangnya pandangan
Anda akan perkara rohani. Namun jika Anda sudah memahami bahwa
segala yang ada di dunia ini hanya sementara, dan sedang berlalu,
maka segala yang sedang Anda kejar sekarang ini mendadak menjadi
tidak berarti, Anda akan beralih pada hal-hal yang kekal karena Anda
menyadari bahwa hanya hal-hal itulah yang akan bertahan selamanya.
72 | C A H A Y A I N J I L
Ketika John Sung ditanyai, "Mengapa Anda menjadi penginjil? Anda kan
seorang ahli kimia." Ia menjawab, "Karena saya sudah mendapat
pemahaman tentang dunia ini. Untuk apa saya berjuang mengejar
sesuatu yang akan berlalu? Saya ingin mengejar hal-hal yang kekal,
hal-hal yang memang benar-benar penting." Ini adalah alasan yang
diberikan oleh Paulus juga. Ia berkata di 2 Korintus 4:18b, "karena
yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah
kekal" (mengenai Allah). Jika Anda sudah dapat menangkap fakta ini,
maka Anda akan membuat keputusan berdasarkan pemahaman Anda
akan fakta ini. Mengapa saya melayani Tuhan? Karena dengan kasih
karunia Allah, saya akhirnya sampai pada pemahaman bahwa hanya
hal-hal yang kekal sajalah yang benar-benar penting. Hal-hal yang lain
akan segera berlalu. Apa gunanya saya berjuang untuk mendapatkan
sesuatu dari dunia? Apa gunanya saya menjadi pimpinan utama sebuah
perusahaan? Apa gunanya saya menjadi profesor di sebuah
universitas? Jika saya berjuang untuk mengejar hal-hal itu, saya rasa
saya punya peluang yang bagus untuk mendapatkannya. Jika saya
mencurahkan usaha saya untuk mengejar hal-hal itu, saya rasa
peluang saya tidak kalah dengan mereka yang sekarang ini sudah
membuktikan kelayakannya dalam memperoleh posisi-posisi itu. Saya
tidak berminat pada hal-hal itu. Mengapa? Karena perkara-perkara itu
akan segera berlalu. Hal-hal itu tidak mampu menarik minat saya. Saya
hanya tertarik pada perkara-perkara kekal, dan pada usaha-usaha
untuk terlibat di dalam pekerjaan kekal itu. Jika ada satu orang yang
berpaling kepada Tuhan dan memperoleh keselamatan melalui usaha
saya, saya akan memandang hal itu sebagai hal yang sangat berarti.
Namun jika saya menjadi seorang profesor di sebuah universitas, apa
yang menjadi pencapaian saya? Mungkin nama saya akan dicantumkan
dalam sejarah kampus tersebut: "Di tahun 19XX, Profesor Eric Chang
mengajar di kampus ini." Jadi saya akan mendapatkan sedikit
perhatian. Dan seseorang yang membaca nama saya di dalam artikel
tentang kampus tersebut akan bertanya-tanya, "Siapa orang ini?" lalu
ia membuang artikel itu ke tong sampah. Lalu apa artinya saya menjadi
profesor? Apa manfaatnya?
Apakah yang menjadi tujuan hidup Anda? Jika Anda merasa, sebagai
contoh, bahwa Anda ingin melayani Allah lewat bidang kedokteran
karena Anda tidak memiliki karunia untuk berkhotbah, puji Tuhan!
Dalam hal ini, alasan Anda untuk menekuni bidang kedokteran
73 | C A H A Y A I N J I L
memang berbeda. Namun sangat sulit untuk dapat membuat suatu
pengakuan seperti itu di dalam kejujuran. Saya ceritakan tentang
seorang sahabat dan teman sekamar saya dahulu - orang yang lulus
dengan nilai sempurna, yang memenangkan medali emas untuk nilai
kelulusannya, yang telah mendapatkan sukses luar biasa di bidang
akademis, dan sekarang menjadi profesor bidang teknik di Malaysia -
bagaimana keadaannya secara rohani sekarang? Dulu ketika masih
kuliah, ia selalu berkata kepada saya, "Aku belajar dengan giat hanya
untuk satu tujuan. Untuk melayani Tuhan." Dan hal ini membingungkan
saya, bagaimana ia akan dapat mencapai hal itu? Bagaimana Anda
akan melayani Tuhan dengan mengejar nilai kelulusan sempurna di
bidang teknik? Namun saya tidak mempersoalkan hal. Saya menduga
bahwa mungkin saja hal ini bisa dilakukan. Lagi pula, apa hak saya
untuk mempertanyakan hal itu? Ia juga biasa berkata, "Saya tidak
peduli dengan nilai kelulusan sempurna. Saya tidak peduli dengan
medali emas." Dan saya berpikir bahwa ia benar-benar tulus akan hal
itu. Ia belajar giat benar-benar untuk suatu tujuan yang jauh
melampaui kemegahan diri, akan tetapi mempertahankan visi rohani
yang jernih tidaklah mudah. Sangat sulit menjaga agar mata Anda
tetap tertuju pada tujuan rohani. Tak lama berselang, ia sudah
berpaling, tergelincir dan jatuh. Dan sekarang ini, saya mendengar
bahwa ia sudah jarang ke gereja lagi. Anda lihat, bukan hanya sekadar
kejelasan tujuan saja, akan tetapi Anda juga harus benar-benar jujur
dengan niat Anda. Anda harus benar-benar tulus. Sangat bodoh jika
Anda tidak tulus. Jadi, pemahaman akan fakta-fakta rohani harus
diimbangi dengan ketulusan atas fakta-fakta itu dan tidak bermain-
main dengan berkata, "Saya melakukan ini demi Tuhan. Saya membeli
rumah ini bagi Tuhan, dan saya membeli rumah yang kedua juga, dan
yang ketiga, juga buat Tuhan." Tak lama kemudian Anda akan membeli
separuh kota buat Tuhan. Sebenarnya, apa yang akan dilakukan oleh
Tuhan dengan rumah-rumah Anda? Ada orang yang berkata seperti ini,
"Saya ingin memperoleh banyak uang bagi Tuhan." Boleh-boleh saja.
Sebagian besar dari uang yang didapatkan akan menjadi milik orang
itu, namun sebagian lagi akan dipakai untuk Tuhan jika orang ini
memang memiliki nurani yang bersih. Namun, apakah memberi kepada
Tuhan memang benar-benar merupakan niatnya? Anda mungkin
berkata, "Gereja tidak akan dapat berbuat banyak tanpa uang."
Baiklah, hal ini ada benarnya. Gereja memang memerlukan uang untuk
sebagian kegiatannya, namun niat Anda untuk mendapatkan uang
74 | C A H A Y A I N J I L
sebanyak-banyaknya bagi Tuhan sangatlah meragukan! Ini bukan
pemahaman yang benar akan kehendak Tuhan bagi Anda. Namun
inilah pokok kedua yang saya inginkan agar dapat Anda pahami.
Mengertikah Anda apa kehendak Allah bagi diri Anda? Jika tidak, maka
seperti orang kaya yang bodoh ini, Anda akan berakhir dalam
kebodohan juga sekalipun mungkin Anda orang yang cerdas dan
terhormat. Seperti yang sudah kita amati sebelumnya, tidak ada
tuduhan yang bersifat moral atas orang kaya ini, akan tetapi ia
mengalami kegagalan dalam memahami apa kehendak Allah bagi
manusia di dunia ini. Ini adalah perkara yang sangat mendasar bagi
kita untuk dipahami sampai ke pusat permasalahannya. Orang kaya ini
tidak memahami apa kehendak Allah dalam hal pemilikan kekayaan.
Kekayaan Menyebabkan Keserakahan dan Keegoisan
Bacalah pengajaran Alkitab dan Anda akan melihat bahwa di sepanjang
Alkitab, kekayaan dipandang sebagai perusak yang gawat bagi
kehidupan rohani. Jangan memandangnya sebagai berkat rohani dalam
masa Perjanjian Baru ini; kekayaan adalah pengacau. Ia adalah hal
yang sangat berbahaya untuk ditangani. Alkitab berkata kepada
kita, akar segala kejahatan ialah cinta uang (1 Timotius 6:10). Namun
di zaman sekarang ini, kekayaan mendapat kehormatan lagi di tengah
lingkungan gereja. Orang akan berkata bahwa tidak ada yang salah
dengan kekayaan. Tentu saja, tidak akan ada orang yang berkata
bahwa ada sesuatu yang salah dengan kekayaan. Namun kekayaan
memiliki cara untuk membuat Anda mencintainya sepenuh hati, dan di
sanalah masalahnya dimulai. Demikianlah, kita baca di 1 Timotius
6:9,17, peringatan untuk waspada terhadap kekayaan. Ayat 9 berkata,
"Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke
dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang
mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan
dan kebinasaan" Dan ayat 17 berkata, "Peringatkanlah kepada orang-
orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan
berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan
pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala
sesuatu untuk dinikmati".
Di Matius 19:23-24, Markus 10:24-25 dan Lukas 18:24-25, kita
mendapatkan ungkapan tegas yang dipakai oleh Yesus, "Aku berkata
75 | C A H A Y A I N J I L
kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk
ke dalam Kerajaan Surga. Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih
mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang
kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Seorang yang kaya adalah
orang yang sukses di dunia, bukankah demikian? Ia menjadi anggota
Rotary Club. Ia bepergian dengan menaiki Rolls Royce, atau Cadillac,
atau mobil mewah lainnya. Walaupun dunia menghormati orang kaya,
Yesus berkata bahwa orang kaya akan sangat sulit untuk dapat masuk
ke dalam kerajaan Allah. Kekayaan akan menjadi penghambat yang
besar bagi kita untuk dapat memasuki kerajaan Allah. Pahamilah poin
ini.
Apakah kita ingin memahami apa kehendak Allah? Marilah kita pahami
pernyataan ini dengan jelas. Para hamba Allah, kata Yakobus di dalam
Yak.2:5, "...Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin
oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris
Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang
mengasihi Dia?" Apakah Anda ingin mengetahui apa itu kehendak
Allah? Apakah Anda ingin memiliki hikmat? Maka dengarkanlah ini:
Allah telah memilih orang yang dianggap miskin oleh dunia untuk
menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris kerajaan. Alkitab
nyaris tidak pernah berbicara yang baik tentang orang kaya. Tidak ada
sama sekali! Cukup Anda baca Yakobus 5:1-6, sebagai contoh, tentang
kecaman terhadap orang kaya, "Jadi sekarang hai kamu orang-orang
kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa
kamu! Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan
ngengat! Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan
menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu
seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang
sedang berakhir. Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena
upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu,
dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang
menyabit panenmu. Dalam kemewahan kamu telah hidup dan berfoya-
foya di bumi, kamu telah memuaskan hatimu sama seperti pada hari
penyembelihan. Kamu telah menghukum, bahkan membunuh orang
yang benar dan ia tidak dapat melawan kamu." Dan jika kita telusuri
Alkitab, maka kecaman terhadap orang kaya akan terus bermunculan
di sana-sini.
76 | C A H A Y A I N J I L
Namun sekarang ini, jika saya mendengarkan program siaran Kristen di
televisi dan di radio di Amerika - entah itu oleh PTL atau yang lainnya,
walaupun saya tidak bermaksud untuk menjelek-jelekkan nama baik
pihak lain - tampak ada suatu kecenderungan umum di dalam gereja
bahwa kekayaan dipandang sangat baik. Apakah kita sudah tidak
peduli lagi dengan isi Alkitab? Prasangka dan tradisi kita sudah
menggusur Firman Allah keluar dari hidup kita. Kita
memiringkan Firman Allah untuk mencocokkannya dengan pandangan
dan tradisi kita. Dan kita melakukan hal ini juga dalam hal kekayaan.
Cobalah selidiki buku konkordansi Anda dan pelajarilah kata 'kekayaan'
di dalam Alkitab dan khususnya di dalam Perjanjian Baru, maka Anda
akan segera melihat tidak ada penilaian yang baik terhadap kekayaan.
Ini sangat mengejutkan! Dan juga, berkaitan dengan orang muda yang
kaya di Matius 19:16-22 (Markus 10:17-22; Lukas 18:18-23), yang
keadaannya sangat mirip dengan orang kaya yang bodoh ini, kita
mendapati bahwa persoalan yang muncul sama saja. Sangatlah susah
bagi seorang kaya untuk dapat masuk ke dalam kerajaan. Mengapa?
Bukan karena kekayaan itu jahat namun karena ia mengumpulkan
kekayaan bagi dirinya, dan itu menunjukkan betapa ia kurang
memahami kenyataan rohani. Kekayaan membuat orang menjadi
sangat egois. Di dalam perumpamaan kita hari ini, perhatikanlah sikap
dari orang kaya yang bodoh ini dan lihatlah kebodohan rohaninya.
Perhatikan bahwa ia sangat mementingkan diri sendiri saja. Kata "aku'
dan 'ku' terus menerus muncul dari ayat 17 samai 19. Perhatikanlah
kemunculan kedua kata tersebut ini, "Apakah yang harus aku perbuat,
sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan
hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan
merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih
besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan
barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku..."
demikianlah, kata 'aku' dan 'ku' berkali-kali muncul dalam ayat-ayat
itu. Orang ini perhatiannya hanya terpusat pada diri sendiri.
Periksalah jalan pikiran Anda sebagaimana saya juga memeriksa jalan
pikiran saya. Betapa banyak pikiran kita diisi dengan kata 'aku' - masa
depanku, pendidikanku, tugasku, pekerjaanku, kesejahteraanku,
jiwaku, segala sesuatu disisipi oleh kata 'aku'. Seluruh pikiran kita
beredar di sekitar 'aku'. Sepanjang hari kita memikirkan diri kita sendiri
saja. Kita adalah orang-orang yang bodoh, bukankah begitu? Kita
77 | C A H A Y A I N J I L
belum memahami apa kehendak Allah karena pikiran kita hanya
berkisar pada diri sendiri saja. Apa itu kehendak Allah? Kehendak Allah
adalah agar kita mengasihiNya dengan segenap hati, jiwa dan akal kita.
Jika Anda sangat mengasihi seseorang, Anda akan terus memikirkan
tentang orang itu, dan bukannya diri Anda sendiri. Jika Anda pernah
jatuh cinta, maka Anda akan mengerti apa maksud saya. Ketika Anda
sedang jatuh cinta, apa yang Anda lakukan? Anda akan terus
memikirkan tentang orang itu sepanjang hari. Anda lupa makan dan
minum, susah tidur, lupa belajar, lupa pekerjaan, lupa segala-galanya.
Mengapa? Karena hati ini dipenuhi oleh orang itu - 'kekasihku'! Titik
beratnya bukan pada 'aku' tapi pada 'kasihku'! Segenap pikiran Anda
tertuju padanya. Anda membatin, "Apa saja yang sedang dilakukannya
sekarang? Di mana dia sekarang? Apa yang akan dikerjakannya hari
ini?" lalu Anda bergegas pergi menelpon, dan ketika tidak ada orang
yang mengangkat telepon di sana, Anda mulai cemas, "Ada masalah
apa di sana? Apa yang terjadi dengannya? Kenapa ia tidak menjawab
telpon saya?" Seluruh pikiran Anda tersita olehnya. Anda harus
mengasihi Allah seperti ini, dengan segenap hati Anda. Sebelum kita
memuji diri sendiri, periksalah seberapa banyak di antara kita yang
memiliki hikmat? Berapa banyak di antara kita yang hatinya tersita
oleh urusan Allah dan oleh saudara-saudara seiman?
Marilah kita jujur pada diri sendiri. Kita tidak lebih baik daripada orang
kaya yang bodoh ini karena setiap hari yang kita pikirkan adalah, "Apa
yang harus kulakukan hari ini? Makan apa hari ini? Aha! Sekarang hari
Minggu! Aku akan pergi mencari rumah makan dan menikmati
hidangan spesial di sana!" Anda lihat, isi pikiran kita adalah, "Apa yang
akan kulakukan dengan waktuku? Siapa yang akan kukunjungi? Apa
yang akan kunikmati?" isi hati ini dipenuhi dengan kata 'aku' dan
'milikku'. Alkitab mengungkapkan isi hati kita, bukankah demikian? Ia
mengungkapkan jati diri kita, seperti apa kita sebenarnya, pada saat
kita merasa patut bangga akan diri sendiri. Bahkan bagi seorang
pelayan full-time, ujilah dengan jujur, hal apa yang memenuhi isi hati
ini? Sebagian besar masih dipenuhi oleh 'aku' dan 'milikku' -
keluargaku, pekerjaanku, rumahku dan kesuksesanku! Nah, sekarang
kita dapat memahami persoalan yang ada pada diri orang kaya yang
bodoh ini: kegandrungannya pada diri sendiri. Itulah gejala penyakit
yang menimpanya.
78 | C A H A Y A I N J I L
Perhatikan lagi hal lainnya. Ia selalu saja berbicara pada diri sendiri,
"Apa yang harus kukatakan? Apa yang harus kulakukan?" Ia bertanya
dan ia sendiri yang menjawab. Ia punya banyak waktu untuk berdialog
dengan diri sendiri. Anda tahu mengapa? Karena ia menyukai dirinya
lebih dari segalanya. Ia sangat mencintai dirinya sendiri. Anda lebih
suka untuk berbicara dengan orang yang Anda kasihi, dan jika orang
itu adalah Anda sendiri, maka Anda akan lebih suka berdialog dengan
diri sendiri sepanjang hari! Dan orang ini berkata kepada dirinya
sendiri, di Lukas 12:19, sampai pada tingkat seperti ini, "aku akan
berkata kepada jiwaku" (ia sudah memutuskan apa yang akan
dikatakannya kepada jiwanya. Ia tidak hanya menikmati pembicaraan
dengan dirinya di saat itu, akan tetapi juga sudah memutuskan isi
pembicaraan di waktu akan datang.) 'Jiwaku, persediaan dan kekayaan
yang ada akan cukup untuk waktu lama; bergembiralah, makan,
minum dan menikahlah.' Ia berkata, "Oh, kita akan menikmati setiap
saat yang ada, aku dan jiwaku! Kita akan menikmati saat-saat yang
indah dalam hidup ini!"
Jangan merasa lebih baik darinya, bagaimana dengan kita? Kita juga
selalu berbicara pada diri sendiri. Pernahkah kita belajar untuk
membalikkan semua arah pikiran dan menujukannya kepada Allah?
Apakah kita benar-benar mengasihi Allah sedemikian rupa sehingga
kita ingin berbicara padaNya, "Tuhan, apa yang hendak Engkau
perintahkan padaku hari ini?" Atau, "Tuhan, aku ingin menghabiskan
hari ini dengan memujiMu. Sangat senang dapat memuji dan bersyukur
padaMu. Engkau begitu baik padaku dan aku tahu bahwa Engkau akan
terus memenuhi cawanku sampai meluap, jadi aku ingin memujiMu
sebelum itu semua terjadi. Ku akan berkata, 'Tuhan aku sudah
memutuskan apa yang akan kukatakan padaMu'". Ini adalah sikap yang
berbeda. Jadi kita harus belajar untuk mengubah pusat perhatian
dalam hidup kita dari diri sendiri menjadi Allah. Kita masih banyak
menyimpan 'kebodohan' di dalam diri kita, bukankah begitu? Kita
mendapati bahwa, ternyata, perumpamaan ini menyingkapkan keadaan
kita.
Kaya di Dunia?
Perhatikan kesalahan besarnya di sini, di Lukas 12:19, "Aku akan
berkata kepada jiwaku..." Apakah ia masih tertarik dengan jiwanya?
Orang ini masih memikirkan tentang jiwanya. Jadi, ia tidak sepenuhnya
79 | C A H A Y A I N J I L
buta pada perkara rohani. Namun kesalahannya adalah mengira bahwa
jiwanya akan dapat dipuaskan dengan kekayaan jasmani. Bukankah ini
kesalahan yang umum melanda gereja-gereja dengan mengira jiwa
dapat dipuaskan oleh kesejahteraan jasmani? Itu sebabnya kita bekerja
begitu keras. Kita ingin menggelembungkan isi rekening kita agar
dapat berkata, "Sekarang kita boleh beristirahat." Orang kaya yang
bodoh ini melakukan perbuatan yang ingin kita lakukan juga, tidakkah
demikian? Jika kita sudah memiliki rekening bank yang besar nilainya,
untuk apa kita bekerja keras lagi? Kita dapat duduk dan bersantai. Apa
gunanya bekerja keras jika bukan untuk menikmati saat santai pada
akhirnya? Jadi, orang kaya ini berpendapat bahwa jiwanya dapat
dipuaskan oleh kesejahteraan jasmani.
Lihatlah keindahan dari perumpamaan ini: ketika orang itu berbicara
kepada jiwanya, Allah berbicara kepadanya di dalam ayat yang
berikutnya, "Pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu..."
Atau, dengan kata lain, "Jadi kamu sedang memikirkan jiwamu? Nah,
malam ini jiwamu akan diambil darimu." Orang ini tidak memahami
prinsip rohani, sebagai contoh, di Matius 16:26, "Apa gunanya seorang
memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?..." Apa
gunanya memiliki seluruh isi dunia tetapi kehilangan nyawa? Ia gagal
untuk memahami hal ini. Ia belum sampai pada pemahaman itu. Ini
adalah poin pertama dari kebodohan. Fakta bahwa tidak ada gunanya
jika kita mendapatkan seluruh dunia tetapi kehilangan nyawa. Dan
bukan hanya ini kesalahan yang dibuatnya.
Kesalahan kedua adalah bahwa ia tidak memahami apa kehendak Allah
bagi hidupnya. Kita dapat melihat apa itu kehendak Allah di Yohanes
12:25, di mana Yesus berkata, "Barangsiapa mencintai nyawanya, ia
akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai
nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang
kekal". Ayat ini dapat diungkapkan lewat kalimat berikut, "Orang yang
mencintai kehidupan duniawi akan kehilangan hidupnya. Akan tetapi
yang membenci kehidupan duniawi akan memelihara hidupnya untuk
masa yang kekal." Itulah jalan keselamatan. Jika Anda mencoba untuk
menyelamatkan nyawa Anda di dunia ini, atau, mencintai kehidupan
duniawi dengan menimbun kekayaan bagi diri sendiri, maka Anda akan
kehilangan hidup Anda. Namun jika Anda siap untuk membenci nyawa
Anda, artinya membenci kehidupan duniawi, atau merelakan kekayaan
Anda, maka Anda akan memelihara hidup Anda untuk masa yang
80 | C A H A Y A I N J I L
kekal. Anda dapat mengatakan bahwa dari pandangan duniawi, Martin
Lloyd Jones membenci nyawanya dan berpaling dari karir duniawinya
yang sukses itu. Dan ia memperoleh hidup yang kekal. Itulah prinsip
yang Alkitabiah. Itu sebabnya mengapa Yesus berkata, "Setiap orang
yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya dan mengikut Aku" (Mat.16:24; Mar.8:34; Luk.9:23).
Berpalinglah dari dunia, maka Anda akan memperoleh hidup yang
kekal, pada akhirnya kita harus mengambil pilihan.
Betapa inginnya kita berdiri di tengah-tengah! Kita ingin menikmati
yang terbaik dari kedua sisi. Anda berkata, "Baiklah, saya tidak ingin
menjadi terlalu kaya. Asal cukup makmur saja bolehlah. Dan pada saat
yang sama saya boleh berpijak di dalam kerajaan Allah." Pilihan ini
tidak dapat diambil. Jangan mengira bahwa Anda dapat menipu Allah
dengan membuat kompromi. Yang Anda lakukan justru menipu diri
sendiri. Anda harus memutuskan akan ke mana tujuan hidup Anda.
Jangan mengira bahwa kompromi, 'jalan tengah', atau zhong
dao (dalam bahasa China), adalah pemecahannya. Jangan berharap
untuk dapat memperoleh bagian dari dunia dan dari Allah, dan kita
sudah memperoleh segala-galanya. Tapi kenyataannya adalah kita
tidak akan memperoleh apa-apapun!
Kaya di hadapan Allah?
Ini pilihan yang lain, mengikut Allah sepenuhnya. Berkomitmen total
kepada Allah. Ini bukan berarti bahwa akan selalu mengalami
kelaparan dan kekurangan. Bukan, akan tetapi ini berarti bahwa arah
tujuan hidup Anda akan diarahkan sepenuhnya kepada Allah. Segala
sesuatu yang dipercayakanNya kepada Anda adalah milikNya. Anda
hanya akan menjadi seorang pengelola kekayaan tersebut. Anda tidak
akan berkata, "Apa yang akan kulakukan dengan uangku? Apa yang
akan kulakukan dengan barang-barangku? Kekayaanku?" Seperti diri
saya, tidak punya apa-apa. Jika ada sesuatu yang menjadi milik saya,
maka itu adalah milik Tuhan dan saya hanya seorang pengurus saja.
Jika Ia berkata kepada saya, "Berikan," maka saya akan memberikan.
Jika Ia berkata, "Bagaimana dengan jaketmu? Orang itu
membutuhkannya" maka jaket itu akan berpindah kepada orang
tersebut. Ia bukan jaket saya. Jika orang tersebut membutuhkannya,
maka ia boleh mendapatkannya. Jika Tuhan memberi saya tempat
untuk tinggal, maka saya akan bersyukur kepadaNya atas hal itu.
81 | C A H A Y A I N J I L
Tentu saja saya butuh tempat untuk menetap. Akan tetapi jika Tuhan
berkata, "Pergilah," maka saya segera berangkat. Itu bukan rumah
saya. Saya tidak punya apa-apa. Yang saya miliki hanya Tuhan dan
itu sudah lebih dari cukup buat saya. Saya tidak tertarik dengan
hal-hal lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Paulus di 1 Korintus
7:31, "pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang
duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya," yaitu,
tidak menjadi serakah atas barang-barang tersebut. Kita harus makan.
Betul sekali, akan tetapi makanan bukanlah persoalan pokok. Kita perlu
tempat tinggal. Betul, akan tetapi rumah saya bukanlah milik saya. Jika
Tuhan berkata, "Pergilah,' maka kita harus pergi dan meninggalkan
segala sesuatu di belakang karena segala sesuatu adalah milikNya dan
hidup saya ini pun milikNya. Tujuan hidup Anda harus jelas. Pastikan
bahwa Anda sudah membuat pilihan yang benar.
Namun saya ingatkan Anda sekali lagi bahwa segala tindakan
kompromi pasti berujung pada kebinasaan. Tidak pernah ada orang
yang berhasil dalam kehidupan rohani lewat jalan kompromi. Jalan
kompromi dipenuhi oleh bangkai-bangkai mereka yang telah jatuh
dalam bencana kerohanian. Tetapkan putusan Anda dan pilihlah jalur
yang tunggal, apakah sepenuhnya melayani Allah atau Mamon. Yesus
berkata bahwa Anda tidak dapat melayani Allah
dan Mamon sekaligus. Mamon adalah uang. Anda tidak dapat melayani
Allah dan uang. Anda harus dengan jujur dan tulus membuat
keputusan, menetapkan tujuan Anda, apakah Allah atau Mamon.
Dan akhirnya, apa yang terjadi dengan orang kaya yang bodoh ini? ia
kehilangan jiwanya dan Yesus bertanya kepadanya di Lukas 12:20,
"Dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?" Sering
kali saya membaca berita di koran di Inggris, dan saya membaca
pengumuman tentang kematian; orang ini meninggalkan kekayaan
senilai 40 ribu poundsterling, orang itu meninggalkan 60 ribu
poundsterling. Akan menjadi milik siapa uang tersebut? Mereka
mengumpulkan uang sebanyak itu, siapa yang akan memilikinya?
Dinas pajak akan mengambil sebagian. Lalu sisanya lagi? Jadi
kesimpulannya seperti yang disampaikan di ayat 21, "Demikianlah
jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri,
jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
82 | C A H A Y A I N J I L
Jika Anda ingin menjadi kaya, cara yang paling benar untuk itu adalah
dengan menjadi kaya di hadapan Allah. Bagaimana caranya menjadi
kaya di hadapan Allah? Seperti yang Yesus katakan dalam Khotbah di
Bukit, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat
dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan
karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta
mencurinya" (Mat.6:19-21). Berikan milik Anda kepada mereka yang
membutuhkan dan kemudian Anda akan memperoleh harta di surga. Di
situlah harta duniawi dapat memberi arti. Anda tidak akan pernah
kehilangan. Jika Anda menaruh uang Anda di bank, Anda akan
kehilangan uang itu suatu saat nanti, entah karena inflasi, deflasi,
perang atau pun sebab-sebab lainnya. Akan tetapi berikanlah harta
Anda kepada orang miskin dan Anda akan menjadi kaya di hadapan
Allah. Kekayaan tersebut akan kekal selamanya. Kiranya Allah memberi
kita hikmat yang kekal.
Perumpamaan tentang Pohon Ara yang Mandul
Lukas 13:6-9 - Khotbah oleh Pastor Eric Chang, Montreal
Hari ini kita akan melanjutkan pembahasan tentang pengajaran Yesus
dan meneliti perumpamaan lain di Lukas 13:6-9 yang kita kenal
sebagai perumpamaan tentang pohon ara yang mandul, atau tentang
pohon ara yang tidak berbuah. Untuk dapat menangkap latar belakang
dari perumpamaan ini, mari kita baca dari Lukas 13:1.
Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa
kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus
dengan darah korban yang mereka persembahkan. Yesus menjawab
mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari
pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami
nasib itu? Tidak! kata-ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak
bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. Atau sangkamu
83 | C A H A Y A I N J I L
kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih
besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di
Yerusalem? Tidak! kata-ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak
bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian." Lalu Yesus
mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang
tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada
pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada
pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah
pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini!
Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu:
Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah
sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia
berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"
Perumpamaan ini Berbicara tentang orang Kristen
Di dalam perumpamaan ini disebutkan tentang pohon ara yang mandul.
Dan tentu saja pertanyaan yang muncul adalah, apa arti pohon ara ini?
Apa yang mau disampaikan oleh Yesus melalui perumpamaan ini?
Minggu lalu kita sudah membahas perumpamaan tentang orang kaya
yang bodoh, dan Anda akan melihat nanti adanya suatu urut-urutan
perkembangan di dalam penyusunan semua perumpamaan ini. Ada
sangat banyak kemiripan antara perumpamaan ini dengan
perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh. Keduanya berbicara
tentang kehidupan rohani yang tidak berbuah yang berakhir dengan
penebangan.
Akan tetapi ada juga beberapa poin penting yang berbeda, yaitu ada
beberapa pokok yang terdapat di dalam perumpamaan ini tetapi tidak
ada di dalam perumpamaan yang lain. Di dalam perumpamaan ini, kita
menemukan dua perbedaan yang mendasar. Perumpamaan tentang
orang kaya yang bodoh berlaku atas semua orang, yaitu terhadap
orang Kristen dan yang non-Kristen. Ia adalah perumpamaan dengan
cakupan yang sangat luas, sangat cocok jika disajikan dalam kebaktian
penginjilan karena dapat diterapkan pada semua orang. Akan tetapi
perumpamaan tentang pohon ara yang mandul cakupannya
dipersempit dan hanya menjangkau orang Kristen atau orang Israel
saja. Jadi penerapannya tidak diarahkan kepada semua orang,
melainkan hanya kepada mereka yang tergolong umat Yahudi dan
Umat Israel yang baru, yakni Gereja.
84 | C A H A Y A I N J I L
Masa Kasih Karunia ada Batasnya
Hal kedua dari perbedaan itu adalah bahwa bagi orang kaya yang
bodoh itu tidak ada yang membela perkaranya, sedangkan bagi umat
Allah, Israel dan gereja, ada tokoh yang bersyafaat atau memintakan
penundaan hukuman, "Jangan tebang dulu". Yohanes Pembaptis
berkata kepada orang Yahudi, "Kapak sudah disediakan di akar pohon."
Tindakan penghakiman akan berjalan dengan sangat cepat. Dan ketika
penghakiman Allah akan turun, sang pembela, perawat kebun itu
berkata, "Saya mohon, tundalah hukumannya sedikit lagi. Berilah
waktu sedikit lagi kepada pohon itu, sedikit waktu saja."
Beberapa orang dari antara pernah menebang pohon untuk
mendapatkan kayu api. Saya teringat pada seorang saudara yang
senang pada kegiatan ini. Ia sangat menyukai kegiatan memotong
kayu karena memperoleh kelegaan yang besar dari kegiatan ini.
Mungkin demikian pula halnya dengan beberapa dari antara kita.
Memotong kayu membutuhkan keterampilan yang cukup sulit. Anda
harus membuat garis untuk membantu penebangannya. Jadi setiap kali
Anda mengayun kapak, Anda harus mengarahkan mata kapak ke garis
yang sudah dibuat. Biasanya, jika tanpa pelatihan dan pengalaman,
maka ayunan kapak akan meleset dari garis yang sudah dibuat. Dan,
tidak jarang, kita mendapati bahwa kita nyaris saja menebang kaki
sendiri, bukannya menebang pohon. Di sini disebutkan bahwa kapak
sudah tersedia pada akar pohon, itu berarti bahwa si penebang sudah
membuat garis di pohon yang akan ditebangnya, tindakan selanjutnya
tinggal mengayunkan kapak untuk menebang pohonnya. Jadi waktu
penebangan bagi bangsa Israel sudah sangat dekat!
Hal pertama yang perlu diingat adalah perumpamaan ini berbicara
tentang gereja, yaitu tentang Anda dan saya. Tuhan sedang berbicara
langsung mengenai kita, orang Kristen (perumpamaan tentang orang
kaya yang bodoh berbicara tentang semua orang, yang Kristen dan
yang non-Kristen). Dan pokok kedua yang disampaikan dalam
perumpamaan kali ini adalah sekalipun ada pembela bagi kita, akan
tetapi waktu yang tersisa sangat singkat. Waktu yang tersisa singkat
sekali. Masa kasih karunia ada batasnya.
Orang Kristen akan Dihakimi!
85 | C A H A Y A I N J I L
Namun poin selanjutnya adalah sesuatu yang tampaknya telah gagal
dipahami oleh orang Kristen. Poin penting ini adalah bahwa
penghakiman adalah suatu kenyataan yang harus dihadapi oleh gereja,
sama seperti yang dihadapi oleh orang non-Kristen. Ada kesalahan
yang meluas sekarang ini yaitu anggapan bahwa orang Kristen tidak
akan dihakimi. Jika saya tidak keliru membaca Alkitab saya, tidak saya
temukan ajaran semacam ini di dalam Alkitab. Apa yang dikatakan oleh
Alkitab adalah orang Kristen akan dihakimi lebih berat daripada orang
non-Kristen. Saya sudah pernah menyatakan hal ini dalam kesempatan
yang lain. Sebagaimana yang dikatakan oleh Allah kepada orang Israel,
"Dari segala umat di dunia, engkau, dan hanya engkau saja, yang
memiliki pengenalan itu. Jadi Aku akan menghakimi engkau" (bdk.
Ulangan 7:6-10). Dengan kata lain, "Karena engkau adalah umatKu,
maka standarKu bagimu jauh lebih tinggi daripada bagi umat lain. Aku
menghendaki lebih darimu ketimbang dari umat lain yang tidak
mengenal Aku." Pernyataan yang sangat mudah untuk dipahami.
Namun hari ini, kita terus menerus diajari dan 'dijamin' dan dibius,
dengan ajaran bahwa Israel atau Gereja Allah tidak akan mengalami
penghakiman. Aneh sekali! Jika demikian halnya, mengapa Petrus
berkata di dalam suratnya bahwa penghakiman itu dimulai dari Gereja
Allah (1 Petrus 4:17)? Penghakiman dimulai dari dalam Gereja!
Mengapa ada Pohon Ara ditengah Kebun Anggur?
Mari saya uraikan perumpamaan ini kepada Anda, diawali dari Lukas
13:6, sehingga kita dapat memperoleh gambaran yang jelas dari
perumpamaan itu. "Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini:
"Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya."
Pertanyaan pertama yang mungkin muncul di benak Anda ialah
mengapa ada pohon ara di kebun anggur? Kebun anggur tentunya
merupakan tempat untuk menanam anggur dan bukannya pohon ara.
Jadi beberapa orang yang teliti mungkin akan segera berpikir, "Tentu
ada kesalahan di sini. Pohon ara ditanam di kebun buah-buahan,
bukannya di kebun anggur." Anda perlu meninjau langsung suatu
kebun anggur sebelum berpikir seperti ini. Orang-orang Yahudi
menanam berbagai pohon buah-buahan di ladang dan di halaman
mereka. Jadi sudah lazim bagi mereka untuk menanam pohon buah-
buahan di kebun anggur atau bahkan di kebun sayur. Karena masing-
masing tanaman tampaknya menyukai kondisi tanah dengan
pengolahan tertentu, jadi pola bercocok tanam dengan tanaman yang
86 | C A H A Y A I N J I L
beragam sangat baik untuk mempertahankan kesuburan tanah. Para
rabi sudah biasa memakai gambaran tentang berbagai macam tanaman
buah-buahan yang ditanam di kebun anggur atau di kebun sayur untuk
menjelaskan pengajaran mereka.
Kita juga melihat bahwa pohon ara dan pohon anggur seringkali
disebutkan bersama-sama di dalam Perjanjian Lama. Sangat sering
kedua jenis pohon ini disebutkan secara bersamaan, yang
menunjukkan bahwa keduanya biasa ditanam bersama-sama. Ada
sangat banyak contoh bagi saya untuk ditunjukkan tentang hal ini,
akan tetapi kali ini kita akan mengambil dari satu kitab saja, yaitu kitab
Yoel. Alasan saya untuk mengambil rujukan dari kitab Yoel ini adalah
karena rujukan tersebut langsung berkaitan dengan perumpamaan kali
ini. Di Yoel 1:7&12; dan 2:22, kita membaca tentang pohon anggur
dan pohon ara yang disebut secara bersamaan, namun di di Yoel 1:7
&12, pohon ara dan pohon anggur tersebut memiliki arti rohani.
Mereka tampaknya menjadi lambang orang Israel, menunjukkan orang-
orang dari umat Israel.
Kesabaran Allah yang Sempurna
Lalu Yesus melanjutkan dengan mengatakan bahwa sesudah menanam
pohon ara itu, si pemilik kebun anggur datang untuk mencari buahnya,
tetapi ia tidak mendapatkan buahnya. Dan di ayat 7 ia berkata kepada
pengurus kebun anggur itu, "Sudah tiga tahun aku datang mencari
buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah
pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!" Kita tahu,
berdasarkan Alkitab dan kebiasaan-kebiasaan orang Yahudi, jika Anda
menanam pohon ara, Anda tidak dapat berharap untuk melihat
buahnya dalam tiga tahun pertama. Jadi ini berarti bahwa ketika
pemilik kebun anggur itu mulai datang untuk mencari buah ara, pohon
tersebut sudah memasuki usia empat tahun. Anda dapat memahami
hitung-hitungan ini dengan melihat, sebagai contoh, Imamat 19:23 dan
juga berbagai tulisan para rabi bahwa selama tiga tahun pertama, tidak
dilakukan pemetikan buah dari pohon buah-buahan yang ditanam.
Pohon itu dibiarkan bertumbuh dan diberi perawatan. Di dalam tahun
yang keempat, Anda boleh mengambil hasil buah-buahan dari pohon
itu. Melihat bahwa ia sudah tiga tahun mencari buah dari pohon ara
tersebut, maka ini berarti bahwa pohon tersebut sudah bertumbuh
87 | C A H A Y A I N J I L
selama enam tahun. Enam tahun sudah berlalu sejak saat pohon itu
ditanam.
Angka ini bukannya tanpa makna, karena Anda dapat melihat bahwa si
pengurus kebun itu meminta tambahan waktu satu tahun lagi. Secara
keseluruhan, jumlah tahunnya sekarang menjadi "7" yang, seperti
Anda ketahui, merupakan lambang kesempurnaan di dalam Alkitab.
Angka tujuh tahun di dalam perumpamaan ini mengungkapkan
kesabaran Allah yang sempurna. Ia sudah berkenan untuk menunggu
sampai tujuh tahun penuh. KesabaranNya sudah ditunjukkan sampai
pada batas terjauh yang dapat diberikan. Namun tak dapat lebih dari
itu. Sangat tidak bertanggungjawab jika pohon itu dibiarkan bertumbuh
tanpa hasil dan tanpa batas waktu seperti yang disebutkan di dalam
ayat 7, pohon itu sudah memanfaatkan tanah kebun selama tiga tahun
dengan percuma: "Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma?"
Pohon itu menghisap kesuburan tanah dan mengurangi jatah gizi bagi
pohon lainnya yang berbuah di kebun itu. Jadi, membiarkannya
tumbuh tanpa hasil dan tanpa batas waktu memang tidak benar. Ia
harus ditebang. Dari sini kita dapat melihat proses pemikiran dan
penalaran dari perumpamaan ini, dan Anda mulai dapat melihat
keindahan dari kerangka perumpamaan melalui lambang angka "7"
tersebut. Sangat banyak makna yang terkandung di dalamnya jika
Anda mulai dapat memahaminya, angka 7 dalam perumpamaan ini
melambangkan kesabaran Allah terhadap umatNya. Ia menunggu
sampai akhirnya memang terlihat tidak ada harapan yang tersisa.
Perhatikan bahwa si pemilik kebun tidak ngotot ketika pengurus kebun
anggur itu berkata, "Berikanlah waktu setahun lagi," ia tidak berkata,
"Cukup. Kesempatannya sudah habis!" Namun ia bersedia menunggu
dan berkata, "Baiklah, aku akan memberi waktu setahun lagi.
Waktunya ditambah setahun lagi." Jadi genaplah jumlah waktu itu
menjadi "7", suatu ungkapan dari kesabaran Allah yang sempurna.
Penting juga untuk kita perhatikan bahwa menurut para ahli pertanian,
pohon ara menyerap sangat banyak sumber makanan dari dalam
tanah. Dengan demikian, kita tidak dapat membiarkan sebatang pohon
bertumbuh terlalu lama jika memang tidak menghasilkan apa-apa
karena ia akan merebut sebagian besar jatah makanan buat tanaman
lainnya. Pohon ara adalah pohon yang cukup besar dan kuat dan
membutuhkan banyak sumber gizi. Inilah poin utama dari
perumpamaan ini, yaitu bahwa pohon ini hanya tahu mengambil
88 | C A H A Y A I N J I L
dan tidak memberikan apa-apa. Ia menghisap segalanya, seperti
kebanyakan orang yang menghisap atau menyerap segalanya namun
tidak pernah memberi apa-apa. Peringatan yang diberikan
perumpamaan ini adalah: Jika Anda termasuk orang Kristen yang
semacam ini, Anda hanya mengumpulkan dan menerima saja segala
kekayaan rohani tanpa pernah menghasilkan apa-apa, waspadalah,
karena toleransi dari Allah ada batasnya. Kita akan kembali pada poin
ini nanti.
Siapa Pemilik Kebun Anggur itu dan Siapa Pengurusnya?
Mari kita pahami siapa pemilik kebun anggur itu. Dan kita juga melihat
adanya seorang pengurus kebun anggur yang menjadi pembela, siapa
pengurus kebun anggur ini? Dari perumpamaan ini kita mengetahui
bahwa si pemilik kebun anggur itu adalah Allah sendiri. Matius 21:33
dst, sebagai contohnya, menjelaskan kepada kita dengan gamblang
bahwa Allah digambarkan sebagai pemilik kebun anggur ini. Kebun
anggur tersebut adalah milik-Nya.
Lalu siapa pengurus kebun itu? Gambaran yang kita dapatkan juga
mula menjadi jelas. Siapa lagi yang akan membela dan memintakan
belas kasihan? Siapakah yang menjadi Pengantara antara Allah dan
manusia? Siapakah yang menjadi Penengah, Imam Besar Gereja yang
membela Jemaat Allah? Kristus sendiri-lah yang meminta belas kasihan
bagi Gereja. Bukannya Allah tidak mau memberikan belas kasihan
tersebut. Bapa sangat bersedia untuk memberi belas kasihan tersebut.
Namun harus ada pembela bagi perkara ini dan Yesus membela
perkara ini bagi kita. Keindahan dari gambaran ini adalah hal tentang
Yesus sebagai Pembela juga tampil di dalam perumpamaan ini, di
Lukas 22:31 dan selanjutnya, Yesus berkata kepada Petrus, "Simon,
Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti
gandum, tetapi aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan
gugur." Yesus bersyafaat, berdoa agar Petrus boleh tetap menerima
kasih karunia yang dapat menguatkannya dalam menghadapi cobaan
berat yang diberikan Iblis terhadapnya. Sangatlah menggembirakan
jika kita mengetahui bahwa Yesus bersyafaat bagi kita. Kita memiliki
banyak kelemahan, kegagalan dan kekurangan. Tidak seorang pun dari
antara kita yang tidak memiliki kekurangan. Namun sangatlah
menggembirakan ketika kita mengetahui bahwa Yesus ada di sana
menjadi Imam Besar, penuh belas kasihan dan kemurahan, membela
89 | C A H A Y A I N J I L
perkara kita. Saya bertanya-tanya akan ke mana kita berakhir jika
Yesus tidak terus menerus bersyafaat bagi kita sepanjang waktu. Akan
jadi apa kita semua? Akan mampukah kita bangkit dari kejatuhan?
Namun Yesus bersedia membela perkara kita dan dengan kasih
karunianya, kita diangkat lagi keluar dari lumpur tebal dan ditegakkan
di atas batu karang yang teguh.
Yesus di sini digambarkan tidak sekadar sebagai Pembela tetapi juga
sebagai Hamba. Ini adalah hal yang penting untuk kita pahami. Di
dalam Perjanjian Lama, Yesus digambarkan sebagai Hamba yang
Menderita. Ia bersyafaat bagi kita dan menanggung segala pelanggaran
dan dosa (Yesaya 53). Ia adalah Hamba. Dan alasan saya
menyebutkan hal ini adalah bahwa jika Anda mempelajari makna kata
"pengurus kebun anggur" di Perjanjian Lama, Anda akan melihat
bahwa ungkapan ini biasanya dikaitkan dengan para budak, golongan
terbawah di masyarakat. Sebagai contoh, jika kita melihat Yesaya 61:5
atau Yeremia 52:16 atau 2 Raja-raja 25:12, Anda akan mendapati
bahwa pengurus kebun anggur disamakan dengan pembajak ladang,
orang yang membalik lapisan tanah dengan peralatan yang ditarik oleh
kerbau atau sapi untuk mempersiapkan tanah itu sebelum ditanami.
Dan kita diberitahu dari ayat-ayat itu bahwa mereka diambil dari
kalangan orang yang palling miskin di masyarakat. Mereka disebut
"orang-orang kelas bawah". Akan tetapi Yesus rela menjadi hamba
seperti mereka itu. Sebagaimana yang disebutkan di Filipi 2:7-8.
Ia telah mengosongkan dirinya sendiri, dan mengambil rupa seorang
hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan
sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib. Ini adalah gambaran lain dari
keindahan yang diberikan oleh perumpamaan ini yang, sepintas,
tampaknya tidak menunjukkan apa-apa. Masih ada banyak kekayaan
makna yang akan kita bahas hari ini. Bahkan sebenarnya ada sembilan
poin utama yang dapat kita bahas dari perumpamaan ini saja. Dan jika
kita harus membahas semuanya, maka kita perlu meluangkan waktu
seharian untuk itu. Jadi, kali ini saya hanya akan memusatkan
perhatian pada satu pokok utama dari perumpamaan ini.
Apa yang Dilambangkan oleh Pohon Ara itu?
Pertanyaan selanjutnya adalah: melambangkan apakah pohon ara ini?
Pohon ara adalah gambaran bagi Israel, seperti yang telah saya
90 | C A H A Y A I N J I L
jelaskan pada Anda sebelumnya. Sebagai contoh, seluruh pasal 24
dalam kitab Yeremia memberi gambaran tentang orang Israel sebagai
buah dari pohon ara. Ini berarti bahwa seluruh umat Israel
dilambangkan dengan satu atau sekumpulan pohon ara dan setiap
orang dari umat Israel dilambangkan dengan buah ara. Saya pada
bagian awal juga menyebutkan tentang Yoel 1:7, dan di sana
disebutkan tentang dirusaknya pohon ara dan pohon anggur yang
menjelaskan peristiwa penyerangan terhadap bangsa Israel oleh
bangsa yang kuat dari utara. Di dalam kitab Yoel itu, pohon ara (dan
pohon anggur) melambangkan umat Israel. Pasal tersebut mengartikan
pohon ara lebih dari sekadar makna harfiahnya.
Namun masih ada hal lagi yang perlu untuk disampaikan. Israel adalah
pohon ara yang tidak berbuah. Yesus menegaskan tentang hal ini di
dalam perumpamaan yang lain yang kita kenal sebagai "Perumpamaan
tentang pohon ara yang dikutuk" yang merupakan peringatan bagi
bangsa Israel. Perumpamaan itu dipakai sebagai peringatan bagi
mereka karena mereka adalah pohon ara yang tidak berbuah, atau
mandul, mereka akan berada di bawah kutukan. Banyak orang yang
menjadi bingung akan kutukan terhadap pohon ara itu karena mereka
tidak dapat memahami arti rohaninya. Itu adalah suatu perumpamaan
yang diperagakan atau yang diberikan lewat tindakan. Banyak nabi di
dalam Perjanjian Lama memakai perumpamaan yang memberi
perlambangan secara langsung ini. Anda tentunya sudah tahu tentang
Yehezkiel yang melakukan berbagai hal yang terlihat janggal, seperti
berbaring miring, dan makan dengan jumlah yang sudah ditentukan.
Dan orang lalu bertanya kepadanya, "Apa arti perbuatanmu itu?" Dan
Yehezkiel lalu menyampaikan kepada mereka, "Inilah yang akan terjadi
atas Yerusalem. Yerusalem akan dikepung dan penduduk Yerusalem
harus makan dengan jumlah yang sudah dijatah ketika kota mereka
mulai dikepung." Jadi tindakannya merupakan perumpamaan yang
menjadi lambang bagi pengepungan atas Yerusalem dan kekurangan
makanan yang akan melanda mereka yang terkepung. Dari sini kita
dapat melihat bahwa suatu perumpamaan dapat disampaikan melalui
tindakan, dan bukan sekadar melalui khotbah. Dan di sanalah mungkin
arti penting dari mereka yang melayani lewat film karena kita dapat
lebih mengingat suatu tindakan ketimbang hanya omongan. Dan itu
adalah alasan bagi pemakaian perumpamaan yang diperagakan lewat
tindakan.
91 | C A H A Y A I N J I L
Mengapa ditambahkan Pupuk?
Hal lain yang perlu kita perhatikan adalah bahwa pohon ara ini tidak
sekadar mendapat tambahan waktu setahun. Allah tidak sekadar
memberi Anda kesempatan baru, akan tetapi Ia juga melakukan
sesuatu yang positif bagi Anda. Dari bacaan yang saya pelajari, para
ahli mengatakan bahwa pohon ara tidak membutuhkan tambahan
semacam itu. Pohon ara tergolong tangguh dan mampu bertahan
hidup. Mereka tidak memerlukan kompos. Bukanlah hal yang lazim
untuk menambahkan kompos di sekeliling pohon ara. Ini berarti Yesus
telah melakukan sesuatu yang luar biasa bagi Israel. Ia memberi
mereka kasih karunia ekstra. Kita dapat melihat di dalam pengajaran
Yesus seperti apa kasih karunia yang ekstra itu. Dulu, Allah mengirim
para nabi kepada bangsa Israel. Sekarang, Allah mengutus Anak itu
sendiri untuk menangani pohon ara, yaitu umat Israel. Sebenarnya kita
mendapat keuntungan dari peristiwa ini, semua kasih karunia dan
manfaat yang kita terima berasal dari tindakan perawatan ekstra
tersebut karena kita diajar bukan oleh para nabi lagi melainkan
langsung oleh Firman dari Yesus sendiri. Kita sekarang ini hidup di
masa kasih karunia ekstra tersebut. Akan tetapi, perlu diingat bahwa
masa kasih karunia itu ada batasnya.
Allah sudah melakukan segala hal yang dapat dikerjakan untuk
membuat pohon ara itu bisa berbuah. Ini adalah hal penting yang perlu
diingat juga. Jika ada orang Kristen yang murtad, Anda boleh yakin
bahwa peristiwa itu bukan merupakan tanggung jawab Allah melainkan
tanggung jawabnya pribadi. Allah melakukan segala tindakan yang
dapat Ia lakukan untuk bisa memastikan bahwa Anda dapat bertumbuh
semakin kuat. Ia siap memberikan Anda segala kasih karunia yang
Anda butuhkan sehingga Anda tidak punya alasan atas kegagalan
Anda. Apa alasan yang dapat dipakai oleh pohon ara yang tidak
berbuah itu? Apa alasan yang dapat diberikannya? Tidak ada sama
sekali. Tidak ada alasan yang dapat meloloskannya.
Mengapa Memakai Pohon Ara sebagai Contoh?
Namun masih ada satu pertanyaan penting bagi pohon ara ini:
Mengapa pohon ara yang dipakai sebagai contoh di sini? Kadang kala
umat Israel dilambangkan dengan pohon zaitun atau juga pohon
anggur, akan tetapi di dalam perumpamaan ini yang dipakai adalah
92 | C A H A Y A I N J I L
pohon ara. Yesus dengan teliti memakai pohon ara sebagai gambaran
tentang umat ini karena pohon ara adalah pohon yang lebat buahnya.
Tidak ada pohon buah-buahan yang dapat menandingi pohon ara
dalam hal kelebatan buahnya, itu sebabnya pohon ara dipilih sebagai
contoh di sini. Pohon ara adalah pohon yang dapat berbuah sepanjang
sepuluh bulan dalam setahun. Saya tidak tahu apakah ada pohon lain
yang dapat melakukan hal yang sama. Ia mampu berbuah di musim
dingin, musim semi, musim panas maupun musim gugur. Secara
sederhana, dapat kita katakan bahwa pohon ara dapat berbuah
sepanjang tahun. Para ahli mengatakan bahwa pohon ara yang subur
berbuah sepanjang sepuluh bulan dalam setahun. Sangat luar biasa!
Di halaman kami tumbuh pohon plum dan pohon apel. Jika sebatang
pohon apel sanggup berbuah selama empat bulan dalam setahun,
maka itu sudah dianggap istimewa. Empat bulan dalam setahun! Tahun
ini, pohon apel kami berbuah banyak. Jumlah buahnya lebih dari 250
yang dihasilkan oleh pohon apel yang kecil itu. Saya memberikan
pupuk pada pohon apel itu dan merawatnya lebih teliti karena pada
tahun lalu buahnya sedikit. Namun pada tahun ini buahnya sangat
banyak. Dan pohon plum yang selama ini belum berbuah, pada tahun
terakhir ini sudah memperlihatkan buahnya. Beberapa orang dengan
bercanda mengatakan bahwa pohon plum ini berbuah karena saya
sudah mengancam akan menebangnya jika ia tidak berbuah, sehingga
pada musimnya di tahun ini, ia langsung mengeluarkan buahnya.
Pikirkanlah hal itu. Pohon apel paling lama hanya mampu berbuah
sepanjang empat bulan dalam setahun. Sedangkan pohon ara mampu
untuk terus menerus berbuah sepanjang tahun. Pohon ara adalah
pohon yang paling banyak berbuah jika kondisinya baik. Sekarang
Anda dapat melihat keindahan dari perumpamaan ini: pohon yang
seharusnya berbuah sangat banyak ternyata tidak
menghasilkan satupun buah. Yang seharusnya berbuah paling
banyak telah menjadi pohon yang tidak menghasilkan apa-apa. Sangat
mengejutkan. Betapa telitinya pilihan Yesus dalam memberi gambaran!
Gambaran-gambaran yang diberikan di dalam perumpamaan ini benar-
benar kaya akan makna.
Sekarang mari kita masuk ke dalam pelajaran rohani dari
perumpamaan ini:
93 | C A H A Y A I N J I L
- Allah menyelamatkan kita supaya kita dapat diubah oleh kasih
karuniaNya dan menghasilkan buah
Mengapa Allah menanam Israel? Mengapa Ia menyelamatkan kita?
Ingatlah hal ini baik-baik karena kalau tidak, maka Anda mungkin akan
mengira bahwa Allah menyelamatkan Anda karena Anda harus
diselamatkan atau mungkin karena Anda ingin diselamatkan. Cara Injil
disampaikan sekarang ini oleh banyak pengkhotbah membuat orang-
orang cenderung berpikir bahwa Allah ada hanya untuk memberi
kepastian bahwa tiket Anda ke surga sudah terjamin. Seolah-olah
keselamatan itu hanya soal keberangkatan ke surga, dan masalah lain
tidak ada kaitannya dengan keselamatan. Itu bukanlah pengajaran
yang alkitabiah. Pengajaran yang alkitabiah menyatakan bahwa Allah
menyelamatkan kita supaya kita dapat berbuah banyak sehingga
namaNya dimuliakan dan orang lain ikut diberkati. Dan supaya kita
juga ikut mendapatkan sukacita di dalam menggenapi kedua hal itu.
Kedua, bagaimana sebatang pohon yang tidak berbuah dapat
menghasilkan buah jika tidak terjadi perubahan yang penuh di
dalamnya? Jika pohon ini memberi hasil pada tahun yang ke tujuh,
maka itu berarti telah terjadi perubahan yang besar dan nyata di dalam
pohon itu. Sesuatu telah berlangsung! Hal ini dapat digambarkan
seperti suatu keajaiban kelahiran kembali bagi pohon tersebut. Karena
setiap pakar tahu bahwa pohon yang sudah gagal berbuah sampai
enam tahun berturut-turut tidak dapat diharapkan untuk dapat
menghasilkan buah lagi. Itu sebabnya, si tukang kebun ini sebenarnya
sedang berharap pada mukjizat karena bahkan si pemilik kebun itu
sebenarnya sudah berkata bahwa tidak ada lagi yang dapat diharapkan
dari pohon ara itu. Si tukang kebun sedang mengharapkan terjadinya
mukjizat di tahun yang ke tujuh. Artinya, suatu perubahan yang sangat
besar akan terjadi atas pohon ara itu. Dengan kuasa Allah, hal itu bisa
dilakukan. Sebenarnya, pakar pertanian akan memberitahu Anda
bahwa di dalam dunia nyata hal ini tidak akan terjadi. Tidak ada
peluang sedikitpun bagi pohon ara itu untuk dapat berbuah pada tahun
berikutnya, atau bahkan dalam lima tahun berikutnya! Namun Yesus
membawa unsur rohani di dalam perumpamaan ini yaitu bahwa Allah
akan membuat mukjizat. Allah akan membuat hal itu menjadi sangat
mungkin. Segala kuasa dan kasih karuniaNya sekarang tersedia secara
melimpah bagi pohon ara ini.
94 | C A H A Y A I N J I L
Apakah hal itu berjalan sesuai dengan yang diharapkan, jika dikaitkan
dengan bangsa Israel? Tidak terlaksana! Ini adalah tragedi dalam hidup
ini. Sekalipun kuasa Allah tersedia sepenuhnya bagi setiap orang dari
kita sehingga kita tidak punya alasan untuk gagal, tragedi yang kita
lihat adalah bahwa umat Allah lebih sering memperlihatkan
kegagalannya. Malahan ada juga kasus di mana kegagalan itu
menghantam seluruh anggota gereja! Mengapa bisa begini? Apakah
kasih karunia Allah tidak cukup tersedia bagi Anda? Apakah kasih
karunia Allah tidak cukup tersedia untuk menyelamatkan? Masalahnya
bukan karena kasih karunia itu kurang mencukupi. Kita inilah yang
menjadi sumber masalahnya. Mengapa Anda dan saya tidak bergerak
maju mengejar segala yang dikehendaki oleh Allah bagi kita? Jika kita
gagal meraihnya, itu bukan karena kurangnya kasih karunia Allah bagi
kita, namun karena ketidak-taatan dan kekerasan hati kita ini. Allah
dapat menghasilkan hamba-hamba yang penuh kuasa dengan memakai
kita. Tidak ada alasan bagi Anda untuk hanya menjadi kerdil secara
rohani. Tidak ada alasan sama sekali! Karena kuasa penciptaan Allah
ada tersedia untuk mengubah setiap orang dari kita. Baiklah, Anda
mungkin sudah enam tahun menjadi orang Kristen, atau malah lebih,
dan keadaan Anda sama seperti pohon ara yang tidak berbuah ini.
Ijinkan saya berkata kepada Anda: Allah masih berkenan untuk
memberi Anda waktu setahun lagi. Ia masih berkeinginan untuk
membuat Anda menjadi hambaNya yang penuh kuasa, hamba yang
layak disebut sebagai hamba Allah.
- Keadaan tidak berbuah selalu berkaitan dengan sikap hati
kita terhadap Allah
Jika kita gagal meraih hal-hal itu, yang menjadi sumber masalah
sebenarnya adalah diri kita sendiri. Di situlah sumber masalahnya.
Pohon ara tidak memiliki kehendak atau kemampuan untuk
memutuskan. Jadi jika ada yang salah dalam perumpamaan ini, maka
persoalan itu terletak pada unsur-unsur pembentuk pohon ara itu, ada
yang salah dengan susunan unsur pembentuknya sehingga ia tidak
dapat berbuah. Jika kita mencari apa yang salah dengan diri kita, maka
persoalan itu terdapat pada kerohanian kita. Dan jika kerohanian kita
menyimpan kesalahan, maka hal itu pasti berkaitan dengan kehendak
atau sikap kita terhadap Allah.
95 | C A H A Y A I N J I L
Kita sudah melihat bahwa pohon ara ini hanya menyerap saja dan tidak
menghasilkan apa-apa. Ini memberitahu kita apa tepatnya persoalan
yang menimpa kebanyakan orang Kristen sekarang ini. Lihat saja
betapa banyak orang Kristen yang mau berdesak-desak menyerbu
tawaran ini dan itu. Mereka bersedia mengikuti pelatihan, masuk
sekolah Alkitab dan sebagainya. Mereka senang menyerap apa saja
yang bisa diserap, untuk menikmati sendiri segala kekayaan rohani
Allah di mana-mana, namun tidak ada buah yang dihasilkan oleh
mereka. Kapan akhir dari masa menerima itu tiba dan masa untuk
memberi dimulai? Inilah masalah yang menimpa pohon ara itu. Kita
seperti pohon ara itu yang hanya siap untuk menerima, menghabiskan
kekayaan rohani dengan percuma dari tahun ke tahun. Dan apa yang
mereka hasilkan? Mana buahnya?
- Menghasilkan buah melalui perubahan hidup dan
mengerjakan pekerjaan baik dari kasih
Buah adalah hal yang dikehendaki oleh Allah. Di Yohanes pasal 15, kita
melihat perumpamaan yang senada yang disampaikan dengan
memakai gambaran pokok anggur. Allah menanam pohon anggur
supaya dapat menghasilkan banyak buah. Disebutkan di Yohanes 15:8,
"Dalam hal inilah Bapa-ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah
banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-ku." Dengan
kata lain, hasil pemuridan diuji dengan keberadaan buah.
Apa yang dimaksud dengan berbuah? Berbuah memiliki dua makna
dalam Alkitab. Pertama, ia berarti terjadinya suatu perubahan kualitatif
di dalam hidup Anda. Jika Anda memperlihatkan buah Roh, seperti
yang tertulis di dalam Galatia 5:22-23, maka itu berarti bahwa
perubahan kualitatif telah terjadi di dalam hidup Anda. Itu adalah arti
pertama dari kata berbuah. Dan kedua, artinya adalah menghasilkan
perbuatan-perbuatan baik. Saya tidak ragu untuk memakai kata
"perbuatan baik" karena Paulus sendiri tidak takut memakai kata yang
berarti sama. Di Kolose 1:10 ia berkata, "Dan kamu memberi buah
dalam segala pekerjaan yang baik". Memberi buah dengan cara
bagaimana? Dalam segala pekerjaan/perbuatan yang baik. Jadi yang
pertama harus terjadi dulu, suatu perubahan kualitatif di dalam hidup
Anda harus terjadi dan urutan ini tidak mungkin terbalik. Ketika Anda
mendengarkan Injil dari minggu ke minggu, orang lain tentunya dapat
melihat adanya suatu perubahan di dalam kehidupan Anda. Ada suatu
96 | C A H A Y A I N J I L
perubahan dari yang jahat menjadi baik, dari yang egois menjadi
murah hati seperti yang kita lihat di dalam Roma 6:12-14. Dan
selanjutnya, Anda tidak dapat hanya sekadar berkata, "Aku sudah
mengalami perubahan kualitatif." Kehidupan Anda harus membuktikan
hal itu, terlihat dari buah-buah dalam bentuk perbuatan-perbuatan baik
dari kasih Anda.
- Masa kasih karunia ada batasnya
Perumpamaan ini juga memperingatkan kita bahwa waktunya sudah
hampir habis. Kapak sudah tersedia pada akar pohon Anda. Pada suatu
hari Anda mungkin akan tumbang, pada saat waktunya habis. Dan
jangan mengira bahwa penebangan itu menunggu nanti hari
Penghakiman. Waktu untuk Anda dapat saja habis sekarang ini juga,
seperti umat Israel yang sudah kehabisan waktu. Mereka tidak harus
menunggu sampai Hari Penghakiman. Saya sudah cukup sering melihat
orang Kristen yang ditebang karena menyia-nyiakan tanah tempat
mereka ditanam. Mereka menghambat pertumbuhan orang lain dan
Allah akan menangani mereka pada saat yang ditentukanNya. Ingatlah
selalu akan hal ini: masa kasih karunia itu ada batasnya. Kesabaran
Allah itu memang benar-benar sempurna, namun ada batasnya. Itu
adalah pengajaran yang alkitabiah, bukan pengajaran pribadi saya. Hal
yang sama ada di dalam Perjanjian Lama sebagai contoh, Amsal 6:15,
29:1; 2 Tawarikh 36:16 dan sebagainya. Jika seseorang sudah sering
ditegur, diingatkan dan diberi nasihat akan tetapi masih tidak mau
mendengarkan, ia akan dipotong dengan tiba-tiba, dan tidak ada lagi
pemulihan baginya. Jangan mengira bahwa Anda akan baik-baik saja
sampai pada hari Penghakiman nanti. Itu adalah suatu kesesatan.
Banyak orang yang akan tumbang sebelum hari penghakiman itu.
- Lebih berbahagia memberi dari pada menerima
Mari kita teliti tentang sikap yang selalu ingin mengambil. Kebanyakan
orang Kristen tampaknya memandang, sebagai contoh, gereja sebagai
tempat untuk menerima berkat rohani dan tidak memberikan apa-apa
bagi gereja. Dan seusai menerima, mereka segera pergi meninggalkan
gereja secepat kilat. Mereka sudah mendapatkan apa yang mereka
inginkan, apa lagi yang mereka kehendaki? Jadi mereka pergi begitu
saja. Tidak ada minat untuk melayani, untuk membagikan apa yang
sudah mereka terima. Saya ingin berhenti sejenak pada titik ini
97 | C A H A Y A I N J I L
sebelum kita melanjutkan pembahasannya. Ucapan Yesus ini dikutip
oleh rasul Paulus di Kisah 20:35 di mana Yesus mengatakan, "Adalah
lebih berbahagia memberi dari pada menerima". Masalah besar yang
menimpa pohon ara ini adalah bahwa ia tidak pernah mau mengerti
pernyataan ini. Ia tidak pernah mau mengubah sikapnya. Ia mengira
bahwa menerima itu lebih berbahagia ketimbang memberi sehingga ia
tidak pernah mau memberi. Ia hanya mau datang dan mengambil
sesukanya. Akan tetapi di Kisah 20:35, rasul Paulus mengutip ucapan
Yesus yang tidak tercatat di dalam Injil akan tetapi diketahui oleh
Paulus, "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." Mari
kita coba untuk menguraikan pemikiran ini sekarang dan
membandingkannya dengan apa yang ada di benak Anda, apakah
sejalan atau tidak, apakah itu merupakan pikiran saya atau bukan. Dan
saya dapat memastikan bahwa pernyataan ini tidak lagi sejalan dengan
apa yang dipikirkan oleh Gereja sekarang ini. Dan Gereja, saudara-
saudara, sedang berada di dalam masalah besar.
Perumpamaan ini ditujukan kepada Israel serta Israel yang baru, yaitu
gereja. Karena kita diberitahu di 1 Korintus 10:11 bahwa segala
peristiwa yang dialami oleh Israel yang lama, adalah satu peringatan
bagi gereja sekarang ini. Dan apa yang terjadi pada mereka dapat dan
akan terjadi pada kita juga. Lebih dari itu, rasul Paulus juga memberi
peringatan yang sama di dalam Roma 11:22. Ia berkata kepada kita,
orang-orang Kristen, bahwa, "Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah
dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah
jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam
kemurahan-Nya; jika tidak, kamupun akan dipotong juga." Sekarang
ini, gereja tidak mau mendengarkan peringatan tersebut. Mereka tidak
mau mendengarkan peringatan ini, sama seperti Israel tidak mau
mendengar hal itu. Umat Israel justru merasa terganggu oleh nabi-nabi
utusan Allah, seperti Yeremia misalnya. Sekarang ini, di zaman
sekarang, umat Kristen juga tidak mau mendengar peringatan yang
sama. Dan mereka yang menyampaikan peringatan kepada gereja
tentang ancaman akan ditebang oleh Allah selalu mendapat kecaman
dan serangan! Biar saja mereka melakukan hal itu. Saya ada di sini
untuk menyenangkan hati Allah, dan bukan manusia. Saya di sini
mengabarkan FirmanNya dan bukan firman manusia. Allah berkata
seperti ini, maka saya harus menyampaikannya seperti ini juga. Paulus
memperingatkan kita, "Israel dipotong olehNya, dan kamu pun akan
98 | C A H A Y A I N J I L
dipotong juga jika tidak berdiam di dalam kebaikanNya dan bertahan di
dalam iman."
Kita telah diajarkan mentalitas “hanya menerima” ini sejak lama. Saya
sendiri bertumbuh sebagai orang Kristen yang mempunyai mentalitas
bahwa setiap saat saya hanya perlu menerima tanpa perlu memberi,
saya selalu berkata, "Allah sangat memberkati saya!" Saya mendapati
mentalitas seperti ini sangat umum terdapat di kalangan orang Kristen.
Kita menganggap bahwa diri kita diberkati karena seseorang telah
memberi kita sesuatu secara gratis. Itulah berkat Allah bagi kita. Jadi
jika tiba-tiba, tanpa alasan yang jelas, Anda mendapat kenaikan gaji,
maka itu adalah berkat Allah. Jika seseorang memberi Anda jaket yang
bagus, atau baju yang bagus, maka itulah berkat Allah. Itu memang
berkat dari Allah. Tidak ada orang yang menyangkalnya. Namun jika
kita berhenti sampai di sini saja, maka kita sedang menuju ke arah
bencana karena kita sedang membangun suatu mentalitas yang
menganggap bahwa berkat Allah itu hanya terjadi jika kita menerima
sesuatu. Sedangkan jika kita memberi sesuatu maka itu bukanlah
berkat Allah.
Jika kita memahami pengajaran Yesus, yang berlaku justru sebaliknya.
Orang yang memberi Anda jaket, uang untuk mencukupi kebutuhan
atau apapun juga, justru lebih diberkati atau lebih berbahagia
ketimbang Anda. Adalah lebih berbahagia memberi dari pada
menerima. Orang-orang itu menerima berkat lebih dari Allah ketimbang
Anda. Kita sangat memerlukan suatu perubahan cara berpikir! Jadi
selanjutnya jika Anda menerima sesuatu dari orang lain, bersyukurlah
kepada Allah akan hal itu, namun ingatlah: orang yang memberi Anda
lebih diberkati atau berbahagia ketimbang Anda. Orang itu lebih
berbahagia. Jadi, menerima memang berbahagia akan tetapi memberi
jauh lebih berbahagia. Adalah lebih berbahagia memberi dari pada
menerima, demikian kata Yesus. Ini adalah suatu mentalitas yang
sangat bertentangan dengan cara berpikir alami kita. Dan cara berpikir
yang baru ini tidak pernah mau dipelajari oleh pohon ara tersebut.
Biasanya dianggap lebih berbahagia jika kita bergelimang kekayaan,
mengambil dan mendapatkan segalanya serta tidak pernah memberi.
Dan sangat banyak orang Kristen yang berpikir seperti itu sekarang ini.
Pada saat Anda memasukkan uang ke dalam kotak persembahan,
mungkin Anda berpikir, "Wah, saya tidak akan bertemu dengan uang
99 | C A H A Y A I N J I L
itu lagi." Namun jika Anda pergi ke toko dan membelanjakan uang
Anda, Anda menerima sesuatu sebagai balasannya. Mungkin sepasang
kaus kaki atau sehelai salendang, atau apapun juga itu. Anda
mendapat sesuatu untuk uang yang Anda berikan. Jika Anda menaruh
uang itu di kotak persembahan, Anda tidak menerima apa-apa sebagai
balasannya. Tidak sedikitpun! Dan jika Anda memberikan uang kepada
saudara seiman yang membutuhkan, balasan apa yang Anda dapat?
Tidak ada! Jadi kita mulai berpikir, "Lebih berbahagia menerima dari
pada memberi." Ini adalah suatu kesalahan yang besar! Marilah kita
belajar untuk mengubah cara berpikir kita. Biarlah Allah mengubah hati
dan pikiran kita. Jika tidak maka nasib kita akan berakhir sama dengan
pohon ara itu.
Memberi itu Menyenangkan Hati Allah
Mengapa memberi itu lebih berbahagia dari pada menerima? Lebih
berbahagia berarti bahwa Allah lebih memberkati Anda. Itulah
maksudnya. Lebih berbahagia karena Allah akan memberkati Anda
lebih lagi. Jika Anda memperoleh suatu pemberian, maka itu adalah
berkat. Namun itu saja yang menjadi berkat bagi Anda. Orang yang
memberi Anda akan menerima berkatnya dari Allah. Ketika Anda
menerima, katakanlah, jaket, maka Anda sedang menerima berkat
jasmani. Orang yang memberi Anda jaket kehilangan jaket itu, namun
ia mendapatkan berkat rohani. Dapatkah Anda memahami makna dari
peristiwa itu? Lebih berbahagia memberi dari pada menerima karena
hal itu lebih menyenangkan hati Allah. Ini adalah poin yang pertama.
Memberi adalah Suatu Ungkapan Iman dan Kasih
Memberi lebih menyenangkan hati Allah karena perbuatan itu
merupakan ungkapan dari iman dan kasih. Mengapa iman disebutkan
di depan? Ia merupakan ungkapan iman karena orang yang memberi
kepada Tuhan tidak mencari keuntungan materi. Anda harus memiliki
iman untuk dapat melakukan itu. Orang yang menaruh uang, misalnya,
di kotak persembahan demi kasihnya kepada Allah dan bukan sekadar
demi memenuhi rasa tanggungjawab saja, berarti sedang memberi
dengan dilandasi oleh iman. Jika ia tidak memiliki iman, maka ia tidak
akan menaruh uang tersebut di sana. Ia menaruh uang di sana karena
ia mengharapkan berkat rohani, dan bukannya berkat jasmani. Ia tahu
bahwa ia tidak akan memperoleh keuntungan materi dari uang
100 | C A H A Y A I N J I L
persembahannya itu. Saya bersyukur kepada Allah atas orang-orang
itu. Saya mengenali iman orang-orang ini dari kenyataan bahwa
mereka tidak mencari balasan dari manusia.
Anda tentu ingat perkara-perkara ajaib yang dilakukan oleh Allah
ketika kita masih beribadah di tempat yang lama. Pada suatu ketika,
seseorang memberikan amplop berisi 300 dolar tanpa meninggalkan
identitas apapun selain nama gereja di amplop itu. Uang pemberian itu
di taruh di pintu. Selanjutnya, datang lagi amplop dengan isi 400 dolar.
Kami masih tidak tahu siapa yang memberikan uang itu. Namun, mash
datang lagi satu amplop dengan isi 700 dolar. Siapa orang ini yang
telah memberikan uang dengan jumlah keseluruhan 1400 dolar, dan
tidak ingin dikenali identitasnya? Saya tidak tahu siapa dia. Mengapa ia
melakukan hal ini? Dengan memberi tanpa meninggalkan identitas,
orang ini bahkan tidak mendapatkan ucapan terima kasih karena kami
tidak tahu siapa dia. Namun orang seperti ini mengungkapkan
kenyataan tentang imannya di dalam Tuhan karena dia mencari
balasan dari Allah. Itulah iman. Ia tidak mencari balasan dari manusia.
Tidak ada orang yang tanpa iman yang dapat melakukan hal ini.
Ingatkah Anda pada waktu yang lain, ketika kita sedang mengadakan
Pendalaman Alkitab dan ada orang yang menggedor pintu? Saya pergi
membuka pintu dan menatap ke arah jalanan, namun tidak terlihat
satu pun orang di sana. Tidak ada orang di sana. Namun di luar saya
melihat tape recorder, benda yang akhirnya kita pakai untuk merekam
khotbah-khotbah sampai sekarang. Barang ini diberikan sebagai
hadiah. Alat ini berharga sekitar 200 sampai 300 dolar. Siapa yang
melakukan hal ini? Kita tidak tahu. Namun orang yang memberikan
peralatan ini membuka jalan bagi perekaman khotbah tentang Firman
Allah sehingga semakin banyak orang bisa ikut diberkati. Namun ia
tidak mengharapkan pengakuan dan penghargaan. Kami tidak tahu
siapa orang ini sampai sekarang.
Itulah ungkapan dari iman. Mereka mengharapkan balasan dari Allah.
Mereka tidak mengharapkan balasan apapun dari manusia. Dan ini juga
merupakan ungkapan dari kasih karena, orang yang memberikan tape
recorder itu misalnya, merasa berkepentingan untuk membantu
penyebarluasan Firman Allah. Apa yang ia dapatkan dari tindakan itu?
Tidak ada. Namun ia sudah mengungkapkan kasih dan kepeduliannya
sehingga banyak orang dapat ikut mendengarkan Firman Allah yang
101 | C A H A Y A I N J I L
memberi hidup. Itulah kasih. Kasih tidak mengejar pujian dan
penghargaan dari manusia, ia tidak mengejar balasan dari manusia.
Itulah ungkapan dari iman dan kasih. Orang yang hanya ingin
menerima tanpa mau memberi, berarti tidak memiliki iman dan kasih.
Dan itulah keadaan dari pohon ara dalam perumpamaan ini. Ia
menyerap nutrisi. Dan ia tidak memberi apa-apa. Ia tidak memiliki
iman dan kasih. Akan tetapi orang yang memberi, dan memandang
bahwa lebih berbahagia memberi dari pada menerima, membuktikan
iman dan kasihnya. Itu sebabnya, pengajaran yang alkitabiah adalah,
keselamatan itu oleh iman yang bekerja melalui kasih. Seluruh isi
doktrin keselamatan dirangkum dalam perumpamaan ini.
Perumpamaan Allah, pengajaran Yesus, memang sangat indah!
Kesimpulan
Saya akan menutup pembahasan pada titik ini. Saya harap agar Anda
sekalian menguji cara berpikir masing-masing. Bagaimana perasaan
kita terhadap pengajaran dari Yesus bahwa: Adalah lebih berbahagia
memberi dari pada menerima? Saya bersyukur kepada Allah atas diri
Anda sekalian, karena saya tahu bahwa Anda memiliki iman dan kasih
dan saya mengetahui itu dari cara Anda memberi. Saya mungkin tidak
tahu siapa yang telah memberi dan apa saja pemberiannya, dan saya
tidak bermaksud untuk menyelidikinya. Bendahara gereja yang
menangani hal itu. Bukan saya. Namun saya mengetahui dari laporan
yang saya lihat yang menunjukkan bahwa banyak orang telah memberi
dan pemberian itu merupakan tindakan pengorbanan. Dan saya
bersyukur kepada Allah atas mereka karena itu semua mengungkapkan
iman dan kasih mereka. Mereka tidak mengejar keuntungan materi.
Mereka mengharapkan balasan dari Allah. Mereka seperti Abraham
yang tidak mencari kota duniawi melainkankota yang mempunyai
dasar (Ibrani 11:10), yang kekal selamanya, yaitu Yerusalem Baru.
Mereka mengharapkan kerajaan Allah. Akan tetapi, saya juga
mendapati bahwa ada banyak dari Anda yang masih perlu belajar
tentang iman dan kasih ini. Kita harus belajar untuk mencurahkan diri
kita, bukan hanya dalam hal materi namun juga dalam hal waktu,
tenaga dan kepedulian kita. Kita harus lebih memikirkan tentang
keperluan orang lain ketimbang kita sendiri. Ini adalah hal yang sangat
mendasar. Saya berdoa kepada Allah supaya kita boleh diubah menjadi
seperti itu, semoga Allah dapat memperoleh buah di dalam kehidupan
kita dan menjadi senang akan hidup kita.
102 | C A H A Y A I N J I L
Kembali kepada pohon ara itu, siapa yang akan memakan buahnya?
Apakah pohon itu sendiri? Tidak, pohon ara itu tidak memakan
buahnya sendiri. Buah itu diberikannya kepada yang lain. Ia tidak
mendapatkan keuntungan. Dan memang, ia diberi segala kelimpahan
gizi agar dapat menghasilkan buah yang dapat memberi sukacita bagi
yang lain, menjadi sumber gizi bagi orang-orang, dan dengan begitu
memuliakan nama Allah karena orang-orang memuliakan nama Allah
atas buahnya yang enak. Kadang kala, ketika saya mendapati bahwa
buah yang sedang saya makan itu sangat enak, hati saya dipenuhi oleh
rasa syukur kepada Allah. Saya berkata, "Ya Tuhan, bagaimana caraMu
menciptakan buah yang sangat enak ini?" Selama musim panas, ada
banyak buah persik. Sangat menyegarkan. Buah-buah itu sangat enak
rasanya. Dan akan mendorong Anda untuk memuji Allah. Saya sering
berkata, "Tuhan, tidak ada juru masak di dunia ini yang dapat
menandingi rasa buah-buah ini. Penciptaan dan rancanganMu yang
kami nikmati dan menjadi sumber gizi kami sangat luar biasa." Kita
dapat saja memakan makanan yang tidak enak namun bergizi. Akan
tetapi Allah dengan kasihNya yang besar tidak sekadar memberi kita
sumber gizi, Ia bahkan memberikannya dengan rasa yang sangat enak.
Sungguh luar biasa! Jadi begitu pula halnya dengan kita, jika kita
menghasilkan buah, maka kita harus menghasilkan buah dengan
aroma yang memikat, rasa yang lezat dan tampilan yang menawan.
Coba perhatikan buah persik. Warnanya sangat indah, bentuknya,
aromanya, dan rasanya, semua sangat luar biasa. Apa lagi yang Anda
inginkan? Segala hasil pekerjaan Allah sangat luar biasa. Beberapa
orang Kristen baru sekadar mampu menghasilkan "buah". Mungkin
masih belum terlalu enak, namun jika Anda memakannya, setidaknya
Anda masih dapat mempertahankan hidup. Ini membuat saya berpikir
tentang cara untuk menyampaikan khotbah. Lihatlah buah-buahan
yang diciptakan Allah dengan tampilan yang indah dan rasa yang
sangat lezat! Semoga Allah berkenan mendandani kita supaya semakin
banyak orang dapat diberkati, dan hati kita boleh bersukacita, dan
yang terutama, nama Allah dimuliakan.
Saya sangat mengharapkan agar Anda dapat menjiwai Kisah 20:35
karena ayat itulah kunci pemahaman dari perumpamaan kita hari
ini. Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima. Kita
memang tidak dapat menguasai ayat ini dalam waktu singkat namun
semoga Allah berkenan mengubah kita sehingga kita dapat menguasai
103 | C A H A Y A I N J I L
pelajaran yang indah ini. Dengan begitu, kita akan menjadi saluran
kasih karunia Allah di dunia ini.
Lalu akan datang harinya ketika orang-orang berkata, "Saya bersyukur
kepada Allah karena bertemu Anda hari ini. Pertemuan dan perkenalan
ini merupakan berkat bagi saya, karena melalui Anda saya dapat
menikmati buah kemurahan dari Allah. Melalui Anda, saya dapat
memperoleh buah kehidupan. Anda adalah pohon kehidupan bagi saya,
yang memberi saya makan ketika saya lapar. Ketika saya sekarat
kelaparan, Anda memberi saya makanan yang menguatkan."
Dan Anda akan berkata, "Saya bukan apa-apa. Segala yang ada pada
saya terjadi oleh karena kasih karunia Allah. Segala milik saya
diberikan oleh Allah. Saya menerima sesuatu, dan saya akan
menyalurkannya kepada Anda sebagai buah karena kasih karunia
Allah."
Semoga seluruh gereja ini menjadi kebun anggur Allah, yang ditanami
pohon-pohon ara dengan buahnya yang lebat dan lezat.
Perumpamaan tentang Tamu-tamu
Lukas 14:7-14 - Khotbah oleh Pastor Eric Chang
Khotbah
Menjadi layak untuk masuk ke dalam kerajaan Allah adalah hal yang
paling penting dalam keselamatan. Yang menjadi pertanyaan adalah,
apakah diri Anda sudah layak untuk masuk ke dalam kerajaan Allah?
Dan jika tidak, bagaimana cara Allah membuat kita menjadi layak bagi
kerajaan-Nya?
Mari kita baca bersama Lukas 14:7-14. Latar belakang dari ayat-ayat
ini adalah undangan Yesus untuk ke pesta makan oleh seorang Farisi.
Orang-orang Farisi pada dasarnya tidak terlalu dekat dengan Yesus,
104 | C A H A Y A I N J I L
seperti yang disebutkan di Lukas 14:1, semua yang hadir mengamat-
amati dia dengan saksama. Dan tampaknya tujuan dari undangan ini
adalah untuk dapat menyelidiki Yesus dengan lebih dekat. Kadang-
kadang kita diundang ke suatu acara jamuan makan tidak dengan niat
yang tulus. Bukan karena orang itu sangat menghargai kita sehingga
mau mengeluarkan biaya untuk mengajak kita makan-makan. Akan
tetapi bisa saja karena mereka ingin menempatkan kita di bawah kaca
pembesar, untuk mendapat kesempatan agar dapat secara langsung
meneliti diri kita. Dan hal inilah yang sedang berlangsung di dalam
undangan jamuan makan ini. Yesus diundang makan oleh orang yang
tidak akrab dengannya. Orang ini tergolong dalam kelompok yang
menentangnya, yaitu orang Farisi. Di awal perjamuan, Yesus
melakukan suatu hal yang tidak menyenangkan hati mereka. Ia
menyembuhkan seseorang yang menderita busung air. Dan di tengah
acara perjamuan itu, Yesus menceritakan sebuah perumpamaan.
Perumpamaan itu tercatat di dalam ayat 7-14:
Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-
tempat kehormatan, ia mengatakan perumpamaan ini (perumpamaan
yang jelas-jelas sangat menyinggung perasaan mereka yang sudah
mengambil posisi di tempat kehormatan) kepada mereka: "Kalau
seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan(setidaknya Yesus
tidak langsung menunjuk acara yang sedang berlangsung, namun
sebuah pesta perkawinan), janganlah duduk di tempat kehormatan,
sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih
terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau
dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini
kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di
tempat yang paling rendah (hanya tempat itu yang tersisa karena
tempat-tempat yang lebih baik sudah diambil oleh orang lain pada saat
sebelumnya). Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di
tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan
berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan
demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu
yang lain. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan
dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan (saya perlu
menegaskan secara khusus bahwa bentuk ungkapan pasif yang
digunakan oleh Yesus di sini, 'ditinggikan' atau 'direndahkan', adalah
bentuk yang disebut 'kepasifan ilahi' [divine passive]. Yesus ingin
105 | C A H A Y A I N J I L
menyatakan kepada kita bahwa Allah akan merendahkan Anda jika
Anda meninggikan diri dan Ia akan meninggikan Anda jika Anda
merendahkan diri)."
Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang dia (Yesus
juga berkata-kata kepada orang Farisi yang mengundangnya itu):
"Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam,
janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-
saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang
kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau
pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. Tetapi apabila
engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin,
orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan
engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa
untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat
balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar."
(Yesus mengatakan, "Jangan menyibukkan diri dengan mengundang
orang-orang Farisi, atau kawan-kawan, atau kerabatmu yang biasanya
kau undang. Aku tidak melihat ada orang miskin di sini. Lain kali,
undanglah orang-orang miskin." Dengan berbicara seperti itu, maka
Yesus sudah memastikan bahwa orang tersebut tidak akan mau
mengundangnya lagi kelak.)
Suatu Teguran atau Nasihat?
Apa yang sedang diajarkan oleh Yesus di sini? Anda dapat berkata
bahwa ini bukan contoh diplomasi yang baik, bukan cara yang baik
untuk berteman atau mempengaruhi orang. Paling tidak, ini bukanlah
cara yang baik untuk berteman sekali pun cara ini dapat
'mempengaruhi' orang lain, yaitu, membuat orang itu memusuhi Anda.
Tampaknya, kali ini, orang-orang yang sibuk berebut kursi kehormatan
mendapat suatu teguran keras. Dan tuan rumah sendiri juga ditegur.
Jadi, apa sebenarnya hal yang ingin disampaikan oleh Yesus? Apakah
ini sekadar suatu ajaran umum tentang menjadi rendah hati dan baik
budi? Memang sangat baik jika kita menjadi rendah hati dan baik budi,
namun apakah itu merupakan hal yang ingin disampaikan oleh Yesus?
Apakah inti dari pengajaran Yesus di sini?
106 | C A H A Y A I N J I L
Perhatikan bahwa Yesus tidak sedang berbicara kepada murid-
muridnya. Ia tidak sedang berbicara kepada orang Kristen. Perintah
untuk merendah dan bermurah hati mungkin saja ditujukan kepada
murid-muridnya karena mereka sudah diselamatkan, atau sedang
dalam proses diselamatkan. Dan Yesus sedang memberitahu mereka
bagaimana caranya menjadi murid dan orang Kristen yang lebih baik.
Namun, di sini Yesus sedang berbicara kepada orang Farisi. Saat Yesus
berbicara kepada orang Farisi yang memerlukan keselamatan, maka
Yesus tidak akan hanya sekadar memberi mereka ajaran moral tentang
bagaimana menjadi orang yang lebih baik. Yesus tidak akan
mendorong mereka untuk melakukan lebih banyak perbuatan baik,
seperti mengundang orang yang miskin dan cacat supaya mereka
mendapatkan upah di hari kebangkitan. Jika Yesus sedang berbicara
dengan orang Farisi, maka hal yang dia bicarakan tentunya
menyangkut masalah keselamatan, bagaimana caranya agar menjadi
pantas bagi kerajaan Allah, bagaimana agar bisa masuk ke dalam
kerajaan Allah, bagaimana agar dapat diselamatkan. Orang-orang
Farisi tidak membutuhkan nasihat tentang moral. Mereka butuh
sesuatu yang jauh melebihi nasihat moral, lebih dari sekadar diajari
tentang cara untuk merendah atau menjadi sedikit lebih baik. Tentunya
Yesus sedang mengatakan kepada orang-orang Farisi itu, "Beginilah
caranya supaya engkau bisa layak untuk masuk ke dalam kerajaan
Allah. Inilah cara untuk diselamatkan." Bukankah pernyataan seperti
itu yang seharusnya kita lihat dari ayat-ayat tersebut?
Namun jika Anda membaca buku-buku ulasan tentang hal ini, para
pengulas tampaknya kesulitan dalam memahami bagian ini, dan
mereka mengira bahwa Yesus mungkin memang sekadar memberikan
nasihat moral kepada orang-orang itu. Padahal yang mereka butuhkan
adalah keselamatan. Dan Yesus sebagai Juruselamat yang agung
menunjukkan keprihatinannya akan masalah ini dengan menyatakan
kepada mereka jalan menuju hidup yang kekal karena kasihnya kepada
mereka - musuh-musuhnya, dan bukannya sekadar mengecam
mereka. Jika kita memandang bahwa Yesus sedang menyatakan
keselamatan atau jalan menuju hidup kekal kepada mereka, maka kita
sudah berada di pemahaman yang benar. Memang hal inilah yang
sedang dilakukan oleh Yesus. Jika kita tidak memahami ini, maka kita
akan kehilangan poin yang penting ini. Anda akan terkejut saat
mendapati betapa sedikitnya pembahasan pada bagian ini oleh
107 | C A H A Y A I N J I L
kebanyakan pengulas karena mereka mengira bahwa ayat-ayat itu
hanya berbicara tentang masalah moral. Ini adalah suatu kegagalan
yang besar dalam memahami pengajaran Yesus, jika boleh dikatakan
demikian.
Kita harus memahami apa latar belakang, landasan, dari pengajaran
Yesus. Ada urut-urutan perkembangan pemikiran yang harus diketahui.
Persoalan besar kita adalah pemahaman yang sangat kurang di dalam
hal ajaran tentang keselamatan. Kita mengira sudah mengerti padahal
sebenarnya belum sama sekali. Itulah persoalannya. Kita ini seperti
orang-orang Farisi itu. Kita merasa tahu apa itu keselamatan. Mereka
juga merasa tahu akan hal itu. Mereka merasa tidak perlu diajari lagi
tentang keselamatan, padahal mereka sedang menjauh dari
keselamatan. Sebenarnya mereka sangat membutuhkan pemahaman
yang benar akan keselamatan sama seperti orang-orang Kristen
sekarang ini membutuhkan pemahaman tersebut. Karena mereka
ternyata masih belum mengerti arti keselamatan sebagaimana yang
dimaksudkan oleh Yesus, dan juga oleh Paulus.
Tiga prinsip fundamental: Pembenaran, Pengudusan,
Penghakiman
Dalam rangka memahami apa yang saya maksudkan, mari saya
tunjukkan hal itu di dalam pengajaran Yesus di sini, ada beberapa
prinsip fundamental yang berkaitan dengan keselamatan. Prinsip yang
pertama adalah bahwa kita diampuni oleh karena kasih karunia Allah.
Yang kedua berkaitan dengan fakta bahwa, saat kita diampuni oleh
kasih karunia Allah, harus ada kelanjutan dalam bentuk perubahan
perilaku sepenuhnya. Ini bukan suatu pilihan; ini adalah hal yang harus
terjadi. Ada hubungan langsung antara pengampunan yang Anda
terima dari Allah, dan perubahan perilaku sebagai akibat dari
pengampunan itu.
Prinsip yang pertama disebut sebagai 'pembenaran', dan yang kedua
adalah 'pengudusan', istilah yang jamak di lingkungan teologi. Akan
tetapi saya tidak ingin berhenti pada kedua istilah itu, karena Anda
mungkin saja tidak memahami apa artinya. 'Pembenaran' adalah kasih
karunia Allah di dalam mengampuni Anda. 'Pengudusan', sesuai dengan
ajaran Alkitab, adalah bentuk perilaku, yaitu perilaku yang menjadi
hasil dari pengampunan, yang menunjukkan bahwa pengampunan dari
108 | C A H A Y A I N J I L
Allah memang sudah terjadi pada diri Anda. Bagaimana kita dapat
mengetahui bahwa kasih karunia Allah sudah bekerja di dalam diri
Anda? Hal ini dapat diketahui dengan mengamati perubahan perilaku
Anda.
Anda dapat menyebutkan prinsip yang pertama sebagai kasih karunia
(atau hadiah/free gift) keselamatan dari Allah buat Anda, seperti obat
gratis. Ia memberi Anda obat. Dan obat itu tersedia bagi setiap orang
dengan cuma-cuma. Anggaplah saat ini sedang berjangkit suatu wabah
penyakit yang mematikan dan Allah berkata, "Ini karunia dari-Ku untuk
kalian, obat yang akan menyembuhkan penyakit yang sedang
mewabah. Setiap orang yang minum obat ini akan disembuhkan."
Sungguh luar biasa! Akan tetapi kasih karunia itu tidak akan
menghasilkan apa-apa sebelum Anda menelan obatnya. Kasih karunia
tidak akan menghasilkan apa-apa bagi Anda sebelum ia masuk di
dalam kehidupan Anda. Bagaimana cara obat bekerja? Obat itu masuk
ke dalam pembuluh darah Anda. Ia akan sampai ke sumber penyakit
dan menyerangnya, jika obat itu sudah Anda telan tentunya. Obat itu
akan mulai menunjukkan hasilnya. Mungkin ia akan mempengaruhi
keseimbangan hormon atau susunan biokimia di dalam tubuh Anda.
Jika obat ini sudah Anda telan, maka ia akan mulai menunjukkan
hasilnya. Hanya sekadar menerima obat itu dan mengantonginya, tidak
akan menghasilkan apa-apa bagi Anda. Apakah Anda menerimanya?
Ya, Anda sudah menerimanya. Ia sudah di dalam genggaman Anda.
Lalu Anda memasukkannya ke dalam kantong. Ia masih belum
melakukan apa-apa bagi Anda. Dengan berkata bahwa Anda sudah
menerima karunia dari Allah tidak akan ada artinya jika Anda hanya
memasukkan karunia itu ke dalam kantong atau Anda taruh di lemari.
Apakah Anda sudah menerimanya? Ya Anda sudah menerimanya. Di
mana Anda meletakkannya? Di lemari! Banyak orang yang menerima
karunia dari Allah dengan cara seperti itu.
Jika Anda menanyakan, "Apakah engkau sudah menerima kasih
karunia Allah?"
"Ya, saya sudah menerimanya!"
"Apakah Anda sudah dibaptis?"
109 | C A H A Y A I N J I L
"Oh, ya! Saya sudah dibaptis! Dan saya bisa menyebutkan hari,
tanggal, letak gereja serta nama pendeta yang membaptiskan saya!"
Tidak bagus. Pertanyaan yang seharusnya bukan apakah Anda sudah
menerima kasih karunia dengan prosedur tertentu melainkan apakah
Anda sudah memasukkan kasih karunia itu ke dalam hidup Anda
sehingga kasih karunia itu mulai menunjukkan hasilnya, kasih karunia
itu semestinya menunjukkan hasil kerjanya di dalam diri Anda. Inilah
hubungan antara 'pembenaran' dan 'pengudusan', hal yang sangat
sedikit dipahami dan diyakini oleh jemaat zaman sekarang. Kita merasa
sudah diselamatkan karena sudah menerima kasih karunia Allah.
Kepastian dari hal itu bergantung pada apa yang Anda lakukan
terhadap kasih karunia tersebut, apakah selanjutnya Anda
memasukkan kasih karunia itu ke dalam hidup Anda dan
membiarkannya mengubah hidup Anda. Apa bukti dari perubahan itu?
Buktinya adalah berubahnya perilaku. Perilaku Anda menjadi berbeda.
Hal itulah yang disampaikan oleh Yesus ketika ia menceritakan tentang
hamba yang tidak mengampuni di Matius 18:21-35. Hamba yang tidak
mau mengampuni itu sudah menerima karunia pengampunan. Ia
menerima pengampunan yang sepenuhnya. Akan tetapi karunia itu
tidak dimasukkan ke dalam hidupnya. Karunia itu tidak mengubah
hidupnya. Kasih Allah tidak menembus hatinya dan tidak
mendorongnya untuk berkata, "Ya Tuhan! Betapa besar kasih-Mu yang
mau mengampuni orang yang begitu tidak layak untuk diampuni ini."
Semakin ia merenungkan hal ini, semakin kasih Allah akan mulai
bekerja di dalam hidupnya dan mengubah kelakuannya. Itu sebabnya,
ketika ada orang yang datang dan berkata, "Maaf, saya belum bisa
melunasi hutang saya kepadamu," semestinya ia mampu menanggapi
dengan berkata, "Tidak masalah, aku sendiri baru saja mendapatkan
pembebasan hutang yang jauh lebih besar darimu. Lupakan saja soal
hutang itu!" Nah, jika tanggapannya seperti itu, maka Anda sudah
melihat hasil dari karunia pengampunan dari Allah di dalam hidup
Anda, hal yang ingin dilihat oleh Yesus. Karunia itu mengubah
hidupnya. Mengubah hati dan pikirannya. Akan tetapi hal itu tidak
terjadi di dalam kehidupan hamba ini. Ia sudah menerima karunia yang
cuma-cuma itu, bukankah demikian? Ya, akan tetapi tidak ada
hasilnya. Ia menolak untuk mengampuni orang lain. Ketika orang lain
datang kepadanya dan berkata, "Maafkan saya," ia malah berkata,
"Tidak! Kamu harus masuk penjara sampai hutangmu lunas!"
110 | C A H A Y A I N J I L
Sudahkah hamba ini menerima karunia pengampunan dari Allah?
Jawabannya adalah ya dan tidak. Ya, dalam arti bahwa hamba ini
sudah diampuni. Tidak, dalam arti bahwa - seperti kasus obat yang
tidak ditelan - karunia itu dimasukkannya ke dalam kantong saja.
Karunia itu tidak dimasukkan ke dalam hidupnya. Hatinya tidak diubah.
Cara berpikirnya juga tidak diubah. Tidak ada yang berubah dari
hidupnya. Ia masih tetap egois dan pendendam seperti sebelumnya,
hal yang terlihat dari perilakunya yang sangat keterlaluan dalam
menangani hutang temannya.
Lalu apa akibatnya? Apakah ia diampuni? Tidak. Sekarang kita sampai
pada prinsip fundamental yang ketiga: penghakiman. Karena ia tidak
mau mengampuni, maka pengampunan yang sudah diterimanya ditarik
kembali. Inilah penghakiman Allah terhadapnya. Pesan ini tampaknya
sudah tidak diterima lagi oleh kebanyakan orang Kristen di zaman ini.
Tampaknya mereka tidak tahu ada pesan seperti ini! Mereka masih
berpikir, "Aku dapat diselamatkan cukup dengan pembenaran saja. Dan
tidak peduli seperti apa kelakuanku nantinya, aku akan tetap
dibenarkan. Sekalipun aku menghalangi kasih karunia Allah dan tidak
membiarkan kasih karunia Allah masuk untuk mengubah hidupku,
sekalipun aku tidak dikuduskan, aku akan tetap diampuni." Anda tidak
dapat lebih keliru daripada itu. Saya mohon Anda mau memahami
masalah ini dengan jelas. Dengan berpikir seperti itu, maka itu berarti
bahwa Anda sudah gagal memahami ajaran Yesus tentang keselamatan
dan tentang bagaimana supaya kita layak masuk ke dalam kerajaan
Allah.
Apakah kita Mengambil Kursi Terendah & Mengundang orang-
orang Miskin secara harfiah?
Lalu apa yang sedang diajarkan oleh Yesus di dalam ayat-ayat ini?
Apakah Anda akan menganggap bahwa Yesus memang mau berkata,
"Lain kali kalau ada orang yang mengundangmu dalam pesta
pernikahan, carilah tempat duduk yang paling rendah," dengan
pengertian yang literal? Mengapa orang-orang itu harus menurutinya?
Orang-orang Farisi itu semestinya berpikir, "Mengapa saya harus
memilih tempat duduk yang paling rendah? Mengapa? Sebagai orang
Farisi, orang penting di tengah masyarakat, saya harus duduk di
tempat yang sesuai dengan posisi saya. Saya tidak boleh duduk di
tempat yang rendah. Akan tetapi, bagaimana jika itu saya lakukan?"
111 | C A H A Y A I N J I L
Anggaplah bahwa orang itu benar-benar melakukannya, lalu
bagaimana? Apakah itu berarti bahwa ia sudah berbuat baik?
Dan apa gunanya pengajaran ini bagi kita jika kita tidak mengerti apa
yang disampaikan oleh Yesus? Apa gunanya ajaran seperti itu?
Tampaknya sangat tidak bermanfaat sejauh menyangkut kepentingan
kita, bukankah begitu? Tentu saja! Anda tentu pernah diundang dalam
pesta pernikahan. Pada pesta pernikahan orang Tionghoa, orang-orang
duduk mengitari meja bundar. Berilah saya petunjuk bagaimana
menentukan kursi yaang paling rendah di sini. Mana kursi yang paling
rendah? Mana yang paling tinggi? Pada meja yang bundar, sangat sulit
untuk menentukan mana yang paling rendah dan yang paling tinggi.
Lalu bagaimana kita akan menjalankan ajaran ini? Dan juga, pada
kebanyakan pesta pernikahan sekarang ini, para tamu mengambil
tempat duduk sesuai dengan nama yang tertulis di kartu di atas meja.
Anda tidak dapat berkata, "Aku akan mengambil kartu untukku dan
memindahkannya ke meja lain." Semua meja dan kursi untuk tamu
sama saja. Saya tidak tahu bagaimana menentukan kursi yang paling
rendah dan yang paling tinggi. Pengajaran ini tampaknya tidak berguna
bagi saya. Tidak ada yang dapat saya lakukan berkaitan dengan itu.
Dan, satu hal lagi, berapa kali dalam hidup Anda, Anda akan mendapat
undangan pesta perkawinan? Lima kali? Enam kali? Dengan kata lain,
mungkin hanya lima atau enam kali dalam hidup ini Anda dapat
menjalankan ajaran dari Yesus tentang hal ini. Apakah itu berarti
bahwa pengajaran tentang hal ini hanya dapat dijalankan selama
sekitar dua jam dalam satu malam itu, dan hanya terjadi sebanyak
lima atau enam kali di dalam hidup Anda? Semakin Anda
memikirkannya, semakin tidak berguna tampaknya ajaran yang satu
ini. Tidak banyak yang bisa dilakukan berkaitan dengan ajaran yang ini.
Sekalipun saya ingin menjalankannya di dalam setiap kesempatan yang
tersedia, saya tetap tidak bisa menjalankannya karena tidak tahu
bagaimana mencari kursi yang paling rendah.
Mari kita periksa bagian selanjutnya yang menyangkut urusan
mengundang orang-orang miskin. Di Kanada, bagaimana Anda dapat
menjalankan ajaran ini? Anggaplah kita sedang mencari orang-orang
cacat dan miskin untuk mengundangnya makan di gereja. Seorang
buta dapat saja memiliki kekayaan yang lebih besar daripada saya. Dan
jika orang itu mengalami kebutaan akibat kecelakaan, ia mungkin akan
memperoleh 100.000 dolar uang kompensasi, dan itu akan
112 | C A H A Y A I N J I L
membuatnya jauh lebih kaya ketimbang sebagian besar dari kita.
Bagaimana Anda akan menjalankan ajaran ini di Kanada? Jadi mungkin
Anda akan menatap ayat-ayat itu dan berkata, "Tidak ada gunanya.
Lebih baik kita menjalankan ayat-ayat yang lainnya. Pengajaran Yesus
di dalam ayat-ayat ini tidak relevan. Mungkin cocok pada zaman itu,
atau mungkin juga cocok untuk belahan bumi yang lain. Jika Anda
pergi ke India, mungkin Anda dapat menerapkannya. Di India mungkin
Anda dapat menemukan banyak orang buta yang miskin, jadi Anda bisa
mendapatkan cukup banyak pengemis untuk diundang. Dikatakan,
"Jika engkau mengadakan perjamuan makan" di dalam ayat 12 -
berapa kali Anda mengadakan perjamuan makan di dalam hidup Anda?
Sangat jarang tentunya. Kapan biasanya Anda mengadakan pesta?
Mungkin pada saat pernikahan Anda, atau anak Anda, benar tidak? Jadi
Anda mungkin akan berkata, "Baiklah, pada pesta pernikahan saya,
akan saya kumpulkan pengemis dan membawa mereka ke pesta
pernikahan saya dalam rangka memenuhi ajaran Yesus." Di Kanada,
Anda akan mengalami kesulitan untuk menjalankannya, karena
memang susah menemukan pengemis. Jadi, untuk dapat menjalankan
ajaran ini, Anda mungkin harus pergi ke India untuk melaksanakan
pesta pernikahan Anda, dan di sana Anda bisa mengundang banyak
orang miskin, dan Anda boleh merasa lega. "Nah, saya akan menerima
balasannya pada hari kebangkitan orang-orang benar hanya untuk satu
pesta makan dalam hidup ini. Saya kan sudah mengundang para
pengemis!" Apakah hanya karena Anda pernah mengadakan 'pesta
makan' seperti yang tertulis di ayat-ayat itu, maka Anda sudah
menjalankan pengajaran ini? Jika demikian halnya, maka keseluruhan
bagian ini menjadi tidak ada gunanya. Kita tidak punya banyak
kesempatan untuk melakukannya. Dan jika Anda terlalu miskin untuk
mengadakan pesta makan, maka Anda harus merelakan kesempatan
pelaksanaan itu kepada orang-orang kaya. Kita tidak dapat
melaksanakannya karena siapa di antara kita yang mampu untuk
sering mengadakan perjamuan makan? Sekarang Anda dapat melihat
masalah yang muncul jika kita meneliti pengajaran tersebut dengan
cara ini, dan saya yakin Anda pasti dapat melihatnya jika Anda meneliti
dengan saksama, kesulitan di dalam menerapkannya pasti akan
terlintas di benak Anda. Cara pandang ini disebut 'pengajaran Kristus
yang hanya cocok untuk keadaan tertentu', yaitu hanya dapat
dijalankan pada waktu Anda mengadakan jamuan makan. Atau dengan
kata lain, pengajaran ini hanya berkaitan dengan keadaan jika Anda
113 | C A H A Y A I N J I L
diundang ke pesta makan atau Anda sendiri yang mengadakan pesta
makan. Tidak banyak kesempatan untuk menerapkannya, atau bahkan
mungkin tidak berguna, bukankah demikian?
Jika kita memandang dengan cara ini, maka itu berarti bahwa kita
benar-benar tidak mengerti apa yang Yesus sedang ajarkan. Dan
sesudah apa yang saya jelaskan ini, Anda tentunya dapat mengerti
mengapa para pengulas agak malu karena ayat-ayat ini. Mereka tidak
tahu persis pelajaran apa yang bisa ditarik dari bagian ini. Agak
memalukan, terutama jika Anda ternyata merupakan salah satu orang
yang mengulas yang harus memberikan komentar. Anda duduk di
hadapan mesin ketik, atau komputer, atau pena, dan berkata,
"Sekarang saya sampai pada bagian ini. Apa yang harus saya
jelaskan?" Akhirnya Anda menyerah dan berkata, "Ini hanya sekadar
suatu ajaran tentang bagaimana cara untuk menjadi lebih rendah hati
dan berbudi." Dan jika Anda ditanya, "Mengapa ajaran ini disampaikan
kepada orang-orang Farisi?" Anda lalu menjawab, "Tidak tahu. Mungkin
saat itu mereka memang patut ditegur."
Kita tidak dapat memahami pengajaran Yesus hanya dengan sekadar
membaca cerita di dalam ayat-ayat itu saja. Pengajaran Yesus akan
terasa sangat sulit jika Anda belum memahami seluruh latar belakang
tentang tujuan kedatangan Yesus. Dan sekalipun Anda sudah
memahami latar belakang itu, Anda masih harus mempelajari lagi
landasan dari seluruh ajarannya. Nah, sesudah semua pembahasan ini,
saya harap kita sudah siap untuk dapat melanjutkan ke bagian
pembahasan selanjutnya.
Perumpamaan ini mengajarkan tentang Penghakiman
Berdasarkan Perilaku
Kita sudah melihat adanya tiga poin dalam keselamatan itu. Yang
pertama adalah 'pembenaran', yang kedua adalah 'pengudusan' dan
yang ketiga adalah 'penghakiman'. Sangatlah penting untuk memahami
hubungan antar poin-poin tersebut di dalam pengajaran Yesus di sini,
bukan hanya hubungan antara poin yang pertama dengan yang kedua,
yaitu pembenaran dan pengudusan, namun juga antara yang kedua
dengan yang ketiga, yaitu pengudusan dengan penghakiman. Di dalam
memahami hubungan antara poin yang pertama dengan yang kedua
saja, gereja sekarang ini sudah mengalami kesulitan, apa lagi dalam
114 | C A H A Y A I N J I L
memahami hubungan antara poin yang kedua dengan yang ketiga.
Allah akan menangani Anda dengan cara yang sama seperti Anda
menangani orang lain. Jadi di dalam hal hamba yang tidak
mengampuni itu, hubungan antara poin yang pertama dengan yang
kedua seharusnya mendorong dia untuk mengampuni. Namun
hubungan antara poin yang kedua dengan yang ketiga akhirnya
berlangsung dengan landasan tidak ada pengampunan, jadi Allah
menangani dia dengan cara yang sama sebagaimana ia tidak
mengampuni orang lain. Apakah hal ini sulit untuk dipahami? Saya rasa
tidak. Hanya perlu sedikit pemikiran. "Jika engkau tidak mengampuni
orang yang bersalah kepadamu," kata Yesus ketika merangkum
perumpamaan tersebut, "maka engkau pun tidak akan diampuni."
Sekalipun Anda sudah diampuni sebelumnya, pengampunan itu akan
dibatalkan. Jika Anda tidak mengampuni, maka Anda juga tidak akan
diampuni. Itulah hubungan antara poin yang kedua dengan yang
ketiga. Perilaku Anda akan menjadi dasar untuk menentukan
penghakiman atas diri Anda.
Dan ini adalah hal yang dengan tegas dinyatakan pula di dalam
perumpamaan kali ini pada ayat 11. "Sebab barangsiapa meninggikan
diri (ini adalah perilaku), ia akan direndahkan." Itulah tanggapan Allah
terhadap perilaku Anda pada Hari Penghakiman nanti. Ia akan
merendahkan Anda. Ia akan mempermalukan Anda. Dan di dalam
Perjanjian Lama, "dipermalukan' sama dengan ditolak; masuk di bawah
kutukan Allah. Akan tetapi, "Barangsiapa merendahkan diri, ia akan
ditinggikan". Tingkah laku Anda akan menentukan bagaimana Allah
akan menangani Anda nanti, apakah Anda akan mendapat
penghargaan atau hukuman. Itulah hubungan antara poin kedua
dengan yang ketiga, dari pengudusan menuju penghakiman.
Sangatlah penting bagi kita untuk memahami hal ini, saudara. Sangat-
sangat penting. Jangan pernah mengira bahwa karena Anda sudah
diselamatkan maka tingkah laku Anda selanjutnya tidak menjadi
persoalan lagi. Inilah pandangan yang sangat meluas di gereja-gereja,
dan cara pandang seperti ini sangatlah fatal. Sangat fatal, jika Anda
memahami pengajaran Yesus dan juga Paulus. Cara pandang ini sangat
mematikan! Allah memperhatikan tingkah laku Anda. Ia
memperhatikan perilaku Anda, dan Ia akan menentukan kelayakan
Anda untuk masuk ke dalam kerajaan berdasarkan perilaku Anda. Jika
Anda meninggikan diri, maka Ia akan menjatuhkan Anda pada hari
115 | C A H A Y A I N J I L
penghakiman. Dan itu benar. Itulah poin yang sedang diajarkan oleh
Yesus di sini. Hal itulah yang sedang dikatakan oleh Yesus kepada
orang-orang Farisi yang mengira dirinya sudah selamat. Itu sebabnya
mengapa Yesus tidak membuang-buang waktu dengan membahas
hubungan antara poin pertama dengan yang kedua. Yesus langsung
membahas hubungan antara poin yang kedua dengan yang ketiga. Ia
sedang berkata, "Kamu pikir kamu sudah selamat, bukankah begitu?
Coba lihat tingkah lakumu. Saat diundang ke pesta makan, engkau
mengejar kursi yang tertinggi, karena ingin meninggikan dirimu. Kamu
pikir kamu akan diselamatkan? Apa betul begitu? Engkau ahli agama,
orang-orang yang religius, orang-orang Farisi, akan tetapi kelakuanmu
justru membuktikan bahwa engkau sudah gagal dan tidak layak bagi
kerajaan Allah. Mengapa? Tidakkah kamu tahu bahwa orang yang
meninggikan dirinya akan direndahkan oleh Allah pada hari
penghakiman? Apakah kamu belum tahu akan hal ini? Jika belum,
maka sekarang ku-beritahukan. Keselamatan kalian sedang
dipertaruhkan." Hal inilah yang sedang disampaikan oleh Yesus pada
saat itu.
Kita menyadari bahwa Yesus sedang membicarakan tentang kebenaran
rohani kepada mereka. Ia tidak sekadar berbicara tentang contoh-
contoh moral yang baik tentang bagaimana memperbaiki perilaku. Ia
sedang menyatakan bahwa kelakuan mereka menunjukkan bahwa
mereka tidak selamat, kecuali jika mereka berubah dan membiarkan
kasih karunia Allah bekerja sepenuhnya di dalam hidup mereka dan
mengubah mereka, maka mereka tidak akan pernah berhasil. Mereka
tidak akan pernah layak untuk masuk ke dalam kerajaan Allah. Dan
bagi gereja di zaman sekarang, tidak ada pesan yang lebih penting,
ketimbang ini, saudara-saudara. Karena kebanyakan orang Kristen
dengan ceroboh berkata, "Kita sudah selamat. Kita akan masuk ke
sana. Jatah tempat untuk kita sudah dipastikan!" Sekalipun tingkah
laku kita sangat memalukan, entah di tempat kerja atau di sekolah,
atau sekalipun Kekristenan kita tidak menghasilkan apa-apa dan kita
tidak layak disebut sebagai 'terang dunia' atau 'garam dunia', kita
masih menganggap diri ini tetap selamat. Garam yang menjadi
hambar, garam yang seharusnya berfungsi sebagai garam tetapi
ternyata gagal, tidak akan layak bagi kerajaan. "Tidak layak untuk
apapun juga," kata Yesus. Dan tentunya tidak akan masuk ke dalam
kerajaan. Garam itu sudah tidak berguna lagi. Sekalipun ia pernah
116 | C A H A Y A I N J I L
menjadi garam sejati, dan sekarang ini masih terlihat sama dengan
garam yang lain, sekalipun masih bernama garam, namun karena telah
menjadi hambar, maka Yesus berkata, "Tidak ada lagi gunanya selain
dibuang dan diinjak orang" (Matius 5:13b). Ia hanya layak untuk
dibuang. Ia tidak pernah dipakai lagi. Riwayatnya sudah tamat. Akan
tetapi kita masih dengan santainya berkata kepada diri sendiri, dan
kata-kata ini sering terdengar di gereja, "Kita adalah umat pilihan."
Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada orang-orang Farisi
yang memandang diri mereka sebagai orang-orang terpilih. Orang-
orang Farisi sangat yakin bahwa mereka merupakan umat pilihan di
antara bangsa Israel. Mereka memandang diri sendiri sebagai golongan
istimewa di dalam lingkungan keagamaan masyarakat, sama seperti
kita yang memandang diri seperti itu. Akan tetapi Yesus berkata,
"Tingkah lakumu menunjukkan hal yang sebaliknya. Engkau bukan
sekadar tidak layak menilai diri istimewa, malahan engkau sudah
seperti garam yang menjadi hambar dan hanya pantas untuk dibuang."
Kata-kata yang sangat tegas! Apakah Anda mengira bahwa ayat-ayat
itu hanya berbicara tentang nasihat moral? Anda akan memandang
seperti itu jika Anda tidak memahami dasar ajaran Yesus. Bagian ini
jauh dari sekadar mengajari orang bagaimana supaya bisa lebih rendah
hati atau murah hati.
Diselamatkan oleh Iman yang Bekerja oleh Kasih
Bukankah keselamatan itu oleh iman? Apakah keselamatan itu tidak
sekadar menerima kasih karunia Allah dengan iman? Apakah itu
ditentukan oleh jumlah undangan kepada kaum pengemis untuk pesta
makan? Apakah itu ditentukan oleh posisi kursi yang kita pilih di pesta
makan? Apakah keselamatan ditentukan oleh hal-hal seperti ini?
Izinkan saya memberi jawaban yang mengejutkan. Jawaban atas
pertanyaan ini adalah, "Benar, saudaraku. Karena Yesus yang berkata
seperti itu, bukan saya."
Anda berkata, "Bagaimana mungkin? Apakah itu berarti bahwa
keselamatan itu lewat perbuatan baik?"
Tidak sama sekali.
Tapi Anda akan menyahut, "Apa yang disebutkan itu semuanya adalah
contoh perbuatan."
117 | C A H A Y A I N J I L
Di zaman sekarang ini, gereja bermain-main dengan istilah-istilah
seperti 'iman' dan 'perbuatan', tanpa memahami apa arti iman dan juga
apa arti perbuatan itu. Kita bermain-main dengan istilah yang artinya
tidak kita pahami sama sekali. Kita mengira bahwa jika kita
menyebutkan hal-hal seperti 'perbuatan' maka kita sudah
membicarakan sesuatu hal yang penting secara teologis sekalipun kita
tidak tahu apa yang sedang kita bicarakan. Apa sebenarnya yang
sedang kita bicarakan ini? Yesus berkata bahwa jika kita memiliki
iman, maka hal itu akan tercermin dari tingkah laku kita. Kita
tidak akan memilih kursi yang paling rendah dan mengundang orang-
orang miskin ke pesta makan dengan sepenuh hati jika kita belum
diubah. Kita perlu tahu betapa tegasnya ajaran Yesus yang
disampaikan di ayat-ayat ini. Jika kita memiliki iman sebatas
pengakuan, iman yang mati, maka perilaku kita tidak akan berubah,
dan iman yang mati tidak menyelamatkan siapapun. "Perbuatan"
bukanlah kata-kata yang bermakna buruk. 'Diselamatkan oleh
perbuatan?' Apa sebenarnya yang sedang kita bicarakan? Kita tidak
diselamatkan oleh 'perbuatan baik', akan tetapi 'perbuatan baik' adalah
perwujudan, atau bukti dari iman yang menyelamatkan.
Lalu kita mengutip ucapan Paulus tentang 'perbuatan/pekerjaan'. Sulit
dipercaya begitu banyak omong kosong yang saya dengar tentang
istilah yang satu ini. Jika ada orang yang ingin membahas tentang
perbuatan baik dalam pengajaran Paulus, sebaiknya ia mempelajari
dengan saksama supaya ia tahu apa yang Paulus maksudkan dengan
perbuatan baik atau pekerjaan. Setiap kali Paulus berbicara
tentang pekerjaan atau perbuatan baik, ia sangat berhati-hati
dalam membedakan antara dua macam pekerjaan atau
perbuatan baik itu. Yang satu adalah 'melakukan hukum Taurat'
dan yang satunya lagi adalah 'perbuatan iman'. Dan Anda tidak
dapat sembarangan berbicara tentang perbuatan baik tanpa
menegaskan perbuatan baik jenis yang mana yang sedang Anda
bicarakan.
Paulus berkata kepada kita, "Engkau tidak dibenarkan di hadapan Allah
oleh karena melakukan hukum Taurat. Karena dengan mengandalkan
hal itu berarti bahwa engkau tidak menempatkan imanmu kepada
Kristus melainkan kepada hukum Taurat. Perbuatanmu bisa saja
dinyatakan sebagai ungkapan iman akan tetapi bukan iman karena
karya penyelamatan Kristus, melainkan iman kepada hukum Taurat.
118 | C A H A Y A I N J I L
Namun karena engkau menempatkan imanmu kepada hukum Taurat,
maka hukum Taurat itu tidak akan menyelamatkanmu. Barangsiapa
yang berada di dalam Kristus, ia tidak akan masuk ke dalam kutuk
hukum Taurat, akan tetapi hukum Taurat juga tidak akan
menyelamatkanmu."
Namun, di luar itu, Paulus juga membahas tentang perbuatan baik dari
jenis yang lain yang sangat penting bagi setiap orang Kristen. Ia
berkata, "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus
untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.
Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (bdk. Efe 2:10) Semuanya ini
merupakan "perkerjaan atau perbuatan iman", iman yang bekerja oleh
kasih. Tapi begitu banyak orang yang berbicara mengenai
"perbuatan/pekerjaan" dan "diselamatkan oleh perbuatan," namun apa
yang sedang mereka katakan? "Perbuatan atau pekerjaan" apa yang
sedang Anda bicarakan? Hampir tidak mungkin untuk berdiskusi
dengan orang yang menggunakan istilah-istilah ini tanpa mengetahui
apa pun. Justru yang dibicarakan oleh Yesus adalah "pekerjaan iman".
Tanpa "pekerjaan" demikian, Anda bisa saja berbicara tentang iman
sebanyak yang Anda mau, namun iman itu tidak akan menyelamatkan
Anda. Karena iman itu mati, dan iman yang mati tidak akan
menyelamatkan barangsiapa pun. Itulah seluruh pengajaran Kitab Suci.
Perilaku yang diubah oleh Iman: Kerendahan Hati
Perhatikan apa yang sedang disampaikan oleh Yesus. Isi pembicaraan
Yesus adalah bahwa untuk dapat melakukan hal itu dengan sepenuh
hati adalah hal yang mustahil jika kasih karunia Allah tidak bekerja
dengan kuat di dalam hidup Anda dan mewujudkan diri dalam bentuk
iman yang mendalam kepada Allah, dan iman kepada Allah ini
menyatakan dirinya di dalam kerendahan dan kemurahan hati yang
sejati. Ia menyatakan bahwa Anda tidak akan dapat memiliki
kerendahan dan kemurahan hati jika kasih karunia Allah tidak
mengubah Anda, menumbuhkan iman Anda sehingga Anda benar-
benar dapat menjadi rendah hati dan juga murah hati. Jika Anda tidak
percaya, buktikanlah sendiri dengan mencoba untuk menjadi rendah
hati. Anda tidak akan mungkin menjadi rendah hati. Kerendahan hati
yang sejati bersumber dari dalam diri. Ia tidak diukur berdasarkan
seberapa dalam Anda membungkuk. Itu hanya tampilan luar. Saya
dapat berkeliling dengan punggung terbungkuk dan mengundang
119 | C A H A Y A I N J I L
komentar orang lain, "Wah, dia ini sangat rendah hati." Walau
sebenarnya saya masih sepenuhnya sombong dan jahat di dalam. Ada
banyak orang yang luar biasa sombongnya dan mereka masih berani
menyebut diri rendah hati. Sikap ini mirip sekali dengan sikap orang
Farisi. Itulah yang disebut kemunafikan. Kerendahan hati yang sejati
datang dari dalam diri. Jangan pernah menilai seseorang dari
bungkukan punggungnya. Ada orang yang berdiri sangat tegak tetapi
juga sangat rendah hati. Saya sendiri perlu belajar untuk bersikap
tegak karena postur tubuh saya membungkuk. Untuk itu, kadang kala
saya memasang alat pelurus punggung, dan suatu saat nanti, Anda
mungkin melihat saya sudah mampu bersikap tegak. Akan tetapi
jangan menilai bahwa karena punggung saya sudah menjadi lebih
tegak, maka saya juga menjadi lebih sombong. Perlu dasar penilaian
yang berbeda untuk mengetahui kerendahan hati atau kesombongan,
bukannya melalui bentuk punggung. Kerendahan hati yang sejati
berasal dari dalam, jika di dalam tidak ada sikap itu maka yang hadir
bukan kerendahan hati melainkan kepura-puraan. Saya tidak dapat
menjadi rendah hati jika tidak memiliki iman kepada Allah yang telah
mengubah saya. Apakah Anda menyadari hal itu? Saya tidak akan
dapat memiliki kerendahan hati yang sejati seperti yang dimaksudkan
oleh Yesus, kecuali jika saya punya iman. Buat apa saya memilih kursi
yang paling rendah? Apa jawaban yang diberikan oleh Yesus? Karena
saya mengimani bahwa Allah akan meninggikan saya. Tindakan
ini membutuhkan iman. Mengapa saya tidak berani meninggikan diri?
Satu-satunya alasan adalah karena saya memiliki iman kepada Allah.
Jika saya tidak memiliki iman kepada Allah, adakah hal yang akan
mampu menahan saya dalam menyombongkan diri? Tidak ada!
Kenyataannya, seluruh dunia berpikir di dalam kerangka
mementingkan diri sendiri. Ketika Anda diundang dalam sebuah
perjamuan oleh kantor, Anda tidak mau memilih kursi yang paling
rendah. Jika Anda memilih kursi yang paling rendah, maka dunia akan
berkata, "Kalau mau duduk di situ, silahkan saja! Kalau yang itu masih
belum cukup rendah, sekalian saja pergi keluar dan duduk bersama
para pembantu. Kami tidak keberatan." Saya yakin Anda tentu pernah
membaca buku-buku tentang orang-orang yang sukses di dunia. Jika
belum, sebaiknya Anda mulai membacanya, karena Anda akan segera
bisa membandingkan cara berpikir orang dunia dengan pengajaran
Alkitab, maka Anda akan menyadari betapa jauhnya perbedaan antara
120 | C A H A Y A I N J I L
keduanya. Di dalam dunia, untuk dapat meraih sukses, Anda harus
mementingkan diri sendiri. Anda harus menunjukkan bahwa Anda
memang punya segala yang dibutuhkan untuk dapat mencapai puncak.
Anda harus menunjukkan gaya Anda. Jika orang melihat gaya Anda,
mereka akan berkata, "Hmm, orang ini memang mantap." Jadi ketika
mereka membutuhkan orang untuk jabatan puncak di perusahaan,
maka mereka akan berpikir, "Ini orang yang kami cari. Dia punya gaya.
Ia punya segala yang kita butuhkan." Anda harus menunjukkan warna
yang berbeda untuk bisa tampil di dunia. Ketika sedang berbicara,
Anda harus menunjukkan betapa cerdasnya Anda dan betapa cepatnya
otak Anda memecahkan masalah. Jika ada orang yang tidak
menghormati Anda, maka Anda segera menanganinya sesuai prosedur.
Begitulah cara untuk mendapatkan penghormatan. Kapan Anda bisa
memperoleh penghormatan di dunia ini jika terus saja memilih kursi
yang paling rendah? Cara begini jelas sia-sia. Orang-orang akan
menilai, "Dia ini orang gila. Ajaran agamanya pasti sudah merusak
otaknya. Coba lihat!"
Di dunia ini rahasia menuju sukses adalah dengan memperlihatkan
bahwa Anda sudah sukses. Jadi, sekalipun terlalu mahal, berusahalah
untuk memakai stelan jas yang mahal. Orang-orang di Hong Kong
paham sekali akan hal ini. Mereka tidak perlu diajari dalam urusan ini.
Mereka bahkan sanggup mengajari saya tentang urusan ini sepanjang
hari. Harga mobil mewah terlalu mahal? Harus tetap diusahakan,
sekalipun harus berhutang. Jika keluar rumah, Anda tidak ingin
bepergian dengan mengendarai kaleng rombeng. Anda ingin menyetir
dengan penuh gaya, naik Mercedes, dan Anda lalu membuka pintu
dengan anggun, dan melangkah keluar. Gaya menjadi sangat penting,
dan ekspresi wajah Anda juga sangat penting. Anda tidak boleh
mendatangi penjaga pintu dengan malu-malu, "Selamat pagi.
Bagaimana kabarnya?" Omongan seperti itu menunjukkan bahwa Anda
tidak berkelas. Ekspresi Anda harus berwibawa, dan Anda harus
melangkah seanggun harimau - hu bu. Saya yakin, Anda tentu pernah
mendengar istilah ini - melangkah seperti harimau. Anda harus
menunjukkan wibawa, bahkan sampai pada cara Anda melangkah.
Ketika duduk di kursi, Anda duduk dengan cara yang khusus. Terlihat
santai namun penuh gaya. Memperlihatkan bahwa Anda orang yang
dekat dengan kekuasaan. Bahwa Anda bergaul dengan kalangan atas.
Anda tidak hadir dengan penampilan yang kumuh. Anda tampil penuh
121 | C A H A Y A I N J I L
dengan gaya setiap saat. Dan tentu saja, di suatu saat, ketika mereka
sedang mencari orang yang tepat untuk posisi General Manager,
mereka akan berpikir, "Ini dia orangnya! Dia punya segalanya. Ia
punya semangat dan keberanian. Dia orang yang dinamis."
Jadi jika Anda menerapkan ajaran Yesus, riwayat Anda berakhir! Jika
Anda datang sebagai orang yang rendah hati, mereka akan menendang
Anda keluar. Jika Anda memilih tempat yang rendah, maka mereka
akan menginjak punggung Anda dan memanjat ke atas. Jika Anda ingin
merendahkan diri di hadapan mereka, mereka akan senang sekali.
Mereka membutuhkan batu loncatan. Jika Anda membungkuk, mereka
akan melangkah di atas punggung Anda. Itu sebabnya saya berkata
kepada Anda bahwa iman dibutuhkan untuk bisa memiliki kerendahan
hati. Kerendahan hati yang sejati harus berlandaskan iman. Jika tidak,
maka Anda akan menjadi seperti kebanyakan orang Kristen - tidak
terlalu sombong dan tidak terlalu rendah hati. Bukankah Aristoteles
mengajarkan kita tentang 'titik tengah', zhong dao dalam ajaran
etikanya? Ia mengajarkan agar kita tidak menjadi terlalu sombong
namun juga tidak terlalu merendah. Mereka berpikir, "Saya harus
menjadi sedikit Kristen dan sekaligus juga realistis dalam menghadapi
keadaan. Saya tidak mau diinjak-injak oleh orang-orang ini. Akan
tetapi, saya juga harus tetap terlihat sebagai orang Kristen. Jadi saya
akan bersikap lebih ramah lagi nanti. Saya akan memperlunak ekspresi
wajah saya. Saya masih akan bergaya, tetapi dengan cara yang lebih
halus. Dengan begini, maka saya juga masih bisa berhasil. Sekalipun
mereka tidak memilih saya untuk jabatan General Manager, saya masih
berpeluang untuk jabatan Asisten untuk general Manager. Menjadi
orang Kristen perlu pengorbanan bukan?"
Dibutuhkan iman untuk bisa menjadi orang Kristen sejati.
Kehidupannya sangatlah berat. Apakah Anda mengira perkara menjadi
rendah hati itu gampang? Tidak! Tanpa mengimani bahwa Allah akan
meninggikan Anda, maka Anda tidak akan berani menjalani hal ini.
Anda akan dipandang sebagai orang bodoh di dunia ini. Orang gila!
Coba saja jalankan jika Anda mendapat kesempatan dalam sebuah
pesta, dan lihatlah apa yang akan terjadi. Coba jalankan ini di
lingkungan perusahaan Anda. "Apakah Anda lebih suka duduk di sini?
Tidak ada orang yang mau duduk di sini. Apakah Anda merasa lebih
nyaman duduk di sini? Lanjutkan saja kalau begitu! Akan selalu ada
orang yang mau mengambil posisi Anda. Kami tidak ambil pusing
122 | C A H A Y A I N J I L
dengan itu." Anda harus punya iman jika ingin melakukan hal ini.
Kerendahan hati yang sejati adalah suatu 'tindakan iman'. Yesus di
dalam pengajarannya menyentuh pada titik yang paling mendasar yang
menyangkut keberadaan kita. Hal apa yang paling penting di dalam
hidup Anda di dunia ini? Status sosial, bukankah begitu? Jadi hal yang
paling penting adalah status sosial Anda.
Perilaku yang diubah oleh Iman: Kemurahan Hati
Mari kita lihat pokok yang kedua. Apa lagi hal yang penting bagi kita?
Uang, tentu saja. Dan apa yang disampaikan oleh Yesus di sini?
Kemurahan hati. Bagaimana Anda mempergunakan uang Anda?
Apakah Anda mengira kemurahan hati itu bisa dilakukan tanpa iman?
Saya beritahu Anda bahwa mereka yang benar-benar memiliki
kemurahan hati yang sejati dan tidak sekadar berusaha mengurangi
rasa bersalah adalah orang yang benar-benar didorong oleh iman yang
sejati. Dari mana mereka mengharapkan balasan? Hal itulah yang
sedang dibahas oleh Yesus di kalimat terakhir dari perumpamaan ini, di
ayat 14. Kapan Anda akan memperoleh balasan? Anda akan
mendapatkannya pada hari kebangkitan orang benar. Hari
kebangkitan orang benar! Kapan itu? Saya perlu dana di akhir bulan
ini, tetapi balasan buat saya baru akan diberikan pada hari kebangkitan
orang benar? Kalau Anda tidak punya iman, bagaimana Anda dapat
menjalankan ajaran ini? Saya tidak yakin apakah akan dibangkitkan
atau tidak. Dan saya sendiri tidak punya cukup iman untuk percaya
pada kebangkitan, dan saya diberitahu bahwa balasan untuk saya baru
akan diberikan pada hari kebangkitan yang saya sendiri tidak
meyakininya? Pengajaran Yesus memang mustahil dijalankan tanpa
iman. Disebutkan di sini undanglah orang-orang miskin ... karena
mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu.
Nah, biasanya hal yang penting bagi kita adalah bahwa kita
mendapatkan sesuatu sebagai balasan. Saya mengundang orang kaya
ini perjamuan makan, supaya nanti saya juga diundang dalam
perjamuan makannya yang lebih mewah dari jamuan saya. Jadi bisa
dibilang beruntung jika saya mentraktirnya 20 dolar, dan sebagai
balasannya ia kemudian mentraktir saya sebesar 40 dolar. Ini adalah li
shang wang lai, jika saya memberinya hadiah senilai 20 dolar dan ia
membalasnya dengan hadiah senilai 40 dolar, maka itu sangat layak.
Akan tetapi di dalam perumpamaan ini disebutkan bahwa Anda tidak
akan mendapatkan balasan sampai pada hari kebangkitan nanti. Murah
123 | C A H A Y A I N J I L
hati boleh-boleh saja akan tetapi yang satu ini keterlaluan! Bermurah
hati itu baik jika ada alasan yang masuk akal!
Atau, kita berpikir, "Menaruh beberapa koin ke mangkok pengemis
membuat saya merasa enak. Saya mendapatkan kepuasan batin dari
situ. Tidak rugi saya memberi mereka uang." Ketika memberi
sumbangan kepada lembaga-lembaga bantuan sosial, yang terpikir
adalah, "Setiap kali saya melihat gambar anak-anak yang kelaparan itu
dan di sini saya memenuhi mulut saya dengan babi panggang, gambar
itu merusak selera makan saya. Jadi saya putuskan untuk memberi 20
dolar supaya bisa menikmati makanan tanpa harus merasa bersalah."
Mengapa Anda memberikan sumbangan? Karena Anda sekadar ingin
membungkam hati nurani Anda. Anda tidak memikirkan tentang
balasan di hari kebangkitan nanti, bukankah begitu? Kapan Anda
menyerahkan uang ke kotak persembahan sambil memikirkan
balasannya di hari kebangkitan? Jujur saja. Balasan di hari
kebangkitan? Tidak. Mungkin yang Anda pikirkan adalah, "Kalau
pengeluaran ini saya masukkan ke dalam laporan keuangan, saya bisa
minta keringanan pajak untuk itu. Jadi saya tidak perlu bayar banyak
kepada kantor pajak, dan bisa menyumbang lebih banyak ke gereja.
Baik untuk gereja dan juga menguntungkan dalam hal pajak." Siapa
yang berpikir tentang 'hari kebangkitan orang benar'" Sejak kapan
iman kita sampai di sana? Mari kita bersikap jujur terhadap diri sendiri.
Jujurlah kepada diri sendiri.
Dan juga, kita sering berkata, "Pada saat memberi, saya tidak pernah
berpikir tentang balasan. Tidak. Jika saya memberi, saya memberi
begitu saja. Begitulah! Jadi saya malah melakukan lebih dari pada yang
diajarkan oleh Yesus. Yesus berkata bahwa balasan buat kita ada di
hari kebangkitan. Sementara saya sendiri tidak peduli soal balasan.
Wah, saya sudah melampaui ajaran Yesus sendiri! Saya sudah
mencapai tingkatan yang lebih tinggi!" Kita memang sangat mahir
dalam hal menipu diri sendiri. Tidak ada orang yang memberikan
sesuatu tanpa motif tertentu. Tidak ada orang yang memberikan uang
100 dolar bagi pekerjaan Tuhan atau gereja tanpa motif apapun. Jika
kita dimotivasi oleh iman, maka mata kita tertuju pada Allah ketika
menaruh uang 100 dolar itu di kotak persembahan. Kita dimotivasi oleh
iman kita kepadaNya. Balasan apa yang kita harapkan? Balasan seperti
apa? Menerima uang dengan jumlah yang sama di hari kebangkitan
orang benar? Tentu tidak! Apakah itu berupa emas berbatang-batang?
124 | C A H A Y A I N J I L
Untuk apa batangan emas di surga? Tentunya balasan yang Anda
harapkan adalah kasih Allah, perkenan dari Allah, atau kasihNya
kepada kita. Dan Anda tidak akan berkenan di hatiNya jika Anda tidak
mengasihiNya. Dan Anda tidak akan dapat mengasihiNya kalau tidak
memiliki iman.
Perilaku akan Menentukan apakah Anda Layak bagi Kerajaan
Allah
Sekarang Anda dapat melihat bahwa ajaran Yesus bukan sekadar
nasihat moral kepada orang-orang Farisi. Ia sedang mengatakan
kepada orang-orang Farisi itu: "Kelakuanmu menunjukkan bahwa
engkau tidak layak bagi kerajaan. Dan kelakuanmu juga membuktikan
bahwa engkau tidak memiliki iman. Engkau tidak memiliki iman.
Sikapmu di tengah masyarakat menunjukkan tidak adanya kerendahan
hati dan caramu memakai uang menunjukkan bahwa engkau mengejar
balasan duniawi sekarang juga. Kehidupan duniawi sekarang ini beserta
segala isinya merupakan upahmu karena engkau tidak memiliki iman,
setidaknya masih kurang memadai jika ingin dipandang layak masuk ke
dunia yang baru. Engkau menaruh segala harapanmu pada sisi
duniawinya dan mengejar hasil langsung di dalam hidup ini. Engkau
tidak peduli pada masa depan. Engkau berharap akan termasuk di
antara orang benar yang dibangkitkan. Engkau berharap layak untuk
itu. Namun, jika hal itu tidak tercapai, engkau beranggapan bahwa
paling tidak sudah menikmati hasil semasa hidup; tidak rugi sama
sekali. Dibutuhkan iman untuk bisa hidup di jalur yang tepat."
Sekarang Anda dapat melihat betapa pentingnya pengajaran Yesus ini.
Perilaku adalah perwujudan dari iman
Ambillah contoh lain dari pengajaran Yesus: jika seseorang menampar
pipimu yang satu, berikanlah pipimu yang satunya lagi. Ajaran apa itu?
Ajaran tentang moral? Jika Anda mengira bahwa ini adalah ajaran
tentang moral, maka Anda sudah melakukan kesalahan sekali lagi di
dalam memahami pengajaran Yesus. Anda tidak paham apa yang
sedang ia sampaikan. Tidak ada orang yang akan mampu memberikan
pipinya yang satu lagi tanpa iman kepada Allah. Anda tidak percaya?
Coba saja. Saya yakin bahwa Anda tidak akan mampu melakukannya.
Perlu iman untuk melakukan hal itu. Iman seperti apa? Iman kepada
keadilan Allah, bahwa kejahatan akan mendapat balasan dari Allah.
125 | C A H A Y A I N J I L
Iman seperti itulah yang dibutuhkan. Allah akan menangani perkara ini.
Saya tidak usah bertindak sendiri untuk melakukannya. Jika saya tidak
memiliki iman kepada Allah, maka saya akan bertindak sendiri dalam
menghadapinya. Saya harus menyeimbangkan kedudukan karena jika
bukan saya yang akan bertindak lalu siapa lagi? Hanya jika saya
memiliki iman yang mendalam kepada Allah Yang Adil, Allah yang
mengendalikan segala sesuatu dan yang akan bertindak untuk
membalas setiap orang sesuai kelakuannya, yang mengatur segala
sesuatu sampai kepada hal-hal yang terkecil, baru saya bisa menaruh
kepercayaan saya dan mentaati Allah. Membutuhkan iman yang kuat
untuk dapat melakukan hal ini. Jadi jika ada orang yang menampar pipi
saya, maka saya tidak usah membalasnya karena saya mengimani
bahwa Allah akan bertindak untuk itu. Allah yang saya sembah akan
menyelesaikan persoalannya. Saya tidak akan kuatir bahwa ia akan
lupa untuk membela perkara saya, atau bahwa Ia sedang sibuk di
tempat lain. Jika Anda berpikiran seperti ini, itu membuktikan sekecil
apa iman Anda kepada Allah. Perilaku adalah cerminan dari iman,
dilihat dari sisi manapun. Dan jika Anda sudah memahami hal ini, Anda
akan menyadari betapa eratnya hubungan antara poin yang kedua
dengan yang ketiga; hubungan antara pengudusan (perilaku) dengan
penghakiman, karena kita dihakimi berdasarkan iman yang tercermin
lewat perilaku kita sehari-hari. Ini adalah inti dari pengajaran Allah
yang disampaikan oleh Yesus.
Kesimpulan
Sebagai penutup, kita dapat merangkum pengajaran yang disampaikah
oleh Yesus hari ini dengan satu kalimat saja. Hanya melalui iman yang
tercermin lewat perilaku Anda sehari-hari (cara Anda menangani
urusan status sosial atau gengsi Anda, dan cara Anda dalam memakai
uang Anda), maka iman, iman yang hidup, iman kepada Allah yang
hidup, itu dapat dilihat. Itu sebabnya mengapa keselamatan itu melalui
iman, bukan iman yang hanya berupa ucapan belaka, akan tetapi iman
yang hadir, iman yang terwujud di dalam cara hidup Anda sehari-
hari. Orang benar akan hidup oleh iman (Roma 1:17). Begitulah
jalannya, bukan melalui iman yang dulu pernah Anda miliki ketika
memutuskan untuk dibaptis namun belakangan menghilang. Iman di
dalam Alkitab adalah iman yang berlangsung terus menerus, hal
sehari-hari yang terwujud di dalam keseharian Anda - cara Anda
berpikir, cara berperilaku dan cara Anda mengerjakan sesuatu. Itulah
126 | C A H A Y A I N J I L
iman yang hidup. Kiranya Allah memberi Anda dan saya pemahaman
yang mendalam akan hal ini! inilah iman yang akan menentukan
kelayakan kita bagi kerajaan Allah oleh kasih karunia-Nya.
Perumpamaan tentang Pesta Perjamuan Besar
Lukas 14:12-24 - Khotbah oleh Pastor Eric Chang, Montreal
Perumpamaan tentang Perjamuan Allah atau Perjamuan
Keselamatan
Hari ini, kita akan melanjutkan pembahasan kita tentang pengajaran
Yesus dari Lukas 14:12-24 mengenai Perumpamaan tentang Pesta
Perjamuan. Ini adalah satu perumpamaan Yesus yang, sebagaimana
biasanya, sangat kaya makna dan memenuhi kebutuhan hidup rohani
kita. Yesus saat itu sedang berbicara kepada orang yang
mengundangnya dalam perjamuan makan. Keterangan tentang orang
ini disebutkan dalam ayat pertama dan selanjutnya. Orang ini adalah
salah satu tokoh pimpinan dari kaum Farisi. Jadi, ia bukan sekadar
seorang Farisi, akan tetapi merupakan orang penting, mungkin di
pemerintahan atau di sinagoga. Sekarang kita akan memulai
pembacaan dari ayat 12:
Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang dia:
"Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan
malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau
saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-
tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya
dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau
mendapat balasnya. Tetapi apabila engkau mengadakan
perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat,
orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan
berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk
127 | C A H A Y A I N J I L
membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat
balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.
Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada
Yesus: "Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan
Allah." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada seorang
mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak
orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya
mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala
sesuatu sudah siap. Tetapi mereka bersama-sama meminta
maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli
ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan.
Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri
dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang
lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat
datang. Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan
semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu
dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke
segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang
miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-
orang lumpuh. Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa
yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun
demikian masih ada tempat. Lalu kata tuan itu kepada
hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah
orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus
penuh. Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorangpun
dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati
jamuan-ku."
Sama seperti perumpamaan Yesus yang lainnya, perumpamaan kali ini
juga sangat kaya dan sangat dalam maknanya. Ayat-ayat yang sejajar
dengan perumpamaan ini ada di Matius 22:1-14, bagian tersebut tidak
kita bahas pada hari ini. Perumpamaan yang tercatat di Matius memiliki
sedikit perbedaan dengan yang ada di dalam Lukas, jadi keduanya
tidak sepenuhnya sejajar, akan tetapi mengandung beberapa poin yang
berhubungan satu dengan yang lainnya.
Kita tahu bahwa perumpamaan ini disampaikan di rumah seorang
tokoh Farisi. Orang-orang Farisi, secara umum, menolak Yesus, akan
tetapi mereka sebenarnya juga merasa tertarik dan penasaran pada
128 | C A H A Y A I N J I L
Yesus. Dan belakangan ada di antara mereka yang akhirnya berpaling
kepada Yesus. Rasul Paulus sendiri pada kenyataannya adalah seorang
Farisi. Nah, tampaknya orang Farisi yang mengundang Yesus dalam
perjamuan makan kali ini adalah orang yang ingin mendengar apa yang
Yesus ajarkan, dan ini merupakan suatu awalan yang baik. Ia
mengundang Yesus, dan di dalam acara perjamuan itu, Yesus
menyampaikan perumpamaan ini.
Sebelumnya, saya perlu memberitahukan kepada Anda apa fokus kita
di dalam pembahasan perumpamaan ini. Perumpamaan ini bercerita
tentang suatu perjamuan besar, Perjamuan Yesus sendiri, atau yang di
dalam ayat 24 disebut sebagai 'perjamuanku'. Apa itu perjamuan?
'Perjamuan', ini di dalam pemahaman alkitabiah mengacu kepada
Perjamuan Keselamatan, atau kadang-kadang disebut Perjamuan
Mesianis, Perjamuan yang diadakan oleh Sang Mesias. Suatu pesta
perjamuan di mana semua orang yang diselamatkan bersukacita
bersama. Gambaran suatu pesta untuk menyatakan rasa sukacita, atau
karena ada sesuatu yang pantas untuk dirayakan. Pada pembahasan
kali ini, Perjamuan Sang Mesias adalah suatu perayaan dari mereka
yang telah ditebus, artinya pesta bagi mereka yang sedang merayakan
keselamatan itu. Ini adalah suatu gambaran yang sangat indah.
Yesus Mengajarkan Pola Pikir yang Berpusat kepada Allah
Sebelum Yesus menceritakan perumpamaan ini, ia berbicara tentang
beberapa hal kepada si tuan rumah, yakni orang Farisi yang
merupakan tokoh masyarakat ini. Dari ayat 12 dan seterusnya, Yesus
berkata, "Kalau engkau mengadakan pesta perjamuan, jangan
mengundang orang-orang yang pasti mampu untuk membalas
jamuanmu." Ini adalah teguran yang jauh lebih sering kita langgar
ketimbang kita jalankan, kita mengundang teman-teman, saudara,
kerabat atau juga tetangga kita yang mampu, orang-orang yang ingin
kita dekati demi suatu hubungan yang saling menguntungkan,
bukankah begitu? Ini adalah suatu praktek yang sudah umum
dijalankan oleh orang dunia. Untuk apa Anda mengundang seseorang
tertentu? Karena Anda ingin membangun suatu hubungan yang baik
dengan orang itu dan berharap dapat memperoleh manfaat dari
hubungan ini. Mungkin dengan sering-sering mengundang bos Anda,
suatu hari nanti Anda bisa memperoleh kenaikan gaji, atau bahkan
promosi jabatan. Demikianlah, Anda mengundang orang-orang tertentu
129 | C A H A Y A I N J I L
dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat bagi diri Anda. Anda
memberi dengan berharap agar dapat menuai suatu hasil dari orang
yang menerima pemberian Anda. Mengapa? Karena mata Anda tertuju
pada urusan kehormatan ataupun keuntungan. Akan tetapi Yesus
berkata, "Jika engkau mengejar hasil langsung dari dalam hidup ini dan
dari orang-orang di sekitarmu, maka engkau tidak akan memperoleh
upah dari Allah." Ajaran Yesus terasa sulit karena kita tidak berpikir
seperti dia. Cara kita berpikir condong kepada cara pemikiran dunia.
Kita terikat dalam cara pikir dunia. Dalam benak kita, tindakan yang
pantas dilakukan adalah tindakan yang memberi keuntungan bagi kita.
Jika saya mengundang seseorang, saya perlu menghitung manfaat apa
yang bisa saya dapatkan dengan mengundang orang itu. Jika orang ini
tidak akan memberi manfaat apa-apa buat saya, maka saya tidak akan
mengundangnya, hanya akan memboroskan uang saja. Sekarang ini
harga bahan makanan sudah semakin mahal, dan saya juga harus
membuang waktu untuk menyiapkan hidangan. Jika tidak ada hasil
yang memadai, maka undangan ini sia-sia. Beginilah cara kita
berhitung, akan tetapi Yesus tidak berpikir seperti ini.
Bagaimana jalan pikiran Yesus? Ia memberitahukannya di ayat 13,
"Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan," bukan sekadar acara
makan bersama akan tetapi suatu perjamuan, pesta makan yang
tentunya perlu biaya besar, apa yang harus Anda lakukan? Ia berkata,
"Undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang
lumpuh dan orang-orang buta dan engkau akan berbahagia, karena
mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu."
Ingatlah pada ucapan Yesus yang tercatat di Kisah 20:35, Adalah lebih
berbahagia memberi dari pada menerima. Cara berpikir seperti ini
jelaslah bukan cara berpikir kita. Akan tetapi inilah cara berpikir yang
Yesus ingin agar kita pelajari. Di Israel kala itu, orang miskin, orang
cacat, orang lumpuh dan orang buta tidak mendapat tunjangan sosial
karena masalah tunjangan sosial memang belum terpikirkan oleh
pemerintah pada jaman itu. Jadi di tengah-tengah masyarakat jaman
itu ada cukup banyak orang miskin yang terlantar. Mereka umumnya
adalah orang-orang cacat yang tidak dapat bekerja, dan dengan
demikian tidak memiliki penghasilan. Mereka biasanya bergantung
pada sedekah untuk bisa bertahan hidup. Dan Yesus, pada zaman itu,
berkata, "Undanglah orang-orang miskin." Mengapa? Karena mereka
tidak akan mampu untuk balas menjamu Anda! Lalu apa keuntungan
130 | C A H A Y A I N J I L
buat saya dengan mengundang para gelandangan yang tidak akan
mampu membalas jamuan saya? Seharusnya yang saya undang adalah
mereka yang mampu untuk balik menjamu saya. Begitulah, cara Allah
berpikir bertentangan dengan cara manusia berpikir. Jika Anda
ingin tahu seperti apa cara berpikir Allah, balik saja cara berpikir Anda
180 derajat, Anda akan tahu seperti apa cara berpikir Allah. Ini adalah
cara sederhana untuk mengetahui cara berpikir Allah. Selalu
bertentangan dengan kecenderungan kita dalam berpikir. Jika Anda
tiba-tiba mendapat suatu pemikiran yang menurut Anda sangat baik,
seringkali ide yang berlawanan dengan ide awal Anda itulah yang lebih
baik, karena ide awal Anda biasanya muncul dari dorongan kedagingan,
mementingkan diri sendiri.
Sebagai contoh, jika ada orang yang memperlakukan Anda dengan
tidak ramah, Anda langsung merasa tersinggung. Tenang saja.
Seharusnya Anda bersyukur dari pada tersinggung karena jika Anda
mendapat perlakuan yang sewenang-wenang, ingatlah perkataan
Yesus, Allah akan berpihak kepada Anda. Ia adalah Allah yang adil. Ia
akan membersihkan nama Anda. Apakah ada yang lebih baik daripada
Allah berada di pihak Anda? Jadi silakan saja, orang ingin
memperlakukan Anda dengan sewenang-wenang? Orang lain ingin
menginjak kaki Anda? Itulah bukti bahwa Allah berpihak kepada Anda.
Akan tetapi bagaimana kenyataannya? Orang Kristen masih belum juga
mempelajari cara berpikir seperti ini. Setiap kali mendapat perlakuan
yang tidak adil, kita menjadi sakit hati, sangat tersinggung. "Mereka
tidak adil! Allah juga tidak adil! Mengapa Allah membiarkan hal ini
terjadi pada saya?" Justru sebenarnya pada saat itu Ia sedang bersiap-
siap untuk mencurahkan kasih karuniaNya kepada Anda. Dapatkah
Anda memahami hal itu? Susah sekali berpikir seperti itu. Alkitab
adalah pernyataan tentang jalan pikiran Allah, bukan jalan pikiran
manusia. Manusia tidak akan mampu menyusun buku seperti ini. Untuk
dapat memahaminya saja tidak bisa, apa lagi menyusunnya.
Jangankan untuk menyainginya, berusaha memahami pengajaran
Yesus saja kita tidak mampu. Fakta ini merupakan bukti bahwa seluruh
yang diajarkan oleh Yesus itu berasal dari Allah. Cara Allah berpikir
memang sangat berbeda. Kita tidak mampu menggapainya karena cara
berpikir ini memang sangat revolusioner. Pusat perhatiannya adalah
Allah.
131 | C A H A Y A I N J I L
Lain kali jika ada orang di kantor atau di sekolah berbuat yang
sewenang-wenang terhadap Anda, bersyukurlah kepada Allah karena
Anda tahu bahwa itu berarti Allah berpihak kepada Anda. Anda
mendapat perlakuan yang sewenang-wenang, itu adalah buktinya.
Jangan ngotot berusaha menyeimbangkan keadaan. Jika Anda
melakukan hal itu, maka Anda akan kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan keberpihakan dari Allah bagi Anda. Jika ada orang yang
menampar pipi Anda, lalu Anda membalasnya dengan tamparan juga,
maka sumber pembelaan itu adalah diri Anda sendiri. Akan tetapi jika
ada orang menampar pipi Anda dan Anda tidak membalasnya, maka ia
berhutang satu perkara kepada Anda dan Allah akan berpihak kepada
Anda. Jika Anda tidak menyakini hal itu, Anda tentu akan bertanya,
"Tidak adil! Mengapa saya harus diam berdiri dan ditampar?" Tentu
saja Anda akan bertanya-tanya seperti itu, karena Anda tidak peduli
pada Allah. Jika hati Anda terpusat pada Allah, maka Anda akan
berkata, "Haleluyah! Ini pipi yang satu lagi. Kalau ditampar juga,
berarti dia berhutang dua perkara. Allah akan semakin berpihak
padaku. Kalau dia terus menampari saya, maka Allah akan terus
berpihak padaku!" Wah, sulit sekali berpikir seperti itu, karena cara
berpikir seperti ini selalu menempatkan Allah sebagai pusat perhatian
kita, bukankah begitu?
Dalam ayat-ayat yang kita bahas hari ini, Yesus berkata, "Jika kamu
mengundang seseorang, tanyakanlah pada dirimu sendiri, apa yang
engkau inginkan? Apakah engkau mengundangnya supaya nanti ia
mengundangmu juga sebagai balasannya? Dengan cara berpikir seperti
itu, engkau sudah mendapatkan upahmu. Upahmu langsung lunas
terbayar. Akan tetapi jika engkau mengundang orang yang tidak
mampu untuk membalas jamuanmu, maka akan muncul suatu
ketidakseimbangan. Engkau memberi sesuatu dan tidak mendapatkan
balasan langsung. Allah adalah Allah yang adil dan Ia akan bertindak
untuk mengembalikan keseimbangan itu. Dengan demikian, Allahlah
yang akan membalas tindakanmu. Balasan dari siapakah yang engkau
inginkan?"
Ada cukup banyak saudara-saudara yang sangat kekurangan. Tetapi
Anda berkata, "Buat apa saya memberikan uang untuk orang-orang
ini? Mereka masih punya orang tua yang seharusnya memperhatikan
mereka. Mereka juga masih punya kerabat. Masalah mereka bukan
urusan saya." Baik, Anda boleh saja berpikir seperti itu. Jalan pikiran
132 | C A H A Y A I N J I L
yang lain adalah, "Saudara-saudara ini sangat membutuhkan
pertolongan, saya akan membantu mereka. Ini akan membebani
kantong saya, akan tetapi saya tahu bahwa Allah akan membalasnya
kepada saya. Baiklah, saya bantu saja." Tidak ada orang yang memberi
bagi pekerjaan Allah dengan dasar pikiran seperti ini jika ia tidak
mengharapkan balasan dari Allah, bukannya dari manusia. Cara
memberi seperti ini merupakan ekspresi nyata dari iman. Akan tetapi
untuk dapat melakukannya sangatlah berat, bukankah demikian?
Bersediakah kita melihat rumah kita yang nyaman dipenuhi oleh para
gelandangan yang akan mengotori karpet serta perabotan lainnya?
Tentunya akan banyak biaya keluar untuk membersihkan rumah
sesudah mereka pergi, dan itu masih ditambah lagi dengan ongkos
perjamuan. Dan bagaimana dengan penilaian para tetangga jika
mereka melihat orang-orang yang jorok ini berkerumun di rumah kita?
Yesus berkata, "Itu semua bergantung pada bagaimana cara
berpikirmu dan balasan dari siapa yang engkau harapkan."
Keselamatan Disediakan bagi Orang-orang Benar
Ada kata kunci yang perlu diperhatikan di bagian akhir dari ayat 14,
"Engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang
benar." Ini adalah kalimat yang sangat penting untuk kita pegang.
Yesus berbicara tentang kebangkitan orang-orang benar dalam ayat
itu. Jika Anda ingin bangkit memasuki hidup, bersama-sama dengan
mereka yang dibangkitkan saat itu, Anda harus juga berada di dalam
golongan orang-orang benar, jangan coba-coba membuat penegasan
yang berbeda dengan ini. Kebangkitan menuju pesta perjamuan Sang
Mesias, saat-saat yang penuh kebahagiaan itu, disiapkan bagi orang-
orang benar. Ini adalah ucapan dari Yesus, bukan sekadar omongan
saya. Jika Anda tidak termasuk orang benar, maka Anda tidak akan
mendapat bagian di dalam kebangkitan ini.
Ada kecenderungan yang berbahaya di dalam pengajaran di masa
sekarang ini yang mengabaikan kebutuhan akan kebenaran yang
aktual. Ini adalah ajaran yang sangat berbahaya, dan jelas tidak
alkitabiah. Ajaran ini berbicara tentang kebenaran legal yang diberikan
atau ditetapkan atas kita hanya dengan berbekal pada pengakuan iman
saja. Jadi jika Anda mengakui Kristus, maka Anda sudah dibenarkan
sekalipun tidak terjadi perubahan di dalam hidup Anda. Ini adalah
133 | C A H A Y A I N J I L
ajaran yang sangat merusak gereja. Ajaran ini akan menghasilkan
gereja yang dipenuhi oleh orang-orang yang disebut sebagai 'kaum
religius munafik' oleh dunia, orang-orang yang tidak mengalami
perubahan, yang belum menjadi ciptaan baru, yang hanya sekadar
membuat suatu pernyataan pengakuan iman dan kemudian diajari
bahwa mereka sudah menerima pembenaran yang ditanamkan ke
dalam diri mereka, yaitu kebenaran Kristus.
Anda yang sudah mempelajari surat Roma di dalam Program Pelatihan
kami akan dapat melihat bahwa tema sentral surat Roma, kata kunci di
dalam surat Roma, adalah kata 'pembenaran atau kebenaran'. Ada lima
kata yang berbeda di dalam bahasa Yunani yang dipakai dengan makna
'kebenaran' ini. Paulus tidak pernah memandang keselamatan sebagai
hal yang terpisah dari kebenaran. Kenyataannya, kata 'keselamatan'
agak jarang dipakai di dalam tulisan-tulisan Paulus. Justru kata
'kebenaran' yang sangat sering ditulisnya. Sebagai contoh, jika kita
bandingkan dengan pemakaian kata yang lain, kata 'keselamatan'
hanya muncul sebanyak 26 kali di dalam tulisan Paulus, sedangkan,
misalnya, kata 'tubuh' muncul sebanyak 91 kali. Bukankah ini aneh?
Kenyataan ini menunjukkan betapa timpangnya perimbangan
pemakaian kata-kata tersebut. Dapatkah Anda mengingat di bagian
mana saja Paulus memakai kata 'tubuh'? Walaupun tidak banyak, akan
tetapi kemunculannya mencapai 91 kali. Dan ia hanya menuliskan kata
'keselamatan' dalam frekuensi hanya sekitar seperempat dari frekuensi
penulisan kata 'tubuh'. Selain itu, Paulus juga menuliskan kata
'juruselamat/ penyelamat' hanya sekitar 2 atau 3 kali saja, sangat
sedikit. Mengapa bisa begini? Bagi Paulus, keselamatan tidak dapat
dibahas tanpa mengaitkannya dengan kata kebenaran, itu sebabnya,
kata-kata seperti 'kekudusan' dan 'kebenaran' sangat sering muncul di
dalam tulisannya. Akan tetapi di gereja-gereja sekarang ini, penekanan
yang diberikan justru terbolak-balik. Kita terus saja berbicara tentang
keselamatan, dan sangat jarang mengaitkannya dengan kebenaran.
Kata kebenaran, untuk alasan tertentu, semakin terhapus. Kita sudah
membongkar keseimbangan ajaran yang semestinya kita jaga.
Penekanan ajaran dari Alkitab sekarang ini sudah kita letakkan di
tempat yang salah.
Definisi pertama Yesus tentang Kebenaran: Mengutamakan
Allah di dalam Segala Hal
134 | C A H A Y A I N J I L
Di sini, Yesus berbicara tentang kebangkitan orang-orang benar yang
berarti bahwa kebangkitan itu disediakan bagi orang-orang benar. Ada
dua macam kebangkitan yang terdapat di dalam Alkitab: kebangkitan
orang-orang benar menuju keselamatan, dan kebangkitan orang-orang
berdosa menuju siksaan kekal. Dengan berbekal pengakuan iman di
mulut saja, Anda hanya akan dibangkitkan untuk menuju siksaan
kekal. Ketika Yesus berbicara tentang kebenaran, ia tidak sedang
berbicara tentang kebenaran legal. Ia sedang berbicara tentang
kebenaran yang dijalankan, definisi yang langsung dijabarkannya pada
kesempatan itu juga. Kebenaran ini berkaitan dengan tindakan
memberi kepada orang miskin tanpa mengharapkan balasan dari
mereka. Ini bukanlah keselamatan berdasarkan perbuatan baik. Ini
adalahkeselamatan yang terjadi karena adanya perubahan
mendasar di dalam seluruh cara berpikir Anda. Keselamatan
seperti itulah yang sedang dibicarakan oleh Yesus. Anda tidak akan
diselamatkan hanya karena sudah berbuat baik. Tindakan iman tidak
akan dapat dijalankan oleh seorang yang masih dikuasai oleh daging.
Memberi tanpa mengharapkan balasan apapun dari pihak penerima
adalah suatu tindakan yang bertentangan dengan kecenderungan alami
kita. Kita baru bisa menjalankan hal itu jika cara berpikir kita sudah
berubah, jika kita sudah menjadi ciptaan baru yang berubah sejalan
dengan Roma 12:1-2. Saya harap Anda dapat memahami bahwa
kebenaran yang Yesus bicarakan adalah kebenaran yang sangat nyata
dan terlihat dalam kehidupan kita.
Kebenaran yang sedang kita bicarakan ini tidak boleh dipisahkan dari
pengampunan. Pertama-tama, kita harus memperoleh pengampunan
itu, dan Yesus sudah membicarakan tentang hal pengampunan ini di
dalam ayat-ayat awal dari pasal ini (yaitu di dalam Lukas 14:7-11).
Selanjutnya Yesus berbicara tentang hal bahwa sesudah kita diampuni,
maka kita diberi suatu kebenaran yang nyata, sikap atau cara berpikir
kita diubah. Apa arti perubahan cara berpikir ini? Anda lihat sendiri,
tidak ada orang yang menjalankan apa yang diajarkan oleh Yesus ini.
Cobalah keluar dan undanglah orang-orang miskin, lumpuh, cacat, atau
cobalah memberi bantuan kepada saudara-saudara seiman yang
kekurangan. Akan segera muncul pertanyaan di dalam pikiran Anda,
"Buat apa saya melakukan ini? Ini bukan tanggung jawab saya." Anda
akan melihat betapa hati dan pikiran Anda akan segera menentang
tindakan itu karena Anda tahu pasti bahwa tidak ada untungnya
135 | C A H A Y A I N J I L
berbuat seperti itu. Kita sudah terbiasa bertumbuh dalam cara berpikir
yang mengejar hasil dari setiap tindakan kita. Seluruh pendidikan yang
kita jalani mengajarkan hal ini - menjadi cerdik dan mengejar setiap
kesempatan untuk kepentingan diri sendiri. Memberi tanpa
mengharapkan balasan tentu akan berakhir dalam kemiskinan.
Begitulah cara kita berpikir. Tak seorangpun, yang belum
meninggalkan dunia dan cara berpikir yang duniawi, akan mau
mengundang orang-orang miskin.
Sekarang kita sampai pada definisi yang pertama dari kebenaran di
dalam pengajaran Yesus. Definisi yang pertama dari 'kebenaran' di
dalam ajaran Yesus adalah berpaling dari dunia karena segenap
cara berpikir kita sudah diubah. Orang yang benar akan berpegang
pada seperangkat nilai-nilai yang baru, dan titik pusat dari nilai-nilai itu
adalah Allah. Dan karena cara berpikirnya sudah berubah, ia akan
menjalani hidupnya tidak untuk dunia ini, tidak demi kehidupan yang
sekarang, akan tetapi demi kehidupan yang akan datang. Manusia baru
di dalam Kristus mampu memandang dunia sebagai hal yang
sementara, hal yang akan segera berlalu. Percuma bergantung pada
sesuatu yang akan segera berlalu.
Saya sering membayangkan orang yang berpegang pada dunia seperti
orang yang sedang menggenggam pasir. Semakin kuat genggaman
Anda, semakin cepat pasir itu keluar dari sela-sela jari Anda.
Pernahkah Anda mencoba hal ini? Lain kali, jika Anda sedang ke pantai,
cobalah melakukannya. Ambillah segenggam pasir kering dan
genggamlah seerat mungkin, seolah-olah Anda takut kehilangannya.
Anda akan melihat bahwa semakin keras genggaman Anda, semakin
cepat pula pasir itu keluar dari sela-sela jari Anda. Seorang manusia
baru akan memahami bahwa upaya untuk menggenggam dunia adalah
hal yang sia-sia. Paulus berkata, "Sebab kita tidak membawa sesuatu
apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke
luar" (1 Timotius 6:7). Anda tidak akan dapat membawa serta hasil
perjuangan Anda dalam mengejar kekayaan dunia. Uang, kehormatan
ataupun ijazah - semua harus Anda tinggalkan. Seorang manusia baru
akan memahami bahwa hidup yang akan datang itulah yang penting
karena hidup yang sekarang ini hanya sementara. Hidup yang akan
datang itulah yang harus diperjuangkan. Hidup itulah yang harus kita
hargai sejak sekarang ini.
136 | C A H A Y A I N J I L
Jadi siapa itu orang-orang benar menurut definisi pertama dari Yesus?
Orang yang benar adalah orang yang, sesudah berpaling dari dunia ini
lalu berpegang pada nilai-nilai yang baru, dan karena ia memegang
nilai-nilai yang baru, cara berpikirnya akan menjadi sangat berbeda,
terlihat dari kesediaannya untuk memberi tanpa mengharapkan
hasil langsung di dalam hidup yang sekarang ini. Malahan, ia
cenderung menghindari hasil langsung di dalam hidup ini, karena jika ia
mendapatkannya sekarang, maka ia kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan balasan dari Allah. Cara berpikirnya sangat revolusioner
dalam artian bahwa ia hanya menghendaki balasan dari Allah saja -
segala upah, hasil dan keuntungan. Dan dari sisi lain, jika ia menerima
perlakuan yang sewenang-wenang, ia hanya mengharapkan pembelaan
dari Allah saja, bukan dari manusia. Hanya Allah saja sumber
pengharapannya.
Apakah cara berpikir Anda seperti itu? Apakah cara berpikir saya
seperti itu? Sebagai orang Kristen, sudahkah cara berpikir kita diubah?
Apakah kita bersemangat jika Allah menjadi pusat perhatian kita di
dalam hati ini? Beranikah kita menempatkan segenap iman dan
kepercayaan kita di dalam Allah? Membutuhkan segenap keberanian
kita untuk dapat memiliki iman. Abraham segera berangkat mengikuti
perintah, walaupun tak tahu hendak pergi ke mana. Tindakannya itu
menuntut segenap keberanian yang ia miliki. Tidak ada orang yang
tanpa keberanian akan mampu memiliki iman yang menempatkan
kepercayaannya di dalam Allah dan melakukan hal seperti Abraham.
Orang yang berani melangkah akan mendapati bahwa Allah selalu
mendukung mereka dan bahwa Allah tidak pernah gagal. Akan tetapi
jika Anda tidak melangkah, maka Anda tidak akan melihat kemuliaan
Allah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Yesus di Yohanes 11:40,
"Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya
engkau akan melihat kemuliaan Allah?" Seperti yang sudah saya
sampaikan sebelumnya, persoalan yang menjerat gereja sekarang ini
adalah bahwa gereja dipenuhi oleh orang-orang yang tidak pernah
melihat kemuliaan Allah. Mereka belum pernah melihat kemuliaan Allah
karena mereka tidak memiliki keberanian untuk melangkah dalam iman
dan menempatkan kepercayaan mereka di dalam Dia untuk dapat
melakukan segala yang harus mereka lakukan.
Saya sudah membuktikan kepercayaan saya pada-Nya, dan Ia tidak
pernah gagal dalam menjaga kepercayaan saya. Dalam hal perlakuan
137 | C A H A Y A I N J I L
sewenang-wenang, saya sendiri sudah pernah mengalaminya, dan saya
tidak memilih untuk menuntut balas, sekalipun perlakuan tersebut saat
itu sangat tidak adil. Sebenarnya saya dapat saja membalas perbuatan
yang dilakukan terhadap saya, akan tetapi, setiap kali saya bermaksud
untuk melakukannya, saya berkata, "Tidak, Tuhan berkata,
'Pembalasan itu adalah hak-Ku, Akulah yang akan menuntut
pembalasan.' Saya tidak akan menuntut balas. Biarlah segala upah
saya berasal dari-Nya saja. Biarlah Tuhan saja yang meluruskan
perkara ini." Di dalam hal materi saya juga melakukan hal yang sama.
Dan Allah tidak pernah gagal. Saya mengembara dari Timur Jauh
menuju Eropa nyaris tanpa uang, sebagaimana yang diketahui oleh
beberapa orang dari Anda, dengan mengandalkan Allah sepenuhnya
karena Ia berkata, "Pergilah," maka saya pergi. Dan kesetiaan-Nya
sungguh terbukti. Sepanjang masa pendidikan saya, Ia memenuhi
segala kebutuhan saya. Saya menaruh seluruh kehidupan saya ke
dalam tangan-Nya, dan Ia tidak pernah gagal. Jika Allah gagal saat itu,
maka saya akan menjadi gelandangan di Inggris. Saya memandang ke
arah-Nya dan saya dapat melihat kemuliaan-Nya. "Bukankah sudah
Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat
kemuliaan Allah?" Semoga bertumbuh gereja yang dapat melihat
kemuliaan Allah. Dengan begitu maka tidak akan terlalu sulit lagi
menjadi orang yang benar dengan kasih karunia-Nya.
Mari kita simpulkan definisi yang pertama ini dengan dua poin. Poin
yang pertama adalah: orang benar adalah mereka yang pikirannya
terpusat pada Allah, yang mempercayakan segala perkara yang
dihadapinya kepada Allah. Dan poin yang kedua adalah, karena orang
benar hanya mencari balasan dari Allah, maka mereka mau memberi
kepada saudara-saudara seiman dan kepada orang-orang yang
membutuhkan tanpa mengharapkan sesuatu dari orang-orang tersebut.
