1
A. Latar Belakang
Anggaran merupakan hal penting bagi suatu entitas, komponen
kunci dari perencanaan adalah anggaran, yaitu rencana keuangan untuk
masa depan yang mengidentifikasikan tindakan yang diperlukan untuk
mencapainya. Setiap entitas pencari laba maupun nirlaba bisa
mendapatkan manfaat dari perencanaan dan pengendalian yang diberikan
anggaran (Hansen dan Mowen, 2009). Anggaran sering digunakan untuk
menilai kinerja manajerial. Bonus, kenaikan gaji, dan promosi adalah
semua hal yang dipengaruhi oleh kemampuan seorang manajer untuk
mencapai atau melampaui tujuan yang direncanakan (Hansen dan Mowen,
2004:375). Jadi, perilaku manajer sangat dipengaruhi oleh anggaran.
Anggaran berhubungan erat dengan akuntansi. Akuntansi adalah
suatu kegiatan jasa yang fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif,
terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari satuan usaha ekonomi
(Sabrina, 2009). Jadi apabila dihubungkan dengan anggaran, data
akuntansi merupakan salah satu sumber utama. Hal ini karena akuntansi
menyediakan data historis dan aktual yang bersifat keuangan, yang
memenuhi tujuan analisa dalam pengembangan rencana-rencana
organisasi. Selanjutnya, penyesuaian anggaran harus disesuaikan dengan
sistem akuntansi yang terdapat pada perusahaan tersebut, terutama
penggolongan transaksi-transaksi dalam perkiraan-perkiraan (Sabrina,
2009).
2
Untuk menyiapkan sebuah anggaran, rencana strategis haruslah
dikembangkan. Hansen dan Mowen (2004:1) menyebutkan bahwa rencana
strategis mengidentifikasi strategi-strategi untuk aktivitas dan operasi di
masa depan, umumnya mencakup setidaknya lima tahun kedepan.
Organisasi dapat menerjemahkan strategi umum ke tujuan jangka panjang
dan pendek. Tujuan ini membentuk dasar anggaran. Hubungan rencana
strategis dengan anggaran
Proses penganggaran merupakan kegiatan yang penting dan
melibatkan berbagai pihak, terutama atasan. Atasan dalam satuan kerja
perangkat daerah adalah para pejabat yang melakukan fungsi perencanaan
dan pengendalian anggaran. Anthony & Govindarajan (2005) menegaskan
bahwa anggaran perlu disiapkan secara detail dan melibatkan atasan pada
setiap level organisasi. Adanya peran atasan dalam penganggaran, maka
proses penganggaran akan berjalan dengan efektif sehingga dapat
meningkatkan kinerja SKPD.
Menurut Rohman (2007), peran atasan memungkinkan tercapainya
kinerja dan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan
efektif. Desentralisasi memberikan kesempatan bagi atasan untuk
mendorong kreatifitas dalam pengelolaan keuangan daerah terutama dalam
penganggaran. Individu yang terlibat dan diberi tanggungjawab dalam
penyusunan anggaran akan bekerja lebih keras untuk mencapai tujuan,
sehingga kinerja organisasi akan semakin tinggi (Rohman, 2007).
3
Partisipasi dapat meningkatkan kinerja karena partisipasi
memungkinkan bawahan mengkomunikasikan apa yang mereka butuhkan
kepada atasannya. Dalam penyusunan anggaran diperlukan komunikasi
antara atasan dan bawahan untuk saling memberikan informasi disamping
dapat memberikan kesempatan memasukkan informasi lokal karena
bawahan lebih mengetahui kondisi langsung pada bagiannya.
Selain peran manajer, pemanfaatan teknologi informasi juga dapat
meningkatkan kinerja SKPD. Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas
dan transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah, penggunaan
teknologi informasi merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi,
untuk membantu pengelolaan data yang lebih cepat, efektif dan efisien.
Menurut Ahmad (2008:428), pemerintah daerah perlu mengoptimalkan
pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk membangun jaringan
sistem informasi manajemen dan proses kerja yang memungkinkan
pemerintah bekerja secara terpadu dengan menyederhanakan akses-akses
antar unit kerja.
