Download - BAB VIII KOMUNIKASI KONSELING - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/15873/11/Bab 8.pdf · menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku oranga lain. b. Everett M. Rogers Komunikasi

Transcript

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

183

BAB VIII

KOMUNIKASI KONSELING

A. Pengertian Komunikasi Konseling

Sebagai seorang muslim, tentunya dalam menjalankan sesuatu baik

dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam menjalankan profesi didasarkan

pada sumber-sumber yang menjadi pedoman hidup, yakni Al-Quran dan As-

Sunnah. Dalam As-Sunnah terdapat prinsip-prinsip dasar komunikasi

konseling. Mengingat bahwa pada zaman Rasululllah SAW, beliau adalah

figur konselor terbaik yang senantiasa memberikan solusi semua

permasalahan ummatnya. Baik yang datang secara pribadi maupun masalah

sosial. Beliau juga dengan cerdas dan tepat memberikan solusi sesuai dengan

latar belakang klien tanpa menyimpang dari agama. Sehingga sebagai

konselor islami dalam melakukan konseling yang islami hendaknya

mencontoh teladan Rasulullah SAW. Lebih tepatnya dalam makalah ini

dibahas mengenai prinsip-prinsip dasar dalam komunikasi konseling.

Komunikasi Konseling terdiri dari dua kata, yakni ‚Komunikasi‛ dan

‚Konseling‛. Keduanya memiliki arti yang berbeda dan tidak saling terikat

apabila dipisahkan menjadi dua kata. Namun apabila di gabungkan akan

menjadi padu dan saling berkaitan.

1. Pengertian Komunikasi

Frank Dance mencoba memberikan tiga konseptual yang

membentuk dimensi dasar komunikasi, yakni :

a. Dimensi Pengamatan Atau Keringkasan yaitu definisi komunikasi

berdasarkan kategori pengertian yang masih umum, luas dan bebas.

Misalnya, definisi komunikasi sebagai proses penyatuan antara

bagian bagian yang terputus, dalam hal ini adalah antara invidu yang

satu dengan yang lain saling bersambung oleh karena adanya

komunikasi.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

184

b. Dimensi Tujuan yaitu dimensi definisi komunikasi yang

menggambarkan proses pengiriman dan penerimaan pesan dengan

maksud tertentu. Misalnya, definisi komunikasi yang menerangkan

tentang ‚situasi-situasi tersebut merupakan sebuah sumber yang

mengirimkan sebuah pesan kepada penerima dengan tujuan tertentu

untuk mempengaruhi perilaku penerima‛.

c. Dimensi Penilaian Normatif adalah definisi komunikasi yang

menyertakan pernyataan tentang keberhasilan, kefektifan, atau

ketepatan. Misalnya,komunikasi didefinisikan ‚komunikasi

merupakan pertukaran sebuah pemikiran atau gaga-san‛. Asumsinya

adalah sebuah pemikiran atau gagasan ber-hasil ditukarkan.257

Beberapa ahli yang lain pun menyumbangkan pemikirannya

mengenai definisi komunikasi. Diantaranya adalah:258

a. Carl I. Hovland

Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang

menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku oranga lain.

b. Everett M. Rogers

Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari

sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk

mengubah tingkah laku mereka.

c. McLaughlin

Komunikasi adalah saling menukar ide-ide dengan cara apa saja

yang efektif.

d. Himstreet dan Baty

Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara

dua orang atau lebih melalui suatu sistem simbol-simbol, isyarat-

isyarat, dan perilaku yang sudah lazim.

e. Onong Uchjana Effendy

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk

lambang ber-makna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide,

informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya, yang

dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap

muka maupun tak langsung melalui media dengan tujuan mengubah

sikap pandangan atau perilaku.

257

Stephen W. Little Jhon & Karen A. Foss, Teori komunikasi, (Jakarta: PT. Salemba

Humanika, 2009), 4-5. 258

Ali Nurdin, dkk. Pengantar Ilmu Komunikasi, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press), 11.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

185

Dari definisi definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi

adalah penyampian suatu ide, pesan , informasi melalui sutu simbol atau

isyarat dari individu ke individu yang lain sehingga berdampak pada

perubahan tingkah laku.

2. Pengertian Konseling

Pendapat para ahli mengenai pengertian konseling adalah sebagai

berikut :259

a. Lewis

Konseling merupakan proses mengenai individu yang sedang

mengalami masalah (klien) dibantu untuk merasa dan bertingkah

laku dalam suasana yang lebih menyenangkan melalu interaksi

dengan seseorang yang tidak bermasalah yang menyediakan

informasi dan reaksi reaksi yang merangsang klien untuk

mengembangkan tingkah laku yang memungkinkannya berperan

secara lebih efektif bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.

b. Division of Counseling Psychology

Konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu

mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya dan untuk dan

untuk mencapai perkembangan optimal kemampuan pribadi yang

dimilikinya. Proses tersebut dapat terjadi setiap waktu.

c. Maclean

Konseling merupakan suatu proses yang terjadi dalam

hubungan tatap muka antara seseorang individu yang terganggu oleh

karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan

seseorang pekerja yang profesional, yaitu orang yang telah terlatih

dan berpengalaman membantu orang lain mencappai pemecahan-

pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi.

d. Ahmad Juntika Nur Ihsan

Konseling berarti upaya membantu individu melalui proses

interaksi yang bersifat pribadi antara konselor (individu yang

memiliki keahlian dalam mengarahkan pihak yang memiliki maslah)

dan konseli (individu yang sedang memiliki maslah) mampu

memahami dirinya sendiri dan lingkungannya, mampu membuat

259

Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013),

100.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

186

keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya

sehingga konseli merasa bahagiadan efektif perilakunya.260

Dari definisi konseling yang dipapakarkan oleh para ahli, dapat

disimpulkan bahwa konseling merupakan upaya pemberian bantuan

kepada individu yang sedang mengalami sebuah masalah atau hambatan

dalam proses perkembangannya (klien) oleh individu lain yang sudah

terlatih dan profeisonal dalam mengarahkan klien (konselor) dengan

proses tatap muka agar klien mampu memahami dirinya sendiri guna

penyelesaian masalah dan hambatannya agar tidak terjadi hal yang serupa

di waktu yang akan datang.