Mungkin Anda akan berkata bahwa cara pikir seperti ini bertentangan
dengan prinsip ekonomi. Namun anehnya, di dalam praktek bisa
dijalankan. Masyarakat yang menjalankan prinsip ini akan mendapati
bahwa mereka tidak pernah kekurangan. Tidak akan terdapat orang
miskin di sana. Namun, sekalipun tinggal di tengah masyarakat yang
tidak menjalankan prinsip ini, orang-orang yang percaya akan Dia tidak
akan pernah mengalami kekurangan. Sangat mengagumkan. Allah
akan memelihara dan memenuhi bahkan sampai pada kebutuhan
jasmani Anda. Seperti yang disampaikan di dalam Mazmur
138 | C A H A Y A I N J I L
34:11, Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang
mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatupun yang baik. Demikianlah,
kesetiaan Allah menjangkau sampai pada urusan tersebut.
Jika Allah tidak dapat dipercayai bagi kehidupan yang sekarang ini,
buat apa mempercayai-Nya bagi kehidupan yang akan datang? Kadang
kala saya berpikir bahwa ucapan orang-orang non-Kristen mengandung
beberapa kebenaran tentang kemunafikan orang Kristen. Saya rasa
memang begitu. Orang Kristen akan menjalani hidupnya dengan cara
yang sangat berbeda jika mereka benar-benar memperlakukan Allah
sesuai dengan pengakuan mereka. Saya tidak pernah melupakan apa
yang diucapkan oleh Bertrand Russell yang berkata, "Jika orang-orang
Kristen benar-benar mempercayai Allah tepat seperti pengakuan
mereka, saya pikir mereka akan hidup dengan cara yang sangat
berbeda dengan apa yang saya amati sekarang ini." Saya pikir ia
benar. Allah macam apa yang Anda percayai? Apakah Anda
mempercayai Allah yang membangkitkan orang-orang mati? Apakah
Anda mempercayai Allah yang akan membangkitkan orang benar untuk
ikut ambil bagian dalam Perjamuan, perayaan keselamatan? Allah yang
ini adalah Allah yang mulia, agung, kudus dan adil. Allah yang ini
sangat layak untuk menerima kepercayaan. Marilah kita jalani hidup ini
sebagai orang yang memang benar-benar mempercayai-Nya. Biarlah
dunia dapat melihat bahwa kita, sebagai orang-orang yang mengaku
orang benar, memang mempercayai-Nya. Demikianlah, kebenaran
berarti kita berpaling dari dunia karena kita sudah sepenuhnya
berpihak kepada Allah; kita meletakkan kepercayaan sepenuhnya
kepada Allah. Kita tidak membagi kepercayaan kita kepada Allah dan
dunia. Kita tidak membagi kepercayaan terhadap Allah dan uang,
seperti yang coba dilakukan oleh beberapa orang Kristen, dan mereka
akhirnya menjadi orang-orang munafik. Anda hanya boleh memilih
untuk mempercayakan hidup Anda sepenuhnya kepada Allah atau
kepada dunia. Jika Anda mempercayai Allah, biarlah Dia saja yang
menjadi sumber pengharapan Anda.
Latar belakang Perumpamaan: Kisah Nyata tentang Bar Mayan
di dalam Talmud
Bagian kedua dari definisi tentang kebenaran ini dapat kita temukan di
dalam perumpamaan yang sama, dan perumpamaan ini
mengungkapkannya dengan sangat indah. Yesus menjelaskan di dalam
139 | C A H A Y A I N J I L
perumpamaan ini, tentang seseorang yang mengundang berbagai
macam orang ke pesta perjamuannya. Akan tetapi orang-orang yang
diundang itu mengelak dengan berbagai macam alasan. Mereka tidak
mau hadir. Akhirnya orang ini mengalihkan perhatiannya kepada
orang-orang miskin dan mengundang mereka. Dengan kata lain,
perumpamaan ini, secara sederhana, menjadi penerapan dari ucapan
sebelumnya dari Yesus kepada si orang Farisi, "Jika engkau ingin
mengundang orang, jangan mengundang mereka yang mampu
melainkan undanglah orang-orang miskin." Perumpamaan ini disusun
dengan indahnya, dan tampaknya kisah ini bersumber pada sebuah
kisah di dalam Talmud Palestina (Talmud ini ditulis dalam bahasa Aram
dan masa penulisannya adalah pada jaman Yesus atau mungkin
sebelum itu). Jika demikian halnya, maka kisah yang Yesus sampaikan
mungkin memang bersumber dari kisah nyata. Dari Talmud Palestina
itu kita dapat membaca kisah seperti ini:
Ada seseorang yang bernama Bar Mayan. Kata 'Bar' memiliki arti anak
laki-laki dari seseorang, jadi Bar Mayan adalah anak laki-laki dari Tuan
Mayan. Bar Mayan ini adalah seorang pemungut cukai yang sangat
kaya. Dan, sebagaimana yang Anda ketahui, pemungut cukai di jaman
itu merupakan orang-orang yang dibenci oleh masyarakat karena
mereka bekerja untuk kepentingan Roma. Ada juga orang yang baik di
antara mereka, akan tetapi secara umum, mereka sangat dibenci
karena dianggap tidak setia kepada bangsa Israel. Pada suatu hari
(harap diingat bahwa ini adalah kisah nyata), pemungut cukai yang
kaya ini mengundang para anggota dewan kota dalam sebuah pesta
perjamuan, karena ia berharap untuk dapat membina hubungan baik
dengan mereka. Ia berharap mereka mau mengerti mengapa ia
menjalankan pekerjaan itu, dan agar mereka mau menerimanya
sebagai sahabat. Ia merasa tidak nyaman berada di dalam keadaan
dimusuhi oleh masyarakat; ia ingin membuat semacam acara rujuk.
Akan tetapi para anggota dewan kota tidak mempedulikannya karena ia
adalah seorang pemungut pajak. Mereka mengucilkan dia dan menolak
undangannya. Namun, karena ia adalah orang dengan jabatan cukup
tinggi dan kaya raya, mereka harus memikirkan cara yang sopan untuk
menolak undangannya. Apapun alasannya, penolakan adalah sebuah
penolakan, dan Bar Mayan sangat kecewa dengan sikap mereka.
Tampaknya, pada saat undangan itu disampaikan, mereka tidak
langsung menyatakan penolakannya. Mereka membiarkan sampai tiba
140 | C A H A Y A I N J I L
hari perjamuan berlangsung. Pada hari yang dimaksud, tidak satupun
dari antara anggota dewan kota ini yang hadir di dalam pesta
perjamuan Bar Mayan.
Nah, pesta itu sudah siap digelar dan Bar Mayan tidak ingin hidangan
yang sudah tersaji itu terbuang percuma. Jadi ia bertindak persis
seperti yang diceritakan oleh Yesus di dalam perumpamaan. Ia
memerintahkan para hambanya untuk pergi keluar dan membawa
orang-orang miskin di kota (orang buta, lumpuh dan pengemis) ke
rumahnya dan menikmati hidangan yang telah disiapkannya, hidangan
yang telah ditolak oleh para anggota dewan kota.
Sekarang kita tahu bahwa perumpamaan ini memiliki latar belakang
sebuah kisah nyata yang tertulis di dalam Talmud. Dan, seperti yang
sudah saya jelaskan, masa penulisan Talmud itu mungkin sejaman atau
bahkan sebelum jaman Yesus. Jika memang demikian halnya, maka isi
perumpamaan ini tentunya sudah sangat dikenal oleh orang-orang
yang mendengarkannya saat itu. Seperti yang Anda ketahui,
perumpamaan ini disampaikan tidak hanya kepada si tuan rumah saja,
melainkan juga kepada semua tamu yang hadir di sana. Perumpamaan
ini akan terasa lebih menyakitkan di telinga orang-orang Farisi ini
karena mereka telah menolak Yesus. Mereka memperlakukan Yesus
sama seperti seorang pemungut cukai, akan tetapi mereka tidak dapat
mengucilnya karena Yesus sangat terkenal di kalangan rakyat bawah.
Rakyat sangat mengagumi Yesus; orang-orang kelas bawah ini sangat
menghormati dia. Para pemimpin tidak menghormatinya, akan tetapi
mereka tidak dapat mengucilkan dia karena besarnya popularitas Yesus
di kalangan rakyat jelata.
Hal semacam ini juga berlangsung sampai ke jaman kita, bukankah
begitu? Anda dapat membuktikannya dengan mengamati kisah hidup
John Wesley.
Harta benda, Uang dan Perkawinan Menggusur posisi Allah
dalam Kehidupan
Sekarang mari kita teliti perumpamaan ini. Yesus mengatakan bahwa di
dalam Perjamuan Mesianis itu semua orang diundang untuk datang,
bahkan para musuhnya pun diundang. Tidak ada yang dilewatkan.
Akan tetapi orang-orang yang diundang itu mulai mencari-cari alasan
141 | C A H A Y A I N J I L
untuk menolak. Yang pertama berkata, "Aku telah membeli
ladang (sebidang tanah) dan aku harus pergi melihatnya; aku minta
dimaafkan." Ia sangat sopan. Namun perlu Anda ketahui, apapun
alasannya - entah dengan cara sopan atau kasar - yang jelas itu adalah
suatu penolakan. KetikaYesus mengundang orang untuk datang, saya
melihat banyak orang yang secara sopan menolak undangan
itu. Penolakan yang sopan sama fatalnya dengan penolakan
yang kasar. Anda tidak akan berada di dalam Perjamuan itu.
Yang kedua berkata, "Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan
aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan." Kelihatannya,
ladang itu tidak bisa ditengok pada hari yang lain, dan kelihatannya
juga, lembu-lembu itu pun tidak bisa dicoba pada hari yang lain,
semuanya harus dikerjakan pada hari yang bersamaan dengan hari
perjamuan.
Yang ketiga berkata, "Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat
datang." Kelihatannya yang ketiga ini tidak sanggup untuk berpisah
dari istrinya, walau hanya untuk beberapa jam saja selama menghadiri
perjamuan! "Maaf, aku baru saja kawin," dan dengan demikian ia tidak
dapat hadir.
Mari kita periksa karakter dan isi dari alasan-alasan tersebut. Ada satu
kesamaan yang terdapat di dalam ketiga alasan tersebut:
ketiganya tidak ada rasa membutuhkan keselamatan. Di masa
kini, seringkali ketika Anda berbicara dengan orang lain, maka orang
yang paling sulit dijangkau, orang yang tidak dapat Anda tolong,
adalah orang yang tidak merasa bahwa ia membutuhkan pertolongan.
Dokter tidak dapat menolong seseorang yang tidak merasa sakit
sekalipun orang itu sedang sakit. Ia tidak merasa membutuhkan
pertolongan. Apa yang harus Anda lakukan? Apakah Anda akan
menyeret dan memaksanya untuk diobati? Tidak. Ia tidak merasa perlu
diobati. Ia berkata, "Saya baik-baik saja." Seseorang mungkin saja
sedang sekarat akibat penyakit kanker namun ia tidak merasakan apa-
apa. Penyakit ini sudah menjalar di tubuhnya, akan tetapi ia merasa
baik-baik saja, jadi ia tidak merasa perlu untuk diobati. Demikian pula
hal yang terjadi dengan ketiga orang ini, ada satu kesamaan umum
yang terdapat pada diri mereka. Tidak merasakan adanya suatu
kebutuhan rohani.
142 | C A H A Y A I N J I L
Mengapa? Karena perhatian mereka tertuju pada hal-hal materi.
Ini adalah poin yang ingin disampaikan oleh Yesus. Yang pertama
perhatiannya tersita oleh ladang yang baru saja dibelinya. Ladang, di
dalam pengajaran Yesus, mencerminkan pemilikan harta benda.
Tanah adalah milik yang sangat mendasar di mana Anda dapat
memakainya sebagai tempat untuk membangun rumah atau sebagai
ladang, atau apapun juga. Harta yang paling utama. Bahkan sampai
hari ini, orang-orang kaya tahu bahwa pemilikan tanah adalah pilihan
yang paling baik untuk menanam modal. Jika Anda menyimpan
kekayaan Anda dalam bentuk emas, harganya bisa naik dan bisa juga
turun. Jika disimpan dalam bentuk saham, ini lebih berbahaya karena
naik atau turunnya harga saham sangat cepat. Namun jika Anda
menyimpan kekayaan dalam bentuk tanah, ini adalah salah satu pilihan
yang paling aman. Tanah adalah harta milik yang paling dasar. Jadi,
pemilikan tanah di dalam perumpamaan ini dipakai sebagai gambaran
tentang pemilikan harta benda duniawi dalam bentuknya yang paling
dasar.
Orang yang kedua baru membeli lima pasang lembu kebiri. Lembu
adalah salah satu alat produksi. Untuk jaman sekarang mungkin dapat
kita bandingkan dengan seorang petani yang baru saja membeli lima
traktor, karena lembu dipakai untuk menggarap ladang. Percuma
membeli ladang jika Anda tidak punya alat untuk menggarapnya. Jadi,
lembu adalah gambaran dari alat produksi. Mereka melambangkan
sarana untuk memperoleh penghasilan, alat bisnis. Jadi, orang yang
pertama berkutat dengan harta bendanya sedangkan orang yang kedua
berkutat dengan bisnisnya.
Dan orang yang ketiga berkutat dengan perkawinannya. Perkawinan
adalah hal yang diidam-idamkan oleh kebanyakan orang. Mereka
bekerja dan menabung dengan harapan pada suatu hari nanti
mendapatkan seorang istri, lalu anak, lalu menjalani kehidupan yang
mapan.
Tidak ada salahnya menjalani kehidupan yang mapan. Menjalankan
usaha dan memiliki harta benda juga bukan merupakan suatu
kejahatan. Yang salah adalah jika hal-hal tersebut menjadi sangat
penting bagi Anda sehingga Anda mengabaikan Pesta Perjamuan
Keselamatan Allah. Inilah poinnya. Bukan perkawinan itu yang
dikecam. Memakai perkawinan sebagai alasan untuk menolak
143 | C A H A Y A I N J I L
keselamatan Allah, itulah yang dikecam. Harta benda milik Anda
bukanlah suatu kutukan, namun ketika harta benda itu dijadikan
sebagai alasan untuk menolak keselamatan dari Allah, datanglah
kutukan. Orang-orang itu memakai ketiga alasan ini untuk menolak
keselamatan yang ditawarkan, dan setiap alasan terlihat cukup kuat.
Mereka telah diperbudak oleh hal-hal tersebut. Harta benda, pekerjaan
dan perkawinan telah menyita perhatian mereka. Ini adalah gambaran
dari orang-orang yang belum mau berpaling dari dunia. Kita sudah
melihat sebelumnya bahwa definisi pertama dari kebenaran adalah
orang yang sudah meninggalkan keduniawian dan berpaling
sepenuhnya kepada Allah. Sedangkan orang-orang ini sangat terikat
pada perkara-perkara dunia sehingga mereka mengabaikan perjamuan
Keselamatan Allah. Ini adalah hal yang sangat tragis!
Saya sudah sering melihat contoh nyata yang terjadi dalam kehidupan
ini. Setiap perumpamaan dari Yesus berkaitan langsung dengan
kehidupan sehari-hari. Kita dapat mengamati kehidupan orang-orang
muda yang masih duduk di bangku sekolah atau kuliah sebagai contoh.
Saya sering melihat betapa besarnya semangat mereka dalam
melayani Tuhan. Mereka sibuk melakukan banyak hal bagi Allah.
Sangat banyak waktu yang mereka manfaatkan bagi Allah. Selalu saja
ada kegiatan yang harus dikerjakan. Lalu mereka lulus kuliah.
Selanjutnya, mereka mulai memiliki penghasilan dan membeli sebidang
tanah; dan membangun rumah. Mereka membeli mobil, lalu menikah.
Sejalan dengan kisah sukses duniawi mereka, semangat mereka bagi
Allah juga semakin menurun. Secara perlahan mereka mulai
mengabaikan keselamatan. Mereka menjadi dingin. Mereka bilang
bahwa mereka sudah 'semakin dewasa'. Kenyataannya, yang terjadi
adalah bahwa mereka sudah 'semakin duniawi'. Ini sering terjadi. Pada
waktu saya masih kuliah dulu, ada banyak teman yang sangat
bersemangat bagi Allah, mereka sangat sibuk berbuat ini dan itu bagi
Allah. Sekarang ini, mereka sudah menjadi pengacara, pengusaha
besar dan dokter - menjadi orang yang punya kedudukan penting di
masyarakat. Dan seiring dengan peningkatan kedudukan di dunia,
secara rohani mereka menjadi semakin dingin, dan beberapa malah
sudah benar-benar murtad. Mereka tidak punya waktu lagi untuk
datang ke Perjamuan Keselamatan Allah. Perjamuan Tuhan memang
bagus, akan tetapi mereka tidak ada waktu untuk itu. Mereka sudah
144 | C A H A Y A I N J I L
terikat dengan tanah, lembu dan istri-istri mereka. Ini adalah perkara
yang sangat nyata.
Definisi Kedua tentang kebenaran: Merasa Sama Sekali Tidak
Layak di hadapan Allah
Apa yang Yesus lakukan kemudian? Ia tidak memaksa mereka yang
sudah menolak keselamatan, tetapi dia pergi keluar dan membawa
orang-orang miskin, orang buta, orang lumpuh, orang-orang yang tidak
berharga ke perjamuannya. Ini membawa kita pada definisi yang kedua
dari kebenaran yakni hal kelayakan [worthiness].
Dalam pandangan dunia, semakin tinggi kedudukan Anda, semakin
Anda merasa layak atau berharga. Berhati-hatilah terhadap perangkap
yang satu ini. Saat ini, mungkin Anda masih seorang mahasiswa atau
pelajar. Dalam pandangan dunia, Anda masih bukan apa-apa selain
orang yang tanpa gelar. Namun ketika Anda lulus dan memperoleh
gelar, Anda tiba-tiba merasa bahwa Anda telah menjadi 'seseorang'.
Sekarang Anda merasa layak! Anda berhak memakai toga dan
sepotong topi yang berbentuk lucu di atasnya. Anda sekarang
mempunyai selembar kertas dengan tulisan yang indah, yang dapat
Anda pamerkan dalam bingkai emas. Kertas itu membuat Anda merasa
berharga! Ijinkan saya memberitahu Anda tentang satu hal. Tepat pada
saat Anda merasa bahwa diri Anda layak, saat itu pula Anda mulai
menimbun masalah di hadapan Allah. Orang-orang di dalam
perumpamaan ini adalah orang-orang yang mendadak merasa diri
penting karena sudah memiliki ladang, lembu atau sudah menikah.
Ketika Anda menikah, tidakkah Anda merasakan bahwa tiba-tiba Anda
telah mendapat satu status, Anda sekarang masuk ke golongan
'senior'? Akhirnya! Orang-orang muda yang duduk di bawah sana harus
mendengarkan omongan dari para 'senior', orang-orang yang sudah
menikah. Sekarang Anda berhak untuk dipanggil "Bapak Anu". Bagi
yang wanita, jika sebelumnya Anda dipanggil 'nona', sekarang Anda
dipanggil 'nyonya'. Mendadak Anda sampai pada satu kedudukan yang
lebih tinggi. Ini keadaan yang sangat berbahaya. Titik masuk dari
penyakit rohani.
Jika Anda ingin menjadi orang benar di hadapan Allah, rendahkanlah
diri Anda. Cara untuk mencapai puncak adalah dengan jalan menuju ke
bawah. Nilailah diri Anda sesuai dengan cara pandang Allah terhadap
145 | C A H A Y A I N J I L
Anda. Alasan mengapa Anda merasa seperti orang penting adalah
karena Anda menilai diri Anda sesuai dengan pandangan orang lain
terhadap Anda. Anda menilai diri Anda mengikuti cara penilaian dunia.
"Berapa banyak orang yang lulus pendidikan tinggi? Ya, tidak terlalu
banyak, dan sayaadalah salah satu di antaranya. Dan berapa banyak
yang mencapai gelar Master? Lebih sedikit lagi, akan
tetapi saya termasuk yang mencapai gelar itu. Dan berapa banyak
yang sampai ke gelar Doktor? Wah, sedikit sekali! Saya termasuk di
antara yang sedikit ini, golongan elit." Sebenarnya tidak ada yang salah
dengan gelar Doktor. Tidak ada yang salah dengan gelar Master. Sama
sekali tidak salah. Keluarga saya sendiri banyak yang bergelar Doktor.
Akan tetapi masalah akan muncul jika: semuanya itu membuat Anda
merasa sangat layak, merasa sebagai orang penting, merasa bahwa
Allah sangat beruntung memiliki orang-orang seperti Anda, akibatnya
Anda tidak lagi layak menjadi 'orang benar' di mata Allah. Allah
berpihak pada mereka yang memiliki kerendahan hati dan jiwa yang
remuk. Pada saat kita merasa diri ini layak, saat itu pula kita menjadi
tidak layak di mata Allah. Saya harap Anda menghayati prinsip ini.
Ketika kita merasa sudah sampai di tujuan, itu berarti bahwa kita
masih jauh dari tujuan itu secara rohani. Karena pada saat itu, kita
cenderung untuk menilai diri ini mengikuti cara pandang orang lain
terhadap kita, dan bukannya mengikuti cara pandang Allah. Karena
orang-orang menghormati kita, lalu kita merasa layak untuk dihormati,
merasa diri ini cukup penting.
Seberapa Layak Anda di hadapan Allah?
Ada tiga kategori orang yang terdapat di dalam perumpamaan ini.
Kategori yang pertama adalah mereka yang menolak undangan dengan
memberi pelbagai alasan. Perhatikan bahwa hanya ada satu makna
yang tersirat di dalam penolakan mereka - urusan mereka lebih penting
ketimbang tuan rumah yang mengundang mereka. Jika mereka
memandang si tuan rumah ini lebih penting daripada urusan mereka,
tentunya mereka pasti datang memenuhi undangannya. "Jika engkau
yang mengundang, saya pasti datang. Saya tidak kuatir dengan
urusan-urusan yang lain. Saya akan meninjau ladang, mencoba lembu
atau menemani istri saya besok, atau lusa, atau minggu depan saja.
Saya tidak akan melewatkan undanganmu!" Akan tetapi, mereka
tidak menghargai si tuan rumah. Itu adalah hal pertama yang
terungkap. Mereka berpikir, "Orang yang mengundang saya ini tidak
146 | C A H A Y A I N J I L
berharga di mata saya. Jika saya memilih untuk datang, maka ia akan
menikmati kehormatan dan kemuliaan saya."
Ada orang yang merasa bahwa Allah dimuliakan karena keberadaan
mereka sebagai orang Kristen. Mereka mengira diri mereka orang
Kristen super. Allah sungguh beruntung karena mereka berada di
tengah-tengah jemaat! Sial sekali! Mengertikah mereka apa itu
kemuliaan Allah? Apakah mereka merasa bahwa kehadiran mereka
akan menambah satu poin lagi kemuliaan Allah? Allah seperti apa yang
mereka sembah? Ia adalah Pencipta langit dan bumi. Apakah Allah
dimuliakan karena Anda ada di dalam gereja? Apakah karena Anda
menjadi pendeta di dalam Gereja-Nya, apakah Ia mendapat tambahan
kemuliaan? Apakah Ia dimuliakan karena berada bersama-sama Anda?
Jika Anda memiliki sedikit pemahaman tentang Allah, Anda akan
merasa, "Saya tidak layak membanggakan diri saya sebagai orang
Kristen." Sekarang lihatlah, orang-orang yang menerima undangan itu
menilai si tuan rumah tidak layak untuk mengundang mereka dalam
perjamuan makan. Sering kali, ketika kita mengundang orang-orang
bagi Perjamuan Keselamatan, ketika kita mengundang mereka ke
gereja, mereka berkata, "Saya tidak ada waktu." Anda tidak punya
waktu? Lihat saja nanti, kalau Allah sudah tidak ada waktu lagi buat
Anda, baru tahu rasanya!
Kategori yang kedua dari orang-orang yang diundang oleh Allah
adalah mereka yang benar-benar merasa tidak layak. Orang
miskin, orang cacat, orang buta dan orang lumpuh adalah orang-orang
yang tidak memandang diri sebagai orang penting. Mereka tidak
memandang diri mereka layak untuk dihormati. Ketika menerima
undangan, mereka tidak mencari alasan untuk menolak. Mereka segera
datang. "Wah, saya diundang? Yang benar?! Dia mengundang saya?
Wah!" Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah menilai diri
sendiri sebagai orang yang layak untuk menerima undangan itu.
Orang-orang yang menyadari sepenuhnya bahwa mereka jauh dari
kelayakan.
Dan Anda mestinya dapat melihat adanya suatu perkembangan di
dalam perumpamaan ini. Mereka yang masuk kategori ketiga ini adalah
orang-orang yang merasa sangat tidak layak sehingga disebutkan di
dalam ayat 23, mereka harus dipaksa untuk masuk: mereka harus
digiring masuk. Si tuan rumah berkata kepada hamba-hambanya,
147 | C A H A Y A I N J I L
"Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang
ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh." Ini menjelaskan
tentang mereka yang masuk dalam kategori ketiga. Mereka adalah
orang-orang yang merasa sangat tidak layak untuk menerima kasih
karunia dan kemurahan Allah sehingga ketika Anda berkata, "Mari,
Allah akan menerimamu," mereka akan menjawab, "Saya tidak layak
untuk itu. Saya sudah terlalu banyak berbuat dosa. Allah tidak akan
menerima saya." Anda perlu untuk menarik mereka dengan lembut dan
memimpin mereka masuk ke dalam kerajaan Allah. Anda harus
menggiring mereka dan berkata, "Ayo. Percayalah, sekalipun engkau
tidak layak untuk itu, Allah mau menerimamu."
Jadi definisi yang kedua dari kebenaran menurut ajaran Yesus
sangatlah sederhana: semakin Anda merasa tidak berarti, semakin
berharga Anda di mata Allah. Orang yang menilai diri mereka sangat
berharga justru adalah orang yang paling tidak berharga. Dan orang
yang paling dihargai oleh Allah adalah mereka yang sadar
sepenuhnya bahwa diri mereka tidak berarti apa-apa. Ini tidak
bersumber dari kerendahan hati yang palsu. Ini adalah perkara
pengenalan diri, pemahaman atas keadaan diri sendiri. Allah tidak
kagum dengan jumlah uang yang Anda miliki. Apakah Anda pikir Ia
akan terkesan dengan hal itu? Orang lain mungkin akan terkesan,
namun Allah bukan manusia. Ia tidak kagum melihat kekayaan Anda.
Apakah Anda mengira bahwa Allah akan kagum dengan prestasi belajar
Anda? Orang lain mungkin akan mengagumi prestasi Anda, akan tetapi
apa artinya itu semua buat Allah? Allah menilai hati Anda, diri Anda
yang sesungguhnya. Itulah yang diamati-Nya. Ia tidak menilai ijazah
Anda. Ia mengamati langsung isi hati Anda dan menilai Anda dari sana.
Seperti apa Anda sesungguhnya - kelemahan Anda, kekurangan Anda,
keegoisan Anda - semua itu tercermin di dalam hati Anda. Isi hati
itulah yang harus kita perhatikan karena memang hanya itu yang
dinilai oleh Allah.
Kesimpulan: Jadilah Miskin di hadapan Allah
Kita akan menyimpulkan poin-poin dari khotbah hari ini.
Tidak ada kebahagiaan yang melebihi kebahagiaan menerima
undangan dari Allah bagi Perjamuan Keselamatan. Tak ada yang lebih
penting dari itu. Tidak ada sukacita yang lebih besar dari itu,
148 | C A H A Y A I N J I L
sebagaimana yang diucapkan oleh seseorang pada ayat 15,
"Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah."
Berbahagialah orang yang mendapat tempat di dalam kerajaan Allah!
Akan tetapi siapa yang akan mendapat tempat di dalam kerajaan Allah?
Tentu saja mereka yang termasuk di antara orang-orang benar yang
dibangkitkan, seperti yang tertulis dalam ayat 14. Lalu, siapa itu orang-
orang benar? Orang benar adalah mereka yang miskin di hadapan
Allah, seperti yang kita lihat di dalam Matius 5:3. Merekayang miskin di
hadapan Allah itulah yang memiliki kerajaan surga. Mereka itulah yang
akan mendapatkan tempat di dalam Perjamuan Keselamatan Allah.
Tetapi, apa arti miskin di hadapan Allah? Pengertiannya dapat kita lihat
dari kedua poin yang sudah didefinisikan dari kata kebenaran. Pertama,
orang yang miskin di hadapan Allah adalah mereka yang sudah
berpaling dari dunia karena cara berpikir mereka sudah berubah,
mereka berpegang pada standar yang baru. Orang yang miskin di
hadapan Allah adalah mereka yang sudah mengucapkan selamat
tinggal bagi dunia, dan berkata "Ya,' kepada Allah. Bagi mereka, Allah
merupakan pusat perhatian di hati mereka. Mereka hanya
mengharapkan balasan dari Allah saja, bukan dari manusia. Mereka
hidup sejalan dengan kehendak Allah. Apapun yang mereka lakukan,
tidak dilakukan demi mengejar pujian dari manusia. Sekalipun
diperlakukan sewenang-wenang oleh orang lain, mereka tidak
mengejar keadilan dari manusia; mereka hanya mengharapkan
keadilan dari Allah saja. Perhatian mereka selalu tertuju kepada Allah
saja di dalam segala perkara. Dan juga, karena orang-orang yang
miskin di hadapan Allah ini sudah mengucapkan selamat tinggal buat
dunia, secara materi mereka juga miskin karena mereka tidak
termasuk bagian dari dunia lagi. Yang menjadi kepunyaan mereka
adalah Allah.
Yang kedua, mereka adalah orang-orang yang sangat menyadari
betapa tidak layaknya diri mereka. Orang yang miskin di hadapan
Allah adalah orang-orang dengan hati yang remuk redam, yang selalu
sadar bahwa sebenarnya mereka tidak layak menerima kemurahan
Allah, bahkan karunia yang terkecil sekalipun. Rasul Paulus memberi
contoh yang nyata tentang hal ini. Anda tidak akan menemukan orang
yang akan melebihi Paulus dalam hal menilai dirinya sendiri sebagai
tidak layak. Anda hanya perlu melihat 1 Timotius 1:15, di mana ia
149 | C A H A Y A I N J I L
berkata, "Di antara mereka akulah yang paling berdosa," ia
memandang dirinya seperti itu karena pernah menganiaya Jemaat
Allah. Paulus berkata, "Jika engkau merasa dirimu sangat berdosa.
Saya jauh lebih parah darimu. Hal yang pernah kulakukan jauh lebih
buruk daripadamu." Di dalam 1 Korintus 15:9 ia berkata, "Aku adalah
yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat
Allah." Ia masih belum memaafkan dirinya sendiri sekalipun Allah
sudah memaafkannya. Artinya, Paulus tidak pernah melupakan hal itu.
Ia selalu teringat akan hal itu, dan ini memberinya kerendahan hati. Ia
selalu sadar bahwa dirinya sangat tidak layak bagi kerajaan Allah.
Orang yang paling berharga di mata Allah adalah orang yang tahu
bahwa dirinya sedikitpun tidak layak.
Di Matius 8:8, si komandan pasukan [perwira] berkata kepada Yesus,
"Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku." Sikapnya ini
sangat jauh berbeda dengan sikap orang-orang yang menerima
undangan Perjamuan Allah namun menolaknya. Ia merasa tidak layak
untuk menerima Yesus datang ke rumahnya, padahal ia seorang kepala
pasukan. Kepala seratus prajurit (Centurion) adalah jabatan militer
yang cukup tinggi. Ia dapat saja berkata, "Aku seorang komandan
pasukan, kedudukanku di atas rakyat jajahan ini." Seorang perwira
berhak untuk tampil menghadap Kaisar. Kedudukannya sudah cukup
tinggi untuk itu. Dan seorang perwira centurion biasanya berasal dari
keluarga terhormat; keluarga bangsawan. Ada juga yang mencapai
jabatan itu berdasarkan prestasinya sendiri. Namun banyak yang
memperoleh jabatan ini karena kedudukan keluarganya. Dan perwira
centurion yang satu ini, sekalipun pangkatnya tinggi, tidak memandang
bahwa ia adalah orang penting karena pangkatnya itu. Ia malah
berkata, "Aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku." Akan
tetapi ia kemudian dinyatakan layak dibandingkan dengan umat Israel.
Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar
ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel."
(Mat.8:10)
Mari kita berdoa semoga Allah menyatakan kepada kita bagaimana
keadaan kita yang sebenarnya, sehingga kita tahu harus bagaimana
supaya bisa termasuk ke dalam golongan orang benar, dan supaya kita
boleh mendapatkan tempat pada Perjammuan Keselamatan, dengan
kasih karunia Allah.
150 | C A H A Y A I N J I L
Perumpamaan tentang Uang Dirham yang Hilang
Lukas 15:8-10 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang, Montreal,
Kanada
Isi khotbah
Hari ini kita akan melanjutkan pembahasan tentang pengajaran Yesus
di dalam Lukas 15:8-10. Bagi Anda yang baru saja bergabung dengan
kami, saya beritahukan bahwa di sini kami secara sistematis
membahas apa yang diajarkan oleh Yesus Kristus sehingga tidak ada
bagian dari pengajaran Tuhan yang terlewatkan. Jadi untuk
selanjutnya, kita akan mempelajari semua yang telah Yesus ajarkan
kepada kita karena tidak ada satupun ajaran-Nya yang tidak penting.
Semuanya sangat penting. Firman-Nya adalah roh dan mereka itu
hidup.
Dan hari ini, kita sampai pada satu perumpamaan yang indah dari
pengajaran Yesus di dalam Lukas 15:8-10, bagian yang sering disebut
dengan nama Perumpamaan tentang Uang Dirham yang hilang.
Semakin saya mempelajari perumpamaan ini, semakin saya
menghargai keindahannya. Dapat dikatakan bahwa ini adalah salah
satu perumpamaan favorit saya. Betul-betul sangat indah, dan
disampaikan hanya dalam tiga ayat saja. Inilah apa yang dikatakan
oleh Yesus:
Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika
ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu
rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?
Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan
tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama
dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan. Aku
berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-
malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.
Nah, kita semua adalah orang berdosa itu, yang ketika bertobat,
membangkitkan sukacita di surga. Surga adalah tempat yang berisi
sukacita, akan tetapi sukacita itu semakin bertambah ketika ada
151 | C A H A Y A I N J I L
seorang berdosa yang bertobat. Begitu besarnya kasih di surga! Jika
Anda tidak peduli apakah seseorang akan diselamatkan atau tidak,
tentu saja Anda tidak ikut bersukacita. Akan tetapi karena Allah dan
para malaikat-Nya sangat menyayangi manusia, maka mereka selalu
bersukacita atas pertobatan seseorang. Pernahkah Anda
memperhatikan bahwa hanya orang-orang yang sangat mengasihi
Anda sajalah yang bersukacita atas kesejahteraan Anda? Allah
mengasihi Anda, dan para malaikat juga sangat mengasihi Anda. Jadi
mereka sangat bersukacita jika Anda bertobat. Ini adalah pemahaman
yang baru, bukankah begitu? Tahukah Anda bahwa para malaikat
sangat mengasihi Anda sehingga mereka ikut bersukacita bagi Anda?
Bukan Sekadar Pengulangan dari Perumpamaan tentang Domba
yang Hilang
Ada banyak penafsir modern, sebenarnya malah sebagian besar dari
penafsir modern, yang menganggap bahwa perumpamaan ini tidak ada
bedanya dengan perumpamaan sebelumnya. Mereka mengira bahwa
perumpamaan ini hanya sekadar pengulangan dari perumpamaan
sebelumnya, yaitu perumpamaan tentang Domba yang Hilang. Bahkan,
seorang penafsir dari Jerman, Rienecker menyatakan, "Segala yang
disampaikan dalam perumpamaan ini sudah disampaikan di dalam
perumpamaan sebelumnya, kecuali satu hal. Satu-satunya perbedaan
dari kedua perumpamaan itu adalah di dalam perumpamaan yang
sebelumnya, seekor domba yang hilang itu dibandingkan terhadap total
seratus ekor domba yang ada, sedangkan di dalam perumpamaan ini,
sekeping dirham dibandingkan terhadap total sepuluh dirham. Jadi
kesimpulannya, nilai orang berdosa sudah dinaikkan dari seperseratus
menjadi sepersepuluh. Tadinya "nilainya" 1%, tetapi sekarang
"nilainya" 10%." Hanya itulah satu-satunya perbedaan yang dilihat oleh
Rienecker. Betapa kelirunya orang ini! Cara menafsir seperti ini
sangatlah aneh. Kebanyakan penafsir, baik dari Jerman atau negara
lainnya, tampaknya menganggap bahwa perumpamaan ini tidak
menyampaikan sesuatu yang berbeda.
Saya akan menunjukkan kepada Anda betapa banyaknya perbedaan
yang ada, perumpamaan ini mengandung banyak kekayaan makna
yang tidak disebut dalam perumpamaan sebelumnya. Semakin saya
merenungkan perumpamaan ini, semakin nyata keindahan yang
ditampilkannya. Setiap bagiannya mengandung banyak makna jika kita
memiliki mata rohani untuk dapat melihat, oleh anugerah Allah. Seperti
152 | C A H A Y A I N J I L
yang sudah sering saya tekankan, satu-satunya hal yang Anda
butuhkan pada saat mempelajari Firman Allah adalah pemahaman
rohani, dan bukan sekadar gelar akademik, untuk bisa melihat
keindahan yang terkandung di dalamnya. Para pakar yang memberi
penafsiran itu tentulah memiliki bekal pendidikan yang tinggi, dan
sebagian dari kita juga memiliki bekal pendidikan yang cukup tinggi.
Namun tak seorang pun dari kita yang akan mampu mendapatkan
kekayaan makna dari Firman Allah hanya dengan mengandalkan
kecerdasan otak saja. Saya tidak lebih cerdas. Ada banyak orang yang
jauh lebih cerdas dari pada saya. Kasih karunia dari Allahlah yang
membuat saya mampu menggali makna dari apa yang disampaikan
oleh Yesus. Tidak ada hubungannya dengan kecerdasan. Semua
pemahaman itu berasal dari anugerah Allah. Nah, mari kita buka apa isi
perumpamaan ini dengan bersandar pada kasih karunia Allah.
Allah Memberitahu kita melalui Perumpamaan Ilahi ini: Setiap
Orang Berdosa Sangatlah Berharga buat-Nya
Pertama-tama, mari saya uraikan gambaran dari perumpamaan yang
indah ini. Isinya sendiri cukup sederhana. Ada seorang perempuan
yang memiliki sepuluh keping uang perak. Dari sini kita tahu bahwa
perempuan ini tidak terlalu kaya. Setiap keping uang perak bernilai
satu dinar, kira-kira sama dengan upah harian seorang buruh. Jadi ia
memiliki sepuluh dirham yang kurang lebih apa yang diperolehi
seorang pekerja kasar dengan bekerja sepuluh hari. Bukan merupakan
jumlah yang besar tentunya. Beberapa penafsir memperkirakan bahwa
koin-koin itu dipakai oleh perempuan ini sebagai hiasan kerudung. Para
wanita di Timur Tengah pada zaman Tuhan Yesus biasa menghias
kerudungnya dengan menggantungkan koin-koin di sana (dan
kebiasaan ini masih dilakukan oleh wanita-wanita dari kaum Badui di
Timur Tengah sampai sekarang). Mereka melubangi uang koin perak
atau emas, dan menjahitnya ke kerudung sebagai hiasan. Penampilan
mereka sangat cantik dengan kerudung berhiaskan koin tersebut. Uang
koin tersebut sering kali diberikan kepada si wanita sebagai mas-kawin,
dan menjadi milik pribadinya, sang suami tidak berhak atas koin
tersebut. Jika ia harus berpisah dengan suaminya, atas alasan apapun,
sang suami tidak memiliki hak apa pun atas mas-kawin tersebut. Ini
menjadi jaminan bagi seorang wanita untuk bisa membiayai hidupnya
jika suaminya meninggal atau pun jika terjadi perceraian, atau pun
153 | C A H A Y A I N J I L
perpisahan karena sebab-sebab yang lain. Demikianlah halnya dengan
kesepuluh uang dirham di dalam perumpamaan ini.
Namun perumpamaan ini tidak menyatakan bahwa kesepuluh dirham
itu bagian dari hiasan kerudung perempuan ini. Ini hanya sebuah
perkiraan, dan tidak menjadi masalah apakah uang dirham itu menjadi
hiasan kerudung atau tidak. Yang jelas, jika kesepuluh dirham itu
memang merupakan hiasan kerudung, maka hal ini justru
menunjukkan betapa miskinnya perempuan itu. Para wanita suku-suku
pengembara Badui di Timur Tengah biasanya memasang 50 sampai
100 koin di kerudungnya. Jika perempuan ini hanya memasang 10 koin
saja, maka itu menunjukkan bahwa ia seorang yang sangat miskin.
Namun, sekali lagi, hal ini tidak terlalu penting. Yang penting adalah
bahwa perempuan ini hanya punya sepuluh dirham, dan kehilangan
salah satunya tentu saja sangat terasa bagi perempuan ini. Jika Anda
memiliki ratusan koin, dan Anda kehilangan salah satu di antaranya,
mungkin Anda malah tidak menyadarinya. Akan tetapi jika Anda hanya
punya sepuluh koin, dan Anda kehilangan salah satu darinya, Anda
akan segera menyadari bahwa Anda telah kehilangan sesuatu. Sekali
lagi, ini semua menunjukkan bahwa di mata Allah, setiap orang
berdosa itu sangat berharga. Yesus tidak mau berkata bahwa Anda
hanya satu di antara sejuta orang, dan jika Anda tidak eksis, Allah
bahkan tidak akan tahu. Ia berkata, "Tidak, jika engkau belum bertobat
dan belum membuka hatimu kepada Allah, belum meminta kepada-Nya
untuk menerimamu masuk ke dalam kerajaan-Nya, Allah tahu akan hal
itu. Engkau berharga di mata Allah." Dan hal ini lebih ditekankan lagi
dengan fakta bahwa koin tersebut adalah koin perak, bahan yang
harganya cukup mahal. Bukan sekadar koin perunggu, bahan termurah
untuk membuat koin. Demikianlah, perempuan ini kehilangan sebuah
koin peraknya.
Rumah-rumah di daerah Palestina di waktu itu biasanya terbuat dari
lumpur kering atau batu bata dari lumpur, dan sebagian besar tidak
berjendela. Tanpa jendela, cahaya hanya masuk dari pintu. Itu
sebabnya si perempuan itu harus menyalakan pelita. Dan pelita itu
tidak dinyalakan pada malam hari saja tetapi juga di siang hari. Lantai
rumah juga biasanya berupa lapisan lumpur kering dan cenderung
menimbulkan banyak debu. Jadi jika sekeping uang jatuh ke lantai, ia
akan dengan mudah tertutup oleh debu dan kegelapan. Itu sebabnya
lantai perlu disapu untuk mencari koin tersebut. Pada saat menyapu
154 | C A H A Y A I N J I L
lantai, diharapkan akan terdengar suara koin yang terkena sapu, atau
setelah debu yang menutupinya disapu, diharapkan akan terlihat
pantulan cahaya dari koin tersebut. Itu sebabnya di dalam
perumpamaan ini si perempuan tersebut menyalakan pelita dan
menyapu rumah (yang biasanya hanya terdiri dari satu ruangan saja)
saat mencari uangnya yang hilang itu. Ketika ia menemukannya,
hatinya dipenuhi oleh sukacita karena uang tersebut sangat berarti
baginya!
Bagi seorang yang kaya, kehilangan sekeping koin tidak berarti
buatnya. Di Kanada, saya sering sekali menemukan koin yang tercecer.
Tampaknya saku orang-orang di Kanada ini selalu penuh dengan koin
sehingga selalu ada koin yang tercecer. Saya yakin, Anda sendiri
tentunya sering mendapatkan koin yang tercecer. Di Inggris, sangat
jarang saya bisa mendapatkan koin. Mungkin orang di sana tidak cukup
makmur, jadi mereka tidak membiarkan koinnya hilang. Saya tidak
ingat, apakah saya pernah menemukan koin di Inggris selama saya
tinggal di sana. Namun hanya di dalam waktu yang singkat, sekitar dua
atau tiga tahun di Kanada ini, saya sudah menemukan banyak sekali
koin. Tampaknya penduduk di sini tidak peduli jika kehilangan 10 atau
25 sen.
Bagi perempuan ini, koin itu sangatlah berharga. Dia segera menyadari
adanya koin yang hilang. Ketika ia berhasil menemukannya kembali,
hatinya sangat bersukacita. Koin itu sangat berarti bagi perempuan
miskin ini, sementara bagi orang kaya tentu saja tidak ada artinya.
Kemiskinan perempuan ini ditampilkan hanya untuk menunjukkan fakta
betapa berharganya setiap jiwa bagi Allah. Bukan itu saja, semua
malaikat di surga ikut bersukacita jika seorang berdosa bertobat. Allah
bukan Pribadi yang mementingkan jumlah. Ia tidak bersukacita atas
5.000 orang yang menandatangani surat pernyataan iman. Bagi-Nya,
satu sangat berharga. Kita bersukacita jika melihat jumlah yang besar,
akan tetapi Dia bersukacita atas satu orang. Sangat luar biasa melihat
betapa berbedanya sikap Allah dari sikap manusia. Manusia selalu
terpaku pada jumlah karena hanya itu yang penting bagi mereka.
Mari kita mulai meneliti makna rohani dari perumpamaan ini. Pada
dasarnya, kita sudah melihat bahwa perumpamaan ini memberi kita
gambaran yang luar biasa tentang watak Allah, cara Ia menilai, bukan
manusia saja, akan tetapi termasuk manusia yang terhilang, orang
155 | C A H A Y A I N J I L
berdosa. Sangat sering terjadi orang Kristen memandang remeh orang
yang bukan Kristen. Akan tetapi Allah tidak seperti itu. Hati Allah
tergerak mencari orang yang hilang. Ia tidak berpikir seperti
kebanyakan orang Kristen, yang di dalam hatinya berkata, "Nah, saya
sudah diselamatkan. Kamu sendiri bagaimana?" Jika Anda berpikir
seperti ini, maka sebenarnya seluruh perhatian Anda sedang terpusat
pada diri sendiri - "Siapa saya." Namun jika Anda memikirkan
kebutuhan orang lain, Anda melupakan diri Anda. Anda memikirkan
betapa berharganya orang lain dan bagaimana memulihkan
hubungannya dengan Allah. Jadi perumpamaan ini memberitahu kita
bagaimana penilaian Allah terhadap orang berdosa. Jauh sekali
bedanya dengan cara kita menilai orang berdosa! Selanjutnya, kita
tidak sekadar diberitahu tentang cara penilaian, melainkan juga apa
yang dilakukan Allah untuk mencari mereka. Bukan sekadar niat baik
yang ada pada Allah, tetapi juga tindakan untuk mewujudkannya.
Di sini, keselamatan itu dilihat dari sudut pandang Allah. Saya dapat
segera menyimpulkan bahwa hanya Allah yang dapat menyampaikan
perumpamaan seperti ini. Tidak terpikirkan oleh saya bahwa
perumpamaan ini merupakan ide manusia karena perumpamaan ini
tidak menyorot keselamatan dari sudut pandang manusia.
Perumpamaan tersebut menyoroti orang berdosa tidak dari cara
penilaian manusia, melainkan dari cara penilaian Allah. Ini adalah
perumpamaan Ilahi karena isinya mengungkapkan hal yang hanya
dapat diceritakan oleh Allah sendiri; tentang cara Ia menilai orang
berdosa. Perhatikan sikap orang Farisi yang selalu memperlakukan
orang berdosa tanpa kenal ampun. Kita juga selalu bersikap seperti
menghakimi itu, akan tetapi Allah memiliki sikap yang berbelas
kasihan.
Allah Menginspirasikan Gereja-Nya untuk Mencari dan
Mengasihi Orang Berdosa
Perumpamaan ini berbeda dengan yang sebelumnya dalam hal ia
berbicara tentang seorang perempuan yang kehilangan koinnya.
Tentunya, seorang laki-laki juga bisa kehilangan koin, akan tetapi
Tuhan Yesus tidak berbicara tentang laki-laki di sini melainkan tentang
seorang perempuan. Jika seorang laki-laki kehilangan satu dirham, dari
sepuluh dirham uangnya, ia juga pasti akan berusaha mencari uang
yang hilang itu. Namun gambaran yang diberikan di sini adalah tentang
seorang perempuan yang sedang mencari kainnya, dan bukannya laki-
156 | C A H A Y A I N J I L
laki. Mengapa ada rujukan pada perempuan di perumpamaan ini?
Seperti yang sudah saya sampaikan, kebanyakan penafsir modern tidak
melihat adanya hal yang penting dari pilihan pemeran di dalam
perumpamaan ini. Mengapa? Mengapa tidak terlihat adanya hal yang
signifikan dari pilihan ini? Mengapa Tuhan tidak berkata, "Seorang
lelaki kehilangan satu dari sepuluh koinnya"? Seorang laki-laki di
zaman itu memegang tanggungjawab untuk mencari nafkah, jadi jika ia
kehilangan satu dirham dari sakunya, ia pasti akan berusaha
mencarinya. Penetapan perempuan sebagai pelaku di dalam
perumpamaan ini bukanlah tanpa alasan. Saat saya menelaahnya,
menjadi jelas bahwa perempuan di sini merupakan lambang dari
Gereja. Tuhan cukup sering berbicara tentang perempuan sebagai
lambang dari Gereja dalam kaitannya dengan Pesta Pernikahan Anak
Domba. Tentu saja, tidak semua pembicaraan tentang perempuan
selalu harus dikaitkan dengan Gereja. Tidak begitu. Akan tetapi, di
dalam konteks perumpamaan ini, dengan melihat pada bagian sebelum
dan sesudah perumpamaan ini, jelaslah bahwa Tuhan sedang berbicara
tentang Gereja.
Mengapa begitu? Pada perumpamaan yang lalu, Ia berbicara tentang
diri-Nya sebagai Gembala yang mencari domba yang hilang. Akan
tetapi di masa ini, bagaimana cara Dia mencari mereka yang terhilang
itu? Tuhan memberitahu kita melalui perumpamaan ini bahwa Ia
mencari orang-orang berdosa yang terhilang itu melalui Gereja-Nya.
Bagaimana cara Anda ditemukan? Bagaimana cara saya diselamatkan
jika bukan melalui pekerjaan Allah lewat gereja-Nya yang mencari
orang-orang yang tersesat itu? Bukankah pekerjaan itu dilakukan
melalui Anda dan saya? Jadi jelaslah, seperti yang dikatakan oleh
Paulus, bahwa kasih Kristus memotivasi kita untuk mengerjakan
pekerjaan kita, yaitu mencari mereka yang hilang (2 Kor.5:13-14). Kita
juga melihat adanya suatu perkembangan pemikiran di sini.
Perumpamaan yang lalu memberitahu kita bahwa Allah mencari orang-
orang berdosa dan kemudian perumpamaan ini memberitahu kita
bahwa Ia menginspirasi kita, yaitu seluruh Jemaat-Nya, untuk bergerak
mencari orang-orang berdosa. Bukankah Anda datang kepada Tuhan
lewat perantaraan orang-orang dari gereja? Bukankah mereka
mengajak Anda untuk datang ke gereja dan selanjutnya Anda ditarik
untuk datang kepada Tuhan melalui mereka? Nah, bersyukurlah
kepada Allah atas pekerjaan mereka! Kita tidak boleh meremehkan
157 | C A H A Y A I N J I L
perantaraan manusia. Kita tidak boleh berkata bahwa manusia tidak
punya arti apa-apa. Seorang manusia berharga di mata Allah sekalipun
ia tidak dianggap berarti oleh orang lain. Dan Allah menjalankan
pekerjaan-Nya melalui kita, Jemaat-Nya. Gereja seharusnya menjadi
terang dunia. Meskipun Yesus menyatakan bahwa Ialah terang dunia
(Yoh.8:12), namun Dia juga berkata, "Kamu adalah terang dunia"
(Mat.5:14). Ini berarti bahwa Dia menyatakan terang-Nya di dunia ini
melalui kita, Jemaat-Nya. Dengan cara yang sama, di dalam
perumpamaan sebelumnya, Yesus adalah Gembala yang sedang
mencari dan menyelamatkan mereka yang hilang. Dan di dalam
perumpamaan ini, Ia mengerjakan pencarian dan penyelamatan itu
lewat Gereja-Nya yang dilambangkan oleh perempuan itu. Ada suatu
perkembangan yang indah di sini.
Di dalam ketiga perumpamaan yang tercatat di Lukas pasal 15 ini juga
terjadi suatu perkembangan dalam hal nilai. Di perumpamaan yang
pertama, terdapat perbandingan 1 berbanding 100; satu dari seratus
domba. Di dalam perumpamaan ini, perbandingannya 1 banding 10;
satu dari sepuluh dirham. Di dalam perumpamaan sesudah ini,
perbandingannya adalah 1 berbanding 2; satu dari dua anak. Tidak ada
hal yang serampangan di dalam pengajaran Tuhan. Semuanya
menunjukkan suatu perkembangan yang indah, bergerak dengan fokus
kepada orang berdosa secara pribadi. Pertama, idenya mencakup
sekumpulan orang, lalu menyempit dan semakin menyempit sampai
fokusnya tertuju kepada Anda, orang yang Yesus cari.
Sekarang kita mulai melihat bahwa jika yang memotivasi kita bukanlah
kasih Kristus, maka kita tidak akan tergerak untuk mencari orang-
orang berdosa yang tersesat. Jika kita tidak membawa terang dari
Kristus, maka kita tidak akan bersinar sama sekali. Jadi Dia adalah
terang itu, dan hanya karena Yesuslah terang itu maka kita bisa
menjadi terang. Dialah yang pertama-tama mencari, dan karena Ia
sedang mencari itulah maka kita juga mencari. Kasih-Nya memotivasi
kita. Ini berarti bahwa perempuan di dalam perumpamaan ini tidak
melambangkan salah satu gereja tertentu saja melainkan Gereja
secara keseluruhan, gereja yang ideal. Namun saya perlu
mengingatkan Anda sekali lagi, bahwa setiap kali Tuhan Yesus
berbicara tentang perempuan, ia tidak selalu merupakan lambang dari
Gereja. Saat Anda mempelajari kitab Wahyu, Anda akan melihat
adanya dua orang perempuan. Yang satu mewakili Gereja, sedangkan
158 | C A H A Y A I N J I L
yang satunya lagi melambangkan pelacur atau Gereja palsu yang tidak
setia kepada Tuhan. Kita harus memisahkan keduanya dengan hati-
hati. Jadi di sini, kita melihat perempuan ini, yaitu Gereja, dimotivasi
oleh kasih Kristus, mencari koin yang hilang.
Gereja Menjalankan Tiga Hal dalam Mencari Mereka yang
Terhilang
Apa saja yang dilakukan oleh perempuan itu? Perempuan, yang
mewakili Gereja melakukan tiga hal yang signifikan.
Memberitakan dan Menghidupi Firman Allah
Pertama kita diberitahu di sini, dalam Lukas 15:8, bahwa perempuan
itu menyalakan pelita sesudah ia kehilangan uangnya. Menyalakan
pelita adalah hal pertama yang perlu dilakukan oleh Gereja, yaitu
menyatakan terang, melalui pemberitaan Firman dan kehidupan yang
sejalan dengan Firman itu. Kita, orang-orang Kristen adalah terang
dunia. Kita harus menyalakan pelita dan membiarkan sinarnya
memancar. Sangat indah! Itulah tepatnya hal yang disampaikan oleh
Yesus pada ayat sebelumnya di dalam Lukas 8:16-17, bahwa orang
yang menyalakan pelita akan meletakkan pelita itu di tempat di mana
terangnya menerangi seluruh rumah. Karena tidak ada hal tersembunyi
yang tidak akan kelihatan. Di sinilah letak keindahannya. Terang itu
bersinar untuk menghadapkan segala yang tersembunyi itu kepada
terang, untuk menemukan yang hilang.
Injil adalah terang itu, lewat cara hidup kita yang mengikuti Injil dan
pemberitaan Injil yang kita lakukan. Injil, Firman Allah, adalah pelita
bagi kaki kita (Maz.119:105). Namun Injil itu menjadi terang bukan
karena di dalam Injil ada kekuatan gaib. Bukan, tetapi karena terang
Allah bersinar melalui Injil. Itu adalah terang dari Allah karena Allah
adalah terang. TUHAN adalah terangku dan
keselamatanku (Maz.27:1). Karena Engkaulah pelitaku, ya TUHAN, dan
TUHAN menyinari kegelapanku (2 Sam.22:29). Begitu indah! Allah
adalah terang. Biarlah terang-Nya memancar dan jangan menghalangi
terang itu.
Membersihkan Hati Orang Berdosa
Hal kedua yang dilakukan oleh perempuan ini adalah menyapu seluruh
rumah. Apa arti menyapu ini? Menyapu tentu saja merupakan tindakan
pembersihan. Kapan Anda menyapu sebuah ruangan? Hal itu Anda
159 | C A H A Y A I N J I L
lakukan jika Anda perlu membersihkannya. Sebenarnya Tuhan Yesus
juga berbicara tentang kegiatan menyapu di dalam Lukas 11:25,
tentang rumah yang sudah dibersihkan sesudah roh-roh jahat diusir
keluar dari sana. Menyapu berkaitan dengan pembersihan di bagian
dalam. Terang bersinar atas Anda untuk memungkinkan kegiatan
menyapu ini berlangsung. Allah akan membersihkan segala kotoran
dan debu yang menutupi kita sehingga kita perlu dibawa kepada
terang. Sangat indah! Gereja bukan hanya harus memberitakan
sekaligus hidup sesuai dengan Firman Allah (menerangi), tetapi juga
harus menjangkau dan membongkar kekotoran (menyapu), untuk
dapat menemukan mereka yang sesat. Anda tentu ingat betapa para
rasul telah dituduh sebagai pengacau yang mengacaukan seluruh dunia
(Kisah 17:6). Ada kalanya orang-orang Kristen tidak terlalu populer.
Mereka menimbulkan banyak "pergolakan" dengan menyapu di mana-
mana. Hal ini bagus sekali jika memang membawa kepada
keselamatan bagi orang-orang yang terhilang di dalam debu.
Mencari Orang Berdosa yang Terhilang
Dan ketiga, perempuan ini bertindak mencari. Ia tidak sekadar
menyapu kesana-kemari dan membuat keributan serta menerbangkan
debu-debu ke udara. Tujuan utama dari kegiatan mencari ini adalah
untuk mendapatkan. Demikianlah, memancarkan terang bukan sekadar
untuk bersinar, menyapu bukan sekadar untuk membersihkan; semua
itu berkaitan dengan tujuan untuk menemukan. Dengan cara itulah
Gereja mencari untuk menemukan orang berdosa yang tersesat.
Tiga Rangkaian Makna dari 'Debu'
Namun masih banyak lagi keindahan di dalam perumpamaan ini. Koin
tersebut hilang di dalam debu di atas lantai tanah kering dari rumah
sederhana di Palestina pada jaman Yesus. Nah, Alkitab memberi kita
banyak makna tentang debu, dengan demikian tidak ada bagian dari
perumpamaan ini yang tidak mengandung kekayaan makna. Saat
meneliti di Perjanjian Lama, saya menemukan tiga rangkaian makna
yang kaya tentang 'debu'.
Pertama, kita diciptakan dari debu. Ada begitu banyak rujukan
yang bisa diambil untuk dijadikan contoh, Kejadian 2:7, 3:14; Mazmur
103:14, misalnya, semua memberitahu kita bahwa tubuh jasmani kita
disusun dari unsur-unsur dan mineral-mineral yang sama dengan
kandungan debu. Sebenarnya, Anda hanya perlu melihat apa yang
160 | C A H A Y A I N J I L
dihasilkan dari proses pembakaran mayat. Mayat tersebut dibakar
sampai menjadi debu. Tidak ada yang tersisa selain abu jenazah. Dan
abu jenazah tidak lain adalah debu. Tubuh jasmani kita dibentuk dari
unsur-unsur yang sama dengan debu.
Sangat menarik bahwa di dalam perumpamaan ini, koin tersebut jatuh
ke dalam debu dan tertutup oleh debu. Ini adalah satu penyebab yang
sangat penting yang menjelaskan alasan kejatuhan manusia. Itu
karena ia membiarkan kedagingannya memegang kendali. Watak
kedagingannya itu membungkus dia sehingga aspek rohani orang itu
tertutup oleh debu watak kedagingannya, atau natur jasmaniahnya.
Anda akan segera melihat betapa orang yang tersesat di dalam dosa
selalu diperbudak oleh keduniawian. Yang terpikir olehnya hanya uang,
mobil, rumah dan gaji. Benaknya dipenuhi oleh perkara-perkara
materiil. Ia begitu rapat terbungkus oleh debu kehidupan duniawi
sehingga ia tidak lagi dapat melihat terang. Debu ini menghalangi
pandangannya. Ia terkurung di dalam kehidupan jasmaniah ini. Hanya
perkara-perkara dunia saja yang bisa dilihatnya.
Cobalah meluangkan waktu dan berbicara dengan orang non-Kristen.
Hal apa lagi yang terpikir olehnya selain karir, profesi, uang, rumah,
mobil dan harta miliknya yang lain? Hal apa lagi yang terpikir olehnya?
Itulah seluruh kehidupannya. Itulah kehidupan menurut
pemahamannya. Ia tidak dapat melihat perkara-perkara yang kekal,
hal-hal yang akan bertahan jauh melampaui segala kefanaan debu. Ia
tidak dapat melihat hal itu. Bagi dia, debu adalah segala-galanya; debu
itulah yang dipandangnya berharga. Ia tidak dapat memahami bahwa
semua yang ia kejar di dalam hidup ini, semua hasil kerjanya, akan
berakhir dalam tumpukan debu. Segala hasil perjuangan dalam bentuk
rumah mewah dan lain-lainnya akan musnah sebagai debu, jika bukan
oleh api, maka mungkin oleh bom, dan jika bukan oleh bom, berarti
oleh faktor alamiah lainnya. Dalam waktu seratus atau dua ratus tahun,
atau mungkin bahkan kurang dari itu, segala hasil perjuangannya akan
rusak dan hancur menjadi debu. Hanya sampai di situlah ceritanya.
Segala kemegahan yang diraih oleh manusia akan berakhir dalam
debu. Aspek jasmani dari kehidupan telah membungkus koin yang
hilang ini, yaitu kita - orang-orang berdosa yang terhilang. Saat saya
tidak mengenal Tuhan, seluruh pemikiran saya berputar pada dunia
materiil.
161 | C A H A Y A I N J I L
Jadi poin yang pertama adalah bahwa debu melambangkan aspek
jasmani dari manusia. Secara jasmani kita dibuat dari debu. Dan ke
dalam debu jasmani dari mana kita diciptakan ini, Allah
menghembuskan nafas kehidupan-Nya sehingga kita juga memiliki jiwa
yang hidup. Akan tetapi, dalam hal orang yang terhilang, aspek
jasmani ini sangat mendominasi hidupnya. Ia tidak dapat menjalankan
fungsinya sebagai makhluk rohani. Baginya, perkara rohani itu sudah
tidak merupakan suatu kenyataan lagi karena yang penting hanyalah
perkara jasmani. Yang dapat dilihatnya itulah hal-hal yang penting. Ia
tidak menyadari bahwa udara ini saja tidak dapat dilihat, dipegang atau
pun dikecap, namun tanpa udara kita tidak akan dapat hidup bahkan
walau hanya sebentar.
Kedua adalah ungkapan 'dalam debu' di dalam Perjanjian Lama.
Dan ungkapan ini selalu mengacu kepada kematian. Berada di dalam
debu berarti berada dalam kematian. Nah, koin ini jatuh ke dalam
debu. Ia jatuh ke dalam kematian. Di dalam Perjanjin Lama, ada
banyak referensi yang berbicara tentang keadaan berada di 'dalam
debu', yang merupakan kiasan untuk kematian. Ada sangat banyak
rujukan, akan tetapi saya akan memberi satu contoh saja, yaitu dalam
Mazmur 22:15,29, "dalam debu maut". Jika Anda ingin menelusuri
rujukan yang lainnya, Anda cuma perlu membuka buku konkordansi
dan Anda akan menemukan banyak referensi tersebut. Maka karena itu
kita mempunyai ungkapan Paulus: mati karena pelanggaran-
pelanggaran dan dosa-dosamu (Ef.2:1)
Jadi poin yang kedua adalah, manusia mati karena ia tenggelam dalam
hal-hal jasmaniah dari hidup ini, baginya hal-hal yang rohaniah tidak
penting lagi dan hanya perkara jasmani saja yang merupakan
kenyataan. Ia terhilang di dalam debu; ia berada "di dalam debu".
Secara rohani ia menjadi tidak berfungsi, mati. Dapatkah Anda melihat
betapa kayanya perumpamaan dari Tuhan ini? Apakah Anda mengira
bahwa perumpamaan ini tidak berisi apa-apa? Bagaimana mungkin
para penafsir itu berkata bahwa tidak ada apa-apa di dalam
perumpamaan ini? Anda tinggal mempelajari Alkitab untuk bisa
mendapatkan isinya. Terkandung sangat banyak kekayaan makna bagi
mereka yang punya mata untuk melihat.
Ketiga, debu berarti penghinaan di dalam Alkitab. Sebagai
contoh, menjilat debu (Maz.72:9), adalah ungkapan penghinaan yang
162 | C A H A Y A I N J I L
paling dalam, sangat merendahkan. Berada di dalam debu (Maz.113:7)
berarti berada dalam penghinaan, direndahkan, dijadikan tidak berarti
sama sekali. Saya akan membacakan kutipan dari Mazmur 113:7-9 ini
karena maknanya sangat dekat dengan poin yang akan kita bicarakan
dari perumpamaan yang indah ini:
Orang miskin diangkat-Nya dari debu, dan orang melarat dari abu.
Mereka didudukkan-Nya bersama para penguasa, bersama para
bangsawan dari umat-Nya. Ia menganugerahkan anak-anak kepada
istri yang mandul, menjadikan dia ibu yang berbahagia dan terhormat
di rumahnya. Pujilah TUHAN! [Versi BIS]
Sangat indah, Ia mengangkat orang yang miskin dari debu! Orang-
orang miskin dihina, ditolak, dan adalah orang-orang yang tidak
dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Ingatkah Anda pada apa
yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam Khotbah di
Bukit: Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena
merekalah yang empunya Kerajaan Sorga? Ia mengangkat orang yang
miskin dari dalam debu, dari penghinaan, dari keterpurukan akibat
dosa, dan Ia mendudukkan mereka bersama-sama dengan para
bangsawan. Ia menjadikan kita anak-anak Allah. Jika kita bukan anak
dari Raja segala raja, jika kita bukan para bangsawan, lalu siapa itu
para bangsawan? Ia mendudukkan kita bersama-sama dengan para
bangsawan, anak-anak Allah, padahal dulunya kita adalah para
pengemis, jatuh di dalam debu, terpuruk dalam kehinaan oleh dosa.
Dosa menjadikan kita sangat hina, bukankah begitu? Setelah Anda
merasa muak dengan dosa, Anda akan mendapati bahwa segala yang
dilakukan oleh dosa hanya akan menghasilkan keterpurukan, kehinaan.
Baru-baru ini, dari berita di koran-koran, Anda mungkin sudah
membaca kabar tentang seorang pucuk pimpinan dari Partai Liberal di
Inggris yang terpuruk karena skandal homoseksual. Ia dihina; ia di
dalam debu akibat dosa. Tadinya ia adalah seorang calon kuat untuk
menjadi Perdana Menteri Inggris, namun sekarang, karena satu
perbuatan dosa, ia menjadi sangat terhina, terpuruk, dan semua orang
menatapnya dengan jijik. Dosa sangat menjatuhkan, sangat
menjijikkan!
Namun jika kita bertobat, kalau kita membiarkan Allah mengubah kita,
Ia akan mengangkat kita dari dalam debu dan mendudukkan kita
bersama dengan para bangsawan, sebagai anak-anak Allah. Mazmur
163 | C A H A Y A I N J I L
113 juga berakhir dengan catatan tentang sukacita sama dengan yang
ada di dalam perumpamaan tentang dirham yang hilang ini. Dan juga
di dalam ayat 5-6, ada kesejajaran dengan perumpamaan ini di mana
dalam ayat-ayat itu disebutkan: Siapakah seperti TUHAN, Allah kita,
yang diam di tempat yang tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat
ke langit dan ke bumi? Ia mencari untuk mengangkat orang-orang
yang miskin dari dalam debu. Pengajaran Tuhan sangatlah indah!
Demikianlah seiring dengan pengamatan kita atas perumpamaan ini,
segala kekayaan maknanya segera terungkap, karya keselamatan yang
luar biasa dari Tuhan ini dikerjakan melalui terang yang dipancarkan
dan melalui tindakan menyapu debu.
Orang Berdosa yang Terhilang Dibersihkan dan Dibebaskan
dengan Injil
Dan perhatikan juga apa yang terjadi saat koin itu disapu. Koin itu
dibersihkan dari debu ketika bersentuhan dengan Injil. Hal ini juga
sangat indah. Ketika Injil menyentuh Anda, ia menyingkirkan debu-
debu; ia menyingkirkan keasyikan Anda pada hal-hal jasmani, hal-hal
kebendaan, perkara-perkara eksternal. Ia menyelamatkan Anda keluar
dari dalam debu. Injil membebaskan Anda dari ketiga hal tersebut.
Pertama, Injil membebaskan Anda dari materialisme jasmani yang
selama ini telah menenggelamkan Anda. Jika Anda masih belum
dibebaskan dari hal itu, maka Anda harus menanyakan diri Anda
apakah Anda tahu apa artinya menjadi orang Kristen. Jika Anda sudah
menjadi orang Kristen sejati, seluruh cara berpikir Anda akan berubah.
Hal-hal yang sebelumnya sangat Anda hargai di dalam kehidupan
duniawi menjadi tidak begitu penting lagi buat Anda sekarang. Perkara
yang penting bagi Anda sekarang adalah hal-hal yang kekal, yang
nilainya bertahan sepanjang masa.
Kedua, Anda dibebaskan dari maut. Diangkat keluar dari dalam debu
berarti dibebaskan dari debu kematian.
Dan ketiga, Anda dibebaskan dari kejatuhan akibat dosa. Allah
mengangkat Anda, seperti yang tertulis di dalam Efesus 1:18-20, Ia
mendudukkan kita bersama dengan Kristus di Sorga. Itulah tempat
tertinggi yang dapat Anda raih jika Anda diangkat. Anda didudukkan
bersama dengan Kristus di Sorga. Anda ditinggikan dan dimuliakan di
164 | C A H A Y A I N J I L
dalam Kristus. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga
dimuliakan-Nya, demikian kata Roma 8:30. Kita jarang membahas
tentang aspek ini di dalam Injil, yaitu bahwa Allah memuliakan kita. Ia
meninggikan kita. Ia memuliakan kita. Ia menjadikan kita bersinar
dengan keindahan-Nya pada saat tidak ada lagi kejelekan dan
kerusakan akibat dosa.
Koin Perak itu Menjadi hitam: Efek Dosa ke atas Manusia
Ada satu hal lagi tentang uang perak itu. Apa yang akan terjadi dengan
logam perak saat dibiarkan berada di atas tanah, khususnya di
permukaan yang lembab dan becek? Anda semua tahu bahwa ia akan
menjadi hitam dan dilengketi oleh karat. Saya yakin Anda pernah
melihat perak. Ia menjadi hitam sehingga harus dipoles dan digosok
agar kilaunya yang asli bisa terpancar kembali. Perak selalu
menghadapi masalah ini, dan sekali lagi Anda dapat melihat bagaimana
tepatnya pilihan bahan dalam perumpamaan ini oleh Allah. Yesus di
dalam hikmat-Nya tidak memilih koin emas atau perunggu. Emas
jarang terpengaruh oleh karat akan tetapi perak selalu menghadapi
masalah warna kehitaman ini. Anda yang memiliki sendok atau barang
yang terbuat dari perak, pasti mengalami bahwa Anda harus berulang
kali menggosoknya agar dapat tetap tampil dengan warna aslinya.
Dengan cara yang sama, orang yang terhilang di dalam debu dosa juga
akan mulai berubah menjadi hitam. Perubahan warna menjadi hitam
merupakan gambaran yang sangat sempurna bagi dampak dosa
terhadap manusia.
Koin yang Berdenting: Pertobatan Manusia
Ini merupakan bagian di mana tindakan menyapu memiliki arti penting.
Tidak cukup dengan hanya melihat-lihat ke sekeliling karena pada saat
koin sudah menghitam, akan menjadi sangat sulit untuk dapat dilihat.
Ketika sapu menyingkirkan debu, ia juga akan membuat koin itu
berdenting saat terkena sapu dan berguling di lantai. Dan suara koin
tersebut membantu perempuan ini untuk menemukannya.
Suara denting koin di lantai melambangkan tanggapan seseorang
terhadap penyapuan dari Injil. Bukan hanya Allah yang mencari kita,
akan tetapi kita juga harus membuat suatu tanggapan dan hal ini
dipertegas dalam kata-kata terakhir dalam perumpamaan ini -
bertobat. Tanggapan terhadap Injil inilah yang dimaksud sebagai
pertobatan. Kita tidak dapat membersihkan diri kita sendiri akan tetapi
165 | C A H A Y A I N J I L
kita dapat menanggapi "penyapuan" dari Injil dengan memberikan
suara berdenting dari koin saat ia yang bergelinding di lantai.
Manusia Diciptakan dalam Gambar Allah adalah milik Allah
Setiap keping uang perak yang merupakan mata uang tidak disebabkan
oleh karena ia terbuat dari perak akan tetapi karena di atasnya tertera
sebuah gambar yang khusus, bukankah demikian? Coba perhatikan
koin yang Anda miliki. Anda akan melihat sebuah gambar dari
seseorang atau sesuatu di atas koin tersebut. Di dalam koin keluaran
Inggris atau Kanada, gambar yang tertera di situ biasanya adalah
gambar Ratu Inggris. Di dalam koin Roma, maka gambar yang tertera
adalah gambar kaisar Roma. Di dalam uang koin Inggris yang lebih
kuno, maka gambar yang tertera adalah gambar raja, tergantung pada
zaman pemerintahan siapa koin itu dibuat. Di zaman sekarang ini,
Anda tidak akan dapat menebak dari negara mana sebuah koin berasal
tanpa memeriksa gambar yang tertera di sana. Di zaman dahulu juga
begitu, koin keluaran kekaisaran Romawi dan dari negara-negara
lainnya memiliki gambar penguasa negara asal koin tersebut. Setiap
kerajaan menerbitkan koin yang diberlakukan di wilayahnya masing-
masing dengan gambar di koin itu sebagai tanda pemberlakuannya.
Ingatkah Anda ketika orang-orang menanyakan Yesus, "Apakah kami
harus membayar pajak kepada kaisar?" Yesus menjawab, "Perlihatkan
sekeping uang padaKu." Dan ia melanjutkan, "Gambar dan tulisan
siapa yang tertera di koin ini?" Mereka menjawab, "Gambar kaisar."
Lalu Yesus berkata, "Berikanlah kepada kaisar apa yang menjadi
miliknya. Bukankah yang tertera ini gambar kaisar?" Dalam pengertian
tertentu, kaisar memilikinya.
Di sinilah terletak keindahan makna gambar pada koin. Kita juga
membawa gambar. Gambar siapa yang ada pada kita? Kitab Kejadian
memberitahu, "Kita diciptakan dalam gambar dan rupa Allah." Kata
'gambar' yang sama kita dapatkan juga di dalam Matius 22:20-
21, gambar dan tulisan. Jadi jangan mengira bahwa Anda bukan milik
Allah karena Anda belum percaya kepada-Nya. Ia yang menciptakan
Anda. Anda adalah milik-Nya berdasarkan hak Allah atas ciptaan-Nya.
Ia masih berhak atas diri Anda karena Dialah yang menciptakan Anda
di dalam gambar-Nya; pada diri Anda tertera cap tanda milik-Nya.
Juga, sekalipun setiap orang sudah hilang di dalam debu, sekalipun ia
sudah tertutup oleh karat dosa, ia masih membawa gambar Allah. Ia
166 | C A H A Y A I N J I L
masih merupakan milik Allah. Betapa indahnya ketika kita diangkat
keluar dari debu dan dibersihkan sehingga kemuliaan penuh dari
gambar tersebut dapat bersinar kembali! Gambar Allah yang ada pada
diri kita tadinya tertutup oleh debu, namun sekarang ia dapat
memancarkan lagi keindahan gambar Allah. Dapatkah Anda melihat
betapa kayanya makna dari perumpamaan ini? Siapa bilang
perumpamaan ini tidak ada isinya? Ada sangat banyak kekayaan
makna yang tersimpan di dalam perumpamaan ini. Hal ini sangatlah
indah!
Orang Kristen: Koin berharga yang ditemukan kembali, dengan
tugas yang sudah menanti
Koin itu terbuat dari bahan perak dan dengan begitu bernilai cukup
tinggi. Di koin itu tertera gambar pencipta dan pemiliknya. Namun
masih ada satu hal lagi menyangkut koin yang hilang ini. Apa gunanya
koin itu bagi kita jika ia hilang di dalam debu? Ia tidak bisa dipakai. Ia
menjadi tidak berguna. Koin yang hilang jelas tidak berguna bagi setiap
orang. Hanya jika koin itu berada di saku kita, maka ia dapat
digunakan. Ketika ia tenggelam dalam debu, ia tidak berguna sama
sekali. Tidak dapat dipakai untuk melakukan apapun. Ia akan terus
berada dalam keadaan tidak berguna sampai kemudian Anda
menemukannya. Demikianlah, meskipun seseorang yang terhilang
memiliki nilai yang terpendam dan ia masih memiliki gambar Allah, dia
tetap tidak berguna bagi siapapun. Itu sebabnya, Anda bisa saja
dipandang bernilai bagi orang lain dan juga bagi Allah, namun selama
Anda masih terhilang di dalam debu-debu dosa, Anda tetap tidak
berguna bagi siapapun, termasuk bagi diri Anda sendiri. Ini sangatlah
luar biasa, sangat indah pemahamannya!
Allah ingin mendapatkan Anda bukan saja karena Anda sangat
berharga di mata-Nya melainkan juga karena hanya sesudah
ditemukan maka Anda dapat menjadi berguna bagi Allah untuk
mengalirkan berkat kepada semua anggota masyarakat. Hanya jika
koin itu ditemukan maka ia dapat dipakai untuk membeli makanan
yang memenuhi kebutuhan orang tersebut dan juga keluarganya.
Hanya dengan cara itu maka orang yang miskin dapat bersukacita
karena ia memperoleh makanan. Hanya dengan cara itu koin tersebut
menjadi berguna bagi masyarakat.
167 | C A H A Y A I N J I L
Dan tidak peduli seberapa sering ia berpindah tangan, koin itu tidak
akan kehilangan nilainya, bukankah begitu? Nilainya justru semakin
meningkat karena semakin sering berpindah tangan berarti ia semakin
sering mengalirkan berkat. Semakin jarang ia beredar, semakin sedikit
berkat yang disalurkannya. Ini adalah satu keindahan dalam kehidupan
Kristen. Nilai Anda tidak akan turun jika Anda melayani lebih banyak
lagi. Tidak sama sekali! Semakin Anda berfungsi, semakin besar nilai
dan berkat yang Anda bagikan. Ini bukan berarti bahwa diri Anda
menjadi semakin berharga. Makna sebenarnya adalah bahwa Anda
sudah berbuat lebih banyak. Sama seperti koin itu, nilai nominalnya
tetap sama saja, akan tetapi semakin sering ia berpindah tangan,
semakin banyak orang yang memakainya untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan semakin banyak sukacita yang diberikannya kepada orang-
orang.
Saya harap kita semua tidak menjadi orang yang sekadar duduk
berpangku tangan sambil mensyukuri keselamatan yang didapatkan.
Saya sangat kecewa dengan kebanyakan orang Kristen yang mengira
bahwa keselamatan itu berarti bahwa Anda tinggal duduk diam sambil
menunggu giliran untuk masuk ke surga. Saya pernah menyatakan
sebelumnya bahwa setiap orang yang berpikiran seperti itu berarti ia
tidak tahu apa arti kehidupan Kristen yang sesungguhnya.
Diselamatkan berarti bahwa Anda sekarang menjadi koin dalam
peredaran. Anda harus melakukan sesuatu buat orang lain,
mengenyangkan perut yang lapar, menghibur hati mereka yang
kekurangan, memberikan pakaian bagi yang sedang menggigil
kedinginan. Itulah hal yang harus dikerjakan oleh koin perak tersebut.
Bukannya sekadar duduk santai dan berkata, "Lihat! Aku sudah
digosok! Aku sudah dibersihkan! Aku sudah cantik sekarang!" Tidak.
Koin itu punya tugas yang harus ia kerjakan. Saya harap setiap orang
Kristen mau memahami hal ini karena inilah apa yang ingin Tuhan
sampaikan kepada kita. Sungguh kita patut bersukacita atas kekayaan
makna dari Firman Allah ini!
Mari kita lanjutkan pada kesimpulan di poin tentang sukacita Allah
ketika kita ditemukan. Diselamatkan bukan saja merupakan suatu
kebahagiaan bagi Anda tetapi juga sukacita bagi Allah dan tentu saja
bagi orang lain yang akan menikmati manfaat dari penggunaan Anda
oleh Allah di dalam pelayanan Anda kepada-Nya.
168 | C A H A Y A I N J I L
Allah Sangat Mengasihi Anda dan Ingin Melindungi Anda!
Dalam menyusun kesimpulan, saya ingin agar kita semua dapat
memiliki pemahaman yang benar tentang sikap Allah. Kehidupan doa
kita dan juga kehidupan Kristen kita seringkali macet karena kita
memelihara sikap yang salah tentang Allah. Kita sering membayangkan
Allah sebagai Pribadi yang duduk di atas takhta dengan wajah yang
bengis, mirip seperti Guan Gong, dewa perang bangsa China. Mukanya
merah dengan janggut yang berjuntai, dan ia berdiri dengan mata yang
melotot, menatap tajam ke arah Anda. Jika penilaian Anda terhadap
Allah seperti ini, akibatnya hanya akan menimbulkan rasa takut. Siapa
yang mau menyembah Allah yang seperti ini jika bukan karena
didorong rasa ketakutan?
Namun lihatlah gambaran indah yang kita dapat tentang Allah dari
perumpamaan ini. Allah kita tidak seperti ini. Ubahlah pandangan Anda
tentang Allah. Seperti apa Allah itu? Hati-Nya tergerak untuk selalu
mencari dan mendapatkan kita setiap saat. Hati-Nya digerakkan oleh
kasih. Terbungkus oleh kasih. Hati-Nya tidak pernah diam sampai Ia
menemukan kita. Ia tidak mau duduk saja dan berkata, "Nah, Aku akan
mengawasi dari takhta ini. Memang sayang kalau kamu sampai
terhilang. Tapi itu urusanmu, bukan urusan-Ku." Hati-Nya tak jemu-
jemu mencari kita karena Ia memang merindukan kita. Sangat sulit
bagi kita untuk memahaminya, bukankah begitu? Kesulitan ini muncul
karena sifat kita tidak seperti Dia.
Saya melihat betapa rata-rata orang Kristen berpikir, "Yang penting
saya selamat, apapun yang terjadi dengan Anda itu bukan urusan saya.
Kalau saya ada waktu luang, mungkin saya akan datang dan menolong
Anda, tetapi kalau saya tidak punya waktu luang, harap jangan
menyalahkan saya." Hati kita tidak seperti Allah yang tergerak untuk
kepentingan orang lain. Jadi jangan membayangkan Allah menurut
ukuran diri Anda. Ingatlah bahwa kita diciptakan menurut gambar-Nya.
Kita harus kembali kepada gambaran-Nya. Saya mendapati betapa
orang-orang selalu saja mencoba untuk menciptakan Allah menurut
gambaran mereka sendiri. Mereka membayangkan Allah seperti
seorang diktator yang sedang meneriakkan perintah kesana-kemari di
tengah kalang kabutnya para malaikat yang menjalankan perintah-
perintah itu. Dengan sedikit berdehem, para malaikat sudah dibuat
pucat pasi. Dengan sedikit menghentakkan kaki-Nya, kita menerima
169 | C A H A Y A I N J I L
kiriman gempa bumi. Jadi seluruh dampak yang kita miliki tentang
Allah adalah satu Pribadi yang agung dan mengerikan.
Ini bukanlah ajaran Yesus tentang Allah. Kita tahu bahwa Allah itu
kudus dan Ia Maha-kuasa. Akan tetapi aspek lain dari Allah yang secara
konstan ingin ditanamkan oleh Yesus dalam benak kita, melalui
perumpamaan ini, adalah kepedulian Allah yang begitu tulus kepada
kita. Cobalah bayangkan tentang Allah yang, karena kepedulian-Nya,
selalu tidak tenang sampai Ia menemukan kita. Kadang kala, ketika
saya berbicara kepada orang-orang tentang kasih Allah, ada yang
berkata, "Buat apa Allah mengasihi saya?" Saya tidak tahu apa
jawaban atas pertanyaan ini. Buat apa Allah mengasihi Anda? Saya
tidak tahu. Kita mendapati betapa sulitnya memahami kasih Allah. Kita
tidak mengasihi orang lain, jadi apa alasan orang lain untuk mengasihi
kita? Pikirkanlah tentang Allah yang merindukan Anda, maka hati Anda
akan tergerak untuk datang kepada Allah.
Dan saya akan menyimpulkan semua ini dalam ilustrasi berikut. Di
masa kecil, saya adalah anak yang sangat nakal. Suatu hari, saya
ditegur sangat keras oleh ibu saya karena kenakalan saya dan saya
merasa sangat sedih. Pernahkah Anda perhatikan bahwa anak-anak
cenderung untuk berpikir bahwa mereka diperlakukan dengan tidak
adil? Saat itu saya merasa sangat muak dengan kehidupan di rumah,
saya bosan ditegur terus menerus oleh ibu saya dan saya akan pergi
menempuh kehidupan sendiri, pada usia enam tahun! Pada umur enam
tahun itu, saya mengira sudah bisa menjaga diri sendiri. Buat apa saya
tetap tinggal dan ditegur setiap hari? Sudah cukup semua ini! Lalu saya
pergi ke kamar, mengambil tas kecil saya, dan memasukkan mainan-
mainan kesukaan saya di sana. Tentu saja, anak-anak tidak pernah
berpikir tentang masalah kebutuhan akan pakaian dan yang lainnya.
Hal-hal seperti itu tidak pernah terlintas di dalam benak mereka.
Mainan adalah milik yang paling berharga buat mereka. Dan saya lalu
membawa tas saya dan berkata, "Selamat tinggal," kepada ibu saya.
Dia menatap saya sejenak, dan mungkin sedang berpikir, "Ada-ada
saja. Anak ini mau ke mana?" Jadi ia bahkan tidak memperhatikan
saya. Saya turun tangga dengan membawa tas kecil saya, dan
melangkah ke jalan raya, keluyuran di tengah kota besar Shanghai
untuk mencari ayah saya.
170 | C A H A Y A I N J I L
Ayah saya adalah orang yang sangat mencintai tanah airnya, dan ia
sudah pergi ke Chongqing membangun perlawanan terhadap Jepang
dari sana. Ia bergabung dengan tentara perlawanan sampai ke detik
terakhir dan setelah itu menyusup melewati garis pertahanan Jepang
dan pergi ke Chongqing, meninggalkan saya dan ibu saya di Shanghai.
Saya ikut mengantar keberangkatannya dan saya tahu bahwa ia pergi
dengan kapal lewat pelabuhan Shanghai, biasa disebut Bund. Dengan
berbekal sedikit pengetahuan tentang jalan menuju pelabuhan, saya
melangkah mengikuti jalur trem, perjalanan itu sepertinya tiada akhir
karena saya harus berjalan sampai dua jam untuk bisa sampai ke
pelabuhan. Akhirnya saya sampai juga di sana, dengan tas kecil saya,
lalu saya mulai mencari kalau-kalau ada kapal yang akan berlayar
menuju Chongqing. Tentu saja, saya tidak tahu kalau saat itu tidak ada
kapal yang berlayar menuju Chongqing, ibu kota China di masa perang,
karena kota Shanghai sedang berada di bawah kekuasaan Jepang.
Karena saya masih kecil, jadi saya harus melihat ke atas setiap kali
bertanya kepada orang lain, "Ada kapal yang menuju Chongqing?"
Orang itu melihat ke bawah, ke arah saya, dan berkata, "Kapal ke
Chongqing? Tidak ada kapal yang pergi ke Chongqing." Dan saya
berkata, "Tapi ayah saya pergi naik kapal ke Chongqing dari pelabuhan
ini, jadi pasti ada kapal yang menuju ke sana." Dan ia berkata, "Tidak,
sekarang ini tidak ada lagi kapal yang berangkat ke sana." Lalu saya
melangkahkan kaki ini tanpa arah tujuan dengan hati yang sangat
sedih, saya bertanya-tanya di manakah kapal yang akan membawa
saya kepada ayah saya, yang saya pikir tentunya akan memperlakukan
saya dengan lebih baik ketimbang ibu saya. Begitulah cara berpikir
anak-anak.
Sementara itu, ibu saya mulai menyadari bahwa saya telah hilang!
Telah lenyap! Dan ia mulai panik. Ia mencari-cari di rumah dan jalanan
sekitar rumah, tapi saya tidak ada di sana. Ia benar-benar sangat
panik. Sedang, di tempat lain, saya masih melangkah penuh semangat
untuk mencari cara untuk ke tempat ayah saya, tidak saya sadari saat
itu bahwa Chongqing berjarak ribuan mil dan saya, tanpa uang
sepeserpun di saku, tentunya tidak akan bisa bepergian kemanapun!
Anak-anak tidak pernah menyadari bahwa mereka harus membayar
untuk segala sesuatunya.
Dari ilustrasi ini, mari kita lihat keadaan ibu saya yang menjadi sangat
cemas dan gelisah karena kasih dan sayangnya kepada saya. Kita
171 | C A H A Y A I N J I L
sering berpikir bahwa Allah sudah berlaku terlalu keras kepada kita.
Kita sering mengira bahwa Allah telah memperlakukan kita secara tidak
adil. Tapi sesungguhnya bukan begitu. Sekalipun kadang-kadang Ia
terlihat sangat keras terhadap kita karena dosa-dosa kita, kasih-Nya
selalu tercurah kepada kita. Pengalaman meninggalkan rumah ini
sangat membuka mata saya karena sebelumnya saya tidak tahu bahwa
ibu saya begitu mengasihi saya. Saya tidak menyadari betapa besar
kasih sayang ibu saya kepada saya. Saya kira ia tidak benar-benar
mengasihi saya karena ia selalu saja berkata-kata keras kepada saya
dan menegur saya. Bukankah ini salah satu alasan mengapa kita
kadang-kadang merasa bahwa Allah tidak sesungguhnya mengasihi
kita? Ia terus saja berbicara kepada kita tentang dosa kita dan
menegur kita atas dosa-dosa yang kita perbuat. Dan Anda mengeluh,
"Mengapa Ia selalu menegur dan menyingkapkan dosa-dosa saya?
Allah yang ini tidak mengasihi saya." Justru karena kasih-Nya itulah
maka Ia terus menerus menegur kita. Tidak pernah terlintas dalam
benak saya kala itu bahwa justru karena kasihnya kepada saya itulah,
ibu saya berusaha untuk menyingkirkan watak yang buruk dari saya,
untuk menjadikan saya orang yang lebih baik. Pelajaran ini sangat
mengharukan saya ketika saya mulai menyadari bahwa ibu sangat
mengasihi saya.
Setelah melangkah kesana-kemari selama beberapa jam, hari mulai
gelap dan saya sudah sangat lapar. Saya bingung bagaimana caranya
mendapatkan makanan di dunia ini? Tidak ada uang sama sekali di
saku ini. Tepatnya, apa yang harus saya lakukan untuk mendapatkan
makanan? Saya tidak dapat pergi ke rumah makan dan berkata, "Saya
mau makan," karena jawabnya pasti, "Bayar!" Di rumah, saya tinggal
duduk dan menikmati makanan. Akhirnya saya menyadari bahwa
hanya tinggal satu tempat yang bisa didatangi, yaitu rumah sendiri.
Jadi, seperti anak terhalang yang pulang sehabis menghambur-
hamburkan uang dan jatuh miskin, saya menyeret kaki saya pulang
menuju rumah, melintasi jalan-jalan di kota besar Shanghai, dan
akhirnya menjelang tengah malam, saya sampai juga di depan pintu
rumah.
Ibu saya nyaris pingsan ketika melihat saya. Ia begitu diliputi oleh rasa
sukacita karena melihat kepulangan saya sehingga lupa untuk
memarahi kelakuan saya. Sudah sangat lama saya keluyuran di luar,
dan merupakan suatu keajaiban bahwa ibu saya tidak terkena
172 | C A H A Y A I N J I L
serangan jantung akibat peristiwa hari itu. Ia sudah sangat panik saat
itu. Dan ketika saya menatap ke arah ibu saya, saya tertegun. Tidak
saya ketahui sebelumnya bahwa ibu saya begitu mengasihi saya. Saya
tidak menyadari hal itu selama ini. Ketika ia menatap saya, yang dapat
ia lakukan hanyalah menangis. Hanya itu yang dapat ia lakukan untuk
melampiaskan rasa lega melihat kepulangan saya sesudah sekian jam
tidak kembali. Shanghai adalah kota yang berpenduduk sepuluh juta,
dan petugas kepolisian sibuk mencari saya kemana-mana. Namun
bagaimana caranya menemukan seorang anak kecil di tengah sepuluh
juta penduduk? Dan saya mendapati bahwa Perumpamaan tentang
Uang Dirham yang hilang ini bercerita tentang hal yang sama. Tidak
saya ketahui sebelumnya betapa Allah mengasihi saya. Tidak saya
sadari bahwa saya begitu berharga di mata Allah.
Sangat sering terjadi, kita memisahkan diri dan berkata, "Allah selalu
saja berbicara tentang dosa, selalu saja berkata, "Jangan begini,
jangan begitu.'" Persis seperti ibu saya yang selalu berkata, "Jangan
lakukan itu," setiap kali saya mau berbuat sesuatu. Dan saya rasanya
sudah mau berteriak, "Kapan saya bisa mendapatkan sedikit
kebebasan?" Begitulah cara kita berpikir, "Di dalam Sepuluh Perintah
itu, Allah selalu berkata, 'Jangan berbuat ini, jangan berbuat itu.'
Kapan saya boleh hidup secara bebas? Kapan saya boleh berbuat
sesuatu? Saya ingin kebebasan untuk melakukan apa yang saya mau!"
Nah, Anda boleh pergi dari-Nya dan mengalami kelaparan di dunia ini!
Allah tidak seperti itu. Ia berkata, "Jangan begini dan jangan begitu,"
supaya kita tidak mengalami celaka. Ketika saya berkata kepada anak
perempuan saya, "Jangan sentuh api itu," ucapan tersebut tidak
dimaksudkan untuk menyusahkan kehidupan anak saya. Saya ingin
menyatakan bahwa kalau ia menyentuh api itu, tangannya akan
terbakar. Kata 'jangan' di sini dimaksudkan untuk melindunginya. Saya
harap Anda mulai menyadari bahwa setiap kali seorang pengkhotbah
berbicara tentang dosa, ancaman dosa dan, mewakili Allah, menyuruh
Anda untuk tidak berbuat dosa, itu semua karena Allah ingin
melindungi Anda. Namun Anda cenderung berpikir, "Mengapa Allah
senang mempersulit hidup saya?" Tidak, Ia tidak bermaksud begitu.
Namun sebagai anak kecil, saya tidak memahami tujuan tersebut
sampai terjadinya peristiwa malam itu, ketika saya melihat ibu saya
menangis, dan ia sama sekali tidak sanggup untuk memarahi saya. Tak
173 | C A H A Y A I N J I L
terpikirkan olehnya untuk memukul saya. Ia hanya memberi saya
makan dan membawa saya ke tempat tidur. Dan saya, yang kelelahan
akibat perjalanan selama beberapa jam itu, merasa sangat lega bisa
pulang dan sampai di tempat tidur saya lagi, dan segera tertidur. Saya
rasa ini adalah gambaran yang sangat indah tentang Allah.
Dan gambaran yang indah itu ialah bahwa Allah mengasihi Anda.
Lihatlah betapa perempuan itu bersukacita ketika menemukan kembali
uangnya yang hilang dan memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-
tetangganya (Luk.15:9)! Betapa ibu saya sangat bersukacita melihat
kedatangan saya, air matanya berlinangan di pipi! Saya harap kita
semua dapat memahami gambaran tentang Allah yang baru ini. Seperti
itulah Allah. Jika saya teringat seperti apa wajah ibu saya saat itu, saya
berpikir, "Sekarang saya mengerti seperti apa Allah itu. Seberapa
berharga saya bagi-Nya." Semoga kita semua dapat memahaminya!
Sangat sulit memanjatkan doa kepada Allah yang Anda bayangkan
sedang duduk di takhta-Nya dan melotot ke arah Anda dengan tangan
yang terlipat. Siapa yang mau datang kepada Allah yang seperti ini?
Namun jika Anda mengerti bahwa Allah tidak seperti itu, melainkan
seperti ibu saya yang bersukacita atas kepulangan saya, maka Anda
akan merasakan betapa indahnya kembali kepada Allah untuk
menyembah setiap hari, untuk berdoa dan menikmati persekutuan
yang manis dengan-Nya! Cobalah untuk memahami gambaran yang
baru tentang Allah ini. Seperti itulah Allah. Ia itu kudus namun sangat
mengasihi Anda. Ia itu berbelas kasihan. Kemurahan-Nya melimpah,
menjangkau kita sekalipun kita terkubur di dalam debu, dan Ia
mengangkat kita serta mendudukkan kita di antara para bangsawan!
Perumpamaan tentang Anak yang telah Mati dan Hidup
Kembali
Lukas 15:11-32 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang, Liverpool,
Inggris
174 | C A H A Y A I N J I L
Hari ini kita akan mempelajari tentang ajaran Yesus di dalam Lukas
15:11-32 mengenai Perumpamaan tentang Anak yang Hilang, begitulah
sebutan umum bagi perumpamaan ini. Anda mungkin akan berkata,
"Saya sudah tahu isi perumpamaan ini." Bisa jadi Anda sudah tahu,
tetapi apakah Anda memahaminya? Bagi Anda yang non-Kristen atau
juga yang baru menjadi Kristen, biar saya uraikan secara ringkas isi
perumpamaan ini.
Si Anak Pemboros
Ada seorang kaya yang mempunyai dua anak. Dan si anak yang
bungsu berkata kepada ayahnya, "Berikanlah bagian warisanku
sekarang juga," lalu ayahnya memberi bagian warisan kepada anak itu.
Kemudian si bungsu ini pergi membawa bagian warisannya ke negeri
yang jauh. Ketika ia di rantau, ia berfoya-foya dan menghabiskan harta
warisannya, dan ia jatuh miskin. Ia mulai kelaparan. Akhirnya ia
berhasil juga mendapatkan satu pekerjaan, dan tampaknya, hanya
pekerjaan sebagai pemelihara babi saja yang dapat ia kerjakan dengan
baik, suatu pekerjan yang sebenarnya orang Yahudi tidak diizinkan
untuk melakukannya. Tentu saja ia menerima upah dan makan dari
pekerjaannya, namun ternyata tidak cukup dan ia masih saja
kelaparan. Ia lalu tergiur untuk menikmati makanan babi supaya
perutnya dapat dikenyangkan.
Dan Alkitab menyebutkan, lalu ia menyadari keadaannya. Ia terbangun
dari mimpinya. Selama ini ia menjalani hidupnya di alam mimpi, namun
sekarang, ia mulai melihat dunia nyata. Tahukah Anda bahwa menjadi
seorang Kristen itu artinya melihat dunia nyata? Artinya kita terbangun
dari mimpi. Dan kemudian si bungsu itu berkata, "Saya akan pulang ke
rumah ayahku." Ia mulai menyadari betapa kurang ajarnya sikap yang
sudah ia perlihatkan kepada ayahnya dulu. Dan ia juga mulai
menyadari bahwa ayahnya sudah sangat berbaik hati kepadanya.
Ayahnya telah bersikap sangat bijak. Jadi, buat pertama kalinya ia
mulai mampu menghargai ayahnya dengan setulus hati. Kita sudah
sangat terbiasa menganggap pasti kebaikan ayah kita, demikian pula
dengan hal-hal baik yang lainnya. Ada banyak ayah yang baik di dunia
ini, dan Anda juga tahu betapa mudahnya orang menggangap pasti
orang-orang baik. Kembali kepada si bungsu ini, ia lalu berpikir,
"Ayahku adalah orang yang sangat baik. Aku akan pulang kepadanya
dan berkata, 'Bapa, aku telah berdosa kepadamu dan kepada Allah.
Aku tidak meminta untuk diterima sebagai anak lagi.'" Jika ia menjadi
175 | C A H A Y A I N J I L
anak lagi, maka ia akan menerima warisan lagi, bukankah begitu? Akan
tetapi ia sudah menghabiskan jatah warisannya. Ia tidak berhak untuk
menerima warisan apa-apa lagi. Jadi si bungsu ini memutuskan untuk
berkata, "Berilah saya tempat di antara para budakmu, bapa."
Kemudian ia berangkat menuju rumahnya. Ketika ia mulai mendekati
rumahnya, anak-anak di kampung melihat kedatangannya dan berseru-
seru, "Hei! Itu kan anak orang kaya yang tinggal di kampung kita!"
Desa-desa orang Yahudi sangat mirip dengan desa-desa di China. Ada
banyak anak kecil yang bermain-main di jalanan. Sambil bermain-
main, mereka mulai saling mengenal satu dengan yang lain, dan juga
mengenal semua orang di kampungnya. Ketika mereka melihat si
bungsu yang 'lama menghilang' itu sedang berjalan ke kampung,
mereka berlarian ke rumah si orang kaya sambil berteriak-teriak,
"Coba tebak, siapa orang yang sedang jalan menuju kampung kita!?"
Lalu mereka memberitahu dia bahwa anaknya yang bungsu sudah
kembali ke kampung.
Dapat Anda bayangkan betapa bahagianya sang ayah! Ia segera berlari
menyambut anaknya. Dan ia langsung menyuruh para hambanya untuk
mengambil jubah yangterbaik, bukan sekadar jubah yang bagus tetapi
yang terbaik, dan cincin permata, dan memakaikannya ke anaknya
yang bungsu itu. Ia juga menyuruh para budaknya untuk memakaikan
sandal di kaki anaknya. Ini adalah tindakan untuk mengakui anak
bungsu itu sebagai tuan hamba karena memakaikan sandal di kaki
seseorang adalah suatu tindakan mengakui bahwa orang itu adalah
majikannya. Itu sebabnya Yohanes Pembaptis berkata, "Bahkan
sekadar mengikatkan tali kasut Yesus pun aku ini tidak layak."
Demikianlah, sang ayah melanjutkan tindakannya dengan berkata,
"Sembelihlah anak lembu gemukan," bukan sekadar anak lembu yang
gemuk melainkan anak lembu yang digemukkan khusus untuk
keperluan pesta. Dan mereka bergembira ria karena sang ayah
berkata, "Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali"
(Luk.15:24).
Anak yang sulung sedang bekerja di ladang karena ia adalah orang
yang rajin bekerja. Ketika ia sampai di rumah dan mendengar suara
musik serta melihat pesta yang sedang berlangsung, ia membatin,
"Apa ini? Apakah mereka sedang mengadakan pesta?" Lalu ia bertanya
kepada salah seorang budak di situ, "Apa yang sedang terjadi?"
176 | C A H A Y A I N J I L
"Oh, adikmu sudah pulang kembali!" Dan mereka mengira bahwa ia
akan senang dengan kabar itu.
Tetapi tidak, si sulung ini bergegas mendatangi ayahnya, dan berkata
dengan marah, "Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum
pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah
bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan
sahabat-sahabatku" (Luk.15:29). Ia lupa bahwa sebagai anak yang
sulung, ia berhak atas warisan yang dua kali lipat dibanding anak yang
lain. Tampaknya, kemungkinan, ia berharap untuk menikmati lebih dari
sekadar jatah yang dua kali lipat itu.
Bukankah Anak Sulung telah Diperlakukan dengan Tidak adil?
Anda mungkin akan berkata, "Baiklah, kami semua sudah tahu isi
cerita ini." Tapi apakah Anda mengerti arti kisah ini? Apa yang sedang
disampaikan oleh Yesus buat kita? Anda mungkin menjawab, "Mudah
saja! Poinnya adalah bahwa si bungsu ini anak yang jahat. Ia pergi
meninggalkan rumahnya, namun ketika ia pulang dan bertobat,
ayahnya sangat gembira menerima kedatangannya." Akan tetapi cerita
ini begitu panjang, sulit sekali diterima bahwa poin yang mau
disampaikan hanya sesingkat itu.
Saya perlu mengajukan pertanyaan ini, "Mengapa ada dua anak?"
Mengapa Yesus tidak memberikan kisah tentang seorang kaya dengan
satu anak yang jahat yang meninggalkan rumahnya? Apa peranan anak
yang sulung di dalam kisah ini? Apakah ia hanya sekadar dimasukkan
sebagai bumbu cerita, seperti yang biasa dilakukan seorang pelajar
yang tidak tahu jawaban apa lagi yang harus ditulisnya dalam ujian dan
mengarang tambahan di sana-sini agar jawabannya terkesan banyak?
Buat apa Yesus menambahkan bumbu cerita di dalam kisah ini?
Dan juga, kita merasa bahwa si sulung ini tampaknya kurang mendapat
perlakuan yang adil. Sang ayah tidak menyangkal bahwa si sulung ini
sudah melayaninya dengan baik selama ini. Ia juga tidak menyangkal
bahwa si sulung ini selalu mematuhinya. Yang pasti anak yang sulung
ini adalah anak yang jauh lebih baik. Anggaplah Anda memiliki dua
orang anak. Anak yang sulung adalah anak yang rajin bekerja dan
selalu taat, namun anak yang bungsu adalah anak yang pemboros,
nakal, tidak taat dan akhirnya ia minggat ke negeri yang jauh. Anak
yang mana yang lebih Anda sukai? Tentu Anda memilih yang sulung.
177 | C A H A Y A I N J I L
Dan tentunya, jika si bungsu itu kembali, Anda akan berkata, "Kamu
sudah pulang? Baiklah, kamu akan kuberikan tempat di antara para
pelayan untuk melihat apakah kamu tidak akan mengecewakanku lagi."
Sang ayah di dalam kisah ini tampaknya terlalu dipengaruhi oleh
perasaan. Anda mungkin akan berkata bahwa ia telah menganggap
pasti kualitas baik anak sulungnya. Jadi tentunya, simpati Anda akan
terarah pada anak yang sulung ini.
Di samping itu, si anak sulung ini memang punya alasan tepat ketika ia
mengajukan protesnya. "Lihat, anak ini sudah memboroskan hartamu.
Dan apa yang sedang engkau lakukan sekarang? Apakah engkau
sedang mendorongnya untuk melakukan hal ini lagi dengan
mengadakan pesta besar untuknya?" Tampaknya, ketika si anak
bungsu ini berkata bahwa ia sangat menyesal dengan perbuatannya,
sang ayah justru menyahut, "Ah, tidak perlu menyesal. Tidak apa-apa.
Mari kita nikmati saat-saat yang indah bersama." Jadi Anda mungkin
akan berkata, "Tidak masuk akal! Bukan begitu caranya
memperlakukan anak yang riwayat hidupnya seburuk itu!"
Haruskah kita Berbuat Dosa agar Bisa Bertobat?
Mari kita teruskan dengan pertanyaan yang lebih lanjut. Di dalam
Lukas 15:7, yaitu Perumpamaan tentang Domba yang Hilang (beberapa
ayat sebelum perumpamaan ini), Yesus berkata, "Demikian juga akan
ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih
dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang
tidak memerlukan pertobatan."
Anda mungkin berkata, "Kali ini saya benar-benar dibuat pusing. Saya
tidak dapat mengikuti logika ini. Bukankah seharusnya ada alasan
untuk bersukacita atas 99 orang yang benar itu?" Namun Yesus
berkata, "Kita tidak bersukacita atas mereka yang 99 orang itu. Kita
hanya bersukacita atas satu orang yang bertobat." Coba Anda pikirkan,
kelihatannya malah tidak enak menjadi orang yang benar karena tidak
ada orang yang akan bersukacita buat Anda. Terlebih lagi, disebutkan
bahwa surga bersukacita atas satu orang berdosa yang bertobat. Akan
tetapi bukankah seharusnya lebih baik jika kita menjadi orang benar
yang tidak memerlukan pertobatan? Bukankah itu lebih baik ketimbang
jatuh di dalam dosa dan harus bertobat? Apakah mungkin seorang
yang berbuat dosa itu lebih baik? Apakah karena ia melakukan
178 | C A H A Y A I N J I L
pertobatan? Mengapa surga tidak bersukacita atas orang yang tidak
berbuat dosa?
Anda mungkin akan berpikir, "Jika demikian halnya, saya lebih baik
keluar dan berbuat dosa karena sebagai orang benar ternyata saya
tidak menimbulkan sukacita di surga! Saya ingin agar surga
bersukacita! Tampaknya logika yang masuk akal adalah bahwa
semakin besar dosa yang Anda lakukan, akan semakin baik jadinya,
karena Anda akan semakin banyak bertobat. Kalau saya berbuat
semakin banyak dosa dan bertobat, maka akan semakin bersukacita
surga jadinya."
Bagaimana menurut Anda? Apakah saya sudah menyampaikan hal
yang salah? Jika Anda mengaku mengerti arti kisah ini, tolong beritahu
saya apa artinya. Tampaknya, menjadi anak yang sulung itu tidak
menguntungkan karena ia selalu taat kepada ayahnya. Tidak? Apakah
menaati ayah itu tidak baik? Saya benar-benar kehilangan pegangan
sekarang. Bagaimana Anda akan memahami kisah ini? Pengajaran
Yesus mengandung makna yang jauh lebih mendalam ketimbang apa
yang kita bayangkan, dan jawaban yang dangkal hanya akan
menyesatkan kita.
Anak yang Manakah Anda sekarang ini?
Anak yang manakah Anda? Apakah Anda anak yang bungsu atau anak
yang sulung? Pikirkanlah hal itu. Anda tergolong yang mana? Sudah
jelas bahwa perumpamaan ini dimaksudkan untuk mengena terhadap
setiap orang yang mendengarkannya. Yesus menyatakan bahwa pada
dasarnya ada dua macam orang: satu seperti si anak sulung, dan satu
lagi seperti si anak bungsu. Yang manakah Anda?
Apakah Anda mengaku termasuk yang bungsu? Kapan Anda pernah
memboroskan harta yang diberikan kepada Anda? Kapan Anda pernah
pergi jauh dan terpaksa menjadi pemelihara babi? Anda akan berkata,
"Yah, itu kan makna rohaninya." Kalau begitu, beritahukan saya apa
makna rohaninya. Kapan Anda pernah menjadi pemelihara babi secara
rohani? Atau apakah Anda termasuk yang sulung? Apakah Anda selalu
taat? Anda akan berkata, "Ya, itulah saya. Saya selalu taat kepada
orang tua saya. Saya selalu menjadi anak yang baik. Saya memenuhi
semua yang diharapkan oleh orang tua saya. Saat mereka berkata,
'Bekerjalah di ladang,' saya segera pergi ke ladang. Saat mereka
179 | C A H A Y A I N J I L
berkata, 'Belajarlah yang tekun,' saya segera belajar. Selama ini saya
adalah anak yang baik." Nah, apakah Anda merasa termasuk sebagai
anak yang sulung? Jadi, anak yang manakah Anda?
Hal ini sangat menarik. Jika ada orang yang berkhotbah tentang
perumpamaan ini dan berkata, "ini hanya sekadar sebuah kisah
tentang pertobatan, tentang orang yang berbalik kepada Allah." Saya
ingin sekali melakukan periksa-silang terhadap orang itu, mengikuti
istilah kaum pengacara. Dan sesudah melakukan periksa-silang itu,
saya ingin tahu apakah ia memang memahami arti perumpamaan ini.
Apakah Anda masih yakin bahwa Anda benar-benar paham arti dari
perumpamaan tentang anak yang hilang ini? Dapatkah Anda menjawab
setiap pertanyaan yang sudah diajukan tadi? Atau apakah Anda justru
merasa rugi karena tidak cukup banyak berbuat dosa, atau karena
sudah melewatkan kesempatan untuk berbuat dosa selama ini? Atau
apakah Anda akan berpikir, "Sayang sekali, pada waktu masih belum
menjadi Kristen, saya tidak cukup dalam terlibat dosa! Mungkin kalau
saya terlibat dalam pembunuhan, hasilnya akan lebih hebat karena
saya, seorang pembunuh, dapat bertobat dan memberi sukacita yang
besar bagi surga! Sungguh hebat! Tapi menjadi pembunuh mungkin
terlalu berlebihan, karena saya harus melewatkan waktu yang lama di
dalam penjara, sekalipun sudah bertobat. Mungkin menjadi seorang
yang keranjingan seks dan kemudian bertobat. Kemudian seluruh surga
bergema dalam sukacita bagi saya! Sungguh luar biasa!" Inikah hal
yang Anda pikirkan?
Kadang kala, saat mendengarkan kesaksian hidup seseorang,
pernahkah Anda amati bahwa mereka cenderung membesar-besarkan
dosa yang pernah mereka lakukan? Sebenarnya, mereka mungkin
hanya melakukan kurang dari separuh kejahatan yang mereka gembar-
gemborkan pernah mereka lakukan. Mereka hanya ingin membual
tentang betapa jahatnya mereka dahulu, sampai-sampai kesaksiannya
menjadi mirip dengan cerita kriminal. Akan tetapi mereka sebenarnya
tidak sehebat itu jika Anda tahu cerita sesungguhnya.
Apakah Yesus bermaksud untuk mengatakan, "Sayang sekali, dosa
yang kalian perbuat masih kurang hebat. Sayang sekali, selama ini
kalian justru menjadi anak yang taat kepada orang tua dan tidak
menimbulkan sukacita di surga. Akan lebih mantap hasilnya jika kalian
180 | C A H A Y A I N J I L
mengerjakan dosa yang besar!" Apakah itu maksud-Nya? Jadi Anda
mungkin berpikir, "Mumpung masih belum terlambat. Saya akan
menutupi apa yang masih kurang. Saya akan mengambil cuti dan
mengumbar dosa selama dua bulan, lalu kembali dan bertobat di
gereja." Inikah maksud Yesus?
Sudah banyak pertanyaan yang saya ajukan, tetapi bagaimana
menjawabnya? Saya sungguh kagum dengan isi ajaran Kristus! Jika
ada orang yang memberikan penjelasan yang dangkal atau palsu
tentang pengajaran Yesus, orang itu tidak akan dapat membelanya.
Dapat dikatakan bahwa Yesus menyampaikan ajaran-Nya dengan cara
yang dapat melindunginya dari serangan. Mari kita mulai mencari
jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan itu.
Pola Dua Anak di dalam Perjanjian Lama
Perbuatan apa yang telah dilakukan oleh si bungsu terhadap kakaknya
sehingga si sulung mejadi sangat tidak senang? Ketika saya
memberikan penekanan pada peristiwa si bungsu menerima jubah yang
terbaik, cincin permata dan sandal (Lukas.15:22), sangatlah penting
untuk dipahami kalau hal itu bermakna bahwa sang ayah telah
memberi kedudukan lebih tinggi pada si anak bungsu. Hal ini penting
untuk dapat memahami mengapa si sulung mengajukan protes. Bukan
sekadar kepulangan si bungsu itu yang membuatnya tidak senang,
tetapi yang terutama adalah kenyataan bahwa si bungsu ini diberi
kedudukan yang lebih tinggi dari pada dia. Anak yang bungsu
menggantikan posisi anak yang sulung. Dapatkah Anda melihat poin
ini? Jadi Anda boleh bersimpati kepada si sulung.
Mengapa ada dua anak? Ketika saya memberi petunjuk ini, beberapa
dari Anda yang sudah akrab dengan si Perjanjian Lama akan segera
teringat pada contoh yang tersedia di sana. Dan Anda akan segera
memahami mengapa dikisahkan tentang dua anak. Dan Anda segera
tahu bagian mana dari Perjanjian Lama yang bercerita tentang anak
bungsu yang menggusur kedudukan anak sulung.
Esau dan Yakub adalah dua orang anak. Jika Anda meletakkan
perumpamaan tentang anak yang hilang ini di samping kisah tentang
Esau dan Yakub, Anda akan segera dapat melihat kesejajaran
keduanya. Anda mulai segera melihat bahwa perumpamaan ini dibuat
untuk mengarahkan perhatian kita ke masa Perjanjian Lama. Anda
181 | C A H A Y A I N J I L
akan melihat bahwa kesejajarannya sangat dekat. Esau adalah orang
yang selalu sibuk di ladang, dan di dalam Lukas 15:25 kita membaca
bahwa si sulung baru pulang dari ladang. Dan sama seperti si anak
bungsu ini, Yakub juga pergi ke negeri yang jauh, dan mendapat
perlakuan yang buruk di sana. Ia harus menerima tindakan kecurangan
dan segala tekanan dari pamannya. Dan juga, pada akhirnya, Yakub
kemudian menggantikan kedudukan kakaknya ketika ia mengambil alih
hak kesulungan itu. Banyak orang yang tidak puas atas tindakan Yakub
yang seperti itu. Akan tetapi mereka lupa akan satu hal. Alkitab
memberitahu kita bahwa Esau sendiri yang meremehkan hak
kesulungannya. Apakah Yakub menginginkan hak kesulungan itu
karena ia tergiur oleh harta ayahnya? Tidak sama sekali. Yang ia
inginkan hanya berkat dari hak itu. Jika Anda membaca bagian tentang
kisah ini di dalam Kejadian 25 dan selanjutnya, Anda akan melihat
bahwa tindakan Yakub ini bukan bertujuan untuk mengincar jatah harta
warisan anak sulung. Ia tidak pernah mengincar hal seperti itu. Tidak
cukup waktu untuk membahas hal itu sekarang ini, namun yang perlu
kita perhatikan adalah bahwa, tidak seperti Esau, Yakub adalah orang
yang sangat peduli dengan perkara rohani. Itu sebabnya ia
menghendaki berkat dari ayahnya. Bukan harta yang diincarnya. Anda
harus memperhatikan hal ini baik-baik.
Daud dan Saul adalah contoh sejajar pada tingkatan yang berbeda. Di
sini Anda juga melihat betapa Daud menggeser kedudukan Saul. Dan
posisi raja diambil dari Saul dan diberikan kepada Daud. Dan sekali
lagi, sebagai anak yang bungsu, Daud harus melarikan diri untuk
menyelamatkan nyawanya di padang belantara selama bertahun-tahun.
Namun, di dalam setiap contoh kasus, kasih Allah tertuju kepada anak
yang bungsu. Allah berkata, "Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci
Esau" (Rom.9:13) karena Esau hanya tertarik pada perkara duniawi
dan bukannya hal-hal yang berasal dari Allah. Hal ini bukan berarti
bahwa Yakub senantiasa adalah orang yang sangat rohani. Seperti si
anak bungsu ini, Yakub juga mengadakan perjalanannya menuju negeri
yang jauh, dan ia bertemu dengan Allah. Pada saat ia sedang tidur,
Allah datang kepadanya, dan seluruh hidupnya berubah total sebagai
akibat dari peristiwa ini. Dengan cara yang sama, Daud juga
mengalami perubahan di dalam masa pengembaraannya di padang
belantara. Dan Allah berkata tentang Daud, "Inilah orang yang
menyenangkan hatiKu."
182 | C A H A Y A I N J I L
Jika Anda sudah memahami paralel-paralel dari Perjanjian Lama ini,
Anda akan mengerti bahwa kedua anak itu mewakili dua macam
orang yang berbeda. Dan perlu Anda ingat bahwa mereka yang
mendengarkan perumpamaan itu adalah orang-orang Yahudi, dan
mereka segera dapat memahami apa yang Yesus ajarkan karena
mereka paham isi Perjanjian Lama.
Kunci Pemahaman: Mati bagi yang Lama dan Hidup bagi yang
Baru
Apa yang ingin Yesus ajarkan di dalam perumpamaan ini? Satu-satunya
jalan untuk memahaminya adalah dengan mempelajari hal yang
disampaikan sebanyak dua kali dalam perumpamaan ini: "Sebab
anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali." Kunci pemahaman
dari perumpamaan ini ada di ayat 24 dan 32. Sekarang Anda dapat
melihat betapa pentingnya mati dan menjadi hidup kembali.
Sekarang Anda mulai dapat melihat bahwa ketika Yesus menceritakan
bahwa si bungsu sudah kembali, Ia tidak sekadar menyatakan bahwa
ketika Anda kembali kepada Allah, Anda hanya perlu berkata, "Maaf,
sekarang saya kembali. Selama ini saya menjadi orang yang jahat. Dan
karena sekarang saya sudah berkata, 'Maaf, Tuhan,' maka saya sudah
boleh menjadi orang Kristen." Apakah Anda mengira, seperti yang
sering disampaikan oleh banyak penginjil, bahwa Yesus sekadar
berkata, "Marilah, kamu semua yang sudah berbuat dosa, sampaikan
maafmu kepada Allah dan Ia akan memaafkan serta menjadikan kamu
sebagai anak"? Dalam hal ini, apa kesalahan si sulung yang tidak
pernah melakukan hal-hal yang tidak perlu disesali? Pertanyaan ini
tidak bisa dijawab. Apakah Anda akan berkata bahwa berbuat jahat itu
lebih baik ketimbang tidak pernah berbuat jahat? Jika ajaran Yesus
seperti itu, kita akan masuk dalam keadaan tanpa harapan.
Apakah Anda menjadi Kristen karena ajaran seperti itu? Sebagai
contoh, jika Anda benar-benar menyesal, Anda hanya perlu datang ke
gereja dan berkata, "Ya Allah, maafkan saya, dan sekarang saya sudah
menandatangani buku ini untuk mengikrarkan ketaatan saya seperti
yang diminta oleh pendeta." Dan selanjutnya, Anda boleh menjalani
hidup bahagia selamanya. Jika Anda masuk Kristen karena ajaran
seperti itu, maka sial sekali, Anda justru melangkah jauh dari maksud
Yesus dalam perumpamaan ini.
183 | C A H A Y A I N J I L
Atau seperti orang tua yang menegur anaknya, "Bilang maaf!" Dan si
anak berkata, "Maaf." Dan orang tuanya menyahut, "Tidak, kamu
belum terlihat menyesal. Tunjukkan penyesalan kamu!" Lalu si anak
berkata, "Saya sangat menyesal." Kemudian orang tuanya berkata,
"Masih belum kelihatan menyesal. Kamu harus tunjukkan penyesalan
yang lebih mendalam!" Akhirnya si anak malah kesal, "Harus seperti
apa lagi? Seberapa besar penyesalan yang bisa dibilang benar-benar
menyesal?" Apakah ajaran yang terkandung di dalam perumpamaan ini
hanya seperti itu? Tapi penjelasan seperti ini cukup sering kita dengar.
Jika Anda pikirkan baik-baik, Anda akan berkata, "Nah, jika hanya itu
tuntutan keselamatan, jika hanya sekadar meminta maaf kepada Allah
yang dibutuhkan, saya akan berkata, 'Ya Allah, maafkan saya.'"
Kebanyakan orang sudah sangat puas jika Anda berkata, "Maaf," tanpa
peduli seberapa besar penyesalan Anda, cukup dengan mendengar kata
maaf dari Anda. Tentunya, Allah pasti memaafkan saya jika saya
meminta maaf pada-Nya. Dalam hal ini, setiap orang pasti bisa menjadi
seorang Kristen. Pada saat baptisan, orang itu akan ditanya, "Apakah
kamu menyesal?" Ketika jawabannya adalah, "Iya, saya menyesal."
Maka orang itu segera dibenamkan ke dalam air dan dibaptis.
Kedengarannya mungkin seperti cerita dalam komik, tapi bukankah hal
itu yang sering terjadi?
Apakah kita akan mengatakan bahwa ini adalah ajaran dari Yesus?
Apakah Anda tidak mau mengaku bahwa Anda mengira ini adalah
ajaran dari Yesus? Anda pikir Anda sudah mengerti isi perumpamaan
ini, bukankah begitu? Jika ini adalah ajaran yang dipegang oleh
kebanyakan orang Kristen, maka tidak heran kalau Gereja dipenuhi
oleh orang-orang yang berkata, "Aku menyatakan penyesalanku di
tahun 1956. Dan ketika aku selesai mengucapkan hal itu, mereka
membenamkanku di air. Nah, sekarang aku sudah jadi orang Kristen.
Dan selanjutnya, aku selalu mengucapkan maaf jika diperlukan."
Izinkan saya mengajukan pertanyaan: Apakah Anda mengira bahwa
kesalahan dari si sulung ini adalah karena ia tidak pernah meminta
maaf? Apakah ia selalu taat kepada ayahnya sehingga ia tidak perlu
berkata maaf di sepanjang hidupnya? Bagaimana jika suatu saat
ayahnya berkata, "Bilang maaf"? Tidakkah ia akan meminta maaf?
Karena jika sang ayah menyuruhnya meminta maaf dan ia tidak mau
melakukan, maka itu berarti ia sudah tidak taat. Nah, jika si anak
184 | C A H A Y A I N J I L
sulung juga tahu bagaimana menyesali suatu perbuatan, lalu mengapa
si bungsu bisa menjadi lebih baik dari pada dia?
Anda akan selalu mengalami kesulitan dalam memahami perumpamaan
ini jika tidak memahami makna dari mati dan hidup. Poinnya bukan
pada pernyataan maaf si bungsu, tetapi pada kematiannya! Ia sudah
berubah sekarang. Ia adalah ciptaan baru. Ia tidak sekadar pulang
dan meminta maaf. Poin yang penting ini diulangi sampai dua kali. Kita
tidak boleh gagal dalam mengamatinya. Si bungsu sudah berpisah
dengan masa lalunya. Ada sesuatu yang mati di dalam dirinya. Dan ini
adalah poin yang sangat penting. Ia bangkit sebagai manusia yang
baru. Ia kembali kepada ayahnya dengan watak yang sama sekali baru.
Ia berkata, "Aku telah bedosa terhadap bapa. Aku tidak layak lagi
menjadi anakmu. Berilah aku tempat di antara para pelayanmu."
Dapatkah Anda melihat perubahan penuh, kerendahan hati, di sini?
Dapatkah Anda melihat perbedaan total antara anak yang dengan
angkuh pergi membawa harta kekayaannya untuk berfoya-foya dengan
anak yang mati melalui pertobatan? Sekarang kita dapat melihat apa
artinya kalimat "Lalu ia menyadari keadaannya" (Luk.15:17). Seluruh
cara berpikirnya sudah berubah. Itulah arti sejati dari pertobatan. Lalu
ia menyadari keadaannya, berarti ia sadar bahwa diri yang lama ini
harus mati. Ia tidak dapat pulang ke ayahnya kecuali sebagai manusia
baru.
Dan alasan sambutan yang meriah dari sang ayah adalah karena ia
sudah melihat perubahan total dalam sikap yang terlihat dari ucapan
anaknya itu. Ia melihat bahwa anaknya ini sudah menjadi orang yang
berbeda. Ini adalah poin utama dan penting yang harus kita pegang.
Menjadi seorang Kristen berarti menjadi manusia baru. Itu sebabnya
saya menyampaikan berulang kali, menjadi Kristen itu bukan sekadar
datang kepada Allah dan berkata, "Maafkan saya." Bukan sekadar
berkata, "Aku akan mempercayai semua yang Anda mau saya
percayai." Allah tidak tertarik dengan hal itu. Ia ingin melihat adanya
transformasi total.
Mengertikah Anda tentang Perlunya menjadi Manusia Baru?
Kalau pokok ini sudah bisa dipahami dengan jelas, mari kita amati lagi
tentang kedua orang anak tersebut. Memang benar bahwa si ayah
memiliki dua anak, minimal dalam pengertian anak kandung, akan
tetapi anak yang mana yang bisa diajaknya berkomunikasi? Anak yang
185 | C A H A Y A I N J I L
mana yang benar-benar punya hati untuk memahami dia? Anak yang
mana yang tidak sekadar merupakan anak dari kelahiran jasmani tetapi
juga memiliki tingkat hubungan bapa-anak yang baru di tataran rohani
dan moral? Jelaslah, si anak bungsu telah menjadi anak yang
sejati. Si sulung hanya sekadar anak kandung melalui kelahiran
jasmani saja. Hal ini sangat penting untuk dipahami.
Sekarang kita dapat menanyakan hal ini, anak yang manakah Anda?
Yang penting bukanlah seberapa banyak dosa yang telah Anda perbuat
seolah-olah dosa telah menjadi hal penting sehingga kita harus
bergegas membuat sebanyak mungkin dosa karena daftar dosa kita
masih kurang panjang. Hal ini bukanlah pokoknya. Poinnya adalah
bahwa si sulung ini tidak pernah menjadi manusia baru karena ia
tidak merasa perlu untuk menjadi manusia baru. Ia selalu
menganggap bahwa dirinya sudah cukup baik. Ia selalu berpikir bahwa
ia benar. Akan tetapi si bungsu dapat melihat seperti apa dirinya
sesungguhnya dan ia akhirnya menjadi manusia baru.
Nah, sekarang Anda mestinya dapat mengerti maksud dari perkataan
Tuhan, seluruh surga bersukacita, bukan karena orang-orang yang
menganggap bahwa mereka tidak memerlukan pertobatan. Tidak dapat
disangkal bahwa mereka memang tak pernah melakukan pembunuhan.
Mereka juga tidak pernah berbuat zinah. Mereka memang tidak pernah
berbuat jahat. Anda tidak dapat menyangkal bahwa mereka adalah
orang-orang benar karena mereka memang tidak pernah melakukan
satupun dosa-dosa itu. Namun apa gunanya bersukacita atas orang-
orang yang membeku dalam watak lamanya?
Hari ini, bisakah Anda berkata, "Tuhan, saya menyadari sekarang
bahwa yang Engkau kehendaki adalah seorang manusia baru. Saya
selama ini merasa sudah cukup baik. Saya sekarang menyadari bahwa
saya ini masih belum cukup baik. Saya menyadari sekarang bahwa
sekalipun saya belum pernah melakukan hal-hal yang jahat namun
bukan berarti bahwa saya tidak dapat berbuat dosa-dosa itu. Ini lebih
disebabkan oleh karena saya tidak memiliki kesempatan untuk itu.
Saya masih menyadari bahwa saya harus ditransformasi; saya harus
menjadi manusia baru"? Apakah Anda seorang manusia baru?
Bagi mereka yang sedang menunggu saat baptisan dan ingin menjadi
Kristen, saya tekankan sekali lagi bahwa Allah tidak berkata, "Marilah,
186 | C A H A Y A I N J I L
dan nyatakanlah penyesalan." Akan tetapi yang Allah katakan adalah,
"Marilah, dan jadilah manusia baru yang serupa dengan Kristus." Lalu,
Ia akan memberi Anda jubah yang terbaik, dan Anda selanjutnya akan
menjadi pewaris bersama Kristus (Kol.3:5-10, 12-14). Anda akan
menjadi anak Allah yang sejati. Jangan mengira bahwa Allah hanya
melihat di permukaannya saja dan hanya menghendaki tanggapan
yang dangkal terhadap Firman-Nya. Ia menghendaki perubahan
yang total.
Dan karakteristik dari Yakub dan Daud adalah: mereka mudah
dibentuk. Dengan kata lain, karakteristik seorang manusia baru adalah
bahwa ia menyerahkan seluruh hidupnya di tangan Allah sehingga Allah
dapat membentuk dia ke dalam gambaran dan keindahan yang utuh
dari Kristus. Itulah ciri dari ciptaan baru. Apakah Anda punya ciri itu?
Dan jika Anda belum menjadi Kristen, bersediakah Anda menjadi
seperti itu? Inilah keindahan kehidupan Kristen yang digambarkan oleh
lagu berikut:
Pakailah jalanMu Tuhan, pakailah jalanMu
Engkau Penjunan, aku tanah liat
Bentuklah aku, jadikan aku baru
Aku menunggu dan berserah sepenuhnya
Marilah kita tanamkan Firman Allah ini di dalam hati kita.
Perumpamaan tentang Dua Anak yang Hilang
Lukas 15:11-32 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang, Montreal
Isi khotbah
Hari ini, kita akan melanjutkan pembahasan kita tentang pengajaran
Yesus di dalam Lukas 15:11-32, yang ketiga dari empat perumpamaan
di dalam Lukas 15, Perumpamaan tentang Anak yang Hilang. Dan
perumpamaan ini berkisah tentang hubungan bapa-anak (sonship). Apa
artinya menjadi anak? Apa masalah yang timbul dalam hubungan ini?
Bagaimana cara kita menjadi anak? Saya akan memberi gambaran
ringkasnya kepada Anda karena perumpamaan ini agak terlalu panjang
untuk dibaca.
187 | C A H A Y A I N J I L
Isi Cerita tentang Anak yang Hilang
Di dalam perumpamaan ini, Yesus bercerita tentang seorang ayah yang
memiliki dua anak laki-laki. Dan anak yang lebih muda meminta
pembagian warisan sebelum ayahnya mati. Ia tidak sabar menunggu
sampai ayahnya mati untuk dapat menikmati warisan itu. Lalu ia
berkata, "Maukah engkau membagi kekayaanmu sekarang dan
memberi saya bagian yang ditetapkan buat saya?" Dari sini kita dapat
melihat bagaimana sikap mental dan kepribadian anak tersebut.
Memang ada pengaturan di bawah hukum Yahudi bahwa jika si ayah
berkenan, ia dapat membagi warisan kepada anaknya sebelum ia
sendiri meninggal. Perhatikan bahwa si ayah ini tidak menegur
anaknya. Ia tidak berkata, "Aku tidak mengizinkan kamu melakukan
hal itu," suatu ucapan yang cenderung akan dilontarkan setiap ayah.
Dan hal ini memberi kita satu pengertian tentang karakter Allah. Si
ayah itu memberi anaknya bagian warisan anak itu. Tak lama
kemudian, anak yang lebih muda ini memisahkan diri, sesudah
menerima bagian warisan dari ayahnya. Di dalam ayat 13, perhatikan
bahwa ia tidak pergi ke negeri yang dekat dengan tempat tinggal
ayahnya. Ia merantau ke negeri yang sangat jauh, berharap bisa pergi
dari ayahnya sejauh mungkin, karena - sebagaimana yang Anda
ketahui - setiap anak cenderung ingin mandiri. Anak-anak ingin sekali
melakukan segala yang mereka mau; mereka tidak ingin selalu berada
di bawah pengawasan ayahnya. Jadi pergilah anak ini untuk menikmati
kebebasannya.
Namun celaka sekali! Hal-hal yang gampang diraih selalu mudah pula
berlalu. Si ayah mungkin harus bekerja keras untuk memperoleh
kekayaan itu, namun si anak tidak akan bisa menghargai hal yang
bukan hasil perjuangannya sendiri, perkara ini sering terjadi pada
anak-anak yang berasal dari keluarga kaya. Lalu ia pergi ke negeri
yang sangat jauh dan memboroskan semua kekayaannya. Pepatah
mengatakan, "Gampang didapat, gampang pula habisnya". Jadi dalam
waktu yang sangat singkat, karena tidak tahu bagaimana mengelola
keuangannya, anak ini jatuh bangkrut.
Pada waktu itu ia mulai menyadari, bahwa untuk dapat bertahan hidup
ia harus bekerja. Tiba-tiba ia tersadar bahwa hidup di dunia ini perlu
bekerja. Sebelumnya, segala sesuatu yang ia nikmati adalah hasil
pemberian. Sang ayah selalu mencukupi segala sesuatu buatnya.
Mendadak saja sekarang ia harus bekerja. Namun ternyata ia tidak
188 | C A H A Y A I N J I L
punya keterampilan yang tinggi untuk bekerja. Apa yang dapat ia
lakukan? Orang yang tidak tahu bagaimana mengelola kehidupan dan
keuangannya sulit untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain.
Akhirnya, satu-satunya tanggungjawab yang dipercayakan kepadanya
adalah mengawasi babi. Ia mendapat pekerjaan sebagai pemelihara
babi.
Namun ini bukan pekerjaan yang dibayar tinggi. Ia mendapati bahwa
upahnya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehingga ia rela
memakan makanan babi. Bagaimanapun juga, makanan babi tidak
terlalu buruk. Kadang kala, sisa-sisa makanan yang lezat dari restoran
yang mahal dikumpulkan dalam tong khusus dan diberikan kepada
babi. Jadi cukup sering babi-babi menerima makanan yang lebih bergizi
ketimbang manusia. Banyak orang yang hanya makan roti tawar
dengan gula, selai dan bahan lain yang tidak cukup bergizi, sementara
babi menikmati semua hidangan utama yang juga disajikan kepada
orang kaya! Tidak heran jika anak muda ini berminat terhadap
makanan babi, yang penampilannya mungkin tidak begitu menarik,
namun rasanya pasti cukup lezat, percayalah.
Ketika ia sedang dalam keadaan seperti ini, ia mulai merenungkan
tentang rumahnya. Kadang kala dibutuhkan satu pukulan yang keras
untuk menyadarkan kita. Di dalam ayat 17 disebutkan, lalu ia
menyadari keadaannya, ia mulai tersadar. Akhirnya ia terbangun. Ia
mulai menyadari keadaannya.
Perhatikan bahwa saat di rumah, ayahnya memberi dia segala-galanya,
namun jauh dari rumah, ia bukan siapa-siapa, dan tak ada yang peduli
padanya. Ayat 16 berkata, tidak seorangpun yang memberi kepadanya.
Satu-satunya orang yang peduli pada anak ini adalah ayahnya. Namun
anak ini sudah mengingkari orang yang sayang padanya. Sekarang,
tidak ada yang peduli padanya di tempat ini. Ketika kita mengingkari
Allah, kita akan segera mendapati bahwa satu-satu-Nya pribadi yang
benar-benar menyayangi kita adalah Allah. Tak seorangpun yang
menyayangi kita lebih dari Allah.
Mendapati dirinya berada dalam keadaan seperti itu, ia mulai berpikir,
"Pelayan ayahku yang berjumlah banyak itu semuanya bisa makan
sampai puas. Sedangkan aku di sini mati kelaparan!" Dan akhirnya ia
sampai pada kesimpulan yang memang sudah semestinya ia lakukan,
189 | C A H A Y A I N J I L
"Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku. Di sanalah satu-satunya
tempat yang tersisa bagi aku."
Namun bagaimana ia bisa kembali kepada ayahnya? Ia sudah
mengambil bagian warisannya. Ayahnya sudah tidak punya hubungan
apa-apa lagi dengannya. Lalu ia memikirkan dan menyusun kata-kata
yang akan diucapkannya, "Bapa, aku telah berdosa terhadap surga
dan terhadap bapa." Ucapan ini memiliki makna yang sangat dalam.
Dengan kata lain ia sedang berkata, "Aku telah berdosa kepada Allah
dan juga kepadamu, bapa. Apa yang sudah kulakukan bukan sekadar
merupakan kesalahan terhadapmu, tetapi juga suatu kesalahan kepada
Allah. Sekarang aku memintamu untuk menerima aku, bukan sebagai
anakmu karena aku tidak punya lagi hak sebagai anakmu, tapi berilah
aku tempat di antara hamba-hambamu. Aku tidak tahu apakah aku
boleh diterima sebagai seorang hamba. Tetapi jika engkau
menganggap bahwa aku masih boleh menjadi hambamu, aku
memohon Anda untuk menerima aku."
Ayah yang Berbelas Kasih
Lalu di dalam ayat 20, kita baca bahwa si ayah selama ini selalu
menatapi kejauhan lewat jendela rumah menanti kepulangannya. Si
ayah sudah lama menanti, dan ia tidak dikecewakan. Dari kejauhan, ia
melihat sesosok tubuh yang berpakaian compang camping, berjalan
gontai dan melangkah dengan lesu, dan hatinya segera diliputi oleh
sukacita! Ayat 20 berkata, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah
hatinya oleh belas kasihan. Kita akan membahas kata 'belas kasihan'
ini nanti. Lalu si ayah ini berlari; ia tidak sekadar berjalan. Ia tidak
menunggu sampai si anak datang. Ia tidak berkata, "Saya tunggu di
sini saja. Ia harus menerima pelajarannya. Ia pantas menerimanya. Ini
satu pelajaran buatnya." Tidak ada pembalasan, tidak ada dendam. Si
ayah berlari keluar dan memeluk anak bungsu ini. Si anak segera
menyampaikan kata-kata yang sudah dirancangnya itu, "Aku telah
berdosa terhadap surga dan terhadap bapa. Aku tidak layak lagi
disebut anakmu. Aku tidak pantas menjadi anakmu." Namun sang ayah
membalutkan pakaian terbaik buat anaknya. Dan ia memakaikan cincin
di jari sang anak, dan memakaikan sepatu di kakinya, yang
menunjukkan bahwa si anak ini bahkan tidak punya alas kaki lagi. Ia
berjalan dengan telanjang kaki selama ini. Dan perutnya yang lapar
dipuaskan dengan daging dari anak lembu yang tambun. Sukacita yang
sangat besar!
190 | C A H A Y A I N J I L
Si Sulung yang Kesal
Tidak heranlah, anak yang sulung memandang semua hal ini dengan
penuh rasa muak dan berpikir, "Nah, anak ini memang pantas
menerima nasibnya! Si pemalas ini tidak pernah bisa diandalkan, dasar
anak bengal yang manja! Ia bahkan berani melecehkan bapa dengan
meminta bagian warisannya sebelum bapa meninggal! Apa ada anak
yang lebih hina dari itu? Terus dia pergi jauh menghambur-hamburkan
warisannya. Berfoya-foya di negeri orang, dan sekarang kembali
sebagai pengemis! Tapi bapa bukannya menempatkan dia di tempat
yang seharusnya. Bapa malah bersukacita untuk kepulangannya!" Si
anak sulung merasa sangat muak karena tidak seperti bapanya, ia
tidak memiliki belas kasihan sama sekali. Ia tidak punya rasa iba
terhadap adiknya, yang sudah mendapat pelajaran dari pengalaman
buruknya. Sang ayah merasa karena si bungsu ini sudah sadar dan
menerima pelajarannya dari pengalaman itu, tidak usahlah kesulitan
yang dihadapi itu ditambah-tambahi. Ia sudah jatuh bangkrut,
telanjang kaki dan kelaparan. Perlukah anak itu direndahkan lagi untuk
memastikan bahwa ia belajar dari kesalahannya? Seberapa rendah
perlakuan yang mampu ia tanggung? Sang ayah menganggap bahwa
itu semua sudah cukup. Akan tetapi tidak ada yang cukup bagi si anak
sulung. Ia merasa bahwa yang terbaik adalah menempatkan si bungsu
sejajar dengan para budak. Ia tidak berbelas kasihan.
Dan sebagai rangkuman dari perumpamaan ini, si ayah berkata,
"Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah
hilang dan didapat kembali." Ini sebabnya mengapa perumpamaan ini
disebut Perumpamaan tentang Anak yang Hilang.
Perumpamaan ini Semestinya disebut: Perumpamaan tentang
Dua Anak yang Hilang
Sebenarnya, saya cenderung menyebutnya sebagai Perumpamaan
tentang Dua Anak yang Hilang, yang satu tersesat lebih jauh dari yang
lainnya. Atau, disebut Perumpamaan Dua Anak yang Hilang, satu telah
ditemukan kembali dan yang satunya tidak pernah diselamatkan
karena tidak pernah hilang.
Pertama-tama, perlu Anda cermati bahwa keseluruhan isi Alkitab
bercerita tentang anak-anak yang hilang. Isi beritanya selalu adalah
tentang anak yang hilang. Manusia pertama, Adam, tersesat dan
hilang, dan Adam disebut sebagai seorang 'anak Allah' di dalam Lukas
191 | C A H A Y A I N J I L
3:38. Yaitu, asal muasalnya, keberadaan dan segala miliknya
bersumber dari Allah. Adam adalah anak Allah dan Adam sudah hilang.
Siapa lagi anak yang hilang? Sebagian besar Perjanjian Lama berkisah
tentang Israel, dan bangsa Israel disebut sebagai 'anak Allah' di dalam
beberapa ayat, sebagai contoh, Hosea 11:1,2 dan 10. Dan Hosea 11:1
(dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu, yaitu, Allah memanggil Israel keluar
dari Mesir) yang dikutip dalam Matius 2:15 bercerita tentang Israel
sebagai anak yang hilang. Alkitab adalah buku yang berkisah tentang
anak-anak yang hilang.
Kata 'anak' memiliki makna yang luas di dalam Alkitab. Para malaikat
Allah di dalam Perjanjian Lama juga disebut sebagai 'anak-anak Allah',
sebagai contoh di dalam Ayub 1:6, 2:1, 38:7. Mereka adalah anak-
anak dalam kedudukan yang berbeda, kedekatan yang berbeda
terhadap Allah. Namun, bahkan para malaikat juga bisa terhilang.
Perhatikan contoh di dalam surat Yudas ayat 6, di situ disebutkan
bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-
batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman
mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai
penghakiman pada hari besar.
Kunci Pemahaman Perumpamaan ini: Menjadi Anak bukan
Jaminan Anda Tidak akan Hilang
Ada satu pandangan yang beredar luas di kalangan orang Kristen
sekarang ini, bahwa kedudukan sebagai anak merupakan jaminan
keselamatan. Apa dasar jaminan keselamatan seorang Kristen? "Aku
adalah anak". Dan banyak sekali orang yang berkata, "Sekali menjadi
anak akan selamanya menjadi anak." Benar, 'sekali menjadi anak
memang akan selamanya menjadi anak," tetapi apa artinya itu? Sejauh
yang berhubungan dengan Kitab Suci, tidak ada makna jaminan
keselamatan sama sekali. Seperti yang sudah kita lihat, Alkitab selalu
bercerita tentang anak yang hilang. Menjadi seorang anak bukanlah
jaminan bahwa Anda tidak akan terhilang, dan inilah poin utama dari
Perumpamaan tentang Anak yang Hilang itu.
Jika Anda seorang Kristen, jangan mendasarkan keamanan rohani Anda
pada anggapan bahwa Anda adalah anak dan dengan demikian Anda
pasti akan baik-baik saja, jadi Anda boleh berbuat dosa sebanyak yang
Anda mau. Anda boleh meninggalkan Allah dan masih diselamatkan
192 | C A H A Y A I N J I L
juga pada akhirnya. Itulah pengajaran yang banyak diberikan oleh
sebagian besar Gereja sekarang. Namun saya beritahu, ini adalah
ajaran sesat, berdasarkan Firman Allah; ini bukanlah ajaran yang
alkitabiah. Jangan membangun kehidupan rohani Anda di atas dasar
yang salah. Mungkin terasa nyaman, menentramkan, namun tetap saja
salah.
Pernah ada orang yang berkata kepada saya, "Sekalipun orang-orang
Kristen mungkin berpaling dari Allah, mungkin berbuat dosa,
melakukan berbagai pelanggaran, mereka tetap akan diselamatkan."
Saya bertanya, "Adakah dasar dari Firman Allah untuk hal itu?"
Jawabnya, "Sangat mudah! Kita adalah anak-anak Allah, dan jika
sudah menjadi anak, maka selamanya akan tetap sebagai anak."
Menyedihkan sekali! Membangun anggapan tentang jaminan
keselamatan seperti itu sangatlah membinasakan! Belum pernahkah
Anda membaca Alkitab? Alkitab berbicara tentang anak-anak yang
hilang. Adam terhilang. Dia adalah anak. Bangsa Israel terhilang.
Mereka juga adalah anak-anak. Para malaikat adalah anak-anak Allah
tetapi mereka juga ada yang hilang. Apakah Anda akan mendasarkan
rasa aman Anda hanya dengan kata-kata, "Aku adalah anak"?
Saya tidak seketikapun menyangkal betapa luar biasanya menjadi
seorang anak Allah! Dan kita adalah anak-anak Allah dalam beberapa
pengertian. Sebagai contoh, makna dari ungkapan 'anak Allah' yang
memiliki jangkauan yang luas, di dalam Kisah 17:28 di mana Paulus
mengutip salah satu pujangga Yunani yang mengatakan bahwa kita ini
dari keturunan Allah juga. Di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita
ada. Ada cakupan makna yang luas di mana Allah menjadi Bapa dan
kita, umat manusia, adalah makhluk dengan keberadaan yang berasal
dari Dia. Sama seperti keberadaan kita yang berasal dari orang tua
kita, di balik itu, Allahlah yang menjadi sumber keberadaan kita
sesungguhnya. Allah adalah bapa di dalam pengertian cakupan yang
sangat luas itu. Dan cara pandang ini juga diterima oleh Alkitab. Akan
tetapi ada pengertian yang lebih dipersempit lagi. Sama seperti di
dalam setiap keluarga, beberapa anak memiliki kedekatan yang lebih
akrab dengan ayah mereka ketimbang anak yang lainnya. Hal ini
terjadi juga di dalam kehidupan rohani, beberapa anak memiliki
193 | C A H A Y A I N J I L
hubungan lebih akrab dengan Allah, dengan Bapa, ketimbang anak
yang lainnya.
Di samping itu, ada lagi pengertian yang lebih khusus sifatnya yaitu
kita menjadi anak karena Allah mengangkat kita sebagai anak-Nya.
Paulus berkata bahwa kita telah menerima Roh yang menjadikan kita
anak Allah di Roma 8:15. Dengan demikian, kita menjadi anak karena
pengangkatan; dan juga menjadi anak karena kelahiran baru.
Yesus juga adalah Anak, akan tetapi tentulah kita bukanlah anak
dengan pengertian yang sama dengan Yesus sebagai Anak Allah. Dan
Anda akan melihat betapa keberadaan-Nya sebagai Anak sungguh
berbeda dengan keberadaan kita sebagai anak. Keberadaan Dia
sebagai Anak lebih bersifat esensial. Yesus memiliki natur yang sama
dengan Bapa. Sedangkan kita tidak dari natur yang sama dengan Allah.
Kita adalah manusia, tetapi Yesus adalah keduanya, Ilahi dan juga
manusia. Dari sini kita dapat melihat bahwa Alkitab memakai kata
'anak' dengan pengertian yang sangat luas.
Tetapi cukup untuk dikatakan di titik ini, bahwa tidak kira dalam
pengertian apa pun, Anda tidak dapat berkata, "Aku aman karena aku
adalah anak." Saya sedih melihat begitu banyak orang Kristen yang
diajari bahwa kualitas kehidupan yang mereka jalani tidaklah penting.
Tidak masalah apakah mereka kudus atau tidak. Tidak masalah apakah
mereka berbuat dosa atau tidak.
Kenyataannya, pernah saya menanyakan salah satu dari orang Kristen
itu, "Katakan pada saya, berdasarkan doktrin yang Anda yakini - tidak
tahu dari mana asalnya, jika seorang Kristen melakukan pembunuhan
dan tidak bertobat, apakah ia tetap akan diselamatkan? Ya atau tidak?"
Dan tahukah Anda apa jawabannya? Dia berkata, "Ya." Berdasarkan
teori 'sekali selamat tetap selamat', Anda tentu saja akan tetap
diselamatkan biarpun sudah melakukan pembunuhan. Tidak ada hal
yang dapat Anda lakukan untuk tidak diselamatkan.
Saya berkata, "Jadi jika seorang yang bukan Kristen melakukan,
katakanlah, sebuah dosa kecil seperti mencuri, apakah ia harus masuk
ke neraka sementara orang Kristen yang membunuh dan tidak bertobat
akan tetap diselamatkan? Doktrin macam apa yang Anda ajarkan ini?
Dari bagian Alkitab yang mana Anda menemukan ajaran ini?"
194 | C A H A Y A I N J I L
Kesalahan itu datang dari penalaran yang salah bahwa 'sekali anak
tetap anak.' Mereka lupa bahwa Anda bisa saja menjadi anak namun
tetap hilang. Dan hal ini adalah jauh lebih tragis ketimbang tidak
pernah menjadi anak sama sekali.
Perumpamaan ini Berbicara tentang Anak yang Hilang dan
Diselamatkan karena Bertobat
Saya harap Anda mau memikirkan hal ini dengan sangat hati-hati.
Saya ulangi sekali lagi: Alkitab adalah sebuah Kitab tentang anak-anak
yang hilang. Ini adalah kisah yang tragis. Dan apakah Anda pikir anak
yang bungsu itu akan diselamatkan jika ia tidak bertobat?
Perumpamaan ini bercerita tentang anak yang hilang dan diselamatkan
bukan karena ia adalah seorang anak, tetapi karena ia bertobat.
Keberadaan sebagai anak tidak ada artiya buat dia, jika ia tidak
bertobat. Jika ia bisa diselamatkan tanpa harus bertobat, maka kita
tidak membutuhkan perumpamaan ini. Poin pokok dalam
perumpamaan ini adalah bahwa ia diselamatkan karena ia bertobat.
Lalu bagaimana dengan si sulung? Ia juga disebut anak. Tahukah Anda
siapa yang diwakili oleh si sulung ini? Jika Anda memperhatikan dengan
teliti perumpamaan-perumpamaan dari Yesus, beberapa dari antaranya
bercerita tentang dua anak. Anak yang sulung selalu dihubungkan
dengan para ahli kitab dan orang-orang Farisi sementara yang bungsu
dikaitkan dengan orang-orang berdosa dan pemungut cukai. Ini adalah
dua kelompok utama umat di Israel: para ahli kitab dan orang-orang
Farisi di satu pihak, dan orang-orang berdosa serta pemungut cukai di
pihak lannya. Mereka itulah dua anak ini. Itu sebabnya Yesus berkata
kepada orang-orang Farisi dan ahli kitab, "Orang-orang berdosa dan
pemungut cukai akan masuk ke dalam kerajaan Allah tanpa kalian,
karena mereka akan bertobat. Tetapi kalian akan tertinggal di luar.
Saat itulah kalian akan meratap dan menggertakkan gigi." Tidak ada
orang yang diselamatkan tanpa pertobatan. Tidak ada ajaran alkitabiah
yang mengatakan bahwa setiap orang akan diselamatkan tanpa
pertobatan.
Jangan Terlalu Yakin bahwa Anda adalah Anak!
Itu sebabnya mengapa Yohanes Pembaptis, nabi besar Allah, berkata,
"Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. Dan janganlah
mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah
bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan
195 | C A H A Y A I N J I L
anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!" (Mat.3:8-9). Namun
orang-orang Yahudi, seperti juga orang-orang Kristen, mendasarkan
keyakinan mereka pada keberadaan sebagai anak: "Kami adalah umat
yang terpilih. Kami telah dipilih oleh Allah." Benar, itu semua karena
anugerah, akan tetapi anugerah juga bisa menyebabkan kita menjadi
sombong. Lagi pula, oleh kasih karunia, Ia telah memilih saya, dan
bukan Anda. Ia telah memilih kami, bukan kalian. Ini adalah awal suatu
kesombongan. Saya mau tunjukkan kepada anda bahwa dengan sikap
seperti itu berarti Anda masih belum memahami pengajaran yang
alkitabiah tentang hal menjadi anak. Dan itu sebabnya mengapa di
dalam Yohanes 8:41 orang-orang Yahudi berkata kepada Tuhan, "Kami
tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah," dengan kata
lain, "Kami para anak." Benar sekali, mereka memang para anak, akan
tetapi Tuhan Yesus berkata di ayat 44, "Iblislah yang menjadi bapamu."
Apakah anak-anak Abraham berasal dari iblis? Bukan, anak-anak
Abraham adalah anak-anak perjanjian! Tuhan Yesus berkata, "Dari
buahmulah terlihat bahwa kalian tidak lain adalah anak-anak iblis." Ini
bukan suatu pernyataan yang bermaksud menghina. Ini adalah
diagnosa tentang keadaan rohani mereka. Tidak, kita tidak boleh
mendasarkan keyakinan kita pada fakta bahwa kita telah dipilih untuk
menjadi anak. Mari kita ingat poin ini baik-baik.
Sangatlah penting bagi kita untuk tidak disesatkan oleh pengajaran
palsu di zaman sekarang ini. Dapat saya katakan bahwa mayoritas
pengajaran di Gereja sekarang ini mencoba untuk mengatakan kepada
Anda bahwa yang perlu Anda lakukan adalah menjadi anak. Saudara-
saudaraku, menjadi anak adalah hal yang penting. Itu adalah langkah
pertama. Namun jangan membayangkan bahwa kedudukan sebagai
anak adalah dasar dari jaminan keselamatan. Tidak ada dasar
alkitabiah bagi hal itu karena seiring dengan penghargaan itu datang
pula suatu tanggungjawab. Semakin banyak Anda menerima, semakin
banyak Allah menuntut dari Anda. Ia mengharapkan sesuatu yang lebih
dari Anda karena Anda adalah seorang anak. Dan itulah yang Ia
katakan kaum Israel, "Karena engkaulah, dan hanya engkaulah, umat
yang Kupilih di atas bumi ini, maka Aku akan menghakimi engkau"
(Ul.7:6-7; Yeh.18:30). Itulah dasar dari penghakiman-Nya.
Ingatlah selalu bahwa perumpamaan ini tidak berkisah tentang orang
tidak percaya yang tersesat, melainkan tentang anak yang hilang.
Camkanlah hal ini baik-baik. Dan di dalam perumpamaan ini, anak-
196 | C A H A Y A I N J I L
anak tersebut bahkan merujuk kepada kelompok-kelompok yang ada
dalam kalangan umat Yahudi: di satu pihak, orang-orang Farisi beserta
para ahli kitab, dan di pihak lain adalah para pemungut cukai dan
orang-orang berdosa.
Allah adalah Bapa kepada Semua
Sekarang, mari kita perhatikan aspek lain di dalam perumpamaan ini:
Kebapaan Allah. Allah disebut sebagai Bapa. Kita sudah memahami
bahwa kata 'anak' dipakai dalam pengertian yang sangat luas,
menunjukkan bahwa sekalipun orang yang tidak percaya tetap memiliki
hubungan dengan Allah karena Allah yang menciptakan mereka;
keberadaan mereka bersumber pada Allah. Dalam pengertian seperti
itu, dia adalah keturunan Allah juga seperti yang dikatakan oleh Paulus
dalam Kisah 17:28. Berdasarkan pengertian yang sangat luas itu
maka Allah juga merupakan Bapa bagi orang-orang yang tidak
percaya karena keberadaan mereka bersumber dari Allah.
Berarti setiap orang harus bertanggung jawab kepada Allah, karena
Allah adalah Bapa kepada setiap orang. Tapi bagi orang-orang Kristen,
Ia adalah Bapa di dalam pengertian hubungan yang lebih dekat, dan
juga Bapa bagi Yesus di dalam pengertian hubungan yang malah lebih
dekat lagi.
Ingatlah selalu bahwa "Kita tidak berada di tingkatan yang sama
dengan Yesus." Dia adalah Anak di dalam pengertian yang berbeda
dengan keberadaan kita sebagai anak-anak. Jika Anda tidak
memperhatikan hal ini, Anda akan jatuh dalam kesesatan lagi. Sebagai
contoh, para Saksi Yehova menjadi sesat karena mereka mengira
bahwa keberadaan Yesus sebagai Anak itu sama dengan kita, tanpa
ada perbedaan esensi sama sekali. Pemahaman ini sama sekali salah.
Yesus adalah Anak di dalam pengertian yang sepenuhnya berbeda. Ia
adalah Anak karena Ia dari hakekat yang sama dengan Bapa.
Seperti yang dengan teliti disampaikan oleh Paulus, kita adalah anak-
anak berdasarkan adopsi. Kita memiliki "Roh yang menjadikan kita
anak." Tentu saja, kita tahu bahwa Yohanes berbicara tentang
'kelahiran kembali', dan ungkapan itu berbicara tentang keberadaan
sebagai anak secara figuratif. Tidak boleh dipahami secara harfiah,
namun secara rohaniah. Artinya, kita menjadi anak-anak karena kita
sudah dilahirkan kembali oleh kuasa Allah. Tetapi Paulus lebih suka
197 | C A H A Y A I N J I L
menggunakan istilah 'ciptaan baru' seperti yang dia tulis di dalam 2
Korintus 5:17, kita menjadi ciptaan baru di dalam Kristus.
Dengan melihat bahwa Allah itu Bapa kepada kita semua, dalam
pengertian yang lebih mendalam bagi kita orang-orang Kristen
ketimbang mereka yang non-Kristen, lalu bagaimana sikap kita
terhadapAllah? Pengajaran dari Yesus sangat menekankan hal ini
kepada kita: tentang Kebapaan Allah. Ini adalah poin yang sangat
penting di dalam pengajaran Yesus. Dan Yesus menunjukkan kepada
kita di dalam ajaran-Nya bahwa Allah juga peduli pada orang-orang
non-Kristen. Sebagai contoh, Ia berkata di dalam Khotbah di atas Bukit
bahwa Allah menurunkan hujan kepada orang Kristen dan yang non-
Kristen. Ia tidak membatasi hujan-Nya hanya kepada orang Kristen
saja. Ia memberikan sinar matahari kepada orang Kristen dan yang
non-Kristen. Semua itu karena Ia adalah Bapa di dalam pengertian
yang sangat luas, mencukupkan kebutuhan setiap umat-Nya, bahkan
termasuk burung-burung di udara serta bunga-bunga di padang.
Bagaimana kita memperlakukan Allah sebagai Bapa?
Kita sebagai orang Kristen memiliki keakraban yang lebih dekat kepada
Allah karena kita mengenal-Nya bukan hanya sebagai Pencipta tapi
juga sebagai Penebus. Kita terikat kepada-Nya sebagai anak dalam dua
cara, sebagai Pencipta dan Penebus. Kita boleh menyebut-Nya Abba
Bapa, bukan sekadar 'Bapa', tetapi Abba Bapa. Inilah unsur yang
menyolok dari ajaran Yesus. Di dalam bahasa Mandarin, Abba itu sama
dengan Baba. Di dalam logat Shanghai, penyebutannya sangat mirip
dengan bahasa Aram, yaitu Ah-ba, suatu panggilan yang sangat akrab.
Kadang-kadang kita memakai kata Dia-dia [Papa]. Ah-ba sangat
serupa dengan kata Ibrani, Abba. Mungkin istilah milik orang Shanghai
ini bersumber dari bahasa Ibrani! Saya tidak tahu, mungkin memang
ada hubungan antara keduanya. Jadi kita mendapati sesuatu yang
sangat indah di sini.
Orang-orang non-Kristen tidak dapat memanggil Allah dengan Abba
Bapa. Ia tidak dapat memanggil dengan cara seperti itu, karena Anda
baru bisa memakai istilah itu jika Roh Allah ada di dalam Anda.
Kata Abba mengungkapkan suatu hubungan yang sangat akrab yang
tak pernah dapat dinikmati oleh orang non-Kristen. Mereka tidak
memiliki bentuk hubungan yang hidup dengan Allah. Hubungan yang
mereka miliki bersifat formal dalam pengertian luas Allah sebagai Bapa
198 | C A H A Y A I N J I L
mereka, sebagai Pencipta mereka. Akan tetapi mereka tidak berada di
dalam hubungan yang akrab dengan Allah dalam bentuk seperti
hubungan seorang anak dengan ayahnya, di mana anak itu boleh
memanggil ayahnya dengan sebutan "Bapa, Papa, Papi dan
sebagainya." Anda pasti tidak akan memanggil orang lain dengan
sebutan "Papi". Orang itu akan melotot ke arah Anda dan bertanya,
"Siapa kamu? Kenapa kamu panggil saya papi? Apa hak kamu
memanggil saya seperti itu?" Tapi jika Anda datang kepada ayah Anda
dan memanggilnya, "Papa," ia akan senang dengan panggilan itu. Tidak
ada masalah buatnya. Karena hubungan yang akrab itu memang Anda
miliki.
Dosa terbesar yang dapat dituduhkan atas seseorang dalam budaya
China mungkin adalah bu xiao, yaitu tidak hormat kepada orang
tuanya. Di kalangan orang China, kata bu xiao mungkin adalah makian
terburuk yang dapat Anda lontarkan terhadap seseorang. Tidak begitu
penting apakah ia seorang perampok bank selama ia masihxiao,
yaitu masih menghormati dan mencintai orang tuanya. Besar
kemungkinan orang itu akan mendapat pengampunan jika ia
merampok bank karena ayahnya sakit keras dan ia tidak mampu
membayar ongkos pengobatannya. Saya pikir seorang hakim di China
akan tergerak untuk berbelas kasihan atas perampok bank ini. Dan
saya pikir para hakim di China cenderung untuk berbelas kasihan
kepada orang yang berbuat sesuatu karena alasan xiao. Jika Anda
menyatakan bahwa seseorang itu bu xiao, ia akan disingkirkan oleh
masyarakat China. Bahkan kuburanpun tidak akan disediakan baginya!
Ia dipandang tidak layak untuk tetap hidup! Riwayatnya sudah tamat!
Kalau kita sudah mengerti dan terbiasa dengan rasa hutang budi
kepada orang tua, mengapa kita masih belum juga mengerti bahwa
hutang budi kita kepada Allah jauh melampaui hutang budi kita kepada
orang tua? Allah adalah Bapa di dalam pengertian yang jauh lebih
mendasar ketimbang orang tua kita.
Pikirkanlah tentang buah-buahan yang Anda makan. Sangat luar biasa
nikmatnya! Perhatikan sebuah jeruk. Buah ini dikemas dengan sangat
sempurna. Kemasan kulitnya dilapisi lilin pelindung, mempertahankan
kesegarannya sampai waktu yang cukup lama. Jika Anda sudah
mengupasnya, di bagian dalam Anda akan menemukan daging buah
yang dibagi dan dikemas sesuai dengan ukuran mulut. Anda tidak usah
menjejalkan seluruh daging buah ke dalam mulut Anda sekaligus.
199 | C A H A Y A I N J I L
Setiap bagiannya dirancang sempurna. Dan lagi, tidak ada juru masak
di dunia ini yang dapat meniru aromanya. Jika seorang ahli kimia
mencoba untuk meniru rasa buah jeruk, hasilnya akan jauh berbeda
dengan hasil kreasi Bapa saya di dapur kreatif-Nya. Anda dapat segera
merasakan adanya bahan kimia yang asing. Sekalipun ia memiliki rasa
yang sangat mirip dengan jeruk, Anda tetap tahu bahwa itu bukan rasa
yang alami. Rasa yang alami sangatlah sempurna. Tidak terlalu manis,
sampai-sampai mulut Anda terasa lengket. Kadang-kadang, ketika
Anda sedang makan manisan, Anda kesulitan dalam menggerakkan
mulut Anda; gigi Anda terasa lengket. Terlalu banyak campuran
gulanya. Terlalu lengket. Tapi tidak demikian dengan jeruk. Rasa,
aroma dan rancangannya sempurna dan seimbang.
Ada bermacam-macam buah. Sebagai contoh, buah apel tidak
dirancang seperti buah jeruk. Ketika Anda menggigitnya, daging buah
itu sangat memanfaatkan gigi anda, ia mengosok dan membersihkan
gigi Anda, sekaligus juga memijat gusi Anda. Segalanya sudah
dirancang. Dan rasa yang diberikan juga bermacam-macam. Jika Allah
hanya membuat satu macam buah, dan kita semua hanya bisa melihat
buah jeruk, Anda akan bertanya, "Makanan apa lagi yang tersedia
selain ini?" Di dalam dunia ini, Allah menyediakan berbagai macam
buah-buahan. Setiap jenis memiliki aroma, kemanisan dan kenikmatan
yang berbeda.
Pernahkah Anda menikmati buah persik? Wah! Rasanya betul-betul
fantastis! Sering kali, ketika saya makan buah persik, saya bertanya-
tanya, "Bagaimana buah ini bisa terbentuk?" Kata yang cocok untuk
menggambarkan buah ini adalah 'fantastik'! Dan lagi pula, anggaplah
semua buah memiliki rasa yang berbeda tetapi dengan bentuk dan
tekstur yang sama, hal ini pasti akan membosankan juga. Akan tetapi
setiap buah memiliki tekstur yang berbeda - ada yang renyah, ada pula
yang lembut. Benar-benar luar biasa!
Ketika Anda menikmati buah-buahan itu, pernahkah Anda memikirkan
asal muasalnya? Atau Anda tidak peduli akan hal itu, dan cuma
menjejalkannya ke dalam mulut. Ketika saya menikmati buah-buahan,
saya memikirkan betapa indahnya Abba Bapa menciptakan buah itu.
Anda tidak akan dapat memahami apa itu sukacita kehidupan jika Anda
tidak mengenal Allah. Sangat indah menjadi seorang Kristen karena
kehidupannya sangat bermakna. Saya rasa menjadi orang non-Kristen
200 | C A H A Y A I N J I L
berarti hanya menjalani sebagian sisi saja dari kehidupan ini. Anda
tidak akan dapat menikmati hidup ini. Anda tidak akan dapat
menikmati keindahan, rancangan, tujuan dan struktur dari setiap hal.
Perhatikanlah sekuntum bunga. Manfaat apa yang dimiliki oleh
sekuntum bunga? Kami orang Tionghoa sangat mementingkan manfaat
suatu benda. Kami selalu menilai apa guna suatu benda. Jika tidak ada
gunanya, lupakan saja! Jika Anda memberi saya seikat bunga, mungkin
saya akan memandangi bunga itu dengan rasa kesal. Apa yang bisa
saya lakukan dengan seikat bunga? Tidak bisa dimakan, tak bisa
dikenakan, lalu apa yang bisa dilakukan dengan bunga? Pemborosan
saja! Tapi coba amatilah bunga itu dan pikirkan warna, jenis, bentuk
dan wanginya. Apakah Anda hanya memikirkan manfaat praktisnya?
Itu semua adalah hal-hal yang memberi sukacita, keindahan dan
memperluas pandangan kita karena mereka memperlihatkan
kecantikan yang belum kita pahami dengan utuh. Segala sesuatu
memiliki tujuan dan rancangan. Apa manfaat praktis dari bunga bagi
setiap orang? Apa yang bisa dilakukannya? Tetapi Allah di dalam
tujuan-Nya telah menetapkan rencana bagi setiap dari hal-hal ini.
Atau lihatlah pada berbagai macam jenis pohon. Sejak kedatangan
saya di Kanada, saya baru mulai menghargai keberadaan pohon-pohon.
Sungguh luar biasa! Selama ini saya menjalani hidup saya tanpa
pernah peduli pada pepohonan. Pernahkah Anda mengamati pohon-
pohon? Bagi saya dulu, setiap pohon sama saja. Hanya sebuah
dundukan berwarna hijau. Sampai akhirnya saya mulai mengamati
setiap pohon dengan lebih dekat, dan saya membatin, "Wah! Ada
begitu banyak jenis pohon! Setiap daunnya memiliki bentuk dan
rancangan yang berbeda. Beberapa jenis daun berubah warna di
musim gugur. Setiap pohon memiliki fungsi yang berbeda. Ada yang
kayunya keras, ada pula yang lunak. Jika yang tersedia hanya kayu
lunak, Anda akan kesulitan membangun rumah. Jika hanya ada kayu
keras, muncul pula kesulitan yang lain. Kayu-kayu itu bahkan memiliki
corak dan warna yang berbeda-beda. Sungguh luar biasa!"
Pepatah Tionghoa mengatakan, Yin shui si yuan - saat Anda
meminum air, renungkanlah asal muasal air itu. Saya pikir
menjadi orang Kristen itu sangat indah. Benar-benar merupakan
kehidupan yang menggairahkan khususnya jika Anda jalankan apa
yang diajarkan kepada kami, orang-orang Tionghoa - yaitu
201 | C A H A Y A I N J I L
merenungkan asal-usul segala sesuatu. Dengan begitulah saya
mendapatkan hati yang penuh syukur dan sembah, yaitu xiao dalam
pengertian bakti kepada Allah. Dan saya selalu berterima kasih kepada
Allah, "JalanMu benar-benar sangat indah! Engkau adalah Bapa yang
luar biasa bagiku. Sungguh besar kemurahan, kasih karunia dan
kebaikanMu kepadaku. Engkau sungguh ajaib!" Semakin Anda
memahami ciptaan Allah, semakin ajaib Allah bagi Anda.
Ada seorang teman saya yang menekuni bidang fisika, dan ia
mengatakan bahwa semakin dalam ia mempelajari bidang itu, semakin
kagum hatinya melihat keajaiaban ciptaan Allah. Hatinya dipenuhi oleh
semangat pengabdian. Ada lagi seorang teman saya yang menekuini
bidang kedokteran. Dan suatu hari, ia terlihat sangat gembira.
Lalu saya bertanya, "Apa yang membuatmu gembira hari ini?"
"Sungguh ajaib! Rancangan Allah sungguh ajaib!"
Saya tanyakan, "Apa yang kamu bicarakan?"
Jawabnya, "Tulang sendi lutut."
Tak pernah terpikirkan oleh saya sebelumnya bahwa tulang sendi lutut
adalah hal yang ajaib. Lutut yang saya miliki, bagi saya, tampaknya
bukan yang tercantik di antara yang lainnya. Hanya terlihat sebagai
potongan tulang yang menonjol ke depan.
Namun teman ini berkata, "Rancangan tulang sendi lutut sungguh
sangat ajaib! Benar-benar fantastik!" Kemudian ia menjelaskan segala
sesuatu tentang tulang sendi lutut kepada saya.
Sebelumnya, saya tidak pernah melihat ada orang yang melonjak
kegirangan karena urusan lutut. Akan tetapi, semakin Anda dapat
memahami ciptaan Allah, semakin Anda memahami tentang rancangan
dan manfaatnya, akan semakin mempesona hal itu bagi Anda! Masalah
utama kita adalah ketidaktahuan. Itulah persoalan kita. Kalau saja kita
lebih memahami keajaiban rancangan otak kita, struktur organ-organ
tubuh dan tujuannya, bagaimana semuanya dirancang, maka kita pasti
akan memuji Allah. Kita akan berkata, "Ya Allah, Engkau sungguh
ajaib!" Kita akan memiliki xiao. Kita merasa banyak berhutang budi
kepada orang tua kita. Mereka sungguh sangat baik kepada kita.
202 | C A H A Y A I N J I L
Mereka sangat menyayangi kita, dan penghargaan serta penghormatan
yang tinggi layak mereka dapatkan dari kita. Namun jauh lebih besar
lagi hutang budi kita kepada Allah, yaitu Bapa dari segala bapa, Orang
tua dari segala orang tua! Sebagaimana yang dikatakan oleh
Alkitab, Bapa dari semua (Ef.4:6).
Allah adalah Bapa yang Sangat Berbelas Kasihan di dalam
Perumpamaan ini
Sekarang kita sampai kepada poin berikutnya di dalam perumpamaan
ini: Allah tampil sebagai Bapa dengan belas kasihan yang sangat besar.
Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, kita perlu mengoreksi
pemahaman kita tentang Allah. Kita selalu saja memandang Allah
sebagai Shang Di. Dalam bahasa China, Shang Diberarti, "Kaisar di
atas." Shang berarti atas, dan Di berarti Kaisar. Dan kami memandang
Allah seperti Shang Di yang dihormati, disegani dan ditakuti, Kaisar di
atas segala kaisar.
Saya pernah berkunjung ke Tien Tan (Kelenteng dari Surga) pada
waktu masih sekolah, ketika saya di Beijing, dan saya sangat terkesan
dengan Tien Tan. Sebuah bangunan yang sangat indah. Di satu bagian
gedung itu, di dalamnya, tidak tertulis kata-kata lain kecuali Shang Di -
Tuhan, Kaisar Surga. Kami orang China cenderung membayangkan
kata Di, kaisar, sebagai satu Pribadi yang menakutkan, penuh dengan
kuasa, dan biasanya, kami tidak mengaitkan ide belas kasihan dengan
seorang kaisar.
