Biga_Isik

34
1 A. Latar Belakang Anggaran merupakan hal penting bagi suatu entitas, komponen kunci dari perencanaan adalah anggaran, yaitu rencana keuangan untuk masa depan yang mengidentifikasikan tindakan yang diperlukan untuk mencapainya. Setiap entitas pencari laba maupun nirlaba bisa mendapatkan manfaat dari perencanaan dan pengendalian yang diberikan anggaran (Hansen dan Mowen, 2009). Anggaran sering digunakan untuk menilai kinerja manajerial. Bonus, kenaikan gaji, dan promosi adalah semua hal yang dipengaruhi oleh kemampuan seorang manajer untuk mencapai atau melampaui tujuan yang direncanakan (Hansen dan Mowen, 2004:375). Jadi, perilaku manajer sangat dipengaruhi oleh anggaran. Anggaran berhubungan erat dengan akuntansi. Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari satuan usaha ekonomi (Sabrina, 2009). Jadi apabila

description

h

Transcript of Biga_Isik

1

A. Latar Belakang

Anggaran merupakan hal penting bagi suatu entitas, komponen

kunci dari perencanaan adalah anggaran, yaitu rencana keuangan untuk

masa depan yang mengidentifikasikan tindakan yang diperlukan untuk

mencapainya. Setiap entitas pencari laba maupun nirlaba bisa

mendapatkan manfaat dari perencanaan dan pengendalian yang diberikan

anggaran (Hansen dan Mowen, 2009). Anggaran sering digunakan untuk

menilai kinerja manajerial. Bonus, kenaikan gaji, dan promosi adalah

semua hal yang dipengaruhi oleh kemampuan seorang manajer untuk

mencapai atau melampaui tujuan yang direncanakan (Hansen dan Mowen,

2004:375). Jadi, perilaku manajer sangat dipengaruhi oleh anggaran.

Anggaran berhubungan erat dengan akuntansi. Akuntansi adalah

suatu kegiatan jasa yang fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif,

terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari satuan usaha ekonomi

(Sabrina, 2009). Jadi apabila dihubungkan dengan anggaran, data

akuntansi merupakan salah satu sumber utama. Hal ini karena akuntansi

menyediakan data historis dan aktual yang bersifat keuangan, yang

memenuhi tujuan analisa dalam pengembangan rencana-rencana

organisasi. Selanjutnya, penyesuaian anggaran harus disesuaikan dengan

sistem akuntansi yang terdapat pada perusahaan tersebut, terutama

penggolongan transaksi-transaksi dalam perkiraan-perkiraan (Sabrina,

2009).

2

Untuk menyiapkan sebuah anggaran, rencana strategis haruslah

dikembangkan. Hansen dan Mowen (2004:1) menyebutkan bahwa rencana

strategis mengidentifikasi strategi-strategi untuk aktivitas dan operasi di

masa depan, umumnya mencakup setidaknya lima tahun kedepan.

Organisasi dapat menerjemahkan strategi umum ke tujuan jangka panjang

dan pendek. Tujuan ini membentuk dasar anggaran. Hubungan rencana

strategis dengan anggaran

Proses penganggaran merupakan kegiatan yang penting dan

melibatkan berbagai pihak, terutama atasan. Atasan dalam satuan kerja

perangkat daerah adalah para pejabat yang melakukan fungsi perencanaan

dan pengendalian anggaran. Anthony & Govindarajan (2005) menegaskan

bahwa anggaran perlu disiapkan secara detail dan melibatkan atasan pada

setiap level organisasi. Adanya peran atasan dalam penganggaran, maka

proses penganggaran akan berjalan dengan efektif sehingga dapat

meningkatkan kinerja SKPD.

Menurut Rohman (2007), peran atasan memungkinkan tercapainya

kinerja dan mekanisme penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan

efektif. Desentralisasi memberikan kesempatan bagi atasan untuk

mendorong kreatifitas dalam pengelolaan keuangan daerah terutama dalam

penganggaran. Individu yang terlibat dan diberi tanggungjawab dalam

penyusunan anggaran akan bekerja lebih keras untuk mencapai tujuan,

sehingga kinerja organisasi akan semakin tinggi (Rohman, 2007).

3

Partisipasi dapat meningkatkan kinerja karena partisipasi

memungkinkan bawahan mengkomunikasikan apa yang mereka butuhkan

kepada atasannya. Dalam penyusunan anggaran diperlukan komunikasi

antara atasan dan bawahan untuk saling memberikan informasi disamping

dapat memberikan kesempatan memasukkan informasi lokal karena

bawahan lebih mengetahui kondisi langsung pada bagiannya.