3. Pengertian Komunikasi Konseling

Merujuk pada pengertian-pengertian komunikasi dan konseling

diatas, dapat ditarik benang merah bahwasannya komunikasi konseling

adalah penyampaian pesan, ide atau informasi antara konselor dengan

klien selama proses pemberian bantuan berlangsung, yang berdampak

pada perubahan tingkah laku dari keduanya.

Pemberian umpan balik merupakan metode yang sangat ampuh

untuk meningkatkan mutu komunikasi. Seseorang pengirim biasanya

ingin tahu bagaimana pesan yang dikirimkannya itu akhirnya ditangkap.

Biasanya ia akan mencari tanda-tanda yang bentuknya bisa beraneka

ragam.261

Mungkin berupa tanggapan verbal sebagaimana terjadi bila

penerima meberikan jawaban. Mungkin juga berupa tangggapan non

verbal seperti pelaksanaan isi pesan, anggukan kepala, ekspresi wajah

yang mnunjukkan bahwa penerima memahami isi pesan atau tidak

memahaminya, menerima, mempertanyakan, atau bahkan menolak pesan

yang disampaikan. Komunikasi yang efektif terjadi apabila pesan dapat

diterima, dimengerti, dan dipahami sebgaimana yang dimaksud oleh

penerimanya.262

Dalam prosesnya, klien mengungkapkan pesan mengenai

masalahnya kepada konselor dengan harapan adanya respon dari konselor

terhadap masalah yang dialaminya tersebut. Sebaliknya konselor

menyampaikan pesan-pesannya agar klien bersifat terbuka kepadanya dan

260

Ahmad Juntika Nur Ihsan, Bimbingan dan Konseling dari Berbagai Latar Kehidupan,

(Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), 10. 261

Mary Rebeccaa ‘Rivkha’ E. Rogacion, R.G.S, Tumbuh Bersama Sahabat 1 Konseling Sebaya Sebuah Gaya Hidup, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), 53. 262

Bambang Syamsul Arifin, Dinamika Kelompok, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015),

43.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

187

diharapkan dapat terjadinya perubahan perilaku klien yang lebih baik

yang dapat mendukung pemecahan masalah klien.

Komunikasi konseling dapat dilaksanakan baik secara verbal

maupun non verbal atau secara dialog dan bahasa tubuh dalam suatu

tujuan bersama yakni pemecahan masalah klien dan dapat membuat

keputusan yang tepat.

B. Keterampilan-keterampilan Komunikasi Konseling

Untuk dapat melaksanakan komunikasi dengan baik, seseorang konselor

dituntut untuk mengenal keterampilan berkomunikasi secara efektif.

Penguasaan materi dan keterampilan ini diwujudkan dalam praktik

berkomunikasi seccara efektif dalam suatu proses konseling. Apabila konselor

mampu menerapkan keterampilan komunikasi dalam proses konseling,

konselor dapat mengeksplorasi masalah klien dan mampu menetapkan tujuan

konseling.

Keterampilan-keterampilan komseling tersebut diantaranya adalah

sebagai berikut :

1. Penghampiran (attending)

Attending merupakan keterampilan dasar dalam setiap proses

komunikasi yang bersifat dialogis sebagai pembukaan untuk memulai

suatu komunikasi. Sebagai orang yang datang, klien juga bisa disebut

sebagai tamu yang wajib dihargai dan diterima dengan baik.

Hadits menghormati tamu

بللي ؤمنكانمن:»قالوسلمليوعهللاصلىهللارسولعنىري رة،أبعنوم قلاآلخروالي راف لي ومبللي ؤمنكانومنليصمت،أوخي اآلخروالي

ومبللي ؤمنكانومنجاره،ف ليكرم فوف ليكرماآلخروالي «ضي

‚Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : ‚Barang siapa yang

beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata

baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari

akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa

yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia

memuliakan tamunya‛.263

263

Muslim bin Al-Hajjaj, S{ah}ih} Muslim, (Beirut: Da>r Ih}ya’ Al-Turat Al-Kitab Al-‘Araby,

ttp.), Juz. 1, 68.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

188

Seperti yang dijelaskan pada pengertian konseling bahwasannya

klien merupakan orang yang datang pada konselor untuk meminta

bantuan dalam penyelesaian persoalannya. Sebagai orang yang datang,

klien juga termasuk sebagai ‚tamu‛ yang sedang meminta bantuan

kepada konselor yang berhak dihormati. Menghormati serta menghargai

klien merupakan hal yang penting untuk dilakukan, karena rasulullah saw.

melalui hadits beliau menganjurkan umatnya untuk sentaisa menghormati

tamu dalam hal ini adalah klien. Rasul bersabda bahwasannya

menghormati tamu merupakan ciri-ciri orang yang beriman kepada Allah

Swt. Apalagi klien merupakan tamu yang meminta bantuan akan sebuah

persoalan yang mengganggu dirinya. Dengan begitu iya merasa dirinya

diterima dan dihargai.