Oleh karena itu, dewasa ini SKPD telah memanfaatkan teknologi
informasi yang menghasilkan suatu sistem informasi, dimana
menyediakan informasi mengenai keuangan daerah yang dapat diakses,
dikelola dan didayagunakan oleh berbagai pihak dan masyarakat luas.
Sistem informasi tersebut dikenal dengan Sistem Informasi Keuangan
Daerah (SIKD). Pemanfaatan SIKD dapat mempercepat proses kerja
4
dalam pengelolaan keuangan daerah dan menyediakan informasi keuangan
daerah yang komprehensif kepada masyarakat luas (Ahmad, 2008:428).
SIKD merupakan suatu sistem yang mendokumentasikan,
mengadministrasikan, serta mengolah data pengelolaan keuangan daerah
dan data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada
masyarakat dan sebagai bahan pengmbilan keputusan dalam rangka
perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pertanggungjawaban pemerintah
daerah (Ahmad, 2008:429). SIKD adalah suatu alat yang digunakan untuk
mencapai tujuan pemerintah dalam memberikan informasi keuangan
sebagai bagian dari sistem informasi manajemen pemerintah daerah.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi
anggaran dan pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah terhadap
kinerja manajerial. Hal ini penting, karena dengan mengetahui besarnya
pengaruh adanya partisipasi anggaran dan pemanfaatan sistem informasi
keuangan daerah terhadap kinerja manajerial, maka atasan dapat
mengembangkan pendekatan partisipasi anggaran dan lebih
mamaksimalkan pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah dengan
baik untuk menentukan keputusan yang optimal demi meningkatnya
kinerja manajerial SKPD.
Banyak penelitian bidang akuntansi manajemen yang
menaruh perhatian pada masalah partisipasi anggaran. Hal
ini karena anggaran partisipatif dinilai mempunyai
konsekuensi terhadap sikap dan perilaku anggota
5
organisasi (Murray,1990). Pengaruh anggaran partisipatif
pada kinerja manajerial merupakan tema yang menarik
dalam penelitian akuntansi manajemen. Brownell (1982b)
menyebutkan dua alasan, yaitu (a) partisipasi dinilai
sebagai pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan
kinerja anggota organisasi, dan (b) berbagai penelitian
yang menguji hubungan antara partisipasi dan kinerja
hasilnya saling bertentangan. Termotivasi hasil penelitian
terdahulu, penelitian ini mengkonfirmasi kembali apakah
partisipasi anggaran mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja manajerial. Di samping itu, juga
menguji apakah variabel pemanfaatan sistem informasi
keuangan daerah mempengaruhi kinerja manajerial.
Responden penelitian ini adalah pimpinan SKPD di Kota
Singkawang. Responden ini dipilih karena pimpinan SKPD
sebagai unit pertanggung jawaban dibebani dengan target
anggaran, disamping itu variabel gaya kepemimpinan
diduga merupakan faktor yang mampu mempengaruhi
upaya pencapaian terget tersebut.
Penelitian ini disusun dengan judul “Pengaruh Partisipasi
Anggaran dan Pemanfaatan Sistem Informasi Keuangan Daerah Terhadap
Kinerja Manajerial” (Studi Kasus Pada SKPD Kota Singkawang).
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas,
dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti sebagai berikut :
1. Sejauh mana partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja
manajerial pada SKPD Kota Singkawang?
2. Sejauh mana pemanfaatan sistem informasi keuangan berpengaruh
terhadap kinerja manajerial pada SKPD Kota Singkawang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka
permasalahan yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial SKPD Kota
Singkawang;
2. Pengaruh pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah terhadap
kinerja SKPD Kota Singkawang.
Untuk lebih jelasnya pengaruh antar variabel independen dengan
variabel dependen dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Partisipasi anggaran
7
Gambar Kerangka Konseptual
Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual yang telah diuraikan
diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
manajerial.
H2 : Pemanfaatan sistem informasi keuangan berpengaruh signifikan positif
terhadap kinerja manajerial.
D. Kegunaan Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, antara lain :
1. Bagi Penulis
Memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai partisipasi
anggaran dan hubungannya dengan kinerja serta pemanfaatan sistem
informasi keuangan daerah. Serta dapat mengaplikasikan ilmu mengenai
penganggaran yang sebelumnya telah dipelajari dalam perkuliahan.