Selain peran manajer, pemanfaatan teknologi informasi juga dapat

meningkatkan kinerja SKPD. Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas

dan transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah, penggunaan

teknologi informasi merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi,

untuk membantu pengelolaan data yang lebih cepat, efektif dan efisien.

Menurut Ahmad (2008:428), pemerintah daerah perlu mengoptimalkan

pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk membangun jaringan

sistem informasi manajemen dan proses kerja yang memungkinkan

pemerintah bekerja secara terpadu dengan menyederhanakan akses-akses

antar unit kerja.

Oleh karena itu, dewasa ini SKPD telah memanfaatkan teknologi

informasi yang menghasilkan suatu sistem informasi, dimana

menyediakan informasi mengenai keuangan daerah yang dapat diakses,

dikelola dan didayagunakan oleh berbagai pihak dan masyarakat luas.

Sistem informasi tersebut dikenal dengan Sistem Informasi Keuangan

Daerah (SIKD). Pemanfaatan SIKD dapat mempercepat proses kerja

4

dalam pengelolaan keuangan daerah dan menyediakan informasi keuangan

daerah yang komprehensif kepada masyarakat luas (Ahmad, 2008:428).

SIKD merupakan suatu sistem yang mendokumentasikan,

mengadministrasikan, serta mengolah data pengelolaan keuangan daerah

dan data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan kepada

masyarakat dan sebagai bahan pengmbilan keputusan dalam rangka

perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pertanggungjawaban pemerintah

daerah (Ahmad, 2008:429). SIKD adalah suatu alat yang digunakan untuk

mencapai tujuan pemerintah dalam memberikan informasi keuangan

sebagai bagian dari sistem informasi manajemen pemerintah daerah.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi

anggaran dan pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah terhadap

kinerja manajerial. Hal ini penting, karena dengan mengetahui besarnya

pengaruh adanya partisipasi anggaran dan pemanfaatan sistem informasi

keuangan daerah terhadap kinerja manajerial, maka atasan dapat

mengembangkan pendekatan partisipasi anggaran dan lebih

mamaksimalkan pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah dengan

baik untuk menentukan keputusan yang optimal demi meningkatnya

kinerja manajerial SKPD.

Banyak penelitian bidang akuntansi manajemen yang

menaruh perhatian pada masalah partisipasi anggaran. Hal

ini karena anggaran partisipatif dinilai mempunyai

konsekuensi terhadap sikap dan perilaku anggota

5

organisasi (Murray,1990). Pengaruh anggaran partisipatif

pada kinerja manajerial merupakan tema yang menarik

dalam penelitian akuntansi manajemen. Brownell (1982b)

menyebutkan dua alasan, yaitu (a) partisipasi dinilai

sebagai pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan

kinerja anggota organisasi, dan (b) berbagai penelitian

yang menguji hubungan antara partisipasi dan kinerja

hasilnya saling bertentangan. Termotivasi hasil penelitian

terdahulu, penelitian ini mengkonfirmasi kembali apakah

partisipasi anggaran mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja manajerial. Di samping itu, juga

menguji apakah variabel pemanfaatan sistem informasi

keuangan daerah mempengaruhi kinerja manajerial.

Responden penelitian ini adalah pimpinan SKPD di Kota

Singkawang. Responden ini dipilih karena pimpinan SKPD

sebagai unit pertanggung jawaban dibebani dengan target

anggaran, disamping itu variabel gaya kepemimpinan

diduga merupakan faktor yang mampu mempengaruhi

upaya pencapaian terget tersebut.

Penelitian ini disusun dengan judul “Pengaruh Partisipasi

Anggaran dan Pemanfaatan Sistem Informasi Keuangan Daerah Terhadap

Kinerja Manajerial” (Studi Kasus Pada SKPD Kota Singkawang).

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas,

dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti sebagai berikut :

1. Sejauh mana partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja

manajerial pada SKPD Kota Singkawang?

2. Sejauh mana pemanfaatan sistem informasi keuangan berpengaruh

terhadap kinerja manajerial pada SKPD Kota Singkawang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka

permasalahan yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial SKPD Kota

Singkawang;

2. Pengaruh pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah terhadap

kinerja SKPD Kota Singkawang.

Untuk lebih jelasnya pengaruh antar variabel independen dengan

variabel dependen dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Partisipasi anggaran

7

Gambar Kerangka Konseptual

Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual yang telah diuraikan

diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja

manajerial.