Keterampilan attending merupakan keterampilan berkomunikasi

secara verbal dan non-verbal sehingga memberikan kemungkinan klien

memberikan perhatian kepada konselor pada tahap paling awal. Bila hal

ini berhasil dilakukan dengan baik, maka hal itu akan menjadi awal bagi

poses komunikasi selanjutnya.

Berikut adalah cara-cara penghampiran (attending yang baik):

a. Komunikasi verbal

Komunikasiverbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan

komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis atau

lisan.Dalam proses konseling, yang tergolong komunikasi verbal

adalah sapaan awal.

Sapaan awal merupakan awal dari attending. Ungkapan-

ungkapan yang lazim dugunakan pada sapaan awal ini adalah:

‚Selamat pagi‛, ‚Assalamu’alaikum‛ dan ‚Selamat berjumpa‛.264

Hadits tentang hak seorang muslim mendapat ucapan salam

»قالوسلمعليوهللاصلىهللارسولأنىري رة،أبعن علىسلمالمحق:ستالمسلم قيل« »قالهللا؟،رسوليىنما: وإذاعليو،فسلملقيتوإذا:

نصحكوإذافأجبو،دعاك تو،هللافحمدعطسوإذالو،فانصحاست وإذافسم «فاتبعواتموإذاف عدهمرض

264

Arif Ainur Rofiq, Keterampilan Komunikasi Konseling, (Perpustakaan Nasional :

Katalog dalam Terbitan, 2012), 2.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

189

‚Dari Abu Hurairah Radhiyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah

Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hak seorang muslim

terhadap sesama muslim ada enam, yaitu bila engkau berjumpa

dengannya ucapkanlah salam; bila ia memanggilmu penuhilah; bila

dia meminta nasehat kepadamu nasehatilah; bila dia bersin dan

mengucapkan alhamdulillah bacalah yarhamukallah (artinya semoga

Allah memberikan rahmat kepadamu); bila dia sakit jenguklah; dan

bila dia meninggal dunia hantarkanlah (jenazahnya)".265

Menurut sebagian ulama’ salam adalah salah satu nama dari

nama-nama Allah sehingga kalimat ‘Assalamualaikum’ berarti Allah

bersamamu atau dengan engkau dalam penjagaan Allah. Kalimat

salam tersebut mengandung doa ketika di ucapkan kepada sesama

muslim agar ia senantiasa dalam penjagaan Allah subhanahu wata’ala

Diantara hak seorang muslim yang dijelaskaan oleh Rasulullah

SAW melalui hadits diatas adalah mendapat ucapan salam dari

saudara sesama muslim. Hal tersebut dapat dipraktikkan dalam

proses konseling. Selain bertujuan mendoakan klien juga bertujuan

untuk menunjukkan sikap ramah terhadap klien.Secara psikologis

attending memberikan suasana hubungan yang sedemikian rupa

dimana klien merasa dirinya diterima, merasa dekat, merasa penting,

dan dihargai martabatnya.266

b. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal adalah proses komunikasi di mana

pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh

komunikasi non verbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa

tubuh, kontak mata,ekspresi wajahceria dan tersenyum.267

dalam

islam, tersenyum pada dasarnya telah diajarkan oleh Rasulullah Saw.

Bahkan sebelumnya sudah ppenulis jelaskan melalui hadits yang

diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi tentang senyum seorang.

Dalam kaitannya dengan komunikasi konseling, senyum

merupakan salah satu bentuk komunikasi non verbal yang diterapkan

pada perilaku attending terhadap klien. Hal ini dilakukan untuk

265

Muslim bin Al-Hajjaj, S{ah}ih} Muslim, (Beirut: Da>r Ih}ya’ Al-Turath Al-‘Araby, ttp.),

Juz. 4, 1705. 266

Arif Ainur Rofiq, Keterampilan Komunikasi Konseling, 2. 267

Tohorin,Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi) Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2007), 288.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

190

menciptakan suasana yang nyaman dan akrab.268

Jadi apabila

tersenyum pada klien diterapkan dalam proses komunikasi konseling,

selain melakukannya mendapat pahala juga dapat membantu

kesuksesan proses konseling.

Selain tersenyum dan bersikap ramah pada klien, Posisi tubuh

juga mempengaruhi presepsi klien. Posisi tubuh yang baik adalah

agak condong ke arah klien, jarak duduk antara konselor dengan klien

agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan. Hal ini

dilakukan untuk menciptakan suasana yang nyaman dan akrab

sehingga klien dapat memiliki presepsi bahwa dirinya diterima dan

dihargai sebagai seseorang yang datang meminta bantuan kepada

konselor.

1. Respon Minimal

Respon minimal adalah sesuatu yang secara otomatis akan

dilakukan oleh konselor selama proses konseling, yaitu lebih

banyak mendengarkan daripada berbicara. Ungkapan respon

minimal yakni di antaranya: ‚A-ha‛, ‚Uh-hum‛, ‚Ya‛, ‚Oke‛,

‚Benar‛ dan sebagainya. Respon minimal ini diberikan selama

konseli berbicara tentang masalahnya. Dengan demikian, selama

waktu berjalan, konselor akan menegaskan kembali (reafirm)apa

yang didengarkan dari konseli.269

2. Empati

Empati merupakan kemampuan konselor untuk merasakan

apa yang dirasakan oleh klien. Merasa dan berpikir bersama

klien.270

Empati mirip perasaan simpati, akan tetapi tidak

semata-mata perasaan kejiwaan saja, melainkan diikuti perasaan

organisme tubuh yang sangat dalamEmpati dapat ditunjukkan

melalu perkataaan seperti ‚ehhmm... saya dapat memahami

perasaan anda‛ ataupun dengan ekspresi wajah, kontak mata,

sikap badan, sentuhan dan jarak fisik.271

Menurut Daniel Goleman (1998) empati dibangun

berdasarkan kesadaran diri. Semakin terbuka kita kepada emosi

268

Tohorin, Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi) Edisi Revisi, 310. 269

Airif Ainur Rofiq.Keterampilan Komunikasi Konseling, 4. 270

Tohorin,Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi) Edisi Revisi, 312. 271

Arif Ainur Rofiq, Keterampilan Komunikasi Konseling, 38-40.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

191

diri sendiri semakin terampil kita membaca perasaan. Kunci

untuk memahami perasaan orang lain adalah mampu membaca

pesan non verbal dari klien.