2. Bagi Instansi
Dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai pertimbangan
evaluasi untuk kinerja kedepan lebih baik.
Pemanfaatan sistem informasi
keuangan
Kinerja manajerial
8
3. Bagi Pihak Lain
Dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan
penelitian berkaitan dengan ini dan dikembangkan sebagai wawasan
kepustakaan.
E. Landasan Teori dan Kajian Empiris
E.1. Anggaran
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang
hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam
ukuran finansial. Sedangkan anggaran sektor publik merupakan instrumen
akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-
program yang dibiayai dengan uang publik (Mardiasmo, 2004:61).
Menurut Haryanto (2007) anggaran sektor publik merupakan rencana
kegiatan dan keuangan periodik biasanya dalam satu tahun (tahun
anggaran) yang berisi program dan kegiatan dan jumlah dana yang
diperoleh (pendapatan dan belanja) dalam mencapai tujuan organisasi.
E.2. Partisipasi Anggaran
Brownell (1982) menyebutkan bahwa partisipasi anggaran
merupakan proses yang melibatkan individu-individu secara langsung di
dalamnya dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan tujuan anggaran
yang prestasinya akan dinilai dan kemungkinan akan dihargai atas dasar
pencapaian tujuan anggaran mereka.
9
Partisipasi anggaran memiliki beberapa manfaat. Menurut Siegel
dan Marconi (1989), manfaat partisipasi anggaran yaitu :
1. Memacu peningkatan moral dan inisiatif untuk mengembangkan ide
dan informasi pada seluruh tingkat manajemen.
2. Meningkatkan group cohesiveness yang kemudian meningkatkan
kerjasama antar individu dalam pencapaian tujuan.
3. Terbentuknya group internalization yaitu penyatuan tujuan individu
dan organisasi.
4. Menghindari tekanan dan kebingungan dalam melaksanakan
pekerjaan.
5. Manajer menjadi tanggap pada masalah-masalah sub unit tertentu serta
memiliki pemahaman yang lebih baik tentang ketergantungan antar
departemen.
Partisipasi penganggaran secara terperinci terdiri dari 6 indikator
(Milani, 1975), yaitu:
1. Sejauh mana anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para pengurus.
2. Alasan-alasan penolakan pihak manajer pada saat anggaran diproses.
3. Keinginan memberikan partisipasi anggaran kepada pihak manajer
tanpa diminta.
4. Sejauhmana manajer mempunyai pengaruh dalam anggaran akhir.
5. Kepentingan manajer dalam partisipasinya terhadap anggaran.
6. Anggaran didiskusikan antara pihak manajer puncak dengan manajer
pusat pertanggungjawaban pada saat anggaran disusun.
10
E.3. Pemanfaatan Sistem Informasi Keuangan
Sistem informasi merupakan seperangkat komponen yang saling
berhubungan yang berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan,
dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan
dan pengawasan dalam organisasi (Laudon dan Laudon, 2000).
Peraturan Pemerintah RI No. 56 Tahun 2005, Sistem Informasi
Keuangan Daerah selanjutnya disingkat SIKD adalah :“Suatu sistem yang
mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data
pengelolaan keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi
yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan
keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
pertanggungjawaban pemerintah daerah.
Informasi keuangan daerah adalah segala informasi yang berkaitan
dengan keuangan daerah yang diperlukan dalam rangka penyelenggaran
Sistem Informasi Keuangan Daerah”. Informasi keuangan daerah yang
disampaikan oleh daerah kepada pemerintah mencakup :
1) APBD dan realisasi APBD provinsi, kabupaten ,dan kota,
2) Neraca daerah,
3) Laporan arus kas,
4) Catatan atas laporan keuangan daerah,
5) Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan,
6) Laporan keuangan perusahaan daerah,
Penyelenggaraan SIKD mempunyai fungsi:
11
1) Penyusunan standar informasi keuangan daerah,
2) Penyajian informasi keuangan daerah kepada masyarakat,
3) Penyiapan rumusan kebijakan teknis penyajian informasi,
4) Penyiapan rumusan kebijakan teknis di bidang teknologi
pengembangan SIKD,
5) Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan SIKD,
6) Pembakuan SIKD yang meliputi prosedur, pengkodean, peralatan
aplikasi dan pertukaran informasi, dan
7) Pengkoordinasian jaringan komunikasi data dan pertukaran informasi
antar instansi pemerintah.