H2 : Pemanfaatan sistem informasi keuangan berpengaruh signifikan positif

terhadap kinerja manajerial.

D. Kegunaan Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

berbagai pihak, antara lain :

1. Bagi Penulis

Memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai partisipasi

anggaran dan hubungannya dengan kinerja serta pemanfaatan sistem

informasi keuangan daerah. Serta dapat mengaplikasikan ilmu mengenai

penganggaran yang sebelumnya telah dipelajari dalam perkuliahan.

2. Bagi Instansi

Dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai pertimbangan

evaluasi untuk kinerja kedepan lebih baik.

Pemanfaatan sistem informasi

keuangan

Kinerja manajerial

8

3. Bagi Pihak Lain

Dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan

penelitian berkaitan dengan ini dan dikembangkan sebagai wawasan

kepustakaan.

E. Landasan Teori dan Kajian Empiris

E.1. Anggaran

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang

hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam

ukuran finansial. Sedangkan anggaran sektor publik merupakan instrumen

akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-

program yang dibiayai dengan uang publik (Mardiasmo, 2004:61).

Menurut Haryanto (2007) anggaran sektor publik merupakan rencana

kegiatan dan keuangan periodik biasanya dalam satu tahun (tahun

anggaran) yang berisi program dan kegiatan dan jumlah dana yang

diperoleh (pendapatan dan belanja) dalam mencapai tujuan organisasi.

E.2. Partisipasi Anggaran

Brownell (1982) menyebutkan bahwa partisipasi anggaran

merupakan proses yang melibatkan individu-individu secara langsung di

dalamnya dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan tujuan anggaran

yang prestasinya akan dinilai dan kemungkinan akan dihargai atas dasar

pencapaian tujuan anggaran mereka.

9

Partisipasi anggaran memiliki beberapa manfaat. Menurut Siegel

dan Marconi (1989), manfaat partisipasi anggaran yaitu :

1. Memacu peningkatan moral dan inisiatif untuk mengembangkan ide

dan informasi pada seluruh tingkat manajemen.

2. Meningkatkan group cohesiveness yang kemudian meningkatkan

kerjasama antar individu dalam pencapaian tujuan.

3. Terbentuknya group internalization yaitu penyatuan tujuan individu

dan organisasi.

4. Menghindari tekanan dan kebingungan dalam melaksanakan

pekerjaan.

5. Manajer menjadi tanggap pada masalah-masalah sub unit tertentu serta

memiliki pemahaman yang lebih baik tentang ketergantungan antar

departemen.

Partisipasi penganggaran secara terperinci terdiri dari 6 indikator

(Milani, 1975), yaitu:

1. Sejauh mana anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para pengurus.

2. Alasan-alasan penolakan pihak manajer pada saat anggaran diproses.

3. Keinginan memberikan partisipasi anggaran kepada pihak manajer

tanpa diminta.

4. Sejauhmana manajer mempunyai pengaruh dalam anggaran akhir.

5. Kepentingan manajer dalam partisipasinya terhadap anggaran.

6. Anggaran didiskusikan antara pihak manajer puncak dengan manajer

pusat pertanggungjawaban pada saat anggaran disusun.

10

E.3. Pemanfaatan Sistem Informasi Keuangan

Sistem informasi merupakan seperangkat komponen yang saling

berhubungan yang berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan,

dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pembuatan keputusan

dan pengawasan dalam organisasi (Laudon dan Laudon, 2000).

Peraturan Pemerintah RI No. 56 Tahun 2005, Sistem Informasi

Keuangan Daerah selanjutnya disingkat SIKD adalah :“Suatu sistem yang

mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data

pengelolaan keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi

yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan

keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan

pertanggungjawaban pemerintah daerah.

Informasi keuangan daerah adalah segala informasi yang berkaitan

dengan keuangan daerah yang diperlukan dalam rangka penyelenggaran

Sistem Informasi Keuangan Daerah”. Informasi keuangan daerah yang

disampaikan oleh daerah kepada pemerintah mencakup :

1) APBD dan realisasi APBD provinsi, kabupaten ,dan kota,

2) Neraca daerah,

3) Laporan arus kas,

4) Catatan atas laporan keuangan daerah,

5) Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan,

6) Laporan keuangan perusahaan daerah,

Penyelenggaraan SIKD mempunyai fungsi:

11

1) Penyusunan standar informasi keuangan daerah,

2) Penyajian informasi keuangan daerah kepada masyarakat,

3) Penyiapan rumusan kebijakan teknis penyajian informasi,

4) Penyiapan rumusan kebijakan teknis di bidang teknologi

pengembangan SIKD,

5) Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan SIKD,

6) Pembakuan SIKD yang meliputi prosedur, pengkodean, peralatan

aplikasi dan pertukaran informasi, dan

7) Pengkoordinasian jaringan komunikasi data dan pertukaran informasi

antar instansi pemerintah.