Empati dibagi menjadi dua yakni :

a. Empati Primer

Empati primer adalah apabila konselor hanya

memahami perasaan, pikiran, keinginan dan pengalaman

klien dengan tujuan agar klien tersebut terlibat pembicaraan

dan terbuka.

b. Empati Tingkat Tinggi

Empati tingkat tinggi adalah apabila kepemahaman

konselor terhadap perasaan, pikiran, keinginan, dan

pengalaman, klien lebih mendalam dan menyentuh hati

klien, karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.

melalui empati tingkat tinggi, akan membuat klien tersentuh

dan terbuka untuk mengungkapkan isi hatinya berupa

perasaan, pikiran bahkan pengalamannya.272

Hadits tentang empati

حسيوعنوسلمعليوهللاصلىالنبعنعنو،اللرضيأنسعنقالاملعلم، وسلمعليوهللاصلىالنبعنأنسعنق تادة،حدث نا:

بحتأحدكم،ي ؤمنال:»قال بمالخيوي فسوي «لن

‚Dari Anas bin Malik Radhiallahu Ta'ala 'Anhu, dari Nabi

Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: ‚Tidak

beriman salah seorang kalian sampai dia mencintai

saudaranya, seperti dia mencintai dirinya sendiri.‛273

قالهللا،عبدبنجريرعن :وسلمعليوهللاصلىهللارسولقال: «وجلعزهللاي رحوالالناس،ي رحمالمن»

272

Muhammad bin Isma’il Al-Bukhary, S{ah}ih} Al-Bukhary, (Beirut: Da>r T{uq Al-Najah,

ttp.), Juz. 1, 12. 273

Imam Nawawi, Hadits Arba’in Nawawiyah, (Semarang: Pustaka Umum, 2012),12.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

192

‚Dari Jarir bin Abdullah. ia berkata, Rasulullah SAW

bersabda, ‚Barang siapa tidak menyayangi manusia, maka Allah

tidak akan menyayanginya‛.274

Hadits di atas menjelaskan bagaimana sikap kasih dan

sayang, yang merupakan konsep dasar sikap empati, amat

dijujung tinggi dalam islam. Sampai-sampai Rasulullah SAW

memberikan statemen bahwasannya orang yang tidak mengasihi

saudara sesamanya dianggap bukan orang yang beriman.

Kemudian dalam hadits yang kedua, dijelaskan bahwasannya

Allah tidak menyukai seseorang yang tidak menyangi sesama

manusia. Hal itu ditunjukkan dengan ungkapan Rasulullah SAW

yang berupa ancaman bahwa Allah tidak akan menyayangi

seseorang yang tidak menyayangi sesamanya.

Dalam komunikasi konseling, sikap empati yang dimaksud

adalah merasakan atau memposisikan diri konselor pada posisi

klien, sehingga konselor dapat merasakan apa yang sedang klien

rasakan serta bagaimana sudut pandangnya terhadap masalah

yang sedang klien alami. Perilaku empati secara otomatis akan

menimbulkan respon berupa rasa kasihan yang kemudian

berlanjut pada pengarahan-pengarahan atau terapi pada klien

agar ia mampu menentukan sikap atau keputusan guna proses

penyelesaian masalahnya.

Merujuk pada pengertian empati tingkat tinggi di atas,

sikap empati juga akan membawa konselor bekerja secara

optimal dalam proses konseling. Hal ini disebabkan karena

adanya rasa kasih dan sayang, serta harapan yang kuat dalam

proses penyelasaian masalah persis seperti apa yang diharapkan

klien, sekalipun masalah tersebut bukan masalah pribadi

konselor.

3. Bertanya

Aktivitas berrtanya pada kklien dibagi menjadi 2 model,

yakni

a. Pertanyaan Terbuka (Opened Question)

274

Muslim bin Al-Hajjaj, S{ah}ih} Muslim, (Beirut: Da>r Ih}ya’ Al-Turath Al-‘Araby, ttp.),

Juz. 4, 1809.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

193

Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing

Klien agar mau berbicara mengungkapkan perasaan,

pengalaman dan pemikirannya dapat digunakakan teknik

pertanyaan terbuka (opened question). Pertanyaan yang

diajukan sebaiknya tidak menggunakann kata tanya

mengapa tau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan

menyulitkan Klien, jika dia tidak tahu alasan atau sebab-

sebabnya . oleh karenanya, lebih baik gunakan kata tanya

apakah, bagaimana, adakah, dapatkah. Contoh: ‚Apakah

Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan?‛.

b. Pertanyaan tertutup (ClosedQuestion)

Dalam proses konseling tidak selamanya harus

menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu

dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus

dijawab dengan kata ya atau tidak atau dengan kata-kata

singkat. Tujuan pertanyaan tertutup adalah untuk

mengumpulkan informasi, menjernihkan atau memperjelas

sesuatu, dan menghentikan pembicaraan Klien yang

melantur atau menyimpang jauh.275

Contoh dialog:

1) Klien :‚Saya berusaha meningkatkan prestasi

dengan mengikuti belajar kelompok yang selama ini

belum pernah saya lakukan‛.