Tetapi di dalam Alkitab, kita harus belajar untuk berpikir dengan cara
yang berbeda. Allah sangatlah berbelas kasihan. Biasanya, sekali
setahun, Kaisar China mengunjungi Tien Tan dan mempersembahkan
kurban kepada Allah. Sungguh hal yang luar biasa, bahkan sebelum
datangnya zaman Alkitab, konsep tentang satu Allah sudah ada. Di
dalam beberapa tulisan klasik, Shang Di juga disebut sebagai Tien,
sama dengan yang tertulis di dalam Alkitab berbahasa China. Di dalam
Matius, kita melihat kata 'surga atau langit (heaven)' yang merupakan
sebutan bagi Allah di kalangan orang Yahudi. Di dalam bahasa China,
julukan penghormatan yang diberikan juga sama. Tien dipakai untuk
menyebut Allah. Kata Tien ini tidak sekadar berarti langit. Dan jika
ditelusuri lebih jauh ke belakang, di dalam tulisan-tulisan klasik China,
kata tien selalu mengacu kepada Allah. Sebagai contoh, pepatah Mou
shi zai ren, cheng shi zai tien berarti merencanakan itu di pihak
203 | C A H A Y A I N J I L
manusia, melaksananya ada di pihak Allah. Pelaksanaan tidak dengan
mengandalkan manusia melainkan Allah. Jadi kita memiliki konsep
tentang Allah yang sangat jelas di China. Dan kaisar
mempersembahkan kurban kepada Allah karena ia memahami bahwa
manusia pada dasarnya berhutang segala-galanya kepada Allah, jadi
manusia berhutang ketaatan kepada Allah. Sayangnya, konsep tentang
Allah bukan memandang-Nya sebagai Bapa tetapi lebih sebagai Kaisar,
jadi gambaran yang mereka bayangkan adalah Allah sebagai satu
Pribadi yang sangat menakutkan.
Di dalam perumpamaan ini, kita menemukan kata 'belas kasihan'
(Luk.15:20) ini, dan saya ingin membawa pengamatan Anda pada
keindahan ajaran Biblika tentang belas kasihan. Kata dalam bahasa
Yunani yang diterjemahkan sebagai belas kasihan
adalah, splagnizomai. Dan splagnizomai berasal dari kata
Yunani splagnon yang berarti bagian dalam dari tubuh, seperti jantung,
hati atau paru-paru. Itu semua disebut splagnon, jeroan, bagian dalam
dari tubuh seseorang. Dan metafora dari kata itu bermakna perasaan
terdalam dari Anda. Jadi kata ini bermakna belas kasihan, dalam
pengertian Allah menyayangi kita dari lubuk hati-Nya yang terdalam.
Suatu ungkapan perasaan yang sangat dalam. Kata ini hanya dipakai
jika Anda bermaksud untuk mengungkapkan perasaan yang terdalam,
bukan sekadar rasa sayang saja. Dan kata ini dipakai di dalam
perumpaman kali ini dalam menggambarkan belas kasihan sang ayah,
rasa sayang dan simpati yang sangat mendalam, perasaan yang
dipendamnya terhadap anak yang hilang namun sudah bertobat dan
kembali.
Yesus Memiliki Belas Kasihan dan Mengajarkannya di dalam
Perjanjian baru
Menariknya, kata 'belas kasihan' dipakai dalam Perjanjian Baru hanya
dalam referensi kepada Yesus. Di dalam Perjanjian Baru kita
mendapatkan enam referansi:
Yang pertama dipakai dalam Matius 9:36. Tuhan Yesus kala itu sedang
memandangi kerumunan orang-orang yang mengikuti Dia: tergeraklah
hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan
terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Saat Yesus menatap
kita sekarang ini, Anda boleh yakin bahwa Tuhan Yesus menatap ke
204 | C A H A Y A I N J I L
arah kita dengan keprihatinan yang mendalam, belas kasihan yang
mendalam, atas keadaan kita yang seperti domba tanpa gembala.
Yang kedua terdapat di dalam Matius 14:14. Kata ini dipakai dalam
kejadian pemberian makan kepada 5.000 orang di padang
belantara: Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar
jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada
mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. Ketika Ia melihat
mereka dalam keadaan kelaparan dan kekurangan di tengah tempat
yang sepi, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan kepada mereka. Alasan
mengapa Ia memberi makan orang banyak itu bukanlah karena Ia ingin
membuat mukjizat. Ini adalah pandangan keliru yang sering terjadi.
Alkitab memberi tahu kita bahwa Ia memberi makan 5.000 orang
karena didorong oleh belas kasihan kepada mereka. Ia merasa sedih
melihat mereka kelaparan.
Referensi yang ketiga ada di dalam Matius 15:32, dan ini adalah
peristiwa pemberian makan kepada 4.000 orang: Lalu Yesus
memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas
kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti
Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh
mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan." Sekali
lagi, Yesus memberi makan 4.000 orang karena hati-Nya tergerak oleh
belas kasihan pada mereka yang kelaparan.
Yang keempat ada di dalam Markus 1:41. Yesus berbelas kasihan
kepada seorang penderita kusta, jenis orang yang selalu diabaikan oleh
masyarakat. Penderita kusta terlihat menjijikkan karena seluruh tubuh
dan wajah mereka dipenuhi oleh luka. Mereka tersisih dari masyarakat
dan tak ada yang mau mendekatinya karena orang takut tertular kusta
itu. Dan Yesus memandang ke arah penderita kusta itu dan berbelas
kasihan kepadanya: Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu
Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata
kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."
Yang kelima ada di dalam Matius 20:34 ketika Yesus berbelas kasihan,
perasaan mendalam dari batin-Nya terhadap atas dua orang buta. Ia
menatap dengan penuh belas kasih kepada kedua orang buta itu, yang
terpaksa mengemis karena di dalam masyarakat mereka itu, orang
buta tidak dapat memperoleh pekerjaan. Mereka harus seumur hidup
205 | C A H A Y A I N J I L
menjadi pengemis. Dan Ia berbelas kasihan kepada mereka: Maka
tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah mata
mereka dan seketika itu juga mereka melihat lalu mengikuti Dia.
Yang keenam terdapat di dalam Lukas 7:13. Yesus berbelas kasihan
kepada seorang janda di Nain yang sedang meratapi kematian anak
tunggalnya, dan janda itu menangis sambil mengikuti orang-orang
yang menggotong jenazah anaknya ke kuburan: Dan ketika Tuhan
melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia
berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Ia merasa sangat kasihan
kepada janda itu. Dihentikan-Nya arak-arakan itu dan dibangkitkan-
Nya anak si janda itu. Sekali lagi, Ia membuat mukjizat bukan untuk
membuktikan bahwa Ia mampu membangkitkan orang mati. Yesus tak
pernah berusaha untuk pamer kuasa. Ia tidak pernah berusaha untuk
membuktikan sesuatu. Ia melakukan semua hal itu atas dorongan
belas kasihan. Ia membangkitkan anak si janda karena dorongan belas
kasihan. Alasan-Nya melakukan mukjizat itu adalah rasa belas kasihan
kepada si janda yang sedang bersedih. Camkanlah hal ini.
Sangat mengagumkan bahwa kata 'belas kasihan' di dalam Perjanjian
Baru ini hanya dipakai dengan merujuk kepada Yesus. Kata ini bahkan
tidak muncul di dalam surat-surat rasul Paulus. Selain itu, kata 'belas
kasihan' ini juga dipakai langsung di dalam ajaran Yesus, dalam tiga
referensi, tetapi di satu referensi, kata ini muncul dua kali, jadi total
keseluruhannya bisa dikatakan ada empat referensi.
Yang pertama muncul dalam perumpamaan tentang orang Samaria
yang baik, di dalam Lukas 10:33: Lalu datang seorang Samaria, yang
sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang
itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
Referensi yang kedua ada di dalam perumpamaan ini, yaitu
perumpamaan tentang anak yang hilang di dalam Lukas 15:20, di
mana sang ayah tergerak oleh belas kasihan melihat keadaan anaknya
yang menyedihkan, kurus, kelelahan, berpakaian lusuh dan telanjang
kaki. Itu adalah anaknya, dan sang ayah ini berbelas kasihan kepada
anaknya: Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia
masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh
belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan
mencium dia.
206 | C A H A Y A I N J I L
Yang ketiga dan sekaligus keempat tampak di dalam Matius 18:33,
tentang seorang hamba yang mendapat belas kasihan dari tuannya
ketika ia tidak sanggup melunasi hutangnya, dan hutang itu
dihapuskan. Sayang sekali, hamba itu tidak berbelas kasihan kepada
hamba yang lain: "Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu
seperti aku telah mengasihani engkau?"
Dan seluruh gambaran yang indah tentang kebapaan Allah, ungkapan
belas kasihan-Nya yang terdalam, dirumuskan dengan sangat indah di
dalam kata-kata yang terdapat dalam Lukas 6:36, "Hendaklah kamu
murah hati (merciful, penuh belas kasihan), sama seperti Bapamu
adalah murah hati (merciful, penuh belas kasihan)." Yesus
mengajarkan bahwa Allah, Bapa kita penuh dengan belas kasihan. Dari
sini, kita dapat melihat betapa indahnya gambaran tentang keberadaan
manusia sebagai anak dan Kebapaan Allah.
Kunci Pemahaman perumpamaan ini: Si Anak Bertobat
Anda akan melihat bahwa di dalam kedua perumpamaan yang
sebelumnya (tentang domba dan uang dirham yang hilang), domba
dan koin itu bersikap pasif. Mereka tidak mengambil peranan apapun.
Si gembala dan perempuan itulah yang melakukan segalanya. Namun
saya peringatkan Anda bahwa jika Anda hanya mengambil salah satu
saja dari ketiga perumpamaan itu, misalnya tentang domba yang
hilang saja, maka Anda akan sampai kepada doktrin yang sesat yang
berkata bahwa Allahlah yang melakukan segalanya sedangkan manusia
tidak berperan apa-apa di dalam keselamatan. Atau bahwa peranan
manusia adalah pasif sepenuhnya. Seseorang tinggal duduk menunggu
keselamatan dari Allah. Apa yang dilakukan oleh si domba? Domba itu
hanya duduk diam dan tidak berbuat apa-apa. Ia hanya menanti
sampai Allah (sang gembala) datang dan menyelamatkannya. Nah, jika
Anda membangun doktrin keselamatan dengan dasar seperti itu, Anda
akan masuk ke dalam salah satu bentuk ajaran Calvinisme - ajaran
tentang kepasifan manusia dalam berhadapan dengan aktifitas Allah.
Padahal, kedua perumpamaan itu baru lengkap jika perumpamaan
yang ketiga ini dimasukkan.
Di dalam perumpamaan tentang anak yang hilang ini, Anda akan
mendapati bahwa kenyataannya, sang ayah justru tidak berperan aktif;
ia berdiam di rumah menantikan anaknya kembali. Si anaklah yang
melakukan segalanya. Anak itu bertobat. Anak itu yang memutuskan
207 | C A H A Y A I N J I L
apa yang akan ia katakan kepada ayahnya. Anak itu yang pergi
kembali kepada ayahnya. Namun, jika Anda membangun doktrin
hannya berdasarkan perumpamaan ini saja, Anda juga akan masuk
dalam kesimpulan yang salah, bahwa manusia yang melakukan
segalanya sedangkan Allah tidak berbuat apa-apa. Anda harus
memakai ketiga perumpamaan ini secara serentak untuk dapat melihat
gambaran yang selengkapnya.
Saya tegaskan sekali lagi bahwa kesalahan dari orang-orang Calvinis
tepatnya pada masalah penekanan ini: mereka hanya berfokus pada
kedua perumpamaan yang pertama dan mengabaikan yang ketiga,
yaitu Perumpamaan tentang Anak yang Hilang. Itu sebabnya, para
pendukung Calvin mengajarkan bahwa Allah melakukan segala-galanya
dan manusia tidak perlu berbuat apapun. Anda cuma perlu duduk
menanti sampai Allah datang menyelamatkan Anda. Malahan, iman
Andapun dinyatakan sebagai karunia. Pada dasarnya Anda tidak
memiliki iman sama sekali. Semuanya merupakan pemberian, jadi
bahkan di dalam hal iman, Anda juga tinggal menerima saja, Anda
pasif. Ini adalah pendapat yang terlalu ekstrim, dan jelas tidak sesuai
dengan Alkitab. Dan saya harus menyatakan hal ini dan
menyatakannya dengan tegas.
Yesus sama sekali tidak mengajarkan hal ini. Si anak teringat pada
kasih ayahnya dan ia bertobat. Perhatikan bahwa di dalam keseluruhan
perumpamaan ini, si anaklah yang mengambil peranan aktif sampai
dengan kepulangannya ke rumah. Hal ini sangat penting untuk kita
ingat-ingat. Jika kita sudah paham akan hal ini, kita juga akan dapat
melihat bahwa pertobatan adalah saat kita terbangun melihat
kenyataan dunia rohani. Sebagaimana yang sudah Anda lihat di
dalam ayat 17, di situ dikatakan bahwa ia menyadari keadaannya. Ia
terbangun.
Di dalam Efesus 5:14 kita baca, Bangunlah, hai kamu yang tidur dan
bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas
kamu. Ini pernyataan yang penting. Jika Anda belum mengenal Allah,
maka keadaan Anda sama seperti anak bungsu yang boros ini yang
masih lelap dalam tidurnya. Anda masih belum terbangun. Anda masih
belum memahami realitas kerohanian. Anda masih tinggal di dalam
mimpi. Sekaranglah saatnya bangun dan melihat realitas Allah. Ada
beberapa orang yang susah dibangunkan sehingga dibutuhkan
208 | C A H A Y A I N J I L
benturan keras untuk membangunkan mereka. Si bungsu ini masih
terlelap. Ia masih asyik menikmati dunia khayalnya sampai akhirnya
dia terbenam dalam kekacauan.
Dosa dari Pengingkaran terhadap Allah
Perumpamaan ini sangat mengena dengan kehidupan saya. Saya tidak
bisa menceritakannya secara panjang lebar sekarang ini kesaksian
hidup saya, akan tetapi si bungsu itu mengalami hal yang sangat mirip
dengan pengalaman saya. Dulu saya menjalani hidup di dalam dunia
yang tidak nyata. Saya menjalani hidup sebagai seorang yang agnostik
(tidak peduli kepada Tuhan) atau ateis (tidak percaya adanya Tuhan).
Saya terombang-ambing di antara keduanya. Secara filsafat,
agnostikisme lebih layak diterima ketimbang ateisme; karena ateisme
tidak memiliki dasar pemikiran yang masuk akal. Saya terombang-
ambing di antara kedua aliran pemikiran itu. Saya menjalani kehidupan
di dunia tidak nyata yang saya bangun di dalam diri saya ini sampai
akhirnya terjerumus ke dalam masalah seperti yang dialami oleh si
anak bungsu itu. Sampai pada suatu hari, ketika saya duduk di dalam
penjara penguasa Komunis, saya tersadar dan berkata, "Apa yang saya
lakukan ini?" Sangat serupa dengan anak yang hilang di dalam
perumpamaan ini yang berkata, "Aku seharusnya bisa tetap tinggal
dengan bapa menjalani hidup yang berkelimpahan. Sekarang malahan
harus duduk bersama babi!" Seperti itulah keadaan saya pada waktu
itu. Saya duduk di halaman penjara, di bawah todongan senapan mesin
seorang penjaga Komunis, dan saya tersadar. Dibutuhkan pengalaman
yang seburuk itu untuk membangkitkan kesadaran saya. Saya
membatin, "Apa yang sudah saya lakukan ini?" Dan kemudian saya
menatap ke atas dan bertanya, "Bagaimana dengan Allah yang selama
ini tidak saya pedulikan?" Lalu untuk pertama kalinya, saya berkata
pada diri sendiri, "Aku tahu apa yang harus kukatakan kepada Allah."
Dan saya mulai menyusun doa di dalam hati saya dan memanjatkan
doa tersebut. Saya bertobat, dan saya sangat kagum ketika mendapati
bahwa Allah sangat berbelas kasih. Allah yang sudah saya perlakukan
dengan kurang ajar, ternyata sangat berbelas kasihan kepada saya!
Anda mungkin tidak berpikir bahwa Anda sudah melakukan banyak
dosa. Lihatlah anak yang hilang ini yang telah meninggalkan rumahnya.
Apakah ia sudah menghina bapanya? Apakah ia sudah melecehkan
bapanya? Apakah ia sudah mengutuki bapanya? Tidak. Apakah ia
mencuri sesuatu dari bapanya? Tidak. Ia meminta bagiannya dan ia
209 | C A H A Y A I N J I L
mendapatkan itu. Mungkin caranya sedikit memalukan, tidak elok,
akan tetapi itu tidak salah di sisi hukum, tidak berdosa. Ia tidak
melanggar hukum apapun. Lalu bagaimana cara kita memahami situasi
ini? Apakah ia sudah berbuat kasar kepada ayahnya? Tidak. Jadi, ia
tidak mencuri, tidak membunuh - tidak melakukan hal yang jahat. Lalu
apa dosanya? Kesalahan apa yang dibuat oleh anak ini? Hanya satu: ia
menyangkal ayahnya.
Apa kesalahan yang Anda lakukan sebagai seorang non-Kristen?
Apakah Anda melakukan pembunuhan? Pencurian? Atau merampok
bank? Tidak. Kesalahannya adalah bahwa Anda telah berpaling dari
Allah. Pada dasarnya Anda telah bu xiao. Anda telah menolak untuk
memuliakan Allah, Bapa segala yang ada, sumber dari hidup kita.
Itulah kejahatan Anda. Itulah hal yang saya lakukan dulu. Saya bahkan
melakukan lebih dari itu. Saya sudah menghina dan mengolok-olok
orang-orang Kristen, walaupun saya tidak menghina Allah. Saya tidak
mencuri, merampok, tidak ada tindak kriminal yang pernah saya
lakukan, akan tetapi saya justru melakukan hal yang terburuk -
membelakangi Allah. Saya berkata, "Aku tidak punya waktu untukMu.
Aku akan menjalani hidup dengan caraku sendiri. Selamat tinggal."
Ketika saya ingin berbalik kepada-Nya, saya menyadari bahwa saya
tidak berhak untuk berbicara kepada-Nya. Namun sungguh besar belas
kasihan-Nya! Ia berlari menyambut saya! Dan tempat yang dipilih
sungguh luar biasa, saya bertemu dengan Allah di dalam penjara
penguasa Komunis. Betul-betul tempat yang luar biasa! Saya bersyukur
kepada Allah atas kehadiran kaum Komunis dalam hal ini. Jika pihak
Komunis tidak pernah datang, mungkin saya tidak akan pernah
menjadi orang Kristen. Segala sesuatu terjadi dengan tujuan yang
sudah pasti, bahkan peristiwa kemenangan kaum Komunis sekalipun.
Jika China tidak dimenangkan oleh kaum Komunis, saya ragu apakah
saya dapat menjadi Kristen. Dengan pengalaman segawat itulah saya
dibangunkan pada kenyataan. Saya tersadar dari mimpi dan bertemu
dengan Allah. Suatu perjumpaan dengan Allah yang sangat
mengesankan yang terjadi di halaman penjara, yang belum pernah
dapat saya bayangkan sebelumnya. Saya bertemu dengan Allah ketika
sedang duduk di halaman penjara itu. Saya bercakap-cakap dengan-
Nya. Dan saya mengalami Dia dalam suatu cara yang tidak akan
pernah bisa dipahami oleh mereka yang belum pernah mengalami
Allah. Pengalaman ini tidak dapat diterangkan. Allah hadir melingkupi
210 | C A H A Y A I N J I L
saya, dan seluruh tubuh saya dipenuhi oleh rasa sukacita, sukacita
yang tidak dapat saya pahami. Pengalaman pertemuan ini tidak dapat
saya pahami secara nalar dan tidak juga dapat saya jelaskan menurut
bahasa nalar.
Jaminan kita Hanya ada di dalam Allah, Bapa kita yang Penuh
Belas kasih
Kita akan masuk ke dalam poin yang terakhir walaupun masih ada
banyak kekayaan makna di dalam perumpamaan ini yang dapat kita
gali. Poin ini dapat diilustrasikan dengan memakai pengalaman saya di
dalam kamp tahanan kaum Komunis itu. Sesudah Allah menempatkan
saya di tempat yang sangat rendah seperti itulah baru saya siap untuk
bertemu dengan-Nya. Bagaimana menurut Anda jika si bungsu ini,
ketika ia sedang duduk di antara babi-babi, berkata pada dirinya
sendiri, "Nah, saya ini masih seorang anak! Jika saya menuntut ke
pengadilan, mungkinkah dia akan menyangkal bahwa ia adalah ayah
saya dan saya adalah anaknya?" Anggaplah ia memutuskan, "Saya
akan pulang dan berkata, "Sudahlah bapa, bagaimanapun juga saya ini
kan anakmu. Engkau tahu siapa saya, bukankah begitu? Sekarang ini
saya terlihat lusuh, tetapi nama keluarga saya masih Chang, bukankah
begitu? Engkau adalah ayah saya dan engkau tidak mungkin dapat
menyangkal hal itu. Ini akte kelahiran saya. Semua keterangan ada di
sana."" Menurut Anda, apa yang akan terjadi dengan si bungsu ini?
Saya lihat ada begitu banyak orang Kristen yang berperilaku seperti ini.
Mereka berpikir bahwa pada Hari itu, mereka akan datang menghadap
kepada bapa dan berkata, "Lihat, ini surat baptis saya, saya dibaptis di
sebuah gereja yang sangat bagus, Gereja Injil di Montreal (Kanada).
Tempat yang cukup layak untuk beribadah. Lihatlah keterangan di
dalam surat itu. Ini tanda tangan pendetanya. Sekalipun mungkin
engkau tidak bisa membaca, tentunya engkau tahu bahwa itu adalah
tanda tangan. Ini surat resmi. Jadi, sekarang saya datang. Saya mau
mengklaim keselamatan saya! Saya memang tidak menjalani hidup
selayaknya sebagai orang Kristen. Cukup banyak dosa yang saya
perbuat. Cukup banyak tindakan ngawur yang saya lakukan. Bahkan
mungkin kualitas kehidupan rohani saya sebagai orang Kristen masih di
bawah kualitas kehidupan orang yang non-Kristen. Tapi saya punya
surat baptis. Saya adalah seorang anak!"
211 | C A H A Y A I N J I L
Dan orang-orang yang malang itu mengira bahwa Allah akan berkata,
"Oh, mari sini anakKu! Baiklah, karena kamu punya surat baptis, Aku
terima kamu sebagai anak dan engkau boleh kembali ke rumah."
Seperti kebanyakan pengalaman orang-orang Kristen pada hari itu,
Anda juga akan sangat terkejut! Jika Anda mendasarkan keselamatan
Anda pada klaim anda sebagai anak, tamatlah riwayat Anda! Ini bukan
untuk menakut-nakuti.
Kita berbicara tentang keberadaan sebagai anak di dalam
perumpamaan ini. Si anak bungsu baru menjadi layak sebagai anak
justru saat ia menyadari bahwa ia tidak layak untuk menjadi anak. Si
bungsu ini menjadi anak seutuhnya baru pada saat ia menyadari bahwa
ia sesungguhnya tidak mempunyai hak untuk menjadi anak. Ini adalah
perbedaan yang mendasar antara si bungsu dan si sulung, anak namun
belum menjadi anak. Ini adalah poin yang harus kita pegang dan
pahami secara mendalam. Ketika si bungsu membatin, "Aku akan
berkata kepada bapa, 'Saya tidak layak menjadi anakmu. Berilah saya
tempat di antara para hambamu,'" saat itulah ia berada dalam keadaan
yang layak menerima anugerah. Anugerah bukanlah anugerah jika
Anda dapat menuntut pemenuhannya. Waspadalah terhadap setiap
doktrin atau pengajaran yang mendorong Anda untuk berpikir bahwa
pada Hari Penghakiman nanti Anda berhak untuk menuntut
keselamatan bagi Anda, bahwa Anda berhak untuk memperolehnya
atas dasar suatu tanggal dan bulan anda percaya. Setiap orang yang
berpikir seperti itu akan segera mendapatkan kejutan besar. Hanya ada
satu macam orang yang akan mendapatkan warisan, yaitu orang
miskin. "Berbahagialah orang yang miskin." Mereka tidak memiliki hak;
dan mereka tidak menuntut hak apapun. Mereka hanya datang dalam
kerendahan hati dan bertobat.
Saya beritahu Anda bahwa saya akan menjadi orang yang sangat
bodoh jika saya menghadap kepada Allah di Hari Penghakiman itu dan
berkata, "Lihat, saya seorang pendeta. Saya sudah memberitakan Injil
selama bertahun-tahun! Saya berkhotbah di dalam banyak seminar dan
KKR. Lihat saja betapa banyak peserta yang hadir di sana, mereka
semua tahu bahwa saya memberitakan Injil, bukankah begitu? Saya
adalah seorang Kristen, dan bukan hanya itu, saya seorang pendeta!
Jadi kalau ada orang yang berhak masuk ke dalam kerajaan Allah,
sayalah orang itu! Perintahkanlah para malaikat untuk meniupkan
212 | C A H A Y A I N J I L
terompet menyambut saya!" Saya beritahu Anda, jika saya datang
kepada Allah dengan cara seperti ini, Ia sama sekali tidak akan ada
waktu untuk saya.
Pada Hari itu, saat saya datang kepada Allah, saya akan berkata,
"Tuhan, saya tidak punya apa-apa yang dapat saya persembahkan
padaMu. Saya tidak mempunyai klaim apapun. Kiranya Kau berkenan
menerima saya sebagai hambaMu. Saya sudah mengusahakan apa
yang dapat saya lakukan. Pekerjaan saya sungguh tidak berarti
sekalipun itu sudah saya lakukan dengan segenap kemampuan saya di
dalam kasih karuniaMu. Karena keterbatasan saya, hasilnya memang
tidak memadai. Saya sungguh memohon kiranya Engkau mau
menempatkan saya di antara para hambaMu." Hanya sikap hati seperti
itu yang dicari oleh Allah. Ia tidak punya waktu untuk berurusan
dengan orang-orang yang angkuh dan meninggikan diri. Dan jika Anda
pernah menerima doktrin atau ajaran yang menempatkan Anda di
dalam semacam 'jaminan' seperti itu, lupakan saja! Tidak ada landasan
alkitabiah yang meneguhkan ajaran itu. Seperti yang diceritakan oleh
Yesus, anak ini diterima karena ia pulang kepada ayahnya, memohon
untuk boleh diterima sebagai hamba atau budak. Ingatlah hal itu baik-
baik. Camkanlah hal ini baik-baik.
Saya berdoa agar Anda dapat mempelajari sikap ini karena inilah kunci
pemahaman seluruh perumpamaan ini. Jika Anda mencari sesuatu
pelajaran dari peerumpamaan ini, maka poin inilah hal utama yang
disampaikan oleh perumpamaan ini. Bukan sekadar kepulangan si anak
bungsu yang diceritakan. Yang terpenting adalah dengan cara
bagaimana si bungsu ini pulang. Yang terpenting adalah perubahan
besar yang sudah terjadi di dalam sikap si anak bungsu itu.
Rasul Tuhan yang besar, Paulus, bermegah hanya dalam satu gelar
saja, yaitu "hamba atau budak Yesus Kristus." Ia tidak menuntut
kehormatan yang lebih tinggi ketimbang sekadar sebagai seorang
budak Yesus. Pada zamannya, seorang pekerja dengan upah harian
masih berkedudukan lebih tinggi dari pada seorang budak. Seorang
pekerja harian mempunyai sedikit kemerdekaan, hal yang tidak dimiliki
oleh seorang budak. Paulus hanya berkeinginan untuk dapat diterima
sebagai salah satu budak Yesus Kristus. Paulus tidak bermegah atas
keberadaannya sebagai anak. Ia menyatakan dengan sangat tegas,
"Memang benar, kita menantikan pengangkatan sebagai anak. Namun
213 | C A H A Y A I N J I L
di atas segalanya, saya bermegah hanya atas kesempatan istimewa
menjadi seorang hamba atau budak Yesus Kristus."
Seorang hamba atau budak tidak menerima penghargaan atau balas
jasa setelah ia melakukan segala sesuatu. Ia sekadar dipandang telah
menjalankan tugasnya. Pernahkah Anda melihat ada budak yang
datang kepada majikannya dan berkata, "Lihat, perhatikan prestasi
saya"? Apapun yang sudah Anda kerjakan bagi Tuhan, tidak peduli
sebesar apapun prestasi Anda, tidak lebih dari sekadar menunaikan apa
yang memang sudah seharusnya Anda kerjakan.
Inilah arti dari 'keselamatan oleh anugerah'. Anugerah berarti "Tidak
ada satu hal pun yang layak untuk saya banggakan. Saya tidak
menuntut apa-apa, saya tidak membanggakan keberadaan sebagai
anak yang telah diberikan kepada saya." Hal yang paling berbahaya
adalah membanggakan anugerah seolah-olah anugerah itu merupakan
hak Anda. Mari saya ingatkan bahwa, di dalam pengajaran yang
alkitabiah, segala sesuatu yang dilandasi oleh hak bukanlah anugerah.
Segala sesuatu yang menjadi hak Anda pasti berasal dari hasil usaha
Anda sendiri. Segala sesuatu yang berasal dari anugerah tidak pernah
merupakan hasil perjuangan. Jika kita menjadi anak, hal itu terjadi
bukan karena kita memiliki hak atas hal itu. Dan sekalipun saya adalah
anak, saya tidak dapat mengklaim keberadaan saya sebagai anak
sebagai satu hak karena hal itu selalunya merupakan anugerah, dan
anugerah tidak pernah dilandasi oleh hak.
Pada Hari itu, saya akan datang kepada Allah bukan sebagai orang
penting, namun sebagai seorang berdosa yang telah bertobat yang
diselamatkan oleh anugerah. Dan saya akan menghadap Allah Bapa
dan berkata, "Inilah saya, dengan penuh sukacita menerima dan terus
menerima anugerahMu." Dan saya memiliki keyakinan itu bukan
karena saya adalah anak, melainkan karena belas kasih-Nya.
Keyakinan itu tidak berdasarkan kedudukan saya, sebagai anak atau
apapun itu, tetapi berdasarkan pada siapa Allah itu - Bapa yang penuh
dengan belas kasihan.
Akan tetapi Dia tidak akan berbelas kasih kepada orang-orang yang
tinggi hati, orang-orang yang membanggakan kedudukan mereka
sebagai anak seolah-olah hal itu merupakan hak yang dapat mereka
klaim. Orang-orang ini masih belum memahami apa arti keberadaan
214 | C A H A Y A I N J I L
sebagai anak. Akan tetapi Gereja di zaman sekarang ini dipenuhi oleh
orang-orang Kristen yang berkata, "Saya pasti selamat karena saya
adalah anak Allah." Anda baru bisa hidup dan berlaku seperti seorang
anak jika Anda menjalani hidup dan berperilaku seperti seorang yang
sadar bahwa Anda tidak layak bahkan untuk berada di antara para
pekerja harian apa lagi kelayakan untuk menjadi anak. Semoga Anda
dapat memahami hal itu.
Kiranya Allah menganugerahkan kesempatan bagi kita untuk bisa
kembali kepada-Nya dalam pertobatan, hari demi hari. Semoga saya
bisa menjalankan hal ini setiap hari sehingga jika Hari itu tiba, saya
dapat datang menghadap kepada-Nya di dalam jaminan kepastian
iman, dalam belas kasih-Nya kepada orang-orang yang bertobat dan
rendah hati. Inilah jaminan kepastian kita: Barangsiapa datang kepada-
Ku, ia tidak akan Kubuang (Yoh.6:37). Inilah jaminan keselamatan
saya, bukan didasarkansaya ini penting, saya adalah anak Allah.
Jangan pernah mendasarkan jaminan keselamatan Anda kepada segala
sesuatu yang lain selain Allah.
Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak Setia
Lukas 16:1-13 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang, Montreal
Lukas 16:1-13
Hari ini kita akan melanjutkan pembahasan Firman Allah di dalam
Lukas 16:1-13. Perumpamaan dari Yesus ini dikenal
sebagai Perumpamaan tentang Bendahara yangTidak Adil,
atau Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak Jujur. Dan saya
mendapati bahwa perumpamaan ini ternyata sangat sesuai diberitakan
pada waktu ini, karena ia mengajarkan kita untuk menyusun rencana
hidup ini supaya kita bisa memberikan pertanggungjawaban di Hari itu
nanti, ketika kita bertemu dengan Yesus. Dan hal itulah persisnya yang
perlu kita lakukan di saat Tahun Baru. Perhatikan bahwa Tuhan Yesus
menyampaikan hal ini kepada para murid, berarti perumpamaan ini
ditujukan kepada orang Kristen secara khusus.
215 | C A H A Y A I N J I L
Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang
mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan,
bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya. Lalu ia memanggil
bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang
engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau
tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara. Kata bendahara itu di
dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku
dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat,
mengemis aku malu. Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya
apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang
akan menampung aku di rumah mereka. Lalu ia memanggil seorang
demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang
pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku? Jawab orang itu:
Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat
hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima
puluh tempayan. Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan
berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya
kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain:
Delapan puluh pikul. Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur
itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini
lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang. Dan Aku
berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan
Mamon yang tidak jujur (yaitu uang), supaya jika Mamon itu tidak
dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi (yaitu hidup
kekal)." "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga
dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam
perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara
besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur,
siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang
sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain,
siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang
hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia
akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan
setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu
tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon (yakni Anda
tidak dapat mengabdi kepada Allah sekaligus kepada uang)."
Si bendahara dituduh menghamburkan kekayaan tuannya,
bukan penggelapan kekayaan tuannya
216 | C A H A Y A I N J I L
Ini adalah perumpamaan yang sangat penting, sekaligus juga
menimbulkan masalah rumit. Persoalan dasar yang dipertanyakan oleh
kebanyakan orang adalah: Bagaimana mungkin Yesus memuji
bendahara atau pengelola (steward) yang tidak jujur ini? Bagaimana
mungkin Yesus memakai orang yang tidak jujur ini sebagai contoh
kecerdikan, yaitu sebagai contoh seorang yang bertindak dengan
memikirkan tentang masa depannya (yang memiliki foresight)? Inilah
poin yang perlu kita pelajari. Namun jawaban yang cukup singkat bagi
pertanyaan tersebut adalah bahwa Yesus bukan memuji ketidakjujuran
orang itu, melainkan kemampuannya untuk melihat ke depan dan
melakukan perencanaan yang bijaksana. Tentu saja jawaban ini tidak
meniadakan keberatan yang diajukan tentang pemakaian contoh dari
orang yang tidak jujur sekalipun bukan ketidakjujurannya yang sedang
dipuji. Kita akan mengamati hal ini.
Di dalam ayat yang pertama, apakah Anda melihat tuduhan apa yang
diajukan oleh sang majikan kepada bendaharanya? Tuduhannya adalah
bahwa ia telah menghambur-hamburkan kekayaan sang majikan. Apa
arti menghamburkan kekayaan majikan itu? Poin pertama yang harus
diingat adalah bahwa pemborosan bukanlah ketidakjujuran.
Bertindak boros tidak selalu didasari oleh ketidakjujuran. Ia lebih
merupakan suatu kecerobohan; kegagalan dalam mengelola sesuatu.
Namun tidak harus berarti ketidakjujuran. Ini adalah hal yang penting
untuk diingat.
Yang kedua adalah bahwa di dalam ayat 8, kata Yunani yang kemudian
diterjemahkan dengan 'tidak jujur' ini sebenarnya bermakna perbuatan
yang salah (wrongdoing), suatu ungkapan yang mempunyai arti yang
luas. Namun pihak penterjemah (dalam bahasa Inggris, dan kemudian
juga diikuti dalam bahasa Indonesia), tampaknya mencampuradukkan
tugas penerjemahan dengan kegiatan penafsiran, dan kemudian
menyajikan penafsiran mereka dengan memilih untuk memakai kata
'tidak jujur', sebuah ungkapan yang mencondongkan artinya ke arah
tertentu. Seharusnya kata tersebut diterjemahkan dengan
ungkapan perbuatan yang salah, artinya telah melakukan sesuatu
yang salah. Memboroskan kekayaan sang majikan tentunya merupakan
satu kesalahan, bukankah begitu? Akan tetapi tidak harus bermakna
tidak jujur. Seorang yang ceroboh dalam pekerjaannya, dapat dituduh
telah melakukan kesalahan. Tetapi kecerobohan bukanlah
ketidakjujuran. Ketidakjujuran melibatkan penipuan.
217 | C A H A Y A I N J I L
Tetapi mungkin Anda akan berkata, "Ah! Tetapi dia memotong 50%
jumlah minyak dan 20% gandum dari total kewajiban orang-orang
yang berhutang kepada tuannya. Itu tidak jujur." Nah, apakah hal itu
akan dinilai jujur atau tidak, kita akan membahasnya nanti dengan
berdasarkan hukum Yahudi.
Pengelolaan adalah poin pokok di dalam perumpamaan ini
Namun pertama-tama, izinkan saya untuk mengupas poin utama dari
perumpamaan ini. Apa yang menjadi bahasan pokoknya? Anda dapat
segera melihat bahwa perumpamaan ini berbicara tentang pengelolaan
(stewardship). Apa arti pengelolaan itu?
Kata yang diterjemahkan dengan bendahara(steward) berasal dari kata
Yunani oikonomos, sebuah kata yang biasanya diterjemahkan
dengan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa kata ekonomi yang ada
di dalam bahasa Indonesia bersumber dari bahasa Yunani.
Kata oikonomos sebenarnya terdiri dari dua kata yaitu: oikosyang
berarti rumah dan nomos yang berarti hukum. Jadi 'ekonomi' berarti
aturan rumah tangga, atau dengan kata lain manajemen rumah
tangga, atau ilmu pengetahuan domestik. Dan dari makna dasar ini,
kemudian dikembangkanlah bidang ilmu ekonomi, yang mempelajari
prinsip-prinsip pengelolaan keuangan bagi rumah tangga, dan dalam
cakupan yang lebih luas akan meliputi perusahaan dan juga negara.
Jadi, seorang bendahara adalah orang yang diberi tanggungjawab
dalam mengelola sebuah rumah tangga. Ia menerima kewenangan
untuk mengatur sebuah rumah tangga. Ia bekerja untuk menjamin
bahwa segala sesuatu berjalan dengan lancar di rumah tersebut, dan
rumah tangga pada masa itu berukuran cukup besar. Bendahara di
dalam perumpamaan ini memegang tanggungjawab di bidang bisnis
karena ia mengurusi gandum dan minyak. Ia bisa disebut sebagai
seorang manajer bagi majikannya yang kaya raya, yang bergerak di
dalam bidang bisnis.
Sesudah memahami poin ini dengan jelas, kita akan segera memeriksa
jumlah kemunculan kata 'pengelolaan/pengurusan (stewardship)' dan
kata 'bendahara/pengurus (steward)'. Tiga referensi bagi kata
'pengelolaan/pengurusan (stewardship)' dari ajaran Yesus terdapat di
dalam perumpamaan ini, yaitu di dalam Lukas 16:2,3,4. Sedangkan
referensi bagi kata 'bendahara/pengurus (steward)' hanya ada satu
yang terletak di luar perumpamaan ini. Dari sebanyak empat referensi
218 | C A H A Y A I N J I L
bagi kata 'bendahara/pengurus (steward)' ada tiga yang terdapat di
dalam perumpamaan ini, yaitu di dalam Lukas 16:1,3,8 tetapi 4 kali di
dalam ajaran Yesus. Referensi yang satu lagi yang tidak di dalam
perumpamaan ini terdapat di dalam Lukas 12:42, tetapi masih sangat
berkaitan dengan poin utama dari perumpamaan ini, sebagaimana
yang akan kita lihat nanti. Dan kata kerja 'menjadi bendahara/bekerja
sebagai bendahara (to be a steward)' muncul sekali di Perjanjian Baru
dan itu terdapat di dalam perumpamaan ini (Luk. 16:2). Dengan
demikian kita dapat segera melihat bahwa seluruh isi perumpamaan ini
berbicara tentang hal pengelolaan, hal menjadi seorang pengurus.
Setiap orang Kristen adalah milik Yesus dan merupakan
bendahara atau pengurus bagi-Nya
Lalu muncul pertanyaan, bagaimana menerapkannya dalam hidup
saya? Kita tentunya tidak mau mempelajari sebuah perumpamaan
yang tidak ada kaitan apa-apa dengan kita. Jadi pertanyaan yang
diajukan adalah: Apa hubungan antara perumpamaan ini dengan
kehidupan kita sebagai murid? Yesus menyampaikan perumpamaan ini
kepada para murid-Nya, kepada orang-orang Kristen, jadi pasti ada
pesan yang terkandung di dalamnya. Apa pesannya? Apakah Ia sedang
berkata bahwa sekalipun sebelumnya para murid mungkin bekerja
dengan tidak jujur tidak jadi masalah asalkan semuanya dibereskan?
Inikah pesanNya?
Mari kita mulai dari pokok yang mendasar. Dan pokok tersebut, di
dalam ajaran Yesus, adalah bahwa semua orang Kristen itu merupakan
para pengurus yang bekerja bagi Allah. Setiap kita yang sudah menjadi
Kristen sudah dibeli oleh Allah, seperti yang disampaikan oleh Rasul
Paulus, "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar" (1
Korintus 6:20). Saya harap Anda mengerti bahwa ketika Anda menjadi
seorang Kristen, Anda tidak sekadar percaya kepada Yesus. Bukan
sekadar hal itu yang disebut menjadi Kristen! Ketika Anda menjadi
Kristen, Anda tidak sekadar berkata, "Oh, saya sudah jadi orang
Kristen sekarang!" Apa bedanya antara Anda yang sudah menjadi
Kristen sekarang dengan yang belum menjadi Kristen dulunya? Apakah
Anda akan menjawab, "Yah, perbedannya adalah, sebelumnya saya
tidak percaya kepada Yesus tetapi sekarang saya sudah percaya"?
Hanya itukah perbedaan antara yang sudah dan belum menjadi
Kristen? Tentu tidak! Bukan sekadar itu saja perbedaannya. Bukan juga
sekadar perbedaan antara tadinya Anda tidak religius namun sekarang
219 | C A H A Y A I N J I L
menjadi religius. Lalu apakah Anda akan menjadi 'alim ulama'? Apakah
Anda akan menunjukkan itu dengan menggantungkan salib di leher
Anda? Itukah artinya menjadi Kristen? Bahwa tadinya Anda tidak
mempercayai Yesus, namun sekarang Anda percaya bahwa Yesus telah
mati bagi dosa-dosa Anda? Itu hanya sebagian kecil saja dari makna
menjadi seorang Kristen.
Di dalam menjadi seorang Kristen, hal yang terpenting adalah:
sekarang Anda menjadi milik Yesus; Anda tidak menjadi penguasa
atau majikan atas diri Anda lagi. Mengapa begitu? Karena Ia sudah
membeli Anda dengan darah-Nya sendiri, seperti yang sudah
dinyatakan oleh rasul Paulus. Jika uang sangat berharga, maka darah
tentunya jauh lebih berharga lagi. Darah adalah kehidupan. Dengan
kata lain, ketika Alkitab berkata, "Ia telah membelimu dengan darah-
Nya," itu berarti bahwa Ia membeli Anda dengan mengorbankan hidup-
Nya. Ia harus mengorbankan nyawa-Nya untuk menjadikan Anda
sebagai milik-Nya. Jika Anda adalah seorang Kristen muda, yaitu yang
baru saja menjadi Kristen, saya ingin agar Anda ingat hal ini baik-baik.
Menjadi seorang Kristen bukan sekadar masalah bahwa tadinya Anda
tidak pernah ke gereja tetapi sejak sekarang Anda rajin masuk gereja.
Bukan sekadar perkara tadinya Anda tidak pernah baca Alkitab tetapi
sekarang mulai membaca Alkitab. Bukan sekadar urusan bahwa tadinya
Anda tidak percaya bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia, bahwa Ia
telah mati bagi dosa-dosa Anda, dan sekarang Anda mempercayainya.
Tidak, menjadi Kristen berarti bahwa Anda sekarang ini adalah milik
Yesus; diri ini bukan milik Anda lagi.
Anda mungkin bertanya, "Baiklah, lalu apa artinya saya ini menjadi
milik Dia?" Itu berarti bahwa Anda tidak lagi menjalani hidup ini
demi diri Anda sendiri. Maknanya adalah terjadinya suatu perubahan
mendasar di dalam tujuan dan arah hidup Anda. Anda harus pahami
pokok ini. Jika sebelumnya yang Anda kejar adalah tujuan hidup Anda,
Anda hidup bagi diri Anda sendiri, maka sekarang yang Anda kejar
adalah penggenapan kehendak-Nya. Mungkin Anda akan berkata,
"Wah! Apakah itu berarti bahwa saya harus menjadi pengkhotbah?"
Sabar dulu. Anda tidak harus menjadi seorang juru khotbah, kecuali
jika memang Allah sendiri yang telah merencanakan bahwa Anda akan
menjadi seperti itu. Allah tidak terburu-buru dalam melatih Anda untuk
menjadi hamba-Nya. Anda tidak perlu memusingkan hal itu. Dan jika
Allah kemudian memberi Anda hak istimewa itu, maka Anda harus
220 | C A H A Y A I N J I L
menyadari bahwa itu adalah penghargaan yang sangat langka. Tidak
semua orang mendapat panggilan seperti itu. Namun tentu saja, jika
Anda tidak mendapat panggilan seperti itu, maka itu bukan berarti
bahwa Allah meremehkan Anda. Hanya mungkin panggilan Anda bukan
di sana. Namun, jika Anda memang direncanakan oleh Allah untuk
menjadi hamba-Nya, maka Anda pasti akan segera mengetahui pada
saatnya. Allah akan menyatakan hal itu dengan jelas kepada Anda.
Mungkin Anda menanyakan lagi, "Lalu apa artinya bahwa sekarang ini
saya adalah milik-Nya dan saya hidup untuk Dia?" Itu berarti bahwa
mulai sekarang, apapun yang Anda lakukan, apakah di dalam hal
pekerjaan atau pelajaran, Anda menjalankan semua itu atas
dorongan niat untuk memuliakan nama-Nya. Itu sebabnya
mengapa Paulus berkata kepada jemaat di Korintus, "Jika engkau
makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu
yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah" (1 Kor.
10:31). Jika Anda sedang menuntut ilmu, maka Anda melakukan itu
demi kemuliaan-Nya. Anda memikirkan tentang bagaimana cara
memanfaatkan ilmu pengetahuan yang Anda dapat itu bagi Dia.
Seluruh hidup Anda sekarang terpusat kepada Dia.
Yesus memberi Anda hidup-Nya (hidup yang kekal). Anda harus
memanfaatkan hidup itu dengan benar
Apa hubungannya dengan pengelolaan? Jelas sangat berkaitan. Jika
Anda menjadi milik-Nya, itu berarti bahwa Anda menyerahkan diri Anda
kepada-Nya dan Ia sendiri juga memberikan diri-Nya kepada Anda.
Sungguh indah sekali! Menjadi seorang Kristen bukan sekadar berarti
bahwa Anda menjadi milik-Nya tetapi juga berarti bahwa Ia pun
menjadi milik Anda, sama seperti dalam suatu pernikahan. Di dalam
suatu ikatan pernikahan, Anda tidak sekadar menjadi milik orang lain.
Orang tersebut pada saat yang sama juga menjadi milik Anda.
Pemilikan itu tidak berlangsung searah; melainkan secara timbal balik.
Mulai saat ini Yesus menjadi milik Anda. Ia telah mengkomitkan diri-
Nya kepada Anda. Dan di dalam menyerahkan diri-Nya itu, Ia telah
memberikan hidup-Nya kepada Anda, yaitu hidup kekal di dalam
Kristus. Itu berarti bahwa Anda sekarang adalah pengelola hidup yang
kekal itu. Karena menjadi seorang pengelola/bendahara (steward)
untuk bertanggungjawab ke atas segala sesuatu yang dipercayakan
kepada Anda. Hidup yang kekal itu diberikan kepada Anda bukan
221 | C A H A Y A I N J I L
supaya Anda dapat bersenang-senang dengannya, tetapi Anda
menerima hidup itu sebagai milik yang harus dikelola dengan benar.
Hidup itu diberikan bukan untuk dimakan. Apakah Anda memakan
kehidupan? Tidak, Anda tidak memakan kehidupan. Jadi apa yang akan
Anda lakukan dengan kehidupan itu? Menciumnya? Tidak juga.
Mengenakannya seperti pakaian? Tentu juga tidak. Apa yang akan
Anda lakukan dengan kehidupan yang diberikan itu? Apa gunanya
kehidupan itu? Kehidupan itu adalah untuk dijalani. Hal ini berkaitan
dengan cara hidup kita, cara berbicara, cara berpikir dan
bertindak. Hidup yang kekal adalah arah dan tujuan hidup yang
baru yang Allah berikan kepada Anda. Itulah hal yang
menggairahkan di dalam menjalani kehidupan Kristen. Bukan sekadar
menerima kepercayaan untuk memiliki hidup yang kekal, tetapi juga
kepercayaan untuk mengelolanya, dan membaginya kepada orang lain,
untuk melakukan sesuatu hal yang bermanfaat dengan hidup itu. Poin
ini sangat penting di dalam pengajaran Yesus sehingga Ia
menyampaikannya dalam beberapa perumpamaan. Perumpamaan
tentang Uang Mina dan tentang Talenta, keduanya memberitahu bahwa
ketika kita menjadi seorang Kristen, kita diberi kepercayaan untuk
mengelola sesuatu yang sangat berharga; kita dipercayakan dengan
hidup yang kekal. Kita menjadi seorang pengurus bagi Allah.
Sebagai contoh, beberapa dari antara Anda yang menikah dan memiliki
anak-anak tahu apa artinya diberi kepercayaan untuk mengurus. Ketika
Anda mendapatkan anak yang pertama, tiba-tiba Anda tersadar, "Hei,
saya mendapat kepercayaan untuk mengurus satu jiwa! Nyawa di
tubuh yang sedang saya gendong ini menjadi tanggung-jawab saya
sekarang!" Tiba-tiba saja tanggung-jawab pengurusan sekarang
melekat di pundak Anda. Ada satu jiwa yang harus Anda rawat, satu
orang yang harus Anda tumbuhkan. Ada orang lain yang jiwanya
bergantung pada Anda. Apapun yang Anda lakukan terhadap orang itu
akan menjadi tanggung-jawab Anda yang sangat besar. Akankah anak
Anda bertumbuh sebagai orang yang mengasihi Tuhan? Akankah anak
Anda bertumbuh dalam kehidupan yang bermakna, kehidupan dalam
pelayanan terhadap sesama manusia? Akankah anak Anda menjadi
berkat bagi sesamanya dan memuliakan nama Allah? Tiba-tiba saja
terbit rasa tanggung-jawab di dalam diri Anda. Berapa banyak orang
tua yang mengenang masa lalu mereka dan berkata, "Aku telah
mengacaukan hidup anak yang dipercayakan kepadaku"?
222 | C A H A Y A I N J I L
Sebagai seorang Kristen, Anda bertanggung-jawab atas cara Anda
menjalani hidup ini. Sama seperti seorang pengurus, Anda harus
memberi pertanggung-jawaban kepada Allah. Inilah poin utama di
dalam perumpamaan ini. Anda dan saya akan menghadap takhta
penghakiman Allah dan Ia akan bertanya, "Apa yang telah engkau
kerjakan dengan hidup yang telah kuberikan padamu?" Dalam hal ini,
setiap orang harus bertanggung-jawab kepada Allah karena sekalipun
Anda bukan orang Kristen, dari manakah asalnya hidup yang Anda
miliki sekarang? Allah adalah Pencipta segala kehidupan, baik
kehidupan jasmani mau pun rohani. Jika Anda menikmati kehidupan
jasmani, Anda harus mempertanggung-jawabkan hal-hal yang telah
Anda kerjakan dengan kehidupan jasmani Anda. Dan orang Kristen
memiliki tanggung-jawab ganda. Ia tidak sekadar harus
mempertanggung-jawabkan kehidupan jasmaninya tetapi juga
kehidupan rohaninya, hidup kekal yang telah diberikan Allah
kepadanya. Jadi, hidup sebagai seorang Kristen justru bermakna bahwa
kita menerima tanggung-jawab yang lebih besar, tetapi hal itu juga
memberi kita satu hak istimewa yang lebih besar. Jika lebih banyak
yang diberikan kepada Anda, Anda mempunyai penghargaan yang lebih
tinggi, tetapi tanggungjawab yang menyertainya juga lebih besar.
Pikirkanlah dengan lebih teliti, sejalan dengan semakin dekatnya tahun
baru 1979, sesudah lebih dari seribu sembilan ratus tahun sejak
kelahiran Kristus: Apa yang akan saya kerjakan di tahun yang sedang
mendekat ini? Bagaimana cara menjalani hidup ini supaya kalau di hari
itu nanti ketika Yesus bertanya, "Apa yang engkau kerjakan di tahun
1979?" maka saya tidak perlu tertunduk malu? Yang terbaik memang
adalah dengan merencanakan sebelumnya. Jangan menunggu sampai
saat itu benar-benar datang dan Anda kebingungan, "Apa yang harus
kulakukan hari ini? Apa yang harus kukerjakan besok?" Jika Anda hidup
dengan cara seperti ini, maka Anda akan segera menghabiskan waktu
dan hidup Anda dengan percuma. Anda tidak punya tujuan. Dan setiap
orang yang pernah belajar tentang ekonomi tahu bahwa tidak
seorangpun yang dapat sukses menata perekonomian cukup dengan
duduk-duduk menunggu apa yang akan terjadi esok hari. Anda harus
merencanakan sejak awal. Ada rencana tahunan, 5-tahunan, atau yang
10-tahunan. Ilmu ekonomi berkaitan dengan perencanaan di depan.
Tahu bagaimana memanfaatkan waktu. Berpikir ke depan. Apa sasaran
rohani saya di tahun 1979? Jika Anda mengingat-ingat semua yang
223 | C A H A Y A I N J I L
telah terjadi di tahun 1978, apakah di dalam kehidupan jasmani dan
rohani Anda mengalami kemacetan dan kehilangan arah? Jika
demikian, maka itu berarti bahwa Anda masih belum mengerti
"ekonomi rohani." Kehidupan rohani berjalan dalam hukum-hukum
rohani, dan ada prinsip-prinsip yang harus Anda kerjakan jika Anda
ingin mengalami kemajuan.
Pengurus atau bendahara di dalam perumpamaan ini tidak tahu
ke mana arah hidupnya
Inilah masalah yang terdapat pada si bendahara di perumpamaan ini.
Akan tetapi, kebanyakan orang memang menjalani hari-harinya tanpa
arah tujuan, bukankah begitu? Dan mereka bergelut dengan hari-hari
yang dijalaninya sambil berharap suatu saat akan mendapatkan yang
terbaik. Orang Tiong hua menyebut hal ini dengan istilah Hu li hu tu,
tiada arah tiada tujuan. Mereka tidak tahu apa yang sedang dikerjakan.
Dan jika Anda hu li hu tu, maka Anda juga akan ma ma hu hu,
terjemahan harafiahnya adalah kuda kuda macan macan. Seperti si
bendahara ini, Anda tidak tahu akan kemana. Anda tidak tahu apakah
sedang berurusan dengan kuda atau dengan macan. Keduanya tampak
sama di mata Anda. Bayangkan jika Anda melihat seekor binatang dan
Anda mengira bahwa ia adalah seekor kuda padahal ia adalah seekor
macan, saya rasa Anda akan segera mendapatkan pengalaman buruk.
Mungkin dari peristiwa seperti itulah asal-usul dari pepatah ma ma hu
hu ini. Macan dan kuda jadi terlihat sama saja, dan kita tidak tahu lagi
mana yang kuda dan mana yang macan. Itulah yang disebut
sebagai hu li hu tu; hidup tanpa arah tujuan. Anda tidak boleh
menjalani kehidupan rohani seperti ini. Anda harus memilah mana yang
macan dan mana yang kuda. Kuda akan membawa Anda pergi ke
tempat yang Anda inginkan, tetapi macan akan membawa Anda pergi
ke tempat yang tidak Anda inginkan, yaitu ke dalam perutnya! Jadi
Anda memang sebaiknya memilah antara keduanya.
Cara banyak orang dalam menjalani kehidupan Kristennya cukup
mengerikan. Kenyataannya, cara mereka menjalani kehidupan
duniawinya juga cukup mengerikan. Mereka tidak tahu kemana harus
menuju. Jalanilah kehidupan Kristen dengan mengetahui ke mana arah
tujuan hidup Anda. Yesus berkata di dalam Yohanes 8:14, "Aku tahu,
dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi. Tetapi kamu tidak tahu,
dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi." Keadaan rohani orang
non-Kristen yang menyedihkan adalah kenyataan bahwa mereka tidak
224 | C A H A Y A I N J I L
tahu dari mana mereka berasal dan kemana mereka akan pergi. Ia
tahu bahwa ia harus berjuang dalam hidupnya dan ia berharap untuk
dapat meraih kemajuan dari waktu ke waktu, akan tetapi itu bukanlah
kehidupan. Makna sejati dari kehidupan adalah tahu kemana
Anda mengarahkan hidup Anda. Orang-orang Kristen harus tahu
tujuan hidupnya. Mengertikah Anda apa tujuan hidup Anda? Tahukah
Anda apa yang harus Anda kejar dalam hidup ini? Jika Anda seorang
Kristen, ada satu hal yang sangat penting bagi Anda. Allah telah
mempercayakan kepada Anda kasih karunia-Nya dan Anda harus
memanfaatkan kasih karunia tersebut. Anda nanti harus
mempertanggung-jawabkan apa saja yang telah Anda kerjakan dengan
kasih karunia tersebut. Pastikan bahwa Anda tahu bagaimana
menggunakannya. Saya harap Anda segera merenungkannya.
Bagaimana saya akan menjalani kehidupan Kristen saya di tahun 1979
nanti supaya tahun itu bisa menjadi tahun yang luar biasa? Bagaimana
menjadikannya tahun yang menggugah, tahun yang penuh peluang,
tahun prestasi bagi kemuliaan Allah dan berkat bagi sesama?
Renungkanlah hal itu! Saya tidak dapat mengatur bagaimana cara
Anda akan menjalani hidup Anda sendiri. Anda harus mengaturnya
sendiri. Saya tidak tahu karunia macam apa yang diberikan kepada
Anda.
Gunakanlah semua karunia yang telah diberikan oleh Allah
untuk memuliakan Dia
Ada satu hal yang telah pasti. Setiap orang Kristen adalah hamba Allah,
ingatlah akan hal ini. 1 Petrus 2:16 memberitahu kita bahwa setiap
orang Kristen adalah hamba Allah dan Petrus berkata, "Hiduplah
sebagai hamba Allah." Jangan mengira bahwa hanya para pendeta atau
pengkhotbah saja yang merupakan hamba Allah. Di dalam Alkitab,
setiap orang Kristen adalah hamba Allah, dan itu berarti bahwa Anda
juga merupakan hamba Allah. Dan karena Anda juga adalah hamba
Allah, maka Anda juga memiliki tanggung-jawab kepengurusan,
memiliki tugas yang harus dijalankan. 1 Petrus 4:10-11 berkata bahwa
setiap orang Kristen adalah seorang pengurus:
Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah
diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia
Allah. Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang
yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani,
baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah,
225 | C A H A Y A I N J I L
supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus
Kristus. (Jika karunia Anda bukanlah dalam hal menyampaikan Firman
Allah, Anda dapat melayani di bidang yang lainnya, seperti membantu
saudara-saudara seiman yang kekurangan. Itu adalah salah satu jenis
pelayanan.) Ialah (Allah dan Yesus)yang empunya kemuliaan dan
kuasa sampai selama-lamanya! Amin. Tujuan hidup ini adalah
menjalaninya bagi kemuliaan Allah.
Saya tidak tahu apakah ada hidup yang lebih berarti dibandingkan
dengan hidup yang memiliki arah. Kehidupan Kristen adalah kehidupan
yang memiliki makna, arah dan tujuan, dan Anda harus tahu tujuan
tersebut. Sangat sering terjadi, orang yang bukan Kristen menjadi
tidak tertarik menjadi orang Kristen karena melihat orang Kristen yang
tampaknya hidup tanpa arah dan tujuan. Tampaknya mereka seperti
tidak memiliki tujuan yang jelas. Saya harap jika Anda hidup
berdekatan dengan orang-orang non-Kristen di tahun 1979 nanti,
pastikanlah bahwa mereka akan melihat orang Kristen dengan hidup
yang memiliki tujuan, memiliki arah dan sasaran. Tunjukkanlah
kehidupan yang penuh arti dan teratur.
Di dalam ayat-ayat itu kita melihat bagaimana penerapan dari
perumpamaan ini. Rasul Petrus memberitahu kita bahwa kita semua
adalah para pengurus dari kasih karunia Allah yang berupa hidup kekal
itu dan juga karunia-karunia lainnya yang telah Ia berikan kepada kita.
Apakah Ia memberi Anda karunia untuk berbicara? Pakailah itu bagi
kemuliaan Allah. Apakah Allah memberi Anda karunia untuk bermain
musik? Pakailah itu bagi Allah. Apakah Ia memberi Anda karunia
pemahaman bahasa? Gunakan itu untuk penerjemahan. Apakah Ia
memberi Anda karunia untuk menulis? Muliakanlah Allah dengan itu.
Buatlah perencanaan dalam tahun nanti, misalnya, "Saya akan menulis
beberapa artikel buat Allah." Allah akan senang. Ada banyak orang
yang memiliki berbagai karunia, namun apa yang mereka lakukan
dengan karunia-karunia itu? Mereka menguburnya dan karunia-karunia
itu membusuk. Saya sering bertemu dengan orang-orang yang punya
banyak karunia. Jika setiap orang Kristen di dalam Jemaat Allah mau
merenungkan karunia apa saja yang telah mereka miliki, jika mereka
memakai inisiatif mereka, jika saja mereka memiliki semangat
kerohanian untuk memakai karunia milik mereka sepenuhnya bagi
Allah, kemuliaan yang mereka berikan bagi Allah dan berkat yang
mereka alirkan kepada sesama manusia akan tak terhitung besarnya.
226 | C A H A Y A I N J I L
Setiap pengetahuan yang Anda miliki bisa sangat bermanfaat
bagi Allah. Sebagai contoh, kami memiliki sistem terjemahan simultan
(dari satu bahasa ke dalam beberapa bahasa) yang dirancang dan
dibuat oleh seorang saudara seiman. Suatu hari datanglah seseorang
dari organisasi 4M untuk mempelajari sistem terjemahan kami. Ia
berkata, "Sistem ini sungguh sangat bagus!" Lalu ia mencontoh
diagram rangkaian elektronik dari sistem ini untuk dipakai dalam
kegiatan KKR yang lain. Saya harap saudara kita yang telah merancang
sistem ini tidak memusingkan masalah hak cipta! Dengan cara begini,
pekerjaan Allah menjadi sangat terbantu. Bagaimana caranya? Karena
adanya satu orang yang mengerti tentang elektronika. Selanjutnya,
terjadi rangkaian tindakan yang membantu mempermudah pelayanan
di segala bidang. Coba Anda pikirkan, cukup dengan sedikit inisiatif dan
segera Anda akan melihat betapa luar biasa hal yang dilakukan Tuhan
melalui orang-orang yang tampaknya tidak berarti seperti kita ini.
Sungguh luar biasa! Saya tidak tahu karunia-karunia apa yang Anda
miliki. Anda harus merenungkannya sendiri. Pakailah inisiatif Anda dan
temukanlah cara untuk melayani Allah. Jangan ada orang yang
berkata, "Saya tidak tahu harus bagaimana melayani Allah." Setiap
orang pasti punya karunia yang bisa dipakai untuk melayani Allah.
Setiap orang punya itu.
Menyumbangkan uang adalah cara yang paling sederhana. Sebagai
contoh, setiap orang dari kita pasti memiliki uang lebih yang dapat
disumbangkan. Tahukah Anda betapa berharganya satu atau dua dolar
kelebihan Anda itu bagi mereka yang hanya bisa makan sekali dalam
tiga hari? Berusahalah untuk mencari tahu siapa saja orang yang
sedang kekurangan agar Anda bisa membantu mereka. Ini merupakan
pelayanan kepada Allah yang setara dengan menyampaikan khotbah di
mimbar. Anda telah melayani Allah dengan memberikan dua dolar itu
kepada orang yang membutuhkan karena orang itu akan bersyukur
kepada Allah dan berkata, "Ya Tuhan, Engkau sungguh baik kepada
saya karena telah menggerakkan hati orang ini untuk memperhatikan
kebutuhan saya." Anda telah melayani Allah. Tidak ada pekerjaan yang
tidak berarti di mata Allah. Dan kadang kala, karya yang terbaik justru
berawal dari pekerjaan yang dianggap 'remeh'.
Anda dapat menelpon atau mengunjungi orang yang kesepian.
Anda juga dapat saja menelpon orang-orang, sekalipun hanya satu
hubungan. Apakah Anda tidak punya waktu untuk itu? Apakah sepuluh
227 | C A H A Y A I N J I L
sen itu terlalu mahal? Satu kali telepon atau kunjungan bisa sangat
membangkitkan semangat seseorang. Itulah namanya melayani Allah.
Itu adalah pelayanan di tingkat yang paling praktis dan itulah yang
sedang dibicarakan oleh rasul Petrus di sini. Akan tetapi, justru dalam
hal-hal kecil di mana kita sudah gagal, dan gagal secara menyedihkan.
Perumpamaan ini berbicara tentang kesetiaan kita dalam
menggunakan otoritas yang telah diberikan oleh Allah kita
Perhatikanlah kata-kata di dalam Lukas 16:10, "Barangsiapa setia
dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara
besar. Dan barangsiapa tidak benar(tidak setia) dalam perkara-perkara
kecil, ia tidak benar (tidak setia) juga dalam perkara-perkara besar." Di
sini kita melihat bahwa sekali lagi para penerjemah bukannya
melakukan penerjemahan tetapi penafsiran dan menaruh kata 'tidak
benar'. Seluruh perumpamaan ini berbicara tentang kesetiaan. Anda
bukan termasuk orang yang tidak benar jika tidak menelpon teman
yang sedang membutuhkan bantuan, namun Anda tidak setia. Dan
tuduhan yang paling parah yang dapat diajukan kepada seorang
pelayan adalah masalah kesetiaan.
Rasul Paulus berkata di dalam 1 Korintus 4:2, Yang akhirnya dituntut
dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata
dapat dipercayai. Sama halnya dengan rasul Paulus, Anda dan saya,
kita semua adalah para pelayan. Dan Yesus dengan jelas menegaskan
bahwa Ia ingin agar kita setia (Luk. 12:42-47). Ia sendiri sudah
membuktikan kesetiaannya kepada kita. Giliran kita sekarang untuk
menjadi setia pada-Nya.
Si bendahara diberi otoritas yang harus dipertanggung-
jawabkannya
Jika poin utama dari perumpamaan ini sudah menjadi jelas bagi Anda,
kita akan segera melihat apa yang terjadi pada bendahara ini. Si
bendahara ini dituduh melakukan pemborosan. Kata Yunani yang
diterjemahkan dengan 'menghamburkan' itu adalah diaskorpizo. Inilah
tuduhan yang diajukan dan kita akan mempelajarinya dengan cermat.
Apa arti menghamburkan? Kita dapat mencari tahu maknanya dengan
melihat bagaimana kata Yunani ini dipakai dalam berbagai
ayat. Diaskorpizo dipakai dalam Matius 26:31, ayat yang berbicara
tentang gembala, Yesus memasuki saat-saat kematian dan domba-
228 | C A H A Y A I N J I L
domba 'tercerai-berai'. Jika Anda membunuh si gembala domba, maka
tidak ada orang yang akan menjaga serta memimpin domba-domba
itu. Dan jika domba-domba itu tidak tahu apa yang harus dilakukan,
mereka akan tercerai-berai.
Kata ini juga dipakai dalam Yohanes 10:12. Dalam kasus ini, si orang
upahan lari ketika melihat serigala mendekat. Orang itu berkata, "Aku
tidak mau kehilangan nyawa demi domba-domba!" Lalu ia lari dan
meninggalkan domba-domba itu dibunuh dan dicerai-beraikan oleh
serigala, mereka berlarian ke segala arah demi menyelamatkan nyawa
mereka.
Kata yang sama dipakai lagi di dalam Lukas 15:13, yaitu di dalam
Perumpamaan tentang Dua Anak yang Hilang. Si bungsu
'menghamburkan' harta warisannya. Terjemahan LAI memakai kata
'memboroskan'. Jadi, dalam ayat itu dijelaskan bahwa si bungsu
memboroskan atau menghamburkan harta warisannya.
Itu sebabnya, si bendahara ini dapat memboroskan atau
menghamburkan harta kekayaan tuannya karena ia memang diberi
otoritas untuk mengurus bisnis tuannya. Ia tidak setia dalam
mempertanggung-jawabkan otoritas yang dipercayakan padanya. Dan
ia dituntut untuk mempertanggung-jawabkan hal itu oleh tuannya.
Sangatlah penting untuk kita pahami satu prinsip alkitabiah ini bahwa
seorang pelayan memiliki kuasa atau otoritas. Anda harus ingat baik-
baik bahwa setiap orang Kristen memiliki otoritas. Dan orang Kristen
memiliki otoritas justru karena mereka semua adalah pelayan. Satu-
satunya orang yang memiliki otoritas adalah pelayan karena ia
diserahkan otoritas itu. Saya memiliki otoritas di dalam Injil karena
saya seorang pelayan Kristus. Justru karena saya seorang pelayan,
saya mempunyai otoritas untuk memberitakan Injil. Justru karena saya
adalah seorang pelayan, maka saya memiliki kuasa dalam
memberitakan Firman Allah dan menjalankan pekerjaan-Nya. Seperti
yang sudah dikatakan oleh rasul Petrus, kita semua memiliki otoritas
karena kita adalah pelayan Allah. Setiap orang Kristen memiliki otoritas
atas karunia yang dipercayakan padanya.
Dan karena Anda memiliki otoritas sebagai orang Kristen, maka Anda
juga memiliki tanggung-jawab. Jika Anda tidak memiliki tanggung-
jawab, maka Anda tidak perlu memberikan pertanggungjawaban.
229 | C A H A Y A I N J I L
Hanya orang yang memiliki tanggung-jawablah yang harus memberi
pertanggung-jawaban. Jika Anda menganggap bahwa orang Kristen
tidak perlu bertanggung-jawab atas segala perbuatannya, berarti Anda
menganggap bahwa setiap orang Kristen tidak memiliki kebebasan
berpikir dan bertindak. Seluruh ajaran Alkitab mengatakan kita semua
bertanggung-jawab atas semua perbuatan kita karena kita telah
dipercayakan dengan otoritas itu. Anda harus mempertanggung-
jawabkan hidup Anda di hadapan Allah pada Hari itu nanti.
Anda bertanggung-jawab atas kehidupan Anda sekarang. Apakah Allah
selalu mencampuri kehidupan Anda? Tidak. Apakah Ia selalu datang
setiap malam dan berkata, "Berikan laporanmu sekarang"? Tidak. Ia
menunggu sampai tibanya "Hari Pertanggung-jawaban", yaitu Hari
Penghakiman. Jadi, Anda bertanggung-jawab atas segala yang Anda
lakukan. Allah tidak mencampuri urusan Anda sekarang ini. Apa yang
Anda kerjakan dengan hidup Anda sekarang ini adalah tanggung-jawab
Anda, ingatlah hal itu baik-baik. Jika Anda tidak memanfaatkan karunia
milik Anda bagi Allah, maka Allah tidak akan memaksakannya kepada
Anda sekarang ini. Ia akan menuntut pertanggung-jawabannya nanti.
Jangan pernah lupa akan hal itu!
Apa tujuannya menekankan pembahasan tentang otoritas yang ada
pada seorang pelayan? Untuk menunjukkan bahwa si pelayan memiliki
otoritas untuk mengerjakan sesuai dengan kehendaknya. Ia memang
harus mempertanggung-jawabkannya nanti, akan tetapi di dalam
pelaksanaannya sekarang ini ia berkuasa penuh. Dan jika ia bertindak
di dalam kewenangannya, berarti ia mengemban tanggung-jawab.
Si bendahara memotong tagihan
Hal selanjutnya yang perlu dipahami adalah ini: Jika si bendahara telah
berlaku tidak jujur, sebagaimana yang telah ditafsirkan oleh para
penerjemah Alkitab, lalu mengapa ia hanya memotong 20% saja
tagihan gandumnya? Ia sudah memotong 50% tagihan minyak, lalu
mengapa ia hanya memberi potongan 20% untuk gandum? Potongan
sekecil itu tentunya tidak akan membuat Anda menjadi sahabat orang
yang berhutang gandum tersebut, ia masih harus membayar sebesar
80% dari total hutangnya. Bebannya memang sudah berkurang, akan
tetapi tidak banyak. Jika si bendahara ini ingin mencari teman,
mengapa ia tidak sekalian saja berkata, "Baiklah, lupakan saja hutang
kalian! Lagi pula, itu semua tagihan majikan saya, bukan tagihan saya.
230 | C A H A Y A I N J I L
Lupakan saja." Mengapa ia tidak berkata seperti itu? Mengapa ia
memotong 50% tagihan minyak dan 20% tagihan gandum?
Banyak sekali Pengkhotbah sekarang ini yang tidak memahami hal ini.
Untuk bisa memahaminya, Anda harus mengerti hukum agama orang
Yahudi. Apa yang akan saya sampaikan kepada Anda nanti bersumber
dari hasil karya yang sangat penting dari Profesor Darret, dari London
University di Inggris, yang berjudul The Law in The New
Testament (Hukum Taurat dalam perjanjian Baru) Di dalam tulisan itu,
ia menjelaskan poin ini berdasarkan hukum agama orang Yahudi. Jika
Anda dapat memahami hal ini, maka Anda akan segera melihat bahwa
si bendahara itu tidak melakukan satu kecuranganpun dalam tindakan
terakhirnya. Tadinya ia memang sangat boros, tidak mampu mengurus
bisnis tuannya. Kata Yunani di dalam ayat 8 itu diterjemahkan dengan
kata 'tidak jujur' di versi LAI. Akan tetapi, seperti yang sudah saya
nyatakan sebelumnya, kata itu sebenarnya bermakna "berbuat salah",
suatu ungkapan yang maknanya sangat luas. Ia tidak melakukan
kecurangan. Hal ini sangat penting untuk dipahami. Ia tidak curang,
dan Yesus tidak sedang memuji seorang bendahara yang tidak jujur.
Apa yang Anda kerjakan pada saat menjalankan bisnis? Tujuan utama
dalam berbisnis tentunya untuk mendapatkan keuntungan. Setiap bank
dan perusahaan berfungsi menurut prinsip ini. Salah satu bidang usaha
yang memberi untung besar adalah perkreditan. Jika Anda ingin
membeli rumah, maka mereka akan membantu pembiayaannya dan
menarik bunga dari bantuan tersebut. Sekarang ini suku bunga yang
berlaku mungkin sekitar 11-12%. Lalu Anda harus membayar cicilan
pokok mau pun bunga dari kredit rumah tersebut, dan Anda harus
menghabiskan sebagian besar dari hidup Anda untuk melunasi hutang
berikut bunga itu. Kenyataannya, dari yang saya baca di sebuah koran,
bahwa orang yang mengkredit rumah seharga $35.000 harus
membayar bunga sebesar $35.000 yang akan dilunasinya dalam 20
tahun. Dengan kata lain, Anda harus mengeluarkan uang sebesar
$70.000 untuk membeli rumah seharga $35.000. Sekarang Anda tahu
mengapa lembaga-lembaga perkreditan itu dapat menikmati untung
yang sangat besar. Anda harus meminjam uang mereka dan menerima
syarat pengembalian ditambah dengan bunga, karena Anda tidak
punya uang kas sebesar $35.000 untuk membayar rumah tersebut.
231 | C A H A Y A I N J I L
Ada nasabah yang berhutang 100 tempayan minyak, akan tetapi
kenapa si bendahara memotonga tagihannya menjadi 50 tempayan?
Persoalanya akan menjadi sederhana jika Anda telah memahami
hukum agama Yahudi. Pada masa itu, hutang minyak dikenakan bunga
sebesar 100% sekali pinjam. Mirip dengan bisnis lembaga perkreditan,
jika Anda mengkredit rumah, maka Anda harus membayar bunga
sebesar 100% dalam waktu 20 tahun. Jadi poinnya terletak di sini. Si
majikan, sebagai pemilik dari segala kekayaan itu, telah memberi
kuasa kepada si bendahara untuk menjalankan bisnisnya. Dan si
bendahara ini memang ada menjalankan kegiatan bisnis tetapi tidak
banyak. Ia telah memberikan pinjaman barang dagangan pada
nasabah majikannya. Pada zaman itu, orang jarang meminjam uang
untuk berbisnis, karena nilai uang cenderung turun atau terkena inflasi.
Jadi, di masa itu, orang lebih memilih untuk meminjam barang-barang
yang akan diperdagangkan. Kebanyakan orang meminjam minyak dan
gandum karena kedua komoditas itu sangat ramai diperdagangkan.
Dan hal ini ternyata masih berlangsung sampai di zaman kita sekarang.
Demikianlah, si bendahara itu memberi pinjaman sebanyak 50
tempayan atas nama tuannya, dan ia segera mencatat jumlah tagihan
sebesar 100 tempayan. Berapa besar hutang si nasabah? 100
tempayan. Terdiri dari 50 tempayan hutang pokok dan 50 tempayan
lagi sebagai bunga.
Mengapa bunga untuk hutang minyak sangat tinggi di zaman itu?
Untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan kecurangan. Biasanya,
minyak zaitun yang diperdagangkan. Yang menjadi masalah adalah
terbukanya kesempatan yang cukup besar untuk berbuat curang di
dalam pengembalian minyak itu. Sebagai contoh, orang bisa saja
menambahkan air ke dalam tempayan, dan karena minyak akan selalu
mengambang di atas air, maka satu-satunya cara untuk membuktikan
kecurangan itu adalah dengan menuangkan seluruh isi tempayan itu. Di
samping itu, masih ada lagi cara lain dalam berbuat curang, yaitu
dengan mencampur minyak dari kualitas yang berbeda. Karena
kemungkinan berbuat curang di dalam bisnis ini sangat tinggi, maka
tingkat bunga yang dibebankan terhadap pinjaman minyak dibuat
sangat tinggi. Sangat mudah melakukan penipuan dalam bisnis
minyak.
Anda boleh memandang suku bunga sebagai semacam polis asuransi.
Mirip dengan keadaan pada saat Anda mengkredit sebuah rumah, Anda
232 | C A H A Y A I N J I L
mengasuransikan cicilan rumah Anda sehingga jika tiba-tiba Anda nanti
tidak mampu melunasi pembayaran rumah Anda, maka pelunasannya
dilakukan oleh perusahaan asuransi. Dengan demikian, Anda harus
membayar cicilan pokok dan asuransinya sekaligus. Anda harus
membayar ekstra. Itulah hal yang terjadi dalam bisnis minyak ini.
Sedangkan gandum, suku bunga yang berlaku untuk gandum berkisar
antara 20-25%. Jadi nasabah yang satunya lagi telah meminjam 80
pikul gandum dengan hutang yang berbunga, sehingga ia harus
melunasinya dengan 100 pikul gandum.
Hukum agama Yahudi tidak mengijinkan pembebanan bunga
Apa yang sedang dilakukan oleh si bendahara ini? Sekarang kita tahu
apa yang sedang dilakukan oleh si bendahara ini. Ia akan dipecat
karena kemalasannya dan pengelolaan yang keliru atau
kecerobohannya selama ini. Jadi ia harus melakukan satu atau dua
perbuatan baik sebelum ia benar-benar kehilangan pekerjaannya agar
dapat memperoleh paling tidak satu orang teman yang biasa
diandalkan nantinya. Saat ia keluar nanti, paling tidak akan ada orang
yang masih bersimpati padanya. Mungkin mereka bersedia
membantunya karena ia pernah berbuat baik terhadap mereka. Ia
harus mencari orang yang bersedia membantunya sesudah dipecat
nanti. Anda mungkin akan berkata bahwa perbuatannya tetaplah
merupakan kecurangan karena bunga tersebut merupakan hak dari
majikannya.
Hal ini membawa kita kepada satu pokok di dalam hukum agama
Yahudi yang sangat menarik: di bawah aturan hukum agama Yahudi,
pembebanan bunga dilarang sama sekali. Saya harus menyampaikan
hal ini supaya Anda dapat memperoleh pemahaman yang benar atas
perumpamaan ini. Anda tidak akan dapat memahami perumpamaan ini
dengan sekadar membacanya. Perlu tambahan pengetahuan yang
tepat untuk bisa memahaminya. Orang-orang Yahudi yang menjadi
pendengar saat perumpamaan ini disampaikan Yesus dapat memahami
ucapan-Nya dengan baik karena mereka semua tahu fakta-fakta yang
melatar-belakanginya. Akan tetapi kita tidak tahu fakta-fakta tersebut
sehingga kita gagal memahami perumpamaan ini. Dengan demikian,
menurut hukum agama Yahudi, seorang Yahudi tidak diperkenankan
untuk membebankan bunga terhadap saudara sebangsanya yang
sedang membutuhkan sesuatu. Pembebanan bunga atas pinjaman
233 | C A H A Y A I N J I L
tidak diperkenankan karena biasanya jika ada orang yang meminjam
sesuatu berarti bahwa ia sedang dalam keadaan yang kekurangan.
Dengan demikian seharusnya Anda justru memberi saja apa yang ia
butuhkan tanpa embel-embel ucapan, "Baiklah, kamu harus membayar
hutang ini berikut bunganya nanti." Kalimat seperti itu tentunya bukan
merupakan ungkapan kasih terhadap sesama manusia. Anda dituntut
untuk memberi pinjaman kepadanya dan ia boleh mengembalikannya
tanpa bunga. Jadi, di bawah hukum agama Yahudi, sebagai contoh di
dalam Imamat 25:36-37 dan di dalam Ulangan 23:19-20, dan masih
banyak rujukan lainnya lagi, orang Yahudi dilarang untuk
membebankan bunga atas suatu pinjaman. Namun, pada zaman-
zaman belakangan, termasuk di zaman Yesus, orang-orang meminjam
barang bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan pokoknya; mereka
meminjam untuk keperluan bisnis. Itu sebabnya, orang-orang Farisi
menetapkan untuk mengabaikan aturan yang terdapat dalam kitab
Imamat dan Ulangan dan mengizinkan orang-orang untuk menarik
bunga. Itulah latar belakangnya. Artinya, pembebanan bunga
diperbolehkan orang Farisi dalam urusan bisnis, namun menurut
hukum Taurat tidak diperkenankan.
Jadi, ketika si bendahara itu melakukan pemotongan, ia hanya
memotong bagian bunganya saja. Ia tidak dapat memotong bagian
pokok hutang yang menjadi hak tuannya karena hal itu akan
merupakan suatu kecurangan. Jadi ketika seorang nasabah meminjam
50 tempayan minyak, berarti ia terkena bunga sebanyak 50 tempayan
minyak. Si bendahara ini tidak dapat memotong bagian pokok dari
hutang itu, namun ia dapat menghapus 50 tempayan yang merupakan
bagian bunga dari hutang itu. Dengan melakukan hal itu, sebenarnya ia
sedang menjalankan perintah Alkitab. Ia menghapus beban bunga yang
ditanggung oleh saudara sebangsanya. Itu sebabnya ia hanya
memotong 20% saja dari hutang gandum karena memang hanya itulah
bagian bunganya. Sisanya yang 80% tidak boleh dipotong karena
memang merupakan hak dari majikannya. Ia bertanggung-jawab atas
kekayaan majikannya namun ia tidak dapat mengurangi apa yang
bukan miliknya sendiri. Yang dapat dikurangi hanya bagian bunganya
saja karena memang dilarang oleh hukum Taurat. Dengan demikian, si
bendahara ini tidak dapat dituduh curang.
Semestinya perumpamaan ini disebut sebagai Perumpamaan
tentang Bendahara yang Tidak Setia
234 | C A H A Y A I N J I L
Saya harap Anda dapat melihat apa pokok bahasan dari perumpaman
yang indah ini, yang telah disampaikan oleh Yesus. Poinnya adalah
tentang ketidaksetiaan si bendahara. Tuduhan yang diajukan
kepadanya adalah ketidaksetiaan, bukannya ketidakjujuran. Anda yang
tidak memahami hukum agama Yahudi untuk aspek-aspek tertentu
dalam perumpamaan ini akan kehilangan pengertian atas poin
tersebut. Ia dipandang tidak setia karena tidak mengerjakan dengan
baik kewenangan atau kuasa yang dipercayakan kepadanya; ia sangat
boros. Namun ia lalu berjuang untuk mendapatkan teman atau sahabat
di saat-saat terakhir. Jika pembebanan bunga diperkenankan oleh
hukum agama Yahudi, dan jika si bendahara ini tetap saja berkata,
"Aku akan mengurangi 50% hutang minyakmu, dan juga 20% hutang
gandummu," maka para nasabah itu segera tahu bahwa si bendahara
ini sedang berbuat curang. Apakah Anda bersedia bersahabat dengan
orang yang tidak jujur? Apakah Anda mengira bahwa jika ia sudah
berbuat curang maka ia dapat mendatangi para nasabah itu dan
mendapat pertolongan dari mereka nantinya? Bersediakah Anda
membantu orang yang sudah jelas-jelas tidak jujur? Tentu tidak! Ia
tidak akan mendapat sahabat satupun. Bahkan mungkin ia justru akan
kehilangan sahabat. Tindakannya yang terakhir justru menjadi lebih
buruk dari pekerjaannya yang sudah gagal. Jika tindakannya yang
terakhir itu adalah suatu kecurangan, ia tidak akan berhasil
mendapatkan teman sama sekali! Tidak, ia pasti juga tidak mau
berbuat curang. Tindakannya yang terakhir haruslah merupakan
suatu perbuatan yang baik jika ia ingin mendapatkan sahabat.
Demikianlah, perumpamaan ini tidak tepat jika disebut Perumpamaan
tentang Bendahara yang Tidak Jujur. Semestinya disebut
sebagai Perumpamaan tentang Bendahara yang Tidak Setia.
Ketidaksetiaannya bukan terletak pada tindakannya yang terakhir,
melainkan pada pekerjaannya selama ini, pada cara pengurusannya
yang boros. Itu sebabnya ia dipecat. Akan tetapi ia berusaha untuk
memperbaiki segala sesuatunya pada kesempatannya yang terakhir
itu.
Sekarang Anda dapat memahami poin utama dari pengajaran Yesus ini.
Yesus sedang berkata kepada kita: Bereskan segala sesuatu di
hadapan Allah selagi Anda masih punya kesempatan. Seperti halnya
dengan bendahara yang tidak setia ini, perbaikilah segala sesuatu
yang perlu diperbaiki, sebelum tiba hari pertanggung-jawaban.
235 | C A H A Y A I N J I L
Pada mulanya, si bendahara ini sangat malas, namun dalam
tindakannya yang terakhir, ia berusaha memperbaiki segala sesuatu
yang bisa diperbaikinya supaya ia dapat memiliki sahabat yang akan
membantunya di saat kesulitan. Mereka akan berkata, "Orang ini malas
dan tidak setia kepada tuannya, akan tetapi ia ternyata taat kepada
Hukum Taurat di akhir pekerjaaannya." Jadi pelajaran yang perlu kita
tarik adalah, bereskan segala hal yang menyangkut hubungan Anda
dengan Allah. Perbaiki segala sesuatu selagi masih ada waktu karena
waktu yang tersedia semakin cepat berlalu. Ini adalah perumpamaan
yang sangat indah! Saya harap Anda dapat memahami sepenuhnya
dan memperhatikan peringatan dalam perumpaman ini baik-baik.
Berbuat salah atau malas seharusnya dipakai ketimbang
kata tidak jujur
Masih ada lagi satu pokok eksegetik. Saya menyebutkan hal ini karena
orang-orang yang ingin menyelidiki Alkitab perlu untuk mengetahui
fakta-fakta Alkitab. Saya ingin menyampaikan bahwa kata
Yunani adikia, yang diterjemahkan dengan kata 'tidak jujur' di dalam
Lukas 16:8, juga muncul di dalam 2 Korintus 12:13 dengan pengertian
yang sama sekali tidak berkaitan dengan ketidak-jujuran. Di sana,
Paulus menyebut dirinya tidak adil atau melakukan kesalahan terhadap
jemaat di Korintus karena ia menolak pemberian uang dari mereka.
Tidak mengambil uang pemberian tentunya tidak dapat dipandang
sebagai ketidak-jujuran, bukankah demikian? Jadi, kata adikiayang
artinya berbuat salah ini tidak memiliki hubungan langsung dengan
ketidak-jujuran.
Kata yang sama juga dipakai di dalam Lukas 13:27, dan LAI
menerjemahkannya dengan kata kejahatan. Siapa itu orangnya yang
disebut melakukan kejahatan yang tidak akan dapat masuk ke dalam
kerajaan surga? Kita baca di dalam ayat 24 yang menjelaskan bahwa
mereka adalah orang-orang yang tidak berjuang masuk ke gerbang
yang sempit itu. Mereka adalah orang-orang yang malas secara rohani.
Jadi, saudara-saudaraku, Anda tidak harus menjadi orang yang
melakukan kejahatan jika ingin dicampakkan pada Hari Penghakiman
nanti. Cukup dengan menjadi malas saja. Allah tidak punya waktu
untuk orang-orang yang secara rohaniah malas. Orang-orang seperti
itu tidak mau berjuang untuk masuk melalui pintu gerbang yang
sempit. Mereka tidak mau berjuang untuk masuk ke dalam Kerajaan
Allah. Mereka tidak mau berjuang untuk masuk ke dalam hidup yang
236 | C A H A Y A I N J I L
kekal. Itulah kejahatan mereka. Orang-orang itu disebut melakukan
kejahatan. Jika Anda tidak mengerjakan hal yang baik, secara otomatis
Anda sudah mengerjakan hal yang jahat.
Di dalam Matius 25:26, dalam Perumpamaan tentang Talenta, Anda
akan mendapati hal yang persis sama. Apakah orang yang
menguburkan satu talentanya itu telah melakukan tindak kejahatan?
Tidak, ia sekadar menguburkannya. Ia tidak mencuri dari orang lain. Ia
tidak menipu orang lain. Lalu mengapa Yesus menyebutnya, "Hamba
yang jahat dan malas"? mengapa ia disebut jahat? Tepatnya karena ia
tidak setia. Itulah kesalahannya. Ia berkata kepada tuannya, "Aku
mengembalikan uangmu seperti apa adanya. Engkau mempercayakan
satu talenta kepadaku, dan aku menguburkannya. Sekarang aku
kembalikan satu talenta itu kepadamu." Anda harus memanfaatkan apa
yang sudah dipercayakan kepada Anda dan bukannya justru mengubur
pemberian itu. Itulah poin penting di dalam perumpamaan ini, dan saya
harap Anda dapat menangkapnya dengan jelas.
Setiap orang Kristen harus mempertanggung-jawabkan
pengelolaan uangnya kepada Allah
Ada banyak hal yang telah dipercayakan kepada kita. Dan
perumpamaan ini secara khusus berbicara tentang cara kita memakai
uang. Perhatikan ayat 9, "Ikatlah persahabatan dengan
mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak
dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi." Uang di
dalam ayat ini dikatakan tidak jujur. Firman Allah mengatakan kepada
kita bahwa akar segala kejahatan ialah cinta uang (1Tim. 6:10). Cinta
akan uang merupakan akar dari segala kejahatan. Uang itu sendiri
bukanlah kejahatan, tetapi mencintai uang itulah kejahatan.
Kita adalah pengurus dari uang yang ada pada kita dan kita bisa
memanfaatkannya untuk memuliakan nama Allah. Ikatlah
persahabatan dengan Allah dengan uang itu maka Anda akan menjadi
bendahara yang baik. Anda nanti harus menjelaskan kepada Allah
tentang apa saja yang telah Anda kerjakan dengan apa yang Anda
miliki. Ini adalah tantangan yang sangat besar! Saya berdoa supaya
dengan kasih karunia Allah, di sepanjang tahun 1979 nanti, Anda akan
menata 'ekonomi rohani' Anda dengan baik, supaya Anda dapat
menyusun rencana perjalanan hidup Anda di tahun 1979 nanti dengan
237 | C A H A Y A I N J I L
memberikan berkat yang maksimum kepada sesama manusia dan
kemuliaan yang maksimum kepada Allah.
Perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus
(Perumpamaan tentang Devas dan Lazarus)
Lukas 16:19-31 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang, Montreal
Lukas 16:19-31
Hari ini, kita sampai kepada perumpamaan di dalam Lukas 16:19-31.
Perumpamaan ini sering disebut dengan judul Perumpamaan tentang
Orang Kaya dan Lazarus. Si orang kaya itu kadang kala dinamai
"Devas", yang sebenarnya adalah istilah dalam bahasa Latin yang
berarti 'orang kaya'. Jadi, perumpamaan ini sering diberi
judulPerumpamaan tentang Devas dan Lazarus. Pertama-tama, mari
kita baca perumpamaan ini bersama-sama, dan sesudah itu, kita akan
secara singkat memusatkan perhatian pada tema utamanya saja.
Perumpamaan ini sangat kaya akan makna sehingga, terus terang saja,
saya sendiri agak kesulitan untuk menentukan mau memulai
pembahasan dari mana. Akan tetapi, dalam kesempatan ini, kita hanya
akan memusatkan perhatian pada satu unsur penting dari
perumpamaan ini.
Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus,
dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang
pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring
dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya
dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing
datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu
dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu
juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam
maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan
Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa
Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan
ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat
kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah,
bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu,
sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan
238 | C A H A Y A I N J I L
dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan
engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang
mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari
situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau
demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke
rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia
memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan
masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham:
Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka
mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham,
tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada
mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka
tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga
akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara
orang mati.
Kunci pemahaman ajaran Yesus dan Perjanjian Baru: Kerajaan
Allah
Perumpamaan ini sangatlah kaya akan makna sehingga saya rasa tidak
akan sulit untuk membahas sekitar empat atau lima pokok bahasan
yang berbeda dengan bersumber pada perumpamaan ini saja! Akan
tetapi, hari ini kita akan berfokus pada satu pertanyaan saja: Apa
tujuan dari perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus ini? Hal apa
yang sedang Ia sampaikan melalui perumpamaan ini? Apakah dengan
perumpamaan ini Yesus sedang memberikan ajaran moral agar kita
bersikap baik kepada para pengemis? Apakah Ia sedang menyuruh,
"Ayo bertindak, berbuat baiklah kepada orang-orang miskin"? Hal
itukah yang sedang diajarkan oleh Yesus di sini? Jika memang benar
hal itu yang sedang Ia ajarkan, maka kita akan menghadapi masalah
yang cukup rumit karena di Montreal ini kita sangat jarang bisa
bertemu dengan pengemis. Dengan begitu, hanya sedikit kesempatan
bagi kita untuk mempraktikkan ayat ini. Anda barangkali akan berkata,
"Di belahan bumi timur memang ada banyak pengemis, tetapi di sini
sedikit sekali. Lalu bagaimana kita bisa menerapkan ajaran ini?"
Apakah Ia sekadar menyuruh kita untuk bersikap baik kepada orang
miskin? Memang penting hal itu, akan tetapi itu bukanlah inti yang
utama dari perumpamaan ini.
Apa sebenarnya pokok yang sedang dibahas oleh Yesus? Untuk bisa
memahami ajaran dari Yesus, kita harus memahami ajaran yang
239 | C A H A Y A I N J I L
sentral dari seluruh ajaran-Nya. Kita tidak boleh keluar jalur dan
mengira bahwa Yesus sekadar menyuruh kita berbuat baik kepada
orang miskin dalam perumpamaan ini, hal itu memang penting tetapi
bukan pokok yang utama. Hanya di dalam konteks tema sentral itulah
seluruh ajaran-Nya dapat dipadukan dengan serasi karena, seperti
semua pemberita kebenaran, segala yang Dia katakan mengarah
kepada satu pokok bahasan. Apakah pokok yang utama tersebut? Apa
tema sentral dari seluruh ajaran Yesus? Kira-kiranya apakah Anda
memahami apa kunci pemahaman bagi seluruh ajaran Yesus sesudah
sekian banyak perumpamaan yang kita bahas selama ini. Jika Anda
harus menyampaikan jawaban secara singkat, kira-kiranya apakah inti
ajaran Yesus itu? Cobalah renungkan jawaban Anda. Apakah Anda
sudah menemukan jawaban? Apa tujuan atau sasaran yang mau
dicapai oleh Yesus dalam setiap ajaran-Nya? Jika Anda tidak tahu
jawabannya, maka Anda tidak akan mampu memahami apa rantai
yang menyatukan semua mutiara di suatu kalung -jika Anda
bayangkan setiap satu perumpamaan yang Yesus ajarkan sebagai
sebutir mutiara, lalu apa rantai yang merangkai seluruh mutiara itu
menjadi satu? Atau, apakah semua perumpamaan itu seperti kumpulan
mutiara yang tidak terangkai? Di dalam satu perumpamaan Ia berkata,
"bersikap baiklah kepada orang miskin." Di dalam perumpamaan yang
lain lagi, Ia berkata, "Hendaklah kamu setia." Dan di dalam
perumpamaan yang lainnya lagi, Ia berkata, "Jika kamu tersesat, maka
Allah akan segera mencari dan mengembalikanmu." Apakah semua
perumpamaan itu tidak berhubungan satu dengan yang lainnya? Apa
satu tema sentral yang menyatukan seluruh perumpamaan dan ajaran-
Nya? Kita harus tahu tema itu. Ajaran-Nya dapat dirangkum di dalam
satu kata atau istilah. Tahukah Anda apa itu? Istilah yang merangkum
seluruh ajaran Yesus adalah, "Kerajaan Allah," atau dengan satu kata
saja, "Kerajaan." Setiap sarjana Perjanjian Baru pasti atau semestinya
tahu bahwa "Kerajaan Allah" adalah tema sentral dalam ajaran Yesus.
Kerajaan Allah berarti bahwa Yesus adalah Raja
Pertanyaannya adalah, "Apa arti kerajaan itu?" Apa itu Kerajaan Allah?
Karena mengabaikan pokok inilah maka gereja sekarang banyak yang
mengalami masalah. Dan Anda juga akan mengalami banyak masalah
dengan hidup Anda jika tidak memahami arti "kerajaan Allah".
Saya akan memakai sedikit data statistik untuk menunjukkan kepada
Anda arti penting tema 'Kerajaan Allah'. Tahukah Anda berapa kali
240 | C A H A Y A I N J I L
istilah kerajaan ini muncul di dalam Injil Matius saja? Hanya di dalam
Matius saja sudah tercatat sebanyak 55 kata kerajaan. Atau di dalam
catatan Injil Markus, di mana secara relatif terdapat lebih sedikit ajaran
Yesus? Di sana pun tercatat kemunculan kata 'kerajaan' sebanyak 20
kali. Berapa banyak jumlah kemunculannya di dalam Injil Lukas? Di
sana tercatat jumlah kemunculan sebesar 46 kali. Yesus berbicara
tentang Kerajaan Allah sebanyak 121 kali.
Bagaimana Anda bisa memahami ajaran Yesus jika Anda tidak mengerti
arti Kerajaan Allah, padahal ini adalah tema sentralnya? Ingatkah Anda
bagaimana Ia memulai pelayanan-Nya? Hal apa yang pertama kali Ia
sampaikan ketika Ia mulai mengabarkan Injil di Galilea? "Bertobatlah
sebab kerajaan Allah sudah dekat." Itulah hal pertama yang
diberitakan-Nya. Kalimat ini memberi kita petunjuk tentang isi
khotbah-khotbah-Nya sesudah itu. Mengapa kita harus bertobat?
Alasannya adalah karena kerajaan Allah sudah dekat. Lalu apa artinya
kerajaan Allah itu?
Secara ringkas dapat kita katakan bahwa kata yang sekarang ini
diterjemahkan sebagai kerajaan sebenarnya memiliki makna
kedaulatan Allah, pemerintahan Allah, pengaturan oleh Allah, Allah
sebagai Raja. Dengan kata lain, ajaran Yesus semuanya menekankan
pada satu hal, Allah adalah Raja dan pemerintahan-Nya sedang
mendatangi kita. Jadi, bertobatlah, karena Anda akan segera
menghadap takhta Raja Besar. Pemerintahan Allah adalah pokok
yang paling penting. Baru kata 'kerajaan' saja yang kita pelajari, dan
kita belum masuk ke pembahasan tentang kata 'raja'. Kita dapat
melihat bahwa di dalam Matius 5:35, Yesus berkata tentang Yerusalem
sebagai kota Raja Besar, yaitu Allah. Pemerintahan Allah adalah titik
pusat dari seluruh ajaran dari Yesus.
Yohanes, Paulus dan Lukas memakai kata "Lord"
Jika kita teliti Injil Yohanes dan surat-surat Paulus, Anda akan segera
melihat bahwa kata 'kerajaan' sangat jarang muncul. Saya yakin, Anda
semua tentu tahu akan hal ini. Dari semua surat yang ditulis oleh
Paulus, kata 'kerajaan' hanya muncul sebanyak 14 kali. Mengapa?
Apakah tema 'kerajaan' ini hanya penting bagi Yesus tetapi tidak
penting bagi Paulus? Anda keliru jika berpikir seperti itu karena Paulus
sebenarnya hanya memakai istilah yang berbeda untuk tema
'kerajaan'. Dan memang sering terjadi, ketika kita mengkhotbahkan
241 | C A H A Y A I N J I L
Injil, kita menggunakan kata-kata lain yang bermakna sama, untuk
menghindari lunturnya makna sebuah kata akibat terlalu sering
diucapkan. Sebagai contoh, saya yakin sekarang ini kata 'kerajaan'
tidak memiliki makna yang mendalam di hati Anda karena kita semua
hidup di zaman demokrasi, kita tidak diperintah oleh raja lagi. Jadi
Anda harus mencari kata lain sebagai padanan bagi kata "kerajaan"
dan memiliki makna yang sama. Dan itulah tepatnya hal yang
dilakukan oleh Paulus.
Dan itu pula alasan mengapa saya, sebagai pengkhotbah, sering
melakukan hal yang sama. Sebagai contoh, saya harus memakai kata
yang berbeda untuk 'iman' karena kata 'iman' ini belakangan sudah
mulai luntur maknanya dan menjadi tidak berarti lagi di mata banyak
orang. Banyak orang yang bingung bagaimana mengartikan kata
'iman'? Sangat kabur dan sangat tidak pasti di dalam pandangan
mereka. Itu sebabnya, saya memakai kata 'komitmen total' yang
maknanya adalah iman dengan definisi yang tidak mungkin
diserongkan. Alasan yang sama juga telah mendorong A.W.Tozer
memakai kata 'komitmen total'. Tozer mendapati bahwa ungkapan ini
paling tepat menjelaskan ajaran Perjanjian Baru. Sangat mudah untuk
menunjukkan lewat semua ajaran yang alkitabiah bahwa komitmen
total adalah tema utamanya.
Kata apa yang dipakai oleh Paulus di dalam tulisan-tulisannya? Ia
memakai kata "Lord" (atau yang lebih tepat diterjemahkan sebagai
"Tuan" bukan Tuhan). Ia tidak memakai kata "raja" atau "kerajaan",
akan tetapi ia menyebut Yesus sebagai "Lord". Itu sebabnya sekalipun
ia hanya memakai kata "kerajaan" sebanyak 14 kali, akan tetapi ia
memakai kata "Lord" sebanyak 275 kali. (Berbeda dengan Yesus yang
memakai kata 'kerajaan' sampai lebih dari 100 kali karena penekanan
di dalam ajaran Yesus adalah pada 'kerajaan Allah'.) Sedangkan Paulus
mendapati bahwa kata "raja" atau "kerajaan" bisa memberi makna
yang simpang-siur di kalangan pendengarnya. Mereka mungkin akan
membayangkan raja seperti kaisar Roma, jadi Paulus menghindari
pemakaian kata "kerajaan" atau "raja", dan sebagai gantinya ia
memakai kata "Lord'. Dengan memakai kata "Lord', Paulus menjangkau
sasaran ganda. Kata "Lord" di dalam Perjanjian Lama adalah gelar bagi
Allah. Dengan memakai kata tersebut, Paulus bermaksud menyatakan
bahwa Yesus adalah Allah dan sekaligus Raja, dan sebenarnya,
Paulus justru bermaksud menyatakan bahwa Yesus adalah segalanya.
242 | C A H A Y A I N J I L
Dalam beberapa kesempatan, Paulus berkata, "Kristus adalah semua
dan di dalam segala sesuatu" (Kol. 3:11). Dan kata apa yang dapat
merangkum semua itu dengan baik selain kata "lord"?
Kata "lord" juga hadir cukup sering di dalam Injil Yohanes, sekalipun
tidak sesering seperti yang ada dalam tulisan-tulisan Paulus. Yohanes
juga tidak banyak memakai kata 'kerajaan'. Kenyataannya, ia hanya
memakainya sebanyak 5 kali saja. Sebaliknya, perhatikan betapa ia
memakai kata "lord" sampai 52 kali. Sama seperti rasul Paulus,
Yohanes juga memakai istilah yang berbeda. Ia tidak berkata tentang
"kerajaan Allah", tetapi ia menyampaikannya lewat tema 'ketuanan
atau kepenguasaan Kristus (Lordship of Christ).' Yesus
adalah Lord karena kerajaan itu datang di dalam diri Yesus. Jika Anda
ingin menerima Allah sebagai Raja Anda, maka Anda harus
menerima Yesus sebagai Tuan atau Penguasa (Lord) Anda.
Yohanes telah memberlakukan ajaran ini.
Hal yang sama juga tercatat dalam Kisah Para Rasul. Sebagai contoh,
kata 'kerajaan' hanya muncul sebanyak 8 kali tetapi kata "lord" muncul
sebanyak 107 kali. Jika Anda perhatikan data statistiknya, pada kitab
yang hanya sedikit memuat kata 'kerajaan', maka akan terdapat kata
"lord" dalam jumlah yang banyak. Demikianlah keseimbangan tema itu
tetap terjaga.
Jika kita sudah memahami hal ini, maka kita tidak sekadar akan
memahami apa tema sentral dari ajaran Yesus, tetapi kita juga akan
memahami apa tema sentral dari seluruh Perjanjian Baru. Tema
utamanya adalah ketuanan atau kepenguasaan Kristus (the Lordship of
Christ). Kristus adalah Lord. Sekarang Anda dapat melihat mengapa
komitmen total-lah yang kami maksudkan setiap kali kami membahas
tentang iman karena iman itu ditujukan kepada Yesus sebagai Tuan
dan Raja kita. Jika Anda percaya kepada-Nya, maka Ia harus menjadi
Penguasa atas hidup Anda. Nah, bukankah itu adalah suatu komitmen
total?
Yesus tidak akan menjadi Juruselamat tanpa menjadi Penguasa
atau Tuan atas Anda
Kelemahan yang menghantam gereja-gereja sekarang ini adalah
karena mereka telah menggeser titik sentral tema ini. Itu sebabnya
mengapa kami berdoa dan berseru, "Bangkitkanlah kami kembali." Kita
243 | C A H A Y A I N J I L
harus dibangkitkan lagi. Penekanan kita telah bergeser jauh dari
penekanan Injil. Sekarang ini, Anda dengarkan betapa para
pengkhotbah terus saja berbicara tentang Yesus sebagai Juruselamat.
Saya tantang Anda untuk membuka buku konkordansi Anda dan
melihat berapa banyak jumlah pemakaian kata "juruselamat (savior)"
di dalam Perjanjian Baru, maka Anda akan terkejut melihat hasilnya.
Inilah data statistik bagi pemakaian kata "juruselamat". Di dalam
Matius, kata ini tidak terdapat sama sekali, demikian pula di dalam
Markus. Anda terkejut? Jadi, kata 'juruselamat' justru tidak banyak
dipakai. Ia tampil sebanyak 2 kali di dalam Lukas, sekali di dalam
Yohanes, 2 kali di dalam Kisah Para Rasul dan 12 di dalam tulisan-
tulisan Paulus. Paulus membicarakan Yesus sebagai "Juruselamat"
hanya sebanyak 12 kali di dalam semua surat-suratnya, namun ia
membicarakan Yesus sebagai 'Tuan (Lord)' sebanyak 275 kali. Anda
tidak perlu menjadi ahli statistik untuk bisa melihat apa arti perbedaan
tersebut.
Sudah terlihatkah oleh Anda bahwa para pengkhotbah itu telah
menurunkan standar kerajaan? Mereka telah mengencerkan Injil.
Mereka mengoceh tentang juruselamat. Padahal, sejauh yang dipahami
oleh Paulus, Yesus Kristus tidak akan pernah menjadi Juruselamat bagi
Anda kalau Dia tidak menjadi Tuan dan Penguasa atas diri Anda.
Kenyataannya, jika Paulus menyebut, "Tuan dan Juruselamat (Lord
and Saviour)," urutannya selalu seperti itu. Ia tidak mau memisahkan
kata 'Juruselamat' secara tersendiri. Malahan, di dalam ke-12 rujukan
yang membicarakan Yesus sebagai Juruselamat, ia selalu menyebut
dengan, "Yesus Kristus, Tuan dan Juruselamat". Ia tidak pernah
menyatakan dalam urutan "Juruselamat dan Tuan (Savior and Lord)".
Di zaman sekarang ini, di dalam pengajaran kita, kita cenderung
berkata, "Pertama-tama, terimalah Yesus sebagai Juruselamat, dan
kemudian - belakangan nanti - jika Anda suka, atau jika Anda berada
dalam kesulitan, maka Anda boleh menerima-Nya sebagai Lord. Akan
lebih baik tentunya dengan jaminan ganda, bukankah demikian?"
Memiliki Yesus sebagai Juruselamat tampaknya masih kurang
menentramkan hati. Dan Anda kelihatannya perlu untuk melanjutkan
dengan menerima-Nya sebagai Lord. Mengapa ada orang yang mau
beralih kedudukan dari Juruselamat menjadi Tuan? Saya tidak tahu.
Tetapi itu bukanlah ajaran Paulus, itu bukanlah ajaran yang alkitabiah.
Jika Anda ingin mengarang sendiri Injil versi Anda, boleh-boleh saja.
244 | C A H A Y A I N J I L
Anda mungkin akan mengajar begini, "Pertama-tama, terimalah Yesus
sebagai Juruselamat. Dan suatu hari nanti, mungkin Anda merasa
sudah saatnya untuk menerima Yesus sebagai Lord, maka hal itu akan
lebih baik lagi."
Jika Anda mengajar seperti itu, maka itu berarti bahwa Anda masih
belum memahami arti Perjanjian Baru. Anda masih belum mengerti isi
Alkitab. Anda tidak akan dapat memiliki Yesus sebagai Juruselamat
kalau Anda tidak menerima-Nya sebagai Lord. Tentunya kita buta jika
kita tidak memahami apa yang kita baca di dalam Alkitab. Pernahkah
Anda perhatikan bagaimana Paulus memakai kata 'Juruselamat'? Ia
menyebutkan dengan urutan 'Tuan (Lord) dan Juruselamat'. Yesus baru
bisa menjadi Juruselamat Anda jika Ia sudah menjadi Tuan Anda. Pada
saat saya berkhotbah tentang ini di gereja-gereja Tiong hua, mereka
mengira bahwa saya sedang mengajarkan sesuatu yang luar biasa,
sesuatu yang lain dari biasanya. Saudaraku, sudah saatnya kita untuk
membaca dan menanggapi pesan dari Alkitab.
Anda akan melihat bahwa Yesus sendiri bahkan tidak memakai kata
"Juruselamat". Kata ini tidak muncul di dalam Matius dan Markus. Yang
ditekankan oleh Yesus hanyalah tentang Pemerintahan Allah. Allah
akan menjadi Raja atas hidup Anda atau Ia tidak menjadi apa-apa di
dalam hidup Anda, tidak ada pilihan lain. Inilah ajaran yang alkitabiah..
Ini bukanlah ajaran pribadi saya. Ajaran saya tidak mempunyai nilai
sama sekali. Ini adalah hal yang disampaikan oleh Yesus, dan juga
disampaikan oleh Paulus.
Lalu bagaimana dengan kata "keselamatan (salvation)"? Barangkali
Anda akan berkata, "Hanya kata "juruselamat" saja yang dihitung.
Mungkin kalau kata "keselamatan" dihitung juga, maka hasilnya pasti
berbeda." Baiklah, saya tunjukkan kepada Anda data statistik untuk
kata "keselamatan". Kata "keselamatan" tidak muncul di dalam Matius
dan Markus. Apakah Anda terkejut? Selama ini kita selalu mengoceh
tentang keselamatan di gereja, seolah-olah hanya ini bahan
pembicaraan yang ada. Keselamatan memang sungguh indah, namun
Anda mesti mengerti bahwa tanpa pemerintahan Allah di dalam hidup
Anda, Anda tidak akan memperoleh keselamatan. Mengerti dan
menjalaninya, bukankah itu suatu komitmen total? Itu adalah alasan
mengapa kami memakai istilah tersebut. Izinkan saya melanjutkan
penyajian data statistik ini kepada Anda. Injil Lukas mencatat
245 | C A H A Y A I N J I L
pemakaian yang paling banyak untuk kata "keselamatan', namun itu
pun hanya sebanyak 4 kali. Injil Yohanes mencatat sebanyak 1 kali.
Buku Kisah Para Rasul mencatat sebanyak 6 kali, dan Surat-surat
Paulus hanya membahas kata "keselamatan" ini sebanyak 18 kali saja.
Sungguh mengagetkan. Bahkan di dalam Surat Roma, surat yang tema
utamanya adalah tentang keselamatan, hanya ada 4 rujukan ayat yang
menyebut tentang "keselamatan". Dan ingatlah sekali lagi, rujukan
tentang Yesus sebagai Lord atau Tuan muncul sebanyak 275 kali hanya
di dalam tulisan-tulisan Paulus saja. Apa lagi jika ditambah dengan
rujukan dari seluruh Perjanjian Baru. Yang kita hitung baru di dalam
tulisan Paulus saja. Sekarang ini, saya benar-benar berharap bahwa
Anda telah memahami apa tema sentral dari ajaran Yesus.
Yesus tidak dapat memerintah sebagai Raja di dalam hidup
Anda jika Anda masih menginginkan dunia sebagai pemuas
keinginan Anda
Jika kita sudah dapat memahami dengan jelas, maka kita akan siap
untuk memahami apa arti perumpamaan ini. Hal apa yang sedang
dibicarakan dalam perumpamaan ini? Ia membahas tentang hal-hal
yang menghalangi kita dari menerima pemerintahan Allah di dalam
hidup ini. Mengapa sulit sekali bagi kita untuk menerima Yesus sebagai
Tuan dan Penguasa dari hidup ini? Apa persoalannya? Mengapa Anda
begitu ketakutan mendengar kata 'komitmen total'? Hal apa yang
menimbulkan rasa takut itu? Apakah Anda takut menerima Yesus
sebagai Tuan dan Penguasa atas diri Anda? Apakah Anda mengira
bahwa dengan menerima Allah sebagai Raja atas kehidupan Anda maka
hidup ini akan berubah menjadi sangat mengerikan bagi Anda? Jika
menerima Allah sebagai Raja atas hidup ini tidak menjadi masalah bagi
Anda, maka komitmen total seharusnya juga tidak menjadi masalah
buat Anda. Namun, jika menerima Allah sebagai Raja atas diri Anda itu
merupakan masalah buat Anda, maka komitmen total juga akan Anda
tolak. Namun apa yang membuat iman, atau kepenguasaan Kristus
sebagaimana yang dijelaskan dalam Alkitab itu menjadi sulit untuk
dijalankan? Apa yang menjadi penghalangnya?
Kasih kita kepada dunia ini-lah yang selalu menjadi penghalang itu.
Dan perumpamaan ini secara sederhana dapat kita katakan membahas
masalah itu. Mengapa sangat sulit bagi Anda untuk menerima Yesus,
Juruselamat yang ajaib ini, sebagai Tuan dan Penguasa Anda? Itu
semua karena Anda mengasihi dunia ini. Itulah diagnosa yang
246 | C A H A Y A I N J I L
diberikan oleh Yesus. Sesederhana itu, atau mungkin sesukar itu,
tergantung cara Anda melihatnya. Dan mengapa saya sangat
mengasihi dunia? Saya mempertahankan dunia karena saya ingin
memuaskan keinginan saya, dan saya merasa bahwa dunia
lebih memberi kepuasan kepada saya. Kita secara bodoh sering
berpikir seperti itu, sama seperti si orang kaya yang bodoh ini yang
kemudian mendapati bahwa ini adalah suatu kesalahan fatal namun
terlambat menyadarinya.
Jika Anda dapat melihat betapa fananya dunia ini, jika Anda dapat
melihat betapa sia-sianya memiliki kekayaan, jika Anda dapat
memahami bahwa meletakkan hati dan jiwa di dalam hal-hal tersebut
hanya akan menghasilkan kebinasaan, pilihan lain apa yang segera
terpikirkan oleh Anda? Apa alternatifnya? Apa lagi kalau bukan Yesus?
Dan Anda tidak akan dapat memiliki Yesus kalau Anda tidak menerima
Dia sebagai Tuan dan Penguasa Anda. Ia tidak akan datang ke dalam
hidup Anda sebagai pelayan, bukankah begitu? Apakah Anda
bermaksud untuk menyewa Raja segala raja sebagai pelayan yang
akan membawa Anda dalam tamasya ke surga? Tidak! Ia akan datang
menjadi Tuan dan Penguasa Anda atau tidak datang sama sekali.
Yesus memakai kontras antara yang kaya dan yang miskin
Jika kita dapat memahami prinsip tersebut, maka makna dari
perumpamaan ini akan segera terbuka bagi kita. Pengertiannya akan
segera menjadi sangat jelas. Dengan berpegang pada pandangan
tersebut, kita akan masuk ke dalam pembahasan makna perumpamaan
ini. Perumpamaan ini mengungkap satu kenyataan bahwa dunia
adalah penghalang bagi kita di dalam memasuki atau menerima
kerajaan Allah. Dunia adalah penghalang dan gambarannya disajikan
dalam bentuk kontras antara orang yang sangat kaya dengan orang
yang sangat miskin. Yesus di dalam perumpamaan ini memakai gaya
hiperbola, cara penyampaian dengan memakai perbandingan yang
sangat berlebih-lebihan antara dua hal, supaya bahan pembicaraannya
dapat dengan jelas dipahami melalui kontras ini. Yesus adalah Guru
yang mahir, sangat ahli di dalam hal pengajaran. Setiap orang yang
ingin menjadi pengajar yang ahli, pelajari saja ajaran Yesus. Ia dapat
menyajikan suatu pokok bahasan secara sangat jelas dengan memakai
kontras yang sangat menyolok.
247 | C A H A Y A I N J I L
Di perumpamaan ini si orang kaya itu berbaju ungu. Para ahli
menjelaskan bahwa kain ungu sangatlah mahal di zaman itu, nilainya
sama dengan upah seorang pekerja selama dua tahun. Jika Anda
membayangkannya dalam pengertian zaman sekarang, dengan upah
rata-rata seorang pekerja sebesar $10.000 per tahun, maka harga
bajunya berkisar $20.000. Suatu harga yang sangat mahal untuk
sehelai pakaian. Di zaman sekarang ini, si orang kaya itu dapat kita
samakan dengan para konglomerat di ibu kota, yang di Inggris dapat
dikatakan dalam golongan mobil mewah "Jaguar" atau "Rolls Royce".
Atau kalau di Amerika Utara yang tergolong dalam "mobil mewah kelas
Cadillac". Si orang kaya ini setiap harinya mengadakan pesta, dan ia
selalu dilayani oleh para hambanya. Pada zaman itu, bahkan orang
yang termasuk golongan berkecukupan juga tidak dapat sering-sering
makan daging, akan tetapi orang kaya ini setiap harinya berpesta,
menunjukkan kepada kita betapa kayanya orang ini. Yesus
menggambarkan situasi ini bagi kita.
Dan kontrasnya ditunjukkan dengan menampilkan orang miskin yang
duduk di gerbang rumah si kaya, dalam keadaan yang melarat dan
sedih. Si kaya membalut tubuhnya dengan kain ungu, sementara si
miskin tubuhnya terbalut oleh borok. Tubuhnya dipenuhi oleh borok
sehingga ia terlihat seperti sedang berpakaian borok, dan anjing-anjing
menjilat boroknya. Di dalam kelaparannya, ia sangat ingin memakan
sisa-sisa makanan yang jatuh dari meja orang kaya itu. Anjing-anjing
peliharaan si orang kaya tentu saja dapat memakan remah-remah yang
terjatuh itu, akan tetapi Lazarus tidak dapat melakukannya. Ia hanya
dapat memandang dari luar gerbang rumah yang mewah ini, melihat
orang-orang tertawa ria, duduk dan berpesta, mereka menjilati jari
jemarinya (karena mereka makan langsung dengan tangan) sambil
berceloteh tentang bisnis dan cuaca. Si orang kaya larut dalam
kenikmatan hidupnya, ia tidak punya waktu untuk memperhatikan
keadaan si miskin yang semakin parah di pintu gerbangnya.
Sangatlah penting untuk diperhatikan bahwa pada zaman dahulu,
seseorang menjadi pengemis tidak selalu karena ia malas, namun bisa
karena terkena penyakit. Sangat menyedihkan nasib orang-orang yang
terserang penyakit berat, yang menjadi lumpuh di masa itu, karena
riwayat mereka segera tamat. Menjadi pengemis merupakan satu-
satunya pilihan yang tersedia buat mereka, itu pun kalau mereka masih
248 | C A H A Y A I N J I L
mampu melakukannya. Jadi kita tidak boleh meremehkan pengemis
karena mungkin saja ia dulunya orang yang besar.
Ketika saya masih kecil, di masa perang China-Jepang, suatu kali saya
sedang melintasi jalan utama, Nanjing Lu, di Shanghai, dan saya
melihat seorang pengemis di sana. Kondisi orang ini sangat
menyedihkan. Akan tetapi ada satu hal yang di dalam dirinya yang
membuat saya melihatnya tidak seperti seorang pengemis. Ada wibawa
di dalam dirinya. Sekalipun di dalam kondisi yang parah, yang sangat
menderita, saya dapat melihat dari cara duduk, dan cara
berperilakunya yang menunjukkan bahwa ia pernah menjadi orang
yang berhasil dalam hidupnya, dan sekarang ini ia dipaksa oleh
keadaan untuk menjadi pengemis. Tidak ada orang yang bisa
memberinya pekerjaan di tengah masa perang. Dari mana ia bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya? Di zaman itu, mayat-mayat yang
mengapung di sungai Huang Pu adalah pemandangan yang lazim bagi
kami. Ada orang yang mati kedinginan, ada pula yang mati bunuh diri
karena tak kuat menanggung derita. Jangan pernah meremehkan
seorang pengemis, apa lagi di masa-masa perang. Mungkin mereka
sesungguhnya adalah orang-orang terampil yang tidak dapat bekerja
lagi karena mengalami cacat akibat perang,.
Yesus juga menyajikan kontras dalam hal kualitas kepribadian
Ada satu hal lagi yang perlu kita perhatikan dari Lazarus ini. Saya ingin
tahu apakah Anda dapat melihat sesuatu yang pantas diperhatikan dari
Lazarus ini? Saat ia gemetar kelaparan, ia menatap ke arah orang kaya
yang sedang berpesta di dalam. Apa yang akan Anda lakukan jika Anda
berada pada posisi Lazarus ini? Saya tidak akan terkejut jika sebagian
besar orang akan mengutuk saat dalam keadaan seperti ini, "Dasar
orang kaya berhati busuk! Kalian orang-orang kejam yang tidak
berbudi!" Atau lebih buruk lagi, kelihatannya akan banyak orang yang
mulai mengutuk Allah, "Ya Allah, mengapa Engkau menempatkan saya
dalam keadaan seperti ini? Apa salah saya sehingga saya harus
menanggung semua ini? Masih adakah keadilan di bumi dan di surga?"
Di kalangan orang Tiong hua, sikap ini disebut mai yuan Shang Di. Ada
cukup banyak orang yang mengalami hal yang belum seburuk Lazarus,
namun mereka giat menuduh Allah atas segala peristiwa itu dan
berkata, "Mengapa semua ini terjadi pada saya? Mengapa saya harus
menerima nasib yang paling sial?" Ketika saya mengamati keadaan
mereka, sebenarnya keadaan mereka jika dibandingkan dengan
249 | C A H A Y A I N J I L
Lazarus masih jauh lebih baik. Dilihat dari sudut pandang Lazarus,
keadaan mereka mungkin masih seperti keadaan orang di dalam
"surga". Namun orang-orang ini hanya sibuk mengasihani diri mereka
sendiri dan sibuk menuduh Allah dan orang-orang lain. Pernahkah Anda
memperhatikan bahwa dari mulut Lazarus ini ternyata tidak pernah
keluar sepatah keluhan pun? Ini adalah hal yang sangat menyentuh
hati saya. Tidak ada keluhan, tidak ada kekecewaan atau pun tanda-
tanda kepahitan dalam diri Lazarus sekalipun ia berada dalam keadaan
yang paling parah jika dibandingkan dengan orang lain: ia sakit parah,
tidak punya uang, tidak ada tempat tinggal, kelaparan, dan hanya
ditemani oleh anjing-anjing. Bahkan para anjing itu punya nasib yang
lebih baik dari pada dia karena mereka bisa menikmati makanan yang
jatuh dari meja si orang kaya. Akan tetapi tidak ada satu pun keluhan
yang keluar dari mulut Lazarus.
Hal apa yang memberinya kekuatan? Kata Lazarus memiliki arti Allah
pertolonganku. Itulah petunjuknya. Di dalam perumpamaan kali ini,
Yesus menyatakan bahwa Lazarus adalah orang yang saleh melalui
petunjuk namanya karena, biasanya, Yesus tidak menamai orang-
orang di dalam perumpamaan-Nya. Dari mana kita bisa tahu tentang
kesalehan orang miskin ini? Di mana kita bisa melihat adanya
pemerintahan Allah dalam perumpamaan ini? Dalam diri seseorang
yang berada dalam kemiskinan, di dalam penderitaan seperti ini, tanpa
mengeluarkan keluhan sepatah kata pun. Ia pasti yakin akan satu hal,
"Allah adalah pertolonganku. Dialah Allah dan Rajaku. Ia yang akan
membela perkaraku. Di dalam Dia saja aku meletakkan kepercayaanku.
Aku akan menyerahkan perkaraku kepada-Nya, seperti sang pemazmur
yang berkata, 'Aku tidak akan mengeluh dalam kepahitan" (Mazmur
64).
Saya dapat melihat pemerintahan atau kedaulatan Allah dalam diri
seorang Kristen dengan mengamati cara dia berperilaku di dalam
kesulitan dan penderitaan. Pemerintahan Allah terlihat dari perilaku dan
kualitas kepribadian Anda. Ia tidak akan terlihat dari kata-kata yang
keluar dari mulut Anda, misalnya Anda berkata, "Baiklah, mulai
sekarang Yesus adalah Raja dalam hidup saya." Semua orang bisa
berkata seperti itu. Ketika tekanan dan aniaya mulai mengelilingi Anda,
kita semua akan dapat melihat apa arti pemerintahan Allah bagi Anda.
Saya akan memberi satu kesaksian. Sekarang ini kesehatan saya sudah
jauh merosot. Dulu saya adalah orang yang gemar berolah raga,
250 | C A H A Y A I N J I L
sanggup berlari kesana-kemari tanpa lelah, sangat kuat dan sehat.
Sekarang ini, berbagai macam penyakit seperti tidak pernah bosan
untuk menghinggapi tubuh saya, mulai dari batuk, sesak nafas, rematik
dan yang lain-lainnya. Akan tetapi, dalam keadaan seperti ini saya
tetap bisa berkata dengan penuh semangat, "Terima kasih, ya Allah!"
Itulah tanda pemerintahan Allah dapat dilihat.
Saya mendapat kesan bahwa Yesus dengan sengaja
bermaksud membandingkan Lazarus dengan Ayub, tokoh dari
Perjanjian Lama, satu-satunya orang selain Lazarus yang tercatat
dalam Alkitab sebagai orang yang tubuhnya diselimuti borok. Ayub,
yang tadinya adalah orang yang sangat kaya, kemudiaan harus duduk
di atas debu dengan tubuh yang dipenuhi oleh borok, mulai dari ujung
kaki sampai ke ujung kepala (Ayb.2:7). Anak-anaknya terbunuh, harta
kekayaannya, ternak dan semua hambanya dirampok dan dijarah, lebih
dari itu, ia sendiri terkena penyakit kulit yang sangat parah. Istrinya
berkata, "Kalau seperti itu cara Allah memperlakukanmu. Kutukilah
Allahmu dan mati sajalah." (Lazarus juga mestinya mengalami godaan
yang sama.) Lalu, bagaimana reaksi Ayub? Ia berkata, "Tuhan
(perhatikan kata 'Lord') yang memberikan, Tuhan pulalah yang
mengambil. Terpujilah nama Tuhan." Itulah contoh pemerintahan Allah
di dalam praktik. Ketika Anda menundukkan diri pada kedaulatan Allah,
maka setiap pujian Anda pasti bukan pujian yang murahan. Jika Anda
mampu berkata sama dalam keadaan seperti itu, itu berarti bahwa
Anda sudah memahami arti kedaulatan Kristus dalam hidup Anda.
Sama seperti Ayub, Lazarus juga kehilangan segalanya. Ia tidak punya
istri dan anak, dan ia harus duduk mengemis, tubuhnya dipenuhi
borok, dan ia duduk di atas debu. Ia menjadi sangat tidak berarti. Dan
sama juga seperti Ayub, Lazarus tidak sudi mengeluh. "Tuhan yang
memberi, Tuhan jugalah yang mengambil. Terpujilah nama Tuhan."
Saya harap Anda dapat melihat kualitas karakter mereka.
Saya juga berharap agar Anda memperhatikan betapa angkuhnya si
orang kaya ini ketika meminta Abraham agar menyuruh Lazarus
mengerjakan berbagai hal buatnya, seolah-olah Lazarus adalah
hambanya: Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke
dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam
nyala api ini... Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya
engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang
saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-
251 | C A H A Y A I N J I L
sungguh... Ini adalah contoh perbedaan kualitas karakter. Si kaya ini
tidak merasa malu untuk meminta. Ia tidak berpikir bahwa ia sendiri
tidak pernah berbuat sesuatu buat Lazarus, apa haknya untuk
menyuruh Lazarus melakukan berbagai hal buat dia? Ia tidak pernah
memberi apapun kepada Lazarus, tetapi sekarang ia menyuruh Lazarus
menaruh air di lidahnya! Dapatkah Anda melihat perbedaan kualitas
karakter antara keduanya? Yang kita lihat di sini memang bukan
sekadar perbedaan antara yang miskin dan yang kaya, tetapi juga
perbedaan kualitas kepribadian di antara keduanya.
Sekali anak tetap anak?
Si orang kaya yang dimasukkan ke Hades, neraka, memanggil
Abraham dengan sebutan 'Bapa'. Perhatikan bahwa Abraham
mengakuinya dan memanggil si kaya ini dengan sebutan 'Anak'. Ia
mengakui si kaya ini sebagai anak, sekalipun si anak berada di neraka.
Nah, tentunya Anda pernah mendengar ajaran yang berkata, "Sekali
anak tetap anak." Ajaran itu memang benar sekali! Si kaya ini tetaplah
anak walaupun ia berada di neraka. Abraham berkata, "Anak. Aku tidak
dapat menyeberang untuk menolongmu. Engkau juga tidak mungkin
bisa sampai ke sini. Jurang ini tidak dapat diseberangi." Persoalan yang
perlu diperhatikan adalah bahwa menjadi anak itu tidak menjamin dia
untuk masuk ke surga.
Sama seperti banyak orang Kristen, orang-orang Yahudi juga
melakukan kesalahan dengan mendasarkan keselamatan mereka pada
kedudukan sebagai anak Abraham. Anda dapat melihat pandangan
mereka itu dalam percakapan yang tertulis di Yohanes 8:39 dst. "Bapa
kami adalah Abraham, jadi kami pasti oke-oke saja." Itu adalah
perwujudan dari pandangan 'sekali anak tetap anak''. Perhatikan bahwa
orang kaya ini telah mati, namun ia tetap diakui sebagai anak.
Pembicaraan yang ia lakukan berlangsung di dunia lain. Abraham tidak
menyangkal bahwa dia adalah anaknya. Namun kedudukan sebagai
anak ternyata tidak membantunya sama sekali. Perhatikan juga
kepribadian Abraham yang sangat berbelas kasih. Ia tidak berkata
kepada orang ini, "Jangan berbicara kepada saya. Kamu tidak
mempunyai hak untuk berbicara kepada saya. Kamu telah menerima
apa yang kamu layak terima sekarang." Abraham tidak berbicara
seperti itu. Mereka yang mengenal Allah sebagai Raja adalah orang
yang sangat pengasih. Ia berkata, "Anak,...di antara kami dan engkau
terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau
252 | C A H A Y A I N J I L
pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ
kepada kami tidak dapat menyeberang." Dengan kata lain, Abraham
sedang berkata, "Maaf, nak. Aku tidak dapat menolongmu."
Pahami dengan baik bahwa jurang antara kerajaan Allah dengan
neraka itu tak terseberangi. Yesus memperingatkan kita bahwa jika
kita ingin menyeberang, maka kita harus melakukannya sekarang.
Sekarang atau tidak sama sekali. Pada hari penghakiman, Anda tidak
akan dapat melintasi jembatan apapun karena jurang itu tidak
terseberangi. Tidak ada jalan untuk menyeberang. Lakukan
penyeberangan di dalam hidup ini atau Anda tidak dapat menyeberang
sama sekali. Saya mohon Anda sekalian agar memahami hal ini dengan
baik. Tidak ada kesempatan kedua. Tidak ada acara menyeberang
jembatan nanti, dan tidak ada juga purgatori (api pencucian.) Seorang
sarjana ternama, Jeremias, menyatakan dalam bukunya yang
berjudul The Parables (Perumpamaan-perumpamaan,), "Sangat jelas
bahwa menurut perumpamaan ini Yesus tidak mengenal adanya
purgatori." Jurang itu tak terseberangi. Anda tidak akan pernah bisa
keluar dari satu sisi dan menyeberang ke sisi yang lain, tidak ada acara
pencucian dosa di neraka untuk kemudian menikmati sisa hidup di
surga. Menyeberanglah sekarang juga, di dalam hidup ini, jika tidak,
maka Anda akan berakhir selamanya di dalam neraka. Jurang itu sudah
ditetapkan dan akan terus ada sampai selama-lamanya. Ini adalah
ajaran alkitabiah yang sangat penting untuk dipahami.
Akan duduk di takhta kehormatan di kerajaan Allah atau
siksaan di Hades?
Cobalah untuk mengerti hal apa yang menjadi penghalang bagi
pemerintahan Allah. Di dalam dunia ini, kita mengagumi orang yang
kaya. Tidakkah Anda mengagumi orang-orang yang berkendaraan
mewah? Orang itu mungkin memiliki tiga atau empat garasi. Semakin
banyak garasinya, semakin tinggi status seseorang. Saya bahkan tidak
punya garasi, apa lagi banyak, hanya ada satu atap tambahan untuk
melindungi mobil. Secara umum, rata-rata setiap rumah punya satu
garasi, dan cukup banyak pula yang punya dua garasi. Ketika saya
melakukan khotbah keliling di bagian barat Kanada tahun lalu, saya
melihat banyak rumah dengan tiga garasi. Saya bingung, mana yang
lebih besar - rumahnya atau garasinya? Semakin kaya seseorang,
semakin tinggi statusnya, semakin dunia mengaguminya.
253 | C A H A Y A I N J I L
Kita rindu untuk bisa seperti ini - berpakaian jubah ungu. Saya tidak
tahu apa padanan yang sebanding dengan jubah ungu untuk zaman
sekarang ini. Saya tidak tahu pakaian seperti apa yang bernilai paling
tinggi. Mungkin mantel bulu binatang (mink coat)? Para lelaki zaman
sekarang juga mulai gemar memakai mantel bulu binatang. Dari koran-
koran yang saya baca, harga mantel-mantel tersebut paling murah
berkisar antara $2.000 sampai $3.000! Saya tidak berani melangkah di
jalanan dengan mantel seharga itu. Entah apa yang akan terjadi pada
saya jika saya keluyuran dengan baju semahal itu. Lagi pula, untuk
bisa memiliki baju semahal itu, saya harus mengorbankan semua harta
saya! Kebanyakan orang tidak pernah punya uang sampai sebanyak
$2.000 di dalam rekening banknya, apa lagi memiliki mantel bulu
seharga itu! Akan tetapi kita di dunia ini cenderung menggandrungi
orang kaya seperti si kaya dalam perumpamaan ini.
Namun Yesus berkata, "Jika pikiranmu seperti itu, maka engkau tidak
layak bagi kerajaan Allah. Engkau masih belum mengerti arti kerajaan
Allah. Cinta pada kekayaan telah menghalangi langkahmu dalam
menerima pemerintahan Kristus di dalam hidup Anda." Akan tetapi
siapa yang mau mengalami keadaan seperti si Lazarus ini? Itulah
persoalannya! Hal apa yang menghalangi Anda dalam menerima
kerajaan Allah? Hal apa yang menghalangi Anda dalam menerima
Yesus sebagai Tuan dan Penguasa di dalam hidup Anda? Hal apa yang
menjadi penghalang bagi komitmen total Anda? Itulah pertanyaan yang
diajukan oleh Tuhan kepada Anda. Dan Tuhan sendiri yang memberi
jawaban, yaitu, "Kasihmu kepada dunia, kepada kekayaan, itulah
penghalangnya."
Kiranya Allah berkenan membuka pengertian kita untuk dapat melihat
betapa kekayaan itu hanya bersifat sementara saja, supaya kita tidak
bernasib sama dengan si orang kaya ini, yang terlambat menyadari
kekeliruannya. Sesudah menjadi penghuni tetap di tempat yang salah,
baru ia tersadar, "Hei, saya rugi besar! Si Lazarus sekarang malah
duduk di paangkuan Abraham!" Berada di pangkuan seseorang di
dalam masyarakat Yahudi berarti duduk bersampingan dengan orang
tersebut. Pada zaman itu, jika ada pesta perjamuan, maka tamu
kehormatan akan duduk paling dekat dengan tuan rumah, dan posisi
itu disebut dengan istilah 'duduk di pangkuan tuan rumah.' Sekadar
ungkapan untuk menyatakan bahwa posisi itu sangat terhormat. Dan di
dalam kerajaan Allah, Lazarus telah mendapat tempat yang terhormat.
254 | C A H A Y A I N J I L
Mengalami mukjizat bukan jaminan bahwa seseorang akan
berkomitmen secara total kepada Tuhan
Yang terakhir, perhatikan bahwa si orang kaya ini masih mencoba
untuk berdalih. Ia berkata, "Jika saya berkesempatan untuk melihat
orang yang bangkit dari kematian, pasti saya akan percaya. Tetapi
saya tidak mendapat kesempatan itu. Sudikah Bapa menyuruh Lazarus
datang kepada saudara-saudara saya? Dengan kesaksian dari orang
yang bangkit dari kematian, mereka pasti akan percaya." Tetapi
Abraham menjawab, "Sekalipun didatangi oleh orang yang
dibangkitkan dari kematian, mereka tidak akan percaya." Karena
persoalannya bukan terletak pada apakah Anda telah melihat mukjizat
atau belum, persoalannya terletak pada hubungan antara Anda dengan
dunia. Pahamilah poin ini baik-baik.
Sebagaimana biasanya, Yesus melakukan hal yang indah di dalam
membuktikan pandangan-Nya. Di dalam Yohanes pasal 11, Ia benar-
benar membangkitkan seseorang yang bernama Lazarus dan
membuktikan bahwa sekalipun Ia telah membangkitkan orang
mati, orang-orang tetap saja tidak mau percaya. Yesus telah
memberi bukti. Ketika Lazarus dibangkitkan dari dalam kubur, apakah
orang-orang Yahudi menjadi percaya? Ternyata tidak, dan hal ini
menguatkan pandangan Yesus. Akan tetapi, jika Yesus tidak
membangkitkan seseorang dari kematian, orang banyak akan segera
berkomentar, "Engkau tidak boleh berkata bahwa kesaksian orang
yang bangkit dari kematian tidak memiliki pengaruh karena Engkau
sendiri tidak punya bukti akan hal itu." Dan tindakan Yesus dalam
membangkitkan Lazarus dari kematian adalah bukti nyata yang
mendukung pendapat-Nya, bahwa kesaksian orang yang dibangkitkan
dari kematian tidak akan berpengaruh apa-apa.
Allah sudah sangat bermurah hati kepada kita, bahkan Ia memberi kita
kesempatan untuk menerima Yesus sebagai Raja atas hidup kita. Pada
Hari Penghakiman nanti, tidak ada alasan apapun yang dapat kita
ajukan!
255 | C A H A Y A I N J I L
Perumpamaan tentang Hamba yang Tidak bergunaa
Lukas 17:5-10 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang, Montreal
Hari ini kita kembali akan mempelajari Firman-Nya yang indah dan
tidak pernah gagal itu. Kali ini, kita akan membahas pengajaran Yesus
dari dalam Lukas 17:5-10. Ini adalah ayat-ayat yang sangat penting.
Kita sedang mempelajari perumpamaan-perumpamaan dari Injil Lukas,
dan perumpamaan ini sebenarnya terdapat di Lukas 17:7-10, akan
tetapi kita tidak dapat mengabaikan dua ayat sebelum perumpamaan
itu karena perumpamaan ini pada dasarnya adalah penjelasan kepada
kedua ayat tersebut. Perikop ini sangatlah penting. Perumpamaan yang
terdapat di dalam ayat 7-10 ini kadang kala diberi judul, Perumpamaan
tentang Hamba-hamba yang Tidak Berguna. Sesekali memang terasa
sangat susah untuk mencarikan judul yang tepat buat sebuah
perumpamaan.
Mari kita baca Lukas 17:5-10, dan saya ingin agar Anda
memperhatikan kata 'Lord (Tuan)'. Di dalam Perumpamaan tentang
Orang kaya dan Lazarus, kita melihat bahwa tema sentral dari ajaran
Yesus adalah kerajaan Allah, tentang Yesus sebagai Penguasa, bukan
sekadar sebagai Juruselamat. Di dalam perumpamaan kali ini, Dia
secara konstan disebut dengan panggilan "Lord". Tentu saja Dia adalah
Juruselamat kita. Tidak perlu disangsikan lagi bahwa Dia adalah
Juruselamat kita, akan tetapi Ia adalah Juruselamat bagi orang-orang
yang menerima Dia sebagai Lord.
Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!"
Jawab Tuhan: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji
sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah
engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu."
"Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang
membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada
hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan!
Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah
makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku
makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.
Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah
melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? Demikian jugalah kamu.
Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan
256 | C A H A Y A I N J I L
kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang
tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
Para rasul memiliki "iman", tetapi bukan jenis iman yang dapat
bertumbuh
Apa yang sedang diajarkan oleh Yesus di sini? Mari kita kembali ke ayat
5, dan kita akan melihat bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan para
rasul di sini. Pada sebagian besar peristiwa, Dia biasanya berbicara
kepada para murid, akan tetapi kali ini ia berbicara secara khusus
kepada para rasul, kedua belas orang itu. Dan kita biasanya selalu
mengira bahwa para rasul ini adalah kelompok elit, orang-orang hebat,
golongan atas di dalam lingkungan para murid. Namun kali ini mereka
berkata, "Tambahkanlah iman kami."
Dan di dalam menjawab pertanyaan serta permintaan tersebut, Yesus
menjelaskan tentang hal betapa pentingnya memiliki iman dan apa
yang dapat dilakukan dengan iman. Tentunya para rasul cukup
memahami akan hal ini. Dan itu sebabnya mereka meminta tambahan
iman. Jika iman itu tidak penting, tentunya tidak berguna meminta
tambahan iman. Mereka sudah menyadari arti pentingnya peningkatan
iman, akan tetapi Yesus mendorong topik ini lebih jauh lagi. Dan
sesudah menyatakan betapa pentingnya memiliki iman, Ia lalu
menyampaikan perumpamaan ini. Apa hubungannya dengan
perumpamaan ini? Apa jawaban Yesus terhadap permintaan untuk
menambahkan iman itu? Itulah tepatnya hal yang perlu kita pelajari
sekarang.
Pertama-tama, mari kita perhatikan kata-kata, tambahkanlah iman
kami. Tentu saja, jika Anda tidak memiliki iman, tentunya tidak ada
yang bisa ditambahkan. Jika Anda tidak memiliki uang tabungan di
bank, maka Anda tidak akan dapat mengharap adanya peningkatan
jumlah tabungan. Anda tidak dapat meningkatkan sesuatu yang tidak
ada. Jika para rasul itu tidak memiliki iman, mereka tidak akan
meminta tambahan iman. Mereka pasti akan berkata, "Berikanlah kami
iman. Kami belum memiliki iman." Anda baru bisa meminta tambahan
iman kalau Anda sudah memiliki iman. Harus ada tanaman yang dapat
bertumbuh terlebih dahulu sebelum kita bisa melihat adanya
pertumbuhan. Demikianlah, kita baru bisa berbicara tentang
pertumbuhan jika sebelumnya sudah ada kehidupan. Tanpa adanya
kehidupan, maka tidak akan ada pertumbuhan. Jadi kita dapat melihat
257 | C A H A Y A I N J I L
di sini bahwa para rasul itu sudah memiliki iman, dan mereka meminta
iman mereka ditumbuhkan. Hal ini penting untuk diperhatikan dan
dipahami. Ini bukanlah suatu pengakuan bahwa para rasul tidak
memiliki iman, melainkan pengakuan bahwa iman mereka tidak cukup
besar.
Iman yang dapat bertumbuh harus lengkap dengan kehidupan
yang fungsional dari Allah
Apa jawaban Yesus? Ia menjawab, "Kalau sekiranya kamu mempunyai
iman sebesar biji sesawi saja." Apakah Anda mengira bahwa iman para
rasul itu bahkan tidak sebesar biji sesawi? Padahal di ayat sebelumnya,
mereka menyimpulkan bahwa mereka memiliki sedikit iman. Namun
Yesus berkata, "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman," suatu
pernyataan hipotetis, menganggap bahwa mereka tidak mempunyai
iman yang seperti itu. Yesus berkata, "Kamu tidak punya iman sebesar
biji sesawi." Pernyataan ini sangat membingungkan. Apakah itu berarti
bahwa para rasul itu imannya tidak sebesar biji sesawi? Apakah itu
berarti bahwa seseorang dapat menjadi rasul sekalipun ia tidak
memiliki iman sebesar biji sesawi?
Biji sesawi adalah benih tanaman yang paling kecil di antara semua
benih yang ditanam oleh petani di Palestina. Namun biji sesawi
sebenarnya bukanlah benih yang paling kecil di dunia. Ada benih lain
yang lebih kecil lagi, yaitu benih tanaman poppy (pohon apiun). Namun
ini bukanlah persoalan penting karena para petani di Palestina tidak
menanam poppy, jadi mereka tidak mengenalnya saat itu. Yang
penting adalah bahwa di dalam pemahaman para petani di Palestina
saat itu, biji sesawi adalah benih yang terkecil yang mereka kenal. Dan
jika Anda pernah melihat biji sesawi, maka Anda akan setuju akan
betapa kecilnya benih tersebut. Sukar dilihat karena ukurannya yang
sangat kecil. Namun, kembali pada persoalan utama kita, apakah itu
berarti bahwa para rasul ini imannya bahkan tidak sampai sebesar biji
sesawi? Jika Anda berpikir dalam kerangka ukuran, maka Anda telah
keliru dalam memahami maksud ajaran Yesus. Benih sesawi memang
berukuran sangat kecil, akan tetapi ia memiliki isi yang lengkap
(komplit). Yang penting bukanlah ukurannya, melainkan
kelengkapannya (completeness). Demikianlah, jika Anda berpikir
tentang ukuran, maka Anda telah salah jalur.
258 | C A H A Y A I N J I L
Jelas sekali bahwa iman tidak dinilai berdasarkan ukuran atau
kuantitasnya. Iman dinilai berdasarkan kualitasnya. Tidak ada gunanya
memiliki sesuatu yang sangat besar tetapi mati seperti batu. Apa
gunanya memiliki iman sebesar gunung karang di selat Gibraltar?
Gunung karang adalah benda mati. Ia tidak akan pernah bertumbuh
lagi. Anda tidak akan dapat menumbuhkan gunung karang Gibraltar,
karena yang sudah mati tidak akan bisa bertumbuh. Para rasul
berbicara tentang pertumbuhan dan Yesus menyatakan bahwa yang
bisa bertumbuh hanya sesuatu yang dilengkapi dengan kehidupan. Dan
sebiji benih memiliki kehidupan. Yesus sedang berkata bahwa sekalipun
mereka memiliki iman, akan tetapi iman mereka tidak lengkap. Sebiji
benih memang sangat kecil namun sempurna. Pernahkah Anda
memperhatikan kesempurnaan sebiji benih? Jika ia tidak sempurna
maka ia tidak akan bertumbuh. Jadi Anda dapat melihat sekarang
bahwa Yesus dengan sangat indah dan sempurna memberikan jawaban
atas pertanyaan mereka.
Ia menjawab, "Imanmu masih kurang lengkap. Ia masih kurang
sempurna. Apakah kamu ingin menumbuhkan iman? Satu-satunya
jalan untuk itu adalah dengan pertama-tama memastikan
kesempurnaannya. Iman yang kamu miliki, jika tidak sempurna, maka
ia tidak akan bertumbuh. Kamu meminta agar Aku menambahkan
imanmu. Imanmu itu akan bertumbuh jika ia lengkap, sempurna. Biji
sesawi memang sangat kecil. Tapi lihatlah dengan cermat, lewat kaca
pembesar, maka kalian akan melihat bahwa ia sempurna. Ia memang
kecil tetapi sudah lengkap, tidak kekurangan apa-apa. Jika kamu ingin
memiliki iman yang bertumbuh, maka imanmu itu harus sempurna.
Yang tidak sempurna tidak akan bertumbuh. Ada sesuatu yang hilang
dari imanmu, sesuatu yang membuat imanmu sama dengan benda
mati, karena ia tidak bisa bertumbuh. Kamu tidak memiliki jenis iman
yang dapat bertumbuh karena tidak dilengkapi dengan kehidupan yang
fungsional dari Allah."
Kata Yunani yang sama (yang berarti 'menambahkan') juga dipakai
oleh Yesus di dalam Matius 6:27, "Siapakah di antara kamu yang
karena kekhawatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan
hidupnya?" Apakah dengan kekhawatiran Anda bisa meninggikan
badan? Kekhawatiran jelas tidak menambah tinggi badan Anda.
Seorang bayi yang ingin bertumbuh besar, harus memiliki dasar
pertumbuhan yang sempurna. Jika ada kekurangan atau cacat, akibat
259 | C A H A Y A I N J I L
penyakit keras atau pun cacat bawaan, maka bayi itu tidak akan
bertumbuh. Anda tentu tahu tentang anak-anak yang kekurangan
hormon untuk pertumbuhan. Sejak lahir, mereka kekurangan hormon
tersebut, sehingga mereka tidak dapat bertumbuh. Di zaman sekarang
ini para dokter mencoba untuk mengembangkan obat yang bisa
berperan sebagai hormon pertumbuhan itu untuk membantu bayi-bayi
yang kekurangan hormon itu dapat tetap bertumbuh. Jadi, hanya benih
yang lengkap (komplit), yang tidak ada kekurangannya, yang akan
mampu bertumbuh. Inilah prinsip dasar kehidupan.
Mengapa menanam sebatang pohon di laut?
Demikianlah, Yesus berkata, "Sekiranya kamu memiliki iman sebesar
biji sesawi saja, namun dilengkapi dengan hidup Allah di dalamnya,
sempurna tanpa cacat seperti halnya biji sesawi itu, maka kamu akan
bisa berkata kepada pohon ara (lebih tepatnya adalah pohon murbei)
ini, 'Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut,' maka ia akan
taat kepadamu." Pohon murbei terdiri dari jenis murbei hitam dengan
murbei putih. Pohon murbei biasanya tumbuh sangat besar. Sangat
kuat dengan akar yang sangat dalam dan kuat. Orang-orang China
tentunya tahu apa itu pohon murbei, dalam bahasa China
disebut shuang shu. Saya biasa memakai daun murbei untuk memberi
makan ulat sutera. Memelihara ulat sutera dan menyaksikan
pertumbuhan mereka menjadi kepompong dan akhirnya keluar sebagai
kupu-kupu sangatlah mengasyikkan. Akan tetapi, di Israel, bukan jenis
murbei seperti itu yang ditanam karena orang Israel tidak
memproduksi kain sutera. Yang ada di Israel adalah jenis murbei hitam
yang ditanam untuk diambil buahnya. Buahnya terlihat
seperti blackberry namun terasa lebih enak, seperti raspberry.
Jadi dengan jenis iman yang tepat, Anda bisa berkata kepada pohon
murbei yang besar itu, "Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam
laut," bukannya terlempar ke dalam laut. Perhatikan baik-baik bahwa
yang dikatakan adalah tertanamlah di dalam laut. Sejak kapan sebuah
pohon ditanam di dalam laut? Kita tentunya menanam pohon di tanah
kering. Pernahkah Anda mendengar tentang pohon yang ditanam di
laut? Tuhan memang sedang menyampaikan sesuatu yang luar biasa di
sini. Jika Anda memiliki iman, maka atas perintah Anda, sebatang
pohon bisa tercabut dari tanah dan tertanam, bukannya terjatuh, di
dalam laut. Di Kanada, kadang-kadang kita bertemu sebatang pohon
yang tergeletak di tepian sungai, dan daun-daunnya masih tampak
260 | C A H A Y A I N J I L
hijau. Mungkin pohon tersebut baru saja rubuh diterjang banjir. Pohon
itu terjatuh, bukannya ditanam. Kata 'tertanam' adalah kata yang
memiliki makna pertumbuhan. Jadi, di sini Yesus sedang berkata,
"Kalian meminta pertambahan, akan tetapi Aku akan berbicara tentang
pertumbuhan, tentang kehidupan."
Perlu saya jelaskan di sini bahwa kata yang diterjemahkan dengan kata
'laut' adalah kata yang biasa dipakai untuk menyebut Danau Galilea,
kata laut sering dipakai untuk menyebut tentang Danau Galilea di
dalam kitab Injil. Jadi Yesus tidak sedang berbicara tentang samudera
raya. Pembahasan makna laut ini memang tidak terlalu menentukan
makna perumpamaan seluruhnya. Penjelasan ini hanya untuk menjaga
keakuratan saja, yaitu agar kita selalu ingat bahwa yang dimaksud
dengan laut di sini adalah Danau Galilea itu. Jadi kita tidak sedang
berbicara tentang menanam pohon di air asin.
Namun kita perlu menanyakan suatu hal, apa tujuan yang dapat
dibayangkan dalam menanam pohon di laut ini? Apakah hanya untuk
memamerkan kuasa gaib? Atau sekadar untuk menunjukkan seberapa
besar kuasa yang dimiliki? Jika ada orang yang memiliki kuasa seperti
itu, tentu Yesuslah orangnya. Namun pernahkah Anda membaca bahwa
Ia pernah menanam pohon di laut? Atau memindahkan gunung ke laut?
Apa gunanya melakukan hal-hal seperti itu? Tampaknya seperti suatu
pameran sia-sia. Sangat tidak berguna. Dapatkah Anda
membayangkan situasi di mana Anda perlu berkata, "Baiklah, mari kita
pindahkan pohon ini ke laut dan biarkan ia tumbuh di sana"? Apa
gunanya?
Yesus sedang berbicara secara rohaniah
Ingatlah selalu bahwa setiap kali Yesus menyampaikan sesuatu, Ia
sedang berbicara secara rohaniah. Bukan berarti bahwa seorang hamba
Allah tidak dapat memindahkan sebatang pohon ke laut jika memang
dibutuhkan. Suatu hari nanti, Anda mungkin harus memberikan tanda
sebagai seorang nabi Allah, dan mukjizat itu bisa merupakan suatu
tanda. Namun biasanya, hal-hal seperti itu tidak perlu dilakukan. Selain
itu, ada satu makna yang jauh lebih indah di dalam kalimat tersebut
ketimbang makna harfiahnya. Apa makna rohani dari kalimat itu?
Dengan mencari makna rohaninya, kita akan dapat melihat apa yang
sedang disampaikan oleh Yesus. Jika Anda sudah akrab dengan gaya
parabolik dari Alkitab (kata parable atau perumpamaan memang
261 | C A H A Y A I N J I L
berkaitan dengan gaya bahasa parabolik), maka Anda akan dapat
memahami apa yang sedang Yesus sampaikan.
Pohon di dalam Alkitab adalah lambang yang lazim bagi
manusia
Pohon sering dipakai sebagai lambang bagi manusia di dalam Alkitab.
Manusia seringkali diibaratkan seperti sebatang pohon. Sebagai contoh,
Hakim-hakim 9:7-15 atau Mazmur 1:3, mazmur terkenal yang
menyebutkan tentang orang benar yang seperti pohon, yang ditanam
di tepi aliran air, atau Yesaya 56:3, atau Lukas 23:31. Semua ayat
tersebut menunjukkan kepada Anda bahwa manusia seringkali
dilambangkan sebagai sebatang pohon, hutan, atau yang sejenisnya,
tergantung apakah yang ditunjuk adalah seseorang atau satu bangsa.
Jika mencakup banyak orang, gambarannya mungkin dengan kata
hutan. Jika hanya satu, atau beberapa orang, mungkin cukup dengan
sebatang atau beberapa pohon. Hal ini sangat perlu kita perhatikan.
Jadi Yesus di sini sedang berbicara tentang manusia.
Dan Anda tentu ingat bahwa di dalam Perumpamaan tentang Penabur
Benih di dalam Matius 13, "dapat berakar" mempunyai arti mampu
berpegang dan masuk lebih jauh ke dalam sesuatu. Ini juga adalah
suatu bahasa perlambangan.
Juga di dalam Yudas ayat 12, di sini Yudas membandingkan orang yang
mendua hati dengan pohon yang tercabut sampai ke akarnya. Mereka
"tercabut, dan benar-benar mati". Jadi kita dapat melihat bahwa
Alkitab sering memakai pohon sebagai lambang bagi manusia.
Pencangkokan (Transplantasi) adalah gambaran keselamatan di
dalam Alkitab
Dalam perumpamaan ini, kita melihat adanya pohon yang dicabut dari
tempat ia biasa tumbuh ke tempat yang sama sekali baru baginya,
tempat yang bukan habitat biasanya. Ini adalah hal yang sangat
penting untuk kita perhatikan.
Apa yang terjadi dengan Anda ketika Anda diselamatkan? Apa yang
terjadi dengan Anda ketika Anda menjadi orang Kristen sejati? Ketika
seseorang menjadi seorang Kristen sejati, terjadi pencangkokan. Anda
dipindahkan, menurut Petrus di dalam 1 Pet.2:9, keluar dari kegelapan
kepada terang-Nya yang ajaib. Paulus juga berkata di dalam Kolose
262 | C A H A Y A I N J I L
1:13, Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan
kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih.
Pencangkokan atau pemindahan adalah gambaran dari keselamatan di
dalam Alkitab. Jika Anda masih belum dipindahkan, jika Anda masih
belum dicangkokkan, berarti Anda masih belum diselamatkan. Namun
setiap orang yang diselamatkan dengan mengakui kepenguasaan dan
kejuruselamatan Kristus pasti dipindahkan keluar dari kegelapan
kepada terang-Nya yang ajaib, ke dalam kerajaan-Nya. Ini adalah
gambaran yang sangat indah, sangat luar biasa.
Dicabut dari kebiasaan berpegang pada dunia kepada hidup
baru di dalam kerajaan Allah
Dan di sini, kita juga melihat bahwa sama seperti akar sebuah pohon
yang mencengkeram lumpur dan tanah, begitu pula halnya dengan
manusia duniawi mencengkeram dunia ini. Manusia duniawi tidak rela
melepaskan dunia ini. Seperti akar, hatinya memeluk erat dunia ini.
Namun ketika Anda menjadi seorang Kristen maka Anda akan tercabut
dari tanah dan dicangkokkan ke dalam lingkungan baru yang bukan
merupakan lingkungan alami Anda, sebagaimana yang dikatakan oleh
Paulus di dalam Roma 11:17. Kita dicangkokkan, ditanam ke dalam
keadaan yang baru, seperti cabang zaitun liar yang dicangkokkan ke
pohon zaitun sejati. Dan perpindahan ini memang bertentangan dengan
kodrat alam. Diselamatkan berarti masuk dalam hidup yang
bertentangan dengan kodrat alam. Anda dicabut dari tanah tempat
Anda biasanya menjalani hidup ini, yaitu kehidupan duniawi, dan Anda
dicangkokkan ke dalam hidup yang baru di dalam kerajaan Allah. Tentu
saja Anda akan mendapati bahwa kehidupan di dalam kerajaan Allah ini
sangat asing bagi Anda. Kehidupan di kerajaan Allah adalah kehidupan
rohani. Sekarang Anda masuk ke dalam terang Allah yang ajaib.
Selama ini hidup Anda jalani dalam kegelapan. Itulah tempat yang
akrab dengan diri Anda. Anda tahu apa itu kegelapan, tetapi Anda tidak
tahu apa itu terang. Ketika Anda menjadi seorang Kristen, Anda
dipindahkan ke dalam terang-Nya yang ajaib.
Laut adalah simbol kehidupan rohani dan pembersihan
Di dalam Alkitab, air seringkali menjadi gambaran tentang kehidupan
rohani. "Marilah kepadaKu, kamu yang kehausan," demikian kata
Yesus. Akan tetapi keadaan kering, ketidaksuburan, tanah gurun
263 | C A H A Y A I N J I L
adalah gambaran dari maut. Namun, di mana ada air, maka di situ ada
kehidupan. Dan Danau Galilea (seperti yang kita bahas sebelumnya,
kata yang diterjemahkan dengan laut adalah Danau Galilea) adalah
suatu tempat yang penuh dengan kehidupan. Ada berbagai jenis ikan
yang hidup di sini. Danau ini sangat subur, berbeda dengan Laut Mati
yang mematikan. Tidak ada ikan yang bisa hidup di sini karena
pekatnya kandungan mineral di danau ini. Akan tetapi Danau Galilea
adalah tempat yang penuh kehidupan. Itulah gambaran air di sini.
Namun ada hal yang lebih penting lagi. Di dalam Raja-raja 7:23, kita
membaca tentang laut yang terletak di depan Bait Allah. Sebenarnya
itu adalah sebuah kolam besar air pembasuhan. Kolam besar itu juga
disebut 'laut'. Dan laut yang ini berfungsi untuk membersihkan. Kolam
ini dipakai oleh para imam untuk membersihkan diri dan juga peralatan
yang dipakai dalam upacara kurban. Jadi, laut dapat memiliki makna
pembersihan dan juga kehidupan.
Dan yang luar biasa, di dalam Wahyu 4:6 kita juga melihat bahwa di
hadapan takhta Allah ada laut yang bening seperti kristal. Begitu
murni, begitu transparan, melambangkan kemurnian laut yang
membersihkan. Rasul Yohanes tidak menyebutnya lautan kristal, tetapi
lautan kaca karena ia tidak tahu bagaimana menjelaskan
kemurniannya yang sempurna itu.
Bagaimana bisa memperoleh kuasa? - Saat iman Anda
bermakna 'Yesus secara mutlak adalah Penguasa dan Pemilik
saya'
Jadi hal yang sedang disampaikan oleh Yesus adalah, "Jika kamu
memiliki iman, maka kamu akan dapat berkata kepada sebatang pohon
untuk tercabut dan tertanam di tempat lain." Perhatikan bahwa ini
semua dikerjakan oleh kata-kata. Jadi iman tidak membuat Anda
menjadi sekuat Simson dan Anda lalu mencabut pohon itu sampai ke
akarnya, menancapkannya di laut dan berkata, "Kamu tinggal di situ!"
dan pohon itu menurut. Tidak. Anda bahkan tidak usah bergerak. Kata-
kata Andalah yang mengerjakan semuanya. Kamu dapat berkata pada
pohon ara ini. Kata-kata yang terucaplah yang memiliki kuasa itu.
Sungguh luar biasa!
Ada dua jenis pengkhotbah. Pertama adalah pengkhotbah yang
berbicara dan berbicara tanpa terjadi sesuatu apa pun. Yang kedua
264 | C A H A Y A I N J I L
adalah pengajar yang membicarakan sesuatu dan sesuatu itu terjadi.
Apa bedanya? Apakah karena pengajar yang satunya lebih baik?
Apakah karena ia telah menjalani pelatihan yang lebih banyak
ketimbang yang lainnya? Apakah karena dia berpendidikan sekolah
Alkitab dan banyak belajar tentang cara berkhotbah? Tidak. Tidak ada
kaitannya sama sekali dengan itu semua. Ada sangat banyak
pengkhotbah yang lihai berpidato, ahli khotbah yang tidak pernah
menghasilkan peristiwa apapun. Lalu tampil seseorang yang rendah
hati dan tidak menguasai teknik berkhotbah yang baik, pada saat
berbicara ia seperti sulit mengeluarkan kata-kata, namun ketika ia
berbicara, Allah mengizinkan banyak hal terjadi. Sebagaimana yang
pernah saya sampaikan kepada Anda, kadang-kadang ketika John
Wesley berkhotbah, ia hanya sekadar membaca naskah khotbahnya.
Akan tetapi, begitu banyak orang yang berlutut dan menangis di
hadapan Allah, padahal ia berkhotbah tanpa ekspresi apa pun. Itulah
kuasa dari Firman yang diucapkan! Ini adalah hal yang sangat penting.
Yang Yesus sampaikan adalah, "Kalau sekiranya kamu memiliki iman
seperti benih sesawi, yang kecil tetapi lengkap - dibentuk dengan
sempurna berikut kehidupan yang fungsional, tanpa ada bagian yang
hilang, maka kamu akan bisa berkata kepada pohon murbei yang besar
itu dan ia akan menuruti kamu." Mengapa bisa begitu? Apakah karena
Anda telah menjadi tukang sihir? Tidak. Melainkan karena hidup Allah
telah bekerja di dalam iman Anda dan kuasa Allah akan bekerja melalui
diri Anda. Yang terjadi adalah kuasa Allah sedang menggenapi tujuan-
Nya. Jika Anda hidup di dalam persekutuan kasih seperti ini dengan
Allah, di dalam hubungan yang berserah sepenuhnya dan secara
sempurna kepada Dia - dan inilah yang disebut iman - lalu saat Anda
menyampaikan Firman-Nya, maka akan segera terjadi banyak hal.
Orang-orang akan mulai berubah. Orang-orang akan banyak yang
dilahirkan kembali. Akan banyak orang yang dipindahkan dari
kegelapan masuk ke dalam terang-Nya yang ajaib, dari kerajaan dunia
ke dalam kerajaan Anak-Nya. Sungguh indah!
Saya sampaikan kepada Anda, jika Anda ingin memberitakan Firman,
sampaikanlah dengan penuh kuasa. Apa gunanya memberitakan Injil
tanpa kuasa? Dan kuasa itu tidak akan Anda dapatkan dari sekolah
Alkitab. Bukan dari sekolah tinggi ilmu agama. Perhatikan kata-kata
saya. Saya sudah melalui jenjang pendidikan tersebut dan saya tidak
mendapatkan kuasa itu dari sana. Saya memang tidak sekolah di
265 | C A H A Y A I N J I L
seminari, melainkan di fakultas ilmu ketuhanan (Faculty of Divinity) di
sebuah universitas umum, yang tentunya sama saja. Anda tidak akan
mendapatkan kuasa dari lingkungan seperti ini.
Dari mana Anda akan memperoleh kuasa itu? Dari Allah sendiri.
Bagaimana cara memperoleh kuasa dari Allah? Dengan jalan memiliki
iman yang sama seperti sebiji benih sesawi. Betapa kita rindukan kuasa
ini, ketika kita menyampaikan firman Tuhan, Firman tersebut ditaati!
Orang-orang akan dikeluarkan dari kerajaan kegelapan menuju
kerajaan Anak-Nya yang kekasih. Tapi bagaimana mendapatkan kuasa
ini? Inilah pertanyaan yang perlu kita bahas.
Sangatlah penting untuk diperhatikan bahwa ada dua hal yang
diperbandingkan lewat sebiji benih sesawi di dalam Injil Lukas
ini: kerajaan Allah (Luk. 3:19) dan iman (Luk. 17:6). Jadi
terdapat kesejajaran antara kerajaan Allah dengan iman.
Apa itu kerajaan Allah? Saya sudah pernah membahas sebelumnya.
Kerajaan Allah adalah pemerintahan Allah, kedaulatan-Nya atas hidup
kita, kedudukan-Nya sebagai Penguasa dan Tuan di dalam hidup kita,
pemerintahan-Nya atas hidup kita. Dan apa itu iman? Iman adalah
tanggapan yang penuh dan utuh pada kepenguasaan-Nya atas hidup
kita. Itulah iman. Jadi keduanya adalah dua aspek dari hal yang sama.
Pemerintahan Allah sebagai raja ke atas hidup kita tidak akan ada
artinya jika kita tidak menanggapinya dalam komitmen yang total.
Perhatikan kata 'total'. Jika komitmen Anda tidak total, maka iman
Anda tidak sempurna. Jika tidak sempurna, berarti ada yang kurang.
Jika ada yang kurang, berarti tidak bisa bertumbuh. Tidak akan
memiliki kuasa. Mengertikah Anda apa maksudnya? Tidak heran
jika biji sesawi dalam saat yang bersamaan bisa melambangkan
kepenguasaan Kristus dan komitmen total kita
kepadanya karena keduanya memang merupakan dua sisi dari hal
yang sama. Kedua hal tersebut begitu erat kaitannya sehingga Anda
tidak boleh memisahkannya. Apa arti kepenguasaan Kristus dalam
praktiknya? Artinya adalah komitmen total kepada Dia sebagai Tuan
dan Penguasa kita. Satu pokok yang dijelaskan dari sisi yang berbeda.
Ini adalah hal yang sangat perlu kita perhatikan. Kita harus lebih
menghayati lagi apa arti berkomitmen total atau apa artinya saat Yesus
sepenuhnya adalah Penguasa atas hidup kita. Kedua hal itu adalah dua
sisi dari satu hal yang sama. Karena tidak ada perbedaan dalam
266 | C A H A Y A I N J I L
makna, maka keduanya bisa digambarkan dengan sangat sempurna
lewat contoh biji sesawi.
Tanyalah diri Anda sendiri, "Dapatkah saya menyampaikan Firman
Allah berikut kuasanya?" Jawaban atas pertanyaan itu sangat
bergantung pada jawaban atas pertanyaan ini: Apakah saya benar-
benar telah menundukkan diri kepada Yesus sebagai Penguasa (Lord)?
Apakah Yesus telah menjadi Tuan dalam setiap segi kehidupan saya?
Apakah Anda dapat dengan jujur mengakui bahwa Yesus adalah
Penguasa dan Tuan atas segala segi kehidupan Anda? Adakah bagian
dari hidup Anda yang tidak Anda tempatkan di bawah kepenguasaan-
Nya? Itulah makna sesungguhnya dari komitmen total. Itulah makna
sesungguhnya dari pemerintahan dan kedaulatan Kristus. Jika Yesus
sekarang ini menyuruh Anda untuk pergi ke suatu tempat, apakah
Anda akan segera pergi tanpa ragu-ragu, dan tanpa membantah?
Apakah Anda akan melakukan segala kehendak-Nya? Apakah Anda
bersedia untuk 'membunuh' segala 'berhala' (benda atau manusia)
yang telah menggusur kedudukan Yesus sebagai Penguasa atas hidup
Anda, seperti Abraham yang bersedia mengorbankan Ishak? Apakah
Anda akan menaruh segala harapan dan keamanan Anda pada Tuhan,
dan bukannya pada pernikahan, keluarga, uang, kedudukan,
pendidikan, profesi, pekerjaan ataupun gaya hidup Anda? Apakah Anda
bersedia untuk tunduk sepenuhnya kepada Dia dan hanya mengerjakan
kehendak-Nya saja dan bukan kehendak pribadi Anda? Itulah
pertanyaannya. Jika tidak ada kesediaan dari Anda, maka itu berarti
bahwa Anda akan begitu terikat dengan keinginan dan berhala Anda.
Anda akan hidup tanpa arah dan tujuan, di dalam kekosongan dan
penyesalan. Anda sedang mengarah pada kebinasaan. Anda tidak akan
mampu melayani Dia dengan kuasa. Anda tidak akan mengalami
kuasa-Nya dalam hidup Anda.
Tidak semua hamba Allah adalah orang yang berkomitmen total
Perhatikan lagi, kepada siapa Yesus menyampaikan ucapan-Nya ini?
Kepada para rasul. Para rasul ini sudah meninggalkan segalanya untuk
mengikut Yesus. Mestinya mereka ini adalah orang-orang yang
berkomitmmen total. Sayang sekali. Saya sudah pernah membahasnya
dulu, dan saya sampaikan sekali lagi, jangan menganggap bahwa
setiap penginjil adalah orang yang berkomitmen total. Jauh dari
bayangan seperti itu! Jangan pernah berpikir bahwa semua
pengkhotbah adalah orang yang berkomitmen total. Kebanyakan malah
267 | C A H A Y A I N J I L
tidak! Jangan pernah memandang bahwa setiap pekerja Kristen adalah
orang yang berkomitmen total. Tidak selalu begitu. Jangan pernah
menganggap para misionari punya komitmen total. Bisa jadi tidak
demikian. Banyak orang yang menjadi pendeta, misionaris dan hamba
Tuhan bukan karena komitmen yang total. Kita jelas bersyukur kepada
Allah bagi mereka yang berkomitmen total. Akan tetapi ada banyak
orang yang menjadi pendeta karena alasan lain, dan sayangnya, cukup
banyak yang karena mereka gagal di bidang pekerjaan yang lain.
Mereka gagal masuk universitas; tidak lulus saringan; jadi mereka
tidak bisa bersekolah di perguruan umum. Lalu kemana mereka bisa
pergi? Jelas ke sekolah Alkitab. Standarnya lebih rendah di sana, dan
mereka bisa diterima sekalipun kualitas akademik mereka
mengecewakan. Jadi mereka memilih untuk jadi pendeta karena
pekerjaan apa lagi yang bisa mereka dapatkan? Tentu saja saya tidak
bermaksud untuk menyama-ratakan dan mempermalukan semua
pendeta. Akan tetapi Anda tentu tahu, bahwa banyak hal yang seperti
ini terjadi, dan kita tidak boleh menutupi kebenarannya. Pilihan mereka
tidak dilandasi oleh komitmen yang total. Sejujurnya, banyak yang
masuk sekolah Alkitab karena tidak diterima di sekolah lain.
Sesederhana itu. Dan saya pernah bertemu dengan beberapa pendeta
yang bercerita sejujurnya tentang hal ini kepada saya.
Saya bertanya kepadanya, "Mengapa Anda menjadi pendeta?"
Jawabnya, "Yah, ketika saya lulus sekolah, saya tidak diterima di Hong
Kong University, dan saya juga tidak diterima di Chinese University (di
Hong Kong). Jadi kemana lagi saya bisa belajar selain di sekolah
Alkitab?"
Sangat memalukan memang jika alasan seseorang untuk menjadi
pendeta adalah karena hanya itu lowongan pekerjaan yang bisa
diisinya. Dan sayangnya, ada cukup banyak orang yang seperti itu. Jadi
jangan Anda kira bahwa setiap pelayan full-time pasti orang yang
berkomitmen total kepada Allah.