Pemerintah Daerah menyelenggarakan SIKD di daerahnya masing-

masing dengan tujuan :

1) Membantu Kepala Daerah dalam menyusun anggaran daerah dan

laporan pengelolaan keuangan daerah,

2) Membantu Kepala Daerah dalam merumuskan kebijakan keuangan

daerah,

3) Membantu Kepala Daerah dan instansi terkait lainnya dalam melaukan

evaluasi kinerja keuangan daerah,

4) Membantu menyediakan kebutuhan statistic keuangan daerah,

5) Menyajikan informasi keuangan daerah secara terbuka kepada

masyarakat, dan

6) Mendukung penyediaan informasi keuangan daerah yang dibutuhkan

dalam SIKD secara nasional.

12

Penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) meliputi:

1) Penyajian informasi anggaran, pelaksanaan anggaran, dan

pelaporan keuangan daerah yang dihasilkan oleh Sistem informasi

Pengelolaan Keuangan Daerah.

2) Penyajian informasi keuangan daerah melalui sistem resmi

Pemerintah Daerah.

3) Penyediaan informasi keuangan daerah dalam rangka mendukung

SIKD secara nasional.

E.4. Kinerja Manajerial

Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi yang tertuang dalam

strategic planing suatu organisasi (Mahsun, 2006). Istilah kinerja sering

digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu

maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui jika individu atau

kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah

ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan tertentu yang

hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau

organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukur.

Menurut Indra (2006), terdapat 5 indikator dalam pengukuran

kinerja yaitu:

13

1. Indikator masukan (inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar

pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.

2. Indikator keluaran (outputs) adalah sesuatu yang diharapkan langsung

dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan nonfisik.

3. Indikator hasil adalah (outcomes) adalah segala sesuatu yang

mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah

(efek langsung).

4. Indikator manfaat (benefits) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan

akhir dari pelaksanaan kegiatan.

5. Indikator dampak (impacts) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif

maupun negatif terhadap setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi

yang telah ditetapkan.

F. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

F.1. Hubungan Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial SKPD

Dalam proses pengelolaan keuangan daerah, anggaran merupakan

salah satu masalah penting. Mardiasmo (2006) mengemukakan tahap

penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif

dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan

yang sudah disusun. Anggaran merupakan managerial plan for action

untuk menfasilitasi tercapainya tujuan organisasi.

Agar proses penganggaran berjalan dengan efektif guna

meningkatkan kinerja satuan kerja perangkat daerah (SKPD), dibutuhkan

partisipasi didalamnya. Anthony & Govindrajan (2005) menegaskan

14

bahwa anggaran perlu disiapkan secara detail dan melibatkan atasan pada

setiap level organisasi. Adanya peran atasan dalam penganggaran akan

membantu terwujudnya anggaran yang efektif, sehingga tidak terjadi

pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala

prioritas, serta untuk mendukung dilakukannya pengelolaan dana pubik

(public money) yang mendasarkan prinsip value for money.

Peran atasan memungkinkan tercapainya kinerja dan mekanisme

penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif (Rohman dalam

Natalia, 2007). Partisipasi menunjukkan peran seseorang dalam

mewujudkan tujuan organisasi. Individu yang terlibat dan diberi

tanggungjawab dalam penyusunan anggaran akan bekerja lebih keras

untuk mencapai tujuan, sehingga kinerja organisasi akan semakin tinggi

(Rohman dalam Natalia, 2007). Selain itu, desentralisasi juga memberikan

kesempatan atasan untuk mendorong kreatifitas dalam pengelolaan

keuangan daerah terutama dalam penganggaran.

Penelitian Herminingsih (2009) di Pemda kabupaten Demak

menunjukkan bahwa partisipasi dalam penganggaran dan peran manajerial

pengelola keuangan daerah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja

pemerintah daerah.

Menurut penelitian Rohman (2007), peran manajerial pengelola

keuangan daerah juga berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin baik peran manajer dalam

15

penganggaran, maka semakin baik juga kinerja SKPD yang merupakan

unit kerja pemerintah daerah.