2) Konselor : ‚Biasanya Anda menempati peringkat

berapa?‛.

3) Klien : ‚Empat‛.

4) Konselor : ‚Berapa?‚.

5) Klien : ‚Sebelas‛

4. Diam

Diam bukan berarti tidak ada komunikasi akan tetapi tetap

ada yaitu melalui perilaku nonverbal. Yang paling ideal diam itu

paling tinggi 5-10 detik dan selebihnya dapat diganti dengan

dorongan minimal. Akan tetapi jika konselor menunggu klien

yang sedang berpikir mungkin diamnya bisa lebih dari 5 detik.

Hal ini tergantung feeling konselor.Tujuan diam adalah: (1)

275http://wahyupumpinks.blogspot.com/2012/07/teknik-attending-opening-acceptance-dan.html. Diakses pada 7 April 2016 pukul 00.11 WIB

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

194

menanti klien sedang berpikir (2) sebagai protes jika klien

ngomong berbelit-belit (3) menunjang perilaku attending dan

empati sehingga klien bebas berbicara. Contoh:

a) Klien : ‚Saya tidak senang dengan perilaku guru itu…dan

saya…‛(berpikir)

b) Konselor : ‚……….‛ (diam)

c) Klien : ‚Saya…harus bagaimana…saya tidaktahu…‛

d) Konselor : ‚……….‛ (diam).

Diam sebagai komunikasi non verbal dapat menunjang

berlangsungnya proses konseling. Sikap diam ketika orang lain

berbicara sejatinya merupakan sebuah tidakan toleran dalam

membiarkan orang lain berbicara dan kita mendengarkan apa

yang dibicarakan orang tersebut. Sehingga melalui hadits di atas

Rasulullah menggambarkan sikap diam sebagai suatu

kebijaksanaan. Dan tentunya tidak banyak manusia yang bisa

melakukannya.

5. Asertif

Asertif merupakan teknik yang digunakan oleh konselor

untuk melatih klien untuk merefleksikan perasaannya dengan

jujur. Terutama klien yang mengalami kesulitan untuk

menyatakaan bahwa tindakannya benar, kesulitan dalam

mengungkapkan perasaan terisinggung, kesulitan menyatakaan

tidak dan respon positif lainnya. Cara yang digunakan dalam

teknik ini adalah dengan permainan peran dengan bimbingan

konselor.276

Hadits tentang jujur

دق،فإنومعالبعليكمبل»رسولهللاعليووسلم: أببكرقالعن صمعالفجوروهافالنار . وهافاجلنة،وإيكموالكذب،فإنو

‚Dari Abu Bakar, ‚Rasulullah Saw. bersabda : ‚Wajib atasmu

berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya di

surga. Dan jauhkanlah dirimu dari dusta, karena dusta itu

bersama kedurhakaan, dan keduanya di neraka‛.277

276

Tohorin,Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi) Edisi Revisi, 312-313. 277

Ibnu Majah bin Abu Abdullah, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Da>r Ih}ya’ Al-Kutub Al-

‘Araby, ttp.), Juz. 2, 1265.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

195

Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa rasulullah SAW

memerintahkan umatnya untuk senantiasaa berbuat jujur, karena

jujur akan membawa kepada kebaikan. Kaitannya dengan asertif

adalah bahwa konselor dituntut untuk memiliki keterampilan

dalam mengarahkan klien agar mau mengungkapkan semua yang

ada dalam benaknya, yang berat untuk ia sampaikan ke orang

lain.

Dalam komunikasi, sikap asertif merupakan suatu sikap

pengungkapan diri secara penuh dan lugas serta mampu

mengatasi emosi-emosi yang sedang bergejolak dalam dirinya.278

Sikap asertif juga akan berdampak pada pengungkapan diri klien

secara jelas menimbulkan tindakan yang memalukan. Oleh

karena itu, apabila konselor mampu mengarahkan klien untuk

mengutarakan semua tentang diri dan permasalahnya, hal

tersebut akan memperlancar proses konseling yang berujung

pada pecapaian tujuan bersama, yakni pemecahan masalah klien.

6. Konfrontasi

Konfrontasi merupakan suatu teknik yang menentang klien

untuk melihat adanya inkonsistensi (tidak konsisten) antara

perkataan dan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya,

senyum dengan kepedihan. Misalnya klien menceritakan hal-hal

yang sedih akan tetapi Smbil tertawa dan tersenyum gembira.279

Tujuan konfrontasi :

a. Mendorong klien untuk mengadakan penelitian diri secara

jujur. (introspeksi diri secara jujur)

b. Meninngkatkan potensi klien

c. Membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepensi

(kondisi pertentangan antara harapa seseorang dengan

kondisi nyata di lingkungan) dari klien dengan inkoreksi,

konflik, atau kontradiksi dalam dirinya.

