No
.
Kenyataan Seharusnya Keterangan
1. Pembuangan sisa kotoran yang
sudah tidak mengandung gas
metan dibuang tanpa ada tempat
penampungan.
Pembuangan sisa kotoran yang
sudah tidak mengandung gas metan
sebaiknya menggunakan tempat
penampungan sehingga tidak
mencemari lingkungan, seperti
pencemaran air, bau dan juga
mengganggu estetika.
Kotoran sapi yang dibuang sebagian
dimanfaatkan oleh peternak sebagai pupuk
organik. Jika dibuatkan tempat
penampungan, kotoran sapi tersebut dapat
dimanfaatkan semuanya sebagai pupuk
organik dan tanpa menghasilkan dampak
pencemaran bau dan gangguan estetika.
2. Pemanfaatan biogas yang belum
dapat dinikmati semua masyarakat.
Biogas bisa dimanfaatkan semua
masyarakat sebagai gas alternatif.
Pemanfaatan gas metan di pengolahan
biogas Dusun Sukunan baru sebatas pada
penggunaan peternak saja karena menemui
kendala berupa ketinggian tanah biogas ini
lebih rendah daripada pemukiman warga dan
juga jarak antar rumah yang tidak berdekatan
sehingga untuk menyalurkan hasil biogas ke
seluruh warga sulit dilakukan.
3. Pada saat melakukan penambahan
kotoran tidak memakai APD
( sarung tangan, sepatu boat dan
Memakai APD (sarung tangan, sepatu
boat dan masker)
Dengan memakai APD dapt mengurangi
terjadi infeksi
masker)
4. Perbandingan pencampuran bahan
biogas kotoran sapi dan air 1 : 1.
Perbandingan pencampuran bahan
biogas kotoran sapi dan air 1 : 2
Cara Pengoperasian Unit Pengolahan
(Digester) Biogas seperti terjabar dalam Seri
Bioenergi Pedesaan Direktorat Pengolahan
Hasil Pertanian Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Departemen Pertanian tahun 2009 sebagai
berikut :
1. Buat campuran kotoran ternak dan air
dengan perbandingan 1 : 2 (bahan
biogas).
2. Masukkan bahan biogas ke dalam
digester melalui lubang pengisian (inlet)
hingga bahan yang dimasukkan ke
digester ada sedikit yang keluar melalui
lubang pengeluaran (outlet), selanjutnya
akan berlangsung proses produksi
biogas di dalam digester.
3. Setelah kurang lebih 8 hari biogas yang
terbentuk di dalam digester sudah cukup
banyak. Pada sistem pengolahan biogas
yang menggunakan bahan plastik,
penampung biogas akan terlihat
mengembung dan mengeras karena
adanya biogas yang dihasilkan. Biogas
sudah dapat digunakan sebagai bahan
bakar, kompor biogas dapat
dioperasikan.
4. Pengisian bahan biogas selanjutnya
dapat dilakukan setiap hari, yaitu
sebanyak kira-kira 10% dari volume
digester. Sisa pengolahan bahan biogas
berupa sludge secara otomatis akan
keluar dari lubang pengeluaran (outlet)
setiap kali dilakukan pengisian bahan
biogas. Sisa hasil pengolahan bahan
biogas tersebut dapat digunakan
sebagai pupuk kandang/pupuk organik,
baik dalam keadaan basah maupun
kering.
B. Pembahasan
Berdasarkan kunjungan ke pengolahan kotoran sapi menjadi biogas
di Dusun Sukunan didapat hasil gas metan yang siap pakai. Biogas yang
ada di Dusun Sukunan ini awal terbentuknya berasal dari keinginan
bersama-sama para peternak sapi yang ada di dusun tersebut. Mereka ingin
mengubah kotoran sapi yang selama ini hanya mencemari lingkungan
dengan baunya yang menyengat menjadi sesuatu yang bermanfaat. Setelah
mendapat berbagai informasi tentang pengolahan kotoran sapi maka mereka
sepakat membuat sebuah pengolahan kotoran sapi menjadi biogas. Dalam
membangun pengolahan biogas tersebut menelan biaya kurang lebih 14 juta
rupiah.
Kotoran sapi didapat dari sapi milik peternak di Dusun Sukunan
tersebut yang sekarang kurang lebih ada sekitar 10 ekor sapi. Proses biogas
itu diawali dengan mencampur kotoran sapi dengan air dengan
perbandingan 1 : 1 dalam bak pencampuran dengan ukuran 40cm x 60cm.
Pencampuran dilakukan setiap pagi menggunakan kotoran sapi yang masih
segar karena dimungkinkan dalam kotoran sapi yang masih segar tersebut
masih mengandung gas metan yang tinggi. Campuran kotoran sapi dan air
diaduk sampai habis karena dalam bak pencampuran telah terhubung
secara otomatis dengan tangki digester sehingga hasil campuran tersebut
masuk ke dalam tangki digester.