Anda mungkin berkata, "Tentunya para rasul itu punya niat yang
mulia!" Jika Anda membaca catatan Injil dengan teliti, Anda akan
melihat bahwa motivasi mereka tidak semuanya terpuji. Apa motivasi
beberapa dari antara mereka? Ingatkah bahwa hal yang dimintakan
oleh Yakobus dan Yohanes kepada Yesus, "Perkenankanlah kami duduk
268 | C A H A Y A I N J I L
dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan
yang seorang di sebelah kiri-Mu."(Mrk.10:37)? Mungkin mereka sedang
membayang diri mereka sebagai menteri luar negeri dan menteri
keuangan, atau sebagai orang penting di dalam kerajaan Allah. Apa
yang mendorong mereka mengikut Yesus? Yesus akan menjadi Raja.
Dia adalah Mesias. Mesias di dalam pemahaman orang Yahudi berarti
Orang Yang Diurapi. Yesus adalah Yang Diurapi, Sang Raja. Jadi
mereka membayangkan, "Jika Yesus nanti menjadi Raja, paling tidak
saya akan menjadi menteri luar negeri, atau menjadi menteri
keuangan. Dan kalau Ia berkenan pada saya, mungkin saya bisa
menjadi perdana menteri! Siapa tahu!" Itukah alasan mereka menjadi
rasul? Sayang sekali, memang itu. Anda akan melihat bahwa Anda
sendiri cenderung untuk terlalu meninggikan mereka, padahal Injil
dengan tegas mengungkapkan kejujuran itu. Catatan Injil
menyebutkan bahwa Yakobus dan Yohanes datang meminta kedudukan
tinggi di dalam Kerajaan Allah. Mereka memang bersedia untuk
berkorban demi kedudukan itu. Mereka bersedia meminum cawan
penderitaan untuk itu. Namun selagi hasil akhirnya sangat bagus,
mengapa takut? Motivasi mereka memang tidak terlalu memuaskan.
Dengan kata lain, mereka melayani Yesus dengan niat untuk
mendapatkan kemuliaan dan kekayaan sendiri. Yang mereka pikirkan
adalah, "Apa yang bisa saya dapatkan?" Jadi bukan sesuatu hal yang
luar biasa jika Anda bertemu dengan orang yang menjadi pendeta
karena alasan yang memalukan. Apakah Anda membawa motif yang
memalukan ini ketika menjadi seorang Kristen atau ketika masuk ke
dalam pelayanan full-time?
Mungkin Anda masih berkeras, "Tentulah para rasul itu memiliki iman
yang sempurna seperti benih sesawi itu, iman kerajaan Allah." Mereka
memang memiliki iman. Yakobus dan Yohanes jelas memiliki iman
terhadap Yesus. Sekalipun Ia belum menyatakan diri sebagai Raja pada
saat itu, mereka sudah percaya bahwa Ia akan menjadi Raja. Hal ini
memang membutuhkan iman. Mereka harus memiliki kepercayaan
bahwa Yesus akan berhasil nantinya walaupun para penguasa (para
imam, orang Saduki dan orang Farisi) menolak Dia. Pada saat itu, Dia
hanya seorang Rabi, guru yang mengajar sambil berkeliling di
Palestina, tetapi mereka percaya bahwa suatu hari nanti Ia akan
menjadi Raja. Mereka percaya bahwa Dia adalah Mesias. Jelas mereka
269 | C A H A Y A I N J I L
punya iman. Tetapi iman mereka berupa iman yang mengharap untuk
bisa mendapat suatu keuntungan dengan mengikut Yesus.
Yakobus dan Yohanes mengalami transformasi. Yohanes
kemudian menjadi seorang rasul yang sangat luar biasa dan paling
berpikiran-rohani karena ia mengalami 'pencangkokan'. Pada saat
menyampaikan permintaannya untuk kedudukan tinggi, Yohanes
memang belum mengalami pencangkokan. Saat itu ia masih belum
memiliki iman yang sempurna seperti benih sesawi itu. Namun
perubahan yang terjadi kemudian sangat luar biasa. Yohanes
belakangan menyadari bahwa ia harus sepenuhnya dilahirkan kembali.
Seluruh cara berpikirnya harus diubah. Ia harus berhenti berpikir
dengan cara yang lama. Belakangan ia menulis Injil Yohanes, Injil yang
paling rohani. Begitu besarnya perubahan yang terjadi!
Tetapi Yudas tidak mengalami transformasi. Ia menjadi murtad
karena ia mengikut Yesus untuk alasan yang salah sejak awalnya.
Sangatlah berbahaya jika kita melayani Allah dengan niat yang salah.
Perumpamaan ini menjelaskan tentang bagaimana memiliki
iman yang dilengkapi dengan kehidupan yang dari Allah
Sekarang kita sampai kepada isi perumpamaan ini, dan kita perlu
mengajukan pertanyaan: Apakah iman Anda itu lengkap? Apakah iman
Anda sempurna? Anda mungkin bertanya, apa kaitan pertanyaan itu
dengan perumpamaannya? Keempat ayat dari perumpamaan Yesus ini
akan menjelaskan kepada kita bagaimana caranya membuat iman
dilengkapi dengan kehidupan yang dari Allah, supaya ia dapat
bertambah.
Ada satu kata sambung dalam bahasa Yunani yang tidak diterjemahkan
yang menghubungkan antara ayat 6 dan 7. Ini adalah kata sandang
yang bisa diterjemahkan dengan kata 'dan' atau 'tetapi' atau
'bagaimanapun'. Jadi, ayat 7 akan berbunyi seperti ini, "Tetapi siapa di
antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau
menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu,
setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan!" Apakah Anda akan
mengatakan hal seperti itu? Lalu Yesus melanjutkan perumpamaan-
Nya.
270 | C A H A Y A I N J I L
Seorang hamba adalah budak yang dibeli oleh tuannya, dan
tugasnya melayani
Hal pertama yang perlu diperhatikan adalah kata 'hamba'. Jika Anda
memiliki hamba yang sedang bekerja di ladang dan hamba itu pulang
ke rumah, apakah Anda akan melayani dia atau apakah dia masih
harus melayani Anda? Yang mana jawaban yang benar? Tentu saja hal
melayani itu adalah pekerjaan si hamba. Si majikan tentunya tidak
akan melayani hambanya.
Kata yang diterjemahkan dengan 'servants' (pelayan) dalam beberapa
terjemahan adalah kata Yunani untuk menyebut 'budak'. Yang sedang
dibicarakan adalah seorang budak, dan ini perlu kita perhatikan karena
seorang budak adalah orang yang telah dibeli. Ia menjadi milik majikan
atau tuannya. Kita juga, seperti yang dikatakan oleh Paulus di dalam 1
Korintus 6:20 (dan 7:23), Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah
lunas dibayar. Kita adalah milik-Nya. Kita semua adalah budak-budak
Yesus karena kita telah dibeli oleh-Nya. Ini adalah hal penting lain yang
perlu diperhatikan.
Apakah Anda sudah dibeli oleh Yesus? Apakah Anda ini milik Yesus?
Jika Anda adalah milik Yesus berarti Anda sekarang wajib melayani Dia.
Komitmen total atau melayani adalah sikap wajar seorang budak
kepada Yesus Kristus. Seperti yang dikatakan oleh Paulus, Anda harus
memberikan kepada Allah ibadah yang sejati(reasonable service), yaitu
ibadah yang selayaknya, di dalam Roma 12:1, karena Anda telah dibeli
oleh-Nya. Jika Anda telah dibeli oleh-Nya, maka Anda menjadi milik-
Nya. Jika Anda adalah milik-Nya, maka Anda adalah hamba-Nya, atau
budak-Nya. Dan apa yang dikerjakan oleh seorang budak? Ia melayani.
Saya tidak memahami Kekristenan yang diajarkan belakangan ini, yang
tampaknya menyatakan bahwa Yesus datang untuk melayani kita dan
bukannya kita melayani Dia. Setiap orang Kristen yang sejati adalah
hamba Allah. Mengapa? Karena setiap orang Kristen yang sejati telah
dibeli oleh-Nya. Kita adalah milik-Nya. Dan di dalam Alkitab tidak ada
gelar yang lebih mulia selain sebagai 'hamba atau budak dari Yesus
Kristus'. Paulus bermegah di dalam gelar ini. Perhatikanlah bahwa ia
membuka suratnya dengan salam dari "Paulus, hamba Yesus Kristus."
Ia tidak menghendaki gelar yang lain. Baginya itu adalah gelar yang
terindah. Inilah poin pertama yang perlu Anda pegang dari
271 | C A H A Y A I N J I L
perumpamaan ini. Kita berbicara tentang seorang budak yang menjadi
milik majikannya.
Dan apa kerja seorang budak? Pekerjaannya adalah melayani
majikannya. Kita baca di dalam ayat 7 tentang hamba yang membajak
atau menggembalakan ternak. Tidak semua hamba memiliki tugas
yang sama. Ada yang membajak ada pula yang menggembalakan
ternak. Menggembalakan domba adalah tugas para pendeta. Kata
'pastor' artinya 'gembala'. Jadi tugas saya adalah menggembalakan
domba-domba. Orang lain mungkin bertugas menggarap ladang,
menghasilkan banyak buah.
Komitmen total berarti melayani secara konstan
Hal lain yang perlu diamati adalah bahwa di dalam bahasa aslinya,
tugas-tugas tersebut ditulis dalam bentuk sekarang (present partciple).
Dan bentuk present participleini menunjukkan bahwa kegiatan
membajak dan menggembalakan itu berlangsung terus menerus, tidak
sekadar untuk waktu sesaat saja, atau setengah jam. Si hamba
mengerjakan itu sepanjang hidupnya. Pelayanan bukanlah suatu
pelayanan yang sejati jika tidak dilakukan secara tetap. Seorang budak
tidak melayani untuk sementara waktu, melainkan untuk sepanjang
hidupnya, setiap hari dan setiap saat. Gembala dan penggarap ladang
berangkat pagi buta, dan menjelang malam mereka pulang. Saat yang
tepat untuk menikmati makanan dan beristirahat, bukankah begitu?
Jadi, apakah ia akan pulang untuk menikmati makanan dan saat
istirahatnya? Tidak! Pekerjaannya masih belum selesai sesampainya di
rumah. Memang berat kehidupan seorang budak, seorang hamba. Ia
bekerja sepanjang hari di ladang, dan ketika pulang, ia masih harus
melayani majikannya. Si majikan tentunya tidak akan bertindak
melayani budaknya bukan? Ia tidak akan berkata, "hambaku, sudah
kusiapkan hidangan malam buatmu, jadi masuklah dan nikmati makan
malammu." Apa yang akan dikatakan si majikan? Tidak ada majikan di
dunia ini yang akan berkata seperti itu. Tetap merupakan tugas si
hamba untuk melayani di rumah ketika ia pulang sesudah bekerja
seharian di ladang.
Apa makna rohani dari ini semua? Tuhan Yesus di sini sedang berkata,
"Kalian bertanya apa arti komitmen total itu? Nah, itulah maksud dari
total komitmen. Kamu akan melayani sepanjang waktu. Tidak ada saat
untuk berhenti melayani."
272 | C A H A Y A I N J I L
Perhatikan pembedaan yang dibuat Yesus dalam perumpamaan ini.
Ketika si hamba membajak ladang atau menggembalakan ternak,
apakah ia mengerjakan itu semua bagi Tuan-nya? Ya, ia mengerjakan
itu semua bagi Tuan itu. Akan tetapi ia tidak melakukannya langsung
kepada Tuan-nya. Ia sedang melakukan sesuatu bagi Tuan-nya. Ketika
ia pulang untuk melayani makan malam buat majikannya, itulah saat ia
melayani Tuan-nya secara langsung. Ini adalah gambaran yang sangat
menarik. Ada orang yang melayani Tuan-nya dari bidang yang
kelihatannya tidak langsung berhubungan dengan Tuan-nya tetapi
melakukan sesuatu bagi Tuan-nya. Dan yang lain, melayani secara
langsung dengan memasak hidangan serta menyajikannya kepada dia.
Hal ini membuat saya berpikir tentang dua macam pekerjaan yang
sering kita jalani. Keduanya memang untuk Tuhan akan tetapi dengan
cara yang berbeda. Jika Anda sedang bekerja di kantor, atau di mana
saja, apakah Anda melakukan pekerjaan itu bagi Tuhan? Ada
kesejajaran yang menarik dengan para hamba yang bekerja di ladang
dan di penggembalaan. Jika Anda seorang Kristen, kerjakanlah segala
sesuatu itu bagi Tuhan. Anda mungkin bertanya, "Apa hubungan antara
pekerjaan saya dengan Tuhan?" Sekalipun tidak secara langsung
melayani Dia, Anda melakukannya bagi Dia. Tentunya Anda
melakukannya bagi Dia karena Anda adalah milik-Nya. Jadi, karena
Anda akan melakukannya bagi Dia, maka lakukanlah bagi kemuliaan-
Nya. Itu sebabnya mengapa Paulus berkata di dalam 1 Korintus
10:31, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Ini adalah hal
yang sangat penting.
Ketika Anda pulang ke rumah di malam hari, kebanyakan orang akan
berkata, "Nah, cukup sudah segala kesibukan hari ini. Aku sudah
bekerja delapan jam hari ini, jadi aku perlu menikmati saat
istirahatku." Sebenarnya, para petani di Palestina bekerja lebih dari
delapan jam sehari. Di zaman sekarang ini, kita sudah merasa bekerja
keras dengan delapan jam sehari, sebagian besar waktu dihabiskan di
kantor untuk bersantai dan meminum kopi. Namun di zaman dulu,
tidak ada acara minum kopi di ladang. Jika si budak kembali setelah
bekerja seharian di tengah terik matahari, apakah ia akan berkata, "Itu
saja! Pekerjaan saya untuk hari ini sudah selesai"? Tidak. Ia masih
harus menyiapkan hidangan malam dan melayani majikannya. Jadi,
seorang hamba Allah yang sejati akan berkata, "Sekarang saatnya
untuk menikmati persekutuan dengan Tuhan." Yaitu melakukan
273 | C A H A Y A I N J I L
pelayanan langsung kepada Tuhan. Ya, seorang hamba Tuhan yang
sejati akan berkata, "Sekarang saatnya melayani Tuhan secara
langsung." Saya lihat ada banyak di antara Anda yang melakukan hal
ini. Beberapa dari antara Anda melakukan pekerjaan rutin di kantor
sepanjang hari, dan pada malam harinya mengerjakan buletin gereja
karena Anda merupakan anggota tim warta gereja. Dengan cara ini,
Anda mengerjakan pelayanan langsung kepada Tuhan. Baik di kantor,
maupun di rumah, Anda mengabdikan semua waktu Anda untuk Tuhan.
Saya ingin agar Anda tidak pernah lagi berbicara tentang 'pekerjaan
sekuler' Anda sebagai hal yang bukan untuk Tuhan. Apapun hal yang
sedang Anda kerjakan, entah sebagai seorang dokter gigi atau pun
sebagai pengacara atau perawat, atau apa pun itu, jika Anda adalah
seorang Kristen yang sejati, maka Anda akan mengerjakannya bagi
Tuhan, bagi kemuliaan-Nya. Karena Anda sekarang mengetahui bahwa
sekalipun tidak secara langsung, pekerjaan itu tetap merupakan
pekerjaan bagi Tuhan. Namun pada saat Anda sedang mengerjakan
satu pelayanan langsung kepada Tuhan, maka Anda seperti si hamba
yang sedang melayani tuannya di rumah.
Segalanya - melayani secara total itu membayar kembali apa
yang menjadi hutang kita kepada Allah
Selanjutnya, mari kita lihat apa yang tertulis di ayat 10: "Apabila kamu
telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu..."
Perhatikan kata segala. Pada bagian awal tadi, kita katakan bahwa
benih sesawi itu lengkap dan sempurna, dan saya jabarkan dengan
memakai kata 'total'. Kata segala itu bermakna total. Dari sanalah kata
'komitmen total' berasal. Alkitab berkata di dalam Ulangan 6:5 dan
Matius 23:37, "Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu
dan dengan segenapjiwamu, dan dengan segenap akal budimu dan
dengan segenap kekuatanmu". Alkitab tidak berkata, "...segenap hati,
jiwa, pikiran dan kekuatanmu," tetapi setiap bagian diawali dengan
kata segenap, untuk menekankan totalitas, keutuhan dari komitmen
tersebut.
'Tidak berguna': Allah tak pernah menikmati keuntungan dari
kita saat kita melunasi apa yang menjadi hutang kita kepada-
Nya
274 | C A H A Y A I N J I L
Perhatikan lagi ayat 10, "Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu
yang ditugaskan kepadamu..." Anda mungkin berkata, "Apabila saya
telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepada saya, maka
saya sesungguhnya orang kudus. Saya sempurna." Sayang sekali.
Anda masih belum menjadi seorang yang spesial. Ayat 10 dilanjutkan
seperti ini, "Hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang
tidak layak (unworthy); kami hanya melakukan apa yang kami harus
lakukan."
Kata yang diterjemahkan dengan ungkapan tidak berguna dalam versi
ITB pada dasarnya memiliki arti tidak memberi
keuntungan (unprofitable). Apa artinya itu? Itukah tanda kerendahan
hati yang dijelaskan oleh Yesus, "Nah, jalan untuk memiliki iman yang
sempurna adalah dengan terus berkata, 'Saya sangat tidak layak, tidak
berguna, tidak bisa memberi keuntungan apa-apa." Itukah jalan untuk
menjadi hamba Allah yang sangat baik? Tidak. Bukan itu maksudnya.
Seseorang tidak akan menjadi rendah hati hanya karena berkata
seperti itu. Di dalam kehidupan Kristen, satu-satunya jalan untuk
menjadi rendah hati adalah dengan menerima fakta yang ada bahwa
kita memang adalah hamba.
Lalu apa arti tidak berguna atau tidak layak itu? Kata yang
diterjemahkan dengan apa yang kami harus lakukan berasal dari kata
Yunani yang bermakna membayar kembali hutang kami. Artinya
adalah bahwa para budak menanggung hutang. Sekarang Anda dapat
melihat bahwa tidak ada milik kita yang tidak berasal dari Tuhan.
Seperti yang dikatakan oleh Paulus, "Dan apakah yang engkau punyai,
yang tidak engkau terima?" (1 Kor.4:7). Segala keberadaan kita adalah
berkat kasih karunia dari Allah. Segala yang kita miliki adalah berkat
kasih karunia dari Allah. Tidak ada satupun yang terdapat pada diri
saya yang tidak merupakan pemberian dari Allah. Segala yang saya
miliki berasal dari Allah. Jadi segala yang saya miliki merupakan hutang
saya kepada Allah.
Jika Anda memberi pinjaman sebanyak lima dolar kepada seseorang
dan orang itu mengembalikan sama, lima dolar, apa keuntungan bagi
Anda? Tidak ada. Anda sekadar menerima apa yang memang hak
Anda. Ketika saya mengembalikan kepada Allah segala yang saya
terima dari-Nya, keuntungan apa yang diperoleh Allah dari saya? Tidak
ada. Segala yang diterima-Nya adalah apa yang telah diberikan-Nya
275 | C A H A Y A I N J I L
kepada saya sebelumnya. Ia memberi saya kehidupan; waktu;
kekuatan; dan segala-galanya. Segala sesuatu yang saya berikan
pada-Nya, adalah milik-Nya yang pernah diberikan kepada saya. Lalu
keuntungan apa yang diterima oleh Allah? Nihil. Segala yang diterima-
Nya adalah hal-hal yang Ia berikan sebelumnya.
Jadi, ketika saya berkata, "Saya hanyalah seorang hamba yang
tidak menguntungkan," bukan berarti bahwa saya tidak
berguna bagi Allah. Sebaliknya, saya sangat berharga di mata
Allah. Bukan dalam arti bahwa Allah mendapat keuntungan dari saya.
Kita tidak punya sesuatu yang tidak dimiliki oleh Allah. Apakah Allah
akan bertambah kaya karena Anda telah mempersembahkan lima
dolar? Apakah Ia akan bertambah bijak karena Anda telah memberi
satu atau lima jam waktu milik Anda? Kita selalu merasa bahwa kita
telah memberikan sesuatu buat Allah. Kita berpikir, "Allah tentu
bertambah kaya sekarang karena keberadaan saya." Jika Anda terus
saja berpikir seperti ini, maka Anda benar-benar belum memahami apa
itu kehidupan rohani. Allah tidak bertambah kaya hanya karena saya
telah mempersembahkan $100 atau $1.000. Apakah persembahan itu
akan membuat Allah bertambah kaya $100 dolar atau $1.000 dolar?
Apakah rekening tabungan Allah bertambah besar? Rekening tabungan
gereja memang bertambah besar, tetapi Allah tidak menjadi tambah
kaya dengan itu. Apakah Allah membutuhkan persembahan $1.000
dolar atau berapapun yang dapat saya berikan? Bukannya kita tidak
bisa memberi keuntungan kepada gereja atau orang lain, namun
sekarang ini kita sedang berbicara tentang ketidak-mampuan kita
untuk memberi keuntungan bagi Allah. Sumbangan apa yang bisa
dibanggakan manusia di hadapan Allah? Sumbangan apa yang bisa kita
banggakan? Sekali lagi, perumpamaan ini tidak bermaksud untuk
menyatakan bahwa Anda tidak berharga di mata Allah. Anda sangatlah
berharga di mata Allah; yang paling berharga. Namun hal itu bukan
karena Anda telah memberikan sesuatu kepada Allah.
Sebagai contoh, anak gadis saya sangat berharga bagi saya. Apakah itu
karena saya menerima banyak uang darinya? Saya tidak menerima
uang sepeserpun darinya. Malahan saya harus banyak keluar uang. Ia
menjadi sumber biaya terbesar di keluarga saya. Kadang-kadang saya
tergoda untuk berpikir, kalau saja saya tidak punya anak, tentunya
akan banyak uang yang bisa saya hemat. Apakah karena ia memberi
banyak waktunya buat saya? Tidak, ia justru menyita banyak waktu
276 | C A H A Y A I N J I L
saya. Jadi atas alasan apa dia menjadi sangat berharga buat saya?
Saya tidak menjadi semakin kaya, tidak juga memiliki waktu yang lebih
banyak. Apa yang saya dapatkan? Cobalah pikirkan, karena saya tidak
yakin apakah saya telah mendapat sesuatu dari keberadaannya. Saya
memiliki dia, namun ia menjadi beban keuangan bagi saya. Saya
memiliki dia, namun ia menghabiskan banyak waktu saya. Saya
memiliki dia, tapi apa hasilnya? Tidak ada keuntungan apapun yang
saya peroleh darinya.
Dan jika Anda renungkan hal ini, Anda akan segera menyadari situasi
yang dihadapi oleh Allah. Apa yang Allah dapatkan dari kita? Anda
mungkin berkata, "Kami memberi-Nya sukacita." Namun kita juga
memberi-Nya banyak sakit hati. Anak gadis saya memang memberi
banyak sukacita, tetapi dia juga memberi saya banyak sekali sakit hati,
terutama jika ia sedang nakal. Jauh lebih banyak kejengkelan yang
saya dapat ketimbang sukacita pada tahapan sekarang ini. Saya harap,
keadaan akan berubah nanti. Setiap orang yang pernah memiliki anak
kecil akan tahu bahwa dalam kebanyakan kasus, anak Anda
menghabiskan banyak sekali uang Anda, menyita sebagian besar waktu
Anda, memberi Anda banyak masalah, dan sering sekali bertengkar
dengan Anda atas berbagai macam hal.
Sebagai contoh, anak saya berkata, "Kenapa saya tidak boleh makan
manisan? Apa salahnya makan manisan?"
Jadi saya mulai menjelaskan lagi, untuk kesekian ratus kalinya, tentang
akibat buruk dari manisan terhadap gigi.
Lalu ia menyahut, "Saya tidak peduli kalau gigi saya nanti rusak."
Dan saya menjawab, "Nah, saya peduli, sebab saya yang harus bayar
ongkos dokter giginya." Dia tidak peduli karena dia tidak menanggung
biaya pengobatan itu. Dan saya membatin, "Bertengkar seperti ini tidak
akan ada hasilnya. Logika saya tidak cocok dengan logikanya.
Omongan saya dianggapnya tidak masuk akal." Nah, bukankah ia
membuat pusing saya?
Kita selalu berpikir, "Betapa beruntungnya Allah mendapatkan saya.
Lihat, betapa besar sukacita yang saya berikan kepada Allah!" Betapa
besar sakit kepala yang Anda berikan kepada Allah merupakan
kenyataan yang sesungguhnya! Seberapa sering Anda mendukakan
277 | C A H A Y A I N J I L
Roh Allah? Jadi, di dalam pengertian ini, kita perlu memahami bahwa
kita memang tidak memberi keuntungan apa-apa buat Allah, bahwa
Allah menyelamatkan kita bukan untuk mengejar keuntungan dari kita.
Ia menyelamatkan kita benar-benar demi kepentingan kita, karena
kasih-Nya yang begitu besar kepada kita. Saya mengasihi anak saya,
saya tidak melihat adanya alasan rasional bagi kasih saya kepadanya
kecuali bahwa karena dia adalah anak saya. Saya tidak tahu adakah
alasan yang rasional dalam mengasihi anak. Mungkin Anda punya
penjelasan yang bagus bagi dasar kasih terhadap anak. Mungkin Anda
dapat mencerahkan pikiran saya dengan penjelasan Anda. Dan
mungkin saya harus belajar sesuatu dari sini. Namun, sekalipun
mungkin kita bisa memperoleh keuntungan dari keberadaan anak kita,
tidak demikian halnya dengan Allah. Hal apa yang dapat kita berikan
dan tidak pernah dimiliki oleh Allah sebelumnya.
Kunci pemahaman: Kita diselamatkan untuk melayani Allah.
Yesus akan melayani kita pada Hari itu
Jadi, apa pokok utama dari perumpamaan ini? Yang ingin disampaikan
adalah bahwa Yesus sedang mengajarkan kita bahwa sudah merupakan
urusan kita sehari-hari sebagai seorang Kristen, sebagai seorang
murid, seorang rasul (karena ia menyampaikan ini kepada para rasul),
untuk menjadi hamba yang melayani Dia sepenuhnya tanpa mengeluh
atau bersungut-sungut.
Apakah para hamba itu kembali ke rumah dan berkata, "Hei, saya akan
mogok. Saya telah diperlakukan tidak adil. Coba lihat keringat ini. Saya
sudah bekerja seharian di ladang. Dan ketika sampai di rumah, engkau
masih menyuruh saya memakai celemek dan memasak makanan
untukmu. Apakah kamu tidak punya nurani? Saya sudah bekerja
seharian di ladang. Pakai perasaan sedikit! Ini bertentangan dengan
peraturan pemerintah. Jam kerja maksimal hanya boleh delapan jam
sehari sekarang ini. Engkau tidak boleh menyuruhku mengerjakan hal
yang lain saat saya pulang ke rumah. Saya akan mogok kerja! Saya
mau ikut serikat buruh!" Saya tidak akan terkejut kalau banyak orang
Kristen yang berpikir seperti itu sekarang ini. Akan tetapi kebanyakan
dari kita di sini melayani Tuhan setiap hari, menabur tanpa peduli
musim, pagi, siang, sore ataupun tengah malam, kapan saja. Kita di
sini harus melayani setiap saat dan memandang hal itu sebagai suatu
penghargaan, suatu hak yang istimewa. Adakah Anda melihat para
hamba di perumpamaan itu menggerutu? Tidak, mereka tidak
278 | C A H A Y A I N J I L
menggerutu. Mereka melayani dengan setia, setulus hati dan sampai
tuntas. Kita harus selalu ingat bahwa kita diselamatkan untuk
melayani.
Namun perlu diperhatikan bahwa Yesus tidak sedang berkata, "Aku
akan memperlakukanmu sebagaimana halnya para majikan di dunia ini
memperlakukan budak-budaknya." Allah tidak memperlakukan kita
seperti itu. Ini adalah hal yang luar biasa. Sebenarnya, dari gambaran
di luar perumpamaan ini, Yesus akan melayani kita jika kita melayani
Dia. Lukas 12:37 adalah ayat yang sangat menyentuh hati saya.
Adakah Tuan hamba yang bersedia melayani hambanya? Namun itulah
hal yang Yesus lakukan. Di dalam Lukas 12:37 Ia berkata,
"Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga
ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan
mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan
ia akan datang melayani mereka." Sang Tuan kepada hamba itu yang
akan melayani para hamba-Nya jika Anda melayani seperti para
'hamba yang tidak berguna' itu. Yesus bukanlah Pemilik hamba yang
gemar membebani para hamba-Nya, sambil meneriakkan perintah
kesana-kemari. Tidak. Ingatlah selalu pada apa yang dilakukan oleh
Yesus dalam Perjamuan Terakhir, betapa Ia berlutut di hadapan para
murid-Nya dan membasuh kaki mereka.
Jangan memerintahkan hal yang Anda sendiri tidak siap untuk
melakukannya
Yesus tidak pernah menyuruh kita untuk melakukan hal-hal yang Ia
sendiri tidak lakukan. Apapun yang Ia perintahkan kepada kita, Ia
mengerjakannya juga. Ini adalah hal yang paling luar biasa yang dapat
kita amati. Ketika Ia mengerjakan pelayanan-Nya di dunia ini, Ia
melayani Bapa dengan cara seperti itu, pagi, siang dan malam. Rata-
rata 12 jam sehari Ia melayani Bapa dengan setia sepanjang 12 jam
itu, tanpa keluhan, dan Ia tetap setia sampai mati. Dan bukan sekadar
melayani Bapa, di dalam Lukas 12:37 Ia berkata kepada kita bahwa
pada Hari itu, Ia akan melayani kita. Sungguh Tuan hamba dan
Penguasa yang luar biasa! Perlakuan istimewa macam apa yang bisa
melebihi penghargaan untuk melayani Tuan seperti ini, sementara para
majikan di dunia justru gemar menindas dan selalu siap menekan
Anda. Ingatlah selalu: jangan memberikan perintah mengenai hal yang
Anda sendiri tidak siap untuk melakukannya. Ini adalah prinsip final
dalam perumpaamaan ini.
279 | C A H A Y A I N J I L
Iman yang sempurna: melayani sampai kekuatan terakhir Anda
terpakai
Satu poin lagi. Iman yang sempurna melayani dengan sepenuhnya.
Kita dapat berkata, "Saya memiliki komitmen total," namun apa artinya
itu? Komitmen saya belumlah total jika saya tidak mau melayani
sampai kekuatan yang terakhir saya terpakai. Apakah Anda
berkomitmen total? Jika benar, berikanlah bukti dengan ikut
mengerjakan apa yang Anda suruhkan kepada orang lain. Barangsiapa
tidak mau ikut mengerjakan apa yang ia perintahkan kepada orang lain
tidak akan pernah menerima otoritas dari Allah. Jenderal yang terbaik
adalah prajurit yang terbaik, prajurit dengan ketaatan dari dalam hati.
Hanya orang yang taat yang memiliki hak untuk memberi perintah.
Orang yang tidak pernah taat, tidak berhak untuk memerintah. Yesus
memiliki hak untuk memerintah sebagai Tuan dan Penguasa karena Ia
sendiri sudah membuktikan diri taat sampai mati. Itulah rahasia
mendapatkan kuasa. Itu jugalah makna dari komitmen total.
Apakah Anda benar-benar ingin menumbuhkan iman Anda? -
Jadikanlah Yesus Lord dan Penguasa Anda dan layanilah Dia
Sekarang kita akan merangkum pengajaran Yesus yang sangat penting
ini. Jika kita benar-benar mengasihi Tuhan, kita semua akan
memanjatkan doa yang sama dengan para rasul ini, "Tambahkanlah
iman kami." Namun apakah kita siap untuk menerima syarat bagi
pertumbuhan iman? Jawaban Yesus bagi permintaan para rasul adalah,
"Apakah kalian benar-benar ingin menumbuhkan iman kalian? Jika
benar begitu, maka Aku akan memberitahu kalian tentang
perumpamaan ini."
Jalan untuk meningkatkan iman Anda adalah dengan
menundukkan seluruh segi kehidupan Anda kepada Tuhan, mati
terhadap kehendak dan keinginan Anda, melayani Dia tanpa
keluhan, dari pagi hingga malam dan tidak pernah berkata, "Ini
sudah terlalu berat. Saya tidak sanggup lagi. Saya hanya mau
sampai di sini saja." Kadang-kadang, ketika sangat letih, saya berkata,
"Aku telah berkorban terlalu banyak," namun kemudian saya merasa
sangat malu. Bagaimana mungkin saya bisa berkorban terlalu banyak?
Itu adalah hal yang mustahil, karena tidak sesuatupun yang tidak
berasal dari Dia, baik itu kemampuan atau pun kekuatan saya; apa pun
yang saya miliki pada dasarnya adalah milik Tuhan. Hanya jika kita
sudah sampai pada sikap seperti ini, barulah kita tahu apa itu
280 | C A H A Y A I N J I L
komitmen total. Tidak pernah ada pengorbanan yang terlalu banyak
bagi Tuhan. Baik itu waktu atau pun uang, atau apa pun juga, tidak
pernah ada istilah terlalu banyak, dan saya tidak pernah layak untuk
berkata, "Sekarang saya ini hamba yang membawa keuntungan kepada
Allah. Ia telah menerima banyak keuntungan dari saya."
Saya harap Anda mau mengerti sikap ini karena kita sekarang ini hidup
di zaman dimana gereja tidak memiliki kuasa. Saya berdoa supaya
dengan kasih karunia Allah, kita semua, sebagai jemaat Allah akan
memiliki kuasa. Dan satu-satunya jalan menuju kuasa dari Allah adalah
jalan melalui pelayanan total. Kalau Anda sudah
mengerjakan segala yang diperintahkan kepada Anda untuk
dikerjakan, bukan sebagian atau bahkan hampir semua, dan Anda
masih dapat berkata, "Saya ini hamba yang tidak memberi
keuntungan," maka Anda akan memperoleh kuasa untuk berkata
kepada pohon murbei, "Tercabutlah dan tertanamlah di laut." Dan
pohon itu akan menuruti Anda. Ini adalah Firman Allah yang dapat
diuji. Kemuliaan Injil bukan pada pengetahuan yang diajarkan tanpa
bisa diuji kebenarannya. Saya sudah membuktikan kebenaran Injil dan
saya sudah melihat bukti itu. Sudah banyak saya saksikan jiwa yang
tercabut dari lingkungan duniawi dan dicangkokkan ke dalam kerajaan
Allah.
Belakangan ini, kita teringat pada seorang saudara kita yang terkasih.
Perhatikan betapa saudara ini sudah tercabut, betapa ia sudah
menyangkal dunia. Tadinya ia memiliki pekerjaan dengan penghasilan
yang sangat besar, dan pada puncak karir duniawinya, ia justru
berpaling dari itu semua. Ia tercabut dari kehidupan duniawi dan
masuk ke dalam pelatihan pelayan full-time untuk melayani Tuhan.
Lalu ia tercabut lagi, untuk dicangkokkan dalam pengertian jasmani
untuk melayani Tuhan di Hong Kong. Ia meninggalkan rumah dan
segala kekayaannya di Montreal. Semua ini hanya bisa terjadi karena ia
sudah tercabut dari kegelapan dosa dan dicangkokkan ke dalam
kerajaan Allah.
Pernahkah Anda melihat mukjizat seperti ini? Itulah yang disebut orang
Kristen: pohon yang tertanam di laut, air kehidupan Allah. Pernahkah
Anda melihatnya? Orang Kristen adalah makhluk ajaib bagi orang
dunia. Orang Kristen selalu membuat orang dunia pusing. Siapa yang
dapat memahami orang yang memiliki gaji sangat besar, namun
281 | C A H A Y A I N J I L
mendadak berpaling dari karir yang cerah itu, dan memilih untuk
memberitakan Injil, menempatkan dirinya dalam keadaan tanpa uang
dan masa depan? Sungguh ajaib! Tidak heran jika bosnya berkata,
"Saya tidak mengerti apa maumu. Saya tidak paham. Kamu punya
pekerjaan yang bagus, karirmu sukses, tapi semua itu kamu
tinggalkan! Kamu mau masuk pelatihan selama dua tahun? Bukan
hanya tidak dapat uang, kamu bahkan akan kehabisan uang selama
ikut pelatihan. Apa-apaan ini?" Dan sekarang, saudara kita ini
berangkat ke Hong Kong untuk memberitakan Firman. Orang Kristen
selalu membingungkan orang dunia. Mereka tidak dapat memahami
apa yang dilakukan orang Kristen. Dalam pandangan orang dunia,
tertanam di dalam laut jelas sangat tidak menjamin masa depan.
Namun bagi seorang anak Allah, tertanam di laut, air kehidupan dari
Allah, justru merupakan jaminan masa depan yang lebih pasti
dibandingkan dengan asuransi manapun. Orang dunia menganggap air
kehidupan Allah justru merusak jaminan masa depan. Orang dunia
melihat ke arah laut itu dan berkata, "Aku tidak mau tertanam di laut.
Sangat riskan." Hal itu membuat Anda menjadi makhluk ajaib bagi
dunia, hal yang mengherankan di mata dunia.
Saya harap semua orang Kristen di sini menjalani hidupnya dalam
komitmen yang total, (menjadikan Yesus sebagai Penguasa dan Pemilik
Anda sepenuhnya yang mengendalikan kehendak dan keinginan Anda)
dan dengan pelayanan total seperti ini kepada Kristus maka Anda akan
menjadi keajaiban bagi dunia. Itulah saatnya Anda menjadi terang
dunia. Kita bersinar atas dunia ketika mereka terheran melihat kita dan
berkata, "bagaimana mungkin ada pohon yang ditanam di laut tetapi
justru tumbuh subur di sana?" Memang merupakan keajaiban. Tangan
Tuhan telah mengerjakan keajaiban itu. Logika dibungkam karena ini
adalah pekerjaan Allah. Lebih jauh lagi, orang akan berkata, "Sungguh
hebat kuasa yang dimiliki oleh orang ini, ketika ia membicarakan Injil,
ada begitu banyak kehidupan orang yang diubahkan! Besar sekali iman
orang ini kepada Allahnya! Sungguh besar kasihnya kepada Allahnya."
Saya berdoa kiranya Anda dapat menghayati Firman Yesus yang indah
ini sedalam-dalamnya. Yesus menantang kita untuk membuktikan
kuasa-Nya. Dan orang yang telah membuktikan Firman-Nya tahu
bahwa Firman itu benar adanya.
282 | C A H A Y A I N J I L
Perumpamaan tentang Hakim yang Tidak Adil
Lukas 18:1-8 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang,
Montreal, Kanada
Hari ini, kita melanjutkan eksposisi kita tentang Firman Allah di dalam
Lukas 18:1-8. Perumpamaan yang Yesus ajarkan di sini dikenal dengan
judul Perumpamaan tentang Hakim Yang Tidak Adil, hakim yang tidak
benar. Dan kita perlu menanyakan apa pesan yang ingin disampaikan
oleh Yesus kepada kita? Apa yang ingin dijelaskan-Nya kepada kita
lewat perumpamaan ini? Mari kita baca Lukas 18:1-8
Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk
menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-
jemu. Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak
takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun. Dan di kota itu
ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata:
Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu
menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku
tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun, namun
karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia,
supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku."Kata
Tuhan: "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah
Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam
berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum
menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera
membenarkan mereka. Akan tetapi (ini adalah kalimat penting dalam
perumpamaan ini), jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati
iman di bumi?" ( ITB)
Yesus akan datang kembali, tetapi akankah Dia mendapati iman
di bumi?
Akankah Yesus mendapati iman ketika Ia datang kembali? Apa yang
sedang disampaikan oleh Yesus melalui perumpamaan ini? Jangan
sampai pemisahan pasal-pasal ini membuat Anda gagal mengamati
hubungan antara pasal ini dengan pasal sebelumnya. Apa saja hal yang
disampaikan oleh Yesus di dalam pasal sebelumnya? Ia berbicara
tentang kedatangannya kembali, kedatangan kembali Anak Manusia.
Dan perumpamaan ini masih dalam rangkaian tema tersebut. Itu
sebabnya di dalam ayat 8 dikatakan, "Jika Anak Manusia itu datang,
283 | C A H A Y A I N J I L
adakah Ia mendapati iman di bumi?" Ini adalah hal yang sangat
penting.
Satu hal yang sangat menonjol jika Anda baca perumpamaan ini
adalah: kegigihan si janda. Ia terus saja mendatangi si hakim dan terus
menerus mengganggunya sampai ia mendapatkan keadilan yang
merupakan haknya. Poin ini sangatlah nyata. Dan kita sudah
mempelajari pentingnya sikap yang gigih dan tekun ini di dalam
kehidupan Kristen ketika kita membahas Perumpamaan tentang
Sahabat di Tengah Malam, di dalam Lukas 11:5-8. Apakah
perumpamaan yang kita pelajari sekarang ini sama saja
dengan perumpamaan tentang sahabat yang meminjam roti di tengah
malam? Anda tentunya ingat bahwa di dalam perumpamaan tersebut,
si sahabat itu terus saja mengetuk pintu rumah tetangganya sampai ia
berhasil mendapatkan sepotong roti yang akan ia bagikan kepada
temannya. Apakah ini hanya sekadar pengulangan dari tema yang
sama yaitu tentang kegigihan? Pentingnya kegigihan memang sangat
ditekankan di sini, di dalam Perumpamaan tentang Hakim yang tidak
Adil ini, tetapi apakah tema kedua perumpamaan ini sama? Tidak,
karena ada beberapa perbedaan penting di sini. Dan perbedaan-
perbedaan penting itulah yang akan kita amati secara teliti di sini. Jadi
saya tidak akan mengulang tentang tema kegigihan atau ketekunan di
sini, tetapi saya akan lebih menitik-beratkan pada aspek-aspek yang
belum diberikan dalam perumpamaan tentang sahabat yang meminjam
rot di tengah malam.
Tema perumpamaan ini: Jangan putus asa di tengah tekanan.
Allah akan menjawab
Jadi apa tema perumpamaan ini? Apa pokok yang ingin disampaikan
oleh Yesus bagi kita? Di sini hanya ada delapan ayat, jadi mari kita
pelajari satu per satu. Yesus memberikan perumpamaan yang
mengajari para murid untuk tidak berputus asa dan terus berdoa.
Sangatlah penting bagi para murid untuk tidak menyerah, mereka tidak
boleh patah semangat dan akhirnya berkata, "Percuma berusaha
meneruskan. Saya berhenti! Saya tidak mau melanjutkan lagi! Tidak
ada gunanya melanjutkan hal ini!" Anda dan saya sudah melihat ada
banyak orang yang tadinya Kristen, yang akhirnya menyerah dibawah
tekanan. Dalam menjalani pelayanan sebagai gembala, saya
menjumpai orang-orang yang sesudah beberapa waktu menjalani
kehidupan sebagai orang Kristen, menyerah dengan begitu saja.
284 | C A H A Y A I N J I L
Mereka menyerah! Mereka berhenti berdoa! Mereka berkata, "Percuma
berdoa! Allah tidak menjawab doa saya! Saya menyerah. Tak ada
gunanya lagi melanjutkan hidup sebagai orang Kristen." Jika Anda tidak
berdoa lagi, jelas Anda sudah berhenti menjadi orang Kristen. Karena
Anda telah memutus jalur hubungan dengan Allah yang memberi hidup
itu. Dan itu berarti semuanya sudah tamat! Ini adalah pokok yang
sangat penting dari perumpamaan ini, dan disampaikan tepat di bagian
depan dari perumpamaan ini: Jangan menyerah dalam menghadapi
kesulitan. Kata yang diterjemahkan oleh LAI sebagai tak jemu-jemu,
arti dasarnya adalah tidak menjadi lelah, letih atau kehabisan tenaga.
Ada orang-orang yang kehabisan tenaga ketika menghadapi tekanan.
Mereka tidak sanggup melanjutkan lagi! Menurut mereka sudah terlalu
berat!
Saya teringat pada waktu saya nyaris saja hancur dalam satu periode
hidup Kekristenan saya. Saya merasa tidak mampu melanjutkan. Saya
ingat persis saat-saat itu. Saya sudah menjadi seorang Kristen selama
tiga tahun di Shanghai, Cina, di bawah pemerintahan Komunis, dan
menjalani tiga tahun kelaparan. Tiga tahun tanpa sarapan pagi, dan
jarang mendapatkan makan siang, dan sangat sering tanpa makan
malam. Makanan saya adalah kue dadar karena bahan pangan
termurah yang bisa saya beli adalah sekantong tepung. Saya
campurkan tepung itu dengan air, dan kadang-kadang jika saya
mampu, saya menambahkan gula ke dalamnya. Kemudian saya
panaskan sedikit minyak di wajan dan adonan itu saya goreng sampai
matang. Itulah makanan saya. Jadi saya hanya perlu membeli
sekantong tepung dan minyak kacang, yang bisa didapatkan dengan
murah di Shanghai. Saya tidak membutuhkan banyak minyak tanah
untuk membuat kue dadar. Nasi perlu sekitar 25 menit untuk dimasak,
tetapi kue dadar hanya perlu digoreng selama dua menit.
Mungkin kekurangan gizi dan tekanan terus menerus yang harus saya
hadapi tanpa mengetahui seperti apa masa depan saya mulai
melemahkan saya. Kaum Komunis terus saja bertanya mengapa saya
menjadi Kristen, mengapa saya pergi ke gereja. Saya terpisah dari
orang tua saya; saya sendirian! Sendirian, di tingkat manusia, namun
tidak terasa sendirian karena Allah bersama saya. Sesudah tiga tahun
mengalami hal ini, saya kehabisan tenaga, menjadi sangat kurus,
sangat letih, dan kesehatan jasmani saya tidak pernah pulih kembali
sesudah itu. Saya tidak menanggung beban yang seberat beban para
285 | C A H A Y A I N J I L
pendeta di masa itu. Saya masih seorang Kristen yang baru. Saya
mengalami kemurahan Allah sepanjang tiga tahun itu, akan tetapi
mukjizat dari Allah yang saya alami tidak dapat menyeimbangi
kelelahan fisik, emosi dan rasa kesepian yang menghimpit, kesepian
yang dialami oleh banyak orang.
Saya sudah berusaha untuk meninggalkan Cina berkali-kali. Saya
sudah berdoa berkali-kali akan tetapi kaum Komunis masih tidak
membiarkan saya pergi. Dua kali saya memohon ijin dan dua kali
permohonan itu ditolak. Apa gunanya mengajukan permohonan lagi?
Percuma saja. Saya tidak dapat berhubungan dengan orang tua saya.
Tidak ada uang. Tidak ada masa depan. Tidak punya apa-apa selain
Allah saja. Saya terus berdoa dan tampaknya hal yang paling utama
dalam doa saya justru tidak mendapat jawaban saat itu. Saya
menunggu dan menunggu. Tiga tahun adalah masa yang panjang bagi
orang muda seperti saya, khususnya ketika perut ini terasa lapar dan
saya tidak melihat adanya masa depan yang bisa dikejar. Kesehatan
jasmani saya semakin merosot akibat kurang gizi. Di paru-paru sebelah
kiri saya, mulai muncul noda-noda. Keadaan saya benar-benar sangat
rawan. Namun sesudah mengalami semua ini, saya baru bisa mengerti
dengan baik apa arti perumpamaan ini.
Saya berdoa kepada Allah dengan kondisi seperti itu, itu memang
bukan doa saya yang pertama. Saya ingat keadaan saya ketika saya
berdoa di pagi itu, saya sangat lemah dan lelah. Dan saya rasa, pada
saat itu saya sudah sampai di titik putus asa, atau lose
heart (kehilangan semangat), seperti yang tertulis dalam versi
terjemahanRevised Standard Version(RSV). Saya mungkin saja akan
menyerah. Saya berlutut di hadapan Allah di dalam kamar saya, dalam
keadaan yang sangat dingin di musim salju, dan saya berkata, "Tuhan,
saya lelah. Saya letih. Tuhan, saya tidak dapat melanjutkan lagi.
Berbelas-kasihlah kepada hamba-Mu yang lemah ini. Saya bersedia
untuk melakukan apa saja yang Kau kehendaki agar saya lakukan.
Saya bersedia untuk menetap di Cina."
Dan Allah menjawab doa saya dengan luar biasa. Allah mengerti
keadaan kita. Allah tahu persoalan kita. Ia tahu seberapa jauh kita bisa
melangkah. Ia adalah Allah yang hidup. Ia akan mengerjakan bagian-
Nya jika kita sudah bertekad untuk setia sampai pada akhirnya, sampai
sejauh kemampuan kita. Pada peristiwa itu, suara Allah bergema di
286 | C A H A Y A I N J I L
telinga saya dengan sangat jelas, sejelas suara saya sekarang ini yang
terdengar di telinga Anda, Allah berkata, "Eric, Aku akan membawamu
keluar dari Cina." Suara itu sangat jelas. Itu adalah kali pertama Allah
berbicara kepada saya, namun bukan yang terakhir. Dan sejak saat itu,
Ia mengangkat saya. Ia meyakinkan saya bahwa saya tidak sendirian.
Sejak saat itu, saya tahu bahwa saya akan meninggalkan Cina. Tuhan
sudah menyatakan hal itu kepada saya. Dua bulan kemudian, saya
sudah berada di luar Cina. Dan sekarang Anda melihat saya di tempat
ini.
Melalui perumpamaan ini, Yesus menunjukkan kepada kita bahwa Ia
tahu kalau kita dapat berputus asa, bahwa kita bisa patah semangat
dan menyerah di tengah tekanan. Itu sebabnya Dia berbicara langsung
kepada saya di Shanghai, karena tahu bahwa saya sedang mendekati
titik putus asa. Suara Tuhan bergema dengan sangat jelas. Terdengar
di saat saya terjaga; bukan sedang tidur, bukan dari imaginasi saya.
Sebenarnya, saya sangat terkejut mendengar suara itu, sehingga saya
berbalik untuk mencari tahu mungkin ada orang yang menyelinap dan
berbicara di belakang saya. Tetapi tidak ada orang lain di kamar saya
yang kosong. Kamar saya bisa dibilang kosong karena nyaris tidak ada
barang-barang di dalamnya. Tidak ada tempat bagi orang lain untuk
bisa bersembunyi di sana.
Allah adalah Allah yang hidup. Hal yang menyentuh hati saya di dalam
perumpamaan ini adalah kepedulian-Nya kepada para murid. Ia
membicarakan hal itu jauh sebelum ujian datang menghadang para
murid. Perumpamaan ini adalah sambungan dari pembicaraan-Nya
kepada para murid yang dimulai dari Lukas 17:22. Jadi, Ia sedang
berbicara kepada semua orang Kristen di sini. Ia tidak sedang berbicara
kepada orang non-Kristen. Yang Ia katakan adalah, "Kalian akan
menghadapi masa-masa yang sukar. Aku sudah mengingatkan sejak
awal ketika kalian mulai mengikut Aku. Pikul salibmu dan ikutlah Aku.
Dan akan ada saatnya ketika kalian berdoa dan seolah-olah tidak ada
jawaban atas doa kalian." (Saya pribadi harus menunggu sampai tiga
tahun. Dan waktu tiga tahun ini bagi orang muda seperti saya tentu
sangatlah lama. Saat itu saya masih belum berusia 20 tahun.) Yesus
memahami hal ini dan Ia memberi semacam pengumuman awal bagi
para murid, "Biarpun tampaknya seperti tidak ada jawaban atas doa
kalian, bertahanlah! Bertahanlah dengan gigih!" Allah mengijinkan
Anda untuk diuji sampai pada titik tertentu, namun Ia tidak akan
287 | C A H A Y A I N J I L
membiarkan Anda sampai ke titik putus asa. Ia tahu seberapa daya
tahan Anda. Akan tetapi perumpamaan ini menitikberatkan pada
peranan kita: bertahanlah sampai pada akhirnya. Yesus tidak sedang
membicarakan bagian Allah.
Kesukaran hidup memberi pengalaman rohani yang paling baik
tentang Allah yang hidup
Saya secara khusus prihatin tentang mereka yang akan kembali ke
negara asal mereka, dan tentang kemampuan mereka yang kembali ke
situ untuk dapat tetap bertahan. Saya juga prihatin kepada saudara-
saudara yang sedang menanggung berbagai beban sekarang ini. Siapa
di antara kita yang tidak sedang menanggung beban? Anda tidak perlu
pergi ke tempat lain untuk mencari persoalan. Namun tentu saja
mereka yang kembali ke negara seperti Hong Kong akan menghadapi
tekanan yang khusus dari dunia. Kadang-kadang, Anda akan
menghadapi tekanan dari dalam dan luar yang tidak Anda duga.
Mungkin sesudah Anda berpaling kepada Tuhan di Kanada, dan ketika
Anda pulang Anda mendapati bahwa orang tua Anda tidak memahami
tindakan Anda. Mereka akan bertanya, "Omong kosong macam apa ini?
Jadi orang Kristen dan berubah jadi orang fanatik yang bodoh seperti
ini? Hidup agak religius memang baik buat semua orang, tapi terlalu
berpegang pada agama jelas tidak baik buat semua orang. Segala
sesuatu harus dijalankan secara moderat." Dan saudara-saudara Anda
juga tidak memahami diri Anda. Masyarakat sekitar juga tidak lagi
memahami diri Anda. Jadi, tekanan mulai tumbuh, sampai ke titik yang
sulit untuk diterima.
Dan saya ikut merasakan penderitaan yang sedang ditanggung oleh
mereka yang sudah pulang. Saya menerima kabar dari mereka yang
menceritakan tentang kesukaran yang mereka hadapi. Bukanlah hal
yang menyenangkan jika Anda pulang ke rumah dan berbicara tentang
hal yang tidak dimengerti oleh semua orang. Keluarga Anda akan
berkata, "Siapa yang butuh pengenalan akan Allah? Hanya uang yang
kita perlukan. Uang adalah allah yang kita perlukan. Buat apa bicara
tentang Allah? Bersikap praktislah! Hadapi kenyataan! Kapan Allah
memberi kamu makan?" Nah, tentu saja Allah selalu memberi kita
makan, akan tetapi tentu saja mereka tidak mengetahui itu. Selama
tiga tahun, Allah menghidupi saya, tentu saja tidak dengan makanan
mewah, akan tetapi kue dadar adalah makanan juga. Dan Allah juga
melakukan berbagai mukjizat, seperti yang sudah saya saksikan
288 | C A H A Y A I N J I L
kepada sebagian dari Anda. Ia selalu memastikan bahwa kebutuhan
kita sudah terpenuhi. Dan itulah hal yang sudah Ia lakukan bagi saya.
Sebenarnya, Allah memang perlu mengijinkan saya untuk mengalami
masalah kesehatan juga, atau saya mungkin tidak akan berada di sini
sekarang. Pihak Komunis tidak akan memberi saya ijin pergi dari Cina
kalau Allah tidak membiarkan kesehatan saya terkena masalah.
Kadang kala, memang terasa menyakitkan saat melewati masa-masa
susah, bukankah begitu? Saya teringat pada para orang tua yang,
kadang-kadang, terpaksa membiarkan anaknya mengalami penderitaan
tertentu untuk bisa membentuk mereka lebih baik. Saya rasa itulah
alasan mengapa Allah perlu membiarkan saya menanggung
penderitaan itu. Di dalam kasih-Nya kepada saya, Ia harus membiarkan
tubuh saya menjadi semakin kurus, sampai akhirnya paru-paru saya
mulai terinfeksi. Jadi, pemerintah Komunis mulai berpikir, "Tidak ada
gunanya menahan orang ini supaya tetap tinggal di Cina, karena dia
pasti akan menjadi beban buat kita. Baiklah kita biarkan saja dia
pergi!" Kadang kala, Allah harus membiarkan kita menanggung
penderitaan tertentu karena Ia memandang dari keseluruhan
rencana-Nya. Semua itu demi kebaikan kita.
Sebagian pengalaman rohani yang paling indah justru saya dapatkan di
Cina, seperti yang sudah saya saksikan pada sebagian dari Anda. Dan
hal yang ingin saya sampaikan, khususnya bagi Anda yang akan pulang
ke negara asal Anda adalah bahwa pengalaman rohani yang terindah
adalah pada saat menghadapi kesukaran dan tekanan, bukan pada saat
Anda menikmati kesenangan dan kelimpahan, pada ketika hidup terasa
mudah bagi Anda. Saat di dalam tekanan justru adalah saat
tercurahnya berkat rohani yang paling besar. Itulah sebabnya, jangan
lemah semangat dalam menghadapi kepulangan menuju tempat asal
Anda. Tantangan dan persoalan yang akan hadir akan memberi
kesempatan bagi Anda untuk melihat apakah Allah kita adalah Allah
yang hidup. Saya tegaskan dengan jujur kepada setiap orang, "Jika
Allah bukan Allah yang hidup, Lupakan saja Dia! Jangan sia-siakan
waktu Anda dengan urusan agama." Bukankah saya sudah sering kali
mengatakan hal seperti ini? Jika Allah bukanlah Allah yang hidup,
lupakan saja! Tamatkan hubungan Anda dengan-Nya! Siapa yang perlu
agama? Jika Anda menghendaki agama, itu urusan Anda. Saya tidak
memberitakan agama; saya memberitakan Allah yang hidup! Saya
289 | C A H A Y A I N J I L
percaya kepada-Nya! Saya mengikut Dia karena saya sudah mengalami
Dia. Saya tahu bahwa Ia benar.
Anda tidak bodoh dalam merelakan hal yang tidak dapat Anda
pertahankan untuk memperoleh hal yang tidak dapat Anda
kehilangan
Saya juga tahu bahwa jika saya mengejar dunia sekarang, maka saya
akan mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar dari yang ada
sekarang ini sebagai seorang gembala. Tapi hal itu tidak menarik minat
saya. Mengapa? Karena saya hanya tertarik pada Allah yang hidup.
Masanya akan tiba di mana kekayaan menjadi tidak berarti sama
sekali. Uang Anda akan lenyap. Mereka yang telah meninggalkan Cina
tahu persis akan hal ini. Ketika kaum Komunis datang, para pengusaha
besar di Shanghai kehilangan segalanya. Habis semua! Investasi ayah
saya di sebuah pabrik musnah. Mobil miliknya disita. Rumah dan
kekayaan yang lain lenyap sudah. Kekayaan dunia ini berlalu dengan
sangat cepat, tetapi Allah kekal selamanya! Ada banyak politikus
penting yang saya kenal kala itu, sekarang ini mereka sudah bukan
apa-apa lagi. Kemuliaan dunia ini berlalu dengan cepatnya. Ayah saya
sendiri adalah orang yang berkedudukan tinggi. Ada masanya ketika
para prajurit di Nanjing memberi hormat setiap kali saya melintasi
mereka. Sekalipun saya sedang bersepeda melewati mereka, para
penjaga itu tetap berdiri tegak dan memberi hormat kepada saya.
Mengapa? Karena ayah saya berkedudukan tinggi saat itu. Akan tetapi
kemuliaan ini pun berakhir dengan cepatnya. Segala sesuatunya
lenyap! Kemuliaan dunia ini tidak ada artinya. Tepat seperti yang
dikatakan oleh raja besar Israel, Salomo, dalam Pengkhotbah,
"Semuanya akan berlalu. Kesia-siaan belaka." Apakah Anda ingin
menjalani hidup untuk mengejar hal-hal yang akan berlalu itu? Ini
bukanlah hikmat!
Menjalani hidup demi yang kekal, itulah hikmat. "Orang yang
merelakan apa yang tidak bisa dipertahankannya untuk memperoleh
apa yang tidak akan kehilangan bukanlah orang bodoh." Itu adalah
kata-kata bijak yang disampaikan oleh Jim Elliot. Itulah hikmat.
Mengurbankan hidup Anda untuk mendapat sesuatu yang tidak dapat
Anda pertahankan adalah suatu kebodohan! Mengurbankan hidup Anda
untuk mendapat sesuatu yang tidak akan Anda kehilangan, itulah
hikmat! Tetapi tidak ada suatu apa pun dari dunia ini yang tidak akan
berlalu dari tangan Anda. Anda lahir dalam keadaan telanjang dan tidak
290 | C A H A Y A I N J I L
membawa uang, Anda juga akan meninggalkan dunia ini dengan
telanjang dan tanpa uang. Tak ada satu pun kekayaan dunia ini yang
akan menyertai Anda. Lantas, apakah Anda akan memutuskan untuk
hidup demi menikmati tahun-tahun yang singkat ini? Itukah hikmat?
Saya sampaikan kepada Anda bahwa John Sung bisa saja menjadi
profesor bidang kimia di Nanjing. Ketika ia ditanya, "Mengapa Anda
meninggalkan karir Anda yang cemerlang di bidang kimia ini dan malah
memberitakan Injil?" Jawabannya adalah, "Saya merelakan apa yang
tidak bisa saya pertahankan untuk memperoleh apa yang tidak dapat
saya kehilangan." Itulah hikmat!
Akan tetapi bukanlah hal yang mudah untuk memperoleh apa
yang tidak akan hilang dari Anda, yaitu untuk menjadi seorang
Kristen. Sudah cukup sering saya sampaikan kepada Anda, menjadi
orang Kristen itu bukanlah hal yang mudah. Saya tidak pernah
memberitakan Injil yang palsu. Saya tidak pernah berkata kepada
Anda, "Jadilah orang Kristen, maka Anda akan menerima sukacita dan
kemudahan, dan Allah akan mengalirkan uang ke dalam saku Anda."
Kekristenan macam apa ini? Saya tidak pernah mengkhotbahkan
Kekristenan semacam ini! Tidak. Saya beritahukan sejujurnya kepada
Anda bahwa menelusuri jalan kebenaran di dunia yang dikuasai oleh
dosa berarti memasuki kehidupan yang sukar. Melangkah di jalur
kerendahan hati di tengah dunia yang penuh kecongkakan jelas akan
sangat menyulitkan hidup Anda. Melangkah di jalur kejujuran di tengah
cengkeraman kebohongan, bukanlah langkah yang mudah. Itu
sebabnya, menjadi seorang Kristen yang sejati di tengah dunia yang
seperti ini jelaslah merupakan kehidupan yang sangat sulit. Anda jelas
belum menjadi seorang Kristen sejati dalam waktu yang lama jika
belum pernah mengalami segala macam kesukaran ini! Ada begitu
banyak tekanan yang akan ditimpakan ke pundak Anda sehingga sering
kali Anda akan merasa seperti di dalam perumpamaan ini, "Saya tidak
kuat lagi! Saya tidak bisa meneruskannya lagi!" Anda dibuat begitu
lemah semangat. Anda ditekan sampai sangat lemah.
Saat saya membulatkan tekad untuk mengikut Kristus memberitakan
Injil, tekanan segera muncul. Ayah dan ibu saya berdiri menentang.
Saya bukan sekadar satu-satunya anak laki-laki, saya adalah anak
tunggal di dalam keluarga, dan orang tua saya meletakkan segala
harapan mereka ke pundak saya! Mereka mengharapkan saya untuk
menjadi seorang negarawan, untuk bisa meraih apa yang masih belum
291 | C A H A Y A I N J I L
berhasil dicapai oleh ayah saya. Atau, boleh juga, menjadi seorang
ilmuwan besar. Saya percaya, bersama Allah, saya juga bisa mencapai
sukses di bidang-bidang tersebut. Namun saya sampai pada
pertanyaan, "Apa gunanya? Apa hasil yang akan saya dapatkan dengan
semua itu?" Saya pernah punya ambisi yang besar di bidang
kemiliteran, namun saya kemudian mempertanyakan ambisi tersebut,
"Apa yang sudah terjadi dengan Alexander Agung? Ia mati dan
kerajaannya terpecah belah. Apa yang sudah terjadi dengan Yulius
Kaisar? Ia dibunuh oleh sahabatnya sendiri. Apa yang sudah terjadi
dengan Napoleon? Ia mati dalam pengasingan di pulau terpencil. Apa
yang sudah terjadi dengan semua orang-orang besar itu?" Saya tidak
takut menghadapi kematian di pulau terasing seperti Napoleon, ditikam
oleh sahabat sendiri seperti Yulius Kaisar, atau mati karena sakit
mendadak seperti Alexander Agung. Akan tetapi pertanyaannya
adalah: Apa artinya semua itu? Apa gunanya semua itu? Semua
terbukti sia-sia. Tidak punya nilai yang kekal.
Namun tentu saja orang tua saya tidak melihat persoalan itu dengan
cara yang sama karena mereka tidak mengenal Allah seperti
pengenalan yang saya miliki, lewat kasih karunia-Nya. Demikianlah,
tekanan itu mulai muncul. Ayah saya berkata, "Baik, kamu ingin
melayani Allah? Aku tidak akan membiayai sekolahmu. Kamu tidak
akan bisa sekolah." Ia mengira bahwa kalau ia menghentikan aliran
dana, maka saya akan takluk terhadap tekanan kebutuhan dana
pendidikan. Ia tidak tahu bahwa saya sudah mengenal Allah yang hidup
selama tiga tahun di Cina! Saya tahu bahwa Allah yang hidup akan
memelihara saya. Dan saya memutuskan untuk setia pada tekad
semula. Ayah saya tidak kunjung berhenti menyesali apa yang sudah ia
perbuat terhadap saya. Walaupun aliran dana darinya sudah berhenti,
ternyata saya masih tetap bisa lulus dari Sekolah Alkitab (Bible
College); dan saya juga lulus dari Fakultas Ilmu Ketuhanan (Faculty of
Divinity) di sebuah universitas atas berkat pemeliharaan Allah. Ayah
saya menyesali keputusannya karena ia menyadari bahwa ia telah
kehilangan peluang untuk membuat saya merasa berhutang budi
padanya dengan membiayai pendidikan saya. Allah memelihara saya.
Ayah saya tidak mengerti bagaimana saya bisa tetap bersekolah dan
bahkan sampai lulus universitas padahal ia sudah tidak memberi saya
uang lagi. Ia tidak mengerti karena ia tidak tahu bahwa Allah adalah
Allah yang hidup!
292 | C A H A Y A I N J I L
Ibu saya sangat keras menentang Injil, karena selama ini yang ia lihat
adalah Kekristenan palsu yang sedang mencengkeram Eropa. Ketika
saya lulus, ibu berkata, "Saya tidak tahu apa-apa tentang Allah yang
kamu bicarakan ini. Kamu selalu berkata bahwa Allah akan melakukan
ini dan itu. Tapi sekarang saya bisa melihat bahwa Allahmu itu benar.
Allahmu itu nyata. Saya tidak bisa menyangkal kenyataan ini. Saya
sudah melihat buktinya di dalam hidupmu." Kemudian ia berlutut
bersama saya dan menerima Yesus dalam hidupnya. Itu adalah saat
yang paling luar biasa dalam hidup saya! Setiap menjelang Hari Ibu,
seperti sekarang ini, saya selalu teringat pada ibu saya. Saya teringat
pada hari yang indah itu, ketika ibu saya, yang sangat menentang Injil,
berlutut bersama saya, dengan air mata bercucuran di pipinya,
menerima Yesus dalam hidupnya. Ia adalah seorang intelektual yang
teguh, seorang pemikir yang kokoh, dan ia sudah mengajukan segala
penolakannya dengan menggunakan landasan akal pikiran. Namun ia
akhirnya dapat melihat kebenaran yang sejati, dan di hadapan bukti
nyata itu ia berkata, "Allahmu itu nyata. Tidak dapat diragukan lagi."
Namun sebelum sampai pada saat terjadinya perubahan itu, sungguh
sangat besar tekanan yang harus saya hadapi! Seringkali saya merasa
putus asa saat bersekolah di Sekolah Alkitab. Seringkali, ketika saya
masih bersekolah di London, saya berpikir, "Aku pasti tidak akan
menyelesaikan studi saya." Namun Allah selalu memelihara saya.
Bagaimana kita bisa bertahan? Semudah penjelasan dalam
perumpamaan ini, di tengah kesulitan, bertekunlah, bertahanlah
sampai akhir. Kadang kala, saya sampai menggigit bibir dan berkata,
"Jika saya memang harus mati kelaparan di Inggris ini, mati kelaparan
di negeri asing tanpa sanak satupun, maka saya akan mati dalam
kesetiaan kepada Allah. Saya tidak akan menyimpang ke kanan atau ke
kiri." Saya sudah bertekad untuk setia sampai pada akhirnya. "Akan
tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di
bumi?" (Luk.18:8). Kata Yunani bagi 'iman' dan 'kesetiaan' adalah
sama. Akankah Dia mendapati kesetiaan atau justru kita semua sudah
patah semangat di saat itu? Akankah kita menyerah di tengah berbagai
tekanan ini?
Hakim, sebagai wakil Allah seharusnya membela perkara janda
ini
Ayat ke-2 menampilkan hakim ini sebagai kontras. Ayat itu
menceritakan tentang seorang hakim di sebuah kota, dan seperti apa
293 | C A H A Y A I N J I L
ciri hakim ini? Ia tidak takut akan Allah dan juga tidak peduli pada
manusia. Dalam istilah Cina disebutkan, "tian bu pa, di bu pa." ia tidak
takut terhadap langit dan bumi! Ia tidak menyembah surga dan tidak
memperhatikan sesama manusia. Ia hanya peduli pada dirinya sendiri.
Dirinya sendirilah yang dia jadikan ilahnya. Ia menyembah dirinya
sendiri. Tentu saja, yang ada dalam pikirannya hanyalah dirinya
sendiri. Coba Anda bayangkan keadaan hakim yang seperti ini.
Orang macam apa yang berperilaku seperti ini? Tentunya orang yang
sangat mementingkan diri sendiri, sangat egosentris. Anda dapat
melihat karakter hakim ini. Ia tidak peduli pada kebenaran dan
keadilan. Ia tidak berbelas kasihan dan bahkan tidak peduli pada
hukum yang seharusnya ditegakkannya, karena menurut hukum
Taurat, janda mendapat perlakuan istimewa dibandingkan yang lain.
Hukum itu dirancang untuk membela mereka yang tidak mampu
membela dirinya. Akan tetapi hakim ini tidak peduli pada hukum dan
juga tidak memiliki belas kasihan. Ia tidak peduli kepada siapapun
kecuali dirinya sendiri. Tuhan mereka ialah perut mereka, demikian
kata Paulus kepada jemaat di Filipi (Flp.3:19). Ada banyak orang
seperti itu di dunia ini. Dari mana penduduk kota dapat memperoleh
kebenaran dan keadilan jika hakim yang mereka miliki seperti ini?
Lalu tampillah seorang janda di dalam ayat 3. Di dalam Alkitab, janda
adalah gambaran tentang orang yang lemah, tak mampu membela
dirinya dan miskin. Di dalam Alkitab, janda selalu menjadi lambang
orang-orang yang tidak punya sumber penghasilan karena ia tidak
punya suami. Dan ia tidak punya perlindungan karena tidak ada lelaki
yang akan menjadi pembelanya. Di dalam Mazmur 68:6, Allah disebut
sebagai Pelindung bagi para janda.
Jadi kita sekarang melihat ada dua pemeran dalam perumpamaan ini,
yaitu janda dan hakim. Yang satu miskin dan tidak punya perlindungan,
dan yang satunya lagi hanya memikirkan dirinya sendiri saja, hakim
congkak yang tidak peduli pada apapun selain dirinya sendiri. Apa hal
yang akan disampaikan oleh Yesus melalui gambaran ini? Banyak
sekali.
Kita perlu ingat bahwa perumpamaan ini, sama seperti perumpamaan
Yesus yang lainnya, mengisahkan kehidupan di tengah konteks
masyarakat Yahudi yang merupakan umat Allah. Janda ini adalah umat
294 | C A H A Y A I N J I L
Allah, anak bangsa Israel. Dan hakim ini juga seorang umat Allah,
warga Israel. Dan di dalam Perjanjian Lama, hakim adalah wakil Allah
bagi masyarakat Israel. Perumpamaan ini tampaknya disarikan dari
Mazmur 82.
Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah Ia menghakimi:
"Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak
kepada orang fasik? Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan
kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang
kekurangan! Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin,
lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!" Mereka tidak tahu dan
tidak mengerti apa-apa, dalam kegelapan mereka berjalan; goyanglah
segala dasar bumi. (Mzm.82:1-5)
Kita akan membandingkan hakim di dalam perumpamaan ini dengan
kelima ayat di Mazmur 82 ini. Di ayat 1, kita lihat bahwa para hakim itu
disebut para allah karena mereka menyelenggarakan kewenangan Allah
yaitu kuasa keadilan atas bangsa Israel. Yesus mengutip ayat 6 dari
Mazmur ini di dalam Yoh.10:34, "Tidakkah ada tertulis dalam kitab
Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah?" Lalu
perhatikanlah kata 'berapa lama lagi', di ayat ke-2 dari Mazmur 82 itu,
"Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak
kepada orang fasik?" Hakim di dalam perumpamaan kali ini juga
melakukan hal yang persis sama. Ia telah menyelewengkan
kedudukannya sebagai wakil Allah karena ia tidak memberi keadilan
kepada yang lemah dan anak yatim, ia juga tidak membela hak orang
yang sengsara dan kekurangan, sebagaimana yang disebutkan dalam
ayat 3. Di dalam ayat 4 disebutkan bahwa, seorang hakim
harus meluputkan orang yang lemah dan yang miskin, danmelepaskan
mereka dari tangan orang fasik, tetapi hakim di dalam perumpamaan
ini tidak mau meluputkan orang-orang dari ketidak-adilan dan
penindasan. Sebagaimana yang sudah saya sampaikan sebelumnya,
keseluruhan Mazmur pasal 82 ini menjadi latar belakang dari
perumpamaan kali ini.
Yesus tahu bahwa guru-guru palsu akan menindas orang-orang
Kristen yang setia di Hari-hari terakhir nanti
Jika kita berbicara tentang tekanan, maka tekanan macam apa yang
akan dihadapi oleh seorang Kristen itu? Hal apa yang akan
menyebabkan seorang Kristen sampai ke titik jemu, lelah, merasa
295 | C A H A Y A I N J I L
putus asa? Persoalan akan datang dari dua arah: satu dari luar Jemaat,
dan satunya lagi dari dalam Jemaat.
Dari luar Jemaat akan muncul aniaya dari orang-orang dunia. Ingatlah
Matius 10:16, di mana Yesus berkata, "Lihat, Aku mengutus kamu
seperti domba ke tengah-tengah serigala." Sebagai seorang Kristen,
Anda menjadi domba di tengah serigala. Sama seperti si janda ini,
Anda adalah orang miskin, tanpa perlindungan, dan kemana Anda
mengharapkan keadilan dalam menjalani hidup di dunia ini? Hakim
mana yang kan membela perkara Anda? Jadi, keras dan kejamnya
penolakan dunia adalah salah satu sebab yang melemahkan dan
menjatuhkan orang-orang Kristen.
Dari dalam lingkungan Jemaat, sayangnya, terdapat juga satu sumber
masalah yang akan menghantam seorang Kristen. Saya rasa, inilah hal
khusus yang mendapat perhatian dalam perumpamaan ini karena
Yesus memilih tokoh hakim sebagai pemerannya.
Para nabi memberitahu kita bahwa salah satu sebab mengapa Israel
masuk dalam pembuangan adalah karena para hakimnya telah
menyeleweng dan menerima suap dan mereka tidak membela perkara
orang-orang yang lemah. Mereka tidak membela kepentingan para
janda. Mereka tidak peduli pada anak-anak yatim. Dan murka Allah
ditimpakan ke atas mereka karena hal-hal ini. Hampir semua nabi
mengecam para hakim, para wakil Allah di tengah umat Israel. Tugas
mereka adalah menjalankan keadilan Allah, dengan berlandaskan pada
hukum Taurat. Para pemimpin Israel telah menyeleweng. Dan saya
teringat pada Yehezkiel 34, satu pasal tentang pengaduan atas
kelakuan para pemimpin Israel yang menyebutkan, "Kalian, para
gembala Israel, seharusnya menggembalakan dan memberi makan
domba-domba-Ku, Israel. Tetapi kalian hanya sibuk mengisi perut
kalian saja. Hanya kepentinganmu saja yang kalian pikirkan." Para
gembala itu sama seperti hakim dalam perumpamaan ini.
Dan jika kita amati perumpamaan tentang hakim yang tidak adil ini,
saya melihat tampaknya Yesus secara sengaja mengajukan tokoh
hakim ke dalam perumpamaan ini. Jika Ia ingin memakai hakim itu
sebagai lambang dari orang dunia yang menyusahkan kehidupan orang
Kristen, maka seorang hakim sulit dijadikan sebagai simbol dari dunia
karena hakim dipilih Allah untuk menegakkan keadilan bagi umat
296 | C A H A Y A I N J I L
Israel, umat Allah. Malahan, mungkin, penentang terburuk yang harus
dihadapi seorang Kristen adalah para pemimpin Jemaat yang tidak
peduli.
Saya sampaikan lagi kepada mereka yang akan kembali ke negara asal
mereka, bahwa mereka yang telah pulang duluan menceritakan
tentang persoalan yang mereka terima dari para pimpinan gereja di
sana. Saya ikut bersedih atas penderitaan mereka. Sangat sering
terjadi, para hakim yang seharusnya menjalankan pekerjaan Allah di
tengah jemaat Allah ternyata tidak melakukannya. Mereka hanya
mengerjakan kepentingan mereka sendiri. Sebagaimana yang sudah
saya sampaikan sebelumnya, dan akan saya sampaikan lagi, memang
ada banyak sekali orang yang menjadi pendeta karena motivasi
duniawi, bukannya yang rohani. Mereka lebih peduli pada masalah
mengamankan kedudukan, menyenangkan atasan, penerimaan dari
orang lain supaya mereka dapat mengamankan posisi mereka. Saya
tidak berkata bahwa semua pendeta berkelakuan seperti itu, Yesus
juga tidak mengatakan bahwa semua hakim di Israel adalah jahat.
Masih ada hakim yang baik di Israel. Akan tetapi para hakim yang jahat
ini telah sangat menyengsarakan umat Israel. Para gembala yang jahat
telah menyengsarakan jemaat.
Tidakkah Anda melihat bahwa secara ajaib Allah telah tahu bahwa apa
yang sedang terjadi di Israel akan terjadi pula di gereja? Itulah
sebabnya Yesus berkata di ayat terakhir dari perumpamaan ini, "Akan
tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di
bumi?" Adakah Ia akan mendapati iman di tengah Jemaat-Nya di bumi?
Jika iman tidak dapat ditemukan di dalam gereja, kemana lagi Anda
bisa berharap untuk menemukan iman? Di tengah orang dunia? Tentu
saja iman hanya bisa didapatkan di gereja! Namun apakah Yesus akan
mendapatkannya? Yesus telah melihat apa yang akan berlangsung di
tengah Jemaat-Nya. Dan di dalam 2 Timotius 3:6,13; dan 4:3, Rasul
Paulus menubuatkan bahwa pada Akhir Jaman, gereja akan dipenuhi
oleh guru-guru palsu, pengajar dan pendeta yang datang ke tengah
jemaat hanya untuk mengenyangkan perut mereka sendiri, mengejar
kepentingan pribadi. Perlu saya tegaskan kembali, tidak semua pendeta
seperti itu. Ada banyak pendeta yang benar, akan tetapi ada banyak
juga pendeta yang jahat. Yang jahat inilah yang telah banyak
menyengsarakan umat Allah. Menanggung penderitaan akibat tekanan
orang dunia itu lebih mudah. Yang berat justru menanggung
297 | C A H A Y A I N J I L
penderitaan akibat tekanan dari orang-orang Kristen. Sekali lagi saya
tegaskan kepada mereka yang akan kembali ke tempat asal mereka,
bertahanlah. Anda akan menghadapi penentangan dari para hakim
semacam ini yang, bukannya melayani Firman Allah sebagaimana
seharusnya yang mereka lakukan, tetapi justru menindas kebenaran
karena mereka hanya peduli pada kepentingan pribadi mereka, hanya
memikirkan gengsi mereka. Bertahanlah!
"Melelahkan" hamba-hamba Allah yang tidak berbelas kasih itu
sampai mereka menerapkan Firman Allah
Namun ada lagi satu pelajaran yang muncul dari perumpamaan ini.
Bertahan teruslah menghadapi orang-orang tersebut. Apa yang harus
kita lakukan jika kita berhadapan dengan pendeta yang melayani
karena mengincar gaji tinggi, karena tidak bisa bekerja di tempat lain,
karena ingin menjadikan tugas sebagai gembala itu sebagai sumber
penghasilannya? Apa yang harus kita lakukan? Apa yang harus Anda
lakukan jika Anda pulang ke tempat Anda dan Anda harus berurusan
dengan pendeta semacam ini? Satu hal yang dapat Anda lakukan
adalah dengan meniru tindakan si janda ini: maju terus. Teruslah maju,
menuntut pendeta itu untuk menjalankan Firman Allah. Apa yang
dilakukan oleh janda itu? Ia terus saja mendatangi si hakim dan
berkata, "Engkau belum memberiku keadilan sesuai dengan Hukum
Allah Israel! Jalankanlah Firman Allah! Saya menuntutmu untuk
menggenapi Firman Allah. Penuhilah itu!" Dan pelajaran yang kita
dapat adalah bahwa sekalipun si hakim yang lalim ini memenuhi
Hukum Allah bukan karena kepeduliannya pada keadilan, tetapi ia tetap
bisa didorong untuk menjalankan itu oleh upaya terus menerus dari si
janda, ia akan lelah juga menghadapi ketekunan si janda. Saya rasa ini
adalah pelajaran yang perlu kita pegang.
Saya akan memberi Anda satu contoh. Hal ini terjadi di Hong Kong
ketika pertama kali saya keluar dari Cina. Di Cina saya bertemu dengan
kumpulan orang Kristen Rusia yang luar biasa di Shanghai. Mereka dari
gereja Baptis Rusia. Orang-orang Cina benar-benar menghendaki
kepergian mereka karena mereka ini bukan orang Cina. Mereka orang
Rusia, tidak bisa berbahasa Cina, dan mereka tidak lancar bergaul di
masyarakat. Yang paling utama adalah karena mereka itu orang-orang
Kristen yang setia. Dan sebelum saya meninggalkan Cina, orang-orang
Rusia yang saya kasihi ini berkata, "Kalau kamu sudah sampai di Hong
Kong, tolong ingatkan gereja Baptis bahwa kami masih ada di sini.
298 | C A H A Y A I N J I L
Kami di sini berjuang untuk bisa bertahan di Cina. Kami kelaparan di
sini. Bersediakah Anda mengingatkan mereka akan keberadaan kami di
sini?" saya berkata, "Saya pasti akan melakukan itu."
Jadi ketika saya sampai di Hong Kong, sesuai dengan janji itu, saya
terus saja mendatangi Federasi Gereja Baptis sampai akhirnya mereka
berbuat sesuatu bagi para saudara Kristen Rusia di Shanghai. Sungguh
suatu keberuntungan, Presiden Federasi Gereja Baptis saat itu sedang
berada di Hong Kong. Dan saya tidak membiarkannya tinggal tenang
sampai saya melihat mereka bertindak. Hari demi hari, saya terus
menghubungi orang itu. Dan ia pasti berpikir, "Orang muda ini benar-
benar bikin sakit kepala." Saya meneleponnya di hotel, atau jika ia
mengadakan kebaktian, maka saya segera mendatangi tempat acara
itu berlangsung, sehingga ia menjadi sangat hafal dengan diri saya!
Setiap kali melihat saya, ia berkata, "Baiklah, baiklah. Urusan orang-
orang Rusia di Shanghai!" Dan saya berkata, "Benar. Nah, lakukanlah
sesuatu. Mereka sedang kelaparan di sana. Setiap hari yang berlalu
mungkin tidak berarti buatmu, tapi sangat berarti buat mereka. Setiap
hari mereka bergelut dengan pertanyaan apakah akan sanggup
bertahan sampai besok?"
Saat saya masih di Shanghai, saya mengunjungi orang-orang Rusia itu
bersama para tua-tua dari gereja kami, dan makanan terbaik yang
dapat mereka bagikan kepada kami adalah semangkok sop dan
sepotong roti. Mereka sendiri hanya makan roti tanpa ditemani sop.
Kami makan sop dan roti itu beramai-ramai sebagai tamu kehormatan
mereka. Seperti itulah kemiskinan yang melanda mereka. Jadi saya
sangat bertekad untuk tidak membiarkan sang Presiden Federasi
Gereja Baptis ini merasa tenteram, sebelum ia berbuat sesuatu. Dan
saya sangat bersyukur ketika akhirnya para saudara Rusia itu bisa
berangkat meninggalkan Cina dalam waktu singkat. Pemerintah Cina
tidak mempertahankan mereka, jadi yang perlu dilakukan hanyalah
menyediakan sedikit uang untuk membiayai keberangkatan mereka.
Demikianlah, seperti si janda ini, saya datang tanpa kenal lelah.
Pemimpin besar Federasi itu tidak saya biarkan merasa damai sampai
ia akhirnya bertindak. Saya tidak ingat nama Presiden Federasi Gereja
Baptis itu. Setiap hari, siang dan malam saya terus saja
mengganggunya.
299 | C A H A Y A I N J I L
Kata yang dipakai untuk menggambarkan kegigihan si janda dalam
ayat 5 diterjemahkan dengan kata menyerang (akhirnya menyerang
aku). Kata Yunani hupopiazosecara harfiah berarti
'menghantam'. Hupopiazo juga dipakai oleh Paulus di dalam 1 Korintus
9:27, "Aku melatih tubuhku." Artinya mendisiplinkan diri sendiri. Dan
hakim di dalam perumpamaan ini sangat kuatir kalau-kalau si janda itu
akan menyerangnya karena janda itu terus saja mendatanginya.
Tentunya hakim ini tidak menguatirkan hantaman tinju si janda karena
pastilah janda itu tidak cukup kuat untuk melakukannya. Hakim ini
tentunya sedang berpikir secara metafora (perlambangan), "Janda ini
pasti akan bikin saya lelah! Dia pasti akan datang terus setiap hari,
membuat hidup jadi tidak enak. Baiklah, sekalipun saya tidak takut
akan Allah, dan saya tidak peduli pada orang lain, saya hanya peduli
pada diri sendiri, lebih baik saya berikan saja apa yang dia mau supaya
dia tidak perlu datang lagi sesudah ini. Dia betul-betul menyusahkan!"
Sebagaimana halnya dengan si janda, kita juga bisa memakai strategi
ini karena memang ada pendeta dan pengajar yang tampaknya tidak
peduli pada Allah dan sesama manusia, yang mereka pedulikan hanya
diri mereka sendiri. Kita bisa saja merusak ketenteraman dan membuat
mereka begitu lelah sehingga suatu hari mereka berkata, "Baiklah,
mari kita jalankan Firman Allah. Kalau tidak, orang itu akan
mendatangi kita terus." Ini bisa menjadi strategi yang bagus. Dan
mungkin ini adalah strategi satu-satunya yang bisa dipakai di akhir
jaman. Ketika Gereja sudah semakin parah dalam mengalami
pembusukan, apa yang akan terjadi dengan orang-orang pilihan?
Sangat perlu untuk kita ingat bahwa si janda ini tidak
melambangkan seseorang melainkan Gereja sejati, umat
pilihan. Itu sebabnya Anda mendapati Yesus berkata di ayat 7,
"Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya...?" Jadi,
si janda ini merupakan lambang dari 'umat pilihan' yaitu umat Allah
yang setia di dalam Gereja. Ini adalah hal yang sangat indah. Jemaat
sejati digambarkan sebagai seorang janda. Sendiri namun tidak
sendirian. Miskin namun tidak melarat. Mereka memiliki Allah berikut
berkat-berkat rohani dari Allah. Secara duniawi mereka tidak memiliki
kemampuan untuk bertahan namun bukannya tanpa perlindungan,
mereka dilindungi oleh Allah. "Berbahagialah, hai kamu yang miskin,
karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah" (Luk.6:20; Mat.5:3).
300 | C A H A Y A I N J I L
Jemaat yang sejati dan setia selalu dilambangkan dengan gambaran
orang miskin dan dengan gambaran seorang janda.
Allah, Hakim yang adil, berjanji untuk membela Jemaat-Nya,
tapi dapatkah Anda bertahan?
Sekarang kita sampai pada ayat yang terakhir. Bagian pertama dari
ayat 8 berkata, "Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan
mereka." Allah akan membela Anda. Allah akan segera membenarkan
Jemaat-Nya. Allah memedulikan Jemaat-Nya. Perumpamaan ini
merupakan satu janji. Satu janji bahwa jikalau Anda mau bertahan
sampai pada kesudahannya, maka Allah pasti akan membela perkara
Anda. Anda tidak akan kecewa. Akan tetapi Ia akan mengijinkan kita
untuk melihat batas ketahanan kita. Akan ada saatnya ketika Anda dan
saya sampai pada keadaan yang secara jasmani letih, secara mental
remuk, dan secara rohani lemah, dan kita berkata kepada Tuhan,
"Tuhan, saya tidak sanggup lagi!" Jika ada orang yang mengalami
keletihan itu, saya menyampaikan rasa prihatin dan simpati saya
kepada Anda. Saya tidak pernah menilai diri ini lebih baik dari pada
orang itu. Kita tidak boleh mengecam atau menghakimi orang itu. Ada
orang yang memang sudah sangat letih; mereka patah semangat. Akan
tetapi Allah selalu peduli. Allah sangat peduli pada kita semua. Ia
berkata, "Aku akan membenarkanmu. Aku akan membela perkaramu."
Dan penalaran dalam perumpamaan ini mengikuti pola yang tertulis
dalam Matius 7:11, "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi
pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di
surga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta
kepada-Nya." Jika seorang hakim yang lalim bisa terus diganggu
sampai mau memberikan keadilan, bukankah Allah, Hakim yang adil,
jauh lebih bersedia dan bersukacita untuk memberikannya? Ini benar-
benar sebuah perumpamaan yang indah.
Perumpamaan ini ditutup dengan bagian kedua dari ayat 8 yang
berkata, "Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia
mendapati iman di bumi?" Sekalipun janji Allah telah diberikan bahwa
Ia akan membela dan membenarkan Anda selalu, apakah Anda akan
mampu bertahan? Jawabannya ada di tangan Anda, bukan pada Allah.
Allah tak pernah gagal. Persoalannya adalah, apakah Anda akan gagal?
Dan jawaban yang mengerikan adalah bahwa akan ada beberapa orang
yang gagal. Di dalam Matius 24:10-12, Yesus memperingatkan murid-
murid-Nya bahwa di akhir jaman, "Banyak orang akan murtad dan
301 | C A H A Y A I N J I L
mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci." Anda tidak
akan bisa murtad kalau sebelumnya tidak pernah punya iman, sama
halnya dengan pernyataan bahwa Anda tidak akan bisa meninggalkan
Montreal kalau Anda tidak pernah tinggal di sana. "Banyak nabi palsu
akan muncul dan menyesatkan banyak orang. Dan karena makin
bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan
menjadi dingin."
Mengapa kita sampai patah semangat dan murtad?
Hal apa yang akan membuat kita putus asa? Mari kita perhatikan
penjelasan singkat berikut ini:
Kita menjadi jemu dalam mengerjakan hal yang benar. Kata
Yunani yang sama, hupopiazo, diterjemahkan dengan kata jemu di
dalam Lukas 18:1 dan juga di dalam 2 Tesalonika 3:13, saudara-
saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik. Akan ada
beberapa orang yang sudah begitu banyak berbuat baik. Mereka selalu
memberi, memberi dan terus memberi diri, uang, waktu dan tenaga
mereka. Dan pernahkah Anda sadari bahwa kadang-kadang Anda
memberi begitu banyak sehingga Anda benar-benar jemu memberi
karena kehabisan, baik tenaga, waktu maupun harta?
Saya pernah menerima warisan yang berupa uang asuransi. Kemudian
saya mulai memberi, memberi dan memberi, sampai akhirnya tidak
ada yang tersisa lagi. Dan saya mulai kesal, "Aku melayani Tuhan. Dan
akibatnya aku kehabisan uang." Saya berkata kepada Tuhan, "Tuhan,
tentulah ada batas bagi seseorang di dalam memberi. Cukup sudah!
Haruskah saya menanggung kemiskinan dan kelelahan batin?" Saya
menjadi lelah dan jemu berbuat baik. Tapi kemudian saya menjadi
malu sendiri. Layakkah kita merasa telah memberi terlalu banyak
sementara Tuhan sudah memberikan segalanya bagi kita? Akan tetapi,
memang ada saatnya di mana kita merasa sangat lelah dan kesal. Kita
memberi, memberi dan memberi sampai akhirnya kita kehabisan
sumber daya, namun orang-orang tampaknya tidak menghargai itu
semua. Apakah kita memberi karena mengharapkan penghargaan dari
orang lain? Atau, apakah kita lebih suka kalau orang lain tidak tahu
bahwa kita sudah memberi? Seharusnya kita memberi supaya dilihat
Allah, bukan supaya dilihat oleh manusia. Jadi, janganlah jemu dalam
berbuat baik.
302 | C A H A Y A I N J I L
Kita kehilangan kesabaran. Galatia 6:9 memakai kata Yunani yang
sama, hupopiazo, yang diterjemahkan dengan kata jemu, dan ayat itu
menyampaikan hal yang sama: Janganlah kita jemu-jemu berbuat
baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika
kita tidak menjadi lemah. Jika kita tidak menjadi lemah, maka kita
akan menuai. Hal yang paling menyedihkan adalah jika Anda menabur
tetapi tidak menuai. Ini adalah tragedi besar. Anda menabur, Anda
tebarkan semua benih ke tanah, Anda telah memberikan segalanya,
tetapi Anda tidak menuai! Memang membutuhkan waktu untuk bisa
mulai menuai apa yang telah Anda taburkan. Anda tidak bisa menuai
besok, apa yang Anda taburkan sekarang. Anda mungkin harus
menunggu sampai datang musim panen. Dan jika yang Anda tanam
adalah pohon buah-buahan, mungkin Anda harus menunggu sampai
bertahun-tahun. Namun demikian, Paulus berkata di dalam Galatia
6:9, jangan menjadi lemah. Perlu waktu sebelum tanaman siap
dipanen. Ketika Anda sudah menaburkan semua benih Anda di tanah
dan Anda tidak memiliki sisa benih lagi, dan Anda sedang menanti
bulan demi bulan, itu memang merupakan suatu penantian yang
panjang. Namun jika Anda tidak menjadi lemah, maka Anda akan
menuai. Dan apa yang Anda tuai? Galatia 6:8 berkata bahwa Anda
akan menuai hidup yang kekal! Ini adalah hal yang sangat
penting! Barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang
kekal dari Roh itu. Hidup yang kekal akan Anda tuai jika Anda sabar
menantikannya. Jadi saya memohon bagi Anda yang akan pulang ke
tempat asal Anda, dan sekaligus kepada semua yang hadir di sini,
bertahanlah!
Apakah Anda akan tetap setia sampai kedatangan Yesus atau
akan menyembah anak lembu emas seperti kaum Israel?
Namun masih ada satu poin lagi. Yesus bertanya di dalam ayat 8,
"Tetapi apabila Anak Manusia datang, apakah masih ditemukan orang
yang percaya kepada-Nya di bumi ini?" Ini adalah pertanyaan yang
saya ulangi berkali-kali sejak awal Khotbah hari ini. Dan seperti yang
sudah sampaikan sebelumnya, jawabannya tidak terletak di tangan
Allah, melainkan di tangan Anda. Apakah Anda akan melanjutkan
sampai pada kesudahannya? Saya mohon kepada Anda, bertahanlah
sampai akhir! Tetaplah bertahan sampai pada kesudahannya supaya
Anda boleh menuai.
303 | C A H A Y A I N J I L
Pertanyaan Yesus, "Tetapi apabila Anak Manusia datang, apakah masih
ditemukan orang yang percaya kepada-Nya di bumi ini?" langsung
mengingatkan saya pada Keluaran 32:1. Tahukah Anda apa yang
terjadi dalam keluaran 32:1? Musa naik ke gunung mendatangi Allah
untuk menerima Perintah Allah, dan ia menghilang! Seluruh bangsa
Israel berdiri dan menyaksikan kepergian Musa, menyaksikan Musa
masuk ke dalam awan dan menghilang! Dan bangsa ini menunggu
sehari, dua hari, tiga hari dan bangsa ini mulai gelisah, "Hei. Apa yang
terjadi dengan Musa? Ia pergi ke gunung Allah dan sampai sekarang
tidak muncul lagi." Kemudian berlanjut lagi, enam hari, sembilan hari
berlalu. Tahukah Anda berapa lama Musa pergi? Sepuluh hari? Dua
puluh hari? Hal ini berlanjut terus sampai tiga puluh hari, dan masih
tidak ada tanda-tanda bahwa Musa akan kembali! Apa yang terjadi
dengan Musa? Lalu kita baca di Keluaran 32:1, "Mari, buatlah untuk
kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang
yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir kami tidak tahu apa
yang telah terjadi dengan dia." Dengan kata lain, "Si Musa ini sudah
sekian lama pergi ke atas gunung untuk bertemu dengan Allah.
Mungkin Allah akan menyuruhnya tinggal tetap di sana! Berarti Musa
tidak akan pernah kembali lagi! Apa yang harus kita lakukan? Baiklah,
kita harus memiliki sesuatu yang dapat kita sembah. Kita akan
membuat patung anak lembu emas dan menyembahnya!" Apakah
Musa mendapati iman di bumi ketika ia kembali 40 hari kemudian?
Dapatkah Anda memahami maksud pertanyaan ini? Adakah Musa
mendapati iman? Tidak! Yang ia dapati adalah umat Allah yang sudah
menyeleweng dan menyembah anak lembu emas, yaitu uang! Dan
hanya sedikit yang tetap setia!
Gereja sudah mulai menyembah uang di banyak tempat. Banyak
orang yang datang ke gereja dan kebingungan, gereja itu sebenarnya
apa? Gereja adalah organisasi pengumpul uang. Satu kantong
persembahan lewat, disusul satu kantong lagi, dan ternyata masih ada
kantong susulan lagi! Apa-apaan ini? Seorang sahabat saya beribadah
ke sebuah gereja di Amerika, dan melihat betapa kantong
persembahan di sana beredar sampai empat kali dalam satu kali
ibadah! Di Inggris, ia terbiasa dengan memberi satu kali persembahan.
Jadi, ketika kantong persembahan itu diedarkan lagi, akhirnya ia
kehabisan uang untuk dipersembahkan! Empat kali persembahan!
Gereja sudah mulai menyembah anak lembu emas!
304 | C A H A Y A I N J I L
Seorang sahabat saya yang lain bergabung dengan sebuah radio
program pelayanan di Timur Jauh, saya tidak akan menyebutkan nama
radio dan negaranya. Sesudah bergabung selam beberapa bulan,
teman saya itu mengundurkan diri!
Saya bertanya, "Mengapa kamu mundur dari pelayanan siaran radio
ini?"
Ia berkata, "Tadinya, saya kira saya akan melayani lewat siaran radio.
Ternyata yang mereka perintahkan kepada saya adalah berkeliling
mengumpulkan uang! Saya mempelajari Firman Allah selama bertahun-
tahun ini bukan untuk agar melakukan pekerjaan mengumpulkan
uang!"
Gereja sudah menjadi lembaga pengumpulan uang. Maaf kalau saya
berkata seperti ini. saya mengasihi gereja. Saya mengasihinya! Tidak
ada sukacita bagi saya untuk berkata seperti ini. namun hal ini
mengingatkan saya pada kata-kata Yesus, "Tetapi apabila Anak
Manusia datang, apakah masih ditemukan orang yang percaya kepada-
Nya di bumi ini?" Atau apakah gereja malah menyembah anak lembu
emas dari Mesir? Apakah gereja akan menimbun uang, menyembah
uang, menyembah gelar-gelar, menyembah lembaga-lembaga buatan
dunia? Kita menyembah berhala-berhala yang disembah oleh dunia!
Dewa apa yang disembah oleh orang Mesir dulu? Anak lembu emas!
Apa yang disembah oleh gereja sekarang? Gereja menyembah hal yang
sama, anak lembu emas, gelar-gelar, kedudukan tinggi dan uang. Kita
menyembah hal yang sama! Gereja mengalami pembusukan dari
dalam! Tak heran kalau si hakim ini tidak peduli baik kepada Allah
maupun manusia. Ia telah belajar untuk menyembah perutnya sendiri.
Kemana kita akan berpihak?
Ingatlah bahwa pada bagian awal khotbah ini saya sudah menyatakan
bahwa konteks perumpamaan ini adalah kedatangan kembali Kristus.
Kita selama ini berkata, "Yesus sudah pergi! Ia sudah pergi selama
100, 200, 300, 1.000 bahkan sudah 2.000 tahun. Apa yang sudah
terjadi dengan-Nya? Apakah Dia akan kembali? Mungkin tidak. Siapa
yang tahu?" Kita mirip seperti orang-orang Israel yang sedang berkata,
"Musa ini, kami tidak tahu apa yang sudah terjadi padanya. Mungkin
dia sudah diambil oleh Allah. Mungkin dia tidak akan kembali lagi. Kami
tidak tahu!" Dan itulah hal yang disebutkan oleh 2 Petrus 3:3-4:Yang
305 | C A H A Y A I N J I L
terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir
akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-
orang yang hidup menuruti hawa nafsunya. Kata mereka: "Di manakah
janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita
meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia
diciptakan." Para pengejek akan berkata, "Yesus sudah pergi ke surga
dan Ia akan tetap tinggal di sana selamanya! Kita tidak akan bertemu
Dia lagi. Jadi mari kita menyembah anak lembu emas saja!" Pada
waktu Ia datang kembali, adakah Dia akan mendapati iman di bumi?
Apakah kita masih setia pada-Nya?
Saya mohon kepada Anda, saudara-saudara, tak peduli seberapa besar
tekanan yang datang, tetaplah setia sampai akhir. Inilah inti dari
perumpamaan ini. Mari kita berdoa bagi kita semua yang akan
menghadapi berbagai macam tekanan karena memang sukar menjalani
hidup di tengah dunia yang menjadikan dusta dan kepalsuan sebagai
dasar pijakannya. Kiranya Allah akan menganugerahkan kita dengan
kasih karunia yang kita butuhkan, yaitu kesadaran bahwa Ia akan
membela kita sampai pada akhirnya.
Perumpamaan tentang orang Farisi dan Pemungut cukai
Lukas 18:9-14 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang, Montreal.
Isi khotbah
Kita akan melanjutkan pembahasan ajaran Yesus lewat perumpamaan-
perumpamaan di dalam Injil Lukas. Hari ini kita akan melihat di Lukas
18:9-14. Perumpamaan ini biasanya dikenal dengan
judul Perumpamaan tentang orang Farisi dan Pemungut cukai. Seorang
pemungut cukai adalah orang yang memungut pajak dari rakyat Israel
atas nama pemerintahan Roma. Mereka sangat dimusuhi oleh orang-
orang Israel karena mereka dianggap melayani penguasa Roma, dan
dengan demikian adalah pengkhianat bangsa. Mereka dipandang
sebagai orang tidak beragama dan tidak memiliki hati nurani, yang
306 | C A H A Y A I N J I L
tidak peduli pada kesejahteraan rakyat Israel, umat Allah, bangsa
mereka sendiri.
Beginilah bunyi ayat-ayat di Lukas 18:9-14:
Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan
memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan
perumpamaan ini: "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa;
yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi
itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap
syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain,
bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga
seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku
memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut
cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke
langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah
aku orang berdosa ini.
Perlu ditegaskan bahwa pemungut cukai ini menyebut dirinya orang
berdosa, bukan seorang yang berdosa. Ungkapan orang berdosa ini
sangat penting karena ia memandang dirinya tidak sekadar sebagai
salah satu dari sekian banyak orang berdosa sehingga Allah dapat
berkata, "Nah, kamu ini hanya salah satu dari sekian banyak orang
berdosa. Di dunia ini ada miliaran orang berdosa. Siapa yang peduli
dengan salah satu dari antaranya?" Tidak. Orang ini sedang mengalami
pengungkapan yang sangat mendalam tentang dosa-dosanya sehingga
ia berkata, "Aku orang berdosa, aku orang yang berdosa besar. Aku
yang terburuk dari yang lainnya. Orang lain tidak melakukan dosa
separah aku. Aku ini orang paling berdosa."
Ini senada dengan ungkapan yang disampaikan oleh Paulus - "Di
antara mereka akulah yang paling berdosa," (1 Tim.1:15). Paulus tidak
berkata, "Aku pernah menjadi yang paling berdosa," tetapi, "Akulah
yang paling berdosa, karena aku telah menganiaya Jemaat Allah."
Rasul Paulus, sebelum menjadi Kristen, adalah penganiaya jemaat, dan
memang banyak pengikut Yesus yang kehilangan nyawanya di tangan
Paulus, dan ia tidak pernah melupakan itu. Sekalipun Allah telah
mengampuninya, dan ia tahu bahwa ia telah diampuni, tetapi ia tidak
pernah melupakan apa yang pernah ia perbuat itu. "Aku orang
berdosa," demikianlah ucapan si pemungut cukai itu.
307 | C A H A Y A I N J I L
Dan kemudian Yesus berkata di ayat 14, "Aku berkata kepadamu:
Orang ini (si pemungut cukai) pulang ke rumahnya sebagai orang yang
dibenarkan (diampuni) Allah dan orang lain itu tidak. Sebab
barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan (oleh Allah) dan
barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan (oleh Allah; hal ini
dikenal dengan istilah 'divine passive')
Perumpamaan ini berbicara tentang hal SIKAP HIDUP yang
benar
Perumpamaan ini tentunya sudah sangat terkenal di antara kita, dan
anak-anak yang duduk di sekolah minggu pasti akan berkata, "Kami
sudah tahu isi ceritanya." Tetapi persoalannya adalah apakah Anda
tahu maknanya? Apa makna perumpamaan ini? Pada dasarnya,
perumpamaan ini berbicara tentang sikap hati. Sikap adalah masalah
terpenting dalam hidup ini. Tidak ada hal yang lebih penting di
dunia ini ketimbang memiliki sikap yang benar. Bukan
peristiwanya yang penting, tetapi sikap kita terhadap peristiwa
itu yang penting.
Dua orang yang menghadapi kejadian yang sama dapat menanggapi
kejadian itu dengan sikap yang sangat berbeda. Misalnya, ada dua
orang yang kehilangan segala-galanya akibat perang, bencana alam,
atau pun penyakit. Peristiwa kehilangan segala-galanya bukanlah suatu
pengalaman yang langka dalam sejarah umat manusia. Saya menjalani
hidup ini melalui berbagai peristiwa peperangan. Saya masih seorang
bocah kecil ketika berkecamuk Perang Dunia II, dan selanjutnya saya
juga menyaksikan perang saat kaum Komunis datang. Saya melihat
banyak orang yang kehilangan segala-galanya! Tadinya mereka tinggal
di rumah yang besar, dengan mobil yang besar, tapi mereka terpaksa
meninggalkan Cina tanpa membawa apa-apa, hanya pakaian di badan.
Saya juga keluar dari Cina hanya dengan membawa pakaian di badan
dan sebuah tas kecil. Dua orang keluar dari Cina dengan sama-sama
hanya membawa pakaian di badan dan dua dolar di tangan. Di dalam
keadaan seperti itu, Anda dapat melihat dua macam reaksi yang sangat
berbeda. Yang satu berkata, "Habis sudah! Semuanya sudah berakhir!
Saya telah kehilangan segalanya. Hanya tinggal dua dolar di tangan.
Saya benar-benar sengsara. Saya sudah hancur sekarang." Sementara,
yang satunya lagi berkata, "Saya memang telah kehilangan
segalanya, tetapi saya masih hidup, saya masih punya dua dolar." Jadi,
yang satu berkata, "Yang ada tinggal dua dolar ini", sedangkan yang
308 | C A H A Y A I N J I L
lainnya berkata, "Masihada dua dolar. Ini bukan akhir segalanya. Dan
saya juga masih hidup." Di dalam keadaan yang persis sama, orang
bisa bersikap sangat berlainan. Yang satu putus asa dan tamat
riwayatnya; yang satunya lagi masih bertahan.
Orang Kristen dengan sikap yang benar pasti akan bertahan, tak
peduli seberapa berat, seberapa tipis harapan yang tampak, dan
hal ini sudah kita lihat di dalam perumpamaan tentang hakim yang
lalim. Orang Kristen bukan jenis manusia yang bersedia menyerah.
Akan tetapi tidak semua orang Kristen bersikap seperti ini. Saya
melihat ada banyak orang Kristen yang putus asa ketika menghadapi
kesulitan dan keadaan yang sukar. Bagi orang-orang Kristen seperti ini,
saya ingin bertanya, "Allah macam apa yang kalian miliki?" Saya sering
melihat orang non-Kristen yang juga menghadapi keadaan sukar
namun masih tetap bertahan dan berupaya mengatasi kesukaran itu
dan membulatkan tekad, "Baiklah. Keadaannya memang sangat buruk.
Tetapi kita akan terus menghadapinya dan akan mengatasinya.
Sekalipun kita harus mati dalam perjuangan ini, kita akan tetap
berjuang." Jika orang-orang non-Kristen bisa punya sikap seperti ini,
mengapa ada orang-orang Kristen yang patah semangat ketika
menghadapi kesukaran, yang berkata, "Aku menyerah," "Aku sudah
kalah," "Habis sudah"? Orang Kristen seperti itu tidak mengenal
Allahnya sendiri. Mereka tidak layak menyandang sebutan "Kristen".
Mereka sungguh tidak layak karena tidak ada orang Kristen yang sudah
mengenal Allah yang akan menyerah.
Tempatkanlah diri Anda dalam situasi seperti orang yang sudah
kehilangan segala-galanya dan hanya tinggal memiliki uang dua dolar
di tangan. Seorang non-kristen yang optimis akan berkata, "Baiklah,
Saya masih hidup. Memang benar saya sudah kehilangan segalanya;
rumah, mobil, tanah dan segala harta kekayaan. Tetapi saya masih
hidup, dan di tangan ini masih ada dua dolar!" Namun bagi seorang
Kristen sejati, ia tidak sekadar masih hidup, masih punya uang dua
dolar, ia masih memiliki harta yang paling berharga, yaitu Allahnya!
Tidak ada orang non-Kristen yang mampu berkata, "Aku masih
memiliki Allahku! Dan selama aku masih memiliki Allahku, maka aku
tetap kaya. Artinya aku tidak kehilangan apa-apa. Sekalipun tidak ada
dua dolar, atau bahkan dua sen, tetapi masih ada Allahku!"
309 | C A H A Y A I N J I L
Anda mungkin akan berkata, "Kamu dapat bicara seperti itu. Apa yang
kamu tahu tentang keadaan yang dihadapi?" Saya tahu banyak tentang
keadaan seperti itu. Saya sudah sering menjalani hari tanpa
sepeserpun uang di tangan. Saya tidak berbicara tentang contoh
khayalan; saya berbicara tentang pengalaman saya. Dan saya memiliki
sukacita itu. Seringkali saya menarik kantong pakaian saya, dan hanya
benang jahitan kantong itu yang bisa saya tarik keluar, tidak ada uang
di sana. Tetapi saya memiliki Allah! Selama saya memiliki Allah, maka
saya tahu bahwa saya akan baik-baik saja. Mengapa? Karena Allah
adalah Bapa saya. Selama masih ada Bapa, apa yang perlu saya
khawatirkan? Anda bertanya, "Apakah itu realistis? Apakah Anda tidak
sedang bermimpi saat itu?" Tidak. Jika semua itu hanya mimpi, maka
saya tidak akan memberitakan Injil kepada Anda sekarang.
Saya memberitakan Injil karena saya sudah memahami bahwa hanya
di dalam keadaan yang sulit itulah maka kuasa Allah mulai terlihat
nyata. Pikirkanlah hal itu, tidakkah itu benar? Jika situasi yang Anda
hadapi itu sangat menyenangkan, mana ada kesempatan bagi Allah
untuk berbuat sesuatu bagi Anda? Kesehatan Anda mantap, tabungan
Anda banyak, rumah Anda mewah, dan mobil Anda mengkilat. Lalu apa
yang harus Allah kerjakan buat Anda? Anda dapat menikmati segalanya
tanpa Allah. Siapa yang akan membutuhkan Allah? Tetapi, jika Anda
berada dalam kesulitan, saat Anda berada dalam keadaan yang sangat
sukar, dalam masalah besar, itulah saatnya Anda bisa melihat apakah
Allah Anda itu nyata atau hanya khayalan, apakah Allah peduli kepada
Anda seperti yang Ia katakan atau tidak. Apakah Dia peduli pada Anda?
Itulah kesempatan Anda untuk membuktikannya. Jadi, buat apa Anda
mengeluh?
George Mueller merelakan segalanya dan percaya kepada Allah
Ada orang yang bertanya kepada George Mueller, "Tidak pernahkah
Anda tabungkan sebagian uang Anda?" George Mueller memberikan
segala harta kekayaannya kepada orang miskin ketika ia berpaling
kepada Allah. Dan sejak saat itu, ia selalu bersemangat memberikan
setiap uang yang ia dapatkan kepada orang lain. Jadi, tabungannya
sangat jarang terisi. Berapa banyak orang Kristen yang berani hidup
seperti itu? Berapa banyak yang berani? Tahukah Anda, berapa juta
dolar uang yang mengalir melalui tangan George Mueller untuk
membantu orang miskin dan pekerjaan penginjilan? Ketika ia
meninggal, ia tidak punya uang sama sekali. Tetapi sepanjang
310 | C A H A Y A I N J I L
hidupnya, ia sudah menyalurkan sebanyak delapan juta dolar kepada
orang miskin dan kepada pekerjaan penginjilan. Hal yang sama juga
dilakukan oleh John Wesley. Ketika ia meninggal, hanya tersisa uang
sebanyak satu pound atas namanya. Segala kekayaannya telah ia
bagikan kepada orang lain.
Namun ketika ada yang menanyakan George Mueller, "Tidakkah
berbahaya hidup tanpa uang di rekening bank Anda?" Ia menjawab,
"Justru kalau saya punya rekening besar, maka saya tidak akan
berkesempatan untuk mengalami apa yang dapat Allah kerjakan
selama empat puluh tahun ini." Pernahkah uang sebesar delapan juta
dolar tersalurkan melalui tangan Anda? Ia mengalir lewat tangan
George Mueller. Sungguh indah apa yang dilakukan orang ini bagi
Allah. Mengapa? Karena ia percaya kepada Allah. Seringkali ia harus
duduk menatap meja makan yang kosong, namun damai sejahtera
tetap ada padanya. Ia tidak mencemaskan hal itu karena ia memiliki
Allah. Ia tidak punya uang tetapi ia punya Allah. Dan Allah tidak pernah
mengecewakannya. Saya masih baru menjadi Kristen di Cina ketika
saya membaca kisah hidup George Mueller, dan hal ini sangat
menguatkan saya. Saya berkata, "Kalau Allah dapat mengerjakan hal
itu melalui George Mueller, Ia tentu dapat melakukan hal itu juga
melalui saya." Jadi saya jalani hidup sebagai orang Kristen di Cina
tanpa mengandalkan apapun selain Allah saja. Itu sebabnya saya
berkata bahwa setiap orang Kristen yang tidak memiliki sikap dan
sukacita seperti ini di tengah kesukaran yang mereka hadapi, berarti
mereka masih belum mengenal Allah. Buat apa Anda mempercayai
Allah yang tidak Anda kenal? Apa yang Anda butuhkan dari Allah? Allah
Anda tidak nyata.
Ada dua macam sikap. Saya akan mulai dari yang umum, dan saya
akan mempersempitnya ke dalam kehidupan Kristen nanti. Bukan
peristiwa-peristiwa yang akan menentukan arah hidup Anda. Sikap
Anda terhadap peristiwa-peristiwa itulah yang menjadi penentunya.
Jangan pernah berkata, "Nasib orang lain masih lebih bagus dari saya."
Anda seharusnya justru prihatin kepada mereka yang terlihat lebih
beruntung daripada Anda. Mengapa? Jika ia lebih kaya, uangnya lebih
banyak, kapan dia akan punya kesempatan untuk mengalami realitas
Allah? Dia tidak punya kesempatan! Itu sebabnya Alkitab terus
menerus berkata, "Celakalah, hai kamu yang kaya!" Orang kaya
bernasib buruk justru karena mereka tidak tahu apa yang tidak mereka
311 | C A H A Y A I N J I L
miliki dalam kehidupan rohani. Dan Anda ingin menjadi orang kaya,
bukankah begitu? Anda tidak tahu apa yang baik bagi Anda.
Sikap Franklin D. Roosevelt terhadap kelumpuhannya
menentukan arah hidupnya
Mari kita lanjutkan dengan mengamati situasi yang ada. Anggaplah ada
orang yang mengalami kelumpuhan akibat penyakit, misalnya
poliomyelitis. Polio adalah penyakit yang mematikan. Jika polio
menyerang dan Anda dapat bertahan hidup, maka Anda dapat
mengalami kelumpuhan. Anggaplah kelumpuhan itu memang terjadi,
bagaimana sikap Anda jika Anda tidak bisa berjalan lagi? Sekali lagi,
dua orang dapat menunjukkan sikap yang sangat berbeda terhadap
situasi yang sama. Yang satu mungkin berkata, "Tamat sudah. Selama
ini aku sangat suka berolahraga, tapi sekarang aku hanya bisa
memutar-mutar roda kursi ini. Aku akan menjadi beban buat
masyarakat. Aku tidak berguna lagi buat masyarakat. Mengapa Allah
memperlakukanku seperti ini? Kenapa bukan orang lain saja yang
terkena polio? Kenapa harus aku yang terkena?" Namun orang yang
lain mungkin akan berkata, "Baiklah. Sekarang kakiku sudah lumpuh.
Tapi tanganku masih bisa dipakai, dan otakku masih jernih. Jadi, aku
masih bisa bekerja, masih berguna buat masyarakat. Lagi pula, otak
inilah yang penting. Aku masih bisa berbuat sesuatu."
Dapatkah Anda membayangkan contoh orang seperti ini? Mungkin
Anda sudah tahu contoh yang saya maksudkan. Kejadian seperti itulah
yang menimpa Franklin D. Roosevelt. Dia mengalami kelumpuhan
akibat polio di pertengahan usianya, di masa puncak karirnya. Usianya
39 tahun dan ia adalah seorang pejabat tinggi negara. Karirnya sangat
menjanjikan. Ia adalah seorang olahragawan dan orang yang sangat
aktif, dan ia terkena polio. Ia berhasil bertahan hidup. Dan ketika
sembuh, kakinya lumpuh dan ia tidak pernah bisa berjalan lagi, tidak
bisa berdiri lagi tanpa bantuan tongkat penguat, tidak pernah bisa
menikmati olahraga kegemarannya lagi. Ia mengalami kelumpuhan
kaki justru di usia puncak karirnya.
Nah, dia tentunya bisa saja patah semangat dan berkata, "Mengapa
semua hal ini terjadi padaku? Aku sudah tamat sekarang!" Tidak!
Roosevelt memperhatikan keadaan yang baru ini dan berkata, "Baiklah,
Sekarang aku sudah lumpuh. Namun itu bukanlah akhir dari kisah
hidupku. Aku masih hidup. Akal budiku masih normal. Aku masih bisa
312 | C A H A Y A I N J I L
berbuat sesuatu buat masyarakat." Dan ia memang melakukannya! Ia
maju menjadi presiden Amerika yang ke-32. Dan ia tetap menjadi
presiden sampai empat kali, rekor terlama untuk jabatan presiden
Amerika. Orang lain tidak pernah melebihi dua masa jabatan, tetapi
Roosevelt memegang sampai empat masa jabatan. Dan ia meninggal di
kantornya, setelah 12 tahun menjadi presiden, ia meninggal di awal
masa jabatannya yang ke-4. Dialah orang yang banyak berperan dalam
memimpin bangsa Amerika, dan secara tidak langsung juga dunia, di
dalam menghadapi dan memenangkan Perang Dunia II. Semangat
juangnya justru tumbuh di tengah penderitaannya, dan hasilnya adalah
dia mampu membangkitkan semangat juang seluruh rakyat Amerika.
Ia berkata, "Baiklah, keadaannya memang buruk, tetapi kita pasti bisa
bangkit dan mengatasi perang ini bersama-sama." Dan rakyat tahu
bahwa dialah orang yang dapat mengatasi keadaan. Coba lihat, ia
selalu berada di kursi rodanya. Ia mengalami kelumpuhan. Namun
pernahkah terlihat bahwa ia patah semangat? Tidak, ia bangkit dan
menang.
Akan tetapi banyak sekali orang yang terserang penyakit, mendapat
pengalaman buruk atau mengalami kelumpuhan, dan mereka menjadi
patah semangat. Semangat mereka hancur lebur, bukan sekadar
tubuhnya yang hancur. Dua orang yang menghadapi kejadian yang
sama, bisa memperlihatkan sikap yang jauh berbeda!
Helen Keller mengalami kebutaan namun akhirnya menjadi
penolong orang buta
Kita tahu ada banyak macam penyakit yang dapat menjadi
penghambat kegiatan hidup kita. Dua orang dapat saja mengalami
kebutaan yang sama, akan tetapi sikap yang mereka tunjukkan
terhadap kejadiann itu bisa sangat berbeda. Kita semua tahu tentang
Helen Keller, orang yang mengalami kebutaan, penyakit yang paling
mengerikan. Kita semua takut kehilangan penglihatan. Umumnya kita
merasa lebih baik kehilangan yang lain ketimbang kehilangan mata.
Helen Keller mengalami kebutaan, akan tetapi ia kemudian bangkit dan
berhasil menolong jutaan orang di dunia, khususnya orang-orang buta.
Beethoven mengalami tuli tetapi terus saja mengarang musik
dan memimpin pertunjukan
Beethoven mengalami ketulian. Jika Anda menjadi tuli, apa yang akan
Anda katakan? "Kenapa ini terjadi pada saya? Kenapa saya harus
313 | C A H A Y A I N J I L
menjadi tuli?" Beethoven tidak menyibukkan diri dengan mengeluh. Ia
putuskan untuk terus mengarang musik. Ia bahkan mencoba untuk
memimpin pertunjukan dalam keadaan tuli, suatu hal yang luar biasa!
Bagaimana memimpin pertunjukan musik dalam keadaan tuli? Di
situlah perbedaan Beethoven dengan yang lain.
Tetapi, sangat banyak orang Kristen yang terkena penyakit dan
langsung putus asa. Terhadap orang seperti ini, saya akan berkata,
"Kamu belum mengenal siapa Allahmu!" Jika seorang non-Kristen bisa
bangkit, mengapa orang Kristen tidak?
Kunci pemahaman perumpamaan ini: Allah adalah penentunya.
Jadilah orang optimis yang realistis
Sikap yang satu kita sebut pesimis, dan sikap yang satunya lagi kita
sebut sebagai optimis. Orang pesimis adalah orang yang melihat awan
kelabu meski di tengah langit biru yang cerah.
Saat menatap langit, Anda berkata, "Luar biasa! Bukankah langit biru
ini luar biasa?"
Namun orang yang pesimis akan berkata, "Ya, tapi lihatlah awan di
sebelah sana!"
Sikap orang yang optimis sangatlah berbeda. Jika Anda berkata, "Lihat,
awan ini gelap sekali!"
Ia akan berkata, "Ya, tapi lihatlah betapa indahnya garis keperakan di
tepinya!"
Si pesimis hanya melihat betapa gelapnya awan namun si optimis
melihat garis tepinya yang keperakan. Keadaan akan membaik lagi.
Tenang saja.
Tentu saja, sebagai orang Kristen, kita tidak boleh sekadar menjadi
optimis, kita juga harus realistis. Jika kita bilang ada garis tepi yang
keperakan, sementara kenyataannya tidak ada, maka itu berarti bahwa
kita ini hanya tukang mimpi saja. Kita ingin menjadi orang yang
optimis, tetapi kaki kita juga harus berpijak kokoh di atas landasan
yang kuat. Orang yang pesimis tidaklah Kristen yang sesungguhnya,
jadi kita tidak usah membahasnya.
314 | C A H A Y A I N J I L
Namun ada dua macam optimisme. Dan inilah hal yang dibicarakan
dalam perumpamaan ini. Anda bisa saja menjadi orang yang optimis
dan sangat puas akan sikap Anda yang optimis itu. Sikap ini masih
tidak cukup baik. Anda bertanya, "Apa? Masih ada yang kurang?"
Benar, masih ada yang kurang. Anda harus menjadi seorang optimis
yang berpijak pada kenyataan. Dan dengan pijakan inilah kita masuk
ke pembahasan perumpamaan ini. Mengapa? Si orang Farisi ini
jelaslah seorang yang optimis, tetapi ia tidak berpijak pada
kenyataan. Ia tinggal di alam mimpi. Mengapa?
Dua sikap berbeda antara kesepuluh pengintai dengan Yosua
dan Kaleb
Untuk memberi gambarannya, saya akan kembali kepada contoh
Perjanjian Lama tentang dua macam sikap yang berbeda ini. Dan saya
akan menanyakan kepada Anda apakah sikap itu realistis, pesimis atau
optimis.
Di dalam Bilangan pasal 13, Musa mengirim pengintai ke Tanah
Perjanjian. Tahukah Anda berapa banyak pengintai yang dikirimnya ke
Tanah Perjanjian itu? Ada 12 orang. Allah membebaskan umat Israel
keluar dari Mesir, membawa mereka melintasi padang gurun, dan
sekarang Ia akan membawa mereka memasuki Tanah Perjanjian. Akan
tetapi, sebelum memulai penyerangan, seluruh keadaan harus
dipelajari dan daerah sasaran harus diintai dulu. Demikianlah, Musa
kemudian mengirim 12 orang pengintai ke Kanaan sebelum
memutuskan untuk memulai penyerbuan. Ke-12 orang itu segera
berangkat memasuki Tanah Perjanjian, tanah yang penuh madu dan
susu. Mereka melihat buah-buahan segar - anggur berukuran besar,
buah delima, buah ara, ladang-ladang yang subur, betul-betul tanah
yang penuh madu dan susu. Ini dia tempatnya! Tapi, seperti yang
mereka duga, orang-orang yang tinggal di tempat yang sangat bagus
tumbuh sangat besar dan kuat, dan para pengintai ini membatin,
"Wah! Mereka semua raksasa! Mereka sungguh kuat! Kita ini seperti
belalang saja di hadapan mereka! Tidak ada peluang untuk menang
menghadapi mereka!"
Sesudah 40 hari, ke-12 pengintai ini kembali ke perkemahan dan
memberikan laporan mereka kepada Musa dan bangsa Israel. Sepuluh
dari mereka berkata, "Kita tidak bisa memasuki tanah ini. Memang
benar, ini adalah Tanah Perjanjian. Tanah ini sangat kaya dan subur
315 | C A H A Y A I N J I L
sehingga hasil ladangnya melimpah. Lihat saja ukuran buah anggur
yang kami bawa ini! Akan tetapi, penduduk yang mendiami tempat ini
terbiasa minum madu dan susu, badan mereka semua sangat tinggi,
sebagian besar hampir dua meter tingginya! Sementara kita ini rata-
rata hanya satu setengah meter saja! Mana mungkin kita bisa menang
berperang melawan mereka. Tanahnya memang bagus tetapi tidak bisa
kita miliki. Penduduk di sana terlalu kuat bagi kita. Kita tidak bisa
melawan mereka." Jadi, kesepuluh orang pengintai memberi laporan
yang mengecilkan hati. Dari kedua belas orang tersebut, hanya dua,
yaitu Yosua dan Kaleb, yang berkata, "Memang benar, bukan saja
tanah itu sangat kaya, tetapi orang-orang di sana juga sangat besar
dan kuat. Tetapi, Allah menyertai kita! Kita pasti menang. Mari
segera maju dan menduduki tanah itu!"
Siapa yang optimis? Yang pesimis? Dan yang realis? Anda tentu akan
berkata bahwa yang 10 orang itu bersikap realis, bukankah begitu?
Mereka melihat kekuatan penduduk yang mendiami Tanah Perjanjian,
dan mereka menyadari beratnya keadaan yang dihadapi. Yosua dan
Kaleb, hanya punya dua suara, jelas tidak akan memenangkan voting.
Mayoritas selalu benar. Begitukah menurut Anda? Di dalam Alkitab,
yang mayoritas itu selalu salah. Pernahkah Anda menyadari kenyataan
ini? Sepuluh lawan dua, yang dua orang ini jelas-jelas kalah suara.
Bukan sekadar kalah suara, bahkan seluruh rakyat langsung menerima
laporan yang sepuluh orang itu dan menolak laporan mereka berdua.
Apakah kesepuluh orang pengintai itu bersikap realistis? Mereka sangat
realistis. Apa yang mereka katakan memang benar. Lalu apa kesalahan
mereka? Mereka mengabaikan satu hal - Allah. Apakah mereka percaya
kepada Allah? Tentu saja mereka percaya kepada Allah. Mereka adalah
umat Israel. Mereka adalah umat Allah. Mereka telah menerima
Perjanjian itu. Tentu saja mereka percaya kepada Allah.
Dua macam orang Kristen dan dua macam sikap sebagian besar
orang Kristen
Kisah ini juga memberi gambaran tentang dua macam orang Kristen di
jaman ini. Jenis yang pertama, seperti kesepuluh orang ini,
mempelajari situasi dan memutuskan untuk menyerah. Apakah orang
ini percaya kepada Allah? Jelas mereka percaya kepada Allah. Jenis
yang kedua adalah yang seperti Yosua dan Kaleb, mempelajari
situasinya dan berkata, "Allah akan memberi kita kemenangan." Lalu
apa beda antara kepercayaan kesepuluh orang itu dengan kepercayaan
316 | C A H A Y A I N J I L
milik Yosua dan Kaleb? Anda mungkin berkata, "Jenis yang kedua itu
adalah yang optimis, tetapi tidak memiliki pijakan yang kokoh di atas
kenyataan. Sejak kapan pasukan kerdil bisa menang melawan pasukan
raksasa?" Di jaman senapan mesin sekarang ini, semakin tinggi badan
musuh Anda bisa menjadikan dia sebagai target yang semakin mudah
ditembak. Dan tinggi badan bisa menjadi unsur yang merugikan dalam
perang modern. Akan tetapi di jaman peperangan yang masih
mengandalkan pedang, aturannya justru berbeda. Tenaga, tinggi badan
dan jangkauan tangan sangat menentukan kemenangan. Anda tidak
mungkin menyuruh petarung kelas ringan melawan yang kelas berat.
Perbedaan kekuatannya terlalu jauh. Itu jelas bukan suatu pertarungan
yang adil.
Jadi di mana letak perbedaan antara kedua macam sikap itu? Hal yang
membedakan adalah: sekalipun keduanya sama-sama percaya kepada
Allah, kelompok yang satu mempercayai Allah sekadar sebagai salah
satu faktor penentu di antara berbagai faktor lainnya. Jika Allah hanya
menjadi salah satu faktor di antara sekian banyak faktor penentu
dalam hidup Anda, maka Anda sedang berada di dalam keadaan yang
sangat berbahaya, sebagaimana halnya dengan yang akan kita amati
dari sikap orang Farisi dalam perumpamaan ini. Namun bagi Yosua dan
Kaleb, mereka yang selalu minoritas, Allah sajalah faktor yang menjadi
penentu, Allah bukan sekadar salah satu faktor dari sekian banyak
yang lainnya. Hanya ada dua macam sikap di dalam lingkungan umat
Kristen. Jenis pertama memandang Allah sebagai salah satu faktor
penentu, sedangkan jenis yang kedua memandang Allah sebagai satu-
satunya faktor penentu.
Saya tidak tahu termasuk kelompok orang Kristen yang manakah Anda
ini. Di titik inilah Anda akan melihat perbedaan antara gandum dengan
lalang. Dan tahukah Anda apa akibat dari laporan kesepuluh pengintai
itu? Kebinasaan Israel. Angkatan itu dimusnahkan di padang gurun
karena mereka mengindahkan laporan dari kesepuluh pengintai itu.
Mereka mengambil sikap yang sama dengan kesepuluh orang tersebut,
dan mereka menolak untuk masuk ke Tanah Perjanjian. Mereka
berkata, "Tidak. Kita tidak mungkin menang melawan pasukan raksasa.
Bukankah para pengintai itu berkata bahwa mereka sangat tinggi dan
kuat? Percuma saja dilawan." Dan apa yang mereka lakukan? Di dalam
pasal selanjutnya, Bilangan 14:1-4, mereka mulai menggerutu kepada
Allah, "Mengapa Allah membawa kami keluar dari Mesir? Benar, kita
317 | C A H A Y A I N J I L
memang menjadi budak di Mesir, namun setidaknya kita masih bisa
makan daging. Tapi sekarang, kita terjebak di sini, di tengah padang
gurun, dan kita tidak bisa masuk ke Tanah Perjanjian karena kita akan
dicincang pasukan musuh jika nekat menyerbu masuk ke Tanah
Perjanjian. Mereka akan menjadikan kita perkedel. Mereka terlalu kuat
buat kita. Apakah Allah membawa kita keluar dari Mesir untuk
membinasakan kita di padang gurun dan di Tanah Perjanjian? Allah
hanya ingin melihat kita binasa!" Mereka menggerutu terhadap Allah
dan terhadap Musa, dan malahan mereka hendak melempari Musa
dengan batu! Demikian pula halnya dengan Yosua dan Kaleb. Mereka
juga bermaksud untuk merajam Yosua dan Kaleb sampai mati, kalau
saja Allah tidak turun tangan (Bil.14:10).
Yang menentukan adalah sikapnya, dan bukan kejadiannya.
Kedua belas orang pengintai itu jelas menghadapi peristiwa yang sama,
akan tetapi sikap mereka terhadap keadaan itu sangat jauh berbeda.
Akibatnya adalah, karena seluruh umat memilih untuk mendengarkan
laporan kesepuluh pengintai itu, mereka semua dibinasakan di padang
gurun! Mereka tidak pernah masuk ke Tanah Perjanjian. Hanya Yosua
dan Kaleb saja dari angkatan itu yang boleh masuk ke Tanah
Perjanjian. Yang lainnya binasa di padang gurun.
Saya sampaikan sekali lagi, sebagai orang Kristen, bukan kejadiannya
yang akan menentukan arah hidup Anda, tetapi sikap Anda terhadap
kejadian itulah yang akan menjadi penentu arah hidup Anda. Prinsip ini
adalah hal yang mutlak perlu Anda pegang dan ingat. Sekali lagi, ingat,
kesepuluh pengintai itu semua percaya kepada Allah; mereka termasuk
bagian dari umat perjanjian, umat pilihan. Dan mereka dipilih khusus
untuk menjadi pasukan pengintai. Tapi dalam pandangan mereka, Allah
hanya sekadar salah satu faktor di antara sekian banyak yang lainnya,
dan Allah tidak akan cukup mampu untuk membalik keadaan. Hanya
jika Allah menjadi satu-satunya penentu dalam hidup Anda, maka Anda
akan sanggup bertekun dalam segala kesulitan. Dialah penentu hidup
Anda. Dia satu-satunya faktor yang menentukan. Dan jika Allah
merupakan satu-satunya faktor penentu dalam hidup Anda,
perbedaan sikap yang Anda tunjukkan akan jauh berbeda! Anda
akan mengamati keadaan yang dihadapi, lalu Anda menatap kepada
Allah, mengamati keadaannya sekali lagi, dan menatap kepada Allah
lagi dan berkata, "Ini bisa dilakukan." Apakah Anda seorang yang
realistis atau bukan? Jawabannya bergantung pada keberadaan Allah
318 | C A H A Y A I N J I L
dalam hidup Anda, menurut Anda Allah itu nyata atau tidak? Apakah
Allah itu nyata, atau Ia tidak nyata?
Saya sampaikan kepada Anda, jika Allah itu tidak nyata, tidak usah
datang lagi ke gereja. Lupakanlah Kekristenan. Lupakan saja agama,
karena iman akan lebih merugikan ketimbang menolong hidup Anda.
Ada beberapa orang yang imannya hanya cukup untuk membuat
mereka merasa enak (feel good), tapi tidak cukup untuk membuat
mereka menjadi baik (be good). Sikap yang dihasilkan sangat jauh
berbeda. Jika iman Anda hanya dipakai sebagai obat bius untuk
mengejar rasa enak, lebih baik Anda pakai obat bius yang asli. Lupakan
saja. Tinggalkan saja Kekristenan Anda! Saya memberitakan Firman
setegas itu. Saya tidak suka mempermanis kata-kata. Saya tidak ingin
berurusan dengan agama. Saya tidak punya waktu untuk agama. Kita
sedang berbicara tentang realitas. Adakah Allah itu nyata atau Ia tidak
nyata? Jika Allah itu tidak nyata, maka kita tidak membutuhkan agama.
Tidak perlu ada agama. Siapa yang mau menjalani hidupnya di dunia
khayal? Apakah Anda hanya menginginkan sedikit agama untuk
sekadar mendapatkan rasa enak, dan ketika balon khayalannya pecah,
Anda terhempas ke dalam kenyataan yang pahit? Setiap orang yang
terlibat narkoba tahu persis keadaan ini. Terasa sangat enak ketika
obat biusnya bekerja, namun ketika efeknya berhenti, terasa sangat
menyakitkan. Kita tidak menghendaki Kekristenan semacam ini. Kita
tidak membutuhkan Allah jika Allah itu tidak nyata. Bangunlah iman
Anda di atas landasan kenyataan.
Perumpamaan ini berkata: engkau akan tahu bahwa Allah itu
nyata jika engkau datang dengan kerendahan hati
Namun ini membawa kita pada satu pertanyaan: Bagaimana kita bisa
tahu bahwa Allah itu nyata? Bagaimana Anda bisa tahu? Inilah
tepatnya hal yang sedang disampaikan oleh perumpamaan ini - jalan
untuk mengetahui realitas Allah.
Lupakan saja Kekristenan! Lebih baik begitu, lupakan saja! Kita tidak
butuh Kekristenan yang membuat orang menjadi sombong, merasa diri
ini lebih unggul dan paling benar di dunia ini. Siapa yang membutuhkan
Kekristenan semacam ini? Saya akan setuju dengan Lenin bahwa
Kekristenan semacam in adalah candu. Siapa yang butuh barang
seperti ini? Hasil dari Kekristenan semacam ini adalah orang-orang
yang di luarnya terlihat sangat alim tetapi penuh kebusukan di dalam.
319 | C A H A Y A I N J I L
Mereka merasa lebih baik dari orang lain, padahal kenyataannya tidak.
Itulah maksud saya ketika mengatakan ada orang yang imannya hanya
cukup sampai membuat mereka merasa enak(feel good) tetapi tidak
membuat mereka menjadi baik (be good). Kita dapat mengejar rasa
enak itu tanpa bantuan agama. Agama macam apa yang Anda pegang
sekarang ini? Apakah termasuk jenis yang membuat Anda sekadar
merasa enak? Itukah yang Anda inginkan? Itu sangat berbahaya!
Agama semacam itu akan mendorong Anda untuk menatap ke arah
orang-orang non-Kristen sebagai orang-orang kelas rendah, orang-
orang yang tidak beragama, sambil mensyukuri kedudukan Anda,
"Terima kasih, ya Allah. Saya pergi ke gereja dua kali seminggu.
Terima kasih, ya Allah, saya memasukkan uang ke kotak persembahan.
Terima kasih karena saya tidak seperti si pemungut cukai dan orang-
orang berdosa itu." Itulah 'agama' yang memberi Anda rasa enak. Saya
yakin si orang Farisi ini merasa sangat senang ketika berdiri di dekat
ruang maha kudus, ketika 'rombongan kaum awam' menatapnya
dengan kagum, dan ia boleh berdoa dengan penuh kebanggaan,
dengan dada membusung dan tangan terentang lebar, ia berkata,
"Terima kasih, ya Allah!" Agama macam apa ini? Siapa yang butuh
agama jika hasilnya adalah orang-orang congkak yang tidak tahu diri?
Kita tidak butuh agama semacam itu. Orang Farisi ini tidak berpijak
pada kenyataan. Mengapa? Karena baginya Allah hanyalah salah
satu faktor, dan ia belum memahami Allah.
Jika ia mengerti isi Kitab Sucinya, jika ia pernah baca Perjanjian Lama,
ia pasti akan tahu bahwa Allah tidak akan menolerir orang-orang yang
berperilaku seperti ini. Apakah ia belum tahu isi Alkitabnya? Apakah ia
selama ini sekadar beribadah ke bait Allah tanpa mempelajari isi Kitab
Suci? Tidak tahukah ia akan Mazmur 51:19?Korban sembelihan kepada
Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan
Kau pandang hina, ya Allah. Apa kata Yesaya tentang orang yang
tinggal bersama Allah? Yesaya 57:15 berkata, "Sebab beginilah firman
Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk
selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di
tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang
yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-
orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang
yang remuk." Dan Yesaya 66:2 berkata, "Bukankah tangan-Ku yang
membuat semuanya ini, sehingga semuanya ini terjadi? Demikianlah
320 | C A H A Y A I N J I L
firman Tuhan. Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada
orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada
firman-Ku." Adakah orang Farisi ini tidak membaca Kitab Sucinya?
Allah menolak mereka yang sombong tetapi menerima orang yang
rendah hati.
Tetapi orang Farisi ini malah berkata penuh kesombongan dan merasa
benar sendiri di hadapan Allah. Ia tidak berpijak pada kenyataan. Ia
tidak mengenal siapa Allah itu. "Allah"-nya tidak nyata. Bukan Allah
yang nyata. Ia telah menciptakan 'Allah' bagi dirinya sendiri dan
menyembah 'Allah' yang memberi rasa enak ini. Benar, dia orang yang
optimis, tetapi optimis yang tidak berpijak pada kenyataan. Karena
kenyataannya Allah tidak seperti yang ia bayangkan. Saya ingin tahu,
'Allah' macam apa yang Anda sembah? Apakah 'Allah' yang Anda
sembah itu adalah Allah Alkitab, atau apakah Anda telah menciptakan
berhala bagi diri Anda? Allah yang tidak nyata? Jadi,sekadar
mengenal Allah saja tidaklah cukup, kita harus mengenal Allah
dengan benar. Allah yang sejati adalah Allah yang diungkapkan
melalui Yesus Kristus. Jadi Anda dapat melihat bahwa sekadar
keberadaan Allah tidak cukup untuk dianggap sebagai realitas. Benar,
Allah itu ada, tetapi itu masih belum lengkap sebagai realitas. Realitas
yang benar sebagai pijakan adalah mengenal Allah yang alkitabiah.
Pertanyaan selanjutnya yang perlu dibahas adalah, "Bagaimana
caranya mengenal Allah yang seperti ini?"
Dan saya melihat ada banyak orang Kristen yang percaya kepada Allah,
tetapi hidup mereka tidak memikat hati orang lain karena ketika Anda
amati kehidupan mereka, Anda akan tahu bahwa Allah mereka tidak
nyata. Sikap hati mereka adalah bahwa Allah itu hanya salah
satu faktor penentu dalam hidup mereka. Seperti yang dikatakan oleh
Bertrand Russell (dan saya cukup sering mengutip kalimat ini), "Jika
orang-orang Kristen itu benar-benar percaya pada apa yang mereka
sebut mereka percayai, kehidupan mereka akan sangat jauh berbeda
dengan apa yang saya lihat sekarang." Dan saya rasa itulah penilaian
sebagian besar orang non-Kristen. Mereka mengamati kehidupan orang
Kristen, dan berkata, "Nah, kehidupan mereka tidak membuat saya
kagum. Tidak ada istimewanya." Hal seperti itulah yang sering kita lihat
belakangan ini, jika orang non-Kristen mengamati kehidupan orang
Kristen, hasil penilaian mereka negatif.
321 | C A H A Y A I N J I L
Namun tentu saja, ini tidak berarti bahwa orang non-Kristen itu
kehidupannya lebih benar. Sebenarnya, sikap mereka sama saja
dengan sikap orang Farisi ini. Mereka berkata, "Nah, dosaku tidak ada
yang besar. Kehidupanku tidak lebih buruk dari orang-orang Kristen
itu. Mungkin malah lebih baik dari sebagian besar orang Kristen. Dan
kalau orang-orang Kristen itu diselamatkan, mestinya aku juga
diselamatkan." Jika Anda seorang non-Kristen, dan Anda memberi
selamat kepada diri Anda karena kehidupan Anda tidak lebih buruk dari
kebanyakan orang Kristen, maka apakah Anda menyadari bahwa sikap
Anda ini sama saja dengan sikap orang Farisi itu?
Jawaban saya atas penilaian orang-orang non-Kristen itu sederhana
saja. Pertama, Ingatlah bahwa tidak semua orang yang menyebut
dirinya Kristen itu akan diselamatkan. Dengan begitu, membandingkan
kehidupan Anda dengan orang Kristen bukanlah tindakan yang jitu.
Karena Anda bisa saja membandingkan diri Anda dengan jenis orang
Kristen yang memang tidak diselamatkan. Jadi, ini bukan dasar yang
tepat untuk memuji diri. Kedua, Allah melihat isi hati. Ingatlah prinsip
yang vital ini. Allah tidak menilai apa yang Anda kerjakan, juga apa
yang Anda katakan, tetapi Ia menilai isi hati Anda.
Dan itulah hal yang dilupakan oleh orang Farisi ini. Ia terus saja
menunjuk segala sesuatu yang telah ia lakukan; ia berpuasa dua kali
seminggu, jadi ia pastilah orang baik. Hukum Taurat hanya menyebut
tentang satu kesempatan berpuasa, di Hari Pendamaian. Anda dapat
membaca ini di dalam Imamat 16:29. Tentu saja seorang Yahudi dapat
berpuasa lebih sering lagi jika ia mau, tetapi hanya satu saja puasa
yang diwajibkan dalam setahun. Orang-orang Farisi menjalankan puasa
dua kali seminggu secara tetap, jadi mereka sudah jauh melampaui
apa yang diwajibkan oleh Hukum Taurat! Bagus sekali.
Dan orang ini juga berkata di dalam Lukas 18:12, "Aku memberikan
sepersepuluh dari segala penghasilanku." Anda harus menjadi orang
Farisi untuk bisa memahami apa maksud omongannya. Hukum Taurat
mewajibkan Anda untuk mempersembahkan perpuluhan dari
penghasilan. Akan tetapi orang-orang Farisi memberi perpuluhan dari
segala miliknya. Apa maksudnya? Artinya, jika ia membeli sekeranjang
buah, sepersepuluh dari belanjaannya itu akan dijadikannya
perpuluhan. Mengapa? Karena mereka takut kalau-kalau orang yang
menjual buah tersebut tidak mempersembahkan perpuluhan dari hasil
322 | C A H A Y A I N J I L
jualannya, dan akibatnya buah-buah itu menjadi najis. Jadi, untuk
menjaga supaya tetap aman dari hal-hal yang najis, bukan hanya dari
penghasilan saja mereka menghitung perpuluhan, tetapi juga dari
belanjaan mereka. Itulah semangat religius yang diangkat sampai ke
puncak! Tetapi semangat ini tidak berpijak pada kenyataan karena
yang dilihat oleh Allah adalah isi hati Anda. Memang baik memberi
perpuluhan, memang baik pula berpuasa, tetapi Anda harus
melakukannya dengan sikap yang benar. Dan sikap orang Farisi ini
jelas salah. Allah hanya menjadisalah satu faktor penentu hidupnya.
Allah adalah salah satu faktor, faktor yang penting, tetapi bukan faktor
yang menentukan.
Dua sikap yang berbeda antara Ayub dan istrinya
Ijinkan saya untuk memberi contoh yang lain lagi dari Perjanjian Lama,
tentang sikap yang berbeda dalam menghadapi kejadian yang sama.
Selalu saya melihat perbedaan itu. Lihatlah betapa beratnya kejadian
yang menimpa Ayub di dalam kedua pasal pertama kitab Ayub. Dia
mengalami peristiwa yang sangat jarang dihadapi oleh seorang
manusia. Ia kehilangan semua anak, harta kekayaan dan bahkan
termasuk kesehatannya! Benar-benar buruk kesehatannya sehingga
tidak tersisa sedikitpun kulit yang utuh di tubuhnya. Borok memenuhi
tubuhnya, mulai dari ujung kepala sampai ke telapak kaki sehingga ia
mengalami kesulitan untuk berdiri, duduk ataupun berbaring; posisi
apa yang cocok buat dia? Begitu parah keadaan Ayub. Istrinya tentu
saja mengalami kejadian yang sama, kehilangan segala-galanya juga.
Anak-anak Ayub adalah anak-anaknya juga, kekayaan Ayub juga
kekayaannya. Jadi dia juga kehilangan semua anak dan kekayaannya.
Hanya satu keuntungan yang masih dimilikinya - kesehatannya masih
baik; ia tidak kehilangan kesehatannya. Akan tetapi sikap hati mereka
terhadap peristiwa ini sangat jauh berbeda.
Ayub telah kehilangan segalanya, dan reaksi dia terhadap semua ini
adalah, "Allah yang memberi, Allah juga yang mengambil. Terpujilah
nama Tuhan." Dia masih memuji Allah. Mengapa? Ayub berkata, "Allah
memberi saya nafas kehidupan. Allah memberi saya kesehatan ini.
Allah memberi saya segala yang saya miliki. Jadi segala milik saya
adalah milik Allah. Dengan telanjang saya lahir ke dunia, dengan
telanjang juga saya akan meninggalkan dunia. Allah yang memberi,
Allah pula yang mengambil. Terpujilah nama Tuhan!" Ia tidak patah
hati. Ia masih bisa memuji. Sikapnya teguh.
323 | C A H A Y A I N J I L
Bagaimana sikap istrinya? Sikap istrinya malah sangat berlawanan. Ia
berkata kepada Ayub, "Masih mau bertekun dalam kesalehanmu? Masih
mau beriman kepada Allah? Kutikilah Allah dan matilah! Aku sudah
muak dengan Allah, aku tidak sudi menyembah Allah yang
memperlakukan umat-Nya seperti ini! Jika Dia tidak menyenangkan
hatiku, buat apa aku menyenangkan hati-Nya? Semuanya harus
seimbang. Kalau Allah menamparku, maka aku akan balik menampar
Allah. Engkau mengambil segala milikku, jadi jangan harap aku mau
menyembah-Mu lagi!" Apakah istri Ayub percaya kepada Allah? Tentu
saja. Tapi apakah Anda sudah melihat apa yang terjadi dengan
imannya? Karena percaya kepada Allah itulah dia jadi ingin mengutuki
Allah.
Dapatkah Anda memahami mengapa saya berkata lebih baik Anda
tidak usah beriman sama sekali kalau Allah tidak menjadi satu-satunya
faktor penentu dalam hidup Anda? Karena iman seperti itu mungkin
akan berakhir dengan tindakan mengutuki Allah. Orang non-Kristen
masih lebih baik dari Anda jika iman yang Anda miliki seperti itu. Siapa
yang butuh iman semacam itu? Jika Anda tadinya tidak percaya kepada
Allah, Anda pasti tidak akan mengutuki Allah, bukankah begitu? Buat
apa mengutuki Allah? Jika Anda bukan orang yang percaya kepada
Allah, apa Anda mau buang-buang waktu untuk mengutuki Allah? Jelas
Anda tidak akan sudi memboroskan waktu seperti itu. Istri Ayub punya
cukup iman untuk percaya kepada Allah, tetapi iman yang bisa
mendorongnya mengutuki Allah justru karena ia percaya pada-Nya.
Sangat mengerikan! Itu sebabnya mengapa saya sangat menekankan
kepada Anda, "Jika Allah bukan satu-satunya faktor penentu di
dalam hidup Anda, lebih baik Anda tidak beriman sama sekali."
Pilih antara menyerahkan hidup Anda sepenuhnya kepada Allah atau
tidak usah sama sekali.
Tetapi, apakah Ayub seorang yang realistis, atau dia ini seorang
pengkhayal? Apakah ia hanya sekadar menjaga kesalehan? Apakah ia
masih berpijak pada kenyataan? Ayub sangatlah kokoh berpijak pada
kenyataan, karena ia tahu bahwa kita berhutang segalanya kepada
Allah. Allahlah yang memberi kita kehidupan dan segala yang kita
miliki. Ia berhak untuk menarik semua itu kembali. Tetapi, jika ia
menarik segala yang jadi milik kita, apakah Ia tidak akan memberikan
kembali suatu saat nanti, jika Ia berkenan?
324 | C A H A Y A I N J I L
Allah adalah realitas yang menentukan, entah Anda percaya
atau tidak
Allah adalah realitas yang menentukan, entah Anda menerima
kenyataan ini atau tidak. Sekalipun Anda tidak mempercayai bahwa ia
adalah realitas yang menentukan, ketidakpercayaan Anda tidak akan
membuat kenyataan ini berubah. Kebanyakan orang Kristen tidak
mengetahui hal ini. Dan saya juga katakan: iman Anda tidak akan
mengubah kenyataan. Iman itu akan mengubah diri Anda. Jika Anda
tidak percaya kepada Allah, maka hal itu tidak akan mengubah
kenyataan bahwa Allah itu ada. Ini hanya akan berakibat pada sikap
Anda terhadap kenyataan. Apakah jika Anda tidak percaya akan
adanya benua Australia, maka benua itu tidak akan ada?
Ketidakpercayaan Anda tidak akan mengubah fakta apapun, bukankah
begitu? Jika Anda tidak percaya bahwa Yesus telah datang ke dunia,
maka apakah ketidakpercayaan itu membuat-Nya tidak jadi datang di
jaman dulu? Tidak ada fakta yang akan berubah. Iman akan mengubah
Anda, bukannya mengubah fakta. Ketidakpercayaan juga hanya akan
mengubah Anda, tetapi tidak mengubah fakta. Jadi hal yang perlu
dipegang adalah menyadari bahwa Allah itu realitas atau kenyataan
yang menentukan. Kepercayaan atau ketidakpercayaan Anda tidak
akan mempengaruhi fakta yang ada.
Bukankah merupakan suatu fakta bahwa kita tidak akan ada jika Allah
tidak menciptakan kita? Dialah yang menentukan keberadaan kita.
Ketidakpercayaan Anda tidak akan mengubah kenyataan. Bukankah
suatu fakta bahwa Ia telah memberi kita segala yang kita miliki?
Bukankah Dia yang menciptakan bunga di padang dan burung-burung
di udara? Andakah yang menciptakan makanan yang Anda nikmati?
Anda bekerja untuk mendapatkan uang untuk membeli makanan,
tetapi bukan Anda yang menciptakan makanan itu. Dan jika tidak ada
lagi makanan yang bisa dibeli, maka uang Anda tidak berguna lagi,
kecuali kalau Anda seorang pemakan kertas. Allahlah pencipta semua
itu. Melon yang rasanya lezat itu, bukan Anda yang menciptakannya,
bukan Anda yang memberinya rasa. Allahlah yang menentukan hal-hal
ini.
Suatu hari nanti, Anda akan mati dan tak seorang pun di dunia ini yang
dapat menolong Anda. Dokter, ahli bedah dan ilmuwan yang paling
hebat pun tidak dapat mencegahnya. Anda akan mati jika saatnya tiba.
Dia yang menentukan itu. Waktu kita ada dalam kekuasaan-Nya.
325 | C A H A Y A I N J I L
Ketika Ia berkata kepada si orang kaya, dalamperumpamaan tentang
orang kaya yang bodoh, "malam ini nyawamu akan diambil." Tidak
seorang pun di dunia ini yang dapat membatalkannya karena Allah
telah berkata, "Malam ini," dan itu artinya benar-benar malam ini. Dia
adalah realitas yang menentukan. Entah Anda percaya atau tidak, tidak
akan ada bedanya.
Anda mungkin bertanya, "Bagaimana Anda bisa tahu bahwa Dia adalah
realitas yang menentukan?" Mustahilkah untuk mengetahui hal ini?
Tidak. Inilah hal yang sedang disampaikan oleh perumpamaan ini.
Anda akan mengetahui kebenaran jika Anda menghampiri kebenaran
itu dengan sikap yang tepat. Sikap sangatlah penting di dalam
memastikan fakta atau realitas. Jika sikap Anda salah, maka Anda tidak
akan pernah sampai pada kebenaran karena sejak titik awal Anda
sudah menutup hati Anda terhadap kebenaran itu.
Saya tegaskan kepada Anda, buatlah pilihan hari ini. Apakah Anda akan
mendapati Allah sebagai realitas yang menentukan atau lebih baik
lupakan saja hal Kekristenan dan tidak usah datang lagi ke gereja.
Anda mungkin bertanya, "Wah. Bagaimana mungkin seorang pendeta
berbicara seperti ini?" Karena saya mencintai kebenaran. Saya
mengasihi kebenaran. Jika Injil yang saya beritakan ini tidak benar,
saya tidak akan memberitakannya. Saya tidak punya hak untuk
memberitakannya. Saya akan berdiam diri. Dan sudah seharusnya saya
menutup gereja ini karena saya telah membuat banyak orang hidup
dalam khayalan. Alasan saya memberitakan Injil setegas ini adalah
karena saya tahu bahwa Allah adalah realitas yang menentukan. Saya
tahu itu!
Anda akan bertanya, "Bagaimana Anda bisa tahu?" Inilah tepatnya
kunci pemahaman perumpamaan ini. Yesus sedang berkata kepada
kita, "Kukatakan kepadamu bahwasetiap orang yang datang kepada
Allah dengan cara seperti di pemungut cukai ini, ia akan
mengenal Allah sebagai realitas yang menentukan." Tetapi
banyak orang Kristen yang datang kepada Allah tidak dengan cara
seperti ini. Mereka tidak memiliki sikap seperti ini, dan itulah sebabnya
mereka gagal mengenali Allahnya."
Menjadi seorang Kristen bukan sekadar masalah keyakinan
mental
326 | C A H A Y A I N J I L
Sekitar dua atau tiga hari yang lalu, saya bercakap-cakap dengan
seseorang dan ia memberitahu saya bahwa ia telah menjadi Kristen.
Mungkin saya telah bertindak terlalu keras terhadapnya, akan tetapi
saya benar-benar ingin agar ia tahu persis apa yang sedang ia lakukan.
Lalu saya tanyakan kepadanya, "Kapan kamu menjadi Kristen?"
Jawabnya, "Musim panas yang lalu."
Saya berkata, "Bisakah Anda memberitahu saya bagaimana Anda
menjadi Kristen?"
Ia menjawab, "Ada banyak hal yang saya ragukan selama ini. tetapi
ketika saya ikut perkemahan musim panas, segala keraguan di benak
saya itu terjawabkan."
"Keraguan seperti apa?" tanya saya.
Ia berkata, "Ya, keraguan seperti: Apakah Yesus benar-benar sudah
bangkit dari antara orang mati? Apakah Alkitab itu bisa dipercaya?"
Dan saya bertanya, "Lalu bagaimana pertanyaan-pertanyaan itu bisa
terjawab?"
Ia berkata, "Setelah saya mendengarkan penjelasan para pembicara di
sana. Mereka berhasil meyakinkan saya bahwa Yesus telah benar-
benar bangkit dari antara orang mati. Dan bahwa Alkitab itu nyata."
Saya berkata, "Baiklah, saya mengerti. Nah, apakah Anda tahu apa
maksud Yesus ketika ia berkata, 'Setiap orang yang mau mengikut Aku
harus menyangkal dirinya, memikul salib dan mengikut Aku, barulah ia
dapat menjadi muridKu'?"
Ia menjawab, "Wah, nats itu sangat sulit."
Saya berkata, "Bukan sulitnya, tetapi sangat penting bagi Anda untuk
tahu apa maksudnya. Tahukah Anda apa maksudnya?"
Ia menjawab, "Wah, saya tidak yakin apa saya tahu maksudnya."
Saya berkata, "Anda seorang Kristen tetapi tidak tahu apa maksud
pernyataan itu?"
327 | C A H A Y A I N J I L
Mengapa saya berkata seperti ini? Karena saya melihat bahwa yang
terjadi hanya sekadar perubahan pendapat. Ia berubah
pendapat tentang beberapa fakta tertentu. Tadinya, dia tidak
percaya bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati, tapi
sekarang ia berpikir, "Yeah, saya rasa Yesus memang betul-betul
bangkit dari kematian. Saya rasa ini kejadian yang nyata. Fakta-
faktanya sangat meyakinkan." Setiap orang yang membaca buku
karangan Frank Morrison yang berjudul, Who Moved the Stone? (Siapa
yang telah memindahkan batu itu?), bisa sangat yakin terhadap bukti-
bukti yang diajukannya. Jika Anda renungkan fakta-fakta yang
berkaitan dengan peristiwa kebangkitan Yesus, memang tidak ada
kesimpulan lain selain setuju bahwa Ia telah bangkit. Saudara ini
pikirannya telah berhasil diyakinkan bahwa peristiwa itu nyata, dan
kemudian percaya bahwa Alkitab itu benar; bahwa Alkitab itu bisa
diandalkan. Tetapi masalahnya adalah, tidak ada perubahan sikap yang
mendasar pada diri orang ini. tidak ada perubahan yang terlihat dalam
sikapnya. Itu sebabnya saya menyadari bahwa ia masih belum menjadi
seorang Kristen. Menjadi seorang Kristen bukanlah sekadar
perkara perubahan pendapat. Ini adalah masalah perubahan
sikap. Saya harap Anda mau mengerti akan apa yang saya sampaikan
ini karena jika Anda tidak mengerti apa yang sedang saya sampaikan,
maka Anda tidak akan mengerti apa yang sedang Yesus sampaikan
dalam perumpamaan kali ini.
Apakah orang Farisi di dalam perumpamaan ini percaya kepada Allah?
Tentu saja ia percaya kepada Allah. Perhatikan semangatnya -
perhatikan betapa besar uang yang ia persembahkan. Ia
mempersembahkan perpuluhan dari segala miliknya (baik untuk
penerimaan maupun belanjaannya). Tahukah Anda betapa besarnya
pengeluaran untuk itu? Tentu saja ia percaya kepada Allah! Tidak
seorangpun yang mau mempersembahkan uang sebanyak itu jika ia
tidak percaya kepada Allah. Orang yang tidak percaya kepada Allah
tidak akan mau berpuasa dua kali seminggu bagi Allah. Tentu saja ia
percaya kepada Allah! Apakah Anda pikir ia orang yang senang
menyiksa diri sendiri? Jelas bukan. Ia melakukan semua itu karena ia
berpikir bahwa hal-hal tersebut menyenangkan hati Allah. Akan tetapi
sebenarnya ia tidak berpijak pada kenyataan karena ia tidak menyadari
bahwa Allah melihat ke dalam hati, harus terjadi suatu perubahan di
dalam hati, suatu perubahan sikap. Anda tidak akan dapat mengenali
328 | C A H A Y A I N J I L
Allah sebagai realitas penentu di dalam hidup Anda jika Anda
mendatangi-Nya dengan sikap yang salah.
Inilah hal yang membuat perbedaan antara kedua macam orang
Kristen. Sikap istri Ayub yang sangat keras menghujat Allah itu terjadi
karena ia memulai dengan dasar sikap yang salah. Ayub sendiri
menunjukkan sikap yang benar karena dasar sikapnya benar. Saya
peringatkan Anda, jika Anda seorang Kristen, tetapi tidak ada
kerendahan hati, hati yang remuk di hadapan Allah, dan bukan sekadar
hanya sekali di masa lalu melainkan sebagai suatu hal yang
berkelanjutan, maka Anda sedang berdiri di tempat yang sangat
berbahaya. Anda sedang menjalani hidup ini seperti si orang Farisi itu,
di dalam alam khayal.
Doktrin jaminan keselamatan akan menggiring sangat banyak
orang ke dalam neraka!
Satu pokok lagi sebagai penutup. Saya sangat prihatin terhadap satu
ide yang sedang berkembang di kalangan orang Kristen: doktrin
jaminan keselamatan. Saya rasa doktrin ini akan mengirimkan orang
ke neraka dalam jumlah yang paling banyak dibandingkan dengan
doktrin yang lainnya yang pernah menggerogoti umat Kristen. Anda
mungkin berkata, "Ini adalah pernyataan yang sangat salah." Saya
menyatakan hal ini setelah melakukan penelaahan selama bertahun-
tahun, bukan hasil renungan beberapa jam atau hari, tetapi bertahun-
tahun.
Perhatikan orang Farisi ini sekali lagi. Dia adalah gambaran
tentang penganut doktrin jaminan keselamatan. Ayat 9, ayat
pertama dari perumpamaan ini berkata, "Dan kepada beberapa orang
yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang
lain,..." Yesus melihat ada orang yang percaya bahwa dirinya benar.
Kata menganggap ini diterjemahkan dari kata Yunani yang ditulis
dalam bentuk perfect tense. Dan kata ini, jika ditulis dalam
bentuk perfect tense, selalu berisi makna rasa percaya diri, kepastian,
keyakinan. Mereka percaya kepada diri mereka sendiri, mereka sangat
yakin bahwa diri mereka benar. Nah, orang Farisi di dalam
perumpamaan ini merasa sangat yakin bahwa dirinya sudah benar! Dan
justru itulah persoalan yang menjatuhkannya. Jaminan keselamatannya
didasari oleh landasan yang salah.
329 | C A H A Y A I N J I L
Begitu banyak orang Kristen yang juga memiliki jaminan keselamatan
padahal mereka tidak seharusnya memilikinya. Merasa ada
keselamatannya sudah terjamin oleh landasan yang benar padahal
keliru sama sekali, jelas merupakan bencana besar! Perhatikan
keyakinannya akan keselamatan itu. Seluruh tingkah lakunya
mengikuti anggapannya tentang keselamatan itu. Jika Anda katakan
padanya bahwa ia tidak mendasarkan keselamatannya pada Allah
melainkan pada dirinya sendiri, maka si Farisi ini pasti akan protes
keras, ia akan berkata bahwa semua itu dilakukannya demi Allah.
Orang Farisi percaya kepada Allah, bahkan Paulus sendiri mengakui hal
itu. Kata Paulus tentang orang Farisi dan orang Yahudi, "Mereka adalah
orang-orang yang sangat giat, tetapi kegiatan mereka tidak didasari
pemahaman yang benar," atau, tidak berpijak pada realitas (Kisah
21:20; 22:3)
Orang Farisi ini merasa memiliki jaminan yang kokoh; ia sangat
percaya diri. Kata yang diterjemahkan dengan menganggap ini di
bagian lainnya dalam Perjanjian Baru sering diterjemahkan dengan
kata yakin. Si Farisi ini merasa sangat yakin bahwa ia sudah hidup
benar, sehingga ia merasa layak untuk diselamatkan. Menjadi orang
yang benar berarti menjadi orang yang diselamatkan. Ia sangat yakin
bahwa keselamatan itu sudah di tangannya. Itu sebabnya ia dapat
berkata, "Saya berterima kasih kepada Allah atas keselamatan saya.
Terima kasih Tuhan karena saya tidak seperti orang-orang yang lain."
Keyakinan yang mengerikan! Mematikan! Lalu ia melangkah dengan
gagah, keluar dari bait Allah, sesudah memanjatkan doa seperti ini.
melangkah penuh rasa puas kepada diri sendiri. Tentu saja ia orang
yang rajin berdoa, dia berdoa tiga kali sehari. Orang Farisi berdoa tiga
kali dalam sehari. Itu sebabnya mengapa ia terlihat berada di dalam
bait Allah.
Lalu bagaimana dengan si pemungut cukai ini? Ia tidak punya
keyakinan akan jaminan keselamatan itu. Ia bahkan tidak berani
mengarahkan matanya kepada Allah. Ia menundukkan kepalanya
dalam-dalam. Ia tidak berani maju ke bagian depan di dalam bait
Allah; ia memilih untuk berdiri di belakang. Ia memukuli dadanya
sambil berkata, "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Tidak ada
orang yang lebih jahat dariku. Aku tidak layak untuk masuk ke bait
Allah ini. Aku tidak layak untuk berbicara kepada-Mu, tetapi kasihanilah
aku, ya Tuhan, berbelas-kasihlah."
330 | C A H A Y A I N J I L
Dan adakah orang lain di sekitar situ yang akan memberinya keyakinan
akan keselamatan? Adakah imam yang datang kepadanya dan berkata,
"Dosa-dosamu sudah diampuni. Kuumumkan bahwa mulai sekarang
engkau sudah diampuni sepenuhnya."? Tak seorangpun yang
mengatakan sesuatu hal tentang itu kepadanya. Pastilah, orang yang
malang ini, sesudah memukuli dadanya, sesudah memohon belas
kasihan dari Allah, lalu keluar diam-diam dari bait Allah dan
menghilang di tengah kerumunan banyak orang. Adakah si pemungut
cukai ini mendapat keyakinan? Apakah ia berpikir bahwa Allah pasti
mendengarnya karena ia punya hak untuk didengar? Mungkin dia tidak
memiliki rasa yakin sama sekali, tetapi ia terus saja berkata,
"Kasihanilah aku, ya Tuhan, kasihanilah aku." Dan Yesus berkata di
dalam ayat 14, "Aku berkata kepadamu" (Dia tidak berkata kepada
pemungut cukai itu melainkan kepada para murid-Nya. Yesus tidak
berkata apapun kepada si pemungut cukai. Jika Yesus mengatakan hal
ini kepadanya, maka orang itu mungkin akan mendapat keyakinan
akan jaminan keselamatan sejak saat itu.), "Orang ini pulang ke
rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu
tidak." Pembenaran itu terjadi sekalipun si pemungut cukai ini tidak
tahu bahwa ia sudah dibenarkan, sudah diampuni. Akan tetapi, orang
Farisi itu tidak dibenarkan. Atas dasar apa si pemungut cukai ini
dibenarkan? Dasarnya adalah ini: barangsiapa merendahkan dirinya,
Allah akan meninggikannya, tetapi barangsiapa meninggikan dirinya,
Allah akan merendahkannya (Mat.23:12).
Pertanyaan terpenting dalam hidup ini: apakah Allah itu nyata?
Saya benar-benar berharap agar Anda mau memahami maksud
perumpamaan ini karena kesejahteraan kekal Anda bergantung
padanya! Tidak ada pertanyaan yang lebih penting ketimbang
pertanyaan tentang realitas Allah di dalam hidup ini. Tidak ada
pertanyaan yang lebih penting dari itu. Tentulah sangat menegangkan
menunggu jawaban atas pertanyaan apakah akan ada obat untuk
penyakit kanker. Tetapi sekalipun jawaban atas pertanyaan itu
nantinya muncul, tetap tidak lebih penting ketimbang pertanyaan
tentang realitas Allah. Dan jika Anda tidak pernah menghadapi
pertanyaan itu, berarti Anda tidak pernah berhadapan dengan
kenyataan.
Jika Anda bukan seorang Kristen, Anda harus mulai mempertanyakan
apakah Allah itu nyata atau khayalan. Saya rasa Anda tidak harus
331 | C A H A Y A I N J I L
menjadi orang yang pandai untuk bisa menyadari bahwa: Jika Allah itu
nyata, maka Anda sebaiknya segera membereskan hubungan Anda
dengan-Nya, karena saatnya pasti tiba ketika Anda harus memberikan
pertanggungjawaban, walaupun sekarang atau besok Anda masih bisa
menghindarinya. Saat itu akan datang. Sekalipun Anda bukan seorang
Kristen dan Anda mungkin tidak percaya akan adanya Allah, pikirkanlah
hal itu baik-baik. Jika Allah itu benar-benar nyata, apa yang akan
terjadi pada Anda? Sebaiknya Anda mulai saja berkata kepada diri
sendiri, "Aku harus mencari tahu jawaban atas pertanyaan itu." Saya
sungguh takjub melihat betapa bebalnya kelakuan beberapa orang.
Mereka tidak merasa perlu untuk mencari tahu jawaban atas
pertanyaan itu, dan suatu hari nanti, semuanya akan terlambat. Tidak
ada pertanyaan yang lebih penting daripada ini. karena jawabannya
akan segera berdampak pada seluruh segi kehidupan Anda.
Tetapi jika Anda seorang Kristen, jangan berbangga hati dan berkata,
"Hore, aku sudah percaya kepada Allah!" Itu masih belum cukup.
Orang Farisi ini juga percaya kepada Allah. Anda perlu bertanya kepada
diri Anda, "Apakah saya mengenali Allah sebagai realitas penentu
dalam hidup saya? Apakah saya berpijak pada realitas Allah? Apakah
Allah yang saya sembah ini adalah Allah Alkitab? Apakah saya
sebenarnya sudah membuat satu berhala yang bukan Allah Alkitab dan
kemudian menyembah-Nya? Apakah saya hanya memanfaatkan 'Allah'
yang saya sembah ini untuk membuat saya merasa enak (feel good)
tetapi tidak membuat saya menjadi benar (be good)? Apakah sikap
saya sudah berubah?"
Terakhir, saya sampaikan hal ini kepada Anda: Entah Anda ini seorang
Kristen ataupun bukan, prinsip yang berlaku sama saja. Satu hal yang
saya ketahui dengan pasti adalah bahwa jika Anda datang kepada
Allah dengan sikap seperti si pemungut cukai ini, maka Anda
akan mengenali Allah sebagai realitas. Si pemungut cukai ini
mungkin tidak mendapatkan rasa yakin itu ketika ia meninggalkan bait
Allah, akan tetapi cepat atau lambat, ia akan segera mendapatkan
keyakinan itu. Mengapa? Karena tidak seorangpun yang akan
dibiarkan tanpa hubungan dengan Allah dalam waktu yang lama
jika ia memiliki sikap seperti ini. Allah akan datang kepada Anda, Ia
akan berbicara kepada Anda, Ia akan bersekutu dengan Anda, dan
Anda akan mulai mengetahui apa maksud ucapan Paulus dalam Roma
8:16, "Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita
332 | C A H A Y A I N J I L
adalah anak-anak Allah." Kalimat di dalam Roma 8:16 adalah suatu
kenyataan yang sungguh indah. Setiap orang yang datang kepada Allah
dengan sikap seperti itu pasti akan bertemu dengan Allah. Itulah janji
Allah. Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu
akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan
bagimu (Mat.7:7). Dan saya tahu persis bahwa itu semua memang
benar. Itu sebabnya mengapa saya memberitakan Injil. Memberitakan
Injil tidak membuat saya menjadi kaya. Saya memberitakan Injil
karena itu benar. Karena Injil itu benar.
Dan saya menantang setiap orang, entah Anda seorang Kristen atau
bukan: Tetapkanlah pilihan Anda - Entah Allah akan menjadi realitas
yang menentukan hidup Anda atau sebaiknya Anda lupakan saja Dia
dan tinggalkan segala yang berbau Kristen. Saya tidak akan
menyalahkan Anda. Saya menyampaikan simpati dan pemahaman
yang paling dalam kepada Anda.
Namun jika Anda benar-benar ingin menjadi Kristen, Anda akan
berkata, "Aku harus bisa mengenali Allah sebagai realitas yang
menentukan hidupku, Allah yang sesungguhnya. Aku harus datang
kepada Allah dengan sikap yang baru. Aku harus menjadi seperti
pemungut cukai ini yang berkata, 'Tuhan, ampuni saya yang selama ini
sudah begitu sombong, selama ini saya memanfaatkan agama justru
untuk menumpulkan hati nurani saya, memburamkan pemahaman
saya. Saya telah menyalahgunakan agama. Ampunilah saya. Sekarang
saya datang kepada-Mu dengan kesadaran bahwa saya bukan orang
yang berarti, bukan siapa-siapa, di hadapan Allah yang kekal.
Kasihanilah saya. Selama ini saya berpikir bahwa saya lebih baik
ketimbang orang lain, tetapi sekarang saya sadar, ya Tuhan, saya
sadar bahwa di mata-Mu, saya ini sekotor kain pel, tidak layak untuk
diterima. Tuhan, kasihanilah saya. Berbelas kasihlah.'" Jika Anda dapat
datang kepada Allah dengan sikap yang ikhlas seperti ini, Anda pasti
akan segera mengenal Allah.
Bangunlah! Sadarilah situasi Anda di hadapan Allah
Kebanyakan orang datang kepada Allah tanpa rasa membutuhkan.