Ungkapan-ungkapan konfrontasi : Klien : ‚Oh..Saya baik-baik

saja‛ (suara rendah, wajah tidak ceria, dan duduk gelisah)

Konselor : ‚Anda katakan baik-baik saja, tetapi kelihatannya ada

278

Mary Rebeccaa ‘Rivkha’ E. Rogacion, R.G.S.,Tumbuh Bersama Sahabat 1 Konseling Sebaya Sebuah Gaya Hidup, 53. 279

Tohorin, Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi) Edisi Revisi, 321-322.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

196

sesuatu yang tidak beres‛ atau ‚Saya melihat ada perbedaaan

antara ucapan dengan kenyataan Anda‛

C. Komponen-Komponen Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam

Komunikasi Konseling

1. Komunikasi Verbal

Beberapa dimensi komunikasi verbal adalah :

a. Bahasa

Bahasa merupakan komponen paling penting dari komunikasi

konseling. Antara konselor dan klien harus memiliki kesamaan

bahasa yang digunakan agar memperlancar proses konseling.280

Hadits berkata yang baik

:وسلمعليوهللاصلىاللرسولقال:قالعنو،اللرضيىري رةأبعن صدقةالطيبةوالكلمة

‚Dari Abu Hurairah Radhiyallohu anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda‚Kata-kata yang baik adalah sedekah.‛281

Dalam berkomunikasi dengan klien, konselor harus

memperhatikan perkataan dan waktu bicara yang tepat terhadap

klien agar klien tidak tersinggung. Hal tersebut sama seperti yang di

ajarkan Rasulullah SAW kepada umatnya, yakni berbicara dengan

kalimat yang baik, karena kalimat yang baik adalah shadaqah

b. Isi

Isi dapat merujuk pada bidang topik yang dibicarakan antara

konselor dan klien.

c. Banyaknya pembicaraan

Dalam kenyataan di lapangan sering di jumpai konselor yang

terlalu banyak berbicara atau sebaliknya, klien yang banyak bicara.

d. Ownership of speech

Ownership of speech meliputi perbedaan pesan pesan ‚Anda‛

dan saya. Pesan-pesan ‚Anda‛ lebih terkesan menghakimi, misal

‚Anda tidak menghargai apa yang saya lakukan untuk Anda‛.

Berbeda dengan pesan-pesan ‚Saya‚. Misalnya ‚Saya kecewa Anda

280

Richard Nelson, Pengantar Keterampilan Konseling, 17. 281

Muhammad bin Isma’il Al-Bukhary, S{ah}ih} Al-Bukhary, (Beirut: Da>r T{uq Al-Najah,

ttp.), Juz. 4, 56.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

197

tidak memperhatikan saya‛. Dalam praktiknya, dapat ditunjang

dengan keterampilan komunikasi vokal yang meliputi volume,

articulation, pitch, emphasis, dan rate.282

e. Volume

Volume mengacu pada keras lembutnya suara. Konselor perlu

mengungkapkan dengan suara yang cukup didengar, yang nyaman

dan mudah didengar klien. Konselor yang memiliki suara yang keras

tidak perlu terlalu melembutkan suaranya sama seperti klien.

Walaupun hal tersebut dapat menimbulkan ketidaknyamanan, namun

terlalu lembutnya suara dapat mengkomunikasikan bahwa konselor

adalah sorang yang lemah dan pengecut. Sedangkan suara yang tegas

dan percaya diri adalah menandakan bahwa konselor siap dalam

membantu klien.

f. Articulation

Articulation mengacu pada kejelasan/kejernian suara. Konselor

dan klien yang memiliki artikulasi jelas dapat dengan mudah

berkomunikasi daripada yang tidak.

»قالتالل،رحهاعائشةعن عليوهللاصلىاللرسولكلمكان:عومنكلي فهموفصلكلماوسلم «س

Dari Aisyah ra. berkata: bahwa ‚sabda‛ perkataan rasulullah

saw. merupakan perkataan yang cukup dapat dimengerti oleh

tiap pendengarnya.283

Menurut hadis tersebut ketika berbicara Rasulullah cukup jelas

sehingga mudah dipahami oleh setiap orang yang mendengarnya,

tentu sikap ini perlu diterapkan dalam kegiatan komunikasi,

termasuk dalam komunikasi konseling. Dalam komunikasi konseling

seorang konseli harus mengucapkan kalimat dengan jelas supay a

konseli mengerti dan menjalankan apa yang dianjurkan konselor

tersebut kepadanya.

g. Pitch

Pithc mengacu pada ketinggian atau kedalaman suara. Konselor

yang baik dapat mengatur pitch suaranya agar tidak terlalu tinggi

282

Richard Nelson, PengantarKeterampilanKonseling, 17-18. 283

Abu Daud Sulaiman, Sunan Abi Daud, (Beirut: Maktabah Al-‘As}riyah, ttp.), Juz. 4,

261.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

198

maupun dalam. Sehingga pada bagian ini dibutuhkan ketenangan

agar selalu bisa mengontrol tinggi rendahnya suara.284

h. Emphasis

Emphasis merupakan penekanan-penekanan pada saat

berbicara. Terkadang terdapat konselor yang terlalu menggunakan

banyak penekanan pada saat merespon perasaan klien sehingga

terkesan melodramatik, sehingga yang baik adalah konselor mampu

dengan tepat menggunakan penekanan-penekanan tersebut dalam

proses konseling.

i. Rate

Rate atau kecepatan berbicara merupakan faktor dalam

komunikasi verbal yang harus diperhatikan. Apakah konselor atau

klien memiliki rate bicara yang cepat atau lambat, hal tersebut dapat

mempengaru proses komunikasi konseling, yakni kurangnya

pemahaman mengenai pembicaraan klien kepada konselor maupun

seblaiknya.285

Hadits tentang kecepatan dalam berbicara

قالعروة،عن الليرضعائشةحجرةجنبإلىري رة،أبوجلس:ها قضتف لمامرت يالجرة،ربةياسعي:ي قولفجعلتصلي،وىيعن

قالتصلت ها، صلىاللرسولكان»إنوحديثوىذا،إلت عجبأال:ثوسلمعليوهللا «أحصاهيصيوأنالعادشاءلويثالدليحد