Kotoran sapi yang masuk ke tangki digester tidak boleh lebih dari
80% volume tangki digester, hal ini dimaksudkan sebagai tempat
penampungan gas metan. Bagian bawah tangki digester dihubungkan
dengan pipa menuju ke bak peresapan. Bak ini berfungsi sebagai tempat
penampungan sementara campuran kotoran sapi dan air yang berasal dari
tangki digester karena terdesak oleh campuran kotoran sapi dan air yang
baru. Campuran kotoran sapi dan air yang lama dibuang melalui saluran
pembuangan karena dimungkinkan kandungan gas metannya sudah tidak
ada dan sebagian dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Tangki digester dihubungkan dengan pipa sebagai outlet gas metan.
Pada ujung pipa dipasang manometer yang bertujuan untuk memantau
terjadinya gas dalam tabung digester. Jika sudah terjadi kenaikan angka
pada manometer maka gas dalam tangki digester dibuang terlebih dahulu
karena proses didalam tangki digester masih aerob sehingga jika gas tidak
dibuang dapat menyebabkan ledakan dalam tangki digester. Adapun ciri-ciri
gas metan yaitu tidak berbau, tidak berwarna, mudah menyala.
Pemanfaatan gas metan di Dusun Sukunan ini pada awalnya akan
digunakan sebagai bahan bakar alternatif seluruh warga, akan tetapi hal itu
tidak jadi dilakukan karena menemui beberapa kendala salah satunya
adalah letak biogas yang lebih rendah dari pemukiman penduduk sehingga
untuk menyalurkan gas ke seluruh warga dengan sistem perpipaan akan
sulit dilakukan.
Pemanfaatan gas metan dalam bentuk tabung gas yang bekerja
sama dengan Pertamina juga masih menemui kendala dengan tidak adanya
pompa vacuum untuk memasukkan gas metan ke dalam tabung gas. Selain
karena harganya mahal, cara pemakaian pompa vacuum tersebut juga
susah. Dengan berbagai kendala diatas, maka gas metan yang dihasilkan
dari biogas ini sejauh ini baru dimanfaatkan para peternak untuk merebus air
untuk pakan sapi ataupun untuk merebus ubi untuk sarapan peternak.
Penggunaan dan pembuatan biogas tidak sesuai dengan seharusnya
karena melihat kondisi di lapangan yang tidak memungkinkan kalau
memakai sesuai teori yang diajarkan.
C. Dampak
Menurut Santi (2006), ada beberapa keuntungan penggunaan
kotoran hewan ternak (sapi) sebagai penghasil biogas, antara lain sebagai
berikut :
1. Mengurangi pencemaran lingkungan terhadap air dan tanah,
pencemaran udara (bau).
2. Memanfaatkan limbah ternak tersebut sebagai bahan bakar
biogas yang dapat digunakan sebagai energi alternatif untuk
keperluan rumah tangga.
3. Mengurangi biaya pengeluaran peternak untuk kebutuhan energi
bagi kegiatan rumah tangga yang berarti dapat meningkatkan
kesejahteraan peternak.
4. Melaksanakan pengkajian terhadap kemungkinan
dimanfaatkannya biogas untuk menjadi energi listrik untuk
diterapkan di lokasi yang masih belum memiliki akses listrik.
5. Melaksanakan pengkajian terhadap kemungkinan
dimanfaatkannya kegiatan ini sebagai usulan untuk mekanisme
pembangunan bersih (Clean Development Mechanism).
D. Kesimpulan dan Rekomendasi
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kunjungan ke Dusun Sukunan dapat ditarik
beberapa kesimpulan, yaitu :
a. Pengolahan kotoran sapi menjadi biogas di Dusun Sukunan
menghasilkan gas metan yang siap pakai.
b. Campuran kotoran sapi dan air yang sudah tidak terpakai
dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
c. Pemanfaatan gas metan baru sebatas untuk pemakaian
peternak saja karena jika dimanfaatkan sebagai bahan bakar
alternatif seluruh warga menemui kendala pada penyaluran gas
dan jika dimanfaatkan dalam bentuk tabung gas masih menemui
kendala dengan mahal dan susahnya pemakaian pompa vacuum
untuk memasukkan gas metan ke dalam tabung gas.
2. Rekomendasi
a. Bagi pengelola
1) Mengembangkan pengolahan biogas agar supaya gas metan
yang dihasilkan dapat dimanfaatkan seluruh warga.
2) Menjalin kerja sama yang lebih serius dengan Pertamina
sehingga pemanfaatan gas metan dalam bentuk tabung gas
dapat terlaksana.
b. Bagi mahasiswa
Menyerap informasi tentang proses pengolahan kotoran
sapi menjadi biogas yang ada di Dusun Sukunan sehingga
dapat menginspirasi untuk menciptakan alternatif yang lain.
Daftar Pustaka
http://dianachaerisma.blogspot.com/2010/01/pemanfaatan-energi-biogas.html
diunduh pada tanggal 29 Juni 2013
http://www.ugm.ac.id/id/post/page?id=5468 diunduh pada tanggal 29 Juni 2013