H1 : Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap

kinerja SKPD.

F.2. Hubungan Pemanfaatan Sistem Informasi Keuangan Daerah

dengan Kinerja Manajerial SKPD

Menurut Mardiasmo (2008:428), Sistem Informasi Keuangan

Daerah (SIKD) dapat meningkatkan kinerja SKPD dalam pengelolaan

keuangan daerah guna mewujudkan transparansi dan akuntabilitas. Sistem

informasi keuangan daerah dapat mempercepat proses kerja dalam

pengelolaan keuangan daerah (penganggaran, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban), dan menyediakan informasi keuangan daerah yang

komprehensif kepada masyarakat luas.

Sistem Informasi Keuangan Daerah merupakan suatu sistem yang

mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data

pengelolaan keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi

yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan

keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan,dan

pelaporanpertanggungjawaban pemerintah daerah (Ahmad, 2008:429).

SIKD adalah suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pemerintah

dalam memberikan informasi keuangan sebagai bagian dari sistem

informasi manajemen pemerintah daerah.

16

Dalam Penelitian Tubagus (2010) di kabupaten Simalungun,

Sumatera Utara, meneliti tentang pengaruh penerapan anggaran berbasis

kinerja dan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah terhadap

kinerja SKPD. Hasil penelitian tersebut adalah bahwa penerapan anggaran

berbasis kinerja dan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah

berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Penelitian Fikri (2011) juga

menunjukkan bahwa sistem informasi keuangan daerah berpengaruh

signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Jadi dapat disimpulkan

bahwa semakin baik pemanfaatan Sistem Informasi Keuangan (SIKD),

semakin baik juga kinerja SKPD.

H2 : Pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah berpengaruh

signifikan positif terhadap kinerja SKPD.

G. Metode Penelitian

G.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang telah dijelaskan

pada bab terdahulu, maka penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif

kausatif.

G.2. Populasi, Sampel dan Responden Penelitian

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap yang berupa

orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk

mempelajarinya menjadi objek penelitian sementara sampel adalah suatu

himpunan atau subset dari unit populasi (Kuncoro, 2003:23).

17

Populasi dalam penelitian ini adalah SKPD yang ada di Kota

Singkawang. Metode pengambilan sampelnya adalah total sampling

method. Peneliti menjadikan seluruh populasi sampel sebagai sampel,

karena jumlahnya yang kurang dari 100 subjek.

Responden yang digunakan adalah kepala SKPD dan kabag

keuangannya dengan jumlah responden 64 orang dari 32 SKPD yang

terdapat di Kota Singkawang. Alasan pemilihan responden terhadap kepala

dan bagian keuangan adalah karena dibagian ini bertanggungjawab dalam

penyusunan anggaran dimasing-masing SKPD.

G.3. Sumber Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah :

1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer, yakni

data yang diperoleh dari responden sehubungan dengan objek penelitian

dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada pihak yang

berhubungan dengan objek yang diteliti. Instrumen dalam kuesioner

partisipasi anggaran diambil dari penelitian Milani (1975), kinerja

manajerial diambil dari penelitian Mahoney, et.al (1963) dan gaya

kepemimpinan diambil dari penelitian Fiedler & Yukl (1981).

2. Sumber data dalam penelitian ini adalah responden yaitu kepala SKPD

dan Kabag. Keuangannya.

G.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan

kuisioner, dilakukan dengan cara pemberian seperangkat pernyataan

18

tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuisioner tersebut berisikan

pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan partisipasi anggaran, gaya

kepemimpinan terhadap kinerja manajerial. Untuk menghindari keragu-

raguan responden terhadap berbagai pertanyaan yang mungkin dianggap

sensitif, maka dalam surat permohonan juga diterangkan bahwa informasi

dari responden akan dijaga kerahasiaannya.

G.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

G.5.1. Variabel

Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan dalam fokus

topik penelitian (Bambang, 2012:68). Variabel terikat (dependent

variable) dalam penelitian ini adalah Kinerja Manajerial SKPD (Y).

Variabel bebas

Variabel bebas adalah suatu variabel yang ada atau terjadi

mendahului variabel terikatnya (Bambang, 2012:68). Variabel bebas

(independent variable) dalam penelitian ini adalah Partisipasi

Anggaran (X1), Gaya Kepemimpinan (X2).