‚Dari ‘Urwah bahwasanya Abû Hurairah Radhiyallahu anhu

duduk di samping kamar ‘Âisyah Radhiyallahu anhuma

sedangkan pada saat itu ‘Âisyah Radhiyallahu anhuma sedang

shalat. Abû Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, ‚Dengarlah

wahai pemilik kamar!‛ sebanyak dua kali. Setelah

menyelesaikan shalatnya, ‘Âisyah Radhiyallahu anhuma

berkata, ‚Tidakkah engkau heran dengan orang itu dan

perkataannya. Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa

sallam ketika berbicara, jika seseorang ingin menghitungnya,

niscaya dia akan bisa menghitungnya.‛286

284

Richard Nelson, PengantarKeterampilanKonseling, 18. 285

Ibid. 19. 286

Abu Daud Sulaiman, Sunan Abi Daud, (Beirut: Maktabah Al-‘As}riyah, ttp.), Juz. 3,

320.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

199

Hadits di atas menjelaskan bahwasannya Rasulullah SAW

senantiasa memperhatikan kecepatan berbicaranya, tidak terlalu

cepat dan tidak terlalu lambat agar lawan bicara mudah mencerna

konteks pembicaraan. Hubungannya dengan komunikasi konseling

adalah bahwa dalam berbicara hendaknya konselor memperhatikan

kecepatan berbicaranya seperti yang telah di jelaskan di atas agar

klien memahami apa yang dibicarakan oleh konselor

2. Komunikasi non-verbal

Beberapa bentuk komunikasi non-verbal adalah

a. Ekspresi wajah

Pesan tubuh dapat disampaikan lewat ekspresi wajah. Karena

itu banyak orang yang mengatakan ‚Ekspresi wajah telah

mengatakan segalnya‛. Hanya dapat melalui ekspresi wajah konselor

dapat menunjukkan bahwa dirinya bersikap empati atau siap sedia

membantu klien. Ataupun bisa juga dengan ekspresi wajah klien,

konselor dapat melihat apakah ia sedang bahagia, sedih, marah,

takjub ataupun perasaan lainnya287

b. Gaze

Gaze adalah memandang orang lain di daerah wajahnya. Hal

tersebut merupakan cara yang dapat menunjukkan ketertarikan pada

orang lain. Gaze dapat dilakukan oleh konselor saat klien sedang

berbicara maupun sebaliknya.

c. Kontak mata

Kontak mata merupakan cara yang lebih langsung dilakukan

daripada gaze. Kontak mata dapat menunjukan ekspresi kemarahan,

ketertarikan atau yang lainnya.

d. Gesture

Gesture merupakan gerakan fisik yang dapat membingkai atau

mengilustrasikan kata kata yang datang sebelum, selama, atau

sesudah berbicara.288

e. Postur

Postur tubuh secara tidak didasadari dapat mengirinkan pesan

kepada lawan bicara melalui sebuah presepsi.

287

Richard Nelson, PengantarKeterampilanKonseling, 20. 288

Ibid. 21.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

200

f. Kedekatan fisik

Dalam berkomunikasi terdapat derajat fisik yang dapat

mengukur seberapa dekatkah seseorang dengan orang lain. Untuk

hubungan konselor dan klien yang bisa jadi mereka baru bertemu satu

sama lain, derajat kedekatan yang kecil dapat membuat satu sama

lain merasa kurang nyaman.

g. Pakaian

Pakaian dapat menunjukkan pesan pesan berupa apa yang ia

kerjakan dan berkaitan dengan posisi sosial dan profesi seseorang.

Konselor pun perlu menggunakan pakaian yang sesuai dengan klien.

h. Cara berdandan

Cara berdandan dapat menunjukkan bagaimana seseorang

merawwat diirinya. Bersih atau tidak, rapi atau berantakan. Gaya

rambut pun dapat menunjukkan karakter seseorang.289

D. Komunikasi yang Efektif bagi Klien Pecandu Narkoba dan Anak Autis

1. Sikap terhadap Pengguna Narkoba

Sebagai manusia beriman dan sesuai dengan Pancasila, ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan sikap terhadap

pengguna narkoba:290

a. Rasional, jangan emosional.

Maksudnya, seorang yang terjerumus dalam mengkonsumsi

narkoba sebaiknya kita kasihani sebagai orang yang membutuhkan

bantuan dan pertolongan agar tidak kecanduan lagi dengan narkoba.

Karena kebanyakan orang menganggap mereka (orang yang

kecanduan) sebagai orang yang tidak bermanfaat dalam masyarakat,

pemakai narkoba adalah orang yang berbahaya karena sifat dan

sikapnya yang jahat. Oleh karena itu, untuk menjalin komunikasi

yang efektif hendaknya mematuhi salah satu kriteria komunikasi

efektif yakni adanya hubungan yang baik antara komunikan dengan

komunikator.291

Sehingga kita hendaknya bersikap layaknya teman,

namun tidak sampai ikut dalam kebiasaannya mengkonsumsi narkoba

sebelum menyampaikan saran atau informasi kepadanya.

289

Richard Nelson, PengantarKeterampilanKonseling, 22. 290

dr. SubagyoPartodiharjo, KenaliNarkobadanMusuhiPenyalahgunaannya, (Jakarta:

Erlangga, 2016), 109-111. 291

Bambang Syamsul Arifin, Dinamika Kelompok, 44.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

201

b. Bijaksana, simpati, bukan memusuhi.