Orang Farisi ini tidak punya rasa membutuhkan. Perhatikan doanya,
"Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu..." dan ia melanjutkan
segala omong-kosongnya. Tidak ada satupun hal rohani yang
dimintanya dari Allah, jadi ia tak dapat apa-apa dari Allah. Ia tidak
333 | C A H A Y A I N J I L
merasa membutuhkan apa-apa. Jika Anda tidak merasa membutuhkan
apa pun, maka keadaan Anda sama dengan orang Farisi ini. Tahukah
Anda mengapa orang itu tidak merasa membutuhkan sesuatu? Karena
ia tidak berpijak pada realitas. Ia tidak tahu keadaannya yang
sesungguhnya. Ia masih belum menyadari keadaannya yang
sesungguhnya.
Anda mungkin mengidap kanker di tubuh Anda sekarang, namun Anda
merasa semuanya baik-baik saja. Anda bahkan tidak tahu bahwa
kanker tersebut akan membunuh Anda suatu saat nanti. Jadi Anda
tidak mempedulikannya, Anda tidak membuat upaya penanganan sejak
awal. Anda tidak mulai berolah raga. Anda tidak memperhatikan
makanan Anda. Anda tidak peduli betapa kotornya udara yang Anda
hirup. Anda tidak khawatir. Anda berkata, "Saya merasa baik-baik
saja." Tahukah Anda kapan saya mulai memikirkan kebugaran dan
udara bersih? Pada saat saya mengetahui bahwa hidup saya sedang
terancam. Jika Anda menunggu sampai selama itu, keadaannya sudah
terlambat, bukankah begitu?
Orang tidak merasakan kebutuhan rohani jika ia belum menyadari
keadaan rohaninya yang sebenarnya. Bangunlah! Sadarilah situasi
Anda di hadapan Allah. Sadarlah akan hal ini: keadaan Anda sangatlah
menyedihkan! Sadarilah betapa lemahnya diri Anda. Sadarilah betapa
najisnya diri Anda. Hanya dengan kesadaran seperti itu baru Anda bisa
datang kepada Allah dengan sikap seperti si pemungut cukai ini dan
berkata, "Ya Tuhan, kasihanilah saya." Saya sampaikan sekali lagi, jika
Anda bersikap seperti itu, maka Anda akan mengenal Allah seperti
pemungut cukai ini mengenal-Nya. Ia mengalami hadirat Allah. Itu
adalah janji Allah.
Perumpamaan tentang Uang Mina
Lukas 19:11-27 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang, Montreal.
Isi Khotbah - Lukas 19:11-27
Hari ini, kita sampai kepada perumpamaan terakhir di dalam Injil Lukas
yaitu di Lukas 19:11-27. Perumpamaan ini biasanya dikenal dengan
334 | C A H A Y A I N J I L
judul Perumpamaan tentang Uang Mina. Yesus memakai perumpamaan
dalam pengajaran-Nya karena perumpamaan berguna sebagai ilustrasi
bagi kebenaran-kebenaran rohani yang penting. Tugas utama kita
adalah untuk memahami kebenaran apa yang sedang disampaikan oleh
Yesus, bukannya berkhotbah seputar nats itu tetapi berusaha untuk
menggali ke dalam untuk memahami nats itu. Biarlah Yesus sendiri
yang berbicara kepada kita Firman-Nya yang memberi hidup
itu. Perumpamaan tentang Uang mina ini isinya sangat mirip
dengan Perumpamaan tentang Talenta di dalam Matius 25:14-30.
Pada waktu Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada para
murid-Nya, mereka sedang berada di dalam atau di sekitar kota
Yerikho. Kota Yerikho berjarak sekitar 25 kilometer dari Yerusalem, jadi
agak dekat dengan Yerusalem. Yesus berbicara tentang hal kerajaan
Allah kepada para murid karena mereka mengira bahwa kerajaan Allah
akan segera terwujud. Hal ini disebabkan mereka begitu kuat
dipengaruhi oleh pandangan umum masyarakat Yahudi pada zaman itu.
Bahkan sesudah kebangkitan dan saat kenaikan-Nya ke surga, Yesus
masih ditanyai, "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan
kerajaan bagi Israel?" (Kis.1:6). Mereka masih berpikir menurut
pemahaman duniawi pada saat itu. Dan di dalam perumpamaan ini,
Yesus menyediakan jawabannya. Mari kita membaca perumpamaan di
Lukas 19:11-27 itu:
Untuk mereka yang mendengarkan Dia di situ, Yesus melanjutkan
perkataan-Nya dengan suatu perumpamaan, sebab Ia sudah dekat
Yerusalem dan mereka menyangka, bahwa Kerajaan Allah akan segera
kelihatan. Maka Ia berkata: "Ada seorang bangsawan berangkat ke
sebuah negeri yang jauh untuk dinobatkan menjadi raja di situ dan
setelah itu baru kembali. Ia memanggil sepuluh orang
hambanya (menunjukkan bahwa tuan ini punya banyak hamba, tetapi
ia hanya memanggil sepuluh dari antaranya)dan memberikan sepuluh
mina (seorang dapat satu mina) kepada mereka, katanya: Pakailah ini
untuk berdagang sampai aku datang kembali. Akan tetapi orang-orang
sebangsanya membenci dia, lalu mengirimkan utusan menyusul dia
untuk mengatakan: Kami tidak mau orang ini menjadi raja atas kami.
Dan terjadilah, ketika ia kembali, setelah ia dinobatkan menjadi raja, ia
menyuruh memanggil hamba-hambanya, yang telah diberinya uang itu,
untuk mengetahui berapa hasil dagang mereka masing-masing. Orang
yang pertama datang dan berkata: Tuan, mina tuan yang satu itu telah
335 | C A H A Y A I N J I L
menghasilkan sepuluh mina. Katanya kepada orang itu: Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hamba yang baik; engkau telah setia dalam
perkara kecil, karena itu terimalah kekuasaan atas sepuluh kota.
Datanglah yang kedua dan berkata: Tuan, mina tuan telah
menghasilkan lima mina. Katanya kepada orang itu: Dan engkau,
kuasailah lima kota. Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan,
inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan (orang-
orang di daerah padang pasir memakai selendang atau kain untuk
melindungi tengkuk mereka dari sinar matahari dan melilitnya di kepala
mereka. Jika tidak terlindungi, sengatan sinar matahari bisa membuat
seseorang kelengar matahari). Sebab aku takut akan tuan, karena tuan
adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah
tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur. Katanya
kepada orang itu: Hai hamba yang jahat, aku akan menghakimi engkau
menurut perkataanmu sendiri. Engkau sudah tahu bahwa aku adalah
orang yang keras, yang mengambil apa yang tidak pernah aku taruh
dan menuai apa yang tidak aku tabur. Jika demikian, mengapa uangku
itu tidak kauberikan kepada orang yang menjalankan uang? Maka
sekembaliku aku dapat mengambilnya serta dengan bunganya. Lalu
katanya kepada orang-orang yang berdiri di situ: Ambillah mina yang
satu itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai
sepuluh mina itu. Kata mereka kepadanya: Tuan, ia sudah mempunyai
sepuluh mina. Jawabnya: Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang
mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak
mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ada padanya.
Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi rajanya,
bawalah mereka ke mari dan bunuhlah mereka di depan mataku."
Seluruh perumpamaan ini berbicara tentang pelayanan
Yesus memulai perumpamaan ini dengan secara jelas menjawab
pertanyaan tentang apakah kerajaan Allah akan segera muncul.
Kerajaan itu tidak akan muncul sebelum Ia pergi mengambil haknya
atas takhta kerajaan tersebut dan kemudian kembali lagi. Ia harus
pergi dulu dan kemudian kembali lagi. Kedatangan kembali itu oleh
orang Kristen disebut sebagai Kedatangan Kedua. Kedatangan yang
pertama terjadi ketika Ia dilahirkan dulu, peristiwa yang kemudian
dikenang lewat perayaan Natal oleh orang Kristen. Dan yang kedua
adalah jika Ia kembali lagi. Yesus menjawab dengan sangat jelas,
"Kerajaan Allah tidak akan muncul segera karena Aku harus pergi dulu,
336 | C A H A Y A I N J I L
dan beberapa waktu kemudian, Aku akan kembali. Saat itulah kerajaan
Allah secara jasmani diwujudkan."
Namun Ia segera mengalihkan pokok pembicaraan dari spekulasi
tentang kedatangan-Nya kembali ke pembahasan tentang pelayanan.
Seluruh perumpamaan ini berbicara tentang pelayanan. Ia sedang
berkata, "Jangan duduk saja menghitung-hitung saat kedatangan-Ku.
Ada begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan harus
diselesaikan di masa penantian itu. Segeralah menyibukkan diri. Saat
kedatangan-Ku tidak lama lagi, jadi mulailah bekerja." Yesus selalu
memikirkan jawaban yang bersifat praktis.
Perumpamaan ini menggambarkan keadaan politik di Palestina
di zaman Tuhan Yesus
Beberapa peristiwa politik yang terjadi di waktu itu dapat kita lihat
sebagai latar belakang bagi perumpamaan ini. Yesus tidak mengarang
sebuah perumpamaan yang tanpa dasar, tetapi Ia mengambil peristiwa
sejarah yang tidak asing bagi masyarakat, dan menarik manfaat rohani
dari situ untuk dipelajari oleh murid-murid-Nya.
Kekaisaran Roma menaklukkan tanah Israel di tahun 63 SM dengan
pasukan di bawah pimpinan Jenderal Pompei. Sejak tahun 63 SM dan
seterusnya, wilayah Israel berada di bawah kekuasaan Roma, kekuatan
yang tidak ada lawannya pada zaman itu. Pasukan legion Roma sangat
terkenal di mana-mana karena ketangguhannya. Tidak ada pasukan
lain yang sanggup menghadapi mereka di medan perang. Mereka telah
mengalahkan berbagai pasukan negara lain. Mereka telah menaklukkan
dunia. Dan wilayah yang mereka taklukkan mencakup daerah Palestina,
yang tidak pernah mampu menghimpun pasukan yang mampu
melawan tentara Roma. Tidak ada satu kekuatan pun di dunia pada
zaman itu yang sanggup menghadapi Roma di medan perang. Dan ini
berarti bahwa setiap orang yang ingin menjadi penguasa di Palestina
harus pergi ke Roma untuk meminta kekuasaan dari pemerintah Roma.
Herodes Agung
Sebagai contoh adalah Herodes Agung. Herodes Agung dapat menjadi
raja karena mendapat restu dari penguasa Roma. Di tahun 40 SM,
sekitar 23 tahun sesudah Roma menaklukkan wilayah palestina,
Herodes Agung harus berangkat ke Roma untuk meminta kewenangan
memerintah wilayah Palestina. Dan ketika pemerintah Roma
337 | C A H A Y A I N J I L
memberikan restu kepadanya, ia lalu menjadi Raja Herodes atau
Herodes Agung.
Anda hanya perlu membaca catatan tentang Herodes Agung dan Anda
akan tahu betapa kejamnya orang ini, ia termasuk jenis orang yang
sangat keterlaluan. Orang ini membunuh istri, anak dan semua orang
yang dianggap membahayakan kedudukannya. Dan menjelang ajalnya,
ia begitu khawatir bahwa penduduk tidak akan menangisinya, dan
mungkin malah bersukacita atas kematiannya. Jadi ia mengumpulkan
semua pemimpin bangsa Yahudi, dan memerintahkan pasukannya
untuk membunuh mereka saat ia meninggal nanti. Sekalipun bangsa ini
mungkin bersukacita atas kematiannya, setidaknya mereka tetap akan
menangis di hari yang sama, karena kematian para pemimpin Yahudi
itu. Ia ingin memastikan bahwa pada saat kematiannya, akan ada
tangisan yang ramai di seluruh negeri, walaupun tangisan itu bukan
untuk dia, karena dia takut jangan-jangan rakyat akan berpesta-pora
merayakan kematiannya. Demikianlah, orang ini sudah berpikir sampai
ke sana. Kenyataan yang terjadi, ketika ia mati, rakyat tetap berpesta
karena para pemimpin itu tidak jadi dibunuh tetapi malah dibebaskan,
pasukannya tidak mentaati perintah terakhirnya. Begitulah kepribadian
dari Herodes Agung.
Archelaeus
Anak-anak Herodes juga menjadi ethnarch atau raja wilayah.
Arcelaeus, salah satu anaknya, memerintah dari tahun 4 SM sampai
tahun 6 Masehi, suatu periode yang cukup singkat. Dan anak ini tidak
lebih baik dari ayahnya. Dan walaupun sama kejamnya, Archelaeus
ternyata tidak sepintar ayahnya. Belakangan ia diasingkan ke wilayah
Galia, yaitu Perancis, sekitar tahun 18 Masehi.
Archelaeus juga mengandalkan restu dari pemerintah Roma untuk
menjadi penguasa di sebagian wilayah Palestina. Ketika Herodes Agung
mati, Archelaeus harus berangkat ke Roma untuk meminta restu dari
Kaisar Roma, yaitu Kaisar Agustus, agar mau meluluskan wasiat
ayahnya, yaitu Herodes Agung. Di dalam wasiat tersebut, Herodes
Agung menunjuk Archelaeus sebagai penggantinya. Akan tetapi
Archelaeus tidak bisa langsung menjadi raja hanya dengan berbekal
wasiat ayahnya. Ia harus pergi ke Roma, mendatangi penguasa
tertinggi untuk menerima persetujuan dan restu. Dan peristiwa ini
338 | C A H A Y A I N J I L
tentunya masih segar dalam ingatan masyarakat Yahudi kala Yesus
mengisahkan perumpamaan ini.
Ketika Archelaeus berangkat ke Roma untuk menerima warisannya,
yaitu kekuasaannya, hak pemerintahannya, ia tidak berangkat untuk
meminta tanah, tetapi untuk meminta kewenangan memerintah
sebagai raja. Orang-orang Yahudi mengirim utusan ke Roma, menyusul
rombongan Archelaeus, dan berkata kepada Kaisar, "Kami tidak
menghendaki orang ini sebagai raja kami. Kami sudah cukup menderita
di bawah kekuasaan ayahnya, dan orang ini pun tidak lebih baik
daripada ayahnya, jadi kami tidak menghendakinya sebagai raja kami."
Permohonan mereka tidak diterima oleh Kaisar Agustus yang tetap
memutuskan Archelaeus sebagai raja, namun dengan kekuasaan yang
dikurangi. Agustus membuat sebuah kompromi. Di satu pihak,, ia
menerima Herodes Archelaeus, tetapi di pihak lain, ia juga menerima
sebagian usul dari utusan bangsa Yahudi. Jadi ia menetapkan
Archelaeus sebagai raja dengan wilayah kekuasaan yang dipersempit.
Inilah latar belakang dari perumpamaan kita, dan Yesus memakai kisah
ini serta menerapkan beberapa pelajaran rohani darinya.
Allah itu berdaulat. Pada dasarnya Ia memegang kendali
Seperti apa gambarannya? Gambaran yang terlihat sangat mudah
untuk dipahami. Yesus sedang berkata, "Aku akan pergi kepada Bapa
untuk menerima kerajaan-Ku." Pelajaran rohaninya dengan segera
akan terlihat. Kekuasaan tertinggi yang mengatur segala peristiwa di
bumi tidak terletak di sini, tetapi di surga. Allah adalah Kaisar tertinggi.
Kesejajarannya segera terlihat. Jika manusia mengira bahwa dia adalah
boss atas dirinya sendiri, majikan atas nasibnya sendiri, bahwa dia
adalah penguasa dunia ini, maka ia sangat keliru. Dunia ini hanya
sekadar sebuah koloni dari surga. Kekuasaan tertinggi ada di surga,
sama seperti kekuasaan di Palestina yang tidak boleh diputuskan
langsung di tempat, melainkan harus tunduk di bawah kekuasaan
Kaisar Agustus atau pemerintah Romawi. Dengan cara yang sama,
Yesus sedang berkata bahwa segala hal yang berlaku di dunia tidak
berada di bawah kendali penguasa dunia, sekalipun oleh raja Herodes
pada zamannya, karena kekuasaan tertinggi ada di tangan Raja segala
raja, Shang Di, Raja di Surga. Inilah pelajaran pertama yang muncul
dari perumpamaan ini. Yesus menjelaskan tentang pusat kekuasaan
secara tepat dan tegas. Kekuasaan tertinggi atas segala hal yang
339 | C A H A Y A I N J I L
berlaku di dunia ini terletak di surga. Ini berarti bahwa segala sesuatu
yang dikerjakan di dunia ini harus dipertanggung-jawabkan di hadapan
Penguasa Surga. Ini adalah poin yang pertama.
Para penguasa dari dinasti Herodes setiap saat dapat dipanggil untuk
mempertanggung-jawabkan pemerintahannya oleh kaisar Roma.
Sebagaimana yang saya katakan tadi, Archelaeus akhirnya dipecat dan
diasingkan karena adanya keluhan-keluhan yang diajukan tentang dia.
Ia memerintah dengan tidak beres, dan penguasa Roma akhirnya muak
dengan Archelaeus dan menyingkirkannya. Jadi Anda dapat melihat
bahwa raja-raja di bumi hanya dapat memerintah buat beberapa waktu
saja. Kekuasaan mereka cepat sekali berlalu. Seorang pemimpin
digantikan oleh pemimpin yang lainnya, seorang raja dengan cepat
digantikan oleh raja yang lainnya, dan ketika pergantian itu terjadi,
seluruh struktur pendukungnya ikut berganti.
Kita sekarang ini juga menyaksikan hal yang serupa di Kanada sesudah
pemilu yang terakhir ini. Panggung politik berubah demikian cepatnya.
Ketika saya memperhatikan hasil pemilu, saya terkejut melihat orang-
orang yang tadinya tampak seperti sangat berkuasa, dan beberapa
waktu kemudian ia hanya menjadi salah satu orang penting,
selanjutnya, ia tidak dikenal lagi. Pada suatu saat, ia dipanggil dengan
sebutan "Perdana Menteri," dan di menit selanjutnya, panggilannya
berubah, "Tuan." Tiba-tiba saja dia sudah berada di luar panggung.
Dan orang lain yang tadinya dipanggil "Tuan," mendadak menjadi
"Perdana Menteri," dan mungkin sesudah beberapa tahun,
panggilannya berubah lagi dan ia kembali menjadi "Tuan." Seolah-olah
kekuasaan itu sudah dimiliki, namun ternyata hanya untuk sesaat.
Herodes Agung adalah raja yang sangat berkuasa, namun, di sisi lagi ia
tidaklah berkuasa. Jadi, mari kita camkan pelajaran ini: Allah
memegang kendali yang tertinggi. Allah itu berdaulat.
Penduduk dunia ini tidak ingin Allah memerintah melalui Yesus
Nah, gambaran dari sisa perumpamaan ini juga dapat dengan mudah
kita pahami. Wilayah apa yang sedang dipersoalkan di sini? Bumi! Dan
siapa penduduk yang tidak menghendaki Raja ini memerintah?
Gambarannya juga mudah untuk dipahami. Penduduk bumi inilah yang
menolak pemerintahan Allah. Mereka menolak pemerintahan Allah,
340 | C A H A Y A I N J I L
sekalipun itu dilakukan melalui Yesus. Mereka menolak pemerintahan-
Nya.
Protes keras terhadap Herodes dan kebencian yang tertuju kepadanya -
orang ini memang bukan raja yang baik - tidak semata-mata karena
kelakuannya tetapi karena ia merupakan perwakilan dari pemerintahan
Roma. Herodes sendiri bukanlah orang Yahudi, dia adalah orang
Idumea, dan itu sudah cukup untuk membuat rakyat tidak
menyukainya. Ia memiliki sedikit darah Yahudi. Namun kebencian
rakyat terhadap Herodes terutama disebabkan oleh karena ia
merupakan wakil dari penguasa Roma dan memerintah untuk
kepentingan Roma.
Dan hari ini, kita juga melihat betapa dunia menolak pemerintahan
Allah bagi hidup mereka. Mereka ingin berbuat sesuka hati mereka.
Setiap orang menginginkan kemerdekaan. Itulah hal yang ramai
diteriakkan di zaman sekarang ini. Kita tidak sudi diperintah oleh orang
lain. Dan kita cenderung mengejar kemerdekaan itu sampai batas yang
paling maksimal.
Di Swiss, ada sebuah wilayah kecil di daerah pegunungan dengan
jumlah penduduk yang sangat sedikit, dan mereka juga menghendaki
kemerdekaan serta pemisahan dari Swiss. Swiss adalah negara yang
paling demokratis di dunia ini, namun tampaknya hal itu tidak cukup
buat mereka. Mereka ingin merdeka. Anda harus berjuang keras untuk
bisa melihat di mana letak wilayah ini dalam peta, dan mungkin harus
memakai kaca pembesar. Lalu, Anda mungkin bertanya, "Penduduk
daerah ini mau melakukan apa dengan kemerdekaannya?" Ini semua
terjadi karena memang begitulah kecenderungan alami kita: kita ingin
menjadi majikan atas diri sendiri, dan kita akan berusaha untuk
mewujudkan hal itu sampai batas yang tertinggi. Saya pernah mencoba
untuk mempelajari apa tujuan dari niat mereka untuk merdeka ini,
namun saya harus mengakui bahwa saya gagal memahami apa yang
hendak mereka capai lewat kemerdekaan itu. Bayangkanlah jika
wilayah kecil ini, dengan beberapa ribu penduduknya, akan memiliki
Perdana Menteri, atau Presiden, atau Ketua, atau apa pun itu. Orang ini
akan memimpin angkatan perang dengan jumlah prajurit, mungkin,
sekitar 35 orang saja. Dan ia akan mengelola perekonomian negerinya
yang hebat itu, yaitu beberapa bidang lahan pertanian. Saya sungguh
tidak mengerti apa yang ingin mereka capai lewat kemerdekaan itu?
341 | C A H A Y A I N J I L
Tapi siapa yang peduli, sejauh mereka bisa berkata, "Aku bebas
merdeka." Swiss adalah sebuah negara yang sangat kecil, dengan
penduduk sekitar 5 atau 6 juta orang, dan Anda akan mengalami
kesulitan untuk mencari letak Swiss di dalam peta dunia. Jadi, wilayah
yang ingin merdeka ini pastilah sangat-sangat kecil, karena jika Anda
sudah kesulitan dalam mencari letak Swiss, bagaimana Anda bisa
menemukan wilayah yang merupakan bagian kecil dari Swiss? Anda
harus memakai peta khusus negara Swiss, peta yang cukup besar
tentunya, dan mencari wilayah itu di sekitar barat laut negara Swiss,
itulah wilayah yang ingin merdeka itu. Tetapi mereka serius dengan
tuntutan kemerdekaannya, mereka bahkan meledakkan bom!
Tampaknya watak manusia selalu begini: selalu ingin menjadi bos atas
diri sendiri.
Sebenarnya, penguasa Roma berjasa dalam memberikan keamanan
atas wilayah Palestina, hal yang tidak pernah dinikmati oleh penduduk
di sana untuk waktu yang sangat lama. Kehadiran kekuatan Roma di
wilayah ini melindungi mereka dari tekanan kekuatan-kekuatan politik
bangsa-bangsa di sekitar mereka. Mesir di selatan dan Siria di utara
merupakan sumber masalah yang tidak pernah ada habisnya bagi
bangsa Israel. Mereka tergencet di tengah pertikaian antara dua
kekuatan itu, dan kedatangan pasukan Roma sebenarnya justru
memberikan perdamaian yang sangat besar bagi wilayah ini,
perdamaian Roma atau "Pax Romana". Namun karena mereka orang
Roma, bangsa Israel merasa bahwa perdamaian, kemakmuran, hak
memerintah sendiri (mereka bahkan boleh memiliki raja sendiri), dan
keleluasaan yang mereka miliki itu tidak cukup. Damai atau rusuh,
makmur atau melarat, mereka tetap menuntut kemerdekaan! Dan ini
tampaknya merupakan mentalitas yang melekat ada setiap manusia.
Inilah yang disebut sebagai 'patriotisme' oleh mereka. Dan
penghargaan yang sangat tinggi diberikan pada konsep patriotisme ini.
Saya sendiri juga sangat patriotik.
Manusia hanya ingin memperalat Allah
Namun, pertama-tama, kita harus tahu mengapa dunia menolak Allah?
Mengapa mereka menolak Yesus? Apa alasannya? Karena kita tidak
ingin Dia menjadi Raja atas hidup kita. Perhatikan bahwa persoalan di
dalam perumpamaan ini bukan apakah Yesus dapat menjadi
Juruselamat kita melainkan apakah Yesus dapat menjadi Raja kita. Kita
menolak kedaulatan Yesus.
342 | C A H A Y A I N J I L
Kita cukup senang menerima-Nya sebagai Juruselamat. Ketika orang-
orang Yahudi mengalami kesusahan akibat permusuhan Mesir karena
Siria, mereka sangat gembira menyambut kedatangan pasukan Roma
yang menyelamatkan mereka di saat genting. Mereka bersukacita
menyambut kehadiran pasukan Roma jika Roma menyelamatkan
mereka dan setelah itu bergegas pergi. Dan jika mereka membutuhkan
lagi kehadiran pasukan Roma, maka mereka akan memanggil pasukan
Roma kembali. Seperti inilah jenis Kekristenan yang saya lihat
belakangan ini di dunia. Jika sedang dalam masalah, maka kalimat
yang muncul adalah, "Ya Allah, datanglah, selamatkanlah saya. Saya
sedang dalam masalah. Ujian kali ini sangat susah, tolonglah saya.
Berbuatlah sesuatu terhadap dosen itu, jika perlu kaburkanlah
matanya, supaya saya bisa mendapat nilai yang bagus. Saya harus
lulus ujian ini. Saya takut bertemu dengan orang tua saya jika saya
gagal. Ya Allah, tolonglah saya." Demikianlah,, menjelang ujian
semester, ada banyak orang yang mendadak menjadi sangat alim,
semua berduyun-duyun ke gereja, berlomba memasukkan uang ke
kotak persembahan. Mengapa? Sedang ada masalah, perlu
Juruselamat. Namun ketika sudah lulus ujian, mereka berkata, "Nah,
terima kasih, ya Allah. Kau boleh pulang sekarang. Semuanya sudah
selesai. Tahun depan, saat aku menghadapi ujian lagi, mungkin aku
akan mencari-Mu lagi. Sekarang ini, aku harus mengerjakan urusanku
sendiri." Dan di tahun berikutnya, jika ia gagal dalam ujian, ia akan
berkata, "Ya Allah, mengapa Kau lakukan hal ini kepadaku? Tahun lalu
aku rajin ke gereja dan memberikan uang persembahan. Tahun lalu,
aku rajin membaca Alkitab, aku bahkan berdoa selama dua menit
setiap pagi. Tapi apa yang kualami sekarang? Kau tak boleh
memperlakukan aku seperti ini!" Lalu orang-orang akan berdatangan
kepada saya dan berkata, "Mengapa Allah memperlakukan saya seperti
ini? Mengapa Allah berbuat ini terhadap saya?"
Jadi, sebenarnya kita hanya ingin memperalat Allah. Kita berkata, "Ya
Allah, datang dan selamatkanlah saya, tapi jangan mengatur hidup
saya, ok? Kenapa Engkau begitu ngotot ingin mengatur hidup saya?"
Sama persis dengan orang-orang Yahudi yang berkata, "Ketika Mesir
datang dan menyerang kita, orang Roma datang menolong kita. Hebat!
Biarlah orang Roma itu datang! Tentara Roma adalah pasukan yang
paling hebat!" Dan ketika pasukan Mesir dan Siria akhirnya dikalahkan,
ketika tidak ada lagi bahaya yang mengancam, orang-orang Yahudi
343 | C A H A Y A I N J I L
berkata, "Tidak ada lagi bahaya yang mengancam. Kalian, orang-orang
Roma, harus pergi dari sini! Kami tidak mau kalian tinggal di sini!
Menyingkirlah!" Seperti itulah jenis Kekristenan yang sedang kita
bicarakan.
Itulah sebabnya sangat gampang bagi seorang penginjil untuk
memberitakan keselamatan. Siapa yang tidak mau diselamatkan?
Apakah Anda ingin diselamatkan dari kesedihan Anda? Apakah Anda
ingin diselamatkan dari kesengsaraan Anda? Apakah Anda ingin
diselamatkan dari depresi dan kesepian Anda? Jadi para penginjil
semacam itu akan menikmati saat-saat yang sangat indah. Siapa yang
tidak ingin diselamatkan? Beritakan saja keselamatan dan mintalah
orang-orang untuk mengangkat tangannya. Akan ada banyak sekali
tangan yang terangkat. Ia sedang menawarkan sesuatu secara gratis.
Ini jelas tawaran yang menarik! Tidak ada tawaran yang lebih baik dari
ini. Ini adalah tawaran yang tidak boleh ditolak - sesuatu yang gratis.
Tidak ada obralan yang dapat menyaingi tawaran ini. Department store
paling tinggi hanya mau memberi diskon 50%. Jika mereka memberi
Anda diskon 50%, itu sudah cukup bagus. Tetapi bayangkanlah kalau
sebuah department store menetapkan satu hari harga gratis untuk
semua produk yang dijualnya! Saya rasa, tembok gedungnya mungkin
sudah ramai dijebol orang-orang sebelum pintu utamanya dibuka!
"Semua gratis!" Demikianlah, saya tidak heran jika ada penginjil yang
berkata, "Ada 200 orang yang sudah mengambil keputusan, dan di
tempat lain ada 1000 orang lagi." Apa susahnya? Saya juga bisa
memberitakan hal yang sama. Jika dibuat penawaran keselamatan
secara gratis, siapa yang tidak mau membuat keputusan? Anda tidak
akan rugi sedikitpun. Tawaran gratis!
Namun ketika Alkitab berkata bahwa Allah harus bertakhta di dalam
hidup Anda, menjadi Raja atas hidup Anda, Anda lalu berkata, "Tunggu
dulu. Ini jebakan. Saya tidak suka ini. Saya puas menjalankan hidup
saya seperti apa adanya. Saya tidak mau ada orang yang mengatur
apakah saya boleh pergi ke disko atau tidak. Saya suka kelap-kelip
lampu disko, saya suka musik keras supaya saya tidak usah repot-
repot melayani obrolan orang lain. Suara musik menenggelamkan
suara yang lain. Itu semua saya suka. Saya tidak mau ada orang yang
datang dan berkata bahwa saya tidak boleh pergi ke disko. Memangnya
mereka itu siapa? Beraninya mereka melarang kegiatan saya! Saya
berhak menentukan cara hidup saya sendiri. Anda tidak berhak
344 | C A H A Y A I N J I L
menentukan apa yang boleh saya lakukan. Jika Anda tidak cerewet
melarang saya, boleh-boleh saja. Selama Anda tidak ikut campur atas
kehidupan saya, maka saya tidak keberatan." Dan di sinilah letak
persoalannya.
Persoalannya adalah bahwa penduduk bumi ini lebih suka dengan
agama yang moderat. Seperti alkohol. Jika Anda meminum sedikit-
sedikit saja, hasilnya baik untuk kesehatan, tapi jangan minum terlalu
banyak. Terlalu banyak minum alkohol sangat buruk bagi kesehatan.
Jadi agama juga dilihat seperti ini. Sebaiknya Anda menjalankan sedikit
saja. Peganglah segala sesuatu secara moderat saja. Dan apa yang
Anda maksudkan dengan kata moderat itu? Moderat artinya Anda
memiliki Yesus sebagai Juruselamat saja. Bagus sekali. Siapa yang
keberatan akan hal itu? Namun ketika dikatakan bahwa Yesus akan
memerintah hidup Anda sebagai Tuan dan Penguasa, Anda merasa itu
sudah sama seperti membiarkan alkohol naik ke kepala. Seperti
membiarkan alkohol mengendalikan diri Anda. Membiarkan diri menjadi
mabuk! Wah, jangan sampai begitu! Kita harus bersikap moderat.
Nah, kunci pemahaman perumpamaan ini adalah bahwa dunia
tidak mau Yesus memerintah. Perumpamaan ini diakhiri dengan
kalimat, "Akan tetapi semua seteruku ini, yang tidak suka aku menjadi
rajanya,..."
Anda dapat sekadar memiliki Kekristenan. Lihat saja jumlah gereja
yang ada di Kanada ini, hitung saja puncak menaranya. Ketika saya
mengunjungi beberapa kota di Kanada, sepertinya separuh lebih
penduduk kota-kota itu tinggal di dalam gereja, karena begitu
banyaknya gedung gereja di sana. Menara gereja terlihat di mana-
mana, satu di sini, satu di sana, dan di mana-mana. Jika Anda pergi ke
Inggris atau ke Eropa, Anda akan mengira bahwa mereka adalah
masyarakat yang paling religius karena semua tempat dipenuhi oleh
gereja. Hal apa yang akan paling banyak Anda lihat sebagai turis di
Perancis? Gereja yang jumlahnya banyak sekali. Ketika mmelancong ke
sana, saya sempat berkata, "Saya tidak perlu melihat gereja yang lain
lagi di sini, sudah terlalu banyak gedung gereja yang saya kunjungi!"
Apa tempat bersejarah yang terdapat di setiap desa dan kota? Gedung
gereja, tentu saja!
Jika Anda berkunjung ke sana, Anda akan melihat kuburan orang ini di
sini, dan kuburan orang itu di sana. Jika Anda masuk ke Kapel
345 | C A H A Y A I N J I L
Westminster di Katedral Westminster di London, hal apa yang akan
Anda lihat? Kesan yang muncul adalah bahwa kapel itu sudah berubah
menjadi semacam kompleks kuburan. Kemanapun Anda melintas di
dalam kapel itu, Anda harus menginjak kuburan seseorang. Mungkin
Anda akan berkata, "Maaf, saya tidak bermaksud menginjakmu." Kita,
orang Cina, mungkin punya rasa hormat yang lebih baik terhadap
orang yang sudah meninggal. Mereka semua tampaknya dikuburkan di
ruang tengah di kapel itu. Anda harus menginjak kuburan mereka jika
ingin mencapai suatu tempat di dalam kapel itu. Dan ada beberapa
kuburan yang tegel nisannya diberi tulisan, "Tuan Anu, lahir tanggal
sekian dan meninggal tanggal sekian." Dan Anda lalu berkata, "Apa ini?
Apa ini gereja, rumah bagi orang yang hidup, atau justru rumah bagi
orang yang mati?"
Allah adalah pilihan terakhir. Di kebanyakan negara barat, jika Anda
beragama, maka hal itu baik sekali. Saat lahir, Anda akan dibaptiskan,
jadi Anda akan menerima beberapa tetes air di jidat Anda. Dan
selanjutnya, Anda akan datang lagi ke gereja untuk yang kedua
kalinya, saat menikah. Paling tidak, Allah sudah menunjukkan bahwa Ia
berguna bagi diri Anda. Gereja telah menjalankan perannya yang
pantas, sekitar tiga kali dalam seumur hidup Anda. Kali yang ketiga
adalah ketika Anda dikuburkan. Sekalipun Anda tidak tahu akan hal itu,
karena sudah mati, penguburan Anda dilakukan oleh gereja. Ini adalah
agama, dan memang hanya sebatas itulah orang mau berurusan
dengan agama.
Agama semacam itu dimanfaatkan oleh masyarakat. Ia dijadikan
kekuatan menyatukan rakyat. Ketika kita berhadapan dengan kekuatan
Komunis, dan tidak ada ideologi pengimbang untuk menghadapinya,
maka kita bisa memakai gereja sebagai alat pemersatu. Mari kita
semua bicara tentang Allah. Khususnya saat kaum Komunis
mengancam, maka kita perlu berbicara tentang Allah, tapi kalau kaum
Komunis sudah pergi, Allah boleh kita lupakan, urusan sudah
diselesaikan - kita sudah menyingkirkan orang-orang Komunis.
Demikianlah, agama menjadi alat yang dimanfaatkan. Dan selama
manusia bisa memanfaatkan agama, maka mereka akan memeluk
agama.
Tapi jika urusannya adalah menerima kedaulatan Yesus atas hidup kita!
Wah tidak! Ini lain cerita. Kita tidak mau orang ini memerintah atas
346 | C A H A Y A I N J I L
hidup kita. Mungkin kita tidak akan menyatakannya lewat mulut kita.
Orang-orang mungkin saja tidak pernah berkata terus terang akan hal
ini. Tetapi Yesus melihat sampai ke dalam hati. Itu sebabnya Yohanes
1:11 berkata, "Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-
orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya." Mereka menolak Yesus
bukan karena Yesus adalah orang yang bengis seperti Archelaeus. Akan
tetapi isi hati mereka adalah, "Sebaik apapun pemerintahan-Nya,
sebaik apapun sistem yang dibuat-Nya, sebaik apapun Dia, kami tetap
akan menolak jika Dia yang akan memerintah."
Itu sebabnya saya tadi menceritakan tentang usaha saya untuk bisa
memahami keinginan penduduk di sebuah wilayah kecil di Swiss untuk
bisa merdeka. Swiss adalah sebuah negara yang sangat demokratis;
negara demokratis yang pertama. Setiap orang menjadi anggota
pasukan tentara, setiap orang punya hak pilih, setiap orang berhak
untuk mengerjakan atau mengucapkan sesuatu, saya jadi tidak
mengerti mengapa wilayah kecil ini memilih untuk berpisah. Tujuan apa
yang mau mereka kejar? Apakah mereka mempunyai cara
pemerintahan yang lebih bagus? Tidak, persoalan utamanya adalah
mereka sekadar tidak menginginkan adanya penguasa di atas mereka.
Tak heran jika kita sekarang dilanda anarkisme. Orang-orang anarkis
adalah mereka yang menolak adanya penguasa di atas mereka. Pada
dasarnya, saya rasa, jauh di dalam hati kita, satu-satunya kedaulatan
yang kita akui adalah kedaulatan diri kita sendiri. Dan saya
menyaksikan hal ini ada di dalam sebagian besar diri orang Kristen,
pada tingkat yang berbeda-beda. Kita ingin menjadi bos atas diri
sendiri. Itulah persoalan yang paling dasar.
Orang Kristen sejati adalah para hamba Allah yang menerima
kedaulatan-Nya
Akan tetapi, masih ada orang-orang Kristen sejati, sekalipun jumlah
mereka sedikit saja. Siapa itu orang-orang Kristen sejati? Mereka
adalah para hamba Allah, sebagaimana yang disebutkan di dalam 1
Petrus 2:16, di sana Anda akan melihat bahwa setiap orang Kristen
yang sejati adalah seorang hamba Allah. Istilah hamba Allah ini tidak
terbatas pada mereka yang secara full-time bekerja dalam pelayanan.
Tidak terbatas pada para pendeta atau pun penginjil, "Hamba Allah"
adalah istilah yang mengacu pada setiap orang Kristen sejati karena ia
menjalani hidup yang sepenuhnya di bawah pengaturan Allah. Itu
sebabnya mengapa ia disebut hamba. Para hamba adalah mereka yang
347 | C A H A Y A I N J I L
berkata, "Allah adalah Raja atas hidupku, Ia adalah Tuan atas
hidupku." Jika Anda termasuk orang yang berkata seperti itu, maka
Anda adalah seorang hamba Allah, seorang budak. Untuk menjadi
hamba Allah tidak harus menjadi seorang penginjil.
Allah memberi setiap orang Kristen sejati hidup yang kekal,
yakni Roh Kudus berdiam di dalam diri Anda
Kemudian perumpamaan ini dilanjutkan. Di tengah keadaan yang
penuh permusuhan itu, ketika rakyatnya memberontak, bangsawan itu
memanggil sepuluh orang hambanya dan memberi mereka masing-
masing satu mina. Berapa nilai satu mina itu? Satu mina bernilai kira-
kira sama dengan gaji tiga bulan seorang pekerja rendahan, jadi
nilainya sekitar seratus dinar. Jadi, jika kita ingin membandingkannya
dengan keadaan zaman sekarang di Kanada, dan gaji rata-rata pekerja
rendahan di Kanada setiap bulannya sekitar seribu dolar, maka satu
mina di zaman dulu nilainya sebanding dengan sekitar tiga ribu dolar di
Kanada sekarang, suatu jumlah yang cukup besar.
Demikianlah, setiap hamba menerima satu mina. Lewat keterangan itu,
Yesus sebenarnya sedang berkata kepada kita, "Di dunia ini, setiap
orang dari kalian yang menjadi hamba-Ku, yang menerima kedaulatan-
Ku diberi kepercayaan untuk mengurus uang satu mina." Sebagai
orang Kristen, kita diberi kepercayan untuk mengemban satu
tanggungjawab. Jika tidak, kita bukanlah orang Kristen. Apa yang
dipunyai oleh setiap orang Kristen? Apa yang telah diberikan kepada
kita sebagai orang Kristen? Sebagai permulaan, setiap orang dari kita
diberi kehidupan. Itu adalah suatu tanggungjawab yang sangat besar.
Kita diberi hidup baru di dalam Kristus. Hal Kekristenan selalu berkaitan
dengan kehidupan. Menyangkut masalah hidup dan mati. Persoalannya
tidak sedangkal masalah kepercayaan, masalah agama. Jika Anda
sekadar memiliki agama, Anda tetap bukan orang Kristen. Mungkin
yang Anda pegang adalah agama Kristen, namun hal itu tetap tidak
menjadikan Anda seorang Kristen menurut definisi Alkitab. Seorang
Kristen yang sejati adalah orang yang memiliki hidup. Apakah
Anda memiliki hidup? Anda memiliki hidup, hidup yang berasal
dari Allah, hidup yang kekal jika Anda memiliki Roh Kudus dari
Allah yang tinggal di dalam diri Anda. Jadi kita yang menjadi
hamba Kristus, yang menerima kedaulatan-Nya, kedudukan-Nya
sebagai Tuan dalam hidup kita, pasti memiliki hidup kekal itu,
kehidupan yang ilahi, bukan kehidupan jasmani, melainkan kehidupan
348 | C A H A Y A I N J I L
rohani yang berasal dari Allah. Kita memiliki Roh Kudus. Kita sudah
dipercayakan dengan pesan kebenaran.
Anda dapat menyalurkan hidup kekal di dalam diri Anda kepada
orang lain
Kita tidak sekadar memiliki hidup yang kekal, namun kita juga dapat
menyalurkannya kepada orang lain. Hidup kekal ini bukan sesuatu yang
harus kita simpan buat diri sendiri. Sama seperti kehidupan jasmani
yang dapat disalurkan kepada orang lain. Anda menyalurkan kehidupan
jasmani kepada anak-anak Anda. Apa yang didapatkan oleh anak Anda
dari Anda? Kehidupan. Kita juga dapat secara rohani menyalurkan
kehidupan kepada orang lain, dan tidak menyimpannya bagi diri
sendiri. Jadi kita sudah dipercayakan dengan sesuatu yang sangat
berharga.
Dulu saya juga menolak Kristus. Dulu saya juga mengolok-olok serta
meremehkan gereja. Jadi kita semua berangkat dari keadaan yang
sama, kita semua memulai dari keadaan yang berdosa, sebagai musuh-
musuh Allah, sebagai orang-orang yang menolak Allah. Namun
kemudian kita sampai di satu titik, dengan kasih karunia Allah, di mana
kita lalu menerima pemerintahan-Nya. Tidak ada orang yang memulai
dengan kondisi yang jauh lebih menguntungkan dibandingkan orang
lain. Perbedaanya baru terlihat sejalan dengan waktu, semakin hari
jarak itu akan semakin jauh. Walaupun setiap orang Kristen
bermula di titik yang sama, ia tidak berakhir di titik yang
sama. Itulah keindahan perumpamaan ini. Mereka semuanya bermula
dengan satu mina, tetapi apa yang terjadi? Setelah beberapa waktu,
salah satu telah mengembangkan satu mina menjadi sepuluh mina.
Satu lagi telah melipat-gandakan menjadi lima mina, dan yang satu
lagi sama sekali tidak berbuat apa-apa dengan satu mina yang telah
diberikan Yesus.
Bukankah hal ini terlihat di dalam gereja? Beberapa dari Anda datang
kepada Tuhan lewat gereja ini. Saya mengamati pertumbuhan Anda
sejak titik awal, dan saya melihat betapa Anda mengalami
pertumbuhan rohani. Satu mina milik Anda sudah bertambah menjadi
dua mina, dan bertambah lagi menjadi tiga mina dan ada yang
bertambah terus. Namun, sayangnya, dari waktu ke waktu saya juga
melihat ada yang tidak mengalami pertumbuhan. Tidak terlihat tanda-
tanda apapun. Satu mina milik mereka tetap saja tidak bertambah, dan
349 | C A H A Y A I N J I L
dua tahun kemudian, ternyata tidak juga bertambah. Dan di tahun
yang ketiga, masih satu mina juga. Setelah mereka menjadi tua dan
beruban, ternyata masih satu mina juga. Di dalam gereja, seberapa
lama Anda menjadi seorang Kristen bukanlah ukuran untuk
menentukan kedewasaan rohani. Itu sama sekali tidak bisa
dijadikan ukuran. Anda bisa saja menjadi seorang Kristen sepanjang
hidup Anda namun tidak memiliki kehidupan rohani. Di sisi lain, Anda
bisa saja baru menjadi seorang Kristen dalam dua atau tiga tahun
namun sudah mengalami pertumbuhan rohani yang luar biasa.
Mengapa dikisahkan tentang tiga jenis orang Kristen? Apa yang
membuat seseorang menjadi "orang Kristen dengan sepuluh
mina"?
Pertanyaannya adalah, hal apa yang membuat mereka jadi berbeda?
Mengapa yang satu menghasilkan sampai sepuluh kali lipat, atau
1.000%? Berdasarkan standar di dunia bisnis, peningkatan 1.000%
jelas merupakan prestasi yang istimewa! Mengapa ada yang hanya
menghasilkan peningkatan 500%? Dan mengapa pula yang ketiga tidak
menghasilkan peningkatan apapun?
Di sini kita dapati tiga jenis orang Kristen yang sangat berbeda dari
kesepuluh hamba dalam perumpamaan ini. Ada yang memutarkan
uang itu habis-habisan, dan menghasilkan pendapatan 1.000%. Ada
juga yang memakai uang itu, tetapi masih bayangi oleh keragu-raguan,
dan ia hanya menghasilkan 500%, tetapi itupun masih sangat bagus.
Dan tentu saja akan ada berbagai macam hasil yang didapatkan selain
dari contoh kedua orang itu, mungkin ada yang 800%, 700% atau
bahkan hanya 50%. Dan ternyata ada pula yang hasilnya hanya 0%.
Yesus hanya membicarakan tiga tipe yang mendasar. Ia tidak
membahas berbagai variasi tipe yang lainnya yang tidak terlalu
mendasar.
Hal yang perlu kita lakukan sebelum kita tutup pembahasan hari ini
adalah memahami apa yang membuat terjadinya perbedaan di
kalangan orang-orang Kristen. Yaitu ketiga hamba itu. Sebagai orang-
orang Kristen, kita semua adalah hamba Allah. Jadi berdasarkan hal
itu, tidak ada perbedaan antara Anda dengan saya, atau di antara
setiap orang Kristen yang sejati sesuai dengan pengertian Alkitab.
Dalam rangka memahami apa yang membuat terjadinya perbedaan itu,
350 | C A H A Y A I N J I L
kita perlu memahami prinsip-prinsip yang berkaitan dengan pelayanan.
Apa itu prinsip-prinsip pelayanan? Apa yang membuat seseorang
menjadi Sung Shang Jie, John Sung, hamba Allah yang luar biasa? Apa
yang membuat seseorang menjadi D.L. Moody? Dan mengapa pula ada
orang yang tidak menjadi apa-apa? Untuk bisa memahami semua itu,
kita perlu memperhatikan beberapa hal.
Inisiatif, dorongan rohani
Hal yang pertama, perhatikan perbedaan inisiatifnya. Tidak ada orang
yang akan bisa menghasilkan pendapatan besar di dalam bisnis jika ia
tidak punya inisiatif. Anda tidak akan mendapatkan hasil sampai
1.000% jika Anda hanya duduk-duduk dan membaca komik saja. Tidak
ada orang yang bisa berhasil dengan cara seperti itu. Seseorang yang
ingin menghasilkan 1.000% hasil dalam kehidupan Kristen, harus
memiliki dorongan rohani, gairah untuk bergiat secara rohani, inisiatif
rohani. Dia tidak akan duduk diam di kursi sambil mengharapkan hasil
yang terbaik. Tidak ada orang yang menjalankan bisnis seperti ini.
Orang Cina kelompok yang sukses di dunia bisnis. Mereka mampu
bersaing dengan orang-orang Yahudi sepanjang masa. Orang-orang
Yahudi adalah pebisnis yang sangat tangguh. Saya berasal dari
Shanghai, dan di sana ada banyak orang Yahudi pada masa saya masih
di Shanghai. Saya melihat bahwa satu-satunya tempat di mana orang
Yahudi mengalami kesulitan untuk menghimpun kekayaan adalah di
Cina, karena di sana mereka bersaing dengan orang yang sejenis.
Sama halnya dengan orang Yahudi, orang Cina juga bisa menetap di
mana saja di dunia ini dan mulai menghimpun kekayaan dengan
membangun sebuah bisnis. Ia bisa memulai dengan usaha laundry, dan
menjadi kaya dengan bisnis itu. Ia bisa memulai dengan usaha
restoran, dan juga menjadi kaya. Ia bisa tinggal di Amerika Selatan,
Amerika Utara, di mana saja, bahkan di tempat yang ia tidak paham
dengan bahasa penduduk setempat, tidak jadi masalah buatnya - ia
tetap menjadi kaya.
Sudah banyak orang seperti ini yang kita lihat di Inggris. Dulu ada
orang Cina banyak yang merantau ke Inggris, dan mereka kemudian
mempelajari situasi di Inggris, dan berkata, "Inisiatif bisnis berarti
bahwa kita bisa membuka usaha laundry." Dan mulailah mereka
menjalankan usahanya. Saya kenal seseorang yang telah menetap di
Inggris selama sekitar empat puluh tahun. Semua anaknya tumbuh
besar di Inggris, namun bahasa Inggrisnya sendiri tidak pernah bisa
351 | C A H A Y A I N J I L
saya pahami. Saya juga tidak paham bahasa Cinanya karena ia
berbicara dalam dialek Toisan. Saya tidak tahu bagaimana ia bisa
bergaul dengan orang-orang Cina yang lain karena tidak banyak orang
berdialek Toisan yang tinggal di Inggris. Jadi, satu-satunya bahasa
yang ia kuasai adalah bahasa Cina berdialek Toisan. Bayangkanlah hal
itu! Ia mampu menjalankan bisnis laundry yang berhasil dan
menyekolahkan anak-anaknya sampai tamat universitas! Ia bisa sukses
bahkan tanpa harus bisa berbahasa lokal! Jadi saya rasa tidak sulit bagi
orang Cina untuk memahami apa arti 'dorongan', apa arti dari 'inisiatif'.
Orang ini tentu saja tidak menjalankan bisnisnya dengan duduk diam di
kursinya sambil menyibukkan diri dengan mengeluh, "Wah, aku tidak
bisa bicara dalam bahasa Inggris. Aku jauh dari kampung halaman.
Aku tidak punya pendidikan. Aku pasti tidak bisa bersaing dengan
orang-orang di sini. Mereka semua tentunya cukup berpendidikan,
sementara aku sendiri bahkan tidak bisa baca-tulis." Dia tidak akan
berbisnis dengan cara itu. Ia pelajari situasinya, ia pastikan hal-hal apa
yang dapat ia kerjakan, ia pelajari kebutuhan penduduk dan ia
kemudian berkata, "Tepat! Laundry!" Ia tidak pernah menjalankan
usaha jasa pencucian pakaian sebelumnya, akan tetapi urusan mencuci
bisa dipelajari dengan cepat oleh setiap orang. Tidak lama kemudian, ia
membuka toko kecil dan memasang papan promosi, "Bawalah pakaian
Anda kemari, saya akan mencucikannya buat Anda." Selanjutnya,
bisnis orang ini bergerak lancar. Dan sekarang, anak-anaknya sudah
menjadi ahli kimia, insinyur dan dokter. Semua anaknya juga cukup
berhasil dalam hidup mereka. Itulah inisiatif bisnis! Dorongan!
Jika kita dapat memahami hal-hal seperti itu di dalam kehidupan
duniawi, lalu mengapa kita tidak bisa memahami hal yang sama dalam
kehidupan rohani? Seharusnya kita tidak mengalami kesulitan untuk
memahami hal itu. Seorang hamba Allah harus memiliki dorongan
rohani, inisiatif rohani. Ia harus merupakan orang yang tidak puas
hanya sekadar menjadi orang yang biasa-biasa saja. Ia
mempelajari situasi kerohanian yang dihadapi. Ia mengamati situasi
dunia yang tidak bersahabat dengannya. Sama seperti itu, orang ini
yang berasal dari Toisan, Cina dan menetap di Wales (sampai sekarang
ini ia menetap di Wales)! Ia menyadari bahwa ia masuk ke dalam
lingkungan yang tidak bersahabat dengannya karena ia dipandang
sebagai orang asing. Namun dengan dorongan bisnisnya, ia berhasil
mengatasi keadaan dan menuai sukses dari semua itu. Demikian pula
352 | C A H A Y A I N J I L
halnya dengan kita, orang-orang Kristen, kita tinggal di lingkungan
yang tidak bersahabat dengan kita. Dunia tidak memandang kita
dengan sikap menerima. Saat kita menjadi Kristen, kita menjadi orang
asing di dunia ini. Bahkan orang tua kita sekalipun kadang-kadang
memandang kita sebagai orang asing, orang aneh, gila, tidak praktis,
orang bodoh, yang melepaskan karir berikut pendidikan dan masa
depan yang cerah. Dan mungkin, ketika orang Toisan ini memutuskan
untuk berangkat ke Inggris, keluarganya pasti mengira bahwa ia sudah
gila, "Kamu tidak tahu bahasa Inggris. Kamu ini tidak melihat
kenyataan. Kamu tidak akan berhasil di luar negeri." Di masa itu,
sangat sedikit orang Cina yang merantau ke Inggris, namun orang ini
punya dorongan. Jadi ia tetap berangkat. Ia berhasil melakukan hal
yang dianggap mustahil oleh orang lain. Itulah hasil dari dorongan. Lalu
bagaimana dengan kita?
Sikap
Tetapi kita harus melangkah lebih jauh lagi. Hal apa yang memberikan
dorongan bagi seseorang? Apa yang membuatnya melakukan hal ini?
Apa yang menjadi penggerak, kekuatan yang memotivasinya? Hal-hal
apa yang memotivasi saya? Hal-hal apa yang memotivasi orang-orang
Kristen sejati? Di sini kita sampai pada poin tentang pelayanan Kristen
yang berbeda dari pelayanan bidang lainnya. Perhatikan sikap ketiga
orang hamba itu terhadap tuannya. Setiap orang memiliki sikap yang
sangat berbeda. Hal-hal apa yang membuat hamba yang pertama itu
bekerja sangat keras? Apakah itu karena ia secara kebetulan memiliki
motivasi? Perbedaan antara kisah tentang orang Toisan ini dengan
kisah tentang para hamba ini adalah: orang dari Toisan ini berjuang
untuk dirinya sendiri. Ia bekerja bagi kepentingan pribadinya. Akan
tetapi seorang hamba yang baik bekerja demi kepentingan majikannya,
bukan untuk dirinya sendiri. Jadi hal-hal apa yang dapat memberinya
motivasi? Hal apa yang akan memberi motivasi kepada seorang
pekerja?
Di sini kita melihat adanya perbedaan sikap yang sangat penting di
antara ketiga hamba tersebut dan yang terlihat paling menyolok adalah
hamba yang ketiga. Sikap apa yang kita lihat dari hamba yang ketiga
itu? Di dalam ayat 20, si hamba yang tidak menghasilkan apa-apa itu
berkata kepada Yesus, "Tuan, inilah mina tuan, aku telah
menyimpannya dalam sapu tangan." Menyimpan uang di dalam sapu
tangan dan menyembunyikannya merupakan hal yang lazim untuk
353 | C A H A Y A I N J I L
zaman itu. Tidak ada bank yang menyediakan ruang penyimpanan
bawah tanah di mana Anda bisa mengamankan barang berharga Anda
di dalam safe deposit pada zaman itu. Jadi orang-orang harus
mengubur barang berharganya atau pun membungkusnya dengan
sesuatu lalu menyempunyikannya di antara barang-barangnya yang
lain. Perhatikan baik-baik sikap hamba itu. Ia tidak memberi hasil
apapun. Mengapa? Lihatlah sikapnya. Ia berkata kepada majikannya,
"Sebab aku takut akan tuan." Mengapa ia tidak menghasilkan apa-
apa? "Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang
keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan
menuai apa yang tidak tuan tabur." (ay.21). Apa arti kalimat itu?
Artinya si hamba itu sedang berkata, "Aku yang menabur, engkau yang
menuai. Engkau hanya ingin memperalatku saja. Bukan saja engkau ini
orang yang keras, tanpa perasaan, tetapi engkau juga termasuk orang
yang hanya mau memanfaatkan orang lain. Engkau ingin menuai apa
yang aku tabur." Lalu mengapa dulu ia ingin menjadi seorang hamba?
Satu pertanyaan yang bagus, bukankah begitu? Mengapa ia bersedia
menjadi seorang hamba? Tak seorangpun yang memaksanya untuk
menjadi seorang hamba. Tidak seorang pun yang memaksa kita untuk
menjadi seorang Kristen. Coba perhatikanlah cara dia memandang
tuannya sebagai sosok yang keras, tidak berperasaan dan hanya mau
untung sendiri.
Jelaslah bahwa kedua hamba yang lain tidak memiliki cara pandang
yang sama dengan hamba yang ketiga ini. Mengapa orang-orang
bisa punya pandangan yang berbeda tentang Allah? Mengapa?
Allah tidak pernah berubah. Lalu mengapa bisa ada dua orang yang
memiliki pandangan yang berbeda tentang Allah, dua konsep yang
berbeda?
Bagi saya, perkataan hamba yang ketiga ini tidak dapat saya pahami
maksudnya. Bagi saya, Allah bukan pribadi yang keras dan mau untung
sendiri, atau hanya mau memperalat saya. Mungkin itu sebabnya Anda
menolak kedaulatan-Nya atas hidup Anda, yaitu karena Anda
memandang Dia sebagai Pribadi yang keras yang hanya akan
memanfaatkan Anda, menyuruh Anda untuk melakukan hal-hal yang
tidak ingin Anda lakukan. Ia hanya ingin menuai di tempat Ia tidak
menabur. Ia ingin menikmati hasil dari apa yang tidak dikerjakan-Nya.
Saya tidak memandang Allah seperti ini.
354 | C A H A Y A I N J I L
Konsep saya tentang Allah sangat jauh berbeda sehingga saya tidak
dapat memahami maksud perkataan si hamba ini. Konsep saya tentang
Allah adalah satu Pribadi yang sangat pemurah, sangat murah hati, dan
sangat baik. Sedemikian baiknya sehingga jauh melampaui apa yang
layak saya dapatkan. Kebaikannya selalu saja membuat saya kagum.
Seringkali saya berkata kepada istri saya tentang betapa baiknya Allah
kepada kami. Kami tidak layak menerima kemurahan-Nya, namun Ia
curahkan segala kebaikan itu kepada kami. Ia berikan semua itu
dengan berlimpah. Namun saya tidak mengerti mengapa masih ada
orang yang memiliki cara pandang tentang Allah yang jauh berbeda
dengan saya. Beberapa orang datang kepada saya dan berkata,
"Mengapa Allah berbuat ini kepada saya? Mengapa Allah bertindak
begitu keras terhadap saya?" jelaslah, mereka memandang Allah bukan
sebagai Pribadi yang baik.
Saya juga mendapati perbedaan pandang yang sangat jauh berbeda ini
di dalam Alkitab. Pemazmur berkata, "Allah itu baik!" Dan kita sering
menyanyikan lagu, "Allah itu baik!" Namun ternyata tidak semua
orang, bahkan tidak semua orang Kristen yang punya pandangan
seperti itu. Mengapa bisa begitu? Apa alasannya? Allah adalah Allah
yang sama, namun orang-orang bisa juga sampai pada pandangan
yang berbeda tentang Allah. Sepanjang kitab mazmur Anda akan
mendapati kalimat, "Allah itu baik! Mari kita memuji Dia! Pujilah Dia
dengan kecapi! Pujilah Dia dengan alat-alt musikmu! Allah sungguh
baik, Allah itu baik!" Akan tetapi hamba yang satu ini mengatakan hal
yang berlawanan. Allah itu keras, tidak berperasaan, hanya mau
memanfatkan orang-orang, selalu ingin mendominasi hidup kita, dan
selalu ingin menjadi bos kita.
Saya tidak merasa bahwa Allah berlagak sebagai bos dalam hidup saya.
Saya berkata kepada Tuhan, "Ya Tuhan, Engkau adalah Raja atas
hidupku. Engkaulah yang akan mengatur hidupku. Hidup ini
kuserahkan kepada-Mu untuk Kau pakai sekehendak-Mu." Saya tidak
merasa diperlakukan seperti bola yang ditendang ke sana kemari, atau
dilemparkan ke sana ke mari. Saya tidak mendapati hal yang seperti
itu. Saya memang menghendaki agar Dia mengatur hidup saya. Dan
saya dengan gembira akan menyambut segala rencana-Nya. Saya
pasrahkan hidup ini untuk Dia pakai sesuai dengan kehendak-Nya.
Namun saya tidak mendapati bahwa Ia memperlakukan saya dengan
sewenang-wenang. Ia memperlakukan saya dengan penuh kelembutan
355 | C A H A Y A I N J I L
dan kebaikan. Lalu mengapa orang ini bisa memiliki konsep yang
berbeda tentang Allah? Ini adalah pertanyaan yang sangat penting.
Saya ingin tahu konsep apa yang Anda pegang tentang Allah saat ini?
Apakah Anda memegang konsep yang sama dengan si pemazmur,
yang berkata di dalam Mazmur 135:3, "Pujilah TUHAN, sebab TUHAN
itu baik, bermazmurlah bagi nama-Nya, sebab nama itu indah!."
Konsep yang dimiliki oleh si pemazmur ini jelas berbeda dengan milik
hamba yang nomor tiga itu. Pasti ada satu yang benar dan satu lagi
yang salah. Siapa yang benar dan siapa yang salah? Allah tidak
mungkin menjadi Pribadi yang baik dan murah hati, namun di saat
yang sama juga keras dan tidak berperasaan, dan usil. Jelas, tidak
mungkin semua itu ada pada-Nya secara campur aduk. Secara logika
jelas merupakan kontradiksi. Lalu, hal apa yang membuat sikap dan
pandangan orang-orang bisa berbeda?
Prinsip Rohani: Anda sendiri yang menentukan pemahaman
tentang Allah yang seperti apa yang akan Anda pegang
Ketika saya menganalisa perkara ini, dan saat saya meneliti isi Alkitab,
saya melihat bahwa bagaimana Allah akan tampak bagi Anda sangat
tergantung pada sikap Anda secara mendasar terhadap-Nya. Orang itu
sendirilah yang akan menentukan visi tentang Allah yang bagaimana
yang akan dia dapatkan. Alkitab berkata, "Seandainya ada niat jahat
dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar (Maz.66:18)."
Lihat sendiri apa yang terjadi. Jika Anda menyimpan dosa di dalam hati
Anda, Anda akan mendapati bahwa Allah tidak akan mendengarkan doa
Anda. Dan ketika Anda mendapati bahwa Allah tidak mendengarkan
Anda, perasaan apa yang muncul di dalm diri Anda terhadap-Nya?
Anda akan berpikir, "Allah tidak pernah menjawab doa saya." Jika Anda
mendapati bahwa Allah tidak pernah menjawab doa Anda, Anda akan
merasa, "Allah tidak peduli denganku." Jika Anda merasa bahwa Allah
tidak peduli dengan Anda, Anda akan berpikir bahwa Allah tidak
berbelaskasihan. Jika Anda merasa bahwa Allah tidak berbelaskasihan,
Anda akan menganggap bahwa Allah tidak berperasaan, kejam, keras,
menulikan telinga terhadap Anda. Itukah pengalaman Anda tentang
Allah? Jika seperti itu pengalaman Anda tentang Allah, ingatlah prinsip
yang satu ini: Jika Anda menyembunyikan dosa di dalam hati Anda,
Allah tidak akan mendengarkan doa Anda. Dan reaksi berantainya akan
bermula.
356 | C A H A Y A I N J I L
Di sisi lain, jika Anda tidak menyembunyikn dosa di dalam hati Anda,
jika Anda datang dengan keterbukaan mengakui dosa-dosa Anda,
memohon pengampunan-Nya, meminta Dia untuk membersihkan hati
Anda dari dosa-dosa, Anda akan mendapati betapa Allah segera
menanggapi doa Anda, Ia menjawab doa Anda. Anda akan berkata,
"Allah itu baik! Ia begitu baik terhadapku!" Tentu saja, yang sedang
Anda bayangkan itu adalah Allah yang sama. Anda sendiri yang akan
menentukan bagaimana tanggapan Allah kepada Anda.
Beberapa orang berkata, "Allah itu terasa begitu jauh, sedemikian jauh
sehingga saya tidak dapat menjangkau-Nya, saya tidak dapat
merasakan kehadiran-Nya sama sekali." Tentu saja begitu. Mengapa?
Karena mereka sendirilah yang menjauhkan diri dari Allah. Alkitab
berkata di Yakobus 4:6, "Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan
mendekat kepadamu." Anda akan menemukan orang-orang yang
berkata, "Allah begitu dekat denganku, sungguh luar biasa!" Namun
ada juga yang akan berkata, "Lucu sekali, saya malah merasa bahwa
Dia itu begitu jauh." Nah di mana letak perbedaannya? Apakah karena
Allah sudah pilih kasih? Ia memang memperlakukan setiap orang
dengan cara yang berbeda. Namun itu bukan karena Ia ingin berlaku
seperti itu, melainkan karena Anda sendiri sudah menentukan dengan
cara bagaimana Ia akan memperlakukan Anda. Jika Anda menyimpan
dosa - kesombongan, keegoisan dan keserakahan di dalam hati Anda,
Anda sudah menjauhkan Allah dari diri Anda. Sebab jika Ia menjawab
doa Anda dalam keadaan seperti ini, maka itu berarti bahwa Ia sedang
mendorong Anda untuk semakin serakah. Anda tidak akan merasakan
kebutuhan untuk suatu perubahan dari keadaan yang penuh dosa, dari
keserakahan dan dari kesombongan Anda. Lagi pula, jika Allah
memang bersedia untuk menjawab doa-doa Anda dalam keadaan Anda
yang masih penuh dosa, apa gunanya Anda disuruh menjadi orang
benar? Apa gunanya menjadi kudus? Apakah kekudusan itu masih
menjadi hal yang penting? Allah terpaksa menolak Anda untuk
membuat agar Anda mengubah posisi Anda, sesudah itu baru Ia
dapat menjawab doa Anda.
Kita dapat segera melihat mengapa hamba yang satu ini begitu gagal
dalam hal yang satu ini. Ia masih terikat pada pandangan hidup yang
berpusat pada diri sendiri, pandangan hidup yang penuh dosa.
Akibatnya, setiap kali ia berdoa, ia mendapati bahwa Allah tidak
menjawab doanya. Dan ketika Allah tidak menanggapi doanya, ia
357 | C A H A Y A I N J I L
berkata, "Mengapa Engkau memperlakukan aku seperti ini?" Sama
seperti sikap orang-orang yang sudah saya sebutkan sebelumnya, yang
hanya ingin memperalat Allah saja. "Tuhan, tolonglah aku untuk bisa
lulus dalam ujian nanti." Apa hak Anda untuk meminta sesuatu dari
Allah? Apa hak Anda untuk meminta-Nya meluluskan Anda dalam ujian
Anda? Anda hidup dalam keegoisan, Anda masih tinggal di dalam dosa,
dan Anda menghendaki agar Allah melayani Anda, membantu Anda
untuk bisa lulus ujian, membantu Anda untuk bisa mendapatkan
pekerjaan yang bagus, melindungi Anda di dalam perjalanan Anda.
Ketika Anda jatuh sakit, Allah harus menyembuhkan Anda. Ia harus
menjadi dokter buat Anda, menjadi penghibur, menjadi pelindung,
menjadi segala-galanya bagi Anda. Tapi apa yang pernah Anda perbuat
bagi-Nya?
"Wah, apakah saya harus berbuat sesuatu bagi-Nya? Saya kira Allah
hadir untuk menjadi pelayan yang serba bisa, menjadi jin peliharaan
saya." Saat Anda menggosok lampu ajaib, maka Ia harus hadir untuk
mengerjakan segala perintah Anda. Jika Anda hidup dengan konsep
Kekristenan seperti itu, dan kemudian Allah menjawab doa Anda,
bukankah itu berarti bahwa Ia sedang mendorong Anda untuk
terbenam lebih jauh lagi di dalam kuburan Anda. Ia tidak dapat
menjawab doa Anda. Ia tidak ingin Anda terbenam lebih jauh ke
dalam keegoisan, kesombongan dan pola pikir yang
mementingkan diri sendiri. Hal itu tidak mungkin dilakukan-Nya. Itu
sebabnya ada orang yang mendapati betapa Allah itu sangat baik,
sementara orang yang lain mendapati bahwa Allah tidak pernah
menjawab doa mereka. Ia terasa begitu keras. Ia tidak berperasaan,
tidak tersentuh melihat persoalan dan kesukaran mereka.
Hal apa yang dapat kita pelajari dari sikap hamba yang ketiga
ini dalam hal menjadi seorang hamba Allah?
Rasa kagum (Adoration) yang timbul dari mengalami kebaikan
Allah. Jika Allah begitu baik kepada Anda, tanpa dapat dicegah hati
Anda akan meluap dengan pujian dan rasa kagum kepada Allah setiap
saat. Anda akan terus merasa terdorong untuk menyembah dan
memuji Dia. Allah sungguh baik! Anda merasa sangat bersemangat
untuk menyembah-Nya. Charles Wesley berkata, "Seribu lidah akan
menyanyi, pujian bagi Penebusku yang agung!" Seribu lidah! Lidah
saya yang hanya satu ini tidak cukup untuk menyanyikan pujian bagi-
358 | C A H A Y A I N J I L
Nya. Kalau saja saya punya seribu lidah untk menyanyikan pujian bagi-
Nya!
Nah, hamba yang ketiga ini tidak akan mengerti apa yang sedang
disampaikan oleh Wesley. "Dengan lidah yang satu ini saja, aku sudah
tidak menemukan alasan untuk memuji-Nya. Aku tidak tahu mengapa
harus memuji-Nya? Saya tidak tahu apa yang harus saya ceritakan
tentang Dia dengan lidah yang satu ini. Kalau aku punya seribu lidah,
mungkin aku akan menjadi lebih bisu dari yang dapat kubayangkan."
Wesley dan hamba yang ketiga ini jelas memiliki sikap yang saling
bertolak-belakang. Allahnya satu, namun sikap orang-orang sangat
berlainan terhadap Dia, ada begitu banyak konsep tentang Dia. Sikap
yang menghasilkan rasa kagum dan penyembahan lahir dari kasih. Hal
apa yang memotivasi inisiatif rohani kita? Hal apa yang memotivasi
saya? Yang menjadi pendorong saya tepatnya dalah pemahaman
tentang Allah yang saya dapatkan dari pengalaman saya. Pendorong
saya adalah kebaikan Allah, itulah yang memotivasi saya. Betapa saya
ingin agar semua orang tahu begitu baiknya Allah itu! Kalau saja Anda
mengenal-Nya! Kasih kebaikan-Nya sungguh luar biasa! Seperti yang
dikatakan oleh Daud, "Kasih kebaikan-Mu telah membesarkan hatiku;
melambungkan diriku" (Maz.35:5-10). Kasih kebaikan-Nya akan
memotivasi Anda; menjadi pendorong Anda.
Perhatikan hikmat dari si tuan hamba. Kata 'jahat' menggambarkan si
hamba ini yang menyimpan dosa di dalam hatinya. Ia tidak melayani
Allah karena ia takut kepada Allah. Ketika Anda berbuat dosa, Anda
akan menjadi ketakutan, Anda merasa tidak berani mendekat kepada
Allah. Kita semua pernah berbuat dosa. Kita tahu seperti apa rasanya
jika berbuat dosa. Saya sendiri juga pernah berbuat dosa, dan setiap
kali saya berbuat dosa, saya menjadi takut kepada Allah. Saya
berusaha menjauh dari Allah. Ketika Adam dan Hawa berbuat dosa,
apa yang mereka lakukan? Mereka pergi bersembunyi. Anda juga akan
berlaku seperti itu, "Ya Allah, jangan datang padaku." Itulah reaksi
pertama dari Petrus ketika ia melihat kuasa dan keagungan Kristus. Ia
berkata kepada Yesus, "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini
seorang berdosa" (Luk. 5:8). Dosa cenderung mendorong Anda untuk
menjauhkn diri dari Allah, dan menanamkan rasa takut ke dalam diri
Anda. Dan rasa takut bukanlah motivasi yang akan mendorong Anda
untuk masuk ke dalam pelayanan. Rasa takut bisa menjadi motivator
359 | C A H A Y A I N J I L
dalam dunia, namun tidak akan berguna dalam pelayanan rohani. Anda
tidak bisa menakut-nakuti orang untuk bekerja melayani Allah. Anda
tidak dapat melakukan itu. Rasa takut justru mendorong mereka untuk
pergi menjauh, bukannya membawa mereka datang kepada Allah.
Pendorong yang benar adalah kasih. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Paulus, "Kasih Kristus yang menguasai kami (itulah yang menjadi
pendorongku)" (2 Korintus 5:14).
Itu sebabnya, sejalan dengan pembahasan kita akan hal ini, sikap
orang-orang bisa sangat berbeda! Apa yang membuat seorang Kristen
menjadi penghasil sepuluh mina, sedangkan orang Kristen yang lain
tidak menghasilkan apa-apa? Anda tentu ingat bahwa satu mina yang
diberikan kepada hamba yang ketiga ini juga diambil darinya. Ia tidak
punya apa-apa lagi! Perbedaannya terletak pada inisiatif dan dorongan
rohani. Namun hal apa yang memberikan inisiatif rohani? Hal apa yang
memotivasi Anda? Bagaimana pemahaman Anda tentang Allah? Jika
Anda memiliki sikap yang penuh rasa kagum kepada Allah karena
kasih-Nya, rasa kagum itu akan mendorong Anda dengan sangat kuat
untuk melayani Dia. Namun pertama-tama Anda harus memiliki konsep
atau pemahaman yang benar tentang Allah.
Komitmen (Commitment) yang utuh. Dan hal apa lagi yang dapat
kita pelajari dari perkara ini? Masalah yang lain adalah tentang
komitmennya. Komitmen hamba yang jahat ini sangat meragukan.
Anda tidak dapat melayani Allah tanpa komitmen. Komitmen berarti
suatu kesediaan untuk menerima-Nya secara nyata, di dalam
kehidupan sehari-hari Anda, sebagai Raja. Itulah makna komitmen.
Menerima Dia sebagai Juruselamat bukanlah komitmen. Bahwa Ia yang
akan mengerjakan segalanya buat Anda jelas tidak menuntut
komitmen dari pihak Anda. Komitmen berarti Anda melakukan sesuatu
bagi Dia, Anda hidup di bawah pengaturan-Nya.
Komitmen dari hamba yang terakhir itu tidak utuh. Inilah masalah
mendasar yang melanda sebagian besar orang Kristen. Mereka
memiliki komitmen, tetapi bukan komitmen yang utuh. Dan saya sudah
berulang kali memperingatkan Anda bahwa komitmen parsial akan
berakhir dalam bencana. Perhatikan, hamba ini memiliki komitmen.
Ia adalah seorang hamba sama seperti yang lainnya. Ia memiliki
komitmen. Jika tidak, maka ia tidak akan menjadi seorang hamba. Ia
tidak dipaksa masuk, dan diseret untuk mau menjadi pelayan. Anda
360 | C A H A Y A I N J I L
menjadi seorang Kristen bukan atas paksaan orang lain. Anda menjadi
seorang Kristen atas kemauan Anda sendiri. Anda yang membuat
komitmen itu, tetapi komitmen Anda tidak utuh, dan ketika berhadapan
dengan tekanan dan kesukaran, komitmen itu hancur. Orang ini
komitmennya parsial dan kegagalannya menjadi nyata.
Pengharapan (Expectation) akan kembalinya Sang Majikan
karena kasih. Kita harus menyimpulkan poin terakhir kita. Dan poin
yang terakhir itu adalah hal pengharapan. Kedua hamba yang pertama,
yaitu yang memberikan hasil sepuluh mina dan yang memberikan hasil
lima mina, tahu pasti bahwa majikan mereka akan kembali. Sang
majikan sudah menyatakan hal itu. Ia akan kembali. Da mereka tahu
bahwa sambil menunggu kedatangan itu mereka harus bekerja. Dan
mereka menantikan dengan sukacita kedatangan tuan yang mereka
kasihi itu, mereka bekerja di dalam sukacita penantian ini. Jadi ketika
sang majikan kembali, ia menjadi senang. Mengapa saya ingin
menyenangkan hati-Nya? Karena saya sangat mengasihi-Nya! Saya
begitu mengasihi-Nya! Ia sungguh-sungguh luar biasa! Dan ketika ia
datang kembali, saya ingin agar ia merasa senang.
Namun perhatikan betapa yang satu sudah puas dengan menghasilkan
lima mina sedangkan yang satunya lagi memberi sukacita yang besar
karena ia menghasilkan sepuluh mina buat Sang Majikan. Dalam hal ini
Anda melihat adanya satu perbedaan motivasi juga. Perhatikan hal ini
baik-baik. Harapan tersebut merupakan kekuatan pendorong juga.
Saya berharap untuk segera berjumpa dengan Yesus. Ia sudah datang
untuk yang pertama kalinya dan ia akan datang lagi untuk yang kedua
kalinya, dan kita semua akan berjumpa dengan-Nya di suatu hari nanti.
Namun harapan ini tidak sekadar untuk mengetahui bahwa Ia akan
datang. Yang kita bicarakan adalahharapan di dalam batin kita ini,
yaitu sukacita dalam penantian, gairah untuk bisa segera
bertemu dengan-Nya lagi. Saya tidak tahu apakah Anda memiliki
gairah tersebut. Saya tidak tahu.
Saya yakin bahwa setiap hari anak Anda menunggu dengan penuh
semangat kapan Anda pulang dari tempat kerja Anda. "Ayah pulang!
Sudah seharian tidak ketemu." Anak Anda menatap ke arah luar
dengan penuh harap dan sukacita. Dan ia membawa gambar yang
dibuatnya untuk diperlihatkan kepada Anda. Anak perempuan saya
sering membuat gambar-gambar dan diberikan kepada saya. Ia
361 | C A H A Y A I N J I L
berkata, "Lihat ayah! Semua gambar ini kubuatkan untuk ayah!"
Mengapa ia melakukan itu semua? Ia mengharapkan kedatangan saya
dan karena itu ia berharap bisa memberi sambutan yang
menyenangkan hati saya. Jadi ia membuat gambar-gambar itu untuk
saya. Dan sudah banyak gambar buatannya yang saya koleksi. Atau
mungkin anak Anda membuat hal-hal kecil lainnya. Mengapa? Itu
karena anak-anak itu mengasihi Anda. Mereka ingin Anda merasa
senang ketika sampai di rumah. Dan itu sebabnya anak-anak Anda
bersemangat menantikan kepulangan Anda.
Prinsip pelayanan "ACE"
Tiga prinsip pelayanan berikut akan saya rangkum dalam kata "ACE".
Tahukah Anda apa arti kata 'ace' ini? Ace adalah ungkapan bahasa
Inggris untuk menunjukkan sesuatu yang unggul atau hebat. Seorang
pilot yang dijuluki "flying ace" berarti bahwa ia merupakan seorang
pilot yang sangat hebat. Ace berarti yang terbaik. Dan kita tidak ingin
sekadar menghasilkan hamba-hamba Allah, tetapi "hamba-hamba yang
hebat". Karena hamba yang nomor tiga itu, yang jahat itu, juga
merupakan hamba Allah.
Prinsip "ACE" berisi hal-hal yang sudah kita bahas, dan saya ingin tahu
apakah Anda memperhatikan hal tersebut. A - adoration (kekaguman),
C - Commitmen(komitmen), E - expectation (pengharapan), (ACE).
Anda dapat menggandakan ketiga huruf itu menjadi AA (Abundant
Adoration - kekaguman yang melimpah), CC (Complete Commitment -
komitmen yang utuh), dan EE (Eager Expectation - pengharapan penuh
semangat). Hasilnya juga membentuk kata ACE. Sungguh indah! Jika
Anda dapat menerapkan prinsip ACE ini di dalam pelayanan Anda,
maka Anda akan menjadi hamba yang memberi hasil sepuluh mina. Itu
semua tergantung pada seberapa baik Anda dapat menerapkan ketiga
prinsip ini, Anda bisa menjadi hamba yang menghasilkan sepuluh mina
atau yang lima mina, namun saya harap kita semua dapat menjadi
hamba yang luar biasa di dalam generasi ini. Sikap penuh rasa kagum
akan menjadi pendorong kita. Selanjutnya, kita perlu memeriksa
komitmen kita, apakah komitmen itu utuh, komitmen yang total
kepada Allah atau sekadar komitmen yang parsial. Dan apakah
pengharapan kita kepada Allah adalah pengharapan yang penuh
semangat. Itulah jalan untuk menjadi 'yang terbaik di dalam
kerohanian'.
362 | C A H A Y A I N J I L
Perumpamaan tentang Hamba yang Tidak Mengampuni
Matius 18:21-35 dan Lukas 17:3-4 - Disampaikan oleh Pendeta Eric
Chang.
Mengampuni orang lain. Hal yang dibahas Yesus di sini adalah persoalan
yang terjadi dalam keseharian kita, yaitu mengenai dosa di antara
orang-orang Kristen. Misalkan seseorang telah ceroboh, atau barangkali
dengan sengaja menyakiti kita. Apa yang seharusnya kita lakukan?
Bagaimana kita bertindak bila kita menghadapi masalah seperti itu?
Haruskah kita mengampuninya?
Dalam Matius 18: 15-17, Yesus berkata apabila saudara atau saudari
kita tidak bertobat, bawalah masalah ini di hadapan dua atau tiga orang
saksi. Jika inipun tidak membuatnya bertobat bawalah masalah ini ke
jemaat. Masalahnya adalah jika saudara atau saudari kita berbuat dosa
kepada kita, kita cenderung menjadi muak dan memutuskan untuk
meninggalkan gereja sepenuhnya - yaitu berhenti dan sama sekali tidak
pergi ke gereja lagi. Hal ini jelas salah dan bukanlah cara untuk
menyelesaikan masalah. Ketika kita lari dari permasalahan, masalah
tidak akan pergi. Ia akan bertambah buruk.
Karena itu kita harus bertindak terhadap dosa. Ketika saudara kita
melakukan dosa terhadap kita dan tidak bertobat, dan kita membawa
masalah itu ke gereja, hal itu akan mulai ditangani. Pendeta akan
membimbing saudara yang telah melakukan kesalahan untuk
menemukan mengapa ia melakukan hal ini. Jika Saudara itu bertobat
dan meminta maaf kepada kita, masalahnya akan terpecahkan dan
tidak lagi ada masalah. Tetapi jika kita membiarkan masalahnya
menyebar seperti penyakit di dalam gereja, keseluruhan gereja akan
menjadi sakit. Kita harus menangani dosa itu demi Kristus, demi
saudara dan saudari dan demi kita sendiri. Gereja tidak untuk memihak
yang satu serta menentang yang lain, kita harusnya punya keyakinan
pada gereja, pada saudara kita dan pada rasa keadilan mereka di
hadapan Tuhan bahwa mereka akan mengatasi masalah secara adil.
363 | C A H A Y A I N J I L
Kadang-kadang kita mungkin bereaksi dengan cara yang aneh ketika
masalah seperti itu terjadi. Kita mungkin menjadi seseorang dari
mereka yang berkata, "Saudara ini telah menyakiti saya. Saya tidak
akan pergi ke gereja lagi karena semua orang Kristen adalah munafik!"
Sebenarnya hanya satu orang yang menyakiti kita bukan seluruh gereja.
Jika kita adalah orang Kristen, kita berhak untuk tetap berada di tengah
jemaat sebagaimana saudara yang telah menyakiti kita itu. Mengapa
kita harus meninggalkannya? Sangat sulit dimengerti mengapa kita
akan berpikir seperti ini. Kadang-kadang ada suatu masalah di dalam
gereja dan Pendeta tidak diberitahu akan hal ini. Jika dia
mengetahuinya, dia akan ikut campur membela mereka yang disakiti
untuk meluruskannya.
Harus ada batasnya!
Misalkan seseorang melakukan dosa terhadap kita. Dia menyesal dan
minta maaf dan kita mengampuninya. Kemudian dia melakukannya lagi
dan lagi! Apa yang akan kita lakukan? Inilah pertanyaan yang ingin
ditanyakan Yesus. Berapa kali kita harus memaafkan seseorang?
Lukas 17:3-4 memberitahu kita:
Jagalah dirimu jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia dan jikalau
ia menyesal, ampunilah dia. Dan jikalau ia berbuat dosa terhadap
engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan
berkata "aku menyesal", engkau harus mengampuni dia.
Jika seseorang menyingung kita berkali-kali, Yesus berkata dalam
kutipan di atas bahwa kita harus memaafkannya sampai tujuh kali
dalam sehari. Ketika Dia memberikan contoh ini, Dia tidak bermaksud
bahwa tujuh kali adalah batasnya. Hal ini dikarenakan tujuh adalah
angka sempurna. Jika kita mampu mengampuni seseorang tujuh kali,
kita tentu dapat mengampuninya lebih dari itu. Poinnya adalah bahwa
kita memaafkan seseorang tujuh kali sehari dari hari ke hari. Dengan
kata lain tidak ada batas untuk itu.
Tetapi, rata-rata orang Kristen tidak bisa memaafkan. Ketika seseorang
menyakitinya sekali, mukanya sudah merah dan ia bereaksi seperti ini:
"Cukup, aku tidak akan lagi ngomong sama mahluk menjijikkan ini! Aku
tidak akan pernah masuk ke gereja ini lagi!" Sekali saja dan sudah
cukup? Bagaimana dengan yang "tujuh kali sehari" yang Yesus ajarkan?
364 | C A H A Y A I N J I L
Apakah pengampunan kita terbatas seperti itu? Kita mencoba
membenarkan perilaku kita dan berkata, "Saya tidak melakukan apa-
apa kepadanya, dan dia menyakiti saya! Lalu mengapa saya mesti
memaafkannya?" Baiklah, inilah yang Yesus katakan.
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai
berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa
terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan!
Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai
tujuh puluh kali tujuh kali"(Mat.18:21-22).
Petrus jelas berpikir bahwa dia sangat pemurah. Dia berpikir tujuh kali
tidak terlalu buruk karena menurut rabi-rabi Yahudi, kita bisa
mengampuni seseorang satu kali, dua kali, dan bahkan tiga kali, tetapi
tidak empat kali. Karena tiga kali adalah maksimum. Petrus mungkin
berpikir bahwa karena dia menghitung jumlah yang lebih dari dua kali
lipat dari apa yang di rekomendasikan para rabbi, dia benar-benar
pemurah. Sementara para rabbi memberikan batasan maksimum
memaafkan tiga kali dalam seumur hidup kita, tetapi kita disuruh
memaafkan orang tujuh kali dalam sehari. Jika jumlah tujuh itu
dikalikan dengan masa hidup kita, maka jumlahnya jelas sangat luar
biasa. Tuhan berkata kepada Petrus, "Aku tidak mengatakan kepadamu
tujuh kali, tetapi tujuh puluh kali tujuh." Sekali lagi, jumlah yang
dimaksudkan adalah simbol bilangan tak terbatas. Jika kita bisa
memaafkan seseorang tujuh kali sehari dalam tujuh puluh hari atau dua
setengah bulan, jumlah yang muncul menjadi tak terbatas.
Mengapa kita perlu mengampuni?
Sebuah pertanyaan secara alami muncul dalam benak kita. Pertanyaan
itu adalah mengapa kita harus memaafkan orang yang menyakiti atau
menyinggung kita ? Mari kita kembali kepada Matius 18:23-35. (Catat
kata 'Sebab' yang menghubungkan ayat 23 dengan bagian sebelumnya
dalam bab itu)
Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak
mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Setelah ia mulai
mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang
berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu
melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta
anak isterinya dan segala miliknya untuk membayar hutangnya. Maka
365 | C A H A Y A I N J I L
sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala
hutangku akan kulunaskan. Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas
kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan
menghapuskan hutangnya.
Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain
yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik
kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! Maka sujudlah kawannya itu
dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan
kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam
penjara sampai dilunaskannya hutangnya.
Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan
segala yang terjadi kepada tuan mereka. Raja itu menyuruh memanggil
orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh
hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.
Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah
mengasihani engkau? Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya
kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. Maka
Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu,
apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan
segenap hatimu."
Perhatikan kata "dengan segenap hatimu". Bukanlah pengampunan
dengan rasa enggan, dimana kita berkata "Aku telah mengampunimu.
Bagaimanapun, Tuhan menyuruhku untuk mengampuni, maka aku
mengampuni." Mengampuni orang sepenuh hati adalah pengampunan
yang dilakukan dengan sukacita. Seperti kita katakan dalam Bahasa
Cina, xuang kuai - bersih, pengampunan mutlak. Bukan memaafkan
dengan sakit hati dimana kita berkata, "OK, tetapi jangan lakukan itu
lagi nanti! Di lain waktu aku tidak akan begitu bermurah hati padamu!"
Pengampunan dari dalam hati tidaklah seperti ini.
Sebelum kita simpulkan beberapa prinsip dari perumpamaan ini, mari
kita mencoba untuk memahami jumlah uang yang sedang kita bicarakan
di sini. Yesus dibandingkan dengan penguasa kerajaan yang agung atau
penguasa. Salah satu pelayannya telah salah mengelola usahanya
sehingga ia berhutang sepadan dengan 10.000 talenta. Satu talenta
pada masa itu lebih dari 15 tahun gaji seorang pekerja. Jika satu talenta
sebanding dengan lebih dari 15 tahun gaji seorang pekerja, yaitu 5.400
366 | C A H A Y A I N J I L
hari kerja. Maka 10.000 talenta sebanding dengan upah untuk 50 juta
hari kerja. Dengan standar kehidupan di Kanada misalnya, berdasarkan
pada tingkat upah minimum $30 sehari, jumlah keseluruhannya akan
menjadi 30 kali 50 juta, yang akan menjadi $1.5 milyar dolar. Hal ini
memberikan kita suatu ide yang bagus tentang skala yang sedang kita
bicarakan di sini. Modal seperti itu berhubungan dengan anggaran
pengeluaran sebuah negara.
Hamba di kerajaan ini mungkin saja seorang menteri keuangan
(kenyataannya semua pegawai tinggi pada saat itu disebut hamba raja).
Dia telah melakukan kesalahan besar dalam mengelola keuangan
negara hingga defisit $1.5 milyar. Dan raja memanggilnya untuk
menjelaskan tentang defisit itu. "Kecerobohan macam apa yang engkau
lakukan terhadap dana pemerintah? Apa yang telah engkau lakukan?
Sekarang sebagai hukuman atas dosa-dosamu, engkau dan keluargamu
akan dijual sebagai budak," kata sang raja. Barangkali hal ini bisa juga
dilakukan sekarang. Kita akan memiliki menteri keuangan yang lebih
baik di banyak negara di seluruh dunia jika mereka tahu bila
menyalahgunakan uang negara akan dijual sebagai budak. Ini sama
sekali bukan ide yang buruk, mengingat bagaimana pejabat pemerintah
menyalahgunakan keuangan negara sekarang ini.
Karena hal ini hamba itu berlutut dan berjanji akan membayar kembali
uang yang dia ambil. Perhatikan kata-katanya yang ambisius dalam ayat
26: "... segala hutangku akan kulunaskan". Bagaimana caranya dia
melakukan hal itu? Mungkin apa yang dia maksudkan adalah:
"Berikanlah saya kesempatan lagi untuk menjadi menteri keuangan dan
saya akan mengembalikan 1.5 milyar kredit." Saya yakin, tidak ada raja
yang akan memberikan menteri yang melakukan kesalahan besar
seperti ini satu kesempatan lagi. Namun, perhatikan, sang raja ternyata
bermurah hati. Dia mengampuni hutang hambanya ini. Dia berkata,
"Karena engkau memohon dan bertobat, Aku akan mengampuni
hutang-hutangmu. "Dia mengampuni hamba itu dan memberikan
kesempatan lagi. Dia menghapus hutangnya! Dan hamba itu sangat
bahagia dan pergi.
Setelah beberapa saat, orang itu bertemu temannya yang berhutang
kepadanya 100 dinar. Dengan perhitungan kita terdahulu, kita tahu
bahwa temannya ini berhutang sejumlah $3000 yang merupakan
jumlah yang lumayan besar namun jumlahnya tidak ada artinya
367 | C A H A Y A I N J I L
dibandingkan dengan $1,5 Milyar. Demikianlah orang itu menyeret
temannya dan menuntut, "Aku ingin $3000 itu kembali!". Orang itu
bersujud dan memohon, "Tolonglah kasihani aku ini. Aku tidak punya
$3000 di kantongku tapi aku tentu saja akan mengembalikan kepadamu
$3000". Adalah mungkin membayar kembali $3000. Uang itu masih
cukup banyak tetapi masih dalam jangkauan rata-rata pekerja, asal ada
cukup waktu untuk mengembalikannya. Tetapi orang itu menolaknya
dan menjebloskan temannya ke dalam penjara karena $3000!
Masalah ini kemudian disampaikan kepada raja, yang berkata kepada
hambanya yang menteri keuangan itu, "Jika aku telah mengampunimu,
tidakkah seharusnya engkau mengampuni orang yang berhutang
padamu?" Apa yang diajarkan oleh Doa Bapa Kami kepada kita?
"Ampunilah kami akan kesalahan [hutang] kami, seperti kami juga
mengampuni orang yang bersalah[berhutang] kepada kami" (lihat
Matius 6:12). Yesus berkata jika kita tidak mengampuni pengutang kita,
kita tidak akan diampuni. Demikian pula pengampunan yang diberikan
kepada pelayan itu akhirnya dicabut. Raja berkata kepadanya, "Engkau
hamba yang jahat! Aku mengampuni segala hutangmu karena engkau
memohon kepadaku. Tidakkah semestinya kamu merasa kasihan
kepada temanmu, seperti yang aku perbuat kepadamu?" Dalam
kemarahan, raja mengirimnya untuk disiksa sampai dia mengembalikan
$1,5 milyar. Tetapi dia tidak akan pernah bisa mengembalikannya,
karena ia sudah dipenjara!
Pesan dari kutipan ini jelas. Sebagaimana ditafsirkan oleh Professor
Schweizer dari Zurich dalam buku tafsirannya Das Neue Testament
Deutsch, yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dengan
judul Loss of Grace: yaitu kasih karunia sebenarnya telah diberikan,
tetapi karena orang yang menerimanya tidak pantas, akibatnya kasih
karunia itu hilang.
Seorang cendekiawan besar dari Jerman, H.A.W. Meier juga membahas
poin ini dengan sangat baik dalam tafsirannya yang berjumlah 20 jilid
tentang Perjanjian Baru berbahasa Yunani. Malahan ini adalah tafsiran
terbaik yang ada sampai sekarang ini walaupun naskah itu ditulis
ratusan tahun yang lalu, dan hanya dicetak ulang pada tahun 1980.
Dengan judul "Doctrine of this Parable (Doktrin dari Perumpamaan Ini)"
dia menulis: "Remisi yang telah engkau dapatkan dari Allah, dari hutang
dosa yang tak terbayarkan hendaknya merangsang hatimu untuk
368 | C A H A Y A I N J I L
memaafkan saudaramu dengan hutang yang lebih kecil. Jika tidak
penghakiman Mesias akan datang, kebenaran Allah akan menentangmu
dan engkau akan dijatuhkan ke Gehenna untuk dihukum selamanya."
Dengan jelas, Meier menunjukkan bahwa kasih karunia yang awalnya
diberikan - pengampunan yang awal - kemudian ditarik. Dan orang akan
dibuang ke Gehenna (yang berarti Neraka) untuk dihukum selamanya.
Ajaran ini tentu saja tidak akan diterima dengan baik oleh gereja-gereja
Tionghua. Demi doktrin mereka, mereka menolak kata-kata Yesus yang
jelas ini. Sangat menyedihkan cara Watchman Nee coba menjelaskan
masalah ini. Semakin dia mencoba, semakin banyak kekacauan yang
muncul. Dia mengatakan bukanlah kasih karunia mula-mula yang ditarik
kembali, tetapi kasih karunia berikutnya yang ditarik. Hal ini sungguh
tidak masuk akal. Jika kasih karunia mula-mula tidak ditarik, maka si
hamba masih diampuni hutang $1.5 milyar dolar itu. Dengan demikian
dia tidak akan dijebloskan ke dalam penjara, karena tidak ada hutang
yang harus dikembalikan. Pernyataan seperti itu menjadi tidak jelas.
Inilah yang terjadi ketika kita mengorbankan kebenaran Firman Allah
demi dogma. Ketika ditanya bagaimana cara si hamba membayar
hutangnya di penjara, Watchman Nee membuat pernyataan yang mirip
dengan ajaran bidat. Dia mengatakan bahwa si hamba akan dihukum
selama 1000 tahun di kerajaan mesianik sehingga suatu saat nanti ia
mendapat pengampunan. Inilah ajaran yang paling mirip dengan ajaran
purgatori yang saya temukan dalam ajaran Protestan. Sungguh luar
biasa! Jika melalui penyiksaan, dosa kita dapat diampuni, mengapa
Yesus perlu mati? Jika dengan disiksa selama 1000 tahun, $1,5 milyar
dapat dihapuskan, mengapa Yesus perlu mati?
Inilah situasi tragis yang dialami oleh mereka yang tidak mau
berhadapan dengan Firman Allah. Ini menunjukkan bahwa ketika kita
datang kepada Firman Allah, kita harus datang tanpa belenggu doktrin
dalam pikiran kita. Jika tidak, kita akan mengelak dan
menyalahtafsirkan pernyataan yang sangat jelas ini yang dengan baik
dipahami oleh Professor Schweizer dan H.A.W. Meier. Tetapi karena kita
terikat pada dogma, maka kita coba memutar-mutar Firman Allah yang
sudah jelas, hasilnya kita beromong kosong. Dan akibatnya sangat
mengerikan. Apa yang disabdakan Yesus di sini sangatlah jelas dan
tegas. Para penafsir yang besar itu tidak ada kesulitan sama sekali
dalam memahami makna dari kata-kata sederhana ini.
369 | C A H A Y A I N J I L
Tiga tahap yang sangat menentukan dalam keselamatan
Berbicara secara teologis, perumpamaan ini sangat penting, karena ia
memberitahukan kita tentang tiga tahap yang harus dilewati untuk
diselamatkan
Pengampunan
Tahap pertama yang disebutkan dalam perumpamaan ini adalah
pembenaran. Dalam bahasa sederhana, berarti pengampunan
dosa kita. Karena kita berdosa terhadap Allah, kita perlu
diampuni. Dosa di dalam Injil disebut hutang kita kepada Allah.
Setiap saat kita berdosa, kita jatuh lebih berat ke dalam hutang
secara rohani sampai kita semakin terpuruk dalam hutang. Jadi
setiap saat kita berdosa berarti kita berhutang dan itu menjadi
tak terbayarkan karena upah dosa, dengan ungkapan yang lain,
adalah maut. Tidak ada sesuatu yang dapat membeli kita
kembali dari kematian. Ketika kita berdosa, hukumannya adalah
kematian. Gambaran yang diberikan Yesus kepada kita melalui
perumpamaan ini adalah karena kita berdosa terhadap-Nya kita
berhutang sangat banyak sehingga tidak ada jalan untuk
membayarnya. Tidak ada manfaatnya berbicara, "Aku akan
membayar hutang dengan melakukan perbuatan yang baik"
karena perbuatan baik memang wajib kita lakukan. Tidak ada
perbuatan baik yang dapat membebaskan hutang dosa kita
kepada Allah. Orang yang percaya bahwa ia dapat
menyelamatkan dirinya sendiri dengan melakukan perbuatan
baik sesungguhnya tidak memahami masalah dosa.
Perumpamaan ini dengan jelas menunjukkan hal ini.
Terlebih lagi, hutang itu begitu banyak sehingga Tuhan
melukiskannya dengan angka-angka luar biasa besar yang tidak
bisa dibayar kembali. Satu-satunya cara untuk menghapuskan
hutang ini adalah bertobat di hadapan Allah. Kita harus datang
pada Allah dan memberitahu-Nya bahwa kita menyadari bahwa
kita berdosa dan tidak memiliki cara untuk melunasi hutang kita.
Itulah sebabnya kita harus memohon kemurahan dan
pengampunan-Nya. Hanya dengan begitulah Dia akan
menghapuskan hutang kita yang sangat besar.
Bagaimana Dia melakukannya? Yesuslah yang membayar hutang.
Dia mati di kayu salib untuk menghapuskan hutang itu. Di dalam
370 | C A H A Y A I N J I L
perumpamaan ini, orang ini memiliki beban yang sangat berat
karena ia berhutang sejumlah 1,5 milyar dolar. Dan Yesus
mengangkat beban itu dengan menerima hukuman. Itulah artinya
pembenaran. Ketika kita bertobat atas dosa-dosa kita, Tuhan
memaafkan hutang kita dan menghapuskan tanggungan kita.
Di sinilah titik dimana sebagian besar gereja berhenti. Tetapi
dengan berhenti di sini, kita bisa berakhir tanpa diselamatkan.
Catat bahwa walaupun orang di dalam perumpamaan dimaafkan
hutang-hutangnya, pengampunan yang diberikan kepadanya di
tarik kembali saat ia membuktikan diri sebagai tidak pantas untuk
itu. Ini merupakan peringatan bahwa kita tidak pernah menjadi
puas dan berpikir, "Horee! Aku telah diselamatkan. Aku bebas!
Sekarang Aku bisa pergi dan mencekik leher temanku karena ia
berhutang 3000 dolar!" Jika kita berperilaku seperti ini, pastilah
kita akan kehilangan maaf yang telah diberikan kepada kita.
Pengudusan
Tahap ke dua adalah pengudusan dan itu berhubungan dengan
perilaku kita. Pengampunan menempatkan satu tanggung jawab
yang serius di pundak kita. Tidak ada hak istimewa tanpa
tanggung jawab. Ketika kita diampuni, itu adalah hak istimewa
tetapi itu segera membawa seseorang pada tanggung jawab
yang serius. Adalah tanggung jawab kita bahwa setelah
diampuni, dengan cara yang sama kita harus mengampuni orang
lain. Itulah yang harus dilakukan hamba di dalam perumpamaan
ini. Demikian pula kita yang telah mengalami hak istimewa
pengampunan Allah bertanggung jawab untuk mengampuni
orang lain. Allah mengharapkan kita untuk mengampuni orang
lain karena Ia telah mengampuni kita.
Apa yang akan Anda lakukan jika seseorang meminjam 100 dolar
dan berkata, "Saya tidak bisa mengembalikan uangmu, saya tidak
punya uang dan ibu saya sakit. Saya tidak bisa mengembalikan
uangmu"? Mungkin Anda akan berkata kepadanya, "OK, lupakan
100 dolar, tidak apa-apa." Kemudian hari berikutnya Anda
melihatnya menagih paksa orang lain yang berhutang 1 dolar
kepadanya. "Berikan kembali uangku yang 1 dolar itu!" dia
berteriak kepada orang yang malang itu. Saya kira Anda akan
terkejut dan bertanya-tanya, "Apa-apaan ini? Aku mengampuni
371 | C A H A Y A I N J I L
kamu 100 dolar dan kamu menuntut uang cuma 1 dolar dari orang
lain? Sungguh aku tidak percaya! Sekarang kembalikanlah 100
dolar kepadaku!" Anda akan berpikir karena Anda begitu
bermurah hati kepadanya, dia juga akan bermurah hati kepada
orang lain.
Bagaimana perasaan Allah jika Dia melihat kita kembali menjadi
menjijikkan, mementingkan diri sendiri dan berperilaku buruk
setelah dengan murah hati Dia memaafkan kita? Jika kita berpikir
kita bisa hidup seperti di masa lalu lagi, apa gunanya kita menjadi
Kristen? Tidak ada gunanya kecuali bahwa kita pernah diampuni.
Banyak pengkhotbah menyampaikan Injil seperti itu, yang
merupakan penafsiran Injil yang salah. Diampuni berarti
pengampunan itu harus menghasilkan pengudusan. Itulah yang
dimaksudkan Paulus ketika dia memberitahu kita untuk
mengerjakan keselamatan kita. Karena Allah telah memaafkan
kita, sekarang kitalah yang memaafkan orang lain. Karena Allah
telah mengasihi kita; sekarang giliran kitalah mengasihi orang
lain. Dan karena Allah bermurah hati kepada kita; sekarang
kitalah yang harus bermurah hati kepada orang lain. Begitulah
kita mengerjakan keselamatan kita.
Bagaimana jika kita tidak mengampuni dan tidak bermurah hati
kepada orang lain? Padahal Allah telah mengampuni kita; apakah
yang akan terjadi? Jika kita berperilaku seperti ini, Dia akan
mengambil kembali pengampunan-Nya. Dan kita akan kembali ke
dalam jerat dosa dan harus membayar seluruh hutang kita. Itulah
titik yang paling menentukan dalam ajaran Yesus tentang
keselamatan yang sering ditolak gereja. Sungguh aneh karena ini
adalah Firman Allah yang tak terbantah. Tidak ada penafsir Firman
Allah yang serius yang akan menyanggah bahwa inilah hal yang
dikatakan Yesus.
Pembenaran Allah, pengampunan Allah kepada kita, harus segera
mendapatkan perwujudannya dalam kehidupan kita jika kita ingin
terus berada dalam pengampunan-Nya. Kita tidak bisa menerima
pengampunan Allah dan kemudian berperilaku jahat kepada orang
lain. Jika kita melakukan ini, Allah memperingati kita bahwa
pengampunan yang telah diberikan akan ditarik kembali. Yesus
dengan sangat jelas menyatakan ini di dalam
372 | C A H A Y A I N J I L
perumpamaan: "Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat
demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak
mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu" (ayat 35). Di
sini Dia mengacu kepada setiap orang dari kita karena semua
uraian di dalam Matius 18 ditujukan kepada murid-murid-Nya. Dia
berkata bahwa Dia akan mengirim kita ke penjara, ke dalam
penyiksaan, jika kita tidak memaafkan saudara kita dengan
segenap hati kita (ayat 34). Pesannya tidak bisa lebih jelas dari
ini. Hanya orang yang tuli dan buta secara rohani dan tidak mau
mendengar Firman Allah yang sulit mengerti hal ini. Pada
kenyataannya hal ini sangat jelas, tidak ada yang harus
didiskusikan atau dipertengkarkan.
Penghakiman
Sekarang kita sampai pada tahap ketiga atau tahap akhir di
dalam rencana keselamatan dan hal ini berhubungan dengan
penghakiman. Ada ajaran yang aneh yang memberitahu kita
bahwa orang Kristen tidak akan menghadap penghakiman Allah.
Orang-orang yang mempropagandakan atau kita yang
menyetujuinya pastilah belum membaca Injil. Dari perumpamaan
ini kita lihat bahwa orang yang telah diampuni akan diadili lagi.
Penghakiman adalah sesuatu yang akan dialami oleh orang
Kristen. Jangan sampai kita keliru tentang hal ini. Jangan biarkan
ada seseorang yang mengatakan bahwa orang-orang Kristen bisa
hidup sesuka hati mereka tetapi tidak akan dihakimi. Ajaran
seperti inilah yang telah membuat gereja menjadi begitu
terpuruk secara rohani. Lihatlah orang-orang Kristen dewasa ini.
Walaupun mereka hidup di bawah standar non-Kristen, mereka
membanggakan diri bahwa nanti mereka akan hidup di Surga
sementara yang lainnya akan tinggal di Neraka. Hal ini sungguh
suatu ngomong kosong karena orang-orang Kristen akan
dihakimi. Jika kita tidak hidup seperti yang Allah harapkan,
yakinlah bahwa kita akan berada di bawah penghakiman-Nya.
Tidak peduli apapun yang dikatakan para juru khotbah tentang
hal ini, karena itulah yang dikatakan Yesus. Hamba yang telah
diampuni hutangnya 1,5 milyar dolar berakhir di penjara.
Pengampunannya telah ditarik kembali dan dia tinggal di sana. Ia
tidak akan pernah dapat dibebaskan karena dari dalam penjara
373 | C A H A Y A I N J I L
ia tidak akan mungkin dapat melunasi hutangnya sekalipun jika
hutangnya hanya 100 dolar, apa lagi sejumlah 1,5 milyar dolar!
Prinsip-prinsip hidup Kristen
Dua prinsip kerohanian yang penting tentang bagaimana orang-orang
Kristen mestinya hidup dapat ditarik dari apa yang telah kita diskusikan.
Pertama kita harus memperlakukan orang lain seperti apa yang Allah
telah lakukan terhadap diri kita. Yesus menyebutkan secara khusus
dalam Lukas 6:36: "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu
adalah murah hati." Prinsip ini dapat disederhanakan sebagai berikut:
Allah berharap kita memperlakukan orang lain sebagaimana Dia
memperlakukan kita.
Kehidupan rohani diatur dalam tingkat ketelitian yang persis sama
sebagaimana alam semesta yang diciptakan Allah. Siapapun yang telah
mempelajari Fisika tahu bahwa ada hukum yang mengatur
materi. Pelanggaran terhadap hukum ini akan menimbulkan petaka, dan
kita tidak bisa melarikan diri. Contohnya hukum gravitasi. Tanpa adanya
kuasa, seseorang yang melompat dari lantai tiga tubuhnya akan hancur,
bahkan lehernya juga. Jika dia melompat dari lantai yang lebih tinggi,
dia pasti akan hancur berkeping-keping karena daya gravitasi
menariknya. Tidak ada alasan bagi dia untuk berkata, "Gravitasi akan
ditunda. Jika aku melangkah ke jendela, Aku akan melayang di udara".
Gravitasi akan menariknya turun jika dia tidak memiliki sarana untuk
mengatasinya.
Juga di dalam kehidupan rohani, kita harus mengerti bahwa ada hukum
Allah yang mengatur. Jika kita melanggar hukum ini kita akan
menanggung akibatnya. Itulah hukum di mana kita harus
memperlakukan orang lain sebagaimana Allah memperlakukan kita.
Karena Allah baik pada kita, kita harus baik pada orang lain. Karena
Allah mengampuni kita, kita harus mengampuni orang lain. Tidak
masalah bagaimana orang lain memperlakukan kita. Apa yang kita
pentingkan adalah bagaimana hubungan kita dengan Allah. Jika kita
mengerti hukum rohani ini, kita akan mengetahui bahwa, sebagai orang
Kristen, tindakan kita tidak ditentukan oleh orang lain. Cara kita
bertindak itu diatur hanya oleh cara Allah menangani kita.
Berapa dari kita yang hidup sesuai dengan hukum ini? Jika seseorang
menyakiti kita, kita dengan senang hati akan membalasnya. Jika itu
374 | C A H A Y A I N J I L
masalahnya, maka itu berarti bahwa orang lainlah yang mengatur hidup
kita. Dan kita seperti robot, perbuatan kita diatur oleh orang lain. Jika
seseorang berbuat jahat kepada kita, kita akan membalas dia. Perilaku
balas membalas ini membuat diri kita pasif, jarang berinisiatif untuk
melakukan sesuatu. Kita hanya bereaksi terhadap apa yang dilakukan
orang lain terhadap diri kita. Ini menunjukkan bahwa kita belum sampai
kepada tahap di mana kita mengerti prinsip bahwa hidup kita tidak
ditentukan oleh perilaku orang lain terhadap kita. Apakah mereka
berbuat jahat terhadap kita atau berbuat baik, tidak ada pengaruhnya
bagi kita. Cara Allah memperlakukan kitalah yang menjadi penentunya.
Misalkan seseorang berbuat buruk pada Anda. Bagaimana Anda akan
bereaksi? Anda harus memaafkannya karena Allah telah mengampuni
Anda. Dialah yang menentukan tindakan Anda, bukan orang yang telah
menyakiti Anda. Menjadi Kristen membuat Anda betul-betul bebas.
Sementara perilaku setiap orang lain ditentukan oleh orang lainnya lagi,
sedangkan Anda tidak. Apa arti penting dari prinsip ini? Seorang
Kristen, karena tindakannya ditentukan oleh perlakuan Allah
terhadapnya, dia akan menjadi saluran bagi kasih, pengampunan, kasih
karunia, dan kuasa Allah. Namun sebagian besar orang berperilaku
sesuai dengan perilaku orang lain terhadap dirinya. Contohnya di
restoran, jika pelayan tidak mempedulikannya namun melayani orang
lain duluan, dia menjadi jengkel. "Apa-apaan ini? Mengapa Anda
melayani orang lain duluan? Akan kubalas kelakuanmu ini!" Apakah ia
menyadari atau tidak, perilakunya ternyata dikendalikan oleh perlakuan
buruk si pelayan terhadapnya.
Orang yang bukan Kristen tidak akan mengerti mengapa seorang
Kristen bertindak seperti ini. Dia akan bertanya-tanya, "Mengapa Anda
tersenyum ketika saya menghina Anda? Aku tidak mengerti. Tidak kira
bagaimana saya menyakitimu Anda masih bersikap baik pada saya?
Saya tidak mengerti. Apa yang sedang terjadi?" Dia akan menyadari
Allahlah yang menentukan tindakan seorang Kristen, bukan dia. Ini hal
baru bagi dia. Itulah sebabnya seorang Kristen menjadi terang dunia.
Dia seorang yang luar biasa karena perbuatannya tidak pernah diatur
oleh bagaimana orang lain memperlakukannya.
Menentukan masa depan kita sendiri
Prinsip kedua dalam kehidupan Kristen yang melengkapi yang pertama
adalah Allah memperlakukan kita sama dengan bagaimana kita
375 | C A H A Y A I N J I L
memperlakukan orang lain. Prinsip pertama adalah ajaran Injil tentang
pengudusan tadi, bahwa kita memperlakukan orang lain sama dengan
cara Allah memperlakukan kita - jika kita balikkan arahnya, maka yang
kita dapatkan adalah hukum penghakiman. Ada beberapa uraian dalam
Injil yang memberitahukan kita bagaimana Allah akan memperlakukan
kita dalam penghakiman. Kita melihat di Mazmur 18:26-27.
Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang
tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, terhadap orang yang suci
Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau
berlaku belat-belit.
Prinsip rohani di sini sangat jelas: Allah memperlakukan kita sesuai
dengan cara kita menangani orang lain. Jika kita berbuat setia kepada
orang lain, Allah juga akan berbuat sama kepada diri kita. Jika kita
berbuat kepada orang lain dengan tidak bercela, Dia juga akan berbuat
hal yang sama. Tetapi jika kita berbuat curang kepada orang lain, Allah
pun akan berbuat yang sama kepada kita, yaitu ia akan menangani kita
dengan keras. Jika kita tahu bagaimana menerapkan prinsip ini, berarti
kita sudah mempelajari rahasia kehidupan rohani. Kita akan mengetahui
bagaimana Allah akan menangani kita. Kita bisa memohon masalah atau
kita bisa memohon kemurahan, tergantung bagaimana kita berbuat
pada orang lain. Demikianlah jika kita tidak mengampuni orang lain,
Allah pun akan melakukan hal yang sama. Jika kita bermurah hati
dengan orang lain, Allah pun akan bermurah hati dengan kita. Cukup
sederhana.
Dengan cara ini, lingkaran berkat rohani dibentuk. Allah memaafkan
kita, kita memaafkan orang lain. Karena kita mengampuni orang lain,
Allah akan terus mengampuni kita bahkan lebih. Jika kita berhenti pada
suatu titik dalam lingkaran ini, kehidupan spiritual kita akan
berhenti. Kita bisa mempertahankan gerakan perputaran ini untuk
berjalan terus atau menghentikannya. Allah menyerahkan sepenuhnya
pada diri kita. Itu berarti kita menjadi hakim terhadap diri kita sendiri.
Allah akan mendasarkan penghakiman-Nya terhadap diri kita sesuai
dengan perbuatan kita pada orang lain. Sangatlah adil. Pada hari
penghakiman, setiap orang hanya dapat berkata, "O Tuhan Engkau
benar-benar adil. Saya tidak berbelas-kasihan kepada orang lain dan
Engkau tidak berbelas-kasihan kepada saya. Begitulah sepatutnya."
Sebaliknya, jika kita melihat dari sisi positif, itu berarti kita dapat
376 | C A H A Y A I N J I L
menggerakkan lingkaran ini sedemikian rupa untuk semakin bertumbuh
dalam kemurahan.
Saya akan bersaksi tentang masa sekolah saya, untuk menggambarkan
poin ini. Pada saat itu saya mengandalkan Allah untuk memenuhi
kebutuhan finansial saya. Dan Dia memenuhi kebutuhan saya dengan
penuh kemurahan, dengan demikian memberikan saya tanggung jawab
untuk bermurah hati kepada orang lain, seperti yang kita lihat tadi, hal
ini adalah prinsip pertama kehidupan Kristen. Itulah sebabnya sampai
sekarang saya tidak menyimpan uang di dalam kantong saya jika saya
lihat orang lain membutuhkannya. Karena Allah begitu bermurah hati
pada saya melalui berbagai orang ketika saya dalam keperluan,
sekarang saya harus membantu orang lain kapanpun saya bisa. Karena
sekarang saya membantu orang lain, Allah mulai memberi saya lebih
banyak, tidak secara material tetapi secara rohani. Inilah isi prinsip
kedua. Saya tidak meminta kelebihan material tetapi Allah memberi
kelebihan secara rohani, sehingga saya terus dibanjiri kasih karunia
Allah melalui pemberian bantuan kepada orang lain. Hal ini mendorong
saya untuk memberikan lebih banyak. Yang paling indah adalah semakin
banyak saya memberi, semakin banyak saya mengalami anugerah Allah
di dalam kehidupan saya!
Lingkaran kemajuan rohani membuat kita mampu bertumbuh dari
kekuatan ke kekuatan. Cobalah dan Anda akan menemukan hukum
Allah selalu manjur. Seperti yang terjadi di dunia fisik, hukum Allah juga
bekerja di dunia rohani karena kita berhubungan dengan Allah yang
hidup. Jika Allah bukan Allah yang hidup, tak satupun dari hukum-
hukum ini yang berlaku; mereka akan gagal berfungsi. Kita tahu bahwa
Allah adalah nyata karena ketika kita menerapkan prinsip ini, hasilnya
selalu pasti.
Cara lain untuk menjelaskan prinsip kedua adalah: Perbuatlah kepada
orang lain sebagaimana kita ingin Allah perbuat terhadap diri kita.
Prinsip yang mengagumkan ini akan menjadi berkat bagi kita kalau kita
tahu bagaimana menerapkannya. Apakah kita ingin Allah lebih murah
hati kepada kita? Maka lebih bermurah hatilah kepada orang lain dan
lihatlah apa yang terjadi. Tidak diragukan lagi, Dia akan mencurahkan
berkat-Nya kepada kita. Tuhan mengatakan dalam Khotbah di atas
Bukit: Berilah dan kamu akan diberi. Hal yang sama persis dengan
prinsip ini. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang
377 | C A H A Y A I N J I L
dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan
ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur,
akan diukurkan kepadamu (Luk. 6:38).
Alasan kita tidak mempunyai apa yang kita perlukan adalah karena kita
tidak memberikan apa yang dibutuhkan orang lain. Cobalah memberi.
Apakah kita hidup dalam kemiskinan rohani? Bermurah hatilah pada
orang lain, dan segera kita akan mendapatkan betapa kemurahan Allah
melanda kita. Cobalah mengampuni orang lain dan kita akan melihat
Allah begitu bermurah hati dan berbelas-kasihan kepada kita. Akan
tetapi, jika kita tidak mengampuni, kita akan dengan segera
menemukan sikap Allah terhadap kita sangat dingin. Cobalah
mengampuni dan kita tiba-tiba akan melihat Allah begitu bermurah hati
dan penyayang.
Kitalah yang menentukan bentuk dari kehidupan rohani kita. Kitalah
yang akan menentukan jenis penghakiman yang akan kita terima pada
hari penghakiman. Itulah rahasia kehidupan Kristen. Kita bisa memacu
kemajuannya atau menghentikannya, atau bahkan memundurkannya.
Allah menaruh tanggungjawab yang begitu besar di tangan kita ketika
Dia memberikan kita kebebasan untuk memilih. Jika kita menginginkan
Allah lebih bermurah hati kepada kita, kita harus lebih bermurah hati
kepada orang lain. Kita hendaknya jangan membiarkan orang lain yang
menentukan tindakan kita karena itu akan membalikkan perkembangan
rohani kita menjadi mundur.
Banyak orang berkata, "Aku ingin melayani Allah, tetapi Dia tidak terasa
nyata bagi saya." Inikah juga yang kita rasakan? Cobalah hidup sesuai
dengan apa yang saya bicarakan dan lihatlah apa yang terjadi. Cobalah
semakin bermurah hati dan lihatlah apakah roda tidak mulai berputar,
dan kebaikan Allah tidak mulai melandamu. Saya telah mengalami kasih
kebaikan Allah setiap hari sampai hati saya merasa begitu rendah
melihat kebaikan-Nya kepada saya. Mengapa Dia begitu baik kepada
saya? Saya hanya sedikit menolong orang dan Allah melandaku dengan
kebaikan-Nya secara berlimpah. Karunianya begitu besar dibandingkan
bantuanku yang kecil pada orang lain. Begitu besar kebaikan-Nya!
Tetapi penghakimannya sangatlah berat bila kita tidak bermurah hati
kepada orang lain. Dalam Perjanjian Lama kita melihat bahwa
penghakiman-Nya bisa tujuh kali lipat dari perbuatan yang kita lakukan
378 | C A H A Y A I N J I L
kepada orang lain. Jika kita menjahati orang lain, penghakiman Allah
mungkin tujuh kali dari apa yang kita lakukan kepada orang lain.
Banyak dari kita tidak pernah tumbuh secara rohani karena kita tidak
menerapkan prinsip-prinsip rohani ini. Barangkali karena kita tidak
mengetahuinya. Kehidupan Kristen begitu menarik seperti sebuah
petualangan. Terapkanlah prinsip-prinsip ini dan kita akan lihat hasilnya!
Para Pekerja di Kebun Anggur - Bagian Pertama
Matius 20:1-16 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang.
Mari kita mulai dengan membaca apa yang terdapat di dalam Matius
20:1-16: Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah
yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun
anggurnya. Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai
upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Kira-
kira pukul sembilan pagi ia keluar pula dan dilihatnya ada lagi orang-
orang lain menganggur di pasar. Katanya kepada mereka: Pergi
jugalah kamu ke kebun anggurku dan apa yang pantas akan kuberikan
kepadamu. Dan merekapun pergi.
Kira-kira pukul dua belas dan pukul tiga petang ia keluar pula dan
melakukan sama seperti tadi. Kira-kira pukul lima petang ia keluar lagi
dan mendapati orang-orang lain pula, lalu katanya kepada mereka:
Mengapa kamu menganggur saja di sini sepanjang hari? Kata mereka
kepadanya: Karena tidak ada orang mengupah kami. Katanya kepada
mereka: Pergi jugalah kamu ke kebun anggurku. Ketika hari malam
tuan itu berkata kepada mandurnya: Panggillah pekerja-pekerja itu dan
bayarkan upah mereka, mulai dengan mereka yang masuk terakhir
hingga mereka yang masuk terdahulu.
Maka datanglah mereka yang mulai bekerja kira-kira pukul lima dan
mereka menerima masing-masing satu dinar. Kemudian datanglah
mereka yang masuk terdahulu, sangkanya akan mendapat lebih
banyak, tetapi merekapun menerima masing-masing satu dinar juga.
Ketika mereka menerimanya, mereka bersungut-sungut kepada tuan
itu, katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam
379 | C A H A Y A I N J I L
dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk
bekerja berat dan menanggung panas terik matahari. Tetapi tuan itu
menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil
terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambillah
bagianmu dan pergilah; aku mau memberikan kepada orang yang
masuk terakhir ini sama seperti kepadamu. Tidakkah aku bebas
mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah
engkau, karena aku murah hati? [Terjemahan yang harfiah yang
diberikan dalam Alkitab Bahasa Inggris berbunyi : "Ataukah matamu
menjadi jahat, karena aku baik?"] Demikianlah orang yang terakhir
akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang
terakhir.
Bagaimana perasaan Anda saat membaca perumpamaan ini? Apa
reaksi Anda terhadap perumpamaan ini? Saat membaca perumpamaan
ini, tidakkah Anda merasa agak jengkel bahwa mereka yang bekerja
seharian dari pagi hingga petang, dan akhirnya hanya menerima
sedinar? Pembagiannya tidak adil, bukankah begitu? Orang-orang lain
baru mulai bekerja beberapa jam setelah mereka - seperti misalnya
mereka yang datang ke kebun anggur pada pukul lima sore - dengan
jam kerja yang jauh lebih singkat, tetapi juga menerima upah sedinar.
Bagaimana perasaan Anda atas pembagian ini? Apakah Anda akan
senang dengan kebaikan hati si pemilik kebun anggur ini? Orang yang
datang bekerja di kebun anggur menjelang petang hari dan hanya
bekerja selama satu jam juga mendapat satu dinar, sama dengan yang
didapat oleh mereka yang bekerja selama 12 jam!
Saya harap Anda cermati baik-baik reaksi Anda terhadap
perumpamaan ini. Jika Anda tergolong kelompok mayoritas, saya pikir
Anda akan merasa bahwa pemilik kebun anggur ini telah bertindak
tidak adil; Anda bersimpati dengan orang-orang malang yang telah
bekerja selama 12 jam dan mendapat upah satu dinar ketimbang
terhadap mereka yang bekerja hanya satu jam dengan bayaran yang
sama. Dalam hal ini, Anda telah mengidentifikasikan diri Anda dengan
mereka yang bekerja sejak awal, dan tidak dengan mereka yang
bekerja paling akhir. Mereka yang bekerja belakangan tidak butuh rasa
iba Anda. Orang-orang malang yang datang pertama ke kebun anggur
itulah yang butuh simpati Anda.
380 | C A H A Y A I N J I L
Mungkin reaksi Anda agak tercampur-aduk. Anda mungkin merasa,
"Sial sekali mereka yang datang sejak awal, mereka yang datang
terakhir lebih beruntung. Sedangkan mereka yang datang di jam-jam
pertengahan, ya, bisa dibilang tidak merugi tetapi juga tidak
beruntung. Yang datang pada jam-jam pertengahan ini tidak harus
mengeluh tetapi juga tidak bisa ikut merasa senang."
Dengan kelompok yang manakah Anda mengidentifikasikan diri? Hal ini
sangat penting untuk Anda catat sekarang di dalam benak Anda.
Dapatkan gambaran yang jelas tentang reaksi Anda saat membaca
perumpamaan ini. Alasan untuk itu akan menjadi jelas nanti sejalan
dengan pembahasan kita selanjutnya.
Pandangan dari para penafsir
Sebagai langkah awal, mari kita lihat apa yang disampaikan oleh para
penafsir. Berbicara tentang penafsir, mari kita simak pendapat salah
satu penafsir yang paling berpengaruh saat ini - Jeremias. Dia adalah
seorang profesor di University of Gurtingen di Jerman dengan karya
besarnya The Parables of Jesus (Perumpamaan-perumpamaan Yesus),
dan ia memandang bahwa perumpamaan ini berbicara tentang
kebaikan Allah. "Ataukah matamu menjadi jahat, karena aku baik?"
Dari sini Jeremias memandang bahwa penekanan utama dari
perumpamaan ini adalah tentang kebaikan Allah - kebaikan terhadap
mereka yang kekurangan, kebaikan terhadap mereka yang berada di
tempat paling rendah, dan terhadap mereka yang datang terakhir ke
kebun anggur itu. Secara ringkas itulah pandangannya. Akan tetapi,
itukah hal yang dibicarakan dalam perumpamaan ini? Apakah
perumpamaan ini benar-benar berbicara tentang kebaikan Allah?
Saat Anda membaca perumpamaan ini, munculkah kesan kuat tentang
kebaikan Allah di dalam benak Anda? Apakah kebaikan Allah
merupakan hal pertama yang Anda pikirkan saat membaca
perumpamaan ini? Mungkin tidak. Mungkin Anda justru merasa bahwa
Ia tidak baik sama sekali berkaitan dengan kepentingan orang-orang
yang datang bekerja sejak pagi hari. Kebaikan bukanlah hal yang
relatif. Allah itu baik atau tidak sama sekali; tidak bisa dinilai secara
relatif. Dan di manakah kebaikan Allah terlihat dalam kaitannya dengan
penanganan terhadap kelompok yang datang pertama ini? Apakah
menjadi orang yang dipanggil untuk bekerja duluan itu salah? Apakah
bekerja sehari penuh itu salah? Di dalam perumpamaan ini tampaknya
381 | C A H A Y A I N J I L
mereka yang bekerja paling lama justru menjadi yang paling sial. Ini
semua tampaknya sama sekali tidak menunjukkan adanya kebaikan,
bukankah demikian? Mereka datang ke sana karena mereka ingin
bekerja; mereka butuh uang untuk menghidupi keluarga mereka, jadi
mereka berangkat ke pasar untuk mencari pekerjaan. Akhirnya mereka
dipanggil bekerja selama 12 jam, dan yang mereka dapatkan adalah
masing-masing satu dinar. Di mana kebaikan Allah dapat kita lihat
dalam perumpamaan ini?
Umumnya, bagi mereka yang datang bekerja sejak pukul lima sore,
dapat Anda katakan terlihat adanya kebaikan di dalam penanganan
terhadap mereka. Tapi kemudian kebaikan tersebut ternyata
mengalami penurunan secara bertahap. Maksudnya, kebaikan ini
mengalami penurunan karena mereka yang pertama kali menerima
bayaran adalah para pekerja yang datang pada pukul lima sore. Setiap
orang menerima upah satu dinar. Kebaikan itu terus menerus menurun
dan yang bekerja paling lama mendapat kebaikan yang paling rendah.
Jika perumpamaan ini memang merupakan pembahasan tentang
kebaikan maka ini adalah suatu definisi tentang kebaikan yang sangat
aneh.
Apa sebenarnya maksud penafsiran dari Jeremias? Apakah kita disuruh
untuk memandang bahwa kebaikan Allah itu hanya bisa dipahami
secara relatif? Mengapa mereka yang datang terakhir tidak diberi lebih
banyak pekerjaan? Mereka berkata bahwa sampai saat itu masih belum
ada orang yang mempekerjakan mereka. Bisa jadi memang begitu
halnya. Namun bisa juga terjadi karena mereka datang terlambat
sehingga sebagian besar pekerjaan sudah diambil oleh orang lain.
Alasan mengapa mereka menganggur di sore itu memang tidak
diberikan.
Sangat sulit untuk memandang bahwa perumpamaan ini berbicara
tentang kebaikan Allah. Ada beberapa perumpamaan yang memang
berbicara tentang kebaikan Allah dan kita tidak butuh perumpamaan
seperti ini untuk membahas hal-hal kebaikan Allah. Karena di dalam
perumpamaan ini, tampaknya kebaikan Allah tidak didasari oleh
keadilan. Jika kelompok pertama itu bekerja tidak efisien, maka
mereka menerima upah yang layak, atau yang sudah disepakati sejak
awal, dan kita bisa memahami hal itu. Anggaplah bahwa perumpamaan
ini berkata bahwa para pekerja dari kelompok pertama ini memang
382 | C A H A Y A I N J I L
bekerja seharian akan tetapi mereka agak malas dan dengan demikian
mendapatkan upah yang sama dengan yang diterima oleh para pekerja
dari kelompok terakhir, hal ini menjadi masuk akal; kita dapat
menerima perlakuan tersebut. Mungkin mereka sama seperti banyak
orang Inggris yang seharian bersantai sambil menaruh kaki di atas
meja, dan berkata, "Aku sudah seharian berada di sini." Nah, mereka
tidak mengerjakan lebih banyak hal ketimbang mereka yang bekerja
selama satu jam. Mereka yang datang belakangan, menyingsingkan
lengan bajunya, dan benar-benar bekerja dengan giat, melakukan hal
yang sebanding dengan yang telah dikerjakan oleh kelompok pertama
selama 12 jam. Dengan demikian mereka semua sama-sama
mendapatkan satu dinar. Jika itu yang terjadi maka perlakuan ini adil.
Akan tetapi keadaannya tidak seperti itu. Dalam perumpamaan ini
disebutkan tentang pekerjaan mereka yang telah bekerja selama 12
jam, dan tidak ada keluhan apapun tentang pekerjaan mereka. Tidak
ada yang berkata bahwa mereka hanya sibuk menghirup teh selama 12
jam itu. Tidak diragukan lagi, mereka telah bekerja keras selama 12
jam itu. Akan tetapi yang mereka terima adalah satu dinar. Dan
mereka yang hanya bekerja selama satu jam, mungkin mereka juga
bekerja segiat mereka yang 12 jam itu. Akan tetapi tetap saja mereka
hanya bekerja selama satu jam, dan menerima upah satu dinar, dan
hal ini tidaklah adil! Dapatkah kita meluruskan persoalan ini? Jujur
saja, saya tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Jeremias.
Apakah Anda mengerti apa maksudnya? Saya pikir Jeremias hanya
tidak mampu untuk sampai pada penjelasan yang lebih baik dari ini.
Perumpamaan ini memang telah membuat pusing banyak penafsir.
Selanjutnya, kita beralih kepada penafsir besar yang lain, Profesor
Edouard Schweitzer dari Zurich. Penafsirannya atas perumpamaan ini
pada dasarnya sampai pada kesimpulan yang sama dengan Jeremias.
Schweitzer berkata bahwa perumpamaan ini mengungkapkan kebaikan
dan kasih karunia Allah. Bagi Schweitzer, Allah bebas untuk memilih
akan berbuat baik kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Jika Allah
ternyata memilih untuk berbuat baik kepada Anda, maka Ia akan
berbuat baik kepada Anda. Tidak peduli apakah Anda layak untuk
menerima kebaikan itu atau tidak; kelayakan tidak dipersoalkan di sini.
Kebaikan adalah perkara kasih karunia-Nya, yang tidak berhubungan
dengan apakah anda pantas menerimanya atau tidak.
383 | C A H A Y A I N J I L
Jika benar demikian, maka perumpamaan ini akan membawa kita pada
kesimpulan bahwa kasih karunia-Nya tertuju bagi mereka yang tidak
bekerja. Akan tetapi apa salahnya bekerja? Saya jadi ingin tahu.
Apakah salah bekerja untuk waktu yang lama? Apakah orang-orang
yang malang ini dianggap telah melakukan tindak kriminal karena
bekerja selama 12 jam? Mungkin sebaiknya kita semua menjadi orang-
orang malas saja. Dengan begitu maka Allah akan mencurahkan
kebaikan-Nya secara khusus kepada kita. Dan kita akan mendapatkan
kasih karunia Allah. Jelaslah bahwa jalan pikiran seperti ini terlalu
serong untuk bisa dikatakan sebagai definisi tentang kasih karunia
yang alkitabiah.
Satu lagi penafsir besar yang akan kita bahas, Profesor Manson dari
Inggris, dalam karyanya yang terkenal The Sayings of Jesus (Ucapan-
ucapan Yesus) menunjukkan bahwa memberikan penjelasan tentang
kasih karunia dengan membandingkannya dengan pekerjaan adalah
tidak benar karena semua orang di dalam perumpamaan ini telah
bekerja. Persoalannya bukan apakah yang satu bekerja dan yang
lainnya tidak. Mereka semua bekerja. Pokok persoalan dalam
perumpamaan ini berkaitan dengan jangka waktu pekerjaan mereka,
bukannya dengan kasih karunia Allah bagi mereka yang tidak bekerja.
Kelima kelompok pekerja itu - baik kelompok yang pertama, kedua dan
yang lainnya - datang ke kebun anggur dan segera bekerja. Manson
dengan tepat menunjukkan bahwa perumpamaan ini tidak
membandingkan kasih karunia dengan pekerjaan (atau perbuatan),
karena semua kelompok telah bekerja. Akan tetapi pandangan Manson
ini pun masih belum menjelaskan apa-apa kepada kita.
Perumpamaan ini akan terlihat masuk akal jika yang kita bicarakan
adalah kasih karunia bagi yang tidak pantas menerimanya. Itu berarti
kelompok yang terakhir tidak melakukan pekerjaan apa pun sama
sekali. Artinya mereka disewa pada jam 6 sore dan mendapat upah
satu dinar. Itu sepenuhnya kasih karunia karena mereka sama sekali
tidak melakukan pekerjaan apa-apa!
Karena Manson menyatakan bahwa perumpamaan ini sama sekali tidak
membahas tentang kasih karunia karena semua kelompok bekerja, ia -
seperti kehabisan akal - menyimpulkan bahwa perumpamaan ini
berbicara tentang kesetaraan. Manson berkata bahwa Allah
memperlakukan setiap orang dengan seimbang tidak peduli seberapa
384 | C A H A Y A I N J I L
lama mereka telah bekerja karena semuanya menerima upah satu
dinar. Jadi setiap orang mendapat perlakuan yang seimbang. Tidak
peduli seberapa banyak atau sedikit pekerjaan yang Anda lakukan,
Allah akan memperlakukan setiap orang dengan seimbang. Bagaimana
pun juga penjelasan ini sangatlah aneh karena kita bisa melihat bahwa
di dalam perumpamaan ini Allah tidak memperlakukan setiap orang
dengan seimbang karena pada dasarnya kelompok yang terakhir telah
menerima 12 kali lipat lebih banyak dari pada kelompok pertama. Di
mana kesetaraanya? Kita bisa berkata ada kesetaraan kalau kelompok
yang terakhir menerima satu dinar dan kelompok yang pertama
menerima 12 dinar. Kalau begitu barulah bisa dikatakan setara karena
kelompok yang terakhir hanya bekerja selama satu jam sedang
kelompok yang pertama bekerja selama 12 jam. Upah yang diterima
setara dengan beban kerja yang ditanggung.
Bagaimana kita bisa menjelaskan tentang kesetaraan jika itu berarti
ada pekerja yang bekerja selama satu jam dengan upah satu dinar dan
pekerja yang lain bekerja selama 12 jam dengan upah satu dinar juga?
Dan justru itulah tepatnya hal yang dikeluhkan oleh para pekerja dari
kelompok yang pertama ini: mereka telah diperlakukan dengan tidak
adil karena ada pekerja lain dengan beban kerja yang tidak sama telah
memperoleh pendapatan yang sama. Saya tidak mengerti di mana
letaknya kesetaraan.
Lantas apa yang diajarkan oleh perumpamaan ini kepada kita tentang
Allah? Apakah itu berarti bahwa tidak peduli seberapa besar atau
seberapa kecil pengorbanan Anda bagi Dia, Dia akan tetap
memperlakukan setiap orang dengan sama-rata? Apa gunanya bekerja
sepanjang hari? Lebih baik datang menjelang saat akhir saja! "Kalian
ingin bekerja selama 12 jam? Silakan! Selamat mengabdi! Saya akan
datang di saat-saat terakhir saja. Saya akan bekerja selama satu jam
saja karena kita semua akan mendapat perlakuan yang sama,
bukankah begitu?"
Mirip dengan orang-orang Kristen yang berkata, "Nah, aku akan
menjalani hidup di dalam dosa dulu dan nanti, menjelang ajal -
mungkin menjelang ajal terlalu singkat waktunya, jadi mungkin sekitar
jam 5 sore - aku akan menjadi orang Kristen. Sekarang ini, aku bisa
menikmati waktuku, pergi ke Las Vegas, bersenang-senang dengan
para penari di sana dan berjudi sesuka hati, menikmati dosa dan
385 | C A H A Y A I N J I L
menggelapkan pajak, menipu orang lain dan menimbun kekayaan.
Kemudian, sebelum ajal menjemput, aku akan datang ke gereja,
memanggil pendeta dan bertobat, menjadi Kristen!" Tentu saja, jika
kita bukan orang-orang bodoh, jalan inilah yang akan kita tempuh.
Lalu untuk apa Anda pergi ke gereja setiap hari Minggu? Tunggu saja
sampai, katakanlah, usia Anda mencapai 50 atau 60 tahun, ketika
rambut Anda sudah beruban, baru Anda datang ke gereja. Pada saat
itu, ketika Anda berusia 50 atau 60 tahun, saya harap Anda masih
cukup sehat untuk bisa datang ke gereja. Itulah saat yang tepat untuk
menjadi orang Kristen - pukul lima sore.
Kalau kita menjadi Kristen sejak sekarang, untuk selanjutnya kita harus
menjalani kehidupan Kristen. Kita akan menguras keringat, bergumul
untuk menjadi Kristen. Dan setelah menanggung segala beban serta
terik matahari, kita hanya mendapatkan satu dinar. Sementara orang
lain bisa menikmati hidupnya di dalam segala kenikmatan dosa, lalu
datang di saat-saat terakhir, dan lihatlah, ia juga menerima jumlah
yang sama dengan upah kita dari Tuhan. Jadi untuk apa kita bergumul
dalam kehidupan ini? Bodoh sekali kita ini. Untuk apa saya membuang
waktu selama 40 tahun memberitakan Injil jika teman-teman saya
boleh memperkaya diri di luar sana? Mereka itu juga orang Kristen!
Mereka sedang menikmati kehidupan duniawinya di saat saya sedang
berkutat dengan kehidupan Kristen ini, melayani Tuhan dan
memberitakan Injil. Dan nantinya mereka juga akan menerima satu
dinar, seperti yang saya dapatkan. Inikah yang disebut sebagai
kesetaraan atau keadilan? Tidak mungkin hal seperti ini yang diajarkan
dalam perumpamaan ini. Alkitab berkata bahwa setiap orang akan
dihakimi menurut perbuatan mereka. Jadi, tafsiran Manson ini mau
membawa kita kemana? Nah, saya pikir Anda sekarang dapat
memahami betapa besarnya persoalan yang dihadapi para penafsir
dalam menguraikan perumpamaan ini. Mereka tidak tahu harus
menjelaskan apa!
Manson sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada yang 'pertama'
maupun yang 'terakhir'. Semuanya sama saja; semua diperlakukan
sama-rata. Suatu penjelasan yang aneh dengan mengatakan bahwa
semuanya sama saja; padahal yang terdahulu menjadi yang terakhir
dan yang terakhir menjadi yang terdahulu. Suatu pembahasan yang
aneh tentang kesetaraan!
386 | C A H A Y A I N J I L
Jika kita sepakat dengan pandangan para penafsir di atas, maka kita
semua akan memutuskan untuk datang kembali ke gereja ketika
berusia sekitar 60-an tahun - sekitar pukul lima sore. Kita akan
berkata, "Nah, aku mengerti arti perumpamaan itu sekarang." Setiap
orang yang mempelajari Alkitab akan bertanya-tanya bagaimana
mungkin Manson bisa sampai kepada kesimpulan yang aneh seperti itu.
Apakah ini merupakan ungkapan dari keputus-asaannya karena tidak
mampu untuk sampai pada penjelasan yang lebih baik?
Bagaimana dengan penjelasan yang diberikan oleh para pengkhotbah
dari China? Mungkin John Sung bisa memberi kita sedikit pencerahan
tentang perumpamaan ini. "Pu Tou Yuan de bi yu jiu shi jiao ren zuo
gong, bu yao gong qian. Ying dang wei ai Zhu er gong
zuo," demikianlah kata John Sung di dalam bukunya yang
berjudul Jiang Jing Jie, sebuah buku yang tidak diarahkan sebagai
pembahasan ekspositori melainkan rangkuman dari Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru. Ia menyimpulkan bahwa perumpamaan ini
mengajarkan kita untuk bekerja tanpa mengharapkan imbalan apa
pun! Artinya, Anda disuruh pergi mencari pekerjaan tanpa imbalan apa
pun. Dengan kata lain, Anda pergi bekerja tanpa pamrih karena Anda
mengerjakannya atas dasar kasih Anda kepada Allah. Pandangan John
Sung ini cukup menyentuh karena memang benar bahwa kita
seharusnya memang melayani Tuhan tanpa pamrih. Kesediaan kita
dalam melayani Tuhan seharusnya tidak didasari oleh imbalan apapun;
kesediaan kita melayani Tuhan seharusnya tanpa pamrih. Sungguh jitu.
Tidak seorang pun yang bisa menyangkal bahwa memang benar kita
harus siap untuk melayani Tuhan tanpa mengharap imbalan. Sebab,
Tuhan sendiri sebenarnya sudah memberikan segalanya buat kita; Ia
sudah memberikan diri-Nya bagi kita.
Walau pun pandangan John Sung - bahwa kita seharusnya melayani
Tuhan tanpa pamrih - sangatlah tepat, akan tetapi sulit bagi kita untuk
mengatakan bahwa pendapat ini merupakan penjelasan yang tepat
atas perumpamaan ini. Pandangannya itu sendiri memang benar, sama
benarnya dengan pandangan bahwa Allah memberikan kita segalanya
atas dasar kasih karunia-Nya, bukan atas dasar prestasi kita. Akan
tetapi kita sudah melihat tadi bahwa perumpamaan ini tidak sedang
membahas hal tersebut. Apakah pandangan bahwa kita seharusnya
bersedia melayani Tuhan tanpa pamrih bisa disimpulkan dari
perumpamaan ini? Kesimpulan semacam ini bisa kita ambil dari bagian
387 | C A H A Y A I N J I L
lain dalam Alkitab, akan tetapi saya ragu apakah dari perumpamaan ini
bisa diambil kesimpulan seperti itu.
Mereka yang datang paling awal tentunya adalah orang-orang yang
mencari pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan. Apakah ini
merupakan suatu kejahatan? Tentunya tidak. Apakah Anda akan
datang ke bursa kerja sambil berkata, "Aku mencari pekerjaan, tetapi
tidak mencari penghasilan. Aku mencari pekerjaan karena menurutku
sebuah pekerjaan adalah hal yang sangat baik buat orang Kristen.
Tidak usah memikirkan masalah upah. Aku bersedia bekerja tanpa
imbalan apapun." Pada jaman dahulu, pasar juga berfungsi sebagai
bursa kerja. Orang-orang pergi ke pasar untuk mencari pekerjaan.
Pernahkah Anda mendengar ada orang yang mencari pekerjaan karena
ia tidak menginginkan upahnya? Jika Anda berasal dari keluarga yang
sangat kaya dan Anda adalah anak orang kaya, jelas Anda bisa untuk
tidak peduli dengan upah karena Anda dapat hidup tanpa
mengandalkan upah itu. Akan tetapi orang-orang yang pergi ke pasar
mencari pekerjaan di jaman itu adalah mereka yang datang demi
menghidupi istri, anak, dan mungkin nenek, paman atau bibi yang
perlu dipenuhi kebutuhannya. Ada sekumpulan mulut yang menanti
makanan dari hasil pekerjaannya. Mereka tidak datang mencari kerja
tanpa upah.
Pandangan bahwa kita seharusnya siap untuk melayani Tuhan tanpa
mengharapkan imbalan tentu saja sangat baik. Akan tetapi pandangan
ini tidak ada kaitannya dengan perumpamaan yang sedang kita bahas
sekarang ini, yang berbicara tentang orang-orang yang mencari
pekerjaan. Alasan Anda mencari pekerjaan adalah karena Anda butuh
penghasilan demi menghidupi keluarga dan diri Anda. Dan hal ini
bukanlah suatu kejahatan. Pandangan John Sung tampaknya
menyatakan bahwa orang yang datang mencari kerja demi
memperoleh penghasilan itu salah. Apakah mereka harus datang ke
bursa kerja dengan niat untuk menjadi pekerja tanpa mengharapkan
bayaran?
Sekarang mari kita lihat penjelasan yang diberikan oleh Watchman
Nee. Ia sudah cukup dekat dengan kesimpulan yang diharapkan, akan
tetapi caranya menjelaskan perkara ini masih sulit untuk diterima. Ia
berkata bahwa setiap orang seharusnya selalu memandang diri sendiri
mulai bekerja sejak pukul lima sore. Apa artinya ini? Artinya, jika saya
388 | C A H A Y A I N J I L
datang sejak pagi hari, dan menghabiskan seharian bekerja di kebun
anggur, saya akan menganggap bahwa jam kedatangan saya adalah
pukul lima sore, sesuai dengan anjuran Watchman Nee. Jadi, ketika
saya datang ke kebun itu di pagi hari, saya sudah menanamkan satu
pikiran ke dalam benak saya, "Jam kedatangan saya adalah pukul lima
sore," walau pun sebenarnya sudah seharian saya menanggung beban
kerja dan terik matahari di kebun. Apakah kita sedang diajar untuk
menipu diri sendiri?
Atau mungkin Anda datang pada pukul 9 pagi, lalu Anda memakai trik
mental seperti ini, "Memang benar aku datang pukul 9 pagi, tetapi aku
akan menganggap bahwa jam kedatanganku adalah pukul lima sore."
Dengan kata lain, ada selang waktu kerja selama 8 jam yang harus
dilupakan. Pandangan ini mengandung kebenaran sekaligus juga
kesalahan. Bayangkan saja, semakin awal jam kedatangan Anda,
semakin besar upaya yang harus Anda kerahkan untuk memainkan
trik mental ini. Anda harus terus berusaha membayangkan bahwa jam
kedatangan Anda adalah pada pukul lima sore, sekali pun
kenyataannya adalah lebih awal dari itu.
Dapatkah Anda memahami pernyataan dari Watchman Nee ini? Anda
mungkin akan berkata, "Bukankah tadi disebutkan bahwa Watchman
Nee memiliki penjelasan yang paling dekat dengan maksud
perumpamaan ini? Tetapi yang saya lihat justru pandangan dia yang
paling jauh ketimbang yang lainnya." Saya dapat memahami apa yang
ingin disampaikan oleh Watchman Nee, hanya saja cara
penyampaiannya yang tidak memuaskan. Penjelasannya itu seperti
mengatakan bahwa menjadi Kristen berarti hidup dengan menipu diri
sendiri, satu hal yang sangat jauh dari kebenaran sejati. Setiap orang
Kristen harus mengasihi kebenaran di atas segalanya. Jadi jika saya
datang pukul enam pagi, tidak ada gunanya saya beranggapan bahwa
saya datang pukul lima sore, karena kenyataannya sudah jelas. Fakta
dari jam kedatangan saya memang demikian adanya. Jika saya datang
pada pukul 9 pagi, tidak ada gunanya saya menganggap bahwa jam
kedatangan saya adalah pukul lima sore. Lalu Anda mungkin berkata,
"OK, jadi apa yang sedang diajarkan oleh perumpamaan ini?"
Kondisi kerja pada jaman itu
Untuk bisa mengetahui apa yang sedang dibahas di dalam
perumpamaan ini, sebaiknya kita teliti dulu seperti apa kehidupan dan
389 | C A H A Y A I N J I L
kondisi kerja pada jaman itu. Pertama-tama, kita perlu mengetahui
berapa lama jam kerja yang berlaku untuk sehari di jaman itu. Saat itu
jumlah jam kerja normal adalah 12 jam sehari, bukannya 8 jam seperti
di jaman sekarang ini. Keadaan ini justru memberi banyak manfaat.
Sekarang ini kita hanya bekerja selama 8 jam sehari, dan ada banyak
waktu luang yang kita miliki, suatu hal yang mungkin justru tidak sehat
bagi mental kita. Tidak heran jika pada jaman sekarang ini ada banyak
orang di negara-negara maju yang harus menelan pil untuk menjaga
ketenangan syaraf mereka. Kegiatan apa yang harus mereka lakukan
untuk mengisi waktu luang yang ada? Pada jaman dahulu, orang-orang
bekerja seharian sehingga ketika pulang di malam hari mereka sudah
sedemikian lelahnya dan tidak perlu meminum obat penenang untuk
bisa tidur. Sudah terlalu mengantuk untuk memikirkan tentang obat
tidur. Mereka segera pergi ke tempat tidur dan terlelap, dan ketika
fajar menyingsing, mereka sudah harus bangun dan bekerja lagi. Hal
ini sungguh sangat bermanfaat bagi kesehatan mental dan fisik kita.
Itulah bagusnya jam kerja 12 jam sehari.
Yesus berkata, "Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari?" (Yoh.
11:9). Begitulah, saat itu jam kerja normal adalah 12 jam sehari. Dan
Anda harus mengetahui hal ini untuk bisa memahami apa artinya jika
ada orang yang datang bekerja mulai pukul lima sore. Jika jam kerja
Anda adalah 8 jam sehari, maka pukul lima sore sudah berada di luar
batas jam kerja Anda. Hari dimulai sejak matahari terbit dan belum
berakhir sampai dengan munculnya bintang, demikianlah penjelasan
para rabi Yahudi. Dengan kata lain, lamanya bekerja dalam sehari
dimulai dari sejak matahari terbit dan selesai pada saat matahari
terbenam. Orang tidur dan bangun seiring dengan terbit atau
terbenamnya matahari. Dan waktu sepanjang 12 jam itu diisi dengan
bekerja keras.
Karena perumpamaan ini berbicara tentang kebun anggur, maka
tentunya pekerjaan yang sedang berlangsung adalah panen buah
anggur. Anggur memiliki kandungan gizi yang sangat baik untuk
kesehatan dan juga memiliki rasa yang enak sehingga dijadikan salah
satu bahan makanan dan minuman utama bagi orang Yahudi. Dan jika
dilihat dari perumpamaan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa hasil
panen sangat melimpah. Seiring dengan menanjaknya hari, si
pengawas melihat bahwa ia membutuhkan lebih banyak pekerja lagi
jika ia ingin menyelesaikan panenan sebelum turunnya hujan musim
390 | C A H A Y A I N J I L
dingin. Setelah mempekerjakan kelompok yang pertama, ia melihat
bahwa mereka masih terlalu sedikit untuk bisa menangani hasil panen
yang banyak itu, jadi ia mulai mencari tambahan pekerja lagi di
sepanjang hari itu. Peristiwa seperti itu bukanlah hal yang aneh bagi
masyarakat jaman dahulu yang menjadi pendengar dari perumpamaan
ini.
Kelompok yang pertama dipekerjakan sejak pukul lima atau enam pagi.
Yang kedua dipanggil sekitar pukul 9 pagi. Ada lagi yang dipanggil saat
tengah hari dan di sekitar pukul tiga sore. Kelompok yang terakhir
masuk sekitar pukul lima sore.
Alasan mengapa ada orang yang masuk lebih awal mungkin karena
mereka sudah ada di pasar sejak pagi hari. Mereka yang mencari
pekerjaan di pasar datang dari tempat yang berbeda-beda jaraknya
dari pasar itu. Ada yang harus menempuh jarak yang lebih jauh,
sehingga tidak bisa sampai di pasar pada jam-jam awal. Mereka
biasanya menempuh perjalanan dengan berjalan kaki, kecuali bagi
yang memiliki keledai atau bagal. Sebagian besar orang pada jaman itu
berjalan kaki. Jika, katakanlah, Anda tinggal sekitar 15 km dari pasar,
maka Anda harus menempuh berbagai bukit dan lembah untuk bisa
sampai ke pasar. Jadi orang-orang yang mencari pekerjaan di pasar
akan tiba pada jam yang berbeda-beda.
Satu dinar yang disebutkan dalam perumpamaan ini adalah upah yang
biasanya didapatkan seorang pekerja dalam sehari di jaman itu.
Jumlahnya cukup besar dan satu dinar ini masih berada di atas upah
minimum saat itu. Ada orang yang hanya menerima setengah dinar
sehari. Namun jika Anda seorang pekerja terampil, maka upah Anda
mungkin mencapai dua dinar sehari. Pekerja di jaman itu digaji sesuai
dengan keahlian dan pengalaman yang dimiliki, sama halnya dengan
cara penilaian di jaman sekarang ini. Dan satu dinar bisa dianggap
sebagai upah rata-rata untuk jenis pekerjaan seperti ini.
Pada jaman itu, para pekerja biasanya diberi upah pada hari yang
sama, pada malam harinya. Hal ini dapat kita lihat dari Imamat 19:13
atau dalam Ulangan 24:14. Para pekerja biasanya dibayar langsung
pada hari itu karena bisa saja mereka tidak dipakai lagi keesokan
harinya. Mungkin pada esok harinya mereka sudah tidak dibutuhkan
lagi sehingga mereka harus mencari kerja pada orang lain.
391 | C A H A Y A I N J I L
Di dalam perumpamaan ini, upah para pekerja dibagikan pada petang
hari, demikianlah sang pemilik kebun menyuruh hambanya untuk
memulai pembayaran mulai dari pekerja yang datang terakhir. Orang-
orang ini baru satu jam bekerja dan tentunya mereka hanya bisa
mengharapkan upah sebesar satu pondion (seperduabelas dari satu
dinar). Alangkah terkejutnya mereka ketika melihat bahwa upah yang
mereka terima adalah satu dinar, dua belas kali lipat dari upah yang
mereka harapkan! Kelompok yang berikutnya tentu saja berpikir,
"Wah, mereka dapat satu dinar! Kami sudah bekerja sekitar tiga jam,
jadi mungkin kami akan mendapat tiga dinar." Ternyata mereka
mendapatkan satu dinar juga. Mereka yang bekerja sejak tengah hari,
dan mengira akan menerima enam dinar, ternyata juga menerima satu
dinar. Demikianlah seterusnya.
Perumpamaan ini mendiagnosa kondisi kerohanian Anda
Pada bagian awal bab ini saya meminta Anda untuk mengamati reaksi
perasaan Anda terhadap perumpamaan ini. Bagaimana Anda akan
bereaksi sangat tergantung pada kelompok yang mana Anda
mengidentifikasikan diri. Apakah Anda menyamakan diri Anda dengan
kelompok yang pertama, kedua, ketiga atau yang keempat? Atau
dengan kelompok yang terakhir?
Jika Anda menyamakan diri dengan kelompok yang pertama, Anda
akan merasa telah diperlakukan dengan tidak adil dan jengkel karena
menurut Anda bukan begitu caranya memperlakukan orang yang sudah
seharian bekerja keras. Jika si pemilik kebun anggur bermaksud
bermurah hati, setidaknya ia harus melakukannya dengan cara yang
adil ketimbang bertindak dengan cara yang tidak masuk akal seperti
itu. Apakah Anda merasa seperti ini?
Atau mungkin Anda hanya sedikit jengkel saja? Anda mungkin berkata,
"Si pemilik kebun anggur ini orang yang aneh." Mungkin saja dia
adalah orang yang nyentrik dan sedikit aneh, yang menggunakan
uangnya dengan sesuka hati. Siapa yang bisa berdebat dengan orang
seperti itu? Tentu saja dia bebas bertindak sesuka hati dengan uang
miliknya, tapi seharusnya ia melakukan hal itu dengan sedikit
mempertimbangkan keadilan. Tapi siapa yang berhak melarangnya
untuk bertindak sesuka hati dengan uangnya sendiri? Percuma saja.
Tetapi, mestinya, dia bisa bertindak lebih adil dengan uangnya.
392 | C A H A Y A I N J I L
Anda bisa juga bereaksi dengan cara lain. Misalnya, Anda bersukacita
karena orang-orang miskin yang hanya bekerja selama satu jam bisa
memperoleh upah satu dinar. Mereka punya anak dan istri yang harus
diberi makan, dan tentunya tidak akan bisa mengenyangkan perut
keluarganya jika hanya memperoleh satu pondion. Bagaimana mereka
bisa bertahan hidup dengan upah satu pondion? Adalah baik jika si
pemilik kebun memberi mereka upah kerja sehari penuh sehingga
anak-anaknya tidak sampai kelaparan malam itu. Seperti itukah
perasaan Anda saat membaca perumpamaan ini? Jika tidak, mungkin
perasaan Anda tercampur-aduk di antara semua macam reaksi itu.
Saat ini mungkin Anda bertanya, "Buat apa Anda menanyakan reaksi
saya?"
Karena perumpamaan ini berfungsi mengungkapkan siapa diri kita.
Sampai dengan saat ini, saya sudah menguraikan pengajaran Yesus
secara sistematis selama lebih dari 20 tahun. Di masa-masa
sebelumnya, saya juga sudah sering berkhotbah. Dan semakin saya
pelajari ajaran Yesus ini, semakin saya melihat betapa Dia sungguh
luar biasa! Dia mampu mengajar dalam bentuk yang tidak dapat
disamai atau ditandingi oleh manusia manapun, dan pengajaran-Nya
tidak akan bisa dipahami, apalagi dipraktekkan, oleh manusia duniawi.
Nah, Anda mungkin berkata, "Mengapa Anda sekarang malah berbasa-
basi? Kita semua masih dalam kebuntuan." Poin dari perumpamaan ini
adalah bahwa ini merupakan perumpamaan yang menjadi alat
diagnosa. Diagnosa akan dilakukan oleh seorang dokter ketika sedang
memeriksa keadaan tubuh Anda jika, katakanlah, Anda sedang dirawat
di rumah sakit karena penyakit tertentu. Begitulah, perumpamaan ini
dirancang untuk mengungkapkan siapa diri Anda sebenarnya.
Menyingkapkan watak Anda. Dirancang secara khusus untuk
membongkar jalan pikiran Anda yang sebenarnya!
Yesus memberi kita berbagai macam perumpamaan, mulai dari yang
bersifat deskriptif, yang menjelaskan satu keadaan tertentu, sampai
yang bersifat nubuatan, yang memberitahukan hal-hal yang akan
datang. Khusus untuk perumpamaan ini, ia bersifat diagnostik. Penulis
surat Ibrani berkata bahwa Firman Allah itu tajamnya melebihi pedang
bermata dua, ia menembus jauh ke dalam hati kita, membedakan
pikiran dan niat hati kita (Ibr. 4:12). Tidak ada perumpamaan lain yang
mengerjakan hal itu secara unik dibandingkan perumpamaan ini.
Perumpamaan ini menembus pikiran kita seperti pedang bermata dua,
393 | C A H A Y A I N J I L
menyingkapkan cara berpikir kita, sama seperti cermin yang
memperlihatkan siapa diri Anda sebenarnya. Kita harus mengetahui
siapa diri kita dengan bercermin dari perumpamaan ini, dan
mendiagnosa keadaan rohani kita dengan cara mengukur temperatur
rohani kita.
Anda akan merasa berhak untuk jengkel jika Anda mengidentifikasikan
diri dengan kelompok yang pertama. Apakah Anda merasa sama
dengan kelompok pertama? Apakah Anda telah bekerja selama
seharian? Lalu mengapa Anda menyamakan diri dengan para pekerja
kelompok pertama? Apakah Anda menyamakan diri dengan kelompok
yang kedua atau yang ketiga? Mengapa Anda mengidentifikasikan diri
Anda dengan kelompok tersebut? Apakah Anda sedang bekerja di
ladang anggur? Tidak. Lalu mengapa Anda memandang diri Anda
seperti salah satu dari kelompok pekerja tersebut? Kita belum bisa
menjawab semua pertanyaan itu di tahap ini.
Jika Anda merasa senang sehubungan dengan nasib pekerja kelompok
kelima, maka itu terjadi karena Anda merasa sama dengan mereka,
sekalipun Anda tidak sedang bekerja di ladang anggur. Mengapa?
Jawabannya terletak di dalam hati Anda. Jawabannya tidak terdapat di
dalam perumpamaan ini; dia ada di dalam hati Anda. Perumpamaan ini
hanya sekadar membongkar isi hati Anda seperti pedang bermata dua,
atau seperti pisau bedah yang tajam, menyingkapkan cara berpikir
Anda dan menanyakan Anda - mengapa Anda merasa sama dengan
salah satu kelompok tersebut.
Apakah Anda merasakan reaksi yang campur-aduk? Jika demikian, hal
itu juga memberitahu sesuatu tentang kondisi Anda. Anda sedang
duduk di atas pagar, yang berarti bahwa Anda sedang berada dalam
posisi yang tidak bagus sama sekali. Anda masih merupakan orang
Kristen jenis ragu-ragu, yang masih belum menetapkan tekad untuk
mengejar Tuhan dengan segenap hati.
Perhatikan bahwa perumpamaan ini berbicara mengenai orang Kristen.
Ia tidak ditujukan kepada orang non-Kristen, karena mereka tidak
perlu didiagnosa. Untuk bisa mendiagnosa keadaan seseorang, hal
yang perlu dimiliki adalah kehidupan rohani. Anda tidak akan
mendiagnosa orang yang sudah mati karena tidak ada gunanya lagi.
394 | C A H A Y A I N J I L
Jika Anda memiliki kehidupan rohani, maka Anda dapat melakukan
diagnosa terhadap hidup itu.
Mengapa dikatakan bahwa perumpamaan ini berkaitan dengan orang
Kristen? Karena yang kita bicarakan adalah kebun anggur, dan seperti
yang disetujui oleh para penafsir, pemilik dari kebun anggur itu adalah
Allah sendiri. Mereka yang bekerja di kebun anggur adalah orang-orang
yang telah dipanggil oleh-Nya. Ia pergi ke pasar dam memanggil kita,
dan kita menanggapi panggilan itu. Kita berbicara tentang orang-orang
yang telah menerima panggilan. Setiap orang Kristen sejak jaman
Perjanjian Baru sampai sekarang telah menerima panggilan, dan ini
adalah panggilan dari-Nya. Dengan demikian, menurut definisi yang
alkitabiah, setiap orang Kristen adalah pekerja Kristen. Seperti yang
dikatakan oleh Petrus, kita semua adalah hamba-hamba Allah. Istilah
ini tidak sekadar ditujukan kepada para pendeta dan pengkhotbah. Kita
adalah hamba Allah jika kita adalah orang Kristen sejati. Dan kita
sedang, atau seharusnya, bekerja di kebun anggur-Nya.
Jika perumpamaan ini berbicara kepada kita orang-orang Kristen,
memberitahu tentang bagaimana kita akan bereaksi terhadap Firman
Allah, lalu hal apa sebenarnya yang sedang diungkapkannya? Saya
ingin tahu apakah Anda merasa bahwa respon Anda termasuk yang
menggembirakan atau tidak. Apakah Anda termasuk sedikit orang yang
memberi tanggapan penuh sukacita karena Anda memandang diri Anda
sama dengan mereka yang datang pada 'pukul lima sore'? Mungkin
tidak. Anda mungkin termasuk ke dalam kelompok mayoritas - yaitu
mereka yang merasa sama dengan para pekerja di kelompok pertama
dan telah merasa diperlakukan secara tidak adil. Atau mungkin Anda
termasuk mereka yang masih duduk di atas pagar? Tidak ada tempat
yang netral di dalam kehidupan rohani. Jika respon Anda tidak jelas,
maka Anda sedang berada dalam kondisi rohani yang tidak bagus.
Kecemburuan adalah akar persoalannya
Perhatikan baik-baik sikap dari para pekerja di dalam kelompok
pertama. Anda akan mendapati bahwa unsur pokoknya adalah
kecemburuan. Yesus bertanya kepada mereka, "Iri hatikah engkau,
karena aku murah hati?" (Mat. 20:15). Dalam Alkitab berbahasa
Inggris digunakan istilah "evil eye (matamu menjadi jahat.)", yang
merupakan suatu istilah dengan arti cemburu atau iri hati. "Iri hatikah
engkau, karena aku murah hati?" begitulah Ia menanyakan mereka,
395 | C A H A Y A I N J I L
karena mereka terlihat kecewa. Mengapa mereka kecewa? Matius
20:12 memberitahu kita bahwa itu karena orang lain yang datang
belakangan ternyata diperlakukan sejajar dengan mereka. Para pekerja
dari kelompok pertama merasa bahwa hal ini tidak adil. "Engkau
menyamakan kami dengan mereka?" demikianlah keluhan mereka
(ayat 11). Dari situ muncullah kepahitan dan kecemburuan. Ingatkah
Anda tentang perkataan Yesus bahwa lebih mudah bagi seekor unta
masuk melalui lubang jarum? Unta termasuk hewan yang berperilaku
paling buruk di dunia. Mereka selalu bertingkah dan menggerutu. Dan
di sini kita melihat hal yang sama lagi. Dapatkah Anda melihat kaitan
internal antara ayat-ayat tersebut? Para pekerja di kelompok pertama
adalah unta-unta yang tidak bisa masuk ke dalam kerajaan sama
seperti unta yang tidak dapat melewati lubang jarum.
Tak ada hal yang lebih penting ketimbang sikap seseorang di dalam
hidup ini. Jika Anda memiliki suatu sikap tertentu, Anda akan bereaksi
dengan cara yang tertentu karena begitulah watak Anda. Jika Anda
termasuk kelompok yang pertama ini, maka secara tak terhindarkan
Anda akan bereaksi seperti itu karena begitulah watak Anda.
Pada bagian awal, saya sudah menanyakan mengapa Anda
menyamakan diri dengan kelompok yang ini atau pun yang itu.
Sekalipun Anda mungkin berada di luar kebun anggur itu, tetapi Anda
masih bisa menyamakan diri Anda dengan salah satu kelompok yang
ada di dalam perumpamaan ini, hal itu terjadi karena watak Anda cocok
dengan pola reaksi orang-orang tersebut. Di sinilah letak kedalaman
perumpamaan ini. Ia mengungkapkan watak Anda. Dan cara Anda
bereaksi akan mengungkapkan orang macam apa Anda sebenarnya -
cara Anda berpikir dan perilaku khas Anda. Ini sebabnya mengapa
perubahan akal budi merupakan perubahan yang paling penting dalam
diri seseorang. Karena perubahan akal budi berarti perubahan watak.
Pentingnya mengalami perubahan sikap
Sikap adalah hal yang paling berpengaruh di dalam hidup ini. Sebagai
contoh, sikap yang keliru seringkali mengakibatkan rusaknya
hubungan. Pikirkanlah tentang hubungan suami-istri yang macet.
Pertanyaan yang penting bukan siapa yang salah dan siapa yang benar.
Yang penting adalah, "Seperti apa sikap kedua orang itu?" Upaya
penilaian di sini sangatlah sulit. Salah satu atau bahkan kedua pihak
bisa saja memiliki sikap yang salah. Dan pernikahan menjadi
396 | C A H A Y A I N J I L
berantakan karena sikap mereka kaku. Jika sikap-sikap yang kaku ini
bertabrakan, persoalan akan meledak.
Serupa dengan itu, hubungan anak-orang tua dapat menimbulkan
banyak ketegangan jika sikap salah satu atau keduanya salah.
Hubungan antar manusia sepenuhnya ditentukan oleh sikap. Sikap bisa
menimbulkan keretakan atau pun harmoni.
Dan perkara sikap ini juga merupakan poin utama dalam hubungan kita
dengan Allah. Bagaimana sikap Anda terhadap Allah? Hubungan Anda
dengan-Nya ditentukan oleh sikap Anda. Itu sebabnya mengapa
menjadi seorang Kristen melibatkan hal perubahan sikap. Bukan
sekadar masalah percaya ini atau itu. Semua itu tidak ada gunanya jika
sikap Anda tidak berubah.
Menurut Paulus, menjadi seorang Kristen berarti menjadi seorang
manusia baru. Dan bagaimana Anda akan menjelaskan seperti apa
manusia baru itu? Dia adalah orang yang akal budinya sudah berubah,
sebagai dasar bagi perubahan yang lain. Paulus berkata, "Berubahlah
oleh pembaharuan budimu" (Rom. 12:2). Pembaharuan akal budi
berarti cara berpikir dan sikap Anda mengalami perubahan
sepenuhnya. Demikianlah perumpamaan ini menjangkau jauh sampai
ke dasar kehidupan orang Kristen. Ia memaksa Anda untuk bertanya
pada diri sendiri, "Apakah aku telah berubah?" Yesus tidak tertarik
dengan perkara apakah Anda sudah membuat pengakuan iman atau
belum. Pertanyaan yang pokok adalah apakah Anda sudah berubah.
Jika Anda sudah berubah, maka Anda adalah orang Kristen sejati. Jika
belum, maka Anda bukan orang Kristen sejati.
Menjadi seorang Kristen menuntut adanya pertobatan. Kata pertobatan
di dalam bahasa Yunani adalah metanoia, yang berarti perubahan akal
budi. Jadi, pertobatan adalah perubahan sikap. Sebelumnya, Anda
terbiasa berbuat dosa, tetapi sekarang Anda menjadi sangat berduka
akan hal itu. Itulah perubahan sikap yang sangat mendasar.
Sebelumnya, Anda tidak ragu-ragu menyakiti perasaan orang lain,
tetapi sekarang Anda sangat berduka jika Anda sampai menyakiti
perasaan orang lain. Itulah perubahan sikap. Menjadi seorang Kristen
tidak ada artinya jika tidak membawa perubahan sepenuhnya di dalam
batin - yaitu pembaharuan akal budi, seperti yang dikatakan oleh
Paulus. Itulah arti menjadi ciptaan baru. Itulah arti dilahirkan kembali.
397 | C A H A Y A I N J I L
Tidak ada artinya jika Anda hanya sekadar mengangkat tangan dan
mengaku percaya kepada Allah. Tidak ada gunanya, kecuali jika terjadi
perubahan. Dan pengalaman hidup yang paling penting dan menyentuh
hati adalah pengalaman yang berkaitan dengan perubahan sikap.
Saat sepasang suami-istri, sebagai contoh, yang demikian saling
membenci satu sama lain, kemudian mampu untuk saling mengasihi di
dalam kasih yang baru serta mendalam karena terjadinya perubahan
sikap keduanya, hal itu akan membuat kita meneteskan air mata. Kita
sangat tersentuh oleh peristiwa rujuk semacam ini karena kita
menyaksikan betapa dua pihak yang saling bermusuhan dapat saling
merangkul kembali! Benar-benar perubahan sikap yang sangat nyata!
Serupa dengan itu, ketika anak dan orang tua yang selama ini tidak
pernah akur, kemudian bersatu kembali, kita akan benar-benar merasa
terharu.
Itulah yang disebut perubahan keyakinan. Menjadi seorang Kristen
berarti bahwa Anda yang tadinya egois sekarang mengalami perubahan
yang seutuhnya. Sikap Anda secara keseluruhan mengalami suatu
revolusi dan segala sesuatunya kemudian berubah. Yang terdahulu
menjadi yang terakhir dan yang terakhir menjadi yang terdahulu.
Para Pekerja di Kebun Anggur - Bagian Kedua
Prinsip tentang yang terdahulu dan yang terakhir
Matius 20:1-16 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang.
Tak seorangpun yang pernah berbicara atau mengajar seperti Yesus. Ia
mampu mengajar dengan cara yang tidak dapat dilakukan bahkan oleh
pengajar-pengajar terbaik di dunia. Dan Ia melakukan hal ini dengan
cara yang sangat luar biasa, di mana seluruh isi hati kita terungkap di
hadapan-Nya. Walaupun kita mungkin tidak ingin mengungkapkan isi
hati kita namun Ia dapat melihat ke dalam hati kita dan menunjukkan
kepada kita seperti apa keadaan rohani kita sebenarnya.
Seringkali, jika Anda menyelidiki ajaran Yesus, Anda akan merasa tidak
enak karena Firman-Nya seperti berbicara langsung kepada Anda. Anda
398 | C A H A Y A I N J I L
berharap agar firman tersebut ditujukan kepada orang lain saja. Akan
tetapi Firman-Nya tertuju langsung kepada Anda, dan Anda menyadari
bahwa sekalipun Anda berusaha untuk melarikan diri dari kuasanya,
Anda tidak sanggup melakukannya.
Ada satu hal yang sangat menarik mengenai cuaca di belahan dunia
timur. Tidak jelas apa penyebabnya, cuaca di belahan timur jauh lebih
mudah untuk diperkirakan ketimbang cuaca di belahan barat. Orang-
orang yang berasal dari China tentunya mengetahui bahwa
penanggalan agraris di China memiliki ketepatan yang menakjubkan.