Pemerintah Daerah menyelenggarakan SIKD di daerahnya masing-
masing dengan tujuan :
1) Membantu Kepala Daerah dalam menyusun anggaran daerah dan
laporan pengelolaan keuangan daerah,
2) Membantu Kepala Daerah dalam merumuskan kebijakan keuangan
daerah,
3) Membantu Kepala Daerah dan instansi terkait lainnya dalam melaukan
evaluasi kinerja keuangan daerah,
4) Membantu menyediakan kebutuhan statistic keuangan daerah,
5) Menyajikan informasi keuangan daerah secara terbuka kepada
masyarakat, dan
6) Mendukung penyediaan informasi keuangan daerah yang dibutuhkan
dalam SIKD secara nasional.
12
Penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) meliputi:
1) Penyajian informasi anggaran, pelaksanaan anggaran, dan
pelaporan keuangan daerah yang dihasilkan oleh Sistem informasi
Pengelolaan Keuangan Daerah.
2) Penyajian informasi keuangan daerah melalui sistem resmi
Pemerintah Daerah.
3) Penyediaan informasi keuangan daerah dalam rangka mendukung
SIKD secara nasional.
E.4. Kinerja Manajerial
Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi yang tertuang dalam
strategic planing suatu organisasi (Mahsun, 2006). Istilah kinerja sering
digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu
maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui jika individu atau
kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan tertentu yang
hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau
organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukur.
Menurut Indra (2006), terdapat 5 indikator dalam pengukuran
kinerja yaitu:
13
1. Indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.
2. Indikator keluaran (outputs) adalah sesuatu yang diharapkan langsung
dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan nonfisik.
3. Indikator hasil adalah (outcomes) adalah segala sesuatu yang
mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah
(efek langsung).
4. Indikator manfaat (benefits) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan
akhir dari pelaksanaan kegiatan.
5. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif
maupun negatif terhadap setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi
yang telah ditetapkan.
F. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
F.1. Hubungan Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial SKPD
Dalam proses pengelolaan keuangan daerah, anggaran merupakan
salah satu masalah penting. Mardiasmo (2006) mengemukakan tahap
penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif
dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan
yang sudah disusun. Anggaran merupakan managerial plan for action
untuk menfasilitasi tercapainya tujuan organisasi.
Agar proses penganggaran berjalan dengan efektif guna
meningkatkan kinerja satuan kerja perangkat daerah (SKPD), dibutuhkan
partisipasi didalamnya. Anthony & Govindrajan (2005) menegaskan
14
bahwa anggaran perlu disiapkan secara detail dan melibatkan atasan pada
setiap level organisasi. Adanya peran atasan dalam penganggaran akan
membantu terwujudnya anggaran yang efektif, sehingga tidak terjadi
pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala
prioritas, serta untuk mendukung dilakukannya pengelolaan dana pubik
(public money) yang mendasarkan prinsip value for money.
Peran atasan memungkinkan tercapainya kinerja dan mekanisme
penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif (Rohman dalam
Natalia, 2007). Partisipasi menunjukkan peran seseorang dalam
mewujudkan tujuan organisasi. Individu yang terlibat dan diberi
tanggungjawab dalam penyusunan anggaran akan bekerja lebih keras
untuk mencapai tujuan, sehingga kinerja organisasi akan semakin tinggi
(Rohman dalam Natalia, 2007). Selain itu, desentralisasi juga memberikan
kesempatan atasan untuk mendorong kreatifitas dalam pengelolaan
keuangan daerah terutama dalam penganggaran.
Penelitian Herminingsih (2009) di Pemda kabupaten Demak
menunjukkan bahwa partisipasi dalam penganggaran dan peran manajerial
pengelola keuangan daerah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
pemerintah daerah.
Menurut penelitian Rohman (2007), peran manajerial pengelola
keuangan daerah juga berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin baik peran manajer dalam
15
penganggaran, maka semakin baik juga kinerja SKPD yang merupakan
unit kerja pemerintah daerah.
H1 : Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap
kinerja SKPD.