G.5.2. Definisi Operasional

Kinerja Manajerial SKPD

Kinerja Manajerial SKPD adalah gambaran pencapaian

pelaksanaan kegiatan, program kerja dan kebijaksanaan yang

dilaksanakan oleh SKPD Kota Singkawang dalam mewujudkan

sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.

19

Partisipasi Anggaran

Partisipasi Anggaran adalah tindakan yang dilakukan oleh

manajer dalam proses pembuatan rencana kerja untuk jangka waktu

satu tahun, yang dinyatakan dalam satuan moneter dan satuan

kuantitatif yang lain, guna mencapai tujuan organisasi. Peran manajer

dalam penganggaran terdiri atas peran interpersonal, peran informasi

dan peran pengambilan keputusan.

Pemanfaaatan Sistem Informasi Keuangan Daerah

Pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah adalah

mendayagunakan suatu sistem yang mendokumentasikan,

mengadministrasikan, serta mengolah data pengelolaan keuangan

daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan

kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam

rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pertanggungjawaban

pemerintah daerah.

G.5. Teknik Analisis Data

Koefisien Determinasi

Dilihat dari adjusted R square yang artinya seberapa besar

kontribusi variable terikat.

Analisis Regresi Berganda

Untuk melihat pengaruh evaluasi anggaran dan kejelasan tujuan

anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah Kota Singkawang

digunakan alat analisis regresi linear berganda.

20

Bentuk umum dari perumusan regresi linear berganda dalam

penelitian ini adalah :

Y = α + b1 (X1) + b2 (X2) + e

Keterangan :

Y = Kinerja Manajerial SKPD

X1 = Partisipasi Anggaran

X2 = Gaya Kepemimpinan

α = Konstanta

b = Koefisien Regresi

e = Standar eror

Uji F

Uji model yang dilakukan adalah dengan melakukan Uji F (F

Test). Uji F dilakukan untuk menguji apakah model yang digunakan telah

sesuai atau tidak. Uji F dapat dilihat pada output ANOVA dari hasil

analisis regresi linear berganda, dengan kriteria pengujian.

Uji Hipotesis

Uji t statistik dilakukan untuk menguji apakah secara parsial

variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat secara baik. Uji t

statistik dapat dilihat pada output coefficients dari hasil analisis regresi

linear berganda. Kriteria pengujian untuk uji hipotesis ini adalah :

a. Jika thitung > ttabel, atau sig < α = 0,05 dan koefisien β bernilai positif,

maka Ha diterima, Ho ditolak.

21

b. Jika thitung >ttabel, atau sig < α = 0,05 atau koefisien β bernilai negatif,

maka Ha ditolak, Ho diterima

c. Jika thitung < ttabel, dan sig > α = 0,05 atau maka Ha ditolak, Ho

diterima

Dengan tingkat kepercayaan untuk pengujian hipotesis adalah 95% atau α

0,05.

22

H. Daftar Pustaka

Ahmad Yani. 2008. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.Anthony, Robert N dan Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian

Manajemen. Terjemahan Kurniawan Tjakrawala. Jakarta : Salemba Empat.

A. Rohman. 2007. Pengaruh Peran Manajerial Pengelola Keuangan Daerah dan Fungsi Pemeriksaan Intern Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Survei Pada Pemda Kota, Kabupaten, dan Provinsi di Jawa Tengah.” JurnalMAKSI, Vol. 7,No. 2, pp.206-220.

Hansen dan Mowen. 2004. Management Accounting. Jakarta: Salemba Empat.

Haryanto. 2007. Akuntansi Sektor Publik. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kuncoro, M. 2003. Metode untuk Riset dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Prasetyo Bambang. 2013. Metode Penelitian (Teori dan Aplikasi). Jakarta: Rajawali Pers.

Sangadji, Etta Mamang, 2010. Metode Penelitian (Pendekatan Praktis dalam Penelitian), Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Mahoney, T.A., T. H. Jerdee & S.J.Carroll (1963). Development of Managerial Performance: A Research Approach. Cincinnati: South Western Publishing.

Mardiasmo. 2006. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : Andi.

Milani, Ken, The Relationship of Participation in Budget-Setting to Industrial Supervisor Performance and Attitudes : A Field Study, The Accounting Review, pp. 274-284, April 1975).

Muhammad, Mahsun. 2006. Akuntansi Sektor Publik (Suatu Pengantar). Yogyakarta: BPFE.

23

Murray, D. (1990), The Performance Effects of Participative Budgeting : An Integration of Intervining and Moderating Variables, Behavioral Research in Accounting, Vol.2, hal. 104-123.

Sabrina, 2009