Jika diperkirakan bahwa akan turun hujan pada tanggal tertentu,
sangat besar kemungkinannya bahwa hujan akan benar-benar turun
pada tanggal tersebut. Anda akan bertanya-tanya, "Bagaimana mereka
bisa memperkirakannya?" Jika dikatakan bahwa musim hujan akan
dimulai sejak tanggal tertentu, maka hampir dapat dipastikan bahwa
memang sejak tanggal itulah musim hujan akan dimulai. Cuaca di
belahan timur lebih bisa diperkirakan ketimbang di dunia barat. Saya
tidak tahu apakah percobaan-percobaan senjata nuklir belakangan ini
telah menimbulkan dampak yang mengacaukan cuaca, akan tetapi dulu
saya sangat mengagumi ketepatan perhitungan cuaca dari
penanggalan China. Dan bagi mereka yang tinggal di wilayah Israel, di
mana penduduknya juga biasa memperhitungkan perubahan musim,
keadaan cuaca juga mudah diperkirakan, seperti halnya dengan di
dunia timur. Mereka yang akan memanen hasil kebunnya, seperti
pemilik kebun anggur ini, harus menyelesaikannya sebelum musim
dingin tiba.
Karena berfungsi sebagai alat diagnosa, sebagaimana yang telah kita
bahas sebelumnya [di Perumpamaan Para Pekerja Kebun Anggur -
Bagian Pertama], perumpamaan ini memaksa kita untuk menyadari
seperti apa keadaan rohani kita sebenarnya. Apa reaksi Anda sangat
tergantung pada kelompok mana Anda menyamakan diri. Sangat
sedikit orang, jika memang ada, yang menyamakan dirinya dengan
kelompok yang terakhir. Yang jelas, perumpamaan ini memberitahu
kita tentang sikap dan watak kita sesungguhnya. Tak dapat disangkal,
kita cenderung untuk memandang segala sesuatu dengan sikap 'aku
dulu' dalam arti bahwa kita selalu menempatkan kepentingan kita
paling depan. Ketika para pekerja di kelompok pertama menjadi
kecewa dengan cara pembayaran yang dilakukan oleh si pemilik kebun,
si pemilik kebun sampai harus mengingatkan mereka bahwa ia sama
399 | C A H A Y A I N J I L
sekali tidak mempermainkan mereka, "Kalian telah setuju untuk
menerima upah satu dinar untuk bekerja sehari. Dan aku memberikan
apa yang telah kita sepakati sejak awalnya. Kontrak kita menyatakan
bahwa kalian akan menerima satu dinar untuk pekerjaan kalian, nah
terimalah upah tersebut. Lalu apa yang kalian keluhkan?" Secara
hukum, para pekerja itu tidak berhak untuk menuntut apa-apa karena
mereka telah setuju untuk dibayar satu dinar, dan mereka telah
menerima sesuai dengan hasil kerjanya.
Lalu mengapa orang-orang itu menjadi kesal? Mereka merasa bahwa
tidak adil jika orang-orang yang hanya bekerja selama satu jam
menerima upah satu dinar sementara mereka juga menerima upah
yang sama untuk pekerjaan selama 12 jam. Lalu apa arti keadilan itu?
Berdasarkan definisi apa si pemilik kebun telah berlaku tidak adil?
Perkara keadilan dan ketidakadilan ini sangat bergantung pada posisi di
mana Anda berpihak, dan bagaimana cara Anda memandang persoalan
ini. Mereka yang datang terakhir ke kebun anggur itu tidak
mempersoalkan tentang keadilan, akan tetapi mereka yang datang
pertama menganggap telah terjadi ketidakadilan. Mengapa? Masalah
itu muncul karena adanya sikap cemburu. Lalu
apa penyebab kecemburuan itu? Seperti yang sudah kita lihat, sikap
kita menjadi faktor yang paling berpengaruh. Sebelum kita mulai
berbicara tentang jenis sikap yang baru, yang harus dimiliki oleh setiap
orang Kristen, (sikap yang mudah untuk dipahami tetapi sangat sulit
untuk diterapkan) akan sangat membantu jika kita akui dulu bahwa
kita punya kecenderungan alamiah untuk mengeluh bahwa Allah telah
berlaku tidak adil kepada kita. Karena itulah, maka lebih mudah bagi
seekor unta untuk masuk melalui lubang jarum ketimbang kita jika
Allah tidak mengubah kita secara radikal.
Panggilan perubahan sikap yang drastis
Apa artinya menjadi orang Kristen? Perkara ini adalah pokok yang
selalu saya ulang-ulang karena hal ini juga mendapat penekanan yang
besar dalam pengajaran Yesus. Apakah Anda masih memandang bahwa
menjadi orang Kristen itu berarti beribadah ke gereja, membaca
Alkitab, dibaptiskan, menandatangani surat pernyataan, dan
mempercayai ini dan itu? Semua itu hanya sebagian saja dari
Kekristenan, dan tidak termasuk ke dalam bagian yang utama. Kita
harus memahami apa inti dari kehidupan sebagai orang Kristen.
Memang benar bahwa seorang Kristen pasti dibaptiskan, ia membaca
400 | C A H A Y A I N J I L
Alkitabnya, beribadah ke gereja. Itu adalah hal-hal yang mereka
lakukan, dan mereka lakukan dengan benar jika memang telah terjadi
perubahan di dalam hidup mereka. Menjadi seorang Kristen tidak
sekadar mengerjakan hal itu semua. Tidak ada hubungannya dengan
seberapa besarnya ukuran Alkitab Anda. Tidak ada hubungannya
dengan absensi Anda di gereja. Tidak ada hubungannya dengan semua
itu. Atau bahkan tidak ada hubungan dengan apakah Anda sudah
dibaptiskan atau belum.
Lalu apa yang menentukan Kristen atau tidaknya seseorang? Yesus
berkata bahwa semuanya bergantung pada adanya perubahan drastis
di dalam pandangan hidup seseorang. Harus terjadi perubahan di
dalam sikap Anda. Itulah artinya menjadi orang Kristen. Jika cara
berpikir Anda belum berubah, maka - di dalam pandangan Allah - tidak
ada artinya Anda menjalani baptisan. Allah tidak tertarik dengan acara
baptisan. Baptisan bahkan menjadi sia-sia jika hal itu bukan
merupakan ekspresi dari perubahan yang sedang berlangsung di dalam
hati. Jika tidak ada perubahan di dalam hati Anda saat Anda menjalani
baptisan, maka baptisan itu tidak berguna sama sekali buat Anda.
Hanya akan menjadikan Anda sebagai gua ming ji du tu (orang Kristen
dalam nama saja) karena tidak ada yang berubah di dalam diri Anda.
Menjadi orang Kristen melibatkan perubahan (Rom. 12:2). Yang
penting bukan apakah Anda mengetahui sesuatu, tetapi apakah Anda
menerapkannya. Anda tidak akan diselamatkan oleh luasnya
pengetahuan Alkitab Anda, melainkan oleh pelaksanaannya. Seperti
yang disampaikan oleh Yesus, masalahnya bukan pada apakah Anda
mengetahui kebenaran atau tidak, melainkan apakah Anda
menjalankannya atau tidak. Berbahagialah orang yang mengetahui
semua itu dan melaksanakannya (Luk. 11:28). Pengetahuan saja
tidaklah cukup. Jika Anda tahu apa yang dikatakan oleh Allah tetapi
tidak menjalankannya, tanggungan Anda besar sekali. Jika Anda tidak
tahu menahu, maka Allah masih dimaklumi. Jika sudah mengetahui,
tetapi menolak untuk melakukannya, berarti Anda sedang
menempatkan diri di bawah penghakiman keras dari Allah. Itu
sebabnya mengapa Paulus berkata, "Karena itu, saudara-saudara, demi
kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang
kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang
401 | C A H A Y A I N J I L
sejati" (Rom.12:1). Tidak peduli apakah Anda mengetahui Firman-Nya
atau tidak, tetapi apakah Anda menjalankannya atau tidak.
Kemudian Paulus melanjutkan dengan, "Janganlah kamu menjadi
serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa
yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna" (Rom.
12:2). Jika Anda berkata bahwa Anda seorang Kristen, maka
tanyakanlah satu hal ini pada diri sendiri, "Apakah saya sudah
mengalami pembaruan budi?" Salah satu persoalan terbesar yang
melanda umat Kristen sekarang ini adalah bahwa mereka tidak tahu
apa kehendak Allah itu. Ini terjadi karena cara pikir mereka belum
diubah atau diperbaharui. Sebenarnya, tidak ada gunanya bagi saya
untuk memberitahu Anda apa itu kehendak Allah, karena saya tidak
tahu apa kehendak Allah bagi Anda. Anda harus mendapatkannya bagi
diri Anda sendiri. Satu-satunya jalan untuk itu adalah masuk ke dalam
perubahan dan pembaruan budi sehingga Allah dapat berbicara kepada
Anda. Sia-sia saja orang yang berkhotbah tentang bagaimana caranya
mengetahui kehendak Allah jika cara pikir Anda belum berubah. Saat
perubahan itu terjadi, Anda tidak membutuhkan pelajaran apapun
untuk mengetahui kehendak Allah. Anda akan tahu dengan sendirinya.
Seperti yang disampaikan oleh Paulus dalam ayat tersebut, menjadi
seorang Kristen berkaitan dengan menjadi tidak serupa atau tidak
terbawa masuk ke dalam cara berpikir orang dunia, yaitu mengalami
perubahan cara berpikir. Benar-benar perkara yang sangat sulit! Bisa
saja kita sudah mengalami sedikit perubahan, namun cara berpikir kita
masih sangat dipengaruhi oleh cara berpikir dunia. Pertanyaan yang
tepat untuk diajukan kepada seorang Kristen adalah, "Apa perbedaan
antara cara berpikir Anda dengan cara berpikir orang non-Kristen?"
Bukankah hal itu yang cenderung ditanyakan oleh orang-orang non-
Kristen? Menurut mereka orang Kristen ternyata berpikir dengan cara
pikir yang sama dengan mereka. Jika sikap seseorang tidak berubah,
maka perilakunya juga tidak akan berubah. Ia masih akan berperilaku
serupa dengan orang non-Kristen. Tidak heran jika orang non-Kristen
berkata, "Buat apa aku menjadi Kristen kalau cara berpikir dan
perilakumu sama saja denganku? Kamu sama egoisnya dengan aku."
Untuk orang Kristen semacam ini, jelas tidak ada maaf baginya.
Seharusnya orang Kristen berbeda dari orang yang non-Kristen. Cara
berpikirnya seharusnya mengalami transformasi. Itulah hal yang paling
402 | C A H A Y A I N J I L
mendasar dalam diri orang Kristen - mengalami perubahan
sepenuhnya.
Menjadi orang Kristen berarti menjadi manusia baru. Bagaimana
mungkin kita menyebut diri manusia baru kalau cara berpikir kita
masih seperti yang dulu? Bagaimana kita bisa menjadi satu masyarakat
yang baru kalau kita semua masih sama egoisnya dengan yang dulu?
Apa maksud Paulus ketika berkata bahwa kita adalah ciptaan baru di
dalam Kristus Yesus (2 Ko. 5:17)? Tidak ada artinya jika kita masih
sama seperti yang dulu. Tidak heran jika orang lain menatap sinis dan
berkata, "Itukah Kekristenan? Jika itu yang disebut sebagai
Kekristenan, simpan saja sendiri. Saya tidak butuh itu." Dan mereka
benar. Banyak orang yang hanya berubah sedikit, atau malah tidak
sama sekali. Jika begini kenyataannya, berarti selama ini yang kita
miliki tidak lebih dari sekumpulan orang yang menjadi Kristen hanya di
dalam nama saja.
Yesus menggunakan perumpamaan seperti ini untuk mengungkapkan
betapa kecilnya perubahan yang telah terjadi. Ia sedang berkata
kepada para murid dan semua yang lain, "Dengarkanlah perumpamaan
ini." Dan setelah menyampaikan perumpamaan ini, Ia berkata,
"Bagaimana perasaan kalian terhadap perumpamaan ini?" Lalu mereka
menjawab, "Allah berlaku tidak adil." Penilaian kita tentunya sama saja
dengan cara pandang mereka saat itu. Karena, sama halnya dengan
orang-orang itu, kita juga memiliki sikap dan cara pikir yang sama. Jika
kita memiliki cara pikir yang berbeda, kita tidak berpikir bahwa Allah
telah berlaku tidak adil. Justru karena cara berpikir kita yang belum
berubah inilah yang membuat kita memiliki pandangan yang sama
dengan orang-orang yang ada di dalam perumpamaan ini. Hal inilah
yang membuat Yesus berkata kepada kita, "Aku telah menunjukkan
kepada Anda seperti apa keadaanmu sekarang ini. Kamu seharusnya
menyadari bahwa sebenarnya kamu ini masih belum berubah, atau
baru sedikit berubah."
Lalu kita harus berubah menjadi apa? Seperti apa watak yang baru itu?
Jika kita bereaksi dengan merasa senang atas cara si pemilik kebun
anggur itu membayarkan upah, maka kita akan berkata, "Wow, bagus
sekali jika pekerja yang datang terakhir menerima upah yang sama
dengan pekerja lainnya!" Sekalipun kita menyamakan diri kita dengan
para pekerja yang datang pertama kali, namun jika kita memiliki cara
403 | C A H A Y A I N J I L
berpikir yang baru, maka kita akan ikut bersukacita bagi mereka yang
datang terakhir. Akan tetapi memiliki perasaan seperti itu tidaklah
alami. Jika kita termasuk kelompok yang pertama, secara naluriah kita
tidak akan ikut bersukacita dengan mereka yang bekerja hanya satu
jam saja. Hanya jika kita sudah mengalami perubahan watak, dan cara
berpikir kita sudah diperbaharui, baru kita bisa bebas dari
ketidaksenangan yang dilandasi oleh keegoisan ini. Di dalam
perumpamaan ini, keegoisan itulah yang mendasari rasa tidak senang
kelompok yang pertama itu. Jika mereka tidak egois, mereka akan
bersukacita melihat orang-orang yang masih belum mendapat
pekerjaan sampai menjelang sore, tetapi sekarang bisa membawa
pulang upah yang sama besar sehingga mereka tidak harus melihat
keluarganya kelaparan. Namun kenyataannya, kita lebih cenderung
untuk iri hati. Jangan buru-buru menyangkal! Jika kita tidak dikuasai
oleh kecemburuan, maka itu berarti bahwa kita sudah benar-benar
berubah.
Anggaplah ada seseorang yang masuk ke gereja dan orang itu
menyapa Anda dengan hangat. Saya yakin Anda akan merasa sangat
senang. Tapi mari kita balik perannya. Anggaplah bahwa Anda sedang
mengunjungi sebuah gereja bersama teman Anda, kemudian salah
seorang jemaat gereja itu menyapa teman Anda dengan sangat
hangat, tetapi sama sekali tidak memperhatikan Anda, keadaannya
pasti akan berbeda. Bagaimana jika seluruh jemaat gereja itu beramai-
ramai menyapa teman Anda, tetapi sama sekali tidak memperhatikan
Anda? Anda akan berdiri di sana dan berpikir, "Kapan dia akan
menyapa saya? Apa dia tidak melihat saya? Apa saya ini tidak bisa
dilihat?" Saat ia melanjutkan pembicaraan yang seru dengan teman
Anda dan membiarkan Anda sendiri dalam sendirian, tekanan darah
Anda akan meningkat. "Manusia macam apa dia ini?" Anda bertanya-
tanya. Mengapa Anda merasa kesal? Apakah karena dia sama sekali
tidak memperhatikan Anda? Anda mungkin berkata, "Bukankah wajar
untuk kecewa dalam keadaan seperti itu?" Nah, itulah poinnya. Anda
masih seorang manusia duniawi, dan belum menjadi manusia rohani.
Jika Anda melihat teman Anda menerima kehormatan, dan Anda bisa
bersukacita bagi dia, maka itu berarti Anda sudah menjadi manusia
rohani. Jika para pekerja dari kelompok yang pertama itu sudah
mengalami perubahan watak, mereka tidak akan merasa kecewa sama
sekali. Akan tetapi mereka tidak dapat bereaksi seperti itu. Mereka
404 | C A H A Y A I N J I L
tidak bisa berpikir seperti itu karena mereka masih manusia duniawi.
Manusia duniawi itu egois, selalu menempatkan diri sendiri sebagai
prioritas yang paling depan di dalam segala hal yang menyangkut
kepentingannya.
Mari kita masuk ke dalam kehidupan sehari-hari untuk
menggambarkan hal ini. Anggaplah bahwa Anda seorang remaja dan
orangtua Anda lebih menyayangi saudara Anda ketimbang Anda
sendiri. Di dalam kemarahan, Anda berkata, "Aku tidak lebih buruk
daripada dia. Orangtuaku betul-betul tidak adil, terlalu berat sebelah.
Baiklah, mungkin dia sedikit lebih tampan; dan lebih tinggi. Lalu apa?
Mereka selalu mendahulukan dia. Uang sakunya dua kali lipat jatahku.
Ini sangat mengecewakan, sungguh tidak adil!" Lalu Anda merasa
wajar jika cemburu dan dengki. "Secara alamiah, wajar kalau aku
merasa seperti itu!" demikian kata Anda. Ya, tentu saja hal itu alamiah.
Itulah poin utamanya - alamiah atau natural. Menjadi seorang Kristen
berarti menjadi supernatural. Anda dilahirkan oleh Roh Allah. Saat
Anda sanggup melihat kenyataan bahwa orangtua Anda
memperlakukan saudara Anda lebih baik ketimbang terhadap Anda dan
Anda sendiri bisa bersukacita akan hal itu, berarti Anda sudah belajar
untuk berpikir secara rohaniah. Tak ada orang yang berkata bahwa
menjadi seorang Kristen berarti menjadi orang yang alamiah atau
natural. Menjadi orang Kristen berarti menjadi supernatural.
Apa artinya dilahirkan kembali? Peristiwa itu tidak akan ada artinya
kecuali jika Allah sudah mengerjakan karya-Nya di dalam diri Anda,
memampukan Anda untuk berpikir dalam kerangka pikir yang
sepenuhnya baru dan tak terduga. Hal itulah yang membuat seorang
Kristen menjadi luar biasa; itulah hal yang membuat seorang Kristen
sangat berbeda di tengah generasinya karena ia tidak bereaksi secara
alamiah, ia tidak bereaksi menurut keegoisan. Dan itulah tepatnya hal
yang disebut sebagai Kekristenan. Allah datang ke dalam hidup Anda
dan membuat Anda jadi berbeda. Akibatnya, reaksi dan cara berpikir
Anda menjadi berbeda, Anda menjadi pribadi yang berbeda
sepenuhnya. Jika Kekristenan itu bukan sesuatu yang supernatural, lalu
apa gunanya menjadi seorang Kristen? Sebagai contoh, untuk apa saya
menjadi orang Kristen jika orang-orang Kristen memberi contoh
perilaku yang sama dengan orang-orang non-Kristen? Apakah sekadar
supaya saya bisa memperoleh jaminan keselamatan ganda? Yang jelas,
menjadi seorang Kristen tidak sekadar supaya saya mendapatkan rasa
405 | C A H A Y A I N J I L
aman dan nyaman lantaran saya telah pergi ke gereja setiap hari
Minggu. Ini sama sekali bukan arti dari Kekristenan.
Kekristenan berarti perubahan, perubahan watak sepenuhnya,
perubahan yang tidak mungkin dicapai dengan kekuatan orang itu
sendiri. Itulah arti pernyataan bahwa kita diselamatkan oleh kasih
karunia. Kita tidak bisa mengubah cara berpikir kita dengan kekuatan
sendiri; perubahan ini bukan sekadar perubahan moral yang dapat
dengan mudah kita jalankan. Kita tidak dapat mengerjakannya.
Perubahan itu dikerjakan oleh kuasa Allah yang datang ke dalam hidup
kita, dan mengubah kita. Ketika kita berubah secara ini, kita akan
menjadi luar biasa. Perilaku kita akan menjadi sangat menonjol karena
kita berdiri di atas pijakan yang berbeda dengan orang lain. Itu
sebabnya mengapa Yesus berkata, "Kamu adalah terang dunia." Jika
kita telah berubah, kita akan menjadi terang dunia karena perilaku kita
menjadi sangat berbeda. Akan terlihat sebagai suatu keajaiban yang
luar biasa bagi dunia saat mereka melihat ada orang yang berpikir atau
berperilaku seperti ini; mereka tidak dapat memahaminya.
Mari kita lihat contoh yang lain. Bagaimana jika teman Anda bekerja
hanya selama satu jam tetapi mendapat bayaran yang sama dengan
Anda? Apakah Anda akan menyalaminya dan berkata, "Sungguh luar
biasa! Aku ikut berbahagia bersamamu"? Lalu teman Anda berkata,
"Kamu serius? Jangan bercanda!" Dan Anda menjawab, "Ya, aku serius.
Aku benar-benar bersyukur kepada Allah karena kamu menerima upah
yang sama denganku." Apakah Anda akan bereaksi seperti ini? Atau,
apakah Anda justru akan cemberut dan mengeluh? Mungkin Anda akan
berkata, "Bos di sini benar-benar tidak adil. Aku mau mogok kerja! Aku
akan mengadukannya ke serikat buruh! Ia benar-benar tidak adil!" Ya,
begitulah cara manusia natural akan bereaksi. Akan tetapi jika Anda
berperilaku menurut prinsip rohani, maka orang-orang akan
kebingungan melihat Anda. Mereka akan benar-benar takjub, sehingga
berkata, "Tak dapat dipercaya! Mengapa dia bersikap seperti itu?"
Saat diberitahu bahwa Anda salah
Ketika Anda menerima teguran, apakah Anda segera berkata, "Tidak
adil! Tak seorang pun yang mau memahamiku. Mereka semua
berkomplot melawan aku"? Atau pernahkah Anda mengalami hal ini,
yaitu ditegur karena mereka mengasihi Anda? Kemudian Anda merasa
sangat bersyukur dan berkata, "Wah, mereka betul-betul peduli
406 | C A H A Y A I N J I L
padaku, sampai-sampai mereka mau bersusah-payah untuk
menegurku." Saya tidak mau berbicara tentang kebiasaan orang-orang
untuk bergosip di balik punggung karena hal ini sama sekali tidak ada
manfaatnya. Itu bukan perilaku yang baik, itu adalah salah satu bentuk
dari fitnah. Anda tidak bisa menolong seseorang dengan
menggosipkannya karena dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk
menanggapinya. Orang itu bahkan tidak tahu bahwa Anda telah
berkata seperti itu tentang dia. Dan perbuatan seperti itu jelas jahat
serta menyesatkan. Tetapi, pernahkah Anda bersyukur kepada Allah
karena ada orang yang mau datang kepada Anda dan menegur Anda
dengan kasih - bahkan mungkin dengan sedih - tentang kesalahan
Anda, dan berkata bahwa Anda masih berpeluang untuk berubah?
Apakah Anda akan merasa bersyukur atau justru merasa tersinggung
dan marah?
Bacalah kitab Amsal dan Anda akan melihat betapa manusia rohani
akan bereaksi secara jauh berbeda. Saat Anda menegurnya dengan
terus terang tentang kesalahan yang telah diperbuatnya, ia akan
sangat bersyukur. "Kamu betul-betul memperhatikan saya sehingga
mau menyampaikan apa yang menjadi kesalahan saya; kamu
menempuh semua kesulitan ini untuk bisa memberitahu saya tentang
seperti apa saya sebenarnya. Saya sangat bersyukur atas
pemberitahuanmu. Terima kasih atas perhatianmu kepada saya."
Apakah Anda akan bereaksi seperti ini? Jika benar, maka Anda adalah
seorang manusia rohani. Saat Anda menegur kesalahan orang lain,
mereka cenderung untuk berkata, "Oh, kamu tidak mengerti maksud
saya. Bukan itu yang saya maksudkan. Ini tidak adil. Kamu bertindak
keterlaluan." Demikianlah, cara seseorang bereaksi mencerminkan
watak dan kepribadiannya. Terhadap seorang manusia rohani, Anda
bahkan tidak akan bisa menghukumnya karena setiap bentuk hukuman
menjadi berkat buatnya. Ia berterima kasih kepada Anda atas
kesediaan Anda mengungkapkan hal-hal tersebut kepadanya. Ia sangat
bersyukur karena Anda telah menyatakan kepadanya apa yang menjadi
kesalahannya. Itu sebabnya, kita harus belajar untuk menjadi rohani,
untuk bisa bertumbuh di dalam kasih karunia Allah sehingga kita bisa
berpikir dalam kerangka pikir yang baru. Kemudian kita bahkan bisa
bersyukur kepada Allah jika lawan-lawan kita sewaktu-waktu
melakukan suatu kejahatan terhadap kita. Setiap hari saya belajar
untuk bersyukur kepada Allah dan berdoa bagi mereka yang telah
407 | C A H A Y A I N J I L
memfitnah atau menjelek-jelekkan saya. Saya memahami bahwa
mereka melakukan semua itu tanpa niat yang jahat. Mungkin mereka
bertindak seperti itu karena mereka dipengaruhi oleh doktrin yang
mereka anut, akan tetapi saya harus tetap mencoba untuk memahami
mereka. Saya harus tetap bersabar terhadap mereka yang memiliki
kasih terhadap mereka. Hal ini merupakan suatu pelajaran yang sangat
berat karena kita selalu cenderung untuk membenarkan diri kita
sendiri; manusia duniawi kita masih sangat kuat.
Beberapa dari antara Anda mungkin pernah mendengar tentang salah
satu pemimpin jemaat yang terkenal di Taiwan, Wu Yong Zhang Lao
(Penatua Wu Yong). Beberapa tahun yang lalu, ia datang ke Montreal
dan meminta saya untuk bertemu dengannya. Kami lalu membuat janji
pertemuan supaya kami bisa saling berbagi dan bersekutu untuk
beberapa jam. Ia telah mendengar tentang beberapa persoalan yang
saya hadapi - saya saat itu sedang difitnah oleh beberapa pendeta di
Inggris dan Kanada - dan ia ingin tahu lebih jauh tentang persoalan ini.
Ketika saya menyampaikan apa yang sebenarnya sedang terjadi, ia
merasa bahwa saya telah diperlakukan dengan tidak adil, ada sesuatu
yang tidak benar, dan ia ingin meluruskan permasalahan. Namun saya
katakan kepadanya, "Saudaraku, biarlah saya tetap seperti sekarang
ini, saya tidak lagi menginginkan kemuliaan, saya tidak ingin diangkat
ke tempat yang tinggi itu lagi di mana setiap orang membungkukkan
badan kepada saya, di mana setiap orang memandang saya sebagai
seorang tokoh penting di tengah jemaat. Saya ingin belajar menjadi
yang terakhir. Saya ingin belajar menjadi rendah hati; saya ingin
berada di bawah. Saya tidak ingin lagi pergi ke puncak yang dulu. Jika
mereka tidak lagi memfitnah saya macam-macam, saya sudah puas.
Allah telah begitu banyak memberkati saya lewat semua cobaan dan
tekanan ini. Ini adalah suatu berkat bagi saya sehingga saya berniat
untuk tetap pada posisi sekarang ini."
Saya bersungguh-sungguh dengan niat tersebut. Ini bukan sekadar
masalah kerendahan hati. Saya sudah sampai pada pemahaman
tentang kebaikan Allah, kemuliaan rencana ilahi-Nya, sekalipun orang-
orang berbuat tidak benar, salah tanggap, dan mengatakan hal-hal
yang buruk tentang saya. Kita seharusnya sangat bersyukur jika ada
orang yang begitu mengasihi kita dan mau memberitahu kita tentang
kesalahan kita dan mau bersusah-payah untuk melakukan hal itu demi
408 | C A H A Y A I N J I L
kebaikan kita, sehingga dengan demikian kita bisa menjadi manusia
ilahi sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah bagi kita.
Belajar untuk bersukacita bersama dengan orang lain
Menjadi seorang Kristen berarti memiliki satu cara berpikir yang sama
sekali baru, mentalitas baru yang memampukan kita untuk bersukacita
bersama mereka yang sedang bersukacita dan menangis bersama
mereka yang sedang menangis. Para pekerja yang ada dalam
kelompok pertama ini tidak bisa bersukacita bersama-sama dengan
orang yang sedang bersukacita. Bagaimana dengan mereka yang
menerima satu dinar untuk pekerjaan selama satu jam? Tentu saja
mereka akan menari kegirangan. Tetapi dapatkah mereka yang dari
kelompok pertama ikut bersukacita dengan mereka yang dari kelompok
terakhir? Tidak, walaupun sesungguhnya sikap seperti itulah yang
harus ditunjukkan oleh orang-orang Kristen. Seperti yang dikatakan
oleh Paulus kepada kita, "Bersukacitalah dengan orang yang
bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!" (Rom.
12:15). Kita tidak bisa bersukacita dengan orang mereka yang sedang
berbahagia karena kita baru mau bersukacita jika sesuatu yang baik
terjadi pada kita. Buat apa ikut bersukacita saat orang lain mengalami
sesuatu yang baik? Kita tidak bisa berpikir seperti itu karena "diri" ini
menuntut tempat utama dan kita tak mampu menyamakan diri dengan
orang lain. Ini adalah persoalan besar bagi jemaat dan setiap pribadi
Kristen. Jika cara berpikir dan sikap kita berubah saat kita menjadi
Kristen, maka kita tidak akan kesulitan untuk ikut bersukacita bersama
dengan orang lain yang sedang bersukacita.
Sebagai contoh, jika seseorang memuji istri Anda, apakah Anda akan
merasa cemburu? "Kamu memuji istriku? Kenapa bukan aku saja yang
dipuji? Ini sungguh tidak adil!" Apakah Anda merasa seperti itu? Tentu
tidak, kecuali jika perkawinan Anda sedang bermasalah. Jika Anda
mengasihi istri Anda, dan ada orang yang memujinya, Anda akan
merasa sangat senang. "Wah, jadi menurut Anda istri saya sehebat itu?
Benarkah? Bagus sekali!" Bagaimana jika ada orang yang berkata,
"Masakan istrimu sangat enak"? Anda akan sangat senang karena istri
Anda adalah bagian dari diri Anda. Pujian kepadanya berarti juga pujian
bagi Anda, bukankah begitu? Tak perlu diucapkan lagi, istri Anda juga
pasti sangat bahagia. Dan karena Anda mengidentifikasikan diri
sepenuhnya dengan istri Anda, maka Anda juga akan berbagi perasaan
dengannya. Saat ada orang yang memuji masakannya, dia akan
409 | C A H A Y A I N J I L
merasa bahagia, dan Anda juga. Akan tetapi, jika perkawinan Anda
sedang bermasalah, maka pujian kepada istri Anda tidak akan
membuat Anda ikut merasa senang. Anda akan menukas, "Siapa bilang
masakannya enak?" Bagaimana cara Anda bereaksi sangat bergantung
pada hubungan Anda dengannya. Hal yang sebaliknya juga berlaku.
Akankah seorang istri menjadi cemburu ketika seseorang memuji
suaminya? Jelas tidak. Ia akan sangat bahagia jika suaminya menerima
pujian, ini menunjukkan bahwa sang suami sudah menjadi bagian dari
dirinya, dan ia mengidentifikasikan dirinya dengan suaminya.
Pernahkah Anda melihat ada orangtua yang cemburu ketika seseorang
memuji anak mereka? Anggaplah ada orang yang berkata, "Anakmu
baik sekali," lalu ia menjawab, "Bagaimana dengan saya? Mengapa
Anda memuji anak saya?" Jika hal seperti ini yang terjadi, Anda pasti
akan tertegun dan bertanya-tanya orang ini sedang punya masalah
apa. Tentu saja peristiwa seperti itu tidak akan pernah terjadi. Seorang
ayah biasanya akan sangat bahagia jika anaknya mendapat pujian. Ia
akan merasa sangat sedih jika ada orang yang berkata buruk tentang
anaknya.
Mari kita kembali pada contoh sebelumnya, tentang kunjungan Anda ke
sebuah gereja bersama seorang teman. Seberapa besar kasih Anda
kepada teman Anda? Jika seseorang menyapa teman Anda dengan
hangat, dan asyik bercakap-cakap dengannya, sampai lupa bahwa
Anda ada di situ, Anda tidak akan merasa kesal jika Anda mengasihi
teman Anda. Anda akan bersukacita bersama teman Anda. Jika ada
orang yang memuji sahabat Anda, buat apa Anda cemburu? Anda akan
merasa cemburu jika Anda tidak mengasihinya. Tetapi jika Anda
mengasihinya, Anda akan mengidentifikasikan diri dengan dia dan tidak
akan merasa cemburu. Itu adalah watak yang sangat berbeda.
Masalahnya adalah kasih kita seringkali terbatas hanya sampai kepada
suami, istri atau anak-anak, dan kita tidak bisa mengasihi orang lain di
luar keluarga terdekat ini. Seandainya saja kita tidak terbelenggu
dengan sikap seperti ini, maka kita akan bisa memiliki cara berpikir
yang baru itu. Kita tidak akan iri atau cemburu terhadap orang lain.
Jika kita benar-benar mengasihi teman kita dan saat dia menerima
upah berlipat ganda melebihi yang kita terima, apakah kita akan iri
hati? Kita justru akan berkata, "hebat!" Jika kita mengasihi orang lain,
kita akan berhenti mementingkan diri sendiri.
410 | C A H A Y A I N J I L
Mengasihi saudara-saudara seperti diri sendiri
Ingatlah peristiwa saat orang muda yang kaya bertanya kepada Yesus
tentang hidup yang kekal. Ia datang kepada Yesus dan bertanya,
"Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk
memperoleh hidup yang kekal?" Jawaban atas pertanyaan itu berkaitan
dengan Matius pasal 19, sebagaimana yang dapat Anda lihat dari kata
pertama dalam Matius 20:1, "Adapun (terjemahan bahasa Inggris
mengawali dengan kata for atau sebab) hal Kerajaan Sorga..." Kata
"for (sebab)" bersifat menjelaskan. Kata ini menghubungkan pasal 20
dengan pasal 19. Jadi semuanya merupakan penjelasan atas pokok
yang sama. Jawaban Yesus terhadap pertanyaan orang muda yang
kaya itu adalah, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri"
(Mat.19:19). Pada kenyataannya, ini adalah dasar ajaran Perjanjian
Baru. Pernyataan ini muncul dua kali dalam pengajaran Yesus di dalam
Matius saja - yaitu di dalam Mat. 19:19 dan Mat. 22:39. Paulus
menyatakan hal ini beberapa kali, seperti di Roma 13:9 dan Galatia
5:14. Yakobus juga membahas hal ini di dalam Yak. 2:8. Secara umum
keseluruhan isi surat Yohanes yang pertama merupakan pembahasan
tentang hal mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri sampai ke
tahap mengorbankan nyawa baginya.
Dan inilah hal yang dikatakan oleh Yesus kepada orang muda yang
kaya itu, "Engkau menanyakan apa yang harus kau lakukan untuk
memperoleh hidup yang kekal. Kuberitahukan padamu, pergilah dan
kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Orang ini berkata
bahwa ia sudah melakukannya sejak lama padahal ia masih belum
memulainya. Jelas bahwa ia tidak paham apa yang dimaksud oleh
Yesus. Secara alamiah, Anda tidak bisa mengasihi sesama manusia
seperti diri sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa pengajaran Yesus
bukanlah keselamatan berdasarkan perbuatan di mana Anda
mengandalkan kekuatan sendiri untuk mengasihi sesama manusia.
Coba saja, dan Anda akan tahu bahwa hal itu tidak akan bisa
dilakukan. Dengan demikian sebenarnya natur orang kaya yang muda
itulah yang harus diubah. Roh Allah harus datang ke dalam hidupnya
dan mengubah dia seutuhnya, sampai ke naturnya, sehingga dia
menjadi manusia yang baru yang dapat melihat saudara seimannya di
gereja serta mengasihinya seperti diri sendiri. Itulah keajaiban menjadi
orang Kristen. Tanpa menjadi seperti itu, Anda tidak akan bisa masuk
ke dalam kerajaan Allah. Jika Allah tidak mengubah Anda sedemikian
411 | C A H A Y A I N J I L
rupa, maka Anda tidak akan dapat masuk ke dalam kerajaan Allah.
Artinya, Anda tidak akan memperoleh hidup yang kekal karena
memang itulah jawaban yang diberikan Yesus atas pertanyaan, "Apa
yang harus kulakukan untuk memperoleh hidup yang kekal?" Tanpa
kuasa Allah yang memberi transformasi, tidak seorangpun dari kita
yang akan dapat mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Lalu
apa yang harus kita lakukan? Kita hanya bisa berlutut dan berkata,
"Tuhan, kasihanilah aku. Datanglah ke dalam hidupku dan ubahlah
aku."
Kuasa dari kasih karunia Allah
Apa itu kasih karunia? Kasih karunia adalah kuasa Allah yang memberi
perubahan di saat Anda tidak mampu berbuat apa-apa bagi diri Anda,
saat Anda lemah dan tidak berdaya. Itulah kasih karunia. Anda dapat
melihat definisi kasih karunia ini di dalam Titus 2:11-12, "Karena kasih
karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia
mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-
keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah
di dalam dunia sekarang ini." Kasih karunia bukanlah kado yang bisa
Anda kemas dan bawa pergi begitu saja. Jika Anda memahami kasih
karunia seperti ini, maka Anda belum memahami Alkitab sama sekali.
Banyak pengkhotbah yang mengajarkan tentang kasih karunia seperti
semacam kehidupan yang diberikan sebagai kado, Anda tinggal
menerima kado ini, menyimpannya, dan keselamatan Anda terjamin.
Itu sama sekali bukan kasih karunia. Kasih karunia itu bersifat aktif dan
penuh kuasa. Ia adalah kuasa Allah yang masuk ke dalam hidup Anda
dan mengubah Anda.
Ayat-ayat di atas memberitahu kita bahwa kasih karunia mendidik kita
(Titus 2:12). Itulah yang disebut sebagai transformasi atau perubahan
- yaitu sebuah proses. Sebuah proses berarti bahwa Anda tidak bisa
langsung mengasihi setiap orang dalam sekejap. Perubahan ini
merupakan suatu proses pendidikan di mana Anda dididik untuk
meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi, dan hidup
kudus berdasarkan kuasa dan kasih karunia Allah. Itulah yang disebut
sebagai kasih karunia. Bukannya semacam kado yang dapat Anda
ambil dan taruh di dalam kantong sambil menunggu giliran untuk
masuk ke surga. Kasih karunia bukanlah semacam tiket masuk ke
surga, tanpa mengira seperti apa kehidupan yang Anda jalani. Kasih
karunia adalah sesuatu yang masuk ke dalam hidup Anda, mendidik
412 | C A H A Y A I N J I L
Anda untuk meninggalkan kefasikan, dan menjadikan Anda kudus serta
benar.
Karena watak kita yang egois, kita mendapati bahwa menjalani
kehidupan Kristen itu mustahil jika harus mengikuti apa yang telah
diajarkan oleh Tuhan. Malahan yang kita lihat adalah orang-orang
Kristen yang berperilaku egois dan memalukan di dalam kehidupan
sehari-hari mereka, sampai-sampai orang non-Kristen pun muak
melihat mereka. Untuk menggambarkan jenis mentalitas sebagian
orang Kristen di jaman ini, mari kita ambil contoh dari kehidupan nyata
sebagai buktinya. Sebagai contoh, jika ada orang yang menaksir pacar
Anda, bagaimana perasaan Anda? Apakah Anda akan berkata, "Oh, jadi
Anda menyukai pacar saya? Silakan, maju terus." Kemungkinan besar
tidak. Lebih besar peluangnya adalah Anda akan menggulung lengan
baju, mengepalkan tangan dan berkata, "Aku akan tunjukkan padamu
siapa yang lebih baik!"
Sangat susah bagi kita untuk berubah. Jika ada dua pria yang
mencintai satu gadis, orang yang rohani akan berkata, "Jika Allah
menghendaki, jika Allah menginginkan saya untuk mendapatkan gadis
ini, biarlah kehendak-Nya yang terjadi. Jika tidak, biarlah orang lain
yang mendapatkannya." Sama juga, jika ada dua wanita yang
mengejar satu pria, yang rohani akan berkata, "Silakan, dia milikmu."
Tidak mudah untuk menjadi seorang Kristen. Bukankah begitu?
Menempatkan kepentingan Allah sebagai yang paling utama
Yang perlu untuk dipelajari oleh orang Kristen adalah hal menempatkan
kepentingan Allah di atas kepentingannya sendiri. Sekalipun hal ini
merupakan hal yang sangat jarang bisa kita lihat dalam gereja jaman
ini, dan juga bukanlah hal yang gampang untuk diterapkan. Dan inilah
tepatnya hal yang dibahas oleh perumpamaan ini. Jika kita sudah
memahaminya, maka makna dari perumpamaan ini menjadi sangat
jelas. Ia menunjukkan kepada kita seperti apa cara berpikir yang
rohani itu. Ini adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang Kristen.
Secara realistis, watak manusia bukanlah hal yang mudah untuk
diubah. Kita bisa melihat contohnya dari para rekan sekerja Paulus.
Mereka semua mementingkan dirinya sendiri, kecuali Timotius (Filipi
2:21). Di dalam Filipi 2, Paulus berkata bahwa ia ingin mengutus
seseorang kepada jemaat di Filipi tapi hanya Timotius yang layak untuk
itu. Dan inilah yang ia katakan tentang mereka yang menyebut dirinya
413 | C A H A Y A I N J I L
rekan sekerja, "Tetapi dalam Tuhan Yesus kuharap segera mengirimkan
Timotius kepadamu, supaya tenang juga hatiku oleh kabar tentang hal
ihwalmu. Karena tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir
dengan dia dan yang begitu bersungguh-sungguh memperhatikan
kepentinganmu; sebab semuanya mencari kepentingannya sendiri,
bukan kepentingan Kristus Yesus." (Filipi 2:19-21). Bagi saya, Filipi
2:21 adalah salah satu ayat yang paling menyedihkan di dalam Alkitab.
Dari sekian banyak orang yang terdaftar sebagai rekan kerjanya,
Paulus hanya bisa mengirimkan Timotius, hal yang tentunya sangat
mengecewakan hati Paulus! Rekan sekerja yang lainnya, sedikit
sebanyak mengutamakan kepentingan pribadi mereka, dan bukannya
kepentingan Yesus.
Orang yang tidak mengutamakan kepentingan Kristus, tidak akan
mengutamakan kepentingan orang lain. Ini karena ia mengutamakan
dirinya sendiri. Sangat sedikit orang yang mendahulukan kerajaan
Allah, yang mencari kerajaan dan kebenaran-Nya terlebih dahulu. Dan
saya sangat kagum akan tajamnya daya pemahaman Paulus. Sebagai
orang Kristen kita tidak perlu berdalih. Kita memang seharusnya malu
pada diri sendiri karena jika kita cermati hati kita, maka kita akan
melihat betapa kepentingan pribadi ini selalu menjadi yang nomor satu.
Jadi camkanlah baik-baik peringatan yang diberikan oleh Yesus ini:
Barangsiapa mengutamakan kepentingan pribadinya akan ditempatkan
sebagai yang terakhir di dalam kerajaan Allah. Malahan, mereka tidak
akan mendapat tempat di sana.
Anda akan melihat bahwa orang yang menempatkan kepentingan
pribadinya sebagai yang terutama, adalah orang yang selalu mengeluh
dan menggerutu. Mereka adalah orang-orang Kristen yang tidak punya
sukacita, dan tidak tahu apa artinya memiliki damai sejahtera dan
sukacita. Banyak orang yang berkata kepada saya, "Tetapi ada
pengkhotbah yang berkata bahwa jika saya menjadi orang Kristen
maka saya akan menerima damai sejahtera dan sukacita." Ya,
pengkhotbah itu telah berbohong, karena ia tidak menyatakan seluruh
kebenarannya. Hanya jika Anda telah benar-benar menjadi orang
Kristen yang sejati, jika sikap Anda telah berubah sepenuhnya, baru
Anda bisa memperoleh damai sejahtera dan sukacita, karena dengan
begitu sukacita semua orang akan menjadi sukacita Anda juga. Anda
berbahagia bukan hanya di saat istri atau anak Anda dipuji; Anda juga
bersukacita ketika ada saudara seiman yang menerima penghargaan
414 | C A H A Y A I N J I L
karena mereka semua saudara Anda. Anda telah mengidentifikasikan
diri Anda dengan seluruh tubuh Kristus dan dengan demikian mendapat
sukacita.
Orang dengan sikap seperti itu menjadi orang yang tak terkalahkan
karena Anda tidak akan bisa menjatuhkannya. Sewaktu-waktu orang
itu mungkin bisa merasa lemah, akan tetapi Anda tidak akan mampu
menjatuhkannya. Hati orang itu sangat lapang, ada begitu banyak hal
yang bisa membuatnya berbahagia. Ia adalah orang yang tahu apa
artinya pernyataan bahwa Allah mengerjakan segala yang baik bagi
mereka yang mengasihi-Nya. Segala bencana menjadi berkat baginya.
Allah membolak-balikkan segala sesuatu bagi kebaikan dan
kemuliaannya karena jika dia dipermuliakan maka Allah juga
dipermuliakan. Itu sebabnya mengapa Allah mau memuliakan dia.
Paulus berkata, "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula,
mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan
gambaran Anak-Nya,...Ia juga dimuliakan" (Rom. 8:29-30). Jika kita
merendahkan diri, Allah akan meninggikan kita. Jika kita meninggikan
diri, ia akan merendahkan kita. Yang terakhir menjadi yang terdahulu,
dan yang terdahulu menjadi yang terakhir.
Ada satu poin kesimpulan yang mesti kita amati dari perumpamaan ini.
Kita harus memahami adanya dua macam "terdahulu" dan dua macam
"terakhir". Ada yang karena keadaan eksternalnya yang membuatnya
'terdahulu' dan ada yang 'terdahulu' karena keadaan internalnya.
Barangsiapa yang bisa memahami hal ini akan bisa menaklukkan
dunia. Yesus berkata di dalam Yoh. 16:33, "Aku telah mengalahkan
dunia." Jadi, kita bisa menjadi yang "terdahulu" atau yang "terakhir"
karena keadaan. Ini tidaklah penting, yang sangat menentukan adalah
apakah kita menjadi yang terdahulu atau yang terakhir dalam hal sikap
kita. Orang yang tahu apa artinya menjadi yang terakhir secara
rohaniah akan menjadi yang terdahulu secara rohaniah. Tak ada situasi
eksternal yang akan bisa menjatuhkannya.
Di dalam perumpamaan ini, kelompok yang datang pertama itu mulai
kerja sejak pagi karena faktor-faktor eksternal. Keadaan merekalah
yang memungkinkan mereka bekerja lebih awal. Mereka punya
kesempatan untuk bekerja lebih dahulu. Akan tetapi jika mereka telah
memiliki sikap yang baru yang memampukan mereka untuk
bersukacita bersama orang-orang yang datang belakangan, mereka
415 | C A H A Y A I N J I L
tidak akan tersungkur dalam jerat iri hati ketika melihat orang lain
menerima bayaran yang sama untuk pekerjaan yang lebih sedikit. Jika
mereka tidak iri, mereka tetap menjadi yang terdahulu di mata Tuhan.
Sikap atau watak mereka itulah yang membuat mereka tidak dapat
menerima kebaikan hati si pemilik kebun anggur. Pikirkan saja,
bagaimana pemilik kebun anggur itu akan bersikap jika ia melihat
bahwa pekerja kelompok pertama ikut bersukacita bersama dengan
kelompok yang terakhir, dengan bayaran yang sama. Bagaimana jika
orang-orang ini memberi selamat kepada anggota kelompok terakhir
karena bayaran yang sama, dan memuji si pemilik kebun atas
kebijaksanaan dan kebaikannya yang sempurna? Anda tidak perlu
berpikir keras untuk menebak apa yang akan dilakukan oleh pemilik
kebun itu. Watak yang suka menggerutu dan keras kepala itulah yang
membuat si pemilik kebun itu tidak mungkin dapat menambahkan
kebaikannya kepada mereka. Dan itulah hal yang ingin diajarkan oleh
Yesus kepada kita.
Berhubungan secara benarlah dengan Allah di tingkat hati
Keadaan lahiriah kita tidak memiliki pengaruh. Jika Anda lahir di tengah
keluarga kaya, maka itulah keadaan lahiriah Anda. Jika Anda lahir di
tengah keluarga yang miskin, itulah keadaan lahiriah Anda. Akan tetapi
jika Anda memiliki sikap hati yang benar, maka Anda tidak akan pernah
menjadi budak keadaan lahiriah Anda. Orang kaya yang bersikap
sombong, yang mengira dirinya penting karena kekayaannya, adalah
orang yang bodoh. Sama juga, orang yang minder karena
kemiskinannya adalah orang yang bodoh. Kebesaran seeorang tidak
ada hubungannya dengan kondisi lahiriahnya. Itu semua sangat
bergantung pada sikap hatinya. Orang yang miskin materi akan tetapi
tahu bahwa ia kaya di dalam Kristus, maka ia adalah seorang raksasa
rohani. Ia adalah orang yang besar. Sama halnya dengan itu, orang
yang kaya materi tetapi berperilaku dalam kerendahan hati adalah juga
orang yang besar.
Sebagai orang Kristen, kita tidak pernah menjadi korban dari kondisi
lahiriah kita. Apakah kita menjadi yang pertama atau yang terakhir
secara lahiriah, tidak menjadi soal. Jika sikap hati kita selalu benar,
Allah akan mengubah kondisi lahiriah yang kita hadapi. Jika kita
menjadi yang terakhir di dunia ini, Allah akan menjadikan kita yang
terdahulu. Kita mungkin menjadi orang yang melarat di dunia ini akan
tetapi Allah akan menjadikan kita kaya di dalam kerajaan-Nya karena
416 | C A H A Y A I N J I L
Dia adalah Tuhan semesta alam. Melalui sikap yang benar kita
memungkinkan Allah untuk juga mengubah keadaan kita melalui
kuasa-Nya.
Ada orang-orang yang secara lahiriah tampak sangat mengesankan
tetapi berperilaku seperti orang yang sangat melarat. Pada dasarnya,
mereka adalah para pengemis. Anda tahu bahwa apa yang saya
katakan ini benar. Ada jutawan yang sebenarnya tidak lebih dari
seorang pengemis, dan ada pula orang-orang melarat yang memiliki
kekayaan batin yang luar biasa. Saya sudah melihat banyak orang
Kristen di China yang nyaris tidak punya apa-apa lagi. Sekalipun
mereka sangat melarat dan hanya hidup dengan sepotong roti, mereka
memiliki sukacita, damai sejahtera dan kuasa yang tidak pernah saya
lihat pada diri orang-orang kaya. Mereka memiliki kemerdekaan sejati.
Mereka tahu bagaimana menjadi yang terdahulu sekalipun mereka
merupakan yang terakhir secara lahiriah karena mereka memahami
rahasia menjadi benar di hadapan Allah di tingkat hati.
Jika Anda memahami pengajaran Tuhan ini, Anda akan tahu bahwa
tidak ada perkara duniawi apa pun yang akan mampu membelenggu
Anda. Segala keadaan lahiriah bisa dibalikkan. Segala keadaan lahiriah
yang membuat seseorang menjadi yang terdahulu bisa mengakibatkan
dia menjadi yang terakhir, demikian pula sebaliknya. Itulah kemuliaan
dan sukacita menjadi orang Kristen. Anda tidak akan bisa dikalahkan
karena kuasa Allah akan selalu bekerja bagi Anda untuk menjungkir-
balikkan segala sesuatu. Dialah satu-satunya Pribadi yang bisa
membolak-balikkan segala keadaan. Ia bisa membalik segalanya dalam
sekejap.
Akan tetapi apa prinsip yang harus dipahami supaya kuasa Allah ini
bekerja? Pernahkah Anda mengalami keadaan di mana kuasa Allah
mendatangkan perubahan? Kuasa Allah dapat mengubah segalanya,
akan tetapi itu bergantung pada sikap Anda. Beberapa orang Kristen
secara terus menerus mengalami mukjizat dari Allah karena mereka
telah belajar rahasia dari akal budi dan sikap yang sudah diubah. Di
dalam kehidupan Kristen saya, saya mengalami mukjizat demi
mukjizat. Dapat dibilang sebagai kehidupan penuh mukjizat. Di dalam
setiap bidang, entah itu dalam hal penyembuhan penyakit, masalah
keuangan, atau masalah kerohanian. Saya selalu mengalami kuasa
Allah. Tentu saja itu semua bukan karena saya lebih baik daripada
417 | C A H A Y A I N J I L
orang lain. Dengan menjalankan ajaran Tuhan di dalam hidup saya -
menaati ajaran-Nya, memenuhi dan terus berusaha menjadi orang
sesuai dengan yang dikehendaki-Nya - saya terus menerus mengalami
mukjizat-Nya. Jika Anda mengerjakan hal itu, Anda juga akan tahu
bahwa Dia adalah Allah yang hidup dan Anda akan mengalami kuasa-
Nya.
Jika seseorang dipandang berada di tempat yang terdahulu, bukan
berarti bahwa nantinya dia akan menjadi yang terakhir, atau
sebaliknya. Allahlah yang menentukan hal itu. Dialah yang
membalikkan semua keadaan; Ia menjugkir-balikkan dunia ini melalui
hamba-hamba-Nya. Dan kita bisa menjadi hamba-Nya hanya jika kita
membiarkan-Nya mengubah cara berpikir kita sepenuhnya. Jika kita
sudah melakukannya, kita tidak perlu lagi melindungi diri sendiri
karena Dia akan meluruskan segala persoalan bagi kita. Ia akan
membereskan segala sesuatu.
Jika ada orang yang menampar Anda, apakah Anda akan
membalasnya? Mengapa Anda ingin membalasnya? Bukankah karena,
dengan tamparannya itu, ia menempatkan diri di depan dan Anda
dijadikan yang terakhir? Ia menempatkan diri di tempat pertama
karena tangannya mendarat di atas Anda. Karena ia menampar Anda,
maka ia ditinggikan dan Anda direndahkan. Muka Anda merah oleh
bekas tamparannya. Orang-orang lalu bertanya, "Ada apa dengan
mukamu?" dan Anda merasa sangat dipermalukan. Tetapi mengapa
kita ingin melawan? Alasannya karena kita belum mengenal Allah. Jika
Anda telah mengenal Allah sebagai Bapa Anda, Anda tidak akan merasa
perlu untuk membalas jika ada orang yang menampar wajah Anda.
Tunggu saja sampai Anda melihat bekas tamparan Allah di wajah orang
itu, Anda akan berkata, "Tuhan, kasihanilah dia. Janganlah
menghajarnya terlalu keras."
Jika Anda memukul anak orang lain, Anda harus berhadapan dengan
ayah anak itu, yang mungkin saja bertubuh tinggi besar. Ia akan
bertanya, "Apakah kamu yang memukul anakku? Berani sekali!" Si
anak tidak perlu berkelahi dengan Anda, karena ia memang tidak
mampu. Dan sekalipun anak itu mampu, ia tidak perlu melakukannya.
Ayahnya yang akan mengurus persoalan ini. Inilah maksud dari
pengajaran Tuhan: jika ada orang yang menampar pipimu, berikanlah
pipi yang sebelah lagi. Karena Allah adalah Bapamu, maka Anda tidak
418 | C A H A Y A I N J I L
perlu membalas karena Dialah yang akan membereskan persoalan. Ada
orang yang berkata buruk tentang Anda? Biarkan saja. Orang itu akan
berhadapan dengan Bapa Anda. Anda tidak perlu bertindak sendiri.
Inilah sikap seorang Kristen. Yang terdahulu menjadi yang terakhir.
Allah yang menentukan urutan segala sesuatu. Allah yang akan
membereskan segala perkara karena Dia adalah Allah yang hidup. Jika
Anda tidak percaya pada Allah yang hidup, mengapa Anda menjadi
orang Kristen? Saya sendiri memiliki kepercayaan penuh kepada Allah.
Dengan demikian jika orang ini bekerja hanya satu jam dan ternyata
menerima satu dinar, haleluyah! Hebat sekali! Saat saya sedang
kekurangan, Allah saya tidak pernah membiarkan saya kelaparan. Ia
akan memenuhi kebutuhan saya, sama seperti Ia juga memenuhi
kebutuhan orang itu. Buat apa saya merasa kesal? Itulah arti menjalani
kehidupan sebagai orang Kristen.
Mengapa kita merasa sulit untuk tidak iri hati? Mengapa kita tidak
mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri? Jawabannya sederhana:
Karena kita tidak mengenal Allah sebagai Allah yang hidup. Jika kita
sudah mengenal-Nya seperti itu, bagaimana mungkin kita tidak bisa
mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri? Karena jika kita sudah
mengenal Allah sebagai Allah yang hidup, kita sudah merasa memiliki
lebih dari yang dibutuhkan bagi diri kita sendiri. Kasih karunia Allah
begitu melimpah sehingga kita bisa memakainya untuk mengasihi
sesama manusia. Seluruh watak kita berubah dan selalu bertumbuh.
Semakin kita jalankan ajaran-Nya, semakin kita melihat betapa besar
kuasa Allah. Semakin kita melihat betapa besar kuasa Allah, semakin
kita berkeinginan untuk menjalankan ajaran-Nya, dan demikian
seterusnya. Begitulah indahnya kehidupan Kristen!
Perumpamaan tentang Pohon Ara
Studi tentang hakekat iman
Mark 10:46-11:16 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang.
Di dalam bab ini, kita akan mempelajari hakekat dari iman, dan apa
yang dicari serta diharapkan oleh Allah dari umat-Nya. Pembahasan ini
didasari oleh ayat-ayat dari Markus 10:46-11:26. Namun kita akan
419 | C A H A Y A I N J I L
memulai dengan melihat isi Markus 11:12. Peristiwa yang mengawali
perumpamaan ini adalah suasana meriah ketika Yesus memasuki
Yerusalem, yang dapat dibaca dari Markus 11:1 dst., akan tetapi kita
akan melihat perikop ini mulai dari ayat 12.
Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid--Nya
meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar.
Yesus sedang dalam perjalanan dari Betania ke Yerusalem. Mungkin
Anda perlu tahu sedikit tentang geografi di sana untuk dapat
memahami bagian ini. Betania terletak di sebelah timur Yerusalem.
Dari Betania ke Yerusalem, Anda harus mengelilingi Bukit Zaitun,
melalui jalur selatan Bukit Zaitun, turun ke Lembah Kidron, lalu naik ke
Yerusalem. Jadi, Yesus keluar dari Betania, yang terletak di sisi lain
Bukit Zaitun, dan berjalan sepanjang jalur selatan dari Bukit Zaitun
menuju ke Yerusalem.
Dan di ayat 13-16 tertulis, "Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang
sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia
mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak
mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan
musim buah ara. Maka kata-Nya kepada pohon itu: 'Jangan lagi
seorangpun makan buahmu selama-lamanya!' Dan murid-murid-
Nyapun mendengarnya. Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di
Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir
orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja
penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan--Nya,
dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang
melintasi halaman Bait Allah."
Para penukar uang itu menggunakan halaman Bait Allah sebagai jalan
pintas. Mereka melintasi halaman Bait Allah agar tidak usah berjalan
mengelilinginya. Jadi mereka mengangkut barang-barang - dagangan,
air dari sumur, atau apa pun itu - dan memperlakukan halaman Bait
Allah seperti jalan umum di mana mereka bebas melintas bersama
barang bawaannya.
Ayat 17 berkata: "Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: 'Bukankah ada
tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi
kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!' Imam-imam kepala
420 | C A H A Y A I N J I L
dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka
berusaha untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya,
melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya. Menjelang
malam mereka keluar lagi dari kota. Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-
murid-Nya lewat, (pagi berikutnya, ketika mereka kembali lagi ke
Yerusalem) mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke
akar-akarnya (pohon ara yang sehari sebelumnya Ia kutuk). Maka
teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada
Yesus: 'Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering.'
Yesus menjawab mereka: 'Percayalah kepada Allah!' Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini:
Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang
hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi,
maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu:
apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah
menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Dan jika kamu
berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu
dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga
mengampuni kesalahan-kesalahanmu."
Bagian ini menimbulkan banyak kesulitan bagi banyak orang Kristen
karena ini merupakan satu-satunya kejadian di mana Yesus
menggunakan kuasa-Nya untuk membinasakan. Di sepanjang isi Injil,
kita melihat kuasa-Nya dalam menyembuhkan. Sungguh mengejutkan,
di sini Ia menggunakan kuasa-Nya untuk membinasakan. Jika Anda
memiliki kuasa, Anda dapat memakainya apakah untuk tujuan yang
membangun atau membinasakan. Kuasa dapat digunakan untuk hal
yang baik (menyembuhkan) atau untuk menghakimi (membinasakan).
Yesus ingin agar kita memahami dengan baik bahwa sekalipun Ia
datang untuk menyelamatkan, Ia juga datang untuk menghakimi.
Jangan kita lupakan hal ini. Dalam satu kalimat, Ia membinasakan
pohon ara itu dan membuatnya layu sampai ke akar-akarnya. Jadi,
seperti yang diingatkan oleh peristiwa di Bait Allah ini kepada kita,
Yesus tidak selalu harus kita bayangkan sebagai Pribadi yang lemah
lembut dan tidak pernah marah. Seolah-olah Ia tidak bisa marah
melihat ketidakadilan, tidak bisa sedih melihat kejahatan, dan bukan
seorang yang benar. Orang yang bersedia untuk berkompromi dengan
segala sesuatu - sekalipun sesuatu itu berupa kejahatan,
ketidakbenaran atau ketidakadilan - bukanlah orang benar. Namun
421 | C A H A Y A I N J I L
kemarahan orang benar sangatlah menakutkan, dan kemarahan Allah
yang benar akan jauh lebih dari itu. Dari sini terlihat bahwa kita tidak
suka melihat Allah berperan sebagai Hakim. Siapa yang suka? Hati
nurani kita terlalu mengganggu sampai terasa seperti sedang
berhadapan dengan hakim. Sangat jelas bahwa kita tidak suka melihat
Yesus menggunakan kuasa-Nya untuk membinasakan.
Perumpamaan kali ini adalah sebuah perumpamaan peraga, artinya
perumpamaan ini diaksikan. Perumpamaan ini menekankan karakter
dari mukjizat yang terjadi. Dengan memakai istilah dari seorang
cendekiawan Perancis, Louis Marin, menyebut perumpamaan ini
sebagai perumpamaan parabolik - peristiwa yang memiliki ciri sebuah
perumpamaan sekaligus pengajaran yang tegas. Begitu susahnya para
cendekiawan memahami perumpamaan ini - karena sangat
bertentangan dengan perasaan kita - sampai Profesor Edward
Schweitzer dari Swiss, sebagai contoh, mengabaikannya begitu saja di
dalam pembahasannya tentang kitab Matius. Ia sama sekali tidak
menafsirkannya. Saya mencari pembahasan atas bagian ini di dalam
tafsiran Schweitzer, dan saya tidak menemukannya. Saya hanya ingin
tahu apa yang akan ia sampaikan tentang hal ini, tetapi ia tidak
menyatakan apa-apa. Itu memang jalan pintas untuk mengatasi
masalah - apa pun hal yang tidak Anda sukai dari Alkitab, abaikan saja.
Sekalipun ini adalah jalan yang mudah untuk mengatasi masalah,
tetapi bukan merupakan jalan yang bisa dibenarkan.
Persoalannya menjadi semakin mendalam jika Anda perhatikan bahwa
bagian ini menyebutkan "sebab memang bukan musim buah ara"
(ay.13). Pohon itu kena kutuk karena tidak berbuah, padahal saat itu
memang bukan musimnya. Sekarang Anda akan dapat memahami
mengapa Schweitzer memutuskan untuk mengabaikan saja
perumpamaan ini. Dengan tidak membahasnya, akan menyingkirkan
banyak persoalan yang mungkin muncul.
Jika kita perhatikan ayat-ayat ini, kita akan merasa kecewa karena
tampaknya Allah telah berlaku tidak adil. Pohon itu sedang bertumbuh
dengan bagusnya, dengan dedaunan yang hijau dan segar. Lalu Yesus
datang, dan ketika Ia tidak mendapatkan buah di sana, Ia mengutuk
pohon itu dan pohon yang malang itu layu. Ini bukan musim buah ara,
bagaimana mungkin Ia mengharapkan pohon ara itu berbuah? Kita
merasa kecewa dan mulai kehilangan kepercayaan kepada-Nya.
422 | C A H A Y A I N J I L
Apakah Ia benar-benar Pribadi yang adil? Kita tergoda untuk berkata,
"Nah! Tak perlu kita baca Alkitab lagi. Dengan Allah semacam ini, kami
tidak mau lagi membaca Alkitab." Jadi, bagaimana kita akan
memahami perumpamaan ini? Saya tidak mau lari dari persoalan ini,
jadi mari kita pelajari perumpamaan ini secara sistematis untuk
mencari jawabannya.
Saya bersyukur kepada Allah dengan adanya perumpamaan semacam
ini. Perumpamaan ini lebih berbicara tentang diri kita ketimbang
tentang Allah. Ada unsur diagnosa di dalam setiap perumpamaan.
Artinya, perumpamaan ini berbicara tentang diri Anda atau berkata
kepada orang lain tentang siapa diri Anda. Ketika ada orang yang
bertanya kepada saya, kadang-kadang isi pertanyaan itu lebih bercerita
tentang dirinya sendiri ketimbang tentang persoalan yang diajukan.
Pertanyaan yang dikemukakan mengungkapkan apa isi hatinya;
malahan, segala pernyataan yang dibuatnya mengungkapkan sesuatu
tentang dirinya.
Seberapa jauh Anda mempercayai Allah?
Hal yang menarik dari perumpamaan ini adalah kita bisa melihat apa
reaksi kita.. Sebenarnya, reaksi kita mengungkapkan lebih banyak hal
ketimbang apa yang tertulis di dalam perumpamaan ini. Reaksi
pertama kita adalah bahwa Allah telah berlaku tidak adil, suatu
cerminan dari kepercayaan kita yang sangat kecil terhadap keadilan
Allah. Hal inilah yang disampaikan oleh perumpamaan itu kepada kita.
Perumpamaan ini menunjukkan bahwa kita sebenarnya tidak sungguh-
sungguh percaya - setidaknya di dalam hati kecil kita - bahwa Allah itu
adil dan benar. Bila kita benar-benar percaya bahwa Allah itu adil, kita
tidak akan pernah percaya bahwa Dia akan melakukan satu pun hal
yang tidak benar. Apakah kita percaya bahwa Allah mungkin akan
melakukan sesuatu hal yang tidak benar? Jawaban bagi mayoritas
orang Kristen tampaknya adalah 'ya'. Jika kita punya perasaan seperti
ini terhadap Allah, bagaimana mungkin kita bisa memiliki iman kepada-
Nya?
Jika kita tidak sungguh-sungguh percaya kepada keadilan Allah, dasar
iman kita akan dengan mudah digoyahkan. "Binasakan orang-orang
Kanaan," kata Allah. Ini adalah suatu ungkapan keadilan Allah. Ia
menimbulkan gempa bumi dan orang-orang yang tidak tahu apa-apa
menjadi korban binasa. Di mana keadilan Allah dalam hal ini? Seorang
423 | C A H A Y A I N J I L
anak kecil yang tertabrak mobil - terlihat tidak adil, namun setidaknya
kita masih bisa menyalahkan si pengemudi mobil itu. Akan tetapi di
dalam kasus gempa bumi, kita tidak bisa menyalahkan si pengemudi
mobil, yang akan kita salahkan adalah Allah. Allah telah berlaku tidak
adil karena Ia membiarkan gempa bumi itu terjadi. Dan tak seorang
pun yang dapat berkata bahwa Allah tidak mengijinkan hal itu terjadi
karena Ia berkuasa penuh atas gempa bumi itu. Manusia tidak punya
kendali atas peristiwa gempa bumi. Inilah yang saya maksudkan
sebagai unsur diagnostik di dalam Firman Allah. Landasan iman kita
sangat rapuh. Kita tidak mempercayai keadilan-Nya, paling tidak di
dalam kasus-kasus seperti ini. Kita mungkin akan berkata, "Ya, Dia
98% adil, atau mungkin bisa 99%, akan tetapi dalam yang 1% sisanya
ternyata Ia tidak begitu adil." Bukankah kadang-kadang kita berpikir
seperti ini? Mari kita jujur terhadap diri kita sendiri.
Kita kembali pada isi perumpamaan ini dengan mengajukan pertanyaan
berikut: "Apa kesalahan pohon ara yang tidak berbuah karena memang
bukan musimnya? Bagaimana mungkin kita mengharapkan pohon ara
berbuah di luar musimnya? Mengapa Allah mengutuk pohon ara itu?"
Kita mungkin akan berkata, "Keterlaluan! Kalau demikian kejadiannya,
aku tidak mau mendengarkan lagi!" Dan saya juga tidak usah
memberitakan firman lagi. Ini salah satu bentuk reaksi yang mungkin
timbul.
Salah satu cara untuk menjatuhkan semangat orang Kristen yang over-
religius adalah dengan jalan menghadapkannya dengan ayat-ayat
seperti Markus 11:13. Anda berkata, "Mari, duduk sebentar dulu. Biar
kudinginkan kepalamu. Aku akan menenangkan semangatmu. Biar
kubacakan Markus 11:13 buatmu." Dan Anda akan melihat betapa ia
akan terdiam. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakan, sama seperti
Profesor Edward Schweitzer. Profesor ini memutuskan untuk tidak
membahas bagian ini dalam buku tafsirannya. Mungkin ada orang-
orang tertentu, dengan niat yang jahat, yang memasukkan bagian ini
ke dalam Injil Markus untuk merusak reputasi Alkitab. Mungkin naskah
aslinya tidak memuat bagian yang ini, jadi kita bisa membuangnya
sekalian. Apakah bagian ini dimasukkan oleh pihak lawan yang
menaburkan lalang di antara gandum?
Mungkinkah kita beriman kepada Allah jika kita meragukan keadilan
Allah? Apakah mungkin Allah melakukan hal yang tidak adil atau pun
424 | C A H A Y A I N J I L
tidak benar? Ataukah Anda berpikir bahwa karena Dia adalah Allah,
maka Dia berhak melakukan apapun yang dikehendaki-Nya? Jika Dia
bermaksud untuk melakukan hal yang tidak benar, maka Dia bebas
untuk menjalankannya. Jika Dia ingin berbuat jahat, maka itu terserah
pada-Nya karena Dia adalah sumber hukum. Pada jaman dahulu, jika
seorang rakyat melakukan tindak pembunuhan, maka dia akan
dihukum gantung. Akan tetapi jika yang membunuh itu adalah raja,
dengan mudah ia lolos dari hukuman gantung karena dia adalah raja.
Anda tidak bisa bertengkar dengan sang raja karena dia adalah sumber
hukum bagi negara itu. Lalu kita memandang Allah sama seperti sang
raja ini. Apa yang dinyatakan benar oleh Allah secara otomatis menjadi
kebenaran bagi kita. Jika Dia berkata bahwa membunuh itu benar,
maka itulah kebenaran. Jika Dia berkata bahwa membunuh itu salah,
maka salahlah itu. Terserah Dia mau mengatakan apa saja. Jika Dia
berkata bahwa membunuh itu salah, tetapi Dia berkata bahwa hal itu
bisa benar bagi diri-Nya, maka itupun harus diterima. Karena Dia-lah
Allah, siapa yang bisa mempersoalkan tindakan-Nya?
Jika konsep Anda tentang Allah adalah seperti itu, akuilah hal itu. Mari
kita jujur kepada diri masing-masing, karena kita ingin membangun
iman kita kepada Allah. Iman harus ditegakkan di atas landasan yang
teguh. Jika cara pandang Anda seperti itu, maka akui saja dengan jujur
karena Anda tidak akan bisa membangun apa-apa di sana. Anda tidak
akan bisa membangun di atas landasan keraguan terhadap keadilan
Allah.
Lalu Anda berkata, "Wah, aku tidak mengerti ayat-ayat ini. Menurutku
sebagian besar hal yang dikerjakan oleh Allah itu memang benar.
Kadang-kadang Ia mungkin mengerjakan sesuatu hal yang tidak dapat
kupahami, hal yang menurutku tidak adil, tetapi mungkin Dia punya
penjelasan tersendiri untuk itu." Hal ini menunjukkan bahwa Anda
masih tidak yakin dan tidak sepenuhnya percaya kepada Allah. Jika
Anda memiliki keyakinan penuh terhadap keadilan Allah, maka ayat-
ayat ini tidak akan menimbulkan kesangsian dalam diri Anda. Karena
Anda percaya penuh bahwa Allah tidak akan pernah mengerjakan hal
yang tidak adil atau pun salah. Sekalipun saat ini Anda mungkin tidak
mengerti apa penjelasan dari ayat-ayat ini, Anda akan tetap berkata,
"Saya percaya sepenuhnya bahwa Allah itu kudus, dan karena Dia
kudus maka Dia tak akan pernah mengerjakan hal yang jahat."
425 | C A H A Y A I N J I L
Sungguh aneh jika dilihat betapa mudahnya keyakinan kita goyah,
begitu cepatnya kita menjadi sangsi pada keyakinan sendiri. Yang lebih
buruk lagi, kita mudah meragukan Allah. Bagaimana mungkin kita bisa
memiliki iman kepada Allah jika kita bahkan tak bisa menuntaskan
pertanyaan dasar ini di dalam hati kita? Hal ini harus dibereskan
setuntasnya karena pada saat kita terus terganggu dengan perkara ini,
tidak ada iman yang bisa kita bangun. Kita tidak akan memiliki dasar
bagi iman jika pertanyaan, "Apakah Allah itu adil?" belum dituntaskan.
Selama Anda masih terombang-ambing di antara kedua jawaban, maka
Anda akan terus dibelenggu oleh keraguan. Selagi Anda masih ragu,
maka doa Anda tidak akan efektif, Anda tidak akan bisa memohon apa
pun dari Allah dan dengan demikian Anda tidak akan memperoleh apa-
apa secara rohaniah. Di dalam ayat 23, Yesus berkata, "Sesungguhnya
barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah
ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa
yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya."
Adakah orang yang tidak diliputi oleh keraguan? Jauh di lubuk hati
Anda, jika ditelusuri dengan teliti di bagian dasarnya, jika dicermati
akar dari apa yang Anda sebut sebagai iman, seberapa besar keraguan
yang sebenarnya tersembunyi di sana? Keraguan yang tersembunyi
adalah hal yang menakutkan. Itulah sebabnya Anda harus
menghadapinya saat ini juga.
Anda harus membuat keputusan. Jika Allah sesungguhnya Allah, maka
layanilah Dia. Jika Dia bukan Allah, tinggalkan saja. Jika Allah itu tidak
nyata, lupakan saja. Sekalipun Dia itu nyata, tetapi jika tidak adil,
lupakan saja. Lagi pula, siapa yang mau melayani Allah yang tidak
benar dan tidak adil, yang mengerjakan segala sesuatu menurut
pengertian-Nya sendiri tentang keadilan? Kekudusan macam apa ini?
Jika saya berhak melebarkan atau menyempitkan definisi tentang
keadilan sesuai dengan selera saya sendiri, maka itu bukanlah
kekudusan. Apakah Anda memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan
tentang kebenaran Allah? Apakah Anda memiliki keraguan? Jujur
sajalah. Anda harus menuntaskan pertanyaan ini, jika tidak, segala
pembahasan tentang iman akan menjadi sia-sia.
Iman tidak boleh dibangun di atas kekuatan penalaran karena ada
begitu banyak persoalan di dunia ini yang tidak bisa dipahami dengan
daya nalar saja. Sangatlah menyedihkan jika Anda membangun iman
berdasarkan daya nalar. Segala persoalan memiliki jawabannya.
426 | C A H A Y A I N J I L
Semuanya bisa dipecahkan, tetapi Anda mungkin akan bisa
melakukannya karena tidak mempunyai pengetahuan, keterampilan
dan bahkan kapasitas logika yang memadai untuk bergumul dengan
hal-hal tersebut. Jika iman Anda dibangunkan di atas dasar daya nalar,
atau berdasarkan besarnya pengetahuan yang Anda miliki, maka Anda
akan selalu diliputi keraguan. Hal ini terjadi karena Anda masih belum
menuntaskan masalah pokok tentang kepribadian Allah: Apakah Dia
adil atau tidak?
Selama bertahun-tahun mengenal Allah, saya sampai pada kesimpulan
yang pasti bahwa Allah sungguh-sungguh benar. Saya bisa saja tidak
memahami semua tindakan-Nya akan tetapi saya sanggup berkata
seperti Abraham, "Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum
dengan adil?" (Kej. 18:25). Apapun yang Ia lakukan pasti benar,
sekalipun sekarang ini mungkin kita belum mengerti. Kita harus
memiliki keyakinan bahwa Allah selalu mengerjakan hal yang benar. Ia
tidak akan pernah melakukan hal yang jahat atau tidak benar. Kita
mungkin saja tidak mengerti atau tidak memiliki pengetahuan yang
memadai tentang apa yang ada. Kita tidak tahu apa yang sedang
berlangsung di dalam kekekalan. Kita tidak memiliki informasi yang
cukup untuk bisa memahami segala situasi yang berlangsung. Sebagai
contoh, saya tidak tahu mengapa terjadi gempa bumi yang
menewaskan anak-anak yang tidak bersalah apa-apa. Yang saya
ketahui adalah bahwa anak-anak itu pasti akan memperoleh perlakuan
yang adil di dalam kekekalan. Allahku tidak akan pernah mengerjakan
hal yang salah, Ia tak akan pernah berbuat salah. Ia akan memastikan
bahwa keadilan benar-benar ditegakkan. Saya tidak tahu mengapa
seorang penjahat di New York bisa menikmati hidup yang mewah,
dengan lima limusin dan harta milik yang tak terkira banyaknya,
sementara orang-orang benar harus mengalami kelaparan setengah
mati, berjuang keras untuk menghidupi keluarga besarnya. Ini tidak
adil. Saya mungkin tidak sanggup untuk memahami keadaan ini akan
tetapi tidak menjadi soal buat saya. Itu bukan permasalahan yang
penting. Poin yang utama adalah apakah saya memiliki keyakinan
mutlak pada karakter Allah.
Saya bisa saja menganalisa keadaan masyarakat; saya dapat
mengungkapkan fakta bahwa dosa telah menggerogoti seluruh
kehidupan umat manusia. Karena itu terjadilah segala macam
ketidakseimbangan dan ketidakadilan seperti itu. Saya bisa
427 | C A H A Y A I N J I L
menjelaskan semua itu; malahan sampai ke tahap yang lebih dalam.
Saya bisa menjelaskan bahwa berdasarkan Roma pasal 8, segala
sesuatu sampai peristiwa gempa bumi itu terjadi karena dosa umat
manusia. Dosa manusia telah mempengaruhi bukan saja cara kerja
dunia ini, melainkan juga seluruh alam semesta. Itulah yang
disampaikan oleh Alkitab. Dosa bukanlah suatu peristiwa yang
berdampak lokal, dan tidak sekadar mempengaruhi manusia saja. Dosa
memiliki dampak terhadap hewan dan juga tumbuhan, dengan melihat
polusi sebagai contohnya. Secara tidak langsung, dosa juga berdampak
pada cara alam semesta berfungsi. Anda mungkin sudah atau belum
mengetahui hal ini, dan Anda mungkin tidak tahu bahwa Alkitab
mengajarkan seperti ini. Akan tetapi jika iman Anda didasari oleh
pengetahuan yang Anda miliki sekarang ini, maka sudah pasti setiap
kali Anda menghadapi hal-hal yang tidak bisa Anda pahami, Anda akan
segera meragukan Allah. Hal ini merbahaya karena dasar iman Anda
sangat goyah. Seperti agar-agar, akan selalu berguncang setiap kali
disendok. Jika seperti ini halnya, apakah mungkin Anda bisa memiliki
iman yang sejati kepada Allah?
Kita harus memastikan sendiri apakah Allah itu adil atau tidak. Jika Dia
tidak adil - sekalipun Dia itu nyata, dan sekalipun Dia itu Allah yang
hidup - kita tidak ingin melayani-Nya. Artinya kita tidak ingin menjadi
orang Kristen. Siapa yang mau melayani Allah yang tidak adil? Apakah
alasan kita melayani-Nya adalah karena Dia itu maha kuasa? Biarlah
Dia membinasakan kita. Lebih baik dilenyapkan saja sekalian. Yang
jelas, saya tidak akan mau melayani Allah yang tidak adil, tidak kudus
dan tidak benar. Satu-satunya alasan saya mau melayani-Nya adalah
karena saya memiliki, dengan kasih karunia-Nya, keyakinan yang tak
tergoyahkan pada kekudusan dan keadilan-Nya.
Setelah menguraikan pokok di atas, kita kembali pada analisa tentang
ayat-ayat yang sedang kita bicarakan ini. Anda mungkin saja memiliki
atau tidak memiliki informasi yang memadai untuk memahami ayat-
ayat ini. Lalu apa yang akan Anda lakukan? Yesus mengutuk pohon ara
itu karena tidak berbuah, padahal memang itu bukan musim buah ara.
Apakah itu adil? Iman Anda pada keadilan Allah sangat diuji sekarang.
Dapatkah Anda tetap mengatakan, "Saya memiliki iman yang tak
tergoyahkan pada keadilan Yesus"? Dapatkah Anda berkata, "Saya
tetap percaya sekalipun saya mungkin tidak mengerti, saya tahu bahwa
Allah punya penjelasan akan hal itu, bahwa Yesus punya alasan
428 | C A H A Y A I N J I L
mengapa Ia melakukan hal itu"? Kita semua adalah orang-orang
terpelajar dan orang-orang yang terpelajar tidak akan mau menerima
penjelasan yang kabur seperti itu. "Segenap bekal pendidikan saya
menolak tindakan itu. Jelaskan secara pasti atau saya tidak mau
mempercayainya karena penalaran adalah ukuran atas semua
tindakan," demikian kata-kata yang mungkin akan kita ucapkan.
Begitulah, kita kembali lagi pada mendasarkan bangunan iman kita
pada daya nalar dan seluruh keyakinan kita didasarkan pada
pengetahuan yang terbatas.
Sebelum saya melanjutkan pembahasan, perlu saya tekankan bahwa
kita seharusnya tidak membangun iman berdasarkan penalaran atau
analisa. Iman harus dibangunkan dengan Allah sebagai dasarnya. Ini
poin saya yang pertama. Keberadaan suatu penjelasan tidak menjadi
penentu dalam penilaian kita terhadap kepribadian Allah. Tentu saja
segala sesuatu pasti mempunyai penjelasan, hanya mungkin kita tidak
mengetahuinya.
Poin yang kedua, saya akan menunjukkan bahwa tidak ada hal yang
terlalu sulit untuk dijelaskan, bahkan tak ada hal yang tidak masuk
akal. Mari kita ajukan pertanyaan ini dengan cara yang lain. Mengapa
Yesus mengutuk pohon ara yang satu ini, dan bukan pohon ara yang
lain di bukit Zaitun itu? Saat itu memang bukan musim buah ara, tentu
semua pohon ara di sana tidak sedang berbuah. Lalu mengapa Ia tidak
mengutuk semuanya? Mengapa Ia memilih satu pohon saja? Jika Anda
tahu jawaban atas pertanyaan tersebut, maka Anda akan punya
jawaban atas persoalan di dalam perumpamaan ini.
Saya menelusuri bahan-bahan bacaan tentang pohon ara. Pertama-
tama, ada banyak macam pohon ara dan tidak satu pun yang
menghasilkan bunga. Di dalam bahasa Mandarin, kita menyebutnya wu
hua guo shu. Wu hua guo shu artinya berbuah tanpa bunga. Segera
setelah daun-daunnya mulai tumbuh, ia mulai menghasilkan buah.
Beberapa jenis pohon ara bahkan berbuah sepanjang 10 bulan dalam
setahun.
Dengan sedikit pengetahuan tentang seluk beluk pohon ara, kita akan
dibawa untuk masuk kepada pertanyaan yang lain, "Ketika rasul
Markus berkata bahwa pohon ara itu tidak berbuah karena saat itu
bukan musim buah ara, tidakkah pernyataan ini sangat
429 | C A H A Y A I N J I L
membingungkan?" Akan tetapi Markus tidak menganggapnya demikian.
Sebenarnya memang tidak ada persoalan di sana. Tidakkah Anda
berpikir bahwa Markus akan segera menyadari adanya kesulitan jika ia
berkata bahwa pohon itu tidak berbuah karena bukan dalam
musimnya? Apa yang mau ia sampaikan lewat kalimat seperti yang ada
di dalam ayat tersebut? Kalimat di dalam ayat itu sebenarnya
menjelaskan mengapa Yesus turun tangan terhadap pohon yang satu
ini dan bukannya terhadap pohon yang lain. Itulah pemecahan yang
sederhana atas persoalan tersebut. Jika Anda tahu satu ciri dari pohon
ara - bahwa ia berbuah setelah kemunculan daun-daunnya - maka
Anda segera memahami mengapa Yesus berjalan ke arah pohon yang
satu ini. Di dalam perumpamaan ini, pohon tersebut merupakan satu-
satunya yang sudah berdaun. Jadi memang wajar jika Yesus
mengharapkan untuk bisa mendapatkan buah ara di sana karena pohon
ara yang lain tidak berdaun. Jadi Ia tidak mengutuk pohon ara yang
lain karena mereka memang tidak menjanjikan akan ada buah di sana.
Saat itu memang bukan musim buah ara, akan tetapi pohon ini sudah
berdaun lebat dan dengan demikian Yesus mengharapkan untuk bisa
mendapatkan buah ara di sana.
Di dalam penelitian saya tentang pohon ara, saya mendapati adanya
pohon ara yang berbuah lebih awal ketimbang yang lainnya,
tergantung pada tempat dan jenis pupuk yang diberikan. Tentu saja ini
bukan hal yang aneh bagi orang yang biasa berurusan dengan pohon
buah-buahan. Istri saya menanam beberapa pohon plum dan sebatang
pohon apel di halaman rumah kami. Dan saya melihat bahwa pohon-
pohon plum tersebut berbuah tidak secara bersamaan. Malahan, tahun
lalu, ada satu pohon plum yang sudah berbuah beberapa bulan
sebelum yang lainnya. Jadi, saat berbuah bisa berbeda dari satu pohon
ke pohon yang lainnya. Pupuk yang kita berikan ikut menentukan gizi
yang ia dapatkan. Letak penanamannya - masalah penerimaan sinar
matahari, keadaan cuaca dan lain-lainnya - juga ikut berpengaruh pada
pertumbuhannya.
Ada satu kejadian yang pernah berlangsung saat musim dingin di
Calgary, Kanada, beberapa tahun yang lalu. Terjadi kenaikan suhu
yang mendadak dan cukup tinggi sehingga terasa seperti musim semi
di tengah musim dingin di kota itu. Dan seluruh tumbuhan segera
mengeluarkan daunnya. Koran-koran mengatakan bahwa semua itu
terjadi karena kenaikan suhu yang mendadak yang membuat
430 | C A H A Y A I N J I L
terciptanya suasana seperti di musim semi. Di tengah-tengah musim
dingin, pepohonan mulai menumbuhkan daun karena kenaikan suhu
tersebut. Ini memberi petunjuk kepada kita bahwa lokasi pohon ara itu
juga punya pengaruh yang cukup berarti. Ia tumbuh di sebelah selatan
bukit Zaitun, dan dengan demikian ia terlindung dari dinginnya angin
utara. Ia mendapatkan segala kehangatan sinar matahari dari sebelah
selatan. Jadi tidak terlalu mengherankan jika, berdasarkan
pengetahuan kita tentang keadaan geografis di sana, pohon ini akan
berbuah lebih awal ketimbang pohon ara yang lainnya.
Sekarang kita bisa melihat bahwa Markus menyatakan saat itu bukan
musim buah ara untuk menjelaskan mengapa Yesus memusatkan
perhatian-Nya kepada pohon ara yang satu ini. Demikianlah,
perumpamaan ini tidak terlalu sulit untuk dipahami, dan memang ada
penjelasannya jika kita meluangkan sedikit waktu untuk mempelajari
seluk beluk pohon ara. Seorang ahli pertanian tidak akan kesulitan
dalam memahami perumpamaan ini. Akan tetapi seorang teolog tanpa
pengetahuan yang memadai tentang pohon ara akan menemui banyak
kesulitan. Ini menunjukkan jika kita mengandalkan daya nalar kita
yang terbatas ini dalam membangun iman - seperti dalam kasus ahli
teologi yang tidak punya pengetahuan tentang pohon ara atau pun
tentang pertanian - maka kita tidak akan dapat memahami Yesus. Jika
kita meminta penjelasan kepada seorang ahli pertanian, ia tidak akan
melihat adanya masalah karena ia tahu perkara pertanian semacam
itu. Sementara kita yang tidak tahu apa-apa tentang pohon ara,
menjadi kebingungan setengah mati. Jika kita membangun iman
berdasarkan pengetahuan, kita akan menjadi sangat mudah goyah
karena begitu banyaknya hal yang tidak kita ketahui. Namun saat kita
mendapatkan fakta yang kita butuhkan, maka makna dari hal-hal
tersebut menjadi jelas.
Makna parabolik dari tindakan mengutuk pohon ara ini
Kita umumnya merasa berhak untuk menebang setiap pohon yang
menjadi milik kita sendiri. Akan tetapi ketika Yesus memotong
sebatang saja, kita merasa sulit untuk menerimanya. Tampaknya Yesus
tidak memiliki hak seperti yang kita punyai. Jika Ia memakai sebatang
pohon sebagai sarana dalam mengajarkan sesuatu hal yang penting -
dengan cara membinasakannya, kita merasa sulit untuk menerimanya.
Apa sebenarnya hal yang sedang diajarkan oleh Yesus di sini?
431 | C A H A Y A I N J I L
Pertama-tama, setiap orang - bahkan yang pengetahuannya tentang
Alkitab sangat dangkal - tahu bahwa pohon ara melambangkan Israel.
Pohon ara adalah perlambangan dari Israel. Yesus memakai
perumpamaan tentang pohon ara yang mandul di dalam Lukas 13:6-9
untuk menekankan poin ini. Bayangkanlah jika segala sesuatu sudah
dilakukan untuk sebatang pohon ara tetapi pohon itu tidak
menghasilkan apa-apa. Si pemilik sudah memberi pupuk selama tiga
tahun, menggembur dan menambah kesuburan tanah, dan pohon ara
itu tidak memberi hasil apa-apa - sama seperti yang terjadi dengan
beberapa orang Kristen, Anda sudah mengerjakan segala yang bisa
Anda lakukan, tetapi orang itu tidak menghasilkan buah rohani yang
Anda harapkan. Hal ini sangat mencirikan Israel pada waktu itu.
Mereka mandul secara rohani namun mereka telah menerima setiap
berkat yang dicurahkan Allah ke atas mereka. Hal yang sama terjadi
dengan begitu banyak orang Kristen yang berkata, "Tuhan berikan aku
ini, dan berikan aku itu." Mereka mau mengambil segala yang Tuhan
dapat berikan tetapi tidak mengembalikan apa-apa kepada-Nya. Tidak
ada buah, tidak ada bukti rohani bahwa mereka hidup. Dan pohon ara
merupakan perlambangan dari hal ini yang mencirikan bangsa Israel.
Perhatikan penempatan yang sangat luar biasa dari peristiwa
dikutuknya pohon ara ini, terutama pengaturan waktunya.
Perumpamaan yang ditampilkan dalam bentuk peragaan ini dibagi
menjadi dua bagian di dalam Markus 11, dan di antara kedua bagian
itu terselip peristiwa pembersihan Bait Allah (Mar. 11:15-19).
Perhatikanlah ketepatan pengaturan waktunya. Yesus mengutuk pohon
ara itu di dalam perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Keesokan harinya
ketika Ia kembali ke Yerusalem, karena ia berangkat di sore hari, para
murid melihat pohon ara itu. Di sela-sela perumpamaan ini, terjadi
peristiwa pembersihan Bait Allah. Semua peristiwa itu tidak terjadi
secara kebetulan. Semuanya adalah bagian dari pengaturan waktu
yang indah saat Allah mengerjakan sesuatu. Melalui kejadian ini, Ia
ingin menanamkan kesan yang mendalam di dalam benak para murid-
Nya.
Saat itu adalah masa perayaan Paskah, yang merupakan hari raya
khusus di kalangan umat Yahudi. Pada saat-saat itu, para peziarah
berdatangan menuju Yerusalem dari segenap penjuru negeri untuk
beribadah di Bait Allah. Suasana di Bait Allah dipenuhi oleh berbagai
macam kesibukan. Bait Allah penuh sesak dengan pengunjung dan
432 | C A H A Y A I N J I L
para pedagang bisa meraih untung besar saat itu. Para penukar uang
melayani penukaran uang para peziarah yang datang dari pelbagai
tempat. Di jaman itu, persembahan uang di Bait Allah, menggunakan
uang koin Tiria dan bukannya uang koin Roma karena mata uang Roma
tercetak gambar manusia (yaitu kaisar) yang menurut pandangan umat
Yahudi merupakan pemberhalaan terhadap manusia. Uang koin Roma
tidak diterima untuk keperluan ibadah. Jika mereka bermaksud untuk
memberikan persembahan dalam bentuk uang ke Bait Allah, uang koin
Roma yang mereka miliki akan ditukar dengan koin Tiria. Ada juga para
peziarah yang datang dari negeri-negeri lainnya, dan mereka juga
perlu menukarkan uang yang mereka bawa. Jadi para penukar uang
bisa meraih untung yang besar dari pelayanan ini.
Dari antara umat yang bersembahyang, tentu saja, ada yang akan
memberikan persembahan kurban sembelihan. Tidak mungkin kambing
domba dibawa dari negeri yang jauh, seperti Mesir, Itali, Siria, atau
negeri lainnya. Jadi hewan kurban akan dibeli di tempat tujuan, yaitu di
Bait Allah. Suara kambing mungkin bisa di salah satu sudut halaman,
dan burung-burung dara di sudut yang lain halaman Bait Allah. Hewan-
hewan lain juga ada tersedia, jadi suasana halaman Bait Allah menjadi
sama dengan pasar. Kegiatan keagamaan juga sangat padat di saat itu
karena banyaknya peziarah yang berdatangan. Kembali kepada
gambaran dari pohon ara yang dikutuk itu, Anda bisa membayangkan
bahwa pohon ara itu penuh dengan daun. Ke arah manapun Anda
memandang, yang terlihat adalah kegiatan keagamaan, akan tetapi
mana buah rohaninya? Yesus menjadi sangat kecewa sehingga Ia
mengusir semua pedagang keluar dari Bait Allah. "RumahKu akan
disebut sebagai rumah doa, tetapi apa yang kalian lakukan? Kalian
telah mengubah rumah doa menjadi sarang penyamun!" Sekalipun Bait
Allah saat itu dipenuhi oleh suasana keagamaan dan juga kegiatan
keagamaan, tetapi tidak lagi menjadi tempat di mana orang bisa
berdoa dan menyembah Allah. Perdagangan dan materialisme telah
mengambil alih rumah doa Allah.
Demikianlah, ada orang yang bahkan mengira bahwa ibadah adalah
sarana untuk mendapatkan keuntungan bisnis. "Engkau ingin
menyembah Allah? Jika benar, engkau harus berbisnis denganku."
Segala kedangkalan religius, pengutamaan tata cara, adalah hal yang
sudah lama dikecam oleh Tuhan di dalam Yesaya 1. Allah berkata,
"Siapa yang menghendaki kurban sembelihanmu? Siapa yang mau
433 | C A H A Y A I N J I L
dengan segala persembahanmu? Aku menghendaki kebenaran,
kekudusan dan kerohanian yang nyata!" Akan tetapi bangsa Israel
ternyata malah kembali kepada keadaan mereka seperti di jaman
Yesaya - kembali kepada masa sebelum Bait Allah pertama kali
dihancurkan, ke masa di mana mereka dulu harus mengalami
pembuangan. Seperti yang dikatakan oleh Yohanes Pembaptis, "Kapak
sudah tersedia di akar pohon." Allah sudah membuat garis potongan di
pohon, dan dalam ayunan yang berikutnya maka pohon itu akan
tertebang. Yesus berkata di dalam satu perumpamaan di dalam Lukas
13: "Tebang saja pohon ini! Robohkan saja." Pengurus kebun di dalam
perumpamaan itu meminta tambahan satu tahun lagi dan permintaan
itu dipenuhi. Masa tiga tahun yang diberikan kepada pohon itu sudah
berakhir dan sebenarnya pohon itu sudah harus ditebang. Akan tetapi
Allah masih memberi tambahan waktu satu tahun lagi. Begitu cocoknya
perumpamaan ini dalam menggambarkan keadaan orang Israel saat
itu. Mereka tidak mau bertobat, dan dengan demikian harus
menghadapi murka Allah.
Allah mencari orang yang memiliki iman yang hidup
Allah mencari orang yang memiliki iman. Ia tidak berminat dengan
kegiatan keagamaan kita. Ia melihat ke dalam hati dan mencari apakah
ada iman yang hidup di sana. Jika Ia tidak melihat adanya iman yang
hidup di sana, Ia tidak peduli seberapa religius kehidupan kita. Ia juga
tidak peduli seberapa sering kita pergi ke gereja atau seberapa fasih
kita berbicara tentang masalah keagamaan. Ia meneliti umat Israel dan
tidak mendapatkan iman di sana. Ada banyak daun di sana tetapi tidak
ada satupun buah kerohanian. Dan buah ini adalah iman. Inilah hal
yang Tuhan cari dari umat-Nya. Lukas 18:8 memberi kita
perumpamaan tentang doa, ungkapan dari iman yang sejati. Dan
perkara tentang keadilan dan kebenaran yang sudah kita bicarakan
tadi, juga disebutkan dalam perumpamaan tersebut. Yesus menutup
perumpamaan tersebut dengan berkata, "Sesungguhnya Kukatakan
kepadamu, Ia (Allah) akan segera membenarkan mereka" (lihat Lukas
18:8). Allah adalah Allah atas kebenaran. Tetapi ketika Anak Manusia
datang kembali, akankah Ia mendapati iman?
Kata kuncinya adalah 'mendapati' (find). Kata Yunani bagi 'mendapati'
(find) di dalam Lukas 18:8 sama persis dengan kata 'mendapati' dan
'melihat/mencari' yang tertulis di dalam perumpamaan dalam Markus
11:12-13 ini. Keduanya memakai kata yang sama dalam bahasa Yunani
434 | C A H A Y A I N J I L
- akankah ia mendapati atau menemukan. Kata yang sama juga
dipakai di dalam Lukas 13:6-9. Di sana kita melihat tentang orang yang
mencari buah di pohon ara dan tidak mendapati satupun. Di dalam
semua ayat itu kita melihat pemakaian kata Yunani yang sama.
Tanpa iman, mustahil bagi kita untuk menyenangkan hati Allah. Jika
kita sekadar menjalankan kegiatan agama tanpa memiliki iman, kita
akan 'ditebang' oleh Allah. Kita tidak boleh merasa diri ini sudah benar
hanya karena kita sudah menjalankan segudang kegiatan keagamaan.
Allah tidak suka dengan polesan tampilan luar. Ia tidak berminat
dengan kegiatan keagamaan. Yang Ia cari adalah iman yang sejati di
dalam hati. Kita perlu memahami bahwa perumpamaan ini tidak
sekadar berlaku terhadap orang-orang Israel, melainkan juga terhadap
orang Kristen karena kitalah Israel yang baru, yaitu Gereja. Saat Yesus
datang kembali, Ia akan mencari iman. Dan jika Ia tidak mendapati
iman, apa yang akan terjadi? Paulus berkata, "Jika Ia tidak
menyayangkan cabang yang asli tetapi memotongnya, Ia juga tidak
akan menyayangkan kamu" (Lihat Rom. 11:21). Jika Ia tidak
menyayangkan pohon ara Israel, jangan mengira bahwa Ia akan
mengistimewakan pohon ara gereja. Allah adalah Allah atas keadilan
dan kebenaran yang mutlak. Ia tidak akan memperlakukan orang
secara berbeda-beda dalam keadilan-Nya. Jika Israel ditebang, bodoh
sekali seandainya ada orang Kristen yang mengira bahwa mereka tidak
akan ditebang kalau mereka tidak menghasilkan buah.
Jangan tertipu oleh tampilan luar dari kehidupan keagamaan
seseorang, termasuk diri kita sendiri. Jangan mengira bahwa kita
adalah orang Kristen yang baik karena kita selalu membaca Alkitab.
Jangan mengira bahwa kita adalah orang Kristen yang baik karena kita
bersaat teduh setiap pagi. Kita tidak boleh menipu diri sendiri dengan
segala kegiatan keagamaan seperti itu. Kita harus tanyakan pada diri
sendiri, "Apakah saya memiliki iman yang sejati di dalam hati ini?"
Keselamatan kita bergantung pada hal yang satu itu. Kita diselamatkan
oleh iman, bukan oleh kegiatan keagamaan. Iman adalah sesuatu yang
terletak di dasar hati kita yang mengungkapkan dirinya dalam
keyakinan dan komitmen yang teguh kepada Allah.
Selalu mengambil tanpa pernah memberi
Ada orang-orang Kristen yang penampilannya seperti pohon ara ini.
Mereka memiliki daun yang sangat lebat dalam pandangan kita, dan
435 | C A H A Y A I N J I L
kita akan berpikir, "Oh, mereka pasti orang Kristen yang luar biasa.
Lihat saja begitu banyaknya kegiatan mereka di gereja. Mereka
mengerjakan ini dan itu. Mereka berkhotbah dengan sangat bagus."
Kita mungkin memandang mereka sebagai orang-orang Kristen yang
hebat karena mereka berkhotbah dengan sangat bagus dan fasih.
Tetapi janganlah Anda berpikir dengan cara seperti itu. Banyak orang
Kristen yang hidupnya seperti kura-kura yang kami pelihara di rumah.
Seorang saudara memberi putri saya seekor kura-kura saat ia masih
kecil. Jadi saya punya kesempatan untuk mengamati kehidupan kura-
kura. Saya berpikir, "Kita orang-orang Kristen hidupnya seperti kura-
kura ini." Sepanjang hari, kura-kura itu sama sekali tidak peduli
dengan saya. Ia sama sekali tidak peduli dengan keberadaan saya.
Namun di malam hari, ketika ia mulai lapar, mulailah ia menunjukkan
perhatiannya kepada saya. Sebelum ia merasa lapar, ia tidak tertarik
pada saya sama sekali. Saya berjalan lalu-lalang di dekatnya, dan ia
bahkan tidak melirik sekejap pun. Namun pada saat ia lapar, ia tahu
bahwa saya adalah sumber makanannya. Dengan kata lain, ia hanya
tertarik pada saya jika ia punya kepentingan tertentu dengan saya,
saat ia membutuhkan saya. Saat ia tidak membutuhkan saya, ia tidak
tertarik pada saya.
Bagi saya, kura-kura itu merupakan gambaran yang sempurna tentang
orang Kristen macam apakah kita ini. Kita tertarik kepada Allah atau
kepada gereja hanya jika kita bisa memperoleh sesuatu dari sana. Lalu
kita berkata, "Ya, mereka telah memenuhi kebutuhan saya saat ini."
Kita tidak pernah berpikir dalam kerangka memberi sesuatu bagi orang
lain. Kita selalu berpikir dalam kerangka mencari sesuatu untuk
diperoleh. Saat khotbah disampaikan, kita berkata pada diri sendiri,
"Khotbahnya itu omong kosong belaka; aku tidak mau membuang-
buang waktu mendengarkan khotbahnya." Kita jarang berpikir untuk
datang ke gereja demi membantu orang lain. ""Mungkin saya bisa
menghibur hati orang lain di gereja. Mungkin saya bisa meneguhkan
hati atau juga memberi sukacita bagi orang lain di sana. Mungkin ada
orang yang butuh penghiburan. Aku akan pergi ke gereja." Apakah niat
kita seperti itu ketika datang ke gereja minggu yang lalu? Mari kita
jujur karena kejujuran adalah hal yang sangat mendasar dalam iman.
Atau, apakah kita pergi ke gereja karena kita merasa, "Aku lapar dan
haus akan hal kerohanian. Sanatapan rohaniku yang terakhir adalah
436 | C A H A Y A I N J I L
pada minggu yang lalu. Sekarang saatnya untuk mengisi ulang dan aku
akan segera pergi ke gereja."
Dengan mengacu pada perumpamaan kali ini, terlihat bahwa kita lebih
menyerupai daun, tetapi di mana buahnya? Perhatikanlah sebatang
pohon yang berbuah. Apakah pohon itu memakan buahnya sendiri?
Buah itu tersedia bagi orang lain, bukan buat pohon itu sendiri. Akan
tetapi daun menjadi milik dari pohon itu. Jika mengikuti kehendak
pohon itu, lebih baik memiliki banyak daun ketimbang banyak buah,
karena dengan semakin banyaknya daun yang dimiliki berarti semakin
besar pula kemampuan untuk berfotosintesis, untuk mengolah sari
makanannya. Pohon tidak bisa memakan buahnya sendiri. Buah itu
tersedia bagi orang lain. Orang akan datang dan mengambil buah
tersebut. Itulah hakekat buah, tersedia bagi orang lain. Lalu jika kita
menjadi orang Kristen yang hanya mau menerima tanpa pernah mau
memberi, kita menjadi sama seperti pohon buah-buahan tanpa buah.
Kita harus waspada karena begitu banyak dari kegiatan keagamaan -
seperti kegiatan keagamaan orang-orang Israel - semuanya hanyalah
bagi diri kita. Segala hiruk-pikuk kesibukan di dalam Bait Allah, apakah
itu semua demi kemuliaan Allah? Apakah menjadi berkat bagi orang
lain? Semua itu demi keuntungan mereka sendiri. "Segalanya untukku.
Itu sebabnya aku datang ke gereja; itu sebabnya aku beribadah ke Bait
Allah, supaya Allah memberkatiku lebih banyak lagi." Kapan kita
berpikir tentang kebutuhan orang lain? Hidup kita bisa menjadi sangat
mementingkan diri sendiri, dan sangatlah penting bagi kita untuk
mengalami perubahan!
Tiga langkah menuju iman
Sekarang kita dapat melihat bahwa untuk bisa menjalankan iman,
seluruh tujuan hidup kita harus berubah dari jenis kekristenan yang
berorientasi pada penampilan luar, kepada komitmen hati yang
mendalam untuk Allah. Jika belum mencapai itu, kita tidak akan bisa
menjalankan iman. Jadi langkah yang pertama adalah memutuskan
seperti apa Allah itu. Tanpa ini, kita tidak akan bisa membuat
komitmen kepada-Nya. Kita tidak akan bisa memberikan komitmen
kepada Allah yang tidak kita yakini kebenaran dan keadilan absolut-
Nya. Jika kita sudah menuntaskan persoalan ini, berarti kita sudah
mengambil satu langkah menuju iman. Dengan menuntaskan masalah
yang satu ini - bahwa Allah itu adil - maka kita tidak lagi membangun
iman di atas landasan pengetahuan dan pemahaman yang kita miliki.
437 | C A H A Y A I N J I L
Sebaliknya, kita akan membangun iman di atas landasan kepribadian
Allah yang tak tergoyahkan dan tak akan berubah, yaitu bahwa Dia
adalah kudus dan Dia adalah kasih.
Namun hal itu masih belum cukup. Kita masih harus mengambil
langkah kelanjutannya dan membiarkan Allah mengubah seluruh
tujuan hidup kita dari yang eksternal, yang mementingkan tampilan
luar, yang gemar pamer - yang melakukan segala sesuatu demi
tampilan religius dan hanya memuaskan hasrat pribadi saja. Kita harus
bertekad untuk mengambil langkah berikutnya di dalam iman dengan
menjalani hidup yang menjadi berkat bagi orang lain. Tujuan kita tidak
lagi memperbanyak daun melainkan memperbanyak buah sehingga
kita bisa hidup untuk membagikan berkat, dan membagikan hidup
Allah, kepada orang lain. Seluruh tujuan hidup kita harus berubah dari
yang mementingkan sisi luar menjadi yang mementingkan sisi dalam,
dari yang eksternal kepada yang internal, dari yang dikuasai oleh
kedagingan menjadi yang rohani. Itulah perubahan yang penuh kuasa
yang disebut sebagai kelahiran kembali di dalam Alkitab. Itulah yang
disebut oleh Alkitab sebagai lahir baru. Seluruh arah tujuan hidup kita
berubah. Hal ini tak akan terjadi tanpa iman dan hanya bisa dijalankan
dengan iman. Inilah langkah iman di mana kita berkata, "Aku tak dapat
melakukannya, tetapi Tuhan, Engkau dapat. Ubahlah seluruh tujuan
hidupku supaya menjadi sepertiMu." Inilah langkah iman yang kedua.
Jika kita sudah menjalankan kedua langkah itu, maka kita siap untuk
masuk ke langkah yang ketiga, yaitu menjawab tantangan yang
diajukan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya, "Percayalah kepada
Allah. Pohon ara ini adalah lambang dari Israel yang tidak memiliki
iman. Akan tetapi kamu, percayalah kepada Allah. Biarlah hidupmu,
kekristenanmu, menjadi hal yang rohani" (lihat Markus 11:22 dst.).
Di ayat-ayat ini, dilanjutkan dengan, "Dan jika kamu berkata kepada
gunung ini, 'Terangkatlah dan tercampaklah ke dalam laut,' dan kamu
tidak ragu di dalam hatimu tetapi percaya bahwa hal itu pasti terjadi,
maka hal itu akan terjadi"(lihat Markus 11:23). Di sini kita sampai pada
unsur iman - disebabkan landasannya tertanam dengan benar, maka
akan ada kepastian dan keyakinan yang penuh kuasa tentang iman.
Kita sering berbicara tentang jaminan keselamatan di gereja-gereja.
Akan tetapi ada jaminan yang sejati dan jaminan yang palsu. Jika Anda
membangun kehidupan Anda berdasarkan jaminan yang palsu, Anda
438 | C A H A Y A I N J I L
pasti akan tersapu dan hilang. Anda akan tersapu seperti rumah yang
dibangun di atas pasir. Anda harus membangun iman Anda di atas
jaminan yang sejati - jaminan dari dalam yang muncul dari komitmen
iman yang mendalam.
Itu sebabnya Yesus melanjutkan dengan berkata, "Karena itu Aku
berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah
bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan
kepadamu" (ayat 24). Jika ada orang yang ingin menguji apakah Allah
itu adalah Allah yang hidup, inilah kesempatan baginya. Tuhan sudah
menyatakan diri-Nya dengan sedemikian rupa sehingga kita bisa
menguji firman-Nya. Bukan Yesus yang takut menghadapi tantangan;
diri kita inilah yang sebenarnya takut. Ia berkata, "Jika kamu
melakukan apa yang sudah kukatakan ini, jika kamu mengikuti
firmanKu, dan kamu punya iman untuk meminta dan percaya bahwa
kamu telah menerimanya, maka kamu akan menerimanya."
Lalu kita berkata, "Apakah tidak berbahaya bagi Yesus untuk berkata
seperti itu?" Kita semua langsung menuntut, "Aku mau rumah yang ini,
yang besar ini, bukan rumah yang kecil itu. Dan aku percaya bahwa
aku sudah menerimanya. Aku dapat!" Dan rumah itu menjadi milik
Anda. Kita menatap ke arah sebuah mobil mewah dan berkata,
"Dengan iman, ya dengan iman, aku menghendakinya! Aku tidak ragu
sedikitpun!" Dan mobil itu menjadi milik kita. "Wah, seperti sihir saja!
Sihir yang seperti ini sungguh hebat; aku datang ke gereja untuk
belajar sihir."
Apakah ajaran Yesus tidak akan disalah-gunakan? Tidak, karena Anda
telah menjalankan dua langkah yang pertama tadi. Seseorang yang
telah berubah arah tujuan hidupnya, seseorang yang benar-benar telah
menjadi rohani tidak akan meminta rumah dan mobil mewah untuk
dirinya. Orang yang berpikir untuk menyalah-gunakan ajaran Yesus
berarti sama sekali belum memahami apa yang diajarkan oleh Yesus.
Kita baru saja melihat bahwa berubahnya arah tujuan hidup berarti kita
sekarang hidup demi memuliakan Allah dan menjadi saluran berkat
bagi orang lain, bukan demi kepentingan pribadi. Jika sudah berubah,
kita tidak akan meminta hal-hal seperti itu.
Jika kita harus meminta mobil bagi kebutuhan orang lain, jika kita
harus meminta rumah bagi kebutuhan orang lain, kita akan
439 | C A H A Y A I N J I L
menerimanya. Akan tetapi jika kita meminta semua itu untuk diri kita
sendiri, maka hal itu tidak akan diberikan. Itulah kenyataannya, dan
kita tidak akan bisa menyalah-gunakan Kitab Suci. Kita tidak bisa
main-main dengan Firman Allah. Kita tidak bisa memanfaatkan Allah
sebagai budak yang akan memenuhi segala keinginan kita, seolah-olah
Dia adalah kakek rohani yang kepadanya kita meminta permen dan es
krim.
Pertama-tama kita harus jalani dulu dua langkah awalnya. Jika kita
sudah benar-benar menjadi rohani, maka yang akan kita minta adalah
hal-hal yang sesuai dengan kehendak Allah. Karena kita bergerak ke
arah yang sama dengan-Nya, maka kita akan melihat kuasa-Nya
bekerja. Anda akan melihatnya. Hal ini tidak perlu diragukan lagi.
Yang terakhir, ijinkan saya menyampaikan sebuah ilustrasi tentang
bagaimana kuasa Tuhan juga bisa diarahkan untuk membinasakan
kalau hal itu memang bermanfaat bagi orang lain. Di dalam Alkitab,
kita punya beberapa contoh kejadian yang menggambarkan hal ini.
Contohnya, ketika seorang hamba Allah menjalankan tindakan disiplin
di tengah jemaat. Di 1 Korintus 5, Paulus menyerahkan seseorang ke
tangan Iblis untuk membinasakan kedagingannya. Kuasa Allah datang
untuk membinasakan orang tersebut seperti kuasa yang menimpa
pohon ara ini supaya di dalam proses kebinasaannya orang itu mau
bertobat dan diselamatkan. Seperti yang dikatakan oleh Paulus,
"...sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari
Tuhan." Kuasa Allah dapat dan akan dipakai untuk penghakiman.
Karena orang yang disebutkan di dalam 1 Korintus 5 itu melakukan
hubungan seksual sedarah, maka ia akan dibinasakan tubuhnya
dengan kuasa Allah supaya ia mau bertobat dan tahu bahwa ia sedang
berurusan dengan Allah yang hidup.
Atau lihatlah Kisah Para Rasul 13:11 sebagai contoh, ketika Paulus juga
memakai kuasa Allah dalam pengertian yang menghancurkan. Ia
membutakan mata si tukang sihir karena orang tersebut berusaha
menghalang-halangi Sergius Paulus, Gubernur di Pafos, untuk
mengenal Tuhan. Dengan satu kalimat, orang itu dibutakan.
Selanjutnya, kita akan melihat seorang hamba Allah yang bernama Guy
Bevington. Di dalam kesaksiannya, ia selalu mengacu kepada Markus
11:24. Ia adalah orang yang selalu percaya bahwa Allah telah
440 | C A H A Y A I N J I L
memberinya segala yang ia minta dalam doanya. Setiap permintaannya
dipenuhi tanpa ada satupun yang terlewatkan. Di dalam penutupan
buku kesaksiannya, ia berkata bahwa di sepanjang pelayanannya
kepada Allah - saat itu ia sudah berusia 74 tahun - tak pernah
sekalipun Allah gagal memberikan apa yang ia minta karena ia berdoa
secara rohaniah. Sekalipun bukunya, Remarkable Miracles (Mujizat-
mujizat yang Luar Biasa), penuh berisi kejadian-kejadian yang ajaib,
saya mengambil satu contoh di mana ia memakai kuasa Allah dalam
rangka menimbulkan kebinasaan sebagai penutup bab ini karena
contoh ini cocok dengan karakter perumpamaan tentang pohon ara.
Dan hal yang cukup menarik adalah, di sepanjang buku itu, hanya satu
kali saja kuasa Allah dipakai untuk membinasakan, namun demi
membagikan berkat bagi orang -orang.
Bevington saat itu tinggal sebagai tamu di rumah sepasang suami-istri
yang masih muda, yang baru saja menikah. Dengan menjual segala
harta dan dibantu oleh pemberian dari beberapa orang, pasangan
muda ini membeli sebidang tanah pertanian seluas enam are. Akan
tetapi kemiskinan membuat mereka kesulitan untuk mengolah lahan
tersebut. Dua ekor kuda yang dipakai untuk membajak tanah tersebut
sangat lemah, jadi untuk membajak tanah saja susahnya bukan main.
Dan disebabkan tanah itu tidak tuntas dibajak pada musim dingin,
akibatnya seluruh lahannya terserang ulat dan hama. Tanah harus
dibajak supaya ulat dan hama mati selama musim dingin. Namun
karena lemahnya kuda mereka, maka tanah itu gagal dibajak. Ulat
memenuhi tanah pertanian mereka, dan memakan habis bibit jagung
yang mereka tanam. Pasangan muda ini harus menghadapi
kebangkrutan. Saat orang itu berbicara tentang masalahnya kepada
saudaranya, Bevington lalu menyela pembicaraan mereka dan berkata
(pasangan ini adalah orang-orang Kristen), "Apakah kamu percaya
bahwa Allah dapat menolong kamu di saat seperti ini?" Orang itu
menjawab, "Ya, kupikir Ia bisa, tetapi apakah Dia mau?" Bevington
berkata, "Apakah kamu percaya bahwa Dia sanggup membinasakan
hama yang merusak ladangmu?" Sekali lagi orang itu berkata,
"Tentunya Dia bisa, tetapi apakah Dia mau?" Itulah persoalan
utamanya. Kita tidak akan memiliki kepastian tentang kehendak Allah
jika kita belum masuk ke dalam langkah yang kedua seperti yang
sudah saya sebutkan tadi - perubahan total arah tujuan hidup kita.
441 | C A H A Y A I N J I L
Demikianlah, Bevington menghabiskan waktu seharian untuk mencoba
membangun iman pasangan ini kepada Allah. Mereka tidak yakin
apakah Allah mau melakukan hal ini atau tidak. Mereka sama sekali
tidak yakin kepada Allah. Pada hari berikutnya. Lewat pengajaran yang
diberikan oleh Bevington, mereka mulai memiliki kepercayaan yang
lebih besar kepada Allah. Ketika ia melihat bahwa iman mereka mulai
sampai pada tingkat di mana mereka mulai percaya kepada Allah, ia
berkata, "Mari kita pergi ke tengah ladang dan meminta Allah untuk
membasmi hama yang telah melenyapkan hasil ladang ini." Pada saat
itu, jika mereka menyekop tanah di ladang, maka yang terlihat adalah
ulat-ulat yang sedang memakan habis segala sesuatu. Ketika mereka
sampai di tengah ladang, mereka berlutut dan berdoa memohon Allah
untuk membasmi hama tersebut. Lalu pasangan ini bertanya pada
Bevington, "Apakah kamu yakin bahwa Allah akan menjawab?" Ia
berkata, "Ya, aku sangat yakin bahwa Dia akan menjawab." Lalu
mereka melanjutkan doa tersebut. Bevington juga berdoa bagi mereka,
bukan buat dirinya sendiri, supaya Allah membuka jalan bagi mereka
untuk masuk ke dalam iman.
Setelah berdoa beberapa saat, si istri berseru, "Oh, glori! Glori!"
Bevington tahu bahwa si istri sudah mulai masuk ke dalam iman. Dan
sekarang ia harus menunggu sampai si suami juga masuk. Setelah
beberapa saat, si suami mulai berkata-kata, "Amien! Amien!" Akhirnya
mereka berdua mempunyai iman. Sekarang Bevington bisa meminta
janji Firman Allah - jika dua atau tiga orang bersepakat atas segala
sesuatu, maka hal itu akan terlaksana bagi mereka. Saat itu Bevington
mengucapkan syukur kepada Tuhan, dan bangkit berdiri, lalu
menyekop tanah, di dalam tanah yang terambil itu, terlihat ada sepuluh
ekor ulat, dan semuanya mati! Allah membinasakan ulat-ulat itu selagi
mereka berdoa! Si istri mencoba menyekop lagi, dan terlihatlah tujuh
ekor ulat yang sudah mati! Si suami menyekop juga, dan di sana ada
delapan ekor ulat yang sudah mati!
Setelah beberapa saat, saudara dari si suami, yang terlibat di dalam
pembicaraan sehari sebelumnya, datang kembali dari kota dan
mendesak si suami untuk segera bertindak, seperti menyewa kuda
untuk membajak ladangnya. Bevington berdiam, menunggu apakah
pasangan suami istri ini akan berkata sesuatu. Saudara si suami ini
melanjutkan, "Tadi, saat aku datang, aku menyekop tanah di ladangmu
dan menemukan sembilan ekor ulat di dalamnya." Pasangan ini hanya
442 | C A H A Y A I N J I L
diam saja. Anda lihat, iman mereka masih tidak teguh. Lalu Bevington
berkata kepada orang itu, "Semua ulat yang kau lihat tadi sudah mati."
Orang itu tidak percaya karena tadinya ia tidak melihat dengan teliti
apakah ulat-ulat itu sudah mati atau belum. Begitu besarnya
keparcayaan Bevington kepada Allah sehingga ia berani berkata,
"Untuk setiap ulat yang dapat kau temukan dalam keadaan hidup di
ladang ini, akan kubayar sebesar satu sen," nilai satu sen, pada tahun
1920-an adalah jumlah yang cukup lumayan. Satu sen di jaman
sekarang ini memang tidak berharga. Dan jika setiap kali menyekop
orang ini bisa menemukan sembilan atau sepuluh ekor ulat yang hidup,
maka ia akan mendapat sekitar 10 sen untuk setiap kali menyekop.
Jika orang itu menyekop seluruh ladang seluas 6 are, Anda bisa
bayangkan besarnya dana yang harus disediakan oleh Bevington!
Apakah Anda memiliki keyakinan seperti itu? Punyakah Anda rasa
percaya sebesar itu? Bevington berkata, "Pergi dan sekoplah. Dan
untuk setiap ekor ulat yang kau temukan dalam keadaan hidup, aku
akan membayar satu sen." Orang ini melompat dengan gembira, dan
mengambil keranjang yang terbesar untuk menampung ulat-ulat yang
akan dikumpulkannya, lalu bergegas menuju ladang. Bevington
menceritakan bahwa orang itu pergi ke ladang, tetapi tidak pernah
kembali lagi. Ia pergi meninggalkan ladang tersebut, karena tidak bisa
menemukan ulat yang masih hidup!
Perumpamaan tentang Para Penggarap Kebun Anggur
yang Jahat
Matius 21:33-46 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang.
Perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur ada di
dalam Matius 21:33-46
Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan
tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia
menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga
di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada
443 | C A H A Y A I N J I L
penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba
musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-
penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi
penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka
memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain
pula dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba
yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi merekapun
diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. Akhirnya ia
menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka
segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu,
mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari
kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. Mereka
menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu
membunuhnya. Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah
yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?
Kata mereka kepada-Nya: "Ia akan membinasakan orang-orang jahat
itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-
penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada
waktunya."
Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab
Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi
batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di
mata kita. Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah
akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa
yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu."
Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar
perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa
merekalah yang dimaksudkan-Nya. Dan mereka berusaha untuk
menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena
orang banyak itu menganggap Dia nabi
Apa yang menjadi inti dari perumpamaan ini? Pertama-tama, Yesus
menceritakan perumpamaan ini, (ayat 45), kepada para pemimpin
agama di Israel. Para pemimpin agama dan orang-orang Farisi tahu
bahwa Yesus berbicara tentang mereka. Lalu bagaimana kita
memahami perumpamaan ini? Ide kuncinya terdapat dalam satu kata
yang selalu muncul di dalam Perjanjian Baru yaitu kata 'buah'. Sebelum
444 | C A H A Y A I N J I L
kita bahas tentang hal itu, mari kita pastikan dulu apa maknanya
kebun anggur ini. Dengan membandingkan kedua bagian di dalam
Firman ini kita akan sampai pada jawabannya. Bagian yang pertama
ada di dalam ayat 40-41, Yesus berkata, "Maka apabila tuan kebun
anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-
penggarap itu?" Orang-orang menjawab, "Ia akan membinasakan
orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada
penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya
kepadanya pada waktunya." Lalu di ayat 43 Yesus berkata, "Kerajaan
Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu
bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu." Dengan
membandingkan kedua bagian tersebut, kita dapat melihat bahwa
kebun anggur ini mewakili Kerajaan Allah. Dan kerajaan itu dicabut dari
orang-orang yang tidak menghasilkan buah dan diberikan kepada
mereka yang akan menghasilkan buah.
Tujuan seseorang menanam anggur tentunya untuk mendapatkan buah
anggur itu. Kita menghendaki buah sebagai hasil dari investasi kita.
Jadi kita dapat mengartikan bahwa alasan Allah mendirikan kerajaan-
Nya adalah untuk mendapatkan buah rohani. Tahukah kita bahwa jika
kita berada di dalam kerajaan Allah, maka Ia berharap agar kita
menghasilkan buah bagi-Nya? Dan dapatkah kita memahami bahwa
jika kita berada di dalam kerajaan Allah, maka kita sedang berada
dalam posisi yang sama dengan para penggarap kebun anggur itu?
Keberadaan para penggarap di kebun anggur adalah untuk merawat
kebun agar kebun itu menghasilkan buah sesuai dengan harapan Allah.
Allah mempercayakan kerajaan-Nya ke dalam pengelolaan kita supaya
kita menghasilkan buah sesuai dengan harapan-Nya. Inilah konsep dari
keselamatan yang, seringkali, ternyata justru terasa asing bagi kita.
Pandangan kita tentang keselamatan adalah bahwa Allah mendirikan
kerajaan-Nya supaya kita bisa masuk dan menikmati buahnya,
bersenang-senang dan berangkat ke surga. Itu bukanlah konsep
keselamatan dalam Alkitab. Konsep yang benar adalah kita
diselamatkan oleh kuasa Allah supaya bisa menghasilkan buah.
Hukum Kepemilikan di masa Perjanjian Baru
Di bagian awal perumpamaan ini, kita melihat bahwa si pemilik
tanahlah yang membuka kebun anggur dan menanam pagar pelindung
kebun itu. Ia juga menggali lubang pemerasan anggur karena hasil
panen akan diperas menjadi minuman. Minuman anggur adalah
445 | C A H A Y A I N J I L
lambang sukacita. Minuman anggur bukan hanya akan membawa
sukacita bagi mereka yang berada di kebun anggur itu, tetapi minuman
ini juga memberi sukacita bagi orang-orang lain. Akan tetapi justru
dalam hal inilah gereja telah gagal. Juga dibangunkan menara jaga
untuk menjadi peneduh bagi orang-orang yang bekerja di sana. Mereka
perlu dilindungi dari teriknya sinar matahari. Menara jaga ini juga
berfungsi sebagai pos penjagaan agar pencuri atau hewan-hewan
perusak yang akan merusakkan kebun tidak masuk. Jadi menara jaga
itu berfungsi sebagai peneduh sekaligus sebagai pos penjagaan.
Kebun anggur ini telah direncana dan ditata dengan cermat. Persiapan
yang sangat baik telah dibuat agar ia mampu menghasilkan buah yang
sesuai dengan harapan. Jadi jika buah yang dihasilkan ternyata kurang,
maka kesalahan tidak terletak pada si pemilik tanah. Ia tidak dapat
dituduh sebagai gagal mempersiapkan kebunnya untuk dapat
menghasilkan buah yang banyak. Ia juga tidak dapat dikatakan tidak
menyediakan sarana penjagaan yang baik, bahwa ia tidak mendirikan
pagar pengaman sehingga kebunnya mudah rusak. Kita juga tidak bisa
menuduhnya tidak menyiapkan lubang pemerasan sehingga anggur
yang dipanen tidak sempat diolah. Juga tidak bisa dikatakan bahwa ia
belum mendirikan menara jaga sehingga para pekerja tidak memiliki
tempat berteduh dari terik matahari dan tempat untuk mengawasi
kebun. Kita tidak bisa menuduhnya lalai karena tidak mempunyai pos
jaga untuk memastikan kebun anggur aman dari pencuri. Dari ayat
yang pertama ini, kita melihat bahwa jika para penggarap itu tidak
menghasilkan buah, maka itu bukan kesalahan dari si pemilik kebun
karena kebun itu sudah dirancang dan dipersiapkan dengan sempurna.
Ayat selanjutnya dari perumpamaan ini memberitahu kita bahwa
setelah membuat persiapan dan perencanaan yang sempurna, maka si
pemilik kebun berhak untuk mengharapkan hasil buah pada musim
panen. Ketika musim anggur tiba, ia mengirim hamba-hambanya,
perwakilannya, untuk bagian buah yang menjadi haknya. Namun para
hamba ini bukan saja tidak menerima buah, mereka bahkan dipukuli
dan ada yang dibunuh. Para penggarap itu begitu memusuhi si pemilik
tanah.
Saya tidak akan membahas secara terperinci persoalan hukum dalam
perumpamaan ini. Profesor Duncan M. Derrett membahas latar
belakang hukum bagi perumpamaan ini di dalam bukunya, Law in The
446 | C A H A Y A I N J I L
New Testament (Hukum dalam Perjanjian Baru.). Bagi Anda yang
tertarik, Anda dapat mengacu ke buku Profesor Derrett. Buku itu
memberi kita gambaran tentang posisi hukum para penggarap dan si
pemilik tanah.
Di jaman itu, di Galilea, ada banyak tuan tanah di Israel. Mereka
adalah para tuan tanah 'absentee' (yang tidak ada di tempat). Tanah
milik mereka menyediakan pekerjaan bagi penduduk setempat dan
memberi keuntungan buat mereka. Menurut aturan hukum, seorang
pemilik tanah harus mengirim utusannya setiap tahun untuk
mengambil bagian panen dari para penggarap. Berdasarkan hukum
Yahudi, jika seorang tuan tanah tidak mengambil bagian hasil
panennya selama tiga tahun berturut-turut, maka ia akan kehilangan
haknya atas bagian panen dari kebun anggur tersebut. Ia harus
menegakkan hak kepemilikannya atas tanah tersebut dengan cara
mengirim hambanya setiap tahun.
Sikap para penggarap ini sangat jelas. Mereka ingin menggulingkan si
pemilik tanah dan mengambil alih kepemilikan atas kebun anggur
tersebut. Inilah alasan mereka membunuh para hamba yang dikirim
dan juga anak si pemilik tanah itu. Si anak pemilik tanah ini diutus
sebagai pilihan terakhir. Hal ini mudah dipahami dari segi hukum.
Setelah tahun yang keempat, jika buah hasil panen tidak juga
diberikan, maka si pemilik tanah harus mengambil langkah hukum. Ia
harus mengirim utusan yang memiliki kuasa untuk bertindak. Seorang
hamba atau budak tidak memiliki kewenangan hukum untuk bertindak.
Akan tetapi seorang anak, sebagai pewaris kebun anggur itu, memiliki
kewenangan hukum untuk bertindak atas nama ayahnya dalam
pengadilan.
Ini adalah latar belakang yuridis yang tidak dibahas oleh Matius dan
rekan-rekan sejamannya karena mereka memusatkan perhatian pada
pesan rohaninya ketimbang pada masalah perincian hukumnya. Karena
kita tidak memahami aspek hukumnya maka kita sulit memahami
mengapa para penggarap itu bertindak demikian dan mengapa pula si
pemilik kebun bertindak seperti itu. Sebagai contoh, tampaknya aneh si
pemilik kebun mengambil resiko dengan mengirimkan anaknya padahal
para hamba yang diutusnya sudah dibunuh. Tetapi si pemilik kebun
tidak memiliki pilihan lain karena hanya putranya yang bisa bertindak
secara hukum mewakili dirinya. Inilah alasan mengapa si pemilik kebun
447 | C A H A Y A I N J I L
beranggapan bahwa para penggarap itu akan menghormati anaknya
karena ia memiliki kuasa untuk mengambil tindakan hukum terhadap
mereka.
Di lain pihak, para penggarap itu berusaha untuk memanfaatkan aturan
hukum demi keuntungan mereka. Sebagai contoh, mereka dapat saja
mengklaim bahwa kebun anggur itu tidak subur, dan dengan begitu
mereka tidak dapat menghasilkan panen yang bisa dibagi dengan si
pemilik kebun. Dengan berbuat demikian mereka dapat membalikkan
tuduhan kepada si pemilik kebun, dengan berkata bahwa ia telah
menyediakan kebun anggur yang tidak subur, yang telah
mengakibatkan mereka menjadi bangkrut. Sebenarnya, si pemilik
kebun justru bisa terkena kewajiban harus membayar para penggarap
karena telah menyediakan kebun anggur yang ditanami dengan bibit
yang jelek, dan yang tidak disiapkan dengan layak sehingga membuat
mereka gagal menghasilkan panen yang baik. Jika selama tiga tahun
berturut-turut para penggarap bisa membuktikan hal ini, mereka
berpeluang untuk mengambil alih kebun tersebut. Lebih jauh lagi, saat
mereka membunuh pewaris kebun anggur itu, mereka bisa berkilah, di
depan hakim, bahwa itu dilakukan untuk membela diri. Jika, sebagai
contoh, mereka berkata bahwa si anak datang dengan sekumpulan
orang untuk mengusir mereka secara paksa dari kebun itu tanpa
melewati prosedur hukum yang benar, maka mereka dapat mengklaim
bahwa tindakan mereka adalah demi membela diri dan di dalam
kerusuhan tersebut si anak menemui ajalnya. Dengan begitu, sudah
sewajarnya jika pengadilan mengalihkan kepemilikan kebun itu kepada
mereka. Dengan sedikit pemahaman hukum ini sebagai latar
belakangnya, kita bisa melihat bahwa perumpamaan ini merupakan
situasi yang bisa terjadi dalam dunia nyata. Yesus memakai situasi
yang nyata untuk menarik pelajaran rohani dari sana.
Dalam mengamati perumpamaan ini, orang yang terbiasa mempelajari
Perjanjian Lama akan melihat adanya suatu kesejajaran dengan Yesaya
pasal 5, terutamanya di ayat-ayat 1-2. Malahan, kata-kata dalam
bahasa Yunani dari Yesaya 5:1-2 juga digunakan di dalam
perumpamaan ini. Ini berarti kita bisa mempelajari perumpamaan ini
tanpa harus menebak apa maknanya. Di dalam Yesaya pasal 5, kebun
anggur itu adalah Israel. Di dalam Matius 21:45, bangsa Israel,
khususnya para pemimpin umat, digambarkan sebagai penggarap
kebun anggur itu. Jadi, kesejajarannya terlihat jelas. Kerajaan Allah
448 | C A H A Y A I N J I L
atau kebun anggur itu, pada awalnya dipercayakan kepada bangsa
Israel. Allah ingin mendapatkan buah rohani dari bangsa Israel, jadi Ia
mengutus hamba-hamba-Nya. Para hamba ini adalah para nabi yang
telah Allah utus sejak berabad-abad ke tengah-tengah bangsa Israel.
Berkali-kali Ia mengirimkan para hamba-Nya untuk mengingatkan
umat Israel tentang kewajiban mereka pada Allah. Kita lihat dari dalam
Alkitab bahwa para nabi secara konstan meminta umat Israel
menghasilkan buah rohani, mengingatkan orang Israel bahwa mereka
adalah umat Allah, bahwa mereka berada di dalam kebun anggur Allah
dan harus menghasilkan buah yang sesuai dengan yang diharapkan
oleh Allah.
Apa yang dilakukan oleh orang Israel terhadap para nabi? Awalnya
mereka hanya mengabaikan mereka dan menyuruh para nabi untuk
pergi dengan tangan hampa. Akhirnya, mereka sampai pada sikap
menghina dan mengasari para nabi. Sebagai contoh, nabi Yeremia
mereka buang ke dalam sebuah sumur, ia hampir saja mati di sana jika
tidak ditolong oleh seorang sahabat pada saat-saat terakhir. Orang-
orang Yahudi terus saja menyiksanya. Beberapa nabi bahkan dibunuh.
Jadi kita bisa melihat bahwa, berkali-kali, ketika Allah mencari buah
dari umat-Nya - bukan dari orang-orang yang tidak percaya, tetapi dari
umat-Nya sendiri - yang Ia dapatkan hanyalah penolakan.
Bagian terakhir dari ayat 33 menyebutkan bahwa ketika si pemilik
tanah selesai menanami kebun anggurnya, ia lalu pergi ke negeri lain.
Tentu saja kita tidak bisa menyimpulkan bahwa Allah lalu pergi ke
negeri lain. Sangat tidak masuk akal. Namun pernyataan tersebut
sebenarnya dapat dipahami dengan mudah jika kita bandingkan
dengan bagian lain dari pengajaran Yesus. Kerajaan Allah telah
dipercayakan kepada umat-Nya sehingga jika Ia hadir langsung - jika si
pemilik kebun berada di tempat - maka Ia harus bertanggungjawab
penuh atas pengelolaan kebun anggur itu. Namun dengan berangkat ke
tempat lain, ini berarti bahwa Ia telah mempercayakan kesejahteraan
kerajaan-Nya sepenuhnya kepada umat-Nya di jaman ini.
Dari sini kita melihat di masa Perjanjian Lama kerajaan Allah telah
dipercayakan sepenuhnya ke dalam pengelolaan orang Yahudi Mereka
bertanggungjawab penuh atas kerajaan-Nya. Sekarang ini, hal yang
sama juga berlaku bagi orang Kristen. Sebagai pihak yang
bertanggungjawab atas kerajaan itu, maka kita harus bertindak dengan
449 | C A H A Y A I N J I L
penuh tanggung jawab. Kita tidak bisa mengalihkan tanggungjawab itu
kepada orang lain karena Allah telah meletakkan kerajaan itu ke dalam
pengelolaan kita. Ia telah mengalihkan kerajaan itu dari orang-orang
Yahudi, seperti yang kita lihat dalam perumpamaan ini, dan
meletakkannya ke dalam pengelolaan Gereja.
Gagal menyatakan kemuliaan Allah
Jika saya amati kinerja dari Gereja, saya mendapati bahwa bukan saja
kita ini tidak lebih baik daripada orang-orang Yahudi, namun saya
khawatir kita ternyata lebih buruk dari mereka. Apakah kita sudah
memberikan kepada Allah buah yang Ia inginkan? Buah macam apa
yang dihasilkan oleh Gereja sekarang ini? Adakah Gereja yang sudah
memuliakan Allah dengan kemurnian, kekudusan dan kasih sehingga
orang-orang dunia dapat melihatnya dan berkata dengan kagum, "Kita
sudah melihat terang Allah bersinar dari Gereja"?
Hati saya terasa sangat berat saat merenungkan hal ini. Kita telah
gagal dalam hal memberikan kepada Allah buah yang menjadi hak-
Nya. Sama seperti para penggarap itu, sama seperti orang-orang
Yahudi itu, kita hanya mencari keuntungan saja dari kerajaan Allah.
Kita menghendaki pagar pelindung-Nya untuk melindungi kita dari
dunia ini. Kita menghendaki pemerasan anggur yang menghasilkan
sukacita. Kita ingin meminum semua anggur itu sendiri tanpa mau
membaginya dengan siapapun; bahkan dengan Allah juga! Sama
seperti para penggarap itu, kita memanfaatkan semua yang telah
disediakan oleh-Nya bagi kita - menara jaga, pagar pengaman,
pemerasan anggur, dan bahkan minuman anggurnya - demi
keuntungan dan kesenangan kita sendiri. Kita telah merendahkan
Kekristenan ke tingkat yang menyedihkan!
Karena Allah telah memercayakan kerajaan-Nya ke dalam pengelolaan
kita, maka Ia akan meminta pertanggungjawaban dari kita, para
penggarap kebun anggur-Nya. Ia akan menuntut pertanggungjawaban
dari setiap dari kita. Saya mungkin harus memberi
pertanggungjawaban yang lebih besar karena saya menggembalakan
sekumpulan domba-Nya dan dengan begitu pertanggungjawaban saya
lebih berat. Akan tetapi semua penggarap memiliki tanggungjawab,
bukan hanya orang-orang yang telah dipercaya untuk
menggembalakan saja. Jadi kita semua harus bersiap-siap, seperti
yang telah dikatakan oleh para nabi Perjanjian Lama, "Bersiaplah untuk
450 | C A H A Y A I N J I L
menghadapi Allahmu." Kita harus bersiap-siap untuk memberikan
pertanggungjawaban tentang segala sesuatu yang telah kita kerjakan.
Apakah kita telah menghasilkan buah? Jika tidak, pertimbangkan baik-
baik akibat yang ditanggung oleh mereka yang tidak berbuah. Kerajaan
ini telah dipercayakan kepada para penggarap sampai si pemilik datang
kembali, seperti yang kita lihat dari ayat 40. Kita telah dipercayakan
segala kemakmuran kerajaan Allah hingga Ia datang kembali untuk
menghakimi nanti. Beranikah kita bermalas-malasan saat berhadapan
dengan tanggungjawab seperti ini?
Matius 21:34 berkata, "Ketika hampir tiba musim petik,..." Nah, ada
satu lagi persoalan teknis hukum di sini yang perlu kita pahami
berdasarkan Imamat 19:23-24. Di sini kita melihat aturan mengenai
pemeliharaan pohon buah-buahan dan penanaman kebun anggur.
Hukum ini, yang juga disebutkan di dalam Mishnah (Kitab Hukum orang
Yahudi), menyatakan bahwa kebun anggur masih belum produktif
sampai tahun yang kelima. Membutuhkan waktu bagi kebun anggur
untuk bisa menghasilkan buah. Si pemilik tidak bisa berharap banyak
dari kebun anggurnya sampai dengan tahun yang kelima.
Akan tetapi di dalam kebun tersebut juga ditanam berbagai macam
tanaman selain tanaman anggur. Setiap orang yang mengerti masalah
pertanian tahu bahwa sebuah lahan tidak akan ditanami dengan satu
macam tanaman saja. Sering kali, Anda akan menikmati hasil yang
lebih baik dengan menanam secara tumpang sari. Timun, labu, melon
dan buah-buahan yang lain sering ditanam secara tumpang sari di
dalam kebun anggur orang Yahudi. Walaupun si pemilik kebun tidak
bisa mengharapkan hasil panen anggur sampai dengan tahun yang
kelima, tetapi buat empat tahun yang pertama ia masih bisa
mengharapkan hasil dari tanaman yang lain di dalam kebun anggur itu.
Dengan demikian, ia mengharapkan hasil dari kebun anggurnya sejak
musim panen yang pertama.
Ada lagi poin hukum lain yang perlu kita lihat. Berdasarkan aturan
orang Yahudi, selama empat tahun yang pertama, si pemilik kebun
hanya boleh menerima sepersepuluh dari hasil kebunnya. Hal ini adalah
supaya beban ekonomi para penggarap tidak terlalu berat. Memasuki
tahun kelima, ia boleh menerima separuh dari hasil kebun karena
kebun itu sudah dapat beroperasi dengan kapasitas penuhnya.
451 | C A H A Y A I N J I L
Pelajaran rohani dari pengaturan ini sangat jelas. Jika Anda masih
seorang Kristen yang masih sangat baru, di sekitar empat tahun
pertama kehidupan Kristen Anda, Tuhan tidak menuntut banyak dari
Anda. Ia akan lebih sabar dan berpengertian dalam menangani Anda.
Namun sejalan dengan kehidupan kekristenan Anda, Ia akan menuntut
hal yang lebih besar dari Anda. Dari analogi ini kita dapat menarik
kesimpulan bahwa setelah tahun kelima, Ia akan menuntut banyak dari
Anda - dari hanya sepersepuluh, melonjak jadi separuh bagian.
Seorang Kristen yang baru percaya adalah seperti bayi rohani. Tak ada
orang yang berharap banyak dari bayi. Jika ia masih belum bisa
menyebut, "Ayah" atau "Ibu", kita tidak akan berkata, "Bodoh sekali!"
Anda tidak akan berkata seperti itu pada seorang bayi karena Anda
tahu memang belum saatnya ia bisa berbicara. Akan tetapi pada saat ia
sudah berusia lima tahun, Anda akan berharap bahwa anak tersebut
sudah memiliki perilaku yang lebih terdidik. Jika ia masih saja
menumpahkan susunya sembarangan, Anda akan menjadi tidak sabar
terhadapnya. Saat ia masih bayi, dan menumpahkan susu dan
makanannya di lantai, Anda masih bisa tersenyum. Bagaimanapun
juga, dia masih bayi. Akan tetapi jika ia sudah berusaia lima tahun, dan
masih melakukan hal-hal seperti itu, Anda tidak akan begitu sabar
menghadapinya.
Kita bisa melihat keindahan perumpamaan ini. Saat Anda masih
seorang Kristen yang baru, Tuhan memperlakukan Anda dengan sabar
dan lembut. Jelas Dia tetap mengharapkan buah dari Anda, namun jika
Anda gagal, Ia akan dengan lebih sabar menangani Anda. Sejalan
dengan pertumbuhan Anda, standar yang diharapkan-Nya dari Anda
menjadi semakin tinggi. Saat Anda mencapai tingkatan orang-orang
yang mengabdikan hidupnya untuk pelayanan full-time, Tuhan
menuntut standar kesempurnaan yang sangat tinggi. Saat Anda
menjadi hamba Tuhan, mungkin sebagai pendeta, standar yang
dituntut menjadi semakin tinggi lagi. Anda sendiri pasti akan berharap
bahwa seorang pendeta akan berperilaku dengan cara yang sangat
memuliakan Tuhan, jauh melebihi seorang Kristen yang masih baru.
Anda berhak untuk berharap seperti itu, dan Allah berhak untuk
menuntut hal itu. Ketika para pelayan Tuhan gagal memenuhi standar,
maka Anda pasti berharap bahwa tindakan disiplin yang diterapkan ke
atas mereka akan lebih berat ketimbang terhadap orang lain. Hal ini
benar berdasarkan prinsip di dalam Firman Allah. "Setiap orang yang
452 | C A H A Y A I N J I L
kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan
kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih
banyak lagi dituntut" (Lukas12:48). Jika kita menerima banyak,
tuntutan yang kita hadapi juga lebih banyak.
Pada hari penghakiman nanti, Allah akan menghakimi para pendeta
dengan lebih berat ketimbang orang lain. Itu sebabnya rasul Yakobus
berkata, "Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu
mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan
dihakimi menurut ukuran yang lebih berat" (Yakobus 3:1). Saya punya
alasan untuk menjadi takut dan gemetar karena saya seorang pengajar
Firman. Tidak ada alasan untuk menyombongkan diri, atau bahkan
berpuas diri, karena apa yang Allah tuntut dari saya membuat lutut
saya gemetar. Paulus juga memahami persoalan ini dengan baik, dan
berkata bahwa kita harus mengerjakan keselamatan kita dengan takut
dan gemetar (Filipi 2:12). Ia sering berbicara tentang hal takut dan
gemetar karena ia tahu bahwa jika kemurahan Allah kepadanya besar,
maka penghakiman-Nya juga akan lebih berat jika ia gagal menindak-
lanjuti kemurahan itu.
Kira-kira sudah berapa lama Anda menjadi orang Kristen? Sekalipun
Allah itu sangat sabar, tetapi Ia menuntut standar yang tinggi. Jika
Anda hanya mau menjadi orang Kristen pada nama saja, maka
sebaiknya Anda melupakan hal Kekristenan. Ingatlah bahwa Anda
berurusan dengan Allah yang hidup yang memiliki standar yang sangat
tinggi. Seperti yang dikatakan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya,
"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di
sorga adalah sempurna" (Matius 5:48). Ini adalah suatu standar yang
sangat tinggi. Kita tidak bisa sempurna dalam arti bersih dari dosa,
akan tetapi kita harus sempurna dalam hal pengabdian dan komitmen
yang utuh kepada Allah. Yaitu, komitmen yang utuh tanpa cela.
Jika Anda berkata bahwa standar untuk menjadi seorang Kristen terlalu
tinggi, Anda benar. Baca saja Khotbah di Bukit untuk melihat buktinya.
Lalu, apakah kita harus melarikan diri dan tidak menjadi Kristen karena
standarnya terlalu tinggi? Apakah olahragawan menghindari olimpiade
karena standar di sana jauh lebih tinggi daripada standar di sekolah
atau di tingkat daerah? Justru karena standar di olimpiade sangat
tinggi maka banyak olahragawan yang tertantang dan berjuang untuk
meraihnya. Akan tetapi, kita tidak dibiarkan untuk mengejar standar
453 | C A H A Y A I N J I L
tersebut berdasarkan kekuatan kita sendiri. Malahan Allah telah
menyediakan bagi kita segala yang diperlukan untuk bisa sukses
bekerja di kebun anggur-Nya.
Buah yang Allah cari
Alasan mengapa orang menanam kebun anggur atau mengapa Allah
mendirikan kerajaan-Nya adalah karena Ia berharap untuk
mendapatkan buahnya - buah rohani dari umat-Nya. Buah dan
minuman anggur adalah hasil yang kita harapkan dari sebuah kebun
anggur. Akan tetapi buah rohani apa yang digambarkan oleh anggur
itu? Alkitab tidak meninggalkan kita dalam kebingungan. Pertama-
tama, buah yang Ia harapkan dari kita adalah iman - bukan sekadar
kepercayaan sesaat, melainkan kepercayaan terus menerus. Inilah
yang dipanggil kesetiaan (Lukas 18:8).
Hal kedua yang Allah kehendaki dari kita dinyatakan dengan jelas di
dalam Yesaya 5:7. Ayat ini memberitahu kita apa yang Allah harapkan
dari umat Yahudi. Ia ingin agar mereka menghasilkan keadilan akan
tetapi yang terlihat malah pertumpahan darah. Ia mengharapkan
kebenaran dari mereka akan tetapi yang didapat justru kebohongan.
Apa yang Allah harapkan dari umat-Nya dinyatakan dengan sangat
jelas sehingga umat Yahudi tidak bisa berkata bahwa mereka tidak
tahu apa yang dikehendaki oleh Allah. Nabi Mikha adalah salah satu
hamba Allah yang datang untuk menagih buah tetapi tidak
mendapatkan apa-apa. "Dan apakah yang dituntut TUHAN dari
padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan
rendah hati di hadapan Allahmu?" (Mikha 6:8). Kesetiaan berarti: kasih
yang teguh, kasih yang setia, komitmen sejati untuk melangkah
dengan rendah hati bersama Allah. Jadi Allah menghendaki keadilan,
kesetiaan dan persekutuan dalam kerendahan hati dengan-Nya.
Memasuki Perjanjian Baru, kita memperluas hal ini ke dalam poin yang
berikutnya. Apa yang dikehendaki oleh Allah dari umat Kristen
sekarang ini? Tidak lain dari buah Roh, yang dijelaskan dalam Galatia
5:22-23, buah dengan sembilan cirinya, seperti kumpulan buah anggur
dalam satu tandan. Di dalam ayat tersebut tidak disebut 'buah-buah',
melainkan 'buah' Roh. Setandan buah yang melekat ke satu tangkai,
seperti buah anggur. Hal-hal yang termasuk dalam buah Roh itu di
antaranya, kasih, sukacita, dan damai sejahtera. Kita juga dapat
melihat poin yang lain lagi dari sini. Di dalam 1 Tesalonika 4:3, Paulus
454 | C A H A Y A I N J I L
berkata bahwa Allah menghendaki agar kita menjadi kudus. Artinya,
kehidupan yang kita jalani ini harus dicirikan oleh kekudusan.
Tampaknya seolah-olah Allah menuntut buah dari kita untuk Dia
nikmati sendiri. Akan tetapi kita tidak boleh lupa bahwa semakin
banyak buah yang kita hasilkan, semakin banyak hasil yang kita
nikmati. Karena hukum menyatakan bahwa Allah berhak atas
sepersepuluh dari hasil panen dalam empat tahun pertama; dan
haknya menjadi separuh dari tahun yang kelima. Jika, jumlah yang kita
hasilkan sangat banyak, maka bagian separuh buat kita juga akan
menjadi sangat besar, bukankah demikian? Dengan demikian, di dalam
proses memberi ini kita semakin diberkati. Sangat bodoh jika kita
memandang bahwa Allah ingin menikmati sendiri semua hasil dari kita.
Sebagian dari buah yang kita hasilkan menjadi berkat bagi diri kita
sendiri sekaligus juga bagi orang lain. Sebenarnya, semua buah yang
dihasilkan itu sangat sedikit yang akan dinikmati oleh si pemilik kebun.
Hasil panen itu akan mengalir ke tempat lainnya - seperti pasar, dan
mengalir menjadi berkat bagi orang lain.
Di dalam perumpamaan ini, siapakah yang menolak untuk memberikan
buah? Jawabannya sangat membuat hati sedih. Umat Allah sendirilah
yang gagal memberikan buah bagi-Nya. Hal yang sama dapat dilihat di
dalam sejarah. Allah tidak berkata bahwa orang-orang yang tidak
percaya yang telah gagal; Ia tidak membebankan kesalahan ini ke
pundak orang-orang yang tidak percaya. Kesalahan itu terdapat pada
orang-orang Yahudi, dan di jaman ini, kesalahan ini terletak pada
pundak orang Kristen. Para pimpinan umat telah gagal.
Kita sendirilah yang seharusnya menindak keras diri ini. Jika kita tidak
melakukannya, maka Allahlah yang akan melakukannya. Seperti yang
dinyatakan dalam Firman Allah, "Kalau kita menguji diri kita sendiri,
hukuman tidak menimpa kita" (1 Korintus 11:31). Kita terlalu
memanjakan diri. Setiap kali ada gereja yang melakukan tindakan
disiplin terhadap seseorang, masyarakat terkejut, "Oh, mereka
bertindak terlalu keras terhadap orang ini." Biarlah saya memberitahu
Anda, jika kita tidak mengambil tindakan disiplin, maka Allah yang
akan melakukannya, dan hal itu akan berlangsung dengan lebih keras.
Kita harus menindak keras diri kita sendiri jika kita ingin menerima
kemurahan dari Allah.
455 | C A H A Y A I N J I L
Di dalam perumpamaan ini, kita melihat bahwa umat Allah sendiri yang
ternyata gagal! Itu adalah suatu tragedi yang besar bagi generasi ini,
malahan di dalam setiap generasi dalam sejarah Gereja. Jika kita tidak
ingin gagal, kita tidak boleh berpuas diri dan harus belajar untuk
bersikap lebih tegas terhadap diri sendiri.
Kesalahan fatal
Saat kita mempelajari perumpamaan ini, ada beberapa hal yang pasti
terlintas di benak kita. Sebagai contoh, mengapa para penggarap itu
gagal memberikan hasil panen? Dan mengapa mereka memperlakukan
para hamba Allah seperti itu? Jawabannya terdapat di dalam ayat 38,
"Namun ketika para penggarap melihat kedatangan anak si pemilik
kebun anggur, mereka berkata satu sama lain, 'Dia ini adalah pewaris;
mari kita bunuh dia dan merampas warisannya!'" Dari sini kita bisa
melihat bahwa para penggarap itu ingin memiliki kebun anggur itu.
Mereka mau bebas melakukan apa saja yang mereka mau dengan
kebun anggur itu. Hal inilah yang tepatnya telah mereka lakukan
terhadap Yohanes Pembaptis. Seperti yang dikatakan oleh Yesus, "Aku
berkata kepadamu: Elia sudah datang (Yesus mengacu kepada Yohanes
Pembaptis), tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya
menurut kehendak mereka" (Matius 17:12).
Persoalan yang dihadapi oleh gereja sekarang ini tepatnya adalah sikap
orang-orang Kristen yang mengerjakan keselamatan itu semaunya
sendiri. Individualisme dan keegoisan adalah akar dari kegagalan
orang-orang Kristen di mana-mana. "Aku mengerjakannya sekehendak
hatiku. Beginilah jalan yang ingin kutempuh." Jika kita datang kepada
Tuhan dengan sikap seperti ini, memaksakan kehendak sendiri di
dalam setiap urusan, kita tidak akan pernah bisa menjadi pengikut-
Nya. Setiap orang yang mengira bahwa ia bisa dengan gampang
mendapatkan semua keuntungan dari kerajaan Allah - seperti
keselamatan dan semua berkat - dan terus memaksakan kemauannya
sendiri telah membuat kesalahan yang sangat besar. Seperti bait lagu
Frank Sinatra, "I did it my way (Kulakukan dengan caraku sendiri)".
Pada hari penghakiman nanti, lagu itu akan menjadi lagu yang paling
kita sesali. Saat Allah mulai mengerjakan kehendak-Nya, mereka yang
selama ini bertindak semaunya sendiri akan menghadapi hal yang tidak
tertahankan. Hal yang paling menyedihkan dari semua ini adalah ketika
mereka memaksa untuk bertindak semaunya sendiri, mereka malah
menjerumuskan diri ke dalam bencana dan ketidak-bahagiaan. Ada
456 | C A H A Y A I N J I L
juga orang yang ingin melayani Allah namun dengan cara yang mereka
tentukan sendiri!
Jika Anda adalah penggarap di kebun anggur Allah, yang berarti Anda
adalah seorang Kristen dan juga seorang murid, tanyakanlah diri Anda,
"Apakah aku benar-benar menjalani kehidupan Kristen menurut
kehendak Allah?" (Di sini kita sampai pada poin tentang mencintai
kebenaran, jadi sangat penting bagi Anda untuk jujur kepada diri
sendiri.) Jika jawabannya adalah tidak, pertimbangkanlah hal apa yang
akan terjadi. Jika Anda sedang memanfaatkan kebun anggur Allah,
kemurahan dan berkat-berkat-Nya dengan cara yang Anda tentukan,
maka Anda tidak akan menghasilkan buah sesuai dengan yang
diharapkan oleh Allah.
Penolakan terhadap pengangkatan Yesus sebagai Tuan ke atas hidup
Anda - bukan sekadar dalam perkataan namun dalam kehidupan -
adalah hal yang sering saya lihat ada di dalam diri orang-orang Kristen.
Perhatikanlah cara Anda merencanakan sesuatu, cara Anda berpikir
dan mengerjakan sesuatu sekarang ini. Pernahkah Anda menempatkan
kepentingan Allah sebagai patokan yang utama? Jujurlah terhadap diri
Anda sendiri. Kapan, dalam keseharian Anda, pernah Anda
menempatkan kepentingan Allah sebagai yang utama? Saya tidak
berbicara tentang teori di sini, namun tentang kenyataan dalam
kehidupan sehari-hari. Jika Anda dapat menjawab pertanyaan ini
dengan jujur, mungkin Anda selamat dan tidak berakhir sebagai salah
satu dari para penggarap yang harus menghadapi penghakiman Allah.
Ketidak-setiaan akan membangkitkan murka Allah
Apa yang terjadi pada para penggarap yang gagal memberikan hasil
panen? Jika Anda mengira bahwa sekali Anda masuk ke dalam kerajaan
Allah, lalu Anda akan selamanya aman di dalam kerajaan-Nya, maka
Anda sudah melakukan kesalahan fatal! Perhatikan baik-baik apa yang
dikatakan oleh Alkitab. Sebenarnya, Yesus malah menarik jawaban dari
para pendengar perumpamaan ini. Ia berkata, "Katakan, apa yang
akan dilakukan oleh si pemilik kebun anggur jika ia kembali?"
Bagaimana menurut Anda? Apakah mereka akan dibebaskan dari
penghakiman karena mereka adalah penggarap di kebun anggurnya?
Justru karena mereka menjadi penggarap di kebun anggurnya, maka si
pemilik kebun anggur itu menghakimi mereka. Dan hal inilah yang
dikatakan oleh Allah kepada umat Israel, "Karena engkau, dan hanya
457 | C A H A Y A I N J I L
engkau adalah umat-Ku (dari antara semua umat manusia), maka Aku
akan menghakimimu. Jika engkau bukan umat-Ku, Aku tidak akan
menghakimimu. Tetapi karena engkau adalah umat-Ku, maka Aku akan
menghakimimu."
Dalam pengertian tertentu, setiap orang adalah milik Allah. Ia akan
menghakimi kita karena kita adalah ciptaan-Nya. Jika kita menjadi
milik-Nya dalam dua pengertian, melalui penciptaan dan penebusan,
maka Ia akan menuntut lebih lagi dari kita. Apa yang akan terjadi
dengan mereka yang tidak menghasilkan buah bagi Allah?
Bayangkanlah jawaban yang didapatkan oleh Yesus dari para
pendengar perumpamaan ini, "Kata mereka kepada-Nya: 'Ia akan
membinasakan orang-orang jahat itu.'" (ayat 41). Di dalam
perumpamaan ini, para penggarap telah membunuh hamba-hamba-
Nya. Bagi mereka yang telah membunuh hamba-hamba-Nya, yang
menolak klaim-Nya dan menolak untuk hidup di bawah pemerintahan-
Nya, maka mereka harus menghadapi akibatnya. Mereka tidak boleh
lupa bahwa mereka berhadapan dengan Allah yang hidup yang akan
datang kembali. Di dalam ayat 41 kita melihat kata 'membinasakan'
yang diterjemahkan dari kata Yunani yang berarti 'buruk, ngeri,
mengerikan'. Jadi, Allah akan membinasakan mereka dalam kematian
yang mengerikan. Seberat itulah penghakiman yang harus dihadapi
oleh orang-orang itu.
Allah adalah Allah pengasih. Akan tetapi kita tidak boleh membuat
kesalahan dengan mengira bahwa karena Ia adalah Allah pengasih
maka Ia tidak akan menghakimi. Justru karena Ia tidak bisa menolerir
keegoisan dan kejahatan semacam ini maka Ia akan mengambil
tindakan keras terhadap hal-hal tersebut.
Selanjutnya, setelah para penggarap itu dihukum, kebun anggur itu
kemudian diserahkan kepada orang lain yang akan memberikan hasil
panen kepada Allah pada musimnya (ayat 41). Sekarang ini, kita
dijejali dengan satu ajaran yang aneh dalam gereja, yaitu bahwa jika
kita sudah ada di dalam kebun anggur maka kita akan selalu berada
dalam kebun anggur itu, dan kebun anggur itu tidak akan pernah
diambil dari kita. Sekali kita masuk ke dalam kerajaan, maka
selamanya kita akan berada di dalam kerajaan, dan kerajaan itu tidak
akan pernah diambil dari kita. Jika seperti itu pemahaman yang kita
pegang, maka yang kita lakukan tak lebih dari sekadar menciptakan
458 | C A H A Y A I N J I L
doktrin untuk menciptakan rasa aman di dalam hati. Sebenarnya,
bukan hanya kebun anggur itu diambil dari mereka, tetapi mereka juga
dibinasakan. Mereka berakhir dalam kebinasaan. Paulus berkata
kepada kita, "Karena jika Allah tidak menyayangkan cabang yang asli,
maka Ia juga tidak akan menyayangkan kamu" (lihat Roma 11:21).
Jika kita tinggal di dalam kebaikan-Nya, kita akan hidup dengan
menghasilkan buah seperti yang Dia inginkan. Kita tidak akan berakhir
dalam kebinasaan. Segala sesuatu tergantung dari buah yang kita
hasilkan.
Tanda dari hamba yang sejati
Dengan mengamati perumpamaan ini, timbul pertanyaan, "Mengapa
orang Yahudi membenci hamba-hamba Allah yang sejati?" Mengapa
hamba-hamba Allah yang sejati dibenci oleh generasinya dan ditolak
oleh Gereja? Dan lagi, bagaimana kita bisa tahu apakah seseorang itu
hamba Allah yang sejati atau yang palsu? Bagaimana Anda bisa tahu
bahwa orang yang sedang berkhotbah adalah hamba Allah yang sejati?
Perumpamaan ini memberi kita kriteria yang sangat jelas. Seorang
hamba Allah yang sejati akan meminta buah. Itu sebabnya mengapa
mereka dibenci. Jika mereka tidak meminta apapun, mereka tidak akan
dibenci. Jika mereka datang kepada para penggarap dan berkata,
"Kalian telah mengerjakannya dengan sangat baik! Kalian tidak mau
memberikan hasil panen kepada pemilik kebun? Tidak masalah. Jika
Anda sudah di kebun ini, maka Anda akan tetap berada di kebun ini.
Tidak perlu khawatir. Apa yang bisa dilakukan oleh si pemilik kebun
terhadap kalian?" Jelas hamba seperti itu tidak akan dipukuli. Jika ia
berkhotbah seperti ini, tak akan ada orang yang merajamnya dengan
batu. Jelas para penggarap tidak akan melemparinya dengan batu,
malahan mereka akan berkata, "Sobat, masuklah kemari."
Setiap hamba Allah yang sejati, di lain pihak, akan datang dan berkata,
"Allah meminta buahnya. Kamu harus hidup dalam kebenaran dan
kekudusan. Kamu harus berpaling dari dosa-dosamu. Dan kamu tidak
cuma harus bertobat dan dengan itu menerima hidup yang kekal, tetapi
kamu harus selalu hidup dalam kekudusan. Kamu harus hidup seperti
itu." Apa yang akan terjadi jika Anda berkhotbah seperti itu?
Mengejutkan! Gereja akan mengusir Anda. Jika Anda tidak percaya,
saya tantang Anda untuk mencobanya. Saya sudah mencobanya dan
saya mengetahui hal ini dari pengalaman.
459 | C A H A Y A I N J I L
Lihat John Wesley sebagai contoh. Ketika ia datang dan berkata
kepada Church of England bahwa mereka harus memelihara
kekudusan, mereka mengusirnya. Orang pasti berpikir bahwa gereja
tentunya paham tentang pentingnya kekudusan. Walaupun sudah
ditahbiskan sebagai pengkotbah di Church of England, Wesley dilarang
untuk berkhotbah di semua gereja milik pemerintah. Ia bahkan
dilarang untuk berkhotbah di gereja yang digembalai oleh ayahnya
sendiri. Ketika ayahnya meninggal, ia tidak diijinkan untuk memimpin
upacara pemakaman ayahnya di dalam gereja. Ia harus berdiri di luar
gereja untuk memimpin upacara pemakaman ayahnya sendiri. Dan
satu-satunya kesalahannya adalah ia memberitakan kekudusan!
Bagaimana kita bisa mengenali seorang hamba Allah yang sejati? Tidak
perlu memakai cara-cara yang rumit untuk bisa mengenali seorang
hamba Allah yang sejati. Cukup dengan mendengarkan khotbah yang
disampaikannya. Jika ia berkata bahwa semuanya baik-baik saja
sementara kenyataannya dunia sedang kacau balau, kita akan tahu
bahwa dia adalah nabi palsu. Menurut Perjanjian Lama, para nabi
palsulah yang berkata, "Semuanya baik-baik saja. Tenanglah. Tidak
ada masalah sama sekali" (Lihat Yeremia 6:14 dan 8:11). Malahan, kita
dapat mengenali seorang hamba Allah sejati cukup dengan mengamati
satu unsur dalam khotbahnya yaitu seruan bagi kekudusan.
John Sung melakukan hal tersebut. Setiap orang yang mendengar atau
membaca khotbahnya akan tahu bahwa ia adalah hamba Allah yang
sejati. Kemanapun ia pergi, ia berkhotbah tentang kekudusan.
Walaupun Allah memakainya dengan sangat luar biasa, ia sendiri tidak
diterima dalam lingkungan yang dilayaninya. Saat Sung berkhotbah di
China, para penginjil, pekerja Kristen dan para pendeta menolaknya.
Sekarang ini, kita semua menghormati dia, bertingkah seperti orang-
orang Yahudi di jaman Yesus. Mereka mencat putih kuburan para nabi
yang telah dibunuh oleh nenek moyang mereka. Yesus berkata kepada
mereka, "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi,
hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-
nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh dan berkata: Jika kami
hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan
mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. Tetapi dengan demikian
kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah
keturunan pembunuh nabi-nabi itu" (Matius 23:29-31). Intinya, Yesus
berkata, "Kamu menghormati nabi-nabi jaman dahulu karena mereka
460 | C A H A Y A I N J I L
sudah tidak ada. Karena mereka tidak bisa menegurmu sekarang, jadi
memang gampang untuk berkata bahwa mereka adalah orang-orang
yang luar biasa!" Sekarang ini, banyak orang yang berkata bahwa
Wesley adalah orang yang hebat, karena Wesley sudah tidak ada dan
tidak bisa lagi mengecam kejahatan dan rendahnya moral di Gereja.
Kita bisa memujinya karena ia sudah mati. Tidak heran jika Yesus
berkata bahwa kita sudah membongkar aib sendiri, yaitu kemunafikan
kita. Hal yang terpenting di sini adalah: entah Anda membaca dari
sebuah buku atau mendengar sebuah khotbah, Anda harus mengamati
unsur kekudusan ini, buah yang dicari Allah dari umat-Nya.
Apa yang penting dari buah ini? Buah adalah intisari dari kehidupan
seorang Kristen. Sebenarnya, kata 'buah' muncul sebanyak 66 kali
dalam Perjanjian Baru. Kata kerjanya muncul sebanyak 8 kali, jadi
semuanya berjumlah 74 kali dalam Perjanjian baru. Buah adalah hal
yang sangat-sangat penting.
Paulus membuat pernyataan yang sangat menarik di dalam Roma 7:4.
Ia berkata kepada kita bahwa poin utama dari menjadi seorang Kristen
adalah agar kita bisa menghasilkan buah bagi Allah. Paulus sangat
memahami hal ini. Mengapa Yesus menjadikan kita umat-Nya?
Mengapa Ia menebus kita? Mengapa Ia mati dan bangkit dari
kematian? Semua ini supaya kita bisa menghasilkan buah bagi
Allah. Ini adalah hal yang sangat menentukan atau satu persoalan
kunci dalam hal menjadi seorang Kristen.
Untuk mengetahui apakah Anda seorang Kristen sejati atau bukan,
Anda hanya perlu bertanya pada diri sendiri, "Apakah saya
menghasilkan buah? Adakah kekudusan di dalam hidup saya?" Tidak
perlu cara yang rumit untuk memeriksanya. Periksa saja kehidupan
Anda. Adakah kekudusan menjadi bagian dari hidup Anda? Apakah ada
buah yang dapat Anda persembahkan kepada Allah? Jawablah semua
pertanyaan itu, dan Anda akan tahu siapa Anda.
Apakah Anda tahu seberapa dekat Anda dengan Allah? Apakah Anda
mengalami kuasa Allah bekerja di dalam hidup Anda? Apakah Anda
menjalani kehidupan sebagai orang Kristen di rumah, sekolah dan
tempat kerja Anda? Adakah keindahan yang terpancar dari hidup
Anda? Adakah aroma dan buah enak yang menyegarkan orang lain?
Atau apakah Anda justru menimbulkan stres dan konflik kemanapun
461 | C A H A Y A I N J I L
Anda pergi dan membuat orang lain terganggu emosinya? Anda akan
tahu apakah kuasa Allah bekerja di dalam hidup Anda karena Anda
tidak akan mampu menghasilkan buah jika kuasa dan hidup Allah tidak
bekarya di dalam hidup Anda. Luangkanlah waktu untuk merenungkan
pentingnya menghasilkan buah bagi Tuhan.
Perumpamaan tentang Pesta Perjamuan Besar
Lukas 14:15-24 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang.
Mencari dalih akan mengorbankan keselamatan Anda
Hari ini kita akan membahas Firman Allah yang diambil dari Lukas
14:15-24. Bagian ini disebut sebagai perumpamaan tentang perjamuan
besar (Alkitab terjemahan Indonesia memberi judul perumpamaan
tentang orang-orang yang berdalih). Perumpamaan ini berbicara
tentang kerajaan Allah. Firman Allah adalah seperti intan atau batu
permata, yang memancarkan keindahan yang berbeda-beda
tergantung pada arah datangnya sinar. Di pembahasan ayat-ayat ini
sebelumnya, saya membahas dari sudut bahwa hanya mereka yang
miskin di hadapan Allah yang akan mendapat tempat di dalam kerajaan
Allah.
Di pembahasan kali ini kita akan melihatnya dari sudut yang berbeda,
yang menyangkut persoalan berdalih. Setelah bertahun-tahun melayani
Tuhan, saya mendapati bahwa salah satu kemampuan manusia unggul
adalah kemampuan untuk berdalih. Saat seorang non-Kristen diajak
untuk ikut dalam kebaktian, ia akan berkata, "Maaf, saya sibuk". Ini
berarti acara kebaktian adalah bagi mereka yang punya waktu luang
dan tidak punya banyak hal untuk dikerjakan. Saat diajak untuk
mendengarkan Firman Allah, mereka segera akan mencari alasan untuk
menolak. Mengapa? Hal yang lebih penting adalah mengapa orang-
orang Kristen juga banyak mencari-cari alasan? Bukan hanya orang
non-Kristen yang gemar berdalih. Banyak orang Kristen saat diajak ke
Pendalaman Alkitab akan berkata, "Tempat tinggal saya terlalu jauh",
"Ongkos bisnya naik", "Saya harus mengerjakan ini dan itu", "Saya
kedatangan tamu." Aneh sekali! Begitu banyak hal yang terjadi
bersamaan dengan saat diadakan kegiatan Pendalaman Alkitab.
Sungguh menakjubkan! Alasan yang diajukan tidak selalunya benar.
Hanya sekadar mencari alasan untuk tidak menerima undangan Anda.
462 | C A H A Y A I N J I L
Dua macam dalih
Pada dasarnya ada dua macam dalih. Yang pertama adalah dalih
sebelum suatu peristiwa terjadi, dalam hal ini sebelum perjamuan
itu diadakan. Pesta perjamuannya sudah siap dan Anda mengundang
seseorang untuk datang. Lalu tiba-tiba ia teringat bahwa ia baru saja
membeli sebidang tanah dan sekarang ia menjadi sangat sibuk. Itu
adalah alasan yang dibuat sebelum suatu peristiwa terjadi, untuk
menghindar dari kewajiban untuk datang.
Yang kedua adalah dalih sesudah suatu peristiwa terjadi. Saat
Anda gagal mengerjakan sesuatu, Anda akan membuat alasan untuk
membenarkan diri Anda dengan menjelaskan mengapa Anda
mengalami kegagalan. Orang yang berhasil mengerjakan sesuatu tidak
perlu berdalih. Jika Anda lulus dalam ujian, Anda tidak perlu mencari
alasan mengapa Anda lulus. Jika Anda tidak lulus, maka Anda akan
mencari alasan. "Oh, pengajarnya bersikap tidak adil, tugas
makalahnya terlalu sulit, dan pengajarnya tidak pernah mengajarkan
bagian yang diujikan". Terdapat seribu macam alasan untuk
menjelaskan mengapa Anda gagal. Paling tidak Anda mendapat
pembenaran di mata Anda sendiri walaupun orang lain tetap
menyalahkan Anda.
Kita juga sudah terbiasa dengan dalih jenis yang kedua ini. Hal ini
sudah diterapkan sejak awal sejarah umat manusia. Ketika Hawa
berbuat dosa, Adam berkata, "Salah perempuan itu." Dan Hawa
menyalahkan Iblis, dan Iblis tidak berhasil mencari pihak lain lagi untuk
disalahkan, jadi tuduhan itu tertumpah padanya. Sejak itu, kegiatan
mengalihkan kesalahan ini menjadi kebiasaan semua generasi.
Jadi, ada dalih yang muncul setelah suatu peristiwa terjadi, untuk
menjelaskan suatu kegagalan, dan ada juga yang dibuat sebelum suatu
peristiwa terjadi, untuk menghindari tanggungjawab. Di dalam
perumpamaan ini, kita membahas tentang dalih yang dibuat sebelum
suatu peristiwa terjadi, yaitu dalih yang dibuat untuk menghindari
tanggungjawab.