Sikap kita terhadap pengguna narkoba harus bijaksana. Sikap

menjauhi dan memusuhi akan membuat ia menjadi tertekan dan lebih

dekat kepada sesama pemakai, pengedar, dan bandar. Dan

sikapsimpatik kepada pemakai justru dapat mengurangi penderitaan

dan tidak jarang dapat menyelamatkan mereka, misalnya

menunjukkan sikap empati dan simpati kepadanya, tanggapi jeritan

jiwanya dengan tulus dan penuh pengertian. Jadilah penampung

curahan hatinya secara ikhlas.

Memberikan nasihat dengan cara yang sesuai yakni dengan

memperhatikan komponen komponen bekomunikasi secara verbal

maupun non verbal yang telah di bahas pada sub bab sebelumnya

agar pengguna tidak merasa tersinggung dan benar-benar sadar

bahwa ia harus terus berusaha untuk berhenti memakai. Serta

mengajak seluruh masyarakat dan keluarganya untuk memberikan

dukungan terhadap upaya untuk penyembuhannya.

2. Sikap Terhadap AnakAutis

Komunikasi merupakan kombinasi gerakan tubuh, bahasa tubuh,

ekspresi wajah, intonasi, dan konteks atau kondisi yang berlaku pada saat

itu. Namun tidak semua orang dapat merangsang dengan cepat seperti

yang kita harapkan. Misalnya anak autis yang bisa mendapat kesulitan

besar dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, kita harus bisa membuat

komunikasi yang dapat membuka pemahaman dan mengurangi rasa

frustasi mereka. Berikut adalah tahap-tahap berkomunikasi dengan anak

autis:292

a. Menempatkan Komunikasi Sesuai Konteks

Persamaan bahasa merupakan hal pertama yang harus di

perhatikan, agar anak autis yang notabennya memiliki perbedaan

dengan anak normal yang lain mampu memahami konteks

pembicaraan dalam proses komunikasi yang dilakukan dengan

konselor.

Menggunakan benda-benda yang berfungsi sebagai referensi

berfungsi untuk membantu anak yang autis dalam memahami

konteks pembicaraan. Sebagai contoh cangkir untuk menunjukkan

minum. Ketika ia mulai merespons benda-benda referensi sebagai

suatu bentuk komunikasi, setiap benda bisa dilengkapi dengan

292

Francine Brower, 100 Ide Membimbing Anak Autis, (Jakarta: Erlangga, 2010), 16-17.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

202

gambar atau simbol-simbol yang dibuat secara komersial yang dapat

membuat jadwal visual dan pengaturan harian. Strategi lain dapat

dengan Sistem Komunikasi Pertukaran Gambar (Picture Exchange

Communi-cation System/PECS). Tips-tips dan saran untuk

pendekatan ini dapat diakses dalam laman PECS.

b. Waktu untuk Memproses

Sebagian orang mengatakan bahwa anak autis memerlukan

waktu yang lebih lama untuk memproses kata-kata yang diucapkan

kepadanya. Sebaiknya sebelum meberikan pertanyaan kepadanya

anda harus menguji diri anda terlebih dahulu dan dengan mengamati

jam tangan. Apakah kita memerlukan waktu selama itu untuk

menjawab sebuah pertanyaan. Ingatlah, murid tidak punya

kesempatan untuk memahami akhir suatu intruksi sebelum instruksi

selanjutnya dimulai.

c. Memahami Idiom

Anda tidak harus berhenti menggunakan idiom dalam

pembicaraan, tetapi anda harus menyediakan waktu untuk

menjelaskan maknanya kepada murid. Perluaslah pengetahuannya

dengan mempelajari idiom untuk mengatasi kebingungan yang akan

terjadi bila ia tidak mempelajarinya. Satu cara untuk mempelajarinya

adalah dengan mengenalkan sebagai kata idiom dan meminta murid

menggambarkan makna literal dan makna sebenarnya dari kata-kata

tersebut. Selanjutnya tekankan sisi humor yang ditemukan dalam

bahasa itu.

d. Kekuatan Berbicara Positif

Seringkali insting alami kita adalah menggunakan kalimat

negative dalam menginginkan sesuatu. Ketika membuat peraturan

sekolah seringkali aturan-aturan itu dibuat dalam kalimat negatif.

Sayangnya hal tersebut dapat menjadi masalah karena sesungguhnya

kita tidak mengatakan kepada murid apa yang harus dilakukan.

Dengan menggunakan kalimat positif barulah kita sungguh-sungguh

memberi kesempatan kepada anak untuk merubah perilakunya. Anda

bisa menambahkan kata ‚tolong‛ dan ‚terimakasih‛ di awal dan

akhir kalimat.

e. Ketika komunikasi memburuk dan percakapan menjadi sulit,

ditambah dengan masalah yang berkaitan dengan pemahaman yang

literal dan kurang kepercayaan diri, untuk meningkatkan kemampuan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

203

advokasi mereka dilakukan dengan cara memilih sebuah lingkungan

yang nyaman dengan sesedikit mungkin gangguan. Memilih seorang

pelajar yang sudah dikenal dengan baik untuk bertindak menjadi

fasilitator.

Memberikan pertanyaan dengan cara yang dapat dimengerti;

ingatlah penyajian secara visual, ketika bekerja dengan murid-murid

yang tidak verbal, gunakan stimulasi visual, seperti foto atau symbol,

supaya mereka bisa memilih jawaban yang lebih disukai. Selalu

memberikan waktu kepada murid untuk memproses jawabannya,

berikan dorongan jika perlu tanpa memberikan jawaban kepadanya.

Sang fasilitator (pengajar) sebaiknya menawarkan diri menjadi

penulis jawabannya jika tindakan ini dianggap bisa membantu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

204