F.2. Hubungan Pemanfaatan Sistem Informasi Keuangan Daerah
dengan Kinerja Manajerial SKPD
Menurut Mardiasmo (2008:428), Sistem Informasi Keuangan
Daerah (SIKD) dapat meningkatkan kinerja SKPD dalam pengelolaan
keuangan daerah guna mewujudkan transparansi dan akuntabilitas. Sistem
informasi keuangan daerah dapat mempercepat proses kerja dalam
pengelolaan keuangan daerah (penganggaran, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban), dan menyediakan informasi keuangan daerah yang
komprehensif kepada masyarakat luas.
Sistem Informasi Keuangan Daerah merupakan suatu sistem yang
mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data
pengelolaan keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi
yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan
keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan,dan
pelaporanpertanggungjawaban pemerintah daerah (Ahmad, 2008:429).
SIKD adalah suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pemerintah
dalam memberikan informasi keuangan sebagai bagian dari sistem
informasi manajemen pemerintah daerah.
16
Dalam Penelitian Tubagus (2010) di kabupaten Simalungun,
Sumatera Utara, meneliti tentang pengaruh penerapan anggaran berbasis
kinerja dan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah terhadap
kinerja SKPD. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa penerapan anggaran
berbasis kinerja dan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah
berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Penelitian Fikri (2011) juga
menunjukkan bahwa sistem informasi keuangan daerah berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa semakin baik pemanfaatan Sistem Informasi Keuangan (SIKD),
semakin baik juga kinerja SKPD.
H2 : Pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah berpengaruh
signifikan positif terhadap kinerja SKPD.
G. Metode Penelitian
G.1. Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang telah dijelaskan
pada bab terdahulu, maka penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif
kausatif.
G.2. Populasi, Sampel dan Responden Penelitian
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap yang berupa
orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk
mempelajarinya menjadi objek penelitian sementara sampel adalah suatu
himpunan atau subset dari unit populasi (Kuncoro, 2003:23).
17
Populasi dalam penelitian ini adalah SKPD yang ada di Kota
Singkawang. Metode pengambilan sampelnya adalah total sampling
method. Peneliti menjadikan seluruh populasi sampel sebagai sampel,
karena jumlahnya yang kurang dari 100 subjek.
Responden yang digunakan adalah kepala SKPD dan kabag
keuangannya dengan jumlah responden 64 orang dari 32 SKPD yang
terdapat di Kota Singkawang. Alasan pemilihan responden terhadap kepala
dan bagian keuangan adalah karena dibagian ini bertanggungjawab dalam
penyusunan anggaran dimasing-masing SKPD.
G.3. Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah :
1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer, yakni
data yang diperoleh dari responden sehubungan dengan objek penelitian
dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada pihak yang
berhubungan dengan objek yang diteliti. Instrumen dalam kuesioner
partisipasi anggaran diambil dari penelitian Milani (1975), kinerja
manajerial diambil dari penelitian Mahoney, et.al (1963) dan gaya
kepemimpinan diambil dari penelitian Fiedler & Yukl (1981).
2. Sumber data dalam penelitian ini adalah responden yaitu kepala SKPD
dan Kabag. Keuangannya.
G.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan
kuisioner, dilakukan dengan cara pemberian seperangkat pernyataan
18
tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuisioner tersebut berisikan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan partisipasi anggaran, gaya
kepemimpinan terhadap kinerja manajerial. Untuk menghindari keragu-
raguan responden terhadap berbagai pertanyaan yang mungkin dianggap
sensitif, maka dalam surat permohonan juga diterangkan bahwa informasi
dari responden akan dijaga kerahasiaannya.
G.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
G.5.1. Variabel
Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan dalam fokus
topik penelitian (Bambang, 2012:68). Variabel terikat (dependent
variable) dalam penelitian ini adalah Kinerja Manajerial SKPD (Y).
Variabel bebas
Variabel bebas adalah suatu variabel yang ada atau terjadi
mendahului variabel terikatnya (Bambang, 2012:68). Variabel bebas
(independent variable) dalam penelitian ini adalah Partisipasi
Anggaran (X1), Gaya Kepemimpinan (X2).