Lukas 14:15-21
Hidup yang kekal atau masuk ke dalam kerajaan Allah, seringkali
digambarkan di dalam Alkitab dengan ungkapan pesta perjamuan.
463 | C A H A Y A I N J I L
Mendengar itu (tentang kebangkitan orang-orang benar di ayat
14) berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus:
"Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah." Tetapi
Yesus berkata kepadanya: "Ada seorang mengadakan perjamuan besar
dan ia mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia
menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah,
sebab segala sesuatu sudah siap. Tetapi mereka bersama-sama
meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli
ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan. Yang
lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku
harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan. Yang lain lagi berkata:
Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang. Maka
kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada
tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya:
Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke
mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta
dan orang-orang lumpuh
Perhatikan secara khusus ayat 18, "Tetapi mereka bersama-sama
meminta maaf (berdalih)."
Ini adalah sebuah cerita berdasarkan kejadian nyata yang tercatat di
dalam Talmud. Namun kita tahu bahwa hal semacam ini memang
terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, Anda
mengadakan persekutuan keluarga dan ternyata orang-orang yang
diundang tidak hadir. Anda sudah menghabiskan banyak waktu untuk
memasak dan mendadak orang-orang itu berkata, "Oh, saya baru
ingat, saya tidak bisa datang nanti." Saya sudah mendengar banyak
keluhan tentang hal ini. Tadinya mereka berharap bisa makan
bersama, menikmati saat-saat indah bersama keluarga, dan orang-
orang yang diundang justru tidak datang dengan memberi berbagai
macam alasan. Sama seperti di perumpamaan ini, orang-orang yang
telah diundang itu membuat berbagai macam alasan untuk tidak hadir.
Ciri-ciri dalih di dalam perumpamaan ini
Perhatikan tiga ciri dari dalih-dalih tersebut. Pertama, dalih dibuat
dengan cara yang sangat sopan. "Maafkan saya...", "Mohon
pengertiannya..." - disampaikan dengan sangat sopan dan beradab.
Mungkin orang berpikir bahwa jika dalih disampaikan dengan cara yang
sangat sopan, maka dalih itu akan lebih bisa diterima.
464 | C A H A Y A I N J I L
Kedua, isi dalih tidak selalunya berisi kebohongan. Mereka
memang sedang sibuk. Yang satu baru menikah. Alasan yang dibuat
tidak harus merupakan kebohongan. Namun sulit dipahami mengapa
Anda tidak dapat menghadiri pesta perjamuan jika Anda baru saja
menikah. Mungkin istrinya tidak begitu suka dengan pesta. Dalih yang
lainnya adalah transaksi pembelian lima pasang lembu kebiri dan
pembelian ladang. Semua itu bisa jadi benar. Pada saat seseorang
membuat alasan, apa yang dikatakannya tidak selalunya bohong.
Suatu kenyataan bisa saja dimanfaatkan sebagai suatu alasan untuk
menghindar dari kewajiban memberi tanggapan.
Poin yang ketiga, dalih adalah suatu penolakan terhadap
undangan untuk memasuki kerajaan-Nya. Tidak peduli sesopan
apapun dalih itu disampaikan, tidak peduli sewajar apapun dalih itu,
hasilnya tetap suatu penolakan kepada undangan Allah. Pesan yang
disampaikan melalui perumpamaan ini adalah: Tuhan tidak
mempersoalkan apakah alasan Anda itu benar dan memang merupakan
suatu kenyataan. Akan tetapi peringatan-Nya adalah: jika Anda
membiarkan sesuatu hal, walaupun hal itu nyata, untuk menghalangi
langkah Anda memasuki hidup yang kekal, maka Anda tidak akan
pernah masuk ke sana. Anda selamanya akan menghindari
keselamatan. Inilah poin perumpamaan ini: membuat dalih akan
mengorbankan keselamatan Anda. Jika orang tahu seberapa besar
harga dari dalih yang dibuatnya, tentu ia akan lebih berhati-hati dalam
berurusan dengan dalih.
Orang kayalah yang berdalih
Perhatikan bahwa di dalam perumpamaan ini orang miskin berada
dalam posisi tidak dapat membuat dalih. Apakah Anda berada dalam
posisi mampu untuk berdalih? Orang-orang miskin, jika diundang ke
sebuah pesta perjamuan, tidak akan membuat dalih macam-macam.
Mereka tidak mampu. Mereka tidak ingin berdalih. Sangat berbahaya
jika kita sampai di tingkat di mana kita merasa bisa berdalih. Apa posisi
itu?
Apa dalih yang mereka buat? Yang pertama berkata bahwa ia baru saja
membeli sebidang tanah. Anda harus agak kaya untuk membeli
sebidang tanah. Tidak semua orang mampu membeli sebidang tanah.
Tanah adalah harta milik yang mahal, khususnya di Yudea karena
Israel adalah negeri yang kecil. Di negara yang luas seperti Kanada,
465 | C A H A Y A I N J I L
Anda mungkin bisa membeli tanah karena harganya murah. Akan
tetapi di negara yang kecil, misalnya seperti Swiss harga tanah
sangatlah mahal! Di Israel juga demikian. Israel adalah sebuah negara
yang kecil tetapi penduduknya cukup banyak jika dibandingkan dengan
luas wilayahnya. Dengan begitu harga tanah di sana sangatlah mahal,
dan orang yang membeli tanah haruslah cukup kaya.
Orang yang selanjutnya juga cukup kaya. Ia tidak sekadar membeli
satu atau dua ekor lembu kebiri, ia membeli lima pasang lembu kebiri,
atau sepuluh ekor. Jadi, paling sedikit, ia memiliki sepuluh ekor lembu
kebiri, dan kita tidak diberi tahu apa lagi hartanya yang lain. Bahkan di
Kanada, harga seekor lembu cukup mahal, apalagi sepuluh. Jadi
jelaslah bahwa dia orang yang cukup kaya.
Dalam hal menikah, Anda juga harus punya cukup harta. Pada jaman
itu, pesta pernikahan biasanya berlangsung selama tujuh hari. Pada
pesta pernikahan di Kana, Yesus menolong tuan rumah ketika mereka
kehabisan anggur. Yang pasti jika pesta diadakan sampai tujuh hari,
maka pesta pernikahan tentu akan menjadi urusan yang cukup mahal
karena harus menyediakan cukup banyak makanan dan anggur.
Orang-orang kayalah yang mampu membuat dalih. Pada saat orang
mulai makmur, saat mereka mulai menjadi gemuk, dalih-dalih mulai
diciptakan. Arti penting hal ini harus dipelajari dengan teliti. Pada saat
masih kuliah, Anda sangat miskin. Membeli sepotong es krim mungkin
merupakan suatu kemewahan. Namun, saat Anda sudah bekerja dan
mendapat penghasilan yang bagus, apa artinya seporsi es krim? Anda
bahkan bisa membeli menu-menu mewah lainnya. Dulunya Anda tidak
mampu untuk makan di restoran. Mungkin kadang-kadang Anda
membeli burger di McDonald, namun seiring dengan meningkatnya
kemakmuran Anda, Anda tidak sudi lagi melirik McDonald. Itu hidangan
untuk orang miskin. Anda akan makan di restoran mewah karena Anda
mampu membayarnya. Seiringan dengan itu akan terjadinya
penurunan kualitas rohani Anda.
Tidak miskin di hadapan Allah artinya tidak merasakan adanya
kebutuhan rohani
Inilah poinnya. Yesus sedang memberitahu kita hal-hal apa saja yang
berlawanan dengan kondisi miskin di hadapan Allah. Apa itu miskin di
hadapan Allah? Menjadi miskin di hadapan Allah berarti memiliki
466 | C A H A Y A I N J I L
kesadaran yang mendalam akan kekurangan. Memang tidak
nyaman jika kita merasa kekurangan, namun berbahagialah orang
yang merasa kekurangan. Apa artinya tidak miskin di hadapan Allah?
Menjadi 'kaya di hadapan Allah' berarti tidak merasakan adanya
kekurangan, atau hanya sedikit merasa kekurangan. Anda mungkin
berbicara dengan seorang non-Kristen tentang perkara rohani dan ia
tidak begitu merasa kekurangan. Ia merasa sudah cukup puas. Jika ia
merasa tidak puas, ia akan mengisinya lewat televisi. Cukup dengan
menekan tombolnya, nah, seluruh dunia ditampilkan dengan tata
warna dan suara yang menarik, dan Anda segera larut di dalamnya.
Saat Anda masih miskin, gambar di layar televisi Anda mungkin kabur
dan berbintik, sangat sulit ditonton. Anda akan berkata, "Percuma saja
menonton TV. Terlalu melelahkan mata." Namun jika Anda sudah kaya,
segala kenikmatan yang ditawarkan oleh televisi akan segera menyita
perhatian Anda. Masalah rohani? Tidak ada waktu untuk memikirkan
hal itu. Ada begitu banyak cara untuk mengalihkan perhatian kita dari
persoalan yang ada.
Perhatikan orang-orang di dalam perumpamaan ini. Salah satu dari
tersita perhatiannya pada sebidang lahan. Saat Anda masih kuliah,
Anda tidak akan memikirkan tentang pembelian lahan, karena Anda
tidak mampu membelinya - untuk jajan saja sudah susah! Tapi
sekarang, sebidang tanah yang sangat luas telah menyita perhatian
Anda. Anda tidak sekadar membeli sebidang lahan, karena begitu
tanah itu Anda beli, maka Anda harus membersihkannya, mencari
pekerja, membeli peralatan, menyiapkan lahan, dan mengurus
berbagai hal sehubungan dengan tanah itu. Wah, sangat sibuk! Lalu
orang yang kedua baru saja membeli lima pasang lembu kebiri. Dengan
kesepuluh ekor lembu itu, ia harus mencari orang untuk memelihara,
memberinya makan dan memastikan lembu-lembu itu produktif. Dan
seorang istri, ini adalah sarana yang sangat bagus untuk melupakan
segala persoalan di dunia ini, kecuali jika pernikahan Anda kemudian
bermasalah. Akan tetapi orang ini sedang berbahagia - ia baru saja
menikah. Di hari-hari seperti itu, orang ini sepertinya sedang berada di
langit ke tujuh. Tidak ada waktu untuk memikirkan hal-hal lain seperti
kebutuhan rohani.
Cobalah pahami pelajaran yang Yesus sampaikan di sini. Tanyalah diri
Anda. "Bagaimana kondisi rohani saya? Atau, apakah saya sedang
mengeraskan hati terhadap kebutuhan rohani saya?" Sungguh aneh,
467 | C A H A Y A I N J I L
seringkali orang harus mengalami bencana yang mengerikan sebelum
ia terjaga dan mulai menyadari, "Celaka! Mengapa saya tidak tahu
akan hal ini sebelumnya? Mengapa saya bisa membutakan mata
terhadap kenyataan rohani yang ada? Di mana saja saya bersembunyi
selama ini?" Tiba-tiba seseorang yang Anda kasihi meninggal dunia.
Tiba-tiba kesehatan Anda menurun dan dokter berkata, "Maaf, Anda
mengidap kanker tahap terakhir." Oh! Sekarang semua acara di TV
tidak memikat hati Anda lagi. Persoalan yang sedang dihadapi sekarang
tidak mau berlalu dengan mudah. Persoalan tersebut memelototi Anda
setiap saat. Ia tidak mau berlalu. Segala macam hiburan tidak sanggup
menolong Anda lagi. Anda tidak tertarik lagi dengan ladang, lembu
kebiri, dan bahkan pernikahan Anda, karena nyawa Anda sedang
terancam. Mengapa seringkali setelah mengalami peristiwa-peristiwa
ini baru kita terjaga atau sadar?
Saya ingin secara khusus berkata kepada Anda-Anda yang akan atau
yang sudah berhasil di dunia ini: "Perhatikan baik-baik kenyataan
ini. Ada hubungan yang sangat nyata di antara kemakmuran
ekonomi dan kurangnya kesadaran akan kebutuhan rohani." Dari
ilustrasi yang saya sampaikan tadi terdapat juga hubungan yang
nyata di antara kemiskinan ekonomi dengan menjadi miskin di
hadapan Allah. Bisa jadi karena alasan inilah Yesus terus menerus
mendorong murid-murid-Nya untuk melepaskan segala yang mereka
miliki. Ia berkata kepada orang muda yang kaya di dalam Matius
19:16-26, "Engkau harus melepaskan segala kekayaanmu karena
kekayaanmu akan membuat hatimu berlemak. Engkau tidak akan
memiliki kesadaran akan kebutuhan rohani. Dengan begitu kamu tidak
akan dapat menjadi murid-Ku dan tidak akan dapat masuk ke dalam
kerajaan Allah."
"Melepaskan segala uang hasil keringatku, dan juga harta warisan yang
baru kudapatkan? Apakah Engkau ingin menyuruhku kembali ke masa-
masa sengsara sebagai mahasiswa yang miskin? Tidak, tidak, Tuhan
pasti tidak bermaksud demikian! Pernyataan itu hanya untuk si orang
kaya yang muda itu. Saya tidak terikat pada uang seperti orang muda
yang kaya itu." Demikianlah, berbagai dalih mulai diluncurkan. Kita
sangat ahli dalam menciptakan dalih, namun justru dalih-dalih kita
itulah yang akan menjadi sumber bencana bagi kita.
468 | C A H A Y A I N J I L
Berkat yang tidak diperlakukan dengan semestinya akan
berubah menjadi kutuk
Sejarah bangsa Israel adalah peringatan bagi bangsa Israel itu sendiri.
Di Ulangan 31:19 Allah berbicara kepada bangsa Israel. Tuhan
memberi petunjuk kepada Musa tentang apa yang harus dilakukan
dengan bangsa Israel yang akan mengalami keruntuhan rohani. Segera
sesudah pembebasan mereka dari tanah Mesir (peristiwa keluaran),
Tuhan sudah memperingatkan bahwa Israel akan mengalami kejatuhan
rohani. Ulangan 31:19-20:
Oleh sebab itu tuliskanlah nyanyian ini dan ajarkanlah kepada orang
Israel, letakkanlah di dalam mulut mereka, supaya nyanyian ini
menjadi saksi bagi-Ku terhadap orang Israel. Sebab Aku akan
membawa mereka ke tanah yang Kujanjikan dengan sumpah kepada
nenek moyang mereka, yakni tanah yang berlimpah-limpah susu dan
madunya; mereka akan makan dan kenyang dan menjadi gemuk,
tetapi mereka akan berpaling kepada allah lain dan beribadah
kepadanya. Aku ini akan dinista mereka dan perjanjian-Ku akan
diingkari mereka.
Perhatikan bahwa hal yang dimaksudkan sebagai berkat bagi bangsa
Israel berubah menjadi kutukan. Mereka memasuki Tanah Perjanjian,
tanah yang penuh dengan susu dan madu yang berlimpah. "Susu dan
madu" adalah berkat kemakmuran lahan pertanian di sana, suatu hal
yang sangat penting dalam masyarakat tersebut. Madu melambangkan
kesuburan tanah, karena jika tanahnya tidak subur maka tidak akan
tumbuh bunga-bungaan, dan tidak akan ada madu yang bisa dihasilkan
oleh lebah. Madu berlimpah jika tanah di negeri itu subur. Di sisi lain,
susu berasal dari hewan ternak. Jadi yang dimaksudkan adalah
kesuburan tanah dan hewan ternak. Kemakmuran digambarkan melalui
ungkapan susu dan madu itu. Namun Tuhan Allah berkata melalui Musa
bahwa ketika bangsa ini memasuki tanah yang sangat diberkati itu, jika
mereka tidak mengelolanya dengan layak, berkat itu akan menjadi
kutuk.
Saat Anda mau mencari pekerjaan, Anda akan berdoa dengan setulus
hati, "Tuhan, kasihanilah aku, berilah aku satu pekerjaan yang baik
supaya aku dapat bersaksi sebagai orang Kristen. Ini adalah niat yang
utama, akan tetapi, di samping itu, aku juga perlu untuk memiliki
penghasilan yang cukup." Demikianlah, Anda berdoa meminta
469 | C A H A Y A I N J I L
pekerjaan yang baik, dan Allah memberi Anda pekerjaan yang bagus!
Dan Anda berkata, "Sungguh berkat yang luar biasa! Allah begitu baik
kepada saya!"Berhati-hatilah. Berkat yang diperlakukan dengan
sembarangan akan menjadi kutuk. Berkat diberikan agar kita bisa
menjadi berkat bagi orang lain. Jika Anda menyimpannya bagi diri Anda
sendiri, maka ia akan menjadi kutuk. Dengan menjadi saluran berkat
maka berkat itu akan menjadi milik kita yang sejati. Selanjutnya Allah
akan memberi kita lebih banyak berkat dan kasih karunia-Nya. Dengan
demikian kita menimbun harta di surga, di mana kita tidak akan
kehilangannya lagi.
Akan tetapi, jika surga tidak nyata bagi Anda, maka bank akan menjadi
lebih penting ketimbang surga. Dan Anda akan menyimpan harta Anda
di bank, bukan di surga. Jadi kita harus menuntaskan perkara yang
sangat pokok ini. Bagaimana kita memandang perkara rohani, apakah
kita sedang menciptakan banyak dalih guna menghindari ajaran Yesus.
Kebanyakan orang setelah melewati masa-masa susah, cenderung
menimbun harta demi berjaga-jaga akan hal-hal yang mungkin terjadi.
Dan kita mendapati bahwa ajaran Yesus yang berkata berbahagialah
orang yang miskin, yaitu, miskin di hadapan Allah, menjadi hal yang
sangat sulit untuk diterima. Sangat bertentangan dengan jalan
pemikiran kita. Karena hal-hal ini bertentangan dengan jalan pemikiran
kita, maka kita akan mulai menciptakan dalih-dalih.
Demikianlah, hati bangsa Israel dipenuhi dengan lemak, dan apa yang
terjadi di Tanah Perjanjian? Tepat seperti yang telah diperingatkan oleh
Tuhan, kerohanian mereka ambruk. Saat berada di bawah perbudakan
Mesir, saat mereka berada di bawah telapak kaki orang Mesir, saat
mereka menderita dan miskin, mereka sangat miskin di hadapan Allah.
Mereka begitu rendah hati dan sangat bergantung kepada Allah.
Namun ketika mereka meninggalkan Mesir dan masuk ke Tanah
Perjanjian, mereka menikmati segala kelimpahan. Mereka menjadi
gemuk, dan seiring dengan itu kerohanian mereka menurun. Perkara
sering kita amati di dalam Alkitab.
Israel (dan orang-orang Kristen) telah menerima undangan
Allah
Mungkin Anda akan berkata pada diri sendiri, "Tidak. Aku tidak seperti
mereka karena aku adalah orang Kristen. Aku telah menerima
undangan itu. Yang dibahas adalah orang-orang yang menolak
470 | C A H A Y A I N J I L
undangan itu. Sedangkan aku menerima undangan itu." Perhatikan
dengan saksama perumpamaan ini. Perumpamaan ini berbicara
tentang orang-orang yang pada awalnya menerima undangan tersebut,
namun belakangan menolaknya.
Di ayat 16-17, "Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia
mengundang banyak orang. Menjelang perjamuan itu dimulai, ia
menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah,
sebab segala sesuatu sudah siap." Hal penting yang tidak boleh kita
lewatkan adalah bahwa orang-orang itu sudah diundang sebelumnya.
Mereka sudah menerima undangan itu, karena itu si tuan rumah segera
mempersiapkan pesta perjamuannya. Jika mereka menolak sejak awal,
maka tidak perlu dipersiapkan pesta perjamuannya. Akan tetapi saat
diundang mereka tidak menolak. Jadi si tuan rumah melanjutkan
persiapannya. Namun ketika pesta perjamuan itu siap digelar dan
utusan dikirim untuk menyampaikan, "Pesta perjamuannya sudah siap.
Karena Anda sudah menerima undangan, harap segera datang."
Mereka yang sudah diundang itu bersama-sama membuat dalih untuk
tidak hadir. Mereka membuat alasan untuk tidak hadir pada saat
perjamuan itu sudah siap berlangsung. Si tuan rumah berada dalam
situasi di mana segala persiapan sudah selesai, tetapi para undangan
tidak mau hadir. Segala hidangan yang disediakan akan menjadi sia-
sia. Jadi ia segera mengundang semua pengemis, orang-orang miskin,
dan orang-orang kecil untuk datang dan menikmati hidangan agar
semua itu tidak sia-sia. Ini memang gambaran tentang orang Israel
dan orang-orang Kristen. Orang Israel dan orang Kristen mulanya
menerima undangan Allah untuk menjadi umat-Nya. Mereka
telah menerima undangan untuk memasuki kerajaan-Nya.
Mereka menerima kedaulatan-Nya. Ini poin yang mau kita
perhatikan: Israel dan orang Kristen, sama seperti mereka yang
berdalih di dalam perumpamaan ini, memang telah menerima
undangan dari Allah pada awalnya.
Anda mungkin telah menerima undangan itu, akan tetapi hal ini bukan
poin yang penting. Hal yang penting adalah, ketika pesta perjamuan
siap digelar - ketika tiba saatnya memasuki kerajaan Allah, masuk ke
dalam hidup yang kekal - apakah Anda hadir di sana? Apakah Anda
akan memasuki kerajaan Allah? Atau, apakah pada saat itu Anda
akan menjadi salah satu korban dari penyakit hati rohani ini?
471 | C A H A Y A I N J I L
Apakah Anda akan menjadi gemuk? Hal ini sangatlah penting untuk
diperhatikan.
Sekali lagi, saya ingin secara khusus menyampaikan kepada Anda yang
akan mendapatkan pekerjaan yang baik dengan gaji dan penghasilan
yang besar. Perlahan-lahan dan tanpa disadari hati Anda akan mulai
diliputi lemak, dan Anda akan masuk ke dalam daftar mereka yang
sudah gagal secara rohani. Sudah sering saya bertemu dengan orang
yang berkata, "Oh ya, pada waktu masih kuliah dulu, aku sangat aktif
di gereja. Saat itu aku menjadi pemimpin kaum muda, memimpin
Pendalaman Alkitab, memimpin ini dan itu." Lalu saya bertanya,
"Semuanya itu baik, tapi di mana Anda sekarang?" Jawabannya adalah,
"Sekarang? Aku sudah menikah dan memiliki beberapa anak dan aku
sekarang sudah punya bisnis, dan masih banyak lagi hal untuk
dikerjakan. Aku tidak punya waktu lagi." Prioritasnya sudah bergeser,
dan mereka sudah cukup puas jika sesekali masih sempat ke gereja.
Jadi Anda harus berwaspada ketika "memasuki kehidupan yang
mapan", karena dalam periode inilah Anda mulai melihat betapa diri
Anda akan menciptakan banyak dalih. Dan jika Anda sudah mulai
banyak menciptakan dalih, ingatlah pesan yang disampaikan oleh
Yesus melalui perumpamaan ini. Pada saat Anda mulai
menciptakan dalih, itu berarti secara rohani Anda sedang
mundur. Sungguh berbahaya bermain-main dengan dalih! Cobalah
mawas diri. Berwaspadalah ketika Anda mulai berkata bahwa Anda
terlalu sibuk, atau jika ada berbagai alasan yang terlihat wajar yang
menyita waktu doa atau waktu ibadah. Hal yang perlu kita perhatikan
adalah hanya orang-orang yang gagal yang menciptakan dalih. Dengan
begitu saat Anda mulai menciptakan dalih, maka Anda tahu bahwa
Anda sedang menuju kebinasaan rohani. Seringkali, saat berbicara
dengan orang-orang Kristen yang sudah gagal, kita melihat banyaknya
alasan yang dikemukakan yang tampaknya masuk akal, "Orang Kristen
tidak saling memahami. Mereka tidak sabar. Mereka telah menjadi batu
sandungan bagi saya. Mereka tidak mau memahami watak saya," dan
alasan-alasan itu masih terus ditambah dengan segudang dalih lainnya.
Seperti yang sudah saya katakan, orang yang tidak gagal tidak perlu
menciptakan dalih.
Israel menolak para nabi dengan menuduh mereka sesat
Akan tetapi perhatikan juga, dari sejarah bangsa Israel dan juga dari
472 | C A H A Y A I N J I L
perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur, dalih-
dalih pada awalnya disampaikan secara sopan tetapi lama
kelamaan berubah menjadi kurang sopan, menjadi sengit dan
akhirnya dibarengi dengan kekerasan. Hal inilah yang perlu Anda
camkan baik-baik. Pada awalnya, dalih disampaikan dengan sangat
sopan, seperti yang kita lihat dalam perumpamaan kita hari ini. Mari
kita bandingkan dengan perumpamaan tentang penggarap-penggarap
kebun anggur (Matius 21:33-43). Dari Alkitab kita mengetahui bahwa
pada awalnya para penggarap hanya mengusir para hamba yang diutus
tuan empunya kebun. Mungkin mereka saat itu membuat dalih tentang
mengapa mereka tidak punya hasil panen untuk diberikan dan berkata,
"Kami mohon maaf, datanglah lagi tahun depan." Selanjutnya,
datanglah hamba yang lain, dan orang ini mereka pukuli. Selanjutnya,
datang lagi hamba yang lain, dan orang ini dipukuli sampai parah dan
diusir. Dan akhirnya, anak si pemilik kebun anggur itu mereka bunuh.
Jika Anda sudah mulai membuat dalih, maka sangatlah sulit untuk
berhenti. Perlahan-lahan, sopan santun saat berdalih juga menghilang.
Semangat permusuhan mulai mewarnai dalih yang dibuat. Pelan-pelan,
kecaman Anda terhadap gereja, terhadap orang Kristen secara umum
menjadi semakin keras. Dan secara berangsur-angsur, Anda
memisahkan diri bahkan dari pergaulan dengan orang Kristen secara
umum.
Inilah persisnya hal yang kita lihat dari dalam sejarah bangsa Israel,
dan luar biasanya adalah bahwa dalih-dalih itu menjadi semakin
kencang, dogmatis dan semakin ngotot. Kita bisa melihat seluruh
sejarah kejatuhan rohani bangsa Israel. Sebagai contoh, Anda bisa
melihat bahwa beberapa hamba Allah di dalam Perjanjian Lama
mengalami penghinaan, penganiayaan dan sebagainya. Pengalaman
Mikha bin Yimla di dalam 2 Tawarikh 18:23 adalah salah satu
contohnya. Ia dihina, ditampar, direndahkan dan dimasukkan ke
penjara, dan itu masih cukup ringan bagi seorang nabi Allah. Namun di
dalam beberapa pasal kemudian, saat kita sampai di dalam 2 Tawarikh
24:18-22, kita lihat nabi Allah yang lain, Zakharia bin Yoyada. Yoyada
adalah seorang imam di Israel, dan Zakharia anaknya adalah seorang
nabi. Dan Zakharia mengecam orang Israel dengan berkata, "Allah
meninggalkanmu karena engkau telah meninggalkan Allah." Tahukah
Anda apa yang ia alami karena berkata seperti itu? Ia dilempari batu,
dirajam sampai mati, tepat seperti yang dikatakan oleh Yesus bahwa
473 | C A H A Y A I N J I L
mereka telah melempari seorang nabi Allah sampai mati! Zakharia
dirajam sampai mati! Hukuman rajam adalah bentuk hukuman yang
biasanya diberikan kepada orang yang menghujat Allah, atau yang
melakukan kejahatan serius lainnya. Apakah kejahatan Zakharia?
Kejahatannya adalah karena ia telah membuat 'pernyataan yang berisi
pengkhianatan'. Bagi orang Yahudi, berkata bahwa Allah telah
meninggalkan bangsa Israel merupakan suatu pernyataan
pengkhianatan. Ini adalah suatu pernyataan yang sangat serius karena
sama saja dengan berkata bahwa mereka bukan merupakan umat Allah
lagi. Itu berarti bahwa Allah telah menolak mereka sepenuhnya, Allah
telah pergi dari mereka. Itulah maksud dari pernyataan yang berisi
pengkhianatan. Akan tetapi, terdapat satu pesan yang disepakati oleh
semua nabi Allah dan disampaikan kepada Israel, yaitu, "Allah telah
meninggalkan engkau."
Saya tahu persis seperti apa perasaan Anda jika saya berkata, "Allah
telah meninggalkanmu." Anda bisa saja mengatakan hal itu kepada
orang lain. Tetapi jika perkataan tersebut tertuju kepada Anda, Anda
pasti akan sangat terkejut! "Allah telah meninggalkanku?" Jadi
sekarang Anda dapat mengerti mengapa reaksi orang-orang Israel
terhadap para nabi bisa sedemikian kerasnya. Dan di dalam Kisah Para
Rasul pasal 7, ketika Stefanus mengatakan hal yang sama kepada
orang-orang Yahudi, ia juga dilempari batu sampai mati. malahan,
Alkitab memberitahu kita bahwa mereka begitu marah sampai-sampai
mereka menutup telinga; mereka tidak mau mendengarkan ucapan
Stefanus lagi. Allah tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya! Allah
tidak akan melakukan hal itu! Ia tidak mungkin melakukannya! Jika
saya berkata, "Allah telah meninggalkan Gereja-Nya sekarang ini!"
Hah! Orang akan menyeret saya keluar dan berkata, "Orang ini
sesat! Orang ini sumber bencana! Allah tidak akan meninggalkan
gereja-Nya! Berani sekali kau berkata seperti itu?"
Begitulah persisnya reaksi yang muncul di dalam Perjanjian Lama.
Begitulah cara mereka menentang para nabi. Pertama-tama, mereka
mungkin akan menuduh para nabi bukan hanya dengan tuduhan
pengkhianatan tetapi juga tuduhan sesat. Mengapa dituduh sesat?
Saya akan bacakan Ulangan 31:6 buat Anda (namun ini bukanlah cara
mengutip dan menafsirkan Alkitab yang benar). Allah berkata kepada
orang Israel melalui Musa, "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu,
janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka (para musuh),
474 | C A H A Y A I N J I L
sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia
tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau."
"Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan
engkau." Kata-kata itu berdering di telinga orang Israel sepanjang
sejarah mereka: "Ia tidak akan meninggalkan engkau! Ia tidak akan
meninggalkan engkau!" Dan sekarang ada nabi yang mengatakan
sesuatu yang bertentangan dengan Firman Allah, bahwa Allah telah
meninggalkan umat-Nya padahal Allah berkata bahwa Ia tidak akan
meninggalkan umat-Nya. Jadi bagaimana mungkin nabi-nabi ini
mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan ucapan hamba Allah
yang besar, Musa, yang berkata bahwa Allah tidak akan meninggalkan
umat-Nya?
Sebenarnya, contoh ini masih belum cukup. Nabi besar Samuel di
dalam 1 Samuel 12:22 menyampaikan jaminan ini kepada umat Israel,
"Sebab TUHAN tidak akan membuang umat-Nya, sebab nama-Nya
yang besar. Bukankah TUHAN telah berkenan untuk membuat kamu
menjadi umat-Nya?" "Tuhan tidak akan membuang umat-Nya demi
nama-Nya yang besar!" Semua tidak bergantung pada kelakuan Anda.
Semua bergantung pada-Nya - sebab nama-Nya yang besar. Ia tidak
akan membuang umat-Nya!
Siapa Zakharia ini yang datang lalu berkata bahwa Allah sudah
meninggalkan umat-Nya? Ini pasti sesat! Tak heran jika kita akan
merajamnya sampai mati karena ia menyampaiakan hal-hal yang
bertentangan dengan janji Allah melalui hamba-hamba-Nya yang
besar, Musa dan Samuel. Mereka menjadi semakin sengit ketika nabi-
nabi seperti Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel semua datang dan
mengatakan hal yang sama. Nabi-nabi ini juga dituduh sebagai
pengkhianat dan sesat.
Terlebih lagi, firman yang terdapat di dalam Ulangan 31:6, Ia tidak
akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau dikutip
di Ibrani 13:5. Beginilah bunyinya: Janganlah kamu menjadi hamba
uang (Lewati saja bagian awal ini dan segera masuk ke bagian ayat
selanjutnya, yaitu) dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada
padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan
membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan
engkau." Ini adalah bagian yang penting dari ayat ini: "Aku tidak akan
pernah, tidak, tidak pernah meninggalkanmu!" Orang Kristen juga
475 | C A H A Y A I N J I L
gemar mengutip ayat ini. Ayat yang sangat menentramkan. Orang
bahkan akan mengingatkan Anda tentang bentuk ungkapan negatif
yang diulang sampai tiga kali (triple negative) dalam bahasa
Yunaninya! Mereka akan berkata, "Si penyesat besar yang bernama
Eric Chang ini berkata, 'Anda tidak dijamin untuk diselamatkan, jadi
jangan berpuas diri dulu.' Padahal tokoh-tokoh besar Gereja yang jauh
lebih berbobot ketimbang orang ini, Eric Chang ini, yang memberitahu
kita tentang ungkapan negatif dalam bahasa Yunani yang diulang
sampai tiga kali di dalam Ibrani 13:5 - Allah tidak akan pernah, tidak,
tidak akan pernah meninggalkanmu!" Tentu saja, menurut mereka apa
yang disampaikan pada bagian awal ayat itu tentang cinta akan uang
tidak ada kaitannya dengan bagian akhirnya, dan itu sebabnya kita
harus memusatkan perhatian hanya pada bagian yang akhir saja!
Nah, jika kita memperlakukan Firman Allah dengan cara seperti ini, jika
begini cara kita mengutip Firman Allah, maka peluang untuk menipu
diri sendiri menjadi tidak terbatas. Kita bisa saja menalar seperti ini,
"Hamba-hamba Allah itu memang harus dirajam karena mereka berani
membuat pernyataan sesat bahwa Allah telah meninggalkan umat-Nya.
Kamu pikir Allah itu siapa? Kamu pikir kemurahan Allah itu tergantung
pada dirimu? Demi nama-Nya sendirilah maka Allah tidak akan
meninggalkanmu. Sekalipun orang Israel mungkin berbuat dosa
berulang kali, tidak menjadi masalah karena yang menjadi penentu
adalah nama-Nya." Saya sangat sering mendengar cara orang menalar
seperti ini. Belum pernahkah Anda mendengarnya? Jadi, setelah
mengutip Kitab Suci, sekarang kita memiliki satu teologi untuk
mendukung pernyataan kita: Teologi Kemutlakan Kasih Karunia
(theology of the sovereignty of grace). Teologi ini terdengar sangat
meyakinkan sehingga Anda tidak dapat menentangnya. Anda
terbungkam. Kemutlakan kasih karunia yang diajarkan kepada kita
berarti bahwa tidak peduli seperti apapun kelakuan Anda, Allah tidak
akan pernah meninggalkan Anda.
Tentu saja ada beberapa ayat yang terdengar tidak nyaman di telinga
seperti 2 Timotius 2:12, yang bunyinya mirip dengan perkataan
Zakharia, ayat itu berkata, "Jika engkau meninggalkan-Nya, maka Ia
akan meninggalkanmu." Ayat ini terasa tidak nyaman. Di satu sisi,
Allah berkata, "Aku tidak akan meninggalkanmu," tapi di sini Ia akan
meninggalkan Anda. Apakah Allah akan meninggalkan Anda atau tidak?
476 | C A H A Y A I N J I L
Jika kita ingin mengutip Ulangan 31:6 dengan benar, kita harus
membaca beberapa ayat selanjutnya. Saya mau menunjukkan kepada
Anda bahwa jika Anda menyalahgunakan Alkitab, Anda sebenarnya
sedang memanfaatkannya untuk membuat dalih. Saya harap Anda
mengerti bahwa Anda memang bisa memanfaatkan Alkitab untuk
mencari alasan. Dan jika Anda memanfaatkan Alkitab untuk
membuat dalih, maka Anda sedang melakukan bunuh diri
rohani. Akibatnya sungguh berat. Ingatlah bahwa Iblis sekalipun bisa
memanfaatkan Alkitab. Ia memakai Alkitab ketika mencobai Yesus di
dalam Matius 4:1-11 karena Iblis juga tahu bahwa jika Anda mengutip
ayat Alkitab keluar dari konteksnya, maka Anda bisa menciptakan
pengertian apapun dari sana. Kita menemui kata-kata, "Tuhan tidak
akan meninggalkan Anda," di dalam Ulangan 31:6. Tetapi lihatlah di
ayat 16 dan 17, apa yang kita temukan? TUHAN berfirman kepada
Musa: "Ketahuilah, engkau akan mendapat perhentian bersama-sama
dengan nenek moyangmu (Musa akan meninggal) dan bangsa ini akan
bangkit dan berzinah dengan mengikuti allah asing yang ada di negeri,
ke mana mereka akan masuk; mereka akan meninggalkan Aku dan
mengingkari perjanjian-Ku yang Kuikat dengan mereka. Pada waktu itu
murka-Ku akan bernyala-nyala terhadap mereka, Aku akan
meninggalkan mereka dan menyembunyikan wajah-Ku terhadap
mereka, sehingga mereka termakan habis dan banyak kali ditimpa
malapetaka serta kesusahan. Maka pada waktu itu mereka akan
berkata: Bukankah malapetaka itu menimpa kita, oleh sebab Allah kita
tidak ada di tengah-tengah kita?" Bacalah ayat 17 baik-baik. Allah telah
meninggalkan mereka! Allah akan meninggalkan mereka! Jadi
mengapa kita berhenti membaca sampai di ayat 6 saja? Itulah yang
disebut sebagai penyalahgunaan Alkitab. Kita harus membaca
keseluruhan pasalnya dan melihat apa konteksnya. "Aku akan
meninggalkan mereka." Inilah tepatnya hal yang dikatakan oleh Yesus.
"Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada
suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu" (Matius
21:43). Mengapa? "Karena mereka telah mengingkari perjanjian-Ku.
Aku akan meninggalkan mereka."
Saudaraku yang kekasih, kita akan masuk ke dalam kebinasaan jika
kita memanfaatkan ayat Alkitab sebagai dalih untuk membenarkan
perbuatan dosa orang Kristen, dan menciptakan Doktrin seperti
Kemutlakan Kasih karunia. Kasih karunia Allah memang mutlak akan
477 | C A H A Y A I N J I L
tetapi setiap janji Allah ada syaratnya. Setiap janji Allah berisi syarat.
Ia tidak akan meninggalkan umat-Nya selama umat-Nya memelihara
perjanjian-Nya. Tidak ada janji di dalam Alkitab yang tidak disertai
dengan syarat. Dapatkah Anda menunjukkan satu saja janji yang tidak
bersyarat? Ibrani 13:5 adalah ayat yang sangat berharga. "Aku tidak
akan membiarkan dan meninggalkanmu," adalah janji bagi mereka
yang setia pada perjanjian, bagi mereka yang menjauhkan dirinya dari
kecintaan akan uang. Kita tidak boleh memenggal ayat tersebut.
Dalih lain yang dipakai dalam Perjanjian Lama untuk menolak
pesan para nabi
Akan tetapi kita bisa saja mencari dalih lain untuk tidak menaati Allah.
Dan jika kita mulai memakai alasan jenis ini, kita akan masuk ke
tempat yang sangat berbahaya. Selain dari dalih pengkhianatan dan
keseatan, inilah beberapa macam dalih yang dipakai di dalam
Perjanjian Lama dalam rangka menolak pesan para nabi:
Dalih bahwa "suara terbanyak itulah yang selalu benar." Hamba
Allah yang sejati adalah kaum minoritas yang sangat sedikit jumlahnya.
Mereka selalu kalah jumlah di sepanjang sejarah. Anda mungkin akan
selalu tergoda untuk ikut suara terbanyak. Ingatlah akan satu hal:
hamba Allah yang sejati selalu, dan selalu saja, menjadi minoritas di
sepanjang sejarah gereja.
Sebagai contoh, nabi Mikha di dalam 2 Tawarikh 18:5. Sang Raja
bertanya kepada 400 nabi. Empat ratus nabi! Dan mereka
mengucapkan hal yang sama, bahwa sang raja harus berangkat
berperang dan ia pasti menang. Tetapi Mikha adalah satu-satunya nabi
yang berkata kepada raja, "Jika engkau maju berperang, maka engkau
pasti akan kalah. Engkau pasti mati. Engkau tidak akan pulang dari
peperangan ini. Aku tidak akan melihat wajahmu lagi." Empat ratus
nabi berkata, "Allah beserta-mu. Berkat Allah beserta-mu." Mereka
semua adalah nabi Tuhan, menurut pengakuan mereka. 400
berbanding satu! Suara siapa yang akan Anda dengarkan? Suara dari
400 orang pasti tidak akan salah!
Kita sudah terbiasa mendengar rayuan iklan. Suara banyak orang tidak
mungkin salah! "721.000 orang telah beralih ke Pepsi." 721.000 orang
jelas tidak mungkin salah! Jelas itu merupakan bukti bahwa Pepsi lebih
unggul ketimbang Coca-cola! Hebat. Jika Anda memandang seperti itu,
478 | C A H A Y A I N J I L
maka Anda pasti akan beralih ke Pepsi. Anda terpikat oleh jumlah yang
disebutkan. Saya yakin bahwa Anda pasti pernah melihat iklan
semacam ini di koran atau di mana saja: "721.0000 orang, menurut
poll Gallup." Kita terpesona oleh angka yang disajikan dan si pembuat
iklan tahu akan hal itu, jika tidak maka mereka tidak akan
menyebutkan angka.
Empat ratus nabi Tuhan (menurut pengakuan mereka)! Empat ratus
yang berkata kepada raja, "Majulah! Allah akan beserta-mu, dan
engkau akan pulang dengan kemenangan oleh kasih karunia dan kuasa
Allah! Allah menyertai umat-Nya Israel! Allah tidak akan meninggalkan
umat-Nya! Berangkatlah di dalam nama Tuhan, dan engkau akan
menang!" Wah! Empat ratus! Dan lihatlah satu nabi yang kurus kering
yang bernama Mikha yang berkata, "Oh tidak, tidak! Allah tidak akan
menyertaimu! Engkau akan kalah!" Siapa yang akan Anda dengarkan?
Anda akan mendengarkan orang yang omongannya sesuai dengan
keinginan Anda. Siapa yang mau mendengar omongan satu orang ini?
Hal ini terus berlangsung di dalam sejarah gereja. Hal itulah yang akan
Anda alami. Terdapat banyak sekali pemimpin Kristiani. Mayoritas dari
para tokoh agama itu mengatakan satu hal, sedangkan saya - satu
orang yang tidak masuk hitungan - mengatakan hal yang lain. Jadi,
siapa yang akan Anda dengarkan? Sudah tentu suara mayoritas, para
pemimpin umat yang terhormat, suara merekalah yang akan Anda
dengarkan.
Hal yang sama terjadi di masa Yesus. Dan hal ini terjadi pada-Nya. Ia
menyampaikan khotbah yang bertentangan dengan adat-istiadat orang
Israel. Para imam kepala, ahli kitab dan yang lainnya segera
menentang Yesus. Dan apa yang dimiliki oleh Yesus? Hanya
sekelompok kecil murid yang tidak berpendidikan. Ia tidak diakui
secara resmi, Ia tidak memiliki kedudukan resmi, bahkan Ia tidak
memiliki ijazah dari sekolah teologia. Setidaknya, jika Ia termasuk
golongan rabi dengan bekal ijazah yang cukup berbobot, mungkin Ia
akan mendapat sedikit pengakuan. Akan tetapi Ia hanya ditemani oleh
sekumpulan nelayan yang berkerumun sebagai murid-Nya, sekumpulan
orang-orang yang tidak berbudaya. Anak Manusia ini berdiri menentang
seluruh sistem keagamaan orang Israel, bait Allah, para imam, para
pemimpin umat, semua orang! Tidak heran jika orang menjadi
bingung, siapa yang harus dipilih: "Suara siapa yang harus kami
479 | C A H A Y A I N J I L
dengarkan? Suara para pemimpin agama, para rabi atau suara orang
ini dengan segerombolan murid nelayan-Nya?" Suara siapa yang akan
Anda dengarkan? Manusia Allah selalu merupakan minoritas.
Demikianlah, Anda mendapatkan dalih. Saat Anda menolak untuk
mendengarkan pesan, Anda akan selalu berada di dalam posisi yang
sangat kuat untuk menolaknya. Mengapa? Seperti yang kita lihat
sebelumnya, kebenaran selalu ada di tengah kaum minoritas.
Dalih karena kurangnya bukti. Kurangnya bukti adalah suatu dalih
atau "alasan" yang sangat kuat. Ingat akan poin yang baru saja kita
dapatkan: kejatuhan rohani berjalan seiring dengan meningkatnya
kemakmuran ekonomi.
Tahukah Anda kapan bangsa Israel berada pada titik terparah secara
rohani? Pada saat bangsa ini berada dalam puncak kemakmurannya.
Pada waktu nabi-nabi Allah datang dan berkata kepada Israel, "Allah
telah meninggalkan-mu," bukti yang ada di depan mata tampaknya
justru berkebalikan. Mengapa?
Orang Israel menjawab, "Lihatlah kemakmuran ini! Lihatlah betapa
kayanya Israel sekarang ini! Apa maksud-mu dengan berkata bahwa
Allah telah meninggalkan kami?"
Perhatikanlah pesan dari para nabi, dan Anda akan melihat bahwa
pesan dari para nabi secara konstan menyerang kehidupan mewah
orang-orang Israel. Ada yang tidur di ranjang gading. Wah! Mereka
hidup dalam kemewahan yang luar biasa! Mereka minum dari cawan
emas. Beberapa nabi menyebut para wanita Israel, "Lembu-lembu
Basan." Mengapa? Karena lembu-lembu Basan adalah lembu-lembu
yang mendapat makanan yang baik dan gemuk-gemuk. Nabi-nabi ini
sikapnya terlihat kasar, bukankah begitu? Bagaimana mungkin hamba
Allah bisa begitu kasar? Sekarang kita lihat keadaannya. Israel saat itu
sangat kaya, dan tentunya kemakmuran adalah lambang dari berkat
Allah. Apakah Anda akan menyatakan bahwa kemakmuran adalah
kutuk dari Allah? Nah, kebanyakan orang tidak memandangnya sebagai
kutuk dari Allah. Itu adalah berkat.
Lalu para nabi datang ke tengah bangsa yang makmur karena diberkati
Allah (demikian setidaknya menurut pandangan bangsa ini), dan
berkata, "Allah telah meninggalkan-mu!"
480 | C A H A Y A I N J I L
Bangsa Israel menjawab, "Omong kosong! Jika Allah telah
meninggalkan kami, kita semua akan menjadi miskin, bukankah
begitu? Kita akan melarat dan hidup dalam kesukaran!"
Sebelum kejatuhannya di tahun 721 SM, bangsa Israel berada dalam
kemakmuran, dan juga kedudukan politik yang lumayan bagus. Tidak
terlalu buruk. Itu sebabnya mereka berani memberontak terhadap
kerajaan Asyur. Mereka merasa cukup yakin untuk bisa melawan
kerajaan yang jauh lebih kuat dari mereka. Begitu besarnya keyakinan
mereka terhadap kekuatan ekonomi dan angkatan perangnya. Setiap
orang yang mengerti tentang sejarah Israel akan dapat memahami
bahwa para nabi berada dalam kedudukan yang sangat sulit, kurang
sekali bukti untuk mendukung bahwa pesan yang mereka bawa itu
benar.
Jika sekarang ini Anda berkata kepada gereja, "Allah telah
meninggalkan-mu karena kamu telah meninggalkan Allah," Mereka
akan berkata, "Omong kosong! Kita belum pernah berada dalam
keadaan yang baik seperti sekarang ini! Lihatlah dana yang terkumpul
sekarang ini! Anggaran kita tahun lalu 200.000 dolar dan sebesar
80.000 kita anggarkan untuk kegiatan penginjilan. Lihat program
televisi kami yang menjamur di segala tempat. Dan semakin banyak
saja orang yang beralih ke bidang hiburan Kristen. Ini adalah
kesuksesan. Dan kamu berkata bahwa Allah telah meninggalkan kami?
Omong kosong!"
Dalih karena kurangnya bukti religius. Bukan sekadar bukti
ekonomi dan politik yang kurang, bukti religius juga kurang.
Orang Yahudi berkata, "Itu tidak benar. Kami tidak meninggalkan Allah.
Dan Allah tidak meninggalkan kami, terbukti dari kekayaan kami.
Masuklah ke Bait Allah dan lihatlah apa yang ada di sana, ada begitu
banyak orang yang beribadah di sana." Itulah poinnya. Ada begitu
banyak kegiatan keagamaan di sana. Seandainya Anda tahu sejarah
Israel, maka Anda akan mengetahui bahwa kegiatan keagamaan telah
menggeser kerohanian yang sejati.
Di dalam setiap gereja yang mengalami kematian rohani, Anda akan
melihat banyak sekali kegiatan keagamaan di sana. Ini adalah prinsip
yang mendasar. Akan ada banyak departemen di dalam gereja itu. Ada
481 | C A H A Y A I N J I L
yang mengurusi pendidikan, kaum muda, humas, dan lain-lain. Dan
Anda akan melihat sepasukan pendeta di bawah pimpinan seorang
pendeta utama yang menjadi direktur atas semuanya. Wah! Sangat
tertata rapi dan mengesankan. Dan mereka mempekerjakan seorang
MBA untuk mengurusi keuangan gereja. Sangat efisien. Segala sesuatu
telah mereka atur dengan sempurna. Satu-satunya hal yang tidak
mereka punyai adalah kehidupan rohani yang mendalam dan penuh
kuasa. Nah, saya tidak bermaksud menentang efisiensi, dan saya juga
tidak berkeberatan dengan penataan organisasi. Siapa yang keberatan
dengan itu semua? Hal yang ingin saya sampaikan di sini adalah
sebuah prinsip: Jangan mengartikan kegiatan keagamaan sebagai
hal yang sama dengan kehidupan rohani.
Semua dalih itu terjadi pada jaman Yesus, dan akan terus muncul di
jaman-jaman berikutnya karena ini adalah prinsip-prinsip yang bersifat
permanen. Yesus menghadapi situasi yang sama. Yesus berkata kepada
orang Israel, "Kerajaan Allah akan diambil darimu. Kamu tidak
menyadari saat Allahmu mendatangi-mu, dan Allah telah
meninggalkan-mu, Allah telah menelantarkan-mu."
Namun bangsa Israel saat itu sangat kaya. Sekalipun mereka berada di
bawah kekuasaan Roma, hidup mereka cukup enak. Secara ekonomi,
mereka bahkan menikmati kemakmuran. Secara politik, keadaan
mereka juga tidak terlalu buruk. Roma adalah penjaga perdamaian
yang cukup baik. Bangsa Israel tidak harus memelihara angkatan
perang karena penguasa Roma yang menjaga perdamaian. Ini sangat
menghemat anggaran karena mereka tidak harus menyisihkan dana
untuk angkatan perang. Jadi mereka bisa memusatkan perhatian pada
masalah ekonomi. Dengan begitu, bangsa Israel menjadi sangat
makmur. Dan kemakmuran ini membuat hati mereka menjadi semakin
memberontak terhadap pemerintah Roma. Mereka semakin yakin akan
dapat mengalahkan pasukan Roma. Begitulah kemakmuran dan rasa
percaya diri bangsa Israel saat itu. Dan di dalam hal keagamaan,
bangsa Israel juga sangat giat. Ingatkah Anda akan peristiwa
pengusiran para pedagang dari halaman Bait Allah? Bait Allah penuh
sesak oleh para jemaat pada zaman Yesus. Gedung ini tidak
kekurangan jemaat. Itu sebabnya para pedagang sampai berduyun-
duyun memenuhi halaman Bait Allah. Para penukar uang dan penjual
hewan kurban. Bait Allah hiruk-pikuk oleh segala macam kegiatan di
sana. Besar kemungkinan orang Yahudi akan berpikir, "Kamu bilang
482 | C A H A Y A I N J I L
kami meninggalkan Allah? Omong kosong! Perhatikan Bait Allah kami."
Itu sebabnya mengapa para nabi mengecam kegiatan bangsa ini di Bait
Allah, seperti yang saya lakukan sekarang.
Nabi Yesaya menyampaikan kepada bangsa Israel bahwa Allah berkata,
"Siapa yang meminta kamu datang membawa hewan korban ke Bait-
Ku? Siapa yang menghendaki semua ini? Apa kamu pikir Aku
menghendaki semua ini? Yang Ku-inginkan adalah jiwa yang mengabdi.
Yang Ku-inginkan adalah keadilan dan kebenaran. Aku tidak
menghendaki semua kegiatan keagamaan seperti ini." Anda bisa
membaca itu semua itu di pasal pertama kitab Yesaya (Yesaya 1:11-
17), dan kecaman itu terus berlanjut melalui Yesaya. Kita sudah
mengganti kegiatan keagamaan dengan kerohanian.
Jadi jika Anda sangat aktif dalam berbagai kegiatan di gereja, Anda
mungkin akan memakai hal itu sebagai dalih bagi keadaan Anda yang
tidak bertumbuh secara rohani, atau mungkin menyangkal bahwa
kerohanian Anda sedang merosot. Izinkan saya mengingatkan Anda
bahwa dalih-dalih semacam ini akan terus ada sampai di hari
penghakiman nanti. Dengan semakin dekatnya kedatangan Yesus yang
kedua, dunia tidak akan menjadi semakin miskin. Yang kaya akan
semakin kaya. Dan gereja-gereja, karena prinsip-prinsip yang mereka
ajarkan, akan menjadi salah satu lembaga yang paling kaya. Saya
yakin Anda telah melihat bahwa pada umumnya orang Kristen
tergolong di antara orang-orang kaya, dan kekayaan dipandang
sebagai tanda dari berkat Allah. Kita merasa kasihan kepada negara-
negara miskin. Kita merasa 'sangat diberkati oleh Allah'. Begitulah!
Tapi ingatlah akan apa yang sudah kita lihat: berkat bisa berubah
menjadi kutuk seiring dengan semakin gemuknya hati kita, dan kita
mulai menciptakan banyak dalih untuk menghindar dari kewajiban
untuk menjalani hidup sesuai dengan kehendak Allah.
Penciptaan dalih berdampak merusak, bahkan sampai ke
tingkat mencemar nama baik hamba Allah
Hal yang terakhir adalah kita mungkin akan menolak pesan dari Allah
dengan sikap yang semakin mengeras hingga ke tahap yang paling
serius. Anda mungkin akan tiba ke tahap di mana Anda mulai
menyerang hamba Tuhan. Anda mungkin akan berkata, misalnya,
bahwa orang itu dirasuki setan, hal yang sudah diucapkan oleh orang
483 | C A H A Y A I N J I L
Yahudi terhadap Yohanes Pembaptis di dalam Matius 11:18, "Ia
kerasukan setan." Yohanes pembaptis itu sudah gila!
Serangan macam apa yang ditujukan kepada Yesus dalam rangka
mencemarkan nama baik-Nya? Hampir semua julukan yang buruk
dialamatkan kepada-Nya! Saya akan menunjukkan lima hal yang
mereka katakan tentang Yesus. Renungkanlah kelima hal ini:
1. Seperti Yohanes Pembaptis, Yesus juga dituduh kerasukan setan,
dan bekerja dengan kuasa iblis, sebagai contoh, di dalam Yohanes
10:20 - "Ia kerasukan setan..."
2. Tuduhan kedua yang diajukan kepada Yesus adalah, "Ia...gila;
mengapa kamu mendengarkan Dia?" ia dituduh gila. Tuduhan ini
tercatat di dalam Yohanes 10:20, dan juga dalam bagian-bagian
yang lain.
3. Ketiga, di dalam Matius 11:19, "Lihatlah, Ia seorang pelahap dan
peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa." Bukan
sekadar pelahap dan pemabuk, Ia juga disamakan dengan orang-
orang berdosa karena pergaulan-Nya dengan mereka. Anda
tentunya tidak sudi mendengarkan perkataan orang yang
lingkungan pergaulannya buruk!
4. Keempat, Ia adalah pelanggar hukum Taurat. Sebagai contoh, Ia
dituduh tidak memelihara hari Sabat, dalam Matius 12:1-14. Lawan-
lawan-Nya dengan sinis berpikir, "Wah! Seorang pelanggar Hukum
Allah! Dan orang ini mengaku membawa berita bahwa Allah telah
meninggalkan kita! Jika ada orang yang telah ditinggalkan oleh
Allah, tentunya dia itulah yang ditinggalkan oleh Allah, bukannya
kami!"
5. Dan tuduhan terakhir terhadap Yesus adalah bahwa Ia seorang
penghujat. Ia telah mengatakan hal yang menentang Allah. Di
dalam Yohanes 10:33, 36, sebagai contohnya, dan juga di dalam
tiga kesempatan yang lain, Ia menerima tuduhan sebagai
penghujat, "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau
melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan
karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja,
menyamakan diri-Mu dengan Allah."
484 | C A H A Y A I N J I L
Di atas itu semua, orang masih bisa menambahkan satu lagi tuduhan
terhadap Yesus, yaitu Ia mempunyai semangat yang mengecam atau
semangat kritis. Kecaman yang diajukan-Nya terhadap orang-orang
Farisi di dalam Matius pasal 23 akan dikutip sebagai contoh. Kecaman
tersebut akan membuat kita tersentak, apalagi hati orang-orang Farisi
yang menjadi sasaran langsung kecaman tersebut. Apakah mungkin,
orang yang bersifat kritis seperti ini adalah seorang hamba Tuhan yang
sejati! Lagi pula, orang-orang Farisi termasuk di antara orang-orang
yang paling dihormati, salah satu golongan yang paling intelektual pada
zaman itu. Dan mereka membenarkan diri mereka sendiri dengan
berpikir, "Apakah engkau akan mengecam orang lain dengan kutukan
yang berlipat tujuh seperti itu? Hah! Itu bukanlah sikap orang yang
benar! Ia terlalu kritis!"
Semua yang disebut di atas merupakan dalih yang sangat baik untuk
menolak orang-orang yang datang membawa pesan, dan dengan
menciptakan dalih seperti itu, kita sudah menolak pesan dari Allah.
Sebagai contoh, jika Anda tidak suka isi khotbah yang saya sampaikan,
Anda bisa saja berkata, "Orang ini sangat sombong dan gemar
mengecam. Dan yang lebih buruk lagi, ia sendiri tidak memelihara
ajaran Tuhan, ia pelahap dan peminum." Setelah berkata seperti ini,
Anda tidak perlu mendengarkan khotbah saya lagi. Anda telah
menyingkirkan pesan itu.
Ingatlah baik-baik poin ini: Setiap dalih atau alasan, untuk menghindari
apa yang Tuhan perintahkan kepada Anda, untuk tidak menanggapi
kehendak atau panggilan-Nya, akan mengorbankan keselamatan Anda!
Perumpamaan tentang Perjamuan Kawin
Matius 22:1-14 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang.
Perumpamaan ini umumnya disebut sebagai perumpamaan tentang
perjamuan kawin atau pesta perkawinan. Perumpamaan ini terdapat di
dalam Matius 22:1-14 dan diawali dengan kalimat seperti: Lalu Yesus
berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka. Kata 'mereka'
mengacu kepada para imam kepala dan orang-orang Farisi. Pada pasal
485 | C A H A Y A I N J I L
yang sebelumnya, Yesus berkata bahwa kerajaan Allah akan diambil
dari mereka dan diberikan kepada bangsa yang akan menghasilkan
buah bagi kerajaan itu (Mat. 21:43). Jadi Yesus menyampaikan
perumpamaan ini secara khusus kepada para pemimpin agama
tersebut, dan juga kepada mereka yang mau mendengarkannya.
Berikut ini adalah perumpamaan tersebut selengkapnya (dengan
komentar-komentar dari saya di dalam tanda kurung).
Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: "Hal
Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan
kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil
orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-
orang itu tidak mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain,
pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu:
Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan
ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah
ke perjamuan kawin ini." (Perhatikan bahwa ini kali kedua ia mengirim
undangan kepada mereka)
Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada
yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan
yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan
membunuhnya (jelas ini adalah suatu tindakan pemberontakan). Maka
murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk
membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.
Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin
telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk
itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan
undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin
itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan
semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan
orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu
dengan tamu.
Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat
seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai
saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan
pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada
hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah
orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan
486 | C A H A Y A I N J I L
terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab (penekanan utama di dalam
perumpamaan ini terletak di kalimat ini) banyak yang dipanggil, tetapi
sedikit yang dipilih."
Mari kita amati sejenak perumpamaan ini untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas. Pertama-tama, kita melihat bahwa orang-
orang tersebut sebelumnya sudah menerima undangan perjamuan dan
jelas bahwa mereka awalnya tidak menolak undangan tersebut. Akan
tetapi mereka tidak datang ke perjamuan kawin tersebut. Hal khusus
yang tampak dari perumpamaan ini adalah bahwa sekalipun mereka
tidak datang ke perjamuan tersebut, akan tetapi sang raja tetap
mengirim hamba-hambanya yang lain untuk mengundang mereka lagi.
Namun kali ini mereka bertindak lebih keras ketimbang reaksi mereka
yang pertama, mereka membunuh hamba-hamba yang diutus oleh
sang raja. Jadi, sebagai pembalasannya, sang raja membinasakan kota
tersebut.
Gambaran yang ada di sini sangat mudah untuk dipahami. Di dalam
ayat 7, pembinasaan kota tersebut adalah nubuat bagi pembinasaan
Yerusalem. Orang-orang Yahudi telah menolak undangan pesta
perjamuan Allah. Mereka, seperti yang disebutkan dalam
perumpamaan yang sebelumnya, melukai para utusan-Nya, nabi-nabi-
Nya, hamba-hamba-Nya, merajam dan membunuh para nabi-Nya.
Dengan demikian datanglah penghakiman Allah terhadap kota tersebut.
Jadi, pembinasaan kota Yerusalem dengan jelas dinyatakan di sini.
Ini bukanlah suatu tema yang baru di dalam ajaran Yesus.
Pembinasaan Yerusalem dinyatakan dan dinubuatkan secara gamblang,
contohnya, di dalam Lukas 19:41-44 di mana Yesus Kristus berkata
kepada orang-orang Yahudi bahwa Yerusalem pasti akan dihancurkan.
Unsur nubuatan tersebut juga dimasukkan ke dalam perumpamaan ini.
Pernyataan yang sama disampaikan di dalam beberapa ayat terakhir di
Matius 23. Dan pernyataan yang sama juga muncul di dalam ayat-ayat
awal dalam Matius 24, yang secara khusus menyampaikan tentang
penghancuran Bait Allah.
Dari Matius 22:9 dan seterusnya, para hamba disuruh untuk pergi
ke persimpangan-persimpangan jalan dan mengundang setiap orang ke
pesta perjamuan tersebut. Persimpangan-persimpangan jalan tersebut
adalah jalan-jalan yang menuju keluar dari Yerusalem. Kata Yunani
487 | C A H A Y A I N J I L
yang diterjemahkan dengan 'persimpangan jalan' ini sebenarnya berarti
'jalan-jalan yang menuju keluar kota'. Karena kota itu sudah
dibinasakannya, maka sang raja harus mengundang orang-orang yang
berada di luar wilayah kota tersebut - mereka yang tinggal di desa-
desa sekitar dan yang tinggal di ladang-ladang di luar kota.
Karena orang-orang Yahudi - khususnya mereka yang tinggal di
Yerusalem - telah menolak Injil, maka Injil itu lalu disampaikan kepada
orang-orang di luar Yerusalem, misalnya kepada orang-orang asing,
namun orang-orang Galilea tidak dikecualikan. Sebagaimana yang
mungkin sudah Anda ketahui, sebelas dari kedua belas murid Yesus
berasal dari Galilea. Penduduk Yerusalem - sombong, berpuas diri dan
juga sangat yakin dengan jaminan keselamatan mereka - selalu saja
menolak pesan keselamatan yang disampaikan oleh Yesus. Dengan
begitu, maka Injil kemudian disampaikan kepada orang-orang di luar
lingkungan kota Yerusalem.
Jika kita baca perumpamaan ini dengan teliti, kita akan melihat adanya
hal yang bersifat problematis di sini. Kita diberitahu bahwa penduduk di
luar kota telah menyambut undangan tersebut, pesta perjamuan itu
dipenuhi oleh para tamu. Lalu sang raja tampil untuk menyambut para
tamu. Ia mendapati ada satu orang yang datang tanpa mengenakan
pakaian pesta, dan menanyai orang itu, "Bagaimana kamu masuk ke
sini tanpa memakai pakaian pesta?" Dan orang ini tidak mampu
menjawab. Lalu dia dilemparkan keluar. Ingatlah bahwa orang ini telah
menerima undangan itu dan ia sudah hadir di dalam pesta perjamuan,
namun nasibnya berakhir dengan dilemparkannya orang ini keluar
karena ia tidak memakai pakaian pesta. Apa makna dari pakaian pesta
ini? Ini tentunya merupakan satu unsur kunci yang harus kita pahami
dengan baik.
Seseorang dapat saja hadir di dalam pesta perjamuan, namun
kemudian dilemparkan keluar karena kedapatan tidak memakai
pakaian pesta. Di dalam buku karangannya, Profesor Edward
Schweitzer dengan tepat melihat persoalan ini dan menyatakan:
"Matius memperingatkan tentang jaminan keselamatan palsu yang
mengira bahwa keselamatan dari Allah sudah tersimpan dengan aman
di saku." Selanjutnya, pada halaman berikutnya, ia berkata, "Di sini
kita juga melihat keprihatinan khusus Matius. Seperti yang secara
khusus terungkap dalam perumpamaan ini, murid-murid Yesus
488 | C A H A Y A I N J I L
sendirilah yang harus mencamkan peringatan untuk tidak kehilangan
hal yang telah diberikan kepada mereka." Suatu pengamatan yang
sangat bermakna, yaitu seseorang bisa saja hadir di pesta perjamuan
itu tapi kemudian dilemparkan keluar.
Sekarang kita akan beralih kepada poin kedua yang sudah kita
sebutkan sebelumnya - bahwa ada banyak yang dipanggil tapi hanya
sedikit yang dipilih. Pernyataan ini sekilas tampaknya tidak sesuai
karena apa yang kita lihat di dalam perumpamaan ini. Karena ternyata
banyak yang diundang dan telah memberikan tanggapan dan hanya
satu yang diusir keluar. Kesimpulan yang diambil mestinya berbeda.
Seharusnya kesimpulannya adalah, "Ada banyak yang dipanggil, dan
hanya satu yang diusir," bukannya, "hanya sedikit yang dipilih." Jika
Anda amati secara sekilas perumpamaan ini, tentunya kesimpulan yang
akan Anda ambil adalah bahwa banyak yang dipanggil dan dari mereka
semua hanya satu yang dilemparkan keluar. Akan tetapi, kesimpulan
yang muncul di luar dugaan, di sini disebutkan, "Sebab banyak yang
dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih." Artinya masih ada tersisa
pertanyaan, "Yang diusir hanya satu orang, lalu bagaimana bisa hanya
sedikit yang dipilih?" Penempatan kata 'banyak' dan 'sedikit' di dalam
bagian kesimpulan dalam perumpamaan ini tampaknya kurang tepat.
Lantas bagaimana cara kita memahaminya?
Hanya ada dua alternatif yang tersedia bagi kita. Kita bisa menghapus
Matius 22:14 karena menganggapnya kurang tepat, hal yang dengan
segera akan dilakukan oleh beberapa cendekiawan, khususnya yang
beraliran liberal. Dengan alternatif pertama berarti kita memandang
bahwa ayat ini tidak pas. Mungkin saat Matius memasukkan ayat ini, ia
tidak dengan baik memahami situasi, dan ia memasukkannya ke dalam
bagian ini secara sembarangan. Tentunya kita tidak akan menerima
pemecahan semacam ini. Saya yakin bahwa Anda tentu tidak akan
dengan mudah mencoret sebuah ayat dari sebuah bagian dalam Alkitab
karena memandangnya tidak cocok dengan ayat-ayat lainnya.
Jika alternatif yang ini tidak dapat kita terima, berarti hanya tertinggal
satu alternatif lagi yang ada buat kita - yaitu bahwa orang yang hadir
di pesta perjamuan tanpa mengenakan pakaian pesta itu bukanlah
satu-satunya tamu yang hadir tanpa pakaian pesta. Hanya kesimpulan
ini yang dapat kita buat setelah yang pertama tadi tidak dapat kita
terima; jika tidak, maka itu berarti bahwa kita tidak punya pilihan lain
489 | C A H A Y A I N J I L
selain alternatif yang pertama itu. Dan jika kita juga menolak alternatif
yang kedua ini, maka bagaimana kita bisa berkata bahwa hanya sedikit
yang dipilih?
Pengertian tentang kata 'sedikit'
Kita tidak bisa menghapus Matius 22:14 karena sebenarnya bukan
hanya di ayat ini saja Yesus berkata bahwa hanya sedikit yang dipilih.
Sebagai contoh, di dalam Matius 7:13, Ia telah berkata, "Masuklah
melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan
yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk
melaluinya." Ini adalah pernyataan yang maknanya sama persis
dengan yang ada di dalam Matius 22:14.
Yesus juga terus mengucapkan hal yang serupa dengan ini di dalam
Matius 9:37: Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Hanya
sedikit orang yang ikut ambil bagian di dalam pekerjaan Tuhan.
Sebagian besar pekerja, mereka tidak ditemukan. Anda tentunya akan
bertanya, "Apakah tidak ada orang Kristen?" Tentu saja tidak begitu
halnya. Lalu mengapa jumlah pekerjanya hanya sedikit? Mengapa
hanya sedikit orang yang terlibat di dalam melayani Tuhan - bekerja di
dalam kebun anggur Tuhan - jika kita semua mendapat panggilan
untuk melayani?
Dan kita akan menemukan lagi ide tentang "sedikitnya" jumlah pekerja
ini di dalam 1 Petrus 3:20. Ada begitu banyak manusia di zaman Nuh
namun hanya delapan orang yang diselamatkan. Delapan orang saja
dari seluruh angkatan itu. Kita juga tidak boleh lupa bahwa dari seluruh
angkatan - sekitar dua juta orang - yang keluar dari Mesir, hanya dua
orang yang diizinkan masuk ke Tanah Perjanjian. Yang lain dibinasakan
akibat ketidak-percayaan mereka sekalipun mereka telah menanggapi
panggilan untuk keluar dari Mesir, bahkan sekalipun mereka disebut
sebagai umat Allah, umat perjanjian Allah, umat yang dipanggil oleh
Allah.
Di dalam Wahyu 3:4, kita juga mendapati hal yang sama. Hanya sedikit
jemaat yang tetap setia kepada Tuhan. Jemaat yang lainnya telah
menjadi tidak setia. Itu sebabnya pengajaran ini tidak boleh
dihapuskan dari perumpamaan ini karena pengejaran tersebut tersebar
di banyak bagian dalam Alkitab. Tidak ada hal yang hanya khusus
ditemukan di perumpamaan ini.
490 | C A H A Y A I N J I L
Ini menjadikan pilihan yang tersisa bagi kita hanya alternatif yang
kedua: bahwa orang yang dibicarakan dalam perumpamaan ini hanya
merupakan perwakilan dari seluruh kelompok orang yang hadir di pesta
perjamuan tanpa memakai pakaian pesta. Akan tetapi Yesus tidak
menangani seluruh kelompok tersebut sebagai satu kumpulan karena
jawaban kepada pertanyaan yang dikemukakan-Nya berbeda dari
orang ke orang: "Bagaimana kamu masuk ke perjamuan ini tanpa
mengenakan pakaian pesta?"
Pada penghakiman nanti, hal yang dibahas dalam perumpamaan ini,
setiap orang harus memberi pertanggungjawaban secara pribadi.
Tuhan akan menghakimi kita satu persatu. Kita tidak akan dihakimi
sebagai satu kelompok. Ini adalah hal yang mengerikan! Alkitab
memberitahu kita bahwa pada hari itu, semua kitab akan dibuka dan
setiap orang akan dihakimi sesuai dengan perbuatannya. Akan lebih
menyenangkan jika dalam penghakiman nanti kita bisa bersembunyi di
balik kerumunan orang-orang. Jadi ketika Tuhan memanggil nama kita,
kita bisa berkata, "Siapa yang Engkau maksudkan? Itu pasti bukan
aku!"
Jika saja kita bisa bersembunyi di balik kerumunan orang-orang dan
dihakimi secara kelompok, kita pasti akan merasa lebih enak. Akan
tetapi jika nama kita dipanggil dari antara sekian banyak orang dan
harus menjelaskan kepada Allah tentang hal mengapa kita melakukan
atau tidak melakukan sesuatu hal, tentunya ini bukan peristiwa yang
menyenangkan.
Lebih jauh lagi, dalam bagian lain dari pengajaran Yesus, cara
penggunaan satu orang yang mewakili suatu kelompok secara konstan
dipakai dalam perumpamaan-perumpamaan yang lain. Kita melihat hal
ini di dalam perumpamaan tentang talenta (Mat. 25:30) sebagai
contohnya. Kerajaan Allah dibandingkan dengan para hamba yang
telah diberi kepercayaan untuk mengelola dana milik sang majikan. Di
dalam perumpamaan ini hanya tiga orang hamba yang disebutkan.
Tentunya tidak mungkin si majikan hanya memiliki tiga orang hamba,
dan hanya satu dari tiga orang itu yang terbukti tidak setia. Jika
demikian, maka berarti jumlah yang disebutkan hanya sedikit dalam
hal memasuki kerajaan Allah merosot hanya menjadi tiga orang saja
yang memasuki kerajaan Allah, dan satu orang kemudian dibuang
keluar, ke dalam kegelapan. Tentunya ketiga orang itu mewakili tiga
491 | C A H A Y A I N J I L
jenis orang. Tidak bisa kita artikan secara harfiah bahwa hanya satu
orang yang gagal sementara dua yang lainnya berhasil.
Sekalipun anak juga bisa dibuang keluar
Matius 8:11-12 juga berkaitan dengan hal perjamuan di dalam
kerajaan Allah, di mana hamba-hamba yang setia dari Allah - Abraham,
Ishak dan Yakub - hadir.
Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan
Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan
Yakub di dalam Kerajaan Sorga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu
akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah
akan terdapat ratap dan kertak gigi
Sekali lagi 'kegelapan yang paling gelap' disebutkan di sini. Mereka
yang dilemparkan keluar adalah orang-orang yang seharusnya
mewarisi kerajaan ini - anak-anak kerajaan itu. Siapakah yang berhak
mewarisi selain anak-anak? Anak-anak kerajaan yang seharusnya
mewarisi kerajaan itu dilemparkan keluar karena mereka tidak
memakai pakaian pesta. Dengan demikian segala sesuatunya
bergantung pada pemahaman tentang apa itu pakaian pesta.
Saya mengajak Anda untuk memperhatikan satu teknik mengejutkan
yang dipakai oleh Yesus di dalam pengajaran-Nya. Sering kali, Ia
menyampaikan sesuatu yang tampaknya tidak cocok. Dan ketidak-
cocokan ini akan membuat Anda terkejut dan mendorong Anda untuk
berpikir. Kadang kala saya mencoba untuk meniru Yesus dalam hal ini,
khususnya saat saya sedang memberikan pelatihan di gereja-gereja
yang saya gembalakan. Saya akan duduk dengan santai dan
menyampaikan sesuatu yang tidak pantas, membuat para peserta
mengerutkan alisnya dan berpikir apakah mereka tidak salah
mendengar apa yang saya sampaikan. Mengapa pengajar melakukan
hal ini? Karena hal itu akan menarik perhatian muridnya dan membuat
mereka berpikir. Sebagai guru yang sempurna, Yesus sering kali
melakukan hal ini untuk menggugah pikiran kita. "Apa betul seperti ini?
Kelihatannya ini bukan kesimpulan yang benar," demikian pikir kita.
Dan itulah tepatnya hal yang ingin Ia lakukan terhadap kita. Ia ingin
agar kita berpikir, "Bagaimana kesimpulan seperti ini bisa cocok
dengan perumpamaannya?" Dan kita akan mulai berpikir lebih keras
tentang hal tersebut.
492 | C A H A Y A I N J I L
Semuanya telah diundang
Ide kunci di dalam perumpamaan ini adalah kata memanggil. Kata
"memanggil" (call) ini muncul sebanyak lima kali di dalam sembilan
ayat pertama Matius pasal 22. Kata 'memanggil' di dalam bahasa
Yunani juga berarti 'mengundang'. Diundang berarti dipanggil. Kata
yang sama juga dipakai dalam hal panggilan terhadap orang Israel
(lihat Hosea 11:1 di mana Allah berkata bahwa Ia memanggil anakNya
(yaitu orang-orang Israel) keluar dari Mesir; ayat ini dikutip dalam
Matius 2:15).
Semua orang Kristen telah mendapat panggilan. Kata yang sama ini
juga berlaku bagi orang-orang Kristen. Kata 'memanggil' terhadap
orang Kristen merupakan kata Yunani yang sama, yang di dalam
perumpamaan ini diterjemahkan dengan 'mengundang'. Ini karena
tidak ada banyak perbedaan antara mengundang dengan
memanggil. Jika Anda mengundang seseorang, berarti Anda memanggil
orang itu. Kata 'memanggil' dipakai sebagai contoh di dalam Roma
8:30, 9:24, 1 Korintus 7:15, 17, 18, 21, 22, 24, dsb.
Ada kesalahpahaman di kalangan orang Kristen yang mengira bahwa
kata 'memanggil' ini berarti bahwa Anda dipanggil untuk masuk ke
dalam pelayanan sepenuh waktu bagi Tuhan. Ini keliru karena kata
'memanggil' di dalam Alkitab dipakai untuk semua orang Kristen. Jika
Anda seorang Kristen, berarti Anda sudah dipanggil. Jika Anda belum
dipanggil, berarti Anda bukan orang Kristen.
Setiap orang Kristen disebut sebagai orang kudus. Kita semua dipanggil
untuk menjadi orang-orang kudus, dipanggil untuk memberi tanggapan
kepada Allah dan untuk menjadi milikNya, menjadi umatNya yang unik.
Saya menggunakan kata 'unik' bukan untuk mengartikan bahwa
perilaku kita akan menjadi aneh. Tetapi dunia mungkin akan
memandang perilaku kita sangat aneh.
Berdasarkan perumpamaan ini, jelaslah bahwa sekalipun Anda seorang
Kristen - telah menanggapi undangan Allah untuk datang ke pesta
perjamuan keselamatan - Anda bisa saja mangkir dari panggilan itu
walaupun pada awalnya Anda bersedia datang. Ini adalah hal yang
disampaikan oleh Paulus ketika berkata kepada orang-orang di Galatia.
Ia berkata kepada mereka, "Aku heran, bahwa kamu begitu lekas
berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil
493 | C A H A Y A I N J I L
kamu" (Gal.1:6). Orang-orang Galatia telah menerima panggilan itu
dan pada awalnya mereka menanggapinya, namun belakangan mereka
berpaling dari panggilan itu.
Ada ayat-ayat di dalam kitab Wahyu yang sangat mirip dengan
perumpamaan ini, karena ayat-ayat itu berbicara tentang pesta
perkawinan Anak Domba - perjamuan keselamatan. Di sana dikatakan,
"Berbahagialah mereka yang diundang (atau dipanggil, karena kata
Yunani yang dipakai sama saja) ke perjamuan kawin Anak Domba"
(Why. 19:9). Ini adalah suatu peringatan bahwa jika kita sudah
diundang masuk ke keselamatan Allah dan telah menanggapi panggilan
itu, kita harus waspada, jangan sampai seperti orang-orang di Galatia
itu yang berpaling dari Dia yang sudah memanggil kita.
Secara terus menerus kita mendapati di dalam Alkitab bahwa panggilan
dan undangan memiliki arti yang sama. Jika kita adalah orang Kristen,
maka kita telah menerima panggilan. Bagaimana panggilan itu datang
kepada kita? Ia datang kepada kita dalam bentuk undangan. Sebagai
contoh, Yesus berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan
berbeban berat" (Mat. 11:28). Ini adalah suatu undangan; yang juga
suatu panggilan. Ketika Ia berkata, "Marilah kepadaKu," maka ucapan
itu merupakan suatu undangan dan panggilan. Saat Anda menanggapi
panggilanNya, maka Anda menjadi seorang Kristen dan dengan
demikian juga menjadi seorang murid. Ada lagi panggilan yang sejenis
di dalam Injil Yohanes, "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku
dan minum!" (Yoh. 7:37). Sebagai orang Kristen, kita telah memberi
tanggapan kepada panggilan itu dan telah meminum air itu.
Apa perbedaan antara memanggil dan memilih? Perumpamaan ini
menyatakan, "banyak yang dipanggil akan tetapi hanya sedikit yang
dipilih." Jika Anda mengundang seseorang ke rumah Anda, berarti Anda
telah memilih untuk mengundangnya ke rumah Anda. Jadi, memanggil
adalah salah satu bentuk dari tindakan memilih. Saya tidak akan
memanggil seseorang jika saya tidak memilih untuk memanggilnya.
Jadi orang itu dipanggil berdasarkan pilihan. Memang terdapat
hubungan yang erat antara memanggil dan memilih, dan memanggil
adalah salah satu bentuk dari memilih. Akan tetapi keduanya tidak
sama persis.
494 | C A H A Y A I N J I L
Lihatlah Yudas sebagai contohnya. Kata 'terpilih' seperti yang dipakai di
dalam Yohanes 6:7 juga berlaku padanya. Di sini, Yesus berkata pada
murid-muridNya, "Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang
dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis." (Yoh.6:70).
Kedua-belas rasul adalah orang-orang yang terpanggil; mereka
diundang dan dipilih. Akan tetapi di tingkat hati, Yudas adalah seorang
musuh Allah. Hal ini menunjukkan bahwa sekalipun seseorang mungkin
saja menanggapi panggilan Allah, dan di dalam memberikan tanggapan
itu ia masuk dalam kalangan orang-orang yang terpilih, akan tetapi ia
bisa tetap memiliki hati yang menentang Allah, hati yang berkeras
untuk melangkah semaunya sendiri.
Sangatlah berbahaya jika Anda berkeras untuk bersikap sekehendak
hati di dalam kehidupan Kristen, karena Anda akan segera mendapati -
secara sengaja ataupun tidak - betapa diri Anda telah menjadi musuh
Allah. Itu sebabnya, setiap orang yang berkeras untuk melangkah
sekehendak hatinya sendiri, terutamanya dalam pelayanan Allah, harus
ditangani sedemikian rupa sehingga ia bisa memahami bahwa hal ini
tidak boleh berlangsung seperti itu, demi kebaikannya sendiri dan juga
demi kebaikan gereja. Ini adalah persoalan yang berbahaya. Seseorang
dapat masuk ke dalam golongan rasul, seperti Yudas, dan berakhir
sebagai seorang musuh Allah.
Contoh yang lainnya adalah orang-orang Yahudi yang tadinya adalah
umat pilihan Allah - mereka masih disebut sebagai umat pilihan Allah
sekarang ini - dan mereka itu menjadi orang-orang terpilih karena
mereka memberi tanggapan kepada panggilan atau pilihan Allah.
Namun akhirnya mereka ditolak dan kerajaan itu diambil dari tangan
mereka.
Di tengah kalangan orang-orang terpilih, ada sekelompok orang lagi
yang dipilih dari antara yang terpilih itu. Kita melihat bahwa orang
Yahudi pada umumnya disebut sebagai orang-orang yang dipilih oleh
Allah (Rom. 11:28), seperti halnya dengan orang-orang Kristen
sekarang ini yang bisa disebut sebagai umat pilihan - Israel yang baru.
Namun di ayat 5 dan 7 dari pasal yang sama, disebutkan bahwa umat
pilihan itu ternyata gagal. Dari sini kita bisa melihat bahwa terdapat
kumpulan orang-orang terpilih di tengah kalangan umat yang terpilih
itu. Untuk menyederhanakannya, kita perlu membedakan kedua
macam orang terpilih ini:
495 | C A H A Y A I N J I L
Mereka yang terpilih sekarang ini tidak otomatis tetap menjadi
orang terpilih di hari penghakiman nanti.
Kita adalah umat pilihan jika kita adalah orang Kristen. Karena
Ia telah mengundang kita dan kita telah memberikan
tanggapan, kita menjadi orang-orang yang dipilih oleh Allah.
Celakalah kita jika kita berani menyombongkan hal ini. Pertanyaan
yang penting bukanlah apakah kita ini orang-orang terpilih sekarang,
melainkan apakah kita masih akan menjadi orang-orang terpilih, masih
diterima, di hari penghakiman nanti. Yang penting bukan apakah kita
sekarang ini adalah umat pilihan, melainkan apakah di hari
penghakiman nanti Allah masih mau menerima kita sebagai umat
pilihan-Nya. Dan sekali lagi, apakah Ia akan menerima kita tergantung
pada apakah kita nanti memakai pakaian pesta itu.
Undangan yang sama, tanggapan yang berbeda
Seiring dengan pembahasan kita tentang perumpamaan ini, kita
melihat bahwa panggilan Allah disampaikan kepada semua orang,
seperti yang terungkap di dalam pernyataan "banyak yang dipanggil."
Setiap orang yang mendengarkan Firman Allah, yang mendengarkan
undangan Yesus untuk datang kepada-Nya adalah orang yang telah
dipanggil. Ada tiga macam tanggapan terhadap panggilanNya ini, dan
kita termasuk ke dalam salah satunya:
Pertama, mereka yang telah diundang tetapi menolaknya.
Sebagai contoh, jika sekarang ini Anda telah mendengarkan Injil
namun menolak undangan Kristus untuk datang padaNya dan
meminum air hidup, maka saat ini Anda tergolong orang
semacam ini - orang yang telah diundang namun langsung
menolaknya. Alasan mengapa Anda menolak undangan itu
tidaklah penting. Yang jelas Anda telah menolaknya.
·Ada orang-orang yang telah menerima undangan itu dan
mereka memenuhinya. Mereka adalah orang-orang yang hadir
di dalam pesta perkawinan itu.
Perumpamaan ini menyebutkan kelompok ketiga: yaitu orang-
orang yang telah diundang dan hadir ke dalam pesta perjamuan
itu, namun mereka kemudian dilemparkan keluar karena tidak
496 | C A H A Y A I N J I L
memenuhi syarat, alasannya adalah karena mereka tidak
memakai pakaian pesta.
Di dalam kategori yang manakah Anda berada? Rasul Paulus
memberikan penjelasan tentang arti pakaian pesta ini dengan sangat
jelas. Namun sebelum kita masuk ke dalam pembahasan tentang
uraiannya tentang arti pakaian pesta, kita harus memperhatikan baik-
baik pertanyaan yang diajukan di dalam perumpamaan ini (ayat 12).
Pada umumnya kita akan mengira bahwa pertanyaan yang diajukan
adalah, "Mengapa kamu tidak mengenakan pakaian pesta di dalam
pesta perkawinan ini?" Kita mengira itulah pertanyaan yang
dikemukakan, namun ternyata tidak demikian. Pertanyaannya adalah,
"Bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian
pesta?" Ada perbedaan yang sangat besar pada kedua pertanyaan itu.
Sebelumnya, saya selalu mengira bahwa maksud dari pertanyaan itu
adalah, "Mengapa kamu tidak mengenakan pakaian pesta di pesta
perkawinan ini?" Pertanyaan yang terdapat di dalam ayat itu ternyata
memiliki makna yang jauh lebih luas lagi.
Makna yang terkandung di dalam pertanyaan pada ayat itu adalah
bahwa Anda tidak akan mungkin masuk ke dalam pesta itu tanpa
mengenakan pakaian pesta. Ini bukan pertanyaan yang berkaitan
dengan kata 'apa' atau 'mengapa', tetapi masalahnya adalah
'bagaimana'. Bagaimana seorang tamu di pesta perkawinan bisa masuk
tanpa pakaian pesta? Ia tidak akan bisa masuk ke tempat pesta jika
tidak mengenakan pakaian pesta. Jika ia memang mengenakan pakaian
pesta saat memasuki tempat pesta, lalu di mana pakaian itu sekarang?
Mengapa ia tidak mengenakannya?
Tamu undangan tidak bisa masuk tanpa mengenakan pakaian pesta.
Jadi pakaian pesta ini disediakan baginya saat ia memasuki tempat
pesta itu. Namun, dengan alasan yang tidak dijelaskan, ia kemudian
memutuskan untuk menanggalkan pakaian pestanya, mungkin karena
ia merasa kepanasan; atau karena kecerobohannya ia telah mengotori
pakaian itu. Ketika pakaian itu menjadi kotor, mungkin ia malu untuk
mengenakannya terus.
Yang kita bicarakan bukanlah pakaian pesta yang dikenakan oleh
mempelai. Pakaian pesta di sini berarti pakaian yang layak untuk
dipakai dalam acara pesta seperti itu. Jadi tidak berarti bahwa semua
497 | C A H A Y A I N J I L
tamu wanita akan datang dengan mengenakan pakaian pengantin.
Maksud sesungguhnya hanyalah sehelai pakaian yang pantas untuk
dikenakan dalam acara pesta. Sebagai contoh, tentunya akan sangat
tidak pantas jika Anda mengenakan blue jeans dalam sebuah pesta
perkawinan. Tamu-tamu undangan pesta pernikahan di zaman
sekarang ini, mungkin cara berpakaiannya sudah lebih santai, namun di
kebanyakan negara, terutama di belahan timur, mengenakan pakaian
santai untuk menghadiri pesta dipandang tidak sopan.
Terlebih lagi, tamu undangan ini tidak mampu menjawab pertanyaan
tersebut (ayat 12). Jika ia punya alasan yang baik, tentu ia akan
memberi jawaban. Sebagai contoh, ia bisa saja berkata, "Tuan, saya
tahu bahwa yang saya kenakan ini bukanlah pakaian pesta, tetapi saya
tidak mampu untuk membeli pakaian pesta. Ini adalah pakaian terbaik
yang saya miliki. Maafkan saya." Di dalam terang pengajaran Yesus,
yang selalu mengarahkan simpatinya terhadap orang-orang miskin,
saya yakin bahwa Tuhan pasti akan memaafkannya. Fakta bahwa ia
hanya diam saja menunjukkan bahwa ia tahu bahwa ia tidak memiliki
alasan yang bisa diterima.
Pada zaman itu, sebuah pakaian pesta tentu sudah disediakan baginya.
Sudah merupakan tradisi di zaman itu untuk menyediakan pakaian
pesta bagi undangan yang tidak mampu untuk membelinya. Sebagai
contoh, di dalam kejadian 45:22 dan Hakim-hakim 14:12, kita
diberitahu bahwa para tamu diberi pakaian pesta. Apakah hal ini masih
dilakukan atau tidak di zaman Yesus, tidak menjadi masalah bagi kita.
Yang penting adalah bahwa pada pesta perkawinan Anak Domba -
jamuan keselamatan - nanti Allah akan menyediakan pakaian yang kita
butuhkan.
Ini adalah sebuah pengajaran penting yang terungkap dari
perumpamaan ini, dan kita akan beralih kepada Paulus untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi. Ia memakai kata Yunani
dalam menjelaskan hal mengenakan pakaian dalam pengertian rohani.
Paulus menggunakan kata-kata ini sebanyak 15 kali di dalam
pengajarannya. Dan ia selalu memakai kata ini di dalam pengertian
rohani, bukan yang harfiah. Sebagai contoh, ia berbicara tentang
mengenakan kekekalan di dalam 12 Korintus 15:53-54. Di dalam ayat-
ayat ini, kekekalan digambarkan seperti sehelai pakaian yang Anda
kenakan. Dan 'mengenakan' berarti bahwa kita harus masuk ke dalam
498 | C A H A Y A I N J I L
kekekalan itu. Inilah yang Paulus katakan: Karena yang dapat binasa
ini harus mengenakan (ini kata Yunani untuk mengenakan
pakaian) yang tidak dapat binasa(ayat 53). Dengan demikian, diri yang
tidak kekal ini harus mengenakan kekekalan. Ketika yang dapat binasa
ini mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang fana mengenakan
yang kekal, maka digenapilah apa yang tertulis di dalam Alkitab: maut
ditelan dalam kemenangan. Menurut Paulus, pada saat kita ditebus di
hari kebangkitan nanti, kita akan diberikan kekekalan - tubuh yang
baru yang tidak akan pernah mati sebagai ganti bagi tubuh sekarang
ini yang pasti akan mati. Jadi kita bisa katakan bahwa tubuh yang fana
ini mengenakan kekekalan, seperti mengenakan sehelai baju.
Paulus juga mengatakan hal yang serupa di dalam 2 Korintus 5. Di sini
dikatakan bahwa kita mengeluh dan merindukan kediaman surgawi,
karena dengan mengenakannya maka kita tidak akan kedapatan
telanjang. "Selama kita di dalam kemah ini (ia sedang merujuk kepada
tubuh jasmani), kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau
mengenakan pakaian yang baru tanpa menanggalkan yang lama,
supaya yang fana itu ditelan oleh hidup" (lihat 2 Kor. 5:2-4). Yang akan
kita kenakan nanti, pada hari kebangkitan itu, adalah hidup.
Dari cara Paulus memakai kata 'mengenakan' ini, kita dapat melihat
bahwa ia memandang pakaian sebagai lambang dari cara hidup yang
baru - kekekalan. Lebih jauh lagi, bisa jadi ia memandang pakaian
sebagai lambang kualitas hidup yang baru - hidup kebangkitan atau
hidup yang baru yang disebut hidup yang kekal. Ini bukanlah
kehidupan yang tanpa batas waktu seperti yang dibayangkan oleh
kebanyakan orang. Ini adalah kualitas hidup yang baru - kualitas hidup
milik Allah.
Mengenakan Kristus
Untuk bisa memenuhi syarat bagi hidup kekal yang akan kita kenakan
itu - atau yang tidak dapat binasa, menurut istilah Paulus - apa yang
harus kita kenakan sekarang ini? Tidak lain adalah Yesus Kristus
sendiri. Di dalam Galatia 3:27, Paulus memberitahu kita bagaimana
Yesus menjadi jalan hidup kita yang baru: Karena kamu semua, yang
dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Di sini, sekali lagi
kita melihat pemakaian istilah 'mengenakan'. Jika Anda adalah seorang
Kristen, berarti Anda telah mengenakan Yesus Kristus. Itu sebabnya
mengapa dikatakan juga bahwa Anda 'di dalam Dia'.
499 | C A H A Y A I N J I L
Ada dua langkah yang berkaitan di dalam hal mengenakan Yesus. Di
dalam Galatia 3:26 kita diberitahu, "Sebab kamu semua adalah anak-
anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus." Ayat ini memberitahu
kita bahwa kita perlu memiliki iman, yang merupakan langkah
pertama. Ayat selanjutnya berkata bahwa kita perlu dibaptiskan, dan
itu adalah langkah yang kedua. Kita mengenakan Yesus Kristus melalui
iman dan baptisan. Iman itu harus dinyatakan dalam baptisan, yang
berarti mati bagi cara hidup yang lama dan masuk ke dalam cara hidup
yang baru di dalam Kristus.
Jadi, ada dua langkah di hadapan kita. Pertama, jubah keselamatan itu
disediakan bagi kita. Itu adalah karunia Allah yang diberikan kepada
kita, dan kita tidak bisa memperolehnya dengan kekuatan sendiri.
Malahan, kita ini sangat tidak layak dan tidak mampu untuk
memperoleh jubah itu dengan kekuatan sendiri. Sebagai contoh, adalah
mustahil bagi saya untuk menyelamatkan diri saya sendiri. Saya jelas
tidak mampu melakukannya. Yesus diberikan sebagai keselamatan dari
Allah kepada kita, membebaskan kita dari belenggu dosa dan maut.
Saat kita mengenakan Yesus - karunia Allah yang diberikan saat
baptisan - kita bisa melanjutkan langkah menuju hidup yang kekal.
Paulus merujuk kepada Yesaya 61:10 saat memakai istilah
'mengenakan' ini. Ayat di dalam kitab Yesaya menyatakannya dengan
sangat indah: Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan
menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki
yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan
yang memakai perhiasannya. Itulah karunia dari Allah, yang tertulis di
dalam Perjanjian Lama dan juga Perjanjian Baru; tidak ada perbedaan
sama sekali di dalam hal ini di antara kedua Perjanjian itu.
Keselamatan selalu merupakan pemberian dari Allah. Tak ada orang
yang dapat memperolehnya berdasarkan kelayakannya sendiri. Untuk
bisa memperolehnya dengan kekuatan sendiri, berarti kita harus
menunjukkan kepada Allah bahwa kita layak atas jubah itu. Dan ini
jelas merupakan hal yang mustahil.
Keindahan dari pengajaran Yesus dan kedalaman dari pemahaman
rohani Paulus memang selalu membuat kita takjub. Jika kita cermati
kata 'mengenakan' di dalam bahasa Yunani, kata ini selalu dipakai
dalam middle form. Di dalam bahasa Yunani, ada kalimat yang
berbentuk aktif, middle, dan pasif. Bentuk pasif menunjukkan hal yang
500 | C A H A Y A I N J I L
diperbuat oleh orang lain terhadap Anda; bentuk aktif menunjukkan hal
yang Anda perbuat terhadap orang lain. Akan tetapi bahasa Yunani
memiliki satu bentuk lagi, middle, yang dipakai untuk menunjukkan hal
yang Anda perbuat terhadap diri Anda sendiri. Bentuk ini disebut juga
sebagai bentuk refleksif. Tata bahasa Inggris tidak memiliki
bentuk middle ini. Dalam bahasa Inggris Anda harus berkata, "Do it
yourself (lakukanlah sendiri)." Di dalam tata bahasa Yunani, Anda tidak
membutuhkan kata 'yourself '. Anda cukup memakai kata kerja di
dalam bentuk middle.
Terlebih lagi, kata 'mengenakan' seperti yang digunakan oleh Paulus ini
selalu ditulis dalam bentuk middle. Artinya, Anda mengenakan pakaian
bagi Anda sendiri. Dari sini kita bisa melihat betapa sempurnanya
pengajaran Alkitab. Allah menyediakan jubah keselamatan itu tetapi
Anda harus mengenakannya sendiri. Allah tidak mengenakannya bagi
Anda; Anda harus mengenakannya sendiri. Allah memberi Anda jubah
itu sebagai hadiah dan Ia berkata, "Inilah jubahnya; ambillah."
Kemudian Anda harus mengenakannya. Jadi, Allah telah mengerjakan
bagian-Nya yaitu menyediakan jubah keselamatan, tetapi Anda
bertanggungjawab untuk mengenakannya, dan terus mengenakannya.
Hal yang sekilas terlihat tidak konsisten
Saat kita membandingkan Galatia 3:27 dengan Roma 13:14,
tampaknya seperti ada ketidaksamaan di sini. Karena Galatia 3:27
berkata bahwa mereka yang telah percaya, yang telah menyerahkan
dirinya kepada Kristus di dalam iman dan telah dibaptis, telah
mengenakan Kristus. Jadi kita tentunya sudah mengenakan Kristus.
Namun apa yang dikatakan oleh Roma 13:13-14? "Marilah kita hidup
dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan
kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam
perselisihan dan iri hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai
perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk
memuaskan keinginannya." Di dalam ayat ini, Paulus menyuruh orang
Kristen untuk mengenakan Yesus Kristus. Bukankah dia berkata (dalam
Gal.3:27) bahwa kita telah mengenakan Kristus? Bagaimana mungkin
Anda mengenakan sesuatu yang sebenarnya telah dikenakan?
Tampaknya seperti ada ketidak-cocokan karena Paulus telah berkata di
dalam surat kepada jemaat di Galatia bahwa kita telah mengenakan
Kristus, namun di dalam surat Roma, ia menyuruh kita untuk
mengenakan Kristus. Bagaimana cara kita memahaminya?
501 | C A H A Y A I N J I L
Kedalaman dan keindahan dari pemahaman Paulus terlihat di sini. Cara
untuk memahaminya adalah cukup dengan melihat konteksnya;
sesederhana itu. Di dalam Galatia 3, Paulus berkata bahwa ketika Anda
membuat komitmen awal dalam iman Anda, Anda telah mengenakan
Yesus Kristus. Masalahnya adalah bahwa orang Kristen sering kali
menanggalkan kembali Kristus!
Di dalam Roma 12, perhatikan, Paulus berkata, "...conduct your
life" (yang diterjemahkan sebagai "hidup dengan sopan"). Jelas bahwa
ia memperhatikan cara kita menjalani kehidupan Kristen kita. Saat kita
pertama kali menjadi Kristen - saat kita pertama kali menanggapi
undangan untuk masuk ke dalam pesta perkawinan itu - kita dengan
senang hati menerima pakaian pesta dan mengenakannya di saat
membuat komitmen awal. Belakangan, kita kedapatan tidak
mengenakan pakaian pesta itu lagi karena kita telah kembali ke dalam
hidup kita yang lama. Alkitab berkata bahwa setiap kali kita tidak
menjalani hidup sebagai orang Kristen yang benar dan kembali pada
cara hidup kita yang lama, berarti kita telah menanggalkan Yesus
Kristus dan mengenakan kembali kepribadian buruk kita yang lama.
Bagaimana jika kita terus saja mengenakan kembali perilaku kita yang
lama? Kita akan mendapati bahwa kita tetap berada di dalam
perjamuan itu. Karena kita masih berada di tengah jemaat. Sekali kita
menjadi orang Kristen, mungkin kita akan selalu dikenali sebagai orang
Kristen. Namun tidak berarti bahwa kita akan selalu berperilaku
sebagai orang Kristen. Apa yang diperhitungkan di hari penghakiman
nanti bukanlah komitmen awal kita, namun apakah perilaku kita sudah
benar-benar sebagai orang Kristen yang sesungguhnya. Hal inilah yang
menjadi penentu di hari penghakiman nanti. Jangan mengira bahwa
karena kita sudah masuk ke dalam perjamuan itu, maka kita akan bisa
menikmati segala hidangan lezat di dalamnya. Masih ada bahaya
menanti di hari penghakiman nanti, kita bisa saja dilemparkan keluar
ke kegelapan di luar karena kita tidak mengenakan Yesus Kristus.
Perilaku kita menjadi bukti bahwa kita tidak lagi mengenakan pakaian
pesta, yang sudah kita terima itu.
Inilah hal yang persisnya dikatakan juga oleh Paulus: "Seperti yang
sudah kuperingatkan kepadamu, kamu sudah diundang dan sudah
menanggapi panggilanNya. Dan sekarang kamu mau berpaling dari Dia
yang telah memanggil-mu. Kamu menerima pakaian pesta itu. Tidak
502 | C A H A Y A I N J I L
ingatkah kamu bahwa kamu telah mengenakannya?" (lihat Galatia
1:6). Dan lagi, di dalam Galatia 3:26-27, Paulus mengingatkan kita
bahwa ketika kita membuat komitmen di dalam iman dan dibaptiskan,
kita telah menerima pakaian pesta dan mengenakannya. Apakah kita
sekarang sedang berpaling dari Dia yang telah memanggil kita?
Paulus secara konsisten berbicara tentang pakaian pesta yang kita
kenakan dalam pengertian yang sangat praktis, dengan mengaitkannya
dengan perilaku kita. Pakaian itu berarti cara hidup kita. Ia
menekankan hal ini berkali-kali. Seperti yang sudah saya sebutkan
sebelumnya, ia memakai istilah 'mengenakan' ini tidak kurang dari 15
kali. Mari kita lihat beberapa contohnya:
Di dalam Roma 13:14, Paulus memakai istilah itu di dalam
bentuk imperatif: "Kenakanlah..." Ia memerintahkan orang-
orang Kristen untuk mengenakan pakaian itu. Jika Anda
mengaku sebagai orang Kristen, maka berperilakulah sebagai
orang Kristen. Jika Anda berperilaku tidak sebagai orang
Kristen, maka apapun pengakuan Anda, Anda masih belum
menjadi orang Kristen. Ini adalah poin yang berulang kali ia
tekankan.
Di dalam Efesus 4:22-24, ia memakai istilah mengenakan dan
menanggalkan pakaian. Di dalam ayat 22, ia berkata, "Yaitu
bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu,
harus menanggalkan manusia lama, yang menemui
kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu
dibaharui di dalam roh dan pikiranmu." Dan di dalam ayat 24, ia
melanjutkan dengan, "dan mengenakan manusia baru, yang
telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran
dan kekudusan yang sesungguhnya." Artinya adalah
menanggalkan cara hidup yang lama dan mengenakan cara
hidup yang baru - yaitu, mengenakan Kristus.
Jika Anda berkata bahwa Anda telah mengenakan Kristus, biarlah hal
itu terlihat di dalam kehidupan Anda. Biarlah itu terbukti lewat perilaku
Anda sehingga orang dapat melihat Yesus di dalam Anda. Paulus
sebenarnya berkata, "Karena kamu menyatakan komitmen saat
dibaptis, maka saat itu kamu mengenakan Kristus. Nah, jika kamu
telah mengenakan Kristus, maka biarlah orang-orang dapat
503 | C A H A Y A I N J I L
mengamati-mu dan berkata, 'Aku melihat Kristus di dalam kamu; aku
melihat kamu mengenakan Dia; dan aku telah melihat Kristus di dalam
perilaku-mu sehari-hari.'" Sejak saat baptisan itu, mestinya orang lain
dapat melihat sesuatu, yaitu kualitas hidup yang baru. Kita telah
menanggalkan cara hidup kita yang lama - dengan segala kekotoran,
keegoisan, kedengkian, dan kekerasannya. Mestinya orang lain dapat
melihat Kristus di dalam diri kita melalui perilaku kita.
Di dalam Efesus 6:11,14 dan Roma 13:!2, Paulus menyuruh kita
mengenakan Yesus, perlengkapan senjata Allah. Sekali lagi dia
membahas hal ini di dalam pengertian sebagai hal yang
mendasar bagi keselamatan kita. Kadang kala ia menyebut
pakaian ini sebagai perlengkapan perang yang merupakan
perangkat penting bagi keselamatan di dalam peperangan.
Karena kita masuk ke dalam peperangan rohani, maka pakaian
ini bukan sekedar hiasan pemanis. Pakaian ini merupakan
perlindungan kita untuk saat ini. Mengenakan Kristus berarti
mengenakan perlengkapan perang yang penting bagi
keselamatan kita.
Di dalam Kolose 3:9-10, Paulus menyatakan poin yang sama
lagi: "Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah
menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah
mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui
untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar
Khaliknya." Istilah 'menanggalkan' berarti melepaskan watak
yang lama. Kata ini tidak bermakna 'mengesampingkan. Kata ini
di dalam bahasa Yunani berarti melepaskan sehelai pakaian.
Kembali kita melihat rujukan tentang mengenakan cara hidup
yang baru yang membawa perilaku yang baru.
Terakhir, hal ini diperjelas lagi di dalam 1 Tesalonika 5:7-8,
"Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang
mabuk, mabuk waktu malam. Tetapi kita, yang adalah orang-
orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih,
dan berketopongkan pengharapan keselamatan." Menurut ayat-
ayat ini, apa yang harus kita kenakan? Tidak lain adalah iman,
kesetiaan, pengharapan dan kasih di dalam pergaulan kita.
Kasih digambarkan sebagai pakaian yang kita kenakan.
504 | C A H A Y A I N J I L
Sebagai orang Kristen, kita telah menanggapi undangan Allah. Dan kita
mungkin sudah memasuki Jemaat-Nya, ke dalam kerajaan-Nya, ke
dalam pesta perjamuan-Nya. Kita sudah membuat komitmen iman itu
dan telah dibaptiskan, dan kita memang telah mengenakan Yesus
Kristus di dalam komitmen awal itu. Namun hal yang penting adalah
bahwa Allah ingin melihat apakah kita mengenakan pakaian pesta itu
sepanjang hidup kita. Di hari penghakiman nanti, mereka yang
kedapatan - terhitung sejak saat mereka membuat komitmen itu -
tidak berperilaku sebagaimana mestinya, akan dilemparkan keluar dari
kerajaan Allah.
Pesan yang disampaikan kepada kita sangatlah jelas. Jadi camkanlah
hal itu baik-baik. Allah telah menyediakan jubah keselamatan yang
indah kepada kita. Terserah pada kita untuk mengenakannya atau
tidak.
Perumpamaan tentang 10 Gadis-gadis yang Bijaksana &
Bodoh
Matius 24:48 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang.
Mari kita melanjutkan pengajaran Yesus dalam Matius 25 mulai dari
ayat 1. Sebelumnya perlu diketahui bahwa ayat-ayat terakhir yang
terdapat dalam pasal 24 memiliki kaitan dengan pasal 25. Dalam pasal
ini, kita akan pusatkan perhatian pada perumpamaan 10 gadis-gadis
yang bijaksana dan bodoh atau dalam bahasa Inggris diterjemahkan
sebagai perumpamaan tentang 10 perawan.
Sebagai pengenalan akan perumpamaan ini, mari kita melihat Roma
8:5-6 di mana Rasul Paulus berbicara tentang perbedaan antara
keinginan daging dan keinginan Roh:
"Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang
dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang
dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh
adalah hidup dan damai sejahtera."
505 | C A H A Y A I N J I L
Dalam ayat 5, kata "memikirkan" adalah dalam tensa masa
kini(present tense) atau sesuatu sedang berlangsung(present
continuous tense); ini memberikan arti "sedang terus-menerus
dipikirkan". Rasul Paulus berkata barangsiapa yang hidup menurut
daging maka pikiran mereka akan terus-menerus dipenuhi oleh hal-hal
yang bersifat kedagingan yaitu sesuatu yang berasal dari dunia ini.
Tetapi barangsiapa yang hidup sesuai dengan keinginan Roh maka
pikirannya akan dipenuhi dengan hal-hal yang bersifat rohani. Pokok ini
berhubungan dengan perumpamaan yang akan kita bahas di bawah ini.
Anda mungkin menemukan kesulitan di sini. Bagaimana kita dapat
memikirkan sesuatu yang rohani seandainya kita sedang sibuk oleh
pekerjaan yang lain? Mustahil rasanya untuk memikirkan hal-hal rohani
di kala kita sedang menekuni suatu pelajaran atau pekerjaan. Rasul
Paulus menekankan pentingnya kita untuk mengerti hal ini atau kita
akan berkata, "Sulit sekali melaksanakan hal ini. Mana mungkin saya
bisa memikirkan hal-hal rohani sepanjang hari sedangkan saya sendiri
juga memiliki kesibukan lainnya." Namun bukankah pikiran kita dapat
berfungsi di tahap yang berbeda-beda, terdapat hal yang kita pikirkan
secara aktif dan di waktu yang bersamaan terdapat sesuatu di balik
pemikiran kita.
Untuk lebih mudahnya, mari kita ambil contoh saat kita sedang
dimabuk cinta. Saat itu kita akan selalu memikirkan sang kekasih kita.
Di sini, kita tidak selalu secara aktif memikirkan sang kekasih. "Dia"
memang sering kita pikirkan namun di balik pemikiran kita.
Kesimpulannya, saat ada sesuatu yang di balik pemikiran kita, hal itu
akan tetap ada walaupun kita sedang sibuk. Oleh sebab itu, jika kita
sedang mabuk oleh cinta, pikiran tentang sang kekasih akan selalu
berada di benak kita. Tak peduli apakah kita sedang serius
memusatkan mata Anda dalam mikroskop di laboratorium atau sedang
asyiknya membaca buku di ruang baca. Aktivitas apapun yang kita
lakukan dengan konsentrasi penuh di otak Anda, si dia tidak akan
terlepas dari benak kita.
Inilah yang Rasul Paulus hendak sampaikan kepada kita. Contohnya,
seorang yang rohani boleh saja membaca buku-buku yang berkaitan
dengan ilmu teknik, hukum, atau ekonomi di perpustakaan tetapi
seluruh dasar pemikirannya akan terpusat pada hal-hal yang bersifat
rohani. Dengan kata lain, hal-hal yang rohani tetap ada di balik
506 | C A H A Y A I N J I L
pemikiran seorang yang rohani tidak kira apa yang sedang dikerjakan
pada saat itu. Sangat penting saya menjelaskan hal ini atau kita
kembali beralasan, "Mana mungkin saya memikirkan 2 hal yang
berbeda sekaligus." Tentu saja tidak mungkin kita memikirkan 2 hal
yang berbeda pada waktu yang sama. Sungguh sesuatu yang mustahil
Anda dapat berkonsentrasi memikirkan 2 hal yang berbeda sekaligus
dalam waktu yang sama. Tetapi, seorang yang rohani, pikirannya akan
selalu disibukkan oleh nilai-nilai rohani. Nilai-nilai tersebut akan
menjadi latar belakang pikirannya setiap saat walaupun ia sedang
secara aktif mengerjakan dan memikirkan sesuatu pada saat yang
bersamaan.
Dengan pengertian dasar ini, marilah kita berpindah ke perumpamaaan
yang sesungguhnya. Perhatikan kata "Then" yang diterjemahkan
sebagai "pada waktu itu" dalam pembukaan Matius 25:1: "Pada waktu
itu Kerajaan Sorga..." Kata "Then" menghubungkan ayat 1 dengan ayat
sebelumnya dalam Matius 24:50-51. Ayat ini berkata: Maka tuan
hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada
saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat
dia senasib dengan orang-orang yang munafik. Kemanakah orang-
orang munafik pada akhirnya?
Dari Matius 24 kita ketahui bahwa mereka akan diadili di Gehenna,
sebuah nama untuk neraka. Kita diberitahu bahwa "di sanalah akan
terdapat ratapan dan kertak gigi." Oleh sebab itu, kata "pada waktu
itu" menunjukkan masa Penghakiman seperti yang dijelaskan dalam
ayat-ayat sebelumnya.
Perumpamaan ini berkata, pada waktu itu (yaitu, masa Penghakiman)
hal Kerajaan Sorga akan seumpama sepuluh gadis yang membawa
pelitanya dan menyongsong mempelai laki laki. Lima di antaranya
bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh membawa pelitanya
tapi tidak membawa bekal minyak. Ini tidak berarti pelitanya tidak diisi
minyak. Mereka memiliki minyak dalam pelitanya namun tidak
membawa persediaan lebih. Sebaliknya, lima gadis yang bijaksana
masing-masing membawa persediaan minyak (ayat 4). Pada waktu
mempelai laki-laki terlambat datang, mereka semua tertidur. Waktu
tengah malam terdengarlah orang berseru, "Mempelai datang!
Songsonglah dia!" Gadis-gadis itupun bangun dan segera
membereskan pelita mereka. Para gadis yang bodoh berkata kepada
507 | C A H A Y A I N J I L
yang bijaksana, "Berikanlah kami sebagian dari minyakmu agar pelita
kami tidak padam," Lalu para gadis yang bijaksana menjawab,
"Jangan, nanti persediaan minyak kami tidak cukup. Lebih baik kamu
pergi kepada penjual minyak dan membelinya."
Waktu mereka sedang pergi membeli, datanglah mempelai itu dan
mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke
ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Lalu datanglah gadis-gadis
yang lain itu dan berkata: "Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu." Tetapi
ia menjawab, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Aku tidak
mengenal kamu."
Saya rasa semua yang pernah ke Sekolah Minggu telah mengenal
perumpamaan ini dengan baik. Apakah maksud dari perumpamaan ini?
Telah disebutkan sebelumnya bahwa perumpamaan ini berhubungan
dengan Penghakiman yang akan datang. Kerajaan Allah yang akan
datang ini dikaitkan dengan ke sepuluh gadis. Apakah yang
dilambangkan oleh gadis-gadis? Mereka melambangkan orang-orang
Kristen.
Sebagai contoh, Rasul Paulus melambangkan jemaat di Korintus seperti
seorang perawan suci: "Karena aku telah mempertunangkan kamu
kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci
kepada Kristus" (lihat 2 Korintus 11:2). Terjemahan bebas dari
Revised Standard Version Bible (RSV) yang berarti "pengantin wanita"
sepertinya tidak tepat. Dalam bahasa Yunani aslinya, penggunaan kata
ini juga dipakai dalam Matius 25:1, yang jika diterjemahkan sebagai
"perawan suci." Secara literal, kata sesungguhnya adalah 'gadis.' Kata
gadis itu sendiri adalah perawan suci. Dan, dalam Wahyu 14:4, ke
144.000 pengikut-pengikut Kristen yang saleh ini disebut sebagai
perawan suci. Jadi mudah untuk mengerti kata 'perawan suci' dalam
Alkitab karena memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang
orang Kristen. Jadi secara Alkitabiah, ke sepuluh gadis tersebut
semuanya adalah orang-orang Kristen. Tidak benar lima gadis yang
lainnya bukan orang-orang Kristen.
Semua gadis-gadis tersebut mempunyai pelita yang menyala.
Perbedaan yang utama terletak pada siapa yang membawa persediaan
minyak dan siapa yang tidak. Gadis-gadis yang bijaksana membawa
persediaan minyak sedangkan yang bodoh tidak. Membawa persediaan
508 | C A H A Y A I N J I L
minyak berarti menambah biaya. Lebih daripada itu, mereka
membebani diri karena tangan yang satu membawa pelita sedangkan
tangan yang lain membawa persediaan minyak. Di lain pihak, gadis-
gadis yang bodoh mempunyai satu tangan yang tidak terpakai -
artinya, tangan tersebut bebas untuk melakukan pekerjaan apa saja -
karena mereka berpikir tidak perlu untuk membawa minyak lebih.
Seringkali, sekelompok orang Kristen mengerjakan sesuatu yang
menurut kelompok Kristen lainnya dianggap berlebihan atau tidak
perlu. "Kita sudah punya pelita dan minyak. Untuk apa lagi mesti
bersusah-susah membawa persediaan? Bukankah hal itu menambah
beban dan biaya? Belum lagi repotnya!" Berapa kali pikiran tersebut
terlintas dalam benak kita waktu melihat orang lain melakukan sesuatu
yang lebih ketimbang kita? Mungkin kita berpikir, "Perlukah itu?" Di sini
kita akan mempelajari perlukah mengambil langkah tambahan dalam
hidup kekristenan kita
Kedatangan-Nya mungkin tertunda.
Hal lain di sini dikatakan bahwa pengantin pria terlambat datang (ayat
5). Seandainya ia tidak terlambat maka para gadis yang bodoh
tersebut tidak akan kekurangan minyak. Mereka sama sekali tidak
memikirkan kemungkinan ini. Sangat menarik Yesus memberikan
indikasi bahwa mungkin kedatanganNya akan tertunda. Kata "tidak
datang-datang" juga dipakai dalam ayat sebelumnya (Matius 24:48):
"Tuanku tidak datang-datang." Sekali lagi, Yesus memberikan indikasi
bahwa mungkin kedatanganNya tertunda. Lalu pada waktu tengah
malam, terdengar teriakan tentang kedatangan mempelai.
Sebelum mempelai itu datang, para gadis dalam keadaan mengantuk.
Dalam bahasa Inggris terjemahannya menggunakan kata "tidur."
Sebenarnya kata dalam bahasa Yunani jauh lebih deskriptif dari itu.
Kata yang diterjemahkan sebagai "tidur" ini secara harfiah berarti
orang yang hampir tertidur. Kita sering melihat orang di bis atau
keretapi yang kepalanya terkantuk-kantuk tapi coba untuk tetap tidak
tertidur. Ke sepuluh gadis dalam perumpamaan ini dalam keadaan
terkantuk-kantuk - yaitu mereka di tahap pra-tidur, sebelum mereka
betul-betul tertidur.
Mengapa semua gadis tersebut akhirnya tertidur tetapi lima
diantaranya masih dianggap bijaksana? Sepertinya mereka semua
509 | C A H A Y A I N J I L
bersalah karena Yesus sudah mengingatkan agar tidak jatuh tertidur.
Haruskah kita ganti perumpamaan ini dengan judul 10 gadis yang
bodoh?
Apakah artinya tidur? Mengapa ke lima gadis tersebut tetap dianggap
bijaksana walaupun mereka ikut tertidur dengan yang lainnya? Mari
kita mempelajari 2 arti kata "tidur" yang dipakai dalam kitab Perjanjian
Baru. Tidur rohani dan tidur jasmani, yang secara harfiah berarti
"mati".
Ketika kita mempelajari perumpamaan ini secara lebih mendalam, kita
menemukan kata "tidur" di sini diartikan dengan kematian jasmani. Ke
sepuluh gadis tersebut sudah mati. Pada waktu kedatangan Yesus
tertunda, secara jasmani mereka telah mati. Mereka ikut mati
bersama-sama dengan orang-orang Kristen lainnya selama masa 2000
tahun ini. Kedatangan Yesus belum tiba semasa hidup mereka. Mereka
menunggu KedatanganNya namun belum tergenapi karena
kedatangan-Nya tertunda.
Dalam 1 Tesalonika 4:13, kita akan menemukan kesinambungan yang
luar biasa antara pasal ini dengan perumpamaan yang dibahas bahkan
sampai pemakaian kata-katanya. Pasal ini berbunyi: "Selanjutnya kami
tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang
mereka yang mati (atau tertidur), supaya kamu jangan berdukacita
seperti orang-orang yang lain yang tidak mempunyai pengharapan."
Kemudian dalam ayat 14-18 diteruskan, "Karena jikalau kita percaya,
bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga
bahwa mereka yang telah mati (baca: tertidur) dalam Yesus akan
dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia. Ini kami katakan
kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal
sampai kedatangan Tuhan, sekali-sekali tidak akan mendahului mereka
yang telah mati (sekali lagi, baca: tertidur). Sebab pada waktu tanda
diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala
Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari Sorga dan mereka
yang mati (arti sebenarnya) dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;
sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat
bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di
angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama dengan
Tuhan. Karena itu hiburkanlah semua orang akan yang lain dengan
perkataan ini."
510 | C A H A Y A I N J I L
Terlepas dari kata "tidur", ada 2 hal lainnya yang perlu
diperhatikan. Pertama, "Pada waktu penghulu malaikat.." berseru
dalam 1 Tesalonika 4:16 dan kedua, kata "bangkit" (ayat 16) dan
"menyongsong" (ayat 17). Ide yang disampaikan oleh kata-kata ini
juga dapat ditemukan di dalam perumpamaan ini. Ke 10 gadis tersebut
telah jatuh tertidur (Matius 25:5) dan pada waktu tengah malam
datanglah penghulu malaikat berseru (Matius 25:6). Suara malaikatlah
yang telah membuat mereka terbangun.
Lalu, perhatikan kata "bangkit" dalam 1 Tesalonika 4:16 - "mereka ....
akan lebih dahulu bangkit." Kata "bangkit" di sini memiliki arti yang
sama digunakan dalam perumpamaan ini. Pada waktu tengah malam
dan seluruh gadis terbangun (Matius 25:7). Dalam Alkitab, kata
"bangkit" seringkali digunakan untuk 2 pengertian: bangun dari tidur
atau bangun dari kematian. Jadi terdapat seruan yang membuat
semuanya terbangun. Hal ini persis sama dengan yang tertulis dalam 1
Tesalonika 4:16-17, dimana yang telah mati bangun dari kematiannya
ketika mereka mendengar suara dari penghulu malaikat dan bertemu
dengan Tuhan. Dalam suratnya kepada Jemaat di Tesalonika Rasul
Paulus seakan-akan dengan sengaja merujuk kepada perumpamaan
tentang 10 gadis ini. Anda dapat melihat kemiripan dalam pemakaian
kata demi kata di antara kedua perikop ini. 1 Tesalonika 4:15 Paulus
menjelaskan bahwa tulisannya dikutip dari "firman Tuhan". Bagian
firman Tuhan manakah yang dimaksud oleh Paulus? Tiada yang lain
lagi yaitu perumpamaan ke 10 gadis ini.
Di bagian terakhir dari Matius 24, Yesus memberikan perumpamaan
tentang hamba yang setia dan hamba yang jahat. Di sini, para hamba -
baik yang setia maupun yang jahat - semua terjaga dari tidur ketika
tuannya datang. Artinya mereka semuanya masih hidup. Sama seperti
para gadis yang bijaksana dan bodoh yang telah tertidur, hal ini harus
diartikan secara jasmani bahwa mereka tidak lagi hidup. Setelah kita
mengerti hal ini, dengan mudah kita dapat menangkap arti dari
perumpamaan ini.
Perumpamaan ini berkaitan dengan orang-orang Kristen yang telah
mati waktu kedatangan Yesus tiba. Suara penghulu malaikatlah yang
membangunkan mereka. Bukan rohani mereka yang bangun karena
suara malaikat tidak membangunkan mereka secara rohaniah. Tubuh
merekalah yang terbangun ketika kedatangan Yesus tiba. Sebelumnya
511 | C A H A Y A I N J I L
mereka mati/tidur tetapi terbangun pada kedatangan Yesus. Pada saat
itu, yang mati akan bangkit.
Bersiaplah untuk kedatangannya yang kedua kali
Kita harus memiliki kesiapan waktu Yesus datang. "Karena itu berjaga-
jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Ia datang" (lihat
Matius 24:42). Bagaimana Anda melakukannya? Kita tidak dapat
berjaga-jaga kalau kita tertidur, tapi Anda dapat berjaga-jaga dengan
selalu dalam keadaan siap. Perumpamaan ini juga mengatakan bahwa
hanya mereka yang telah siap sedia diperbolehkan masuk ke
perjamuan kawin (Matius 25:10). Para gadis yang bijaksana telah siap
bukan dengan tidak tertidur, tapi mereka siap karena mempunyai
persediaan minyak yang ekstra.
Sekarang, segala sesuatunya bergantung pada apakah yang
dilambangkan sebagai persediaan minyak di sini. Menurut saya, banyak
komentator, kalau boleh saya simpulkan, telah keluar dari jalur
kebenaran pada saat melambangkan arti minyak sebagai Roh Kudus.
Banyak orang yang telah membaca buku-buku tentang lambang-
lambang Roh Kudus akan dengan begitu saja membuat asumsi bahwa
minyak di sini menunjuk kepada Roh Kudus. Sebagai contoh,
Watchman Nee mendasari eksposisi tentang perumpamaan ini dengan
melambangkan minyak sebagai Roh Kudus. Pada akhirnya,
kesimpulannya menjadi jauh menyimpang dari arti sesungguhnya.
Mengapa minyak di sini tidak menunjuk kepada Roh Kudus? Pertama-
tama, bilamana minyak digunakan untuk melambangkan Roh Kudus
dalam Perjanjian Baru, minyak itu tidak pernah minyak yang dipakai
untuk pelita tetapi minyak urapan. Kesalahan ini terjadi pada waktu
Watchman Nee yang mengikuti para komentator dari negara barat,
telah sepenuhnya menyimpang dari arti yang sebenarnya. Referensi
kepada Roh Kudus, umpamanya yang terdapat dalam 1 Yohanes 2:27,
disebut sebagai "pengurapan" yang menunjuk kepada minyak urapan.
Minyak ini adalah sejenis wewangian yang dipersiapkan untuk upacara
pengurapan; bukan yang digunakan untuk menyalakan pelita.
Referensi yang mungkin kepada Roh Kudus terdapat dalam Ibrani 1:9
dimana Yesus disebutkan sebagai "...mengurapi Engkau dengan minyak
sebagai tanda kesukaan." Sekali lagi kita mempelajari bahwa jika
512 | C A H A Y A I N J I L
minyak dilambangkan sebagai Roh Kudus, pemakaiannya selalu untuk
urapan dan bukan minyak untuk pelita.
Kedua, minyak ini tidak memiliki hubungan sama sekali dengan
lambang atau kepenuhan Roh Kudus. Bukan para gadis yang dipenuhi
dengan minyak, tetapi pelita merekalah yang dipenuhi dengan minyak.
Jika kita berbicara tentang dipenuhi Roh Kudus dalam pengertian
minyak di sini, maka akan timbul kesalahpengertian menyeluruh dari
perumpamaan ini. Yang dipenuhi minyak disini adalah pelita mereka
dan bukanlah para gadis itu. Jadi, bagaimana pengertian dipenuhi Roh
Kudus dapat diterapkan ke dalam bagian ini?
Ketiga, hal penting di sini bukan bahwa pelita-pelita itu dipenuhi
minyak. Itu bukan pokok dari perumpamaan ini. Yang penting adalah
persediaan minyak yang dibawa, hal ini tidak ada hubungannya sama
sekali dengan pemenuhan pelita. Tidak masuk akal jika kita
mengatakan persediaan minyak ini diartikan sebagai Roh Kudus.
Penting untuk mengetahui bagaimana cara kerja pelita pada zaman
dahulu. Umumnya, sebuah pelita berbentuk seperti tongkat dimana di
atasnya terpasang sebuah mangkuk yang terbuat dari perunggu atau
besi. Di dalam mangkuk ini ada sepotong kain atau tali panjang yang
berfungsi sebagai sumbu. Sebagian dari sumbu ini dicelupkan ke dalam
minyak yang ditampung di dalam mangkuk tersebut dan kita
menyalakannya seperti pelita minyak. Pada saat api mulai dinyalakan,
ujung sumbu tersebut akan terbakar karena minyak yang disalurkan
melalui batang tali atau kain tersebut. Jika terang pelitanya mulai
meredup, bagian sumbu yang hangus terbakar harus dipotong
sehingga bagian yang baru dapat menghasilkan cahaya yang lebih
terang.
Ketika para gadis yang bodoh mulai memotong sumbu yang hangus
tersebut, mereka sadar bahwa minyak di dalam pelitanya mulai
menipis. Mereka memang belum kehabisan minyak. Tetapi, pas di
waktu itu mereka mulai kehabisan minyak. Struktur tata bahasa dari
kata-kata itu penting sekali. Pelita mereka terus menyala saat mereka
tertidur dan juga sebelumnya. Waktu mereka terbangun karena
mendengar suara penghulu, mereka bersiap-siap membuat agar pelita
nya menyala lebih terang. Di waktu itu barulah mereka menyadari
bahwa minyak di pelita sudah hampir habis.
513 | C A H A Y A I N J I L
Bagaimana kita menerjemahkan semuanya ini? Kita telah melihat
bahwa ke sepuluh gadis ini mewakili orang-orang Kristen yang telah
mati jasmaninya. Dan pelita mereka telah menyala semasa hidup
mereka di dunia. Andaikata ke sepuluh gadis ini mewakili Anda dan
saya, sebagai orang Kristen maka pelita kita telah menyala. Seperti
yang dikatakan Yesus, tidak ada seorangpun yang menyalakan pelita
dan meletakkannya di bawah gantang (Matius 5:15). Jika Anda
menyalakan pelita, maka pelita tersebut harus bercahaya. Di dalam
Alkitab, pelita seringkali dijadikan sebagai lambang keselamatan. Di
dalam Yesaya 62:1 berbicara tentang pelita keselamatan yang menyala
dan keselamatan bangsa Israel itu seperti sebuah pelita yang
bercahaya.
Pelita juga dipakai untuk melambangkan Firman dari Tuhan. Dalam
Mazmur 119:105, Firman dari Tuhan itu dibandingkan dengan sebuah
pelita. Dalam Amsal 6:23, perintah dan ajaran Tuhan adalah seperti
pelita yang menyala. Bagaimana caranya kita menerima keselamatan?
Melalui iman yang datang dari pendengaran akan firman Tuhan.
Dengan demikian, firman Tuhan dan keselamatan adalah dua unsur
yang tidak dapat dipisahkan.
Di dalam perumpamaan ini terang rohani atau keselamatan
dilambangkan sebagai sebuah pelita yang telah dinyalakan. Dan Amsal
13:9 dengan persis berbicara tentang hal ini: Terang orang benar
bercahaya gemilang (terang benderang), sedangkan pelita orang fasik
akan padam (will be put out). Pelita itu tidak padam sekarang
(perhatikan ketepatan kata-katanya); ia akan padam.
Sekarang kita telah memperoleh gada api keselamatan yang telah
dinyalakan dan sedang menyala. Semasa hidup kita api ini akan terus
menyala sampai kita mati, jika kedatangan Yesus belum tiba. Lalu pada
hari Penghakiman dimana Yesus datang, akan ada suara dari penghulu
malaikat yang membangunkan kita. Kita akan bangun dan bangkit dari
kematian - dan dihadapkan pada penghakiman Kristus. Apakah yang
terjadi jika pelita kita mendadak kehabisan minyak pada hari yang
sangat penting tersebut? Kita akan menghadapi situasi yang gawat dan
pada waktu tersebut akan terlambat jika berkata, "Celaka! Aku tidak
memiliki minyak yang cukup!"
514 | C A H A Y A I N J I L
Lukas 16:8 mengatakan: Anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap
sesamanya daripada anak-anak terang. Ini berarti anak-anak dunia -
non- Kristen - akan lebih bijaksana dalam mempersiapkan masa depan
mereka daripada anak-anak terang, yang memiliki cahaya.
Sesungguhnya, merekalah yang paling tidak siap dengan masa
depannya. Orang-orang non-Kristen akan lebih bijaksana dalam
mengumpulkan uang mereka untuk memastikan agar masa depan
mereka terjamin.
Bagaimanakah sikap orang-orang Kristen dalam hal ini? Sebagian besar
mereka hanya peduli dengan masa sekarang ini. Di dalam
perumpamaan, para gadis yang bodoh itu hanya cukup mempedulikan
pelitanya menyala untuk masa sekarang saja. Mereka tidak peduli apa
yang akan terjadi jika kedatangan Yesus tertunda, dan minyak mereka
jadi tidak cukup. Mereka tidak pernah khawatir atau berusaha sama
sekali. Minyak yang mereka miliki memang cukup untuk masa sekarang
ini (waktu mereka hidup), tetapi persediaan ini tidak akan cukup bagi
zaman yang akan datang. Inilah maksud dari perumpamaan ini.
Hidup untuk zaman yang akan datang
Orang bijaksana adalah mereka yang mempunyai persiapan untuk hari
yang akan datang. Orang yang bodoh, sebaliknya, tidak mempedulikan
hal itu. Mereka cukup puas dengan keadaan mereka sekarang ini. "Aku
cukup menjadi orang Kristen yang biasa-biasa saja; selama hidupku
cukup baik, pergi ke gereja..." Yang dipikirkan hanyalah masa sekarang
ini. Mereka hidup untuk zaman ini dan belum mempelajari untuk hidup
bagi zaman yang akan datang. Bagaimana dengan Anda sendiri?
Di sini kita melihat perbedaan antara orang yang berpikiran rohani dan
orang yang berpikiran duniawi. Menurut Rasul Paulus, orang yang
berpikiran rohani, karena imannya, mengetahui zaman yang akan
datang adalah kenyataan hidup yang sebenarnya. Di lain pihak, orang
yang berpikiran duniawi hanya tertarik untuk memikirkan masa hidup
yang sekarang ini walaupun mereka mengakui dirinya juga sebagai
orang Kristen. Baginya, zaman yang akan datang adalah suatu
bayangan yang kabur dan tidak realistis. Di sinilah iman kita yang
sebenarnya mulai terlihat. Sudahkah engkau memiliki masa depan itu
atau belum? Atau, mautkah yang menjadi pengakhiran Anda nanti?
515 | C A H A Y A I N J I L
Banyak orang Kristen tidak begitu peduli dengan hidup setelah
kematian. Mereka menyerahkan seluruh perkara ini kepada Tuhan.
"Semoga Tuhan akan membawaku naik ke Surga - dimanapun saja -
tidak apa-apa. Dan tugas saya sekarang hanyalah mengurus hal-hal di
zaman ini. Menjadi orang Kristen itu baik untuk moral saya. Sangatlah
baik membawa anak-anak saya mengikuti Sekolah Minggu supaya
mereka tumbuh menjadi orang-orang yang bertanggung jawab.
Menjadi orang Kristen itu baik karena semua orang yang saya temui di
gereja adalah orang-orang yang baik semuanya. Dan, saya tahu jika
ada kesulitan, mereka akan membantu saya.
Kelihatannya semua pemikiran kita berpusat pada hidup untuk masa
sekarang ini. Masa yang akan datang itu terletak jauh dari kenyataan
hidup sekarang ini. Masa depan dimana kita akan bangkit dari kematian
- dimana kita memasuki kekekalan - semuanya ini masih terlalu jauh
untuk dipikirkan. Saya ragu berapa banyak orang Kristen yang
sungguh-sungguh memikirkan hal ini. Apakah kita memikirkan hal-hal
itu? Jika kita hanyalah orang Kristen biasa-biasa saja, kita tidak akan
memikirkan hal-hal tersebut. Semua yang kita pikirkan adalah yang
berhubungan dengan masa sekarang ini karena bermegah bahwa kita
adalah orang Kristen yang realistis.
Andaikata kita adalah orang Kristen duniawi yang sama sekali tidak
membuat persiapan untuk hari esok. Lalu apa yang akan terkumpul
nanti? Dapatkah kita menyisakan sesuatu pada hari itu nanti? Atau,
kita hanya cukup hidup sebagai orang Kristen yang biasa-biasa saja
pada masa sekarang ini? Ketika Yesus berkata, "Jangan kumpulkan
harta benda di dunia ini tetapi yang di Surga," Dia menunjuk kepada
hal ini. Lalu pertanyaan kita adalah: berapa pentingkah mengumpulkan
harta benda bagi zaman yang akan datang? Bagi kita itu hal yang tidak
wajib. "Kita tidak perlu mengumpulkan apa-apa sekarang ini karena
kita hanya hidup hanya untuk hari ini." Jika kita berpikir seperti ini
maka kita akan mendapat kesulitan. Disinilah perbedaan antara orang
Kristen yang duniawi dengan orang Kristen yang rohani.
Orang Kristen rohani hidup untuk mendapatkan kekekalan. Dia
memiliki masa depan yang sangat baik sekali. Terlebih lagi, dia
memiliki hidup yang kekal. Dan pikirannya akan selalu tertuju kepada
masa akan datang. Sayang sekali banyak orang Kristen yang belum
memiliki masa depan. Bagi mereka, masa depan merupakan sesuatu
516 | C A H A Y A I N J I L
yang kabur dan tidak memiliki kepastian. Beberapa ahli filsafat
mengatakan hidup yang kita miliki hanya ada di masa sekarang ini.
Mereka menambahkan pula untuk menikmati hidup ini sebaik-baiknya
seakan-akan tiada hari esok lagi karena mereka sendiri tidak tahu
dengan pasti.
Namun sebagai orang yang beriman, kita bukan saja tahu masa depan
tapi juga siap untuk menghadapinya. Disinilah letak perbedaan
manusia Allah. Tuhan berkata betapa pentingnya memperoleh
kekayaan di Surga. Dari mana kita tahu apakah kita ada masa depan
atau tidak? Semuanya itu tergantung pada kerohanian Anda. Dengan
kata lain, Alkitab berkata jika seorang Kristen meninggal, hasil
pekerjaannya akan mengikuti mereka. Sama seperti persediaan minyak
yang dibawa itu tidak dipakai pada masa sekarang. Mereka belum
memerlukannya karena mereka masih memiliki minyak yang cukup.
Persediaan itu baru digunakan waktu mereka terbangun dari tidurnya
saat kedatangan Tuhan tiba. Di waktu itu persediaan minyak sudah
tersedia.
Pesan yang terkandung dalam perumpamaan ini menjadi unik karena
berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab di
pengajaran Yesus yang lainnya. Perumpamaan ini bukan satu lagi
perumpamaan tentang selalu berjaga-jaga, jangan tertidur; pada
kenyataannya 10 gadis tersebut malahan semuanya tertidur.
Perumpamaan ini juga bukan hanya mengajarkan kita untuk berhati-
hati dan berjaga-jaga. Perumpamaan ini mengajarkan kita tentang
perintah yang jelas dan tepat bahwa hanya mereka yang telah
membuat persiapan untuk masa yang akan datang yang diperbolehkan
masuk dalam perjamuan kawin.
Persiapan apakah yang telah kita buat untuk menyambut masa depan?
Apakah kita sudah menyiapkan sesuatu? Bagaimana saldo rekening
rohani Anda saat Anda tiba di seberang sana nanti? Apakah yang akan
kita bawa saat kita menyeberang perbatasan untuk masuk ke Kerajaan
Surga nanti? Pentingkah kita mempunyai rekening di sana? Jika kita
adalah warganegara surgawi, seperti kata Rasul Paulus, maka
sudahkah kita mempunyai rekening di sana? Apakah kita akan menjadi
orang bangkrut setibanya di sana? Banyak orang Kristen berpandangan
bahwa asalkan masuk ke Kerajaan Surga sudah bagus walaupun dalam
517 | C A H A Y A I N J I L
keadaan tanpa uang sepeserpun tidak apa-apa. Pokoknya yang penting
sudah masuk ke Surga.
Yesus tahu bahwa banyak orang hanya peduli untuk masuk ke Surga
saja. Melalui perumpamaan ini, Yesus berusaha menjelaskan bahwa
kita tidak akan dapat masuk Kerajaan Allah tanpa memiliki persediaan
minyak! Kita tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan-Nya, jika pada
waktu hidup kita tidak membuat persiapan untuk zaman yang akan
datang. Dengan kata lain, hanya orang yang rohani yang akan
diselamatkan pada akhirnya, bukan orang yang masih hidup dalam
daging. Kita harus menjadi orang Kristen yang rohani untuk bisa
diselamatkan. Pokok yang dimaksudkan oleh Yesus sesungguhnya
sangat menantang kita.
Iman apakah yang Anda miliki?
Mari kita teliti lebih mendalam tentang para gadis yang bodoh itu.
Pelita mereka tetap menyala sampai titik yang tertentu. Kemudian
mereka menemukan bahwa mereka sudah mulai kehabisan minyak.
Setelah itu, pelita mereka sudah mulai padam. Bayangkan jika kita
seolah-olah dapat mempertahankan keselamatan kita hingga ke
kebangkitan namun setelah itu menyadari bahwa kita tidak memiliki
iman yang dapat membawa kita ke dalam Kerajaan Allah. Tidakkah ini
hal yang sangat tragis!
Para gadis yang bodoh itu merupakan sebuah contoh bagi mereka yang
mengalami nasib yang seperti itu. Ketika mereka akan memasuki
perjamuan kawin, mereka mendapatkan bahwa pintunya telah
tertutup. Pintu sudah terkunci dan mereka berada di luar. Mereka
berteriak-teriak sambil menggedor pintu keras-keras, "Tuanku, Tuanku,
bukakan kami pintu!" (Matius 25:11). Perhatikan mereka tetap
memanggil Dia "Tuan." Seorang yang bukan Kristen tidak akan
memanggil Yesus "Tuan (Lord)." Tetapi, jawaban Tuannya sungguh
menakutkan. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, Aku tidak
mengenal kamu." (Matius 25:12). Inilah pernyataan penolakan. Para
gadis yang bodoh itu tidak dapat masuk ke dalam perjamuan kawin,
yang dalam hal ini melambangkan Kerajaan Allah (Matius 7:23).
Perumpamaan ini sangat mirip dengan pengajaran Yesus yang terdapat
di dalam Lukas 13:23-29. Bahkan pasal ini dapat dikatakan sebagai
518 | C A H A Y A I N J I L
cara lain untuk menyampaikan pesan yang sama. Lukas 13:23-29
berkata:
"Dan ada seorang yang berkata kepadaNya, "Tuhan, sedikit sajakah
orang yang diselamatkan?" Jawab Yesus kepada orang-orang di situ:
"Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku
berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha masuk, tetapi tidak
akan dapat.(Orang-orang ini berusaha untuk masuk tetapi sudah
terlambat. Mereka tidak dapat masuk.) Jika tuan rumah telah bangkit
dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-
ngetok pintu sambil berkata: Tuan bukakanlah kami pintu! Dan Ia akan
menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana engkau
datang. Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di
hadapanMu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi
Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang,
enyahlah daripada hadapanKu, hai kamu sekalian yang melakukan
kejahatan! Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila
kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di
dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke
luar! (Perhatikan inilah yang dimaksud dengan penolakkan yaitu
dicampakkan ke luar.) Dan orang akan datang dari Timur dan Barat
dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam
Kerajaan Allah.
Kita tidak boleh berkata bahwa selama kita adalah orang Kristen itu
sudah cukup. Dan sudah selesai urusan kita. Menurut ajaran Alkitab,
pembenaran (justification) tidak bisa dipisahkan dari pengudusan
(sanctification) dalam kehidupan kita seharian. Dalam pengertian
teologisnya, keselamatan tidak dapat dipisahkan dari cara kita berpikir,
cara kita menjalankan hidup, dan siapa diri kita. Sangat sulit untuk
membedakan di antara ke-10 gadis tersebut. Semuanya memiliki pelita
dan kelihatannya hampir tidak ada perbedaannya. Mereka juga
semuanya masih perawan suci. Saat yang menentukan adalah saat
Yesus duduk di kursi penghakiman-Nya. Pada saat itu, suara penghulu
akan terdengar, kelima gadis tersebut juga akan bangun. Seperti
Paulus katakan, kita semua - termasuk dirinya sendiri - akan berdiri
menghadapi kursi penghakiman. Pada waktu tersebut, para gadis yang
bodoh tidak kuat untuk menghadapi Penghakiman. Saat itulah iman
mereka terbukti tidak cukup. Minyak mereka telah habis pada saat-saat
519 | C A H A Y A I N J I L
yang genting dan mereka tidak dapat mempertahankannya karena
mereka tidak memiliki persediaan minyak yang cukup.
Dalam perumpamaan ini, Yesus mengingatkan kita. Bukan saja penting
untuk menyimpan kekayaan surgawi, tetapi penting pula untuk
mempunyai simpanan lebih. Penting sekali untuk menjalankan hidup
kita di masa sekarang sedemikian rupa sehingga kita hidup dengan
kekekalan di dalam pikiran kita. Lima gadis yang bodoh itu tidak hidup
dengan memikirkan tentang kekekalan. Mereka telah menjadi orang
Kristen yang berkecukupan untuk melewati hidup di dalam dunia ini.
Namun cukup itu sendiri sesungguhnya tidaklah cukup. Kita harus
hidup - baik di dalam pekerjaan atau studi kita - dengan tujuan
memperoleh kekekalan dalam pikiran kita.
Apakah kita sungguh-sungguh telah hidup dengan mempertimbangkan
kekekalan? Inilah sebuah ujian buat kita, apakah kita telah memiliki
iman dan percaya bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang hidup. Apapun
yang kita katakan, cara hidup kita akan menunjukkan apakah kita
hidup seperti orang yang percaya kepada Allah kita yang kekal yaitu
Allah yang hidup yang telah memberikan kita masa depan yang sedang
kita persiapkan dari sekarang. Dan akhirnya kita akan mengkreditkan -
harta milik dan jerih payah kita - ke dunia yang baru - hanya melalui
karunia dari Allah, kita dapat memperoleh minyak yang lebih dari yang
kita butuhkan.
Perumpamaan tentang talenta
Matius 25:14-30 - Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang.
Perumpamaan tentang talenta terdapat di dalam Matius 25:14-30
"Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian
ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan
mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya
lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu,
masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Segera
pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang
itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta
520 | C A H A Y A I N J I L
itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba
yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam
tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Lama sesudah itu pulanglah
tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan
mereka (Adegan ini biasanya merupakan gambaran dari Penghakiman
di dalam Alkitab). Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia
membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan
percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima
talenta.' (Harap diperhatikan mengenai banyaknya pemakaian kata
'laba' di sini) Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia
dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab
dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan
tuanmu. Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu,
katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah
beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia
memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan
memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.
Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Kini datanglah juga
hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu
bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di
mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana
tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan
talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! Maka
jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu
sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur
dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu
sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang
menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta
dengan bunganya(kata bunga di sini juga bermakna laba). Sebab itu
ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang
mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai,
kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang
tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari
padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam
kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan
kertak gigi." (Komentar dari penulis diletakkan dalam tanda kurung)
521 | C A H A Y A I N J I L
Perumpamaan ini memiliki makna yang sangat kaya dengan isi yang
sangat tegas. Kita diberi gambaran tentang suatu rumah tangga yang
terdiri dari seorang majikan dengan para hambanya (kata hamba ini di
dalam bahasa sumbernya - Yunani - sebenarnya memakai kata yang
berarti budak), suatu gambaran yang lazim di dalam Alkitab. Pada
bagian akhir dari Matius 24, Anda akan melihat bahwa mulai dari ayat
45 dan selanjutnya, ada juga gambaran yang sama tentang seorang
majikan dengan sekumpulan hambanya. Hamba yang diberi
kewenangan ternyata menyalahgunakan kekuasaan itu dan memukuli
para hamba yang lain, sambil bermabuk-mabukan dan berpesta pora,
sama sekali tidak peduli dengan hamba yang lain.
Di dalam Perjanjian Baru, gereja sering digambarkan sebagai suatu
rumah tangga. Konsep ini sangat perlu kita pahami karena merupakan
hal yang mendasar di dalam ajaran Alkitab. Rasul Paulus berbicara
tentang keluarga orang-orang seiman di dalam Galatia 6:10, dan
tentang keluarga Allah di dalam Efesus 2:19. Demikianlah, Paulus
menggambarkan ajaran Yesus tentang keluarga Allah ini di mana Yesus
menjadi Majikan dan yang lain - yaitu Anda dan saya - adalah hamba-
Nya. Di dalam pengertian ini, kita semua adalah hamba-Nya. Tidak ada
pengecualian. Di dalam rumah tangga ini, setiap orang adalah hamba
yang melayani Majikan yang sama.
Anda dapat memeriksa bahwa, di dalam bahasa Yunani, kata hamba ini
ditulis dengan memakai kata doulos, yang berarti budak. Muncul
pertanyaan, adakah budak paruh waktu (part-time) di dalam rumah
tangga Yesus? Sudah tentu tidak ada budak semacam itu. Seorang
budak selalu merupakan milik sepenuhnya dari sang majikan. Saya
harap kita semua bisa melihat sekilas seperti apa konsep Perjanjian
Baru tentang gereja. Saya katakan 'sekilas' karena mungkin saja kita
masih belum mencapai tahapan rohani di mana kita mampu
menjalankannya. Namun paling tidak sudah waktunya bagi kita untuk
bisa sekilas memahami seperti apa konsep gereja menurut Perjanjian
Baru.
Di dalam perumpamaan ini, sang majikan yang pergi jauh dan
kemudian kembali lagi adalah Yesus, yang pergi ke sisi Bapa-Nya, dan
akan datang lagi kepada kita. Ini adalah poin utama dari perumpamaan
ini. Perhatikan letak perumpamaan ini, sesudah pasal 24 yang
membicarakan tentang akhir zaman serta kedatangan-Nya kembali. Di
522 | C A H A Y A I N J I L
bagian ini, Ia mengarahkan perhatian kita kepada fakta bahwa kita
berada di dalam rumah tangga-Nya. Kita semua adalah anak-Nya dan
sekaligus juga hamba-Nya. Kita sering hanya menekankan pada
kedudukan kita sebagai anak dan mengabaikan tanggungjawab kita
yang terkandung di dalam ide perhambaan.
Menjadi hamba Allah
Rasul Paulus sangat bersukacita menyandang satu gelar, yaitu sebagai
budak bagi Yesus Kristus. Ia tidak banyak berbicara tentang dirinya
sebagai anak Allah. Ia mengirim surat-surat dengan kata pembukaan
berikut, "Paulus, hamba atau budak (yang sebenarnya memiliki arti
yang sama) Yesus Kristus." Bagi Paulus, gelar ini menunjukkan
kemuliaan yang tertinggi. Bagi Paulus, gelar ini dalam beberapa hal
lebih berharga ketimbang pengangkatan sebagai anak. Bukankah hal
ini luar biasa? Anda mungkin berharap agar Paulus membuka suratnya
dengan ucapan, "Paulus, anak Allah." Tetapi Paulus tidak memakai
istilah itu. Ia cenderung menyebut dirinya sebagai budak Yesus Kristus.
Dan ia juga memandang semua orang di dalam jemaat sebagai hamba
Allah atau budak dari Yesus Kristus, yang menjalani kehidupan yang
kudus bagi Kristus sebagaimana halnya semua budak yang sepenuhnya
merupakan milik sang majikan, menjalani hidup hanya bagi sang
majikan.
Seandainya saja kita bisa menangkap konsep dari pola yang dipakai
oleh Perjanjian Baru mengenai gereja sebagai rumah tangga Allah di
mana kita semua adalah hamba-Nya. Setiap orang memiliki
tanggungjawab penuh untuk menjadi hamba Allah, budak Yesus
Kristus, sepenuh waktu. Artinya kita semua harus menjalani hidup ini
demi Dia, tak peduli apakah kita ini menjadi pekerja purna waktu di
gereja atau bukan. Sekarang ini, gereja dipenuhi oleh para pekerja
paruh waktu (part-time), bukannya hamba atau budak Yesus Kristus.
Kita seperti pendatang musiman di rumah tangga Allah yang hanya
bekerja di waktu luang untuk Dia. Hal ini sama sekali bukan gambaran
yang dimaksudkan oleh Perjanjian Baru. Jika setiap orang di dalam
gereja adalah pekerja sepenuh waktu bagi Allah, budak sejati Yesus
Kristus, maka mereka bisa dilatih untuk menjadi pekerja full-time.
Paulus berbicara tentang jemaat secara keseluruhan yang merupakan
kumpulan orang-orang yang sudah dilatih dan dibekali sepenuhnya,
kecuali mungkin orang-orang yang baru menjadi Kristen yang masih
harus menjalani pelatihan dan pembekalan. Yang kita bicarakan ini
523 | C A H A Y A I N J I L
adalah ide dalam Perjanjian Baru di mana tidak ada orang Kristen yang
menjalani hidupnya bagi diri sendiri melainkan bagi Kristus saja. Paulus
membahas hal ini di dalam Roma 14:7-9, di mana ia memberitahu kita
apa arti menjadi seorang Kristen. Ia tidak sedang membicarakan
sekelompok kecil pekerja Kristen khusus melainkan tentang orang
Kristen secara umum dan hubungan mereka di dalam gereja. Pada
intinya, ia berbicara seperti ini, "Tak seorangpun dari kita yang hidup
demi dirinya sendiri, dan mati demi dirinya sendiri. Jika kita hidup,
maka hidup kita adalah demi Tuhan, dan jika kita mati, maka kita mati
demi Tuhan. Jadi, dalam kehidupan maupun kematian, semua itu demi
Tuhan. Karena untuk tujuan inilah Kristus mati dan bangkit kembali,
supaya Dia menjadi Tuan bagi yang hidup dan yang mati." Apakah
Yesus menjadi Tuan ke atas hidup Anda? Jika benar, maka Anda akan
menjalani hidup demi Dia, bukan demi Anda lagi. Anda hanya
bertanggungjawab kepada-Nya dan seluruh hidup Anda dijalani dalam
kebersamaan dengan-Nya sebagai tujuan hidup itu sendiri. Jika Anda
mengaku sebagai seorang Kristen sejati, dapatkah Anda dengan
setulus hati mengatakan bahwa itulah tujuan hidup Anda, bahwa Anda
hidup bagi Dia?
Mari kita lihat 2 Korintus 5:15 untuk memastikan bahwa kita telah
memahami persoalan ini dengan baik. Di sini Paulus berkata, "Dan
Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup,
tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati
dan telah dibangkitkan untuk mereka." Yesus telah mati bagi kita; Ia
mati bagi kita supaya kita tidak lagi hidup untuk kepentingan pribadi
melainkan untuk Dia. Sanggupkah kita berkata dengan jujur - jika kita
mengaku sebagai orang Kristen dan menyatakan bahwa Yesus telah
mati bagi kita - bahwa sejak saat ini kita hidup untuk Dia?
Jika kita semua sebagai jemaat hidup untuk Yesus, lalu di mana letak
perbedaan antara pelayan full-time dengan orang Kristen yang
menjalani pekerjan sekuler? Apakah para pelayan full-time menjalani
hidupnya untuk Yesus lebih dari yang lain? Sekarang ini tampaknya
begitu. Para pelayan full-time sekarang ini memang menjalani
hidupnya untuk Yesus lebih dari yang lain. Namun apakah itu memang
merupakan hal yang seharusnya terjadi? Alkitab berkata bahwa jika
Yesus benar-benar mati bagi kita, maka kita tidak lagi menjalani hidup
ini bagi diri sendiri. Beranikah Anda dengan setulus hati berkata seperti
itu? Jika kita memang hidup hanya untuk Dia setiap hari, setiap saat,
524 | C A H A Y A I N J I L
maka kehidupan kita tidak berbeda dengan para pelayan full-time. Lalu
bagaimana kita akan mendefinisikan makna pelayan full-time?
Seorang pelayan full-time bisa saja terjun ke dalam pekerjaan yang
memberikan penghasilan. Larangan terhadap hal itu jelas tidak
alkitabiah. Kita sudah sama mengetahui bahwa ketika menghadapi
kebutuhan keuangan, Paulus bekerja menjahit tenda dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini juga terjadi pada para pelayan
full-time di gereja-gereja yang saya gembalai di berbagai belahan
dunia. Mereka bisa saja memanfaatkan keahlian mereka untuk
memperoleh penghasilan. Namun bagi mereka hidup ini adalah untuk
Yesus. Ketika tiba saatnya mereka harus mengerjakan pekerjaan
Tuhan, mereka segera mengundurkan diri dari pekerjaan mereka agar
bisa melayani Tuhan dengan perhatian penuh. Bagi sebagian dari
mereka, jika pekerjaan yang sedang dijalani ternyata menyita waktu
secara berlebihan sehingga mereka tidak bisa berkonsentrasi pada
pekerjaan Tuhan, maka mereka berusaha mencari pekerjaan yang
tidak menuntut alokasi waktu yang berlebihan. Dengan demikian,
mereka bisa memanfaatkan lebih banyak waktu bagi Tuhan. Jadi,
sekalipun mereka bisa saja terlibat dengan pekerjaan sekuler, mereka
mengerjakan itu bagi Tuhan. Tujuan hidup mereka adalah untuk
Tuhan. Komitmen mereka bukan kepada pekerjaan melainkan untuk
Tuhan. Jika hal ini bisa berlaku bagi mereka, mengapa tidak bagi orang
Kristen yang lain?
Jika Anda terlibat di dalam suatu pekerjaan, yang manakah yang
menjadi prioritas Anda? Jika pekerjaan yang menjadi prioritas Anda,
lalu bagaimana Anda akan menjalani hidup demi Yesus? Cobalah
bayangkan tentang gereja yang semua jemaatnya hidup bagi Yesus.
Seharusnya setiap jemaat memang menjalani hidupnya bagi Yesus,
bukankah demikian? Tidakkah Alkitab secara gamblang menyatakan hal
itu? Itulah yang seharusnya. Saya harap, dengan kasih karunia Allah,
pengajaran yang alkitabiah ini bisa menjadi kenyataan di dalam
kehidupan setiap orang Kristen di mana-mana.
Kebanyakan dari antara kita memiliki pekerjaan sekuler. Siapkah kita
untuk melepaskan pekerjaan kita di saat Tuhan menghendakinya?
Bagaimana jika strategi peperangan rohani menuntut kita untuk pergi
dan mencari pekerjaan di tempat lain? Tidak akan mudah untuk
berkata, "Baik, aku berangkat. Aku siap menjalankan perintah Tuhan
525 | C A H A Y A I N J I L
setiap saat. Aku selalu siap melayani-Nya." Kalimat seperti itukah yang
paling sering terdengar dari mulut kita? Jika seperti itu cara berpikir
sebagian besar orang di gereja, maka itu berarti bahwa mereka sedang
membangun gereja Perjanjian Baru di mana setiap orang secara tulus
menjalani segenap hidupnya untuk Yesus. Saya memakai kata 'secara
tulus' karena saya tahu bahwa kebanyakan orang Kristen akan mudah
untuk berkata dalam kepura-puraan, "Oh ya. Aku hidup untuk Yesus."
Namun sangat diragukan apakah pernyataan mereka itu bisa
dibuktikan dalam kehidupan mereka.
Mari kita coba usahakan, dengan kasih karunia Allah, untuk bisa
menangkap visi tentang gereja Perjanjian Baru ini. Tidaklah
mengherankan bahwa gereja bisa menjungkir-balikkan dunia. Karena
semua orang akan bisa melihat betapa setiap anggota jemaat
membaktikan hidupnya bagi Allah. Jika orang mengamati kehidupan
Anda, apakah mereka akan terpesona pada pengabdian Anda atau
hanya pada kefasihan lidah Anda dalam membahas perkara rohani?
Apakah pengabdian Anda kepada Allah juga terlihat bahkan sampai ke
dalam kehidupan Anda di tempat kerja, di sekolah dan di kampus?
Mungkin saat berada di sekolah Anda justru menjadi penakut dan malu
dengan kekristenan Anda sehingga Anda sangat enggan
membicarakannya. Kekristenan kita tampaknya hanya untuk
dimunculkan di gereja saja. Secara figuratif, mungkin gambarannya
seperti ini, saat ke gereja, kita mengenakan pakaian khusus untuk
pergi ke gereja, dan di saat pergi ke kampus atau ke tempat kerja, kita
mengenakan pakaian khusus untuk bekerja atau kuliah. Apakah
menjalani kehidupan untuk Yesus, seperti yang disebutkan di dalam 2
Korintus 5:15, merupakan suatu kenyataan dalam hidup kita? Saat
teman atau kerabat datang mengunjungi kita, apakah mereka akan
berkata, "Wow! Orang ini benar-benar hidup untuk Yesus! Tak ada hal
lain yang lebih penting baginya. Seluruh pengabdiannya hanya untuk
Yesus. Ia memang menjalani pekerjaan sekuler, dan melakukan
pekerjaannya dengan sangat baik, akan tetapi tujuan hidupnya hanya
bagi Yesus!" Kiranya Allah berkenan menganugerahkan gereja-gereja
semacam itu bagi kita, karena tanpa itu dunia tidak akan mau melirik
gereja jika hanya diisi dengan kefasihan lidah saja.
Dari perumpamaan ini, kita melihat bahwa setiap orang di dalam
rumah tangga Allah memiliki kesamaan ikatan dalam arti setiap orang
mendapatkan tugas, mendapatkan tanggungjawab. Yesus, sebagai
526 | C A H A Y A I N J I L
contoh, tidak memberi satu orang dengan lima talenta, satunya lagi
dengan dua talenta, lalu yang ketiga tidak menerima satu talenta pun.
Setiap orang menerima tanggungjawab masing-masing.
Kata 'talenta' di dalam perumpamaan ini tidak ada kaitan sama sekali
dengan bakat kita. Ia hanya sekadar merupakan satuan ukur atas
jumlah uang. Kata ' talenta' memang pada awalnya memiliki makna
jumlah timbangan perak atau emas. Di dalam Perjanjian Lama Anda
dapat menemukan istilah-istilah seperti satu talenta emas, perak atau
kuningan. Tidak ada kaitannya dengan istilah dalam bahasa Inggris
'talent. (bakat)', yang memiliki makna 'kemampuan' atau 'kemampuan
alami'. Kata 'talenta' dalam perumpamaan ini hanya menunjukkan
jumlah uang. Dan satu talenta merupakan jumlah uang yang sangat
banyak di zaman itu. Jika Anda memiliki Alkitab versi RSV (Revised
Standard Version), Anda akan melihat di bagian catatan kakinya bahwa
jumlah satu talenta itu sama dengan pendapatan seorang pekerja
selama lebih dari lima belas tahun. Artinya, jika Anda bekerja selama
lima belas tahun, maka jumlah uang yang dapat Anda tabung nilainya
sama dengan satu talenta! Jika rata-rata seorang pekerja di Kanada
mendapatkan penghasilan sebanyak $20.000 dalam setahun, maka
satu talenta itu sebanding dengan $300.000. Pada zaman itu,
perdagangan antar negara dinilai dalam satuan uang yang besar, yaitu
talenta. Jadi, perumpamaan ini menunjukkan bahwa hal yang
dipercayakan kepada setiap orang yang mengikut Tuhan nilainya
sangatlah luar biasa. Bahkan ada yang dipercaya untuk mengelola lima
talenta. Dalam hitungan zaman sekarang, itu bisa berarti jutaan dolar.
Akan tetapi kita juga melihat bahwa setiap orang menerima jumlah
yang berbeda-beda untuk dikelola. Yang pertama menerima lima
talenta, yang kedua menerima dua talenta, dan ada yang menerima
satu talenta. Apa yang menjadi penentunya? Perumpamaan ini
menjelaskan kepada kita bahwa jumlah itu disesuaikan dengan
kesanggupan masing-masing hamba itu (ayat 15). Tuhan memberi lima
talenta kepada yang satu, lalu ada dua talenta kepada yang satunya
lagi, dan satu untuk yang terakhir, semua sesuai dengan kemampuan
masing-masing. Di dalam Perjanjian baru, kata 'kesanggupan' tidak
pernah boleh diartikan berdasarkan bakat alamiah seseorang.
Allah tidak mempercayakan lebih kepada seseorang hanya karena
orang itu memiliki bakat yang lebih dari yang lain. Bakat seseorang
527 | C A H A Y A I N J I L
tidak selalu menjadi hal yang berguna dalam menjalankan pekerjaan
Allah. Malahan bisa menjadi penghambat jika bakat tersebut
menumbuhkan kesombongan pada diri orang itu. Orang yang memiliki
kelebihan dalam hal kemampuan, biasanya, akan sangat menyadari
kelebihannya. Mereka tahu akan kelebihan mereka karena ada banyak
kesempatan untuk membandingkannya dengan kemampuan orang lain,
dan hal ini membuat mereka sangat sadar akan kelebihan mereka. Tak
peduli seberapa kuatnya mereka berusaha untuk rendah hati, tetap
sangat sulit karena mereka tahu persis bahwa mereka lebih unggul dari
orang lain.
Orang seperti Muhammad Ali tentu saja tidak berusaha untuk
merendah ketika ia berkata, "Aku yang terbaik. Aku yang nomor satu."
Pada masa itu, ketika ia masih menjadi petinju yang terbaik, ia sering
mengumbar kata-kata tentang kemampuannya, dan orang-orang
berpikir, "Orang ini bermulut besar. Benar-benar sombong!" Akan
tetapi Ali tahu bahwa ia memang hebat. Ada juga orang yang
memahami keunggulan mereka dan bersikap seolah-olah tidak
menyadarinya. Akan tetapi di dalam hatinya mereka berkata, "Aku
yang terbaik, tapi tentu saja aku tidak akan menyombongkannya."
Kerendahan hati yang sejati ada jika kita tidak mengingkari kelebihan
yang ada pada diri kita. Jika kita memiliki kelebihan di satu bidang,
tidak masalah. Kita tidak usah berpura-pura dan berkata bahwa kita
sama sekali tidak tahu apa-apa tentang hal itu. Namun kita harus tahu
bahwa di dalam kenyataan rohani, keunggulan alami kita tidak selalu
menjadi hal yang menguntungkan bagi pekerjaan Allah, dan dengan
demikian kita memiliki alasan yang tulus untuk menjadi rendah hati.
Dasar kerendahan hati kita bukanlah kegagalan dalam mengenali
keunggulan alami kita, melainkan kesadaran bahwa keunggulan itu
bukanlah hal yang penting atau berguna bagi Allah. Malah bisa
menghambat kemajuan karena kita akan cenderung untuk
mengerjakan sesuatu berdasarkan pertimbangan dan kehendak sendiri,
mengandalkan kemampuan diri sendiri dan bukannya mengikuti cara
Allah. Kita bisa menjadi terlalu percaya diri dan mengabaikan perlunya
meletakkan kepercayaan kepada Allah. Sementara orang lain yang
lemah serta menyadari kelemahannya, mengerti bahwa mereka harus
mengandalkan Allah jika berurusan dengan perkara rohani. Sangatlah
penting bagi mereka yang memiliki keunggulan alami untuk memahami
bahwa di dalam dunia rohani bakat mereka tidak diperhitungkan dalam
528 | C A H A Y A I N J I L
peperangan rohani. Kuasa Allah yang terwujud di dalam diri kita, itulah
yang penting.
Paulus adalah orang yang sangat cakap. Cukup dengan membaca
surat-suratnya, kita akan segera tahu betapa pandai dan betapa
berbakatnya dia - baik dalam hal manajemen maupun dalam hal
kemampuannya memahami Alkitab dan perkara-perkara rohani. Namun
justru karena keunggulannya itu, maka Allah menanamkan duri di
dalam dagingnya, ia terlalu cerdas dan cakap. Demikianlah, Allah harus
menanamkan duri di dalam dagingnya (2 Korintus 12:7). Paulus
memahami bahwa itu untuk membuatnya tetap rendah hati. Akan
tetapi hal itu juga membuatnya sangat merasa sakit dan lemah. Lalu ia
memohon kepada Allah agar 'duri' itu disingkirkan dari dirinya, namun
duri itu tetap Anda. Tuhan berkata, "Duri itu akan terus ada di sana."
Dan Paulus berkata, "Aku tahu. Hal ini karena aku sangat sombong dan
aku harus tetap rendah hati. Itu sebabnya, mulai saat ini, aku akan
bersukacita di dalam kelemahanku supaya kuasa Allah terwujud di
dalam hidupku." Demikianlah, kita bisa melihat bahwa ketika bakat dan
kepandaian Paulus mulai menjadi penghalang maka Allah terpaksa
menanamkan 'duri' di dalam dagingya. Beberapa orang dari antara kita
ada yang harus mengalami hal ini karena keunggulan alaminya mulai
menyuburkan kesombongannya, dan mulai mengganggu cara dia
melayani Allah.
Kalau kita bisa memahami poin ini, maka kita bisa mengerti bahwa
Tuhan membagikan talenta-talenta kepada para hamba-Nya tidak
didasari oleh kemampuan jasmani dan duniawi dari orang tersebut.
Kata yang diterjemahkan dengan 'kesanggupan' itu, di dalam bahasa
Yunaninya sebenarnya bermakna 'kekuatan atau kuasa'. Setiap orang
mendapat talentanya berdasarkan kuasa dan kemampuan rohaninya.
Ide kunci di sini adalah kemampuan rohani. Kita mempercayakan
tanggungjawab kepada seseorang berdasarkan kemampuannya. Kita
tidak akan mempercayakan kuasa kepada orang yang kita pandang
tidak akan mampu mengelola kuasa itu. Sebagai contoh, kita tidak
akan menyerahkan granat tangan yang masih aktif kepada seorang
bocah berusia 12 atau 5 tahun. Seorang anak berusia 12 tahun
mungkin sudah cukup mengerti barang apa yang dia terima, dan Anda
mungkin bisa mempercayakan granat tersebut padanya. Akan tetapi
bisa saja suatu saat ia tergoda oleh rasa marah dan menarik pin kunci
granat tersebut. Bagi seorang anak berusia lima tahun, ia jelas tidak
529 | C A H A Y A I N J I L
tahu benda apa yang ia terima, dan ia mungkin mengira bahwa dengan
menarik pin di granat itu akan terjadi sesuatu yang hebat. Tentu saja
dia benar. Hanya, dia mungkin tidak akan sempat melihat hal hebat
apa yang sedang terjadi! Ini karena ia masih belum mencapai kapasitas
moral yang memadai untuk berhadapan dengan tanggungjawab
memegang bahan peledak sehebat itu. Sama halnya dengan itu, ketika
Allah mempercayakan sejumlah tanggungjawab kepada kita, Ia akan
melihat apakah kita sudah mampu mengelola tanggungjawab itu.
Dan juga sangat penting bagi kita untuk memahami bahwa kapasitas
atau kesanggupan kita tidak bersifat tetap. Bukti-bukti alkitabiah
menunjukkan bahwa kita bisa meningkatkan kapasitas ini. Kita
mungkin memulai sebagai orang Kristen yang menerima satu talenta
saja - dalam pengertian rohani - lalu meningkat menjadi orang Kristen
'dua talenta', dan mungkin bahkan bisa sampai menjadi orang Kristen
'lima talenta' suatu hari nanti.
Mari kita tinjau kata 'nya' di dalam anak kalimat 'menurut
kesanggupannya'. Di dalam hal ini, kata 'nya' tidak menunjukkan
bahwa kita sudah memiliki kemampuan atau kuasa dari dalam diri
masing-masing, atau kita tidak dilahirkan dengan kuasa atau
kemampuan yang berbeda-beda. Di dalam Lukas 1:17, malaikat Tuhan
berbicara tentang "roh dan kuasa Elia". Kata 'kuasa' di dalam anak
kalimat tersebut berasal dari kata Yunani yang sama dengan yang
diterjemahkan dengan kata 'kesanggupan' di dalam perumpamaan ini.
Mungkin Anda akan bertanya, "Apa itu kuasa Elia? Apakah Elia memang
memiliki kuasa yang berasal dari dalam dirinya sendiri?" Tidak. Kuasa
Elia berarti kuasa Allah yang bertindak melalui Elia. Pada dasarnya itu
adalah kuasa Allah dan kuasa itu bekerja lewat Elia, jadi boleh disebut
sebagai kuasa Elia. Kuasa itu diberikan kepada Elia maka dalam
pengertian tertentu kuasa itu sesungguhnya miliknya..
Kuasa datang dari iman
Jumlah talenta yang diberikan kepada seseorang bukanlah sesuatu hal
yang sudah ditentukan atau ditakdirkan. Tidak bisa diartikan bahwa
Allah sudah menetapkan bahwa seseorang akan menerima lima
talenta, dan yang lain ditakdirkan menerima dua talenta. Hal yang
seperti itu sangat tidak alkitabiah. Malahan Alkitab berkata bahwa
setiap orang bisa maju sampai ke tingkatan Elia dan memiliki kuasa
530 | C A H A Y A I N J I L
yang sama dengan yang bekerja di dalam diri Elia. Apa yang menjadi
penentunya?
Untuk menjawab hal ini, mari kita lihat Roma 4:20, "Tetapi terhadap
janji Allah ia (yaitu Abraham) tidak bimbang karena ketidakpercayaan,
malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah." Kata-kata
'ia diperkuat' di dalam naskah Perjanjian Baru bahasa Yunani, yaitu
bahasa sumbernya, memiliki dasar kata yang sama dengan kata yang
diterjemahkan dengan 'kesanggupan' di dalam perumpamaan ini dan
kata yang diterjemahkan dengan 'kuasa' Elia di dalam Lukas 1:17.
Ketiganya adalah kata yang sama. Kata Yunani endunamoo memiliki
arti 'peningkatan kuasa'. Saat Abraham berhadapan dengan kenyataan
mandulnya Sara, yang tampaknya akan membuat janji Allah untuk
menjadikan keturunannya sebanyak jumlah bintang di langit terlihat
mustahil, tidak membuat kepercayaan Abraham terhadap janji Allah
goyah. Malahan ia diperkuat dalam imannya. Jadi Abraham diperkuat
oleh iman. Dengan demikian, kuasa ini datang melalui iman.
Di dalam Kisah 9:22, kita melihat betapa Paulus memiliki iman seperti
Abraham ini. Di sini, Paulus sudah menjadi Kristen, akan tetapi
namanya belum diganti dari Saulus menjadi Paulus. Sekalipun
berhadapan dengan penolakan yang kuat dari masyarakat Yahudi, ia
tidak bergeming.
"Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan ia
membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, karena
ia membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias" (Kis. 9:22).
Kata-kata 'semakin besar pengaruhnya' diterjemahkan dari kata Yunani
yang persis sama dengan yang kita lihat di dalam Roma 4:20,
yaitu endunamoo, yang berasal dari kata dunamis yang berarti 'ia
semakin kuat'. Saulus menjadi semakin kuat. Ia tidak memulai dari
kekuatan atau kuasa yang sudah besar melainkan mengalami
pertumbuhan melalui iman. Poin ini terus muncul di sepanjang
Perjanjian Baru. Sebagai contoh, a) di dalam Efesus 6:10, "Akhirnya,
hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya".
b) Filipi 4:13, di mana Paulus berkata, "Segala perkara dapat
kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." Artinya,
Paulus sedang berkata bahwa, "Allah menambahkan kekuatanku
sehingga aku dapat mengerjakan semua itu." Ini menunjukkan bahwa
531 | C A H A Y A I N J I L
kepercayaan Paulus kepada Yesus tidak terbatas, ia benar-benar
percaya bahwa Allah dapat melakukan segalanya melalui dia dan
dengan begitu ia dapat mengerjakan segalanya melalui Allah. Dan
kekristenan semacam itulah yang kita butuhkan di tengah Jemaat
sekarang ini. Jika iman kita termasuk jenis yang seperti itu, jika iman
kita termasuk jenis yang membuat kekuatan kita bertumbuh lewat
iman, maka Allah akan mempercayakan lebih banyak talenta kepada
kita.
