TUGAS
MANAJEMEN PERUBAHAN
“BANGKIT DARI PUING”
Nama Kelompok:
Crisna Oggie
Aditya Wahyu R
Aprilia HPR
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
2015
Hotel Shangri-La (HS) berdiri sejak 23 Maret 1994, merupakan salah satu hotel yang cukup
dipuji-puji sebagai salah satu hotel terbaik dan ternama di Jakarta, bahkan di Indonesia. Pada
tanggal 17 Maret 2001 Hotel Shangri-La (HS) mengalami cobaan dan beberapa musibah
yang cukup berat seperti demonstrasi, pemogokan dan penghentian operasi, lalu pada tanggal
23 Desember 2000 hotel ini ditutup. Beberapa hal dari masalah tersebut adalah kemelut
internal antara manajemen dan karyawan gara-gara soal service charge (SWA, No.3/2001)
yang menakutkan pengunjung. Sekitar 550 karyawan dari total 1.200 orang diputuskan di
PHK.
Setelah mengalami keterpurukan, Hotel Shangri-La berusaha untuk bangkit kembali, namu
hal tersebut bukanlah perkara yang mudah, karena menyangkut rasa aman pengunjung,
berhubungan dengan pembaruan karakter antar karyawan terutama dengan budaya
perusahaan bagi yang baru di rekrut dan beberapa persoalan seperti perbaikan citra, dan
integrasi karakter SDM lama dan baru. Namun dengan begitu, tidak lantas menghentikan
Hotel Shangri-la untuk tetap bangkit dan beroprasi kembali setelah sekian lama vakum.
Karena adanya PHK, maka Hotel Shangri-La melakukan rekrutmen baru dan berarti harus
mengintegrasikannya dengan karyawan yang bertahan. Memberikan kompensasi PHK
kepada 300 karyawan di tengah kerugian yang sudah ditelan sebesar Rp 50 miliar akibat
penutupan operasi. Pembayaran pesangon diberikan dengan baik sesuai dengan kesepakatan
dengan pemerintah (tripartit). Dan membuka rekrutmen besar-besaran disamping memanggil
kembali karyawan lama yang tidak di-PHK. Untuk mengganti mereka yang dikeluarkan,
diputuskan merekrut 400 karyawan.
Dalam kasus ini, dapat dikaitkan dengan empat tahap perubahan yang dirumuskan oleh
Bullock dan Batten yaitu:
Fase Eksplorasi
Fase Perencanaan
Fase Tindakan
Fase Integrasi
Empat tahap perubahan ini dilakukan oleh HS sebagai langkah-langkah perubahan terncana
dalam membangkitkan keterpurukan HS, dimana fase-fase terencana yang ada didalamnya
dapat dikaitakan dengan perencanaan dari manajemen HS dalam pembauran karakter
antarkaryawan, terutama dengan budaya perusahaan bagi yang baru direkrut.
Dalam hal rekrutmen, Hotel Shangri-La beruntung karena pelamar melebihi 5 ribu orang.
Namun masalah baru timbul, berhubungan dengan banyaknya yang harus direkrut dan cara
mengintegrasikannya dengan karyawan lama. Untuk solusi hal tersebut, guna menghindari
potensi konflik karyawan lama vs karaywan baru karena faktor psikologis, seperti senioritas
dan pengalaman, sebagian besar karyawan baru yang direkrut merupakan fresh graduate;
diasumsikan karena baru lulus, mereka relatif lebih dapat rendah hati untuk bergabung
dengan karyawan yang sudah bekerja lebih dulu dan membaur dengan budaya kerja yang ada.
Hal tersebut nyatanya tidak berhenti sampai disitu, dalam penanganan karyawan fresh
graduate, perlu diadakan pelatihan-pelatihan intensif yang disebut Shangri-La Care Training.
Program ini bertujuan agar mereka mengenal lebih jauh siapa HS sebenarnya (seperti filosofi
perusahaan) hingga bagaimana memperlakukan tamu. Disini karyawan lama pun ikut aktif
dilibatkan dalam proses orientasi. Karyawan lama yang lebih mengenal tempat kerja
memberikan bimbingan bagi “adik-adiknya” dalam suatu orientasi grup harian.
Apabila upaya penggalangan dan integrasi SDM ditempuh dengan cara-cara yang sudah
dipaparkan sebelumnya, pada persoalan mendongkrak citra yang terpuruk, manajemen HS
juga tak kalah aktif, mereka menerapkan beberapa langkah baru yakni:
Setelah 1-2 minggu mulai beroprasi dengan normal, mereka mulai memasang
iklan pada beberapa surat kabar besar di Jakarta dan Singapura, isisnya
mengumumkan bahwa Shangri-La is back, kembali beroprasi dengan segala
keamanan dan kenyamanan.
Mengirimkan surat pada para corporate account dan pelanggan setia HS yang
selama ini menanyakan tentang HS.
Setelah mencapai beberapa langkah dalam mengembalikan kembali citra HS yang jatuh,
perlahan tapi pasti, tingkat hunian hotel mulai mencapai 30% dan diharapkan Stefan akan
terus meningkat dalam waktu mendatang, meskipun pelanggan sementara ini masih
pengunjung domestik. Hal yang menjadi penyebab terjadinya kekisruhan pada HS
sebelumnya ialah karena kurangnya keterbukaan. Pasalnya, tak tertutup kemungkinan adanya
dua rasa curiga karyawan lama terhadap karyawan baru. Kecurigaan tersebut timbul karena
adanya:
Kesetiakawanan dalam diri karyawan lama kepada rekan yang di-PHK
sehingga ada perasaan dalam diri bahwa orang-orang baru ini masuk
menggantikan rekan-rekannya.
Kekahwatiran karyawan lama bahwa rekan-rekannya yang baru mendapatkan
gaji yang lebih tinggi dengan negoisasi khusus.
Untuk mengatasi kecurigaan tersebut, manajemen HS berusaha membangun iklim terbuka
dan membangun kepercayaan kepada setiap karyawan, dengan cara:
Kotak saran
coffee morning
employee meeting. dsb.
membincangkna isu-isu lama yang sebelumnya sempat mengganjal terutama
service charge.
Top Related