G.5.2. Definisi Operasional
Kinerja Manajerial SKPD
Kinerja Manajerial SKPD adalah gambaran pencapaian
pelaksanaan kegiatan, program kerja dan kebijaksanaan yang
dilaksanakan oleh SKPD Kota Singkawang dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
19
Partisipasi Anggaran
Partisipasi Anggaran adalah tindakan yang dilakukan oleh
manajer dalam proses pembuatan rencana kerja untuk jangka waktu
satu tahun, yang dinyatakan dalam satuan moneter dan satuan
kuantitatif yang lain, guna mencapai tujuan organisasi. Peran manajer
dalam penganggaran terdiri atas peran interpersonal, peran informasi
dan peran pengambilan keputusan.
Pemanfaaatan Sistem Informasi Keuangan Daerah
Pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah adalah
mendayagunakan suatu sistem yang mendokumentasikan,
mengadministrasikan, serta mengolah data pengelolaan keuangan
daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan
kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam
rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pertanggungjawaban
pemerintah daerah.
G.5. Teknik Analisis Data
Koefisien Determinasi
Dilihat dari adjusted R square yang artinya seberapa besar
kontribusi variable terikat.
Analisis Regresi Berganda
Untuk melihat pengaruh evaluasi anggaran dan kejelasan tujuan
anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah Kota Singkawang
digunakan alat analisis regresi linear berganda.
20
Bentuk umum dari perumusan regresi linear berganda dalam
penelitian ini adalah :
Y = α + b1 (X1) + b2 (X2) + e
Keterangan :
Y = Kinerja Manajerial SKPD
X1 = Partisipasi Anggaran
X2 = Gaya Kepemimpinan
α = Konstanta
b = Koefisien Regresi
e = Standar eror
Uji F
Uji model yang dilakukan adalah dengan melakukan Uji F (F
Test). Uji F dilakukan untuk menguji apakah model yang digunakan telah
sesuai atau tidak. Uji F dapat dilihat pada output ANOVA dari hasil
analisis regresi linear berganda, dengan kriteria pengujian.
Uji Hipotesis
Uji t statistik dilakukan untuk menguji apakah secara parsial
variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat secara baik. Uji t
statistik dapat dilihat pada output coefficients dari hasil analisis regresi
linear berganda. Kriteria pengujian untuk uji hipotesis ini adalah :
a. Jika thitung > ttabel, atau sig < α = 0,05 dan koefisien β bernilai positif,
maka Ha diterima, Ho ditolak.
21
b. Jika thitung >ttabel, atau sig < α = 0,05 atau koefisien β bernilai negatif,
maka Ha ditolak, Ho diterima
c. Jika thitung < ttabel, dan sig > α = 0,05 atau maka Ha ditolak, Ho
diterima
Dengan tingkat kepercayaan untuk pengujian hipotesis adalah 95% atau α
0,05.
22
H. Daftar Pustaka
Ahmad Yani. 2008. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.Anthony, Robert N dan Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian
Manajemen. Terjemahan Kurniawan Tjakrawala. Jakarta : Salemba Empat.
A. Rohman. 2007. Pengaruh Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah dan Fungsi Pemeriksaan Intern Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Survei Pada Pemda Kota, Kabupaten, dan Provinsi di Jawa Tengah.” JurnalMAKSI, Vol. 7,No. 2, pp.206-220.
Hansen dan Mowen. 2004. Management Accounting. Jakarta: Salemba Empat.
Haryanto. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Kuncoro, M. 2003. Metode untuk Riset dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Prasetyo Bambang. 2013. Metode Penelitian (Teori dan Aplikasi). Jakarta: Rajawali Pers.
Sangadji, Etta Mamang, 2010. Metode Penelitian (Pendekatan Praktis dalam Penelitian), Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Mahoney, T.A., T. H. Jerdee & S.J.Carroll (1963). Development of Managerial Performance: A Research Approach. Cincinnati: South Western Publishing.
Mardiasmo. 2006. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : Andi.
Milani, Ken, The Relationship of Participation in Budget-Setting to Industrial Supervisor Performance and Attitudes : A Field Study, The Accounting Review, pp. 274-284, April 1975).
Muhammad, Mahsun. 2006. Akuntansi Sektor Publik (Suatu Pengantar). Yogyakarta: BPFE.