Kita sekarang masuk ke bagian utama dari perumpamaan ini. Di dalam
perumpamaan tentang sepuluh orang gadis, kita melihat bahwa minyak
cadangan itulah yang membedakan kedua kelompok gadis tersebut.
Baik kelima orang gadis yang bijaksana maupun kelima gadis yang
bodoh sama-sama memiliki pelita yang menyala. Dalam hal ini tidak
terlihat ada perbedaan. Yang membedakan kedua kelompok itu adalah
bahwa lima dari antara mereka membuat persiapan untuk jangka
waktu yang selanjutnya. Cadangan minyak mereka tidak menunjukkan
manfaat di saat-saat awal, dan baru menjadi sangat berguna di dalam
masa berikutnya. Memiliki cadangan minyak adalah pokok utama di
dalam hal ini. Bagaimana cara memahami gambaran ini - bagaimana
kita bisa mengungkapkan hal yang tersembunyi di balik simbol-simbol
tersebut, bukan merupakan hal yang penting. Ingat saja pada kata
cadangan, ekstra, peningkatan. Itulah ide kunci di sini.
Dalam perumpamaan tentang sepuluh orang gadis, setiap gadis
membawa sebuah pelita - yang berarti terang hidup. Di dalam
Perjanjian Lama, misalnya di dalam Amsal, pelita yang menyala
melambangkan kehidupan. Saat pelita padam, maka seseorang mati.
Jika pelita itu menyala, maka artinya orang tersebut hidup. Kalau kita
ikuti penalaran ini, maka pelita adalah lambang dari tubuh manusia.
Api melambangkan kegiatan dari orang yang hidup. Saat minyaknya
habis, maka habis jugalah kehidupan seseorang, atau apinya menjadi
padam. Minyak sangat perlu bagi penyalaan pelita, melambungkan
kehidupan. Saat minyak habis, kehidupan orang itu juga habis, yang
berarti api itu padam. Jika ini adalah gambaran yang kita dapatkan dari
perumpamaan tentang sepuluh orang gadis tersebut, maka minyak
cadangan itu tentunya melambangkan kehidupan yang ekstra,
cadangan kehidupan.
532 | C A H A Y A I N J I L
Namun ini tidak berarti bahwa kehidupan itu sejak awal sudah ada
pada kesepuluh orang gadis tersebut. Minyak itu tidak berada di dalam
para gadis itu; minyak itu dibawa oleh mereka. Apa artinya? Di dalam
perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan, satu
perumpamaan dapat dipakai untuk menjelaskan perumpamaan yang
lain. Bukannya memakai gambaran tentang cadangan minyak, Yesus
sekarang mengubah gambaran itu ke dalam istilah talenta. Akan tetapi,
ide dasar dari perumpamaan ini sama dengan perumpamaan tentang
sepuluh orang gadis itu.
Setiap hamba memulai dengan menerima kepercayaan mengelola
sejumlah uang, atau talenta. Yang membedakan mereka adalah apakah
mereka bisa menghasilkan lebih banyak talenta lagi pada saat
dilakukan perhitungan nanti - yaitu saat Penghakiman - dan bukannya
pada saat sekarang. Ini persis seperti cadangan minyak, dalam arti
apakah Anda akan memiliki kelebihan nantinya. Jika Anda memiliki lima
talenta, maka paling tidak nantinya akan menghasilkan tambahan lima
talenta lagi. Jika Anda memiliki dua talenta, maka paling tidak nantinya
akan ada dua talenta tambahan. Dan jika Anda memiliki satu talenta,
tentunya diharapkan bisa bertambah dengan satu talenta lagi. Karena
hamba yang terakhir, dalam perumpamaan ini, tidak menghasilkan
tambahan, maka ia berada dalam kesulitan. Ia dilemparkan keluar, ke
dalam kegelapan di luar di mana terdapat ratap tangis dan kertakan
gigi. Setiap orang harus menghasilkan tambahan.
Apa yang dilambangkan oleh tambahan talenta itu? Untuk bisa
memahami gambarannya, mari kita bandingkan perumpamaan tentang
talenta ini dengan perumpamaan tentang uang mina. Perumpamaan
tentang uang mina menekankan satu aspek dari kehidupan rohani yang
jelas kepada kita. Suatu pokok nyata bahwa kita semua berangkat dari
titik yang sama. Setiap orang mendapatkan satu mina. Di dalam
perumpamaan tentang uang mina, setiap orang mendapatkan satu
mina sebagai modal awal. Poin ini disajikan dalam banyak bagian
Alkitab. Sebagai contoh, Kisah 11:17 berkata bahwa kita semua
memiliki karunia yang sebanding (equal, terjemahan LAI memakai
kata 'sama'). Idenya adalah bahwa setiap orang menerima karunia
yang sebanding di titik awal - setiap orang memulai dengan satu mina.
Artinya kita menerima karunia kehidupan yang sama, yaitu Roh Kudus
yang sama. Pemahaman ini bisa dilihat dengan jelas di dalam naskah
Alkitab berbahasa Yunani, sedangkan di dalam naskah berbahasa
533 | C A H A Y A I N J I L
Inggris (dan Indonesia) tidak terlihat dengan jelas. Kata 'sama' di
dalam ayat itu sebenarnya diterjemahkan dari kata Yunani yang
bermakna 'sebanding'. Ada kata Yunani lain yang memiliki arti 'sama',
namun di dalam ayat tersebut, kata yang dipakai sebenarnya berarti
'sebanding', sebanding dalam hal nilai, yaitu kehidupan yang nilainya
sama. Jadi orang-orang asing dan orang-orang Yahudi keduanya sama-
sama memiliki kehidupan. Dan di zaman sekarang ini kita juga diberi
kehidupan rohani yang sama oleh Allah. Namun bukan dalam arti
bahwa Anda dan saya menerima kehidupan yang sama persis,
melainkan dalam arti sebanding. Jadi, Allah memperlakukan setiap
orang dengan sebanding, memberikan mereka Roh Kudus yang sama,
hidup yang sama, takaran kehidupan yang sama.
Kata 'sebanding' ini muncul lagi di dalam 2 Petrus 1:1, yang berkata
bahwa kita memiliki iman yang sama, Injil yang sama. Alkitab versi
RSV menerjemahkannya dengan cukup baik, "the faith of equal
standing (iman yang sebanding)". Demikianlah kita semua memulai
dengan satu mina yang sama, yang kita terima dari Tuhan. Artinya kita
menerima hidup, Injil, dan Roh Kudus yang sama dari Tuhan.
Iman yang sama tetapi hasilnya berbeda
Sebagai contoh, misalnya, ada sekelompok orang yang menghadiri
kebaktian di gereja pada hari Minggu. Mereka semua mendengarkan
khotbah yang sama. Bagaimana khotbah, Firman, yang sama itu bisa
menghasilkan raksasa rohani dan juga orang-orang murtad dari
kumpulan orang tersebut? Ajaib, bukankah begitu? Firman Allah yang
sama didengarkan oleh orang-orang di gereja. Mereka mendengarkan
khotbah yang sama dari Minggu ke Minggu, namun yang satu
bertumbuh menjadi raksasa rohani, yang satu lagi menjadi liliput
rohani, sementara yang lain mungkin malah menjadi murtad. Mengapa
bisa begitu? Hal ini dijelaskan di dalam perumpamaan tentang uang
mina. Di sana ada orang yang menerima satu mina, sama dengan yang
lainnya, dan ia kemudian menghasilkan sepuluh mina pada saat
perhitungan diadakan. Yang satunya memulai dengan satu mina, dan
menghasilkan lima mina. Namun ada yang memulai dengan satu mina,
dan akhirnya malah uang tersebut bahkan disita darinya!
Ini merupakan kenyataan di dalam hidup kita bukan? Kehidupan rohani
yang dijalankan juga sama. Ambillah contoh sekumpulan orang dari
sebuah gereja, yang dibaptis pada hari yang sama. Perhatikanlah hal
534 | C A H A Y A I N J I L
yang terjadi pada mereka dalam waktu lima tahun. Mereka terlihat
memiliki api semangat bagi Tuhan pada hari mereka dibaptis. Namun di
dalam waktu lima tahun, perbedaan yang muncul bisa sangat
menyolok. Lima tahun dari sekarang, mungkin akan ada seseorang
yang pertumbuhan rohaninya jauh meninggalkan yang lain. Ada juga
yang mungkin malah tidak bertumbuh, dan mungkin ada pula
mengalami pertumbuhan yang sedang-sedang saja. Mereka semua
memulai dengan modal yang sama - dibaptiskan pada hari yang sama.
Apakah orang yang paling pesat pertumbuhannya ini mendengarkan
Injil yang berbeda? Tidak, mereka semua mendengarkan khotbah yang
sama, disampaikan oleh pendeta yang sama di gereja yang sama.
Perbedaan pentingnya terletak pada tanggapan mereka. Dan itulah
yang kita sebut dengan iman. Iman adalah tanggapan kepada Allah,
dan tanggapan inilah yang menentukan kesanggupan atau kuasa yang
akan mereka miliki nanti. Kuasa pada diri mereka mulai menunjukkan
perbedaan, dan perbedaan kuasa itu akan menjadi semakin jauh
seiring dengan berjalannya waktu. Paulus menggambarkan hal ini
dengan istilah perlombaan. Kita berangkat dari titik yang sama. Saat
kita mendengar aba-aba, "Bersiap! Mulai!" Pistol diletuskan, dan kita
mulai berlomba, saling balap mulai dari titik keberangkatan yang sama.
Setelah beberapa saat, akan ada orang yang berlari di depan, ada yang
di tengah-tengah, dan ada yang jauh tertinggal, sedang berusaha
mengatur nafasnya. Begitulah jalannya perlombaan ini.
Sekarang tentunya gambaran itu sudah cukup jelas bagi Anda.
Anggaplah dalam sebulan seseorang menghasilkan sepuluh mina, dan
ada yang menghasilkan lima mina. Dari titik ini, Anda bisa melihat awal
dari perumpamaan tentang talenta. Di suatu titik, di antara awal dan
akhir, berlakulah perumpamaan tentang talenta. Karena di saat itu
sudah ada yang memiliki lima, ada yang memiliki dua, dan ada yang
tidak menghasilkan apa-apa. Itulah situasi yang tergambar lewat
perumpamaan tentang talenta. Apakah orang yang memiliki sepuluh
talenta itu akan secara tiba-tiba menghsilkan sepuluh talenta di hari
perhitungan? Ia memulai dengan satu talenta, lalu mulai bertambah di
hari kedua, hari ketiga, kelima, kedua puluh dan akhirnya, setelah
sebulan, ia sudah memiliki sepuluh talenta atau sepuluh mina.
Perbedaan antara uang mina dengan talenta tidak menjadi masalah di
sini. Hanya sekadar perbedaan bahasa. Ide keduanya, pada dasarnya,
535 | C A H A Y A I N J I L
sama saja. Orang yang akhirnya memiliki sepuluh mina itu
menghasilkannya hari demi hari. Di hari awal, ia memulai dengan satu
mina. Di hari selanjutnya, mungkin ia sudah mendapat hasil sedikit.
Dan di akhir minggu, mungkin ia sudah memiliki dua mina. Dan di akhir
minggu selanjutnya, ia sudah memiliki lima mina. Begitulah jalan
ceritanya.
Di dalam kehidupan rohani, segala sesuatunya berasal dari kasih
karunia. Tidak ada hal di dalam kehidupan rohani yang tidak berasal
dari kasih karunia. Ingatkah Anda akan hal yang dikatakan oleh
Paulus? "Segalanya dapat kutanggung di dalam Dia yang menguatkan
aku." Pada dasarnya, segala sesuatu yang dikerjakan oleh Paulus
berasal dari kasih karunia. Sebagai contoh, sekalipun Anda berhasil
memperoleh pendapatan, apakah itu karena kekuatan Anda sendiri?
Tidak, itu bersumber dari kasih karunia juga. Setiap saat, Tuhan
menguatkan Anda. Seperti yang dinyatakan oleh Paulus, Allah
mengerjakan di dalam diri Anda untuk berkehendak dan bekerja (lihat
Filipi 2:13), akan tetapi itu berlangsung dengan kerja-sama dari kita.
Iman Andalah yang akan menentukan seberapa besar kehendak dan
pelaksanaan yang akan Ia kerjakan di dalam diri Anda. Iman Anda
adalah faktor penentunya.
Pertama, perumpamaan tentang uang mina menunjukkan seperti apa
sesungguhnya kehidupan Kristen itu di titik awalnya. Kemudian,
perumpamaan tentang talenta berkaitan dengan suatu titik di
sepanjang kehidupan Kristen itu, di mana telah terjadi peningkatan
kuasa yang berkelanjutan, dan Allah mulai mempercayakan
tanggungjawab yang lebih besar lagi kepada kita. Apakah Allah telah
mempercayakan segalanya kepada Anda sejak titik awal? Di dalam
pengertian tertentu, akan terlihat seperti itu. Mungkin saja terjadi
bahwa tanggapan Anda kepada Allah sudah penuh sejak awalnya.
Namun di dalam beberapa kasus, ada orang-orang yang memberi
tanggapan kecil saja pada titik awalnya, namun kemudian berubah
total dan ia lalu memberi tanggapan sepenuhnya. Jadi perumpamaan
tentang talenta memang menggambarkan kehidupan Kristen di titik
yang lebih lanjut dan perumpamaan tentang uang mina
menggambarkan kehidupan Kristen di titik awal. Namun apapun
pertumbuhan yang kita hasilkan, semua itu berasal dari kasih karunia
melalui iman.
536 | C A H A Y A I N J I L
Ini juga berarti bahwa di dalam gereja, jarak itu akan semakin lebar,
dan jarak yang semakin melebar itulah yang membuat perbedaan di
dalam kehidupan Kristen. Anda akan mulai melihat terbentuknya
tingkatan-tingkatan di dalam jemaat, beberapa orang tumbuh mejadi
pimpinan karena kapasitas rohani mereka meningkat seiring dengan
iman mereka. Yang lain tertinggal di belakang, dan bahkan ada yang
tidak bertumbuh serta menjadi tidak berfungsi sebagaimana mestinya
di tengah jemaat. Sayangnya, ada banyak orang Kristen yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya di tengah jemaat. Apakah itu terjadi
karena Allah kurang baik terhadap mereka? Bukan, itu terjadi karena
tanggapan mereka terhadap Allah sangat kecil, atau bahkan tidak ada
sama sekali. Jika orang itu bersedia menyingkirkan halangan, di dalam
diri mereka, terhadap kasih karunia Allah, dan menyerahkan diri
mereka sepenuhnya tanpa syarat kepada Allah, maka mereka akan
memiliki kuasa yang sama dengan orang-orang yang menjadi
pemimpin rohani. Dan selanjutnya, Allah akan mempercayakan lebih
banyak talenta, lebih banyak tanggungjawab, dan lebih banyak karunia
kepada mereka.
Allah dapat mengerjakan perkara yang ajaib di dalam diri kita
Saya tahu orang-orang yang memulai kehidupan Kristennya tanpa
kemampuan untuk berkhotbah sama sekali. Anda mungkin berkata,
"Orang itu tidak bisa berkhotbah. Anda tidak akan bisa menjadikannya
sebagai penginjil!" Kemudian Tuhan mengubahnya, mengurapi bibirnya
dan menjadikannya hamba yang luar biasa - orang ini pada awalnya
dipandang remeh oleh manusia. Allah dapat mengerjakan perkara ajaib
melalui setiap orang dari kita, jika kita memiliki tanggapan iman tanpa
syarat kepada-Nya. Kuncinya adalah tanpa syarat. Uji saja perkataan
saya ini, ujilah pernyataan Alkitab, dan lihatlah apa yang dikerjakan
oleh Allah kepada Anda. Tak ada orang yang tak dapat diubahnya
menjadi manusia Allah yang luar biasa. Ia sanggup mengerjakan
perkara yang ajaib!
Jika Allah telah mempercayakan sesuatu kepada Anda, apakah itu satu
mina atau satu talenta, apa yang akan Anda kerjakan dengan itu? Di
hari Penghakiman nanti, apakah Anda akan berkata, "Yesus, aku
berterima kasih kepada-Mu yang telah memberi hidup yang dari
Engkau ini. Inilah hidup yang telah Kau berikan kepadaku - hidup itu
masih utuh. Lihatlah, ini dia. Aku telah menyimpannya selama ini
untuk-Mu." Anda akan berada dalam masalah jika itu saja yang telah
537 | C A H A Y A I N J I L
Anda lakukan. Setiap orang yang mengira bahwa dirinya akan selamat
hanya karena telah menerima anugerah hidup yang kekal itu dan
mengira bahwa hidup itu boleh dia simpan untuk dirinya sendiri, akan
menghadapi kejutan besar. Jelas dia tidak mengerti sama sekali pesan
dari Yesus.
Allah memberikan hidup ini bukan agar kita bisa menyelamatkan diri
sendiri. Ia memberi kita hidup ini dengan kepercayaan bahwa kita akan
melayani Dia dengan hidup itu. Kita bertanggungjawab kepada-Nya
atas apa yang kita perbuat dengan hidup itu. Kita harus melakukan
sesuatu dengan kehidupan yang telah diberikan itu karena hidup itu
diberikan bukan untuk sekadar disimpan. Ia harus dijalani.
Di hari Penghakiman, akan ada beberapa orang Kristen yang
menghadap kepada Tuhan dan berkata, "Terimakasih Tuhan, Engkau
telah memberiku hidup. Aku telah menyimpannya dengan aman selama
bertahun-tahun, namun aku belum pernah berbuat sesuatu
dengannya. Aku takut kehilangan hidup itu. Jadi kusimpan saja. Ini dia.
Masih ada padaku." Dan Yesus akan berkata, "Menjauhlah dariKu,
kamu hamba yang tidak berguna!" Dan Anda berkata, "Tuhan,
mengapa Engkau marah kepadaku? Sabar dulu. Aku tahu Engkau
adalah orang yang keras, jadi aku menyimpan hidup ini baik-baik. Aku
takut hal ini akan terjadi, maka aku menyimpannya dengan aman, ini
dia kukembalikan kepada-Mu." Jika Allah telah memberi kita hidup
yang kekal, kita harus menjadi saluran hidup yang kekal itu dan
membagikannya kepada orang lain. Kita harus hidup untuk orang lain
dan untuk Dia.
Menjadi saluran Tuhan
Sekarang Anda bisa mulai memahami mengapa kami mengutip kata-
kata tersebut di bagian awal. Jika Kristus telah mati bagi kita, maka
kematian-Nya itu agar kita tidak lagi hidup untuk kepentingan diri
sendiri melainkan untuk Dia. Dan hidup untuk Dia artinya adalah bahwa
kita menjadi saluran hidup kekal itu, yang telah diberikan-Nya untuk
kita, kepada orang lain.
Bagaimana cara menyalurkan hidup itu? Bagaimana caranya
menghasilkan talenta atau mina tambahan itu? Saat Anda membawa
seseorang kepada Kristus, dan Anda membuat orang lain menjadi
murid Kristus - dengan kasih karunia dan kuasa-Nya, apakah hidup di
538 | C A H A Y A I N J I L
dalam diri Anda akan berkurang? Apakah takaran hidup di dalam diri
Anda itu menurun? Tidak sama sekali. Dan di situlah keajaibannya.
Anda masih memiliki hidup itu. Anda masih memiliki hidup itu, dan
sekarang ada orang lain yang ikut memiliki hidup itu melalui Anda.
Artinya, hidup di dalam diri Anda sekarang sudah menjadi dua karena
Anda telah memberikan hidup itu kepada orang lain. Anda menjadi
saluran hidup buat dia. Jika Anda berikan lagi hidup kepada yang
lainnya dan orang itu menjadi murid Tuhan, hidup yang awalnya hanya
satu di dalam diri Anda, sekarang berkembang menjadi dua, tiga dan
mungkin empat, lima, enam, tujuh, atau bahkan sepuluh! Ini
mengingatkan kita pada perkara minyak cadangan, tambahan talenta
dan tambahan mina yang sedang kita bicarakan. Begitulah! Itulah yang
dimaksud dengan cadangan atau penghasilan. Anda masih memiliki
hidup itu di dalam diri Anda, dan terjadi penambahan karena adanya
orang lain yang ikut menerima hidup itu melalui Anda, dan
penambahan ini berlanjut terus. Awal penambahan terjadi saat Anda
mulai membagikan hidup itu.
Di hari Penghakiman nanti, saat kita berdiri di hadapan Yesus, kita
tidak akan sekadar berkata, "Tuhan, Engkau telah memberi aku hidup.
Inilah hidup itu, aku telah menyimpannya dengan baik." Akan sangat
indah jika kita bisa berkata, "Ada hidup yang ini, ada yang itu, ada lagi
yang di sana!" Paulus berkata, "Siapa yang menjadi sukacita dan
mahkotaku? Kalianlah sukacita dan mahkotaku. Kalianlah bukti dari
hidup yang ada padaku karena kalian telah menerima hidup yang sama
denganku dan yang masih ada padaku." Semua jemaat di Korintus, di
Efesus, di Filipi - sungguh banyak 'talenta' yang dihasilkan oleh Paulus!
Paulus telah menjadi seorang jutawan rohani!
Barangsiapa mengira bahwa dirinya selamat, ia akan kehilangan
keselamatan itu. "Tetapi, barangsiapa yang kehilangan nyawanya demi
Aku dan Injil," kata Yesus, "akan memperolehnya sampai pada hidup
yang kekal." Saat Anda memberikan hidup Anda bagi orang lain, saat
Anda memuridkan dia, Anda sedang memberikan waktu dan tenaga
Anda. Mungkin Anda bahkan menjadi susah tidur ketika orang itu
mengalami masalah. Dapat dikatakan bahwa apa yang Anda lakukan
adalah tindakan memberikan hidup Anda bagi orang itu. Anda memang
memberikan hidup itu, namun Anda memperolehnya kembali berlipat
ganda justru di saat memberi itu. Jika Anda bermaksud
menyembunyikan atau menyimpannya di dalam diri Anda saja, maka
539 | C A H A Y A I N J I L
yang terjadi justru Anda tidak akan bisa mempertahankanya, Anda
akan kehilangan - bahkan kehilangan hidup yang ada pada diri Anda
itu. Itulah Injil Yesus. Itulah hal yang Dia sampaikan. Terlebih lagi,
Anda tidak akan sekadar kehilangan hidup itu, Anda bahkan akan
menghadapi masalah besar. Perhatikanlah bagian akhir dari
perumpamaan ini. Apa yang dikatakan oleh Yesus di sini? Ia berkata,
"Ambil satu talenta yang ada pada dirinya" (lihat Matius 25:28). Jika
talenta itu adalah hidup yang telah diberikannya kepada Anda, dan satu
talenta itu kemudian disita dari Anda, berarti Anda kehilangan
segalanya. Anda telah kehilangan hidup yang tadinya diberikan kepada
Anda! Poin ini ditegaskan secara gamblang di dalam ayat 30, "Dan
campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang
paling gelap!"
Di dalam Alkitab, hidup selalu diasosiasikan dengan terang. Itu
sebabnya Yesus berbicara tentang hal menjadi terang hidup. Terang
dan hidup selalu berkaitan. Jika ada terang, maka ada hidup; jika ada
hidup, maka ada terang. Ini juga berarti bahwa, di dalam Alkitab,
kegelapan selalu berkaitan dengan kematian. Kegelapan dan kematian,
di dalam Alkitab, selalu beriringan. Kegelapan di luar berarti tempat
bagi kematian. Di dalam pengertian rohani, itu adalah tempat bagi
kematian kekal, lawan dari kehidupan kekal. Petrus mengatakan bahwa
kegelapan yang paling dahsyat ini disediakan bagi para pendosa yang
dikuasai nafsu zinah (2 Perus 2:17). Meratap dan mengertakkan gigi
adalah hal yang akan mereka lakukan di dalam kegelapan yang paling
dahsyat itu. Inilah tempat bagi orang-orang munafik (Matius 24:51).
Sama halnya dengan hamba yang tidak berguna, ia juga akan
ditempatkan bersama dengan orang-orang munafik. Dua kali kita
diberitahu bahwa tempat bagi orang-orang munafik itu adalah Gehenna
(Matius 23:15,33), yaitu neraka. Dua kali kita menemukan kata
'neraka' di sana, dan ke sanalah hamba yang tidak berguna itu
dicampakkan.
Juga, dua kali di dalam Matius 13:42,50, Yesus menyebutkan tempat
bagi ratap tangis dan kertakan gigi itu sebagai dapur api. Itu sebabnya
mengapa neraka sering digambarkan sebagai dapur api. Gambaran itu
diambil dari kegiatan orang memotong dahan-dahan pohon. Apa yang
dilakukan dengan dahan-dahan yang dipotong itu? Dimasukkan ke
dalam dapur api untuk dibakar! Dari situ, gambaran tentang kegelapan
dan api digabungkan. Api melambangkan kebinasaan di dalam neraka,
540 | C A H A Y A I N J I L
dan kegelapan juga melambangkan hal yang sama. Kebinasaan adalah
lawan dari kehidupan. Suatu keadaan di mana kita dipisahkan dari
Allah dan dari terang-Nya. Suatu kegelapan dan kebinasaan total!
Dapur api adalah tempat kegelapan rohani yang tidak diinginkan oleh
setiap orang.
Kehilangan nyawa untuk memperolehnya
Di dalam perumpaman ini, orang yang memiliki dua talenta harus
menghasilkan paling sedikit dua talenta lagi. Orang yang memiliki satu
talenta hanya perlu menghasilkan satu talenta, namun ternyata ia tidak
berhasil memenuhinya. Di sini terlihat adanya hubungan langsung
antara komitmen dengan hasil.
Tidaklah mengejutkan kalau hamba yang menerima satu talenta itu
kemudian menjadi hamba yang gagal. Ia menerima satu talenta namun
tidak menghasilkan apa-apa. Ia tidak memiliki 'kelebihan atau
cadangan' yang menjadi pokok bahasan kita di dalam perumpamaan
ini. Komitmennya yang rendah terhadap majikannya sudah terlihat dari
fakta bahwa ia hanya dipercaya untuk mengelola satu talenta.
Komitmen seperti apa yang ada pada diri Anda? Sanggupkah Anda
dengan setulus hati berkata bahwa Anda hidup untuk Dia? Jika tidak
sanggup, berhati-hatilah, karena kalau tidak ada 'kelebihan atau
cadangan', maka di hari perhitungan itu nanti Anda tidak akan bisa
berkata, "Lihat, anakku laki-laki dan perempuan telah mengikut
Engkau. Aku telah membawa mereka kepadaMu. Dan lihat juga teman-
temanku dan banyak jemaat di gereja. Hidup yang ada padaku sudah
menggandakan diri di dalam mereka." Jika Anda telah membawa
mereka semua kepada Tuhan, maka mereka akan menjadi sukacita dan
mahkota Anda di hari Penghakiman itu. Merekalah yang akan menjadi
bukti dari kasih karunia dan kuasa Allah di dalam hidup Anda. Ingatlah,
dalam kehilangan hidup, Anda memperolehnya. Di dalam memberikan
diri Anda melipatgandakan hidup di dalam orang lain.
Memang bukan jalan yang mudah. Namun Anda akan melihat betapa
layaknya jalan itu ditempuh pada saat Anda nanti berdiri di hadapan-
Nya dan, dengan kasih karunia-Nya, bersukacita bersama malaikat di
atas sana.
541 | C A H A Y A I N J I L
Perumpamaan tentang Kedatangan Yesus yang kedua
Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang.
Kita akan mempelajari ayat-ayat dari Matius 24:45 sampai 25:30, yang
berisi tiga bagian utama. Bagian yang pertama adalah suatu
perumpamaan, atau pengajaran yang berkaitan dengan hamba yang
setia dan yang tidak setia (Matius 24:45-51). Bagian yang kedua
adalah perumpamaan tentang sepuluh orang gadis, sedangkan yang
ketiga adalah perumpamaan tentang talenta.
Apa yang akan kita lakukan adalah menarik beberapa prinsip dari
ajaran Yesus. Ketiga perumpamaan dari ajaran Yesus ini memiliki satu
kesamaan yang mendasar. Ketiganya memiliki poin utama yang sama,
akan tetapi dengan ciri masing-masing. Berikut adalah poin-poin yang
sama dari ketiga perumpamaan itu:
1. Sang majikan atau mempelai, di dalam perumpamaan-
perumpamaan itu, sedang pergi jauh dan akan kembali.
2. Ketiga perumpamaan ini berbicara tentang orang Kristen, dan
bukannya orang non-Kristen. Ketiganya berbicara kepada orang
Kristen atau para murid, bukannya orang yang tidak percaya.
3. Ketiga perumpamaan itu berbicara tentang waktu kedatangan
yang tidak pasti. Di dalam Matius 25:19, secara khusus
dinyatakan bahwa penundaan waktu itu berlangsung
lama: Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu
mengadakan perhitungan dengan mereka. Poin ini sangatlah
penting di dalam memahami pengajaran Yesus berkaitan
dengan akhir zaman, atau dalam istilah teologinya disebut
eskatologi, pengajaran tentang akhir zaman. Pengajaran Yesus
menekankan bahwa kedatangan-Nya yang kedua akan terjadi
secara tiba-tiba, namun tidak dalam waktu dekat. Yesus tidak
mengajarkan bahwa Ia akan datang segera. Kedatangannya
akan terjadi secara tiba-tiba, namun tidak dalam waktu dekat.
Ketiga perumpamaan itu mengatakan tentang adanya
penundaan - yaitu, akan ada selang waktu yang cukup lama
sebelum Ia datang kembali. Saya cukup penasaran, dari mana
datangnya ajaran bahwa kedatangan Yesus akan terjadi dalam
542 | C A H A Y A I N J I L
waktu dekat. Dari ketiga perumpamaan ini, dua di antaranya
dengan jelas memuat kata 'tidak datang-datang ( delay =
tertunda), dan perumpamaan yang ketiga dengan jelas
menyatakan bahwa akan ada selang waktu yang lama sebelum
Dia kembali.
Sekarang ini, saat kembalinya Yesus memang sudah
dekat. Sudah dua ribu tahun berlalu. Akan tetapi, pada zaman
itu, saat kembalinya Yesus tidak bisa dibilang sudah dekat.
Yesus berkata bahwa akan ada selang waktu yang lama
sebelum Ia datang kembali. Di dalam terang pernyataan yang
gamblang inilah kita harus memahami ayat-ayat seperti Markus
9:1.
4. Perilaku orang-orang yang menantikan kedatangan-Nya itu akan
menentukan apakah mereka akan dipandang setia atau jahat
(perumpamaan yang pertama), bijak atau bodoh
(perumpamaan yang kedua), atau apakah mereka akan masuk
ke dalam sukacita dalam Tuhan atau akan dibuang
(perumpamaan ketiga). Perilaku adalah faktor penentu. Yesus
sedang berbicara kepada orang-orang Kristen, dan Ia berkata
bahwa Anda akan masuk ke dalam sukacita atau dibuang keluar
bergantung pada kualitas dari perilaku Anda. Di dalam
pengajaran yang alkitabiah, penghakiman selalu dilandasi oleh
perilaku. Ini adalah hal yang sangat mendasar dalam
pengajaran yang alkitabiah, tidak ada orang yang bisa
menyangkalnya.
5. Kesetiaan digambarkan sebagai hal ekstra yang sangat kita
butuhkan. Digambarkan sebagai cadangan minyak yang dibawa
oleh gadis-gadis yang bijaksana (dalam perumpamaan tentang
sepuluh orang gadis), dan uang talenta hasil usaha hamba-
hamba yang setia (dalam perumpamaan tentang talenta).
Ekstra ini, yang dihasilkan dari perilaku kita, sangat
berhubungan dengan keselamatan seseorang.
6. Akan ada penghakiman di saat sang majikan itu kembali. Apakah
Anda memang benar-benar ingin bertemu dengan Yesus ketika
Ia kembali nanti, akan bergantung pada cara hidup Anda
sekarang ini. Jika kehidupan Anda termasuk dalam jenis yang
543 | C A H A Y A I N J I L
tidak bisa dikatakan terang, tentunya Anda tidak ingin bertemu
dengan Dia. Dan saya tidak akan terkejut jika ada banyak
orang Kristen yang sebenarnya tidak begitu berniat untuk
bertemu denganNya.
7. Orang-orang yang setia menerima hadiah yang besar. Di dalam
Matius 24:47, hamba yang setia diberi kepercayaan untuk
mengurus segala milik majikannya. Ini berarti bahwa sang
majikan menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada hamba yang
telah terbukti setia. Allah akan menaruh kepercayaan
sepenuhnya kepada orang-orang seperti itu, dan akan
memberinya kepercayaan untuk mengurus segala milik-Nya
sebagai ungkapan kepercayaan itu (ini adalah poin penting yang
akan kita bahas nanti).
Dalam kaitannya dengan imbalan di dalam perumpamaan
tentang uang mina (Lukas 19:12), hamba yang memberikan
hasil sepuluh mina diberi kepercayaan untuk memerintah
sepuluh kota; yang menghasilkan lima mina diberi kepercayaan
untuk memerintah lima kota. Imbalan yang diberikan
sehubungan dengan kesetiaan yang telah ditunjukkan, para
hamba tersebut mendapat kepercayaan untuk terlibat dalam
pemerintahan Allah di dalam kerajaan Allah.
Sama seperti lima gadis bijaksana yang ikut masuk ke dalam
pesta pernikahan, para hamba yang setia di dalam
perumpamaan tentang uang mina juga diajak masuk ke dalam
sukacita Tuhannya. Di dalam kedua perumpamaan itu, dipakai
kata Yunani yang sama untuk ungkapan 'masuk', yang berarti
masuk ke dalam perjamuan, masuk ke dalam sukacita Tuhan
kita. Kita dibawa masuk ke dalam sukacita-Nya karena kita
telah memberi Dia sukacita. Lewat kesetiaan perilaku kita, kita
sudah memberi Dia kepuasan. Perilaku yang setia memberi-Nya
sukacita, jadi kita akan dibawa masuk ke dalam sukacita-Nya.
8. Hamba yang tidak setia dihukum dengan sangat keras.
(Perumpamaan di Mat 24:45 menjadi pengantar bagi kedua
perumpamaan yang lain. Dan di dalam setiap perumpamaan ini,
hamba yang tidak setia menerima hukuman yang sangat berat.)
544 | C A H A Y A I N J I L
Di dalam Matius 24:51, ada sebuah kata yang secara harfiah
berarti 'memotong sampai berkeping-keping'. Hamba yang tidak
setia, mengikuti arti harfiahnya, akan dipotong berkeping-
keping. Atau dengan kata lain, secara kiasan, ia akan
menghadapi kebinasaan yang dahsyat. Karena hamba tersebut
tidak setia, di dalam perumpamaan ini digambarkan sebagai
jahat, maka ia akan dibinasakan sepenuhnya. Ia akan
dimasukkan ke dalam neraka bersama dengan orang-orang
munafik lainnya, tempat tangis dan kertakan gigi. Tangis dan
kertakan gigi menggambarkan kepedihan dan penyesalan yang
mendalam, perasaan yang hanya bisa dipahami oleh mereka
yang mengalami kegagalan yang besar.
Mengapa ada tempat pembinasaan? Mengapa Allah yang adalah
kasih itu menciptakan tempat seperti neraka? Jika bumi dan
langit yang baru sebagai tempat kediaman orang-orang benar,
seperti yang dikatakan Petrus dalam 2 Petrus 3:13, maka tentu
ada tempat atau cara di mana semua ketidak-benaran akan
dibinasakan. Dan itulah tujuan adanya neraka. Neraka adalah
tempat di mana kejahatan dan ketidak-adilan dimusnahkan.
Poin yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa mereka yang
dibinasakan, di dalam setiap perumpamaan itu, adalah para
hamba dari sang tuan. Dengan kata lain, mereka yang
dibinasakan itu adalah orang-orang Kristen, bukannya orang
non-Kristen. Sungguh mengejutkan, bukankah begitu? Kita
cenderung untuk berpikir bahwa orang-orang non-Kristenlah
yang akan masuk ke dalam neraka. Namun sungguh
mengejutkan ternyata setiap kali Yesus berbicara tentang
neraka, Ia selalu berbicara tentang orang-orang Kristen, tentang
hamba-hamba Tuhan. Kejutan yang sangat tidak enak, dan kita
tentu akan susah untuk menelannya. Banyak dari antara kita
dididik oleh gereja untuk percaya bahwa orang non-Kristenlah
yang akan dimasukkan ke dalam neraka, bukannya orang
Kristen. Ini adalah kekeliruan yang sangat besar! Kita harus
menyesuaikan jalan pikiran kita dengan ajaran yang
disampaikan oleh Yesus. Orang Kristen yang gagal, yang tidak
setia, dan yang hidup di dalam dosa itulah yang masuk ke
dalam neraka. Sangat sulit untuk dicerna, bukankah begitu?
Tidak heran jika ada semacam persekongkolan di dalam gereja-
545 | C A H A Y A I N J I L
gereja - jika saya boleh menyebutnya sebagai suatu
persekongkolan - untuk menyingkirkan bagian ini dari ajaran
Yesus. Orang Kristen tidak akan mau mendengar hal seperti ini.
Akan tetapi kita harus mendengarnya jika kita memang ingin
mendengarkan firman Yesus. Kita tidak suka ajaran seperti itu,
namun itulah hal yang disampaikan-Nya. Tidak ada cara untuk
menghindarinya, kecuali dengan menyerongkan artinya.
Dibuang keluar dari kerajaan
Satu elemen penting dalam pengajaran Yesus adalah bahwa berulang
kali disebutkan bahwa anak-anak kerajaan yang tidak setia akan
dibuang keluar. Tidak heran jika banyak pengkhotbah yang
menyerongkan artinya sekarang ini, karena mereka tidak dapat
menerimanya. Setiap orang tahu bahwa apa yang saya katakan ini
adalah kebenaran; tidak akan ada yang berani berkata bahwa hal ini
tidak benar. Setiap kali Yesus berbicara tentang orang-orang yang
dilemparkan keluar, tentang ratap tangis dan kertakan gigi, yang
dibicarakan itu adalah orang-orang Kristen. Kita bisa memeriksa hal ini
secara pribadi. Dan kita akan sangat terkejut melihat hasilnya!
Jika kita berkata, "Nah, aku ini orang Kristen dan akan masuk ke surga.
Semua orang non-Kristen akan masuk ke neraka," maka kita salah! Ini
bukan hal yang diajarkan oleh Yesus. Malahan, orang Kristenlah yang
harus memberi pertanggungjawaban kepada Allah. "Setiap orang yang
kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut" (Lukas
12:48).Orang Kristen akan dihakimi secara lebih berat ketimbang
orang non-Kristen. Karena hak-hak istimewa yang diberikan kepada
orang Kristen jauh lebih besar, maka penghakiman terhadap mereka
juga akan jauh lebih berat. Jadi, jika kita menghendaki hak-hak
istimewa, maka kita juga harus siap mempertanggung-jawabkannya.
Prinsip semacam ini juga dapat kita lihat dalam kehidupan orang dunia.
Jika Anda adalah seorang pimpinan suatu departemen, maka Anda
adalah orang yang harus bertanggungjawab atas segala sesuatu yang
terjadi di dalam departemen tersebut. Anda tidak bisa mengalihkan
tanggungjawab kepada bawahan Anda. Anda harus bertanggungjawab.
Mirip dengan itu, jika Anda adalah seorang perwira di dalam
ketentaraan, maka Anda menjadi orang yang bertanggungjawab atas
apa yang prajurit Anda lakukan. Anda tidak boleh berkata, "Baiklah, itu
bukan tanggungjawab-ku" Begitulah cara kerjanya. Semakin tinggi
546 | C A H A Y A I N J I L
kedudukan Anda, maka semakin besar tanggungjawab Anda. Di masa
perang, jika seorang jendral tertangkap, maka merekalah yang akan
diadili dan dihukum karena dipandang sebagai orang yang
bertanggungjawab atas perbuatan para prajuritnya. Para perwira
Jerman adalah contoh orang-orang yang menanggung tuduhan sebagai
penjahat perang. Satu demi satu para perwira itu dihukum mati atau
dipenjara seumur hidup, karena sebagai perwira pasukan merekalah
yang dipandang harus bertanggungjawab atas segala kejahatan para
serdadu Jerman. Semakin besar hak istimewa yang dimiliki, maka
semakin berat pula penghakiman yang harus ditanggung. Dan
persisnya, hal itulah yang dikatakan oleh Yesus.
Selanjutnya kita sampai pada bagian ayat-ayat yang menyebutkan
tentang akan adanya ratap tangis dan kertakan gigi (Matius 24:51). Di
dalam ajaran Yesus, bagian ini tidak mengacu pada orang-orang non-
Kristen. Namun bukan berarti bahwa tidak ada orang non-Kristen yang
tidak akan masuk ke neraka. Bukan itu maksudnya. Peringatan tentang
neraka ditujukan kepada orang-orang religius, khususnya mereka yang
mengira bahwa mereka adalah umat Allah. Banyak orang Kristen dan
pendeta yang merasa tidak nyaman dengan ajaran ini sehingga mereka
bahkan bersedia untuk menyerongkan artinya. Dan memang tidak
diragukan lagi memang telah terjadi penyimpangan makna dalam
pengajaran Firman Allah.
Untuk menggambarkan poin ini, mari kita lihat sebuah contoh. Kadang-
kadang saya harus menyebutkan nama, bukan karena mereka satu-
satunya orang yang telah menyimpangkan makna ajaran Alkitab.
Sangat tidak menyenangkan untuk menyebutkan nama untuk hal ini,
namun jika Anda membaca tafsiran mereka, maka Anda dapat
membuktikannya sendiri. Dan memang ada saatnya kebenaran harus
dinyatakan. Jika kita membaca Matius 24:51, apa makna dari
ungkapan 'ratap tangis dan kertakan gigi' itu? Setiap penafsir Alkitab
tahu apa artinya. Ungkapan itu mengacu pada rasa pedih dan sesal
yang sangat mendalam ketika seseorang ditolak oleh Allah, dan
kehilangan kesempatan untuk diselamatkan. Namun apa kata saudara
Watchman Nee? Saya sulit mempercayai mata saya ketika membaca
tafsirannya. Ia berkata bahwa ungkapan 'ratap tangis dan kertakan
gigi' itu berarti penyesalan yang mendalam dan pertobatan yang sejati.
Ini adalah suatu penafsiran Alkitab yang keliru.
547 | C A H A Y A I N J I L
Tak seorangpun yang telah mempelajari Alkitab dengan sungguh-
sungguh akan berkata bahwa ratap tangis dan kertakan gigi itu adalah
gambaran pertobatan yang sejati. Lalu mengapa orang-orang seperti
Watchman Nee bisa mengatakan sesuatu hal yang menyimpangkan
makna Alkitab? Sangat mungkin karena mereka tidak bisa menerima
poin dari ajaran Yesus di bagian ini. Bagaimana mungkin seorang
Kristen akan masuk ke neraka? Nee mengakui bahwa bagian ini
merujuk kepada para hamba karena memang ada kata 'hamba' yang
dipakai di dalam bagian ini. Mereka adalah para hamba yang menanti
kedatangan tuannya. Tidak ada keraguan tentang hal ini, dan Nee
memang menyatakan bahwa perumpamaan ini berbicara tentang
orang-orang Kristen. Namun karena orang-orang Kristen ini akan
dimasukkan ke tempat di mana orang-orang munafik berada, maka itu
berarti bahwa mereka akan dibinasakan di dalam api neraka!
Mungkinkah muncul penyesalan yang mendalam dan pertobatan yang
sejati pada orang-orang ini? Apakah kita akan menyerongkan makna
Alkitab demi menghindari kuasa Firman-Nya karena kita tidak bisa
menerimanya? Kita merasa wajib memutar-balikkan ayat Alkitab
karena kita tidak mau menghadapi apa yang sesungguhnya
disampaikan oleh Yesus. Kita berkata, "Tak mungkin Ia bermaksud
seperti itu. Ini sangat mustahil." Sayangnya, semua penafsiran yang
diakui secara luas akan memberitahu kita bahwa memang seperti itulah
arti dari "ratap tangis dan kertakan gigi". Mengacu kepada perasaan
putus asa, menyesal, pahit dan marah karena dibuang ke neraka dan
mengalami kebinasaan total.
Beberapa orang yang mengajarkan tentang doktrin "sekali selamat
selamanya selamat" berkata bahwa orang-orang yang terhilang itu
memang sudah sejak awal ditetapkan seperti itu. Ini juga
penyelewengan makna Alkitab yang sangat berat. Sama saja dengan
berkata bahwa hamba yang jahat di dalam Matius 24 ini sebenarnya
tidak pernah menjadi hamba. Apakah orang itu hamba atau bukan?
Jawabannya jelas sekali. Dapatkah kita mengatakan bahwa orang itu
bukanlah hamba karena ia tidak setia dan dihukum ke dalam
kebinasaan? Fakta bahwa ia bukanlah hamba yang setia tidak berarti
bahwa ia bukan seorang hamba. Dapatkah Anda berkata bahwa
seseorang bukanlah pendeta hanya karena ia bukan pendeta yang
setia? Hanya karena seseorang tidak berkata benar, sekalipun ia adalah
seorang pendeta, tidak membuatnya berubah menjadi bukan pendeta.
548 | C A H A Y A I N J I L
Janganlah kita masuk ke dalam cara penalaran yang bodoh seperti ini
dan berkata, "Kalau orang-orang itu pada akhirnya gagal, maka
mereka sebenarnya bukan orang Kristen sejak awal." Jika seperti itu
halnya, lalu di mana jaminan keselamatan kita? Kita tidak akan pernah
tahu apakah kita ini orang Kristen yang sejati, dan pada saat ternyata
kita gagal nanti seseorang akan berpaling ke arah kita dan berkata
bahwa kita ini sejak awal bukan orang Kristen. Lalu jaminan
keselamatan macam apa yang bisa ditawarkan oleh doktrin "sekali
selamat selamanya selamat" jika setiap orang yang kemudian gagal
akan dikatakan bahwa mereka sebenarnya bukan orang Kristen sejak
awalnya?
Di dalam perumpamaan tentang hamba yang tidak setia (Matius 24:45-
51), si hamba yang tidak setia itu memang betul-betul seorang hamba
dari si majikan tersebut, sekalipun pada akhirnya ia dilemparkan
keluar. Jika ia tidak menjadi bagian dari rumah tangga si majikan,
bagaimana mungkin ia akan dilemparkan keluar? Ia harus merupakan
bagian dari rumah tangga tersebut, baru bisa dilemparkan keluar.
Ungkapan 'dicampakkan keluar' ini sendiri dipakai sebanyak tiga kali
oleh Yesus di dalam Injil Matius.
Matius 8:12
Anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang
paling gelap
Matius 22:13
Sekalipun orang yang tidak memakai pakaian pesta itu sudah masuk ke
dalam pesta perjamuan, berbeda dengan kelima gadis bodoh yang
sama sekali tidak dapat masuk - namun orang yang tidak berpakaian
pesta itu tetap dilemparkan keluar karena ia tidak memakai pakaian
yang sesuai untuk perjamuan itu. Tidak seorangpun yang bisa masuk
ke dalam pesta perjamuan tanpa mengenakan kebenaran yang berasal
dari Allah.
Matius 25:30
Hamba yang tidak berguna itu dicampakkan ke dalam kegelapan yang
paling gelap. Lukas 13:28 menyatakan tentang hal yang sama: "Di
sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan
melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam
Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar." Kata
549 | C A H A Y A I N J I L
dicampakkan keluar itu terjemahan harfiahnya adalah diusir keluar, ini
adalah suatu ungkapan yang sangat tegas. Sekalipun ini merupakan
salah satu unsur dalam ajaran Yesus yang tidak kita senangi, namun
itulah kebenarannya.
Bagian pengajaran Yesus yang bernada seperti ini muncul di dalam
banyak tempat di Alkitab. Sebagai contoh, hal ini juga terlihat di dalam
perumpamaan tentang pukat (Matius 13:50). Ikan-ikan yang sudah
masuk ke dalam pukat atau kerajaan banyak yang dilemparkan keluar.
Di dalam perumpamaan tentang gandum dan lalang, lalang tersebut
tumbuh di antara gandum. Perhatikan bahwa lalang itu tidak tumbuh
disekitar atau di luar ladang gandum, tetapi di dalam dan di antara
gandum. Dan lalang itu juga dicampakkan. Di dalam perumpamaan
tentang hamba yang jahat di dalam Matius 18:23-35, hamba tersebut
sebenarnya sudah diampuni, akan tetapi ia gagal mengampuni
temannya, lalu pengampunan yang telah diterimanya itu dibatalkan
dan ia mendapat hukuman. Dengan kata lain, ia dicampakkan keluar.
Dan kita bisa lanjutkan terus dengan contoh-contoh yang lainnya
karena unsur ini memang merupakan salah satu pokok dalam ajaran
Yesus. Orang tidak akan mungkin tidak melihat unsur ini. Mereka yang
telah masuk ke dalam kerajaan kemudian dicampakkan keluar karena
mereka gagal membuktikan bahwa mereka layak bagi Injil. Tidak ada
tempat untuk berpuas diri dalam kehidupan rohani. Kita harus sangat
waspada, dan menjalani hidup ini sesuai dengan panggilan Tuhan
kepada kita.
Pengajaran yang sama akan banyak kita temukan di dalam Perjanjian
Lama. Dicampakkan keluar adalah akibat yang menyedihkan dari dosa.
Ada banyak contoh di dalam Alkitab di mana kita bisa melihat kondisi
'dicampakkan keluar'. Sejak Kejadian 3:24 dari Septuaginta, kita sudah
menemukan kata Yunani ekballo, yang artinya 'melempar keluar'. Di
dalam ayat ini Adam dan Hawa dikeluarkan dari taman Eden karena
mereka berbuat dosa. Meskipun Adam, manusia ciptaan yang
sempurna, dan Hawa memiliki persekutuan yang akrab dengan Allah,
persekutuan yang akrab itu tidak menjamin bahwa kedudukan mereka
di dalam taman Eden akan aman. Saat mereka berbuat dosa, maka
mereka dikeluarkan. Hal yang sama berlaku pada Kain, di dalam
Kejadian 4:14. Setelah ia membunuh Habel adiknya, kita melihat
bahwa Kain mengalami pengusiran.
550 | C A H A Y A I N J I L
Hal yang sama juga berlaku pada bangsa Israel. Kita melihat hal itu di
dalam Ulangan 11:23. Mereka dikeluarkan dari tanah yang sudah
diberikan oleh Tuhan kepada mereka. Mereka dijanjikan untuk masuk
ke dalam Tanah Perjanjian, hanya untuk dilemparkan keluar lagi
(Ulangan 28:64, 29:28, 1 Raja-raja 14:15, dan masih banyak lagi ayat
yang menjelaskan hal ini). Baik di dalam Perjanjian Lama maupun di
dalam Perjanjian Baru, unsur ini menjadi salah satu bahan utama di
dalam pengajaran Yesus: tidak ada orang yang bebas berbuat dosa
tanpa terkena hukuman, terutama jika pelaku tersebut adalah umat
Allah. Mereka tidak akan bisa berbuat dosa tanpa terkena akibatnya.
Mereka tidak akan lolos karena mereka berhadapan dengan Allah yang
hidup. Ia telah memberi mereka hak istimewa yang tertinggi, yaitu
menjadi umatNya - menjadi anak-anakNya - dan Ia menuntut agar
mereka menjadi layak sebagai anak-anakNya. Artinya, mereka harus
menjalani hidup yang menunjukkan bahwa mereka memang benar-
benar anak-anak Allah.
Itu sebabnya kita bisa saja menjadi anak-anakNya, tetapi anak-anak
yang hilang, hal yang kita lihat di dalam perumpamaan tentang anak
yang hilang. Kita bisa saja menjadi domba tapi domba yang hilang.
Akan tetapi tentunya kita harus menjadi domba dahulu sebelum bisa
menjadi domba yang hilang. Di dalam Alkitab, kata domba selalu
merupakan penggambaran dari umat Allah. Orang-orang yang tidak
percaya tidak digambarkan sebagai domba, melainkan serigala. "Aku
mengutusmu sebagai domba di tengah-tengah serigala. Aku
mengirimmu ke tengah dunia serigala," begitulah kata Yesus. Para
rasul, sebagai murid-muridNya, adalah domba-domba. Sebelum kita
menjadi domba yang sesat, maka kita tentunya harus menjadi domba
dahulu. Walaupun perumpamaan-perumpamaan dari Yesus sering kali
disampaikan kepada orang-orang non-Kristen, sebenarnya itu semua
ditujukan kepada orang-orang Kristen. Inilah hal yang luar biasa dari
perumpamaan-perumpamaan tersebut.
Di dalam Alkitab, kata ekballo yang sedang kita amati ini, yang
bermakna dicampakkan, juga dipakai dalam arti perceraian di dalam
ayat-ayat seperti Imamat 21:7, 14 dan 22:13. Kata ini juga yang
dipakai oleh Tuhan saat membicarakan hubungan-Nya dengan Israel di
dalam Hosea 9:15: "Aku akan menghalau mereka dari rumah-Ku. Aku
tidak akan mengasihi mereka lagi." Ini dilandasi oleh kenyataan bahwa
mereka sudah meninggalkan-Nya. Ada tertulis, "Jika kita menyangkal
551 | C A H A Y A I N J I L
Dia, Diapun akan menyangkal kita" (2Tim 2:12). Jadi kita memang
tidak punya pilihan lain. Jika kita masuk ke dalam dosa, maka kita akan
dicampakkan keluar.
Sekarang ini jika ada seorang Kristen yang berbuat dosa berulang-
ulang dan ia menolak untuk bertobat, maka ia akan menghadapi
konsekuensi dikeluarkan dari gereja. Akan tetapi sekarang ini sangat
sedikit gereja yang memiliki kuasa rohani yang cukup untuk bisa
menjalankan disiplin tersebut. Di dalam 1 Korintus 5, Paulus memakai
kata "buanglah" di dalam ayat 7, dan kata "usirlah" di dalam ayat 13.
Dan di kedua ayat itu Paulus tidak sedang berbicara tentang orang
non-Kristen. Jemaat di Korintus disuruh untuk mengusir setiap orang
Kristen yang hidup di dalam dosa sebagai peringatan tentang apa yang
akan terjadi pada mereka di masa nanti. Orang itu dikeluarkan dari
tengah jemaat untuk saat ini dan akan dicampakkan ke dalam api
neraka di masa Penghakiman nanti. Disiplin gereja dimaksudkan
sebagai peringatan tentang betapa bahayanya hidup di dalam dosa
sebagai seorang Kristen. Jika kita berbuat dosa sekarang maka kita
akan diusir keluar, dan jika kita mengalami pengusiran sekarang ini
maka kita masih bisa bertobat dan kembali ke tengah jemaat. Akan
tetapi jika kita dicampakkan di masa nanti, tidak ada jalan untuk
kembali. Lebih baik menerima tindakan disiplin sekarang ini ketimbang
menghadapi penghakiman nanti. Mengalami pengusiran adalah sesuatu
yang sudah sering terjadi baik di dalam Perjanjian Lama maupun di
dalam Perjanjian Baru (Ada sangat banyak referensi yang bisa
menunjukkan hal ini).
Hal apa yang bisa mengakibatkan seseorang mengalami pengusiran?
Alkitab memberi kita beberapa penjelasan. Melanggar Firman Allah
adalah salah satu penyebab terusirnya kita dari kerajaanNya. Dan cara
orang membenarkan dirinya yang sudah melanggar itu adalah dengan
menyelewengkan makna Alkitab. Sangatlah berbahaya bagi kita tidak
menaati Firman Allah; hal itulah yang telah dilakukan oleh Adam, dan
ia mengalami pengusiran - dikeluarkan dari kerajaan Allah.
Selanjutnya, pengusiran bisa terjadi dalam kasus penyembahan
berhala. Penyembahan berhala artinya Anda sedang mengasihi sesuatu
atau seseorang lebih dari kasih Anda kepada Allah. Sebagai contoh, jika
Anda mengasihi uang lebih dari Allah, maka hal itu akan membawa
Anda kepada dosa dan mengakibatkan Anda terusir. Ada sangat banyak
552 | C A H A Y A I N J I L
pecinta uang di dalam jemaat. Beberapa dari antara mereka menjadi
orang-orang yang serakah akan uang, beberapa lagi menjadi orang
yang mencintai keduniawian, akan tetapi mereka masih berpikir bahwa
mereka selamat. Alkitab berulang kali memberi kita peringatan tentang
penyembahan berhala ini. Seperti yang dikatakan oleh Yohanes, "Anak-
anakku, waspadalah terhadap segala berhala" (1Yoh 5:21). Dan
penyembahan berhala itu maksudnya adalah mengasihi sesuatu atau
seseorang melebihi Allah. Hal ini bahkan bisa terjadi dalam hal
hubungan Anda dengan pasangan Anda, yaitu jika Anda mengasihi
pasangan Anda melebihi kasih Anda kepada Allah, atau Anda mengasihi
anak-anak Anda melebihi kasih Anda kepada Allah, atau mungkin
sekadar hampir sama dengan kasih Anda kepada Allah, kedua-duanya
sama saja buruknya.
Alkitab memberi kita banyak contoh tentang orang-orang yang
mengalami pengusiran. Kain adalah salah satunya. Mengapa ia
membunuh adiknya? Penyebabnya adalah iri hati, kecemburuan dan
kurangnya kasih. Dan hamba yang tidak setia di dalam Matius 24:49,
mengapa ia dihukum dengan sangat keras? Salah satu alasannya
adalah karena ia memukuli rekan-rekannya sesama hamba, yang
menunjukkan bahwa ia tidak mengasihi mereka sama sekali, dan ia
juga lebih suka bergaul dengan orang-orang non-Kristen dan para
pemabuk. Di dalam ayat ini, kata 'pemabuk' tidak secara harfiah
merujuk kepada orang-orang yang suka minuman keras, melainkan
merujuk kepada mereka yang suka hidup dalam kegelapan dan jauh
dari persekutuan dengan Allah. Yaitu, mereka dalam keadaan
disorientasi rohani.
Kemabukan di dalam Alkitab seringkali merupakan hal yang lahir dari
dosa, bukan akibat dari alkohol. Matius 24:49 memperlihatkan bahwa
ada beberapa orang Kristen yang lebih suka bergaul dengan orang-
orang non-Kristen ketimbang dengan umat Allah. Jika kita merasa tidak
nyaman berada di tengah-tengah umat Allah, mungkin itu berarti
bahwa jauh di lubuk hati kita sebenarnya kita ini bukan orang Kristen.
Dan hal ini bisa mengakibatkan kita dicampakkan keluar. Lihat saja
kelakuan orang-orang Yahudi pada zaman itu. Allah telah melakukan
berbagai mukjizat di tengah-tengah mereka namun mereka tetap saja
tidak taat. Mirip dengan itu, sekarang ini ada banyak sekali orang
Kristen yang tidak dapat melihat kemuliaan Allah. Mereka juga tidak
pernah mengerti tentang kasih Allah. Pernahkah Anda menyaksikan
553 | C A H A Y A I N J I L
kemuliaan Allah? Hamba yang tidak setia di dalam Matius 25:25 tidak
pernah melihat kemuliaan tuannya, dan ia digambarkan sebagai
"hamba yang jahat dan malas" (ay.26). Ia tidak punya wahana
kerohanian, tak ada sama sekali. Tidak ada semangat atau dorongan
kerohanian. Banyak orang Kristen yang tampaknya seperti ini; mereka
tampaknya selalu saja menginjak rem dan tidak pernah mau bergerak.
Prinsip pengajaran Yesus ini - bahwa penghakiman dan pengusiran itu
berkaitan dengan orang Kristen - tampaknya merupakan hal yang
mengejutkan kita. Unsur ajaran ini memberi kita gambaran tentang
apa yang diharapkan oleh Yesus dari kita. Saat Ia berkata, "Haruslah
kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah
sempurna," Ia sebenarnya sedang memberitahu kita tentang standar
dari komitmen total yang Ia kehendaki dari kita. Orang yang gagal
untuk hidup sesuai dengan tingkat kesetiaan tersebut namun masih
ingin menikmati hak istimewa dari kerajaan Allah akan mendapati
bahwa Allah tidak bisa dibohongi. Mereka bisa saja membohongi diri
sendiri, membohongi orang Kristen yang lain, tetapi tidak bisa
membohongi Allah. Mereka tidak akan mendapat hak istimewa menjadi
anak-anak Allah atau menerima keselamatan tanpa mengambil
tanggung jawab dan memenuhi standar kerohanian yang dikehendaki
Allah dari kita. Inilah ajaran Dia.
Belajar untuk menjadi murid Yesus
Di dalam pengajaran Yesus, menjadi seorang Kristen dapat kita
samakan dengan masuk ke dalam masa magang di mana kita belajar
untuk menjadi muridNya. Dengan kata lain, sekarang ini kita sedang
masuk ke dalam masa ujian. Hidup yang sedang kita jalani sekarang ini
bisa dikatakan sebagai masa ujian. Jadi seberapa baik kita bisa
mengerjakan ujian itu? Saat memasuki masa ujian, mereka yang
sedang bersekolah atau kuliah biasanya memusatkan perhatian mereka
seolah-olah masa ujian itu adalah yang terpenting bagi mereka. Dan
memang itu adalah masa yang sangat penting dan kita harus
memperjuangkan yang terbaik di sana. Apakah kita menyadari bahwa
seluruh waktu hidup kita ini merupakan suatu masa ujian? Allah sedang
meneliti kehidupan kita sekarang ini untuk melihat apakah kita ini
cocok untuk masuk ke dalam kerajaan surga-Nya dan Ia sedang
menilai tanggungjawab seperti apa yang akan Ia berikan kepada kita di
dalam kerajaanNya nanti. Ini adalah prinsip lain dari pengajaran Yesus
554 | C A H A Y A I N J I L
yang harus kita perhatikan dan jadikan patokan dalam membangun
cara berpikir kita.
Bagian ini memang bersifat sangat revolusioner sehingga terasa sangat
sulit untuk kita pahami. Cara berpikir kita sudah terpola sedemikian
rupa sehingga semua perencanaan kita hanya sampai pada liang kubur.
Kita membuat perencanaan hidup yang berakhir di liang kubur. Sebagai
contoh, kita mungkin sudah membuat persiapan tentang hal-hal apa
yang akan kita lakukan di masa pensiun nanti. Kita mungkin
berencana untuk membeli sebuah rumah mungil di Florida jika mampu
membelinya, sekalipun kehidupan kota sekarang ini terasa sangat
buruk dengan banyaknya penjahat dan peredaran narkoba. Namun
apakah kita punya perencanaan setelah mati nanti mau apa? Jika cara
kita berpikir masih berhenti di liang kubur saja, maka kita masih belum
belajar untuk berpikir sebagai seorang murid Yesus.
Bagi orang non-Kristen, liang kubur adalah akhir dari segalanya, secara
harfiah berarti sesudah itu tak ada apa-apa lagi. Akan tetapi bagi orang
Kristen, kematian hanya merupakan pintu untuk masuk ke dalam
kekekalan. Seorang Kristen menjalani hidupnya bukan untuk dunia ini,
bukan untuk kehidupan yang sekarang, namun untuk kehidupan yang
akan datang. Di sinilah letak peranan iman. Kita tidak bisa
membohongi Allah. Kita bisa saja berkata punya iman, namun apakah
kita benar-benar punya iman itu terlihat dari cara kita berpikir dan
menjalani hidup ini. Murid sejati dari Yesus memandang dirinya sebagai
orang yang sedang transit. Ia sedang menuju sesuatu yang jauh lebih
besar di balik liang kubur itu. Dapatkah kita berpikir seperti itu? Sangat
sulit, bukankah begitu? Itu sebabnya seorang murid Yesus mengalihkan
hartanya ke sisi yang lain, yaitu ke surga. Seluruh hidupnya dikerahkan
menuju kekekalan.
Apakah kita percaya bahwa kita memiliki hidup yang kekal? Jika kita
berkata ya, maka sudah semestinya kita menjalani hidup ini sebagai
orang yang hanya mementingkan kekekalan itu. Meskipun banyak
orang Kristen yang mengaku memiliki hidup yang kekal, hidup yang
mereka jalani membuktikan keyakinan yang lain. Mereka menjalani
hidup ini dalam pengertian akan kehilangan segalanya jika sudah mati.
Jika kita memiliki hidup kekal, tentunya kita akan membuat persiapan
yang baik untuk masuk ke sana bukan?
555 | C A H A Y A I N J I L
Perhatikanlah perumpamaan tentang uang mina, talenta, dan
perumpamaan tentang kesepuluh gadis itu sebagai contohnya.
Semuanya berkaitan dengan hal yang akan berlangsung ketika Yesus
datang lagi, dan tentang perkara apakah kita layak untuk bertemu
denganNya saat itu. Jenis kekekalan macam apa yang akan kita masuki
bergantung pada bagaimana cara kita menjalani hidup ini dan apakah
kita lulus dalam ujian-Nya sekarang ini. Dapatkah kita memahami
hidup yang sekarang ini sebagai suatu masa ujian, sebagai saat
transit? Persoalannya adalah bahwa begitu banyak orang Kristen yang
tidak memahaminya seperti itu. Bagi mereka, hidup yang sekarang ini
adalah segala-galanya. Saat orang yang dikasihinya meninggal, cara
mereka meratap menunjukkan betapa mereka merasa tidak ada
gunanya lagi hidup ini. Bagi mereka, kekekalan itu sangat kabur, suatu
istilah yang bahkan tidak bisa diterjemahkan ke dalam ungkapan-
ungkapan yang nyata, apalagi untuk dijalani. Akan tetapi cara hidup
kita akan diubah jika akal budi kita diperbaharui. "Berubahlah oleh
pembaharuan budimu" (Roma 12:2). Dengan demikian, maka kematian
akan menjadi sesuatu yang dinantikan. Bukannya berkata, "Baiklah,
aku bisa menanggungnya," kita malahan menyambut kematian dengan
sukacita. Kita akan bisa memahami apa yang sedang dikatakan oleh
Paulus ketika ia menyampaikan kepada kita, "Jadi mana yang harus
kupilih, aku tidak tahu" (Filipi 1:22). Biasanya kita akan berkata, "Mau
pilih yang mana? Saya pilih hidup yang sekarang ini! Bukan pilihan
yang susah! Sudah tentu saya ingin hidup. Saya tidak mau mati.
Maksudnya, memang enak bisa ikut Tuhan. Masih banyak waktu untuk
hal itu; tersedia waktu sepanjang kekekalan untuk bersama dengan
Tuhan. Tapi saya mau menikmati waktu yang sekarang ini dulu." Akan
tetapi Paulus berkata, "Tidak, jika Anda meminta saya untuk memilih,
maka saya lebih suka mati." Cara berpikir macam apa ini?
Anda tidak akan bisa memahami mentalitas Paulus jika belum
memahami ajaran Yesus. Dan pengajaran-Nya sangatlah jelas. Bagi
seorang murid Kristus, hidup yang sekarang ini adalah masa ujian. Kita
menjalani hidup ini demi kekekalan, dan bagaimana kehidupan kita di
dalam kekekalan nanti tergantung pada cara hidup kita sekarang.
Bagaimana Anda akan menerapkannya di dalam pengertian yang
praktis? Jika Anda adalah seorang mahasiswa, apa yang akan Anda
lakukan? Jika Anda menerapkan ajaran ini, maka ketika Anda sedang
belajar, Anda belajar tidak berdasarkan apa yang mau Anda lakukan di
556 | C A H A Y A I N J I L
dalam hidup yang sekarang ini, namun berdasarkan pada apa yang
mau Anda lakukan di dalam kekekalan. Artinya bidang pelajaran Anda
adalah alat bagi Anda untuk berbuat sesuatu bagi kehidupan yang
kekal, untuk menghasilkan talenta dan mina yang banyak buat Tuhan.
Segala sesuatunya dilandasi oleh tujuan ini. Kekekalan menjadi sasaran
yang Anda kejar terus menerus, tanpa kenal lelah, dengan tekad yang
tertinggi.
Sudahkah Anda belajar untuk berpikir sebagai seorang murid Yesus?
Jika sudah, maka Anda akan mengerti apa maksudnya ketika Paulus
berkata, "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa
kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya" (Filipi
3:10). Jelas sekali bahwa Paulus ingin menderita bersama Kristus. Jika
Anda belum belajar untuk berpikir seperti ini, Anda mungkin akan
berkata, "Tidak. Saya sudah cukup menderita. Maksudnya, minggu
kemarin saya terkena demam, dan itu sudah lebih dari yang bsia saya
tanggung. Terus Anda mau menyuruh saya untuk masuk ke dalam
persekutuan di dalam penderitaan Kristus? Anda sudah gila? Minggu
depan saya harus menghadapi ujian. Penderitaan sebesar apa lagi yang
Anda mau untuk saya tanggung?" Namun Paulus berkata, "Aku rindu
untuk menderita bersamaNya." Nah, tampaknya tak ada orang yang
bisa memahami cara berpikir seperti ini. Sebagai seorang Kristen yang
masih baru, saya juga sempat tidak memahami maksud Paulus. Saya
membaca ayat ini berulang-ulang namun tidak juga mengerti. Mengapa
ada orang yang rindu untuk ikut dalam penderitaan Kristus, "menjadi
serupa dengan Dia dalam kematian-Nya," untuk mati dengan cara yang
sama denganNya? Paulus berkata, "Aku mau mati seperti Dia." Kalau
bukan seorang fanatik, dia pasti orang gila! Mungkin dia terlalu banyak
menghayal.
Anda tidak akan bisa memahami cara berpikir seperti ini sebelum
memahami bahwa inilah satu-satunya kesempatan buat Anda di dalam
hidup ini adalah untuk hidup bagi kekekalan, untuk menyimpan harta di
dalam kekekalan. Di sinilah kesempatan Anda untuk menderita
bagiNya. Sekarang inilah kesempatan bagi Anda untuk mati bagi Dia
karena sesudah ini Anda tidak akan pernah mati lagi. Karena
selanjutnya Anda akan masuk ke dalam kekekalan dan tidak akan
pernah mati lagi. Kalau sudah masuk ke sana, tidak akan ada
kesempatan lagi. Pikirkanlah hal itu. Namun bukan berarti Anda harus
datang ke algojo dan berkata, "Bunuhlah saya. Saya mau mati demi
557 | C A H A Y A I N J I L
Kristus." Bukan itu maksudnya. Maksudnya adalah bahwa Anda harus
menjungkirbalikkan cara berpikir Anda sehingga ketika Anda
menghadapi saat-saat di mana Anda berpeluang untuk mati demi
Kristus atau demi saudara seiman, maka Anda segera mengambil
kesempatan itu karena mungkin tidak ada lagi kesempatan yang lain.
Hidup demi kekekalan di masa sekarang ini
Apakah saudara seiman Anda sedang kekurangan? Berikanlah dia apa
yang dibutuhkannya. Mungkin Anda tidak pernah punya kesempatan
untuk memberi lagi. Apakah saudara seiman Anda kelaparan?
Berikanlah dia makanan. Mungkin tidak ada kesempatan yang lain.
Apakah ia di dalam penjara? Kunjungilah. Tidak ada kesempatan lagi
untuk itu di dalam kekekalan. Setiap kesukaran dan penderitaan tidak
lagi menjadi bahan pergumulan bagi Anda karena mata Anda terfokus
pada kekekalan. Saya yakin bahwa Anda akan datang ke sana dengan
sepuluh, dua puluh atau bahkan seribu talenta bagi Tuhan. Ini akan
membuat kehidupan Kristen Anda menjadi dinamis, bukankah begitu?
Berpikir seperti itu akan menguatkan Anda untuk mengatasi kesukaran
dengan bantuan Yesus. Paulus berkata, "Segala perkara dapat
kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Filipi
4:13). Anda juga dapat melakukannya jika Anda memiliki pemikiran
seperti ini. Maut tidak lagi menjadi hal yang Anda takutkan;
penderitaan juga tidak akan menakutkan Anda. Karena Anda tahu
bahwa hidup ini adalah masa ujian. Dan Anda akan menunjukkan
kepada Tuhan seberapa besar kasih Anda kepada-Nya karena Ia sudah
lebih dulu mengasihi Anda. Dan Anda juga akan bersemangat untuk
membuktikan kepada Tuhan kasih Anda kepada saudara-saudara
seiman. Maka pada saat diadakan perhitungan, Tuhan akan berkata
kepada Anda, "Bagus sekali, hamba yang baik dan setia. Engkau telah
berlaku setia untuk perkara yang kecil. Sekarang Aku akan
mempercayakan perkara yang besar kepadamu. Engkau akan Kuberi
kepercayaan atas segala milikKu."
Tidakkah kehidupan Kristen itu menarik? Akan menjadi menarik jika
Anda telah memahami hal ini. Anda akan mampu menghadapi maut
dan penderitaan dengan tersenyum. Segala sesuatu akan dipandang
sebagai kesempatan untuk berbuat bagi Tuhan dan umatNya karena
kekekalan adalah pusat perhatian Anda. Dan semua ini akan menjadi
keuntungan Anda di dalam kekekalan. Tentu saja Anda tidak ingin
558 | C A H A Y A I N J I L
berbuat dosa, karena dosa akan merusak rekening Anda di sana. Akan
menjadikan raport Anda merah. Karena Anda hidup demi kekekalan,
maka Anda tidak akan mau menikmati dosa sekalipun godaannya akan
datang dengan kencang ke arah Anda sepanjang hidup Anda. Iblis
tentu saja akan memastikan godaan-godaan akan terus datang kepada
Anda.
Para remaja harus berhati-hati dalam hubungan dengan lawan jenis.
Mereka dapat dengan mudah jatuh di dalam hal ini; rekening mereka di
surga dapat dengan mudah menjadi bangkrut jika mereka tidak
berhati-hati dalam urusan lawan jenis ini. Iblis akan terus berusaha
untuk menggoda mereka. Di masa muda saya, Iblis juga banyak
mencobai saya untuk urusan ini. Ia berkata, "Ayolah! Lakukan saja!
Hanya sekali! Kamu terlalu suci. Ayo. Turunkan sedikit standarmu,
samakan dirimu dengan yang lainnya! Bersikaplah lebih manusiawi!
Jangan terlalu suci! Kamu terlalu tinggi di awan. Kenapa tidak bikin
dosa sedikit saja? Kembalilah menjadi manusia biasa!" Iblis tahu persis
bagaimana cara berbicara yang masuk di akal kita. Jika kita
menggunakan bahasa yang religius, ia juga akan berbicara seperti itu.
Jika kita gemar mengutip ayat Alkitab, maka ia juga akan mengutipkan
ayat-ayat Alkitab buat Anda. Ia adalah penjaja godaan yang terhebat di
dunia ini.
Kehidupan sekarang ini adalah masa ujian untuk masuk ke dalam
jenjang pelayanan yang lebih tinggi. Inilah poin dari perumpamaan
tentang uang mina dan talenta. Jika kita menghasilkan sepuluh mina,
kita akan dipercaya untuk memerintah sepuluh kota. Ini menunjukkan
betapa besarnya kekayaan surgawi yang akan Allah percayakan kepada
kita. Ia sedang mencari hamba yang setia. Sekarang ini ia sedang
mengamati umat manusia, mengambil beberapa orang yang akan
dijadikan rekan kerja-Nya membangun kerajaan kekal-Nya nanti.
Berjerih payah dan berjuang demi Yesus
Ini membawa kita pada poin yang ketiga dan yang terakhir. Poin ini
berkaitan dengan ketiga perumpamaan itu. Tak seorang pun yang bisa
menghasilkan lima mina dengan bermalas-malasan. Ada begitu banyak
contoh di dalam Perjanjian Baru tentang orang-orang yang
bersemangat besar untuk melayani, bekerja dan berbuat sesuatu bagi
Tuhan, karena mereka hidup untuk kekekalan. Sulit untuk dipahami
mengapa banyak sekali orang Kristen sekarang ini yang menyia-
559 | C A H A Y A I N J I L
nyiakan waktunya. Beberapa dari antara mereka telah memboroskan
begitu banyak waktu. Saya ingin sekali memperingatkan mereka,
"Begitu banyak waktu terbaikmu yang telah kau buang. Saat-saat itu
tidak akan pernah kembali. Manfaatkanlah waktu yang tersisa ini
dengan baik!" Saya sungguh tidak mengerti. Mereka sepertinya tidak
menyadari bahwa mereka sedang tidak melakukan apa-apa yang
bermanfaat bagi Yesus.
Ketika Anda baca Perjanjian Baru, dan khususnya surat-surat Paulus,
maka Anda akan dihadapkan dengan segudang kata-kata seperti:
bekerja, berjuang, berusaha. Kita bisa melihat bahwa kata-kata Paulus
secara konsisten berisi motor penggerak yang akan sulit kita pahami
jika kita belum memiliki cara berpikir seperti dia. Paulus berkata, "Aku
bekerja lebih giat dari mereka. Benar, mereka telah menjadi rasul
sebelum aku. Namun itu tidak seberapa. Aku bekerja lebih keras dari
mereka. Mereka memang bekerja dengan keras, namun aku bekerja
lebih keras lagi" (lihat 1 Korintus 5:10). Berbicara tentang kekristenan
sebagai suatu arena balapan, Paulus terlihat tidak mau didahului oleh
yang lain. Di dalam sebuah balapan, hanya ada satu pemenang, dan
Paulus bermaksud menjadi orang itu. Itulah ambisi rohani. Mungkin ia
berpikir, "Kamu berlari kencang, tapi aku akan berlari lebih kencang
lagi. Aku akan mendahului-mu." Itu sebabnya mengapa ia berkata,
"Berlomba-lombalah dalam hal berbuat baik. (Outdo one another in
good works)" Ada semacam persaingan dalam "kekudusan dan kasih" -
agak sulit mencari istilah yang tepat - di mana jika orang lain telah
berusaha keras, maka Anda akan berjuang lebih keras lagi, dan saat
Anda berjuang keras, maka saya akan berjuang dengan lebih keras
lagi. Dan hasilnya, kita semua akan bergerak maju pesat.
Unsur pendorong di dalam perkataan Paulus ini terdapat di banyak
surat-surat yang telah ditulisnya. Saya akan menunjukkan beberapa di
antaranya kepada Anda. Sebagai contoh, di dalam 1 Korintus 4:12 ia
berkata, "Kami melakukan pekerjaan tangan yang berat." Di dalam 2
Tesalonika 3:8, ia berkata, "Kami berusaha dan berjerih payah siang
malam." Di dalam Galatia 4:11, ia berbicara tentang "susah payahku
untuk kamu," yaitu susah payahnya dalam memberitakan Injil dan
mengajar, membangun jemaat di Galatia dalam iman. Di dalam Kolose
1:29, ia juga berbicara tentang "usaha dan pergumulan" dan kemudian
di dalam 1 Timotius 4:10 ia berkata, "Itulah sebabnya kita berjerih
payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada
560 | C A H A Y A I N J I L
Allah yang hidup." Berjerih payah dan berjuang - begitulah bahasa
Paulus.
Akan tetapi sekarang ini kita justru dijejali berbagai macam ajaran di
dalam gereja tentang tidak usah berjerih payah, tidak usah berusaha,
tidak usah bekerja keras untuk Tuhan. Ada apa dengan gereja? Dengan
mengajari kita untuk bersikap gampangan dan tidak usah berjuang,
terdapat satu bahaya bahwa kita akan menjadi sekumpulan orang-
orang dengan kerohanian yang malas. Tak heran karena Iblis telah
menyusup sangat jauh ke dalam gereja. Pekerjaan Iblis menjadi sangat
mudah karena meluasnya ajaran ini. Setiap gereja semestinya menjadi
tempat di mana semangat juang dan kerja keras yang lahir dari
pandangan yang jauh ke depan sangat menonjol. Jika tidak ada
pandangan ke depan, jika tidak ada visi, maka tidak akan ada
semangat juang dan gerakan rohani. Yang saya maskudkan bukanlah
sekadar mengerjakan ini dan itu atau mengorganisir kegiatan ini dan
itu di dalam gereja. Yang saya maksudkan jauh melebihi semua itu.
Jerih payah dan perjuangan itu adalah untuk kesalehan, kerohanian,
keunggulan rohani, dan dalam menyalurkan kasih Allah. Ini adalah
perjuangan jauh di dalam batin, bukannya sekadar melakukan kegiatan
ini dan itu. Semua itu memang baik, namun itu bukanlah perjuangan
seperti yang dimaksudkan oleh Alkitab. Di dalam 1 Tesalonika 1:3
disebutkan tentang usaha kasih: jika ada kasih, pasti ada usaha dan
kesediaan untuk melayani dan bertindak.
Pilihan kata-kata yang digunakan oleh Paulus didasari oleh ajaran
Yesus sendiri. Ia berbicara tentang orang-orang Kristen sebagai suatu
bala tentara yang menanggung penderitaan demi Yesus Kristus, dan
kehidupan Kristen seperti petani yang menabur dan menuai bagi Tuhan
(1 Kor. 3:9). Ia juga memakai gambaran tentang tukang bangunan di
dalam 1 Korintus 3:12. Gambaran sebagai tentara, petani dan tukang
bangunan semuanya diambil dari ajaran Yesus. Tidak ada yang baru di
dalam ajaran Paulus. Sebagai contoh, Yesus berbicara tentang murid-
murid sebagai pasukan di dalam Lukas 14:31-32 dan 22:35-36. Ia
berbicara tentang orang Kristen sebagai petani di dalam perumpamaan
tentang penabur benih dan para pekerja di ladang anggur. Ia berbicara
tentang murid-murid sebagai tukang bangunan di dalam Matius 7:24-
27.Jadi, Yesus sudah memakai semua ungkapan yang kemudian
dipinjam oleh Paulus ketika menjelaskan tentang berbagai hal.
Gambaran tentang olahragawan adalah satu-satunya ungkapan yang
561 | C A H A Y A I N J I L
memang tidak pernah dipakai oleh Yesus. Ini karena atletik adalah olah
raga orang-orang Yunani. Dengan membayangkan kegiatan-kegiatan
ini, menabur dan membangun, yang berlangsung terus menerus,
kehidupan Kristen dilihat oleh Paulus sebagai sesuatu hal yang sangat
dinamis dalam mengejar tujuan yang terletak di depan.
Seperti apakah kehidupan Kristen Anda? Apakah Anda punya sasaran
kerohanian? Adakah visi yang membakar semangat Anda? Jika tidak,
maka berarti Anda masih belum mengerti perumpamaan-perumpamaan
yang diberikan oleh Yesus. Karena hal itulah yang Ia kehendaki dari
setiap orang Kristen. Ada tiga prinsip penting yang harus diingat dalam
menjalani kehidupan Kristen, dan antara satu dengan yang lainnya
saling berkaitan. Pertama, ada bahaya dicampakkan keluar bagi
mereka yang malas, sembrono dan tidak punya gol tentang masa
depannya. Kedua, kita lihat bahwa murid Yesus yang sejati hidup
dengan memusatkan perhatiannya pada kekekalan. Kehidupan yang
sekarang ini hanya sementara; segala yang terjadi di dalam hidup ini
baru memiliki arti jika dikaitkan dengan kekekalan. Dan yang ketiga,
kita melihat bahwa karena adanya visi tersebut, Yesus mengajarkan
kita untuk berjuang dan meraih semua kesempatan untuk melakukan
hal-hal yang menyenangkan hati-Nya sehingga kita mendapatkan
jaminan tempat di kerajaan surga-Nya. Karena apa yang kita tabur, itu
jugalah yang akan kita tuai.
Pemisahan antara Domba dan Kambing 1
Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang.
Ini adalah bagian terakhir dari pengajaran Yesus di dalam Matius 24-
25. Merupakan satu bagian yang penting dari ajaran-Nya, ini
sebenarnya tidak merupakan suatu perumpamaan, melainkan suatu
ungkapan parabolis atau metafora yang menggambarkan Penghakiman
lewat ungkapan yang sangat hidup.
Matius 25:31-46 berbunyi:
Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua
malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas
takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di
562 | C A H A Y A I N J I L
hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada
seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan
Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan
kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata
kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang
diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan
bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi
Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku
seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang,
kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku;
ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku
Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan,
bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau
makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah
kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau
tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami
mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan
untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku
Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya:
Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah
ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-
malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan;
ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang
asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang,
kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara,
kamu tidak melawat Aku. Lalu merekapun akan menjawab Dia,
katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus,
atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam
penjara dan kami tidak melayani Engkau? Maka Ia akan menjawab
mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang
tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini,
kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk
ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang
kekal
563 | C A H A Y A I N J I L
Di sini Yesus memberi suatu gambaran yang sangat jelas tentang apa
yang akan terjadi di hari Penghakiman nanti. Pertama-tama, mari kita
amati secara sekilas ayat-ayat tersebut untuk dengan lebih jelas
melihat beberapa perincian.
Yesus akan datang kembali
Kedatangan Yesus yang pertama dilakukan dalam keadaan
penyangkalan diri - yaitu, Ia merendahkan diri-Nya (ayat 31). Ia tidak
dilahirkan di istana yang megah akan tetapi di palungan, dalam sebuah
kandang. Namun, seperti yang kita lihat dari ayat 31, saat Ia datang
kembali, hal itu akan berlangsung di dalam kemuliaan. Kata 'kemuliaan'
muncul dua kali di dalam ayat ini.
Perhatikan juga bahwa ketika Ia datang lagi, Ia akan datang bersama
para malaikat-Nya. Di sini kita melihat adanya dua kelompok yang
berlawanan - Kristus dan para malaikat-Nya serta iblis dan para
malaikatnya. Satu kontras yang sangat menyolok. Kedua kelompok ini
menggambarkan kontras antara domba dan kambing. Dengan
demikian, pada dasarnya ada dua macam kelompok utama. Iblis, para
malaikatnya dan juga para kambing di satu sisi (para kambing akhirnya
juga dicampakkan ke tempat iblis dan para malaikatnya) dan di sisi
lain, Kristus, para malaikat-Nya dan para domba-Nya.
Penghakiman untuk semua orang
Ayat-ayat ini memberitahu kita bahwa segala bangsa akan
dikumpulkan dihadapan-Nya pada saat Penghakiman itu (ayat 32). Ini
karena Injil kerajaan akan diberitakan kepada segala bangsa (Matius
24:14). Injil akan menjangkau segala bangsa, umat dan bahasa.
Karena Injil menjangkau segala bangsa, maka akan ada umat dari
berbagai bangsa yang akan berdiri di hadapan Kristus pada
penghakiman ini. Pertama-tama mereka akan dikumpulkan di hadapan-
Nya, kemudian dilakukan pemisahan, sebagaimana yang digambarkan
dengan ungkapan memisahkan domba dan kambing di dalam ayat-ayat
tersebut. Para peternak di Palestina pada jaman itu menggembalakan
kambing dan domba secara bersamaan. Lalu pada petang hari, para
gembala akan memisahkan domba-domba dari kawanan kambing, hal
ini menjadi gambaran yang tegas tentang akan adanya pemisahan di
hari Penghakiman - pada hari Keselamatan - saat Yesus datang kembali
nanti.
564 | C A H A Y A I N J I L
Pemisahan domba dan kambing
Pemisahan domba dan kambing berkaitan dengan perbedaan karakter
mereka. Domba bisa ditaruh di tempat terbuka karena mereka akan
saling menghangatkan satu dengan yang lain dengan cara saling
berdempetan. Dengan cara ini, mereka menjadi hangat. Akan tetapi
kambing, hewan yang sangat individualis, tidak punya kebiasaan untuk
saling berdempetan. Mereka baru mau melakukannya jika Anda
memaksa, karena jika ada pilihan maka mereka lebih suka untuk
bertindak semaunya sendiri, saling menjauhi. Akibatnya, mereka tidak
bisa saling menghangatkan dan perlu ditempatkan di dalam kandang
pada malam hari. Itu sebabnya mengapa para gembala memisahkan
domba dan kambing di petang hari.
Ada lagi perbedaan menarik yang lainnya antara domba dengan
kambing. Di Palestina, domba, sebagaimana halnya yang sering kita
lihat juga di tempat-tempat lain, biasanya berbulu putih sementara
kambing cenderung berbulu hitam. Ini memberikan gambaran yang
menarik tentang perbedaan yang kasat mata antara domba yang putih
dengan kambing yang hitam. Memang ada juga kambing berbulu putih
di negara-negara barat, namun sungguh menarik betapa kambing-
kambing yang diternak di Palestina berbulu hitam.
Tempat kehormatan terletak di sebelah kanan
Di dalam ayat ke-33, disebutkan tentang sebelah kanan dan kiri. Sisi
kanan secara tradisional merupakan tempat kehormatan. Di Cina,
sebagai contohnya, tempat kehormatan secara tradisional terletak di
sebelah kanan.
Kerajaan Allah adalah bagian dari rencana kekal Allah
Ayat 34 berbicara tentang kerajaan yang sudah disiapkan sejak dunia
ini diciptakan. Ini menunjukkan bahwa kerajaan Allah bukanlah sesuatu
yang mendadak dipikirkan namun merupakan bagian dari rencana
kekal Allah. Bahkan sejak saat Ia menciptakan alam semesta ini,
kerajaan itu sudah direncanakan-Nya. Hal ini menunjukkan apa tujuan
utama dari penciptaan-Nya. Yakni untuk mendirikan suatu kerajaan di
mana kebenaran-Nya berdiam dan seluruh kepribadian-Nya
terwujudkan. Ungkapan 'sejak dunia dijadikan' mengungkapkan suatu
pemahaman bahwa kerajaan Allah adalah bagian dari rencana kekal-
Nya dalam menciptakan segala sesuatu dan khususnya manusia.
565 | C A H A Y A I N J I L
Berpakaian tidak layak
Di dalam ayat 36 dan 38, kita melihat kata 'telanjang': "Ketika Aku
telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu
melawat Aku." Sangatlah penting bagi kita untuk memahami bahwa
kata 'telanjang' di dalam Alkitab ini tidak diartikan secara harfiah yaitu
tidak memiliki sepotongpun pakaian. Akan tetapi, kata 'telanjang' di
dalam Alkitab ini adalah suatu ungkapan tentang keadaan seseorang
yang tidak memiliki pakaian yang layak seperti misalnya Anda tidak
memakai jubah.
Di dalam pengajaran alkitabiah pakaian atau jubah luar adalah hal yang
sangat penting. Jika Anda tidak memiliki jubah luar, maka Anda
dipandang seolah-olah telanjang karena jubah luar sudah dianggap
seperti kulit Anda. Kadang-kala jubah ini bisa dilepaskan, namun hanya
di bawah keadaan-keadaan tertentu saja, misalnya demi melunasi
hutang. Jika Anda tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan sebagai
jaminan hutang Anda, maka Anda bisa memanfaatkan jubah Anda
sebagai jaminan. Akan tetapi jubah ini sangatlah penting bagi setiap
orang sehingga pada saat matahari terbenam, ia harus dikembalikan.
Hukum Taurat mensyaratkan agar pakaian luar ini dikembalikan
kepada pemiliknya karena ia memerlukannya sebagai selimut di malam
hari. Tanpa pakaian luar ini, mereka bisa jatuh sakit karena suhu di
malam hari di Palestina cukup dingin walaupun pada umumnya cuaca
pada siang hari agak panas.
Kata 'telanjang' juga merujuk kepada fakta bahwa orang tersebut tidak
memiliki pakaian yang layak. Sebagai contoh, seseorang bisa saja
berpakaian compang-camping akibat kemiskinannya. Jadi, sekalipun ia
memiliki pakaian luar, ia masih bisa dianggap 'telanjang' karena kondisi
pakaiannya yang sangat lusuh.
Menerima berkat atau kutuk
Dan Anak Manusia berkata kepada para kambing, yang berada di
sebelah kiri-Nya, "Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang
terkutuk" (ayat 41). Kalimat "orang-orang terkutuk" bukanlah suatu
ungkapan makian, sebagaimana yang sering dikira orang. "Orang-
orang terkutuk" adalah suatu pernyataan yang menyebutkan bahwa
orang-orang tersebut berada dalam kutuk Allah. Dan berada di dalam
kutuk Allah, sesuai dengan pemahaman dari Perjanjian Lama, berarti
berada di bawah penghakiman Allah. Ini merupakan kontras dari
566 | C A H A Y A I N J I L
ungkapan "orang-orang yang diberkati" yang disampaikan oleh Yesus
kepada para domba, yang berada di sebelah kanan-Nya: "Mari, hai
kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku" (ayat 34). Mereka ini diberkati
sedangkan kelompok yang satunya lagi berada dibawah penghakiman
Allah.
Kata "dikutuk" sering dipakai dalam Perjanjian Lama dalam kaitannya
dengan orang-orang yang melanggar perintah Allah. Sebagai contoh, di
dalam Ulangan 11:26-28 disebutkan: "Lihatlah, aku memperhadapkan
kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk:..." Kedua kata itu tampil
pada bagian ajaran Tuhan ini. "Berkat, apabila kamu mendengarkan
perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;
dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu,
dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari
ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal." Berkat
diberikan bagi mereka yang taat kepada Allah, dan kutuk bagi mereka
yang tidak taat. Ini adalah bahasa Perjanjian Lama yang sangat khas,
khususnya di dalam kitab Ulangan. Di dalam Ulangan 28:15-19 ada
daftar kutuk dihadapkan bagi mereka yang tidak taat kepada Allah.
"Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan
tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapan-Nya, yang
kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka segala kutuk ini akan
datang kepadamu dan mencapai engkau: Terkutuklah engkau di kota
dan terkutuklah engkau di ladang. Terkutuklah bakulmu dan tempat
adonanmu. Terkutuklah buah kandunganmu, hasil bumimu, anak
lembu sapimu dan kandungan kambing dombamu. Terkutuklah engkau
pada waktu masuk dan terkutuklah engkau pada waktu keluar."
Daftar yang lebih lengkap dari ini sulit untuk ditemui. Dan itulah hal
yang persisnya terjadi pada orang-orang yang digambarkan sebagai
kambing di dalam perumpamaan ini. Para kambing adalah mereka
yang, apapun pengakuan mereka, telah gagal untuk mentaati perintah
Allah sementara domba adalah mereka yang telah mentaatinya. Poin
ini sangatlah jelas dan nyata di dalam Alkitab. Lihatlah Adam sebagai
contohnya. Ketika ia berbuat dosa, ia segera jatuh ke bawah kutuk
Allah (Kejadian 3:14). Ini menunjukkan bahwa kutuk selalu berkaitan
dengan dosa atau ketidaktaatan.
Sesudah mengamati kata-kata yang penting di dalam bagian ayat-ayat
ini, kita sekarang melangkah untuk menentukan siapa orang-orang
567 | C A H A Y A I N J I L
yang diwakili oleh domba dan oleh kambing ini. Orang-orang yang
digambarkan sebagai domba sangat mudah untuk dijelaskan karena
baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru selalu memakai domba
sebagai lambang bagi umat Allah. Jadi kita tidak perlu untuk
menelitinya lagi. Akan tetapi siapakah yang digambarkan sebagai
kambing? Apakah kambing menggambarkan orang-orang non-Kristen
atau menggambarkan orang-orang Kristen dengan ciri-ciri
tertentu? Kita harus mengamati beberapa hal untuk bisa menjawab
pertanyaan ini.
Pertama, domba dan kambing pada dasarnya adalah satu famili
sekalipun mereka memiliki karakter yang berbeda. Mirip dengan
pertalian antara elang dan burung bangkai. Meskipun kedua burung itu
satu famili, akan tetapi karakter mereka sangat berbeda. Baik kambing
maupun domba, seperti yang kita lihat, merumput di tempat yang
sama dan hidup berdampingan.
Kedua, domba dan kambing seringkali merupakan ternak dari
penggembala yang sama karena mereka merumput di tempat yang
sama. Inilah hal yang dikatakan oleh Yesus dalam ayat-ayat ini. Anda
akan melihat bahwa baik domba maupun kambing sama-sama
menyebut Yesus dengan kata "Tuhan". Di dalam ayat 37, "Tuhan,
bilamanakah kami melihat Engkau lapar...?" Kemudian di dalam ayat
44, para kambing juga memanggil-Nya "Tuhan", dan juga bertanya,
"Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar...?" Jelas sekali bahwa
orang-orang non-Kristen tidak akan mau menyebut Yesus sebagai
Tuhan dalam pengertian yang sama seperti yang dipahami oleh orang
Kristen. Fakta bahwa domba dan kambing merupakan milik dari satu
gembala yang sama dan baik kambing maupun domba menyebut
gembalanya dengan cara yang sama menunjukkan bahwa para
kambing ini adalah orang Kristen. Kata 'kambing' adalah ungkapan lain
yang berlaku bagi orang Kristen, ini adalah hal yang tidak
terbantahkan.
Kemiripan antara perumpamaan ini dengan perumpamaan sebelumnya
di dalam Matius tidak sulit untuk dipahami. Sama seperti adanya
hamba yang setia dengan yang tidak setia serta lima gadis bijak dan
lima gadis bodoh. Di dalam perumpamaan kali inipun kita melihat
adanya domba dan kambing yang berasal dari satu famili namun
berbeda karakter (kata 'baik, jahat, bijak, bodoh' semuanya
568 | C A H A Y A I N J I L
menggambarkan karakter sebagaimana yang akan kita lihat nanti).
Jelas ada kesejajaran di antara hamba yang baik dengan yang jahat,
gadis yang bijak dengan yang bodoh dan sekarang antara domba
dengan kambing. Di dalam setiap kasus, kelompok orang yang menjadi
rujukan adalah satu kelompok yang sama - sama dalam arti bahwa
mereka semua orang Kristen, murid-murid.
Dari perumpamaan ini, kita dapat melihat bahwa Penghakiman
didasarkan pada satu kriteria saja - apakah orang-orang itu memiliki
kasih terhadap apa yang disebut oleh Yesus "salah seorang dari
saudara-Ku yang paling hina ini." Jelaslah, seorang non-Kristen
tentunya tidak akan dihakimi berdasarkan apakah ia mengunjungi
orang Kristen yang di penjara, atau apakah ia memberi makan orang
Kristen yang kelaparan. Bagaimana mungkin Anda akan menghakimi
mereka berdasarkan kriteria itu? Anda tidak bisa mengharapkan
seorang non-Kristen mengunjungi orang Kristen yang di penjara karena
bisa saja ia adalah salah satu orang yang menjebloskan orang Kristen
itu ke penjara. Jika seorang non-Kristen datang mengunjungi seorang
Kristen di penjara, mungkin itu dalam rangka memukuli, bukannya
untuk menghibur. Dengan demikian kriteria ini tidak masuk akal jika
diterapkan kepada mereka. Menghakimi seorang non-Kristen
berdasarkan kriteria-kriteria tersebut tidak akan ada gunanya karena
memang sangat aneh jika kita mengharapkan mereka datang
menjenguk seorang Kristen di penjara.
Anak kalimat "salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini"
menunjuk kepada orang Kristen karena kata 'saudara' di dalam Alkitab
selalu mengacu kepada orang Kristen tanpa pengecualian. Berdasarkan
ayat-ayat di Alkitab itulah orang-orang Kristen menyebut orang-orang
yang seiman sebagai saudara. Mereka adalah bagian dari satu keluarga
rohani yang besar. Seperti yang dikatakan oleh Yesus, "Sebab siapapun
yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-
laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku" (Matius 12:50). Jadi
kata 'saudara' mengacu kepada mereka yang melakukan kehendak
Allah, dan di dalam hal ini para dombalah yang melakukan hal itu. Dan
ini berkaitan dengan poin di dalam kitab Ulangan bahwa mereka yang
diberkati adalah mereka yang melakukan kehendak Allah, yang
mentaati perintah-perintah-Nya. Jadi, Penghakiman didasarkan pada
kriteria apakah para saudara itu dikasihi atau tidak. Dalam kasus para
569 | C A H A Y A I N J I L
kambing, mereka tidak mengasihi saudara-saudara tersebut;
sedangkan para domba mengasihi mereka.
Kasih bukanlah suatu pilihan
Ada satu dasar anggapan yang sangat jelas di dalam perumpamaan ini
yaitu gereja adalah suatu masyarakat baru umat Allah; inti dari
masyarakat ini, inti dari tubuh Kristus ini adalah kasih sayang antara
satu dengan yang lain. Atau, seperti yang diajarkan oleh Yesus, bahwa
kasih antara satu dengan yang lainnya di dalam gereja bukanlah suatu
opsi atau pilihan. Kasih bukan sekadar hal yang dianjurkan. Kegagalan
dalam hal saling mengasihi akan menimbulkan akibat yang sangat
berat, sebagaimana yang diungkapkan dalam ayat-ayat ini. Alasannya
adalah karena saling mengasihi itu adalah suatu perintah, bukan suatu
anjuran. Yesus menegaskan hal ini ketika Ia berkata, "Seluruh hukum
Taurat didasari oleh kedua hukum ini: Kasihilah Allah dengan segenap
hatimu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
Artinya, jika Anda melanggar hukum yang kedua itu, maka Anda telah
melanggar semua perintah-Nya, dan berada dalam posisi memberontak
sepenuhnya terhadap Allah.
Dan hal ini lebih diperjelas lagi dalam ajaran Yesus ketika Ia berkata,
"Aku memberimu perintah yang baru yaitu agar kamu saling mengasihi
satu dengan yang lain" (lihat Yohanes 13:34). Karena ini adalah suatu
perintah, maka Ia tidak memberi Anda pilihan lain. Anda tidak bisa
berkata, "Aku tidak mau mengasihi orang itu karena aku tidak suka
dengannya. Aku tidak suka kepribadian, gaya, latar belakang dan
penampilannya!" Yesus berkata, "Aku memberimu perintah dan
perintah itu adalah agar kamu saling mengasihi. Dengan begitu setiap
orang akan tahu bahwa kamu semua adalah murid-murid-Ku karena
kamu saling mengasihi" (lihat Yohanes 13:35). Ciri khas dari
masyarakat baru ini adalah kasih tanpa syarat antara satu dengan yang
lainnya. Kata "tanpa syarat" berarti bahwa kita tidak mengasihi
seseorang karena faktor-faktor tertentu seperti gaya rambut,
penampilan, karakter atau kepribadiannya. Kita tidak mempunyai
pilihan lain. Kita diperintahkan untuk mengasihi, itu saja. Tidak boleh
ada syarat apapun.
Yesus berkata, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti
segala perintah-Ku" (Yohanes 14:15). Jadi, orang yang tidak menuruti
perintah-Nya sama dengan tidak mengasihi-Nya, tidak peduli apapun
570 | C A H A Y A I N J I L
pengakuan mereka. Di dalam pengajaran-Nya, kasih diartikan dalam
bentuk tindakan, bukan dalam bentuk perasaan. Kita bisa saja tidak
merasa mengasihi seseorang, namun itu tidak menjadi soal. Kita tetap
harus berbuat berdasarkan perintah Tuhan. Itu berarti bahwa jika
orang tersebut sedang kekurangan, kita akan menolongnya tidak peduli
apakah kita menyukainya atau tidak, apakah wajah atau
kepribadiannya menyenangkan atau tidak. Kita berada di dalam
kewajiban untuk mengasihi dan menolong saudara seiman kita. Entah
kita merasa sayang kepadanya ataupun tidak, hal itu tidak menjadi
urusan kita. Kita harus membantunya tanpa syarat. Jika kita gagal
melakukan itu, berarti kita telah gagal menuruti perintah-Nya. Jika kita
tidak mentaati perintah-Nya, berarti kita masuk ke dalam kutuk.
Ingatkah Anda akan hal yang dijabarkan di dalam kitab Ulangan? Allah
berkata kepada mereka yang gagal mentaati perintahnya, "Enyahlah
dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk." (ayat 41)
Iman dan ketaatan adalah hal yang tak terpisahkan dalam Alkitab.
Kedua ungkapan ini pada dasarnya merupakan sinonim satu dengan
yang lainnya. Iman yang bukan merupakan ketaatan kepada Allah
bukanlah iman yang alkitabiah. Itu sebabnya mengapa kami
mengartikan iman dengan memakai istilah komitmen, yang diambil dari
arti komitmen untuk mentaati. Karena ketaatan itu sendiri adalah suatu
komitmen, dengan demikian iman dalam pengertiannya yang alkitabiah
adalah suatu komitmen untuk mentaati Tuhan. Jika Anda sudah
memahami pandangan dasar ini, maka apa yang disampaikan oleh
Tuhan di dalam perumpamaan ini akan menjadi sangat jelas. Kita
sering gagal memahaminya karena kita tidak tahu betapa kasih di
dalam gereja itu bukanlah suatu pilihan. Kita tidak punya pilihan lain.
Satu-satunya jalan untuk menghindari penerapan kasih adalah dengan
cara tidak menjadi orang Kristen. Jika kita menjadi seorang Kristen,
berarti kita sudah membuat komitmen untuk mengasihi semua saudara
di dalam gereja Kristus, dan itu tidak hanya mencakup saudara-
saudara di gereja tempat kita beribadah, tetapi kepada semua orang
Kristen sejati yang berada di gereja lain juga. Pilihan yang tersedia
buat kita hanyalah untuk mengasihi. Kegagalan untuk menjalankan hal
itu, seperti yang disampaikan dalam perumpamaan ini, akan membawa
akibat yang sangat mengerikan. Namun dasar kepribadian kita
sebenarnya tidaklah mengasihi. Apakah Anda seorang yang sudah
sejak awal memiliki watak mengasihi? Mengasihi bukanlah watak alami
571 | C A H A Y A I N J I L
manusia. Perkara mengasihi membutuhkan suatu transformasi watak.
Tanpa transformasi di dalam kepribadian kita, kita tidak akan bisa
mengasihi.
Seorang pendeta dari Argentina, Juan Ortiz, menulis dalam
bukunya The Call to Discipleship (Panggilan Kepada Pemuridan) bahwa
Argentina adalah negeri dengan banyak domba. Dan domba selalu
berdempetan dengan arah kepala yang sama. Juga ada banyak
kambing di sana akan tetapi perilaku mereka agak berbeda. Mereka
selalu saling membelakangi, saling beradu dan menendang. Saat
kambing-kambing beradu, mereka akan mengarahkan tanduknya, siap
untuk menyerang domba ataupun kambing, namun biasanya mereka
menyerang kambing yang lain. Kambing gemar berkelahi. Karena
sifatnya yang individualis; kambing biasanya saling membelakangi.
Mereka baru mau beradu muka jika sedang bersiap-siap untuk
berkelahi. Mereka selalu saling membelakangi sepanjang hari, dan itu
dilakukan sambil saling menendang. Akan tetapi sifat domba sangat
berlawanan. Tidak heran jika domba bisa saling menghangatkan satu
dengan yang lain. Mereka berdiri searah, seolah-olah sedang
mengadakan konferensi, dengan cara begitu mereka bisa saling
menghangatkan. Perbedaan karakter antara kambing dengan domba
sangatlah menyolok.
Para hamba di dalam sebuah rumah tangga juga bisa sangat berbeda
wataknya, seperti yang sudah kita lihat pada perumpamaan yang
lalu. Ada yang digambarkan setia, dan ada pula yang tidak setia.
Perbedaan watak kerohanian ini juga terdapat di antara jemaat dalam
sebuah gereja. Orang-orang Kristen wataknya tidak seragam, mereka
tidak memiliki sikap yang sama. Jika seragam, tentunya yang akan
terlihat adalah sekumpulan boneka, dan Anda tidak akan bisa
membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap orang
harus memakai tanda nama, jika keadaan mereka seragam, karena itu
satu-satunya jalan untuk membedakan antara yang satu dengan yang
lainnya. Yang dibicarakan di dalam Alkitab bukanlah kumpulan orang-
orang semacam ini. Bukannya kesamaan atau keseragaman karakter
atau kepribadian semacam ini yang diinginkan, melainkan agar setiap
orang Kristen memiliki sifat ilahi yang sama yakni watak mengasihi.
Inilah hal yang mendasar sekalipun cara pengungkapannya bisa saja
berbeda-beda. Seseorang bisa mengungkapkannya dengan cara
tertentu, sedangkan yang satunya lagi dengan cara yang lain. Yang
572 | C A H A Y A I N J I L
penting adalah bahwa semua itu terisi oleh kasih. Dan kasih bukanlah
hal yang bersifat pilihan di dalam Alkitab tetapi merupakan satu
keharusan. Jika demikian halnya, bagaimana mungkin kambing
menjadi orang Kristen?
Transformasi yang tidak utuh menghasilkan permasalahan
Di dalam Alkitab, orang non-Kristen digambarkan sebagai serigala.
Pada saat mereka bertobat, mereka mengalami perubahan watak.
Sayangnya, dalam diri kebanyakan orang perubahan yang terjadi
masih belum utuh, yang berakibat pada kepribadian yang lama yang
masih cukup kuat, watak lama tersebut masih terdapat di dalam diri
orang-orang Kristen yang digambarkan sebagai kambing dalam
perumpamaan ini. Perilaku mereka masih lebih mendekati perilaku
orang non-Kristen. Dengan kata lain, secara rohani mereka masih
bodoh, tidak bisa mengenali perkara-perkara rohani dan dengan
demikian masih tidak berhikmat, atau mereka masih tidak taat dan
setia kepada Allah. Karakteristik orang non-Kristen masih melekat pada
diri mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kita harus terus membiarkan
Allah bekerja mengubah diri kita, dan terus membiarkan proses itu
berlangsung tanpa berhenti di satu titik saja. Ada banyak orang Kristen
yang berhenti pada suatu tahapan di jalur perubahan ini. Mereka tidak
melanjutkan perubahan tersebut, dan hanya berubah sedikit sejak
menjadi orang Kristen. Hal itu tidak cukup karena perubahan yang
sepenuhnya masih belum terjadi. Mereka mempertahankan watak lama
mereka yang akan menimbulkan banyak persoalan nantinya.
Bagaimana terjadinya peristiwa perubahan yang vital ini? Ini adalah
hasil dari karya kuasa Allah yang datang ke dalam hidup kita. Pada
tahap yang pertama, terjadi suatu perubahan instan. Akan tetapi, jika
kita berhenti di titik ini, kita bisa berakhir sebagai kambing karena
sebenarnya proses perubahan cara berpikir itu harus berlanjut.
Menurut Paulus, kita harus berubah oleh pembaruan akal budi kita
(Roma 12:2). Ini adalah tahap yang kedua. Lalu bagaimana terjadinya
pembaruan akal budi itu? Hanya Firman Allah yang memiliki kuasa
untuk melakukan hal ini. Akal budi kita akan diperbarui setiap hari
sejalan dengan penelaahan Alkitab yang kita lakukan. Kita harus terus
melanjutkan proses transformasi ini. Sejalan dengan perubahan cara
berpikir kita melalui Firman Allah, setahap demi setahap kita
melangkah menuju kepenuhan kepribadian ilahi. Sama seperti Yesus
573 | C A H A Y A I N J I L
yang disebut sebagai Anak Domba, maka kita sebagai umat-Nya akan
disebut domba.
Tentu saja, bahasa yang memakai simbol-simbol memiliki
keterbatasannya. Yang mau digambarkan di sini adalah bahwa
sekalipun sekumpulan orang termasuk dalam satu keluarga besar,
watak mereka bisa sangat berbeda. Sekalipun watak kambing lebih
mendekati domba ketimbang serigala, akan tetapi masih cukup jauh
perbedaannya dengan watak domba. Kita dapat berkata bahwa
kambing adalah orang Kristen yang wataknya belum sepenuhnya
berubah. Memang, kambing tidak seganas serigala. Anda bisa
menempatkan kambing dan domba di tempat yang sama, dan kambing
tidak akan memakan domba, hal yang pasti akan dilakukan oleh
serigala. Akan tetapi kambing masih cukup galak, walaupun tidak
dalam arti sampai memakan atau membunuh domba. Pada dasarnya,
mereka tidak terlalu berbahaya.
Saya cenderung berpikir bahwa kebanyakan orang sekarang ini masih
dalam tahapan kambing, mungkin bukan karena mereka sengaja mau
menjadi kambing melainkan karena mereka belum mendapatkan
pengajaran Firman Allah secara memadai atau belum meluangkan
waktu yang cukup untuk merenungkan Firman Allah. Bagaimana
mungkin mereka bisa melanjutkan perubahan jika mereka tidak
mendapat pelajaran tentang Firman Allah? Waspadalah jika Anda
bertemu dengan seorang Kristen yang sangat agresif, penyendiri dan
individualistis. Atau jika ia sangat sulit untuk diajak berbicara dan
berkomunikasi karena alasan-alasan ini. Orang Kristen semacam ini -
bisa jadi ia adalah orang Kristen yang tulus karena ia telah mengalami
sebagian pengalaman pertobatan - berperilaku seperti itu karena ia
belum mengalami perubahan cara berpikir. Sekalipun ia seorang
Kristen, tetapi ia masih berperilaku seperti orang non-Kristen. Jika
gambaran seperti ini ternyata cocok dengan keadaan diri Anda, maka
biarlah ayat-ayat dalam pembahasan saat ini menguji hati Anda. Ayat-
ayat ini memperingatkan kita bahwa jika kita terus saja berada dalam
posisi sebagai kambing, maka kita tidak akan mampu mengasihi. Jika
kita tidak mampu mengasihi saudara-saudara kita, berarti kita masuk
ke dalam keadaan rohani yang berbahaya.
Indahnya kemampuan untuk mengasihi
Ayat-ayat yang kita bahas kali ini menekankan pada masalah karakter.
574 | C A H A Y A I N J I L
Dan di dalam pembahasannya terdapat unsur yang sangat
mengejutkan. Ketika Yesus berkata kepada para domba bahwa mereka
memberi-Nya makan ketika Ia kelaparan dan memberi-Nya pakaian
ketika Ia telanjang, ternyata mereka terkejut. "Kapan kami melakukan
semua ini? Kami tidak ingat kapan kami mengunjungi Engkau di
penjara. Kami juga tidak ingat kapan kami memberi-Mu pakaian." Dan
jawaban Yesus adalah, "Sebenarnya, apa yang telah kalian perbuat
kepada mereka yang paling hina dalam keluarga-Ku, berarti kalian
telah melakukannya kepada-Ku." Nah, orang Kristen yang telah belajar
tentang Firman Allah tentu tahu bahwa apa yang ia perbuat terhadap
saudara seimannya sama artinya dengan ia telah berbuat bagi Tuhan.
Seharusnya ini tidak menjadi hal yang mengagetkan mereka. Lalu
mengapa para domba ini bisa tidak ingat telah berbuat hal-hal
tersebut? Hal ini mengungkapkan dan menekankan sekali lagi
satu unsur kepribadian yang sangat penting dalam ayat-ayat ini. Jika
Anda melakukan sesuatu yang merupakan bagian dari watak Anda,
biasanya Anda tidak akan mengingatnya. Anda tidak akan mengingat-
ingat hal tersebut karena Anda melakukannya secara naluriah.
Orang yang menolong orang lain tidak akan mengingat-ingat semua
orang yang telah menerima pertolongannya, jika pertolongan itu
didasari oleh dorongan wataknya. Ia tidak akan mencatat itu semua
lalu berkata, "Hei, aku telah menolong orang ini; aku telah memberi
uang kepada orang itu; dan orang yang satu lagi telah menerima
pemberian jaketku." Orang yang memiliki watak mengasihi tidak akan
mengingat itu semua. Ia melakukannya karena memang sudah
wataknya mengasihi sesama manusia. Karena wataknya mengasihi
sesama manusia, maka ia cenderung melupakan semua itu. Kita bisa
mengingat hal-hal yang kita tuliskan namun setelah lewat beberapa
waktu biasanya kita tidak ingat apa yang telah kita lakukan
sebelumnya. Kadang kala saat kita berterima kasih pada seseorang
atas kebaikannya beberapa tahun yang telah lewat, ia mungkin akan
berkata, "Wah, apakah saya melakukan itu buatmu? Saya tidak ingat."
Jika Anda bertemu dengan orang seperti ini, maka Anda akan tahu
bahwa saat ia berbuat baik kepada Anda atau menolong Anda, ia
melakukan itu tidak untuk menanam budi. Ia melakukan itu karena
memang wataknya seperti itu.
Saat kita benar-benar bisa mengasihi orang lain kita akan mendapati
bahwa kita seringkali lupa akan pertolongan yang pernah kita berikan
575 | C A H A Y A I N J I L
kepada orang lain. Karena ini adalah bagian dari hal yang selalu kita
lakukan untuk orang lain, hal yang sudah menjadi bagian dari watak
kita.Tuhan menjelaskan tentang karakter ini secara indah di dalam
perumpamaan ini. Dapat dikatakan bahwa ini adalah kasih yang
bergerak secara alami tanpa kita sadari. Kita melakukannya karena kita
digerakkan oleh kasih Kristus untuk melakukannya; kita melakukannya
karena kita sudah menjadi seperti itu dengan kasih karunia Allah.
Apakah pengajaran melalui perumpamaan yang diberikan oleh Yesus ini
menekankan keselamatan lewat perbuatan? Apakah kita
menyelamatkan diri kita dengan mengerjakan perbuatan baik seperti
mengunjungi orang-orang di penjara, dan menyumbangkan uang buat
orang miskin supaya mereka bisa membeli makanan atau pun pakaian?
Jika kita memahami bahwa yang ditekankan di sini adalah masalah
watak, maka kita akan tahu jawaban atas pertanyaan tersebut. Yang
penting bukan masalah kita sudah melakukannya atau belum
melainkan apakah itu sudah menjadi watak kita atau belum. Itulah
yang penting. Kita melakukannya tanpa menganggap bahwa diri ini
sudah berjasa karena memang sudah seperti itulah watak kita. Dan ini
semua terjadi karena Ia sudah mentransformasi kita.
Kita diselamatkan melalui transformasi watak kita. Dan karena imanlah
kita bisa mengalami perubahan yang utuh itu. Menurut Paulus, iman ini
bekerja melalui kasih (Galatia 5:6) dan hanya iman semacam inilah
yang bisa menyelamatkan. Kasih merupakan indikator apakah kita
sudah masuk ke dalam hidup atau belum. Yohanes berkata, "Kita tahu,
bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup" (1
Yohanes 3:14). Kita tahu bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut
ke dalam hidup jika kita mengasihi saudara-saudara kita, sesama
Kristen. Jika kita bersedia mengasihi mereka tidak hanya sebatas kata-
kata, namun dalam perbuatan. Saat melihat ada saudara yang
kekurangan, kita segera menolongnya (1 Yohanes 3:17). Saat saudara
kita kelaparan, kita memberinya makan. Saat ia kedinginan, kita
memberinya pakaian. Saat ia di dalam penjara karena kesaksiannya
demi Tuhan, kita menjenguknya.
Standar minimum bagi orang Kristen
Orang non-Kristen tidak berada di dalam lingkup pengajaran Yesus
yang satu ini, di mana kita berpindah dari dalam maut ke dalam hidup
karena mengasihi saudara seiman. Istilah "saudara" yang dipakai
576 | C A H A Y A I N J I L
dalam 1 Yohanes 3:14 adalah istilah yang sama persis dengan yang
dipakai dalam Matius 25 ini, "...segala sesuatu yang kamu lakukan
untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku." Apa yang telah dilakukan bagi saudara
seiman, bukannya terhadap orang non-Kristen, itulah hal yang
dibicarakan oleh Yesus. Akan tetapi ini bukan berarti bahwa orang
Kristen tidak mengasihi mereka yang non-Kristen; menarik kesimpulan
semacam itu jelas salah. Mengasihi saudara seiman hanya merupakan
standar minimum bagi seorang Kristen. Jika kita tidak bisa mengasihi
saudara seiman, mana mungkin kita bisa mengasihi orang non-Kristen?
Jika kita tidak bisa mengasihi anggota keluarga sendiri, bagaimana
mungkin kita bisa mengasihi orang luar? Jika kita dihakimi berdasarkan
standar apakah kita mengasihi orang non-Kristen, maka itu berarti kita
sedang dihakimi dengan standar yang sangat tinggi. Lagi pula, sangat
sulit mengasihi orang yang tidak kita kenal, khususnya yang non-
Kristen. Mengasihi sesama Kristen saja sudah cukup sulit bagi kita. Jadi
kita sebenarnya dihakimi berdasarkan standar yang lebih rendah, yaitu
mengasihi sesama Kristen di lingkungan gereja yang tentunya sudah
kita kenal dengan cukup baik. Jika kita tidak peduli dengan mereka
yang satu lingkungan dengan kita, bagaimana kita bisa peduli dengan
orang yang berada di luar lingkungan? Kita tidak akan peduli pada
mereka, karena terhadap orang yang kita kenal dekatpun kita sudah
tidak peduli. Jadi standar penghakiman terhadap kita bukan apakah
kita mengasihi orang non-Kristen, melainkan apakah kita mengasihi
sesama orang Kristen.
Jika demikian halnya, kasih harus ada perwujudannya. Sebagaimana
yang sudah kita lihat sebelumnya, kasih bukanlah sekadar masalah
perasaan, melainkan masalah pengungkapan dalam perbuatan. Tuhan
berkata kepada kita, "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa
kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi"
(Yohanes 13:35). Apakah orang lain mengenali kita sebagai orang
Kristen karena kita saling mengasihi atau hanya karena kita menenteng
Alkitab dan pergi ke gereja? Yesus tidak berkata seperti ini, "Dengan
demikian semua orang akan tahu bahwa kamu adalah orang Kristen -
yaitu jikalau kamu memakai kemeja hitam, tidak minum minuman
keras, tidak merokok. Dan jangan lupa, memakai kata-kata yang sopan
setiap kali berbicara!" Tidak satupun dari hal-hal tersebut yang
berkaitan dengan kekristenan seseorang. Satu-satunya tanda bahwa
577 | C A H A Y A I N J I L
kita adalah orang Kristen yaitu bahwa kita saling mengasihi satu
dengan yang lain. Dan orang lain harus bisa melihat perwujudan kasih
di antara sesama itu di dalam lingkungan jemaat.
Bagaimana mungkin orang lain mengetahui bahwa kita saling
mengasihi kalau mereka tidak melihat adanya kasih itu? Bagaimana
caranya membuat agar kasih itu bisa terlihat? Kasih menjadi terlihat
jika kita mewujudkannya dalam bentuk menjenguk saudara yang
dipenjara, khususnya jika kita harus menempuh resiko besar dalam
upaya menjenguk ini. Dalam hal memberi uang, Alkitab memberitahu
kita untuk tidak membiarkan tangan kiri tahu apa yang diperbuat oleh
tangan kanan, dan sebaliknya. Jadi, jika orang lain tidak tahu bahwa
kita telah memberi uang kepada seseorang bagaimana mereka bisa
tahu bahwa kita telah memiliki kasih jika tindakan kita itu
dirahasiakan? Bagaimana kasih itu bisa terlihat? Menjenguk saudara
yang di penjara adalah salah satu caranya. Memberi makan orang lain
bisa saja terlihat atau tidak terlihat oleh orang lain, karena kita bisa
saja merahasiakannya. Jadi banyak hal yang mungkin tidak akan
terlihat.
Menjadikan kasih sebagai kesaksian bagi dunia adalah hal yang sangat
penting. Kita tahu bahwa kita harus saling mengasihi; dan kita juga
tahu bahwa dalam hal saling mengasihi itu kita harus membuat agar
dunia melihatnya. Akan tetapi kita tidak bisa memamerkan tindakan
memberi uang karena hal itu memang itu bukan sesuatu yang
kelihatan. Kita tidak akan pamer. Kita akan bertindak menolong tanpa
diketahui oleh yang menerima pertolongan itu. Bagaimana kasih bisa
terlihat di tengah masyarakat, misalnya, di Amerika - di mana tidak
ada orang yang dipenjarakan karena menjadi Kristen? Jika tidak ada
kebutuhan untuk menjenguk saudara yang dipenjara karena imannya?
Bagaimana kita bisa mewujudkan kasih jika kita tinggal di tengah
masyarakat yang sebagian besar tidak kelaparan dan tidak miskin?
Kebanyakan orang, di negara maju, tinggal dalam keadaan yang cukup
berkelimpahan secara materi. Memang ada beberapa orang yang
miskin di sana, namun sebagian besar tidak. Lalu bagaimana caranya
agar orang lain tahu bahwa kita adalah murid-murid-Nya?
Sekarang ini kebiasaan saling rangkul atau bergandengan tangan di
kalangan Kristen sudah mulai hilang. Saya perhatikan bahwa orang
Kristen sekarang ini cenderung malu untuk mengungkapkan kasihnya
578 | C A H A Y A I N J I L
kepada saudara seiman secara terbuka lewat cara ini. Mengapa? Lalu
bagaimana kita akan memenuhi perintah-Nya untuk mengungkapkan
kasih agar orang lain tahu bahwa kita saling mengasihi? Kita tentunya
ingin mentaati perintah-Nya sampai ke perinciannya, sehingga orang
lain tahu bahwa kita saling mengasihi. Dan saya mendapati bahwa ini
masih menjadi cara yang sangat memungkinkan bagi kita untuk
memperlihatkan kasih di antara kita terhadap orang luar. Dan orang-
orang akan berkata, "Lihat, itu orang-orang Kristen. Lihat betapa
mereka saling mengasihi satu dengan yang lain!"
Ringkasan
Pada hari Penghakiman, Tuhan hanya akan menanyakan satu
pertanyaan, "Apakah engkau telah memenuhi perintah-Ku
untuk mengasihi sesama saudara seiman?"
Pengajaran dari Yesus ini menekankan satu fakta bahwa kasih di antara
kita bukanlah suatu hal yang bersifat pilihan, dan pada saat
penghakiman nanti, Allah tidak akan menanyakan hal-hal seperti,
"Kapan kamu dibaptis? Hari apa? Tunjukkan surat baptismu untuk bisa
masuk ke dalam kerajaan." Ia bahkan tidak akan menanyakan hal
seperti, "Seberapa ortodoks imanmu? Apakah engkau percaya pada
hasil keputusan konsili Nicea? Apakah engkau percaya pada pengakuan
saat baptisan? Di gereja mana kamu beribadah? Apakah itu gereja
yang besar?" Ia tidak tertarik sama sekali dengan itu semua. Ia hanya
akan menanyakan satu hal pada Anda, "Apakah engkau mengasihi
saudara-Ku? Apakah engkau peduli pada mereka di saat mereka
sedang kekurangan?" Hanya itu pertanyaan yang akan diajukan-Nya.
Jadi jangan pusingkan masalah surat baptis untuk penghakiman nanti.
Surat itu tidak akan berguna sedikitpun bagi Anda nantinya. Orang-
orang yang baru saja dibaptis, mungkin sekarang ini sedang menunggu
kapan surat baptisan mereka bisa diambil. Saya beritahukan Anda,
Anda boleh mengambil surat baptisan itu kapan saja Anda
menginginkannya, tetapi janganlah surat itu digantungkan sebagai
hiasan dinding. Biasanya, kami tidak menerbitkan surat baptis, kecuali
jika dibutuhkan untuk keperluan resmi. Karena surat itu tidak akan
berguna bagi Anda di hari Penghakiman nanti, karena satu-satunya hal
yang penting di hari itu adalah: Apakah Anda telah memenuhi perintah-
Nya untuk mengasihi?
579 | C A H A Y A I N J I L
Saat kita mengasihi, kita akan mengalami kuasa dan kualitas
pada titik kedalaman yang baru
Setelah mengetahui itu semua, maka masalahnya tinggal apakah kita
sudah melakukannya. Yesus berkata, "Yang berbahagia ialah mereka
yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya" (Lukas
11:28). Dan jika kita bisa melakukannya, memenuhinya secara terus
menerus di dalam hidup kita, kita akan mengalami satu kedalaman
kualitas kehidupan Kristen dan kedalaman kuasa yang sebelumnya
tidak kita ketahui dan alami sepenuhnya.
Pemisahan antara Domba dengan Kambing (Bagian ke-2)
-Mengambil Jalan Memutar dalam Pertobatan
Disampaikan oleh Pendeta Eric Chang.
Tinjauan ulang Pemisahan Domba dan Kambing (Bagian 1)
Kali ini kita tidak akan membahas secara terperinci lagi apa yang sudah
kita bicarakan di khotbah yang lalu, Pemisahan Domba dengan
Kambing (Bagian 1). Secara sekilas kita akan menyinggung beberapa
poin yang sudah kita lihat di khotbah yang lalu.
Dan hal yang pertama adalah asumsi dasar untuk bisa memahami
ayat-ayat ini, yaitu bahwa Yesus memandang gereja sebagai suatu
masyarakat yang didasari oleh itikad untuk saling mengasihi. Kasih di
dalam gereja bukanlah hal yang bisa dipilih untuk dilakukan atau tidak.
Kasih di dalam gereja adalah suatu perintah, dan kegagalan di dalam
menjalankan perintah berarti suatu pelanggaran terhadap semua
perintah Allah. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Yakobus, bahwa
pelanggaran terhadap satu perintah sama saja artinya dengan
pelanggaran terhadap semua perintah Allah. Dan kalau seseorang
melanggar perintah yang menjiwai semua perintah yang lain,
yaitu perintah baru yang diberikan oleh Yesus, maka orang itu berada
dalam posisi memberontak terhadap Allah.
Di sini kita melihat bahwa hubungan antara kasih dengan iman benar-
benar tak terpisahkan, bahwa iman, kasih dan ketaatan adalah tiga hal
yang merupakan satu kesatuan. Ketiga pokok itu adalah hal yang tak
580 | C A H A Y A I N J I L
terpisahkan di dalam Alkitab. Mengaku bahwa Anda mempunyai iman
tetapi Anda tidak taat adalah suatu omong kosong. Mengaku memiliki
kasih tapi Anda tidak punya iman adalah hal yang mustahil. Kasih itu
hanya mungkin dengan kuasa dari iman. Anda hanya bisa mengasihi
berdasarkan kuasa Allah. Jadi ketiga hal tersebut begitu erat kaitannya
di dalam Alkitab sehingga tidak bisa dipisahkan. Jadi asumsi dasar di
dalam ayat-ayat ini adalah bahwa masyarakat baru umat Allah adalah
suatu masyarakat yang sangat luar biasa yang hidup di bawah
pemerintahan Allah, hidup di bawah perintah Allah untuk saling
mengasihi. Berdasarkan pra-anggapan dasar inilah kita bisa memahami
kalimat, "Karena engkau tidak mengasihi yang terhina dari saudara-
saudara-Ku, maka kamu tidak bisa masuk ke dalam kerajaan-Ku!"
Kita sudah melihat bahwa perumpamaan ini mencerminkan dengan
sangat tepat apa yang dikatakan oleh Yohanes di dalam 1 Yohanes
3:14, "Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke
dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita." Pernyataan
Yohanes ini pada dasarnya sama dengan isi dari perumpamaan ini.
Kasih kepada saudara-saudara seiman adalah kriteria yang
memberitahu kita apakah kita sudah berpindah dari maut ke dalam
hidup. Berdasarkan bahasa lambang yang dipakai dalam pengajaran
Yesus ini, kasihlah yang menentukan apakah kita ini domba atau
kambing.
Hal kedua yang telah kita lihat adalah bahwa perubahan watak atau
karakter merupakan hal yang sangat esensial. Kita tidak akan bisa
mengasihi tanpa Roh Kudus menaburkan kasih Allah ke dalam hati kita.
Kita bisa saja menyukai atau tidak menyukai seseorang, akan tetapi hal
itu tidak ada kaitannya dengan kasih yang ada di dalam Alkitab. Di
dalam Alkitab, kasih adalah suatu komitmen yang tidak ada
hubungannya dengan perasaan suka atau tidak suka. Kita mengasihi
orang yang tidak kita sukai karena kita berada di bawah perintah untuk
mengasihi. Namun untuk bisa mengasihi tanpa dikendalikan oleh
perasaan suka atau tidak suka, hanya bisa dilakukan lewat perubahan
watak.
Itu sebabnya mengapa kita bisa melihat bahwa ini bukanlah
'keselamatan berdasarkan perbuatan baik', yakni diselamatkan karena
telah memberi orang lain makanan ataupun pakaian, karena semua
tindakan tersebut adalah perwujudan dari kasih yang sejati. Dan kasih
581 | C A H A Y A I N J I L
yang sejati ini lahir dari transformasi watak yang sudah berlangsung.
Yaitu, kuasa Allah yang masuk ke dalam hidup Anda serta mengubah
Anda menjadi orang yang sama sekali berbeda, yang melakukan segala
hal itu sebagai bagian dari watak Anda yang baru.
Dan Anda mengerjakan itu semua sedemikian rupa sehingga Anda
sendiri lupa bahwa Anda pernah melakukannya. Jadi, ketika orang-
orang seperti ini diberitahu bahwa mereka telah melakukan hal ini dan
itu, mereka akan berkata, "Benarkah begitu? Saya tidak ingat kalau
saya pernah melakukan hal-hal tersebut." Karena hal-hal yang Anda
kerjakan setulus hati dan merupakan sebagian dari watak Anda, akan
cenderung Anda melupakannya dan tidak memperhitungkannya.
Jika ada orang yang menghina Anda, Anda juga tidak akan mengingat-
ingat hal itu. Ada orang yang memberitahu saya beberapa tahun yang
lalu bahwa ia pernah mengirimi saya sepucuk surat yang sangat
keterlaluan, yang mengkritik saya habis-habisan. Saya berkata,
"Apakah Anda pernah mengirimi saya surat seperti itu?" Ia menjawab,
"Ya." Akan tetapi saya benar-benar tidak ingat akan hal itu.
Kenyataannya memang demikian, saya benar-benar tidak ingat bahwa
ia pernah menulis surat semacam itu kepada saya. Tidak menyimpan
dendam, Anda tidak mengingat-ingat. Anda tidak menganggap penting
hal itu. Lagi pula, apa pun yang dipikirkan orang lain tentang diri Anda
bukanlah suatu hal yang penting. Entah dia memandang Anda dengan
pandangan buruk atau pun baik, itu tidak penting.
Demikianlah, orang-orang ini telah melakukan banyak hal bagi Tuhan,
dan mereka sendiri tidak ingat karena memang watak mereka yang
cenderung tidak mengingat-ingat akan segala hal semacam itu. Karena
sebagian dari hal-hal tersebut berlangsung dalam waktu yang sangat
lama. Untuk hal-hal yang masih belum lama berlalu, Anda mungkin
masih bisa mengingatnya. Akan tetapi seseorang tidak bisa mengingat
perbuatan-perbuatannya beberapa tahun yang lalu. Ia mungkin bahkan
sudah tidak menganggapnya penting lagi.
Seperti yang dikatakan oleh Paulus, "Melupakan hal-hal yang sudah
berlalu", apakah hal-hal yang berupa dosa-dosa yang pernah saya
perbuat dan telah mendapatkan pengampunan dari Allah, itu semua
juga sudah saya lupakan. Akan tetapi bukan berarti bahwa saya
melupakan pelajaran yang saya dapat dari perbuatan-perbuatan yang
582 | C A H A Y A I N J I L
menyedihkan itu, saya melupakan semua itu dalam arti bahwa hal-hal
tersebut tidak akan menekan saya dalam kesedihan dan rasa bersalah
lagi. Allah telah mengampuni saya, dan sekarang saya telah
memperoleh hati nurani yang bersih oleh karena darah Kristus.
Namun ada hal lain lagi yang ingin dilupakan oleh Paulus yaitu segala
prestasinya, segala sesuatu yang telah dikorbankannya bagi Tuhan.
Sangatlah tidak sehat bagi kita untuk terus mengingat, "Aku telah
mengorbankan ini dan itu bagi Tuhan. Aku telah mengorbankan profesi,
karir yang cemerlang, dan segala-galanya." Paulus berkata, "Semua itu
telah menjadi sampah bagiku. Aku tidak berniat untuk mengenang
semua itu. Aku akan terus berlari menuju sasaran yang ada di depan."
Demikianlah, kita melihat hal yang sama terjadi pada orang-orang ini,
apapun prestasi mereka, dan juga pengorbanan mereka, bagi Tuhan,
mereka tidak mengingat-ingatnya sedikitpun. Mereka melupakan hal-
hal yang sudah berlalu. Seluruh hidup mereka diarahkan untuk maju ke
depan dan pada perkara-perkara baru yang bisa mereka perbuat bagi
Tuhan. Dan ini adalah salah satu obat terbaik untuk mengatasi
kesombongan, kalau tidak maka kita akan cenderung untuk terus
berpikir bahwa kita telah berbuat banyak kepada Tuhan, bahwa kita
telah berkorban sangat banyak kepada Tuhan. Itu semua bukan hal
yang berharga untuk diingat-ingat. Keinginan untuk mengingat terus
semua hal itu hanya akan memberi Anda kesombongan, dan
kesombongan adalah sumber bencana dalam kehidupan Kristen.
Dan bagi orang-orang yang belum banyak berkorban bagi Tuhan,
selamanya akan terbeban oleh rasa bersalah. Jadi, lebih baik Anda
mulai sekarang menatap ke depan, lihatlah hal-hal yang akan bisa
Anda kerjakan bagi Allah lewat kasih karunia-Nya.
Jadi hal kedua yang dapat kita lihat di sini adalah perubahan karakter
yang terjadi karena kuasa Allah.
Dan hal ketiga yang kita lihat adalah adanya kebutuhan untuk
mewujudkan perubahan karakter ini di dalam kasih yang murni. Kita
bisa mengungkapkan kasih ini mungkin melalui cara-cara sederhana
yang menunjukkan kepada orang lain bahwa kita saling mengasihi, bisa
saja dengan saling merangkul atau bergandengan tangan, atau dengan
cara-cara lainnya. Sangatlah penting untuk mewujudkan kasih itu
583 | C A H A Y A I N J I L
secara terbuka sehingga orang lain tahu bahwa kita adalah murid-
murid Tuhan.
Kita sudah banyak menggali kekayaan makna dari pengajaran Yesus di
bagian ini (Matius 25:31-46). Namun masih ada beberapa pertanyaan
yang belum kita bahas. Salah satu hal yang kita dapatkan dari
pembahasan yang lalu adalah bahwa kambing dan domba berasal dari
famili yang sama walaupun mereka memiliki perbedaan karakter.
Perbedaan ini sangat mirip dengan perbedaan antara elang dengan
burung bangkai. Sekalipun keduanya berasal dari famili burung yang
sama, mereka memiliki perbedaan karakter yang cukup nyata. Dan itu
berarti bahwa pengajaran Yesus ini, dengan berbagai
perlambangannya, berbicara tentang orang-orang Kristen. Kambing
melambangkan orang-orang yang menjadi Kristen tetapi perubahan
yang dijalaninya tidak utuh. Sama seperti orang yang lain, mereka
dibaptis dan mengalami pertobatan sejati, namun masih dangkal. Kalau
mengikuti bahasa Paulus, mereka itu masih jauh dari serupa dengan
gambaran Anak-Nya.
Akan tetapi, kita tidak boleh salah menyimpulkan bahwa perubahan
dari kambing menjadi domba itu terjadi secara berangsur-angsur,
seolah-olah kita sedang menjalani kehidupan Kristen ini sambil mulai
melepaskan tanduk dan melalui suatu proses yang bertahap dan
panjang kita menjadi domba. Perubahan dari kambing menjadi domba
itu sendiri sebenarnya merupakan suatu transformasi mendasar,
perwujudan dari kuasa Allah yang mentransformasi.
Sebelum kita lanjutkan pembahasan ini, ada baiknya jika kita
perhatikan bagaimana Alkitab memakai gambaran binatang di dalam
perlambangannya. Sebagai contoh, anjing sering dipakai untuk
melambangkan orang non-Kristen. Ini bukan berarti bahwa anjing
bukan hewan yang menyenangkan. Tidak ada hubungannya dengan
urusan apakah anjing itu manis atau tidak. Kadang kala, anjing terlihat
lebih menarik ketimbang domba. Mereka bisa menggoyang-goyangkan
ekornya, sedangkan domba tidak. Jika Anda melemparkan bola, maka
anjing bisa mengambilkan bola itu buat Anda. Itu sebabnya, anjing bisa
jauh lebih menyenangkan ketimbang domba. Tidak heran jika anjing
sangat populer sebagai hewan peliharaan.
584 | C A H A Y A I N J I L
Contoh pemakaian anjing sebagai lambang untuk menggambarkan
orang non-Kristen di dalam Alkitab terlihat pada Wahyu 22:15, yang
memberitahu kita bahwa di luar kota Yerusalem yang baru adalah
tempat bagi anjing-anjing, tukang sihir, orang-orang cabul, pembunuh,
penyembah berhala dan semua orang yang mengasihi serta
menjalankan kejahatan. Jadi, anjing-anjing bertempat di luar kerajaan
Allah. Dan ada banyak lagi bagian dalam Alkitab yang memakai
perlambangan yang sama. Dan kita juga harus melihat bahwa anjing
berasal dari jenis yang jelas-jelas berbeda dengan kambing dan
domba.
Saat orang menjadi Kristen, ia bisa saja menjadi domba atau pun
kambing, yang terakhir ini biasanya karena kurangnya komitmen
kepada Allah. Mereka yang akhirnya menjadi kambing biasanya jauh
lebih agresif; mereka tidak memiliki jiwa yang lemah lembut, semangat
kerja sama dan kesatuan. Itu sebabnya salah satu tanda seorang
Kristen adalah apakah ia mampu bekerja sama dengan orang lain atau
tidak. Jika ia sangat individualistis, lebih besar kemungkinannya bahwa
ia adalah kambing, bukan domba. Orang Kristen yang sejati berlaku
sangat harmonis dengan orang lain. Ia belajar untuk
mengesampingkan perasaan dan cara kerjanya untuk bisa bekerja
dalam harmoni dengan orang lain. Jika kualitas ini tidak ada pada diri
seorang Kristen, maka ia tidak akan cocok untuk menjalankan
pekerjaan Tuhan - sekalipun ia lulusan sekolah Alkitab - kecuali jika
terjadi suatu perubahan yang besar dalam hidupnya. Ada kualitas
kambing di dalam dirinya yang membuat dia gemar menyeruduk,
menendang dan membuat berbagai masalah di dalam gereja, di
lingkungan pemuka gereja maupun di tengah-tengah jemaat. Orang
Kristen semacam ini masih belum mengijinkan kasih karunia Allah yang
memberi perubahan untuk masuk ke dalam hidupnya supaya mereka
bisa berubah sepenuhnya dari watak lama mereka yang seperti anjing.
Masih terdapat watak agresif serigala di dalam diri orang-orang Kristen
ini.
Anjing di zaman itu tidak sama dengan anjing di zaman sekarang. Di
masa itu, anjing hidup dalam keadaan liar dan sama sekali tidak
bersahabat dengan manusia. Bahkan sekarang ini, di Palestina Anda
masih akan bertemu dengan anjing-anjing yang semacam itu. Anda
tidak bisa menepuk-nepuk kepalanya karena besar kemungkinan Anda
akan mendapatkan gigitan dari anjing tersebut. Anjing-anjing tersebut
585 | C A H A Y A I N J I L
sangat berbeda dengan yang biasa kita lihat di Eropa, lebih liar, dan
cara hidupnya lebih mirip dengan serigala. Dan Anda akan terkejut jika
melihat bahwa di dalam Alkitab orang non-Kristen dibandingkan
dengan serigala. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya ketika
mengutus mereka untuk memberitakan Firman, "Lihat, Aku mengutus
kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala" (Matius 10:16).
Kita harus ingat bahwa kambing tidaklah sama dengan serigala. Jika
seseorang masuk ke dalam kategori kambing, maka itu berarti bahwa
ia telah mengalami perubahan, namun tidak memadai. Ia masih belum
mengijinkan kuasa Allah untuk menuntaskan karya perubahan itu.
Akhirnya ia menjadi kambing. Di dalam menjalani kehidupan
Kristennya, banyak orang Kristen yang menjadi sesuatu yang mirip
dengan domba, tetapi bukan domba. Artinya, mereka menjadi mirip
dengan orang Kristen, namun masih belum menjadi orang Kristen yang
sejati. Bukan berarti bahwa mereka tidak memiliki keinginan untuk
menjadi orang Kristen sejati. Cukup sering terjadi bahwa yang
merupakan persoalan mereka adalah kurang atau tidak tepatnya
pengajaran. Jika bapa rohani mereka adalah kambing, kemungkinan
besar mereka tidak akan menjadi domba. Lagi pula, adalah normal jika
kambing melahirkan jenis yang sama, bukankah demikian?
Banyak orang Kristen yang sangat bersemangat dalam hal penginjilan.
Tentu saja, kegiatan penginjilan sangatlah baik, akan tetapi mereka
harus memastikan dulu bahwa kerohanian mereka sendiri sudah benar.
Jika kita memiliki gereja yang dipenuhi oleh kambing, maka anak-anak
rohani kita tentunya akan menjadi kambing juga. Kita tidak akan
mendapatkan domba dari kumpulan kambing. Itulah tepatnya hal yang
disampaikan oleh Yesus ketika Ia berkata kepada orang-orang Farisi,
"Kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan
satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat,
kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada
kamu sendiri" (Matius 23:15). Karena mereka sendiri tidak rohani,
maka orang-orang Farisi itu tidak bisa menghasilkan anak-anak rohani.
Seorang murid tidak akan melebihi gurunya. Jika gurunya adalah
kambing, maka muridnya akan menjadi kambing juga. Anda tidak akan
mendapatkan domba dari antara murid-muridnya, karena mereka
sendiri bahkan tidak tahu domba itu apa. Jadi kita harus sangat
berhati-hati. Sebelum kita bergegas melakukan penginjilan, kita harus
menanyakan diri sendiri, "Saya ini apa - domba atau kambing?"
586 | C A H A Y A I N J I L
Tidak dapat dipungkiri bahwa sekarang ini pengajaran sangat kurang
sekali. Banyak orang yang tidak menyadari tentang arti pentingnya
berkomitmen total kepada Kristus jika mereka ingin menjadi orang
Kristen. Mereka akhirnya menjadi kambing, bukannya domba. Untuk
menjadi seekor domba, mereka harus mengambil satu langkah besar
lagi - yaitu dari kambing menjadi domba. Langkah ini sama besarnya
dengan langkah sebelumnya yang pernah mereka ambil, yaitu dari
serigala menjadi kambing. Jadi, mereka harus melalui satu pengalaman
rohani lagi sebelum akhirnya menjadi domba. Dan inilah hal yang
banyak dibicarakan oleh orang-orang Pentakosta dalam istilah "second
blessing". Akan tetapi persoalannya mereka menyimpang ke arah lain
disebabkan eksegesis yang salah tentang Kitab Suci.
Satu contoh tentang orang yang telah mengambil langkah kedua (dari
kambing menjadi domba) adalah John Wesley (ia dan Charles Wesley
adalah dua bersaudara). Ia berasal dari lingkungan keluarga Kristen;
ayahnya, seorang pengkhotbah di gereja, dan ibunya adalah orang-
orang yang kudus. Ketika ia menyelesaikan pendidikannya di Oxford
University, ia juga menjadi seorang pendeta di Gereja Inggris (Church
of England). Akan tetapi ia masih belum mengalami pertobatan
sekalipun ia banyak tahu tentang teologi. Bertumbuh di tengah
keluarga Kristen, ia telah mendapat pengajaran tentang kekristenan
sejak masih kecil. Walau bisa dikatakan bahwa ia bertumbuh di tengah
kekristenan, namun ia mengetahui bahwa ia belum mengalami
pertobatan. Akan tetapi, sekalipun belum mengalami pertobatan, ia
sangat bersemangat dan bergegas pergi menginjil sampai ke Amerika.
Ia pergi ke Georgia dan mendirikan gereja Metodis, gereja yang cukup
berpengaruh di Amerika bahkan sampai di zaman sekarang ini. Akan
tetapi saat itu ia masih belum memiliki dasar kerohanian. Dan sampai
dengan saat pertobatannya ia masih belum menyadari bahwa selama
ini ia adalah kambing, bukannya domba. Ia harus melalui suatu
pengalaman pertobatan sebelum akhirnya menjadi domba. Sekalipun ia
adalah seorang pendeta pada saat itu, seorang pelayan Injil, ia masih
membutuhkan pengalaman pertobatan.
Apa artinya ini semua bagi kita? Apakah itu berarti bahwa John Wesley
tadinya bukan orang Kristen sama sekali? Tidak. Bukankah ia berhati
tulus? Tidakkah ia percaya kepada Allah? Tentu saja ia percaya kepada
Allah dan ia juga sangat tulus. Ketika di Oxford, ia bahkan membentuk
persekutuan bernama Holy Club (Kelompok Kudus), menunjukkan
587 | C A H A Y A I N J I L
bahwa ia sangat peduli pada masalah kekudusan di saat itu. Bukankah
hal ini aneh? Dengan semua itu, ternyata ia masih perlu pengalaman
pertobatan; ada sesuatu yang harus berubah di dalam hidupnya.
Saya juga mendapati bahwa hal ini terjadi pada diri saya. Sebagai
seorang Kristen di Cina, saya sangat tulus. Saya benar-benar berusaha
untuk bisa melangkah bersama Allah, mempelajari Firman-Nya dan
berdoa setiap hari. Namun saya tidak menyadari bahwa saya masih
saja kambing. Sekalipun saya telah mengalami suatu pengalaman
pertobatan, dan itu adalah pengalaman yang sejati. Namun saya baru
berubah dari anjing menuju kambing. Hal ini berlanjut sampai pada
suatu hari ketika saya menyadari bahwa saya sering kalah dalam
peperangan melawan daging. Saya tidak sanggup lagi menjalani
kehidupan Kristen ini. Saya kalah terus menerus sehingga saya
merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres di dalam diri ini.
Mungkin karena saya bertumbuh di gereja yang banyak diisi oleh
kambing sehingga saya tidak tahu apa artinya menjadi domba. Namun
orang-orang itu sangat tulus dan baik. Dan saya tidak bisa berkata
bahwa mereka semua kambing. Beberapa dari antara mereka adalah
domba; kalau tidak, maka saya tidak akan pernah tahu bahwa ada
sesuatu yang salah di dalam kerohanian saya. Jika Anda bertemu
dengan seseorang yang adalah domba sejati dan Anda kemudian
membandingkan diri dengan orang itu, maka Anda akan menyadari,
"Hei! Aku orang Kristen dan dia juga, tapi tampaknya ada yang
berbeda di antara kami. Ada sesuatu yang lain di dalam dirinya dan aku
harus tahu apa itu." Saudara Henry Choi adalah orang yang membuat
saya sadar bahwa ada sesuatu yang terluputkan dalam hidup saya.
(Henry Choi adalah seorang hamba Tuhan di Cina yang pengabdian dan
kasihnya kepada Tuhan telah meninggalkan kesan yang mendalam dan
cemerlang pada diri pengkhotbah di masa mudanya.)
Sesampainya di Hong Kong saya merasa sangat menderita. Saya
merasa ada sesuatu yang tidak beres. Saya tidak sanggup menjalani
kehidupan Kristen; saya ingin tetapi tidak sanggup. Roh memang
penurut tetapi daging lemah. Saya ingat betapa saya berlutut di
hadapan Tuhan dan berkata, "Tuhan, aku tidak sanggup menjalani
kehidupan Kristen. Aku benar-benar tidak sanggup. Aku sudah
berusaha sekuat tenaga. Aku menyerah dan sekarang kupikir aku tidak
boleh lagi melanjutkan kemunafikan ini. Aku mengasihi Engkau, Tuhan,
dan aku tak ingin mengecewakan-Mu. Lebih baik aku menjadi orang
588 | C A H A Y A I N J I L
non-Kristen sejati daripada menjadi orang Kristen munafik. Kalau aku
boleh memilih, lebih baik aku menjadi orang non-Kristen sejati." Saya
berlutut saat itu untuk mengucapkan selamat tinggal, saya katakan
bahwa saya tetap mengasihi-Nya. Karena saya mengasihi-Nya, saya
tidak mau mencemarkan nama-Nya. Saat itu saya hanya berpikir untuk
berlutut yang terakhir kalinya untuk mengatakan, "Terima kasih Tuhan.
Engkau tahu bahwa aku sudah berusaha namun aku telah gagal. Jadi
aku hanya bisa mengucapkan selamat tinggal."
Pada saat itu, Tuhan menegaskan sesuatu pada saya. Ia berkata,
"Engkau tahu bahwa engkau telah melakukan kesalahan. Engkau
mencoba untuk menjalani kehidupan Kristen dengan kekuatanmu
sendiri. Engkau tidak mengijinkan Roh Kudus-Ku untuk memenuhi
hidupmu. Engkau masih belum menyerahkan pengendalian hidupmu
kepada-Ku. Kemudi kehidupanmu - semua kendali kehidupanmu -
masih kau pegang di tanganmu. Yang kau lakukan selama ini adalah
sekadar menuliskan surat pernyataan alih kepemilikan kendaraanmu
kepada-Ku, tetapi engkau tetap duduk di kursi pengemudi. Jadi nama-
Ku tercantum sebagai pemilik kendaraan itu tetapi tidak ada gunanya
karena yang mengemudikan adalah engkau. Dan engkau yang
memutuskan untuk menuju ke mana."
Banyak orang Kristen yang hidup seperti ini. Mereka berkata, "Ya,
Yesus, kendaraan ini milik-Mu. Lihat, nama pemiliknya adalah Engkau.
Akan tetapi aku yang memutuskan akan ke mana kendaraan itu
menuju." Lantas apa yang akan dikerjakan oleh Yesus dengan
kendaraan itu? Tak ada yang bisa dilakukan-Nya dengan kendaraan itu.
Sama seperti jika seseorang memberi Anda sebuah kendaraan dan
berkata, "Ini kendaraannya, engkaulah pemiliknya." Dan Anda berkata,
"Luar biasa! Aku akan segera memakainya." Namun ia berkata, "Maaf,
tidak bisa. Aku yang akan menyetirnya." Lalu Anda bertanya, "Oh ya?
Bisakah kamu mengantarku ke kota?" Dan ia menjawab, "Maaf, aku
sedang sibuk. Aku harus pergi ke tempat lain." Anda bertanya lagi,
"Kapan kamu punya waktu luang?" Ia berkata, "Aku benar-benar tidak
ada waktu. Kalau nanti aku ada waktu luang, aku akan mengantarmu
ke kota." Pada saat itu Anda akan berkata, "Lalu apa maksudnya
memberi aku kendaraan ini? Sebenarnya itu bukan milikku." Dan
jawabannya adalah, "Kendaraan itu memang milikmu. Lihat, namamu
tertera sebagai pemiliknya. Itu milikmu!"
589 | C A H A Y A I N J I L
Saat kita menyerahkan kepemilikan atas hidup kita ini ke tangan
Yesus, kita berkata bahwa telah terjadi suatu perubahan yang nyata.
Sebelumnya, kita sama sekali tidak bersedia untuk menyerahkan
kepemilikan atas hidup kita ini - atau surat kontrak atas hal itu -
kepada Tuhan, dan sekarang kita bersedia. Jadi, telah terjadi suatu
perubahan yang nyata, dan tidak bisa dikatakan bahwa hal itu tidak
terjadi. Tetapi ternyata banyak sekali hal yang tidak mau kita
lepaskan. Kita masih ingin memegang banyak hal; kita masih ingin
menguasai kemudinya. Kita berkata, "Tuhan, Engkau mendapatkan
kursi penumpangnya, kursi belakang, aku yang akan menyetir dan
membawa-Mu kemanapun tujuan yang ingin kucapai."
Sesungguhnya, hal seperti ini sama sekali tidak ada gunanya. Dan hal
seperti inilah yang pernah terjadi di dalam hidup saya. Sekalipun saya
telah menyerahkan kepemilikan atas hidup ini kepada Allah, saya
masih duduk di kursi pengemudi dan memegang kendali. Saya lalu
berkata kepada Tuhan bahwa saya telah memahami kesalahan
saya. Tak heran jika saya selalu berada dalam kesulitan dalam hal
kerohanian. Lalu saya berdoa, "Tuhan, sekarang Engkau adalah pemilik
utuh dari kendaraan ini, termasuk kursi pengemudi dan setirnya -
semuanya. Jika Engkau menghendaki saya untuk menjadi sopirnya,
saya bersedia. Jika tidak, maka saya akan duduk di kursi penumpang.
Silakan, bawalah saya kemanapun tujuan-Mu." Dan hal ini membuat
suatu perubahan yang utuh di dalam kehidupan Kristen saya.
Sederhana namun sangat nyata! Berkaitan dengan pembahasan
tentang perumpamaan kali ini, saya harus menjalani perubahan dari
anjing menjadi kambing, dan dari kambing menjadi domba. Dan hal ini
adalah suatu perubahan yang sangat besar; suatu transformasi yang
sangat mendasar dalam hidup saya.
Saya mendapati ada banyak orang Kristen yang keadaannya seperti ini.
Saat seseorang merupakan kambing, maka ia tetap termasuk satu
famili dengan domba, dan kita bisa berkata bahwa ia memang orang
Kristen. Tidak ada yang salah dengan hal itu, hanya saja Allah tidak
bisa mengendalikan hidupnya seperti Ia mengendalikan kehidupan
seekor domba. Seekor domba mengikuti gembalanya; seekor kambing
juga melakukan hal yang sama, selama ada anjing penjaga yang
membuatnya tidak keluar dari rombongan, dan yang menggigit kakinya
sewaktu-waktu. Terlebih lagi, ia sering bermasalah dengan anggota
rombongannya. Dan ini adalah masalah besar.
590 | C A H A Y A I N J I L
Pada saat itu, saya merasa tidak mampu mengasihi sesama orang
Kristen. Saya tahu bahwa saya harus melakukannya, akan tetapi saya
tidak bisa. Watak saya terlalu egois untuk bisa melakukan hal-hal
seperti itu. Sungguh indah tentunya jika kita bisa langsung berubah
dari anjing menjadi domba. Tetapi banyak dari antara kita yang
ternyata harus mengalami penyesuaian arah. Ada yang tidak pernah
sampai ke tahap domba dan terpaku di titik ini, hal yang menunjukkan
bahwa menjadi kambing adalah sesuatu yang sangat berbahaya. Hal ini
karena para kambing menyadari bahwa mereka termasuk dalam famili
yang sama dengan domba, dan mereka menyamakan dirinya dengan
domba. Seperti yang kita lihat dalam pembahasan yang lalu, domba
dan kambing merumput di padang penggembalaan yang sama. Mereka
termasuk dalam rombongan yang sama dengan gembala yang sama.
Perbedaan di antara mereka baru terlihat jelas di hari Penghakiman
nanti, ketika Tuhan memisahkan mereka.
Jangan takut untuk membuka diri sepenuhnya kepada Tuhan
Berapa waktu yang lalu, salah satu anggota gereja kita dibaptiskan,
dan peristiwa ini sangat mengejutkan jemaat kita. Karena saudari ini
sudah termasuk ke dalam tim pelatihan, yang berarti bahwa ia akan
masuk ke dalam pelayanan sepenuh waktu jika sudah selesai masa
pelatihannya nanti. Tentunya ia sudah menyerahkan hidupnya kepada
Tuhan, dan banyak orang yang bertanya-tanya, "Jika dia saja ternyata
belum menyerahkan hidupnya kepada Tuhan, lalu bagaimana dengan
yang lain? Kita semua dalam masalah besar! Apa lagi yang harus kita
lakukan?"
Dan inilah poinnya. Saudari ini menyadari bahwa tidak peduli apapun
penilaian orang lain terhadapnya, tak seorang pun yang tahu tentang
dirinya sebanyak ia sendiri. Hanya ia sendiri yang tahu isi hatinya.
Orang lain hanya bisa melihat sisi luarnya, tetapi ia bisa melihat sisi
yang dalam, dan ia tidak suka dengan apa yang dilihatnya. Karena
merasa sangat terganggu dengan hal ini, ia mendatangi saya -
pendetanya - dan berkata, "Anda tahu, kehidupan yang saya jalani ini
dipenuhi dengan kekalahan.Orang lain mungkin memandang saya ini
baik, tetapi saya tahu lebih banyak tentang diri ini. Saya mengalami
kekalahan dalam pertempuran melawan daging. Sebenarnya saya
malah tidak pernah menang; saya tidak pernah mati terhadap daging."
Dengan kata lain, ia tahu bahwa ia masih sebagai kambing.
591 | C A H A Y A I N J I L
Saya tahu persoalan yang dihadapi oleh saudari ini karena saya pernah
mengalaminya. Saat itu orang lain memandang saya sebagai orang
Kristen yang baik. Terlebih lagi, saya adalah salah satu pemimpin di
gereja tersebut, walaupun masih baru menjadi Kristen. Dan orang lain
juga berpikir bahwa saya bisa berkhotbah dengan agak baik. Akan
tetapi saya menyadari bahwa saya ini masih kambing. Serupa dengan
itu, ketika saudari ini menyadari bahwa ia bukanlah domba, ia tahu
bahwa sesuatu harus dilakukan dan ia kehilangan banyak waktu
tidurnya memikirkan hal ini. Seringkali saya melihat ia mengikuti
pelatihan dengan mata yang kuyu kelelahan. Pada saat dibaptis, ia
memberi kesaksian, "Seringkali orang bertanya kepada saya tentang
apa yang sedang terjadi pada diri saya dan saya tidak tahu bagaimana
menjawabnya. Akan tetapi saya tahu bahwa ada hal yang harus
dilakukan." Dan langkah yang harus diambilnya sama besarnya dengan
langkah pada saat ia memutuskan untuk berubah dari orang non-
Kristen menjadi Kristen. Sehubungan dengan gambaran yang dipakai di
dalam perumpamaan ini, kita bisa katakan bahwa langkah tersebut,
atau perubahan dari anjing menjadi domba sama besarnya dengan
perubahan dari anjing menjadi kambing, dan sama juga besarnya
dengan perubahan dari kambing menjadi domba.
Yakinkah Anda bahwa Anda ini domba? Apakah Anda sudah
menyerahkan kemudi kehidupan Anda kepada Tuhan? Atau Anda justru
mengendalikan sendiri hidup Anda sambil mengaku bahwa hidup ini
milik-Nya? Para kambing seringkali merasa tersinggung jika kita
menantang mereka dengan pertanyaan seperti ini. Ada orang yang
tidak mau lagi berbicara dengan saya setelah saya tanyakan padanya
apakah Allah telah memegang kendali penuh di dalam hidupnya. Alasan
saya menanyakan hal ini adalah karena ia terus saja berkata,
"Rumahku adalah milik Allah; mobilku milik Allah, dan segala yang aku
punya semua itu milik Allah." Lalu saya bertanya, "Betulkah demikian?
Coba teliti lagi hidup Anda. Apakah Anda sekadar memberi-Nya hak
atas nama saja dalam hidup Anda, rumah Anda dan yang lain-lainnya,
sementara pada kenyataannya Andalah yang memegang kendali penuh
atas semua itu?" Ia sangat marah sampai-sampai tidak mau lagi
berbicara dengan saya setelah mendengar pertanyaan itu. Sungguh
aneh, bukankah demikian? Jika Allah yang mengendalikan hidupnya,
mengapa ia harus marah? Pasti saya telah menyentuh bagian yang
sangat peka dalam dirinya saat mengajukan pertanyaan ini. Dan untuk
592 | C A H A Y A I N J I L
saya, saya harap saudara-saudara di dalam gereja yang saya
gembalakan ini juga tidak ragu-ragu untuk menanyakan hal yang sama
kepada saya. Dan jika saya menjadi tersinggung, maka saya tahu
bahwa diri saya ini masih kambing. Seekor domba tidak punya alasan
untuk tersinggung atas pertanyaan seperti ini. Saya berharap orang-
orang akan terus menguji hati saya dan bertanya, "Apakah kamu orang
yang tulus? Apakah hidupmu benar-benar dikendalikan oleh Allah? Atau
kamu hanya sekadar memberinya hak atas nama sementara
pengendalian hidup ini kamu pegang sepenuhnya?"
Jika kita masih kambing, maka kehidupan Kristen kita akan diisi
dengan kekalahan. Sekalipun kita satu famili dengan domba, namun di
dalam diri kita, kita terus saja menendang dan memberontak terhadap
Tuhan. Orang lain mungkin melihat kita sebagai orang yang luar biasa.
Kita bahkan mungkin sedang dalam sebuah pelatihan, seperti yang
terjadi pada diri saudari kita itu, namun ternyata kepenuhan hidup
Kristus masih belum ada di dalam diri kita.
Ijinkan saya memberi sebuah contoh lagi untuk semakin menjelaskan
poin ini. Ada seorang saudara yang sudah dibaptis di gereja kami
beberapa tahun yang lalu. Ia dibesarkan di tengah keluarga Kristen
yang alim, dan terus menerus mendapatkan pengajaran tentang
Firman Allah. Ayahnya adalah seorang penginjil yang menginjil lewat
pekerjaannya di bidang medis. Setiap orang akan memandang dia
sebagai orang Kristen, dan penilaian tersebut memang benar. Ia
memang bisa dikatakan sebagai orang Kristen. Namun ada sesuatu
yang tidak beres. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang harus dibenahi,
kalau tidak ia akan seterusnya mengalami kekalahan. Kemudian ia
mengambil langkah besar ini, yaitu dibaptis untuk mencapai perubahan
yang sepenuhnya, membuka diri sepenuhnya kepada Allah, mengambil
langkah perubahan dari kambing menjadi domba.
Langkah dari kambing menjadi domba sama sekali bukanlah langkah
yang mudah. Akan terlihat sangat memalukan dalam arti bahwa orang
lain akan bertanya-tanya, "Wah, saya pikir selama ini kamu orang
Kristen. Buat apa kamu minta dibaptis?" Saudari yang saya sebutkan
sebelumnya juga harus menghadapi persoalan ini bahkan di kalangan
sesama peserta pelatihan. Mereka berkata, "Kami tidak mengerti apa
yang kau lakukan. Bagaimana tanggapan jemaat nantinya? Kamu
sedang dalam pelatihan, tetapi sekarang kamu minta dibaptis. Ada apa
593 | C A H A Y A I N J I L
ini?" Ada begitu banyak pertanyaan yang dilontarkan, ada banyak
keberatan yang harus dihadapi. Lebih mudah menjalani perubahan dari
anjing langsung ke domba. Dengan begitu mereka tidak harus
mengambil jalan memutar. Yang terburuk adalah orang-orang yang
mengalami kemacetan dan tidak pernah sampai ke tujuan, mereka
masuk ke jalan buntu.
Jika Anda mendapati bahwa diri Anda ternyata adalah kambing,
berdoalah kepada Allah agar Ia memberi Anda kasih karunia untuk bisa
membuka diri sepenuhnya dan tanpa syarat kepada Allah. Ini bukan
berarti bahwa Anda perlu dibaptis kembali; tindakan baptis ulang bisa
saja tidak dibutuhkan. Sebagai contoh, saya sendiri tidak menjalani
baptisan ulang. Yang saya lakukan hanyalah menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Allah. Mungkin dibutuhkan untuk mengambil suatu
langkah yang pasti di dalam pikiran Anda bahwa Anda sudah
memutuskan hubungan dengan masa lalu Anda saat masih menjadi
kambing. Jika demikian silakan untuk menjalani baptisan ulang. Jika
Anda sudah mengambil langkah tersebut, Anda akan mendapati kasih
Tuhan tercurah dari dalam hidup Anda mengalir kepada orang lain, dan
Anda akan tahu bahwa Anda telah berpindah dari dalam maut ke dalam
hidup. Sebagaimana halnya yang dikatakan oleh Paulus, "Kasih Allah
telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah
dikaruniakan kepada kita" (Rom 5:5). Anda akan mendapati bahwa
Anda mampu mengasihi bukan karena itu watak Anda tetapi karena
Roh-Nya telah menggerakkan Anda.
Mengambil langkah iman yang utuh
Mukjizat Yesus sendiri sebenarnya merupakan perumpamaan. Dia tidak
melakukan mukjizat untuk mempesona orang-orang tetapi untuk
mengajarkan pelajaran rohani. Mukjizat yang banyak ditanyakan oleh
orang-orang kepada saya terdapat di dalam Markus 8:22-26 dan saya
akan menggunakan ayat-ayat ini untuk menggambarkan satu poin.
Bagian ini menyatakan:
Mereka sampai di Betsaida. Di situ orang membawa seorang buta
kepada Yesus, dan minta supaya Ia menjamah orang buta itu untuk
menyembuhkannya. Yesus memegang tangan orang buta itu dan
membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata orang itu dan
meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: "Sudahkah kau lihat
sesuatu?"Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: "Aku melihat
594 | C A H A Y A I N J I L
orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti
pohon-pohon."Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu,
maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga
ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu Yesus
menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata: "Jangan masuk ke
kampung!"
Yesus menyuruh orang buta itu agar tidak memasuki desa karena Dia
tidak membuat mukjizat, seperti menyembuhkan orang sakit atau
memberi penglihatan kepada yang buta, untuk mendapatkan publisitas
dari hal ini. Yesus tidak ingin orang buta tersebut kembali ke desanya
dan mengumumkan apa yang terjadi kepadanya karena Dia tidak ingin
diketahui sebagai tabib sakti. Tindakan-Nya menyembuhkan orang
buta itu sepenuhnya digerakkan oleh belas kasihan-Nya kepada orang
buta itu. Tetapi setiap kali Dia menyembuhkan seseorang, tindakan-
Nya itu sendiri selalu mencerminkan suatu perumpamaan atau
perlambangan. Sama halnya dengan pengalaman kebanyakan orang
Kristen, seseorang tersembuhkan tidak dalam satu tahap - seperti di
dalam banyak kejadian yang lain tentang penyembuhan di dalam
Alkitab - tetapi dalam dua tahap. Jadi terdapat suatu kemiripan yang
mengejutkan di antara kejadian ini dan perumpamaan yang sedang
kita bahas di sini: bahwa di dalam transformasi kita, kita sering
melaluinya dalam dua tahap - pertama-tama kita menjadi kambing,
dan kemudian menjadi domba.
Hal ini terjadi karena kita cenderung untuk datang kepada Yesus
dengan sikap yang pasif. Orang buta ini dibawa kepada Yesus. Mungkin
dia percaya tetapi tidak sepenuhnya. Sering kali, kita menjadi orang
Kristen terutama karena kita melihat teman kita menjadi orang Kristen,
dan kita berpikir, "Sebaiknya aku bergabung dengan mereka." Dan kita
hanya mengikuti arus saja di dalam kelompok, hal yang sangat
berbahaya karena kita tidak bisa menjadi domba dengan cara ini. Kita
mungkin akan jadi kambing, bukan domba, hingga kita mengambil
langkah iman yang sepenuhnya. Ini bukan berarti kita tidak memiliki
kepercayaan yang murni; hanya saja kita masih belum selesai
menapaki jalan tersebut.
Perhatikan bahwa Yesus meludah pada mata orang buta. Pengertian
rohani tentang hal ini tidak sukar untuk dimengerti. Ludah sering
dipakai sebagai gambaran dari Firman. Ludah adalah sesuatu hal yang
595 | C A H A Y A I N J I L
berada di dalam mulut dan keluar dari mulut. Jika kita keluarkan unsur
perlambangannya, segera terlihat bahwa kita sedang berbicara tentang
Firman Allah. Ludah ini melambangkan Firman Allah, yang bersama-
sama dengan sentuhan kuasa Allah di dalam hidup kita akan membuka
pengertian rohani kita, bukankah begitu? Itu sebabnya ada tindakan
meludah dan menumpangkan tangan kepada si orang buta, yakni
Firman Allah dan kuasa Allah disalurkan saat Dia menyentuh si orang
buta dengan kuasa keselamatan-Nya. Hal ini untuk menunjukkan
bahwa jika Roh Kudus tidak menyentuh kita, kita tidak dapat
terselamatkan - tak peduli apakah kita mendengar Firman Allah atau
tidak.
Kita sering mendengarkan Firman Allah akan tetapi tidak terjadi apa-
apa dengan kita. Ambil contoh orang buta di Markus 8. Sekalipun dia
menerima Firman Allah - matanya terbuka sampai pada tingkatan
tertentu dan yang saya bicarakan adalah makna rohani dari
penyembuhan ini - penerimaan Firman tersebut tidak
menyembuhkannya dengan sempurna. Dia dapat melihat tetapi masih
belum jelas. Sebelumnya dia buta tetapi sekarang dia dapat melihat.
Orang Kristen yang kambing juga melihat akan tetapi ia tidak
menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah. Dibutuhkan langkah
besar yang lain, yang sama besarnya dengan langkah yang pertama,
agar ia bisa melihat dengan jelas. Sebagaimana halnya dengan si orang
buta, Firman Allah tidak perlu diajarkan lagi. Dia tahu Firman Allah
tetapi sekali lagi Allah harus menumpangkan tangan-Nya kepadanya.
Artinya, kuasa Allah harus menyentuhnya sekali lagi.
Untuk bisa melihat orang-orang seperti pohon berjalan bukanlah
sesuatu yang fantastis. Tentu hal ini lebih baik dari pada tidak dapat
melihat sama sekali. Tetapi tentunya tidak bisa dikatakan sebagai
suatu penglihatan yang jelas jika ia hanya bisa melihat orang-orang
seperti pohon yang berjalan. Orang buta ini harus mengalami tahap
perubahan yang lain - langkah yang sama besarnya dengan langkah
pertama yang sudah ia ambil. Ini karena dia baru menjalani separuh
tahapan. Tahap kedua, ketika kuasa Tuhan datang kepadanya dengan
menumpangkan tangan-Nya, sehingga dia sanggup melihat dengan
jelas. Bagaimanapun, kesembuhan total ini tidak terjadi sebelum orang
buta itu sendiri melakukan sesuatu. Bagian Alkitab ini (Markus 8:22-
26) berkata bahwa orang buta itu "sungguh-sungguh melihat" yang
artinya memusatkan pandangannya, atau membuat upaya rohani pada
596 | C A H A Y A I N J I L
bagian tindakannya. Jadi, kali ini ia curahkan usaha sepenuhnya pada
penglihatannya. Dia melakukan sesuatu yang menjadi bagiannya yaitu
melatih imannya - dengan cara melihat penuh perhatian. Dan
kemudian dia dapat melihat dengan jelas. Dia tidak lagi melihat orang-
orang seperti pohon yang berjalan. Sekarang, dia melihat segala
sesuatu sebagaimana adanya. Itulah keindahan perlambangan dari
mukjizat Yesus.
Banyak orang Kristen sekarang ini seperti orang buta di dalam Markus
8. Tidak dapat dikatakan mereka tidak bisa melihat karena sebenarnya
mereka bisa melihat. Tetapi apa yang mereka lihat sangat kabur,
hampir seperti buta. Orang buta tersebut dapat melihat sebagian
sampai kuasa Allah menyentuhnya pada kali kedua. Kali ini dia dapat
melihat dengan sempurna, yang dengan jelas menunjukkan bahwa kita
harus melatih iman kita agar bisa melihat dengan jelas. Jadi kita tidak
perlu dijamah dua kali oleh Allah. Kita bisa berubah dari tahapan anjing
ke tahapan domba. Kebanyakan orang, bagaimanapun, harus
mengambil jalan memutar sementara yang lainnya malahan mengalami
kemacetan dan tidak pernah sampai ke tujuan, mereka tetap tinggal
sebagai kambing selama dalam hidupnya. Betapa tragisnya!
597 | C A H A Y A I N J I L
PENUTUP
Hendaklah kita menjaga iman pengetahuan
dan pengenalan kita yang benar akan Tuhan
dan karyaNya, sehingga dengan demikian
hidup kita tidak menyimpang, dan tidak
dibelokkan oleh filsafat dan pemikiran
manusiawi yang sangat terbatas.
Janganlah kita menyimpang dari kebenaran.
Para rasul sudah mengingatkan kita sejak
abad pertama.
I Timotius 6
6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu
uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya
dengan berbagai-bagai duka.
I Timotius 6
6:21 karena ada beberapa orang yang mengajarkannya dan dengan demikian
telah menyimpang dari iman. Kasih karunia menyertai kamu!
II Timotius 2
2:18 yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa
kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman
sebagian orang.
Yakobus 5
5:19 Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari
kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik,
Tuhan Yesus memberkati.
Top Related